Dedy Syahrizal; Pengaruh Dukungan Keluarga, Pengetahuan, dan Pendidikan Penderita Tuberkulosis (TB Paru) Terhadap Kepatuhan Minum Obat
Pengaruh Dukungan Keluarga, Pengetahuan, dan Pendidikan Penderita Tuberkulosis (TB Paru) Terhadap Kepatuhan Minum Obat Dedy Syahrizal
Abstrak. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi masalah kesehatan dunia sehingga perlu mendapatkan perhatian yang besar. Sampai saat ini belum ada satu negara di dunia yang telah bebas dari penyakit TB. Di Indonesia, jumlah kasus TB merupakan peringkat ke-3 terbanyak di dunia dalam 22 negara yang dikategorikan sebagai High Burden Countries terhadap TB. Sulitnya pengobatan penderita TB menyebabkan terjadinya kegagalan pengobatan. Pengobatan yang tidak teratur, penggunaan obat anti tuberkulosis (OAT) tidak adekuat ataupun pengobatan terputus menimbulkan kuman yang resisten.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga, pengetahuan dan pendidikan penderita tuberkulosis terhadap kepatuhan minum obat. Penelitian dilakukan di kota Banda Aceh dengan mengambil sampel seluruh penderita TB di tiga kecamatan yaitu Ulee Kareng, Batoh dan Kuta Alam. Penelitian dilakukan dengan metoda wawancara terpimpin. Adapun hasil yang didapat berupa 90,5% dari responden tidak patuh dalam mengkonsumsi obat, 33,3% responden memiliki pendidikan menegah, 61,9% responden memiliki pengatahuan yang rendah tentang TB, dan 48% responden memiliki dukungan keluarga dalam tingkat sedang. Dijumpai hubungan yang bermakna antara dukungan kelurga dengan kepatuhan minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga memiliki peranan penting dalam proses pengobatan penderita TB. (JKS 2010; 3:133-138) Kata Kunci: Tuberkulosis, kepatuhan minum obat, dukungan keluarga, pengetahuan, pendidikan Abstract. Tuberculosis is the chronic infectious disease that make common health problem in the world. At the time no one country free from this disease. Indonesia is the 3rd rank of TB population in the world. The difficulties to manage this problem are make increasing of treatment failure. Ingradual treatment, inadequate therapy and lost of therapy make bactery resistence. The objective in this research is to know influence of familiy support, knowlegde ang education grade in tuberculosis patient towards drugs compliance. For this purpose indepth interview has been done to all of TB patient in three district in Banda Aceh regency i.e. Ulee Kareng, Batoh and Kuta Alam. The result of this research show 90,5% respondence have no good compliance in TB treatment, 33,3% in moderate grade in education level, 61,9% have lower knowledge in TB and 48% have a moderate level in family support. It have founded relation between family support and patient compliance. The result show that family support have an impotant role in TB patient treatment. (JKS 2010; 3:133-138) Keywords: Tuberculosis, drug compliace, family support, knowledge, education
Pendahuluan1 Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi masalah kesehatan dunia sehingga perlu mendapatkan perhatian yang besar. Pada tahun 1995 hampir sepertiga penduduk Dedy Syahrizal adalah dosen pada bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
dunia terinfeksi kuman TB, diperkirakan 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian per tahun akibat TB di dunia. Sampai saat ini belum ada satu negara di dunia yang telah bebas dari penyakit TB, bahkan untuk negara maju yang pada mulanya angka tuberkulosis telah menurun tetapi belakangan angka ini naik.1 Di Indonesia, jumlah kasus TB merupakan peringkat ke-3 terbanyak di dunia dalam 22 negara yang dikategorikan sebagai High Burden Countries terhadap TB. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun 133
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 10 Nomor 3 Desember 2010 ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang, sedangkan insiden kasus TB BTA (+) sekitar 110 per 100.000 penduduk.1 Jumlah kasus TB pada tahun 2006 di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sebanyak 6118 kasus. Di samping itu hasil survey Depkes RI 2009 penemuan kasus penyakit TB tahun 2008 tercatat 6.870 kasus. Ini berarti terjadi peningkatan prevalensi TB di NAD.1 Penyakit TB sebenarnya telah ada obatnya yang efektif dan murah. Namun dalam pengobatan penyakit TB yang harus dilakukan minimal 6 bulan perlu diikuti dengan manajemen kasus dan pengobatan yang baik. Angka drop-out (DO) pengobatan TB paru secara nasional diperkirakan masih tinggi. Hal ini sangat berbahaya sebab pengobatan yang tidak teratur maupun pemberian obat yang kurang tepat dapat menimbulkan resistensi obat yang efek berbahayanya tidak hanya kepada penderita tetapi epidemiologi TB di daerah tersebut.2 Sulitnya pengobatan penderita TB menyebabkan terjadinya kegagalan pengobatan. Pengobatan yang tidak teratur, penggunaan obat anti tuberkulosis (OAT) tidak adekuat ataupun pengobatan terputus menimbulkan kuman yang resisten. Banyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan untuk berobat secara teratur yaitu faktor demografi, sosiologi, ekonomi, kultural, personal, pendidikan, psikologi, motivasi dan geografi.3 Banda Aceh merupakan salah satu kabupaten Nanggroe Aceh Darussalam yang terletak di sebelah timur Aceh besar. Kabupaten ini memiliki 9 kecamatan dengan penduduk terbanyak di Kecamatan Meuraksa. Jumlah kasus TB di Banda Aceh tahun 2006 menduduki peringkat ke-18 dari 23 kabupaten di NAD dengan kasus tertinggi di Kabupaten Pidie. Namun
persentase (%) kesembuhannya 78,87 % dengan jumlah penderita yang sembuh 56 orang dari 71 penderita TB BTA (+). Hal ini berbeda di Kabupaten Pidie pencapaian persentase kesembuhannya 92,60%.4 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan permasalahannya adalah bagaimana pengaruh dukungan keluarga, pengetahuan dan pendidikan penderita tuberkulosis terhadap kepatuhan minum obat. Adapun hipotesa dari penelitian ini adalah kepatuhan penderita TB paru dalam meminum obat sangat dipengaruhi oleh dukungan kelurga yang baik serta tingkat pendidikan dan pengetahuan penderita terhadap penyakitnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa meningkatkan kepedulian masyarakat untuk mendukung para penderita TB agar dapat menjalani pengobatan hingga selesai. Selain itu diharapkan penelitian ini juga dapat sebagai masukan dan bahan informasi yang dalam membuat kebijakan program kesehatan khususnya mengenai penaganan penyakit TB di masyarakat. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan metode survei yaitu mencari hubungan antara variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan dengan variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga, pengetahuan dan pendidikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rancangan pendekatan Cross sectional yaitu variabel dependen dan variabel-variabel independen diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan minum obat penderita TB. Sedangkan variabel independenya adalah tingkat pendidikan, pengetahuan dan dukungan keluarga dari penderita TB. 134
Dedy Syahrizal; Pengaruh Dukungan Keluarga, Pengetahuan, dan Pendidikan Penderita Tuberkulosis (TB Paru) Terhadap Kepatuhan Minum Obat Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB paru dan petugas minum obat (PMO) di Banda Aceh. Kabupaten Banda Aceh terdiri dari 9 kecamatan. Dari 9 kecamatan dipilih 3 kecamatan melalui teknik random sebagai sampel. Kemudian dilakukan wawancara terhadap seluruh penderita TB yang ada pada ketiga kecamatan tersebut.
menggunakan uji statistik deskriptif untuk melihat distribusi frekwensi dan persentase. Setelah itu dilakukan uji statistik analitik dengan menggunakan uji pearson dan sperman untuk mengetahui korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen.
Pada awalnya dilakukan pengumpulan data sekunder yaitu jumlah penderita TB di Banda Aceh yang sesuai dengan kriteria inklusi. Jumlah data yang didapatkan seluruhnya dijadikan sebagai sampel. Kemudian dilakukan wawancara terpimpin menggunakan kuesioner dan selanjutnya responden menjawab pertanyaan dalam kuesioner sehingga didapatkan data primer. Setelah itu dilakukan penilaian dari jawaban responden dengan sistem scoring. Hasil scoring kemudian diinterpretasikan menjadi tingkatan dari hasil pengukuran. Data yang telah ada kemudian diolah dengan
a.
Hasil dan Pembahasan Tingkat kepatuhan minum obat penderita TB Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 90,5 % responden tidak patuh dalam meminum obat dan hanya 9,5% yang memiliki kepatuhan dalam meminum obat.(Gambar 1) b. Tingkat Pendidikan 4,8% responden memiliki pendidikan tinggi, 33,3% memiliki pendidikan menengah dan 61,9% memiliki pendidikan rendah. (Gambar 2)
kepatuhan 100
Percent
80
60
40
20
0 patuh
tidak patuh
kepatuhan
Gambar 1. Grafik tingkat kepatuhan minum obat penderita TB
135
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 10 Nomor 3 Desember 2010
pendidikan
70
60
Percent
50
40
30
20
10
0 tinggi
menengah
Rendah
pendidikan
Gambar 2. Grafik Tingkat Pendidikan Penderita TB responden memiliki pengetahuan yang sedang dan 61.9% memiliki pengetahuan yang kurang mengenai TB. (Gambar 3)
Pengetahuan Tidak seorangpun dari responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai TB. Sedangkan 38,1%
pengetahuan 70 60
Percent
c.
50 40 30 20 10 0 sedang
kurang
pengetahuan
Gambar 3. Grafik tingkat pengetahuan penderita TB
136
Dedy Syahrizal; Pengaruh Dukungan Keluarga, Pengetahuan, dan Pendidikan Penderita Tuberkulosis (TB Paru) Terhadap Kepatuhan Minum Obat
dkgnklg 50
Percent
40
30
20
10
0 tinggi
sedang
rendah
dkgnklg
d.
e.
Gambar 4. Grafik tingkat dukungan keluarga terhadap pengobatan penderita TB keluarga secara bermakna berhubungan dengan tingkat kepatuhan minum obat Dukungan Keluarga Dukungan keluarga terhadap pengobatan pada penderita TB yang penderita TB. Dari dua orang yang patuh tinggi dijumpai pada 38% responden. minum obat ternyata keduanya memiliki Sedangkan 48% dari responden dukungan keluarga yang sangat baik. Hal ini didukung oleh kelurganya untuk membuktikan bahwa dukungan keluarga minum obat dalam katagori sedang dan memiliki hubungan yang bermakna terhadap kepatuhan minum obat penderita TB (p = 14,42% tidak didukung oleh kelurganya dalam berobat.(Gambar 4) 0,044). Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan tampak bahwa tingkat kepatuhan minum Hubungan pendidikan, pengetahuan obat penderita TB di kota Banda Aceh dan dukungan keluarga terhadap masih sangat rendah (9,5%). Hal ini kepatuhan minum obat Berdasarkan hasil uji statistik analitik merupakan suatu masalah kesehatan yang dengan menggunakan uji korelasi sangat serius karena secara langsung akan didapatkan bahwa pendidikan dan menghambat proses penyembuhan bahkan pengetahuan memiliki hubungan yang memungkinkan untuk menimbulkan kondisi tidak signifikan (p> 0,05) terhadap yang disebut multidrug resistance (MDR) pada penderita TB.5 kepatuhan minum obat. Hal ini membuktikan bahwa faktor internal di Keadaan ini cukup berbahaya mengingat diri penderita TB tidak begitu sampai saat ini belum ada satu negarapun di mempengaruhi kepatuhan penderita dunia yang terbebas dari penyakit TB.1 dalam meminum obat. Disisi lain Di sisi lain juga dapat diketahui bahwa diketahui banwa faktor dukungan faktor pendidikan dan pengetahuan dari penderita TB kurang begitu berpengaruh 137
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 10 Nomor 3 Desember 2010 terhadap kepatuhan. Pendidikan dan pengetahuan yang tinggi dari penderita Tb tidak serta merta dapat menyebabkan seorang penderita TB patuh dalam menjalani pengobatan. Hal ini dikarenakan proses pengobatan Tb yang memakan waktu cukup lama sehingga memungkinkan terjadinya kejenuhan penderita Tb dalam berobat. Untuk itu diperlukan adanya dukungan keluarga dalam memotivasi penderita TB untuk menjalani pengobatan. Dukungan keluarga ini dapat diimplementasikan dengan terjunnya anggota keluarga penderita TB sebagai petugas minum obat (PMO) bagi si penderita TB yang tak lain adalah keluarganya. Hal ini cukup efektif karena anggota keluarga memiliki waktu yang lebih lama dan intens untuk memantau perkembangan kesembuhan penderita TB bila dibandingkan dengan pihak luar. Untuk itu patut direkomendasikan untuk meningkatkan performa PMO yang berasal dari anggota keluarga dengan berbagai program-program yang komprehensif dan berkelanjutan.5
katagori sedang dan 14,42% tidak didukung oleh kelurganya dalam berobat. e. Dukungan keluarga memiliki hubungan yang bermakna terhadap kepatuhan minum obat penderita TB (p = 0,044). Sedangkan saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini adalah a. Hendaknya dilakukan peningkatan kapasitas dari anggota keluarga penderita TB dalam memantau dan memotivasi perkembangan pengobatan penderita TB b. Program Peningkatan kepatuhan berobat penderita TB hendaknya dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan unsur lintas sektoral termasuk anggota kelurga dari penderita TB Daftar Pustaka 1.
Departement Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2. 2006. http//:www.depkes.go.id. Diakses tanggal 30 Desember 2009.
2.
Ikhsan M. Strategi DOTS Di Rumah Sakit. Jurnal Respirologi Indonesia. 2007. 27(2): 7477
3.
Masniari L, Priyanti ZS & Tjandra YA. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Kesembuhan Penderita TB Paru. Jurnal Respirologi Indonesia. 2007. 27(3): 176-84.
4.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Kepatuhan Pasien: Faktor-faktor Penting Dalam Keberhasilan Terapi. 2006.7 (5): 1-3.
5.
Hendrawati AR. Hubungan Antara Partisipasi Pengawas Minum Obat (PMO) Keluarga Dengan Sikap Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Banyuanyar Surakarta, Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Muhamadiyah Surakarta.2008.
Kesimpulan dan Saran Dari penelitian ini di dapat kesimpulan sebagai berikut: a. 90,5 % responden tidak patuh dalam meminum obat dan hanya 9,5% yang memiliki kepatuhan dalam meminum obat. b. 4,8% responden memiliki pendidikan tinggi, 33,3% memiliki pendidikan menengah dan 61,9% memiliki pendidikan rendah. c. 38,1% responden memiliki pengetahuan yang sedang dan 61.9% memiliki pengetahuan yang kurang mengenai TB. d. Dukungan keluarga terhadap pengobatan pada penderita TB yang tinggi dijumpai pada 38% responden. Sedangkan 48% dari responden didukung oleh kelurganya untuk minum obat dalam
138