perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA STRATA UTAMA DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMBUNGMACAN I KABUPATEN SRAGEN
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
TRI KUSUMO G 0008036
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis paru saat ini masih menjadi masalah serius dalam dunia kesehatan masyarakat. Diperkirakan 95 % kasus TB baru dan 95 % kematian akibat TB di dunia, terjadi pada negara-negara berkembang (WHO, 2008). Selain itu, sekitar sepertiga dari penduduk dunia, telah terinfeksi kuman Tuberkulosis (WHO, 2004). WHO dalam Annual Report on Global TB Control 2003 menyatakan terdapat 22 negara yang dikategorikan sebagai “highburden countries” terhadap TBC, termasuk Indonesia (WHO, 2008). Berdasarkan Global Report DR TB tahun 2010, Indonesia adalah Negara dengan beban TB MDR (Multi Drug Resistant) no. 8 di dunia dengan perkiraan kasus baru TB MDR 8900 orang per tahun (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Namun dibalik itu, Indonesia merupakan negara pertama di antara negara-negara dengan beban TB yang tinggi di Wilayah Asia Tenggara yang berhasil mencapai target Global untuk TB pada tahun 2006, yaitu 70 % penemuan kasus baru TB BTA positif dan 85 % kesembuhan. Saat ini peringkat Indonesia telah turun dari urutan ketiga menjadi kelima di antara negara dengan beban TB tertinggi dunia. Meskipun demikian, berbagai tantangan baru yang perlu menjadi perhatian yaitu TB/HIV, TB-MDR, TB pada anak dan masyarakat rentan lainnya. Hal ini memacu pengendalian TB nasional terus melakukan intensifikasi, akselerasi, ekstensifikasi dan inovasi commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
program (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Data tahun 2010 Provinsi Jawa Tengah didapatkan CDR (Case Detection Rate)
Jawa Tengah
adalah
53,27%. Hasil ini masih jauh dari target nasional yaitu 70 % (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2011). Visi Indonesia sehat 2010 yang telah ditetapkan Departemen Kesehatan merupakan visi yang ideal tentang gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yaitu: kehidupan rakyat Indonesia yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Depkes RI, 2009). Departemen Kesehatan pada tahun 2009 memperkenalkan program peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), mengacu pada paradigma sehat, dengan pendekatan strategi advokasi, bina suasana dan gerakan atau pemberdayaan masyarakat. PHBS dilakukan dengan melalui 5 tatanan, yakni tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, institusi kesehatan, tempat umum dan tempat kerja. Kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah pengkajian pada tatanan rumah tangga. Mengingat rumah tangga adalah unit terkecil dalam menjalankan fungsi-fungsi bagi anggota keluarga, maka keberhasilan pelaksanaan program PHBS di tatanan rumah tangga menjadi barometer bagi keberhasilan pelaksanaan program PHBS di tatanantatanan yang lain (Depkes RI, 2009). PHBS tatanan rumah tangga, telah dibagi menjadi 4 strata, yaitu strata pratama, madya, utama dan commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
paripurna(Dinkes Kota Surakarta, 2010). Pada database kesehatan per kabupaten Depkes RI (2009) didapatkan bahwa Sragen memilki cakupan rumah tangga ber PHBS terendah (72,67 %) dibanding Kota Surakarta dan Klaten yang masing-masing 75,95 % dan 76,47 %. Tingginya angka kejadian kasus Tuberkulosis paru sebenarnya dapat diidentifikasi dari beberapa hal, dari mulai proses pencarian suspek hingga pencapaian kesembuhan pasien TB. Pencegahan terjadinya penyakit TB juga menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Kebiasan dan pola hidup yang nantinya juga akan berefek terhadap kesehatan lingkungan ternyata juga sangat mempengaruhi seseorang dapat mudah terjangkit penyakit ini. Hasil analisis dengan uji Chi Square
dengan tingkat kepercayaan 95 %
menunjukkan hubungan yang bermakna antara luas ventilasi rumah, kelembaban rumah, pencahayaan rumah dan kepadatan hunian rumah dengan kejadian tuberkulosis, sedangkan variabel suhu rumah tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian TB paru (Nurhidayah et.al, 2007; Tobing, 2009). Wilayah Kerja Puskesmas Sambungmacan I dengan jumlah penduduk yaitu sebesar 23.943 penduduk telah diperiksa sampai bulan Februari 2011 sebanyak 207 suspek TB dan didapatkan CDR sebesar 54,6 % dengan penemuan kasus baru BTA (+) sebanyak 14 orang dewasa, 1 orang kasus BTA dengan rongten (+) dan 2 orang TB anak (DKK Sragen, 2011). Wilayah Puskesmas Sambungmacan I terdiri dari 5 desa, yaitu Desa Sambungmacan, Bedoro, Cemang, Plumbon dan Karanganyar. Hasil pemetaan PHBS tatanan commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rumah tangga tahun 2011 untuk Wilayah Puskesmas Sambungmacan I, didapatkan sebanyak 173 rumah tangga dalam strata utama dan 37 rumah tangga masuk dalam strata madya. Hasil ini didapatkan dengan melakukan pemeriksaan PHBS pada 42 rumah tangga di setiap desa yang dipilih secara acak (Puskesmas Sambungmacan I, 2011). Berdasarkan hal-hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan
PHBS tatanan rumah tangga strata utama dengan
kejadian
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sambungmacan I Kabupaten Sragen B. Perumusan Masalah Apakah ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga strata utama dengan kejadian Tuberkulosis paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sambungmacan I Kabupaten Sragen? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga strata utama dengan kejadian Tuberkulosis paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sambungmacan I Kabupaten Sragen, Jawa Tengah 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat PHBS pasien Tuberkulosis paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sambungmacan I Kabupaten Sragen, Jawa tengah commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Untuk mengetahui angka kejadian Tuberkulosis paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sambungmacan I Kabupaten Sragen Jawa, Tengah D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat untuk menambah khasanah kepustakaan tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga strata utama dengan kejadian tuberkulosis paru. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pelaksanaan Program Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam mendukung keberhasilan
program
penanggulangan
tuberkulosis
paru
di
masyarakat. b. Bagi Penyusunan Kebijakan Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan, promosi kesehatan, evaluasi program, dan upaya peningkatan pelayanan kesehatan, khususnya penanggulangan tuberkulosis paru melalui peningkatan PHBS masyarakat. c. Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk digunakan dalam pengembangan penelitian lain yang lebih spesifik terkait dengan PHBS dan tuberkulosis paru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) a. Pengertian Perilaku dalam teori Benjamin Bloom seorang psikolog di bidang pendidikan, membedakan adanya tiga bidang perilaku, yakni kognitif,afektif,
dan
psikomotor.
Kemudian
dalam
perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom menjadi tiga tingkat: 1) Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia sama dengan atau hasil tahu seorang terhadap objek yang dimilikinya 2) Sikap (Attitude) Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. 3) Tindakan atau praktik (Practice) Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki (Albarracin, 2005) commit to user
6
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana
(social
support)
dan
pemberdayaan
masyarakat
(empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan menerapkan
mengetahui masalahnya sendiri, agar dapat
cara-cara hidup
sehat
dalam
rangka menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya(Depkes, 2009) b. Tujuan dan Sasaran Promosi Kesehatan bagi Individu dan Keluarga 1) Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran, baik langsung maupun media masa 2) Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya 3) Mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS), menuju keluarga atau rumah tangga sehat 4) Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader kesehatan bagi keluarga 5) Berperan aktif dalam upaya/kegiatan kesehatan
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Sasaran Intervensi dalam Tatanan Rumah Tangga Sasaran PHBS rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan dan terbagi dalam: 1) Sasaran primer Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang bermasalah) 2) Sasaran sekunder Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh keluarga, kader, tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait, PKK. 3) Sasaran tersier Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala puskesmas, guru, tokoh masyarakat dan lain-lain (Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan, 2006).
d. Manajemen PHBS Promosi
kesehatan
dan
PHBS
di
kabupaten/kota
di
koordinasikan melalui tiga sentra, yaitu Puskesmas, Rumah Sakit dan commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas merupakan pusat kegiatan promosi kesehatan dan PHBS di tingkat kecamatan dengan sasaran baik individu yang datang ke Puskesmas maupun keluarga dan masyarakat
di
Wilayah
Puskesmas.
Rumah
sakit
bertugas
melaksanakan promosi kesehatan dan PHBS kepada individu dan keluarga
yang
datang
ke
Rumah
Sakit.
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota melaksanakan promosi kesehatan untuk mendukung promosi kesehatan dan PHBS yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit serta pelayanan kesehatan lainnya yang ada di kabupaten/kota. Penanggung jawab dari semua kegiatan promosi kesehatan
dan
PHBS
di
daerah
adalah
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus dapat mengkoordinasikan dan menyusun kegiatan promosi kesehatan dan PHBS di wilayah nya dengan melibatkan sarana-sarana kesehatan yang ada di kabupaten/kota tesebut. Program PHBS secara operasional dilaksanakan di Puskesmas oleh petugas promosi kesehatan Puskesmas dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait dengan sasaran semua keluarga yang ada di wilayah Puskesmas. Manajemen penerapan
PHBS di Puskesmas
fungsi-fungsi
manajemen
dilaksanakan
secara
sederhana
melalui untuk
memudahkan petugas promosi kesehatan atau petugas lintas program di Puskesmas dalam pelaksanakan program PHBS di Puskesmas. commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Manajemen PHBS di Puskesmas dilaksanakan melalui empat fungsi tahapan manajemen sesuai kerangka konsep yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, penggerakan dan pelaksanakaan serta pemantauan dan penilaian (Dinkes Provinsi Sulawesi selatan, 2006). e. Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga Indikator PHBS tatanan rumah tangga adalah suatu alat ukur atau merupakan suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di rumah tangga. Indikator PHBS tatanan rumah tangga diarahkan pada aspek program prioritas yaitu KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), Gizi, Kesehatan lingkungan, gaya hidup dan upaya kesehatan masyarakat. Indikator PHBS tatanan rumah tangga yang digunakan di Jawa Tengah terdapat 16 variabel, yang terdiri dari 10 indikator nasional dan 6 indikator lokal Jawa Tengah. 1) Indikator Nasional, yaitu: a) Bagi ibu hamil apakah pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga/petugas kesehatan b) Bagi rumah tangga yang memiliki bayi,apakah bayinya mendapat ASI Eksklusif selama usia 0 sampai 6 bulan c) Anggota rumah
tangga mengkonsumsi beranekaragam
makanan dalam jumlah cukup untuk mencapai gizi seimbang d) Anggota rumah tangga menggunakan/memanfaatkan air bersih
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Anggota rumah tangga menggunakan jamban sehat f)
Anggota rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 m persegi per orang
g) Anggota rumah tangga menggunakan lantai rumah kedap air h) Anggota rumah tangga melakukan aktifitas fisik/olahraga i)
Anggota rumah tangga tidak merokok
j)
Anggota rumah tangga menjadi peserta JPK ( Jaminan Pemeliharaan Kesehatan)
2) Indikator lokal Jawa Tengah, yaitu: a) Penimbangan balita b) Anggota rumah tangga membuang sampah pada tempat yang semestinya c) Anggota rumah tangga terbiasa mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB d) Anggota rumah tangga menggosok gigi minimal 2 kali sehari e) Anggota rumah tangga tidak minum miras dan tidak menyalahgunakan NARKOBA f)
Anggota rumah tangga melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) minimal seminggu sekali (Dinkes Kota Surakarta, 2010)
f. Strata dalam PHBS Tatanan Rumah Tangga Terdapat 4 strata dalam mengidentifikasi hasil PHBS Rumah Tangga (Dinkes Kota Surakarta, 2010): commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Sehat Pratama : apabila nilainya yang ada anatara 0 - 5 2) Sehat Madya
: apabila nilainya yang ada antara 6 - 10
3) Sehat Utama
: apabila nilainya yang ada antara 11 - 15
4) Sehat Paripurna : apabila nilainya adalah 16 2. Tuberkulosis a.
Definisi Tuberkulosis
adalah
penyakit
menular
langsung
yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes, 2008). b. Mycobacterium tuberculosis 1) Bentuk Mycobacterium tuberculosisberbentuk batang lurus atau agak bengkok dengan ukuran 0,2 – 0,4 x 1-4 um. Pewarnaan ZiehlNeelsen dipergunakan untuk identifikasi bakteri tahan asam. 2) Penanaman Kuman ini tumbuh lambat, koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu bahkan kadang-kadang setelah 6 - 8 minggu. Suhu optimum 37 derajat Celcius, tidak tumbuh pada suhu kurang dari 25 derajat Celcius atau lebih 40 derajat Celcius. Medium padat yang bisasa dipergunakan adalah Lowenstein-Jensen. PH optimum 6,4 - 7,0 commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Sifat-sifat Mycobacterium tuberculosis tidak tahan panas, akan mati pada 6
C selama 15 - 20 menit. Biakan dapat mati jika terkena
sinar matahari langsung selama 2 jam. Dalam dahak dapat bertahan 20 - 30 jam. Basil yang berada dalam percikan batuk dapat bertahan hidup 8 - 10 hari. Biakan basil ini dalam suhu kamar dapat hidup 68 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20 Celcius selama 2 tahun. Bakteri ini tahan terhadap berbagai khemikalia dan desinfektan antara lain phenol 5 %, asam sulfat 15 %, asam sitrat 3 % dan NaOH 4 % (Arifin, 1990). c.
Gejala dan Tanda Klinis Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 23 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari satu bulan. Setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dengan gejala tersebut di atas, dianggap sebagai tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Depkes, 2008).
d. Cara Penularan Penularan tuberkulosis dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam paru-paru penderita, commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persebaran kuman tersebut diudara melalui dahak berupa droplet. Penderita TB paru yang mengandung banyak sekali kuman dapat terlihat
langsung
dengan
mikroskop
pada
pemeriksaan
dahaknya(Penderita BTA positif) adalah sangat menular. Penderita TB Paru BTA positif mengeluarkan kuman-kuman ke udara dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada waktu batuk atau bersin. Droplet yang sangat kecil ini mengering dengan cepat dan menjadi droplet yang mengandung kuman tuberkulosis, dan dapat bertahan di udara selama beberapa jam. Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhirup oleh orang lain. Jika kuman tersebut sudah menetap dalam paru dari orang yang menghirupnya, maka kuman mulai membelah diri (berkembang biak) dan terjadilah infeksi dari satu orang ke orang lain (Tjandra, 1994). Depkes dalam Buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
tahun
2008
menjelaskan
cara-cara
penularan
Tuberkulosis paru, antara lain adalah: 1) Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif 2) Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan 3) Umumnya penularan terjadi dalam ruangan di mana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab 4) Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut 5) Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut e.
Faktor Risiko Banyak sekali faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang terjangkit Tuberkulosis Paru. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2009) menyebutkan bahwa berdasarkan uji bivariat, menunjukkan ada 8 variabel yang memiliki hubungan secara signifikan dengan kejadian Tuberkulosis Paru yaitu sikap (p = 0,00), kepadatan hunian (p = 0,00), ventilasi (p = 0,00), pencahayaan (p = 0,00), pendidikan (p = 0,00), pengetahuan (p = 0,00). Pembinaan petugas (p = 0,00), dukungan keluarga (p = 0,00) dengan potensi penularan TB paru. Namun variabel yang tidak memiliki hubungan signifikan adalah jenis lantai rumah (p = 0,12). Berikut adalah bagan faktor risiko kejadian TB yang dikeluarkan oleh Depkes (2008)
commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 1. Faktor Risiko Kejadian TB
f.
Alur Diagnosis Depkes (2008) mengeluarkan pedoman diagnosis TB paru sebagai berikut: 1) Semua suspek TB diperiksa spesimen dahak dalam waktu 2 hari , yaitu sewaktu-pagi-sewaktu 2) Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB(BTA). Pada program TB nasional, penemuan
BTA
melalui pemeriksaan
dahak mikroskopis
merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Tidak
dibenarkan
mendiagnosis
TB
hanya
berdasarkan
pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. 4) Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit 5) Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2. Alur Diagnosis TB Paru
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Kerangka Pemikiran PHBS
RUMAH TANGGA
1. 2. 3. 4.
SARANA KESEHATAN
SEKOLAH
Sehat pratama Sehat madya Sehat utama Sehat paripurna
TEMPAT KERJA
Sehat Utama
Faktor Perilaku
Pengetahuan
TEMPAT UMUM
Sikap
Faktor Non Perilaku
Tindakan
Genetik
TB
Keterangan : = yang diteliti = yang tidak diteliti
commit to user
Lingkungan
Yankes
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Hipotesis H1 : Terdapat hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tatanan rumah tangga strata utama dengan kejadian Tuberkulosis paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sambung macan I H0
: Tidak terdapat hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tatanan rumah tangga strata utama dengan kejadian Tuberkulosis paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sambung macan I
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik cross sectional untuk mengetahui hubungan kausalitas antara penyakit dan faktor risiko. Jenis penelitian ini diambil karena memiliki keuntungan antara lain adalah secara teknis lebih mudah dilakukan, ekonomis dan untuk pengambilan datanya menggunakan data sewaktu. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Sambungmacan I Kabupaten Sragen. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2011. C. Subjek Penelitian 1.
Populasi Populasi penelitian adalah semua penduduk yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Sambungmacan I.
2. Sampel Sampel penelitian ini adalah warga yang bertempat tinggal di wilayah Kerja Puskesmas Sambungmacan I yang berjumlah 70 orang yang masuk dalam kriteria inklusi serta eksklusi.
commit to user
21
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Teknik Sampling 1.
Teknik sampling Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling yaitu metode mencuplik sampel secara acak di mana masing-masing subjek atau unit dari populasi memiliki peluang sama dan independen untuk terpilih ke dalam sampel (Murti, 2010).
2.
Besar sampel Besar sampel yang diperlukan untuk rancangan penelitian cross sectional ditentukan dengan rumus:
เ
1
/2. .
Dengan: p
: perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti atau paparan pada populasi (10 %)
q
: 1–p
Zα
: statistik Z (Z = 1,96; α = 0,10)
d
: presisi absolute yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi
populasi, misalnya +/- 5 % (Taufiqurrohman, 2009) maka dari rumus tersebut didapatkan: เ
1,96 . 0,1 0,9 0,1user commit to
34,5
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jadi, besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah minimal sebanyak 35 sampel.Namun, karena pertimbangan waktu dan biaya, akhirnya penulis menambah sampel menjadi 70 agar sampel yang diteliti lebih representatif. 3.
Kriteria inklusi a.
Warga masyarakat yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Sambungmacan I
b. Pernah didiagnosis dan mendapatkan pengobatan TB 4.
Kriteria eksklusi a.
Pindah dari lokasi penelitian
E. Rancangan Penelitian
Populasi Simple Random Sampling
Sampel (n=70)
PHBS RUMAH TANGGA
PRATAMA
TB (+)
TB (-)
MADYA
TB (+)
UTAMA
TB (-)
TB (+)
UJI CHI SQUARE HASIL
commit to user
TB (-)
PARIPURNA
TB (+)
TB (-)
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Identifikasi Variabel Penelitian 1.
Variabel bebas
: PHBS tatanan rumah tangga strata utama
2.
Variabel terikat
: Kejadian Tuberkulosis paru
3.
Variabel perancu
:
a.
Kesehatan lingkungan sekitar
b.
Sikap dan perilaku responden
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1.
PHBS Tatanan Rumah Tangga Strata Utama PHBS rumah tangga adalah suatu penilaian perilaku sehat keluarga berdasarkan 16 indikator PHBS rumah tangga. Dikategorikan ke dalam strata utama apabila skor penilaian PHBS adalah 11-15. Secara operasional diukur dengan kuesioner PHBS rumah tangga melalui interview terhadap sampel. Skala pengukuran : nominal.
2.
Kejadian Tuberkulosis Paru Kejadian tuberkulosis paru adalah jumlah penemuan kasus terdiagnosis Tuberkulosis paru. Secara operasional diukur berdasarkan data sekunder prevalensi TB Paru tahun 2010-2011 Puskesmas Sambungmacan I Kabupaten Sragen. Skala pengukuran : nominal
H. Instrumentasi Penelitian 1.
Kuesioner Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner baku PHBS yang digunakan sebagai pedoman pertanyaan PHBS tatanan commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rumah tangga Kota Surakarta tahun 2010 yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2. Data jumlah keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Sambungmacan I Kabupaten Sragen 3. Data sekunder prevalensi TB Paru tahun 2010-2011 Puskesmas Sambungmacan I Kabupaten Sragen I.
Cara Kerja 1.
Peneliti menetapkan 70 sampel dari jumlah keluarga yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Sambungmacan I dengan menggunakan fungsi = RAND pada lembar kerja Excell komputer (Setya dan Hadlari, 2008). Selanjutnya mengambil 70 orang teratas.
2.
Penulis dibantu dengan seorang staf
Puskesmas dan warga yang
bersedia, mencari setiap alamat sampel satu persatu 3.
Penelitian dimulai dengan pengisian biodata dan ketersediaan menjadi responden
4.
Penilaian PHBS dilakukan dengan cara interview langsung pihak keluarga yang ada di rumah tersebut
5.
Memasukkan data penilaian PHBS yang sudah dibagi menjadi 4 strata
6.
Membagi data PHBS menjadi data strata utama dan non utama
7.
Pengolahan data.
J. Teknik analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik non parametrik Chi Square menggunakan SPSS 17.0 for Window untuk commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengetahui hubungan PHBS tatanan rumah tangga strata utama dengan kejadian tuberkulosis paru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Wilaya Kerja Puskesmas Sambungmacan I Kabupaten Sragen pada bulan Agustus hingga September 2011.Seperti yang telah tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sragen nomor 14 tahun 2008, bahwa wilayah kerja untuk Puskesmas Sambung macan I meliputi 5 desa, yaitu Desa Sambungmacan, Cemang, Plumbon, Karanganyar dan Bedoro.Peneliti menggunakan 70 sampel yang sudah ditentukan sebelumnya. Pengambilan data dilakukan secara observational analitic cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode wawancara untuk pendataan PHBS tatanan rumah tangga. Selanjutnya, 70 sampel yang sudah dilakukan penelitian dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu kelompok sampel yang sudah pernah didiagnosis
penyakit
TB
dan
mendapatkan
pengobatan
di
Puskesmas
Sambungmacan I {TB(+)} dan sampel yang belum pernah didiagnosis TB serta pengobatan di Puskesmas Sambungmacan I {TB (-)}. Adapun distribusi sampel berdasarkan identifikasi dapat dilihat pada tabel – tabel berikut ini : Tabel 1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin TB (+) % TB (-)
%
Total
Laki- Laki
12
54,55
24
50,00
36
Perempuan
10
45,45
24
50,00
34
Total
22
100
48
100
70
Sumber: Data primer, September 2011 commit to user
27
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa distribusi menurut jenis kelamin sampel terbanyak untuk kelompok TB (+) adalah laki-laki dengan jumlah 12 orang (54,45%) sedangkan perempuan 10 orang (45,45 %). Kemudian untuk kelompok TB(-), didapatkan distribusi yang sama antara laki-laki dan perempuan yaitu dengan jumlah 24 orang (50,00 %). Memang tidak ditemukan penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan Kejadian TB Paru. Data ini disajikan hanya untuk mengetahui distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin. Tabel 2 Distribusi Sampel BerdasarkanUmur Umur TB (+) %
TB (-)
%
Total
20 – 30
2
9,09
12
25,00
14
31 – 40
9
40,91
13
27,08
22
41 – 50
6
27,27
8
16,67
14
> 50
5
22,73
15
31,25
20
Total
22
100,00
48
100,00
70
Sumber: Data primer, September 2011 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa distribusi umur sampel kelompok TB (+) yang tertinggi pada kelompok
umur 31- 40 tahun, yaitu sebanyak 9 orang
(40,91%) kemudian diikuti olehkelompok umur 41 - 50 tahun berjumlah 6 orang (27,27 %), umur lebih 50 tahun ada 5 orang (22,73 %) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 20 - 30 tahun yaitu sebanyak 2 orang (9,09 %). Distribusi umur sampel TB (-) yang tertinggi pada kelompok umur lebih 50 tahun sebanyak 15 orang (31,25 %) diikuti kelompok umur 31 - 40 tahun berjumlah 13 orang user (27,08 %), 20 - 30 tahun ada 12commit orangto(25 %) dan yang paling rendah pada
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelompok umur 41 - 50 tahun sebanyak 8 orang (16,67 %). Data ini sesuai dengan pernyataan Depkes RI (2008), bahwa sekitar 75 % pasien TB Paru adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15 - 50 tahun) Tabel 3 Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan TB (+) %
TB (-)
%
Total
PNS
1
4,55
5
10,42
6
Petani
6
27,27
10
20,83
16
Swasta
2
9,09
4
8,33
6
Wiraswasta
1
4,55
6
12,50
7
7
31,82
8
16,67
15
IRT
4
18,18
9
18,75
13
Pengangguran
1
4,55
6
12,50
7
Total
22
100,00
48
100,00
70
Pengrajin Batu Bata
Sumber: Data primer, September 2011 Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa distribusi pekerjaan sampel kelompok TB (+) tertinggi adalah pengrajin batu bata berjumlah 7 orang (31,82 %) selanjutnya petani 6 orang (27,27 %), Ibu Rumah Tangga 4 orang (18,18 %), swasta 2 orang (9,09 %), dan yang paling rendah adalah PNS, wiraswasta dan pengangguran dengan jumlah yang sama yaitu 1 orang (4,55 %). Kemudian kelompok TB (-) distribusi pekerjaan tertinggi adalah petani berjumlah 10 orang (20,83 %), selanjutnya Ibu Rumah Tangga 9 orang (18,75 %), pengrajin batu bata 8 orang (16,67 %), wiraswasta dan pengangguran dengan jumlah yang sama yaitu 6 orang (12,50 %), PNS 5 orang dan distribusi pekerjaan terendah adalah swasta to user berjumlah 4 orang (8,33 %). Jeniscommit pekerjaan bisa menggambarkan kondisi sosial
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan ekonomi dari responden. Menurut Depkes RI (2008), penyebab utama meningkatnya beban masalah Tuberkulosis salah satunya adalah kondisi sosial ekonomi yang menurun pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negaranegara berkembang sehingga dapat menimbulkan dampak yang buruk kepada lingkungannya. Dari lingkungan yang buruk ini anggota keluarga akan lebih mudah terserang penyakit ini. Tabel 4 Distribusi Sampel berdasarkan PHBS dengan Strata Utama dan Tidak Strata Utama Strata PHBS TB (+) % TB (-) % Total Utama
2
9,09
18
37,50
20
Tidak Utama
20
90,90
30
62,50
50
Total
22
100
48
100
70
Sumber: Data primer, September 2011 Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa distribusi data PHBS kelompok TB (+) yang masuk dalam strata utama adalah 2 orang (9,09 %) dan tidak utama ada 18 orang (90,90 %). Kemudian distribusi data PHBS kelompok TB (-) ada 18 orang (37,50 %) masuk dalam kategori strata utama dan 30 orang (62,50 %) masuk strata tidak utama. Data ini sesuai dengan hasil penelitian Nurhidayah et.al (2007) dan Tobing (2009), bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara luas ventilasi rumah, kelembaban rumah, pencahayaan rumah dan kepadatan hunian rumah
(termasuk dalam 16 indikator PHBS) dengan kejadian tuberkulosis,
sedangkan variabel suhu rumah tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian TB paru. commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data hasil penellitian selanjutnya diuji secara statistik dengan uji ChiSquare menggunakan software SPSS 17.0 for Windows. Tabel 5 Hubungan PHBS Tatanan Rumah Tangga Strata Utama Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru TB Strata OR 95%-CI p value TB (+) TB(-) Utama
2
18
Non Utama
20
30
Total
22
48
1.2536.000
0.015 28.742
Sumber: Data primer, September 2011 Dari analisis statistik dapat ditunjukkan bahwa ada hubungan tingkat PHBS Tatanan Rumah Tangga dengan kejadian TB paru (p = 0,01). Risiko responden yang termasuk strata non utama untuk terjangkit TB sebesar 6 kali lebih besar dibandingkan responden yang termasuk dalam PHBS strata utama (OR = 6.000).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam tatanan rumah tangga strata utama dengan kejadian Tuberkulosis paru, didapatkan sebanyak 2 orang (9,09 %) kelompok sampel TB (+) masuk dalam strata utama dan 18 orang (90,90 %) sisanya tidak masuk dalam strata utama. Kemudian kelompok sampel TB (-) didapatkan 18 orang (37,50 %) masuk strata utama dan 30orang (62,50 %) tidak masuk dalam strata utama. Dari keseluruhan responden yang diteliti, terdapat 20 orang (28,57%) masuk dalam strata utama dan 50 orang (71,40 %) tidak masuk dalam strata utama PHBS. Terdapat catatan bahwa 50 orang yang tidak masuk dalam strata utama adalah responden yang masuk dalam strata pratama dan madya. Dari hasil penelitian ini didapatkan gambaran umum mengenai tingkat PHBS masyarakat yang berada di Wilayah Puskesmas Sambungmacan cukup rendah yaitu cakupan strata utama dan paripurna di bawah 65 % (Dinkes Kota Surakarta, 2010) Kuesioner PHBS baku yang digunakan sebagai pedoman dalam penilaian PHBS pada responden penelitian ini memiliki 5 program prioritas yang ingin dicapai yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup dan Dana Sehat/Asuransi/JPKM. Jadi melalui penilaian PHBS kepada responden, secara tidak langsung bisa didapatkan gambaran umum responden mengenai status gizi, kesehatan lingkungan dan gaya hidup. Pada commit to user
32
pelaksanaan penilaian PHBS
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
terhadap responden, peneliti juga melakukan observasi secara langsung, sehingga didapatkan data yang sesuai dengan kondisi lingkungan keluarga responden. Hasil penilaian data secara statistik didapatkan bahwa kedua variabel penelitian yang dilakukan memiliki hubungan yang signifikan (OR = 6.000;95 % - CI = 1.253 - 28.742;p value = 0.01). Hasil ini sesuai dengan penelitian Fletcher, bahwa tuberkulosis terutama banyak terjadi di populasi yang mengalami stres, gizi jelek, penuh sesak, ventilasi rumah yang tidak bersih serta perawatan yang tidak cukup dan perpindahan tempat. Selain itu, genetik ternyata memiliki peran kecil, namun faktor-faktor lingkungan berperan besar pada insidensi kejadian tuberculosis. Lingkungan rumah menjadi salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya (Notoatmodjo, 2003). Lingkungan rumah sehat yang dimaksudkan di sini adalah rumah yang bisa dinilai dari ventilasi, suhu, kelembaban, lantai, dinding serta lingkungan sosial yaitu kepadatan penduduk (Walton, 1991). Gizi buruk juga menjadi salah satu faktor penyebab status kesehatan seseorang menurun. Status gizi ini juga bisa dinilai dari salah satu komponen dalam PHBS, yaitu dengan cara menanyakan apakah makanan yang dikonsumsi sehari-hari sudah dapat dikategorikan makanan yang bergizi. Cara ini termasuk pemeriksaan status gizi secara tidak langsung, walaupun pemeriksaan Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih efektif dan lebih baik. Hasil penelitian Suprapto (2006) menyatakan bahwa, sebagian besar penderita tuberkulosis terdapat pada kelompok masyarakat dengan status gizi kurang. Ditambah lagi penelitian
oleh Etjang
(1991) menyatakan bahwa menyebarnya penyakit tuberkulosis disebabkan oleh commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adanya sumber penularan (penderita) dan adanya orang-orang yang rentan dalam masyarakat. Kerentanan akan tuberkulosis ini terjadi karena daya tahan yang buruk, terlalu lelah dan cara hidup yang tidak teratur. Dengan kata lain gizi yang buruk akan menyebabkan daya tahan tubuh seseorang menjadi rendah sehingga rentan terhadap penularan penyakit. Perilaku atau sikap hidup seseorang juga menjadi faktor yang penting sebagai penyebab tejangkitnya penyakit tuberkulosis.Penelitian Tobing (2009) berdasarkan uji bivariat didapatkan 8 variabel yang memiliki hubungan secara signifikan yaitu salah satunya adalah sikap (p = 0,00). Dalam kuesioner baku PHBS, termasuk dalam perilaku atau sikap adalah aktifitas fisik, merokok, cuci tangan, kesehatan gigi dan mulut dan minum- minuman keras (MIRAS). Pada penelitian Soejadi (2007) didapatkan hasil bahwa kebiasaan merokok memiliki pengaruh terhadap kasus tuberkulosis dengan nilai p = 0,02. Dari penelitian dan teori – teori yang didapatkan, ditemukan beberapa kekurangan dalam penelitian ini yaitu , masih belum mampu menunjukkan pengaruh per indikator dalam PHBS, sampel yang digunakan masih belum mampu merepresentasikan populasi dan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan masih cukup luas, sehingga menyebabkan banyaknya faktor – faktor perancu yang mempengaruhi hasil penelitian. Sehingga perlu adanya penelitian lanjutan guna memperbaiki kekurang – kekurangan tersebut. Namun hasil penelitian ini memiliki kesesuaian dengan penelitian dan teori-teori yang yang didapatkan. commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa perilaku, KIA, kesehatan lingkungan dan status gizi (dalam kuesioner PHBS) yang dapat dikendalikan secara baik, mampu memberikan efek proteksi yang baik bagi seseorang untuk menghindarkan dirinya beserta orang-orang sekitarnya agar terhindar dari infeksi Mycobacterium Tuberculosis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara strata Utama PHBS dengan kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Sambungmacan I Kabupaten Sragen (p value = 0.01) 2. Risiko responden untuk terjangkit TB sebesar 6 kali lebih besar dibandingkan responden yang termasuk dalam PHBS strata utama (OR = 6.000) 3. Penilaian
dan penyuluhan PHBS
dapat dijadikan sebagai alat untuk
mencegah terjadinya penyakit tuberkulosis melalui perbaikan KIA, status gizi, kesehatan lingkungan dan perubahan gaya hidup yang lebih baik.
B. Saran 1. Bagi Masyarakat Sebaiknya dapat ikut berperan aktif dalam mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga penyebaran penyakit TB dapat ditekan. 2. Bagi Dinas Kesehatan Diharapkan dapat lebih mendorong setiap Puskesmas untuk meningkatkan kegiatan promosi kesehatan PHBS guna menunjang upaya pencegahan TB Paru commit to user
36
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Bagi Puskesmas Diharapkan terus berupaya meningkatkan program kegiatan PHBS mulai dari promosi kesehatan hingga evaluasi pelaksanaan, serta menerapkannya hingga ke pelosok desa, sehingga seluruh
masyarakat
memiliki
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat dalam menunjang upaya pencegahan TB Paru 4. Bagi Peneliti Lain Diperlukan adanya penelitian lanjutan dengan mempertimbangkan jumlah sampel yang lebih banyak dengan cakupan daerah yang lebih luas, sehingga hasil yang didapat akan lebih spesifik dalam menunjukkan hubungan antara 2 variabel.
commit to user