PENYUSUN Rif’atul Fikriya, S.Pd., S.Hum. Didik Budi Handoko, S.Pd. Yudi Setianto, M.Pd. Syachrial Arrifiantono, S.Pd., M.Pd.
( PPPPTK PKn DAN IPS ) ( PPPPTK PKn DAN IPS ) ( PPPPTK PKn DAN IPS ) ( PPPPTK PKn DAN IPS )
PEMBAHAS Endang Setyoningsih, S.Pd. Budi Santoso, S.Pd. Drs. Kasimanuddin Ismain, M.Pd. Deny Yudo Wahyudi, M.Hum.
Sejarah SMA/SMK K-7
( SMA Negeri 5 Malang ) ( SMA Negeri 2 Batu ) ( Universitas Negeri Malang ) ( Universitas Negeri Malang )
1
MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
MATA PELAJARAN
SEJARAH SMA/SMK KELOMPOK KOMPETENSI 7 PENYUSUN Rif’atul Fikriya, S.Pd., S.Hum. Didik Budi Handoko, S.Pd. Yudi Setianto, M.Pd. Syachrial Arrifiantono, S.Pd., M.Pd.
( PPPPTK PKn DAN IPS ) ( PPPPTK PKn DAN IPS ) ( PPPPTK PKn DAN IPS ) ( PPPPTK PKn DAN IPS )
PEMBAHAS Endang Setyoningsih, S.Pd. Budi Santoso, S.Pd. Drs. Kasimanuddin Ismain, M.Pd. Deny Yudo Wahyudi, M.Hum.
( SMA Negeri 5 Malang ) ( SMA Negeri 2 Batu ) ( Universitas Negeri Malang ) ( Universitas Negeri Malang )
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PPPPTK PKn DAN IPS 2015 Sejarah SMA/SMK K-7
i
PENGANTAR
Salah satu komponen yang menjadi fokus perhatian dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah peningkatan kompetensi guru. Hal ini menjadi prioritas baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sejalan dengan hal tersebut, peran guru yang profesional dalam proses pembelajaran di kelas menjadi sangat penting sebagai penentu kunci keberhasilan belajar siswa. Disisi lain, Guru diharapkan mampu untuk membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) diperuntukkan bagi semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi baik Kompetensi Pedagogik maupun Kompetensi Profesional sangat dibutuhkan bagi Guru. Informasi, tentang peta kompetensi tersebut diwujudkan dalam buku modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dari berbagai mata pelajaran. PPPPTK PKn dan IPS merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis
di
lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, mendapat tugas untuk menyusun Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), khususnya modul PKB untuk
mata pelajaran PPKn SMP, IPS SMP, PPKn
SMA/SMK, Sejarah SMA/SMK, Geografi SMA, Ekonomi SMA, Sosiologi SMA, dan Antropologi SMA. Masing-masing modul Mata Pelajaran disusun dalam grade 1 sampai grade 10. Dengan adanya modul
ini, diharapkan semua
kegiatan pendidikan dan pelatrihan baik yang dilaksanbakan dengan pola tatap muka maupun on-line bisa mengacu dari modul-modul yang telkah disusun ini. Semoga modul ini bisa dipergunakan untuk menjadi acuan dan pengembangan proses pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran PKn dan IPS.
Jakarta, Desember 2015 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Sumarna Surapranata, Ph.D NIP. 195908011985032001 Sejarah SMA/SMK K - 3
ii
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Diagram Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan C. Peta Kompetensi D. Ruang Lingkup E. Saran Penggunaan Modul Kegiatan Pembelajaran 1 Pendekatan Saintifik dan Model-model Pembelajaran Sejarah A. Tujuan Pembelajaran B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan / Kasus / Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
ii iii vi vii viii 1 1 5 5 7 8
Kegiatan Pembelajaran 2 Problematika Penyusunan RPP A. Tujuan Pembelajaran B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan / Kasus / Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
35 35 35 35 55 56 59 60
Kegiatan Pembelajaran 3 Analisis Hasil Penilaian Autentik Mata Pelajaran Sejarah A. Tujuan Pembelajaran B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan / Kasus / Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
62 62 62 62 79 80 82 82
Kegiatan Pembelajaran 4 Proposal PTK A. Tujuan Pembelajaran B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan / Kasus / Tugas F. Rangkuman
84 84 84 84 101 101 102
Sejarah SMA/SMK K-7
9 9 9 9 30 31 33 34
iii
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
102
Kegiatan Pembelajaran 5 Penelitian Sejarah A. Tujuan Pembelajaran B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan / Kasus / Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
104 104 104 104 123 124 124 124
Kegiatan Pembelajaran 6 Perkembangan Kebudayaan Masa Praaksara Indonesia dan Dunia II A. Tujuan Pembelajaran B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan / Kasus / Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
126 126 126 126 141 141 142 143
Kegiatan Pembelajaran 7 Sejarah Indonesia Kuna II A. Tujuan Pembelajaran B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan / Kasus / Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut H. Kunci Jawaban Kegiatan Pembelajaran 8 Sejarah Indonesia Baru II A. Tujuan Pembelajaran B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan / Kasus / Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
145 145 145 145 173 173 177 178 178 180 180 180 180 193 194 195 196
Kegiatan Pembelajaran 9 Sejarah Indonesia Modern II A. Tujuan Pembelajaran B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan / Kasus / Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
198 198 198 198 240 240 242 243
Kegiatan Pembelajaran 10 Capita Selekta Sejarah Indonesia Kontemporer II
246
Sejarah SMA/SMK K - 3
iv
A. B. C. D. E. F. G.
Tujuan Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Uraian Materi Aktivitas Pembelajaran Latihan / Kasus / Tugas Rangkuman Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Kegiatan Pembelajaran 11 Revolusi Penting dalam Sejarah Dunia II A. Tujuan Pembelajaran B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan / Kasus / Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
245 245 245 269 269 271 271 274 274 274 274 288 288 289 290
Evaluasi Penutup
Sejarah SMA/SMK K-7
v
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Model Pembelajaran PBL Gambar 6.1 Kapak Pendek (Pebble) Sumatera Gambar 6.2 Alur Penyebaran Kebudayaan Neolitik di Indonesia Gambar 6.3 Kapak Lonjong Gambar 6.4 Beberapa Artefak Masa Neolitik Gambar 6.5 Peta Jalur Penyebaran Manusia Purba Gambar 6.6 Lukisan Karya Paul Jamin (1853-1903) yang Menggambarkan Salah Satu Binatang Masa Praaksara di Eropa Gambar 7.1 Candi Jago di Wilayah Malang Gambar 7.2 Candi Borobudur Gambar 7.3 Relief Candi Borobudur Gambar 8.1 Makam Maulana Malik Ibrahim Gambar 8.2 Gambar Tokoh Walisanga Gambar 9.1 Suasana Kongres Pertama Sarekat Islam di Solo Gambar 9.2 Panitia dan Anggota Kongres Pemuda Indonesia 2
Sejarah SMA/SMK K - 3
26 129 131 131 134 137 139 154 155 156 182 186 210 220
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Peran Guru, Peserta Didik dan Konsep Masalah Tabel 2.1 Gradasi Sikap, Pengetahuan, dan Ketrampilan Tabel 2.2 KKO Ranah Kognitif Tabel 2.3 KKO Ranah Afektif Tabel 2.4 KKO Ranah Psikomotorik Tabel 3.1 Contoh Lembar Penilaian Sikap saat Diskusi Tabel 3.2 Contoh Format Penilaian Diri (Tuntas 1 KD) Tabel 3.3 Contoh Format Penilaian Diri (Tugas Proyek) Tabel 3.4 Contoh Format Rekapitulasi Penilaian Diri Peserta Didik Tabel 3.5 Contoh Penilaian Antar Peserta Didik Tabel 3.6 Contoh Format Penilaian yang diisi Peserta Didik Tabel 3.7 Contoh Format Jurnal Model Pertama Tabel 3.8 Contoh Format Jurnal Model Kedua Tabel 3.9 Teknik dan Bentuk Instrumen Penilaian Tabel 3.10 Contoh Format Observasi Diskusi Tabel 3.11 Contoh Format Penilaian Kinerja Tabel 3.12 Contoh Format Penilaian Proyek Tabel 3.13 Contoh Format Penilaian Produk Tabel 4.1 Contoh Rumusan Masalah dalam Penyusunan PTK Tabel 4.2 Contoh Masalah, Rumusan Masalah dan Hipotesis Tindakan
Sejarah SMA/SMK K-7
27 36 42 43 44 63 65 65 66 67 67 68 69 70 72 74 76 77 97 99
vii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 Konsep Sebab Akibat dalam Pendekatan Saintifk Diagram 2 Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek Diagram 3 Alur Pelaksanaan PTK
Sejarah SMA/SMK K - 3
13 21 94
viii
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.
Guru
dan
tenaga
kependidikan
wajib
melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian secara berkelanjutan agar dapat melaksanakan tugas profesionalnya.Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah pengembangan kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan yang dilaksanakan sesuai kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga kependidikan mampu secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK atau penyedia layanan diklat lainnya. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat. Modul merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Pedoman penyusunan modul diklat PKB bagi guru dan tenaga kependidikan ini merupakan acuan bagi penyelenggara pendidikan dan pelatihan dalam mengembangkan modul pelatihan yang diperlukan guru dalam melaksanakan
Sejarah SMA/SMK K-7
1
kegiatan PKB. Dasar Hukum penulisan Modul PKB untuk Guru Sejarah SMA/SMK adalah : 1.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.
4.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013.
5.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
6.
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
7.
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 14 Tahun 2010 dan Nomor 03/V/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya.
8.
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Penilik dan Angka Kreditnya
9.
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawasdan Angka Kreditnya.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah 11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah 12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah
Sejarah SMA/SMK K - 3
2
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan 15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No 26 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboran 16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor; 17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. 18. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Standar Penguji pada Kursus dan Pelatihan 20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Standar Pembimbing pada Kursus dan Pelatihan 21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang Standar Pengelola Kursus 22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 43 tahun 2009 tentang Standar Tenaga Administrasi Pendidikan pada Program Paket A, Paket B, dan Paket C. 23. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 44 tahun 2009 tentang Standar Pengelola Pendidikan pada Program Paket A, Paket B, danPaket C. 24. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Standar Teknisi Sumber Belajar pada Kursus dan Pelatihan 25. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 26. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawasdan Angka Kreditnya.
Sejarah SMA/SMK K-7
3
27. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan. 28. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kelola Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 29. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. 30. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penilik dan Angka Kreditnya. 31. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2013 Tentang Juknis Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya. 32. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus 33. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 152 Tahun 2014 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Pamong Belajar. 34. Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Nomor 143 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya.. 35. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. 36. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 143 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya. 37. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian dan Pendidikan dan Kebudayaan. 38. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2015 tentang Organisasidan Tata Kerja Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Sejarah SMA/SMK K - 3
4
B. Tujuan Modul Grade 7 ini, merupakan kesatuan utuh dari materi-materi yang ada pada modul grade 7. Modul diklat ini sebagai panduan belajar bagi guru Sejarah SMA/SMK dalam memahami materi Sejarah Sekolah Menengah Atas. Modul ini bertujuan dalam upaya peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional materi Sejarah SMA/SMK sebagai tindak lanjut dari UKG tahun 2015. Kita akan mengajak Anda, mengkaji terkait materi yang terdiri atas materi pedagogik dan profesional. Materi pedagogik berhubungan dengan materi yang mendukung proses pembelajaran seperti pendekatan saintifik dan model-model pembelajaran, Problematika Penyusunan RPP, Analisis Hasil Penilaian Autentik Mata Pelajaran Sejarah, Penyusunan Proposal PTK. Materi profesional terkait dengan materi sejarah, sesuai periodisasi dalam sejarah, sehingga materi ini mencakup Penelitian Sejarah, Perkembangan Kebudayaan
Masa Praaksara
Indonesia dan Dunia, Sejarah Indonesia Kuna II, Sejarah Indonesia Baru II, Sejarah Indonesia Modern II, Capita Selekta Sejarah Indonesia Kontemporer II, Revolusi Penting dalam Sejarah II.
C. Peta Kompetensi Kompetensi yang ingin dicapai setelah peserta diklat mempelajari Modul ini adalah : Kegiatan Pembelajaran ke -
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Mata Diklat
Kompetensi
pendekatan saintifik dan modelmodel pembelajaran
menunjukkan penerapan pendekatan saintifik pada model pembelajaran sejarah menyusun RPP sesuai prinsip dan sistematika yang berlaku menganalisis hasil penilaian autentik pada mata pelajaran Sejarah menunjukkan penerapan Penelitian Tindakan Kelas menciptakan penelitian sejarah menganalisis perkembangan kebudayaan masa Praaksara Indonesia dan Dunia mengevaluasi Sejarah Indonesia Kuna II
Problematika Penyusunan RPP Analisis Hasil Penilaian Autentik Mata Pelajaran Sejarah Proposal PTK Penelitian Sejarah Perkembangan Kebudayaan Masa Praaksara Indonesia dan Dunia Sejarah Indonesia Kuna II
Sejarah SMA/SMK K-7
5
Sejarah Indonesia Baru II 8. Sejarah Indonesia Modern II 9.
Capita Selekta Sejarah Indonesia Kontemporer II 10.
Revolusi Penting dalam Sejarah II 11.
Sejarah SMA/SMK K - 3
menganalisis perkembangan sejarah Islam dan imperilisme serta kolonialisme di Indonesia menganalisis dinamika Sejarah Modern di Indonesia yang dimulai dengan Pergerakan Nasional, Masa Pendudukan Jepang dan Sekitar Proklamasi menganalisis sejarah Indonesia pada awal kemerdekaan, demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin pada masa Sukarno serta perkembangan pemerintahan Orde Baru, tumbangnya Orde Baru dengan lahirnya menganalisis peristiwa penting di dunia di era modern. Dalam peristiwa penting ini terkait dengan masalah Revolusi Industri di Inggris serta Revolusi Perancis dan pengaruhnya bagi dunia. dan pengaruhnya bagi dunia serta Indonesia
6
D. Ruang Lingkup Pendekatan Saintifik dan Model-Model Pembelajaran Sejarah
Problematika Penyusunan RPP Pedagogik Analisis Hasil Penilaian Autentik Mata Pelajaran Sejarah
Penyusunan Proposal PTK
Penelitian Sejarah
Materi Sejarah SMA/SMK
Perkembangan Kebudayaan Masa Praaksara Indonesia dan Dunia II Sejarah Indonesia Kuna II
Profesional
Sejarah Indonesia Baru II
Sejarah Indonesia Modern II
Capita Selekta Sejarah Indonesia Kontemporer II
Revolusi Penting dalam Sejarah II
Sejarah SMA/SMK K-7
7
E. Saran Penggunaan Modul Agar peserta berhasil menguasai dan memahami materi dalam modul ini, lalu dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran di sekolah, maka cermati dan ikuti petunjuk berikut dengan baik, antara lain:
Penguasaan materi pedagogik yang mendukung penerapan materi profesional
Penguasaan materi profesional sebagai pokok dalam pembelajaran sejarah di SMA/SMK
Bacalah setiap tujuan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi pada masing-masing kegiatan pembelajaran agar anda mengetahui pokok-pokok pembahasan
Selama mempelajari modul ini, silakan diperkaya dengan referensi yang berkaitan dengan materi
Perhatikan pula aktivitas pembelajaran dan langkah-langkah dalam menyelesaikan setiap latihan/tugas/kasus
Latihan/tugas/kasus dapat berupa permasalahan yang bisa dikerjakan dalam kelompok dan individu
Diskusikanlah dengan fasilitator apabila terdapat permasalahan dalam memahami materi.
Sejarah SMA/SMK K - 3
8
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
PENDEKATAN SAINTIFIK DAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN SEJARAH
A. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat menunjukkan penerapan pendekatan saintifik pada model pembelajaran sejarah sesuai kaidah dan aturan yang berlaku.
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Menganalisis hakekat pendekatan saintifik dalam pembelajaran 2. Menunjukkan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran 3. Menunjukkan penerapan model-model pembelajaran dalam Kurikulum 2013
C. URAIAN MATERI 1.
Keterkaitan Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan ilmiah atau scientific
approach
pada
proses
pembelajaran.Pendekatan
scientific
termasuk
pembelajaran inkuiri yang bernafaskan konstruktivisme. Sasaran pembelajaran dengan
pendekatan
ilmiah
mencakup
pengetahuan, dan keterampilan yang
pengembangan
ranah
sikap,
dielaborasi untuk setiap satuan
pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses) psikologis yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sementara itu, keterampilan diperoleh melalui aktivitas: mengamati, menanya, menalar, menyaji, dan mencipta. Menurut
McCollum (2009)
dijelaskan bahwa komponen-komponen
penting dalam mengajar menggunakan pendekatan saintifik diantaranya adalah guru harus
menyajikan pembelajaran yang dapat
meningkatkan rasa
keingintahuan (Foster a sense of wonder), meningkatkan keterampilan
Sejarah SMA/SMK K-7
9
mengamati (Encourage observation), melakukan analisis ( Push for analysis) dan berkomunikasi (Require communication).
Untuk mempelajari bagaimana
pembelajaran Sejarah Indonesia berbasis pendekatan saintifik, berikut ini diuraikan dengan singkat konsep pembelajaran Sejarah Indonesia dan pendekatan scientific pada pembelajaran dan implementasi pendekatan scientific pada pembelajaran Sejarah Indonesia. Dalam
Kurikulum
2013,
pengalaman belajar pokok yaitu
proses
pembelajaran
terdiri
atas
lima
mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan. Jika dihubungkan dengan komponen pada pendekatan sintifik diatas maka ke lima pengalaman belajar ini merupakan penerapan pendekatan saintik pada pembelajaran. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Mata pelajaran Sejarah Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan sejarah. Mata pelajaran
Sejarah Indonesia
merupakan mata pelajaran wajib di jenjang pendidikan menengah (SMA/MA dan SMK/MAK). Sejarah memiliki makna dan posisi yang strategis, mengingat: 1) Manusia hidup masa kini sebagai kelanjutan dari masa lampau sehingga perlajaran sejarah memberikan dasar pengetahuan untuk memahami kehidupan masa kini, dan membangun kehidupan masa depan. 2) Sejarah mengandung peristiwa kehidupan manusia di masa lampau untuk dijadikan guru kehidupan: Historia Magistra Vitae 3) Pelajaran Sejarah adalah untuk membangun memori kolektif sebagai bangsa untuk mengenal bangsanya dan membangun rasa persatuan dan kesatuan 4) Sejarah Indonesia memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban
bangsa
Indonesia
yang
bermartabat
serta
dalam
pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Dalam
Seminar
Sejarah
Nasional
di
Yogyakarta
tahun
1957,
Padmopuspito berpendapat bahwa pertama, penyusunan pelajaran sejarah harus bersifat ilmiah. Kedua, siswa perlu bimbangan dalam berfikir tetapi tafsiran dan penilaian tidak boleh dipaksakan, karena dapat mematikan daya pikir siswa
Sejarah SMA/SMK K - 3
10
(Sidi Gazalba ,1966: 169). Terdapat beberapa pemaknaan terhadap pendidikan sejarah. Pertama, secara tradisional pendidikan sejarah dimaknai sebagai upaya untuk mentransfer kemegahan bangsa di masa lampau kepada generasi muda. Dengan posisi yang demikian maka pendidikan sejarah adalah wahana bagi pewarisan nilai-nilai keunggulan bangsa. Melalui posisi ini pendidikan sejarah ditujukan untuk membangun kebanggaan bangsa dan pelestarian keunggulan tersebut. Kedua, pendidikan sejarah berkenaan dengan upaya memperkenalkan peserta didik terhadap disiplin ilmu sejarah. Oleh karena itu kualitas seperti berpikir kronologis, pemahaman sejarah, kemampuan analisis dan penafsiran sejarah,
kemampuan
penelitian
sejarah,
kemampuan
analisis
isu
dan
pengambilan keputusan (historical issues-analysis and decision making) menjadi tujuan penting dalam pendidikan sejarah (Hamid Hasan, 2007: 7).Prinsip pemilihan substansi dalam didaktif sejarah adalah(Sartono Kartodirdjo,1993: 254-257): 1) pendekatan secara lokosentris, mulai dengan mengenal lokasi sejarah di sekitarnya 2) pendekatan konsentris, mulai lingkungan dekat meluas ke lingkup nasional terus ke yang internasional. 3) temasentris yaitu pilihan tema tertentu yang menarik sekitar pahlawan atau monumen, dan lain sebagainya. 4) kronologi: urutan kejadian menurut waktu. 5) tingkatan presentasi dari deskriptif-naratif ke deskriptif-analitis, mulai dari cerita tentang ― bagaimana‖ terjadinya, sampai pada ―mengapa‖-nya. 6) sejarah garis besar dan menyeluruh.
Mata pelajaran Sejarah Indonesia dikembangkan atas dasar :
1) Semua wilayah/daerah memiliki kontribusi terhadap perjalanan Sejarah Indonesia hampir pada seluruh periode sejarah;
2) Pemahaman tentang masa lampau sebagai sumber inspirasi, motivasi, dan kekuatan untuk membangun semangat kebangsaan dan persatuan;
3) Setiap periode Sejarah Indonesia memiliki peristiwa dan atau tokoh di tingkat nasional dan daerah serta keduanya memiliki kedudukan yang sama penting dalam perjalanan Sejarah Indonesia;
Sejarah SMA/SMK K-7
11
4) Tugas dan tanggung jawab untuk memperkenalkan peristiwa sejarah yang penting dan terjadi di seluruh wilayah NKRI serta seluruh periode sejarah kepada generasi muda bangsa;
5) Pengembangan cara berpikir sejarah (historical thinking), konsep waktu, ruang, perubahan, dan keberlanjutan menjadi keterampilan dasar dalam mempelajari Sejarah Indonesia. Dalam pembelajaran Sejarah Indonesia dengan Pendekatan Saintifik perlu juga dikembangkan kemampuan
berpikir sejarah (historical thinking).
Kemampuan berpikir sejarah ini terkait aspek atau kemampuan berpikir kronologis (diakronik) dan sinkronik, memperhatikan prinsip sebab akibat dan prinsip perubahan dan keberlanjutan. Kronologis dan Sinkronik Istilah kronologis ini sangat familier di di lingkungan masyarakat. Kronologis, dari sebuah kata dari bahasa Yunani, chromos yang berarti waktu dan logos diterjemahkan ilmu, jadi ilmu tentang waktu. Kata. Kronologis ini kemudian menjadi istilah yang terkenal dalam sejarah. Salah satu sifat dari peristiwa sejarah itu kronologis. Kronologis merupakan rangkaian peristiwa yang berada seting urutan waktu. Dalam pembelajaran sejarah setiap peserta didik dilatih untuk memahami bahwa setiap peristiwa itu berada pada seting waktu yang berurutan dari waktu yang satu ke waktu yang lain secara berurutan. Misalnya dalam peristiwa sekitar Proklamasi kita susun: tanggal 15 Agustus 1945, tanggal 16 Agustus 1945, dan tanggal 17 Agustus 1945. Tanggal 15 Agustus
diketahui
Jepang
menyerah,
tanggal
16
Agustus
peristiwa
Rengasdengklok, tanggal 17 Agustus, terjadi peristiwa Proklamasi. Dalam konsep waktu sejarah di kenal juga ada ―waktu lampau‖ yang bersambung dengan ―waktu sekarang‖ dan ―waktu sekarang‖ akan bersambung dengan ―waktu yang akan datang‖. Dengan berpikir secara kronologis akan melatih hidup tertib dan berkerja secara sistematis. Sejarah dan ilmu-ilmu sosial mempunyai hubungan timbal balik. Dalam sejarah baru, lahir didukung dari ilmu-ilmu sosial meski sejarah mempunyai cara tersendiri menghadapi obyeknya. Sejarah bersifat kronologis/ diakronik, yang artinya memanjang dalam waktu, sementara ilmu sosial bersifat sinkronik, melebar dalam ruang. Dalam perkembangannya, sejarah bersifat kronologis dan
Sejarah SMA/SMK K - 3
12
sinkronik, penjelasan sejarah didukung dan didasarkan pada ilmu-ilmu sosial. Antara ilmu sejarah dan ilmu sosial saling melengkapi. Konsep sebab akibat Di dalah sejarah juga dikenal prinsip kausalitas atau hukum sebab akibat dari sebuah peristiwa. Kosep sebab akibat ini merupakan hal yang sangat penting dalam memberikan penjelasan tentang peristiwa sejarah. Setipa peristiwa sejarah terjadi tentu ada sebabnya. Begitu juga peristiwa itu akan menimbulkan akibat. Akibat dari peristiwa itu akan menjadi sebab pada peristiwa yang berikutnya demikian seterusnya. Coba lihat diagram berikut ini. sebab
peristiwa
akibat sebab
peristiwa
akibat
Diagram 1.1, Konsep sebab akibat
Mengenai sebab dari peristiwa sejarah itu bisa langsung dan sangat dekat dengan peristiwa sejarahn. Tetapi sebab itu juga dapat ditarik jauh dari waktu peristiwanya. Sebagai contoh peristiwa datangnya bangsa Barat ke Indonesia itu ingin mendapatkan rempah-rempah dari negeri asalnya agar lebih murah (sebab yang dekat/langsung dengan peristiwa datangnya ke Indonesia. Mengapa mereka harus dating ke Indonesia untuk mendapatkan rempah-rempah di Indonesia agar lebih murah, karena rempah-rempah sulit didapat di Eropa kalau ada harganya sangat tinggi karena perdagangan di Laut Tengah dikuasai Turki Usmani setelah menguasai Bizantiumu/Konstantinopel (sebab yang tidak langsung dengan peristiwanya). Pertanyaan berikutnya juga ditampilkan misalnya mengapa Turki Usmani menduduki Konstantinopel dan menguasai Laut Tengah, dan begitu sererusnya. Perubahan dan keberlanjutan Perubahan merupakan konsep yang sangat penting dalam sejarah. Sebab peristiwa bila terjadi pada hakikatnya sebuah perubahan, minimal perubahan dari segi waktu. Perubahan merupakan hal perbedaan dari suatu keadaan atau realitas yang satu dengan keadaan yang lain, dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dari waktu yang satu ke waktu yang lain. Misalnya
Sejarah SMA/SMK K-7
13
perubahan dari keadaan bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka setelah terjadi peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945. Tetapi sekalipun terjadi peristiwa ada aspek-aspek tertetu yang tersisa masih berlanjut. Sebagai contoh seperti tadi disebut peristiwa proklamasi. Status kita berubah dari bangsa terjajah menjadi bangsa merdeka, tetapi dalam bidang hokum seperti UU Hukum Pidana kita masih banyak asppek yang melanjutkan UU Hukum Pidana zaman Belanda. Dalam pembelajaran Sejarah Indonesia peserta didik harus dipahamkan akan hakikat perubahan yang terjadi dalam peristiwa sejarah begitu juga yang terkait dengan keberlanjutan. Dengan memahami konsep itu peserta didik lebih memahami setiap peristiwa sejarah yang dipelajarinya. Konsep ini juga memberikan
pengalaman
belajar
bahwa
setiap
hidup
ini
mengandung
perubahan, perubahan itu diusahan menuju yang lebih baik. Tugas guru bagaimana mengantarkan pemahaman ini kepada peserta didik.
Sejarah Lokal dalam Sejarah Indonesia Dalam posisi ini materi sejarah lokal menjadi dasar bagi pengembangan jati diri pribadi, budaya dan sosial peserta didik. Seperti dikatakan Cartwright (dalam Hamid Hasan,2007: 5-6) bahwa "our personal identity is the most important thing we possess" (Identitas pribadi kita adalah hal terpenting yang kita miliki) maka materi sejarah lokal akan memberikan kontribusi utamanya dalam pendidikan sejarah. Selanjutnya seperti dikemukakan Cartwright lebih lanjut bahwa identitas pribadi atau kelompok tersebut "defines who and what we are. The way we feel about ourselves, the way we express ourselves and the way other people see us are all vital elements in the composition of our individual personality" (―Memaknai siapa dan apa sesungguhnya diri kita. Cara kita memandang diri kita, cara kita mengekspresikan diri, dan bagaimana orang lain memandang diri kita adalah hal penting dari bagian kepribadian kita). Suatu catatan penting adalah materi sejarah lokal harus pula disajikan tidak dalam perspektif ilmu sejarah tetapi dalam perspektif pendidikan. Oleh karena itu keterkaitan dan penafsiran materi sejarah lokal jangan sampai menimbulkan konflik
dengan kepentingan sejarah
nasional
dan upaya
membangun rasa persatuan, perasaan kebangsaan, dan kerjasama antar daerah dalam membangun kehidupan kebangsaan yang sehat, cinta damai, toleransi, penuh dinamika, kemampuan berkompetisi dan berkomunikasi. Arah tafsiran
Sejarah SMA/SMK K - 3
14
sejarah lokal ditentukan dalam bentuk keterkaitan dengan sejarah nasional. Kehidupan individual yang bukan menjadi kepedulian utama sejarah tetapi menjadi penting bagi pendidikan sejarah diperlukan dalam membangun berbagai nilai positif pada diri peserta didik. Ruang lingkup tema sejarah juga beragam dan tidak dibatasi pada tema sejarah politik memberikan gambaran kehidupan masyarakat dan tokoh secara utuh dan bagi peserta didik sebagai sesuatu yang isomorphic dengan apa yang mereka alami sehari-hari. Posisi materi sejarah lokal yaitu peristiwa sejarah lokal tidak lagi sebagai sumber semata tetapi juga menjadi objek studi sejarah peserta didik. Dalam kesempatan inilah mereka belajar mengembangkan wawasan, pemahaman, dan ketrampilan sejarah. Mereka dapat berhubungan langsung dengan sumber asli dan mengkaji sumber asli dalam suatu proses penelitian sejarah. Mereka dapat melatih diri dalam penafsiran sejarah dan kalau pun terjadi berbagai perbedaan di antar mereka maka itu akan memiliki nilai pendidikan yang sangat tinggi. Lagipula, para sejarawan tidak pernah memiliki suatu pandangan dan tafsiran yang sama terhadap suatu peristiwa sejarah. Permasalahan besar yang dihadapi dalam mengembangkan materi sejarah lokal dalam kurikulum pendidikan sejarah adalah ketersediaan sumber. Pendidikan sejarah, sebagaimana pendidikan lainnya, tidak mungkin dapat dilakukan dengan baik apabila sumber tidak tersedia. Tulisan- tulisan mengenai berbagai peristiwa sejarah lokal belum banyak tersedia. Tentu saja ini tantangan bagi sejarawan untuk dapat menghasilkan tulisan sejarah lokal sebagai dasar untukmengembangkan materi pendidikan sejarah lokal.
Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Sejarah Indonesia Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan,
dan
keterampilan.
Dalam
proses
pembelajaran
berbasis
pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik ―tahu mengapa.‖ Ranah keterampilan
menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik ―tahu bagaimana‖. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik ―tahu apa.‖ Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia
Sejarah SMA/SMK K-7
15
yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills)dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Pendekatan sientific atau pendekatan ilmiah dipilih sebagai pendekatan dalam pembelajaran dalam kurikulum 2013. Peserta didik secara aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas ilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran Sejarah Indonesia disajikan berikut ini.
1) Mengamati Dalam
kegiatan
mengamati,
guru
membuka
secara
luas
dan
bervariasikesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didikmelakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran Sejarah Indonesia, dilakukan dengan menempuh langkah-langkah berikut ini. a. Menentukan obyek apa yang akan diamati, misalnya gambar pahlawan, gambar peta, film perjuangan,serta peninggalan sejarah yang terkait dengan materi yang disajikan b. Menentukan secara jelas bagaimana pengamatan dilakukan , termasuk perangkat yang diperlukan. c. Membuat pedoman observasi/instrumen sesuai dengan lingkup obyek yang akan dikaji. d. Menentukan secara jelas data apa yang perlu dikaji/dipelajari. 2) Menanya Setelah proses mengamati,
aktivitas berikutnya adalah peserta didik
mengajukan sejumlah pertanyaan berdasarkan hasil pengamatannya. Guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat
Sejarah SMA/SMK K - 3
16
hipotetik. Jadi,
aktivitas menanya bukan aktivitas yang dilakukan oleh guru,
melainkan oleh peserta didik berdasarkan hasil pegamatan yang telah mereka lakukan.Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana pesertadidik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik.Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasiyang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Aktivitas
menanya
merupakan
keterampilan
yang
perlu
dilatih.
Kelemahan pendidikan selama ini salah satunya karena peserta didik tidak biasa mengemukakan pertanyaan sebagai hasil dari proses berfikir yang mereka lakukakan. Keterampilan menyusun pertayaan ini sangat penting untuk melatih daya kritisnya.
Misalnya setelah mengamati situs/gambar candi, muncul
pertanyaan dari peserta didik: kapan candi itu dibangun, berdasar bentuknya, termasuk peninggalan candi Hindu atau Buddha, peninggalan kerajaan atau raja siapa dan seterusnya. 3)
Mengumpulkan Informasi/Eksperimen Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi
dari berbagai sumber melaluiberbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca bukuyang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yanglebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatantersebut terkumpul sejumlah informasi.Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnyayaitu
memproses
informasi
untuk
menemukan
keterkaitan
satuinformasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dariketerkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Kurikulum 2013 memberikan sinyal bahwa pembelajaran setiap bidang menggunakan pembelajaran berbasis peserta didik aktif (active learning), begitu juga untuk Sejarah Indonesia. Pendekatan pembelajaran ini lebih memungkinkan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan pembelajaran agar lebih bermakna. Pembelajaran akan menjadi bermakna jika peserta didik
Sejarah SMA/SMK K-7
17
mengalami sendiri setiap proses pembelajaran melalui aktivitas yang aktif. Pengetahuan yang yang didapatkan peserta didik bukan berasal dari informasi dari guru, namun berasal dari usaha eksplorasi (menggali) informasi peserta didik sendiri melalui aktivitas pembelajaran yang dilakukan. Misalnya peserta didik diminta untuk melakukan wawancara kepada tokoh atau pelaku sejarah untuk menyusun kisah sejarah, ataupun informasi dari sumber sekunder seperti buku dan lainnya. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mengumpulkan infomasi, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran Sejarah Indonesia, misalnya,peserta didik harus memahami fakta dan permasalahan sejarah dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan sejarah, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk membandingkan peristiwa sejarah masa lalu dan peristiwa kekinian. Data dan informasi dapat diperoleh secara langsung dari lapangan (data primer)
maupun
dari
berbagai
bahan
bacaan
(data
sekunder).
Hasil
pengumpulan data tersebut kemudian menjadi bahan bagi peserta didik untuk melakukan penalaran antara satu data atau fakta dengan data atau fakta lainnya untuk dikaji ada tidaknya kaitan diantara keduanya. Oleh karena itu, peserta didik dapat mengkaji buku-buku atau dokumen yang terkait permasalahan yang dikaji. 4) Mengasosiasi/Mengolah Informasi Data dan informasi dapat diperoleh secara langsung dari lapangan (data primer)
maupun
dari
berbagai
bahan
bacaan
(data
sekunder).
Hasil
pengumpulan data tersebut kemudian menjadi bahan bagi peserta didik untuk melakukan penalaran antara satu data atau fakta dengan data atau fakta lainnya untuk dikaji ada tidaknya kaitan diantara keduanya. Oleh karena itu, peserta didik dapat mengkaji buku-buku atau dokumen yang terkait permasalahan yang dikaji. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas faktakata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
Sejarah SMA/SMK K - 3
18
pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah. Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating, bukan merupakan terjemahan dari reasoning, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Misalnya setelah memahami karakterististik perjuangan bangsa sebelum lahirnya Budi Otomo dan sesudahnya,siswa dapat mengklasifikasi ciri-ciri perlawanan atau perjuangan melawan imperialisme-kolonialisme, antara yang bercorak tradisional dan modern. 5)
Mengkomunikasikan Mengkomunikasikan dalam konteks pendekatan pembelajaran scientific
dapat berupa penyampaian hasil atau temuan kepada pihak lain. Keterampilan menyajikan atau mengkomunikasikan hasil temuan atau kesimpulan sangat penting dilatih sebagai bagian penting dalam proses pembelajaran. Dengan kemampuan tersebut, peserta didik dapat mengkomunikasikan secara jelas, santun, dan beretika. Misalnya peserta didik membuat tulisan tentang Peristiwa Proklamasi dan beberapa peristiwa daerah sebagai dampak proklamasi, dan kemudian dipresentasikan. 2.
Model Pembelajaran Sejarah berdasar Kurikulum 2013 Seiring dengan diberlakukannya Kurikulum 2013, yang menekankan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran, model pembelajaran kooperatif menjadi
pilihan
yang
sangat
tepat
untuk
untuk
terus
dikembangkan.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berbasis faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah peserta didik/siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda-beda (Isjoni, 2009). Dalam menyelesaikan tugas para siswa setiap anggota saling bekerja sama dan wajib berperan aktif dalam kelompok. Menurut Slavin (2008) pembelajaran pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di masa para siswa belajar dan bekerja
Sejarah SMA/SMK K-7
dalam
19
kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan
4 – 6 orang dan bersifat
hiterogen. Banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk pelaksanaan Kurikulum 2013. Namun
dalam Kurikulum 2013 itu merekomendasikan tiga
model pembelajaran utama, yakni model Pembelajaran Berbasis Masalah, Problem Based Learning (PBL); model Pembelajaran Berbasis Proyek dan model pembelajaran discovery. Namun secara kreatif masih bisa mengembangkan model-model pembelajaran yang sudah pernah dilakukan seperti jigsaw, STAD (Student Team Achievement Divison), TGT (Teams Games Tournament), ACC (Academic Constructive Controversy, model kuis dan lain-lain. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
a. Konsep dan Definisi Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyekmerupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.PjBLmerupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Pembelajaran Berbasis Proyekmemiliki karakteristik sebagai berikut: 1) peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja, 2) adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik, 3) peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan, 4) peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan,
Sejarah SMA/SMK K - 3
20
5) proses evaluasi dijalankan secara kontinyu, 6) peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan, 7) produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, 8) situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyeksebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa. b. Langkah-Langkah Operasional Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan dengan diagram sebagai berikut. 1
2
3
PENENTUAN PERTANYAAN MENDASAR
MENYUSUN PERECANAAN PROYEK
MENYUSUN JADWAL
6
5
4
EVALUASI PENGALAMAN
MENGUJI HASIL
MONITORING
Diagram 1.2. Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek Penjelasan langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut. 1) Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question) Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalamdan topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik. 2) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project) Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa ―memiliki‖ atas proyek tersebut. Perencanaan berisi aturan kegiatandalam penyelesaian proyek. 3) Menyusun Jadwal (Create a Schedule) Pengajar dan peserta didik menyusun jadwal aktivitas penyelesaian proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline penyelesaian
Sejarah SMA/SMK K-7
21
proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membimbing peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara. 4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project) Pengajar bertanggungjawab untuk memonitoraktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek, menggunakan
rubrik yang dapat merekam
keseluruhan aktivitas yang penting. 5) Menguji Hasil (Assess the Outcome) Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian kompetens, mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik terhadap pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, dan membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. 6) Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience) Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi untuk memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.
Model Pembelajaran Menemukan (Discovery Learning) a. Definisi dan Konsep 1. Definisi Discovery mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri
Sejarah SMA/SMK K - 3
22
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah. Pada Discovery Learning materi yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi diketahui
peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin dilanjutkan
dengan
mencari
informasi
sendiri
kemudian
mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus Ekspository siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasisendiri. 2. Konsep Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Dalam Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut
untuk
melakukan
berbagai
membandingkan,
mengkategorikan,
mereorganisasikan
bahan
serta
kegiatan
menghimpun
menganalisis,
membuat
informasi,
mengintegrasikan,
kesimpulan-kesimpulan.Bruner
mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41). Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam Discovery Learning menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melalui kegiatan tersebut siswa
Sejarah SMA/SMK K-7
23
akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. b. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran Langkah-langkah dalam mengaplikasikan modeldiscovery learning di kelas adalah sebagai berikut: 1). Perencanaan Perencanaan pada model ini meliputi hal-hal sebagai berikut. - Menentukan tujuan pembelajaran - Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya - belajar, dan sebagainya) - Memilih materi pelajaran. - Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi) - Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, - tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa - Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik - Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa 2). Pelaksanaan Menurut Syah (2004) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas,ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.Dengan demikian seorang Guru
Sejarah SMA/SMK K - 3
24
harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah) Setelah dilakukan stimulation guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) Data collection (pengumpulan data) Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Data dapat diperoleh melalui membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Data processing (pengolahan data) Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Verification (pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing.Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
Sejarah SMA/SMK K-7
25
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dirancang agar peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan
berpartisipasi
dalam
tim.
Proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik
untuk
menghadapi
memecahkan
tantangan yang
masalah nanti
atau
diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar 1.1, Model Pembelajaran PBL 1). Konsep Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah modelpembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu modelpembelajaran yang menantang peserta didik untuk ―belajar bagaimana belajar‖, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Adalima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) yaitu: 1) Permasalahan sebagai kajian. 2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman 3) Permasalahan sebagai contoh 4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses 5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik
Sejarah SMA/SMK K - 3
26
Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut. Tabel 1.1, Peran Guru, peserta didik dan konsep masalah Masalah sebagai
Peserta didik
Guru sebagai pelatih
awal tantangan dan
sebagaiproblem solver
- Asking about thinking (bertanya tentang pemikiran)
-
peserta yang aktif
-
terlibat langsung dalam
- memonitor pembelajaran
pembelajaran
- probbing ( menantang peserta
-
didik untuk berfikir )
motivasi
-
menarik untuk dipecahkan
-
menyediakan
membangun
kebutuhan yang
pembelajaran
ada hubungannya
- menjaga agar peserta didik
dengan pelajaran yang dipelajari
terlibat
- mengatur dinamika kelompok - menjaga berlangsungnya proses 2). Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah: 1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. 2) Pemodelan peranan orang dewasa. Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah : - PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas. - PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut. - PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan
Sejarah SMA/SMK K-7
mereka
menginterpretasikan
dan
menjelaskan
27
fenomena dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu. 3) Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning) Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru. Model PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut : 1) Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat. 2) Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta didik ke diri dan panutannya. 3) Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas autentik dan menghasilkan sikap profesional. 4) Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri. 5) Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman. 6) Keterampilan Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management. 7) Driving Questions :PBL difokuskan pada permasalahan yang memicu peserta didik berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai. 8) Constructive Investigations :sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik. 9) Autonomy :proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.
Sejarah SMA/SMK K - 3
28
Prinsip Proses Pembelajaran PBL Prinsip-prinsip
PBL
yang harus diperhatikan meliputi
konsep dasar,
pendefinisian masalah, pembelajaran mandiri, pertukaran pengetahuan dan penialainnya Konsep Dasar (Basic Concept) Pada pembelajaran ini fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat mendapatkan ‗peta‘ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat mengembangkannya secara mandiri secara mendalam. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem) Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam kelompoknya peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstormingdengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Kedua, melakukan seleksi untuk memilih pendapat yang lebih fokus. ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik yang akhirnya diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk menjembataninya. Pembelajaran Mandiri (Self Learning) Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi misalnyadari artikel tertulis di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
Tujuan utama tahap investigasi, yaitu: (1) agar peserta didik
mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan untuk dipresentasikan di kelas relevan dan dapat dipahami.
Sejarah SMA/SMK K-7
29
Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge) Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi secara mandiri, pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya dapat dibantu guru untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam kelas dengan mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk. Penilaian (Assessment) Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh
Penilaian terhadap kecakapan dapat
diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Untuk memahami materi Pendekatan Saintifik dan Model Pembelajaran Sejarah, anda perlu membaca secara cermat modul ini, gunakan referensi lain sebagai materi pelengkap untuk menambah pengetahuan anda. Dengarkan dengan cermat apa yang disampaikan oleh pemateri, dan tulis apa yang dirasa penting. Silahkan berbagi pengalaman anda dengan cara menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenangkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 1. Aktivitas individu, meliputi : a. Memahami dan mencermati materi diklat b. Mengerjakan
latihan/lembar
kerja/tugas,
menyelesaikan
masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar; dan menyimpulkan c. Melakukan refleksi Sejarah SMA/SMK K - 3
30
2. Aktivitas kelompok, meliputi : a. mendiskusikan materi pelatihan b. bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan c. penyelesaian masalah /kasus
E. LATIHAN/TUGAS/KASUS LEMBAR KERJA/LK 1 Kegiatan Pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Saintifik
Tujuan Kegiatan: Melalui
diskusi kelompok peserta diharapkan
mampu
merancang contoh penerapan pendekatan scientific pada pembelajaran Sejarah Indonesia. Langkah Kegiatan: 1. Pelajari hand outdan contoh
penerapan pendekatan saintifik pada
pembelajaran Sejarah Indonesia 2. Isilah Lembar Kerja perancangan pembelajaran yang tersedia 3. Setelah selesai, presentasikan hasil diskusi kelompok Anda 4. Perbaiki hasil kerja kelompok Anda jika ada masukan dari kelompok lain Kompetensi Dasar
:
Topik /Tema
:
Sub Topik/Tema
:
Tujuan
:
Pembelajaran Alokasi Waktu
:
Tahapan Pembelajaran
Kegiatan
Mengamati
Menanya
Mengumpulkan informasi
Sejarah SMA/SMK K-7
31
Mengasosiasikan
Mengkomunikasikan
LEMBAR KERJA/LK 2 Model Discovery Learning Kompetensi Dasar
:
3. ..………………….. 4… …………………..
Topik
:
Sub Topik
:
Tujuan
:
Alokasi Waktu
:
TAHAPPEMBELAJARAN
…………………………………..
1x TM
KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Stimulation (simullasi/Pemberian rangsangan) 2. Problem statemen (pertanyaan/identifikasi masalah) 3. Data collection (pengumpulandata) 4. Data processing (pengolahan Data) 5. Verification (pembuktian)
Sejarah SMA/SMK K - 3
32
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
LEMBAR KERJA/LK 3 Model Pembelajaran Problem Based Learning Kompetensi Dasar
:
3.. 4..
Topik
:
Sub Topik
:
Tujuan
:
Alokasi Waktu
:
1x TM
FASE-FASE
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Fase 1 Orientasi peserta didik kepada masalah Fase 2 Mengorganisasikan peserta didik Fase 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
F. RANGKUMAN Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
Sejarah SMA/SMK K-7
33
pengetahuan,
dan
keterampilan.
Dalam
proses
pembelajaran
berbasis
pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik ―tahu mengapa.‖ Ranah keterampilan
menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik ―tahu bagaimana‖. Banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk pelaksanaan Kurikulum 2013. Namun
dalam Kurikulum 2013 itu merekomendasikan tiga
model pembelajaran utama, yakni model Pembelajaran Berbasis Masalah, Problem Based Learning (PBL); model Pembelajaran Berbasis Proyek dan model pembelajaran discovery. Namun secara kreatif masih bisa mengembangkan model-model pembelajaran yang sudah pernah dilakukan seperti jigsaw, STAD (Student Team Achievement Divison), TGT (Teams Games Tournament), ACC (Academic Constructive Controversy, model kuis dan lain-lain.
G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi pendekatan saintifik? 2. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi model model pembelajaran dalam Kurikulum 2013/ 3. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi di atas? 4. Apa manfaat materi tersebut terhadap tugas Bapak/Ibu disekolah?
-
Sejarah SMA/SMK K - 3
34
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
PROBLEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat menyusun RPP sesuai prinsip dan sistematika yang berlaku
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Mengidentifikasi problematika penyusunan RPP 2. Menjelaskan perencanaan pembelajaran 3. Menjelaskan pelaksanaan pembelajaran 4. Menjelaskan penilaian hasil dan proses pembelajaran 5. Menyusun contoh rencana perencanaan pembelajaran 6. Menganalisis problematika penyusunan RPP 7. Membuat solusi problematika penyusunan RPP
C. URAIAN MATERI 1. Latar Belakang Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas― menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan‖. memahami,
Pengetahuan menerapkan,
Sejarah SMA/SMK K-7
diperoleh
melalui
menganalisis,
aktivitas―
mengingat,
mengevaluasi,
mencipta.
35
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas― mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta‖. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut; Sikap
Pengetahuan
Keterampilan
Menerima
Mengingat
Mengamati
Menjalankan
Memahami
Menanya
Menghargai
Menerapkan
Mencoba
Menghayati,
Menganalisis
Menalar
Mengamalkan
Mengevaluasi
Menyaji
-
Mencipta
Tabel 2.1 Gradasi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan
Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristi kompetensi.
Pembelajaran
tematik
terpadu
di
SD/MI/SDLB/Paket
A
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan tingkat perkembangan
peserta
didik.
Proses
pembelajaran
di
SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan karakteristik kompetensi yang mulai memperkenalkan mata pelajaran dengan mempertahankan tematik terpadu pada IPA dan IPS.
Sejarah SMA/SMK K - 3
36
Karakteristik proses pembelajaran di SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun pendekatan tematik masih dipertahankan. Standar Proses pada SDLB, SMPLB, dan SMALB diperuntukkan bagi tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna laras yang intelegensinya normal. Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara umum sudah dikenal luas. Berdasarkan
teori
taksonomi
tersebut
capaian
pembelajaran
dapat
dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif, affektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di berbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya.Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 2. Macam-macam Problematika Penyusunan RPP a. Desain Pembelajaran Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi.Perencanaan
pembelajaran
meliputi
penyusunan
rencana
pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat
penilaian
pembelajaran,
dan
skenario
pembelajaran.
Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Pendekatan yang dimaksudkan adalah pendekatan Ilmiah, disini para pendidik seringkali merasa kesulitan dalam menyusun RPP. b. Silabus Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.
Sejarah SMA/SMK K-7
37
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap Tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai
acuan
dalam
pengembangan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran. Silabus merupakan perangkat pendukung RPP, Silabus harus bisa dipahami oleh pendidik untuk dikembangkan menjadi RPP . c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Ada dua permasalahan yang sering muncul disini, Kesulitan pertama, guru belum memahami benar seluk-beluk penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Jika guru belum memahami benar selukbeluk penyusunannya, maka secara otomatis rasa malas akan muncul ketika hendak menyusunnya. Kesulitan kedua, perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum akan berimbas kepada perubahan susunan komponen dalam RPP. RPP disusun mengikuti kaidah-kaidah dalam kurikulum. Kurikulum yang berlaku sekarang adalah Kurikulum 2013. Ini artinya RPP Kurikulum 2013 yang disusun sekarang akan berbeda susunannya
dengan
RPP
pada
kurikulum
sebelumnya
(KTSP).
Perubahan ini seringkali menyulitkan guru. RPP disusun berdasarkan KD atau sub tema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. RPP sebagaimana dimaksud pada Permendikbud No. 103 Tahun 2014 pasal 3 paling sedikit harus memuat : a. Identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran atau tema, kelas/semester, dan alokasi waktu;
Sejarah SMA/SMK K - 3
38
b. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator pencapaian kompetensi; c. Materi pembelajaran; yang meliputi materi pembelajaran reguler, materi remedial, dan materi pengayaan. d. Kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup; e. Penilaian, pembelajaran remedial, dan pengayaan; dan f.
Media, alat, bahan, dan sumber belajar.
Komponen RPP meliputi : (1) Identitas mata pelajaran, meliputi:
Sekolah,
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
(2) Kompetensi Inti : Merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti terdiri atas: a. Kompetensi Inti sikap spiritual; b. Kompetensi Inti sikap sosial; c. Kompetensi Inti pengetahuan; dan d. Kompetensi Inti keterampilan. Kedudukan dari Kompetensi Inti (KI) adalah sebagai pengikat seluruh mata pelajaran. Maksudnya disini adalah bahwa apapun nama mata pelajaran jika itu berada pada kelas yang sama maka Kompetensi Inti (KI) nya sama. Sebagai contoh: di kelas X untuk mata pelajaran Sejarah, Matematika, Biologi, Meskipun KI dimasingmasing kelas adalah sama, namun yang membedakan anatar mata pelajaran adalah penjabaran pada Kompetensi Dasar (KD). (3) Kompetensi Dasar: Adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
Sejarah SMA/SMK K-7
39
Kompetensi
Dasar
berisi
kemampuan
dan
muatan
pembelajaran untuk suatu mata pelajaran pada Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah yang mengacu pada Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti dan terdiri atas: a. Kompetensi Dasar Sikap Spiritual; b. Kompetensi Dasar Sikap Sosial; c. Kompetensi Dasar Pengetahuan; dan d. Kompetensi Dasar Keterampilan. Adapun keterkaitan diantara Kompetensi Dasar (KD) dari KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4 adalah bahwa ketika dalam pembelajaran selalu dimulai dari pengetahuan apa yang akan dipelajari. Pengetahuan tersebut berada pada KD dari KI 3 yang berisi tentang materi-materi yang akan dipelajari. Melalui materi-materi itulah diharapkan peserta didik memiliki keterampilan yang diharapkan seperti yang menjadi tuntutan pada KD di KI 4. Dengan demikian hubungannya sangat erat antara KD di KI 3 dan KI 4. KD dari KI 4 hanya bisa dicapai jika dilakukan melalui pembelajaran KD dari KI 3, sehingga kedudukan KD di KI 3 adalah menjadi sarana untuk mencapai keterampilan yang pada KD di KI 4. Pembelajaran pada KD di KI 3 dan KI 4 dilakukan di dalam pembelajaran sehingga menghasilkan dampak pembelajaran (instructional effect). Sementara pada KD dari KI 1 dan KI 2 terkait dengan (disebut sebagai) pembelajaran yang tidak langsung. Dengan demikian, melalui pembelajaran KD dari KI 3 dan KI 4 diharapkan dapat memberi dampak pada sikap dan perilaku peserta didik atau disebut sebagai dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Dalam implementasi pembelajarannya KD dari KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4 kemudian diikat oleh materi pokok yang sama. (4) Indikator pencapaian kompetensi: Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik
peserta
didik,
mata
pelajaran,
satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan :
Sejarah SMA/SMK K - 3
40
a. tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD; b. karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah; c. potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan indikator, yaitu: a. Indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator yang terdapat dalam RPP. b. Indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal yang dikenal sebagai indikator soal. Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam
mengembangkan pencapaian kompetensi dasar. Indikator berfungsi sebagai berikut : 1)
Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara
cermat
dapat
memberikan
arah
dalam
pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan peserta didik, sekolah, serta lingkungan. 2)
Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran Pengembangan desain pembelajaran hendaknya sesuai dengan indikator yang dikembangkan, karena indikator dapat memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi. Indikator yang menuntut kompetensi dominan pada aspek prosedural menunjukkan agar kegiatan pembelajaran dilakukan tidak dengan strategi ekspositori melainkan lebih tepat dengan strategi discoveryinquiry.
3)
Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar
Sejarah SMA/SMK K-7
41
yang efektif harus sesuai tuntutan indikator sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi secara maksimal. 4)
Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar Indikator
menjadi
pedoman
dalam
merancang,
melaksanakan, serta mengevaluasi hasil belajar. Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan jenis penilaian, serta pengembangan indikator penilaian. Pengembangan kompetensi dalam
indikator
harus
mengakomodasi
yang tercantum dalam KD. Indikator dirumuskan
bentuk
kalimat
dengan
menggunakan
kata
kerja
operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi. Kata kerja operasional pada indikator pencapaian kompetensi aspek pengetahuan dapat mengacu pada ranah kognitif
taksonomi Bloom, aspek sikap dapat mengacu
pada ranah afektif
taksonomi Bloom, aspek keterampilan dapat
mengacu pada ranah psikomotor taksonomi Bloom seperti pada tabel berikut. Tabel 2.2. Kata Kerja operasional Ranah Kognitif
Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
Analisis
Sintesis
Penilaian
Mengutip Menyebutkan Menjelaskan Menggambar Membilang Mengidentifikasi Mendaftar Menunjukkan Memberi label Memberi indeks Memasangkan Menamai Menandai Membaca Menyadari Menghafal
Memperkirakan Menjelaskan Mengkategorikan Mencirikan Merinci Mengasosiasikan Membandingkan Menghitung Mengkontraskan Mengubah Mempertahankan Menguraikan Menjalin Membedakan Mendiskusikan Menggali
Menugaskan Mengurutkan Menentukan Menerapkan Menyesuaikan Mengkalkulasi Memodifikasi Mengklasifikasi Menghitung Membangun Membiasakan Mencegah Menentukan Menggambarkan Menggunakan Menilai
Menganalisis Mengaudit Memecahkan Menegaskan Mendeteksi Mendiagnosis Menyeleksi Merinci Menominasikan Mendiagramkan Megkorelasikan Merasionalkan Menguji Mencerahkan Menjelajah Membagankan
Mengabstraksi Mengatur Menganimasi Mengumpulkan Mengkategorikan Mengkode Mengombinasikan Menyusun Mengarang Membangun Menanggulangi Menghubungkan Menciptakan Mengkreasikan Mengoreksi Merancang
Membandingkan Menyimpulkan Menilai Mengarahkan Mengkritik Menimbang Memutuskan Memisahkan Memprediksi Memperjelas Menugaskan Menafsirkan Mempertahankan Memerinci Mengukur Merangkum
Sejarah SMA/SMK K - 3
42
Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
Analisis
Sintesis
Penilaian
Meniru Mencatat Mengulang Mereproduksi Meninjau Memilih Menyatakan Mempelajari Mentabulasi Memberi kode Menelusuri Menulis
Mencontohkan Menerangkan Mengemukakan Mempolakan Memperluas Menyimpulkan Meramalkan Merangkum Menjabarkan
Melatih Menggali Mengemukakan Mengadaptasi Menyelidiki Mengoperasikan Mempersoalkan Mengkonsepkan Melaksanakan Meramalkan Memproduksi Memproses Mengaitkan Menyusun Mensimulasikan Memecahkan Melakukan Mentabulasi Memproses Meramalkan
Menyimpulkan Menemukan Menelaah Memaksimalkan Memerintahkan Mengedit Mengaitkan Memilih Mengukur Melatih Mentransfer
Merencanakan Mendikte Meningkatkan Memperjelas Memfasilitasi Membentuk Merumuskan Menggeneralisasi Menggabungkan Memadukan Membatas Mereparasi Menampilkan Menyiapkan Memproduksi Merangkum Merekonstruksi
Membuktikan Memvalidasi Mengetes Mendukung Memilih Memproyeksikan
Tabel 2.3, Kata Kerja operasional Ranah Afektif
Menerima
Menanggapi
Menilai
Mengelola
Menghayati
Memilih Mempertanyakan Mengikuti Memberi Menganut Mematuhi Meminati
Menjawab Membantu Mengajukan Mengompromikan Menyenangi Menyambut Mendukung Menyetujui Menampilkan Melaporkan Memilih Mengatakan Memilah Menolak
Mengasumsikan Meyakini Melengkapi Meyakinkan Memperjelas Memprakarsai Mengimani Mengundang Menggabungkan Mengusulkan Menekankan Menyumbang
Menganut Mengubah Menata Mengklasifikasikan Mengombinasikan Mempertahankan Membangun Membentuk pendapat Memadukan Mengelola Menegosiasi Merembuk
Mengubah perilaku Berakhlak mulia Mempengaruhi Mendengarkan Mengkualifikasi Melayani Menunjukkan Membuktikan Memecahkan
Sejarah SMA/SMK K-7
43
Tabel 2.4, Kata Kerja operasional Ranah Psikomotorik Menirukan
Memanipulasi
Pengalamiahan
Artikulasi
Mengaktifkan Menyesuaikan Menggabungkan Melamar Mengatur Mengumpulkan Menimbang Memperkecil Membangun Mengubah Membersihkan Memposisikan Mengonstruksi
Mengoreksi Mendemonstrasikan Merancang Memilah Melatih Memperbaiki Mengidentifikasikan Mengisi Menempatkan Membuat Memanipulasi Mereparasi Mencampur
Mengalihkan Menggantikan Memutar Mengirim Memindahkan Mendorong Menarik Memproduksi Mencampur Mengoperasikan Mengemas Membungkus
Mengalihkan Mempertajam Membentuk Memadankan Menggunakan Memulai Menyetir Menjeniskan Menempel Menseketsa Melonggarkan Menimbang
Perumusan indikator pada Kurikulum 2013 Indikator untuk KD yang diturunkan dari KI-1 dan KI-2 dirumuskan dalam bentuk perilaku umum yang bermuatan nilai dan sikap yang gejalanya dapat diamati sebagai dampak pengiring dari KD pada KI-3 dan KI-4. Indikator untuk KD yang diturunkan dari KI-3 dan KI-4 dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik yang dapat diamati dan terukur. (5) Materi ajar: Memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. Materi ajar terdiri atas materi reguler, materi remedial dan materi pengayaan. (6) Alokasi waktu: Ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. (7) Kegiatan pembelajaran: a.
Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Sejarah SMA/SMK K - 3
44
b.
Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
c.
Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
(8) Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian, yang memuat : 1) Teknik Penilaian. 2) Instrumen Penilaian 3) Pembelajaran Remedial dan Pengayaan (9) Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
3. Prinsip Penyusunan RPP Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut. a. Perbedaan individual peserta didikantara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. b. Partisipasi aktif peserta didik.
Sejarah SMA/SMK K-7
45
c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian. d. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjutRPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. f.
Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduanantara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman
belajar. g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasisecara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
4. Pelaksanaan Pembelajaran Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran 1. Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran SMA/SMK/MAK : 45 menit 2. Buku Teks Pelajaran Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatan efisiensi dan efektivitas yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
5. Pengelolaan Kelas a. Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik seduai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran. b. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik. c. Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh peserta didik. d. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik.
Sejarah SMA/SMK K - 3
46
e. Guru
menciptakan
ketertiban,
kedisiplinan,
kenyamanan,
dan
keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. f.
Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
g. Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. h. Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi. i.
Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik silabus mata pelajaran; dan
j.
Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.
Sejarah SMA/SMK K-7
47
Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Sejarah SMA/SMK K - 3
48
Pelaksanaan pembelajaran merupakan Implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. a. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional; mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
b. Kegiatan Inti Kegiatan
inti
menggunakan
model
pembelajaran,
metode
pembelajaran,media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik
peserta
didik
dan
mata
pelajaran.
Pemilihan
pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri
dan
penyingkapan
(discovery)
dan/atau
pembelajaran
yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan. Berikut adalah karakteristik kompetensi 1) Sikap Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih
adalah
proses
afeksi
menjalankan,menghargai,menghayati,hingga aktivitas
pembelajaran
berorientasi
pada
mulai
dari
mengamalkan. tahapan
menerima, Seluruh
kompetensi
yang
mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut.
Sejarah SMA/SMK K-7
49
2) Pengetahuan Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
3) Keterampilan Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topic dan subtopik) mata pelajaran yang
diturunkan dari keterampilan harus
mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang
menerapkan
modus
belajar
berbasis
penyingkapan/penelitian
(discovery /inquiry learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
c. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi: 1) seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung; 2) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; 3) melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan 4) menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
Sejarah SMA/SMK K - 3
50
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah
: SMA NEGERI 1 BATU
Mata Pelajaran
: Sejarah Indonesia
Kelas / semester
: XII / 1
Alokasi waktu
: 2 x 45 menit
A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung-jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkandiri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami,
menerapkan
dan
menganalisispengetahuan
faktual,
konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin Tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifikdi bawah pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar 1.2.
Mengamalkan
hikmah kemerdekaan
sebagai tanda
syukur
kepada Tuhan YME, dalam kegiatan membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. 2.1
Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari
2.2.
Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-
Sejarah SMA/SMK K-7
51
tugas dari pembelajaran sejarah 3.3.
Mengevaluasi perkembangan kehidupan politik, sosial dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa Demokrasi Liberal.
4.3
Merekontruksi perkembangan kehidupan politik dan ekonomi bangsa
Indonesia
pada
masa
Demokrasi
Liberal
dan
menyajikannya dalam bentuk laporan tertulis. C. Indikator 1.2.1 . Membiasakan sikap bersyukur terhadap berbagai dinamika permasalahan yang terjadi pada masa Demokrasi Liberal untuk dijadikan refleksi di masa sekarang 2.1.1 Meneladani sikap dan tindakan cinta damai dan tanggung jawab yang ditunjukkan oleh tokoh sejarah dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungannya 2.1.2 Menunjukkan
sikap
jujur
dan
bertanggung
jawab
dalam
mengerjakan tugas-tugas pembelajaran sejarah 3.3.1 Menjelaskan situasi sosial, ekonomi, politik dan keamanan di menjelang Demokrasi Liberal 3.3.2 Menganalisis situasi ekonomi di masa Demokrasi Liberal 3.3.3 Menganalisis
kebijakan
pemerintah
dalam
mengatasi
permasalahan ekonomi di masa Demokrasi Liberal 3.3.4 Menganalisis permasalahan politik di masa Demokrasi Liberal 3.3.5 Menganalisis
permasalahan
keamanan
nasional
di
masa
Demokrasi Liberal 3.3.6 Mengevaluasi permasalahan ekonomi, politik, sosial dan kemanan nasional di masa Demokrasi Liberal 4.3.1 Membuat laporan sederhana perkembangan politik dan ekonomi Indonesia pada masa Demokrasi Liberal 4.3.2 Mempresentasikan hasil laporan perkembangan politik dan ekonomi Indonesia pada masa Demokrasi Liberal
Sejarah SMA/SMK K - 3
52
D. Materi Pembelajaran Demokrasi Liberal di Indonesia (Materi Reguler, Materi Remidial, Materi Pengayaan terlampir) E. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan
Deskripsi
Alokasi waktu
Kegiatan
Mengucapkan salam
Pendahuluan
Berdoa sebelum membuka pelajaran
Memeriksa kebersihan kelas
Memeriksa kehadiran siswa
Mendoakan siswa yang tidak hadir
10 menit
karena sakit atau karena halangan lainnya
Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu
Menegur siswa yang terlambat dengan sopan
Menanyakan
kesiapan peserta didik
untuk mengikuti proses pembelajaran;
Mengajukan
pertanyaan
yang
mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
Menjelaskan
indikator
pembelajaran
atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan
uraian
kegiatan
sesuai
silabus
Kegiatan Inti ( model PBL ) FASE – FASE Fase 1 Orientasi peserta didik
Sejarah SMA/SMK K-7
KEGIATAN PEMBELAJARAN Pemberian stimulus, menayangkan gambar dan cuplikan film tentang situasi dan kondisi di masa
53
kepada masalah ( MENGAMATI )
Fase 2 Mengorganisasikan peserta didik ( MENANYA)
Fase 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok (MENGUMPULKAN INFORMASI )
Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (MENALAR )
Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (MENGKOMUNIKASIKAN ) Alokasi waktu
Demokrasi Liberal. Menjelaskan garis besar materi tentang permasalahan politik dan ekonomi di masa Demokrasi Liberal. 1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat lamban di Masa Demokrasi Liberal. Bagaimana strategi pemerintah RI dalam menghadapi permasalahan ekonomi di Masa Demokrasi Liberal? 2. Pada masa Demokrasi Liberal, situasi politik memanas. Bagaimana strategi pemerintah RI dalam mengadapi permasalahan politik tersebut? Membentuk kelompok-kelompok peserta didik, dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Membagi peserta didik dalam 4 kelompok. Kelompok 1 dan 2 membahas dan memecahkan permasalahan pertanyaan ke- 1. Kelompok 3 dan 4, membahas dan memecahkan permasalahan pertanyaan ke 2. Membantu peserta didik untuk mengumpulkan data/ informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber (mentah maupun aktual) dan melaksanakan eksperimen sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Peserta didik menciptakan arteifak (hasil karya) yang tidak sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia Peserta didik merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. 70 menit
Kegiatan Penutup Kegiatan Kegiatan penutup
Sejarah SMA/SMK K - 3
Diskripsi Alokasi waktu Peserta didik dengan dibantu guru mencoba membuat rangkuman dari 10 menit hasil diskusinya Peserta didik diberikan pertanyaan lisan secara acak untuk mendapakan umpan balik atas pembelajaran minggu ini untuk minggu selanjutnya
54
Kegiatan
Diskripsi dengan mengacu pada pertanyaan uji kompetensi pokok bahasan selanjutnya.
Alokasi waktu
F. Penilaian Proses dan hasil belajar - Teknik : Tes dan Non Tes - Bentuk : Essay untuk kerja dan portofolio - Instrumen : Tes dan Non tes - Kunci dan Pedoman penskoran G. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran : 1. Media : a. Power point b. Kartu masalah c. Papan tulis d. LCD 2. Alat / Bahan a. Laptop b. Hand out materi Demokrasi Liberal di Indonesia 3. Sumber belajar : a. ................... 2013 Sejarah Indonesia, Jakarta, Kemendikbud ( Buku Guru Kelas XII) b. .................... 2013, Sejarah Indonesia, Jakarta Kemendikbud ( Buku Siswa Kelas XII) c. I Wayan Badrika 2004, Sejarah SMA, Jakarta Penerbit Airlangga. Batu, 06 Desember 2015
Mengetahui, Kepala Sekolah SMAN 1 Arhanud
Guru Mata Pelajaran
Syachrial Ariffiantono, M.Pd
Rif‘atul Fikrya, S.Pd, S.Hum
NIP. 197908262005011003
NIP. 198404042009122006
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Untuk memahami materi pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran, anda perlu membaca secara cermat modul ini, gunakan referensi lain sebagai materi pelengkap untuk menambah pengetahuan anda. Dengarkan dengan cermat apa yang disampaikan oleh pemateri, dan tulis apa yang dirasa penting. Sejarah SMA/SMK K-7
55
Silahkan berbagi pengalaman anda dengan cara menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenangkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 3. Aktivitas individu, meliputi : a. Memahami dan mencermati materi diklat b. Mengerjakan
latihan/lembar
kerja/tugas,
menyelesaikan
masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar; dan menyimpulkan c. Melakukan refleksi 4. Aktivitas kelompok, meliputi : a. mendiskusikan materi pelatihan b. bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan c. penyelesaian masalah /kasus
E. LATIHAN/KASUS/TUGAS a. Susunlah/kembangkanlah RPP berdasarkan silabus yang ada, untuk satu pertemuan! b. Pilih salah satu KD Mapel Sejarah Wajib yang terdapat dalam Permendikbud No. 59 Tahun 2014. c. Peserta dalam kelas dibagi menjadi beberapa. kelompok, setiap kelompok antara 4 – 5 orang. d. Setiap kelompok diminta menelaah RPP milik kelompok lain dengan format yang telah disediakan. e. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan kelompok yang lain menanggapinya. f.
Klarifikasi.
Sejarah SMA/SMK K - 3
56
FORMAT PENELAAHAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Materi Pelajaran: ___________________________ Topik/Tema : ____________________________ Berilah tanda cek ( V) pada kolom skor (1, 2, 3 ) sesuai dengan kriteria yang tertera pada kolom tersebut! Berikan catatan atau saran untuk perbaikan RPP sesuai penilaian Anda! No
Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
A.
Identitas Mata Pelajaran
1.
B.
Satuan pendidikan,Mata pelajaran/tema,kelas/ semester dan Alokasi waktu. Pemilihan Kompetensi
1. 2.
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
C.
Perumusan Indikator
1. 2.
Kesesuaian dengan KD. Kesesuaian penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi yang diukur. Kesesuaian dengan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
3. D. 1. 2. 3. E. 1. 2. 3. F. 1. 2. 3.
Pemilihan Materi Pembelajaran
Hasil Penelaahan dan Skor 1 2 3 Tidak Kurang Sudah Ada Lengkap Lengkap
Tidak Ada
Kurang Lengkap
Sudah Lengkap
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Catatan
Kesesuaian dengan KD Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik. Kesesuaian dengan alokasi waktu. Pemilihan Sumber Belajar Kesesuaian dengan KI dan KD. Kesesuaian dengan materi pembelajaran dan pendekatansaintifik. Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik. Kegiatan Pembelajaran Menampilkan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dengan jelas. Kesesuaian kegiatan dengan pendekatan saintifik. Kesesuaian dengan sintak model pembelajaran yang dipilih
Sejarah SMA/SMK K-7
57
No 4. 5.
G. 1. 2. 3. 4. 5. H. 1. 2. 3. I. 1. 2. J. 1. 2. 3.
Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kesesuaian penyajian dengan sistematika materi. Kesesuaian alokasi waktu dengan cakupan materi. Penilaian
Hasil Penelaahan dan Skor 1 2 3
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Tidak Sesuai
Sesuai Sebagian
Sesuai Seluruhnya
Catatan
Kesesuaian dengan teknik penilaian autentik. Kesesuaian dengan instrumen penilaian autentik Kesesuaian soal dengan dengan indikator pencapaian kompetensi. Kesesuaian kunci jawaban dengan soal. Kesesuaian pedoman penskoran dengan soal. Pemilihan Media Belajar Kesesuaian dengan materi pembelajaran Kesesuaian dengan kegiatan pada pendekatansaintifik. Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik. Pemilihan Bahan Pembelajaran Kesesuaian dengan materi pembelajaran Kesesuaian dengan kegiatan pada pendekatansaintifik. Pemilihan Sumber Pembelajaran Kesesuaian dengan materi pembelajaran Kesesuaian dengan kegiatan pada pendekatansaintifik. Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik. Jumlah
Sejarah SMA/SMK K - 3
58
Rubrik Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rubrik penilaian RPP ini digunakan fasilitator untuk menilai RPP peserta yang telah dikerjakan secara berkelompok. Langkah-langkah penilaian RPP sebagai berikut: 1. Cermati format RPP dan telaah RPP yang akan dinilai! 2. Periksalah RPP dengan seksama 3. Berikan nilai setiap komponen RPP dengan cara membubuhkan tanda cek (√) pada kolom pilihan skor (1 ), (2) dan (3) sesuai dengan penilaian Anda terhadap RPP tersebut! 4. Berikan catatan khusus atau saran perbaikan setiap komponen RPP jika diperlukan! 5. Setelah selesai penilaian, jumlahkan skor seluruh komponen! 6. Tentukan nilai RPP menggunakan rumus sbb:
PERINGKAT Amat Baik ( A)
NILAI 90 ≤ A ≤ 100
Baik (B) Cukup (C)
75 ≤B < 90 60 ≤ C <74
Kurang (K)
<60
Komentar/Rekomendasi terhadap RPP secara umum. ................................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................................. ......
F. RANGKUMAN Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
Sejarah SMA/SMK K-7
59
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang
mengacu
pada
silabus.
RPP
mencakup:
(1)
data
sekolah,
matapelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan Indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian. Secara umum problematika dalam penyusunan RPP dirincikan sebagai berikut : pertama, guru belum memahami benar seluk-beluk penyusunan
RPP.
Jika
guru
belum
memahami
benar
seluk-beluk
penyusunannya, maka secara otomatis rasa malas akan muncul ketika hendak menyusunnya, kedua, perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum akan berimbas kepada perubahan susunan komponen dalam RPP. RPP disusun mengikuti kaidah-kaidah dalam kurikulum. Kurikulum yang berlaku sekarang adalah Kurikulum 2013. Ini artinya RPP Kurikulum 2013 yang disusun sekarang akan berbeda susunannya dengan RPP pada kurikulum sebelumnya (KTSP). Perubahan ini seringkali menyulitkan guru. Solusi atas problematika ini adalah memahami kaidah-kaidah penyusunan RPP yang tertuang dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2013. Penyusunan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau berkelompok di sekolah/madrasah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah/madrasah. Penyusunan RPP dapat juga dilakukan oleh guru secara berkelompok antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh dinas pendidikan atau kantor kementerian agama setempat.
G.
UMPAN BALIK Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi problematika penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran?
Sejarah SMA/SMK K - 3
60
2. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi problematika penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran? 3. Apa manfaat materi problematika penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran terhadap tugas Bapak/Ibu disekolah? 4. Setelah Saudara mempelajari modul diatas, apakah yang akan saudara lakukan terhadap dokumen perencanaan pelaksanaan pembelajaran di sekolah/madrasah ditempat Bapak/Ibu bertugas?
-
DAFTAR PUSTAKA Kemdikbud. 2007. Permendiknas no 41 Tahun 2007 tentang standar proses pendidikan. --------------. 2013. Permendikbud 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ---------------. 2013. Permendikbud
65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan --------------. 2013. Permendikbud 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian
Pendidikan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan --------------. 2014. Permendikbud 59 Tahun 2014 Tentang Sekolah
Menengah
Atas/Madrasah
Aliyah.
Kurikulum 2013
Jakarta:
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan --------------. 2014. Permendikbud. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Jakarta:
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan --------------. 2014. Permendikbud. 104 Tahun 2014 tentang Penilaian hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Sejarah SMA/SMK K-7
61
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
ANALISIS HASIL PENILAIAN AUTENTIK MATA PELAJARAN SEJARAH A. TUJUAN PEMBELAJARAN Peserta diklat mampu menganalisis hasil penilaian autentik pada mata pelajaran Sejarah
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Memahami konsep analisis penilaian autentik 2. Menganalisis hasil penilaian sikap mata pelajaran sejarah 3. Menganalisis hasil penilaian pengetahuan mata pelajaran sejarah 4. Menganalisis hasil penilaian ketrampilan mata pelajaran sejarah
C. URAIAN MATERI Pada Kurikulum 2013, penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Untuk melengkapi perangkat pembelajaran Sejarah Indonesia dengan suatu model, diperlukan jenis-jenis penilaian yang sesuai. Pada uraian berikut disajikan beberapa contoh penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan pada pembelajaran Sejarah Indonesia. Anda dapat mengembangkan lagi sesuai dengan topik dan kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik.
1. Konsep Analisis Hasil Penilaian Autentik Mata Pelajaran Sejarah a) Menganalisis Hasil Penilaian Kompetensi Sikap Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perubahan perilaku atau tindakan yang diharapkan.
Sejarah SMA/SMK K - 3
62
Ada beberapa cara yang dapa t digunakan untuk menilai sikap peserta didik, antara lain melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, dan penilaian jurnal. Instrumen yang digunakan antara lain daftar cek atau skala penilaian (ratingscale) yang disertai rubrik, yang hasil akhirnya dihitung berdasarkan modus. Kompetensi sikap pada pembelajaran Sejarah Indonesia yang harus dicapai peserta didik sudah terinci pada KD dari KI 1 dan KI 2. Guru Sejarah Indonesia dapat merancang lembar pengamatan penilaian kompetensi sikap untuk masing-masing KD sesuai dengan karakteristik proses pembelajaran yang disajikan. Hasil observasidapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Contoh penilaian kompetensi sikap dalam pembelajaran Sejarah Indonesia. a. Penilaian kompetensi sikap melalui observasi Penilaian kompetensi sikap atau perilaku dapat dilakukan oleh guru pada saat peserta didik melakukan praktikum atau diskusi, guru dapat mengembangkan lembar observasi seperti contoh berikut.
Tabel 3.1 Contoh Lembar Penilaian Kompetensi Sikap pada saat Diskusi
Lembar Penilaian Kegiatan Diskusi Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Kelas/Semester : XII / 1 Topik/Subtopik : Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa Indikator
: Peserta didik menunjukkan perilaku kerja sama, rasa ingin tahu, santun, dan komunikatif sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan.
No
Nama Siswa
Kerja sama
Rasa ingin tahu
Jumlah Santun
Komunikatif
Skor
Nilai
1.
Fikrya
3
4
4
4
15
93,75
2.
Rifatul
3
3
4
4
14
87,50
... .
Sejarah SMA/SMK K-7
63
Cara pengisian lembar penilaian sikap adalah dengan memberikan skor pada kolomkolom sesuai hasil pengamatan terhadap peserta didik selama kegiatan yaitu:. Kolom Aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut. 4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup 1 = kurang Contoh perhitungan nilai sikap untuk
instrumen seperti di atas dapat
menggunakan rumus berikut Nilai Observasi pada saat Praktikum
Nilai Observasi pada saat Diskusi
b. Penilaian Kompetensi Sikap melalui Penilaian Diri Penilaian diri digunakan untuk memberikan penguatan (reinforcement) terhadap kemajuan proses belajar peserta didik. Penilaian diri berperan penting bersamaan dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru ke peserta didik yang didasarkan pada konsep belajar mandiri (autonomous learning). Untuk menghilangkan kecenderungan peserta didik menilai diri terlalu tinggi dan subyektif, penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Untuk itu penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut. a) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri. b) Menentukan kompetensi yang akan dinilai. c) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan. d) Merumuskan format penilaian, dapat berupa daftar tanda cek, atau skala penilaian.
1) Penilaian diri setelah peserta didik selesai belajar satu KD Contoh format penilaian diri setelah peserta didik belajar satu KD
Sejarah SMA/SMK K - 3
64
Penilaian Diri Topik:......................
Nama: Arief Kelas: XII
Setelah mempelajari materi perjuangan menghadapi ancaman disintegrasi bangsa, Anda dapat melakukan penilaian diri dengan cara memberikan tanda V pada kolom yang tersedia sesuai dengan kemampuan. Tabel 3.2, Contoh Format Penilaian Diri (Tuntas 1 KD) No
Pernyataan
1.
Memahami konsep
Sudah memahami disintegrasi
Belum memahami
v
bangsa 2.
Memahami
perbedaan
gerakan
v
separatis, pemberontakan karena alasan politik dan ideologi 3.
Memahami
peristiwa
berbagai
v
ancaman disintegrasi bangsa di Indonesia antara tahun 1948-1965 4.
Memahami
strategi
dan
solusi
v
pemerintah RI dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa di Indonesia antara tahun 1948-1965
2) Penilaian diri setelah melaksanakan suatu tugas. Contoh format penilaian diri setelah peserta didik mengerjakan Tugas Proyek Sejarah Indonesia Tabel 3.3, Contoh Format Penilaian Diri (Tugas Proyek) Penilaian Diri Tugas :Observasi Situs Watu Gong
Nama:Yudi Kelas: XII
Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda V pada kolom yang sesuai dengan keadaan dirimu yang sebenarnya. No 1
Pernyataan Selama
melakukan
tugas
YA kelompok
saya
V
Saya mencatat data dengan teliti dan sesuai dengan
V
TIDAK
bekerjasama dengan teman satu kelompok 2
fakta 3
Saya melakukan tugas sesuai dengan jadwal yang
Sejarah SMA/SMK K-7
V
65
telah dirancang 4
Saya
membuat
tugas
terlebih
dahulu
dengan
V
membaca literatur yang mendukung tugas ……………………………………….
5
Dari penilaian diri ini Anda dapat memberi skor misalnya YA=2, Tidak =1 dan membuat rekapitulasi bagi semua peserta didik. Penilaian diri, selain sebagai penilaian sikap jujur juga dapat diberikan untuk mengukur pencapaian kompetensi pengetahuan, misalnya peserta didik diminta mengerjakan soal-soal sebelum ulangan akhir bab dilakukan dan mencocokan dengan kunci jawaban yang tersedia pada buku siswa. Berdasarkan hasilnya, diharapkan peserta didik akan belajar kembali pada topik-topik yang belum mereka kuasai. Untuk melihat hasil penilaian diri peserta didik, guru dapat membuat format rekapitulasi penilaian diri peserta didik dalam satu kelas. Tabel 3.4, Contoh Format Rekapitulasi Penilaian Diri Peserta dIDIK REKAPITULASI PENILAIAN DIRI PESERTA DIDIK Mata Pelajaran:Sejarah Topik/Materi
: Proses Masuknya Agama Hindu Budha di indonesia
Kelas
:X
No
Nama
1
Skor Pernyataan Penilaian Diri 1
2
3
.....
.....
Didik
2
1
2
.....
.....
2
Rifatul
2
2
1
…..
….
3
Syachrial
2
2
2
…..
….
4
Yudi
2
2
2
Jumlah
Nilai
Nilai peserta didik dapat menggunakan rumus:
Contoh instrumen penilaian diri
dapat Anda pelajari pada Permendikbud
nomor 104 tahun 2014
Sejarah SMA/SMK K - 3
66
c. Penilaian teman sebaya (peer assessment) Penilaian teman sebaya atau antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar pengamatan antarantarpeserta didik. Penilaian teman antarpeserta didik dilakukan oleh peserta didik terhadap 3 (tiga) teman sekelas atau sebaliknya.
Tabel 3.5, Contoh penilaian antar peserta didik pada pembelajaran Sejarah Indonesia. Penilaian antar Peserta Didik Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Kelas/Semester : XII / 1 Topik/Subtopik : Indikator
................................... : Peserta didik menunjukkan perilaku kerja sama, rasa ingin tahu, santun, dan komunikatif sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan
3.6, Format penilaian yang diisi peserta didik Penilaian antar Peserta Didik Topik/Subtopik: Masa Praksara
Nama Teman yang dinilai: Rifatul
Tanggal Penilaian: 8 Desember 2015
Nama Penilai
-
:Fikrya
Amati perilaku temanmu dengan cermat selamat mengikuti pembelajaran Sejarah Indonesia
-
Berikan tanda v pada kolom yang disediakan berdasarkan hasil pengamatannu.
-
Serahkan hasil pengamatanmu kepada gurumu Dilakukan/muncul
No
Perilaku
1.
Mau menerima pendapat teman
2.
Memaksa teman untuk menerima pendapatnya
3.
Memberi solusi terhadap pendapat yang bertentangan
V
4.
Mau bekerjasama dengan semua teman
V
5.
......................................
Sejarah SMA/SMK K-7
YA
TIDAK
V V
67
Pengolahan Penilaian: 1. Perilaku/sikap pada instrumen di atas ada yang positif (no 1.2dan 4) dan ada yang negatif (no 2) Pemberian skor untuk perlaku positif = 2, Tidak = 1. Untuk yang negatif Ya = 1 dan Tidak = 2 2. Selanjutnya guru dapat membuat rekapitulasi hasil penilaian menggunakan format berikut. No
Nama
1
Rifatul
2
…….
Skor Perilaku 1
2
3
4
5
2
2
1
2
2
Jumlah
Nilai
9
90
3
Nilai peserta didik dapat menggunakan rumus:
d. Penilaian Jurnal (anecdotal record) Jurnal merupakan kumpulan rekaman catatan guru dan/atau tenaga kependidikan di lingkungan sekolah tentang sikap dan perilaku positif atau negatif, selama dan di luar proses pembelajaran mata pelajaran. Jurnal dapat memuat penilaian peserta didik terhadap aspek tertentu secara kronologis. Kriteria Jurnal:
a. Mengukur capaian kompetensi sikap yang penting. b. Sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator. c. Menggunakan format yang sederhana dan mudah diisi/digunakan. d. Dapat dibuat rekapitulasi tampilan sikap peserta didik secara kronologis. e. Memungkinkan untuk dilakukannya pencatatan yang sistematis, jelas dan komunikatif.
f. Format pencatatan memudahkan dalam pemaknaan terhadap tampilan sikap peserta didik
g. Menuntun guru untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan peserta didik.
Sejarah SMA/SMK K - 3
68
Kelebihan yang ada pada jurnal adalah peristiwa/kejadian dicatat dengan segera. Dengan demikian, jurnal bersifat asli dan objektif dan dapat digunakan untuk memahami peserta didik dengan lebih tepat. Sementara itu, kelemahan yang ada pada jurnal adalah reliabilitas yang dimiliki rendah dan menuntut waktu yang banyak.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat jurnal adalah: a. Catatan atas pengamatan guru harus objektif b. Pengamatan dilaksanakan secara selektif, artinya yang dicatat hanyalah kejadian/peristiwa yang berkaitan dengan Kompetensi Inti. c. Pencatatan segera dilakukan (jangan ditunda-tunda) d. Setiap peserta didik memiliki Jurnal yang berbeda (kartu Jurnal yang berbeda) Tabel 3.7, Contoh Format Jurnal Model Pertama JURNAL Aspek yang diamati: ……………
Nama Peserta Didik: …
: ……………….
Nomor peserta Didik: …
Kejadian
Tanggal: ………………………
Catatan Pengamatan Guru: ............................................................................................................................ .................................................................................................................. ....................................................................................................
Petunjuk pengisian jurnal (diisi oleh guru): 1) Tulislah identitas peserta didik yang diamati, tanggal pengamatan dan aspek yang diamati oleh guru. 2) Tuliskan kejadian-kejadian yang dialami oleh Peserta didik baik yang merupakan kekuatan
maupun kelemahan Peserta didik sesuai dengan
pengamatan guru terkait dengan Kompetensi Inti. 3) Simpanlah kartu tersebut di dalam folder masing-masing Peserta didik
Sejarah SMA/SMK K-7
69
Tabel 3.8, Contoh Format Jurnal Model Kedua JURNAL Nama Peserta Didik: …………...........................................…….. Kelas: ..................................................................................... Aspek yang diamati: ………...........................................………..
NO
HARI/TANGGAL
KEJADIAN
KETERANGAN/ TINDAK LANJUT
1. 2. 3.
Petunjuk pengisian jurnal sama dengan model ke satu (diisi oleh guru) Pedoman umum penskoran jurnal: 1) Penskoran pada jurnal dapat dilakukan skala 1 sampai dengan 4. 2) Setiap aspek yang sesuai dengan indikator yang muncul pada diri peserta didik diberi skor 1, sedangkan yang tidak muncul diberi skor 0. 3) Jumlahkan skor pada masing-masing aspek,skor yang diperoleh pada masing-masing aspek kemudian direratakan Nilai Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K) ditentukan dengan cara menghitung rata-rata skor dan membandingkan dengan kriteria penilaian
b) Menganalisis Hasil Penilaian Kompetensi Pengetahuan Penilaian pengetahuan dapat berupa tes tulis, observasi pada diskusi, tanyajawab dan percakapan serta dan penugasan ( Permendikbud nomor 104 tahun 2014). Teknik dan bentuk instrumen penilaian kompetensi pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.9, Teknik dan Bentuk Instrumen Penilaian Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen Pilihan
Tes tulis
isian,
jawaban
singkat,
benar-salah,
menjodohkan, dan uraian.
Observasi Terhadap Diskusi, Tanya
ganda,
Jawab
Sejarah SMA/SMK K - 3
dan
Format observasi
70
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Percakapan. Pekerjaan rumah dan/atau tugas yang dikerjakan secara
Penugasan
individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
a. Tes Tulis Instrumen tes tulis umumnya menggunakan soal pilihan ganda dan soal uraian. Soal tes tertulis yang menjadi penilaian autentik adalah soal-soal yang menghendaki peserta didik merumuskan jawabannya sendiri, seperti soal-soal uraian. Soal-soal uraian menghendaki peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasannya dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Pada pembelajaran Sejarah Indonesia yang menggunakan pendekatan scientific, instrumen penilaian harus dapat menilai keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS: ―Higher Order thinking Skill”) menguji proses analisis, sintesis, evaluasi bahkan sampai kreatif. Untuk menguji keterampilan berpikir peserta didik, soalsoal untuk menilai hasilbelajar Sejarah Indonesia dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik menjawab soal melalui proses berpikir yang sesuai dengan kata kerja operasional dalam taksonomi Bloom. Misalnya untuk menguji ranah analisis peserta didik pada pembelajaran Sejarah Indonesia, guru dapat membuat soal dengan menggunakan katakerja operasional yang termasuk ranah analisis seperti menganalisis. Ranah evaluasi contohnya membandingkan, memprediksi,dan menafsirkan. 1) Soal Pilihan Ganda Indikator
:
Menganalisis kegagalan Badan Konstituante hasil pemilu 1955 dalam menyusun UUD yang baru
Soal
:
Badan Kontituante hasil pemilu 1955 gagal dalam menyusun
UUD. Kegagalan tersebut karena ... a. Badan Konstituante didominasi kekuatan PKI b. semua partai politik menghendaki berlakunya kembali UUD 1945 c. anggota Konstituante mementingkan ideologi partainya masingmasing
Sejarah SMA/SMK K-7
71
d. Sukarno melaksanakan Demokrasi Terpimpin sehingga bersikap otoriter
2) Soal Uraian Indikator
:
Menganalisis
latar
belakang
munculnya
pemberontakan
PRRI/Permesta Soal
:
Latar
belakang
pemberontakan
PRRI/Permesta
bersifat
kompleks. Jelaskankan faktor-faktor penyebab munculnya pemberontakan PRRI/Permesta!
b. Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan. Penilaian terhadap pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui observasi terhadap diskusi, tanya jawab, dan percakapan. Teknik ini adalah cerminan dari penilaian autentik. Ketika terjadi diskusi, guru dapat mengenal kemampuan peserta didik dalam kompetensi pengetahuan (fakta, konsep, prosedur) seperti melalui pengungkapan gagasan yang orisinal, kebenaran konsep, dan ketepatan penggunaan istilah/fakta/prosedur yang digunakan pada waktu mengungkapkan pendapat, bertanya, atau pun menjawab pertanyaan. Seorang peserta didik yang selalu menggunakan kalimat yang baik dan benar menurut kaedah bahasa menunjukkan bahwa yang bersangkutan memiliki pengetahuan tata bahasa yang baik dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut dalam kalimat-kalimat Tabel 3.10, Contoh Format observasi terhadap diskusi dan tanya jawab Pernyataan Nama
Pengungkapan
Peserta
gagasan yang
Didik
orisinal YA
Arief
v
Didik
v
Ketepatan
Kebenaran konsep
TIDAK
YA
istilah
TIDAK
v v
Jumlah
penggunaan
YA
TIDAK
YA
TIDAK
v
3
0
v
2
1
....
Keterangan: diisi dengan ceklis ( √ )
Sejarah SMA/SMK K - 3
72
Untuk pemberian nilai
Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan
Percakapan ini Silahkan Anda diskusikan dan jawab pada LK yang tersedia! c. Penugasan Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Contoh: Instrumen tugas untuk suatu topik dalam satu KD Membuat rancangan penelitian sederhana dengan tema: Perjuangan dan Kontribusi Tokoh Nasional dan Daerah dalam Upaya mempertahankan NKRI pada masa 1948 – 1965. Indikator: - Merancang kegiatan penelitian sederhana - Membuat laporan penelitian sederhana dengan tema: Perjuangan dan Kontribusi Tokoh Nasional dan Daerah dalam Upaya mempertahankan NKRI pada masa 1948 – 1965. TUGAS: Diantara perjalanan politik bangsa ini pasca kemerdekaan yang paling menonjol adalah sekitar peristiwa Demokrasi Parlementer, Demokrasi Terpimpin dan Pemberontakan G–30/S yang pada akhirnya lahir pemerintahan Orde Baru. Peristiwa–peristiwa tersebut sebagai kronologi sejarah yang saling berkaitan erat antara satu dengan peristiwa lainnya. Di antara kronologi di atas, muncul berbagai gerakan atau pemberontakan, atas nama gerakan separatis (RMS), pemberontakan atas nama ideologi tertentu (PKI Madiun 1948, DI/TII, dan G-30-S/PKI, serta gerakan-gerakan sebagai campur tangan asing (APRA), serta pemberontakan berdasar tujuan politik (PRRI/Permesta). Berdasar data sejarah peristiwa pemberontakan dan gerakan separatisme tersebut, buatlah penelitian sederhana
secara individu dengan tema:
Perjuangan dan Kontribusi Tokoh Nasional dan Daerah dalam Upaya mempertahankan NKRI pada masa 1948 – 1965.
Untuk penilaian tugas guru dapat membuat rubriknya disesuaikan dengan tugas yang diberikan pada peserta didik.
Sejarah SMA/SMK K-7
73
2. Menganalisis Hasil Penilaian Kompetensi Keterampilan Kompetensi keterampilan terdiri atas keterampilan abstrak dan keterampilan kongkret.
Penilaian
kompetensi
keterampilan
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan: Unjuk kerja/kinerja/praktik,Projek,Produk dan portofolio
1) Penilaian Unjuk Kerja/Kinerja/Praktik Penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktikum di laboratorium, praktik ibadah, praktik olahraga, presentasi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, dan membaca puisi/deklamasi. Contoh untuk menilai unjuk kerja/kinerja/praktik dilakukan pengamatan terhadap presentasi terhadap hasil laporan atau tugas. Tabel 3.11, Contoh Penilaian Kinerja Topik :
Perjuangan dan Kontribusi Tokoh Nasional dan Daerah dalam Upaya mempertahankan NKRI pada masa 1948 – 1965.
KI:
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan KD:
4.2 Menulis sejarah tentang tokoh nasional dan daerah yang berjuang mempertahankan keutuhan negara dan bangsa Indonesia pada masa 1948 – 1965.
Indikator :
Mempresentasikan hasil penelitian sederhana tentang tokoh
nasional dan daerah yang berjuang mempertahankan keutuhan negara dan bangsa Indonesia pada masa 1948 – 1965
Lembar Pengamatan Topik: ............................... Kelas: ................................
Sejarah SMA/SMK K - 3
74
Analisis No
Nama
Pemaparan
1.
………………………
2.
......................
Materi/Permasalahan
Penutup
Jumlah Skor
Keterangan
Rubrik No 1
Keterampilan
yang
dinilai Pemaparan
Skor
Rubrik
30
- Persiapan presentasi - Kelengkapan media presentasi - Kepercayaan diri dalam presentasi
2
Analisis
20
Ada 2 aspek yang terpenuhi
10
Ada 1 aspek yang terpenuhi
30
- Kedalaman analisis materi/permasalahan - Kelengkapan sumber sejarah/referensi
Materi/Permasalahan
- Kecakapan
memberi
tanggapan
atas
pertanyaan/permasalahan
3
Penutup
20
Ada 2 aspek yang tersedia
10
Ada 1 aspek tang tersedia
30
- Kemampuan dalam mengaitkan antarmateri - Kemampuan dalam membuat kesimpulan - Kemampuan dalam membuat saran
20
Ada 2 aspek yang tersedia
10
Ada 1 aspek tang tersedia
2) Penilaian Proyek Penilaian
projek
kemampuan
dapat
mengaplikasi,
digunakan
untuk
kemampuan
mengetahui
menyelidiki
dan
pemahaman, kemampuan
menginformasikan suatu hal secara jelas. Penilaian projek dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pelaporan dan merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, Sejarah SMA/SMK K-7
75
seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapan laporan tertulis/lisan. Untuk menilai setiap tahap perlu disiapkan kriteria penilaian atau rubrik. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a. Kemampuan pengelolaan ;Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
b. Relevansi; Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
c. Keaslian ;Projek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
Tabel 3.12, Contoh Format Penilaian Proyek Mata Pelajaran :
Guru Pembimbing
:
Nama Proyek
:
Nama
:
Alokasi Waktu :
Kelas
:
SKOR (1 – 5)
No.
ASPEK
1
PERENCANAAN : a. Rancangan Alat -
Alat dan bahan
-
Gambar
b. Uraian cara menggunakan alat 2
PELAKSANAAN : a. Keakuratan Sumber Data / Informasi b. Kuantitas Sumber Data c. Analisis Data d. Penarikan Kesimpulan
3
LAPORAN PROYEK : a. Sistematika Laporan b. Performans c. Presentasi
TOTAL SKOR
Sejarah SMA/SMK K - 3
76
3) Penilaian Produk Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, 77riteri, dan logam atau alat-alat teknologi tepat guna yang sederhana. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
a. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
b. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
c. Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai 77riteria yang ditetapkan.
Teknik Penilaian Produk Penilaian produk biasanya menggunakan cara 77riteria atau analitik. a. Cara 77riteria, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal. b. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua 77riteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan. Tabel 3.13, Contoh Format Penilaian Produk Format Penilaian Produk Materi Pelajaran :
Nama Peserta didik:
Nama Proyek :
Kelas
:
Alokasi Waktu : No
Tahapan
1
Tahap Perencanaan Bahan
2
Tahap Proses Pembuatan :
Skor ( 1 – 5 )*
a. Persiapan alat dan bahan b. Teknik Pengolahan
Sejarah SMA/SMK K-7
77
c. K3
(Keselamatan
kerja,
keamanan
dan
kebersihan) 3
Tahap Akhir (Hasil Produk) a. Bentuk fisik b. Inovasi
TOTAL SKOR
Catatan : *) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya. Setelah proyek selesai guru dapat melakukan penilaian menggunakan rubrik penilaian proyek.Peserta didik melakukan presentasi hasil proyek, mengevaluasi hasil proyek, memperbaiki sehingga ditemukan suatu temuan baru untuk menjawab permasalahan yang diajukanpada tahap awal.
4) Penilaian Portofolio Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus menerus
melakukan
memperlihatkan
perbaikan.
dinamika
Dengan
kemampuan
demikian,
belajar
portofolio
peserta
didik
dapat melalui
sekumpulan karyanya, untuk mata pelajaran Sejarah Indonesia antara lain: gambar, foto, maket bangunan bersejarah, resensi buku/literatur, laporan penelitian
dan karya nyata individu peserta didik yang diperoleh dari
pengalaman. Kriteria tugas pada penilaian portofolio :
Tugas sesuai dengan kompetensi
dan tujuan pembelajaran yang
akan diukur.
Hasil karya peserta didik yang dijadikan portofolio berupa pekerjaan hasil tes, perilaku peserta didik sehari-hari, hasil tugas terstruktur, dokumentasi aktivitas peserta didik di luar sekolah yang menunjang
Sejarah SMA/SMK K - 3
78
kegiatan belajar.
Tugas portofolio memuat aspek judul, tujuan pembelajaran, ruang lingkup belajar, uraian tugas, kriteria penilaian.
Uraian
tugas
memuat
kegiatan
yang
melatih
peserta
didik
mengembangkan kompetensi dalam semua aspek (sikap, pengetahuan, keterampilan).
Uraian
tugas
bersifat
terbuka,
dalam
arti
mengakomodasi
dihasilkannya portofolio yang beragam isinya.
Kalimat
yang
digunakan
dalam
uraian
tugas
menggunakan
bahasa yang komunikatif dan mudah dilaksanakan.
Alat
dan
bahan
yang
digunakan
dalam
penyelesaian
tugas
portofolio tersedia di lingkungan peserta didik dan mudah diperoleh.
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Aktivitas pembelajaran diklat dengan mata diklat ―Analisis Hasil
Penilaian
Autentik Mata Pelajaran Sejarah‖ sebagai berikut : KEGIATAN PEMBELAJARAN Alokasi
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan
a. menyiapkan peserta diklat agar termotivasi mengikuti 15 menit
Waktu
proses pembelajaran; b. mengantarkan suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari dan menjelaskan tujuan pembelajaran diklat. c. menyampaikan garis besar cakupan materi analisis pengembangan penilaian autentik .
Kegiatan Inti
Membagi peserta diklat ke dalam beberapa kelompok ( sesuai dengan tipe STAD) dimana langkah-langkahnya 105 menit sebagai berikut : 1) Guru memberi informasi dan tanya jawab dengan contoh kontekstual tentang analisis pengembangan
Sejarah SMA/SMK K-7
79
penilaian autentik dengan menggunakan contoh yang kontekstual.. 2) Kelas dibagi menjadi 6 kelompok ( A, B, C, …….s/d kelompok F) masing-masing beranggotakan 6 orang. 3) Guru
memberi
tugas
menggunakan
LKS
untuk
dikerjakan masing masing kelompok : Klpk A dan D mengerjakan LKS1, B dan E mengerjakan LKS2, C dan F mengerjakan LKS3. 4) Peserta diklat berdiskusi mengerjakan kuis tentang permasalahan ekonomi dan cara menanganinya yang tercantum dalam LK1, LK2, dan LK3.. 5) Melaksanakan penyusunan laporan hasil diskusi. 6) Masing masing kelompok melakukan presentasi hasil diskusi. 7) Nara sumber memberikan klarifikasi berdasarkan hasil pengamatannya pada diskusi dan kerja kelompok .
Kegiatan Penutup
1) Narasumber
bersama-sama
dengan
peserta 15 menit
menyimpulkan hasil pembelajaran 2) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran.
E. LATIHAN/KASUS/TUGAS 1. Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok A dan C sebagai berikut : a. Diskripsikan tentang pentingnya
penilaian autentik dalam pembelajaran
sejarah !
Sejarah SMA/SMK K - 3
80
b. Susunlah model penilaian sikap dengan teknik observasi, jurnal, dan penilaian diri untuk KD Sejarah kelas XI SMA untuk materi ― Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia‖ ! c. Susunlah model penilaian pengetahuan untuk KD Sejarah kelas X SMA materi ―Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia‖ ! d. Susunlah model penilaian ketrampilan melalui proyek dan portofolio untuk KD Sejarah kelas XI SMA materi ―Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia ! e. Identifikasi permasalahan yang terjadi dalam menyusun penilaian autentik tersebut di atas! f.
Lakukan analisis hasi penyusunan penilaian autentik sejarahi yang telah disusun oleh kelompok lain!
g. Berilah solusi tertulis untuk perbaikan instrumen penilaian autentik yang telah disusun! h. Laporkan hasil diskusi kelompok secara tertulis,. i.
2.
Presentasikan hasil diskusi di depan kelas !
Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok B dan D sebagai berikut : a. Diskripsikan tentang pentingnya
penilaian autentik dalam pembelajaran
sejarah ! b. Susunlah model penilaian sikap dengan teknik observasi, jurnal, dan penilaian diri untuk KD Sejarah X SMA untuk materi ― Masa PraAksara‖ ! c. Susunlah model penilaian pengetahuan untuk KD KD Sejarah X SMA untuk materi ― Masa PraAksara‖ ! d. Susunlah model penilaian ketrampilan melalui proyek dan portofolio untuk KD KD Sejarah X SMA untuk materi ― Masa PraAksara‖ ! e. Identifikasi permasalahan yang terjadi dalam menyusun penilaian autentik tersebut di atas! f.
Lakukan analisis hasi penyusunan penilaian autentik Sejarah yang telah disusun oleh kelompok lain!
g. Berilah solusi tertulis untuk perbaikan instrumen penilaian autentik yang telah disusun! h. Laporkan hasil diskusi kelompok secara tertulis,. i.
Presentasikan hasil diskusi di depan kelas !
Sejarah SMA/SMK K-7
81
3.
Tugas dan Langkah Kerja untuk kelompok B dan D sebagai berikut :
a. Diskripsikan tentang pentingnya
penilaian autentik dalam pembelajaran
sejarah ! b. Susunlah model penilaian sikap dengan teknik observasi, jurnal, dan penilaian diri untuk KD Sejarah XII SMA untuk materi ― Masa Orde Baru‖ ! c. Susunlah model penilaian pengetahuan untuk KD KD Sejarah X SMA untuk materi ― Masa Orde Baru‖ ! d. Susunlah model penilaian ketrampilan melalui proyek dan portofolio untuk KD KD Sejarah X SMA untuk materi ― Masa Orde Baru‖ ! e.
Identifikasi permasalahan yang terjadi dalam menyusun penilaian autentik tersebut di atas!
f.
Lakukan analisis hasi penyusunan penilaian autentik Sejarah yang telah disusun oleh kelompok lain!
g. Berilah solusi tertulis untuk perbaikan instrumen penilaian autentik yang telah disusun! h. Laporkan hasil diskusi kelompok secara tertulis,. i.
Presentasikan hasil diskusi di depan kelas !
F. RANGKUMAN
Penilaian Sikap dicapai antara lain melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, dan penilaian jurnal. Instrumen yang digunakan antara lain daftar cek atau skala penilaian (ratingscale) yang disertai rubrik, yang hasil akhirnya dihitung berdasarkan modus.
Penilaian pengetahuan dicapai anatara lain melalui tulis, observasi pada diskusi, tanya jawab dan percakapan serta dan penugasan, hasil akhirnya dihitung berupa nilai rata-rata.
Kompetensi keterampilan terdiri atas keterampilan abstrak dan keterampilan kongkret. Penilaian kompetensi keterampilan dapat dilakukan
dengan
kerja/kinerja/praktik,Projek,Produk
menggunakan: dan
portofolio.
Unjuk Hasil
akhirnya
dihitung berdasarkan Nilai Optimum.
Sejarah SMA/SMK K - 3
82
G. UMPAN BALIK Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi Analisis Hasil Penilaian Autentik Mata Pelajaran Sejarah? 2. Pengalaman
penting
apa
yang
Bapak/Ibu
peroleh
setelah
mempelajari materi Analisis Hasil Penilaian Autentik Mata Pelajaran Sejarah? 3. Menurut
Anda
hikmah
apa
yang
Bapak/Ibu
terima
setelah
mempelajari materi Analisis Hasil Penilaian Autentik Mata Pelajaran Sejarah jika dihubungkan dengan tugas-tugas disekolah? 4. Setelah Saudara mempelajari modul diatas, apakah yang akan saudara lakukan terhadap dokumen penilaian pembelajaran di sekolah/madrasah ditempat Bapak/Ibu bertugas? .
DAFTAR PUSTAKA Puspendik, 2014, Materi Implementasi Kurikulum 2013 tahun 2014 Mata Pelajaran Sejarah SMA/SMK .Jakarta : BPSDMPK dan PMP. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomer 66 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomer 59 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013 Sekolah Menegah Atas/Madrasah Aliyah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomer 81a lampiran IV Tahun 2013 tentang Pedoman Umum Pembelajaran. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomer 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah
Sejarah SMA/SMK K-7
83
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat menunjukkan penerapan Penelitian Tindakan Kelas dengan baik.
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Menjelaskan hakekat PTK 2. Menjelaskan ciri-ciri PTK 3. Menerapkan proses-proses dalam PTK
C. URAIAN MATERI 1.
Pendahuluan Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, Pasal 3, pendidikan
nasional befungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, yang merupakan salah satu tujuan kemerdekaan bangsa kita, seperti dinyatakan pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Oleh sebab itu, upaya Guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas merupakan amalan mulia karena memberikan kontribusi dalam mengisi kemerdekaan yang telah direbut lewat pengorbanan yang tidak sedikit. Sebagian besar guru masih ingin mengatasi masalah-masalah ditemukan di kelas. Sebagian dari mereka mencoba mengatasinya lewat suatu
Sejarah SMA/SMK K - 3
84
kegiatan penelitian tindakan?
Kegiatan penelitian tidak mudah karena
pertanggungjawaban teoretisnya cukup berat. Kita
tidak perlu mengalami itu semua ketika
melakukan penelitian
tindakan., karena jenis penelitian ini memang berbeda dengan jenis penelitian lain. Kalau jenis penelitian lain layaknya dilakukan oleh para ilmuwan di kampus atau lembaga penelitian, penelitian tindakan layaknya dilakukan oleh para praktisi, termasuk guru. Kalau jenis penelitian lainnya untuk mengembangkan teori, penelitian tindakan ditujukan untuk meningkatkan praktik lapangan. Jadi penelitian tindakan adalah jenis penelitian yang cocok untuk para praktisi, termasuk guru. Oleh karena itu para guru sebaiknya menyamakan pemahaman tentang pentingnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Dalam Diklat guru SD, keberadaan mata tataran PTK bertujuan untuk membekali para Pengwas agar lebih memiliki kemauan dan kemampuan untuk membina dan membantu Guru di lapangan dalam melaksanakan PTK. dengan harapan
Guru
lebih
terbiasa
dann
lebih
memiliki
kemampuan
untuk
melaksanakan PTK dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran.
2. PTK dan Ciri-cirinya Penelitian tindakan cocok untuk para praktisi yang bergelut dengan dunia nyata, maka PTK cocok untuk guru. Kita mungkin heran kenapa istilah ‘penelitian‘ yang biasanya berkenaan dengan teori sekarang dijodohkan dengan istilah ‘tindakan‘. Keheranan Guru tidak berlebihan karena memang jenis penelitian ini tergolong muda dibandingkan dengan penelitian tradisional yang telah ratusan tahun dikembangkan. Uraian beberapa butir di bawah ini akan dapat membantu Guru dalam memahami apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan (Kemmis & McTaggrt, 1988 ) Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan ia disebut ‘penelitian tindakan kelas‘ atau PTK. Apakah kegiatan PTK tidak akan mengganggu proses pembelajaran? Sama sekali tidak, karena justru PTK dilakukan dalam proses pembelajaran yang alami di kelas sesuai dengan jadwal. Penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat
Sejarah SMA/SMK K-7
85
situasional, kontekstual, berskala kecil, terlokalisasi, dan secara langsung gayut (relevan) dengan situasi nyata dalam dunia kerja. Sebagai subyek dalam PTK termasuk murid-murid yang sedang melakukan kegiatan pembelajaran. Di dalam melaksanakan PTK bisa melibatkan guru lain yang mengajar bidang pelajaran yang sama, yang akan berfungsi sebagai kolaborator dan observer. Karena situasi kelas sangat dinamis dalam konteks kehidupan sekolah yang dinamis pula, peneliti perlu menyesuaikan diri dengan dinamika yang ada. Guru memang dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar kegiatan PTK selaras dengan situasi yang ada, tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada tercapainya perbaikan. Hal ini menuntut komitmen untuk berpartisipasi dan kerjasama dari semua orang yang terlibat, yang mampu melakukan evaluasi diri secara kontinyu sehingga perbaikan demi perbaikan, betapapun kecilnya, dapat diraih.
Oleh karena itu diperlukan kerangka kerja agar masalah pembelajaran
secara praktis dapat dipecahkan dalam situasi nyata melalui PTK. Tindakan dilaksanakan secara terencana, hasilnya direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu untuk dijadikan lgurusan dalam melakukan modifikasi. Untuk dapat meraih perubahan dan perbaikian dalam pembelajaran yang diinginkan melalui PTK, menurut McNiff (1991), ada beberapa persyaratan PTK, yakni : 1. Guru dan kolaborator serta murid-murid harus punya tekad dan komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan komitmen itu terwujud dalam
keterlibatan
mereka
dalam
seluruh
kegiatan
PTK
secara
proporsional. 2. Guru dan kolaborator menjadi pusat dari penelitian sehingga dituntut untuk bertanggung jawab atas peningkatan yang akan dicapai. 3. Tindakan yang dilakukan hendaknya didasarkan pada pengetahun, baik pengetahuan
konseptual
dari
tinjauan
pustaka
teoretis,
maupun
pengetahuan teknis prosedural, yang diperoleh lewat refleksi kritis. 4. Tindakan tersebut dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat diubah ke arah perbaikan. 5. Penelitian
tindakan
melibatkan
pengajuan
pertanyaan
agar
dapat
melakukan perubahan melalui tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya.
Sejarah SMA/SMK K - 3
86
6. Guru mesti mamantau secara sistematik agar mengetahui dengan mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik 7. Guru perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk termasuk: (1) tulisan tentang hasil refleksi-diri, dalam bentuk catatan harian dan dialog, yaitu percakapan dengan dirinya sendiri; (2) percakapan tertulis, yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut; (3) narasi dan cerita; dan (4) bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik. 8. Peneliti
(guru) perlu memvalidasi pernyataan tentang keberhasilan
tindakannya lewat pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah), baik dilakukan sendiri maupun bersama teman (validasi-diri), meminta teman sejawat untuk memeriksanya dengan masukan dipakai untuk memperbaikinya (validasi sejawat), dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar (validasi public). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika ada perbedaan, pasti ada sesuatu yang masih harus dicermati kembali. Kapan secara tepat guru dapat melakukan PTK?‖ Jawabnya: Ketika guru ingin meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawab nya
dan
sekaligus
ingin
melibatkan
murid-murid
Guru
dalam
proses
pembelajaran. Dengan kata lain, guru ingin meningkatkan praktik pembelajaran, pemahaman dan ingin memperbaiki situasi pembelajaran di kelas.Dapat dikatakan bahwa tujuan utama PTK adalah untuk mengubah perilaku pengajaran, perilaku murid-murid di kelas, dan/atau mengubah kerangka kerja melaksanakan pembelajaran kelas. Jadi, PTK lazimnya dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang kelas. PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran di ruangan kelas. Menurut Cohen (1990), PTK dapat berfungsi sebagai : 1.
Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas;
Sejarah SMA/SMK K-7
87
2.
Alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat;
3.
Alat
untuk
memasukkan
ke
dalam
sistem
yang
ada
(secara
alami) pendekatan tambahan atau inovatif; 4.
Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti;
5.
Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas. Ada dua butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga, peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan. Menurut Calhoun, E.F (1993), PTK memiliki kelebihan berikut :
(1) tumbuhnya rasa memiliki melalui kerja sama dalam PTK; (2) tumbuhnya kreativitias bersifat
dan
pemikiran
kritis
lewat
interaksi
terbuka
yang
reflektif/evaluatif dalam PTK; (3) dalam kerja sama ada saling
merangsang untuk berubah; dan (4) meningkatnya kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam PTK PTK Guru juga memiliki kelemahan: (1) kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian pada Guru sendiri karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis; (2) rendahnya efisiensi waktu karena Guru
harus punya
komitmen peneliti untuk
terlibat
dalam
prosesnya
sementara Guru masih harus melakukan tugas rutin; (3) konsepsi proses kelompok yang menuntut pemimpin kelompok yang demokratis dengan kepekaan
tinggi
terhadap
kebutuhan
dan
keinginan
anggota-anggota
kelompoknya dalam situasi tertentu, padahal tidak mudah untuk mendapatkan pemimimpin demikian. Agar PTK berhasil, persyaratan berikut harus dipenuhi: (1) kesediaan untuk mengakui kekurangan diri; (2) kesempatan yang memadai untuk menemukan sesuatu yang baru; (3) dorongan untuk mengemukakan gagasan
Sejarah SMA/SMK K - 3
88
baru; (4) waktu yang tersedia untuk melakukan percobaan; (5) kepercayaan timbal balik antar orang-orang yang terlibat; dan (6) pengetahuan tentang dasardasar proses kelompok oleh peserta penelitian. 3.Penelitian Tindakan Kolaboratif Kolaborasi atau kerja sama perlu dan penting dilakukan dalam PTK karena PTK yang dilakukan secara perorangan bertentangan dengan hakikat PTK itu sendiri (Burns, 1999). Beberapa butir penting tentang PTK kolaboratif , yakni: (1) penelitian tindakan yang sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama; (2) penelitian kelompok tersebut dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok perorangan yang diperiksa secara kritis melalui refleksi demokratik dan dialogis; (3) optimalisasi fungsi PTK kolaboratif dengan mencakup gagasan-gagasan dan harapan-harapan semua orang yang terlibat dalam situasi terkait; (4) pengaruh langsung hasil PTK pada guru dan muridmurid serta sekaligus pada situasi dan kondisi yang ada. Menurut Burns
(dalam Muhajir, N., 1997), butir-butir yang perlu
dipertimbangkan dalam PTK Guru antara lain : 1. Sejauh dapat dilakukan, agenda PTK tindakan hendaknya ditarik dari kebutuhan-kebutuhan,
kepedulian
dan
persyaratan
yang
diungkapkan oleh semua pihak Guru sendiri, sejawat, kepala sekolah, murid-murid, dan/atau orangtua murid) yang terlibat dalam konteks pembelajaran/kependidikan di kelas/sekolah Guru; 2. PTK Guru hendaknya benar-benar memanfaatkan keterampilan, minat dan keterlibatan Guru sebagai guru dan sejawat; 3. PTK Guru hendaknya terpusat pada masalah-masalah pembelajaran kelas Guru, yang ditemukan dalam kenyataan sehari-hari. Namun demikian, hasil PTK Guru daapt juga memberikan masukan untuk pengembangan teori pembelajaran bidang studi Guru; 4. Metodologi
PTK
Guru
hendaknya
ditentukan
dengan
mempertimbangkan persoalan pembelajaran kelas Guru yang sedang diteliti, sumber daya yang ada dan murid-murid sebagai sasaran penelitian;
Sejarah SMA/SMK K-7
89
5. PTK
Guru
hendaknya
direncanakan,
dilaksanakan
dan
dievaluasi secara kolaboratif. Tujuan, metode, pelaksanaan dan strategi evaluasi hendaknya Guru negosiasikan dengan pemangku kepentingan (stakeholders) terutama penelitian Guru, sejawat, muridmurid, dan kepala sekolah (yang mungkin diperlukan dukungan kebijakannya); 6. PTK Guru hendaknya bersifat antardisipliner, yaitu sedapat mungkin didukung oleh wawasan dan pengalaman orang-orang dari bidangbidang lain yang relevan, seperti ilmu jiwa, antropologi, dan sosiologi serta budaya. Jadi Guru dapat mencari masukan dari teman-teman guru atau dosen LPTK yang relevan.
Dalam PTK, butir-butir pelaksanaan di bawah harus dipertimbangkan: 1. Guru sebagai pelaku PTK hendaknya berupaya memperoleh keterampilan
dan
pengetahuan
yang
dibutuhkan
untuk
melaksanakannya. 2. PTK selayaknya dilakukan dalam kelas sendiri. 3. PTK akan berjalan dengan baik jika terkait dengan program peningkatan guru dan pengembangan materi di sekolah atau wilayah sendiri. 4. PTK hendaknya dipadukan dengan komponen evaluasi. 4.
Proses Dasar PTK Seperti telah diuraikan sebelumnya, PTK bersifat partisipatori dan
kolaboratif, yang dilakukan karena ada kepedulian bersama terhadap situasi pembelajaran kelas yang perlu ditingkatkan. Guru bersama pihak-pihak (sejawat, murid, KS) mengungkapkan kepedulian akan peningkatan situasi tersebut, saling menjajagi apa yang dipikirkan, dan bersama-sama berusaha mencari cara untuk meningkatkan situasi pembelajaran. Guru bersama kolaborator (sejawat yang berkomitmen) menentukan fokus strategi peningkatannya. Singkatnya, Guru secara bersama-sama: (1) menyusun rencana tindakan bersama-sama; (2) bertindak; dan (3) mengamati secara individual dan bersama-sama; dan (4) melakukan refleksi
bersama-sama pula. Kemudian, Guru bersama-sama
merumuskan kembali rencana berdasarkan informasi yang lebih lengkap dan
Sejarah SMA/SMK K - 3
90
lebih kritis. Itulah empat aspek pokok dalam penelitian tindakan (Burns, 1999), yang selanjutnya diuraikan di bawah ini. 1). Penyusunan Rencana Rencana PTK merupakan tindakan pembelajaran kelas yang tersusun, dan dari segi definisi harus prospektif ke depan pada tindakan dengan memperhitungkan peristiwa-peristiwa tak terduga sehngga mengandung sedikit resiko. Maka rencana mesti cukup fleksibel agar dapat diadaptasikan dengan pengaruh yang tak dapat terduga dan kendala yang sebelumnya tidak terlihat. Tindakan yang telah direncanakan harus disampaikan dengan dua pengertian. Pertama, tindakan kelas mempertimbangkan resiko yang ada dalam perubahan dinamika kehidupan kelas Kedua, tindakan-tindakan pilih karena memungkinkan guru untuk bertindak secara lebih efektif dalam tahapan-tahapan pembelajaran, secara lebih bijaksana dalam memperlakukan murid, dan cermat dalam mengamati kebutuhan dan perkembangan belajar murid. Pada prinsipnya, tindakan yang direncanakan dalam PTK hendaknya: (1) membantu Guru sendiri dalam (a) mengatasi kendala pembelajaran kelas, (b) bertindak secara lebih tepat-guna dalam kelas dan (c) meningkatkan keberhasilan pembelajaran kelas; dan (2) membantu Guru menyadari potensi baru Guru untuk melakukan tindakan guna meningkatkan kualitas kerja. Dalam proses perencanaan, peneliti
harus berkolaborasi dengan sejawat melalui
diskusi untuk mengembangkan tindakan yang akan dipakai dalam menganalisis dan meningkatkan pemahaman dan tindakan dalam kelas. Rencana PTK hendaknya disusun berdasarkan hasil pengamatan awal refleksif terhadap pembelajaran kelas Guru. Misalnya, jika Guru adalah guru bahasa
Inggris,
Guru
akan
melakukan
pengamatan
terhadap
situasi
pembelajaran kelas Guru dalam konteks situasi sekolah secara umum dan mendeskripsikan hasil pengamatan. Dari sini akan mendapatkan gambaran umum tentang masalah yang ada. Lalu Guru meminta seorang guru bahasa Inggris lain sebagai kolaborator untuk melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang Guru selenggarakan di kelas Guru; selama mengamati, kolaborator memusatkan perhatiannya pada perilaku Guru sebagai guru dalam upaya membantu murid belajar, dan perilaku murid selama proses pembelajaran berlangsung, serta suasana pembelajarannya.
Sejarah SMA/SMK K-7
91
Rencana tindakan Guru perlu dilengkapi dengan pernyataan tentang indikator-indikator peningkatan yang akan dicapai. Misalnya, indikator untuk peningkatan keterlibatan murid adalah peningkatan jumlah murid yang melakukan sesuatu dalam pembelajaran, seperti bertanya, mengusulkan pendapat,
mengungkapkan
kesetujuan,
mengungkapkan
kesenangan,
mengungkapkan penolakan dan sebagainya. 2). Pelaksanaan Tindakan Tindakan hendaknya dituntun oleh rencana yang telah dibuat, tetapi perlu diingat bahwa tindakan itu tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana, mengingat dinamikan proses pembelajaran di kelas Guru, yang menuntut penyesuaian. Oleh karena itu, Guru perlu bersikap fleksibel dan siap mengubah rencana
tindakan
sesuai
dengan
keadaan
yang
ada.
Semua
perubahan/penyesuaian yang terjadi perlu dicatat karena kelak harus dilaporkan. Pelaksanaan rencana tindakan memiliki karakter perjuangan materiil, sosial, dan politis ke arah perbaikan. Mungkin negosiasi dan kompromi diperlukan, tetapi kompromi harus juga dilihat dalam konteks strateginya. Nilai tambah taraf sedang mungkin cukup untuk sementara waktu, dan nilai tambah ini kemudian mendasari tindakan berikutnya. 3). Observasi Observasi tindakan di kelas
berfungsi untuk mendokumentasikan
pengaruh tindakan bersama prosesnya. Observasi itu berorientasi ke depan, tetapi memberikan dasar bagi refleksi sekarang, lebih-lebih lagi ketika putaran atau siklus terkait masih berlangsung. Perlu dijaga agar observasi: (1) direncanakan agar (a) ada dokumen sebagai dasar refleksi berikutnya dan (b) fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga; (2) dilakukan secara cermat karena tindakan Guru di kelas selalu akan dibatasi oleh kendala realitas kelas yang dinamis, diwarnai dengan hal-hal tak terduga; (3) bersifat responsif, terbuka pgurungan dan pikirannya. Apa yang diamati dalam PTK adalah (1) proses tindakannya, (b) pengaruh tindakan (yang disengaja dan tak sengaja), (c) keadaan dan kendala tindakan, (d) bagaimana keadaan dan kendala tersebut menghambat atau mempermudah tindakan yang telah direncanakan dan pengaruhnya, dan (e) persoalan lain yang timbul. 4). Refleksi
Sejarah SMA/SMK K - 3
92
Yang dimaksud dengan refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Lewat refleksi Guru berusaha (1) memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategik, dengan mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi pembelejaran kelas, dan (2) memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas di mana pembelajaran dilaksanakan. Dalam melakukan refleksi, Guru sebaiknya juga berdiskusi dengan sejawat Guru, untuk menghasilkan rekonstruksi makna situasi pembelajaran kelas dan memberikan dasar perbaikan rencana siklus berikutnya. Refleksi memiliki
aspek
evaluatif;
dalam
melakukan
refleksi,
Guru
hendaknya
menimbang-nimbang pengalaman menyelenggarakan pembelajaran di kelas, untuk menilai apakah pengaruh (persoalan yang timbul) memang diinginkan, dan memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan. Tetapi dalam
pengertian
bahwa
refleksi
itu
deskriptif,
Guru
meninjau
ulang,
mengembangkan gambaran agar lebih lebih hidup (a) tentang proses pembelajaran kelas Guru, (b) tentang kendala yang dihadapi dalam melakukan tindakan di kelas, dan, yang lebih penting lagi, (c) tentang apa yang sekarang mungkin dilakukan untuk para siswa Guru agar mencapai tujuan perbaikan pembelajaran. PTK merupakan proses dinamis, dengan empat momen dalam spiral perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. (Kemmis dkk. (1982). Dalam praktik, proses PTK dimulai dengan ide umum bahwa Guru menginginkan perubahan atau perbaikan pembelajaran di kelas Guru. Inilah keputusan tentang letak di mana dampak tindakan itu mungkin diperoleh. Setelah memutuskan medannya dan melakukan peninjauan awal, Guru bersama kolaborator sebagai peneliti tindakan memutuskan rencana umum tindakan. Dengan menjabarkan rencana umum ke dalam langkah-langkah yang dapat dilakukan, Guru memasuki langkah pertama, yakni perubahan dalam strategi yang ditujukan bukan saja untuk mencapai perbaikan, tetapi juga pemahaman lebih baik tentang apa yang mungkin dicapai kemudian. Sebelum mengambil langkah pertama, Guru harus lebih berhati-hati dan merencanakan cara untuk memantau pengaruh langkah tindakan pertama, keadaan kelas Guru, dan apa yang mulai dilihat oleh strategi dalam praktik. Jika mungkin mempertahankan pencarian fakta dengan memantau tindakannya, langkah pertama diambil. Pada waktu langkah itu
Sejarah SMA/SMK K-7
93
dilaksanakan, data baru mulai masuk, dan keadaan, tindakan, dan pengaruhnya dapat dideskripsikan dan dievaluasi. Tahap evaluasi ini menjadi peninjauan yang segar yang dapat dipakai untuk menyiapkan cara untuk perencanaan baru. 5.
Alur Pelaksanaan PTK Model rancangan PTK terletak pada alur pelaksanaan tindakan yang
dilakukan. Hal ini sekaligus menjadi penanda atau ciri khusus yang membedakan PTK dengan jenis penelitian lain. Adapun alur penelitian tindakan yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 1 (diadaptasi dari Kemmis dan McTaggart). Rencana Tindakan Refleksi
Observasi
Pelaksanaan Tindakan Rencana Tindakan
Refleksi
Observasi
Pelaksanaan Tindakan
Diagram 3, Alur Pelaksanaan PTK Gambar di atas menunjukkan bahwa pertama, sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti harus merencanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilaksanakan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang,
barulah
tindakan
itu
dilakukan.
Ketiga,
bersamaan
dengan
dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri
dan
akibat
yang
ditimbulkannya.
Keempat,
berdasarkan
hasil
pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilaksanakan. Jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang
Sejarah SMA/SMK K - 3
94
telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal. 6. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Ada beberapa langkah yang hendaknya diikuti dalam melakukan penelitian tindakan). Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasi dan merumuskan masalah; (2) menganalisis masalah; (3) merumuskan
hipotesis
tindakan;
(4)
membuat
rencana
tindakan
dan
pemantauannya; (5) melaksanakan tindakan dan mengamatinya; (6) mengolah dan menafsirkan data; dan (7) melaporkan. a. Identifikasi dan Perumusan Masalah Seperti telah disinggung di muka, PTK dilakukan untuk mengubah perilaku Guru sendiri, perilaku sejawat dan murid-murid, atau mengubah kerangka kerja, proses pembelajaran, yang pada gilirannya menghasilkan perubahan pada perilaku Guru dan sejawat serta murid-murid. Singkatnya, PTK lakukan untuk meningkatkan praktik pembelajaran. Contoh-contoh bidang garapan PTK: 1) Metode mengajar, mungkin mengganti metode tradisional dengan metode penemuan; 2) Strategi
belajar,
menggunakan
pendekatan
integratif
pada
pembelajaran daripada satu gaya belajar mengajar; 3) Prosedur evaluasi, misalnya meningkatkan metode dalam penilaian kontinyu/otentik; 4) Penanaman atau perubahan sikap dan nilai, mungkin mendorong timbulnya sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan; 5) Pengembangan
profesional
guru
misalnya
meningkatkan
keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran diri; 6) Pengelolaan dan kontrol, pengenalan bertahap pada teknik modifikasi perilaku; dan 7) Administrasi, menambah efisiensi aspek tertentu dari administrasi sekolah (Cohen dan Manion, 1980: 181).
Sejarah SMA/SMK K-7
95
b. Identifikasi Masalah Seperti dalam jenis penelitian lain, langkah pertama dalam penelitian tindakan adalah mengidentifikasi masalah. Langkah ini merupakan langkah yang menentukan. Masalah yang akan diteliti harus dirasakan dan diidentifikasi oleh peneliti sendiri bersama kolaborator meskipun dapat dengan bantuan seorang fasilitator supaya mereka betul-betul terlibat dalam proses penelitiannya. Masalahnya dapat berupa kekurangan yang dirasakan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, etos kerja, kelancaran komunikasi, kreativitas, dan sebagainya. Pada dasarnya, masalahnya berupa kesenjangan antara kenyataan dan keadaan yang diinginkan. Masalahnya hendaknya bersifat tematik seperti telah disebutkan di atas dan dapat diidentifikasi dengan pertolongan tabel dua arah model Aristoteles. Misalnya dalam bidang pendidikan, ada empat sel lajur dan kolom, sehubungan dengan anggapan bahwa ada empat komponen pokok yang ada di dalamnya (Schab, 1969) yaitu: guru, siswa, bidang studi, dan lingkungan.
Semua
komponen tersebut berinteraksi dalam proses belajar-mengajar, dan oleh karena itu dalam usaha memahami komponen tertentu peneliti perlu memikirkan bubungan di antara komponen-komponen tersebut. Berikut adalah beberapa kriteria dalam penentuan masalah: (a) Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan lembaga atau program; (b) Masalahnya hendaknya dalam
jangkauan penanganan.
Jangan sampai memilih masalah yang
memerlukan komitmen terlalu besar dari pihak para penelitinya dan waktunya terlalu lama; (c) Pernyataan masalahnya harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental ini daripada berdasarkan fenomena dangkal. Berikut ini beberapa contoh masalah yang diidentifikasi sebagai fokus penelitian tindakan: (1) rendahnya kemampuan mengajukan pertanyaan kritis di kalangan mahasiswa; (2) rendahnya ketaatan staf pada perintah atasan; (3) rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris; (4) rendahnya kualitas pengelolaan interaksi guru-siswa-siswa; (5) rendahnya kualitas pembelajaran bahasa Inggris ditinjau dari tujuan mengembangkan
Sejarah SMA/SMK K - 3
96
keterampilan berkomunikasi dalam bahasa tersebut; dan (6) rendahnya kemandirian belajar siswa di suatu sekolah menengah atas. c. Perumusan masalah Seperti telah disebutkan di atas, masalah penelitian tindakan yang merupakan kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan hendaknya dideskripsikan untuk dapat merumuskannya. Pada intinya, rumusan masalah harus mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Contoh-contoh masalah di atas akan diberikan contoh rumusannya dalam Tabel 1 di bawah. Seperti dapat dilihat pada Tabel 1, dalam rumusan ada deskripsi tentang keadaan nyata dan deskripsi tentang keadaan yang diinginkan dan kesenjangan antara dua keadaan tersebut merupakan masalah yang harus diselesaikan dengan menutupnya melalui tindakan yang sesuai. Bagaimana cara menutupnya? Karena penelitian tindakan merupakan kegiatan akademik dan profesional, seorang peneliti perlu mencari wawasan teoretis dari pustaka yang relevan untuk dapat menentukan cara-cara yang akan digunakan untuk menjawab
pertanyaan
penelitiannya.
Pustaka
yang
ditinjau
hendaknya
mencakup teori-teori dan hasil penelitian yang relevan. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa teori dalam penelitian tindakan bukan untuk diuji, melainkan untuk menuntun peneliti dalam membuat keputusan-keputusan selama proses penelitian berlangsung. Wawasan teoretis sangat mendukung proses analisis masalah. Pada akhir tinjauan pustaka, peneliti tindakan dapat mengajukan hipotesis tindakan atau pertanyaan penelitian. d. Analisis Masalah Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui demensi-dimensi masalah yang mungkin ada untuk mengidentifikasikan aspek-aspek pentingnya dan untuk memberikan penekanan yang memadai. Analisis masalah melibatkan beberapa jenis kegiatan, bergantung pada kesulitan yang ditunjukkan dalam pertanyaan masalahnya; analisis sebab dan akibat tentang kesulitan yang dihadapi, pemeriksaan asumsi yang dibuat kajian terhadap data penelitian yang tersedia, atau mengamankan data pendahuluan untuk mengklarifikasi persoalan atau untuk mengubah perspektif orang-orang yang terlibat dalam penelitian tentang masalahnya. Kegiatan-kegiatan ini dapat dilakukan melalui diskusi di antara para peserta penelitian dan fasilitatornya, juga kajian pustaka yang gayut.
Sejarah SMA/SMK K-7
97
Tabel 4.1, Contoh Rumusan Masalah dalam Penyusunan PTK No. 1.
Masalah
Rumusan
Rendahnya
Siswa SMA mestinya telah mampu mengajukan
kemampuan
pertanyaan
mengajukan
kenyataannya pertanyaan mereka lebih bersifat
pertanyaan
kritis
yang
kritis,
tetapi
dalam
di klarifikasi
kalangan
siswa mata
pelajaran
Sejarah
Indonesia di SMA 2.
Rendahnya
Dalam pembelajaran Sejarah, siswa mestinya
keterlibatan
siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar lewat
dalam
proses kegiatan yang menyenangkan, tetapi dalam
pembelajaran Sejarah 3.
kenyataan mereka sangat pasif.
Rendahnya
kualitas Pengelolan interaksi guru-siswa-siswa mestinya
pengelolaan
interaksi memungkinkan setiap siswa untuk aktif terlibat
guru-siswa-siswa
dalam proses pembelajaran,
tetapi dalam
kenyataan interaksi hanya terjadi antara guru dengan beberapa siswa. No. 4.
Masalah Rendahnya
Rumusan
kualitas Proses
pembelajaran
Sejarah
Indonesia
proses
pembelajaran mestinya memberi kesempatan kepada siswa
sejarah
ditinjau
tujuan
dari untuk belajar meningkatkan nasionalisme, tetapi dalam kenyataannya kegiatan pembelajaran
mengembangkan nilai- terbatas pada hapalan saja. nilai nasionalisme 5.
Rendahnya kemandirian siswa SMA
Kemandirian belajar siswa SMA mestinya telah belajar berkembang jika kegiatan pembelajarannya mendukungnya, tetapi dalam kenyataannya dominasi
peran
guru
telah
menghambat
perkembangannya
e. Perumusan Hipotesis Tindakan
Sejarah SMA/SMK K - 3
98
Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan, melainkan hipotesis tindakan. Idealnya hipotesis penelitian tindakan mendekati keketatan penelitian formal. Namun situasi lapangan yang senantiasa berubah membuatnya sulit untuk memenuhi tuntutan itu. Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Untuk sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, peneliti dapat mulai dengan menimbang prosedur-prosedur yang mungkin dapat dilaksanakan agar perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai menemukan prosedur tindakan yang dianggap tepat. Dalam menimbangnimbang berbagai prosedur ini sebaiknya peneliti mencari masukan dari sejawat atau orang-orang yang peduli lainnya dan mencari ilham dari teori/hasil penelitian yang telah ditinjau seblumnya sehingga rumusan hipotesis akan lebih tepat. Contoh hipotesis tindakan akan diberikan di sini. Situasinya adalah kelas yang siswa-siswanya sangat lamban dalam memahami bacaan. Berdasarkan analisis masalahnya peneliti menyimpulkan bahwa siswa-siswa tersebut memiliki kebiasaan membaca yang salah dalam memahami makna bahan bacaannya, dan bahwa ‗kesiapan pengalaman‘ untuk memahami konteks perlu ditingkatkan. Maka hipotesis tindakannya sebagai berikut: ―Bila kebiasaan membaca yang salah dibetulkan lewat teknik-teknik perbaikan yang tepat dan ‗kesiapan pengalaman‘ untuk memahami konteks bacaan ditingkatkan, maka para siswa akan meningkat kecepatan membacanya.‖ Apabila setelah dilaksanakan tindakan yang direncanakan dan telah diamati, hipotesis tindakan ini ternyata meleset dalam arti pengaruh tindakannya belum seperti yang diinginkan, peneliti harus merumuskan hipotesis tindakan yang baru untuk putaran penelitian tindakan berikutnya. Dengan demikian, dalam suatu putaran spiral penelitian tindakan, peneliti merumuskan hipotesis, dan pada putaran berikutnya merumuskan hipotesis yang lain, dan putaran berikutnya lagi merumuskan hipotesis yang lain lagi begitu seterusnya, sehingga pelaksanaan tugas terus meningkat kualitasnya. Untuk masalah-masalah yang dicontohkan di atas, diberikan contoh rumusan hipotesis tindakannya dalam tabel di bawah.
Tabel 4.2, Masalah, Rumusan Masalah dan Hipotesis Tindakan
Sejarah SMA/SMK K-7
99
No. 1.
Masalah
Rumusan
Hipotesis Tindakan
Rendahnya
Siswa SMA mestinya telah
Jika tingkat kekritisan
kemampuan
mampu mengajukan
pertanyaan siswa SMA
mengajukan
pertanyaan yang kritis,
dijadikan penilaian
pertanyaan kritis
tetapi dalam kenyataannya
kualitas partisipasi
di kalangan siswa
petanyaan mereka lebih
mereka setelah diberi
SMA
bersifat klarifikasi
contoh dengan pembahasan-nya, kemampuan mengajukan pertanyaan kritis mereka akan meningkat.
2.
Rendahnya
Dalam pembelajaran
Dengan kegiatan yang
keterlibatan siswa
Sejarah di SMA, siswa
menyenangkan dalam
dalam proses
mestinya terlibat secara
pembelajaran Sejarahb
pembelajaran
aktif dalam kegiatan belajar
SMA, keterlibatan siswa
Sejarah dan
lewat kegiatan yang
dalam kegiatan belajar
rendahnya
menyenangkan sehingga
akan meningkat, dan
motivasi belajar
motivasi belajarnya tinggi,
begitu juga motivasi
mereka
tetapi dalam kenyataan
belajar mereka.
mereka kurang sekali terlibat sehingga motivasi mereka rendah. 3.
Rendahnya
Kualitas pembelajaran
Jika kegiatan
kualitas
sejarah mestinya tinggi jika
pembelajaran difokuskan
pembelajaran
kegiatannya terfokus untuk
pada pengembangan
Sejarah ditinjau
mengembangkan
rasa nasionalisme,
dari tujuan
nasionalisme, tetapi dalam
kualitas pembelajaran
mengembangkan
kenyataannya fokus terlalu
akan meningkat.
rasa
berat pada kegiatan untuk
nasionalisme
menguasai pengetahuan tentang hapalan dalam peristiwa sejarah.
4.
Rendahnya
Sejarah SMA/SMK K - 3
Kemandirian belajar siswa
Jika kegiatan
100
kemandirian
SMA mestinya telah
pembelajaran diciptakan
belajar siswa
berkembang jika kegiatan
untuk memenuhi
SMA
pembelajarannya
kebutuhan
mendukungnya, tetapi
perkembangan masing-
dalam kenyataannya
masing siswa,
dominasi peran guru telah
kemandirian belajar
menghambat
siswa SMA akan
perkembangannya
meningkat.
D.Aktivitas Pembelajaran Untuk memahami materi PTK, anda perlu membaca secara cermat modul ini, gunakan referensi lain sebagai materi pelengkap untuk menambah pengetahuan anda. Dengarkan dengan cermat apa yang disampaikan oleh pemateri, dan tulis apa yang dirasa penting. Silahkan berbagi pengalaman anda dengan cara menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenangkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 1. Aktivitas individu, meliputi : a. Memahami dan mencermati materi diklat b. Mengerjakan
latihan/lembar
kerja/tugas,
menyelesaikan
masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar; dan menyimpulkan c. Melakukan refleksi 2. Aktivitas kelompok, meliputi : a. mendiskusikan materi pelatihan b. bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan c. penyelesaian masalah /kasus
E. LATIHAN/KASUS/TUGAS Lembar Kerja/LK 1 Jawablah pertanyaan berikut ini1
Sejarah SMA/SMK K-7
101
1. Apa yang perlu ditulis dalam tujuan PTK? 2. Bagaimana mengidentifikasi masalah? 3. Kegiatan apa saja yang terdapat dalam tiap siklus PTK? 4. Apa isi persiapan PTK? 5. Apa saja alat pengumpulan data PTK? 6. Apa isi setting peneitian?
Lembar Kerja/LK 2 1.
Buatlah Kelompok, masing-masing beranggota 4 orang
2.
Buatlah masing masing kelompok proposal PTK, dengan tahap-tahap sesuai dengan petunjuk sebelumnya!
F. RANGKUMAN Penelitian tindakan cocok untuk para praktisi yang bergelut dengan dunia nyata, maka PTK cocok untuk guru. Kita mungkin heran kenapa istilah ‘penelitian‘ yang biasanya berkenaan dengan teori sekarang dijodohkan dengan istilah ‘tindakan‘. Keheranan Guru tidak berlebihan karena memang jenis penelitian ini tergolong muda dibandingkan dengan penelitian tradisional yang telah ratusan tahun dikembangkan. Uraian beberapa butir di bawah ini akan dapat membantu Guru dalam memahami apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan. Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan ia disebut ‘penelitian tindakan kelas‘ atau PTK. Apakah kegiatan PTK tidak akan mengganggu proses pembelajaran? Sama sekali tidak, karena justru PTK dilakukan dalam proses pembelajaran yang alami di kelas sesuai dengan jadwal. Penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat situasional, kontekstual, berskala kecil, terlokalisasi, dan secara langsung gayut (relevan) dengan situasi nyata dalam dunia kerja. Sebagai subyek dalam PTK termasuk murid-murid yang sedang melakukan kegiatan pembelajaran. Di dalam melaksanakan PTK bisa melibatkan guru lain yang mengajar bidang pelajaran yang sama, yang akan berfungsi sebagai kolaborator dan observer.
Sejarah SMA/SMK K - 3
102
G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi PTK? 2. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi di atas? 3. Apa manfaat materi tersebut terhadap tugas Bapak/Ibu disekolah? -
DAFTAR RUJUKAN Calhoun, E.F. 1993. Action Research: Three Approaches.
Educational
Leadership 51, 2. Hlm. 62-65. Dirjen Dikdasmen. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Bahan Penataran untuk Instruktur. Malang: PPPG IPS dan PMP. Kemmis, S. dan McTaggart, R. 1988. The Action Research Planner. Geelong, Victoria: Deakin University Press. Madya, S. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Bagian I, II, III. Jakarta: Dirjen PMPTK. McNiff, J. 1991. Action Research: Principles and Practices. New York: Routledge. Muhadjir, N. 1997. Analisis dan Refleksi. Pedoman Penelitian Tindakan Kelas, Bagian Keempat. Yogyakarta. UP3SD BP3GSD-UKMP. SD. Raka Joni, T. (Ed). 1995. Penelitian Praktis untuk Perbaikan Pengajaran. Jakarta: BP3GSD Ditjend Dikti. Depdikbud.
Sejarah SMA/SMK K-7
103
KEGIATAN PEMBELAJARAN 5
PENELITIAN SEJARAH
A. TUJUAN PEMBELAJARAN Melalui membaca modul dan berdiskusi, peserta diklat mampu menciptakan penelitian sejarah.
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Setelah mengikuti diklat PKB, peserta diharapkan dapat: 1.
menyusun dan menggunakan kajian pustaka dalam penulisan ilmiah
2.
menyusun proposal penelitian sejarah
C. URAIAN MATERI 1.
Pengertian Terdapat beberapa pengertian mengenai metode penelitian sejarah atau
biasa disebut dengan metode sejarah saja. Beberapa pengertian tersebut di antaranya: 1. Louis Gottschalk berpendapat bahwa metode sejarah adalah sebuah proses menguji dan menganalisis secara kritis rakaman dan peninggalan masa lampau manusia. Rekostruksi masa lampau itu berdasarkan data yang di peroleh melalui kritik sumber (Gotschalk, 1986:32). 2. Menurut
Sartono
Kartodirdjo
metode
sejarah
adalah
alat
untuk
mengorganisasi seluruh tubuh pengetahuan serta menstrukturasi pikiran. Jadi, metode sajarah berkaitan dengan bagaimana seseorang itu memperoleh pengetahuan mengenai masa lampau (Kartodirjo,1992: ix). 3. Gilbert J. Carraghan berpendapat:―A systematic body of principles and rules disegned to aid effectively in gathering the source materials of history, appraising them critically, and presenting a synthesis ( generally in written ) of the result achieved”.(Metode sejarah adalah seperangkat aturan atau prinsip-prinsip yang sistematis untuk mengumpulhan sumber-
Sejarah SMA/SMK K - 3
104
sumber secara efektif, menilainya secara kritis, dan mengujikan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan‖ (dalam Alfian,1983:14). 2. Jenis-jenis Penelitian Sejarah Jenis penelitian sejarah dapat dikelompokkan menjadi empat. Jenis-jenis yang di maksud adalah: 1. Studi Eksploratif, tujuannya menggali data, sumber, atau informasi sebanyak-banyaknya. Biasanya penelitian semacam ini sumber-sumber, bukti, ataupun referensi sangat sulit didapatkan, karena masih langka atau masih belum ada, tetapi sumber-sumberawal atau yang dikenal dengan ―jejak‖ sejarah, menunjukkan kebenaran adanya persoalan yang akan di teliti. Dalam konteks seperti ini, bukti sejarah lisan dapat digunakan sebagai data pendukung. Biasanya, model penelitian semacam ini tidak perlu menggunakan hipotesis, karena dimaksudkan bukan untuk menguji sesuatu, juga bukan untuk penelitian eksperimental. Penyajian hasil akhir penelitian dipaparkan secara diskriptif naratif, artinya menulis apa adanya tanpa analisis dan interpretasi yang dalam (Abdullah et.al,eds., 1985:6). 2. StudiTematik, yakni meneliti topik-topik tertentu dari masalah sosial, politik, ekonomi, budaya, agama,, atau yang lainnya dalam aspek-aspek tertentu. Jenis penelitian seperti ini tanpaknya paling banyak dilakukan peneliti dengan berbagai tujuan. Banyak sedikitnya variabel dan aspek yang akan diteliti sangat bergantung pada pilihan dan kemampuan si peneliti. Termasuk juga dalam penelitian seperti ini, studi korelasi, baik sejajar maupun kausalitas; studi perkembangan, studi biografi, dan otobiografi baik untuk mengenal pemikiran, karya, peran seseorang atau lainnya seperti kemapuan leadership, manajerial, sistem pemerintahan, kemajuan peradaban, faktor-faktor kemajuan dan kemunduran, sistem teknologi dan lain sebagainya, mencari hubungan antara satu masalah dengan masalah yang lain. Pendekatan yang digunakan bergantung pada peneliti, sekurang-kurangnya menggunakan satu pendekatan, tetapi jika aspek tinjauannya kompleks, harus menggunakan banyak pendekatan, metode analisisnya dengan analisis kausalitas. 3. Studi Komparatif, hal itu juannya membandingkan dua masalah atau lebih yang ada kemiripan atau keterkaitan, baik antara dua masalah masa
Sejarah SMA/SMK K-7
105
lampau atau sebuah masalah masa lampau dengan masalah masa kini. Kegunaannya mengetahui keunggulan dan kelemahan masing-masing, mengetahui berbagai kemajuan yang dicapai di berbagai sektor; ekonomi,politik,sainsdan
teknologi,
sistem
pemerintahan,
kesenian,
pendidikan dan lain-lain serta faktor-faktor penyebab kemajuan dan kemunduran. Banyak sedikitnya pendekatan yang digunakan bergantung kebutuhan, artinya penelitian itu menekankan aspek-aspek apa saja. Sementara analisisnya menggunakan kausal komparatif. 4. Studi Prediktif, yakni memperkirakan sesuatu yang pernah terjadi karena dimungkinkan kejadian itu akan berulang, agar tidak memperburuk kondisi. Untuk keperluan tersebut harus ada perangkat-perangkat tertentu sebagai alat ukur yang telah di ujicobakan. Teknik analisisnya dapat menggunakan kausal komparatif. Dalam kaitanya dengan model-model studi ini, Notosusanto (1979:6-7) menyebutkan setidak-tidaknya ada lima madzhab sejarah yang masing-masing memiliki
ciri
tersendiri,
terutama
dalam
penulisan
dan
pengambilan
kesimpulan.Kelima mazhab itu adalah: 1. Madzhab unik 2. Generalis terbatas 3. Mazhab interpretatif 4. Mazhab komparatif 5. Mazhab nomothatif (prediktif) Mazhab pertama,kelompok sejarawan yang sengaja tidak menggunakan generalisasi dalam pengambilan kesimpulan, kecuali menyadarinya. Jika menyadari bahwa mereka telah menggunakan generalisasi, mereka akan menghindarinya. Kedua mazhab generalisasi terbatas ketat. Yakni, mereka yang terdiri atas sejarawan deskriptif naratif ; mereka ini hanya menuliskan peristiwaperistiwa apa adanya, tidak menafsirkan, tidak ada analisis, dan tidak ada komentar. Ketiga, mazhab interpretatif, yakni kelompok sejarawan yang berusaha keras menemukan benang merah ―kecenderungan‖ dalam peristiwa sejarah, yang memungkinkan untuk selanjutnya membuat sintesis dari peristiwaperistiwa kelompok
yang
saling
sejarawan
berhubungan. yang
mencari
Keempat,mazhab komparatif, episode-episode
atau
yakni
keteraturan-
keteraturanyang sejajar (analog) dengan cara membandingkan dua peristiwa
Sejarah SMA/SMK K - 3
106
atau lebih, yang berhubungan secara kausalitas maupun tidak. Kelima, mazhab nomothatif (prediktif), yakni kelompok sejarawan yang sengaja memperoleh kembali generalisasi yang telah terbukti kebenaranya di masa lampau untuk dimungkinkan terbukti lagi kebenaranya di masa depan. Oleh karena itu, harus ada nilai ukuran-ukuran dasar (yang telah teruji) sebagai patokan untuk memprediksi kejadian bila dimungkinkan terjadi kembali. Maka yang terpenting dari alat ukur tersebut adalah solusi cara menaggulangi serta mengendalikan jika peristiwa tersebut berulang.
3.
Kajian Pustaka Dalam
melakukan
penelitian,
seorang
sejarawan
melaksanakan
serangkaian kegiatan yang bertahap. Salah satu tahap kegiatan yang harus dilalui adalah pengkajian bahan-bahan tertulis dari perpustakaan, kemudian memakainya sebagai acuan untuk penelitiannya. Kegiatan ini dikenal sebagai kajian pustaka. Kajian pustaka dilakukan dua tahap, yaitu persiapan sebelum ia melakukan penelitian dan selama proses penelitian (Moehnilabib,et.al, 2003:23). Maksud kajian pustaka adalah agar peneliti memperoleh dan menghimpun segala informasi tertulis yang relevan dengan masalah yang teliti. Informasi ini dapat diperoleh dari buku-buku, laporan penelitian, karangan ilmiah (skripsi, tesis, disertasi, dan lain-lain), ensiklopedi, buku tahunan, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, dan sumber-sumber lain. Kajian pustaka tak dapat dilepaskan dari kegiatan penelitian. Untuk itu seorang peneliti berkewajiban mempelajari teori-teori yang mendasari masalah dan bidang penelitiannya. Selain itu, peneliti juga perlu memanfaatkan hasil penelitian-penelitian dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan masalah penelitiannya untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian serupa atau duplikasi-duplikasi yang tidak diinginkan. 4. Tujuan Kajian Pustaka Kajian pustaka yang dilakukan sebelum penelitian, mempunya tujuan (Moehnilabib,et.al, 2003:28): a. Mencari formasi yang relevandengan masalah yang diteliti. b. Memperdalam pengetahuan mengenai hal-hal yang menyangkut masalah danbidang yang diteliti maupun mengenai berbagai metode penelitian.
Sejarah SMA/SMK K-7
107
c. Mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti sebagai landasan dan acuan teoritis yang tepat. d. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitanya dengan penelitian yang akan dilaksanakan sehingga dapat diketahui apa saja yang sudah diteliti, apa saja temuan-temuan, dan bagian-bagian mana yang belum diteliti. e. Mendapatkan informasi tentang aspek-aspek mana dari topik yang sama, yang sudah pernah di teliti, agar dapat di hindari duplikasi. Peranan kajian pustaka sebelum penelitian sangat penting sebab melalui kegiatan ini hubungan antara masalah penelitian dan teori yang relevan menjadi jelas. Selain itu penelitian akan ditunjang oleh hasil-hasil penelitian terdahulu atau teori-teori yang telah dikembangkan. Selama penelitian berlangsung, kajian pustaka juga masih perlu dilakukan dengan tujuan (Moehnilabib,et.al, 2003:29): a. Mengumpulkan informasi yang lebih khusus dengan topik yang sedang di teliti. b. Memanfaatkan informasi yang ada kaitanya dengan teori-teori yang sesuai sebagai landasan penelitian yang sedang dilakukan. c. Mengumpulkan dan memanfaatkan informasi-informasi yang berkaitan dengan metode penelitian agar dapat menemukan data yang sesuai. 5. Strategi Kajian Pustaka Untuk melakukan kajian pustaka peneliti bisa pergi ke kantor arsip apabila sumber yang dicari merupakan sumber primer. Sedangkan bila peneliti hendak mengumpulkan sumber sekunder peneliti bisa mencari literatur di perpustakaan. Perpustakaan ada banyak, perpustakaan daerah, perpustakaan di tiaptiap perguruan tinggi, atau perpustakaan nasional. Demikian pula kantor arsip, kantor ini hampir ada di tiap-tiap daerah, namun yang paling lengkap tentu saja arsipnasional. Langkah yang paling efektif bagi peneliti untuk melakukan kajian pustaka dapat dimulai dengan mencari informasi referensi yang bersifat umum sebelum melakukan pencarian informasi yang bersifat khusus. Langkah-langkah itu sebagai berikut (Moehnilabib,et.al, 2003: 31): a. Mendaftar semua variabel yang hendak diteliti. b. Mencari setiap variabel pada subject encyclopedia.
Sejarah SMA/SMK K - 3
108
c. Memilih deskripsi bahan-bahan pustaka yang diperlukan dari sumbersumber yang diperlukan. d. Memeriksa indeks yang membuat variabel-variabel dan topik masalah yang diteliti. e. Memeriksa abstrak disertasi yang berisi informasi untuk penelitian-penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. f. Mencari secara lebih khusus artikel-artikel, buku-buku, dan blibiografiyang sangat membantu untuk mendapatkan bahan-bahan pustaka yang relevan dengan masalah yang diteliti. g. Setelah informasi yang relevan ditemukan, me-reviewbahan pustaka tersebut dan menyusunnya sesuai dengan urutan kepentingan dan relevansinya dengan masalah yang sedang diteliti. 6.
Tahap-Tahap dalam Penelitian Sejarah Langkah-langkah
penelitian
sejarah
meliputi
lima
tahap
(Kuntowijoyo,1995:91), yaitu: 1. Pemilihan masalah penelitian dan penentuan topik; 2. Pengumpulan sumber (heuristik); 3. Verifikasi (Kritik sumber); 4. Interpretasi: analisis dan sintesis; 5. Penulisan (Historiografi).
1) Pemilihan Masalah Penelitian dan Penentuan Topik Untuk
seorang
pemula
pemilihan
topik
tidaklah
mudah,
karena
permasalahan sejarah sangat banyak dan hampir semuanya baru, belum ditulis orang. Kesulitan yang lain, bahwa topik yang ditulis adalah sejarah dan bukan sosiologi, antropologi atau ilmu-ilmu yang lain. Topik yang dipilih tidak terlalu luas, dapat dikerjakan dalam waktu yang sudah ditentukan. Topik sebaiknya dipilih berdasarkan kedekatan emosional dan kedekatan intelektual. Dua syarat itu, subjektif dan obyektif, sangat penting, karena orang hanya akan bekerja dengan baik kalau ia senang dan dapat. Setelah topik ditentukan langkah selanjutnya membuat rancangan penelitian. a. Kedekatan Emosional
Sejarah SMA/SMK K-7
109
Apabila seseorang penulis tertarik pada topik sejarah lokal, misal tentang sejarah desa dimana penulis dilahirkan dan ingin berbakti pada desa itu, menulis desa sendiri adalah paling strategis. Sebagai orang yang dihormati dan dipercaya harapannya demikian mungkin penulis punya hubungan dengan orang dalam, sehingga bukan saja dapat dukungan moral dari pejabat desa, tetapi akan dengan mudah mendapatkan keterangan lisan, almari arsip di kelurahan juga terbuka. Mungkin yang ditulis hanya sebuah desa, tetapi desa itu pastilah mewakili jenisnya hingga dapat dibuat generalisasi. Lokasi yang begitu kecil seperti desa ternyata banyak menyimpan persoalan. Persoalan-persoalan itubisamenyangkutpertanahan, ekonomi, politik, demografi, mobilitas sosial, kriminalitas, dan lain-lain. Bermula dari batasan geografis orang mengatakan itu berarti pertanyaan where, yaitu daerah atau desa mana yang menjadi objek penelitian. Kemudian batasan waktu ditetapkan, dalam arti sumber tertulis dan sumber lisan masih tersedia. Untuk desa-desa di Indonesia biasanya dapat di lacak sampai tahun 1950an. Ini berarti pertanyaan tentang when. Selanjutnya, siapa saja yang terlibat didalamnya; misalnya tentang pertanahan tentu dapat dilacak siapa saja yang telah melakukan transaksi dan identitasnya, itu pertanyaan tentangwho. Kemudian perlu diketahui apa yang dikerjakan oleh siapa, ini pertanyaan what apabila kasus tanah, apa saja yang dikerjakan, jual, beli, sewa, gadai, bagi hasil, atau hibah. Apa motivasi tiap-tiap perbuatan, pertanyaan tentang why. Pertanyaan secara umum dapat pula diajukan misalnya apa yang terjadi dalam kasus tanah itu dan bagaimana hal itu bisa terjadi. Ini berarti penulis harus membagi-bagi peristiwa, periodisasi, ke dalam babakan waktu. Misalnya melalui pengalaman atau bacaan awal ditemukan bahwa di desa yang menjadi area penelitian ada proses pemiskinan, yaitu para petani tidak lagi punya tanah. Proses ke arah itulah yang jadi pertanyaan how, bagaimana terjadinya.
b. Kedekatan Intelektual Diandaikan
apabila
seseorang
sudah
membaca-baca
topik
yang
mempunyai kedekatan emosional dengan dirinya. Tentu saja jika seseorang tertarik masalah pedesaan, pasti buku-buku yang terkait dengan masalah itu, patani, tanah, geografi pedesaan.
Sejarah SMA/SMK K - 3
110
Khusus masalah pertanahan, mungkin penulis juga aktivis LSM, sehingga tingkat kepedulian itu tidak hanyapersoalan intelektual, namun juga tentangaksi. Dia sudah punya konsep, misalnya tentang pemiskinan petani.Akan tetapi, generalisasi semacam itu hanyalah anggapan awal yang harus dibuktikan melalui penelitian, jangan sampai menjadi gagasan yang punya harga mati. Resiko
lain,
apabila
seseorang
terlibat
secara
emosional
ialah
pertimbangan intelektualnya akan dipengaruhi emosi, sehingga sejarah berubah menjadi pengadilan. Padahal sejarah adalah ilmu empiris yang harus menghindari nilai subjektif. Kedekatan emosional itu harus diakui secara jujur supaya orang dapat membuat jarak.
c. Jarak Penelitian Penelitian sejarah bertujuan merekonstruksi objek yang telah terjadi pada masa lalu secara sistematis dan objektif dan mengkaji bagaimana kaitanya dengan kondisi masa kini (Moehnilabib, 2003:46). Objek tersebut bisa berupa benda-benda historis, peristiwa-peristiwa historis, gejala-gejala, atau hubunganhubungan yang berdimensi historis. Rekonstruksi dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, mensintesis bukti-bukti yang berkaitan dengan objek historis tersebut. Sebelum proses rekonstruksi berlangsung, peneliti harus membuat rencana penelitian, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk sebuah lembaga. Rencana penelitian ituharus berisi: a. permasalahan; b. historiografi; c. sumber sejarah; d. garis besar (Kuntowijoyo,1995 :95). Dalam permasalahan, perlu dikemukakan masalah pokok yang akan diteliti. Mengapa perlu diteliti sejarahnya. Memaparkan maksud dan tujuan penelitian. Luasan dan batas penelitian dalam ruang dan waktu. Teori dan konsep apa yang dipakai. Dalam historiografi, perlu dikemukakan sejarah penulisan dalam bidang yang akan diteliti. Kalau objek kajian mengambil soal tanah, seluruh penelitian sejarah mengenai tanah harus direview. Dengan review itu akan diketahui apa kekurangan para peneliti terdahulu, dan apa yang masih perlu diteliti. Jika tulisan peneliti mengkuatkan, meneruskan dan membantah sebagai tulisan dengan objek kasus yang sama, biarlah orang tahu. Apabila penelitian itu sangat
Sejarah SMA/SMK K-7
111
orisional, dan tidak ada historiografinya, kadang-kadang historiografi diganti dengan bibliografi. Bibliografi ini isinya sama dengan historiografi. Sebelum memulai penelitian lapangan, orang harus tahu sumber sejarah yang akan dicari, bagaimana mencari dan dimana dicari. Misalnya, soal tanah harus dicari data tentang akad tanah. Data ini bisa ditemukan dengan membaca, sebagian lain bisa dengan wawancara atau sumber lisan.Dikelurahan dan kabupaten ada data mengenai daftar perpindahan tanah dari satu pemilik ke pemilik baru. Data itu, dapat dibaca, sementara peneliti juga dapat bertanya pada orang-orang yang bersangkutan. Garis besar penelitian harus segera tampak, memang penelitian sejarah dan bukan penelitian sosial. Lebih baik garis besar itu terurai sehingga dengan mudah orang membaca. Yang lebih penting lagi ialah garis besar itu dapat berubah. Garis besar sementara itu sangat berguna dalam proses penelitian sebab setiap data dapat langsung dimasukkan dalam bab-babnya.
2) Heuristik (Pengumpulan Sumber) Usaha
sejarawan
dalam
rangka
memilih
sesuatu
subjek
dan
mengumpulhan informasi mengenai subjek disebut heuristik. Heuristik sejarah pada hakikatnya tidak berbeda dengan kegiatan bibliografis yang lain sejauh menyangkut
buku-buku
yang
tercetak.
Akan
tetapi,
sejarawan
harus
mempergunakan banyak material yang tidak terdapat dalam buku-buku. Untukmengatasi kebingungan atas banyaknya material, maka sejarawan harus selektif dalam memilih sumber. Sumber yang dikumpulkan harus sesuai dengan jenis sejarah yang akan ditulis. Misalnya saja seseorang akan melakukan penelitian Konfontasi Indonesia-Malaysia.
Sumber
apa yang
harusditemukan oleh seorang peneliti? Sumber itu, menurut bahannya, dapat dibagi dua, tertulis dan tidak tertulis, atau dokumen dan artefak. Selain itu karena topik diatas termasuk sejarah kontemporer, pastilah ingatan orang akan peristiwa-peristiwa antara tahun 1963-1966 masih banyak direkam. Apalagi dengan topik yang kontemporer, tentu sumber-sumber lisan banyak tersedia, karena itu peneliti harus melacaknya melalui sejarah lisan. Demikian pula, karena objek kajian adalah sejarah politik sumber yang berupa surat-surat keputusan pemerintah pasti tersedia.
Sejarah SMA/SMK K - 3
112
a. Dokumen Tertulis Jika penulis sudah menentukan permasalahan yang akan ditulis dan lokasinya, yaitu Indonesia-Malaysia, kemudian rentang waktu, 1963-1966. Tahun 1963 sebagai permulaan konflik antara Indonesia- Malaysia karena munculnya kabar pembentukan negara Federasi Malaysia oleh pemerintah kolonial Inggris. Konflik ini diakhiri tahun 1966, setelah Indonesia dibawah Presiden Soekarno, gagal membendung pembentukan negara Federasi Malaysia, terlebih karena di dalam negeri Indonesia mengalami perubahan politik dari dari Soekarno ke Soeharto setelah adanya peristiwa G30S. Perubahan politik ini menyebabkan berubahnya kebijakan politik sehingga konflik antara Indonesia-Malaysia berakhir dengan damai. Dengan persoalan yang sudah tergambar jelas, peneliti mulai mencari sumber sejarah. Pada tingkat ini, sebelum melalui keabsahan dan interpretasi masih disebut data sejarah, belum menjadi fakta sejarah. Dokumen tertulis dapat berupa surat-surat, notulen rapat, surat keputusan seperti Keppres, Kepmen dan lain-lain. Surat dapat berupa surat pribadi, dinas kepada pribadi dan sebaliknya, atauantardinas. Surat semacam itu dapat ditemukan di almari pribadi atau dinas. Notulen rapat dinas dapat ditemukan di kantor. Dan notulen rapat militer dapat dilacak di kantor arsip militer.
b. Artefak Artefak dapat berupa foto-foto, bangunan, atau alat-alat yang lain. Foto sangat mungkin dimiliki oleh pemerintah. Foto-foto ketika apel para sukarelawan yang hendak dikirim keperbatasan Kalimantan Utara. Foto ketika Presiden Soekarno memimpin rapat diantara para menteri dan petinngi militer di Istana Negara. Foto-foto yang berlokasi di perbatasan Kalimantan Utara yang menggambarkan kesiapan prajurit TNI bersama para sukarelawan. Demikian juga data lain tentang pakaian, kendaraan tempur, jenis persenjataan, mungkin terungkap lewat foto. Bangunan bersejarah yang pernah dipakai untuk rapatrapat. Lapangan atau stadion yang peranh dipakai untuk apel para sukarelawan. Namun, sedapat mungkin peneliti menemukan bangunan yang masih asli, belum mengalami perubahan atau renovasi. Menurut urutan penyampaiannya, sumber itu dapat dibagi ke dalam sumber primer dan sumber sekunder. Sumber sejarah disebut primer bila
Sejarah SMA/SMK K-7
113
disampaikan oleh saksi mata. Misalnya, catatan rapat, daftar peserta rapat, daftar sukarelawan dan arsip-arsip laporan intelijen. Apa yang disebut sumber primer oleh sejarawan, misalnya arsip-arsip Negara, sering disebut sumber sekunder dalam penelitian ilmu sosial. Dalam ilmu sosial, yang dianggap sumber primer adalah wawancara langsung pada responden. Sedangkan ilmu sejarah sumber sekunder ialah yang disampaikan oleh bukan saksi mata. Sejarawan tidak mempersoalkan sumber primer atau sekunder seandainya hanya terdapat satu sumber. Misalnya data sejarah tentang jumlah murid sekolah pada abad ke19, sejarawan hanya bergantung pada laporan tercetak. Sejarawan wajib menuliskan dari mana data itu diperoleh, baik primer maupun sekunder.
c. Sumber Lisan Tradisi lisan telah menjadi sumber penulisan bagi antropolog dan sejarawan. Akan tetapi, dalam ilmu sejarah penggunaan tradisi lisan merupakan hal yang baru. Di Indonesia kegiatan sejarah lisan sebagai penyediaan sumber dimulai oleh Arsip Nasional RI sejak tahun 1973. Penataran-penataran untuk melatih pewawancara sudah sering dilakukan. Pengumpulan sumber sejarah lisan mempunyai teknik-teknik dan prasarana tersendiri. Pekerjaan yang terpenting,
yang
langsung
mengenai
pengumpulan
sejarah
lisan
ialah
wawancara, menyalin, dan menyunting. Selanjutnya sebagai sumber, sama halnya dengan bahan arsip atau perpustakaan ialah sebagaimana dapat memberikan pelayanan kepada peminat dan publik. Selain sebagai metode dan sebagai penyedia sumber, sejarah lisan mempunyai sumbangan yang besar dalam mengembangkan subtansi penulisan sejarah (Kuntowijoyo, 1995: 25). Pertama, dengan sifatnya kontemporer sejarah lisan memberikan kemungkinan yang hampir-hampir tak terbatas untuk menggali pelaku-pelakunya. Kedua, sejarah lisan dapat mencapai pelaku-pelaku sejarah yang tidak disebutkan dalam dokumen. Dengan demikian, dapat mengubah citra sejarah yang elitis kepada citra sejarah yang egalitarian. Ketiga, sejarah lisan memungkinkan perluasan permasalahan sejarah karena sejarah tidak lagi dibatasi dengan adanya dokumen tertulis. Apabila peneliti tidak melengkapi sumber tertulis, ia sebaiknya menggali informasi lisan yang diperoleh melalui wawancara. Dalam hal ini, peneliti mewawancarai pelaku sejarah yang masih hidup. Sebelum wawancara
Sejarah SMA/SMK K - 3
114
dilaksanakan ada baiknya peneliti membaca buku pedoman wawancara, kemudian membuat catatan mengenai siapa saja pelaku sejarah yang hendak di wawancarai. Langkah selanjutnya, penelitimenyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara. Sebelum bertanya sesuatu, ada baiknya jika peneliti sudah banyak membaca buku. Apakah wawancara cukup ditulis tangan atau direkam dengan alat perekam? Lebih baik, seandainya wawancara direkam dengan tape recorder atau alat perekam lainnya, karena semua informasi akan terekam. Meskipun tidak semua informasi yang terekam nantinya bisa dipakai sebagai sumber, tetapi bagi peneliti rekaman itu akan menjadi koleksi pribadi. Dalam wawancara ada dua syarat yang harus dipenuhi peneliti. Pertama, harus dikuasai sungguh-sungguh bagaimana mengoperasikan alatperekam. Ada cara-cara tertentu bagaimana supaya suara-suara di luar tidak terdengar, bagaimana supaya suara lebih keras atau lebih lunak, di mana wawancara dilaksanakan, di dalam atau diluar ruangan, bagaimana mengatur supaya alat perekam tidak mengganggu, bagaimana mengatur iwawancara bersama-sama, atau beberapa keluarga menjadi satu. Kedua,sebelum pergi wawancara belajarlah sebanyak-banyaknya. Hal itu akan membuat peneliti percaya diri. Jangan terlalu banyak bertanya, tapi juga jangan
kehilangan
bahan
pertanyaan.
Jangan
ada
kesan
memaksa,
pewawancara harus siap jadi pendengar. Pewawancara harus siap pertanyaan terurai, setidaknya ada daftar pertanyaanberupa check list. Sesampai dirumah, alatperekamharusdiputardandidengarkan
lagi,
laluditranskrip.
Hasiltranskripdimintakan tanda tangan. Untuk
menghormati
orang
yang
diwawancari,
peneliti
harus
menanyakan apa semua hasil wawancara bisa didengar orang. Ada wawancara yang rahasianya baru boleh dibuka ketika responden meninggal. Wawancara semacam itu, yang sifatnya konfidensal, biasanya disimpan ditempat yang aman, misalnya Arsip Nasional. 3) Verifikasi (Kritik Sumber) Apabila seorang sejarawan ingin menulis sejarah politik, tentang Sarekat Islam di Surakarta, 1911-1940. Seorang sejarawan tentu sudah belajar dari sumber sekunder mengenai dualisme kekuasaan, di satu pihak ada Belanda dan di lain pihak ada kekuasaan pribumi, yaitu Kasunanan dan Mangkunegaran.
Sejarah SMA/SMK K-7
115
Birokrasi, pegawai, penduduk, kebudayaan dan kehidupan sehari-hari mengikuti dualisme itu. Setelah peneliti mengetahuisecara persis topiknya dan sumber sudah dikumpulkan, tahap berikutnya adalah verifikasi ada dua macam : otentisitasa atau kritik ekstrem dan kredibilitas atau kritik intern.
a. Otentisitas (Kritik Ekstern) Jika seorang sejarawan menemukan sebuah surat, notulen rapat, dan daftar langganan majalah tertentu. Kertasnya sudah menguning, baik surat, notulen, atau daftar. Untuk membuktikan keaslian sumber, rasanya terlalu mengada-ada, sebab untuk apa orang memalsukan dokumen yang tak berharga itu? Surat, notulen, dan daftar itu harus diteliti kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahasanya, kalimatnya, ungkapannya, kata-katanya, hurufnya, dan semua penampilan luarnya untuk mengetahui autentisitasnya.
Selain pada
dokumen tertulis, juga pada artefak, sumber lisan, dan sumber kuantitatif, harus dibuktikan ke asliannya. Untuk mempermudah sejarawan melakukan kritik ekstern sebaiknya ia mengajukan pertanyaan (Basri, 2006:70): 1) Pertanyaan yang mengungkap tentang waktu sumber itu di buat ―kapan sumber itu dibuat?‖ dalam hal ini peneliti harus menemukan tanggal sumber atau dokumen itu dibuat. Setelah tanggal itu dapat ditemukan lalu dihubungkan dengan materi sumber untuk mengetahui apakah ada anakronisme (tidak bertentangan dengan zaman). Misalnya, sebuah dokumen, diklaim sudah diketik pada awal abad ke-10, maka pengakuan itu tidak benar karena mesin ketik baru ditemukan pada abad 19. 2) Menyelidiki materi sumber, seperti: jenis kertas, jenis tinta, usia tinta, tanda tangan, stempel, gaya bahasa dan sebagainya. 3) Mengidentifikasi mengidentifikasi:
siapa
pengarang,yang
sebenarnya,
dengan
cara
kemiripan tulisan, jenis huruf yang sering dipakai, gaya
bahasa atau penulisan, serta ciri-ciri tanda tangan pengarang. 4) Dengan mengajukan pertanyaan ―dimana sumber itu dibuat?‖ Kegiatan ini berarti ingin memastikan tempat atau lokasi pembuatan sumber. Antara tempat pembuatan dengan tempat penyimpanan sumber, termasuk tempat terbit (jika diterbitkan) daapt saja berbeda. Misalnya, sebuah sumber
Sejarah SMA/SMK K - 3
116
(katakanlah sebuah karya ilmiah atau ensiklopedi), tempat pembuatannya di kota Bandung diterbitkan di salah satu penerbit di Jakarta, lalu di simpan diperpustakaan di berbagai kota di Indonesia. Jika bentuknya seperti ini, sampai kurun waktu tertentu tidak terlalu sulit untuk melacak dan mencarinya. Akan tetapi jika sumber itu milik swasta atau pribadi atau arsip Negara (rahasia) yang kebanyakan tidak dipublikasikan untuk umum, maka melacaknya cukup sulit, meskipun tetap harus dicari dan ditemukan. 5) Pertanyaan berikut ialah ― dari bahan apa sumber itu dibuat?‖ apakah terbuat dari kertas, daun (daun lontar), kulit binatang, kulit kayu, tulang, ukiran pada batu? Semua bahan-bahan yang di gunakan itu, akan menjadi bahan pertimbangan dalam proses analisis selanjutnya karena masing-masing bahan memang pernah digunakan oleh manusia pada masa silam dalam kurun jaman tertentu. Sebelum bangsa Indonesia mengenal kertas misalnya, maka yang digunakan sebagai sarana komunikasi surat menyurat adalah daun lontar. Bangsa mesir kuno, misalnya sejak 4000 SM telah mengenal huruf, mereka menulis di atas daun Papirus (Koentjaraningrat, 1974: 22). Diawal munculnya agama Islam 571 M,
penulisan wahyu banyak
menggunakan pelepah daun kurma, kulit kayu, termasuk tulang.
b. Kredibilitas (Kritik Intern) Apabila sejarawan sudah memutuskan bahwa suatu dokumen itu autentik, langkah selanjutnya ia harus meneliti apakah dokumen itu bisa dipercaya, misalnya, sejarawan ingin meneliti surat pengangkatan seseorang sebagai ketua koperasi batik, tahun itu ketua koperasinya lowong, orang itu adalah anggota Sarekat Islam. Melihat kredibilitas foto-misalnya foto ucapan selamat dalam upacara penyumpahan-itu akan tampak dalam pertanyaan apakah waktu itu lazim ada ucapan selamat atas pengangkatan sesorang. Jika semuanya positif, tidak ada cara lain kecuali mengakui bahwa dokumen itu kredibel. Pada prinsipnya, kritik intern bermaksud menggunakan isi kandungan sumber, yakni ingin mengetahui ―apa‖ dan ―bagaimana‖ isi kandungan tersebut. Selain itu untuk mengetahui tujuan pengarang menulis sumber tersebut, selain itu untuk mengetahui tujuan pengarang menulis sumber tersebut, setelah itu diajukan pertanyaan, ―benarkah‖ itu tulisan pengarang dimaksud? Secara rinci kritik intern ini bertujuan mengungkap kredibilitas dan validitas sumber,
Sejarah SMA/SMK K-7
117
menyelami alam pemikiran pengarang, kondisi mental atau kejujuran intelektual serta keyakinan (Basri: 2006: 72). 4) Interpretasi (Penafsiran) Interpretasi sering dianggap sebagai biang subjektivitas. Sebagian pendapat itu benar, tetapi sebagian salah. Dikatakan benar, karena tanpa penafsiran sejarawan, data tidak bisa berbicara. Sejarawan yang jujur, akan mencantumkan data dan keterangan dari mana data itu diperoleh. Orang lain dapat melihat kembali dan menafsirkan ulang. Oleh karena itu, subjektivitas penulis sejarah diakui, tetapi untuk dihindari. Interpretasi itu dua macam, yaitu analisis dan sintesis (Kuntowijoyo, 1995: 105). Sebagai contoh interpretasi, akan dipakai sejarah kota. Meskipun sejarah kota itu macam-macam, bisa berupa sejarah pendidikan, sejarah kependudukan, sejarah kriminalitas, sejarah politik, sejarah birokrasi, sejarah ekonomi dan sebagainya. Sejarah kota yang dimaksud akan mengambil periode yang amat penting, yaitu pembangunan kota sesudah revolusi. Jadi, judul tulisan itu kira-kira adalah ―Masa rekontruksi: Yogyakarta, 1950-1955‖. Contoh lain lagi, apakah artinya tugu di tengah kota, tari bedaya, gamelan sekaten, dan lain sebagainya. Lingkungan manusia penuh dengan simbol-simbol yang menuntut interpretasi. Gajala itu hanya bisa dipahami lewat interprepatasi dan tidak lewat eksplanasi kausal (Kartodirojo, 1992: 221).
a. Analisis Analisis
berarti
menguraikan.
Kadang-kadang
sebuah
sumber
mengandung beberapa kemungkinan. Misalnya, ditemukan daftar pengurus suatu ormas di kota. Menurut kelompok sosialnya, di situ ada petani, bertanah, pedagang, pegawai negeri, petani tak bertanah, orang swasta, guru, tukang, mandor, dapat disimpulkan bahwa ormas itu terbuka untuk semua orang. Jadi, ormas itu bukan khusus untuk petani bertanah, tetapi juga untuk petani tak bertanah, pedagang, pegawai negeri dan sebagainya. Mungkin soal petani bertanah dan tak bertanah harus dicari dsengan cara lain, sebab dalam daftar pengurus tidak mungkin dicantumkan kekayan, paling-paling pekerjaan. Setelah analisis itu ditemukan fakta bahwa pada tahun itu ormas tertentu bersifat terbuka berdasarkan data yang ada.
Sejarah SMA/SMK K - 3
118
Ada informasi bahwa harga tanah naik, dapat ditemukan dari data-data kecamatan dalam kota. Setelah melalui analisis statistik atau melalui presentase biasa, ditemukan fakta bahwa harga tanah dalam kota naik. Dalam demografi dapat ditemukan bahwa secara total terjadi integrasi. Hal ini sesuai dengan data dari kecamatan dalam kota yang menunjukkan semakin banyak pendatang dari luar daerah.
b. Sintesis Sintesis berarti menyatukan. Setelah ada data tentang pertempuran, rapatrapat, mobilisasi massa, penggantian pejabat, pembunuhan, orang-orang mengungsi, pengibaran dan penurunan bendera, ditemukan fakta bahwa, telah terjadi revolusi. Jadi, revolusi adalah hasil interpretasi setelah data-data dikelompokkan menjadi satu. ―mengelompokkan‖ data itu hanya mungkin kalau peneliti punya konsep. Revolusi adalah, generalisasi konseptual yang diperoleh melalui pembacaan. Dalam interpetasi-baik analisis maupun sintesis-orang bisa berbeda pendapat. Perbedaan interpretasi itu sah, meskipun datanya sama. Misalnya, dari pembacaan diketahui bahwa ada anggota laskar yang kemudian tidak menjadi tentara, proses ini disebut demobilisasi. Sesuai data yang terkumpul ternyata ada ketegangan antara profesionalisme dan amatirisme. Menurut data yang berhasil dikumpulkan tentang kriminalitas, ada jenis kriminalitas, yaitu organized crime, mungkin ini kelanjutan dari yang sebelumnya disebut gerayak. Sesuai data yang terkumpul tentang pertumbuhan pasar ditemukan fakta bahwa ada perluasan kota. Kadang-kadang perbedaan antara analisis dan sintesis itu dapat di abaikan, sekalipun dua hal itu penting untuk proses berpikir. Sejarawan menyebutnya dengan interpretasi, atau analisis sejarah, tidak pernah menyebut sintesis sejarah. Sama halnya, orang selalu mengatakan analistik statistik untuk analisis dan sintesis. Kadang-kadang antara data dan fakta hanya ada perbedaan bertingkat, jadi tidak kategoris. Seperti pekerjaan detektif, kalau yang dicari sebab kematiandan bukan ada dan tidaknya pembunuhan-data tentang pisau yang berdarah sudah sangat dekat dengan fakta. Demikian pula bagi sejarawan, kalau yang dicari adanya rapat dan bukan revolusi. Data berupa notulen rapat sudah sangat dekat dengan fakta.
Sejarah SMA/SMK K-7
119
5) Historiografi (Penulisan) Tahapan akhirdari sebuah penelitian ialah penulisan. Penulisan adalah puncak segala-galanya karena apa yang dituliskan itulah sejarah-yaitu histoirerecite, sejarah sebagaimana terjadinya. Suatu penelitian tanpa penulisan, kurang memiliki arti, sebaliknya suatu penulisan tanpa penelitian, tak lebih dari rekonstruksi tanpa pembuktian. Maka kedua-duanya merupakan hal yang sama penting (Abdullah, et.al., eds., 1985: xiii). Hasil penulisan sejarah inilah yang disebut historiografi. Hasil pengerjaan studi sejarah yang akademis atau kritis, yang berusaha sejauh mungkin mencari ―kebenaran‖ historis dari setiap fakta, bermula dari suatu pertanyaan pokok. Bermula dari suatu pertanyaan pokok inilah, berbagai keharusan konseptual dilakukan dan bermacam proses pengerjaan penelitian dan penulisan dijalani. Dengan bahasa slogan, dapat dikatakan bahwa ―tanpa pertanyaan, tak ada sejarah‖. Penulisan meliputi penguasaan ejaan, tata bahasa, tata tulis, konvensi, urutan-urutan bagian tulisan, susunan bibliografi dan lain sebagainya. Dalam hal ini diperlukan kecermatan, ketelitian konsistensi mengikuti standar yang telah di sepakati. Dalam penulisan sejarah, aspek kronologi sangat penting. Kalau dalam sosiologi ―alur lurus‖ tidak menjadi masalah,tidak demikian dengan sejarah. Demikianlah, misalnya, seseorang akan meneliti, ― Perubahan Sosial di Semarang, 1950-1990)‖. Dalam penulisan sosiologi, angka tahun tidak penting, karena ilmu sosial biasanya berbicara masalah kontemporer. Dalam ilmu sosial, orang berpikir tentang sistematika dan tidak tentang kronologi. Misalnya, orang akan membagi bab dari yang besar ke yang kecil, atau dari yang luas ke yang sempit atau dari yang konkret ke yang abstrak atau sebaliknya. Dalam sumpah pemuda dikatakan secara sistematis, ―satu nusa, satu bangsa, satu bahasa‖. Sumpah itu merunjuk tempat, penduduk, dan pengikat; jadi bergerak dari yang konkret ke yang abstrak. Dalam ilmu sosial, perubahan akan dikerjakan dengan sistematika: perubahan ekonomi, perubahan masyarakat, perubahan politik, dan perubahan kebudayaan. Dalam sejarahperubahan sosial itu akan diurutkan kronologinya. Misalnya, penulisan itu akan tampak sebagai berikut: Semarang sekitar 1950, 1950-1960, 1960-1970, 1970-1980, 1980-1990, dan Semarang sekitar 1990.
Sejarah SMA/SMK K - 3
120
Perubahan tiap-tiap dasawarsa dapat diukur dengan transportasi atau dengan ukuran lain. Misalnya, ternyata Semarang berubah dari daerah pejalan kaki, sepeda dan andong, sepeda motor, angkutan kol, dan bus kota dan antar kota. Kalau memakai ukuran yang lebih total, setiap periode harus ada ―tenaga pendorong‖ (driving force) masing-masing. Misalnya, peranan pendidikan untuk periode pertama, peranan organisasi politik untuk periode ke dua, peranan politik untuk periode ketiga, dan peranan organisasi ekonomi untuk periode ke empat. Format karya sejarah selain ditulis secara lugas, juga jelas, detail, kronologis, dan menggunakan gaya bahasa sastra sebagai bagian dari seni, selain itu pertimbangan-pertimbangan filosofis pun tidak boleh diabaikan, karena merupakan bagian dari filsafat (Maarif, 1985:13). Hal itu dimaksudkan agar sejarah lebih arif dan mempunyai
prinsip-prinsip dasar yang kuat sehingga
sejarah bukan sekadar laporan peristiwa masa lalu manusia, tetapi benar-benar mempunyai makna filosofi bagi kehidupan manusia kini dan mendatang (Gottschalk, 1986: 6). Penyajian penelitian dalam bentuk tulisan mempunyai tiga bagian (Kuntowijoyo, 1995: 107) (a) Pengantar; (b) Hasil Penelitian; dan (c) Kesimpulan.
a. Pengantar Pengantar berisi tentang permasalahan, latar belakang (berupa lintasan sejarah), historiografi dan pendapat penulis tentang tulisan orang lain, pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian, teori, dan konsep yang dipakai serta sumber-sumber sejarah. Jangan lupa, pembaca akan melihat apakah pertanyaan yang dirumuskan peneliti sudah terjawab atau belum.
b. Hasil Penelitian Dalam bab-bab inilah ditunjukkan kebolehan penulis dalam melakukan penelitian
dan
penyajian.
Profesionalisme
penulis
tampak
dalam
pertanggungjawaban. Tanggung jawab itu terletak dalam catatan dan lampiran. Setiap fakta yang ditulis harus disertai dengan data yang mendukung.
c. Kesimpulan Dalam kesimpulan ini penulis mengemukakan generalisasi dari yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya dan alasan pentingnya penelitian. Isi
Sejarah SMA/SMK K-7
121
kesimpulan harus terkait langsung dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dengan kata lain, kesimpulan penelitian terkait secara substantif terhadap temuan-temuan penelitian yang mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kesimpulan juga dapat ditarik dari hasil pembahasan, namun yang benar-benar relevan dan dapat memperkaya temuan penelitian yang di peroleh. Dalam kesimpulan, generalisasi penulis akan tampak apakah penulis melanjutkan, menerima, memberi catatan, atau menolak generalisasi yang sudah ada. Misalnya, Clifford Geertz dalam penelitiannya tentang mojokuto dan Tabanan mencoba memberi catatan atas tipe ideal Weeber bahwa kaum reformis itu pembaru, dengan persetujuannya bahwa kaum reformis islam di Mojokuto
adalah
homo
economicus,
tetapi
di
Tabanan
justru
kaum
bangsawanlah yang punya etika ekonomi. Demikian pula Lance Castle dalam penelitiannya tentang industri rokok di Kudus, memberi catatan bahwa orangorang Islam kalah berani berspekulasi dengan pedagang Cina. Penelitian Anton E. Lucas, Peristiwa Tiga Daerah, yang melukiskan konflik antara priyayi dengan orang kecil telah menolak generalisasi M.C. Ricklefs dalam A History of Modem Indonesia yang menggambarkan peristiwa itu sebagai konflik antara santri dengan abangan. Dalam penelitian sejarah Semarang, siapa tahu kalau kaum abangan, tradisionalis, dan mantan-priyayi juga memiliki etika ekonomi. Sartono Kartodirdjo dalam penelitiannya tentang ―Pemberontakan Petani di Banten, 1888‖, telah ―menemukan‖ petani dan ulama. Penelitian itu sungguh mempunyai makna sosial di tengah masyarakat yang didominasi oleh pegawai negeri (dulu oleh priyayi) dan ulama mengalami marjinalisasi. Apakah signifikansi sosial dari penelitian sejarah lokal? Dengan sejarah lokal
orang
tahu
tahap
sejarah
yang
sedang
dijalani
sehingga
bisa
membandingkan dengan daerah lain yang kurang lebih sama tingkat perkembangannya. Dengan demikian, unsur sejarah lokal bermakna karena dapat dihubungkan dengan konteks makro serta dapat dicakup dalam generalisasi, umpamanya, seberapa jauh suatu kasus lokal itu representatif bagi gejala umum tingkat nasional antara lain dalam rangka proses inovasi atau transformasi (Kartodirdjo, 1992:74). Proses ini biasanya membawa dampak, antara lain konflik sosial antara beberapa golongan elite. Mengenai proses
Sejarah SMA/SMK K - 3
122
semacam ini bukan tingkat kejadiannya yang penting, tetapi mengenai kualitas sama pentingnya. Bagaimanapun juga, kesimpulan sebuah penelitian sejarah seringkali menghasilkan perspektif baru. Sejarawan dan pembaca sejarah memang mendambakan perspektif, namun pendekatan yang berbeda terhadap masa dan masalah yang sama tidak selalu menghasilkan pengertian yang mendalam (FrederickdanSoeroto, 2005:178). Persoalan yang muncul kemudian adalah pertentangan mengenai fakta-fakta dasar. Persoalan sejarah semacam ini umum dan wajar saja. Lebih sukar lagi kalau membahas kejadian yang amat penting ato tokoh termasyur. Contoh yang masih dekat adalah lahirnya Proklamasi Kemerdekaan. Pada umumnya kejadian penting ini dianggap aman secara faktual dan diketahui secara sempurna sampai hal-hal yang paling kecil. Akan tetapi, kenyataan lain, saksi mata serta peserta utama pada kejadian 17 agustus 1945 itu bahkan tidak sependapat mengenai apa dan mengapa terjadi demikian. Selanjutnya,
perhitungan
dua
tokoh
penting
mengenai
kelahiran
proklamasi. Keduanya jelas sekali tidak sependapat dalam beberpa hal pokok. Apakah
timbulnya
persoalan
semacam
ini
mengurangi
arti
pentingnya
proklamasi? Meskipun seluk beluk suatu kejadian kurang jelas sesudah dilakukan, namun, kekurangjelasan itu tidak mengurangi pentingnya kejadian itu sebagai kejadian. Tugas ahli sejarah serta pembaca sejarah, jika dihadapkan persoalan semacam ini, adalah mencari alasan-alasan yang menyebabkan para saksi itu berbeda, termasuk dalam hal fakta-fakta dasar. Metode sejarah membantu sejarawan untuk memeriksa semua sumber dan bukti yang ada, sampai
jumlah
kemungkinan-kemungkinan
makin
dipersempit
dan
makinmendekatikebenaran.
D.
AKTIVITAS PEMBELAJARAN Untuk memahami materi, anda perlu membaca secara cermat modul ini,
gunakan referensi lain sebagai materi pelengkap untuk menambah pengetahuan anda. Dengarkan dengan cermat apa yang disampaikan oleh pemateri, dan tulis apa yang dirasa penting. Silahkan berbagi pengalaman anda dengan cara menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenangkan dan bermakna.
Sejarah SMA/SMK K-7
123
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup: 1. Aktivitas individu, meliputi: a. Memahami dan mencermati materi diklat b. Mengerjakan
latihan/lembar
kerja/tugas,
menyesuaikan
masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar; dan menyimpulkan c. Melakukan refleksi 2. Aktivitas kelompok, meliputi: a.
Mendiskusikan materi pelatihan
b.
Bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan
c.
Penyelesaian masalah/kasus
E. LATIHAN/TUGAS/KASUS Lembar Kerja Kerjakan secara berkelompok! 1.
Jelaskan 3 tujuan penggunaan kajian pustaka selama penelitian berlangsung!
2.
Susunlah proposal penelitian sejarah!
F. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Setelah kegiatan pembelajaran, Bapak/ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang bapak/ibu pahami setelah mempelajari materi penelitian sejarah? 2. Pengalaman penting apa yang bapak/ibu peroleh setelah mempelajari materi di atas?
G. RANGKUMAN Kajian pustaka yang dilakukan sebelum penelitian, mempunya tujuan: a.
Mencari formasi yang relevandengan masalah yang diteliti.
b.
Memperdalam pengetahuan mengenai hal-hal yang menyangkut masalah danbidang yang diteliti maupun mengenai berbagai metode penelitian.
Sejarah SMA/SMK K - 3
124
c.
Mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti sebagai landasan dan acuan teoritis yang tepat.
d.
Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitanya dengan penelitian yang akan dilaksanakan sehingga dapat diketahui apa saja yang sudah diteliti, apa saja temuan-temuan, dan bagian-bagian mana yang belum diteliti.
e.
Mendapatkan informasi tentang aspek-aspek mana dari topik yang sama, yang sudah pernah di teliti, agar dapat di hindari duplikasi.
Sedangkan saat penelitian berlangsung, kajian pustaka juga masih perlu dilakukan dengan tujuan: a.
Mengumpulkan informasi yang lebih khusus dengan topik yang sedang di teliti.
b.
Memanfaatkan informasi yang ada kaitanya dengan teori-teori yang sesuai sebagai landasan penelitian yang sedang dilakukan.
c.
Mengumpulkan dan memanfaatkan informasi-informasi yang berkaitan dengan metode penelitian agar dapat menemukan data yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah,
Taufik.
dan
Abdurrahman
Surjomihardo.
1985.Il.mu
SejarahdanHistoriografi: ArahdanPerspektif. Jakarta: Gramedia. Bari, M.S. 2008. MetodologiPenelitianSejarah. Jakarta: RestuAgung. Gottschalk, Louis. 1986. MengertiSejarah. Jakarta: UI Press. Frederick, William H. danSoeroSoeroto (eds.). 2005. PemahamanSejarah Indonesia: SebelumdanSesudahRevoulsi. Jakarta: LP3ES Kartodirdjo,
Sartono.
1992.
PendekatanIlmuSosialdalamMetodologiSejarah.
Jakarta: Gramedia. Kuntowijoyo. 1996. PengantarIlmuSejarah. Yogyakarta: Bentang, Maarif, Syafi‘i. 1985. IbnKhaldundanKontribusinya di BidangSejarah. Yogyakarta: LSIPM. Moehnilabib, et.al. 2003. Dasar-dasarMetodologiPenelitian. Malang: UM Press. Notosusanto, Nugroho. 1979. Sejarah Demi MasaKini. Jakarta: UI Press.
Sejarah SMA/SMK K-7
125
KEGIATAN PEMBELAJARAN 6
PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN MASA PRAAKSARA INDONESIA DAN DUNIA A. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran ini,
peserta diklat
dapat
menganalisis
perkembangan kebudayaan masa Praaksara Indonesia dan Dunia dengan baik.
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Menganalisis perkembangan kebudayaan batu dan logam pada masa praaksara di Indonesia 2. Menganalisis perkembangan praaksara dunia 3. Menganalisis munculnya peradaban awal dalam sejarah dunia
C. URAIAN MATERI MASA PRAAKSARA INDONESIA 1. KEBUDAYAAN BATU DAN LOGAM a.
Paleolitik Kehidupan manusia Praaksara masa paleolitik berlangsung sekitar 1,9
juta-10.000 tahun yang lalu. Bukti-bukti peninggalan masa ini terekam dalam sisa-sisa peralatan yang sering disebut artefak. Di Indonesia tradisi pembuatan alat pada masa Paleolitik dikenal 3 macam bentuk poko, yaitu tradisi kapak perimbas-penetak (chopper choping-tool complex), tradisi serpihbilah (flake-blade), dan alat tulang-tanduk (Ngandong Culture) (Heekeren 1972). Tradisi kapak perimbas-penetak yang ditemukan di Indonesia kemudian terkenal dengan nama budaya Pacitan, dan dipandang sebagai tingkat perkembangan budaya batu yang terawal di Indonesia. Alat budaya Pacitan
Sejarah SMA/SMK K - 3
126
dapat digolongkan dalam beberapa jenis utama yaitu kapak perimbas (chopper), kapak penetak (chopping-tool), pahat genggam (proto hand-adze), kapak genggam awal (proto hand-axe), kapak genggam (hand-axe), dan serut genggam (scraper). Tradisi kapak perimbas, di dalam konteks perkembangan alat-alat batu seringkali ditemukan bersama-sama dengan tradisi alat serpih. Bentuk alat serpih tergolong sederhana dengan kerucut pukul (bulbus) yang jelas menonjol dan dataran pukul (striking platform) yang lebar dan rata. Seperti diketahui bahwa hakekat data paleolitik di Indonesia kebanyakan ditemukan di permukaan tanah. Hal ini menyebabkan belum ada yang dapat menjelaskan tentang siapa pendukung dan apa fungsi alat-atal batu itu secara menyakinkan. Meksipun demikian menurut Movius, manusia yang diduga sebagai pencipta dan pendukung alat-alat batu ini adalah manusia Pithecanthropus, yang bukti-buktinya ditemukan dalam satu konteks dengan lapisan yang mengandung fosil-fosil Pithecanthropus pekinensis di gua Choukou-tien di Cina (Movius 1948:329-340, Soejono 1984). Bukti peninggalan alat paleolitik menggambarkan bahwa kehidupan manusia pada masa ini sangat bergantung kepada alam lingkungannya. Daerah yang diduduki manusia itu harus dapat memberikan cukup persediaan untuk kelangsungan hidupnya. Mereka hidup secara berpindah-pindah (nomaden) sesuai dengan batas-batas kemungkinan memperoleh makanan. Suatu
upaya
penting
yang
mendominasi
aktivitas
hidupnya
adalah
subsistensi. Segala daya manusia ditujukan untuk memenuhi kebutuhan makan. Manusia masa Paleolitik hidup dalam kelompok-kelompok kecil. Besarnya kelompok ditentukan oleh besarnya daerah dan hasil perburuan. Jika penduduk suatu daerah melebihi jumlah optimal, maka sebagian dari kelompok ini memisahkan diri dengan cara migrasi ataupun mungkin dilakukan infantisida untuk membatasi besarnya populasi. Dalam kehidupan masa Paleolitik ini secara tidak langsung terjadi pembagian kerja berdasarkan perbedaan seks atau umur. Kaum lelaki bertugas mencari makan dengan berburu binatang, sedang kaum perempuan tinggal di rumah mengasuh anak sembari meramu makanan. Bahkan setelah api ditemukan, maka peramu menemukan cara memanasi makanan.
Sejarah SMA/SMK K-7
127
Sementara itu pada masa ini belum ditemukan bukti adanya kepercayaan atau religi dari manusia pendukungnya. b.
Mesolitik Kehidupan manusia Praaksara masa mesolitik diperkirakan berlangsung
sejak akhir plestosen atau sekitar 10.000 tahun yang lalu. Pada masa ini berkembang 3 tradisi pokok pembuatan alat di Indonesia yaitu tradisi serpihbilah (Toala Culture), tradisi alat tulang (Sampung Bone Culture), dan tradisi kapak genggam Sumatera (Sumatralith). Ketiga tradisi alat ini ditemukan tidak berdiri sendiri, melainkan seringkali unsur-unsurnya bercampur dengan salah satu jenis alat lebih dominan daripada lainnya. Tradisi secara
serpih-bilah
tipologis
dapat
dibedakan menjadi pisau, serut, lancipan, mata panah, dan mikrolit. Tradisi serpih terutama
berlangsung
Gambar 6.1, Kapak Pendek (Pebble) Sumatera
dalam kehidupan di gua-gua Sulawesi Selatan, yang sebagian pada masa tidak lama berselang masih didiami oleh suku bangsa Toala, sehingga dikenal sebagai budaya Toala (Heekeren 1972). Sementara industri tulang Sampung tersebar di situs-situs gua di Jawa Timur. Kelompok budaya ini memperlihatkan dominasi alat tulang berupa sudip dan lancipan. Temuan lain berupa alat-alat batu seperti serpihbilah, batu pipisan atau batu giling, mata panah, serta sisa-sisa binatang. Sedangkan tradisi Sumatralith banyak ditemukan di daerah Sumatera, khususnya pantai timur Sumatera Utara. Situs-situs di daerah ini berupa bukitbukit kerang. Bukti
peninggalan
alat
mesolitik
menggambarkan
bahwa
corak
penghidupan yang menggantungkan diri kepada alam masih berlanjut. Hidup berburu dan mengumpul makanan masih ditemukan, namun sudah ada upaya pengenalan awal tentang hortikultur yang dilakukan secara berpindah. Masyarakat mulai mengenal pola kehidupan yang berlangsung di gua-gua alam (abris sous roche) dan di pantai (kjokkenmoddinger) yang tidak jauh dari sumber bahan makanan.
Sejarah SMA/SMK K - 3
128
Suatu sistem penguburan di dalam gua (antara lain budaya Sampung) dan bukit Kerang (Sumatera Utara) sebagai bukti awal penguburan manusia di Indonesia, serta lukisan dinding gua dan dinding karang (Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua) yang merupakan ekspresi rasa estetik dan religius, melengkapi bukti kegiatan manusia pada masa ini. Bahan zat pewarna merah, hitam, putih, dan kuning digunakan untuk bahan melukis cap-cap tangan, manusia, manusia, binatang, perahu, matahari, dan lambanglambang. Arti dan maksud lukisan dinding gua ini masih belum jelas pada umumnya tulisan itu menggambarkan suatu pengalaman, perjuangan dan harapan hidup. Lukisan tersebut bukanlah sekedar dekorasi atau kegemaran seni
semata-mata
melainkan
bermakna
lebih
mendalam
lagi
yaitu
menyangkut aspek kehidupan berdasarkan kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang ada di alam sekitarnya. Adanya penguburan dan lukisan dinding gua merupakan bukti berkembangnya corak kepercayaan di kalangan masyarakat Praaksara. c.
Neolitik Masa neolitik merupakan masa yang amat penting dalam sejarah
perkembangan masyarakat dan peradaban. Karena pada masa ini beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat.
Sejarah SMA/SMK K-7
129
Gambar 6.2, Alur Penyebaran Kebudayaan Neolitik di Indonesia
Bukti yang didapat dari masa neolitik terutama berupa berbagai jenis batu yang telah dipersiapkan dengan baik. Kemahiran mengupam alat batu telah melahirkan jenis alat seperti
beliung
persegi,
kapak
lonjong, alat obsidian, mata panah, pemukul kulit kayu, gerabah, serta perhiasan berupa gelang dari batu dan kerang. Beliung bentuk
persegi
yang
mempunyai
bervariasi
Gambar 6.3, Kapak Lonjong
dan
persebaran yang luas terutama di Indonesia bagian barat. Beliung tersebut terbuat dari batu rijang, kalsedon, agat, dan jaspis. Sementara kapak lonjong
Sejarah SMA/SMK K - 3
130
tersebar di Indonesia bagian timur dan diduga lebih tua dari beliung persegi (Heekeren 1972). Gerabah yang merupakan unsur paling banyak ditemukan pada situs-situs neolitik memerlihatkan pembuatan teknik tatap Bentuk gerabah antara lain berupa periuk dan cawan yang memiliki slip merah dengan hias gores dan tera bermotifkan garis lurus dan tumpal. Sedangkan alat pemukul kulit kayu banyak ditemukan di Sulawesi dan Kalimantan. Demikian pula mata panah yang sering dihubungkan dengan budaya neolitik, terutama ditemukan di Jawa Timur dan Sulawesi. Kebudayaan Neolitik yang berupa kapak persegi dan kapak lonjong yang tersebar ke Indonesia tidak datang/menyebar dengan sendirinya, tetapi terdapat manusia pendukungnya yang berperan aktif
dalam rangka
penyebaran kebudayaan tersebut. Manusia pendukung yang berperan aktif dalam rangka penyebaran kebudayaan itulah merupakan suatu bangsa yang melakukan perpindahan/imigrasi dari daratan Asia ke Kepulauan Indonesia bahkan masuk ke pulau-pulau yang tersebar di Lautan Pasifik. Bangsa yang berimigrasi ke Indonesia berasal dari daratan Asia tepatnya Yunan Utara bergerak menuju ke Selatan memasuki daerah Hindia Belakang (Vietnam)/Indochina dan terus ke Kepulauan Indonesia, dan bangsa tersebut adalah: 1.
Bangsa Melanesia atau disebut juga dengan Papua Melanosoide yang merupakan rumpun bangsa Melanosoide/Ras Negroid. Bangsa ini merupakan gelombang pertama yang berimigrasi ke Indonesia.
2.
Bangsa Melayu yang merupakan rumpun bangsa Austronesia yang termasuk golongan Ras Malayan Mongoloid. Bangsa ini melakukan perpindahan ke Indonesia melalui dua gelombang yaitu: a.
Gelombang pertama tahun 2000 SM, menyebar dari daratan Asia ke Semenanjung Melayu, Indonesia, Philipina dan Formosa serta Kepulauan Pasifik sampai Madagaskar yang disebut dengan Proto Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia melalui dua jalur yaitu Barat dan Timur, dan membawa kebudayaan Neolithikum (Batu Muda).
b.
Gelombang kedua tahun 500 SM, disebut dengan bangsa Deutro Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia membawa kebudayaan logam (perunggu).
Sejarah SMA/SMK K-7
131
Manusia masa neolitik sudah tidak lagi menggantungkan hidupnya pada alam, tetapi sudah menguasai alam lingkungan sekitarnya serta aktif membuat perubahan. Masyarakat mulai mengembangkan penghidupan baru berupa kegiatan bercocok tanam sederhana dengan sistem slash and burn, atau terjadi perubahan dari food gathering ke food producing. Berbagai macam tumbuhan dan hewan mulai dijinakkan dan dipelihara untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, kegiatan berburu, dan menangkap ikan masih terus dilakukan. Masyarakat masa neolitik mulai menunjukkan tanda-tanda cara hidup menetap
di
suatu
tempat,
berkelompok
membentuk
perkampungan-
perkampungan kecil. Di masa ini kelompok manusia sudah lebih besar, karena pertanian dan peternakan dapat memberi makan penduduk dalam jumlah yang lebih besar. Pada masa ini diperkirakan telah muncul bentuk perdagangan yang bersifat barter. Barang yang dipertukarkan adalah hasil pertanian ataupun kerajinan tangan. Adanya penemuan-penemuan baru ini menyebabkan masa ini oleh v. Gordon Childe (1958) sering disebut sebagai masa Revolusi Neolitik, karena kegiatan ini menunjukkan kepada kita adanya perubahan cara hidup yang kemudian mempengaruhi perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya manusia. Pengembangan konsep kepercayaan pada masa neolitik mulai memainkan peranan penting. Konsep kepercayaan ini kemudian diabadikan dengan mendirikan bangunan batu besar. Kegiatan kepercayaan seperti ini dikenal dengan nama tradisi megalitik. R. Von Heine Geldern (1945) menggolongkan tradisi megalitik dalam 2 tradisi, yaitu megalitik tua yang berkembang pada masa neolitik (2500-1500 SM) dan megalitik muda yang berkembang dalam masa paleometalik (1000 SM – abad I M). Megalitik tua menghasilkan bangunan yang disusun dari batu besar seperti menhir, dolmen, undak batu, limas berundak, pelinggih, patung simbolik, tembok batu, dan jalan batu. Pengertian tentang bangunan megalitik tidak selalu diartikan sebagai suatu bangunan yang dibuat dari batu besar dan berasal dari masa Praaksara. Pengertian di atas tidak terlalu mutlak. Bahkan F.A. Wagner (1962) dalam Soejono (1984) mengatakan bahwa pengertian monumen besar (megalitik) tidak mesti diartikan sebagai ‖batu besar‖, akan tetapi objek-objek
Sejarah SMA/SMK K - 3
132
batu lebih kecil dan bahan-bahan lain seperti kayu, bahkan tanpa monumen
atau
sekalipun
dapat
dalam
objek
sama
dimasukkan
ke
megalitik
bila
klasifikasi
benda-benda itu jelas dipergunakan untuk tujuan sakral tertentu yakni pemujaan arwah nenek moyang. Dengan demikian maksud utama dari pendirian bangunan megalitik tersebut
tidak
luput
dari
latar
belakang pemujaan nenek moyang, pengharapan yang
kesejahteraan
masih
hidup,
bagi dan
kesempurnaan bagi si mati. Segi kepercayaan dan nilai-nilai hidup masyarakat ini kemudian berlanjut dan
berkembang
pada
masa
paleometalik. d.
Paleometalik Masa paleometalik merupakan
masa
yang
mengandung
kompleksitas, baik dari segi materi maupun alam pikiran yang tercermin dari
benda
buatanya.
Perbendaharaan masa paleometalik memberikan
gambaran
tentang
kemajuan yang dicapai manusia pada masa itu, terutama kemajuan di bidang teknologi. Dalam masa paleometalik teknologi berkembang lebih pesat sebagai
Gambar 6.4, Beberapa artefak masa neolitik 1. Alat serpih 2. Alat dari tulang 3. Perhiasan masa logam
akibat dari tersusunnya golongan-golongan dalam
masyarakat yang dibebani pekerjaan tertentu.
Sejarah SMA/SMK K-7
133
Pada masa ini teknologi pembuatan alat jauh lebih tinggi tingkatnya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Hal tersebut dimulai dengan penemuan baru berupa teknik peleburan, pencampuran, penempaan, dan pencetakan jenis-jenis logam. Penemuan logam merupakan bukti kemajuan pyrotechnology karena manusia telah mampu menghasilkan temperatur yang tinggi untuk dapat melebur bijih logam. Atas dasar temuan arkeologis, Indonesia mengenal alat-alat yang dibuat dari perunggu, besi, dan emas. Benda-benda perunggu di Indonesia ditemukan tersebar di bagian barat dan timur. Hasil utama benda perungu pada masa paleometalik ini meliputi nekara perunggu, kapak perunggu, bejana perunggu, patung perunggu, perhiasan perunggu, dan benda perunggu lainnya. Sedangkan benda-benda besi yang ditemukan antara lain mata kapak, mata pisau, mata sabit, mata tembilang, mata pedang, mata tombak, dan gelang besi. Pada prinsipnya teknik pengerjaan artefak logam ini ada dua macam, yakni teknik tempa dan teknik cetak. Proses pencetakannya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung ialah dengan menuang logam yang sudah mencair langsung ke dalam cetakan, dan secara tidak langsung ialah dengan membuat model terlebih dahulu, dari model ini kemudian dibuat cetakannya. Cara yang kedua ini disebut dengan a cire perdue atau lilin hilang sementara itu tipe-tipe cetakan yang digunakan dapat berupa cetakan tunggal atau cetakan terbuka, cetakan setangkup (bivalve mould), dan cetakan ganda (piece mould). Pada
masa
ini
dihasilkan
pula
gerabah
yang
menunjukkan
perkembangan yang lebih meningkat. Gerabah tidak hanya untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga diperlukan dalam upacara penguburan baik sebagai bekal kubur maupun tempayan kubur. Sementara itu benda-benda temuan lainnya berupa perhiasan seperti hiasan dari kulit kerang, tulang, dan manikmanik. Kemahiran teknik yang dimiliki manusia masa paleometalik ini berhubungan dengan tersusunnya masyarakat yang menjadi makin kompleks, dimana perkampungan sudah lebih besar. Pembagian kerja makin ketat dengan munculnya golongan yang melakukan pekerjaan khusus (undagi). Pertanian
dengan
sistem
persawahan
mulai
dikembangkan
dengan
menyempurnakan alat pertanian dari logam, pengolahan tanah, dan
Sejarah SMA/SMK K - 3
134
pengaturan
air
sawah.
Hasil
pertanian
ini
selain
disimpan
juga
diperdagangkan ke tempat lain bersama nekara perunggu, moko, perhiasan, dan sebagainya. Peranan kepercayaan dan upacara-upacara religius sangat penting pada masa paleometalik. Kegiatan-kegiatan dalam masyarakat dilakukan
terpimpin,
dan
ketrampilan
dalam
pelaksanaannya
makin
ditingkatkan. Pada masa ini kehidupan spiritual yang berpusat kepada pemujaan nenek moyang berkembang secara luas. Demikian pula kepada orang yang meninggal diberikan penghormatan melalui upacara penguburan dengan disertai bekal kubur. Penguburan dapat dilakukan dalam tempayan, tanpa wadah dalam tanah, atau dengan berbagai kubur batu melalui upacara tertentu yang mencapai puncaknya dengan mendirikan bangunan batu besar. Tradisi inilah yang kemudian dikenal sebagai tradisi megalitik muda. Tradisi megalitik
muda
yang
berkembang
dalam
masa
paleometalik
telah
menghasilkan bangunan batu besar berupa peti kubur batu, kubur dolmen, sarkofagus, kalamba, waruga, dan batu Kandang. Di tempat kuburan semacam itu biasanya terdapat beberapa batu besar lainnya sebagai pelengkap pemujaan nenek moyang seperti menhir, patung nenek moyang, batu saji, lumpang batu, ataupun batu dakon. Pada akhirnya kedua tradisi megalitik tua dan muda tersebut bercampur, tumpang tindih membentuk variasi lokal, bahkan pada perkembangan selanjutnya bercampur dengan unsur budaya Hindu, Islam, dan kolonial.
SEJARAH DUNIA Sejarah dunia adalah sejarah seluruh manusia di seluruh dunia, di semua daerah di bumi, dirunut dari era Paleolitikum (zaman batu tua). Berbeda dengan sejarah bumi (yang mencakup sejarah geologis Bumi dan era sebelum keberadaan manusia), sejarah dunia terdiri dari kajian rekam arkeologi dan catatan tertulis, dari zaman kuno hingga saat ini. Pencatatan sejarah dimulai sejak aksara dan sistem tulisan diciptakan, tetapi asal mula peradaban bertolak dari periode sebelum penciptaan tulisan, atau zaman praaksara. Praaksara dimulai dari Paleolitikum (zaman batu tua), diikuti dengan Neolitikum (zaman batu muda) dan Revolusi Pertanian (antara 8000–5000 SM) di kawasan bulan sabit Subur. Revolusi tersebut merupakan titik perubahan besar dalam sejarah
Sejarah SMA/SMK K-7
135
seluruh manusia karena sejak masa itu mereka telah mampu membudidayakan tumbuhan dan hewan. Seiring dengan perkembangan pertanian, gaya hidup nomad berubah menjadi gaya hidup menetap sebagai petani. Kemajuan pertanian mengakibatkan pembagian strata pekerja dalam usaha panen. Strata pekerja menyebabkan munculnya strata masyarakat dan perkembangan kotakota. Banyak kota kuno berkembang di tepi-tepi kumpulan air (danau dan sungai) yang dapat menyokong kehidupan. Pada masa 3000 tahun sebelum Masehi, telah muncul peradaban di lembah Mesopotamia (dataran di antara sungai Tigris dan Efrat) di Timur Tengah, di tepi Sungai Nil, Mesir, dan di lembah Sungai Indus. Selain itu, peradaban juga muncul di lembah Sungai Kuning. Di tempattempat perkembangan peradaban kuno, pertumbuhan masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan penciptaan aksara untuk mempermudah usaha administrasi dan niaga.
1.
Praaksara Peta persebaran manusia dan hominid (sekitar 100.000 hingga 1500
tahun yang lalu).
Gambar 6.5, Peta Persebaran Manusia Purba Homo sapiens (sejak 195.000 tahun lalu) Neanderthal (600.000–30.000 tahun lalu) Hominid purba (2,5–0,6 juta tahun lalu)
Hasil perhitungan jam molekuler mengindikasikan bahwa garis silsilah hominid yang mengarah pada Homo sapiens bercabang dengan garis keturunan Sejarah SMA/SMK K - 3
136
yang mengarah pada simpanse (kerabat terdekat manusia modern yang masih hidup)
sekitar
lima
juta
tahun
yang
lalu.
Menurut
para
ahli,
genus
Australopithecine, yang kemungkinan besar merupakan kera pertama yang berjalan tegak, berangsur-angsur menurunkan genus Homo. Salah satu spesiesnya, Homo erectus (1,9 juta–10.000 tahun lalu) mampu menggunakan peralatan kayu dan batu sederhana selama ribuan tahun, dan seiring waktu, peralatan yang dipakai terus diperbagus dan lebih kompleks. Bukti bahwa pemanfaatan api oleh H. erectus sudah dimulai sejak 400.000 tahun lalu banyak didukung oleh para ilmuwan, sementara klaim yang menyatakan jauh sebelum itu kurang diterima karena kurang meyakinkan dan tidak lengkap.
Sejak sekitar
125.000 tahun yang lalu dan seterusnya, pemanfaatan api untuk menghangatkan tubuh dan berburu menyebar ke penjuru dunia. Pada
rentang
Paleolitik
(2,6
juta–10.000
tahun
lalu),
Homo
heidelbergensis-keturunan H. erectus—menyebar di Afrika dan Eropa 600.000 tahun lalu, dan menjadi leluhur bagi manusia Neanderthal dan manusia modern. Pada Paleolitik Madya (300.000–30.000 tahun lalu), manusia modern anatomis (Homo sapiens) muncul di benua Afrika sekitar 200.000 tahun yang lalu. Mereka mengembangkan bahasa dan repertoar konseptual untuk pemakaman sistematis bagi kerabat yang meninggal dan penghiasan diri bagi yang masih hidup. Selama periode ini, seluruh manusia bekerja sebagai pemburu-pengumpul makanan. Kehidupan dengan harapan akan keberhasilan dalam perburuan juga melahirkan kepercayaan, atau religi purba. Ekspresi artistik awal dapat ditemukan dalam bentuk lukisan gua dan ukiran yang dibuat dari kayu atau batu. Umumnya manusia purba menggambarkan hewan buruannya atau aktivitas perburuannya. Selain itu, pada umumnya mereka hidup nomadis, kerap berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain tergantung jumlah hewan buruan di tempat tinggal mereka. Mereka mencapai Timur Dekat sekitar 125.000 tahun yang lalu. Dari Timur Dekat, populasi mereka menyebar ke timur menuju Asia Selatan sekitar 50.000 tahun yang lalu, dan menuju Australia sekitar 40.000 tahun yang lalu, dan untuk yang pertama kalinya, H. sapiens mencapai teritori yang belum pernah dicapai H. erectus sebelumnya. H. sapiens menyebar secara cepat dari Afrika menuju kawasan bebas es di Eropa dan Asia sekitar 60.000 tahun yang lalu. Mereka mencapai pemutakhiran perangai sekitar 50.000 tahun yang lalu. Mereka mencapai Eropa
Sejarah SMA/SMK K-7
137
sekitar 43.000 tahun yang lalu, dan akhirnya mereka menggantikan populasi Neanderthal yang lebih dahulu menduduki kawasan tersebut. Pada masa itu terjadi periode glasial akhir, ketika suhu kawasan di belahan utara Bumi sangat tidak layak huni. Akhirnya seluruh manusia menghuni hampir dari seluruh bagian bebas es di muka Bumi sampai akhir glasial, sekitar 12.000 tahun yang lalu. Asia Timur dicapai sekitar 30.000 tahun lalu. Perkiraan waktu migrasi ke Amerika Utara masih diperdebatkan; kemungkinan terjadi sekitar 30.000 tahun lalu, atau mungkin pada masa berikutnya, sekitar 14.000 tahun lalu. Kolonisasi Polinesia di samudra Pasifik bermula sekitar 1300 SM, dan berakhir sekitar 900 M. Leluhur bangsa Polinesia meninggalkan Taiwan sekitar 5000 tahun lalu. 2.
Munculnya Peradaban Awal
Gambar 6.6, Lukisan karya Paul Jamin (1853–1903).
Lukisan bison yang dibuat pada Era Paleolitik Hulu (50.000–10.000 SM) di gua Altamira, Spanyol. Lukisan purba merupakan rekam arkeologis tentang keadaan sebelum seluruh manusia menciptakan sistem tulisan. Data arkeologis mengindikasikan bahwa domestikasi sejumlah hewan dan pembudidayaan tanaman berkembang di beberapa tempat di seluruh dunia, dimulai sejak periode Holosen (sekitar 12.000–11.500 tahun lalu sampai kini). Di Timur Tengah, pertanian berkembang di kawasan Hilal Subur sejak sekitar 10.000–9000 SM; di Eropa, ada bukti pembudidayaan gandum, domba, kambing, dan babi yang mengindikasikan kegiatan produksi pangan di Yunani dan Aegea
Sejarah SMA/SMK K - 3
138
sekitar 7000 SM, di Tiongkok, budi daya jawawut dimulai sejak 8000 SM, di Amerika, labu dibudidayakan sejak 10.000–8000 SM, sedangkan jagung sejak 7500 SM. Transisi dari gaya hidup berburu ke pertanian dalam periode tersebut dikenal sebagai Revolusi Neolitik. Pertanian cocok untuk populasi yang sangat padat, dan dalam pengelolaannya terciptalah strata pekerja karena tidak seluruh populasi terjun langsung dalam pertanian. Pada akhirnya, proses panen dan strata pekerja terorganisasi menjadi suatu wilayah berdaulat. Pertanian juga menghasilkan surplus makanan yang mampu menyokong kehidupan orangorang yang tidak terlibat langsung pada produksi bahan pangan. Perkembangan pertanian menghantarkan manusia pada pendirian kotakota pertama di dunia. Kawasan tersebut merupakan pusat perdagangan, pabrik, dan kekuatan politik yang hampir tidak menghasilkan pangan dengan sumber daya sendiri. Kota menciptakan simbiosis dengan desa di sekelilingnya. Kota menerima produk pangan dari desa, dan sebagai gantinya kota menyediakan produk pabrik serta perlindungan dan kendali militer yang berstrata. Perkembangan kota-kota berarti kemunculan peradaban. Peradaban awal muncul pertama kali di Mesopotamia Hulu (3500 SM), diikuti dengan peradaban Mesir di sepanjang sungai Nil (3300 SM) dan peradaban Harappa di lembah sungai Indus (di masa kini merupakan wilayah Pakistan; 3300 SM). Masyarakat tersebut
mengembangkan
sejumlah
karakteristik
yang
sama,
misalnya
pemerintahan pusat, struktur sosial dan perekonomian yang kompleks, sistem tulisan dan bahasa yang canggih, dan agama serta budaya yang khas. Aksara merupakan perkembangan penting lainnya dalam perkembangan sejarah manusia,
karena
mendukung
administrasi
kota-kota
dan
membuat
pengungkapan gagasan menjadi lebih mudah. Zaman Perunggu adalah bagian dari sistem tiga zaman (Zaman Batu, Zaman Perunggu, Zaman Besi) yang memberi deskripsi sejarah peradaban kuno secara efektif bagi beberapa kawasan dunia. Selama era tersebut—di kawasankawasan yang paling subur—berdirilah negara kota dan peradaban awal mulai berkembang di beberapa bagian dunia. Peradaban-peradaban tersebut terpusat pada lembah sungai yang subur: sungai Tigris dan Efrat di Mesopotamia, sungai Nil di Mesir, sungai Indus di Asia Selatan, dan Yangtze serta sungai Kuning di Tiongkok. Peradaban yang berada di kawasan sungai merupakan peradaban kuat pada masa itu karena air diperlukan untuk membangun suatu masyarakat
Sejarah SMA/SMK K-7
139
agraris. Transportasi juga difasilitasi dengan jalur air, baik melalui sungai atau laut.
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Untuk memahami materi perkembangan kebudayaan masa Praaksara Indonesia dan dunia, anda perlu membaca secara cermat modul ini, gunakan referensi lain sebagai materi pelengkap untuk menambah pengetahuan anda. Dengarkan dengan cermat apa yang disampaikan oleh pemateri, dan tulis apa yang dirasa penting. Silahkan
berbagi
pengalaman
anda
dengan
cara
menganalisis,
menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenangkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 1. Aktivitas individu, meliputi : a. Memahami dan mencermati materi diklat b. Mengerjakan
latihan/lembar
kerja/tugas,
menyelesaikan
masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar; dan menyimpulkan c. Melakukan refleksi 2. Aktivitas kelompok, meliputi : a. mendiskusikan materi pelatihan b. bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan c. penyelesaian masalah /kasus
E. LATIHAN/KASUS/TUGAS LK 1 1.
Bacalah artikel dibawah ini, kemudian berikan tanggapan terhadap informasi tersebut!
2.
Upaya apa yang bisa dilakukan pemerintah dalam melestarikan situs praaksara tersebut?
3.
Sebagai seorang pendidik, upaya apa yang bisa anda lakukan?
Sejarah SMA/SMK K - 3
140
Artikel: ―Balai Arkeologi Yogyakarta dibantu Laboratorium Direktorat Geologi Bandung melakukan penelitian di Lasem, Kabupaten Rembang. "Dengan metode carbon dating, Direktorat Geologi Bandung memastikan usia situs mencapai 2.650 tahun," kata kata Gunadi, Ketua Tim Arkeolog dari Balar Yogyakarta. Atas temuan itu, kata Gunadi, Balai Arkeologi Yogyakarta akan melanjutkan penelitian asal usul manusia prasejarah hingga tiba di Jawa. Situs
Terjan
Kecamatan
Kragan
Kabuapaten
Rembang
merupakan
peninggalan Zaman Megalitikum sekitar 294 sebelum Masehi. Di lokasi itu ditemukan arca melingkari makam dan kursi batu dan selodiri (batu berdiri) setinggi 50 meter. Pada awal Desember 2011, situs Terjan ini pernah menjadi sasaran perusakan orang tidak dikenal. Di antaranya, empat arca berkepala katak, naga, buaya dan kuda di bagian timur dan selatan areal situs rusak parah.Polisi setempat sampai melakukan olah tempat kejadian perkara. Tapi pengusutan atas kasus itu, hingga kini tidak ada kejelasan‖ (dikutip dari http://tekno.tempo.co/read/news/2013/04/08/061471774/menyelamatkan-situsprasejarah-rembang, online pada 7 Desember 2015)
F. RANGKUMAN Mencermati perkembangan Praaksara pada umumnya terdapat tiga faktor yang saling berkaitan yaitu alam, manusia, dan kebudayaan. Oleh karena itu untuk mendapatkan penjelasan tentang kehidupan manusia masa Praaksara maka perlu mengintegrasikan antara lingkungan alam, tinggalan manusia, dan tinggalan budayanya. Budaya Praaksara merupakan refleksi dari kondisi lingkungan dan cara manusia melakukan eksploitasinya. Cara hidup manusia masa paleolitik sangat bergantung kepada alam lingkungannya. Manusia hidup dalam kelompok kecil dan secara sederhana melakukan perburuan dan pengumpulan makanan sebagai mata pencaharian utama. Mereka hidup nomaden ditempat yang cukup persediaan bahan kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya. Bukti hasil budaya pertama yang ditemukan di Indonesia berupa kapak perimbas-penetak (chopper chopping-tool complex), alat serpih-bilah (flake-blade), dan alat tulang-tanduk (Ngandong culture).
Sejarah SMA/SMK K-7
141
Pada masa mesolitik, kehidupan berlangsung di gua-gua (abris sous roche) dan di pantai (kjokkenmoddinger). Alat penunjang hidup manusia terdiri atas serpih-bilah (Toala culture), alat tulang-tanduk (Sampung bone culture), dan kapak genggam Sumatra (Sumatralith). Pada masa ini ditemukan bukti awal penguburan di dalam gua (Budaya Sampung) dan bukit kerang (Sumatra Utara). Mereka juga telah mengekspresikan rasa estetik dan religius melalui lukisan di tebing dan dinding gua. Masyarakat pada masa neolitik mulai menunjukkan tanda-tanda menetap di suatu
tempat,
berkelompok
membentuk
perkampungan
kecil,
serta
mengembangkan penghidupan baru berupa kegiatan bercocok tanam sederhana dan domestikasi hewan tertentu. Bukti kehidupan masa neolitik berupa berbagai jenis batu yang telah diupam halus seperti beliung persegi, kapak lonjong, alat obsidian, mata panah, pemukul kulit kayu, gerabah, serta perhiasan gelang dari batu dan kerang. Kemahiran teknik yang dicapai pada masa paleometalik gayut dengan tersusunnya
masyarakat
yang
menjadi
semakin
kompleks,
dimana
perkampungan sudah lebih besar, pembagian kerja makin ketat dengan munculnya golongan yang melakukan pekerjaan khusus (undagi). Kehidupan spritual yang berpusat kepada pemujaan nenek moyang berkembang secara luas. Adapun peningkatan teknologi pada masa ini adalah kemahiran seni tuang logam. Hasil utama peralatan masa ini berupa nekara perunggu, kapak peruggu, bejana perunggu, patung perunggu, gelang dan cincin perunggu, serta gerabah dan manik-manik.
G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Setelah kegiatan pembelajaran, Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi perkembangan kebudayaan masa Praaksara Indonesia dan dunia? 2. Makna penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi perkembangan kebudayaan masa Praaksara Indonesia dan dunia? 3. Apa manfaat materi perkembangan kebudayaan masa Praaksara Indonesia dan dunia terhadap tugas Bapak/Ibu disekolah?
Sejarah SMA/SMK K - 3
142
4. Setelah Bapak/Ibu mempelajari modul diatas, apakah yang akan Bapak/Ibu lakukan terhadap ketersediaan sumber dan media yang berhubungan dengan materi perkembangan kebudayaan masa Praaksara Indonesia dan dunia di sekolah/madrasah ditempat Bapak/Ibu bertugas?
-
DAFTAR PUSTAKA Bemmelen, R. W. van (Reinout Willem van). 1949. The Geology of Indonesia; 2nd ed. The Hague : Martinus Nijhoff, 1970 Reprint. Originally published The Hague: Govt. Printer, 1949. Berg, H.J. Van Den dan Baganding Tua S. 1958. Prasedjarah dan Pembagian Sedjarah Eropah.Djakarta: Dinas Penerbitan Balai Pustaka. Djoened Poesponegoro, Marwati dan Nugroho Notosusanto (Ed.). 2009. Sejarah
Nasional
Indonesia
I;
Zaman
Prasejarah
di
Indonesia
(EdisiPemutakhiran). Jakarta: Balai Pustaka. Fischer, Dr.1980. Pengantar Antropologi Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Pt. Pembangunan. Heekeren, H.R. Van. 1955. Prehistoric Life In Indonesia. Djakarta: Soeroengan. Moh.Yamin. 1956. Atlas Sejarah. Djakarta: Djambatan. Simanjuntak,
Truman
(Ed.).
2002.
Gunung
Sewu
in
Prehistoric
Times.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Soejono, R. P. 1976. Tinjauan Tentang Pengkerangkaan Prasejarah Indonesia. Jakarta: Proyek Pelita Pembinaan Kepurbakalaan dan Peninggalan Nasional. Soekmono.1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia; Volume 1.Jakarta: Yayasan Kanisius. Sumardi. 1958. Zaman Nirleka (Pra-Sedjarah). Solo.
Sejarah SMA/SMK K-7
143
KEGIATAN PEMBELAJARAN 7
SEJARAH INDONESIA KUNA II A. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat mengevaluasi Sejarah Indonesia Kuna II dengan baik.
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Menganalisis perkembangan Sejarah Hindu-Buddha di India 2. Menganalisis Masuk dan berkembanganya Hindu-Buddha di Indonesia 3. Membandingkan wujud akulturasi budaya Hindu-Buddha di Indonesia 4. Merangkum Kerajaan Bercorak Hindu-Buddha di Indonesia
C. URAIAN MATERI Penemuan 7 buah prasasti Yupa dari Kutai di pinggir sungai Mahakam pada abad ke 4 Masehi dipandang sebagai tonggak penting dalam penulisan sejarah Indonesia (Indonesia kini). Hal ini dikarenakan untuk pertama kalinya sebuah wilayah di Indonesia terekam dalam sebuah sumber sejarah tertulis berupa prasasti. Meskipun tidak menyebutkan angka tahun namun berdasarkan perbandingan huruf yang dipakai (dalam hal ini pallawa) maka dapat ditentukan secara relatif usia prasasti tersebut, yaitu berkisar pada akhir abad ke IV M1. Penemuan ini sekaligus sebagai bukti bahwa pengaruh Hindu telah masuk ke Indonesia berdasarkan beberapa bukti terkait, yaitu terdapat beberapa nama raja yang menggunakan gelar berbau India bukan lagi nama lokal, penyebutan 1 Pertanggalan dalam prasasti dapat ditentukan baik secara absolut (pasti) maupun relatif (kisaran). Penentuan secara absolut didapatkan dari uraian pertanggalan yang tercantum secara eksplisit dalam teks prasasti tersebut. Beberapa prasasti hanya menyebutkan angka tahunnya saja, namun beberapa prasasti yang lain juga menyebutkan pertanggalan detil untuk bulan, minggu, hari dan bahkan jam ketika prasasti tersebut dikeluarkan. Ahli epigrafi memiliki kemampuan untuk dapat mengkonversi pertanggalan dari saka ke masehi. Penentuan relatif dilakukan dengan dua cara setelah tidak ditemukannya teks pertanggalannya. Cara yang pertama dengan melakukan perbandingan (analogi) dengan prasasti-prasasti yang sejaman dari segi bentuk huruf, gaya pemahatan, formula prasasti maupun nama pejabat yang tertera. Cara yang lain adalah dengan melakukan uji kimia terhadap bahan dasar prasasti tersebut, biasanya menggunakan bahan karbon (C14). 7 buah prasasti yūpa dari Kutai ini diketahui usia relatifnya setelah dilakukan perbandingan dengan beberapa prasasti berhuruf pallawa dari daerah India dan diduga kuat sejaman dengan akhir abad IV Masehi.
Sejarah SMA/SMK K - 3
144
Dewa Ańsuman yang dikenal dalam agama Hindu. Selain itu diberitakan pula adanya upacara dengan menyebut tempat bernama Waprakeśwara yang dapat diidentikan sebagai tempat pemujaan terhadap Trimurti (Soemadio, 1994). Pengenalan beberapa unsur Hindu ini kemudian menjadi sebuah informasi penting bahwa agama dan kebudayaan Hindu sudah dikenal oleh masyarakat pada kisaran awal abad masehi. Bagaimana dengan agama Buddha?, Selama ini para ahli berkeyakinan bahwa agama Buddha pertama kali dikenal di Indonesia berdasarkan informasi dari prasasti Talang Tuo (684 M) yang dikeluarkan oleh Dapunta Hyaŋ Śrī Jayanāsa. Prasasti ini berisi pembuatan kebun Śrīksetra untuk kebaikan semua mahluk, dari doa-doa yang dituliskan dalam teks dikenali sebagai pujian dalam agama Buddha (Soemadio, 1994:56). Penemuan prasasti dari masa awal kerajaan Śrīwijaya ini dapat dipandang bahwa agama Buddha telah mulai berkembang di Indonesia. Selain itu, penemuan gugusan percandian di utara Karawang Jawa Barat telah memberikan arti penting mengenai penyebaran agama Buddha di Jawa yang dikenal sebagai situs percandian Batujaya2. Gugusan bangunan kuil dan kemungkinan pula biara Budhis telah menambah suatu upaya baru penafsiran terhadap perkembangan agama Buddha. Gugusan percandian yang sejaman dengan keberadaan kerajaan Tārumanāgara ini mungkin dapat menjadi landasan pemikiran bahwa agama Buddha juga telah berkembang pada masa-masa awal abad masehi hampir bersamaan dengan agama Hindu. Perkembangan selanjutnya memperlihatkan bahwa pengaruh HinduBuddha ini sangat dominan dan kuat sehingga memunculkan pula sistem-sistem pemerintahan
beserta
bentuk
kehidupan
yang
bercorak
Hindu-Buddha.
Tinggalan arkeologis dari masa ini begitu kayanya dan beberapa di antaranya dapat dikategorikan sebagai masterpiece karya manusia di dunia. Lombard (2000) mengatakan bahwa tanah di Indonesia terutama di Jawa mengandung dan masih akan terus mengeluarkan bukti-bukti warisan masa lampau yang
2 Situs ini terletak kurang lebih 30 km arah utara Karawang di tepi Ci Tarum kurang lebih 7 km dari muaranya. Gugusan ini terhampar di dua desa dengan sekitar lebih dari 10 gugus percandian. Telah dilakukan penggalian dan penelitian secara sistematis dan berkelanjutan oleh Puslitarkenas, EFEO dan Universitas Indonesia. Hasan Djafar dari Universitas Indonesia telah mengangkat situs ini sebagai bahan disertasi doktornya. Berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa gugusan ini berusia sangat panjang sejak awal abad ke VI hingga abad ke XII Masehi.
Sejarah SMA/SMK K-7
145
menakjubkan3. Berbagai situs percandian dan benda-benda lain terus bermunculan baik yang terdata maupun tidak, bisa jadi beberapa diantaranya masih terkubur utuh di dalam tanah selain mungkin sebagian lainnya rusak akibat bencana alam dan perusakan oleh manusia. Di akhir masa ini terlihat bahwa berkembangnya perdagangan membawa pula pengaruh interaksi dengan pedagang asing yang juga membawa konsep dan keyakinan baru. Runtuhnya Śrīwijaya dan Majapahit memperlihatkan runtuhnya dominasi Hindu-Buddha dan memungkinkan munculnya kekuatan baru, dalam hal ini Islam naik ke panggung sejarah Indonesia. Masa transisi dan juga kemudian jauh sesudahnya ternyata tidak begitu saja menghilangkan pengaruh Hindu-Buddha dalam kebudayaan dan sistem kehidupan masa yang baru4.
1. Sejarah Singkat Agama Hindu-Buddha di India a. Perkembangan agama dan kebudayaan Hindu Agama Hindu sebenarnya merupakan lanjutan dari perkembangan agama Weda yang berdasarkan paham Brahmanisme dan menurut beberapa ahli bisa jadi juga terdapat unsur perpaduan antara agama Weda dengan Budhisme dan Jainisme, bahkan mungkin Yunani dan Persia5. Hindu kemudian dianut secara luas oleh masyarakat di anak benua India dan menyebar ke Asia Tenggara. Ciri pertama agama ini adalah kepercayaan terhadap sistem kedewataan, dimana terjadi pergeseran dari dewa tunggal pada masa Weda menjadi sebuah hierarki kedewataan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Dewa tertingginya tergabung dalam Trimurti dan didukung dengan beberapa dewa lainnya. Ciri kedua adalah terjadinya pergeseran terhadap keyakinan mereka 3 Penemuan-penemuan tak terduga dari berbagai daerah di Indonesia telah membuktikan betapa kaya peninggalan masa lampau dan tingginya penguasaan kemampuan teknologi leluhur pada masa lampau. Lombard bahkan mengatakan bahwa kebudayaan dan peradaban justru muncul di antara gunung-gunung berapi dan sungai besar yang justru sebenarnya dapat merusak peradaban tersebut, namun bukti-bukti arkeologis justru memperlihatkan bahwa peradaban muncul silih berganti dan semakin kompleks (Lombard, 2000). 4 Berbagai tinggalan arkeologis baik artefaktual maupun tekstual ditambah warisan etnografi memperlihatkan bahwa unsur Hindu-Buddha plus beberapa konsep asli bercampur dengan konsep Islam. Pemujaan terhadap Dewī Śrī memperlihat berbagai akulturasi tersebut (Wahyudi, 1997). Beberapa tinggalan lain juga memperlihatkan penggunaan lanjutan beberapa bangunan suci Hindu sebagai bangunan sakral pada masa Islam. 5 Mungkin ini pengaruh dari Hellinisme dan penyebaran bangsa Indo Arya ke daerah India selain karena hubungan dagang melalui jalur sutra darat yang sudah begitu tua.
Sejarah SMA/SMK K - 3
146
bahwa dewa tidak lagi hanya simbol dari kekuatan alam namun bergeser lebih luas untuk aspek-aspek yang lain6. Agama Hindu kemudian juga mengenal beberapa sifat dari seorang dewa yang dapat berubah dan menjadi wujud tersendiri untuk dipuja, Aspek-aspek dari seorang dewa dapat bermacam-macam bentuknya dan diikuti pula oleh istri atau śaktinya. Bahkan berkembang pula pemujaan terhadap para sakti ini7. Perkembangan selanjutnya dari agama ini terlihat dari banyaknya aliran yang muncul dan terdapat pula yang merupakan sinkritisme dengan ajaran Budhis. Aliran yang paling utama menyebar ke Indonesia adalah Saiwa sidhanta yang memuja Dewa Siwa sebagai dewa tertinggi. Beberapa peninggalan baik bangunan maupun arca menunjukkan pengaruh aliran Saiwa sidhanta ini8. b. Perkembangan agama dan kebudayaan Buddha Pendiri agama Buddha adalah seorang bijaksana keturunan Sakya sehingga dikenal sebagai Gautama Sakyamuni yang berarti orang bijak dari Sakya. Siddarta adalah seorang putra kepala daerah Suddhodana di Kapilawastu dekat Nepal. Daerah tersebut berada di bawah pegunungan Himalaya. Setelah menikah dengan Yasodhara maka di usia 29 tahun mulai melakukan pengembaraan untuk meninggalkan kehidupan duniawi9. Setelah melakukan perjalanan maka tibalah ia di bawah sebuah pohon pipala di Both Gaya dan menerima penerangan hidup atau boddhi. Kemudian ia mendirikan
kuil
yang
bernama
Mahaboddhi.
Selanjutnya
ia
mulai
menyebarluaskan ajaran ini dan dimulai dari Taman Rusa di dekat Benares. Ia lambat laun berhasil menghimpun berbagai pengikut dengan ciri-ciri berpakaian
6 Pada jaman Weda dewa adalah bentuk dari simbolisasi gejala alam seperti angin, matahari, bulan, tanah, air dan yang lain. Pemujaan terhadap dewa matahari mendapat tempat yang cukup penting, mungkin ini pengaruh Zoroaster dari Persia. 7 Pemujaan sakti ini terkait pula dengan fungsi yang melekat padanya, biasanya setara dengan fungsi para dewa suaminya. Beberapa dewi mendapat pengikut yang cukup banyak untuk sebuah pemujaan terhadapnya, seperti Durga dan Parwati untuk istri Siwa dan Sri untuk istri Wisnu. 8 Bangunan percandian Hindu di Indonesia sebagian besar menunjukkan susunan panteon keluarga Siwa yang dikenal dalam ajaran Saiwa sidhanta. 9 Munculnya agama Buddha dapat diartikan sebagai protes terhadap ketidakadilan dalam agama Weda yang membedakan manusia untuk mendapatkan pencerahan hidup dalam kelompok kastakasta. Selain munculnya Budhis juga muncul Jainisme yang sangat ekstrim karena mewajibkan hidup bertapa dan menderita, sedangkan Budhisme hanya menganjurkan hidup berserah diri dan berusaha menyebarkan cinta kasih.
Sejarah SMA/SMK K-7
147
jubah kuning seperti pengemis. Hingga di usia senja sang Buddha terus mengajarkan dharmma ini dan wafat di usia 80 tahun di Kapilawastu. Perkembangan selanjutnya dari agama Buddha ini demikian pesat. Inti ajaran ini adalah kepercayaan terhadap dharmma atau ajaran Buddha, sangha atau kekuasaan biara dan Sang Buddha itu sendiri. Pembangunan kuil agama dikenal dengan stupa yang sebenarnya identik dengan contoh yang diberikan Buddha bahwa kuil tersebut mengandung 3 unsur yaitu caitya yang sebenarnya tongkat sang Buddha, dagoba yang merupakan perumpamaan dari mangkuk dan alas kuil yang perumpamaan dari jubah sang Buddha. Perpecahan kemudian timbul dalam agama ini yaitu menjadi Therawada yang percaya kepada ajaran asli para sesepuh dan Mahasanghika yang dapat diartikan sebagai para anggota masyarakat yang besar. Ajaran berikutnya terpecah lagi menjadi dua aliran besar pada abad 1-2 M, yaitu Mahayana (kendaraan besar) yang menyebar di India utara dan tersebar ke Cina, Korea dan Jepang, ajaran ini percaya bahwa untuk mencapai nirwana membutuhkan bantuan orang suci. Ajaran lainnya adalah sekte Hinayana (kendaraan kecil) yang tersebar di India selatan, Sri Langka dan Asia Tenggara. Konsep yang diyakini adalah bahwa untuk mencapai nirwana merupakan usaha pribadi masing-masing. Kesemua ajaran Buddha kemudian dikumpulkan dalam kitab suci yang disebut sebagai Trī Pītaka, yang terdiri dari Winaya Pītaka yang berisi aturan mengenai tingkah laku, Sutta Pītaka yang berisi kumpulan khotbah Sang Buddha dan Abhidhamma Pītaka yang berisi hal-hal yang bersifat metafisika (Suud, 1988).
2. Masuk dan Berkembangnya Hindu-Buddha di Indonesia a. Teori masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia Masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia masih menjadi sebuah perdebatan hingga kini. Beberapa alternatif hipotesa coba dikemukakan oleh beberapa pakar setelah memperhatikan beberapa fenomena dan fakta sejarah. Hipotesa-hipotesa ini kemudian mendapat dukungan dari beberapa pakar sejarah kuna baik dalam maupun luar namun tidak sedikit yang menentang salah satu hipotesa tersebut. Teori pertama yang dilontarkan adalah teori Kstaria, dimana para pengikutnya berpendapat bahwa agama Hindu dan Buddha disebarluaskan
Sejarah SMA/SMK K - 3
148
melalui kolonisasi oleh para Ksatriya. Teori yang kedua adalah teori Waisya dimana perdagangan dan perkawinan adalah salurannya, sedangkan teori yang ketiga adalah teori Brahmana dimana mengemukakan peran para Brahmana dalam menyebarkan agama karena sifatnya yang rahasia. Sebuah teori menarik dikemukakan oleh van Leur yang menyatakan bahwa telah terjadi usaha oleh para Brahmana lokal mempelajari agama ini di India dan kemudian pulang untuk menyebarkannya, teori ini dikenal sebagai Teori Arus Balik. Ada satu teori yaitu teori Sudra yang menganggap bahwa para sudra yang tinggal di Indonesia menjadi pelopor penyebaran agama ini10. b. Perkembangan awal pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia Beberapa temuan kemudian memperlihatkan bahwa terjadi pergeseran konsep kekuasaan dan politik dari para penguasa lokal Indonesia. Model kesukuan dan hidup berkelompok kemudian berkembang menjadi konsep kemaharajaan denan segala atura dan keyakinan yang melekat padanya. Segeralah berbagai nama gelar dan jabatan yang berbau India digunakan dan bahkan kemudian dikembangkan oleh masyarakat penganut Hindu-Buddha awal ini. Konsep dewaraja yang dianut ternyata efektif untuk membangun sebuah kemaharajaan yang mendasarkan kekuasaan mutlak pada diri seorang raja. Konsep ini kemudian juga berimbas pada keyakinan bahwa yang berhak menggantikan raja adalah keturunan raja itu sendiri yang juga dianggap sebagai titisan dewa di dunia. Sehingga pada perkembangan selanjutnya terjadi banyak permaslahan suksesi yang terkait denan pewaris yang amat banyak11. Mungkin konsep poligami merupakan perpaduan nyata antara pengaruh kebudayaan lokal dengan Hindu dan mungkin juga Cina. Pengaruh Hindu dan Buddha ini kemudian diimbangi dengan berbagai peninggalan yang bercorak kebudayaan tersebut. Tinggalan yang berupa artefak
10 Teori arus balik segera mendapat tempat di hati para pakar sejarah kuna karena bersifat Indonesiasentris dan didukung dari beberapa intepretasi prasasti dan naskah. 11 Pada beberapa peristiwa suksesi terlihat bahwa raja pemberontak selain musuh bisa jadi sebenarnya masih terdapat pertalian saudara yang merupakan akibat politik perkawinan (ini diteruskan hingga Mataram Islam). Sebagai contoh pemberontakan Jayakatwang yang notabene musuh Kertanegara namun juga pewaris Singhasari dari pihak ibu.
Sejarah SMA/SMK K-7
149
maupun tekstual baik yang utuh maupun tidak telah meyakinkan kita bahwa pengaruh ini pernah menancap sangat kuat di bumi Indonesia.
3. Wujud Akulturasi Kebudayaan Hindu-Buddha dengan Kebudayaan Indonesia Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompokkelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya. Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya. Dengan adanya kontak dagang antara Indonesia dengan India, maka mengakibatkan adanya kontak budaya atau akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk
kebudayaan
baru
tetapi
tidak
melenyapkan
kepribadian
kebudayaan sendiri. Hal ini berarti kebudayaan Hindu - Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu - Buddha. Wujud akulturasi tersebut antara lain: 1. Bahasa Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa sansekerta yang dapat ditemukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta tersebut memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu - Buddha pada abad 5 - 7 M, contohnya
prasasti
Yupa
dari
Kutai,
prasasti
peninggalan
Kerajaan
Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuna seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 - 13 M. Sedangkan untuk aksara, dapat
Sejarah SMA/SMK K - 3
150
dibuktikan dengan adanya penggunaan huruf Pallawa, tetapi kemudian huruf Pallawa tersebut juga berkembang menjadi huruf Jawa Kuna (kawi)dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuna. 2. Religi/Kepercayaan Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu - Buddha ke Indonesia, maka masyarakat
Indonesia
mulai
menganut/mempercayai
agama-agama
tersebut.Tetapi agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk itu agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu - Buddha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaanperbedaan tersebut misalnya terlihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Buddha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India. 3. Organisasi Sosial Kemasyarakatan Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan terlihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India. Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun. Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singhasari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R. Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harihari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu). Permerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turuntemurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah.
Sejarah SMA/SMK K-7
151
Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi pada masa berlangsungnya kerajaan Majapahit, dalam hal pengangkatan Wikramawardana. Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam system kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan. 4. Sistem Pengetahuan Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan
tahun
Saka
dengan
menggunakan
Candrasangkala.
Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilangkertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1, maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit. 5. Peralatan Hidup dan Teknologi Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena Indonesia hanya
Sejarah SMA/SMK K - 3
152
mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan dimana bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak,
yang
merupakan
salah
satu
peninggalan
kebudayaan
Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya rajaraja dan orang-orang terkemuka. Di samping itu juga dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disebut dengan Pripih. Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.
Gambar 7.1, Candi Jago di Wilayah Malang Candi Jago merupakan salah satu candi peninggalan kerajaan Singhasari yang merupakan tempat dimuliakannya raja Wisnuwardhana yang memerintah tahun 1248 - 1268.
Sejarah SMA/SMK K-7
153
Dilihat dari gambar candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak- undak dan pada bagian bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat sumuran candi, di mana di dalam sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih (lambang jasmaniah raja Wisnuwardhana). Untuk candi yang bercorak Buddha fungsinya sama dengan di India yaitu untuk memuja Dyani Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa, perhatikan gambar candi Buddha berikut ini.
Gambar 7.2, Candi Borobudur Candi Borobudur adalah candi Buddha yang terbesar sehingga merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia dan merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram, dilihat dari 3 tingkatan, pada tingkatan yang paling atas terdapat patung Dyani Buddha. Patung-patung Dyani Buddha inilah yang menjadi tempat pemujaan umat Buddha. Disamping itu juga pada bagian atas, juga terdapat atap candi yang berbentuk stupa. Untuk candi Buddha di India hanya berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa merupakan ciri khas atap candi-candi yang bersifat agama Buddha. Dengan demikian seni bangunan candi di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya mengambil intinya saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak Indonesia. 6. Kesenian Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan senipertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Buddha.
Sejarah SMA/SMK K - 3
154
Gambar 7.3, Relief Candi Borobudur Gambar diatas adalah relief dari candi Borobudur yang menggambarkan Buddha sedang digoda oleh Mara yang menari-nari diiringi gendang, hal ini menunjukkan bahwa relief tersebut mengambil kisah dalam riwayat hidup Sang Buddha seperti yang terdapat dalam kitab Lalitawistara. Demikian pula di candi-candi Hindu, relief yang juga mengambil kisah yang terdapat dalam kepercayaan Hindu seperti kisah Ramayana. Yang digambarkan melalui relief candi Prambanan ataupun candi Panataran. Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah asli ceritera tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia. Dengan demikian terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja budaya India, tetapi selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di Indonesia. Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu ceritera/kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana yang ditulis oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Kedua kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh pujangga-pujangga Indonesia, ke dalam bahasa Jawa kuna. Dan tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang antar Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala. Di samping itu juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu ceritera dalam seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan Wayang. Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu
Sejarah SMA/SMK K-7
155
kebudayaan asli Indonesia sejak zaman prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Untuk itu wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokohtokoh ceritera misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Indonesia Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut. Wujud akulturasi tersebut menunjukkan bahwa unsur budaya India tidak pernah menjadi unsur budaya yang dominan dalam kerangka budaya Indonesia, karena dalam proses akulturasi tersebut, Indonesia selalu bertindak selektif.
4. Kerajaan Bercorak Hindu-Buddha di Indonesia a. Kutai dan Tarumanegara Kerajaan Kutai yang terletak di Kalimantan Timur sampai saat ini dianggap sebagai kerajaan tertua di Indonesia12. Penemuan bukti berupa 7 buah prasasti berbentuk yūpa, yaitu tugu peringatan bagi sebuah upacara kurban. Prasasti ini berhuruf pallawa yang menurut bentuk dan jenisnya berasal dari abad IV M, sedangkan bahasanya adalah sansekerta yang tersusun dalam bentuk syair. Semuanya dikeluarkan atas titah seorang raja bernama Mūlawarmman. Berdasarkan isi dari prasasti tersebut dapat diketahui silsilah raja-raja Kutai. Dimulai dengan raja Kunduńga yang mempunyai anak bernama Aśwawarman, dan Mūlawarmman adalah seorang dari ketiga anaknya. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa pendiri keluarga kerajaan (vańśakrttā) adalah Aśwawarman, dan bukan Kundunga yang dianggap sebagai raja pertama. Kunduńga bukan nama sansekerta, mungkin ia seorang kepala suku penduduk asli yang belum terpengaruh kebudayaan India, sedangkan Aśwawarman adalah
12 Penemuan sumber sejarah berupa prasasti sampai saat ini menunjukkan bahwa 7 buah prasasti yūpa yang menginformasikan keberadaan sebuah kerajaan bernama Kutai memuat angka tahun tertua yaitu abad ke IV M. Pertanggalan relatif ini didapat dari perbandingan bentuk huruf yang dipahatkan dengan beberapa prasasti di India dan menunjukkan keserupaan yang mendekati perkembangan huruf pallawa sekitar akhir abad ke IV dan awal abad ke V (lihat Soemadio, 1993:31).
Sejarah SMA/SMK K - 3
156
nama yang berbau India. Disebut pula nama Ańsuman yaitu dewa matahari di dalam agama Hindu yang dapat menunjukkan bahwa Mūlawarmman adalah penganut agama Hindu (Sumadio, 1993). Prasasti ini juga memberikan informasi mengenai kehidupan masyarakat ketika itu, dimana sebagian penduduk hidup dalam suasana peradaban India. Sudah ada golongan masyarakat yang menguasai bahasa Sansekerta yaitu kaum Brahmana (pendeta) yang mempunyai peran penting dalam memimpin upacara keagamaan. Setiap yūpa yang didirikan oleh Mūlawarmman sebagai peringatan bahwa ia telah memberikan korban besar-besaran dan hadiah-hadiah untuk kemakmuran negara dan rakyatnya. Sedangkan golongan lainnya adalah kaum ksatria yang terdiri atas kaum kerabat Mūlawarmman. Diluar kedua golongan ini adalah rakyat Kutai pada umumnya yang terdiri atas penduduk setempat, dan masih memegang teguh agama asli leluhur mereka. Kerajaan
Tārumanāgara
berkembang
kira-kira
bersamaan
dengan
kerajaan Kutai pada abad V M, dan berlokasi di Jawa Barat dengan rajanya bernama Pūrņawarman. Keberadaan kerajaan Tārumanāgara dapat diketahui melalui 7 buah prasasti batu yang ditemukan di daerah Bogor, Jakarta, dan Banten. Prasasti tersebut adalah prasasti Ciaruteun, Jambu, Kebon Kopi, Tugu, Pasir Awi, Muara Cianten, dan Lebak. Prasasti itu ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta yang digubah dalam bentuk syair. Agama yang melatari alam pikiran raja adalah agama Hindu. Hal ini dapat diketahui karena pada prasasti Ciaruteun terdapat lukisan 2 tapak kaki raja yang diterangkan seperti tapak kaki Wisnu. Pada prasasti Kebon Kopi ada gambar tapak kaki gajah sang raja yang disamakan sebagai tapak kaki gajah Airawata. Pada prasasti Tugu disebutkan penggalian 2 sungai terkenal di Punjab yaitu Candrabhaga dan Gomati. Maksud pembuatan saluran pada sungai ini diperkirakan ada hubungannya dengan usaha mengatasi banjir (Poerbatjaraka, 1952). Dalam prasasti Jambu dijumpai nama negara Tarumayam dan sungai Utsadana. Negara Tarumayam disamakan dengan Tarumanagara, sedangkan Utsadana identik dengan sungai Cisadane. Pada prasasti ini, Pūrņawarman disamakan dengan Indra sebagai dewa perang serta memiliki sifat sebagai dewa matahari. Selain 7 prasasti tersebut, di daerah ini juga ditemukan arca-arca rajasi dan disebutkan dalam prasasti Tugu serta memperlihatkan sifat Wisnu-Surya. Akan
Sejarah SMA/SMK K-7
157
tetapi Stutterheim berpendapat bahwa arca tersebut adalah arca Siwa. Sedangkan arca Wisnu Cibuaya diduga mempunyai persamaan dengan langgam seni Palla di India Selatan dari abad VII-VIII M. Dari bukti tersebut dapat dikatakan bahwa Jawa Barat telah menjadi pusat seni dan agama, dan sesuai pula denganberita Cina yang mengatakan bahwa pada abad VII M terdapat negara bernama To-lo-mo yang berarti Taruma. Dari peninggalan ini pila dapat diketahui bahwa agama yang dianut oleh para penguasa setempat adalah agama Hindu aliran Wisnu. Bahkan raja dianggap sebagai titisan dewa Wisnu yang memelihara kehidupan rakyat agar makmur dan tenteram. Pembuatan dan penggalian 2 sungai untuk menahan banjir dan saluran irigasi menunjukkan bahwa masa itu sudah mengenal tatanan masyarakat agraris. b. Śrīwijaya Kerajaan Śrīwijaya merupakan sebuah kerajaan di Sumatra yang sudah dikenal pada abad VII M. Bukti keberadaan kerajaan Śrīwijaya adalah 6 prasasti yang ditemukan tersebar di Sumatra Selatan dan pulau Bangka. Prasasti tertua ditemukan di Kedukan Bukit (Palembang) berangka tahun 604 S (682 M) serta berhuruf pallawa dan berbahasa melayu kuna. Menurut Krom, prasasti ini dimaksudkan untuk memperingati pembentukan negara Śrīwijaya. Namun Moens berpendapat lain bahwa prasasti ini untuk memperingati kemenangan Śrīwijaya terhadap Malayu. Sementara Coedes (1964) menduga prasasti ini untuk memperingati ekspedisi Śrīwijaya ke daerah seberang laut yakni kerajaan Kamboja yang diperintah oleh Jayawarman. Sedangkan Boechari (1979) berpendapat bahwa prasasti ini untuk memperingati usaha penaklukan daerah sekitar Palembang oleh Dapunta Hyaŋ dan pendirian ibukota baru atau ibukota kedua di tempat ini. Prasasti lain yang penting adalah Prasasti Kota Kapur yang ditemukan di Pulau Bangka dan berangka tahun 608 S (686 M). Kata Śrīwijaya dijumpai pertama kali di dalam prasasti ini. Keterangan yang penting adalah mengenai usaha Śrīwijaya untuk menaklukkan bhumi Jawa yang tidak tunduk kepada Śrīwijaya. Coedes berpendapat bahwa pada saat prasasti ini dibuat, tentara Śrīwijaya baru saja berangkat untuk berperang melawan Jawa yaitu kerajaan Tāruma. Prasasti lain yang ditemukan di Palembang adalah prasasti Talang Tuo
Sejarah SMA/SMK K - 3
158
dan Telaga Batu. Sementara di Jambi ditemukan prasasti Karang Brahi dan di Lampung ditemukan prasasti Palas Pasemah. Prasasti ini pada umumnya dipandang sebagai pernyataan kekuasaan Śrīwijaya. Satu hal yang menjadi perdebatan bagi para ahli adalah lokasi Sriwijaya. Berdasarkan prasasti dan berita Cina, Coedes berpendapat bahwa Palembang adalah lokasi . Pendapat ini mendapat dukungan dari Nilakanta Sastri, Poerbatjaraka, Slamet Mulyana, Wolters, dan Bronson. Namun Bosch dan Majumdar berpendapat bahwa Śrīwijaya harus dicari di pulau Jawa atau di daerah Ligor. Sementara Quaritch Wales dan Rajani menempatkan Śrīwijaya di Chaiya atau Perak. Berdasarkan rekonstruksi peta, berita Cina dan Arab, Moens sampai pada kesimpulan bahwa Śrīwijaya mula-mula berpusat di Kedah kemudian berpindah ke Muara Takus. Selanjutnya Soekmono melalui penelitian geomorfologi berkesimpulan bahwa Jambi sebagai pusat lokasi Śrīwijaya. Sedangkan Boechari berpendapat bahwa sebelum tahun 682 M ibukota Śrīwijaya ada di daerah Batang Kuantan, setelah tahun 682 M berpindah ke Mukha Upang di daerah Palembang (Sumadio, 1994)13. Dari peningggalan prasasti dan berita Cina dapat diketahui kebijakan penguasa Śrīwijaya. Kerajaan Śrīwijaya adalah sebuah kerajaan maritim yang besar
dan
terlibat
dalam
perdagangan
internasional.
Śrīwijaya
lebih
mengembangkan suatu tradisi diplomasi dan kekuatan militer untuk melakukan gerakan ekspedisioner. Disamping prasati-prasasti yang berisi pujian kepada dewa-dewa
dan
pelaksanaan
suatu keputusan
raja,
sejumlah prasasti
menunjukkan pada birokrasi dan berbagai aturan untuk menjamin ketenangan dalam negeri. Hubungan antara Śrīwijaya dengan negeri di luar Indonesia bukan hanya dengan Cina tapi juga dengan India. Sebuah prasasti raja Dewapaladewā dari Benggala (India) pada abad IX M menyebutkan tentang pendirian bangunan biara di Nalanda oleh raja Balaputradewā, raja Śrīwijaya yang menganut agama Buddha. Hal ini didukung berita dari I-tsing yang mengatakan bahwa Śrīwijaya adalah pusat kegiatan agama Buddha.
13 Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa secara geomorfologis pada awal masehi semenanjung malaya masih menyatu dengan pulau Bangka dan Belitung, serta Sumatra masih belum sebesar sekarang sehingga penempatan Palembang sebagai ibukota dapat beralasan karena berada di mulut botol selat malaka sehingga sebagai bandar dagang sangat strategis (Daldjoeni, 1984). Manguin secara arkeologis kemudian dapat memperlihat bahwa ibukota ini telah berpindah dari Palembang ke Jambi (Munoz, 2009)
Sejarah SMA/SMK K-7
159
c. Mataram Hindu Kerajaan Mataram dikenal dari prasasti Canggal yang berasal dari halaman percandian di Gunung Wukir Magelang. Prasasti ini berhuruf pallawa dan berbahasa sansekerta, serta berangka tahun 654 S (732 M). Isinya adalah memperingati didirikannya sebuah lingga (lambang Siwā) oleh raja Sanjaya diatas bukit Kunjarākunjā di pulau Yawadwipā yang kaya akan hasil bumi. Yawadwipa mula-mula diperintah oleh raja Sanna yang bijaksana. Pengganti Sanna yaitu raja Sanjaya, anak Sannaha, saudara perempuan raja Sanna. Ia adalah seorang raja gagah berani yang telah menaklukkan raja-raja di sekelilingnya dan raja yang ahli dalam kitab-kitab suci. Mendirikan lingga adalah lambing mendirikan atau membangun kembali suatu kerajaan. Sanjaya memang dianggap Wamçakarta kerajaan Mataram. Hal ini juga terlihat dari prasasti para raja yang menggantikannya, misal prasasti dari Balitung yang memuat silsilah yang berpangkal dari Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Bahkan ada pula prasasti yang menggunakan tarikh Sanjaya. Kecuali prasasti Canggal tidak ada prasasti lain dari Sanjaya, yang ada ialah prasasti-prasasti dari keluarga raja lain yaitu Syailendrawangsa. Istilah Syailendrawangsa dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan tahun 700 S (778 M). Prasasti ini ditulis dengan huruf pra-nagari dan berbahasa sansekerta. Isinya adalah pendirian bangunan suci bagi Dewi Tarā dan sebua biara bagi para pendeta oleh Maharaja Tejahpurna Panaŋkaran. Bangunan tersebut adalah Candi Kalasan di Yogyakarta. Rupa-rupanya keluarga Sanjaya ini terdesak oleh para Syailendra, tetapi masih mempunyai kekuasaan di sebagian Jawa Tengah. Meskipun demikian masih ada kerjasama antara keluarga Sanjaya dan Syailendra (Sumadio, 1994). Tejahpurna Panaŋkaran adalah Rakai Panaŋkaran, pengganti Sanjaya, seperti nyata dari prasasti Mantiyasih yang dikeluarkan raja Balitung tahun 907 M. Prasasti ini bahkan memuat silsilah raja-raja yang mendahului Balitung yang bunyinya sebagai berikut : Rahyangta rumuhun ri Mdang ri Poh Pitu, Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, Çri Maharaja Rakai Panangkaran, Çri Maharaja Rakai Panunggalan,
Sejarah SMA/SMK K - 3
160
Çri Maharaja Rakai Warak, Çri Maharaja Rakai Garung, Çri Maharaja Rakai Pikatan, Çri Maharaja Rakai Kayuwangi, Çri Maharaja Rakai Watuhumalang, Çri Maharaja Rakai Watukuro Dyah Balitung Dharmodaya Mahaçambu. Jelaslah bahwa pemerintaha Sanjayawangsa berlangsung terus di samping pemerintahan Syailendrawangsa. Keluarga Sanjaya beragama Hindu memuja Siwa dan keluarga Syailendra beragama Buddha Mahayana yang sudah cenderung kepada Tantrayana. Demikian juga ada kecenderungan candi-candi dari abad VIII dan IX yang ada di Jawa Tengah bagian utara bersifat Hindu (Candi Dieng, Gedongsongo), sedangkan yang ada di Jawa Tengah bagian selatan bersifat Buddha (candi Kalasan, Borobudur)., maka daerah kekuasaan keluarga Sanjaya adalah bagian utara Jawa Tengah dan Syailendra adalah bagian selatan Jawa Tengah (Soekmono, 1985). Pada pertengahan abad IX kedua wangsa ini bersatu melalui perkawinan Rakai Pikatan dan Pramodawardani, raja puteri dari keluarga Syailendra. Dalam masa
pemerintahan
Syailendra
banyak
bangunan
suci
didirikan
untuk
memuliakan agama Buddha, antara lain candi Kalasan, Sewu, dan Borobudur. Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya telah pula mendirikan bangunan suci agama Hindu seperti candi Loro Jonggrang di Prambanan. Mengenai wangsa raja-raja yang berkuasa di kerajaan Mataram ini terdapat dua pendapat yang berbeda. Casparis (1956) berpendapat bahwa sejak pertengahan abad VIII ada 2 wangsa raja yang berkuasa yaitu wangsa Sanjaya yang beragama Siwa dan para pendatang baru dari Funan yang menamakan dirinya wangsa Syailendra yang beragama Buddha Mahayana. Pendapat Casparis tersebut ditentang oleh Poerbatjaraka. Menurut Poerbatjaraka (1956), hanya ada satu wangsa saja yaitu wangsa Syailendra yang merupakan orang Indonesia asli dan anggota-anggotanya semula menganut agama Siwa, tetapi sejak pemerintahan Rakai Panangkaran menjadi penganut agama Buddha Mahayana, untuk kemudian pindah lagi menjadi penganut agama Siwa sejak pemerintahan Rakai Pikatan. Pengganti Pikatan adalah Rakai Kayuwangi yang memerintah tahun 856886 M. Pengganti Kayuwangi adalah Watuhumalang yang memerintah tahun
Sejarah SMA/SMK K-7
161
886-898 M. Kemudian menyusullah raja Balitung (Rakai Watukura) yang memerintah tahun 898-910 M. Prasastinya terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga dapat disimpulkan ia adalah raja pertama yang memerintah kedua bagian pulau Jawa itu, mungkin kerajaan Kanjuruhan di Jawa Timur telah ia taklukkan, mengingat ia dalam pemerintahan di Jawa Tengah ada sebutan Rakryan Kanuruhan yaitu salah satu jabatan tinggi langsung di bawah raja. Raja-raja sesudah Balitung adalah Daksa (910-919 M), Tulodong (919-924 M), kemudian Wawa (924-929 M). Sejak 929 M prasasti hanya didapatkan di Jawa Timur dan yang memerintah adalah seorang raja dari keluarga lain yaitu Sindok dari Isanawangsa14. Sindok dianggap sebagai pendiri dinasti baru di Jawa Timur yaitu Isanawangsa. Istilah wangsa Isana dijumpai dalam prasasti Pucangan tahun 963 S (1041 M) yang menyebut gelar Sindok yaitu Sri Isanatungga. Rupanya kerajaan yang baru itu tetap bernama Mataram, sebagaimana tertera dalam prasasti Paradah 865 S (943 M) dan prasasti Anjukladang 859 S (937 M). Kedudukan
Mpu
Sindok
dalam
keluarga
raja
Mataram
memang
dipermasalahkan. Poerbatjaraka berpendapat bahwa Sindok naik tahta karena perkawinannya dengan Pu Kbi, anak Wawa. Dengan demikian Pu Sindok adalah menantu Wawa, Stutterheim membantah pendapat tersebut dengan mengatakan bahwa Pu Sindok adalah cucu Daksa. Bahkan Boechari (1962) mengemukakan bahwa Pu Sindok pernah memangku jabatan Rakai Halu dan Rakryan Mapatih I Hino yang menunjukkan bahwa ia pewaris tahta kerajaan yang sah, siapapun ayahnya. Jadi tidak perlu harus kawin dengan putri mahkota untuk dapat menjadi raja. Pu Sindok memerintah mulai tahun 929-948 M. Ia meninggalkan banyak prasasti yang sebagian besar berisi penetapan Sima. Dari prasasti tersebut dapat diketahui bahwa agama Sindok adalah Hindu. Selama Sindok berkuasa terhimpun pula sebuah kitab suci agama Buddha yaitu Sang Hyang Kamahayanikan yang menguraikan ajaran dan ibadah agama BuddhaTantrayana.
14 Beberapa teori dikemukakan di antaranya mengemukakan bahwa perpindahan itu karena terjadi perang saudara, namun ada pula teori dari van Beumellen yang menyatakan bahwa perpindahan tersebut secara geomorfologis diakibatkan sebuah bencana hebat letusan gunung merapi di Jawa Tengah sehinggamenimbulkan mahapralaya.
Sejarah SMA/SMK K - 3
162
Pengganti-pengganti Sindok dapat diketahui pula dari prasati Pucangan yang dikeluarkan Airlangga. Demikianlah Sindok digantikan anak perempuannya Sri Isana Tunggawijaya yang bersuamikan raja Sri Lokapala. Mereka berputra Sri Makutawangsawarddhana. Mengenai kedua raja pengganti Sindok tak ada suatu keterangan lain lagi, kecuali bahwa Makutawangsawarddhana mempunyai seorang
anak
perempuan
bernama
Gunapriyadharmmapatni
atau
Mahendradatta yang kawin dengan Udayana dari keluarga Warmadewa dan memerintah di Bali. Mereka mempunyai anak bernama Airlangga. Pengganti Makutawangsawarddhana adalah Sri Dhammawangsa Teguh Anantawikrama. Kemungkinan besar ia adalah anak Makutawangsawarddhana, jadi saudara Mahendradatta yang menggantikan ayahnya duduk di atas tahta kerajaan
Mataram.
Dalam
masa
pemerintahan
Dharmawangsa,
kitab
Mahabharata disadur dalam bahasa Jawa Kuna. Sementara itu dalam bidang politik, Dharmawangsa berusaha keras untuk menundukkan Sriwijaya yang saat ini merupakan saingan berat karena menguasai jalur laut India-Indonesia-Cina. Politik DharmawangsaTeguh berambisi meluaskan kekuasaannya ternyata mengalami keruntuhan. Prasasti Pucangan memberitakan tentang keruntuhan itu. Disebutkan bahwa tak lama sesudah perkawinan Airlangga denga putri Teguh, kerajaan ini mengalami pralaya pada tahun 939 S (1017 M), yaitu pada waktu raja Wurawari menyerang dari Lwaram. Banyak pembesar yang meninggal termasuk Dharmawangsa Teguh. Prasasti Pucangan menyebutkan bahwa Dharmawangsa Airlangga dapat menyelamatkan diri dari serangan Haji Wurawari, dan masuk hutan hanya diikuti abdinya yang bernama Narottama. Selama di hutan Airlangga tetap melakukan pemujaan terhadap dewa-dewanya. Maka pada tahun 941 S (1019 M) ia direstui para pendeta Siwa, Buddha, dan Mahabrahmana sebagai raja dengan gelar Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa (Soekmono, 1973). Pada masa pemerintahannya, raja Airlangga telah banyak mengeluarkan prasasti. Hal ini dikarenakan raja ini memerlukan pengesahan atau legitimasi atas kekuasaannya dengan menciptakan leluhur (wangsakara). Salah satu prasasti yang penting adalah prasasti Pucangan atau Calcutta. Prasasti ini dikeluarkan airlangga pada tahun 963 S (1041 M). prasasti ini memuat silsilah raja Airlangga yang dimulai dari raja Sri Isana Tungga atau Pu Sindok. Dengan
Sejarah SMA/SMK K-7
163
silsilah ini, Airlangga ingin memperkokoh dan melegitimasi kedudukannya sebagai pewaris sah atas tahta kerajaan Dharmmawangsa Teguh dan benarbenar masih keturunan Pu Sindok. Sebagaian
besar
masa
pemerintahan
Airlangga
dipenuhi
dengan
peperangan menaklukkan kembali raja-raja bawahannya, antara lain menyerang Haji Wengker, Haji Wurawari, dan raja Hasin. Di bidang karya sastra, pada masa ini telah dihasilkan kitab Arjunawiwaha yang merupakan gubahan Pu Kanwa. Pada masa pemerintahan Airlangga, yang menjabat kedudukan Rakryan Mahamantri I Hino (putra mahkota kerajaan) adalah seorang putrid bernama Sri Sanggrama Wijaya Dharmmaprasadottunggadewi, seperti disebutkan dalam prasasti Cane, Munggut, dan Kamalagyan. Akan tetapi dalam prasasti pucangan dan Pandan, yang menjabat Hino adalah seorang laki-laki bernama Sri Samarawijaya Dhamasuparnnawahana Tguh Uttunggadewa, anak laki-laki Dharmmawangsa Teguh yang selamat dari pralaya menuntut haknya atas tahta kerajaan Mataram. Selanjutnya Sanggramawijaya lebih memilih kehidupan sebagai pertapa di Kambang Sri karena tidak menginginkan adanya perebutan kekuasaan
yang
mengarah
pada
perpecahan.
Diperkirakan
ada
adik
Sanggramawijaya yang tidak dapat menerima keputusan itu lalu bermaksud merebut kekuasaan. Untuk menghindari perang saudara maka Airlangga terpaksa membagi kerajaan menjadi dua. Samarawijaya sebagai pewaris yang sah karena ia anak Dharmmawangsa Teguh mendapatkan kerajaan Pangjalu dengan ibukota yang lama
yaitu
Dahana
Pura.
Sedangkan
anak
Airlangga
sendiri
entah
Sanggramawijaya entah adiknya mendapat bagian kerajaan Janggala yang beribukota di Kahuripan.
d. Kadiri dan Jenggala Berdasarkan pembagian kerajaan tersebut, selanjutnya Boechari (1968) menyebut bahwa raja pertama Pangjalu yang berkedudukan di Daha adalah Sanggramawijaya yang kemudian diambil alih oleh Samarawijaya. Sedangkan kerajaan Janggala yang berkedudukan di Kahuripan rajanya bernama Mapanji Garasakan, yang tidak lain adalah anak Airlangga, adik Sanggramawijaya. Garasakan kemudian digantikan oleh Alanjung Ahyes, selanjutnya digantikan oleh Samarotsaha.
Sejarah SMA/SMK K - 3
164
Tampaknya stelah 3 orang raja Janggala tersebut di atas dan setelah ada masa gelap selama kira-kira 60 tahun, yang muncul dalam sejarah adalah kerajaan Kadiri dengan ibukotanya di Daha. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa temuan prasasti batu yang sebagian besar ada di daerah Kediri. Prasasti yang pertama adalah Prasasti Pandlegan tahun 1038 S (1117 M) yang dikeluarkan oleh raja Sri Bameswara. Prasasti ini berisi tentang anugerah raja Bameswara kepada penduduk desa Pandlegan (Boechari, 1968). Prasasti lain yang dikeluarkan Bameswara adalah prasasti Panumbangan (1042 S), Geneng (1050 S), Candi (1051 S), Besole (1051 S), Tangkilan (1052 S), dan Pagilitan (1056 S). Berdasarkan data prasasti yang ada dapat diketahui bahwa raja Bameswara memerintah antara tahun 1038-1056 S. Setelah pemerintahan raja Bameswara, muncul raja lain bernama Jayabaya. Hanya 3 prasasti yang telah ditemukan dari raja ini yaitu prasasti Hantang (1057 S), Talang (1058 S), dan Jepun (1066 S) yang berisi tentang penetapan
Sima.
Cap
kerajaannya
berupa
Narasingha.
Pada
masa
pemerintahan Jayabaya telah digubah kakawin Bhatarayuddha pada tahun 1079 S (1157 M) oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Raja berikutnya adalah Sri Sarweswara. Dua prasastinya adalah prasasti Pandlegan II (1081 S) dan Kahyunan (1082 S). pada tahun 1169 M muncul raja Sri Aryyswara. Hanya dua prasasti yang ditemukan dari raja ini yaitu prasast Waleri (1091 S) dan prasasti Angin (1093 S). cap kerajaannya berupa Ganesa. Raja selanjutnya adalah Sri Kroncaryyadipa. Satu-satunya prasasti yang ditemukan adalah prasasti Jaring atau Gurit (1103 S). raja ini hanya memerintah kerajaan Kadiri selama 4 tahun (1181-1184 M). kemudian dijumpai nama raja Kameswara yang memerintah Kadiri antara tahun 1184-1194 M. Ada dua prasasti dari raja ini yaitu prasasti Semanding (1104 S) dan Ceker (1107 S). Pada masa pemerintahan Kameswara, seorang pujangga bernama Mpu Darmaja berhasil menggubah kitab Smaradhahana. Raja Kadiri yang terakhir adalah Srengga atau Krtajaya. Raja ini memerintah antara tahun 1194-1222 M. Ada 6 prasasti dar raja ini yaitu prasasti Kemulan (1116 S), Palah (1119 S), Galunggung (1122 S), Biri (1124 S), Sumber
Sejarah SMA/SMK K-7
165
Ringin Kidul (1126 S), dan Lawadan (1127 S). Lencana kerajaan Kadiri yang dipakai Krtajaya adalah Srenggalanchana15. Masa akhir kerajaan Kadiri dapat diketahui dari beberapa sumber tertulis. Kerajaan Kadiri runtuh pada tahun 1144 S (1222 M). Menurut Nagarakretagama (XL:3-4) Sri Ranggah Rajasa yang bertahta di Kutaraja, ibukota kerajaan Tumapel pada tahun 1144 S menyerang raja Kadiri yaitu raja Sri Krtajaya. Krtajaya kalah, kerajaan dihancurkan, dan ia melarikan diri ke gunung yang sunyi. Sedangkan menurut Pararaton, raja Kadiri bernama Dandang Gendis minta kepada para bhujangga Siwa dan Buddha supaya menyembah kepadanya. Para bhujangga menolak lalu melarikan diri ke Tumapel berlindung pada Ken Angrok. Para bhujangga merestui Ken Angrok sebagai raja di Tumapel, kerajaannya bernama Singhasari dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. Lalu ia menyerang Daha (Kadiri), dan raja Dandang Gendis dapat dikalahkan. Dalam Nagarakretagama (XLIV:2) disebutkan pula dengan ditaklukkannya Daha tahun 1222 M oleh Ken Angrok dari Tumapel, maka bersatulah Janggala dan Kadiri sama-sama beraja di Tumapel (Singhasari). Kadiri tidak dihancurkan, tetapi tetap diperintah oleh keturunan raja Krtajaya dengan mengakui kepemimpinan Singhasari. Sejak tahun 1271 M Jayakatwang salah seorang keturunan Krtajaya memerintah di Glang-Glang. e. Singhasari Pada masa akhir kerajaan Kadiri, daerah Tumapel merupakan suatu daerah yang dikepalai oleh seorang akuwu bernama Tunggul Ametung. Daerah Tumapel ini termasuk dalam daerah kekuasaan raja Krtajaya (Dandang Gendis) dari Daha (Kadiri). Kedudukan Tunggul Ametung menjadi akuwu Tumapel berakhir setelah dibunuh oleh Ken Angrok, dan jandanya yang bernama Kendedes dikawininya. Ken Angrok kemudian menjadi penguasa baru di Tumapel. Ken Angrok pula yang kemudian menaklukkan Dandang Gendis dari Kadiri, dan kemudian menjadi Maharaja di Singhasari.
15 Prasati Palah 1119 S atau 1197 M terletak di pelataran percandian Panataran di Blitar. Keberadaan candi ini ternyata merupakan sebuah bangunan kontinuitas yang digunakan dari masa Kadiri hingga Majapahit, dan mungkin merupakan candi kerajaan pada setiap masanya (Wahyudi, 2005).
Sejarah SMA/SMK K - 3
166
Munculnya tokoh Ken Angrok ini kemudian menandai lahirnya wangsa baru yaitu Rajasawangsa atau Girindrawangsa. Wangsa inilah yang berkuasa di Singhasari dan Majapahit. Ken Angrok memerintah Singhasar sejak 1222-1227 M dan tetap berkedudukan di Tumapel atau secara resmi disebut Kutaraja. Pemerintahan Rajasa berlangsung aman dan tentram. Dari perkawinannya dengan Ken Dedes, Ken Angrok memperoleh 4 orang anak, yaitu Mahesa Wonga Teleng, Panji Anabrang, Agnibhaya, dan Dewi Rimbu. Dari istrinya yang lain yaitu Ken Umang, Ken Angrok mempunyai 4 orang anak yaitu Tohjoyo, Sudahtu, Wregola, dan Dewi Rambi. Pada tahu 1227 M Ken Angrok dibunuh oleh seorang pengalasan dari Batil atas suruhan Anusapati, anak tirinya sebagai balas dendam terhadap pembunuhan ayahnya Tunggul Ametung. Dari kitab Pararaton diketahui bahwa Anusapati bukanlah bukanlah anak dari Ken Dedes dan Ken Angrok, tatapi anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung. Ken Angrok kemudian dicandikan di Kagenengan sebagai Siwa. (Nagarakretagama, XXXVI:1-2) dan di Usana sebagai Buddha (Sumadio, 1994). Sepeninggal Ken Angrok, Anusapati menjadi raja. Ia memerintah tahun 1227-1248 M. Selama masa pemerintahannya itu tidak banyak yang diketahui. Tetapi juga Tohjaya hendak pula membalas dendam atas pembunuhan ayahnya, Ken Angrok oleh Anusapati. Akhirnya pada tahun 1248 Anusapati dapat dibunuh oleh Tohjaya. Anusapati kemudian didharmakan16 di candi Kidal. Dengan meninggalnya Anusapati, Tohjaya kemudian menggantikannya menjadi raja. Tohjaya hanya memerintah selama beberapa bulan dalam tahun 1248. Pada masa pemerintahannya terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Rajasa dan Sinelir. Dalam penyerbuan itu Tohjaya luka parah dan diungsikan ke Katang Lumbang. Akhirnya ia meninggal dan dicandikan di Katang Lumbang. Sepeninggal Tohjaya, pada tahun 1248 Ranggawuni dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sri Jayawisnuwardana. Dalam menjalankan pemerintahannya ia didampingi oleh Mahisa Campaka, anak Mahisa Wonga Teleng. Kedua orang itu memerintah bersama bagai Wisnu dan Indra atau bagaikan dua naga dalam 16 Didharmakan atau dicandikan atau ridharma ring adalah usaha untuk menghormati seorang raja yang telah mangkat dan dibuatkan candi atau kuil pemujaan dengan menempatkan seorang dewa tertinggi sebagaimana dewa yang dipuja oleh raja tersebut. Candi ini dibuat oleh para penerusnya setelah melaksanakan upacara sraddha atau 12 tahun setelah kematiannya. Jadi candi bukan makan dari seorang raja dan biasanya seorang raja dapat memiliki candi pendharmaannya.
Sejarah SMA/SMK K-7
167
satu liang. Pada tahun 1255 M Wisnuwarddhana mengeluarkan sebuah prasasti untuk mengukuhkan desa Mula dan Malurung menjadi Sima. Di dalam prasasti tersebut ia disebut dengan nama Narayya Smining Rat. Sebelumnya, dalam tahun 1254 Wisnuwarddhana menobatkan anaknya Kertanagara sebagia raja, tetapi ia sendiri tidak turun tahta tetapi memerintah terus untuk anaknya. Menurut Kakawin Nagarakertagama (LXXIII:3) Wisnuwarddana meninggal pada tahun 1268, serta dicandikan di Weleri sebagai Siwa dan di Jajaghu sebagai Buddha. Sebelum tahun 1268, Kertanagara belum memerintah sendiri sebagai raja Singhasari Pada waktu itu ia masih memerintah di bawah bimbingan ayahnya, Raja Wisnuwarddhana sebagai rajamuda (Rajakumara) di Daha. Setelah memerintah, raja Kertanagara adalah seorang raja Singhasari yang sangat terkenal. Dalam bidang politik ia terkenal sebagai seorang raja yang mempunyai gagasan perluasan Cakrawala Mandala ke luar pulau Jawa. Di bidang keagamaan ia dikenal sebagai seorang penganut agama Buddha Tantrayana. Selama masa pemerintahannya, seluruh pulau Jawa tunduk dibawah kekuasan raja Kertanagara. Bahkan pada tahun 1275 Kertanagara mengirim ekspedisi untuk menaklukan Malayu. Namun demikian raja Kertanagara juga menjaga hubungan politik yang baik dengan wilayah yang lain. Ia menjaga hubungan politik dengan Jayakatwang yaitu dengan jalan mengambil anaknya yang bernama Arddharaja sebagai menantunya dan memberikan anaknya yang bernama Turukbali menjadi istri raja Jayakatwang yang sebenarnya bertekad akan membalas dendam kematian leluhurnya oleh leluhur raja Kertanagara. Menurut Pararaton bahwa dalam usaha meruntuhkan Kerajaan Singhasari itu, Jayakatwang mendapat bantuan dari Arya Wiraraja, Adipati Sumenep yang telah dijauhkan dari kraton oleh raja Kertanegara. Serangan Jayakatwang dilancarkan pada tahun 1292. kitab Pararaton menceritakan bahwa tentara Kadiri dibagi dua, menyerang dari dua arah, pasukan yang menyerang dari arah utara ternyata hanya untuk menarik pasukan Singhasari dari arah kraton. Siasat itu berhasil setelah pasukan Singhasari dibawah pimpinan Raden Wijaya (anak Lembu Tal, cucu Mahisa Campaka) dan Arddharaja (anak Jayakatwang) menyerbu ke utara, maka pasukan Jayakatwang yang menyerang dari arah selatan menyerbu ke kraton, dan dapat membunuh raja Kertanegara. Dengan gugurnya raja pada tahun 1929, seluruh kerajaan Singhasari dikuasai oleh Jayakatwang. Raja Kertanegara kemudian didharmakan di candi Singosari
Sejarah SMA/SMK K - 3
168
sebagai Bhairawa, candi Jawi sebagai Siwa-Buddha, dan di Sagala sebagai Jina (Soekmono, 1985). f.
Majapahit Setelah penguasa Singhasari terakhir (raja Kertanegara) gugur karena
serangan Jayakatwang, Singhasari berada di bawah kekuasaan raja Kadiri Jayakatwang. Raden Wijaya yang juga menantu Raja Kertanegara kemudian berusaha untuk merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya dari tangan raja Jayakatwang dengan bantuan Adipati Wiraraja dari Madura, serta memanfaatkan kedatangan tentara Khubilai Khan yang sebenarnya dikirim untuk menyerang Singhasari
dalam
menyambut
tantangan
raja
Kertanegara
yang
telah
menganiaya utusannya Meng-Chi. Demikianlah maka dengan kedatangan tentara Khubilai Khan tercapailah apa yang dicita-citakan oleh Wijaya, yaitu runtuhnya Daha. Setelah Wijaya berhasil mengusir tentara Mongol, maka dirinya dinobatkan menjadi raja Majapahit pada tahun 1215 S (1293 M) dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Raja ini kemudian meninggal pada tahun 1309 M serta dicandikan di Antahpura sebagai Jina dan di Simping sebagai Siwa. Sepeninggal Kertarajasa, putranya Jayanagara dinobatkan menjadi raja Majapahit. Pada masa pemerintahannya ia dirongrong oleh serentetan pemberontakan. Dalam pemberontakan Kuti tahun 1319 M muncul seorang tokoh yang kemudian akan memegang peranan penting dalam sejarah Majapahit yaitu Gajah Mada. Dalam Pararaton diceritakan bahwa pada pada tahun 1328 M Raja Jayanagara meninggal dibunuh seorang tabib bernama Tanca. Selanjutnya menurut Nagarakretagama (XLVIII:3) Raja Jayanagara dicandikan dalam pura di Sila Petak dan Bubat sebagai Wisnu, serta di Sukhalila sebagai Amoghasiddhi. Raja Jayanagara tidak mempunyai keturunan, maka sepeninggalnya pada tahun 1328 M, ia digantikan oleh adik perempuannya yaitu Bhre Kahuripan. Ia dinobatkan menjadi raja
Majapahit
dengan gelar
Tribuwanottunggadewi
Jayawisnuwardhani. Dari kakawin Nagarakretagama (XLIX:3) diketahui bahwa dalam masa pemerintahannya telah terjadi pemberontakan di Sadeng dan Keta pada tahun 1331 M. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Gajah Mada, setelah peristiwa Sadeng ini, kitab Pararaton menyebutkan sebuah peristiwa yang kemudian menjadi amat terkenal dalam sejarah yaitu Sumpah Palapa Gajah Mada. Pada tahun 1350 M Tribhuwana mengundurkan diri dari
Sejarah SMA/SMK K-7
169
pemerintahan dan digantikan oleh anaknya Hayam Wuruk. Pada tahun 1372 M Tribhuwana meninggal dan didharmakan di Panggih (Sumadio, 1994). Pada tahun 1350 M, putra mahkota Hayam Wuruk dinobatkan menjadi raja Majapahit dengan gelar Sri Rajasanagara. Dalam menjalankan pemerintahannya ia didampingi oleh Gajah Mada yang menduduki jabatan patih Hamangkubhumi. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk inilah kerajaan Majapahit mengalami puncak kebesarannya. Untuk menjalankan politik Indonesianya, satu demi satu daerah-daerah yang belum bernaung di bawah panji kekuasaan Majapahit ditundukkan dan dipersatukan oleh Hayam Wuruk. Akan tetapi politik Indonesia itu berakhir sampai tahun 1357 M dengan terjadinya peristiwa Bubat, yaitu perang antara orang Sunda dan Majapahit. Dalam masa pemerintahannya, Hayam Wuruk sering mengadakan perjalanan keliling daerah-daerah kekuasaannya yang dilakukan secara berkala. Pada masa ini bidang kesusastraan sangat maju. Kitab Nagarakretagama yang merupakan kitab sejarah tentang Singhasari dan Majapahit berhasil dihimpun dalam tahun 1365 oleh Prapanca. Sedangkan pujangga Tantular berhasil menggubah cerita Arjunawiwaha dan Sutasoma. Selanjutnya dalam kitab Pararaton (XXX:24) disebutkan bahwa pada tahun 1311
S
(1389
M)
Raja
Hayam
Wuruk
meninggal,
namun
tempat
pendharmaannya tidak diketahui. Sepeninggal Hayam Wuruk, tahta kerajaan Majapahit dipegang oleh Wikramawarddhana. Ia adalah menantu dan keponakan Raja
Hayam
Wuruk
yang
dikawinkan
dengan
putrinya
bernama
Kusumawarddhani. Wikramawarddhana mulai memerintah tahun 1389 M. Pada tahun 1400 M ia mengundurkan diri dari pemerintahan dan menjadi seorang pendeta. Wikramawarddhana kemudian mengangkat anaknya yang bernama Suhita untuk menggantikannya menjadi raja Majapahit. Diangkatnya Suhita di atas tahta kerajaan Majapahit ternyata telah menimbulkan pangkal konflik di Majapahit, yaitu timbulnya pertentangan keluarga antara Wikramawarddhana dan Bhre Wirabhumi. Pada tahun 1404 M persengketaan itu makin memuncak, dan muncul huru hara yang dikenal dengan nama Perang Paregreg. Dari Pararaton disebutkan bahwa dalam Perang Paregreg akhirnya Bhre Wirabhumi berhasil dibunuh Bhre Narapati. Walaupun Bhre Wirabhumi sudah meninggal, peristiwa pertentangan keluarga itu belum
Sejarah SMA/SMK K - 3
170
reda juga. Bahkan peristiwa terbunuhnya Bhre Wirabhumi telah menjadi benih balas dendam dan persengketaan keluarga itu menjadi berlarut-larut. Masa pemerintahan Suhita berakhir dengan meninggalnya Suhita pada tahun 1447 M. Ia didharmakan di Singhajaya. Oleh karena Suhita tidak memiliki anak, maka tahta kerajaan diduduki oleh adiknya yang bernama Bhre Tumapel Dyah Kertawijaya dengan gelar Prabu Brawijaya I. Ia tidak lama memerintah. Pada tahun 1451 M ia meninggal dan didharmakan di Krtawijaya pura. Dengan meninggalnya Kertawijaya, Bhre Pamotan menggantikannya menjadi raja dengan gelar Sri Rajasawarddhana. Ia dikenal pula dengan sebutan Sang Sinagara atau Prabu Brawijaya II. Ia memerintah hampir 3 tahun lamanya. Pada tahun 1453 M ia meninggal dan didharmakan di Sepang. Menurut Pararaton sepeninggal Rajasawarddhana selama 3 tahun (1453-1456 M) Majapahit mengalami masa kekosongan tanpa raja (interregnum). Baru pada tahun 1456 M tampillah Dyah Suryawikrama Girisawarddhana menduduki tahta dengan gelar Brawijaya III. Ia memerintah selama 10 tahun (1456-1466 M). Pada tahun 1466 M ia meninggal dan didharmakan di Puri (Soekmono, 1985). Sebagai penggantinya kemudian Bhre Pandan Salas diangkat menjadi raja dengan gelar prabu Brawijaya IV. Setelah Bhre Pandan Salas meninggal, kedudukannya
sebagai
Girindrawarddhana Ranawijaya
Dyah
raja
Majapahit
Ranawijaya.
berkedudukan
sebagai
digantikan
oleh
anaknya
Sebelum
menjadi raja
Majapahit,
Bhattara
i
Kling.
Pada
masa
pemerintahannya ia tidak berkedudukan di Majapahit, melainkan tetap di Kling karena Majapahit di duduki Bhre Kertabhumi yang bergelar Brawijaya V. Pada tahun 1478 M Ranawijaya melancarkan serangan terhadap Bhre Kertabhumi. Dalam perang tersebut Ranawijaya berhasil merebut kembali kekuasaan Majapahit dari tangan Bhre Kertabhumi, dan Kertabhumi gugur di Kadaton (Djafar, 2009). Mengenai masa akhir kekuasaan Majapahit dapat diketahui dari beberapa sumber sejarah yang ada. Serat Kanda dan Pararaton mneyebutkan bahwa kerajaan Majapahit runtuh pada tahun 1400 S (1478 M). Saat keruntuhannya itu disimpulkan dalam candra sengkala ‖sirna-ilang-kertaning-bumi‖, dan disebutkan pula bahwa keruntuhannya itu dikarenakan serangan dari kerajaan Islam Demak. Berdasarkan bukti sejarah ternyata bahwa pada saat itu kerajaan Majapahit belum runtuh benar dan masih berdiri untuk beberapa waktu yang cukup lama
Sejarah SMA/SMK K-7
171
lagi. Rajanya bernama Dyah Ranawijaya yang bergelar Girindrawarddhana. Bahkan berita Cina dari dinasti Ming (1368-1643 M) masih menyebutkan adanya hubungan diplomasi antara Majapahit dengan Cina pada tahun 1499 M. Dari Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda diketahui bahwa antara 15181521 M di Majapahit telah terjadi suatu pergeseran politik, yaitu kekuasaan Majapahit telah beralih dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus (Pangeran Sabrang Lor) penguasa Islam dari Demak. Demikian Majapahit telah ditaklukkan dan dikuasai Pati Unus dari Demak (Graaf & Pigeaud, 1974). Penguasaan Majapahit oleh Dema itu dilakukan oleh Adipati Unus, anak Raden Patah sebagai tindakan balasan Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya yang telah mengalahkan kakeknya yaitu Prabu Brawijaya V atau Kertabhumi (Djafar, 2009).
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Untuk memahami materi Sejarah Indonesia Kuna II, anda perlu membaca secara cermat modul ini, gunakan referensi lain sebagai materi pelengkap untuk menambah pengetahuan anda. Dengarkan dengan cermat apa yang disampaikan oleh pemateri, dan tulis apa yang dirasa penting. Silahkan berbagi pengalaman anda dengan cara menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenangkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 1. Aktivitas individu, meliputi : a. Memahami dan mencermati materi diklat b. Mengerjakan
latihan/lembar
kerja/tugas,
menyelesaikan
masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar; dan menyimpulkan c. Melakukan refleksi 2. Aktivitas kelompok, meliputi: a. mendiskusikan materi pelatihan b. bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan c. penyelesaian masalah /kasus
Sejarah SMA/SMK K - 3
172
E. LATIHAN/KASUS/TUGAS LK 1 Lakukanlah kegiatan pembelajaran seperti langkah-langkah dibawah ini! 1. Kelas dibagi menjadi 2 kelompok besar dengan jumlah anggota yang sama 2. Masing-masing anggota mendapat kartu jawaban yang sama 3. Salah satu peserta membacakan soal Soal: 1. Teori yang menyebutkan agama Hindu dibawa ke Indonesia oleh golongan kaum agamawan 2. Prasasti yang terbuat dari tembaga 3. Toponimi nama daerah yang berarti sama dengan nama sungai Candrabhaga yang ada di India 4. Selisih tahun Saka dan Masehi 5. Bukti kejayaan agama Budha di Indonesia abad ke-7 M 6. Sikap tangan Budha yang diartikan menolak bahaya 7. Bagian dari candi sebagai tempat menyimpan abu jenazah raja 8. Arca hindu yang dianggap sebagai dewa ilmu pengetahuan 9. Nama tokoh yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Majapahit 10. Candi Hindu peninggalan akhir Majapahit di daerah Jawa Tengah Kartu: No.
Jawaban
1.
Brahmana
2.
Pengecoh Ksatria
Waisya
Tamra
Tamlang
Logam
3.
Bekasi
Citarum
Bogor
4.
78
42
48
5.
Sriwijaya
Mataram Kuna
Majapahit
6.
Abhaya mudra
Dharma cakra mudra
mudra
7.
Peripih
Lingga yoni
Bilik candi
8.
Ganesha
Durgamahisasuramardhini
Agastya
9.
Raden wijaya
Kertanegara
Hayam Wuruk
10.
Candi sukuh
Candi Bajang ratu
Candi Penataran
Sejarah SMA/SMK K-7
173
4. Masing-masing kelompok menempelkan jawaban pada papan (satu soal satu jawaban) 5. Melakukan cek jawaban satu persatu sambil memberikan keterangan materi 6. Diskusikanlah dengan mengangkat satu tema yang berlainan yang dianggap sebagai materi problematik 7. Presentasikan dan buatlah kesimpulan
LK 2 Pilihan Ganda Pilihlah salah satu jawaban dari pertanyaan berikut! 1. Teori ksatria yang menunjukkan proses masuknya Hindu di Indonesia didasarkan pendapat bahwa .... A. proses kolonisasi India di Indonesia B. lahirnya kerajaan Hindu didasarkan kekuasaan golongan bangsawan di Indonesia C. kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia sebagai vasal dari India D. golongan Ksatria paling dominan dalam perkembangan kerajaan Hindu di Indonesia 2. Saat ini ada beberapa pendapat tentang teori masuknya Hindu Buddha di Indonesia. Dari sudut penggarapan metodologi sejarah Indonesia maka masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia terjadi karena …. A. hasil interaksi kedua bangsa B. peran aktif para pedagang Indonesia C. peran aktif pedagang Hindu-Buddha India D. peran aktif para penguasa Indonesia dan India 3. Salah satu fungsi candi di Indonesia adalah sebagai tempat pendharmaan. Maksud dari pendharmaan adalah sebagai .... A. kuil pemujaan raja B. arca perwujudan raja C. makam raja yang sudah wafat D. monumen peringatan raja yang sudah wafat 4. Prasasti
Kebonkopi
ditemukan
di
daerah
Cibungbulang
Bogor
menggambarkan tentang ....
Sejarah SMA/SMK K - 3
174
A. tulisan yang ditafsirkan sebagai nama Kerajaan Tarumanegara B. tapak kaki gajah Airawata kendaraan Dewa Wisnu C. gambar telapak kaki raja Purnawarman D. keberanian Raja Purnawarman 5. Yang dianggap sebagai tempat pendharmaan Wisnuwardhana (penguasa Singhasari 1248-1268 M) dan bersifat Siwa-Buddha adalah candi .... A. Ngrimbi di Jombang B. Jawi (Jajawi) di Pasuruan C. Sumberjati (Simping) di Blitar D. Jago (Jajaghu) di Tumpang, Malang 6. Sumpah Amukti Palapa yang diucapkan Gajahmada terjadi pada masa pemerintahan …. A. Tribhuwana Tungga Dewi B. Wikramawardhana C. Hayam Wuruk D. Jayanegara 7. Salah satu bentuk akulturasi budaya asli Indonesia dengan budaya India pada bentuk bangunan candi terlihat dari .... A. bentuk stupa B. relief yang dilukiskan pada candi C. arca atau patung yang terdapat di candi D. bentuk candi yang berupa punden berundak 8. Perhatikan data candi berikut; 1) Bentuk bangunannya ramping 2) Bahan candi umumnya dari batu andesit 3) Letak candi di tengah halaman 4) Reliefnya timbul sedikit dan lukisannya simbolis 5) Makara tidak ada, pintu serta relung atas di beri kala. Yang termasuk ciri Candi Jawa Timur adalah …. A. 1,2 B. 1,3 C. 1,4 D. 1,5
Sejarah SMA/SMK K-7
175
9. Candi bukan hanya monumen masa lalu, melainkan juga monumen keabadian. Maksud dari pernyataan tersebut adalah .... A. bangunan candi menyimpan banyak data yang dapat dijadikan bahan kajian untuk mengetahui sejarah B. pemerintah dan masyarakat harus melestarikan keberadaan peninggalan sejarah C. candi merupakan bangunan tempat mengabadikan raja yang telah meninggal D. candi adalah obyek sejarah yang akan abadi sepanjang masa 10.
Terbentuknya komunitas pecinta sejarah dari generasi muda yang
berhasil mendokumentasikan peninggalan sejarah, menelusuri berita tentang masa lalu dan saling menceritakan perkembangan informasi tentang peninggalan sejarah tersebut merupakan bentuk .... A. perhatian generasi muda terhadap peninggalan sejarah B. eksistensi generasi muda dalam pengembangan jatidiri bangsa C. eksistensi generasi muda dan komunitasnya terhadap peninggalan sejarah D. pengembangan kesadaran mengenai jatidiri komunitasnya dan akhirnya bermuara pada jatidiri bangsa LK 3 Kerjakanlah tugas kelompok berikut! 1. Buatlah perbandingan wujud akulturasi budaya Hindu-Buddha di Indonesia yang ada disekitar anda? 2. Buatlah rangkuman 2 Kerajaan Bercorak Hindu-Buddha di Indonesia terkait masalah sosial, politik, kondisi keagaman, perkembangan hasil budayanya (silakan perkaya dengan referensi lainnya)
F. RANGKUMAN Penemuan Prasasti Yupa sebagai bukti bahwa pengaruh Hindu telah masuk ke Indonesia berdasarkan beberapa bukti terkait, yaitu terdapat beberapa nama raja yang menggunakan gelar berbau India bukan lagi nama lokal, penyebutan Dewa Ańsuman yang dikenal dalam agama Hindu. Selain itu diberitakan pula Sejarah SMA/SMK K - 3
176
adanya upacara dengan menyebut tempat bernama Waprakeśwara yang dapat diidentikan sebagai tempat pemujaan terhadap Trimurti (Soemadio, 1994). Pengenalan beberapa unsur Hindu ini kemudian menjadi sebuah informasi penting bahwa agama dan kebudayaan Hindu sudah dikenal oleh masyarakat pada kisaran awal abad masehi. Agama Buddha pertama kali dikenal di Indonesia berdasarkan informasi dari prasasti Talang Tuo (684 M) yang dikeluarkan oleh Dapunta Hyaŋ Śrī Jayanāsa. Prasasti ini berisi pembuatan kebun Śrīksetra untuk kebaikan semua mahluk, dari doa-doa yang dituliskan dalam teks dikenali sebagai pujian dalam agama Buddha. Pengaruh
Hindu-Buddha
ini
sangat
dominan
dan
kuat
sehingga
memunculkan pula sistem-sistem pemerintahan beserta bentuk kehidupan yang bercorak Hindu-Buddha.
G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Setelah kegiatan pembelajaran, Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi Sejarah Indonesia Kuna II? 2. Makna penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi Sejarah Indonesia Kuna II? 3. Apa manfaat materi Sejarah Indonesia Kuna II terhadap tugas Bapak/Ibu disekolah? 4. Setelah Bapak/Ibu mempelajari modul diatas, apakah yang akan Bapak/Ibu lakukan terhadap ketersediaan sumber dan media yang berhubungan dengan materi Sejarah Indonesia Kuna II di sekolah/madrasah ditempat Bapak/Ibu bertugas?
H. KUNCI JAWABAN 1.
A
2.
B
3.
D
4.
B
Sejarah SMA/SMK K-7
177
5.
D
6.
A
7.
D
8.
B
9.
A
10. D
DAFTAR PUSTAKA Boechari. 1968. Sri Maharaja Mapanji Garasakan. Majalah Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia IV (1-2) : 1-26. Daljoeni, N. 1984.Geografi Kesejarahan II (Indonesia). Bandung:Penerbit Alumni. Djafar, H. 1978. Masa Akhir Majapahit: Girindrawarddhana dan Masalahnya. Depok: Komunitas Bambu. Lombard, D. 2003. Nusa Jawa: Silang Budaya 3 jilid. Buku ke III: Warisan Kerajaan-kerajaan Konsentris. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Munoz,
P.M.
2009.
Kerajaan-kerajaan
Awal
Kepulauan
Indonesia
dan
Semenanjung Malaysia: Perkembangan Sejarah dan Budaya Asia Tenggara (Jaman Prasejarah-Abad XVI). Yogyakarta: Mitra Abadi. Poerbatjaraka, R.M. Ng. 1952. Riwayat Indonesia I. Jakarta: Pembangunan. Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius. Soemadio, B. 1994. Sejarah Nasional Indonesia jilid II. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Balai Pustaka. Suud, A. 1988. Sejarah Asia Selatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wahyudi, D.Y. 1997. Pemujaan Dewi Śrī pada Masyarakat Jawa Kuna (X-XVIM) dan Tradisinya. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: IKIP Malang. ------------------. 2005.
Rekonstruksi Keagamaan Candi Panataran pada Masa
Mapahit. Tesis tidak diterbitkan. Depok: Universitas Indonesia.
Sejarah SMA/SMK K - 3
178
KEGIATAN PEMBELAJARAN 8
SEJARAH INDONESIA BARU II A. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran ini,
peserta diklat
dapat
menganalisis
perkembangan sejarah Islam dan imperilisme serta kolonialisme di Indonesia secara kronologis.
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Menganalisis Bukti-bukti Masuknya Pengaruh Islam di Indonesia 2. Menganalisis peranan walisanga dalam proses penyebaran Islam di Indonesia 3. Menganalisis akibat kolonialisme dan imperialisme dalam bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya 4. Menganalisis
perkembangan
Gerakan
Ratu
Adil
dan
Gerakan
Keagamaan
C. URAIAN MATERI 1.
Pengantar Perkembangan Sejarah Indonesia dilanjutkan dengan munculnya Kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam yang mengalami perkembangan pesat pada abad ke-15 M, meskipun beberapa teori menjelaskan pengaruh Islam di Indonesia sudah mulai ada pada abad ke-7 M. Islam menjadi warna baru pada masyarakat Indonesia waktu itu karena dianggap ―lebih toleran‖, contohnya pada segi sosial dengan dihapuskannya sistem kasta membuat masyarakat Indonesia tidak lagi ada kesenjangan mendapatkan hak di masyarakat. Mulai munculnya pengaruh bangsa Eropa yang masuk ke Indonesia pada awal abad ke-14 M akhirnya banyak menimbulkan penolakan-penolakan dari masyarakat setempat. Pengaruh asing pada awalnya dianggap hanya ingin menguasai kekayaan alam Indonesia. Sampai akhirnya perlawanan-perlawanan dari masyarakat Indonesia membawa perubahan besar dari segi politis dan mengakibatkan munculnya kesadaran politik yang ditandai dengan munculnya pergerakan nasional pada awal abad ke-20. Sejarah SMA/SMK K-7
179
Kurun perkembangan sejarah Indonesia mulai masa Islam sampai adanya pengaruh Eropa di Indonesia dikelompokkan dalam Periodisasi Sejarah Indonesia Baru. 2.
Bukti-Bukti Masuknya Pengaruh Islam di Indonesia Sejarah mencatat bahwa kaum pedagang memegang peranan penting
dalam persebaran agama dan kebudayaan Islam.Letak Indonesia yang strategis menyebabkan timbulnya bandar-bandar perdagangan yang turut membantu mempercepat persebaran tersebut. Bukti-bukti yang menunjukan masuknya Islam ke Indonesia diantaranya, yaitu : 1. Berita Cina dari Dinasti Tang yang menyebutkan adanya rencana serangan orang-orang Ta Shih pada tahun 674 M terhadap Kerajaan Holing (Kalingga) yang diperintah oleh Ratu Sima. 2. Berita Arab yang menyatakan bahwa pedagang Arab yang beragama Islam telah mengadakan kegiatan perdagangan di Sriwijaya, termasuk Selat Malaka, sekitar abad ke-8 M. 3. Ditemukannya batu tulis dalam bahasa Arab di Leran dekat Gresik yang memuat
keterangan
tentang meninggalnya seorang perempuan
bernama Fatimah binti Maimun dengan angka tahun 1082 M. 4. Berita dari Marco Polo yaitu seorang musafir dari Venesia (Italia). Dalam perjalanan dari Cina ke Persia, ia singgah di Peureula (Perlak), Aceh pada tahun 1292.
Di Aceh, Marco Polo menjumpai
penduduk yang
beragama Islam dan banyak pedagang dari Gujarat (India) yang giat menyebarkan Islam. 5. Adanya makam Sultan Malik Al Saleh (tahun 1297) yaitu seorang Raja dari Kerajaan Samudra Pasai. 6. Berita dari Ibnu Batutah (1345-1346) seorang utusan Sultan Delhi (India) ke Cina, yang menyatakan bahwa di Sumatra terdapat kerajaan Islam. 7. Kompleks makam Islam Tralaya di Trowulan. Pada nisan makam-makam itu memuat angka tahun dari tahun 1369 sampai 1611. 8. Berita dari Ma Huan, seorang musafir Cina yang beragama
Islam,
mengatakan bahwa sekitar tahun 1416 telah ada pedagang–pedagang Islam yang tinggal di pantai Utara Pulau Jawa.
Sejarah SMA/SMK K - 3
180
9. Adanya makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik
yang merupakan
makam seorang saudagar Islam yang mengadakan kegiatan penyiaran
Sumber : www.tripwow.tripadvisor.com
Islam di Pulau Jawa.
Gambar 8.1, Makam Maulana Malik Ibrahim
Berdasarkan sumber-sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa agama Islam sudah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M dan dibawa oleh para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat (India).Namun, agama Islam mulai menyebar sekitar abad ke-13 yang ditandai dengan berdirinya Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam yang pertama. Perkembangan Islam di Indonesia mulai abad ke-13 menunjukkan intensitas yang tinggi, munculnya Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam di Indonesia telah menunjukkan bukti pengaruh Islam pada 181ystem kemasyarakatan secara konkrit, yang dalam konteks ini adalah 181ystem politik dan pemerintahan. Dipergunakan gelar Sultan untuk raja merupakan bukti adanya pengaruh Islam dalam 181ystem pemerintahan. Demikian juga dengan diperkenalkannya jabatan penghulu dalam struktur pemerintahan di Kraton Demak menunjukkan bahwa Islam telah mempengaruhi pola dan tatanan pemerintahan kerajaan-kerajaan di Indonesia (Sjamsulhuda, 1987).
Sejarah SMA/SMK K-7
181
Di Sumatera Barat Islam memperkaya norma-norma adat, pepatah yang mengatakan bahwa adat bersendi sara, dan sara bersendikan kitabullah merupakan pengakuan masyarakat Sumatera Barat tentang perlunya normanorma adat yang tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang ditetapkan Islam (Hamka, 1981). Di Jawa diadakan upacara grebeg Maulud yang memadukan antara upacara adat dengan dakwah Islam. Demikian pula di berbagai tempat di Indonesia, banyak upacara adat memiliki latar belakang terkait dengan paham-paham tertentu dalam Islam. Misalnya kenduri bubur sura, Asan-usen tabut, Kanji Asura, dsb. Di bidang keagamaan sebagaimana telah dibahas dalam uraian di atas bahwa tasawuf memiliki pengaruh yang cukup penting. Banyak ritual keagamaan masyarakat yang didasarkan atas ajaran tarekat, tokoh-tokoh tarekat seperti Hamsah Fansuri, Abdur Rauf Singkel, Nuruddin Ar Raniri menjadi rujukan masyarakat dalam menjalankan ritual keagamaan. Mereka adalah pengembang tarekat yang mendapat banyak pengikut di Sumatera. Di Jawa pada Wali menggunakan berbagai saluran kesenian untuk mengembangkan Islam, yang sangat popular adalah Sunan Kalijaga yang mampu mempengaruhi pertunjukkan wayang menjadi sarana dakwah yang efektif. Bukti fisik tentang masuknya pengaruh Islam adalah pada bidang seni bangunan (arsitektur) dan seni sastra. Seni bangunan yang merupakan bukti adanya pengaruh Islam adalah Masjid, bangunan tempat shalat bagi umat Islam. Dalam bangunan Masjid jelas sekali adanya pengaruh Islam di dalamnya (Soekmono, 1985). Selain bangunan masjid, bentuk bangunan yang terpengaruh Islam adalah makam. Ragam hias dan bentuk nisan memberikan bukti adanya pengaruh Islam. Nisan Fatimah binti Maimun di Leran Gresik, makam Al Malikus Saleh, dan Troloyo menunjukkan bukti bahwa Islam berpengaruh dalam seni bangunan. Hasil seni ukir sebagaimana yang terdapat dalam relief di Masjid Mantingan, seni ukir kayu di Cirebon. Bukti pengaruh Islam pada seni sastra sangatlah banyak. Di Sumatera muncul karya sastra yang berbentuk hikayat, syair, tambo, dan silsilah. Di Jawa muncul karya berbentuk Suluk, babad, tembang, dan kitab (Soekmono, 1985). Dalam perilaku keagamaan ajaran tasawuf dapat diterima di Indonesia karena dapat menemukan titik temu dengan kepercayaan masyarakat terdahulu, sehingga dalam perkembangan Islam di masyarakat bentuk-bentuk ritual tasawuf
Sejarah SMA/SMK K - 3
182
sangat
mewarnai
perilaku
keagamaan
masyarakat.
Beberapa
tarekat
berkembang di Indonesia dengan baik, antara lain tarekat Qodiriyah, Naqsabandiyah, Satariyah, Rifaiyah, Qodiriyah wa Naqsabandiyah, Syadziliyah, Khalwatiyah, dan Tijaniyah (Kartodirjo, Poesponegoro, Notosusanto, 1975). Beberapa tarekat bahkan sampai sekarang masih berkembang di tengah-tengah masyarakat. 3.
Peranan Para Wali dan Ulama Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara mendakwah.
Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam juga berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama
mendatangi
masyarakat
pendekatan sosial budaya.
objek
dakwah,
dengan
Pola ini memakai bentuk
menggunakan
akulturasi,
yaitu
menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam. Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan. Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi). Peranan walisongo yang merupakan suatu yang berjumlah sembilan orang. Ini berlangsung dalam beberapa periode secara bersambung, mengganti ulama yang wafat / hijrah ke luar Jawa. Dari penjelasan tersebut apakah Anda sudah paham, kalau sudah paham simak uraian materi berikutnya tentang periode penyebaran Islam oleh para ulama/wali tersebut. 1. Periode I
:
Penyebaran Islam dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim*, Maulana Ishaq(-), Ahmad Jumadil Qubra, Muhammad Al-Magribi, Malik Israil*, Muhammad AlAkbar*, Maulana Hasannudin, Aliyuddin*, dan Syeikh Subakir (-). 2. Periode II
:
Penyebaran Islam digantikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel Denta),
Sejarah SMA/SMK K-7
183
Ja‘far Shiddiq (Sunan Kudus), Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). 3. Periode III : Hijrahnya Maulana Ishaq dan Syeikh Subakir, dan wafatnya Maulana Hassanudin dan Aliyuddin maka penyebar Islam pada periode ini dilakukan oleh Raden Paku (Sunan Giri), Raden Said (Sunan Kalijaga), Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang) dan Raden Qashim (Sunan Drajat). 4. Periode IV : Penyebar Islam selanjutnya adalah Jumadil Kubra dan Muhammad AlMaghribi dan kemudian digantikan oleh Raden Hasan (Raden Patah) dan Fadhilah Khan (Falatehan). 5. Periode V
:
Untuk periode ini karena Raden Patah menjadi Sultan Demak maka yang menggantikan posisinya adalah Sunan Muria.
Para wali / ulama yang dikenal dengan sebutan Walisongo di Pulau Jawa terdiri dari : a. Maulana
Malik
Ibrahim
dikenal
dengan
nama
Syeikh
Maghribi
menyebarkan Islam di Jawa Timur. b. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya. c. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban). d. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu. e. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik). f.
Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja‘far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
g. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak. h. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria. i.
Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon).
Sejarah SMA/SMK K - 3
184
Sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang
Sumber : www.wikimedia.com
yang dikasihi Allah.
Gambar 8.2, Wali Songo
4.
AKIBAT KOLONIALISME DAN IMPERIALISME a. Ekonomi, Sosial, dan Budaya Masuknya kekuasaan Barat ke Indonesia telah membawa perubahan dan bahkan kegoncangan dalam kehidupan rakyat Indonesia. Semenjak awal abad ke-19 penguasa Belanda mulai mengadakan pembaharuan politik kolonial. Selain pembaharuan dalam politik pemerintahan, pemerintah Belanda juga mulai mempraktikan sistem ekonomi baru. Akibat dari tindakan pemerintah itu timbul perubahan tata kehidupan di kalangan rakyat Indonesia. Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukan menurut
adat
pemerintah,
penguasa
meruntuhkan
pribumi
dan
kewibawaan
menjadikan tradisional
mereka
pegawai
penguasa
pribumi.
Kedudukan mereka menjadi merosot. Secara administratif para bupati atau penguasa pribumi lainnya adalah
pegawai
pemerintah
Belanda
yang
ditempatkan
di
bawah
pengawasan pemerintah kolonial. Hubungan rakyat dengan para bupati
Sejarah SMA/SMK K-7
185
terbatas pada soal administratif dan pungutan pajak. Hak-hak yang diberikan oleh adat telah hilang. Pemilikan tanah lungguh atau tanah jabatan dihapus dan diganti dengan gaji. Upacara dan tatacara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakan. Dengan demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi menjadi lemah. Dengan masuknya sistem ekonomi-uang, maka beban rakyat bertambah berat. Ekonomi-uang memudahkan bagi pelaksana pemungutan pajak, peningkatan perdagangan hasil bumi, lahirnya buruh upahan, masalah tanah dan penggarapan-nya. Sistem penyewaan tanah, dan praktik-praktik kerja paksa juga telah memper-berat kehidupan penduduk pedesaan. Sementara itu kesejahteraan hidup semakin merosot sehingga mencapai tingkat kemiskinan yang tinggi. Praktik-praktik pemerasan dan penindasan yang dilakukan oleh penguasa dalam menjalankan pemungutan pajak, kerja paksa, penyewaan tanah dan penyelewengan-penyelewengan lainnya, telah menjadikan rakyat di pedesaan menjadi lemah. Mereka tidak memiliki tempat berlindung dan tempat untuk mengatakan keberatan-keberatan yang dirasakan. b. Gerakan Ratu Adil dan Gerakan Keagamaan
Gerakan Ratu Adil Ada juga gerakan rakyat yang timbul atas kepercayaan bahwa seorang tokoh akan datang untuk membebaskan orang dari segala penderitaan dan kesengsaraan. Tokoh itu digambarkan sebagai seorang Raja Adil atau Imam Mahdi. Zaman keemasan yang penuh keadilan dan kemakmuran segera akan datang bila tokoh tersebut telah tiba di tengahtengah mereka. Tokoh-tokoh pemimpin dari gerakan itu bisanya muncul dari seorang yang mengaku menerima panggilan sebagai pemimpin agama, nabi, atau juru selamat. Tokoh-tokoh semacam itu memperoleh kepercayaan pengikutnya adalah soal-soal yang bersifat gaib dan soalsoal yang berhubungan dengan ramalan akan datangnya hari akhir atau zaman keemasan. Pada pokoknya orang-orang yang menjadi pengikut gerakan itu memiliki kehendak untuk mengubah keadaan buruk yang sedang mereka alami. Biasanya keadaan yang dialami itu digambarkan sebagai keadaan
Sejarah SMA/SMK K - 3
186
yang serba jelek, tidak ada keadilan, penuh penderitaan, banyak penyelewengan, dan kemiskinan. Oleh karenanya mereka menghendaki keadaan yang serba jelek itu dimusnahkan dan diganti dengan keadaan yang penuh keadilan dan kemakmuran, tidak adanya pemerasan dan penindasan. Karena sifatnya hendak mengandalkan perubahan, maka tidak jarang tindakan-tindakan pengikut gerakan itu sangat radikal. Harapan-harapan itu sering diikuti oleh keadaan baru dalam kehidupan keagamaan. Bersamaan dengan itu timbul pula impian-impian akan kembalinya tata kehidupan yang pernah berlaku pada zamanzaman lampau. Mereka merindukan akan berdirinya kembali kerajaankerajaan Majapahit, Mataram, dan lainnya yang digambarkan sebagai masa keemasan. Mitos-mitos lama hidup kembali, dan diperkuat dengan ramalan-ramalan tentang akan kembalinya zaman yang bahagia itu pada masa yang akan datang. Dalam harapan itu tersalur rasa dendam rakyat terhadap penguasa asing yang dianggap sebagai penyebab kejelekan kehidupan mereka. Hal ini menyebabkan gerakan Ratu Adil sering memusuhi orang asing dan berusaha mengusir pemerintah asing. Sementara itu pengaruh lingkungan kehidupan Islam pada rakyat pedesaan cukup besar. Pengaruh itu terutama dalam mengadakan reaksi terhadap pemerintah Belanda. Sikap permusuhan terhadap penguasa asing sering dilakukan dengan cara kekerasan, yaitu dalam bentuk pemberontakan melawan kekuasaan. Api semangat Islam semakin berkobar semenjak abad ke-19, yaitu sewaktu pengaruh Barat makin mendalam. Panggilan untuk meng-hidupkan kembali kehidupan agama sering menjadi alat yang baik untuk mempersatukan rakyat. Melalui ajaran agama menentang pemerintah Belanda dapat dikorbankan. Kekuatan-kekuatan yang terhimpun dalam lingkungan Muslimin ini terutama terpusat pada ajaran jihad atau perang sabil, dan terbina dalam pesantren-pesantren, serta ajaran-ajaran tarekat. Sementara itu para kiai menjadi tokoh-tokoh pemimpin yang ampuh dalam menggerakkan pengikutnya. Dalam keadaan yang demikian itu pesantren bukan hanya sebagai pusat pendidikan agama saja, tetapi juga sebagai tempat pendidikan kader pemimpin agama. Pesantren tersebar di seluruh Jawa
Sejarah SMA/SMK K-7
187
semenjak abad ke-19. Tidak sedikit para pemimpin agama merasa terpanggil untuk memimpin perlawanan terhadap pengaruh perluasan Barat yang semakin mendalam. Lembaga pesantren digerakkan untuk menentang pengaruh Belanda yang merembes sampai ke pedesaan. Perlawanan kaum Muslimin terhadap pemerintah kolonial didasarkan pada faktor politik dan agama. Pertama, kaum Muslimin menolak pemerintahan kaum kafir. Kedua, kedudukan mereka terancam oleh kekuasaan Belanda. Oleh karena itu rasa kebencian yang dilancarkan itu tidak hanya tertuju pada orang-orang Belanda, tetapi juga kepada para pegawai yang bekerja untuk pemerintah Belanda. Di bawah pengaruh para pemimpin agama beserta pesantren-pesantrennya serta ajaran agamanya rakyat pedesaan Islam dipersatukan untuk melawan. Pada awal tahun 1903 terjadilah pemberontakan di kabupaten Sidoarjo (Jawa Timur), yang dipimpin oleh seorang kiai yang bernama Kasan Mukmin. Kasan Mukmin mengaku sebagai orang yang telah menerima wahyu dari Yang Maha Kuasa, untuk memimpin rakyat di lingkungannya. Ia juga mengaku sebagai penjelmaan dari Imam Mahdi. Menurut pengakuannya ia akan mendirikan sebuah kerajaan baru di Jawa. Dalam khotbah-khotbahnya dia menarik untuk melakukan perang jihad melawan pemerintah Belanda. Dengan melalui ajaran-ajaran itu ia mengumpulkan para pengikutnya untuk merencanakan penyerangan terhadap pemerintah. Setelah pihak pemerintah mendengar desas-desus akan terjadinya pemberontakan, maka segera dikirimkan pasukan untuk mencegah-nya.
Kedatangan
pasukan
pemerintah
ke
tempat
pemberontakan disambut dengan serangan sengit dengan menggunakan senjata tajam. Dalam pertempuran tersebut residen Belanda menderita luka-luka. Sejumlah 40 orang mati terbunuh dan 20 orang lainnya lukaluka. Sementara itu sebagian para pemberontak tertangkap. Pemimpin pemberontak itu sendiri mati terbunuh dalam pertempuran tersebut. Kerusuhan padam setelah peristiwa tersebut. Pemberontakan itu ternyata memiliki latar belakang yang luas, di antara-nya ialah pelampiasan rasa dendam dan ketidakpuasan rakyat terhadap
penguasa.
Sejarah SMA/SMK K - 3
Alasan
itu
terutama
karena
banyaknya
188
penyelewengan dalam masalah penyewaan tanah untuk perkebunan tebu, berbagai pengerahan buruh, serta penarikan pajak yang berat. Di desa Bendungan wilayah Karesidenan Kediri pada tahun 1907 juga meletus pemberontakan rakyat yang dipimpin oleh Dermojoyo. Dalam gerakan itu Dermojoyo juga mengaku dirinya telah mendapat wahyu untuk menjadi seorang Ratu Adil. Diceritakan bahwa menurut dia para pengikutnya harus bersedia untuk melakukan perjuangan melawan musuh. Pengikutnya dikatakan akan mengalami kemenangan besar. Dengan melalui ajaran-ajarannya ia dapat mengumpulkan sejumlah pengikut untuk melakukan pemberontakan. Mereka berkeyakinan bahwa dalam perang itu pengikutnya tidak akan kalah karena adanya kesaktian yang dibawa pemimpinnya yang bisa menghidupkan orang yang telah meninggal. Setelah mendapat banyak pengikut maka Dermojoyo merencanakan untuk melancarkan serangan terhadap pemerintah. Suasana
menjadi
panas
ketika
tersebar
berita
akan
terjadinya
pemberontakan tersebut. Pihak pemerintah segera menyiapkan pasukan untuk menumpas gerakan yang ada di daerah tersebut. Pada waktu bantuan militer yang datang dari Surabaya sampai di tempat pengikut Dermojoyo, maka berkobarlah pertempuran yang sengit. Pergulatan demikian serunya hingga 18 orang meninggal, 9 luka-luka, dan 49 orang lagi
ditawan.
Dermojoyo
sendiri
tewas
beserta
anaknya
dalam
perkelahian yang sengit. Selain kerusuhan-kerusuhan tersebut masih banyak lagi peristiwaperistiwa pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat di bawah gerakan Ratu Adil.
Gerakan Keagamaan Selain dua jenis gerakan rakyat seperti yang tersebut di atas, masih ada lagi gerakan-gerakan yang dilancarkan oleh rakyat pedesaan yang tergabung dalam kelompok-kelompok aliran-aliran agama. Tidak berbeda dengan gerakan yang terdahulu, gerakan rakyat yang terakhir ini juga timbul sebagai akibat dari rasa ketidakpuasan dan kebencian terhadap keadaan kehidupan pada masa itu. Kelompok ini juga menghendaki perubahan keadaan yang jelek dan tata kehidupan yang
Sejarah SMA/SMK K-7
189
sedang dialami. Ketidakpuasan itu dinyatakan dalam sikap memberontak terhadap keadaan yang tidak disenangi itu. Mereka umumnya benci terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan kehidupan rakyat. Selain itu mereka juga benci dan menentang terjadinya kemerosotan moral yang terjadi sebagai akibat perkembangan budaya Barat. Masuknya budaya Barat yang diikuti oleh kemerosotan moral menimbulkan kekeruhan dan kekacauan. Golongan penganut aliran keagamaan itu memandang pemerintah kolonial dan para pengikutnya sebagai lawannya. Mereka menentang kekuasaan yang telah mengekang kehidupannya. Kebencian terhadap Belanda dan para priyayi tertanam dalam hati rakyat penganut aliran ini. Di antara gerakan-gerakan itu ada yang lebih menekankan usaha untuk menggiatkan kembali kehidupan keagamaan dengan cara yang ketat. Gerakan semacam itu dapat digolongkan sebagai ―gerakan pemurnian‖. Kaum pemurni ini juga berusaha untuk memperkuat kembali tata hidup yang telah berlaku bagi rakyat semenjak masa lampau. Dengan melalui ajakan yang demikian itu para kiai dan haji di daerah pedesaan berhasil membakar semangat rakyat petani untuk menjalankan seruan
itu.
Kebanyakan
gerakan
semacam
ini
terwujud
dalam
perkumpulan-perkumpulan tarekat yang banyak dianut oleh petani Islam di pedesaan. Ada juga gerakan lain yang bersifat setengah Islam atau bukan Islam. Apa yang sesungguhnya diidamkan oleh gerakan keagamaan ini adalah
suatu
kehidupan
dunia
yang
penuh
kebahagiaan
dan
ketentraman. Keadaan itu dapat berwujud sebagai suatu kerajaan yang akan diperintah secara adil, damai, dan penuh kebahagiaan, serta dalam bentuk masyarakat agama yang murni yang tidak boleh dikotori oleh orang kafir. Selain itu mereka menggambarkan keadaan itu bebas dari kelompok-kelompok yang menindas. Oleh sebab itulah arah tujuannya adalah mengadakan perubahan atau penggantian dalam lingkungan kehidupan mereka. Gerakan pemurnian di lingkungan pemeluk agama Islam, bersifat keras dalam usaha menentang kekendoran dalam menjalankan ajaran agama. Gerakan ini sekaligus menganjurkan untuk melakukan ibadat
Sejarah SMA/SMK K - 3
190
agama secara ketat kepada para pengikutnya. Kebenciannya terhadap penguasa asing dari pengikut gerakan ini sekaligus tertuju kepada agama yang dianut oleh penguasa asing. Biasanya di antara pemimpin dan anggotanya terdapat hubungan yang kuat. Ikatan persatuannya sangat kuat karena diikat oleh sumpah-sumpah prasetya pada ajarannya. Selain itu hubungan dan ajarannya sering bersifat rahasia. Mereka mengikat tali persaudaraan di antara anggotanya seperguruan-nya. Sering mereka memandang dunia kehidupan di luar kelompoknya sebagai kehidupan yang telah rusak. Salah satu contoh dari gerakan golongan keagamaan semacam itu ialah gerakan yang dipimpin oleh Haji Mohamad Rifangi di desa Kalisalak daerah karesidenan Pekalongan. Aliran yang dipimpinnya itu disebut Budiah. Budiah ini merupakan suatu aliran ajaran pemurnian Islam. Menurut Kiai Haji Mohamad Rifangi, gerakannya itu ditujukan untuk melakukan perlawanan terhadap kebobrokan agama yang telah meresap di lingkungan rakyat Islam di Jawa pada abad ke-19. Gerakan itu lahir pada sekitar tahun 1850-an. Tujuan dari gerakan itu ialah untuk mengadakan pembaharuan Islam dengan jalan kembali kepada ajaran agama yang murni. Pengikut dari gerakan ini tersebar di daerah karesidenan Kedu dan Pekalongan. Menurut pandangan pemimpin Budiah, kehidupan agama di kalangan rakyat, dan juga di kalangan pemimpin-pemimpin-nya,
telah
menyimpang
dari
petunjuk-petunjuk
Tuhan. Ditegaskan pula bahwa banyak penguasa negara, bupati-bupati, camat-camat, dan kepala desa telah berdoa. Demikian pula para penghulu banyak yang bodoh dan melanggar kebenaran hukum dan amalan agama. Banyak pula orang-orang yang telah mengabaikan kaidah agama dan tunduk kepada kebiasaan kafir. Oleh sebab itulah, mereka harus disadarkan dan dituntun kembali ke arah jalan yang benar. Pemuka Budiah ini juga menentang kepada kebiasaan yang banyak dilakukan oleh orang-orang di pedesaan, seperti: kebiasaan menanggap wayang dan menabuh gamelan, pertemuan-pertemuan yang membolehkan pria dan wanita duduk bersama, wanita bepergian tanpa kerudung kepala, dan lain-lain.
Sejarah SMA/SMK K-7
191
Karena Haji Rifangi menganggap pemimpin-pemimpin masyarakat telah bobrok, maka menurut dia rakyat tidak perlu mengikuti penguasa atau kepala desa setempat. Para kiai dan guru agama yang bekerja untuk pemerintahan Belanda dikutuk dan disebut kafir. Rakyat hanya dianjutkan agar setiap kepada pemimpin yang benar-benar sebagai khalifah dari Nabi yang suci. Para pengikutnya dianjurkan untuk menjalankan ajaran dan rukun agama yang ketat. Akibat dari ajaran-ajaran yang radikal semacam itu maka timbullah pertentangan antara pihak pengikut Budiah dengan kelompok rakyat lainnya. Tetapi pertentangan ini yang lebih tajam ialah antara golongan itu dengan pihak pejabat pemerintah. Dengan tersiarnya berita tentang adanya
usaha
Haji
Rifangi
akan
memberontak,
maka
akhirnya
pemerintah menindas gerakan itu. Haji Rifangi ditangkap dan kemudian dibuang ke daerah luar Jawa. Pemerintah pada waktu itu telah khawatir kalau-kalau gerakan itu akan menimbulkan pem-berontakan. Lebih-lebih mengingat ajaran-ajaran yang disampaikan oleh pemimpinnya cukup mengobarkan semangat perlawanan dan kebencian terhadap pihak yang berkuasa. Setelah pemuka gerakan Budiah dibuang, gerakan itu tidaklah hilang tetapi masih hidup, sekalipun secara rahasia dan malahan masih dapat hidup sampai abad ke-20. Gerakan-gerakan lainnya yang sejenis juga pernah terjadi di daerah lain di Jawa. Gerakan-gerakan itu semuanya menunjukkan suatu pencerminan dari perasaan melawan dan menentang serta protes rakyat di pedesaan terhadap pengaruh kekuasaan Belanda.
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Untuk memahami materi Sejarah Indonesia Baru II, anda perlu membaca secara cermat modul ini, gunakan referensi lain sebagai materi pelengkap untuk menambah
pengetahuan
anda.
Dengarkan
dengan
cermat
apa
yang
disampaikan oleh pemateri, dan tulis apa yang dirasa penting. Silahkan
berbagi
pengalaman
anda
dengan
cara
menganalisis,
menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenangkan dan bermakna.
Sejarah SMA/SMK K - 3
192
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 1. Aktivitas individu, meliputi : a. Memahami dan mencermati materi diklat b. Mengerjakan
latihan/lembar
kerja/tugas,
menyelesaikan
masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar; dan menyimpulkan c. Melakukan refleksi 2. Aktivitas kelompok, meliputi: a. mendiskusikan materi pelatihan b. bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan c. penyelesaian masalah /kasus
E. LATIHAN/KASUS/TUGAS LK 1 Lakukanlah kegiatan pembelajaran seperti langkah-langkah dibawah ini! 1.
Buatlah 2 kelompok besar dengan membagi peserta menjadi 2 dengan jumlah anggota yang sama
2.
Masing-masing kelompok diminta membuat dua permasalahan mengenai pembelajaran materi sejarah Islam dan masa koloniali di Indonesia (jenjang SMA/K) yang dihadapi guru
3.
Tentukan salah satu kelompok yang akan memberikan alternatif jawaban
4.
Tentukan kelompok yang lain untuk menanggapi alternatif jawaban dari kelompok penjawab
5.
Buatlah kesimpulan dari masing-masing permasalahan tersebut!
LK 2 1.
Perhatikan peta dibawah ini!
2.
Analisislah jalur pelayaran, tempat-tempat yang disingahi, dan reaksi masyarakat atas datangnya pengaruh Islam dan Imperialisme serta Kolonialisme bangsa Eropa di Indonesia!
Sejarah SMA/SMK K-7
193
LK 3 Tugas kelompok: Analisislah dampak positif dan negatif masa kolonialisme Hindia Belanda di Indonesia!
F. RANGKUMAN Perkembangan Sejarah Indonesia dilanjutkan dengan munculnya Kerajaankerajaan yang bercorak Islam yang mengalami perkembangan pesat pada abad ke-15 M, meskipun beberapa teori menjelaskan pengaruh Islam di Indonesia sudah mulai ada pada abad ke-7 M. Islam menjadi warna baru pada masyarakat Indonesia waktu itu karena dianggap ―lebih toleran‖, contohnya pada segi sosial dengan dihapuskannya sistem kasta membuat masyarakat Indonesia tidak lagi ada kesenjangan mendapatkan hak di masyarakat. Mulai munculnya pengaruh bangsa Eropa yang masuk ke Indonesia pada awal abad ke-14 M akhirnya banyak menimbulkan penolakan-penolakan dari masyarakat setempat. Pengaruh asing pada awalnya dianggap hanya ingin menguasai kekayaan alam Indonesia. Sampai akhirnya perlawanan-perlawanan dari masyarakat Indonesia membawa perubahan besar dari segi politis dan
Sejarah SMA/SMK K - 3
194
mengakibatkan munculnya kesadaran politik yang ditandai dengan munculnya pergerakan nasional pada awal abad ke-20.
G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Setelah kegiatan pembelajaran, Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 5. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi Sejarah Indonesia Baru II? 6. Makna penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi Sejarah Indonesia Baru II? 7. Apa manfaat materi Sejarah Indonesia Baru II terhadap tugas Bapak/Ibu disekolah? 8. Setelah Bapak/Ibu mempelajari modul diatas, apakah yang akan Bapak/Ibu lakukan terhadap ketersediaan sumber dan media yang berhubungan dengan materi Sejarah Indonesia Baru II di sekolah/madrasah ditempat Bapak/Ibu bertugas?
-
DAFTAR PUSTAKA Aceh, Abubakar. 1985. Sekitar Masuknya Islam ke Indonesia. Solo: Ramadani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1977. Sejarah Nasional Indonesia jilid 2 untuk SMA. Jakarta: Depdikbud. ---------------. 1981. Sejarah Umum untuk SMA jilid 1. Jakarta: Depdikbud. Haekal, Muhammad Husain. 2002. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Litera Antar Nusa. HAMKA. 1981. Sejarah Umat Islam IV. Jakarta: Bulan Bintang. Harun, Yahya. 1995. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia. Yogyakarta: Kurnia Alam Semesta. Kartodirdjo, Sartono, Poesponegoro MD, Notosusanto, N. 1975. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Depdiknas.
Sejarah SMA/SMK K-7
195
Kartodirdjo, Sartono. 1987. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900, Dari Emporium Sampai Imperium Jilid I. Jakarta: Gramedia. Kartodirjo, Sartono, dkk. 1977. Sejarah Nasional Indonesia jilid IV dan V. Jakarta: Balai Pustaka. Matdawam, Noer. 1984. Lintasan Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Yayasan Bina Karier. Nyoman Dekker. 1993. Sejarah Pergolakan Indonesia dalam Abad XIX. Malang: IKIP Malang. Sartono Kartodirdjo, dkk. 1977. Sejarah Nasional Indonesia Jilid IV dan V. Jakarta: Balai Pustaka. Slamet Muljana. 1968. Nasionalisme Sebagai Modal Perjuangan Bangsa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Soekmono, R. 1985. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3. Yogyakarta: Kanisius. Syalabi. 1990. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 1 dan 2. Jakarta: Pustaka Al Husna. Tohir, M. 1981. Sejarah Islam dari Andalus sampai Indus. Jakarta: Pustaka Jaya. Watt, M. 1988. Politik Islam dalam Lintasan Sejarah. Jakarta: P3M. Wirjosuparto,
Soetjipto.
1955.
Sejarah
Dunia
II.
Jakarta:
Penerbit
Kalimasodo. Yuanshi, Kong. 2005. Muslim Tionghoa Cheng Ho, Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Zuhdi, Susanto (Peny). 1997.Pasai Kota Pelabuhan Jalan Sutera. Jakarta: Depdiknas.
Sejarah SMA/SMK K - 3
196
KEGIATAN PEMBELAJARAN 9
SEJARAH INDONESIA MODERN II A. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat menganalisis dinamika Sejarah Modern di Indonesia yang dimulai dengan Pergerakan Nasional, Masa Pendudukan Jepang dan Sekitar Proklamasi, dengan baik.
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Menganalisis dinamika Pergerakan Nasional di Indonesia 2. Menunjukkan perkembangan masa Pendudukan Jepang di indonesia 3. Menganalisis dinamika politik, sosial dan ekonomi sekitar kemerdekaan RI
C. URAIAN MATERI 1. Pergerakan Nasional Indonesia Pergerakan
nasional
merupakan
salah
satu
babak
baru
dalam
perjuangan bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan pada masa itu memiliki corak perjuangan yang berbeda dengan ―warna‖ perjuangan yang sebelumnya. Kata ―Pergerakan Nasional‖ berarti gerakan bangsa itu, walaupun yang bergerak sebagian rakyat atau sebagian kecil sekalipun asalkan apa yang menjadi tujuan dapat menentukan nasib bangsa secara keseluruhan menuju tujuan tertentu yaitu kemerdekaan, maka disebut pergerak-an nasional. Pergerakan Indonesia meliputi berbagai gerakan atau aksi yang dilakukan dalam bentuk organisasi secara modern menuju ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu dalam perkembangannya, gerakan yang terjadi tidak hanya bersifat radikal tetapi juga moderat. Di samping istilah ‖Pergerakan Nasional‖ kita juga mengenal istilah ‖Perjuangan Nasional‖. Akan tetapi kata ‖perjuangan‖ sebenarnya memiliki cakupan waktu yang lebih luas/lama, sedangkan ‖pergerakan‖ hanyalah meliputi kurun waktu 1908 – 1945. Munculnya
organisasi
yang
mengarah
pada
upaya
mewujudkan
nasionalisme Indonesia merupakan bukti berubahnya pola pikir para tokoh pejuang kemerdekaan dari pola perjuangan fisik (mengangkat senjata) menjadi non fisik (diplomasi dan organisasi). Hal tersebut terwujud berkat meningkatnya Sejarah SMA/SMK K-7
197
pendidikan di masa itu yang kemudian melahirkan kelompok baru yakni kaum intelektual/golongan terpelajar. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Kesadaran Nasional 1). Faktor Intern a. Sejarah masa lampau yang gemilang Sebelum kedatangan bangsa Barat, kita sebagai bangsa telah mampu mengatur diri sendiri, memiliki kedaulatan atas wilayah di mana kita tinggal. Kebesaran ini tentu secara psikologis membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa dapat menikmati kebesaran itu. Namun demikian tidak berarti kita kembali pada masa lalu, tetapi kebesaran Majapahit dan Sriwijaya dapat menggugah perasaan nasionalisme golongan terpelajar pada awal abad XX. Tidaklah berlebihan jika kebesaran pada masa lampau itu mendorong
semangat
para
tokoh
pergerakan
dalam
upaya
melepaskan diri dari penjajahan Belanda. b. Penderitaan rakyat akibat kolonialisme Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang panjang dan menyakitkan sejak kedatangan Portugis, Belanda, Inggris, dan Perancis. Rasa benci rakyat Indonesia muncul karena adanya jurang pemisah antara bangsa Barat dengan rakyat Bumiputra. Hal ini karena penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam bidang politik terjadi keterbatasan memperoleh kesempatan dalam bidang politik dan pemerintahan, dalam bidang ekonomi adanya sistem monopoli, dalam bidang sosial adanya
kesombongan
rasial
yang
ditonjolkan,
dalam
bidang
pendidikan kurangnya sekolah dan diskriminasi dalam memperoleh kesempatan belajar. Penderitaan yang terjadi di berbagai sektor kehidupan ini menjadikan rakyat Indonesia muncul kesadaran nasionalnya dan mulai memahami perlunya menggalang persatuan. Atas prakarsa para intelektual maka angan-angan ini dapat menjadi kenyataan dalam bentuk perjuangan modern.
Sejarah SMA/SMK K - 3
198
c. Peranan golongan terpelajar Setelah pemilik-pemilik modal Belanda berhasil menerapkan Politik Pintu Terbuka (Politik Drainage) maka diterapkanlah politik etis atau dikenal juga dengan Trilogi van Deventer. Politik etis ini mencakup Edukasi, Emigrasi dan Irigrasi. Salah satu trilogi dari politik etis adalah edukasi, tujuan awalnya adalah untuk mendapatkan tenaga kerja atau pegawai rendah dan mandor-mandor atau pelayan-pelayan yang dapat membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan tersebut, Belanda mendirikan sekolah-sekolah rakyat pribumi. Pendidikan kolonial bukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, namun dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga murah bagi Hindia Belanda. Salah satu kebijakan pemerintah Hindia Belanda, kemudian banyak lembaga pendidikan berdiri. Namun demikian ternyata perbedaan warna kulit menjadi salah satu hambatan masuk sekolah. Sistem pendidikan juga dikembangkan disesuaikan dengan status sosial masyarakat (Eropa, Timur Asing dan Bumiputra). Untuk kelompok bumiputra masih diwarnai
oleh
status
keturunan
yang
terdiri
atas
kelompok
bangsawan/kaum priyayi dan rakyat jelata. Macam-macam pendidikan pada masa itu antara lain: 1) Pendidikan setingkat Sekolah Dasar, di antaranya:
a) ELS (Europese Lagere School), sekolah Belanda lama pendidikan 7 tahun.
b) HBS (Hollands Chinese School), Sekolah Cina, lama pendidikan 7 tahun.
c) HIS (Hollands Inlandse School), Sekolah Hindia – Belanda, lama pendidikan 7 tahun. 2) Pendidikan
setingkat
Sekolah
Menengah
Pertama/Atas
di
antaranya:
a) HBS (Hogere Burger School), Sekolah Menengah, lama pendidikan 5 tahun.
Sejarah SMA/SMK K-7
199
b) MULO (Meer Uitgebreid Ondewijs), Pendidikan Rendah Lebih Intensif, lama pendidikan 3 – 4 tahun.
c) AMS (Algemene Middelbare School), Sekolah Menengah Umum, merupakan sekolah lanjutan dari MULO, lama pendidikan 5 tahun.
d) KS (Kweek School), Sekolah Guru, lama pendidikan 6 tahun. 3) Pendidikan Tinggi di antaranya:
a) Technische Hooge School : Pendidikan Tinggi Teknik. b) Rechts Hooge School : Sekolah Hakim Tinggi. c) GHS (Geneeskundige Hogeschool). d) OSVIA (Opleiding School voor Inlandse Ambtenaren), Sekolah Pendidikan Pegawai Pribumi.
e) STOVIA (School Tot Opleiding Voor Inlandsche Artsen), Sekolah Kedokteran Jawa. Para pelopor pergerakan nasional terdiri atas para pelajar STOVIA. Kelompok intelektual khususnya lulusan dokter Jawa termasuk kelompok yang peka terhadap keadaan pada saat itu, mengingat tugas yang diembannya berupa pengabdian terhadap kondisi masyarakat Indonesia
yang
sangat
memprihatin-kan.
Di
mana-mana
terlihat
lingkungan yang kurang bersih sehingga menimbul-kan penyakit menular khususnya penyakit kulit, kolera, disentri, dan penyakit endemi lainnya. Selain itu kemampuan berkomunikasi dan intelektualitas mereka juga menjadi modal berharga yang membuka cakrawala berfikir sehingga pada gilirannya pada diri mereka timbul gagasan-gagasan segar, tercermin dari gagasannya dalam mengembangkan taktik perjuangan dari gerakan yang ber-sifat
fisik
(perjuangan
menggunakan
senjata/fisik)
ke
dalam
organisasi modern (perjuangan diplomasi/non fisik).
2). Faktor Ekstern Sebenarnya timbulnya pergerakan nasional Indonesia di samping disebab-kan oleh kondisi dalam negeri seperti diuraikan di atas, juga ada faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern) yaitu: a. Kemenangan Jepang atas Rusia
Sejarah SMA/SMK K - 3
200
Pada tahun 1904 – 1905 terjadi peperangan antara Jepang melawan Rusia, yang keluar sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah Jepang. Hal ini terjadi karena Jepang telah melakukan perubahan strategi politik luar negerinya dari kebijaksanaan pintu tertutup menjadi pintu terbuka dengan suatu proses yang kita kenal dengan Meiji Restorasi. Dengan demikian Jepang mulai terbuka terhadap dunia luar, bahkan sistem pemerintahannya meniru gaya Inggris sedangkan modernisasi angkatan perangnya meniru Jerman. Di samping itu masyarakat Jepang memiliki semangat Bushido (jalan ksatria). Semangat ini di samping menunjukkan kesetiaan kepada
Kaisar/
tanah
air/semangat
nasionalisme,
sekaligus
menunjukkan suatu etos kerja yang tinggi, penuh dengan disiplin dan kerja keras. Dengan demikian kemenangan Jepang atas Rusia memberikan semangat juang terhadap para pelopor pergerakan nasional di Indonesia. b. Partai Kongres India India adalah bangsa yang memiliki nasib sama dengan bangsa Indonesia, yaitu sebagai sesama bangsa terjajah. Bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda (dalam perkembangan sejarah selanjutnya juga pernah dijajah Inggris) sedangkan India merupakan tanah jajahan Inggris. Perlawanan juga terjadi terhadap Inggris yang ada di India, atas inisiatif seorang Inggris (Allan Octavian Hume) pada tahun 1885 mendirikan Partai Kongres India. Di bawah kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini kemudian menetapkan garis perjuangan: Swadesi, Satyagraha dan Ahimsa. Ketiga elemen ini mengandung makna kemandirian,
menuntut
kebenaran
dengan
memperjuangkan
peraturan yang sesuai dengan kepentingan bangsa India, serta melakukan suatu perjuangan tanpa kekerasan (ahimsa dalam bahasa dilarang membunuh). Nilai-nilai yang terkandung dalam garis perjuangan Partai Kongres India ini banyak memberikan inspirasi terhadap perjuangan di Indonesia seperti melalui perjuangan organisasi dan Gerakan Samin. c. Nasionalisme di Philipina
Sejarah SMA/SMK K-7
201
Philipina merupakan jajahan Spanyol yang berlangsung sejak 1571-1898. Seperti yang terjadi terhadap India dan Indonesia, ternyata gerakan-gerakan yang ada di Asia ini bukan sekedar perlawanan terhadap dominasi asing, tetapi lebih merupakan suatu revolusi politik dan moral. Demikian juga dengan akibat yang ditimbulkan, hanyalah penderitaan terhadap bangsa yang terjajah. Dalam perkembangannya kemudian di Philipina muncul seorang tokoh Jose Rizal, yang pada tahun 1892 melakukan perlawanan bawah tanah terhadap kekejaman Spanyol. Tujuan yang ingin dicapai adalah Philipina
dalam
bagaimana membangkitkan nasionalisme
menghadapi
penjajahan
Spanyol.
Dalam
perjuangannya Jose Rizal dihukum mati setelah gagal dalam pemberontakan Katipunan. Perjuangan bangsa Philipina melawan penjajah ini merupakan salah satu contoh perlawanan
terhadap
dominasi asing yang kemudian juga terjadi di negara-negara lain seperti di Mesir, Turki, dan Cina. B. Lahirnya Nasionalisme dan Kesadaran Nasional 1. Peranan golongan terpelajar dan profesional Nasionalisme jika dilihat dari aspek bahasa, berasal dari kata Natie (Belanda), atau nation (Inggris) yang berarti bangsa. Bangsa dapat terbentuk karena faktor budaya, ekonomi, politik, teritorial/wilayah yang memiliki kesepakatan bersama serta mempunyai suatu tujuan tertentu. Sebelum lahirnya pergerakan nasional telah ada ―benih-benih‖ terlebih dahulu yaitu kesadaran nasional. Kesadaran nasional sebenarnya suatu pandangan yang sangat terkait dengan soal perasaan, kehendak untuk hidup bersama yang timbul antara sekelompok manusia yang nasibnya sama dalam masa lampau yang mengalami penderitaan bersama. Kesadaran nasional memiliki fungsi penting yakni suatu kesadaran yang menempatkan pengalaman, perilaku serta tindakan individu/seseorang dalam kerangka nasional. Rasa kebangsaan terbentuk sejak Kebangkitan Nasional pada tahun 1908. Perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia menghadapi penjajah dipicu oleh harga diri sebagai bangsa yang ingin merdeka di tanah airnya sendiri tanpa tekanan penjajah. Hal ini ditunjang dengan munculnya pendidikan. Kebutuhan pendidikan telah disadari sebagai kebutuhan yang tidak bisa ditunda dan diabai-
Sejarah SMA/SMK K - 3
202
kan lagi, kesadaran ini semakin hari semakin meluas di Indonesia. Pendidikan pula yang akhirnya melahirkan golongan terpelajar yang mampu membuka kesadaran bahwa penguasaan ilmu pengetahuan merupakan bekal untuk menghadapi bangsa barat menuju kemerdekaan yang kita cita-citakan. Selain golongan terpelajar muncul juga golongan sosial yang bekerja sesuai dengan bidangnya yang disebut sebagai golongan profesional. Mereka memiliki ruang gerak sosial yang luas sehingga mendapat kesempatan pergaulan yang luas dengan masyarkat dari berbagai suku dan budaya yang berlainan. Hubungan ini pada akhirnya tidak terbatas pada hubungan kerja, keluarga, namun juga menciptakan hubungan sosial yang harmonis, sehingga lambat laun muncul integritas nasional.
2. Peranan Pers Pada masa kolonial mulai tahun 1744 mulai muncul pers di antaranya: a. Bataaviaasch Nouvelles di Batavia (Jakarta) b. Bataviassche Courant c.
Bataviassche Handelsblad
d. Soerabajasche Courant di Surabaya e. Semarangsche Advertentieblad di Semarang Kemudian sejak tahun 1850 bermunculan pers di berbagai daerah, seperti: a. Bintang Timoer di Surabaya b. Tjahaja Mulia di Surabaya c.
Retnodhumilah di Yogyakarta
d. Sinar Djawa di Semarang e. Sinar Hindia di Semarang f.
Tjahaja Siang di Manado
g. Panghantar di Ambon h. Matahari di Makasar i.
Bianglala, Bintang Barat, Dini Hari, Sinar Terang, Bintang Betawi, Neratja dan Bintang Johar di Jakarta
Pers pada masa itu merupakan sarana komunikasi yang sangat penting dalam menyebarluaskan suara organisasi. Hal ini dikarenakan para pimpinan dan redaksi pers adalah tokoh-tokoh pergerakan sehingga mereka menggunakan pers untuk menyuarakan cita-cita perjuangan yakni Indonesia merdeka. Tokohtokoh pers pada masa itu antara lain: a. Moh. Hatta dan tokoh Perhimpunan Indonesia mendirikan majalah Hindia Poetra yang kemudian diganti menjadi Indonesia Merdeka
Sejarah SMA/SMK K-7
203
b. Dr. Wahidin Sudirohusodo redaktur Retnodhumilah c.
Moh. Samin redaktur Benih Merdeka di Medan 1916
d. Abdul Muis dan H. Agus Salim pemimpin surat kabar Neratja e. Mohammad Yamin redaktur surat kabar Kebangoenan f.
T.A. Sabariah memimpin surat kabar Perempuan bergerak di Medan 1919
g. Perada Harahap memimpin surat kabar mingguan Sinar Merdeka di Padang 1919 Oleh karena itu tidak mengherankan jika Belanda seringkali mengadakan pemberangusan/pembubaran surat kabar karena dianggap telah mengecam dan membahayakan sistem kolonial yang sedang berlangsung.
C. Identitas Nasional Kata Indonesia mulai disebut-sebut sebagai ganti kata Nusantara pada pertengahan abad ke-19. Kata yang dipakai untuk menyebut pulau-pulau atau kepulauan Hindia tersebut diperkenalkan dalam suatu artikel tahun 1850 oleh seorang ahli geografi dari Inggris J.R Logan yang menjadi redaktur Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia. Kemudian G. Windsor Earl juga menggunakan istilah Indonesian dan Melayunesian untuk menyebut kepulauan Hindia. Kemudian A. Bastian pada tahun 1884 memakai kata Indonesia pada bukunya yang berjudul Indonesien oder die Inselor dan Melaysiachen Archipels. Sejak itulah kata Indonesia digunakan dalam ilmu etnologi (ilmu tentang suku bangsa).
Organisasi-organisasi pada Masa Pergerakan Nasional 1. Budi Utomo Budi Utomo merupakan sebuah organisasi modern pertama kali di Indonesia yang didirikan oleh Dr. Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908. Istilah Budi Utomo berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu bodhi atau budhi, berarti ―keterbukaan jiwa‖, ‖pikiran‖,‖ kesadaran‖, ―akal‖, atau ―pengadilan‖. Sementara itu, utomo berasal dari perkataan Jawa: utama, yang dalam bahasa Sansekerta berarti ― tingkat pertama‖ atau ― sangat baik‖ . Dr. Wahidin Sudirohusodo merupakan pembangkit semangat organisasi Budi Utomo. Sebagai lulusan sekolah dokter Jawa di Weltvreden (sesudah tahun 1900 dinamakan STOVIA), merupakan salah satu tokoh pelajar yang berusaha memperjuangkan nasib bangsanya. Wahidin menghimpun beasiswa agar dapat memberikan pendidikan Sejarah SMA/SMK K - 3
204
modern cara Barat kepada golongan priyayi Jawa dengan mendirikan Studie Fonds atau Yayasan Beasiswa. Gerakan pendirian studiefonds disusul dengan berdirinya Budi Utomo
pada tanggal 20 Mei 1908 di
Jakarta. Organisasi ini diketuai oleh dr. Sutomo yang dibantu M. Suraji, M. Saleh, Mas Suwarno, M. Sulaeman, Gunawan dan Gumbreg. Tanggal berdirinya Budi Utomo tersebut sampai sekarang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Program utama dari Budi Utomo mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran. Programnya lebih bersifat sosial disebabkan saat itu belum dimungkinkan didirikannya organisasi politik karena adanya aturan yang ketat dari pihak pemerintah Hindia Belanda. Pada tanggal 3 – 5 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan kongresnya yang pertama di Yogyakarta. Kongres ini berhasil menetapkan tujuan organisasi yaitu: Kemajuan yang harmonis antara bangsa dan negara, terutama dalam memajukan pengajaran, pertanian, peternak-an dan dagang, tehnik, industri serta kebudayaan. Sebagai ketua Pengurus Besar yang pertama terpilih R.T Tirtokusumo (Bupati Karang Anyar) dengan wakil ketua dr. Wahidin Sudiro Husodo. Dalam kongres itu, terdapat kelompok minoritas yang dipimpin Dr. Cipto Mangunkusumo yang berusaha memperjuangkan Budi Utomo berubah menjadi partai politik yang berjuang untuk mengangkat rakyat pada umumnya (tidak terbatas hanya golongan priyayi) dan kegiatannya meliputi seluruh Indonesia, tidak hanya Jawa dan Madura saja. Namun pandangan Dr. Cipto Mangunkusumo gagal mendapat dukungan bahkan pada tahun 1909 Dr. Cipto Mangunkusumo mengundurkan diri dari Budi Utomo kemudian bergabung dengan Indische Partij. Setelah mendapat persetujuan dari pemerintah Kolonial Belanda, Budi Utomo pada tahun 1909 diberi status sebagai organisasi yang berbadan hukum sehingga diharapkan organisasi pertama di Indonesia ini dapat melakukan aktivitasnya secara leluasa. Gubernur Jenderal van Heutsz menyambut Budi Utomo sebagai bagian keberhasilan dari pelaksanaan politik etis. Dengan demikian, BU tumbuh menjadi organisasi yang moderat, kooperatif terhadap pemerintah Hindia Belanda.
Sejarah SMA/SMK K-7
205
Pada perkembangannya BU mengalami stagnasi, aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah Goeroe Desa dan beberapa petisi yang ditujukan kepada pemerintah Hindia Belanda dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Kelambanan aktivitas BU disebabkan para pengurus atau pemimpin mereka berstatus sebagai pegawai atau bekas pegawai pemerintah, sehingga mereka takut bertindak dan lemah dalam gerakan kebangsaan. Di samping itu, BU kekurangan dana dan pemimpin yang dinamis. Pada tahun 1912 R.T Tirtokusumo berhenti sebagai ketua digantikan oleh Pangeran Noto Diridjo, anak dari Paku Alam V yang berusaha mengejar keter-tinggalan organisasi itu dalam aktivitasnya. Ketua baru tidak banyak membawa perubahan. Hasil-hasil yang dicapai antara lain perbaikan pengajaran di daerah Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan
surakarta,
serta
mendirikan
organisasi
dana
belajar
Darmoworo. Peran BU semakin memudar seiring berdirinya organsasi yang lebih aktif dan penting bagi pribumi. Beberapa di antaranya bersifat keagamaan, kebudaya-an dan pendidikan serta organisasi yang bersifat politik. Organisasi baru tersebut antara lain: Sarekat Islam, Indische Partij, dan Muhammadiyah. Dengan muncul-nya organisasi-organisasi baru tersebut menyebabkan BU mengalami kemundur-an. BU tidak bergerak dalam bidang keagamaan dan politik sehingga anggota yang merasa tidak puas dengan BU keluar dari organisasi itu dan masuk ke organisasi baru yang dianggap lebih sesuai. Keadaan yang demikian menjadikan BU berubah haluan ke arah politik. Hal ini dapat dibuktikan dengan peristiwa sebagai berikut: a. Dalam rapat umum BU di Bandung tanggal 5 dan 6 Agustus 1915 menetap-kan mosi, agar dibentuk milisi bagi bangsa Indonesia namun melalui persetujuan parlemen. Pembentukan milisi berhubungan dengan meletusnya Perang Dunia I tahun 1914. b. BU menjadi bagian dalam Komite ― Indie Weerbaar‖ yaitu misi ke Negeri Belanda dalam rangka untuk pertahanan Hindia Belanda. Meski undang-undang wajib militer atau pembentukan suatu milisi gagal dipenuhi pemerintah Belanda, ternyata parlemen Belanda
Sejarah SMA/SMK K - 3
206
menyetujui pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) sebagai Hindia Belanda. BU segera membentuk sebuah Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota Volksraad meskipun demikian Komite Nasional ini tidak dapat berjalan sesuai harapan. Dr. Sutomo yang tidak puas dengan BU pada tahun 1924 mendirikan Indonesische Studieclub di Surabaya. Penyebabnya adalah asas ―Kebangsaan Jawa‖ dari BU sudah tidak relevan dengan perkembangan rasa kebangsaan yang menuju pada sifat nasional. Indonesische Studieclub ini pada per-kembangannya menjadi Persatuan Bangsa Indonesia. Pada konggres BU tahun 1923 diusulkan adanya asas non kooperatif sebagai asas perjuangan namun ditolak oleh sebagian peserta konggres. Pada tahun 1927 BU masuk dalam PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-
Perhimpunan
Politik
Kebangsaan
Indonesia)
yang
dipelopori Ir. Sukarno. Meskipun demikian, BU tetap eksis dengan asas kooperatifnya. Pada tahun 1928 BU menambah asas perjuangannya yaitu: ikut berusaha untuk melaksanakan cita-cita persatuan Indonesia. Hal ini sebagai isyarat bahwa BU menuju kehidupan yang lebih luas tidak hanya Jawa dan Madura namun meliputi seluruh Indonesia. Usaha ini diteruskan dengan mengadakan fusi dengan PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) suatu partai pimpinan Dr. Sutomo. Fusi ini terjadi pada tahun 1935, hasil fusi melahirkan Parindra (Partai Indonesia Raya), sehingga berakhirlah riwayat BU sebagai organisasi pergerakan pertama di Indonesia. 2. Sarekat Islam Tiga tahun setelah berdirinya Budi Utomo, pada tahun 1911 berdirilah organisasi yang disebut Sarekat Dagang Islam. Latar belakang ekonomis perkumpulan ini sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi pedagang orang-orang Cina. Hal ini juga sebagai isyarat bahwa golongan muslim sudah saatnya menunjukkan kemampuannya. Atas prakarsa K.H. Samanhudi seorang saudagar batik dari Laweyan – Solo berdirilah sebuah organisasi yang pada awalnya anggotanya para pedagang batik di kota Solo. Tujuannya untuk memperkuat persatuan sesama pedagang
Sejarah SMA/SMK K-7
207
batik dalam menghadapi persaingan dengan pedagang Cina yang menjadi agen-agen bahan-bahan batik. Para pengusaha tersebut umumnya beragama Islam sehingga organisasi tersebut bernama Sarekat Dagang Islam. Sarekat Dagang Islam mengalami kemajuan pesat karena dapat meng-akomodasi kepentingan rakyat biasa. Oleh sebab itu, organisasi ini menjadi lambang persatuan bagi masyarakat yang tidak suka dengan orang-orang Cina, pejabat-pejabat priyayi dan orang-orang Belanda. Di Solo, gerakan yang bercorak nasionalistis, demokratis, religius, dan ekonomis ini berdampak pada permusuhan antara rakyat biasa dengan kaum pedagang Cina, sehingga sering terjadi bentrok di antara mereka. Pemerintah Hindia Belanda semakin khawatir dengan gerakan yang bersifat radikal ini karena berpotensi menjadi gerakan melawan pemerintah. Hal ini menyebabkan Sarekat Dagang Islam pada tanggal 12 Agustus 1912 diskors oleh residen Surakarta dengan larangan untuk menerima anggota baru dan larangan mengadakan rapat. Karena tidak ada bukti untuk melakukan gerakan anti pemerintah maka tanggal 26 Agustus 1912 skors tersebut dicabut. Atas usul dari H.O.S Cokroaminoto pada tanggal 10 September 1912 Sarekat Dagang Islam berubah menjadi Sarekat Islam. K.H Samanhudi diangkat sebagai ketua Pengurus Besar SI yang pertama dan H.O.S Cokroaminoto sebagai komisaris. Setelah menjadi SI sifat gerakan menjadi lebih luas karena tidak dibatasi keanggotaannya pada kaum pedagang saja. Dalam Anggaran Dasar tertanggal 10 September 1912, tujuan perkumpulan ini diperluas: a. Memajukan perdagangan; b. Memberi pertolongan kepada anggota yang mengalami kesukaran (semacam usaha koperasi); c. Memajukan kecerdasan rakyat dan hidup menurut perintah agama; dan d. Memajukan agama Islam serta menghilangkan faham- faham yang keliru tentang agama Islam. Program yang baru tersebut masih mempertahankan tujuan lama yaitu dalam bidang perdagangan namun tampak terlihat perluasan ruang
Sejarah SMA/SMK K - 3
208
gerak yang tidak membatasi pada keanggotaan para pedagang tetapi terbuka bagi semua masyarakat. Tujuan politik tidak tercantumkan karena pemerintah masih melarang adanya partai politik. Perluasan keanggotaan tersebut menyebabkan dalam waktu relatif singkat keanggotaan SI meningkat
drastis.
Gubernur
Jenderal Idenburg
dengan
hati-hati
mendukung SI dan pada tahun 1913 Idenburg memberi pengakuan resmi kepada
SI
meski
banyak
pejabat
Hindia
Belanda
menentang
kebijakannya.
Gambar 9.1, Kongres Pertama Sarekat Islam di Solo 26 Januari 1913. Duduk di atas panggung Pangeran Ngabei, raja Solo. Di belakangnya berdiri H. Samanhudi, R.Tjokrosoedarmo, R. Oemar Said Tjokroaminoto dan R. Goenawan (Sumber : Capita Selecta : 1981).
SI mengadakan kongres I di Solo pada tanggal 26 Januari 1913. Konggres yang dipimpin oleh H.O.S Cokroaminoto antara lain mejelaskan bahwa SI bukan sebagai partai politik dan tidak beraksi untuk melakukan pergerakan secara radikal melawan pemerintah Hindia Belanda. Meskipun demikian, asas Islam yang dijadikan prinsip organisasi menjadikan SI sebagai simbol persatuan rakyat yang mayoritas memeluk Islam serta adanya kemauan untuk memper-tinggi martabat atau derajat rakyat. Cabang-cabang SI telah tersebar di seluruh pulau Jawa dengan jumlah anggota yang sangat banyak.
Sejarah SMA/SMK K-7
209
Kongres SI II diadakan di Solo tahun 1914, yang memutuskan antara lain bahwa keanggotaan SI terbuka bagi seluruh rakyat Indonesia dan membatasi keanggotaan dari golongan pagawai Pangreh Praja. Tindakan ini sebagai cara untuk memperkuat identitas dan citra bahwa SI sebagai organisasi rakyat. Pemerintah Hindia Belanda tidak suka melihat kekuatan SI yang begitu besar dan bersikap berani. Untuk membatasi kekuatan SI, pemerintah menetapkan peraturan pada tanggal 30 Juni 1913 bahwa cabangcabang SI harus bersikap otonom atau mandiri untuk daerahnya masingmasing. Setelah terbentuk SI daerah berjumlah lebih dari 50 cabang, pada tahun 1915 SI mendirikan CSI (Central Sarekat Islam) di Surabaya. Tujuan didirikannya CSI adalah dalam rangka memajukan dan membantu SI di daerah serta mengadakan hubungan antara cabang-cabang SI. Kongres III SI diadakan di kota Bandung pada tanggal 17-24 Juni 1916. Konggres yang dipimpin H.O.S Cokroaminoto tersebut bernama Kongres Nasional Sarekat Islam pertama, yang dihadiri hampir 80 SI daerah. Dicantum-kannya kata ―nasional‖ dalam kongres tersebut dimaksudkan, bahwa SI menuju ke arah persatuan yang teguh dan semua golongan atau tingkatan masyarakat merasa sebagai satu bangsa. Kongres Nasional SI kedua dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 20 – 27 Oktober 1917. Dalam kongres tersebut menyetujui bahwa CSI tetap dalam garis parlementer-evolusioner meskipun lebih berani bersikap kritis terhadap pemerintah. Pada tahun 1918, SI mengirimkan wakilnya ke Volksraad yaitu Abdul Muis (dipilih) dan H.O.S Cokroaminoto (diangkat). Dalam sidang Volksraad, H.O.S Cokroaminoto mengusulkan agar lembaga tersebut menuju pada status dan fungsi parlemen yang sesungguhnya.
3. Indische Partij (IP) IP didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh Tiga Serangkai yaitu E.F.E Douwes Dekker (Danudirjo Setyabudi), dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Organisasi yang bercorak politik ini juga berusaha menggantikan Indische Bond yang merupakan wadah bagi kaum Indo dan Eropa di Indonesia yang didirikan pada tahun 1898. Penggagas IP adalah Douwes Dekker, seorang Indo – Belanda yang mengamati adanya keganjilan-keganjilan
Sejarah SMA/SMK K - 3
210
dalam masyarakat kolonial, khususnya diskriminasi antara keturunan Belanda asli dengan kaum Indo. Ia juga memperluas pandangannya untuk peduli dengan nasib masyarakat Indonesia yang masih hidup dalam belenggu aturan kolonialis. Melalui tulisan-tulisan para tokoh IP dalam majalah Het Tijdschrift dan surat kabar De Express, mereka menyampaikan pemikiran-pemikirannya. Mereka berusaha menyadarkan golongan Indo dan pribumi, bahwa masa depan mereka terancam oleh bahaya yang sama yaitu eksploitasi kolonial. Untuk melancarkan aksi-aksi perlawanan terhadap kolonial tersebut, mereka mendirikan Indische Partij. IP terbuka bagi semua golongan sehingga keanggotaannya meliputi kaum pribumi, bangsa Eropa yang tinggal di Hindia Belanda, Indo-Belanda, keturunan Cina dan Arab serta lainnya. Tujuan IP adalah: ―Indie‘ merdeka, dengan dasar ― Nasional Indische‖ melalui semboyan ― Indie untuk Indiers‖ berusaha mem-bangun rasa cinta tanah air serta bersama-sama memajukan tanah air untuk menyiapkan kemerdekaan. IP berdiri berdasarkan nasionalisme yang luas menuju kemerdekaan Indonesia yang mengakomodasi semua orang pribumi, Belanda, keturunan Cina dan Arab serta lainnya. Namun pemerintah Hindia Belanda bersikap tegas terhadap IP. Permohonan yang diajukan kepada Gubernur Jenderal agar IP mendapat pengakuan sebagai badan hukum pada tanggal 4 Maret 1913 ditolak dengan alasan bahwa organisasi tersebut berdasarkan politik dan mengancam keamanan Hindia Belanda. Bahkan pemerintah tetap menganggap IP sebagai partai terlarang. Pada peringatan ulang tahun ke-100 kemerdekaan Belanda dari penjajah-an Perancis, di Bandung dibentuk Komite Bumiputra. Komite ini mengirim telegram kepada Ratu Belanda yang berisi antara lain permintaan dibentuknya majelis perwakilan rakyat yang sejati serta adanya kebebasan berpendapat di daerah jajahan. Salah seorang tokoh Komite Bumiputra yaitu Suwardi Suryaningrat, menulis sebuah artikel yang berjudul “Als ik een Nederlander was” (Seandainya Saya Seorang Belanda), yang berisi sindiran tajam terhadap ketidakadilan di daerah jajahan. Adanya sesuatu yang ironis, di saat Belanda akan merayakan kebebasannya dari penjajah Perancis dilain pihak tenyata Belanda
Sejarah SMA/SMK K-7
211
menjajah bangsa Indonesia. Kegiatan Komite ini dianggap oleh Belanda sebagai aktivitas yang membahayakan sehingga pada tahun 1913 ketiga tokoh IP dijatuhi hukuman pengasingan di negeri Belanda. Saat di Belanda, mereka aktif dalam perkumpulan Perhimpunan Indonesia. Dengan pengasingan tokoh-tokoh utama IP membawa pengaruh terhadap aktivitas organisasi tersebut sehingga para pengikutnya bubar. Namun
propaganda
IP
tentang
―Nasionalisme
Indonesia‖
dan
kemerdekaan menjadi bagian dari semangat bangsa di kemudian hari, terutama dalam organisasi-organisasi setelah IP. 4. Partai Komunis Indonesia (PKI) Pada tanggal 4 Mei 1914 di Semarang berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV). Pendirinya adalah orang Belanda yang berfaham komunis, yaitu H.J.F.M. Sneevliet bersama J.A. Brandsteder, H.W.Dekker dan P. Bergsma. Organisasi ini tidak mendapat sambutan dari rakyat sehingga namanya kemudian diubah menjadi Partai Komunis Hindia tanggal 20 Mei 1920. Kemudian bulan Desember 1920 diubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) oleh Semaun (ketua), Darsono (wakil ketua), dan Bergsma (sekretaris). Untuk menarik minat masyarakat agar mau masuk dalam organisasi ini dilakukan penyusupan ke organisasi-organisasi yang sudah ada, serta melakukan propaganda yang menggunakan ayat-ayat suci Al- Quran. Organisasi
ini
melakukan
kegiatan
pemberontakan
pada
pemerintah Belanda. Namun pemberontakan yang kurang persiapan tersebut dapat dipatahkan Belanda. Pemberontakan PKI tahun 19261927 menyebabkan PKI dianggap sebagai partai terlarang oleh pemerintah dan segala bentuk pergerakan ditekan oleh kolonial. 8. Partai Nasional Indonesia (PNI) Setelah PKI dianggap sebagai partai terlarang oleh pemerintah kolonial, dirasa perlu adanya organisasi baru untuk menyalurkan aspirasi masyarakat yang sulit ditampung oleh organisasi atau partai politik yang telah ada. Pengambil inisiatif gerakan ini adalah Ir. Sukarno yang pada
Sejarah SMA/SMK K - 3
212
tahun 1925 mendirikan Algemeene Studie Club di Bandung. Perkumpulan ini yang di dalamnya terdapat mantan aktivis Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda yang telah kembali ke Indonesia, menempuh jalan nonkooperasi atau tidak bersedia untuk bekerja sama dengan pemerintah kolonial. Pada tanggal 4 Juli 1927 atas inisiatif Algemeene Studie Club diadakan rapat untuk mendirikan Partai Nasional Indonesia yang dihadiri oleh Ir. Sukarno, Cipto Mangunkusumo, Sujadi, Iskaq Cokrohadisuryo, Budiarto, dan Sunario. Dalam rapat tersebut, Cipto Mangunkusumo tidak setuju dengan pembentukan partai baru sebab PKI baru saja ditindak oleh pemerintah akibat melakukan pemberontakan. Dalam anggaran dasarnya, PNI menyatakan bahwa tujuan PNI adalah bekerja untuk kemerdekaan Indonesia. Tujuan ini akan dicapai dengan asas ― kepercayaan pada diri sendiri‖, artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial dengan kekuatan sendiri antara lain dengan
mendirikan
sekolah-sekolah,
poliklinik,
bank
nasional,
perkumpulan koperasi, dan lain-lain. Hal ini berarti sikap PNI adalah nonkooperasi dengan pemerintah Hindia Belanda (Nugroho Notosusanto, 1975: 215). PNI menolak bergabung dengan dewan-dewan yang dibentuk pemerintah seperti Volksraad (Dewan Rakyat), Gemeenteraden (Dewandewan
kotapraja),
Provincieraden
(Dewan-dewan
propinsi)
atau
Regentschapsraden (Dewan-dewan kabupaten) serta lainnya ( Sagimun MD, 1989: 93). PNI mengganggap bahwa lahirnya partai politik tersebut sebagai awal lahirnya nasionalisme Indonesia murni yang memperjuangkan kemerdekaan atas kemauan dan kekuatan sendiri sehingga berbeda dengan organisasi politik perintis sebelumnya yaitu Indishe Partij yang dipimpin oleh Douwes Dekker. Perbedaan mendasar antara asas kebangsaan atau nasionalisme dari IP dengan PNI adalah : a. Nasionalisme yang dianut IP berasas ―Indisch Nastionalisme‖, yang menyatakan bahwa tanah air Indonesia bukan hanya milik orang Indonesia asli tapi juga orang-orang Indo atau perananakan Belanda, perananakan Cina, dan lain-lain yang lahir dan merasa memiliki Indonesia. Nasionalisme IP berasaskan kebudayaan Barat yang disesuaikan dengan kebudayaan pribumi. Dan perjuangan IP lebih
Sejarah SMA/SMK K-7
213
mengutamakan pada nasib atau keadaan kaum Indo-Belanda meskipun juga memperhatikan nasib kaum pribumi. b. Nasionalisme PNI berasaskan nasionalisme murni serta berdasarkan kebudayaan asli Indonesia meski bersedia menerima unsur-unsur budaya asing yang dapat memajukan kebudayaan sendiri (Sagimun MD, 1989:95). Tujuan
utama
PNI
adalah
untuk
mencapai
kemerdekaan
Indonesia dengan mempersatukan seluruh semangat kebangsaan rakyat Indoensia menjadi satu kekuatan nasional. Nasionalisme itu dikenal sebagai Trilogi PNI yaitu: a. Nationale geest (jiwa atau semangat nasional) b. Nationale wil (kemauan atau kehendak nasional) c. Nationale daad (perbuatan nasional) Keanggotaan PNI adalah warga pribumi atau Indonesia asli yang minimal berusia 18 tahun. Sedangkan warga keturunan (Cina, Arab, Indo-Belanda dll) hanya dapat diterima sebagai anggota luar biasa. PNI semakin berpengaruh dengan gaya kepemimpinan Sukarno yang mendasarkan perjuangannya pada asas Marhaenisme (sosio-nasionalisme dan sosiodemokrasi). Marhaenisme sebagai istilah yang diciptakan Sukarno merupakan ideologi kerakyatan yang mencita-citakan terbentuknya masyarakat
sejahtera
secara
merata.
Sosio-nasionalisme
adalah
nasionalisme yang berperikemanusiaan sedangkan sosio-demokrasi adalah demokrasi yang menuju pada kesejahteraan sosial, kesejahteraan seluruh bangsa. Cita-cita persatuan yang sering ditekankan dalam rapat-rapat umum PNI, dalam waktu relatif singkat dapat terwujud. Dalam rapat umum di Bandung tanggal 17-18 Desember 1927 beberapa organisasi dan partai politik seperti PNI, Partai Sarekat Islam, Budi Utomo, Pasundan, Sumatrabond, Kaum Betawi, dan Algeemene Studieclub sepakat
untuk
mendirikan
suatu
federasi
PPPKI
(Permufakatan
Perhimpunan – Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia). Pada rapat PNI di Bandung tanggal 24-26 Maret 1928 disusun program asas dan daftar usaha yang merupakan anggaran dasar PNI yang kemudian disahkan pada kongres PNI I di Surabaya pada tanggal
Sejarah SMA/SMK K - 3
214
27-30 Mei 1928. Program asas tersebut mengemukakan bahwa perubahan-perubahan struktur masyarakat Belanda pada abad XVI yang membawa kebutuhan-kebutuhan ekonomi baru, menyebabkan timbulnya imperalisme Belanda. Dengan imperalisme ini, Indonesia dijadikan tempat mengambil bahan mentah, pasar untuk hasil industrinya dan tempat penanaman modal. Hal ini merusak struktur sosial, ekonomi dan politik bangsa Indonesia dan menghambat usaha untuk memperbaikinya. Syarat utama memperbaiki susunan masyarakat Indonesia adalah kemerdekaan politik. Karena alasan-alasan ekonomi dan sosial maka Belanda tidak bersedia
meninggalkan
tanah
jajahannya
(Nugroho
Notosusanto,
1975:216). Dalam daftar usaha atau rencana kerja, PNI mencantumkan usaha-usaha diberbagai aspek kehidupan. Pada kongres PNI I di Surabaya tangal 27-30 Mei 1928, berhasil mengesahkan anggaran dasar, program asas dan rencana kerja PNI. Kongres tersebut juga sepakat memilih Ir. Sukarno sebagai ketua Pengurus Besar PNI dan Mr. Sartono sebagai bendahara. PNI juga berperan dalam mendukung gerakan pemuda. Hal ini dibuktikan dengan dukungannya terhadap terlaksananya Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Pada tanggal 18-20 Mei 1929 dilaksanakan Kongres PNI II di Jakarta, dengan keputusan antara lain: a. Bidang ekonomi dan sosial, dengan mendukung berkembangnya Bank Nasional Indonesia, mendirikan koperasi, studiefond, serikat-serikat kerja, mendirikan sekolah, dan rumah sakit. b. Bidang politik, mengadakan hubungan dengan Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda dan menunjuk PI sebagai wakil PPPKI di luar negeri. Gerakan dan kegiatan PNI menimbulkan reaksi dari pihak pemerintah yang dianggap akan membahayakan posisi pemerintah Hindia Belanda. Bahkan beredar isu jika PNI bersiap mengadakan pemberontakan melawan pemerintah Hindia Belanda. Pada tanggal 29 Desember 1929, Ir. Sukarno ditangkap oleh pihak keamanan Belanda di Yogyakarta kemudian dibawa ke Bandung. Sementara itu, para anggota atau pengurus juga ditangkap. Empat tokoh PNI yaitu Ir. Sukarno, Gatot
Sejarah SMA/SMK K-7
215
Mangkuprojo, Maskun Sumadireja, dan Supriadinata diajukan ke pengadilan negeri di Bandung. Namun sikap pemerintah Belanda yang reaksioner terhadap tokoh PNI mendapat kritik tajam para anggota Volksraad. Anggota Fraksi Nasional di Volksraad yaitu Muhammad Husni Tamrin
berpendapat
bahwa
tindakan
pemerintah
tidak
dapat
dipertanggungjawabkan dan pemerintah telah berlaku tidak bijaksana dan tidak adil dalam menghadapi pergerakan rakyat Indonesia (Sagimun MD,1989: 107). Putusan hukuman terhadap toloh-tokoh PNI tersebut dijatuhkan pada tanggal 22 Desember 1930 yang dikukuhkan oleh Raad van Justitie Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 17 April 1931. Keputusan tersebut adalah sebagai berikut: a. Ir. Sukarno selaku Ketua Pengurus Besar PNI dijatuhi hukuman penjara selama 4 tahun; b. Gatot Mangkupraja, selaku Sekretaris II Pengurus Besar PNI dijatuh hukuman 2 tahun; c. Maskun Sumadireja, selaku Sekretaris II PNI Cabang Bandung dijatuhi hukuman penjara 1 tahun delapan bulan; dan d. Suprianata, selaku anggota PNI Cabang Bandung dijatuhi hukuman 1 tahun 8 bulan. Dalam pembelaannya atau pledoi, Sukarno membacakan dalam bahasa Belanda yang berjudul ― Indonesia klaagt aan‖, artinya Indonesia Menggugat. Pledoi tersebut dianggap sebagai sesuatu yang luar biasa karena secara ilmiah mengecam sistem dan cara pemerintah Belanda dalam menindas rakyat Indonesia. Namun pemerintah tetap melakukan tekanan terhadap PNI dan menganggap PNI sebagai partai terlarang yang bertujuan melakukan kegiatan makar terhadap pemerintah. Akhirnya PNI menyatakan membubarkan diri sebagai organisasi atau partai politik. 9. Organisasi-Organisasi Pemuda Kota-kota besar di Jawa, terutama Batavia atau Jakarta mempunyai daya tarik tersendiri sehingga pemerintah Hindia Belanda menjadikan kota tersebut sebagai ibu kota Nederlandsche Indie atau Hindia Belanda. Sebagai ibu kota tentunya Jakarta menjadi pusat
Sejarah SMA/SMK K - 3
216
berbagai aktivitas dalam berbagai bidang termasuk politik, ekonomi, perdagangan, budaya, dan lain-lain. Seiring dengan hal itu, kota Jakarta menjadi tempat dari berbagai daerah di Indonesia untuk mencari penghidupan yang lebih baik sehingga berkumpul berbagai suku bangsa di kota tersebut. Pada saat nasionalisme Indonesia belum terbentuk, yang ada adalah rasa kebersamaan atau solidaritas berdasarkan kedaerahan atau kesukuan. Nasionalisme regional atau lokal pada kesukuan seperti Jawa, Ambon, Batak, Sunda, dan lainnya akhirnya sebagai salah satu modal munculnya nasionalisme Indonesia. Setelah lahirnya organisasi Budi Utomo sebagai tonggak awal lahirnya organisasi modern di Indonesia maka organisasi-organisasi lain segera tumbuh, antara lain organisasi kepemudaan yang berdasarkan semangat kedaerahan, seperti: Trikoro Darmo Pada tanggal 7 Maret 1915, para pemuda pelajar seperti Satiman, Kadarman, dan Sumardi mendirikan organisasi pemuda Trikoro Darmo, artinya ―tiga tujuan mulia‖. Tiga tujuan tersebut meliputi Sakti, Budi, dan Bakti. Keanggotaan Trikoro Darmo adalah para pelajar yang berasal dari Jawa dan Madura. Asas dan tujuan Trikoro Darmo adalah: 1) Menimbulkan pertalian di antara pelajar Bumiputera; 2) Menambah pengetahuan umum bagi anggotanya; dan 3) Membangkitkan perasaan terkait dengan bahasa dan Budaya Hindia/ Indonesia Trikoro Darmo berkembang cukup pesat dengan membuka cabang di berbagai kota di Jawa. Dalam kongres I di kota Solo, 12 Juni 1918 Trikoro Darmo berubah nama menjadi Jong Java yang artinya Pemuda Jawa. Cita-cita Jong Java membina persatuan dan persaudaraan para pemuda pelajar Jawa dan sekitarnya. Jong Sumatra Bond Setelah munculnya Jong Java, diikuti organisasi pelajar lainnya yaitu Jong Sumatra Bond di Jakarta pada tanggal 2 Desember
Sejarah SMA/SMK K-7
217
1917. Maksud dan tujuan dari organisasi itu adalah
mempererat
hubungan dan persaudaraan pelajar-pelajar dari pulau Sumatera. Kongres pertama Jong Sumatera Bond dilakukan di Padang Sumatera Barat pada bulan Juli 1921.
Organisasi Pemuda yang Lain Kecenderungan terbentuknya organisasi pelajar atau pemuda mempengaruhi pemuda suku bangsa lain untuk mendirikan organisasi kepemudan atau pelajar sehingga muncul Jong Minahasa,J ong Celebes, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Betawi, serta lainnya. 10. Sumpah Pemuda Pada
akhirnya
muncul
dorongan
untuk
menyatukan
wadah
perjuangan pemuda menjadi wadah bagi lahirnya semangat nasionalisme Indonesia. Hal ini dipengaruhi adanya organisasi-organisasi sosial dan politik yang bersifat nasional dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia seperti Perhimpunan Indonesia, Indische Partij, PNI, dan lainnya sehingga lahir organisasi pemuda yang berasas kebangsaan seperti Jong Indonesia yang berubah menjadi Pemuda Indonesia dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Untuk menindaklanjuti dalam mewujudkan cita-cita perjuangannya, maka diadakan kongres pemuda, yaitu: Kongres Pemuda I Organisasi-organisasi pemuda dan pelajar yang sudah berazas persatuan
bangsa
berusaha
untuk
mempersatukan
organisasi-
organisasinya dalam suatu gabungan atau fusi. Pada tanggal 30 April sampai dengan 2 Mei 1926 di Jakarta dilaksanakan Rapat Besar Pemuda-Pemuda Indonesia (Eerste Indische Jeugd-Congres). Pertemuan ini dalam Sejarah Indonesia dikenal dengan Kongres Pemuda I. Kongres Pemuda I dihadiri oleh delegasi dari berbagai organisasi atau perkumpulan pemuda di Indonesia seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatra Bond, Jong Batak Bond dan lain-lain. Kongres ini dipimpin oleh Muhammad Tabrani berusaha membentuk perkumpulan pemuda secara tunggal, sebagai badan pusat dengan tujuan:
Sejarah SMA/SMK K - 3
218
a. Memajukan paham persatuan dan kebangsaan; dan b. Mempererat hubungan antara organisasi pemuda yang ada. Meski dalam Kongres Pemuda belum terwujud wadah organisasi yang tunggal namun telah memberi perhatian bagi kebangkitan perasaan nasionalisme dan kebangsaan di antara organisasi pemuda serta sebagai langkah menuju kongres pemuda selanjutnya. Kongres Pemuda II Sebagai tindak lanjut dari Kongres Pemuda I, pada tanggal 23 April 1927 dilaksanakan pertemuan di antara organisasi kepemudaan yang telah ada, dengan hasil merumuskan beberapa keputusan penting seperti: a. Indonesia Merdeka menjadi cita-cita
perjuangan seluruh pemuda
Indonesia; dan b. Organisasi kepemudaan berdaya upaya menuju persatuan dalam satu organisasi. Pada bulan Juni 1928 terbentuk Panitia Konggres Pemuda II dengan susunan panitia sebagai berikut: Ketua
:
Sugondo Joyopuspito dari PPPI ( Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia)
Waklil Ketua : Joko Marsaid, dari Jong Java Sekretaris
: Muhammad Yamin dari Jong Sumatra Bond
Bendahara
: Amir Syarifudin dari Jong Batak Bond
Sejarah SMA/SMK K-7
219
Gambar 9.2, Panitia dan anggota kongres Pemuda Indonesia ke 2, 28 Oktober 1928 di Gedung Indonesische Club Gebouw jl Kramat Raya 106 Jakarta. (Sumber : Capita Selecta : 1981).
Kongres Pemuda II pada tanggal 28 Oktober dihadiri oleh perwakilan dari organisasi kepemudaan, unsur partai politik, perwakilan anggota Voklsraad bahkan utusan dari pemerintah Hindia Belanda yaitu Dr. Pijper dan Van der Plas. Suasana cukup tegang karena terdapat dua kepentingan yang saling berlawanan antara para pemuda dengan pihak pemerintah. Dalam acara itu, W.R. Supratman memperdengarkan lagu Indonesia Raya serta terdapat keputusan rapat dalam kongres itu yang dikenal dengan Sumpah Pemuda , yaitu: Pertama
Kami
putera
dan
puteri
Indonesia,
mengaku
bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kedua
Kami
putera
dan
puteri
Indonesia,
mengaku
berbangsa satu, bangsa Indonesia. Ketiga
Kami putera dan puteri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda disahkan di Jakarta pada Kongres Pemuda II di Jakarta, organisasi-organisasi kepemudaan belum mempunyai badan fusi untuk menjadi satu di antara organisasi pemuda yang ada. Namun momen tersebut menjadi suatu terobosan bagi perjuangan seluruh rakyat Indonesia dalam wadah Pergerakan nasional Indonesia.
PENDUDUKAN JEPANG DAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI A. Pendudukan Jepang di Indonesia 1). Latar Belakang Pendudukan Jepang di Indonesia Perang Dunia II, terjadi di dua benua. Di Eropa, Nazi Jerman melawan pasukan Sekutu. Sedangkan di Benua Asia antara Jepang dengan pasukan Sekutu. Jerman dan Jepang yang berpaham Fasisme berusaha menguasai negara-negara di dunia. Perang Dunia II di Asia dikenal dengan sebutan ―Perang Pasifik‖ atau ―Perang Asia Timur Raya‖, Jepang berusaha membangun imperium di Asia.
Sejarah SMA/SMK K - 3
220
Perang Dunia II di Asia di mulai pada tanggal 8 Desember 1941 saat tentara Jepang (Dai Nippon) secara mendadak menyerang Pearl Harbor di kepulauan Hawai yang merupakan pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat yang terbesar di Pasifik. Pasukan Jepang yang dipimpin Laksamana Yamamoto bergerak sangat cepat, menuju ke selatan termasuk ke Indonesia. Sesaat setelah Jepang menyerang Pearl Harbor, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yaitu Tjarda Van Starkenborgn Stachouwer mengumumkan perang dengan Jepang. Pasukan Jepang sejak awal berusaha dapat menguasai Indonesia sejak pecahnya perang Pasifik. Alasannya Angkatan Perang Jepang (Dai Nippon) membutuhkan minyak bumi dan bahan mentah lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan angkatan perangnnya. Pada tanggal 10 Januari 1942, tentara Jepang telah mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur kemudian disusul dengan penguasaan daerah Balikpapan, Pontianak dan Banjarmasin. Daerah-daerah pertambangan minyak di Kalimantan dengan mudah di kuasai Jepang. Gerak tentara Jepang dilanjutkan ke Sumatra, dengan menduduki Palembang pada tanggal 14 Februari 1942, sehingga semakin mudah untuk merebut Pulau Jawa. Tentara Jepang menjalankan siasat perang kilta (Blitz Krieg) dalam rangka mewujudkan Imperium Asia Timur Raya. Dalam menghadapi ekspansi Jepang, dibentuklah ABDA Com (American, British, Dutch, Australian Command) dengan markasnya di Lembang, Bandung. Sementara itu Letjend. H. Tjer Poorten diangkat sebagai Panglima Tentara Hindia Belanda (KNIL). Namun dalam waktu relatif singkat tentara Jepang dapat menguasai hampir seluruh kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Markas besar Kemaharajaan Jepang membentuk tentara umum selatan yang antara lain : -
Tentara ke-14 (dipimpin Letjend. Homma Masaharu) dengan wilayah operasi di Philipina.
-
Tentara ke-15 (dipimpin Letjend. I ida Shojiro) dengan wilayah operasi di Thailand dan Burma.
-
Tentara ke-16 (dimpin Letjend. Imamura Hitoshi) dengan operasi di Indonesia (Hindia Belanda).
-
Tentara ke-25 (dipimpin Letjend. Yamashita Tomoyuki) dengan di Malaya (Malaysia).
Sejarah SMA/SMK K-7
221
Di samping itu terdapat beberapa ―Divisi‖ dalam struktur pasukan tersebut. Pada tanggal 1 Maret 1942, tentara ke-16 Angkatan Darat Jepang yang dipimpin Letjend. Hitoshi Imamura telah mendarat di Pulau Jawa di tiga tempat, yaitu : 1. Di teluk Banten, Jawa Barat 2. Di Eretan Wetan, Jawa Barat 3. Di Kragan, Rembang, Jawa Tengah. Tentara Jepang dengan mudah merebut kota-kota penting di Jawa seperti Batavia, Bandung, dan lain-lain. Pada tanggal 8 Maret 1942 Letjend. H. Tjer Poorten selaku Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda dan atas nama Angkatan Perang Sekutu di Indonesia menyerah tanpa syarat kepada pasukan Jepang. Perundingan penyerahan tersebut berlangsung di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Dalam perundingan Kalijati ini, dari Jepang diwakili Gubernur Jenderal Imamura sedang dari puhak Belanda diwakili oleh Gubernur Jenderal Tjarda dan Jenderal Ter Poorten. Tanggal 8 Maret 1942 dimulai jaman pendudukan Jepang di Indonesia. Kedatangan tentara Jepang yang mengusir imperalis Belanda bertujuan bukan untuk membebaskan rakyat Indonesia, namun mempunyai maksud tertentu. Faktor-faktor utama kedatangan tersebut adalah : Indonesia kaya hasil tambang, sehingga menunjang untuk keperluan perang. Indonesia terdapat bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri Jepang. Indonesia memiliki tenaga manusia (man-power) yang banyak sehingga dapat mendukung usaha Jepang. Ambisi Jepang untuk mewujudkan ―Hakko Ichi-u‖ yaitu pembentukan imperium yang meliputi bagian besar dunia yang dipimpin Jepang. Kepentingan migrasi, maksudnya wilayah Jepang yang sempit sedang jumlah penduduk banyak maka dibutuhkan tempat bagi pemerataan penduduk. Pada awalnya kedatangan pasukan Jepang ke Indonesia disambut dengan suka cita, karena beberapa alasan diantaranya :
Kesengsaraan rakyat akibat imperalis Belanda. Adanya slogan Tiga A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia). Penduduk pribumi diangkat sebagai Pegawai Administrasi Pemerintahan.
Sejarah SMA/SMK K - 3
222
Tokoh-tokoh nasional seperti Sukarno, Hatta dan Syahrir yang sebelumnya diasingkan Belanda, dibebaskan oleh Jepang. Diijinkannya pengibaran bendera merah putih untuk dikibar-kan dan lagu Indonesia Raya untuk dikumandangkan. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam urusan formal dan non formal serta pelarangan penggunaan Bahasa Belanda. Kepercayaan masyarakat Jawa terhadap ramalan Jaya Baya. Jayabaya adalah Raja Kerajaan Daha, Kediri (1051 – 1062). Masyarakat Jawa banyak yang percaya terhadap ramalan-ramalannya. Ramalan itu antara lain ―Pulau Jawa kelak akan diperintah bangsa kulit putih (Belanda), kemudian dari arah utara akan datang bangsa Katai, kulit kuning bermata sipit. Pemerintahan dari bangsa kulit kuning tidak lama, hanya seumur jagung. Dan sesudah itu Jawa akan merdeka‖. 2). Usaha Jepang Menanamkan Kekuasaan Sejak perjanjian Kalijati 8 Maret 1942, maka berakhirlah Pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia dan secara resmi dikuasai Jepang. Sesaat setelah menduduki Indonesia, Jepang membagi tiga pemerintahan militer di Indonesia yaitu :
Tentara ke-16 meliputi Jawa dan Madura dengan pusatnya di Jakarta. Tentara ke-25 meliputi Sumatra dengan pusatnya Bukit Tinggi. Armada Selatan kedua di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian, dengan pusatnya di Makasar. Dalam perkembangnya tampak sekali bahwa pendudukan Jepang di Kawasan Asia hanyalah ambisi Jepang untuk mewujudkan Imperium di Asia. Jepang juga berusaha untuk memperkenalkan budaya Jepang di Indonesia, antara lain dengan :
Penggantian penggunaan tarikh masehi dengan tahun Sumera (Tarikh Jepang).
Pemasangan bendera Hinomaru dan lagu Kimigayo dalam setiap perayaan hari-hari besar.
Rakyat Indonesia wajib merayakan hari raya Tencosetsu (hari lahirnya Kaisar Hirohito). Janji-janji pasukan Jepang untuk membebaskan saudara muda hanya
taktik sementara untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Jepang mulai dengan
Sejarah SMA/SMK K-7
223
wajah aslinya. Pada tanggal 20 Maret 1942 dikeluarkan peraturan pemerintahan militer yaitu :
Pelarangan rapat dan gerakan mengenai pemerintahan dan struktur negara.
Pelarangan pengibaran bendera kecuali bendera Jepang. Disamping itu, tentara Jepang mulai bertindak kasar dan kejam terhadap
warga pribumi. Baik secara mental maupun fisik, rakyat Indonesia merasakan tekanan dari penguasa baru yang sebelumnya dianggap saudara tua.
3). Organisasi-organisasi pada masa Pendudukan Jepang Pada masa pendudukan Jepang, organisasi ataupun partai politik yang ada pada masa Hindia Belanda dibekukan. Sebagai gantinya didirikan organisasiorganisasi seperti : a. Gerakan Tiga A Dengan Motto Nippon pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia. Gerakan ―Tiga A‖ merupakan organisasi pertama di Indonesia yang bertujuan untuk memobilisasi rakyat Indonesia agar mendukung Jepang dalam menghadapi Sekutu. Gerakan ―Tiga A‖ yang didirikan pada tanggal 29 April 1942 dipelopori oleh Pendudukan Jepang ―Bagian Propaganda Tentara Jepang‖ yang dikenal dengan nama ―Sendenbu‖. Tokohnya bernama Shinaizu Hitoshi. Gerakan tiga ―A‖ yang di sponsori oleh ―Sendenbu‖ ini di ketuai oleh orang Indonesia yang bernama Mr. Syamsuddin (seorang tokoh Parindra). Namun gerakan ―Tiga A‖ hanya bertahan sebentar karena dianggap gagal dalam menggerakkan rakyat Indonesia dalam rangka mendukung Jepang menghadapi Sekutu. Jepang menyadari bahwa kaum intelektual pribumi telah membina Pergerakan Nasional Indonesia yang mengakar pada masyarakat.
b. PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) Kegagalan gerakan Tiga ―A‖ gagal disebabkan dipimpin oleh Mr. Syamsuddin yang bukan merupakan pemimpin Nasional Indonesia yang berpengaruh. Akhirnya Jepang merangkul pemimpin Pergerakan Nasional yang senior seperti Sukarno dan Hatta. Untuk itu Jepang membebaskan Sukarno Hatta dan Sutan Syahrir yang masih dalam pengasingan pada akhir jaman pemerintahan Hindia Belanda.
Sejarah SMA/SMK K - 3
224
Dibawah kepemimpinan Empat Serangkai (Sukarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara dan Kiai Haji Mas Mansur) pada tanggal 9 Maret 1943 berdirilah organisasi baru PUTERA (Pusat Tenaga Kerja). Dalam PUTERA ini antara kepentingan Jepang dan kepentingan bangsa Indonesia dapat berjalan searah. Pihak Jepang berharap agar PUTERA dapat menjadi penggerak tenaga rakyat Indonesia untuk membantu usaha-usaha perang Jepang menghadapi sekutu. Jepang berusaha menanamkan perasaan sentumen anti barat kepada rakyat Indonesia, sementara itu, bagi pemimpinpemimpin bangsa Indonesia, PUTERA dijadikan sarana untuk menanamkan serta membangkitkan nasionalisme dan kesiapan mental rakyat bagi terwujudnya kemerdekaan. Bung Karno sering berpidato bersemangat dan berapi-api dihadapan masa pada rapat raksasa ataupun melalui siaran radio. Namun PUTERA akhirnya dibubarkan oleh pemerintah Jepang, alasannya adalah :
Pejabat-pejabat
Jepang
tidak
puas
dengan
PUTERA
yang
lebih
menguntungkan Indonesia dengan persiapan-persiapan kemerdekaan.
Jepang, khawatir jika PUTERA menjadi bomerang bagi Jepang.
Memburuknya situasi Perang Asia Timur Raya yang menuntut dimaksimalkan pengerahan untuk perang. Sebelum dibubarkannya ―PUTERA‖ terjadi perkembangan dalam sikap
pemerintah Jepang terhadap status Indonesia yaitu:
Pernyataan Perdana Menteri Jepang yaitu Tojo pada tanggal 16 Juni 1943 mengenai diberikannya partisipasi politik bagi orang Indonesia.
Maklumat Perdana Menteri Koiso (pengganti Tojo) pada tanggal 9 September 1944 bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan di kemudian hari.
c. Jawa Hokokai Pada tanggal 8 Januari 1944, Jepang mendirikan Jawa Hokokai atau Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa. Sebagai pengganti ―PUTERA‖ maka sifat Jawa Hokokai berbeda dengan organisasi sebelumnya. PUTERA merupakan suatu gerakan Indonesia yang dipimpin tokoh-tokoh Indonesia sedangkan Jawa Hokokai merupakan organisasi Jepang yang anggotanya :
Sejarah SMA/SMK K-7
225
Perbedaan antara PUTERA dan Jawa Hokokai PUTERA 1. Suatu Gerakan Indonesia
Jawa Hokokai 1. Organisasi pemerintah
dibawah pengawasan
pendudukan Jepang,
pendudukan Jepang.
anggotanya 5 orang Jepang dan masyarakat Indonesia.
2. Di pimpin oleh tokoh-tokoh
2. Di pimpin oleh Gunseikan
Indonesia.
(kepala pemerintah militer Jepang).
3. Penanaman sikap anti barat
3. Penonjolan sifat kebaktian pada Jepang.
4). Usaha Jepang Mempertahankan Kekuasaan Dalam perkembangan Perang Pasifik, situasi menjadi berubah karena kekuatan pasukan Sekutu menjadi lebih dominan di beberapa Front Pertempuran dibanding tentara Jepang. Kondisi ini memaksa Jepang merubah sikapnya terhadap negeri-negeri yang didudukinya. Jepang membutuhkan bantuan rakyat setempat guna menahan Ofensif Tentara Sekutu. Menyikapi hal tersebut, berdasar keputusan sidang parlemen ke-82 di Tokyo, di kemukakan Perdana Menteri Tojo dilapangan IKADA, Jakarta pada tanggal 7 Juli 1943 tentang adanya, kesempatan untuk ambil bagian dalam pemerintahan. Disamping itu pemerintah militer Jepang mulai mengerahkan pemuda-pemuda Indonesia membantu usaha perang Jepang. Pada bulan Januari 1943 dibukalah pusat latihan militer untuk pemudapemuda Indonesia yang dikenal dengan nama ―Sainen Dojoú‖ (tempat latihan pemuda-pemuda di Tangerang, Jawa Barat). Sainen Dojo dipimpin perwira Jepang yaitu Yanagawa. Ia merupakan salah seorang perwira Jepang yang mendukung cita-cita kemerdekaan sehingga setelah Indonesia merdeka, Yanagawa menjadi warga negara Indonesia. Pada tanggal 29 April 1943 Jepang membentuk organisasi semi militer di Indonesia yaitu :
Sejarah SMA/SMK K - 3
226
a. Seinendan (Barisan Pemuda) Seinendan bertujuan untuk mempersiapkan pemuda Indonesia secara mental maupun tehnis dalam memberikan dukungan dalam usaha perang. Susunan pengurus Seinendan terdiri atas : a. Dancho
(Komandan)
b. Fuku Dancho
(Wakil komandan)
c. Komon
(Penasehat)
d. Sanyo
(Anggota Dewan Pertimbangan)
e. Kanji
(Administrator).
Pada akhir jaman pendudukan Jepang, Seinendan mempunyai kurang lebih 500.000 anggota. Disamping itu juga ditampung Seinendan perempuan yang diberi nama ―Yoshi Seinendan‖. b. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi) Keibodan tugasnya memelihara keamanan dan ketertiban. Pembinaan Keibodan diserahkan kepada ―Keimubu‖ atas Departemen Kepolisian. c. Heiho (Pembantu Prajurit) Pada tanggal 22 April 1943 tentara wilayah ketujuh, mengeluarkan peraturan tentang pembentukan Heiho (Pembantu Prajurit). Sejak itu para Heiho dilatih dan dipergunakan dalam berbagai kesatuan militer dibawah wewenang tentara wilayah ketujuh yang didalamnya termasuk tentara keenam belas (yang menguasai Jawa – Madura). Pihak Jepang tidak meragukan kemampuan Heiho dalam melaksanakan tugas-tugas militernya. Namun yang dikhawatirkan adalah kesetiaan para Heiho terhadap usaha dan kepentingan perang Jepang. Pihak Jepang merasa takut jika para pemuda Indonesia yang telah terdidik dan terlatih secara militer akan memukul balik pasukan Jepang di Indonesia. Pasukan Heiho dipergunakan di beberapa daerah di Indonesia, termasuk di bagian Timur Indonesia yang terjadi pertempuran yang seru dengan pihak Sekutu seperti wilayah Sorong, Manukwari, Halmahera serta wilayah diluar Indonesia seperti kepulauan Salomon di wilayah Pasifik. d. Fujinkai (Himpunan Wanita) Pada bulan Agustus 1943 dibentuk Fujinkai. Tujuannya untuk pengerahan tenaga militer Jepang dari kaum wanita. Dalam keanggotaan batas umur adalah 15 tahun. Kepada kaum wanita ini juga diberikan latihan-latihan militer.
Sejarah SMA/SMK K-7
227
e. PETA (Pembela Tanah Air) Lahirnya PETA dimulai dari usul R. Gatot Mangkuprojo melalui suratnya tanggal 7 September 1943 ditujukan kepada ―Gunseikan‖. Isi surat tersebut antara lain meminta agar bangsa Indonesia diijinkan membantu militer Jepang secara langsung di garis depan dalam menghadapi Sekutu. Sebenarnya usul tersebut, terdapat dua kepentingan yang sejalan, pihak Jepang membutuhkan tenaga
pemuda-pemuda
Indonesia
dalam
membantu
pasukan
Jepang
mempertahankan Indonesia dari serangan Sekutu. Sebaliknya, pihak Indonesia juga membutuhkan pemuda-pemuda yang terampil di bidang militer yang kelak akan dipergunakan untuk merebut serta mempertahankan kemerdekaan. Pada dasarnya PETA terdiri dari orang-orang dalam suatu daerah Karisidenan (Syu) yang bertugas dan berkewajiban untuk membela dan mempertahankan daerah karisidenannya masing-masing dari serangan Sekutu. Tentara PETA memiliki lima tingkat kepangkatan, yaitu : a. Daidanco
=
Komandan Batalion
b. Cudanco
=
Komandan Kompi
c. Shodanco
=
Komandan Peleton
d. Bundanco
=
Komandan Regu
e. Giyubei
=
Prajurit Sukarela
f. MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia) Sejak kedatangannya ke Indonesia, Jepang memperhatikan yang khusus kepada organisasi Islam dari pada organisasi pergerakan nasional. Golongan Islam dianggap sebagai anti barat, sehingga dimanfaatkan Jepang untuk mendukung Sekutu. Maka tanggal 13 Juli 1942 pemerintah pendudukan Jepang mengijinkan organisasi MIAI yang didirikan oleh KH. Mas Masyur di Surabaya pada tahun 1937 untuk tetap berdiri. Namun MIAI dianggap kurang dinamis dalam membantu usaha perang, sehingga pada bulan Oktober 1943 dibubarkan dan diganti organisasi Islam yang baru yaitu MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia) pada tanggal 22 November 1943. 2. Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Tentara Jepang Pada awalnya, kedatangan tentara Jepang di Indonesia disambut gembira. Kedatangannya dianggap sebagai pembebas rakyat Indonesia dari belenggu
Sejarah SMA/SMK K - 3
228
penjajahan Belanda. Rakyat Indonesia tertipu dengan janji dan propaganda Jepang. Penindasan dan kekejaman pasukan Jepang melebihi penjajahan Belanda. Kekayaan bumi Indonesia meliputi pertambangan, pertanian, perkebunan, peternakan dan lain-lain dikuasainya. Disamping itu terdapat budaya Jepang dipaksakan di Indonesia yang bertantangan dengan norma agama dan norma adat seperti : -
Saikerei
:
Yaitu memberi hormat kepada kaisar Jepang (Tenno Heika) dengan cara membungkukkan badan serta menundukkan kepala ke arah istana kaisar Jepang.
-
Sake
:
Kebiasaan orang Jepang yang suka minum-minuman keras.
Golongan yang tertindas antara lain ―Romusha‖ yaitu mereka yang dipekerjakan dengan paksa oleh pendudukan Jepang. Jepang memerlukan tenaga kasar untuk membangun sarana perang seperti benteng, jalan raya, dan lain-lain. Pada mulanya tugas-tugas tenaga kerja Indonesia bersifat sukarela, namun akhirnya pengerahan tenaga bersifat paksaan. Pada romusha juga di kirim ke luar Jawa dan luar Indonesia seperti Burma, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan lain-lain. Banyak diantara Romusha meninggal dalam tugas. Untuk menghilangkan ketakutan penduduk untuk dijadikan Romusha sejak tahun 1943 Jepang menjuluki para Romusha sebagai ―Prajurit Ekonomi‖ atau ―Pahlawan Pekerja‖. Akibat penindasan tentara Jepang maka terjadi perlawanan rakyat Indonesia :
a. Perlawanan di Sukamanah Sukamanah
merupakan
sebuah
desa
di
Kecamatan
Singapura,
Tasikmalaya, Jawa Barat. Perlawanan rakyat Sukamanah dipimpin oleh K.H. Zainal Mustafa. K.H. Zainal Mustafa sebelumnya menentang pemerintahan Hindia Belanda, sehingga dipenjara oleh Kolonial Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, ia dibebaskan. Namun akhrinya terjadi perlawanan rakyat terhadap Jepang di Sukamanah yang dipimpin K.H. Zainal Mustafa menolak melakukan Saikerei, yaitu membungkuk memberi hormat pada kaisar Jepang. Hal ini yang mendorong munculnya perlawanan rakyat. K.H. Zainal Mustafa dapat ditangkap dan
Sejarah SMA/SMK K-7
229
dipenjara di Cipinang (Jakarta). Namun tanggal 25 Oktober 1944, ia bersama pengikutnya dibunuh tentara Jepang. b. Perlawanan di Aceh Pada tanggal 10 November 1942 di daerah Cot Plieng, Lhok Seumawe, Aceh terjadi perlawanan rakyat menentang pasukan Jepang. Perlawanan ini dipimpin Teungku Abdul Jalil. Namun, ketika Teungku Abdul Jalil bersama pengikutnya sedang bersembahyang, dibunuh oleh tentara Jepang. c. Perlawanan PETA di Blitar Pada
tanggal
14
Februari
1945,
Shodanco
Supriyadi
memimpin
pemberontakan PETA di Blitar, sedang Shodanco Muradi sebagai komandan pertempuran. Pemberontakan bergerak keseluruh penjuru kota Blitar dan menuju ke pos-pos pasukan Jepang di luar kota. Akhirnya pemberontakan tersebut dapat diredam. Para pemberontak ditangkap ataupun dibujuk untuk kembali ke Blitar dengan kemauan sendiri. Namun pasukan Jepang telah meng-gunakan taktik tipu daya. Kolonel Katagiri (komandan Batalyon dari Malang) membujuk kepada Shodanco Muradi dan anak buahnya untuk menyerah dan akan diampuni oleh pemerintah militer Jepang. Perundingan antara Muradi dan Katagiri didaerah Ngancar, Blitar pada tanggal 21 Februari 1945. Ternyata pemerintah militer Jepang ingkar janji karena para pemberontak PETA, tetap diajukan di meja perundingan. Sidang pengadilan militer Jepang pada tanggal 13 – 16 April 1945 yang dipimpin Kolonel Yamamoto dengan jaksa penuntut Letnan Kolonel Tanaka akhirnya menjatuhkan hukuman mati kepada Shodanco Muradi dan kawan-kawannya. Sementara itu Shodanco Supriyadi dinyatakan hilang. Ada dugaan Supriyadi tertangkap dan dibunuh. 5). Pembentukan BPUPKI Pada tahun 1943, perang pasifik mulai berbalik arah. Tentara Jepang yang pada awalnya mampu dengan mudah mengalahkan tentara Sekutu, sekarang bersifat defensik. Tentara Sekutu bergerak ofensif untuk merebut kembali wilayah-wilayahnya di Asia – Pasifik. Pemerintah Jepang dan penguasa militer di Tokyo akhirnya meninjau kembali sikap mereka terhadap kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 16 Juni 1943 dalam sidang ke 82 Parlemen Jepang di Tokyo Perdana Menteri Jenderal Hideki Tojo mengumumkan tentang pemberian kesempatan kepada bangsa
Sejarah SMA/SMK K - 3
230
Indonesia untuk berperan serta dalam politik dan pemerintahan. Pada tanggal 7 Juli 1943 Perdana Menteri Tojo berkunjung ke Jakarta dan berpidato di lapangan Ikada mengenai janji kemerdekaan Indonesia dari pemerintah Jepang. Untuk menindak lanjutinya pada tanggal 5 September 1943 dibentuklah ―Chuo Sang-In‖ atau Dewan Pertimbangan Pusat. Kemudian dibentuk ―Syu Sangi Kai‖ atau Dewan Pertimbangan Daerah untuk tiap-tiap karisidenan (Syu). Pada bulan November 1943 di Tokyo diadakan konferensi Asia Timur Raya, maka negara-negara yang telah diberi kemerdekaan di undang seperti Thailand, Philipina, Burma dan pemerintah boneka Jepang di Cina. Sedang India diundang sebagai pengamat sedang Indonesia sama sekali tidak dilibatkan. Hanya, setelah konferensi Asia Timur Raya selesai, Sukarno, Moh. Hatta dan Ki Hajar Dewantara diundang ke Jepang dan bertemu dengan Kaisar Jepang dan Perdana Menteri Tojo. Namun dalam pertemuan tersebut, pemerintah Jepang tidak memberi isyarat tentang kemerdekaan bahkan permohonan untuk menggunakan bendera Nasional dan lagu kebangsaan ―Indonesia Raya‖ juga ditolak. Pada bulan Agustus 1944, situasi pertahanan Jepang semakin buruk. Moral masyarakat dan tentara Jepang merosot serta produksi untuk keperluan perang menurun. Sebelumnya, pada bulan Juli 1944 kepulauan Saipan yang strategis dapat direbut Sekutu. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan kabinet Perdana Menteri Tojo jatuh pada tanggal 17 Juli 1944 dan diganti oleh Perdana Menteri Jenderal Kuniaki Koiso. Langkah yang ditempuh P.M Koiso untuk mempertahankan pengaruhnya pada rakyat di wilayah yang didudukinya ialah dengan cara memberi janji kemerdekaan. Pada tanggal 7 September 1944 dalam sidang parlemen Jepang ke 85 di Tokyo, P.M Koiso mengumumkan bahwa pemerintah Jepang memperkenankan bahwa Hindia Belanda (Indonesia) untuk merdeka di kemudian hari. Tujuan dari pemberian kemerdekaan itu adalah : 1. Mendapat simpati dan popularitas dari rakyat Indonesia. 2. Mengembangkan kebijaksanaan Imperium Asia Timur Raya. 3. Memanfaatkan situasi untuk keperluan perang. Namun Deklarasi P.M Koiso tentang kemerdekaan Indonesia tidak diikuti langkah yang nyata kearah perwujudan kemerdekaan Indonesia. Hal ini disebabkan pemerintah Jepang menganggap bahwa mengatasi krisis perang
Sejarah SMA/SMK K-7
231
dengan Sekutu lebih penting dan mendesak dari pada masalah kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1944 setelah kepulauan Saipan jatuh, ternyata tentara Jepang juga dapat dipukul mundur di kepulauan Solomon oleh tentara Amerika Serikat. Kemudian Irian, Moratai juga dikuasainya. Pada tanggal 20 Oktober 1944, tentara Amerika Serikat yang dipimpin Jenderal Douglas Mac Arthur mendarat di kepulauan Leyte (Philipina). Dan tanggal 19 Februari 1945, benteng Iwo Jima gagal dipertahankan tentara Jepang. Pasukan Sekutu juga menyerang bagianbagian wilayah Indonesia seperti Halmahera, Ambon, Manado, Surabaya, dan Balikpapan. Menghadapi situasi yang kritis ini, pemerintah militer Jepang dibawah pimpinan Saiko Shikian (Panglima Militer) yaitu Kumaciki Harada mengumumkan pembentukan badan yaitu ―Dokuritsu junbi Cosukai‖ atau ―Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia‖ (BPUPKI) pada tanggal 1 Maret 1945. Tujuan dibentuk BPUPKI untuk menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan politik ekonomi, sosial, dan tata pemerintahan yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan negara Indonesia. Ketua BPUPKI adalah dr. Rajiman Widyodiningrat. Pada tanggal 28 Mei 1945 dimulailah upacara pembukaan sidang pertama BPUPKI di gedung Cuo Sangi In, Jakarta. Pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 mengadakan sidang. Pada sidang BPUPKI Mr. Muh. Yamin dan Ir. Sukarno menjadi pembicara yang menyampaikan pidato yang mengusulkan kelima dasar filsafat negara yang dikenal sebagai ―Pancasila‖. Rumusan materi Pancasila yang pertama disampaikan oleh Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, yang mengemukakan lima Azaz dan Dasar Negara kebangsaan Republik Indonesia yaitu : 1. Peri Kebangsaan 2. Peri Kemanusiaan 3. Peri Ketuhanan 4. Peri Kerakyatan 5. Kesejahteraan Rakyat Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Sukarno mengucapkan pidatonya yang dikenal sebagai lahirnya Pancasila menurut Sukarno adalah : 1. Kebangsaan Indonesia 2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
Sejarah SMA/SMK K - 3
232
3. Mufakat atau Demokrasi 4. Kesejahteraan Sosial 5. Ketuhanan Yang Maha Esa. Kelima dasar tersebut dinamakan Pancasila oleh Sukarno.
Sesudah sidang pertama tersebut, pada tanggal 22 Juni 1945 terbentuk Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang yang dikenal dengan ―Panitia Sembilan‖. Anggotanya para anggota BPUPKI yaitu IR. Sukarno, Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subarjo, Mr. A.A. Maramis, Abikusno Cokrosuyoso, Abdul Kahar Muzakir, K.H. Wakhid Hasyim, H. Agus Salim dan Mr. Moh. Yamin. Panitia sembilan menghasilkan suatu dokumen berisikan tujuan dan maksud pendirian negara Indonesia merdeka yang dikenal dengan nama ―Piagam Jakarta‖ atau ―Jakarta Charter‖. Rumusan Dasar Negara Indonesia tersebut yaitu : 1. Ke Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya. 2. (Menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia. 4. (dan)
kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan perwakilan. 5. (serta dengan mewujudkan suatu) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebelum rumusan disahkan, tokoh-tokoh agama Nasrani dari Indonesia Timur menemui Moh. Hatta, agar meninjau lagi isi sila pertama. Akhirnya Drs. Moh. Hatta berkonsultasi dengan empat para pemuka Islam seperti Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimejo, dan Mr. Teuku Mohammad Hasan. Hasilnya, demi persatuan dan kesatuan bangsa, maka sila pertama dirubah ―Ketuhanan Yang Maha Esa‖. Tanggal 10 – 16 Juli 1945 diadakan sidang BPUPKI tentang perumusan terakhir materi Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan juga membahas Rencana Undang-Undang Negara Indonesia Merdeka. Panitia Perancang UUD di ketuai IR. Sukarno. Panitia tersebut kemudian membentuk panitia kecil perancang Undang-Undang Dasar yang beranggota tujuh (7), orang yaitu Prof. Dr. Mr. Supomo, Mr. Wongsonegoro, Mr. Ahmad Subarjo, Mr. A.A. Maramis, Mr.R.P. Singgih, H. Agus Salim dan dr. Sukiman. Hasil perumusan panitia kecil
Sejarah SMA/SMK K-7
233
ini disempurnakan dari segi bahasanya oleh panitia lain yaitu Prof. Dr. Mr. Supomo, H. Agus Salim dan Prof. Dr. P.A. Husein Jayadiningrat. Berkat kerja keras dan kesadaran anggota BPUPKI telah berhasil menyusun produk-produk bagi pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara. Rakyat Indonesia harus sudah siap untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Karena berdasar analisa dan perhitungan politik, tentara Jepang akan segera kalah dalam Perang Dunia II atau Perang Asia Timur Raya.
6). Pembentukan PPKI Pada tanggal 16 Mei 1945 di Bandung diselenggarakan Konggres Pemuda seluruh Jawa yang di sponsori Angkatan Muda Indonesia. Sebenarnya Angkatan Muda Indonesia dibentuk atas inisiatif Jepang pada pertengahan tahun 1944. Dalam perkembangannya gerakan ini lebih bersifat anti Jepang. Konggres tersebut antara lain dihadari oleh Djamal Ali, Chairul Saleh, Anwar Cokroaminoto dan
Harsono
Cokroaminoto
serta
mahasiswa-mahasiswa
IKA
Daigaku,
(Mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta, dianjurkan agar para pemuda bersatu melaksanakan proklamasi kemerdekaan bukan sebagai hadiah dari Jepang. Konggres tersebut dalam suasana nasional kebangsaan Indonesia, Lagu ―Indonesia Raya‖ dinyanyikan tanpa menyanyikan lagu kebangsaan Jepang ―Kimigayo‖. Bendera Merah Putih dikibarkan tanpa bendera Jepang, Hinomaru. Dalam konggres tersebut antara lain menghasilkan dua resolusi yaitu: -
Semua golongan di Indonesia (utamanya golongan pemuda) dipersatukan dan dibulatkan dibawah satu pimpinan nasional.
-
Dipercepatnya pelaksanaan kemerdekaan Indonesia. Ternyata konggres menyatakan dukungan dan kerjasama dengan Jepang dalam usaha mencapai
kemenangan terakhir. Pernyataan tentang kerja sama dengan Jepang tersebut ditentang utusan pemuda dari Jakarta seperti Sukarni, Harsono Cokroaminoto dan Chairul Shaleh. Mereka tidak mengambil bagian dalam gerakan Angkatan Muda Indonesia dan menyiapkan organisasi kepemudaan yang lebih radikal. Pada tanggal 15 Juli 1945 para pemuda radikal tersebut membentuk organisasi ―Gerakan Angkatan Baru Indonesia‖ tujuannya yaitu mencapai persatuan pada semua golongan masyarakat di Indonesia, menanamkan semangat yang revolusioner atas kesadaran sebagai rakyat yang berdaulat, membentuk negara Indonesia, mempersatukan kerjasama dengan Jepang, namun jika perlu bergerak sendiri ‖Mencapai kemerdekaan dengan kekuatan sendiri‖. Namun Gerakan Rakyat Baru tetap harus tunduk pada Gunseiku (pemerintah militer Jepang). Dan ketika tanggal 28 Juli 1945 Gerakan Rakyat Baru diresmikan, dimana Jawa
Sejarah SMA/SMK K - 3
234
Hokokai dan Masyumi digabung ternyata tokoh-tokoh golongan pemuda seperti Chairul Saleh, Sukarni, Harsono Cokroaminoto dan Asmara Hadi menolak untuk bergabung. Nampak jelas perselisihan paham antara golongan tua dan golongan muda tentang cara pelaksanaan berdirinya negara Indonesia. Golongan tua dan muda sependapat bahwa kemerdekaan Indonesia segera diproklamasikan namun keduanya berselisih pendapat tentang pelaksanaannya. Golongan tua sesuai dengan perhitungan politik berpendapat bahwa Indonesia dapat merdeka tanpa pertumpahan darah dengan jalan kerjasama dengan Jepang. Golongan tua menggantungkan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada rapat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pembentukan PPKI (Dokuritsu Jumbi Iinkai) dilaksanakan tanggal 7 Agustus 1945, maka saat itu juga BPUPKI (Dokuritsu Jumbi Cosakai) dibubarkan. Anggota PPKI dipilih oleh Jenderal Besar Terauchi (Panglima Perang Tertinggi di seluruh Asia Tenggara). Untuk pengangkatan tersebut, jenderal Terauci memanggil tiga tokoh nasional terdiri Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Radfiman Widyodiningrat. Pada tanggal 9 Agustus 1945 mereka bertiga berangkat menuju di markas Jenderal. Terauci di Vietnam Selatan. Dalam pertemuan di Dalath (Vietnam Selatan) pada tanggal 12 Agustus 1945, Terauci menyampaikan kepada tokoh-tokoh Indonesia bahwa pemerintah Jepang telah memutuskan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Untuk pelaksanaannya telah dibentuk PPKI sampai menunggu persiapan selesai. Sementara itu, untuk wilayah Indonesia pasca kemerdekaan ada tiga usulan yaitu :
-
Seluruh bekas Hindia Timur Belanda
-
Seluruh bekas Hindia Timur Belanda ditambah dengan Malaya, tetapi tidak mencakup Papua.
-
Seluruh bekas Hindia Timur Belanda, ditambah dengan Malaya, Borneo, Timur Portugis dan Papua serta pulau-pulau yang berdekatan dengannya. Namun terdapat perbedaan antara pemerintah Jepang dengan tokoh-tokoh nasional. Jepang
beranggapan bahwa pemberian kemerdekaan dilakukan secara bertahap dari satu daerah ke daerah lain, alasannya tingkat persiapan tiap wilayah berbeda-beda. Namun tokoh-tokoh nasional bersikeras agar kemerdekaan diberikan kepada seluruh Indonesia sekaligus. PPKI keanggotaannya terdiri dari 21 orang dari seluruh Indonesia. Ketuanya Ir. Sukarno dan wakil Moh. Hatta. Tugas PPKI adalah bertindak sebagai badan yang mempersiapkan penyerahan kekuasaan pemerintahan dari tentara Jepang kepada badan tersebut.
7). Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1. Kekalahan Jepang pada Perang Dunia II Pada tanggal 14 Agustus 1945 tokoh-tokoh nasional yaitu IR. Sukarno, Moh. Hatta dan dr. Radfiman Widyodiningrat berangkat kembali ke Jakarta setelah bertemu dengan Jenderal Terauci di Dalath, Vietnam. Sementara itu perkembangan Perang Dunia II menjadi berbalik karena negara-negara fasis
Sejarah SMA/SMK K-7
235
mulai terdesak oleh kekuatan Sekutu setelah Jerman dan Italia kalah di benua Eropa, tanggal 9 Agustus 1945 Uni Soviet mengumumkan perang dengan kemaharajaan Jepang – Tentara Uni Soviet menyerbu daerah-daerah yang diduduki tentara Jepang di Asia, seperti Mancuria. Sebelumnya tanggal 6 Agustus 1945 kota Hiroshima telah diserang Amerika Serikat dengan dijatuhi Bom Atom. Dan tanggal 9 Agustus 1945 Nagasaki juga dijatuhi Bom Atom. Kekalahan tentara Jepang sudah saatnya tiba. Kaisar Jepang Hirohito (Tenno Heika) menyadari bahwa ambisi membangun Imperium
Asia
Timur
Raya
tidak
mungkin
tercapai.
Kaisar
Jepang
memerintahkan rakyat dan tentaranya untuk menghentikan perang. Hal inilah yang menjadi pertimbangan Sekutu untuk tidak menjatuhkan bom atom ke 3 di Tokyo. Dan pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat (Unconditional Surrender) kepada Sekutu. 2. Peristiwa Rengasdengklok dan Proklamasi Kemerdekaan Peristiwa penting penyerahan Jepang kepada Sekutu tidak banyak di ketahui oleh rakyat Indonesia. Karena pada saat pendudukan Jepang, sumber berita seperti radio disegel dan koran-koran hanya memberitakan kemenangan tentara Jepang. Pimpinan tentara Jepang dengan ketat menyembunyikan berita kekalahan serta peristiwa bom atom, yang membuat negara Jepang porak poranda. Pada saat Sukarno, Hatta dan dr. Rafiman Widyadiningrat kembali ke Jakarta dari Vietnam, berita kekalahan Jepang belum tersebar, namun Sutan Syahrir termasuk tokoh yang mendengar radio tentang penyerahan Jepang. Bung Karno dan Bung Hatta berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus dimusyawarahkan dengan PPKI. Alasannya kemerdekaan yang datangnya dari pemerintahan Pendudukan Jepang atau hasil perjuangan sendiri, tidak akan menjadi persoalan. Hal ini berbeda dengan pendapat golongan muda, yang berpendapat PPKI buatan Jepang, sehingga proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan sendiri terlepas dari pemerintah Jepang. Tanggal 15 Agustus 1945, golongan muda mengadakan rapat dengan hasil bahwa proklamasi harus dilaksanakan sesegera mungkin (tanggal 16 Agustus 1945). Sementara golongan tua tetap perlunya mengadakan rapat PPKI yang merupakan suatu badan perwakilan seluruh Indonesia yang representatif. Disamping itu, kekalahan Jepang pada Sekutu menjadikan pasukan Jepang
Sejarah SMA/SMK K - 3
236
diberi kewajiban menjaga ―Status Quo‖ atas wilayah Indonesia, sehingga jika golongan muda memaksa mengubah ―Status Quo‖ akan terjadi pertumpahan darah. Perbedaan pendapat antara kedua golongan tersebut, membawa golongan muda bertindak untuk menculik Sukarno – Hatta. Tindakan penculikan tersebut bertujuan untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh pemerintah militer Jepang. Pada jam 04.00 hari Kamis 16 Agustus 1945, Sukarno – Hatta diculik kelompok pemuda dan tentara PETA yang dipimpin Sukarni dan Shodanco Singgih dibawa ke Rengasdengklok. Dari Rengasdengklok menuju markas PETA kompi Sudanco Subeno. Dalam pembicaraan, akhirnya disepakati bahwa proklamasi kemerdekaan segera dilaksanakan tanpa campur tangan Jepang. Sementara itu dalam pertemuan di Jakarta dengan golongan muda Ahmad Subarjo meyakinkan bahwa dirinya bertanggung jawab dilaksanakannya proklamasi kemerdekaan di Jakarta secepat mungkin. Hari Kamis, 16 Agustus 1945 jam 16.00, Ahmad Subarjo menuju ke Rengasdengklok menjemput Sukarno – Hatta. Komandan kompi PETA setempat Sudanco Subeno melepas Sukarno – Hatta karena sebelumnya sudah ada jaminan bahwa kemerdekaan akan dikumandangkan tanggal 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul 12.00 siang. Rombongan menuju rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol no.1. Rumah Laksamana Maeda dianggap aman dari kemungkinan gangguan tentara Jepang untuk menggagalkan rencana proklamasi. Rumah Maeda sebagai Kepala Perwakilan Kaigun (Angkatan Laut) memiliki kekebalan ―Extra – Territorial‖ yaitu daerah yang menurut tradisi Jepang harus dihormati oleh Rikugun (Angkatan Darat) Jepang. Dan di rumah tersebut naskah proklamasi disusun. Penyusun teks proklamasi yaitu Sukarno, Hatta dan Ahmad Subarjo dan yang menyaksikan perumusan adalah Sayuti Melik, Sukarni, B.M. Diyah dan Sudiro. Setelah teks proklamasi dirumuskan, muncul persoalan tentang siapa yang berhak menandatangani. Chairul Shaleh berpendapat tidak setuju jika teks proklamasi di tanda tangani PPKI karena PPKI badan bentukan Jepang. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa kemerdekaan Indonesia melalui campur tangan Jepang. Untuk penyelesaiannya, Sukarni berpendapat bahwa penandatangan teks proklamasi yaitu Soekarno – Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul tersebut
Sejarah SMA/SMK K-7
237
disetujui dan akhirnya rumusan teks diserahkan pada Sayuti Melik untuk diketik. Terdapat beberapa perubahan antara teks proklamasi klad (yang ditulis tangan) dengan yang otentik (diketik). Klad
Otentik
1. Kata ―Tempoh‖
Menjadi ―Tempo‖
2. Wakil-wakil bangsa Indonesia
Atas nama Bangsa Indonesia
3. Jakarta, 17 – 8 – 05
Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun ‘05 (Tahun ‘05 adalah tahun Jepang (Syowa 2605 = 1945 masehi)
Setelah naskah proklamasi selesai diketik kemudian ditandatangani Soekarno dan Hatta di tempat tersebut. Bunyi naskah proklamasi tersebut yang disalin Nugroho Notosusanto (1985) adalah sebagai berikut :
PROKLAMASI Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal – hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat – singkatnya. Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05 Atas nama bangsa Indonesia, Soekarno/Hatta
Akhirnya teks proklamasi dikumandangkan oleh Ir. Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur no. 56 (sekarang jalan Proklamasi) Jakarta pada hari Jum‘at, tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 pagi masih dalam suasana bulan Ramadhan. Teks tersebut dibacakan Sukarno yang didampingi Moh. Hatta.
Sejarah SMA/SMK K - 3
238
Ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia selesai dibacakan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta, bendera Merah Putih (yang dijahit oleh Ibu Fatmawati) dikibarkan dan secara spontan seluruh hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya (ciptaan W.R. Supratman) dengan penuh keharuan dan rasa bangga. Setelah
pelaksanaan
proklamasi
dilanjutkan
dengan
kegiatan
penyebarluasan teks dan pamflet ke berbagai daerah terutama ke kantor-kantor berita (radio maupun koran). Berita tentang proklamasipun dengan cepat didengar oleh rakyat Indonesia bahkan oleh dunia luar. Dengan proklamasi tersebut maka tercapailah Indonesia merdeka yang susunan negaranya diatur dengan UUD 1945.
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Untuk memahami materi Sejarah Indonesia Modern, anda perlu membaca secara cermat modul ini, gunakan referensi lain sebagai materi pelengkap untuk menambah pengetahuan anda. Dengarkan dengan cermat apa yang disampaikan oleh pemateri, dan tulis apa yang dirasa penting. Silahkan berbagi pengalaman anda dengan cara menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenangkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 1. Aktivitas individu, meliputi : a. Memahami dan mencermati materi diklat b. Mengerjakan
latihan/lembar
kerja/tugas,
menyelesaikan
masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar; dan menyimpulkan c. Melakukan refleksi 2. Aktivitas kelompok, meliputi : a. mendiskusikan materi pelatihan b. bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan c. penyelesaian masalah /kasus
Sejarah SMA/SMK K-7
239
E. LATIHAN/TUGAS/KASUS Lembar Kerja 1 Kerjakan secara berkelompok! 1.
Buatlah bagan singkat yang dapat menjelaskan dengan mudah materi pergerakan nasional ini bagi siswa SMA/SMK!.
2.
Beberapa sejarawan membedakan organisasi – organisasi pada masa itu dalam dua kelompok yakni kelompok radikal dan moderat. Jelaskan mengenai hal tersebut!
Lembar Kerja 2 1. Lakukan pengamatan terhadap lingkungan masyarakat. Manfaatkan segala sumber belajar yang ada. Kemudian identifikasikan dan deskripsikan bentukbentuk penjajahan yang terselubung yang sedang mengancam bangsa kita utamanya para generasi muda. Diskusikan hasil pengamatan Saudara dengan teman sejawat !
Lembar Kerja 3 Untuk mengetahui pemahaman Saudara terhadap materi pendudukan Jepang dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, kerjakanlah soal-soal berikut ini : 1. Mengapa pada tahun 1908 dinamakan ―Masa Pergerakan Nasional‖? 2. Masa Pergerakan Nasional memberikan sumbangan yang berarti bagi perjuangan bangsa Indoensia dalam meraih kemerdekaan. Mengapa masa ini tidak membuahkan kemerdekaan (Proklamasi) ? 3. Masa pergerakan nasional
mengajarkan pada kita untuk menempuh
upaya organisasi dan diplomasi dalam menyelesaikan masalah. Mengapa dalam masyarakat kita sekarang justru marak terjadi demo? Bagaimana pendapat Anda ? 4. Mengapa pada masa pendudukan Jepang, para tokoh pejuang kemerdekaan memakai strategi kooperasi dengan pihak Jepang ? 5. Semua pejuang kemerdekaan menginginkan kemerdekaan Indonesia. Namun mengapa menjelang kemerdekaan muncul perbedaan pendapat antara pejuang golongan tua dan golongan muda ?
Sejarah SMA/SMK K - 3
240
6. Perjuangan pada masa pergerakan nasional telah memunculkan persatuan dan kesatuan dengan adanya ikrar Sumpah Pemuda. Mengapa kemerdekaan tidak muncul pada masa itu, tetapi justru pada masa pendudukan Jepang yang terkenal kejam, kemerdekaan Indonesia dapat terwujud ? Faktor-faktor apa yang mempengaruhinya? 7. Kemerdekaan
Indonesia
bukan
berasal
dari
pemberian
Jepang,
bagaimana cara Saudara menyampaikan/meyakinkan hal ini pada siswa mengingat BPUPKI dan PPKI adalah bentukan Jepang ?
F.RANGKUMAN Pergerakan
nasional
merupakan
salah
satu
babak
baru
dalam
perjuangan bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan pada masa itu memiliki corak perjuangan yang berbeda dengan ―warna‖ perjuangan yang sebelumnya. Kata ―Pergerakan Nasional‖ berarti gerakan bangsa itu, walaupun yang bergerak sebagian rakyat atau sebagian kecil sekalipun asalkan apa yang menjadi tujuan dapat menentukan nasib bangsa secara keseluruhan menuju tujuan tertentu yaitu kemerdekaan, maka disebut pergerak-an nasional. Pergerakan Indonesia meliputi berbagai gerakan atau aksi yang dilakukan dalam bentuk organisasi secara modern menuju ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu dalam perkembangannya, gerakan yang terjadi tidak hanya bersifat radikal tetapi juga moderat. Di samping istilah ‖Pergerakan Nasional‖ kita juga mengenal istilah ‖Perjuangan Nasional‖. Akan tetapi kata ‖perjuangan‖ sebenarnya memiliki cakupan waktu yang lebih luas/lama, sedangkan ‖pergerakan‖ hanyalah meliputi kurun waktu 1908 – 1945. Perang Dunia II, terjadi di dua benua. Di Eropa, Nazi Jerman melawan pasukan Sekutu. Sedangkan di Benua Asia antara Jepang dengan pasukan Sekutu. Jerman dan Jepang yang berpaham Fasisme berusaha menguasai negara-negara di dunia. Perang Dunia II di Asia dikenal dengan sebutan “Perang Pasifik” atau “Perang Asia Timur Raya”, Jepang berusaha membangun imperium di Asia. Perang Dunia II di Asia di mulai pada tanggal 8 Desember 1941 saat tentara Jepang (Dai Nippon) secara mendadak menyerang Pearl Harbor di kepulauan Hawai yang merupakan pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat
Sejarah SMA/SMK K-7
241
yang terbesar di Pasifik. Pasukan Jepang yang dipimpin Laksamana Yamamoto bergerak sangat cepat, menuju ke selatan termasuk ke Indonesia. Sesaat setelah Jepang menyerang Pearl Harbor, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yaitu Tjarda Van Starkenborgn Stachouwer mengumumkan perang dengan Jepang. Pasukan Jepang sejak awal berusaha dapat menguasai Indonesia sejak pecahnya perang Pasifik. Alasannya Angkatan Perang Jepang (Dai Nippon) membutuhkan minyak bumi dan bahan mentah lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan angkatan perangnnya. Pada tanggal 10 Januari 1942, tentara Jepang telah mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur kemudian disusul dengan penguasaan daerah Balikpapan, Pontianak dan Banjarmasin. Daerah-daerah pertambangan minyak di Kalimantan dengan mudah di kuasai Jepang. Gerak tentara Jepang dilanjutkan ke Sumatra, dengan menduduki Palembang pada tanggal 14 Februari 1942, sehingga semakin mudah untuk merebut Pulau Jawa.
G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi Sejarah Indonesia Modern II? 2. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi di atas? 3. Apa manfaat materi tersebut terhadap tugas Bapak/Ibu disekolah?
-
DAFTAR PUSTAKA A.K. Pringgodigdo. 1984. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat. Akira Nagazumi. 1989. Bangkitnya Nassionalisme Indonesia, Budi Utomo 1908-1918. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.
Sejarah SMA/SMK K - 3
242
A. Zainoel Ihsan dan Pitut Soeharto. Aku Pemuda Kemarin di Hari Esok, CAPITA SELECTA. Kumpulan tulisan asli, lezing, pidato tokoh Pergerakan Kebangsaan. 1913 -1938. Jakarta: Penerbit Jayasakti. Cahyo budi Utomo, 2003. Pendudukan Jepang di Indonesia. Jakarta : Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Cahyo budi Utomo, 2003. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Jakarta : Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1984. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta : Balai Pustaka. Murdiono, 1995. Denyut Nadi Revolusi Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama dan LIPI. Martim van Bruinessen. 1994. NU, Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencaharian Wacana Baru. Yogyakarta: LKIS. Mestika Zed. 2004. Pemberontakan Komunis Silungkang 1927, Studi Gerakan Sosial di Sumatera Barat. Yogyakarta: Syarikat Indonesia. M.C Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada Press. Nugroho Notosusanto. 1975. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka. -----------------------------. 1977. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka. -----------------------------, 1979. Tentara Peta : Pada Jaman Pendudukan Jepang di Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. -----------------------------, 1985. Naskah Proklamasi Yang Otentik dan Rumusan Pencasila Yang Otentik. Jakarta : Balai Pustaka. Priyo Budi Santoso. 1995. Birokrasi Pemerintah Orde Baru, Perspektif Kultural dan Struktural. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Rini Yunarti, 2003.BPUPKI, PPKI, Proklamasi Kemerdekaan RI, Jakarta : Penerbit buku Kompas. Sagimun, MD. 1989. Peranan Pemuda : Dari Sumpah Pemuda sampai Proklamasi, Jogyakarta : Bina Aksara. Sagimun MD. 1989. Peran Pemuda dari Sumpah Pemuda Sampai Proklamasi. Jakarta: Bina Aksara. S. Nasution. 1995. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.
Sejarah SMA/SMK K-7
243
Sartono Kartodirdjo. 1993. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional, dari Kolonialisme sampai Nasionalisme Jilid II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Suhartono. 2001. Sejarah Pergerakan Nasional, dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908 – 1945. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sejarah SMA/SMK K - 3
244
KEGIATAN PEMBELAJARAN 10
CAPITA SELEKTA SEJARAH INDONESIA KONTEMPORER II A. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat menganalisis sejarah Indonesia pada awal kemerdekaan, demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin pada masa Sukarno serta perkembangan pemerintahan Orde Baru, tumbangnya Orde Baru dengan lahirnya , dengan baik.
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Menganalisis pelaksanaan Demokrasi Liberal di Indonesia 2. Menganalisis pelaksanaan Demokrasi Terpimpin di Indonesia 3. Menganalisis pemerintahan Orde Baru, dan tumbangnya Orde Baru 4. Menganalisi pemerintaha Era Reformasi
C. URAIAN MATERI a. Demokrasi Liberal di Awal Kemerdekaan RI Setelah kesepakatan diplomasi antara Indonesia-Belanda, melalui KMB (Konferensi Meja Bundar) di Den Haag tanggal 2 November 1945 serta ditindaklanjuti dengan pengakuan kedaulatan atas Indonesia dari pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949 maka konstitusi resmi Indonesia adalah UUD RIS. Konstitusi tersebut sebagai jalan kompromi bagi kelancaran penyerahan kedaulatan Indonesia Dengan berlakunya UUD RIS tersebut, sistem pemerintahan Indonesia menggunakan sistem parlementer atau liberal dengan bentuk negara federasi atau serikat (Nugroho Notosusanto,1977:72). Sementara itu menurut praktek ketatanegaraan berlakunya sistem demokrasi liberal di Indonesia dimulai saat berlakunya UUD Sementara tahun 1950 yang menggantikan bentuk negara serikat menjadi negara kesatuan sejak 17 Agustus 1950 (Mahfud M D, 2000:49). Negara RIS terdiri dari 16 negara bagian dengan kepala negara atau presiden pertama Sukarno dan Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri.
Sejarah SMA/SMK K-7
245
Sistem kabinetnya Zaken Kabinet yaitu suatu pemerintahan yang menterimenterinya diutamakan dari keahliannya dan bukan bersandar pada kekuatan partai politik. Negara RIS ini tidak berlangsung lama disebabkan dasar pembentukannya sangat lemah dan bukan merupakan kehendak rakyat. RIS merupakan strategi diplomasi Belanda untuk dapat bertahan di Indonesia. Setelah RIS diganti UUD Sementara maka Indonesia menganut sistem parlementer secara konstitusional serta sistem multi partai seperti yang terjadi dalam kurun waktu tahun 1945-1949. Setelah berlangsung perundingan yang rumit pasca jatuhnya Kabinet Ali yang pertama ( Ali I),Burhannudin Harahap (Masyumi) berhasil menyusun kabinet yang didukung oleh Masyumi,PSI dan Partai NU. Program kabinet tersebut antara lain:
Pemberantasan korupsi (antara lain dengan menangkap mantan Menteri Kehakiman Kabinet Ali I yaitu Jody Gondokusumo dengan tuduhan korupsi).
Pelaksanaan pemilu I
Untuk mengurangi ketegangan dengan militer, Perdana Menteri Burhannudin mengangkat kembali A. H Nasution sebagai KSAD. Hal ini disebabkan pemerintah menginginkan dukungan militer untuk menjaga stabilitas keamanan berkaitan dengan rencana pelaksanaan pemilu. Kabinet Burhanudin berhasil menyelenggarakan pemilu I di Indonesia dengan pelaksanaan sebagai berikut: –29 September 1955 memilih anggota DPR –15 Desember 1955 memilih anggota Konstituante Kabinet Burhanudin Harahap tetap mempertahankan politik luar negeri bebas aktif meskipun tetap condong pada negara-negara Barat. Pada tanggal 13 Pebruari 1956 , kabinet mengumumkan secara sepihak untuk memutuskan Uni Indonesia-Belanda hasil dari KMB, karena Belanda menolak melakukan upaya diplomasi lanjutan tentang Irian Barat. Dengan berhasilnya Pemilu I tersebut, tugas Kabinet Burhanudin Harahap dianggap selesai dan perlu dibentuk kabinet baru hasil dari Pemilu tersebut. Dalam
perkembangannya,
ketidakpuasan daerah-daerah semakin
meningkat karena dukungan dari panglima militer di daerah sehingga muncul dewan-dewan di daerah seperti Dewan Banteng di Sumatera Barat. Pada
Sejarah SMA/SMK K - 3
246
tanggal 20 Juli 1956 Muhammad Hatta mengundurkan diri sebagai wakil presiden. Pengunduran diri Hatta berarti terlemparnya tokoh luar Jawa yang disegani oleh Pusat. Dewan Banteng yang diketuai Let.Kol Ahmad Husein mengambil alih pemerintahan sipil di Sumatera dengan tuntutan kepada pemerintah Pusat agar Muhammad Hatta dikembalikan dalam posisi politik yang dominan dalam pemerintahan. Disamping itu mereka menuntut pembagian alokasi anggaran pembangunan yang proposional antara Pusat dan Daerah. Pada bulan Oktober 1956 Presiden Sukarno menawarkan jalur alternatif untuk mengatasi krisis politik berupa gagasan Demokrasi Terpimpin. Menurut Sukarno, Demokrasi Terpimpin merupakan sistem musyawarah-mufakat yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Wacana Demokrasi Terpimpin tersebut menimbulkan perpecahan diparlemen karena partai-partai politik menyambut suara pro dan kontra tentang konsepsi tersebut. Partai Masyumi dan Partai Katholik
menentang
ide
Sukarno
tersebut
sementara
PNI
dan
PKI
mendukungnya. Konsepsi Demokrasi Terpimpin juga mendapat tantangan keras dari daerah terutama luar Jawa yaitu Sumatera dan Sulawesi. Krisis politik ini memuncak dengan pengunduran diri Kabinet Ali II. Namun sebelumnya Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo menendatangani dekrit yang menyatakan ―Negara dalam keadaan darurat untuk semua wilayah‖ atau SOB (State of Siegel). Selanjutnya pemerintahan dipegang oleh Kabinet Djuanda. Kabinet tersebut merupakan Zaken Kabinet, dengan programnya terdiri 5 (lima) pasal (Panca Karya) sehingga disebut kabinet karya Program kerjanya adalah :
Membentuk Dewan Nasional
Normalisasi situasi negara dan mempergiat pembangunan
Perjuangan merebut Irian Barat
Melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB (Nugroho Notosusanto,1977:98). Posisi kabinet Djuanda sangat kuat karena negara dalam keadaan
bahaya sehingga yang berperan adalah presiden dan TNI sehingga parlemen tidak dapat mengeluarkan mosi untuk menjatuhkan kabinet. Pemerintah juga membentuk Dewan Nasional yang diketuai Sukarno, bertujuan menampung dan menyalurkan pertumbuhan kekuatan-kekuatan dalam masyarakat serta bertugas
Sejarah SMA/SMK K-7
247
sebagai penasehat dalam menjalankan pemerintahan dan menjaga stabilitas keamanan. Namun pada prakteknya, pembentukan Dewan Nasional tersebut untuk memperkuat otoritas Sukarno serta sebagai forum tandingan bagi pengaruh partai-partai politik di pemerintahan. Dewan Nasional yang ektrakonstitusional tersebut menurut Sukarno berkedudukan lebih tinggi dari kabinet karena dewan tersebut mencerminkan seluruh bangsa sedangkan kabinet hanya mencerminkan parlemen (Mahfud M D,2000: 54). Dalam perkembangannya, pemerintahan tetap tidak berhasil mengatasi berbagai krisis, bahkan pergolakan di daerah semakin meningkat. Para perwira militer di daerah seperti Kolonel Zulkifli Lubis, Kolonel Simbolon , Let. Kol Ahmad Husein dan Let. Kol Samual mengadakan pertemuan di Palembang dengan hasil berupa tuntutan kepada pemerintah pusat yaitu:
Muhammad Hatta dikembalikan kedudukannya sebagai wapres
Jenderal Nasution beserta jajarannya harus diganti
Pembatasan gerakan dan paham komunis melalui Undang -undang.
Tuntutan tersebut tidak ditanggapi oleh pemerintah Pusat sehingga perwira daerah mengultimatum agar Kabinet Djuanda mengundurkan diri. Pada tanggal 15 Pebruari 1958 Ahmad Husein memproklamirkan berdirinya PRRI (Pemerintahan Revolusioner Rebublik Indonesia) dengan Perdana Menterinya, Syafrudin Prawiranegara (tokoh Masyumi). PRRI mendapat dukungan dari daerah
Sulawesi
dengan
munculnya
gerakan
Permesta
sehingga
pemberontakan ini disebut PRRI/Permesta. Sementara itu Dewan Konstituante hasil pemilu 1955 yang bertugas menyusun Undang-undang Dasar gagal melaksanakan tugasnya. Keadaan ini semakin tegang dengan adanya pemberontakan PRRI/Permesta. Akhirnya presiden Sukarno memutuskan mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sehingga kabinet Djuanda berakhir.
b. Demokrasi Terpimpin Demokrasi liberal atau sistem parlementer di Indonesia berdampak pada instabilitas keamanan, politik serta ekonomi. Hal ni dibuktikan hanya dalam rentang waktu 10 tahun terdapat 7 kabinet jatuh bangun. Disamping itu muncul gerakan–gerakan separatis serta berbagai pemberontakan di daerah. Sementara itu, Dewan Konstituante yang bertugas menyusun UUD yang baru gagal melaksanakan tugasnya disebabkan adanya pertentangan diantara partai politik
Sejarah SMA/SMK K - 3
248
di Konstituante. Dalam pidato tanggal 22 April 1959 didepan Konstituante dengan judul ―Res Publica, Sekali Lagi Res Publica‖, Presiden Sukarno atas nama pemerintah menganjurkan, supaya Konstituante dalam rangka rencana pelaksanaan Demokrasi Terpimpin menetapkan UUD 1945 sebagai UUD bagi ketatanegaraan yang definitif. Dewan Konstituante berbeda pendapat dalam merumuskan dasar negara. Pertentangan tersebut antara kelompok pendukung dasar negara Pancasila dan pendukung dasar negara berdasar syariat Islam. Kelompok Islam mengusulkan agar mengamademen dengan memasukkan
kata–kata : dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk–pemeluknya‖ kedalam Pembukaan UUD 1945. Usul amandemen tersebut
ditolak
oleh
sebagian besar
anggota
Konstituante dalam sidang tanggal 29 Mei 1959 dengan perbandingan suara 201 (setuju) berbanding 265(menolak). Sesuai dengan ketentuan tata tertib maka diadakan pemungutan suara dua kali lagi. Pemungutan suara terakhir dilakukan tanggal 2 Juni 1959 namun tidak mencapai quorum. Akhirnya Konstituante mengadakan reses atau masa istirahat yang ternyata untuk waktu tanpa batas. Dengan memuncaknya krisis nasional dan untuk menjaga ekses–ekses politik yang mengganggu ketertiban negara, maka KSAD Letjen. A. H Nasution atas nama pemerintah/Penguasa Perang Pusat (Peperpu), pada tanggal 3 Juni 1959 mengeluarkan peraturan No. Prt./Peperpu/040/1959 tentang larangan mengadakan kegiatan politik. Kegagalan Konstituante dalam melaksanakan tugasnya sudah diprediksi sejak semula, terbukti dengan gagalnya usaha kembali ke UUD 1945 melalui saluran konstitusi yang telah disarankan pemerintah. Dengan jaminan dan dukungan dari Angkatan Bersenjata, Presiden Sukarno pada tanggal 5 Juli 1959, mengumumkan Dekrit Presiden. Keputusan Presiden R I No. 150 tahun 1959 yang dikenal sebagai Dekrit Presiden 5 Juli 1959 memuat tiga hal yaitu: Pertama
Menetapkan pembubaran Konstituante
Kedua
Menetapkan UUD 45 berlaku lagi bagi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulai tanggal penetapan Dekrit ini, dan tidak berlaku lagi UUDS
Ketiga
Pembentukan MPRS, yang terdiri atas anggota–anggota DPR ditambah dengan utusan–utusan daerah dan golongan, serta
Sejarah SMA/SMK K-7
249
pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara dalam waktu yang sesingkat–singkatnya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 mendapat dukungan komponen masyarakat, TNI, Mahkamah agung serta sebagaian besar anggota DPR. Hal ini disebabkan masyarakat mendambakan stabilitas politik dan keamanan dalam rangka pembangunan bangsa. Namun Dekrit Presiden tidak dapat dilepaskan dengan berlakunya konsep Demokrasi Terpimpin.Demokrasi Terpimpin pertama–tama adalah sebagai suatu alat untuk mengatasi perpecahan yang muncul di dataran politik Indonesia dalam kurun waktu pertengahan tahun 1950-an. Untuk menggantikan pertentangan di parlemen antara partai politik, suatu sistem yang lebih otoriter perlu diciptakan dimana peran utama dimainkan oleh Presiden Sukarno (Harold Crouch1999;44). Dalam rangka mengurangi peran kontrol partai politik yang menolak Demokrasi Terpimpin, Presiden Sukarno mengeluarkan Peraturan Presiden No. 7
tahun
1959
yang
berisi
ketentuan
kewajiban
partai–partai
politik
mencantumkan AD/ART(anggaran dasar/anggaran rumah tangga), dengan asas dan tujuan tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, serta membubarkan
partai–partai
politik
yang
terlibat
dalam
pemberontakan–
pemberontakan. Aturan tersebut mengakibatkan Partai Masyumi dan Partai Sosialis
dibubarkan
karena
dianggap
mendukung
pemberontakan
PRRI/Permesta. Konsepsi Demokrasi Terpimpin antara lain pembentukan lembaga negara baru yang ektra–konstitusional yaitu Dewan Nasional yang diketuai Sukarno
sendiri
dan bertugas memberi nasekat
pada kabinet.
Untuk
pelaksanaannya dibentuk kabinet baru yang melibatkan semua partai politik termasuk PKI. Pada bulan Juli 1959, Sukarno mengumumkan kabinetnya yang bernama Kabinet Kerja yang terdiri dari sembilan menteri disebut Menteri– Menteri Kabinet Inti dan 24 menteri yang disebut Menteri Muda. Dalam Kabinet Kerja tersebut, Djuanda diangkat sebagai menteri utama atau pertama dan semua menteri diharuskan melepaskan ikatan kepartaian dalam membentuk pemerintahan non–partai. Program kerja kabinet tersebut dirumuskan dalam tiga pokok
yaitu
(Herbert Feith, 1995:75):
Sejarah SMA/SMK K - 3
250
o
Sandang-pangan bagi rakyat
o
Pemulihan keamanan
o
Melanjutkan perjuangan melawan imperalis. Dalam rangka
pelaksanaan Demokrasi Terpimpin ,Sukarno juga
membentuk DPA (Dewan Perwakilan Rakyat) serta Dewan Perancang Nasional yang dipimpin Muhammad Yamin, serta MPRS yang diketuai Chaerul Saleh. Namun Presiden membekukan DPR hasil pemilu 1955 disebabkan parlemen menolak
Anggaran
Belanja
Negara
yang
diajukan
Presiden
dan
menggantikannya dengan DPR GR(DPR Gotong-Royong). Kemudian Sukarno juga menetapkan MPRS, dimana tokoh PKI D.N Aidit menjadi salah seorang Wakil Ketua. Tokoh-tokoh Masyumi ,PSI dan Muhammad Hatta menentang kebijakan Sukarno tersebut dengan membentuk Liga Demokrasi. MPRS yang terbentuk tanggal 22 Juli 1959, dalam Sidang Umum I MPRS tahun 1960 menetapkan pidato kenegaraan Sukarno tanggal 17 Agustus 1959
tersebut menjadi ―Manifesto Politik Indonesia‖ dan menetapkannya
sebagai GBHN. Selanjutnya dalam Sidang Umumnya tahun 1963 menetapkan ―mengangkat Ir. Sukarno sebagai presiden seumur hidup‖. Dalam membentuk ideologi bagi Demokrasi Terpimpin, Sukarno memperkenalkannya dalam pidato kenegaraan tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul ―Penemuan Kembali Revolusi Kita‖ yang dianggap sebagai Manifesto Politik yang disingkat Manipol. Isi Manipol disimpulkan menjadi lima prinsip yaitu UUD 1945, Sosialisme Indonesia,Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan Kepribadian Indonesia yang disingkat USDEK. Manipol-USDEK dikaitkan dengan dasar negara Pancasila sehingga menjadi rangkaian pola ideologi Demokrasi Terpimpin. Sukarno menghendaki persatuan ideologi antara Nasionalisme, Islam dan Marxis dengan doktrin Nasakom (nasionalis, agama dan komunis). Doktrin ini mengandung arti bahwa PNI (nasionalis), Partai NU (Agama) dan PKI (komunis) akan berperan secara bersama dalam pemerintahan disegala tingkatan sehingga menghasilkan sistem kekuatan koalisi politik. Namun pihak militer tidak setuju terhadap peran PKI di pemerintahan (Ricklefs,1991:406). Pada tangal 20 Januari 1961 dibentuk Front Nasional yang sesuai dengan konsep dan ide Sukarno. Dalam jangka panjang, lembaga tersebut akan dijadikan sebagai partai tunggal negara, dengan menggunakan basis masa
Sejarah SMA/SMK K-7
251
sebagai penggeraknya yang tergabung dari seluruh partai politik yang berbeda ideologi dan seluruh golongan fungsional. Untuk menghambat rencana Sukarno tersebut, TNI-AD berhasil menghimpun beberapa organisasi golongan fungsional kedalam suatu organisasi yang bernama Sekber Golkar(Sekretariat Bersama Golkar) pada tanggal 20 Oktober 1964. Tujuan Sekber Golkar juga untuk menandingi kekuatan PKI yang semakin besar dan berpengaruh di masyarakat sehingga membahayakan eksistensi TNI. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa masa Demokrasi Terpimpin mempunyai ciri-ciri, yaitu pertama peran dominan Presiden dalam segala aspek,kedua pembatasan atas peran DPR serta partai-partai politik kecuali PKI yang malahan mendapat kesempatan untuk berkembang, ketiga peningkatan peran TNI sebagai kekuatan sosial politik (Miriam Budiardjo, 1995:228). Gagasan
kebijakan
politik
luar
negeri
bebas
aktif
Indonesia
dikembangkan pada masa awal kemerdekaan. Pada saat itu, para pemimpin Indonesia melihat konflik dunia yang terpecah menjadi dua yaitu Blok Barat Liberalis) dan Blok Timur (Komunis). Indonesia berusaha tetap berada diluar kedua blok yang bermusuhan tersebut. Politik luar negari bebas aktif Indonesia merupakan bagian dari nasionalisme juga (Herbert Feith, 1995:59). Pada masa demokrasi liberal antara tahun 1950-1957, politik luar negeri Indonesia mulai goyah meskipun kabinet-kabinet pada masa itu mencantumkan program kabinet untuk masalah kebijakan luar negeri tetap dalam kerangka kebijakan bebas aktif. Dalam pelaksanaannya mereka tidak sesuai dengan programnya. Ini dibuktikan dengan jatuhnya kabinet Sukiman tahun 1952, yang disebabkan keputusan politiknya menerima bantuan milter dari Amerika Serikat dalam rangka kesepakatan MSA atau Mutual Security Act. Konferensi Asia-Afrika di Bandung 1955 berhasil menumbuhkan kesadaran serta kepercayan diri pada bangsa-bangsa Asia-Afrika yang telah menjadi wilayah praktek imperalisme-kolonialisme. Pertemuan itu juga menjadi landasan kuat untuk pembentukan Gerakan Non-Blok (Non-Aligned Movement) yaitu gerakan dari bangsa-bangsa yang tidak melibatkan diri dalam suasana Perang Dingin. Namun dalam perkembangannya kedekatan Sukarno dan PKI selanjutnya mempengaruhi kebijakan politik luar negeri bebas aktif ke arah Blok
Sejarah SMA/SMK K - 3
252
Komunis.
Peristiwa–peristiwa
yang
dapat
diidentifikasikan
sebagai
penyimpangan politik luar negeri pada masa Demokrasi Terpimpin adalah: a)
Adanya poros Jakarta–Peking
b)
Indonesia keluar dari keanggotaan PBB atas desakan PKI
c)
Timbulnya gagasan NEFO (New Emerging Forces) sebagai tandingan kekuatan negara-negara Barat (Old Established Forces).
d)
Konfrontasi dengan Malaysia (Dwikora). Konfrontasi dengan Malaysia dilatarbelakangi ketika pada tahun 1961
terdapat rencana pembentukan Negara Federal Malaysia. Pembentukan negara tersebut, yang terdiri dari Persekutuan Tanah Melayu,Serawak,Brunei,Sabah dan Singapura ditentang oleh Presiden Sukarno. Sukarno menganggap bahwa pembentukan Malaysia sebagai ―Proyek Neokolonialisme‖ (Nekolim) dari Inggris sehingga membahayakan revolusi Indonesia yang belum selesai. Sebaliknya, Sukarno mendukung berdirinya Negara Kesatuan Kalimantan Utara yang diproklamirkan di Manila, Philipina oleh A.M Azhari dari Brunei. Presiden
Sukarno
berusaha
keras
menggagalkan
pembentukan
Federasi Malaysia tersebut. Untuk melaksanakan kebijakannya dilancarkannya konfrontasi bersenjata dengan Malaysia berdasarkan Dwikora (Dwi Komando Rakyat, yakni: 1)
Perhebat ketahanan revolusi Indonesia
2)
Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, Brunei untuk membubarkan negara boneka Malaysia.
Para sukarelawan dan TNI berusaha masuk ke daerah Malaya, Singapura dan Kalimantan Utara untuk melancarkan operasi militer terhadap angkatan perang persemakmuran Inggris. Namun TNI-AD berusaha mencari jalan agar dalam konfrontasi dengan Malaysia tersebut tidak dijadikan oleh PKI sebagai jalan guna mencapai tujuan yang terkandung dalam strategi politiknya. (Frederick P. Bunnel, dalam Yahya Mahaimin, 2002: 181). Pertemuan antara Priseden Sukarno dan Perdana Menteri Tengku Abdul Rahman dari Persekutuan Tanah Melayu yang diadakan di Tokyo, Jepang tanggal 31 Mei sampai 1 Juni 1963 berhasil meredam ketegangan untuk sementara waktu. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan Menteri Luar Negeri Indonesia, Malaysia dan Philipina yang menghasilkan pokok-pokok pengertian
Sejarah SMA/SMK K-7
253
diantara ketiga negara dalam memecahkan masalah yang timbul. Indonesia-Malaysia-Philipina
dalam
rangka
meredam
konflik
Usaha
antara
lain
membentuk Maphilindo,singkatan dari Malaysia,Philipina dan Indonesia, dengan maksud untuk persatuan rumpun di Asia Tenggara. Konsep ini merupakan kesepakatan bersama antara Presiden Sukarno,Presiden Macapagal dari Philipina dan Perdana Menteri Persekutuan Tanah Melayu, Tengku Abdul Rachman (Sayidiman Suryohadiprojo,1996:256). Namun ternyata pada tanggal 9 Juli 1963 di London Inggris, Perdana Menteri Malaysia Abdul Rahman menandatangani dokumen persetujuan dengan pemerintah Inggris mengenai pembentukan Federasi Malaysia.
Hal ini
menimbulkan konfllik antara Indonesia dengan Malaysia. Pada
tanggal
16
September
1963
ditandatangani
Naskah
Penggabungan Empat Negara Bagian yang terdiri atas Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak dan Sabah dalam Federasi Malaysia. Pembentukan Federasi in ditentang oleh Indonesia sehingga pada tanggal 17 September 1963 Indonesia secara sepihak mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Kuala Lumpur . Pada rapat umum Anti Pangkalan Militer Asing di Jakarta tanggal 7 Januari 1965, Presiden Indonesia menyatakan bahwa Indonesia keluar dari keanggotaan PBB. Hal ini merupakan reaksi atas terpilihnya Malaysia menjadi anggota Dewan Keamanan PBB. Pembebasan Irian Barat Dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag tahun 1949 telah disepakati tentang pengakuan atas kedaulatan RI oleh Belanda kecuali wilayah Irian Barat. Irian Barat akan dibicarakan satu tahun setelah KMB sebagai upaya kompromi antara kedua belah pihak. Para Wakil Indonesia dalam KMB berusaha secepatnya memperoleh pengakuan kedaulatan sehingga bersedia menerima penundaan
penyerahan
atas
Irian
Barat.
Hal
ini
disebabkan
adanya
kekhawatiran jika pembicaraan masalah Irian Barat berlarut-larut akan menimbulkan
komplikasi
yang
menghambat
pelaksanaan
penyerahan
kedaulatan (Sayidiman Suryohadiprojo, 1996:115). Namun lebih dari sepuluh tahun dari kesepakatan KMB Belanda menolak
menyerahkan
Irian
Barat.
Sebaliknya,
Belanda
memperkuat
kedudukannya secara militer dan politik di wilayah tersebut. Para pemimpin RI
Sejarah SMA/SMK K - 3
254
dan TNI menyimpulkan bahwa Belanda mengingkari hasil KMB sehingga pada tanggal 8 Mei 1956 Pemerintah RI memutuskan secara sepihak untuk membatalkan perjanjian KMB. Pemerintah membawa masalah ini ke forum PBB namun ketika dalam Sidang Umum PBB ke-12 tahun 1957 yang salah satu agendanya membahas Irian Barat, kembali Indonesia gagal. Kegagalan jalur diplomasi tersebut menyebabkan Indonesia mengambil jalan radikal atau jalur konfrontasi. Sebelumnya, Pemerintah Indonesia mengambil-alih perusahaan dan aset-aset milik Belanda di Indonesia. Tanggal 17 Agustus 1960 Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan pemerintah Kerajaan Belanda. Dalam Sidang Umum PBB tahun 1961, masalah Irian Barat dibahas kembali. Sekretaris Jenderal PBB U Thant (Myanmar) mengajukan
usul kepada diplomat Amerika Serikat Ellsworth Bunker agar
mengajukan proposal penyelesaian Irian yaitu Belanda menyerahkan kedaulatan Irian Barat kepada Indonesia melalui PBB dalam jangka waktu dua tahun. Usulan tersebut pada prinsipnya diterima pemerintah Indonesia sementara Belanda menolaknya. Belanda berencana melepaskan Irian Barat dengan membentuk Dewan Perwalian dibawah PBB dan kemudian membentuk Negara Papua Merdeka. Sikap Belanda tersebut langsung disambut semangat konfrontasi dari seluruh elemen masyarakat Indonesia. Dalam pidato rapat raksasa di Yogyakarta tanggal 19 Desember 1961, Presiden Sukarno mengeluarkan suatu komando untuk pembebasan Irian Barat yang dikenal dengan Trikora (Tri Komando rakyat), yang berisi sebagai berikut: 1)
Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial Belanda
2)
Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia
3)
Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa
Disusun Komando Mandala Siaga (Kolaga) untuk merebut Irian Barat yang dipimpin oleh Panglima Kostrad,Mayjen Suharto yang merupakan gabungan antarangkatan dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden selaku Panglima Tertinggi RI. Operasi yang dilakukan KOLAGA dimulai dengan operasi pendahuluan yang bersifat pengintaian dan sandiyudha. Dalam operasi pendahuluan tersebut terjadi pertempuran di Laut Arafura antara satuan TNI–AL
Sejarah SMA/SMK K-7
255
dengan pasukan Belanda yang menyebabkan gugurnya Komodor Yos Sudarso. Situasi yang menuju pada perang besar memaksa pemerintah Belanda melakukan kebijakan diplomasi kembali dengan Indonesia. Pemerintah Belanda juga mendapat tekanan dari negara–negara Blok Barat agar berunding dengan Indonesia, untuk mencegah terseretnya Uni Soviet dan Amerika Serikat dalam suatu konfrontasi langsung di Pasifik. Pada tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani perjanjian antara Indonesia–Belanda di New York sehingga disebut Perjanjian New York. Perjanjian ini didasarkan pada prinsip-prinsip yang diusulkan Ellswort Bunker dari Amerika Serikat, yang oleh Sekretaris Jenderal PBB diminta untuk menjadi penengah dalam konflik Indonesia-Belanda mengenai masalah Irian Barat (Nugroho Notosusanto, 1977: 115). Untuk penyerahan administrasi di Irian Barat dari pemerintah Belanda kepada PBB dibentuklah UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) yang akan menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia sebelum 1 Mei 1963. Indonesia menerima kewajiban untuk melaksanakan Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) sebelum akhir tahun 1969.
Pada tanggal 31 Mei 1963
pemerintah RI menerima Irian Barat yang dilanjutkan dengan penyelenggaraan Pepera. Akhirnya konflik Indonesia-Belanda mengenai Irian Barat berakhir dengan pemulihan hubungan diplomatik pada tahun 1963. Perkembangan Perekonomian pada Masa Demokrasi Terpimpin Sejak akhir tahun 1959, keadaan ekonomi Indonesia semakin merosot. Dengan kegagalan kebijakan pemerintah di bidang keuangan dan perekonomian, kemerosotan melanda semua sektor ekonomi yang vital. Sebagai dampaknya, harga barang-barng konsumsi naik dan biaya hidup meningkat.. Masalah operasi pemulihan keamanan dengan adanya berbagai pemebrontakan di Indonesia seperti PRRI/Permesta dan DI/TII serta perjuangan dalam rangka pembebasan Irian Barat menjadi salah satu sebab utama kemerosotan ekonomi. Sementara itu,PKI berpendapat bahwa kemerosotan ekonomi ini disebabkan
Indonesia
menjalankan sistem kapitalisme dan feodalisme. Pasca
operasi
pembebasan
Irian
Barat,
pemerintah
berusaha
merehabiltasi perekonomian Indonesia. Rencana tersebut disusun dalam suatu konsepsi yang disebut
Sejarah SMA/SMK K - 3
Konsepsi Djuanda. Namun dalam pelaksanaannya ,
256
banyak mengalami kendala-kendala. Pada tanggal 28 Maret 1963, Presiden Sukarno mengumumkan Deklarasi Ekonomi sebagai strategi dasar ekonomi Indonesia,
dalam
rangka
pelaksanaan
Demokrasi
Terpimpin.
Dalam
pelaksanannya, Dekon tidak segera disertai tindakan-tindakan penyehatan ekonomi yang diperlukan. Pada tahun 1965 struktur sosial,politik dan ekonomi bangsa Indonesia hampir runtuh. Inflasi sangat tinggi, dengan harga barang-barang naik berlipatlipat (Rickelfs,1991:426). Puncak dari segala krisis ini adalah terjadinya peristiwa pemberontakan G-30-S pada tanggal 1 Oktober 1965. c. Pemerintahan Orde Baru Manifesto Politik yang telah ditetapkan MPRS sebagai GBHN tenyata tidak hanya berlaku 5 tahun tetapi untuk waktu tanpa batas. Pada masa itu partai politik yang paling berperan adalah PKI karena lawan utama PKI yaitu Masyumi dan PSI telah dibubarkan oleh Sukarno. Upaya PKI melakukan ofensif gerakannya berkembang sangat pesat pasca pemilu 1955. Namun peran politik PKI
dalam pemilu 1955 masih banyak ditolak banyak kalangan termasuk di
pemerintahan disebabkan tindakan Pemberontakan tahun 1948 di Madiun. Dengan adanya Demokrasi Terpimpin, untuk pertama kalinya PKI masuk dalam pemerintahan (Kerstin Beise,2004:14). Setelah berlakunya Demokrasi Terpimpin di Indonesia, hubungan antara Presiden Sukarno dengan PKI semakin dekat dibandingkan dengan partai-partai yang lain , karena PKI sebagai partai pendukung utama kebijakan Sukarno dalam melaksanakan Demokrasi Terpimpin. Disamping itu antara Sukarno dan PKI terdapat persamaan persepsi dalam memandang berbagai masalah aktual saat itu termasuk kecurigaannya pada militer dan pengaruh intervensi asing, khususnya Blok Barat terhadap masalah dalam negeri Indonesia. Upaya PKI secara sistematis dimulai sejak Konggres Nasional tahun 1959 dengan menyusun rencana program yang disebut Plan Partai. Plan Partai ditetapkan dengan tujuan untuk menjadikan PKI sebagai partai kader dan massa. Dalam melaksanakan aksi-aksinya,PKI menggunakan Manipol sebagai landasan dengan menempatkan kaum buruh dan tani pada kedudukan yang istimewa, sebagai pelaku utama revolusi. Dalam rangka mendukung gerakannya, PKI berhasil mengorganisasi dan memobilisasi jutaan orang anggotanya. PKI
Sejarah SMA/SMK K-7
257
menyusun program khusus dalam bidang sosial-ekonomi antara lain dengan berusaha mempertahankan tanah-tanah garapan,menurunkan sewa tanah, usaha menaikkan upah buruh dan tani. Program tersebut dalam rangka memperluas
dukungan
masyarakat
dalam
rangka
mewujudkan
cita-cita
politiknya. Sejak tahun 1964 dan puncaknya tahun 1965 PKI semakin agresif dengan semangat untuk meningkatkan ofensif revolusioner sampai ke puncak, seperti yang dianjurkan ketuanya DN Aidit. Propaganda PKI dalam meningkatkan sentimen anti lawan politiknya dilakukan melalui rapat-rapat umum, kampanye pers dan radio serta poster-poster dipinggir jalan dengan menyebut golongan diluar PKI sebagai setan kota, setan desa, kapitalis birokrat yang harus disingkirkan. Pada bulan Januari 1965 posisi PKI di Jakarta sangat kuat setelah Sukarno melarang partai Murba. Partai Murba sejak lama menentang PKI dalam rangka memperebutkan kepemimpinan golongan kiri (Ricklefs, 1991:423). Pada sekitar bulan Pebruari 1965, Ketua CC-PKI, DN Aidit mengusulkan dibentuknya organisasi Angkatan Kelima yaitu milisi rakyat yang dipersenjatai yang terdiri buruh dan tani, disamping kekuatan TNI dan Kepolisian. Alasan tuntutan PKI tersebut dalam rangka menambah kekuatan militer dalam menghadapi konflik dengan Malaysia melalui aksi Dwikora. PKI juga mengusulkan agar prinsip-prinsip tentang Nasakomisasi disegala bidang diperluas, dengan cara membentuk tim penasehat yang mewakili unsurunsur Nasakom untuk bekerja sama dengan para panglima dari keempat angkatan dalam TNI (Harold Crouch, 1999:92). Diantara keempat Panglima Angkatan, hanya Panglima Angkatan Udara Laksamana Madya Omar Dhani yang secara tegas mendukung terbentuknya Angkata Kelima . Usul PKI untuk menasakomisasi dalam tubuh Angkatan Bersenjata yang merupakan bagian dari kampanye PKI untuk mencapai tujuan adanya perwakilan Nasakom diseluruh lembaga negara dihalangi oleh para pemimpin Angkatan Darat (Harold Crouch, 1999:93). TNI-AD juga menentang dibentuknya Angkatan ke-5, dengan alasan bahwa Angkata ke-5 dan pembentukan Komisaris-komisaris Politik, tidak diperlukan dalam lingkungan kemiliteran (Yahya Muhaimin, 2002:179).
Sejarah SMA/SMK K - 3
258
Satu-satunya menandingi
kekuatan
manuver
PKI
pemerintahan berkurang
organisasi adalah
TNI.
atau
kelembagaan
Pengaruh
partai
yang
dapat
politik
dalam
drastis sejak berlakunya Demokrasi Terpimpin.
Sebagai upaya untuk mensentralisasikan struktur organisasinya, TNI semakin solid dengan konsep Dwifungsinya yang mengintensifkan keterlibatan militer dalam administrasi sipil dan ekonomi Indonesia. Meski demikian terdapat friksi dalam militer yang disebabkan polarisasi antara perwira anti-komunis dan yang pro Sukarno atau perwira dari Jawa dan non Jawa(Kerstin Beise, 2004:13). Bahkan yang lebih berbahaya, ternyata PKI berhasil menyusup ke dalam tubuh Angkata Darat, terutama Divisi Diponegoro, Jawa Tengah dan Divisi Brawijaya, Jawa Timur (Ricklefs, 1991:420). Berpalingnya Sukarno dari negara-negara Barat, dengan meninggalkan prinsip-prinsip kebijakan gerakan non-blok yang mengarah pada terbentuknya poros
Jakarta-Peking-Pyongyang-Hanoi,
serta
politik
konfrontasi
dengan
Malaysia menyebabkan Sukarno dianggap telah dekat dengan ide-ide komunis dan PKI (Kerstin Beise, 2004:15). Amerika Serikat mengkhawatirkan bahwa Indonesia menjadi korban dari teori domino tentang penyebaran ideologi komunis. Sementara itu, pembangunan ekonomi Indonesia terhambat oleh konflik di pemerintahan sehingga situasi masyarakat menjadi tidak menentu. Tindakan Sukarno yang melemahkan setiap kekuatan anti Komunis dengan dalih sebagai kontra revolusi,serta terbentuknya Poros Jakarta-Peking telah memberi kesempatan kepada PKI untuk menguasai hampir di sektor kehidupan bangsa dan negara kecuali bidang militer khususnya Angkatan Darat. Situasi politik semakin terpolarisasi setelah Sukarno mendukung terbentuknya Angkatan ke-5 yang merupakan ancaman bagi kekuatan militer. Setelah PKI secara politis berhasil melemahkan lawan-lawan politiknya, ternyata kekuatan militer sebagai institusi sulit ditundukkan. Dalam rangka mendiskriditkan TNI-AD, PKI melancarkan adanya isue Dewan Jenderal. Dalam isue Dewan Jenderal disebutkan bahwa sejumlah perwira tinggi TNI-AD yang tidak loyal terhadap presiden yang mempunyai tujuan antara lain menilai kebijakan Presiden Sukarno selaku Pemimpin Besar Revolusi. Bersamaan dengan isue tersebut, tersiar pula adanya ―Dokumen Gilchrist‖. Gilchrist yang nama lengkapnya Sir Andrew Gilchrist adalah Duta Besar Inggris yang bertugas antara tahun 1963-1966. Dalam Dokumen Gilchrist berisi laporan
Sejarah SMA/SMK K-7
259
Duta Besar Inggris, Gilchrist mengenai koordinasinya dengan Duta Besar USA di Jakarta untuk menangani situasi di Indonesia. Dokumen tersebut disebarluaskan oleh Subandrio yang saat itu
menjabat Kepala Badan Pusat Intelejen (BPI)
Menteri Luar Negeri. Pada tangal 26 Mei 1965, Subandrio membawa dokumen tersebut kepada Presiden Sukarno, sehingga para perwira militer TNI-AD seperti LetJen Ahmad Yani yang mempunyai hubungan dekat dengan Inggris dan USA diminta penjelasannya oleh Presiden terkait dengan isue dokumen tersebut. Pada pidato kenegaraan tanggal 17 Agustus 1965 Presiden Sukarno menunjukkan kecurigaan dan permusuhannya terhadap kekuatan atau organisasi yang anti PKI terutama TNI-AD dan mengemukakan bahwa telah ditemukan adanya dokumen tentang rencana komplotan di dalam negeri yang bekerja sama dengan CIA dan pemerintah Inggris yang berusaha merobohkan pemerintahannya (Yahya Muhaimin, 2002: 183). Secara teoritis, kegagalan pemerintahan sipil di suatu negara yang baru merdeka di kawasan Asia, Afrika dan Amerika secara tidak langsung memberi kesempatan pada pihak militer untuk mengambil-alih pemeritahan. Tersiar berita di luar negeri tentang beberapa kudeta militer di Irak pada Juli 1958,kemudian bulan Oktober 1958 pemerintahan sipil Pakistan jatuh ke tangan Jenderal Ayu Khan, di Burma ke tangan Ne Win, adanya kudeta di Thailand, rencana kudeta di Philipina serta pemerintahan Sipil Sudan juga ditumbangkan pihak militer. Pers Jakarta juga memuat thesis dari Scott yang diantaranya berpendapat bahwa di negara-negara yang baru berkembang khususnya di Asia, perlu adanya kekuasaan diktator militer untuk menyelamatkan diri dari bahaya komunis (Daniel S. Lev, 1967:188-189). Kecenderungan adanya kudeta di negara-negara lain tersebut, menjadikan Presiden Sukarno curiga terhadap militer yang akan merebut kekuasaannya. Pada awal September 1965 terdapat isue bahwa Dewan Jenderal akan merebut kekuasaan Presiden Sukarno dengan memanfaatkan pengerahan pasukan dari daerah yang didatangkan ke Jakarta dalam rangka persiapan peringatan HUT TNI tanggal 5 Oktober 1965. Isuenya Dewan Jenderal mempunyai struktur sebagai berikut: a) Perdana Menteri
: Jenderal A H Nasution
b) Wakil Perdana Menteri/Menteri
Sejarah SMA/SMK K - 3
260
Pertahanan
: Let.Jend Ahmad Yani
c) Menteri Dalam Negeri
: Hadisubeno
d) Menteri Luar Negeri
: Roeslan Abdulgani
e) Menteri Hubungan Dagang Luar Negeri :Brigjen Sukendro f) Jaksa Agung
: Mayjen S. Parman
Pada tanggal 30 September malam 1 Oktober 1965 keteganganketegangan memuncak karena telah terjadi percobaan kudeta di Jakarta. Apa yang terjadi saat itu dan hari-hari berikutnya sedikit jelas namun tetap terjadi perbedaan–perbedaan pendapat yang tajam mengenai siapa yang mendalangi percobaan kudeta. Tampaknya mustahil bahwa hanya ada satu dalang yang mengendalikan menjelaskan
semua
kejadian
peristiwa tersebut
itu.
Tafsiran-tafsiran
yang
harus
dipertimbangkan
secara
berusaha hati-hati
(Ricklefs,1991:427). Meskipun demikian, walaupun gerakan itu secara resmi tidak menggunakan organ PKI dan secara resmi juga tidak melibatkan dalam peristiwa G-30/S 1965, namun PKI memainkan peranan besar dalam gerakan tersebut . Perencanaan kudeta dimulai ketika diketahui kondisi kesehatan Sukarno memburuk sejak bulan Juli 1965. Kondisi kesehatan tersebut paling berpengaruh tehadap gejolak politik dalam negeri. (Kerstin Beise,2004:116). Presiden Sukarno sebagai posisi sentral dalam percaturan politik saat itu, sementara pertentangan antara PKI dengan TNI-AD hanya menunggu saatnya untuk menjadi perang terbuka,sangat beralasan jika kondisi kesehatan Sukarno menjadi faktor penting dalam peristiwa G-30/S 1965. Pada pagi hari tanggal 1 Oktober 1965
jenderal TNI-AD yaitu Letjen
Ahmad Yani, Mayjen Haryono M. T,Brigjen D. I Panjaitan ditembak dirumahnya sementara Mayjen Suprapto, Mayjen S. Parman dan Brigjen Sutoyo ditembak di Lubang Buaya. Jenderal A.H Nasution lolos dari peristiwa penculikan tersebut, sehingga ajudannya Lettu P.A Tendean secara keliru dibawa ke Lubang Buaya dan dibunuh. Pada saat yang sama obyek-obyek vital di Jakarta seperti RRI (Radio Republik Indonesia) dan Telkom diduduki sementara Istana Merdeka dikepung. Pelaksanaan kudeta adalah anggota-anggota militer dari Batalion 454 Diponegoro Jawa Tengah, Batalion 530 Brawijaya Jawa Timur serta Pasukan Kehormatan Pengawal Presiden Pasukan Cakrabirawa yang dibagi dalam tiga
Sejarah SMA/SMK K-7
261
kelompok. Kelompok Pasopati yang dipimpin Dul Arief bertugas menculik para jenderal. Kelompok Bima Sakti yang dipimpin Suradi Prawiroharjo ditugaskan menguasai Jakarta. Kelompok Gatotkaca (juga dinamakan Pringgodani) yang dipimpin Gatut Sukrisno ditempatkan di Lubang Buaya. Pimpinan kudeta terdiri lima orang yang membentuk Senko (Sentral Komando) bermarkas di Halim Perdanakusuma. Kelima orang tersebut adalah Letkol Untung,Kolonel Latief, Sujono, Pono dan Syam. Apakah ada dalang dibelakangnya dan siapa, masih menjadi misteri (Kerstin Beise, 2004:17). Setelah pasukan Bimasakti yang dipimpin Kapten Suradi menguasai RRI dan pusat jaringan informasi, pada tanggal 1 Oktober 1965 jam 7.20 RRI menyiarkan tentang telah dilancarkannya suatu gerakan yang bernama ―Gerakan 30 September‖ dibawah pimpinan Letkol Untung, Komandan Batalon I Resimen Cakrabirawa guna menyelamatkan Presiden Sukarno dan negara dari ancaman kudeta yang akan dilaksanakan oleh Dewan Jenderal yang disponsori Amerika Serikat. Juga disiarkan bahwa menurut Letkol Untung, Gerakan 30 September semata-mata gerakan dalam tubuh TNI-AD yang ditujukan kepada Dewan Jenderal yang anggota-anggotanya telah ditangkap, sedang Presiden Sukarno dalam keadaan selamat. Dalam siaran lanjutan di RRI juga disiarkan bahwa anggota Dewan Jenderal berencana melakukan kudeta terhadap Presiden Sukarno pada saat berlangsungnya HUT TNI tanggal 5 Oktober 1965. Selanjutnya, Brigjen Supardjo mengusulkan kepada Sukarno agar Mayjen Pranoto Reksosamudra diangkat sebagai Panglima Angkatan Darat dan Sukarno menyetujuinya. Tindakan yang dilakukan Gerakan 30 September tersebut mendapat dukungan dari Panglima Angkatan Udara Laksamana Madya Omar Dhani ( Yahya Muhaimin, 2002 :199). Dengan terbunuhnya para jenderal TNI-AD serta tidak munculnya Jenderal Nasution karena bersembunyi telah memberikan kesempatan kepada Mayjen Suharto untuk memegang komando Angkatan Darat di pagi hari tanggal 1 Oktober 1965. Sebagai perwira paling senior di Jakarta yang membawahi pasukan-pasukan secara langsung ,segera Suharto menjalankan wewenangnya (Harold Crouch, 1999:256). Sementara itu, Panglima Kostrad Mayjen Suharto bertindak untuk memulihkan situasi di Ibukota dan pada malam hari tanggal 1 Oktober saat itu juga, Suharto dapat menguasai Jakarta dan merebut gedung-gedung vital seperti
Sejarah SMA/SMK K - 3
262
RRI. Ia menjelaskan melalui siaran RRI tentang apa yang terjadi. Keesokan harinya lapangan udara Halim yang dijadikan pusat Gerakan 30 September direbut pasukan RPKAD. Para pemimpin pasukan kudeta meninggalkan pangkalan Halim, D.N. Aidit melarikan diri ke Jawa Tengah, sedangkan Omar Dhani menuju Madiun, sehingga gerakan kudeta berakhir dengan dikuasainya Ibukota Jakarta oleh TNI-AD yang anti PKI. Selanjutnya D.N Aidit tertangkap di Solo, Jawa Tengah. Sebelum ditembak mati ia menerangkan bahwa sebenarnya rencana pelaksanaan kudeta memang dipersiapkan oleh PKI pada tahun 1970. Rencana PKI tersebut akhirnya dilakukan terlalu tergesa-gesa sebab rencana tersebut telah diketahui oleh TNI-AD (John Hughes dalam Muhaimin, 2002: 201). Rencana kudeta PKI yang dipercepat dari rencana semula, dimungkinkan karena kekhawatiran pada kondisi kesehatan Sukarno. Jika Presiden meningggal, PKI khawatir jika TNI-AD terlebih dahulu mengambil-alih pemerintahan. Sikap Presiden Sukarno terhadap adanya peristiwa kudeta tersebut sering dinilai berbagai kalangan sebagai petunjuk atas pembelaannya terhadap Gerakan G-30/S 1965 (Kerstin Beise, 2004:379). Dan setelah peristiwa tersebut, Suharto dan TNI-AD memegang peranan kehidupan politik di Indonesia. Pada tanggal 2 Oktober 1965, Suharto menemui Presiden Sukarno di Bogor yang merupakan pertemuan pertama keduanya sejak terjadinya peristiwa kudeta. Pertemuan yang juga dihadiri pejabat Pemerintah dan Militer itu berlangsung dalam suasana yang tegang akibat perbedaan pandangan mengenai G-30/S. Pada tanggal 4 Oktober 1965 di Lubang Buaya diketemukan mayatmayat para jenderal dalam suatu lubang sumur. Tampaknya dalam penjelasan tentang peristiwa pembunuhan tersebut telah didramatisir . Hal ini menimbulkan emosi masa rakyat yang anti-Komunis yang kemudian diperhebat dengan kematian puteri A.H Nasution yang tertembak dalam peristiwa G-30/S yaitu Ade Irma Suryani Nasution. Ketidakhadiran Presiden Sukarno dalam acara pemakaman para jenderal di Taman Pahlawan Kalibata menambah kemerosotan popularitas Sukarno dan menaikkan pamor TNI-AD. Setelah ibukota Jakarta telah dikuasai TNI-AD dilanjutkan meredamkan konflik serupa yang terjadi terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kedua wilayah tersebut mempunyai basis masa PKI yang besar disamping kesatuan militer Diponegaro dan Brawijaya terindikasikan telah jatuh pada pengaruh Gerakan 30 September. Dengan perkembangan terjadinya peristiwa tersebut,
Sejarah SMA/SMK K-7
263
TNI-AD telah dipandang sebagai ―Penyelamat Bangsa‖ oleh kekuatan anti-PKI sehingga
posisi TNI semakin kuat bahkan menjadi pusat perhatian nasional
ketika pada tanggal 16 Oktober 1965 Mayor Jenderal Suharto diangkat oleh Presiden Sukarno sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat, sementara Jenderal A.H Nasuition tetap pada posisi Menteri Koordinator Bidang Pertahanan dan Keamanan. Tuntutan dibubarkannya PKI di masyarakat berkembang begitu cepat, pada tanggal 25 Oktober 1965 terbentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang merupakan gabungan dari organisasi mahasiswa yang anti-PKI. Dalam demonstrasi yang ditujukan pada pemerintah mereka menuntut tiga hal yang dikenal sebagai Tritura (Tri Tuntunan Rakyat) yaitu: 1) Pembubaran PKI 2) Pembentukan Kabinet Baru 3) Penurunan Harga Pada tanggal 21 Februari 1966 Presiden Sukarno mengambil kebijakan yang tidak populis dengan melakukan reshufle kabinet. Namun yang diganti adalah Menteri Koordinator Pertahanan-Keamanan Jenderal A.H Nasution diganti oleh Mayor Jenderal Sarbini dan Presiden juga mengangkat menteri baru yang dianggap masyarakat sebagai pro-PKI. Hal ini yang memicu demontrasi lebih besar di masyarakat yang juga didukung TNI-AD. Adanya perkembangan politik tanpa kepastian, mamaksa TNI-AD melakukan tekanan-tekanan kepada presiden. Presiden akhirnya mengeluarkan Surat Perintah kepada Menteri Panglima Angkatan Darat, Jenderal Suharto pada tanggal 11 Maret 1966 yang dikenal dengan sebutan Surat Perintah Sebelas Maret. Supersemar telah memberi
TNI-AD berupa legitimasi politik untuk
berperan formal dalam mengatasi situasi pascaG-30/S. Sehari setelah adanya Supersemar yaitu tanggal 12 Maret, Suharto membubarkan PKI beserta seluruh organisasi berada di bawahnya dari Pusat sampai Daerah dan dinyatakan sebagai organisasi terlarang diseluruh wilayah Indonesia. Akhirnya posisi Suharto semakin kuat ketika MPRS yang anggotanya telah dibersihkan dari orang-orang PKI dalam Sidang Umumnya berhasil membuat keputusan-keputusan yang berisi penguatan legitimasi peranan politik Angkatan Darat serta mengurangi kekuasaan Sukarno.
Sejarah SMA/SMK K - 3
264
Diantara ketetapan MPRS tersebut adalah Ketetapan No. IX tentang pengukuhan ―Surat Perintah Sebelah Maret‖ yang mengesahkan kekuasaan politik Suharto sebagaimana terkandung dalam Surat Perintah tersebut hingga terbentuknya MPR hasil pemilihan umum dan Ketetapan No. XIII, yang memberi kekuasaan kepada Letjen Suharto untuk membentuk kabinet baru menggantikan Kabinet
Dwikora
dengan
tugas
pokok
membina
perekonomian
dan
pembangunan. Kemudian Ketetapan No.XV yang memberi kuasa kepada Suharto untuk memegang jabatan presiden jika sewaktu-waktu presiden berhalangan, sedangkan Ketetapan No. XXV berisi pengesahan pembubaran PKI, yang telah dilaksanakan Suharto tanggal 12 Maret 1966. Pada tnggal 25 Juli 1966 Jenderal Suharto membentuk kabinet baru sesuai keputusan MPRS dengan nama Kabinet Ampera. Tertumpasnya pemberontakan G 30/S oleh TNI merupakan batas toleransi terakhir yang diberikan tentara terhadap cara berpikir partai politik, yang dianggapnya selalu memunculkan konflik. Keinginan membentuk negara yang demokratis sebagaimana kehidupan politik di negara-negara Barat,diianggap oleh TNI belum serasi untuk diterapkan di negara yang baru merdeka seperti Indonesia. Oleh karena itu, akhirnya munculnya kepemimpinan dari golongan tentara (Todiruan Dydo,1989:92-93). Akhirnya Sukarno tidak bertindak untuk melawan kekuatan-kekuatan baru tersebut. Tindakan Suharto yang berhasil menguasai situasi menyebabkan Sukarno
terpaksa
turun
dari
kekuasaannya
dan
Suharto
membentuk
pemerintahan baru yang dikenal sebagai Orde Baru.
Tumbangnya Orde Baru Pemberontakan G-30/S yang gagal telah membawa perubahan tatanan kehidupan sosial,politik dan ekonomi di Indonesia. Peranan golongan tentara yang berhasil menumpas G-30/S menaikan citranya di mata masyarakat. Munculnya Jenderal Suharto sebagai kepala negara baru, memperluas peran TNI dalam aspek sosial-politik. Dallam perjalanan pemerintahan Orde Baru selanjutnya, keadaan bercorak militer dihampir
semua sektor kegiatan
kekuasaan pemerintahan. Hal ini pada akhirnya juga menimbulkan kritik dari masyarakat,
terutama
Sejarah SMA/SMK K-7
dari
kalangan
mahasiswa
yang
ketika
lahirnya
265
pemerintahan
Orde
Baru,
mereka
berperan
sangat
besar
(Todiruan
Dydo,1989:105). Setelah berkuasa hampir 32 tahun akhirnya Presiden Suharto juga ditumbangkan oleh aksi demonstrasi besar-besaran bahkan menuju pada tindakan anarkhis. Demontrasi yang dipelopori mahasiswa tersebut terjadi ketika pada akhir tahun 1997, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berlarut-larut. Pemerintah Suharto dianggap menyuburkan praktek KKN (Korupsi,Kolusi dan Nepotisme). Puncaknya pada tahun 1998 Suharto terpaksa mengundurkan diri sebagai presiden dan digantikan oleh wakilnya B.J Habibie sehingga Orba akhirnya berakhir. d. Era Reformasi Pemberontakan G-30/S yang gagal telah membawa perubahan tatanan kehidupan sosial,politik dan ekonomi di Indonesia. Peranan golongan tentara yang berhasil menumpas G-30/S menaikan citranya di mata masyarakat. Munculnya Jenderal Suharto sebagai kepala negara baru, memperluas peran TNI dalam aspek sosial-politik. Dalam perjalanan pemerintahan Orde Baru selanjutnya, keadaan bercorak militer dihampir
semua sektor kegiatan
kekuasaan pemerintahan. Hal ini pada akhirnya juga menimbulkan kritik dari masyarakat,
terutama
dari
kalangan
mahasiswa
yang
ketika
lahirnya
pemerintahan Orde Baru, mereka berperan sangat besar (Dydo,1989:105). Setelah berkuasa hampir 32 tahun akhirnya Presiden Suharto juga ditumbangkan oleh aksi demonstrasi besar-besaran bahkan menuju pada tindakan anarkhis. Demontrasi yang dipelopori mahasiswa tersebut terjadi ketika pada akhir tahun 1997, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berlarut-larut. Pemerintah Suharto dianggap menyuburkan praktek KKN (Korupsi,Kolusi dan Nepotisme). Puncaknya pada tahun 1998 Suharto terpaksa mengundurkan diri sebagai presiden dan digantikan oleh wakilnya B.J Habibie sehingga Orba akhirnya berakhir. Pada masa reformasi, salah satu tuntutan yang menonjol dari berbagai elemen di masyarakat, adalah amandemen UUD 1945. Hal ini disebabkan ,UUD 1945 pada masa Orde Baru dianggap memberikan legitimasi terhadap kekuasaan yang cenderung otoriter karena terdapat pasal-pasal yang multi-tafsir
Sejarah SMA/SMK K - 3
266
sehingga memberi celah bagi penguasa saat itu untuk menafsirkan ketentuan dalam UUD 1945 sesuai dengan kepentingan penguasa. Bersumber dari kesalahan pembangunan ekonomi ,berbagai kesulitan yang dihadapi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya semakin
hari semakin bertambah
berat.
Demonstrasi-demonstrasi yang
dipelopori para mahasiswa telah mendorong terjadinya krisis sosial. Kerusuhan, kekacauan, pembakaran, dan penjarahan merupakan fenomena yang terus terjadi di beberapa daerah Sementara, pemerintahan Orde Baru sendiri tidak mampu mengatasi krisis politik yang berkembang. Oleh karena itu, satu-satunya jawaban yang dipandang
paling
realistik
adalah
menuntut
Presiden
Suharto
untuk
mengundarkan diri dari jabatannya sebagai presiden. Pemerintahan Orde Baru dan Presiden Suharto dipandang sudah tidak mampu menciptakan kondisi kehidupan yang lebih baik sehingga perlu diganti. Krisis hukum juga belum dapat direalisasikan. Bahkan dalam praktiknya, kekuasaan kehakiman menjadi pelayan kepentingan para penguasa. Bersamaan dengan krisi moneter, ekonomi, dan politik telah terjadi krisis di bidang hukum (peradilan). Keadaan itulah yang menambah ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Orde Baru pimpinan Presiden Suharto. Untuk mengatasi krisis multidimensional tersebut, maka satu-satu jalan adalah melaksanakan reformasi total dalam berbagai bidang kehidupan. Para mahasiswa sebagai pelopor gerakan reformasi mengajukan berbagai tuntutan: 1) adili Suharto dan kroni-kroninya, 2) ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN, 3) tegakkan supremasi hukum. Untuk memenuhi tuntutan mahasiswa, Presiden Suharto mengundang tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh nasional untuk membentuk Dewan Reformasi yang beranggotakan tokoh agama dan tokoh nasional. Tokoh-tokoh tersebut menolak panggilan dan ajakan Suharto sehingga Presiden Suharto mengundurkan diri. Puncak aksi mahasiswa terjadi pada tanggal 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti Jakarta. Aksi mahasiswa yang berlangsung secara damai telah berubah menjadi aksi kekerasan, setelah tertembaknya empat orang mahasiswa, yaitu Elang Mulia Lesmana, Hendriawan Lesmana, Heri Hertanto, dan Hafidhin Royan.
Sejarah SMA/SMK K-7
267
Sedangkan para mahasiswa yang menderita luka ringan dan luka parah pun tidak sedikit jumlahnya, setelah bentrok dengan aparat keamanan yang berusaha membubarkan para demonstran. Pada waktu tragedi Trisakti terjadi, Presiden Suharto sedang menghadiri KTT G-15 di Kairo, Mesir. Masyarakat menuntut Presiden Suharto sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan bertanggung jawab atas tragedi tersebut. Pada tanggal 15 Mei 1998, Presiden Suharto kembali ke Tanah Air dan masyarakat menuntut agar Presiden Suharto mengundurkan diri. Kunjungan para mahasiswa ke gedung DPR/MPR yang semula untuk mengadakan dialog dengan para pimpinan DPR/MPR telah berubah menjadi mimbar bebas. Para mahasiswa lebih memilih tetap tinggal di gedung wakil rakyat itu, sebelum tuntutan reformasi total dipenuhinya. Akhirnya, tuntutan mahasiswa tersebut mendapat tanggapan dari Harmoko sebagai pimpinan DPR/MPR. Pada tanggal 18 Mei 1998, pimpinan DPR/MPR mengeluarkan pernyataan agar Presiden Suharto mengundurkan diri. Menanggapi aksi reformasi tersebut, Presiden Soeharto berjanji akan mereshuffle Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi. Selain itu juga akan membentuk Komite Reformasi yang bertugas menyelesaikan UU Pemilu, UU Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD, UU Antimonopoli, dan UU Antikorupsi. Dalam perkembangannya, Komite Reformasi belum bisa terbentuk karena 14 menteri menolak untuk diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya penolakan tersebut menyebabkan Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan dimulainya Orde Reformasi. Reformasi merupakan suatu perubahan tatatan perikehidupan lama ke tatanan perikehidupan baru yang lebih baik. Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk melakukan
perubahan
dan
pembaruan,
terutama
perbaikan
tatanan
perikehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Dengan demikian, gerakan reformasi telah memiliki formulasi atau gagasan tentang tatanan perikehidupan baru menuju terwujudnya Indonesia baru. Gerakan reformasi merupakan sebuah perjuangan karena hasil-hasilnya tidak dapat
Sejarah SMA/SMK K - 3
268
dinikmati dalam waktu yang singkat. Hal ini dapat dimaklumi karena gerakan reformasi memiliki agenda pembaruan dalam segala aspek kehidupan. Oleh karena itu, semua agenda reformasi tidak mungkin dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan dan dalam waktu yang singkat. Tujuan gerakan reformasi untuk memperbaharui tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara agar sesuai dengan cita-cita proklamasi, serta sesuai dengan jiwa pancasila, baik dalam bidang ekonomi, politik, hukum dan sosial. Agenda reformasi, secara umum adalah sebagai berikut: a. Adili suharto dan kroninya b. Amandemen UUD 1945, agar kekuasaan tidak disalahgunakan lagi oleh penguasa c. Penghapusan Dwifungsi ABRI, agar ABRI lebih profesional d. Otonomi daerah, mengurangi sentralistik e. Supremasi Hukum f.
Pemerintahan yang bersih dari KKN
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Untuk
memahami
materi
Capita
Selekta
Sejarah
Indonesia
Kontemporer, anda perlu membaca secara cermat modul ini, gunakan referensi lain sebagai materi pelengkap untuk menambah pengetahuan anda. Dengarkan dengan cermat apa yang disampaikan oleh pemateri, dan tulis apa yang dirasa penting. Silahkan berbagi pengalaman anda dengan cara menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenangkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 1.
Aktivitas individu, meliputi : a. Memahami dan mencermati materi diklat b. Mengerjakan latihan/lembar kerja/tugas, menyelesaikan masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar; dan menyimpulkan c. Melakukan refleksi
2.
Aktivitas kelompok, meliputi : a. mendiskusikan materi pelatihan b. bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan
Sejarah SMA/SMK K-7
269
c. penyelesaian masalah /kasus
E. LATIHAN/TUGAS/KASUS Lembar Kerja/LK 1 1) Identifikasikan
penyimpangan-penyimpangan
dalam
aturan
ketatatanegaraan yang terjadi pada masa Demokrasi Terpimpin? 2) Bagaimana anda sebagai seorang guru sejarah menjelaskan materi yang kontroversi kepada siswa namun tetap menjaga nilai-nilai nasionalisme dan persatuan bangsa ? (Contoh: Materi tentang Pemberontakan G-30/S). 3) Buatlah tugas secara berkelompok, membuat bagan tentang masalahmasalah yang menonjol pada masa: - Demokrasi Liberal - Demokrasi Terpimpin - Orde Baru Lembar Kerja/LK 2 Jawablah secara individu soal berikut. 1). Mengapa pada masa Demokrasi Liberal di Indonesia, kabinet sering jatuh Bangun? 2). Jelaskan latar belakang lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959? 3). Apa yang dimaksud dengan peristiwa Tanjung Morawa? 4). apa yang kamu ketahui tentang ―SUPESEMAR‖? 5). Jelaskan latar belakng jatuhnya pemerintahan Orde Baru? Lembar Kerja .3. Beri penjelasan hal berikut
No 1
Fakta dan Peristiwa
Latar belakang
Peristiwa
……………………………
Tanjung Morawa
……………………………
Keterangan
……………………………
Sejarah SMA/SMK K - 3
270
2
3
Indonesia keluar
……………………………
sebagai anggota
……………………………
PBB
……………………………
Penyimpangan
……………………………
politik dalam
……………………………
negeri masa
……………………………
Demokrasi Terpimpin
F.RANGKUMAN Perjalanan sejarah bangsa antara tahun 1950-1966 diliputi suasana pertentangan internal antara elemen-elemen bangsa. Hal ini berbeda pada tahun-tahun awal kemerdekaan antara tahun 1945-1949 ,Indonesia diliputi suasana perang kemerdekaan atau mempertahankan kemerdekaan. Pada masa tahun 1950-1966 dikelompokkan dalam tiga masa pemerintahan yaitu masa Demokrasi Liberal, Demikrasi Terpimpin dan Orde Baru. Pada masa Demokrasi Liberal terjadi perbedaan kepentingan yang menonjol di antara partai-partai politik yang ada. Sistem parlementer yang dicoba di Indonesia mengalami kegagalan. Hal ini dibuktikan hanya dalam kurun waktu sembilan tahun tercatat kurang lebih terjadi tujuh kali pergantian kabinet. Ketika Pemilu I di Indonesia tahun 1955, rakyat mengharapkan bahwa hasil pemilu tersebut dapat menjadikan perjalanan pemerintahan yang lebih baik. Namun Dewan Konstituante yang merupakan badan perancang dan pembuat undangundang dasar hasil pemilu I tersebut juga gagal melaksanakan tugasnya. Partaipartai politik dalam Dewan Konstituante saling mempertahankan ideologinya sehingga mengalami jalan buntu dalam mengambil keputusan. Dalam suasana stagnan tersebut, Presiden mengambil keputusan untuk mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Selanjutnya presiden menerapkan Demokrasi Terpimpin. Namun pada masa ini, Indonesia terseret pada arus totaliter atau diktator. Presiden mengambil kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan aturan perundang-undangan. Disamping itu, PKI menjadi kekuatan yang
Sejarah SMA/SMK K-7
271
besar pasca pemberontakan PKI Madiun 1948. Pada Pemilu I PKI termasuk dalam kategari partai besar dalam jumlah suara.
G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi Capita Selekta Sejarah Indonesia Kontemporer? 2. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi di atas? 3. Apa manfaat materi tersebut terhadap tugas Bapak/Ibu disekolah?
-
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Syafii Maarif,2003. Benedetto Croce dan Gagasannya Tentang Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Suara Muhammadiyah Herbert Feith, 1995. Soekarno-Militer dalam Demokrasi Terpimpin. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Harold Crouch,1999. Militer dan Politik di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Kerstin Beise, 2004. Apakah Soekarno Terlibat Peristiwa G 30 S. Yogyakarta: Penerbit Ombak Todiruan Dydo,1989. Pergolakan Politik Tentara Sebelum dan Sesudah G 30 S/PKI. Jakarta:PT Golden Terayon Press. Leo Suryadinata,1992. Golakar dan Militer Studi Tentang Budaya Politik. Jakarta: LP3ES. Lev Daniel S,1967. The Political Role of the Army in Indonesia. San Fransisco: Chander Publishing Company. Miriam Budiardjo,1996. Demokrasi di Indonesia Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama M.C Ricklefs,1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada Press
Sejarah SMA/SMK K - 3
272
Mohammad Mahfud MD,2000. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Nugroho Notosusanto, 1977. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka Priyo Budi Santoso,1995. Birokrasi Pemerintah Orde Baru, Perspektif Kultural dan Struktural. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sekretaris Negara RI,1994. Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis Indonesia Latar Belakang Aksi dan Penumpasannya. Jakarta: Sekretaris Negara RI. Herbert Feith, 1995: Soekarno-Militer dalam Demokrasi Terpimpin. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Sartono Kartodirjo,1993. Pengantar Sejarah indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional, Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme Jilid 2. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Sekretaris Negara RI,1994. Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis Indonesia Latar Belakang Aksi dan Penumpasannya. Jakarta: Sekretaris Negara RI. Sayidiman Suryohadiprojo,1996. Kepemimpinan ABRI dalam Sejarah dan Perjuangannya. Jakarta: Penerbit Intermasa Soegiarso Soerojo,1988. Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai. Jakarta: Sri Murni Yahya A. Muhaimin, 2002. Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia 1945-1966. Yogyakarta:Gadjah Mada Press.
Sejarah SMA/SMK K-7
273
KEGIATAN PEMBELAJARAN 11
REVOLUSI PENTING DALAM SEJARAH DUNIA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat menganalisis peristiwa penting di dunia di era modern. Dalam peristiwa penting ini terkait dengan masalah Revolusi Industri di Inggris serta Revolusi Perancis dan pengaruhnya bagi dunia. dan pengaruhnya bagi dunia serta Indonesia.
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Menjelaskan latar belakang dan proses Revolusi Industri dengan baik 2. Menganalisis dampak Revolusi Industri dengan baik 3. Menjelaskan latar belakang dan proses Revolusi Perancis dengan baik 4. Menganalisis dampak Revolusi Perancis dengan baik
C. URAIAN MATERI Revolusi Industri 1. Latar Belakang dan Pengertiannya Tenaga kerja untuk industri Inggris dalam abad ke-19 berasal dari berbagai daerah. Pada waktu itu jumlah penduduk Inggris berkembang pesat. Walaupun banyak orang Inggris beremigrasi, namun jumlah penduduk dalam abad ke-19 bagian pertama dua kali lipat jumlah pada abad sebelumnya. Tenaga kerja dari Irlandia masuk ke Inggris dan yang terpenting adalah tenaga kerja yang berasal dari pedesaan yang di tempat asalnya mereka itu tidak ada lapangan kerja berupaya mencari kerja di kotakota industri. Inggris pada akhir abad ke-18 dan abad ke-19 awal mengalami kemajuan
dalam
bidang
teknik,
mempercepat
mesin-mesin
untuk
kepentingan industri besar. Banyak penemuan baru diperoleh dalam industri tekstil. John Kay pada 1733 menemukan kumparan terbang, sehingga penemuan dapat dipercepat jalannya; pada 1768 Arkwreight menemukan alat pintal, yang dijalankan dengan tenaga air; pada 1779 Samuel Crompton Sejarah SMA/SMK K - 3
274
menemukan bagan pintal, yang memungkinkan orang memintal benang kapas dengan halus; pada 1785 E. Cartwright menemukan mesin tenun; Thomas Bell menemukan cap silinder dan bahan kimia untuk pewarna. Industri tekstil di Inggris maju pesat, dengan menggunakan alat-alat baru dan dengan tenaga air dan uap. Pada 1835 terdapat hampir 106.000 mesin tenun Inggris. Mula-mula alat-alat tersebut dibuat dari bahan kayu, kemudian diganti dengan besi. Peleburan besi yang mula-mula menggunakan arang kayu kemudian dilakukan dengan batubara. Permintaan batubara dan besi yang
selalu
meningkat,
merangsang
diadakannya
modernisasi
pertambangan. Dibuat pompa-pompa untuk mempermudah membangun dengan menggunakan pompa mesin uap. Pada abad ke-19 hasil besi meningkat pesat yang digunakan untuk membuat mesin-mesin baru, jembatan, kapal. Pada 1802 Sumington menemu-kan kapal api yang diberi nama ―Charlote Dundas‖ dan diujicoba di terusan Firth of Clyde di Scotlandia; pada 1807 Robert Fulton menemukan kapal api yang diberi nama Clermot dicoba di sungai Hudson, dan pada 1814 George Stephenson menemukan lokomotif mengakibatkan kemajuan dalam bidang transportasi. Inggris mempunyai cukup sumber untuk keperluan industrialisasi. Tenaga air, besi, dan batubara semuanya ada di Inggris. Inggris juga mempunyai daerah cukup pemasaran hasil industrinya. Scotland telah dipersatukan berdasarkan Act of Union pada 1707, kemudian Irlandia dipersatukan dengan Inggris pada 1800, sehingga daerah pemasarannya lebih luas. Pedagang-pedagang Inggris sejak abad ke-18 telah membuka hubungan dagang di seluruh Eropa, Amerika Utara, Afrika, dan Asia Timur. Pada awal abad ke-19 barang-barang buatan Inggris tersebar ke seluruh dunia. 2. Arti dan Ciri-ciri Revolusi Industri Pergeseran penggunaan dari kerja tangan manusia (hand work) ke penggunaan kerja mesin (mechine work) memberikan corak baru dalam revolusi industri. Demikian pula pergeseran dari sistem tradisional (domestic system), yakni pembuatan hasil-hasil produksi di dalam rumah ke sistem
Sejarah SMA/SMK K-7
275
pabrik (factory system) memberikan keluasan, peningkatan gerak dari hasilhasil produksi. a. Industri Textil Revolusi industri bermula dalam industri tekstil. Pada abad ke-17 kapas mulai digunakan secara meluas di Inggris. Dalam industri kapas baru secara bertahap mengembangkan cara-cara menghasilkan kapas. Pada awal 1733 John Kay memperkenalkan kumparan terbang (flying shutle), suatu penemuan mempercepat penenunan kain. Kumparan terbang adalah salah satu bagian dari alat tenun. Sekitar tiga puluh lima tahun kemudian peng-gunaan kumparan terbang meluas di pabrik-pabrik. Sekitar 1767 James Hargreaves membuat suatu alat memintal yang dapat memintal delapan benang pada suatu saat yang sama. James Hargraves
menyebut
pintalnya
ini
―mesin
pintal
jenny‖
sebagai
penghormatan terhadap almarhum istrinya. Dua tahun kemudian Richard Arkwright melengkapinya dengan sebuah mesin yang ia sebut ―kerangka air‖ (water frame), karena kekuatan air dipergunakan sebagai energi. Penggunaan mesin pintal ―Jenny‖ dan ―kerangka air‖ tersebut tersebar di industri-industri rumah, tetapi kemudian dikembangkan di pabrikpabrik. Penemuan James Hargreaves – ―Jenny‖ dan Richard Arkwright – rangka air (water frame) disempurnakan oleh Samuel Crompton dalam bagal putaran (spinning bule). Penemuan mesin-mesin baru dalam pabrik-pabrik memungkinkan meningkatnya hasil-hasil dalam jumlah besar benang kapas, tetapi perkembangan dalam tenunan tidak membawa lengkap dengan perkembangan pembuatan barang. Edmind Cartwright menemukan mesin-mesin tenun baru. Pada 1785 E. Cartwright menyempurnakan kekuatan peralatan tenun. Pada mulanya para penenun ragu-ragu menggunakan alat penemuan E. Cartwrigh, tetapi kemudian alat-alat tersebut dipergunakan di pabrik-pabrik. b. Batubara dan Baja Menjadi Bahan Bakar Industri Sampai pada saat revolusi industri, di Inggris masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Dengan penggunaan mesin-mesin baru, konsumsi kayu yang makin besar dihasilkan oleh pulau-pulau penghasil kayu menjadi menipis. Dalam waktu yang singkat pabrik-pabrik mengganti bahan bakarnya dengan penggunaan batubara.
Sejarah SMA/SMK K - 3
276
Permintaan besi dalam jumlah lebih besar dibutuhkan untuk membuat mesin-mesin baru. Pada 1856 Henry Bessemer menemukan suatu proses
perubahan
pemurnian
besi
dan
membuatnya
lebih
keras.
Peningkatan pemurnian besi ini dikenal sebagai baja untuk membuat alatalat lebih cermat. Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 bahanbahan metal seperti mangan dicampur dengan baja membuat semacam campuran lebih kuat. Cara-cara produksi secara besar-besar berkembang pesat. Seperti di Perancis, Jerman, dan Inggris pendirian pabrik-pabrik mobil berkembang,
walaupun
perkembangan
pabrik
semacam
itu
lebih
berkembang di Amerika Serikat. Pada 1839 Charles Goodyear telah menemukan bagaimana meng-vulkanisir karet untuk menjadi lebih keras. Ban dari karet makin mantap dan populer. Karet juga dipergunakan dengan cara-cara berbagai macam di dalam industri. Akibat perkembangan revolusi yang pesat itu, Inggris mengalami kekurangan bahan baku. Di sisi lain, dengan berdirnya pabrik-pabrik meningkatkan terjadinya over produksi. Jumlah produksi tekstil tidak dapat diserap oleh pasar dalam negeri. Oleh krn itu diperlukan daerah pemasaran baru yaitu tanah jajahan. Kebutuhan terhadap bahan baku dan bahan pemasaran bagi hasil industri itulah yang mendorong imperialisme modern. Revolusi Perancis 1.
Latar Belakang Revolusi Perancis
a. Pengaruh Retionalisme Aufklarung dan Romantik Para ―philosephes‖ Perancis pada abad ke-19 pada hakikatnya tidak hanya mengkaji filsafat, tetapi juga mengarahkan pandangannya kepada berbagai purba sangka yang ada pada manusia dan kepada lembagalembaga sosial pada zaman mereka dengan menggunakan ketazaman akal budinya. Hal ini mereka lakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kecaman langsung, dilakukan dengan diam-diam, dalam sindiran dalam karangan sejahtera atau drama, sebagian dengan tinjauan dan renungan tentang bentuk pemerintahan yang menjadi cita-cita atau konsep mereka. Dalam buah renungannya L’Esprit des Lois (Jiwa Undang-Undang) C.S.B. Montesquieu (1689-1755) mengemukakan teori Trias Politica. Dalam buku tersebut dibahas bahwa ketiga kekuasaan yakni legislatif, eksekutif,
Sejarah SMA/SMK K-7
277
dan judikatif hendaknya dipisahkan. Pemisahan kekuasaan sangat perlu, sebab dengan cara demikian raja tidak dapat berbuat sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Sebagai contoh, dikemukakan bahwa lembaga letter de chacet (―jajahan raja‖) sangat berbahaya karena surat yang ditanda tangani raja telah mampu untuk menjerumuskan seseorang ke dalam penjara Bastille. Orang-orang yang tidak disukai raja atau oleh salah satu anak emas raja dengan cara demikian mudah dilenyapkan. Banyak penulis yang dimasukkan dalam penjara itu, karena mengemukakan secara terangterangan menentang politik raja, seperti Francois Marie Arouret, yang lebih terkenal dengan Voltaire, dan Beaumarchais. Voltaire
(1694-1778)
yang
dianggap
sebagai
salah
seorang
―pendekar kebebasan dan kemerdekaan‖ mengadakan sindiran dan kritikkritik pedas dalam bidang pemerintahan. Ketiga kekuasaan tersebut di atas dalam tangan raja. Raja memilih dan mengangkat para menteri yang pada hakikatnya
hanya
merupakan
kaki
tangannya
saja.
Para
menteri
bertanggung jawab kepada raja, tidak kepada badan perawakilan rakyat, seperti dalam negara demokrasi. Sebelum raja berhasil memusatkan segala kekuasaan pada dirinya, Perancis mengenal tiga pemisahan kelas secara ketat. Penduduk dibagi dalam tiga kelas (estates of classes) atau tingkat dalam hidup, yakni kaum bangsawan, kaum agama yang mempunyai hakhak istimewa, dan golongan paura atau golongan ketiga. Wakil-wakil golongan tersebut duduk dalam dewan propinsi dan Etats Generaux. Tiaptiap golongan mempunyai satu suara. Tetapi sejak 1614 raja tidak menganggap perlu menyuruh Etats Generaux bersidang. Kaum atau golongan bangsawan dan golongan agama tidak begitu gigih memprotes. Kaum
bangsawan,
yang
sebagian
berasal
dari
bangsawan
abad
pertengahan dan yang sebagian dilantik menjadi kaum bangsawan dari golongan paura yang kaya mendapat jabatan-jabatan yang penting, baik sipil, militer, maupun jadi pemborong pajak. Sedang kaum agama, hampir sepertiga dari tanah Perancis ada dalam kekuasaan mereka. Karena para biskop dilantik oleh raja, maka mereka pun menjadi alat kekuasaan raja dan demi kepentingannya agama bersikap konservatif sebab itu walaupun Voltaire bukan termasuk golongan anti agama tetapi selalu menyerang
Sejarah SMA/SMK K - 3
278
dengan tajam terhadap gereja yang dianggap sebagai alat kekuasaan raja. Tulisan Voltaire antara lain tertuang dalam Letres Philophiques. Pangkat rendah dalam dunia kependetaan biasanya diduduki oleh golongan paura, tetapi pangkat itu tidak memberikan pengaruh politik kepada mereka. Pada hakikatnya golongan puara itu makin menjadi pencipta kemakmuran dan kebudayaan Perancis. Banyak orang Perancis tidak puas dengan aturan pajak yang hanya dikenakan kepada kaum tani dan golongan paura saja karena kaum bangsawan dan agama bebas dari pajak. Walaupun demikian kedua golongan pembayar pajak itu tidak ikut serta membicarakan untuk apa dipergunakan uang yang masuk ke dalam kas pemerintah. Uang itu sering dipakai untuk tujuan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. Istana menghambur-hamburkan uang dengan menempuh kemewahan yang melampauai batas, diberikan kepada orang-orang kesayangan istana yang menduduki jabatan semu. Dalam keadaan semacam itu Jean Jacques Rousseau (1712-1778) dalam bukunya yang terkenal Du Contract Social mengutarakan bahwa kekuasaan orang yang memerintah pada hakikatnya berdasarkan suatu ―perjanjian‖ (contract) dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Rakyat menyerahkan kedaulatan itu kepada raja. Jadi merupakan suatu ―perjanjian‖ yang mengikat raja dengan kewajiban-kewajiban. Perjanji-an itu dianggap batal apabila rakyat tidak puas. Paham ini ternyata dapat memuaskan rasa keadilan golongan paura. b. Pengaruh Revolusi Amerika Suatu unsur yang revolusioner untuk seluruh dunia ialah perumusan kesamaan hak azasi politis untuk semua warga negara tanpa memandang berdasarkan suku bangsa, agama, atau tingkat sosial. Dalam Decleration of Independence disebutkan bahwa manusia itu dilahirkan sama dan memiliki hak-hak azasi itu dan mendapat kekuasaannya itu berhak menggantikan suatu pemerintahan yang melanggar azas ini dengan pemerintahan yang lain lebih sesuai dengan kehendak rakyat. Jelas bahwa ide tentang kedaulatan rakyat dan kesamaan hak-hak azasi manusia merupakan dampak daripada alam pikiran masa Aufklarung di Eropa. Tiadalah mengherankan apabila ide tersebut, terutama di Perancis diterima dengan gembira.
Sejarah SMA/SMK K-7
279
c. Kegelisahan Ketidakpuasan Terhadap Regime Kuno Perancis Golongan ketiga yang membayar pajak adalah semua orang yang tidak termasuk golongan pertama dan kedua. Unsur yang paling kuat dalam golongan ketiga ini adalah kaum borjouis, yaitu pedagang, bankir, pengusaha, pemilik industri, dan golongan profesi yang tinggal di kota-kota besar dan kecil. Sejak akhir abad pertengahan industri, perdagangan, di Perancis berkembang sangat pesat, seperti yang berlaku di negara-negara lain di Eropa. Bersamaan dengan perkembangan itu bertambah kaya. Golongan
borjuis
ini
sejak
abad
ke-16
telah
berkembang
kemakmuran-nya dan memperhatikan pendidikan. Oleh sebab itu, sebagian besar philosophes berasal dari golongan ini. Mereka adalah orang-orang cerdik pandai, kaya dan pembayar pajak terbanyak, akan tetapi mereka tidak memiliki kedudukan sosial yang tinggi, tidak ikut dalam pemerintahan dan tidak memiliki hak-hak istimewa. Mereka sangat membenci golongan agama dan bangsawan. Golongan petani lebih tidak puas lagi. Keadaannya tidak jauh berbeda dari zaman Abad Pertengahan. Pembayaran pajak tanah, pajak minuman keras, dan kewajiban kerja paksa untuk raja tanpa upah merupakan beban yang tidak adil. d. Pemerintahan Louis XVI yang Lemah Sebenarnya Louis XVI adalah orang yang penting tetapi ia bodoh dan tidak tahu tugas yang harus diembannya. Ia seharusnya mengembangkan keadaan di Perancis, tetapi ia tidak mampu mengadakan pembaharuanpembaharuan yang dikehendaki oleh golongan-golongan yang bekerja sama dengan raja. Di samping itu ia percaya akan keagungan raja. Louis XVI kawin dengan Marie Antoinette, gadis cantik putri Maria Theresia dari Austria. Perkawinannya adalah suatu perkawinan politik, untuk menjalin hubungan baik antara pemerintahan Perancis dan Austria, tetapi dilain pihak perkawinan tersebut tidak disenangi oleh rakyat Perancis. Di samping itu, Maria Antoinette adalah permaisuri yang sangat boros. Ia tidak memikirkan kepentingan orang lain, tetapi hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri dan kawan-kawannya yang disenangi. Ia tidak memikirkan keadaan Perancis yang pada saat itu sedang kalut. Karena ia hidup memboroskan keuangan negara, hidup berfoya-foya untuk memenuhi
Sejarah SMA/SMK K - 3
280
keinginannya lazim ia dikenal dengan Madame Deficit, sebab banyak mengurangi kas negara. e. Masalah Keuangan Negara Masalah yang sangat mendesak yang harus diselesaikan oleh Louis XVI adalah masalah keuangan negara. Louis berupaya mengangkat seseorang yang lebih dipercaya untuk dapat menanggulangi keadaan keuangan Perancis, mengharapkan setiap pengangkatan orang-orang yang baru dapat mengadakan pembaharuan keajaiban perimbangan keuangan tanpa
menurunkan
pajak-pajak
baru.
Tetapi
orang
yang
diangkat
mengetahui bahwa pemborosan itu bersumber dari istana kerajaan, di mana banyak uang dihambur-hamburkan. Masalah kemerosotan keuangan negara berhubungan dengan kehidupan permaisuri. f. Dewan Perwakilan (Etats-Generaux) Mengambil Alih Pemerintahan Perancis Di dalam sidang Dewan Perwakilan, golongan ketiga menuntut agar pemungutan suara dilakukan kepala demi kepala. Pada waktu itu golongan pertama diwakili 300 orang, golongan kedua 300 orang, dan golongan ketiga 600 orang. Jika pemungutan suara dilakukan berdasarkan per golongan, pasti akan menghasilkan kemenangan golongan pertama yang bergabung dengan golongan kedua. Jika dilakukan per kepala, golongan ketiga mengharapkan orang-orang dari dua golongan lainnya yang memihak golongan ketiga. Kemudian sidang berubah menjadi Konstituante (Constituante), bertugas membuat Undang-Undang Dasar bagi Perancis. Sementara itu rakyat Paris mulai bergerak menyerang penjara Bastille (14 Juli 1789), sebagai lambang kekuasaan absolutisme, untuk membebaskan orang-orang yang ditahan di penjara itu. Kaum tani di luar kota Paris menyerbu istanaistana milik bangsawan. Akibatnya, banyak golongan bangsawan melarikan diri ke luar negeri. Konstituante terus bekerja, menghapuskan segala hak feodal dan membuat Undang-Undang Dasar bagi Perancis. Sebaliknya kejadian tahun 1789 itu merupakan babak pertama dalam revolusi itu. 2. Arti dan Ciri-ciri Revolusi Perancis Pada
tanggal
17
Juni
1789
wakil-wakil
golongan
ketiga
memproklamasi-kan Etats Generaux (Dewan Perwakilan) sebagai Dewan
Sejarah SMA/SMK K-7
281
Nasional (Assemble Nationale). Tindakan semacam ini mengandung arti yang sangat penting, karena Dewan Perwakilan merupakan sidang golongan-golongan dijelmakan menjadi Dewan Nasional yang merupakan wahana sidang rakyat Perancis menghapus-kan pengertian golongan. Pengisian suatu masyarakat demokratis telah tampak. Pada tanggal 14 Juli 1789 rakyat Paris menyerbu penjara Bastille, suatu bangunan yang kuat dan megah, lambang monarchie absolut. Di samping merupakan penjara Bastille juga merupakan gudang senjata. Serbuan rakyat Paris ke Bastille berhasil baik ketika kesatuan-kesatuan tentara raja yang berada di Paris banyak yang memihak dan membantu rakyat. Bastille dapat dikuasai rakyat pada 14 Juli 1789 dan pada hari tersebut dianggap sebagai ―permulaan revolusi‖ dan kemudian diresmikan sebagai ―Hari Nasional Perancis‖. Bendera Bourbon (raja) diganti dengan bendera nasional – biru, putih, merah – dan tentara nasional dibentuk. Pada tanggal 20 Juli 1789 Dewan Nasional bersidang. Dalam hasil sidang ini antara lain mereka beritikad bahwa mereka tidak akan bubar sebelum Perancis memiliki Undang-Undang Dasar. Mereka sekarang menamakan
dirinya
Assemblee
Nationale
Constituante,
disingkat
Constituante. Para bangsawan dan kaum agama mulai menggabungkan diri dengan golongan ketiga.
Ada usaha-usaha dari pihak raja untuk
membubarkan Constituante tetapi gagal. Tidak lama setelah terbentuknya Dewan Legislatif timbul perselisihan antara Dewan itu dengan raja Louis XVI yang menggunakan hak veto, ketika Dewan itu membuat undang-undang untuk menundukkan bangsawan dan pendeta yang tetap menentang. Austria dan Prusia bersatu untuk menyerbu Perancis dengan hukuman sekeras-kerasnya jika rakyat Perancis berani mengganggu raja Louis XVI dan keluarganya. Perang ini, yang lazim disebut perang Koalisi I (1792), meyakinkan rakyat Perancis, bahwa raja Louis XVI mempunyai hubungan rahasia dengan negara-negara luar dan dianggap merupakan pengkhianatan terhadap revolusi, Louis XVI dengan keluarganya ditangkap untuk diadili lebih lanjut. Kaum borjuis yang hingga saat itu mempunyai peranan penting dalam revolusi, mulai bergeser peranannya dan peranan rakyat jelata lebih terasa. Tentara Perancis yang semangatnya revolusioner
dapat
Sejarah SMA/SMK K - 3
mengalahkan
tentara
Prusia
di
Valmy.
Sejak
282
kemenangan di Valmy ini kaum revolusi Perancis tidak lagi bersifat mempertahankan diri terhadap luar negeri, tetapi sebaliknya mereka mulai menyerang luar negeri. Mereka menyerbu Austria, Prusia, dan Italia. Mereka mengumumkan perang kepada Inggris, Belanda, dan Spanyol. Mereka menyanggupi bantuan Perancis kepada seluruh rakyat Eropa yang ingin menghancurkan pemerintahan yang kolot. Revolusi Perancis yang mula-mula berhaluan liberal, sejak peristiwa diturunkannya raja dari tahta, bergeser sifat menjadi revolusi kerakyatan. Dewan Legislatif akan mengadakan pemilihan baru dan berdasarkan pemilihan umum, agar seluruh rakyat dapat memilih. Pemerintahan akan dipegang oleh badan baru yang akan dipilih dan disebut Conventio National (1792-1795). Pada
masa
pemerintahan
Dewan
Legislatif
pada
hakikatnya
merupakan perebutan kekuasaan antara kaum borjuis dan rakyat jelata. Rakyat jelata yang lazim disebut commune, adalah rakyat dari kota praja (commune), karena rakyat Paris lah yang merupakan pelopor dan pusat revolusi.
Dengan
adanya
Convention
National
merupakan
bentuk
kemenangan rakyat jelata terhadap kaum borjuis. Convention National berkumpul pada 21 September 1792. Tugas pertama-tama
yang
dilaksanakan
adalah
menghapuskan
bentuk
pemerintahan kerajaan dan mengganti dengan bentuk pemerintahan republik. Louis XVI diturunkan dari tahta dan ditetapkan sebagai pengkhianat. Akhirnya raja ini dihukum mati di bawah pisau pemotong kepala (guillotine). Pembunuhan besar-besaran dilanjutkan terhadap para bangsawan,
seperti
ratu
Maria
Antoinette.
Pembunuhan
terhadap
bangsawan itu oleh banyak negara di Eropa lainnya dianggap tindakan yang membahayakan keamanan dunia. Keadaan di negara Perancis yang kalut itu disertai dengan datangnya musuh dari luar yang mengancam Perancis. Di dalam negeri pemberontakan timbul di mana-mana. Keadaan ekonomi kacau, nilai uang merosot karena inflasi merajalela. Di kota-kota timbul kekurangan bahan makanan, karena para petani hanya mau menjual bahan makanan kalau dibeli dengan uang logam.
Sejarah SMA/SMK K-7
283
Keadaan yang kacau ini dipergunakan oleh golongan Montagne untuk bertindak tegas dan radikal demi keselamatan negara. Akhirnya pemerintahan
Montagne
yang
dipimpin
oleh
Roberspierre
disebut
―pemerintahan teror‖ (1792-1795). Tindakan tegas pemerintahan Montagne yang disesuaikan dengan keadaan negara terbukti berhasil. Musuh dari luar dapat dihalau dari tanah Perancis, musuh dari dalam negeri dapat ditindas. Inflasi dapat ditahan dan keadaan ekonomi dapat dipulihkan kembali.
Perancis
diselamatkan
dari
bahaya
keruntuhan
yang
mengancamnya. Pemerintahan Montagne dari Roberspierre ini merupakan pemerintahan ―teror‖, tetapi dipandang dari sudut politis, maka pemerintahan Roberspierre dapat menyelamatkan negara dan revolusi Perancis. Orang-orang Perancis mengangkat revolusi Perancis dengan slogan mereka ―kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan‖ (liberty, equality, dan fraternity). Bagi mereka ―kemerdekaan‖ berarti peningkatan hak-hak perse-orangan yang antara lain meliputi hak milik pribadi, bekerja apa yang ingin mereka kerjakan, bebas beribadat, bebas menulis dan berbicara. ―Persama-an‖ berarti penghapusan terhadap semua unsur-unsur feodalisme dan perbudakan serta pengakuan persamaan hak atas hukum bagi semua rakyat. ―Persaudaraan‖ berarti kekeluargaan bagi semua orang perancis, yang tercermin pada jiwa nasionalisme yang dikembangkan di Perancis. Nama Roberspierre menjadi gilang-gemilang dalam mata rakyat, tetapi setelah keadaan pulih kembali menjadi normal, golongan Gironde muncul kembali. Mereka bersekutu dengan teman-teman Roberspierre, yang iri hati terhadap kedudukan Roberspierre yang tinggi itu. Mereka berhasil menggulingkan Roberpierre dan menghukumnya mati di panggung guillotine. Inilah yang dikenal dengan ―Pemberontakan Thermidor‖ (1794). Pemerintahan Directoire (1795-1799), merupakan pemerintahan yang lemah dan sejak awal tidak begitu populer, tidak berwibawa, korup dan tidak dipercaya oleh rakyat. Pemerintah Directoire tidak menyelesaikan permasalahan-permasalahan pengangguran di Perancis secara signifikan dan demikian juga rakyat tidak begitu bersimpati pada pemerintahan ini. Hanya dalam bidang kemiliteran mereka mencapai kemenangan-kemenangan yang besar, tetapi ini lebih merupakan jasa dari Napoleon Bonaparte. Nama
Sejarah SMA/SMK K - 3
284
Napoleon Bonaparte menjadi gilang-gemilang. Pemerintah Directoire yang segan bekerja sama dengan rakyat jelata (Montagne) lebih suka bekerja sama dengan kaum militer karena yang mempunyai kekuatan yang nyata. Bagian Napoleon Bonaparte pengambilalihan kekuasaan hanya tinggal waktu saja. Dan ini dijalankan ketika ia kembali dari Mesir pada tahun 1799. Dengan kekerasan senjata Directoire dibubarkan. Rakyat yang mengutuki absolutisme pada 1789, memuja absolutisme pada tahun 1799.
3. Pengaruh Revolusi Perancis Revolusi Perancis mempunyai pengaruh tidak hanya bagi negara Perancis, tetapi juga pada negara-negara di luar Perancis, baik di Eropa maupun di luar Eropa. Pengaruh-pengaruh tersebut secara sederhana dapat dilihat dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi. a. Pengaruh Revolusi Perancis di Negara Perancis 1) Pengaruh di Bidang Politik a) Undang-undang merupakan landasan juridis konstitusional tertinggi. Pemerintahan atas landasan hukum (a rule by law). UUD diciptakan untuk menjadi landasan hukum tertinggi. b) Tumbuhnya pengertian republik. Pada tahap awal revolusi Perancis bersifat ―liberal‖ (17891792: Konstituante, Dewan Legislatif), kemudian bersifat ―radikal‖ (1792-1795: Convention National). Pada masa liberal pemerintahan (constitutionelle
berbentuk monarchie),
kerajaan
konstitusional
di masa radikal
berbentuk
republik. c) Tumbuhnya demokrasi modern Sebagai akibat dari tumbuhnya pengakuan tentang hak-hak azasi manusia, terutama kebebasan dan persamaan hak dari setiap manusia. Kedaulatan berada di tangan rakyat, paham demokrasi ini yang hendak diterapkan oleh revolusi Perancis. Penerapan paham demokrasi itu mengalami pasang dan surut, tetapi kemudian tidak pernah padam lagi serta baru sesudah 1871 menjadi kenyataan di Perancis.
Sejarah SMA/SMK K-7
285
d) Berkembangnya faham nasionalisme Ungkapan semboyan: kemerdekaan (liberty), persamaan (equality) dan persaudaraan (fraternity) dari revolusi Perancis mencerminkan kemauan bangsa Perancis bersatu. Dahulu hanya raja mewakili bangsa (L’Etat e’est moi), kata Louis XVI. Tetapi kemudian pada masa awal revolusi peranan golongangolongan yang tumbuh berkembang di Perancis memberi isi tertentu. Bangsa tidak hanya memiliki oleh raja, kaum bangsawan, dan agama saja tetapi malah peranan golongan borjuis dan rakyat jelata memberi corak tertentu. e) Tumbuhnya ide tentang aksi revolusioner Pemerintahan kuno (ancien regime) yang mempunyai tradisi yang ketat dapat dihapuskan melalui aksi revolusioner. Hasil yang mengagumkan dari aksi revolusioner itu menyadarkan banyak orang bahwa kedaulatan itu adalah milik orang banyak, milik semua warga negara atau dapat dikatakan milik rakyat. Dari aksi revolusioner ini meyakinkan rakyat bahwa rakyat
memiliki
disatupadukan
kekuatan dicetuskan
yang melalui
sewaktu-waktu
dapat
aksi
untuk
tersebut
mencapai kehendak rakyat. 2) Pengaruh di bidang Ekonomi a) Pemilihan tanah yang lebih merata Tanah-tanah
milik
gereja,
dan
milik
bangsawan
yang
melarikan diri ke luar negeri, dijual oleh pemerintah dalam revolusi Perancis dengan harga murah kepada para petani. Para petani tersebut tidak lagi merupakan penyewa-penyewa tanah tetapi menjadi pemilik-pemilik tanah. Undang-undang dan aturan-aturan yang mengatur pertanian, perdagangan, hak milik, pengakuan hak perlindungan atau jiwa manusia dipakai dan malah banyak ditiru oleh negara-negara Eropa lainnya. b) Penghapusan sistem feodal dan gilde Penghapusan akan hak-hak istimewa, penghapusan sistem pajak
Sejarah SMA/SMK K - 3
pemerintahan
kuno,
dan
penghapusan
gilde
286
memberikan pengaruh yang besar dalam perkembangan pertanian dan perdagangan. Dengan dihapuskannya hak waris tentang tanah, sehingga tanah dibagi-bagi menjadi tanahtanah yang agak kecil pertanian menjadi lebih maju. Untuk memajukan pertanian banyak rawa-rawa dikeringkan dan untuk mengatur dan mempengaruhi perjalanan air diadakan penanaman baru dibekas hutan-hutan. c) Tumbuhnya industri-industri besar Perdagangan bebas dan peranan golongan borjuis mendorong timbul-nya industri. Pembatasan import barang-barang industri dari luar negara Perancis, perbaikan jalan atau transport yang lebih kompleks memberikan peluang berkembangnya industriindustri besar dari Perancis. 3) Pengaruh di bidang Sosial a) Perjuangan hak azasi manusia Perjuangan demi hak-hak manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dalam revolusi itu kaum borjuis tidak mengemukakan tuntutan akan menggantikan kedudukan kaum bangsawan dan kaum agama, melainkan mereka berjuang demi hak-hak manusia dan hak-hak paura. Di lain pihak, berkembang pula golongan rakyat jelata, yang terdiri atas kaum petani-petani kecil dan terutama kaum buruh. Perkembangan liberalisme, kapitalisme mengembangkan pula per-juangan dan pengembangan kaum buruh, yang jumlahnya makin meningkat. Keadaan semacam ini mempengaruhi perkembangan
negara
Perancis
pada
daerah-daerah
jajahannya di luar benua Eropa. Usaha untuk memerdekakan diri bukan timbul dari golongan yang sangat terjajah, melainkan timbul dalam kalangan cerdik pandai yang dididik oleh
pemerintah
kolonial,
untuk
menduduki
alat-alat
pemerintahan di tanah jajahan itu. b) Struktur sosial baru Pada rezim kuno (ancien regime) dapat kita jumpai adanya golongan pertama, golongan kedua dan golongan ketiga.
Sejarah SMA/SMK K-7
287
Revolusi Perancis menggeser struktur masyarakat itu dengan tumbuh golongan atau kaum baru seperti: kaum petani, buruh, golongan pertenganah (middenstand) dan kapitalis. Golongan pertengahan dan kapitalis banyak mempunyai tujuan dan gerak yang sama dan kemudian lebih dikenal dengan golongan borjuis (bourgeoise). Dengan berkembang-nya industri menjadi penting pula kedudukan kaum buruh. c) Pendidikan dan pengajaran lebih merata Kesempatan menikmati pendidikan dan pengajaran yang lebih maju/baik pada masa pemerintahan kuno terutama hanya terdapat pada golongan atasan saja, tetapi karena pengaruh revolusi pendidikan tanggungan pemerintah. Pendidikan dan pengajaran rendah, menengah, dan tinggi disusun dan dipusatkan. Dengan demikian pendidikan dan pengajaran tidak lagi merupakan monopoli dari golongan tertentu atau atasan saja.
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN Untuk memahami materi Revolusi Penting dalam Sejarah, anda perlu membaca secara cermat modul ini, gunakan referensi lain sebagai materi pelengkap untuk menambah pengetahuan anda. Dengarkan dengan cermat apa yang disampaikan oleh pemateri, dan tulis apa yang dirasa penting. Silahkan berbagi pengalaman anda dengan cara menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenangkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 1. Aktivitas individu, meliputi : a. Memahami dan mencermati materi diklat b. Mengerjakan
latihan/lembar
kerja/tugas,
menyelesaikan
masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar; dan menyimpulkan c. Melakukan refleksi 2. Aktivitas kelompok, meliputi : a. mendiskusikan materi pelatihan
Sejarah SMA/SMK K - 3
288
b. bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan c. penyelesaian masalah /kasus
E. LATIHAN/TUGAS/KASUS Lembar Kerja . 1. Pertanyaan berikut, dijawab secara indivudual 1.
Apa hubungan antara perkembangan teknologi dengan lahirnya Revolusi Industri?
2.
Sebelum Revolusi Industri, masyarakat Inggris adalah masyarakat feodal. Apa yang dimaksud dengan sistem feodal di Inggris saat itu?
3.
Identifikasikan dan jelaskan dampak Revolusi Industri bagi dunia?
4.
Apa latar belakang munculnya Revolusi Perancis?
5.
Apa hubungan Revolusi Perancis dengan munculnya paham-paham sosiolpolitik modern?
Lembar Kerja .2. Beri penjelasan hal berikut No
Fakta dan Peristiwa
1
Revolusi Perancis
2
Revolusi Industri
Dampak bagi dunia
Dampak bagi Indonesia
F. RANGKUMAN Inggris pada akhir abad ke-18 dan abad ke-19 awal mengalami kemajuan dalam bidang teknik, mempercepat mesin-mesin untuk kepentingan industri besar. Banyak penemuan baru diperoleh dalam industri tekstil. John Kay pada 1733 menemukan kumparan terbang, sehingga penemuan dapat dipercepat jalannya; pada 1768 Arkwreight menemukan alat pintal, yang dijalankan dengan tenaga air; pada 1779 Samuel Crompton menemukan bagan
Sejarah SMA/SMK K-7
289
pintal, yang memungkinkan orang memintal benang kapas dengan halus; pada 1785 E. Cartwright menemukan mesin tenun; Thomas Bell menemukan cap silinder dan bahan kimia untuk pewarna. Industri tekstil di Inggris maju pesat, dengan menggunakan alat-alat baru dan dengan tenaga air dan uap. Pada 1835 terdapat hampir 106.000 mesin tenun Inggris. Dalam buah renungannya L’Esprit des Lois (Jiwa Undang-Undang) C.S.B. Montesquieu (1689-1755) mengemukakan teori Trias Politica. Dalam buku tersebut dibahas bahwa ketiga kekuasaan yakni legislatif, eksekutif, dan judikatif hendaknya dipisahkan. Pemisahan kekuasaan sangat perlu, sebab dengan cara demikian raja tidak dapat berbuat sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Sebagai contoh, dikemukakan bahwa lembaga letter de chacet (―jajahan raja‖) sangat berbahaya karena surat yang ditanda tangani raja telah mampu untuk menjerumuskan seseorang ke dalam penjara Bastille. Orang-orang yang tidak disukai raja atau oleh salah satu anak emas raja dengan cara demikian mudah dilenyapkan. Banyak penulis yang dimasukkan dalam penjara itu, karena mengemukakan secara terang-terangan menentang politik raja, seperti Francois Marie Arouret, yang lebih terkenal dengan Voltaire, dan Beaumarchais. Voltaire (1694-1778) yang dianggap sebagai salah seorang ―pendekar kebebasan dan kemerdekaan‖ mengadakan sindiran dan kritik-kritik pedas dalam bidang pemerintahan. Ketiga kekuasaan tersebut di atas dalam tangan raja. Raja memilih dan mengangkat para menteri yang pada hakikatnya hanya merupakan kaki tangannya saja. Para menteri bertanggung jawab kepada raja, tidak kepada badan perawakilan rakyat, seperti dalam negara demokrasi. Sebelum raja berhasil memusatkan segala kekuasaan pada dirinya, Perancis mengenal tiga pemisahan kelas secara ketat.
G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT Setelah kegiatan pembelajaran,Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi Revolusi Penting dalam Sejarah? 2. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari materi di atas? 3. Apa manfaat materi tersebut terhadap tugas Bapak/Ibu disekolah? Sejarah SMA/SMK K - 3
290
DAFTAR PUSTAKA
Ambarman,R. 1978: Politik Dunia dan Perang Kemerdekaan. Bandung: Penerbit Alumni Akira Nagazumi, 1989: Bangkitnya Nasionalisme Indonesia. Jakarta: Grafiti Pers Djayusman,1978: Hancurnya Angkatan Perang Hindia Belanda(KNIL). Bandung: Penerbit Angkasa Dimyati, Muhammad. 1952. Sejarah Perang Dunia, Ikhtisar Pergolakan Dunia Selama Setengah Abad. Jakarta: Penerbut Bulan Bintang Embuiru,H. 1957.Teropong Sejarah. Semarang: Penerbit Yayasan Kanisius. George Kahin,1996: Nationalosm and Revolution in Indonesia. Ithaca Cornell University Press. M.C Ricklefs,1991: Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada Press Nugroho Notosusanto, 1975. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka ----------------------------, 1977. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka Onghokham,1989. Runtuhnya Hindia Belanda. Jakarta: PT Gramedia Priyo Budi Santoso, 1995. Birokrasi Pemerintahan Orde Baru, Perspektif Kultural dan Sktruktural. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Panitia Konferensi Internasional,1997: Denyut Nadi Revolusi Indonesia, (suatu kumpulan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Romein,J.M, 1953: Aera Eropa Peradaban sebagai Penyimpangan dari Pola Umum.-----------------------. Sartono Kartodirjo,1993. Pengantar Sejarah indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional, Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme Jilid 2. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Soebantardjo, 1955. Sari Sedjarah Djilid I, Yogyakarta: Penerbit Bopkri -----------------, 1955. Sari Sedjarah Djilid II, Yogyakarta: Penerbit Bopkri.
Sejarah SMA/SMK K-7
291
Sejarah SMA/SMK K - 3
292