PENGARUH KONSELING INDIVIDU TERHADAP PENINGKATAN RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus Pelaksanaan Konseling Individu di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang)
SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Ayu Syarifah 1101103
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO SEMARANG 2008 PENGESAHAN SKRIPSI
PENGARUH KONSELING INDIVIDU TERHADAP PENINGKATAN RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus Pelaksanaan Konseling Individu di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang)
Disusun oleh: Ayu Syarifah 1101103
telah diujikan di depan Dewan Penguji pada tanggal 30 Januari 2008 dan dinyatakan telah lulus
Susunan Dewan Penguji
Ketua Sidang
Penguji I
Drs. Ali Murtadho, M.Pd NIP. 150274618
Drs. H. Sholihan, M.Ag NIP. 150271978
Sekretaris Sidang
Penguji II
Hj. Mahmudah, S.Ag., M.Pd H. Abu Rohmad, M.Ag NIP. 150286415 NIP. 150318014 NOTA PEMBIMBING Lamp : 5 Eksemplar
Hal
: Persetujuan Naskah Skripsi
Kepada Yth. Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah membaca, mengadakan koreksi perbaikan mestinya, maka kami menyatakan bahwa naskah skripsi:
sebagaimana
Nama : AYU SYARIFAH NIM : 1101103 Fak./Jur. : Dakwah / BPI Judul : Pengaruh Konseling Individu terhadap Peningkatan Religiusitas Remaja (Studi Kasus Pelaksanaan Konseling Individu di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang) Dengan ini telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan, demikian atas persetujuannya diucapkan terima kasih.
Bidang Substansi Materi
Semarang, 16 Januari 2008 Bidang Metodologi dan Tata Tulis
Dra. Hj. Jauharatul Farida, M.Ag NIP. 150 245 379
Hj. Mahmudah. S.Ag., M.Pd NIP. 150 286 415
Tanggal:
Tanggal : MOTTO
ﺍ ٍﻝﻭِﻧ ِﻪ ﻣِﻦ ﻭﻦ ﺩﻢ ﻣﺎ ﹶﻟﻬﻭﻣ ﺩ ﹶﻟﻪ ﺮ ﻣ ﻼ ﻮﺀﹰﺍ ﹶﻓ ﹶﻮ ٍﻡ ﺳ ﻪ ِﺑ ﹶﻘ ﺩ ﺍﻟﻠﹼ ﺍﻭِﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃﺭ ﻢ ﺴ ِﻬ ِ ﻧﻔﹸﺎ ِﺑﹶﺄﻭﹾﺍ ﻣﻴﺮﻐ ﻳ ﻰﺣﺘ ﻮ ٍﻡ ﺎ ِﺑ ﹶﻘﺮ ﻣ ﻐﻴ ﻳ ﻪ ﹶﻻ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﹼﻠ
(11 :)ﺍﻟﺮﻋﺪ
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS. ar-Ra’d: 11)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang
pernah
di
ajukan
untuk
memperoleh
gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil
penertiban
maupun
yang
belum atau tidak
ditertibkan, sumber di jelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang,
2007
Ayu Syarifah NIM:1101103
ABSTRAKSI
Kajian dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan tentang pengaruh konseling individu terhadap peningkatan religiusitas remaja di Panti
Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang. Fokus penelitian ini adalah ingin melihat bagaimana pelaksanaan konseling individu bagi peningkatan religiusitas dan adakah pengaruhnya konseling individu terhadap peningkatan religiusitas pada remaja di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang. Konseling individu difokuskan pada lima aspek yaitu; konselor, klien, materi, metode dan proses konseling individu. Sedangkan religiusitas difokuskan pada lima aspek yaitu; ideologi atau keyakinan, ritual, eksperensial atau konsekuensial, intelektual. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh konseling individu terhadap peningkatan religiusitas remaja di Panti Pamardhi Putra”Mandiri” Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Sedangkan responden dalam penelitian ini yaitu remaja yang berusia 17-21 tahun yang beragama Islam dan yang mengikuti konseling individu di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang berjumlah 44 orang. Penelitian ini disebut penelitian populasi, yakni dengan menjadikan 44 orang tersebut menjadi subyek penelitian. Data diperoleh melalui angket yang disebarkan pada responden, berupa angket tertutup yang berbentuk rating scala, masing-masing variabel dijabarkan dalam 25 item yang secara favorable dan unfavorable. Sedangkan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa konseling individu berpengaruh positif terhadap peningkatan religiusitas remaja di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang. Hal ini diperkuat dari hasil hitung statistik yang menyatakan bahwa nilai Freg (134.651) lebih besar dari Ft baik dalam taraf signifikan 5% (4,06) dan 1 % (7,24),maka signifikan dan hipotesis di terima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin responden mengikuti konseling individu, maka akan semakin meningkat pula religiusitasnya.
KATA PENGANTAR ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮ ﺣﻴﻢ
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Adalah suatu kebanggaan tersendiri, jika suatu tugas dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada yang terhormat. 1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Bapak Drs. H. M. Zain Yusuf. MM, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. 3. Ibu Hj. Jauharotul Farida, M.Ag selaku pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Hj. Mahmudah, S.Ag., M.Pd. selaku pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Para Dosen pengajar dan staf karyawan di lingkungan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. 6. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Fakultas Dakwah maupun Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan pelayanan kepustakaan.
7. Ayahanda dan Ibunda terhormat yang telah memberikan dukungan moral dan material dengan tulus dan ikhlas. 8. Teman-temanku senasib seperjuangan yang tidak bisa penulis sebutkan satupersatu yang telah memberikan masukan dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Atas jasa-jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka di terima di sisi Allah SWT. Dan mendapat balasan pahala yang lebih baik serta mendapatkan kesuksesan baik itu di dunia maupun di akhirat. Penulis dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya, Amin.
Semarang, 16 Januari 2008
Ayu Syarifah NIM: 1101103
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................
iii
HALAMAN MOTTO .............................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................
vi
HALAMAN ABSTRAKSI .....................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................
viii
DAFTAR ISI
BAB I :
BAB II :
......................................................................................................
x
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
1.2
Rumusan Masalah .......................................................................
7
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
7
1.4
Telaah Pustaka ............................................................................
8
1.5
Sistematika ..................................................................................
11
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIK 2.1
Konseling Individu ......................................................................
13
2.1.1 Pengertian Konseling Individu ...........................................
13
2.1.2 Materi Konseling Individu .................................................
16
2.1.3 Proses dan Metode Konseling Individu .............................
17
2.2. Religiusitas...................................................................................
22
2.2.3
2.2.1 Pengertian Religiuisitas .....................................................
22
2.2.2 Dimensi Religiusitas ..........................................................
24
2.2.2.1 Dimensi Idiologi atau Keyakinan ..........................
25
2.2.2.2 Dimensi Ritual .......................................................
25
2.2.2.3 Dimensi Eksperensial atau Pengalaman ................
26
2.2.2.4 Dimensi Konsekuensial .........................................
27
2.2.2.5 Dimensi Intelektual ................................................
27
Dinamika Pembentukan dan Perkembangan
2.3
Religiusitas .......................................................................
28
2.2.3.1 Pembentukan Religiusitas .....................................
28
2.2.3.2 Perkembangan Religiusitas ...................................
29
Remaja dan permasalahannya .....................................................
32
2.3.1 Pengertian Remaja .............................................................
32
2.3.2 Permasalahan Yang Dihadapi Remaja ...............................
37
2.4. Pengaruhnya Konseling Individu terhadap Peningkatan
BAB III
religiusitas Remaja ......................................................................
45
2.5. Hipotesis ......................................................................................
48
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Pendekatan dan Spesifikasi Penelitian ...............................
49
3.2
Definisi Konseptual dan Operasional .........................................
49
3.2.1 Definisi Konseptual ...........................................................
50
3.2.2 Definisi Operasional ..........................................................
50
Sumber dan Jenis Data ................................................................
51
3.3
3.3.1 Sumber Data Primer ..........................................................
51
3.3.2 Sumber Data Sekunder ......................................................
52
3.4
Populasi dan Sampel ...................................................................
52
3.5
Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
53
3.5.1 Metode Observasi ..............................................................
53
3.5.2 Metode Interview ...............................................................
53
3.5.3 Metode Angket ..................................................................
54
Teknik Analisis Data ...................................................................
55
3.6.1 Analisis Pendahuluan .........................................................
55
3.6.2 Analisis Uji Hipotesis ........................................................
58
3.6.3 Analisis Lanjut ...................................................................
59
3.6
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN PANTI PAMARDHI PUTRA “MANDIRI” SEMARANG 4.1. Gambaran Umum Panti Pamardhi Putra “Mandiri Semarang ......................................................................................................
61
4.1.1 Sejarah Singkat Panti Pamardhi Putra “Mandiri Semarang .............................................................................
61
4.1.2 Letak Geografis Panti Pamardhi Putra “Mandiri Semarang ............................................................................
63
4.1.3 Visi dan Misi Panti Pamardhi Putra “Mandiri Semarang .........
63
4.1.4 Status Lembaga Panti Pamardhi Putra “Mandiri Semarang ......................................................................................
64
4.1.5 Struktur Lembaga Panti Pamardhi Putra “Mandiri Semarang ............................................................................
65
4.1.6 Penghuni Panti Pamardhi Putra “Mandiri Semarang..........
66
4.1.7 Fasilitas Panti Pamardhi Putra “Mandiri Semarang ...........
69
4.1.8 Pelaksanaan Konseling Pribadi (Individu) di Panti
BAB V
Pamardhi Putra “Mandiri Semarang...................................
71
4.1.9 studi kasus ...........................................................................
76
HASIL PENELITIAN 5.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...................................................
79
5.1.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabitas ......................................
79
5.1.2 Data Nilai Angket Konseling Pribadi (Individu) Remaja Di Panti Pamardhi Putra “Mandiri Semarang .......
82
5.1.3 Data Nilai Angket Perilaku Keagamaan Remaja Di Panti Pamardhi Putra “Mandiri Semarang..........................
86
5.2. Pengujian Hipotesis .....................................................................
89
5.2.1 Analisis Pendahuluan .........................................................
89
5.2.1.1 Konseling Individu ................................................
90
5.2.1.2 Perilaku Keagamaan ..............................................
92
5.2.2 Analisis Uji Hipotesis ........................................................
94
5.2.2.1 ............................................ Mencari Korelasi A 5.2.2.2 Menguji Apakah Korelasi Itu Signifikan atau Tidak.......................................................................
98
BAB VI
5.2.3 Mencari Persamaan Garis Regresi .....................................
100
5.2.4 Analisis Varian Garis Regresi ...........................................
102
5.3. Analisis Lanjut ............................................................................
104
5.4. Pembahasan .................................................................................
105
PENUTUP 6.1. Kesimpulan ....................................................................................
109
6.2. Saran-Saran ...................................................................................
111
6.3. Penutup ..........................................................................................
112
Lampiran-lampiran
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Era globalisasi sekarang ini banyak informasi-informasi atau berita di berbagai media cetak maupun elektronik tentang tindakan remaja yang melanggar hukum, melanggar norma-norma sosial dan agama. Hal ini terjadi bukan saja di kota-kota besar saja akan tetapi sudah menjalar ke kota-kota kecil atau pedesaan. Biasanya emosi jiwa remaja lebih sering tidak terkendali yang akhirnya menyebabkan terjadinya apa yang dikenal istilah kenakalan remaja. Tindakan tersebut seperti perampokan, pemerkosaan, perjudian, pengedar obat-obat terlarang, pengguna narkoba, tindakan asusila, perkelahian antar pelajar sudah semakin menggejala di kalangan remaja. Satu faktor penyebab yang paling dominan sehingga para remaja melakukan tindakan-tindakan seperti itu ialah karena berangkat dari persoalanpersoalan kejiwaan, sementara solusi atau pemecahan mengalami kebuntuan, kemudian berubah permasalahan-permasalahan tersebut menjadi konflik batin. Pada akhirnya mereka mencoba mencari pemuasan atau pelampiasan dengan melakukan tindakan-tindakan seperti itu (Daradjat, 1975: 40). Remaja adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kehidupan masa anak-anak menuju kedewasaan, dimana mengalami perubahan dan kegoncangan terjadi segala bidang. perubahan-perubahan yang
1
2
terjadi ini meliputi perubahan jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial (Derajat, 1974: 35). Masa remaja merupakan masa yang banyak mengalami perubahan baik jasmani, rohani, pikiran, maka pada masa ini para remaja banyak mengalami gejolak emosi remaja dan masalah remaja pada umumnya disebabkan adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, di lain pihak ia masih harus terus mengikuti kemauan orang tua. Gejolak emosi tersebut menyebabkan kondisi psikisnya belum stabil dengan adanya kondisi yang belum stabil ini pula yang menyebabkan para remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. (Willis; 1981:19). Cepatnya perubahan jasmani itu menimbulkan kecemasan pada remaja, sehingga menyebabkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran. Bahkan kepercayaan kepada agama yang telah bertumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula mengalami kegoncangan, karena ia kecewa terhadap dirinya. Maka kepercayaan remaja kepada Tuhan kadangkadang menjadi ragu dan berkurang yang terlihat pada cara ibadahnya yang kadang-kadang malas. perasaan kepada Tuhan tergantung Kepada perubahan emosi yang sedang dialaminya (Darajat, 2003: 133). Pada mulanya remaja kurang aman dalam hidupnya, hal ini disebabkan karena banyaknya kebutuhan yang diinginkan remaja sebagai akibat dari proses perkembangan sosial maupun psikologisnya. Carl Roger (1902) mengemukakan bahwa kondisi yang dimiliki remaja sangat mencemaskan karena pada masa ini remaja mencoba mengekspresikan kemampuan, potensi, dan bakatnya, maka merupakan masa tersulit dalam
3
setiap tugas perkembangannya. Apabila pengaktualisasian diri itu diwujudkan, maka hal itu merupakan pertanda bahwa individu itu telah mencapai tingkat pertumbuhan pribadi (Sunarto, 2002: 63). Hall (1974) memandang bahwa remaja sebagai masa Strom And Stress. Dalam hal ini remaja banyak mengalami masalah yang dihadapi, karena remaja itu berupaya menemukan jati dirinya (indentitasnya) (Sunarto, 2002: 68). Sebagai besar menyatakan permasalahan sosial akibat perilaku remaja yang meresahkan masyarakat adalah kenakalan remaja. Keseimbangan antara kebutuhan dan rasa puas yang dialami remaja sering menjadi sumber masalah bagi remaja itu sendiri maupun orang lain. Suatu hal yang menjadi persoalan bagi remaja adalah tentang keyakinan agama. Dalam menjalankan aktifitas agama, beribadah, remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungannya (Mappiare,1983:71). Seseorang yang beragama tidaklah cukup hanya dikatakan dalam lisan atau percaya semata, namun harus disertai dengan perbuatan yang disebut dengan pengabdian kepada Tuhan. Perilaku keagamaan dapat diartikan sebagai keadaan yang ada diri manusia dalam merasakan dan mengakui adanya kekuasaan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia dengan cara melaksanakan semua perintah Tuhan sesuai dengan kemampuannya dan meninggalkan semua larangan-Nya, sehingga hal ini akan membawa ketenteraman dan ketenangan pada dirinya (Wijanarko, 1997: 48). Skinner dalam bukunya Jamaludin Ancok menjelaskan perilaku keagamaan sebagai ungkapan bagaimana manusia dengan pengkondisian peran belajar hidup di dunia yang dikuasai oleh hukum ganjaran dan hukuman (Ancok, dkk, 2001: 73)
4
Di Panti Pamardi Putra “Mandiri” semarang terdapat penyimpangan terhadap nilai-nilai agama Islam yang dilakukan oleh remaja. Banyaknya kasus penyimpangan pada remaja yang terjadi di Panti Pamardi Putra “Mandiri” semarang adalah kasus penyimpangan narkoba, anak jalanan dan anak nakal. Adapun faktor yang menyebabkan remaja melakukan hal tersebut dikarenakan ajakan teman atau lingkungan masyarakat. Faktor keluarga (broken home), faktor ekonomi dan teman sekolah. Maka sudah selayaknya untuk mencapai tujuan ideal remaja sebagai penerus bangsa yang akan mengisi posisi-posisi terpenting di masyarakat, maka perlu diberikan suatu mekanisme kontrol bagi remaja. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan arahan atau pijakan dan pedoman bagi remaja untuk dapat berperilaku yang positif di dalam masyarakat. Untuk mencapai berbagai aspek tersebut, maka diperlukan seperangkat aturan yang dinamakan religi dan moral. Dari sisi lain tiadanya religi dan moral, merupakan faktor penyebab meningkatnya kenakalan remaja. Religi yaitu kepercayaan terhadap kekuasaan suatu dzat yang mengatur alam semesta ini adalah sebagai dari moral, sebab dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta perbuatan yang dinilai tidak baik sehingga perlu dihindari (Sarwono, 2002: 91). Setiap remaja dalam menghadapi hidupnya di dunia tidak akan pernah lepas dari persoalan, apabila tidak mendapat alternatif pemecahan, maka akan berdampak buruk pada jiwa remaja. Di sisi lain remaja akan berusaha keras mempertahankan harga dirinya dalam pandangan masyarakat, dengan cara mencoba melawan segala dorongan dan keinginan yang salah, maka akan
5
timbullah rasa berdosa dan rasa bersalah serta penyesalan pada dirinya sehingga ia berusaha memohon ampun kepada Tuhan dan mencoba lebih tekun dalam menjalankan perintah agama (Daradjat, 1976: 114). Melihat fenomena yang ada di Panti Pamardhi Putra “Mandiri”, maka pola pembinaan terhadap keagamaan yang remaja dalam menghadapi situasi yang tidak menentu harus selalu ditingkatkan, tidak mustahil bila konseling sebagai trend baru dalam metode dakwah dapat dijadikan tawaran atau alternatif yang tepat dalam menumbuhkan pribadi yang tetap memiliki keteguhan dalam perilaku. Konseling pribadi (individu) adalah layanan pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara konselor dan konseli secara pribadi, dimana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk mengembangkan pribadi konseli serta konseli dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya (Willis, 2004: 157). Konseling Pribadi (individu) pada dasarnya merupakan metode dakwah dengan layanan konseling secara perorangan. Dalam proses konseling terdapat unsur-unsur dakwahnya yaitu: konselor (da’i), klien (mad’u), materi (maadatud da’wah), madia (wasilatu dakwah). Konseling pribadi (individu) seorang konseling tidak ada pelaksanaan dalam mengungkap perasaan kepada konselor. Suasana dalam proses konseling yaitu: terbuka, kecocokan, keharmonisan. Dalam proses konseling pribadi (individu) terdapat pula pengungkapan dan pemahaman masalah konseling, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
6
Konseling pribadi (individu) dijadikan upaya untuk meningkatkan religuisitas pribadi remaja, yang dulunya kurang ada pemahaman tentang keagamaan dengan adanya konseling pribadi (individu) menjadi meningkat perilaku keagamaan Remaja di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang. Materi kegiatan keagamaan diberikan dalam proses konseling pribadi (individu) sehingga akan lebih dihayati dan dirasakan oleh setiap konseling. Sesuai dengan tujuan dakwah yaitu: mengajak, menyeru dan mempengaruhi manusia agar selalu berpegang pada ajaran Allah guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, sesuai dengan firman Allah surat AnNahl ayat 125 yang berbunyi:
ِﺇﻥﱠﺴﻦ ﺣ ﻲ ﹶﺃ ﻢ ﺑِﺎﱠﻟﺘِﻲ ِﻫ ﻬ ﺎ ِﺩﹾﻟﻭﺟ ﻨ ِﺔﺴ ﺤ ﻮ ِﻋ ﹶﻈ ِﺔ ﺍﹾﻟ ﻤ ﺍﹾﻟﻤ ِﺔ ﻭ ﺤ ﹾﻜ ِ ﻚ ﺑِﺎﹾﻟ ﺑﺭ ﺳﺒِﻴ ِﻞ ﻉ ِﺇﻟﹶﻰ ﺩ ﺍ (125 : )ﺍﻟﻨﺤﻞ.ﻦ ﺘﺪِﻳﻬ ﻤ ﺑِﺎﹾﻟﻋﹶﻠﻢ ﻮ ﹶﺃ ﻭﻫ ﺳﺒِﻴِﻠ ِﻪ ﻦ ﻋ ﺿﻞﱠ ﻦ ﻤ ِﺑﻋﹶﻠﻢ ﻮ ﹶﺃ ﻚ ﻫ ﺑﺭ Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl: 125). Konseling (individu) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perilaku keagamaan remaja Panti Pamardhi Putra “Mandiri” dan Panti Pamardhi Putra “Mandiri” merupakan salah satu lembaga yang telah mengadakan konseling pribadi (individu) untuk proses rehabilitasi terhadap klien yang mengalami konflik batin sehingga terjerumus ke penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengungkap atau mengkaji lebih dalam hubungan konseling pribadi dalam meningkatkan perilaku keberagamaan remaja. Dalam skripsi
7
yang berjudul “Pengaruh Konseling Pribadi (individu) Terhadap Peningkatan Perilaku Keagamaan Remaja (Studi Kasus Pelaksanaan Konseling Pribadi (individu) di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang).
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan judul dan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pelaksanaan konseling individu bagi peningkatan perilaku keagamaan remaja di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang? 2. Adakah pengaruh konseling pribadi (individu) terhadap peningkatan perilaku keagamaan pada remaja di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan pelaksanaan konseling individu bagi peningkatan perilaku keagamaan remaja di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang 2. Mendeskripsikan dan menganalisa pengaruh antara konseling pribadi (individu) terhadap peningkatan perilaku keagamaan remaja di Panti Pamardhi Putra (PPP) Mandiri Semarang.
8
1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian itu diharapkan bermanfaat dalam kajiankajian berikutnya yang berbentuk: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dakwah khususnya pada Bimbingan dan Penyuluhan Islam kaitannya dengan pengembangan konseling pribadi (individu) sebagai suatu metode peningkatan perilaku keagamaan. 2. Manfaat Praktis Secara umum penelitian ini diharapkan menjadi pijakan bagi konselor dalam memberikan pelayanan konseling individu. Secara khusus penelitian ini diharapkan menjadi pijakan bagi
para
pengelola panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang.
1.4 Telaah Pustaka Penelitian ini berjudul Pengaruh Konseling Pribadi (individu) Terhadap
Peningkatan
Perilaku
Keagamaan
Remaja
(Studi
Kasus
Pelaksanaan Konseling Pribadi (individu) di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang). Belum ditemukan, namun ada studi atau kajian yang telah dilakukan sebelumnya dan adanya relevansinya dengan penelitian ini. Penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:
9
1. Penelitian tentang Pengaruh Bimbingan Islam terhadap Perilaku Keberagamaan Siswa di SLTP Negeri 1 Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2002-2003 (Siti Fatimah: 2004). Penelitian ini menjelaskan tentang penekankan terhadap bimbingan Islam yang diberikan oleh siswa kelas 2 dan 3 SLTP, yang merupakan peran
guru
bimbingan
konseling
sangat
signifikan
sekali
guna
terbentuknya psikologi remaja yang manifestasinya pada perilaku keagamaan remaja sehari-hari. Adapun metode yang digunakan dalam bimbingan Islam berupa: wawancara dan metode Group Guidence (bimbingan secara kelompok). Kesimpulan penelitian adalah: bahwa bimbingan Islam mempunyai pengaruh yang positif terhadap perilaku keberagamaan siswa SLTP Negeri 1 Welahan Jepara tahun pelajaran 2002-2003. 2. Penelitian Tentang; Efisien Pengaruh Bimbingan Keagamaan dalam Keluarga terhadap Perilaku Keberagamaan Remaja IPNU IPPNU Desa Mojo Kec. Gemuh Kab. Kendal (A. Kholid Jauhar: 1998). Penelitian ini lebih penekanan terhadap bimbingan keagamaan dalam keluarga, yang mana peran orang tua dalam hal tersebut sangat signifikan sekali guna terbentuknya dan berkembangnya psikologi anak yang manifestasinya pada perilaku keagamaan sehari-hari. Kesimpulan dari penelitian adalah: Untuk mengetahui kegiatan keagamaan dalam keluarga dapat dilihat dari segi perhatian orang tua dalam mengawasi, memberi motivasi dan memberikan keteladanan atau contoh-contoh yang baik berkaitan dengan ajaran agama Islam, adapun
10
hasilnya maka dengan adanya bimbingan keagamaan dalam keluarga maka remaja akan
mampu
melaksanakan serta
meningkatkan perintah
keagamaan dengan baik sehingga tercermin dalam perilaku keagamaan yang dilaksanakan sehari-hari. 3. Penelitian tentang: Efektivitas Bimbingan Penyuluhan Islam oleh “Taruna” dalam Peningkatan Perilaku Keberagamaan pada Umumnya di Desa Wonorejo Kec. Kaliwungu Kab. Kendal (Arif Shofiyuddin: 2004). Penelitian ini menjelaskan tentang bimbingan penyuluhan Islam yang
diberikan
oleh
taruna,
saat
melakukan
penelitian
dengan
menggunakan metode kuantitatif. Adapun metode pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi, dan angket, dari angket yang disebarkan oleh peneliti mendapat respon yang positif oleh para taruna. Selama melakukan bimbingan penyuluhan Islam mereka antusias sehingga memahami. Adapun materi yang digunakan antara lain di bidang aqidah, syari’ah, dan akhlak. Metode yang dipakai dengan menggunakan metode ceramah, metode diskusi dan metode tanya jawab. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: dengan adanya bimbingan penyuluhan Islam bagi remaja taruna desa Wonorejo, maka menambah pengetahuan agama, bertambah
kesadaran
dalam
menjalankan
perintah
agama
serta
terealisasinya peningkatan ibadah remaja. Jadi penelitian ini lebih pada materi dan metode yang disampaikan pada taruna melalui efektivitas bimbingan penyuluhan Islam, sehingga akan membawa peningkatan perilaku keberagamaan remaja taruna.
11
Dari ketiga penelitian tersebut maka penelitian yang akan penulis bahas berbeda dengan penelitian sebelumnya. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang lain adalah bahwa penelitian ini meneliti tentang “Pengaruh Konseling pribadi (individu) Terhadap Peningkatan Perilaku Keagamaan Remaja di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang.
1.5 Sistematika Penulisan Dalam rangka menguraikan perumusan masalah di atas, maka penulis berusaha menyusun kerangka penelitian secara sistematis, agar pembahasan lebih terarah dan mudah dipahami sehingga tercapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sebelum memasuki satu pokok pikiran utuh, maka penulisan skripsi ini diawali dengan bagian muka, yang memuat halaman judul, nota pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, pernyataan, kata pengantar, dan daftar isi. Bab pertama adalah pendahuluan, bab ini berisi gambaran umum tentang penelitian yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. Bab kedua adalah kerangka dasar pemikiran teoritik yang menjelaskan tentang konseling pribadi (individu) dan perilaku keagamaan. Bab kedua ini dibagi menjadi lima sub bab. Sub bab pertama menjelaskan definisi teoritik konseling pribadi (individu), yang meliputi; pengertian konseling individu, konselor, klien, tujuan, metode dan proses konseling pribadi (individu). Sub bab kedua menjelaskan definisi teoritik perilaku keagamaan, yang meliputi; pengertian perilaku keagamaan, dimensi-dimensi perilaku keagamaan,
12
pembentukan dan perkembangan perilaku keagamaan. Sub bab ketiga menjelaskan definisi teoritik tentang remaja yang meliputi; pengertian remaja, permasalahan yang dihadapi remaja. Sub bab keempat pengaruhnya konseling pribadi (individu) terhadap peningkatan perilaku keagamaan. Sub bab kelima adalah hipotesis. Bab ketiga, berisi tentang metodologi penelitian. Bab ketiga ini dibagi menjadi lima sub bab. Sub bab pertama berisi tentang jenis dan metode penelitian. Sub bab kedua berisi tentang definisi konseptual dan operasional. Sub bab ketiga berisi tentang subyek penelitian data. Sub bab keempat berisi tentang pengumpulan data. Sub bab kelima berisi tentang teknik analisis data, Bab keempat adalah gambaran umum dan obyek penelitian. Bab ini dibagi menjadi dua sub bab. Sub bab pertama berisi tentang gambaran umum Panti Pamardi Putra “Mandiri” Semarang yang meliputi; sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi, status lembaga, struktur lembaga, penghuni dan fasilitas di Panti Pamardi Putra “Mandiri” Semarang. Sub bab kedua berisi tentang pelaksanaan konseling pribadi (individu) di Panti Pamardi Putra “Mandiri” Semarang. Bab kelima adalah hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini dibagi menjadi empat sub bab. Sub bab pertama yang berisi deskripsi data hasil penelitian. Sub bab kedua pengujian hipotesis. Sub bab ketiga analisis lanjut. Sub bab keempat pembahasan hasil penelitian. Bab keenam adalah penutup yang meliputi; kesimpulan, saran-saran dan penutup.
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIK
2.1. Konseling Individu 2.1.1. Pengertian Konseling Individu Menurut Willis (2004: 159) berpendapat bahwa konseling individu adalah pertemuan konselor dengan klien secara individual, dimana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport, dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk pengembangan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalah-masalah yang dihadapinya. Menurut Djumhur (1976: 110) berpendapat bahwa konseling individual adalah bantuan dilakukan bersifat face to face relationship (hubungan empat mata) yang dilaksanakan dengan wawancara antara konselor dengan klien, maksud yang dipecahkan melalui teknik konseling ini ialah masalah-masalah yang bersifat pribadi. Menurut Walgito (2004: 7) berpendapat bahwa konseling individual adalah bantuan yang diberikan kepada perorangan dalam memecahkan masalah klien dengan wawancara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Klien harus ikut terlibat dalam memecahkan masalahnya sendiri. Menurut Prayitno (1999: 28) konseling individual adalah pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara
13
14
konselor dengan klien untuk mencermati masalah dan berupaya mengentaskan masalah dengan kekuatan klien sendiri. Proses konseling individu pada prinsipnya ditekankan bagaimana rapport antara konselor dan klien suasana rapport adalah membangun suatu hubungan (relationship) yang ditandai dengan keharmonisan, kesesuaian, kecocokan dan saling tarik menarik. Rapport dimulai dengan persetujuan, sejajar, kesukaan dan persamaan, jika sudah terjadi maka timbullah kesukaan terhadap satu sama lain. Dalam hubungan
konseling
yang
terpenting
adalah
menumbuhkan
kepercayaan klien terhadap konselor. Dalam proses konseling keterlibatan klien ditentukan oleh faktor keterbukaan diri dihadapan konselor, sehingga klien akan terbuka dalam mengungkapkan masalah klien dan mau terlibat pembicaraan dalam konseling (Willis, 2004: 4547). Proses konseling individu di sini menekankan/ berpusat pada klien (melibatkan klien) untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah pribadinya secara optimal, bukan konselor yang memutuskan menyelesaikan masalah klien tetapi konselor hanya memberi alternatif pemecahan masalahnya yang dihadapi kliennya. Individu klien yang setaraf dengan individu konselor, sehingga dapat dihindari kesan bahwa klien yang menggantung diri pada konselor dalam memutuskan menyelesaikan masalahnya sendiri.
15
Carl Rogers mengemukakan konsep manusia adalah setiap manusia
berhak
mempunyai
setumpuk
pandangan
diri
dan
menentukan hidupnya sendiri. Manusia pada dasarnya berakhlak baik, dapat diandalkan dan dapat diberi kepercayaan dan daya kemampuan untuk mengaktualisasikan diri sesuai yang terkandung dalam batin manusia itu sendiri. Perilaku seseorang dan menyesuaikan dirinya terhadap keadaan hidup yang dihadapkan, selalu sesuai dengan pandangannya sendiri dan keadaan yang dihadapinya. (Latipun, 2003: 82). Sedangkan menurut pandangan Islam konsep manusia memiliki fungsi sebagai makhluk individu. Secara kodratnya setiap manusia merupakan wujud yang khas, yang memiliki pribadi (individu) sendiri-sendiri dan memiliki karakter yang berbeda-beda antara orang satu dengan orang yang satunya. Sebagaimana firman Allah surat alQamar ayat 49:
(49 :ﺪ ٍﺭ )ﺍﻟﻘﻤﺮ ِﺑ ﹶﻘﻨﻪﺧﹶﻠ ﹾﻘ ﻴ ٍﺊﺷ ﺎ ﹸﻛ ﱠﻞِﺍﻧ Artinya: Sesunggunya kami menciptana segala sesuatu menurut ukurannya.(Qs. Al –Qamar,54:49) Maksud di atas segala sesuatu yang di ciptakan
allah itu
mempunyai kadar atau ukuran. Sebagai makhluk individu, berarti pula setiap manusia bertugas memperhatikan dirinya sendiri, segala kepentingan
sendiri,
bukan
Cuma
kepentingan
orang
lain.
Sebagaimana firman Allah surat Al-Baqarah ayat 195 (Faqih, 2001: 9).
16
ﺍ ِﺍﻥﱠﻨﻮﺴ ِ ﺣ ﻭﹶﺍ ﻬﻠﹸ ﹶﻜ ِﺔ ﺘﻢ ِﺍﻟﹶﻰ ﺍﻟ ﻳ ﹸﻜﻳ ِﺪﺍ ِﺑﹶﺄﺗ ﹾﻠ ﹸﻘﻮ ﻭ ﹶﻻ ﻴ ِﻞ ﺍﷲﺳِﺒ ﺍ ﻓِﻰﻧ ِﻔ ﹸﻘﻮﻭﹶﺍ (195 :ﻦ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ ﻴﺴِﻨ ِﺤ ﺍﹾﻟﻤﺤﺐ ِ ﻳ ﺍﷲ Artinya: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
2.1.2. Materi Konseling Individu Materi dalam konseling individu diisi dengan pembahasan suatu masalah yang terjadi pada diri remaja diantaranya masalah agama yang meliputi: a. Tauhid, bertujuan untuk memperoleh keyakinan klien terhadap ajaran agama Islam yang telah dimilikinya. b. Ibadah, agar mengetahui dan melaksanakan nilai-nilai ajaran yang sesuai dengan al-Qur'an dalam tingkah laku nyata sebagai pengokoh jiwa dan menghindarkan dari perbuatan-perbuatan yang tercela. c. Akhlak, agar klien dapat memiliki dan mengamalkan akhlak mahmudah (terpuji) dan menghilangkan akhlak yang madmumah (buruk). Nilai-nilai keIslaman yang dipergunakan bersumber dari alQur'an dan As-Sunnah. Seluruh nilai tersebut merupakan hal-hal yang mulia yang harus dimiliki oleh setiap individual. Sedangkan sifat-sifat dan perbuatan yang tercela harus ditinggalkan (mahmud, 2004: 106).
17
Pendekatan yang diterapkan adalah pendekatan behavioristik dan konseling client centered (berpusat pada klien) dengan melalui wawancara. Dengan menekankan adanya perubahan perilaku pada diri klien tersebut, dan klien ikut terlibat dalam memecahkan dan menyelesaikan masalah pribadinya secara optimal, bukan konselor yang memutuskan menyelesaikan masalah klien tetapi konselor hanya memberi alternatif pemecahan masalahnya yang dihadapi klien tersebut. Pemahaman religiusitas, keteladanan dan berperilaku yang positif yang sesuai dengan nilai-nilai keIslaman yang bersumber dari al-Qur’an dan as-sunnah. 2.1.3. Proses dan Metode Konseling individu Metode yang digunakan dalam pelaksanaan konseling pribadi (individu) dengan menggunakan wawancara antara konselor dan klien secara face to face. Dengan wawancara merupakan salah satu cara memperoleh faktor-faktor kejiwaan yang dihadapi, dan dapat dijadikan sebagai landasan dalam mengadakan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya kejiwaan/ permasalahan batin yang ada dalam diri klien. Sehingga dalam memberikan konseling, konselor mengetahui latar belakang klien tersebut. (Millah, 2000: 34). Selama konseling berlangsung waktu yang digunakan tidak banyak kurang lebih 45 menit untuk sekali tatap muka (wawancara). Tidak cukup sekali pertemuan bisa terselesaikan masalah klien. Dengan demikian untuk mendapatkan bantuan dari konselor dalam
18
mengatasi masalah, diharapkan pula klien akan semakin berkembang memiliki kemampuan untuk mengatur hidupnya sendiri (Winkel, 2004: 472). Proses dalam konseling
individu terbagi dalam lima fase,
masing-masing fase berbeda. Proses wawancara dalam konseling pribadi (individu) dilakukan oleh seorang konselor dengan klien. Kelima fase tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pembukaan, diletakkan dasar bagi pengembang hubungan antar pribadi yang baik antara konselor dengan klien, yaitu saat klien menghadapi masalah, klien datang ke ruang konseling individu. . Klien bertemu konselor untuk melaksanakan konseling individu dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi klien. Seorang konselor menyambut kedatangan klien dengan sikap ramah seperti konselor mempersilahkan masuk klien dengan tersenyum, setelah klien masuk ke ruang konseling, konselor terus menyilahkan klien duduk. Setelah klien dan konselor duduk dengan bertatap muka langsung. Konselor membuka pembicaraan terlebih dahulu dengan menyilahkan klien untuk memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, umur, alamat dan serta menceritakan sedikit mengenai asal usulnya. Dengan adanya perkenalan ini berfungsi agar klien dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang ada dalam ruang konseling, dan mengurangi rasa tegang pada diri klien. Setelah selesai klien
19
memperkenalkan diri, konselor mengajak klien untuk melanjutkan proses konseling dengan wawancara. 2. Penjelasan masalah, konselor berkomunikasi dengan klien untuk menjelaskan kedatangan klien ke ruang konseling. Konselor berkata kepada klien: ada yang saya bisa bantu. Konselor sebisa mungkin mengadakan komunikasi kepada klien dengan baik, agar klien dapat terbuka dalam mengutarakan masalah yang dihadapinya. Konselor juga menumbuhkan kepercayaan klien terhadap konselor bisa menyimpan rahasia dari permasalahan yang dihadapi klien. Dengan menumbuhkan kepercayaan kepada klien untuk bisa terbuka dalam mengutarakan masalah klien tersebut. Konselor menerima dan mendengarkan
dengan
seksama
saat
klien
mengutarakan
permasalahan yang dihadapinya. Sambil mendengarkan, konselor berusaha menentukan jenis masalah yang dihadapinya klien. Sehingga konselor bisa menentukan pendekatan yang sebaiknya diterapkan dalam proses konseling. 3. Klien mengutarakan masalah yang dihadapinya dengan konselor, sambil mengungkapkan pikiran dan perasaannya yang berkaitan dengan hal ini. Inisiatif berada di pihak klien secara bebas mengutarakan apa yang dianggap perlu dikemukakan. Konselor menerima dan mendengarkan dengan seksama uraian klien sebagaimana adanya dan memantulkan pikiran refleksi dan klasifikasi. Sambil mendengarkan, konselor berusaha menentukan
20
jenis masalah yang dihadapi klien. Sehingga konselor bisa menentukan pendekatan yang sebaiknya diterapkan dalam proses selanjutnya. 4. Penyelesaian masalah konselor dan klien membahas bagaimana persoalan yang dihadapi klien dapat teratasi. Dalam fase ini klien harus ikut serta berfikir dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Konselor tidak berhak untuk memberikan keputusan dalam mengatasi permasalahan klien, akan tetapi konselor hanya membantu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi klien. Oleh karena itu klien mendengarkan lebih dahulu penjelasan konselor tentang alternative-alternatif yang diberikan
oleh
menyelesaikan
konselor
kepada
masalahnya.
Pada
klien fase
untuk ini
membantu
konselor
harus
mengarahkan arus pembicaraan dalam proses wawancara agar sesuai dengan pendekatan yang telah ditetapkan konselor dalam mengambil pendekatan. Selama fase ini analisis kasus, konselor harus menerapkan langkah-langkah yang diikuti oleh pendekatan itu dalam menemukan suatu penyelesaian. Pada umumnya konselor akan berusaha supaya klien ada perubahan dalam sikap, pandangan dan juga merencanakan tindakan nyata untuk dilaksanakan sesudah proses konseling selesai. 5. Penutup, klien telah merasa mantap tentang menyelesaikan masalah yang ditemukan dengan konselor. Proses konseling dapat diakhiri.
21
Bilamana proses konseling dapat diakhiri, dan proses konseling individu belum selesai, maka pertemuan yang sedang berlangsung ditutup dan bisa dilanjutkan pada lain hari. Proses konseling sudah akan selesai, klien mendengarkan ringkasan yang diberikan oleh konselor
tentang
jalannya
proses
konseling
individu
dan
melengkapinya kalau dianggap perlu dan menegaskan kembali keputusan yang telah diambil. Kemudian konselor memberikan semangat kepada klien supaya bertekad melaksanakan keputusannya. Klien dipersilahkan mengungkapkan pengalamannya selama pertemuanpertemuan dan menyatakan dalam hal-hal apa yang merasa puas dan masih ingin memperdalam sendiri (evaluasi diri sendiri). Konselor menawarkan untuk bertemu kembali pada lain kesempatan, bila klien menghadapi persoalan lain. Dalam fase ini konselor harus membantu klien refleksi atas manfaat yang diperoleh dari pengalaman dalam diri klien tersebut,
dan
menyilahkan klien untuk terjun langsung ke lapangan. Proses konseling belum selesai dan waktu pertemuan kali ini habis, maka konselor meringkas apa yang sudah dibahas bersama dan menunjukkan kemauan yang telah dicapai. Serta memberikan satu dua pertanyaan untuk dipikirkan selama hari-hari sebelum pertemuan berikutnya. (Winkel, 2004: 473-476)
22
2.2. Religiusitas 2.2.1. Pengertian Religiusitas Religiusitas atau keberagamaan diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Religiusitas merupakan perilaku yang bersumber langsung atau tidak langsung kepada nash.(Abdullah,1989:89) Menurut Vorgote, berpendapat bahwa setiap religiusitas diartikan sebagai perilaku yang tahu dan mau secara pribadi menerima dan menyetujui
gambar-gambar
yang
diwariskan
kepadanya
oleh
masyarakat dan yang dijadikan miliknya sendiri, kenyataan yang pribadi, iman, kepercayaan batiniah yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari (Dister,1989:10) Menurut Robert H. Thouless (2000), berpendapat sikap religius lebih berpusat pada seperangkat kepercayaan dan keyakinan terhadap adanya Tuhan atau Dewa-Dewa yang disembah sebagai pembeda dimana ciri-ciri personal diingkar sebagai ciri-ciri ketuhanan sebagaimana terdapat dalam bentuk advita pada agama hindu (Thoulees, 2000:20) Menurut Ahyadi (2001:53), berpendapat sikap religiusitas sebagai tanggapan, pengamatan, pemikiran, penasaran dan sikap ungkapan bagaimana manusia dengan pengkondisian peran belajar hidup
di
dunia
yang
hukuman(ancok,1994:73)
dikuasai
oleh
hokum
ganjaran
dan
23
Menurut Jalaluddin (2000:212) berpendapat religiusitas sebagai suatu keadaan yang ada dalam diri individu yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaannya terhadap agama. Menurut Wijanarko (1997:47) berpendapat religiusitas sebagai keadaan yang ada pada diri manusia dalam merasakan dan mengakui adanya kekuasaan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia dengan cara
melaksanakan
semua
perintah
tuhan
sesuai
dengan
kemampuannya dan meninggalkan semua larangannya, sehingga hal ini akan membawa ketentraman dan ketenangan pada dirinya. menurut Ansori (1991: 48) berpendapat religuisitas adalah suatu bentuk penghayatan hidup bersama yang dilandasi dengan iman kepada Sang Pencipta, dalam aktivitasnya selalu mencerminkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan ajaran agama Islam, kelakuan religius menurut sepanjang ajaran agama berkisar dari perbuatanperbuatan ibadah dan akhlak, baik secara vertikal terhadap Tuhan maupun secara horisontal sesama manusia. Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa religiusitas dapat diartikan sebagai hidup ketaatan beragama atau suatu keadaan yang ada di dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku, berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran Agama Islam yang bersumber atau tidak langsung dari al-Qur'an dan As-Sunnah, dengan penuh kesadaran dan ketaatannya kepada Allah.
24
2.2.2. Dimensi Religiusitas Religiusitas atau keberagamaan diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan aktivitas lain yang mendorong oleh kekuatan supranatural. Dan bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang.(ancok,1994:76) Hal senada juga dikemukan oleh Ahyadi (2001:57) yang menyebutkan bahwa struktur keberagamaan manusia meliputi struktur aktif, konotif, kognitif dan motorik. fungsi aktif dan konotif terlihat dalam pengalaman ketuhanan, rasa keagamaan dan kerinduan terhadap Tuhan, fungsi motorik tampak dalam perbuatan dan gerak tingkah laku keagamaan. Sedangkan fungsi kognitifnya tercermin dalam system kepercayaan ketuhanannya dalam kehidupan sehari-hari fungsi tersebut. Menurut Glock dan Strak membagi religiusitas ke dalam lima dimensi
yaitu
dimensi
keyakinan,
ritual,
eksperimental
atau
pengalaman, konsekuensial, dan intelektual. (Robetson 1998 295). Dimensi keyakinan, intelektual dan ekperensial atau pengalaman adalah aspek personal behavior, sedangkan dimensi ritual dan konsekuensial adalah aspek sosial behavior.
25
2.2.2.1. Dimensi Idiologi atau Keyakinan Dimensi idiologi atau keyakinan diartikan sebagai tingkatan sejauh mana individu menerima kebenaran dari ajaran
agamanya,
terutama
terhadap
ajaran-ajaran
fundamental atau bersifat dogmatik, Dimensi ini menjelaskan Tuhan, alam, manusia dan hubungan diantara mereka. Kepercayaan in dapat berupa makna yang menjelaskan tujuan Tuhan dan perasaan manusia dalam
mencapai
tujuan
tersebut
(purposive
beliefer).
Kepercayaan terakhir dapat berupa pengetahuan tenang perangkat tingkah laku yang dipandang baik oleh agama. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. (Ancok, 2001: 7). Isi dimensi ini menyangkut keyakinan terhadap Allah, Malaikat, Nabi atau Rasul, Al Kitab, Qodo dan Qodar. 2.2.2.2. Dimensi Ritual Dimensi ini menunjuk pada ritus-ritus keagamaan yang dianjurkan oleh agama dan dilaksanakan oleh penganutnya. Dimensi ini dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap ajaran-ajaran agamanya. Manifestasi dan praktekpraktek keberagaman diwujudkan dalam dua aspek yaitu ritual dan ketaatan. Ritual mengacu kepada seperangkat ritus-ritus tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek suci yang
26
semuanya
mengharapkan
agar
para
pemeluk
melaksanakannya. Dalam kebersamaan sesama umat Islam sebagian dari penghargaan ritual diwujudkan dalam bentuk pengajian di masjid di peringatan hari-hari besar Islam dan lain sebagainya. Sedangkan
ketaatan
dalam Islam diwujudkan
melalui
seperangkat tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relatif spontan, informal dan khas pribadi, seperti pelaksanaan sholat, puasa, zakat. Haji bila mampu membaca al-Qur'an, berdoa dan lain sebagainya. 2.2.2.3. Dimensi eksperensial atau pengalaman Dimensi ini bersihkan dan memperlihatkan fakta bahwa semua agama mengandung penghargaan-penghargaan tertentu meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir (kenyataan terakhir bahwa dia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supranatural). Dimensi ini merupakan bagian keagamaan yang bersifat afektif yaitu keterlibatan emosional dan sentimental terhadap pelaksanaan ajaran agamanya. Inilah perasaan keagamaan yang dapat bergerak dalam empat tingkatan, yaitu: konfirmatif (merasakan kehadiran Tuhan terhadap apa saja yang
27
diamatinya), responsif (merasakan bahwa Tuhan menjawab kehendak atau keluhannya), eskatif (merasakan hubungan yang akrab dan penuh cinta antara Tuhan, manusia dan alam semesta) dan partisiperty (merasa menjadi bagian, kawan, kekasih atau wali dan mengerti akan melakukan karya ilahi). Di dalam Islam, hal ini mencakup perasaan dekat dengan Allah, dicintai Allah, doa-doa sering dikabulkan, perasaan tentram dan bahagia, bertawakkal dan bersyukur kepada Allah dan lain sebagainya. 2.2.2.4. Dimensi Konsekuensial Dimensi yang merujuk pada seberapa tingkat seseorang dalam berperilaku oleh ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial. Dalam Islam hal ini dapat ditunjukkan melalui perilaku suka menolong, berderma, menegakkan kebenaran dan keadilan, berlaku jujur, memaafkan, menjaga amanat, menjaga lingkungan, tidak mencuri, berjudi, menipu, perilaku seksual, mematuhi norma-norma Islam, berjuang untuk hidup sukses dan lain sebagainya. 2.2.2.5. Dimensi Intelektual Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orangorang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan
dan
pemahaman
mengenai
dasar-dasar
28
keyakinan, ritual, kitab dan tradisi-tradisi agamanya. Dalam Islam hal ini dapat diwujudkan dalam pengetahuan seseorang menyangkut isi al-Qur'an pokok-pokok ajaran harus di imani, hukum Islam, sejarah dan lain sebagainya. 2.2.3. Dinamika Pembentukan dan Perkembangan Religiusitas 2.2.3.1. Pembentukan Religiusitas Religiusitas timbul bukan karena dorongan alami atau asasi, melainkan dorongan yang tercipta karena tuntunan lingkungan. menurut Freud, sikap religiusitas sesorang timbul karena aksi manusia atas ketakutannya sendiri (Ancok, 2001: 71) Sikap religius seseorang terbentuk melalui dua faktor, yaitu faktor internal; dan faktor eksternal individu. Faktor internal didasarkan pada pengaruh dari dalam diri manusia itu sendiri, yang pada dasarnya dalam diri manusia terdapat potensi untuk beragama, asumsi ini didasarkan karena manusia merupakan makhluk homo religius. Potensi tersebut termuat dalam aspek kejiwaan manusia seperti naluri, akal, perasaan maupun kehendak. Sedangkan faktor eksternal timbul dari luar diri individu itu sendiri, seperti karena ada rasa takut, rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah (Jalaluddin, 2000: 212)
29
Allah berfirman dalam al-Qur'an surat Al-Ankabut: 45
ﻰﻨﻬﺗ ﺼﻠﹶﻮ ﹶﺓ ﺼﻠﹶﻮ ﹶﺓ ِﺍﻥﱠ ﺍﻟ ﻴ ِﻢ ﺍﻟﻭﹶﺍِﻗ ﺏ ِ ﺎﻦ ﺍﹾﻟ ِﻜﺘ ﻚ ِﻣ ﻴﻰ ِﺍﹶﻟ ﺎ ﺍﹸ ِﺣﺗ ﹸﻞ ﻣﹸﺍ ﺎ ﻣﻌﹶﻠﻢ ﻳ ﺍﷲﺮ ﻭ ﺒ ﺍﷲ ﹶﺍ ﹾﻛﻭﹶﻟ ِﺬ ﹾﻛﺮ ﻨ ﹶﻜ ِﺮﺍﹾﻟﻤﺎ ِﺀ ﻭﺨﺸ ﻋ ِﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ (45 : )ﺍﻟﻌﻨﻜﺒﻮﺕ.ﻮ ﹶﻥ ﻨﻌﺼ ﺗ Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. AlAnkabut: 45)
2.2.3.2 perkembangan Religius Sikap religius yang timbul pada masa anak-anak berbeda dengan religiusitas masa remaja. Dalam hal ini religiusitas remaja bukan lagi bersifat pinjam semata, melainkan sebagai penyadaran keimanan yang telah menjadi identitas dan memiliki pribadinya (Jalaluddin, 2000:108) religiusitas berkembang bukan secara langsung sebagai faktor bawaan yang diwariskan turun temurun akan tetapi terbentuk dari berbagai unsure kejiwaan (afektif, konitif, konotif) Thoules (2000: 34) mengemukakan empat factor yang mempengaruhi perkembangan sikap religius dalam remaja yaitu: a) Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan social, termasuk didalamnya pendidikan dari orang tua,
30
tradisi social, tekanan lingkungan social yang disepakati oleh lingkungan itu (faktor sosial) b) Berbagai pengalaman yang membentuk sikap keagamaan terutama pengalaman-pengalaman mengenai keindahan, keselarasan dan kebaikan emosional atau afektif. c) Faktor yang seluruhnya timbul atau sebagian timbul dari kebutuhan yang tidak terpenuhi, terutama kebutuhan terhadap keamanan, cinta kasih, harga diri dan ancaman kematian . d) Berbagai proses pemikiran verbal (faktor intelektual)
Masa
remaja
merupakan
masa
yang
banyak
mengalami perubahan baik jasmani, rohani, pikiran, maka pada masa ini remaja banyak mengalami gejolak emosi remaja dan masalah remaja pada umumnya disebabkan adanya konflik peran sosial. Gejolak emosi tersebut menyebabkan kondisi psikisnya belum stabil dengan adanya kondisi yang belum stabil ini pula yang menyebabkan remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya (Willis,1981:19). Menurut Zakiyah (1970: 77) menyatakan bahwa emosi adalah salah satu pengaruh internal yang cukup besar dalam pendapatnya mengatakan “Sesungguhnya emosi memegang peran penting dalam sikap dan tindak agama seseorang yang dipahami, tanpa menghindari emosinya.”
31
Sesuai dengan tujuan dari dakwah adalah mengajak menyeru dan mempengaruhi manusia agar selalu berpegang pada ajaran Allah guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sesuai firman Allah dalam surat Yunus ayat 57:
ﺎ ﻓِﻰﻭ ِﺷﻔﹶﺎ ٌﺀ ِﻟﻤ ﻢ ﺑ ﹸﻜﺭ ﻦ ﻮ ِﻋ ﹶﻈ ﹲﺔ ِﻣ ﻣ ﻢ ﺗ ﹸﻜﺎ َﺀﺪﺟ ﺱ ﹶﻗ ﺎﺎ ﺍﻟﻨﻳﻬﺎﹶﺍﻳ (57 : )ﻳﻮﻧﺲ.ﻦ ﻴﺆ ِﻣِﻨ ﻤ ﹰﺔ ِﻟ ﹾﻠﻤ ﺣ ﺭ ﻭ ﻯﻫﺪ ﻭ ﻭ ِﺭ ﺪﺍﻟﺼ Artinya: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S Yunus 57) (Depag, 1980: 315)
Sesuai dengan hadits:
ﻣﻦ ﺭﺃﻯ ﻣﻨﻜﻢ ﻣﻨﻜﺮﺍ ﻓﻠﻴﻐﲑﻩ ﺑﻴﺪﻩ ﻓﺎﻥ ﱂ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﻓﺒﻠﺴﺎﻥ ﻭﺍﻥ ﱂ (ﻳﺴﺘﻄﻊ ﻓﺒﻘﻠﺒﻪ ﻭﺫﺍﻟﻚ ﺃﺿﻌﻔﻞ ﺍﻻﳝﺎﻥ )ﺭﺍﻭﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya: Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, apabila tidak mampu (mencegah dengan tangan) maka hendaklah ia merubah dengan lisan nya, dan apabila (dengan lisan) tidak mampu maka hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itu adalah selemahlemah iman. (HR Muslim) (Assyuti, 1990: 93)
Adanya
pembinaan
untuk
keagamaan melalui konseling
meningkatkan
perilaku
individu itu terjadi,
maka
orang dengan sendirinya akan menjadikan agama sebagai pedoman dan pengendalian tingkah laku/ perilaku sikap dan
32
gerak gerik dalam hidup yang pada akhirnya nanti seseorang akan merasakan kebahagiaan, kedamaian dan kesejahteraan akan merasakan kebohongan, kedamaian dan kesejahteraan dalam menjalani kehidupan ini. Perkembangan tersebut membutuhkan bimbingan dan pembinaan,
untuk
memahami
perkembangan
perilaku
keagamaan remaja sangat erat hubungannya dengan sikap percaya pada Tuhan yang telah ditanamkan di dalam lingkungan keluarga dan di lingkungan pergaulan yaitu sikap tersebut senantiasa mendapatkan dorongan dari orang tuanya dan juga kawan sepergaulan sampai kepada pengalaman ajaran agama serta penghayatan terhadap nilai-nilai spiritual dalam kegiatan hidupnya di kemudian hari. (Arifin, 1997: 167).
2.3. Remaja dan Permasalahannya 2.3.1. Pengertian Remaja Untuk memahami beberapa pengertian remaja, akan penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli. Siapa remaja itu? Menurut Dr. Zakiyah Darajat: bahwa remaja adalah suatu masa dari umum manusia, yang paling banyak mengalami perubahan dalam segala segi kehidupan, baik jasmani, rohani, pikiran, maupun perasaan dan sosial. Sehingga membawanya pindah dari masa kanak-kanak
33
menuju kepada masa dewasa. Remaja itu dapat dianggap remaja antara umur 13 sampai 21 tahun (darajad: 1983: 35). Menurut Singgih D. Sunarsa, bahwa remaja adalah: masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki mas dewasa. Seperti perubahan-perubahan pada jasmani, kepribadian, intelek dan peranannya di dalam maupun di luar sekolah lingkungan dan perbedaan proses perkembangan pada psikoseksualitas, dan emosional yang mempengaruhi pada masa anak-anak tidak nyata pengaruhnya. (Gunarsa, 1989: 16-17). Remaja menurut hukum/undang-undang dalam berbagai negara di dunia tidak dikenal istilah “Remaja”. Di Indonesia sendiri, konsep remaja tidak dikenal dalam undang-undang yang berlaku. Hukum Indonesia
hanya
mengenal
anak-anak
dan
dewasa
walaupun
batasannya diberikan itupun bermacam-macam. Hukum pidana memberikan batasan 18 tahun sebagai usia dewasa (atau kurang dari itu sudah menikah). Hanya undang-undang perkawinan saja yang mengenal konsep remaja walaupun secara tidak terbuka. Usia minimal untuk suatu perkawinan menurut undangundang tersebut adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria (Pasal 7 UU No. 1/1974 Tentang Perkawinan). Ini menandakan bahwa di atas usia tersebut bukan lagi anak-anak sehingga mereka boleh nikah.
34
Nampak lah disini bahwa usia 16 tahun (wanita) dan usia 19 tahun (pria) bukan lagi anak-anak akan tetapi belum bisa dikatakan dewasa penuh, karena masih diperlukan izin orang tua. Sehingga antara waktu 16/19 tahun sampai 21 tahun inilah yang dapat disejajarkan dengan pengertian “remaja” dalam ilmu sosial yang lain. (Sarlito, 1994: 4-6) Menurut Zulkifli L, bahwa remaja adalah peralihan dari masa anak ke masa dewasa, yaitu saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknnya ia belum dapat dikatakan orang dewasa. (Zulkiflis, 2000: 63). Pioget (121) mengemukakan bahwa masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial dengan orang dewasa. (Hurlock, 1980: 205). Adapun mengenai ciri-ciri pokok remaja menurut Dr Zakiyah Daradjat dalam buku membina nilai moral di Indonesia antara lain:
35
1. Problem jasmani cepat, biasanya pertumbuhan jasmani cepat terjadi antara umur 13-16 tahun, yang dikenal dengan remaja pertama (erly adoles cance). Dalam usia ini remaja mengalami berbagai kesukaran, karena perubahan jasmani yang sangat mencolok dan tidak berjalan seimbang. Remaja waktu itu mengalami ketidak serasian diri dan berkurang keharmonisan gerak, sehingga kadang-kadang sedih kesal dan sendu. 2. Pertumbuhan emosi Sebenarnya yang terjadi dalam hal ini adalah kegoncangan emosi pada masa adolesen pertama. Kegoncangan itu disebabkan oleh tidak mampu dan tidak mengertinya akan perubahan yang sedang dilaluinya, disamping kekurangan pengertian orang tua dan masyarakat sekitar akan kesukaran yang dialaminya oleh remaja waktu itu bahkan kadang-kadang perlakuan yang mereka terima dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat menambah kegoncangan emosi yang tidak stabil itu. 3. Pertumbuhan mental Menurut Alfred Binet psycholog Perancis, yang terkenal dengan teori mental-test nya, bahwa kemampuan untuk mengerti hal-hal g abstrak baru sempurna pada usia 12 tahun. Sedangkan kesanggupan untuk mengambil kesimpulan yang abstrak dari fakta yang ada kira-kira mulai usia 18 tahun. Karena itulah tampak usia 14 tahun ke atas, remaja sering kali menolak hal
36
yang masuk di akalnya dan kadang kala mereka menolak apa yang dulu diterimanya. Dari sini pula tumbuh persoalan dengan orang tua. Orang dewasa lainnya yang merasa seolah-olah menjadi suka membantah dan mengkritik mereka. 4. Pertumbuhan pribadi dan sosial Masalah pribadi dan sosial inilah yang paling akhir bertumbuhnya dan dapat dianggap sebagai persoalan terakhir yang dihadapi
remaja
menjelang
mask
usia
dewasa.
Setelah
pertumbuhan jasmaninya cepat berakhir, tampaklah bahwa remaja telah seperti orang dewasa jasmaninya, baik yang laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi dari segi sosial dan penghargaan serta kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat biasanya belum sempurna, terutama dalam masyarakat yang maju. Dari sini jelaslah bahwa bagaimanapun cara kita memandang remaja dan dari segi apapun kita nilai, namun satu hal yang dapat kita simpulkan “remaja” adalah masa peralihan dari “anak” menjelang “dewasa”. Semakin maju suatu mesyarakat, semakin banyak syarat yang diperlukan untuk mempersiapkan diri dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan dan semakin banyak pula masalah yang dihadapi remaja itu, karena sukarnya memenuhi syarat dan sebagainya (Daradjat, 1983:110-111).
37
2.3.2. Permasalahan yang dihadapi remaja Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa masa remaja adalah masa peralihan diantara anak-anak dan masa dewasa, dimana anak mengalami perkembangan cepat di segala bidang, keadaan jiwanya yang labil dan mengalami kegoncangan, daya pemikiran abstrak, logik dan kritik mulai berkembang. Emosinya selalu berkembang, motivasinya mulai otonom dan tidak dikendalikan oleh dorongan biologis semata (Ahyani, 1987:43). Dan dalam melalui masa adolesen (masa remaja), tidak sedikit anak-anak yang mengalami kesukaran-kesukaran atau problemproblem yang kadang-kadang menyebabkan kesehatannya terganggu, jiwanya yang gelisah dan cemas, pikirannya terhalang dalam menjalankan fungsinya yang kadang-kadang kelakuannya bermacammacam. Dan hal lain terbukti dari hasil research itu bahwa ada problem-problem/masalah-masalah yang umum dialami oleh semua adolesensi dimana saja mereka hidup, antara lain adalah (Daradjat, 1982: 105-110): 1. Problem yang berhubungan dengan pertumbuhan jasmani Problem pertama yang dialami oleh anak-anak g meningkat adolesen, ialah perubahan jasmani yang terjadi mulai dari kira-kira umur
13
sampai
16
tahun.
Peristiwa-peristiwa
yang
menggelisahkan banyak terjadi pada umur ini, ialah yang berhubungan dengan:
38
-
Perubahan pada anggota kelamin
-
Pertumbuhan yang membedakan bentuk tubuh laki-laki dari perempuan, dimana tanda masing-masing seks makin jelas terlihat pada tubuh.
-
Pertumbuhan badan yang sangat cepat, si anak bertambah tinggi, besar dan berat dengan cepat sekali.
-
Pertumbuhan anggota-anggota tubuh tidak berjalan seimbang, misalnya hidung lebih cepat besarnya dari pada bagian muka yang lain, demikian pula dengan tangan dan kaki.
-
Terjadinya menstruasi pertama bagi anak perempuan dan mimpi pada anak laki-laki.
-
Tumbuhnya jerawat dan bintil-bintil pada muka, punggung, leher dan sebagainya. Akibat pertumbuhan jasmani yang sangat cepat dan
kehilangan keharmonisan fisik itu, anak-anak merasa kehilangan kemampuannya untuk menggunakan anggota badan nya, misalnya apa yang dipegang mungkin jatuh, bukan karena kurang perhatian tetapi karena pertumbuhan otot-otot tangan itu tidak tersentak, sehingga kadang-kadang hilang keharmonisannya. Si anak merasa gelisah terhadap pertumbuhan yang tidak harmonis itu, yang menyebabkan kelainan-kelainan, seperti: hidung, kaki, dan tangan terasa besar. Jerawat terdapat dimuka atau leher dan sebagainya.
39
2. Problem yang timbul berhubungan dengan orang tua Diantara kesukaran-kesukaran yang banyak pula dihadapi oleh anak-anak adolesen adalah bertalian dengan orang tuanya sendiri, jika orang tua kurang mengerti akan ciri-ciri dan sifat-sifat pertumbuhan yang sedang terjadi atas mereka. Anak-anak yang tadinya tenang, patuh dan tunduk kepada peraturan-peraturan pada umur adolesen, berubah menjadi anak yang terlihat gelisah, tidak patuh, kadang-kadang keras hati atau keras kepala. Nasehat atau petunjuk kurang diindahkannya. Diantara yang paling banyak menimbulkan ketegangan antara anak dan orang tua, ialah peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh orang tua. Misalnya berapa laki boleh pergi keluar rumah dalam seminggu, cara memilih kawan, cara membelanjakan uang, berpakaian, belajar dan sebagainya. Terlalu banyak peraturan-peraturan dan ketentuanketentuan ini menyebabkan adolesen merasa bahwa orang tuanya menghargainya, lalu mereka menunjukkan perlawanan atau acuh tak acuh terhadap larangan-larangan itu. Yang paling tidak menyenangkan mereka ialah orang tua yang suka mencela, menyesali atau memukul anak-anaknya. Karena kesalahan atau tindakan anak-anak itu dipandang tidak cocok dengan kemauan orang tua. Dan yang sangat menyedihkan dan mungkin membawa akibat gangguan jiwa bagi si anak adalah
40
kekerasan orang tua yang terlalu dipaksakan dengan pukulan, perintah, larangan, dan sebagainya. Karena dengan pukulan itu anak-anak merasa di hina, tidak dihargai, bahkan merasa tidak disayangi. Seringkali cara orang tua memperlakukan anak-anaknya yang berumur 13 dan 14 tahun sama saja dengan anak yang berumur 9-10 tahun. Mereka lupa bahwa anak-anak pada umur tersebut, tidak kecil lagi. Perlakuan, sikap dan tindakan tuanya yang seperti itu, akan menyebabkan anak-anak merasa tidak senang. Sebaliknya ada orang tua memperlakukan anak-anak yang terlihat sudah besar (pada umur 16-17 tahun) seperti orang dewasa. Mereka lupa bahwa anak-anak itu baru selesai dari menghadapi pertumbuhan jasmani yang cepat, dan mulai berbentuk dewasa, tetapi sikap, pikiran dan emosinya belum selesai dari pertumbuhannya. Anak tersebut belum mempunyai pengalaman, emosinya masih goncang dan sedang mengalami kegoncangan jiwa, akibat mulai bekerja organ-organnya dan kelenjar-kelenjar seksual. Mereka ingin mereka bebas dari campur tangan orang tua, ingin sekali-sekali pergi bersama kawan-kawannya. Jauh dari mata orang tua dan sebagainya. Dalam hal ini orang tua harus mengetahui bahwa anak-anak ingin segala sesuatu yang masuk.
41
Kalau ia salah, ditegur dan tunjukanlah kesalahannya dengan obyektif dan kalau kita menyuruh, haruslah yang dapat mereka memahami mengapa ia disuruh, bukan karena untuk menunjukkan kekuasaan. Anak-anak dalam periode ini sering merasa bahwa orang tuanya selalu memerintah dan menunjukkan kekuasaan dan memaksanya tunduk dan patuh. Inilah yang harus dihindari, jangan mereka sampai merasa dipaksa tunduk tanpa mereka sadari pentingnya hal itu buat dirinya sendiri. Disamping itu hindarilah sikap memerintah dan memandang kecil anak-anak adolesen yang sendang dalam pertumbuhan dan perkembangan itu. 3. Problem yang berhubungan dengan sekolah dan pelajaran Salah satu kesukaran para adolesen adalah dalam menghadapi pelajaran. Mereka ingin sukses, ingin tahu bagaimana cara belajar yang baik, ingin menghindari rasa malas dan lesu, ingin pandai dan kemampuan antara satu anak dengan lainnya tidak sama. Ada yang kuat dalam satu mata pelajaran dan lemah dalam mata pelajaran lainnya. Karenanya orang tua harus mengikuti bahwa kemampuan masing-masing anak berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada yang kuat dan cenderung kepada bahasa, dan kurang kepada pelajaran eksakta, dan sebaliknya. Jika si adolesen merasa kecewa
42
karena ia merasa kurang pandai dalam salah satu bidang pengetahuan, perlu kita beri pengertian. Timbullah umpamanya pertentangan keras antara adolesen dengan bapak atau ibunya yang memaksanya berpakaian menurut yang patut di mata orang tua. Tidak sedikit tindakan orang tuanya yang demikian itu menyebabkan adolesen itu menentang orang tuanya atau berbuat acuh tak acuh terhadap nasehat orang tuanya, bahkan ada yang merasa sangat sedih dan penuh dengan penderitaan. Salah satu persoalan yang sering kali pula mengganggu ketenangan jiwa para adolesen ialah tidak mendapatkan teman karib yang dapat diajak berbicara dan berdiskusi tentang kesukaran-kesukaran yang dialami, yang susah membicarakannya dengan orang tua atau orang dewasa lainnya. Sesungguhnya kebutuhan para adolesen kepada temanteman sebaya, adalah karena sama-sama menghadapi kesukarankesukaran yang tidak banyak berbeda, disamping mereka merasa tidak banyak dicela atau di kritik, karena umumnya mereka kurang percaya akan penghargaan orang dewasa. Karena itu, mereka merasa kurang bebas atau kurang berani mengungkapkan rasa hati dan kesukaran-kesukarannya. Sedangkan pada dasarnya mereka ingin mengetahui pendapat orang tuanya tentang masalah yang tidak jelas dalam pikirannya, terutama soal-soal seks, dimana
43
mereka ingin lebih tahu dan lebih mengerti tentang persoalanpersoalan disekitar itu. Disamping itu mereka juga ingin tahu batas-batas kelakuan dan tindakan yang dipandang kurang baik, perlu kiranya dibimbing ke arah pertumbuhan sikap yang sehat terhadap seks lain, supaya dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan yang melanggar batas, terutama dalam soal-soal seks yang akibatnya mungkin sangat membahayakan perkembangan dan kesehatan jiwanya selanjutnya. 4. Problem pribadi Disamping
problem
yang
berhubungan
dengan
pertumbuhan jasmani, sekolah, orang tua dan masyarakat itu, yang tidak kurang pula penting adalah persoalan-persoalan pribai. Kadang-kadang kita menemui seseorang adolesen yang cukup sehat, tampan dan cerdas, kelihatannya sedih, pendiam dan seolaholah hidup menderita dan tidak bersemangat. Apakah yang menjadi sebab dari hal itu semua? Disamping kesukaran-kesukaran, juga ada persoalanpersoalan
pribadi
yang
tidak
dapat
diungkapkan
dan
diceritakannya kepada orang, bahkan kadang-kadang persolalan itu kurang jelas dalam hatinya. Diantara persoalan yang dihadapinya adalah rasa sukses dalam hidupnya. Orang tua hendaknya berusaha menolong adolesen untuk dapat sukses dalam
44
hidupnya, dalam mencapai kedudukan sosial diantara kawankawannya, dalam bergaul dan belajar dan dalam usaha apapun yang dicobanya. Adolesen
membutuhkan
orang
tempat
mencurahkan
perasaan-perasaan kegelisahan, kecemasan, harapannya dan sebagainya. Jika ia tidak mempunyai teman erat yang dipercaya, dan orang tuanya tidak berusaha mendengar dan memahami keluhan-keluhannya, maka ia akan merasa sedih, sehingga pelajarannya dan kesehatannya bisa terganggu. Mungkin akan terlihat dia menjadi pemarah, penentang, keras kepala dan sebagainya, Sementara dalam buku lain Dr. Zakiyah Daradjat menambahkan beberapa permasalahan yang agak menonjol yang terjadi pada remaja, adalah: a. Kehilangan semangat dan kemampuan belajar Tidak sedikit remaja yang mengeluh karena merasa dirinya telah menjadi bodoh, tidak pandai, sepandai dulu, bahkan kehilangan semangat untuk belajar. Hal ini disebabkan karena tuntutan orang tua terhadap anak sehingga anaknya merasa terkekang dan terbelenggu. Padahal si anak sudah mulai remaja, akan tetapi orang tua memperlakukannya seperti anak kecil, sementara si anak ingin
45
bebas, bergaul dengan teman-teman sebaya, tapi orang tua mengekangnya (Daradjat, 1982: 478-479). b. Kenakalan (kerusakan moral) Suatu kenyataan yang mencemaskan belakangan ini, ialah keberanian sementara remaja melakukan susila, baik wanita maupun pria. Bahkan diantara mereka ada yang berpendapat, bahwa hubungan diantara mereka tidak perlu dibatasi tidak usah dikontrol oleh orang tua. Dan pada umumnya remaja yang dengan mudah melakukan pelanggaran asusila adalah mereka yang kurang mendapat pendidikan agama (Daradjat, 1982: 481).
2.4. Pengaruhnya Konseling Individu Terhadap Peningkatan Religiusitas Remaja. Dalam konseling
individu terjalin suatu hubungan (relationship)
yang ditandai dengan keharmonisan antara konselor dan klien. Sehingga dapat
menumbuhkan
keterbukaan
klien
kepercayaan
dalam
klien
mengungkapkan
terhadap
konselor,
faktor
permasalahannya,
unsur
terpenting, maka berupaya memberikan bantuan untuk mengembangkan pribadi klien serta dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Sehingga klien dapat belajar untuk mempelajari tingkah laku dan bertanggung jawab atas pilihan yang telah ditentukan sendiri. Suasana
46
konseling pribadi (individu) dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi individu yang selanjutnya dapat berperilaku positif yang lebih baik dari sebelumnya. Konseling
individu merupakan unsur yang paling penting dalam
proses peningkatan perilaku keagamaan remaja. Dengan perilaku yang positif orang akan mampu mencapai predikat muslim unggul yang dalam Islam disebut insan kamil (Bustam, 1995:122). Disini individu akan intensif melaksanakan ajaran-ajaran agamanya, mengamalkan perintah agamanya, sehingga aktualisasi keagamaannya tercermin dalam berbagai sikap dan perilaku kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian orang akan optimis dalam memandang hidup dan dimungkinkan ia akan menjauhkan diri dari berperilaku yang buruk, tercela dan tidak sesuai dengan kadar nilai pola Islam Pada dasarnya sifat hakiki manusia adalah “homo religius” makhluk beragama yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilainilai kebenaran yang bersumber dari agama, serta sekaligus menjadikan kebenaran agama sebagai rujukan (referensi) sikap dan perilakunya. Menurut imam al-Ghazali, akhlak adalah gambaran tentang kondisi yang menetapkan di dalam jiwa. Semua perilaku yang bersumber dari akhlak tidak memerlukan waktu untuk merenung. Dalil yang menunjukkan bahwa manusia mempunyai fitrah beragama adalah Al-Qur’an, surat Al-A’raf: 172 yang berbunyi:
47
ﻢ ﺴ ِﻬ ِ ﻧﻔﹸﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃ ﻢ ﺪﻫ ﻬ ﺷ ﻭﹶﺃ ﻢ ﻬ ﺘﻳﻢ ﹸﺫﺭ ﻮ ِﺭ ِﻫﻦ ﹸﻇﻬ ﻡ ِﻣ ﺩ ﺑﻨِﻲ َﺁ ﻦ ﻚ ِﻣ ﺑﺭ ﺧ ﹶﺬ ﻭِﺇ ﹾﺫ ﹶﺃ ﻫﺬﹶﺍ ﻦ ﻋ ﺎﺎ ﹸﻛﻨﻣ ِﺔ ِﺇﻧ ﺎﻡ ﺍﹾﻟ ِﻘﻴ ﻮ ﻳ ﺗﻘﹸﻮﻟﹸﻮﺍ ﺎ ﹶﺃ ﹾﻥﺪﻧ ﺷ ِﻬ ﺑﻠﹶﻰ ﻢ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﺑﻜﹸﺮ ِﺑﺴﺖ ﹶﺃﹶﻟ ﲔ ﻏﹶﺎِﻓِﻠ Artinya: “Dan (ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan ketuhanan anakanak adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “bukanlah aku ini tuhanmu?” menjawab :”betul (engkau demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “sesungguhnya kami (bani adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan tuhan)”.
Mattahari (1984:62) dalam Qurrotul Uyun menyatakan bahwa manusia tanpa memiliki keyakinan, ideal-ideal dan keimanan ia tidak akan dapat menjalankan kehidupan ini dengan baik terlebih mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya juga orang lain. Manusia yang tidak memiliki keyakinan ideal dan keimanan akan cenderung menjadi seorang pemalas, tidak mempunyai gairah dalam hidup, tidak mempunyai keinginan untuk dapat hidup lebih baik. Menurut ajaran Islam, manusia diberi kebebasan untuk sadar dan aktif dalam melakukan beragam upaya meningkatkan diri, optimis dan menghargai diri sendiri. Dengan berperilaku yang positif, orang akan cenderung melakukan hal-hal
yang
positif,
individu
akan
menghargai
dirinya
sendiri,
mengevaluasi dirinya sendiri untuk selalu berjuang mencapai apa yang diinginkannya demi keberhasilan di masa mendatang.
48
2.5. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002: 64). Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas dan analisis dari teori-teori tersebut, maka diajukan hipotesis bahwa terdapat pengaruh konseling individu terhadap religiusitas semakin remaja di panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Agar dapat terarah dan mencapai hasil yang optimal, maka penulis menggunakan metodologi penelitian sebagai berikut.
3.1. Jenis Pendekatan dan Spesifikasi Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian jenis kuantitatif. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh akan analisis lebih lanjut dalam analisis data dan akan lebih baik jika disertai tabel, grafik, bagan, gambar atau tampilan lain. Selain data yang berupa angka dalam penelitian kuantitatif juga ada data berupa informasi kualitatif (Arikunto, 2002: 10-11) Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu konseling individu sebagai variabel independen dan religiusitas sebagai variabel dependen. Untuk mendapatkan
data
yang
berkaitan
dengan
penelitian,
penelitian
mempergunakan angket yang disusun berdasarkan variabel yang akan diukur.
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional Sebagaimana penjelasan di atas bahwa penelitian ini terdapat dua variabel yaitu konseling
individu sebagai variabel independen, dan
religiusitas sebagai variabel dependen. Agar tidak menimbulkan kesalahan
49
53
dalam pemahaman, maka akan dijelaskan terlebih dahulu definisi konseptual dan operasional dari variabel yang akan diteliti. 3.2.1. Definisi Konseptual a) Konseling
individu menurut djumhur(1976:110) adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukana bersifat face to face relationship (hubungan empat mata) yang dilaksanakan dengan wawancara antara konselor dengan klien yang bermura pada teeratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
b) Religiusitas Religiusitas menurut Jalaluddin (1996: 211) adalah suatu keadaan yang ada dalam dari individu yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai kadar ketaatannya terhadap agama. 3.2.2. Definisi Operasional a) konseling individu Konseling
individu adalah pelayanan khusus dalam
hubungan langsung tatap muka antara konselor dengan klien untuk mencermati masalah dan berupaya mengentaskan masalah dengan kekuatan klien sendiri. Dalam hal ini indikator dalam konseling individu adalah: konselor, klien ,metode, materi dan proses konseling. Dalam penelitian ini konseling individu dilakukan pada remaja di Panti Pamardhi Putra”Mandiri” Semarang.
54
b) Religiusitas Religiusitas adalah sebagai keadaan yang ada dalam diri seseorang dalam merasakan dan mengakui Tuhan sehingga mendorongnya untuk berperilaku sesuai dengan keyakinan dan ketaatannya terhadap ajaran agama yang meliputi dimensi akidah, syari’ah, akhlak, pengetahuan atau pemahanaman dan penghayatan. Indikator religiusitas adalah aspek keyakinan, ritual, eksperensial, konsekwensial, dan intelektual.Dalam hal ini religiusitas seseorang dapat dilihat dari pembawaan atau tingkah laku yang dibawakan dalam keseharian pada remaja di Panti Pamardhi Putra”Mandiri” Semarang.
3.3. Sumber dan Jenis Data Menurut Arikunto (2002: 107) sumber data adalah subyek dari mana data itu dapat diperoleh. Berdasarkan sumber pengambilannya, data penulisan dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder: 3.3.1. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah Data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung dari subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 1998: 91). Data itu digunakan untuk mengetahui adakah penagaruh antara konseling individu terhadap religiusitas remaja
55
(klien) di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang. Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data kuantitatif, yaitu dengan penyebaran angket. 3.3.3. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder atau data dengan tangan kedua adalah data yang diperoleh dari orang lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitian (Azwar, 1998: 91). Sumber data ini berasal dari buku-buku maupun karya ilmiah lain yang memiliki kaitan dengan penelitian, serta wawancara dengan pengurus Panti Pamardhi Putra “ Mandiri” Semarang.
3.4. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian wakil yang diteliti (Arikunto, 2002: 108). Berdasarkan observasi awal terdapat 44 remaja klien di Panti Pamardi Putra “Mandiri” Semarang yang aktif mengikuti kegiatan konseling individ) agama Islam, yang berusia 17–21 tahun. Dengan memperhatikan jumlah populasi yang ada, maka penelitian ini akan mengambil sampel seluruh populasi yang ada atau sebanyak 44 responden, dalam pengambilan sample didasarkan pada pertimbangan dan acuhan umum dari pengambilan responden. Menurut Suharsimi Arikunto, yakni apabila jumlah subyek kurang dari 100, maka populasi diambil semua.Dan apabila jumlah subyek lebih dari 100 orang, maka sample yang
56
diambil antara 10%-15% atau20%-25%atau lebih dari populasi yang ada.(Arikunto,2000:112). Sedangakan dalam penelitian ini responnya berjumlah kurang dari 100 rensponden, maka sample yang di ambil dalam peneltian inidengan diambil semua responden yang berjumlah 44 remaja Sehingga penelitian ini disebut penelitian populasi.
3.5. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang akurat, dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Yaitu, sebagai berikut: 3.5.1. Metode Observasi Metode observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomenafenomena yang hendak diselidiki (Hadi, 2004: 130). Metode ini digunakan untuk mencari data besarnya obyek yang akan diteliti dan untuk mengetahui kondisi umum klien (anak asuh) di Panti Pamardi Putra Mandiri Semarang. 3.5.2. Metode Interview Metode interview atau wawancara adalah metode pengumpulan data berupa tanya jawab antara pihak pencari informasi dengan sumber informasi yang berlangsung secara lisan (Nawawi, 1995: 98). Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dengan cara tanya jawab langsung
57
secara lisan dengan pengurus dan pembimbing (pengasuh) di Panti Pamardhi Putra ”Mandiri” Semarang. Untuk mengetahui gambaran umum tentang konseling individu dan religiusitas serta hal-hal yang mendukung peroleh data. . 3.5.3. Metode Angket Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1991: 124). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang konseling individu yang dilaksanakan dan pengaruhnya terhadap peningkatan religiusitas di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup1 dan langsung. Tertutup karena jawaban responden tinggal menulis saja, dan pelaksanaan langsung kepada obyek untuk mendapatkan keadaan tentang dirinya. Angket dalam penelitian ini mempergunakan (1) skala konseling individu yang tersusun menjadi 4 aspek yaitu: konselori, klien, materi, dan media. Keempat aspek ini masih dijabarkan dalam pernyataan yang mengikuti pola favorable2 dan unfavorable3 yang disajikan dalam
1
Angket tertutup berbentuk rating scale adalah pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan, sehingga hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah disediakan dengan memberi tanda, misal melingkari huruf dengan jawaban yang dipilih ataupun dengan memberi tanda chek list (v) pada kolom yang telah disediakan 2 Favorable adalah item yang mendukung kondisi psikologis responden, di mana memiliki kecenderungan nilai yang bergerak positif dari V besar ke kecil
58
25 item pernyataan. (2) skala religiusitas yang tersusun menjadi 5 aspek, yaitu keyakina, ritual, eksperensial, konsekwensial, dan intelektual Kelima aspek ini masih dijabarkan dalam pernyataan yang mengikuti pola favorable dan unfavorable yang disajikan dalam 25 item pernyataan.
3.6. Teknik Analisis Data Dalam hal ini penulis menggunakan tiga tahap analisis data yaitu: analisis pendahuluan untuk memberikan skor pada masing-masing item pernyataan pada setiap variabel, dan dilanjutnya dengan uji validitas dan reliabilitas angket untuk mengetahui gambaran angket penelitian. Analisis lanjutan untuk menguji hipotesis dari data yang telah diperoleh, dan analisis akhir untuk mencari pengaruh antara konseling Sindividu terhadap perilaku religiusitas 3.6.1 Analisis Pendahuluan Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara konseling individu terhadap religiusitas, langkah awal yang diambil adalah mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif yaitu dengan memberi nilai pada setiap item jawaban pada angket. Dan untuk mengetahui kevaliditasan angket penelitian, penulis akan menggunakan analisis soal
3
Unfavorabel adalah aitem yang tidak mendukung kondisi psikologis responden, di mana item ini mempunyai kecenderungan negatif terhadap jawaban artinya bergerak dari nilai kecil ke nilai besar.
59
dengan rumus product moment dari Person dengan rumus sebagai berikut :
r
xy
NΣXY − (ΣX )(ΣY )
=
{N .(∑ X ) − (∑ X ) }{N .(∑ Y ) − (∑ Y ) } 2
2
2
2
Sedangkan untuk mengetahui reliabilitas angket penelitian, penulis akan menggunakan rumus alpha, yaitu sebagai berikut :
⎡ k ⎤ r11 = ⎢ ⎥ ⎣ (k − 1) ⎦
⎡ Σσ b 2 ⎤ ⎢1 − 2 ⎥ σ t ⎦⎥ ⎣⎢
Penyebaran angket ini direncanakan pada awal bulan maret 2007, dengan spesifikasi angket sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Spesifikasi Angket Konseling Individu
No
Aspek
Nomer Item Favorabel
Nomer Item Unfvorabel
Jumlah Item
1
Media
5, 17, 19, 23
1
5
2
Materi
10, 20
7, 13
4
3
Klien
14, 21, 24, 9, 22 25
6
4
Konselor
4, 8, 18, 2
12
5
5
Proses/ Terapi
15
3, 6, 11, 16
5
Jumlah
15
10
25
60
Pengukuran
skala
ini
mengikuti
skala
likert,
dengan
mempergunakan 5 alternatif jawaban: “sangat setuju”, “setuju”, “kurang setuju”, “tidak setuju”, “tidak jawab”. Skor jawaban mempunyai nilai 5, 4, 3, 2, dan 1. Nilai yang diberikan pada masing-masing alternatif jawaban adalah sebagai berikut: untuk item favorbel “sangat setuju” (SS) memperoleh nilai 5, “setuju”(S) memperoleh nilai 4, “kurang setuju” (KS) memperoleh nilai 3, “tidak setuju”(TS) memperoleh nilai 2 dan “tidak jawab”(TJ) memperoleh nilai 1. Sementara itu untuk sebaran angket perilaku keagamaan mempergunakan 25 item, yang dijabarkan dari lima indikator yang dapat di dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Spesifikasi Angket Religiusitas
No
Aspek
Nomer Item Favorabel
Nomer Item Unfvorabel
Jumlah Item
1
Keyakinan
2, 19, 21, 22, 9 23
6
2
Ritual
1, 10, 8
3, 17
5
3
Eksperensial
4, 15, 24
6, 12
5
4
Konsekwesial
7, 11, 14, 25
8
5
5
Intelektual
16, 20
3, 6, 11, 16
6
Jumlah
17
8
25
61
Pengukuran skala angket religiusitas ini juga mengikuti skala likert, dengan mempergunakan 5 alternatif jawaban: “sangat setuju”, “setuju”, “kurang setuju”, “tidak setuju”, “tidak jawab”. Skor jawaban mempunyai nilai 5, 4, 3, 2, dan 1. Nilai yang diberikan pada masing-masing alternatif jawaban adalah sebagai berikut: untuk item favorbel “sangat setuju” (SS) memperoleh nilai 5, “setuju”(S) memperoleh nilai 4, “kurang setuju” (KS) memperoleh nilai 3, “tidak setuju”(TS) memperoleh nilai 2 dan “tidak jawab”(TJ) memperoleh nilai 1. 3.6.2 Analisis Uji Hipotesis Analisis uji hipotesis ini dimaksudkan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Adapun untuk membuktikannya, penulis akan mempergunakan rumus regresi satu prediktor dengan skor mentah. Adapun rumus regresi satu prediktor dengan skor mentah adalah sebagai berikut: Tabel 3. Rumus Analisis Regresi Satu Predictor Sumber varian
Db
Regresi
1
Residu
(N – 2)
Jk aΣxy + kΣy −
(ΣY ) 2 N
ΣY 2 − aΣxy − kΣY
Rk
Freg
Jkreg Dbreg Jkres Dbres
Rkreg Rkres
62
Total (T)
ΣY 2 −
(N–1)
(ΣY ) 2 N
Keterangan : a
: Koefisien prediktor
k
: Bilangan konstanta
N
: Jumlah sampel yang diteliti
∑x
: Nilai dari konseling pribadi (person)
∑y
: Nilai dari perilaku keagamaan
xy
: Hasil kali variabel x dan y
∑y 2
: Nilai kuadrat dari perilaku keagamaan
x
: konseling person
Jkreg
: Jumlah kuadrat regresi
JKres
: Jumlah kuadrat residu
RKreg : Rata-rata kuadrat regresi RKres : Rata-rata kuadrat residu (1) Db
: Ditentukan dengan N - 1
dbreg
: Derajat kebebasan regresi (1)
dbres
:Derajat kebebasan residu (n-1)
3.6.2 Analisis Lanjut Analisis Lanjut merupakan analisis pendahuluan lebih lanjut dari hasil analisis uji hipotesis. Dalam analisis ini peneliti membuat lembar interpretasi
dari
hasil
yang
telah
diperoleh
dengan
jalan
63
membandingkan harga Freg yang telah diketahui dengan tabel Ft 5% atau Ft 1% dengan kemungkinan: - Jika Freg lebih besar dari Ft 5% atau Ft 1% maka signifikan (hipotesis diterima) - Jika Freg kurang dari Ft 5% atau Ft 1% maka tidak signifikan (hipotesis ditolak).
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN PANTI PAMARDHI PUTRA “MANDIRI” SEMARANG
4.1 Gambaran Umum Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang 4.1.1 Sejarah Singkat Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang Perkembangan peredaran narkoba (narkotika, psikotrapika, dan bahan-bahan adiktif lainnya) di Jawa Tengah menunjukan gejala yang terus meningkat dalam waktu yang relatif singkat. Saat ini, kita seolaholah berpacu dengan waktu dalam menanggulangi pengaruh dari akibat peredaran barang terlarang tersebut. Di samping usaha untuk memberikan pelayanan rehabilitasi bagi mereka korban yang telah terjerumus dalam jebakan narkoba yang dapat menghancurkan masa depannya. Bagi korban, penyalahgunaan narkoba, sekali terperangkap maka akan sulit untuk dapat melepaskan diri dari ketergantungn terhadap barang-barang haram tersebut. Oleh karena itu, kita bersama-sama patut memberikan perhatian serius mengenai masalah ini, mengingat kebanyakan korban adalah mereka yang masih berusia muda, usia produktif dan sebagai generasi yang akan mengisi dan melanjutkan kelangsungan hidup bangsa dan Negara.
64
Semakin meningkatnya perkelahian antar pelajar (tawuran) di berbagai tempat yang terjadi hampir setiap hari yang dapat disaksikan secara langsung di media elektronika maupun cetak, serta merebaknya kasus bentrokan antar warga masyarakat yang kian marak di berbagai daerah, dan dipicu lagi dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan sehingga bertambah pula jumlah anak jalanan, maka perlu secepatnya dilakukan upaya untuk menanggulanginya. Salah satu upaya untuk mengatasi dampak tersebut, pemerintah mengembangkan program pemberdayaan anak jalanan yang diselenggarakan oleh lembaga swadaya masyarakat melalui pendekatan rumah singgah. Tujuan pemberdayaan
anak
jalanan
adalah
untuk
menyelamatkan
dan
melindungi anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar menjadi sumber daya yang produktif. Sebagai wujud kepedulian atas permasalah tersebut sejak tahun 1986 pemerintah telah mendirikan panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang dengan daya tampung sebanyak 100 orang, dengan program pemberian pelayanan pemulihan bagi eks korban penyalahgunaan narkoba untuk anak nakal dan anak jalanan. Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang memberikan pelayanan pembinaan dengan pendekatan terapi fisik, mental, sosial, psikologis, keagamaan dan pelatihan ketrampilan yang dirangkum dalam pendekatan therapeutic community yang telah banyak dipakai oleh berbagai lembaga pemulihan di berbagai Negara.
65
Dengan didirikannya panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang diharapkan dapat merehabilitasi saudara-saudara kita yang terganggu jiwanya, keluarga dan masyarakat. Panti ini juga berfungsi untuk menampung anak-anak nakal dan anak jalanan, agar mereka dapat kembali menjalankan fungsi sosialnya secara wajar sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
4.1.2 Letak Geografis Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang Lokasi panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang berada di Jl. Amposari II No. 4, Kelurahan Sendang Guwo, Kec. Tembalang Semarang.
4.1.3 Visi dan Misi Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang a. Visi Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang Visi panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang adalah “sejarahtera
tanpa
penyalahgunaan
narkoba,
sejahtera
tanpa
kenakalan remaja dan sejahtera tanpa anak jalanan”. b. Misi Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang Adapun misi dari Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang adalah sebagai berikut: 1) Memberikan pelayanan pemulihan kepada anak nakal, eks korban penyalahgunaan narkoba dan anak jalanan yang dilandasi kasih sayang antar sesama, tanpa membedakan status sosial dan
66
latar belakangnya, agar mereka menjadikan manusia yang dapat kembali melakukan fungsi sosialnya di masyarakat berguana dan produktif. 2) Meningkatkan partisipasi sosial masyarakat dalam usaha kesejahtaraan sosial bagi anak nakal, eks korban penyalahgunaan narkoba dan anak jalanan. 3) Meningkatkan pelayanan secara terbuka (open system) dan merupakan informasi usaha kesejahteraan sosial Propinsi Jawa Tengah. (wawancara dengan ibu Nank, tanggal 05 Juni 2007).
4.1.4 Status Lembaga Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang Status dari lembaga Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang merupakan lembaga pemerintah yang berada di bawah naungan dan tanggung jawab langsung Dinas Kesejahteraan Sosial. Pendirian lembaga Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang berdasarkan: a. UU Nomor 10 tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Tengah; b. UU Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial; c. UU Nomor 3 tahun 1997 tentang Peradilan anak; d. 4) UU Nomor 4 tahun 1997 tentang Kesejahteraan anak; e. UU Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikoterapi; f. UU Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkoba
67
g. UU Nomor 20 tahun 1997 tentang Pemerintah Daerah. h. Peraturan daerah Propinsi Jawa Tengah nomor 1 tahun 2002 tentang pembentukan kedudukan tugas pokok fungsi dan susunan organisasi unit pelaksaan teknis Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah (wawancara dengan Bapak Joko, tanggal 05 Juni 2007).
4.1.5 Struktur Lembaga Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang Untuk memperlancar mekanisme kerja suatu lembaga, termasuk di sini Lembaga Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang sebagai suatu lembaga
sosial,
sangat
dibutuhkan
adanya
kejelasan
struktur
kewenangan dalam organisasinya. Pembagian struktur kerja yang jelas pada masing-masing bidang akan memudahkan ruang kerja berdasarkan tugas dan wewenang serta tanggung jawab dalam menjalin kerjasama antar komponen yang efektif dan efisien. Adapun struktur organisasi Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang dapat dilihat pada bagan struktur Organisasi Personalia Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang berikut ini.
68
Bagan Struktur Organisasi Personalia Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang
Kepala Panti Wahyuni, S.H
Sub. Bagian Tata Usaha Drs. Joko Triwuriyanto
Seksi Penyantunan Kastur Tasripan, SM.HK
Seksi Rehabilitasi dan Penyantunan Atun Suwantirah, S.H
4.1.6 Penghuni Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang Penghuni Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang sebanyak 100 orang dengan latar belakang daerah, pendidikan, permasalah dan usia yang berbeda-beda antara 17 – 28 tahun. Dari 100 orang, pada saat peneliti melakukan observasi terdapat 44 orang yang beragama Islam yang sedang mengikuti kegiatan konseling individu (wawancara dengan ibu Tutik, tanggal 05 Juni 2007). Dari 44 orang yang sedang mengikuti kegiatan konseling individu dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
69
Tabel 4.1 Klasifikasi Pendidikan No. 1. 2. 3.
Tingkat Pendidikan
Jumlah
SD SMP SMA
11 orang 18 orang 15 orang Jumlah
44 orang
Data diperoleh dari dokumentasi yang ada di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penghuni Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang adalah mempunyai tingkat pendidikan SMP, yaitu sebanyak 18 orang, dan SMA 15. Dengan demikian dapat dipahami bahwa penghuni Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang adalah mereka yang mempunyai tingkat pendidikan menengah. Tabel 4.2 Klasifikasi Permasalahan No. 1. 2. 3.
Tingkat Permasalahan Narkoba Anak Jalanan Anak Nakal
Jumlah 24 orang 3 orang 17 orang
Jumlah
44 orang
Data diperoleh dari dokumentasi yang ada di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang. Berdasarkan pada klasifikasi permasalahan penghuni Panti Pamardhi
Putra
“Mandiri”
Semarang
mayoritas
mengalami
70
permasalahan kasus narkoba yaitu sebanyak 24 orang, dan anak nakal 17 orang. Tabel 4.3 Klasifikasi Asal Daerah
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Asal daerah Semarang Salatiga Grobogan Demak Pati Wonogiri Kendal Cilacap Banjarnegara Banyumas Boyolali Wonosobo Pekalongan
Jumlah 11 orang 01 orang 05 orang 07 orang 01 orang 01 orang 07 orang 06 orang 01 orang 01 orang 01 orang 01 orang 01 orang
Jumlah
44 orang
Data diperoleh dari dokumentasi yang ada di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang. Berdasarkan pada klasifikasi daerah asal penghuni Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang mayoritas berasal dari Semarang, yaitu sebanyak 11 orang, dan Demak 7 orang, Grobogan 5 orang, Kendal 7 orang dan Cilacap 6 orang. Atau dengan kata lain, penghuni Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang adalah kebanyakan mereka yang berada di daerah kota-kota besar atau daerah di sampingnya.
71
Tabel 4.4 Klasifikasi Penyebab Bermasalah
No.
Tingkat Permasalahan
Jumlah
1.
Ajakan teman atau lingkungan masyarakat Faktor keluarga (Broken Home) Faktor Ekonomi
18 orang 9 orang 10 orang
Jumlah
44 orang
2. 3.
Data diperoleh dari dokumentasi yang ada di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang. Berdasarkan pada klasifikasi asal bermasalah penghuni Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang mayoritas asal permasalahan adalah faktor lingkungan yaitu sebanyak 18 orang, dan faktor ekonomi 10 orang.
4.1.7 Fasilitas Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang Fasilitas adalah segala bentuk sarana yang pengadaannya ditujukan untuk menunjang keberhasilan sistem. Adapun fasilitas yang dimiliki oleh Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang adalah sebagai berikut: a. Kantor: 400 m2 b. Asrama: 1 buah c. Aula : 300 m2 d. Perpustakaan e. Ruang ketrampilan f. Ruang pendidikan
72
g. Poliklinik h. Tempat ibadah/Mushola i. Ruang konsultasi j. Sarana olah raga (lapangan Tennis, Bola Volley, Bulu Tangkis, Tennis Meja, dan lain-lain) k. Sarana rekreatif l. Sarana praktek ketrampilan (montir mobil, montir motor, dan las) m. Dapur/ruang makan n. Kamar mandi dan cuci o. Ruang pos jaga p. gudang. (wawancara dengan ibu Nanik Pratiwi, tanggal 05 Juni 2007)
Dari pemaparan data di atas menurut hemat penulis fasilitas yang disediakan di panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang tergolong sudah cukup baik, sebab fasilitas yang diberikan kepada penghuni (klien) sudah memenuhi standar panti sosial pada umumnya.
73
4.1.8 Pelaksanaan Konseling Individu di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang Bahwa program konseling individu merupakan salah satu upaya untuk
memberikan
bantuan
pada
remaja
dalam
situasi
yang
membutuhkan dorongan. Konseling individu merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan di panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang dalam rangka mengadakan rehabilitasi terhadap klien yang mengalami konflik batin sehingga terjerumus penyalahgunaan obatobatan terlarang, yang pada akhirnya mengalami gangguan jiwa atau psikomatik. Dalam pelaksanaan konseling individu di panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang memiliki tahapan-tahapan proses yang secara berurutan dan saling berkaitan dari awal hingga akhir. Adapun pelaksanaan konseling individu tersebut secara terperinci (wawancara dengan ibu Tutik tanggal 05 Juni 2007). Berhasil tidaknya klien individu tidak hanya tergantung dari macam-macam metode dan efisiensinya, akan tetapi tergantung pula pada orang yang melakukan metode itu. Selain orang yang melaksanakan, ditentukan pula oleh peranan cara memilih dan menentukan metode yang akan dicapai pendagogis (bersifat mendidik), harus melihat fenomena logisnya dan tidak secara repretif (bersifat mudah menerima).
74
Kegiatan konseling individu dilaksanakan seminggu dua kali yaitu Senin dan Rabu jam 10.00 WIB sampai 11.00 WIB. Waktu yang digunakan
dalam
konseling
individu
45
menit
setiap
proses
konselingnya.(wawancara dengan bu utitk tanggal 05 juni 2007) Proses dalam konseling pribadi (individu) terbagi dalam lima fase, masing-masing fase berbeda. Proses wawancara dalam konseling individu dilakukan oleh seorang konselor dengan klien. Kelima fase tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pembukaan, diletakan dasar bagi pengembang hubungan antar pribadi yang baik antara konselor dengan klien,yaitu saat klien menghadapi maslah, klien dating ke ruang konseling individu yang telah disediakan oleh pihak panti pamardhi putra”mandiri” semarang.klien bertmu konselor untuk melaksanakan konseling individu dengan tujuan untuk menyelesaiakan masalah yang dihadapi klien. Seorang konselor menyambut kedatangan klien dengan sikap ramah seperti konselor mempersilahkan mauk klien dengan tersenyum,setealah klien masuk ke ruang konseling,konselor terus mempersilahkan klien duduk.setelah klien dan konselor duduk dengan bertatap muka langsung. Konselor membuka pembicaraan terlebih
dahulu
dengan
memepersilahkan
klien
untuk
memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama,umur, alamat dan serta menceritakan sedikit mengenai asal usulnya.dengan adanya perkenalan ini berfungsi agar klien dapat menyesuaikan diri dengan
75
situasi yang ada dalam ruang konseling, dan mengurangi rasa tegang pada diri klien.setelah selesai klien memperkenalkan diri, konselor mengajak klien unutk melanjutkan proses konseling dengan wawancara. 2. penjelasan masalah, konselor berkomunikasi dengan klien untuk memperjelaskan kedatangan klien ke ruang konseling.konselor berkata kepada klien:ada yang saya bisa bantu. Konselor sebisa mungkin mengadakan komunikasi kepada klien dengan baik, agar klien
dapat
terbuka
dihadapinya.konselor
dalam juga
mengutarakan
menumbuhkan
masalah
yang
kepercayaan
klien
terhadap konselor bias menyimpan rahasia dari permasalahan yang dihadapi klien. Dengan menumbuhkan kepercayaan kepada klien unutk bisa terbuka dalam mengutarakan masalah klien tersebut. Konselor menerima dan mendengarkan dengan seksama saat klien mengutarakan
permasalahan
yang
dihadapinya.
Sambil
mendengarkan, konselor berusaha menetukan jenis masalah yang dihadapinya klien. Sehingga konselor bisa menentukan pendekatan yang sebaiknya di terapkan dalam proses konseling. 3. klien mengutarakan masalah yang dihadapinya dengan konselor, sambil mengungkapkan pikiran dan perasaannya yang berkaitan dengan hal ini. Inisiatif berada di pihak klien secar bebas mengutarakan apa yang dianggap perlu dikemukan. Konselor menerima dan mendengarkan dengan seksama uraina klien
76
sebagaimana adanya dan memantulkan pikiran refleksi dan klaifikasi. Sambil mendengarkan, konselor berusaha menetukan jenis masalah yang dihadapi klien.sehingga konselor bisa menetukan pendekatan yang sebaiknya diterapkan dalam proses selanjutnya. 4. penyelesaian masalah konselor dan klien membahas bagaimana persoalan yang dihadapi klien dapat teratasi. Dalam fase ini klien harus ikut serta berfikir dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan permasalahan yang di hadapinya. Konselor tidak berhak untuk memberikan keputusan dalam mengatasi permasalahan klien, akan tetapi konselor hanya membantu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi klien. Oleh karena itu klien mendengarkan lebih dahulu penjelasan konselor tentang alternative-alternatif yang diberkan oleh konselor kepada klien untuk membantu menyelesaikan masalahnya. pada fase ini konselor harus mengarahkan arus pembicaraan
dalam
proses
wawancara
agar
sesuai
dengan
pendekatan yang telah di tetapkan konselor dalam mengambil pendekatan. Selama fase ini analisis kasus, konselor harus menerapkan langkah-langkah yang diikuti oleh pendekatan itu dalam menemukan suatu penyelesain.pada umumnya konselor akan berusaha supaya klien ada perubahan dalam sikap, pandangan dan juga merencanakn tindakan nyata untuk dilaksanakan sesudah proses konseling selesai.
77
5. penutup, klien telah merasa mantap tentang penyelesaikan masalah yang ditemukan dengan konselor.Proses konseling dapat diakhiri. Bilaman proses konseling dapat diakhiri, dan proses konseling individu belum selesai, maka pertemuan yang sedang berlangsung ditutup dan bisa dilanjutkan pada lain hari. Proses konseling sudah akan selesai, klien mendengarkan ringkasa konselor
tentang
jalannya
proses
yang diberiakn oleh
konseling
individu
dan
melegkapinya kalau dianggap perlu dan menegaskan kembali keputusan yang telah diambil. Kemudian konselor memberikan semangat kepada klien supaya bertekad melaklsanakn keputusannya. Klien di persilahkan mengungkapkan pengalamannya selama petemuan-pertemuan dan menyatakan dalm hal-hal apa yang merasa puas dan masih
ingin
memperdalam
sendiri
(evaluai
diri
sendiri).
Konselor
menawarkan untuk bertemu kembali pada lain kesempatan, bila klien menghadapi persoalan lain. Dalam fase ini konselor harus membantu klien berefleksi atas manfaat yang diperoleh dari pengalaman dalam diri klien tersebut, dan mempersilahkan klien untuk terjun langsung ke lapangan. Proses konseling belum selesai dan waktu peertemuan kali ini habis, maka konselor meringkas apa yang sudah dibahas bersama dan menunjukan kemauna yang telah dicapai. Serta memberikan satu dua pertanyaan untuk dipikirkan selama hari-hari sebelum pertemuan berikutnya.
78
Studi kasus
Klien bernama muhyadi,usia 31 tahun ,asal banjarnegara.klien mengikuti pelaksananna konseling individu yang telah disediakan dip anti pamardhi putra”mandiri” semarang.klien asal mula bias masuk dip anti pamardhi putra “mandiri”semarang
adalah
menggunakan
narkoba
dan
minum-minuman
keras.sejak 1 tahun yang lalu klien terjerumus dalam penggunana narkoba, karen a orang tuanya cerai (broken home). Dengan tidak ada kepedulian dari orang tuanya lagi, dengan kesibukan masing-masing.sehingga klien lari dari permasalahannya dengan salah bergaul dengan teman-temannya yang tidak benar.Klien mengenal yang namanya narkoba dan minum-minuman keras. Klien mencoba –coba narkoba, dengan maksud untuk menghilangkan semua permasalahan yang klien hadapi. Pertama kali klien memakai narkoba, klien dikasih oleh temannya dengan secara Cuma-Cuma.dengan ajakan temannya dengan memberikan alasan ada obat yang bisa menghilangkan semua permasalah dengan memakai narkoba, klien terbujuk rayuan temannya akhirnya mencobacoba narkoba, lama-lama kecanduan narkoba.setelah kecanduan narkoba , yang dulunya bisa dapat narkoba dengan gratisan,tetapi untuk mendaptakan narkoba tersebut harus membeli.Uang yang untuk membeli narkoba hasil dari klien mencuri uang di rumah.sehingga sering kali keluarganaya kehilangan uang yang
79
telah di curi sama klien. Setelah mengenal narkoba dan minum-minuman keras, klien perilakunya sehari-hari berubah tidak sesuia dengan perilakunya yang dahulu.sebelum mengenal narkoba. Padahal sebelum mengenal narkoba dan minum-minuman keras, klien tekun beribadah dan tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu dan mengaji. Klien bisa dikatakan sebagai contoh yang baik bagi adik-adiknya dan lingkungannya. Karena keluaraga klien bisa di bilang keluaraga yang taat pada agama. Tapi setelah keluaraga klien cerai (broken home) klien jadi bingung dan sering marah-marah, karena banyak masalah yang dihadapinya. Setelah keluaraga klien cerai klien enggan lagi unutk menjalankan sholat lima waktu, malah klien lebih asyik ngumpul-ngumpul (nongkrong)sama teman-temannya .Klien merasa jauh dari Allah dan berfikir Allah tidak adil kepadanya, makanya lama-lama klien tidak lagi menjalankan perintah agama. Keluaraga klien tahu, kalau klien menggunakan narkoba , dan curiga klien sering menyendiri di kamar terus. Dan setelah keluarga klen tahu, karena klien sudh kecanduan dan sering kambuh kalau tidak makai narkoba. Keluaraga klein tidak tega melihat kedaan klien yang memperhaitnkan , akhirnya klien di bawa diPanti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang. Setelah klein masuk di panti Pamardhi Putra ”Mandiri” Semarang, Klien diberikan pengobatan secara medis, psikologi dan rohaninya.dari sisi psikologinya terdapat konseling yang menangani persoalan remaja yang ada di Panti Pamardhi Putra”Mandiri” Semarang. Dengan adanya program konseling individu, klien tertarik untuk mengikuti konseling individu untuk membantu klien memecahkan masalahnya yang dihadapinya.
80
Konseling individu tidak hanya menangani masalah umum saja, akan tetapi masalah keagamana juga. Karena klien sadar kalau klien kurang pemahanan tentang agama islam, maka itu klien mengikuti konseling individu untuk mengetahui lebih dalam tentang agama islam dan memecahkan masalahnya. Konseling individu yang mengangani masalah keagamaan terdapat materi yang
digunakan dalam penigkatan religiusitas remaja dengan melalui lima
dimensi religiusitas.yaitu:dimensi idiologi atau keyakinan, dimensi ritual, dimensi eksperensial, dimensi konsekuensial, dan dimensi intelektual. Pelaksanan konseling individu disini menggunakan pendekatan behaviuor, yaitu pendekatan dengan adnya perubahan perilaku yang lebih baik dari angket sebelumnya.Dan juga menggunakn pendekatan client center, yaitu pendekatan yang berpusat pada klien, jadi klien yang menentukan dalam mengambil keputusan penyelesainnya masalahnya untuk jalan hidupnya yang akan datang. Sehingga konselor tidak yang memutuskan dalam penyelesaian masalah klien. Akan tetapi konselor hanya membantu untuk menyelesaikan masalah klien. Klien setelah mengikuti konseling individu, pemahaman klien tentang agama islam ada peningkatan yang lebih baik dari yang sebelumnya, yang dulu melaksanakan sholat lima waktu dengan bolong-bolong, setelah mengikuti konseling individu klien ada peningkatan dalam beribadahnya dengan menjalankan sholat lim waktu lagi dan tidak bolong , mentaati ajaran islam , mengetahui tentang pemahan islam lebih dalam lagi, dan terlebih lagi secara psikologinya klien tenang dalam menghadapi masalahnya dengan tidak marahmarah lagi.
81
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian 5.1.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum instrumen disebarkan kepada responden, terlebih dahulu diuji cobakan dulu dengan tujuan untuk mengetahui kualitas instrumen (angket) tersebut, maka akan diketahui mana instrumen yang baik dan mana instrumen yang sebaiknya dihilangkan. Langkah-langkah yang dipakai untuk menentukan baik tidaknya instrumen tersebut adalah dengan cara mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen tersebut, sehingga diketahui validitas serta reliabilitas sebelum disebarkan kembali kepada responden. Instrumen (angket) penelitian ini berjumlah 50 item konseling individu dan 25 item untuk angket religiusitas. Dari uji validitas instrumen dengan SPSS versi 11.0 diketahui bahwa dari 25 item konseling pribadi (individu) yang valid berjumlah 22. Sedangkan yang tidak valid (droup) berjumlah 3 item, yaitu item soal nomor 7, 14, 18. Adapun hasil perhitungan uji validitas angket konseling individu remaja di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1. di bawah ini.
81
Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Angket Konseling Individu Remaja di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang Nomor Angket 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
rxy
r tabel 5%
Keterangan
0,881 0,642 0,681 0,516 0,642 0,510 0,375 0,644 0,755 0,642 0,510 0,588 0,894 0,304 0,894 0,616 0,729 0,111 0,510 0,516 0,679 0,729 0,894 0,642 0,894
0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sedangkan dari 25 item soal variabel religiusitas yang valid berjumlah 21 item soal. Sedangkan yang tidak valid berjumlah 4 soal, yaitu item soal nomor 2, 17, 21, 24. Selengkapnya hasil perhitungan uji validitas angket religiusitas remaja di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini.
82
Tabel 5.2 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Angket religiusitas di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang
Nomor Angket 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
rxy
r tabel 5%
Keterangan
0,859 0,313 0,892 0,397 0,838 0,598 0,773 0,598 0,870 0,474 0,805 0,598 0,438 0,598 0,470 0,598 0,349 0,474 0,440 0,870 0,339 0,704 0,789 0,341 0,841
0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396 0,396
Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid
Sementara itu berdasarkan uji SPSS versi 11.0 pada angket konseling individu dapat diketahui reliabilitas angket sebesar 0,950. Sedangkan untuk angket religiusitas dapat diketahui reliabilitas angket sebesar 0,947.
83
Untuk
mempermudah
dan
memperjelas
pemahaman
hasil
ringkasan uji reliabilitas instrumen konseling individu dan religiusitas dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 5.3 Tabel Hasil Ringkasan Uji Reliabilitas Nilai r
Variabel Konseling individu religiusitas
Keterangan
Alpha
rt (tabel)
0,950
0,297
ra > rt (0,05)
0,947
0,297
ra > rt (0,05)
Angket yang valid dan reliabel di atas kemudian diolah untuk mengetahui pengaruh konseling individu terhadap religiusitas remaja di panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang.
5.1.2 Data Nilai Angket Konseling individu Remaja di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang Setelah angket disebarkan dan dilakukan penskoran, maka hasil jawaban angket tentang konseling individu di panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang, adalah sebagai berikut :
84
Tabel 5.4 Data Hasil Angket tentang Konseling individu Di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang NO.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
SOAL
Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel
JAWABAN
JUMLAH SS S KS TS STS SOAL
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 7 0 0 0 0 0 0 3 3 0 0
4 0 2 3 6 1 6 4 5 1 8 4 0 1 9 3 4 3 8 2 5 2 9 5 2 0 8 1 5 2 3 1
12 7 10 4 9 6 10 5 3 6 8 5 11 3 7 6 8 1 7 7 3 0 6 2 11 7 5 6 8 3 13 8
0 2 4 2 1 2 0 0 8 2 0 0 5 5 0 0 4 5 1 0 0 0 1 2 3 2 3 2 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9
PENILAIAN
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40 35 0 0 0 0 0 0 15 15 0 0
4 16 0 8 12 24 4 24 16 20 4 32 16 0 4 36 12 16 12 32 8 20 8 36 20 8 0 32 4 20 8 12 4
3 36 21 30 12 27 18 30 15 9 18 24 15 33 9 21 18 24 3 21 21 9 0 18 6 33 21 15 18 24 9 39 24
2 0 4 8 4 2 4 0 0 16 4 0 0 10 10 0 0 8 10 2 0 0 0 2 4 6 4 6 4 0 2 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH SKOR NILAI TOTAL
52 25 46 28 53 26 54 31 45 26 56 31 43 23 57 30 48 25 55 29 69 43 56 30 47 25 53 26 59 34 51 28
77 74 79 85 71 87 66 87 73 84 112 86 72 79 93 79
85
No
SOAL Favorabel
17
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
29
30
31
JAWABAN NILAI JUMLAH SS S KS TS STS SOAL 5 4 3 2 5 4 7 0 0 16 25 16 21 0
1 0
JUMLAH SKOR NILAI TOTAL 62
Unfavorabel
5
2
2
0
0
9
25 8
6
0
0
39
Favorabel
3
6
3
4
0
16
15 24 9
8
0
56
Unfavorabel
3
1
1
4
0
9
15 4
3
8
0
30
Favorabel 0 1 9 6 Unfavorabel 0 1 6 2 Favorabel 0 1 10 5 Unfavorabel 0 0 8 1 Favorabel 10 3 2 1 Unfavorabel 6 0 1 2 Favorabel 2 2 8 4 Unfavorabel 0 0 5 4 Favorabel 6 3 7 0 Unfavorabel 5 3 1 0 Favorabel 0 7 9 0 Unfavorabel 0 3 6 0 Favorabel 0 13 3 0 Unfavorabel 0 7 2 0 Favorabel 0 0 11 5 Unfavorabel 0 0 7 2 Favorabel 0 2 4 10 Unfavorabel 0 0 5 4 Favorabel 0 4 7 5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16
0 0 0 0 50 30 10 0 30 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 4 4 0 12 0 8 0 12 12 28 12 52 28 0 0 8 0 16
27 18 30 24 6 3 24 15 21 3 27 18 9 6 33 21 12 15 21
12 4 10 2 2 4 8 8 0 0 0 0 0 0 10 4 20 8 10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
43 26 44 26 70 37 50 23 63 40 55 30 61 34 43 25 40 23 47
Unfavorabel
1
2
5
0
9
5
8
3 10 0
26
Favorabel
2
1 10 3
0
16
10 4 30 6
0
50
Unfavorabel
0
3
4
2
0
9
0 12 12 4
0
28
Favorabel
4
9
3
0
0
16
20 36 9
0
0
65
Unfavorabel
2
7
0
0
0
9
10 28 0
0
0
38
Favorabel
0
1 13 2
0
16
0
4 39 4
0
47
Unfavorabel
0
0
0
9
0
0 27 0
0
27
1
9
0
101
86 69 70 107 73 103 85 95 68 63 73
78
103
74
86
NO 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
JAWABAN NILAI JUMLAH SOAL 5 4 3 2 SS S KS TS STS 1 8 7 0 0 16 5 32 21 0
SOAL Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel
0
2
8 21 0
JUMLAH SKOR 1 NILAI TOTAL 0 58 87 0 29
7
0
0
9
0
3 12 1
0
0
16
15 48 3
0
0
66
3 3 2 1 0 7 6 3 0 6 1 2 0 0 16 0 0 0 9 0 0 12 4 0 0 7 2 0 0 2 6 8 0 0 5 4 9 7 0 0 6 3 0 0 8 7 1 0 6 3 0 0 5 6 5 0 2 3 4 0 0 3 3 10 0 3 2 4 7 3 6 0 6 2 1 0 3 12 1 0 2 6 1 0 0 0 11 5 0 1 6 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9
15 0 0 0 0 0 0 0 0 45 30 40 30 25 10 0 0 35 30 15 10 0 0
2 6 4 0 0 0 0 16 8 0 0 0 0 0 0 20 8 0 0 0 0 10 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 52 31 48 27 60 34 42 23 73 42 71 42 64 34 41 26 65 41 66 37 43 26
12 28 24 0 0 48 28 8 0 28 12 28 12 24 12 12 12 12 8 48 24 0 4
6 18 3 48 27 12 6 18 15 0 0 3 0 15 12 9 6 18 3 3 3 33 18
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi konseling individu di panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang adalah 115, dan nilai terendahnya adalah 63.
101 83 75 94 65 115 113 98 67 106 103 69
87
5.1.3 Data Nilai Angket religiusitas Remaja di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang Setelah angket disebarkan dan dilakukan penskoran, maka hasil jawaban angket tentang religiusitas di panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang, adalah sebagai berikut : Tabel 5.5 Data Hasil Angket Tentang religiusitas Di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8
SOAL Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel
SS 3 0 0 0 3 0 4 0 1 0 0 0 0 0 2 1
JAWABAN JUMLAH PENILAIAN JUMLAH SKOR S KS TS STS SOAL 5 4 3 2 1 NILAI TOTAL 8 5 0 0 16 15 32 15 0 0 62 94 5 4 0 0 9 0 20 12 0 0 32 6 5 5 0 16 0 24 15 10 0 49 73 1 4 4 0 9 0 4 12 8 0 24 3 10 0 0 16 15 12 30 0 0 57 84 0 9 0 0 9 0 0 27 0 0 27 6 6 0 0 16 20 24 18 0 0 62 92 3 6 0 0 9 0 12 18 0 0 30 6 6 3 0 16 5 24 18 6 0 53 77 2 2 5 0 9 0 8 6 10 0 24 12 4 0 0 16 0 48 12 0 0 60 89 3 5 1 0 9 0 12 15 2 0 29 5 7 4 0 16 0 20 21 8 0 49 70 0 3 6 0 9 0 0 9 12 0 21 9 5 0 0 16 10 36 15 0 0 61 92 2 6 0 0 9 5 8 18 0 0 31
88
NO 9 10 11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22
23
24
SOAL Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel
SS 2 0 8 1 3 6 1 0 4 1 0 0 7 0 4 1
JAWABAN NILAI JUMLAH S KS TS STS SOAL 5 4 3 2 4 6 4 0 16 10 16 18 8 3 4 2 0 9 0 12 12 4 4 4 0 0 16 40 16 12 0 2 6 0 0 9 5 8 18 0 10 3 0 0 16 15 40 9 0 1 2 0 0 9 30 4 6 0 7 8 0 0 16 5 28 24 0 1 8 0 0 9 0 4 24 0 6 3 3 0 16 20 24 9 6 3 1 4 0 9 5 12 3 8 6 7 3 0 16 0 24 21 6 2 3 4 0 9 0 8 9 8 5 4 0 0 16 35 20 12 0 7 2 0 0 9 0 28 6 0 4 8 0 0 16 20 16 24 0 2 6 0 0 9 5 8 18 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH SKOR NILAI TOTAL 52 28 68 31 64 40 57 28 59 28 51 25 67 34 60 31
1
6
9
0
0
16
5 24 27 0
0
56
Unfavorabel
0
7
2
0
0
9
0 28 6
0
34
Favorabel
0
2
8
6
0
16
0
8 24 12 0
44
Unfavorabel
0
1
4
4
0
9
0
4 12 8
0
24
Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel Unfavorabel Favorabel
0 0 0 0 7 6
7 1 6 0 8 3
5 3 4 1 1 0
4 5 6 8 0 0
0 0 0 0 0 0
16 9 16 9 16 9
0 0 0 0 35 30
28 4 24 0 32 12
15 9 12 3 3 0
8 10 12 16 0 0
0 0 0 0 0 0
51 23 48 19 70 42
4
6
2
4
0
16
20 24 6
8
0
58
Unfavorabel
2
1
0
6
0
9
10 4
0 12 0
26
4 11 1
0
0
16
20 44 3
0
0
67
Unfavorabel
5
3
0
1
0
9
25 12 0
2
0
39
Favorabel
6
4
6
0
0
16
30 16 18 0
0
64
Unfavorabel
0
2
7
0
0
9
0
0
29
Favorabel
0
8 21 0
80 99 104 85 87 76 101 91 90
68 74 67 112 84
106
93
89
NO 25
26 27 28
29
30
31
32 33 34 35 36 37 38 39
SOAL
JAWABAN JUMLAH SS S KS TS STS SOAL 5
NILAI 4 3 2
1
JUMLAH SKOR NILAI TOTAL
Favorabel
3
7
6
0
0
16
15 28 18 0
0
61
Unfavorabel
1
2
6
0
0
9
5
0
31
Favorabel
2
4
3
7
0
16
10 16 9 14 0
49
Unfavorabel
0
1
0
8
0
9
0
0 16 0
20
Favorabel
0
6
1
9
0
16
0 24 3 18 0
45
Unfavorabel Favorabel
0
2
0
7
0
9
0
22
2
5
9
0
0
16
10 20 27 0
0
57
Unfavorabel
0
2
6
1
0
9
0
8 18 2
0
28
Favorabel
2
3
8
3
0
16
10 12 24 6
0
52
Unfavorabel
0
1
2
6
0
9
0
6 12 0
22
Favorabel
7
5
4
0
0
16
35 20 12 0
0
67
Unfavorabel
6
1
2
0
0
9
30 4
0
0
40
Favorabel
0
5
7
4
0
16
0 20 21 8
0
49
Unfavorabel
0
0
7
2
0
9
0
0 21 4
0
25
Favorabel
4
7
5
0
0
16
20 28 15 0
0
63
Unfavorabel
1
2
6
0
0
9
5
0
31
1 12 0
3
0
16
5 48 0
6
0
59
2 4 6 1 0 0 0 6 6 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9 16 9
0 0 0 30 5 15 5 10 0 50 40 60 45
4 8 12 2 0 0 0 12 12 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 54 24 60 29 62 31 50 22 74 44 75 45
Favorabel
Unfavorabel 0 7 Favorabel 0 10 Unfavorabel 0 3 Favorabel 6 1 Unfavorabel 1 0 Favorabel 3 8 Unfavorabel 1 2 Favorabel 2 4 Unfavorabel 0 1 Favorabel 10 6 Unfavorabel 8 1 Favorabel 12 3 Unfavorabel 9 0
0 2 0 8 8 5 6 4 2 0 0 1 0
8 18 0
4
8
4
0 14 0
6
8 18 0
28 40 12 4 0 32 8 16 4 24 4 12 0
0 6 0 24 24 15 18 12 6 0 0 3 0
92
69 67 85
74
107
74
94 91 78 89 93 72 118 120
90
NO 40 41 42 43 44
SOAL
JAWABAN
JUMLAH
SS S KS TS STS
SOAL
5
4
3
2
1
NILAI
16 9 16 9 16 9 16 9 16 9
40 40 0 0 50 15 30 30 0 0
28 4 12 4 20 24 40 12 16 8
3 0 21 15 3 0 0 0 21 18
0 0 12 6 0 0 0 0 10 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
71 44 45 25 73 39 70 42 47 28
Favorabel 8 7 Unfavorabel 8 1 Favorabel 0 3 Unfavorabel 0 1 Favorabel 10 5 Unfavorabel 3 6 Favorabel 6 10 Unfavorabel 6 3 Favorabel 0 4 Unfavorabel 0 2
1 0 7 5 1 0 0 0 7 6
0 0 6 3 0 0 0 0 5 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
NILAI
JUMLAH SKOR TOTAL
Beradasarkan tabel di atas data nilai angket religiusitas remaja di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang dapat diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 120, dan nilai terendahnya adalah 67. 5.2 Pengujian Hipotesis Analisis ini dimaksudkan untuk mengolah data yang telah terkumpul, baik variabel konseling individu maupun religiusitas yang bertujuan untuk membuktikan diterima atau ditolaknya hipotesis yang diajukan peneliti, yaitu menggunakan analisis regresi satu prediktor. Dalam analisis ini langkahlangkah yang ditempuh adalah sebagai berikut. 5.2.1 Analisis Pendahuluan Analisis pendahuluan ini dimaksudkan untuk mengetahui rata-rata dan kualitas variabel konseling individu dan variabel religiusitas remaja di panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang, serta kualitas masingmasing variabel.
115 70 112 112 75
91
5.2.1.1 Konseling Individu Dari data hasil konseling
individu tersebut, kemudian
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi skor konseling individu dan skor rata-rata (mean). Adapun langkah-langkah untuk membuat distribusi tersebut adalah sebagai berikut: a. Menentukan jangkauan data Xmaksimum = 115 Xminimum
= 63
R = Xmaksimum
- Xminimum
R = 115 – 63
= 52
b. Menentukan banyaknya kelas K = 1 + 3.3 Log 44 K = 1 + 3.3 (1.643452676) K = 1 + 5.423393832 K = 6. 423393832 atau dibulatkan menjadi 7 Sehingga banyaknya kelas adalah 7. c. Menentukan panjang kelas P = R/K = 52/6.423393832 = 8.09 Dari perhitungan di atas, diketahui bahwa interval kelas adalah 7 dan jumlah banyaknya kelas adalah 8, hasil perhitungan ini kemudian dibuat tabel frekunsi skor mentah konseling individu. Tabel. 5.6
92
Distribusi Frekuansi Skor Mean Konseling Individu Interval
X
f
fX
63 – 70
66,5
8
532
71 – 78
74,5
10
745
79 – 86
82,5
9
742,5
87 – 94
90,5
5
452,5
95 – 102
98,5
4
394
103 – 110
106,5
5
532,5
111 – 118
114,5
3
343,5
-
N = 44 ∑fX = 3742
Mean
Σfx N 3742 M = = 44 M =
85,04
Adapun untuk mengetahui kualitas variabel konseling individu di panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang, maka perlu dibuat tabel kualitas variabel konseling individu, sebagai berikut: Tabel 5.7 Tabel Kualitas Konseling Individu Interval
Kriteria
110,3 –118
Sangat Baik
95,3 – 110,1
Baik
82,2 – 88,7
Cukup
76,8 – 82,1
Tidak Baik
63 – 76,5
Kualitas
Cukup
Sangat Tidak Baik
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa mean dari variabel konseling individu adalah sebesar 85,04. Hal ini berarti bahwa konseling individu di panti Pamardhi Putra
93
“Mandiri” Semarang adalah cukup, yaitu berada pada interval kelas 82,2 – 88,7.
5.2.1.2 Religiusitas Dari data hasil religiusitas remaja tersebut, kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi skor religiusitas remaja dan skor rata-rata (mean). Adapun langkah-langkah untuk membuat distribusi tersebut adalah sebagai berikut: a. Menentukan jangkauan data Xmaksimum = 120 Xminimum
= 67
R = Xmaksimum
- Xminimum
R = 120 – 67
= 53
b. Menentukan banyaknya kelas K = 1 + 3.3 Log 44 K = 1 + 3.3 (1.643452676) K = 1 + 5.423393832 K = 6. 423393832 atau dibulatkan menjadi 7 Sehingga banyaknya kelas adalah 7. c. Menentukan panjang kelas P = R/K = 53/6.423393832 = 8.25 Dari perhitungan di atas, diketahui bahwa interval kelas adalah 7 dan jumlah banyaknya kelas adalah 8, hasil perhitungan
94
ini kemudian dibuat tabel frekunsi skor mentah religiusitas remaja. Tabel. 5.8 Distribusi Frekuansi Skor Mean religiusitas Remaja Interval
X
f
fX
67 – 74
70,5
11
775.5
75 – 82
78,5
5
392.5
83 – 90
86,5
8
692
91 – 98
94,5
9
850.5
99 – 106
102,5
4
410
107 – 114
110,5
4
442
115 – 122
118,5
3
355.5
-
N = 44 ∑fX = 3918
Mean
Σfx N 3742 M = = 44
M =
89,04
Adapun untuk mengetahui kualitas variabel religiusitas remaja di panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang, maka perlu dibuat tabel kualitas variabel religiusitas remaja, sebagai berikut:
Tabel 5.9 Tabel Kualitas religiusitas remaja
95
Interval
Kriteria
114,4 –120
Sangat Baik
99,8 – 114,3
Baik
88,2 – 99,7
Cukup
78,6 – 88,1
Tidak Baik
67 – 78,5
Kualitas
Cukup
Sangat Tidak Baik
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa mean dari variabel religiusitas remaja adalah sebesar 89,04. Hal ini berarti bahwa religiusitas remaja di panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang adalah cukup, yaitu berada pada interval kelas 88,2 – 99,7. 5.2.2 Analisis Uji Hipotesis Untuk membuktikan hipotesis tersebut, digunakan analisis regresi adalah sebagai berikut : 5.2.2.1 Mencari Korelasi Antara Kriterium dengan Prediktor Untuk mnecari korelasi antara prediktor X dengan kriterium Y dapat dicari melalui teknik korelasi moment tangkar dengan person, dengan rumus sebagai berikut : rxy =
Σxy (Σx 2 )(Σy 2 )
sebelum mencari nilai r, maka harus mencari nilai-nilai Σxy, Σx 2 dan Σy 2 melalui rumus-rumus sebagai berikut:
96
Σxy = Σxy −
(Σx)(Σy ) N
Σx 2 = Σx 2 −
( Σx ) 2 N
Σy 2 = Σy 2 −
( Σy ) 2 N
Untuk mencari nilai korelasi di atas, maka dibantu dengan tabel koefisien korelasi sebagai berikut: Tabel 5.10 Persiapan Analisis Regresi Konseling individu Dan Religiusitas
No.
X
Y
X2
Y2
XY
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
77 74 79 85 71 87 66 87 73 84 112 86 72 79 93 79
94 73 84 92 77 89 70 92 80 99 104 85 87 76 101 91
5929 5476 6241 7225 5041 7569 4356 7569 5329 7056 12544 7396 5184 6241 8649 6241
8836 5329 7056 8464 5929 7921 4900 8464 6400 9801 10816 7225 7569 5776 10201 8281
7238 5402 6636 7820 5467 7743 4620 8004 5840 8316 11648 7310 6264 6004 9393 7189
No.
X
Y
X2
Y2
XY
17 18
101 86
90 68
10201 7396
8100 4624
9090 5848
97
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
69 70 107 73 103 85 95 68 63 73 78 103 74 87 101 83 75 94 65 115 113 98 67 106 103 69 3728
74 67 112 84 106 93 92 69 67 85 74 107 74 94 91 78 89 93 72 118 120 115 70 112 112 75 3895
4761 4900 11449 5329 10609 7225 9025 4624 3969 5329 6084 10609 5476 7569 10201 6889 5625 8836 4225 13225 12769 9604 4489 11236 10609 4761 325070
Dari tabel kerja tersebut dapat diketahui : ∑x2
= 325070
∑x = 3728
∑y2
= 354599
∑y = 3895
∑xy
= 338307
N
= 44
5476 4489 12544 7056 11236 8649 8464 4761 4489 7225 5476 11449 5476 8836 8281 6084 7921 8649 5184 13924 14400 13225 4900 12544 12544 5625 354599
5106 4690 11984 6132 10918 7905 8740 4692 4221 6205 5772 11021 5476 8178 9191 6474 6675 8742 4680 13570 13560 11270 4690 11872 11536 5175 338307
98
Setelah hasil nilai tersebut diketahui, maka langkah selanjutnya adalah mencari nilai koefisien dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
rxy =
Σxy (Σx 2 )(Σy 2 )
Rumus ini telah diketahui bahwa:
Σx 2 = Σx 2 −
( Σx ) 2 N
Σy 2 = Σy 2 −
( Σy ) 2 N
Σxy = Σxy −
(Σx)(Σy ) N
Untuk mencari hasil masing-masing rumus di atas adalah sebagai berikut: 1)
( Σx ) 2 N (3728) 2 = 325070 − 44 13897984 = 325070 − 44 = 325070 − 315863.27 = 9206.73
Σx 2 = Σx 2 −
99
2) ( Σy ) 2 N (3895) 2 = 354599 − 44 15171025 = 354599 − 44 = 354599 − 344796.02 = 9802.98
Σy 2 = Σy 2 −
3) (Σx)(Σy ) N (3728)(3895) = 338307 − 44 14520560 = 338307 − 44 = 338307 − 330012.73 = 8294.27
Σxy = Σxy −
4)
rxy = = =
Σxy (Σx 2 )(Σy 2 ) 8294.27 (9206.73)(9802.98) 8294.27
90253390 8294.27 = 9500.1784 = 0.8730646 = 0.873 5.2.2.2 Menguji Apakah Korelasi itu Signifikan atau Tidak Dari uji korelasi tersebut dapat diketahui bahwa rxy (hitung) adalah sebesar 0,873, kemudian dikonsultasikan dengan rt (tabel) pada taraf signifikan 1% maupun 5%, jika rxy > rt pada taraf
100
signifikan 5% maupun 1%, maka signifikan, dan hipotesis dapat diterima, untuk mengetahui lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.11 Hasil Korelasi Konseling Individu dan Religiusitas Remaja
N
rxy (hitung)
44
0,873
rt (tabel) 5%
1%
0,297
0,384
Kesimpulan
Signifikan
Di samping dengan mencocokan hasil korelasi dengan rt (tabel), uji signifikan juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji tabel sebagai berikut :
Th = =
rxy n − 2 1 − rxy
2
0,873 44 − 2 1 − 0,8812
5,6641672 0,4859259 = 11,604 =
Karena t hitung 11,604 > t tabel (0,05) pada N = 44 yaitu 2,016, dan 11,604 > t tabel (0,01) pada N = 44, yaitu 2,695, berarti korelasi antara variabel konseling individu (X) dengan religiusitas remaja (Y) adalah signifikan.
101
5.2.3 Mencari Persamaan Garis Regresi Dalam perhitungan analisis regresi yang terpenting adalah mencari persamaan garis regresinya, karena nilai dari persamaan garis regresi nantinya yang akan digunakan untuk melakukan ramalan antara variabel x dengan variabel y. Adapun langkah-langkah yang diperlukan dalam mencari persamaan garis regresi adalah sebagai berikut: Y = aX + K Keterangan : Y = Perkiraan harga y, sehingga variabel yang tergantung pada harga x aX = Perkiraan a dalam regresi linier y pada x k
= Perkiraan b dalam regresi linier y pada x Sebelum dilakukan pengolahan data untuk mencari persamaan
garis regresi, penelitian ini akan terlebih dahulu mengemukakan data skor mentah tentang konseling individu dan religiusitas, yaitu sebagaimana terangkum pada tabel berikut ini : Setelah diketahui data skor mentah dari tabel koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y, maka langkah selanjutnya data tersebut didistribusikan pada persamaan Y = ax + k. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui harga y terlebih dahulu dicari harga x dan k dengan menggunakan rumus: a
=
( N ∑ xy ) − (∑ x × ∑ y ) ( N ∑ x 2 ) − (∑ x ) 2
102
=
(44 × 338307) − (3728 × 3895) (44 × 325070) − (3728) 2
=
14885508 − 14520560 14303080 − 13897984
=
364948 = 0.900892627 405096
Jadi harga a adalah : 0.900892627. Setelah didapat harga a = 0.900892627, kemudian dilanjutkan dengan menghitung harga k, yaitu dengan rumus : k
= y – ax
Keterangan : y = mean dari variabel Y – y =
x
∑y = N
= mean dari variabel X – x =
SD
∑x = N
y
=
∑
y
2
N
3728 = 84.72727273 44
Jadi harga k adalah : k
= 88.5227272 – (0.900892627 x 84.72727273) = 88.5227272 – 76.33017531 = 12.19255189
Dengan demikian persamaan garis regresinya adalah : Y = 0.900892627x + 12.19255189, atau dapat dibulatkan menjadi Y = 0.901x + 12.193. Dari hasil perhitungan di atas diketahui bahwa harga a adalah 0,901 dan harga k adalah 12, 193 maka persamaan garis linier regresinya adalah Y = 0,901x + 12.193.
103
5.2.4 Analisis Varian Garis Regresi Untuk menguji varians garis regresi, maka digunakan analisis regresi bilangan F (uji F) dengan rumus sebagai berikut: Freg =
RK reg RK res
Untuk memudahkan perhitungan bilangan F maka dibuat tabel ringkasan analisis garis regresi: Tabel 5. 13 Ringkasan Analisis Garis Regresi
Sumber variasi Regresi (Reg)
Db 1
Residu (Res)
N-2
Total (T)
N-1
JK aΣxy + kΣy
(Σy ) 2 N
Σy 2 − aΣxy − kΣy Σy 2 −
RK
Freg
JK reg
RK reg
Dbreg
RK res
JK res Dbres
(Σy ) 2 N
Selanjutnya rumus-rumus di atas dapat diaplikasikan ke dalam data yang ada pada tabel kerja yang telah diketahui persamaan garis regresinya Y: 0,901x + 12,193 dan sudah diketahui bahwa:
∑x2
= 325070
∑x = 3728
∑y2
= 354599
∑y = 3895
∑xy
= 338307
a
k
= 12.19255189
N
= 44
= 0.900892627
104
Selanjutnya data-data tersebut didistribusikan ke dalam rumusrumus sebagai berikut : JKreg = a ∑ xy + k ∑ y −
(∑ Y ) 2 N
= 0.900892627 × 338307 + 12.19255189 × 3895 −
3895 2 44
= 304778.282 + 47489.98961 – 344796.0227 = 7472.24891 JKres = ∑y2 – a∑xy – k∑y = 354599 – ( 0.900892627 × 338307 ) – ( 12.19255189 × 3895 ) = 354599 – 304778.282 – 47489.98961 = 2330.72839 RKreg=
RKres= Freg =
Total=
JK reg dbreg
7472.24891 = 7472.24891 1
=
JK res 2330.72839 = = 55.4935331 N −2 42
RK reg RK res
∑y
2
=
−
7472.24891 = 134.6508051 55.4935331
(∑ y ) 2 N
= 354599 −
3895 2 = 9802.977 44
Dari hasil perhitungan tersebut dapat disajikan dalam ringkasan hasil akhir analisis regresi yaitu sebagaimana pada tabel berikut :
105
Tabel 5.14 Ringkasan Hasil Akhir Analisis Regresi
Sumber
db
Jk
Rk
Freg
Regresi
1
7472.249
7472.249
134.651
Residu
42
2330.728
55.494
-
Total
43
9802.977
-
-
Varian
5.3 Analisis Lanjut Analisis lanjut merupakan pengelolaan lebih lanjut dari hasil uji hipotesis. Dalam analisis lanjut akan dibuat semacam interpretasi dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus regresi sederhana yang telah diproses antara variabel X dan variabel Y. Dalam pelaksanaan langkahnya adalah mengkorelasikan hasil perhitungan Freg dengan data tabel F pada taraf signifikan 1% maupun pada taraf signifikan 5%. Jika nilai Freg lebih besar dari taraf signifikan 1% atau pada taraf 5% maka hipotesis penelitian diterima, jika sebaliknya nilai Freg kurang dari taraf signifikan 1% maupun 5% maka hipotesis ditolak Dengan demikian dalam analisis varian garis regresi diperoleh bahwa harga Freg = 134.651, yang apabila harga Freg ini dikonsultasikan dengan tabel F taraf signifikansi 5% = 4.06 maupun 1% = 7.24 pada N = 44 akan diperoleh
106
bahwa : Freg = 134.651 > taraf signifikan 5% maupun 1%, berarti sangat signifikan. Oleh karena itu uji hipotesis ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh konseling konseling individu terhadap religiusitas remaja di Panti Pamardhi Putra ”Mandiri” Semarang. Dengan demikian, semakin aktif dalam mengikuti konseling individu, maka akan semakin meningkat religiusitasnya. Hal ini dapat ditunjukan dari hasil ramalan garis regresi yang diperoleh angka Y = 0.901 x + 12.193. Dengan demikian, hasil ini sekaligus juga membuktikan bahwa untuk meningkatkan religiusitas remaja salah satunya dapat dilakukan upaya meningkatkan intensitas keikutsertaan dalam konseling individu.
5.4 Pembahasan
Nilai keberhasilan pelaksanaan konseling individu yang ada di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang dapat diketahui dari keaktifan anggota dalam mengikuti kegiatan konseling individu. Di sini sudah ada peningkatan dalam mentaati peraturan selama mengikuti konseling individu, hal ini disebabkan karena penerapan pola kedisiplinan oleh para konselor cukup baik. Ketaatan dari dari para klien sangat membantu sekali dalam proses rehabilitasi yang ada di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang. Dengan demikian pelaksanaan konseling
individu dapat digunakan sebagai metode dakwah
dalam meningkatkan religiusitas remaja yang positif.
107
Seorang konselor sangat memperhatikan betul-betul selama proses konseling individu, terbukti dari data yang ada menunjukan bahwa klien sangat senang dalam mengikuti konseling individu, dengan adanya materi dan metode yang diberikan oleh konselor. Klien mudah menerima dan memahami, sehingga klien merasa masalah yang dihadapi mendapat penyelesaian yang positif. Dengan adanya konseling
individu membantu klien dalam
mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya, untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dengan pelaksanaan konseling
individu yang dilakukan oleh para
konselor Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang secara simultan membawa dampak positif terhadap perubahan tingkah laku klien, hal ini dapat dilihat dari rutinitas keseharian klien dalam melakukan ritual keagamaan yang didorong oleh kekuatan supranatural, yang meliputi berbagai macam sisi dimensi, diantaranya : 5.4.1 Dimensi Ideologi atau Keyakinan Pada dimensi ini klien yang berada di Panti Pamardhi Putra “Mandiri”
Semarang
mengalami
peningkatan
dalam
menerima
kebenaran dari ajaran agama Islam, terutama terhadap ajaran-ajaran agama fundamental atau bersifat dogmatik. Diwujudkan dengan bertambah keyakinan terhadap Allah SWT, Malaikat, Nabi atau Rasul, al-Qur'an, Qodho dan Qodar. 5.4.2 Dimensi Ritual
108
Wujud peningkatan yang dilakukan oleh remaja yang berada di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang pada dimensi ini adalah : kesadaran
untuk
mengerjakan kewajiban ritual
agama, seperti
peningkatan dalam melaksanakan shalat fardhu dan shalat sunnah, puasa Ramandhan dan puasa sunnah, zakat, mengaji dan berdo’a. 5.4.3 Dimensi Eksperensial atau Pengalaman Diartikan sebagai perasaan atau pengalaman keagamaan yang pernah dialami, dirasakan dan dilakukan oleh remaja. Wujud dari peningkatan pada dimensi ini meliputi: adanya perasaan dekat dengan Allah, perasaan dicintai, do’a saling dikabulkan, tenteram, bahagia, bergetar hatinya saat mendengar ayat-ayat Allah dan perasaan bersyukur. 5.4.4 Dimensi Konsekwensial Pada dimensi ini remaja mengalami peningkatan yang merujuk pada perilaku yang dimotivasi oleh ajaran agama di dalam kehidupan sosial. Dalam hal ini, ditunjukan melalui peningkatan pada perilaku suka menolong menolong teman, menegakkan kebenaran dan keadilan, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan, mematuhi norma-norma Islam berjuang untuk hidup sukses.
109
5.4.5 Dimensi Intelektual Dimensi ini menunjukan pada tingkatan pengetahuan dan pengalaman individu tentang ajaran agama Islam, sebagaimana yang tertuang dalam nash al-Qur'an dan as-Sunnah. Dalam hal ini diwujudkan dalam peningkatan pengetahuan yang menyangkut tentang isi al-Qur'an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani, hukum Islam dan Sejarah.
Adanya peningkatan dari berbagai dimensi-dimensi tersebut sejalan dengan ajaran Islam yang terkandung dalam al-Qur'an dan as-Sunnah. Menghasilkan kedamaian, keteduhan, keadilan dan saling menghargai. Maka membentuk pribadi remaja yang suka berbuat baik terhadap saudaranya, berbuat baik dengan tetangganya, tidak mengganggu orang lain, berbuat adil dan memberikan keteduhan serta kedamaian terhadap lingkungannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa remaja (klien) dalam menanggapi pelaksanaan konseling individu di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang tergolong responsif dan secara keseluruhan menanggapinya dengan baik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Faqih (2001: 37), individu yang mampu mengetahui, memahami, mengerti dan mengenal dirinya sendiri akan dengan mudah mengembangkan potensi yang dimilikinya sebagai makhluk beragama, sosial, individu, dan berbudaya. Sehingga akan lebih mudah mencegah timbulnya masalah, dan selanjutnya akan membuat individu tersebut bertawakal atau berserah diri kepada Allah SWT.
BAB VI KESIMPULAN DAN PENUTUP
6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah penulis lakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa : 1) Ada pengaruh yang signifikan antara
konseling
individu terhadap
religiusitas remaja di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang. Adanya fungsi terapi serta materi dan metode dalm konseling individu, sehingga klien mudah menerima dan memahami materi yang disampaikan oleh konselor dan permasalah klien menjadi terarasi. Konseling individu sangat efektif diberikan khususnya bagi remaja yang mengalami konflik batin yang terjerumus ke dalam penyalah gunaan narkoba yang pada akhirnya mengalami gangguan jiwa (psikomatik). Setelah mengikuti konseling individu adanya peningkatan religiusitas semakin baik dari pada sebelum mengikuti konseling individu. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan religiusitas remaja dari berbagai sisi dimensi keberagamaaan. Dimensi keberagamaan tersebut sebagai berikut: a)dimensi ideologi diwujudkan dengan bertambahnya keyakina terhadap allah, malaikat, nabi atau rosul, al-qur’an qodo dan qodar. b) dimensi ritual, diwujudkan dengan peningkatan dalam melaksanaan sholat fardhu dan sholat sunnah, puasa romadhan dan puasa sunnah, zakat, mengaji dan berdo’a.
c) dimensi eksperensial, diwujudkan dalam adanya perasaan dekat ayat-ayat allah dan dengan Allah, perasaan dicintai Allah, do’a dikabulkan, tentram, bahagia, bergetar hatinya saat mendengar perasaan bersyukur kepada allah. d) dimensi konsekwensial, diwujudkan dalam adanya peningkatan dalam menolong teman,menegakaka kebenara dan keadilan, berlaku jujur, memaaafkan, menjaga lingkungan, mematuhi norma-norma islam berjuang untuk hidup sukses. e) dimensi intelektual,diwujudkan dalam peningkatan pengetahuan yang menyangkut tentang isi al-qur’an,pokok ajaran yang harus di imani, hokum islam dan sejarah-sejarah tentang islam. Jadi dapat diketahui bahwasanya anak menggunakan narkoba dan jiwanya psikomatik, dengan adanya konseling individu klien merasa bahwasanya sangat membantu dirinya untuk lebih dekat keagamaaannya. 2) Setelah dilakukan analisis uji hipotesis melalui rumus regresi satu predictor, maka dapat diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan antara konseling individu yang dilaksanakan di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang terhadap religiusitas remaja, hal ini ditunjukkan dari nilai korelasi dengan rumus product moment dari person sebesar 0,873 sehingga pada taraf signifikan 5% didapatkan rt adalah 0,297 dan taraf signifikan 1% didapatkan rt adalah 0,384 karena rxy > rt, maka hasilnya signifikan. Hal ini juga dibuktikan dengan persamaan garis regresi diketahui bahwa harga K (konstan) 12,193 dan adalah 0,901. Dengan demikian persamaan garis regresi adalah Y: 0,901x + 12,193.
Sementara itu, dari uji varian garis linier (anova) untuk mencari nilai Freg diketahui nilai sebesar 134,651. Setelah dicocokkan pada tabel F, maka diketahui bahwa Freg > Ft baik pada taraf signifikan 5% yaitu 4,06 dan taraf sifnifikan 1% yaitu 7,24 karena Freg > Ft, maka hipotesis yang diajukan diterima. Artinya ada pengaruh konseling individu terhadap religiusitas remaja di Panti Pamardhi Putra “Mandiri” Semarang. 6.2 Saran-Saran Kehidupan modern menuntut manusia untuk dapat secara maksimal mengembangkan
kemampuan
dan
potensi
yang
dimilikinya
untuk
berpartisipasi aktif dalam kemajuan dan berorientasi penuh pada teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan. Di saat yang sama pula, menurut fitrah keberagamaannya mereka harus menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan, manusia, dan alam semesta. Untuk itu, mereka memerlukan upaya mengarahkan fitrah keberagaman dan kemanusiannya, salah satunya dengan konseling individu. Beberapa saran yang dapat penulis kemukakan di sini adalah sebagai berikut: 1. Kepada lembaga sosial dan konselor : a. Diharapkan agar turut serta mengupayakan secara optimal dalam membantu proses rehabilitasi remaja bermasalah, baik dalam bhakti sosial yang bersifat spiritual maupun sosial kemasyarakatan. b. Membantu klien dalam rangka resosialisasi masyarakat agar mereka tidak merasa rendah diri dan dapat berperilaku positif serta berakhlak karimah.
2. Kepada para klien a. Lebih meningkatkan asas keterbukaan dalam mengungkapkan masalahnya kepada konselor. b. Lebih meningkatkan keefektifan selama proses konseling individu. 3. Pihak Panti Sosial Pamardhi Putra Mandiri Semarang untuk menambah waktu selama kegiatan konseling individu.
6.3 Penutup Puji syukur alhamdulillahirabbil alamin, dengan limpahan rahmat dan hidayah dari Allah SWT, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan pembahasan skripsi ini masih banyak kekurangan, baik dari segi bahasa, gaya penulisan, penyajian, sistematika pembahasan maupun analisisnya, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan pembahasan selanjutnya. Akhirnya dengan memanjatkan do’a mudah-mudahan skripsi ini membawa manfaat bagi pembaca dan diri penulis, selain itu juga mampu memberikan khazanah ilmu pengetahuan yang positif bagi keilmuan Bimbingan Penyuluhan Islam ke depan. Amiin. ----oo0oo----
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufiq, 1989, Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. Ahyani, Abdul Aziz, 1987, Psikologi Agama, Bandung: Sinar Baru. Ansori, Hafi, 1991, Dasar-dasar Ilmu Jiwa Agama, Surabaya: Usaha Nasional. Ancok, Djamaluddin dan Suroso Fuad Nashori, 1994, Islam Solusi Atas Problem Psikologi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Arifin, 1997, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bulan Bintang. Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta. ______________, 1991, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. As-Suyuti, Imam Jalaluddin Abdurrahman, 1990, Al-Jami’ush Shaghir, Jilid II, (Terj) Najih Ahjad, Surabaya: PT. Bina Ilmu. Azwar, Saifuddin, 1998, Metode Penelitian, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Daradjat, Zakiah,, 2003, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan Bintang. ______________, 1974, Problem Remaja di Indonesia, Jakarta, Bulan Bintang. ______________, 1983, Problem Remaja di Indonesia, Jakarta, Bulan Bintang. ______________, 1982, Kesehatan Mental, Jakarta, Gunung Agung. ______________, 1982, Perawatan Jiwa untuk Anak-anak, Jakarta, Bulan Bintang. ______________, 1976, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Jakarta, Bulan Bintang. Departemen Agama RI, 1989, Al-Qur'an dan Terjemahannya, CV. Jaya Bakti Surabaya.
______________, 1995, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: PT. Toha Putra. Departemen P dan K ,1994, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. Dister Nikko, Syukur, 1989, Psikologi Agama, Yogyakarta, Kanisius. Djumhur ,1975, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung, CV. Ilmu. Hadi Sutrisno, 2004, Metodologi Research, Yogyakarta, Andi Offset. ______________, 2001, Analisis Regresi, Yogyakarta, Andi Offset,
Gerungan,W.A, 2000, Psikologi Sosial, Bandung: Refika Aditama. Gunarso, 1995, Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: Agung Mulia. Hawari, Dadang, 1997, Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Prima Yosa. Hurlock, Elizabeth B., 1980, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga. Jalaluddin, 1996, Psikologi Agama, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. Mahmud, Ali Abdul Halim, 2004, Akhlak Mulia, Jakarta: Gema Insani. Nawawi, Hadari, 1995, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, Gaja Mada University Press. Prayitno, Erman Amti, 1999, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, PT. Rineka Cipta. Robetson Roland, 1998, Agama dalam Analisis dan Interpretasi Sosiologis, Jakarta, Rajawali. Sarwono, Sarlito Wirawan, 1994, Psikologi Remaja, Jakarta, Raja Grafindo. Sofyan S. Willis, 2004, Konseling Individual, Bandung, Alfa Beta. Sunarto, 2002, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, Rineka Cipta Thauless, Robert H, 2000, Pengantar Psikologi Agama, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. Walgito, Bimo, 2004, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yogyakarta, Andi Offset.
Wijarnako, Moh, 1997, Hubungan Sikap Religius dengan Rasa Bersalah Akhir yang Beragama Islam, Jurnal Psikologi No. 3 Tahun II Winkel, 2004, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta: Widiasarana. Yusuf, Syamsu, 2003, Psikologi Belajar Agama, Bandung: Bani Quraisy. Zulkifli, 2000, Psikologi Perkembangan Remaja, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.