SKRIPSI PENDUGAAN PERUBAHAN KUALITAS BIJI KOPI SELAMA PENYIMPANAN DALAM GUDANG
Oleh ACHMAD ZAINI F14051769
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
i
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PENDUGAAN PERUBAHAN KUALITAS BIJI KOPI SELAMA PENYIMPANAN DALAM GUDANG
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : ACHMAD ZAINI F14051769 Dilahirkan pada tanggal: 4 Maret 1986 Di Batang, Jawa Tengah Tanggal lulus:
Menyetujui, Bogor,
November 2009
Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc
Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, M.Sc
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Dr. Ir. Desrial, M. Eng Ketua Departemen Teknik Pertanian ii
Achmad Zaini. F14051769. Pendugaan Kualitas Biji Kopi Robusta selama Penyimpanan dalam Gudang. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Y. Aris Purwanto M.Sc. dan Dr. Ir. Tajuddin Bantacut M.Sc. 2009.
RINGKASAN Indonesia merupakan negara produsen kopi robusta terbesar didunia. Sebagian besar kopi yang diekspor termasuk dalam kualitas sedang hingga rendah. Salah satu hal yang mempengaruhi kualitas biji kopi adalah penyimpanan. Penyimpanan biji kopi yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya kerusakan. Kerusakan yang terjadi pada saat penyimpanan disebabkan oleh faktor biotik (serangga, tikus, mikroorganism, dll) dan abiotik (suhu dan kelembaban). Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi yang dapat mempengaruhi kualitas biji kopi yang disimpan di dalam gudang. Perlu adanya simulasi pendugaan kadar air biji kopi yang digunakan untuk menduga kualitas biji kopi yang disimpan dalam keadaan basah. Penelitian ini secara umum bertujuan menduga kualitas biji kopi robusta kering selama penyimpanan dalam gudang sebagai akibat dari perubahan kadar air karena biji kopi pada tumpukan bagian bawah tergenang air selama 4 jam akibat banjir. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model pendugaan perubahan kadar air tumpukan biji kopi kering yang disimpan di dalam gudang, menduga perubahan kadar air biji kopi yang disimpan di dalam gudang, melakukan verifikasi perubahan kadar air dari model yang telah dikembangkan dengan uji coba penyimpanan kopi di dalam model bangunan penyimpanan dan membuat hubungan kualitas biji kopi kering dengan kadar air selama penyimpanan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk menduga kualitas biji kopi yang disebabkan penyimpanan biji kopi dalam keadaan basah. Sehingga kerusakan biji kopi akibat penyimpanan biji kopi basah dapat dicegah dengan cara memisahkan antara biji yang basah dengan biji yang kering atau menjemur kembali hingga kadar air yang aman. Simulasi pendugaan kadar air ini menggunakan asumsi kadar air awal sebelum mengalami perendaman adalah sama, tumpukan biji kopi dan udara yang ada didalam gudang dibagi menjadi tiga bagian yaitu atas, tengah dan bawah, serta menggunakan persamaan lapisan tipis (bagian) dengan faktor koreksi perubahan kadar air pada biji kopi. Hasil simulasi kemudian diverifikasi dengan model gudang yang dibuat. Model gudang dibuat menggunakan papan multiplek dan pada bagian dalam gudang dilapisi seng plat. Kopi sebanyak 300 g dikemas didalam karung goni dan kemudian disimpan didalam gudang. Selama 36 hari diukur kadar air biji kopi pada setiap bagian, suhu dan RH ruang gudang dan disekitar gudang. Dari hasil simulasi diketahui bahwa biji kopi bagian atas, tengah dan bawah yang disimpan di dalam model gudang selama 36 hari memiliki kadar air 14,7 % (bb), 18,0 % (bb) dan 23,3 % (bb). Hasil simulasi kemudian diverifikasi dengan pengukuran kadar air pada model gudang dengan uji coba berupa nilai modulus deviasi. Pada bagian atas, tengah dan bawah memiliki nilai modulus deviasi 8.88; 5.25 dan 8.88. Kenaikan kadar air selama penyimpanan biji kopi dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan. Kerusakan biji kopi pada bagian atas, tengah dan bawah mulai nampak pada hari ke-36, hari ke-11 dan hari ke-2 dengan kadar air 15,9 % (bb), 17.6 % (bb) dan 46.3 % (bb). Secara keseluruhan kerusakan yang terjadi pada biji kopi setelah disimpan selama 36 hari tidak memenuhi syarat umum SNI 01-2907-2008.
iii
RIWAYAT HIDUP
Achmad Zaini dilahirkan di Batang pada tanggal 4 Maret 1986. Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak Moch Sholeh dan Ibu Suniyah. Penulis memulai pendidikannya di TK Al- Falah Proyonanggan selaam dua tahun yaitu. Kemudian pada tahun 1991-1998, Penulis melanjutkan pendidikan di SD Negri Proyonanggan XI Batang. Pada tahun 1998-1999, penulis melanjutkan pendidikan di TBS (Tashwiquth Thulub Salafiyah) sambil belajar agama di Pondok Pesantren Yanbuul Qur’an Kudus. Pada periode 1999-2002 penulis melanjutkan pendidikannya ke SLTP Salafiayah Pekalongan. Pada tahun 2002-2005 penulis melanjutkan jenjang pendidikannya ke SMA Negri 1 Pekalongan. Penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Udangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2005 dan pada tahun 2006 diterima di Departemen Teknik Pertanian melalui Sistem Mayor Minor. Selama kuliah di IPB, penulis bergabung dalam organisasi himpunan mahasiswa teknik pertanian (HIMATETA) dan aktif dalam Lembaga Struktural FEMA Eco-Agrifarma. Di Eco-Agrifarma pada periode tahun 2005-2006 penulis menjabat sebagai Kepala Bagian Kebun, pada periode tahun 2006-2007 penulis menjabat sebagai ketua Eco-Agrifarma dan pada periode tahun 2007-2008 penulis menjabat sebagai wakil ketua Eco-Agrifarma. Sewaktu kuliah, penulis melaksanakan Praktek Lapang pada tahun 2008 di PT. Dua Kelinci, Pati-Jawa Tengah dengan judul laporan Aspek Energi Pengolahan Limbah PT. Dua Kelinci Pati-Jawa Tengah. Kemudian pada tahun 2009 penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsinya dengan judul Pendugaan Perubahan Kualitas Biji Kopi selama Penyimpanan dalam Gudang.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga penulis dapat PERUBAHAN
menyelesaikan penelitian yang berjudul KUALITAS
BIJI
KOPI
SELAMA
“PENDUGAAN PENYIMPANAN
DALAM GUDANG” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan dan arahan. 2. Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan arahan 3. Dr. Ir. Dyah Wulandani, M.Si sebagai dosen penguji skripsi. 4. Dr. Ir. Leopold O. Nelwan, M.Si atas saran dan bantuannya selama penulis melakukan tugas akhir. 5. Kedua orangtua, Kakak-kakak dan adik saya yang selalu memberikan doa dan motivasi pada penulis. 6. Atina Chalisa yang selalu memberikan doa dan motivasi pada penulis. 7. Pak Ujang, pak Zaenal dan seluruh staf technopark yang telah membantu kelancaran penelitian. 8. Arif, Ian, Dewi, Susi, Galuh, Ipeh, Yuli, teman-teman TEP 42 dan temanteman dari pondok deboy yang selalu siap membantu apabila penulis membutuhkan bantuan. 9. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Bogor, November 2009 Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...
i
DAFTAR ISI …………………………………………………………….....
ii
DAFTAR TABEL …………………………………………………….........
iv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….
v
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….
vi
DAFTAR NOTASI ........................................................................................
vii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..............................................................................
1
B. Tujuan ...........................................................................................
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Fisiko-Kima Biji Kopi ………………………......................
4
B. Pengolahan Biji Kopi ....................................................................
5
C. Mutu Biji Kopi ..............................................................................
6
D. Pengemasan dan Penggudangan ...................................................
9
E. Simulasi Penyimpanan ..................................................................
14
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ........................................................................
17
B. Bahan dan Alat ..............................................................................
17
C. Model Penyimpanan Kopi ............................................................
17
D. Rancangan dan Model Bangunan Penyimpanan ..........................
22
E. Prosedur Penelitian ........................................................................
25
F. Pengujian Ketepatan Hasil ............................................................
39
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyimpanan Kopi ........................................................................
30
B. Pendugaan Kadar Air ....................................................................
33
C. Kerusakan Selama Penyimpanan ..................................................
37
BAB V. KESIMPILAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...................................................................................
43
B. Saran ..............................................................................................
44
ii
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
45
LAMPIRAN ..................................................................................................
48
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komposisi Biji kopi Arabika dan Robusta sebelum dan sesudah disangrai serta kopi bubuk instan (% bobot kering) ........................
5
Tabel 2. Syarat penggolongan mutu kopi robusta dan arabika …………….. 7 Tabel 3. Penentuan besarnya nilai cacat biji kopi berdasarkan SNI 012907-2008………………………….................................................
8
Tabel 4. Perubahan mutu dan kerusakan biji kopi pada setiap lapisan …...... 39
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Susunan buah kopi .......................................................................
4
Gambar 2. Model gudang penyimpanan ...……………………………….....
23
Gambar 3. Model gudang dan tumpukan karung goni …......………………
24
Gambar 4. Diagram alir proses pengemasan kopi dan penyimpanan di dalam model gudang …………………………................……..
26
Gambar 5. Diagram alir pengukuran kadar air ………………………....…..
28
Gambar 6. Perubahan kadar air biji kopi selama penyimpanan ..................... 31 Gambar 7. Perubahan kadar air biji kopi pada setiap bagian ......................... 32 Gambar 8. Tampilan data masukan simulasi .................................................
33
Gambar 9. Grafik hasil simulasi perubahan kadar air biji kopi .....................
35
Gambar 10. Grafik kadar air setiap bagian hasil pengukuran dan simulasi........................................................................................
36
Gambar 11. Grafik suhu udara dan kelembaban relatif dalam gudang .......... 38 Gambar 12. Biji kopi sebelum mengalami perlakuan .................................... 40 Gambar 14. Biji kopi bagian bawah setelah direndam selama 4 jam ............
40
Gambar 15. Biji kopi bagian bawah hari ke-2 ...............................................
41
Gambar 16. Gambar bagian tengah dan bawah pada hari ke-11 ...................
41
Gambar 17. Gambar biji kopi bagian atas hari ke-36 ....................................
42
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Keterangan dari Tabel 4. menurut SNI 01-2907-2008 ................
48
Lampiran 2. Gambar dimensi model gudang ...................................................
49
Lampiran 3. Pengukuran perubahan kadar air .................................................. 50 Lampiran 4. Pengukuran kadar air hasil smoothing ......................................... 51 Lampiran 5. Hasil simulasi pendugaan kadar air ............................................. Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya ...................................................................
52
53
Lampiran 7. Coding program simulasi pendugaan kadar air biji kopi
56
Lampiran 8. Foto pengamatan kopi setiap hari ................................................
62
vi
NOTASI
A A*,B*,C* Cp H H* h* H1 h1 hf* hfg k KAo m M m0 m1 m2 ma Me Mi Mpi mw ` m
m v
n P P* Pw Pws Pws* q RH t T
Luas (m2) Konstanta Panas Spesifik (kJ/kg K) Kelembaban Absolut (kg air/kg udara kering) Kelembaban mutlak setelah menampung uap air (kg air/kg udara kering) Entalpi udara setelah menyerap uap air (kJ/kg udara kering) kelembaban mutlak sebelum menampung uap air (kg air/kg udara kering) Entalpi udara sebelum menyerap uap air (kJ/kg udara kering) Entalpi air (kJ/kg udara kering) Panas latent (kJ/kg Konstanta pengeringan Kadar air awal biji kopi (%bb) Massa (kg) Kadar air (%bk) Bobot cawan kosong (g) Bobot cawan dan sampel sebelum dikeringkan (g) Bobot cawan dan sampel setelah dikeringkan (g) Massa uap air di udara (kg) Kadar air kesetimbangan (%bk) Kadar air yang terukur (%bb) Kadar air yang diduga (%bb) Massa air yang diupakan (kg) Laju aliran massa (kg/s) Laju evaporasi (kg/s) Derajat kejenuhan Jumlah sempel Tekanan atmosfer (101.325 kPa) Modulus deviasi Tekanan saturasi yang diukur pada suhu bola basah (kPa) Tekanan saturasi pada suhu bola basah (kPa) Tekanan saturasi pada suhu bola basah (Pa) Jumlah energi (kJ) Kelembaban udara (%) Waktu (s) Suhu (oC)
T*
Suhu absolut (K=oC + 273.15)
U
Koefisien pindah panas overall (kW/m2oC)
vii
Penjelasan Lingk Pa Pb Ptg Ra Rb Rtg ud Va Va Vtg
Lingkungan Produk bagian atas Produk bagian bawah Produk bagian tengah ruang atas Ruang bawah Ruang tengah Udara Uap air dari beans bagian atas Uap air dari beans bagian bawah Uap air dari beans bagian tengah
viii
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara produsen kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Kolumbia, tapi bila dilihat dari jenis/varietasnya termasuk negara penghasil utama jenis kopi robusta. Salah satu daerah penghasil kopi robusta adalah Propinsi Lampung. Namun demikian mutu dari kopi yang dihasilkan hanya termasuk dalam kategori mutu sedang sampai rendah, sehingga kalah bersaing dalam menentukan harga jual antar sesama negara produsen (Yuhono dan Djaenudin, 2008). Sehubungan dengan mutu, ekspor kopi hasil produksi Propinsi Lampung sebagian besar juga hanya menempati grade ke IV atau mutu sedang sebesar 51,58 % kemudian diikuti grade VI sebesar 24,84 %, mutu III (12,51%), mutu V (6,5 %), mutu II (1,74 %) dan mutu I sebesar 0,54 % dari total ekspor. Berkaitan dengan mutu ini pula, telah terjadi pergeseran-pergeseran permintaan dari konsumen kopi terhadap mutu dan citarasa kopi yang lebih baik (Koerniawan, 1998 dalam Yuhono dan Djaenudin, 2008). Salah satu hal yang dapat mempempegaruhi nilai mutu adalah saat penyimpanan (Selmer et al., 2008). Penyimpanan biji kopi dengan kadar air tinggi dapat menyebabkan meningkatnya pertumbuhan jamur (Ismayadi et al., 2005). Kopi memiliki kandungan kadar air yang berbeda selama proses pemanenan hingga penyimpanan. Pada saat dipanen kadar air kopi berkisar 50-70 % dalam bentuk buah matang, 35–50 % dalam bentuk buah kopi kering (hampir kering) setelah sampai pabrik, dan 16 – 30 % buah yang benar-benar kering di pabrik (Kamau, 1998 dalam Palacios, 2007). Pada akhir proses pengeringan menghasilkan biji dengan kadar air harus berada pada atau di bawah 12 % untuk mencegah terjadinya proses fermentasi dan tumbuhnya jamur (Illy, 1995 dalam Palacios, 2007). Kadar air yang aman selama penyimpanan antara 8.0-12.5 % (Reh et al., 2006). Selama penyimpanan biji-bijian atau benih dapat mengalami kerusakan atau deteriorasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju deteriorasi dalam
1
penyimpanan antara lain vigor awal benih, proses panen dan pasca panen (termasuk kondisi lingkungan dan lama penyimpanan) (Arief et al., 2004 dalam Yani, 2008). Deteriorasi benih atau biji yang disebabkan oleh proses pasca panen dapat dipengaruhi oleh interaksi faktor-faktor lingkungan biotik dan abiotik dari biji/benih tersebut. Lingkungan biotik meliputi tikus, serangga, tungau dan mikroorganisme. Faktor lingkungan abiotik yang sangat berpengaruh terhadap kerusakan benih adalah suhu dan kelembaban (Ominski et al., 1994 dalam Yani, 2008). Berbagai penelitian telah dikembangkan untuk menanggulangi masalah penyimpanan dalam menjaga nilai mutu dari biji kopi. Salah satunya yaitu cara pengemasan yang baik dapat mengurangi kerusakan biji selama penyimpanan (Twishsri et al., 2006). Alagusundaram et al (2003), membandingkan penyimpanan di India dan Canada. Yanping et al (1999), menjelaskan tentang efek suhu penyimpanan dan tipe pengangkutan yang baik. Penyimpanan yang baik, akibat penyimpanan yang kurang baik dan mikro organisme yang menyebabkan kerusakan pada biji kopi telah diteliti oleh Yani (2008). Menurut Hocking (1997) dalam Rahmadi dan Fleet (2007), hampir semua fungi memproduksi toksin, yang disebut mikotoksin. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya banjir sehingga gudang penyimpanan biji kopi dapat tergenang. Pencegahan banjir pada gudang penyimpanan dapat dilakukan dengan cara pembuatan saluran drainase. Apabila gudang tergenang air, biji kopi dihamparkan pada siang hari karena dapat menekan pertumbuhan jamur (Ismayadi et al., 2005). Pada musim hujan dapat terjadi hujan setiap hari, sehingga biji yang basah tidak dapat langsung dijemur. Biji tersebut kemudian disimpan sementara di dalam gudang. Penyimpanan kopi basah berpeluang menimbulkan serangan jamur dan kontaminasi mikotoksin (Ismayadi et al., 2005). Apabila di dalam gudang tersebut tidak hanya terdapat biji yang basah tetapi juga biji yang kering, maka dapat terjadi peningkatan kadar air pada biji kopi kering yang dapat menurunkan kualitas atau nilai mutu dari biji kopi. Perlu adanya simulasi untuk menduga kadar
2
air biiji kopi yang dapat digunakan untuk menduga mutu biji kopi selama penyimpanan basah. Hasil simulasi tersebut dapat digunakan sebagai acuan peringatan waktu terjadinya kerusakan biji kopi. Sehingga pencegahan dengan cara memisahkan biji kopi basah dengan biji kopi kering atau mengeringankan kembali biji yang basah dapat meminimalkan terjadinya kerusakan biji kopi. Penelitian ini mengembangkan model simulasi pendugaan kadar air biji kopi yang telah dibuat oleh Nelwan et al (2009). Model yang telah dikembangkan kemudian digunakan untuk menduga kualitas biji kopi robusta selama penyimpanan dalam gudang setelah terendam air akibat banjir. Dari simulasi ini dapat diduga kadar air dari biji kopi selama penyimpanan, sehingga dapat menduga perubahan kualitas biji kopi robusta akibat kenaikan kadar air.
B. TUJUAN Tujuan umum dari penelitian ini adalah menduga perubahan kualitas biji kopi robusta kering selama penyimpanan dalam gudang sebagai akibat dari perubahan kadar air karena biji kopi pada tumpukan bagian bawah tergenang air selama 4 jam akibat banjir. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengembangkan model pendugaan perubahan kadar air tumpukan biji kopi kering yang disimpan di dalam gudang. (2) Menduga perubahan kadar air biji kopi yang disimpan di dalam gudang. (3) Melakukan verifikasi perubahan kadar air dari model yang telah dikembangkan dengan uji coba penyimpanan kopi di dalam model bangunan penyimpanan. (4) Membuat hubungan kualitas biji kopi kering dengan kadar air selama penyimpanan.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. SIFAT FISIKO-KIMIA BIJI KOPI ROBUSTA Biji kopi berasal dari tanaman kopi yang bernama Perpugenus Coffea. Buah kopi muda memiliki warna hijau sedangkan buah kopi yang sudah masak memiliki warna merah dan sebagian warna kuning. Biji kopi pada umumnya terdapat satu pasang pada satu buah, namun terkadang ada yang masih mempunyai satu biji setiap buahnya. Biji kopi berbentuk bidang cembung pada punggungnya dan bidang datar pada perutnya (Ridwansyah, 2003). Menurut Siswoputranto (1993), buah kopi terdiri dari kulit buah (exocrap) berwarna hijau waktu masih muda dan berubah menjadi kuning terus menjadi merah, daging buah (mesocrap) yang berwarna putih serta memiliki rasa yang agak manis, kulit tanduk (endocarp) merupakan biji kopi yang keras, kulit ari yang membungkus biji kopi dan endosperma yang mengandung unsur, zat rasa, aroma kopi dan lain-lain kandungannya.
Gambar 1. Susunan buah kopi (Kirsten, 2007) Biji kopi memiliki kandungan kadar air yang berbeda selama proses pemanenan hingga penyimpanan. Pada saat dipanen kadar air kopi berkisar 50-70 % dalam bentuk buah matang, 35–50 % dalam bentuk buah kopi kering (hampir 4
kering), dan 16-30 % buah yang benar-benar kering (Kamau, 1998 dalam Palacios, 2007). Pada akhir proses pengeringan menghasilkan biji dengan kadar air harus berada pada atau di bawah 12 % (Illy, 1995 dalam Palacios, 2007). Biji kopi memiliki komposisi kimia yang berbeda tergantung pada metode pemprosesan yang diterapkan (Bytof et al.,2005 dan Knopp et al., 2006 dalam Selmar et al., 2008). Menurut Selmar et al (2008), biji kopi mengandung glukosa, fruktosa, karbohidrat dan asam amino bebas. Clarke dan Marcae (1987) dalam Ridwansyah (2003), menyebutkan komponen dari biji kopi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Biji kopi Arabika dan Robusta sebelum dan sesudah disangrai serta kopi bubuk instan (% bobot kering). Componen
Kopi
Roasted
Kopi
Roasted
Instant
(%)
Arabica
Arabica
Robusta
Robusta
Powder
Mineral
3.0-4.2
3.5-4.5
4.0-4.5
4.6-5.0
9.0-10
Cafein
0.9-1.2
1.0
1.6-2.4
2.0
4.5-5.1
Polysacarida
50-55
24-39
37-47
-
6.5
Lipids
12-18
14.5-20
9.0-13
11-16
1.5-1.6
Chlorogenic
5.5-8
1.2-2.3
7-10
3.9-4.6
5.2-7.4
Asam amino
2.0
0.0
2.0
0.0
0.0
11-13
13-15
11-13
13-15
16-21
-
16-17
16-17
15.02
-
Protein Humic acids
B. PENGOLAHAN BIJI KOPI Musim panen kopi di Indonesia tidak serempak di seluruh daerah. Menurut Siswoputranto (1993), musim panen dimulai dari derah Barat Indonesia yakni daerah Aceh, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tenggah, bersamaan dengan Jawa Timur dan Sulawesi dan terus ke Timur mulai Bulan April - Oktober pada setiap tahunnya. Biji kopi yang sudah siap diperdagangkan adalah berupa biji kopi kering
yang sudah terlepas dari daging buah, kulit tanduk dan kulit arinya, butiran biji kopi yang demikian ini disebut kopi beras (coffee beans) atau market coffee.
5
Berdasarkan cara pengolahannya, ada dua cara pengolahan kopi yaitu pengolahan kering dan pengolahan basah (Ridwansyah, 2003). Menurut Irwanto et al (1991), pengolalahan basah dapat dilakukan dengan cara fermentasi maupun tanpa fermentasi. Kopi yang dihasilkan biasanya sudah tidak mengandung lendir. Pengolahan kopi dengan cara ini biasanya dilakukan oleh perkebunan besar. Kopi yang dihasilkan dari pengolahan basah biasanya disebut kopi WIB (West lndische Bereiding) (Ridwansyah, 2003). Pengolahan kering biasanya dilakukan oleh petani kopi. Pengolahan kering biasanya dilakukan dengan cara menjemur biji kopi, dilanjutkan dengan pengupasan kullit dan pensortiran. Terkadang petani kopi menjual dalam bentuk buah kopi yang telah kering (kopi asalan). Kopi asalan ini selanjutnya dikupas dan dikeringkan lagi oleh pengumpul untuk meningkatkan nilai mutu dan daya simpan biji kopi (Irwanto et al., 1991). Pada akhir proses pengringan, biji kopi yang dihasilkan harus memiliki kadar air pada atau di bawah 12% untuk mencegah terjadinya proses fermentasi dan tumbuhnya jamur (Illy, 1995 dalam Palacios, 2007). Menurut Ridwansyah (2003), Perbedaan pokok dari pengolahan basah dan pengolahan kering adalah pada pengolahan kering pengupasan daging buah, kulit tanduk dan kulit ari dilakukan setelah kering (kopi gelondong), sedangkan cara basah pengupasan daging buah dilakukan sewaktu masih basah. Menurut Reh et al (2006), biji kopi memiliki perlakuan yang sangat berbeda pada kandungan kadar air yang tinggi dan rendah dengan sejumlah konsekuensi yang tidak diinginkan. Kesalahan dalam pengolahan dapat mengakibatkan tumbuhnya mikroba, pembentukan mikotoksin dan perubahan warna biji kopi. Biji kopi yang berwarna hitam dapat menimbulkan rasa asam yang berat yang berpengaruh terhadap selera (Clark and Macrae, 1987 dalam Franca et al., 2005).
C. MUTU BIJI KOPI Kriteria umum yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas biji kopi meliputi ukuran, warna, bentuk, proses penyangraian, pengolahan pasca panen, tanaman, rasa dan ada tidaknya cacat pada biji kopi (Bank et al., 1999 dalam
6
Franca et al., 2005). Cacat dan rasa merupakan kriteria yang paling penting dalam mengevaluasi mutu kopi. Tidak adanya biji yang cacat cukup relevan dalam meningkatkan mutu kopi, karena mereka dapat dikaitkan dengan berbagia masalah selama pra-panen dan proses pengolahan (Franca et al., 2005). Mutu dari kopi robusta dan arabika dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai cacat biji kopi dapat dilihat pada Tabel 3. Penjelasan istilah dari Tabel 3 dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 2. Syarat penggolongan mutu kopi robusta dan arabika Mutu
Persyaratan
Mutu 1
Jumlah nilai cacat maksimum 11*
Mutu 2
Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25
Mutu 3
Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44
Mutu 4a
Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60
Mutu 4b
Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80
Mutu 5
Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150
Mutu 6
Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225
berdasarkan SNI 01-2907-2008 CATATAN: Untuk kopi arabika mutu 4 tidak dibagi menjadi sub mutu 4a dan 4b. Penentuan besarnya nilai cacat dari setiap biji cacat dicantumkan dalam Tabel 3. *Untuk kopi peaberry dan polyembrio.
Perhitungan nilai cacat dilakukan dari contoh uji seberat 300 g. Jika satu biji kopi mempunyai lebih dari satu nilai cacat, maka penentuan nilai cacat tersebut didasarkan pada bobot nilai cacat terbesar. Dari biji kopi seberat 300 g, ditebar diatas kertas, kemudian dipilih dan dipisahkan biji cacat dan kotoran yang ada pada cuplikan. Tempatkan secara terpisah dalam kaca arloji atau cawan aluminium masing-masing dan hitung nilai cacatnya (SNI 01-2907-2008).
7
Tabel 3. Penentuan besarnya nilai cacat biji kopi berdasarkan SNI 01-2907-2008 NO
Jenis cacat
Nilai cacat
1
1 (satu) biji hitam
1 (satu)
2
1 (satu) biji hitam sebagian
½ (setengah)
3
1 (satu) biji hitam pecah
½ (setengah)
4
1 (satu) kopi gelondong
1 (satu)
5
1 (satu) biji coklat
¼ (seperempat)
6
1 (satu) kulit kopi ukuran besar
1 (satu)
7
1 (satu) kulit kopi ukuran sedang
½ (setengah)
8
1 (satu) kulit kopi ukuran kecil
1/5 (seperlima)
9
1 (satu) biji berkulit tanduk
½ (setengah)
10
1 (satu) kulit tanduk ukuran besar
½ (setengah)
11
1 (satu) kulit tanduk ukuran sedang
1/5 (seperlima)
12
1 (satu) kulit tanduk ukuran kecil
1/10 (sepersepuluh)
13
1 (satu) biji pecah
1/5 (seperlima)
14
1 (satu) biji muda
1/5 (seperlima)
15
1 (satu) biji berlubang satu
1/10 (sepersepuluh)
16
1 (satu) biji berlubang lebih dari satu
1/5 (seperlima)
17
1 (satu) biji bertutul-tutul
1/10 (sepersepuluh)
18
1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran besar
5 (lima)
19
1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran sedang
2 (dua)
20
1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran kecil
1 (satu)
Selain dilaksanakan uji mutu melalui defect system, juga harus diikuti dengan uji cita rasa (cup taste test). Menurut Yuhono dan Djaenudin (2008), cacat citarasa dapat meliputi : 1. Earthy : berbau tanah, paling banyak di jumpai pada kopi asalan dari petani. 2. Mouldy : berbau jamur akibat penanganan yang kurang baik , kandungan kadar air masih tinggi menyebabkan jamur masuk. 3. Fermented : berbau busuk, sebagai akibat jelek dari pengolahan secara basah yang tidak sempurna.
8
4. Musty : berbau lumut. Oleh karenanya kopi hasil panen dari kebun harus segera diolah. Terlambat sedikit pengolahan menyebabkan citarasa yang khas yang dikandung oleh kopi berupa aroma dan rasa akan hilang. Ini yang disebut sebagai cacat citarasa. Sebelum kopi dipergunakan sebagai bahan minuman, maka terlebih dahulu dilakukan proses roasting. Flavor kopi yang dihasilkan selama proses roasting tergantung dari jenis kopi hijau yang dipergunakan, cara pengolahan biji kopi, penyangraian, penggilingan, penyimpanan dan metoda penyeduhannya. Citarasa kopi akan ditentukan akhirnya oleh cara pengolahan di pabrik (Ridwansyah, 2003). Penyangraian biji kopi akan mengubah secara kimiawi kandungankandungan dalam biji kopi, disertai susut bobotnya, bertambah besarnya ukuran biji kopi dan perubahan warna bijinya. Biji kopi setelah disangrai akan mengalami perubahan kimia yang merupakan unsur cita rasa (Ridwansyah, 2003). Buah kopi dapat disimpan dalam bentuk buah kopi kering atau buah kopi parchment kering yang membutuhkan kondisi penyimpanan yang sama. Menurut Palacios (2004) dalam Palacios (2007), OA dapat diproduksi pada kopi setelah mengalami proses pengeringan dan penyimpanan pada kelembanban relatif lebih dari 87 %. Pada biji kopi dengan kadar air 11 % dan RH udara tidak lebih dari 74 % pertumbuhan jamur (Aspergilus niger, A. oucharaceous dan Rhizopus sp) akan minimal ( Ridwansyah, 2003). Aspergillus ochraceus sebagai jamur kontaminan dan penghasil ochratoxin A (OTA) memaikan peranan penting dalam menentukan kualitas biji kopi. Suhu dan aktivitas air (aw) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan dan produksi OTA A. ochraceus pada biji kopi. Maksimum pertumbuhan dari jamur penghasil OTA pada suhu 30 oC dengan aw antara 0.95 hingga 0.99 (Pardo et al., 2005).
D. PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Dalam pengertian umum kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat bahan yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuan. Dalam pengertian khusus kemasan adalah
9
wadah atau tempat yang digunakan untuk mengemas suatu komoditas dan telah dilengkapi dengan tulisan atau label yang menjelaskan tentang isi, kegunaan dan lain-lainnya. Pengermasan bertujuan untuk melindungi produk agar dapat sampai ke tanggan konsumen dalam keadaan baik dan aman dalam kondisinnya maupun mutu dari produk (Wiraatmadja et al., 1991) Friedman dan Kipness (1977) dalam Wiraatmadja et al (1991), menyatakan bahwa proses distribusi meliputi kegiatan pengemasan, penanganan, penggudangan, dan pengangkutan. Dalam proses pendistribusian kemasan dan produk yang dikemas akan mengalami resiko baik lingkungan, misalnya suhu dan kelembaban relatif (RH); resiko fisis, misalnya gesekan dan risiko lainnya seperti investasi mikroorganisme. Berbagai jenis bahan kemasan dapat digunakan untuk mengemas produk, diantaranya kertas, karton gelombang, kayu, plastik, serat goni dan sebagainya (Anonimous, 1980 dalam Wiraatmadja et al., 1991). Menurut Widjandi et al (1989), kemasan karung yang sering digunakan antara lain karung goni, kantong kertas, karung kain, karung plastik dan karung rajut/jala. Pada karung yang memiliki lubang ventilasi yang baik memungkinkan masuknya oksigen yang cukup dan menghindari kerusakan karena akumulasi karbondioksida. Karung goni memiliki banyak kelebihan yakni memiliki kekuatan yang luar biasa, sehingga mampu disusun tinggi dan tahan terhadap penanganan yang kasar, serta dapat digunakan kembali hingga beberapa kali (Justice dan Bass, 2002). Kopi dapat disimpan dalam bentuk buah kering atau biji bercangkang, tapi pada umumnya serta untuk keperluan ekspor, kopi disimpan dalam bentuk biji kopi (anonimous, 2005). Di Indonesia biji kopi yang sudah diklasifikasikan mutunya disimpan di dalam karung goni dan dijahit zigzag mulutnya dengan tali goni selanjutnya disimpan didalam gudang penyimpanan ( Ridwansyah, 2003). Disain dari gudang penyimpanan sangat berpengaruh dalam menjaga kualitas dari biji kopi. Gudang penyimpanan tidak baik terbuat dari besi karena besi tidak bisa melindungi perubahan suhu luar. Besi merupakan pembawa panghantar panas yang baik yang dapat mengakibatkan terjadinya kondensasi pada bagian dalam gudang. Jika hal tersebut terjadi maka dapat terjadi
10
peningkatan kadar air dari biji kopi. Batu-bata atau kayu lapis merupakan bahan yang baik untuk melindungi gudang dari perubahan suhu (Anonimous, 2005). Suhu udara berpengaruh terhadap laju penguapan bahan. Jika suhu udara di dalam gudang penyimpanan meningkat maka akan mengakibatkan laju penguapan bahan akan meningkat. Apabila sirkulasi udara tidak lancar maka akan menjenuhkan atmosfer pada permukaan produk, sehingga produk mudah menyerap uap air yang ada di udara yang mengakibatkan kadar air dari produk dapat meningkat. Kelembaban relatif (RH) udara berpengaruh terhadap perpindahan uap dari dalam bahan ke permukaan dan sebaliknya. Semakin tinggi RH maka akan semakin tinggi kemampuan produk dalam menyerap uap air di permukaan (Twishsri et al., 2006). Selama penyimpanan terjadi dua proses yaitu pindah massa air yang terjadi secara simultan hingga uap air di dalam gudang penyimpanan seimbang. Penguapan terjadi karena adanya perbedaan suhu antara bahan dengan suhu lingkungannya. Pindah massa terjadi karena adanya perbedaan tekanan uap air di dalam bahan yang lebih tinggi daripada tekanan uap di luar bahan menyebabkan massa uap air berpindah dari dalam bahan ke udara dan juga sebaliknya. Menurut Wirakartakusumah, Hermanianto dan Andarwulan (1989), dalam keadaan kesetimbangan (steady state) maka berlaku total enthalpi udara yang keluar sama dengan entalpi udara dalam air yang masuk. ma h* = ma h1 + mw hf*
(1)
h* = h1 + (mw/ma) hf*
(2)
Menurut hukum konservasi masa: mw = ma (H* - H1)
(3)
sehingga entalpi setelah menampung uap air menjadi: h* = h1 + (H*-H1) hf*
(4)
Nilai hf* kecil sehingga dapat diabaikan dan menjadi : h* - h1 = 0
(5)
Selama penyimpanan di dalam gudang, kopi yang disimpan pasti mengalami penurunan kualitas. Penurunan kualitas disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada biji kopi. Suatu bahan dapat dikatakan rusak bila terdapat penyimpangan yang melewati batas normal yang dapat diterima oleh panca indra
11
atau parameter lainnya yang biasa digunakan. Beberapa bahan dianggap rusak bila telah menunjukkan penyimpangan konsistensi serta tekstur dari keadaan yang normal. Bila dilihat dari penyebab kerusakan bahan hasil pertanian, maka kerusakan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu kerusakan mikrobiologis, mekanis, fisik, biologis dan kimia. Kerusakan mikrobiologis merupakan kerusakan akibat aktivitas mikroba yang apabila dikonsumsi dapat berbahaya bagi kesehatan. Kerusakan ini dapat menjalar ke bagian lain. Kerusakan mekanis merupakan kerusakan yang disebabkan karena adanya benturan-benturan mekanis baik dengan bahan itu sendiri maupun dengan bahan lain. Kerusakan ini juga dapat disebabkan pada saat pemanenan berlangsung. Kerusakan fisik merupakan kerusakan yang disebabkan karena perlakuan fisik seperti saat pengeringan. Kerusakan fisiologis dan biologis meliputi kerusakan yang disebabkan oleh reaksi-reaksi metabolisme dalam bahan atau enzim-enzim yang terdapat di dalamnya secara alamiah sehingga tejadi proses autolisis yang berakhir dengan kerusakan dan pembusukan. Kerusakan kimiawi dapat diakibatkan karena adanya reaksi enzimatis yang aktif (Winarno, 2001). Secara umum, kadar air antara 8,0-12.5 % merupakan kadar air yang dianggap aman dalam penyimpanan (Reh et al., 2006). Pengukuran kadar air dapat dilakukan dengan metode oven. Menurut Sivets and Desrosier (1979) dalam Lengkey (1995), pengukuran kadar air biji kopi dilakukan dengan cara mengambil kopi seberat 10 g dan ditempatkan pada wadah kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu 100-105oC. Setelah 24 jam dikeluarkan dari oven lalu dimasukkan kedalam desikator hingga suhu kamar dan ditimbang. Perhitungan kadar air dilakukan dengan rumus: KAo =
(6)
Penyimpanan kopi basah berpeluang menimbulkan serangan jamur dan kontaminasi mikotoksin (Ismayadi et al., 2005). Menurut Harahap (1992), berbeda dengan cendawan lapangan, cendawan gudang dapat tumbuh
dan
berkembang pada bahan-bahan dalam simpanan tanpa air bebas dan mempunyai tekanan osmotik tinggi. Cendawan gudang yang sering ditemukan di tempat
12
penyimpanan adalah spesies-spesies dari genus Aspergillus dan Pinicillium (Neergard,1977 dalam Harahap, 1992), serta beberapa spesies dari genus Mucorales (Hug, 1980 dalam Harahap, 1992). Cendawan pasca panen merupakan cendawan yang menyerang biji-bijian terutama selama penyimpanan. Sebagian dari cendawan pasca panen ini tumbuh pada substrat dengan tekanan osmotik tinggi dengan kelembaban relatif 65-90 %. Di negara yang beriklim tropis Aspergillus dan Eurotium merupakan cendawan yang sering dijumpai di tempat penyimpanan (Pitt and Hocking, 1997 dalam Yani, 2008). Selain itu cendawan gudang juga dapat menghasilkan mikotoksin yang sangat berbahaya apabila dikonsumsi oleh manusia. Kerusakan pada umumnya terjadi jika aktivitas air (water activity) lebih besar dari 0.7. Pada aw antara 0.650.7 deteriorasi berjalan lambat dan dapat diabaikan kalau jangka waktu penyimpanan hanya 3 bulan, terutama kalau suhunya rendah (Hug, 1980 dalam Harahap, 1992). Kerusakan yang ditimbulkan oleh cendawan gudang umumnya bersifat kualitatif daripada kuantitatif. Kerusakan kualitatif yang dapat diamati secara langsung dengan mudah antara lain adalah kontaminasi tingkat sedang, perubahan warna bahan, dan pada tingkat lanjut berupa adanya struktur cendawan pada komoditas yang diserang (Haines,1980 dalam Harahap, 1992). Pada kadar air biji antara 13.0 - 14.8 % hanya cendawan Aspergillus yang mampu tumbuh, sedangkan pada kadar air antara 14,8 - 16.0 % selain Aspergillus, Pinicillium juga mampu menyebabkan kerusakan (Blatchford et al., 1977 dalam Harahap, 1992). Menurut Ominski (1994) dalam Yani (2008), cendawan Aspergillus dan Penicillium dapat tumbuh pada kadar air berkisar 13-18 %. Makin tinggi kadar air komoditas makin rentan komoditas tersebut terhadap serangan cendawan. Cendawan dapat menghasilkan mikotoxin yang berbahaya bagi tubuh manusia. Menurut Yani (2008), sebanyak 17 spesies cendawan telah diisolasi dari biji kopi yang diperoleh dari petani, yaitu Aspergillus flavus, A. fumigatus, A. niger, A. ochraceus, A. restictus, A. wentii, Endomyces fibulger, Eurotium chevalieri, Fusarium acuminatum, F. oxysporum, F. semitectum, Lasiodiplodia
13
theobromae, Mucor javanicus, Penicillium citrinum, Rhizopus arrrhizus, R. oryzae dan Wallemia sebi. Aspergillus niger merupakan cendawan yang dominan. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa beberapa spesies Aspergillus dan Penicillium dapat memproduksi okratoksin (OA), toksin penyebab keracunan ginjal pada manusia maupun hewan, juga bersifat karsinogen (Yani, 2008). Hal ini sangat penting dalam perdagangan kopi di pasar internasional bahwa sebagian besar
negara
pngimpor
kopi
mensyaratkan
untuk
mengurangi
bahkan
menghilangkan kandungan dari OA yang berbahaya.
E. SIMULASI PENYIMPANAN BIJI KOPI Dalam arti luas, simulasi berarti duplikasi dari suatu sistem atau aktivitas tanpa pencapaian yang sebenarnya dari hakekat kenyataan itu sendiri (Morgenthaler, 1961 dalam Kusuma, 2007). Simulasi merupakan penyusunan model dari suatu sistem dan dilakukan percobaan pada model tersebut. Pada hakekatnya simulasi merupakan suatu operasi yang terdiri dari pembuatan model dan percobaan (modelling and experimentation). Model adalah suatu abstrak dari suatu keadaan yang sesungguhnya atau dengan kata lain merupakan penyederhanaan dari suatu sistem yang nyata untuk memungkinkan pengkhayalan tentang apa yang tersirat dalam suatu sistem (Kusuma, 2007). Faktor yang menentukan keamanan dalam penyimpanan biji-bijian antara lain kadar air biji, pindah massa, suhu, oksigen dan carbon dioksida, keadaan biji dan kadar air kesetimbangan (ASHRE, 1997). Simulasi penyimpanan biji kopi dapat dilakukan dengan membuat model matematis dari faktor-faktor yang mempengaruhi. Perubahan kadar air pada biji terjadi akibat adanya penyerapan uap air yang ada di udara oleh biji atau disebabkan karena terjadi penguapan pada biji. Sehingga kesetimbambangan kadar air pada biji dapat dirumuskan sebagai berikut (Nelwan et al.,1997):
m
dM dt
m v
(7)
14
Pindah massa (uap air) yang ada pada biji atau udara dipengaruhi oleh kesetimbangan massa (uap air) yang ada di udara. Banyaknya uap air yang ada di udara dapat dihitung dengan persamaan (ASHRE,1997): m = m Hud
(8)
Suhu pada ruang penyimpanan didalam gudang penyimpanan dapat dihitung dengan kesetimbangan panas yang terjadi pada ruang penyimpanan. Perpindahan panas yang terjadi didalam gudang penyimpanan dapat terjadi secara konduksi dan konveksi. Perpindahan panas secara konduksi dapat dirumuskan: q = m Cp (T1-T2)
(9)
Sedangkan pindah panas secara konveksi dari udara ke dinding dihitung dengan persamaan: q = U A (T1 – T2)
(10)
Pada perpindahan panas secara konveksi dari udara ke biji dihitung dengan persamaan: (11)
q = h A (T1-T2)
Menurut Nelwan et al (2009), dalam mengembangkan model memerlukan: Persamaan lapisan pengeringan, persamaan konstanta dari pengeringan biji, Sorption isotherm dan persamaan psychometric. Persamaan pengeringan lapisan tipis diturunkan secara semi teorotis dan empiris untuk menyederhanakan penyelesaian persamaan difusi dan pengeringan. Menurut Henderson dan Perrr (1976) dalam Prabowo (2009), proses difusi air selama laju pengeringan menurun seperti konduksi panas pada benda padat seperti persamaan berikut: M Me Mo Me
exp
kt
(12)
Persamaan konstanta dari pengeringan biji kopi yang digunakan merupakan fungsi dari suhu (Nelwan et al (2009):
k
1 5976 exp 15.432 3600 Tp + 273.16
(13)
sedangkan persamaan sorpstion isotherm dari biji kopi dapat menggunakan persamaan modified GAB, 1946 (Jayas dan Mazza,1993 dalam Thong et al., 2002):
15
1 100
Me
A*C * B * RH T 1 - B * RH
C* 1 - B * RH + B * RH T
(14)
Persamaan psychometric dapat digunakan untuk mencari nilai kelembapan relatif (RH). Nilai RH dapat dihitung dengan menggunakan persamaan kelembaban absolut (H) dan tekanan saturasi uap air (Pws) (ASHRE, 1997). (15) Dimana µ diperoleh dari persamaan:
H Hs
(16) tp
Hs
0.62198
H
0.62198
P
Pws Pws
(17)
P
Pw Pw
(18)
Tekanan saturasi dalam keadaan cair (liquid water) dengan kisaran suhu mulai 0 o C hingga 200 o C diketahui dengan menggunkan rumus (ASHRE,1997): ln(Pws*) = C1/T* + C2 + C3T* + C4T*2 + C5T*3 + C6 ln(T*) Dimana:
(19)
C1 = -5.800 220 6 E+03 C2 = 1.391 499 3 E+00 C3 = -4.864 023 9 E-02 C4 = 4.176 476 8 E-05 C5 = -1.445 209 3 E-08 C6 = 6.545 967 3 E+00
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilakukan di UPT F Technopark Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA), Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor. Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret - Mei 2009.
B. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kopi lampung jenis robusta grade 4b dengan kadar air 12–13 %. Sedangkan bahan tambahan yang digunakan adalah karung goni, seng gelombang, papan multiplek dan seng plat. Bahan tambahan ini nantinya akan digunakan untuk membuat model gudang penyimpanan kopi dan pengemasan kopi. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah thermo recorder mini wireless RTW-20S dan RTW-30S, Kamera digital dan komputer. Peralatan yang diperlukan untuk analisis diantaranya yaitu Oven Drying, timbangan analitik, cawan, dan desikator. Sedangkan peralatan yang digunakan untuk membuat model gudang penyimpanan dan kemasan kopi yaitu gergaji kayu, gunting seng, palu dan jarum jahit. Sebelum dilakukan penelitian ini perlu diadakan persiapan bahan. Bahan yang perlu disiapkan adalah kopi sebanyak 48 kg. Kopi tersebut dikemas kedalam karung goni dengan masing-masing kemasan berisi 300 g. Selanjutnya sebanyak 20 karung direndam ke dalam air selama 4 jam sebagai perumpamaan akibat banjir. Air yang digunakan adalah air irigasi sebagai pengganti air hujan.
C. MODEL PENYIMPANAN KOPI Dalam penelitian ini akan dikaji ada tidaknya kerusakan biji kopi yang disebabkan karena peningkatan kadar air pada saat penyimpanan. Dalam hal ini kerusakan yang disebabkan selain pengaruh kadar air biji kopi diabaikan. Perlakuan untuk penelitian ini dilakukan dengan cara meletakkan model gudang di dalam ruangan. Untuk menyederhanakan sistem, beberapa asumsi dibuat:
17
1. Kadar air awal bahan sebelum mengalami perlakuan perendaman air adalah sama. 2. Tumpukan biji kopi terbagi menjadi tiga bagian: bagian atas, tengah dan bawah. 3. Udara pada model gudang penyimpanan dibagi menjadi tiga yaitu bagian atas, tengah dan bawah. Asumsi ini mempertimbangkan dampak udara luar pada bagian atas karena ada fentilasi udara. 4. Persamaan lapisan (bagian) dengan faktor koreksi perubahan kadar air pada biji. Data yang diperoleh selanjutnya akan digunakan dalam pembutan simulasi dengan menggunakan vasilitas macro yang ada pada Microsoft Office Exel. Berdasarkan asumsi yang digunakan, dikembangkan subsistem model matematika yaitu: 1. Keseimbangan panas merata pada semua udara bagian bawah. Kesetimbangan panas pada model gudang berawal dari pindah panas secara konveksi, konduksi dan panas yang dihasilkan dari produk itu sendiri. Perpindahan konveksi dari udara kedinding, pindah panas secara konduksi udara antara bagian, dan pindah panas konveksi dari udara ke produk atau sebaliknya hingga keadaan setimbang. Kesetimbangan panas pada bagian bawah dapat dirumuskan menjadi: dTrb m c p ab Trtg Trb UA w Trb Tlingk hA pb Trb T pb dt 2. Keseimbangan panas merata pada semua udara bagian atas.
mc p
rb
(20)
Pada kesetimbangan panas bagian atas sama seperti kesetimbangan panas pada bagian bawah, namun ada pengaruh pindah panas konduksi dari udara lingkungan model gudang. Sehingga persamaannya adalah mc p
ra
dTra dt
m c p
lingk
Tlingk
Tra
m c p
ab
Trta
Trtg
UA
w
Tra
Tlingk
hA
pa
Tra
T pb
(21)
3. Kesetimbangan panas merata pada semua udara bagian tengah. Pada
kesetimbangan
panas
pada
bagian
tengah
sama
seperti
kesetimbangan panas bagian atas. Jika pada bagian atas terdapat pengaruh pindah
18
panas konduksi dari lingkungan, namun pada bagian tengah yang berpengaruh adalah pindah panas konduksi dari udara bagian bawah dan atas. mc p
ra
dTra dt
m c p
lingk
Trb
Trtg
m c p
ab
Tra
Trtg
UA
w
Tlink
Trtg
hA
ptg
Trtg
T ptg
(22)
4. Kesetimbangan panas biji kopi merata pada bagian bawah. Kesetimbangan panas biji kopi di dalam penyimpanan berasal dari pindah panas konduksi yang disebabkan karena perbedaan suhu biji kopi dengan suhu di sekitar biji kopi dan panas yang mengakibatkan penguapan. Sehingga kesetimbangan panas yang terjadi pada biji kopi bagian bawah adalah: dT pb
hA pb Trb T pb m vb h fg dt 5. Kesetimbangan panas biji kopi merata pada bagian atas. mc p
pb
(23)
Kesetimbangan panas biji kopi yang terjadi pada bagian atas sama dengan kesetimbangan panas biji kopi bagian bawah. Sehingga kesetimbangan panas yang terjadi pada biji kopi bagian atas adalah: mc p
dT pa pa
hA
dt
pa
Tra
T pa
m va h fg
(24)
6. Kesetimbangan panas biji kopi merata pada bagian tengah. Kesetimbangan panas biji kopi bagian tengah sama dengan kesetimbangan panas biji kopi pada bagian atas dan bawah. Sehingga kesetimbangan panas yang terjadi pada biji kopi bagian tengah adalah: mc p
dT ptg ptg
hA
dt
ptg
Tra
T ptg
m vtg h fg
(25)
7. Kesetimbangan kadar air biji kopi merata pada bagian bawah.
mdb
dM b dt
m vb
(26)
8. Kesetimbangan kadar air biji kopi merata pada bagian atas.
mda
dM a dt
m va
(27)
9. Kesetimbangan kadar air biji kopi merata pada bagian tengah. m dtg
dM tg dt
m vtg
(28)
19
10. Keseimbangan uap air merata pada semua udara bagian bawah. Kesetimbangan
uap
air
pada
bagian
bawah
dipengaruhi
oleh
kesetimbangan uap air yang ada pada udara sekitar biji kopi dengan laju penguapan yang terjadi pada biji. Sehingga kesetimbangan uap air pada bagian bawah dapat dihitung menggunakan persamaan : mr
dH rb dt
m ab H tg
m v b
H rb
(29)
11. Keseimbangan uap air merata pada semua udara bagian tengah. Kesetimbangan uap air pada lapisan tengah berasal dari uap air yang ada pada udara disekitar biji kopi bagian tengah dan bawah, uap air disekitar biji kopi bagian tengah dan atas, serta laju penguapan yang terjadi pada biji kopi bagian tengah. Sehingga kesetimbangan uap air pada bagian tengah dapat dihitung menggunakan persamaan: mr
dH rtg dt
m atg H r
H rtg
m atg H rb
H rtg
m v tg
(30)
12. Keseimbangan uap air merata pada semua udara bagian atas. Kesetimbangan uap air pada lapisan atas berasal dari uap air yang ada pada udara disekitar biji kopi bagian atas dan lingkungan, uap air disekitar biji kopi bagian tengah dan atas, serta laju penguapan yang terjadi pada biji kopi bagian atas. Sehingga kesetimbangan uap air pada bagian tengah dapat dihitung menggunakan persamaan: dH ra m aa H lingk H ra m aa H rtg H ra m va (31) dt Dalam penelitian ini digunakan metode Newton-Raphson untuk pencarian mr
akar dari persamaan. Dari semua metode yang ada, metode ini memiliki konvergensi yang paling cepat. Untuk mengetahui rumus metode NewtonRaphson dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan Geometri dan pendekatan menggunakan deret Taylor. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deret Taylor. Langkah yang digunakan yaitu menguraikan kedalam deret Taylor sehingga
di sekitar
20
Apabila diambil dua persaman 25.1 maka akan menjadi (32.2) Untuk mencari nilai akar dari persamaan maka nilai
, sehingga
persamaannya menjadi 0=
(32.3)
Atau
(32.4) Kriteria berhentinya iterasi metode Newton-Raphson adalah atau
, dimana
dan
adalah toleransi galat.
Model simulasi pendugaan kadar air ini merupakan pengembangan model simulasi yang telah dibuat oleh Nelwan et al (2009). Pengembangan ini berupa 1. Tampilan lebih menarik Tampilan dari program yang dikembangkan lebih menarik karena didisain dengan paduan warna sehingga lebih mudah untuk dimengerti. Data masukan dan hasil yang diharapkan berupa kadar air biji kopi ditampilkan dalam satu halaman sehingga lebih mudah untuk dimengerti. Selain itu hasil dari program simulasi pendugaan kadar air biji kopi berupa tabel dan grafik sehingga mudah dipahami dalam menggambarkan hasil simulasi. 2. Data masukan yang digunakan di dalam program lebih sederhana Inputan data yang lebih sederhana dari program simulasi karena menyederhanakan beberapa variabel seperti mengganti variabel dimensi karung berupa panjang, lebar dan tebal menjadi volume karung. Mengubah beberapa variabel yang ada pada data masukan menjadi inputan data pada coding program seperti variabel properti berupa kerapatan udara, panas jenis udara, panas jenis biji kopi, perubahan waktu dan entalphi produk. Hal ini disebabkan data-data tersebut merupakan nilai tetap yang tidak perlu diubah-ubah. Menghapus beberapa variabel seperti massa udara, massa kering produk, volume udara bebas pada gudang, laju aliran udara dan aliran massa udara dalam ruang karena variabelvariabel tersebut langsung dihitung di dalam coding.
21
3. Komposisi setiap bagian dijadikan sebagai variabel Dalam pembuatan simulasi ini menggunakan asumsi pembagian tumpukan karung menjadi tiga bagian yang setiap bagiannya terdiri dari beberapa lapisan. Dalam simulasi yang dikembangkan ini dapat diubah-ubah jumlah lapisan pada setiap bagiannya. Hal ini dapat memudahkan pengguna apabila dalam kenyataannya jumlah lapisan pada setiap bagiannya tidak sama dengan jumlah lapisan pada setiap bagian dari model. 4.
Tampilan data hasil perhitungan lebih lengkap Dalam simulasi program ini tampilan data hasil perhitungan lebih banyak
dari pada data hasil perhitungan program sebelumnya seperti penambahan hasil perhitungan dari suhu bola basah pada bagian tengah dan atas yang program sebelumnya hanya suhu bola basah pada bagian bawah saja. 5. Fungsi yang digunakan di dalam coding berbeda Sebagian besar fungsi yang ada pada coding sama, namun ada perbedaan rumus fungsi seperti pada fungsi penghitungan tekanan uap jenuh. Dalam program yang dikembangkan ini fungsi penghitungan tekanan uap jenuh berdasarkan pada ASHRAE Handbook 1997.
D. RANCANGAN MODEL BANGUNAN PENYIMPANAN Pembuatan model gudang disesuaikan dengan kapasitas karung yang dapat ditampung. Model gudang yang dibuat memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi adalah 60 cm x 40 cm x 100 (120) cm. Model gudang ini memiliki empat buah pintu, dua pintu ada pada bagian bawah dan dua pintu pada bagian atas. Pintu tersebut memiliki dimesi lebar dan tinggi 20 cm x 25 cm. Pintu ini berfungsi sebagai jalan masuknya karung kopi dan pengambilan sempel kopi. Pintu pada bagian atas terletak pada ketinggian 60 cm. Pada dinding-dinding gudang dilapisi dengan seng untuk menghindari penyerapan air pada dinding. Atap dari model gudang dibuat dengan menggunakan seng gelombang. Atap seng ditahan dengan menggunakan dinding gudang hingga membentuk segitiga sama kaki. Pada bagian atap terdapat ventilasi udara yang berasal dari celah seng gelombang. Ventilasi udara berfungsi sebagai sirkulasi udara baik dari
22
dalam maupun dari luar. Gambar model gudang dapat dilihat pada Gambar 2. Sedangkan dimensi dari denah dapat dlihat pada Lampiran 2.
Gambar 2. Model gudang penyimpanan
Model gudang yang dibuat selanjutnya diisi dengan karung goni yang telah terisi biji kopi. Penyusunan karung goni dapat dilihat pada Gambar 3.
23
Udara
Gambar 3. Model gudang dan tumpukan karung goni Keterangan: Bagian atas (lapisan 9-16) Bagian tengah (lapisan 3-8) Bagian bawah (lapisan 1-2) Sempel atas pengukuran kadar air (lapisan 16). Sempel tengah pengukuran kadar air (lapisan 5). Sempel bawah pengukuran kadar air (lapisan 2).
24
E. PROSEDUR PENELITIAN Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama yaitu pembuatan kemasan kopi yang akan disimpan di dalam model gudang penyimpanan dan pembuatan model gudang penyimpanan. Biji kopi yang digunakan sebanyak 48 kg. Biji kopi ini selanjutnya akan dikemas dengan mengunakan karung goni. Setiap kemasan berisi 300 g biji kopi. Karung goni yang digunakan memiliki ukuran 18 cm x 16 cm. Biji kopi harus diukur kadar airnya terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam karung untuk mengetahui kadar air awal dari biji kopi tersebut. Selanjutnya karung goni yang telah berisi biji kopi dijahit menggunkan benang kasur. Karung goni yang telah berisi kopi memiliki dimensi rata-rata 16 cm x 13 cm x 4 cm dengan jumlah 160 karung. Sebagian karung direndam didalam air selama 4 jam. Setelah itu ditiriskan dan disimpan di dalam gudang besama dengan sisa karung lainnya. Diagram alir dari proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
25
Mulai
Siapkan biji kopi
Ukur kadar air awal
Kemas di dalam karung (300gr)
Jahit karung
Rendam 20 karung, t = 4 jam
Simpan karung di dalam gudang
Ukur T, Rh, dan Kadar air
Selesai Gambar 4. Diagram alir proses pengemasan kopi dan penyimpanan di dalam model gudang Pembuatan model gudang disesuaikan dengan kapasitas karung yang dapat ditampung. Model gudang yang dibuat memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi adalah 60 cm x 40 cm x 100 (120) cm. Model gudang ini memiliki empat buah pintu, dua pintu ada pada bagian bawah dan dua pintu pada bagian atas. Pintu tersebut memiliki dimesi lebar 20 cm dan tinggi 25 cm. Pintu ini berfungsi sebagai jalan masuknya karung kopi dan pengambilan sempel kopi. Pintu pada bagian atas terletak pada ketinggian 60 cm. Pada dinding-dinding gudang dilapisi dengan seng untuk menghindari penyerapan air pada dinding.
26
Setelah kemasan biji kopi dan gudang penyimpanan siap, karung biji kopi selanjutnya ditumpuk di dalam gudang dengan model tumpukan lapisan pertama 8 karung (4 x 2), lampisan kedua 12 karung (4 x 3) dan selanjutnya berselang-seling hingga 16 lapisan (tumpukan). Pada tumpukan pertama dan kedua karung telah direndam dengan air irigasi selama 4 jam. Selanjutnya karung disimpan dalam gudang selama satu bulan untuk mengamati kerusakan yang terjadi akibat terjadinya peningkatan kadar air. Tahap yang kedua yaitu selama penyimpanan dilakukan pengamatan dan pengukuran parameter yang diinginkan pada produk. Tumpukan biji kopi dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian atas, tengah dan bawah. Masing-masing bagian mengalami pengukuran suhu dan kelembaban relatif sebanyak dua tempat dengan pengukuran yang dilakukan setiap jam 09.00, 13.00 dan 16.00 WIB. Pengukuran suhu gudang dilakukan pada bagian bawah terletak pada jarak 5 cm dari dasar gudang, pada bagian tengah terletak pada ketinggian 30 cm dari dasar, sedangkan pada bagian atas terletak pada ketinggian 100 cm dari dasar. Masing-masing bagian dua titik yang bersebrangan. Pengukuran kelembaban relatif gudang dilakukan pada bagian bawah terletak pada jarak 5 cm dari dasar, pada bagian tengah terletak pada ketinggian 25 cm dari dasar dan pada bagian atas teletak pada ketinggian 100 cm dari dasar. Masing-masing bagian diambil dua titik yang bersebrangan. Pengukuran suhu udara dan kelembaban relatif lingkungan diambil disekitar gudang dengan waktu pengukuran menyesuaikan waktu pengukuran suhu dan kelembaban relatif di dalam gudang. Pengukuran kadar air dilakukan pada bagian atas, tengah dan bawah. Masing-masing bagian sebanyak dua sampel yang diambil dari dua tempat yang bersebrangan. Pengambillan pengkukuran kadar air dilakukan setiap hari pada jam 14.00 WIB. Kopi sebanyak 10 gram ditempatkan pada wadah kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 100-105oC. Setelah 24 jam dikeluarkan dari oven lalu dimasukkan ke dalam desikator sampai mencapai suhu kamar, lalu ditimbang. Diagram alir dari pengukuran kadar air dapat dilihat pada Gambar 5.
27
Mulai
Ambil sampel biji kopi
Oven cawan, t = 1 jam
Masukkan cawan dalam desikator
Timbang cawan
Timbang cawan + biji kopi
Oven, T=105oC dan t= 24 jam
Masukkan ke dalam desikator
Timbang
Selesai Gambar 5. Diagram alir pengukuran kadar air Pengukuran kadar air awal dihitung dengan menggunakan persamaan 6.
28
Tahap yang ketiga yaitu pendugaan peningkatan kadar air dengan menggunakan program simulasi pendugaan kadar air dan membandingkannya dengan data yang diperoleh pada saat pengukuran. Input data dari program simulasi pendugaan kadar air tersebut adalah suhu udara baik lingkungan di luar model gudang dan lingkungan di dalam model gudang. Selain itu inputan data yang lain yaitu kadar air dari produk.
F. PENGUJIAN KETEPATAN HASIL Ketepatan hasil pengukuran kadar air dari percobaan dengan hasil simulasi digunakan modulus deviasi (P) dengan persamaan sebagai berikut
*
(33)
Menurut Lomauro et al (1985) dalam Irwanto et al (1991), jika nilai P kurang dari 5, maka pendugaan hasil yang didapatkan dari simulasi sangat tepat. Jika P memiliki nilai antara 5 hingga 10, maka hasil yang didapatkan dari simulasi agak tepat dan jika nilai P lebih besar dari 10, maka hasil pendugaan dari simulasi yang dilakukan tidak menggambarkan keadaan dari hasil pengukuran.
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENYIMPANAN KOPI Penyimpanan kopi dilakukan selama 36 hari. Penyimpanan ini digunakan sebagai verifikasi dari model program simulasi pendugaan kadar air biji kopi selama penyimpanan dalam waktu tertentu. Selama penyimpanan dilakukan pengukuran kadar air, suhu dan RH dari produk dan lingkungan sekitar produk dan lingkungan sekitar gudang. Model gudang dibuat dari bahan kayu multiplek yang dilapisi dengan seng plat untuk mencegah terjadinya perpindahan uap air dari bahan ke dinding gudang. Jumlah biji kopi yang digunakan sebanyak 48 kg yang dikemas ke dalam 160 karung. Pada setiap karung berisi 300 g. Karung tersebut disusun di dalam gudang hingga 16 lapis. Pada model penyimpanan ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian bawah, bagian tengah dan bagian atas. Pada bagian bawah terdiri dari lapisan 1 dan 2. Pada bagian tengah terdiri dari lapisan ke-3 hingga lapisan ke-7. Sedangkan bagian atas terdiri dari lapisan ke-8 hingga lapisan ke-16. Pada bagian bawah yaitu lapisan 1 dan 2 mengalami perendaman dengan air selama 4 jam sehingga terjadi peningkatan kadar air. Kadar air awal pada bagian bawah, bagian tengah dan bagian atas adalah 12.35 % (bb). Setelah mengalami perendaman selama 4 jam pada bagian bawah mengalami peningkatan kadar air menjadi 45.71 % (bb). Dari hasil pengukuran diperoleh data perubahan kadar air yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Gambar 6 menunjukkan grafik perubahan kadar air biji kopi setiap bagian selama penyimpanan.
30
Gambar 6. Perubahan kadar air biji kopi selama penyimpanan
Pada Gambar 6 terjadi perbedaan kandungan kadar air biji kopi setiap sempel pada bagian yang sama. Pada lapisan bawah satu (B1) dan bawah dua (B2) terjadi perbedaan kandungan kadar air yang nampak begitu jelas. Pada bagian tengah (T1 dan T2) dan bagian atas (A1 dan A2) juga terjadi hal yang sama. Perbedaan kadar air pada setiap sampel terjadi karena adanya penataan karung yang terlalu rapat pada bagian tertentu sehingga sirkulasi udara tidak lancar yang mengakibatkan terjadinya perbedaan kandungan air pada setiap sampel yang diambil. Gambar 6 kurang menunjukkan grafik yang baik sehingga perlu dilakukan Penyederhanaan untuk memperoleh grafik yang lebih baik. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 7. Data hasil penyederhanaan kadar air biji kopi selama penyimpanan dalam gudang dapat dilihat pada Lampiran 4.
31
Gambar 7. Perubahan kadar air biji kopi pada setiap bagian
Pada Gambar 7 dapat dilihat terjadi peningkatan kadar air bagian bawah, tengah dan atas pada awal penyimpanan. Peningkatan kadar air pada bagian bawah disebabkan karena penyerapan air oleh biji kopi dari karung goni. Sedangkan pada bagian tengah dan atas terjadi penyerapan uap air yang ada di udara sekitar akibat aktivitas penguapan dari biji kopi bagian bawah. Penyerapan air pada bagian bawah berlangsung hingga kandungan uap air yang ada pada biji kopi setimbang selanjutnya mengalami penurunan. Penyerapan uap air oleh biji kopi pada bagian tengah dan atas akan terus berlangsung hingga kandungan kadar air dari biji kopi bagian bawah, bagian tengah dan bagian atas akan mencapai kesetimbangan dengan kandungan air yang ada di udara sekitar. Selain itu pada bagian tengah dan atas juga mengalami penguapan akibat terjadinya perbedaan kandungan air bahan dengan udara. Setelah mencapai kesetimbangan maka terjadi penurunan kadar air dari bagian bawah, tengah dan atas hingga mencapai kadar air yang sama. Dari Gambar 7 total massa air yang diuapkan oleh biji kopi bagian bawah sebanyak 1.42 kg. Sedangkan total massa uap air yang diserap oleh biji kopi bagian atas dan tengah adalah 0.85 kg dan 0.98 kg. Terdapat selisih massa air yang diuapkan dan diserap oleh biji kopi bagian bawah, tengah dan atas sebesar 0,41 kg. Selisih massa air ini dapat diakibatkan oleh air yang diserap oleh bahan kemasan dan uap air dari udara luar.
32
B. PENDUGAAN KADAR AIR BIJI KOPI Pendugaan kadar air dari biji kopi dilakukan berdasarkan parameterparameter percobaan dalam sekala kecil. Pendugaan kadar air biji kopi dilakukan dengan membuat program simulasi pendugaan kadar air biji kopi selama penyimpanan. Program simulasi dibuat dengan mengunakan menggunakan fasilitas
macro yang ada pada Microsoft Office Exel. Program simulasi
pendugaan kadar air biji kopi ini merupakan pengembangan dari progam yang telah dibuat oleh Nelwan et al., 2009.
Simulasi Penyimpanan Biji Kopi Data Masukan Dimensi ruang
Karung Properti Massa Laju udara Lingkungan Jam simulasi R.Penyimpanan
Produk
Tumpukan
Panjang Lebar Tinggi Volume Tinggi tambahan Lebar jendela Volume Jumlah U A produk massa biji Kec angin Ta
0,6 0,4 1 0,2544 0,2 0,02 0,00078 160 0,014 12,2 48 0,01 29,79
Ha Lama simulasi Cetak setiap Suhu awal bagian atas Suhu awal bagian tengah Suhu awal bagian bawah
0,017 864 24 29,3 31,3 32,2
Kelembapan absolut atas
0,0261
Kelembapan absolut tengah
0,0294
Kelembapan absolut bawah Suhu awal bagian atas Suhu awal bagian tengah Suhu awal bagian bawah kadar air awal atas kadar air awal tengah kadar air awal bawah Total tumpukan Tumpukan atas Tumpunkan tengah Tumpukan bawah
0,0310 29,3 31,3 32,2 0,141 0,141 0,842 16 8 6 2
m m m 3 m m m 3 m karung 2o kW/m C 2 m Kg m/s o C kgair/kg udara kering
jam jam o C o C o C kgair/kg udara kering kgair/kg udara kering kgair/kg udara kering o
C C o C %bk %bk %bk karung karung karung karung o
Gambar 8. Tampilan data masukan simulasi
33
Pada Gambar 8 dapat dilihat masukan data yang dibutuhkan dalam simulasi tersebut. Parameter-parameter yang digunakan berasal dari model gudang penyimpanan yang telah dibuat. Parameter yang dibutuhkan adalah dimensi ruang (panjang, lebar, tinggi, volume, tinggi tambahan dan lebar jendela), karung (volume dan jumlah karung), properti (pindah panas overall dan luas permukaan produk), massa biji, kecepatan angin, lingkugan (suhu dan kelembapan absolut), jam simulasi (lama penyimpanan dan waktu cetak), ruang penyimpanan (suhu dan kelembapan absolut), produk (suhu dan kadar air), dan tumpukan karung (jumlah tumpukan, tumpukan atas, tumpukan tengah dan tumpukan bawah). Pada penelitian ini menggunakan konsep sirkulasi udara minimum untuk mengetahui kerusakan yang terjadi akibat penyimpanan basah dalam gudang tertutup. Nilai kecepatan angin didekati dengan cara perhitungan laju aliran massa. Hal ini disebabkan karena kecepatan angin yang terjadi sangat kecil sehingga tidak dapat diukur dengan anemometer yang ada. Setelah data masukan sudah diisi semua, selanjutnya klik “jalankan” maka prosses perhitungan akan berlasung. Proses ini berlangsung kurang lebih selama enam menit. Jika proses telah selesai maka akan ditampilkan data-data berupa tabel yang berisi waktu simulasi dan kadar air biji kopi setiap bagian. Selain itu data-data tersebut juga ditampilkan dalam bentuk grafik sehingga mudah untuk dimengerti. Hasil simulasi dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Gambar 9.
34
Gambar 9. Grafik hasil simulasi perubahan kadar air biji kopi
Tumpukan biji kopi pada bagian atas dan tengah memiliki kandungan kadar air awal yang sama yakni 12.35 % (bb). Sedangkan pada bagian bawah memiliki kadar air 45.71 % (bb). Pada Gambar 9 dapat dilihat terjadi penurunan kadar air pada bagian bawah. Penurunan kadar air ini disebabkan karena terjadi penguapan kadar air dari biji kopi bagian bawah yang disebabkan oleh meningkatnya laju respirasi. Sesuai dengan pendapat Kuswanto (2003), penyimpanan biji kopi dalam keadaan basah dapat menyebabkan heating yang menyebabkan laju respirasi menjadi besar. Peningkatan laju respirasi pada bagian bawah menyebabkan meningkatnya laju penguapan yang dapat meningkatkan kanduangan uap air di udara. Penyimpanan biji kopi dalam keadaan basah akan menyebabkan terjadinya kenaikan suhu yang mengaibatkan peningkatan laju respirasi yang menyebabkan proses perombakan cadangan makanan semakin besar (Kuswanto, 2003). Pada bagian tengah dan atas mengalami kenaikan secara perlahan yang disebabkan karena jumlah uap air di udara sekitar lebih tinggi daripada kandungan uap air biji kopi pada bagian tengah dan atas. Penurunan kadar air yang cepat pada bagian bawah disertai dengan kenaikan kadar air pada bagian tengah dan atas. Jika jumlah uap air yang keluar dari biji kopi pada bagian tengah dan atas lebih besar dari uap air yang keluar pada bagian bawah maka terjadi penurunan kadar air pada bagian tengah dan atas. Penurunan kadar air pada bagian bawah,
35
tengah dan atas akan berlangsung hingga kadar air pada ketiga bagian tersebut sama dan dalam keadaan setimbang dengan keadaan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Kuswanto (2003), bahwa benih (biji) memiliki sifat hygroskopis dan equilibrium seperti spon yang dapat menyimpan air yang diserap sampai seimbang dengan keadaan di sekitarnya. Namun pada penelitian ini tidak dilanjutkan hingga kondisi kadar air ketiga bagian tersebut sama. Hasil dari simulasi kemudian dibandingkan dengan data yang diperoleh dari pengukuran yang telah mengalami smoothing untuk mengetahui nilai modulus deviasi. Perbandingan hasil simulasi dengan data pengukuran pada bagian atas, tengah dan bawah dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Grafik kadar air setiap bagian hasil pengukuran dan simulasi
Pada Gambar 10 dapat dilihat perbedaan antara hasil simulasi dengan data pengukuran. Nilai modulus deviasi dari hasil simulasi dengan data pengukuran pada bagian atas, tengah dan bawah adalah 8.87; 5.25 dan 8.88. Dengan nilai modulus deviasi tersebut, menurut Lomauro et al (1985) dalam Irwanto et al (1991), hasil yang didapat dari simulasi tersebut agak tepat menggambarkan hasil pengukuran. Nilai modulus deviasi yang besar disebabkan karena dalam simulasi tersebut tidak memperhitungkan buka tutup pintu dari gudang. Buka tutup dari pintu mempengaruhi sirkulasi udara yang ada di dalam gudang karena gudang memiliki volume yang kecil. Selain itu pada pembuatan simulasi tidak
36
memperhitungkan kemampuan dari karung goni (kemasan kopi) dalam menyerap dan melepaskan air saat tergenang air. Massa biji kopi sebanyak 300 g dikemas di dalam karung goni dengan ketebalan yang sama dengan kemasan karung goni untuk 50 kg, dapat menimbulkan pengaruh yang besar terhadap jumlah uap air yang ada.
C. KERUSAKAN SELAMA PENYIMPANAN Kerusakan pada biji kopi selama penyimpanan dapat disebabkan karena aktivitas serangga, jamur dan lain-lain. Aktivitas jamur dalam penyimpanan biji kopi dipengaruhi ada tidaknya jamur pada awal penyimpanan juga dipengaruhi kadar air produk dan kelembaban relatif selama penyimpanan. Menurut Yani (2008), cendawan memerlukan kelembaban relatif 65-90 % untuk tumbuh. Selain itu kerusakan lainya dari dari biji kopi yaitu perubahan warna biji kopi yang mengakibatkan perubahan rasa dari biji kopi setelah mengalami penyangraian. Pada penelitian ini terjadi penurunan nilai mutu dari biji kopi yang disimpan selama 36 hari. Penurunan nilai mutu ini disebabkan karena terjadinya peningkatan kadar air dari biji kopi dan kelembaban relatif yang tinggi yang menyebabkan pertumbuhan jamur meningkat. Menurut Atmawinata (1994) dalam Yani (2008), melaporkan bahwa biji kopi yang disimpan pada kelembaban relatif 75 % tidak terserang oleh cendawan. Kadar air yang berkeseimbangan dengan kelembaban relatif 75 % pada suhu 32oC untuk kopi robusta dan arabika masingmasing adalah 12.63 % dan 12.54 %, sedangkan pada suhu 25 oC adalah 13.33 % dan 13.20%. .
37
Gambar 11. Grafik suhu udara dan kelembaban relatif dalam gudang
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Gambar 12. Pada Gambar 12 diketahui bahwa suhu ruang rata-rata model gudang penyimpanan antara pukul 08.00 - 16.00 adalah 30.9 oC. Sedangkan kelembaban relatif ruang rata-rata model gudang penyimpanan antara pukul 08.00 - 16.00 adalah 74.2 %. Dengan suhu dan kelembaban relatif tersebut maka kadar air biji kopi yang baik untuk disimpan di dalam gudang adalah 12.63 berdasarkan Atmawinata (1995) dalam Yani (2008). Namun pada kenyataannya nilai kadar air biji kopi yang disimpan di dalam model gudang lebih dari yang dianjurkan. Hal ini dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur pada biji kopi yang disimpan. Biji kopi dapat dikatakan telah rusak karena tidak memenuhi mutu umum dari biji kopi. Berdasarkan SNI 01-2907-2008 syarat mutu umum dari biji kopi adalah tidak ada serangga hidup, tidak berbau busuk, kadar air maksimal 12.5 % (bb) dan kadar kotoran kurang dari 5 % fraksi massa. Kerusakan biji kopi setelah disimpanan selama 36 hari dapat dilihat pada Tabel 4.
38
Tabel 4. Perubahan mutu dan kerusakan biji kopi pada setiap lapisan Lapisan Kadar air 1 32.63 2 26.52 3 21.39 4 18.78 5 17.33 6 16.45 7 16.36 8 17.29 9 15.77 10 15.83 11 15.58 12 15.45 13 15.21 14 15.06 15 15.26 16 16.04
Biji Nilai cacat rusak(%) Rusak 100 Rusak 100 Rusak 100 941.40 85.96 776.90 63.68 770.40 20.72 659.40 40.15 782.10 33.02 803.70 46.01 800.00 24.83 648.15 30.55 648.15 26.88 763.05 26.54 878.80 26.05 461.45 23.41 483.00 35.39
Berbau kapang Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau
Serangga hidup Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada Tidak ada Ada Ada Ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada Ada
Jika dilihat dari jumlah kadar air pada setiap lapisan susunan biji kopi dalam gudang lebih dari jumlah kadar air yang disyaratkan. Kadar air yang paling rendah pada setiap lapisan adalah 15,06 % (bb) yaitu pada lapisan ke-14. Berdasarkan ada tidaknya serangga hidup pada setiap lapisan dapat diketahui bahwa hampir semua lapisan terdapat serangga yang masih hidup. Sedangkan berdasarkan ada tidaknya biji berbau kapang yaitu biji kopi yang telah disimpan selama 36 hari terjadi perubahan bau dari yang masih berbau kopi segar menjadi berbau kapang. Biji kopi awal yang disimpan dalam gudang dapat dilihat pada Gambar 13. Secara umum Gambar 13 mewakili kondisi awal dari biji kopi sebelum mengalami penyimpanan. Biji kopi sebelum disimpan memiliki aroma khas kopi yang kering, kadar air awal 12.4 % (bb) dan memiliki warna yang bervariasi.
39
Gambar 12. Biji kopi sebelum mengalami perlakuan
Dalam penelitian ini lapisan biji kopi yang disimpan dalam model gudang dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian atas, tengah dan bawah. Pada bagian bawah terdiri dari 2 lapisan. Lapisan paling bawah direndam selama 4 jam sesuai dengan latar belakang penelitian ini. Sedangkan pada bagian tengah dan atas tidak direndam. Kadar air biji kopi pada bagian tengah dan atas masih tetap sama yaitu 12.4 % (bb), sedangkan pada bagian bawah mengalami peningkatan yaitu menjadi 45.7 % (bb). Keadaan biji kopi pada bagian bawah setelah mengalami perendaman dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 13. Biji kopi bagian bawah setelah direndam selama 4 jam Selama penyimpanan, biji kopi mengalami penurunan dan peningkatan kadar air yang ditunjukkan dari pengukuran kadar air setiap harinya. Penurunan kadar air terjadi pada lapisan pertama dan kedua. Sedangkan pada lapisan ke-3 hingga ke-16 kadar air biji kopi mengalami peningkatan. Kadar air biji kopi yang tinggi menyebabkan terjadinya perubahan warna sebagai akibat aktivitas enzim
40
dan mikroorganisme. Pada bagian bawah perubahan warna telah terjadi pada hari ke-2 yaitu pada kadar air 46.3 % (bb). Perubahan warna ini dapat dilihat pada Gambar 15. Sedangkan pada bagian atas dan tengah belum mengalami perubahan warna.
Gambar 14. Biji kopi bagian bawah hari ke-2
Perubahan warna pada bagian tengah terjadi pada hari ke-11. Perubahan warna pada bagian tengah dan bagian bawah dapat dilihat pada Gambar 16.
(a)Bagian tengah
(b) Bagian bawah
Gambar 15. Gambar bagian tengah dan bawah pada hari ke-11 Perubahan warna pada bagian tengah disebabkan karena aktivitas mikro organisme. Pada Gambar 15.a. dapat dilihat bahwa pertumbuhan jamur mulai terlihat. Hal ini mengakibaatkan terjadinya perubahan warna dan kerusakan pada biji kopi. Sedangkan pada bagian bawah, seperti yang terlihat pada Gambar 15.b. jamur telah tumbuh dengan subur. Kerusakan yang diakibatkan oleh timbulnya jamur pada bagian tengah terjadi pada kadar air biji kopi mencapai 17.6 % (bb). 41
Pada bagian atas hingga hari ke-36 belum terjadi perubahan warna namun telah terjadi kerusakan pada bagian atas yang disebabkan adanya serangga. Hal ini terbukti dengan adanya lubang pada biji kopi. Gambar pada bagian atas pada hari ke-36 dapat dilihat pada Gambar 16. Walaupun secara visual pertumbuhan jamur belum terlihat, namun apabila diuji bau untuk mengetahui ada tidaknya biji berbau kapang pada bagian atas sesuai dengan syarat umum SNI 01-2907-2008 dalam pemutuan biji kopi, sudah ada bau kapang. Foto-foto pengamatan biji kopi setiap hari dapat dilihat pada Lampiran 8.
Gambar 16. Gambar biji kopi bagian atas hari ke-36
42
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN 1. Pendugaan perubahan kadar air dilakukan dengan cara pembuatan program simulasi pendugaan kadar air menggunakan vasilitas macro dari Microsoft Office Exel. Program simulasi ini merupakan pengembangan dari program sebelumnya yang dibuat oleh Nelwan et al, 2009. Pada model gudang ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian bawah, tengah dan atas. Biji kopi disimpan didalam model gudang selama 36 hari. Masukan data program simulasi pendugaan kadar air biji kopi berdasarkan model gudang yang telah dibuat. 2. Selama penyimpanan di dalam model gudang terjadi perubahan kadar air. Perubahan kadar air tersebut dapat diduga dengan menggunakan program simulasi yang telah dibuat. Dari program simulasi pendugaan kadar air dapat diketahui bahwa kadar air dari biji kopi yang disimpan di dalam model gudang selama 36 hari pada lapisan bawah, tengah dan atas adalah 23.3 % (bb), 18.0 % (bb) dan 14.7 % (bb). 3. Hasil pendugaan kadar air dari program simulasi ini kemudian diverifikasi dengan hasil uji coba penyimpanan kopi di dalam model gudang penyimpanan yang telah dibuat. Verifikasi pendugaan kadar air dari program simulasi dengan uji coba berupa nilai modulus deviasi. Pada bagian atas, tengah dan bawah memiliki modulus deviasi 8.88; 5.25 dan 8.88. Dengan nilai modulus deviasi tersebut, program simulasi pendugaan kadar air ini agak tepat menggambarkan hasil pengukuran dari model gudang. 4. Dari model gudang diketahui terjadi kerusakan biji kopi yang disebabkan karena kenaikan kadar air. Pada bagian atas dan tengah yang memiliki kadar air awal 12.35 % (bb), kerusakan biji kopi terjadi pada hari ke-36 dan hari ke-11 dengan kadar air 15.9 % (bb), 17.6 % (bb). Pada bagian bawah yang memiliki kadar air awal 45.7 % (bb), kerusakan terjadi pada hari ke-2 dengan kadar air 46.3 % (bb). Kerusakan ini dapat terjadi karena
43
serangga dan aktivitas jamur akibat adanya peningkatan kadar air yang terjadi dalam waktu tertentu. Kerusakan secara menyeluruh pada bagian atas, tengah dan bawah terjadi pada hari ke-36. Kerusakan yang ditimbulkan tersebut tidak memenuhi syarat umum sesuai SNI 01-29072008.
B. SARAN 1. Perlu dilakukan pengembangan program dengan memperhitungkan faktor perubahan keadaan lingkungan berupa suhu, RH dan kelembaban absolut. Sedangkan pengembangan program dapat dilakukan dengan cara pengukuran parameter pada setiap lapisan. 2. Program simulasi pendugaan kadar air ini perlu dibandingkan dengan gudang penyimpanan biji kopi yang ada. 3. Pengujian jumlah jamur dan jenisnya perlu dilakukan untuk memastikan kerusakan yang terjadi aktibat aktivitas jamur.
44
DAFTAR PUSTAKA
Alagusundaram, K., K. Nalladurai and D. S. Jayas. 2003. Comparative Grain Storage in India and Canada. Agricultural Mechanization in Asia and Latin America. Vol. 34 No. 3. Anonimous. 2002. Post Harvest Processing Arabica Coffee. GIZ-PPP Project. www.venden.de/pdfs/Coffee%20dryingV6.pdf. 22 Juni 2009 ASHRAE. 1997. ASHRAE Handbook Fundamental. ASHRAE. Atlanta. Franca, A. S., L. S. Oliveira, J. C. F. Mendonca and X. A. Silva. 2005. Physical and Chemical Attributes of Defective Crude and Roasted Coffee Beans. Journal of Food Chemistry. 90 : 89-94. Harahab, I. S. 1992. Gas CO2 Konsentrasi Tinggi sebagai Alternatif Pengendalian Serangga Sitophilus Zeamais Motsch., Rhyzopertha Dominica Fab. dan Cendawan Gudang Aspergillus spp. dan Penicillium spp. pada Gabah dan Jagung di Tempat Penyimpanan. Laporan Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Irwanto, A. K., K. Abdullah, Y. A. Purwanto dan Elhami. 1991. Penggunaan Komputer untuk Menduga Laju Pengering Kopi dengan Menggunakan Sistem Kolektor Surya. Fakultas Teknnologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ismayadi. C., B. Sumartono, A. Marsh and R. Clarke. 2005. Pengaruh Penyimpanan Biji Kopi Arabika Mandheling Bercangkang sebelum Pengupasan Basah, terhadap Perkembangan Jamur, Kontaminasi Ochratoxin A, dan Mutu Seduhan. Pelita Perkebunan. 21 (2) : 131-146. Justice, O. L dan Bass, L. N. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Penerjemah Rennie Roesli. Rajawali Pers. Jakarta. Kirsten, V. B. 2007. Material Flow Nets and Green Coffee Processing in Costa Rica. Diploma Thesis University of Hamburg. Jerman. www.lcm2007.org/presentation/Wed_1.09-Bull.pdf. 30 Oktober 2009. Kusuma, B. I. S. 2007. Visualisasi Pengaturan Kelembaban Udara pada Media Ruang Tumbuh Jamur dengan Program Visual Basic 6.0. Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan dan Penyimpanan Benih. Kanisius. Yogyakarta. Lengkey, L. C. E. C. 1995. Pengeringan Kopi secara Parsial dengan Alat Pengering berputar di Tingkat Pedagang Pengepul. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 45
Nelwan, L. O., T. Bantacut, Y. A. Purwanto and A. Zaini . 2009. Quantification of Coffee Beans Degradation Following Flood. Palacios, H. A., H. C. Menezes, B.T. Iamanaka, F. Canepa, A.A. Teixeira, N. Carvalhaes, D. Santi, P. T. Z. Leme, K. Yotsuyanagi and M. H. Taniwaki. 2007. Effect of Temperature and Relative Humidity during Transportation on Green Coffee Bean Moisture Content and Ochratoxin A Production. Journal of Food Protection. 7(1) : 164-171. Pardo, E., S. Marin, A. J. Ramos, and V. Sanchis. 2005. Effect of Water Activity and Temperature on Mycelial Growth and Ochratoxin A Production by Isolates of Aspergillus Ochraceus on Irradiated Green Coffee Beans. Journal of Food Protection, 68 (1) : 133-138. Rahmadi, A. and G. H. Fleet. Miko-ekologi Jamur Penghasil Toksin dalam Produk Kakao Kering asal Kalimantan Timur, Sulawesi dan Irian Jaya.Jurnal-seminar-samarinda. faperta.unmul.ac.id/arahmadi/.../jurnalseminar-samarinda-2007. 8 Juni 2009 Reh. C. T., A. Gerber, J. Prodolliet and G. Vuataz. 2006. Water Content Determination in Green Coffee-Method Comparison to Study Specificity and Accuracy. Journal of Food Chemistry. 96 : 432-430. Ridwansyah. 2003. USU Digital Library 1 Pengolahan Kopi. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. library.usu.ac.id/download/fp/tekper-ridwansyah4.pdf. 25 April 2009 Selmar, D., G. Bytof, S. E. Knopp. 2008. The Storage of Green Coffee (Coffea arabica): Decrease of Viability and Changes of Potential Aroma Precursors. Annals of Botany 101: 31-38. Siswoputranto, P. S. 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanisius. Semarang. SNI 01-2907-2008 (SNI). Standar Nasional Indonesia. 2008. Biji Kopi (SNI 01Badan Standar Nasional. 2907-2008). websisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/unduh/7670. 25 April 2009 Thong, P. T., T. Azuma, T. Namori and T. Yasuda. 2002. Equilibrium Moisture Content of Coffee Bean. Science Report Faculty Agricultural Kobe University. 26 : 27-34. Twishsri, W., K. Chapman, A. Marsh, J. M. Frank, T. Kraitong, Y. Kasinkasaempong, S. Kosicharoenkul and P. Nopchinwong. 2006. Thailand Coffee Bag Linier Storage Trial. FAO-DOA Special R&D Report on the FAO-Thailand Robusta Coffee Project. Thailand. www.interagconsult.com. 14 April 2009 Widjandi, S., S. Wiraatmadja, Erliza, K. Setyowati, H. Siswanto dan A. Iskandar. 1989. Studi Kemasan Komoditi Buah-buahan, Sayur-sayuran dan Bunga-bungaan Segar yang Bernilai Ekonomis Tinggi dalam rangka
46
Meningkatkan Ekspor Non Migas. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Winarno, F.G. 2001. Hama dan Gudang dan Teknik Pemberantasanya. M-Biro Proses. Bogor. Wiraatmadja,S., A. Herindajanto dan L. Herlina. 1991. Standarisasi Kemasan Komoditas Hortikultur Ekonomi Tinggi dalam rangka Meningkatkan Efisiensi Penanganan Pasca Panen dan Ekspor Non Migas. Laporan Penelitian. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wirakartakusumah. M. A, D. Hermanianto dan N. Andarwulan. 1989. Prinsip Teknik Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yani, A. 2008. Infeksi Cendawan pada Biji Kopi selama Proses Pengolahan Primer (Studi Kasus di Propinsi Bengkulu). Jurnal Akta Agrosia Vol.11 No.1 hlm 87-95. Yanping, Y., G. Rongqi, S. Qingquan and L. Shengfu. 1999. Effects of Storage Temperature and Container Type on The Vigour of Welsh Onion Seeds with Low Moisture Content. Australian Journal of Experimental Agriculture. 39 : 1025-1028. Yuhono, J. T. dan Djaenudin, D. 2008. Penerapan Sistem Nilai Cacat (Defect System) Dan Citarasa Kopi: Upaya Peningkatan Mutu Kopi di Propinsi Lampung. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan. http://puslitsosekhut.web.id/publikasi.php?id=5. 10 September 2009. Zuhair. 2008. Metode Numerik. Universitas Mercu Buana. Jakarta.
47
LAMPIRAN
48
Lampiran 1. Keterangan dari Tabel 4. menurut SNI 01-2907-2008 Biji hitam Biji hitam Biji hitam pecah Kopi gelondong Biji coklat Kulit kopi (husk) ukuran besar Kulit kopi ukuran sedang Kulit kopi ukuran kecil Biji berkulit tanduk Kulit tanduk ukuran besar Kulit tanduk ukuran sedang Kulit tanduk ukuran kecil Biji pecah Biji muda Biji berlubang satu Biji berlubang lebih dari satu Biji bertutul-tutul ranting, tanah, atau batu berukuran besar ranting, tanah, atau batu berukuran sedang ranting, tanah, atau batu berukuran kecil Biji berbau kapang Biji berbau busuk
biji kopi yang setengah atau lebih dari bagian luarnya berwarna hitam baik yang mengkilap maupun keriput biji kopi yang kurang dari setengah bagian luarnya berwarna hitam, atau satu bintik hitam kebiru-biruan tetapi tidak berlubang atau ditemukan lubang dengan warna hitam yang lebih besar dari lubang tersebut biji kopi yang berwarna hitam tidak utuh, berukuran sama dengan atau kurang dari ¾ bagian biji utuh,atau biji hitam sebagian yang pecah buah kopi kering yang masih terbungkus dalam kulit majemuknya, baik dalam keadaan utuh maupun besarnya sama atau lebih dari ¾ bagian kulit majemuk yang utuh biji kopi yang setengah atau lebih bagian luarnya berwarna coklat, yang lebih tua dari populasinya, baik yang mengkilap maupun keriput. Biji coklat yang pecah dinilai sebagai biji pecah kulit majemuk (pericarp) dari kopi gelondong dengan atau tanpa kulit ari (silver skin) dan kulit tanduk (parchment) di dalamnya, yang berukuran lebih besar dari ¾ bagian kulit majemuk yang utuh kulit majemuk dari kopi gelondong dengan atau tanpa kulit ari dan kulit tanduk di dalamnya, yang berukuran ½ sampai dengan ¾ bagian kulit majemuk yang utuh kulit majemuk dari kopi gelondong dengan atau tanpa kulit ari dan kulit tanduk di dalamnya, yang berukuran kurang dari ½ bagian kulit majemuk yang utuh biji kopi yang masih terbungkus oleh kulit tanduk, yang membungkus biji tersebut dalam keadaan utuh maupun besarnya sama dengan atau lebih besar dari ¾ bagian kulit tanduk utuh kulit tanduk yang terlepas atau tidak terlepas dari biji kopi, yang berukuran lebih besar dari ¾ bagian kulit tanduk utuh kulit tanduk yang terlepas atau tidak terlepas dari biji kopi yang berukuran ½ sampai ¾ bagian kulit tanduk utuh kulit tanduk yang terlepas dari biji kopi yang berukuran kurang dari ½ bagian kulit tanduk yang utuh biji kopi yang tidak utuh yang besarnya sama atau kurang dari ¾ bagian biji yang utuh biji kopi yang kecil dan keriput pada seluruh bagian luarnya biji kopi yang berlubang satu akibat serangan serangga biji kopi yang berlubang lebih dari satu akibat serangan serangga biji kopi yang bertutul-tutul pada ½ (setengah) atau lebih bagian luarnya. Ketentuan ini hanya berlaku untuk kopi yang diolah dengan cara pengolahan basah ranting, tanah, atau batu berukuran panjang atau diameter lebih dari 10 mm ranting, tanah, atau batu berukuran panjang atau diameter 5 mm -10 mm ranting, tanah, atau batu berukuran panjang atau diameter kurang dari 5 mm bau yang ditimbulkan oleh kapang, atau berbau apek, sebagai akibat dari penyimpanan biji kopi berkadar air tinggi yang terlalu lama bau dari populasi kopi yang bukan khas bau kopi (fresh coffee), melainkan seperti kulit buah kopi atau selaput lendir (mucillage) yang membusuk
49
Lampiran 2. Gambar dimensi model gudang
50
Lampiran 3. Pengukuran perubahan kadar air
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Atas 1 12,36 12,25 13,50 14,51 18,03 16,48 17,01 17,38 16,82 17,51 16,91 16,95 16,75 16,68 15,92 16,43 16,35 16,26 16,30 14,91 16,07 15,79 16,07 16,44 16,06 16,22 16,10 16,42 16,52 15,82 16,02 15,62 15,67 15,60 15,31 15,47 16,22
Atas 2 12,36 12,25 13,50 14,51 15,62 15,26 15,95 16,18 16,87 16,96 17,66 17,07 17,00 16,83 16,75 16,77 16,57 16,84 16,27 17,01 16,20 16,43 16,46 16,60 16,38 16,34 16,28 16,51 16,82 15,91 16,34 15,83 15,92 15,90 15,47 15,56 16,15
Kadar air (% bb) Tengah 1 Tengah 2 Bawah 1 12,36 12,36 47,30 12,64 12,64 47,85 15,00 15,00 48,58 16,96 16,96 46,12 20,26 14,43 44,85 20,40 12,00 37,80 18,10 12,40 34,98 17,25 11,33 30,95 18,33 12,67 29,40 18,18 12,63 30,48 19,21 13,24 33,62 20,23 13,10 34,81 20,77 13,36 31,72 20,48 13,37 28,46 21,57 12,92 24,06 20,03 13,23 30,99 19,68 13,09 24,71 18,41 13,08 26,44 15,87 12,44 18,78 15,43 12,42 26,29 15,81 12,66 26,27 15,98 12,69 27,43 16,01 12,74 28,54 16,40 12,96 28,63 16,72 13,07 26,26 16,90 13,16 28,92 17,20 13,26 28,29 18,41 13,82 29,03 18,11 13,65 26,43 17,83 13,19 25,70 17,95 13,42 26,99 17,86 13,10 25,32 18,27 13,49 24,31 18,02 13,30 24,08 17,83 13,31 24,22 17,69 13,17 25,17 18,40 12,91 23,82
Bawah 2 44,12 47,85 48,58 46,12 43,15 37,89 33,21 33,85 28,94 29,99 28,11 29,65 28,45 28,23 25,80 23,28 23,70 25,33 19,47 24,89 26,28 25,86 22,48 22,91 20,90 21,20 21,40 20,29 19,58 16,94 17,93 23,16 17,00 16,39 16,25 15,70 17,28
51
Lampiran 4. Pengukuran kadar air hasil smoothing
Hari 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Kadar air (%bb) KA atas KA tengah 12,4 12,4 12,3 12,6 13,5 15,0 13,7 15,6 14,3 16,1 14,6 16,5 15,0 16,7 15,4 16,7 15,7 16,9 16,0 17,0 16,2 17,3 16,4 17,5 16,5 17,9 16,5 18,1 16,5 18,5 16,5 18,6 16,5 18,7 16,5 18,7 16,5 18,4 16,4 18,1 16,3 17,9 16,3 17,7 16,3 17,5 16,3 17,4 16,3 17,3 16,3 17,3 16,3 17,3 16,3 17,4 16,4 17,5 16,3 17,5 16,3 17,6 16,2 17,6 16,1 17,7 16,0 17,7 15,9 17,7 15,8 17,7 15,9 17,8
KA bawah 45,2 45,7 46,3 46,2 45,8 44,2 42,2 40,2 38,0 36,5 35,3 34,7 33,8 32,7 31,1 30,3 29,1 28,5 26,6 26,4 26,4 26,4 26,2 26,1 25,6 25,5 25,4 25,2 24,8 24,1 23,8 23,9 23,2 22,6 22,1 21,8 21,6
52
Lampiran 5. Hasil simulasi pendugaan kadar air
Hari 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Kadar air (%bb) KA KA atas tengah 12,35 12,35 12,66 12,93 12,93 13,46 13,17 13,94 13,40 14,37 13,60 14,77 13,78 15,13 13,95 15,47 14,10 15,78 14,23 16,06 14,35 16,32 14,46 16,55 14,56 16,77 14,64 16,97 14,72 17,15 14,79 17,31 14,84 17,46 14,89 17,59 14,93 17,71 14,97 17,82 14,99 17,91 15,01 17,99 15,03 18,06 15,03 18,11 15,04 18,16 15,03 18,19 15,03 18,21 15,01 18,23 15,00 18,23 14,97 18,23 14,95 18,22 14,92 18,19 14,89 18,16 14,85 18,13 14,81 18,08 14,77 18,03 14,72 17,97
KA bawah 45,71 44,89 44,09 43,30 42,53 41,77 41,02 40,27 39,54 38,82 38,11 37,40 36,71 36,02 35,35 34,68 34,02 33,37 32,74 32,11 31,49 30,88 30,29 29,70 29,13 28,57 28,02 27,49 26,97 26,46 25,96 25,48 25,01 24,55 24,11 23,68 23,26
53
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya
54
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
T1 30,8 32,5 34,3 35,3 35,8 35,0 33,1 32,6 33,1 31,3 32,4 30,2 31,1 31,2 30,5 30,4 30,1 30,2 30,7 31,4 30,6 30,7 31,1 31,5 31,5 30,1 30,1 30,6 30,0 30,8
T1 30,9 36,2 33,5 34,0 34,5 34,9 32,5 31,5 30,0 31,6 30,2 30,5 31,1 30,0 31,5 29,8 30,9 29,5 30,1 30,1 29,5 29,7 29,8 30,1 29,8 29,5 30,8 29,6 29,2 29,9
T2 29,2 33,5 32,4 35,5 34,8 34,7 32,7 31,8 30,6 30,6 30,0 31,2 31,2 30,7 30,2 30,4 30,4 29,6 29,8 30,6 30,1 30,0 29,7 30,3 29,9 29,8 30,1 29,7 29,3 30,2
T2 30,1 36,8 34,3 36,7 36,0 35,8 34,5 32,0 31,6 31,3 31,6 32,0 32,3 31,0 30,0 30,7 31,2 29,9 30,0 31,0 30,6 30,5 30,3 31,3 30,3 30,3 30,6 30,9 30,4 30,0
T3 27,9 29,0 29,5 30,0 29,7 29,6 29,1 27,7 27,6 27,7 28,0 28,9 29,6 28,8 28,8 28,9 28,8 28,1 28,7 29,0 28,6 28,6 28,5 29,2 28,6 28,8 29,3 29,0 28,3 29,0
T3 27,9 29,4 29,7 30,2 29,8 29,8 29,3 27,5 27,7 27,8 28,1 29,0 29,6 28,9 28,6 29,0 28,9 28,2 28,6 29,1 28,5 28,7 28,6 29,3 28,6 28,9 29,4 29,0 28,4 29,0
31,2 30,4 30,9 29,6 29,6
29,9 29,4 29,4 29,0 28,4
30,4 30,1 30,5 30,0 29,6
30,1 30,4 30,5 29,9 29,6
29,1 28,3 29,4 28,7 28,2
29,2 28,4 29,4 28,8 28,3
Jam 9.00 RH1 RH1 77,0 79,0 89,0 75,0 76,0 73,0 78,0 70,0 79,0 76,0 81,0 76,0 77,0 78,0 75,0 77,0 78,0 80,0 71,0 71,0 75,0 78,0 73,0 73,0 76,0 72,0 77,0 77,0 77,0 73,0 76,0 74,0 77,0 74,0 78,0 78,0 77,0 76,0 74,0 78,0 70,0 72,0 70,0 74,0 79,0 75,0 81,0 77,0 79,0 75,0 74,0 74,0 77,0 73,0 77,0 73,0 81,0 76,0 79,0 75,0 77,0 77,0 69,0 72,0 73,0
74,0 74,0 69,0 72,0 72,0
RH2 77,0 81,0 74,0 76,0 76,0 79,0 75,0 76,0 79,0 78,0 76,0 76,0 78,0 79,0 81,0 79,0 79,0 78,0 78,0 77,0 73,0 73,0 76,0 79,0 72,0 78,0 79,0 76,0 76,0 79,0
RH2 79,0 72,0 73,0 83,0 69,0 75,0 77,0 77,0 79,0 83,0 73,0 72,0 68,0 72,0 75,0 72,0 73,0 75,0 72,0 74,0 72,0 72,0 72,0 74,0 69,0 72,0 73,0 69,0 74,0 74,0
RH3 68,0 79,0 82,0 84,0 81,0 80,0 78,0 80,0 78,0 79,0 78,0 74,0 76,0 76,0 78,0 76,0 76,0 79,0 77,0 77,0 78,0 77,0 77,0 75,0 76,0 77,0 76,0 77,0 78,0 78,0
RH3 68,0 79,0 82,0 86,0 83,0 83,0 80,0 82,0 79,0 80,0 78,0 75,0 77,0 77,0 79,0 77,0 76,0 80,0 78,0 80,0 79,0 78,0 77,0 77,0 77,0 76,0 75,0 77,0 78,0 78,0
Tr 27,9 28,2 28,5 28,9 28,9 28,8 28,5 27,0 27,4 27,3 27,3 28,7 29,3 28,5 28,1 28,7 28,6 27,6 28,2 28,7 28,3 28,1 28,3 29,0 28,3 28,5 28,9 28,7 28,0 28,7
RHr 67,0 67,0 69,0 68,0 71,0 69,0 69,0 77,0 77,0 74,0 74,0 65,0 66,0 71,0 70,0 72,0 71,0 76,0 70,0 73,0 71,0 67,0 72,0 67,0 65,0 66,0 65,0 64,0 69,0 71,0
T1 30,9 34,4 33,9 34,7 35,2 35,0 32,8 32,1 31,6 31,5 31,3 30,4 31,1 30,6 31,0 30,1 30,5 29,9 30,4 30,8 30,1 30,2 30,5 30,8 30,7 29,8 30,5 30,1 29,6 30,4
T2 29,7 35,2 33,4 36,1 35,4 35,3 33,6 31,9 31,1 31,0 30,8 31,6 31,8 30,9 30,1 30,6 30,8 29,8 29,9 30,8 30,4 30,3 30,0 30,8 30,1 30,1 30,4 30,3 29,9 30,1
Rata-rata T3 RH1 27,9 78,0 29,2 82,0 29,6 74,5 30,1 74,0 29,8 77,5 29,7 78,5 29,2 77,5 27,6 76,0 27,7 79,0 27,8 71,0 28,1 76,5 29,0 73,0 29,6 74,0 28,9 77,0 28,7 75,0 29,0 75,0 28,9 75,5 28,2 78,0 28,7 76,5 29,1 76,0 28,6 71,0 28,7 72,0 28,6 77,0 29,3 79,0 28,6 77,0 28,9 74,0 29,4 75,0 29,0 75,0 28,4 78,5 29,0 77,0
77,0 76,0 66,0 72,0 74,0
73,0 74,0 69,0 71,0 72,0
77,0 78,0 74,0 76,0 75,0
77,0 78,0 74,0 74,0 76,0
28,9 28,0 29,2 28,7 28,1
71,0 73,0 64,0 65,0 70,0
30,5 29,9 30,1 29,3 29,0
30,2 30,2 30,5 29,9 29,6
29,1 28,3 29,4 28,7 28,2
75,5 75,5 69,0 72,0 72,5
RH2 78,0 76,5 73,5 79,5 72,5 77,0 76,0 76,5 79,0 80,5 74,5 74,0 73,0 75,5 78,0 75,5 76,0 76,5 75,0 75,5 72,5 72,5 74,0 76,5 70,5 75,0 76,0 72,5 75,0 76,5
RH3 68,0 79,0 82,0 85,0 82,0 81,5 79,0 81,0 78,5 79,5 78,0 74,5 76,5 76,5 78,5 76,5 76,0 79,5 77,5 78,5 78,5 77,5 77,0 76,0 76,5 76,5 75,5 77,0 78,0 78,0
75,0 75,0 67,5 71,5 73,0
77,0 78,0 74,0 75,0 75,5
54
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya
55
Tgl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
T1 33,5 34,3 36,9 37,3 36,6 39,8 34,7 34,2 33,7 32,6 32,4 32,6 32,1 31,6 31,6 31,7 31,9 31,7 31,9 32,2 31,7 31,7 31,8 32,6 31,8 31,9 32,5 31,7 31,0 32,0 31,9 32,0 31,4 31,2 30,7 30,4
T1 32,0 37,7 35,1 35,7 35,4 35,8 34,1 32,7 31,0 31,0 31,5 31,5 31,4 31,3 31,1 32,4 31,3 31,3 31,5 31,4 30,6 30,8 30,8 31,3 30,9 31,1 31,5 31,1 30,6 31,1 31,2 30,8 30,5 30,8 30,1 29,6
T2 30,4 34,9 34,3 36,1 36,0 35,4 34,1 31,7 31,7 30,8 31,4 31,7 31,6 31,5 31,2 31,3 31,0 30,7 30,9 31,3 30,8 30,8 30,5 31,1 30,9 30,8 31,1 31,0 30,4 31,1 31,1 30,9 30,6 30,8 30,3 29,9
T2 32,3 35,5 35,9 34,6 36,4 36,2 35,0 33,0 32,5 31,9 32,2 32,6 32,2 31,8 31,6 31,5 31,7 31,2 31,4 31,7 31,3 31,2 31,0 31,8 31,1 31,0 31,4 31,1 30,8 30,9 31,1 30,8 30,4 30,9 30,4 29,6
T3 29,9 31,3 31,3 32,0 31,2 31,5 30,8 29,6 29,1 29,4 30,0 30,8 30,7 30,6 30,6 31,2 30,2 30,7 30,7 31,0 30,2 30,7 30,5 30,7 30,1 30,6 31,1 30,8 30,2 31,0 31,2 30,4 30,3 31,0 30,2 30,4
T3 30,2 31,5 31,4 32,1 31,3 31,6 30,9 27,9 29,2 29,5 30,1 30,8 30,7 30,5 30,6 31,0 30,2 30,8 30,7 31,1 30,4 30,8 30,5 30,8 30,2 30,8 31,2 30,8 30,3 31,1 31,3 30,5 30,3 31,1 30,3 30,4
Jam13.00 RH1 RH1 88,0 82,0 86,0 87,0 75,0 84,0 77,0 75,0 77,0 75,0 75,0 78,0 79,0 75,0 80,0 75,0 77,0 79,0 83,0 74,0 82,0 76,0 81,0 72,0 74,0 72,0 86,0 76,0 77,0 75,0 76,0 70,0 81,0 77,0 83,0 76,0 82,0 75,0 77,0 76,0 76,0 76,0 77,0 73,0 84,0 75,0 89,0 76,0 80,0 71,0 79,0 70,0 82,0 71,0 74,0 70,0 76,0 71,0 78,0 72,0 76,0 69,0 78,0 72,0 84,0 73,0 72,0 68,0 77,0 71,0 76,0 70,0
RH2 82,0 85,0 73,0 76,0 75,0 78,0 79,0 82,0 78,0 83,0 84,0 85,0 76,0 83,0 80,0 75,0 76,0 82,0 81,0 79,0 77,0 75,0 86,0 86,0 79,0 78,0 76,0 77,0 77,0 78,0 76,0 76,0 79,0 71,0 76,0 77,0
RH2 70,0 74,0 84,0 69,0 68,0 74,0 74,0 75,0 77,0 75,0 72,0 71,0 70,0 71,0 70,0 68,0 73,0 74,0 72,0 73,0 74,0 70,0 72,0 71,0 71,0 70,0 71,0 69,0 70,0 71,0 69,0 70,0 70,0 67,0 69,0 69,0
RH3 61,0 72,0 75,0 80,0 75,0 75,0 71,0 73,0 77,0 70,0 70,0 64,0 70,0 70,0 69,0 70,0 72,0 69,0 68,0 68,0 70,0 66,0 70,0 71,0 70,0 68,0 68,0 69,0 72,0 70,0 70,0 72,0 68,0 68,0 69,0 68,0
RH3 62,0 76,0 77,0 81,0 77,0 77,0 71,0 74,0 77,0 72,0 70,0 65,0 72,0 72,0 71,0 70,0 72,0 70,0 70,0 67,0 70,0 68,0 70,0 71,0 70,0 67,0 67,0 69,0 71,0 69,0 69,0 72,0 70,0 68,0 69,0 68,0
Tr 30,1 31,2 30,6 31,2 30,6 31,1 30,4 29,3 28,8 29,3 29,9 30,6 30,5 30,4 30,2 30,9 29,9 30,2 30,3 30,3 29,6 30,2 30,2 30,7 29,7 30,6 30,9 30,7 30,0 30,6 31,2 30,2 30,0 30,4 30,0 29,1
RHr 59,0 61,0 55,0 59,0 60,0 65,0 65,0 69,0 77,0 66,0 67,0 53,0 62,0 57,0 63,0 59,0 61,0 69,0 62,0 62,0 62,0 58,0 65,0 63,0 62,0 55,0 59,0 58,0 67,0 62,0 60,0 66,0 63,0 60,0 58,0 64,0
T1 32,8 36,0 36,0 36,5 36,0 37,8 34,4 33,5 32,4 31,8 32,0 32,1 31,8 31,5 31,4 32,1 31,6 31,5 31,7 31,8 31,2 31,3 31,3 32,0 31,4 31,5 32,0 31,4 30,8 31,6 31,6 31,4 31,0 31,0 30,4 30,0
T2 31,4 35,2 35,1 35,4 36,2 35,8 34,6 32,4 32,1 31,4 31,8 32,2 31,9 31,7 31,4 31,4 31,4 31,0 31,2 31,5 31,1 31,0 30,8 31,5 31,0 30,9 31,3 31,1 30,6 31,0 31,1 30,9 30,5 30,9 30,4 29,8
Rata-rata T3 RH1 30,1 85,0 31,4 86,5 31,4 79,5 32,1 76,0 31,3 76,0 31,6 76,5 30,9 77,0 28,8 77,5 29,2 78,0 29,5 78,5 30,1 79,0 30,8 76,5 30,7 73,0 30,6 81,0 30,6 76,0 31,1 73,0 30,2 79,0 30,8 79,5 30,7 78,5 31,1 76,5 30,3 76,0 30,8 75,0 30,5 79,5 30,8 82,5 30,2 75,5 30,7 74,5 31,2 76,5 30,8 72,0 30,3 73,5 31,1 75,0 31,3 72,5 30,5 75,0 30,3 78,5 31,1 70,0 30,3 74,0 30,4 73,0
RH2 76,0 79,5 78,5 72,5 71,5 76,0 76,5 78,5 77,5 79,0 78,0 78,0 73,0 77,0 75,0 71,5 74,5 78,0 76,5 76,0 75,5 72,5 79,0 78,5 75,0 74,0 73,5 73,0 73,5 74,5 72,5 73,0 74,5 69,0 72,5 73,0
RH3 61,5 74,0 76,0 80,5 76,0 76,0 71,0 73,5 77,0 71,0 70,0 64,5 71,0 71,0 70,0 70,0 72,0 69,5 69,0 67,5 70,0 67,0 70,0 71,0 70,0 67,5 67,5 69,0 71,5 69,5 69,5 72,0 69,0 68,0 69,0 68,0
55
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya
56
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
T1 33,4 36,0 37,1 36,3 36,7 38,9 35,2 31,7 31,9 32,5 33,2 33,2 32,6 32,2 32,5 31,1 31,2 31,6 32,7 31,3 32,3 32,1 32,6 33,1 31,8 32,4 32,2 31,6 31,8 32,5 32,3 32,3 31,5 30,2 30,8 31,3
T1 32,5 34,3 35,8 36,0 35,8 35,5 32,2 32,2 31,2 31,9 32,4 32,0 31,2 31,8 31,8 32,1 31,0 31,4 31,9 30,6 31,5 30,7 31,5 31,7 31,6 31,8 30,7 30,8 31,0 31,7 31,1 31,1 32,4 29,9 29,9 29,9
T2 31,6 34,1 33,8 36,3 34,7 36,1 32,2 32,0 31,0 31,5 31,6 32,2 31,0 31,7 31,8 31,2 30,9 30,9 31,3 31,2 31,2 30,4 30,8 31,4 31,2 31,2 31,2 30,4 30,7 31,3 31,2 31,3 30,8 30,8 30,4 30,3
T2 34,1 36,3 37,3 38,7 36,2 36,8 33,3 33,4 32,5 31,9 33,1 33,1 30,7 32,3 31,9 31,8 31,0 31,1 31,8 31,4 31,7 30,5 31,4 31,9 31,4 31,5 31,4 30,8 30,8 31,5 31,1 31,4 30,6 30,7 30,3 30,4
T3 30,0 31,2 31,8 31,7 31,5 31,4 28,9 29,1 28,3 30,0 30,2 30,7 29,8 30,4 30,7 29,5 29,1 30,0 31,1 29,7 30,1 29,5 30,7 30,5 30,2 30,7 30,1 29,5 30,3 31,4 30,7 30,6 30,2 29,6 29,6 30,6
T3 29,7 31,3 31,6 31,9 31,5 31,4 29,0 29,2 28,5 30,2 30,2 30,8 29,8 30,4 30,8 29,7 29,3 30,0 31,1 29,7 30,2 29,5 30,8 30,6 30,2 30,7 30,1 29,5 30,3 31,4 30,7 30,6 30,3 29,6 29,5 30,5
jam 16.00 RH1 RH1 88,0 76,0 89,0 79,0 79,0 78,0 85,0 74,0 77,0 76,0 76,0 75,0 77,0 76,0 77,0 73,0 78,0 81,0 83,0 79,0 78,0 78,0 78,0 76,0 72,0 64,0 78,0 77,0 83,0 76,0 79,0 73,0 77,0 74,0 77,0 73,0 76,0 74,0 67,0 69,0 88,0 75,0 74,0 74,0 84,0 79,0 82,0 76,0 83,0 72,0 74,0 72,0 76,0 74,0 79,0 73,0 77,0 73,0 79,0 75,0 73,0 72,0 73,0 70,0 78,0 69,0 63,0 62,0 65,0 67,0 77,0 72,0
RH2 79,0 75,0 76,0 74,0 76,0 76,0 77,0 78,0 77,0 83,0 79,0 81,0 71,0 75,0 83,0 77,0 77,0 71,0 77,0 67,0 81,0 72,0 83,0 70,0 82,0 76,0 70,0 72,0 77,0 76,0 71,0 73,0 78,0 61,0 64,0 76,0
RH2 73,0 72,0 74,0 69,0 75,0 74,0 73,0 74,0 75,0 72,0 77,0 75,0 63,0 71,0 73,0 69,0 72,0 72,0 71,0 68,0 73,0 73,0 73,0 73,0 72,0 69,0 72,0 69,0 71,0 72,0 69,0 70,0 69,0 59,0 64,0 68,0
RH3 70,0 78,0 81,0 81,0 81,0 75,0 78,0 77,0 79,0 82,0 70,0 68,0 74,0 72,0 72,0 77,0 77,0 77,0 72,0 76,0 72,0 76,0 71,0 71,0 69,0 70,0 74,0 77,0 72,0 70,0 74,0 70,0 71,0 73,0 75,0 69,0
RH3 67,0 79,0 82,0 82,0 81,0 76,0 81,0 78,0 80,0 79,0 70,0 69,0 74,0 72,0 72,0 77,0 79,0 77,0 72,0 77,0 72,0 76,0 71,0 71,0 70,0 70,0 75,0 75,0 72,0 70,0 74,0 69,0 71,0 73,0 75,0 69,0
Tr 29,7 30,5 30,7 30,7 30,6 30,8 28,0 28,7 28,0 29,8 30,0 30,6 29,5 30,1 30,4 28,5 28,8 29,4 30,7 29,1 29,8 29,2 30,5 30,3 29,9 30,4 29,8 28,8 30,1 31,1 30,5 30,3 29,9 29,5 29,3 30,7
RHr 66,0 65,0 65,0 65,0 63,0 63,0 68,0 71,0 78,0 63,0 64,0 61,0 54,0 65,0 59,0 74,0 73,0 74,0 66,0 64,0 61,0 66,0 61,0 63,0 61,0 58,0 62,0 67,0 67,0 64,0 64,0 54,0 50,0 51,0 58,0 61,0
T1 33,0 35,2 36,5 36,2 36,3 37,2 33,7 32,0 31,6 32,2 32,8 32,6 31,9 32,0 32,2 31,6 31,1 31,5 32,3 31,0 31,9 31,4 32,1 32,4 31,7 32,1 31,5 31,2 31,4 32,1 31,7 31,7 32,0 30,1 30,4 30,6
T2 32,9 35,2 35,6 37,5 35,5 36,5 32,8 32,7 31,8 31,7 32,4 32,7 30,9 32,0 31,9 31,5 31,0 31,0 31,6 31,3 31,5 30,5 31,1 31,7 31,3 31,4 31,3 30,6 30,8 31,4 31,2 31,4 30,7 30,8 30,4 30,4
Rata-rata T3 RH1 29,9 82,0 31,3 84,0 31,7 78,5 31,8 79,5 31,5 76,5 31,4 75,5 29,0 76,5 29,2 75,0 28,4 79,5 30,1 81,0 30,2 78,0 30,8 77,0 29,8 68,0 30,4 77,5 30,8 79,5 29,6 76,0 29,2 75,5 30,0 75,0 31,1 75,0 29,7 68,0 30,2 81,5 29,5 74,0 30,8 81,5 30,6 79,0 30,2 77,5 30,7 73,0 30,1 75,0 29,5 76,0 30,3 75,0 31,4 77,0 30,7 72,5 30,6 71,5 30,3 73,5 29,6 62,5 29,6 66,0 30,6 74,5
RH2 76,0 73,5 75,0 71,5 75,5 75,0 75,0 76,0 76,0 77,5 78,0 78,0 67,0 73,0 78,0 73,0 74,5 71,5 74,0 67,5 77,0 72,5 78,0 71,5 77,0 72,5 71,0 70,5 74,0 74,0 70,0 71,5 73,5 60,0 64,0 72,0
RH3 68,5 78,5 81,5 81,5 81,0 75,5 79,5 77,5 79,5 80,5 70,0 68,5 74,0 72,0 72,0 77,0 78,0 77,0 72,0 76,5 72,0 76,0 71,0 71,0 69,5 70,0 74,5 76,0 72,0 70,0 74,0 69,5 71,0 73,0 75,0 69,0
56
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya Lampiran 7. Coding program simulasi pendugaan kadar air biji kopi ' PROGRAM SIMULASI PENDUGAAN KADAR AIR BIJI DI DALAM GUDANG ' DIMODIFIKASI OLEH ZAINI 2009 ' DEPARTMEN TEKNIK PERTANIAN Dim T, rh, Tlingk(100), TISD(100), Twblingk(100), TISDwb(100) Dim RHISD(100), RHLingk(100), MeISD(100), MeLingk(100), MeISDbb(100), MeLingkbb(100) Dim Humidity(100), Ent(100), tdew(100), VolSpe(100) Dim x, y, lipat, kk Global IndeksLabel Global IndeksLabel2 Global dtt, mr, Cpr, Ur, Ar, Tling, mdot, hp, Ap Global Tr1, xx1, TpAt1, TpBw1, Hr1, MkadAt1, MkadBw1, Trb1, Hrb1 Const Patm = 101325 Const A1 = 19.5322: Const B1 = 13.6626: Const C1 = 1.17678: Const D1 = -0.189693: Const e1 = 0.087453: Const ff1 = -0.0174053 Const g1 = 0.00214768: Const h1 = -0.000138 Const i1 = 0.0000038 Const Aa1 = 2502.535259 Dim A5, B5, C5, E5, E6, Ax, Axx, zx, N4, M4, A4, B4, Bx, Cx, Dx, Ex, Fx, F1x, F2x, F3x, Gx, Hx, H11x, H12x, H13x, Ix, Jx Dim Kx, Lx, Mx, M1x, M2x, M3x, Nx, Ox, O1x, O2x, O3x, Px, Qx, Rx, Sx, Tx, T1x, T2x, T3x, Ux, Vx, V1x, V2x, V3x Dim zxx, N4x, M4x, A4x, B4x, Bxx, Cxx, Dxx, Exx, Fxx, F1xx, F2xx, F3xx, Gxx, Hxx, H11xx, H12xx, H13xx, Ixx, Jxx Dim Kxx, Lxx, Mxx, M1xx, M2xx, M3xx, Nxx, Oxx, O1xx, O2xx, O3xx, Pxx, Qxx, Rxx, Sxx, Txx, T1xx, T2xx, T3xx, Uxx, Vxx, V1xx, V2xx, V3xx Dim zx1, zx2, zx1x, zx2x, HW2, HW1, HW11, RHz Const Aa2 = 2.38576424 Dim Tws As Double Dim Tw As Double Dim Cws1, Cws2, Cws3, Cws4, Cws5, Cws6, Pwss, Pws, Pww, Pw, uw, RHuw Dim tum, tumA, tumB, tumT Dim MkadAtx, voludbs, volkrg, Ljdl, vanginPj, Lb, Tg, Tgt, Krg Sub Umum() '(xx, yy, yy1, zz, zz1, zzz) ' DIMENSI Pj = Sheet1.Cells(5, 3) 'panjang Lb = Sheet1.Cells(6, 3) 'lebar Tg = Sheet1.Cells(7, 3) 'tinggi Tgt = Sheet1.Cells(9, 3) 'tinggi tambahan Ljdl = Sheet1.Cells(10, 3) 'lebar jendela vangin = Sheet1.Cells(16, 3) 'kecepatan angin Vlme = Pj * Lb * Tg + (0.5 * Lb * Tdt * Lb) 'volume Ar = (2 * Pj * Lb) + (2 * Pj * Tg) + (2 * Lb * Tg) + (2 * Tgt * 0.5 * Lb) 'luas dinding 'UDARA voludbs = Vlme - (Krg * volkrg) 'volume udara bebas gudang mr = voludbs * 1 'masa udara total dalam ruang mdot = Pj * vangin * Ljdl * 2 ' laju aliran udara mdotrg = mdot * 1.128668 'aliran masa udara Krg = Sheet1.Cells(12, 3) 'jumlah karung volkrg = Sheet1.Cells(11, 3) 'volume karung tum = Sheet1.Cells(33, 3) tumA = Sheet1.Cells(34, 3) tumT = Sheet1.Cells(35, 3) tumB = Sheet1.Cells(36, 3) MkadAt = Sheet1.Cells(30, 3) 'kadar air awal atas MkadAtx = Sheet1.Cells(49, 3)
57
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya Sheet4.Cells(4, 16) = MkadAt 'zz MkadBw = Sheet1.Cells(32, 3) 'kadar air awal bawah Sheet4.Cells(4, 17) = MkadBw 'zz1 MkadTg = Sheet1.Cells(31, 3) 'kadar air awal tengah Sheet4.Cells(4, 18) = MkadTg 'zz1 Sheet1.Cells(5, 6) = MkadAt * 100 Sheet1.Cells(5, 7) = MkadTg * 100 Sheet1.Cells(5, 8) = MkadBw * 100 N = Sheet1.Cells(19, 3) * 3600 '360000'waktu simulasi lipat = Sheet1.Cells(20, 3) * 3600 'Pengulangan penampilan dtt = 1 'Sheet1.Cells(19, 3) 'waktu dt mp = Sheet1.Cells(15, 3) 'massa biji mpAt = mp * (1 - MkadAtx) * (tumA / tum) '* (1 - 0.14) * 0.9'masa kering produk atas mpBw = mp * (1 - MkadAtx) * (tumB / tum) '* (1 - 0.14) * 0.1'masa kering produk bawah mpTg = mp * (1 - MkadAtx) * (tumT / tum) 'masa kering produk tengah cpp = 1.005 'Sheet1.Cells(17, 3) 'panas jenis udara Cpr = 1.15 'Sheet1.Cells(16, 3) 'panas jenis biji Ur = Sheet1.Cells(13, 3) 'pindah panas overall Tling = Sheet1.Cells(17, 3) 'suhu lingkungan Hling = Sheet1.Cells(18, 3) 'kelembaban absolut lingkungan hp = 0.01 'Sheet1.Cells(21, 3) 'koefisen pindah panas produk apat = Sheet1.Cells(14, 3) * (tumA / tum) 'luas produk atas apbw = Sheet1.Cells(14, 3) * (tumB / tum) 'luas produk bawah aptg = Sheet1.Cells(14, 3) * (tumT / tum) 'luas produk tengah 'mdotrg = Sheet1.Cells(34, 3) 'aliran masa udara Tr = Sheet1.Cells(21, 3) 'suhu awal ruang penyimpanan atas Sheet4.Cells(4, 7) = Tr 'xx Trb = Sheet1.Cells(23, 3) 'suhu awal ruang penyimpanan bawah Sheet4.Cells(4, 8) = Trb TrTg = Sheet1.Cells(22, 3) 'suhu awal ruang penyimpanan tengah Sheet4.Cells(4, 9) = TrTg Hr = Sheet1.Cells(24, 3) 'kelembapan absolut atas Sheet4.Cells(4, 10) = Hr 'zzz HrTg = Sheet1.Cells(25, 3) 'kelembapan absolut tengah Sheet4.Cells(4, 12) = HrTg Hrb = Sheet1.Cells(26, 3) ' kelembapan absolut bawah Sheet4.Cells(4, 11) = Hrb tpat = Sheet1.Cells(27, 3) 'suhu produk atas Sheet4.Cells(4, 13) = tpat 'yy tpbw = Sheet1.Cells(29, 3) 'suhu produk bawah Sheet4.Cells(4, 14) = tpbw 'yy1 tpTg = Sheet1.Cells(28, 3) 'suhu produk tengah Sheet4.Cells(4, 15) = tpTg K=4 Tt = 0 For I = 1 To N / dtt dTrdt = dtt / (mr * Cpr * (tumA / tum)) * (-Ur * Ar * (tumA / tum) * (Tr - Tling) + mdotrg * Cpr * (Tling - Tr) - hp * apat * (Tr - tpat) + mdotrg * Cpr * (Tr - TrTg)) 'Trb aku udah jd TrTg pada rumus akhir dTrbdt = dtt / (mr * Cpr * (tumB / tum)) * (-Ur * Ar * (tumB / tum) * (Trb - Tling) + mdotrg * Cpr * (TrTg Trb) - hp * apbw * (Trb - tpbw)) dTrTgdt = dtt / (mr * Cpr * (tumT / tum)) * (-Ur * Ar * (tumT / tum) * (TrTg - Tling) + mdotrg * Cpr * (Tr TrTg) + mdotrg * Cpr * (Trb - TrTg) - hp * aptg * (TrTg - tpTg)) mdotv1 = mpAt * Kons(tpat) * (MkadAt - Meb(Tr, RHud(Tr, Hr))) * dtt mdotv2 = mpBw * Kons(tpbw) * (MkadBw - Meb(Trb, RHud(Trb, Hrb))) * dtt mdotv3 = mpTg * Kons(tpTg) * (MkadTg - Meb(TrTg, RHud(TrTg, HrTg))) * dtt dtpatdt = dtt / (mpAt * (MkadAt + 1) * cpp) * (hp * apat * (Tr - tpat) - mdotv1 * hfgB(Tr, MkadAt)) dtpBwdt = dtt / (mpBw * (MkadBw + 1) * cpp) * (hp * apbw * (Trb - tpbw) - mdotv2 * hfgB(Trb, MkadBw)) dtpTgdt = dtt / (mpTg * (MkadTg + 1) * cpp) * (hp * aptg * (TrTg - tpTg) - mdotv3 * hfgB(TrTg, MkadBw))
58
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya dMkadAtdt = -Kons(tpat) * (MkadAt - Meb(Tr, RHud(Tr, Hr))) * dtt dMkadBwdt = -Kons(tpbw) * (MkadBw - Meb(Trb, RHud(Trb, Hrb))) * dtt dMkadTgdt = -Kons(tpTg) * (MkadTg - Meb(TrTg, RHud(TrTg, HrTg))) * dtt dHrdt = dtt / (mr * (tumA / tum)) * (mdot * (Hling - Hr) - mdotrg * (Hr - Hrb) + mdotv1) dHrbdt = dtt / (mr * (tumB / tum)) * (mdotrg * (HrTg - Hrb) + mdotv2) dHrTgdt = dtt / (mr * (tumT / tum)) * (mdotrg * (Hr - HrTg) + mdotrg * (Hrb - HrTg) + mdotv3) Tr1 = Tr + dTrdt Trb1 = Trb + dTrbdt TrTg1 = TrTg + dTrTgdt TpAt1 = tpat + dtpatdt TpBw1 = tpbw + dtpBwdt TpTg1 = tpTg + dtpTgdt MkadAt1 = MkadAt + dMkadAtdt MkadBw1 = MkadBw + dMkadBwdt MkadTg1 = MkadTg + dMkadTgdt Hr1 = Hr + dHrdt Hrb1 = Hrb + dHrbdt HrTg1 = HrTg + dHrTgdt Tr = Tr1 Trb = Trb1 TrTg = TrTg1 tpat = TpAt1 tpbw = TpBw1 tpTg = TpTg1 MkadAt = MkadAt1 MkadBw = MkadBw1 MkadTg = MkadTg1 Hr = Hr1 Hrb = Hrb1 HrTg = HrTg1 Tt = Tt + dtt sdf = sdf If Tt Mod lipat = 0 Then K=K+1 kk = K + 1 Sheet4.Cells(K, 6) = Tt / 3600 Sheet1.Cells(kk, 5) = (Tt / 3600) / 24 Sheet1.Cells(5, 5) = 0 Sheet4.Cells(K, 7) = Tr1 Sheet4.Cells(K, 8) = Trb1 Sheet4.Cells(K, 9) = TrTg1 Sheet4.Cells(K, 10) = Hr1 Sheet4.Cells(K, 11) = Hrb1 Sheet4.Cells(K, 12) = HrTg1 Sheet4.Cells(K, 13) = TpAt1 Sheet4.Cells(K, 14) = TpBw1 Sheet4.Cells(K, 15) = TpTg1 Sheet1.Cells(kk, 6) = MkadAt1 * 100 Sheet1.Cells(kk, 7) = MkadTg1 * 100 Sheet1.Cells(kk, 8) = MkadBw1 * 100 Sheet4.Cells(K, 16) = MkadAt1 Sheet4.Cells(K, 17) = MkadBw1 Sheet4.Cells(K, 18) = MkadTg1
59
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya Sheet4.Cells(K, 19) = RHud(Tr1, Hr1) Sheet4.Cells(K, 20) = RHud(Trb1, Hrb1) Sheet4.Cells(K, 21) = RHud(TrTg1, HrTg1) Sheet4.Cells(K, 22) = mdotv1 Sheet4.Cells(K, 23) = mdotv2 Sheet4.Cells(K, 24) = mdotv3 Sheet4.Cells(K, 25) = Kons(TpAt1) Sheet4.Cells(K, 26) = Kons(Tpw1) Sheet4.Cells(K, 27) = Kons(TpTg1) Sheet4.Cells(K, 28) = Meb(Tr1, RHud(Tr1, Hr1)) Sheet4.Cells(K, 29) = Meb(Trb1, RHud(Trb1, Hrb1)) Sheet4.Cells(K, 30) = Meb(TrTg, RHud(TrTg1, HrTg1)) Sheet4.Cells(K, 31) = hfgB(Tr1, MkadAt1) Sheet4.Cells(K, 32) = hfgB(TrTg1, MkadBw1) Sheet4.Cells(K, 33) = hfgB(TrTg1, MkadTg1) Sheet4.Cells(K, 34) = Twb(Tr1, Humi3(Tr1, RHud(Tr1, Hr1))) Sheet4.Cells(K, 36) = Twb(Trb1, Humi3(Trb1, RHud(Trb1, Hrb1))) Sheet4.Cells(K, 35) = Twb(TrTg1, Humi3(TrTg1, RHud(TrTg1, HrTg1)))
End If Next I End Sub Function Meb(x, y) 'fungsi dr Ame = 4.73027 Bme = 0.93206 Cme = 896.412 Meb = (Ame * Cme / x * Bme * (y / 100) / ((1 - Bme * (y / 100)) * ((1 - Bme * (y / 100)) + Cme / x * Bme * (y / 100)))) / 100 End Function Function Kons(x) Kons = Exp(15.432 - 5976 / (x + 273.16)) / 3600 End Function Function hfgB(x, y) hfgB = 2.32 * (1094 - 1.026 * (x + 17.78)) * (1 + 2.496 * Exp(-21.73 * y)) End Function Function RHud2(x, y) ' RH fungsi dari Td dan Tw C11 = 1006.9254 c21 = 0.15577 c31 = 0.62194 hfgs = 2502535.259 - 2385.76424 * x pswb = P(y) dp = pswb - Patm dt = y - x ppv = (pswb - C11 / c31 / hfgs * dp * dt) / (1 + C11 * c21 / c31 / hfgs * dp * dt / Patm) ps = P(x) RHud2 = ppv / ps * 100 End Function Function Puap(x) ' P uap fungsi dari H Puap = Patm / (0.6219 / x + 1) End Function
60
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya Function P(x) ' P uap jenuh fungsi dari T Dim Arh, B, C, D, E, F, G R = -5800.2206: D = 1.3914993 Arh = -0.048640239: E = 0.000041764768: F = -0.000000014452093 C = 6.5459673 Cx = x + 273.15 P = (Exp(R / Cx + D + Arh * Cx + E * Cx ^ 2 + F * Cx ^ 3 + C * Log(Cx))) End Function Function Humi(x) ' H fungsi dari P Humi = 0.6219 * x / (Patm - x) End Function Function Humi3(x, y) 'H fungsi dari Td dan RH ps = P(x) pvap = y / 100 * ps Humi3 = Humi(pvap) End Function Function hfg(x) ' hfg fungsi dari H hfg = (Aa1 - Aa2 * (tdp(x) - 273.16)) '/ 1000 End Function Function RHud(Td, H) ' RH fungsi dari Td dan H tdm1 = Td rh = Puap(H) / P(tdm1) ' RH udara RHud = rh * 100 End Function Function tdp(x) ' Tdp fungsi dari H lnpv = Log(0.00145 * x * Patm / (0.62194 + x)) tdp = (A1 * lnpv ^ 0 + B1 * lnpv ^ 1 + C1 * lnpv ^ 2 + D1 * lnpv ^ 3 + e1 * lnpv ^ 4 + ff1 * lnpv ^ 5 + g1 * lnpv ^ 6 + h1 * lnpv ^ 7 + i1 * lnpv ^ 8) + 255.38 End Function Function Vs(x, y) ' Vol spesifik fungsi dari Td dan Pv Vs = 287 * (x + 273) / (Patm - y) ads = ads End Function Function Twb(x, y) ' Tw fungsi dari Td dan H Dim Ap(10) 5000 CON = 0 Pwb = 0 tdm1 = x ps = P(tdm1) 'ps = zx * 1000 BF = 0: TBF = 0 'Input Nilai Duga Pwb = ps * 0.7 5010 CON = CON + 1 'Mendefinisikan Konstanta K1 = 0.62194 * 2406900 / (1006.9254 * (1 + 0.15577 * Puap(y) / 101305)) K2 = 255.38 - (tdm1 + 273.16) Ap(0) = A1 Ap(1) = B1 Ap(2) = C1 Ap(3) = D1 Ap(4) = e1 Ap(5) = ff1 Ap(6) = g1 Ap(7) = h1 Ap(8) = i1
61
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya TBF = 0: TBF1 = 0: BF = 0: BF1 = 0 'Loop Menghitung Metode Newton-Raphson For JKI = 0 To 8 BF = Ap(JKI) * (Log(0.00145 * Pwb)) ^ JKI TBF = TBF + BF Next JKI TBASL = TBF - K1 * ((Pwb - Puap(y)) / (Pwb - 101305)) + K2 'TBASL = TBF - K1 * ((Pwb - (zxx * 1000)) / (Pwb - 101305)) + K2 For JKI = 1 To 8 BF1 = Ap(JKI) * (JKI / Pwb) * (Log(0.00145 * Pwb)) ^ (JKI - 1) TBF1 = TBF1 + BF1 Next JKI TBTRN = TBF1 - K1 * ((Puap(y) - 101305) / (Pwb - 101305) ^ 2) 'TBTRN = TBF1 - K1 * (((zxx * 1000) - 101305) / (Pwb - 101305) ^ 2) PWBC = Pwb - TBASL / TBTRN DPW = Pwb - PWBC Pwb = PWBC If Abs(DPW / Pwb) > 0.000005 Then GoTo 5010 'Nilai Suhu Bola Basah BBB = 1 / K1 * (Pwb - 101305) Twb = (Pwb - Puap(y)) / BBB + tdm1 'Twb = (Pwb - (zxx * 1000)) / BBB + tdm1 ' Return End Function
62
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya Lampiran 8. Foto pengamatan kopi setiap hari
Foto awal hari ke-0
Foto awal hari ke-0
Atas hari ke-1
Tengah hari ke-1
Bawah hari ke-1
Atas hari ke-2
Tengah hari ke-2
Bawah hari ke-2
Atas hari ke-3
Tengah hari ke-3
Bawah hari ke-3 63
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya Lampiran 8. Foto pengamatan kopi setiap hari
Atas hari ke-4
Tengah hari ke-4
Bawah hari ke-4
Atas hari ke-5
Tengah hari ke-5
Bawah hari ke-5
Atas hari ke-6
Tengah hari ke-6
Bawah hari ke-6
Atas hari ke-7
Tengah hari ke-7
Bawah hari ke-7 64
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya Lampiran 8. Foto pengamatan kopi setiap hari
Atas hari ke-8
Tengah hari ke-8
Bawah hari ke-8
Atas hari ke-9
Tengah hari ke-9
Bawah hari ke-9
Atas hari ke-10
Tengah hari ke-10
Bawah hari ke-10
Atas hari ke-11
Tengah hari ke-11
Bawah hari ke-11 65
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya Lampiran 8. Foto pengamatan kopi setiap hari
Atas hari ke-12
Tengah hari ke-12
Bawah hari ke-12
Atas hari ke-13
Tengah hari ke-13
Bawah hari ke-13
Atas hari ke-14
Tengah hari ke-14
Bawah hari ke-14
Atas hari ke-15
Tengah hari ke-15
Bawah hari ke-15 66
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya Lampiran 8. Foto pengamatan kopi setiap hari
Atas hari ke-16
Tengah hari ke-16
Bawah hari ke-16
Atas hari ke-17
Tengah hari ke-17
Bawah hari ke-17
Atas hari ke-18
Tengah hari ke-18
Bawah hari ke-18
Atas hari ke-19
Tengah hari ke-19
Bawah hari ke-19 67
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya Lampiran 8. Foto pengamatan kopi setiap hari
Atas hari ke-20
Tengah hari ke-20
Bawah hari ke-20
Atas hari ke-21
Tengah hari ke-21
Bawah hari ke-21
Atas hari ke-22
Tengah hari ke-22
Bawah hari ke-22
Atas hari ke-23
Tengah hari ke-23
Bawah hari ke-23 68
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya Lampiran 8. Foto pengamatan kopi setiap hari
Atas hari ke-24
Tengah hari ke-24
Bawah hari ke-24
Atas hari ke-25
Tengah hari ke-25
Bawah hari ke-25
Atas hari ke-26
Tengah hari ke-26
Bawah hari ke-26
Atas hari ke-27
Tengah hari ke-27
Bawah hari ke-27 69
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya Lanjutan Lampiran 8. Foto pengamatan kopi setiap hari
Atas hari ke-28
Tengah hari ke-28
Bawah hari ke-28
Atas hari ke-29
Tengah hari ke-29
Bawah hari ke-29
Atas hari ke-30
Tengah hari ke-30
Bawah hari ke-30
Atas hari ke-31
Tengah hari ke-31
Bawah hari ke-31 70
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya Lampiran 8. Foto pengamatan kopi setiap hari
Atas hari ke-32
Tengah hari ke-32
Bawah hari ke-32
Atas hari ke-33
Tengah hari ke-33
Bawah hari ke-33
Atas hari ke-34
Tengah hari ke-34
Bawah hari ke-34
Atas hari ke-35
Tengah hari ke-35
Bawah hari ke-35 71
Lampiran 6. Data pengukuran suhu dan kelembaban relatif model gudang dan ruang sekitarnya Lampiran 8. Foto pengamatan kopi setiap hari
Atas hari ke-36
Tengah hari ke-36
Bawah hari ke-36
72