SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU PADA ANGGOTA KELUARGA DI RSUD DOLOK SANGGUL TAHUN 2015
Oleh WINNER CLINTON SILALAHI 11 02 048
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU PADA ANGGOTA KELUARGA DI RSUD DOLOK SANGGULTAHUN 2015
Proposal ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelarSarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Oleh WINNER CLINTON SILALAHI 11 02 048
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
PERNYATAAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU PADA ANGGOTA KELUARGA DI RSUD DOLOK SANGGULTAHUN 2015
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dan dicantumkan dalam naskah ini daan yang disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan , Agustus 2015
Winner Clinton Silalahi
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri 1. Nama
: Winner Clinton Silalahi
2. Tempat Tanggal Lahir
: Dolok Sanggul, 03 November 1992
3. Jenis Kelamin
: Laki-laki
4. Agama
: Kristen Protestan
5. Anak Ke
: Keempat Dari Empat Bersaudara
6. Status Pernikahan
: Belum Menikah
7. Alamat
: Jl. Siliwangi No. 116 Dolok Sanggul
8. Hp
: 0813 7744 4006
9. Email
:
[email protected]
B. DATA ORANG TUA Nama Ayah
: Alm. Dapot Silalahi
Pekerjaan
: PNS
Agama
: Kristen Protestan
Nama Ibu
: Redia Lumban Gaol
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Kristen Protestan
C. Riwayat Pendidikan 1. Tahun 1997-1999
: TK Santo Yosep Dolok Sanggul
2. Tahun 1999-2004
: SD Santa Maria Dolok Sanggul
3. Tahun 2004-2007
: SLTP Santa Lusia Dolok Sanggul
4. Tahun 2007-2010
: SMA Methodist 2 Medan
5.
: Saat Ini Sedang Menyelesaikan Pendidikan
Tahun 2011-2015
Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara
ii
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPEWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA Skripsi, Agustus 2015 Winner Clinton Silalahi Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan Pencegahan Penularan Pada Pasien TBParu Terhadap Keluarga DiRSUD Dolok Sanggul Tahun 2015. xi+ 43 hal + 5 tabel+ 1 skema + 13 lampiran
ABSTRAK Salah satu cara penanggulangan tuberculosis paru yaitu dengan melakukan pendidikan kesehatan, dengan pemberian pendidikan kesehatan ini akan mengubah pengetahuan dan perilaku masyarakat, sehingga masyarakat dapat menanggulangi tuberculosis paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tindakan pencegahan penularan pada pasien TB paru terhadap keluarga diRSUD Dolok Sanggul Tahun 2015.Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan rancangan one-group pre-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota keluarga TB paru yang dirawat di RSUD Dolok Sanggul sebanyak 264 orang pertahun. Teknik Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling sebanyak 30 orang.Hasil penelitian dengan uji statistic Mc. Nemar didapatkan p value = 0,008 (P<0,05) berarti menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tindakan pencegahan penularan TB paru di RSUD. Dolok Sanggul Tahun 2015. Oleh karena itu diharapkan agar dapat menjadi panduan pelayanan kesehatan khususnya bagi perawat untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara memberikan informasi tentang tindakan pencegahan penularan penyakit TB paru.
Kata Kunci Daftar Pustaka
: Pendidikan Kesehatan, Tindakan Pencegahan Penularan, Pasien TB Paru. : 21 (2005-2013)
iii
SCHOOL OF NURSING FACULTY OF NURSING & MIDWIFERY SARI MUTIARA INDONESIA OF UNIVERSITY Scription, August2015 Winner Clinton Silalahi Effect of Health Education Preventive Measures Against Pulmonary TBT ransmissionin Patients Against Family At RSUD Dolok Sanggul 2015. xi + 43pages + 5 tables + 1 chart + 13 enclosures
ABSTRACT One way of overcoming pulmonary tuberculosis is conducting health education, the provision of health education will change knowledge and behavior of society, so that people can cope with pulmonary tuberculosis. The aims of this study was to determine the effect of health education on preventive measures in patients with pulmonary TB transmission to family at RSUD Dolok Sanggul2015.Desain study is a quasi experimental design with one-group pre-post test design. The population in this study are all members of the family of pulmonary TB were treated at RSUD Dolok Sanggul as many as 30 people per month. Mechanical Sampling is done by sampling a total of 30 people. Research results with statistical tests Mc. Nemar obtained p value = 0.008 (P <0.05) means showed that the effect of health education on preventive measures of pulmonary TB transmission atRSUD Dolok Sanggul2015. Therefore, it can be expected that guide health services, especially for the nurses to be able to increase the knowledge society by providing information on preventive measures of pulmonary TB disease transmission.
Keywords References
: Health Education, PrecautionsTransmission, Pulmonary TB. : 21 (2005-2013)
iv
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan pada peneliti, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru Pada Anggota Keluarga Di RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015”.
Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015. Selama proses penyusunan skripsi penelitian ini, begitu banyak bantuan, nasehat, dan bimbingan yang peneliti terima demi kelancaran penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu : 1.
Parlindungan Purba, SH, MH, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia.
2.
Dr. Ivan Elisabeth Purba, M. Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia.
3.
Ns. Janno Sinaga, M. Kep, Sp. KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan.
4.
Ns. Rinco Siregar, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5.
Ns. Henny Syapitri M.Kep, selaku Ketua Penguji yang telah membimbing peneliti dengan sabar, tekun dan bijaksana dan sangat cermat memberikan masukan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
6.
Ns. Bunga Purba, M.Kep, selaku Penguji I yang telah membimbing peneliti dengan sabar, dan memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
7.
Ns. Edriyani Simanjuntak, S.Kep, selaku Penguji II yang telah membimbing peneliti dengan sabar, dan memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
8.
Ns. Agnes Marbun S.Kep, selaku PengujiIII yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti dengan sabar, membantu, serta memberikan banyak masukan dalam penyelesain skripsi ini.
v
9.
Para dosen dan staff di lingkungan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
10. Terimakasih kepada seluruh staff RSUD Dolok Sanggul yang telah membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini 11. Terimakasih kepada orang tua peneliti Redia Lumban Gaol (Ibu), Alm. Dapot Silalahi (ayah) yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian kepada peneliti dan menjadi inspirasi bagi peneliti dalam penyelesaian skripsi ini. 12. Teman – teman seperjuangan di PSIK yang telah banyak membantu peneliti.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi penelitian ini masih banyak kekurangan, dengan demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.
Medan, Agustus 2015 Peneliti
Winner Clinton Silalahi
vi
DAFTAR ISI Hal PERNYATAAN PENGESAHAN PERNYATAAN ........................................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... ABSTRAK ..................................................................................................... ABSTRACT ..................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL ........................................................................................... DAFTAR SKEMA.......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang....................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................. C. Tujuan Penelitian................................................................... 1. Tujuan Umum.................................................................. 2. Tujuan Khusus................................................................. D. Manfaat Penelitian................................................................. TINJAUAN TEORITIS A. Pendidikan Kesehatan............................................................ 1. Pengertian Pendidikan Kesehatan ................................... 2. Tujuan Pendidikan Kesehatan ......................................... 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan ............................................................................... 4. Metode Pendidikan Kesehatan.............................................. 5. Media Pendidikan .................................................................. B. Pendidikan Kesehatan Yang Diberikan Untuk Mencegah Penularan TB Paru.................................................................. 1. Peranan Keluarga Dalam Penyakit TB Paru.................... 2. Pendidikan Khusus .......................................................... 3. Pencegahan TB Pada Keluarga........................................ C. Konsep Dasar TB Paru .......................................................... 1. Pengertian ........................................................................ 2. Patofisiologi..................................................................... 3. Etiologi ............................................................................ 4. Tanda dan gejala.............................................................. 5. Faktor Penyebab TB Paru................................................ 6. Manifestasi Klinis............................................................ 7. Cara Penularan Terhadap Anggota Keluarga .................. 8. Diagnosis ......................................................................... 9. Dampak TB Paru Kepada Anggota Keluarga .................
vii
i ii iii iv v vii ix x xi
1 4 4 4 4 5
6 6 6 6 7 8 10 10 11 11 12 12 12 13 13 14 18 19 20 23
BAB III
BAB IV
BAB V
10. Kebijakan Program Penanggulangan Tuberkulosis Di Indonesia ......................................................................... 11. Tujuan Penanggulangan Tuberkulosis ............................ D. Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat ................... E. Kerangka Konsep .................................................................. F. Hipotesis ................................................................................
24 25 26 27 27
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ................................................................... B. Populasi dan Sampel.............................................................. 1. Populasi ........................................................................... 2. Sampel ............................................................................. C. Lokasi Penelitian ................................................................... D. Waktu Penelitian ................................................................... E. Definisi Operasional .............................................................. F. Aspek Pengukuran ................................................................ G. Alat Dan Prosedur Pengumpulan Data.................................. H. Etika Penelitian...................................................................... I. Pengolahan Data Dan Analisa Data....................................... 1. Pengolahan Data ........................................................ 2. Analisa Data ..............................................................
28 28 28 28 29 29 30 30 31 31 32 33 33
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...................................................................... 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian .............................. 2. Analisa Univariat .............................................................. 3. Analisa Bivariat ............................................................... B. Pembahasan ........................................................................... 1. Interprestasi Dan Diskusi Hasil ....................................... 2. Keterbatasan Penelitian ..................................................
34 34 35 36 37 37 40
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................ B. Saran ......................................................................................
42 42
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................... 30 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Karakteristik RespondenDi RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015 (n=30) .......................... 35 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru Sebelum Diberikan Pendidikan KesehatanDi RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015 (n=30) ...................................................................................... 35 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Di RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015 (n=30) ...................................................................................... 36 Tabel 4.4 Tabulasi Silang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan Pencegahan Penularan TB ParuDi RSUD Dolok SanggulTahun 2015 (n=30)........................................................................................................... 36
ix
DAFTAR SKEMA Hal Skema 2.1 Kerangka Konsep ..................................................................................
x
27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2
: Lembar Pernyataan Menjadi Responden
Lampiran 3
: Kuisioner
Lampiran 4
: Leaflet
Lampiran 5
: SAP
Lampiran 6
: Surat Izin Memperoleh Data Dasar Dari Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran 7
: Surat Balasan Izin Memperoleh Data Dasar Dari RSUD Dolok Sanggul
Lampiran 8
: Surat Izin Penelitian Dari Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran 9
: Surat Balasan Izin Penelitian Dari RSUD Dolok Sanggul
Lampiran 10 : Surat Selesai Meneliti Dari RSUD Dolok Sanggul Lampiran 11 : Master Data Lampiran 12 : Distribusi Output Program SPSS Lampiran 13 : Lembar Konsultasi Skripsi
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (Widiastuti, 2012). TB Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang ditularkan melalui udara yaitu percikan ludah,bersin dan batuk (Laban,2008).
Berdasarkan Global Report WHO (2010), jumlah penderita TB paru di dunia sebanyak 14,4 juta kasus. Penderita TB paru terbanyak di negara, yaitu : Cina 222 jiwa per 100.00 penduduk BTA(+) philipina 3,1 jiwa per 1000 penduduk BTA (+),ethiopia 189 jiwa per 100.000 penduduk BTA(+) dan Indonesia. Mencapai sekitar 300 ribu kasus.Sementara jumlah kasus yang meninggal berjumlah 61 ribu jiwa atau 169 orang perharinya.Di Sumatera Utara, penderita TB menempati urutan ketujuh nasional. Jumlah penderita TB Paru di Sumatera Utara pada tahun 2010 sebanyak 104.992 orang setelah dilakukan pemeriksaan dan yang diobati sebanyak 13.744 orang, dari jumlah yang diobati jumlah pasien yang sembuh sebanyak 9.390 orang atau sekitar 68,32% (Dinkes Prov. Sumatera Utara, 2010).
Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional pada tahun 2012 menunjukkan prevalensi TBC paru cenderung meningkat .Prevalensi TB paru lebih tinggi dipedesaan dibandingkan perkotaan dan lebih tinggi prevalensi TB paru pendidikan rendah dibandingkan pendidikan tinggi. Diindonesia ada beberapa provinsi yang mempunyai prevalensi TB paru diatas prevalensi nasional yaitu, Nanggroe Aceh Darussallam, Sumatera Barat,RIAU, KI Jakarta, jawatengah, Yogyakarta, Kalimantan selatan, Sulawesi tengah, Sulawesi tenggara, papuabarat (Depkes,2013).
1
2
Pendidikan kesehatan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat ,berfungsi sebagai media atau sarana untuk menyediakan kondisi sosio-psikologis sedemikian rupa sehingga individu atau masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-norma hidup sehat, dengan perkataan lain pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan tindakan individu atau masyarakat sehingga sesuai dengan norma-norma hidup sehat, dengan perkataan lain pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan tindakan individu atau masyarakat sehingga sesuai dengan norma hidup sehat. Pendidikan kesehatan akan berpengaruh pada perilaku kesehatan akan berpengaruh pada perilaku kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akanberpengaruh pada perilaku kepada meningkatnya indicator kesehatan
masyarakat
sebagai
keluaran
(outcome)
pendidikan
kesehatan
(Notoadmodjo,2010).
Program penanggulangan tuberculosis paru salah satunya dengan melakukan pendidikan kesehatan,ini perlu dilakukan karena masalah tuberculosis paru banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,kemauan dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan dan pencegahan tuberculosis paru. Pendidikan kesehatan secara langsung perorangan sangat penting, artinya untuk menentukan keberhasilan penggobatan penderita. Pendidikan ditujukan kepada suspek, penderita dan keluarganya, supaya penderita menjalani pengobatan secara teratur dan sampai sembuh serta tidak menularkan penyakitnya pada orang lain. Bagi anggota keluarga yang sehat dapat menjaga, melindungi dan meningkatkan kesehatannya, sehingga terhindar dari penularan tuberculosis paru (Depkes, 2009).
Sejak tahun 1990-an WHO dan International Union Agains Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif(costefective). Penerapan strategi DOTS secara baik, disamping secara cepat menekan penularan, juga mencegah berkembangnya Multi Drugs Resistance Tuberculosis
3
(MDR-TB).Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien menular. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB. Pengembangan strategi DOTS telah dilaksanakan di seluruh provinsi pada fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas (96%) (Depkes RI, 2007).
Tujuan utama pengendalian TB Paru adalah menurunkan insidens TB Paru pada tahun 2015, menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat TB Paru menjadi setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan tahun 1990, sedikitnya 70% kasus TB Paru dan diobati melalui program DOTS (Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO); dan sedikitnya 85% tercapai succes rate. DOTS adalah strategi penyembuhan TB Paru jangka pendek dengan pengawasan secara langsung.
Berdasarkan penelitian Tonny Lumban Tobing (2009) diKabupaten Tapanuli Utara menyatakan bahwa potensi penularan tuberculosis paru 2,5 kali lebih besar pada yang berpengetahuan kurangdan 3,1 kali lebih besar pada yang bersikap kurang dalam pencegahan tuberkulosis. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori perilaku kesehatan, bahwa pengetahuan dapat mendasari seseorang untuk bertindak termasuk untuk
bertindak
melakukan
pencegahan
tuberculosis
paru.Upaya
dalam
meningkatkan pengetahuan dan sikap pencegahan penularan tuberculosis paru dilakukan melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti, data yang diperoleh dari RSUD Dolok Sanggul penderita TB paru yang dirawat di RSUD DolokSanggul, pada Tahun 2014 sebanyak 264 orang, dari hasil observasi yang dilakukan peneliti ditemukan 8 dari 10 anggota keluarga pasien yang diwawancarai banyak yang tidak mengetahui pencegahan penularan dari TB paru, bahkan pendidikan kesehatan anggota keluarga belum tahu tentang bagaimana tindakan pencegahan penularan TB paru. Sehingga karena faktor tidak tahu, maka keluarga kurang memperhatikan
4
kesehatan dirinya tentang tanda, gejala dan penularan
yang dialami dan
menganggap hal tersebut hanya masalah biasa pada anggota keluarga dalam pencegahan dan pengobatannya
Berdasarkan data diatas tersebut pentingnya pendidikan kesehatan terhadap pasien penderita Tuberculosis, untuk mencegah terjadinya penyebaran pada anggota keluarga yang sehat.Alasan peneliti memilih judul tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru Pada Keluarga di RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015”.Karena peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tindakan pencegahan penularan TB paru pada anggota keluarga.
B. Rumusan Masalah Penelitian Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tindakan pencegahan penularan pada pasien TB paru terhadap keluarga di RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015 ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk
mengetahui
pengaruh
pendidikan
kesehatan
terhadap
tindakan
pencegahan penularan pada pasien TB paru terhadap keluarga di RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi tindakan pencegahan sebelum diberikan pendidikan kesehatan b. Mengidentifikasi tindakan pencegahan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
5
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pasien Memberikan informasi kepada pasien terkait tentang pentingnya tindakan pencegahan TB paru, agar tidak terinfeksi pada anggota keluarga sehat.
2. Bagi pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan refrensi pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan.Terutama untuk memperluas informasi terkait dengan tindakan pencegahan penularan TB paru pada anggota keluarga.
3. Praktik Pelayanan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi panduan pelayanan kesehatan untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara memberikan informasi tentang tindakan pencegahan penularan penyakit TB paru.
4. Penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti selanjutnya, yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan, dan peneliti menyarankan agar melanjutkan penelitian ini mengenai Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru pada keluarga..
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan.secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsure-unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan.(Notoadmojo, 2012).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan Menurut WHO tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.Secara umum tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut antara lain, menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat,menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat, mendorong pengembangan dan menggunakan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada ( Herawani, 2009).
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :
6
7
a. Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya.
b. Tingkat Sosial Ekonomi Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.
c. Adat Istiadat Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
d. Kepercayaan Masyarakat Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orangorang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.
e. Ketersediaan waktu di masyarakat Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat
untuk
menjamin
tingkat
kehadiran
masyarakat
dalam
penyuluhan.
4. Metode Pendidikan Kesehatan Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu: a. Metode berdasarkan pendekatan perorangan Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi.Dasar digunakannya pendekatan individual
8
ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu : 1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling) 2) Wawancara
b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok Penyuluh
berhubungan
penyampaian
promosi
dengan
sasaran
secara
kelompok.Dalam
kesehatan
dengan
metode
ini
kita
perlu
mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya kelompok, yaitu : 1) Kelompok besar 2) Kelompok kecil
c. Metode berdasarkan pendekatan massa Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesanpesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa.
5. Media Pendidikan Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Alat-alat bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut (Notoadmojo, 2012) : a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan b. Mencapai sasaran yang lebih banyak c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan –pesan yang diterima oran lain e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan
9
f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakat g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh
Dengan kata lain media ini memiliki beberapa tujuan yaitu : a. Tujuan yang akan dicapai 1) Menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep- konsep 2) Mengubah sikap dan persepsi 3) Menanamkan perilaku/kebiasaan yang baru
b. Tujuan penggunaan alat bantu 1) Sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/pendidikan 2) Untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah 3) Untuk mengingatkan suatu pesan/informasi 4) Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan
Ada beberapa bentuk media penyuluhan antara lain (Notoadmojo, 2012) : a. Berdasarkan stimulasi indra 1) Alat bantu lihat (visual aid) yang berguna dalam membantu menstimulasi indra penglihatan 2) Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu penyampaian bahan pendidikan/pengajaran 3) Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)
b. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya 1) Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip, slide, dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor 2) Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan – bahan setempat
10
3) Berdasarkan fungsi sebagai penyalur media kesehatan.
B. Pendidikan Kesehatan Yang Diberikan Untuk Mencegah Penularan TB Paru 1. Peranan Keluarga dalam Penyakit TB Paru a. Mendidik pasien tentang obat Kadang-kadang pasien meminum obat dengan cara yang salah, baik dengan mengurangi dosis agar pengobatannya berlangsung lebih lama atau menambahnya dengan harapan akan lebih cepat sembuh. Mereka minum obat pada waktu yang tidak tepat atau lupa akan dosisnya. Pasien yang mendapat pengobatan jangka panjang sering berhenti meminum obatnya tetlalu dini. Hal ini terjadi karena pasien tidak mengerti akan kerja obat dalam tubuh.Akibatnya,mereka kadang-kadang tidak sembuh dan obat terbuang percuma.Para pekerja kesehatan harus sangat peduli untuk menerangkan kepada pasien bagaimana cara meminum obat mereka,terangkan dengan cara yang sederhana mengapa obat-obat tertentu harus diminum dengan cara tertentu.Dengan demikian pasien akan belajar bahawa: 1) Masing-masing obat memiliki cara kerja tersendiri. Obat yang dapat dipakai pada satu keadaan tidak bermanfaat untuk keadaan lain. 2) Besarnya dosis sangat penting ; bila terlalu sedikit maka daya kerjanya terlalu lemah untuk memperbaiki keadaan,dan bila terlalu kuat dapat meracuni pasien. Dosis untuk anak-anak lebih sedikit dari pada dosis untuk dewasa.
Pengobatan harus teratur untuk menjamin bahwa kadar obat yang diinginkan dalam tubuh tercapai.Semua tahapan pengobatan harus dijalani dengan lengkap; bila tidak pasien dapat kembali jatuh sakit dengan keadaan yang lebih parah daripada sebelumnya obat harus dijauhkan dari jangkauan anakanak,yang mungkin memakannya karena mirip gula-gula dan dapat meracuni mereka.
11
2. Pendidikan Khusus Pasien tuberkulosis atau lepra yang harus minum obat selama beberapa bulan perlu diberi banyak penjelasan dan dorongan. Mereka harus tetap minum tabletnya walaupun mereka sudah merasa lebih baik, bila tidak penyakitnya akan kambuh lagi.
3. Pencegahan TB Pada Keluarga Menurut (Adiatama, 2000) cara pencegahan terhadap penularan pasien TB Paru adalah; a. Bagi penderita, tutup mulut bila batuk Penyakit TB Paru dapat menular secara langsung akibat batuk yang dialami pasien penderita TB Paru, saat pasien batuk kemungkinan terjadi penyebaran kuman dan dapat terhisap oleh anggota keluarga yang sehat sehingga terjadi penularan. Pentingnya mengingatkan pasien agar tutup mulut saat b. Jangan buang dahak sembarangan, cara membuang dahak yang benar yaitu: 1) Menimbun dahak dengan pasir 2) Tampung dahak dalam kaleng berisi lysol, air sabun, spiritus, dan buang di lubang wc atau lubag tanah. Agar kuman TBC yang terkandung dalam dahak tidak tersebar dan mengakiatkan penularan ke anggota keluarga yang sehat. c. Memeriksakan anggota keluarga yang lain d. Makan-makanan bergizi (cukup karbohidrat, protein, dan vitamin) e. Istirahat yang cukup. f. Memisahkan alat makan dan minum bekas pasien Memisahkan makanan adalah salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit TB Paru ke anggota keluarga lainnya.Makanan bekas yang dimakan penderita TB Paru dapat menyebabkan terjadi penularan penyakit TB Paru.
12
g. Memperhatikan keadaan rumah, ventilasi & pencahayaan baik.Hindari rokok
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TB Paru. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman dan memperhatikan ventilasi,sebab ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga, hindari kebiasaan merokok,meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. (Achmadi, 2005).
C. Konsep Dasar TB Paru 1. Pengertian Tuberculosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis.Tuberculosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh M. tuberculosis. Tuberculosis paru mencakup 80% dari keseluruhan kejadian penyakit tuberculosis,sedangkan 20% selebihnya merupakan
tuberculosis
ekstrapulmonar.
Diperkirakan
bahwa
sepertiga
penduduk dunia pernah terinfeksi kuman M. tuberculosis (R.Darmanto Djojodibroto, 2012).
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat.Penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang ditularkan melalui udara yaitu percikan ludah,bersin dan batuk. Sebagian besar kuman tuberculosis menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain(Laban,2008).
2. Patofisiologi Penyakit TB paru disebabkan oleh kuman mycobacteriumtuberculosis yang menyerang orang sehat melalui droplet atau percikan dahak pada waktu
13
penderita batuk bersin atau berbicara. Mycobacterium tuberculosis masuk kedalam saluran pernafasan meningkatkan reaksi radang sehingga leukosit polimofonuklear memfagosit bakteri tapi tidak dibunuh, alveoli mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut bila berlanjut bakteri akan berkembang biak dalam sel makrofag mengadakan infiltrasi membentuk sel tuberkel kurang lebih 10-20 hari terjadi nekrosis koseosa menjadi mencair dalam bronkus timbulkan kavitas kemudian melepas materi tuberkel kuman masuk cabang trakeobronkial menyebar melalui getah bening dan pembuluh darah menyebar ke usus, ke laring, ke hati, ke ginjal.
3. Etiologi Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium tuberculosis ini, menyebabkan kerusakan terutama pada paru, menimbulkan gangguan berupa batuk, sesak napas,bahkan dapat menyebar ke tulang, otak, dan organ lainnya. Bila dibiarkan, kuman ini dapat menggerogoti tubuh dan menyebabkan kematian. Saat ini tuberkulosis merupakan penyakit menular penyebab kematian utama di Indonesia
4. Tanda dan Gejala TBC merupakan infeksi pada paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.Infeksi biasanya terjadi di bagian atas paruparu.Sebenarnya, sistem kekebalan tubuh manusia dapat menghambat perkembangbiakan bakteri penyebab TBC. Akan tetapi, pada saat kondisi tubuh seseorang melemah, bakteri tersebut dapat berkembang biak.Gejala penyakit tuberkulosis TBC paru umum adalah batuk berdahak terus menerus selama 3 minggu atau lebih.Pada tahap lanjut,dapat dijumpai dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas dan rasanyeri dada, badan lemak, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasakurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpakegiatan, demam meriang >1bulan. Saat batuk atau bersin, penderita TBCmenebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).Droplet yang mengandung kuman tersebut dapat bertahan di
14
udara padasuhu selama beberapa jam.Jika infeksi lebih buruk, gejala yang akantimbul yaitu :dada sakit, batuk dengan mengeluarkan dahak atau darah,napas pendek.
5. Faktor Penyebab TB paru Adapun faktor yang memengaruhi kejadian tuberkulosis diantaranya : a. Umur Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis di Amerika yaitu umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS.Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York pada Panti penampungan orangorang gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberculosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.
b. Jenis Kelamin Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang lakilaki.Pada tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7%. TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru.
c. Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang
15
cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya.
d. Pekerjaan Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran
pernafasan.
Paparan
kronis
udara
yang
tercemar
dapat
meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru. (Corwin,2009).
Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah Upah Minimum Rata-rata (UMR) akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status nutrisi dan gizi yang kurang yang akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan penyakit TB Paru. (Adiatama, 2000).
e. Kebiasaan Merokok Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan kanker kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. (Achmadi, 2005).Prevalensi merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi
16
pada lakilaki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru. (Darmanto, 2007).
f. Status Gizi Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizikurang mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru beratdibandingkan dengan orang yang status gizinya cukup atau lebih.Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatandaya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit. Statusgizi, ini merupakan faktor yang penting dalam timbulnya penyakittuberculosis ( Isselbacher,2009).
g. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadisetelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2010).Penginderaan terjadi melalui pancaindramanusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa danraba (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangatpenting untuk terbentuknya
tindakan
seseorang
(overt
behaviour).Berdasarkan
pengalaman ternyata perilaku yang didasari olehpengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidakdidasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan seseorang akan TB Paru akan berakibat padasikap orang tersebut untuk bagaimana manjaga dirinya tidak terkenaTB Paru. Dari sikap tersebut akan mempengaruhi perilaku seseoranguntuk dapat terhindar dari TB Paru.
17
h. Ventilasi Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman TB Paru (Somantri, 2007).
Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan kamar tidur selalu tetap di dalam kelembaban (humiditiy) yang optimum (Corwin, 2009).
Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi sebesar 10% dari luas lantai.Untuk luas ventilasi permanen minimal 5% dari luas lantai dan luas ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai. Udara segar juga diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Umumnya temperatur kamar 22°-30°C dari kelembaban udara optimum kuranglebih 60% (Tambayong, 2000).
i. Pencahayaan Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela kaca minimum 20% luas lantai.Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang leluasa maka dapat dipasang genteng kaca.Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya
18
basil TB, karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup.(Somantri, 2007)
j. Keadaan Sosial Ekonomi Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB Paru. Faktor ekonomi, keadaan social ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan karena ketidakmampuan dalam mengatasi masalah kesehatan. Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi, pemukiman dan lingkungan sehat, jelas semua ini akan mudah menumbuhkan penyakit tuberkulosis (Darmanto, 2007).
k. Kondisi Rumah Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularanpenyakit TB Paru. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempatperkembang biakan kuman.Lantai
dan
dinding
yag
sulit
dibersihkanakan
menyebabkan
penumpukan debu, sehingga akan dijadikansebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya kumanMycrobacterium tuberculosis (Tambayong, 2000).
6. Manifestasi Klinis Sebagian besar orang yang mengalami infeksi primer tidak menunjukkan gejala yang berarti.Namun, pada penderita infeksi primer yang menjadi progresif dan sakit (3-4% dari yang terinfeksi), gejalanya berupa gejala umum dan gejala respiratorik.Perjalanan penyakit dan gejalanya bervariasi tergantung pada umjur dan keadaan penderita saat terinfeksi.Gejala umum berupa demam dan malaise.Demam timbul pada petang dan malam hari disertai dengan
19
berkeringat.Demam ini mirip demam yang disebabkan oleh influenza namun kadang-kadang dapat mencapai suhu 400-410C.gejala demam inibersifat hilang timbul. Malaise yang terjadi dalam jangka waktu panjang berupa pegal-pegal, merasa lelah,anoreksia, nafsu makan berkurang serta menurunan berat badan.
Gejala respiratorik berupa batuk kering atau pun batuk produktif merupakan gejala yang paling sering terjadi.Dan merupakan indicator dan sensitive untuk penyakit tuberculosis paroktif.Batuk ini sering bersifat persistem karena perkembangan penyakitnya lambat.Gejala sesak napas timbul jika terjadi pembesaran nodus limfa pada hilus yang menekan bronkus, atau terjadi efusi fleura, ekstensi radang paremkim atau millyar. Nyari dada biasanya bersifat nyeri pleuretik karena terlibatnya pleura dalam proses penyakit.
Pada reaktivitas tuberculosis, gejala berupa demam menetap yang naik dan turun, berkeringat pada malam hari yang menyebabkan basah kuyup, batuk kronik dan hemoptisis.Fase lanjut diagnosis lebih mudah ditegak melalui pemeriksaan fisik, terdapat demam, penurunan berat badan, mengi, dan suara bronchial (R.Darmanto Djojodibroto, 2012).
7. Cara Penularan Terhadap Anggota Keluarga Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis Basil Tahan Asam (BTA) positif.Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei).Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab (Darmanto, 2007).
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.Makin tinggi derajat kepositipan hasil pemeriksaan
20
dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpapar kuman tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Depkes RI,2007).
Menurut Darmanto (2007), penularan TB Paru dapat terjadi jika seseorang penderita TB Paru berbicara, meludah, batuk, atau bersin, maka kuman-kuman TB Paru berbentuk batang (panjang 1-4 mikron, diameter 0,3-0,6 mikron) yang berada di dalam paru-parunya akan menyebar ke udara sebagai partikulat melayang (suspended particulate matter) dan menimbulkan droplet infection. Basil TB Paru tersebut dapat terhirup oleh orang lain yang berada di sekitar penderita. Basil TB Paru dapat menular pada orang-orang yang secara tak sengaja menghirupnya.Dalam waktu satu tahun, 1 orang penderita TB Paru dapat menularkan penyakitnya pada 10 sampai 15 orang disekitarnya.
8. Diagnosis Kuman Mikobakteruim tuberculosis sebagian besar terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomanan.Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan asam (asam alhohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan juga tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin, hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant sehingga dapat timbul kembali menjadi tuberkulosis paru aktif.
Dalam upaya menegakkan diagnosis dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lanjutan yaitu pemeriksaan bakteri, radiologi dan tes tuberkulin. a. Anamnesis Beberapa hal yang harus diketahui dalam anamnesis adalah: gejala umum dan spesifik paru ; adakah kontak dengan penderita tuberkulosis paru di lingkungan keluarga, atau tetangga dekat.
21
b. Pemeriksaan Fisik Tanda dan gejala tuberculosis paru didapatkan pada 90% penderita dengan BTA positif.Penderita dengan BTA negatif hanya 50 % menunjukkan gejala.Kadang-kadang demam yang tidak diketahui sebabnya merupakan satu-satunya tanda atau gejala tuberculosis paru.Pada tuberkulosis primer tidak ditemukan gejala yang spesifik, hanya memperlihatkan gejala seperti flu.Pada tuberkulosis milier tidak juga terdapat gejala yang spesifik karena perjalanan penyakit yang gradual. Secara umum gejala penderita tuberkulosis paru adalah batuk berdahak dan kadang-kadang batuk berdarah, lesu, dan sesak nafas, berkeringat dingin pada waktu malam hari tanpa ada kegiatan, demam lebih dari 1 bulan, nafsu makan dan berat badan menurun.
c. Pemeriksaan Bakteriologis Pemeriksaan secara mikroskopis dengan pengecatan Ziehl Nelsen dari dahak dilakukan pada setiap penderita tersangka tuberkulosis paru yang datang ke unit pelayanan kesehatan.Pemeriksaan dahak BTA merupakan pemeriksaan yang terpenting, bukan saja untuk memastikan diagnosis tuberkulosis, tetapi untuk mengidentifikasi sumber penularan, karena hanya penderita yang dahaknya ditemukan BTA yang mempunyai potensi menular. Walaupun pemeriksaan ini sangat spesifik, tetapi tidak cukup sensitif, karena hanya 30-70 % saja penderita tuberculosis paru yang dapat di diagnosis berdasarkan pemeriksaan bakteriologis.Hal ini sangat tergantung dari kualitas laboratorium danpemeriksa.Pada anak pemeriksaan bakteriologi dapat dilakukan dengan pemeriksaan bilas lambung (gastric lavage) 3 hari berturutturut, minimal 2 hari.Hasil bakteriologi sebagian besar negatif.Sedangkan hasil biakan memerlukan waktu sekitar 6-8 minggu.
d. Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan ini berguna pada penderita suspek yang belum pernah diobati sebelumnya dengan hasil pemeriksaan dahaknya negatif.Namun hal tersebut harus dibaca oleh seorang dokter yang berpengalaman supaya hasilnya dapat
22
dipercaya. Sedangkan gambaran radiologi tuberkulosis tidak selalu khas khususnya pada kasus anak
Ada sebagian besar pasien yang tidak menunjukkan adanya basil tuberculosis pada pemeriksaan bakteriologiknya, namun gejala klinis dan foto toraksnya mengarah kepada gejala tuberculosis.Pada pasien yang seperti ini, tidak dapat ditegakkan diagnosis pasti. Agar pasien tersebut dapat diberi terapi sesuai dengan penyakit TB dan penularan penyakitnya terbatas, perlu dibuat cara klasifikasi khusus untuk diagnosis TB paru. Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan sebagai rumah sakit rujukan nasional untuk penyakit paru telah membuat klasifikasi untuk pasien yang berkaitan atau pernah berkaitan dengan tuberculosis paru, yaitu sebagai berikut : a. TB Paru Diagnosis seperti ini ditegakkan jika semua hasil prosedur diagnostic yang dilakukan mendukung ( diagnosis pasti). Prosedur diagnostic TB adalah anamnesis, pemeriksaan fisik, foto toraks, serta hasil pemeriksaan bakteriologik.Pasien yang didiagnosis sebagai TB paru harus diobati secara adekuat.
b. TB paru tersangka ( suspect TB ) Dari semua hasil prosedur diagnostic yang dilakukan, hanya basil pemeriksaan bakteriologik saja yang masih negative.Pasien ini diobati dengan antibiotic yang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan M. tuberculosis selama satu minggu untuk mengesampingkan pneumonia.Jika tidak terdapat perbaikan klinis maupun radiologis, segera diberi obat dengan obat anti TB (OAT) selama tiga bulan.Jika dengan pemberian OAT tersebut terjadi perbaikan klinis serta radiologis, pengobatan diteruskan sampai adekuat karena diagnosis TB paru tersangka telah diubah menjadi diagnosis TB paru.
23
9. Dampak TB Paru Kepada Anggota Keluarga Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda ketika dihadapkan dengan suatu penyakit, reaksi perilaku dan emosi tersebut tergantung pada penyakit, sikap orang tersebut dalam menghadapi suatu penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain. Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupan hanya sedikit menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi orang tersebut dan keluarga, sedangkan penyakit berat, apalagi yang mengancam kehidupan dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarik diri (Darwanto, 2007).
TB paru merupakan contoh klasik penyakit yang tidak hanya menimbulkan dampak terhadap perubahan fisik, tetapi mental dan juga sosial ( Darwanto, 2007). Bagi penderita TB paru dampak secara fisik yang ditimbulkan diantarnya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus, sesak napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat pada malam hari dan kadang-kadang panas yang tinggi. Bagi keluarga pasien adanya risiko terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena kurangnya pengetahuan dari keluarga terhadap penyakit TB Paru, pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan dan upaya pencegahan penyakit. Produktivitas juga menurun terutama bila mengenai kepala keluarga yang berperan sebagai pemenuhan kebutuhan keluarga, maka akan menghambat biaya hidup sehari-hari terutama untuk biaya pengobatan.
Dampak masalah menurut (Mansjoer, 2009) : a. Terhadap individu. 1) Biologis. Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus,sesak napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badanmenurun, keringat pada malam hari dan kadang-kadang panas yangtinggi.
24
2) Psikologis. Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karenabatuk yang terus menerus sehingga keadaan sehari-hari
yangkurang
menyenangkan.
3) Sosial Adanya
perasaan
rendah
diri
oleh
karena
malu
dengan
keadaanpenyakitnya sehingga klien selalu mengisolasi dirinya
10. Kebijakan Program Penanggulangan Tuberkulosis Di Indonesia (Depkes, 2009) a. Penanggulangan TBC dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi yaitu kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana. b. Penanggulangan TBC dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS. c. Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadap program penanggulangan TBC d. Pengembangan strategi DOTS untuk peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses, penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuakan rantai penularan dan mencegah terjadi TB-MDR. e. Penanggulangan TBC dilaksanakan oleh seluruh sarana pelayanan kesehatan, meliputi puskesmas, Rumah Sakit Umum Pemerintah dan Swasta, Rumah Sakit Paru ( RSP). Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM). Balai Kesehatan Paru Masyarakat ( BKPM). Balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4), dan Klinik Pengobatan lain serta Dokter Praktek Swasta (DPS). f. Pengembangan pelaksanaan program penanggulangan TBC di tempat kerja (TB in workplaces). Lembaga pemasyarakatan dan Rumah Tahanan (TB in prison), TNI dan POLRI.
25
g. Program penanggulangan TBC dengan pendekatan program DOTS Plus (MDR), kolaborasi TB-HIV, PAL (Practical Approach to Lung Health), dan (Hospital DOTS Linkage) h. Program
penanggulangan
TBC
dilaksanakan
melalui
promosi,
penanggulangan kerja sama/ kemitraan dengan lintas program dan sector terkait,pemerintah dan swasta dalam wadah gerakan terpadu nasional penanggulangan TB ( Gerdunas TB). i. Peningkatan kemampuan laboratorium TBC diberbagai tingkat pelayaan ditujukan untuk peningkatan mutu pelayanan dan jejaring. j. Menjamin ketersediaan obat Anti TB (OAT) untuk penanggulangan TBC dan diberikan kepada pasien secara Cuma-Cuma. k. Menjamin ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten dalam jumlah yang memadai untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program. l. Penanggulangan TBC lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan kelompok rentan terhadap TBC. m. Menghilangkan stigma masyarakat terhadap pasien TB agar tidak dikucilkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya. n. Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam MDGs.
11. Tujuan Penanggulangan Tuberkulosis a. Jangka Panjang Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang diakibatkan penyakit tuberkulosis paru dengan cara memutuskan rantai penularan, sehingga penyakit tuberkulosis paru tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
b. Jangka Pendek 1) Tercapainya angka kesembuhan minimal 85 % dari semua penderita baru BTA positif yang ditemukan. 2) Tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap sehingga pada tahun 2012 dapat mencapai 70 % dari perkiraan semua penderita baru BTA positif.
26
D. Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat Penelitian ini terkait yang dilakukan oleh Bagas Wirasti Tahun 2010 dengan judul “Hubungan Antara Karakteristik dan Pengetahuan Tentang Tuberculosis Paru Dengan Perilaku Penularan Tuberculosis Paru Dipuskesmas Sawangan Kota Depok Tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah penderita TBC yang tercatat di Puskesmas Sawangan Depok yang berjumlah 33 orang, di ambil menggunakan metode sampling jenuh. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut menunjukkan variabel yang mempunyai hubungan signifikan terhadap perilaku pencegahan penularan TB adalah pendidikan (p= 0,001), pekerjaan (p=0,046) dan pengetahuan (p=0,031). Variabel yang tidak berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan TBC adalah usia dan jenis kelamin (p>0,05).
Penelitian yang dilakukan oleh Arimas Bramantyo dengan judul Hubungan Status Gizi Anak, Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi Anak, Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberculosis Pada Anak di Puskesmas Pisangan Tahun 2009-2010. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah anak penderita TBC yang berumur kurang lebih 15 tahun dan ibu penderita.Cara pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data ini dianalisis dengan uji kolmogorov-sminov, chi-aquare dan Fisher-Exact sebgaia alternatifnya (p<0,05). Hasil yang menunjukkan terdapat hubungan status gizi anak terhadap keberhasilan pengobatan TB paru anak (p=0,047), ada hubungan tingkat pendidikan ibu terhadap keberhasilan pengobatan TB paru anak (p=0,037) dan tidak ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi terhadap keberhasilan pengobatan TB paru anak (p=0,273). Terdapat hubungan antara status gizi anak dan tingkat pendidikan terhadap keberhasilan pengobatan TB paru anak.
27
E. Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Skema 2.1 Kerangka Konsep Variabel Dependen
Variabel Independen Tindakan pencegahan penularan TB paru pada keluarga
Pendidikan kesehatan
F. Hipotesis Penelitian Ha :
Adanya
Pengaruh
Pendidikan
Kesehatan
Terhadap
PencegahanPenularan TB Paru Di Dolok Sanggul Tahun 2015.
Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimen dengan rancangan One Group Pretest-Posttest design.Pada responden akan dilakukan penilaian
dalam
pemberian
pendidikan
kesehatan
dilakukan
pemberian
pendidikan
kuisioner,kemudian
dengan
pembagian
kesehatan
dengan
menggunakan kuisioner. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan menurut Dharma,K.K, 2013 sebagai berikut :
Subjek
Pre
K
O
Keterangan : K I OI O
Tabel 2.2 Rancangan Penelitian Intervensi I
Post OI
: Subjek Penelitian : Intervensi : Observasi setelah intervensi : Observasi awal
B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini seluruh anggota keluarga TB paru yang dirawat di RSUD Dolok Sanggul sebanyak 264 orang pertahun. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah anggota keluarga TB Paru yang akan diberikan pendidikan kesehatan yang dirawat di RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015. Pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan non random Sampling dengan tehnik purposive sampling yaitu peneliti mengambil responden dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti berdasarkan
28
29
kriteria yang ditentukan.Dengan purposive sampling diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang dilakukan dengan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Rumus penelitian ini menurut (Sastroasmoro, 2013) : a. Kriteria Inklusi 1) Responden yang TB paru 2) Responden rawat inap 3) Responden tinggal dalam satu rumah b. Kriteria Ekslusi Responden tanpa adanya penyakit penyerta
n= n=
,
n=
, ,
n= n=
,
,
, ,
,
,
(
,
( ,
,
)
)
,
= 30
Keterangan : 1. Proporsi penyakit yang akan dicari, P (dari pustaka 0,02) 2. Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki, d (ditetapkan, 0,05) 3. Tingkat kemaknaan, a (ditetapkan 1,96)
C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Dolok Sanggul Tahun 2015.
D. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus Tahun 2015
30
E. Definisi Operasional Penelitian Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Variabel Bebas : Pendidikan Kesehatan
Variabel Terikat : Upaya Penanggulang an Pencegahan Penularan TB Paru Pada AnggutaKelua rga
Defenisi Operasional Pemberian informasi pendidikan kesehatan tentang bagaimana upaya penanggulangan pencegahan penularan TB paru pada anggota keluarga. Tindakan anggota keluarga dalam pencegahan penularan TB paru
Alat Ukur
Hasil Ukur
Kuisionerter diridari 20 pertanyaan, pertanyaan pilihan jawaban ya skor 2 dan Tidak skor 1,
Metode penanggulang an pencegahan penularan TB paru: Baik jika skor : 1120 Tidak Baik jika skor : 0-10
Skala Ukur
Ordinal
F. Aspek Pengukuran Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diajukan secara tertulis kepada responden untuk mengumpulkan data yang diperlukan oleh peneliti.Alat pengumpulan data dipakai dengan menggunakan kuesioner untuk wawancara dan observasi.Untuk mengukur tindakan upaya pencegahan terdiri dari 20 pertanyaan.Jawaban“Ya” diberinilai 1 dan jawaban “Tidak” diberinilai 0.Maka skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 0. Untuk mengukur rentang digunakan rumus Sudjana : P= Maka: P= P= P= 10
31
Ket :
P
= Nilai yang dicari
Rentang
= Skor tertinggi – skor terendah
BK
= Banyaknya kategori
Maka pengetahuan dikatakan : Baik jika skor
: 11-20
Tidak baik jika skor : 0-10
G. Alat Dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Alat Pengumpulan Data Data primer yaitu diperoleh dari hasil kuisioner yang diberikan pada responden sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
2. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data,sebagai berikut: a. Peneliti minta izin kepada bagian akademi FKK USM-Indonesia untuk melakukan penelitian. b. Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Direktur RSUD Dolok Sanggul untuk melakukan penelitian kemudian peneliti menyampaikan izin penelitian Kepada Ruangan Melati 3 khusus ruangan TB Paru. c. Peneliti memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi. d. Peneliti mendatangi responden memperkenalkan diri, dan menjelaskan tujuan diadakan penelitian, peneliti meminta kesediaan responden untuk terlibat dalam penelitian, kemudian menandatangani lembar informed consent . e. Peneliti mulai menjelaskan karakteristik responden dan Peneliti memberikan kuisioner kepada responden dan memberikan pendidikan kesehatan pada responden. f. Peneliti meminta surat selesai meneliti dari RSUD Dolok Sanggul.
32
H. Etika Penelitian Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh bertentangan dengan etik.Tujuan penelitian ini harus etis dalam arti hak responden harus dilindungi. Pada penelitian ini, maka peneliti mendapatkan surat pengantar dari Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. Kemudian surat diserahkan kepada Rumah Sakit Umum Dolok Sanggul untuk mendapatkan persetujuan penelitian dan perolehan data terkait populasi dan sampel yang dibutuhkan. Setelah mendapatkan persetujuan, baru melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika meliputi : 1. Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent) Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang akan terjadi selama pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti, mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika tidak peneliti berhak menghormati hak-hak responden.
2. Tanpa Nama (Anonimity) Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek dalam lembar pengumpulan data (kuisioner) yang diisi oleh subjek. Lembar tersebut hany aakan diberi kode tertentu.
3. Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi
yang telah dikumpulkan dari
subjek dijamin
kerahasiaannya Hanya kelompok data yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.
I. Pengolahan Data Dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Data yang sudah terkumpul diolah untuk menghasilkan data ,melalui tahaptahap sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010):
33
a. Editing (Penyuntingan Data) Hasil observasi atau pengamatan yang di peroleh atau di kumpulkan malalui pengecekan isian formulir atau lembar observasi, apakah gambaran sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.
b. Membuat lembaran kode (coding sheet) atau kartu kode Setelah semua hasil obsevasi di edit atau di sunting, selanjutnya di lakukan pengkodeaan atau coding, yakni merubah data dari berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan.
Adapun kode yang diberikan dalam penelitian ini yaitu : 1) Umur : Untuk umur 25-30 tahun diberikan kode 1, untuk umur 31-36 tahun diberikan kode 2, dan untuk umur 37-41 tahun diberikan kode 3. 2) Jenis Kelamin : untuk jenis kelamin laki-laki diberi kode 1, dan untuk jenis kelamin perempuan diberi kode 2 3) Pekerjaan : Tidak bekerja diberi kode 0, wiraswasta diberi kode 1, PNS diberi kode 2 dan pegawai swasta diberi kode 3 4) Tindakan pencegahan penularan TB Paru sebelum diberikan pendidikan kesehatan : Untuk kategori tidak baik diberi kode 0, dan untuk kategori baik diberi kode 1. 5) Tindakan pencegahan penularan TB Paru setelah diberikan pendidikan kesehatan : Untuk kategori tidak baik diberi kode 0, dan untuk kategori baik diberi kode 1.
c. Memasukkan Data ( Data Entry) atau processing Processing merupakan
proses mengelola data agar dapat dianalisa.
Pemprosesan data dilakukan dengan mengentry data dari lembar observasi tingkat kecemasan keperangkat computer.
34
d. Pembersihan Data (cleaning) Jika semua data dari setiap sumber data atau responden selesai di masukkan, di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian di lakukankoreksi.
2. Analisa Data Analisa data penelitian, melalui prosedur bertahap yaitu : a. AnalisisUnivariat Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi responden serta menggambarkan variabel bebas dan variabel terikat.
b. Analisis Bivariat Adalah analisa yang digunakan untuk melihat pengaruh dua variable yang meliputi variable bebas (independent) dan variable terikat (dependen). Data yang diperoleh dari hasil kuisioner yang diberikan pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan Uji Mc Nemar dengan nilaiα=0,05.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian RSU Doloksanggul terletak di Jl. RS menerima pelayanan kesehatan berupa rawat jalan dan rawat inap.RSUD. Dolok sanggul merupakan sebuah rumah sakit tipe “C” yang menerima pasien rawat inap dan melayani selama 24 jam secara terus menerus yang memiliki kapasitas kurang lebih 200 orang pasien. Ruang rawat inap RSU Dolok sanggul tahun 2015 terdiri dari Lt.1 (ICU), rawat lama yaitu Tulip 1, Tulip 2, Tulip 3, Anggrek 1, Anggrek 2, Melati 2 untuk pasien bedah, Melati 3 untuk pasien TB Paru, rawatan baru RB 1, RB 2, untuk pasien kelas 3. Lt.II (Neonati), ruang anak.Rumah sakit ini juga tidak hanya menerima pasien umum, tetapi menerima pasien yang menggunakan kartu kesehatan gratis, seperti Jaminan Pelayanan Kesehatan medis, Askes dan lainlain.
Peneliti melakukan penelitian di ruang rawat inap Melati 3 khusus ruangan TB Paru.Yang menjadi responden adalah keluarga pasien TB Paru yang dirawat di RSUD Dolok Sanggul. Peneliti menggunakan kuisioner dan leaflet, dimana kuisioner tersebut bertujuan untuk mengetahui hasil penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru di RSUD Doloksanggul Tahun 2015”.
35
35
2. Analisa Univariat a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Karakteristik RespondenDi RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015 (n=30) Karakteristik Umur
Jenis Kelamin Pekerjaan
Kategorik 25-30 Tahun 31-36 Tahun 37-41 Tahun Laki-Laki Perempuan Wiraswasta PNS Peg. Swasta
n 17 8 5 12 18 11 10 9
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berada pada umur 25-30 Tahun sebanyak 17 orang (56,7%), mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 11 (36,7%) orang dan mayoritas responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang (60,0%). b. Distribusi Frekuensi BerdasarkanTindakan Pencegahan Penularan TB ParuSebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Tindakan Pencegahan Penularan TB ParuSebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Di RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015 (n=30)
Tidak Baik Baik
Sebelum n 19 11
% 63,3 36,7
Berdasarkan tabel 4.2dapat diketahui bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan mayoritas responden memiliki tindakan pencegahan penularan TB paru dengan kategori tidak baik sebanyak 19 orang (63,3%).
36
b. Distribusi Frekuensi BerdasarkanTindakan Pencegahan Penularan TB ParuSesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Tindakan Pencegahan Penularan TB ParuSesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Di RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015 (n=30)
Tidak Baik Baik
Sesudah n 7 23
% 23,3 76,7
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa setelah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas responden memiliki tindakan pencegahan penularan TB paru dengan kategori baik sebanyak 23 orang (76,7%).
3. Analisa Bivariat a. Tabulasi Silang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru Tabel 4.4 Tabulasi Silang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru Di RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015 (n=30) Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Tidak Baik Baik Total
Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tidak Baik Baik 4 15 3 8 7 23
Total
P Value
19 11 30
0,008
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan dari 30 responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan penularan TB Paru yang memiliki tindakan tidak baik 19 responden dan yang baik 11. Setelah
37
diberikan pendidikan kesehatan tindakan pencegahan penularan TB Paru responden yang memiliki tindakan tidak baik 7 dan yang baik 23. Dari hasil uji statistik menggunakan Uji Mc. Nemar didapatkanP value = 0,008 (P<0,05), menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tindakan pencegahan penularan TB paru di RSUD. Dolok Sanggul Tahun 2015.
B. Pembahasan 1. Interprestasi Dan Diskusi Hasil a. Analisis
Pengaruh
Pendidikan
Kesehatan
Terhadap
Tindakan
Pencegahan Penularan TB Paru Berdasarkan hasil penelitian sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan didapat bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan mayoritas responden memiliki tindakan pencegahan penularan TB paru dengan kategori tidak baik sebanyak 19 orang (63,3%), dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas responden memiliki tindakan pencegahan penularan TB paru dengan kategori baik sebanyak 23 orang (76,7%). Hal ini disebabkan pendidikan kesehatan yang diberikan telah menambah pengetahuan responden tentang pencegahan penularan TB paru, dengan bertambahnya pengetahuan responden ini akan mengubah perilaku dari responden dalam hal ini tindakan responden dalam pencegahan dan penularan TB paru. Hal ini sesuai dengan teori Enjang (2010), semakin rendah pengetahuan penderita atau keluarganya tentang bahaya penyakit TB paru untuk dirinya sendiri, keluarga, ataupun masyarakat, maka semakin besar bahaya si penderita sebagai sumber penularan baik di rumah maupun di masyarakat sekitarnya. Sebaliknya, pengetahuan yang baik tentang pencegahan penularan
penyakit
TB
paru
akan
menolong
masyarakat
dalam
menghindarinya. Untuk itu diperlukan penyuluhan tentang TB paru karena
38
masalah TB paru banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat (Depkes RI 2009). Dari hasil uji statistik menggunakan Uji Mc. Nemar didapatkanP value = 0,008 (P<0,05), menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tindakan pencegahan penularan TB paru di RSUD. Dolok Sanggul Tahun 2015.
Menurut Hariwijaya dan Sutanto (2008), penularan dan penyebaran penyakit TB paru sangat terkait dengan faktor perilaku dan lingkungan. Faktor lingkungan dan sanitasi sangat terkait dengan keberadaan bakteri penyebab dan proses timbul serta penularannya. Faktor perilaku sangat berpengaruh pada penyembuhan dan pencegahan agar terhindar dari infeksi kuman tuberkulosis.
Teori Blum (2009) juga menyebutkan bahwa faktor perilaku merupakan komponen kedua terbesar dalam menentukan status kesehatan. Penularan penyakit TB paru dapat disebabkan perilaku yang kurang memenuhi kesehatan, seperti kebiasaan membuka jendela atau kebiasaan membuang dahak penderita yang tidak benar. Kurangnya aliran udara dalam rumah meningkatkan kadar CO2 dan meningkatkan kelembaban udara yang merupakan media yang baik untuk bakteri patogen. Alasan ini yang menyebabkan penularan penyakit TB paru dalam keluarga (Agus dan Arum., 2005). Salah satu cara mengubah perilaku seseorang untuk menjadi lebih baik yaitu dengan pemberian pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan. Secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output
39
(melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan dalam hal ini tindakan pencegahan penularan TB paru untuk menghindari penularan TB paru dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan (Notoadmojo, 2012). Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani kesenjangan antar informasi dan tingkah laku kesehatan. Pendidikan kesehatan memotivasi seseorang untuk menerima informasi kesehata dan berbuat sesuai dengan informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu dan menjadi lebih sehat (Bobak, 2008). Proses ini didasarkan pada prinsip-prinsip pengetahuan yang memberi kemudahan untuk belajar dari perubahan perilaku, baik bagi tenaga kesehatan maupun bagi pemakai jasa pelayanan, termasuk anak-anak dan remaja. Pengertian pendidikan kesehatan melalui penekanan penggunaan secara terencana. Proses pendidikan, dikemukan juga oleh Green (2008), yang menyatakan bahwa pada dasarnya pendidikan kesehatan merupakan upaya-upaya terencana untuk mengubah perilaku individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan membutuhkan pemahaman yang mendalam, karena melibatkan berbagai istilah atau konsep seperti perubahan perilaku dan proses pendidikan (Maulana, 2007). Seperti yang dikatakan becker dalam Nursing theorists and their work, bahwa health promotion model (HPM) adalah serupa dalam membangun contoh kepercayaan kesehatan (Tomey, 2006). Hasil ini sejalan dengan penelitian Nugroho (2010), tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan sikap dan tindakan pencegahan penularan tuberculosis paru pada keluarga di Kec. Sitiung Kab. Dharmasraya, dari hasil uji didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan atas pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan sikap dan
40
tindakan pencegahan penularan tuberculosis paru dengan nilai p value = 0,001 (p < 0,05).
Begitu juga dengan hasil studi yang dilakukan Puji (2009), tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tindakan pecegahan penularan diare pada balita di Desa Purworejo. Dari hasil analisis statistik diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan atas pemberian pendidikan kesehatan terhadap tindakan pecegahan penularan diare pada balita di Desa Purworejo dengan nilai p value = 0,000 (p < 0,05). Menurut asumsi peneliti, bahwasanya hasil penelitian yang didapat sejalan dengan pernyataan yang ada, dimana setelah diberikan pendidikan kesehatan terdapat peningkatan pengetahuan responden sehingga mengakibatkan perubahan perilaku responden dalam hal ini perubahan tindakan responden dalam pencegahan penularan TB paru. Dari hasil penelitian didapat bahwa mayoritas responden memiliki tindakan pencegahan penularan TB paru dengan kategori tidak baik sebelum diberikan pendidikan kesehatan, sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas responden memiliki tindakan pencegahan penularan TB paru dengan kategori baik. Dalam hal ini terjadi perubahan tindakan responden setelah diberikan pendidikan kesehatan, ini disebabkan karena setelah diberikan pendidikan kesehatan terjadi proses belajar yang dulunya tidak tahu menjadi tahu, sehingga mempengaruhi perilaku responden ke arah yang lebih baik, dengan perubahan perilaku responden ini akan diikuti dengan perubahan tindakan menjadi lebih baik.
2. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini juga masih memiliki keterbatasan – keterbatasan. Dengan keterbatasan ini, diharapkan dapat dilakukan perbaikan untuk penelitian yang akan datang. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu :
41
Ada banyak responden yang tidak mengerti bahasa Indonesia dengan baik sehingga dalam penelitian peneliti kesusahan dalam melakukan penelitian dalam hal menjelaskan materi pendidikan kesehatan yang diberikan dan demikian juga dalam pengumpulan data peneliti kesusahan dalam mengumpulkan kuesioner karena ada banyak responden yang tidak mengerti tentang pengisian kuesioner, dan hal ini membuat waktu penelitian semakin lama.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tindakan pencegahan penularan TB paru di RSUD. Dolok Sanggul Tahun 2015, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Mayoritas responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan memiliki tindakan pencegahan penularan TB paru dengan kategori tidak baik sebanyak 11 orang (63,3%) 2. Mayoritas responden setelah diberikan pendidikan kesehatan memiliki tindakan pencegahan penularan TB paru dengan kategori baik sebanyak 23 orang (76,7%). 3. Ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tindakan pencegahan penularan TB paru di RSUD. Dolok Sanggul Tahun 2015, dengan P value = 0,008 (P<0,05)
B. Saran 1. Bagi Pasien Diharapkan agar selalu menjaga kesehatan lingkungan, kondisi ruangan tidak pengap, terdapat ventilasi dalam rumah, meludah pada tempat yang sudah tersedia misalnya dengan menggunakan kaleng/ember kecil yang berisikan dengan disinfektan atau air sabun, makan makanan yang bergizi agar kebutuhan nutrisi terpenuhi, dan yang lebih penting minum obat secara teratur agar penyakit tuberkulosis tidak kambuh lagi dan pengobatannya berhasil.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan refrensi pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan, terutama untuk memperluas informasi terkait dengan tindakan pencegahan penularan TB paru pada anggota keluarga.
42
43
3. Bagi praktik Pelayanan Diharapkan agar dapat menjadi panduan pelayanan kesehatan untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara memberikan informasi tentang tindakan pencegahan penularan penyakit TB paru.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Di harapkan dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan menambahkan variabel bebas dan variabel terikat yang mempengaruhi tindakan pencegahan penularan TB Paru danmenambahkan jumlah sampel agar hasil penelitian lebih maksimal.
Lampiran 3
Lampiran 3
KUISIONER PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU PADA ANGGOTA KELUARGA DI RUMAH SAKIT UMUM DOLOK SANGGUL TAHUN 2015
I.
Data Demografi
No. Responden
:
Umur Responden
:
Jenis Kelamin
:
Pekerjaan Responden
:
Suku
:
II.
Kuisioner Tindakan Pencegahan TB Paru
Berikan tanda centang (ƴ) pada pernyataan yang menurut anda benar No
Pernyataan
1.
Apabila disaat bapak/ibu batuk apakah menutup mulut?
2.
Apakah bapak/ibu sering berkomunikasi langsung tanpa memakai masker pada penderita TB ?
3.
Apakah bapak /ibu tinggal dalam satu rumah dengan anggota keluarga yang menderita TB ?
4.
Apakah anda membuang dahak di wadah yang khusus?
5.
Apakah bapak/ibu sering memperhatikan kondisi kebersihan rumah?
6.
Apakah bapak/ibu mengkomsumsi obat TB sesuai dengan jumlah dosis dan aturan yang dianjurkan dokter ?
7.
Apakah bapak/ibu pernah tidak meminim obat sesuai yang dianjurkan selama 6 bulan ?
8.
Apakah kondisi disekitar lingkungan rumah bapak/ibu sering dibersihkan ?
9.
Apakah bapak/ibu makan makanan 5 sehat 4 sempurna ?
Ya
Tidak
Lampiran 3
10. Apakah bapak/ibu memiliki sarana air bersih ? 11. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi termasuk kedalam pencegahan penyakit TB paru ? 12. Apakah bapak/ibu sering minum vitamin? 13. Apakah bapak/ibu mengkomsumsi sayur-sayuran yang banyak mengandung zink ? 14. Apakah bapak/ibu perokok ? 15. Apakah alat makanan bapak/ibu terpisah dengan anggota keluarga lainnya ? 16. Apakah bapak/ibu tidur terpisah dengan anggota keluarga lainnya ? 17. Apakah penghasilan bapak/ibu memenuhi kebutuhan sehari-hari? 18. Apakah bapak/ibu memiliki istirahat yang cukup ? 19. Disaat anda melakukan pekerjaan apakah anda melihat kondisi disekitar pekerjaan anda ? 20. Apakah bapak/ibu sering kontrol ke rumah sakit ?
Lampiran 5
SAP TB PARU 1.
Sasaran
: Anggota Keluarga
2.
Waktu
: 30 menit
3.
Tempat
: RSUD Dolok Sanggul
4.
Hari/Tanggal
:
5.
Tujuan Penyuluhan
:
a. Tujuan Instruksional Umum/TIU : Setelah mendengarkan penjelasan tentang pendidikan kesehatan, audience memahami tentang pentingnya pencegahan penularan TB Paru pada anggota keluarga. b. Tujuan Instruksional Khusus/TIK Audience akan dapat: 1. Menjelaskan pengertian tuberculosis. 2. Menjelaskan etiologi TB Paru . 3. Menjelaskan patofisiologi TB Paru. 4. Menjelaska tanda dan gejala TB Paru. 5. Menjelaskan faktor penyebab TB Paru. 6. Menjelaskan manifestasi klinis 7. Menjelaskan bagaiaman cara penanganan penularan TB Paru. 6.
Materi
:
a. Pengertian TB b. Penyebab TB paru c. Tanda dan gejala TB paru d. Cara penularan TB Paru e. Cara penanganan TB paru f. Cara pengobatan TB Paru g. Perawatan klien TB Paru dirumah
7.
Kegiatan No
Langkah-
: Waktu
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan
langkah 1.
Pendahuluan
Sasaran 2menit
a. Memberi salam
a. Menjawab
b. Memperkenalkan diri
salam
c. Menjelaskan maksud b. Menjawab dan tujuan 2.
Penyajian
20menit
pertanyaan
a. Menjelaskan
Mendengarkan
pengertian TB Paru.
dengan seksama
b. Menjelaskan penyebab TB paru. c. Tanda dan gejala TB paru d. Cara penularan TB Paru e. Cara
penanganan
TB paru f. Cara
pengobatan
TB Paru g. Perawatan klien TB Paru dirumah 3.
Evaluasi
5 menit
a. Tanya jawab
Partisipasi aktif
b. Menanyakan kembali c. Postest 4.
Penutup
3 menit
a. Meminta/memberi saran kesimpulan
dan
a. Memberi saran b. Menjawab
b. Memberi salam
8.
Metode
: Ceramah dan Tanya jawab
9.
Media
: kuisioner dan leftlet
10. Evaluasi Pertanyaan
:
1. Jelaskan pengertian TB paru ? 2. Jelaskan etiologi TB Paru ? 3. Jelaskan patofisiologi TB Paru ? 4. Jelaska tanda dan gejala TB Paru ? 5. Jelaskan faktor penyebab TB Paru ? 6. Jelaskan manifestasi klinis ? 7. Jelaskan bagaiaman cara penanganan penularan TB Paru ?
salam
Lampiran 11
Frequencies Statistics Tindakan
Tindakan
Pencegahan
Pencegahan Setelah
Sebelum Diberikan
Diberikan
Pendidikan
Pendidikan
Kesehatan
Kesehatan
Kategori Umur Responden N
Valid
Jenis Kelamin 30
30
30
30
0
0
0
0
Missing
Frequency Table Kategori Umur Responden Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
25-30
17
56.7
56.7
56.7
31-36
8
26.7
26.7
83.3
37-41
5
16.7
16.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Jenis Kelamin Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Laki-Laki
12
40.0
40.0
40.0
Perempuan
18
60.0
60.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Pekerjaan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Wiraswasta
11
36.7
36.7
36.7
PNS
10
33.3
33.3
70.0
9
30.0
30.0
100.0
30
100.0
100.0
Peg.Swasta Total
Tindakan Pencegahan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Baik
19
63.3
63.3
63.3
Baik
11
36.7
36.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Tindakan Pencegahan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Frequency Valid
Tidak Baik
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
7
23.3
23.3
23.3
Baik
23
76.7
76.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
NPar Tests McNemar Test Crosstabs Tindakan Pencegahan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan & Tindakan Pencegahan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tindakan Pencegahan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan
Tindakan Pencegahan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tidak Baik
Baik
Tidak Baik
4
15
Baik
3
8
Test Statistics
b
Tindakan Pencegahan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan & Tindakan Pencegahan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan N Exact Sig. (2-tailed) a. Binomial distribution used. b. McNemar Test
30 .008
a