perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH EFEKTIFITAS LATIHAN LARI ZIG-ZAG DAN SHUTTLE RUN TERHADAP KELINCAHAN SISWA SSB PESAT INDONESIA KU 10-12 TAHUN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh: WAHYU SOEKARNO PUTRO NIM. K5608025
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Oktober 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Wahyu Soekarno Putro
NIM
: K5608025
Jurusan/Program Studi : JPOK/Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Menyatakan
bahwa
skripsi
saya
berjudul
“PERBEDAAN
PENGARUH
EFEKTIFITAS LATIHAN LARI ZIG-ZAG DAN SHUTTLE RUN TERHADAP KELINCAHAN SISWA SSB PESAT INDONESIA KU 10-12 TAHUN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Oktober 2012 Yang membuat pernyataan,
Wahyu Soekarno Putro
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH EFEKTIFITAS LATIHAN LARI ZIG-ZAG DAN SHUTTLE RUN TERHADAP KELINCAHAN SISWA SSB PESAT INDONESIA KU 10-12 TAHUN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2012
Oleh: WAHYU SOEKARNO PUTRO K5608025
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Oktober 2012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Oktober 2012
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. H. Mulyono, M.M NIP. 19510809 197611 1 001
Drs. Sarjoko Lelono, M.Kes NIP. 196001191 198503 1 007
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Rabu Tanggal : 31 Oktober 2012
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. H. Agustiyanto, M.Pd
________________
Sekretaris
: Fadilah Umar, S. Pd., M.Or
________________
Anggota I
: Drs. H. Mulyono, M.M
________________
Anggota II : Drs. Sarjoko Lelono, M.Kes
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001
commit to user v
________________
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO •
Sukses seringkali datang pada mereka yang berani bertindak dan jarang menghampiri penakut yang tidak berani mengambil konsekuensi. ( Jawaharlal Nehru )
•
Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. ( HR. Muslim )
•
Belajarlah dari pengalamanmu masa lampau. ( Penulis )
•
Tiada hadiah yang lebih berharga daripada nasehat yang baik. ( Penulis )
•
Hormati setiap impian yang kamu miliki, Karena disanalah akan terbentuk semangat untuk mewujudkan impian jadi kenyataan. ( Penulis )
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
“ Manager, Pelatih, dan Siswa-siswa SSB Pesat Indonesia Kabupaten Karanganyar “ Terima kasih telah diberi kesempatan untuk melakukan observasi, magang, penelitian dan banyak lagi pengalaman yang menambah ilmu yang bermanfaat
”Bapak dan Ibu” Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak terbatas dan kasih sayang tak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga memiliki kalian. Tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi kasih sayangmu. ” Mahanani Kusuma Wardhani dan Andika Yocky Irawan ” Terima kasih karena senantiasa memberi dukungan, masukan dan semangat. ” Ayu Kartika Sari yang tersayang ” Terima kasih selalu mendampingiku dalam suka dan duka.
” Januar Abdilah Santoso, Muh. Reza Hamid, Tristyanto, Agung Bayu Saputro, Puas Adhi Utomo, Hermawan Bayu Saputro, Tatar Wahyu
Kinaryanto, Dodit Daniel Fahrudin, Oky Satrio Nugroho ” Terima kasih sahabat atas perjuangan dan kerjasamanya “ Semua rekan-rekan Penkepor angkatan 2008, JAYA !!! “ “ Teman-teman Pembinaan Prestasi Sepak Bola “ “ Almamater “
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Wahyu Soekarno Putro. PERBEDAAN PENGARUH EFEKTIFITAS LATIHAN LARI ZIG-ZAG DAN SHUTTLE RUN TERHADAP KELINCAHAN SISWA SSB PESAT INDONESIA KELOMPOK UMUR 10-12 TAHUN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oktober 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh antara latihan lari zig-zag dan shuttle run terhadap kelincahan siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 Tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012. (2) Latihan yang lebih efektif dalam peningkatan kelincahan antara latihan lari zig-zag dan shuttle run pada siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 Tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Sampel penelitian ini adalah siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 Tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012 yang berjumlah 30 siswa. Dari jumlah populasi 30 orang dilakukan tes dan pengukuran kelincahan kemudian hasil dari tes dirangking, setelah itu dipisahkan ke dalam kelompok 1 dan kelompok 2 dengan cara ordinal pairing sehingga kedua kelompok mempunyai keterampilan yang merata. Teknik pengumpulan data dengan tes dan pengukuran kelincahan dengan tes L.S.U. Agility Obstacle Course Test dari Ismaryati. (2008: 44-46). Teknik analisis data yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5 %. Hasil penelitian : Berdasarkan hasil pengujian perbedaan tes awal dengan ttest antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai thitung = 0,0187 dan ttabel = 2,145 (thitung < ttabel). Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test kelompok 1 antara tes awal dan tes akhir diperoleh nilai thitung = 3,981 dan ttabel = 2,145 (thitung > ttabel). Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test kelompok 2 antara tes awal dan tes akhir diperoleh nilai thitung = 21,21 dan ttabel = 2,145 (thitung > ttabel). Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai thitung = 12,63 dan ttabel = 2,145 (thitung > ttabel). Berdasarkan hasil perhitungan persentase peningkatan kelincahan diketahui bahwa kelompok 1 memilki peningkatan sebesar 3,31% dan kelompok 2 memiliki peningkatan 6,92%. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Ada perbedaan pengaruh antara latihan lari zig-zag dan shuttle run pada siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 tahun Kabupaten Karanganyar tahun 2012. (2) Metode latihan shuttle run memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan kelincahan pada siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 Tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012. Kata kunci : kelincahan, lari zig-zag, shuttle run
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Perbedaan Pengaruh Efektifitas Latihan Lari Zig-Zag Dan Shuttle Run Terhadap Kelincahan Siswa SSB Pesat Indonesia Ku 10-12 Tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1.
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Drs. H. Mulyono, M.M selaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
3.
Drs. H. Agustiyanto, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.
Drs. H. Mulyono, M.M selaku pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Drs. Sarjoko Lelono, M.Kes selaku pembimbing II, yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6.
Manager dan Pelatih SSB Pesat Indonesia Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian.
7.
Siswa-siswa SSB Pesat Indonesia Kabupaten Karanganyar KU 10-12 tahun yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
8.
digilib.uns.ac.id
Rekan POK ”08 dan rekan tim sepak bola Ngemplak FC yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
9.
Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang
Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Oktober 2012
Penulis,
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
v
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN. ....................................................................
vii
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................
viii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ix
DAFTAR ISI
................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ....................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................
4
C. Pembatasan Masalah ..................................................................
5
D. Perumusan Masalah ...................................................................
5
E. Tujuan Penelitian .......................................................................
5
F. Manfaat Penelitian ......................................................................
6
KAJIAN PUSTAKA ..................................................................
7
A. Kajian Teori ...............................................................................
7
1. Permainan Sepak Bola ..........................................................
7
2. Unsur-Unsur Kondisi Fisik Dalam Bermain Sepak Bola ....................................................................................... 3. Kelincahan .............................................................................
commit to user xi
8 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Pengertian Kelincahan ......................................................
10
b. Manfaat Kelincahan .........................................................
12
c. Faktor-Faktor Penentu Kelincahan ....................................
13
d. Bentuk-Bentuk Latihan Kelincahan .................................
14
e. Latihan lari Zig-zag ...........................................................
16
f. Latihan Shuttle Run ..........................................................
16
g. Evaluasi Kelincahan .........................................................
16
4. Latihan ..................................................................................
17
a. Pengertian latihan .............................................................
17
b. Prinsip Latihan .................................................................
20
c. Beban Latihan ...................................................................
21
d. Rencana Latihan Dalam Sesi Latihan ..............................
22
5. Anak Usia Dini (10-12 tahun) ...............................................
23
B. Kerangka Berpikir ...................................................................
25
C. Hipotesis Penelitian .................................................................
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................
27
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................
27
B. Metode dan Rancangan Penelitian ..........................................
27
C. Populasi dan Sampel ................................................................
29
D. Variabel Penelitian ..................................................................
30
E. Definisi Operasional Variabel .................................................
30
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
31
G. Teknik Analisis Data ...............................................................
31
1. Uji Reliabilitas ......................................................................
31
2. Uji Prasyarat Analisis Data ...................................................
32
a. Uji Normalitas ..................................................................
32
b. Uji Homogenitas ...............................................................
32
3. Uji-t .......................................................................................
32
BAB IV HASIL PENELITIAN .....................................................................
34
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Deskripsi Data ........................................................................
34
B. Pengujian Persyaratan Analisis ...............................................
36
1.Uji Normalitas ......................................................................
36
2.Uji Homogenitas ..................................................................
36
C. Pengujian Hipotesis ................................................................
37
D. Hasil Analisis Data ................................................................ 1.Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan .............................
39 39
2.Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan ............................
40
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................................
46
A. Simpulan ..................................................................................
46
B. Implikasi ..................................................................................
46
C. Saran ........................................................................................
47
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
48
LAMPIRAN ..................................................................................................
50
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1
Deskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kelincahan pada Kelompok 1dan Kelompok 2 ...............................................
34
Tabel 2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ........................................
36
Tabel 3 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ....................................
37
Tabel 4 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 .......................................................
39
Tabel 5 Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Pada Kelompok 1 .........................................................................
41
Tabel 6 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2 ..........................................................................
42
Tabel 7 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan Kelompok ...........................................................................
43
Tabel 8 Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kelincahan antara Kelompok 1dan Kelompok 2 ..........................
44
Tabel 9 Data Hasil Tes Awal Kelincahan Siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 Tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012 ...............
55
Tabel 10 Rekapitulasi Rangking Data Hasil Tes Awal kelincahan siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012 ............................................................
57
Tabel 11 Pengelompokan Sampel Penelitian Dengan Teknik Ordinal Pairing Berdasarkan Urutan Rangking Tes Awal ........................
59
Tabel 12 Data Hasil Tes Akhir Kelincahan Siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 Tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012................
61
Tabel 13 Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal, Tes Akhir dan Nilai Peningkatan Pada Kelompok 1 (ZIG-ZAG) ................................. Tabel 14 Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal, Tes Akhir dan Nilai
commit to user xiv
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peningkatan Pada Kelompok 2 (SHUTTLE RUN) ..........................................
64
Tabel 15 Tabel Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok I .........................
65
Tabel 16 Tabel Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok II.........................
67
Tabel 17 Tabel Hasil Perhitungan Data Untuk Uji Homogenitas Kelompok I dan Kelompok II .........................................................
68
Tabel 18 Tabel Uji Perbedaan Data Tes Awal Antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 .............................................................................
70
Tabel 19 Tabel Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 .....................................................................................
72
Tabel 20 Tabel Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2 ....................................................................................
74
Tabel 21 Tabel Uji Perbedaan Data Tes Akhir Antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ....................................................................................
commit to user xv
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Desain Penelitian ........................................................................
28
Gambar 2 Pembagian Kelompok Dalam Eksperimen ..................................
29
Gambar 3 Grafik Rerata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelincahan Kelompok 1 dan Kelompok 2 ...................................................
35
Gambar 4 Grafik Rerata Perbedaaan Data Tes Awal Kelincahan Antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 .........................................
40
Gambar 5 Grafik Nilai Rerata Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kelincahan Kelompok 1 ..................................................
41
Gambar 6 Grafik Nilai Rerata Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kelincahan Kelompok 2 .................................................. Gambar 7
Grafik Nilai Rerata Perbedaan Data Tes Akhir Kelincahan antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 .........................................
Gambar 8
42
43
Grafik Nilai Peningkatan Kelincahan antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 .........................................................................
commit to user xvi
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Petunjuk Pelaksanaan Tes Kelincahan ....................................
51
Lampiran 2 Program Latihan Lari Zig-zag .................................................
53
Lampiran 3 Program Latihan Shuttle Run ..................................................
54
Lampiran 4 Data Hasil Tes Awal Kelincahan..............................................
55
Lampiran 5 Rekapitulasi Rangking Data Hasil Tes Awal kelincahan ........
57
Lampiran 6 Pengelompokan Sampel Penelitian Dengan Teknik Ordinal Pairing Berdasarkan Urutan Rangking Tes Awal ..................................................................................
59
Lampiran 7 Data Hasil Tes Akhir Kelincahan Siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 Tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012 ...............................................................................
61
Lampiran 8 Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal, Tes Akhir dan Nilai Peningkatan Pada Kelompok 1 (ZIG-ZAG) .............................
63
Lampiran 9 Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal, Tes Akhir dan Nilai Peningkatan Pada Kelompok 2 (SHUTTLE RUN) ..................
64
Lampiran 10 Uji Normalitas Kelompok 1 dan Kelompok 2 .........................
65
Lampiran 11 Tabel Hasil Perhitungan Data Untuk Uji Homogenitas Kelompok I dan Kelompok II ..................................................
68
Lampiran 12 Tabel Uji Perbedaan Data Tes Awal Antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ......................................................................
70
Lampiran 13 Tabel Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 ..................................................................................
72
Lampiran 14 Tabel Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2 ..................................................................................
74
Lampiran 15 Tabel Uji Perbedaan Data Tes Akhir Antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ........................................................................
76
Lampiran 16 Prosentase Peningkatan Latihan pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 .............................................................................
commit to user xvii
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembinaan pemain sepakbola usia dini di Indonesia dilakukan melalui wadah yaitu Sekolah Sepak Bola (SSB). Sekolah sepak bola adalah sekolah yang mempelajari tentang permainan sepak bola dan merupakan sebuah organisasi olahraga khususnya sepak bola yang berfungsi mengembangkan potensi yang dimiliki atlet serta menjadi wadah pembinaan sepak bola usia dini. SSB merupakan wadah pembinaan sepak bola usia dini yang bertahap sehingga harus mempunyai komponen-komponen yang mendukung dan dipenuhi oleh sekolah sepak bola tersebut. Komponen-komponen dalam SSB antara lain yaitu penanggung jawab, pelatih yang bersertifikat, kurikulum, alat dan fasilitas latihan. SSB tujuan utamanya yaitu menampung dan memberikan kesempatan bagi para siswanya dalam mengembangkan potensi dan bakatnya agar menjadi pemain yang berkualitas, mampu bersaing dengan SSB lainnya, diterima oleh masyarakat serta mampu mempertahankan kelangsungan hidup ogranisasi tersebut. Disamping itu, SSB juga memberikan dasar yang kuat tentang cara bermain sepak bola yang benar, termasuk di dalamnya membentuk sikap, kepribadian, dan perilaku yang baik, sedangkan pencapaian prestasi merupakan tujuan jangka panjang. Pengorganisasian latihan dalam sekolah sepak bola sangat penting dilakukan yang
bertujuan
untuk
mempermudah
dan
memperlancar
proses
latihan.
Pengorganisasian latihan dalam SSB yaitu dengan pembagian dan pengelompokan umur pemain. Menurut resensi PSSI yang dikutip Soedjono (1995: 10-12), kelompok latihan atlet usia dini dalam SSB dapat dibagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut yaitu kelompok umur 6-10 tahun, kelompok umur 10-12 tahun, dan kelompok umur 12-14 tahun. Perkembangan sepak bola yang ada di berbagai daerah Indonesia saat ini cukup menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya SSB diberbagai wilayah
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Indonesia. Melalui pembinaan dan pelatihan yang dilakukan SSB, diharapkan menjadi pemain sepak bola yang terampil dan berprestasi sehingga dapat mengangkat prestasi sepak bola Indonesia didunia internasional. Salah satu sekolah sepak bola yang berkembang di wilayah kabupaten Karanganyar adalah SSB Pesat Indonesia. Perkembangan SSB yang ada di kabupaten Karanganyar sangat pesat. Sebagai indikasi adalah banyaknya SSB yang terdaftar menjadi anggota Ikatan Sekolah Sepakbola (ISSB) Pengurus cabang PSSI Kabupaten Karanganyar. ISSB Kabupaten
Karanganyar
beranggotakan
7
SSB
antara
lain
SSB
Taruna
Tawangmangu, SSB Mattra Kebakkramat, SSB P dan K Karanganyar, SSB Putra Jumapolo, SSB Pesat Indonesia, SSB Zattel Mayer, SSB Mars Karanganyar. ISSB Karanganyar mengadakan kompetisi setiap tahunnya sebagai wadah pembinaan usia dini yang pelaksanaannya dibagi menjadi tiga kelompok usia meliputi kompetisi usia di bawah 12 tahun, kompetisi di bawah usia 15 tahun, kompetisi di bawah usia 17 tahun atau liga remaja. SSB Pesat Indonesia kabupaten Karanganyar juga berperan aktif mengikuti setiap kegiatan yang diprogramkan oleh ISSB kabupaten Karanganyar. SSB Pesat Indonesia kabupaten Karanganyar berdiri pada tahun 2002 yang bersekretariat di Jl. Raden Patah V Cerbonan RT 04 / RW 01 Karanganyar dengan menggunakan lapangan Stadion 45 Karanganyar sebagai tempat latihan. SSB Pesat Indonesia ditangani oleh enam pelatih yang salah satunya merupakan mahasiswa JPOK UNS. SSB dalam pengembangan latihan harus mampu mendidik dan melatih teknik, taktik, serta mental para siswanya. Latihan kondisi fisik sejak usia dini sangat diperlukan karena sepak bola membutuhkan kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, reaksi, dan ketepatan yang baik. Lagi pula sepak bola dimainkan selama 2 x 45 menit ditambah istirahat 15 menit diantara babak pertama dan kedua. Bahkan terkadang permainan dilanjutkan dengan babak tambahan selama 2 x 15 menit, sehingga pemain dituntut untuk senantiasa bergerak. Dan bukan hanya senantiasa bergerak, namun dalam bergerak tersebut masih melakukan berbagai gerak fisik lainnya seperti berlari sambil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 menggiring bola, berlari kemudian berhenti tiba-tiba, berlari sambil berbelok 90 derajat, bahkan 180 derajat. Melompat, meluncur (sliding) dan beradu badan (body charge), bahkan terkadang berlanggar dengan pemain lawan dalam kecepatan tinggi. Selain itu kemampuan kondisi fisik akan sangat mendukung dalam pengembangan teknik, taktik dan mental pemain sepakbola. Semua ini menuntut kualitas fisik pada tingkat tertentu untuk dapat memainkan sepak bola tersebut dengan baik. Untuk mencapai kondisi fisik yang tinggi diperlukan latihan yang teratur dan terprogram dengan baik. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang kondisi fisik, unsur-unsur yang terdapat didalamnya serta cara melatih masing-masing unsur tersebut untuk membina kualitas fisik sesuai tuntutan permainan sepak bola. Salah satu unsur kondisi fisik yang perlu dikembangkan dalam sepak bola adalah kelincahan (agility). Kelincahan adalah kemampuan mengubah arah dengan cepat dan tepat, selagi tubuh bergerak dari satu tempat ke tempat lain (Mochamad Sajoto, 1988: 55). Kelincahan sangat diperlukan dalam sepak bola yaitu untuk menguasai teknik dan taktik yang lebih kompleks yang dapat dilihat dalam situasi permainan antara lain bergerak dengan cepat dan merubah arah, gerakan berkelit sambil berlari melewati hadangan lawan, menendang bola dengan salto, menguasai kemudian mengoper bola saat badan tergelincir dan jatuh, meloloskan diri dari hadangan lawan, memenangkan posisi dalam permainan, mampu melakukan gerakan lebih leluasa, terhindar dari cidera, menciptakan peluang dan mampu mengganggu konsentrasi lawan. Tingkat kelincahan siswa SSB Pesat Indonesia kabupaten Karanganyar usia 10-12 tahun masih sangat rendah karena rata-rata baru menjalani latihan selama satu tahun. Selain itu, program latihan sebelumnya untuk usia 10-12 tahun lebih kearah dasar gerak dan teknik dasar sepakbola, sehingga untuk meningkatkan kelincahan harus ada penanganan khusus. Rendahnya tingkat kelincahan siswa SSB Pesat Indonesia kabupaten Karanganyar tersebut mengakibatkan tingkat koordinasi rendah, siswa cidera karena bertabrakan atau salah posisi saat jatuh dan koordinasi gerak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 yang salah. Selain itu para siswa SSB Pesat Indonesia kabupaten Karanganyar masih kesulitan jika dilatih pola permainan yang menuntut penempatan posisi secara cepat. Peningkatan kondisi fisik harus dikembangkan menggunakan berbagai model latihan yang bertujuan agar latihan lebih bervariasi serta menghindari rasa bosan. Peningkatan kualitas fisik kelincahan dapat dilakukan dengan berbagai variasi model latihan. Menurut Remmy Muchtar (1992: 91), beberapa bentuk model latihan untuk meningkatkan kelincahan antara lain lari rintangan, lari berbelok-belok (lari zig-zag), dan lari bolak-balik (shuttle run). Kenyataan dilapangan sering dijumpai para pelatih sepakbola pada umumnya memberikan latihan kelincahan dengan dua model latihan yaitu latihan lari zig-zag dan latihan shuttle run. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh antara model latihan lari zig-zag dan shuttle run dalam meningkatkan kelincahan dengan menggunakan sampel penelitian siswa SSB Pesat Indonesia kabupaten Karanganyar KU 10-12 tahun. Oleh karena itu, maka penelitian ini bermaksud untuk mengkaji dan mencari solusinya dengan penelitian yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Efektifitas Latihan Lari Zig-zag Dan Shuttle Run Terhadap Kelincahan Siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 Tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012”.
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1.
Pengaruh latihan kelincahan terhadap kemampuan teknik dasar bermain sepak bola.
2.
Pengaruh latihan lari zig-zag terhadap peningkatan kemampuan kelincahan.
3.
Pengaruh usia terhadap tingkat kemampuan kelincahan.
4.
Pengaruh latihan shuttle run terhadap peningkatan kemampuan kelincahan.
5.
Pengaruh latihan kelincahan terhadap peningkatan kemampuan peningkatan kondisi fisik lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 6.
Perbedaan efektifitas antara latihan lari zig-zag dan shuttle run terhadap kelincahan.
C. Pembatasan Masalah Setelah melihat identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi tentang latihan lari zig-zag dan shuttle run terhadap kelincahan siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012.
D. Perumusan Masalah Atas dasar pembatasan masalah yang telah diuraikan, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Adakah perbedaan pengaruh latihan lari zig-zag dan shuttle run terhadap kelincahan siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012?
2.
Manakah yang lebih efektif antara lari zig-zag dan shuttle run untuk meningkatkan kelincahan siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012?
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan: 1.
Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan lari zig-zag dan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012.
2.
Untuk mengetahui latihan yang lebih efektif antara lari zig-zag dan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 F. Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1.
Memberikan sumbangan ilmiah bidang kepelatihan olahraga dalam rangka meningkatkan unsur kondisi fisik kelincahan pada anak usia dini.
2.
Memberikan pengetahuan tentang model latihan yang lebih efektif dalam meningkatkan kelincahan.
3.
Memberikan berbagai macam model latihan dalam melatih kelincahan pada anak usia dini.
4.
Menjadi masukan kepada pelatih agar selalu memberikan latihan yang berkaitan dengan pengembangan kondisi fisik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Permainan Sepak Bola Sepak bola berkembang pesat di tengah masyarakat karena olahraga ini cukup fleksible, artinya sepakbola dapat diterima oleh masyarakat karena bisa dimainkan oleh laki-laki dan perempuan, anak-anak, dewasa, dan orang tua. Oleh karena itu permainan sepak bola menjadi olahraga yang sangat diminati oleh sebagian besar masyarakat. Perkembangan sepak bola diharapkan dapat ikut meningkatkan minat masyarakat terhadap olahraga. Secara sederhana sepak bola merupakan olahraga yang hampir keseluruhan permainannya menggunakan tungkai. Sekilas penyajian permainan itu menjadi hal yang mudah dilakukan. Namun sepak bola merupakan salah satu olahraga permainan yang kompleks. Karena untuk dapat melakukan setiap gerakan dengan benar dibutuhkan koordinasi antara organ-organ tubuh. Soekatamsi (1988: 11) menyatakan bahwa, “Pandai bermain sepak bola adalah memahami, memiliki pengetahuan, dan terampil melaksanakan dasar-dasar untuk pembinaan dan bermain sepak bola untuk meningkatkan dan mencapai prestasi maksimum”. Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa dapat bermain sepak bola saja belum tentu pandai bermain sepak bola. Berdasarkan gambaran mengenai sepak bola di atas, beberapa pendapat yang mengemukakan pengertian sepak bola secara umum. Menurut Sucipto, Sutiyono. Bambang, Thohir. Indra M, dan Nurhadi (2000: 7) mengatakan bahwa, “Sepak bola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang”. Sedangkan Soekatamsi, (1988: 11-12) mengemukakan bahwa : “Permainan sepak bola adalah cabang olahraga permainan beregu atau permainan team, maka suatu kesebelasan yang baik, kuat, tangguh adalah kesebelasan
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 yang terdiri atas pemain-pemain yang mampu menyelenggarakan permainan yang kompak, artinya mempunyai kerjasama team yang baik. Untuk mencapai kerjasama team yang baik diperlukan pemain-pemain yang dapat menguasai semua bagianbagian dan macam-macam teknik dasar dan keterampilan sepakbola, sehingga dapat memainkan bola dalam segala posisi dan situasi dengan cepat, tepat, dan cermat artinya tidak membuang-buang energi dan waktu”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sepak bola merupakan permainan beregu yang terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang. Oleh karena itu kekompakan dan kerjasama tim yang baik di antara para pemain sangat dibutuhkan. Karena dimainkan di atas lapangan yang luas, maka seorang pemain harus memiliki keterampilan mengolah bola dan juga kondisi kesegaran tubuh yang baik. Oleh karena itu, untuk dapat bermain sepak bola dengan baik dibutuhkan latihan sesuai dengan prosedur yang telah ada.
2. Unsur-Unsur Kondisi Fisik Dalam Bermain Sepak Bola Kondisi fisik dalam olahraga didefinisikan sebagai “...the performance capacity of a sportman...” (Nossek, 1982). Yaitu kemampuan seorang olahragawan dalam melaksanakan kegiatan olahraga. Kondisi fisik ini yang dalam lingkungan olahraga prestasi juga dikenal dengan istilah “physical fitness”, sangat berperan dalam pencapaian hasil puncak. Jika kondisi fisik atlet kurang baik, hasil dalam pertandingan juga akan kurang memuaskan. Sebaliknya jika kondisi fisik atlet prima, maka hasilnya secara umum tentu baik. Kondisi fisik oleh Nossek (1982) dibagi atas : Pertama kondisi fisik umum (general physical condition) yaitu kondisi fisik hasil latihan yang belum ada kaitannya secara khusus dengan cabang olahraga tertentu. Dan kedua kondisi fisik khusus (specific physical condition) yaitu kondisi fisik hasil latihan yang ditujukan untuk mencapai kondisi tertinggi sesuai dengan tuntutan cabang olahraga tertentu. Ini mengandung pengertian bahwa masing-masing cabang olahraga memerlukan kondisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 fisik tertentu. Dapat diartikan kondisi fisik yang dituntut pada cabang olahraga sepak bola berbeda dengan kondisi fisik yang diperlukan untuk cabang olahraga tenis atau bola basket. Ini disebabkan karena setiap cabang olahraga berbeda tekniknya, cara bermain, jumlah pemain yang terlibat, luas lapangan permainannya dan sebagainya. Dalam kondisi fisik juga memakai istilah yang lebih khusus physical fitness, yang mengandung berbagai unsur yang merupakan kualitas fisik (physical qualities) yang menentukan dalam kegiatan olahraga. Pada umumnya unsur-unsur tersebut terdiri atas : - Speed (kecepatan) - Strenght (kekuatan) - Endurance (daya tahan) - Flexibility (kekuatan) dan - Agility (kelincahan) (Nossek, 1982). Unsur-unsur tersebut merupakan kualitas fisik yang menentukan untuk pencapaian hasil dalam olahraga, komponen tersebut tidak dapat terpisah-pisah. Artinya untuk setiap cabang olahraga komponen-komponen itu diperlukan dan harus dilatih, namun ada komponen yang lebih dominan dari komponen lain. Analisa kualitas fisik yang diperlukan untuk pemain sepak bola, disamping tingkat kemampuan teknik yang baik, maka unsur-unsur seperti kecepatan, daya ledak (explosive power), daya tahan, kelentukan dan kelincahan haruslah dibina. Kecepatan diperlukan dalam mengejar bola dan menggiring bola. Daya ledak perlu untuk menang atas lawan dalam gerakan awal (start), baik untuk tujuan mengejar bola, melepas diri dari jagaan dan gerak tipu. Daya tahan dituntut sebab permainan yang memerlukan waktu 90 menit, dengan kegiatan fisik yang terus menerus dengan berbagai bentuk gerakan seperti berlari, melompat, meluncur (sliding), body charge dan sebagainya jelas memerlukan daya tahan yang tinggi. Demikian pula dengan unsur kelentukan dan kelincahan juga termasuk unsur dominan dalam permainan sepak bola. Pemain yang kurang kelentukan tubuhnya akan mengalami kesukaran dalam mengolah bola, melakukan gerak tipu, sliding
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 tackle atau merubah arah dalam berlari. Dan pemain yang lamban kurang bermanfaat dalam sepakbola.
3. Kelincahan a. Pengertian Kelincahan Setiap cabang olahraga memerlukan dasar kondisi fisik yang menunjang dalam melakukan gerakan, tanpa meninggalkan faktor-faktor lain. Kondisi fisik juga sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi pemain. Menurut Rusli Lutan (2000: 60), dengan kondisi fisik yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan organisme sistem tubuh antara lain berupa, (a) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi peredaran darah dan kerja jantung, (b) Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, dan komponen kondisi fisik lainnya, (c) Akan ada ekonomis gerak yang lebih baik dalam latihan, (d) Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, (e) Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktuwaktu respon demikian diperlukan. Menurut Suharno (1985: 24), mengelompokkan komponen fisik kedalam dua bagian yaitu komponen fisik umum dan komponen fisik khusus. Komponen fisik umum terdiri atas kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan dan kelentukan. Sedangkan komponen fisik khusus terdiri atas stamina, power, reaksi, koordinasi, ketepatan dan keseimbangan. Sedangkan menurut Nossek Y (1982: 19), yang termasuk dalam kondisi fisik yang bersifat dasar meliputi kecepatan (speed), kekuatan (strenght), daya tahan (endurance), kelentukan (flexibility), dan kelincahan (agility). Salah satu unsur kondisi fisik yang sangat penting yaitu kelincahan. Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh atau bagianbagiannya secara cepat dan tepat (Kirkendall, Gruber, dan Johnson, 1987: 122). Kelincahan adalah kemampuan mengubah arah dengan cepat dan tepat, selagi tubuh bergerak dari satu tempat ke tempat lain (Mochamad Sajoto, 1988: 55). Kelincahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 sangat diperlukan dalam sepakbola karena pemain dituntut selalu bergerak lebih cepat dari lawannya agar dapat melepaskan diri dari kawalan lawan atau selalu bergerak dalam menempatkan posisi. Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dalam keadaan bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan. Kelincahan melibatkan interaksi dari berbagai unsur lain seperti kecepatan reaksi, kekuatan, kelentukan, keterampilan motorik, dan sebagainya (Remmy Muchtar, 1992:91). Kelincahan merupakan kualitas yang sangat kompleks. Kelincahan ini mencakup interaksi kualitas-kualitas fisik yang lain seperti kecepatan reaksi, kecepatan, kekuatan, kelentukan, keterampilan gerak dan sebagainya, karena semua ini beraksi bersama (M. Furqon H, 1995: 102). Dari batasan ini, terdapat tiga hal yang menjadi karakteristik kelincahan, yaitu: perubahan arah lari, perubahan posisi tubuh, dan perubahan arah bagian-bagian tubuh. Kelincahan memainkan peranan yang khusus terhadap mobilitas fisik. Kelincahan bukan merupakan kemampuan fisik tunggal, akan tetapi tersusun dari komponen koordinasi, kekuatan, kelentukan, waktu reaksi, dan power. Komponenkomponen tersebut saling berinteraksi. Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa kualitas kelincahan sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik lain, sehingga dalam latihan meningkatkan kelincahan juga harus melatih kondisi fisik yang lain meliputi kecepatan reaksi, kecepatan, kekuatan, kelentukan, dan keterampilan gerak. Pada dasarnya kelincahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu kelincahan umum (General Agility) dan kelincahan khusus (Special Agility). Menurut Suharno HP (1993: 51) kelincahan umum artinya kelincahan seseorang untuk menghadapi olahraga pada umumnya dan menghadapi situasi hidup dengan lingkungannya. Sedangkan kelincahan khusus artinya kelincahan seseorang untuk melakukan cabang olahraga khusus yang cabang olahraga lain tidak diperlukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 Dari berbagai pengertian di atas, kelincahan adalah sebagai suatu kemampuan gerak untuk merubah arah dan posisi tubuh secara cepat dan tepat dalam situasi yang dihadapi dan dikehendaki dengan melibatkan dukungan unsur kondisi fisik yang lain.
b. Manfaat Kelincahan Kelincahan sangat mendukung dalam pencapaian prestasi olahraga. Menurut Suharno HP (1993: 51) manfaat kelincahan antara lain olahragawan memiliki kecepatan reaksi dan kecepatan gerak yang baik, kemampuan berorientasi terhadap problem yang dihadapi, kemampuan mengatur keseimbangan, tergantung pada kelentukan sendi-sendi, dan kemampuan mengerem gerakan-gerakan. Lebih lanjut ditegaskan oleh Suharno (1993: 59) kegunaan secara langsung dari kelincahan yaitu dapat mengkoordinasi gerakan-gerakan yang berganda, mempermudah penguasaan teknik-teknik tinggi, gerakan-gerakan yang dilakukan dapat efisien, efektif dan ekonomis serta mempermudah orientasi terhadap lawan dan lingkungan. Menurut Soegiyanto (1991: 15), manfaat kelincahan dalam sepakbola antara lain dapat meloloskan diri dari hadangan lawan, memenangkan posisi dalam permainan, mampu melakukan gerakan lebih leluasa, terhindar dari cedera, menciptakan peluang, dan mampu mengganggu konsentrasi lawan. Kualitas kelincahan sangat mempengaruhi penampilan pemain. Hal ini sering kali bisa diamati dalam situasi permainan, sebagai contoh gerakan berlari mendahului lawan, berkelit melepaskan diri dari kawalan lawan, penempatan posisi yang tepat dalam situasi pertandingan dan melakukan teknik dalam kondisi permainan yang sulit. Seorang pemain yang tergelincir dan jatuh ke lapangan, namun masih mampu menguasai bola dan mengoperkan bola tersebut ke arah temannya dengan tepat dan sebaliknya, seorang pemain yang kurang lincah mengalami situasi yang sama tidak saja tidak mampu menguasai bola, namun kemungkinan justru mengalami cedera karena terjatuh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 c. Faktor-faktor Penentu Kelincahan Kualitas kelincahan sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur kondisi fisik lain. Menurut Josef Nossek (1982: 97) faktor-faktor yang mempengaruhi kelincahan yaitu kualitas kekuatan, kualitas kecepatan, kualitas kelentukan, kualitas keterampilan gerak, kecepatan reaksi. Menurut M. Furqon (1995: 104) kriteria kelincahan adalah kompleksitas koordinasi aktivitas gerak, ketepatan penampilan, waktu yang diterapkan yang diperlukan dalam melakukan keterampilan gerak. Sedangkan menurut Soeharno HP (1993: 51), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kelincahan adalah kecepatan reaksi dan kecepatan gerak, kemampuan berorientasi terhadap problem (masalah) yang dihadapi, kemampuan mengatur keseimbangan, tergantung pada kelentukan sendi-sendi dan kemampuan mengerem gerakan-gerakan. Menurut M. Furqon (1995: 102-103), membedakan antara berbagai faktor penentu kelincahan: (1) Kemampuan reaksi, yang ditunjukkan dengan reaksi yang cepat dan efektif terhadap situasi-situasi kompetitif yang bervariasi dan juga yang tak terduga (seperti penginderaan, melangkah kesamping atau pengelakan dalam olahraga tinju), (2) Kemampuan adaptasi terhadap kondisi-kondisi yang berubah, terutama dalam permainan (pada tanah yang licin, bermain dengan bola yang basah dan menjadi berat, pengaruh angin, tanah yang tidak rata, dsb), (3) Kemampuan kontrol badan yang diwujudkan dalam penampilan gerakan-gerakan secara tepat, komponenkomponen teknis dalam keterampilan dilaksanakan secara sempurna, misalnya dalam olahraga senam, jari yang kecil dalam bolavoli, dan olahraga yang lain, (4) Kemampuan orientasi dalam gerakan-gerakan yang rumit (gerakan putar secara cepat, gerakan pivot, bergulung, menyelam, gerakan jungkir balik, dsb), (5) Kemampuan keseimbangan adalah penting pada saat tubuh melayang dalam lompat atau keseimbangan
dalam
latihan-latihan
senam,
(6)
Kemampuan
kombinasi
memungkinkan seorang atlet melakukan gerakan-gerakan yang membawa kesuksesan (gerakan kombinasi dalam permainan-permainan, olahraga pertarungan atau olahraga senam), (7) Kemampuan mobilitas, khususnya penting dalam permainan-permainan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 (misalnya perubahan arah lari dengan cepat, membelok, penghentian-penghentian dan yang lain), (8) Keterampilan sebagai suatu cara melakukan gerakan-gerakan yang diperhalus dengan tangan dan kaki (misalnya pelemparan bola dalam bola basket, gerakan menggiring bola dalam permainan sepakbola, penghentian dalam permainan bolavoli, dsb). Dari berbagai pendapat diatas, faktor-faktor penentu kelincahan juga dipengaruhi kualitas kondisi fisik lainnya yaitu kekuatan, kecepatan, kelentukan, koordinasi, kecepatan reaksi serta keseimbangan dan keterampilan gerak.
d. Bentuk-bentuk latihan kelincahan Unsur-unsur kondisi fisik yang satu dengan yang lain saling berkaitan, sehingga pelatih harus mengetahui tentang ciri-ciri latihan unsur-unsur kondisi fisik tersebut. Seorang pelatih harus mengetahui ciri-ciri dan bentuk-bentuk latihan setiap unsur kondisi fisik supaya latihan tidak salah sasaran. Ciri-ciri latihan kelincahan menurut Suharno (1993: 53), diuraikan sebagai berikut: (1) bentuk-bentuk latihan harus ada mengubah posisi tubuh dan arah badan dengan kecepatan tinggi, (2) rangsangan terhadap pusat saraf sangat menentukan berhasil tidaknya suatu latihan kelincahan karena koordinasi sangat urgen bagi unsur kelincahan, (3) adanya rintangan-rintangan untuk bergerak dan mempersulit kondisi alat, lapangan, dan sebagainya, (4) adanya pedoman waktu yang pasti dalam latihan. Dalam menyusun program latihan kelincahan harus bervariasi serta disesuaikan dengan kondisi atlet dan lingkungan. Variasi latihan bertujuan untuk memotivasi serta menghilangkan kebosanan dalam latihan. Kondisi atlet dan lingkungan menyangkut antara lain umur, jenis kelamin, tingkat keterampilan serta alat dan fasilitas latihan. Menurut M. Furqon (1995: 105), cara-cara latihan kelincahan dirangkum berdasarkan aspek-aspek berikut ini: (1) Latihan dan pertandingan dalam situasi yang berubah-ubah, (2) Latihan keterampilan dengan aktivitas yang tidak biasa atau tambahan, (3) Perubahan daerah latihan, (4) Reaksi dalam kondisi-kondisi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 berubah, (5) Perubahan latihan yang lebih sukar dengan gerakan-gerakan tambahan, (6) Keterlibatan dalam kelincahan khusus dan latihan-latihan meluas, (7) Melakukan cabang olahraga tambahan. Peningkatan kelincahan dapat dikembangkan dengan berbagai jenis atau model latihan. Menurut Suharno HP (1985: 19) bahwa jenis-jenis latihan kelincahan dapat dibedakan untuk meningkatkan kelincahan secara umum dan kelincahan khusus, bahan latihan tersebut adalah: 1) Shuttle Run, menempuh jarak 40 meter dengan lari bolak-balik secepat-cepatnya untuk mengejar waktu yang sesingkat-singkatnya. 2) Dodging Run, yaitu lari berkelok-kelok menempuh jarak 80 meter bolak-balik dengan tempo secepat-cepatnya. 3) Squat Thrust selama 15 detik, usahakan frekuensi gerakannya secara utuh sebanyak-banyaknya. 4) Squat Jump dengan merubah arah badan. 5) Lari mundur, putar dan balik arah, lari kedepan sambil menyentuh benda di tanah. Menurut Remmy Muchtar (1992: 91), beberapa bentuk latihan untuk meningkatkan kelincahan adalah sebagai berikut: 1) Lari rintangan: atlet berusaha secepatnya untuk melalui berbagai rintangan yang dipasang, baik dengan jalan melompati, menerobos (dari bawah rintangan). 2) Lari berbelok-belok (zig-zag): atlet berlari dengan secepat-cepatnya melalui tonggak-tonggak yang dipasang pada jarak tertentu 10 tonggak umpamanya. 3) Lari bolak-balik (shuttle run): atlet lari secepatnya bolak-balik dari satu titik ketitik lainnya. Artinya dimulai dari satu titik, atlit lari kesatu titik lainnya yang jaraknya sekitar 5 meter. Dari berbagai pendapat di atas, bentuk-bentuk model latihan untuk meningkatkan kemampuan kelincahan antara lain shuttle run, dodging run, lari zigzag, lari rintangan, squat thrust, dan squat jump.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 e. Latihan Lari Zig-zag Menurut Remmy Muchtar (1992: 91), salah satu bentuk latihan untuk meningkatkan kelincahan yaitu lari zig-zag atau lari berkelok-kelok. Bentuk latihan lari zig-zag yaitu lari berkelok-kelok secepat-cepatnya melewati rintangan kira-kira 1 sampai 2 meter dengan mengejar waktu yang sesingkat-singkatnya menempuh jarak tertentu. Latihan lari zig-zag dapat digunakan untuk meningkatkan kelincahan karena unsur gerak yang terkandung dalam latihan lari zig-zag merupakan komponen gerak kelincahan yaitu lari dengan merubah arah, mengubah posisi tubuh, kecepatan dan keseimbangan.
f. Latihan Shuttle Run Salah satu bentuk latihan untuk meningkatkan kemampuan kelincahan yaitu shuttle run atau lari bolak-balik arah lurus. Bentuk latihan shuttle run yaitu lari bolakbalik secepat-cepatnya dimulai dari satu titik ketitik lainnya menempuh jarak tertentu kira-kira 2 sampai 8 meter (Remmy Muchtar, 1992: 91). Unsur gerak dalam latihan shuttle run yaitu lari dengan mengubah arah dan posisi tubuh, kecepatan, keseimbangan yang juga merupakan komponen gerak kelincahan sehingga latihan ini dapat digunakan untuk meningkatkan kelincahan.
g. Evaluasi Kelincahan Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dalam keadaan bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan. Evaluasi kelincahan dapat menggunakan berbagai macam tes kelincahan. Kegunaan tes kelincahan tersebut antara lain: (1) untuk mencari dan menentukan potensi dalam berbagai cabang olahraga, (2) untuk mengetahui tingkatan latihan, (3) sebagai tes kemampuan gerak dan tes kondisi fisik, (4) sebagai evaluasi hasil yang diperoleh dari latihan (Barry L. Johnson, Jack K. Nelson, 1970: 100).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 Berbagai macam tes kelincahan menurut Barry L. Johnson dan Jack K. Nelson (1970: 100-114), antara lain: 1) Burpee Test (squat thrust) yaitu tes untuk mengukur banyaknya posisi badan dapat berubah. 2) Side Step Test yaitu tes untuk mengukur gerak yang dilakukan dan merubah arah yang berlawanan. 3) Dodging Run yaitu tes untuk mengukur kemampuan lari dan merubah arah. 4) Quadrant Jump yaitu tes untuk mengukur kemampuan merubah posisi tubuh dengan melompat. 5) Right - Boomerang Run yaitu tes untuk mengukur kemampuan berlari dan merubah arah. 6) L.S.U. Agility Obstacle Course Test yaitu tes untuk mengukur kemampuan berlari, merubah arah dan posisi tubuh. Evaluasi kelincahan dapat dilakukan dengan berbagai macam tes antara lain Burpee Test (squat thrust), Side Step Test, Dodging Run, Quadrant Jump, Right Boomerang Run, dan L.S.U. Agility Obstacle Course. Dalam penelitian ini evaluasi kelincahan menggunakan L.S.U. Agility Obstacle Course Test yaitu tes untuk mengukur kemampuan berlari, merubah arah dan posisi tubuh.
4. Latihan a. Pengertian Latihan Latihan adalah kata yang sering kita jumpai dalam ruang lingkup olahraga dan pendidikan jasmani. Latihan merupakan suatu kata yang sering kita jumpai dengan istilah practice, exercise, dan training yang sesungguhnya mempunyai makna yang berbeda. Pengertian latihan dari kata practice adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya selama dalam kegiatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 proses berlatih melatih agar dapat menguasai keterampilan gerak cabang olahraganya selalu dibantu dengan peralatan pendukung (Sukadiyanto, 2000: 5). Menurut Kent (1994: 156), kata exercise diartikan sebagai: (1) Gerakangerakan dan kegiatan fisik yang melibatkan penggunaan kelompok otot besar seperti dansa,kalistenik, permainan dan aktivitas yang lebih formal seperti jogging, berenang dan berlari, (2) Susunan gerakan apa saja yang dirancang untuk melatih atau memperbaiki keterampilan. Sedangkan training menurut Kent (1994: 456), diartikan suatu program exercise yang dirancang untuk membantu pembelajaran keterampilan, memperbaiki kesegaran jasmani untuk menyiapkan atlet menghadapi kompetisi tertentu. Dari pendapat di atas, exercise adalah aktivitas yang dilakukan dalam suatu sesi atau waktu dan training merupakan suatu latihan yang dilakukan secara berulang-ulang, terprogram dan memenuhi ciri-ciri beban latihan dan prinsip pembebanan serta biasanya dikenal dengan istilah pelatihan. Menurut Djoko Pekik Irianto (2002: 11), latihan sebagai program pengembangan olahragawan untuk event khusus, melalui peningkatan keterampilan dan kapasitas energi. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa latihan adalah suatu proses yang terprogram dalam mengembangkan keterampilan teknik, taktik, fisik dan mental atlet untuk mencapai prestasi dalam suatu event olahraga. Latihan adalah proses perubahan yang ke arah lebih baik, yaitu meningkatkan fisik, fungsional peralatan tubuh, dan kualitas psikis (Sukadiyanto, 2002:1). Berdasar pendapat tersebut, bahwa dalam suatu proses latihan harus terjadi peningkatan baik fisik maupun psikis dari latihan-latihan sebelumnya. Evaluasi selalu dilakukan dalam setiap latihan sehingga peningkatan atau penurunan kualitas latihan akan terpantau yang hasilnya akan digunakan untuk menyusun program latihan seterusnya. Latihan (training) olahraga adalah proses penyempurnaan berolahraga melalui pendekatan ilmiah, khususnya prinsip-prinsip pendidikan, secara teratur dan terencana sehingga mempertinggi kemampuan dan kesiapan olahragawan (Hare, 1982). Program pengembangan atlet untuk bertanding, berupa peningkatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 keterampilan dan kapasitas energi (Bompa, 1999: 394). Proses yang sistematis untuk meningkatkan kebugaran atlet sesuai cabang olahraga yang dipilih (Thomson: 1993: 61). Latihan merupakan suatu proses penyempurnaan olahraga yang diatur dengan prinsip-prinsip yang bersifat ilmiah, khususnya prinsip-prinsip pedagogis. Proses penyempurnaan olahraga melalui pendekatan ilmiah khususnya prinsip-prinsip pendidikan yang direncanakan secara teratur dan sistematis untuk meningkatkan dan menyiapkan kapasitas penampilan atlet. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan, penyempurnaan berarti meningkatkan kemampuan yang telah dimiliki atlet ke tingkat yang lebih baik atau maksimal. Latihan adalah suatu proses atau, dinyatakan dengan kata lain, periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun, sampai atlet tersebut mencapai standar penampilan yang tinggi (M. Furqon H, 1995: 3). Latihan dasar untuk pemula biasanya berlangsung selama dua tahun, tahap intermediate selama dua tahun lagi dan latihan lanjut kira-kira dua sampai empat tahun, sampai kapasitas penampilan yang maksimal. Menurut Rusli Lutan (2000: 3), Latihan merupakan suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari menambah jumlah beban latihan atau pekerjaan. Sistematis adalah proses latihan dilaksanakan secara teratur, terencana, menggunakan pola dan sistem tertentu, metodik, berkesinambungan dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang mudah ke yang sulit, dari yang sedikit ke yang banyak. Berulang-ulang maksudnya setiap gerakan harus dilatih secara bertahap dan dilakukan berkali-kali supaya gerakan yang sukar dilakukan menjadi mudah, otomatis dan reflektif sehingga menciptakan gerakan yang efisien. Dari berbagai pengertian di atas, latihan yaitu suatu proses penyempurnaan teknik , fisik, taktik dan mental atlet secara terprogram, sistematis dan kontinyu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan serta prestasi atlet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 b. Prinsip Latihan Program latihan harus terarah, terstruktur dan sistematis, dan mengacu pada prinsip-prinsip latihan. Setiap latihan harus mempunyai fungsi mendekatkan pemain ketujuan jangka pendek maupun jangka panjang sehingga prinsip latihan dijadikan sebagai pedoman dalam penyusunan program latihan. Menurut Remmy Muchtar (1992: 9), tiga macam prinsip latihan yaitu, (1) Prinsip fisiologis yaitu efek fisiologis dari latihan terhadap pemain, (2) Prinsip psikologis adalah hal-hal yang menyangkut kejiwaan pemain, yang terkadang lebih besar perannya daripada kaedah fisiologisnya, (3) Prinsip paedagogis berkaitan kepada bagaimana latihan dirancang dan dilaksanakan, bagaimana keterampilan itu diajarkan. Dan jika ketiga prinsip ini dikombinasikan akan diperoleh pendekatan holistic, yaitu pendekatan pemain. Prinsip-prinsip latihan yang harus diikuti agar tujuan latihan tercapai antara lain: (1) Prinsip perbedaan individu yaitu suatu program latihan harus dimodifikasi disesuaikan dengan perbedaan individu antara lain usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, tingkat kemampuan dan keterampilan, (2) Prinsip overload yaitu badan memerlukan adaptasi terhadap stimulus beban sehingga beban harus dinaikkan secara bertahap agar tidak terjadi overtraining sehingga kemampuan terus meningkat dan dapat dipertahankan, (3) Prinsip progresif yaitu peningkatan beban secara optimal bertujuan agar terjadi kemajuan kualitas latihan dan terhindar dari cedera dengan recovery yang cukup, (4) Prinsip adaptasi yaitu penyesuaian badan terhadap beban latihan atau keterampilan tertentu sehingga pengulangan latihan berikutnya akan lebih ringan dan mudah, (5) Prinsip use dan disuse yaitu keseimbangan antara latihan dengan intensitas tinggi dan intensitas rendah dengan masa recovery sehingga juga terjadi keseimbangan antara stres dengan istirahat, (6) Prinsip specificity yaitu latihan harus bersifat spesifik yaitu untuk menguasai suatu keterampilan atau latihan tertentu harus
dengan
melaksanakan
keterampilan
(www.sportmedicine.com).
commit to user
atau
latihan
tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 Latihan untuk meningkatkan prestasi atlet harus berdasar prinsip-prinsip latihan yaitu: (1) Spesialisasi yaitu latihan bersifat lebih spesifik baik itu latihan teknik, fisik dan mental, (2) Overload yaitu beban latihan harus semakin meningkat agar tubuh dapat beradaptasi sehingga latihan akan berkembang dan tidak terjadi beban melebihi intensitas, (3) Recovery yaitu istirahat dari latihan agar terjadi pemulihan dan adaptasi latihan, (4) Adaptasi yaitu kemampuan penyesuaian terhadap beban yang terus meningkat yang terjadi pada saat recovery, dan (5) Reversible yaitu pencapaian peningkatan latihan yang dicapai dapat dipertahankan dengan latihan kontinyu (http://home.hia.no/stephens/traprin.htm).
c. Beban Latihan Pengembangan kondisi fisik tergantung pada jenis latihan dan beban latihan. Menurut Djoko Pekik Irianto (2002: 51), beban (loading) diartikan sebagai rangsang motorik yang dapat diatur oleh olahragawan maupun pelatih guna meningkatkan prestasi. Beban latihan (training load) dikelompokkan menjadi dua yaitu beban luar (outerload) dan beban dalam (innerload). Beban luar (outerload) yaitu rangsang motorik yang ditandai sebagai ukuran komponen latihan sering dipergunakan sebagai terminologi latihan, seperti frekuensi, intensitas, durasi, volume, densitas dan kompleksitas. Beban dalam (innerload) yaitu perubahan fisiologis sebagai akibat pembebanan luar atau adaptasi latihan yang meliputi perubahan morfologis (struktural), fisiologis-biokemis (fungsional) dan psikologis. Beban latihan berupa bentuk latihan jasmani untuk menimbulkan rangsangan fisik dan mental atlet guna meningkatkan kualitas prestasi. Menurut Remmy Muchtar (1992: 12), beban latihan secara bertahap harus terus ditingkatkan sesuai dengan kemampuan pemain (progressive overload). Dengan pembebanan yang selalu meningkat secara bertahap akan menghasilkan overkompensasi dalam kemampuan biologis dan keadaan ini merupakan prasyarat peningkatan prestasi. Beban latihan juga harus cukup berat, namun harus tetap realistis disesuaikan dengan kemampuan agar latihan dapat dilakukan oleh atlit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 Beban latihan menurut M. Furqon H (1995: 15-16), membagi lima yaitu: (1) Volume menyatakan tingkat kuantitas. Besarnya kerjaan dinyatakan dalam: jumlah ulangan, jumlah seri atau set, jarak yang ditempuh, (2) Intensitas dicirikan dengan kualitas penampilan. Ini menunjukkan derajat kerja per unit waktu. Intensitas ditunjukkan dengan: beban yang diangkat dalam satu usaha, langkah dari latihan (pelan-pelan, cepat, lancar, explosif, optimal), (3) Densitas (kepadatan) menunjukkan hubungan
antara
beban
dan
pemulihan,
(4)
Durasi
menandakan
waktu
berlangsungnya suatu latihan atau sesi suatu latihan. Durasi tersebut juga dapat menunjukkan jumlah jam latihan per hari, per minggu, (5) Frekuensi berarti jumlah sesi latihan dalam suatu periode tertentu (hari, minggu, bulan). Dengan demikian, beban latihan adalah takaran berat ringannya latihan yang disesuaikan kemampuan atlit meliputi volume, intensitas, densitas, durasi dan frekuensi dalam program latihan yang bertujuan meningkatkan kemampuan atlet.
d. Rencana Latihan dalam Sesi Latihan 1) Pengantar Bagian pengantar berisi pembukaan serta penjelasan mengenai latihan yang akan dilaksanakan. Diharapkan pada tahap ini atlet mengerti tentang tujuan dan manfaat latihan yang akan dilaksanakan. Komunikasi serta pemberian motivasi sangat penting agar nantinya anak latih tidak bosan serta mampu berlatih dengan maksimal. 2) Pemanasan (warm up) Bagian pemanasan berupa mempersiapkan kondisi pemain baik itu secara fisiologis yaitu menyiapkan kerja sistem tubuh (menambah kelentukan otot, menambah ruang gerak sendi menjadi lebih luas, kerja jantung dan paru menjadi lebih siap) maupun secara psikologis yaitu meningkatkan konsentrasi dan mengurangi kecemasan untuk memasuki pada bagian inti latihan. Rangkaian gerakan pemanasan yaitu jogging, stretching, (dinamis dan statis) serta gerakan-gerakan yang mengarah pada latihan inti atau suatu teknik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 kecabangan. Pengawasan pelatih sangat diperlukan dalam tahap ini agar peningkatan aktivitas tubuh anak latih tercapai serta terhindar dari cedera. 3) Latihan inti (main exercise) Tahap ini berisi latihan inti atau utama yang meliputi latihan fisik, teknik, taktik, atau latihan mental. Penjelasan dan pemberian contoh harus tepat yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kesalahan. Pengorganisasian serta pengawasan latihan sangat berpengaruh terhadap lancarnya tahap ini karena dengan pengorganisasian serta pengawasan yang baik menimbulkan keseriusan anak latih. Beban latihan tergantung dari program latihan yang telah dibuat. 4) Penenangan (cool down) dan Penutup Bagian penenangan bertujuan secara fisiologis yaitu untuk mengembalikan fungsi sistem tubuh ke arah normal, sedangkan tujuan penenangan secara psikologis yaitu bertujuan menurunkan tingkat stress. Penenangan harus dilakukan
dengan
baik
agar
mempercepat
proses
recovery
serta
meminimalkan rasa sakit setelah latihan. Rangkaian gerak dalam penenangan yaitu gerak aerobik ringan berupa gerak kontinyu-ritmis misalnya jalan ditempat, jogging lalu dilanjutkan stretching. Penenangan dianggap cukup apabila suhu tubuh berangsur-angsur kembali normal, detak jantung menurun dan otot rileks. Penenangan diakhiri dengan penutup yang berisi evaluasi latihan yang telah dilaksanakan serta pemberian motivasi kepada anak latih.
5. Anak Usia Dini (10-12 tahun) Usia dini (10-12 tahun) sangat bagus untuk berolahraga karena masa ini anak mengalami perkembangan dan pertumbuhan tubuh. Aktivitas fisik yang cukup akan membantu pertumbuhan dan perkembangan fisik, serta perkembangan daya fikir serta mental anak. Pada masa ini pembinaan kekuatan tidak membahayakan jika penggunaan beban tidak melebihi batas. Jika penggunaan beban melebihi batas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 toleransi akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhannya seperti pertumbuhan tinggi badan terhenti. Menurut Husdarta (2000: 5), perkembangan yaitu pertambahan yang diawali individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan. Perkembangan tersebut ditandai dengan pertumbuhan kualitas fisik dan fungsi tubuh semakin lebih baik. Berdasarkan perkembangan anak usia dini dapat dibagi menjadi dua yaitu umur 6-10 tahun (multirateral) dan umur 10-12 tahun (lateral). Pada tahap multirateral diberikan latihan untuk mengembangkan gerak dasar anak, sedangkan pada tahap lateral latihan sudah spesifik kecabangan olahraga tertentu. Pelatih usia dini harus mengetahui karakteristik fase-fase perkembangan belajar motorik anak, agar membantu dalam menyusun program latihan yang tepat. Menurut Remmy Muchtar (1992: 19), karakteristik anak usia dini usia 9-11 tahun ditinjau dari karakteristik fisik, mental dan sosial/emosional yaitu: (a) karakteristik fisik meliputi pertumbuhan tinggi badan lambat, pertambahan berat badan lambat tapi mantap, perkembangan kekuatan meningkat, temperatur tubuh sering berubah, (2) karakteristik mental meliputi perkembangan kemampuan berdalih makin baik, kemampuan melihat masalah secara menyeluruh meningkat, kemampuan konsentrasi makin baik, kemampuan imajinasi mskin baik, (3) karakteristik sosial/emosional meliputi suka bergaul dengan teman sejenis, kagum pada sifat menantang pada orang dewasa dan otoriter, kebersihan dan kerapian dianggap sebagai sikap banci, berusaha menjadi pemain terbaik agar diakui dan dikagumi kelompok, bermain lebih keras dan ribut, senang berpetualang dan merusak, tidak suka dipanggil pengecut atau penakut. Menurut Soedjono (1995: 10-12), pada kelompok umur 9-13 tahun dalam perkembangan fisik dan keterampilan adalah proporsi tubuh baik, keseimbangan dan koordinasi terbaik kecuali anak yang terlalu dini menjadi dewasa. Kemajuan yang besar dalam gerakan-gerakan dasar, perasaan terhadap bola dapat menjadi baik, penggunaan ulangan dapat menjadi fanatik. Masih dari sumber yang sama, menurut resensi PSSI yang dikutip Soedjono (1995: 10-12), pada kelompok umur 10-12 tahun dalam perkembangan fisik dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 keterampilan adalah ajarkan kelincahan, dribling, dan semua hal yang sulit dalam sepakbola, didik untuk menghargai orang, waktu, lawan, wasit, coach disini adalah orang terpenting dalam kelompok ini, awali bentuk latihan dengan stasioner yang diikuti dengan mobilitas yang tinggi/meningkat mulai dari lari kearah bola/ jemput bola: jangan sampai bola jauh dari jangkauan kaki, bagaimana support dan cari tempat bebas, tidak perlu takut overload dalam latihan konditioning terjadi secara otomatis, periode ini cukup sulit, karena pada masa ini akan terjadi masa puber, sevara biologis cepat berkembang walaupun usianya tetap. Didasarkan atas pertimbangan karakteristik anak usia dini diatas, melatih anak usia dini 10-12 tahun harus berpedoman pada hal-hal berikut yaitu membentuk kemampuan dasar (basic skill), menitik beratkan pada kebutuhan individu, memperhatikan keseimbangan yang baik antara kegiatan dan istirahat, kegiatan mempunyai keragaman yang bermacam-macam dan halus, dirancang agar pemain muda ini terhindar dari mengalami berbagai kegagalan. Dari uraian diatas, karakter anak usia dini umur 10-12 tahun meliputi karakter fisik, mental, dan sosial. Karakter fisik meliputi pertumbuhan tinggi badan dan berat badan lambat, kekuatan otot meningkat, dan suhu tubuh berubah-ubah. Karakteristik mental meliputi tingkat konsentrasi meningkat, kemampuan melihat masalah meningkat, kemampuan imajinasi membaik, dan kemampuan berdalih membaik. Karakter sosial meliputi suka bergaul dengan teman sejenis, berusaha menjadi yang terbaik, sifat menantang, dan keberanian meningkat. Dengan mengetahui karakteristik tersebut, model latihan harus disesuaikan dengan pedoman latihan anak pada usia 1012 tahun agar latihan kondisi fisik yang diterapkan tidak mempengaruhi pertumbuhan anak.
B.
Kerangka Berpikir
Sepakbola merupakan olahraga permainan yang sangat memerlukan kemampuan kondisi fisik, karena tanpa didukung kemampuan kondisi fisik yang baik seorang pemain tidak mampu menampilkan teknik serta taktik bermain sepakbola
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 selama 2x45 menit dengan baik. Latihan kondisi fisik dalam sepakbola harus dibina dan dilatih sejak usia dini melalui wadah sekolah sepakbola (SSB). Salah satu unsur kondisi fisik yang diperlukan serta harus dikembangkan dalam sepakbola yaitu kelincahan. Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dalam keadaan bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan. Peningkatan kemampuan kelincahan dapat menggunakan berbagai metode latihan yaitu latihan lari zig-zag, shuttle run, dodging run, squat thrust, dan squat jump. Pada umumnya para pelatih sekolah sepakbola menggunakan dua metode latihan untuk meningkatkan kelincahan yaitu metode latihan lari zig-zag dan metode latihan shuttle run. Latihan lari zig-zag dapat digunakan untuk meningkatkan kelincahan karena latihan ini berupa lari berkelok-kelok dan merubah arah posisi tubuh secepat-cepatnya yang merupakan unsur gerak kelincahan. Sedangkan latihan shuttle run yaitu berbentuk lari bolak-balik secepat-cepatnya dengan merubah posisi tubuh tanpa kehilangan keseimbangan sehingga latihan ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan kelincahan. Penelitian ini bertujuan membandingkan dan mencari metode latihan yang lebih efektif antara latihan lari zig-zag dan shuttle run dalam meningkatkan kelincahan siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012.
C.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1.
Ada perbedaan pengaruh latihan lari zig-zag dan shuttle run terhadap kelincahan siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012.
2.
Latihan shuttle run lebih efektif dari pada latihan lari zig-zag dalam meningkatkan kelincahan siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Tempat pelaksanaan perlakuan penelitian adalah di Stadion 45 kabupaten Karanganyar sebagai tempat latihan SSB Pesat Indonesia. Sekretariat di Jl. Raden Patah V Cerbonan RT 04/ RW 01 Karanganyar.
2. Waktu penelitian Penelitian ini sudah dilaksanakan selama satu setengah bulan pada tanggal 04 Juli – 05 September 2012 sebanyak 18 kali pertemuan, dengan dua kali pertemuan untuk pengumpulan data dan 16 kali pertemuan untuk pemberian perlakuan. Pemberian perlakuan dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dalam satu minggu, yaitu hari Rabu dan Jumat pada pukul 14.30 WIB, hari Minggu pada pukul 07.00 WIB.
B. Metode dan Rancangan Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen,dasar penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan memberi perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu tes guna mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan. Sugiyanto
(1995:21) menyatakan.”Tujuan penelitian
eksperimental adalah untuk meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan (treatment) terhadap kelompok eksperiman yang hasilnya dibandingkan dengan hasil kelompok yang tidak diberikan perlakuan atau diberi perlakuan yang berbeda”.
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 2. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan control group pre-test post test design (Suharsini, 1998: 86). Adapun rancangan penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
XA K1
T1A
S —– T0 —— OP
XB K2
T1B
Gambar 3.1. Desain Penelitian Keterangan : S
: Subjek
T0
: Pre-Test (tes awal)
OP : Ordinal Pairing K1
: Kelompok perlakuan 1
K2
: Kelompok perlakuan 2
XA : Perlakuan lari zig-zag untuk kelompok 1 XB : Perlakuan shuttle run untuk kelompok 2 T1A : Post-test kelompok perlakuan 1 lari zig-zag T1B : Post-test kelompok perlakuan 2 shuttle run
Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada waktu yang tercepat pada tes awal. Setelah hasil tes awal dirangking, kemudian subjek yang memiliki prestasi setara dipasang-pasangkan ke dalam kelompok I dan kelompok II. Dengan demikian kedua kelompok tersebut sebelum diberi perlakuan merupakan kelompok yang sama. Apabila pada akhirnya terdapat perbedaan, maka hal itu disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 Pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara ordinal pairing. Adapun teknik pembagian kelompok secara ordinal pairing menurut Sutrisno Hadi (1995: 485) sebagai berikut: 1
2
4
3
5
6
8
7
9
10 dan seterusnya
Gambar 3.2. Pembagian Kelompok Dalam Eksperimen Sutrisno Hadi (1995: 485)
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SSB Pesat Indonesia Kabupaten Karanganyar kelompok umur 10-12 tahun yang berjumlah 30 siswa. Sesuai dengan Sutrisno Hadi (1988: 220) bahwa populasi dibatasi sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat-sifat yang sama. Hal ini berarti populasi dalam penelitian ini memenuhi persyaratan karena memiliki sifatsifat yang sama sebagai berikut: 1.
Memiliki jenis kelamin yang sama yaitu putra.
2.
Semua siswa sama-sama pernah mengikuti latihan sepak bola minimal selama satu tahun.
3.
Usia antara 10-12 tahun.
2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah semua anggota populasi siswa SSB Pesat Indonesia yang di ambil berdasarkan kelompok umur 10-12 tahun dan yang baru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 mengikuti latihan di SSB kurang dari satu tahun yang berjumlah 30 siswa, sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi.
D. Variabel Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 97) mendefinisikan variabel sebagai “gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi laki-laki dan perempuan, berat badan karena ada berat 40 kg, 50 kg dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Pada penelitian yang melihat pengaruh atau treatment, maka ada variabel yang mempengaruhi dan variabel akibat”. Suharsimi Arikunto (1998: 101) “bahwa variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent variabel, sedangkan variabel akibat disebut variabel tak bebas, variabel tergantung, variabel terikat atau depens variabel”. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1.
Variabel bebas terdiri dari :
a. Latihan lari zig-zag b. Latihan shuttle run
2.
Variabel terikat adalah
:
kelincahan.
E. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian ini meliputi: 1.
Latihan lari Zig-zag Lari zig-zag adalah latihan lari berkelok-kelok (zig-zag) melewati 10 tonggak/ pancang/ pancang berjarak 2 meter dengan jarak keseluruhan 10 meter, setelah sampai ujung pancang kembali lagi lari zig-zag dengan kecepatan maksimal sampai garis finish dan diukur dengan satuan waktu detik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 2.
Latihan Shuttle run Shuttle run merupakan latihan lari bolak-balik dengan kecepatan maksimal mengikuti lintasan dengan jarak 5 meter dan diukur dengan satuan waktu detik.
3.
Kelincahan Kelincahan dalam penelitian ini diukur menggunakan L.S.U. Agility Obstacle Course Test yaitu pada posisi berbaring telentang di samping garis start setelah diberi aba-aba secepat mungkin lari dengan kecepatan maksimal mengikuti arah lintasan pada kerucut pertama, memutarinya dan melakukan sekali gerakan squat thrust, kemudian berlari ke arah kiri menuju kerucut kedua dan selanjutnya mengikuti arah yang telah ditentukan, setelah melewati kerucut ke 7 melakukan dua kali squat thrust di dekat kerucut, kemudian berlari menyeberang lapangan ke sisi kanan dan menyentuhkan tangannya ke garis, berlari lagi ke sisi kiri dan menyentuhkan tangannya ke garis, kembali lagi ke sisi kanan dan menyentuhkan tangannya, berlari ke sisi kiri menuju finish. Dan waktu yang tercepat merupakan yang terbaik diukur dengan satuan waktu detik.
F. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan tes dan pengukuran kelincahan dengan L.S.U. Agility Obstacle Course Test dari Ismaryati (2008: 46). Data kelincahan di ukur dengan menggunakan stopwatch. Petunjuk pelaksanaan tes terlampir.
G. Teknik Analisis Data 1. Uji Reliabilitas Tingkat keajegan hasil tes yang dilakukan dalam penelitian, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan korelasi interklas, dengan rumus sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 R= Keterangan : R
= Koefisien reliabilitas = Jumlah rata-rata dalam kelompok = Jumlah rata-rata antar kelompok
2. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini yaitu: a. Uji Normalitas Uji Normalitas atau menguji normal tidaknya sampel, adalah mengadakan pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Uji normalitas menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov Z yaitu suatu tes goodness of fit artinya hal yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi serangkaian harga sampel (skor yang diperoleh) dengan suatu distribusi tertentu.
b. Uji Homogenitas Uji Homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kesamaan kelompokkelompok yang membentuk sampel homogen atau tidak yaitu dengan Uji-F. Uji-F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama.
3. Uji-t Setelah dilakukan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan Uji-t yaitu dengan membandingkan nilai rerata dari hasil pre test dengan post test sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Uji-t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 dependen. Setelah itu dilakukan lagi Uji-t untuk membandingkan nilai rerata hasil post test antar kelompok. Keputusan menerima dan menolak hipotesis pada taraf signifikansi 5%. Penghitungan data menggunakan program komputerisasi SPSS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Tujuan penelitian dapat dicapai dengan pengambilan data pada sampel yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data tes awal secara keseluruhan, kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok dan dilakukan tes akhir pada masing-masing kelompok. Data tersebut kemudian dianalisis dengan statistik, seperti terlihat pada lampiran. Rangkuman hasil analisis data secara keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4.1. Deskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kelincahan Kelompok 1 dan Kelompok 2 Kelompok
Kelompok 1
Kelompok 2
Tes
N
Max
Min
Mean
SD
Awal
15
22
26
24,09
1,04
Akhir
15
20,99
25,78
23,31
1,51
Awal
15
22
26
24,10
1,02
Akhir
15
20,72
24,75
22,43
1,01
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, pada kelompok 1 mengalami peningkatan setelah mendapatkan perlakuan. Demikian halnya pada kelompok 2 juga mengalami peningkatan akibat dari perlakuan yang diberikan. Jika dibandingkan antara kelompok 1 dan kelompok 2 menunjukkan bahwa, kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan kelincahan
yang lebih besar dibandingkan dengan
kelompok 1. Untuk memahami nilai rerata tes awal dan tes akhir kelincahan antara kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
Rerata Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelincahan antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 24,5 24 23,5 23 22,5 22 21,5
Tes Awal Tes Akhir
Tes Awal
Tes Akhir
k1
24,09
23,31
k2
24,1
22,43
Gambar 4.1. Grafik Rerata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelincahan Kelompok 1 dan Kelompok 2 Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan, rerata dari hasil tes awal kelincahan antara kelompok 1 dan kelompok 2 hasilnya stabil atau tidak ada perbedaan yang jauh. Hal ini artinya, sebelum diberi perlakuan kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki kemampuan awal kelincahan yang seimbang. Sedangkan dari rerata hasil tes akhir kelincahan antara kelompok 1 dan kelompok 2 hasilnya ada perbedaan. Hal ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan pada masing-masing kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 B. Pengujian Persyaratan Analisis Sebelum dilakukan analisis data perlu dilakukan pengujian persyaratan analisis. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. 1.
Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis data diuji distribusi kenormalannya dari data tes
awal kemampuan kelincahan. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut: Tabel 4.2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kelompok
N
Mean
SD
L hitung
Lt 5%
K1
15
24,099
1,049
0,096
0,220
K2
15
24,1006
1,020
0,132
0,220
Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 1 (K1) diperoleh nilai Lhitung = 0,096. Nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikan 5% yaitu 0,220. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada kelompok 1 (K1) termasuk berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 2 (K2) diperoleh nilai Lhitung = 0,132, ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan
hipotesis nol pada taraf
signifikan 5% yaitu 0,220. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada kelompok 2 (K2) termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 apabila nantinya kedua kelompok memiliki perbedaan, maka perbedaan tersebut disebabkan perbedaan rata-rata kemampuan kelincahan. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai berikut:
Tabel 4.3. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Kelompok
N
SD2
Fhitung
Ft 5%
K1
15
1,049
0,97
2,43
K2
15
1,020
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai Fhitung= 0,97. Sedangkan dengan db =15 lawan 15, angka Ft 5%= 2,43, ternyata nilai Fhitung 0,97 lebih kecil dari diterima.
Ft
5%=
2,33. Karena Fhitung < Ftabel
Dengan demikian dapat disimpulkan
5%,
maka hipotesis nol
bahwa kelompok 1 (K1) dan
kelompok 2 (K2) memiliki varians yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
1. Perbedaan Pengaruh Efektifitas Latihan Lari Zig-zag dan Shuttle Run Terhadap Kelincahan Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan sebelum diberi perlakuan, diperoleh nilai t tes awal antara kelompok 1 dan kelompok 2 = 0,0187, sedangkan ttabel = 2,145. Ternyata thit < ttabel
5%,
yang berarti hipotesis nol diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa, kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan dalam keadaan seimbang atau tidak terdapat perbedaan tingkat kelincahan. Hal ini artinya, antara kelompok 1 dan 2 berangkat dari titik tolak tingkat kelincahan yang seimbang. Apabila setelah diberi perlakuan terdapat perbedaan, hal ini karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 Berdasarkan hasil pengujian perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 diperoleh nilai sebesar = 3,981, sedangkan ttabel = 2,145. Ternyata thitung > ttabel
5%,
yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 1. Hal ini artinya, kelompok 1 memiliki peningkatan kelincahan yang disebabkan oleh perlakuan yang diberikan yaitu latihan lari zig-zag. Berdasarkan hasil pengujian perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 diperoleh nilai sebesar = 21,215, sedangkan ttabel = 2,145. Ternyata thitung > ttabel
5%,
yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 2. Hal ini artinya, kelompok 2 memiliki peningkatan kelincahan yang disebabkan oleh perlakuan yang diberikan, yaitu latihan shuttle run. Berdasarkan hasil pengujian perbedaan yang dilakukan pada data tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh hasil thitung sebesar 12,63, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,145. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan tes akhir antara kelompok 1 dan tes akhir kelompok 2. Perbedaan tersebut disebabkan latihan lari zig-zag dan shuttle run masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda. Perbedaan kelebihan dan kelemahan dari masing-masing bentuk latihan tersebut akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula terhadap peningkatan kelincahan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh efektifitas latihan lari zig-zag dan shuttle run terhadap kelincahan siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012, dapat diterima kebenarannya.
2. Latihan Shuttle Run Lebih Baik Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Kelincahan Berdasarkan hasil penghitungan prosentase peningkatan kelincahan diketahui bahwa, kelompok 1 memiliki nilai prosentase peningkatan kelincahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 sebesar 3,31%. Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan kelincahan sebesar 6,92%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, kelompok 2 memiliki prosentase peningkatan kelincahan yang lebih besar daripada kelompok 1. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, latihan Shuttle Run lebih baik pengaruhnya daripada latihan Lari Zig-Zag terhadap peningkatan kelincahan pada siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 tahun kabupaten Karanganyar Tahun 2012, dapat diterima kebenarannya.
D. Hasil Analisis Data
1. Uji Perbedaan sebelum Diberi Perlakuan Sebelum diberi perlakuan kelompok yang dibentuk dalam penelitian diuji perbedaanya terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud untuk mengetahui ketetapan anggota pada kedua kelompok tersebut. Sebelum diberi perlakuan berangkat dari keadaan yang sama atau tidak. Hasil uji perbedaan antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan sebagai berikut: Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal pada Kelompok 1 dan Kelompok 2. Kelompok
N
Mean
t
Ttabel 5%
K1
15
24,09
0,0187
2,145
K2
15
24,10
Secara lebih jelas rerata perbedaan hasil tes awal kelincahan antara kelompok 1 dan kelompok 2 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Rerata Perbedaan Hasil Tes Awal Kelincahan antara Kelompok 1 dan Kelompok 2
24,1 24,098 24,096 24,094 24,092 24,09 24,088 24,086 24,084
K1 24,09
Mean
K2 24,1
Gambar 4.2. Grafik Rerata Perbedaaan Data Tes Awal Kelincahan antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 Berdasarkan hasil perbedaan rerata tes awal antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai kelompok 1 sebesar 24,09, kelompok 2 sebesar 24.10. Hasil rerata tersebut
menunjukkan
tidak jauh berbeda. Hal ini artinya, antara
kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan tidak ada perbedaan kelincahan pada awalnya.
2. Uji Perbedaan sesudah Diberi Perlakuan Setelah dilakukan perlakuan, yaitu kelompok 1 diberi perlakuan latihan lari zig-zag dan kelompok 2 latihan shuttle run kemudian dilakukan uji perbedaan. Uji perbedaan yang dilakukan dalam penelitian ini hasilnya sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 a. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 yaitu: Tabel 4.5.Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok1 Kelompok
N
Mean
Tes awal
15
24,09
Tes akhir
15
23,30
thitung
ttabel 5%
3,981
2,145
Secara lebih jelas perbedaan rerata hasil tes awal dan tes akhir kelincahan kelompok 1 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai sebagai berikut:
Nilai Rerata Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Kelincahan Kelompok 1 24,2 24 23,8 23,6 23,4 23,2 23 22,8
Series 1
Tes Awal 24,09
Tes Akhir 23,3
Gambar 4.3. Grafik Nilai Rerata Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kelincahan Kelompok 1 Berdasarkan hasil rerata tes awal kelompok 1 diperoleh nilai rerata tes awal sebesar 24,09, sedangkan rerata hasil tes akhir diperoleh nilai sebesar 23,30. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 terdapat perbedaan kelincahan yang signifikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 b. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 yaitu: Tabel 4.6.Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok2. Kelompok
N
Mean
Tes awal
15
24,10
Tes akhir
15
22,43
thitung
ttabel 5%
21,21
2,145
Secara lebih jelas perbedaan rerata hasil tes awal dan tes akhir kelincahan kelompok 2 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai sebagai berikut:
Nilai Rerata Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Kelincahan Kelompok 2
24,5 24 23,5 23 22,5 22 21,5
mean
Tes Awal 24,1
Tes Akhir 22,43
Gambar 4.4. Grafik Nilai Rerata Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kelincahan Kelompok 2 Berdasarkan hasil rerata tes awal dan tes akhir kelompok 2 diperoleh nilai rerata tes awal sebesar 24,10, sedangkan pada hasil rerata tes akhir diperoleh nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 sebesar 22,43. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 terdapat perbedaan kelincahan yang signifikan. c. Hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 yaitu: Tabel 4.7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 Kelompok
N
Mean
K1
15
23,30
K2
15
22,43
thitung
ttabel 5%
12,63
2,145
Secara lebih jelas perbedaan rerata hasil tes akhir kelincahan antara kelompok 1 dan kelompok 2 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai sebagai berikut:
Nilai Rerata Perbedaan Hasil Tes Akhir Kelincahan antara Kelompok 1 dan Kelompok 2
23,4 23,2 23 22,8 22,6 22,4 22,2 22 21,8
Tes Akhir
K1 23,3
K2 22,43
Gambar 4.5. Grafik Nilai Rerata Perbedaan Data Tes Akhir Kelincahan antara Kelompok 1 dan Kelompok 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 Berdasarkan rerata hasil tes akhir kelincahan, nilai rerata
kelompok 1
sebesar 23,3 sedangkan nilai rerata kelompok 2 sebesar 22,43. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa, rerata hasil tes akhir kelincahan antara kelompok 1 dan kelompok 2 terdapat perbedaan yang signifikan. d.
Hasil Uji Perbedaan dan Prosentase Peningkatan Kelincahan Kelompok 1 dan kelompok 2 Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki prosentase peningkatan
kelincahan yang lebih besar dapat diketahui melalui penghitungan perbedaan prosentase peningkatan tiap-tiap kelompok. Nilai perbedaan peningkatan kelincahan dalam persen antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai berikut:
Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kelincahan antara Kelompok 1 dan Kelompok 2. Mean
Mean
Mean
Prosentase
Kelompok
N
Pretest
Posttest
Different
Peningkatan
Kelompok 1
15
24,09
23,30
0,79
3,31%
Kelompok 2
15
24,10
22,43
1,67
6,92%
Secara lebih jelasnya prosentase peningkatan kelincahan antara kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 Prosentase Peningkatan Kelincahan Antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 7,0% 6,0% 5,0% 4,0% 3,0% 2,0% 1,0% 0,0%
Prosentase Peningkatan
K1 3,3%
K2 6,9%
Gambar 4.6. Grafik Nilai Peningkatan Kelincahan antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 Berdasarkan hasil penghitungan prosentase peningkatan kelincahan diketahui bahwa kelompok 1 memiliki peningkatan kelincahan sebesar 3,3%. Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan kelincahan sebesar 6,9%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 memiliki prosentase peningkatan kelincahan yang lebih besar daripada kelompok 2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima. Dengan demikian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan lari zig-zag dan shuttle run terhadap kelincahan siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012, dengan nilai perhitungan thit sebesar 12,63 dan ttabel sebesar 2,145 pada taraf signifikasi 5%. 2. Latihan Shuttle Run lebih baik pengaruhnya daripada latihan Lari Zig-Zag terhadap peningkatan kelincahan siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012. Kelompok 1 (Lari Zig-Zag) memiliki peningkatan sebesar 3,31%. Sedangkan Kelompok 2 (Shuttle Run) memiliki peningkatan kelincahan sebesar 6,92%.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perlakuan dengan latihan Shuttle Run memiliki hasil yang lebih baik daripada perlakuan dengan latihan Lari Zig-Zag terhadap peningkatan kelincahan siswa SSB Pesat Indonesia KU 10-12 tahun Kabupaten Karanganyar Tahun 2012. Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini adalah, setiap jenis latihan memiliki efektifitas yang berbeda dalam meningkatkan kelincahan. Oleh karena itu, dalam menerapkan metode latihan yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan kelincahan, harus menggunakan latihan yang tepat dan sesuai dengan keadaan atlet. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
commit to user 46