SKRIPSI PENGARUH INDEPENDENSI, KOMPETENSI, PROFESIONALISME, DAN SENSITIVITAS ETIKA PROFESI TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI KASUS PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI SELATAN)
RIZKI WAHYUNI
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013 i
SKRIPSI PENGARUH INDEPENDENSI, KOMPETENSI, PROFESIONALISME, DAN SENSITIVITAS ETIKA PROFESI TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI KASUS PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI SELATAN)
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
disusun dan dianjurkan oleh RIZKI WAHYUNI A31108294
kepada
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013 ii
SKRIPSI PENGARUH INDEPENDENSI, KOMPETENSI, PROFESIONALISME, DAN SENSITIVITAS ETIKA PROFESI TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI KASUS PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI SELATAN) disusun dan dianjurkan oleh
RIZKI WAHYUNI A31108294
telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Makassar, Februari 2013
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak. NIP 196509251990022001
Drs. H. Muallimin, M.Si. NIP 195512081987021001
Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Dr. H. Abdul Hamid Habbe, S.E., M.Si., NIP 196305151992031003
iii
SKRIPSI PENGARUH INDEPENDENSI, KOMPETENSI, PROFESIONALISME, DAN SENSITIVITAS ETIKA PROFESI TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI KASUS PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI SELATAN) disusun dan diajukan oleh RIZKI WAHYUNI A31108294 telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi pada tanggal ......... dan dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan Menyetujui, Panitia Penguji
No.
Nama Penguji
Jabatan
Tanda Tangan
Ketua
1. .....................
Sekretaris
2. .....................
1.
Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak.
2.
Drs. H. Muallimin, M.Si.
3.
Dr. Arifuddin, S.E., M.Si., Ak.
Anggota
3. .....................
4.
Drs. H. Amiruddin, M.Si., Ak.
Anggota
4. .....................
5.
Drs. Muh. Nur. Azis, M.M.
Anggota
5. .....................
Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar
Dr. H. Abd. Hamid Habbe, S.E., M.Si., Ak. NIP. 196305151992031003 iv
PERNYATAAN KEASLIAN Saya bertanda tangan di bawah ini, nama
: Rizki Wahyuni
NIM
: A31108294
jurusan/program studi
: Akuntansi
dengan ini menyatakan ddengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Independensi, Kompetensi, Profesionalisme, dan Sensitivitas Etika Profesi Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan)
adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perunndang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Makassar,
Februari 2013
Yang membuat pernyataan,
Rizki Wahyuni
v
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim, Segala puji atas karunia Allah Subhanahu Wata’ala, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang begitu melimpah dan atas berkat, rahmat, hidayah dan cinta-Nya yang tiada batas. Ungkapan rasa syukur yang melimpah kepada Allah atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Independensi, Kompetensi, Profesionalisme, dan Sensitivitas Etika Profesi Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan)” Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada almarhum kedua orangtua yaitu bapak Abd.Rachim dan Ibu St. Maryam yang telah memberikan cinta, kasih dan sayangnya, serta semangat dan terlebih lagi Do’a mereka kepada penulis hingga penghujung hidupnya. Penulis senantiasa mendapatkan bimbingan, bantuan, petunjuk, dan motivasi dari berbagai pihak dalam proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan berupa ucapan terima kasih kepada: 1. Ibunda penulis, Hasnia Rachim, atas cinta, kasih sayang, dan kesabaran yang tidak pernah pudar serta do’a untuk penulis hingga saat ini serta kedua adik tersayang Yudi dan Iccang yang senantiasa memberikan semangatnya. 2. Prof. DR. Muhammad Ali, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin beserta jajarannya terkhusus pada Wakil Dekan I, II, dan III. 3. Bapak DR. H. Hamid Habbe, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin. vi
4. Ibu Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak. selaku pembibing I dan Bapak Drs. H. Muallimin, M.Si. selaku pembimbing II penulis yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi ini, sehingga setiap kendala dan kesulitan yang dihadapi penulis bisa terselesaikan. 5. Bapak Dr. Darwis Said, SE., MSA., Ak. selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin sekaligus Penasehat Akademik penulis. 6. Seluruh dosen yang telah mencurahkan ilmu pengetahuannya selama penulis belajar di kelas perkuliahan. 7. Pak Aso, Pak Tarru, Pak Asmari, Pak Ical, Pak Masse, Pak Hardin, dan seluruh staff akademik lainnya yang tak lelah untuk membantu proses administrasi segala kegiatan akademik. 8. Pimpinan Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Provinsi Sulawesi Selatan beserta auditornya yang telah berpartisipasi sebagai responden dalam skripsi ini. 9. Teman-teman 08stackle yang sama-sama berjuang mulai awal kuliah, mudah-mudahan tali persaudaraan ini tetap terbina sampai di ujung waktu. 10. Teman-teman Gema Suara 17 dan Ikatan Mahasiswa Akuntansi. Banyak momen berharga di dalamnya. There’s a lot of things to do and there’s a lot of things to learn there. 11. Teman-teman KKN Profesi, Herlina Samsi, Mirnayanti, Rahmat Junaid, Wulan, Yulris, Novi, Fais, Ria, Eqi, dan Fandy. 12. Teman-teman sepergaulan yang selalu mewarnai hidup penulis. Tere dan Mardu yang selalu menemani karokean di saat jenuh, Ratih yang selalu memberi fighting spirit biar nggak malas kerja skripsi dan terima kasih vii
atas kontribusinya membantu mentabulasi data penelitian. Farah dan Oe, teman seperjuangan, yang setia menemani saat penelitian, thank u so much guys I owe you many things. Novi, Nunu, Adhy, Cicha, Dian, dan teman-teman yang telah banyak membantu, thanks guys. 13. Thanks for Hallyu Wave that has introduced CNBLUE to me. Their songs always give me a spirit and passion this moment. Rockin the world boys!!! And Running Man which always make me laugh :D. 14. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam seluruh proses selama berada di Fakultas Ekonomi UNHAS. Terima kasih atas doa dan motivasinya. Mudah-mudahan senantiasa mendapat berkah oleh Allah.
Penulis juga menyadari akan keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan lebih menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya. Amin.
Makassar,
Februari 2013
Penulis
viii
ABSTRAK
Pengaruh Independensi, Kompetensi, Profesionalisme, dan Sensitivitas Etika Profesi Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan) Rizki Wahyuni Mediaty Muallimin
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh independensi, kompetensi, profesionalisme dan sensitivitas etika profesi terhadap kualitas audit. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji kualitas audit pada Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Provinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan variabel bebas, yaitu independensi, kompetensi, profesionalisme dan sensitivitas etika profesi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Provinsi Sulawesi Selatan. Metode pengambilan data primer yang digunakan adalah metode kuesioner yang dibagikan kepada responden dan jumlah sampel sebanyak 35 responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi berganda. Hasil dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kompetensi, profesionalisme, dan sensitivitas etika profesi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan variabel independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Secara simultan variabel independen, kompetensi, profesionalisme dan sensitivitas etika profesi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Peneliti menyarankan untuk penelitian di masa mendatang untuk meneliti variabelvariabel lain yang mempengaruhi kualitas audit.
Kata kunci: kualitas audit, sensitivitas etika
independensi,
ix
kompetensi,
profesionalisme,
ABSTRACT
Effect of Independence, Competence, Professionalism, and Ethical Sensitivity of Professional on Audit Quality (Case Study on BPK RI Representative of South Sulawesi Province)
Rizki Wahyuni Mediaty Muallimin
This research aimed to determine the effect of independence, competence, professionalism, and ethical sensitivity of professional on audit quality. In this research, researchers examined the quality of the audit on the State Audit Board Office (BPK) RI of South Sulawesi province using independent variables, namely independence, competence, professionalism and ethical sensitivity of professional. The population in this research was all auditors who work on State Audit Board Office (BPK) RI of South Sulawesi province. The primary data collection method used is the questionnaire which distributed to respondents and the total sample of this research were 35 respondents. The data analysis technique used in this research is multiple linear regression analysis techniques. The results of testing the hypothesis in this research indicate that the variable competence, professionalism, and ethical sensitivity of professional have a positive and significant impact on audit quality, while the independent variable has no significant effect on audit quality. Simultaneously, the variables independent, competence, professionalism and ethical sensitivity of professional have positive and significant impact on audit quality. Researchers suggest for future research to examine other variables that affect the quality of the audit.
Keyword: audit quality, independence, competence, professionalism, ethical sensitivity
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii HALAMAN PENEGESAHAN ........................................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... v PRAKATA ..................................................................................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................... ix ABSTRACT .................................................................................................. x DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................... 1.5 Sistematika Penulisan .......................................................................
1 1 4 4 5 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 2.1 Landasan Teori ................................................................................. 2.1.1 Pengertian Auditor .................................................................... 2.1.2 Independensi ............................................................................ 2.1.3 Kompetensi .............................................................................. 2.1.4 Profesionalisme ........................................................................ 2.1.5 Etika Profesi Auditor BPK dan Sensitivitas Etika Profesi........... 2.1.6 Kualitas Audit ........................................................................... 2.2 Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis Penelitian ......... 2.2.1 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit ...................... 2.2.2 Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit......................... 2.2.3 Pengaruh Profesionalisme terhadap Kualitas Audit .................. 2.2.4 Pengaruh Sensitivitas Etika Profesi terhadap Kualitas Audit ..... 2.3 Kerangka Pemikiran ..........................................................................
7 7 7 9 11 13 15 16 18 20 21 22 24 25
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 3.1 Rancangan Penelitian ....................................................................... 3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................... 3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................ 3.3.1 Populasi ................................................................................... 3.3.2 Sampel ..................................................................................... 3.4 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data............................................. 3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .....................................
27 27 27 27 27 28 28 29 30
xi
3.7 Instrumen Penelitian.......................................................................... 3.8 Analisis Data ..................................................................................... 3.8.1 Analisis Kualitatif Data .............................................................. 3.8.2 Analisis Kuantitatif Data ............................................................ 3.8.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda .................................. 3.8.2.2 Uji Asumsi Klasik .......................................................... 3.8.2.3 Uji Hipotesis ..................................................................
32 32 32 33 33 34 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 4.1 Data Penelitian .................................................................................. 4.1.1 Demografi Responden.............................................................. 4.1.2 Uji Kualitas Data ....................................................................... 4.1.2.1 Uji Validitas ................................................................... 4.1.2.2 Uji Reliabilitas ............................................................... 4.1.3 Deskripsi Variabel Penelitian .................................................... 4.1.3.1 Independensi ................................................................ 4.1.3.2 Kompetensi ................................................................... 4.1.3.3 Profesionalisme ............................................................ 4.1.3.4 Sensitivitas Etika Profesi ............................................... 4.1.3.5 Kualitas Audit ................................................................ 4.2 Hasil Penelitian ................................................................................. 4.2.1 Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 4.2.1.1 Uji Normalitas................................................................ 4.2.1.2 Uji Multikolinieritas ........................................................ 4.2.1.3 Uji Heterokedastisitas ................................................... 4.2.2 Analisis Regresi Berganda ....................................................... 4.2.3 Uji Hipotesis ............................................................................. 4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi Majemuk (R2) ........................ 4.2.3.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F) ........................................ 4.2.3.3 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) ...................... 4.3 Pembahasan ..................................................................................... 4.3.1 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit ..................... 4.3.2 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit........................ 4.3.3 Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit ................. 4.3.4 Pengaruh Sensitivitas Etika Profesi Terhadap Kualitas Audit....
37 37 37 39 39 40 41 41 42 43 43 44 45 45 45 47 48 50 51 51 51 52 54 55 56 57 58
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 5.2 Saran ................................................................................................ 5.3 Keterbatasan Penelitian ....................................................................
60 60 61 61
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 62 LAMPIRAN ................................................................................................... 67
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Demografi Responden .................................................................. 38 Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen .......................................................... 39 Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ...................................................... 40 Tabel 4.4 Tanggapan Responden ................................................................. 41 Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas................................................................ 47 Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Regresi............................................................. 50 Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ............................................ 55
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis Penelitian...................................................... 26 Gambar 4.1 Grafik Histogram ....................................................................... 45 Gambar 4.2 Grafik Plot Normal ..................................................................... 46 Gambar 4.3 Grafik Scatterplot ...................................................................... 49
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian .................................................................. 67 Lampiran 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas............................................... 74 Lampiran 3 Hasil Statiistik Deskriptif Variabel Penelitian............................... 78 Lampiran 4 Hasil Regresi.............................................................................. 79 Lampiran 5 Biodata ....................................................................................... 83
xv
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Di era globalisasi, baik di dunia usaha, perbankan, pemerintahan maupun
masyarakat
menjadi
semakin
kompleks
sehingga
menuntut
adanya
perkembangan berbagai disiplin ilmu. Akuntansi merupakan disiplin ilmu yang memegang peranan penting khusunya dalam bidang ekonomi dan sosial karena setiap pengambilan keputusan yang bersifat keuangan harus berdasarkan informasi akuntansi. Dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD, setiap entitas pemerintahan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan selama satu periode. Sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa keuangan Negara merupakan salah satu unsur pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara dan mempunyai manfaat yang sangat penting guna mewujudkan tujuan Negara untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Untuk tercapainya tujuan negara tersebut, pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara memerlukan suatu lembaga pemeriksa yang bebas, mandiri, dan profesional untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Berdasarkan mandat konstitusi tersebut, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan suatu institusi yang dipercaya dapat mewujudkan tata kelola keuangan negara yang baik, transparan, dan akuntabel (good governance). BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga
2 Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. BPK tidak hanya melakukan pemeriksaan keuangan, melainkan juga pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu seperti yang tertuang dalam UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan menggantikan UU Nomor 5 Tahun 1973. Dengan adanya kontribusi audit yang dilakukan BPK, masyarakat dapat melihat akuntabilitas pemerintah secara riel, menilai integritas, kinerja dan pertanggungjawaban aktivitas pemerintah. Di sektor pemerintahan, BPK yang dalam menjalankan profesinya tersebut diatur oleh standar profesional dan kode etik profesi. Dalam pasal 4 ayat (2) Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan mengamanatkan bahwa setiap anggota harus selalu berpedoman kepada nilai dasar
kode
etik
BPK
yang
terdiri
dari
integritas,
independensi,
dan
profesionalisme. Dengan adanya kode etik tersebut, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana seorang auditor telah bekerja sesuai dengan standarstandar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya. Keberadaan standar dan kode etik profesi masih saja menimbulkan praktik-praktik
kecurangan
seperti
adanya
kasus-kasus
korupsi
dan
penyelewengan di tanah air kita yang tercinta ini. Ancaman ini berdampak pada komitmen auditor terhadap kode etik profesi mereka khususnya terhadap pemeriksaan atas laporan keuangan agar kualitas audit dapat tetap dijaga dan ditingkatkan. Kualitas audit ini penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan
laporan
keuangan
yang
dapat
dipercaya
sebagai
dasar
pengambilan keputusan (Indah, 2010). Kualitas audit menurut De Angelo (1981) adalah sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada
3 kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Dengan kata lain, kompetensi dan independensi dapat mempengaruhi kualitas audit (Christiawan, 2002). Dari pernyataan di atas, auditor BPK sebagai pemeriksa eksternal dalam pengelolaan
keuangan
negara
harus didukung
dengan
sikap
menjaga
independensi, profesionalisme, memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksankan tugas pemeriksaan serta menerapkan prinsip kehati-hatian, ketelitian, dan kecermatan dan ditunjang dengan sensitivitas etika profesi auditor sehingga bukan jaminan bahwa auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya. Pada beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa independensi, kompetensi, dan etika berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan, pada penelitian Sukriah dkk (2009) menyatakan bahwa independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dengan adanya perbedaan tersebut, hal yang menarik untuk mengadakan
penelitian
tentang
pengaruh
independensi,
kompetensi,
profesionalisme, dan sensitivitas etika profesi terhadap kualitas audit. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Efendy (2010) yang berjudul “Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Pemerintahan Kota Gorontalo)”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada pengurangan variabel motivasi dan menambah variabel profesionalisme dan sensitivitas etika profesi. Dalam penelitian ini, penulis menambah variabel profesionalisme dan sensitivitas etika profesi untuk dianalisis pengaruhnya terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh Auditor Badan Pemeriksa Keuangan RI.
4 Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk merumuskan ke dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Independensi, Kompetensi, Profesionalisme, dan Sensitivitas Etika Profesi terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Auditor Perwakilan BPK RI Provinsi Sulawesi Selatan)”.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok
permasalahn dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit? 2. Apakah kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit? 3. Apakah profesionalisme berpengaruh positif terhadap kualitas audit? 4. Apakah sensitivitas etika profesi berpengaruh positif terhadap kualitas audit?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. 2. Untuk mengetahui apakah kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. 3. Untuk mengetahui apakah profesionalisme berpengaruh positif terhadap kualitas audit. 4. Untuk mengetahui apakah sensitivitas etika profesi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
5 1.4
Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan hasil penelitian yang dilakukan penulis sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan
ilmu
pengetahuan
dalam
disiplin
ilmu
akuntansi
khususnya mengenai akuntansi keperilakuan dan audit yang terkait dengan independensi, kompetensi, profesionalisme, dan sensitivitas etika profesi serta kualitas audit. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Kegunaan Praktis Selain kegunaan teoritis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan praktis bagi organisasi terutama BPK dalam mengelola sumber daya manusianya serta pihak-pihak yang terkait di dalamnya.
1.5
Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini tersusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut: BAB I
Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penlitian dan sistematika penulisan.
BAB II
Tinjauan Pustaka Bab ini berisi kajian teori yang diperlukan di dalam menunjang penelitian dan konsep yang relevan untuk membahas permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.
6 BAB III
Metode Penelitian Pada bab ini akan dibahas mengenai metode atau langkah-langkah apa saja yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu meliputi rancangan penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen penelitian dan pengumpulan data, dan analisis data yang digunakan.
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini akan diuraikan tentang deskripsi dan gambaran secara umum atas objek penelitian serta membahas dan menganalisis datadata yang didapat dari hasil perhitungan dan pengolahan yang dilakukan.
BAB V
Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan akhir dari hasil penelitian dan saransaran yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Pengertian Auditor Auditor adalah para profesional yang ditugaskan untuk melakukan audit
atas kegiatan dan peristiwa ekonomi bagi perorangan dan entitas resmi (Boynton et al, 2002:8). Auditor pada umumnya diklasifikasikan dalam tiga kelompok (Boynton et al, 2002:8), yaitu: 1. Auditor Independen Auditor independen (independent auditors) di Amerika Serikat biasanya adalah CPA yang bertindak sebagai praktisi perorangan ataupun anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien. Pada umumnya, lisensi diberikan kepada mereka yang telah lulus dalam ujian persamaan CPA serta memiliki pengalaman praktik dalam bidang auditing. Sedangkan klien para auditor independen tersebut dapat berasal dari perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, kantor pemerintah, atau perorangan. 2. Auditor Internal Auditor internal (internal auditors) adalah pegawai dari organisasi yang diaudit. Auditor jenis ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independen, yang dinamakan audit internal, dalam lingkungan organisasi sebagai bentuk jasa bagi organisasi. Tujuan audit internal adalah untuk membantu
manajemen
organisasi
pertanggungjawaban yang efektif.
dalam
memberikan
8 3. Auditor Pemerintah Auditor pemerintah (government auditors) dipekerjakan oleh berbagai pemerintahan di tingkat federal, negara bagian, dan lokal. Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah (Mulyadi, 2002:29). Mardiasmo (2002:193) menyatakan bahwa untuk menciptakan lembaga audit yang efisien dan efektif, maka diperlukan reposisi berupa pemisahan tugas dan fungsi yang jelas terhadap lembaga audit yang ada, apakah sebagai auditor internal atau auditor eksternal. Auditor pemerintah dapat dibagi menjadi dua, antara lain: 1. Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi. Yang dimaksud audit internal adalah audit yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern di lingkungan lembaga negara dan
BUMN/BUMD,
Inspektorat
Wilayah
Propinsi
(Itwilprop),
Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kota (Itwilkab/Itwilko), dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). 2. Audit eksternal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang berada di luar organisasi yang diperiksa. Lembaga pemeriksa eksternal tersebut merupakan lembaga pemeriksa yang independen. Dalam hal ini yang bertindak sebagai auditor eksternal pemerintah adalah BPK, karena BPK merupakan lembaga yang independen dan merupakan supreme auditor.
9 2.1.2
Independensi Independensi merupakan dasar dari profesi auditing. Hal itu berarti bahwa
auditor akan bersikap netral terhadap entitas, dan oleh karena itu akan bersikap objektif. Publik dapat mempercayai fungsi audit karena auditor bersikap tidak memihak serta mengakui adanya kewajiban untuk bersikap adil (Boynton et al., 2002:66). Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif, tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam entitas yang diauditnya. Di samping itu, auditor tidak hanya berkewajiban mempertahankan sikap mental independen, tetapi ia harus
pula
menghindari
keadaan-keadaan
yang
dapat
mengakibatkan
masyarakat meragukan independensinya. Dengan demikian, di samping auditor harus benar-benar independen, ia masih juga harus menimbulkan persepsi di kalangan masyarakat bahwa ia benar-benar independen. Adapun peraturan pada Kode Perilaku Profesional AICPA mengenai independensi yang tertuang dalam Boynton et al. (2002:106) yang menyatakan bahwa: “Seorang CPA yang berpraktik publik harus bersikap independen dalam melaksanakan jasa profesional sebagaimana diisyaratkan oleh standar resmi yang diumumkan oleh badan-badan yang ditunjuk oleh Dewan”
Standar Auditing
Seksi
220.1
(SPAP,2001) menyebutkan
bahwa
independen bagi seorang akuntan publik artinya tidak mudah dipengaruhi
10 karena ia melaksanakan pekerjaanya untuk kepentingan umum. Oleh karena itu ia tidak dibenarkan memihak kepada siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang dimilikinya, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat diperlukan untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Arens
(2003:83)
dalam
Suryaningtias
(2007:36)
mengkategorikan
independensi ke dalam dua aspek, yaitu sebagai berikut: 1. Independence in fact (independensi dalam fakta). Akan ada apabila pada kenyataanya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. Artinya, auditor harus bertindak objektif dan mempunyai kejujuran yang tinggi. 2. Independence in appearance (independensi dalam penampilan). Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Dengan kata lain, Winarna (2005) menyebutkan bahwa independence in appearance merupakan suatu sikap yang timbul dari persepsi orang lain terhadap independensi akuntan publik. Abdul Halim (2001:21) dan Mulyadi (2002:129) membagi independensi ke dalam tiga aspek, yaitu: 1. Independence in fact (independensi dalam fakta). Artinya auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas. 2. Independence in appearance (independensi dalam penampilan). Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.
11 3. Independence in competence (independensi dari sudut keahliannya atau kompetensinya). Artinya independensi dilihat dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor. Pernyataan standar umum kedua dalam SPKN (BPK RI, 2007) adalah: “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”. Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para
pemeriksanya
bertanggung
jawab
untuk
dapat
mempertahankan
independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun.
2.1.3
Kompetensi Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2011) menyebutkan
bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Sedangkan, Standar umum ketiga (SA Seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor. Kompetensi auditor ditentukan oleh tiga faktor (Boynton et al., 2002:61), yaitu: (1) pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi, (2) pelatihan praktik dan pengalaman dalam auditing, dan (3) mengikuti pendidikan profesi
12 berkelanjutan selama karir profesional auditor. Cheng dkk. (2002) dalam Nor (2011:5) menyatakan bahwa kompetensi terdiri atas dua faktor, yaitu knowledge (pendidikan, keahlian, pengalaman) dan perilaku. Pengertian kompetensi mencakup tiga ranah, yaitu kognitif (pengetahuan/knowledge), afeksi (sikap dan perilaku-attitude-meliputi etika, kecerdasan emosional, dan spritual), dan psikomotorik (keterampilan teknis/fisik). Untuk profesi akuntan, ketiga ranah kompetensi ini mencakup (a) aspek kognitif, yaitu pengetahuan akuntansi dan disiplin ilmu terkait (knowledge); (b) aspek afeksi, yaitu sikap dan perilaku etis, kemampuan berkomunikasi; dan (c) aspek psikomotorik, yaitu keterampilan teknis/fisik, misalnya penguasaan teknologi informasi (komputer), teknis audit, dan sebagainya (Agoes dan Ardana , 2009: 163 dalam Nor, 2011:6). Akan tetapi, Ashton (1991) dalam Saifudin (2004:16) mengatakan bahwa ukuran keahlian tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbanganpertimbangan lain dalam pembuatan suatu keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain dalam pengalaman. Kompetensi kemudian dijelaskan pula dalam Pernyataan standar umum pertama dalam SPKN adalah: “Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan”. Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu, organisasi pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan, pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa untuk membantu organisasi pemeriksa
dalam mempertahankan
kompetensi yang memadai (BPK RI, 2007).
pemeriksa
yang
memiliki
13 2.1.4
Profesionalisme Bedasarkan Peraturan BPK RI Nomor 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik
BPK, profesionalisme adalah kemampuan, keahlian, dan komitmen profesi dalam menjalankan tugas. Profesionalisme juga menjadi syarat utama bagi yang ingin menjadi seorang auditor eksternal. Profesional berarti memiliki tanggung jawab untuk berperilaku yang lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, memenuhi Undang-Undang, dan peraturan masyarakat. Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini konsep profesionalisme yang digunakan adalah konsep untuk mengukur bagaimana para profesional memandang profesi mereka yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka. Menurut Lekatompessy (2009) dalam Kirana (2012:3) mendefinisikan profesionalisme sebagai berikut: “Profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual, profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak”.
Taksonomi
profesionalisme
Hall
digunakan
untuk
menguji
profesionalisme para akuntan publik (Morrow dan Goetz, 1988 dalam Agustia, 2007:2) dan digunakan untuk menguji profesionalisme akuntan manajemen
14 (Kalbers dan Forgaty, 1995 dalam Agustia, 2007:2). Kalbers dan Forgaty (1995) mengutip lima dimensi profesionalisme Hall, yaitu: 1. Dedication to the profession 2. Social Obligation 3. Demands for autonomy 4. Belief in Self-Regulation 5. Professional Community Affiliation Seorang
profesional
adalah
seorang
yang
(1)
Percaya
bahwa
pekerjaannya adalah penting (Dedication to the profession), (2) Memberikan jasa bagi kepentingan publik (Social Obligation), (3) Memerlukan otonomi sebagai syarat bagi jasa-jasa mereka (Demands for autonomy), (4) Mendukung peraturan tersendiri yang berbeda dengan aturan profesi yang lain (Belief in SelfRegulation) dan (5) Berafiliasi dengan anggota-anggota lain dalam profesi mereka (Professional Community Affiliation). Kelima dimensi dideskripsikan sebagai dedikasi terhadap profesi, kewajiban sosial, tuntutan otonomi personal, percaya pada peraturan profesi sendiri dan afiliasi komunitas. Setiap dimensi pada lima dimensi profesionalisme memiliki manfaat untuk menjelaskan profesionalisme dalam hubungannya dengan auditor. Oleh karena itu, pemeriksa secara profesional bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk memenuhi tujuan pemeriksaan. Pemeriksa harus memiliki sikap untuk melayani kepentingan publik, menghargai dan memelihara kepercayaan publik, dan mempertahankan profesionalisme karena tanggung jawab ini sangat penting dalam pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
15 2.1.5
Etika Profesi Auditor BPK dan Sensitivitas Etika Profesi Kemampuan
seorang
profesional
untuk
berperilaku
etis
sangat
dipengaruhi oleh sensitivitas individu tersebut (Falah, 2006:19). Oleh karena itu, untuk menjaga nama baik keahlian dan melindungi kepentingan masyarakat, maka pada umumnya organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan. Kode etik merupakan norma tertulis yang mengatur sikap, tingkah laku, dan tata karma dari para anggotanya. Dalam melaksanankan profesinya, seorang akuntan harus mematuhi kode etik akuntan. Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang merupakan satu-satunya organisasi akuntan di Indonesia. BPK sendiri telah membuat pedoman berupa Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indondesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan sebagai pernyataan UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Pasal 29 ayat (1) dan (2) yang menyatakan bahwa BPK wajib menyusun kode etik yang berisi norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota BPK dan Pemeriksa selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK yang dimana kode etik tersebut memuat mekanisme penegakan kode etik dan jenis sanksi. Sensitivitas etika seorang auditor sangat mempengaruhi kemampuan mereka dalam bertindak secara etis. Suatu pandangan yang mendasari kesadaran individu dalam berperilaku etis adalah bahwa mereka adalah agen moral. Kesadaran individu tersebut dapat dinilai melalui kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etis dalam suatu keputusan yang disebutkan sebagai sensitivitas etika (Velasque dan Rostankowski, 1985 dalam Falah, 2006:19).
16 Hunt dan Vitell (1986) dalam Aziza (2008:5) mengembangkan sebuah model untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan etika, dimana langkah awal individual menerima masalah etika, sampai pada pertimbangan etika (ethical judgment), berkembang pada niat, dan akhirnya terbawa pada perilaku. Dalam hal ini, auditor diharapkan untuk mengimplementasikan kode etik tersebut ke dalam perilaku dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan kepercayaan bagi masyarakat, khususnya terhadap citra dan hasil pemeriksaan BPK. Jadi, sensitivitas etika (ethical sensitivity) adalah kemampuan untuk mengakui sifat dasar etika dari sebuah keputusan.
2.1.6
Kualitas Audit Sampai saat ini kualitas audit dinilai sebagai konsep yang kompleks dan
sulit dipahami yang menyebabkan kualitas audit belum memiliki definisi yang pasti. Hal ini terbukti dari banyaknya penelitian yang menggunakan dimensi kualitas audit yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kualitas audit cukup sulit untuk diukur. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Mardiasmo (2000) dalam Debora dkk (2012:2) bahwa tidak tersedianya indikator kinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun daerah menjadi kelemahan audit pemerintahan di Indonesia dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi publik karena output yang dihasilkan yang berupa pelayanan publik tidak mudah diukur. Dengan kata lain, ukuran kualitas audit masih menjadi perdebatan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Kriteria mutu profesional auditor seperti yang diatur oleh standar umum auditing meliputi independensi, integritas dan objektivitas.
17 De Angelo (1981:186) mendefinisikan audit quality (kualitas audit) sebagai kemungkinan (probability) dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan penemuan suatu pelanggaran tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan independensi auditor tersebut. Deis dan Giroux (1992) dalam Alim (2007:4) melakukan penelitian tentang empat hal yang dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas sudit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga. Dari keempat hal tersebut, lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), jumlah klien, dan kesehatan keuangan klien tidak dapat diterapkan dalam konteks sektor pemerintahan. Mengingat BPK merupakan satu-satunya lembaga Negara yang bertanggung jawab terhadap pemeriksaan dan tanggung jawab pengelolaan keuangan Negara sehingga ketiga hal tersebut tidak bisa dijadikan standar kualitas hasil pemeriksaan pada lembaga pemerintah. Lain halnya dengan poin yang keempat yaitu review oleh pihak ketiga. Efendy (2010) telah melakukan penelitian terhadap persepsi aparat inspektorat sebagai bentuk review oleh pihak ketiga
18 yang walaupun populasinya masih sebatas auditor internal. Penelitian ini menggunakan persepsi auditor terhadap bagaimana kualitas proses audit, kualitas hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit sebagai ukuran kualitas audit. Hal ini didasarkan pada definisi De Angelo (1981) bahwa auditor kemungkinan menemukan suatu pelanggaran dalam laporan keuangan pemerintah. Dalam lampiran 3 SPKN disebutkan bahwa: “Besarnya manfaat yang diperoleh dari pekerjaan pemeriksaan tidak terletak pada temuan pemeriksaan yang dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat, tetapi terletak pada efektivitas penyelesaian yang ditempuh oleh entitas yang diperiksa. Manajemen entitas yang diperiksa bertanggung jawab untuk menindaklanjuti rekomendasi serta menciptakan dan memelihara suatu proses dan sistem informasi untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa dimaksud. Jika manajemen tidak memiliki cara semacam itu, pemeriksa wajib merekomendasikan agar manajemen memantau status tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa. Perhatian secara terus-menerus terhadap temuan pemeriksaan yang material beserta rekomendasinya dapat membantu pemeriksa untuk menjamin terwujudnya manfaat pemeriksaan yang dilakukan” (paragraf 17).
Dari pernyataan di atas, maka hasil audit yang berkualitas adalah hasil audit yang ditindaklanjuti oleh auditee. Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor menerapkan standar-standar dan prinsip-prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak (independent), patuh kepada hukum serta mentaati kode etik profesi (Sari, 2011:6–7).
2.2
Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis Penelitian Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Efendy (2010). Dalam
penelitian ini independensi, kompetensi, dan motivasi terbukti berpengaruh simultan terhadap kualitas audit yang dilaksanakan oleh aparat Inspektorat Kota Gorontalo. Kompetensi dan motivasi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sedangkan, Independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
19 audit, sehingga independensi yang dimiliki aparat inspektorat tidak menjamin apakah yang bersangkutan akan melakukan audit secara berkualitas. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan independensi, kompetensi, profesionalisme, dan sensitivitas etika profesi yang telah dilakukan. Sukriah dkk (2009) dan Debora dkk (2012) masing-masing menguji pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan responden yang berbeda. Responden dalam penelitian Sukriah dkk (2009) adalah seluruh PNS yang bekerja pada Inspektorat sepulau Lombok, sedangkan responden dalam penelitian Debora dkk (2012) adalah auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Provinsi Riau. Dari hasil kedua penelitian tersebut, terdapat pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit, namun tidak terdapat pengaruh antara independensi terhadap kualitas audit. Kemudian oleh Alim dkk (2007) yang menguji mengenai pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi menemukan bukti empiris bahwa indepedensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit serta interaksi independensi dan etika auditor juga berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan auditee disertai dengan perilaku etis yang dimiliki. Sari (2011) juga menguji pengaruh independensi, kompetensi, dan etika terhadap kualitas audit dimana dari hasil penelitian terhadap responden di seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang ada di kota Semarang
menunjukkan
bahwa
independensi,
kompetensi,
dan
etika
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Khairiah (2009) menguji pengaruh profesionalisme dan pengalaman auditor BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara terhadap tingkat materialitas
20 dalam pemeriksaan laporan keuangan pemerintahan menunjukkan bahwa profesionalisme dan pengalaman auditor berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan pemerintah. Kusuma (2012) yang juga menguji pengaruh profesionalisme auditor, etika profesi dan pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas dengan responden auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik se-Yogyakarta menunjukkan bahwa profesionalisme auditor, etika profesi dan pengalaman auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hidayat (2011) membuktikan bahwa 4 konsep profesionalisme yaitu pengabdian profesi, kemandirian, hubungan dengan sesama profesi dan keyakinan pada profesi, hanya faktor kemandirian yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas auditor. Dari penelitian terdahulu tersebut, terdapat perbedaan dengan yang dilakukan peneliti kali ini. Perbedaan mendasar dalam penelitian ini adalah terletak pada penambahan variabel independen yaitu profesionalisme dimana selanjutnya akan dianalisis pengaruhnya terhadap kualitas audit.
2.2.1
Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, pernyataan standar umum
kedua dalam SPKN (BPK RI, 2007) adalah: “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”. Seperti definisi De Angelo (1981) yang menyatakan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya mengasumsikan
21 bahwa
auditor
dengan
kemampuannya
akan
dapat
melaporkan
suatu
pelanggaran dan kuncinya adalah auditor tersebut harus independen. Alim dkk (2007) juga menyatakan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini mengasumsikan bahwa auditor harus memiliki kemampuan dalam mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, auditor dituntut untuk mempertanggungjawabkan independensinya terhadap pendapat, simpulan, rekomendasi, ataupun pertimbangan yang diberikan terhadap hasil pemeriksaan yang mereka laksanakan. Hal ini disebabkan karena jasa yang diberikan akan memengaruhi kepercayaan pihak ketiga. Jika seorang auditor bersikap independen, maka ia akan memberi penilaian yang senyatanya terhadap laporan keuangan yang diperiksa, tanpa memiliki beban apapun terhadap pihak manapun. Maka, semakin tinggi independensi seorang auditor maka kualitas audit yang diberikannya semakin baik. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
2.2.2
Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit Ada tiga faktor kompetensi auditor yang ditentukan oleh Boynton et al.
(2002 : 61), yaitu: (1) pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi, (2) pelatihan praktik dan pengalaman dalam auditing, dan (3) mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karir profesional auditor. Pernyataan standar umum pertama dalam SPKN (BPK RI, 2007) juga menyatakan bahwa “Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk
22 melaksanakan
tugas
pemeriksaan”.
Auditor
bertanggung
jawab
untuk
memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan oleh para auditor yang secara kolektif
memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut dengan berpedoman pada standar akuntansi dan standar audit yang telah ditetapkan. De Angelo (1981) juga mendifinisikan bahwa kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya mengasumsikan bahwa kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi). Beberapa hasil penelitian terdahulu seperti Alim (2007), Sukriah (2009), Sari (2011), dan Debora (2012) menyatakan bahwa kompetensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan teori di atas, jika dalam melaksanakan tugas, auditor dapat mengerjakan pekerjaannya dengan mudah, cepat, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan, serta didukung dengan pengetahuan dan keahlian yang mumpuni maka bukan tidak mungkin kualitas audit yang dihasilkan akan meningkat. Dari uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H2 : Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
2.2.3
Pengaruh Profesionalisme terhadap Kualitas Audit Profesionalisme adalah kemampuan, keahlian, dan komitmen profesi
dalam menjalankan tugas. Akuntan yang profesional dalam melaksanakan pemeriksaan diharapkan akan menghasilkan audit yang memenuhi standar yang telah ditetapkan sesuai dengan kode etik dan standar profesi.
23 Dalam definisi De Angelo (1981) kualitas audit dinyatakan sebagai kemungkinan dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana seorang auditor menemukan adanya salah saji dalam laporan keuangan bergantung
pada
kemampuan
teknik
yang
dimiliki
auditor
seperti,
profesionalisme, pengalaman, serta pendidikan. Penelitian yang dilakukan oleh Khairiah (2009) dan Kusuma (2012) yang menguji profesionalisme terhadap tingkat materialitas membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara profesionalisme dengan tingkat materialitas. Dari
kedua
hasil penelitian
tersebut,
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
profesionalisme juga dapat berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Hidayat (2011) yang membuktikan bahwa 4 konsep profesionalisme yaitu pengabdian profesi, kemandirian, hubungan dengan sesama profesi dan keyakinan pada profesi, hanya faktor kemandirian yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas auditor. Untuk pembinaan sumber daya manusia, lembaga negara seperti BPK perlu mengembangkan serta mendidik anggotanya yang memiliki berbagai keahlian. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan dan memenuhi standar profesionalisme. Jika kualitas pemeriksaan meningkat dan memenuhi standar profesionalisme, maka kualitas hasil pemeriksaan yang dihasilkan pun akan meningkat. Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H3 : Profesionalisme berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
24 2.2.4
Pengaruh Sensitivitas Etika Profesi terhadap Kualitas Audit Sensitivitas etika (ethical sensitivity) adalah kemampuan untuk mengakui
sifat dasar etika dari sebuah keputusan. Sebagai auditor, mereka juga harus menaati kode etik sebagai auditor. Kode etik auditor merupakan aturan perilaku auditor sesuai dengan tuntutan profesi dan organisasi serta standar audit yang merupakan ukuran kualitas minimal yang harus dicapai oleh auditor dalam menjalankan tugas auditnya. Absolutisme (idealisme yang tinggi, relativisme rendah) mempercayai bahwa kepatuhan pada standar etika diharapkan menunjukkan tingkat paling tinggi pada sensitivitas etika (Shaub et al., 1993). Dari hasil penelitian Alim dkk (2007) membuktikan bahwa interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan auditee disertai dengan perilaku etis yang dimiliki. Sedangkan, interaksi kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Pengaruh interaksi
kompetensi dan etika auditor
terhadap kualitas audit dalam penelitian ini tidak dapat diketahui karena dari hasil pengujian ternyata kedua variabel
tersebut keluar dari model (Excluded
Variables). Sari (2011) yang juga meneliti pengaruh etika terhadap kualitas audit membuktikan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara etika dan kualitas audit. Berdasarkan
beberapa
hasil
penelitian
tersebut,
semakin
tinggi
kemampuan auditor untuk secara sadar menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas organisasinya terhadap kepercayaan masyarakat, maka akan meningkatkan tingkat sensitivitas etika. Oleh karena itu, diperlukan etika auditor yang sesuai dengan prinsip etika profesi dan kode etik untuk menunjang kinerja auditor. Apabila seorang auditor memiliki etika yang tidak baik, maka hal tersebut
25 akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H4 : Sensitivitas etika profesi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
2.3
Kerangka Pemikiran Untuk menunjang hasil pemeriksaan yang berkualitas, ada beberapa hal
yang dapat menjadi pemicunya, antara lain independensi, kompetensi, profesionalisme, dan sensitivitas etika profesi yang dimiliki auditor. Keberhasilan dari memeriksa hasil laporan keuangan pemerintahan tidah terlepas dari hal tersebut. Independensi menunjukkan bahwa dalam memeriksa laporan keuangan auditor harus bebas dari pengaruh pihak lain dan tidak memihak kepada siapapun. Kompetensi menunjukkan kemampuan teknis seperti pengetahuan serta keahlian yang dimiliki auditor dalam melaksanakan pemeriksaan. Profesionalisme menunjukkan tanggung jawab untuk berperilaku yang lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dalam menjalankan tugas. Kemudian sensitivitas etika yang mendasari moral dari auditor tersebut untuk berperilaku etis. Berdasarkan dari uraian diatas serta penjelasan tentang latar belakang, tinjauan pustaka dengan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya terhadap penelitian ini, maka sebagai kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
26 Gambar 2.1 Kerangka Teoritis Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
Independensi (X1)
Kompetensi (X2) Kualitas Audit (Y) Profesionalisme (X3)
Sensitivitas Etika Profesi (X4)
27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan
penelitian yang akan digunakan untuk menganalisis penelitian mengenai “Pengaruh Independensi, Kompetensi, Profesionalisme, dan Sensitivitas Etika Profesi terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Perwakilan BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan)” adalah tipe penelitian penjelasan (explanatory / confirmatory research), karena penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel dengan melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
3.2
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan dengan ruang lingkup auditor yang sudah pernah melakukan tugas pemeriksaan.
3.3
Populasi dan Sampel Populasi dan sampel merupakan objek penelitian. Populasi mencakup
objek penelitian secara keseluruhan, sedangkan sampel mencakup bagian dari populasi.
3.3.1
Populasi Populasi (population) adalah sekelompok orang, kejadian atau segala
sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 1999 :
28 115). Populasi dalam penelitian ini adalah auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 109 auditor.
3.3.2
Sampel Peneliti, secara teknis umumnya mengalami kesulitan untuk meneliti
seluruh elemen populasi, jika jumlah elemen populasinya relatif banyak atau bahkan sulit dihitung. Kendala yang dihadapi peneliti umumnya masalah keterbatasan waktu, biaya dan tenaga yang tersedia. Peneliti, oleh karena itu, karena alasan praktis dapat meneliti sebagian dari elemen-elemen populasi sebagai sampel (sample) (Indriantoro dan Supomo, 1999 : 115-116). Pengambilan sampel (sampling) dilakukan dengan menggunakan tipe teknik pengambilan sampel probabilitas (probability sampling) yaitu teknik pengambilan sampel yang memberi peluang yang sama setiap populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sunyoto, 2011 : 56) dengan metode pemilihan sampel acak sederhana (simple random sampling) yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu dengan kriteria auditor yang sudah pernah melaksanakan tugas pemeriksaan. Berdasarkan
pengalaman
empiris
ahli
statistik,
data
dikatakan
berdistribusi normal dan representatif jika jumlah sampel yang datanya dapat terolah minimal 30 responden.
3.4
Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data subjek (Self-Report Data).
Data subjek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subjek
29 penelitian (responden) (Indriantoro dan Supomo, 1999 : 145). Data subjek diklasifikasikan berdasarkan bentuk tanggapan (respon) yang diberikan, yaitu: lisan (verbal), tertulis, dan ekspresi. Dalam penelitian ini respon tertulis diberikan sebagai tanggapan atas pertanyaan tertulis (kuesioner) yang diajukan oleh peneliti. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara) (Indriantoro dan Supomo, 1999 : 146-147). Berdasarkan sifatnya data primer dikategorikan menjadi dua macam (Sunyoto, 2011 : 22), yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Dalam penelitian ini, data kualitatif berupa jawaban kuesioner dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi yang diberikan kepada auditor BPK sebagai responden yang ada di lokasi penelitian tentang independensi, kompetensi, profesionalisme, sensitivitas etika profesi, dan kualitas audit. Data kuantitatif berupa skor masing-masing indikator yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang dibagikan kepada auditor di lokasi penelitian tersebut.
3.5
Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, dimaksudkan untuk
memperoleh data yang
relevan dan akurat dengan masalah yang dibahas.
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode survei (survey methods), tinjauan kepustakaan (library research), dan mengakses website dan situs-situs. Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis (Indriantoro dan Supomo, 1999 : 52). Ada dua teknik pengumpulan data dalam metode survei, yaitu wawancara dan kuesioner. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
30 dengan
menggunakan
kuesioner
yang
didistribusikan
secara
personal
(personally administered questionnaires). Peneliti
juga
melakukan
metode
tinjauan
kepustakaan
dengan
mempelajari teori-teori dan konsep-konsep yang sehubungan dengan masalah yang diteliti penulis pada buku-buku, makalah, dan jurnal guna memperoleh landasan teoritis yang memadai untuk melakukan pembahasan. Selain itu, peneliti juga mengakses website dan situs-situs yang menyediakan informasi sehubungan dengan masalah dalam penelitian.
3.6
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Dalam penelitian ini, variabel dependen (Y) yang digunakan adalah
kualitas audit sedangkan variabel independennya terdiri dari independensi auditor (X1), kompetensi auditor (X2), profesionalisme (X3), dan sensitivitas etika profesi auditor (X4). Definisi operasional untuk variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut: 1. Independensi (X1) merupakan dasar dari profesi auditing. Independensi dalam pengauditan merupakan penggunaan cara pandang yang tidak bias dalam pelaksanaan pengujian audit, evaluasi hasil pengujian tersebut, dan pelaporan hasil temuan audit (Efendy, 2010). Independensi auditor diukur dengan
menggunakan
pernyataan
tingkat
persepsi auditor terhadap
bagaimana keleluasaan yang dimilikinya untuk melakukan audit, bebas baik dari gangguan pribadi maupun gangguan ekstern. 2. Kompetensi (X2) dalam pengauditan merupakan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan auditor untuk dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama (Efendy, 2010). Kompetensi diukur dengan menggunakan pernyataan yang menggambarkan tingkat persepsi auditor
31 terhadap bagaimana kompetensi yang dimilikinya terkait standar akuntansi dan audit yang berlaku, penguasaannya terhadap seluk beluk organisasi pemerintahan, kemampuan/keahlian pemeriksa, serta program peningkatan keahlian. 3. Profesionalisme (X3) menjadi syarat utama bagi yang ingin menjadi seorang auditor eksternal. Profesionalisme merupakan sikap dan perilaku auditor dalam menjalankan profesinya dengan kesungguhan dan tanggung jawab agar mencapai kinerja tugas sebagaimana yang diatur oleh organisasi profesi (Kusuma, 2012). Profesionalisme diukur dengan menggunakan pernyataan yang
menggambarkan
pengabdian
pada
profesi,
kewajiban
sosial,
kemandirian, keyakinan profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi dari hasil adaptasi lima dimensi profesionalisme Hall. 4. Sensitivitas etika (ethical sensitivity) (X4) adalah kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika dalam suatu keputusan (Falah, 2006). Sensitivitas etika diukur dengan menggunakan adaptasi skenario sensitivitas etika Shaub (1993) dalam Falah (2006) yaitu: kegagalan akuntan dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang diminta, penggunaan jam kantor untuk kepentingan pribadi, subordinasi judgement akuntan dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip akuntansi dengan beberapa modifikasi sesuai dengan kondisi lokasi penelitian. 5. Kualitas Audit (Y) merupakan probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi pemerintah dengan berpedoman pada standar akuntansi dan standar audit yang telah ditetapkan (Efendy, 2010). Kualitas audit diukur dengan menggunakan pernyataan yang menggambarkan tingkat persepsi auditor terhadap bagaimana kualitas proses audit, kualitas hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit.
32 3.7
Instrumen Penelitian Pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan skala Likert yaitu suatu skala yang digunakan
untuk
mengukur
sikap,
pendapat,
persepsi
seseorang
atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban dari responden bersifat kualitatif dikuantitatifkan, dimana jawaban diberi skor dengan menggunakan 5 (lima) poin skala Likert, yaitu: nilai 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur independensi, kompetensi, profesionalisme, sensitivitas etika profesi, dan kualitas audit diadopsi dari penelitian Falah (2006), Khairiah (2009), Efendy (2010), serta Hidayat (2011).
3.8
Analisis Data
3.8.1
Analisis Kualitatif Data Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan instrumen
kuesioner harus dilakukan pengujian kualitas terhadap data yang diperoleh. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan valid dan reliable sebab kebenaran data yang diolah sangat menentukan kualitas hasil penelitian. Pengujian validitas dan reabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu: a. Uji Validitas Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu kuesioner
33 dikatakan
valid
jika
pertanyaan
pada
kuesioner
mempu
untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product moment. Data dinyatakan valid jika nila r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item Total Correlation lebih besar dari r-tabel pada signifikansi 0.05 (5%). b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang dalam kuesioner konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika memberikan nilai cronbach’s alpha di atas 0,6 begitu pula sebaliknya.
3.8.2
Analisis Kuantitaif Data Analisis kuantitatif yaitu analisis yang digunakan untuk mengolah data
yang diperoleh dari daftar pertanyaan yang berupa kuesioner ke dalam bentuk angka-angka dan perhitungan dengan metode statistik.
3.8.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda Model analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda (Multiple Linear Regression Analysis). Analisis regresi linier berganda pada umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran
34 interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Indriantoro dan Supomo, 1999 : 211). Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ ε Keterangan: Y = kualitas audit
a
X1 = independensi
b1 = koefisien regresi X1
X2 = kompetensi
b2 = koefisien regresi X2
X3 = profesionalisme
b3 = koefisien regresi X3
X4 = sensitivitas etika profesi
b4 = koefisien regresi X4
ε
= konstanta
= variabel pengganggu
3.8.2.2 Uji Asumsi Klasik Penelitian ini juga menguji asumsi klasik yang melekat pada persamaan model regresi, sehingga data-data yang digunakan dalam pengujian hipotesis bebas dan asumsi klasik.Uji asumsi klasik dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan, berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas pada
penelitian
ini
menggunakan
Normal
P-Plot
of
regression
standarizard residual terhadap pengujian pada keseluruhan variabel dalam penelitian ini. Uji normalitas data dilihat dengan melihat pola pada
35 kurva penyebaran pada Grafik P-Plot. Jika pola penyebaran memiliki garis normal kurva maka dapat dikatakan data berdistribusi normal. 2. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji korelasi antara variabel bebas (independen) dalam regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi
korelasi
antara
variabel
bebas.
Untuk
mendeteksi
multikolinieritas maka dapat dilihat nilai Variance Influence Faktor dari hasil perhitungan regresi berganda. Jika nilai VIF > 10 maka berarti terdapat multikolinieritas, dan jika nilai VIF < 10 maka dapat diartikan tidak terdapat multikolinearitas. 3. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dilihat dengan menggunakan Scatterplot Model. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linier tidak terdapat heterokedastisitas.
3.8.2.3 Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan analisis regresi linear yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh independensi, kompetensi, profesionalisme, dan sensitivitas etika profesi sebagai variabel independen terhadap kualitas audit sebagai variabel dependen.
36 1. Koefisien Determinasi Majemuk (R2) Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar persentase sumbangan dari variabel independen X1, X2, X3, dan X4 (independensi, kompetensi, profesionalisme, dan sensitivitas etika profesi) secara bersama-sama terhadap variabel dependen Y (kualitas audit), dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi (R2). R2 atau R Square menjelaskan seberapa besar variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan variabel dependen. 2. Uji Signifikan Simultan (Uji F) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan nilai Ftabel dengan Fhitung. Untuk menentukan nilai Ftabel, tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degres of freedoom) df1 =(k-1) dan df2=(n-k-1) di mana n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel. 3. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika p value < 0,05, maka Ha diterima dan jika p value > 0,05, maka Ha ditolak.
60
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh independensi,
kompetensi, profesionalisme, dan sensitivitas etika profesi terhadap kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan dalam bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik oleh Penulis ialah sebagai berikut. a. Independensi, kompetensi, profesionalisme, dan sensitivitas etika profesi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. b. Independensi tidak berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa independensi yang dimiliki auditor BPK RI Kantor Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan tidak menjamin apakah yang bersangkutan akan melakukan audit yang berkualitas. c. Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik. d. Profesionalisme berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa jika tingkat profesionalisme seorang auditor tinggi maka kualitas audit pun tercapai. e. Sensitivitas etika profesi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat sensitivitas etika profesi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi tingkat kualitas audit yang dihasilkan.
61 5.2
Saran Adapun saran yang dapat Penulis berikan berkaitan dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut. a. Untuk penelitian selanjutnya agar dapat meneliti variabel-variabel lain yang mempengaruhi kualitas audit. b. Penelitian ini hanya di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Kantor Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan, untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti untuk cakupan yang lebih luas. c. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya peneliti menggunakan metode wawancara (interview) atau metode observasi untuk mengumpulkan data penelitian agar dapat mengurangi adanya kelemahan terkait internal validity atau response bias.
5.3
Keterbatasan Penelitian Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Penelitian ini hanya menggunakan instrumen kuesioner sehingga belum menggambarkan secara utuh kondisi yang terjadi pada objek penelitian. b. Penelitian ini hanya dilakukan pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Kantor Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan, sehingga kurang mampu menggeneralisasi praktik-praktik pengukuran kualitas audit di Indonesia. c. Masih terdapat variabel independen lain yang mempengaruhi variasi dalam variabel kualitas audit yang belum tergali pada penelitian ini seperti akuntabilitas, risiko audit, risiko litigasi, dan lain sebagainya.
62
DAFTAR PUSTAKA
Agustia, Dian. 2007. Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Job Satisfaction, Komitmen Organisasi, dan Job Performance serta Turnover Intentions. Media Mahardika Universitas Airlangga Vol. 5, No. 3, Mei 2007 Hal : 1-10. Alim, M.N., T. Hapsari, dan L. Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X. Makassar.
Aziza, Nurma dan Salim, Andi A. 2008. Pengaruh Orientasi Etika pada Komitmen dan Sensitivitas Etika Auditor (Studi Empiris pada Auditor di Bengkulu dan Sumatera Selatan). Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XI Pontianak. Boynton, William C., dan Jhonson Raymond, Walter G. Kell. 2001. Modern Auditing, Seventh Edition. Jhon Wiley & Sons, Inc. Diterjemahkan oleh Paul A. Rajoe. 2002. Modern Auditing, Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.
__________ . 2006. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan RI. Jakarta.
__________ . 2007. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan RI.
__________ . 2011. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 02 Tahun 2011 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan RI. Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Universitas Kristen Petra, Surabaya.
De Angelo. L.E. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and Economics 3 (1981) : 183-199. Debora, E.D., V. Ratnawati, dan R. Adri Satriawan S. 2012. Pengaruh Kompetensi Independensi Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Auditor
63 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Provinsi Riau. Universitas Riau. Efendy, Muh. Taufiq. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Gorontalo). Tesis Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Falah, Syaikhul. 2006. Pengaruh Budaya Etis Organisasi dan Orientasi Etika terhadap Sensitivitas Etika (Studi Empiris tentang Pemeriksaan Internal di Bawasda Pemda Papua). Tesis Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Halim, Abdul. 2001. Auditing I (Dasar-Dasar Audit Laporan keuangan), Edisi Kedua (revisi). Yogyakarta: UPP.AMP YKPN.
Hidayat, M. Taufik. 2011. Pengaruh Faktor-Faktor Akuntabilitas Auditor dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang). Skripsi Akuntansi Universitas Diponegoro. Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Indah, Siti NurMawar. 2010. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Auditor KAP Di Semarang). Skripsi Akuntansi Universitas Diponegoro Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Khairiah, Syafina. 2009. Pengaruh Profesionalisme dan Pengalaman Auditor BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintahan. Tesis Magister Ilmu Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Kirana, Annisa Lucia. 2012. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Laporan Keuangan (Pada Kantor Akuntan Publik Komisariat Wilayah Bandung). Universitas Komputer Indonesia
64 Kusuma, Novanda Friska Bayu Aji. 2012. Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi dan Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Skripsi Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta.
Mardiasmo. 2002. Akuntasi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
Mulyadi. 2002. Auditing Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat
Nor, Wahyudin. 2011. Peran Kompetensi dan Independensi Auditor dalam Meningkatkan Kualitas Audit Keuangan Negara. Universitas Palangka Raya Saifudin. 2004. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Kuasieksperimen pada Auditor dan Mahasiswa). Tesis Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Sari, Nungky Nurmalita. 2011. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi dan Etika Terhadap Kualitas Audit. Skripsi Akuntansi Universitas Diponegoro. Shaub, Michael K., and Don W.Finn. 1993. “The Effect of Auditor’s Ethical Orientation on Commitment and Ethical Sensitivity”. Behavioral Research in Accounting. Vol.5 Sukriah, I., Akram, B.A. Inapaty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Universitas Negeri Semarang.
Sunyoto, Danang. 2011. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi (Alat Statistik & Analisis Output Komputer). Yogyakarta: CAPS.
Suryaningtias, Agustin. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik (Studi Survei pada Kantor Akuntan Publik di Bandung). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Winarna, Jaka. 2005. Independensi Auditor: Suatu Tantangan di Masa Depan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret, Vol. 5, No. 2, Agustus 2005 Hal. 178-186.
65 http://scholar.google.co.id/scholar?start=20&q=kualitas+audit,+etika&hl=id&as_s dt=0&as_vis=1. Diakses pada tanggal 7 Januari 2013 pukul 16.19 Wita.
http://www.scribd.com/doc/79327645/MAKALAH-ETIKA. Diakses pada tanggal 5 September 2012 pukul 06.53 Wita.