PERAN GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK DIDIK DI KELAS V MI MATHOLI’UL HUDA 01 TROSO PECANGAAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI Ditulis sebagai Syarat Peneltian dan Penulisan Skripsi pada Program Sarjana Strata I Bidang Pendidikan Islam
Oleh : Rifa’i NIM. 131310001366
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA 2015
PERAN GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK DIDIK DI KELAS VA MI MATHOLI’UL HUDA 01 TROSO PECANGAAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI Ditulis Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata S.1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh : RIFA’I NIM. 131310001366
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA 2015
i
ABSTRAK RIFA’I. NIM 131310001366. PERAN GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK DIDIK DI KELAS VA MI MATHOLI’UL HUDA 01 TROSO PECANGAAN JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Latar Belakang judul adalah Fonomena yang terjadi di MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara menunjukan bahwa sebagian siswa kurang dapat mengendalikan diri ketika mereka bergaul dengan teman, kurang dapat dipercaya ketika diberi amanat, kurang dapat berempati dan bersosialisasi dengan teman sebaya. Hal tersebut dikarenakan mereka kurang mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh guru Aqidah Akhlak, dalam hal ini peran guru Aqidah Akhlak sangat dibutuhkan dalam memberikan bimbingan dan arahan pada siswa. Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ?. Apasaja Hambatan yang Dihadapi dan solusi pemecahannya dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Spiritual Anak Didik di Kelas VA MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015?. Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), yang pada hakekatnya untuk mempelajarisecara intensif tentang tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang pada hakekatnya data hasil peneltian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Dari pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Peran Guru Aqidah Akhlak dalam Perkembangan Kecerdasan emosional di MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah meliputi pembinaan kesadaran diri dengan langkah pembinaan kesadaran diri, pembinaan pengaturan diri, pembinaan motivasi, pembinaan berempati dan pembinaan ketrampilan social. Hambatan yang Dihadapi dan solusi pemecahannya dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Spiritual Anak Didik di Kelas VA MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah terbatasnya waktu pertemuan, tuntutan nilai yang menjadi patokan dalam nilai Raport, sebagai guru pendidikan umum menyampaikan dari segi intlektualitas, kecerdasan spiritual yang tidak permanen dan tidak ada penilaian tertulis secara langsung. Sebagai solusi pemecahannya adalah guru melakukan kegiatan ekstra kurikuler diluar jam belajar sekolah, melakukan remedial, guru memberikan surai tauladan yang baik dengan memberikan perhatian dan bimbingan dan mencatat perilaku siswa dalam buku anekdot.
ii
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk : 1. Kedua orangtuaku tercinta a. Bapak Masir b. Ibu Sulimah 2. Istriku Tercinta “Khuriyatun” 3. Anak-Anakku tersayang a. Muftil Umam, S.Pd. b. Muhammad Abil Mawahib. c. Tri Hastuti Kusuma Wardani 4. Guru MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara. 5. Rekan-rekan Mahasiswa UNISNU Jepara. 6. Segenap insan pemburu ilmu yang setia.
iii
MOTTO
( ١٠ ۶:)ال ﻋﻣران Artinya : “Dan hendaklah diantara kamu ada umat yang menyeru kepada kebaikan,menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S. Ali Imran : l04)1
1
Mujamma’ Al Mali Fahd, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Saudi Arabiyyah:Madinah Munawwaroh1415H), hlm. l93.
iv
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Jepara, 17 Februari 2015 Deklarator
RIFA’I NIM. 131310001366
v
NOTA PEMBIMBING
Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar Hal : Naskah Skripsi a.n. Sdr. Rifa’i
Jepara, 29 April 2015
Kepada : Yth.Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah UNISNU Jepara Di Jepara.
اﻟﺴﻼم ﻋﻠﯿﻜﻢ ورﺣﻤﺔ ﷲ وﺑﺮﻛﺎﺗﮫ Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka bersama ini saya kirimkan skripsi Saudara : Nama NIM Progdi Judul
: : : :
Rifa’i 131310001366 S.1/Tarbiyah Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015
Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan FAI agar Skripsi Saudara tersebut dapat dimunaqosyahkan. Dan atas perhatian Bapak saya ucapkan terima kasih.
اﻟﺴﻼم ﻋﻠﯿﻜﻢ ورﺣﻤﺔ ﷲ وﺑﺮﻛﺎﺗﮫ
Pembimbing,
Drs. H.MAHALLI DJUFRI, M.Pd
vii
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan segala nikmat, rahmat dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat segera terselesaikan, serta dapat dibaca dan ditelaah oleh para pembaca yang budiman. Sholawat dan salam mudah-mudahan senantiasa dilimpahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad sebagai pembawa panji Islam dan penerang hati umat manusia. Ibarat musafir yang menemukan oase di tengah padang pasir, bagaikan pendaki gunung yang telah menginjakkan kaki di puncak idaman, sambil menikmati indahnya mentari pagi yang tersembul dari balik awan. Itulah kira-kira gambaran perasaan ketika penulisan skripsi ini
telah selesai tercetak. Dan
Alhamdulillah, sebagai kata yang sangat tepat untuk sebagai ekspresi kelegaan, dan syukur sedalam-dalamnya atas perasaan itu. Bukan saja karena kerja besar telah rampung dilakukan, tetapi juga karena itu sebagai pertanda bahwa target formal selesainya studi sudah di depan mata. Penulis sadar sepenuhnya bahwa skripsi ini hampir mustahil terselesaikan tanpa pertolongan Allah yang dijelmakan melalui bala tentara-Nya. Oleh karena itu, dengan tulus penulis menyampaikan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak seraya berdo’a semoga Allah selalu memberikan yang terbaik buat mereka semua. 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhtarom, HM, Rektor UNISNU Jepara. 2. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UNISNU Jepara, serta biro skripsi yang telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian. 3. Bapak Drs. H.Mahalli DJufri, M.Pd., yang telah meluangkan waktu serta ketabahan dan kesabarannya dalam membimbing dan memberi petunjuk sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
viii
4. Seluruh Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam UNISNU Jepara yang dengan ikhlas dan penuh kesabaran dalam mendidik serta memberikan pengajaran kepada penulis sampai terselesainya tugas studi. 5. Bapak Misbahul Anam, S.Pd.I, Kepala MI Matholi’ul Huda 01
Troso
Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 yang telah memberikan ijin penelitian di MTs. ini. 6. Ibu Nur Sa’diyah, S. Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara yang telah memberikan informasi untuk menyusun penelitian di MI ini. 7. Semua guru MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. 8. Orangtua dan saudara-saudaraku yang telah mendukung penulisan skripsi ini sehingga terselesaikan dengan baik. 9. Semua guru yang telah mendidik saya mulai dari kecil hingga dewasa sekarang ini, karena beliau-beliaulah saya bisa menjadi sekarang ini. 10. Dan kepada semua pihak yang tak mampu penulis sebutkan satu persatu karena terbatasnya ruang. Kepada mereka yang disebutkan di atas, penulis berdo’a semoga jalan Tuhan dibentangkan di hadapanya. Akhirnya, penulis berharap semoga risalah ini tetap membawa manfaat, sebesar apapun manfaat itu, bagi pengembangan pendidikan Islam maupun sebagai pengayaan khazanah keilmuan. Amin
Jepara, 29 April 2015 Penulis
RIFA’I
ix
DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN ABSTRAK ...................................................................................
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................
iv
HALAMAN MOTTO .......................................................................................
v
HALAMAN DEKLARASI ...............................................................................
vi
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................
vii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................
viii
HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................................
ix
HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................ xi HALAMAN TABEL ......................................................................................... xii HALAMAN GAMBAR ..................................................................................... xiii HALAMAN LAMPIRAN ................................................................................ xiv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………….
1
B. Penegasan Istilah ………………………………………….
4
C. Rumusan Masalah ………………………………………… 5 D. Tujuan Penelitian ………………………………………….
6
E.
Manfaat Penelitian ………………………………………...
6
F.
Kajian Pustaka …………………………………………….
8
G. Metodologi Penelitian ….. ……..………………………….
x
10
H. Sistematika Penulisan Skripsi ……………………………. BAB II
19
: LANDASAN TEORI A. Guru Aqidah Akhlak ……………………………………… 22 1.
Pengertian Guru Aqidah Akhlak ...............................
22
2.
Prinsip Profesionalisme Guru ………………………. 24
3.
Kompetensi Guru ........................................................
29
4.
Fungsi Kompetensi Guru ............................................
32
B. Kecerdasan Emosional ……………………………………. 35 1.
Pengertian Kecerdasan Emosional …………………..
35
2.
Ciri-Ciri Kecakapan Kecerdasan Emosional ………..
36
3.
Macam-Macam Kecerdasan Emosional …………….
40
4.
Indikator Pengembangan Kecerdasan Emosional …...
42
5.
Strategi
Dalam
Pengembangan
Kecerdasan
Emosional..................................................................... 6.
Peran
Kecerdasan
Emosional
Dalam
Proses
Pembelajaran ………………………………………... BAB III
46
47
: KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Data Umum Tentang MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara ………………………………………….
48
1.
Tinjauan Historis ……………………………………..
48
2.
Data Statistik Madrasah ………………………………
49
3.
Visi dan Misi …………………………………………. 50
4.
Letak Geografis ………………………………………
xi
50
5
Keadaan Guru dan Karyawan ………………………..
51
6.
Keadaan Siswa ……………………………………….. 53
7.
Keadaan Sarana dan Prasarana ……………………….
55
8.
Struktur Organisasi …………………………………..
57
9.
Kurikulum Yang Digunakan …………………………. 58
B. Data Khusus Tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 .................................................
58
1.
Materi Pembelajaran Aqidah Akhlak ...........................
58
2
Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 .....................................................
3.
62
Hambatan yang Dihadapi Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 .....................................................
BAB IV
68
: ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ................................................ xii
72
B. Analisis Hambatan yang Dihadapi dan Solusi Pemecahan Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 .................... BAB V
76
: PENUTUP A. Simpulan …………………………………………………..
83
B. Saran ………………………………………………………
84
C. Penutup ……………………………………………............
84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL Tabel
halaman
3.1 Keadaan Guru dan Karyawan MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ..............................................................
51
3.2 Keadaan Siswa MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ....................................................................................
54
3.2 Keadaan Siswa yang diteliti di MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2013/2013 ..............................................................
54
3.3 Keadaan Siswa yang diteliti di MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ..............................................................
56
3.4 Keadaan Sarana MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ..................................................................................... 56 3.5 Keadaan Prasarana MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ..................................................................................... 56
xiv
DAFTAR GAMBAR halaman 1.1 Gambar 1.1 Model Analisa Interaktif “Miles and Huberman …………….
19
3.1 Struktur Organisasi MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ……………………………………………….
xv
57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
:
Instrumen Wawancara Kepala MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Lampiran II
:
Instrumen Wawancara Guru MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Lampiran III
:
Hasil Wawancara Kepala MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Lampiran IV
:
Hasil Wawancara Guru MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Lampiran VIII
:
Daftar Riwayat Hidup Penulis
xvi
11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diera globalisasi sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat sehingga menimbulkan berbagai tuntutan kehidupan dalam masyarakat. Diantaranya pendidikan, pada dasarnya pendidikan adalah proses
dengan
metode-metode
tertentu
sehingga
orang memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.1 Perubahan yang terjadi, baik perubahan sosial, budaya, hingga perubahan teknologi terjadi dengan cepat. Untuk menghadapi semua itu diperlukan bekal yang khusus, terutama dalam bidang pendidikan, karena pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan individu. Dalam pendidikan, siswa diharapkan tidak hanya memiliki kecerdasan dalam bidang kognitif saja (IQ), namun siswa juga harus menguasai bidang afektif dan pengamalan serta mempunyai kecerdasan Kecerdasan Emosional . Orang yang memiliki Kecerdasan Emosional
yang tinggi adalah
mereka yang mampu mengendalikan diri (mengendalikan gejolak emosi), memelihara dan memacu motivasi untuk berupaya dan tidak mudah menyerah atau putus asa, mampu mengendalikan dan mengatasi stress, mampu menerima kenyataan, dapat merasakan kesenangan meskipun dalam kesulitan.
1
MuhibinSyah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya), hlm.10.
1
2
2
Tentu saja tidak cukup hanya memiliki perasaan, kecerdasan emosi menuntut
kita untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan pada diri kita dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Emosi merupakan perpaduan dari berbagai perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi, dan menimbulkan gejolak batin, suatu stirred up or aroused state of the human organization. Emosi seperti halnya perasaan yang membentuk suatu kontinum, bergerak dari emosi positif sampai yang bersifat negatif. 3 Kecerdasan emosi menentukan potensi untuk mempelajari keterampilan- keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsurnya, yaitu kesadaran diri(self awareness), motivasi (motivation), Kecerdasan Emosional , empati (empathy), dan ketrampilan social (social skill).4 Oleh karena itu peran Guru Aqidah Akhlak sangat dominan sebab tugas guru tidak hanya mentransfer ilmu tetapi sebagai pembimbing dan motivator dalam melatih sikap dan perilaku. Berdasarkan hal tersebut diharapkan adanya Peran Guru Aqidah Akhlak dalam memupuk nilai-nilai yang baik yang sudah disepakati menurut agama dan masyarakat. Dengan memiliki konsep pendidikan Peran Guru Aqidah Akhlak diharapkan akan dapat membantu dalam membentuk Kecerdasan Emosional yang baik dan berbudi luhur.
2
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan ,(Bandung:Rosda Karya, 2004), hlm. 97. 3 Ibid., hlm. 80. 4 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Pustaka Pelajar Offset:Yogyakarta, 2001), hlm. 155.
3
Keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran Aqidah akhlak dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa. Dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai, di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa juga ada faktor lain seperti hasil belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, faktor sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.5 Fonomena yang terjadi di MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara menunjukan bahwa sebagian siswa kurang dapat mengendalikan diri ketika mereka bergaul dengan teman, kurang dapat dipercaya ketika diberi amanat, kurang dapat berempati dan bersosialisasi dengan teman sebaya. Hal tersebut dikarenakan mereka kurang mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh guru Aqidah Akhlak, dalam hal ini peran guru Aqidah Akhlak sangat dibutuhkan dalam memberikan bimbingan dan arahan pada siswa. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015”.
5
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algesindo Offset, 1989), hlm. 39.
4
B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul di atas, maka perlu kiranya penulis memberikan batasan arti operasional terhadap istilahistilah yang terdapat kalimat judul, yaitu : 1. Peran Guru Aqidah Akhlak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata peran berarti tindakan yang dimainkan seseorang. 6 Jadi yang dimaksud peran disini adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh orang /lembaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing,
mengarahkan,,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah 7 Jadi peran guru adalah semua orang yang memberikan suatu ilmu/kepandaian tertentu kepada seseorang/kelompok orang. 2. Kecerdasan Emosional Kecerdasan Emosional berasal dari kata emosi artinya adalah tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubahan-perubahan dalam tubuh, misalnya otot menegang dan jantung berdebar. 8 Emosi itu adalah
6
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm. 854. 7
Anonim, UU No 20 Th 2003 tentang Sisdiknas dan UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Trasmedia Pustaka, 2007) hlm. 60. 8
Sugihartono, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta:UNY Press, 2007), hlm. 20.
5
merupakan akibat atau hasil persepsi dari keadaan jasmani, orang sedih karena menangis, orang takut karena gemetar dan sebagainya.9 sedangkan SQ
(kecerdasan
spiritual)
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
mendengarkan hai nuraninya / bisikan kebenaran yang meng-Illahi dalam cara mengambil keputusan/melakukan pilihan-pilihan berempati dan beradaptasi.10 Jadi tegasnya yang dimaksud dengan Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 yaitu suatu penelitian yang mengkaji dan mempelajari secara sistematis pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak sehingga dapat meningkatkan Kecerdasan Emosional siswa Kelas VA MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara tahun pelajaran 2014/2015. Dengan demikian siswa
memiliki Kecerdasan
Emosional yang tinggi dan budi pekerti luhur yang direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. C. Rumusan Masalah Berdasarkan judul di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
9
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta:Ando Ofset, 2004), hlm. 2013. Tasmara, Toto, Kecerdasan Ruhaniah Transedental Intelligence, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 47. 10
6
1. Bagaimana Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ?. 2. Apasaja Hambatan yang Dihadapi dan solusi pemecahannya dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Spiritual Anak Didik di Kelas VA MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015?. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Untuk mengetahui Hambatan yang Dihadapi dan solusi pemecahannya dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Spiritual Anak Didik di Kelas VA MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini memiliki manfaat bagi ilmu pengetahuan, yaitu :
7
a. Memberikan sumbangan pengetahuan dan literatur dalam bidang ilmu pendidikan terkait dengan studi analisis. b. Dapat dipakai sebagai bahan acuan untuk dasar pengembangan penelitian berikutnya, yang terkait dengan penelitian ini. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru Dengan dilaksanakannya penelitian ini dapat meningkatkan kesadaran guru agar siap dalam kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak sehingga dapat memahami tentang psikologi siswa terutama dalam hal Kecerdasan Emosional anak. b. Bagi siswa Meningkatkan partisipasi dan aktifitas serta memotivasi siswa dalam pembelajaran
PAI
sehingga
dengan
pembelajaran
ini
dapat
meningkatkan Kecerdasan Emosional anak. c. Bagi peneliti yang bersangkutan Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan agama khususnya tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional
siswa. Disamping itu
menambah pengetahuan penulis dalam bidang pendidikan dan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh di bangku kuliah.
8
F. Kajian Pustaka Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menjelaskan tentang “Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015”. Sebagai bahan acuan dan perbandingan, peneliti telah menemukan skripsi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, yaitu sebagai berikut : Pertama, Skripsi Muhammad Nafis (227182) yang berjudul “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Spiritual (ESQ) Anak Didik di SMPN 1 Kedung kabupaten Jepara”, Tema dalam penelitian ini terfokus pada upaya guru dalam meningkatkan kecerdasan emosional spiritual anak anak. Hasil yang dicapai pada skripsi ini adalah upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kecerdasan emosional, yaitu dengan cara pembinaan kesadaran diri, pembinaan pengaturan diri, pembinaan kecakapan motivasi, pembinaan berempati dan pembinaan interaksi soaial.11 Kedua, Skripsi saudara Rokhatul Usriyah (229114) yang berjudul “Pengaruh Peranan Guru PAI Terhadap Pembentukan Kecerdasan Emosional Siswa di SMAN I Welahan Jepara.” Skripsi tersebut terfokus pada pembahasan peranan guru PAI, pembentukan kecerdasan Emosional dan sejauhmana pengaruh peran guru PAI terhadap pembentukan kecerdasan Emosional. Hasil yang dicapai pada skripsi ini adalah ada pengaruh yang
11
Muhammad Nafis, Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Spiritual (ESQ) Anak Didik di SMPN 1 Kedung kabupaten Jepara. Skripsi Jepara : Fakultas Tarbiyah, INISNU Jepara 2012, h. 61
9
signifikan antara peran guru PAI terhadap kecerdasan Emosional siswa, terbukti melalui uji hipotesis menunjukkan adanya signifikansi, baik 5% maupun 1%. Taraf signifikan 1% diperoleh 0,463, sedangkan para taraf signifikansi 5% sebesar 0,331. Ternyata ro = 0,770 > rt.12 Ketiga, Skripsi Mukarromah (229103) yang berjudul “Model Pembelajaran Humanistik Pada Mata Pelajaran PAI Untuk Bimbingan Kecerdasan Emosional (Studi Kasus di Kelas X MA Matholi’ul Huda Troso Pecangaan Jepara), Tema dalam penelitian ini terfokus pada model pembelajaran humanistik pada mata pelajaran PAI dan bimbingan kecerdasan Emosional siswa. Hasil yang dicapai pada skripsi ini adalah Pelaksanaan Model pembelajaran Humanistik pada Mata Pelajaran PAI di Kelas X MA. Matholi’ul Huda Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi, guru membagi siswa dalam kelompok kecil, Memberikan Bimbingan Mental, Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata, guru memberikan penilaian, dan guru memberikan reward. Kondisi emosional siswa Kelas X MA. Matholi’ul Huda Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah kurang mempunyai sikap sadar diri, kurang mampu mengatur diri, kurang mampu menerima motivasi, kurang mampu berempati dan kurang mampu bersosialisasi. Hambatan dan solusi pemecahan masalah yang dihadapi dalam
12
Rokhatul Usriyah. Pengaruh Peranan Guru PAI Terhadap Pembentukan Kecerdasan Emosional Siswa di SMAN I Welahan Jepara, Skripsi Jepara:Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara 2012, hlm. 65 .
10
pelaksanaan Model pembelajaran Humanistik pada Mata Pelajaran PAI di Kelas X MA. Matholi’ul Huda Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah kurangnya respon siswa, rendahnya intlektual siswa, kurangnya interaksi antara guru dan siswa, rendahnya kemampuan berpikir siswa, kurangnya keterbukaan antara guru dan siswa, rendahnya daya serap siswa dan kurangnya sarana prasarana.13 Ketiga skripsi tersebut membahas lebih jauh tentang Kecerdasan Emosional
Siswa. Dengan adanya buku tersebut, penulis mendapatkan
tambahan landasan teori tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional
Anak Didik di Kelas VA MI
Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 sehingga peneliti cukup mengambil teori untuk menyusun skripsi ini. G. Metodologi Penelitian Metode merupakan suatu hal yang sangat penting demi tercapainya suatu tujuan penelitian. Karena metode mempelajari dan membahas tentang cara -cara yang ditempuh dengan setepat-tepatnya dan sebaik-baiknya. Untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.14 Dalam metode penelitian yang penulis gunakan dengan cara-cara yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
13
Mukarromah, Model Pembelajaran Humanistik Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Bimbingan Kecerdasan Emosional Studi Kasus di Kelas X MA Matholi’ul Huda Troso Pecangaan Jepara. Skripsi Jepara : Fakultas Tarbiyah, UNISNU Jepara 2014, hlm. 61. 14 Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta : LP3ES,1986), hlm. 68.
11
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), yang pada hakekatnya untuk mempelajarisecara intensif tentang tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan.15 Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang pada hakekatnya data hasil peneltian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan16. Penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.17 Dalam hal ini yang akan diamati adalah Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional siswa. Penggunaan metode kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa permasalahan yang akan dipecahkan lebih tepatnya bila menggunakan metode kualitatif karena dengan metode kualitatif lebih sensitif (aktif-reaktif dan dapat diadaptasikan) dengan mempertimbangkan saling berpindahnya pengaruh dan pola nilai yang mungkin harus dihadapi dalam penelitian. Di samping itu data yang didapat lebih lengkap, lebih mendalam dan lebih dapat dipercaya. Melalui penggunaan metode kualitatif seluruh kejadian dalam suatu konteks sosial dapat ditemukan
15
hlm. 22.
16
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian,( Jakarta : PT. Radja Grafindo Persada, 1988),
Sugiyono, Metode Peneltian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung:Alfa Beta, 2006), hlm. 14. 17 Ibid, hlm. 15.
12
serta data yang bersifat perasaan, norma, nilai, keyakinan, kebiasaan, sikap, mental dan budaya yang dianut seseorang maupun sekelompok orang dapat diketemukan.18 Dengan demikian Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat terungkap secara jelas dan mendalam. Dalam penelitian ini penulis menggunakan expost facto, yaitu data dikumpulkan sesudah kejadian.19 2. Fokus Penelitian Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas bahwa peneltian ini adalah penelitian Deskriptif, maka peneltian ini memfokuskan pada Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional
Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. 3. Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh penelti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya. 20 Data primer diperoleh dari penelitian lapangan (field reseach) melalui prosedur dan teknik pengambilan data melalui wawancara (interview), observasi, dan dokumentasi.
18
Sugiyono, Op. Cit., hlm. 18. Ibid, hlm. 16. 20 Sumadi Suryabrata, Op. Cit., hlm. 85. 19
13
b. Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber informasi yang didapat diperpustakaan dan jasa informasi yang tersedia .21 Sumber sekunder merupakan sumber penunjang yang dibutuhkan untuk memperkaya data atau menganalisa data dan atau menganalisa permasalahan yaitu pustaka yang berkaitan dengan pembahasan dan dasar teoritis.22 Data kepustakaan tersebut meliputi buku-buku maupun arsip dan literatur yang berkaitan dengan tujuan penelitian, misalnya: “Drs. H. Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Pustaka Pelajar Offset:Yogyakarta, 2001). Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata,
Landasan
Psikologi
Proses
Pendidikan ,(Bandung:Rosda Karya, 2004) Sugihartono, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta:UNY Press., 2007), dan buku-buku lain yang dipandang representatif dan ada relevansinya. 4. Subyek Penelitian Untuk menentukan subyek penelitian ditentukan kesesuaian antara kebutuhan sumber informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian. Yaitu jaringan informan utama (key informan) yang diwawancarai yaitu kepala sekolah dan guru serta jaringan informan pendukung lainya. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah sebagai berikut : a. Kepala sekolah MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015.
21
Masri Singarimbun, Op. Cit., hlm. 70. Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, Jilid 1, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit fakultas Psikologi UGM, 1989), hlm. 10. 22
14
b. Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. c. Siswa Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang dipertanggungjawabkan di dalam penelitian ini penulis menggunakan data atau keterangan tata cara mengadakan penelitian lapangan. Penelitian ini digunakan untuk mencari data dan mengumpulkan data lapangan, yang dimaksud di sini adalah lokasi tempat penelitian yaitu di MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara. Untuk mengetahui beberapa jenis data dan teknik pengumpulan data yaitu dengan metode-metode sebagai berikut: a. Observasi Yaitu memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Didalam pengertian psikologik, observasi disebut juga pengamatan.23 Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional
Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun yang observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif, dimana peneliti terlibat langsung dalam 23
Ibid., hlm. 133.
15
objek penelitian. 24 Artinya peneliti termasuk guru yang mengajar di MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara. b. Wawancara/ Interview Yaitu alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pernyataan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. 25 Sutrisno Hadi mendefinisikan interview adalah suatu proses Tanya jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri suranya.26 Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara berstruktur dan wawancara tak berstruktur. Wawancara berstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, dengan tujuan mencari jawaban terhadap hipotesis kerja. 27 sedangkan wawancara tak berstruktur yaitu wawancara yang pertanyaannya biasanya tidak disusun terlebih dahulu, malah disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari respondennya.28 Metode ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
24
Sugiyono, Op. Cit., hlm. 204. Amirul Hadi, Metodologi Peneltian Pendidikan, (Bandung:Pustaka Setia, 1998), hlm. 135. 26 Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta:Andi Offset, 1990), hlm. 192. 27 Lexy J. Moleong, Metodologi Peneltian Kualititaif,(Bandung:Remaja Rosda Karya, 2005), hlm.190. 28 Ibid, hlm. 191. 25
16
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam, berkaitan dengan mendeskriptifkan tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. 6. Teknik Keabsahan Data Data yang berasal dari observasi, dokumentasi dan wawancara kemudian diDeskriptifkan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan. Dalam analisis ini peneliti mendeskriptifkan tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Dalam
pengumpulan
data
peneliti
menggunakan
teknik
triangulasi, yang diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber yang ada.29
29
Sugiyono, Op. Cit., hlm. 330.
17
Untuk menguji kredibilitas data (derajat kepercayaan) dalam teknik triangulasi hal itu dapat dicapai dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Membandingkan hasil pengamatan (observasi) dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. c. Membandingkan apa-apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi peneltian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan. e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.30 7.
Teknik Analisis Data Setelah data-data terkumpul, selanjutnya disusun secara sistematis dan dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan model interaktif “Miles and Huberman” dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut: a. Data Reduction (Reduksi Data) data yaitu merangkum, memilih halhal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
30
Lexy J. Moleong , Op. Cit., hlm. 331.
18
tema dan polaya dan membuang yang tidak perlu. 31 Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah dalam melakukan pengumpulan data pada tema penelitian Studi Deskriptif Tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosional
Anak
Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. b.
Data Display (Penyajian data) yaitu penyajian data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowcart dan sebagainya sehingga mudah memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.32 Dengan demikian data yang disajikan yaitu data tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat dipahami dengan mudah.
c. Conclusion Drawing/Vervication Yaitu
melakukan
interpretasi
data
dan
melakukan
penyempurnaan dengan mencari data baru yang diperlukan guna pengambilan kesimpulan. Dalam menyimpulkan data digunakan cara berpikir deduktif (data yang bersifat umum ke khusus) dan induktif
31
Ibid, hlm. 338. Ibid, hlm. 341.
32
19
(berdasar data yang khusus ke umum).33 Untuk
lebih
jelasnya
tentang
model
analisa
interaktif,
digambarkan sebagai berikut : Gambar 1.1 Model Analisa Interaktif “Miles and Huberman” 34 Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
KesimpulanKesimpulan Penarikan/Veri fikasi
G. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan dalam memahami isi maka penulis membagi sistematika penulisan skripsi sebagai berikut : 1. Bagian Muka Terdiri dari: Pada bagian ini akan dimuat halaman, di antaranya ; halaman judul, abstrak penelitian, halaman persembahan, halaman motto, halaman pengesahan, halaman nota pembimbing, kata pengantar,daftar isi dan daftar tabel. halaman lampiran-lampiran.
33 34
Ibid, hlm. 345. Ibid, hlm. 338.
20
2. Bagian isi. Terdiri dari beberapa bab: Bab I Pendahuluan, yang berisi tentang Latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan peneltian, manfaat penelitian metode penelitian dan sistematika penelitian. Bab II Landasan Teori, berisi tentang Guru, yang meliputi Pengertian Guru, Bentuk Kompetensi Guru, Peran Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Etika Guru Dalam Kelas dan Guru Sebagai Tenaga Profesional. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak yang meliputi pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak, tujuan dan fungsi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dan ruang lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak. Kecerdasan Emosional yang meliputi Pengertian Kecerdasan Emosional , Fungsi Kecerdasan Emosional Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional, Macam-Macam Kecerdasan
Emosional
dan Pembentukan Kecerdasan Emosional
Merujuk Wilayah Utama Kecerdasan Emosional Daniel Goleman. Bab III Kajian Objek Penelitian, berisi tentang pertama, Data Umum Tentang MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara, Kedua, Data
Khusus
Tentang
Peran
Guru
Aqidah
Akhlak
Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015, yang meliputi Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Hambatan yang Dihadapi dan solusi pemecahannya dalam Mengembangkan Kecerdasan
21
Emosional Spiritual Anak Didik di Kelas VA MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Bab IV Analisis Hasil Penelitian, berisi tentang Analisis tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015, Analisis Tentang Hambatan
yang
Dihadapi
dan
solusi
pemecahannya
dalam
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Spiritual Anak Didik di Kelas VA MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan, saran dan kata penutup. 3. Bagian Akhir Terdiri dari: Daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan penulis dan lampiran-lampiran.
22
BAB II LANDASAN TEORI A. Guru Aqidah Akhlak 1. Pengertian Guru Aqidah Akhlak Pengertian guru, banyak pakar pendidikan berpendapat tentang istilah guru sebagaimana berikut ini : a. Abdul Rachman Shaleh Guru adalah pelaksanaan tugas profesionalisme dan jabatan tersebut melekat pada orangnya, sehingga didalam masyarakat seorang guru dan seorang guru agama dimanapun selalu diberi panggilan Pak Guru Agama atau Pak Ustadz.1 b. Dr. H. Husni Rahim Guru adalah orang yang telah menunaikan tugasnya dengan baik atau dengan kata lain guru dapat bertindak sebagai tenaga pengajar yang efektif.2 c. Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Menurut Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Bab XI Pasal 39 ayat 2, pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses
pembelajaran,
menilai
hasil
pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan 1
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta : Gemawindu Pancaperkasa, 2000), hlm.99. 2 DEPAG RI, Metodologi Pendiidkan Agama Islam ,(Jakarta, Dirjen P&K, 2001), hlm.2.
22
23
pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.3 d. Sardiman. AM Guru adalah tenaga profesional dalam bidang kependidikan, di samping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Tugas guru agama Islam secara umum meliputi empat hal, yaitu; tugas profesi, tugas keagamaan, tugas kemanusiaan dan tugas kemasyarakatan.4 Aqidah Akhlak adalah salah satu mata pelajaran beratkan
pada
yang menitik
internalisasi Iman, Islam dan Ihsan dalam dalam
pribadi Manusia yang berilmu dan pengetahuan luas.5 Jadi yang dimaksud guru Aqidah Akhlak adalah orang yang melakukan tugas pengajaran kepada siswa yang mengajarkan internalisasi Iman, Islam dan Ihsan dalam dalam pribadi Manusia yang berilmu dan pengetahuan luas. Kreativitas
guru
dalam
mengajar
sangat
dibutuhkan
dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik. Dengan kreativitas yang tinggi, guru dapat memfasilitasi dirinya dengan seperangkat pengalaman, ketrampilan, dan pengetahuan tentang keguruan, selain harus menguasi substansi keilmuan yang ditekuninya. Banyaknya guru yang
3
hlm. 27.
4
UU Sisdiknas, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007),
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta :PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 161. 5 Muzayin Arifin, Kapita Selekta Ilmu Pendidikan islam, (Jakarta :PT,Bumi Aksara,2003), hlm.6.
24
mengajar masih terkesan hanya memerlukan strategi, kiat dan berbagai metode tertentu dalam mengajar. Guru selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan mutu layanannya. Hal ini dikarenakan banyaknya guru yang tidak memiliki kompetensi keguruan yang sesuai, seperti pengajar yang hanya berijazah MTs, MA atau hanya pesantren. Dari pendapat para pakar pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru Aqidah Akhlak adalah orang yang bertugas sebagai pengajar dalam pendidikan dengan melakukan bimbingan dan pengarahan kepada anak didik sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang lebih baik dan dapat mengamalkan ajaran-ajaran agama. 2. Prinsip Profesionalisme Guru Sifat
keahlian
itu berbeda
dari keahlian
dalam jabatan
lain
sehingga memberikan ciri khusus yang memungkinkan para pemangku / pejabatnya bersatu sebagai suatu kelompok didalam masyarakat. Dengan demikian jelaslah sudah bahwa keprofesionalan guru dalam proses belajar mengajar ini sangat penting sekali terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Undang-undang RI No 14 tahun 2005 bab III pasal 7 Tentang prinsip profesionalitas, dijelaskan bahwa seorang guru yang professional memiliki ciri-cri sebagai berikut :
25
a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme; b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan ketakwaan dan akhlak mulia; c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. 6 Sebagai guru terutama Guru Aqidah Akhlak, guru
hendaknya
mengenal satu persatu murid yang diajarnya, karena hal ini berhubungan dengan tingkat, bakat, minat, kepribadian dan potensi yang dimiliki siswa yang satu sama lain berbeda tingkatannya. Dengan demikian guru Aqidah Akhlak harus lebih akrab dan mengetahui moralitas dan psikologis siswa. Sebagaimana diketahui bahwa tugas guru adalah menyampaikan pelajaran dan berusaha bagaimana pelajaran itu dapat diterima dengan baik oleh anak didik, maka guru harus mengenal dan mengetahui sifat, sikap dan watak anak didik mereka. Guru harus mengenal setiap murid yang dipercayakan kepadanya, bukan mengenal sifat-sifat dan kebutuhan murid-murid itu secara umum sebagai sebuah kategori, bukan saja mengetahui jenis minat dan kemampuan yang
6
dimiliki
oleh murid-muridnya. Bukan hanya
mengenal cara-cara
Undang-undang RI No 14 tahun 2005, (Semarang: Duta Nusindo, 2005), hlm. 6.
26
manusia pada umumnya belajar, tetapi juga mengenal secara khusus sifat, kebutuhan, minat, pribadi serta aspirasi setiap murid. Dalam kaitannya dengan usaha guru untuk membina hubungan yang baik dengan anak didik, disamping pengetahuan dan kecekatan guru, pribadi guru memegang peranan penting dalam menentukan hubungannya dengan murid. Tidak sedikit guru yang tidak disenangi muridnya hanya karena kekurangan serta kelemahan dalam pribadinya. Agar tercipta hubungan yang baik antara guru dan murid selama proses belajar mengajar, guru hendaknya selalu meningkatkan minat
dan
motivasi anak dalam belajar yang akhirnya dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dapat berhasil dengan baik sementara murid dalam belajar untuk mendapatkan prestasi yang baik dan memuaskan. Dalam mendidik anak-anak, para guru hendaknya dapat menimbulkan atau memberikan teladan yang baik terhadap murid-muridnya, yaitu hidup saling tolong menolong, tenggang rasa, hormat menghormati saling berkerja sama dan sebagainya, sehingga apa yang dilihat oleh murid menjadikan contoh atau tauladan untuk berperilaku sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh para gurunya dalam kehidupan sehari-hari. Bagi para guru yang tidak
memiliki sikap tersebut tidaklah layak
jika disebut sebagai
seorang guru. Sebab hal ini akan berakibat negatif apabila perilaku yang buruk itu dicontoh oleh muridnya.
27
Guru yang baik adalah guru yang mengajarkan kepada anak didik kepada amar ma’ruf nahi mungkar, yakni mengajak melakukan hal yang baik dan mengajak melarang / mencegah melakukan yang mungkar. Seperti melatih anak menolong orang yang membutuhkan pertolongan, bersodaqoh dan mengajak membiasakan beramal saleh sehingga menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dari amal perbuatannya sehari-hari. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang tertera dalam ayat- ayat suci Al Qur’an maupun dalam al Hadits. Allah SWT berfirman dalam Surat Ali Imran ayat l04 yang berbunyi :
( ١٠ ۶:)ال ﻋﻣران Artinya : “Dan hendaklah diantara kamu ada umat yang menyeru kepada kebaikan,menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S. Ali Imran : l04)7
Rasulullah SAW memerintahkan kepada para pendidik agar selalu mengajarkan kepada anak didiknya untuk cinta
kepada
Nabi mereka,
mencintai keluarganya, para sahabatnya dan cinta untuk selalu membaca Al Qur’an, sebagaimana
Hadits
Nabi
yang diriwayatkan oleh Imam
Ad
Dailamy dari Sahabat Ali r.a :
7
Mujamma’ Al Mali Fahd, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Saudi Arabiyyah:Madinah Munawwaroh1415H), hlm. l93.
28
َْﻞ ﺑـَْﻴﺘِ ِﻪ َوﻗِﺮَاء ِ ُﺐَ أﻫ ُﺐ ﻧـَﺒﱢـﻴّﻜ ْﻢ َوﺣ ﱢ َﺎل ﺣ ﱡ ٍ َث ِﺣﺼ ِ َ◌أ ﱢدﺑـُﻮْا أ َْوﻻَ َد ُﻛ ْﻢ َﻋﻠَﻲ ﺛﻼ (ِ◌ )رواﻩ اﻟﺪﻳﻠﻤﻲ ِ ةِ اْﻟﻘُْﺮأَن
Artinya : “Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara : Cinta kepada Nabi kamu, cinta kepada ahli baitnya dan membaca Al Qur’an”(H.R. Ad Dailamy).8 Dengan demikian jelaslah sudah bahwa keprofesionalan guru dalam proses belajar mengajar ini sangat penting sekali terutama dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Oleh karena guru adalah pendidik
profesional, maka secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orangtua. Di dalam kaitannya pendidikan PAI, guru PAI hendaknya selalu
menjelaskan
dan menceritakan
kisah-kisah atau perbuatan-
perbuatan Nabi yang bersifat akhlak, aqidah, syari’ah dan ubudiyyah kepada anak didik agar anak didik dapat meniru prilaku Nabi yang menjadi sumber hukum Islam kedua tersebut. Menurut Undang-undang RI No 20 tahun 2003 Pasal 39 Tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dijelaskan bahwa seorang guru yang professional memiliki ciri-cri sebagai berikut : a. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. b. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian 8
Sayyid Ahmad Al Hasyimy, Mukhtaar Ahaadits An-Nabawiyah Al-Muhammadiyyah wal Hikam, (Semarang: CV Thoha Putra, t.thlm)., hlm. 7-8.
29
dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.9 3. Kompetensi Guru Pekerjaan
jabatan
guru adalah luas, yaitu
untuk membina
seluruh kemampuan –kemampuan dan sikap – sikap
yang baik dari
murid sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini berarti bahwa perkembangan sikap dan kepribadian tidak terbatas pelakasanaannya melalui pembinaan didalam kelas saja. Dengan kata lain tugas atau fungsi guru dalam membina murid tidak terbatas pada interaksi belajar mengajar saja. Guru
akan
menunaikan
tugasnya
dengan baik
atau dapat
bertindak sebagai tenaga pengajar yang efektif, jika padanya terdapat berbagai kompetensi keguruan dan melaksanakan fungsinya sebagai guru. Guru yang baik adalah guru yang akan menunaikan tugasnya dengan baik atau tetap harus berusaha untuk menjadi seorang bapak yang baik dari anak didiknya, yaitu berkepribadian baik dan menjadi tumpuhan dan tempat identifikasi bagi siswanya.10 Pada
mulanya
kompetensi ini
diperoleh
dari “Pre-service
Training” yang kemudian dikembangkan dalam pekerjaan profesional guru dan dibina melalui “In service Training”. Pada
9 10
dasarnya guru
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, hlm.13. Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 96.
30
harus memiliki tiga bentuk kompetensi, yaitu ; “kompetensi kepribadian, kompetensi profesional bahan, dan kompetensi sosial”11 Kompetensi kepribadian ini meliputi ; peka terhadap perubahan dan pembaharuan, berpikir alternatif, kemantapan integrasi pribadi, adil, jujur dan objektif, disiplin dalam menjalankan tugas, berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya, simpatik, menarik, luwes, bijaksana dan sederhana dalam bertindak, bersifat terbuka, kreatif, dan berwibawa. Kompetensi professional meliputi ; kemampuan menguasai bahan atau materi bidang-studi, mampu mengelola program belajar mengajar, mampu mengelola kelas, mampu menilai prestasi belajar mengajar, mampu menggunakan sumber atau media pembelajaran, menguasai metode berpikir, memiliki wawasan penelitian kependidikan, mampu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pembelajaran, mampu menggunakan waktu secara tepat dan cepat. Kompetensi sosial meliputi ; terampil berkomunikasi dengan siswa, bersikap simpatik, dapat bekerja sama dengan komite (masyarakat), dan pandai bergaul dengan kawan dan mitra pendidikan. Kompetensi guru secara umum terdiri atas empat kompetensi, antara lain:
11
Ibid, hlm. 92.
31
a. Kompetensi Kepribadian Faktor
penting
bagi
guru
adalah
kepribadiannya,
kepribadiannya itu yang akan menentukan apakah ia akan menjadi pembimbing dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak, penghancur bagi anak didiknya terutama bagi siswa yang masih sangat muda (SD/MI) dan mereka yang sedang mengalami masa goncang remaja. Sebab mereka belum mampu membedakan nilai, mereka baru dapat melihat pendukung nilai. b. Kompetensi Profesional Masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan konsekwensi jabatan terhadap
tugas dan tanggungjawabnya.
Seorang guru Pendidikan Guru Aqidah Akhlak sebagai guru yang mempunyai profesionalitas di bidangnya, artinya menguasai betul seluk beluk pendidikan PAI. c. Kompetensi Pedagogik Kompetensi dalam cara-cara
mengajar atau keterampilan
mengajar sesuatu bahan pengajaran sangat
diperlukan
guru.
Khususnya dalam : “Menyusun program pengajaran, Melaksanakan program pengajaran, dan Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan”12
12
Muhlm. Uzer Usman., Op.Cit., hlm. l2 – 13.
32
d. Kompetensi Sosial Seorang guru tidak hanya bertanggungjawab di dalam kelas, tetapi juga harus mewarnai perkembangan anak didik di luar kelas. Guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu tetapi juga anggota masyarakat yang harus ikut aktif dalam berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa. Kompetensi sosial meliputi ; kemampuan bersosialisasi dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat, menjaga hubungan
agar
tetap
berlangsung
dalam
suasana
kondusif,
kemampuan berkomunikasi, dan pandai bergaul dengan kawan dan mitra pendidikan. 13 Dalam kehidupan sosial guru juga merupakan figur sentral yang
menjadi
ukuran
keteladanannya. Hal ini
bagi
masyarakat
menuntut
untuk
mengambil
guru untuk berperan secara
proporsional dalam masyarakat. 4. Fungsi Kompetensi Guru Sebagai makhluk yang sempurna dimana manusia diciptakan oleh Allah lengkap dengan akal fikiran yang merupakan pembeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Manusia dipercaya untuk menjabat sebagai khalifah di muka bumi agar menjadi pemimpin yang adil. Dan semuanya 13
Makalah Rosyid, Kompetensi Kepribadian Sosial, diunggah hari Kamis tanggal 12 Juni 2011 jam 11.30 WIB http://www.rosyid.info/2009/10/kompetensi-kepribadian-sosial-dan.html
33
itu diperoleh dengan cara mencari ilmu atau belajar. Dan sebaliknya manusia merupakan makhluk yang sangat hina dan nista,
bila manusia
tersebut tidak mampu membedakan suatu perkara mana yang haq dan mana yang batil sehingga ia merupakan makhluk yang sangat rendah bahkan lebih rendah dari makhluk lainnya karena ia tidak berguna dan malah menjadi tanggungan dan gangguan bagi makhluk lainnya. Hal ini disebabkan karena ia tidak mampu menggunakan akal fikirannya dengan baik dan tidak mau belajar. Oleh sebab itu dalam ajaran Islam belajar diperintahkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya surat Al Alaq ayat 1-5:
Artinya
( ١-۵ :)اﻟﻌﻠق
:“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan,Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah yang telah mengajar manusia dengan perantaraan kalam, Dia telah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Qur’an Surat Al ‘Alaq : l-5).14
Bagi setiap orang yang akan mempelajari suatu permasalahan sangatlah perlu untuk mengetahui terlebih dahulu batas-batas ilmu yang akan dipelajari. Karena tanpa mengetahui batasannya dapat menimbulkan kerancuan terhadap ilmu yang sedang dipelajarinya. Guru
yang secara
luas juga
berfungsi
sebagai pendidik,
merupakan salah satu faktor dominan dalam proses belajar mengajar. 14
Soenarjo SH,dkk, Op.Cit., hlm. l079.
34
Begitu pentingnya sehingga iman Syafi’i menggambarkannya dalam syair yang artinya sebagai berikut : “Bangun dan hormatilah guru kalian dengan segala penghormatan, (karena) guru hampir sama dengan utusan Tuhan”15. Guru sebagai
“many
things”
dan
“many
persons”
digambarkannya dengan l4 fungsi guru sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n.
“A teacher is a guide (guru sebagai Pemandu) A teacher is a teacher (guru adalah Pengajar) A teacher is Mordernizer (guru adalah Pelopor / modernisasi) A teacher is an Example (guru adalah Contoh atau tauladan) A teacher is a searcher (guru adalah Pencari; ilmu kebenaran) A teacher is a Conselor (guru adalah Penasehat) A teacher is a Creator (guru adalah Pencipta) A teacher is an authority (guru adalah Seorang ahli) A teacher is an Inspirer of vision (guru adalah pembangkit inspirasi cita ideal Pengajar) A teacher is Doer of routine (guru adalah Pelaksana tugas rutin) A teacher is a Breaker of Camp (guru adalah Pencetus ide-ide baru) A teacher is a stiryteller and an actor (guru adalah ahli cerita dan aktor) A teacher is a Facer of Reality (guru adalah seorang yang bisa menghadapi kenyataan) A teacher is an Evaluator (guru adalah seorang penilai hasil pendidikan)”16 Pekerjaan jabatan guru PAI adalah luas, yaitu untuk membina
seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini berarti bahwa perkembangan sikap dan kepribadian tidak terbatas pelakasanaannya melalui pembinaan didalam kelas saja. Dengan kata lain tugas atau fungsi guru dalam membina murid tidak terbatas pada interaksi belajar mengajar saja. 15 16
Chabib Thoha MA., PBM PAI, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, l99l ), hlm. 25. Ibid., hlm. 25 - 26.
35
Mengingat lingkup pekerjaan guru seperti yang dilukiskan di atas, maka tugas atau fungsi guru itu meliputi, pertama, tugas pengajaran atau tugas guru sebagai pengajar, kedua, tugas bimbingan dan penyuluhan atau guru sebagai pebimbing dan pemberi bimbingan, dan ketiga, tugas administrasi atau guru sebagai pemimpin (manager kelas). Ketiga tugas itu dilaksanakan secara seimbang dan serasi. Tidak boleh ada satupun yang terabaikan karena semuanya fungsional dan saling kait berkaitan dalam menuju keberhasilan pendidikan sebagai suatu keseluruhan yang tidak terpisahkan. Jadi fungsi Guru Aqidah Akhlak adalah sebagai pengajar PAI / pengajar PAI, sebagai pembimbing dan pemberi
bimbingan
PAI dan
sebagai administrator dan sebagai pemimpin dalam mengelola kegiatan belajar mengajar Pendidikan PAI di dalam kelas. B. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pengaturan diri adalah pengelolaan impuls dan perasaan yang menekan bergantung pada keselarasan kerja pusat emosi dan pusat ekskusi otak di lobus prefrontal.17 Pengaturan diri juga merupakan kemampuan menangani emosi kita sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum
17
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, (Gramedia, Jakarta, 2000), hlm. 130.
36
tercapainya suatu sasaran, mampu segera pulih kembali dari tekanan emosi.18 Kecerdasan Emosional menekankan pada kemampuan mengontrol diri dari hambatan-hambatan emosional yang negatif. Hambatan emosional negatif merupakan sisi kejiwaan manusia yang mempunyai kecenderungan memiliki reaksi tidak baik terhadap sesuatu hal. Hambatan emosional negatif ini terlihat dari perilaku temperamen, khianat, ceroboh, kolot atau kaku, minder dan pesimis. Maka fokus Self Regulation adalah mengetahui secara tepat sebab munculnya emosi tertentu, mengelolanya secara akurat dan bijak agar tetap dapat berfikir jernih dan berfokus. Dalam bukunya, Ari Ginanjar menjelaskan tentang pengertian kecerdasan emosional (EQ) yang mengutip pendapat Robert K. Cooper Phd. yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi “hati mengaktifkan nilainilai kita yang paling dalam mengubahnya dari sesuatu yang kita pikirkan menjadi sesuatu yang kita jalani.19 Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian pengaturan diri ialah kemampuan mengontrol diri dan menangani emosi sedemikian rupa, serta mampu mengelola impuls dan perasaan yang menekan dari hambatan-hambatan emosional yang negatif, sehingga berdampak terhadap pelaksanaan tugas.
18
155.
19
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2001), hlm. 154-
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual(ESQ), (Jakarta:Arga Wijaya Persada, 2001), hlm. 25.
37
2. Ciri-Ciri Kecakapan Kecerdasan Emosional Sebagaimana Menurut Goleman, ada lima kecakapan pengaturan diri, yaitu; pengendalian diri, dapat dipercaya, kehati-hatian, adaptabilitas dan inovasi.20 a. Pengendalian diri Pengendalian diri yaitu menjaga agar emosi dan impuls yang merusak tetap terkendali. Pengendalian emosi oleh diri sendiri tidak hanya berarti meredam rasa tertekan atau menahan gejolak emosi, ini juga bisa berarti dengan sengaja menghayati suatu emosi termasuk yang tidak menyenangkan. Untuk mencapai pengendalian emosi dalam artian yang ilmiah, individu harus memberikan perhatian pada aspek fisik. Sekedar mengekspresikan emosi dalam bentuk yang dapat diterima secara sosial tidaklah cukup. Aspek mental dari emosi juga memerlukan bimbingan, kalau tidak keadaan emosi itu akan menyatu terus dan menyebabkan seseorang bereaksi emosional terhadap rangsangan yang muncul. Kemudian akibat atas kemauannya sendiri, orang itu tidak akan sanggup membangkitkan reaksi baru.21 b. Dapat dipercaya Dapat dipercaya yaitu menunjukkan kejujuran dan integritas serta sikap bertanggung jawab dalam mengelola diri sendiri.22 Sifat jujur merupakan tonggak akhlak yang mendasari bangunan pribadi 20
Daniel Goleman, Op. Cit., hlm. 130.
21
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid I, (Erlangga, : Jakarta, 1978), hlm. 231.
22
Daniel Goleman, Op. Cit., hlm. 142.
38
yang benar bagi anak-anak. Dan sifat pembohong merupakan kunci segala perbuatan jahat. Anak-anak harus dijaga agar jangan sampai melakukan kebohongan. Sifat jujur tidak dapat diperoleh melainkan hanya dengan cara keteladanan dan pembinaan terus menerus. c. Kehati-hatian Kehati-hatian yaitu dapat diandalkan dan bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban. Orang yang mempunyai kecakapan kehati-hatian mampu: 1) Memenuhi komitmen dan mematuhi janji Janji adalah ikrar yang mengandung suatu kewajiban dan tanggung jawab. Semua janji itu wajib ditepati dan disempurnakan dan berdosa kalau meninggalkannya. Memungkiri dan menyalahi janji hukumnya haram, kecuali ada alasan yang sah atau dapat dibenarkan oleh syari‘at. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 34:
(٣٤ : )اﻹﺳﺮا Artinya : “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya”. (Q.S. al-Isra’: 34)23. 2) Bertanggung jawab sendiri untuk memperjuangkan tujuan mereka. Setiap orang hendaknya bertanggung jawab terhadap tujuan yang diinginkan dan juga bertanggung jawab terhadap segala cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.
23
Mujamma’ Malik Fahd, Al Qur’an dan Terjemahnya, Assarif Madinah, ,hlm. 465
39
3) Teorganisasi dan cermat dalam kerja Kesungguhan hati, tepat waktu, cermat dalam bekerja, disiplin diri, dan teliti dalam memenuhi tanggung jawab merupakan pilar-pilar model masyarakat yang terorganisasi. Orang-orang yang ingin agar segala sesuatu berjalan dengan lancar. Mereka mematuhi aturan, siap membantu, dan peduli dengan para mitra kerja.24 d. Adaptabilitas Adaptabilitas yaitu keluwesan dalam menangani perubahan dan tantangan, orang dengan kecakapan ini mampu: 1) Terampil menangani beragamnya kebutuhan, bergesernya prioritas dan pesatnya perubahan. 2) Siap mengubah tanggapan dan taktik untuk menyesuaikan diri dengan keadaan. 3) Luwes dalam memandang situasi. e. Inovasi Inovasi yaitu terbuka terhadap gagasan dan pendekatan-pendekatan baru serta informasi terkini. Landasan emosi yang mendasari kerja seorang inovator adalah senang menikmati orisinalitas. Kreatifitas dalam pekerjaan berkisar seputar penerapan gagasan baru untuk meraih hasil yang dikehendaki. Orang yang mempunyai kelebihan ini dapat
dengan
cepat
mengidentifikasi
isu-isu
penting
dan
menyederhanakan masalah yang semula tampak sangat rumit yang
24
Daniel Goleman, Op. Cit., hlm. 149-150.
40
paling penting, mereka dapat menemukan hubungan dan pola-pola yang orisinal, yang terlewatkan oleh orang lain. 3. Macam-Macam Kecerdasan Emosional Sebagaimana yang dikatakan Zimmerman, perilaku-perilaku yang dinilai dan ditampilkan oleh individu saat melaksanakan tugas atau kegiatan memberi perubahan dalam self regulated learning macammacamnya, yaitu : a. Observasi diri (self observation) Observasi
diri
adalah
respon-respon
individu
berupa
pemanfaatana yang sistematis terhadap hasil kerjanya. Dengan mengobservasi kegiatan yang dilakukan individu akan mendapatkan informasi tentang kemajuan hasil kerja atau seberapa besar kemajuan yang telah dicapainya. Faktor proses- proses dalam diri individu seperti seberapa pentingnya tujuan yang ingin dicapainya, self efficacy dan proses-proses metakognitif terdapat dua cara untuk yang sering digunakan individu dalam melakukan observasi diri yaitu, dengan mencatat atau membuat laporan baik lisan maupun tertulis mengenai aksi dan reaksi individu dalam kegiatan belajar.25 b. Penilaian diri (self judgment) Respon-respon individu terhadap hasil kerjanya dengan cara membandingkan hasil kerjanya dengan tujuan yang ingin dicapai atau dengan standart tertentu. Penilaian diri terkait oleh faktor proses-proses 25
Irmayani, Makalah Macam-Macam Pengaturan Diri (Self Regulation) http:// Pengaturan Diri (Self Regulation).wordpress.com (diakses pada tanggal 22 September 2011)
41
dalam dirinya seperti seberapa pentingnya tujuan yang ingin dicapinya, self efficacy dan proses metakognitif, observasi diri dan pengetahuan tentang standar tertentu. Terdapat dua cara yang dapat dilakukan dalam penilaian diri yaitu, individu meneliti kembali dan membandingkan hasil yang ia peroleh dengan hasil yang diperoleh orang lain atau dengan standart tertentu.26 c. Reaksi diri (self reaction) Reaksi diri adalah respon-respon individu terhadap hasil yang dicapainya seperti observasi dan penilain diri, reaksi diri ini terkait dengan prosesperoses dalam diri individu seperti seberapa pentingnya tujuan yang ingin dicapainya, self efficacy dan proses metakognitif. Terdapat tiga jenis reaksi diri yaitu, reaksi perilaku (behavioral reaction), reaksi personal (reaction personal), dan reaksi lingkungan (emotional reaction). Reaksi perilaku dilakukan individu untuk mengoptimalkan respon-respon belajar, misalnya memuji dirinya mandiri saat hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Reaksi
diri
personal
digunakan
individu
untuk
meningkatkan proses-proses dama diri individu dalam belajar. Misalnya memberikan tanda-tanda pada materi yang penting untuk lebih mengingat, sedangkan reaksi diri lingkungan digunakan individu
26
Ibid.
42
untuk meningkatkan lingkungan belajar. misalnya, memilih tempat dan waktu belajar yang tenang.27 4. Indikator Pengembangan Kecerdasan Emosional Kecerdasan Emosional merupakan sebuah kemampuan seseorang didalam memahami perasana diri dan orang lain, mampu memotivasi diri, dan lain-lain. Kecerdasan Emosional ini berasal dari hasil belajar yang disalurkan pada kecerdasan emosi. Inti dari kecakapan ini adalah empati yang merupakan kemampuan membaca perasaan orang lain, dan kemampuan social yang berarti mampu mengelola perasaan orang lain dengan baik. Kecerdasan / kecerdasan emosi ini menentukan potensi seseorang untuk mempelajari ketrampilan-ketrampilan praktis yang didasrkan pada lima unsur yang dikenal dengan wilayah utama Kecerdasan Emosional, yaitu: a. Kesadaran diri (self awarness) Mengenali perasaan, kondisi diri, kesukaan, sumber daya dan intuitif, ini merupakan dasar Kecerdasan Emosional. Mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu mengambil keputusan diri sendiri yang memiliki tolak ukur yang realitas atas kemempuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Tahap ini meliputi: 1) Kesadaran emosi yaitu mengenali emosi diri dan afeknya.
27
Ibid.
43
2) Penilaian diri sendiri secara teliti yaitu mengetahui kekuatan dan batas batas diri sendiri. 3) Percayadiri yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri.28 b. Kecerdasan Emosional Mengelola perasaan agar perasaan dapt diungkapkan dengan pas. Kemampuan ini tergantung pada kesadaran diri. Pada tahap ini meliputi ; 1) Mengendalikan diri yaitu mengelola emosi dan desakan hati yang merusak. 2) Sifat dapat dipercaya yaitu memelihara norma kejjuran dan integritas. 3) Kewaspadaan yaiitu bertanggung jawab atas kinerja pribadi. 4) Adabtibilitas yaitu keluwesan dalam menghadapi perubahan. 5) Inovasi yaitu mudah menerima dan terbuka terhadap perubahan gagasan, pendekatan dan informasi baru.29 c. Motivasi (motivation) Merupakan kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan praihan sasaran tau tujuan. Dengan menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntut untuk menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Tahap ini meliputi : 28 29
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fak.Tarbiyah IAIN Walisongo), hlm. 154 Ibid., hlm. 154
44
1) Dorongan prestasi yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan 2) Komitmen yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga 3) Inisiatif yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan 4) Optimisme yaitu kegigihan dalam memperjuangkan tujuan walaupun ada halangan dan kegagalan.30 d. Empati (empathy) Empati merupakan kesadaran terhadap perasaan,kebutuhan dan kepentingan orang lain. Merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memehami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan orang lain. Tahap ini meliputi : 1) Memahami orang lain yaitu mengindra perasaan dan perspektif orang lain, dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka. 2) Orientasi pelayanan yaitu kemampuan mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi kebutuhan. 3) Mengembangkan
orang
lain
yaitu
merasakan
kebutuhan
perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka. 4) Memanfaatkan keragaman yaitu kemampuan menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan orang lain.
30
Ibid., hlm. 155
45
5) Kesadaran politis yaitu mampumembaca arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan.31 e. Ketrampilan social (social skill) Ketrampilan social merupakan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan social. Dalam berinteraksi untuk mempengaruhi dan bermusyawarah serta untuk bekerja sama dengan orang lain / kelompok. Dalam tahap ini terdapat berbagai fase yaitu : 1) Pengaruh yaitu memiliki teknik-teknik untukmelakukan persuasive. 2) Komunikasi yaitu kemampuan mengirim pesan yang kelas dan meyakinkan. 3) Kepemimpinan yaitu kemampua membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain. 4) Katalisator perubahan yaitu kemampuan memulai dan mengelola perubahan. 5) Manajemen konflik yaitu kemampuan melekukan negosiasi dan pemecahan silang pendapat. 6) Menbangun hubungan yaitu kemamapuan membangun hubungan yang bermanfaat. 7) Kolaborasi dan koopersai yaitu kemampuan berjerja sama dengan orang lain demi tujuan bersama.
31
Ibid., hlm. 155
46
8) Kemampuan tim yaitu kemampuan menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan kelompok.32 Antara kecerdasan emosi dan kecakapan emosi merupakan sebuah langkah yang digunakan didalam membentuk Kecerdasan Emosional seseorang. Unsur-unsur tersebut menunjukkan suatu hubungan antara kelima unsure wilayah utama Kecerdasan Emosional dan duapuluh lima kecakapan emosi. Apabila kecerdasan emosi dan kecakapan emosi digunakan didalam pembelajaran di sebuah lembaga sekolah sangat cocock karena untuk mengatur, memahami, dan lain-lain. Dalam proses pembelajaran baik didalam maupun diluar. 5. Strategi Dalam Pengembangan Kecerdasan Emosional Akibat kegagalan yang berulangkali dapat menyebabkan siswa bersikap emosi. Oleh karena itu pengembangan pengaturan diri sangat dibutuhkan sehingga peran guru diharapkan dapat membimbing siswanya yang sering mengalami kegagalan kearah keberhasilan dengan jalan mengajar mereka untuk mencita-citakan tujuan yang sesuai dengan prestasi masa lalu. Oleh karena itu dibutuhkan strategi dalam mengatasi hal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : a. Menghindari penilaian diri sendiri sehingga tidak akan mengalami kegagalan.
32
Ibid., hlm. 155
47
b. Membandingkan diri dengan orang lain yang kemampuannya lebih rendah. c. Hanya memilih tugas-tugas yang lebih mudah atau sangat sukar. d. Menghindari partisipasi yang dapat menyebabkan kegagalan. e. Menolak
tanggung
jawab
untuk
kegagalan
yang
terjadi
(rasionalisasi).33 6. Peran Kecerdasan Emosional Dalam Proses Pembelajaran Kecerdasan Emosional berperan dalam membantu mempercepat atau justru memperlambat proses pembelajaran. Kecerdasan Emosional juga membantu proses pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan. Berbagai penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara emosi dan struktur otak manusia. Sebagaimana yang dikatakan Goleman, menyatakan bahwa tanpa keterlibatan Kecerdasan Emosional, kegiatan syaraf otak kurang mampu merekatkan pelajaran dalam ingatan. Suasana emosi yang positif atau menyenangkan membawa pengaruh pada struktur otak manusia dan akan berpengaruh pula dalam proses dan hasil belajar.34
183.
33
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruinya, (Rinek Cipta;Jakarta, 2010), hlm.
34
Daniel Goleman, Op. Cit., hlm. 145.
48
BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN
A. Data Umum Tentang MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara 1. Tinjauan Historis Undang-undang
Dasar
1945
mengamanatkan
upaya
untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran yang diatur dengan undangundang. Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD1945 yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sendiri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Sebagaimana yang telah dikatakan Bapak Misbahul Anam, S.Pd.I, Kepala MI. Matholi’ul Huda 01 : “Memberi bekal pendidikan terutama yang islami sangatlah penting untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut dan mempersiapkan generasi
yang akan datang dalam mengisi pembangunan serta
menangkal derasnya arus informasi negatif yang menyebabkan terjadinya dekadensi moral ketimbang memberi bekal materi”.86 Munculnya
maslah-maslah
sosial
dimasyarakat
yang
sangat
memprihatinkan akhir-akhir ini membuat prihatin oleh semua pihak. Hal tersebut bukan hanya merupakan tanggung jawab pemerintah semata, tetapi 86
Misbahul Anam, S.Pd.I, Kepala MI. Matholi’ul Huda 01, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015
48
49
lembaga pendidikan juga punya andil besar dalam mengatasi masalah tersebut. Berangkat dari pemikiran tersebut di atas, maka berdirilah MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara yang berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Agama (DEPAG). Menurut Beliau mengatakan bahwa : “MI Matholi’ul Huda 01, sebagai pengelola MI Matholi’ul Huda 01. Pembentukan Yayasan dimulai pada tanggal
02 Maret 1947 yang
diawali dengan pembentukan Tim 3 yang beranggotakan antara lain K.H. Ali Ahsan, Noor Hadi Djoefri, H. Ahmad Syamsuri. Dalam rapat Tim 3 inilah disepakati tentang penetapan susunan pengurus Yayasan dan Pendirian MI Matholi’ul Huda 01 dan tokoh masyarakat lain yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu”.87 Pada perkembangannya kemudian pada tanggal 25 Juni 1947 dengan N0. 47 Tanggal 25 Juni 1947 atas nama KH. Ali Ahsan, bertempat tinggal di
Troso
Pecangaan
Jepara
dengan
ijin
oprasional
No.
k/5.0/PP.00.6/3722/1997. 88 2. Data Statistik Madrasah a. “Nama Madrasah
: MI. Matholi’ul Huda 01
b. No. Statistik
: 212332008071
c. Nomor SK
: 008970
d. Alamat
: Jl. Bugel Raya KM, 1.9 Troso Pecangaan Jepara
e. Desa 87
: Troso
Misbahul Anam, S.Pd.I, Kepala MI. Matholi’ul Huda 01, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015. 88 Misbahul Anam, S.Pd.I, Kepala MI. Matholi’ul Huda 01, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015.
50
f. Kecamatan
: Pecangaan
g. Kabupaten
: Jepara
h. Provinsi
: Jawa Tengah
i. Status Madrasah
: Akreditasi A Tahun 1990
j. Didirikan Oleh
: YPI. MI. Matholi’ul Huda 01
k. Waktu Belajar
: Pagi pukul 07.00 – 13.30 WIB
l. Jumlah Hari Efektif
: 6 hari
m. Jumlah Jam Pelajar
: 48 jam
n. Nama Kepala Madrasah
: Misbahul Anam, S.Pd.I”.89
3. Visi dan Misi a. Visi “Berilmu, beramal shaleh dan berakhlaqul Karimah“ b. Misi 1) “Melaksanakan pendidikan islam dan bimbingan secara utuh jasmani dan rohani, sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. 2) Menumbuhkan semangat dan nilai-nilai keislaman secara intensif kepada seluruh warga madrasah. 3) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal”.90 4. Letak Geografis MI. Matholi’ul Huda 01 adalah madrasah yang terletak di pedesaan yang masyarakatnya modernisasi sebagian masyarakat bertani, wirausaha, buruh, pegawai dan lain sebagainya yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu. “Letak madrasah di berbatasan di sebelah utara berbatasan dengan jalan raya Bugel-Pecangaan, sebelah Barat dengan pemukiman penduduk, 89 90
Dokumentasi Data Inventaris MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Dokumentasi Data Inventaris MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara.
51
sebelah Selatan dengan pemukiman penduduk, sedangkan sebelah Timur berbatasan dengan Jalan masuk gang dan pemukiman penduduk. Dilhat dari letak geografi MI. Matholi’ul Huda 01 Troso memiliki letak yang strategis untuk belajar karena dapat dijangkau dengan mudah karena dekatnya dengan jalan raya yang mempunyai luas tanah 3531 M2 yang beralamatkan di Jalan Troso Bugel Pecangaan Jepara”.91 5. Keadaan Guru dan Karyawan Menurut beliau Bapak Misbahul Anam, S.Pd.I mengatakan bahwa : “Lulusan para guru yang mengajar di MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan dapat dilihat bahwa para guru telah berusaha dalam meningkatkan profesioalitasnya dalam mengajar sehingga berakibat baik dalam peningkatan mutu pendidikan pada umumnya dan khusus dalam pengembangan potensi diri masing-masing”.92 Tabel 3.1 Keadaan Guru dan Karyawan MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/201593 No.
Pendidikan
Pengampu/ Jabatan
Wiyata Bakti
1.
KH. Ali Ahsan
Ponpes
Pembina.M
62 tahun
2.
Noor Hadi Djoefri
Ponpes
Pembina.M
37 tahun
3.
Surihan
MA
Wali Kelas
35 tahun
4.
H. Ahmad Syamsuri,S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
34 tahun
MA
Wali Kelas
30 tahun
5.
91
Nama
Ruslan
6.
Misbahul Anam, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Kepala
28 tahun
7.
Sri Nafi’ah, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
28 tahun
8.
Sulaiman, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Humas
28 tahun
9.
As’ad, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
26 tahun
Hasil Observasi MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara, Hari Selasa tanggal 05 Januari 2015. 92 Misbahul Anam, S.Pd.I, Kepala MI. Matholi’ul Huda 01, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015 93 Dokumentasi Papan Data Keadaan Guru dan Karyawan MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
52
10.
Hj. Siti Nur Faizah, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
26 tahun
Siti Asfiah, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
23 tahun
12.
Mustain, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
22 tahun
13.
Dra. Hj.Mufidah
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
21 tahun
14.
Nur Ubaidillah, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
21 tahun
15.
Nor Salim
MA
Wali Kelas
21 tahun
16.
Fadloli, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Wali Kelas
20 tahun
17.
Abdullah Amin, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
19 tahun
18.
Amrin Yusro, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
19 tahun
19.
Hj. Siti Muzayaroh, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
17 tahun
Suharto, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
15 tahun
21.
Eni Shofiana, S.Ag
S1/Tarbiyah
Guru
14 tahun
22.
H. Zaenal Abidin, SE
S1/Tarbiyah
Guru
12 tahun
23.
Rifai, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
12 tahun
24.
Miftahul Anam, S.H.I
S1/Tarbiyah
Guru
10 tahun
25.
Budi Ismail, SE
S1/Tarbiyah
Guru
9 tahun
26.
Agus Supriyanto, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
4 tahun
27.
Arif Rahman Hakim, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
3 tahun
Eny Atmanegara, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
3 tahun
11.
20.
28. 29.
Nur Sa’diyah, S.Ag
S1/Agama
Guru
3 tahun
30.
Vina Inayatuz Zulfa, S.Pd
S1/Tarbiyah
Guru
2 tahun
Mustaghfirin, S.Pd.I
S1/Tarbiyah
Guru
1 tahun
31.
MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara dari tahun ke tahun telah meningkatkan seleksi penerimaan
dengan Hasil yang
tertinggi untuk diterima sebagai siswa di MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara. Dengan penerimaan atau input yang baik, maka akan lebih mudah untuk meningkatkan atau mengembangkan pengetahuan dan teknologi dengan dasar atau Hasil yang sudah dimilikinya.
53
Dengan melihat fenomena semacam itu maka MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara adalah sebuah contoh bagi sekolahlain dalam seleksi penerimaan siswa baru. Begitu pula dalam perekrutan atau pengambilan guru-guru bidang studi yang benar-benar ahli dibidangnya, yaitu sesuai dengan mata pelajaran yang diajarakannya. Jumlah guru di MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara, terdiri dari 31 Guru: Berijazah S - 1 berjumlah 24 orang, Berijazah Pondok Pesantren berjumlah 2 orang. Adapun guru Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara adalah Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag., yang berkompeten dibidangnya. Jumlah karyawan di MI. Matholi’ul Huda 01
Troso Pecangaan
Jepara, terdiri dari 2 orang Sebagai TU dan satu orang sebagai Satpam. Sedangkan tukang kebon berijazah SMP. 6. Keadaan Siswa Keadaan siswa rata-rata adalah berasal dari pendidikan Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, sedangkan rata-rata tempat tinggal dari desa Troso sendiri dan daerah sekitarnya antara lain dari desa Ngeling, Pecangaan, dan Daerah lain disekitarnya.
54
Tabel 3.2 “Keadaan Siswa MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015”94 No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kelas I II III IV V VI Jumlah
Putra 46 60 66 62 70 52 356
Putri 51 69 46 64 48 62 340
Jumlah 97 129 112 126 118 114 696
Adapun siswa yang diteliti adalah Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01, dari latar belakang ekonomi dan profesi orangtua yang berbeda. Sebagian dari profesi buruh, Pengusaha, pengusaha dan guru, sehingga tingkat perhatian mereka terhadap anak berbeda pula. Hal ini juga dapat berpengaruh terhadap aktivitas dan Hasil belajar yang dicapai. Adapun jumlah siswa yang diteliti dapat dilihat pada table berikut ini : Tabel 3.3 “Keadaan Siswa yang diteliti di MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015”95 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jepara
Nama
Adinda Sukmatul Jamila Afa Dana Nahadiah Isunah Afriani Safitri Ahmad Aziz Saputro Ahmad Nabil Budidarmawan Ahmad Shofil Aqil Al Irfani A'Malil Abror Muttaqin
Alamat
Troso Troso Troso Troso Troso Troso Troso
Orangtua
Pekerjaan
Abdul Jalil
Wiraswasta
Sutikno
Wiraswasta
Kuslan Selamed
Swasta Wiraswasta
Noor Said
Wiraswasta
dr. Erfana
Dokter
Ngarisan
Karyawan
94
Dokumentasi Papan Data Keadaan Siswa MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
95
Dokumentasi Papan Data Keadaan Siswa MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara.
55
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Arya Ainur Ridho Arya Ido Majid Atika Dwi Setiawati Aulia Rahma Khasna Bambang Riftianto Dimas Andre Nugroho Dimas Rizal Maulana Firmansyah Elvira Ayu Rahmawati Fandi Ahmad Yudistira Farah Mutafarrida Friska Nita Sofiana Putri Dewi Ika Mawarni Ilma Fitriyah Indah Yustiani Khilya Nur Khadzlaqoh Khurin Aini Mahardika Ananta Mila Zakiya Amaliyana Muhammad Ardiansa Muhammad Fahri Fahrudin Muhammad Ibrahim
Troso Troso Troso Troso Troso Troso Troso Troso Troso
Shobari Sarpin Slamet H. Faqih Nawawi Sampurno
Karyawan Buruh Swasta Wiraswasta
Agus Anwar
Karyawan
Mas'ud
Karyawan
Sampurno
Karyawan
Kusnadi
Wiraswasta
Troso Troso
Ali Muhson Mator
Wiraswasta
Muzaed
Wiraswasta
Troso Troso Troso Troso
Sumari Ahmad Pupon Pupon
Wiraswasta Swasta Wiraswasta
Suhaebul Ma'wa
Wiraswasta
Troso Troso Troso
Maftukhin Ahmad Rudi, S.Ag
Wiraswasta Swasta
Supadi
Wiraswasta
Troso Troso
Tasri
Wiraswasta
Troso
Ali Ma'mun
Karyawan
Samroni
Wiraswasta
7. Keadaan Sarana dan Prasarana Layaknya sekolah menengah tingkat pertama swasta, maka Madrasah Ibtidaiyah MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara, memiliki bangunan lantai dua dan memiliki fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini dikarenakan adanya sarana dan prasarana yang memadai merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan belajar mengajar. Adapun sarana sebagai berikut :
dan prasarana tersebut
56
a. Sarana Sekolah meliputi : Tabel 3.4 “Keadaan Sarana MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015”96 No 1 2 3 4 5
Nama Barang Mebeler Alat-alat Tulis Buku-buku Pelajaran Peralatan Olahraga Alat-alat Peraga
Keadaan Baik Baik Baik Baik Baik
Jumlah Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi Mencukupi
b. Prasarana Sekolah meliputi : Tabel 3.5 “Keadaan Prasarana MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015”97 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Nama Barang Ruang Kepala Madrasah Ruang Tata Usaha Ruang Dewan Guru Ruang BP/BK Ruang Perpustakaan Ruang Kelas Lapangan Olahraga Mushola Toilet Guru Toilet Siswa Laborat IPA Laborat TIK Ruang ICT Adapun
sarana
dan
Keadaan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik prasarana
yang
Jumlah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah 2 Buah 10 Buah 1 Buah 1 Buah 1 Buah digunakan
dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda 01 adalah papan tulis, penghapus, buku paket, ball point, meja kursi, dan layar LCD Proyektor. 96 97
Dokumentasi Daftar Inventaris MI. Matholi’ul Huda 01Troso Pecangaan Jepara Dokumentasi Daftar Inventaris MI. Matholi’ul Huda 01Troso Pecangaan Jepara
57
8. Struktur Organisasi Struktur pengurus MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara adalah sebagai berikut : Gambar 3.1 “Struktur Organisasi MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015”98
- - - - - - - - - = Garis Koordinasi = Garis Hubungan Keterangan : Depag sebagai naungan lembaga selalu mengawasi kepala sekolah yang bekerja sama dengan Komite Sekolah yang dibantu oleh Wakil Kepala (WAKa) dan Tata Usaha (TU) dalam pembuatan administrasi sekolah. Kepala Sekolah berkoordinasi dengan Waka Kesiswaan, bekerjasama 98
Dokumentasi Daftar Inventaris MI. Matholi’ul Huda 01Troso Pecangaan Jepara
58
dengan Waka Kurikulum bekerjasama dengan Waka Sarpras dan bekerjasama dengan Waka Humas untuk mengawasi Wali Kelas dalam mengurus dan membimbing siswa-siswinya. 9. Kurikulum Yang Digunakan MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara dalam menyelenggarakan pendidikan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) yang Mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang dikatakan Bapak Misbahul Anam, S.Pd.I bahwa : “Dalam standar pendidikan nasional terdiri atas 8 isi. Dua diantaranya dari kedelapan standar nasional tersebut adalah Standar Isi ( SI ) dan Standar Kompetensi Kelulusan ( SKL ) yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ), Kementerian Agama ( Kemenag ) dengan penekanan pada bidang ilmu keagamaan”.99 B. Data
Khusus
Tentang
Peran
Guru
Aqidah
Akhlak
Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 1. Materi Pembelajaran Aqidah Akhlak Materi yang diajarkan pada saat observasi kelas dan mewawancarai guru mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah membahas tentang ”Akhlak Terpuji” sebagai berikut :
99
Misbahul Anam, S.Pd.I, Kepala MI. Matholi’ul Huda 01, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015
59
AKHLAK TERPUJI A. Pengertian Akhlak Terpuji Akhlak Terpuji adalah segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari disebut akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah.Acuhannya adalah Al-Qur’an dan Hadist serta berlaku universal. B. Macam-Macam Akhlak Terpuji 1. Adil Pengertian adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya.Adil juga berarti tidak berat sebelah,tidak memihak.Dengan demikian berbuat adil adalah memerlukan hak dan kewajiban secara seimbang
tidak
memihak
dan
tidak
merugikan
pihak
manapun.Sebagai contoh seseorang yang adil akan melaksanakan tugas sesuai fungsi dan kedudukannya,menghukum orang yang bersalah melakukan tindak pidana,membarikan hak orang lain sesuai dengan haknya tanpa mengurngi sedikitpun. Firman Allah di dalam Al-Qur’an yang mamarintahkan berbuat adil antara lain: Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 8
Artinya : “8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Al Maidah, 5:8)
60
Dalam ayat tersebut Allah SWT memerintahkan kepada hambanya yang beriman supaya menjadi orang yang benar-benar menegakkan keadilan ditengah masyarakat.Berani menjadi saksi akrena Allah,walaupun yang menjadi tergugat dan terdakwa adalah diri sendiri,orang tua dan kerabat. Oleh karena itu hukum harus diterapkan secara adil kepada semua masyarakat,karena sekali ada pihak yang merasa dizalimi dengan
cara
diperlakukan
secara
tidak
adil,maka
akan
menimbulkan gejolak 2. Sabar Sabar menurut bahasa artinya rela,sedangkan menurut istilah sabar artinya menerima dengan senang hati segala sesuatu yang diberikan Allah SWT.Yakni berupa ketentuan yang telah ditetapkan
baik
berupa
nikmat
maupun
saat
terkena
musibah.Orang yang mempunyai sifat tidak mudah bimbang,tidak mudah menyesal ataupan menggerutu atas kehidupan yang diberikan olaeh Allah,tidak iri hati atas kelebihan orang lain,sebab dia berkeyakinan bahwa semua berasal dari Allah SWT,manusia hanya berusaha.Ridho bukan ebrarti menyerah tanpa usaha namanya putus asa.Dan sikap putus asa tidak dibenarkan dalam agama islam. Firman Allah dalam Al-qur’an surat A-baqarah ayat 153 sebagai berikut :
Artinya : “153. Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah, 2:153)
61
3. Amal Sholih Amal berasal dari bahasa arab yang terbantuk masdar yaitu ya’mal yang artinya segala pekerjaan atau perbuatan.Sedangkan shalih artimya bagus.Amal shalih berarti segala perbuatan/pekerjaan yang bagus yang berguna bagi pribadi,keluarga,masyarakat dan manusia secara keseluruhan.Kebalikan dari amal shalih adalah amalan
sayyi’an
atau
amal
jelek
yaitu
perbuatan
yang
mendatangkan madhorot,baik bagi pelaku maupun orang lain. Secara garis besar amal shalih dapat dibagi dua macam: a. Amal shalih yang bersifat vertikal,dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual kepada Allah SWT b. Amal shalih ag bersifat horisontal yakni segala bentuk aktivitas sosial kemasyarakatan,bentuk politik yang diniati untuk bekal kehidupan alam akhirat. Islam
merupakan
agama
yang
sama
sekali
tidak
membadakan nilai ibadah yang terkandung dalam amal shalih yang
barsifat
vertikal
maupum
horisontal.Karena
islam
menghendaki umatnya menjadi penganut agama yang memiliki kedua keshalihan tersebut yaitu keshalihan individual setelah menunaikan amal shalih vertikal dan sekaligus manjadi anggota masyarakat yang memiliki keshalihan sosial setelah melakukan amal shalih horisontal. Perintah Allah agar kita mangerjakan amal shalih terdapat dalam Ai-Qur’an anara lain Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 82
Artinya : “dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al Baqarah, 2:82)
62
2. Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 Berkenaan dengan peran guru dalam pengembangan profesionalitas untuk meningkatakan kecerdasan emosional anak, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Keberlanjutan pendidikan guru. Menjamin bahwa pendidikan guru dapat diakses dengan kualitas terjamin. b. Nilai-nilai profesional. Mendorong guru untuk menjadi praktisi yang reflektif, pembelajar otonom, dan terlibat dalam penelitian-penelitian pendidikan untuk mengembangkan wawasan dan memicu inovasi. c. Profesi menarik. Menciptakan profesi guru menjadi menarik sehingga menjamin perekrutan guru, penempatan, dan maksimalisasi kebijakan. d. Kualifikasi mengajar. Menjamin guru memiliki akses untuk mengikuti program-program yang mendukung profesi guru mereka. Sehingga dapat memperbaharui wawasan, kemampuan, dan kompetensi mereka melalui pelatihan formal maupun non formal. e. Menjamin kualitas pendidikan guru dan keberlanjutan pengembangan profesi. Hal ini dapat dilakukan dengan: a) memperbaiki suplai, dan keberlanjutan program pengembangan profesi, b) menjamin institusi pendidikan guru, program pendidikan guru yang relevan dan berkualitas; c) pemerataan kompetensi guru dan meningkatkan kolaborasi antar kolega dan masyarakat pengguna pendidikan; d)
63
kepemimpinan sekolah. Menjamin bahwa guru memliki keterampilan manajerial. Adapun peran guru dalam pembinaan Kecerdasan Emosional siswa di Kelas VA MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara sebagaimana yang dikatakan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak adalah sebagai berikut : “Guru dalam pembinaan Kecerdasan Emosional siswa terdiri dari kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, kemampuan berempati dan ketrampilan social”.100 a. Dalam Pembinaan Kesadaran Diri Dalam pembinaan kesadaran diri siswa langkah yang dilakukan guru, sebagaimana yang dikatakan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak adalah sebagai berikut : 1) Untuk membina kemampuan kesadaran diri para guru menanamkan pada siswa bahwa Allah mengangkat derajat manusia dengan ilmu yang dimilikinya sehingga dengan seperti itu akan menumbuhkan kesadaran diri yang kuat pada siswa untuk rajin menuntut ilmu. 2) Memberikan peraturan bawa antara siswa dan siswi tidak boleh mengadakan kontak langsung (bercanda kelewatan) antara siswa dan siswi dilarang melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dengan alasan bukan muhrim. 3) Selalu menanamkan pada siswa untuk berpegang teguh pada kebenaran dengan memberikan tauladan-tauladan yang baik, memberikan pengarahan apa yang seharusnya dilakukan dan yang tidak baik untuk dilakukan, misalnya melalui pelajaran Akidah Akhlak, ta’lim mutaalim dan sebagainya. 4) Guru bekerjasama dengan orang tua dan para pengurus pondok pesantren untuk selalu mengamati perkembangan mereka, dengan cara mengadakan pertemuan rutin 2 bulan sekali. 5) Mengenali emosi siswa dan membantu siswa menyelesaikan masalah dengan menemukan solusi. Yang dilakukan guru dalam hal ini bersangkutan dengan waka kesiswaan yaitu jika ada siswa yang bermasalah maka diajak berkomunikasi secara langsung, guru 100
Nur Sa’diyah, S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda 01Troso, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015.
64
berusaha menajak siswa terbuka atas masalah yang dihadapi kemudian memberikan solusi karena tugas guru sebenarnya bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja tetapi lebih cenderung sebagai orang tua kedua sehingga siswa akan merasa nyaman saat bersama dengan guru mereka. 101 Hal yang dilakukan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dalam pembinaan kesadaran diri adalah pertama, menyuruh siswa untuk selalu sholat berjamaah dengan memberikan lembar observasi pada siswa yang berisi jadwal sholat berjamaah setiap waktu yang diberi kolom tanda tangan orangtua. Kedua, bagi siswa yang bercanda kelewat batas dalam kegiatan pembelajaran diberi sanksi untuk menulis surah Al-Fatihah sebanyak 10 kali dalam buku masing-masing. Ketiga, untuk menanamkan pada siswa untuk berpegang teguh pada kebenaran dengan memberikan tauladan-tauladan yang baik. Ibu Nur Sa’diyah memberikan tauladan dengan berbicara tidak pernah berbohong dan sikap disiplin ketika masuk kelas, memberi surat ijin ketika tidak masuk kelas. Keempat, untuk mengamati mereka di rumah, Ibu Nur Sa’diyah selalu berkunjung kerumah siswa walaupun setiap sebulan sekali untuk konsultasi dengan wali murid. b. Dalam Pembinaan Pengaturan Diri Peran guru dalam pembinaan pengaturan diri ini sebagaimana yang dikatakan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak adalah sebagai berikut :
101
Nur Sa’diyah, S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda 01Troso, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015.
65
1) Guru melibatkan siswa secara optimal dalam pembelajaran baik secara fisik, sosial, maupun emosional Dalam hal ini, peran yang dimainkan guru yaitu melatih siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajar, menanamkan pada siswa sikap pandai bersosialisasi antar teman, guru, dan sesama, menuntun siswa pandai dalam menyikapi emosi, mengendalikan dan menggiringnya ke arah positif. 2) Melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa dalam organisasi, guru mengarahkan siswa untuk latihan memimpin, membangun tim yang handal, meningkatkan tanggung jawab dan kerjasama, serta melatih siswa mampu mengatur diri dalam kelompok untuk bertindak dan melaksanakan tugas dengan maksimal. 3) Dalam pergaulan antar siswa ditanamkan rasa kekeluargaan sehingga siswa mampu mengatur emosi diri demi terwujudnya lingkungan sekolah yang menyenangkan. 102 Hal yang dilakukan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dalam pembinaan Pengaturan Diri adalah penggunaan metode mengajar yang menyenangkan dengan memberi tugas membentuk kelompok belajar. Dalam kelompok belajar ada yang menjadi pemimpin ada yang menjadi anggota sehingga siswa saling bekerja sama, saling menuntun dan saling menghormati. c. Dalam Pembinaan Kecakapan Motivasi Adapun peran guru dalam pembinaan kecakapan emosi ini sebagaimana yang dikatakan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak adalah sebagai berikut : 1) Membangkitkan semangat pada siswa yaitu membangkitkan semangat dulu dalam diri seorang guru baru kemudian menanamkan semangat pada siswa, karena jika guru semangat dalam mengajar secara langsung siswapun akan tertarik pada suasana tersebut, guru memberikan nasihat bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi seorang muslim, ilmu akan mengangkat derajat kita, tidak jarang juga guru 102
Nur Sa’diyah, S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda 01Troso, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015.
66
2) 3) 4)
5) 6)
memberikan hadiah dan hukuman pada siswa untuk menumbuhkan motivasi. Mengembangkan sifat inisiatif pada siswa untuk selalu melakukan hal-hal yang baik tanpa disuruh misalnya jika ada tugas dari sekolah langsung dikerjakan dengan usaha yang maksimal. Menanamkan pada siswa untuk selalu menghargai waktu yang ada untuk melakukan hal-hal yang efektif dan efisien. Dalam mengajar guru memposisikan dirinya sebagai figur yang tidak hanya menyampaikan ilmu tetapi kadang di suatu saat menjadi orang tua yang memberikan nasihat-nasihat yang baik dengan cara yang baik pula sehingga siswa merasakan kondisi yang menyenangkan di lingkungan sekolah. Menuntut aktif siswa dalam proses belajar mengajar. Memberikan kebebasan pada siswa mengeluarkan pendapat, mengekspresikan apa yang mereka inginkan agar mereka tidak merasa terpenjara dalam lingkungan madrasah meskipun guru masih pemantau dan pembimbing agar siswa tetap dalam demokratis yang masih berada dalam koridor peraturan yang berlaku. 103 Hal yang dilakukan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak dalam Kecakapan Motivasi adalah memberikan nasehat untuk semangat belajar dengan menceritakan kisah-kisah sahabat Nabi seperti Utsman Bin Affan, Bilal Bin Rabah dan lain-lain. Selain itu siswa disuruh untuk membersihkan kantor guru dengan tanpa pamrih. Serta menyuruh membaca mata pelajaran dari guru lain disaat tidak masuk kelas. d. Peran Guru Dalam Pembinaan Kemampuan Berempati Adapun peran guru dalam pembinaan kemampuan berempati sebagaimana yang dikatakan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak adalah sebagai berikut :
103
Nur Sa’diyah, S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda 01Troso, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015.
67
1) Menumbuhkan sikap empati antar sesama. Yang dilakukan guru disini dianjurkan pada siswa untuk menyisihkan sebagian saku buat disedekahkan untuk membantu sesama yang membutuhkan, kegiatan ini di lakukan seminggu sekali. 2) Mewajibkan siswa untuk saling tolong menolong antar sesama. 3) Mengajarkan untuk selalu menghargai dan menghormati perasaan orang lain. 4) Mengajarkan pada anak bagaimana bersosialisasi yang baik dengan masyarakat, misalnya jika ada tetangga di dekat lingkungan sekolah terkena musibah misalnya kematian maka sebagian siswa di anjurkan untuk tahlil bersama dan memberikan sedikit bantuan untuk meringankan beban, dan diharapkan siswa mampu untuk menjaga tingkah laku yang positif baik di lingkungan madrasah ataupun lingkungan sosial/masyarakat. 104 Hal yang dilakukan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dalam Pembinaan Kemampuan Berempati adalah guru menyuruh siswa ketika istirahat untuk memberikan jajanan kepada teman lain yang tidak membawa uang jajan. Selain itu guru memberikan sanksi kepada siswa yang mengganggu teman lain dengan memberi hukuman membersihkan sampah yang ada dihalaman sekolah. e. Dalam Pembinaan Kemampuan Ketrampilan Sosial Adapun peran guru dalam pembinaan kemampuan ketrampilan sosial sebagaimana yang dikatakan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak adalah sebagai berikut : 1) Membangun interaksi dan kerja sama yang positif antara siswa, melalui organisasi yang ada di lingkungan sekolah. 2) Mengajak siswa untuk menjalin hubungan yang positif dengan masyarakat sekitar, yaitu dengan memberikan peraturan-peraturan pada siswa untuk tidak melakukan hal-hal yang negatif yang meresahkan masyarakat seperti tindakan kriminalitas, seperti
104
Nur Sa’diyah, S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda 01Troso, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015.
68
tawuran, penodongan, pencurian dan lain-lain, sehingga tindak kriminalitas dari siswa dapat diminimalisir. 3) Menanamkan pada siswa selalu pandai beradaptasi di lingkungan dimanapun mereka berada, mematuhi norma yang berlaku di masyarakat. 4) Menumbuh kembangkan sikap yang tidak mudah menyerah untuk menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupan. 105 Hal yang dilakukan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dalam Pembinaan Kemampuan Ketrampilan Sosial adalah siswa Kelas VA disuruh saling kerja sama dalam mengepel kelas sebulan sekali di hari Jum’at dan mempunyai tabungan wisata untuk persiapan besok diakhir Kelas VAI. Menyuruh siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan misalnya ikut andil dalam kegiatan kerja bakti lingkungan RT/RW. 2. Hambatan yang Dihadapi Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas VA MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 Implikasi pembinaan kecerdasan spiritual yang dilakukan oleh para guru di MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 mampu memberikan porsi yang cukup untuk membentuk akhlak anak dalam membangun mentalitas dan kepribadian anak, sehingga muncul
kemandirian,
optimis
dan
berani
dalam
memanfaatkan
kemampuan atau kelemahan yang dimiliki, dengan sifat tersebut diharapkan tumbuh jiwa yang matang agar tahan dan produktif dalam menghadapi problem-problem kehidupan.
105
Nur Sa’diyah, S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda 01Troso, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015.
69
Namun, peran guru dalam pembinaan kecerdasan spiritual siswa di MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ternyata berjalan kurang maksimal seperti yang diharapkan disebabkan adanya kendala-kendala sebagaimana yang dikatakan Ibu Nur Sa’diyah, S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Sebagai berikut : “Kendala yang ditemui ketika membina kecerdasan spiritual anak didik, yaitu terbatasnya waktu pertemuan, tuntutan nilai yang menjadi patokan dalam nilai ujian, sebagai guru pendidikan umum menyampaikan dari segi intlektualitas, kecerdasan spiritual yang tidak permanen dan tidak ada penilaian tertulis secara langsung”. 106 a. Terbatasnya waktu pertemuan Terbatasnya waktu pertemuan dan interaksi antara siswa dan guru sehingga para guru tidak dapat semaksimal mungkin dalam memantau sikap, tingkah laku, kepribadian, maupun perkembangan siswa itu sendiri, termasuk di dalamnya kecerdasan emosional dan spiritual siswa. b. Tuntutan nilai yang menjadi patokan dalam nilai Raport Tuntutan nilai yang telah menjadi patokan utama dalam nilai Raport membuat para guru secara tidak langsung lebih memprioritaskan pada kecerdasan intelektualitas dari kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual siswa. Diketahui bahwa Nilai yang ditentukan dari Kelompok 106
Nur Sa’diyah, S.Ag, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Matholi’ul Huda 01Troso, wawancara, Jepara, pada hari Selasa tanggal 05 Januari 2015.
70
Kerja Madrasah (KKM) kecamatan Pecangaan dari Mata Pelajaran Aqidah Akhlak untuk tuntas belajar nilai minimal adalah 75 ini berarti guru kerja keras di bidang rana kognitif untuk mencapai nilai sebesar itu. Jadi guru cenderung memprioritaskan IQ dari pada Kecerdasan spiritual (SQ). c. Sebagaian
guru
pendidikan
umum
menyampaikan
dari
segi
intlektualitas Sebagian guru-guru baru yang memiliki background pendidikan umum lebih mementingkan penyampaian intelektualitas dari pada spiritual. d. Kecerdasan spiritual yang tidak permanen Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang tidak permanen sehingga
dalam
pembinaannya
tidak
semudah
kecerdasan
intelektualitas, karena Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang berubah-ubah, terkadang mengalami kenaikan tapi tidak jarang pula mengalami penurunan yang drastis. e. Tidak ada penilaian tertulis secara langsung Tidak adanya penilaian tertulis secara langsung mengenai sejauh mana kecerdasan emosional dan spiritual siswa sehingga para guru hanya bisa memantau dan menilai perkembangan Kecerdasan spiritual siswa melalui sikap mereka sehari hari dan mengadakan kerja sama dan interaksi terhadap wali murid mengenai perkembangan karakter siswa. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang abstrak sehingga pengukurannya sangat sulit, tidak seperti IQ yang terkait dengan
71
persoalan-persoalan logis rasional, jadi untuk memberikan penilaian ESQ adalah dengan memberikan batas-batasan atau peraturanperaturan yang lentur dan sikap atau tingkah laku siswa sehari-hari. Meskipun banyak kendala-kendala yang dihadapi namun para guru tetap berusaha keras untuk menyeimbangkan ketiga kecerdasan tersebut meliputi kecerdasan IQ, EQ, maupun SQ.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Analisis Tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas V MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 1. Dalam Pembinaan Kesadaran Diri Pembinaan kesadaran diri pada siswa meliputi : menumbuh kembangkan kemampuan diri dan kepercayaan diri
yang kuat,
menanamkan kesadaran diri yang kuat pada siswa untuk mengambil keputusan, menentukan batas-batas peraturan sambil menolong siswa memecahkan masalah, mengetahui apa yang dirasakan siswa dan selalu menanamkan sikap sadar diri untuk selalu berpegang teguh pada kebenaran. Sedangkan
peran
yang telah dilakukan para guru di MI.
Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara tahun pelajaran 2014/2015 dalam hal pembinaan kesadaran diri telah berjalan cukup maksimal. Para guru telah memberikan batasan-batasan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penumbuhan kesadaran diri pada siswa. Yang meliputi kepercayaan diri yang kuat, kesadaran diri yang positif serta menanamkan kesadaran diri untuk selalu berpegang teguh pada kebenaran. Namun karena alokasi waktu interaksi yang singkat antara guru dan siswa maka guru bekerjasama dengan orang tua dan para pengurus pondok pesantren untuk selalu mengamati perkembangan karakter siswa yang didalamnya meliputi kesadaran diri yang kuat. 72
73
Setelah diadakan observasi dan wawancara bahwa dengan adanya beberapa peran guru yang telah dilakukan yang berkaitan dengan pembinaan kesadaran diri, diperoleh hasil yang cukup signifikan, dilihat dari sikap dan tingkah laku siswa lebih terkendalikan, dengan kata lain kesadaran diri untuk mematuhi peraturan tumbuh dengan sendirinya. 2. Dalam Pembinaan Pengaturan Diri Adapun pembinaan pengaturan diri meliputi : mengajarkan pada anak untuk mampu menangani emosi diri sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas, melibatkan siswa secara optimal dalam pembelajaran baik secara fisik, sosial, maupun emosional membiasakan siswa untuk peka terhadap kata hati diri sendiri yang berpijak pada berpijak pada kebenaran, melatih siswa mampu menunda kenikmatan, serta melatih siswa untuk mampu pulih dari tekanan emosi. Merujuk pada pembinaan kemampuan pengaturan diri hasil dari peran yang telah di lakukan guru di rasa telah berjalan cukup baik, meliputi pengaturan diri dalam kelas, pengaturan diri siswa dalam kegiatan organisasi dan pengaturan diri siswa dalam pergaulan. ini terbukti dari sikap
dan
pergaulan siswa yang menunjukkan sikap positif dan menjunjung tinggi kekeluargaan 3. Dalam Pembinaan Kecakapan Motivasi Kecakapan motivasi meliputi : membangkitkan semangat bagi guru itu sendiri maupun bagi siswa yaitu menggerakkan dan menuntun siswa untuk selalu semangat dan termotivasi menuju tujuan yang diinginkan membantu siswa mengambil inisiatif dan bertindak efektif, menciptakan
74
pelajaran yang menyenangkan, dan menyediakan lingkungan yang kondusif dan demokratis. Namun peran guru di MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara tahun pelajaran 2014/2015 ini dalam pembinaan motivasi melakukan peran yang meliputi : membangkitkan semangat pada siswa dengan terlebih dahulu membangkitkan semangat dalam diri mereka sendiri, mengembangkan inisiatif pada siswa, menanamkan siswa untuk selalu menghargai waktu, menuntut aktif siswa dalam proses belajar, memberikan kebebasan pada siswa mengeluarkan pendapat, dan mengekspresikan apa yang mereka inginkan. Meskipun peran yang telah dilakukan guru cukup optimal dalam menggugah motivasi siswa dalam proses belajar mengajar, namun diperoleh hasil yang kurang maksimal. Ini dibuktikan dari hasil prestasi siswa secara akademik kurang memuaskan, karena faktor utama dari pembinaan motivasi terletak pada motivasi dari guru itu sendiri, namun terkadang tidak dipungkiri bahwa karena ada masalah intern, menjadikan guru itu terbawa emosi yang menurunkan semangat diri yang di bawa dalam proses belajar mengajar sehingga secara tidak langsung siswa pun akan terbawa dalam kondisi tersebut. 4. Dalam Pembinaan Kemampuan Berempati Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa pembinaan kemampuan berempati pada siswa meliputi pengembangan sikap empati siswa dan merasakan apa yang dirasakan peserta didik, melatih siswa mampu mengenali emosi orang lain sehingga menumbuhkan sikap empati pada siswa, menumbuhkan hubungan saling percaya, dan menyelaraskan diri dengan bermacam macam orang, serta menanamkan sikap peduli
75
terhadap sesama. Sedangkan dalam prakteknya, peran yang telah dilakukan guru di MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara tahun pelajaran 2014/2015 antara lain menumbuhkan sikap empati antar sesama, mewajibkan siswa untuk saling tolong menolong, mengajarkan siswa untuk selalu menghargai dan menghormati perasaan orang lain serta mengajarkan pada siswa bagaimana cara bersosialisasi yang baik dengan masyarakat. Dalam menumbuhkan empati, guru telah melakukan usaha yang cukup optimal, melalui tindakan-tindakan langsung seperti zakat, bantuan moril pada orang yang membutuhkan, menanamkan sikap saling tolong menolong dan peduli antar sesama. Sehingga dalam teori dan prakteknya telah berjalan dengan seimbang. 5. Dalam Pembinaan Kemampuan Ketrampilan Sosial Pada Siswa Pembinaan kemampuan ketrampilan diri pada siswa difokuskan pada guru untuk menjadi tauladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam pembelajaran maupun dalam hubungan dengan masyarakat, melatih siswa mampu beradaptasi dengan lingkungan, melatih siswa mampu berinteraksi dan berhubungan serta bekerjasama yang positif dengan orang lain, dan yang terakhir seorang guru harus mampu menangani emosi diri sendiri, cermat membaca situasi dan jaringan sosial. Guru sebagai konstruktor harus membangun interaksi dan kerjasama yang baik serta mampu menjalin hubungan yang positif antar guru, siswa, dan masyarakat sekitar. Adapun peran guru di MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara tahun pelajaran 2014/2015 yang berhubungan dengan pembinaan
76
keterampilan sosial, dalam prakteknya sudah berjalan maksimal, karena kasus-kasus dari para siswa yang berkaitan dengan masalah sosial jarang ditemui. Terlihat hubungan antara guru dan siswa saling bekerjasama dengan baik, saling membutuhkan, dan para guru telah mencerminkan sikap sebagai tauladan yang baik. Adapun peran guru yang dimainkan meliputi membangun interaksi yang positif antara siswa melalui organisasi yang ada di lingkungan sekolah,
mengajak
siswa untuk menjalin
hubungan yang positif dengan masyarakat sekitar yaitu dengan memberikan peraturan- peraturan yang mengikat, menanamkan pada siswa untuk selalu pandai beradaptasi di lingkungan di manapun mereka berada dengan mematuhi peraturan yang berlaku, serta menumbuhkembangkan sikap yang tidak mudah menyerah untuk menghadapi persoalan- persoalan dalam kehidupan. B. Analisis Hambatan yang Dihadapi dan Solusi Pemecahan Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas V MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 Peran guru dalam pembinaan kecerdasan Emosional siswa di MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara tahun pelajaran 2014/2015 ternyata berjalan
kurang maksimal seperti yang diharapkan disebabkan
adanya problema-problema sebagai berikut: 1. Terbatasnya waktu pertemuan dan interaksi antara siswa dan guru.
77
Alokasi waktu adalah durasi waktu yg digunakan pada waktu proses pembelajaran itu dimulai sampai berakhirnya proses pembelajaran itu.1 Alokasi waktu pembelajaran PAI di MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara meliputi mata pelajaran Aqidah Akhlaq, Feqih, dan Al Qur’an Hadits, masing-masing 2 jam pertemuan setiap minggu merupakan waktu yang kurang untuk mengembangkan kecerdasan Emosional pada anak didik karena dalam pengembangannya menitik beratkan pada kajian praktek bukan teori semata sehingga untuk kajian teori dan praktek terutama dalam pelaksanaan sholat berjamaah dzuhur membutuhkan durasi waktu yang cukup lama, dari mengkordinir anak, pelaksanaan wudlu dan merapikan barisan. Sebagai solusi pemecahnnya sebaiknya kegiatan waktu istirahat yang kedua di alokasikan tepat saat tiba waktu Dzhur sehingga dengan waktu 15 menit saat istirahat dan 5 menit masuk jam terakhir sudah masuk kelas. 2. Tuntutan nilai yang telah menjadi patokan utama dalam Nilai Raport Penilaian yang yang digunakan pertama Penilaian Aturan Norma (PAN) merupakan cara penilaian yang dilakukan dengan mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas artinya jumlah nilai dari keseluruan siswa dijumlahkan kemudian dibagi jumlah siswa dalam kelas, dari hasil tersebut guru dapat mengetahui hasil belajar dari materi yang disampaikan. Kedua menggunakan Penilaian Acuan 1
Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan KTSP dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 119.
78
Patokan (PAP) adalah cara penilaian yang sangat bergantung pada soalsoal tes yang dikuasai oleh siswa. Nilai tertinggi di kelas akan terlihat dari seberapa banyak jumlah soal yang dapat dijawab dengan tepat oleh peserta didik.2 Nilai PAN atau PAP pada pembelajaran PAI yang ada di MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara yang menjadi batas Standar Ketuntasan Minimal (SKM) adalah 70.00. Tuntutan nilai yang menjadi patokan dalam mata pelajaran PAI membuat guru mau tidak mau harus membuat standar batas nilai minimal (SKM). Terhadap nilai yang kurang harus dikatrol sampai batas nilai SKM padahal dari nilai afektif dan kognitif yang didapat kurang memenuhi persyaratan. Untuk pemecahan masalah tersebut guru melakukan remedial atau melakukan tes kembali untuk mengangkat nilai kurang tersebut selain itu guru mempunyai buku catatan dalam nilai afektif siswa dalam kegiatan pembelajaran. 3. Sebagian guru yang memiliki background pendidikan umum lebih mementingkan penyampaian intelektualitas. Penyampaian
materi
mata
pelajaran
Umum
tentunya
lebih
mementingkan segi rana kognitif saja karena isi materi tidak menyangkut pembinaan kecerdasan Emosional. Sebagai solusi pemecahnnya adalah walaupun materi yang disampaian tidak berisi materi yang menyangkut 2
Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algesindo, 2008), hlm. 115.
79
pembinaan kecerdasaan Emosional tetapi sebagai guru harus memberi tauladan yang baik pada anak, misalnya guru mapel Umum mau mengikuti kegiatan berjamaah sholat dzuhur sebagai realisasi tauladan pada siswa. 4. Kecerdasan Emosional merupakan kecerdasan yang tidak permanen Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif), dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip “hanya karena Allah”.3 Kecerdasan Emosional memang tidak permanent, kondisi ibadah siswa MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara pasang surut kadang disiplin dan terkadang lemah. Sebagai solusi pemecahan guru bekerja sama dengan orang tua wali murid untuk memperhatikan kondisi Emosional anak dengan memberikan bimbingan dan arahan dalam melakukan ibadah dan selalu mengontrol perilakunya dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di rumah. 5. Tidak adanya penilaian tertulis secara langsung. Test tertulis yaitu sekumpulan item pertanyaan atau pernyataan yang direncanakan guru maupun para evaluator sistematis yang tertulis
3
Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, (Jakarta: Penerbit Arga, 2001), hlm. 57.
80
baik pertanyaannya maupun jawabannya guna memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa. 4 Dalam penilaian pengamalan ibadah, yaitu jamaah sholat dzuhur, istighotsah dan baca al qur’an sebelum pembelajaran jam pertama di MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara tidak ada penilaian tertulis dalam buku nilai karena dalam penilaian KTSP lebih mementingkan penilaian kognitif saja tanpa memberikan penilaian afektif sehingga anak kurang bersemangat dalam mengamalkan ibadah tersebut. Sebagai solusi pemecahannya guru mempunyai buku catatan semacam anekdot tentang catatan peristiwa yang dialami anak di sekolah serta mencatat perilaku anak dalam buku tersebut serta memberikan penilaian tersendiri untuk catatan pribadi. Apalagi nanti dalam penerapan kurikulum 2013 penilaian sudah mencakup rana kognitif, afektif dan psikomorik. Adapun catatan mengenai peristiwa yang dialami siswa ada dua Model jurnal yaitu sebagai berikut : a. Jurnal Model Pertama Jurnal catatan guru model pertama ini disusun dengan menuliskan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh peserta didik yang merupakan kekuatan ataupun kelemahannya dalam keterkaitannya dengan kompetensi inti. Jurnal dibuat dalam kartu yang berbeda setiap
4
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Oprasionalnya, (Jakarta:Bumi Aksara, 2009),hlm. 93.
81
siswanya. Satu siswa ditulis dalam satu kartu. Kartu-katu itu dikumpulkan dalam satu folder jurnal. Format jurnal catatan guru model pertama ini adalah sebagai berikut: JURNAL Nama Peserta Didik : .................. Nomor Absen Peserta Didik : .................. Tanggal : .................. Aspek yang diamati : .................. Kejadian : .................. Guru : ............................................................................................................ ............................................................................................................ ............................................................................................................ ............................................................................................................ ............................................................................................................ b. Jurnal Model Kedua Sama seperti halnya pada jurnal model pertama, jurnal model kedua juga disusun dengan menuliskan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh peserta didik yang merupakan kekuatan ataupun kelemahannya dalam keterkaitannya dengan kompetensi inti. Setiap siswa juga mendapat masing-masing bagian jurnal untuknya. Yang membedekannya dari jurnal model pertama hanyalah formatnya. Berikut adalah format untuk jurnal model kedua:
82
JURNAL Nama Peserta Didik : .................. Aspek yang diamati : .................. No
.
Hari/tanggal
Kejadian
Keterangan/tindak lanjut
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan data yang diperoleh serta hasil analisis dari penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Peran Guru Aqidah Akhlak dalam Perkembangan Kecerdasan emosional di MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah meliputi pembinaan kesadaran diri dengan langkah pembinaan kesadaran diri, pembinaan pengaturan diri, pembinaan motivasi, pembinaan berempati dan pembinaan ketrampilan social. 2. Hambatan
yang
Dihadapi
dan
solusi
pemecahannya
dalam
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Spiritual Anak Didik di Kelas VA MI. Matholiul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah terbatasnya waktu pertemuan, tuntutan nilai yang menjadi patokan dalam nilai Raport, sebagai guru pendidikan umum menyampaikan dari segi intlektualitas, kecerdasan spiritual yang tidak permanen dan tidak ada penilaian tertulis secara langsung. Sebagai solusi pemecahannya adalah guru melakukan kegiatan ekstra kurikuler diluar jam belajar sekolah, melakukan remedial, guru memberikan surai tauladan yang baik dengan memberikan perhatian dan bimbingan dan mencatat perilaku siswa dalam buku anekdot.
83
84
B. Saran 1. Lembaga Bagi lembaga pendidikan, diharapkan dapat memberikan perhatian yang khusus terhadap aspek-aspek dan nilai-nilai peningkatan kecerdasan spiritual siswa 2. Guru Kepada para pendidik (guru) di harapkan untuk mampu meningkatkan tiga kecerdasan baik kecerdasan inteligen (otak), kecerdasan emosional maupun kecerdasan spiritual secara seimbang. Seorang guru harus menampakkan dan menjalankan figur yang tidak hanya mengajar (transfer of knowledge) tetapi juga harus mendidik dengan mentransfer nilai-nilai budi pekerti atau akhlak yang baik. 3. Siswa Siswa hendaknya melakukan kegiatan ibadah setiap hari dengan giat sholat berjama’ah dan ibadah yang lain sebagai realisasi ilmu yang didapat dari guru. C. Kata Penutup Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, hidayah dan taufik-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dan tak lupa shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa meskipun dalam proses penulisan ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun dalam penulisan tidak lepas dari
85
kesalahan dan kekeliruan, hal itu semata-mata merupakan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak demi perbaikan yang akan datang untuk mencapai kesempurnaan, Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya serta menambah khazanah pemikiran pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA Al-Hasyimy, Ahmad, Sayyid, Mukhtaar Ahaadits An-Nabawiyah AlMuhammadiyyah wal Hikam, (Semarang: CV Thoha Putra, t.thlm) Arifin, Muzayin , Kapita Selekta Ilmu Pendidikan islam, (Jakarta :PT,Bumi Aksara,2003) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Rineka Cipta, Jakarta, 1993) Bahasa, Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, GBPP Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah, Jakarta, 1997/1998 DEPAG RI, Metodologi Pendiidkan Agama Islam ,(Jakarta, Dirjen P&K, 2001) Goleman, Daniel, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, (Gramedia, Jakarta, 2000) Ginanjar, Agustian, Ary, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual(ESQ), (Jakarta:Arga Wijaya Persada, 2001) Hadi,Sutrisno, Metodologi Research Jilid I, (Yogyakarta : Andi Offset, 1990) , Metodologi Research Jilid II,( Yogyakarta : Andi Offset, 1992) Hadi, Amirul, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1998) Hurlock, Elizabeth B, Perkembangan Anak, Jilid I, (Erlangga, : Jakarta, 1978) Irmayani, Makalah Macam-Macam Pengaturan Diri (Self Regulation) http:// Pengaturan Diri (Self Regulation).wordpress.com (diakses pada tanggal 22 September 2011) Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Pustaka Pelajar Offset:Yogyakarta, 2001) Makalah Rosyid, Kompetensi Kepribadian Sosial, diunggah hari Kamis tanggal 12 Juni 2011 jam 11.30 WIB http://www.rosyid.info/2009/10/kompetensi-kepribadian-sosialdan.html
Mujamma’
Al Mali Fahd, Al Qur’an Dan Arabiyyah:Madinah Munawwaroh1415H)
Terjemahnya,
(Saudi
Mukarromah, Model Pembelajaran Humanistik Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Bimbingan Kecerdasan Emosional Studi Kasus di Kelas X MA Matholi’ul Huda Troso Pecangaan Jepara. Skripsi Jepara : Fakultas Tarbiyah, UNISNU Jepara 2014 Makalah Rosyid, Kompetensi Kepribadian Sosial, diunggah hari Kamis tanggal 12 Juni 2011 jam 11.30 WIB http://www.rosyid.info/2009/10/kompetensi-kepribadian-sosialdan.html Mujamma’ Al Mali Fahd, Al Qur’an Dan Arabiyyah:Madinah Munawwaroh1415H)
Terjemahnya,
(Saudi
Nafis, Muhammad, Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Spiritual (ESQ) Anak Didik di SMPN 1 Kedung kabupaten Jepara. Skripsi Jepara : Fakultas Tarbiyah, INISNU Jepara 2012 Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algesindo Offset, 1989) Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya) Sukmadinata, Syaodih, Nana, Landasan ,(Bandung:Rosda Karya, 2004)
Psikologi
Proses
Pendidikan
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruinya, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010) Sugiyono, Metode Peneltian Pendidikan, (Bandung:Alfabeta, 2006) Sukardi, Metodologi Peneltian Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008) Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta : LP3ES,1986) Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian,( Jakarta : PT. Radja Grafindo Persada, 1988) Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta :PT Raja Grafindo Persada, 1996) Shaleh, Rachman, Abdul, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta : Gemawindu Pancaperkasa, 2000) Tim MGMP Aqidah Akhlak, Modul Aqidah Akhlak Untuk MTs Kelas VIII Semester II, (Jepara:LP Ma’arif NU, 2012)
Undang-undang RI No 14 tahun 2005, (Semarang: Duta Nusindo, 2005) UU Sisdiknas, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007) Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta:Ando Ofset, 2004) Usriyah, Rokhatul. Pengaruh Peranan Guru PAI Terhadap Pembentukan Kecerdasan Emosional Siswa di SMAN I Welahan Jepara, Skripsi Jepara:Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara 2012
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: RIFA’I
NIM
: 131310001366
Tempat, Tgl Lahir
: Jepara, 13 Juni 1966
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Alamat
: Ds. Troso Rt. 01 Rw. 02 Pecangaan Jepara
Pendidikan Formal
:
1. MI. Matholiul Huda Troso Pecangaan Jepara Lulus Tahun 1978/1979. 2. MTs. Walisongo Pecangaan Jepara Lulus Tahun 1981/1982. 3. PGAN Kudus Lulus Tahun 1984/1985
Jepara, 29 April 2015 Peneliti
RIFA’I
Lampiran I
:
Instrumen Wawancara Kepala MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Lampiran II
:
Instrumen Wawancara Guru MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Lampiran III
:
Hasil Wawancara Kepala MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Lampiran IV
:
Hasil Wawancara Guru MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara
Lampiran VII
:
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran VIII
:
Daftar Riwayat Hidup Penulis
INSTRUMEN WAWANCARA KEPALA MI MATHOLI’UL HUDA 01 TROSO PECANGAAN JEPARA
1. Bagaimana sejarah berdirinya MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara? 2. Bagaimanakah letak geografis MI Matholi’ul Huda 01Troso Pecangaan Jepara? 3. Bagaimanakah visi misi MI Matholi’ul Huda 01Troso Pecangaan Jepara ? 4. Bagaimanakah keadaan sarana prasarana di MI Matholi’ul Huda 01Troso Pecangaan Jepara ? 5. Bagaimanakah kurikulum yang digunakan dalan dalam pelaksanaan proses pembelajaran ?
INSTRUMEN WAWANCARA GURU AQIDAH AKHLAK MI MATHOLI’UL HUDA 01TROSO PECANGAAN JEPARA
1. Bagaimanakah peran guru dalam pembinaan Kecerdasan Emosional siswa di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan?. 2. Bagaimanakah peran guru dalam Pembinaan Kesadaran Diri di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015?. 3. Bagaimanakah peran guru dalam Pembinaan Pengaturan Diri di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015?. 4. Bagaimanakah peran guru Pembinaan Kecakapan Motivasi di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015?. 5. Bagaimanakah peran guru Dalam Pembinaan Kemampuan Berempati di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015?. 6. Bagaimanakah peran guru Dalam Pembinaan Kemampuan Ketrampilan Sosial di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015?. 7. Apakah Hambatan yang Dihadapi Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ?
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
UNISNU JEPARA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN LEMBAR PENILAIAN BIMBINGAN SKRIPSI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNISNU JEPARA Setelah kami melakukan proses bimbingan skripsi secara cermat dan teliti, maka draf skripsi mahasiswa tersebut dibawah ini : Nama
:
Siti Halimah
NIM / NIRM
:
227137
Tempat, Tgl. Lahir
:
Jepara, 01 Januari 1989
Alamat
:
Ds. Lebuawu Rt.05/01 Pecangaan Jepara
Judul Proposal
:
Implementasi Metode Pemberian Tugas Rumah Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas VII MTs. Al Hidayah Langon Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2012/2013
Telah kami berikan nilai bimbingan dengan nilai sebagai berikut : Nilai Huruf
Angka
Keterangan
Demikian dan harap maklum. Jepara,
Nopember 2013
Dosen Pembimbing,
WAWANCARA KEPALA MI MATHOLI’UL HUDA 01 TROSO PECANGAAN JEPARA Nama
: Misbahul Anam, S.Pd.I
Jabatan
: Kepala MI Matholi’ul Huda 01
Hari
: Selasa
Tanggal
: 05 Januari 2015
Waktu
: 08.30 – 09.15
T
: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
J
: wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
T
: sebelumnya minta maaf mengganggu sebentar, saya mau minta waktunya sebentar, bagaimana pak ?
J
: ya… tidak apa-apa, saya lagi punya waktu luang
T
: saya mau interview dengan Bapak terkait dengan penelitian saya tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional
Anak Didik di Kelas V MI Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 J
: ya… boleh Pak silakan !
T
: Bagaimana sejarah berdirinya MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara ?
J
: Sejarah berdirinya MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara adalah MI Matholi’ul Huda 01, sebagai pengelola MI Matholi’ul Huda 01. Pembentukan Yayasan dimulai pada tanggal 02 Maret 1947 yang diawali dengan pembentukan Tim 3 yang beranggotakan antara lain K.H. Ali Ahsan, Noor Hadi Djoefri, H. Ahmad Syamsuri. Dalam rapat Tim 9 inilah disepakati tentang penetapan susunan pengurus Yayasan dan Pendirian MI Matholi’ul Huda 01 dan tokoh masyarakat lain yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.
T
: Bagaimanakah letak geografis MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara ?
J
: MI. Matholi’ul Huda 01 adalah madrasah yang terletak di pedesaan yang masyarakatnya modernisasi sebagian masyarakat bertani, wirausaha, buruh, pegawai dan lain sebagainya yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu. Letak madrasah di berbatasan di sebelah utara berbatasan dengan jalan raya Bugel-Pecangaan, sebelah Barat dengan pemukiman penduduk, sebelah Selatan dengan pemukiman penduduk, sedangkan sebelah Timur berbatasan dengan Jalan masuk gang dan pemukiman penduduk. Dilhat dari letak geografi MI. Matholi’ul Huda 01 Troso memiliki letak yang strategis untuk belajar karena dapat dijangkau dengan mudah karena dekatnya dengan jalan raya yang mempunyai luas tanah 3531 M2 yang beralamatkan di Jalan Troso Bugel Pecangaan Jepara
T
: Bagaimanakah visi misi MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara?
J
: Visinya adalah Melaksanakan pendidikan islam dan bimbingan secara utuh jasmani dan rohani, sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.Menumbuhkan semangat dan nilai-nilai keislaman secara intensif kepada seluruh warga madrasah. Dan Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal.
T
: Bagaimanakah keadaan sarana prasarana di MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara ?
J
: MI Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara sebagai lembaga pendidikan
memiliki
sarana
dan
prasarana
sebagai
penunjang
keberhasilan belajar mengajar. Adapun sarana dan prasarana tersebut dapat dilihat pada table 3.4 dan 3.5 dibab III dengan kondisi baik. T
: Bagaimanakah kurikulum yang digunakan dalan dalam pelaksanaan proses pembelajaran ?
J
: dalam menyelenggarakan pendidikan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) yang Mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional yang terdiri dariDalam standar pendidikan nasional terdiri atas 8 isi. Dua diantaranya dari kedelapan standar nasional tersebut adalah Standar Isi ( SI ) dan Standar Kompetensi Kelulusan ( SKL ) yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ), Kementerian Agama ( Kemenag ) dengan penekanan pada bidang ilmu keagamaan T
: cukup sampai di sini pak. Saya ucapkan terima kasih atas semuanya?
J
: ya… sama-sama.
T
: Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
J
: Wa’alaikum Salam warahmatullahi wabarakatuh
WAWANCARA GURU MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK MI MATHOLI’UL HUDA 01 TROSO PECANGAAN JEPARA Nama
: Nur Sa’diyah, S.Ag
Jabatan
: Guru Mata Aqidah Akhlak Kelas V MI Matholi’ul Huda 01
Hari
: Selasa
Tanggal
: 05 Januari 2015
Waktu
: 08.30 – 09.15
T
: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
J
: wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
T
: sebelumnya minta maaf mengganggu sebentar, saya mau minta waktunya sebentar, bagaimana Bu ?
J
: ya… tidak apa-apa, saya lagi punya waktu luang
T
: saya mau interview dengan Ibu terkait dengan penelitian saya tentang Peran Guru Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional
Anak Didik di Kelas V MI Matholi’ul Huda 01 Troso
Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. J
: ya… boleh Pak silakan !
T
: Bagaimanakah peran guru dalam pembinaan Kecerdasan Emosional siswa di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan?
J
: Guru dalam pembinaan Kecerdasan Emosional siswa terdiri dari kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, kemampuan berempati dan ketrampilan social.
T
: Bagaimanakah peran guru dalam Pembinaan Kesadaran Diri di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015? J
: Untuk membina kemampuan kesadaran diri para guru menanamkan pada siswa bahwa Allah mengangkat derajat manusia dengan ilmu yang dimilikinya sehingga dengan seperti itu akan menumbuhkan kesadaran
diri yang kuat pada siswa untuk rajin menuntut ilmu. Memberikan peraturan bawa antara siswa dan siswi tidak boleh mengadakan kontak langsung (bercanda kelewatan) antara siswa dan siswi
dilarang
melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dengan alasan bukan muhrim. Selalu menanamkan pada siswa untuk berpegang teguh pada kebenaran dengan
memberikan
tauladan-tauladan
yang
baik,
memberikan
pengarahan apa yang seharusnya dilakukan dan yang tidak baik untuk dilakukan, misalnya melalui pelajaran Akidah Akhlak, ta’lim mutaalim dan sebagainya. Guru bekerjasama dengan orang tua dan para pengurus pondok pesantren untuk selalu mengamati perkembangan mereka, dengan cara mengadakan pertemuan rutin 2 bulan sekali. Mengenali emosi siswa dan membantu siswa menyelesaikan masalah dengan menemukan solusi. Yang dilakukan guru dalam hal ini bersangkutan dengan
waka kesiswaan yaitu jika ada siswa yang
bermasalah maka diajak berkomunikasi secara langsung, guru berusaha menajak siswa terbuka atas masalah yang dihadapi kemudian memberikan solusi karena tugas guru sebenarnya bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja tetapi lebih cenderung sebagai orang tua kedua sehingga siswa akan merasa nyaman saat bersama dengan guru mereka T
: Bagaimanakah peran guru dalam Pembinaan Pengaturan Diri di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015? J
: Guru melibatkan siswa secara optimal dalam pembelajaran baik secara fisik, sosial, maupun emosional Dalam hal ini, peran yang dimainkan guru yaitu melatih siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajar, menanamkan pada siswa sikap pandai bersosialisasi antar teman, guru, dan sesama, menuntun siswa pandai dalam menyikapi emosi, mengendalikan dan menggiringnya ke arah positif. Melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa dalam organisasi, guru
mengarahkan siswa untuk latihan memimpin, membangun tim yang handal, meningkatkan tanggung jawab dan kerjasama, serta melatih siswa mampu mengatur diri dalam kelompok untuk bertindak dan melaksanakan tugas dengan maksimal. Dalam pergaulan antar siswa ditanamkan rasa kekeluargaan sehingga siswa mampu mengatur emosi diri demi terwujudnya lingkungan sekolah yang menyenangkan. T
: Bagaimanakah peran guru Pembinaan Kecakapan Motivasi di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun Pelajaran
2014/2015? J
: Membangkitkan semangat pada siswa yaitu membangkitkan semangat dulu dalam diri seorang guru baru kemudian menanamkan semangat pada siswa, karena jika guru semangat dalam mengajar secara langsung siswapun akan tertarik pada suasana tersebut, guru memberikan nasihat bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi seorang muslim, ilmu akan mengangkat derajat kita, tidak jarang juga guru memberikan hadiah dan hukuman pada siswa untuk menumbuhkan motivasi. Mengembangkan sifat inisiatif pada siswa untuk selalu melakukan hal-hal yang baik tanpa disuruh misalnya jika ada tugas dari sekolah langsung dikerjakan dengan usaha yang maksimal. Menanamkan pada siswa untuk selalu menghargai waktu yang ada untuk melakukan hal-hal yang efektif dan efisien. Dalam mengajar guru memposisikan dirinya sebagai figur yang tidak hanya menyampaikan ilmu tetapi kadang di suatu saat menjadi orang tua yang memberikan nasihat-nasihat yang baik dengan cara yang baik pula sehingga siswa merasakan kondisi yang menyenangkan di lingkungan sekolah. Menuntut aktif siswa dalam proses belajar mengajar. Memberikan
kebebasan
pada
siswa
mengeluarkan
pendapat,
mengekspresikan apa yang mereka inginkan agar mereka tidak merasa terpenjara dalam lingkungan madrasah meskipun guru masih pemantau dan pembimbing agar siswa tetap dalam demokratis yang masih berada dalam koridor peraturan yang berlaku. T
: Bagaimanakah peran guru Dalam Pembinaan Kemampuan Berempati di
Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan
Jepara Tahun
Pelajaran 2014/2015? J
: Menumbuhkan sikap empati antar sesama. Yang dilakukan guru disini dianjurkan pada siswa untuk menyisihkan sebagian saku buat disedekahkan untuk membantu sesama yang membutuhkan, kegiatan ini di lakukan seminggu sekali. Mewajibkan siswa untuk saling tolong menolong antar sesama. Mengajarkan untuk selalu menghargai dan menghormati perasaan orang lain. Mengajarkan pada anak bagaimana bersosialisasi yang baik dengan masyarakat, misalnya jika ada tetangga di dekat lingkungan sekolah terkena musibah misalnya kematian maka sebagian siswa di anjurkan untuk tahlil bersama dan memberikan sedikit bantuan untuk meringankan beban, dan diharapkan siswa mampu untuk menjaga tingkah laku yang positif baik di lingkungan madrasah ataupun lingkungan sosial/masyarakat.
T
: Bagaimanakah peran guru Dalam Pembinaan Kemampuan Ketrampilan Sosial di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015?
J
: Membangun interaksi dan kerja sama yang positif antara siswa, melalui organisasi yang ada di lingkungan sekolah. Mengajak siswa untuk menjalin hubungan yang positif dengan masyarakat sekitar, yaitu dengan memberikan peraturan-peraturan pada siswa untuk tidak melakukan halhal yang negatif yang meresahkan masyarakat seperti tindakan kriminalitas, seperti tawuran, penodongan, pencurian dan lain-lain, sehingga
tindak
kriminalitas
dari
siswa
dapat
diminimalisir.
Menanamkan pada siswa selalu pandai beradaptasi di lingkungan dimanapun mereka berada, mematuhi norma yang berlaku di masyarakat. Menumbuh kembangkan sikap yang tidak mudah menyerah untuk menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupan. T
: Apakah Hambatan yang Dihadapi Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Didik di Kelas V MI. Matholi’ul Huda 01 Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015 ?
J
: Kendala yang ditemui ketika membina kecerdasan spiritual anak didik, yaitu terbatasnya waktu pertemuan, tuntutan nilai yang menjadi patokan dalam nilai ujian, sebagai guru pendidikan umum menyampaikan dari segi intlektualitas, kecerdasan spiritual yang tidak permanen dan tidak ada penilaian tertulis secara langsung.
T
: cukup sampai di sini Bu. Saya ucapkan terima kasih atas semuanya?
J
: ya… sama-sama.
T
: Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
J
: Wa’alaikum Salam warahmatullahi wabarakatuh
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
“ MTs. AL HIDAYAH”
Desa Langon Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara
REKOMENDASI RESEARCH No. : 011 / MTs. A.H/ 16 / 06 / 2013
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Yang bertanda tangan dibawah ini kami sebagai Kepala MTs. Al Hidayah Langon Tahunan Jepara, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Mahasiswa tersebut dibawah ini : Nama
: Siti Halimah
NIM
: 227137
Progdi
: S.1/Tarbiyah
Judul
: Implementasi
Metode
Pemberian
Tugas
Rumah
Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Siswa Kelas VII MTs. Al Hidayah Langon Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2012/2013 Nama tersebut diatas benar-benar telah melaksanakan research untuk menyusun skripsi di MTs. Al Hidayah Langon Tahunan Jepara mulai tanggal 14 Juni sampai dengan 14 Juli Tahun Pelajaran 2013. Dengan demikian kepada yang bersangkutan untuk bisa menjadikan periksa dan maklum adanya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Jepara, 16 Juni 2013 Kepala MTs. Al Hidayah Langon
ALI MIFTAH, S. Ag