Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIK KONSENTRAT DOMBA SELAMA PENYIMPANAN (Physical Characteristic Condition of Sheep Diet During Storage) RANTAN KRISNAN Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1, Sei Putih, Galang 20585
ABSTRACT The aim of study was to investigate the effect of storage on physical characters of sheep feed. The diet is made in a mash form by using feedstuffs consisted of ‘onggok’, palm kernel cake, ketchup waste, molasses, urea, CPO, vitamin/mineral. Each diet contains 18.03% crude protein and 82.61% TDN. The experiment was arranged in a completely randomized design of four treatments and three replications. The parameters observed were organoleptic test, water contain, water activity, bulk density, specific gravity, particles size, angle of repose, and threshold energy. The organoleptic did not significantly affected by storage. All parameters were statistical significantly different except for bulk density and specific gravity, but the concentrate were numerically in normal rate and appeared feasible for sheeps. Furthermore, production cost was cheaper so that it is applicable for sheep concentrate. Key Words: Physical Characteristic, Sheep Diet, Storage ABSTRAK Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu penyimpanan terhadap sifat fisik pakan sebelum digunakan pada ternak. Konsentrat domba dibuat berbentuk mash dengan menggunakan bahan pakan yang terdiri dari: onggok, bungkil kelapa, ampas kecap, molases, urea, CPO, vitamin/mineral. Bahan-bahan tersebut disusun dalam formulasi ransum dengan kandungan protein kasar 18,03% dan TDN 82,61%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 pengamatan (penyimpanan) dan 3 ulangan. Parameter sifat fisik yang diamati meliputi: Uji organoleptik (bau, tekstur, jamur/kutu dan warna); Uji kadar air; Aktivitas air (Aw); Densitas (kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan); Berat jenis; Derajat kehalusan; Sudut tumpukan; dan Daya ambang. Hasil uji organoleptik menunjukkan tidak terjadi perubahan yang ekstrim pada ransum domba sebagai akibat lamanya penyimpanan. Secara statistik menunjukkan hampir semua parameter pengamatan berbeda nyata, kecuali parameter kerapatan pemadatan tumpukan dan berat jenis, namun hasil tersebut secara numerik masih berada pada kisaran normal untuk konsentrat yang layak diberikan pada ternak. Apalagi harganya yang cukup murah memungkinkan konsentrat domba tersebut untuk diaplikasikan. Kata Kunci: Sifat Fisik, Pakan Domba, Penyimpanan
PENDAHULUAN Industri pakan memiliki peran penting dalam mendorong pembangunan peternakan, mengingat ketergantungan usaha peternakan terhadap pakan sangat tinggi. Pakan merupakan input utama dalam usaha peternakan. Dilihat dari segi keuangan, biaya pakan mempunyai proporsi terbesar dalam biaya produksi yaitu mencapai kisaran 60 – 70%. Sedangkan dari segi teknis, produktivitas dan kelangsungan
hidup ternak sangat tergantung dari asupan pakan yang diberikan. Pesatnya perkembangan usaha peternakan di Indonesia, tentunya akan menuntut ketersediaan pakan yang cukup tinggi. Misalnya saja peningkatan populasi ternak unggas yang bisa mencapai 52,46% dalam jangka waktu dua tahun. Kondisi ini memberikan konsekuensi terciptanya perusahaan atau industri pakan di dalam negeri. Pihak swasta telah banyak memberikan
491
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
kontribusi terhadap ketersediaan pakan untuk ternak unggas. Tetapi berbeda halnya dengan industri atau perusahaan pakan bagi ternak ruminansia yang jumlahnya bisa dikatakan kecil sekali. Itupun baru dilakukan oleh industri atau perusahaan pakan berskala sedang dan kecil. Fenomena diatas mengindikasikan bahwa kajian terhadap ketersediaan pakan ruminansia baru mencapai tahap kuantitas, sedangkan kualitas masih belum banyak disentuh. Umumya ternak ruminansia termasuk ternak domba tergolong mempunyai karakteristik sebagai pemakan hijauan. Namun kondisi sekarang menuntut tingkat produktivitas yang cepat dari ternak apalagi bila tujuan usahanya penggemukan, sehingga perlu adanya pakan tambahan berbentuk konsentrat. Konsentrat biasanya disusun dari bahanbahan yang berbentuk bijian yang umumnya memiliki nilai nutrisi lebih baik dibandingkan dengan rumput. Kandungan nutrisinya yang tinggi menyebabkan konsentrat mudah sekali mengalami penyusutan. Penyusutan ini dapat berupa penyusutan kualitatif dan penyusutan kuantitatif. Penyusutan kualitatif adalah kerusakan yang terjadi akibat perubahan biologi (mikroba, serangga, tungau dan respirasi), perubahan fisik (tekanan, getaran, suhu dan kelembaban) serta perubahan kimia dan biokimia (reaksi pencoklatan, ketegikan, penurunan nilai gizi dan aspek keamanan terhadap kesehatan ternak). Penyusutan kuantitatif adalah kehilangan jumlah atau bobot hasil pertanian karena penanganan pascapanen yang tidak memadai dan adanya gangguan biologi (proses respirasi, serangan serangga dan tikus). Penyusutan ini erat kaitannya dengan lama waktu penyimpanan. BUCKLE et al. (1987) mengemukakan bahwa dalam proses penyimpanan terjadi perubahan-perubahan komposisi bahan makanan yang akan menurunkan kualitas pakan yang disimpan. Penyimpanan yang terlalu lama atau kondisi yang kurang baik akan menurunkan mutu bahan makanan (HALL, 1970). Berdasarkan pemikiran tersebut, maka perlu ada kajian pengaruh lama waktu penyimpanan terhadap sifat fisik pakan sebelum digunakan pada ternak. Sifat fisik penting untuk diketahui
492
dalam pengembangan industri dan teknologi pakan. Hal ini bukan hanya berkaitan dengan penyimpanan saja, melainkan erat kaitannya dengan pengolahan, pemindahan massa bahan dan transportasi sampai ke tangan konsumen. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh keluaran berupa informasi sifat fisik konsentrat domba yang berkualitas cukup baik dan ekonomis serta mempunyai daya simpan yang optimal. MATERI DAN METODE Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : mesin giling hammer mill 3 mm, mesin jahit karung, AW meter, oven, timbangan, timbangan analitik, vibrator ball mill, serta peralatan pendukung lainnya seperti; corong, kertas, vernier/penggaris, karung, plastik, sekop, kuas dan sebagainya. Konsentrat domba dibuat berbentuk mash dengan menggunakan bahan pakan yang terdiri dari: onggok, bungkil kelapa, ampas kecap, molases, urea, CPO, vitamin/mineral. Bahanbahan tersebut disusun dalam formulasi ransum dengan kandungan protein kasar 18,03% dan TDN 82,61%, sedangkan nilai nutrisi dari bahan-bahan yang digunakan dapat dlihat pada Tabel 1. Pelaksanaan penelitian meliputi persiapan dan pembuatan ransum yang terbagai menjadi beberapa tahapan, diantaranya: • Penjemuran bahan baku yang masih basah seperti ampas kecap. • Pembuatan karung untuk penyimpanan bahan kapasitas 1 kg. • Bahan baku yang masih kasar seperti onggok dan ampas kecap digiling terlebih dahulu menggunakan hammer mill. • Penimbangan bahan baku sesuai formulasi ransum dan diperkirakan total bahan pakan yang akan digunakan sebanyak 1 kg. • Pencampuran semua bahan baku. • Setiap bagian ditimbang sebanyak 500 gram per karung (12 karung = 4 minggu pengamatan dengan 3 ulangan). • Bahan yang telah dimasukan ke dalam karung, dijahit dan disimpan sesuai perlakuannya, pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
Tabel 1. Susunan ransum percobaan Persentase (%)
Bahan ransum Bahan
PK
*)
Jumlah *)
Harga/kg
PK
TDN
Bahan (Rp)
Ransum (Rp)
Onggok
30
1,87
78,30
0,56
23,49
500
150
Bungkil Kelapa
24
21,30
78,70
5,11
18,89
1.200
288
Ampas Kecap
40
23,50
87,20
9,40
34,88
750
300
Urea
1
287,50
0,00
2,88
0,00
2.500
25
Molases
2
3,94
70,70
0,08
1,41
2.000
40
CPO
2
0,00
197,00
0,00
3,94
4.000
80
Vit/mineral
1
0,00
0,00
0,00
0,00
3.500
35
18,03
82,61
Total
TDN
Harga/kg
100,0
918
*)
Hasil analisis Lab. Nutrisi dan Bahan Makanan Ternak, Fapet (IPB 2007)
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 pengamatan (penyimpanan) dan 3 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil/BNT (STEEL dan TORRIE, 1995). Peubah yang diukur terdiri atas: Uji organoleptik yang meliputi pengamatan bau, tekstur, jamur/kutu dan warna; Uji kadar air (AOAC, 1984); Aktivitas air atau Aw (SYARIEF dan HALID, 1993); Densitas yang terdiri dari kerapatan tumpukan (KT) dan kerapatan pemadatan tumpukan (KPT); berat jenis; derajat kehalusan; sudut tumpukan (KHALIL, 1999) dan daya ambang. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses penyimpanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menahan atau menunda suatu barang sebelum barang tersebut dipakai tanpa merubahnya. Kondisi penyimpanan yang sesuai akan mencegah penurunan mutu dan kerusakan pakan untuk waktu yang lebih lama. Telah disinggung lebih awal bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan siffat-sifat fisik dari konsentrat domba yang disimpan selama tiga minggu penyimpanan. Adapun parameternya meliputi: uji organoleptik, kadar air (KA), aktfitas air (aw), kerapatan tumpukan (KT), kerapatan pemadatan tumpukan (KTP), berat jenis (BJ),
daya ambang, sudut tumpukan, derajat kehalusan dan ukuran partikel. Hasil pengamatan tersebut secara lengkap dapat diliht pada Tabel 2 dan Tabel 3. Uji organoleptik pakan domba berbentuk mash selama tiga minggu penyimpanan Berdasarkan hasil pengamatan secara organoleptik terhadap konsentrat domba berbentuk mash dengan lama penyimpanan tiga minggu, maka diperoleh data sebagai berikut. Data pada Tabel 2 di atas menunjukkan adanya perubahan sifat fisik dari pakan domba berbentuk mash. Secara umum perubahan tersebut mulai dominan terjadi pada minggu ketiga penyimpanan. Indikasi perubahan fisik terlihat pada warna, bau yang mulai sedikit apek, tekstur yang mulai menggumpal dan sedikit ditemukan serangga terutama kutu. Perubahan bau kemungkinan disebabkan kandungan ampas kecap yang tinggi yaitu 40 %, mengingat bahan pakan ini mengandung kadar air yang cukup tinggi. Disamping itu pula penggunaan CPO juga bisa menyebabkan perubahan bau menjadi sedikit apek atau tengik. Menurut SYARIEF dan HALID (1993), ketengikan yang sering terjadi selama penyimpanan adalah ketengikan oksidatif, yaitu ketengikan yang tejadi karena adanya interaksi antara ransum dan temperatur.
493
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
Tabel 2. Hasil pengamatan organoleptik ransum selama penyimpanan Lama penyimpanan (minggu)
Parameter
n 0
1
2
3
Warna
1
Coklat kekuningan
Coklat
Coklat
Coklat tua
2
Coklat kekuningan
Coklat
Coklat
Coklat tua
3
Coklat kekuningan
Coklat
Coklat
Coklat tua
1
normal
normal
normal
Sedikit apek
2
normal
normal
normal
Sedikit apek
3
normal
normal
normal
Sedikit apek
Bau
Tekstur
Jamur
Serangga
1
Mash
Mash
Mash
Sedikit menggumpal
2
Mash
Mash
Mash
Sedikit menggumpal
3
Mash
Mash
Mash
Sedikit menggumpal
1
-
-
-
-
2
-
-
-
-
3
-
-
-
-
1
-
-
-
+
2
-
-
-
-
3
-
-
-
+
Tidak ada (-), ada sedikit (+), ada banyak (++) Tabel 3. Rataan beberapa karakteristik uji fisik terhadap ransum domba selama 3 minggu penyimpanan Lama penyimpanan (minggu)
Parameter 0 KA (%)
1
AW (%) 3
2
3
b
14,097
0,823a
0,843ab
0,846b
0,855b
a
b
b
0,331b
12,593
a
14,077
b
14,150b
KT (gr/cm )
0,360
KPT (gr/cm3)
0,399a
0,420a
0,416a
0,419a
Berat Jenis (gr/cm3)
1,369a
1,263a
1,263a
1,204a
Daya Ambang (m/s)
a
3,651
3,365
b
bc
3,309c
Sudut Tumpukan (derajat)
23,873a
26,603b
a
0,337
b
0,335
3,334
27,270b
27,530b
b
4,909b
Derajat Kehalusan
4,019
4,926
Ukuran Partikel (mm)
1,691a
3,166b
3,099b
3,133b
Derajat Keseragaman
Sedang (M)
Kasar (C)
Kasar (C)
Kasar (C)
4,895
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P < 0,05)
Pada awal penelitian (minggu ke-0), tekstur dari pakan domba tersebut adalah berbentuk mash. Memasuki minggu ke-3 penyimpanan terlihat adanya sedikit perubahan bentuk menjadi gumpalan kecil. Begitu juga dengan keberadaan serangga mulai muncul walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit. Namun
494
secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa uji organoleptik dari konsentrat domba tersebut masih cukup baik atau dengan kata lain tidak menunjukkan perubahan karakteristik fisik yang ekstrim selama penyimpanan tiga minggu, bahkan diduga masih bisa disimpan sampai 1 – 1,5 bulan.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
Uji Fisik pakan domba berbentuk mash selama 3 minggu penyimpanan Berikut ini adalah nilai rataan hasil beberapa parameter dari uji fisik ransum domba selama 3 minggu penyimpanan. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penyimpanan ransum domba berbentuk mash selama tiga minggu berpengaruh nyata pada hampir semua parameter uji fisik, kecuali kerapatan pemadatan tumpukan (KPT) dan berat jenis. Kadar air terlihat cenderung meningkat selama penyimpanan dengan nilai berkisar antara 12,5 – 14,1%. Kondisi ini sejalan dengan penelitian YULIASTANTI (2001) yang menyatakan bahwa semakin lama penyimpanan akan mengakibatkan kadar air yang semakin meningkat. Kadar air menentukan daya simpan dari ransum, pada ransum yang berkadar air tinggi daya simpannya lebih singkat dibandingkan ransum berkadar air lebih rendah (HALL 1970). Peningkatan kadar air selama penyimpanan merupakan indikator kerusakan ransum Kenaikan atau penurunan kadar air juga dapat terjadi akibat pengaruh kelembaban dan suhu ruangan. YULIASTANTI (2001) melaporkan bahwa apabila kelembaban udara ruang penyimpanan tinggi maka akan terjadi absorpsi uap air dari udara ke ransum sehingga menyebabkan kadar air ransum meningkat, begitu juga sebaliknya. Perubahan kadar air sangat dipengaruhi kondisi lingkungan di sekitar penyimpanan dan biasanya peningkatan kadar air tersebut akan diikuti juga dengan peningkatan aktivitas air (aw). Aktivitas air (aw) bukan merupakan komponen kadar air bahan, namun walaupun begitu keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari nilai air bahan tersebut. Aktivitas air adalah jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Aktivitas air digunakan untuk mengetahui seberapa jauh bahan tersebut telah mengalami kerusakan yang disebabkan jamur, khamir, bakteri, enzim dan kerusakan kimia lainnya. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan nilai aktivitas air yang berbeda nyata (P < 0,05) ketika memasuki minggu kedua dan ketiga penyimpanan. Secara keseluruhan nilai Aktivitas air (aw) berkisar 0,823 – 0,855%. Nilai ini termasuk dalam kategori IL-3 dimana nilainya lebih dari 0,75. Pada nilai ini telah
memungkinkan tumbuhnya mikroorganisme merugikan tetapi belum memungkinkan tumbuhnya toksin sehingga konsentrat tersebut masih baik jika langsung dikonsumsi ternak, namun apabila disimpan dalam jangka waktu tertentu, perlu dilakukan penanganan pengeringan terlebih dahulu serta menjaga kelembaban ruang penyimpanan (WINARNO et al., 1980). Karakteristik uji fisik lainnya adalah nilai kerapatan tumpukan (KT) dan kerapatan pemadatan tumpukan (KPT). Nilai kerapatan tumpukan akan berbanding lurus dengan laju alir pakan, semakin tinggi kerapatan tumpukan maka laju alir pakan akan semakin meningkat. Sedangkan kerapatan pemadatan tumpukan akan erat kaitannya dengan ukuran partikel. Hal ini disebabkan pakan dengan ukuran partikel yang kecil akan mempunyai berat yang ringan, dikarenakan struktur pakan yang lebih kering dan luas permukaan pakan yang lebih besar. Ketika pakan dipadatkan, maka waktu jatuh dan mengalir pakan lebih cepat. Peristiwa ini akan menyebabkan volume ruang yang ditempati pakan menjadi lebih kecil karena pakan lebih padat. Volume ruang yang kecil akan menyebabkan kerapatan pemadatan tumpukan pakan menjadi besar. Pada Tabel 3 terlihat adanya perbedaan yang nyata (P < 0,05) untuk rataan kerapatan tumpukan dengan nilai kisarannya adalah 0,331 – 0,36 g/cm3. Sedangkan untuk kerapatan pemadatan tumpukan tidak berbeda nyata (P > 0,05). Ukuran kerapatan tumpukan tertinggi terlihat pada saat awal pembuatan (0 minggu) yaitu 0,360 gr/cm3. Hal ini disebabkan karena pada awal-awal pembuatan, ukuran partikelnya masih kecil belum ada gumpalan, sehingga volume ruang yang ditempati pakan semakin kecil pula sehingga nilai kerapatan tumpukan akan semakin tinggi. Proses atau lama penyimpanan ternyata tidak memberikan perbedaan yang nyata (P > 0,05) terhadap berat jenis konsentrat domba. Walaupun secara teoritis bahwa parameter ini akan berhubungan erat dengan ukuran partikel dan tingkat homogenitas penyebaran partikel serta stabilitasnya dalam suatu campuran pakan. Kisaran nilai berat jenis pada Tabel 3 adalah 1,204 sampai 1,369 g/cm3. Berat jenis memegang peranan penting dalam berbagai proses pengolahan, penanganan dan penyimpanan, disamping itu pula akan
495
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
menentukan terhadap kerapatan tumpukan pakan. Parameter lain yang tidak kalah penting adalah daya ambang. Parameter ini dipengaruhi oleh tingkat kadar air dan ukuran partikel. Semakin tinggi kadar air, maka semakin rendah daya ambang dan tentunya akan semakin besar ukuran patikel. Telah dikemukakan lebih awal bahwa terjadi peningkatan kadar air sejalan dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Oleh karena itu, pada Tabel 3 terlihat nilai daya ambang yang semakin rendah. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (P < 0,05) antara nilai ambang pada saat awal dengan lamanya penyimpanan. Perbedaan yang nyata (P > 0,05) terlihat pula pada hasil rataan sudut tumpukan (angle of repose). Namun secara numerik nilai sudut tumpukan dari semua perlakuan berkisar di bawah 30°, sehingga mengindikasikan bahwa pakan domba tersebut bersifat mengalir sangat bebas (sudut tumpukan 25 – 30°). Semakin bebas suatu bahan bergerak, maka sudut tumpukan yang terbentuk akan semakin kecil dan sebaliknya apabila sudut tumpukan tinggi, maka sifat mengalir bahan sangat lambat (FASINA dan SOKHANSANJ, 1993). Hasil analisis sidik ragam yang terlihat pada Tabel 3 menunjukkan pula perbedaan yang nyata (P > 0,05) terhadap derajat kehalusan dan ukuran partikel serta nilai derajat keseragaman ransum selama penyimpanan 3 minggu. Semakin lama penyimpanan terlihat semakin tinggi pula derajat kehalusan dan ukuran partikelnya. Nilai derajat kehalusan berkisar 4,019 sampai dengan 4,926%, sedangkan nilai ukuran partikel berkisar 1,691 sampai dengan 3,116 mm. Nilai ini mengindikasikan bahwa nilai derajat kehalusan akan berbanding lurus dengan ukuran partikel. Semakin tinggi ukuran partikel, maka akan semakin tinggi pula derajat kehalusannya. Disamping itu pula tentunya akan berimbas pula terhadap derajat keseragaman ransum. Ransum domba ini dinilai mempunyai derajat keseragaman yang sedang pada saat awal pembuatan (0 minggu) dan kasar pada saat setelah penyimpanan (1 – 3 minggu). Secara keseluruhan, penilaian atau uji fisik terhadap konsentrat domba pada penelitian ini menunjukkan hasil yang relatif cukup baik
496
selama penyimpanan 3 minggu, sehingga cukup layak diaplikasikan, apalagi mengingat harganya yang relatif murah yaitu sekitar Rp. 918/kg. KESIMPULAN Hasil uji sifat-sifat fisik ransum domba berbentuk mash selama 3 minggu penyimpanan, secara statistik menunjukkan hampir semua parameter pengamatan berbeda nyata, kecuali parameter kerapatan pemadatan tumpukan dan berat jenis. Kondisi tersebut mengindikasikan adanya perubahan sifat fisik konsentrat selama penyimpanan. Tetapi secara numerik hasilnya masih berada pada kisaran normal untuk konsentrat yang layak diberikan pada ternak. Hal ini didukung dengan hasil uji organoleptik yang menunjukkan tidak terjadinya perubahan yang ekstrim pada ransum domba sebagai akibat lamanya penyimpanan. Oleh karena itu, tentunya sangatlah optimis bila konsentrat domba tersebut direkomendasikan untuk diaplikasikan, apalagi mengingat harganya yang cukup ekonomis. DAFTAR PUSTAKA BUCKLE, K.A., R.A. EDWARDS, G.H. FLEET and M. WOOTON. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan. Universitas Indonesia Press, Jakarta. FASINA, O.O. and S. SONKHANSANJ. 1993. Effect of moisture content on bulk handling properties of alfalfa pellets. Canadian Agricultural Engineering. 35(5): 269 – 272. HALL, D.W. 1970. Drying and Storage of Agriculture Crops. The AVI Pub. Co. Inc., Westport, Connecticut. KHALIL. 1999. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik pakan lokal: Kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan berat jenis. Media Peternakan. 22 (1): 1 – 11. STEEL, R. G. D dan J. H. TORRIE. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan: SYAH, M. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. SYARIEF, R. dan H. HALID. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcana. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008
WINARNO, F., G. FARDIAZ dan D. FARDIAZ. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia, Jakarta.
YULIASTANTI, A. 2001. Uji sifat fisik ransum ayam broiler starter bentuk mash, pelet dan crumbel selama penyimpanan 6 minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
497