SOSIALISASI KANDUNGAN ZAT BERBAHAYA DALAM MAKANAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Sebuah Kegiatan Community Relations pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Bekasi) Oleh: SARI MONIK AGUSTIN, S.Sos, M.Si Dan: Debby Lisnawati (Ilmu Komunikasi) Diah Laila Putri (Ilmu Komunikasi) Ekaristi Pratiwi (Bioteknologi) Siti Rezita Aulia (Ilmu Komunikasi) Universitas Al Azhar Indonesia Jl Sisingamangaraja Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
BAB 1. P E N D A H U L U A N 1.1.
Latar Belakang
Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Banyaknya asupan makanan pada anak sekolah menjadi hal yang utama yang patut diperhatikan. Terkadang timbulnya masalah pada anak salah satunya disebabkan oleh asupan makanan pada jajanan yang mereka beli tidaklah higienis. Jajanan sekolah saat ini sedang menjadi perbincangan karena diduga adanya kandungan bahan berbahaya. Banyak penelitian medis membuktikan kekhawatiran itu, sehingga perlu diwaspadai. Kebanyakan jajanan yang bermasalah itu mengandung boraks, formalin, zat pengawet, zat pewarna, zat pemanis, dan garam yang digunakan tidak beryodium. Penyalahgunaan pemakaian zat kimia yang terkandung dalam jajanan yang dimasukkan berlebihan sangatlah berbahaya. Tentunya masuknya zat berbahaya tersebut kedalam tubuh dalam jangka waktu yang lama tentunya akan berpengaruh terhadap kesehatan anak. Oleh karena itu, untuk menjaga generasi muda bangsa Indonesia agar terhindar dari penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh bahan-bahan kimia tersebut, maka dalam hal ini pemerintah sangat konsen dan memfokuskan kerja mereka untuk menindaklanjuti jajanan-jajanan yang berada di sekitar sekolah. Temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam lima tahun terakhir (20062010) menunjukkan, sebanyak 48 persen jajanan anak di sekolah tidak memenuhi syarat 1
keamanan pangan karena mengandung bahan kimia yang berbahaya. Bahan tambahan pangan (BTP) dalam jajan sekolah telah melebihi batas aman serta cemaran mikrobiologi. Sedang berdasarkan pengambilan sampel pangan jajanan anak sekolah yang dilakukan di 6 ibu kota provinsi (DKI Jakarta, Serang, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya), ditemukan 72,08 persen positif mengandung zat berbahaya. Temuan lain yang lebih mencengangkan lagi, berdasarkan data kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan yang dihimpun oleh Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan- BPOM RI dari Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa 17,26-25,15 persen kasus terjadi di lingkungan sekolah dengan kelompok tertinggi siswa sekolah dasar (SD)1. Salah satu indikasi zat berbahaya dalam jajanan di sekitar sekolah adalah bahan tambahan pangan yang dimasukkan dalam jajanan sekolah. Salah satu contohnya, menurut Kepala Seksi Farmasi, Makanan, Minuman, dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Hardiyah Djuliani, sebanyak 37 dari 200 SD di Yogyakarta yang diuji sampel jajanan sekolahnya menunjukkan adanya bahan tambahan pangan berbahaya. Jajanan sekolah itu juga mengandung zat berbahaya yang bisa memicu kasus merebaknya penyakit, seperti hepatitis A yang terjadi di Sleman beberapa waktu lalu2. Lebih dari 85 persen jajanan sekolah yang diuji tidak lolos uji sanitasi kesehatan Dinas Kesehatan DIY maupun Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Penggunaan pewarna dan bahan berbahaya lain yang membahayakan kesehatan anak-anak masih dijumpai pada mayoritas produk jajanan sekolah yang dijual3. Jajanan tidak sehat itu mengandung setidaknya satu atau lebih dari zat-zat yang berbahaya, yakni formalin, boraks, rhodamin, dan metanil yellow. Keempatnya bersifat karsinogenik atau memicu kanker. Boraks dan formalin biasa digunakan sebagai pengawet,
1
NN. 11 Agustus 2012. “Jajanan Berbahaya di Sekitar Anak” dalam http://www.bin.go.id/awas/detil/132/4/11/08/2012/jajanan-berbahaya-di-sekitar-anak diakses 26/8/2012, pkl 22:10 2 NN. 2 September 2010. “Kualitas Jajanan Sekolah Buruk” dalam http://regional.kompas.com/read/2010/09/02/17081437/Kualitas.Jajanan.Sekolah.Buruk. diakses 31/5/2012, pkl 20:03 3 ibid
2
sedangkan rhodamin dan metanil yellow digunakan sebagai pewarna4. Pengambilan sampel yang dilakukan BPOM tahun 2011, menemukan setidaknya ada empat jenis bahan berbahaya tersebut dilarang digunakan untuk pangan, seperti formalin, boraks , rhodamin B , dan metanil yellow, terkandung di berbagai makanan yang dijajakan di lingkungan sekolah. Umumnya jajanan dikonsumsi oleh para siswa ketika mereka sedang berada pada waktu istirahat. Mereka mengkonsumsi jajanan sebagai makanan pengganti waktu makan siang. Ketika waktu istirahat telah tiba, para pedagang di sekitar sekolah akan aktif menjajakan barang dagangan mereka dan berharap para siswa yang sedang beristirahat akan membeli jajanan mereka, daripada makanan seperti nasi dan sebagainya. Menurut Bosar Pardede dari Direktorat Surveilans dan Penyuluhan Keamanan Pangan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Sekitar 44 persen jajanan sekolah di Indonesia tidak sehat. Persoalan jajanan sekolah itu merupakan masalah klasik yang membutuhkan peran berbagai pihak untuk terus menurunkan persentasenya. jajanan anak yang tidak sehat, antara lain, karena menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti formalin, boraks, dan rhodamin A maupun rhodamin B. 5 Temuan zat berbahaya pada berbagai jajanan yang dijajakan di lingkungan sekolah plus hasil investigasi media atas penggunaan bahan makanan atau jajanan yang tidak higienis hendaknya menjadi perhatian bersama. Seluruh pemangku kepentingan harus simultan memberikan edukasi kepada orang tua, sekolah (guru, murid, pengelola kantin dan atau penjaja jajanan) dan masyarakat. Pemerintah dalam peringatan Hari Ulang Tahun Ke-10 BPOM 31 Januari 2012, mencanangkan "Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang Aman, Bermutu, dan Bergizi". Aksi Nasional Gerakan ini meliputi promosi keamanan pangan melalui komunikasi, penyebaran informasi, dan edukasi bagi komunitas sekolah, termasuk guru, murid,
4
Lukas Adi Prasetya. Kamis, 14 Januari 2010. “Jajanan Sekolah, Masih Ada yang Mengandung Zat-zat Berbahaya” dalam http://regional.kompas.com/read/2010/01/14/21183786/Jajanan.Sekolah.Masih.Ada.yang.Mengandung.Zatzat.Berbahaya diakses 31/5/2012, pkl 20:05 5 Nasru Alam Aziz. Kamis, 26 Mei 2011. “44 Persen Jajanan Sekolah Tidak Sehat” dalam http://regional.kompas.com/read/2011/05/26/19002781/44.Persen.Jajanan.Sekolah.Tidak.Sehat diakses pada 31/5/2012, pkl 20:10
3
orang tua murid, pengelola kantin sekolah, dan penjaja PJAS. Langkah lain yang perlu terus distimulasi adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pengolahan dan penyajian PJAS yang benar, peningkatan pengawasan keamanan pangan yang dilaksanakan secara mandiri oleh komunitas sekolah, dan pemberdayaan masyarakat, termasuk penerapan sanksi sosial (social enforcement)6. Maka dari itu, untuk mendukung program pemerintah tersebut, diperlukan dukungan dan beragam upaya yang dimaksudkan untuk memberikan edukasi dan pembelajaran kepada para siswa tersebut yang biasa mengkonsumsi jajanan agar dapat lebih hati – hati ketika akan membeli dan mengkonsumsi jajanan yang dijual oleh para pedagang, di lingkungan sekolah mereka. Salah satu upaya tersebut adalah kegiatan sosialisasi zat berbahaya dalam makanan. Program Studi Bioteknologi Universitas Al Azhar Indonesia telah melakukan sebuah penelitian tentang kandungan bahan-bahan pada jajanan yang ada di sekolah, seperti kandungan bakteri ecoli dalam es batu, bahaya zat pewarna, pemanis, dan pengawet dalam makanan. Program Studi Bioteknologi kemudian bekeja sama dengan Program Ilmu Komunikasi, khususnya dengan mahasiswa peminatan Public Relations untuk mengomunikasikan hasil penelitian mereka dengan tujuan agar pesan yang disampaikan kepada siswa sekolah sebagai konsumen langsung jajanan sekolah di lingkungan mereka dapat menjadikan hasil penelitian sebagai bahan pertimbangan dalam memilih jajanan sehat. Sekolah yang menjadi sasaran sosialisasi yaitu di Madrasah Aliyah Negeri 1 Bekasi (MAN 1 Bekasi). Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Bekasi merupakan SLTA yang berciri-khas Islami. Penunjukan sekolah ini didasarkan oleh kesamaan ciri khas Islami dengan Universitas Al Azhar Indonesia, sehingga kegiatan ini juga sekaligus sebagai kegiatan pengabdian pada sesama umat Islam dan kondisi status sosial MAN 1 Bekasi yang terbilang menengah ke bawah. Kondisi itu dapat dilihat dari lokasi dan fasilitas kantin yang terbilang kurang memadai. Tak sedikit siswa MAN 1 Bekasi yang kemudian memutuskan untuk membeli jajanan di luar kantin sekolah yang murah. Kegiatan ini tentu saja di luar pengawasan pihak sekolah karena sudah berada di luar
6
NN. 11 Agustus 2012. “Jajanan Berbahaya di Sekitar Anak”. opcit
4
teritori sekolah. Oleh karenanya, MAN 1 Bekasi dirasa tepat sebagai salah satu sekolah yang menjadi sasaran sosialisasi ini. 1.2.
Tujuan
Tujuan dari pengabdian masyarakat “Sosialisasi Kandungan Zat Berbahaya dalam Jajajnan di Lingkungan Sekolah” ini diantaranya adalah : 1. Memberikan edukasi dan informasi kepada para siswa mengenai kandungan berbahaya yang terdapat dalam jajanan sekolah 2. Menumbuhkan kesadaran dan merangsang siswa sekolah agar memperhatikan konsumi jajanan di lingkungan sekolah 1.3.
Signifikansi dan Manfaat
Adapun signifikansi kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagi para peserta yang tergabung dalam siswa/i MAN 1 Bekasi
Agar siswa/i mengetahui kandungan zat berbahaya yang terkandung dalam jajanan makanan di lingkungan sekitarnya.
2.
Agar siswa/i menyadari dampak yang ditimbulkan dari jajanan yang berbahaya bagi kesehatan.
3.
Sebagai salah satu bentuk tambahan ilmu yang selama ini diberikan secara sekilas oleh guru di sekolah
1.
Bagi dosen dan mahasiswa/i UAI
Sebagai salah satu wujud community relations, dalam menunjukkan tanggung jawab sosial dengan lingkungan sekitarnya.
2.
Sebagai medium dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dalam bentuk aktivitas langsung ke masyarakat.
3.
Membuat mahasiswa senantiasa terbiasa dengan dinamika sosial yang menuntut kita untuk berpikir secara kritis mengenai realita sosial yang ada di sekitar untuk kemudian mengupayakan berlangsungnya sebuah perbaikan. 5
Manfaat kegiatan ini adalah: a. Diharapkan kegiatan ini bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan pemahaman adik-adik di MAN 1 Bekasi terhadap bahaya zat kimia yang terkandung dalam jajanan serta mengetahui yang akan ditimbulkan. b. Setelah diadakan kegiatan ini akan ada perubahan terhadap kebiasaan siswa MAN 1 Bekasi dalam memilih dan membeli jajanan di lingkungan sekitar sekolah dan rumah. c. Khusus bagi pemerintah, kegiatan sosialisasi ini diharapkan dapat menjadi awal yang baik dalam mendukung program pemerintah yaitu peningkatan gizi pada anak di usia sekolah, demi menunjang kemampuan adik-adik dalam menerima pelajaran di sekolah. 1.4.
Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika laporan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut: BAB 1
PENDAHULUAN, berisi latar belakang mengapa kegiatan ini dilakukan. Latar
belakang dilengkapi dengan referensi dan data yang menyatakan bahwa jajanan di lingkungan sekolah, berdasarkan beberapa penelitian diketahui mengandung bahan tambahan pangan berbahaya. Selain itu, pada bagian ini dikemukakan pula tujuan, signifikansi serta manfaat dari kegiatan sosialisasi ini. BAB 2
KERANGKA TEORI, berisi landasan berpikir dan konsep-konsep yang
digunakan dalam membangun logika berpikir yang menjadi dasar dari diadakannya kegiatan sosialiasi ini. BAB 3
METODE DAN PELAKSANAAN KEGIATAN, membahas mengenai waktu
kegiatan dan bagaimana pelaksanaan serta evaluasi kegiatan dilakukan. BAB 4
PENUTUP, berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh setelah kegiatan
dilaksanakan.
6
BAB 2. KERANGKA KONSEP Pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan mengacu pada landasan berpikir ilmiah. Pada bab ini akan dijabarkan konsep-konsep penting yang menjadi kerangka berpikir kegiatan sosialisasi kandungan zat berbahaya dalam makanan di lingkungan sekolah.
2.1.Community Relations Community Relations merupakan bagian dari Public Relations yang fokus pada hubungan lembaga dengan komunitas. Community Relations adalah partisipasi dari lembaga yang terencana, aktif, dan terus-menerus dengan masyarakat, dalam rangka memelihara dan meningkatkan lingkungannya untuk memperoleh keuntungan, bagi lembaga maupun bagi komunitas7. Menurut Yosal Iriantara, community relations dapat dipandang dalam 2 pendekatan8. Pertama, dalam konsep lama PR yang memposisikan organisasi sebagai pemberi donasi, maka program community relations hanyalah bagian dari aksi dan komunikasi dalam proses PR. Bila berdasarkan pengumpulan fakta dan perumusan masalah ditemukan bahwa permasalahan yang mendesak adalah menangani komunitas, maka dalam perencanaan akan disusun program community relations ini kemudian dijalankan melalui aksi dan komunikasi. Kedua, yang memosisikan komunitas sebagai mitra, dan konsep komunitasnya bukan sekedar kumpulan orang yang berdiam di sekitar wilayah operasi organisasi, community relations dianggap sebagai program tersendiri yang merupakan wujud tanggung jawab sosial organisasi.
2.2.Sosialisasi Sosialisasi adalah satu konsep umum yang bisa dimaknakan sebagai sebuah proses di mana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan
7
Lafif Thoyibie. 8 Januari 2011. “Proses Community Relations” dalam http://komunikasiindonesia.org/2011/01/proses-community-relations/ diakses 26/8/2012, pkl 23.05 8 Yosal Irianta. 2004. Community Relations. Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. h. 36
7
partisipasi sosial yang efektif. Sosialisasi merupakan proses yang terus terjadi selama hidup seseorang9. Sosialisasi juga merupakan suatu proses dimana seseorang belajar menjadi mahluk sosial, yang dijalani tiap hari melalui interaksi dengan mahluk sosial lain baik itu secara langsung maupun tidak langsung10. Tanpa sosialisasi, masyarakat tidak akan berkembang. Di dalam proses sosialisasi ini, seseorang belajar bagaimana untuk bertindak seperti anggota masyarakat lainnya, dalam hal ini yang dimaksud dengan belajar atau pembelajaran adalah modifikasi perilaku seseorang yang relatif permanen yang diperoleh dari pengalamannya di dalam lingkungan sosial/ fisik11. Pada dasarnya, sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental bagi masyarakat. Pertama, memberikan dasar atau fondasi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam masyarakat, dan kedua, memungkinkan lestarinya suatu masyarakat – karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu12. Agen-agen sosialisasi adalah individu-individu, kelompok atau organisasi yang memengaruhi perilaku dan keberadaan diri seseorang 13. Terdapat empat agen sosialisasi utama yang dilalui seorang anak: keluarga, peer-group (teman sebaya), sekolah, dan media massa (Macionis, 1997)14. Keluarga adalah agen sosialisasi pertama yang akan dilalui seorang anak, karena kehidupan awal seorang anak terpusat pada lingkungan keluarga. Di dalamnya seorang anak secara bertahap belajar mengenai bentuk lingkungan yang diciptakan masyarakat, dan apa yang akan diserap oleh seorang anak dipengaruhi pula oleh cara-cara orangtua mereka dalam melakukan proses sosialisasi tersebut. Secara perlahan, keluarga juga mengajarkan posisi sosial seorang anak, tidak hanya secara fisik tapi juga mengajarkan tempat mereka di masyarakat sesuai
9
Howard J. Sherman & James L. Wood. 1979. Sociology: Traditional and Radical Perspective. New York: Harper & Row Publisher. H. 143-162 10 Kingsley Davis. 1986. “Socialization” dalam Richard J. Peterson & Charlotte A. Vaughan (ed.) Structure and Process: Reading in Introducing Sociology. California: Wadsworth Publishing Company. h. 59-60 11 W. Wiggins & Zanden. 1994. Early Socialization. London: Sage Publishing. h. 87. 12 Howard J. Sherman & James L. Wood, op.cit. 13 Richard J. Gelles. & Ann Levine. 1999. Sociology. USA: McGraw-Hill Company. h. 131 14 John J. Macionis. 1997. Sociology, 6th ed. London: Prentice-Hall International, Inc. h. 360
8
dengan ras, suku-bangsa, agama dan dari kelas mana mereka berasal. 15 Melalui keluarga ini, seseorang belajar mengenai berbagai macam hal, yang paling utamanya adalah bagaimana seseorang tersebut dapat berkomunikasi dan kemampuan berbahasa dengan sesamanya. Berbagai macam nilai yang didapat seorang anak dalam melalui keluarga ini, biasanya terus terbawa hingga orang tersebut menjadi dewasa 16. Agen sosialisasi berikutnya adalah sekolah. Melalui sekolah, seseorang belajar banyak hal, bukan saja ilmu pelajaran formal yang didapat, melainkan pengetahuan lain, yang berguna bagi seseorang untuk mempersiapkan masa depannya. Pada masa sekolah, wawasan seorang semakin diperluas dengan diajarkannya latar-latar belakang sosial yang berbeda dari latar belakang mereka. Seorang anak berhadapan langsung dengan keaneka-ragaman sosial. Selain mengajarkan pengetahuan dan keahlian secara formal, sekolah secara informal juga mengajarkan hidden-curriculum (kurikulum yang tersembunyi), seperti ajaran moral yang baik, kesuksesan dan penghargaan. Selain itu, sekolah juga mengajarkan formalitas yang tegas, seperti jadwal sekolah yang ketat. Nilai-nilai yang bisa didapatkan dari agen ini mencakup nilai prestasi, nilai kemandirian, dan sebagainya. Peer-group (kelompok bermain) adalah agen sosialisasi yang berikutnya yang didapat seorang individu. Kelompok bermain ini, dapat diartikan sebagai teman sekolah, kerabat, tetangga, rekan kerja. Melalui agen sosialisasi ini, seseorang mempelajari bagaimana bersikap, bertindak dan berinteraksi dengan sesama yang sederajat. Peer-group merupakan kelompok sosial yang anggotanya memiliki persamaan kepentingan, posisi sosial dan umur. Tidak seperti di keluarga dan sekolah, dalam peer-group seorang anak dapat melepaskan diri dan menemukan dunia penuh kebebasan dari pengawasan orang dewasa, dengan
berbagi pengalaman dan
kesukaan yang tidak dapat dibagi dengan orang dewasa. 17 Nilai-nilai yang diperoleh melalui peer-group ini seringkali lebih mudah diterima karena hubungan yang setara yang terjalin 18. Media massa diyakini sebagai agen sosialisasi yang cukup penting pada masa ini. Media memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan dalam cakupan yang luas dan tidak terbatas. 15
Elbert W. Stewart. 1981. Sociology: The Human Science. USA: McGraw-Hill Book Company. h 133 Caroline Hodges Persell. 1984. Understanding Society: An Introduction to Sociology. London: Harper & Row Publisher Inc. h.132 17 Elbert W. Stewart, op.cit, h. 135 18 Howard J. Sherman, op.cit. 16
9
Melalui media massa ini, seseorang dapat mengetahui bagaimana kehidupan di luar ”dunianya” dan bagaimana kemudian kehidupan tersebut menginspirasikan seseorang untuk melakukan halhal yang mungkin baru sama sekali19. Media massa adalah komunikasi impersonal yang disajikan untuk pemirsa yang sangat luas, seperti media cetak dan media elektronik, televisi adalah salah satunya. Jauh sebelum anak dapat membaca, menonton televisi sudah menjadi satu kegiatan rutin, bahkan mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di depan televisi dibandingkan di sekolah. Menurut Graber, dalam Croteau dan Hoyness, pada masyarakat kontemporer, media berperan sebagai agen terkuat dari sosialisasi. Dalam masyarakat kontemporer, media massa berperan sebagai agen yang berkuasa untuk melalukan sosialisasi. Dari isi hasil produksi media massa, pemirsa belajar dan menginternalisasikan suatu nilai, kepercayaan, dan norma dari hasil produksi media, hal itulah yang menggambarkan media sebagai agen sosialisasi.
2.3.Makanan Jajanan Menurut Keputusan Menteri Kesehatan tentang pedoman persyaratan hygiene sanitasi makanan jajanan20, makanan jajanan dapat didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel. Menurut Winarno dan Allain (1986)21, makanan jajanan adalah makanan dan minum siap saji yang dijual dan disiapkan di tempat umum, khususnya jalanan. “The term "street foods" describes a wide range of ready-to-eat foods and beverages sold and sometimes prepared in public places, notably streets”
19
Kingsley Davies, op.cit. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 942/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Bab 1. Ketentuan Umum. Pasal 1 dalam http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/Peraturan/kmk%20persyaratan%20hygiene%20sanitasi%20makanan%20jajan%2094 2-2003.pdf diakses 26/8/2012, pkl 23:10 21 F.G. Winarno dan A. Allain. 1986. Street Foods in Developing Countries: Lessons from Asia. FAO Regional Workshop on Street Foods in Asia, held in Jogjakarta, Indonesia 20
10
2.4.Zat Berbahaya dalam Makanan22 Secara kasat mata memang agak sulit untuk menentukan apakah produk pangan olahan yang ditemukan mengandung bahan-bahan kimia berbahaya atau tidak. Apalagi bila dosisnya sangat sedikit. Akan tetapi, apabila dosisnya cukup banyak, maka kita bisa mengetahuinya dari penampilan luar yang nampak nyata (penampilan visual). Dasar hukum pelarangan : Untuk menjaga kesehatan manusia, maka ada beberapa regulasi pemerintah yang mengatur hal ini, seperti :
Undang-undang Pangan No. 8 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 208/Menkes/Per/IV/85, tentang Pemanis Buatan. Pemanis buatan hanya digunakan untuk penderita diabetes (sakit gula dan penderita yang memerlukan diet rendah kalori, yaitu : aspartame, Na sakarin, Na siklamat, dan sorbitol.
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998, tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan),
Peraturam Pemerintah No. 69 Tahun 1999, tentang Label dan Iklan Pangan.
Macam-macam bahan kimia berbahaya: Bahan kimia yang digunakan sebagai tambahan makanan yang dikategorikan berbahaya di antaranya adalah sebagai berikut :
Pengawet Berbahaya: biasanya terdapat dalam bentuk Formalin, Benzoat (bila terlalu banyak, dan lain-lain
Pewarna Berbahaya: biasanya terdapat dalam bentuk pewarna merah Rhodamin-B, pewarna kuning Methanyl Yellow, dan lain-lain
Pemanis Buatan (yang berlebihan): biasanya dalam bentuk Natrium (sodium) – Saccharine (sakarin), Na-Cycla-mate (siklamat), aspartame, sorbitol, dan lain-lain
Pengenyal (Bakso) Berbahaya: biasanya dalam bentuk boraks
Dampak negatif bagi kesehatan manusia: 22
Nanung Danar Dono. 9 Maret 2012. “Zat Berbahaya dalam Makanan” dalam http://www.kibaruk.org/2012/03/09/zat-berbahaya-dalam-makanan/ diakses 26/08/2012, pkl 22:15
11
Terdapat banyak efek (dampak) negatif penyalahgunaan (kontaminasi) bahan kimia berbahaya yang dipakai sebagai bahan tambahan pangan. Di antara efek negatif yang sering muncul adalah : Keracunan, mulai gejala ringan hingga efek yang fatal (kematian); Kanker, seperti kanker leher rahim, paru-paru, payudara, prostat, otak, dan lain-lain; Kejang-kejang, mulai tremor hingga berat; Kegagalan peredaran darah (gangguan fungsi jantung, otak, reproduksi, endokrin); Gejala lain, seperti : muntah-muntah, diare berlendir, depresi, gangguan saraf, dan lain-lain; serta Gangguan berat, seperti : kencing darah, muntah darah, kejang-kejang, dan lainlain.
2.4.1. Formalin Formalin adalah nama populer dari zat kimiaformaldehid yang dicampur dengan air. Larutan formalin tidak berwarna, berbau menyengat, larut dalam air dan alkohol. Larutan formalin mengandung 37% formalin gas dan methanol. Formalin diperuntukkan untuk pengawet mayat, disinfektan, antiseptik, anti jamur, fiksasi jaringan, industri tekstil dan kayu lapis, juga sebagai germisida dan fungisida (pada tanaman/sayuran), sebagai pembasmi lalat dan serangga lainnya.
Penyimpangan dalam industri pangan terjadi ketika formalin sering digunakan untuk mengawetkan produk mie basah, tahu, dan ikan segar. Formalin sangat berbahaya bagi tubuh karena jika terhirup, formalin akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernapas, napas pendek, sakit kepala, dan kanker paru-paru. Di antara efek formalin pada kulit adalah munculnya warna kemerahan, gatal, dan ter-bakar. Pada mata, senyawa ini akan menyebabkan kemerahan, gatal, berair, kerusakan, pandangan kabur hingga kebutaan. Kalau kandungannya sudah sangat tinggi, formalin akan mengakibatkan iritasi pada lambung, alergi, muntah, diare bercampur darah, dan kencing bercampur darah. Bukan itu saja, formalin juga bisa mengakibatkan kematian karena kegagalan peredaran darah.
2.4.2. Boraks Boraks (asam borat) adalah senyawa berbentuk kristal putih, tidak berbau, dan stabil pada suhu serta tekanan normal. Boraks diperuntukkan untuk mematri logam, proses 12
pembuatan gelas dan enamel, sebagai pengawet kayu, dan pembasmi kecoa. Penyimpangan dalam industri pangan terjadi ketika boraks banyak dipakai pada bakso, kerupuk, mie bakso, tahu, batagor dan pangsit. Efek negatif boraks pada tubuh yaitu, pemakaian yang sedikit dan lama akan terjadi akumulasi (penimbunan) pada jaringan otak, hati, lemak, dan ginjal. Pemakaian dalam jumlah banyak mengakibatkan demam, anuria, koma, depresi, dan apatis (gangguan yang bersifat sarafi).
2.4.3.
Rhodamin-B Rhodamin-B adalah pewarna sintetis berbentuk kristal, tidak berbau, berwarna merah keunguan, dalam larutan berwarna merah terang berpendar.
Rhodamin-B
diperuntukkan sebagai pewarna kertas, tekstil dan cat tembok. Penyimpangan dalam industri pangan yang sering terjadi adalah penggunaan pada minuman, lipstik, permen, obat dan saos. Efek negatif bagi tubuh yaitu, jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan. Dapat pula menimbukan iritasi pada kulit, iritasi pada mata (kemerahan, oedema pada kelopak), iritasi pada saluran pencernaan (keracunan, air seni ber-warna merah, kerusakan ginjal), dan lain-lain. Akumulasi dalam waktu lama berakibat gangguan fungsi hati hingga kanker hati, merusak kulit wajah, pengelupasan kulit, hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dan lainlain.
2.4.4. Methanyl Yellow Methanyl yellow adalah pewarna sintetis berwarna kuning menyala, yang diperuntukkan untuk pewarna kertas, tekstil dan cat tembok. Penyimpangan dalam industri pangan, yaitu banyak digunakan pada minuman sirup/limun, agar-agar/jelly, manisan (pisang, mangga, kedondong), dan lain-lain. Efek negatif yang muncul bagi tubuh serupa dengan efek negatif pada konsumsi Rhodamin-B.
13
BAB 3. METODE DAN PELAKSANAAN KEGIATAN Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai metode kegiatan yang dilakukan, perencanaan waktu kegiatan, pelaksanaan, serta evaluasi pelaksanaan. o
Metode Kegiatan Metode kegiatan yang dipilih adalah bentuk sosialisasi dengan menggunakan metode interaktif dua arah. Artinya, cara penyampaian sosialisasi dilakukan dengan pemberian informasi dari mahasiswa dan dosen Ilmu Komunikasi melalui penjabaran materi menggunakan power point, pemberian contoh zat-zat berbahaya, pembagian makanan sehat dan proses tanya jawab interaktif.
o
Perencanaan Waktu Kegiatan Kegiatan pengabdian masyarakat ini disesuaikan dengan time table yang telah dibuat, sebagai berikut: Tahun 2012 Bulan Maret - April Mei Juni-Juli
Maret Perencanaan & Persiapan
April Survey & Perijinan
Mei
Juli
Laporan Awal
Revisi
Agustus
September
Pengayaan
Laporan Selesai
Pelaksanaan
AgustusSeptember
o
Juni
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema “Sosialisasi Kandungan Zat Berbahaya dalam Makanan di Lingkungan Sekolah” diselenggarakan pada: Hari/tanggal
: Kamis, 24 Mei 2012
Pukul
: 10.30 – 12.00
Tempat
: MAN 1 Bekasi, Jl Markisa Raya II Taman Wisma Asri, Teluk Pucung, Bekasi Utara, 17121
o
Evaluasi
14
Evaluasi dilakukan segera setelah kegiatan berlangsung. Evaluasi dilakukan dengan mewawancarai para siswa langsung setelah pelaksanaan kegiatan. Beberapa masukan dari para siswa antara lain: 1. Penjabaran materi harus dibuat lebih menarik, bila perlu dengan menggunakan audio visual 2. Penguasaan materi dan lokasi sosialisasi harus diutamakan sehingga pembahasan sesuai dengan konteks sosialisasi dilakukan 3. Waktu interaktif yang lebih panjang dan dilakukan untuk seluruh siswa (tidak hanya perwakilan kelas saja)
Evaluasi lainnya adalah diskusi interaktif antara dosen dan mahasiswa mengenai perencanaan, pelaksanaan dan penulisan laporan. Hasil evaluasi ini menghasilkan: 1. Perencanaan dalam pembuatan dan penguasaan materi harus dilakukan secara lebih matang 2. Penjabaran materi harus dibuat semenarik mungkin dengan dukungan audio visual 3. Proses perijinan dan waktu pelaksanaan pada pihak sekolah harus dilakukan dengan lebih mempertimbangkan kebutuhan dan isi materi 4. Penulisan laporan pelaksanaan harus ditambahkan dengan data yang lebih kekinian dan dilakukan pengayaan pada isi laporan agar sesuai kerangka berpikir
15
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1.Kesimpulan Pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan berdasarkan kepedulian terhadap jajanan sekolah yang mengandung zat-zat berbahaya seperti boraks, formalin, pewarna tekstil, dan lainnya. Sosialisasi dilakukan secara langsung dan bersifat interaktif dua arah. Pelaksanaan kegiatan telah dilakukan dengan baik di MAN 1 Bekasi dan kegiatan telah dilakukan sesuai dengan perencanaan kegiatan dan mendapatkan evaluasi baik dari siswa MAN 1 Bekasi selaku target pelaksanaan pengabdian masyarakat, dan dari dosen dan mahasiswa selaku pelaksana kegiatan.
Dalam kegiatan ini, diharapkan pesan yang disampaikan secara langsung kan akan berdampak baik ke pada siswa sekalian. Kegiatan sosialisasi ini berlangsung dengan sukses dan memunculkan kesan baik dari para siswa MAN 1 Bekasi, hal ini dapat dilihat dari keinteraktifan para siswa ketika pelaksana menyampaikan presentasi. Banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang diberikan menjadi salah satu bukti adanya ketertarikan mereka atas presentasi yang kami berikan.
4.2.Saran Adapun saran untuk kegiatan pengabdian masyarakat di masa depan, antara lain: 1.
Kegiatan ini dapat ditujukan tidak hanya bagi khalayak tertentu saja, tapi juga pada khalayak secara luas, mulai dari anak sampai dewasa.
2.
Kegiatan ini harus didukung dan dibimbing oleh orang-orang yang ahli dalam bidang Bioteknologi, terutama penguasaan pada materi mengenai zat berbahaya pada makanan
3.
Pembekalan mengenai bukti hasil penelitian penting dimiliki oleh pelaksana kegiatan sebagai bukti yang bisa dipertanggungjawabkan.
4.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan kemasan yang lebih audio visual sehingga pesan dapat sampai dan diingat untuk waktu yang lama 16
DAFTAR PUSTAKA
Buku. Davis, Kingsley. 1986. “Socialization” dalam Richard J. Peterson & Charlotte A. Vaughan (ed.) Structure and Process: Reading in Introducing Sociology. California: Wadsworth Publishing Company. Gelles, Richard J.. & Ann Levine. 1999. Sociology. USA: McGraw-Hill Company. Irianta, Yosal. 2004. Community Relations. Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Macionis, John J.. 1997. Sociology, 6th ed. London: Prentice-Hall International, Inc. Persell, Caroline Hodges. 1984. Understanding Society: An Introduction to Sociology. London: Harper & Row Publisher Inc. Sherman, Howard J. & James L. Wood. 1979. Sociology: Traditional and Radical Perspective. New York: Harper & Row Publisher. Stewart, Elbert W.. 1981. Sociology: The Human Science. USA: McGraw-Hill Book Company. Wiggins, W. & Zanden. 1994. Early Socialization. London: Sage Publishing.
Paper. Winarno, F.G. dan A. Allain. 1986. Street Foods in Developing Countries: Lessons from Asia. FAO Regional Workshop on Street Foods in Asia, held in Jogjakarta, Indonesia
Undang-undang. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 942/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Bab 1. Ketentuan Umum. Pasal 1 dalam http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/Peraturan/kmk%20persyaratan%20hygiene%20sanitasi%20 makanan%20jajan%20942-2003.pdf diakses 26/8/2012, pkl 23:10 Website.
17
Aziz, Nasru Alam. Kamis, 26 Mei 2011. “44 Persen Jajanan Sekolah Tidak Sehat” dalam http://regional.kompas.com/read/2011/05/26/19002781/44.Persen.Jajanan.Sekolah.Tidak. Sehat diakses pada 31/5/2012, pkl 20:10 Dono, Nanung Danar. 9 Maret 2012. “Zat Berbahaya dalam Makanan” dalam http://www.kibaruk.org/2012/03/09/zat-berbahaya-dalam-makanan/ NN.
11 Agustus 2012. “Jajanan Berbahaya di Sekitar Anak” dalam http://www.bin.go.id/awas/detil/132/4/11/08/2012/jajanan-berbahaya-di-sekitar-anak diakses 26/8/2012, pkl 22:10
NN.
2 September 2010. “Kualitas Jajanan Sekolah Buruk” dalam http://regional.kompas.com/read/2010/09/02/17081437/Kualitas.Jajanan.Sekolah.Buruk. diakses 31/5/2012, pkl 20:03
Prasetya, Lukas Adi. Kamis, 14 Januari 2010. “Jajanan Sekolah, Masih Ada yang Mengandung Zat-zat Berbahaya” dalam http://regional.kompas.com/read/2010/01/14/21183786/Jajanan.Sekolah.Masih.Ada.yang. Mengandung.Zat-zat.Berbahaya diakses 31/5/2012, pkl 20:05 Thoyibie, Lafif. 8 Januari 2011. “Proses Community Relations” dalam http://komunikasiindonesia.org/2011/01/proses-community-relations/ diakses 26/8/2012, pkl 23.05
18
DOKUMENTASI KEGIATAN
Diah pada saat memberikan penjelasan mengenai zat berbahaya pada makanan.
Antusias siswa memperhatikan materi yang sedang dijelaskan.
Debby, Eka, Rezita (kiri-kanan:depan) saat menjelaskan materi slide kepada siswa/i MAN 1 Bekasi.
Siswa pada saat memberikan pertanyaan terhadap materi yang diberikan.
Siswi yang berpartisipasi dengan memberikan pendapatnya yang diketahui terhadap materi sosialisasi.
Siswa yang menjawab pertanyaan yang diberikan dalam sesi kuis.
19
Pemberian goodie bag kepada siswa yang telah Berpartisipasi dalam sesi tanya jawab.
Pembagian snack kepada siswa sebagai contoh salah satu jajanan sehat
Foto bersama dengan para siswa MAN 1 Bekasi kelas XI IPA 1
Penyerahan pelakat oleh Ibu Monik kepada Ibu Nur sebagai perwakilan guru MAN 1 Bekasi
20