85
VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN
6.1. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi lokal dimana umumnya adalah berasal dari kabupaten Sambas Kalimantan Barat.
Sedangkan petani
responden di desa Pal IX terdiri dari beragam etnis antara lain ada yang berasal dari Jawa, Madura, Cina dan Melayu. Petani etnis Melayu yang berdomisili di desa Pal IX adalah petani yang mengikuti program transmigrasi lokal dan umumnya berasal dari Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.
Petani dalam
penelitian berjumlah 60 orang responden terdiri dari dua desa dimana petani responden desa sui itik adalah yang mengikuti Program Prima Tani berjumlah 30 petani sedangkan petani dari desa Pal IX adalah petani non peserta Prima Tani berjumlah 30 orang. Keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya selain ditentukan oleh faktor eksternal seperti kondisi alam, harga input dan output; juga ditentukan oleh kondisi karakteristik petani itu sendiri. Umur tingkat pendidikan, ketersediaan tenaga kerja keluarga, dan pengalaman petani merupakan peubah sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. Karakteristik petani yang dibahas dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pengalaman berusahatani padi, jumlah anggota keluarga, jumlah angkatan kerja keluarga dan frekwensi ikut pertemuan kelompok tani dan dapat dilihat pada Tabel 8.
86
Tabel 8. Sebaran Petani Responden Menurut Umur, Pendidikan, Pengalaman Bertani, Jumlah Tanggungan Keluarga dan Partisipasi dalam Kelompok di Desa Sui Itik dan Desa Pal IX Kecamatan Sui Kakap Kabupaten Kubu Raya Tahun 2010 No
Karakteristik Responden
Petani Peserta Prima Tani Jumlah Persen
1.
2.
3.
4.
5.
Berdasarkan Umur (Tahun) a. 25 - 35 b. 36 - 45 c. 46 - 55 d. ≥ 56 Berdasarkan Pendidikan (Formal) a. Tidak Sekolah (O thn) b. SD ( 1-6 tahun) c. SMP (7-9 tahun) d. SMA (10-12 tahun) Berdasarkan Pengalaman Bertani (Tahun) a. 10 - 20 b. 21 - 30 c. 31 - 40 d. ≥ 40 tahun Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang) a. Tidak ada (0 Orang) b. 1 – 2 Orang c. 3 – 4 Orang d. ≥ 4 Orang Partisipasi Dalam Kelompok a. Aktif b. Tidak Aktif
11 9 7 3
36.67 30.00 23.33 10.00
Petani Bukan Peserta Prima Tani Jumlah Persen 1 18 6 5
3.33 60.00 20.00 16.67
0 22 5 3
0.00 73.33 16.67 10.00
0 18 9 3
0 60 30 10
18 7 5 1
60.00 23.33 16.67 3.33
3 7 18 2
10.00 23.33 60.00 6.67
9 17 4 0
30.00 56.67 13.33 0.00
6 20 4 0
20 66.67 13.33 0.00
22 8
73.33 26.67
20 10
66.67 33.37
Sumber : Pengolahan Data Primer (2010) Keterkaitan antara Tabel 8 dengan penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut :
6.1.1. Umur Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa rata-rata umur baik petani peserta Prima Tani maupun petani bukan peserta Prima Tani berada pada usia produktif. Umur petani peserta prima Tani dengan kisaran antara 25 – 35 tahun berjumlah
87
11 orang dengan persentase 36.67 persen. Petani yang berumur antara 36 - 45 tahun sebanyak
9 orang dengan persentase
30.00 persen dan petani yang
berumur 46 – 55 tahun sebanyak 7 orang dengan persentase 23.33 persen dan diatas 56 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 10.00 persen, sedangkan umur petani bukan peserta Prima Tani dengan kisaran 25 –35 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase 3.33 persen, kisaran umur 36 – 45 tahun sebanyak 18 orang dengan persentase 60 persen, kisaran umur 46 – 55 sebanyak 6 orang dengan persentase
20 persen,
kisaran umur
lebih dari 56 tahun sebanyak
5 orang dengan persentase 16.67 persen. Umur sangat berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan, petani yang berumur muda dan sehat jasmani mempunyai kemampuan fisik lebih besar dibanding petani yang berumur lebih tua. Dengan demikian peningkatan produksi usahatani padi sawah didaerah penelitian tidak banyak mengalami hambatan.
6.1.2.Pendidikan Pada umumnya petani responden di lokasi penelitian berkesempatan untuk memperoleh pendidikan. Tingkat pendidikan petani peserta Prima Tani dan bukan peserta Prima Tani berkisar antara 0–12 tahun.
Tingkat pendidikan
dilokasi peserta prima Tani yang berkisar antara 1–6 tahun sebanyak 22 orang dengan persentase 73.33 persen, kisaran 7–9 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase 16.67 persen, kisaran 10–12 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 10 persen. Tingkat pendidikan petani bukan peserta Prima Tani yang antara 1–6 tahun sebanyak 18 orang dengan persentase 60 persen, kisaran 7–9 tahun
88
sebanyak 9 orang dengan persentase 30 persen, kisaran 10–12 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 10 persen. Pendidikan petani dapat berupa pendidikan formal maupun pendidikan non formal, namun dalam penelitian lebih difokuskan pada pendidikan formal petani.
Tingkat pendidikan mempengaruhi keputusan petani dalam berpikir,
menganalisis dan pengambilan keputusan berusahatani dan penerapan inovasi teknologi.
6.1.3. Pengalaman Berusahatani Rata-rata pengalaman petani responden dalam berusahatani baik pada petani peserta Prima Tani maupun petani bukan peserta PrimaTani relatif sudah cukup lama. Pengalaman berusahatani petani peserta Prima Tani berkisar antara 10 sampai 43 tahun.
Petani peserta Prima Tani yang berpengalaman dalam
usahatani antara 10-20 tahun sebanyak 18 orang dengan persentasenya 60 persen, yang berpengalaman dalam berusahatani selama 21-30 tahun sebanyak 7 orang dengan persentase 23.33 persen, yang berpengalaman dalam usahatani selama 31–40 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase 16.67, yang berpengalaman dalam berusahatani di atas 40 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase 3.33 persen. Sedangkan tingkat pengalaman bertani petani bukan peserta Prima Tani berkisar antara 10 sampai 45 tahun. Petani peserta yang berpengalaman antara 10-20 tahun sebanyak 3 orang dengan persentasenya 10 persen, petani yang berpengalaman usahatani antara 21–30 tahun sebanyak 7 orang dengan persentase 23.33 persen, petani yang berpengalaman usahatani antara 31–40 tahun sebanyak 18 orang dengan persentase 60 persen dan yang berpengalaman diatas
89
41 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 6.67 persen. Pengalaman yang dimiliki oleh petani dapat digunakan sebagai peluang kearah efisiensi dalam penggunaan input-input produksi yang mereka gunakan.
6.1.4. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga pada petani responden di desa Sui Itik yang berkisar antara 0-4 orang, Jumlah tanggungan berkisar antara 1-2 orang sebanyak 17 orang dengan persentase 56.67 persen. Jumlah tanggungan berkisar antara 3–4 orang sebanyak 4 orang dengan persentase 13.33.
Jumlah tanggungan
keluarga untuk daerah bukan peserta Prima Tani yang berkisar antara 0-4 orang. Jumlah tanggungan keluarga berkisar antara 1-2 orang sebanyak 20 orang atau 66.67 persen. Jumlah tanggungan keluarga berkisar 3–4 orang sebanyak 4 orang dengan persentase 13.33 persen.
Dari hasil data yang di diperoleh ternyata
terdapat perbedaaan jumlah tanggungan keluarga yang peserta Prima Tani dan petani bukan peserta Prima Tani. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga akan membutuhkan biaya hidup yang besar sehingga sangat berpengaruh terhadap beban hidup rumahtangga petani.
6.1.5. Partisipasi dalam Kelompok Tani Kelompok tani merupakan sarana yang baik bagi petani untuk berbagi pengalaman,
pengetahuan,
ketrampilan
serta
sarana
bagi
petani
untuk
merencanakan aktivitas usahatani antar petani. Dalam kelompok tani idealnya petani memperoleh tambahan pengetahuan dan ketrampilan dalam berusahatani baik antar petani, PPL maupun dinas terkait lainnya. Pada umumnya petani
90
peserta program Prima Tani dan non peserta Prima Tani aktif dalam mengikuti kegiatan kelompok, hanya sedikit yang jarang ikut dalam kegiatan kelompok.
6.2. Kepemilikan Lahan dan Penggunaannya Lahan milik sendiri merupakan bentuk sistem kepemilikan yang umum di daerah penelitian. Namun demikian kepemilikan lahan petani di desa ini sangat bervariasi dimana ada yang memiliki lahan sempit (0.4–0.99 hektar), sedang (1–2 hektar) dan luas ( ≥ 2 hektar). Petani lahan sempit lebih banyak jumlahnya jika dibandingkan dengan petani lahan sedang dan luas. Petani yang memiliki lahan sempit umumnya untuk menambah penghasilan dari usahatani padi maka kadang menyewa lahan milik petani yang memiliki lahan yang luas, baik di dalam desa tersebut maupun diluar desa. Rata-rata luas lahan di desa Sui Itik adalah 1.48 hektar dengan luas lahan minimal 0.4 hektar dan luas maksimal 3.5 hektar. Sedangkan rata-rata luas lahan petani non Prima Tani adalah 1.19 hektar dengan luas lahan minimal 0.5 hektar dan luas maksimal 3 hektar. Petani yang luas lahannya lebih dari 1 hektar biasanya tidak terdapat pada satu hamparan dan terpisah menjadi petak-petak yang terpisah atau yang dikenal dengan sebutan persil. Rata-rata penanaman padi dilakukan secara monokultur. Hanya sebagian kecil dari petani yang sudah melakukan diversifikasi tanaman. Tanaman sayuran biasanya ditanam secara terpisah di lokasi yang berbeda.
6.3. Usahatani Padi Sawah Cara bertanam padi yang dilakukan oleh petani peserta Prima Tani dan petani bukan peserta Prima Tani hampir sama. Umumnya dalam bertanam padi
91
petani mengikuti teknologi anjuran yang sudah ada sebelumnya, mulai dari pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Pengolahan tanah baik dilokasi Prima Tani maupun bukan Prima Tani sudah ada yang menggunakan traktor, selain itu ada yang mengolah dengan cangkul, disesuaikan dengan kondisi lahan. Petani peserta Prima Tani dalam berusahatani mengikuti anjuran teknologi dari Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) karena diharapkan rekomendasi usahatani dengan rekomendasi PTT ini merupakan suatu pendekatan inovatif dalam meningkatkan efisiensi usahatani padi sawah melalui penerapan komponen teknologi yang memiliki efek sinergistik dan petani berpartisipasi mulai dari perencanaan sampai pengembangan. Beberapa hal yang membedakan pengelolaan usahatani petani peserta Prima Tani dan petani bukan peserta Prima Tani. Adapun input-input produksi yang dianjurkan melalui PTT yang direkomendasikan di desa Sui itik adalah sebagai berikut:
6.3.1. Jumlah Penggunaan Benih Petani responden yang mengikuti Program Prima Tani rata-rata menggunakan benih sebanyak 15-30 kg/ha. Sedangkan petani responden bukan peserta Prima Tani menggunakan benih sebanyak 12–28 kg/ha.
Benih yang
seharusnya digunakan sesuai anjuran PTT adalah sebanyak 25–30 kg/ha. Ratarata petani baik peserta Program Prima Tani maupun bukan peserta Prima Tani sudah menggunakan benih sesuai anjuran. Varietas benih yang ditanam tergantung pada selera dan kebiasaan petani. Varietas yang ditanam adalah : Ciherang, IR.64, IR 42, Musi dan Batanghari.
92
6.3.2. Penanaman Petani baik peserta Prima Tani maupun bukan peserta Prima Tani awalnya semaikan benih pada bedengan, selama di bedengan diberi pupuk urea sesuai dengan luasan bedengan,
setelah 10 hari di persemaian, bibit dipindahkan.
Sedangkan teknologi anjuran dari PTT adalah umur bibit dipersemaian 10-15 hari. Pada umumnya petani peserta dan non peserta Prima Tani menanam bibit muda, namun ada juga petani yang menanam bibit tua tapi dalam jumlah yang sedikit. Anjuran dari PTT
bibit diberikan 1-2 bibit perlubang dengan jarak tanam
20 x 20 cm (tegal) dan 40 x 20 x 10 cm (legowo). Sistem tanam legowo yang diterapkan petani peserta Prima Tani adalah Legowo 4.1. Anjuran jajar tanam legowo baru diterapkan oleh beberapa petani peserta Prima Tani, sebagian besar petani peserta Prima Tani belum menerapkan jajar tanam legowo karena menurut mereka sistem jajar tanam legowo membutuhkan waktu yang lama. Petani bukan peserta Prima Tani melakukan penanaman yang mirip dengan jajar tanam legowo hanya saja cara tanam yang dilakukan adalah berselang seling 10 baris dan 1 baris kosong. Keuntungan sistem tanam jajar legowo diantaranya adalah : (1) semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanam pinggir), (2) pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih muda, (3) menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air, dan (4) pemberian dan penggunaan pupuk lebih efisien dan berdaya guna.
6.3.3. Pemupukan Pemupukan harus dilakukan secara berimbang, artinya pemberian pupuk ke dalam tanah diharapkan dapat menyeimbangkan dan mengoptimalkan semua
93
hara pertanian. Umumnya petani di lokasi penelitian sudah menggunakan pupuk antara lain; urea, SP-36, KCl dan ada juga yang menggunakan NPK sebagai pengganti KCl jika terjadi kelangkaan pupuk. Anjuran penggunaan pupuk yaitu menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) dan peta status hara P dan K. Pupuk dasar diberikan 7-10 HST dengan jenis pupuk Urea 50 Kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCl 25 kg/ha. Umur 20 HST jenis pupuk Urea diulang setiap 10 hari berdasarkan BWD hingga umur 40 HST. Untuk umur 40 HST, pemupukan KCl 25 kg/ha. Namun demikian tidak semua petani peserta Prima Tani mengikuti anjuran tersebut. Hal ini disebabkan karena selain pupuk tersedia dalam jumlah yang terbatas, alasan utamanya adalah keterbatasan modal untuk membeli pupuk. Di lokasi pelaksanaan program Prima Tani, penggunaan pupuk organik merupakan rekomendasi teknologi.
Pupuk
organik yang diintroduksi adalah pupuk jerami padi dan biogas dari kotoran sapi. Namun demikian belum semua petani menggunakan pupuk organik baik dari jerami padi maupun biogas. Hal ini disesabkan karena menurut petani pembuatan pupuk organik membutuhkan ketelitian dan ketrampilan. Pupuk organik tidak digunakan oleh semua petani, beberapa petani yang adalah pemilik ternak sapi sudah mencoba menggunakan pupuk dari kotoran sapi tersebut. Keinginan petani untuk menggunakan pupuk organik cukup besar hanya saja kelangkaan kotoran sapi menjadi kendala bagi petani.
6.3.4. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dilakukan dengan cara penyiangan gulma pada lahan yang ditanami padi.
Umumnya dilokasi penelitian penyiangan dilakukan
94
sebanyak 2 kali. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan ada juga yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Tujuan dilakukan penyiangan adalah : (1) mengurangi persaingan antara gulma dengan tanaman dalam hal kebutuhan akan unsur hara, sinar matahari dan tempat, (2) untuk memutuskan perputaran hidup gulma, (3) mencegah terbentuknya tempat berkembang bagi serangga hama, penyakit dan tikus, dan (4) mencegah terseumbatnya saluran dan aliran irigasi. Penyiangan dapat dilakukan dengan mencabut dengan tangan, menggunakan herbisida.
6.3.5. Panen dan Pasca Panen Sistem panen yang dilakukan biasanya secara berkelompok. Panen dan perontokan dilakukan dengan menggunakan arit dan mesin perontok (Power Threser). Namun demikian dilokasi penelitian umumnya dikeluhkan petani tentang keterbatasan alat perontok padi, panen yang dilakukan biasanya secara berkelompok. Selain itu juga belum adanya alat pengering (dryer) sehingga biasanya petani menjemur gabah disepanjang jalan. Hasil sampingan padi berupa dedak/menir dan sekam telah dimanfaatkan untuk makanan ternak dan juga petani telah dilatih untuk menggunakan bahan sekam sebagai wadah untuk memasak, dimana petani juga dilatih untuk pembuatan tunggu sekam.
6.4. Perbandingan Rata-Rata Penggunaan Input dan Produksi Petani Peserta dan Bukan Peserta Prima Tani Tabel
9
menunjukkan
perbandingan
rata-rata
produktivitas
dan
penggunaan input pada musim hujan di daerah penelitian yaitu pada petani peserta Prima Tani dan bukan peserta Prima Tani. Rata-rata luas lahan petani sampel
95
yang terdiri dari 30 petani peserta program Prima Tani dan 30 petani bukan peserta Prima Tani, pada Tabel 9 terlihat bahwa luas lahan petani peserta Prima Tani 1.41 ha lebih tinggi dibandingkan dengan luas lahan petani bukan peserta Prima Tani yaitu 1 ha. Produktivitas yang diperoleh petani peserta Prima Tani lebih tinggi yaitu3 892 kg/ha dibandingkan dengan petani bukan peserta Prima Tani yaitu 3 129 kg/ha. Penggunaan input seperti benih,Urea, SP-36, KCl, dan pestisida di lokasi peserta Prima Tani lebih kecil dibandingkan dengan lokasi bukan peserta Prima Tani.
Umumnya petani dilokasi peserta Prima Tani
maunpun bukan peserta Prima Tani sudah memahami tentang penggunaan pupuk sesuai anjuran, namun belum semua petani melakukan pemupukan sesuai anjuran. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dana yang dimiliki petani. Di lokasi peserta Prima Tani petani sudah dilatih untuk pembuatan pupuk organik seperti kompos dari kotoran sapi dan pembuatan pupuk jerami namun petani terbatas untuk mendapatkan bahan baku (kotoran sapi) karena petani yang mengusahakan sapi sangat terbatas jumlahnya, disamping itu pula keterbatasan waktu dari petani. Demikian halnya di lokasi bukan peserta khusus untuk penggunaan tenaga kerja dilokasi Prima Tani lebih kecil jika dibandingkan dengan lokasi bukan peserta Prima Tani. Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa produktivitas padi petani peserta Prima Tani lebih tinggi dari petani bukan peserta Prima Tani.
Tingginya
produktivitas padi pada petani peserta Prima Tani disebabkan karena dalam berusahatani padi petani peserta Prima Tani telah melaksanakan rekomendasi teknologi yang dianjurkan yaitu teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) melalui kegiatan Prima Tani. Tujuan dari program PTT adalah meningkatkan
96
produktivitas padi. Dalam curahan tenaga kerja, petani peserta Prima Tani dalam berusahatani padi lebih sedikit dibandingkan dengan petani bukan peserta Prima Tani. Hal ini berarti bahwa untuk curahan tenaga kerja petani peserta Prima Tani lebih baik dibandingkan dengan petani bukan peserta Prima Tani. Sedikitnya curahan tenaga kerja pada petani peserta Prima Tani karena petani sudah menggunakan teknologi mekanisasi dalam hal ini penggunaan traktor, power threser dan lain sebagainya. Tabel 9. Diskripsi Usahatani Padi Sawah Petani Peserta Prima Tani Desa Sui Itik dan Petani Bukan Peserta Prima Desa Pal IX Perhektar pada Musim Hujan Kecamatan Sui Kakap, Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009 Peubah
Satuan
Rata-rata
St.deviasi
Min
Max
- Produktivitas (Y)
Kg
3 892
507
2 667
4 800
- Benih (X1)
Kg
52
36
25
225
- Urea (X2)
Kg
69
16
40
100
- SP-36 (X3)
Kg
50
16
22
87
- KCl (X4)
Kg
33
12
20
63
- Pestisida (X5)
Kg
1
0.65
0.3
2.5
- Tenaga Kerja (X6)
Kg
74
42
20
205
Kg
3 458
719
2 000
4 600
Kg
49
15
25
83
Kg
69
24
31
100
Kg
48
17
25
80
Kg
28
13
10
67
Kg
2
1
1
3
Kg
77
30
27
128
1.Petani Peserta PrimaTani
2. Petani Bukan Peserta PrimaTani - Produktivitas (Y) - Benih (X1) - Urea (X2) - SP-36 (X3) - KCl (X4) - Pestisida (X5) - Tenaga Kerja (X6)
Sumber : Analisis Data Primer (2010) Tabel 10 menunjukkan perbandingan rata-rata produktivitas dan penggunaan input pada musim kemarau di daerah penelitian yaitu pada petani
97
peserta Prima Tani dan bukan peserta Prima Tani. Penggunaan input pada musim kemarau dapat dilihat pada Tabel. 10 Tabel 10. Diskripsi Usahatani Padi Sawah Petani Peserta Prima Tani Desa Sui Itik dan Petani Bukan Peserta Prima Desa Pal IX Perhektar pada Musim Kemarau Kecamatan Sui Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Tahun 2009 Peubah
Satuan Rata-rata
St.deviasi
Min
Max
1.Petani Peserta Prima Tani - Produktivitas (Y) - Benih (X1) - Urea (X2) - SP-36 (X3) - KCl (X4) - Pestisida (X5) - Tenaga Kerja (X6)
Kg Kg Kg
3 346
773
45
2 111
44
31
15
58
56
31
15
120
Kg Kg
167
109
15
350
26
9
14
50
Kg Kg
3
1
1
4
53
20
20
90
Kg Kg Kg
2 896
452
2 000
3 750
34
6
26
50
47
23
12
100
Kg Kg
37
9
25
53
21
6
13
35
Kg Kg
2
1
1
3
73
45
22
165
2.Petani Bukan Peserta Prima Tani - Produktivitas (Y) - Benih (X1) - Urea (X2) - SP-36 (X3) - KCl (X4) - Pestisida (X5) - Tenaga Kerja (X6)
Sumber : Analisis Data Primer (2010)
Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa produktivitas petani peserta Prima Tani pada musim kemarau lebih tinggi yaitu 3 346 kg/ha dibandingkan dengan produktivitas petani bukan peserta Prima Tani yaitu 2 896 kg/ha. Pada awalnya petani peserta Prima Tani melakukan pananaman padi hanya pada musim hujan. Dengan adanya penyuluhan yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) tentang manfaat dan keuntungan penanaman dua musim tanam dan
98
penyuluhan dari peneliti dan penyuluh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Barat melalui Program Prima Tani maka sampai sekarang petani sudah melakukan penanaman dua kali setahun dan merasakan manfaat.
6.5. Analisis Pendapatan Penanaman padi dilokasi penelitian biasanya dilakukan dua kali yaitu pada Musim Hujan (MH) atau yang dikenal dengan musim rendengan dan Musim Kemarau (MK) atau musim Gado. Pada musim hujan, petani biasanya menanam padi varietas lokal maupun varietas unggul dan pada musim kemarau petani lebih banyak menanam padi varietas unggul Ciherang. Harga jual varietas unggul lebih tinggi dibandingkan varietas lokal dimana untuk varietas unggul harga jualnya Rp 2 800 dan varietas lokal Rp 2 600. Harga ini berlaku sama baik dilokasi Prima Tani maupun dilokasi bukan Prima Tani. Hasil penelitian untuk musim hujan dan musim kemarau dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12. Pada musim hujan, hasil analisis penerimaan total usahatani padi pada petani peserta Prima Tani adalah Rp 10 523 827 dengan rata-rata produksinya (nilai fisik) 3 892 Kg per hektar dan petani bukan peserta Prima Tani sebesar Rp 9 035 316 dengan rata-rata produksi 3 458. Pendapatan yang diperoleh untuk petani peserta Prima Tani pada musim hujan adalah Rp 5 654 299 dan petani bukan peserta Prima Tani adalah Rp 3 272 271. Hasil analisis R/C rasio yang diperoleh petani peserta Prima Tani lebih tinggi dibandingkan dengan petani bukan peserta Prima Tani pada musim hujan yaitu 2.16 dan 1.63.
99
Tabel 11.
Analisis Pengeluaran, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Petani Peserta Program Prima Tani Desa Sui Itik dan Petani Bukan Peserta Prima Tani Desa Pal IX pada Musim Hujan, Kecamatan Sui Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat Tahun 2009
Variabel Input dan Output
Benih Urea SP-36 KCl Pestisida TKLK Mesin Perontok (Power Threser) Traktor Total Biaya Tunai Biaya Yang Diperhitungkan Sewa Lahan Pajak TKDK Total Biaya Yang diperhitungkan Biaya Total Penerimaan( Kg/Ha) Pendapatan R/C ratio atas biaya total
Petani Peserta Prima Tani (Rp/Ha) 155 224 103 483 205 666 173 638 143 500 1 682 584 736 874
Presentase (%)
3.00 2.00 4.39 1.67 3.39 34.51 15.35
Petani Presentase Bukan (%) Peserta Prima Tani (Rp/Ha) 172 407 3.14 116 614 0.43 144 632 0.23 98 857 0.10 10 786 0.20 1 901 245 33.69 595 000 18.87
198 667 3 339 635
4.23 237 333 68.54 3 276 874
3.94 60.60
500 000 2 350 1 467 542 1 469 892
2.00 0.33 29.13 31.46
500 000 2 350 2 253 333 2 255 683
0.27 0.13 39.0 39.40
100 5 532 557
100
4 869 528 10 523 827 5 654 299 2.16
9 035 316 3 502 759 1.63
Pada musim kemarau, penerimaan total usahatani padi petani peserta program Prima Tani adalah sebesar Rp 9 368 165dan petani bukan peserta Prima Tani sebesar Rp 8 089 031 dengan rata-rata produksi gabah perhektar 3.346 kg per hektar dan bukan peserta Prima Tani 2 896 kg per hektar. Pendapatan peserta Prima Tani adalah Rp 4 474 490 dan bukan peserta Prima Tani adalah Rp 2 520 365. Analisis R/C ratio petani peserta Prima Tani 1.9 dan analisis R/C ratio petani bukan peserta Prima Tani 1.45.
100
Tabel 12. Analisis Pengeluaran, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Petani Peserta Program Prima Tani Desa Sui Itik dan Petani Bukan Peserta Prima Tani Desa Pal IX pada Musim Kemarau, Kecamatan Sui Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat Tahun 2009 Variabel Input dan Output
Petani Peserta Prima Tani (Rp/Ha)
Benih
137 265
Urea SP-36 KCl Pestisida TKLK Mesin Perontok (Power Threser) Traktor Total Biaya Tunai Biaya Yang Diperhitungkan Sewa Lahan Pajak TKDK Total Biaya Yang diperhitungkan Biaya Total Penerimaan ( Kg/Ha) Pendapatan
Presentase (%)
134 192 99 173 72 864 105 417 1 473 899 736 874
Petani Bukan Peserta Prima Tani (Rp/Ha) 3.00 134 843 2.00 193 634 1.00 110 689 1.00 68 475 2.00 105 179 31.00 1 901 245 16.00 577 008
198 667 2 906 297
4.00 198 921 60.00 3 155 151
3.46 61.94
625 000 2 350 1 985 028 1 987 378
1.64 0.36 38.00 40.00
625 000 2 350 2 411 165 2 413 515
1.96 0.28 35.82 38.06
100 5 568 666 3.00 8 089 031 2.00 2 520 365
100
R/C ratio atas biaya total
1.9
4 893 675 9 368 165 4 474 490
Presentase (%)
2.21 3.27 1.74 1.30 2.00 31.33 16.63
1.45
Nilai R/C ratio untuk petani peserta Prima Tani, baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan petani bukan peserta Prima Tani. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Dengan nilai R/C lebih dari satu maka dapat disimpulkan bahwa usahatani yang dilakukan adalah layak dan efisien, artinya bahwa teknologi yang dianjurkan melalui
101
Program Prima Tani dengan pendekatan PTT yang diterapkan secara intensif berdampak positif terhadap efisiensi usahatani, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan pendapatan rumahtangga dari usahatani padi.
Beberapa
penelitian memperoleh hasil yang sejalan dengan penelitian ini antara lain; Toha (2005) didapatkan hasil pengkajian PTT memberikan keuntungan rata-rata Rp 1 754 799, sedangkan teknologi petani sebesar
Rp 1 144 283, dengan
R/C ratio masing-masing 1.42 dan 1.28. Hasil riel pada teknologi PTT sekitar 5.92 ton/ha; sedangkan teknologi petani rata-rata 5.21 ton/ha; sedangkan teknologi petani rata-rata 5.21 ton/ha. Penerapan teknologi dengan pendekatan PTT dapat meningkatkan hasil dam memiliki prospek untuk menekan biaya usahatani padi yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan bersih petani di NTB. Andriati dan Sudana (2007) didapatkan hasil penelitian usahatani padi sawah pada musim hujan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat dengan nilai R/C ratio antara 1.54 – 1.70, sedangkan pada musim kemarau antara 1.41 – 1.58. Sahara et al.(2007) diperoleh nilai R/C ratio untuk petani padi di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara adalah 2.28.
Ariani et al. (2009)
nilai R/C ratio yang
diperoleh petani kooperator dengan penerapan teknologi PTT dilokasi Prima Tani Di Desa Teras Kecamatan Carenang Kabupaten Serang lebih tinggi dibandingkan dengan petani non kooperator. Nilai R/C ratio yaitu 2.3 untuk petani kooperator dan 1.9 untuk non kooperator.