PROFESI, Volume 12, Nomor 2, Maret 2015
KAJIAN PERSEPSI, PENGETAHUAN TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB DI PUSKESMAS (STUDY OF PERCEPTION, KNOWLEDGE OF PREVENTION OF DISEASE TRANSMISSION IN HEALTH CENTER) Wahyuni, Indarwati, Aris Sugianto Prodi S1 Keperawatan Stikes Aisyiyah Surakarta
[email protected]
Abstrak Tuberculosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global. Indonesia merupakan negara pertama di negara-negara dengan beban TB yang tinggi di wilayah Asia Tenggara yang berhasil mencapai target Millenium Development Goals (MDG).Di wilayah Surakarta sendiri kasus TB di Puskesmas yang ada menunjukkan bahwa angka TB masih ada yang paling tinggi adalah di puskesmas Banyuanyar. Berdasarkan wawancara dengan petugas puskesmas bahwa sebagian keluarga penderita TB mengatakan bahwa tidak tahu jika penyakit TB itu mnenular, penyakit TB merupakan penyakit yang memalukan, dan mengatakan bahwa penyakit TB lebih berbahaya dari pada kanker paru karena mereka beranggapan bahwa penyakit TB adalah penyakitnya orang miskin. Tujuan penelitian menghasilkan suatu informasi tentang kajian persepsi dan pengetahuan pencegahan dan penularan penyakit TB. Jenis penelitian menggunakan deskriptif kualitatif, pengumpulan datanya dengan observasi dan wawancara mendalam. Hasilnya persepsi tentang TB paru merupakan penyakit infeksi pada paru-paru dan dapat bersifat menular, pengetahuan tentang TB paru merupakan penyakit disebabkan Mycobacterium Tuberculose, pencegahan TB Paru yaitu memisahkan makanan dengan pasien TB paru, penularan TB paru dengan cara menghindari kontak langsung dengan dahak penderita, simpulan pengetahuan, persepsi, pencegahan penularan tentang TB paru sudah cukup tinggi dan cara pencegahan penularan TB paru sudah dilakukan oleh masyarakat dengan baik tetapi angka cakupan masih tinggi dikarenakan ruang laboratorium paru masih bergabung dengan laboratorium umum dan belum tersedia ruang dahak, disamping itu kader kesehatan aktif promosi sehingga kalau ada masyarakat yang dicurigai dengan gejala batuk langsung dibawa ke Puskesmas Kata Kunci: Persepsi, Pengetahuan, Pencegahan, TB Paru Abstract Tuberculosis (TB) remains a public health problem that is becoming a global challenge. Indonesia is the first country of the countries in the region of south east asia with high TB burden which success to reach Millennium Development Goals (MDGs).TB cases ib public health in Surakarta shows that the highest number is in Banyuanyar public health center. And based on interview with of officials of public health center, the most family of TB patients said that they didn’t know if TBwas contagious diseases. They said thatTB was disgrace disease, cut it was more dangerous than lung cancer because they thought that TB was a disease of the poor. The purpose of this research is to resultan information about the study of perception and knowledge in prevention transmission of TB disease. This type of research is qualitative descriptive, the data was collected by observation and in-depth interview. The result of this study are perception of pulmonary TB is an infection disease of the lungs and it can be transmitted, knowledge of pulmonary TB is a disease caused by Mycobacterium Tuberculose, Prevention of pulmonary TB is done by separating food with pulmonary TB patients, and by avoiding direct contact with the patient’s sputum. The conclusions of this research is the knowledge, perception, prevention of pulmonary TB transmission is high enough and how to prevent the transmission at TB has done wellby the community, but the numbers are still high coverage due to pulmonary laboratory space is still join
1
PROFESI, Volume 12, Nomor 2, Maret 2015 with general laboratory and sputum spaceisnot available yet. In addition to the active promotion of health workers so that if there are people who are suspected with symptoms of cough immediately taken to the health center. Keywords: Perception, Knowledge, Prevention, Pulmonary TB
Jawa Barat 56,2%, Sulawesi Barat 54,2%, Jawa Tengah 50,4 %. Beban TB Global dan TB Indonesia, dari angka kesakitan TB global 25,205 sakit/ hari,11.050 sakit/jam 17 sakit/menit dan TB Indonesia 1,464 sakit TB/hari, 61 sakit TB/jam, 1 sakit TB/menit. Sedangkan angka kematian TB Global 4,657 mati/hari,194 mati/jam, 3 mati/ menit dan angka kematian TB Indonesia 241 mati/hari, 10 mati/jam, 1 mati/6 menit.10 fakta TB diantaranya:1). TB membunuh satu juta pertahun dan lebih dari 250.000 mereka meninggal di usia produktif, 2). TB membunuh lebih dari 100.000 anak setiap tahun, 3). 10 % wanita pada usia produktif meninggal karena TB. 4). Pembunuh wanita terbanyak dibandingkan semua kombinasi penyebab kematian pada wanita, 5). TB membunuh lebih dari 100.000 anak setiap tahunnya. Prevalensi TB per 100.000 penduduk Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 106.42.CASE DETECTION RATE (CDR) TB: JAWA TENGAH 20.253 KASUS (CDR 58.45)yang terdiri dari 1) karesidenan pekalongan 5266 kasus (26.0%); 2) karesidenan Banyumas 3358 kasus (16.58%); 3)karesidenan surakarta 3219 kasus (15.89%); 4)karesidenan Pati 2630 kasus (12.99%); 5)karesidenan Kedu 2354 kasus (11.62%) Di wilayah Surakarta sendiri kasus TB di Puskesmas yang ada menunjukkan bahwa angka TB masih ada yang paling tinggi adalah di puskesmas Banyuanyar. Berdasarkan wawancara dengan petugas puskesmas bahwa sebagian keluarga pendeita TB mengatakan bahwa tidak tahu jika penyakit TB itu menular, penyakit TB merupakan penyakit yang memalukan, dan mengatakan bahwa penyakit TB lebih berbahaya dari pada kanker paru karena mereka beranggapan bahwa penyakit TB adalah penyakitnya orang miskin sedangkan hasil wawancara dengan 10 keluarga penderita TB, dari 7 orang mengatakan jika penyakit TB adalah sama dengan penyakit batuk yang lama dan merupakan penyakit keturunan, sedangkan 3 orang mengatakan bahwa penyakit TB adalah penyakit yang bisa
PENDAHULUAN Tuberculosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global. Indonesia merupakan Negara pertama di Negara-negara dengan beban TB yang tinggi di wilayah Asia Tenggara yang berhasil mencapai target Millenium Development Goals (MDG), untuk TB ada tahun 2006 yaitu 70%penemuan kasus baru BTS positip dan 85% kesembuhan. Saat ini Indonesia telah turun dari urutan ketiga menjadi urutan kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia (Dinkes Propinsi Jateng, 2012). Meskipun program pengendalian TB nasional telah berhasil mencari target MDG, akan tetapi penatalaksanaan TB terutama di sebagian besar rumah sakit, klinik dan praktek swasta belum sesuai dengan strategi DOTS ataupunstandar pelayanan sesuai Internasional Standards for Tuberculosis Care (ISTC). Demikian pula ketersediaan fasilitas laboratorium, penerapan standar pencegahan infeksi nosokomial serta kolaborasi TB-HIV yang belum optimal berkontribusi terhadap munculnya tantangan TB resisten obat terutama TB MDR di Indonesia. Tantangan TB/TB MDR di tingkat global dan nasional. Pada tahun 2008 WHO memperkirakan bahwa terdapatsekitar 440/000 kasus TB MDR setiap tahunnya di dunia dengan angka kematian sekitar 150.000, dari jumlah tersebut baru sekitar 8.5% yang telah ditemukan dan diobati.Dalam Rencana Global Pengendalian TB (the Global Plan to control TB) yang telah direvisi bertujuan untuk mengobati sekitar 1.6 juta pasien TB kebal obat antara tahun 2006dan 2015, Jumlah tersebutmewakili 61% dari beban kasus TB MDR di negara-negara dengan beban TB Tinggi. Indonesia menduduki rangking 4 dari 22 negara Negara yang mempunyai beban tinggi untuk TB dan memberikan kontribusi jumlah kasus TB di dunia sebesar prevalensi TB 730.000/tahun. Kematian akibat TB – 67,000 orang/tahun. diobati oleh program - 44.4% dan 5 propinsi terbanyak dengan TB diobati diantaranya: DKI Jakarta 68.9%,Yogyakarta 67,3%,
2
PROFESI, Volume 12, Nomor 2, Maret 2015 ditularkan oleh penderita yang punya penyakit TB pada keluarga yang dekat dan harus mendapatkan pengobatan tuntas dari puskesmas, sedangkan hasil wawancara dengan petugas puskesmas bahwa salah satu faktor penularan TB dikarenakan fasilitas yang ada di puskesmas kurang memadai dicontohkan bahwa untuk tempat berdahak pasien TB yang akan dilakukan pemeriksaan masih belum ada tempat khusus sehingga memudahkan penularan pada masyarakat yang ada disekitarnya, Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2005).Kuman Tuberkulosisini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagaiBasil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dormant (tidur lama) beberapa tahun (Depkes, RI. 2005). Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif, yang dapat menularkan kepada orang berada disekelilingnya, terutama kontak erat. Daya penularan dari seorang penderita TB ditentukan olehbanyaknya kuman yang terdapat dalam paru penderita, penyebaran kuman dalam udara yang dikeluarkan bersama dahak berupa droplet di udara sekitar penderita TB. Penderita TB yang mengandung banyak sekali kuman dapat dilihat langsung dengan mikroskop pada sediaan dahaknya (penderita BTA positif) adalah sangat menular. Penderita yang kumannya tidak ditemukan dengan mikroskop pada sediaan dahaknya (penderita BTA negatif) sangat tidak menular) (Depkes RI, 2005). Penderita TB BTA positif menularkan kuman ke udara dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada waktu batuk atau bersin. Droplet yang sangat kecil ini mengering dengan cepat dan menjadi debu yang mengandung kuman tuberculosis dan dapat bertahan di udara beberapa jam. Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhisap oleh orang lain. Jika kuman tersebut telah menetap dalam paru dari orang yang menghirupnya, kemudian membelah diri (berkembang biak), maka dapat terjadi infeksi (Depkes RI, 2005). Orang yang serumah dengan penderita TB BTA positif adalah besar kemungkinannya ter-
papar dengan kuman tuberculosis. Orang yang telah terinfeksi belum tentu langsung mejadi sakit, sementara waktu kuman berada dalam tubuh dalam keadaan dormant (tidur) dan dapat ditentukan dengan tes tuberculin. Orang menjadi sakit biasanyadalam waktu paling cepat sekitar 3–6 bulan setelah terjadi infeksi.Orang yang tidak menjadi sakit tetap mempunyai risiko untuk menderitaTB sepanjang sisa hidupnya. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, gizi buruk atau HIV/AIDS (Murti B, 2014). Gejala-gejala Tuberkulosis: Batuk berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih, Dahak bercampur darah, Sesak nafas dan rasa nyeri di dada, Badan terasa lemah, kehilangan napsu makan dan berat badan. Pencegahan TB paru oleh orang yang belum terinfeksi: Selalu berusaha mengurangi kontak langsung dengan penderita TB paru aktif; Selalu menjaga standar hidup yang baik, caranya dengan mengkomsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga lingkungan selalu sehat baik itu dirumah maupun di tempat kerja atau kantor, dan menjaga kebugaran tubuh dengan cara menyempatkan dan meluangkan waktu untuk berolah raga; Pemberian vaksin BCG, tujuannya untuk mencegah terjadinya kasus infeksi TB yang lebih berat. Vaksin BCG diberikan kepada semua ballita; Tindakan pencegahan TB paru oleh penderita agar tidak menular. Bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi penderita TB aktif tindakan yang bisa dilakukan adalah menjaga kuman atau bakteri dari diri sendiri. Hal ini biasanya membutuhkan waktu lama sampai beberapa minggu untuk masa pengobatan dengan obat TBC hingga penyakit TBC sudah tidak bersifat menular lagi. Berikut ini adalah beberapa cara untuk membantu menjaga pencegahan TB agar infeksi bakteri tidak menular kepada orang-orang disekitar anad baik itu teman maupun keluarga dirumah; Selama beberapa minggu menjalanai pengobatan sebaiknya tidak bepergian kemanapun baik itu sekolah, tidak melakukan aktivitas ditempat kerja (ngantor), dan tidak tidur sekamar dengan orang lain meskipun keluarga sendiri sebagai usaha pencegahan TBC agar tidak menular. Presepsi adalah proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan yaitu proses diterimanyan stimulus olehalat indera kemudian dalam individu ada
3
PROFESI, Volume 12, Nomor 2, Maret 2015 perhatian lalu diteruskan keotak sesuatu yang dinamakan persepsi. Menurut Walgito (2004) persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterprestasian terhadap rangsang yang diterima oleh organism atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu, Persepsi merupakan proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahukui oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati baik. Oleh karena itu penginderaan orang akan mengaitkan dengan stimulus, sedangkan dengan persepsi orang akan mengaitkaan dengan objek. Dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan disekitarnya dan juga keadaan diri sendiri. Berdasarkan informasi di atas penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Kajian Persepsi, Pengetahuan dan Pencegahan Penularan TB di Puskesmas Banyuanyar Surakarta Karesidenan Surakarta” dengan tujuan menghasilkan suatu informasi tentang kajian persepsi dan pengetahuan pencegahan dan penularan penyakit TB.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran umum lokasi penelitian merupakan wilayah kerja Puskesmas Banyuanyar seluas 258 Ha = 2,58 km2 terdiri dari 2 (dua) desa binaan yaitu Kelurahan Sumber dan Kelurahan Banyuanyar. Kelurahan Sumber lebih luas dibandingkan Kelurahan Banyuanyar yaitu mencakup 51,55 % dari seluruh luas wilayah kerja puskesmas. Keadaan desa binaan Puskesmas Banyuanyar 100 % daratan. Transportasi ke semua desa mudah dijangkau dengan adanya transportasi umum maupun kendaraan pribadi didukung sarana jalan yang baik walaupun pergantian musim baik musim hujan maupun musim kemarau dapat dilakukan tanpa ada kendala. Komunikasi lewat pesawat telepon maupun HP dapat diterima dengan baik karena didukung jaringan telekomunikasi operator telekomunikasi yang dikelola dengan memadai. Sumber Informan / Responden Penelitian. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 informan, pada tabel 1.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, pengumpulan datanya dengan observasi dan wawancara mendalam terhadap narasumber yang berhubungan langsung dengan penelitian.Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat dan keluarga penderita TB di Wilayah Puskesmas Banyuanyar Karesidenan Surakarta. Populasi dan Sampel adalah Masyarakat dan keluarga penderita TB dan kader TB yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Banyuanyar Karesidenan Surakarta dengan kriteria inklusi sebagai berikut; Masyarakat yang lingkungan ada penderita TB; Keluarga yang salah satu anggota keluarga menderita TB; Kader kesehatan yang menangani TB. Pengumpulan Data: Pengamatan (Observasi); Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi pada keluarga pasien TB yang berada di fasilitas kesehatan puskesmas Banyuanyar karesidenan Surakarta; Wawancara. Pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara kepada masyarakat, petugas Puskesmas, keluarga penderita TB dan kader TB yang terkait langsung dengan penanganan TB, Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dan alat tulis.
NO
Nama
1 2 3 4 5
N1 N2 N3 N4 N5
Tabel 1. Daftar karakteristik informan Penelitian Puskesmas Banyuanyar Usia (th) 43 46 47 40 42
Pendidikan SMA SMK SMP DIII SMA
Pekerjaan Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Petugas lab Kader kesehatan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN Persepsi tentang Penyakit TB Paru Persepsi dapat diartikan proses penilaian seseorang terhadap objek tertentu yang dapat kita tangkap melalui atas indera, dimana dalam penginderaan orang akan mengartikan dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan mengaitkan dengan objek yang dituju. Persepsi adalah proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan yaitu diterimanya stimulus oleh alat indera kemudian dalam individu ada perhatian lalu diteruskan ke otak dan kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi.Berdasarkan dari hasil wawancara terhadap informan bahwa persepsi TB Paru adalah penyakit yang menyebabkan penderitanya batuk-batuk, dan merupakan penyakit infeksi pada paru-paru dan dapat bersifat menular dan orang suka menjauhi karena nanti
4
PROFESI, Volume 12, Nomor 2, Maret 2015 bisa menular dan berbahaya, dapat menyerang di semua usia, bukan penyakit keturunan, menyerang saluran pernafasan, penyakit yang bisa menyebabkan badan menjadi kurus, ringkih. Batuk tidak berhenti. Berikut salah satu kutipan pernyataan informan:
“Ya kalau aku baca di buku kalau penyakit
“TB paru merupakan penyakit infeksi dan tandanya sering batuk-batuk terus dan dapat menularkanyang didekatnya……..”
Penyakit TB disebabkan mycobacterium tuberculose yang disertai batuk-batuk berdahak dan disertai darah, seperti pernyataan informan, Nafsu makan turun dan badan kurus, Penyakit yang bisa disembuhkan, Menyerang paru-paru dan batuk batuk. Menurut Wahyudi, E., 2010. Kuman TB paru dapat keluar bebas di udara saat penderita batuk, penularan terjadi karena kuman dibatukkan atau di bersinkan. Sedangkan menurut (Dep Kes 2005) dan sesuai pendapat (Murti, B 2014); Gejala-gejala Tuberkulosis: a) Batuk berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih; b) Dahak bercampur darah c) Sesak nafas dan rasa nyeri di dada; d). Badan terasa lemah, kehilangan napsu makan dan berat badan menurun dan ringkih. Pengetahuan mengenai tindakan yang dapat dilakukan untuk Pencegahanpenularan TB paru adalah memisahkan makanan dengan pasien TB paru, menjalankan hidup sehat, tidak bertukar alat makan dan minum, mengurangi kontak dengan penderita, menghindari penularan melalui dahak pasien penderita baru maka harus disiapkan tempat untuk berdahak, dan saat bersin mulut dan hidung ditutup.
TB disebabkan mycobacterium tuberculose tapi aku juga nggak tahu apa itu mycobacterium...Disamping itu penyakit TB juga batuk...berdahak… dan ada darahnya….”
Menurut (Depkes RI,2008); Gejala-gejala Tuberkulosis: a) Batuk berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih; b) Dahak bercampur darah c) Sesak nafas dan rasa nyeri di dada; d). Badan terasa lemah, kehilangan napsu makan dan berat badan menurun dan ringkih.Menurut (Sibuea dkk, 2005) dalam bukunya menyebutkan bahwa TB paru merupakan suatu penyakit dengan gejala batuk berkepanjangan dan mengeluarkan dahak berwarna kekuningan, kadang-kadang dahak bercampur darah, batuk darah, lelah, demam. Kehilangan nafsu makan dan berat badan turun. Dan sesuai dengan penelitian Media, Y (2011) yang hasilnya pengetahuan TB relative baik namn sebagian masyarakat beranggapan bahwa penyakit TB Paru adalah berkaitan dengan hal-hal yang ghaib /magic dank arena keturunan, ersepsi sebagia masyarakat bahwa penyakit yang dialaminya adalah batuk biasa, ternyataberpengaruh pada munculnya sikap kurang peduli dan masyarakat terhadap akibat yang dapat ditimbulkan oleh penyakit TB Paru. Perilaku dan kesadaran sebagian masyarakat untuk memeriksakan dahak dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan masih kurang karena malu dan takut divonis menderita TB Paru. Pengetahuan tentang penyakit TB, berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien yang mempunyai anggota keluarga yang menderita yaitu: Penyakit TB disebabkan Mycobacterium Tuberculose ditandai dengan batuk-batuk berdahak disertai darah, nafsu makan menurun, badan kurus, dan penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan teratur. Penyakit yang menyerang paru-paru, batuk-batuk, menular dengan percikan ludah, Berikut kutipan pernyataan informan:
“Ya sebaiknya makanan dipisah asal samasama dikasih tahu jadi tidak tersinggung…….”. “Piring dan gelas untuk suami saya ya tak sendirikan bu, biar tidak campur dengan yang lainnya,…….”. “Kalau bapaknya lagi batuk anak-anak yah…. Tak suruh njauh bu….”. “ Jangan dekat-dekat anak kalau lagi mau batuk ……”. Yaa kalau lagi batuk terus pengin berdahak ya aku siapkan tempat untuk dahak biar tidak kemanamana….”. Menurut Dep Kes RI 2008 dalam buku penanggulangan penyakit TB Paru menyebutkan sistematika cara penularan TB paru dimulai saat sumber penularan yaitu pasien TB BTA positip batuk. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
5
PROFESI, Volume 12, Nomor 2, Maret 2015 percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak, umumnya penularan terjadi dalam ruangan di mana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Menurut Depkes (2005) upaya pencegahan TB Paru yaitu selalu menjaga standar hidup yang baik, caranya dengan mengkomsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga lingkunganselalu sehat baik itu dirumah maupun di tempat kerja atau kantor, dan menjaga kebugaran tubuh dengan cara menyempatkan dan meluangkan waktu untuk berolah raga dan mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak kadar karbohidrat dan protein tinggi. Tindakan pencegahan Penularan TB Parudengan cara menghindari kontak langsung dengan dengan dahak penderita, menggunakan barang secara bersama-sama, membuka jendela agar sinar matahari masuk, menjemur kasur untuk membunuh kuman TB, di Puskesmas disediakan ruang untuk berdahak, ruang laboratorium puskesmas sebaiknya jangan AC harus ada sinar matahari masuk ruang pemeriksaan.
ada tempat untuk dahak pasien di setiap Puskesmas, sehingga memungkinkan kuman yang ada di ruang laboratorium, maupun tempat dahak yang belum tersedia akan menjadi sumber penularan penyakit TB.Dan di wilayah Surakarta dari 17 Puskesmas baru mempunyai 4 Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM). Menurut Depkes RI (2008) Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajad kepositipan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut, Sejalan dengan (Prasetyowati, I., & Chatarina. U. W., 2009) yang menyebutkan sinar matahari dapat membunuh bakteri penyakit, virus dan jamur, hal ini sangat berguna untuk perawatan penyakit TBC, keracunan darah, asma saluran pernafasan, hingga pembinasaan beberapa virus penyebar kuman mampu dibinasakan oleh sinar ultra violet ini. Bakteri di udara mampu dibinasakan oleh sinar matahari dalam waktu singkat. Sedangkan menurut (Ardi. M., Linda. A., 2010) menyebutkan tingkat awal pencegahan penularan penyakit TB Paru dapat dilakukan dengan melakukan sterilisasi dahak, sprei tempat tidur, sarung bantal dan sebagainya. Sterilisasi ini dilakukan dengan penyinaran sinar matahari langsung untuk membunuh kuman TB dalam waktu 5 menit. Penyinaran sinar matahari adalah cara yang paling cocok untuk dilakukan di daerah tropis, sedangkan di tempat yang gelap dan kuman TB dapat bertahan selama bertahuntahun.
“buang dahak ndak boleh sembarangan karena bisa nularkan penyakit,,, berbahaya lho….Harus disiapkan tempat untuk buang dahak……………….” “Jendela di rumah saya ada tiga tapi yang sering tak buka pas di kamar suamiku, karena dia penderita TB paru, katanya dengan sinar matahari bisa menyehatkan “ehm …. bu satu minggu sekali saya usahakan jemur kasur…. kata bu dokter bisa matikan kuman bu…..” “Kuman bisa menular maka sebaiknya di sediakan tempat dahak lah untuk pasien Triangulasi sumber data: Dari wawancara yang kami lakukan dapat kami simpulkan: bahwa untuk pencegahan dan penularan tentang TB Paru dengan memutus rantai penularan diantaranya memberikan fasilitas kepada puskesmas tentang N1 penyuluhan materi tentang TB, memberikan fasilitas kepada Puskesmas terkait dengan cara pencegahan penularan TB diakui oleh ka, Dinkes. Kabid promosi, dan kabid P2M, memang fasilitas laboratorium yang ada di Puskesmas belum sesuai standar yang disyaratkan oleh WHO dan ruang laboratorium masih ada yang ber AC, ventilasi sinar matahari belum ada, dan belum
SIMPULAN Presepsi tentang TB Paru bahwa TB paru merupakan penyakit infeksi pada paru-paru dan dapat bersifat menular dan orang suka menjauhi karena nanti bisa menular dan berbahaya, dapat menyerang di semua usia, bukan penyakit keturunan, menyerang saluran pernafasan, penyakit yang bisa menyebabkan badan menjadi kurus, ringkih.
6
PROFESI, Volume 12, Nomor 2, Maret 2015 Pengetahuan tentang TB paru merupakan Penyakit disebabkan Mycobacterium Tuberculose ditandai dengan batuk-batuk berdahak disertai darah dan bersin nafsu makan menurun, badan kurus, dan penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan teratur. Pencegahan TB Paru yaitu memisahkan makanan dengan pasien TB paru, menjalankan hidup sehat, tidak bertukar alat makan dan minum, mengurangi kontak dengan penderita, menghindari penularan melalui dahak pasien penderita baru maka harus disiapkan tempat untuk berdahak, dan saat bersin mulut dan hidung ditutup. Penularan TB Paru dengan cara menghindari kontak langsung dengan dahak penderita, tidak boleh menggunakan barang secara bersamasama, membuka jendela agar sinar matahari masuk, menjemur kasur untuk membunuh kuman TB, di Puskesmas disediakan ruang untuk berdahak, ruang lab puskesmas sebaiknya jangan AC harus ada sinar matahari masuk ruang pemeriksaan. Pengetahuan tentang TB paru sudah cukup tinggi dan cara pencegahan penularan TB paru sudah dilakukan oleh masyarakat Banyuanyar dengan baik tetapi angka cakupan masih tinggi dikarenakan ruang labaoratorium Paru masih bergabung dengan laboratorium umum dan belum tersedia ruang dahak, disamping itu kader kesehatan aktif promosi sehingga kalau ada masyarakat yang dicurigai dengan gejala batuk langsung dibawa di Puskesmas.
Depkes RI, 2005. Upaya Pencegahan TB Paru Di Indonesia. Depkes RI, 2008, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. edisi 2. Cetakan kedua, Jakarta. Dinkes Propinsi Jawa tengah 2012, Buku Saku Jateng 2012. Media, Y (2011) Pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang berkaitan dengan penyakit Tuberculosis (TB) Paru di Puskesmas KOTO Katik Kota Padang Panjang (Sumatera Barat), Jurnal Pembanguna Manusia Vol 5 No 3 tahun 2011. Murti, B. Evaluasi Program Pengendalian Tuberkulosis Dengan Strategi DOTS Di Eks Karesidenan Surakarta. fk.uns.ac.id. Diakses tanggal 5 Juni 2014. Prasetyowati, I., & Chatarina. U. W., 2009. Hubungan Antara Pencahayaan Rumah, Kepadatan Penghuni dan Kelembaban, dan Risiko Terjadinya Infeksi Tb Anak SD di Kabupaten Jember. Jurnal Kedokteran Indonesia VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009. Wahyudi, E., 2010. Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Motivasi Kader Dengan Penemuan Suspek Tuberculosis Paru Di Pukesmas Sanankulon. Tesis. Perpusta kaan.uns.ac.id. Walgito, B., 2004. Pengantar Psikologi Umum. Edisi IV. Yogyakarta: Andi.
REFERENSI Ardi. M., Linda. A., 2010. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Organisasi Dengan Minat Berorganisasi Pada SISWA Fakultas Psikologi UNI SUSKA. Jurnal Psikologi 2010.
7