Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
BUKU PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI SARJANA
PRODI ETNOMUSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tim Penyusun: Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. Dra. Heristina Dewi, M.Pd. Drs. Fadlin, M.A.
Medan 2014
i
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR
Bab I Pendahuluan ………………………………………………………………………..
1
Bab II Proposal Skripsi .............…………………………………..……………………
10
Bab III Pedoman Penyusunan Skripsi Sarjana ........………………………………..
13
Daftar Pustaka ………………. .......................………………………………………
23
ii
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
KATA PENGANTAR Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara ini diterbitkan sebagai salah satu upaya sivitaks akademika baik di tingkat Program Studi/Departemen Etnomusikologi maupun di tingkat Fakultas Ilmu Budaya, untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, pelayanan administrasi, dan terutama dalam tugas penyelesaian pendidikan akhir yakni meneliti dan menulis skripsi sarjana di Departemen Etnomusikologi. Dengan begitu, ada kerangka referensi yang dijadikan pedoman bersama dalam menjalankan proses penelitian dan penulisan skripsi sarjana di Departemen Etnomusikologi. Kami sebagai tim penyusun buku ini mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari berbagai pihak, sehingga buku pedoman ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa buku pedoman ini masih belum sempurna., karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaari buku ini. Mudah-mudahan buku ini dapat berguna dalam memperlancar dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar, terutama dalam konteks penelitian dan penulisan skripsi sarjana di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan. Medan, Agustus 2014 Ketua Departemen Etnomusikologi,
Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D.
iii
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
BAB I PENDAHULUAN Pengantar Etnomuskologi adalah sebuah disiplin ilmu pengetahuan, yang masuk ke ranah ilmu budaya dan sosial sekaligus, yang mengkaji fenomena musik dalam konteks kebudayaan manusia pendukung musik tersebut. Etnomusikologi mengkaji aspek-aspek struktural musik serta konteks dan fungsinya di dalam masyarakat. Oleh karena itu etnomusikologi selalu menggunakan pendekatan multidisiplin, interdisiplin, dan konterdisiplin ilmu. Karena luasnya kajian disiplin ini, maka para pakarnya biasa selain melakukan studi intensif juga melakukan studi ekstensif. Berdasarkan tiga titik pandang filsafat keilmuan, maka secara (1) ontologis yaitu apa yang ingin diketahui di dalam disiplin etnomusikologi adalah untuk mengetahui musik dalam konteks kebudayaan manusia di seluruh dunia ini. Untuk (2) epistemologis, yaitu bagaimana etnomusikologi mengetahuinya, maka dilakukan dengan berbagai pendekatan keilmuan seperti: berbasis pada teori-teori, penelitian lapangan, perumusan masalah dan hipotesis, menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif, wawancara, perekaman data musikal (dan/atau seni pertunjukan), analisis laboratorium, publikasi keilmuan, dan hal-hal sejenis. Selanjutnya secara (3) aksiologis, nilai apa yang terdapat dalam pengetahuan tersebut adalah mengenai musik (dan/atau seni pertunjukan) mengandung nilai-nilai kemanusiaan, dengan mengetahui musik ini maka kita akan dapat melihat karakter kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam budaya musik terkandung kearifan-kearifan lokal, norma-norma yang dianut pendukungnya, dan kaya akan nilai-nilai moral, adat, filsafat, kemanusiaan, dan hal-hal sejenis. Secara kesejarahan, etnomusikologi merupakan sebuah disiplin ilmu yang merupakan fusi dari musikologi dan antropologi (etnologi). Secara eksplisit apa itu etnomusikologi sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan manusia, didefinisikan oleh Merriam, sebagai berikut. Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for it has always been compounded of two distinct parts, the musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither but takes into account both. This dual nature of the field is marked by its literature, for where one scholar writes technically upon the structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part of a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in culture and its functions in the wider social and cultural organization of man. It has been tentatively suggested by halaman| 1
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
Nettl (1956:26-39) that it is possible to characterize German and American "schools" of ethnomusicology, but the designations do not seem quite apt. The distinction to be made is not so much one of geography as it is one of theory, method, approach, and emphasis, for many provocative studies were made by early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies heve been devoted to technical analysis of music sound (Merriam 1964:3-4).1 Apa yang dikemukakan oleh Merriam seperti kutipan di atas, bahwa para pakar atau ahli etnomusikologi membawa dirinya sendiri kepada benih-benih pembagian ilmu, yaitu musikologi dan antropologi. Selanjutnya dalam memfusikan kedua disiplin ini, maka dalam etnomusikologi akan menimbulkan kemungkinan-kemungkinan masalah besar dalam rangka mencampur kedua disiplin itu, tentu saja setiap etnomusikolog akan berada dalam fokus keahlian ilmu pada salah satu bidangnya saja, tetapi tetap mengandung kedua disiplin tersebut. Sifat dualisme lapangan studi etnomusikologi ini, dapat ditandai dari bahan-bahan bacaan yang dihasilkannya. Katakanlah seorang sarjana etnomusikologi menulis secara teknis tentang struktur suara musik sebagai suatu sistem tersendiri. Di lain sisi, sarjana lain memilih untuk memperlakukan musik sebagai suatu bagian dari fungsi kebudayaan manusia, dan sebagai bagian yang integral dari keseluruhan kebudayaan. Di dalam masa yang sama, beberapa sarjana dipengaruhi secara luas oleh para pakar antropologi Amerika, yang cenderung untuk mengasumsikan kembali suatu reaksi terhadap aliran-aliran yang mengajarkan teori-teori evolusioner difusi, dimulai dengan melakukan studi musik dalam konteks etnologisnya. Dalam kerja yang seperti ini, penekanan etnologis yang dilakukan para sarjana ini lebih luas dibanding dengan kajian struktur komponen suara musik sebagai suatu bagian dari permainan musik dalam kebudayaan, dan fungsi-fungsinya dalam organisasi sosial dan kebudayaan manusia yang lebih luas. Hal tersebut telah disarankan secara bertahap oleh Bruno Nettl yaitu terdapat kemungkinan karakteristik "aliran-aliran" etnomusikologi di Jerman dan Amerika, yang sebenarnya tidak persis sama. Mereka melakukan studi etnomusikologi ini, tidak begitu berbeda, baik dalam geografi, teori, metode, pendekatan, atau penekanannya. Beberapa studi provokatif awalnya dilakukan oleh para sarjana Jerman. Mereka memecahkan masalah-masalah yang bukan hanya pada semua hal yang berkaitan dengan struktur musik saja. Para sarjana Amerika telah mempersembahkan teknik analisis suara musik. Dari kutipan di atas tergambar dengan jelas bahwa etnomusikologi dibentuk dari dua disiplin ilmu dasar yaitu antropologi dan musikologi. Walaupun terdapat variasi penekanan bidang yang berbeda dari masing-masing ahlinya. Namun terdapat persamaan bahwa mereka sama-sama berangkat dari musik dalam konteks kebudayaannya. Secara khusus, mengenai beberapa definisi tentang etnomusikologi telah dikemukakan dan dianalisis oleh para pakar etnomusikologi. Pada tulisan edisi berbahasa 1
Dalam aplikasi disiplin etnomusikologi di Indonesia dan dunia, terdapat sebuah buku yang terus populer sampai sekarang ini, dalam realitasnya menjadi “bacaan wajib ” bagi para pelajar dan mahasiswa etnomusikologi seluruh dunia, dengan pendekatan kebudayan, fungsionalisme, strukturalisme, sosiologis, dan lain-lainnya. Buku yang diterbitkan tahun 1964 oleh North Western University di Chicago Amerika Serikat ini, menjadi semacam “karya utama” di antara karya-karya yang berciri khas etnomusikologis. halaman| 2
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
Indonesia, Rizaldi Siagian dari Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan Santosa dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta, telah mengalihbahasakan berbagai definisi etnomusikologi, yang terangkum dalam buku yang bertajuk Etnomusikologi, tahun 1995, yang diedit oleh Rahayu Supanggah, terbitan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, yang berkantor pusat di Surakarta. Dalam buku ini, Alan P. Merriam mengemukakan 42 definisi etnomusikologi dari beberapa pakar, menurut kronologi sejarah dimulai oleh Guido Adler 1885 sampai Elizabeth Hesler tahun 1976.2
2
Buku ini diedit oleh R. Supanggah, diterbitkan tahun 1995, dengan tajuk Etnomusikologi. Diterbitkan di Surakarta oleh Yayasan bentang Budaya, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Buku ini merupakan kumpulan enam tulisan oleh empat pakar etnomusikologi (Barat) seperti: Barbara Krader, George List, Alan P. Merriam, dan K.A. Gourlay; yang dialihbahasakan oleh Santosa dan Rizaldi Siagian. Dalam buku ini Alan P. Merriam menulis tiga artikel, yaitu: (a) “Beberapa Definisi tentang ‘Musikologi Komparatif’ dan ‘Etnomusikologi’: Sebuah Pandangan Historis-Teoretis,” (b) “Meninjau Kembali Disiplin Etnomusikologi,” (c) “Metode dan Teknik Penelitian dalam Etnomusikologi.” Sementara Barbara Krader menulis artikel yang bertajuk “Etnomusikologi.” Selanjutnya George List menulis artikel “Etnomusikologi: Definisi dalam Disiplinnya.” Pada akhir tulisan ini K.A. Gourlay menulis artikel yang berjudul “Perumusan Kembali Peran Etnomusikolog di dalam Penelitian.” Buku ini barulah sebagai alihbahasa terhadap tulisan-tulisan etnomusikolog (Barat). Ke depan, dalam konteks Indonesia diperlukan buku-buku panduan tentang etnomusikologi terutama yang ditulis oleh anak negeri, untuk kepentingan perkembangan disiplin ini. Dalam ilmu antropologi telah dilakukan penulisan buku seperti Pengantar Ilmu Antropologi yang ditulis antropolog Koentjaraningrat, diikuti oleh berbagai buku antropologi lainnya oleh para pakar generasi berikut seperti James Dananjaya, Topi Omas Ihromi, Parsudi Suparlan, Budi Santoso, dan lainlainnya. halaman| 3
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
Bagan 1. Etnomusikologi dalam Konteks Disiplin Ilmu
halaman| 4
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
Bagan 2. Etnomusikologi sebagai Disiplin Ilmu Studi Musik dalam Konteks Kebudayaan
halaman| 5
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
Dari semua penjelasan tentang apa itu etnomusikologi, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa etnomusikologi adalah sebuah disiplin ilmu pengetahuan yang merupakan hasil fusi dari antropologi (etnologi) dan musikologi, yang mengkaji musik baik secara struktural dan juga sebagai fenomena sosial dan budaya manusia di seluruh dunia. Para ahlinya (lulusan sarjana etnomusikologi, atau peringkat magister dan doktoral) disebut sebagai etnomusikolog. Demikian pula, lulusan Program Studi Etnomusikologi FIB USU, disebut dengan etnomusikolog, dengan gelar akademiknya sarjana seni. Untuk menghasilkan profil lulusan yang berkualifikasi sebagai etnomusikolog ang diakui secara nasional dan internasional. Wilayah Kajian untuk Skripsi Sarjana Etnomusikologi Menurut Merriam (1964) apa pun yang dikerjakan oleh etnomusikolog di lapangan nantinya, pada dasarnya ditentukan oleh rumusan metodenya sendiri dalam artii yang luas. Maka sebuah penelitian etnomusikologis dapat diarahkan seperti perekaman suara musik, atau masalah peran sosial pemusik di dalam masyarakat. Jika suatu penelitian diarahkan kepada kajian mendalam di suatu daerah penelitian, dan jika peneliti menganggap studi etnomusikologi bukan hanya sebagai kajian musik dari aspek lisan, tetapi juga terhadap aspek sosial, kultural, psikologi, dan estetika—paling tidak ada enam wilayah penyelidikan yang menjadi perhatian kita. (1) Yang pertama adalah kebudayaan material musik. Wilayah ini meliputi kajian terhadap alat musik yang disusun oleh peneliti dengan klasifikasi yang biasa digunakan, yaitu: idiofon, membranofon, aerofon, dan kordofon. Selain itu pula, setiap alat musik harus diukur, dideskripsikan, dan digambar dengan skala atau difoto; prinsipprinsip pembuatan, bahan yang digunakan, motif dekorasi, metode dan teknik pertunjukan, menentukan nada-nada yang dihasilkan, dan masalah teoretis perlu pula dicatat. Selain masalah deskripsi alatmusik, masih ada sejumlah masalah analitis lain yang dapat menjadi sasaran penelitian lapangan etnomusikologi. Apakah ada konsep untuk memperlakukan secara khusus alat-alat musik tertentu di dalam suatu masyarakat? Adakah alat musik yang dikeramatkan? Adakah alat-alat musik yang melambangkan jenis-jenis aktivitas budaya atau sosial alain selain musik? Apakah alat-alat musik tertentu merupakan pertanda bagi pesan-pesan tertentu pada masyarakat luas? Apakah suara-suara atau bentuk-bentuk alat musik tertentu berhubungan dengan emosi-emosi khusus, keberadaan manusia, upacara-upacara, atau tanda-tanda tertentu? Nilai ekonomi alat musik juga penting. Mungkin ada beberapa spesialis yang mencari nafkahnya dari membuat alat musik. Apakah ada atau tidak spesialis pada suatu masyarakat? Apakah proses pembuatan alat musik melibatkan waktu pembuatnya? Alat musik dapat dijual dan dibeli, dapat dipesan; dalam keadaan apa pun, produksi alat musik merupakan bagian dari kegiatan ekonomi di dalam masyarakatnya secara luas. Alat musik mungkin dianggap sebagai lambang kekayaan; mungkin dimiliki perorangan; jika memilikinya mungkin diakui secara individual akkan tetapi untuk kepentingan praktis diabaikan; atau mungkin alat-alat musik ini menjadi lambang kekayaan suku bangsa atau desa tertentu. Penyebaran alat musik mempunyai makna yang sangat penting di dalam kajian-kajian difusi dan di dalam rekonstruksi sejarah kebudayaan, dan kadang-kadang dapat memberi petunjuk atau menetukan perpindahan penduuduk melalui studi alatmusik. (2) Kategori kedua adalah kajian tentang teks nyanyian. Kajian ini meliputi kajian teks sebagai peristiwa linguistik, hubungan linguistik dengan suara musik, dan berbagai masalah isi yang dikandung oleh teks tersebut. Masalah hubungan antara teks halaman| 6
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
dengan musik telah banyak diteliti di dalam etnomusikologi karena memberi manfaat yang jelas. Namun hingga kini belum pernah dilakukan kajian yang menggunakan linguistik modern dan teknik-teknik etnomusikologis. Teks nyanyian mengejewantahkan perilaku kebahasaan yang dapat dianalisis dari sudut struktur dan isi. Bahasa teks nyanyian cenderung mempunyai perbedaan sifat dengan ungkapan harian, dan kadangkala, seperti pada nama-nama pujian, atau bunyi pertanda gendang, teks tersebut merupakan bahasa “rahasia” yang hanya diketahui sekelompok tertentu saja dari masyarakatnya. Dalam teks nyanyian, bahasa yang digunakan sering lebih elastis dibandingkan dengan bahasa sehari-hari, dan bahasa tersebut tidak hanya mengungkapkan proses kejiwaan seperti pengendoran tekanan, akan tetapi juga informasi tentang sifat yang tidak mudah diungkapkan. Dengan alasan yang sama, teks nyanyian sering mengungkapkan nilai-nilai yang dalam dan tujuan-tujuan yang hanya boleh dinyatakan dalam keadaan terpaksa di dalam ungkapan sehari-hari. Hal ini selanjutnya dapat mengarahkan kepada kepekaan terhadap simbol yang mengandung etos dari suatu kebudayaan, atau terhadap suatu jenis generalisasi karakter nasional. Pemahaman mengenai perilaku ideal dan nyata sering dapat diungkap mellaluiteks nyanyian, dan akhirnya teks juga digunakan sebagai catatan sejarah bagi kelompok tertentu, sebagai cara-cara untuk menanamkan nilai-nilai, dan sebagai cara untuk membudayakan generasi muda. (3) Aspek ketiga meliputi kategori-kategorimusik yang dibuat oleh peneliti yang sesuai dengan kategori yang berlaku dalam kelompok tersebut. Di dalam hubungan ini tentunya peneliti menyusun acara rekamannya, yang diklasifikasikan utuk menyertakan contoh-contoh akurat dari semua jenis musik di dalam situasi-situasi pertunjukan yang direncanakan dan dipertunjukkan sebenarnya. (4) Pemain musik dapat memberikan sasaran keempat bagi etnomusikolog. Dari sekian hal yang penting adalah latihan untuk menjadi pemusik. Apakan seseorang dipaksa oleh masyarakatnya untukmenjadi pemusik, atau ia memilih sendiri karirnya sebagai pemusik? Bagaimana metode latihannya, apakah sebagai pemain musik potensial yang mengandalkan kepada kemampuan sendiri; apakah ia mendapatkan pengetahuan dasar tentang teknik memainkan alat musiknya atau teknik menyanyi ddari orang lain, atau apakah ia menjalani latihan yang ketat dalamwaktu tertentu? Siapa saja pengajarnya, dan bagaimanakan metode mengajarnya? Hal ini mengarahkan kepada masalah profesionalisme dan penghasilan. Sebuah masyarakat mungkin saja membedakan beberapa tingkatan kemampuan pemusik, membuat klasifikasi dengan istilah-istilah khusus, dan memberikan penghargaan tertinggi kepada sesuatu yang dianggap benar-benar profesional; atau pemusik dapat saja tidak dianggap sebagai spesialis. Bentuk dan cara memberi penghargaan dapat sangat berbeda untuk setiap masyarakat, dan dapat terjadi bahwa pemusik sama sekali tidak mendapat bayaran. Sama penting dan menariknya adalah berbagai masalah tentang apakah pemusik dianggap sebagai seseorang yang mempunyai bakat luar biasa, atau apakah semua anggoata masyarakat tersebut dianggap mempunyai bakat yang sama? Apakah pemusik mewariskan kemampuannya dan apabila demikian dari siapa dan dengan cara apa? Sebagai anggota masyarakat, pemusik dapat memandang kemampuannya sebagai sesuatu yang membedakannya dengan orang-orang lain, dan dengan demikian ia dapat melihat dirinya sendiri dan masyarakatnya dalam rangka hubungan tertentu. Orang yang bukan pemusik pun dapat menganut konsep-konsep prilaku musikal yang dapat atau tidak dapat diterima, dan membentuk sikap-sikap terhadap pemusik dan tindakannya dengan dasarr ini. Tentu saja pemusik dapat juga dianggap mempunyai sebuah kelas sosial halaman| 7
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
tertentu dan mereka dapat membentukberbagai asosiasi yang didasarkan atas keterampilan mereka di dalam masyarakat. Mereka dapat memiliki musik yang dihasilkan, jadi memunculkan lagi berbagai masalah ekonomi, dalam hal ini hubungan dengan barang-barang yang tidak tersangkut langsung. Di dalam hubungan inilah pengkajian clintas budaya dari kemampuan musik dapat digunakan; meskipun tidak ada pengkajian bebas budaya sejauh ini yang dikembangkan, rumusan mereka akan sangat memperhatikan penafsiran kemampuankemampuan terpendam dan kemampuan nyata pemusik dan buakn pemusik, seperti yang ditentukan masyarakat dan di dalam hubungan perorangan. (5) Wilayah studi kelima adalah mengenai penggunaan dan fungsi musik dalam hubungannya dengan aspek budaya lain. Informasi yang kita dapatkan, menunjukkan bahwa didalam hubungan dengan penggunaan, musik meliputi semua aspek masyarakat; sebagai perilaku manusia, musik dihubungkan secara sinkronik dengan perilaku lainnya, termasuk religi, drama tari, organisasi sosial, ekonomi, struktur politik, dan berbagai aspek lainnya. Dalam mengadakan studi tentangmusik, peneliti dipaksa untuk mengadakan pendekatan budaya secara lengkap dalam mencari hubungan musik, dan di dalam maknanya yang dalam, ia mengetahui bahwa musik mencerminkan kebudayaan, sedangkan musik menjadi bagiannya. (6) Fungsi musik di dalam masyarakat merupakan objek penyelidikan lain dari penyelidikan tentang penggunaan tersebut, karena penelitiannya diarahkan kepada masalah-masalah yang jauh lebih dalam. Telah dinyatakan bahwa salah satu fungsi utama musik adalah untuk membantu mengintegrasikan masyarakat, suatu proses yang secara kontinu dilakukan di dalam kehidupan manusia. Fungsi lain adalah untuk melepaskan tekanan-tekanan jiwa. Perbedaan antara penggunaan dan fungsi musik belum banyak dibicarakan di dalam etnomusikologi, dan studi-studi pada wilayah yang luas cenderung untuk memusatkan kepada masalah pertama dan mengenyampingkan masalah yang kedua. Studi-studi tentang fungsi jauh lebih menarik di antara keduanya, oleh karena studi tersebutseharusnya mengarahkan kepada pengertian yanglebih dalam tentang mengapa musik merupakan suatu gejala universal dii dalam masyarakat. (7) Akhirnya peneliti lapangan dapat mempelajari musik sebagai aktivitas kreatif di dalam kebudayaan. Yang penting di sini adalah tahap-tahap dari studi musik yang memusatkan pada konsep-konsep musik yang digunakan di dalam masyarakat yang sedang diteliti. Yang mendasari semua pertanyaan adalah berbagai masalah perbedaan yang dibuat oleh pemusik dan bukan pemusik di antara apa yang dianggap musik dan bbukan musik, merupakan sasaran yang baru mendapatkan sedikit perhatian di dalam etnomusikologi. Apa sumber-sumber musik itu? Apakah musik disusun hanya melalui perantaraan bantuan dan persetujuan manusia super, atau apakah musik merupakan gejala-gejala manusia biasa? Bagaimana nyanyian-nyanyian baru muncul? Apabila penyusun musik mempunyai status tinggi di dalam masyarakat, bagaimana ia menyusun musik, dan bagaimana pendapatnya tentang proses penyusunan musik? Ukuran-ukuran kemampuan di dalam pertunjukan adalah penting sekali karena melalui pengertian ukuran ini peneliti dapat melihat musik yang baik dan buruk serta dapat melihatnya dengan caracara yang digunakan di dalam masyarakat. Masalah-masalah ini mengarahkan kepada evaluasi rakyatnya dan evaluasi analitis dari suatu teori tentang musik di dalam masyarakat tersebut; juga mengarahkan kepada berbagai masalah khusus di mana bentuk divisualisasikan sebagai sesuatu yang dappat dimanipulasikan, dan terhadap apakah aspek-aspek bentuk seperti interval musik atau pola-pola ritme inti khusus digunakan di dalam pemikiran pemusik dan bukanpemusik. halaman| 8
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
Skripsi Sarjana Skripsi sarjana adalah salah satu kewajiban bagi seorang mahasiswa Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk menyelesaikan studinya. Skripsi sarjana ini dalam konteks disiplin etnomusikologi wajib dilakukan berdasarkan penelitian lapangan dan pengolahannya dalam laboratorrium secara etnomusikologis, tidak dari hasil kajian literatir atau di belakang meja saja. Melalui skrtipsi sarjan seorang etnomusikolog diberi kompetensi sebagai seorang penelitian, pengelola, maupun pencipta seni yang mampu menuangkan hasil penelitian atau kajian dan ciptaan musik dalam konteks studi ilmiah. Teknik-teknik menulis skripsi dalam disiplin etnomusikologi adalah sama dengan teknik-teknik disiplin ilmu-ilmu lain, apakah budaya, sosial, maupun eksakta. Namun demikian tentu saja ada ciri-ciri khas dalam disiplin ini, yakni seperti penulisan notasi, analisis musik, dan lainnya yang khas etnomusikologis. Berikut ini pada bab-bab berikut diuraikan pedoman penulisan skripsi pada Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara di Medan.
halaman| 9
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
BAB II PROPOSAL SKRIPSI
Penulisan Proposal Persyaratan 1. Mahasiswa dapat mengajukan draft proposal skripsinya ke Departemen Etnomusikologi apabila telah memperoleh 110 SKS. 2. Mahasiswa mengajukan draft proposainya ke Departemen Etnomusikologi 3. Topik proposal secara tematis tidak dibatasi dengan tetap terkait dengan visi dan misi departemen, tetapi secara periodesasi dibatasi sampai tahun 1990-an. 4. Ketua Departemen kemudian menentukan pembimbing proposal/skripsi untuk mahasiswa. 5. Setelah proposal disetujui oleh Dosen Pembimbing dengan membubuhkan tanda tangannya, maka mahasiswa sudah dapat mendaftarkan diri untuk mengikuti ujian pra-skripsi /seminar proposal. 6. Program Studi kemudian menerbitkan Surat Penunjukan Dosen penguji ujian pra-skripsi dengan melampirkan waktu dan tempat ujian. Format Proposal 1. Proposal harus diketik dalam kertas HVS 80 gram ukuran Quarto dengan spasi ganda minimal 10 halaman. 2. Ditulis dengan huruf Times New Roman dengan font 12 point dan dalam Bahasa Indonesia. 7. Isi Proposal terdiri dari: a. Judul Penelitian b. Latar Belakang Permasalahan c. Rumusan Masalah d. Tinjauan Pustaka e. Tujuan dan Manfaat Penelitian f. Metode Penelitian g. Jadwal Penelitian Lampiran: i. Daftar Quesioner / Pedoman Wawancara ii. Daftar Kepustakaan - Outline atau Rencana Daftar Isi.
halaman| 10
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
Seminar Proposal Pakaian Pengufj dan Mahasiswa 1. Penguji pria memakai safari/batik, atau kemeja lengan panjang dan memakai dasi, sedangkan penguji wanita berpakaian resmi. 2. Mahasiswa pria memakai kemeja lengan panjang warna putih, memakai dasi dan celana panjang warna hitam, sedangkan mahasiswa wanita memakai kemeja lengan panjang warna putih dan rok hitam panjang. Pelaksanaan Seminar Proposal 1. Mahasiswa dan Dosen Penguji harap hadir 15 menit sebelum ujian dimulai. 2. Apabila salah seorang penguji proposal berhalangan hadir, Ketua Departemen dan penguji yang hadir bermusyawarah untuk menentukan penguji pengganti. 3. Apabila mahasiswa tidak hadir sampai batas waktu yang telah ditetapkan dan tidak dapat memberikan alasan yang dapat diterima akal sehat, maka mahasiswa diharuskan mendaftarkan kembali untuk ujian proposal dengan memenuffi segala persyaratan yang sudah ditentulkan. 4. Pelaksanaan Seminar dibuka oleh ketua sidang atau sekretaris dengan membacakan surat penunjukan dosen. 5. Dosen penguji tidak dibenarkan menyela pembicaraan penguji lain selama sidang berlangsung. 6. Setiap satu mahasiswa mendapat waktu maksimal 90 menit untuk diuji oleh sernua penguji. 7. Setelah dinyatakan lulus, mahasiswa diharuskan melakukan riset dan menulis skripsi dalam jangka waktu maksimal 6 bulan terhitung sejak diumurnkan lulus ujian seminar proposal. 8. Nilai ujian seminar proposal adalah gabungan dari nilai seluruh penguji, tapi jika jumlah penguji 3 orang dan dua orang menyatakan tidak lulus, maka otomatis mahasiswa tersebut tidak lulus tanpa melihat lagi nilai satu orang penguji yang lain. Bila jumlah penguji lima orang dan tiga penguji memberikan nilai 50 (tidak lulus), maka mahasiswa tersebut dinyatakan tidak lulus tanpa mempertimbangkan lagi nilai dua penguji lainnya. 9. Seminar proposal ditutup dengan pembacaan berita acara seminar proposal oleh Ketua atau Sekretaris Panitia Ujian. Sistem Penilaian Proposal No 1 2 3
Kornponen yang dinilai Penampilan (Kesopanan, Pengendalian Diri Isi, Sistematika, Konsep, Aktualisasi, Analisis dan Jalan Pikiran Penulis Cara mempertahankan proposal
halaman| 11
Score (0-10) (0-50) (0-40)
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
Catatan: <50 51-60 61-70 71-75 76-80 81-100
= D (Tidak lulus) =c = C+ =B = B+ =A
halaman| 12
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
BAB III PEDOMAN PENYUSUNAN SKRIPS1 SARAJANA
Syarat Penyusunan Skripsi (1) Mahasiswa yang diwajibkan menyusun skripsi oleh program bidang studi harus sudah lulus 110 SKS dengan IPK sekurang-kurangnya 2,00 serta memenuhi ketentuan lain yang ditetapkan oleh fakultas masing-masing. (2) Mahasiswa yang telah memenulhi ayat (1) wajib menyampaikan penyusunan rencana skripsi sesuai dengan lingkup masalah yang menjadi perhatian departemen/program studi yang bersangkutan.
Penyusunan Skripsi (1) Ketua Departemen/Program Studi menetapkan seorang pembimbing skripsi dan bila perlu dapat menambah seorang pembimbing lainnya yang diambil dari departemen/program studi atau dari luar Universitas setelah mahasiswa menyerahkan penyusunan rencana skripsi. (2) Penyusunan rencana skripsi diatur sesuai dengan peraturan yang berfaku pada fakultas masing-masing. (3) Rencana skripsi dapat diajukan dan mendapat persetujuan selambatlambatnya 2 (dua) semester sebelum masa studi terjadwal berakhir, dan harus telah memenuhi syarat Pasal 20. (4) Skripsi ditulis dalam bahasa Indonesia, kecuali pada departemen/program studi bahasa asing, skripsi dapat ditulis dalam bahasa asing. (5) Skripsi harus diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu 12 (dua belas) bulan terhitung sejak rencana skripsi disetujui. (6) Persetujuan selesainya bimbingan skripsi paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa studi berakhir.
Pembimbing Skripsi (1) Persyaratan pembimbing skripsi ditetapkan oleh fakultas/departemen/program studi. (2) Pembimbing skripsi maksimum 2 (dua) orang.
halaman| 13
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
(3) Pembimbing skripsi harus membuat jadwal bimbingan dan mengisi Lembar Bukti Bimbingan (LBB) dalam melaksanakan tugas bimbingan. (4) Ketua Departemen dapat menunjuk pengganti pembimbing skripsi jika pembimbing tidak dapat menjalankan tugasnya Struktur dan Format Skripsi (1) Struktur skripsi diatur oleh fakultas/departemen masing-masing. (2) Skripsi diketik dengan jarak 2 (dua) spasi pada kertas HVS 70 mg yang berukuran A-4 dengan font Times New Roman ukuran 12. (3) Struktur dan format skripsi Program Studi Etnomusikologi, secara umum adalah sebagai berkut. a. Bab I adalah Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, pokok masalah atau pertanyaan penelitian, kerangka konsep, teori yang digunakan, studi kepustakaan, metode (kualitatif atau kuantitatif), penelitian lapangan (wawancara, perekaman data music), metode analisis atau deskripsi di laboratorium, dan aspek-aspek metode maupun teori lainnya. b. Bab II adalah pengenalan umum lokasi penelitian dari sisi etnografis, atau bias juga mengenai situasi kesenia, atau keadaan kebudayaan music di kawasan yang diteliti. Bab II ini adalah kajia lebih umum terhadap latar belakang sosiobudaya masyarakat atau individu yang diteliti, untuk mengarahkan ke bab-bab berikutnya. c. Bab III adalah bab deskripsi atau analisis terhadap objek kajian yang diteliti sesuai dengan pokok masalah pertama, seperti biografi, guna dan fungsi music, deskripsi structural organologis, dan lain-lainnya. d. Bab IV adalah bab deskripsi atau analisis terhadap objek kajian yang diteliti sesuai dengan pokok masalah kedua yang telah ditetapkan pada Bab I. e. BaB V dan seterusnya adalah bab untuk mendeskripsikan atau mengkaji pokok masalah ketiga, demikian seterusnya. Jumlah bab disesuaikan dengan pokok masalah. f. Bab Kesimpulan, yang merupakan kesimpulan-kesimpulan dari hasil penelitian serta saran-saran untuk kepentingan disiplin etnomusikologi maupun pembangunan budaya music bagi masyaraat pendukungnya. g. Skripsi Sarjana Etnomusikologi FIB USU, disertai dengan sampul (sesuai dengan format FIB yakni rata kiri), lembar pengesahan oleh para pembimbing, pengesahan oleh Ketua Departemen, dan disayhkan setelah diperbaiki oleh semua dosen penguji, abstrak (dalam bahasa Indonesia dan Inggris), pernyataan bukan sebagai plagiasi, daftar isi, daftar bagan, daftar tabel, daftar notasi, daftar rekaman (semuanya di bahagian awal). Kemudian dilengkapi pula dengan daftar pustaka, daftar informan, dan lampiran-lampiran lain yang mendukung penelitian ini. Persyaratan Ujian Skripsi (1) Naskah skripsi harus sudah memenuffi syarat baik isi, bahasa, maupun teknik penulisan dan menurut format yang telah ditetapkan oleh departemen masing-masing, serta disetujui dan ditandatangani oleh pembimbing skripsi. halaman| 14
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
(2) Panitia ujian skripsi harus sudah menerima salinan yang teiah disetujui pembimbing selambat-lambatnya satu minggu sebelum ujian skripsi tersebut dilaksanakan. (3) Lembar Bukti Bimbingan (LBB) harus dilampirkan. (4) Mahasiswa pada fakultas yang menyelenggarakan ujian sarjana harus sudah lulus sernua mata kuliah yang diprograrnkan untuk program studi yang diambil kecuali skripsi dengan IPK >_ 2,00. (5) Persyaratan administrasi harus sudah dilengkapi yaitu terdaftar sebagai mahasiswa pada semester yang berjalan dan menyelesaikan segala kewajibannya terhadap Universitas/ fakultas/departemen. Pelaksanaan Ujian Skripsi (1) (2)
Fakultas/departemen/program studi menetapkan tanggal ujian skripsi dan panitia penguji. Skripsi harus diujikan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah skripsi disetujui oleh komisi pembimbing.
(3)
Anggota penguji skripsi minimal 3 (tiga) orang yaitu pembimbing dan dosen.
(4)
Penguji yang dimaksud pada ayat (3) harus ahli dalam materi skripsi yang ditulis.
(5)
Pada waktu ujian skripsi para pembimbing sebagai anggota penguji tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
(6)
Apabila ujian skripsi sudah ditentukan waktunya oleh fakultas/ departemen temyata salah seorang pembimbing sebagai anggota penguji berhalangan hadir dengan sebab yang dapat dipertanggung jawabkan, ketua departemen dan pembimbing/penguji yang hadir bermusyawarah untuk pergantian pembimbing yang tidak hadir tersebut dengan memperhatikan ketentuan Pasal 25 ayat (4).
(7)
Kornponen yang dinilai pada uj ian skripsi ialah: a. Substansi/isi b. Sistematikapenulisan c. Kemampuan penyampaian/kemampuan mengemukakan pendapat d. Penguasaan materi/metodologi e. PenampHan mahasiswa pada waktu ujian
(8)
Lama sidang ujian skripsi maksima190menit.
(9)
Keberhasilan mahasiswa di dalarn ujian skripsi ditetapkan bersama oleh panitia ujian skripsi dalam sidang tertutup
(10) Keputusan panitia ujian skripsi dicanturnkan dalam berita acara ujian skripsi dan hasiinya diumurnkan oleh ketua panitia ujian skripsi segera setelah selesai sidang. halaman| 15
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
(11) Mahasiswa yang telah menjalani ujian skripsi diberikan petikan berita acara ujian skripsi guna memenuffi kewajiban-kewajiban perbaikan/ penyempurnaan yang disebutkan di dalarn berita acara ujian tersebut. (12) Mahasiswa yang tidak lulus di dalam ujian skripsi diberikan kesempatan mengulang ujian skripsi selama tidak melewati batas masa studinya.
Penyempurnaan Skripsi (1)
Mahasiswa yang dinyatakan lulus ujian skripsi wajib menyempurnakan skripsi yang dijilid rapi dan ditandatangani oleh anggota pembimbing skripsi dan minimal 6 (enam) eksemplar diserahkan kepada para pembimbing, departemen, penguji, dan satu bentuk compact disk (CD) kepada perpustakaan pusat.
(2)
Penyernpurnaan skripsi merupakan persyaratan yudisium.
Tanggung Jawab Keilmuan (1)
Mahasiswa bertanggung jawab sepenuhnya atas skripsi yang ditulisnya
(2)
Pembimbing bertanggung jawab secara akademik terhadap penyelesaian skripsi mahasiswa.
Hal-hal yang belurn diatur dalam peraturan penulisan skripsi dapat ditetapkan oleh fakultas/departemen masing-masing.
Penulisan Skripsi Persyaratan: 1. Setelah mahasiswa dinyatakan lulus dalam seminar proposal, maka ia diwajibkan melakukan penelitian dan menulis skripsi paling lama 6 bulan. 2. lika mahasiswa tidak dapat menyelesaikan skripsinya sesuai jadual, maka ia harus menempuh ujian proposal lagi dengan topik yang baru atau revisi. 3. Skripsi adalah karya tulis yang dibuat oleh mahasiswa Strata 1 (S1) tentang topik yang telah disetujui melalui serangkaian riset kepustakaan, riset lapangan atau keduanya, dengan menggunakan bahasa Indonesia (baku) dan berpedoman kepada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (2016), seperti pada lampiran pedoman ini. Format dan Sistematika Skripsi A. Bentuk 1. Jumlah halaman Skripsi minimal 80 (delapan puluh) halaman halaman dengan kertas HVS ukuran kuarto. halaman| 16
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
2.
Kulit luar atau cover depan skripsi mernuat; • Judul Skripsi • Nama Mahasiswa dan NIM • Logo Fakultas Ilmu Budaya • Nama Universitas • Nama Fakultas • Nama Departemen • Nama Kota • Tahun penulisan skripsi 3. Lembar-Lembar sebelum Kata Pengantar • Lembar Pengesahan Ujian Skripsi • Lembar Pengesahan Pembimbing • Lembar Persetujuan Ketua Departemen • Lembar Pengesahan Skripsi oleh Dekan dan Panitia Ujian
B. Sistematika Skripsi 1. Bagian awal terdiri • Halaman Judul • Halaman Pengesahan • Kata Pengatanr • Daftar Isi • Abstrak • Daftar Singkatan (bila ada) Daftar Ilustrasi (peta, tabel, gambar dan lain-lain bila ada) Daftar Lampiran 2. Bagian Isi uraian • Bagian Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penefitian, tinjauan pustaka dan metode penelitian • Bagian inti uraian terdiri dari Bab II dan seterusnya yang terbagi dalam sub-bab-sub-bab dan mencerminkan permasalahan yang tercakup dalam masalah yang diteliti. • Bagian penutup (kesimpulan) harus berifat argumentatif (bukan deskriptif) yang dirumuskan daiam bentuk pernyataan yang tegas sebagai jawaban terhadap permasalahan yang dikemukan. Pertnyataan dalam kesimpulan dapat berupa pendapat baru, pengukuhan atau koreksi atas pendapat lama, atau pengukuhan atas hipotesis yang digunakan dan menolak pendapat/teori lama sehingga melahirkan teori/pendapat baru. • Bagian akhir terdiri dari; daftar pustaka dan lampiran.
halaman| 17
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
Contoh sampul skripsi PARTAGANING PEREMPUAN DALAM TRADISI GONDANG SABANGUNAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA: STUDI KASUS: DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN, KECAMATAN PARANGINAN, DESA LUMBAN BARAT
SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H
RUTH DEBORA MARBUN NIM: 100707033
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014
halaman| 18
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
Contoh lembar pengesahan skripsi oleh pembimbing PARTAGANING PEREMPUAN DALAM TRADISI GONDANG SABANGUNAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA: STUDI KASUS: DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN, KECAMATAN PARANGINAN, DESA LUMBAN BARAT SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H RUTH DEBORA MARBUN NIM: 100707033 Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Drs. Mauly Purba M.A.,Ph.D. NIP 1961 0829 1989 031003
Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D. NIP 196512211991031001
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang ilmu Etnomusikologi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014
halaman| 19
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
Teknik Penulisan Skripsi 1. Bahan yang digunakan adalah kertas HVS 80 gram warna pubh sedangkan untuk kertas sampul (cover) digunakan kertas karton agak keras berwarna biru muda. 2. Format kertas untuk pengetikan ditentukan sebagai berikut; margin kiri 3,17 cm, margin kanan 2,54 cm, margin atas 2.54 cm dan margin bawah 3,17 cm. 3. lenis huruf yang digunakan untuk uraian adalah Times New Roman dengan ukuran huruf (font) standar yakni 12. Untuk catatan kaki (footnote) dipakai jenis huruf yang sama, dengan ukuran huruf (font) 10. 4. Tinta atau pita printer berwarna hitam 5. Spasil: jarak dua spasi digunakan untuk: jarak antara penunjuk bab- BAB I dan seterusnya - dengan judul bab.; jarak baris-baris teks (naskah); jarak antara judul subbab dengan alinea teks di bawahnya; jarak antar alinea dan jarak antara baris akhir teks dengan kutipan langsung. Jarak Empat Spasi digunakan untuk jarak antara baris akhir teks dan judul subbab atau tajuk dengan teks. Jarak satu setengah spasi digunakan untuk pengetikan abstrak. Jarak satu spasi untuk pengetikan catatan kaki (footnote) Proses Bimbingan Skripsi 1. Bimbingan skripsi adalah kegiatan mahasiswa bersama pembimbing mendiskusikan masalah yang diurai dan dibahas dalam skripsi. 2. Hal-hal yang perlu dikoreksi oleh pembimbing adalah materi skripsi, aplikasi metode dan teori/pendekatan (bila menggunakan teori/pendekatan) dalam menganalisis masalah, sistematika uraian, gaya bahasa, serta teknik penulisan. 3. Bimbingan harus dilakukan sesuai jaduai yang ditentulkan oleh pembimbing dan mahasiswa dan diharapkan berlangsung maksimal dua bulan 4. Mahasiswa meminta Lembar Bimbingan Skripsi di Departemen Etnomusikologi. 5. Dalam setiap konsultasi Mahasiswa menunjukkan kepada Dosen Pembimbingnya Lembar Bimbingan dan Draf Skripsinya. Lembar bimbingan harus di tandatangani oleh pembimbing dan mahasiswa. 6. Penyerahan draf skripsi kepada dosen pembimbing dilakukan per-bab, dirnuali dari bab I dst. Ujian Skripsi Persyaratan Ujian Skripsi 1. Mahasiswa mengajukan permohonan untuk mengikuti ujian skripsi kepada Ketua Departemen Etnomusikologi dengan mengisi formulir permohonan. 2. Pengajuan permohonan ujian skripsi paling lambat tiga minggu sebelum penutupan jadual wisuda 3. Menyerahkan fotocopy bukti pembayaran SPP dari semester I s/d semester terakhir rangkap satu dan fotocopy bukti pembayaran uang ujian skripsi sebanyak rangkap dua. 4. Menyerahkan pas photo ukuran 3x4 cm sebanyak dua lembar 5. Menyerahkan fotocopy Surat Keterangan Bebas SPP dari Fakultas Sastra USU dan Surat Keterangan Belbas Perpustakaan USU rangkap dua. halaman| 20
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
6. Menyerahkan fotocopy KHS dan KRS dari semester I s/d semester akhir rangkap satu. 7. Menyerahkan fotocopy bukti pembayaran biaya asrama bagi yang tinggal di asrama USU 8. Menyerahkan lembar bukti bimbingan Skripsi 9. MenyeralIkan satu buah map warna biru. Pakaian Penguji dan Mahasiswa 1. Penguffi pria memakai safari/batik, atau kemeja lengan panjang dan memakai dasi, sedangkan penguji wanita berpakaian resmi. 2. Mahasiswa pria memakai kemeja lengan panjang warna putih, memakai dasi dan celana panjang warna hitam, sedangkan mahasiswa wanita memakai kemeja lengan panjang warna putih dan rok hitam panjang. Pelaksanaan Ujian 1. Mahasiswa dan Dosen Penguji harap hadir 15 menit sebelum acara dimuiai 2. Apabila salah seorang penguji skripsi berhalangan hadir, Ketua Departemen dan penguji yang hadir bermusyawarah untuk menentukan penguji pengganti. 3. Apabila mahasiswa tidak hadir sampai batas waktu yang telah ditetapkan dan tidak dapat memberikan alasan yang dapat diterima akal sehat, maka mahasiswa diharuskan mendaftarkan kembali untuk ujian skripsi dengan memenuffi segala persyaratan yang sudah ditentukan. 4. Pelaksanaan ujian Skripsi dibuka oleh ketua sidang atau sekretaris dengan membacakan surat penunjukan dosen penguji. 5. Apabila dosen penguji tidak hadir dalam sidang, maka ia dianggap menyetujui segala keputusan yang akan diambil oleh pimpinan sidang. 6. Pengunduran diri sebagai penguji harus diberitahukan kepada Ketua Departemen Etnomusikologi paling lambat dua hari sebelum pelaksanaan ujian skripsi. 7. Dosen penguji tidak dibenarkan atau menVela pembicaraan penguji lain selama sidang berlangsung. 8. Setiap satu mahasiswa mendapat waktu maksimal 90 menit untuk diuji oleh sernua penguji. 9. Jumlah penguji harus dalam bilangan ganjil, minimal 3, 5, dan seterusnya 10. Nilai ujian skripsi mahasiswa adalah gabungan dari nilai seluruh penguji, tapi jika jumlah penguji 3 orang dan dua orang menyatakan tidak lulus, maka otomatis mahasiswa tersebut tidak lulus tanpa melihat lagi nilai satu orang penguji yang lain. Bila jumlah penguji lima orang dan tiga penguji memberikan nilai 50 (tidak lulus), maka mahasiswa tersebut dinyatakan tidak lulus tanpa mempertimbangkan lagi nilai dua penguji lainnya. 11. Setelah dinyatakan lulus, mahasiswa dapat mendaftarkan diri ke Kasubbag. Akademik untuk mengikuti wisuda 12. Ujian skripsi ditutup dengan pembacaan berita acara ujian skripsi oleh Ketua atau Sekretaris Panitia Ujian, dengan melampirkan beberapa catatan perbaikan (bila ada) 13. Mahasiswa yang tidak lulus dalam ujian skripsi, diberi kesempatan untuk halaman| 21
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
mengulang ujian skripsi selama tidak melewati batas masa studinya. Penyempurnaan Skripsi 1. Mahasiswa yang dinyatakan lulus waffib memperbaiki skripsinya dan menunjukkan kepada sernua Dosen Penguji untuk diperiksa dan kemudian ditandatangani 2. Mahasiswa menyerahkan skripsi yang sudah diperbaiki dan dijilid, serta ditandatangani oleh dosen penguji sebanyak enam eksemplar untuk para penguji, pembimbing, dan Departemen. 3. Penyempurnaan skripsi merupakan syarat untuk mengikuti wisuda dan pengambilan transkrif nilai dan ijajah sarjana. 4. Ketua atau Sekretaris Departemen akan mengeluarkan surat pernyataan bebas untuk mengambil transkrip nilai dan ijajah kepada mahasiswa bila semua ketentuan dalam point 3 telah dipenuhi. Sistem Penilaian Ujian Skripsi No 1
Kornponen Yang dinilai Penampilan (Kesopanan, Pengendalian Diri 2 Isi, Sistematika, Konsep, Aktualisasi, Analisis dan Jalan Pikiran Penulis 3 Cara mempertahankan skripsi Catatan: <50 = D (Tidak lulus) 51-60 =C 61-70 = C+ 71-75 =B 76-80 = B+ 81-100 =A
halaman| 22
Score (0-10) (0-50) (0-40)
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
DAFTAR PUSTAKA ABET (Accreditation Board for Engineering and Technology), 2001. Accreditation Policy and Procedure Manual: Effective for Evaluation During the 2002 – 2003 Accreditation Cycle. Baltimore, MD: Accreditation Board for Engineering and Technology, Inc. Accreditation Commission for Senior Colleges and Universities, 2001. Handbook of Accreditation. Alameda, CA: Western Association of Schools and Colleges. Ahmad Arifin et al., 2016. Proceeding Enhancing Academic Collaboration Through ASEA-UNINET Scientific Meeting. Denpasar: Udayana University Press. Ashcraft, K. and L.F. Peek, 1995. The Lecture’s Guide to Quality and Standards in Colleges and Universities. London: The Falmer Press. Baldridge National Quality Program, 2008. Education Criteria for Performance Excellence. Gaithhersburg, MD: Baldridge National Quality Program. BAN-PT, 2010. Pedoman Evaluasi-diri untuk Akreditasi Program Studi dan Institusi Perguruan Tinggi. Jakarta: BAN-PT. BAN-PT, 2000. Guidelines for External Accreditation of Higher Education. Jakarta: BAN-PT. BAN-PT, 2000. Guidelines for Internal Quality Assessment of Higher Education. Jakarta: BAN-PT. Baum, W. C. and S.M. Tolbert (eds.), 1988. Investasi dalam Pembangunan. p: 177 – 180. (terjemahan Bassilius Bengo Teku). Jakarta: UI-Press. CHEA (Council for Higher Education Accreditation), 2001. Quality Review. CHEA Almanac of External Quality Review. Washington, D.C.: CHEA. Council for Higher Education Accreditation (CHEA), 1998. Recognition of Accrediting Organizations Policy and Procedures. CHEA Document approved by the CHEA Board of Directors, September, 28. http://www.chea.org/About/Recognition.cfm#11b (diakses tanggal 24 Mei 2002). Ditjen Dikti, 1975. Kebijakan Dasar Pengembangan Pendidikan Tinggi. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas. Ditjen Dikti, 1976. Gambaran Keadaan Pendidikan Tinggi. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.
halaman| 23
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
Ditjen Dikti, 1976. Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas. Dochy, F.J.C. et al., 1996. Management Information and Performance Indicators in Higher Education. Assen Mastricht, Nederland: Van Gorcum. HEFCE (Higher Education Funding Council for England), 2001. Quality assurance in higher education. Proposal for consultation. HEFCE-QAA-Universities UK-SCoP. Hudson, W.J. Intellectual Capital. New York: John Wiley & Sons, Inc. Irmawati Soeprapto et al., 2015. Rencana Strategis USU 2015-2019. Medan: Universitas Sumatera Utara Press. Kember, D. 2000. Action learning and Action Research, Improving the Quality of Teaching and Learning. London: Kogan Page Limited. McKinnon, K.R., S.H. Walker, and D. Davis, 2000. Benchmarking: A Manual for Australian Universities. Canberra: Department of Education, Training and Youth Affairs, Higher Education Division. Muhammad Takari, 2011. “Dari Fakultas Sastra ke Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara: Kesinambungan, Perubahan, dan Polarisasi Zaman.” Makalah pada Dies Natalis ke-46 FIB USU. Muhammad Takari, Heristina Dewi, Fadlin, Arifni, 2012. Kurikulum Pendidikan Tinggi Berbasis Kompetensi Program Studi Etnomusikologi. Medan: Bartong Jaya. Muhammad Takari, Heristina, Fadlin, 2011. Buku panduan Akademik Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya USU. Medan: Departemen Etnomusikologi. Muhammad Takari dan Heristina Dewi, 2013. Proposal Pengembangan Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya USU. Medan: Program Studi Etnomusikologi. Muhammad Takari, Heristina Dewi. Fadlin, Arifni, 2015. Kurikulum Pendidikan Tinggi Mengacu Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia dan Standar Nasional Perguruan Tinggi Program Studi Etnomusikologi FIB USU. Medan: Bartong Jaya. National Council for Accreditation of Teacher Education, 1997. Standards, Procedures, and Policies for the Accreditation of Professional Education Units. Washington, DC: NCATE. Northwest Association of Schools and Colleges Commission on Colleges. 1998. Accreditation Standards. QAAHE External review process – Proposal. http://www.qaa.ac.uk/crntwork/newmethod/pod.htm
halaman| 24
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Prodi Etnomusikologi FIB USU
QAAHE (The Quality Assurance Agency for Higher Education). 1998. Quality Assurance in UK Higher Education: A brief guide. Gloucester: QAA, http:/www.qaa.ac.uk. QAAHE (The Quality Assurance Agency for Higher Education). 2002. QAA external review process for higher education in England. Operational Description. QAA 019 03/02. Setia Dermawan Purba, 1997. Buku Panduan Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra USU. Medan: Jurusan Etnomusikologi. Tadjudin, 2000. Asesmen Institusi untuk Penentuan Kelayakan Perolehan Status Lembaga yang Mengakreditasi Diri bagi Perguruan Tinggi: Dari Akreditasi Program Studi ke Akreditasi Lembaga Perguruan Tinggi. Jakarta: BAN-PT. Tengku Silvana Sinar et al., 2015. Rencana Jangka Panjang USU 2015-2039. Medan: Universitas Sumatera Utara Press. Tim BAN-PT, 2003. Sistem Akreditasi Pendidikan Tinggi. Naskah Akademik. Jakarta: BAN-PT. WASC (Western Association of Schools and Colleges), 2001. Handbook of Accreditation. Alameda, CA. Zulkifli Nasution et al., 2014. Panduan Audit Mutu Internal Sistem Manajemen Mutu (AMI-SMM). Medan: Universitas Sumatera Utara Press.
halaman| 25