FUNGSI DAN STRUKTUR TARI ANAK YANG DIIRINGI MUSIK SIKAMBANG DALAM UPACARA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT PESISIR SIBOLGA TAPANULI TENGAH DI KECAMATAN SIBOLGA KOTA
SKRIPSI SARJANA O L E H NAM A: EVI NENTA SIPAHUTAR NIM : 060707009
UNIVERSITAS SUM ATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEM EN ETNOMUSIKOLOGI M EDAN 2012
0
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli Tengah memiliki tata cara dan aturan pelaksanaannya. Dimulai dari merisik,
meminang, bertunangan, dan akad nikah
(pernikahan). Selain itu, ada upacara adat yang dilakasanakan pada malam hari sebelum perkawinan, yang disebut malam bainai atau berinai. Adat ini dilakukan di rumah pengantin perempuan. M aksud dari upacara tersebut adalah malam ketika kedua pengantin memakai inai di tangan dan kaki mereka. Pelaksanaan upacara adat perkawinan ini, tidak pernah lepas dari iringan musik dan tari yang disebut Kesenian M usik Sikambang. Sikambang berasal dari dua kata yaitu si dan kambang. Secara umum masyarakat pesisir Sibolga mengartikan sikambang sebagai salah satu jenis musik pada masyarakat Pesisir. M usik Sikambang, bercorak petuah, berirama lagu, dan berwujud tari. Berikut merupakan jenis alat musik dan klasifikasinya yang dipakai dalam mengiringi lagu dan tarian adalah gandang sikambang (membranophone), gandang batapik (membranophone), singkadu (aerophone), canang (aerophone) yang dulunya dilakukan dengan bersiul (baisiu), terbuat dari tembaga (carano) dipadukan dengan biola serta harmonika (sekarang diganti akordion). Berbagai macam tarian yang diiringi oleh M usik Sikambang yaitu tari adok, tari sapu tangan diiringi lagu kapri, tari payung, tari perak-perak, tari sampaya, tari anak dan lain-lain sebagainya. Hadirnya tari di lingkungan kehidupan manusia bersamaan dengan tumbuhnya peradaban manusia. Sebagaimana yang disampaikan oleh Edi Sedyawati, bahwa tari tumbuh dalam rangkuman yang erat dalam ketiga unsur budaya, yaitu bahasa, adat istiadat, dan norma-norma kehidupan (Edi Sedyawati, 1991:110). Kemudian yang menjadi fokus dalam
1
skripsi ini adalah Tari Anak yang terkait dalam konteks upacara adat perkawinan masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli Tengah. Awalnya Tari Anak ini selalu dipertunjukkan dalam setiap upacara perkawinan masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli Tengah. Namun seiring dengan berkembangnya zaman kedudukan tarian ini pun perlahan bergeser. Hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi, karena dalam penggunaannya sekarang ini Kesenian Sikambang dalam upacara adat perkawinan memakan biaya yang cukup mahal. Namun demikian, ada sebagian masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli Tengah yang masih menggunakan tarian ini dalam upacara adat perkawinan. Tari Anak ini dibawakan oleh sepasang penari, laki-laki dan perempuan dewasa, yang memakai pakaian pesisir dan menggunakan properti (perlengkapan) seperti kampi sirih (tepak), galeta (tempat air), boneka anak bayi, selendang dua helai, ayunan tajak (ayunan untuk bayi). Durasi tarian anak ini tidak begitu lama, dan posisi Tari Anak tersebut dimainkan tepat didepan pelaminan. Upacara adat M alam Sikambang ini dilakukan pada malam setelah akad nikah dilaksanakan dan biasanya dimulai pukul 21.00 sampai dengan 24.00 WIB. Tari Anak ini sesungguhnya bukan hanya dipertunjukkan dalam upacara adat perkawinan saja tetapi tari anak ini dapat digunakan dalam acara-acara lain seperti sunat rasul, turun ka rai, masuk rumah, dan ulang tahun. Karena Tari Anak bermaksud untuk mendoakan agar hubungan antara orangtua dan anak dapat perlangsung dengan baik dan semakin diberkati kedepannya..
2
Dalam konteks perkawainan Tari Anak ini diiringi dengan iringan musik dan Lagu Sikambang. Dalam sebuah tarian peranan musik sangat penting, karena bisa dirasakan kehadiran tari tanpa musik terasa hambar dan tidak menarik untuk ditonton. Berikut beberapa syair pantun yang dinyanyikan dalam mengiringi tarian anak ini.
Kayu gadang di lereng gunung, (kayu besar dipinggir bukit) Di tabang dibala duo, (ditebang dibelah dua) Ala sanang hati bundo kandung, (sangat senang hati ibu kandung) Anak sorang manjadi duo. (satu anak menjadi dua)
M akna dari syair tersebut adalah akan bertambah nya satu lagi anggota keluar dari masingmasing keluarga kedua mempelai. Tadinya anak tersebut sendiri tetapi karena telah menikah si anak membawa anggota keluarga baru yaitu menantu. Begitu juga sebaliknya.
Pancarinek ditapi ai (pancarinek ditepi air) Sudah mati mukan babuah (sudah mati baru berbuah) Jimek-jimek tuan balai (hati-hati tuan melaut) Lawik sati ranto batuah (laut lepas banyak tantangan)
M akna dari syair tersebut adalah hati-hatilah untuk menjalankan bahtera rumah tangga karena dalam berumah tangga akan menghadapi banyak tantangan. Baik rumah tangga yang mapan (sudah lama menjalani rumah tangga) ataupun yang baru menjalani bahtera rumah tangga pasti akan menghadapin tantangan seperti gelombang laut yang ada di laut lepas.
Labek ujan di mursala, (lebat hujan di mursala) Kambang lah bungo parautan, (berkembang lah bunga parautan) Bintang dilangit punyo sala, (bintang dilangit punya salah) Ombang di lawik mananggungkan. (ombak dilaut yang menaggungkan)
3
M akna dari syair tersebut adalah seorang anak adalah fitrah (bersih) tergantung kepada orang tuanya. Kalaupun ingin menjadi baik maka tetaplah baik, tidak memandang miskin ataupun kaya. Karena apapun yang dilakukan orang tua akan berdampak pada anaknya kelak. Ketika orang tua berbuat salah maka anak akan menerima akibatnya, begitu juga sebaliknya. M enurut Soedarsono (1986:109) dikatakan bahwa musik dalam tari bukan hanya sekedar iringan, tetapi musik adalah partner tari yang secara langsung dapat mendukung dan memperkuat sajian tari.
1.2 Pokok Permasalahan Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah ; 1. Apa fungsi Tari Anak dalam kebudayaan masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli Tengah, terutama pada upacara adat perkawinan pesisir Sibolga Tapanuli tengah ? 2. Bagaimana bentuk struktur dari Tari Anak tersebut dalam upacara perkawinan masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah ; 1. Untuk mengetahui apa sebenarnya fungsi Tari Anak yang diiringi M usik Sikambang bagi masyarakat pesisir terutama dalam upacara adat perkawinan masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli Tengah. 2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk struktur dari Tari Anak tersebut dalam upacara perkawinan masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah.
4
1.3.2 Manfaat Penelitian M anfaat penelitian ini adalah ; 1. Untuk menambah wawasan penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi serta mengetahui tentang tari nusantara seperti Sibolga 2. Untuk menambah referensi penulisan tentang tari-tarian yang ada di nusantara. 3. Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti lainnya.
1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep Koentjaraningrat (1992:21), mengemukakan konsep sebenarnya adalah secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variabel-variabel mana yang kita inginkan untuk menentukan hubungan empiris. Fungi dapat dikatakan sebagai manfaat atau kegunaan dari suatu hal. Dalam penulisan ini penulis akan melihat apa fungi dan kegunaan Tari Anak dalam kehidupan masyarakat Pesisir Sibolga. M enurut BPH Suryodiningrat, Tari adalah gerakan-gerakan dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunya maksud tertentu. Tari Anak merupakan salah satu tarian yang dimiliki masyarakat Pesisir Sibolga yang dalam pertunjukannya diiringi oleh musik Sikambang dalam upacara adat perkawinan masyarakat pesisir. Tarian ini disertai dengan nyanyian, pantun dan syair. M asyarakat menurut para ahli Antropologi adalah sekelompok orang yang tinggal disuatu wilayah dan yang memakai suatu bahasa umum yang biasanya tidak dimengerti oleh penduduk tetangganya (Carol R. Ember dan M elvin Ember dalam T.O. Ihromi 1987:22). 5
M asyarakat pesisir yang dimaksud dalam tulisan ini adalah masyarakat yang tinggal di Kecamatan Sibolga Kota. Daerah ini sesuai dengan daerah yang menjadi tempat penelitian penulis dimana daerah ini masih terdapat pelaksanaan upacara perkawinan yang mempertunjukkan Tari anak.
1.4.2 Teori Teori adalah salah satu acuan yang digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang timbul dalam tulisan ini. Dengan pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku, dokumendokumen serta pengalaman kita sendiri merupakan landasan dan pemikiran untuk memperoleh suatu teori-teori yang bersangkutan (koentjaraningrat, 1983:30). Koentjaraningrat (1985:243) juga mengatakan bahwa komponen upacara ada empat yaitu tempat upacara, saat upacara, benda-benda dan alat upacara, serta orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara. M elihat teori diatas bahwa Tari Anak merupakan tarian yang terdapat dalam upacara adat perkawinan masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah. Tarian ini mempunyai waktu dan tempat yang disediakan dalam upacara adat perkawinan, beberapa orang penari dan pemusik yang mengiringi tarian. Upacara adat perkawinan ini dipimpim oleh seorang “Alek”. Alek adalah sebutan untuk para pemain M usik Sikambang. Fungsi adalah sesuatu yang tidak dapat didengar atau dilihat dari penyajian musik saja; tetapi dapat dipelajari dengan cara melihat, mendengar, dan memahami secara keseluruhan penyajian musik pada saat musik dimainkan. Seperti yang dikatakan oleh M erriam dalam bukunya: The Anthropology of Music (1964:210) : The function, however. M ay be something quite different assessed through analytical evaluation stemming from thr folk evaluation. The student can, for example, learn something of the values of a culture by analyzing song texts for what they express;… function, im particular, may not be expressed or even understood from the standpoint of folk evaluation-such evaluations we would group under the heading of “concepts.” The sense in which we use these terms, then, refers to the understanding of what music does for 6
human beings as evaluated by the observer who seeks to increase his range of comprehension by this means…”function” concerns the reasons for its employment and particularly the broader purpose which it serves. Bahwa musik adalah sesuatu yang berbeda dari hasil analisa yang dilakukan oleh masyarakat lokal. Fungsi tidak dapat dipahami dari pandangan orang lokal saja namun pandangan lokal bisa kita anggap sebagai konsep. Jika kita dapat memahami pemahaman sebagai peneliti luar inilah yang disebut dengan fungsi. Dengan kata lain fungsi berbicara tentang alasan-alasan pemakainya. Dalam buku M erriam menegaskan bahwa ada sepuluh fungsi utama musik, yaitu: fungsi (1) pengungkapan emosional, (2) fungsi penghayatan estetis, (3) fungsi hiburan, (4) fungsi komunikasi, (5) fungsi perlambangan, (6) fungsi reaksi jasmani, (7) fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial, (8) fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara agama, (9) fungsi kesinambungan kebudayaan, (10) fungsi pengintegrasian masyarakat. Dari sepuluh fungsi utama musik yang diungkapkan oleh M erriam penulis membahas beberapa fungsi yang berhubungan dengan upacara perkawinan yang mempertunjukkan Tari Anak, Yaitu: (1) fungsi pengungkapan emosional, (2) fungsi hiburan, (3) fungsi komunikasi, (4) fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara agama, dan (5) fungsi pengintegrasian masyarakat. Dikatakan sebagai hiburan karena musik sebagai pengiring tari bisa menjadi reaksi yang menimbulkan kesenangan bagi yang melihat, dan sebagai komunikasi karena dilihat dari setiap gerakan tari yang mempunyai arti. Untuk mengkaji struktur Tari Anak penulis menggunakan teori-teori tari yang ditawarkan oleh Sal M urgiyanto, Snyder, dan Ellfeld. M enurut Sal M urgiyanto (2011:3) Tari adalah salah satu saka guru seni pertunjukan tradisi Indonesia. Tari yang merupakan cabang seni pertunjukan tertua lahir bersamaan dengan lahirnya kebudayaan manusia. Ironisnya, sebagai disiplin studi, tari justru merupakan disiplin yang paling muda. M enurutnya jenisjenis tari yang diamatinya tidak terbatas pada tari-tari M elayu Riau dan Sumatera Utara yang 7
disebut sebagai daerah asal dan pusat Budaya M elayu, tetapi juga kelompok M elayu dari Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, bahkan yang berasal dari M alaysia. Dalam hal ini Tari Anak di kawasan budaya Pesisir memiliki hubungan dengan tarian sejenis di dalam kebudayaan M inangkabau dan M elayu. Tari adalah salah satu ekspresi budaya yang sangat kaya, tetapi paling sulit untuk dianalisis dan diinterpretasikan. M engamati gerak laku sangat mudah, tetapi tidak mengetahui maknanya. Tari dapat diinterpretasikan dalam berbagai tingkat persepsi. untuk memahami maksud yang hendak dikomunikasikan dari sebuah tarian, orang perlu tahu tentang kapan, kenapa, dan oleh siapa tari dilakukan. Dalam mengukur kedalaman sebuah tarian atau menjelaskan sebuah pertunjukan dari kebudayaan lain dituntut pemahaman cara dan pandangan hidup masyarakat yang menciptakan dan menerima tarian tersebut (Kuper via Snyder, 1984: 5). Dalam hal ini struktur Tari Anak dalam kebudayaan Pesisir adalah mencerminkan cara dan pandangan hidup masyarakatnya. Keterampilan gerak biasanya dikuasai secara instingtif dan intuitif. Tari sebagai ungkapan seni mulai hadir ketika orang mulai sadar akan pentingnya teknik atau keterampilan gerak, dan ketika itu orang mulai mengatur gerak, artinya mulai ada tuntutan keteraturan atau bentuk. Sejalan dengan pertumbuhan itu mulai tumbuh kepekaan nilai pengalaman dan perasaan yang dihayati secara lebih mendalam. M asalah dasar dalam kesenian adalah pengaturan yang terkendali dari suatu medium dalam rangka mengkomunikasikan imaji-imaji dari pengalaman manusia (Ellfeldt, 1976: 160). Teori ini akan dipergunakan untuk menkaji sejauh apa imaji-imaji masyarakat Pesisir yang terkandung dalam struktur Tari Anak.
8
Dalam meneliti gerak Tari Anak tersebut terdapat Notasi Laban (Edy Sedyawati, 2006:298) yang membahas secara detail bentuk dan polanya, mengingat penulis tidak memfokuskan secara detail pada gerak tari pada teori Notasi Laban, maka penulis akan menggunakan lambang-lambang umum dan sederhana yang dapat mewakilkan pola gerak Tari Anak. Hubungan musik dan tari adalah suatu fenomena yang berbeda tetapi dapat juga digabungkan dengan aspek yang mendukung. M usik merupakan rangkaian ritme dan nada sedangkan tarian adalah rangkaian gerak, ritme, dan ruang dimana fenomena keduanya merupakan suatu yang berlawanan, yang mana musik merupakan fenomena yang terdengar tapi tidak terlihat dan tarian merupakan fenomena yang terlihat tapi tidak terdengar (Wimbrayardi 1999:9-10).
1.5 Metode Penelitian M etode adalah cara atau jalan menyangkut masalah kerja yang dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat:1985). Secara umum metode penelitian dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam M oleong 1989 : 3). Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1985:581), metode penelitian diartikan sebagai cara mencari kebenaran azas-azas alam, masyarakat atau kemanusiaan yang bersangkutan. M enurut Curt Sachs (1962:16) penelitian dalam etnomusikologi dapat dibagi manjadi dua, yaitu: kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan meliputi pengumpulan dan perekaman data dari aktivitas musikal dalam sebuah kebudayaan
9
manusia, sedangkan kerja laboratorium meliputi pentranskripsian, menganalisis data dan membuat kesimpulan dari keseluruhan data (Curt Sachs dalam Bruno Nettl 1964 : 62). Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan paham relativisme, dimana peneliti harus membuang ukuran-ukuran yang ada dalam dirinya sendiri dan mencoba mengerti masyarakat itu sesuai dengan pandangan kebudayaannya atau masyarakatnya (Nakagawa 2000:11). Secara sederhana dapat dikatakan dalam penelitian lapangan sedapat mungkin peneliti atau outsider itu menjadi insider terlebih dahulu, baru kemudian menulis. Dalam hal ini yang dikatakan outsider adalah peneliti dan insider adalah pemilik kebudayaan. Cara ini kelihatannya mudah dan sangat sederhana sekali, namun dalam kenyataannya tidak, dimana penulis memandang kebudayaan pesisir dengan paham relativisme, serta paham ini dilakukan untuk mendapatkan data yang objektif.
1.5.1 S tudi Kepustakaan Untuk mencari tulisan-tulisan pendukung, penulis melakukan adanya studi kepustakaan dan kegiatan ini dilakukan untuk menemukan literatur atau sumber bacaan guna melengkapi data-data yang diperlukan dalam tulisan ini. Sumber bacaan yang digunakan dapat berasal dari penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Dimana sumber bacaan diperoleh dari buku, majalah, buletin, jurnal, artikel, dan situs internet. Studi kepustakaan dilakukan dalam rangka memperoleh pengetahuan dasar tentang apa yang akan diteliti.
10
1.5.2 Penelitian Lapangan Penelitian lapangan dilakukan agar penulis dapat mengetahui secara keseluruhan mengenai objek yang diteliti. Dalam kerja lapangan pengamatan dan pengambilan data melalui perekaman terhadap upacara yang berlangsung, dan perekaman ini dilakukan untuk mendapatkan data yang objektif berupa gambar maupun video yang diperlukan penulis. Adapun dalam penelitian lapangan disertai wawancara yang dilakukan penulis, wawancara yang dilakukan adalah wawancara berfokus (focus interview) yaitu membuat pertanyaan selalu berpusat pada pokok permasalahan. Selain itu wawancara bebas (free interview) yaitu pertanyaan tidak hanya berfokus pada pokok permasalahan tetapi pertanyaan dapat berkembang ke pokok permasalahan lainnya yang bertujuan untuk memperoleh berbagai ragam data, namun tidak menyimpang dari pokok permasalahan (Koentjaraningrat 1985:139). Hal ini penulis lakukan untuk mendukung data yang telah diperoleh dari kerja lapangan maupun dari studi kepustakaan. Sebagai alat yang membantu merekam hasil wawancara penulis menggunakan handphone Blackberry Gemini 8520, untul mengabadikan petunjukan acara adat M alam Sikambang khususnya Tari Anak ini penulis menggunakan Handycam Canon Legria FS306. Dan untuk mendokumentasikan gambar Tari Anak dalam acara tersebut penulis juga menggunakan kamera Canon EO S Kiss X4 EF – S 18 – 135 IS Kit.
1.5.3 Kerja Laboratorium Untuk menyeleksi data-data yang ada dari penelitian lapangan dan studi kepustakaan akan dianalisis untuk selanjutnya diseleksi sehingga menghasilkan suatu tulisan tulisan yang baik. Pada saat kerja laboratorium, hasil rekaman juga penulis lihat secara berulang-ulang untuk mendapatkan data yang maksimal.
11
1.5.4 Lokasi Penelitian Untuk lokasi penelitian penulis memilih daerah Kecamatan Sibolga Kota, karena dikota ini masih ditemukan upacara yang menyajikan Tari Anak, yang merupakan objek penelitian penulis.
12
BAB II ETNOGRAFI UMUM MAS YARAKAT PES IS IR S IBOLGA TAPANULI TENGAH
2.1. Lokasi Lingkungan Alam dan Demografi Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai lokasi dimana penulis melakukan penelitian melalui deskripsi etnografi. Dimana etnografi merupakan suatu deskripsi mengenai lokasi suatu bangsa disuatu lokasi tertentu, suatu wilayah geografis dan administratif suatu bangsa, limgkungan alam dan demografi serta sejarah asal mula suatu suku bangsa. M enyangkut hal ini Fetterman mengungkapkan “ethnography is the science of describing a group of culture” yang mana artinya adalah “etnografi bukan hanya sekedar ilmu melainkan juga seni tentang pendeskripsian suatu bangsa” (Fetterman 1989:11). Untuk menjelaskan mengenai budaya dan adat istiadat yang terdapat di masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli Tengah Koentjaraningrat mengungkapkan dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi bahwa ada 7 unsur yang membentuk suatu kebudayaan dalam masyarakat yaitu Bahasa, Teknologi, M ata Pencaharian (ekonomi), Organisasi Sosial, Sistem pengetahuan, Kesenian dan Sistem Religi (Koentjaraningrat, pengantar ilmu antropologi 1979:333). Tetapi dalam pembahsan ini penulis akan membahas 4 dari 7 unsur tersebut yaitu (1) M ata Pencaharian, (2) Sistem Bahasa, (3) Sistem Religi dan Kepercayaan, dan (4) Kesenian. Hal yang akan dibahas dalam Bab II ini adalah mengenai sejarah daerah penelitian, lokasi lingkungan alam dan demografis, begitu pula dengan keadaan masyarakat pesisir kota Sibolga Tapanuli Tengah dan hubungannya dengan budaya adat istiadat yang dituliskan secara ringkas.
13
2.1.1 Sejarah Kota Sibolga Tapanuli Tengah Sebelum Sibolga terbentuk teluk Tapian Nauli merupakan salah satu tempat yang ramai dengan aktivitas perdagangan, hal tersebut diketahui pada cacatan pelawat Islam pada abad ke-7 dan Portugis di abad ke-16, dimana teluk Tapian Nauli ,merupakan salah satu pintu masuk perdagangan yang pertama di Pantai Barat Sumatera Utara yang berpelabuhan di Barus 1. Tengku Luckman Sinar dalam tulisannya yang berjudul “lintasan sejarah Sibolga dan pantai barat Sumatera Utara 1981”. Beliau menyampaikan tentang kondisi teluk Tapian Nauli pada saat itu telah mengalami interaksi antara masyarakat di pesisir pantai teluk Tapian Nauli dengan orang-orang yang tinggal di pedalaman yang sangat membutuhkan bahan-bahan yang hanya dapat diperoleh dari pesisir pantai, sistem perdagangan yang digunakan dengan melakukan barter dengan hasil hutan yang mereka dapatkan. Hal tersebut sering dilakukan oleh “Parlanja”2 atau disebut juga pedagang, dan makin lama semakin banyak orang hilir mudik, dan menetap dipesisir pantai. Awal berdirinya kota Sibolga dimulai dari dibukanya kampung oleh Ompu Datu Horinjom yang berasal dari daerah Silindung (Tapanuli Utara) di Simaninggir yang saat ini termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Tengah. Letak Simaninggir tersebut berada di gunung dekat teluk tapian nauli. Oleh para “parlanja” atau pedagang tempat ini dijadikan sebagai tempat istirahatnya ketika hendak menuju daerah pesisir pantai ataupun sesudah sekembali dari daerah pesisi pantai sebelum kembali kedaerahnya.
1
Tengku Luckman Sinar, SH. Lintas Sejarah Sibolga dan Pantai Barat Sumatera Utara, Harian Waspada 23 juni 1981 2 Pengertian parlanja adal ah orang yang m embawa barang dengan pikulan dan melakukan kegi atan barter dalam melakukan transaksi
14
Kawasan Teluk Tapian Nauli diwarnai dengan perdagangan secara paksa antara penduduk dengan pihak Inggris yang berkembang menjadi perang. Sehingga Ompu Datu Horinjom memindahkan permukiman mendekati teluk, yaitu di Simare-mare (salah satu daerah di Kecamatan Sibolga Kota) dan terus melakukan perlawanan terhadap pihak Inggris yang memonopoli perdagangan di teluk Tapian Nauli. Pada tanggal 13 M aret 1815 pihak Inggris mengadakan suatu ikatan perjanjian persahabatan dengan Datuk-Datuk di Teluk Tapian Nauli dengan istilah “Batigo BadusanakI ”. Dengan Raja Sibolga serta Datuk-Datuk yang berada di pulau-pulau kecil disekitar teluk Tapian Nauli yaitu pulau Poncan Ketek (kecil) dan Poncan Gadang (besar) yang saat itu tunduk di bawah kekuasaan Inggris dan disanalah Inggris mendirikan benteng dan pada tahun 1801 ditetapkan Jhon Prince sebagai residennya. M enurut Tengku Luckman Sinar bahwa dari hasil catatan riset seorang pembesar Belanda EB. Kielstra : dalam periode 1833 – 1838 di Sibolga di huni penduduk segala etnis terutama orang Batak yang berasal dari wilayah Angkola yang mengungsi, dan setelah pusat pemerintahan asisten Resideni Tapanuli bertempat di sekitar Aek Doras. Sibolga menjadi ramai, meskipun di kelilingi oleh sawah dan rawa-rawa, penduduk suku Batak yang sudah beragama Islam ssudah menjadi “pesisir” dengan adat sendiri yang spesifik. Periode selanjutnya antara tahun 1838 – 1842 setelah Belanda membuka jalan dari Sibolga hingga Portibi (Tapanuli Selatan) dan pada saat itu Sumatera Barat sudah meningkat menjadi “Gouvernent” (propinsi) dan Tapanuli menjadi salah satu Residennya. Pada tanggal 7 Desember 1842 ditetapkan Sibolga menjadi Ibukota Residen Tapanuli yang dipimpin oleh seorang Afdelinghoof (kepala daerah). Wilayah yang termasuk afdeling. Sibolga ialah : Sibolga, Tapian Nauli, Badiri, Sarudik, Tukka, Sai Ni Huta, dan pulau-pulau kecil didepan teluk Tapian Nauli, yang mana disetiap daerah dikepalai oleh seorang Districhoof (Demang). Pada tahun 1947,
15
A. M .
Djalaluddin diangkat menjadi kepala daerah Sibolga di waktu jabatan Beliau ini lah Sibolga dibentuk menjadi daerah otonom tingkat B sesuai dengan surat keputusan Residen Tapanuli N. R. I (Negara Republik Indonesia) tanggal 29 November 1946 Nomor 999, san selaku realisasi dari surat keputusan Gubernur Sumatera Utara N. R. I tanggal 17 M ei 1946 no. 103, dan kota otonom Sibolga itu dipimpin seorang Walikota yang dirangkakan kepada Bupati Tapanuli Tengah3. Terhitung pada tanggal 24 November 1956 sejak berlakunya undang-undang darurat nomor 8 tahun 1956, yang mengatur pembentukan daerah otonom kota-kota besar dalam lingkungan daerah Propinsi Sumatera Utara, dimana dalam pasal 1 dalam undang-undang darurat no. 8 tahun 1946 itu ditetapkan pembentukan 4 kota besar yaitu: M edan, Pematang Siantar, Sibolga, dan Kutaraja. M enurut undang-undang darurat ini Sibolga menjadi kota besar dengan batas wilayah sesuai dengan keputusan Residen Tapanuli tanggl 29 November 1946 no. 999. Setelah keluarnya surat keputusan menteri dalam negeri tanggal Desember 1957 no.u.p15/2/1 diangkatlah D. E Sutan Radja Bungaran menjadi Walikota Sibolga, dan sejak 1 Januari 1958 berakhir pula perangkapan jabatan Walikota Sibolga oleh Bupati Kabupaten Tapanuli Tengah dan secara administratif menjadi Kotamadya di luar Kabupaten Tapanuli Tengah.
3
Dalam tulisan Prof. M. Solly Lubis, SH. “Sibolga dan Sekeping Sejarahnya” dalam buku hari j adi sibolga,Pemko Sibolga, 1998. 16:111.
16
Berikut merupakan nama-nama Kepala Daerah di Kota Sibolga sejak Era Proklamasi hingga Sekarang. Table 1
No
NAM A
PERIODE
1
A.M Djalaluddin
06-11-1947 s/d 10-12-1947
2
M . Sorimuda
11-12 1947 s/d 11-08-1952
3
Ibnu Saadan
12-08-1952 s/d 10-02-1954
4
R. Djungdjungan Lubis
11-02-1954 s/d 31-12-1957
5
D.E.Sutan Radja Bungaran
01-01-1958 s/d 31-08-1959
6
H.A. M urad Tandjung
01-09-1959 s/d 04-03-1965
7
Syariful Alamsyah
05-03-1965 s/d 24-11-1965
8
Firman Simanjuntak
24-11-1965 s/d 18-06-1974
9
Pandapotan Nasution, SH
19-06-1974 s/d 19-0601979
10
Khairuddin Siregar, SH
19-06-1979 s/d 19-06-1984
11
Baharuddin Lubis, SH
19-06-1984 s/d 19-06-1989
12
Drs. Ali Amran Lubis, SH
19-06-1989 s/d 18-06-1994
13
Drs. Zainuddin Siregar
18-06-1994 s/d 19-06-1999
14
Drs. Sahat P. Panggabean
19-06-1999 s/d 28-08-2010
15
Drs. H.M . Syarfi Hutauruk
28-08-2010 s/d Sekarang
Sumber : bpssibolga:http//sumut.bps.go.id/sibolga
17
Secara Goegrafisnya Sibolga terletak antara 10 44’LU (Lintang Utara) dan 980 47’ BT (Bujur Timur). Wilayah administratif Kota Sibolga terdiri dari 4 Kecamatan dan 17 Kelurahan. Berikut merupakan batas-batas wilayah Kecamatan Kota Sibolga dan Kelurahan di Kota Sibolga. Table 2 No 1
2
3
4
Kecamatan
Kelurahan
Banyak lingkungan
Sibolga Utara
Sibolga ilir
4
Angin Nauli
5
Huta Tonga-tonga
4
Huta Barangan
3
Simare-mare
4
Kota Baringin
4
Pasar Baru
4
Pasar Belakang
4
Pancuran Gerobak
4
Aek Habil
4
Aek M anis
4
Aek Parombunan
4
Aek M uara Pinang
4
Pancuran Dewa
4
Pancuran Bambu
4
Pancuran Pinang
4
Pancuran Kerambi
4
Sibolga Kota
Sibolga Selatan
Sibolga Sambas
Sumber : bpssibolga:http//sumut.bps.go.id/sibolga
18
2.1.2. Demografi Kota Sibolga Jumlah penduduk Kota Sibolga menurut catatan biro pusat statistic kota Sibolga yang dikeluarkan oleh Kantor BPS Sibolga untuk laporan tahun 2010 dengan data laporan tahun 2009, terlihat bahwa jumlah penduduk Sibolga adalah 96.341 jiwa dengan luas wilayah daerah 10,77 Km2 dengan rata-rata pertumbuhan prnduduk 1,99 pertahun Tabel 4 Jumlah penduduk Kota Sibolga Sensus Penduduk (population cencus) Kota
Sibolga
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
1990
2000
2006
2007
2008
2009
71.895
82.310
91.941
93.207
94.614
96.341
Sumber : bpssibolga:http//sumut.bps.go.id/sibolga
Pada umumnya Kota Sibolga sendiri terdiri dari berbagai etnik yaitu Toba, M andailing, Angkola, Nias, M inang, Aceh, Bugis, M elayu, serta etnis Cina dan Jawa, pemerintah kota Sibolga sendiri pada saat ini memiliki motto/semboyongan : Negeri Berbilang Kaum.
2.1.3. Identitas Kultural Etnik Pesisir Etnik pesisir Sibolga Tapanuli tengah merupakan salah satu kelompok masyarakat yang awal keberadaannya sebagai suatu etnik yang berada si Pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera tepatnya di Proponsi Sumatera Utara, dimana kelompok masyarakatnya memiliki sejarah yang panjang sebagai suatu etnik tersendiri yaitu “etnik Pesisir”.
19
Sejarah yang panjang sebagai suatu etnik adalah dimana awal keberadaan dan terbentuknya etnik ini tidaklah terjadi begitu saja, melainkan telah melalui beberapa situasi an kejadian tertentu seperti : kelahiran, kematian, penjajahan (colonisasi), perang, kejadian bencana alam dan perpindahan penduduk, salah satunya adalah terjadinya peperangan antara Aceh dengan kelompok masyarakat Batak 1523 sehingga banyak penduduk yang membuka permukiman baru di wilayah Barat 4. Dan adanya perang M onjo (Bonjol) tahun 1700 orang Batak dari Silindung berangsur-angsur menyebar kearah Pantai Barat Sumatera Utara salah satu keturunan yang melakukan perpindahan kewilayah pesisir Pantai Barat adalah keturunan dari marga Hutagalung yang kemudian membuka perkampungan di sekitar aliran Aek Doras, yang mana kemudian masyarakat Silindung tersebut berkembang dan membentuk kelompok masyarakat yang terstruktur dan dipimpin oleh sorang Kepala Kuria/ Raja. Lambat laun keadaan daerah terus-menerus mulai berkembang, terdapat juga beberapa kelompok masyarakat dari luar daerah yang berbaur didaerah tersebut, seperti kelompok masyarakat dari etnik M andailing, etnik Angkola, dan M inang. Dalam perkembangannya beberapa kelompok masyarakat tersebut kemudian meyesuaikan kebudayaannya masing-masing yang memiliki persamaan maupun perbedaan yang telah dibandingkan untuk membentuk suatu etnik dan pemeliharaan batas-batas kesamaan yang ada pada dua atau lebih kelompok masyarakat tersebut, kemudian atas kesepakatan bersama disatukan yang kemudian menjadi etnik.
4
Batak dulu dan Sekarang W. Simanjuntak. 1961:14, dikutip dari skripsi Chandra C. Prawira, 2011. Kajian Organologi Singkadu Alat Musik Tiup Pesisir Sibolga Buatan Bapak Kadirun, Medan.
20
Terjadinya proses tersebut dapat dilihat dari ciri yang dimiliki individu (manusia) Etnik Pesisir dimana sebagian masyarakatnya masih menggunakan marga baik itu marga Toba ataupun M andailing, dalam kenyataannya memang marga tersebut bukanlah suatu hal yang mutlak sebagai ketentuan didalam Adat Sumando5 pesisir. Setiap anggota kelompok tertentu yang melakukan migrasi, sering terjadi keadaan dimana mereka tercabut dari akar budaya etniknya karena mangdopsi nilai-nilai baru. Akan tetapi mereka tetap menganggap diri sebagai anggota etnik yang sama dengan orangtuanya (keturunan dan pertalian darah) dan juga tetap diakui sebagai kelompok etniknya. Dalam etnik Pesisir sendiri terdapat beberapa kelompok masyarakat etnik M inang maupun etnik Batak yang telah tergabung didalam satu ikatan etnik Sumando pesisir yang berdasarkan Islam, tidaklah mutlak secara keseluruhan status yang dimilikinya akan dihilangkan baik itu M arga maupun hubungannya terhadap kelompok masyarakat awalnya. Sebagai suatu hal yang tidak bisa dipungkiri dan menjadi fakta bahwa individu tersebut sebelum menjalin ikatan dengan Adat Sumando Pesisir merupakan individu yang memiliki identitas kultur sendiri dan menjalin suatu ikatan hubungan dengan etnik Pesisir yang disahkan melalui Adat Sumando. Begitupun ada kelompok masyarakat awalnya juga tidak dapat memungkiri bahwasanya berdasarkan identitas maupun status individunya tersebut merupakan satu kesatuan dengannya, tetapi dalam ruang lingkup adat dan budaya telah berbeda.
5. Adat Sumando adalah pertambahan atau percampuran satu keluarga dengan keluarga lain yang seagama, yang diikat dengan tali pernikahan menurut hukum Islam dan disyahkan dengan suatu acara adat pesisir.
21
Etnik Pesisir yang terdapat di Pesisir Barat Sumatera Utara ini dalam proses terbentuknya sebagai suatu etnik tidak terlepas dari proses Asimilasi6 dengan beberapa kelompok masyarakat diluar letak geografisnya7, seperti etnis Batak Toba, etnik M inang, dan etnik M andailing yang dalam perkembangannya menjadi suatu etnik yang berbeda secara budaya dan adat dengan beberapa kelompok etnik masyarakat disekitarnya. M engenai hal tersebut Koentjaraningrat menyampaikan “Kesatuan Kebuadayaan” bukan suatu hal yang ditentukan oleh orang luar, misalnya oleh seorang ahli antropologi, ahli kebudayaan, atau lainnya, melainkan oleh warga kebuadayaan bersangkutan itu sendiri. Seperti contoh kebudayaan Sunda yang memiliki kebudayaan tersendiri
yang berbeda
dengan kebudayaan Jawa, atau Banten, ataupun dengan Bali, bukan karena ada penelitipeneliti luar yang telah menentukan kebudayaan Sunda itu sendiri, tetapi karena orang-orang Sunda sendiri sadar bahwa diantara mereka ada keberagaman mengenai kebudayaan mereka, sehingga membuat kebudayaan Sunda memiliki kepribadian dan identitas khusus yang berbeda dengan kebudayaan tetangga-tetangganya8.
6
Asimilasi adalah proses sosial yang timbul dari beberapa golongan-golongan manusi dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda s aling bergaul langsung secara intensi f unutk waktu yang lama sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah si fat khasnya sehingha lambat laun membentuk satu kebudayaan yang baru (budaya campuran) 7 Letak Geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari kenyataanya di bumi atau posisi daerah itu pada bola bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Let ak geografis ditentukan pula oleh segi astronomi, geologis, fisiografis, dan sosial budaya. 8 Koentjaraningrat Pengantar Ilmu Antripologi 1979:264
22
2.2 Masyarakat Pesisir di Kecamatan Sibolga Kota Kota Siboga merupakan daerah Otonomi Tingkat II yang dipimpin oleh seorang Walikota. Pada Tahun 2002 berdasarkan SK Walikota Sibolga, Kota Sibolga dibagi menjadi 4 kecamatan, yaitu: 1. Kecamatan Sibolga Utara 2. Kecamatan Sibolga Kota 3. Kecamatan Sibolga Selatan, dan 4. Kecamatan Sibolga Sambas Sesuai dengan lokasi penelitian yang dietapkan oleh penuli, maka Kecamatan Sibolga Kota adalah lokasi yang tepat, karena hamper semua masyarakat yang tinggal di Kecamatan Sibolga Kota ini adalah orang-orang Pesisir dan masih memakai Kesenian Sikambang dalam acara-acara mereka terutama acara adat perkawinan, walaupun tidak semua dikarena biaya nya yang cukup mahal.
2.2.1 Mata Pencaharian. M asyarakat Suku Pesisir sebagai penduduk asli dikawasan Pesisir Pantai Barat Sumatera Utara mempunyai mata pencaharian sebagai Nelayan, Petani, Pedagang, Pegawai Negeri, ABRI, Buruh, Pengerajin, Penarik becak, dan lain-lain. Sesuai dengan alam pantai, tentunya sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah sebagai nelayan. Namun perlu kita ketahui bahwa dulunya masyarakat sibolga juga memiliki karya seni kerajinan tenun Kain Pelekat dan Selendang M aduara serta KendangKendang Suji M alako yang sampai sekarang masih dikenal walaupun tidak seperti dahulu kala, karena Selendang M aduara merupakan suatu kebanggaan dan tradisi yang telah diadatkan apabila pengantin baru wanita (Anak Daro) berkunjung kerumah mertuanya maka pengantin wanita tesebut akan memakai Selendang M aduara. Kendang-kendang Suji M alako 23
dipakaikan kepada pengantin wanita sebagai penutup dada, sebagian bagian dari pakaian adat yang dipakai wanita bernama Sanggu Gadang ketika berlangsungnya Peresmian Perkawinan. Brerikut merupakan beberapa jenis nelayan serta cara menangkap ikan : a. Nelayan Pamukek Nelayan Pamukek adalah nelayan yang menggunakan pukat atau jaring untuk menangkap ikan dilaut, yang digerakkan oleh mesin maupun tenaga manusia untuk menarik jaring dan mengangkat ikan tangkapannya. b. Nelayan Penjaring Nelayan yang pekerjaannya menangkap ikan dilaut dengan mempergunakan jaring yang digerakkan oleh mesin dan tenaga manusia bersama-sama baik ditengah laut maupun ditepi pantai. c. Pukek Tapi Nelayan yang pekerjaannya menangkap ikan dengan pukat ditepi pantai dengan mempergunakan tenaga manusia yang ditarik dari kejauhan 1 km dari pantai bersamasama dan biasanya para Nelayan Pamuge akan membeli ikan yang telah siap dipasarkan kepada masyarakat ditempat penangkapan ikan. d. Nelayan Pamuge Nelayan pamuge adalah nelayan yang pekerjaannya membeli ikan dari nelayan ditengan laut, dari para nelayan penjaring atau nelayan yang menangkap ikan ditengah laut. e. Nelayan Paralong-alaong/Parlanja Nelayan Paralong-along dan Parlanja adalah nelayan yang pekerjaannya membeli ikan dari para Nelayan Pamuge ditepi pantai dan para nelayan paralong-along/parlanja menjajakan ikan kepada masyarakat dalam kampong.
24
f. Nelayan Panjamu Nelayan Panjamu adalah nelayan yang pekerjaannya hanya menjemur ikan yang telah dibelinya dari nelayan penjaring dan kemudian setelah ikan kering maka akan dijual kepada nelayan pagudang (orang yang membeli ikan yang sudah kering untuk dipasarkan kedaerah lain). g. Nelayan Pagudang Nelayan Pagudang adalah nelayan yang pekerjaannya sebagai pembeli ikan yang sudah dijemur oleh nelayan panjamu untuk dikumpulkan ditempat pergudangannya dan dijual kepada para pedagang ikan dari luar kota sibolga.
2.2.2 Sistem Bahasa Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan keinginan dan maksud seseorang kepada orang lain dengan berbagai cara dan lambang, antara lain dengan tulisan, lisan, isyarat dan gerakan yang seusaha mungkin dimengerti orang lain. Bahasa pesisir merupakan bahasa yang dipakai masyarakat pesisir Sibolga dalam berinteraksi antara sesamanya, bahasa pesisir merupakan percampuran bahasa dari daerah lain diluar daerah pesisir Sibolga, seperti bahasa M inang dan Batak walaupun bahasa Pesisir mempunyai persamaan kalimat dengan daerah lain, namun fungsi dan penempatannya sangat berbeda menurut artinya misalnya perkataan :
Kau kata ini hanya digunakan sebagai kata panggilan bagi orang yang berkelamin perempuan dan tidak berlaku untuk laki-laki.
Ang khusus dipakai untuk panggilan kepada laki-laki.
Ta’uti khusus kepada kakak ipar.
Ta’ajo khusus kepada abang ipar.
Uci sebutan untuk Nenek. 25
Angku sebutan untuk kakek.
Aya merupakan panggilan kepada Ayah kandung.
Umak merupakan panggilan kepada Ibu kandung.
Ambo dalam bahasa pesisir Sibolga dipakai kata yang menyatakan Saya atau Aku.
Munak untuk menyatakan orang kedua dan orang ketiga tunggal. Bahasa pesisir Sibolga sendiri terdapat beberapa kosa kata yang digunakan untuk
menyatakan waktu seperti kata Nanti atau Besok didalam
bahasa pesisir Sibolga kata
tersebut dinyatakan melalui kata be’ko sebagai kata menyatakan Nanti dan kata Barisuk untuk menyatakan Besok, kata Kapatang dalam bahasa pesisir kata ini digunakan untuk menyatakan Kemarin dan kata Sabanta yang memiliki arti Sebentar. Sedangkan untuk menyatakan suatu bentuk dalam bahasa pesisir Sibolga menggunakan kata-kata seperti kata Kepeng untuk menyatakan uang, kata ini meliliki persamaan dengan kata hepeng dalam bahasa Batak. Kata lain yang sering digunakan adalah kata Gadang untuk menyatakan Besar dan kata Ketek untuk menyatakan Kecil, dimana dalam hal ini kata Gadang dan Ketek ini juga digunakan oleh masyarakat M inang untuk menyatakan Ruang dan Bentuk. Selanjutnya dalam bahasa pesisir Sibolga terdapat beberapa kata yang dipakai untuk menyatakan Parange9, seperti kata Jahek dan Songe untuk menyatakan sifat jahat dan Songe = rupa yang buruk, kata Rancak untuk menyatakan rupa yang Cantik. Dalam keberadaannya bahasa pesisir ini lebih dominan dipakai oleh masyarakat Sibolga yang berdomisili didaerah Sibolga bagian selatan, bagian utara, dan sibolga sambas dimana didaerah tersebut masyarakatnya mayoritas adalah masyarakat dengan mata pencaharian nelayan, yang mana dalam besosialisasinya sehari-hari selalu menggunakan bahasa pesisir ini.
9
Dalam bahasa Sibolga kata Parange meiliki arti kata sebagai Sifat
26
Beberapa kalimat dalam bahasa Pesisir : 1. Kamarin ambo ala pai karuma Ta’uti nandak manyalasekan utang piutang kitotu, tapi katonyo diamisuk sajola karano inyo nandak pai pulo ka siboga. 2. Ala dikecekkan Uci kadimunak, jangan bamain juo disanjo barebuktu baiko tasapo, tapi munak indak picayo, kiniko rasaila. Artinya : 1. Kemarin saya sudah pergi kerumah kakak ipar untuk menyelesaikan hutang piutang kita, tapi katanya dua hari lagilah karena dia mau pergi ke Sibolga. 2. Sudah dikatakan Nenek kepada kalian, jangan bermain juga diwaktu senja menjelang M agrib, nanti kalian keteguran, tapi kalian tidak percaya, sekarang rasakanlah.
2.2.3 Sisten Religi Selain dari keberagaman etnis, kota Sibolga juga meiliki keberagaman agama yang dianut masyarakatnya, berdasarkan sensus yang diadakan oleh biro pusat statistik kota Sibolga untuk laporan tahun 2008, mayoritas penduduk Sibolga beragama Islam yang mencapai 47.763 jiwa atau sekitar 58,46 % dari total penduduk Sibolga, dan agama Kristen Protestan sekitar 26.436 jiwa atau sekitar 32,36%, Budha 3000 jiwa, Hindu 115 jiwa dan penganut agama kepercayaan sekitar 0,1%10.
10
Sumber bps sibolga http//sumutbps.go.id.sibolga
27
Sekitar tahun 1858 masyarakat Kuria Sibolga masih menganut kepercayaan terhadap roh nenek moyang, sedangkan orang-orang yang tinggal dipulau-pulau sekitar Teluk Tapian Nauli sudah beragama Islam, yang masuk melalui pantai Barus orang-orang yang tinggal dikepulauan sekitar Teluk Tapian Nauli menyebut orang-orang yang tinggal di Kuria Sibolga dengan sebutan “orang Topi” (orang-orang daratan yang masih parbegu). Setelah tahun 1860 orang-orang yang ada di Kuria Sibolga mulai memeluk A gama Islam dan mengikat perkawinan dengan keluarga Datuk Pasar (Datuk yang mengepalai pulau-pulau kecil disekitar teluk Tapian Nauli) dan mulai mempergunakan adat Sumando.
2.2.4 Kesenian Seni budaya zaman dahulu seperti Tari, Nyanyi, Pantun Rande dan Talibun maupun Teater, Puisi, Seni Bela diri, Pencak Silat dan lain-lain di Sibolga Tapanuli Tengah Pesisir Pantai Barat Sumatera Utara merupakan gayung bersambut dengan menunjukkan kepribadian dari masyarakat Etnis Pesisir yang mempunyai perasaan halus. Kesenian pesisir Sibolga Tapanuli Tengah dikenal dengan nama SIKAM BANG yang mempunyai ciri khas tersendiri naik dalam bentuk alat music, irama, maupun lirik lagunya.
Gbr. Kesenian Sikambang
28
Kesenian Sikambang pada umumnya ditampilkan dalam upacara-upacara adat di masyarakat pesisir Sibolga yang dimainkan oleh anak Alek 11 . Salah satu upacara adat yang sering di jadikan sarana pertunjukan kesenian Sikambang adalah upacara pernikahan. Dimana dalam Sikambang itu sendiri dalam setiap penyajiannya selalu diiringi Nyanyian. Beberapa Tarian Tradisional masyarakat Pesisir dalam hal ini Tarian dan Nyanyian yang diiringi dengan beberapa instrument alat musik itu merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan dari penggabungan tersebut menjadikan kesenian Sikambang ini menjadi kesenian utama masyarakat Pesisir Sibolga. Disamping kesenian lainnya yang meiliki bentuk dan ciri tersendiri yang juga menjadi warna kesenian masyarakat Pesisir Sibolga seperti kesenian Talibun dan Pantun. Dalam masyarakat Pesisir Sibolga terdapat ragam bentuk dan jenis tari yang biasa dipertunjukkan dalam acara-acara adat di masyarakat Pesisir Sibolga seperti acara adat pernikahan dan acara adat lainnya. Berikut ini merupakan jenis tari-tarian yang ada pada masyarakat Pesisir Sibolga : 1. Tari Saputangan yang diiringi dengan lagu Kapri 2. Tari Payung atau Tari Lagu Pulo Pinang, dimana dalam tari ini para penari menggunakan payung. 3. Tari Selendang diiringi dengan Lagu Duo, tari ini dimainkan oleh sepasang pria dan wanita. 4. Tari Pedang yang diiringi Lagu Sikambang Botan. 5. Tari Kipas, tari ini diiringi dengan Lagu Perak-perak. 6. Tari Pahlawan tari yang diiringi dengan Lagu Simati dibunuh. 7. Tari Adok atau Tari Kain yang diiringi dengan Lagu Adok. 8. Tari Anak yang diiringi Lagu Sikambang. 11
Alek merupakan sebutan unutk pem ain musik dan penari sikambang didal am acara adat pernikahan (wawancara dengan bapak Fahruddin Sinaga)
29
M usik pada masyarakat Pesisir Sibolga secara umum adalah Sikambang, dimana Sikambang tersebut merupakan kesenian yang bagian pokoknya terdiri dari tari dan musik yang dalam perkembangannya tidak terlepas dari kelompok masyarakat laut/nelayan. Dimana dari beberapa informasi melalui buku maupun wawancara mengenai keberadaan musik Sikambang dalam hal ini awal munculnya Sikambang secara vocal berawal dari berlayarnya seorang pelaut yang melantunkan syair-syair pantun dengan memukul-mukul papan perahunya sebagai alat musiknya dan disini mulai dikenal dengan Sikambang secara vocal dan selanjutnya dikembangkan oleh masyarkat nelayan yang sudah mengenal nyanyian Sikambang tersebut sehingga dalam perkembangan selanjutnya Sikambang menjadi salah satu kesenian di masyarakat Pesisir Sibolga. Dalam
sejarahnya
awal
Sikambang T.Luckman
Sinar
dan
kawan-kawan
menggambarkan Sikambang berawal dari nama seorang pemuda yang merupakan nahkoda dari puteri Runduk yang berlayar daro Lobu Tua ke Pulau M ursala (Tapanuli tengah). Dalam pelayarannya pemuda tersebut selalu melantunkan syair-syair sambil memukul-mukul papan didinding perahunya, berikut merupakan syair yang dilantunkan pemuda tersebut “pulo banamo haram dewa tampek malape laying-layang, biar diancam samo sewa jangan diputus kasih sayang”,yang selanjutnya dikenal sebagai Sikambang yang dinyanyikan secara vokal. Dalam Sikambang sendiri lagu yang menjadi lagu pokok adalah lagu sebagai berikut, Lagu Duo, Lagu Pulo Pinang, Lagu Perak-perak, Lagu Adok, Lagu Simati Dibunuh, Lagu Sikambang Botan, dan Lagu
Kapri atau yang dikenal dengan (Sikambang Lawik).
Sikambang Lawik ini merupakan repertoar yang paling tua dimana keberadaaanyapada awalnya merupakan salah satu syair yang biasa dinyanyikan oleh seorang dukun untuk mengendalikan angin agar tidak terjadi badai saaat berada di tengah lautan.
30
Alat M usik Pesisir terdiri dari : 1. Gandang Sikambang (M embranophone Single skin frame drums) yang berfungsi sebagai rithem. 2. Gandang Batapik (Double skin cylindrical drums) berfungsi sebagai peningkah dari rithem gandang sikambang. 3. Biola (Chordophone bow lutes) berfungsi sebagai pembawa melodi untuk lagu. 4. Singkadu (Aerophone) berfungsi sebagai pembawa melodi. 5. Carano (Struc idiophone) sejenis tempat yang terbuat dari tembaga dan berfungsi sebagai penentu tempo. Kesenian
Sikambang tersebut
biasanya
dipertunjukkan
dalam
acara-acara
adat/upacara sebagai berikut : 1. Upacara adat pesta Perkawinan 2. Upacara pesta khinatan/sunat rasul 3. Upacara penyambutran tamu/pembesar negeri 4. Upacara penobatan/pemberian gelar 5. Upacara turun karai (turun tanah) mengayun dan menabalkan nama anak (pemberian nama). 6. M enempati /memasuki rumah baru. 7. Pertunjukkan kesenian/pergelaran. 8. Peresmian-peresmian.
31
BAB III PERKAWINAN PADA MAS YARAKAT PES IS IR S IBOLGA
3.1 Sistem Kekerabatan Didalam sistem kekerabatan masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli tengah garis keturunan ditarik dari pihak laki-laki (Patrilinear) dimana dalam hal ini pihak Ayah di masyarakat pesisir adalah orang pertama mengambil keputusan dalam suatu rumah tangga dan apabila dalam keluarga tersebut lahir anggota keluarga baru dalam hal ini anak, maka sianak akan memakai gelar/marga yang dimiliki si ayah. Dalam struktur kekerabatan masyarakat pesisir Sibolga memiliki sistem kekerabatan adat Sumando yang mana bagi masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli Tengah, sumando merupakan ikatan batin yang sangat kuat baik itu hubungan kekeluargaan dan persaudaraan yang mana keputusan mengenai masalah adat dan keluarga tanpa melibatkan semua musyawarah anggota keluarga baik keluarga pihak laki-laki maupun keluarga perempuan yang telah bersatu dengan adat Sumando Pesisir dan disah kan berdasarkan agama Islam. Berbeda dengan pertuturan dalam system kekerabatan komunitas masyarakat adat Batak, yang sudah terstruktur dalam system kekerabatan dalihan natolu, tutur yang sama dapat dituturkan kepada yang tua maupun yang muda, bila posisi kekerabatannya sama. Seperti panggilan Tulang pada saudara laki-laki ibu kita. Tetap dengan panggilan tutur tulang baik kepada abang maupun adik dari ibu kita. Dan kepada isteri mereka tetap dipanggil dengan tutur yang sama yakni Nantulang. Sedangkan pertuturan pada masyarakat adat pesisir Sibolga Tapanuli tengah, berlaku sistem kekerabatan yang tua dituakan, dan yang muda dimudakan. Pertuturan ini selain berorientasi kepada tua dan muda, juga sangat member arti pada tingkat keakraban, kedekatan atau kemanjaan antara mereka yang bertutur. M isalnya seorang adik menyapa
32
abang kandungnya dengan panggilan nama, seperti nama siabang adalah “Erwin”, maka adiknya menyapa abangnya dengan “win”. Pertuturan dalam
keluarga atau perbahasaan dalam masyarakat pesisir Sibolga
Tapanuli tengah sangat beragam dan sama sekali berbeda dengan bahasa tutur dalam masyarakat Batak. Hal itu barangkali berkaitan dengan masyarakat asalnya yang heterogen.
3.2 Adat S umando Pesisir Sumando bagi adat Pesisir Sibolga Tapanuli tengah diartikan sebagai satu kesatuan, yakni pertambahan atau percampuran satu keluarga dengan keluarga lain yang seagama, yang diikat dengan tali pernikahan menurut hukum Islam dan disyahkan dengan suatu acara peresmian yang disebut dengan “baralek” secara adat pesisir. Bagi masyarakat pesisir Sibolga Tapanuli Tengah, Sumando merupakan ikatan batin yang sangat kuat hubungan kekeluargaan dan sangat menghargai serta menghormati ikatan kekeluargaan adat Sumando. Itulah sebabnya dalam mengatasi hal atau peristiwa yang terjadi selalu diputuskan secara musyawarah yang melibatkan semua anggota keluarga. Adapun ketentuan adat Sumando antara lain, pernikahan dapat terjadi apabila sang pria meminang wanita terlebih dahulu, dengan menyerahkan uang hantaran yang disebut “jinamu” sebagai tanda pengikat (bertunangan), adat Sumando tidak mengenal Tuhor seperti pernikahan didalam adat Batak. Dalam adat Sumando tanggungjawab berada dipihak lakilaki dan keturunan yang akan dilahirkan mengikuti marga atau suku orang tua laki-laki, berbeda dengan adat M inang.
33
3.3 Tinjauan Umum Upacara Perkawinan pada Masyarakat Pesisir Sibolga Adat perkawinan pada masyarakat Pesisir Sibolga juga memiliki kekhasan, meski memiliki persamaan/kemiripan dengan etnis M inang dan etnis lainnya tapi dia meiliki pesan adat tersendiri. Semua proses adat perkawinan pesisir Sibolga Tapanuli Tengah dilaksanakan dengan khidmat, sehingga Anak Daro (sebutan untuk pengantin wanita) dan Marapulai (sebutan untuk pengantin laki-laki) dapat merasakan bahwa mereka adalah anak Pesisit Sibolga Tapanuli Tengah. Tidak hanya sekedar ucapan seremonial tanpa arti, mereka juga merasakan tidak hanya sekedar sebagai Raja dan Ratu sehari, tapi tutur kata yang disampaikan oleh petuah-petuah adat, benar-benar dapat menjadi bekal buat mereka dalam mengayuhkan bahtera rumah tangga kelak.
3.4 Urutan Acara pada Upacara Perkawinan Masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah. Adat Perkawinan bagi msyarakat Peisir Sibolga Tapanuli Tengah menurut tradisi dan kebiasaan dapat dilaksankan melalui beberapa tahap seperti yang telah dibiasakan sejak dari zaman dahulu secara turun-temurun sampai sekarang. Adapun urutan dan tata cara yang dilakukan dalam adat tersebut adalah : 1. Risik-risik (memastikan seorang calon) 2. Sirih Tanyo (bertanya kesediann calon) 3. M aminang (menanyakan uang mahar) 4. M anganta kepeng (mengantar uang mahar yang telah disepakati) 5. M ato Karajo ( akad nikah) 6. Adat M alam Sikambang 7. M anjalang-jalang (mohon doa restu orangtua laki-laki)
34
Untuk mengetahui tata cara tahap demi tahap dari pelaksanaan adat istiadat ini diperlukan seorang ahli yang telah berpengalaman mewakili keluarga untuk menghubungi keluarga yang dihajad dan yang dikenal sebagai Talangke yang diberikan kepercayaan untuk mengatur dan melaksanakan amanah. Talangke adalah sebagai utusan dalam keluarga yang bertanggungjawab sebagai wakil olrang tua pihak laki-laki untuk menjalankan adat merisik sampai pada hari pernikahan dan adat manjalang-jalang.
3.4.1 Risik-risik (Memastikan Seorang Calon) Risik-risik dengan pengertian bahwa pihak keluarga laki-laki berkunjung kerumah keluarga pihak gadis yang diinginkan oleh pihak laki-laki untuk bercengkrama ingin mengetahui adakah anak gadis yang diinginkan oleh pihak laki-laki. Risik-risik dilakukan dengan santai, biasanya dilakukan keluarga pihak laki-laki yang disebut “Talangke”. Terlangkai itu dalam menyelidiki perempuan dengan bertandang atau bincang-bincang dengan keluarga perempuan. Risik-risik ini dilakukan oleh beberapa orang tua dan biasanya dilakukan oleh ibu-ibu.
Gbr. Risik_Risik Setelah mengetahui ada seorang gadis dirumah yang dituju maka Talangke akan menyampaikan kepada orangtua laki-laki untuk mempersiapkan kelanjutan untuk menanyakan kesediaan orangtua dari pihak perempuan. Namun begitu keluarga pihak
35
perempuan sudah dapat merasakan maksud kedatangan sanak famili yang agak lain dari biasanya. Setelah pihak laki-laki mengetahui dan mengenal lebih dekat yang akan menjadi calon menantunya, kemudian utusan pihak laki-laki meminta diri untuk kembali kerumah mereka dan memberitahukan adanya seorang Gadis sebagai calon kepada orangtua pihak laki-laki yang telah mengutus mereka. Dalam tradisi M asyarakat pesisir, kedatangan Talangke merupakan suatu hal yang mulia yang disambut penuh persaudaraan karena ada makna yang mulia terkandung didalam pertemuan dan perbincangan yang akan membawa kebahagiaan bagi kedua keluarga.
3.4.2 Sirih Tanyo ( Bertanya Kesediaan Calon) Seminggu kemudian, Talangke laki-laki kembali datang dan mengingatkan kedatangan mereka minggu lalu dan sekarang mereka ingin menjelaskan kedatangan mereka sambil menyodorkan Tepak Sirih (Pohan / Kampi Sirih Bakatuk) yang dibawa pihak laki-laki dihulurkan/diberikan kepada pihak perempuan sebagai adat istiadat pembukaan kata dan menanyakan kesedihan salah seorang putri mereka untuk di persunting. Sirih Tanyo adalah sirih sebagai adat untuk mendapat keputusan atau jawaban pasti dari pada
pihak perempuan. Pihak perempuan juga menghulurkan tepak sirih sebagai
mengawali komunikasi diantara kedua keluarga. Keluarga pihak perempuan kemudian menyatakan setuju menerima lamaran dari pihak laki-laki. Setelah mendapatkan jawaban dari pihak perempuan, pihak laki-laki menanyakan berapa lama tempo adat M eminang. Pihak perempuan kemudian memberikan tempo selama 2 minggu kepada pihak laki-laki unutk mengadakan acara adat meminang/pertunangan. Dan dalam waktu 2 minggu pihak keluarga laki-laki melakukan persiapan petunangan. Termasuk mempersiapkan apa yang diminta sebagai hantaran oleh pihak laki-laki.
36
3.4.3 Maminang (Menanyakan Pemberian Mahar) Setelah waktu yang ditentukan tiba, pihak laki-laki bersiap-siap melaksanakan tugas untuk datang kerumah calon pengantin perempuan. Sebelum berangkat terlebih dahulu diadakan musyawarah dirumah pihak laki-laki agar segala sesuatu yang diminta oleh pihak perempuan nanti dapat diselesaikan dengan baik, dan seorang ketua adat memberikan nasehat kepada semua utusan agar tidak membuat malu kepada pihak keluarga laki-laki. Pada pertemuan itu, disusunlah barang-barang yang akan dibawa kerumah pihak perempuan, seperti Kampi Sirih Bakatuk 2 (dua) buah untuk membuka dan mengawali pembicaraan dan sekaligus disajikan makanan ringan tradisi masyarakat pesisir bernama Nasi Tue. setelah mereka sampai dirumah yang dituju, pihak tuan rumah menyambut kedatangan rombongan pihak laki-laki sambil membawa masuk para tetamunya kedalam rumah dan duduk ditempat yang telah disediakan, maka selanjutnya pihak perempuan mengucapkan selamat datang dan ucapan terimah kasih atas kedatangan yang telah menepati janji untuk melanjutkan perbincangan pernikahan di kedua belah pihak. Sebelum perbincanmgan dimulai, utusan pihak laki-laki menyampaikan Kampi Sirih Bakatuk (Tepak Sirih) kepada tuan rumah satu persatu sehingga semua sanak saudara yang berada diatas rumah mendapat sajian Tepak Sirih sebagai tanda kedatanga pihak laki-laki. Kemudian pihak perempuan menyapaikan ucapan selamat datang “Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatu”, maka dijawab oleh pihak laki-laki dan dilanujtkan oleh pihak perempuan dengan menggunakan pantun Pasisi/Pesisir, sebagai berikut: Dipotong Batang Dicucukkan Dalam Dinanti Tumbu Jaman Kejaman Selamat Datang Kami Ucapkan Kapado S anak Famili Handai Tolan Nan Budiman.
37
Wakil keluarga pihak perempuan kembali bertanya maksud kedatangan pihak laki-laki seolah-olah mereka tidak mengetahuinya, dan berpura-pura tidak pernah bertemu sebelumnya, mereka bertamya : Bapak –bapak dan ibu-ibu sanak famili kami handai tolan sadonyo bak kato urang Pasisi : Kok Balai Kaponcan Bako Nampak Ombank Anak Baranak Kok Buli Kamiko Batanyo Maksud Apo Hajat Dusanak M aka utusan pihak laki-laki menjawab pertanyaan pihak perempuan : Ala Gaharu Cindano Pulo Kok Ala Tau Mangapo Batanya Pulo Mutik Cangke Digunung Tamang Batang Kape Barapi-api Maksud Kami Datang Maminang Datang Maliek Sikandak Ati Kemudian pihak perempuan bertanya pula : Taserak Padi Dek Balam Jongon Gala Kami Halokan Tasirok Ati Kami Didalam Jongon Galak Sajo Kami Katokan Terpesona pihak laki-laki melihat calon pengantin perempuan, karena senang dan menerima kenyataan dengan senyum dan gembira.
38
Utusan pihak laki-laki menjawab : Ala Pata Galewang Adok Pata Ditimpo Kaki Dulang Jangan Cewang Ati Kami Nan Tagok Barapo Kami Mambai Utang
Setelah mendengarkan pantun yang dibawakan oleh kedua belah pihak keluarga, maka wakil dari pihak perempuan menyampaikan jawaban atas permintaan laki-laki mengenai “Uang Bantuan” (mahar) yang akan diberikan oleh pihak laki-laki, apakah mereka bersedia dan sanggup memenuhinya, atau kalaupun tidak bagaimana jalan keluarnya agar hubungan persaudaraan bertambah erat. Setelah masing-masing selesai bermusyawarah maka pihak perempuan menyampaikan kembali hasil musyawarah mereka kepada pihal laki-laki dan kebetulan pengantin perempuan melangkahi kakaknya maka juga dipikirkan apa hadiah yang sesuai untuk diberikan kepada si kakak tersebut. Kemudian pihak laki-laki menjawab tentang keadaan yang dihadapi mereka juga adalah sama. Setelah musyawarah selesai maka pihak perempuan memberitahukan pihak laki-laki tentang permintaan mereka, yaitu berupa Jinamu atau mahar, emas sebanyak sebanyak 10 Gram, Beras 1 Goni, Kelapa 50 Gandeng dan uang sebanyak Rp. 25.000.000,- (zaman sekarang ini) dan seratus duo puluh limo satali serta seekor kerbau (zaman dahulu). M aka pihak laki-laki pun menjawab permintaan pihak perempuan agar jangan terlalu berat beban yang dipikul oleh pihak laki-laki. Setelah musyawarah maka pihak laki-laki mengemukakan hasil musyawarah mereka, antara lain mereka setuju memberikan baju dan kain serta selendang kepada kakak pengantin sebagai Langka Sumangek karena dia lebih dahulu mendapat jodoh, setelah perundingan telah disetujui oleh kedua belah pihak. Kemudian pihak
39
wanita menyatakan kedatangan Pihak laki-laki 2 minggu lagi karena pihak perempuan akan mengundang sanak saudara yang jauh dan dekat.
3.4.4 Manganta Kepeng (Mengantar Mahar yang telah disepakati) Setelah proses meminang dilaksanakan, adat yang di lakukan selanjutnya adalah M anganta Kepeng (mengantar mahar yang telah disepakati). M anganta Kepeng adalah mengantarkan sesuatu pemberian bantuan/hantaran yang telah disepakati dan pada saat acara tersebut akan ditentukan hari pernikahan, dan hal tersebut juga telah disepakati oleh kedua belah pihak. Setelah tiba hari yang ditetapkan, keluarga pihak laki-laki mengadakan pertemuan dan jamuan bersama-sama di rumah pihak laki-laki. Tuan rumah menjemput beberapa Orangtua, Tuan Guru, Alim Ulama, Ketua Adat serta Sanak Saudara dan Jiran Tetangga yang ikut menghantarkan Uang Hantaran (uang Jinamu) yang telah ditetapkan oleh pihak perempuan beberapa minggu yang lalu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Kebiasaan ataupun suatu Tradisi di Daerah Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah ialah menghantarkan Jinamu (mahar) kepada pihak calon pengantin perempuan. Rombongan
Calon
pengantin
laki-laki
telah
berkumpul
dirumahnya
dan
mempersiapkan keperluan yang akan dibawa ketempat calon pengantin perempuan berupa “Uang Bantuan”(mahar) sebanyak Rp. 25.000.000,-, yang zaman dahulu seratus dua puluh lima setali, 1 Goni Beras, 50 Gandeng Kelapa (100 biji kelapa) dan seekor Kerbau. M engenai Emas dan Cincin untuk M ahar atau Jinamu sesuai dengan tradisi orang Pesisir, ia diberikan sewaktu diadakan Akad Nikah bersama dengan pemberian pakaian pengantin selengkapnya serta pakaian untuk hadiah kepada kakak calon pengantin karena telah “M elangkahi” yaitu mendahului kakaknya menikah.
40
Setelah segalanya dipersiapkan seperti : Kampi Sirih Bakatuk yang isinya selengkapnya seperti Beras Kunyit, Lilin, Imbalo, Kemiri, Benang 2 warna, Jarum dan Sirih secukupnya dengan Pinang yang di Kanyam, Pinang Hijau, Pinang Berkulit dan setelah makan bersama dan disudahi dengan doa, maka rombongan calon pengantin laki-laki berangkat menuju kerumah calon pengantin perempuan. Setelah rombongan sampai dirumah keluarga pengantin perempuan, maka rombongan berkumpul bersama-sama sambil menyampaikan salam : Asslamu’Alaikum……..ala datang kami ale……”,lalu salam tersebut disambut hangat oleh pihak perempuan : “Wa’alaikum Salam……Ala Datang Munak Iyo…..Masuklah Dahulu, Jangan lai Malu-malu Munak, anggap sajolah ruma kito sendiri”. Dalam pertemuan tersebut diperlukan pembicaraan yang jelas dan tegas agar tidak terjadi salah paham dibelakang hari sehingga memberikan kesan yang tidak baik kepada kedua pihak. Ikatan pertunangan ini harus dilandasi dengan perjanjian yang patut diikuti oleh kedua belah pihak seperti syarat sebagai berikut : Jika pihak Laki-laki tidak menempati janjinya/memungkiri perjanjian seperti tidak bersedia untui M enikah dengan perempuan yang telah menjadi tunangannya maka segala yang diberikan kepada pihak perempuan tidak akan dikembalikan, kecuali laiki-laki tersebut meninggal dunia atau cacat seumur hidup. Namun perempuan mau dan bersedia unutk menikah dengan tunangannya yang cacat itu maka ia tidak jadi masalah. Jika perempuan yang tidak menepati janji, maka pihak perempuan akan membayar dua kali lipat dari pada pemberian laki-laki, kecuali perempuan itu meninggal dunia atau cacat seumur hidup, yang hal ini tergantung kepada pihak laki-laki apakah lakilaki tesebut bersedia untuk menikah dengan perempuan itu.
41
Perjanjian
tersebut
diadakan
dihadapan
para
sanak
keluarga,
kawan
sekampung/tetangga, dan penghulu kampong serta alim ulama yang diundang untuk menmyaksikan pertunangan tersebut agar kedua belah pihak sama-sama berkenan di hati dalam mengikat tali kekeluargaan. Setelah perjanjian di lafazkan dihadapan para saksi, maka ditetapkanlah tempo pertunangan. Walau sebagaimanapun, kedua belah pihak hendaklah meneriman isi dari perjanjian itu supaya tidak menimbulkan pemikiran yang tidak baik setalah perjanjian dibuat. Pada kebiasannya pertunangan berlangsung selama enam bulan hingga setahun karena kedua belah pihak ingin membuat persediaan perkawinan. Biasanya pihak pengantin perempuan akan mempersiapkan jahitannya atau jika belum pandai menjahit akan diajari oleh kelujarganya menjahit, memasak, mempersiapkan diri menghadapi penghidupan baru yaitu berumah tangga. Setelah perjanjian dilaksanakan, maka rombongan pihak laki-laki memohon izin untuk kembali pulang dan melaporkan perbincangan yang telah ditunggu-tunggu oleh orang tua laki-laki.
3.4.5 Matto Karajo ( Akad Nikah) M ato karajo (Akad Nikah) adalah hari pernikahan yang akan dilangsungkan sesuai dengan Hukum Islam yang diyakini oleh kedau calon pengantin disertai dengan adat Pesisir yang lazaim disebut oleh masyarakat Etnik Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah dengan nama Adat Sumando.
Gbr. M ato Karajo (Akad Nikah) 42
M aka pada hari yang ditentukan bersama, diadakanlah acara pernikahan dirumah pihak perempuan. Namun sebelum diadakan pernikahan, terlebih dahulu diadakan persiapan tertentu oleh kedua belah pihak. Pekerjaan yang diutamakan adalah waktu yang tepat untuk memulai acara yang direncanakan yaitu “M engambik Hari dan M angantungi” yaitu memakai peralatan kebesaran adat pesisir dirumah pengantin laki-laki dan dirumah pengantin perempuan yang dimulai sejak hari kamis, jum’at, pada hari sabtu pernikahan calom pengantin perempuan terlebih dahulu dipersiapkan dengan Bakonde (rambut dipotong sedikit bahagian atas depan oleh orang tua kandung calon pengantin perempuan) yang dipandu Induk Inang dengan peralatan : 1. Pisang M anis satu sisir 2. Kelapa M uda yang diukir satu buah 3. Pisau/Gunting Rambut dan penataan dengan hiasan-hiasan lainnya. Setelah Akad Nikah diadakan M andi Tigo kedua pengantin, disaksikan oleh ibu-ibu sanak famili. Sebelum pesta dimulai, maka pihak keluarga perempuan mengundang para jiran dan tetangga serta pemuda-pemuda dan anak-anak dara maupun orang-orang tua yang pakar tentang adat pesisir untuk dapat membantu melaksanakan pesta perkawinan secara adat pesisir. M enurut tradisi yang menjadi teradat pada masyarakat suku pesisir Sibolga Tapanuli Tengah, jika ada pesta perkawinan yang akan dilangsungkan dikampung, sesuai dengan tradisi maka seluruh pemuda maupun anak dara ikut membantu menyumbangkan tenaga maupun pikiran agar pelaksanaan pesta perkawinan terselanggara dengan baik. Biasanya para pemuda menolong pekerjaan yang berat-berat seperti bertanak nasi, memasak air, memasang taratak maupun memasang hiasan-hiasan pelaminan untuk pengantin yang diawasi oleh seorang “Bidan Pengantin” atau Induk Inang. Dalam hal ini tugas orang tua membantu menyelenggarakan pernikahan dan menerima tamu yang jauh maupun yang dekat, terutama tamu dari pihak laki-laki agar terdapat kesan yang baik sebagai Besan. Layanan yang
43
diberikan ini merupakan penghormatan sehingga terdapat keharmonisan berkeluarga Sumando Orang Pesisir.
3.4.6. Adat malam S ikambang Dulunya sebelum perkembangan adat upacara perkawinan pesisir, seperti yang dikatakan pada penjelasan tentang M ato Karajo (Akad Nikah) bahwa acara adat telah dilaksanakan sebelum Akad Nikah dilakukan. Banyak acara-acara adat yangg dilakukan 2 hari sebelum pernikahan, yaitu : 3.4.6.1 Bainai Gadang (Berinai Besar) Bainai Gadang (berinai besar) dilakukan dirumah pihak pengantin laki-laki. Dimana calon pengantin laki-laki dimalam itu memakai inai yang menghiasi tangan dan kakinya. Dalam acara ini pengantin laki-laki melakukan acara adat malam sikambang dan juga tepung tawar yang dilakukan oleh sanak keluarga pihak calon pengantin laki-laki. Dalam acara ini calon pengantin laki-laki mengenakan pakainan pengantin adat pesisir.
3.4.6.2 Malam Bacilok (Bahaning-haning) M alam Bacilok (Bahaning-haning) atau juga dikenal dengan sebutan baiani Ketek dilakukan di rumah calon pengantin perempan. Acara yang dilakukan sama seperti di rumah calon pengantin laki-laki, memakaikan calon pengantin perempuan inai di tangan dan kakinya, dimalam bacilok atau bahaning-haning ini semua keluarga dan sanak saudara dari pihak perempuan juga ikut memakai inai. Dalam acara ini juga dilakukan adat malam sikambang dan tepung tawar yang mana calon pengantin perempuan mengenakan pakaian pengantin adat pesisir.
44
Gbr. M alam Bacilok (Bahaning-haning) Pada mulanya memasang inai tidak saja upaya menampilkan kecantikan pada bagian dari anggota tangan anak daro, namun juga menurut kepercayaan kat zaman dahulu, kegiatan memeahkan kuku-kuku jari calon anak daro ini juga mengandung arti magis. Ujung-ujung jari yang dimerahkan dengan daun inai dan dibalut daun sirih, mempunyai kekuatan untuk melindungi si calon anak daro dari kemungkinan ada manusia yang iri dengan si calon anak daro. Kuku-kuku yang telah diberi pewarna merah yang berarti juga selama ia berada dalam kesibukan menghadapi berbagai macam perhelatan perkawinannya itu ia akan tetap terlindung dari segala mara bahaya. Setelah selesai melakukan pesta-pesta, warna merah pada kuku-kukunya menjadi tanda kepada orang-orang lain bahwa ia sudah berumah tangga sehingga bebas dari gunjingan kalau ia pergi berdua dengan suaminya kemana saja. Setelah kedua pengantin melakukan adat malam bainai dirumah masing-masing keesokan harinya dilangsungkan Akad Nikah atau M ato Karajo. Dimana kedua pengantin diresmikan menjadi sepasang suami isteri. Dan pada malam hari setelah akad nikah dilangsungkan lah acara Adat M alam Sikambang Basanding (Bersanding) dimana pada malam ini kedua mempelai disandingkan dalam satu pelaminan, acara ini biasanya dilakukan di rumah pengantin perempuan.
45
Gbr. Pengantin dan Pelaminan Pesisr Sibolga Tapanuli Tengah
Dalam acara Adat M alam Sikambang Basanding ini kedua mempelai tidak langsung didudukkan dalam satu tempat, ada urutan-urutan acara adat yang harus diikuti oleh pihak pengantin laki-laki. Awalnya pengantin laki-laki didudukkan dalam sebuah Kereta-Kereta yang merupakan tempat duduk pengantin laki-laki yang juga berada di satu ruangan dengan pengantin wanita yang duduk di Tampek Anak Daro (Pelaminan). Acara dibuka dengan Tari Saputangan yang diiringi Lagu kapri. Tarian ini menggambarkan suatu cerita/kisah pergaulan diantara muda-mudi masyarakat di daerah Sibolga Tapanuli Tengah dalam mengikat tali persaudaraan antara satu dengan lainnya sehingga masyarakat Pesisir bisa menjalin keakraban dan terbuka terhadap siapapun.
Gbr. Tari Saputangan Setelah Tarian Saputangan acara dilanjutkan dengan penampilan Tarian Selendang yang diitingi Lagu Duo. Tarian ini menggambarkan kisah seorang pemuda dan sorang pemudi yang sedang dalam memadu janji untuk melanjutkan hubungan mereka hingga 46
menjadi suami isteri, agar orang tua kedua pihak dapat menentukan sikap sehingga orang tua laki-laki tidak enggan mengutus seorang “Telangke” untuk merisik keluarga perempuan agar dapat dijadikan sebagai menantu.
Gbr. Tari Selendang Setelah Tarian Selendang, dilanjutkan dengan Tari Payung yang diiringi lagu Kapulo Pinang. Tarian ini menggambarkan suatu kisah sepasang suami isteri yang baru saja melangsungkan perkawinan,. Pada suatu hari sang suami akan meninggalkan isterinya pergi berlayar mengarungi lautan untuk mencari nafkah di negeri orang dalam memenuhi tanggung jawab sebagai suami dengan mempergunakan kapal yang membawa dagangannya dari Pulau Poncan Ketek ke Pulau Pinang M alaysia.
Gbr. Tari Payung Selanjutnya pengantin laki-laki (M arapulai/M arapule) akan bersanding dengan pengantin perempuan (Anak Daro), tetapi sebelumnya prosesi ini diselingi dengan acara adat Dampeng. Dimana salah seorang alek atau anggota Sikambang menyanyilan lirik-larik 47
pantun yang akan menghantarkan M arapule untuk disandingkan dengan Anak Daro. Biasanyan Alek bisa bernyanyi sampai 12 lirik pantun yang dinyanyikan, lalu pengantin lakilaki (M arapule) perlahan berjalan diatas kain kuning hingga alek selesai menyanyikan 12 lirik pantun, dan pengantin laki-laki (M arapule) bersanding dengan Anak Daro di Tampe Anak Daro (pelaminan). Setelah kedua mempelai bersanding di pelaminan acara malam Sikambang dilanjutkan dengan penampilan Tari Kipas yang diiringi Lagu Perak-Perak. Tarian ini menggambarkan kesedihan seorang ibu yang akan melepaskan anaknya untuk pergi meninggalkannya dan memasuki keluarganya yang baru.
Tarian terakhir yang
dipertunjukkan adalah Tari Anak yang diiringi Lagu Sikambang. Tarian ini mengisahkan seluruh rangkaian peristiwa yang terjadi, mulai dari rasa gembira hati menyambut kelahiran sibuah hati sampai kepada perjalanan mencari seorang tabib atau dukun dan obat bagi seorang anak yang sakit. Tetapi pada initinya Tari Anak Tersebut bermaksud unutk mendoakan agar hubungan orang tua dan anak berlangsung dengan baik dan semakin di berkati kedepannya. Serta kedua mempelai didoakan semoga segera mendapatkan keturunan yang semakin menyempurnakan keluarga mereka. Akhirnya acara Adat M alam Sikambang ditutup dengan Talibun. Talibun merupakan sebuah nyanyian panjang yang dipersembahkan kepada kedua mempelai pengantin yang sedang bersanding. Nyanyian Talibun ini pada initinya memuja kebesaran raja Bandahari, yaitu seorang penguasa yang berkedudukan di Pulau Poncan Sibolga. M enurut ketentuan adat istiadat, sebelum menyanyiakan lagu Talibun terlebih dahulu pihak keluarga (yang punya hajatan) menghidangkan bermacam-macam kuekepada rombongan pesikambang. Kue dihidangkan didalam “abun” (tempat kue), bila abun sudah disodorkan maka kuenya tadi harus pula diambil dan dicicipi. Sedangkan yang mengambil kue berhutang budi kepada yang
48
punya hajatan. Hutang budi tidak ditebus dengan uang melainkan membayarnya dengan Talibun.
3.4.7 Manjalang-jalang dan Pertunjukan ( Mohon doa restu dari orang tua ) M enurut tradisi masyarakat suku Pesisir Sibolga Tapanuli tengah seminggu setelah pesta perkawinan dilaksanakan, kedua pengantin diwajibkan untuk mengunjungi Ibu-Bapak pihak laki-laki untuk menyampaikan sembah sujud dan memohon Doa Restu, karena pengantin laki-laki akan berpisah dengan kedua orang tuanya dan akan bertempat tinggal dirumah orang tua istrinya (M ertuanya) sehingga pasangan Suami Isteri in memperoleh seorang anak dari perkawinan mereka. Pengantin akan ditemani kaum kerabat dari keluarga perempuan untuk mengunjungi mertua mereka, maka terlebih dahulu dipersiapkan makanan serta kue-kue untuk dibawa dan diberikan kepada orang tua laki-laki. Kedua pengantin memakai pakaian tradisi Pesisir, yang perempuan memakai pelekat dan selendang M aduara dan laki-laki memakai baju Gunting Cino, Sarung Sesamping dan
memakai Peci. Pada kesempatan yang sama juga kedua
orangtua atau M ertua mereka juga membuat persiapan untuk menyambut menantu dan anak mereka dengan menyiapkan tempat duduk khusus untuk kedua pengantin secara Adat Pesisir. Pada umunya masyarakat susku Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah bila telah mempunyai seorang menantu, mertuanya sangat sayang kepada menantunya, walaupun lakilaki ataupun perempuan. Hubungan kekeluargaan pada masyarakat suku Pesisir sangat erat antara satu dengan yang lainnya, baik sesama menantu maupun sesama besan.
49
BAB IV FUNGS I DAN S TRUKTUR TARI ANAK 4.1 Deskripsi Tari Anak Tari Anak merupakan salah satu tarian tradisional pada masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah. Tarian ini dimainkan secara berpasangan dan menggunakan pakaian pesisir, dimana tarian ini menggunakan properti seperti selendang 2 helai, kain sarung, galeta (tempat air), keranjang (kampi sirih), dan boneka anak yang dibungkus dengan kain panjang. Tari Anak ini tidak hanya dimainkan dalam upacara adat perkawinan masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah, namun tarian ini dapat digunakan dalam acara-acara lain seperti Sunat Rasul, Turun Ka Rai, M asuk Rumah, dan Ulang Tahun. Tari Anak biasanya dimainkan oleh sepasang penari, laki-laki dan perempuan dewasa. Dalam penyajiannya Tari Anak tersebut diiringi musik dan lagu Sikambang. Dalam sebuah tarian musik merupakan hal yang sangat penting, karena tanpa musik tarian akan terasa tidak menarik dan terasa hambar untuk ditonton.
4.1.1. Asal Usul Tari Anak Tari Anak ini awalnya berasal dari sebuah legenda yang dipercayai oleh masyarakat Pesisir Sibolga tapanuli Tengah. Dimana dalam legendanya menceritakan tentang perjuangan orang tua yang menginginkan kesembuhan untuk anak nya yang sedang sakit keras. Tanpa memikirkan jauhnya tempat yang ditempuh orang tua anak tersebut memiliki keinginan yang besar untuk kesembuahan anak mereka. Setelah melewati pulau dan menyebrangi lautan orang tua tersebut akhirnya sampai ditempat seorang tabib (dukun) yang dipercayai dapat menyembuhkan penyakit anak tersebut. setelah diobati tabib (dukun) tersebut akhirnya sianak pun sembuh dari sakit kerasnya. Lalu mereka pun pulang dan menjalani keluarga yang bahagia.
50
Para orang tua dulu mempercayai adanya legenda tersebut, maka untuk mengenang cerita legenda tersebut dibuatlah Tari Anak tersebut yang mana akan mengingat kan semua orang tua atau yang akan menjadi orang tua mendapatkan anak-anak yang soleh dan soleha, sehat, dan berbakti kepada orang tua. Serta mendoakan agar hibungan orangtua dan anak dapat berlangsung dengan baik dan semakin diberkati kedepannya.
4.1.2. Pengertian Tari Anak Dalam pengertiannya Tari Anak merupakan tarian yang berisikan doa, petuah-petuah, dan harapan-harapan. Dalam upacara adat perkawinan masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah Tari Anak berisikan petuah-petuah, doa, dan harapan-harapan agar dalam rumah tangga kedua mempelai segera memiliki keturunan yang baik, sehat, dan berbakti kepada orang tua. Dalam acara-acara lain, yang mempertunjukan tari Anak ini pun memiliki pengertian dan maksud yang sama
4.2 Tari Anak Dalam Upacara Adat Perkawinan Dalam upacara adat perkawinan tersebut, Tari Anak dalam penyajiannya dimainkan oleh sepasang penari laki-laki dan perempuan. Dimana dalam penyajiannya Tari Anak tersebut berada pada siposisi ditengah-tengah tepat didepan Anak Daro dan M arapulai. Hal ini dilakukan agar seluruh M alam Sikambang Basanding Duo ini dapat dengan jelas disaksikan oleh kedua mempelai.
51
4.2.1. Penyajian Tari Anak Dalam Upacara Perkawianan Masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah Dalam penyajiannya pada upacara adat perkawinan masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah Tari Anak ini dipertunjukkan pada malam Sikambang Basanding Duo. Pada waktu acara malam Sikambang Basanding Duo ini kedua mempelai telah sah menjadi suami isteri. Dimana urutan acara M alam Sikambang Basanding Duo adalag sebagai berikut : 1. Dibuka dengan Tari Saputangan yang diiringi Lagu Kapri 2. Dilanjutkan dengan Tari Selendang yang iringi Lagu Duo 3. Kemudian Tari Payung yang diiringi Lagu Kapulo Pinang 4. Lalu acara adat Dampeng 5. Kemudian dialnjutkan dengan Tari Kipas yang diiringi Lagu Perak-Perak 6. Tari Anak yang diiringi Lagu Sikambang 7. Diakhiri dengan Talibun Semua urutan acara tersebut menggambarkan perjalanan kedua mempelai dari awal perkenalan hingga memasuki jenjang perkawinan. Serta dalam acara tersebut digambarkan suasahan hati orang tua yang akan melepaskan anaknya untuk menjalani kehidupan berumah tangga, dan nasihat-nasihat serta harapan kepada kedua mempelai semoga segera mendapatkan keturunan dalam rumah tangga mereka.
4.3. Fungsi Tari Anak Dalam Upacara Adat Perkawinan M enurut fungsinya, tari-tarian di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok tari upacara, kelompok tari bergembira atau tari pergaulan yang sering juga disebut tari sosial , dan kelompok tari teatrikal atau tari tontonan.
52
Tari Upacara adalah tari yang khusus berfungsi sebagai sarana upacara agama dan adat yang banyak terdapat di daerah-daerah yang masih bertradisi kuat, serta diwilayah yang masih kuat memelihara agama, contohnya agama Hindu seperti di Bali. Di Bali setiap upacara agama dan adat pasti ada diiringi dengan tari-tarian.
Yang dimaksud dengan tari bergembira atau tari pergaulan, ialah tari yang berfungsi sebagai sarana unutk mengungkapkan rasa gembira atau pergaulan, biasanya pergaulan antara pria dan wanita. Tetapi sesuai dengan perkembangan zaman banyak kalangan muda yang lebih senang kepada tari pergaulan dari Barat seperti Ballroom dance. Padahal di Indonesia banyak sekali tari-tari pergaulan yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman misalnya Tari Lenso dari M aluku, Tari Serampang Dua Belas dari Sumatera Utara, Tari Joget dari Bali, Tari Saputangan dari Peisir Sibolga Tapanuli Tengah. Tari Teatrikal (theatrical dance) merupakan tari yang garapannya khusus untuk pertunjukkan. Jenis tarian tersebut disebut teatrikal karena diselenggarakan ditempat pertunjukkan yang khusus atau teater, baik tempat itu berupa gedung pertunjukkan tradisional, modern, maupun arena terbuka. Tari Anak ini berbentuk sendratari atau tari bercerita yang ditarikan oleh sepasang penari laki-laki dan perempuan yang menggunakan properti dalam tariannya. Dimana menurut fungsinya Tari Anak merupakan tarian yang dikelompokkan dalam Tari Upacara yang mana Tari Anak ini dipertunjukkan dalam Upacara Adat Perkawinan dimalam Sikambang pada masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah. Berkenaan dengan fungsi musik, menurut Alan P. M erriam terdapat sekurangkurangnya sepuluh fungsi musik, (1) fungsi pengungkapan emosional, (2) fungsi penghayatan estetis, (3) fungsi hiburan, (4) fungsi komunikasi, (5) fungsi perlambangan, (6) fungsi reaksi jasmani, (7) fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial, (8) fungsi
53
pengesahan lembaga sosial dan upacara agama, (9) fungsi kesinambungan kebudayaan, (10) fungsi pengintegrasian masyarakat. Selanjutnya fungsi-fungsi diatas akan dijadikan sebagai dasar pembahasaan berkenaan dengan fungsi Tari Anak dalam Upacara Adat M alam Sikambang di Kecamatan Sibolga Kota.
4.3.1. Fungsi Pengungkapan Emosional Pada dasarnya semua tari berfungsi sebagai pengungkap emosional, baik melalui gerak yang dihasilkan maupun penyajiannya. Emosional penyajiannya tertuang melalui teknik gerak tarian itu sendiri, sehingga daripadanya akan muncul suatu ungkapan dari setiap gerakan tarian yang disajikan. Pengungkapan gerak tari yang dihasilkan dari Tari Anak secara otomatis akan menimbulkan emosi bagi para penari itu sendiri maupun orang yang melihat tari itu. M usik Sikambang sebagai pengiring tari ini akan berpengaruh juga bagi para pemusik, dimana musik akan membangkitkan emosi atau semangat untuk menari. Dengan menghayati setiap musik yang dimainkan, maka akan timbul suatu kesadaran yang dapat membantu mengekspresikan emosi, baik itu bagi pemain musik maupun para penari.
4.3.2. Fungsi Hiburan Dalam pelaksanaannya Tari Anak dalam acara Adat M alam Sikambang ini juga merupakan sebagai hiburan. Hiburan bagi masyarakat sekitar, keluarga kedua mempelai dan terutama untuk kedua mempelai. Hal tersebut dapat dilihat dari masyarakat dan keluarga yang setia menikamati acara M alam Sikambang ini sampai selesai, padahal acara ini selesai sampai tengah malam.
54
4.3.3. Fungsi Komunikasi M usik Sikambang dalam hal ini sebgai musik pengiring Tari Anak akan menghasilkan melodi dan ritem yang baik apabila ada komusikasi dari setiap alat musik yang dimainkan, maka akan menghasilkan tatanan musik yang baik juga. Begitu juga dengan Tari Anak, masing-masing penari juga harus melakukan komusikasi yang baik agar setiap gerakan yang dihasilkan juga baik. Tidak hanya masing-masing penari tetapi penari juag harus saling berkomunikasi dengan pemusik agar setiap gerak dapat digerakkan dengan baik dan indah sesuai dengan musik yang dimainkan. Fungsi komunikasi dari Tari Anak juga sebagai perantara untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang melihat tarian ini dan terkhusus dalam acara Adat M alam Sikambang ini adalah
kedua
mempelai. Dimana dalam Tari Anak
ini
ingin
mengkomunikasikan kepada pengantin akan harapan-harapan dalam mendapatkan sebuah keturunan dan menjaga sebuah keluarga yang baik dan harmonis kedepannya.
4.3.4. Fungsi Pengesahan Lembaga S osial dan Upacara Agama Dalam upacara Adat M alam Sikambang ini fungsi Tari Anak yang diiringi musik pengiring yaitu untuk mengesahkan atau menandakan bahwa sedang diadakan acara Adat M alam Sikambang. M usik Sikambang memiliki peranan penting dalam acara tersebut, apalagi jika musik Sikambang tidak ada maka Tari Anak tidak akan berlangsung dalam acara adat M alam Sikambang tersebut.
Dengan ada nya acara M alam Sikambang akan
menyempurnakan acara adat tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan musik Sikambang dalam acara adat M alam Sikambang adalah sebagai fungi pengesahan lembaga sosial dan upacara agama.
55
4.3.5. Fungsi Pengintegrasian Masyarakat. Selain berfungsi sebagai hiburan, Tari Anak yang diiringi M usik Sikambang juga digunakan unutk menyatukan masyarakat sekitar. Hal ini dibuktikan
dengan adanya
penampilan tari-tarian dan musik dalam acara Adat M alam Sikambang ini masyarakat sekitar bersama-sama hadir dan melibatkan diri membantu terwujudnya acara tersebut. Hal ini juga terlihat dimana dalam Tari Anak keindahan gerak yang dibawakan oleh penari. Ini terjadi karena adanya kerjasama dan kesatuan dengan musik pengirngnya, karena kalau tidak ada kekompakan pasti akan terjadi kekacauan diantara pendukung acara. Dengan demikian kehadiran Tari Anak yang diringi M usik Sikambang ini berfungsi sebagai benda pengintegrasian bagi individu-individu yang ada didalamnya.
4.4. S truktur yang digunakan dalam Tari Anak M enurut Sal M urgiyanto tari merupakan cabang seni pertunjukan tertua yang lahir bersamaan dengan kebudayaan manusia. M enurutnya tari-tari M elayu Riau dan Sumatera Utara disebut sebagai daerah pusat Budaya M elayu. Dalam hal ini Tari Anak di kebudayaan Pesisir yang memiliki hubungan dengan tarian sejenis dalam kebudayaan M inangkabau dan M elayu. Dalam struktur penyajiannya seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa Tari Anak dipertunjukkan dalam acara terakhir sebelum acara Talibun dimainkan. Karena dalam setiap acara dari awal sampai akhir saling berhubungan satu sama lain, terutama dalam tarian yang dimainkan yang merupakan perjalanan kedua mempelai dari masa perkenalan hingga kejenjang perkawinan. Tari Anak dimainkan dalam acara adat malam sikambang agar kedua mempelai dapat melihat perjuangan orang tua yang sangat menginginkan kesembuhan untuk anaknya yang
56
sedang sakit kesar, dan menggambarkan sebuah doa-doa dan harapan-harapan orang tua kedua mempelai untuk keturunan yang sehat, baik, tanpa kekurangan suatu apapun.
4.4.1. Pola lantai yang dipakai dalam Tari Anak Yang dimaksud dengan pola lantai adalah pola atau garis-garis yang dilalui oleh seorang penari maupun sekelompok penari yang akan membentuk sebuah formasi. Dimana penari akan menari sesuai dengan gerak dan pola-pola lantai yang telah ditentukan yang mana nantinya dalam penyajiannya tarian ini akan semakin lebih menari. Pola lantai yang dipakai dalam Tari Anak hanya berhadap-hadapan dan berpindah tempat. Berikut beberapa gambar pola yang digunakan.
Gbr. Pola lantai Tari Anak Tari Anak merupakan tari yang mengalami komposisi gerak tari garapan. Berdasarkan bentuk geraknya Tari Anak adalah jenis tari representasional yaitu tari yang menggambarkan sesuatu secara jelas yang mana gerak-gerak dalamnya terkandung gerak-gerak maknawi (gesture) dan gerak-gerak murni (pure movement). Namun demikian dalam garapannya tari representasional lebih banyak menggunakan bentuk gerak-gerak murni yang menbuat tari itu lebih mengarah ke bentuk pantomim. 57
Gbr. Gerakan Tari Anak yang berbentuk gerakan murni
4.4.2. Ragam Gerak Dalam Tari Anak Berikut merupakan ragam gerak yang terdapat dalam Tari Anak yang mana gerakan ini dilakukan dalam tiap hitungan 1x8 ; No
Pola lantai
Gambar
1
X
Keterangan X dan Y melakukan gerakan hormat Gerakam ini ditarikan dalam hitungan 1 x 8
Y
2
Penari X dan Y saling berhadapan, dengan hitungan 1 – 4 X
Y
58
3
X
hitungan 1x8 X dan Y menggerak-gerakkan selendang keatas dan kebawah dan melakukan gerakan bunga-bunga silat
Y
4
X
1x8 X berjalan dengan gerakan step kerarah Y dengan menggerakan sekendang keatas dan kebawah dan Y dengan gerakan step ditempat sambil menggerakan selendang dengan gerakan yang sama.
Y
5
1x8 Y bergerak step ke sebelah kana boneka dengan menggerakkan selendang keatas dan kebawah. Begitu juga dengan X yang menari ditempatnya dengan gerakan yang sama.
Y X X
6
penari X dan Y : 1x8 melakukan gerakan setengah duduk mendekati boneka bayi. Penari Y menunduk sambil melakukan gerakan seperti meratap.
Y X
Y X
59
7
Y
hitungan 1x 8 penari X berdiri sambil menggerak-gerakkan selendangnya seperti sebelumnnya dan pada hitungan 5-8 diikuti penari Y
X
8
1x8 penari Y membelakangi penari X dengan gerak berjalan sambil menggerakkan sisi selendang secara bergantian, sedangkan penari X menggerakkan selendang keatas dan kebawah.
Y X
9
Pada hitungan 1x8 penari X dan Y setengah duduk dan penari Y melakukan meratap sama seperti gerakan sebelumnya
Y X
10
Posisi Penari X dan Y dalam hitungan 1x8 sudah berdiri dan saling berhadapan sambil menggerakkan selendang keatas dan kebawah.
Y X
11
1x8 penari X dan Y saling berpindah tempat dengan gerakan step dengan melakukan gerakan menggerakgerakkan selendang seperti sebelumnya hingga kedua penari
Y
X
60
saling berhadapan penari Y dalam hitungan 1x8 berada pada posisi setengah duduk dan penari X berputar kekanan dengan gerakan step. Hitungan 1x8 berikutnya penari X mengalungkan selendangnya ke penari Y yang sedang melakukan gerakan meratap
12
X
Y
X Y
13
Penari X hitungan 1x8 berputar melenggang kekanan hingga berhadapan dengan penari Y yang melilit salah satu selendang dan membuat nya menjadi penutup kepala
X Y
X
Y
61
14
X Y
penari Y hitungan 1x8 berdiri dan penari X melenggang kesebelah penari Y dan berhadapan dengan boneka bayi
Y
X
Y
15
X
Hitungan 1x8 penari X menunduk dan mengangkat boneka bayi dan penari Y berputar kanan sambil mengerakkan selendangnya keatas dan kebawah Hitungan 1x8 membawa boneka bayi hingga perhadapan dengan penari Y, da penari Y mulai mempersiapkan selendangnya untuk dijadikan gendongan
Y
16
X Y
X
Y
62
17
X
Y
X Y
Y
Penari X dan Y hitungan 1x8 saling berhadapan dan melakukann gerakan mengayun boneka bayi. dan hitungan 1x8 penari X dan Y berputar kekanan sesuar arah masingmasing
18
X
Y
X
Y
Penari X dan Y melakukan gerakan yang sama, mengayun boneka bayi tersebut dan berputar seperti gerakan sebelumnya
63
19
X
Y
X
Y
Penari Y hitungan 1x8 memperbaiki letak bayi dalam selendang yang dijadikan kain gendongan tersebut, sedangkan penari Y melakukan gerakan tarian silat
20
Penari X dan Y hitungan 1x8 melenggang berpindah tempat dengan gerakan step hingga kedua penari saling berhadapan X
Y
21
Y
X
Pada hitungan 1x8 penari X mengambil galeta dan keranjang yang ada dibawah sedangkan penari Y berjalan melenggang sambil memainkan bagian lain selendangnya hingga kedua penari berpasangan
X
Y
64
22
Penari X dan Y ditungan 1x8 melenggang dengan gerakan step kedepan X
Y
X
Y
23
X
Y
1x8 penari X dan Y berputa melenggang kekiri dengan gerakkan step hingga posisi kedua penari menghadap depan
Y
X
65
24
X
gerakan terakhir penari X dan Y bergerak step sambil melenggang keluar ruang pertunjukan menandakan tarian telah selesai.
X
Keterangan: X = penari laki-laki Y = penari perempuan = posisi penari berdiri = posisi penari duduk = berpindah dari posisi kiri ke posisi kekanan = berpindah dari posisi kanan ke posisi kekiri = posisi saling berhadapan Semua gerakan Tari Anak ini ditarikan dalam tempo yang lambat.
4.4.3. Makna S etiap Gerak yang Dibawakan Dalam Tari Anak Sesuai dengan bentuknya Tari Anak merupakan tari yang representasional yaitu tari yang menggambarkan sesuatu dengan jelas. Seperti yang telah diketahui bahwa Tari Anak merupakan sendratari (tari bercerita) jadi dalam tiap geraknya pasti memiliki makna atau arti. Tarian dimulai dengan gerakan hormat sebagai pembuka salam sebelum memulai gerakan tarian, dimana kedua telapak tangan penari diarahkan kedepan dan sejajar dengan kuping dan perlahan turun diikuti badan yang agak sedikit menunduk sesuai dengan musik ataupun ketukan lagu yang dimainkan.
66
Gbr. Gerakan Hormat Selanjutnya setelah gerakan hormat dilakukan kedua penari berdiri, saling berhadapan dan memulai tariannya. Dalam gerakan ini penari laki-laki melakukan silat atau disebut juga bunga-bunga silat yang mana gerakan ini memperlihatkan kegagahan seorang suami dalam memimpin, melindungi keluarganya, sedangkan penari perempuan memainkan selendangnya dengan lembut yang menandakan kelemahlembutan seorang ibu.
Gbr. Bunga-bunga Silat Dalam gerakan selanjutnya ada gerakan meratap, dimana penari perempuan dengan gerakan setengah duduk sambil menunduk dan mengelus-elus boneka bayi. Dimana gerakan ini menggambarkan kesedihan yang mendalam dari seorang ibu yang anak sedang mengalami sakit yang sangat keras, dan elusan seorang ibu adalah agar sianak tenang dan tidak merasakan sakit yang dideritanya. Sedangkan penari laki-laki memperlihatkan ketegaran yang ditunjukkan seorang pria dan selalu berada disamping isterinya untuk memberikan semangat dan harapan-harapan yang positif dalam kesembuhan anak mereka.
67
Gbr. Gerakan M eratap
Gerakan selanjutnya dimana penari perempuan berdiri dan mengibas-ngibaskan sisi sebelah kanan dan kiri selendang yang dipakainya. Dimana dalam pengertiannya hal tersebut dilakukan untuk mengusir segala hal yang buruk, terutama segala sakit-penyakit yang mendekati si anak tersebut. Hal tersebut juga disertai doa-doa penyembuhan untuk si anak yang sedang sakit. Sedangkan sang suami menjagai si anak dan memperhatikannya.
Gbr. Gerakan M engibas-ngibaskan Selendang Setelah itu penari laki-laki mengalungkan selendang milik nya untuk penari perempuan. Dimana selendang tersebut berfungsi untuk menutupi bagian kepala dari penari perempuan tersebut. dalam pengertiannya sang suami ingin menenangkan pikiran isterinya agar tidak terlalu memikirkan keadaan si anak tesebut yang nantinya membuat terganggu kesehatannya. Sang suami juga ingin menenangkan iaterinya dengan memberikan harapan bahwa si anak akan baik-baik saja. Sebagai kepala rumah tangga sang suami bertugas untuk melindungi keluarganya.
68
Gbr. Gerakan M engalungkan Selendang Gerakan selanjutnya adalah gerakan mengayun bayi. Gerakan ini kedua penari melakukan gerakan mengayun bayi, yang dalam ceritanya si anak menangis karena penyakit yang dideritanya. Karena kedua orang tuanya kasian melihat si anak ini maka diayunlah dia agar supaya si anak merasa tenang, dan aman. Sehingga si anak pun tidak merasakan sakit dan berhenti menangis.
Gbr. Gerakan M engayun Anak Gerakan selanjutnya adalah gerakan menggendong anak. Dalam ceritanya ayah si anak telah menemukan seorang tabib/dukun yang dapat menyembuhkan penyakit si anak tersebut. jarak yang ditempuh untuk sampai ketujuan sangat jauh, karena itu si anak harus digendong selama perjalanan hingga samapai ditempat tujuan. Dan dalam persyaratannya orang tua si anak membawa Galeta (tempat air) dan Keranjang. Selama mempersiapkan perlengkapan yang dibawa, sang isteri menggendong si anak, karena secara batiniah seorang anak lebih dekat dengan ibunya. Sehingga rasa sakit yang dirasakan si anak bisa tidak terasalagi, dan si anakpun tertidur dalam pelukan ibunya. Gerakan menggendong anak ini menjadi gerakan penutup dalam tarian Tari Anak ini.
69
Gbr. Gerakan M enggendong Anak
4.4.4. Perlengkapan yang Dipakai Dalam Tari Anak Beberapa perlengkapan yang perlu dipersiapkan dalam penyajian Tari Anak, yang mana perlengkapan tersebut nantinya akan mendukung jalannya penyajian Tari Anak dalam acara adat M alam Sikambang. Persiapan juga harus dilakukan secara maksimal dalam penyusunan tempat dan penataan agar menghasilkan tarian yang baik. Perlengkapan dalam penyajian tarian ini diantaranya panggung, kostum, properti yang dibutuhkan dalam penyajian tarian tersebut. semuanya harus dipersiapkan dengan teliti agar semua berjalan dengan lancar. Perlengkapan ini juga harus saling melengkapi satu sama lain agar dalam penyajiannya nanti tidak menadapatkan kendala.
4.4.4.1. Panggung Panggung untuk penyajian Tari Anak berada tepat ditengah-tengah ruangan didepan pelaminan dan diatas tikar. Semua perangkat acara berada dalam ruangan yang sama, berbeda dengan pemain musik sebagai pengiring tarian yang berada disisi sebelah kanan, kiri maupun di depan pelaminan. Besar kecilnya tempat penyajian Tari Anak ditentukan oleh besar kecilnya ruang dalam rumah yang punya hajatan (pesta). Disetiap penampilannya, penari Tari Anak yang dibutuhkan dalam setiap acara M alam Sikambang hanya sepasang penari. Penari yang dimaksudkan disini adalah penari dewasa agar pesan yang dibawakan dalam tarian 70
dapat tersampaikan dengan baik,
khususnya untuk kedua pengantin. Dalam penyajian Tari Anak ini posisi properti yang dipakai diletakkan dibawah ditengah-tengah kedua penari.
Gbr. Posisi properti yang dipakai dalam Tari Anak
4.4.4.2. Kostum Tata rias dan tata pakaian yang tepat, berguna memperjelas sesuai dengan tema tari yang disajikan dan akan dinikmati oleh penonton (Soetedjo, 1983 : 48 dalam Laporan Penelitian A SKI oleh Risnawati). Setiap tarian tradisional pasti memiliki dan memakai kostum sesuai dengan tari yang dimainkan. Seperti penari pesisir melayu lainnya, kostum yang dipakai dalam tari anak ini adalah baju koko, celana panjang, songket, peci, dan selendang, ini yang dikenakan penari laki-laki. Sedangkan penari perempuan mengenakan kebaya melayu, rok songket, selendang, menakai sanggul dan aksesoris rambut.
Gbr. kostum Tari Anak
71
4.4.4.3. Properti tari Yang Digunakan Properti tari merupakan peralatan atau perlengkapan yang digunakan dalam tarian. Penggunaan properti dalam Tari Anak ini adalah agar pesan dari tarian tersebut dapat dengan mudah dimengerti oleh orang-orang yang melihatnya, dan dalam penyajiannya pun Tari Anak ini akan semakin menarik. Tari Anak menggunakan properti dalam tariannya. Boneka bayi, Keranjang, Galeta (tempat air), dan 2 selendang merupakan properti yang digunakan.
Gbr. Properti Tari Anak
4.4.5. Alat Musik Yang Dipakai Dalam Mengiringi Tari Anak Sikambang merupakan kesenian yang berasal dari pesisir Sibilga Tapanuli Tengah. Kesenian Sikambang secara umum mewakili seluruh kesenian yang berlaku bagi masyarakat Pesisir Pantai Barat Sumatera, mulai dari M eulaboh di Banda Aceh, terus ke Tapanuli, M inangkabau dan Bengkulu. Kesenian Sikambang yang bagian pokoknya terdiri dari “tari” dan “nyanyi” (seni-tari), mengemban unsur kebudayaan bernafaskan seni budaya. Tidak heran jika Sikambang tetap eksis sejak zaman dahulu kala hingga sekarang pada zaman modernisasi. Kesenian ini mengemban falsafah-falsafah kontemporer yang sarat makna, bercorak petuah, berirama lagu dan berwujud tari. M usik yang mengiringi Tari Anak ini adalah lagu Sikambang, dimana dalam lagu Sikambang ini hanya menggunakan dua alat musik saja, Akordion dan Gandang Sikambang.
72
Berikut penjelasan tentang alat musik yang digunakan dalam musik Sikambang sebagai pengiring tari Anak tersebut.
4.4.5.1. Akordion
Akordeon merupakan alat musik sejenis organ. Alat musik ini relatif kecil, dan dimainkan dengan cara digantungkan di leher. Pemusik memainkan tombol-tombol akord dengan jari-jari tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memainkan melodi lagu yang dibawakan. Pada saat dimainkan, akordeon didorong dan ditarik untuk menggerakkan udara di dalamnya. Pergerakan udara ini disalurkan ke lidah akordeon sehingga menimbulkan bunyi.
Gbr. Pemain Akordion
4.4.5.2. Gandang Sikambang Gandang Sikambang terbuat dari kayu bulat dengan bagian atasnya dilapisi kulit kambing sedangkan bagian satu lagi dibiarkan kosong. Bagian yang kosong diganjal dengan kayu tipis diikat dengan rotan guan stem bunyi. Dalam organologinya Gandang Sikambang ini masuk kedalam kliasifikasi jenis frame drum.
73
Gbr. Pemain Gandang Sikambang
4.4.6. Hubungan Tari dan Musik Penyajian musik sebagai pengiring tari merupakan hal yang terpenting dimana musik dapat membantu tempo serta menambah serta menambah keindahan dari tarian tersebut dan juga dapat mewakili awal dan akhir dari tarian sehingga terdapat suatu keharmonisan diantara penari dan musik. Sal M ugiarto (1972:33) mengatakan bahwa, iringan tari terdiri dua, yaitu iringan internal dan iringan eksternal. Iringan internal adalah iringan tari yang dimainkan oleh sipenari sendiri, sedangkan iringan eksternal adalah iringan yang dilakukan oleh orang lain atau yang datang dari luar tubuh sipenari itu sendiri. Dalam hal ini musik pengiring Tari Anak merupakan iringan eksternal yaitu musik yang berasal dari luar tubuh si penari. Dalam penyajiannya pun ketika musik dan Tari tidak dapat sejalan maka pertunjukan yang dihasilkan tidak akan berjalan dengan baik, begitu juga pesan dalam tarian itu tidak akan tersampaikan dengan baik pula. Iutlah alasan kenapa musik memiliki peranan yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dalam Tarian.
74
4.5. Transkripsi Dalam hal ini penulis menggunakan notasi balok untuk mentranskripsinya. Pemilihan notasi balok ini karena sifatnya yang sangat umum dipergunakan dalam penulisan musik dikalangan disiplin etnomusikologi dan juga oleh masyarakat luas. dalam analisis musik nya Lagu Sikambang dapat dianalisis berdasarkan metodologi yang dikemukakan oleh Charles Seeger, yang membedakan dua notasi yaitu notasi preskriptif dan notasi deskriptif. Preskriptif adalah notasi yang melukiskan secara garis besar nada dari suatu lagu, notasi ini merupakan pedoman tentang bagaimana musik tertentu itu dapat diwujudkan oleh pemain musik. Sedangkan Deskriptif adalah laporan yang disertai notasi secara lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal dalam suatu pertunjukan diwujudkan. Untuk kebutuhan analisis Lagu Sikambang, penulis menggunakan Preskriptif. Transkripsi Lagu Sikambang dapat dilihat pada halaman lampiran.
4.6.
Analisis Musik Penganalisisan yang penulis lakukan pada Lagu Sikambang menggunakan teori
William P. M alm (1977:9), yang menganalisis musik dari 1. Tangga Nada, 2. Nada Dasar, 3. Interval,
4. Wilayah Nada, 5. Frekuensi Pemakaian Nada, 6. Kadens, 7. Formula
M elodi,dan 8, Kontur.
4.6.1. Tangga Nada Dalam M usik Sikambang tidak ada menggunakan
tangga nada baku. Dalam
penulisan ini, penggunaan tangga nada tidak sama dengan tangga nada teori musik barat, yang memiliki struktur interval yang baku. Yang dimaksud dengan tangga nada dalam tulisan ini adalah nada-nada yang dipergunakan dalam Lagu Sikambang yang menjadi modal dalam
75
yang diirutkan penggarapan melodinya yang diurutkan dari nada yang terendah sampai nada yang tertinggi (sesuai dengan aturan tangga nada musik barat). Nada –nada tersebut durutkan dalam garis paranada. Adapun urutan nada yang dipergunakan dalam melodi Lagu Sikambang, adalah sebagai berikut;
12 nada dari G-D’ (Diatonis)
4.6.2. Nada Dasar Untuk menentukan nada dasar (tonalitas) Lagu Sikambang, maka penulis beracuan pada pendapat Nettl (1964:147), yang mengemukakan ada tujuh (7) cara dalam menentukan nada dasar. Ketujuh cara ini sering dilakukan para Etnomusikolog dalam menganalisa nada dasar suatu melodi musik yaitu: 1. Dengan cara melihat pemakaian nada mana yang lebih sering dipakai dalam komposisi tersebut; 2. M emperhatikan durasi ritmis yang besar, dapat dianggap sebagai nada dasar, walaupun jarang dipakai; 3. M emperhatikan nada awal, nada tengah, maupun nada akhir yang dipergunakan pada suatu komposisi, dapat dianggap sebagai nada dasar. 4. Nada yang menduduki posisi paling rendah ataupun pas di tengah-tengah, dapat dianggap sebagai nada dasar; 5. M elihat hubungan interval jarak lima dari nada yang terendah, dianggap sebagai nada dasar; 6. M elihat penekanan ritmis yang kuat, dianggap sebagai nada dasar;
76
7. Adanya pengalaman dan pengenalan yang akrab dengan musik yang diteliti, juga dapat menentukan nada dasar; Untuk dapat menjawab pendekatan yang ditawarkan oleh Nettl dalam menentukan nada dasar, maka penulis menyusun frekuensi pemakaian nada berdasarkan durasi ritmis Lagu Sikambang, yang dapat dilihat pada table berikut ; Nada / Ritem
Jumlah Nada
C
206
D
80
E
158
F
42
G
150
A
80
B
49
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nada yang memiliki durasi ritmis yang paling sering muncul adalah nada C sebanyak 206 kali, kemudian nada E sebanyak 158 kali dan nada G sebanyak 150 kali. Ketiga nada ini merupakan nada yang paling banyak digunakan dalam Lagu Sikambang. Dari susunan data yang tertulis diatas, maka yang menjadi tonalitas berdasarkan ketujuh cara yang ditawarkan Nettl adalah sebagai berikut; 1. Nada yang sering dipakai adalah nada C 2. Nada yang memiliki ritmis yang paling besar adalah nada C 3. M emperhatikan nada awal dan nada akhir adalah nada C dan C 4. Nada yang menduduki posisi paling rendah adalah nada F 5. Hubungan interval yang berjarak lima dari nada terendah adalah C
77
6. M elihat penekanan ritmis yang kuat adalah nada C 7. M elalui pengalaman dan pengenalan terhadap musik tersebut, tidak ada. Sesuai dengan ketujuh pendekatan diatas, maka penulis mengambil
kesimpulan
bahwa nada dasar yang terdapat dalam Lagu Sikambang adalah nada C sesuai dengan criteria no. 4 dan 6, dan nada-nada yang dipergunakan terdiri dari tujuh buah adalah nad C mayor.
4.6.3. Interval Interval adalah jarak antara satu nada ke nada yang lain (berikutnya). Dalam komposisi Lagu Sikambang digambarkan dalam tabel berikut ini; Interval Lagu Sikambang Inte rval
Jumlah
Prime
248
2 Minor
52
2 Mayor
104
3 Minor
104
3 Mayor
82
4 Perfect
57
4 Perfect Augmented
1
5 Perfect
28
6 Minor
3
6 Mayor
11
7 Minor
1
7 Mayor
2
Oktaf
4
78
Interval yang dipergunakan dalam Lagu Sikambang ialah sebanyak 13 interval yakni ; (1). Prime, (2). 2 M inor (sekunde minor), (3). 2 M ayor (sekunde mayor), (4). 3 M inor (ters minor), (5). 3 M ayor (ters mayor), (6). 4 Perfect (kwart perfect), (7). 4 perfect Augmented (kwart perfect augmented), (8). 5 Perfect (kwin perfect), (9). 6 M inor (septim minor), (10). 6 M ayor (septim mayor), (11). 7 M inor ( sekta minor), (12). 7 M ayor (sekta mayor), (13). Oktaf. Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pergerakan melodi Lagu Sikambang cenderung melangkah, yang ditandai dengan dominasi interval Prime.
4.6.4. Frekuensi pemakaian Nada Frekuensi pemakaian nada dalam sebuah komposisi lagu merupakan hal yang penting, karena dengan melihat jumlah pemakaian nada yang satu dengan yang lainnya, kita dapat melihat cirri khas musik itu sendiri. Frekuensi pemakaian nada setiap komposisi lagu/melodi berbeda antara satu dengan lainnya. Demikian juga komposisi nada pada Lagu Sikambang yang menjadi objek penelitian dalam tulisan ini. Untuk lebih jelasnya, nada-nada tersebut dibuat dalam tabel unutk mempermudah
melihatnya. Nada-nada disusun berdasarkan nada yang frekuensi
pemakaiannya lebih banyak/tinggi. Nada / Ritem
Jumlah Nada
C
206
D
80
E
158
F
42
G
150
A
80
B
49
79
Dari tebrl tersebut kita dapat mengetahui bahwa nada yang paling banyak dipergunakan dalam Lagu Sikambang adalah nada C dengan frekuensi 206 kali, kemudian E dengan frekuensi 158 kali dan nada G dengan frekuensi 150 kali. Jadi, dalam Lagu Sikambang ini nada yang paling sering muncul adalah nada C, E, dan G.
4.6.5. Pola Kadens Pola kadens adalah nada akhir pada suatu komposisi lagu yang digarap pada setiap frase lagu tersebut. Berikut ini adalah merupakan pola kadens Lagu Sikambang ; 1. Pola Kadens pada frasa pertama yaitu pada intro yang di mainkan oleh akordeon, tepatnya pada bar ke 6
2. Pada bar ke 15
80
3. Pada frasa pertama vokal di bar 39
4. Frase 2 pada bar ke-62
5. Pada bar ke 125
81
6. Pada frase terakhir di bar ke 146
4.6.6.
Formula Melodi Formula melodi (form) dapat ditentukan dengan berpedoman pada apa yang
dikemukakan oleh M alm (1977 : 28), dalam bukunya “Music Culture of Pasific The Near East and Asia”. Ia mengemukakan lima (5) bentuk melodi yang sering digunakan dalam satu kompisisi melodi yaitu : 1. Reventitive adalah bentuk nyanyian yang diulang-ulang 2. Interative adalah bentuk nyanyian yang memakai formula melodi kecil yang kecenderungannya perulangan dalam keseluruhan nyanyian. 3. Reventing adalah bentuk nyanyian yang terjadi perulangan pada frase pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi. 4. Stropic adalah bentuk nyanyian yang pengulangan melodinya tetap sama, tapi teks nyanyian baru. 5. Progresive adalah bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru. Jika dikaitkan dengan apa yang diutarakan M alm diatas, maka dengan melihat bentuk melodi Lagu Sikambang sebagai bentuk Preventitive, dimana bentuk nyanyian yang diulangulang. 82
4.6.7. Kountur Kountur adalah garis atau melodi dalam sebuah lagu, menurut M alm kountur dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu; 1. Acending, yaitu garis melodi yang sifatnya naik dari nada yang terendah kenada yang tertinggi; Gambar:
2. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya menurun dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah; Gambar:
3. Pendulus, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi, kemudian kembali ke nada yang lebih rendah atau sebaliknya dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah dan kembali ke nada yang lebih tinggi; Gambar:
4. Terraced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang (seperti anak tangga) dari nada yang rendah ke nada yang tinggi, kemudian bergerak sejajar, serta bergerak ke nada yang lebih tinggi dan seterusnya dan akhirnya berbentuk anak tangga; Gambar:
83
5. Statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap bergerak dalam ruang lingkup yang terbatas atau datar. Gambar;
Dari keterangan diatas, maka penulis dapat melihat bahwa kountur melodi dari Lagu Sikambang sebagai berikut: 1. Ascending Contohnya pada bar 1
2. Descending Contohnya pada bar 46
3. Pendolous Contoh pada bar ke-35
84
4. Terraced Contoh pada bar ke-28
5. Statis Contoh pada bar ke 7-8
85
BAB V KES IMPULAN DAN S ARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis akan membuat kesimpulan dari pembahasan dan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis. Keberadaan Tari Anak sudah sangat lama dikenal dalam kebudayaan masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah, dan selalu dipakai dalam setiap acara-acara adat. Dimana dalam setiap penyajiannya Tari Anak ini diiringi oleh Kesenian Sikambang. Tari Anak ini memiliki bentuk gerak yang tidak jauh dari gerak-gerak M elayu dan M inangkabau pada silat nya.
Sebenarnya bentuk Tari Anak ini adalah tari teatrikal (sendratari), ataupun tari
bercerita, itulah mengapa Tari Anak ini
berbeda dengan tari-tarian yang ada Sibolga
Tapanuli Tengah. Tari Anak ini merupakan tari yang mengisahkan seluruh rangkaian peristiwa yang terjadi, mulai dari rasa gembira menyambut kelahiran sang buah hati sampai pada perjalanan mencari obat da tabib untuk sang buah hati (anak) yang sedang mengalami sakit keras. Tarian ini disertai dengan syair-syair pantun dimana syair nyanyiannya pun sesuai dengan alur cerita dari Tari Anak tersebut. Dimasa sekarang ini sudah jarang sekali terlihat Tari Anak ini dibawakan dalam acara-acara adat pesisir khususnya pada acara adat perkawinan masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah. Walaupun dalam penyajiannya Tari Anak ini merupakan tarian hiburan dalam acara adat M alam Sikambang tetapi pesan yang terdapat dalam tarian ini sangat baik dan seharusnya didapatkan semua pengantin.
86
M enurut wawancara yang didapat dari bapak Faruddin Sinaga yang merupakan salah satu seniman Sikambang di Sibolga, beliau mengatakan bahwa dalam pengadaannya dalam acara adat M alam Sikambang sudah sangat jarang, hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi, karena dalam penggunaannya sekarang ini kesenian sikambang dalam upacara adat perkawinan memakan biaya yang cukup mahal. M usik dan Tari adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, masing-masing bagian memiliki peranan yang sangat penting untuk membuat penampilannya dapat dinikmati secara keseluruhan dengan baik. Dalam hal ini musik yang dipakai sebagai pengiring Tari Anak ini adalah Lagu Sikambang yang mana alat musik yang dipakai pada Lagu Sikambang ini adalah Akordion dan Gandang Sikambang. Tari Anak ini ditarikan oleh sepasang penari laki-laki dan perempuan yang dewasa dan memakai kostum penari melayu. Tarian ini juga menggunakan properti dalam penyajiannya, hal ini berfungsi agar pesan dari tarian itu semakin mudah tersampaikan ke semua orang yang melihatnya terutama kepada pengantin. Properti yang digunakan juga membuat Tari Anak ini semakin menarik dalam penyajiannya.
5.2. S aran Diakibatkan derasnya arus globalisasi yang terjadi saat sekarang ini yang mana dampak yang diakibatkan adalah semakin terkikisnya kebudayaan-kebudayaan tradisi diberbagai wilayah
Indonesia khususnya di wilayah Sumatera Utara. M aka sudah
sewajarnyalah setiap kelompok masyarakat pemilik kebudayaan tradisi di dunia ini haruslah mempertahankan, memelihara, dan mengembangkan kebudayaannya. Sebagai contoh adalah Tari Anak yang merupakan salah satu kesenian tari tradisional masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah. Dalam keberadaannya Tari Anak semakin tenggelam apalagi semakin
87
minimnya masyarakat Sibolga Tapanuli Tengah yang memakai Kesenian Sikambang dalam acara-acara penting mereka terutama pada acara perkawinan. Seperti yang kita diketahui bahwa penelitian dan pembelajaran tentang budaya Pesisir unu sangat sedikit baik dalam bentuk tulisan maupun dalam media internet. Dalam pelestariannya kebudayaan pesisir di Sibolga Tapanuli Tengah terlihat sangat kurang dalam hal kuantitas, dimana banyak sekali anak-anak muda di Sibolga Tapanuli Tengah yang tidak mengenal Tari Anak yang merupakan salah satu kesenian masyarakat pesisir. Padalah orangorang muda lah yang diharapkan dapat melestarikan kebudayaan pesisir itu sendiri. Banyak hal yang dapat dilakukan pemerintah daerah dalam melestarikan kebudayaan Pesisir Sibolga Tapanuli tengah. M isalnya, dalam acara-acara pemerintahan daerah, Kesenian Sikambang dapat ditampilkan dalam acara tersebut. Apalagi jika Pemerintah Daerah Kota Sibolga Tapanuli Tengah kedatangan tamu dari luar daerah. Pemerintah Daerah juga dapat mengadakan acara pesta kebudayaan yang menampilkan kesenian tradisional Pesisir. Sehingga Kesenian Sikambang dan Tari-tarian tradisional dapat dijadikan salah satu aset daerah dalam meningkatkan kunjungan wisatawan lokal maupun internasional yang sekaligus dapat meningkatkan pendapatan daerah. Sebagaimana ketahui bahwa kebudayaan Pesisir sangat kaya, ada tari, musik, nyanyian, dan teater-teater tradisional yang dapat dijadikan aset pariwisata.
88
DAFTAR PUS TAKA
Bahasa, Pembinaan, Pusat 1991
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Feterman, David M 1989
.Ethnography Step by step. New York Amerika Serikat : Sage Publication.
Hutagalung, Flora 2009
Analisis Pertunjukan Tari Piring Pada Upacara Perkawinan Adat M asyarakat M inangkabau Di Kota M edan, M edan : Skripsi Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Ihromi, T.O. (ed) 1994
Pokok-pokok
Antropologi
Budaya.
Jakarta
:
Yayasan
Obor
Indonesia.
Koentjaraningrat 1973 1983 1985
M etode Wawancara dalam Penelitian M asyarakat, Jakarta : Gramedia. M etode-metode Penelitian M asyarakat, Jakarta: PT. Gramedia. Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa M asalah Tari, Jakarta:Direktorat Kesenian
2002
Pengantar Illmu Antropologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Lubis, Solly 1998
Sibolga dan Sekeping Sejarahnya, Dalam Hari Jadi Kota Sibolga, Sibolga : Pemko Sibolga.
MM, Syafri, Syaiful, Drs. 2009
M engenal Nusantara Propinsi Sumatera Utara, Bekasi : Sari Ilmu Pratama.
89
M alm, P., William 1977
Music Culture of The Pasific Music The Near East and Asia. New Jersey, Prentice Hall Inc.
M arpaung, Hans 2009
Deskripsi tari Tamborin Dan M usik Pengiring Pada Ibadah Raya Gereja Bethel Indonesia (GBI) Tanjung Sari M edan, M edan : Skripsi Sarjana Universitas Sumatera Utara.
M erriam, Alan P 1964
The Anthropology of music. Evanston, Illinois : Northwestern University Press.
M urgiyanto, Sal 2011
Dalam makalah yang disampaikan pada Seminar “M asyarakat M elayu Riau dan Kebudayaannya”, yang diselenggarakan di Tanjung Pinang, Riau
Nainggolan, Radjoki 2005
Buku Adat Perkawinan M asyarakat Etnis Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah Pantai Barat Sumatera Utara. M edan: M ajelis Budaya Pesisir dan Pariwisata Sibolga Tapanuli Tengah Pantai Barat Sumatera Utara.
2011
Diktat Kesenian Pesisir Sikambang. Universitas Sumatera Utara Jurusan Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya.
Nakagawa, Shin 2000
Music dan Kosmos: Sebuah Pengantar Etnomusikologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Nettl, Bruno 1964
Theory and Method in Etnomisicology. New York: The Free Press of Gilencoe.
Netriroza, Arifnni 90
2005
Etnomusikologi: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Seni. Volume 1, Nomor 2. M edan:USU Press.
Prawira, C., Chandra 2011
Kajian Organologis Singkadu Alat M usik Tiup Pesisir Sibolga Buatan Bapak Kadirun, M edan : Skripsi Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Rohkyatmo, Amir 1986
Pengetahuan Tari Sebuah Pengantar, Jakarta : Direktorat Kesenian.
Sedyawati, Edy 1986
Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa M asalah Tari. Jakarta : Direktorat Kesenian.
Sinar, Luckman,Tengku, Syaiful A. Tanjung, dan M arwansyah. 2010
M engenal Adat dan Budaya Pesisir TAPANULI TENGAH – SIBOLGA. M edan: FORKALA – SUM UT.
1981
Sibolga dalam Lintasan Sejarah, M edan : Harian Waspada pada tanggal 23 Juni 1981.
Soedarsono 1986
Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari, Jakarta : Direktorat Kesenian.
Internet http://www.wikipedia.com http://www.google.com bpssibolga:http//sumut.bps.go.id/sibolga
91
DAFTAR INFORMAN
Nama
: M uhammad Din Daini
Umur
: 62 Tahun
Pekerjaan
: Pemusik Kesenian Sikambang
Nama
: Rajoki Nainggolan, SE. M .A
Umur
: 64 Tahun
Pekerjaan
: - Pensiun PNS -
Ketua M ajelis Budaya Pesisir Sibolga Tap.Teng Pantai Barat SUM UT
-
Penari Tradisi Pesisir Sibolga
-
Dosen Etnomusikologi
Nama
: Raifah tanjung
Umur
: 60 Tahun
Pekerjaan
: Penari Tardisi Peisir Sibolga
Nama
: M uhar Nainggolan
Umur
: 34 Tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta, Pemusik Kesenian Sikambang
Nama
: Faruddin Sinaga
Umur
:
Pekerjaan
: Seniman Sibolga
Tahun
92
Lampiran
LAGU SIKAM BANG David dan Franseda
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106