PERUBAHAN KUALITAS CABE MERAH DALAM BERBAGAI JENIS KEMASAN SELAMA PENYIMPANAN DINGIN
Oleh
RAHMAWATI NURDJANNAH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perubahan Kualitas Cabe Merah Dalam Berbagai Jenis Kemasan Selama Penyimpanan Dingin adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januai 2014 Rahmawati Nurdjannah NRP F153110131
RINGKASAN RAHHMAWATI NURDJANNAH. Perubahan Kualitas Cabe Merah Dalam Berbagai Jenis Kemasan Selama Penyimpanan Dingin. Dibimbing oleh Y. ARIS PURWANTO and SUTRISNO. Konsumen umumnya mengkonsumsi cabe merah dalam bentuk segar, padahal cabe merupakan komoditas yang mudah rusak. Kerusakan cabe di daerah tropis terutama disebabkan oleh suhu dan kelembaban udara serta penanganan pascapanen. Selain itu rantai pasok yang cukup panjang (lebih dari tiga rantai) rmengakibatkan cepat rusaknya cabe merah segar. Salah satu cara untuk menekan kerusakan cabe adalah dengan menghambat proses respirasi, dengan cara penyimpanan pada suhu rendah dan pengemasan cabe yang sesuai dengan kebutuhan. Belum banyak publikasi tentang pengemasan cabe dengan kapasitas besar (kemasan penyimpanan/ transportasi). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jenis kemasan dan suhu penyimpanan terhadap kualitas produk cabe merah (Capsicum annuum L.) segar dalam bentuk curah untuk mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpan (self life). Adapun tujuan khususnya adalah (1) Untuk menganalisa pengaruh jenis kemasan terhadap masa simpan cabe merah yang disimpan pada beberapa tingkatan suhu, (2) Menganalisis perubahan kualitas cabe merah selama penyimpanan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Fateta-IPB. Pengemasan yang digunakan adalah kardus karton tipe Regular Sloated Container (RSC) jenis single wall berventilasi, karung plastik untuk pangan dan keranjang plastik berjala (sebagai kontrol) dengan kapasitas masing masing 3 kg cabe merah. Penyimpanan dilakukan pada suhu 10°C, 15°C dan suhu kamar (± 27-30°C) selama kurang lebih 3 minggu.Pengamatan mutu yang di analisa adalah laju respirasi (konsentrasi O 2 dan CO 2 ) yang dilakukan 24 jam sekali, susut bobot, warna (meliputi nilai kecerahan (l*), Croma (C*) dan derajat hue (°hue)) dan kekerasan dilakukan 2 hari sekali sampai cabe yang diamati busuk/rusak. Untuk kadar vitamin C dan kadar air dilakukan sampai hari ke tujuh. Hasil penelitian ini menunjukkan pengamatan visual cabe merah pada kemasan kardus karton dapat disimpan selama 13 hari (suhu ±27-30°C), sampai 21 hari (suhu 15°C ) dan 39 hari (suhu 10°C). Kemasan kardus karton dan karung plastik dapat mempertahankan mutu fisik cabe yang disimpan selama 17 hari dibandingkan dengan cabe yang dikemas jala (kontrol). Pada umumnya, kualitas cabe merah yang dikemas kardus karton pada suhu 10 °C memiliki kualitas yang terbaik selama penyimpanan 17 hari. Cabe yang dikemas karung plastik (suhu 15°C dan 10°C) memiliki kualitas yang sama dengan cabe yang dikemas kardus karton sampai penyimpanan 5 hari. Perubahan tingkat kekerasan dan warna (nilai L*, C*, °hue) pada cabe di semua perlakuan tidak berbeda nyata selama penyimpanan. Kandungan vitamin C pada penyimpanan hari ke 7 mempunyai kandungan yang tidak berbeda nyata di semua perlakuan dan lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan vitamin pada awal penyimpanan. Kata kunci: cabe merah, pengemasan, penyimpanan suhu dingin, susut bobot
SUMMARY
RAHHMAWATI NURDJANNAH. Changes in Quality of Red Chilli Packed Using Different Types of Packaging during Low Temperature Storege. Supervised by Y. ARIS PURWANTO and SUTRISNO Consumers consume fresh red chiliesis a perishable commodity. Postharvest losses of red chilies in the tropics mainly caused by the temperature and humidity as well as pre or post-harvest handling. A method to reduce its damage is by inhibiting respiration, storing at low temperatures and packing the chilly with the transport/storage - type packaging in accordance with the requirements needed in order to maintain the physical quality of red chilies. Research on red chilies with large capacity pack is slightly smaller than the capacity reported. The purpose of this study was to analyze the influence of the type of packaging and storage temperature on the quality of red chilli (Capsicum annuum L.) fresh in bulk to maintain the quality and extend the shelf life. The specific objectives were (1) To analyze the effect of the type of packaging on the shelf life of red chilli stored at several levels of temperature, (2) to analyze the changes in the quality of red chilli during storage. The study was conducted at laboratory scale with a completely randomized factorial design. Factors studied were the type of packaging (three levels i.e. plastic nets, plastic sack and ventilated cardboard box (regular sloated container (RSC) type, single wall) and storage temperature (three levels i.e. ambient (±2710°C, 15 °C and 10°C). for approximately 3 weeks. Observations on the quality of the analysis is the respiration rate (O2 and CO2 concentrations) were performed 24 hours, weight loss, color (including the value of brightness (L *), Croma (C *) and hue degree (°hue)) and the firmness done 2 once a day until the resd chilli were observed rotten / damaged. For levels of vitamin C and water content made up to seven days The results showed that in observations of red chillies in a cardboard carton packaging can be stored for 13 days (± temperature 27-30 ° C), up to 21 days (15 ° C) and 39 days (temperature 10 ° C). Quality red peppers were packed cardboard cartons at a temperature of 10 ° C has the best quality during storage of 17 days. Chillies are packed plastic bags (temperature 15 ° C and 10 ° C) have the same quality with chillies are packed cardboard carton until 5 days of storage. Changes in the level of firmness and color (L *, C *, ° hue value) on chilli packed cardboard carton or plastic bags were not significantly different during storage. The content of vitamin C on the seventh day has content that is not significantly different in all treatments and was higher than at the beginning of the storage. Keywords: red chilies, packaging, low temperature storage, weight loss
®Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagaian atas seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
PERUBAHAN KUALITAS CABE MERAH DALAM BERBAGAI JENIS KEMASAN SELAMA PENYIMPANAN DINGIN
RAHMAWATI NURDJANNAH
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Pasca Panen
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:Dr. Ir. Emmy Darmawati M.Si
Judul Tesis Nama NIM
:Perubahan Kualitas Cabe Merah Dalam Berbagai Jenis Kemasan Selama Penyimpanan Dingin : Rahmawati Nurdjannah, STP : F. 153110131
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Yohanes Aris Purwanto, M.Sc Ketua
Prof. Dr. Ir. Sutrisno, M. Agr Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Teknologi Pascapanen
Prof. Dr Ir Sutrisno, MAgr
Tanggal ujian: 8 Januari 2014
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Tanggal lulus:
PRAKATA Alhamdulillahi rabbilalamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan ilmu dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Perubahan Kualitas Cabe Merah Dalam Berbagai Jenis Kemasan Selama Penyimpanan Dingin. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc dan Prof. Dr.Ir Sutrisno, M.Agr selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan dalam penyusunan proposal sampai penulisan karya ilmiah ini.Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Dr. Ir. Emmy Darmawati M.Si atas sebagai dosen penguji dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan tesis ini, Di samping itu, ucapan terima kasih ini pula saya sampaikan kepada Bapak Sulyaden selaku Kepada staff Laboratorium TPPHP Departemen TMB dan Ibu Siti Rusmiyati dan Bapak Ahmad Mulyatulloh sebagai staf administrasi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem atas tenaga dan sarannya dalam mempelancar proses penelitian saya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Pusat Kajian Hortikultura (PKHT) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, IPB atas sponsor dana untuk penelitian ini. Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Almarhum Bapak dan ibu yang melimpahkan kasih sayang dan harapan do’a nya kepada penulis dan juga kepada ketiga anakku Nabilah, Izza dan Jundi sebagai penyemangat Bunda untuk menyelesaikan study ini. Tak lupa saya ucapkan pula rasa terima kasih ini kepada abang Gunawan, Rahman Syarif, Kak Ida dan adik Henny atas kesabaran dalam memotivasi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Tak lupa pula untuk sahabat-sahabatku TPP 2011, khusus kepada mbak Nurhayati, Mbak Mona dan Pak Agus yang telah membantu dan memotivasi saya dalam menyelesaikan penelitian ini. Serta masih banyak lagi ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang mohon maaf tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu dalam tulisan ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2014 Rahmawati Nurdjannah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
xx xx xxi
PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Ruang Lingkup Penelitian Hipotesis Tujuan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Cabe Merah Penanganan Pascapanen Cabe Merah Penyimpanan Dingin Pengemasan Cabae Merah Segar METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Rancangan Penelitian Pengamatan Laju respirasi Susut bobot Pengukuran nilai kekerasan Pengukuran Perubahan Warna Kadar vitamin C HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Visual Mutu Cabe Selama Penyimpanan Pengambilan sampel Kerusakan cabe merah berdasarkan pengamatan visual Perubahan Kualitas Cabe Selama Penyimpanan Laju respirasi cabe Kenaikan susut bobot cabe Penurunan tingkat kekerasan cabe Perubahan warna cabe Perubahan kandungan vitamin C Kualitas cabe merah pada akhir penyimpanan SIMPULAN, REKOMENDASI DAN SARAN Simpulan Rekomendasi Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1 1 3 3 3 3 4 4 6 7 8 10 10 10 10 11 11 11 13 13 14 15 15 15 15 16 18 18 22 25 28 32 35 36 36 36 36 36 41
DAFTAR TABEL 1. Produksi cabe di pulau-pulau utama Indonesia dari tahun 2009 – 2011 yang berkontribusi pada produksi cabe nasional 1 2. Kandungan gizi pada cabe (Capsicum annum L.) merah segar per 100 gram 5 3. Persyaratan mutu cabe merah segar (SNI) 01-4480-1998 7 4. Lama pengamatan yang dilakukan pada cabe segar dengan jenis kemasan dan suhu penyimpanan yang berbeda 16 5. Rata-Rata Suhu (°C) dan Kelembaban (%) pada Ruang Penyimpanan 16 6. Pengaruh interaksi jensi kemasan dan suhu penyimpanan terhadap laju respirasi cabe merah21 7. Kenaikan susut bobot (%) cabe merah terhadap interaksi jenis kemasan dan suhu penyimpanan24 8. Kualitas cabe merah segar pada akhir penyimpanan 35
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4.
Tipe kemasan (A) RSC, (B) HTC dan (C) FTC Diagram alir proses penelitian cabe merah segar Cara pengukuran laju respirasi cabe Cara pengukuran nilai kekerasan cabe merah 5. Sistem notasi warna Hunter 6. Kegiatan sortasi dan pengemasan saat pengambilan sampel 7. Indikator kerusakan cabe pada suhu kamar (a) Jala hari ke-5, (b) karung plastik hari ke 7 dan (c) kardus karton hari ke 13 8. Indikator Kerusakan Cabe Pada Suhu 15° (a) karung hari ke 17 dan (b) kardus karton hari ke 2117 9. Indikator Kerusakan Cabe Pada Suhu 10°C (a) karung hari ke 21 dan (b) kardus karton hari ke 3918 10. Laju konsumsi gas O 2 (a) dan laju produksi gas CO 2 (b) cabe pada penyimpanan suhu kamar dengan kemasan jala (●), karung plastik (■)dan kardus karton (▲) 19 11. Laju konsumsi gas O 2 (a) dan laju produksi gas CO 2 (b) cabe pada penyimpanan suhu 15ºC dengan kemasan jala (●), karung plastik (■)dan kardus karton (▲) 19 12. Laju konsumsi gas O 2 (a) dan laju produksi gas CO 2 (b) cabe pada penyimpanan suhu 10ºC dengan kemasan jala (●), karung plastik (■) dan kardus karton (▲) 20 13. Susut bobot (%) cabe pada penyimpanan (a) suhu kamar, (b) suhu 15°C dan (c) suhu 10ºC dengan kemasan jala (●), karung plastik (■) dan kardus karton (▲) 23 14. Perubahan tingkat kekerasan (Newton) cabe pada kemasan jala (●), karung plastik (■)dan kardus karton (▲) selama penyimpanan26
9 12 13 14 14 15 17
15. Perubahan tingkat kekerasan (Newton) cabe pada penyimpana suhu kamar (○), suhu 15°C (□) dan suhu 10°C (∆) 16. Perubahan nilai kecerahan (l*) warna cabe pada kemasan jala (●), karung plastik (■)dan kardus karton (▲) selama penyimpanan 17. Perubahan nilai kecerahan (l*) warna cabe pada penyimpanan suhu kamar (○), suhu 15°C (□) dan suhu 10°C (∆)29 18. Perubahan nilai kroma (C*) warna cabe pada penyimpanan suhu kamar (○), suhu 15°C (□) dan suhu 10°C (∆)30 19. Perubahan nilai °hue warna cabe pada penyimpanan suhu kamar (○), suhu 15°C (□) dan suhu 10°C (∆)31 20. Perubahan nilai °hue warna cabe pada kemasan jala (●), karung plastik (■)dan kardus karton (▲) selama penyimpanan32 21. Kandungan vitamin C (mg/100g) cabe pada penyimpanan (a) suhu kamar, (b) suhu 15°C dan (c) suhu 10ºC dengan kemasan jala (●), karung plastik (■) dan kardus karton (▲) 34
27 29
DAFTAR LAMPIRAN 1a Hasil analisis sidik ragam laju konsumsi O 2 (ml/g.jam)cabe merah 1b Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis kemasan , suhu penyimpanan dan interaksinya terhadap laju konsumsi O 2 (ml/g.jam) cabe merah 2a Hasil analisis sidik ragam laju produksi CO 2 (ml/g.jam) cabe merah 2b Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis kemasan , suhu penyimpanan dan interaksinya terhadap laju produksi CO 2 (ml/g.jam) cabe merah 3a Hasil analisis sidik ragam susut bobot (%) cabe merah 3b Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis kemasan , suhu penyimpanan dan interaksinya terhadap susut bobot (%) cabe merah 4a Hasil analisis sidik ragam kekerasan (Newton) cabe merah 4b Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis kemasan , suhu penyimpanan dan interaksinya terhadap tingkat kekerasan (newton) cabe merah 5a Hasil analisis sidik ragam nilai kecerahan (L*) warna cabe merah 5b Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis kemasan , suhu penyimpanan dan interaksinya terhadap nilai kecerahan (L*) warna cabe merah 6a Hasil analisis sidik ragam nilai croma (C*) warna cabe merah 6b Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis kemasan , suhu penyimpanan dan interaksinya terhadap nilai croma (C*) warna cabe merah 7a Hasil analisis sidik ragam nilai derajat hue (°hue) warna cabe merah 7b Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis kemasan , suhu penyimpanan dan interaksinya terhadap nilai derajat hue (°hue) warna cabe merah 8a Hasil analisis sidik ragam kadar vitamin C (mg/100g (bk)) cabe merah 8b Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis kemasan , suhu penyimpanan dan interaksinya terhadap kadar vitamin C (mg/100g(bk)) cabe merah
41 43 45 47 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Cabe merupakan komoditas unggulan yang banyak diusahakan oleh petani karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Produksi cabe merah besar di Indonesia tahun 2011 sebesar 885,852 ribu ton, mengalami peningkatan sebesar 81,692 ribu ton (10,12 persen) dibandingkan tahun 2010 (BPS, 2012). Daerah produksi cabe tersebar di seluruh wilayah Indonesia dimana Pulau Jawa, Sumatra, Bali dan Nusa Tenggara serta Sulawesi merupakan sentra produksi cabe nasional (Tabel 1). Sentra produksi cabe utama adalah Pulau Jawa yang menghasilkan cabe lebih dari 50% total produksi cabe nasional setiap tahunnya, diikuti oleh Sumatera yang berkontribusi rata-rata lebih dari 20% pada produksi nasional. Produksi cabe di pulau-pulau lainnya berkontribusi kurang dari 10% total produksi nasional setiap tahunnya. Tabel 1 Produksi cabe di pulau-pulau utama Indonesia dari tahun 2009 – 2011 yang berkontribusi pada produksi cabe nasional 2009
2010
2011
Luas Panen (Ha)
Total Produksi (Ton)
Luas Panen (Ha)
Total Produksi (Ton)
Luas Panen (Ha)
Total Produksi (Ton)
Sumatera
63 989
374 721
72585
477616
70170
518465
Jawa
127854
803497
125265
676772
164214
1093725
12692
76259
10018
50124
25937
134517
8694
42890
8569
33187
7984
32876
Sulawesi
17310
65135
17514
77434
23071
107223
Maluku
664
987
1006
1953
2597
7682
Papua
2701
15238
2148
11778
1791
8741
233904
1378727
237105
1328864
Pulau
Bali dan Nusa Tenggara Kalimantan
TOTAL
295764
1903229
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2012 (diolah). Sentra produksi yang lebih dari 50% berada di Pulau Jawa, mengakibatkan terjadinya perdagangan cabe antar pulau di Indonesia yang memerlukan waktu distribusi lebih dari 3 hari.Jarak sentra produksi yang jauh dari konsumen akhir dapat menimbulkan rantai pasok cabe yang cukup panjang, sehingga mengharuskan penanganan pascapanen yang baik dan benar untuk menjaga kualitas cabe. Cabe memiliki karakteristik yang mudah rusak sehingga mempertahankan kesegaran cabe merah merupakan hal yang sulit. Kerusakan cabe di lingkungan tropis seperti Indonesia terutama disebabkan oleh kondisi suhu dan kelembaban lingkungan. Suhu yang tinggi menyebabkan kelembaban lingkungan menjadi
2
rendah sehingga laju respirasi pada cabe merah akan meningkat dan dapat memperpendek umur simpan cabe. Penanganan pascapanen produk hortikultura di Indonesia belum mendapat perhatian yang cukup, terlihat dari kerusakan-kerusakan pascapanen yang masih besar, yakni antara 25-28 % (Siswadi 2007). Penanganan pascapanen yang benar dan sesuai diharapkan dapat menekan kerusakan-kerusakan tersebut, sehingga kerugian di tingkat produsen dan konsumen dapat diminimalkan. Tindakan pascapanen yang dapat dilakukan untuk mempertahankankualitas cabe selama proses distribusi adalah memperhatikan jenis pengemasan dan suhu penyimpanan. Secara fisiologi, cabe merah yang di panen tetap melakukan kegiatan respirasi, dimana laju respirasinya tergantung dari kondisi lingkungannya. Kecepatan respirasi produk tergantung pada suhu penyimpanan, ketersediaan oksigen dan karakteristik produk itu sendiri. Aktivitas respirasi ini tidak bisa dihentikan tetapi bisa diminimalkan dengan cara penyimpanan pada suhu rendah dan pengemasan yang baik. Menurut Syarief et al. (1989), kerusakan fisik pada buah dan sayur juga dapat dikurangi dengan penggunaan kemasan yang tepat. Kemasan dapat meminimalkan kerusakan bahan pangan yang disebabkan oleh lingkungan seperti kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan, absorpsi, dan interaksi dengan oksigen. Jenis kemasan cabe yang biasa digunakan di pasaran Indonesia yaitu jala plastik, karung plastik, kantong plastik, keranjang bambu dan kardus karton dengan berbagai jenis kapasitas. Jenis pengemasan akan mempengaruhi suhu produk selama proses distribusi yang dapat mempercepat proses pematangan yang kemudian diikuti oleh proses pembusukan. Jenis bahan kemasan untuk cabe yang sering diteliti adalah kemasan plastik dengan berbagai jenis bahan plastik (seperti PP, PE, dan PVC), sedangkan untuk jenis kardus karton, karung plastik dan jala plastik yang merupakan kemasan penyimpanan/transportasi masih sedikit penelitiannya. Selain itu kapasitas cabe yang diteliti berkisar pada 250-500 gram. Untuk kapasitas di atas satu kg masih minim penelitiannya, padahal kapasitas yang besar dapat mengurangi biaya distribusi produk cabe. Tahapan penting dalam rantai penanganan pascapanen cabe selain kemasan adalah penyimpanan. Kondisi penyimpanan yang tepat dapat mempertahankan kualitas cabe segar dan memperpanjang umur simpannya sehingga dapat menjaga ketersedian cabe di pasaran. Penyimpanan pada suhu dingin merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kualitas cabe. Penyimpanan pada suhu optimum cabe dapat mencegah terjadinya kerusakan dingin (chilling injury). Untuk menghindari kerusakan ini, maka produk pertanian segar harus disimpan di atas ambang batas suhu optimum penyimpanannya. Jenis kemasan dan kondisi penyimpanan yang sesuai dengan karakteristik cabe dapat menghambat penurunan kualitas selama proses distribusinya. Pemahaman tentang pengemasan, karakteristik dan faktor yang mempengaruhi penyimpanan diperlukan untuk memperpanjang umur simpan (self life)cabe merah segar sehingga permintaan konsumen terpenuhi.
3
Rumusan Masalah Cabe merah merupakan produk hortikultura yang mudah rusak dan busuk. Umur simpan cabe segar 2-3 hari, sedangkan permintaan pasar di dalam maupun luar negeri menuntut umur simpan yang lebih dari 3hari.Penyebaran sentra produksi cabe yang tidak rata, rantai pasok cabe yang panjang dan jarak tempuh antara sentra produksi ke konsumenyang jauh memerlukan inovasi teknologi yang tepat untuk memperpanjang umur simpan (self life) dari cabe merah segar.Teknologi pengemasan dan penyimpanan suhu dingin dengan memperhatikan kapasitas produk adalah salah satu cara untuk memperpanjang umur simpan cabe.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup yang menjadi batasan pada penelitian ini adalah: a. Kemasan yang digunakan pada penelitian ini jala plastik (sebagai kontrol), karung plastik untuk pangan dan kardus karton gelombang dengan tipe Regular Sloted Container (RSC) dengan jenis single wall berventilasi. b. Kapasitas cabe yang digunakan adalah ± 3 kg c. Suhu penyimpanan adalah 10°C, 15°C dan suhu kamar (±27-30°C). d. Cabe yang digunakan adalah cabe merah keriting segar (Cabe Hibrida-TM 99)
Hipotesis Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan untuk dianalisis dan dibuktikan adalah jenis kemasandan suhu penyimpanan dapat mempengaruhi penurunan kualitas cabe merah segar.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jenis kemasan dan suhu penyimpanan terhadap kualitas produk cabe merah(Capsicum annuum L.) segar dalam bentuk curahuntuk memperpanjang umur simpan (self life). Adapun tujuan khususnya adalah: 1. Menganalisis pengaruh jenis kemasan terhadap masa simpan cabe merah segar yang disimpan pada beberapa tingkatan suhu. 2. Menganalisis perubahan kualitas cabe merah selama penyimpanan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi teknologi tepat guna yang bisa diterapkan oleh pelaku tata niaga cabe.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi dan Fisiologai Cabe Merah Cabe merupakan tumbuhan yang berasal dari genus Capsicum dan merupakan tanaman dari famili Solonaceae. Genus Capsicum terdiri atas 25 spesies, dan lima diantaranya sudah dibudidayakan, yaitu Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum pubescences, Capsicum baccatum, Capsicum chinense. Tiga spesies yang paling banyak dibudidayakan di dunia adalah Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense (Cantwell 2009). Cabe keriting hibrida TM 99 merupakan salah satu varietas dari C. annuum yang berasal dari Hungnong, Korea. Tanaman tegak dengan pertumbuhan tanaman yang kuat dan kokoh, tanaman ini memiliki ketinggian sekitar 110-140 cm. Potensi hasil mencapai 14 t/ha dan dapat dipanen pertama umur 80 – 85 hari setelah tanam (hst). Tinggi tanaman ± 65 cm, diameter buah ± 1,3 cm dan panjang buah ± 12 cm. Bentuk buah bulat panjang ramping, kulit buah tidak rata, kadangkadangmelengkung. Dapat ditanam di dataran rendah maupun tinggi, rata-rata per batang menghasilkan 0,8 - 1,2 kg. Secaranormal panen dapat dilakukan 12 - 20 kali (Piay et al. 2010) Kandungan gizi cabe keriting menurut Direktorat Depkes (1981) disajikan pada Tabel 2. Cabe diketahui sebagai sumber phytochemical yang berbeda yang terdiri dari vitamin C, senyawa fenolik, flavonoid dan karotenoid (Chuah 2008). Kandungan senyawa senyawa ini dipengaruhi oleh kultivar, kematangan, kondisi pertumbuhan dan penanganan pascapanen cabe (Zhuang et al.2012). Cabe merupakan sumber vitamin A (karoten) dan vitamin C yang baik (Taksinamanee et al. 2006) Rasa pedas yang dimiliki cabe disebabkan oleh senyawa capsaicin (C 18 H 27 NO 3 ) yang memiliki berat molekul 305.41 g/mol. Capsaicin merupakan komponen terbanyak dari capsaicinoid yang diikuti oleh dihidrocapsaicin, nordihidrocapsaicin, homodihidrocapsaicin, dan homocapsaicin (Govindarajan dan Sathyanarayana, 1991; European Commission Health and Consumer Protection Direstorate-General, 2002). Warna pada cabe merah dikendalikan oleh beberapa senyawa karotenoid seperti capsanthin, capsorubin dan xanthophylls untuk warna merah, sedangkan warna kuning orange oleh senyawa β-karoten dan zeaxanthin (Ittah et al. 1993)Karotenoid merupakan suatu pigmen berwarna oranye, merah, atau kuning. Senyawa karotenoid biasanya terdapat pada buah-buahan berwarna merah yang merupakan suatu zat yang larut dalam lemak atau pelarut organik, namun tidak larut di dalam air, gliserol, dan propilen glikol. Senyawa ini sensitif terhadap alkali dan sangat sensitif terhadap udara dan sinar terutama pada suhu tinggi. Istilah karoten digunakan untuk zat yang memiliki atom C 40 atau dengan rumus molekul C 40 H 56 (Duttaet al.2005). Cabe merah memiliki pola respirasi non klimaterik yang dipanen pada tahap pemasakan (ripening). Tahapan perkembangan buah dimulai dari tahap pertumbuhan (growth), pematangan (maturation), matang fisiologis (physiological maturity), pemasakan (ripening), dan pelayuan (senescence) (Kays
5
1991). Pertumbuhan adalah tahap pembelahan sel-sel sampai mencapai tahap ukuran sel maksimal (mature), selanjutnya tahap pemasakan (ripening) adalah tahap perubahan buah dari fase matang menjadi buah yang siap dimakan, sedangkan senescence adalah tahap kemunduran yang menuju ke arah penuaan buah sampai terjadinya kematian jaringan. Tabel 2 Kandung gizi cabe merah keriting per 100 gram No. Kandungan Gizi Cabe merah keriting 1 Kadar air (%) 10,0 2 Kalori (kal) 311 3 Protein (g) 15,9 4 Lemak (g) 6,2 5 Karbohidrat (g) 61,8 6 Kalsium (mg) 160 7 Fosfor (mg) 270 8 Besi (mg) 2,3 9 Vitamin A (SI) 576 10 Vitamin C (mg) 50,0 11 Vitamin B1 (mg) 0,4 12 Berat yang dapat dimakan/ BBD (%) 85 Sumber: Direktorat Gizi, Depkes RI (1981) Setelah panen, buah cabe masih mengalami proses respirasi untuk memecahkan substrat makromolekul yang ada pada cabe yang dipanen. Winarno (2002) menyatakan proses metabolisme yang terpenting adalah respirasi, yaitu proses pemecahan oksidatif substrat makromolekul seperti karbohidrat, protein dan lemak menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana (air, CO 2 , dan energi). Akibat proses respirasi terjadi perubahan kandungan kimia dan fisik yaitu perubahan warna, tekstur, penyusutan bobot, penurunan dan kandungan bahan terlarut dan keasaman. Selanjutnya perubahan tersebut dapat mengakibatkan kenampakan produk hortikultura menjadi kurang menarik dan penurunan kualitas secara keseluruhan. Reaksi kimia sederhana untuk respirasi adalah sebagai berikut : C 6 H 12 O 6 + 6 O 2 → 6 CO 2 + 6 H 2 O + 675 kal Menurut Winarno (2002) proses respirasi dapat diukur melalui beberapa senyawa penting yaitu glukosa, ATP, CO 2 dan O 2 . Pengukuran kandungan CO 2 lebih mudah dilakukan karena jumlah produksi CO 2 relatif cukup besar. Proses respirasi dapat dibedakan dalam tiga tingkat, yaitu (1) Pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana, (2) Oksidasi gula menjadi asam piruvat, dan (3) Transformasi asam piruvat dan asam-asam organik lainnya menjadi CO 2 , air dan energi (Syarief dan Haryadi, 1993). Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk menentukan umur simpan produk hortikultura setelah panen dimana laju respirasi yang tinggi biasanya disertai dengan umur simpan yang pendek. Utama (2001) mengatakan semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat pula perombakan-perombakan tersebut yang mengarah pada kemunduran dari produk tersebut. Air yang dihasilkan ditranspirasikan dan jika tidak dikendalikan
6
produk akan cepat menjadi layu, sehingga laju respirasi sering digunakan sebagai indeks yang baik untuk menentukan umur simpan pascapanen produk segar. Umur simpan produk segar dapat diperpanjang dengan menempatkan dalam lingkungan yang dapat memperlambat laju respirasi dan transpirasi melalui penurunan suhu produk, mengurangi ketersedian oksigen dan meningkatkan konsentrasi CO 2 dan menjaga kelembaban nisbi yang mencukupi dari udara sekitar produk. Penanganan Pascapanen Cabe Merah Tujuan utama penanganan pascapanen adalah memperkecil kehilangan dan kerusakan produk panen dimana besarnya kehilangan pascapanen sangat bervariasi menurut komoditi dan tempat penghasil. Menurut Amiruzaman (2000) di dalam Rahman et al.(2012) menyatakan kehilangan hasil pascapanen produk rempah (spices) pada negara berkembang antara 20-50% sedangkan pada negara maju 5-25%. Penyebab utama susut pascapanen adalah kurang tepatnya penanganan pascapanen, transportasi, pengemasan dan fasilitas penyimpanan yang minim. Selain tujuan di atas, penanganan pascapanen bertujuan untuk menyajikan makanan yang menarik dan bergizi kepada konsumen (Nyanjage et al.2005). Pelaku penanganan dan konsumen memberikan peranan penting dalam menjaga kualitas cabe seperti warna, kesegaran dan tekstur selama proses penangan dan penyimpanan (Sigge et al. 2001). Utama (2001) menyatakan penanganan pascapanen harus dilakukan secara hati-hati untuk memperoleh buah-buahan yang segar dan mempunyai kualitas yang tinggi. Penanganan secara kasar dapat mempengaruhi kualitas produk baik secara morfologis (panjang, diameter, volume, dan bobot), mekanis (ketahanan produk terhadap benturan dan goresan) dan fisiologis.Sukses penanganan pascapanen memerlukan koordinasi dan integrasi yang hati-hati dari seluruh tahapan dari operasi pemanenan sampai ke tingkat konsumen untuk mempertahankan mutu produk. Teknologi penanganan cabe segar dapat diawali sejak proses pemetikan yang tepat serta pemisahan dengan buah yang busuk/sakit untuk menghindari terjadinya penularan ke buah cabe yang sehat. Pada saat proses panen, sebaiknya cabe merah secepat mungkin ditempatkan pada kondisi yang sejuk serta tidak ditutup secara rapat. Tahapan penanganan pascapanen cabe adalah:sortasi, grading (pengkelasan mutu), pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Gradingatau pengkelasan mutu dilakukan sesuai dengan tujuan pasar yang dituju. Kualitas akhir cabe dinilai dengan sejumlah indeks yang berbeda si setiap negara. Namun tingkat warna dan kepedasan paling banyak digunakan (Kim et al. 2002)Menurut Ittah et al. (1993), pengkelasan mutu cabe terdiri dari Grade A jika warna merahnya sangat kuat, Grade B jika warna merahnya normal dan Grade C jika warna pada cabe ada yang berwarna kuning dan coklat. Di Indonesia, standar persyaratan mutu cabe merah diatur dalam SNI 01-4480-1998 (Tabel 3), namun persyaratan ini belum digunakan oleh pelaku usahacabeuntuk menilai kualitascabe.
7
Tabel 3Persyaratan mutu cabe merah segar (SNI) 01-4480-1998 Karakteristik Satuan Mutu I Mutu II Mutu III Keseragaman warna % Merah>95 Merah>95 Merah>95 Keseragaman bentuk % 98 seragam Merah>95 Merah>95 Keseragaman ukuran % 98 normal 98 normal 98 normal Cabe Merah Besar Panjang buah cm 12-14 9-11 <9 Garis tengah pangkal cm 1,5-1,7 1,3-1,5 <1,3 Tingkat kerusakan buah % 0 1 2 Cabe Merah Keriting Panjang buah cm 12-17 10-12 <10 Garis tengah pangkal cm 1,3-1,5 1,0-1,3 <1,0 Tingkat kerusakan buah % 0 1 2 Kadar kotoran* % 1 2 5 *Kotoran yang dimaksud adalah benda selain cabe merah segar seperti ranting, daun atau benda lainnya.
Sumber: BSN (1998) Penanganan pascapanen yang tidak tepat dan benar dapat mengakibatkan susut dari poduk segar tersebut. Purwanto et al. (2012)menyatakan kehilangan pascapanen produk cabe di Jawa Barat, mulai tahap panen, sortasi, transportasi dan penyimpanan sekitar 20,2% sampai 22,6%.
Penyimpanan Dingin Penyimpanantidak dapat meningkatkan mutu tetapi hanya mempertahankan mutu saja. Penyimpanan dingin merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan cara pendinginan pada suhu di atas suhu pembekuannya. Penyimpanan di bawah suhu 15 oC dan di atas titik beku bahan, tergantung pada masing-masing produk yang disimpan dikenal sebagai penyimpanan dingin. Pendinginan menuntut adanya pengendalian terhadap kondisi lingkungan, seperti suhu yang rendah, komposisi udara, kelembaban dan sirkulasi udara (Kader1992).. Menurut Winarno (2002), tujuan penyimpanan suhu dingin (cool storage) adalah untuk mencegah kerusakan tanpa mengakibatkan pematangan abnormal atau perubahan yang tidak diinginkan sehingga mempertahankan komoditas dalam kondisi yang dapat diterima oleh konsumen selama mungkin. Penyimpanan yang umumnya dilakukan adalah menggunakan suhu rendah dimana suhu diset di atas titik beku dan daya simpannya lebih lama. Suhu rendah ini biasanya diikuti dengan kelembaban nisbi yang optimum agar produk tidak mengalami kekeringan. Penurunan suhu penyimpanan merupakan satu cara yang paling efektif untuk menjaga komoditas karena dapat mengurangi respirasi dan proses metabolisme (Burg 2004). Penyimpanan dingin suatu produk hortikultura harus memperhatikan suhu optimal produk tersebut. Suhu optimal cabe (pepper) adalah 7-10°C dengan RH
8
90-95% (Shika dan Watere 2001; Jansasithorn et al. 2010: Walker 2010), cabe (chillies) pada suhu 5-10°C (Thompson 2002), suhu 7-13°C (GonzalezAguilar2013).Penyimpanan cabe di atas suhu 13°C akan mengakibatkan pematangan yang cepat dan terinfeksi bakteri busuk lunak selama penyimpanan (Antonio 2013; Gonzalez-Aguilar 2013). Chilling injury pada cabe (Capsicum Annum L) terjadi pada penyimpanan di bawah suhu 7°C (45 °F) (Kan et al. 2007; Gonzalez-Aguilar 2013). Gejala chilling injurypada cabe adalah terbentuk legokan (pitting) di permukaan, busuk basah yang disebabkan oleh Alternariadan perubahan warna (Paul 1990).Tanda fisiologi terjadinya chilling injury ditandai oleh meningkatnya laju respirasi, produksi etilen dan ion leakageSensitivitas terhadap chilling injurybervariasi tergantung pada varietas, contohnya paprika matang atau berwarna kurang peka terhadap kerusakan dingin dibandingkan paprika hijau (Gonzalez-Aguilar2013). Pendinginan buah dengan cepat setelah panen adalah cara yang sangat efektif untuk menghilangkan panas lapang, karena dapat menurunkan kecepatan laju respirasi, pematangan dan kemerosotan buah. Perbedaan temperatur antara udara dan buah, ukuran buah dan pengemasan akan menentukan laju respirasi/kecepatan pendinginan dan waktu yang dibutuhkan untuk pendinginan (Chen1988). Menurut Kader (1992), suhu penyimpanan memengaruhi laju respirasi dimana kenaikan suhu dapat menaikkan laju respirasi, dan ditambahkan Winarno (2002) mengatakan bahwa setiap kenaikan suhu 10oC akan meningkatkan laju pernapasan sebesar dua atau tiga kali.
PengemasanCabe Merah Segar Pengemasan tidak memperbaiki mutu produk tetapi mempertahankan mutu. Oleh karena itu, pengemasan produk yang busuk atau rusak akan menjadi sumber kontaminasi bagi produk lain yang baik. Pengemasan buah ialah meletakkan buah-buahan ke dalam suatu wadah yang sesuai dan baik sehingga komoditi tersebut terlindungi dari kerusakan mekanis, fisiologis, kimiawi, dan biologis. Kegiatan pengemasan ini sering juga disebut pengepakan atau packaging Pengemasan merupakan salah satu cara dalam memberikan kondisi yang tepat bagi bahan pangan untuk menunda proses kimia dalam jangka waktu yang diinginkan. Kemasan memberikan lingkungan yang berbeda pada produk yang disimpan karena laju perembesan O 2 ke dalam kemasan dan CO 2 ke luar kemasan sebagai akibat proses respirasi, berbeda-beda tergantung dari jenis dan sifat kemasan yang digunakan. Beberapa jenis kemasan transportasi yang digunakan dalam proses penanganan, penyimpanan dan pemasaran cabe. Jenis kemasan cabe dapat berupa karton bergelombang, karung plastik (polyethylene) dan kantung plastik untuk kemasan retail (Walker 2010). Di negera Kamboja, Laos dan Vietnam kemasan transportasi untuk cabe segar yang digunakan adalah kerajang bambu, krat kayu, krat plastik dan karung plastik. Krat plastik menawarkan perlindungan yang lebih baik terhadap luka fisik dari wadah lain karena permukaan krat halus, kekakuan dan penanganan yang mudah . Karung plastik dan jaring tidak dianjurkan kecuali ditempatkan dalam kontainer yang kaku (Antonio 2013). Di Bangladesh jenis
9
kemasan transportasi yang digunakan untuk mengangkut cabe hijau (green chilli) adalah karung goni dan kardus karton besar (Rahman et al 2012). Sedangkan di Indonesia adalah karung plastik, jala/jaring plastik dan kardus daur ulang dengan kapasitas 30-60 kg (Purwanto et al2012). Kardus karton gelombang adalah kemasan transportasi untuk berbagai jenis produk buah dan sayuran yang banyak digunakan. Peleg (1985) menyatakan bahwabeberapa tipe kemasan karton gelombang yang umum digunakan yaitu : Regular Slotted Container (RSC) biasa disebut wadah celah teratur karena kedua tutup sama panjang dan bertemu di tengah pada saat ditutup, Half Telescopic Container (HTC) yang terdiri dari dua wadah yang ditumpuk dimana satu kotak sedikit lebih kecil dari kotak lainnya dan Full Telescopic Container (FTC) terdiri dari wadah yang tertutup yang terpisah antar wadah bagian atas dan wadah bagian bawah. Ketiga tipe kemasan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tipe kemasan (A) RSC, (B) HTC, dan (C) FTC. Komoditi hortikultura bersifat mudah rusak (perishable) dan masih melakukan metabolisme sebagai aktivitas hidup maka pemuatan produk dalam kemasan harus dilakukan secara efisien untuk menghindari kerusakan produk selama transportasi. Penggunaan 60-65% volume kemasan adalah penggunaan volume kemasan yang baik untuk mengurangi kerusakan produk karena masih tersedianya ruang dalam kemasan untuk pertukaran gas-gas yang dihasilkan dari proses metabolisme produk selama dikemas (Peleg, 1985).Taufik (2011) menyatakan kemasan yang ideal adalah yang mudah diangkat, aman, ekonomis, dan dapat menjamin kebersihan produk. Kemasan lain yang biasa digunakan pedagang adalah jala dengan kapasitas 9−100 kg. Kemasan ini sangat praktis, tetapi tidak dapat melindungi cabe dari kerusakan mekanis dan fisiologis, terutama pada saat ditimbang dan di dalam alat angkut. Penelitian kemasan cabe yang telah dipublikasikan lebih banyak menggunakan kemasan plastik dengan kapasitas 250-500 gram. Jenis bahan plastik yang diteliti adalah polyethylene (PE) (Taksinamanee et al. 2006; Tano et al.2008; Akbudak 2008; Rao et al. 2011 dan Rahman et al. 2012), low density polyethylene (LDPE) (Lowndsetal.1994; Monolopoulou etal. 2010), Polivinylclorida (PVC) (Taksinamanee et al, 2006; Zaulia et al, 2006; Monolopoulou et al, 2010)dan bahan plastik polypropylene (PP) (Zaulia et al, 2006; Rahman et al, 2012) . Jenis plastik polyethylene (PE) lebih baik menjaga kualitas spesies Capsicum annuum L dibandingkan jenis plastik polyethylene (PE) dan Polivinylclorida(PVC).
10
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB. Penelitian ini dilaksanakan selama ± 5 bulan dimulai dari November 2012-Maret 2013. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cabe merah keriting segar (Cabe Hibrida–TM 99), yang baru di panen oleh petani pada musim kemarau (November 2012) di daerah dataran tinggi Pasirwangi-Garut dengan kriteria utama keseragaman warna sampel, bebas dari hama penyakit dan bebas dari cabe yang rusak mekanis/busuk. Jenis kemasan dalam penelitian ini sesuai dengan bahan yang digunakan di pasaran namun mengalami pengecilan ukuran untuk penyesuaian kapasitas cabe yang digunakan. Jala plastik dan karung plastik yang biasa digunakan di pasaran berukuran 80 cm x 120 mm untuk kapasitas ±40 kg sedangkan kardus karton berukuran 50 cm x 50 cm x 70 cm untuk kapasitas cabe ±30 kg. Kapasitas cabe dalam setiap kemasan dalam penelitian ini adalah ± 3 kg, dengan penyesuaian ukuran kemasan jaladengan ukuran 35 cm x 55 cm (sebagai kontrol), karung plastik dengan ukuran 45 cm x 75 cm dan kardus karton dengan ukuran 30 cm x 28 cm x 22 cm, ketebalan ± 6 mm, kardus karton yang digunakan tipe RSC dengan jenis single wall berventilasi dengan cara dilubangi 9 titik pada setiap sisinya (diameter lubang 2 cm). Bahan kimia yang digunakan adalah larutan iod 0,01 N dan amilum 1% untuk analisa vitamin C. Peralatan yang digunakan adalah lemari pendingin (cold storage) dengan suhu 10 oC dan 15 oC, Cosmo Tector (mengukur konsentrasi O 2 dan CO 2 ), Rheometer model CR-3000 untuk mengukur kekerasan, Kromameter Minolta tipe CR-400 untuk mengukur warna, Timbangan Mettler PM 4800, Stoples kaca, Camera digital ,Cold Storage dan alat-alat gelas untuk analisis vitamin C. Metode Penelitian Sampel cabe keriting varietas Hibrida TM 99yang baru di panen petani di Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut. Dari kebun diangkut ke tempat sortasi. Cabe di tempering (di angin-anginkan) 1-2 jam sambil dilakukan sortasi kemudian di kemas. Pengemasan yang digunakan adalah kardus karton tipe RSC jenis single wall berventilasi, karung plastik dan keranjang plastik berjala (sebagai kontrol) dengan kapasitas masing masing 3 kg cabe merah. Penyimpanan dilakukan pada suhu 10°C, 15°C dan suhu kamar (± 27-30°C) selama kurang lebih 3 minggu. Pengamatan mutu yang di analisa adalah laju respirasi (pengukuran konsentrasi O 2 dan CO 2 ) dilakukan 24 jam sekali, susut bobot, warna dan kekerasan dilakukan 2 hari sekali sampai cabe yang diamati mulai rusak/busuk. Sedangkan kadar vitamin C dan kadar air dilakukan sampai hari ke tujuh.
11
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan untuk tiap-tiap produk yang dikemas. Faktor pertama yang digunakan adalah perlakuan jenis kemasan yang terdiri atas 3 taraf yaitu jala plastik (kontrol), karung plastik dan kardus karton berventilasi. Faktor kedua yang digunakan adalah perlakuan suhu penyimpanan yang terdiri atas tiga taraf, yaitu 10°C,15 oC dan suhu ruang(±27-30°C). Sedangkan pengamatan secara visual dilakukan sampai cabe mengalami kebusukan lebih dari 40% di setiap kemasan. Percobaan dilakukan dengan tiga kali ulangan. Untuk melihat pengaruh perlakuan dilakukan analisis ragam (ANOVA) dan jika terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Analisa statistik dilakukan dengan menggunakan program SPSS stastistik versi 20. Model linearnya adalah: Ỳ ijk = µ + ᾳi + ßj + (ᾳß) ij + ɛ ijk Dimana:Ỳ ijk = Pengamatan pada faktor pengemasan taraf ke i, faktor suhu ke j dan ulangan ke k, µ = Rataan umum, ᾳi = Pengaruh utama faktor pengemasan, ßj = Pengaruh utama faktor suhu, (ᾳß) ij= Komponen interaksi dari faktor pengemasan dan faktor suhu, ɛ ijk = Pengaruh acak dari interaksi faktor pengemasan dan suhu yang menyebar normal (0, ϭ2). i = 1,2,3. j=1,2,3. Diagram alir proses penelitian dapat diamati pada Gambar2.
Pengamatan Laju respirasi Laju respirasi diukur berdasarkan laju produksi CO 2 dan konsumsi O 2 yang dihasilkan cabe merahdengan menggunakan Cosmo Tector. Besarnya konsentrasi CO 2 dan O 2 tertera dalam vol % udara. Laju respirasi di ukur setiap 24 jam sekali. Sebelum dilakukan pengukuran laju respirasi, dilakukan pengukuran densitas cabe untuk mengetahui volume dari cabe yang ditaruh dalam stoples. Cabe dalam kemasan diambil setelah dilakukan pengadukan dan di timbang masing masing sebesar ±400 gran, yang kemudian dimasukkan ke dalam stoples yang bervolume 3310 ml. Stoples kemudian ditutup rapat (stoples digunakan sebagai respiration chamber), dimana pinggiran penutupnya dilapisi malam (wax) agar tidak kebocoran, untuk saluran pengeluaran dan pemasukkan dibuatkan dua selang yang ujung-ujungnya di jempit. Stoples yang telah di isi cabe disimpan selama 4 jam (antara pukul 9-13 WIB) pada masing masing suhu penyimpanan. Setelah penyimpanan selama 4 jam, stoples dihubungkan dengan selang pipa alat pengukur gas Cosmo Tector untuk melewatkan gas CO 2 dan O 2 yang kemudian diukur konsentrasi gasnya (Gambar 3). Setelah itu cabe yang telah diukur dimasukkan kembali ke kemasan masing-masing dan disimpan sesuai suhu
12
Cabe merah keriting segar (V
Hib id TM 99)
Sortasi dan Tempering
Penimbangan sebanyak ± 3kg untuk tiap kemasan
Pengemasan
Penyiapan bahan pengemas (kardus karton, karung plastik, dan jala plastik)
Pembuatan ventilasi pada kemasan kardus karton (9 titik lubang dengan diameter 2 cm)
Penyimpanan pada suhu 10 °C, 15 oC dan suhu ruang (±27-30 oC)
Analisis kualitas cabai merah (laju respirasi, susut bobot, kekerasan, warna dan vitamin C)
Analisis sidik ragam dan uji DMRT
Jenis bahan pengemas dan suhu penyimpanan terbaik
Selesai
Gambar 2 Diagram alir proses penelitian cabe merah segar penyimpanannya. Volume bebas dalam wadah ditentukan dengan mengukur volume stoples kemudian dikurangi dengan volume buah. Besar laju respirasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (1) dan (2)
13
R 1 =-
V
dx 1
V
dx 2
W
R 2 =dimana: x1 x2 t R W V
W
dt dt
= konsentrasi gas O 2 (%), = konsentrasi gas CO 2 (%), = waktu (jam), = laju respirasi (ml/kg.jam), = massa produk (kg), = volume bebas chamber (ml)
Gambar 3 Cara pengukuran laju respirasi cabe Susut bobot Perhitungan susut bobot dilakukan berdasarkan pada presentase penurunan bobot bahan sejak awal penyimpanan sampai dengan akhir penyimpaan. Untuk mengukur susut bobot digunakan rumus sebagai berikut: Susut Bobot =
𝑊𝑊𝑜𝑜 − 𝑊𝑊1 𝑊𝑊𝑊𝑊
x 100 %
dimana : Wo = bobot bahan awal penyimpanan, W t = bobot bahan akhir penyimpanan. Pengukuran nilai kekerasan Uji kekerasan diukur berdasarkan tingkat ketahanan produk terhadap jarum penusuk dari Rheometer DX-500. Cabe merah ditekan oleh probe yang diamternya 2,5 mm (berbentuk jarum), alat di atur pada mode 20 dengan beban maksimum 2 kg, kedalaman penekanan (R/H Hold) sebesar 5mm, kecepatan penurunan beban (P/T Press sebesar 30 mm/menit). Setiap kemasan diambil tiga buah cabe yang telah mengalami pengadukan. Setiap cabe dilakukan pengukuran pada tiga titik berbeda berbeda (pangkal, tengah dan ujung cabe) dan dilakukan tiga kali ulangan. Setelah alat di-setting, produk diletakkan hingga stabil, kemudian tombol start ditekan dan jarum akan bergerak ke bawah dan menusuk produk. Besarnya
14
tekanan yang diperlukan untuk menusuk produk menunjukkan kekerasan produk. Nilai pengukuran dapat dilihat pada alat yang dinyatakan dengan kgf (dikonversi ke satuan Newton. 1 kgf = 9,80665 N).
Gambar 4 Cara peengukuran nilai kekerasan cabe merah Pengukuran perubahan warna Pengukuran warna cabe selama pengamatan dilakukan dengan menggunakan chromameter Minolta CR-400. Sampel cabe yang akan diukur di iris terlebih dahulu dan kulit cabe dilebarkan seluas ± 1-2 cm2 yang kemudian di bidik oleh chromameter untuk mengukur nilai l, a dan b. Melalui alat ini akan diperoleh tingkat intensitas cahaya dengan sistem notasi warna Hunter dalam bentuk 3 parameternyaitu L*, a* dan b* seperti pada Gambar 4. Nilai L* menunjukkan tingkat kecerahan (lighteness) [L*= 0 (Hitam) dan L*=100 (Putih)]. Nilai a*menunjukkan warna kromatik campuran merah hijau yang terdiri dari +a* yang menunjukkan warna merah dengan nilai 0 hingga 60, sedangkan –a* menunjukkan warna hijau dengan nilai 0 hingga -60. Nilai b* menunjuukan warna kromatik campuran biru kuning yang terdiri dari +b* yang menunjukkan warna kuning dengan nilai 0 hingga 60, serta nilai –b* yang menunjukkan warna biru dengan nilai 0 hingga -60.
Gambar 5Sistem notasi warna Hunter Hasil pengukuran nilai a* dan b* dikonversikan ke dalam satuan kromatik C*dan derajat Hue (°hue). Nilai C* menunjukkan intensitas suatu warna sedangkannilai °hue mendeskripsikan warna murni dimana menunjukkan warna dominandalam campuran beberapa warna. Untuk memperoleh nilai C* dan °hue digunakanrumus sebagai berikut :
15
Kadar vitamin C (Apriyantono et al. 1998) Sampel dihancurkan kemudian ditimbang sebanyak 10 gram. Masukkan dalam labu ukur 250 ml kemudian ditambahkan air suling sampai tanda tera. Saring dengan menggunakan kertas saring. Filtrat sebanyak 25 ml langsung dititrasi dengan larutan iod 0.01 N. Ditambahkan indikator kanji (2 ml amilum 1% ) pada filtrat sebelum dititrasi. Dilakukan titrasi sampai terjadi perubahan warna yang stabil (terbentuk warna biru ungu). Asam Askorbat (mg/ 100 g bahan) = Dimana :P
= faktor pengenceran
ml iod 0.01 N x 0.88 x P ×100 g berat bahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Visual Mutu Cabe Selama Penyimpanan Pengambilan sampel Untuk menghasilkan penelitian yang akurat maka pengendalian bahan cabe yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari proses panen.Panen dimulai pukul 07.00 WIB dan sekitar pukul 10.00 WIB di angkut ke tempat sortasi, dan cabe yang dikemas dengan karung plastik di angin-anginkan terlebih dahulu sebelum dikemas kembali (Gambar 6). Tempering dilakukan agar cabe dapat menyeimbangkan suhunya dengan lingkungan sebelum di kemas, Proses sortasi dapat mengurangi susut bobot cabe selama distribusi,karena cabe rusak/busuk bila disatukan dengan cabe yang segar dan baikdapat mengkontaminasi cabe segar lainnya. Penjualan cabe secara curah, pada umumnya dilakukan dengan kapasitas 40 kg untuk kemasan jala dan karung plastik (ukuran kemasan 80 cm x 120 cm), dan kemasan kardus kapasitas 30 kg (ukuran kemasan 50 cm x 50 cm x 70 cm). Pengisian cabe melebihi dari daya tampung kemasanm sehingga cabe dipadatkan tanpa ada ruangan kosong, hal ini mempercepat kerusakan cabe. Dalam penelitian ini, pengisian cabe ke dalam kemasan tidak dipadatkan, tapi disesuaikan dengan kapasitas kemasan dan ada ruangan kosong di bagian atas kemasan kardus karton. Kapasitas yang digunakan ± 3 kg dengan ukuran kemasan jala 35 cm x 35 cm, karung plastik 45 cm x 75 cm dan kardus karton 30 cm x 28 cm x 22 cm.
Gambar 6 Kegiatan sortasi dan pengemasan saat pengambilan sampel Penelitian ini dihentikan pengamatan setelah secara visual sudah tidak layak konsumsi (mulai busuk) atau dengan tingkat kerusakan lebih dari 40% setiap
16
kemasan. Batasan ini ditetapkan lebih kecil dari batasan kehilangan hasil maksimal menurut Amiruzaman (2000) di dalam Rahman etal. (2012) yang menyatakan kehilangan hasil pascapanen produk sayuran pada negara berkembang antara 20-50% sedangkan pada negara maju 5-25%. Setiap jenis kemasan dan suhu penyimpanan menghasilkan lama simpan yang berbeda (Tabel 4). Rata-rata suhu dan RH selama penyimpanan disajikan pada Tabel 5. Tabel 4 Lama pengamatan yang dilakukan pada cabe segar dengan jenis kemasan dan suhu penyimpanan yang berbeda Jenis Kemasan Suhu Penyimpanan Suhu Kamar (± 27-30ºC) Suhu 15°C Suhu 10°C
Lama Pengamatan Cabe (Hari) Jala Karung Plastik Kardus Karton 5 13 17
7 17 21
13 21 39
Tabel 5 Rata-rata suhu (°C) dan kelembaban (%) pada ruang penyimpanan Ruang Penyimpanan
Parameter
Suhu 10°C
Suhu (°C) RH (%) Suhu (°C) RH (%) Suhu (°C) RH (%)
Suhu 15°C Suhu Kamar
Hasil Pengukuran Rata-rata Max
10,49 78,57 16,68 80,22 26,30 46,48
17,31 85,71 22,12 83,79 26,99 51,94
Min
9,52 58,11 16,93 64,15 25,90 45,70
Kerusakan cabe merah berdasarkan pengamatan visual Indikator kerusakan cabe pada penelitian ini berdasarkan pengamatan visual yaitu terdapatnya jamur, tekstur yang sudah lunak dan kebusukan yang terjadi sampai ±40% dalam satu kemasan. Gejala kerusakan yang ditimbulkan untuk setiap jenis kemasan berbeda. Pada kemasan jala ditandai oleh tingkat kekeringan cabe yang tinggi (susut bobot lebih dari 20%). Kemasan karung plastik, kerusakan cabeditandai oleh timbulnya jamur dan mulai busuk basah, sedangkan pada kemasan kardus karton terjadinya busuk hitam kering. Pada penyimpanan suhu kamar, kerusakan cabe pada kemasan jala terjadi setelah penyimpanan hari ke5, karung plastik setelah hari ke7 dan kardus karton setelah hari ke 13 (Gambar 7).Pada kemasan jala yang disimpan pada suhu kamar (±27-32°C), kerusakan ditandai dengan tingkat kekeringan yang tinggi dan susut bobot lebih dari 20% yaitu 30,72%.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rahman et al. (2012) yang menyatakan bahwa cabe hijau yang disimpan tanpa kemasan pada suhu 20-32°C mengalami penurunan kadar air secara dratis dan pengkeriputan yang cepat sehingga mengakibatkan penurunan kualitas terutama tingkat kesegaran dan penerimaan pasar. Pada kemasan karung plastik indikator
17
kerusakan ditandai timbulnya jamur dan mulai busuk basah (susut bobotnya 16,73%) , sedangkan pada kemasan kardus karton terjadinya busuk hitam kering (susut bobotnya sudah mencapai 24,77%).
(a) (b) (c) Gambar 7Indikator kerusakan cabepada suhu kamar (a) Jala hari ke 5, (b) karung plastik hari ke 7 dan kardus karton hari ke 13 Pada suhu penyimpanan 15°C, kerusakan cabe yang dikemas jala terjadi setelah penyimpanan hari ke 13, karung plastik setelah hari ke17dan untuk kardus karton setelah hari ke 21 (Gambar 8). Pada suhu 15°C, indikator kerusakan cabe yang dikemas dengan karung dan kardus karton adalah sama yaitu cabe menjadi busuk hitam, namun berbeda tingkat kekeringannya, untuk cabe di karung plastik terjadi busuk basah (susut bobotnya 10,21%), sedangkan cabe di kardus karton busuk kering (susut bobotnya 10,52%). Cabe yang dikemas dengan jala memiliki susut bobot yang tinggi (rerata 22,90%) dengan kondisi cabe lebih basah bila dibandingkan dengan cabe yang disimpan pada suhu kamar. Adanya jamur sebagai indikator kerusakan cabe digunakan juga pada penelitian Zaulia et al. (2006) dan hasil penelitian Vicente et al. (2005) menyatakan bahwa kerusakan cabe pada suhu dingin (10°C) disebabkan oleh cendawan Alternaria dan Botrytis, dan dapat dihambat bila dilakukan perlakuan penyinaran dengan cahaya UV-C .
(a) (b) Gambar 8Indikator kerusakan cabepada suhu 15°C (a) karung hari ke 17 dan (b) kardus karton hari ke 21 Kerusakan cabe yang disimpan pada suhu 10°C dengan kemasan jala terjadi setelah penyimpanan hari ke17, karung plastik setelah hari ke21 dan kardus karton setelah hari ke 39. Indikator kerusakan hampir sama dengan suhu 15°C namun kondisi cabe lebih kering (Gambar 9). Hal ini dapat dibuktikan dengan susut bobot yang semakin tinggi (untuk jala 37,51%, karung plastik 12,52% dan kardus karton 16,07%).
18
(a)
(b)
Gambar 9Indikator kerusakan cabepada suhu 10°C (a) karung hari ke 21 dan (b) kardus karton hari ke 39 Penyimpanan dingin dapat mempertahankan kualitas cabe merah dan menghasilkan umur simpan yang lebih lama dibandingkan dengan suhu di atasnya. Suhu sangat berpengaruh pada cepat atau tidaknya laju respirasi karena pada suhu tinggi dapat menyebabkan proses pemecahan komponen komplek seperti karbohidrat dapat berlangsung lebih cepat.Hal ini dijelaskan oleh Wills et al. (1981) yang mengemukakan setiap peningkatan suhu 10 oC maka laju respirasi meningkat 2 kali lipat, tetapi pada suhu di atas 35 oC laju respirasinya menurun karena aktivitas enzim terganggu sehingga menghambat difusi oksigen. Selain mengurangi laju respirasi dan metabolisme, suhu dingin dapat mengurangi laju penuaan akibat adanya pematangan, pelunakan serta tekstur dan warna; dan mengurangi kerusakan karena aktivitas mikroba.
Perubahan Kualitas Cabe Selama Penyimpanan Analisa statistik dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap kualitas cabe yang disimpan. Cabe dengan kemasan jala dijadikan kontrol untuk membandingkan kualitas cabe antar perlakuan. Batas lama penyimpanan disesuaikan dengan lama simpan cabe dengan kemasan jala yaitu untuk menyimpanan suhu kamar sampai hari ke 5, suhu 15°C sampai hari ke 13 dan suhu 10°C sampai hari ke 17. Laju respirasi cabe Respirasi merupakan proses metabolisme utama pada produk hasil panen yang dapat menyebabkan kerusakan fisik dan kimia pada produk hasil panen. Respirasi merupakan suatu reaksi pemecahan bahan organik yang komplek menjadi lebih sederhana dengan melepaskan energi. Reaksi kimia sederhana untuk respirasi adalah sebagai berikut: C 6 H 12 O 6 + 6 O 2 6 CO 2 + 6 H 2 O + 675 kal Laju respirasi merupakan faktor penting yang berhubungan dengan tingkat perubahan kualitas produk segar. Laju respirasi sering digunakan sebagai indeks yang baik untuk menentukan umur simpan produk hortikultura setelah
19
panenterutama laju produksi gas CO 2 -nya. Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai dengan umur simpan yang pendek . Gambar 10, 11 dan 12menunjukkan laju konsumsi O 2 dan laju produksi CO 2 cabe selama penyimpanan mengalami penurunan dan tidak menunjukkan puncak respirasi, kenaikan laju respirasi baru terlihat pada akhir penyimpanan. Ini menunjukkan bahwa cabe merah merupakan jenis sayuran dengan pola respirasi non klimaterik. Winarno (2002) menyatakan produk hortikultura golongan nonklimakterik tidak terlihat nyata perubahan yang terjadi pada fase pemasakan karena proses respirasi pada produk berjalan lambat. Pola laju respirasi cabe yang non klimaterik ditemui juga dalam penelitian Kan et al. (2007) dan pernyataan Antonio (2013). Kenaikan laju respirasi diakhir penyimpanan menunjukkan bahwa cabe telah masuk fase senescence (pembusukan) yang ditandai dengan tumbuhnya mikroorganisme yang mempengaruhi pola respirasi cabe.
(a) (b) Gambar 10 Laju konsumsi gas O 2 (a) dan laju produksi gas CO 2 (b) cabe pada penyimpanan suhu kamar dengan kemasan jala (●),karung plastik (■)dan kardus karton (▲)
(a) (b) Gambar 11 Laju konsumsi gas O 2 (a) dan laju produksi gas CO 2 (b) cabe pada penyimpanan suhu 15ºC dengan kemasan jala (●), karung plastik (■)dan kardus karton (▲)
20
(a) (b) Gambar 12Laju konsumsi gas O 2 (a) dan laju produksi gas CO 2 (b) cabe pada penyimpanan suhu 10ºC dengan kemasan jala (●), karung plastik (■) dan kardus karton (▲) Suhu penyimpanan memberi pengaruh nyata (taraf 5%) terhadap laju konsumsi O 2 sampai hari ke 14, setelah itu tidak berpengaruh nyata (Lampiran 1a). Jenis kemasan memberi pengaruh terhadap laju konsumsi O 2 pada hari ke 2,3,4,5,8,10, 11, 13 dan15. Sedangkan interaksi kedua faktor terjadi pada hari ke 1,2,3,5 dan 8. Hasil analisis sidik ragam Lampiran 2a menunjukkan suhu penyimpanan memberi pengaruh nyata (5%) terhadap laju produksi CO 2 pada hari ke 1,2,3,4,5,7,dan 8, untuk jenis kemasan pada hari ke 3,4,5,9,10,12,13 dan 14. Interkasi kedua faktor hanya terjadi pada hari ke 2,3,4 dan 5. Penurunan laju produksi CO 2 di awal penyimpanan menunjukkan bahwa cabe adalah buah jenis non klimaterik. Buah golongan non-klimakterik tidak menunjukkan proses pematangan setelah dipanen dan pola respirasinya akan berubah menjadi lambat setelah pemanenan. Respirasi terus berlangsung selama penyimpanan hingga memasuki fase senescence yang ditandai dengan tidak adanya lagi substrat untuk tetap disintesa. Keadaan ini juga dialami pada penelitian Manolopoulou et al. (2012) pada paprika segar dengan modified atmosphere packaging dihasilkan bahwa laju repirasi paprika utuh yang disimpan pada suhu 5°C mengalami penurunan dari 5 ml CO 2 /kg.jam (hari ke 1) menjadi 2,7 ml CO 2 /kg.jam (hari ke 10) , dan memiliki laju yang konstan setelah penyimpanan 3 hari. Pada Tabel 6 menunjukkan pengaruh interaksi jenis kemasan dan suhu penyimpanan terhadap laju konsumsi O 2 dan laju produksi CO 2 cabe merah selama penyimpanan. Semakin rendah laju respirasi yang dihasilkan oleh cabe menghasilkan kualitas yang lebih baik dan umur simpan yang lebih lama.Dari Tabel 6terlihat cabe yang dikemas karung plastik dan kardus karton pada suhu penyimpanan 10°C memiliki laju respirasi yang rendah pada penyimpanan hari ke 2, 3 dan 5. Berdasarkan parameter laju respirasi penyimpanan cabe pada suhu 10°C dengan kemasan karung plastik dan kardus karton memiliki laju respirasi cabe yang tidak berbeda nyata. Laju produksi CO 2 yang dihasilkan oleh cabe yang disimpan pada suhu 10°C selama penyimpanan 17 hari mempunyai rata-rata 22,62±4,56 ml CO 2 /kg.jam untuk cabe kemasan jala, 19,51±2,42 ml CO 2 /kg.jam untuk cabe kemasan karung plastik dan untuk kemasan kardus karton 21,0±4,3 ml CO 2 /kg.jam. Laju produksi CO 2 yang dihasilkan ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Cantwell (2009) menghasilkan laju produsksi CO 2 5-10 ml
21
CO 2 /kg.jam dan Gonzalez-Aguilar (2013) menghasilkan laju produksi CO 2 10-15 ml CO 2 /kg.jam. Berbeda laju respirasi cabe ini dapat disebabkan oleh perbedaan varietas cabe dan kondisi penyimpanan (termasuk kelembaban relatif (RH)). Tabel 6 Pengaruh interaksi jenis kemasan dan suhu penyimpanan terhadap laju respirasi cabe merah Perlakuan jenis kemasansuhu penyimpanan Interaksi kemasan dan suhu Jala suhu kamar Karung plastik suhu kamar Kardus karton suhu kamar Jala suhu 15 °C Karung plastik suhu 15°C Kardus karton suhu 15°C Jala suhu 10 °C Karung plastik suhu 10°C Kardus karton suhu 10°C Jenis kemasan Jala Karung plastik Kardus karton Suhu penyimpanan Suhu kamar Suhu 15 °C Suhu 10 °C
Laju konsumsi O2 (ml/kg.jam) Hari ke 5 Hari ke 2 Hari ke 3 76.84
h
80.47
68.12
g
67.44
67.39
f e d c b a b
67.06
36.72 34.64 32.27 20.11 16.38 19.61
44.55 39.71 39.76
70.78 34.54 18.70
b a a
c b a
34.77 27.91 29.86 21.02 16.31 19.73
45.42 37.22 38.88
71.65 30.85 19.02
Laju produksi CO2 (ml/kg.jam) Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 5 65.39 c 46.12 b
76.37 f 42.92 d
53.09 c 38.38 a
58.25 e 34.08 c
50.26 b 47.04 b
23.83 bc 29.18 bc
19.01 a
26.11 a 23.88 a
17.62 a 16.99 a
17.51 a
25.02 a
17.69 a
17.83 a
b a 35.80 a
43.29 a 40.09 a
42.69 c 27.91 a
37.13 b 27.28 a
41.72 a
35.04 b
29.29 a
71.58
54.87 c 45.23 b 25.00 a
59.18 c 29.03 b 17.43 a
56.62 b 19.25 a 17.83 a
h g g f d e c a b
83.09
c a b
43.00
c b a
c b 17.95 a
66.31 65.36 26.41 25.81 25.23 19.52 17.49 16.82
d c c b b b a a a
36.53
25.81
74.24 d 44.67 b 50.95 c 19.63 a 19.09 a 18.15 a
Ket. Angka yang diikuti huruf yang sama terletak pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.
Hasil uji lanjut Duncan Lampiran 1b dan Lampiran 2b menunjukkan laju respirasi cabe yang dikemas kardus karton dan karung plastik lebih rendah dibandingkan dengan laju respirasi cabe yang dikemas jala.Laju konsumsi O 2 dan laju produksi CO 2 cabe yang dikemas jala memiliki rata-rata 31,82± 8,66 mlO 2 /kg.jam dan 29,17±7,67 ml CO 2 /kg.jam, sedangkan untuk cabe kemasan karung plastik adalah 28,40±7.17 mlO 2 /kg.jam dan 24,23±6,16 ml CO 2 /kg.jam dan cabe kemasan kardus karton adalah 27,42± 8,16 mlO 2 /kg.jam dan 25,55±9,28 ml CO 2 /g.jam. Lambatnya laju respirasi cabe yang dikemas kardus karton dan karung plastik dibandingkan dengan jala (kontrol) menunjukkan bahwa kemasan dapat memperlambat laju respirasi cabe. Tidak berbeda nyata laju repirasi cabe pada kardus karton dan karung plastik mungkin disebabkan kedua kemasan ini masih mempunyai celah untuk alur udara yang sama luasnya (dalam kondisi tidak vakum), Semakin tinggi suhu penyimpanan menyebabkan semakin tinggi laju respirasi yang dihasilkan oleh cabe. Laju respirasi yang disimpan pada suhu kamar (27-30°C) memiliki laju repirasi71,80± 0,90 mlO 2 /kg.jam dan 55,44±2,87ml CO 2 /kg.jam, sedangkan pada suhu pemyimpanan 15°C adalah 31,02± 3,71 mlO 2 /kg.jam dan 26,51±9,26 ml CO 2 /kg.jam dan suhu penyimpanan 10°C adalah 19,91± 2,55 mlO 2 /kg.jam dan 21,04±2,78 ml CO 2 /kg.jam.Suhu
22
sangat berpengaruh pada cepat atau tidaknya laju respirasi karena pada suhu tinggi dapat menyebabkan proses pemecahan komponen komplek seperti karbohidrat dapat berlangsung lebih cepat. Hal ini sesuai dengan Willset al. (1998) yang mengemukakan setiap peningkatan suhu 10 oC maka laju respirasi meningkat 2 kali lipat. Semakin rendah suhu penyimpanan menghasilkan laju respirasi yang lebih lambat sejalan dengan penelitian Jansasithorn et al. (2010), Monolopoulou et al.(2012), Gonzalez-Aguilar (2013)dan Zaulia et al. (2006). Laju produksi CO 2 pada tiga kultivar cabe (paprika, Jalapenodan Habanero) yang disimpan pada suhu 0,4,8,12 dan 20°C meningkat secara eksponensial dengan peningkatan suhu penyimpanan (Jansasithorn et al. 2010). Monolopoulou et al. (2012) menyatakan juga laju produksi CO 2 yang dihasilkan oleh paprika utuh pada suhu 0°C (2,7 ±0,13 ml CO 2 /kg.jam) lebih rendah dibandingkan dengan paprika yang disimpan pada suhu 5°C (6,9±0,17 ml CO 2 /kg.jam). Gonzalez-Aguilar (2013) menyatakan laju produksi CO 2 paprika semakin cepat dengan meningkatnya suhu, pada suhu 5°C laju produksi CO 2 sekitar 7-8 mg CO 2 /kg.jam, suhu 10°C sekitar 10-15 mg CO 2 /kg.jam, suhu 15°C sekitar 24-30 mg CO 2 /kg.jam dan suhu 20°C sekitar 3236 mg CO 2 /kg.jam. Zaulia et al. (2006) yang meneliti pengaruh jenis kemasan dan suhu penyimpanan terhadap kualitas cabe merah segar yang diiris pada suhu 2°C memiliki umur simpan selama 24 hari dibandingkan cabe yang disimpan pada suhu 25°C (3 hari). Suhu rendah dapat memperlambat aktivitas fisiologi. Kenaikan susut bobot cabe Perubahan susut bobot pada cabe disebabkan oleh proses respirasi dan transpirasi yang mengakibatkan kehilangan substrat dan air. Secara umum, susut bobot cabe semakin meningkat dengan meningkatnya waktu penyimpanan pada semua tingkatan suhu. Menurut Znidarcicetal. (2010) penurunan berat sayuran setelah panen disebabkan oleh kehilangan air melalui proses transpirasi. Susut bobot dapat menyebabkan layu dan mengkerutnya permukaan cabe sehingga mengurangi penerimaan konsumen dan harga jual. Susut bobot cabe hasil penelitian ini berkisar antara 0,35% sampai 37,51% selama penyimpanan. Hasil analisis sidik ragam Lampiran 3a menunjukkan jenis kemasan, suhu penyimpanan dan interaksi kedua faktor memberi pengaruh nyata terhadap nilai kenaikan susut bobot cabe yang diukur sampai hari ke 13. Sedangkan untuk hari ke 15 dan 17 hanya dipengaruhi oleh jenis kemasan. Pada Gambar13 menunjukkan cabe jala, kemasan jala memiliki presentasi susut bobot yang lebih tinggi dibandingkan cabe dalam kemasan karung plastik dan kardus kartonpada setiap ruang penyimpanan. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan kelembaban relatif dalam kemasan atau ruang penyimpanan. Kelembaban udara (relative humidity) mempengaruhi kehilangan air, peningkatan kerusakandan ketidakseragaman buah pada saat masak (ripening). Rerata kelembaban udara pada suhu 15 °C (80,22%) lebih tinggi dibandingkan dengan kelembaban udara pada suhu 10 °C (78,57%) dan suhu kamar (46,48%). Cabe yang dikemas menggunakan jala, dapat berarti disimpan pada keadaan atmosfir normal. Akhbudak(2008) menyatakan bahwa peningkatan susut bobot paprika yang disimpan pada kondisi atmosfir normal lebih tinggi dibandingkan dengan
23
yang disimpan pada kondisi MAP. Pada kondisi atmosfer normal susut bobotnya antara 20-25%, sedangkan dalam MAP sebesar 3-5%.
(a)
(b)
(c) Gambar 13 Susut bobot (%) cabe pada penyimpanan (a) suhu kamar, (b) suhu 15°C dan (c) suhu 10ºC dengan kemasan jala (●), karung plastik (■) dan kardus karton (▲)
24
Cabe yang dikemas jala memiliki susut bobot tertinggi pada setiap suhu penyimpanannya. Fluktasi suhu yang tinggi tanpa ada kemasan yang menghalangi pergerakan udara, memngharuskan cabe untuk mencari titik kesetimbangan udara antara udara sekitarnya dengan yang di jaringan cabe sehingga meningkatkan tekanan uap air keluar dari jaringan cabe. Wills et al. (1998) menyatakan ketika air menguap dari jaringan, tekanan turgor menurun dan sel sel mulai menyusut dan rusak sehingga buah kehilangan kesegaran. Awal penyimpanan bobot cabe yang dikemas memiliki rata-rata 3 kg per kemasan, dan mengalami penurunan bobot yang berbeda pada setiap perlakuan. Setelah penyimpanan 17 hari kardus karton memiliki susut bobot terendah (rerata 4.72± 2,004 %) dibandingkan dengan karung plastik (rerata 5,89 ± 2,84 %) dan jala (rerata 19,72 ± 11,0 %). Menurut Lownds et al. (1994) kemasan dapat menurunkan kehilangan air rata-rata 20 kali atau lebih pada setiap penyimpanan. Kardus karton menghasilkan susut bobot terendah mungkin karena dapat menahan proses transpirasi dibandingkan dengan kemasan lainnya. Tabel 7 menunjukkan hasil uji lanjut Duncan interaksi jenis kemasan dan suhu penyimpanan terhadap kenaikan susut bobot. Penyimpanan sampai hari ke 5 menghasilkan kenaikan susut bobot yang tidak berbeda nyata pada cabe yang dikemas karung plastik dan kardus karton pada suhu 10°C dan 15°C, sedangkan untuk suhu kamar susut bobot cabe pada kemasan kardus lebih rendah dari pada cabe dikemasn karung plastik. Namun setelah penyimpanan 5 hari, susut bobot cabe pada kardus karton lebih rendah dibandingkan kemasan karung plastik pada suhu yang sama. Ini berarti kemasan karung plastik sama baiknya dengan kemasan kardus karton sampai penyimpanan 5 hari, setelah itu, kemasan kardus karton lebih baik dibandingkan dengan kemasan yang lain. Interkasi jenis kemasan dan suhu penyimpanan terhadap kenaikan susut bobot sejalan dengan penelitian Monolopoulouet al. (2010) yang menyimpulkan susut bobot terendah terjadi pada paprika yang dikemasn MDPE pada suhu 10°C selama penyimpanan 14 hari. Tabel 7 Kenaikan susut bobot (%) cabe merah terhadap interaksi jenis kemasan dan suhu penyimpanan Perlakuan Jenis kemasan Pengamatan hari ke 1 3 5 7 9 11 13 15 17 suhu penyimpanan Jala suhu kamar 6.84 e 22.89 f 30.72 f Karung plastik suhu kamar 1.82 bc 7.09 d 11.79 d Kardus karton suhu kamar 2.07 c 6.23 c 10.42 c Jala 15°C 1.68 b 5.77 b 9.00 b 12.60 c 16.81 d 20.20 c 22.90 c Karung plastik 15°C 0.35 a 1.50 a 2.83 a 4.20 b 5.69 c 6.79 b 8.05 b Kardus karton 15°C 0.43 a 1.56 a 2.64 a 3.44 a 4.13 a 5.62 a 5.87 a Jala 10°C 2.70 a 9.33 e 13.65 e 18.14 d 22.34 e 26.12 d 29.43 d 33.46 c 37.51 c Karung plastik 10°C 0.42 a 1.59 a 2.83 a 4.07 b 5.17 b 6.52 b 7.79 b 8.89 b 9.90 b Kardus karton 10°C 0.43 a 1.46 a 2.53 a 3.53 a 4.41 a 5.18 a 5.93 a 6.74 a 7.47 a Ket. Angka yang diikuti huruf yang sama terletak pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT
Ben-Yehoshua (1987)menyatakan kenaikan presentasi dari kehilangan berat buah selama penyimpanan dapat disebabkan dari efek transpirasi. Transpirasi yaitu penguapan air dari permukaan produk hortikultura yang menyebabkan
25
kekeringan dan kelayuan (Winarno 2002). Proses transpirasi ini merupakan bagian dari proses respirasi yang terjadi selama penyimpanan dimana pada saat terjadinya pemecahan makromolekul kompleks menghasilkan air dalam bentuk uap. Uap air yang terbentuk ini akan lebih mudah melewati kemasan jala dankarung plastik daripada kardus karton. Jala dan karung plastik memiliki poripori yang lebih besar dibandingkan dengan kardus karton. Sedangkan pada kardus karton, uap air yang keluar di serap oleh lapisan karton. Sehingga susut bobot kardus karton lebih rendah dibandingkan dengan kemasan lainnya. Pada umumnya perlakuan pendinginan dapat memperlambat kecepatan reaksi metabolisme yang disebabkan oleh proses transpirasi dan respirasi yang berjalan lambat sehingga jumlah H 2 O yang keluar relatif kecil. Seperti pada penelitian Rahmawati et al. (2009) susut berat pada cabe rawit putih pada penyimpanan suhu 10°C pada hari ke 15 adalah 2,8% lebih rendah dibandingkan dengan suhu 20°C pada hari yang sama sebesar 4,5%. Rao et al. (2011), susut berat paprika yang disimpan pada suhu 25°C lebih besar daripada suhu 10°C. Hasil penelitian yang sama pun dihasilkan dari penelitian Tano et al. (2008) dan Nyanjage et al. (2005). Namun dalam penelitian ini didapat susut bobot pada suhu 10°C menghasilkan susut bobot lebih tinggi yaitu dengan rerata10,18 ± 5,69% dibandingkan dengan suhu 15°C sebesar 6,69 ± 4,15% selama penyimpanan cabe 17 hari. Karena gejala ini terjadi dari awal penyimpanan, tidak mungkin diakibatkan oleh faktor chilling injuryyang terjadi pada suhu rendah. Chilling injury pada cabe (Capsicum Annum L) terjadi pada penyimpanan di bawah suhu 7 ° C (45 ° F) (Kan et al., 2007; Gonzalez-Aguilar, 2013). Faktor luar yang dapat menyebabkan gejala yang berbeda pada kondisi umum adalah faktor kelembaban relatif udara ruang penyimpanan. Semakin tinggi kelembaban udara pada suatu ruangan dapat memperkecil kehilangan air yang mengakibatkan semakin rendahnya penyusutan bobot produk. Pada penelitian ini, kelembaban relatif selama penyimpanan 17 hari, untuk ruangan suhu 10°C (rerata 76,1 ± 8,61 %) lebih rendah dibandingkan dengan ruangan 15°C (rerata80,3 ±13,7 %). Selain faktor suhu penyimpanan yang harus dijaga, penyimpanan produk segar harus pula memperhatikan dan mempertahankan kelembaban relatif dari ruangan penyimpanan. Apabila kelembaban relatif bisa dikontrol selama penyimpanan, maka kondisi umum yang biasa terjadi dapat terjaga.
Penurunan tingkat kekerasan cabe Perubahan tekstur merupakan salah satu perubahan fisiologi yang terjadi sebagai akibat langsung dari kehilangan air pada produk hortikultura. Perubahan tekstur yang dapat dijadikan indikasi kerusakan cabe adalah menurunnya tingkat kekerasan cabe sehingga menjadi lunak selama penyimpanan. Penurunan tingkat kekerasan cabe selama penyimpanan sesuai dengan penelitian Vicente et al. (2005) dan Taksinamamee et al. (2006). Hasil analisis sidik ragam Lampiran 4a menunjukkan jenis kemasan berpengaruh terhadap tingkat kekerasan cabe di setiap hari penyimpanan kecuali hari ke 1,3 dan 7. Perbedaan suhu penyimpanan tidak mempengaruhi tingkat kekerasan cabe selama penyimpanan dan interaksi kedua perlakuanhanya
26
Kekerasan (Newton)
berpengaruh nyata pada hari ke 9.Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 4b) menunjukkan kemasan karung plastik (rerata 3,36 ± 0,48 N) dan kardus karton (rerata 3,55 ± 0,40 N) memiliki nilai kekerasan yang tidak berbeda nyatadan lebih rendah daripada cabe yang dikemas pada jala (rerata 4,05 ± 0,74 N). Jala memiliki nilai kekerasan yang tertinggi bukan karena masih segar, namun karena telah mengalami kekeringan sehingga permukaan cabe berkerut dan keras. Peningkatan nilai kekerasan cabe yang dikemas jala terjadi disebabkan karena kehilangan tekanan turgor akibat berkuranganya air pada permukaan buah. Dengan hilangnya turgor menjadikan konsistensi cabe berubah sehingga pada saat dilakukan uji kekerasan, daging buah cabe berubah liat (hampir seperti jeli) sehingga probe (diameter 2,5 mm berbentuk jarum) dari rheometer susah untuk menembus daging buah yang menjadikan nilai tekanan yang terlihat pada display lebih besar nilainya. Tucker et al. (1993) mengatakan kehilangan turgor sebagian besar dikarenakan bukan oleh proses fisiologi. Pada Gambar 14 menunjukkan bahwa tingkat kekerasan pada cabe yang dikemas karung plastik dan kardus karton memiliki pola perubahan kekerasan yang hampir sama dan cenderung menurun. Sedangkan perubahan kekerasan pada cabe yang dikemas jala mempunyai pola garis yang menaik selama penyimpanan. Ini menandakan bahwa kemasan dapat menstabilkan tingkat kekerasan cabe. 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0
1
3
5
7 9 11 13 15 17 Penyimpanan hari ke Gambar 14Perubahan tingkat kekerasan (Newton) cabe pada kemasan jala (●), karung plastik (■)dan kardus karton (▲) selama penyimpanan Tingkat kekerasan yang tidak berbeda nyata antara cabe di kemasan karung plastik dan kardus karton dapat disebabkan berfungsinya kemasan untuk menahan keluar masuknya aliran udara dibandingkan dengan cabe yang di kemas pada jala. Adanya bagian kemasan yang tertutup membuat tertahannya aliran udara keluar masuk dari dalam kemasan ke ruang penyimpanan, sehingga dapat menahan proses transpirasi. Pola respirasi cabe yangnon klimaterik mengharuskan cabe dipanen pada tahap setelah matang, sehingga penyimpanan merupakan tahapan menuju pelayuan. Tucker et al. (1993) menyatakan pelunakan pada buah terjadi selama proses pematangan. Pelunakan buah dapat disebabkan salah satu dari tiga mekanisme, yaitu : (1) kehilangan turgor, (2) degradasi pati dan (3) kerusakan pada dinding sel buah.
27
Kekerasan (Newton)
Suhu penyimpanan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tekstur dari buah. Apabila suhu penyimpanan terlalu tinggi dapat menyebabkan proses respirasi dan transpirasi berlangsung lebih cepat sehingga menyebabkan kandungan air dari buah lebih cepat mengalami penurunan yang dapat mengakibatkan berkurangnya ketegaran buah (firmess). Walaupun hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 4b) tidak menunjukkan suhu penyimpanan memberi pengaruh terhadap perubahan kekerasan cabe, namun pada Gambar15menunjukkan cabe yang disimpan pada suhu kamar memiliki kecenderungan penurunan tingkat kekerasan yang lebih cepat dibandingkan dengan cabe yang disimpan pada suhu 15°C dan 10°C. Penurunan nilai kekerasaan cabe selama penyimpanan sesuai dengan hasil penelitian Rachmawatiet al.(2009) yang menyatakan terjadinya perubahan struktur cabe rawit putih menjadi lunak dan keriput setelah penyimpanan 15 hari pada suhu 20°C dan 29°C. Hal ini disebabkan oleh oksidasi pektin dimana pada saat pematangan pektin tidak mampu lagi mengikat air pada buah cabe sehingga air yang keluar semakin besar dan mengakibatkan tekstur buah menjadi lunak dan keriput. Perubahan tekstur produk yang semula keras menjadi lunak ini dikarenakan kehilangan air yang menjadikan komposisi dinding sel berubah sehingga menyebabkan menurunnya tekanan turgor sel dan kekerasan buah menurun.Winarno (2002) mengemukakan secara kimiawi dinding sel tersusun dari senyawa-senyawa yang sangat komplek, antara lain selulosa, hemiselulosa, pektin dan lignin. Pektin adalah polisakarida yang menyusun sepertiga bagian dinding sel tanaman, terletak pada bagian tengah lamella dinding sel. Sifat terpenting dari pektin adalah kemampuannya membentuk gel dan sebagai bahan pengental. Pada waktu buah menjadi matang, kandungan pektat dan pektinat yang larut meningkat sedangkan jumlah zat pektat seluruhnya menurun, akibatnya akan melemahkan ikatan dinding sel sehingga ketegaran buah akan berkurang. Dalam proses pengembangan dan pematangan, tekanan turgor sel selalu berubah. Perubahan turgor pada umumnya disebabkan oleh perubahan dinding sel dan perubahan tersebut akan mempengarui firmness dari buah. 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 1
3
5
7
9
11
13
15
17
Penyimpanan hari ke Gambar 15 Perubahan tingkat kekerasan (Newton) cabe pada penyimpanan suhu kamar (○), suhu 15°C (□) dan suhu 10°C (∆)
28
Sjaifullah et al. (1996) menyatakan proses hidrolisis protopektin dan pektin yang berperan dalam menjaga tingkat kekerasan buah berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Kerja enzim pektinesterase adalah mengubah protopektin menjadi pektin yang larut dalam air dan/atau enzim α- amilase dan β- amilase bekerja lebih cepat pada suhu tinggi. Salah satu enzim yang memotong ikatan glikosidik pada polisakarida adalah enzim α-amilase yang terdapat pada jaringan tanaman. Mekanisme pemotongan ikatan α, 1-4 pada molekul amilosa dimulai dengan cara mendegradasi amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa. Proses tersebut terjadi secara acak dan cepat yang diikuti dengan penurunan viskositas sel secara drastis yang menyebabkan kekerasan buah menjadi berkurang. Perubahan warna cabe Perubahan warna merupakan perubahan yang paling terlihat pada proses pematangan buah karena terjadinya sintesis dari pigmen tertentu seperti karatenoid dan flavonoid, disamping terjadinya perombakan klorofil. Perombakan klorofil menyebabkan pigmen karotenoid yang sudah ada namun tidak nyata menjadi nampak (Winarno 2002). Warna pada cabe merah dikendalikan oleh beberapa senyawa karotenoid seperti capsanthin, capsorubin dan xanthophylls untuk warna merah, sedangkan warna kuning orange oleh senyawa β-karoten dan zeaxanthin ((Ittah et al.1993) Nilai L* menunjukkan tingkat kecerahan cabe dimana nilai L* berkisar antara 0 (hitam) hingga 100 (putih). Hasil analisis sidik ragam Lampiran 5a menunjukkan jenis kemasan memberi pengaruh nyata (taraf 5%) terhadap nilai L* pada hari ke 3,5.9 dan 13, sedangkan suhu hanya pada penyimpanan hari ke 3 dan 5. Interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata. Rata-rata nilai kecerahan (l*) awal cabe adalah 36,48 ± 0,91 dan selama penyimpanan mengalami penurunan dengan rata-rata 35,86± 1,08.Hasil uji lanjut Duncan Lampiran 5b, menunjukkan kemasan jala memiliki nilai L* (rerata 36,68 ±0,64) lebih tinggi dibandingkan cabe di karung plastik (rerata 35,95± 0,58) dan kardus karton (rerata 35,78±0,77). Nilai kecerahan warna cabe yang dikemas jala (kontrol) lebih tinggi (lebih pudar) dibandingkan kecerahan awal cabe, sedangkan pada cabe yang dikemas karung plastik dan kardus karton lebih rendah dibandingkan kecerahan cabe awal. Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Lownds et al. (1994) menghasilkan peringkat warna cabe yang tidak dikemas lebih tinggi dibandingkan dengan cabe yang dikemas pada suhu 8°C, 14°C dan 20°C selama 14 hari.Ini juga dapat diartikan bahwa kemasan dapat mempertahankan warna kecerahan cabe karena kemasan dapat menjaga kelembaban dan menahan kehilangan air. Nilai kecerahan cabe pada kemasan karung plastik dan kardus karton memiliki nilai tidak berbeda, namun pada Gambar 16 menunjukkan nilai kecerahan warna cabe dikemas kardus karton lebih cepat turun dibandingkan dengan kemasan karung plastik. Ini sesuai dengan hasil pengamatan visual, dimana cabe yang dikemas kardus karton lebih gelap warna merahnya dibandingkan dengan cabe yag dikemas plastik.
29
Gambar 16 Perubahan nilai kecerahan (l*) warna cabe pada kemasan jala (●), karung plastik (■)dan kardus karton (▲) selama penyimpanan Pengaruh jenis kemasan terhadap penurunan nilai L* sejalan dengan penelitian Monolopoulou et al. (2010) yang menghasilkan jenis kemasan LDPE, MDPE, PVC dan kontrol (tanpa kemasan) memberi pengaruh nyata terhadap nilai l* dan h* warna paprika cabe yang disimpan pada suhu 5°C dan 10°C selama 14 hari. Suhu penyimpanan berpemgaruh nyata terhadap nilai kecerahan (L*) pada penyimpanan hari ke 3 dan 5.Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan nilai kecerahan (L*) warna cabe yang disimpan pada suhu kamar lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai kecerahan (L*) warna cabe yang disimpan pada suhu 15°C dan suhu 10°C. Akbudak (2008) menyatakan perubahan warna menjadi merah gelap lebih cepat terjadi pada cabe kultivar Yolava Charlestonyang disimpan pada kondisi normal atmosfir (suhu kamar). Penelitian ini menghasilkan rerata kecerahan (L*) pada suhu kamar 35,43± 0,53, suhu 15°C 36,15 ±0,59 dan suhu 10°C 36,44±0,74. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap perubahan nilai kecerahan (L*) cabe dapat dilihat pada Gambar 17.
Nilai L* warna
38 37 36 35 34 33 32 1
3
5
7
9
11
13
15
17
Penyimpanan hari ke Gambar 17 Perubahan nilai kecerahan (l*) warna cabe pada penyimpanan suhu kamar (○), suhu 15°C (□) dan suhu 10°C (∆)
30
Pada Gambar 17 menunjukkan nilai kecerahan (L*) warna cabe yang disimpan pada suhu 10°C dapat mempertahankan nilai kecerahan (L*) warna cabe dibandingkan dengan nilai L* warna cabe yang disimpan pada suhu kamar dan suhu 15°C walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Suhu rendah dapat menghambat perubahan warna yang terjadi pada cabe yang disimpan. Perubahan warna terjadi akibat adanya sintesis dari pigmen tertentu, seperti karatenoid dan flavonoid, disamping terjadinya perombakan klorofil. Perombakan klorofil menyebabkan pigmen karotenoid yang sudah ada namun tidak nyata menjadi nampak. Nilai kroma (C*) didefinisikan sebagai intensitas warna atau kemurnian dari rona (hue). Nilai croma mendekati nol sesuai dengan warna netral (seperti: abuabu), dan nilai croma mendekati 60 menunjukkan warna warna cerah (Mcguire 1992). Nilai croma (C*) cabe di awal penelitian memiliki rata-rata 42,61 ± 1,45 dan selama penyimpanan memiliki rata-rata 42,12±2,33. Nilai croma pada penelitian ini mendekati nilai 60 berarti intensitas warna yang diberikan oleh cabe adalah warna merah cerah. Hasil analisis sidik ragam Lampiran 6a menunjukkan suhu penyimpanan memberi pengaruh nyata (taraf 5%) terhadap perubahan nilai croma warna cabe pada penyimpanan hari ke 3,5,11, 13 dan 15, sedangkan interaksi kedua faktor memberi pengaruh nyata pada penyimpanan hari ke 13. Jenis kemasan berpengaruh terhadap nilai croma (C*) warna cabe pada penyimpanan ke 15. 46
Nilai C* warna
45 44 43 42 41 40 39 38 37 1
3
5
7
9
11
13
15
17
Penyimpanan hari ke Gambar 18 Perubahan nilai kroma (C*) warna cabe pada penyimpanan suhu kamar (○), suhu 15°C (□) dan suhu 10°C (∆) Gambar 18 dan didukung oleh hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 6b) menunjukkan nilai kroma (C*) warna cabe yang disimpan pada suhu 10°C (rerata 43,90±0,97) lebih tinggi dibandingkan nilai C* cabe yang dikemas suhu 15°C (42,50± 1,53) dan suhu kamar 41,48±0,98. Baranyai etal. (2012) dalam penelitiannya pada buah paprika menyatakan suhu penyimpanan sangat mempengaruhi nilai °hue dan saturation (C*) warna. Nilai °hue pada awal
31
penyimpanan sekitar 60° berwarna kuning dan disimpan selama 8 hari pada suhu 10±2°C dan 24±4°C berubah menjadi warna merah (nilai °hue nya adalah 0°). Perubahan nilai °hue dan nilai croma (C*) pada paprika yang disimpan di suhu 10±2°C lebih lambat dibandingkan dengan suhu penyimpanan 24±4°C. Derajat hue (°h) merupakan warna buah yang tampak yang merupakan hasil kombinasi dari indeks warna merah, kuning dan hijau dalam diagram kartesius (Anomymous. 2003di dalam Mulyawanti et al., 2008). Berdasarkan diagram ini juga menyebutkan kisaran sudut h* antara 0°-90° menunjukkan warna merah, orange dan kuning. Bila derajat hue antara 18°-54° menunjukkan warna merah, apabila nilai h* lebih kecil 18° warna menjadi merah keunguan dan bila lebih besar dari 54° warna menjadi merah kekuningan. Derajat hue hasil penelitian ini berkisar pada 20,46° sampai 29,59° yang berada di interval 18-54° yang menunjukkan warna merah (Gambar 5). Hasil analisis sidik ragam Lampiran 7a menunjukkan suhu penyimpanan memberi pengaruh nyata (taraf 5%) terhadap perubahan nilai derajat hue warna cabe pada penyimpanan hari ke 3,5,7,15 dan 17. Sedangkan jenis kemasan berpengaruh nyata terhadap nilai °hue cabe pada penyimpanan hari ke 7 dan 15. Untuk interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap nila °hue cabe. Hasil uji lanjut Duncan Lampiran 7b menunjukkan penyimpanan pada suhu 10°C memiliki nilai °hue yang lebih besar dibandingkan nilai °hue pada suhu 15°C dan suhu kamar. Nilai awal °hue cabe merah dalam penelitian ini adalah 26,26°, setelah penyimpanan perubahan nilai °hue yang terendah terjadai pada cabe yang disimpan pada suhu kamar dengan rata-rata nilai °hue 24,23 ±1,5°, sedangkan pada suhu 15°C sebesar 25±1,2° dan suhu kamar sebesar 24,23 ± 1,5°. Perubahan nilai °hue dapat dilihat pada Gambar 19.
Nilai °hue warna
28 27 26 25 24 23 22 21 1
3
5
7
9
11
13
15
17
Penyimpanan hari ke Gambar 19 Perubahan nilai °hue warna cabe pada penyimpanan suhu kamar (○), suhu 15°C (□) dan suhu 10°C (∆) Jenis kemasan berpengaruh nyata terhadap nilai °hue cabe pada penyimpanan hari ke 7 dan 15. Cabe yang dikemas pada kardus karton memiliki nilai °hue yang lebih rendah(rerata 24,90±0,88) dan berbeda dengan nilai °hue cabe yang dikemas karung plastik (25,20±1,04) maupun jala (25,49±1,16). Kemasan kardus karton
32
pada umumnya memiliki nilai derajat hue yang lebih rendah dibandingkan dengan kemasan karung plastik dan jala (Gambar 20). Ini sesuai dengan pengamatan visual yang warna cabe wadah kardus lebih merah dibandingkan dengan kemasan lainnya. Bila berdasarkan diagram Kartesius (Anomymous, 2003di dalam Mulyawanti et al., 2008)), nilai derajat hue tidak berbeda nyata karena masih berada di kisaran sudut hue antara 18-54° menunjukkan warna merah. Hal ini terjadi karena sifat dari buah non klimaterik yang telah melalui fase pemasakan menuju fase senescence/pembusukan.
Nilai °hue warna
28 27 26 25 24 23 22 21 1
3
5
7
9
11
13
Penyimpanan hari ke Gambar 20 Perubahan nilai °hue warna cabe pada kemasan jala (●), karung plastik (■)dan kardus karton (▲) selama penyimpanan Perubahan warna pada cabe merah selama penyimpanan tidak terlalu dipengaruhi oleh jenis kemasan dan suhu dapat disebabkan oleh karakteritik dari cabe yang non klimaterik. Menurut Winarno (2002) menyatakan produk hortikultura golongan non-klimakterik tidak terlihat nyata perubahan yang terjadi pada fase pemasakan karena proses respirasi pada produk berjalan lambat. Termasuk juga proses perombakan pigmen kulit cabe. Perubahan kandungan vitamin C Vitamin C merupakan mikronutrien yang dibutuhkan oleh manusia agar metabolisme tubuh tetap berlangsung. Penelitian kandungan vitamin C pada cabe sebelum dipanen dilakukan Kumar dan Tata (2009) dan menyimpulkan bahwa kandungan asam askorbat pada cabe meningkat dari warna hijau menjadi merah, dan kemudian mengalami penurunan sampai cabe kering. Pada penelitian ini analisa vitamin C dilakukan sampai hari ke 7 untuk mengetahui pola perubahan kandungan vitamin C selama penyimpanan 7 hari dengan perlakuan jenis kemasan dan suhu penyimpanan. Kandungan vitamin C hari pertama adalah 17,84 mg/100g kemudian mengalami peningkatan pada hari ketiga dengan rerata 25,61 mg/100g dan setelah itu mengalami penurunan, namun rerata pada hari ketujuh masih di atas hari
33
pertama yaitu 21,86 mg/100g. Pola perubahan kandungan vitamin C pada penelitian ini disajikan pada Gambar 21. Kenaikan kandungan vitamin C pada awal penyimpanan sampai pada waktu tertentu dan kemudian mengalami penurunan memiliki kesamaan pola dengan penelitian Taksinamanee et al. (2006) dimana terjadinya kenaikan kandungan vitamin C pada cabe Red Hot Chilli cv”Superhot” yang dikemas plastik PVC dan PE sampai 15 hari penyimpanan, dan setelah itu mengalami penurunan sampai akhir penyimpanan (25 hari). Pola perubahan vitamin C ini juga terjadi pada penelitian Monolopoulou et al. (2012) yang menyimpan paprika dengan metode modified atmosphere packaging (MAP) pada suhu 5°C yang disimpan selama 10 hari. Menurut Osuma-Garcia (1996) di dalam Taksinamanee et al. (2006) menyatakan meningkatnya kandungan vitamin C pada buah (paprika) setelah panen disebabkan oleh dimulainya proses pematangan. Selama penyimpanan respirasi cabe terus terjadi dan akan terbentuk gula-gula senderhana yang bertindak sebagai prekursor dalam pembentukan vitamin C. Vitamin C pada produk hortikultura disintesa dari heksosa, dimana kandungan heksosa akan meningkat selama penyimpanan yang mengakibatkan kandungan vitamin C akan meningkat pula. Meningkatnya kandungan vitamin C terus terjadi sampai prekursor pembentuk vitamin C tidak lagi tersedia dan kemudian akan mengalami penurunan selama penyimpanan. Pada penelitian ini, belum terjadi penurunan kandungan vitamin C pada cabe karena lama penyimpanan baru sampai 7 hari. Hasil analisis sidik ragam Lampiran 8a menunjukkan jenis kemasan berpengaruh terhadap kandungan vitamin C pada penyimpanan ke 3 dan 5, dan suhu penyimpanan berpengaruh terhadap kandungan vitamin C pada penyimpanan ke 3 saja. Sedangkan interaksi kedua faktor tidak berpengaruh terhadap kandungan vitamin C. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 8b) menunjukkan kandungan vitamin C tertinggi terjadi pada cabe yang dikemas jala yaitu 29,74 mg/100g (hari ke-3) dan 21,52 mg/100g (hari ke-5) sedangkan cabe yang dikemas karung plastik memiliki kandungan vitamin C 20,68 mg/100g (hari ke-3) dan 17,88 mg/100g (hari ke 5) , dan untuk cabe yang dikemas kardus karton memiliki kandungan vitamin C 26.40 ml/100g (hari ke 3) dan 13,57 mg/100g. Hal ini bertentangan dengan pernyataan Watada et al. (1987) bahwa pada sayuran segar retensi asam askorbat pada buah yang disimpan dan dikemas lebih tinggi dibandingkan dengan buah yang tidak dikemas. Agerline et al. (1993) di dalam Ganzalez-Aguilaret al. (2004) menyatakan bahwa paprika hijau yang dikemas pada kadar oksigen rendah dapat mencegah oksidasi asam askorbat menjadi dehydroascorbic acid selama 21 hari penyimpanan. Perbedaan yang dihasilkan pada penelitian ini dapat disebabkan perhitungan kandungan vitamin C sampai 7 hari penyimpanan, dimana baru terjadinya proses sintesa vitamin C pada awal proses pemasakan cabe. Selama penyimpanan respirasi cabe terus terjadi dan akan terbentuk gula-gula senderhana (termasuk heksosa) yang bertindak sebagai prekursor dalam pembentukan vitamin C. Semakin cepat laju respirasi semakin banyak gula-gula sederhana terbentuk sehingga semakin tinggi kandungan vitamin C yang terbentuk. Hasil penelitian ini menunjukkan laju respirasi cabe yang di kemas jala lebih cepat dibandingkan dengan laju respirasi cabe yang kemas karung plastik dan kardus karton sehingga
34
prekursor vitamin C pada cabe di kemas jala lebih banyak terbentuk daripada cabe yang di kemas karung plastik dan kardus karton.
Kandungan Vit. C (mg/100g)
35 30 25 20 15 10 5 0 1
3
5
7
Penyimpanan hari ke
Kandungan Vit.C (mg/100g)
(a) 35 30 25 20 15 10 5 0 1
3
5
7
Penyimpanan hari ke
(b)
Kandungan Vit.C (mg/100g)
35 30 25 20 15 10 5 0 1
3 5 Penyimpanan hari ke
7
(c) Gambar 21 Kandungan vitamin C (mg/100g) cabe pada penyimpanan (a) suhu kamar, (b) suhu 15°C dan (c) suhu 10ºC dengan kemasan jala (●), karung plastik (■) dan kardus karton (▲) Hasil penelitian Monolopoulou et al. (2010) menunjukkan faktor suhu memberi pangaruh nyata terhadap perubahan vitamin C buah paprika hijau yang
35
di simpan selama 24 hari. Kandungan vitamin C paprika hijau yang disimpan pada suhu 5°C lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan vitamin C paprika hijau yang disimpan pada suhu 10°C. Ganzalez-Angularet al. (2004) menyatakan bahwa paprika yang disimpan pada suhu dingin kisaran 0-3°C, asam askorbat meningkat 17% daripada paprika yang disimpan pada suhu 10°C. Begitu juga pada suhu penyimpanan 7°C selama 20 hari, asam askorbat mengalami peningkatan tetapi setelah penyimpanan selama 35 hari mulai mengalami penurunan Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian ini dimana kandungan vitamin cabe merah yang disimpan pada suhu kamar dan suhu 15°C lebih tinggi daripada cabe yang disimpan pada suhu 10°C. Kemungkinan pertentangan kondisi ini disebabkan oleh penyimpanan cabe selama 7 hari masih dalam proses pembentukkan vitamin C yang sangat dipengaruhi oleh laju respirasi. Semakin tinggi laju respirasi mengakibatkan semakin banyak prekursor vitamin C yang dibentuk. Laju respirasi cabe yang disimpan pada suhu kamar dan suhu 15°C lebih cepat dibandingkan suhu 10°C.
Kualitas cabe merah segar pada akhir penyimpanan Penyimpanan cabe merah segar pada suhu dan jenis kemasan yang berbeda menghasilkan kualitas akhir yang berbeda (Tabel 8). Lama penyimpanan disesuaikan dengan suhu penyimpanan. Cabe segar pada suhu kamar di simpan sampai hari ke 5, pada suhu 15 °C sampai hari ke 13 dan pada suhu 10 °C sampai hari ke 17. Sedangkan analisa vitamin C sampai hari ke 7. Tabel 8 Kualitas cabe merah segar pada akhir penyimpanan Perlakuan Jenis kemasan dan suhu penyimpan Suhu kamar Jala Karung plastik Kardus karton Suhu 15 °C Jala Karung plastik Kardus karton Suhu 10 °C Jala Karung plastik Kardus karton
Laju kons O 2 ml/kg.jam
Parameter Kualitas Laju prod CO 2 Susut bobot Kekerasan ml/kg.jam % Newton (N)
L*
C*
° hue
Vitamin C mg/100g
83,09 d 66,31 c 65,36 c
74,24 d 44,67 b 50,95 c
30,72 f 11,79 d 10,42 c
2,92 a 3,84 a 2,91 a
36,23 a 34,17 a 34,82 a
40,84 a 39,32 a 41,83 a
20,46 a 23,61 a 23,89 a
28,73 a 23,41 a 20,51 a
32,15 a 31,59 a 28,56 a
24,88 a 22,18 a 17,69 a
22,90 c 8,05 b 5,87 a
3,85 a 3,01 a 3,16 a
36,12 a 34,64 a 34,58 a
39,30 a 40,21 a 41,34 a
24,20 a 22,88 a 23,30 a
28,59 a 18,62 a 18,17 a
27,24 a 22,51 a 22,48 a
27,25 b 22,52 a 23,85ab
37,51 c 9,90 b 7,47 a
5,12 b 3,18 a 3,85 a
36,21 a 42,61 a 36,12 a 45,40 a 36,98 a 45,21 a
24,25 a 25,83 a 25,80 a
21,05 a 20,65 a 16,99 a
Ket. Angka yang diikuti huruf yang sama terletak pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT
Pada Tabel 8 terlihat bahwa parameter kekerasan, nilai L*, C*, °hue dan vitamin C tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan. Parameter yang dapat dijadikan indikator kualitas cabe segar adalah susut bobot. Berdasarkan parameter susut bobot cabe yang di kemas pada kardus karton dengan suhu 15 °C dan 10°C memiliki susut bobot terendah selama penyimpanan.
36
SIMPULAN, REKOMENDASI DAN SARAN Simpulan 1. Berdasarkan pengamatan visual cabe yang dikemas kardus karton memiliki lama penyimpanan yang lebih lama dibandingkan dengan cabe yang dikemas jala atau karung plastik. Dengan kerusakan/kebusukan kurang dari 40%, cabe merah segar pada kemasan kardus karton dapat bertahan sampai 13 hari pada suhu kamar (±27-30°C), 21 hari pada suhu 15°C dan 39 hari pada suhu 10°C. 2. Kemasan kardus karton dan karung plastik dapat mempertahankan mutu fisik cabe yang disimpan selama 17 hari dibandingkan dengan cabe yang dikemas jala (kontrol). Pada umumnya, kualitas cabe merah yang dikemas kardus karton pada suhu 10°C memiliki kualitas yang terbaik selama penyimpanan 17 hari. 3. Cabe yang dikemas karung plastik disimpan pada suhu 10°C dan 15°C memiliki perubahan laju respirasi, warna dan kekerasan yang sama dengan cabe yang dikemas kardus karton sampai penyimpanan 5 hari, karena setelah 5 hari susut bobot cabe yang dikemas karung plastik lebih besar daripada cabe yang dikemas kardus karton. 4. Kandungan vitamin C pada penyimpanan hari ke 7 mempunyai kandungan yang tidak berbeda nyata di semua perlakuan dan lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan vitamin pada awal penyimpanan.
Rekomendasi Kemasan kardus karton baik digunakan untuk penyimpanan cabe merah keriting (cabe hibrida – TM 99) pada suhu 15 °C maupun suhu 10 °C.
Saran Untuk penyimpanan cabe merah segar, selain memperhatikan suhu penyimpanan harus juga mempertahankan kelembaban relatif (RH) dari ruang penyimpanan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Antonio LA Jr. 2013. Postharvest Technology for fresh chilli pepper in Cambodia, Laos and Vietnam. AVRDC-The world Vegetable Center. Akbudak B. 2008. Effect of Polypropylene and Polyvinyl Chloride Plastic Film Packaging Materials on the Quality of ‘Yalova Charleston’ Pepper (Capsicum annuum L.) during Storage. Food Sci. Technol. Res. 14(1), 511. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Berita Resmi Statistik. No. 53/08/th XV. 1 Agustus 2012 BSN. 1998. Standar Nasional Cabe merah segar: SNI 01-4480-1998. Jakarta. Burg SP. 2004. Postharvest Physiology and Hypobaric Storage of Fresh Produce. London: CABI Publishing. Cantwell M. 2009. Chile Pepper: Recommendations for maintaining postharvest quality. Postharvest Technology Center-UC Davis (US). California. Chen YL. 1988. Vacum, hydro and forced air cooling of farm produce and their energy comsumption. Departemen of agricultural machinary engineering. National Taiwan Univercity, Taipeh . China. Chuah, AM, Lee YC, Yamaghuci H, Yin LI & Mantoba T. 2008. Effect of cooking on the antioxidant properties of coloured pepper. Food Chemestry. 111, 20-28 Departemen Kesehatan RI. 1981. Kandungan dan Nilai Gizi Buah dan Sayursayuran. Jakarta. Duman AD. 2010. Storage of red chili pepper under hermetically sealed or vacum conditions for preservation of its quality and prevention of mycotoxin occurrence. Journal of stored product research 46: 155-160. Dutta D, Chaudhuri UR, Chakraborty R. 2005. Structure, health benefits, antioxidant property and processing and storage of carotenoids. African J Biotech 4 (13) : 1,510-1,520. European Commission Health and Consumer Protection Directorate-General. 2002. Opinion of the scientific committee on cosmetic products and nonfood products intended for consumers. http://ec.europa.eu/food/fs/sc/sccp/out166_en.pdf. [10 Agustus 2011]. Gonzalez-Aguilqr GA, JF Ayala-Zavala, S Ruiz-Cruz, E Acedo-Felix & ME Diaz-Cinco. 2004. Efeect of temperature and modified atmosphere packaging on overall quality of fresh-cut bell pepper. Lebensm-Wiss uTechnol, 27:817-826 Gonzalez-Aguilar G A. 2013. Pepper. Centro de Investigacion en Alimentacion Desarrollo. Hermosillo, Sonora, Mexico. http://www.ba.ars.usda.gov/hb66/108pepper.pdf. (25 Juni 2013) Govindarajan VS, Sathyanarayana MN. 1991. Capsicum production, technology, chemistry, and quality. Part V. Impact on physiology, pharmacology, nutrition, and metabolism; structure, pungency, pain, and desensitization sequences. CRC Critical Rev. Food Sci. Nutr. 29 : 435- 473.
37
Ittah, Y., Kanner, J., Granit, R., 1993. Hydrolysis study of carotenoid pigments ofpaprika (Capsicum annuum L. variety Lehava) by HPLC/photodiode arraydetection. Journal of Agricultural and Food Chemistry 41, 899-901. Jansasithorn R, East AR, Hewett EW, Mawson AJ dan Heyes JA. 2010. Temperature dependecy of respiration rate of three chilli cultivars. Acta Horticulturae 877: 1821-1826 Kader, A. A. 1992. Modified Atmosphere aand Low-Pressure System During Transport Storage. Didalam : Kader, A. A(ed). Postharvest Technology of Horticulture Crops. Cooperative Extension University of California Division of Agriculture and Natural Resources, USA. Kan, E.E.L., S.A.A. Sargent, A. Simonne, L.N. Shaw and D.J. Cantliffe. 2007. Changes in the Postharvest Quality of Datil Hot Peppers as Affected by Storage Temperature. Proc. Fla. State Hort. Soc. 120:246–250 Kays, S.J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Product. AVI, Westport-Connecticut. Kim, S., Park, J.B., Hwang, I.K., 2002. Quality attributes of various varieties of Koreanred pepper powders (Capsicum annuum L.) and colour stability during sunlightexposure. Journal of Food Science 67, 2957-2961 Kumar A. O. dan S. Subba Tata. 2009. Ascorbic Acid Contents in Chili Peppers (Capsicum L.). Not Sci Biol 1 (1) 2009, 50-52 Liu MS, Ma PC. 1983. Postharvest Problems of Vegetable and Fruits in the Tropics and Subtropics. Asian Vegetable Research and Development Center. Lownds NK, M Banaras dan PW Bosland. 1994. Postharves Water Loss and Storage Quality of Nine Pepper (Capsicum) Cultivar. HortScience 29(3): 191-193. Monolopoulou H, G Xanthopoulos, N Douros dan Gr Lambrinos. 2010. Modified Atmosphere Packaging Storage of Green Bell Peppers: Quality Criteria. Biosystems Enginering 106: 535-543. Monolopoulou H, Gregory L, and George X. 2012. Active Modified Armosphere Packaging of Fresh-Cut Bell Peppers: Effect on Quality Indices. Journal of Food Research: Vol 1 No. 3. Canadian Center of Science and Education. Canada. Mulyawanti I, KT Dewandari dan Yulianingsih. 2008. Pengaruh waktu pembekuan dan penyimpanan terhadap karakteristik irisan buah mangga arumanis beku. J. Pascapanen 5(1): 51-58. Nyanjage, M. O., S.P.O. Nyalala, A.O. Illa, B.W. Mugo, A.E. Limbe and E.M. Vulimu. 2005. Extending Postharvest Life of Sweet Pepper (Capsicum annum L.‘California Wonder’) with Modified Atmosphere Packaging and Storage Temperature. Agricultura Tropica et Sub Tropica Vol. 38(2) 28. Peleg K. 1985. Produce Handling Packaging and Distribution. AVI Publishing Co., Inc.,. USA Piay SS, Ariarti T, Yuni E dan F. Rudi P H, 2010. Budidaya dan Pascapanen Cabai Merah (Capsicum annuum L.). . BPTP Jawa Tengah (ID). Jawa Tengah-Indonesia Purwanto, Y.A., E. Darmawati, J. Munandar, M. Syukur and N. Purwanti. 2012. Study on Market Appraisal and Value Chain Development of Chili Products in West Java. Final Report FAO TCP/INS/3303 Project
38
Rahman MM, MD Miaruddin, MD Golam FC, MD HH Khan dan MA Matin. 2012. Effect of different Ppackaging systems and Chlorination on the quality and shelf life of green chili. Journal Agril. Res. 37(4): 729-736. Desember 2012. ISSN 0258-7122. Bangladesh. Rachmawati R, Made RD, dan Ni Luh S. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kandungan Vitamin C pada Cabe Rawit Putih (Capsicum frustescens). Jurnal Biologi XIII (2):36-40. Rao TVR, Neeta B, Gol, Khilana KS. 2011. Effect of Postharvest Treatments and Storage temperature on the Quality and Shelf Life of Sweet Pepper (Capsicum annum L). Scient Horticulturae 132 : 18-26. Shika A and D Waterer. Peppers-Postharvest handling storage. 2001. CanadaSaskatchewan irrigation diversification center. Sigge GO, Hansman CF and Joubert. 2001Effects of storage conditions, packaging material andmetbisulphite treatment on the colour of dehydratedgreen bell pepper (Capsicum annum L.). J. FoodQuality, 24, 3, 205. Siswadi. 2007. Penanganan Pasca Panen Buah-buahan dan Sayuran. Innofarm : Jurnal Inovasi Pertanian. 6(1):68-71. Sjaifullah, Dondy ASB, Yadi, H. 1996. Efek Konsentrasi Etilen dan Suhu Terhadap Mutu dan Kecepatan Pematangan Buah Pisang Ambon Putih pada Kelembaban Tinggi. J. Hort. 6(4):411-419. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta Syarief, R dan H. Hariyadi. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcan, Jakarta. Syarief, R., S. Santaussa, S. Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan Laboratorium Rekayasa Proses Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Taksinamanee A, V Srilaong, A Uthairatanakij dan S Kanlayanarat. 2006. Effect of Hydro-cooling Combine with Packing Method on Enzymatic Antioxidant Activity and Some Physical Changes in Red Hot Chilli cv. ‘Superhot’. Acta Hort. 712. ISHS. Tano, K., R.K. Nevry, M. Koussemon and M.K. Oule. 2008. The Effects of Different Storage Temperatures on the Quality of Fresh Bell Pepper (Capsicum annum L.). Agricultural Journal 3(2): 157-162. Taufik M. 2011. Analisisi Pendapatan Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen Cabai Merah. Jurnal Litbang Pertanian 30(2). Jakarta. Thompson, J.F. 2002. Storage System. P. 113-128. In A.A. Kader (ed), Postharvest technology of horticultural crops (3 ed.): The Regents of the University of California. Tucker GA. 1993. Biochemistry of Fruit Ripening. Chapman and Hall, London Utama MS. 2001. Penanganan Pascapanen Buah dan Sayuran Segar : Stress pada Produk Pascapanen. Forum Konsultasi Teknologi Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Bali. Vicente AR, Carlos P, Laura L, Pedro MC, Gustavo A, Martinez dan Alicia RC. 2005. UV-C Treatments Reduce Decay, Retain Quality and Alleviate Chilling Injury in Pepper. Postharvest Biology and Technology 35 (2005): 69-78. Walker S. 2010. Postharvest handling of fresh chiles. NM State University. http://aces.nmsu.edu/pubs/_h/H235.pdf
39
Wills R, Mcglasson b, Graham D and Joyce D . 1998. Post Harvest : An Introduction to the Physiology and Handling on Fruits and Vegetable. Australia (AU) : NSW Pr Limited. Winarno FG. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. Bogor: M-BRIO Press. Zaulia,O., M. Razali, H. Aminuddin, D. Che Omar, K.H. Ng and M. Habsah. 2006. Effect of different packagings and storage temperatures on the quality of fresh-cut red chilli.J. Trop. Agric. and Fd. Sc. 34(1)(2006): 67-76 Zhuang Y, Long C, Liping S dan Jianxin C. 2012. Bioactive characteristic and antioxidant activities of nine pepper. Journal of functional foods. 4:331-338 Znidarcic, D., Ban II, D., Milan Oplanic, M., Karic, L., Pozra, T., 2010. Influence of postharvest temperatures on physicochemical quality of tomatoes (Lycopersicon esculentum Mill.). J. Food Agric. Environ. 8, 21–25.
Lampiran 1b Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis kemasan , suhu penyimpanan dan interaksinya terhadap laju konsumsi O 2 (ml/kg.jam) cabe merah Perlakuan jenis kemasan- suhu penyimpanan Jala suhu kamar Karung plastik suhu kamar Kardus karton suhu kamar Jala suhu 15 °C Karung plastik suhu 15°C Kardus karton suhu 15°C Jala suhu 10 °C Karung plastik suhu 10°C Kardus karton suhu 10°C
1 75.03 65.07 79.70 39.77 48.24 33.03 18.23 16.24 22.10
Jala Karung plastik Kardus karton
44.34
Suhu kamar Suhu 15 °C Suhu 10 °C
73.27
43.18 44.94
40.34 18.85
2
3
f e f c d b a a a
76.84
h
80.47
68.12
g
67.44
67.39
f e d c b a b
a a a
44.55
c b a
70.78
36.72 34.64 32.27 20.11 16.38 19.61
39.71 39.76
34.54 18.70
67.06 34.77 27.91 29.86 21.02 16.31 19.73
b a a
45.42
c b a
71.65
37.22 38.88
30.85 19.02
h g g f d e c a b
Penyimpanan hari ke 4 5 81.81 a 83.09 d 67.14 a 66.31 c 66.31 a 65.36 c 33.17 a 26.41 b 26.68 a 25.81 b 26.81 a 25.23 b 21.02 a 19.52 a 16.31 a 17.49 a 19.74 a 16.82 a
6
28.22 28.43 28.54 21.01 18.26 17.70
7
a a a a a a
29.260 28.245 26.630 16.970 18.375 18.385
a a a a a a
33.315 36.210 30.620 17.675 18.350 17.010
45.33
b a 37.62 a
43.00
24.61
23.34
a a 22.508 a
25.495
36.53
a a 23.12 a
23.115
36.71
23.310
27.280
c b a
71.75
71.58
28.39
28.045
33.382
c 28.88 b 19.02 a
c b 17.95 a
25.81
b 18.99 a
b 17.910 a
c d b a a a
28.770 a 29.265 a 27.270 a 19.160 a 19.055 a 16.320 a
b 23.965 a c 24.160 a 23.815 a 21.795 a
c a b
b a 35.80 a
9
8
b 28.435 b 17.678 a 18.178 a
Ket. Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% hasil uji lanjut Duncan’s
Lampiran 1B (Lanjutan) Perlakuan jenis kemasan- suhu penyimpanan Jala suhu kamar Karung plastik suhu kamar Kardus karton suhu kamar Jala suhu 15 °C Karung plastik suhu 15°C Kardus karton suhu 15°C Jala suhu 10 °C Karung plastik suhu 10°C Kardus karton suhu 10°C
10
12
11
31.37 a 33.47 a 26.65 a 19.13 a 19.75 a 17.08 a
31.000 31.185 28.000 20.460 19.010 16.375
a a a a a a
13
35.510 a
32.150
34.815 a
31.590
29.325 a
28.565
22.485 a
22.395
17.770 a
19.695
14.330 a
16.970
14
a a a a 27.755 a a 21.760 a a 22.365 a
Jala Karung plastik Kardus karton
ab 25.730 b 28.998 b 27.273 b 27.755 a b 25.098 b 26.293 ab 25.643 b 21.760 a 21.860 ab 22.188 a 21.828 a 22.768 a 22.365 a
Suhu kamar Suhu 15 °C Suhu 10 °C
30.492
25.248
26.605
18.650
b a
30.062 18.615
b b 18.195 a a 33.217
30.768 19.687
b a 23.960
15
16
17
rata rata
standar deviasi 3.398 1.172 5.943 3.754 5.895 2.303 4.061 2.102 2.631
28.485
b 30.445 a a 22.380 a 21.585 a 22.900 a
27.245
21.090
22.515
a a 22.485 a
79.445 66.814 69.161 32.338 32.035 28.676 21.947 18.865 18.911
b 30.445 a a 22.380 a 21.585 a 22.900 a
a a 22.485 a
31.824 28.401 27.424
8.661 7.179 8.169
24.082
71.807 31.017 19.908
0.903 3.709 2.548
28.485 21.090
23.720
25.242
27.245
22.515
Ket. Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% hasil uji lanjut Duncan’s
Lampiran 2b Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis kemasan , suhu penyimpanan dan interaksinya terhadap laju produksiCO 2 (ml/kg.jam) cabe merah Perlakuan jenis kemasansuhu penyimpanan Jala suhu kamar Karung plastik suhu kamar Kardus karton suhu kamar Jala suhu 15 °C Karung plastik suhu 15°C Kardus karton suhu 15°C Jala suhu 10 °C Karung plastik suhu 10°C Kardus karton suhu 10°C
1
2
3
65.39 c 46.12 b
76.37 f 42.92 d
53.09 c 38.38 a
58.25 e 34.08 c
50.26 b 47.04 b
23.83 bc 29.18 bc
17.55 a 16.92 a
26.11 a 23.88 a
17.62 a 16.99 a
32.09 a
25.02 a
Jala Karung plastik Kardus karton
34.37 a 37.42 ab
Suhu kamar Suhu 15 °C Suhu 10 °C
45.79 a 39.73 a 68.32 a 39.76 a 55.61 a 48.54 a
Penyimpanan hari ke 4 5 74.40 g
74.24 d
39.73 e 51.58 f
44.67 b
30.17 d 21.21 b
19.63 a
26.81 c 17.62 a
19.09 a
6
7
8
9
26.56 a 22.33 a
23.88 a 22.35 a
19.04 a 25.96 a
25.14 a
21.74 a 18.25 a
19.12 a 19.00 a
21.10 a 20.39 a
19.77 a
18.38 a 17.70 a
20.38 a 21.10 a
50.95 c 19.01 a 17.51 a 18.15 a
17.69 a
16.99 a 17.69 a
17.83 a
16.23 a 23.84 a
43.29 a 40.09 a
42.69 c 27.91 a
40.73 c 25.98 a
37.13 b 27.28 a
22.41 a 19.28 a
49.65 b
41.72 a
35.04 b
32.03 b
29.29 a
22.79 a
21.44 a 19.71 a 20.37 ab 23.17 a 18.41 b 21.10 a
51.28 b 47.97 b 22.18 a
54.87 c 45.23 b 25.00 a
59.18 c 29.03 b 17.43 a
55.24 c 26.06 b 17.43 a
56.62 b 19.25 a 17.83 a
23.55 a 19.44 a
21.78 b 18.36 a
22.03 a 20.63 a
Ket. Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% hasil uji lanjut Duncan’s
22.45 a 19.84 a 19.06 a 16.99 a 22.49 b 20.75 ab 18.38 ab
22.45 b 18.63 a
Lampiran 2b (lanjutan) Perlakuan jenis kemasan- suhu penyimpanan Jala suhu kamar Karung plastik suhu kamar Kardus karton suhu kamar Jala suhu 15 °C Karung plastik suhu 15°C Kardus karton suhu 15°C Jala suhu 10 °C Karung plastik suhu 10°C Kardus karton suhu 10°C Jala Karung plastik Kardus karton Suhu kamar Suhu 15 °C Suhu 10 °C
10
12
11
26.61
a
25.24
19.12
a
23.88
15.03
a
19.10
27.34
a
21.82
17.70
a
20.36
21.86
a
16.38
26.97
Penyimpanan hari ke 13 14
a a a a a a
25.27
a
24.88
24.57
a
22.18
18.41
a
17.69
28.62
a
22.39
21.86
a
19.69
16.38
a
17.64
b 18.41 a 18.44 a
23.53
b 26.94 b 22.12 ab 23.22 ab 17.74 a 17.39 ab
23.63
20.25
22.74
21.58
22.30
a a
19.52
22.75
a a a 22.29 a
a a a a a a
b 20.93 a 17.67 a
19.91
b a
15
16
67.24 42.63 56.44 27.59 27.14 24.82 22.62 19.51 21.00
standar deviasi 12.72 2.88 7.24 6.39 11.66 10.86 4.56 2.41 4.30
b a 23.85 ab
29.17 24.23 25.55
7.67 6.16 9.28
24.54
55.44 26.51 21.04
2.87 9.26 2.78
17
b 25.09 a 30.44 b 17.69 a 21.77 b 23.05 a 23.05 ab 22.27 b 25.60 a
b a 23.85 ab
27.74
27.25
27.74
b 25.09 a 30.44 b 17.69 a 21.77 b 23.05 a 23.05 ab 22.27 b 25.60 a
22.83
23.04
26.36
27.25 22.52
22.52
rata rata
Ket. Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% hasil uji lanjut Duncan’s
Lampiran 3b Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis kemasan , suhu penyimpanan dan interaksinya terhadap susut bobot (%) cabe merah Perlakuan Jenis kemasan suhu penyimpanan Jala suhu kamar
1 e
5 f
7
Pengamatan hari ke 9
11
13
15
bc c b a a a a a
22.89 7.09 6.23 5.77 1.50 1.56 9.33 1.59 1.46
d c b a a e a a
30.72 11.79 10.42 9.00 2.83 2.64 13.65 2.83 2.53
f d c b a a e a a
12.60 4.20 3.44 18.14 4.07 3.53
c b a d b a
16.81 5.69 4.13 22.34 5.17 4.41
d c a e b a
20.20 6.79 5.62 26.12 6.52 5.18
c b a d b a
22.90 8.05 5.87 29.43 7.79 5.93
c b a d b a
33.46 c 8.89 b 6.74 a
3.74 0.86 0.98
b a a
12.66 3.39 3.08
c b a
5.81 5.81 5.20
c b a
15.37 4.13 3.49
c b a
19.58 5.43 4.27
c b a
23.16 6.66 5.40
c b a
26.16 7.92 5.90
c b a
33.46 c 8.89 b 6.74 a
3.58 0.82 1.18
c a b
12.07 2.94 4.12
c a b
17.64 4.82 6.33
c a b
6.75 8.58
a b
8.38 10.64
a b
10.87 11.74
a b
12.28 14.38
a b
Karung plastik suhu kamar Kardus karton suhu kamar Jala 15°C Karung plastik 15°C Kardus karton 15°C Jala 10°C Karung plastik 10°C Kardus karton 10°C
6.84 1.82 2.07 1.68 0.35 0.43 2.70 0.42 0.43
Jala Karung plastik Kardus karton Suhu kamar Suhu 15°C Suhu 10°C
3
16.36 a
17
Rata-rata
standar deviasi
37.51 c 9.90 b 7.47 a
20.15 6.90 6.24 12.71 4.20 3.38 21.41 5.24 4.18
12.17 4.99 4.18 7.75 2.82 2.01 11.50 3.30 2.40
37.51 c 9.90 b 7.47 a
19.72 5.89 4.72
11.60 2.84 2.00
18.29 a
11.10 6.69 10.18
7.08 4.15 5.69
Ket. Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% hasil uji lanjut Duncan’s
Lampiran 4b Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis kemasan , suhu penyimpanan dan interaksinya terhadap kekerasan (Newton) cabe merah Perlakuan jenis kemasan- suhu penyimpanan Jala suhu kamar Karung plastik suhu kamar Kardus karton suhu kamar Jala suhu 15 °C Karung plastik suhu 15°C Kardus karton suhu 15°C Jala suhu 10 °C Karung plastik suhu 10°C Kardus karton suhu 10°C
1 2.78 4.29 5.30 4.34 3.68 3.72 5.05 4.31 4.17
Jala Karung plastik Kardus karton
4.06
Suhu kamar Suhu 15 °C Suhu 10 °C
4.12
4.09 4.40
3.91 4.51
3 a a a a a a a a a
2.85
a
2.92
3.44
a
3.84
2.88
a a a a a a a
2.91
a a a
3.05
a a a
3.06
3.16 3.64 3.80 3.14 4.09 3.67
3.72 3.45
3.53 3.63
Penyimpanan hari ke 7 9
5
3.22 4.05 3.83 3.46 4.03 3.30
a b ab
3.20
a a a
3.22
3.97 3.35
3.70 3.60
a a a a a a a a a a b a a a a
3.35 2.97 3.76 3.47 2.91 3.62 3.41 2.94 3.69
3.36 3.34
a a a a a a
3.70
a a a
3.93
a a
3.67
3.69 3.63 4.17 2.71 3.60
3.20 3.61
3.49
b b b b a b b a ab
a a
11
3.84 2.87 2.96 4.80 2.70 3.35 4.32 2.78 3.16
3.22 3.62
13
a a a a a a b a a
a a
3.85 3.01 3.16 4.82 2.73 3.29 4.34 2.87 3.23
3.34 3.61
a a a a a a b a a
a a
5.03 3.45 3.18 5.03 3.45 3.18
3.89
3.85 a
2.85 3.86 3.69 3.64 3.42 3.55 4.34 3.35 3.56
standar deviasi 0.068 0.425 1.391 0.422 0.460 0.347 0.793 0.650 0.318
b a a
4.05 3.36 3.55
0.742 0.483 0.401
3.47 3.53 3.75
0.575 0.244 0.353
Rata-rata
17
15
b a a
5.12 b
b a a
5.12
3.18 a
3.18 3.85
4.05
Ket. Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% hasil uji lanjut Duncan’s
Lampiran 5b Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis kemasan , suhu penyimpanan dan interaksinya terhadap nilai kecerahan (L*) warna cabe merah Perlakuan Jenis kemasan suhu penyimpanan Jala suhu kamar Karung plastik suhu kamar Kardus karton suhu kamar Jala 15°C Karung plastik 15°C Kardus karton 15°C Jala 10°C Karung plastik 10°C Kardus karton 10°C
1 35.66 35.91 36.53 36.13 37.56 36.20 37.62 36.46 35.77
Jala Karung plastik Kardus karton Suhu kamar Suhu 15°C Suhu 10°C
a a a a a a a a a
3 35.21 35.54 34.75 37.91 36.45 36.29 39.30 36.88 37.42
36.47 36.65 36.16
a a a
36.03 36.63 36.62
a a a
7
Pengamatan hari ke 9
a a a a a a a a a
5 36.23 34.17 34.82 37.70 35.75 35.08 37.16 36.45 37.27
11
13
15
a a a a a a a a a
37.13 36.23 35.98 37.81 36.35 36.04
a a a a a a
36.76 35.75 35.60 37.02 35.07 36.21
a a a a a a
36.45 35.48 35.26 36.83 36.00 35.28
a a a a a a
36.12 34.64 34.58 36.82 35.31 33.70
a a a a a a
35.45 a 36.60 a 35.63 a
37.48 36.29 36.15
b a a
37.03 35.46 35.72
b a a
37.47 36.29 36.01
a a a
36.89 35.41 35.91
b a a
36.64 35.74 35.27
a a a
36.47 34.98 34.14
a a a
35.45 a 36.60 a 35.63 a
35.17 36.88 37.87
a b b
35.07 36.18 36.96
a ab b
36.45 36.73
a a
36.04 36.10
a a
35.73 36.04
a a
35.12 35.28
a a
35.89 a
36.21 a 36.12 a 36.98 a
35.70 35.21 35.37 36.89 35.98 35.57 37.14 36.14 36.03
standar deviasi 0.51 0.92 1.01 0.72 0.91 0.63 1.08 0.60 1.15
36.21 a 36.12 a 36.98 a
36.68 35.95 35.78
0.64 0.58 0.77
36.44 a
35.43 36.15 36.44
0.53 0.59 0.74
17
Ket. Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% hasil uji lanjut Duncan’s
Rata-rata
Lampiran 6b Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis kemasan , suhu penyimpanan dan interaksinya terhadap nilai croma (C*) warna cabe merah Perlakuan Jenis kemasan suhu penyimpanan Jala suhu kamar Karung plastik suhu kamar Kardus karton suhu kamar Jala 15°C Karung plastik 15°C Kardus karton 15°C Jala 10°C Karung plastik 10°C Kardus karton 10°C
1 41.82 42.23 43.67 39.76 44.45 43.75 42.79 41.51 43.55
Jala Karung plastik Kardus karton Suhu kamar Suhu 15°C Suhu 10°C
a a a a a a a a a
3 38.92 42.47 42.20 46.07 44.94 43.15 44.75 45.15 45.92
41.46 42.73 43.66
a a a
42.57 42.66 42.62
a a a
7
Pengamatan hari ke 9
a a a a a a a a a
5 40.84 39.32 41.83 43.77 43.42 41.38 45.28 44.31 45.37
11
13
15
a a a a a a a a a
45.02 42.12 42.14 44.78 42.64 42.67
a a a a a a
42.44 42.59 44.63 44.93 43.26 44.61
a a a a a a
39.49 41.39 41.22 44.69 43.26 43.18
a a a a a a
39.30 a 40.21 ab 41.34 bc 44.31 d 41.14 b 41.88 c
42.71 a 46.73 b 42.61 a
43.25 44.19 43.76
a a a
43.30 42.35 42.86
a a a
44.90 42.38 42.41
a a a
43.69 42.93 44.62
a a a
42.09 42.33 42.20
a a a
41.81 40.68 41.61
a a a
42.71 a 46.73 b 42.61 a
41.20 44.72 45.27
a b b
40.66 42.86 44.99
b ab a
43.09 43.36
a a
43.22 44.27
a a
40.70 43.71
a b
40.28 42.45
a b
44.02 a
42.61 a 45.40 a 45.21 a
40.53 41.34 42.57 42.26 42.73 42.52 44.10 43.71 43.89
standar deviasi 1.47 1.75 0.97 2.80 1.68 1.35 1.07 1.85 1.43
42.61 a 45.40 a 45.21 a
42.87 43.30 43.21
1.06 1.84 1.18
44.41 a
41.48 42.50 43.90
0.98 1.53 0.97
17
Ket. Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% hasil uji lanjut Duncan’s
Rata-rata
Lampiran 7b Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis kemasan , suhu penyimpanan dan interaksinya terhadap nilai derajat hue (°h) warna cabe merah Perlakuan Jenis kemasan suhu penyimpanan Jala suhu kamar Karung plastik suhu kamar Kardus karton suhu kamar Jala 15°C Karung plastik 15°C Kardus karton 15°C Jala 10°C Karung plastik 10°C Kardus karton 10°C
1 25.82 25.56 25.56 27.16 25.69 26.54 27.84 26.45 25.76
Jala Karung plastik Kardus karton Suhu kamar Suhu 15°C Suhu 10°C
a a a a a a a a a
3 24.04 24.69 24.41 27.78 25.80 24.90 29.59 26.70 26.83
26.94 25.90 25.95
a a a
25.65 26.46 26.68
a a a
7
Pengamatan hari ke 9
a a a d bc ab e bc cd
5 20.46 23.61 23.89 26.40 25.49 26.35 27.54 28.03 27.01
11
13
15
a a a a a a a a a
25.48 24.06 23.39 27.90 25.47 24.85
a a a a a a
24.63 24.74 24.01 26.68 24.23 24.74
a a a a a a
24.34 23.14 24.72 25.73 25.14 25.46
a a a a a a
24.20 22.88 23.30 25.26 24.11 24.36
a a a a a a
24.16 a 26.76 b 23.74 a
27.14 25.73 25.38
b a a
24.80 25.71 25.75
a a a
26.69 24.77 24.17
b a a
25.66 24.48 24.37
a a a
25.04 24.14 25.09
a a a
24.73 23.49 23.83
a a a
24.16 a 26.76 b 23.74 a
24.38 26.16 27.71
a b c
22.65 26.08 27.53
a b b
24.31 26.07
a b
24.46 25.22
a a
24.07 25.44
a a
23.46 24.58
a a
24.89 a
24.25 a 25.83 a 25.80 a
23.44 24.62 24.62 25.71 24.54 24.74 26.55 25.86 25.40
standar deviasi 2.73 0.98 0.86 1.43 1.21 1.31 1.84 1.27 1.09
24.25 a 25.83 a 25.80 a
25.49 25.20 24.90
1.16 1.04 0.88
25.29 a
24.23 25.00 25.93
1.50 1.20 1.14
17
Ket. Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% hasil uji lanjut Duncan’s
Rata-rata
Lampiran 7b Hasil uji lanjut Duncan pengaruh jenis kemasan , suhu penyimpanan dan interaksinya terhadap kadar vitamin C (mg/100g (bk) cabe merah Perlakuan Jenis kemasan suhu penyimpanan Jala suhu kamar Karung plastik suhu kamar Kardus karton suhu kamar Jala 15°C Karung plastik 15°C Kardus karton 15°C Jala 10°C Karung plastik 10°C Kardus karton 10°C
1 17.84 17.84 17.84 17.84 17.84 17.84 17.84 17.84 17.84
Jala Karung plastik Kardus karton
17.84 17.84 17.84
a a a a a a a a a
Pengamatan hari ke 3 5 26.81 a 23.45 21.15 a 15.86 26.92 a 15.81 32.58 a 18.92 24.09 a 18.08 32.48 a 11.11 29.83 a 22.19 16.82 a 19.72 19.80 a 13.78
a a a a a a a a a
7 28.73 a 23.41 a 20.51 a 28.59 a 18.62 a 18.17 a 21.05 a 20.65 a 16.99 a
a a a
29.74 20.68 26.40
c b a
26.12 20.90 18.56
b a b
21.52 17.88 13.57
c b a
24.21 19.56 20.27 24.48 19.66 19.90 22.73 18.76 17.10
standar deviasi 4.77 3.37 4.83 7.25 2.97 9.00 5.08 1.74 2.51
23.81 19.33 19.09
5.21 1.69 5.35
Rata-rata
Suhu kamar 17.84 a 24.96 ab 18.37 a 20.39 3.96 Suhu 15°C 17.84 a 29.72 b 16.03 a 21.79 a 21.35 6.08 Suhu 10°C 17.84 a 22.15 a 18.56 a 19.56 a 19.53 1.88 Ket. Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% hasil uji lanjut Duncan’s
41
Lampiran 1a Hasil analisis sidik ragam laju konsumsi O2(ml/kg.jam)cabe merah Hari ke:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sumber Keragaman Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total
Jumlah Kuadrat 9.626 9013.154 481.440 170.166 44767.455 92.969 8553.592 53.775 29.092 39490.522
Derajat Bebas 2 2 4 9 18 2 2 4 9 18
Kuadrat Tengah 4.813 4506.577 120.360 18.907
225.240 9151.267
F
Sig.
.255 238.350 6.366
.781 .000* .010*
46.484 4276.796 13.444 3.232
14.380 1323.064 4.159
.002* .000* .035*
2
112.620
92.371
.000*
2
4575.633
3752.946
.000*
81.471
4
20.368
16.706
.000*
10.973
9
1.219
39001.551
18
269.416 9431.853 113.574 218.483 38666.369 188.468 10067.086 218.680 75.294 37156.159 5.205 265.456 7.499 25.903 7038.657 1.401 308.155 8.286 11.506 6664.934 24.020 739.784 9.037 4.510 8598.721 13.787 315.598 .901 17.409 6866.103
2 2 4 9 18 2 2 4 9 18 2 1 2 6 12 2 1 2 6 12 2 1 2 6 12 2 1 2 6 12
134.708 4715.927 28.393 24.276
5.549 194.264 1.170
.027* .000* .386
94.234 5033.543 54.670 8.366
11.264 601.666 6.535
.004* .000* .009*
2.603 265.456 3.749 4.317
.603 61.488 .868
.577 .000* .466
.701 308.155 4.143 1.918
.365 160.693 2.161
.708 .000* .196
12.010 739.784 4.519 .752
15.979 984.301 6.012
.004* .000* .037*
6.893 315.598 .451 2.901
2.376 108.771 .155
.174 .000* .860
42
Lampiran 1a (Lanjutan) Hari ke:
10
11
12
13
14
15
16
17
Sumber Keragaman Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total
Jumlah Kuadrat 47.777 420.675 8.843 25.535 7747.542 28.557 393.079 1.384 4.083 7535.356 104.883 676.951 8.081 95.488 8814.882 41.623 368.410 2.685 12.918 8062.758 43.572 .000 .000 12.335 3500.397
Derajat Bebas 2 1 2 6 12 2 1 2 6 12 2 1 2 6 12 2 1 2 6 12 2 0 0 3 6
Kuadrat Tengah 23.889 420.675 4.422 4.256
68.361 .000 .000 .963 3445.155 81.494 .000 .000 21.164 3925.509 30.021 .000 .000 16.580 3526.161
F
Sig.
5.613 98.845 1.039
.042* .000* .410
14.278 393.079 .692 .681
20.982 577.618 1.017
.002* .000* .417
52.441 676.951 4.041 15.915
3.295 42.536 .254
.108 .001* .784
20.812 368.410 1.343 2.153
9.666 171.110 .624
.013* .000* .567
21.786 . . 4.112
5.299 . .
.104 . .
2 0 0 3 6
34.180 . . .321
106.426 . .
.002* . .
2 0 0 3 6 2 0 0 3 6
40.747 . . 7.055
5.776 . .
.094 . .
15.010 . . 5.527
2.716 . .
.212 . .
Ket. * tidak berbeda nyata pada taraf 5% hasil uji ANOVA
43
44
45
Lampiran 2a Hasil analisis sidik ragam laju produksi CO2 (ml/kg.jam) cabe merah Hari ke:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sumber Keragaman Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total
Jumlah Kuadrat 784.781 3045.464 669.685 875.001 34869.307 30.871 2788.071 505.719 239.476 34862.823 655.417 5572.279 571.889 52.572 29171.776 659.887 4710.191 664.729 62.530 25593.681 324.766 5805.599 646.758 214.179 24548.433 29.633 50.537 60.187 532.216 6216.650 18.908 35.171 6.452 14.065 4909.058 24.240 5.935 27.018 23.603 5539.868 34.069 43.823 3.436 18.462 5162.982
Derajat Bebas 2 2 4 9 18 2 2 4 9 18 2 2 4 9 18 2 2 4 9 18 2 2 4 9 18 2 1 2 6 12 2 1 2 6 12 2 1 2 6 12 2 1 2 6 12
Kuadrat Tengah 392.390 1522.732 167.421 97.222
F
Sig.
4.036 15.662 1.722
.056 .001* .229
15.435 1394.036 126.430 26.608
.580 52.391 4.751
.579 .000* .025*
327.709 2786.139 142.972 5.841
56.102 476.971 24.476
.000* .000* .000*
329.944 2355.095 166.182 6.948
47.489 338.971 23.919
.000* .000* .000*
162.383 2902.800 161.690 23.798
6.824 121.979 6.794
.016* .000* .008*
14.817 50.537 30.094 88.703
.167 .570 .339
.850 .479 .725
9.454 35.171 3.226 2.344
4.033 15.004 1.376
.078 .008* .322
12.120 5.935 13.509 3.934
3.081 1.509 3.434
.120 .265 .101
17.035 43.823 1.718 3.077
5.536 14.242 .558
.043* .009* .599
46
Lampiran 2a (Lanjutan) Hari ke:
10
11
12
13
14
15
16
17
Sumber Keragaman Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total
Jumlah Kuadrat 194.771 12.562 36.589 76.491 5752.176 72.990 31.044 .378 47.243 5509.505 185.292 .647 22.015 100.749 6393.743 71.424 8.439 3.989 18.406 5266.558 101.251 .000 .000 14.680 3241.997 12.858 .000 .000 2.179 3200.870 56.389 .000 .000 5.842 4232.699 23.839 .000 .000 6.020 3642.540
Derajat Bebas 2 1 2 6 12 2 1 2 6 12 2 1 2 6 12 2 1 2 6 12 2 0 0 3 6 2 0 0 3 6 2 0 0 3 6 2 0 0 3 6
Kuadrat Tengah 97.385 12.562 18.294 12.748
F
Sig.
7.639 .985 1.435
.022* .359 .310
36.495 31.044 .189 7.874
4.635 3.943 .024
.061 .094 .976
92.646 .647 11.008 16.791
5.517 .039 .656
.044* .851 .553
35.712 8.439 1.994 3.068
11.642 2.751 .650
.009* .148 .555
50.626 . . 4.893
10.346 . .
.045* . .
6.429 . . .726
8.851 . .
.055 . .
28.195 . . 1.947
14.479 . .
.029 . .
11.920 . . 2.007
5.939 . .
.091 . .
Ket. * tidak berbeda nyata pada taraf 5% hasil uji ANOVA
47
48
49
lampiran 3a Hasil analisis sidik ragam susut bobot (%) cabe merah Har i ke:
1
3
5
7
9
11
13
15
17
Sumber Keragaman Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total
Jumlah Kuadrat
Derajat Bebas
Kuadrat Tengah
F
Sig.
47.827
2
23.914
464.578
.000*
40.330
2
20.165
391.750
.000*
14.013
4
3.503
68.061
.000*
.927
18
.051
196.507
27
533.608
2
266.804
2982.283
.000*
443.537
2
221.769
2478.889
.000*
152.442
4
38.111
425.993
.000*
1.610
18
.089
2229.834
27
907.251
2
453.625
2015.151
.000*
883.932
2
441.966
1963.357
.000*
184.701
4
46.175
205.126
.000*
4.052
18
.225
4468.257
27
535.956
2
267.978
5557.148
.000*
15.052
1
15.052
312.133
.000*
30.913
2
15.456
320.525
.000*
.579
12
.048
1639.273
18
871.536
2
435.768
2363.665
.000*
13.957
1
13.957
75.704
.000*
32.440
2
16.220
87.980
.000*
.184
2.212
12
2633.806
18
1179.044
2
589.522
1135.528
.000*
13.659
1
13.659
26.310
.000*
39.355
2
19.678
37.903
.000*
.519
6.230
12
3718.715
18
1494.896
2
747.448
2344.159
.000*
19.950
1
19.950
62.568
.000*
44.054
2
22.027
69.082
.000*
.319
3.826
12
4760.328
18
16.732
1
16.732
356.958
.000*
.022
1
.022
.462
.516
.130
1
.130
2.778
.134
.375
8
.047
741.890
12
22.495
1
22.495
469.143
.000*
8.333E-06
1
8.333E-06
.000
.990
.279
1
.279
5.820
.042
.384
8
.048
928.483
12
50
51
Lampiran 4a Hasil analisis sidik ragam kekerasan (Newton) cabe merah Hari ke:
1
3
5
7
9
11
13
15
17
Sumber Keragaman Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total
Jumlah Kuadrat .637 1.655 11.172 24.392 510.197 2.085 1.714 .632 5.718 323.631 3.049 1.160 .667 6.290 343.249 1.722 .002 .055 5.798 209.315 1.622 .144 1.620 2.323 236.475 7.721 .700 .969 2.181 222.038 7.050 .333 1.211 2.164 228.259 5.960 .000 .000 1.030 142.945 5.800 .000 .000 1.789 155.212
Derajat Bebas 2 2 4 18 27 2 2 4 18 27 2 2 4 18 27 2 1 2 12 18 2 1 2 12 18 2 1 2 12 18 2 1 2 12 18 2 0 0 6 9 2 0 0 6 9
Kuadrat Tengah .319 .828 2.793 1.355
F
Sig.
.235 .611 2.061
.793 .554 .129
1.042 .857 .158 .318
3.281 2.698 .497
.061 .094 .738
1.525 .580 .167 .349
4.362 1.660 .477
.029* .218 .752
.861 .002 .027 .483
1.782 .005 .057
.210 .947 .945
.811 .144 .810 .194
4.190 .744 4.183
.042* .405 .042*
3.860 .700 .485 .182
21.237 3.852 2.666
.000* .073 .110
3.525 .333 .606 .180
19.548 1.849 3.358
.000* .199 .069
2.980 . . .172
17.368 . .
.003* . .
2.900 . . .298
9.724 . .
.013* . .
52
53
Lampiran 5a Hasil analisis sidik ragam nilai kecerahan (L*) warna cabe merah Hari ke:
1
3
5
7
9
11
13
15
17
Sumber Keragaman Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total
Jumlah Kuadrat
Derajat Bebas
Kuadrat Tengah
F
Sig.
1.073
2
.537
.334
.721
2.089
2
1.045
.650
.534
1.446
.260
9.298
4
2.325
28.942
18
1.608
35867.758
27
9.523
2
4.762
3.581
.049*
33.661
2
16.830
12.659
.000*
1.114
.380
5.926
4
1.482
23.931
18
1.329
36321.726
27
12.730
2
6.365
3.999
.037*
16.156
2
8.078
5.076
.018*
.966
.450
6.150
4
1.537
28.647
18
1.592
35194.059
27
7.175
2
3.588
1.938
.186
.364
1
.364
.197
.665
.355
2
.177
.096
.909
22.213
12
1.851
24127.549
18
6.828
2
3.414
5.119
.025*
.019
1
.019
.028
.870
1.363
2
.682
1.022
.389
.667
8.003
12
23433.577
18
5.816
2
2.908
2.181
.156
.426
1
.426
.320
.582
.198
2
.099
.074
.929
1.333
15.998
12
23201.636
18
16.760
2
8.380
4.491
.035*
.117
1
.117
.063
.807
2.455
2
1.227
.658
.536
1.866
22.390
12
22339.515
18
1.740
1
1.740
1.468
.260
5.400
1
5.400
4.556
.065
.110
.749
.130
1
.130
9.483
8
1.185
15092.221
12
.178
1
.178
.067
.803
8.501
1
8.501
3.191
.112
.428
.531
1.141
1
1.141
21.314
8
2.664
15335.011
12
54
55
Lampiran 6a Hasil analisis sidik ragam nilai croma (C*) warna cabe merah Hari ke:
1
3
5
7
9
11
13
15
17
Sumber Keragaman Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total
Jumlah Kuadrat 22.023 .032 28.546 111.710 49194.064 3.968 87.967 34.463 69.079 51828.799 4.022 84.073 17.621 123.377 4.022 25.186 .325 .591 49.853 33713.218 8.650 4.951 5.037 55.467 34516.730 .168 40.770 10.796 23.984 32140.124 4.373 21.038 18.398 18.422 4.373 49.980 23.548 .003 6.064 22546.245 1.936 13.356 1.116 36.654 23548.042
Derajat Bebas 2 2 4 18 27 2 2 4 18 27 2 2 4 18 2 2 1 2 12 18 2 1 2 12 18 2 1 2 12 18 2 1 2 12 2 1 1 1 8 12 1 1 1 8 12
Kuadrat Tengah 11.011 .016 7.136 6.206
F
Sig.
1.774 .003 1.150
.198 .997 .365
1.984 43.984 8.616 3.838
.517 11.461 2.245
.605 .001* .105
2.011 42.036 4.405 6.854 2.011 12.593 .325 .295 4.154
.293 6.133 .643
.749 .009* .639
.293 3.031 .078 .071
.749 .086 .784 .932
4.325 4.951 2.518 4.622
.936 1.071 .545
.419 .321 .594
.084 40.770 5.398 1.999
.042 20.399 2.701
.959 .001* .108
2.187 21.038 9.199 1.535 2.187 49.980 23.548 .003 .758
1.424 13.704 5.992
.279 .003* .016*
1.424 65.936 31.066 .004
.279 .000* .001* .951
1.936 13.356 1.116 4.582
.423 2.915 .244
.534 .126 .635
56
57
Lampiran 7a Hasil analisis sidik ragam nilai derajat hue (°hue) warna cabe merah Hari ke:
1
3
5
7
9
11
13
15
17
Sumber Keragaman Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total
Jumlah Kuadrat 6.195 5.349 3.980 30.183 18670.876 15.554 49.812 14.096 21.982 18468.024 5.184 112.737 19.643 55.584 17641.945 21.453 14.045 .972 26.790 11487.933 6.088 2.592 4.904 12.744 11131.298 3.425 8.473 1.185 32.530 11077.185 4.902 5.622 .028 14.703 10407.661 15.098 9.974 1.794 7.006 7143.098 .504 12.363 .433 12.940 7404.737
Derajat Bebas 2 2 4 18 27 2 2 4 18 27 2 2 4 18 27 2 1 2 12 18 2 1 2 12 18 2 1 2 12 18 2 1 2 12 18 1 1 1 8 12 1 1 1 8 12
Kuadrat Tengah 3.097 2.675 .995 1.677
F
Sig.
1.847 1.595 .593
.186 .230 .672
7.777 24.906 3.524 1.221
6.368 20.394 2.886
.008 .000* .052
2.592 56.369 4.911 3.088
.839 18.254 1.590
.448 .000* .220
10.727 14.045 .486 2.232
4.805 6.291 .218
.029* .027* .807
3.044 2.592 2.452 1.062
2.866 2.440 2.309
.096 .144 .142
1.713 8.473 .592 2.711
.632 3.126 .219
.548 .102 .807
2.451 5.622 .014 1.225
2.000 4.589 .012
.178 .053 .988
15.098 9.974 1.794 .876
17.241 11.389 2.049
.003* .010* .190
.504 12.363 .433 1.618
.312 7.643 .268
.592 .025* .619
58
59
Lampiran 8a Hasil analisis sidik ragam kadar vitamin C (mg/100g (bk)) cabe merah Har i ke:
1
3
5
7
Sumber Keragaman Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total Kemasan Suhu Penyimpanan Interaksi Galat Total
Jumlah Kuadrat .000 .000 .000 .004 5731.997 251.553 175.510 72.868 152.836 12456.928 189.993 23.764 35.331 42.914 5903.291 102.430 47.800 20.660 133.393 3598.068
Derajat Bebas 2 2 4 9 18 2 2 4 9 18 2 2 4 9 18 2 1 2 6 12
Kuadrat Tengah .000 .000 .000 .000
F
Sig.
.000 .000 .000
1.000 1.000 1.000
125.776 87.755 18.217 16.982
7.407 5.168 1.073
.013* .032* .424
94.996 11.882 8.833 4.768
19.923 2.492 1.852
.000* .138 .203
51.215 47.800 10.330 22.232
2.304 2.150 .465
.181 .193 .649
Ket. * tidak berbeda nyata pada taraf 5% hasil uji ANOVA
60
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 22 Desember 1971 dari ayah Dr. Zainuddin Harahap (alm) dan ibu Nurhaidah Siregar (alm) . Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Tahun 1990 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Teknologi Pertanian IPB . Pada tahun 2000, penulis bekerja sebagai staff peneliti di Balai Padi Sukamandi yang kemudian pindah pada tahun 2004 ke Balai Besar Litbang Pascapanen, Badan Litbang Kementerian Pertanian. Pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Teknologi Pasca Panen, Departemen TeknikMesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor dengan beasiswa dari Badan Litbang Kementrian Pertanian.