ANALISIS PRODUKSI DAN KANDUNGAN ZAT MAKANAN HIJAUAN JAGUNG (Zea mays L.) UMUR 15 HARI YANG DITANAM PADA MEDIA TANAH DAN ARANG SEKAM DENGAN PEMBERIAN PUPUK NPK DAN PUPUK LENGKAP (MAKRO DAN MIKRO)
SKRIPSI RANY MEILANY
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PERTERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN RANY MEILANY. D24052817. 2010. ANALISIS PRODUKSI DAN KANDUNGAN ZAT MAKANAN HIJAUAN JAGUNG (Zea mays L.) UMUR 15 HARI YANG DITANAM PADA MEDIA TANAH DAN ARANG SEKAM DENGAN PEMBERIAN PUPUK NPK DAN PUPUK LENGKAP (MAKRO DAN MIKRO). Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
: Dr.Ir. Panca Dewi Manu Hara Karti Sari, M.Si. : Nur Rohmah Kumalasari, S.Pt M.Si
Pakan hijauan merupakan pakan utama yang sangat dibutuhkan oleh ternak ruminansia untuk hidup, berproduksi dan berkembang biak. Di Indonesia produksi hijauan fluktuatif dikarenakan oleh perubahan musim, pada musim hujan produksi hijauan meningkat sedangkan pada musim kemarau produksi menurun.Oleh karena itu, penyediaan hijauan perlu ditingkatkan misalnya dengan melakukan penanaman jagung sebagai salah satu sumber hijauan makanan ternak dan juga sebagai persiapan pengadaan pakan ternak alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan kandungan nutrien tanaman jagung yang dipanen selama 15 hari yang menggunakan pupuk NPK dan pupuk lengkap (makro dan mikro). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2008. Bahan yang digunakan benih jagung 200 biji dengan media tanam tanah dan arang sekam. Penyiraman dilakukan 3 hari setelah tanam (HST) sesuai kebutuhan dan pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 2 dengan 3 ulangan. Faktor H adalah sumber unsur hara, yaitu H1: air (kontrol), H2: larutan pupuk NPK, H3: larutan pupuk lengkap. Faktor M adalah jenis media tanam yang digunakan, yaitu M1: tanah dan M2 : arang sekam. Peubah yang diamati antara lain tinggi tanaman, produksi berat segar, produksi berat kering, produksi berat kering, serat kasar, lemak kasar dan protein kasar. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Analysis of Variance) dan uji lanjut menggunakan uji jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1991). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan sumber unsur hara dan media tanam nyata mempengaruhi peubah yang diamati. Pada perlakuan sumber unsur hara nyata (P<0,05) berpengaruh terhadap produksi berat segar, produksi berat kering, kandungan lemak dan kandungan protein. Pada penambahan pupuk lengkap dengan media tanah menghasilkan produksi berat segar 21,19 gram/m2, produksi berat kering 1,3 gram/m2, lemak kasar 3,34% dan protein kasar 18,30 % Kata-kata kunci: Hijauan Jagung, pupuk NPK, pupuk lengkap, arang sekam dan tanah.
ABSTRACT Analysis of Production and Nutrient of 15 days Age Corn Forage that Planted in Soil and Charcoal Husk Media Added NPK Fertilizer and Complete Fertilizer (Macro and Micro) R. Meilany., P. D. M. H. Karti., and N. R. Kumalasari This research was aimed to determine the corn plant production and nutrient that harvested for 15 days used NPK and complete fertilizer (macro and micro). This experiment used a completely randomized factorial design (3x2x3), with factor H was source of soil nutrient (H1: water, H2: NPK fertilizer and H3: complete fertilizer) and factor M was the type of planting media (M1: soil and M2: charcoal husk). There were 6 types of treatment results from a combination of these two factors, namely H1M1 (treatment of water with the soil media), H1M2 (water treatment with media charcoal husk), H2M1 (NPK fertilizer solution treatment with the soil media), H2M2 (NPK fertilizer solution treatment with the charcoal husk media), H3M1 (complete fertilizer solution treatment with soil media) and H3M2 (complete fertilizer solution treatment with the charcoal husk media). Variables observed were the high of maize crop, the production of fresh weight, production of dry weight, crude fat, crude protein and crude fiber. The data were analysed use Analysis of Variance and the significant result was examined by Duncan’s New Multiple Range. The result showed that source of soil nutrient added complete fertilizer was significantly (P<0.05) increased production of fresh weight 21,19 gram/m2, production of dry weight 1,3 gram/m2, crude fat 3,34 % and crude protein 18,30 %. Keywords : Zea mays L. NPK fertilizer, complete fertilizer, soil media and charcoal husk media
ANALISIS PRODUKSI DAN KANDUNGAN ZAT MAKANAN HIJAUAN JAGUNG (Zea mays L.) UMUR 15 HARI YANG DITANAM PADA MEDIA TANAH DAN ARANG SEKAM DENGAN PEMBERIAN PUPUK NPK DAN PUPUK LENGKAP (MAKRO DAN MIKRO)
RANY MEILANY D24052817
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PERTERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi :
Analisis Produksi dan Kandungan Zat Makanan Hijauan Jagung (Zea mays L.) Umur 15 Hari yang Ditanam pada Media Tanah dan Arang Sekam dengan Pemberian Pupuk NPK dan Pupuk Lengkap (Makro dan Mikro)
Nama
:
Rany Meilany
NIM
:
D24052817
Menyetujui :
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Panca Dewi M.H.K.S., M.Si. NIP. 19611025 198703 2 002
Nur Rochmah Kumalasari, S.Pt., M.Si. NIP. 19810214 200604 2 015
Mengetahui : Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB
Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr. NIP. 19670506 199103 1 001
Tanggal Ujian: 18 Januari 2010
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kotamadya Cirebon, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 6 Mei 1987. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ruswan dan Ibu Mamah Salamah. Pendidikan dasar Penulis diselesaikan di SDN 03 Pagi Ciracas, Kampung Rambutan, Jakarta Timur pada tahun 1999. Pendidikan lanjutan tingkat menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SMPN 10 Cirebon, Jawa Barat dan Pendidikan lanjutan tingkat atas diselesaikan pada tahun 2005 di SMUN 3 Cirebon, Jawa Barat. Penulis diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB), dan masuk mayor program studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2006.
KATA PENGANTAR Bismillahirohmanirrohim Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji dan syukur hanyala milik Allah SWT karena atas segala rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Produksi dan Kandungan Zat Makanan Hijauan Jagung (Zea mays L.) Umur 15 Hari yang Ditanam pada Media Tanah dan Arang Sekam dengan Pemberian Pupuk NPK dan Pupuk Lengkap (Makro dan Mikro)” yang ditulis berdasarkan hasil penelitian pada bulan Juni sampai dengan Juli 2008 di Laboratorium Lapang Agrostologi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan kandungan zat makanan tanaman jagung yang dipanen selama 15 hari yang menggunakan pupuk NPK dan pupuk lengkap (makro dan mikro). Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Bogor, Januari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN ..............................................................................................
ii
ABSTRACT .................................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vii
DAFTAR ISI ................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xii
PENDAHULUAN ........................................................................................
1
Latar Belakang ................................................................................ Tujuan ............................................................................................
1 3
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
4
Hijauan Makanan Ternak ................................................................ Jagung ............................................................................................ Karakteristik Tanaman Jagung (Zea mays L.) ......................... Serapan Hara Tanaman Jagung .............................................. Pupuk dan Pemupukan .................................................................... Unsur Hara ..................................................................................... Nitrogen ................................................................................ Fosfor .................................................................................... Kalium ................................................................................... Belerang ................................................................................ Pupuk Majemuk .............................................................................. Pengaruh Pemberian Pupuk Makro terhadap Tanaman Jagung ......... Pengaruh Pemberian Pupuk Mikro terhadap Tanaman Jagung ........ Pertumbuhan ................................................................................... Media Tanam .................................................................................. Arang Sekam ......................................................................... Tanah .................................................................................... METODE .....................................................................................................
4 4 4 6 7 8 8 9 9 10 10 11 12 14 14 16 16 17
Lokasi dan Waktu ........................................................................... Materi ............................................................................................. Rancangan ...................................................................................... Perlakuan ...............................................................................
17 17 17 17
Model .................................................................................... Peubah ................................................................................... Analisis Data ......................................................................... Prosedur ......................................................................................... Persiapan Media Tanam ......................................................... Penanaman ............................................................................ Pemeliharan ........................................................................... Pemupukan ............................................................................ Pemanenan ............................................................................ Persiapan Sampel ................................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
18 19 19 20 20 20 20 20 20 21 22
Keadaan Umum ................................................................................ Suhu dan Kelembaban ........................................................... Tinggi Tanaman Jagung .................................................................... Produksi Berat Segar Tajuk Tanaman Jagung .................................... Produksi Berat Kering Tajuk Tanaman Jagung .................................. Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung ...................................... Kandungan Serat Kasar Tanaman Jagung .......................................... Kandungan Lemak Kasar Tanaman Jagung ....................................... Analisis Biaya Produksi Hijauan .......................................................
22 22 23 25 27 30 32 33 36
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
39
Kesimpulan ....................................................................................... Saran .................................................................................................
39 39
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
41
LAMPIRAN .................................................................................................
45
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jumlah Hara yang Diserap Tanaman Jagung pada Berbagai Fase Pertumbuhan ...................................................................................... 7 2. Rataan Suhu dan Kelembaban Selama Penanaman (Juli-Juni 2008)...
23
3. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 15 HST......................................
24
4. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Larutan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Segar Tajuk Tanaman Jagung ......................
25
5. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Kering Tajuk Tanaman Jagung...................................
28
6. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Protein Kasar Tanaman Jagung ..........................................................
30
7. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Serat Kasar Tanaman Jagung .............................................................
32
8. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Lemak Kasar Tanaman Jagung...........................................................
34
9. Analisis Biaya Produksi Hijauan ........................................................
36
10. Kandungan Zat Makanan ...................................................................
37
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Denah Letak Nampan Tanaman Jagung ............................................. 18 2. Media Tanah ......................................................................................
22
3. Media Arang Sekam ..........................................................................
22
4. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Segar Tanaman Jagung ..............................................
27
5. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Kering Tanaman Jagung.............................................
29
6. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung .......................................
31
7. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Serat Kasar Tanaman Jagung...........................................
33
8. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Lemak Kasar Tanaman Jagung ........................................
35
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Tinggi Tanaman Jagung ..................................................................... 46 2. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Tinggi Tanaman Jagung .......................
46
3. Produksi Berat Segar Tanaman Jagung...............................................
46
4. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Segar Tanaman Jagung
47
5. Hasil Uji Duncan Pada Pengaruh Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Segar Tanaman Jagung ..............................................
47
6. Produksi Berat Kering Tanaman Jagung.............................................
47
7. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Kering Tanaman Jagung ...............................................................................................
48
8. Hasil Uji Duncan Pada Pengaruh Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Kering Tanaman Jagung ..............................
48
9. Kandungan Lemak Kasar Tanaman Jagung ........................................
48
10. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Lemak Kasar Tanaman Jagung .............
49
11. Hasil Uji Duncan Pada Pengaruh Perlakuan Terhadap Lemak Kasar Tanaman Jagung ................................................................................
49
12. Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung .......................................
49
13. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Protein kasar Tanaman Jagung .............
50
14. Hasil Uji Duncan Pada Pengaruh Unsur Hara Terhadap Protein Kasar Tanaman Jagung ......................................................................
50
15. Kandungan Serat Kasar Tanaman Jagung ...........................................
50
16. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Serat Kasar Tanaman Jagung ...............................................................................................
51
17. Grafik Hari Pengamatan Suhu Pagi dan Suhu Siang ...........................
51
18. Grafik Hari Pengamatan Kelembaban Pagi dan Sore .........................
51
PENDAHULUAN Latar Belakang Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan suatu peternakan, oleh karena itu ketersediaan pakan harus mencukupi. Pakan merupakan hal utama yang sangat dibutuhkan oleh ternak ruminansia untuk hidup, berproduksi dan berkembang biak. Pakan ruminansia terdiri dari pakan hijauan (rumput dan legum) dan pakan konsentrat (ruminansia dan unggas). Penggunaan pakan hijauan dapat menggantikan konsentrat karena konsentrat hanya sebagai penguat untuk memenuhi zat makanan ternak. Pakan hijauan yang berkualitas untuk mencukupi kebutuhan ternak akan tetapi hijauan di Indonesia memiliki protein kasar rendah dan serat kasar tinggi. Pakan hijauan sebagai
pakan sumber serat bagi ternak ruminansia yang sesuai
dengan kondisi saluran pencernaannya. Ketersediaan hijauan dengan kualitas yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas ternak. Oleh karena itu, penyediaan hijauan perlu ditingkatkan misalnya dengan melakukan penanaman jagung sebagai salah satu sumber hijauan makanan ternak dan juga sebagai persiapan pengadaan pakan ternak alternatif. Pakan hijauan merupakan sumber karbohidrat, vitamin, protein dan mineral. Jumlah hijauan yang dibutuhkan dalam ransum berkisar antara 74-94% yaitu untuk sapi perah 73,8%, sapi pedaging 81,6% dan domba 94% (Parakkasi, 1999). Kebutuhan jagung sebagai pakan ternak pada tahun 2007 mencapai kurang lebih dari 6,5 juta ton, dimana sebanyak 4 juta ton digunakan sebagai bahan baku pakan dan sisanya digunakan langsung oleh peternak. Selama periode 2000-2005, penggunaan jagung untuk konsumsi langsung menurun sekitar dua persen per tahun, sementara penggunaan jagung untuk industri pakan dan industri pangan meningkat masing-masing 5,86 persen per tahun dan 3,01 persen per tahun (Departemen Perindustrian, 2007). Harga jagung di dalam negeri selama kurun waktu 1980-2006 juga relatif mengalami peningkatan setiap tahunnya. Harga jagung tertinggi pada tahun 2006, yaitu Rp 1.477,93. Saat ini pun harga jagung domestik berada dalam kondisi yang baik, yaitu mencapai Rp 3.600/kg pipilan kering dimana harga tersebut meningkat dibanding tahun 2007 yang hanya Rp 2.200/kg (Departemen Pertanian, 2008).
Ketersediaan benih biji jagung lokal pada musim panen biasanya banyak ditemukan, tetapi pemanfaatan sebagai bahan baku pakan di industri-industri masih sangat kurang. Menurut Purwanto (2007) masalah yang dihadapi dalam pengembangan jagung adalah produksi jagung sebagian besar dihasilkan pada musim hujan, sedangkan alat pengering dan gudang sangat terbatas, menyebabkan banyak produksi jagung yang mengalami kerusakan, belum adanya jaminan harga pada saat panen raya dan lemahnya kelembagaan petani jagung. Penanaman
jagung dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
hijauan berkualitas tinggi yang berfungsi sebagai pengganti konsentrat. Metode cara untuk mendapatkan jagung pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap musim karena menggunakan semi sistem hidroponik yaitu makro dan mikro. Melalui metode ini produksi jagung petani akan terserap sebagai bahan baku produksi pakan penganti konsentrat ternak ruminansia. Tanaman muda mengandung nilai nutrisi lebih baik dibandingkan tanaman tua, karena nilai protein pada tanaman muda lebih tinggi dan serat kasar relatif rendah dibandingkan dengan tanaman tua (Lakitan, 1996). Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi yang tinggi diperlukan unsur hara atau makanan yang cukup. Unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman adalah nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Dalam pupuk selain terdapat unsur makro N, P, dan K, terdapat pula hara mikro Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B, dan Cl. Fungsi umum hara mikro adalah sebagai komponen struktural dari enzim, baik enzim untuk pengaktifan atau pengaturan, sebagai pembawa elektron pada reaksi oksidasi reduksi, sebagai komponen dinding sel atau pengisi larutan yang berkaitan dengan osmosis dan keseimbangan muatan. Unsur hara mikro diperlukan tanaman dalam jumlah yang sangat kecil. Namun, bila terjadi defisiensi dapat menghambat pertumbuhan tanaman atau mengurangi hasil, dan jika berlebih dapat menjadi racun bagi tanaman. Faktor utama yang menentukan ketersediaan unsur mikro dalam tanah adalah pH tanah, drainase tanah, jerapan liat, dan reaksi kimia serta ikatan dengan bahan kimia. Tidak terpenuhinya salah satu unsur hara tersebut akan mengakibatkan menurunnya kualitas dan kuantitas hasil produksi jagung.
2
Tujuan Untuk mempelajari produksi dan kandungan nutrien tanaman jagung yang dipanen pada umur 15 hari yang menggunakan pupuk NPK dan pupuk lengkap (makro dan mikro) dengan menggunakan media tanah dan arang sekam.
3
TINJAUAN PUSTAKA Hijauan Makanan Ternak Church (1983) menyatakan hijauan adalah bahan makanan yang berasal dari batang daun dan daun tanaman dan kadang-kadang mengandung bunga dan biji. Masih hijau atau dalam bentuk kering. Rumput mengandung zat-zat makanan yang bermanfaat bagi ternak seperti air, lemak, bahan ekstrak tanpa-N, serat kasar, mineral (terutama phospor dan NaCl) yang kadarnya akan berkurang dengan meningkatnya umur tanaman tersebut. Tilman et al.(1991) menambahkan bahwa pada rumput yang muda, daya cerna, kadar protein, phospor dan karotein tinggi, sedangkan pada rumput yang tua kadar serat kasar akan semakin meningkat dengan meningkatnya umur tanaman. Jagung Karakteristik Tanaman Jagung ( Zea mays L.) Menurut Iriany et al.,(2008) tanaman jagung merupakan tanaman tingkat tinggi dengan klasifikasi sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Ordo
: Poales
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays
Jagung tumbuh dengan akar serabut dan penyebaran akar ke samping dan ke bawah. Perkembangan akar jagung sangat tergantung pada varietas (kebutuhan tanaman), kesuburan tanah dan keadaan air tanah (Sudjana et al.,1991). Batang berwarna hijau sampai keunguan, bentuk bulat pada penampang melintang diperkirakan dapat mencapai 2–2,5 cm. Tinggi tanaman bervariasi antara 125–250 cm, yang mempunyai ruas (internode) dan buku (node). Daunnya memanjang dengan ujung daun yang meruncing, terdiri atas pelepah daun dan helai daun. Jumlah daun rata-rata 12–18 helai. Menurut Moseman (2002) tanaman jagung tumbuh tegak dengan tinggi tanaman yang bervariasi, daunnya tumbuh bergantian, panjang, tipis. dan warna daun antara hijau muda sampai hijau tua.
Jagung merupakan tanaman daerah subtropis dan tropis. Tanaman jagung memerlukan suhu panas dan lembab mulai waktu tanam sampai periode akhir pembuahan. Tilman et al (1991) menambahkan, hijauan jagung merupakan bagian tanaman vegetatif, dibandingkan dengan dengan biji jagung, beberapa perbedaan yang tercatat adalah nyata. Protein tanaman jagung berhubungan erat dengan aktivitas jaringan, sehingga daun mengandung lebih banyak protein dibanding batang. Sudirman dan Imran (2007) menambahkan bahwa kandungan zat makanan hijauan jagung muda pada BK 90% adalah PK 11,33%, SK 28,00%, LK 0,68%, BETN 49,23%, Abu 10,76%, NDF 64,40%, ADF 32,64% dan TDN 53,00%. Menurut Dhalika et al. (2005) kualitas suatu hijauan antara lain dipengaruhi oleh umur tanaman dan kesuburan tanaman dan kesuburan tanahnya. Tanaman hijauan pakan yang di panen pada umur tua merupakan salah satu penyebab kandungan serat kasar menjadi tinggi. Hal ini terjadi karena proses lignifikasi yaitu terbentuknya senyawa kompleks yang disebut lignoselulosa dan lignohemiselulosa. Widyawati dan Slamet (2005) menyatakan kadar protein kasar jerami jagung cukup tinggi dikarenakan dipanen pada waktu jagung masih muda dan daun berwarna hijau. Dengan daun yang berwarna hijau diharapkan jerami jagung mempunyai palatabilitas yang cukup tinngi pula. Selanjutnya dikatakan bahwa pada musim kemarau jagung mendapat intensitas cahaya yang cukup tetapi ketersediaan air menjadi faktor utama pembatas bagi pertumbuhan dan produksi jagung. Selama pertumbuhannya, tanaman jagung harus mendapatkan radiasi surya yang cukup. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang kurang baik. Radiasi surya merupakan sumber energi bagi tanaman berhijau daun untuk membentuk karbohidrat melalui proses fotosintesis. Hasil fotosintesis menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman (Baharsjah, 1983). Radiasi surya berpengaruh terhadap gerak membuka dan menutupnya stomata, mengontrol laju transpirasi, sehingga berpengaruh terhadap serapan hara dan air. Jagung dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah, dengan pengelolaan yang baik. Menurut Sudjana et al., (1991), tanah dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik bila pengelolaan tanah dikerjakan secara optimal, sehingga aerasi dan ketersediaan air dalam tanah berada dalam kondisi yang
5
baik. Menurut Muhadjir (1988) aktifitas fotosintesis jagung dalam keadaan normal tinggi, fotorespirasi rendah, transpirasi rendah dan efisien dalam menggunakan air. Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah jenis tanah terbaik untuk pertumbuhannya. Kemasaman yang baik bagi pertumbuhan jagung berkisar antara 5,6–7,5. Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung berkisar antara 24–30 ⁰C dengan distribusi curah hujan 200 mm / bulan (Sutoro et al., 1988). Berdasarkan Penelitian Kukuh et al. (1983), tanaman jagung yang dipanen pada umur 40, 60, dan 90 hari mempunyai kandungan bahan kering yang semakin meningkat dan kandungan protein kasarnya semakin menurun. Menurut Durby and Lauer (2001), dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa produksi hijauan maksimal akan dicapai pada saat fase perkembanganbiakan (reproduksi) jagung dimulai, dan bahan keringnya akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya umur tanaman. Kualitas hijuan yang dipanen saat mencapai fase vegetatif 17 (V17) menghasilkan kandungan protein kasar yang lebih tinggi. Menurut Parakkasi (1999), untuk ternak ruminansia dapat diberikan biji jagung, biji dan tongkol; biji, tongkol dan kelobot; dan tanaman jagung secara keseluruhan kecuali akar. Hijauan jagung digunakan dalam ransum penggemukan sapi sebagai sumber energi. Hijauan jagung dapat diberikan pada ternak dalam bentuk potongan – potongan kecil, silase, dan hay. Pemotongan pada tanaman jagung biasanya dilakukan saat tanaman jagung berumur setengah dewasa (milk stage/periode susu), bagian yang dipotong adalah batang, daun, dan buah jagung (termasuk biji dan tongkol jagung muda). Hasil pemotongan ini langsung digunakan untuk makanan ternak dengan kandungan protein 11–15 % dan kaya asam amino, mineral, dan lebih disukai ternak (Tangendjaja dan Gunawan, 1988). Berdasarkan percobaan Apri et al., (1993), pemberian ransum pada kambing yang terdiri dari 500 g konsentrat dan jerami jagung segar menghasilkan produksi susu tertinggi (101 ml/hari) dari pada perlakuan yang ditambahkan asam asetat. Serapan Hara Tanaman Jagung Penyerapan oleh tanaman jagung terjadi lambat pada awal pertumbuhan dan cepat setelah umur 4 minggu serta pada saat pembungaan telah mengabsorbsi 50%
6
N, sedangkan absorbsi P relatif lebih kecil dibandingkan dengan N dan K, tetapi pola akumulasinya sama dengan N (Sutoro et al., 1988). Kalium dibutuhkan tanaman jagung pada fase pembungaan dengan akumulasi mencapai 60–70 % dari seluruh kebutuhannya (Sutoro et al., 1988). Menurut Beck (1985) penyerapan unsur hara tanaman dapat dibatasi oleh kandungan air tanah yang tinggi, karena banyak dari unsur hara yang tercuci. Penelitian yang dilakukan oleh Osmolovskaya et al (1984) membuktikan bahwa NH4 dan NO3 pada jagung lebih tinggi dibandingkan dengan Ca dan P. Hal ini tergantung pada pH media tanam dan asimilasi ion N. Dikatakan pula bahwa akumulasi N yang tertinggi pada tanaman jagung terdapat pada daun, sedangkan P dan K lebih banyak pada batang. Sifat tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah tanah yang gembur, beraerasi dan berdrainase baik dengan tekstur lempung berdebu. Tanah dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik bila pengolahan tanah dikerjakan secara optimal, sehingga aerasi dan ketersediaan air dalam tanah berada dalam kondisi baik (Effendi, 1985). Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik dan hasil yang tinggi, unsur – unsur hara yang tersedia dan dapat dimanfaatkan tanaman jagung harus dalam keadaan cukup. Unsur – unsur hara yang penting untuk tanaman jagung adalah N, P, dan K. Tanaman dan varietas tanaman. Besarnya persentase dan jumlah serapan hara tanaman jagung pada berbagai fase pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Hara yang Diserap Tanaman Jagung pada Berbagai Fase Pertumbuhan Umur (hari)
Serapan (kg/ha/hari) N
P
K
20 – 30
1.50
0.15
1.30
30 – 40
6.00
0.60
7.40
40 – 50
7.40
0.90
3.30
4.70
0.80
3.30
50 – 60 (keluar bunga betina)
Sumber : Speis (1973) dalam Tisdale et al., (1985) Pupuk dan Pemupukan Menurut Hakim et al (1986), pupuk adalah suatu bahan organik atau anorganik dan alami atau buatan yang diberikan pada tanaman secara langsung atau
7
tidak langsung untuk meningkatkan unsur-unsur hara essensial tertentu bagi pertumbuhan tanaman. Sedangkan pemupukan adalah penambahan bahan tersebut pada tanah agar tanah menjadi lebih subur. Oleh karena itu pemupukan pada umumnya diartikan sebagai penanaman zat hara kedalam tanah (Hardjowigeno, 1995). Bagi tanaman, pupuk digunakan untuk hidup, tumbuh dan berkembang sehingga pemberian pupuk harus tepat karena fungsi pupuk tidak saja mengendalikan tetapi juga mengimbangi, mendukung dan mengisi bersama unsur-unsur lain dalam tanah ( Sarief, 1985). Unsur Hara Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat dibedakan menjadi (1) unsur hara makro primer, yaitu : unsur hara nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K) ; (2) unsur hara makro sekunder yaitu : unsur hara kalsium (Ca), magnesium (Mg), belerang (S) ; (3) unsur hara mikro, yaitu unsur hara besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn) dan lain-lain tidak terpenuhi salah satu unsur hara utama akan mengakibatkan menurunnya kualitas dan kuantitas produksi pertanian (Hardjowigeno, 1995). Beberapa unsur hara, yaitu : Nitrogen Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat di perlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Menurut Sutejo (1994), peranan nitrogen yaitu : 1. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. 2. Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau. 3. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman. 4. Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan Nitrogen merupakan komponen dasar pada struktur dan penyusun protein pada sel dan organ tanaman. Fraksi purin dan pirimidin dari DNA dan RNA mengandung nitrogen. Campuran porphyrin yang penting untuk fotosintesis memiliki nitrogen pada struktur kimianya. Co-enzim yang penting untuk aktivitas normal dari beberapa enzim juga memilki nitrogen. Meskipun tidak seluruhnya, beberapa vitamin mengandung nitrogen. Secara nyata, nitrogen membungkus lebar baris sebagai fungsi
8
sel tumbuhan yang sangat penting untuk berbagai fisiologis dan reaksi biokimia selama fase vegetatif dan reproduksi tumbuhan (Krishna, 2002). Kekurangan unsur nitrogen terlihat jelas pada gejala warna daun, yaitu daun menjadi hijau kekuning-kuningan sampai menguning seluruhnya. Kemudian terjadi peristiwa pengeringan daun tersebut yang dimulai dari bawah terus ke bagian atas. Kekurangan protein ini menyebabkan berkurangnya produksi protein yang berakibat menguningnya daun secara berangsur-angsur dan pertumbuhan terhanbat serta terhenti. Pada tanaman biji-bijian seperti jagung pengeringan dimulai dari ujung helai dan ke bawah melalui tulang tengah daun (Indranada, 2002) Fosfor Terdapat dalam bentuk phitin, nuklein dan fosfatide yang merupakan bagian dari protoplasma dan intisel. Menurut Sutejo (1994), peranan fosfor yaitu : 1. Mempercepat pertumbuhan akar semai. 2. Mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa pada umumnya. 3. Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah. Tanaman yang kekurangan fosfor akan terhambat pertumbuhannya terutama pada sistem perakarannya, batang dan daun (Sarief, 1985). Gejala-gejala yang nampak yaitu tanaman menjadi kerdil, pembelahan sel terganggu dan daun tanaman menjadi ungu atau coklat (Hardjowigeno, 1995). Kalium Kalium dapat dikatakan bukan elemen yang langsung berperan pada pembentukan bahan organik. Hardjowigeno (1995) menyebutkan peranan kalium yaitu : 1. Berperan dalam pembentukan protein dan karbohidrat. 2. Mengeraskan jerami dan bagian kayu tanaman. 3. Meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit. 4. Meningkatkan kualitas buah dan biji. Selain itu kalium dapat mengoptimalkan pemanfaatan cahaya matahari (Wijaya, 2008). Interaksi kalium dengan unsur lainnya terlihat bahwa kalium memiliki sifat antagonis dengan unsur Mg dan Ca (Mapegau, 2001). Reetz dan Murrell (1998) menyatakan bahwa kalium dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
9
nitrogen. Pemberian kalium terkadang memberikan peningkatakan hasil jagung secara nyata dibandingkan tanpa pemberian kalium (Vyn, 2002). Kekurangan K pada tanaman jagung sering terlihat gejalanya pada fase sebelum pembungaan.Kekurangan kalium pada tanaman antara lain daun akan kering dan terbakar pada sisi-sisinya, permukaan daun akan memperlihatkan gejala klorosis tidak merata sehingga dapat mempengaruhi fotosintesis yang berdampak pada produktivitas hasil (Sutoro et al., 1988). Belerang (S) Belerang larut dalam air akan segera diserap akar tanaman, karena zat ini sangar diperlukan tanaman (terutama tanaman-tanaman muda) pada pertumbuhan pemula dan perkembangannya (Sutejo, 1994). Menurut PT. Petrokimia Gresik (2002) peranan belerang yaitu: 1. Membantu pembentukan butir hijau daun sehingga daun menjadi lebih hijau. 2. Menambah kandungan protein dan vitamin hasil panen 3. Berperan penting pada proses pembuatan zat gula Pupuk Majemuk Menurut Petrokimia Gresik (2002) pupuk PHONSKA merupakan jenis pupuk majemuk yang memiliki kandungan unsur hara N 15%, P2O5 15% dan K2O 15% yang diperkaya dengan kandungan unsur hara belerang (S) dalam bentuk larut air sehingga mudah diserap akar tanaman. Keunggulan dari pupuk PHONSKA yaitu dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemupukan, mudah diaplikasi serta memilki sifat-sifat agronomis yang menguntungkan. Selain itu pupuk PHONSKA dapat digunakan untuk semua jenis tanaman serta pada berbagai kondisi lahan, iklim dan lingkungan. Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi yang tinggi diperlukan unsur hara/makanan yang cukup. Unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman adalah nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Tidak terpenuhinya salah satu unsur tersebut akan mengakibatkan menurunnya kualitas dan kuantitas hasil produksi pertanian. Unsur hara N, P dan K di dalam tanah tidak cukup tersedia dan terus berkurang karena diambil untuk pertumbuhan tanaman dan terangkut pada waktu panen, tercuci, menguap dan erosi. Untuk mencukupi kekurangan unsur hara N, P dan K diperlukan pemupukan. Pupuk
10
yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan hara-hara tersebut sekaligus adalah pupuk Phonska Manfaat pupuk Phonska: 1. Menjadikan daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun yang penting bagi proses fotosintesis. 2. Mempercepat pertumbuhan tanaman, mempercepat pencapaian tinggi tanaman
maksimum dan jumlah anakan maksimum.
3. Memacu pertumbuhan akar, perakaran lebih lebat sehingga tanaman menjadi sehat dan kuat. 4. Menambah kandungan protein. 5. Memperlancar proses pembentukan gula dan pati. 6. Memperbesar jumlah buah/biji tiap tangkai. 7. Memacu pembentukan bunga mempercepat pemasakan biji sehingga panen lebih cepat. 8. Meningkatkan
ketahanan
hasil
selama
pengangkutan
dan
penyimpanan. Keunggulan pupuk Phonska: 1. Pupuk Phonska dibuat melalui proses industri berteknologi tinggi sehingga dihasilkan butiran yang homogen. 2. Setiap butir pupuk Phonska mengandung tiga macam unsur hara utama yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) yang diperkaya dengan unsur hara Belerang (S) dalam bentuk larut air, sehingga mudah diserap akar tanaman. 3. Dapat digunakan untuk semua jenis makanan serta pada berbagai kondisi lahan iklim dan lingkungan. Pengaruh Pemberian Pupuk Makro Terhadap Tanaman Jagung Bagi tanaman jagung, unsur N merupakan unsur hara kunci dalam menghasilkan produksi dan kualitas yang maksimal (Wadsworth, 2004). Unsur N merupakan unsur hara yang penting bagi tanaman jagung dan sering menjadi faktor pembatas produksi. Fungsi N dalam tanaman meliputi pembentukan klorofil, pembentukan protein, dan penggunaan karbohidrat (Voss, 1996). Penambahan N tersedia yang rendah menghasilkan pembentukan protein yang rendah.
11
Defisiensi N pada tanaman muda menyebabkan tanaman jadi pucat, berwarna hijau kekuning – kuningan. Karena N bersifat mobil dalam tanaman. Penguningan daun dimulai dari daun yang lebih tua, ke daun yang lebih muda (Voss, 1996). Mineral P merupakan unsur pokok yang ada dalam tanaman seperti protein, enzim, fosfolipid, fosfoprotein, dan asam nukleat. Fosfor memegang peranan penting dalam siklus hidup tanaman, penting dalam fase reproduksi. Menurut Partohardjono dan Karama (1991), P merupakan unsur yang mobil di dalam tanaman. Menurut Voss (1996), P berfungsi dalam penyimpanan dan transfer energi, dan komponen dalam berbagai reaksi biokimia. Defisiensi P biasanya terlihat pada tanaman muda, warna daun berubah menjadi hijau gelap dengan warna ungu kemerah – merahan pada ujung dan pinggir daun, gejala tersebut disebut abnormal coloration. Defisiensi P disebabkan oleh suhu yang rendah, tanah yang terlalu basah atau kering, jumlah P dalam tanah yang mudah digunakan tidak cukup, pertumbuhan akar yang terhambat karena pemadatan tanah, kerusakan akar oleh serangga, herbisida, pemeliharaan atau pemupukan yang terlalu dekat (Voss, 1996). Menurut Ismunadji (2002), K merupakan faktor utama dalam efisiensi penggunaan air dan karena itu pengaruh kekeringan akam lebih nyata bila tanaman defisiensi K. Menurut Bennett (1996), K berperan dalam sintesis pati, protein, metabolisme lemak, proses fotosintesis, dan metabolisme karbohidrat. Defisiensi K adalah warna coklat tua pada buku batang bagian dalam, dapat diketahui dengan mengiris batang secara memanjang. Pengaruh Pemberian Pupuk Mikro Terhadap Tanaman Jagung Dalam pupuk selain terdapat unsur makro N, P, dan K, terdapat pula hara mikro Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B, dan Cl. Fungsi umum hara mikro adalah sebagai komponen struktural dari enzim, baik enzim untuk pengaktifan atau pengaturan, sebagai pembawa elektron pada reaksi oksidasi reduksi, sebagai komponen dinding sel atau pengisi larutan yang berkaitan dengan osmosis dan keseimbangan muatan. Unsur hara mikro diperlukan tanaman dalam jumlah yang sangat kecil. Namun, bila terjadi defiensi dapat menghambat pertumbuhan tanaman atau mengurangi hasil, dan jika berlebih dapat menjadi racun bagi tanaman. Faktor utama
12
yang menentukan ketersediaan unsur mikro dalam tanah adalah pH tanah, drainase tanah, jerapan liat, dan reaksi kimia serta ikatan dengan bahan kimia. Unsur besi merupakan unsur penting yang dibutuhkan oleh tumbuhan, yaitu dalam pembentukan klorofil (Hardjowigeno, 1995). Unsur besi oleh tumbuhan diserap dari tanah sebagai Fe2. Kekurangan unsur besi dapat menyebabkan tumbuhan kekurangan cadangan makanan karena kurangnya klorofil yang terbentuk. Kelebihan unsur besi dalam tanaman dapat menyebabkan defisiensi unsur Mn yang diserap oleh tumbuhan (Hardjowigeno, 1995). Mangan berguna dalam proses metabolisme nitrogen dalam tumbuhan. Defisiensi unsur mangan dalam tumbuhan akan mengganggu siklus nitrogen, tetapi kelebihannya akan menyebabkan defisiensi unsur besi. Oleh karenanya unsur kadar mangan dalam tanah atau pupuk harus dijaga keseimbangannya. Unsur tembaga merupakan katalis dalam pernapasan tumbuhan. Kekurangan unsur tembaga dalam tumbuhan menyebabkan terganggunya proses respirasi tumbuhan, sementara jika tumbuhan mengalami kelebihan unsur tembaga maka akan menurunkan kadar unsur dengan muatan sejenis seperti Mn, Fe, Zn dan Mo (Hardjowigeno, 1995). Unsur zink dalam tanaman berfungsi sebagai katalis pembentukan protein. Oleh tumbuhan unsur zink diserap sebagai Zn2+. Unsur – unsur yang bermuatan sama dengan zink akan terpengaruhi jumlahnya jika kadar zink dalam tanah atau pupuk terlalu tinggi. Molibdenum merupakan unsur mikro yang terkandung dalam tanah dan hanya sedikit dibutuhkan dalam peranannya untuk menyuburkan tanah tempat berkembangnya tumbuhan. Kegunaan unsur Mo adalah untuk meningkatkan pengikatan nitrogen oleh bakteri simbiotik untuk pembentukan protein. Unsur Mo berperan dalam penyerapan dan pengangkutan unsur Fe (Hardjowigeno, 1995). Unsur boron merupakan unsur mikro utama dalam tanah yang dibutuhkan tumbuhan dalam pembentukan protein, metabolisme nitrogen, dan karbohidrat, perkembangan akar, serta pembentukan buah dan biji. Kekurangan unsur boron dalam tanaman akan menyebabkan pertumbuhan akar tidak maksimum, dan pembuahan kurang baik. Kelebihan kandungan boron dalam tanaman dapat menyebabkan daun cepat gugur (Hardjowigeno, 1995).
13
Unsur Cl dalam tanah berfungsi sebagai unsur yang membantu pertumbuhan akar dan tanaman. Akan tetapi belum ada penelitian yang menjamin hal tersebut (Hardjowigeno, 1995). Pertumbuhan Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga menentukan hasil tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup, bergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung (Sitompul dan Guritno, 1995). Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan tingkat produksi tanaman macam dan jumlah unsur hara yang tersedia dalam tanah pada dasarnya harus terdapat dalam keadaan yang cukup dan seimbang dengan tingkat produksi yang diharapkan. Pada umumnya tanaman mempunyai batas toleransi terhadap masalah kesuburan tanah secara spesifik (Sarief, 1985). Terbatasnya kemampuan tanah sebagai media tumbuh tanaman dalam menyediakan unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut menunjukkan diperlukannya pemupukan tujuan utama dari pemupukan adalah menambah unsur hara yang diperlukan tanaman kedalam tanah agar diperoleh pertumbuhan, perkembangan dan produksi yang lebih baik (Sutejo, 1994). Media Tanam Salah satu faktor terpenting dari lingkungan hidup tanaman adalah lingkungan tempat tumbuhnya yang lebih dikenal dengan nama media tanam. Dalam pertumbuhan tanaman diperlukan media tanam yang sesuai dengan jenis tanaman yang ditanam baik dilapangan maupun dirumah kaca. Media tanam yang menggunakan tanah sebagai media tanam sangat dipengaruhi oleh jenis tanah yang akan digunakan media tanam. Menurut Purwanto (2006) media tanam yang baik digunakan memiliki beberapa persyaratan, diantaranya mampu mengikat dan menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki aerasi dan drainase baik, tidak menjadi sumber penyakit, cukup porous sehingga mampu menyimpan oksigen yang diperlukan untuk proses respirasi, tahan lama serta mudah diperoleh. Media tanam
14
yang memiliki drainase baik akan membuat akar-akar tanaman lebih leluasa bernafas sehingga dapat lebih optimal dalam menyerap unsur-unsur hara yang dibutuhkan (Prayugo, 2007). Arang Sekam Arang sekam adalah sekam bakar yang berwarna hitam yang dihasilkan sari pembakaran yang tidak sempurna seperti pada abu sekam putih arang sekam ini sudah banyak digunakan untuk media tanam terutama yang diusahakan secara hidroponik. Karakteristik arang sekam yang lain adalah sangat ringan (Berat Jenis = 0,2 kg/l) dan kasar sehingga sirkulasi udara tinggi karena mengandung banyak pori, pH tinggi, kapasitas menahan air tinggi, berwarna coklat kehitaman sehingga dapat mengurangi pengaruh penyakit khususnya hama bakteri (Wuryaningsih, 1994). Arang sekam mengandung beberapa unsur penting yaitu karbon, oksigen, hidrogen dan silika. Selain itu juga mengandung protein, lemak, karbohidrat dan serat kasar (Nugraha dan Setiawati, 2006) Arang sekam pada umumnya digunakan sebagai bahan kompos karena mempunyai perbandingan C/N yang hampir sama dengan tanah atau C/N sama dengan 1. Warna hitam pada arang sekam proses pembakaran tersebut menyebabkan daya serap terhadap panas tinggi sehingga menaikkan suhu dan mempercepat perkemcabahan (Murbandono, 1993). Komposisi arang sekam paling banyak mengandung senyawa SiO2 sebanyak 52% dan unsur C sebanyak 31%, komposisi lainnya adalah Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam jumlah yang sangat kecil, juga mengandung N 0.32%, P 0.15%, K 0.31%, Ca 0.96%, Fe 180 ppm, Mn 80.4 ppm. Kadar kalium dalam abu sekam lebih kurang sama dengan 30% K2O. Arang sekam mempunyai bobot yang lebih ringan dan kemampuan retensi air yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sekam segar. Menurut Wuryaningsih dan Darliah (1994) media arang sekam memiliki beberapa karakteristik, diantaranya sangat ringan, kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, kapasitas menahan air tinggi, berwarna coklat kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif serta dapat mengurangi pengaruh penyakit khususnya bakteri. Purwanto (2006) menambahkan bahwa media arang sekam bersifat mudah mengikat air, tidak cepat lapuk, tidak cepat menggumpal, tidak mudah ditumbuhi fungi dan bakteri,
15
dapat menyerap senyawa toksik dan melepaskannya kembali pada saat penyiraman, serta merupakan sumber kalium bagi tanaman. Tanah Tanah merupakan media tanam yang paling umum dipakai dan sebagai bahan campuran media tanam utama, tetapi masih diperlukan bahan organik lain sebagai campuran medianya agar tanaman tumbuh baik (Darajat, 2003). Media tanah secara umum memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai tempat tumbuh tanaman dan mensuplai bahan hara bagi kehidupan tanaman. Pada prinsipnya suatu media harus mempunyai empat fungsi pokok untuk memberikan pertumbuhan yang baik yaitu mampu menyediakan tunjangan mekanik, menyediakan aerasi yang baik, mampu menahan air tersedia, mensuplai hara tanama, mengandung bahan energi berupa bahan organik dan mikroorganisme, mampu menahan air dan memiliki pori-pori yang cukup serta dapat menunjang tubuh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Soepardi, 1983). Tanah merupakan hasil pelapukan dari batuan. Jenis tanah dibedakan menjadi dua, antara lain tanah mineral dan tanah organik. Tanah mineral adalah tanah yang merupakan hasil pelapukan dari bahan-bahan mineral, sedangkan tanah organik adalah tanah yang berasal dari pelapukan bahan-bahan organik Tanah organik memiliki bahan organik dalam jumlah yang tinggi, misalnya tanah gambut. Setiap jenis tanah memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang kurang baik. Tanah latosol memiliki KTK yang rendah disebabkan oleh bahan organik dalam jumlah sedikit dan memerlukan tambahan unsur N, P, K, Ca, Mg dan beberapa unsur mikro. Tanah latosol mengandung hidro-oksida besi atau aluminium (Murbandono, 1993).
16
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dimulai pada tanggal 30 Juni 2008 sampai dengan 31 Juli 2008 dan laksanakan di laboratorium lapang Agrostologi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis Proksimat dilakukan di Laboratorium PAU Institut Pertanian Bogor. Materi Bahan Bahan yang digunakan untuk penelitian yaitu terdiri benih biji jagung lokal, tanah remah, air secukupnya, larutan pupuk NPK dan larutan pupuk lengkap (makro dan mikro). Peralatan Alat-alat yang digunakan untuk penelitian yaitu timbangan elektrik, ayakan 4 mm, nampan persegi panjang (40x30x13)cm sebanyak 18 buah, alat penyiram, alat tulis dan label. Rancangan Perlakuan Perlakuan yang diberikan pada penelitian ada 3 taraf yaitu Kontrol (H0), Larutan pupuk NPK (H1) dan Larutan Pupuk Lengkap (makro dan mikro) (H2). Media tanam yang digunakan ada 2 media yaitu tanah latosol (M1) dan arang sekam (M2). Dari kedua faktor tersebut diperoleh 6 kombinasi perlakuan dan di ulang 3 kali sehingga dapat 18 satuan percobaan. Hasil kombinasi yang diperoleh dari interaksi kedua faktor adalah sebagai berikut : H0MI
= Perlakuan air (kontrol) 500ml/nampan + media tanah.
H0M2
= Perlakuan air (kontrol) 500ml/nampan + media arang sekam.
H1M1 = Perlakuan pupuk (15%N), (15% P), (15%K) 0,7519 gr/ml + media tanah. H1M2
= Perlakuan pupuk (15%N), (15% P), (15%K) 0,7519 gr/ml + media arang sekam
H2M1
= Perlakuan pupuk lengkap 0,53809 gr/ml + media tanah.
H2M2
= Perlakuan pupuk lengkap 0,53809 gr/ml + media arang sekam.
Setiap 18 satuan perlakuan diletakkan di rumah kaca dengan posisi seperti pada Gambar 1. H0M1R1
H2M2R1
H1M2R1
H1M1R1
H2M1R1
H1M2R3
H2M2R3
H2M1R3
H2M1R2
H1M2R2
H0M2R2
H1M1R3
H0M1R2
H0M2R3
H0M2R1
H1M1R2
H0M1R3
H2M2R2
Gambar 1. Denah Letak Nampan Tanaman Jagung Model Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 2 dengan 3 ulangan. Faktor dalam penelitian ini adalah faktor pertama adalah hara yang terdiri dari 3 taraf yaitu : kontrol (H0), larutan pupuk NPK (H1) dan larutan pupuk lengkap (H2). Faktor kedua adalah media tanam yaitu : Tanah (M1) dan arang sekam (M2). Model rancangan yang digunakan, yaitu : Yijk Ii
= µ + α i + β j + (α β) ij + ∑ ijk = 1,2 j = 1,2 k = 1,2,3
Dimana : Yijk = Nilai pengamatan pada faktor α (sumber unsur hara) ke i,faktor β (media tanam) ke j dan ulangan ke k µ
= Nilai rataan umum
αi
= Nilai tambah pengaruh faktor α (sumber unsur hara) ke i
βj
= Nilai tambah pengaruh faktor β (media tanam) ke j
(αβ) = Nilai tambah pengaruh interaksi faktor α (sumber unsur hara) ke i,dengan β (media tanam) ke j ∑ijk = Galat percobaan
18
Peubah Pengamatan dilakukan setiap hari yaitu pagi dan siang hari. Peubah-peubah yang diamati yaitu : 1. Tinggi Tanaman Jagung Tinggi tanaman jagung merupakan tinggi tanaman yang diperoleh dari pengukuran pada umur 5 hari setelah tanam (HST). Tinggi tanaman jagung diukur dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi dengan cara mengatup seluruh daun ke atas. 2. Produksi Segar Tanaman Jagung Produksi hijauan segar tanaman jagung diukur dengan menimbang semua tanaman yang dihasilkan segera setelah dilakukan pemanenan. 3. Produksi Berat Kering Tanaman Jagung Produksi berat kering tanaman diperoleh dengan menghitung persentase bahan kering dari berat segar tanaman jagung. 4. Protein Kasar Kandungan nitrogen pakan/ransum dikalikan faktor protein rata-rata (6,25) karena rata-rata nitrogen dalam protein adalah 16%, sehingga faktor perkalian protein 100/16 = 6,25. Terdiri dari asam-asam amino yang saling berkaitan (ikatan peptida), amida, amina dan semua bahan organik yang mengandung Nitrogen 6. Lemak Kasar Semua senyawa pakan/ransum yang dapat larut dalam pelarut organik 7. Serat Kasar Bagian karbohidrat yang tidak larut setelah pemasakan berturut-turut, masingmasing 30 menit pada H2SO4 1,25 % (0,255N) dan NaOH 1,25% (0,312 N). Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (analysis of variance) dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan Uji lanjut Duncan (Steel dan Torrie, 1991). Analisis data dilakukan menggunakan paket program SPSS 13.0 for Windows.
19
Prosedur Prosedur penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, sebagai berikut : Persiapan Media Tanam Tanah diambil dari lokasi penelitian dan arang sekam diperoleh dari toko pertanian. Tanah yang diambil adalah tipe tanah latosol. Tanah yang dibutuhkan 1-2 karung, tanah tersebut dihaluskan, dihomogenkan dan diayak dengan ayakan 4 mm. Penanaman Penanaman dilakukan dengan penyebaran 200 benih jagung di atas permukaan media tanah dan arang sekam, kemudian ditutupi kembali dengan tanah dan arang sekam ±5cm. Setelah itu nampan ditutup dengan kertas penutupan selama 2-3 hari sampai tumbuh kecambah. Pemeliharan Pemeliharan yang dilakukan yaitu penyiraman. Penyiraman dilakukan setiap 2 kali sehari sesuai perlakuan yang diberikan. Pemupukan Pupuk NPK yang digunakan sebanyak 5 gram dilarutkan kedalam air sebanyak 500ml dan pupuk lengkap (makro dan mikro) sebanyak 538,09 gram dilarutkan kedalam air sebanyak 1000 liter kemudian disiram ke permukaan media tanah dan arang sekam. Pemberian pupuk NPK dan pupuk lengkap (makro dan mikro) dilakukan bersamaan dengan waktu penyiraman. Pemupukan dilakukan setiap hari dimulai saat tanaman umur 3 hari setelah tanam (HST). Pemanenan Hijauan jagung dipanen setelah umur tanaman 15 hari. Pemanenan dilakukan dengan cara pencabutan tanaman sampai akar tanaman, kemudian tanaman jagung tersebut dibersihkan dari tanah dan arang sekam yang masih menempel pada akar. Setelah dicuci lalu ditimbang yang bertujuan untuk mengetahui bobot segar tanaman, lalu dikeringkan dibawah sinar matahari selama 1-2 hari dan ditimbang kembali untuk mengetahui bobot kering.
20
Persiapan sampel Setelah kering sampel tersebut dikeringkan dalam oven 70⁰C selama 24 jam, kemudian sampel tersebut dihaluskan dan siap dianalisis. Sampel yang akan dianalisis sebanyak 100 gram. Selanjutnya, dilakukan analisis proksimat lengkap (lemak kasar, serat kasar dan protein kasar).
21
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penanaman dilakukan di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi Fakultas Peternakan IPB dengan menggunakan media tanam tanah (Gambar 2) dan arang sekam (Gambar 3). Pertumbuhan kecambah pada awal pertanaman pada 3 HST cukup seragam sekitar 70% sedangkan pada 10 HST daya tumbuh keseluruhannya sekitar 90%. Perkecambahan tidak terjadi secara bersamaan. Namun perkecambahan secara keseluruhan terjadi pada 5 HST.
Gambar 2. Media Tanah
Gambar 3. Media Arang Sekam
Pertumbuhan benih jagung pada mulanya normal sampai saat tanaman sudah mulai tinggi semua. Pada tanaman muda kerangka daunnya masih belum kuat. Hal ini diduga karena tanaman tersebut vigornya masih rendah sehingga tanaman tersebut tampak seperti layu. Suhu dan Kelembaban Suhu udara harian rata-rata dalam green house selama penelitian dilaksanakan relatif tinggi yakni berkisar 30 hingga 40 C. Suhu udara rata-rata pada pagi hari 30,33 C dan siang hari 36,67 C dapat dilihat pada Tabel 2. Kelembaban udara relatif (RH) rata-rata pada pagi hari adalah 74,33% dan siang hari 49,33%. Perubahan suhu dan kelembaban udara relatif harian disajikan pada gambar lampiran 22 dan 23. Menurut Manske (2001), menyatakan bahwa temperatur mempengaruhi kecepatan pertumbuhan tanaman sehingga temperatur yang tinggi atau rendah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Menurut Salisbury dan Ross (1995), jagung dapat tumbuh pada temperatur optimum 30-35 C dan maksimum 45 C. Pada
temperatur yang tinggi tersebut tanaman lebih mudah mengalami kekeringan sehingga tanaman lebih cepat mengalami kerusakan. Tabel 2. Rataan Suhu dan Kelembaban Selama Penanaman (Juni-Juli 2008) Hari ke-
Suhu pagi ( C)
Suhu siang ( C)
Kelembaban (%) pagi
Kelembaban (%) siang
1
36
40
73
47
2
30
35
74
52
3
29
35
76
49
4
31
35
75
48
5
29
35
74
51
6
30
36
77
48
7
32
36
72
49
8
30
36
73
50
9
28
38
78
48
10
33
39
72
49
11
31
40
74
50
12
29
37
73
51
13
30
36
75
48
14
31
36
74
51
15
30
36
75
49
Rataan
30,33±1,35
36,67±1,76
74,33±1,72
49,33±1,45
Suhu yang tinggi pada siang hari menyebabkan tanaman jagung mengalami kelayuan sementara. Menurut Morgan (2000) saat temperatur tinggi jumlah oksigen yang terkandung dalam larutan hara akan menurun cepat. Temperatur yang tinggi juga meningkatkan laju respirasi dari sistem akar, proses respirasi akan berlipat ganda untuk setiap kenaikan 10-30 C, keperluan oksigen akan berlipat ganda namun kapasitas oksigen yang dapat dibawa oleh larutan menurun. Oksigen terlarut dalam larutan akan lebih cepat berkurang dan tanaman dapat menderita karena kekurangan oksigen untuk suatu periode Tinggi Tanaman Jagung Tinggi tanaman merupakan salah satu ukuran tanaman yang diamati sebagai parameter untuk mengukur pengaruh perlakuan dalam penelitian. Tinggi tanaman merupakan pertumbuhan yang paling mudah diukur. Pertumbuhan tinggi tanaman ditentukan oleh perkembangan dan pertumbuhan sel, semakin cepat sel membelah
23
dan memanjang (membesar) semakin cepat tanaman meninggi (Lakitan, 1996). Tinggi tanaman yang diukur pada penelitian ini merupakan tinggi tanaman jagung yang diperoleh saat tanaman umur 15 HST. Hasil analisis ragam dari parameter tinggi tanaman jagung sebagai pakan ternak disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Tinggi Tanaman Jagung pada umur 15 HST Peubah
Media
Unsur Hara Tanah (M1)
Rata-rata Sekam(M2)
..................................(gram/nampan)…………………. Tinggi Tanaman
Air/kontrol (H0)
43,83±6,04
40,00±3,60
41,91±2,71
NPK (H1)
41,83±2,84
41,40±3,15
41,62±0,30
Pupuk Lengkap (H2)
50,50±2,29
42,33±2,92
46,42±5,78
a
b
rata-rata
45,39±2,03
41,24±0,35
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P,0,01), pada baris yang sama nyata (P<0,05). H0 (Kontrol), H1 (Pupuk Larutan Pupuk NPK) dan H2 (Larutan Pupuk Lengkap(makro dan mikro)).
Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa perlakuan dengan media tanam berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi tanaman, sedangkan perlakuan sumber unsur hara dan interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara berpengaruh tidak nyata Berdasarkan uji lanjut Duncan penggunaan media tanam tanah nyata meningkatkan tinggi tanaman, hal ini dikarenakan tanah mengandung campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Menurut Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa tanah adalah kumpulan dari benda alam dipermukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman. Jika didalam media tanam tidak udara yang cukup untuk tumbuhan maka pertumbuhannya tidak optimal. Di dalam tumbuhan sendiri proses respirasi sangat penting untuk pertumbuhan jika respirasinya sedikit maka pertumbuhannya terhambat. Respirasi adalah proses katabolis utama yang melepaskan energi di semua sel; proses ini meliputi perombakan oksidatif gula menjadi CO2 dan H2O. (Salisbury et al., 1995). Pada media tanam arang sekam lebih rendah pengaruhnya dibandingkan dengan tanah. Hal ini diduga karenakan media arang sekam mempunyai sifat adsorpsi yang kurang baik sehingga menyebabkan tidak terjerapnya ion-ion. Menurut 24
Bakhtiyar (2009) menyatakan bahwa adsorpsi merupakan proses penarikan komponen dari campuran gas atau cairan dimana komponen yang akan dipisahkan ditarik oleh permukaan adsorben. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman adalah tanah, iklim dan faktor genetik dari tanaman itu sendiri. Semua faktor ini saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Peningkatan tinggi tanaman terjadi secara cepat pada fase vegetatif menurut Harjadi (1996) fase vegetatif berhubungan dengan pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama dari diferensiasi. Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa tinggi tanaman yang paling tinggi dicapai pada media tanam tanah. Hal ini menunjukkan bahwa respons tanaman terhadap media tanam tanah lebih baik dari media arang sekam. Pertumbuhan tanaman yang baik disebabkan karena perkembangan akar yang baik. Produksi Berat Segar Tajuk Tanaman Jagung Data rata-rata berat segar tanaman jagung terdapat pada Tabel Lampiran 3. Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa perlakuan sumber unsur hara berpengaruh nyata terhadap produksi berat kering, jenis media tanam berpengaruh nyata, sedangkan interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara tidak berpengaruh nyata. Hasil Uji Lanjut Duncan produksi berat segar tanaman jagung disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Segar Tajuk Tanaman Jagung Media Peubah
Unsur Hara
Rata-rata Tanah (M1)
Sekam (M2)
...................... (gram/nampan) ………… Produksi
Air/kontrol (H0)
144,1±47,38
154,07±7,70
149,09±7,05b
Berat Segar
NPK (H1)
198,27±19,54
158,93±22,60
178,60±27,82b
Tajuk
Pupuk Lengkap (H2)
254,23±8,98
195,87±19,27
225,05±41,27a
198,87±19,84a
169,62±7,82b
rata-rata
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P,0,01), pada baris yang sama nyata (P<0,05). H0 (Kontrol), H1 (Pupuk Larutan Pupuk NPK) dan H2 (Larutan Pupuk Lengkap(makro dan mikro))
25
Penggunaan media tanam tanah nyata meningkatkan produksi berat segar tanaman jagung. Produksi berat segar pada perlakuan H2M1 nyata lebih tinggi dari pada perlakuan H0M1, H0M2, H1M1, H1M2 dan H2M2. Produksi berat segar pada penggunaan media tanam tanah nyata lebih tinggi 17,24% dari pada media tanam arang sekam. Produksi berat segar pada perlakuan H2M1 nyata lebih tinggi 76,42% dari H0M1, 28,22% dari H1M1, 65% dari H0M2, 59,96% dari H1M2 dan 29,79% dari H2M2. Tingginya produksi berat segar pada perlakuan pupuk lengkap menunjukkan bahwa unsur hara yang diberikan ke tanaman dapat diserap yang digunakan untuk pembentukan sel tanaman sehinggga menghasilkan produksi segar yang lebih tinggi. Pengaruh pemberian pupuk lengkap pada tanaman jagung mengakibatkan semakin tingginya produksi berat segar. Senyawa yang mengandung N merupakan bagian penting dari jaringan tanaman bahkan 10 % dari bobot total jaringan adalah persenyawaan yang mengandung N. Sehingga menghasilkan daun yang lebih banyak dibanding dengan perlakuan lainnya. Daun yang disokong oleh batang dan cabang merupakan pabrik karbohidrat bagi tanaman. Daun diperlukan untuk penyerapan dan pengubahan energi cahaya menjadi pertumbuhan pertumbuhan menghasilkan panen melalui fotosintesis. Dengan penambahan unsur hara mikro sebagai penyusun enzim atau sebagai pengaktif enzim, kebanyakan hara mikro bergerak dalam tanaman. Dalam pertumbuhan tanaman diperlukan media tanam yang sesuai dengan jenis tanaman yang baik dilapangan maupun rumah kaca. Menurut Purwanto (2006) media tanam yang baik digunakan memiliki beberapa persyaratan, diantaranya mampu mengikat dan menyimpan air dan hara dengan baik, memiliki aerasi dan drainase baik, tidak menjadi sumber penyakit, cukup porous sehingga mampu menyimpan oksigen yang diperlukan untuk proses respirasi, tahan lama serta mudah diperoleh. Media tanam yang memiliki drainase baik akan membuat akar-akar tanaman lebih leluasa bernafas sehingga dapat lebih optimal dalam menyerap unsurunsur hara yang dibutuhkan (Prayugo, 2007). Rendahnya produksi berat segar pada perlakuan H0M1 yaitu sebesar 144,1 g/nampan. Hal ini dikarenakan sifat larutan sumber unsur hara yang terdapat pada setiap perlakuan lambat tersedia bagi tanaman, sehingga meskipun jumlah unsur hara lebih tinggi tetapi tidak seluruhnya siap digunakan oleh tanaman. Namun perlakuan
26
H0M1 tidak berbeda nyata dengan produksi berat segar pada perlakuan H0M2, H1M1, H1M2 dan H2M2.
keterangan : -
H0M1 : Kontrol + Media Tanah H0M2 : Kontrol + Media Arang Sekam H1M1 : Pupuk NPK + Media Tanah H1M2 : Pupuk NPK + Media Arang Sekam H2M1 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Tanah H2M2 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Arang Sekam
Gambar 4. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Segar Tanaman Jagung Dari Gambar 4, dapat dilihat bahwa perlakuan H2M1 menghasilkan produksi berat segar yang paling tinggi dari perlakuan lainnya. Hal tersebut disebabkan banyaknya unsur hara yang dikandung oleh suatu pupuk merupakan faktor utama untuk menilai pupuk tersebut, karena jumlah unsur hara menentukan kemampuannya untuk menaikkan kadar unsur dalam tanah. Pada dasarnya makin lengkap unsur haranya makin baik. Produksi segar yang dihasilkan pada perlakuan H0M1 yang tidak berbeda nyata dengan tanaman yang mendapatkan perlakuan H0M2, H1M1, H1M2 dan H2M2. Kelarutan menunjukkan mudah tidaknya pupuk larut dalam media. Hal ini berarti juga mudah tidaknya unsur yang dikandung di dalam pupuk diambil oleh tanaman. Produksi Berat Kering Tajuk Tanaman Jagung Data rata-rata berat kering tanaman jagung terdapat pada Tabel Lampiran 7. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa perlakuan sumber unsur hara berpengaruh
27
nyata, jenis media tanam berpengaruh sangat nyata, sedangkan interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara tidak berpengaruh nyata. Hasil Uji Lanjut Duncan produksi berat kering tanaman jagung disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Kering Tajuk Tanaman Jagung Peubah
Media
Unsur Hara Tanah (M1)
Rata-rata Sekam(M2)
........................... (%) …..…………. Produksi
Air/kontrol (H0)
10,03±2,74
9,77±0,29
9,90±0,18b
Berat Kering
NPK (H1)
12,13±1,76
9,53±0.95
10,83±1,84a
Tajuk
Pupuk Lengkap (H2)
15,63±0,45
11,23±0,72
13,43±3,11a
12,60±1,15a
10,18±0,33b
rata-rata
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P,0,01), pada baris yang sama nyata (P<0,05). H0 (Kontrol), H1 (Pupuk Larutan Pupuk NPK) dan H2 (Larutan Pupuk Lengkap(makro dan mikro))
Penggunaan media tanam tanah sangat nyata meningkatkan produksi berat kering tanaman jagung. Produksi berat kering pada perlakuan H2M1 nyata lebih tinggi dari perlakuan H0M1, H0M2, H1M1, H1M2 dan H2M1. Produksi berat kering pada penggunaan media tanah sangat nyata lebih tinggi 23,77% dari pada media arang sekam. Produksi berat kering pada perlakuan H2M2 nyata lebih tinggi 55,83% dari H0M1, 28,85% dari H1M1, 59,97% dari H0M2, 64% dari H1M2 dan 39,18% dari H2M2. Tingginya produksi berat kering pada perlakuan pupuk lengkap dibandingkan dengan perlakuan lainnya disebabkan pada perlakuan pupuk lengkap mengandung unsur hara makro dan mikro karena pada pertumbuhan vegetatif dibutuhkan unsur hara yang lengkap untuk pertumbuhan optimal. Produksi berat segar tinggi selain dari faktor unsur hara juga dari proses karbondioksida dan respirasi. Menurut Gardner (1995) mengatakan bahwa karbondioksida merupakan komponen gas di udara. Udara kering mengandung 78 % nitrogen (N2), 21 % oksigen (O2), 0,93 % argon (Ar), 0,034 % (340 ppm) C02, dan sedikit sekali gas-gas lain. Walaupun konsentrasi CO2 itu rendah, 85 sampai 92 % berat kering tanaman berasal dari pengambilan CO2 dalam fotosintesis. Namun salah satu faktor terpenting dari lingkungan hidup tanaman adalah media tanam. Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimal maka media
28
tanamnya harus memenuhi persyaratan. Pada media tanam tanah dapat memenuhi persyaratan media tanam yang baik karena tanah mampu menahan air, menyediakan tunjangan mekanik, menyediakan aerasi yang baik dan mensuplai hara tanaman. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor antara lain: sinar matahari, suhu, udara air dan unsur-unsur hara dalam tanah (N,P,K, dan lain-lain). Tanah merupakan perantara penyediaan faktor-faktor tersebut kecuali sinar matahari. Pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara dalam tanah tetapi juga faktor-faktor lain. Pada media tanam arang sekam memiliki kerapatan isi yang terlalu rendah sehingga sukar menyerap air. Menurut Junaedhie (2007) mengatakan bahwa arang sekam disarankan sebagai bahan campuran media, tetapi digunakan sekitar 25% saja, karena dalam jumlah banyak akan mengurangi kemampuan media dalam menyerap air. Selain karena arang sekam itu setelah pembakaran arang sekam masih ada aktivitas sehingga bisa mengganggu pertumbuhan.
keterangan : -
H0M1 : Kontrol + Media Tanah H0M2 : Kontrol + Media Arang Sekam H1M1 : Pupuk NPK + Media Tanah H1M2 : Pupuk NPK + Media Arang Sekam H2M1 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Tanah H2M2 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Arang Sekam
Gambar 5. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Kering Tanaman Jagung. Berdasarkan Gambar 5, rendahnya produksi berat kering pada perlakuan H0M1, H0M2, H1M1, H1M2 dan H2M1.menunjukkan bahwa pemberian unsur hara pada perlakuan tersebut tidak meningkatkan produksi berat kering tanaman, hal tersebut ditunjukkan oleh produksi berat kering yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 29
yang kandungan unsur haranya (kontrol dan NPK). Perlu ditambahkan bahwa tidak semua unsur hara (pupuk) yang diberikan ke tanah dapat diserap oleh tanaman, karena difiksasi oleh tanah, menguap dan sebagainya. Efisisensi pemupukan ini dapat mencapai 90-80% dan sebagainya tergantung dari keadaan tanah, iklim, jenis pupuk dan lain-lain. Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung Pembentukan protein tidak terlepas dari unsur nitrogen sebagai awal dari hasil asimilasi. Nitrogen merupakan unsur pokok dari senyawa protein. Nitrogen dapat ditransfer dari NH2 menjadi beberapa substrat dan mensintesa beberapa asam amino dalam tanaman (Tisdale et al, 1985), Hasil penelitian tentang kandungan protein kasar pada data kandungan protein kasar rata-rata tanaman jagung terdapat pada Tabel Lampiran 14. Hasil uji lanjut Duncan kandungan protein kasar tanaman disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa perlakuan sumber unsur hara berpengaruh sangat nyata, perlakuan media tanam berpengaruh sangat nyata, sedangkan interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara tidak berpengaruh nyata. Tabel 6. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung Peubah
Unsur Hara
Media Tanah (M1)
Sekam (M2)
Rata-rata
..................................(%)…………………. Protein Kasar
Air/kontrol (H0)
11,90±2,32
8,41±0,28
10,16±2,47b
NPK (H1)
16,34±0,54
12,58±1,06
14,46±2,66a
Pupuk Lengkap (H2)
18,30±0,07
13,72±0,12
16,01±3,24a
15,51±1,19a
11,57±0,50b
rata-rata
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P,0,01), pada baris yang sama nyata (P<0,05). H0 (Kontrol), H1 (Pupuk Larutan NPK) dan H2 (Pupuk Larutan Lengkap (makro dan mikro))
Kandungan protein pada perlakuan pupuk lengkap
nyata lebih tinggi
dibanding perlakuan kontrol, tetapi pupuk lengkap tidak berbeda nyata dengan pada perlakuan pupuk NPK. Penggunaan pupuk lengkap masih berpengaruh positif terhadap peningkatan kadar protein kasar, tetapi antara pupuk lengkap dan pupuk NPK tidak berbeda nyata. Peningkatan kadar protein kasar pada hijuan jagung
30
dengan penambahan pupuk lengkap sebesar 57,58 % dan penambahan pupuk NPK sebesar 42,32 % apabila dibandingkan dengan tanpa penambahan unsur hara. Unsur hara nitrogen yang bersumber dari pupuk lengkap dan pupuk NPK sangat bermanfaat bagi HMT untuk merangsang secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu nitrogen juga berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis serta membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya (Harsono, 2006). Menurut Durby and Lauer (2001) menyatakan kualitas hijauan yang dipanen saat mencapai fase vegetatif 17 (V17) menghasilkan kandungan PK yang lebih tinggi. Rendahnya protein pada perlakuan kontrol . Hal ini dikarenakan tidak adanya unsur nitrogen yang ditambahkan pada perlakuan kontrol sehingga pembentukan protein tidak terbentuk di dalam tanaman. Pada media tanam tanah nyata lebih tinggi dibandingkan dengan media arang sekam. Hal ini disebabkan karena tanah memiliki pori-pori yang cukup jadi tidak terlalu padat maupun longgar sehingga membuat akar-akar tanaman lebih leluasa bernapas sehingga dapat lebih menyerap unsur-unsur hara yang dibutuhkan.
keterangan : H0M1 : Kontrol + Media Tanah H0M2 : Kontrol + Media Arang Sekam H1M1 : Pupuk NPK + Media Tanah H1M2 : Pupuk NPK + Media Arang Sekam H2M1 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Tanah H2M2 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Arang Sekam
Gambar 6.
Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung.
31
Berdasarkan Gambar 6, kandungan Protein pada perlakuan H2M1 dan H1M1 meningkat karena adanya kandungan sumber unsur hara lengkap (makro dan mikro), dan peningkatan paling tinggi dihasilkan pada tanaman yang mendapat perlakuan H2M1. Peningkatan kandungan nitrogen dalam daun sebagai akibat pemberian N, karena pemberian N akan menambah ketersediaan unsur N sehingga jumlah yang diserap oleh tanaman menjadi lebih banyak. Pemberian pupuk lengkap dan pupuk NPK akan memberi penyediaan N yang cukup besar, sehingga dengan pemberian pupuk NPK yang mengandung nitrogen tersebut akan membantu peningkatan kadar protein tanaman hijauan jagung. Hal ini menunjukkan kandungan protein kasar dan kualitas tanaman pada perlakuan H2M1 dan H1M1 meningkat setelah dilakukan pemupukan dengan larutan. Kandungan Serat Kasar Tanaman Jagung Serat kasar merupakan bagian dari karbohidrat yang tidak dapat larut dalam larutan asam kuat dan basa kuat yang dipanaskan selama 30 menit. Serat kasar terdiri dari selullosa, hemiselullosa dan lignin. Data rata-rata kandungan serat kasar tanaman jagung terdapat pada Tabel Lampiran 20. Hasil uji lanjut Duncan kandungan serat tanaman jagung disajikan pada Tabel 7 Tabel 7. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Serat Kasar Tanaman Jagung Peubah
Media
Unsur Hara Tanah (M1)
Rata-rata Sekam (M2)
…………………..(%)……………………….
Serat Kasar
Air/kontrol (H0)
21,59±2,71
22,78±2,40
22,19±0,84
NPK (H1)
21,58±0,51
23,06±0,86
22,32±1,05
Pupuk Lengkap (H2)
22,34±0,37
21,45±1,73
21,90±0,63
21,84±1,31
22,43±0,77
rata-rata
Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa perlakuan sumber unsur hara tidak berpengaruh nyata, jenis media tanam tidak berpengaruh nyata dan interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara tidak berpengaruh nyata. Pada Tabel 7. dapat diketahui bahwa kandungan serat kasar tanaman jagung tidak berbeda nyata pada perlakuan sumber unsur hara, media tanam maupun interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara semua nya tidak 32
berpengaruh nyata terhadap kandungan serat tanaman jagung. Tidak berpengaruhnya perlakuan sumber unsur hara terhadap kandungan serat menunjukkan bahwa kandungan unsur hara pada masing-masing perlakuan dan media tanam sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman dari awal pertumbuhan sehingga membentuk kandungan serat pada tanaman jagung.
keterangan : -
H0M1 : Kontrol + Media Tanah H0M2 : Kontrol + Media Arang Sekam H1M1 : Pupuk NPK + Media Tanah H1M2 : Pupuk NPK + Media Arang Sekam H2M1 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Tanah H2M2 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Arang Sekam
Gambar 7. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Serat Tanaman Jagung Berdasarkan Gambar 7, terlihat bahwa perlakuan H1M2 lebih tinggi kandungan serat kasarnya dibandingkan dengan perlakuan lainnya walaupun perlakuan H1M2 tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan serat. Kandungan Lemak Kasar Tanaman Jagung Lemak merupakan senyawa kimia organik yang tersusun atas unsur C, H dan O dalam perbandingan jumlah C dan H jauh lebih banyak daripada O (Rumus kimia lemak C57H104O6). Oleh karena itu lemak mempunyai nilai energi lebih besar daripada karbohidrat dan protein. Data rata-rata kandungan lemak tanaman jagung terdapat pada Tabel Lampiran 14. Hasil analisa ragam menunjukkan perlakuan sumber unsur hara berpengaruh nyata, jenis media tanam berpengaruh nyata, sedangkan interaksi antara media tanam dan perlakuan sumber unsur hara berpengaruh sangat nyata. Hasil Uji Lanjut Duncan disajikan pada Tabel 8. 33
Kandungan lemak pada penggunaan media tanah nyata lebih tinggi 10,03% dari pada media arang sekam. Rendahnya media arang sekam dikarenakan arang sekam memiliki kerapatan pori-pori yang renggang sehingga tidak terjerapnya ionion yang terdapat pada penambahan unsur hara sehingga tidak terbentuk lemak kasar didalam tanaman jagung pada media arang sekam. Tabel 8. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Lemak Kasar Tanaman Jagung Peubah
Media
Unsur Hara Tanah (M1)
Rata-rata Sekam (M2)
…………...…… (%) ……………….
Lemak Kasar
Air/kontrol (H0)
3,69±0,38ab
2,75±0,53c
3,22±0,66b
NPK (H1)
4,07±0,32a
3,53±0,12ab
3,8±0,38a
Pupuk Lengkap (H2)
3,09±0,09bc
3,59±0,36abc
3,34±0,35b
rata-rata
3,62±0,15a
3,29±0,21b
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata (P,0,01), pada baris yang sama nyata (P<0,05). H0 (Kontrol), H1 (Pupuk Larutan NPK) dan H2 (Pupuk Larutan Lengkap (makro dan mikro)).
Penggunaan pupuk NPK berpengaruh terhadap lemak kasar tetapi nyata lebih tinggi dibandingkan penambahan pupuk lengkap dan kontrol. Peningkatan kadar lemak kasar pada hijauan jagung dengan pupuk NPK sebesar 18 %, untuk pupuk lengkap sebesar 3,72 % apabila dibandingkan dengan tanpa penambahan unsur hara (kontrol). Hal ini menunjukkan bahwa pupuk NPK telah bekerja cukup optimal menyediakan unsur hara bagi tanah maupun tanaman. Hara N melimpah diudara sekitar 74 %, namun tidak langsung diserap tanaman, oleh karena itu N difiksasi oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman (Isroi,2008). Unsur-unsur hara penting dalam pembentukan lemak kasar hijauan jagung yaitu N,P,K dan S. Penambahan pupuk lengkap masih berpengaruh positif terhadap lemak kasar tetapi lebih rendah dibandingkan penambahan pupuk NPK dan kontrol. Hal ini disebabkan karena adanya unsur tetentu yang bersifat antagonistik terhadap penyerapan unsur yang lain sehingga penyerapan terhadap lemak kasar rendah. Terbentuknya lemak selain dari penambahan unsur hara juga dari faktor lain. Pengubahan karbohidrat menjadi lemak memerlukan produksi asam lemak dan rangka gliserol sehingga asam lemak teresterifikasi. Asam lemak dibentuk oleh
34
kondensasi berganda dari unit asetat di asetil CoA. Sebagian besar reaksi sintesis asam lemak terjadi hanya di kloropas daun serta di proplastid. Asetil CoA yang digunakan untuk membentuk lemak di kloropas sering dihasilkan oleh piruvat dehidrogense, yang menggunakan piruvat yang dibentuk oleh glikolisis di sitosol (Salisbury, 1995). Kandungan lemak pada perlakuan H1M1 nyata lebih tinggi 31,71% dari H2M1 dan 48% dari H0M2, tetapi tidak berbeda nyata dengan kandungan lemak pada perlakuan H0M1,H1 M2, dan H2M2. Kandungan lemak pada perlakuan H0M1 nyata lebih tinggi 4,53% dari H1M2, 19,41% dari H2M1 dan 34,18% dari H0M2.
keterangan : -
H0M1 : Kontrol + Media Tanah H0M2 : Kontrol + Media Arang Sekam H1M1 : Pupuk NPK + Media Tanah H1M2 : Pupuk NPK + Media Arang Sekam H2M1 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Tanah H2M2 : Pupuk Lengkap (makro dan mikro) + Media Arang Sekam
Gambar 8. Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Lemak Tanaman Jagung Tingginya kandungan lemak pada media tanah disebabkan kandungan unsur hara terutama yang dapat menyuburkan tanaman. Selain itu juga karena penambahan unsur hara ke dalam tanah akan merangsang pertumbuhan tanaman sehingga kandungan lemaknya pun tinggi. Kandungan unsur hara pada perlakuan H1M1 dapat seluruhnya diserap oleh tanaman untuk pembentukan lemak di dalam tanaman tersebut. Lemak dalam tanaman merupakan hasil proses sintesis gula yang berasal dari aktivitas fotosintesis. Lemak pada tanaman hampir 86% merupakan lemak sebenarnya (true fat). Komponen lemak tanaman tediri dari vitamin D (terbentuk dari 35
sterol), vitamin A (dari karoten), butir hijau daun dan zat lilin (waxes) yang menyelubungi batang tanaman dan buah. Kandungan lemak tanaman bervariasi tergantung dari jenis tanaman, intensitas dan lama penyinaran matahari serta unsur hara (Lakitan, 2004). Berdasarkan gambar 8, terlihat bahwa kandungan lemak yang paling tinggi dicapai pada perlakuan H1M1. Hal ini menunjukkan bahwa respons tanaman terhadap perlakuan H1M1.lebih baik dari perlakuan lain. Analisis Biaya Produksi Hijauan Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan, sekitar 70-80 % dari total biaya produksi dalam usaha peternakan adalah biaya pakan. Salah satu cara untuk mengurangi biaya pakan adalah dengan memanfaatkan bahan-bahan yang berasal dari limbah pertanian seperti hijauan. Tabel 9. Analisis Biaya Produksi Hijauan Jagung Benih Perlakuan
Jagung (gram)
Produksi
Produksi
Biaya
Hijauan
Hijauan
Hijauan
Biaya
Biaya total
Muda
Muda/ kg
(Rp)/kg
pupuk /ml
(Rp)
(gram)
benih
hijauan
H0M1
40,57
144,10
3,55
857,14
488,50
8816,05
H1M1
42,13
198,27
4,70
638,30
355,50
6407,85
H2M1
44,00
254,23
5,77
526,31
675,50
3726,26
H0M2
41,33
154,00
3,72
810,00
488,50
8280,70
H1M2
42,33
158,93
3,75
810,02
355,50
7905,99
H2M2
42,83
195,87
4,57
666,00
675,50
6802,01
Keterangan :
*Media diperoleh/diproduksi sendiri *Harga benih jagung produsen (petani) Rp3.000,00 *Harga per liter pupuk cair Rp 30.000,00 *Harga pupuk NPK per kg Rp 10.000,00 *Harga air Rp 12.000,00 *H0M1(kontrol + media tanah), H1M1 (pupuk NPK + media tanah), H2M1(pupuk lengkap + media tanah), H0M2 (kontrol + media arang sekam), H1M2 (pupuk NPK + media arang sekam), H2M2 (pupuk lengkap + media arang sekam)
Untuk melihat tingkat produksis dari usahatani hijauan jagung perlu dilakukan analisis. Nilai produksi diperoleh dari hasil kali antara produksi per satuan luas dengan harga hasil produksi tersebut. Biaya produksi diperoleh dari penjumlahan faktor-faktor produksi dikalikan dengan harga faktor-faktor produksi
36
Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa perlakuan H2M1 lebih efisien dibanding perlakuan yang lainnya hal ini dapat dilihat dari produksi yang dihasilkan yaitu 5,77 kilogram dengan harga Rp 3.726,26. Produksi hijauan berat segar per hektar untuk perlakuan pupuk lengkap menghasilkan 211.86 kg per hektar/tahun diperoleh dari hasil bagi antara produksi per satuan luas dikonversikan ke hektar. Produksi hijauan ini dalam skala besar tetap memberlakukan sistem hidroponik, dimana penggunaan air dapat dibatas. Pakan adalah suatu bahan (bahan-bahan yang dimakan oleh hewan, yang mengandung energi dan zat-zat gizi (atau keduanya) didalam makanan tersebut (Hartadi et al., 1997). Nutrien adalah komponen yang ditemukan di dalam makanan serta dapat digunakan untuk kebutuhan hidup pokok, produksi dan kesehatan ternak (Ensminger, 1991). Makanan ternak dapat digolongkan berdasarkan keperluan yang umum. Menurut Wiliamson dan Payne (1993), kebanyakan makanan ternak dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan (roughages) merupakan pakan bulky yang berta per satuan volumenya rendah, mengandung serat kasar lebih dari 18% dan rendah kandungan energinya meliputi pastura, hijauan kering dan silase. Konsentrat merupakan bahan pakan yang memiliki kandungan energi tinggi dan rendah serat kasar (serat kasar kurang dari 18 %) (Ensminger, 1991. Tabel 10. Kandungan Zat Makanan Komposisi BK % Bahan Makanan
BK %
Abu
PK
LK
SK
BeTN
21,3
12,7
9,30
2,48
33,7
41,4
10
12,03
18,30
3,09
22,34
40
21,1
10,2
9,91
1,78
27,7
50,5
Jagung Pipilan
86,8
2,2
10,78
4,33
2,7
80,00
Konsentrat - Ruminansia (PT Cargill)
85,8
0,7
10,98
2,29
1,9
83,4
Rumput Gajah Hijauan Jagung - Umur 15 hari - Umur 60 hari
Pada Tabel 10 dapat dilihat kandungan zat makanan pada masing-masing bahan makanan. Kandungan protein pada hijauan jagung umur 15 hari cukup tinggi yaitu 11-18 % dibanding dengan hijaun umur 60 hari dan konsentrat. Kandungan
37
seratnya cukup rendah sebesar 21-23 % dibanding dengan hijauan jagung umur 60 dan rumput gajah sehingga baik untuk pencernaan ruminansia khususnya pedet. Namun kendalanya adalah kandungan air pada hjm 15 yang cukup tinggi sehingga penggunaannya harus dibatasi dan harus ditambah dengan konsentrat untuk menyeimbangi kebutuhan ternak.
38
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian unsur hara makro dan mikro dapat meningkatkan produksi dan kandungan nutrien tanaman jagung terutama produksi berat segar sebesar 21,19 gram/m2, produksi berat kering sebesar 1,3 gram/m2, lemak kasar 3,34% dan protein kasar 18,30 %. Produksi terbaik pada media tanah dan pupuk lengkap (makro dan mikro) dengan harga Rp 3.726,26/ kilogram. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui efisiensi dan nilai ekonomi produksi hijauan jagung muda pada skala usaha sehingga dapat diaplikasikan oleh masyarakat peternakan atau petani.
39
UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya hingga saat ini penulis dapat menyelesaikan skripsi. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ayahanda Ruswan dan Ibunda Mamah Salamah, kakak penulis Aji Nugraha yang tidak pernah berhenti berdoa dan memberikan dukungan serta semangat kepada penulis. Dr. Ir. Panca Dewi M. H. K., M.S. dan Nur Rochmah Kumalasari, S.Pt. M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi. Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr dan Ir. Salundik, M.Si sebagai dosen penguji sidang yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis. Dosen, staf dan laboran Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. Teman satu tim penelitian, Leo terima kasih atas kerjasama dan kekompakannya. Aldilla, Risma, Putri, Fahmul, Mulya, Elfian, Rita, Eli, Elga, Tia, Arif dan teman-teman INTP 42, terima kasih atas bantuan dan dukungannya. Keluarga kedua dari penulis: Keluarga Pak Choizin (paman), Teh Weni, A’giri, d’dina dan seluruh penghuni wisma jasmine yang telah memberikan banyak pelajaran kehidupan serta dukungan kepada penulis. Semua teman-teman yang telah memberikan motivasi disaat penulis sedang putus asa, terima kasih. Terakhir penulis kasih kepada civitas akademika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.
Bogor, Januari 2010
Penulis
DAFTAR PUSTAKA Alexander, M. 1997. Introduction to soil microbiology. John Wiley and sons, New York. p 467 . Apri, D. A., D. Sastradipradja., B. Kiranandi., E. Budiarti., H. Permadi dan I. Wintarsih. 1993. Pengaruh pemberian jerami jagung dengan asam asetat terhadap metabolisme in vitro dan in vivo pada kambing laktasi. Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bahasyah, J. S. 1983. Sumberdaya Tanaman untuk Memanfaatkan Keadaan Iklim Secara Efisien. Rapat Teknis Klimatologi Pertanian, Direktorat Perlindungan Tanaman, Departemen Pertanian. Bakhtiyar, M.S.A. 2009. Pengaruh Ion Cr3+ terhadap Absorpsi N03 - oleh Arang Sekam Padi dengan Metode Kolom, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang, Malang Beck, D. L. 1985. Effect and interaction of nitrogen and soil moisture status under a high yield irrigated corn environmental. Abstract International 45 (7). Bennett, W. F. 1996. Plant nutrient utilization and diagnostic plant symptoms. In : Williams F. B (Ed). Nutrient Deficiences and Toxicities In Crop Plants. 1–10. The American Phytophatological Society Press, St. Paul, Minnessota. Church, D. C. 1983. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant. 2nd Ed. Vol. 1. Corvalisn, Oregon. Darajat, A. 2003. Respon pertumbuhan stek batang tiga spesies murbei (Morus sp) terhadap beberapa media pembibitan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Departemen Perindustrian. 2007. Kebijakan Nasional Program Industri Pengolahan Berbasis Jagung. Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, Jakarta. Departemen Pertanian. 2008. Indikator Pertanian. Direktorat Tanaman Pangan, Jakarta. hlm. 57-59. Dhalika, T. B. Ayuningsih dan A. Budiman. 2005. Efisiensi penggunaan ransum lengkap (complete ration) dengan sumber hijauan daun pucuk tebu pada sapi fries holland jantan muda. J. Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 7(2) :76-84. Durby, H. M and J. G. Lauer. 2001. Harvest date and hybrid influence on corn forage yield, quality and preservation. http://www.agron.sci.journal.org/cgi/content/ fuci/94/3/559. [2 Juli 2008] Effendi, S. 1985. Bercocok Tanam Jagung. CV. Yasaguna, Jakarta. Ensminger, M. E. 1991. Animal Science. 9th Ed. Interstate Publihers, Inc., Danville. Gardner, F. 1995. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., A. Diha., G.B. Hong dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung. . Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Ed. Rev. Akademi Pressindo, Jakarta.
Harjadi, M. M. S. S. 1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 195 hal. Harsono. S., 2006. Amazing Bio-Growing. Balai Pustaka. Jakarta. Hartadi, H, Soedomo R dan Allen D. T. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Fakultas Peternakan UGM. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Indranada, H. R. 2002. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara, Jakarta. Iriany, R. N., M. Yasin H. G. dan Andi Takdir M. 2008. Asal, Sejarah, Evolusi dan Taksonomi Tanaman Jagung. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/bjagung/satu.pdf [16 Agustus 2008]. Ismunadji, M. 2002. Jadilah Dokter Bagi Tanaman Jagungmu. http://wwwppifar.org/ppiweb/seasia.nsf/$webindex/artikel. [27 Juli 2008]. Isroi. 2008. Bioteknology Mikroba untuk Pertanian Organik. Balai Penelitian Biteknology Perkebunan Indonesia Lembaga Riset Perkebunaan. Indonesia. Junaedhie, K. 2007. Syarat Hidup Anthurium. http://www.toekangkeboen.com. [6 Juli 2008] Krishna, K. R. 2002. Soil Mineral Deficiency, Nutrient Acquisition and Crop Production in Soil Fertility and Crop Production. Science Publishers, Enfield, NH, USA. Kukuh, B. S., I. Kismono, Kartiarso, J. Atmakusuma, A. Setiana dan A. Mirmani. 1983. Kemungkinan peningkatan potensi sumber hijauan makanan ternak guna menunjang program pengembangan ternak ruminansia di Indonesia melalui pengelolaan sumber daya tanaman jagung. Laporan Penelitian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lakitan, B. 1996. Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Lakitan, B. 2004. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 205 hal. Manske, L. L. 2001 Environmental factors that effect range plants growth. http://www.ag.ndsu.nodak.edu./dickinso/research/2001/range01k.htm. [10 Agustus 2007]. Mapegau. 2001. Pengaruh Pupuk Kalium dan Kadar Air Tanah Tersedia terhadap Serapan Hara pada Tanaman Jagung Kultivar Arjuna Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 3(2) : 107:110. Morgan, L. 2000b. Are your plants suffocating? The importance of oxygen in hydroponics. The Growing Edge 12 (6):50-54. Moseman, A. H. 2002. Corn. http://encarta.msn.com. [11 November 2008]. Muhadjir, F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung, PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta pp 33-48. Murbandono, H. S. L. 1993. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 44hal. Nugraha, S. dan J. Setiawati. 2006. Peluang Agribisnis Arang Sekam. http://www.balitpasca.go.id. [8 Agustus 2008]. 42
Osmolovskaya, N. G., I. L. Inanova and D. G. Maksintov. 1984. Dependece of distribution of mineral elements in above ground maize organs on forms of nitrogen nutrition. in Field Crop Abstracts. 40 (3). Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Partohardjono, M. I. S., A. S. Karama. 1991. Fosfor Peranan dan Penggunaannya dalam Bidang Pertanian. Kerjasama P. T. Petrokimia Gresik (Persero) dengan Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Premono, M. E., I. Anas, G. Soepardi, R.S. Hadioetomo, S. Saono, dan W.H. Siswono 1997. Pengaruh Jasad Renik Pelarut Fosfat terhadap Tanaman Tebu di Tanah Masam. Pages 451-458 in Subagyo, H.S. Sabiham, R. Shofiyati. A.B. Siswanto, F. Agus, Irawan, A. Rachman, dan Ropiq (eds). Prosiding Kongres Nasional VI HITI : Penatagu naan Tanah sebagai Perangkat Penataan Ruang dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat, Buku I. Jakarta 12-15 Desember 1995. HITI, Bogor. Petrokimia Gresik. 2002. PHONSKA Pupuk Majemuk N, P, http://www.petrokimia.gresik.com/phonska.asp. [ 22 September 2008]
K.
Prayugo, S. 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya, Jakarta. Purwanto, A. W. 2006. Aglonema Pesona Kecantikan Sang Ratu Daun Kanisius. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Reetz, H. F. and T. S. Murrell. 1998. Negligence of Potassium in Corn/Soybean Systems. A. Regional Newsletter Published by the Potash and Phosphate Institut (PPI) and The Potash and Phosphate Institut of Canada (PPIC) Resh, H. M. 1998. Hydroponic Food Production. Woodbridge Press Punl. Santa Barbara. p 527 . Salisbury, F. B dan W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Sarief, E. S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada Universitas Press. Yogyakarta. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sudirman dan Imran. 2007. Kerbau Sumbawa: Sebagai Konverter Sejati Pakan Berserat. Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi Fakultas Peternakan Unversity Mataram, Nusa Tenggara Barat. Sudjana. A. , A. Rifin. dan M Sudjadi. 1991. Jagung. Buletin Teknik No.3. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Bogor. Sutejo, M. M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
43
Sutoro, Y. Sulaeman dan Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Hlm. 49-66 dalam Subandi, M. Syam dan A. Widjono. Edisi ke-6. Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian. Bogor. Steel, R. G. D. and J. H Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Penerjemah : M. Syah. Edisi ketiga. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tangendjaja, B. dan Gunawan. 1988. Jagung dan limbahnya untuk makanan ternak. Dalam Jagung. Edisi ke-2. Subandi, M. Syam dan A. Widodo. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo dan S. Lehdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tisdale, S. L., and Nelson, 1985. Soil Fertility and Fertilizer. The Mc. Millan Company, New York. Voss, R. D. 1996. Corn. In: William F. B. 3th Ed. Nutrient Deficiencies and Toxicities In Crop Plants. 11–14. The American Phytophatological Society Press, St. Paul, Minnesota. Vyn, T. J. 2002. Corn respon to potassium placement in conservation tillage. Soil and Tillage Research. 67 : 159-169. Wadsworth, G. 2004. Forage maize fertilizer http://www.pda.org.uk/leaflet/17/html. [5 Juli 2008].
requirement.
Widyawati dan Slamet. 2005. Pengaruh dosis pemupukan kompos ampas teh terhadap produksi jerami jagung manis (Zea mays sacchrata). J. Pengembangan Peternakan Tropis. Vol. 30 (1) : 47-52. Williamson, G dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wuryaningsih, S. dan Darliah. 1994. Pengaruh media sekam padi terhadap pertumbuhan tanaman hias pot Spathiphyllum. Penelitian Tanaman Hias 2 (2): 119-129.
44
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tinggi Tanaman Jagung Tinggi Tanaman
Media Tanam
Perlakuan Sumber Unsur Hara
Rataan U1 U2 U3 --------------------(cm)----------------------
Tanah (M1)
H0 H1 H2
37 39,5 48,5
46 41 50
48,5 45 53
43,83 41,83 50,50
Arang Sekam (M2)
H0 H1 H2
44 38,2 39
39 44,5 44,5
37 41,5 43,5
40,00 41,40 42,33
Lampiran 2. Hasil Analisa Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Tinggi Tanaman Jagung Sumber Keragaman Perlakuan Media Tanam(A) Sumber Unsur Hara (B) Interaksi(AB) Error Total
Db 5 1
JK 209,125 77,29389
KT 41,825 77,29389
Fhit 3,081788 5,695239*
F.05 3,97 5,59
F.01 7,46 12,25
2
86,76
43,38
3,196365tn
4,74
9,55
2 12 17
45,07111 162,86 371,985
22,53556 13,57167
1,660485tn
4,74
9,55
Keterangan : ** = berbeda sangat nyata (P<0,01) * = berbeda nyata (P<0,05) tn = tidak nyata
Lampiran 3. Produksi Berat Segar Tanaman Jagung Media Tanam
Sumber Unsur Hara
Tanah (M1)
H0 H1 H2
Arang sekam (M2)
H0 H1 H2
Produksi Berat Segar
Rataan U1 U2 U3 --------------------------(gram/nampan)-------------89,4 170,7 172,2 144,1 175,9 206,9 212 198,27 243,9 258,7 260,1 254,23 159 133 174,7
145,2 169,4 212,4
158 174,4 200,5
154,07 158,93 195,87
46
Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Segar Tanaman Jagung. Sumber Keragaman Perlakuan Media Tanam(A) Sumber Unsur Hara (B) Interaksi (AB) Error Total
db 5 1
JK 25179,21111 3848,568889
KT 5035,842 3848,569
Fhit 8,282189 6,329542**
F.05 3,97 5,59
F.01 7,46 12,25
2
17599,54111
8799,771
14,47253*
4,74
9,55
2 12 17
3731,101111 7296,393333 32475,60444
1865,551 608,0328
3,068174tn
4,74
9,55
Keterangan : ** = berbeda sangat nyata (P<0,01) * = berbeda nyata (P<0,05) tn = tidak nyata
Lampiran 5. Hasil Uji Duncan Pengaruh Sumber Hara terhadap Produksi Berat Segar Tanaman Jagung Perlakuan 1,00 2,00 3,00 Sig.
N
Subset B 149,0833 178,6000
6 6 6
A
225,0500 1,000
,060
Lampiran 6. Produksi Berat Kering Tanaman Jagung Media Tanam
Perlakuan Sumber unsur hara
Tanah (M1)
H0 H1 H2
Arang Sekam (M2)
H0 H1 H2
Produksi Bahan Kering U1 U2 U3
Rataan
----------------(gram/nampan)------------6,9 12 11,2 10,03 10,3 12,3 13,8 12,13 15,1 15,6 16,2 15,63 10,1 8,3 10,4
9,6 9,7 11,7
9,6 10,6 11,6
9,77 9,53 11,23
47
Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Kering Tanaman Jagung Sumber Keragaman Perlakuan Media Tanam(A) Sumber Unsur Hara (B) Interaksi (AB) Error Total
db 5 1
JK 79,51778 26,40222
KT 15,90356 26,40222
Fhit 7,42001 12,3183**
F.05 3,97 5,59
F.01 7,46 12,25
2 2 12 17
40,23111 12,88444 25,72 105,2378
20,11556 6,442222 2,143333
9,385174* 3,005702tn
4,74 4,74
9,55 9,55
Keterangan : ** = berbeda sangat nyata (P<0,01) * = berbeda nyata (P<0,05) tn = tidak nyata
Lampiran 8. Perlakuan
Hasil Uji Duncan Pengaruh Sumber Unsur Hara terhadap Produksi Berat Kering Tanaman Jagung. N
Subset B
1,00 2,00 3,00 Sig.
6 6 6
A 9,9000 10,8333 13,4333 1,000
,291
Lampiran 9. Lemak Kasar Tanaman Jagung Media Tanam
Perlakuan Sumber unsur hara
Kandungan lemak U1 U2
Rataan
Tanah (M1)
H0 H1 H2
----------------------(%)-------------------3,42 3,97 3,70 4,30 3,84 4,07 3,16 3,03 3,10
Arang Sekam (M2)
H0 H1 H2
2,38 3,44 3,85
3,13 3,34 3,62
2,76 3,39 3,74
48
Lampiran 10. Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Lemak Kasar Tanaman Jagung Sumber Keragaman Perlakuan Media tanam(A) Sumber Unsur Hara (B) Interaksi (AB) Error Total
Db
JK
KT
Fhit
F.05
F.01
5 1
2,276067 0,320133
0,455213 0,320133
9,447527 6,644068*
3,11 4,75
5,06 9,33
2
0,520467
0,260233
5,400899*
3,89
6,93
2 12 17
1,435467 0,5782 2,854267
0,717733 0,048183
14,89588**
3,89
6,93
Keterangan : ** = berbeda sangat nyata (P<0,01) * = berbeda nyata (P<0,05) tn = tidak nyata
Lampiran 11 . Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Lemak Kasar Tanaman Jagung perlakuan 4,00 3,00 5,00 1,00 6,00 2,00 Sig.
N 2 2 2 2 2 2
Subset C 2,7550 3,0950 3,3900
,096
B
A
3,0950 3,3900 3,6950 3,7350
3,3900 3,6950 3,7350 4,0700 ,083
,098
.
Lampiran 12. Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung Media Tanam
Perlakuan Sumber unsur hara
Kandungan protein U1 U2
Rataan
---------------------(%)--------------------Tanah (M1)
H0 H1 H2
10,25 16,72 18,35
13,54 15,95 18,24
11,90 16,34 18,30
Arang Sekam (M2)
H0 H1 H2
8,61 13,33 13,81
8,21 11,83 13,63
8,41 12,58 13,72
49
Lampiran 13. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung Sumber Keragaman Perlakuan Media Tanam(A) Sumber Unsur Hara (B) Interaksi (AB) Error Total
Db
JK
KT
Fhit
F.05
F.01
5
120,7979
24,15959
41,8001
3,11
5,06
1
46,53141
46,53141
80,50707**
4,75
9,33
2
73,62207
36,81103
63,6892**
3,89
6,93
2 12 17
0,644467 6,93575 127,7337
0,322233 0,577979
0,557517tn
3,89
6,93
Keterangan : ** = berbeda sangat nyata (P<0,01) * = berbeda nyata (P<0,05) tn = tidak nyata Lampiran 14. Hasil Uji Duncan Pengaruh Unsur Hara terhadap Kandungan Protein Kasar Tanaman Jagung perlakuan 1,00 2,00 3,00 Sig.
N 4 4 4
Subset B 10,1525
1,000
A 14,4575 16,0075 ,088
Lampiran 15. Kandungan Serat Kasar Tanaman Jagung Media Tanam
Perlakuan Sumber unsur hara
Kandungan Serat U1 U2
Rataan
------------------(%)--------------Tanah (M1)
H0 H1 H2
19,67 21,95 22,61
23,51 21,22 22,08
21,59 21,59 22,35
Arang Sekam (M2)
H0 H1 H2
21,08 22,45 22,68
24,48 23,67 20,22
22,78 23,06 21,45
50
Lampiran 16. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Media Tanam dan Perlakuan Sumber Unsur Hara terhadap Kandungan Serat Kasar Tanaman Jagung Sumber Keragaman Perlakuan Media Tanam(A) Sumber Unsur Hara (B) interaksi (AB) Error Total
Db
JK
KT
Fhit
F.05
F.01
5 1
4,769 1,0443
0,9538 1,0443
0,660462 0,723129tn
3,11 4,75
5,06 9,33
2
0,37625
0,188125
0,130268tn
3,89
6,93
2 12 17
3,34845 17,3297 22,0987
1,674225 1,444142
1,159322tn
3,89
6,93
Keterangan : ** = berbeda sangat nyata (P<0,01) * = berbeda nyata (P<0,05) tn = tidak nyata
Lampiran 17. Gambar Grafik Hari Pengamatan Suhu Pagi dan Siang
Lampiran 18. Gambar Grafik Hari Pengamatan Kelembaban Pagi dan Siang
51