PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TBC DI PUSKESMAS KEDURUS SURABAYA Hermina Humune Email :
[email protected] StikesWilliam Booth Surabaya
ABSTRAK Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis (mycobacterium tuberculosis) sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer, peneliti mengadakan penelitian yang berjudul Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan minum obat pada penderita TBC di Puskesmas Kedurus Surabaya, tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan Minum Obat pada pasien TBC. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode cross sectional, sampel yang di ambil adalah pasien tbc di puskesmas kedurus Surabaya dengan populasi sebanyak 25 orang dan menggunakan metode pengambilan total sampling, data yang telah terkumpul lalu di lakukan analisa data dan setelah data lengkap, data di tabulasi silang berdasarkan hasil yang di dapatkan kemudian di lakukan perhitungan. setelah di ketahui hasil dari masing-masing kuesioner dan kartu TB-01. dari 25 responden yang di teliti, dukungan keluarga Baik sebanyak 21 orang (84%), dukungan keluarga cukup sebanyak 2 orang (8%) dan dukungan keluarga kurang sebanyak 2 orang (8%), sedangkan pada tingkat kepatuhan minum obat di dapatkan 18 orang (72%) patuh untuk minum obat, sedangkan 7 orang (28%) tidak patuh minum obat. Kata kunci : Tuberkulosis, dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat. ABSTRACT Tuberkulosis is a disease caused by an infection caused by germs of tuberculosis (mycobacterium tuberculosis) systemic so it can be about almost any organ of the body. With most locations in the lungs which is usually the site of primary infection, researches conducted a study titled the relationship between the level of family support medication adherence in patients with tuberculosis at the health Center. Kedurus Surabaya, the purpose of this study to determine the relationship between family support compliance with drinking drug levels in patient with tuberculosis. Design used in this study is a cross sectional method, samples are taken at the tuberculosis clinic patients Kedurus Surabaya with a population of 25 people and uses total sampling method of retrieval, data has been collected an in doing data analysis and after complete data, data in the cross tabulation based of the results later on did get to know the results of counting. After in each questionnaire an TB-01 card, of 25 respondents in the meticulous, good family support as many as 21 people (84%), family support quite as many as 2 people (8%) and lack of family support as many as 2 people (8%), whereas the level of drug compliance in getting 18 people (72%) adherent to medication, while 7 people (28%) not taking medication adherence. Keyword : Tuberculosis, support family, medication adherence.
PENDAHULUAN Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (Keliat, 2004). Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (mycobacterium tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2000). Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis (mycobacterium tuberculosis) sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Mansjoer, 2000). Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit, sebagai sistem pendukung dan selalu siap memberikan bantuan jika di perlukan. Keberhasilan kesembuhan penyakit TBC ini sangat tergantung dari kepatuhan pengobatan pasien untuk minum obat, hal ini tentu saja tidak lepas dari peran dukungan keluarga, Dukungan keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang bisa terdiri dari orang tua, pasangan hidup maupun saudara yang tinggal dalam satu rumah (Friedman, 1998). Dari 10 orang yang di berikan pertanyaan tentang peran keluarga dalam kepatuhan untuk minum obat di Puskesmas Kedurus Surabaya, 6 orang mengatakan bahwa keluarganya tidak terlalu memperdulikan dirinya untuk minum obat dan 4 orang mengatakan bahwa keluarganya sangat memperhatikan saat minum obat serta jadwal pengambilan minum obat di Puskesmas. Insiden penyakit tuberculosis (TBC) berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2010 menyatakan jumlah penderita Tuberkulosis di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi tiga di dunia setelah India dan Cina., Jumlah penderita baru tuberculosis (TBC) di Provinsi Jatim hingga bulan Februari 2014 mencapai 23.146 orang. Angka ini menempatkan Jatim berada di posisi ketiga terbanyak penderita TBC di Indonesia. Sementara data yang di peroleh dari Puskemas Kedurus Surabaya menunjukkan pada tahun 2013 terdapat 59 orang positif TBC dengan laki-laki sebanyak 27 orang dan wanita sebanyak 32 orang. Pada tahun 2011 terdapat 77 orang dengan lakilaki sebanyak 41 orang dan wanita sebanyak
36 orang, sedangkan pada tahun 2012 per bulan februari terdapat 9 orang dengan lakilaki sebanyak 3 orang dan wanita sebanyak 6 orang. Hambatan pelaksanaan program TB Paru adalah masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program pemberantasan TB paru yang meliputi hambatan medik dan nonmedik yang mengakibatkan tidak tercapainya pelaksanaan program pemberantasan TB paru. Menurut Yunus,dkk, (1992), Tuberkulosis adalah penyakit menahun, berkembang secara kronik. Dalam perjalana penyakitnya terbagi dalam masa tenang dan masa eksaserbasi. Dalam masa eksaserbasi akan muncul sarang-sarang radang (pneumonis), dalam masa tenang sarang-sarang tersebut menyembuh dengan membentuk sarang-sarang fibrotis/proliferatif. Makin lambat diagnosis ditegakkan, makin banyak sarang-sarang fibrotis (Yunus,dkk, 1992). Obat antituberkulosis akan berhasil baik pada sarang-sarang TB bentuk pneumoni, sarangsarang pneumonis akan diresorbsi kembali. Obat antituberkulosis tidak akan mengembalikan jaringan fibrosis menjadi jaringan parenkhim, kavitas sklerotik tetap akan menjadi sklerotik (Yunus,dkk, 1992). Pemakaian obat antituberkulosis yang lama, apalagi yang tidak teratur akan menimbulkan resistensi kuman terhadap obat. Resistensi kuman terhadap obat akan diketahui setelah dua bulan berlalu.Kedua, masalah yang berasal dari obat antituberkulosis (OAT). Pada umumnya sekarang tidak ada lagi hambatan dari segi obat, khususnya setelah ditemukan obat-obat bakterisid. Semua paduan obat akan berhasil baik, asal dikerjakan sesuai aturan mainnya. Beberapa hal dari segi obat yang harus diperhatikan, yaitu : pemakaian obat antituberkulosis yang tidak teratur dapat menimbulkan resistensi kuman terhadap obat dan harus dijaga, jangan sampai pemakaian obat yang berbulan-bulan menimbulkan efek samping dari obat-obatan yang bersangkutan (Aditama,2002). Hambatan penting yang menyebabkan kegagalan pengobatan TB paru adalah adanya Pendidikan yang rendah atau tidak adanya pengetahuan terhadap peyakit dan hygiene lingkungan yang masih jauh dari standar kesehatan (Yunus,dkk, 2012). Dengan pendidikan yang kurang penderita tidak menyadari bahwa penyembuhan
penyakit dan kesehatan itu umumnya berpangkal dari penderita atau masyarakat itu sendiri. Pendidikan yang kurang menyebabkan sesorang tidak dapat meningkatkan kemampuannya untuk mencapai taraf hidup yang baik yang sangat dibutuhkan untuk penjagaan kesehatan. Hal lain yang merupakan masalah adalah sikap klien yang tidak acuh terhadap dirinya sendiri,khususnya terhadap penyakit yang di deritanya. Berhubungan dengan rendahnya pendidikan terdapat perasaan tidak acuh terhadap dirinya, anggota keluarganya serta lingkungannya. Ketidakacuhan ini mungkin akibat dari rasa frustasi karena berbulanbulan tidak juga sembuh dan meningkatkan perasaaan tidak acuh terhadap penyakit tuberculosis (Yunus,dkk, 2012). Dalam masalah ini tentu yang paling berperan adalah adanya dukungan dari keluarga, Serason, berpendapat bahwa dukungan keluarga adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat di andalkan , menghargai dan menyayangi kita, pandangan yang sama juga di kemukakan oleh Cobb yang mendefinisikan dukungan keluarga sebagai adanya kenyamanan, perhatian dan penghargaan atau menolong dengan sikap menerima kondisinya. Dukungan sosial tersebut di peroleh dari individu maupun dari kelompok. dukungan dari keluarga sangat penting bagi penderita TBC, keluarga di harapkan mampu untuk memberikan partisipasi dalam pemberian dukungan sesuai dengan kebutuhan penderita. Jenis dukungan keluarga yang bisa di terapkan di antaranya dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Di mana wujudnya seperti nasehat, usulan, saran, dan pemberian informasi, pemberian support, pengakuan, penghargaan dan perhatian, penyediaan materi, tenaga, dan sarana. Adanya kepercayaan, mendengarkan serta di dengarkan. Dengan pemberian dukungan yang bermakna terhadap penderita TBC akan menumbuhkan jiwa semangat untuk mematuhi minum obat dan mempercepat proses kesembuhan.
Metode penelitian yang di gunakan adalah cross sectional. Populasinya adalah keseluruhan pasien TBC sejak bulan November 2014 – Januari 2015 di Puskesmas Kedurus Surabaya dengan populasi sebanyak 25 orang. Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan lembar kuesioner pada responden yang di teliti yaitu pasien TBC. Data di ambil melalui kuesioner, di mana lembar kuesioner ini di berikan kepada pasien tbc di puskesmas kedurus Surabaya yang memenuhi kriteria. Setelah data terkumpul kembali maka peneliti akan mengoreksi jawaban dan jika ada lembar yang belum lengkap peneliti meminta responden untuk melengkapi, selain itu, data yang di peroleh di beri penilaian. Untuk dukungan keluarga apabila jawaban benar nilainya 1 dan jika jawaban salah nilai 0. Dukungan baik 7-10 score 70-100%, dukungan cukup 5-7 score 50-70% dan dukungan kurang 0-5 score <50%. untuk kepatuhan, di katakan patuh jika nilai score > 60% dan di katakan tidak patuh apabila nilai score < 60% dan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien tbc di lakukan analisa data dan setelah data lengkap, data di tabulasi silang berdasarkan hasil yang di dapatkan kemudian di lakukan perhitungan.setelah di ketahui hasil dari masing-masing kuesioner dan kartu TB-01.
METODE
Tabel 2. Tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan usia
HASIL Tabel 1. Tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin No
Jumlah
Presentase
1.
Jenis Kelamin Laki-Laki
16
64%
2
Permpuan
09
36%
Total
25
100%
Berdasarkan tabel 1 dapat di ketahui dari 25 responden mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (64%), sedangkan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 orang (36%).
No
Usia
Jumlah Presentase
No
Pekerjaan
Jumlah
Presentase
1.
17 – 25
7
28%
1.
3
12%
7
28%
2.
5
20%
36 – 45
3
12%
5
20%
46 – 60
8
32% 4.
Pegawai Negeri Ibu rumah tangga Pegawai Swasta Wiraswasta
2.
26 – 35
3. 4.
5
20%
Jumlah
25
100%
5.
Tidak Bekerja
7
28%
Jumlah
25
100%
3.
Berdasarkan tabel 2 bahwa dari 25 responden mayoritas berusia 17-25 tahun sebanyak 7 orang dengan presentase 28%%, responden berusia 26-35 tahun sebanyak 7 orang dengan presentase 28%, responden berusia 36-45 tahun sebanyak 3 orang dengan presentase 12% dan responden berusia 46-60 tahun sebanyak 8 orang dengan presentase 32%. Tabel 3. Tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan terakhir No 1.
Pendidikan terakhir SD
2.
Jumlah Presentase
Berdasarkan tabel 4 bahwa dari 25 responden bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 3 orang dengan presentase 12%, responden bekerja sebagai Ibu rumah tangga sebanyak 5 orang dengan presentase 20%, responden bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 5 orang dengan presentase 20%, responden bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 5 orang dengan presentase 20%, responden tidak bekerja sebanyak 7 orang dengan presentase 28%. Tabel 5. Tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga No Dukungan Jumlah Presentase Keluarga 1. Baik 21 84%
5
20%
SMP
4
16%
3.
SMA
12
48%
4.
PT/Akademi
2
8%
2.
Cukup
2
8%
5.
Pendidikan lainnya Jumlah
1
4%
3.
Kurang
2
8%
25
100%
Jumlah
25
100%
Berdasarkan tabel 3 bahwa dari 25 responden mayoritas berpendidikan SD sebanyak 5 orang dengan presentase 20%, responden berpendidikan SMP sebanyak 4 orang dengan presentase 16%, responden berpendidikan SMA sebanyak 12 orang dengan presentase 48%, responden berpendidikan PT/Akademi 2 orang dengan presentase 8% dan responden berpendidikan lainnya sebanyak 1 orang dengan presentase 4%.
Tabel 4. Tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan
Berdasarkan tabel 5 bahwa dari 25 responden yang di berikan kuesioner dukungan keluarga Baik sebanyak 21 orang dengan presentase 84%, dukungan keluarga cukup sebanyak 2 orang dengan presentase 8% dan dukungan keluarga kurang sebanyak 2 orang dengan presentase 8%.
Tabel 6. Tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan kepatuhan minum obat
TBC berdasarkan kartu TB-01
keluarga sebagai adanya kenyamanan, perhatian dan penghargaan atau menolong dengan sikap menerima dukungan tersebut No Kepatuhan Jumlah Presentase diperoleh dari individu maupun dari minum obat kelompok. Kaplan (1997) dalam Friedman berdasarkan (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki kartu TB-01 4 jenis dukungan yaitu Dukungan 1. Patuh 18 72% Informasional, Penilaian, Instrumental dan 2. Tidak Patuh 7 28% Emosional. dukungan informasional dapat berupa nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan Jumlah 25 100% pemberian informasi. , dukungan penilaian di antaranya memberikan support, pengakuan, penghargaan dan perhatian. Dukungan Berdasarkan tabel 6 dapat di ketahui instrumental dapat berupa bantuan langsung dari 25 responden yang di lihat dari kartu dari orang yang diandalkan seperti materi, TB-01, 18 orang (72%) patuh untuk minum tenaga dan sarana. Sedangkan dukungan obat, sedangkan 7 orang (28%) tidak patuh emosional dapat berupa Keluarga sebagai minum obat. sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu Tabulasi silang Hubungan antara Dukungan penguasaan terhadap emosi. Menurut peneliti Keluarga dengan tingkat kepatuhan minum dukungan keluarga sangat berperan penting obat pada pasien TBC dalam keberhasilan pengobatan pasien TBC, karena keluarga adalah orang yang paling Tabel 7 Tabulasi silang Pengaruh Dukungan dekat dengan pasien, selain tinggal dalam Keluarga terhadap Tingkat satu rumah, keluarga juga mempunyai ambil Kepatuhan Minum Obat pada yang besar dalam memenuhi kebutuhan pasien TBC pasien TBC, tugas keluarga tidak hanya merawat% orang yang sakit, tetapi harus No Kepatuhan Patuh % Tidak % Jumlah meliputi beberapa aspek yang meliputi fisik, patuh psikologis, sosial, spiritual, informasi Dukungan mengenai 1. Baik 18 85,71 3 14,29 21 100 TBC dan yang paling terpenting adalah adanya pengakuan dari keluarga kalau 2. Cukup 2 100 2 100 salah satu anggotanya menderita TBC. Hal 3. Kurang 2 100 2 100 ini apabila di lakukan dengan baik akan Jumlah 18 7 25 membawa hal yang positif dalam proses kesembuhan pasien TBC. Dalam penelitian PEMBAHASAN ini peneliti sangat bangga, hal ini di karenakan dari data yang di peroleh Tabel 4 dapat diketahui dari 25 menunjukkan dari 25 responden yang di teliti responden, 21 orang (84%) mendapatkan 21 responden mendapatkan dukungan dukungan keluarga baik, 2 orang (8%) keluarga baik dengan presentase 84%. mendapatkan dukungan keluarga cukup, 2 Tabel 5 dapat diketahui dari 25 orang (8%) mendapatkan dukungan keluarga responden, 18 orang (72%) patuh untuk kurang. Dukungan keluarga adalah sikap, minum obat, sedangkan 7 orang (28%) tidak tindakan, penerimaan keluarga terhadap patuh untuk minum obat. Menurut Muzaham penderita yang sakit, sebagai sistem ,1995 Kepatuhan berobat adalah tingkah pendukung dan selalu siap memberikan perilaku penderita dalam mengambil suatu bantuan jika di perlukan (friedman, 1998). tindakan atau upaya untuk secara teratur Serason, 1983 dalam Kuncoro, 2002 juga menjalani pengobatan . Penderita yang patuh berpendapat bahwa Dukungan keluarga berobat adalah yang menyelesaikan adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian pengobatannya secara teratur dan lengkap dari orang-orang yang dapat di andalkan, tanpa terputus selama minimal 6-8 bulan menghargai dan menyayangi penderita. (Depkes RI,2002). Menurut Snider di kutip Pandangan yang sama juga di kemukakan Aditama (1997) menyatakan bahwa salah oleh Cobb yang mendefinisikan dukungan satu indicator kepatuhan penderita adalah
datang atau tidaknya penderita setelah mendapat anjuran kembali untuk control. Seseorang penderita dikatakan patuh menjalani pengobatan apabila minum obat sesuai aturan paket obat dan ketepatan waktu memanggil obat sampai selesai masa pengobatan. Menurut peneliti kepatuhan adalah seseorang yang tidak hanya mendengarkan dan mengerti saja tetapi harus bisa menuruti dan melakukan apa yang seharusnya di lakukan sesuai dengan yang di tetapkan secara tepat waktu. Seseorang bisa patuh di karenakan banyak faktor di antaranya adanya keinginan dari diri sendiri untuk sembuh, adanya dukungan keluarga untuk menerima semua keadaan si penderita. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari 25 responden yang di teliti, data yang di peroleh menunjukkan 18 orang (72%) patuh untuk minum obat. Tabel 7 dari 25 responden yang di teliti, di dapatkan responden yang patuh untuk minum obat serta mendapat dukungan keluarga baik sebanyak 18 orang (85,71%), responden yang patuh untuk minum obat serta mendapat dukungan cukup dan kurang tidak ada, Sedangkan responden yang tidak patuh untuk minum obat tetapi mendapatkan dukungan keluarga baik sebanyak 3 orang (14,29%) dan responden yang tidak patuh untuk minum obat tetapi mendapatkan dukungan keluarga cukup dan kurang masing-masing sebanyak 2 0rang (100%). Menurut teori Green (1997) perilaku kepatuhan berobat di pengaruhi oleh Faktor yang mendasar atau faktor yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi perilaku kepatuhan ( Predisposing Factors ), Faktor yang memperkuat atau faktor yang mendorong (reinforcing factors), Faktor yang mendukung (enabling factors). Sedangkan Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan di golongkan menjadi 4 bagian yaitu Pemahaman pasien terhadap instruksi, Kualitas interaksi, Keluarga, Keyakinan,sikap dan kepribadian. Menurut peneliti antara dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat sangat berhubungan di mana apabila dari salah satunya tidak berperan penting maka yang akan terjadi adalah ketidak patuhan minum obat, Seseorang dikatakan patuh terhadap pengobatan apabila orang tersebut dapat menuntaskan pengobatan tanpa pernah mengabaikan satupun dari pengobatan yang
dilakukan. Kepatuhan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satunya adalah dukungan keluarga. Pada penenlitian ini didapatkan hasil yang paling besar adalah adanya dukungan keluarga yang baik dan dukungan keluarga tersebut membuat pasien untuk patuh dalam pengobatan TBC, tetapi masih didapatkan hasil bahwa dukungan keluarga baik tetapi pasien tidak memiliki kepatuhan minum obat, berdasarkan tabel 4.5 di dapatkan responden yang mendapatkan dukungan baik tetapi tidak patuh sebanyak 3 orang (14,29%). Hal ini di sebabkan karena kurangnya tersedianya fasilitas kesehatan, jarak yang terlalu jauh sehingga memungkinkan pasien tidak dapat menjangkau pelayanan fasilitas kesehatan, dan faktor ekonomi seperti biaya yang terlalu mahal untuk menjangkau fasilitas kesehatan sehingga menyebabkan seseorang tidak patuh untuk minum obat, selain itu faktor usia dapat mempengaruhi seseorang untuk patuh minum obat seperti lupa jadwal minum obat dan tidak adanya minat atau kemauan untuk sembuh, dapat di simpulkan bahwa dalam penelitian ini ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan minum obat pada pasien TBC di Puskesmas Kedurus Surabaya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dukungan keluarga pada penderita TBC di Puskesmas Kedurus Surabaya di dapatkan responden yang memiliki dukungan yang baik sebanyak 21 orang (84%), dukungan cukup sebanyak 2 orang (8%), dukungan kurang sebanyak 2 orang (8%). Kepatuhan minum obat pada pasien TBC di Puskesmas Kedurus Surabaya di dapatkan responden yang patuh minum obat sebanyak 18 orang (72%) dan responden yang tidak patuh sebanyak 7 orang (28%). Pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat kepatuhan minum obat pada pasien TBC di puskesmas kedurus Surabaya.
Saran Di harapkan institusi atau puskesmas dapat
meningkatkan pemberian penjelasan atau informasi tentang penyakit TBC bukan hanya kepada pasien tetapi juga kepada keluarga tentang peran dan dukungannya terhadap kesembuhan dan kepatuhan minum obat pada anggota keluarganya yang menderita TBC.
DAFTAR PUSTAKA Dep. Kes. RI. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan kedua. Jakarta Dini, dkk. Stop Tuberkulosis. Bogor : Cita Insan Madani Friedman, M.M. 1998. Family Nursing : Research, Theory, dan Praktice, Edisi 4. Stamford : Appleton dan Lange Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI Nursalam, dkk. 2001. Pendekatan Praktis Metodelogi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Info Medika Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Mustika Notoatmodjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Renika Cipta Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Yunus F, dkk. Pulmonolgi Klinik Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : FKUI http://www.ppti.info/index.php/component/c ontent/article/46-arsip-ppti/141-tbcdi-indonesia-peringkat-5-dunia http://www.scribd.com/doc/47640795/teoriTB http://duniapintardancemerlang.blogspot.com /2012/01/teori-tb-paru-tuberkulosis.html