IMPLEMENTASI MODEL ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN AL-QUR’AN (Studi Pada TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec. Jepon, kab. Blora pada Tahun Ajaran 2010/2011)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh: Misbakhul Anam NIM: 063111136
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Misbakhul Anam
NIM
: 063111136
Jurusan/Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.,
Semarang, 28 Mei 2012 Saya yang menyatakan,
Misbakhul Anam NIM: 063111136
ii
KEMENTERIAN AGAMA R. I. INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax. 7615387 PENGESAHAN Naskah skripsi dengan: Judul : Implementasi Model Assessment Pada Pembelajaran alQur’an (Studi Pada TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora Pada Tahun Ajaran 2010/2011) Nama : Misbakhul Anam NIM : 063111136 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Telah diujikan dalam siding munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Semarang, 28 Mei 2012 DEWAN PENGUJI Ketua,
sekretaris,
Dr. H. Mustaqim, M.Pd NIP.19590424 198303 1 005
H. Mursid, M.Ag NIP.19670305 200112 1 001
Penguji I,
Penguji II,
Dr. Muslih, MA NIP.150276926
Drs. Darmuin, M.Ag NIP.19640424 199303 1 003
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. H. Raharjo, M.Ed.St NIP: 19720405 199903 1 001
Drs. H. Fatah Syukur, M.Ag NIP: 19651123 199103 1 003
iii
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 28 Mei 2012
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Semarang Assalamu’alaikum wr. wb Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : Implementasi Model Assessment Pada Pembelajaran alQur’an (Studi Pada TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora Pada Tahun Ajaran 2010/2011) Nama : Misbakhul Anam NIM : 063111136 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah. Wassalamu’alaikum wr. wb
Pembimbing I,
Dr. H. Raharjo, M.Ed.St NIP: 19720405 199903 1 001
iv
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 28 Mei 2012
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Semarang Assalamu’alaikum wr. wb Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : Implementasi Model Assessment Pada Pembelajaran alQur’an (Studi Pada TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora Pada Tahun Ajaran 2010/2011) Nama : Misbakhul Anam NIM : 063111136 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasyah. Wassalamu’alaikum wr. wb
Pembimbing II,
Drs. H. Fatah Syukur, M.Ag NIP: 196511 23 199103 1 003
v
ABSTRAK Judul : Implementasi Model Assessment Pada Pembelajaran al-Qur’an (Studi Pada TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora Pada Tahun Ajaran 2010/2011) Penulis : Misbkhul Anam NIM : 063111136 Skripsi ini membahas Implementasi Model Assessment Pada Pembelajaran al-Qur’an (Studi Pada TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora Pada Tahun Ajaran 2010/2011). Permaslahan dalam penelitian ini yaitu penguasaan siswa terhadap materi pelajaran al-Qur’an. Dengan rumusan masalah yaitu bagaimana implementasi model assessment pada pembelajaran alQur’an di TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora pada tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif lapangan dengan teknik pengumpulan data model interview, observasi dan dokumentasi. Adapun analisisnya menggunakan analisis deskriptif dengan logika induksi dan diduksi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan model assessment dalam proses mengajar di TPQ Nurul Qur’an mengenai kefasihan cara baca alQur’an dari santri, kolaborasi pengetahuan al-Qur’an dengan kecakapan dalam baca al-Qur’an, serta pembentukan kepribadian santri yang religius. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penilaian model assessmen merupakan suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan kedisiplinan, menejemen pembelajaran dan pengelolaan kelas. Dalam penelitian ini aspek yang dipandang kurang meliputi pembelajaran terpusat pada guru atau sifatnya hanya transfer knowlidge saja. Kurangnya perhatian terhadap psikologi santri yang latarbelakangnya variatif. (2) pelaksanaan penilaian model assessment di TPQ Nurul Qur’an memberikan kontribusi terhadap guru menjadi lebih memahami cara pengelolaan kelas yang kondusif dan penerapan menejemen pembelajaran lebih disiplin dan afektif. Sementara itu untuk santri sendiri mengharuskan agar mendukung pelaksanaan pembelajaran alQur’an lebih maksimal dan disiplin. Adapun sarana dan prasarana yang cukup memadai dapat mengantarkan santri untuk berkembang menjadi kepribadian yang mandiri dan bertanggung jawab. Dalam penelitian ini temuan tersebut memberikan acuan terhadap penilaian atau evaluasi dalam pembelajaran khususnya pembelajaran al-Qur’an di TPQ Nurul Qur’an agar lebih baik dan sebagai bagian untuk memperbaiki penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam.
vi
MOTO
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rum: 30) 1
1
Terjemah DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Toha Putra, 1990),
hlm.645.
vii
PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati, karya ini peneliti persembahkan kepada: 1. Ayahanda (Suwito, S.Pd) dan Ibu (Masturoh, S.Ag) yang dengan segenap tenaga bekerja untuk dapat menghidupiku baik jasmani maupun rohani, dengan cinta dan kasih sayang mengasuhku hingga ku dewasa, dengan zikir dan doa selalu memohonkan ampunan dan banyak hal kepada-Nya demi kebaikanku. 2. Kakak (Lia Amalia Rahmawati, S.Pd.AUD), satu-satunya kakak yang selalu memberi motivasi dan doa kepada adiknya. 3. Adik (Eny Fatimatus Sholicha), satu-satunya adik yang selalu memberi motivasi dan doa kepada kakaknynya.
viii
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah serta ridha-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul, “Implementasi Model Assessment Pada Pembelajaran al-Qur’an (Studi Pada TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora Pada Tahun Ajaran 2010/2011)” yang penulis susn dalam karya ilmiah skripsi. Shalawat dan salam senantiasa tersanjung kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis sampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi penulis, terutama kepada: 1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang beserta para stafnya. 2. Nasirudin, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 3. Dr. H. Raharjo, M.Ed.St, dan Drs. H. Fatah Syukur, M.Ag, selaku dosen pembimbing yang berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk dapat memberikan arahan, saran, doa, serta motivasi kepada penulis. 4. Djoko Widagdho, selaku wali studi yang telah memberikan motivasi, saran, arahan danm doa kepada penulis. 5. Para Bapak dan Ibu dosen pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 6. Penasehat TPQ Nurul Qur’an, KH. Abdul Majid, yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian. 7. Kepala TPQ Nurul Qur’an, H. Minardi yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian. 8. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang dengan tulus mencurahkan usaha, doa dan kasih sayangnya telah memberikan spirit sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya.
ix
9. Semua pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis dam proses penulisan skripsi ini yang tidak bisa sebutkan satu per satu. 10. Sahabat-sahabatku PAI paket C terutama Khafid, Mbah Pud, Suherman, Ita, Lia yang selalu menemani ruang hidupku. 11. Keluarga besar IMPARA (Ikatan Mahasiswa dan Pelajar Blora) komisariat IAIN Walisongo Semarang. 12. Keluarga besar sanggar pakenthon & jam’iyyatul ubrudiyah: Ahnaf, Ridho, Aziz, Amron, Sarif, Faisol, Said, Waweng, Kencur, Pak Black, Kiky, Ully, Ibnu. 13. Tim PPL di Al Asror Patemon Gunungpati dan tim KKN di Tedunan, Batang. Penulis sadar bahwa dalam penelitian skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kekeliruan, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Ucapan terima kasih yang dapat penulis haturkan, semoga amal dan jasa yang telah diberikan menjadi amal yang baik dalam kehidupan ini serta diterima oleh Allah SWT. Dan Pada akhirnya, semoga skripsi bermanfaat. Amin
Semarang 28 Mei 2012 penulis
Misbakhul Anam NIM: 063111136
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................
ii
PENGESAHAN ............................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING .................................................................................
iv
ABSTRAK ....................................................................................................
v
MOTTO ........................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………........
x
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………………
1
B. Batasan Istilah ……………………………………………...
4
C. Rumusan Masalah ………………………………………….
6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………….
6
BAB II : MODEL DAN TEKNIK PENILAIAN (ASSESSMENT) PADA TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN A. Kajian Pustaka……………………………………………...
8
B. Kerangka Teori……………………………………………..
10
1. Model Assessment……………………………………...
10
a. Pengertian Assessment……………………………..
10
b. Prinsip-prnsip Assessment …………………………
11
c. Jenis-jenis Assessment …………………………….
13
d. Karakteristik Assessment ………………………….
15
e. Aspek-aspek Assessment ………………………….
16
f. Teknik Pemilihan jenis Assessment ……………….
20
2. Pembelajaran al-Qur’an………………………………..
21
a. Pengertian al-Qur’an ……………………………....
21
b. Materi pembelajaran al-Qur’an ……………………
22
xi
c. Tujuan pembelajaran al-Qur’an ……………………
25
d. Proses pembelajaran al-Qur’an …………………….
28
e. Metode pembelajaran al-Qur’an …………………...
32
f. Evaluasi pembelajaran al-Qur’an ………………….
38
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……………………………………………
39
B. Waktu dan tempat penelitian ……………………………..
39
C. Sumber Penelitian ………………………………………..
39
D. Fokus Penelitian ………………………………………….
40
E. Teknik Pengumpulan Data ………………………………..
41
F. Teknik Analisis Data ……………………………………...
42
BAB IV : MODEL ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN AL QUR’AN DI TPQ NURUL QUR’AN DI DS. KEMIRI KEC. JEPON KAB. BLORA TAHUN 2010-2011 A. Data Umum.........................................................................
44
1. Sejarah Berdirinya TPQ Nurul Qur’an ........................
44
2. Tujuan Pendirian Pemebelajaran di TPQ Nurul Qur’an ………………………………………………..
46
3. Letak Geografis TPQ Nurul Qur’an …………………
47
4. Keadaan Ustadz dan Santri TPQ Nurul Qur’an ………
48
5. Struktur Organisasi TPQ Nurul Qur’an ………………
49
6. Kurikulum Pembelajaran TPQ Nurul Qur’an ………..
50
7. Sarana Prasarana TPQ Nurul Qur’an ...........................
54
B. Data Khusus………………………………………………
55
1. Pelaksanaan Penilaian Dalam Pembelajaran …………
55
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran …...
59
C. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………..
62
xii
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………….
65
B. Saran ……………………………………………………...
66
C. Penutup …………………………………………………..
67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menurut pengertian modern, kurikulum meliputi segala aspek kehidupan dan lapangan hidup manusia dalam masyarakat modern ini yang dapat dimasukkan ke dalam tanggung jawab sekolah, yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan pribadi murid serta memberi sumbangan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Dari pengertian tersebut di atas jelaslah bahwa kurikulum bukan hanya apa yang tercantum di dalam “Buku Pedoman Kerja” atau “Garis-garis Besar Program Pengajaran”, melainkan mencakup semua kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan sekolah, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka kurikulum sekolah diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan harus sejalan dengan tuntutan pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah dan rakyat Indonesia. Seperti yang telah digariskan di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), pembangunan di bidang pendidikan didasarkan atas Falsafah Negara
Pancasila
diarahkan
untuk
membentuk
manusia-manusia
pembangunan yang berjiwa Pancasila; manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, memiliki kreativitas dan tanggung jawab, bersifat demokratis, penuh tenggang rasa, berbudi pekerti yang luhur, cinta bangsa dan sesama manusia, sesuai dengan ketentuan yang termasuk di dalam Undang-Undang Dasar 1945.1
1
M. Ngalim Purwanto, “Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran”, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya), Hlm 1
Di dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3 dinyatakan:2 “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Dalam rangka melakukan refleksi pendidikan nasional saat ini, baiklah dikatakan bahwa pelaksanaan Ujian Nasional tahun 2007 ini yang masih saja diposisikan sebagai penentu kelulusan siswa SMP dan SMA telah jelas semakin menggerogoti kinerja Sistem Pendidikan Nasional. Jika sistem bisa didefinisikan sebagai sebuah koleksi komponen yang konfigurasikan untuk mencapai tujuan, maka Ujian Nasional justru menjauhkan Sisdiknas ini dari tujuannya. Ujian Nasional telah mengakibatkan efek-efek negatif yang jauh lebih parah di masyarakat daripada yang digambarkan oleh Ivan Illich pada tahun 1970-an dalam bukunya yang terkenal, Deschooling Society. Tujuan Sisdiknas adalah melahirkan warga negara yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk hidup sebagai warga negara yang kontributif, seperti kejujuran, disiplin, dan kesanggupan mengambil tanggung jawab.3 Sementara perubahan kebijakan merupakan gejala yang wajar karena perubahan lansekap tantangan yang dihadapi, serta keinginan untuk melakukan perbaikan terus menerus, masih saja orang mengeluhkan tentang “Ganti Menteri Ganti Kebijakan” untuk pembangunan pendidikan kita. Perubahan kebijakan pendidikan mutakhir yang penting adalah kebijakan tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebagai pengganti kebijakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KTSP secara konsep
sejalan dengan konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai 2
DIRJEN Pendidikan Islam DEPAG RI, “Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta 2006, Hlm 8-9 3 Daniel Mohammad Rosyid, “Pendidikan Nasional di Era Reformasi”, (SIC, 2008), Hlm 1
perwujudan desentralisasi pembangunan pendidikan hingga ketingkat satuan pendidikan. Dalam konteks ini segera perlu dicatat, bahwa salah satu sebab terpenting mutu pendidikan nasional yang rendah saat ini adalah karena pendidikan, terutama pendidikan dasar, selama tiga dekade terakhir tidak disajikan oleh guru yang profesional. Akibatnya adalah kebijakan-kebijakan pemerintah yang sering berubah-ubah ini gagal diterjemahkan secara efektif di tingkat satuan pendidikan. Yang terjadi kemudian adalah kelompok guru belum memahami. Jangankan melaksanakan dan menghayati implikasi kebijakan-kebijakan yang baru tersebut, kebijakan yang lama pun kebanyakan masih belum terimplementasi secara efektif.4 Penilaian berbasis kelas berorientasi pada kompetensi yang ingin diicapai dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas, ketercapaian ini bisa mengacu pada patokan tertentu dan atau ketuntasan belajar, yang dilakukan melalui berbagai cara, misalnya melalui Portofolio, Produk, Proyek, Kinerja, Tertulis, atau Penilaian Diri (self assessment).5 Implementasi Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, membawa implikasi terhadap model dan teknik penilaian proses dan hasil belajar. Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik kepada guru dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran. Penilaian (assessment) merupakan istilah yang umum dan mencakup semua metode yang biasa dipakai untuk mengtahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai untuk kerja individu peserta didik atau kelompok.6
4
Daniel Mohammad Rosyid, “Pendidikan Nasional di Era Reformasi”, Hlm 25 5 Masnur Muslich, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahamam dan Pengembangan”, (Jakarta : Bumu Aksara), Hlm 78 6 Masnur Muslich, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahamam dan Pengembangan”, Hlm. 13-15
Model pembelajaran berbasis penilaian (assessment) merupakan satu bentuk perubahan pola pikir tersebut, yaitu sesuai inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik. Model pembelajaran ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan partisipasi peserta didik, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum (public policy), memberanikan diri untuk berperan serta dalam kegiatan antar siswa, antar sekolah, dan antar anggota masyarakat. Dalam penilaian pembelajaran al-Qur’an ada beberapa problematika yang dihadapi oleh guru dan siswa. Problematika yang muncul antara lain penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, latar belakang siswa, metode mengajar guru dalam menyampaikan materi pelajaran, nilai yang diperoleh siswa setelah menerima materi pelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka penulis tertarik untuk meneliti secara lebih mendalam dan menyeluruh dengan judul : Implementasi Model Assessment Pada Pembelajaran al-Qur’an di TPQ Nurul Qur’an Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora.
B. Batasan Istilah Untuk menghindari perbedaan penafsiran maupun persepsi dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa batasan arti dalam istilah-istilah yang terkandung dalam judul tersebut. 1. Implementasi Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky (1979) mengemukakan implementasi sebagai evaluasi.7 2. Model Model adalah secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi unuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif.8 7
Syafruddin Nurdin, “Guru Profesional & Implementasi Kurikulum”, (Ciputat: Ciputat Pers, 2002), Hlm 70
3. Assessment Penilaian (Assessment) adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan.9 4. Pembelajaran Pembelajaran adalah merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakekatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.10 5. Al-Qur’an “Qur’an” menurut bahasa berarti “bacaan”. Di dalam al-Qur’an sendiri ada pemakaian kata “Qur’an” dalam arti demikian sebagai tersebut dalam ayat 17,18 surat (75) al-Qiyamah:
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.11 Kemudian dipakai kata “Qur’an” itu untuk al-Qur’an yang dikenal sekarang ini. Adapun definisi al-Qur’an ialah: “Kalam Allah SWT yang merupakan
mukjizat
yang
diturunkan
(wahyukan)
Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah”.
8
kepada
Nabi
12
Trianto, “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif”, (Jakarta: Prenada Media Group, Cet ke 2, 2010), Hlm 17 9 Sarwiji Suwandi, “Model Assessment Dalam Pembelajaran” (Surakarta: Mata padi Presindo, 2009), Hlm 7 10 Trianto, “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif”, Hlm 21 11 Departemen Agama Republik Indonesia, “Al-Qur’an dan Terjemahnya”, (Jakarta: CV Toha Putra Semarang, 1989), Hlm 999 12 Departemen Agama Republik Indonesia, “Al-Qur’an dan Terjemahnya”, Hlm 16
6. TPQ Nurul Qur’an Ds. Kemiri, Kec. Jepon, kab. Blora TPQ Nurul Qur’an Ds. Kemiri, Kec. Jepon, kab. Blora adalah salah satu Sekolah Madrasah yang berada di wilayah Kab. Blora. C. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana implementasi model assessment pada pembelajaran al-Qur’an di TPQ Nurul Qur’an di Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora pada tahun ajaran 2010/2011? D. Tujuan dan Manfaat penelitian a. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penerapan model assessment dalam proses mengajar di TPQ Nurul Qur’an
b. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peserta Didik
Meningkatkan rasa percaya diri, tanggung jawab, kerjasama, dan keaktifan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam pelajaran alQur’an
2. Bagi Guru
Untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik.
Memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran.
Memotivasi peserta didik untuk belajar lebih baik.
3. Bagi Lembaga
Diperoleh panduan inovatif model pembelajaran assessment yang diharapkan dapat dipakai di kelas-kelas lainnya di TPQ Nurul Qur’an.
4. Bagi Peneliti
Setelah penelitian ini, peneliti akan mengetahui bagaimana model assessment bisa dijadikan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan belajar peserta didik dan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan lembaga TPQ.
Menambah khasanah pemikiran dan pengetahuan penulis tentang model-model evaluasi pembelajaran dalam bidang materi ajar alQur’an.
Sebagai salah satu sarat untuk meraih gelar Sarjana Strata satu (SI) dalam bidang Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN Walisongo).
BAB II MODEL DAN TEKNIK PENILAIAN (ASSESSMENT) PADA TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN A. Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini, penulis menelusuri sejumlah penelitian sebelumnya yang dijadikan bahan kajian yang relevan dengan permasalahan yang penulis teliti saat ini. Tujuannya untuk memperoleh gambarangambaran, serta mencari titik-titik perbedaan dengan masalah yang tengah penulis teliti. 1. Skripsi saudari Nurul Muna1, Nim 3100333, lulus tahun 2005 jurusan PAI fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.dengan judul “Kesiapan Guru Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di MTS Muhammadiyah Tersono kab Batang tahun 2004/ 2005”. Hasil penelitian tersebut, bahwa dalam pelaksanaan KBK para Guru menggunakan pendeketan CTL (Contextual Teaching and Learning) yang menerapkan komponen-komponen CTL, yaitu: konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya yaitu dengan penilaian berbasisi portofolio yang meliputi penilaian dari aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotor yang dilakukan di dalam maupun di luar. Kalau kesamaanya mengenai perihal evalusai namun target operasionalnya penelti sebelumnya adalah tenaga pendidik (aspek kognitif dan profesinya), sedangkan peneliti ini valuasi terhadap ranah afektif siswa sebagai implementasi dari PBM yang berlangsung.
1
Nurul Muna, “Kesiapan Guru Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di MTS Muhammadiyah Tersono kab Batang tahun 2004/ 2005”. Skripsi fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005)
2. Skripsi Shofhal Jamil2, NIM 3199012 yang berjudul “Implementasi penilaian Aspek psikomotorik Pendidikan Agama Islam di SD Islam Al Azhar 25 Semarang” skripsi tersebut membahas tentang pelaksanaan penilaian aspek psikomotorik pada mata pelajaran PAI, hal ini berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu tentang implementasi model assessment pada pembelajaran yang membahasnya lebih luas, tidak hanya pada aspek psikomotorik saja, akan tetapi penilaian aspek kognitif aspek afektif juga dinilai. Implementasi yang diharapkan penelitian sebelumnya merupakan perihal evaluasi ranah psikomotorik sebagai tahun kajian dari materi PAI, sedangkan penelitian ini evaluasi yang ditujukan pada aspek kesadaran diri dari siswa bahwa bukan sekedar pengamalan materi, melainkan seberapa memahami manfaat dan tujuan pembelajaran al-Qur‟an dalam diri santri. 3. Skripsi Indah Nihayati3, NIM 3101072 yang berjudul “Implementasi Program Akselerasi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Hj. Isriati Semarang Tahun Ajaran 2005/ 2006”. Skripsi tersebut membahas tentang pelaksanaan program akselerasi dalam pembelajaran PAI, sedangkan skripsi yang penulis lakukan tentang implementasi model assessment pada pembelajaran yang mengukur semua aspek, baik itu aspek kognitif, afektif dan aspek psikomotorik dari peserta didik. Pemenuhan aspek kognitif sebagai orientasi dengan cara perubahan materi ajar. Sedangkan penelitian ini menggunakan materi yang ada dengan orientasinya sebagai stimulus/ modal siswa untuk menemukan kesadarannya.
2
Shofhal Jamil, “Implementasi Penilaian Aspek psikomotorik Pendidikan Agama Islam di SD Islam Al Azhar 25”. Semarang, Skripsi fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005) 3 Indah Nihayati, “Implementasi Program Aselerasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Hj. Isriati Semarang Tahun Ajaran 2005/ 2006”. Semarang, Skripsi fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005)
Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat ditegaskan bahwa penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian yang hendak dilakukan. Penelitian ini dutujukan untuk mengetahui penguasaan santri terhadap materi ajar al-Qur‟an melalui model assessment lebih akurat dan afektif, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektifnya. Maksudnya dengan model assessmnet ini santri nantinya akan memiliki kedisplinan dan daya berkompetisi yang tinggi, sehingga motivasi tersebut diharapkan akan menghasilkan kesadaran yang datang dari pribadi santri sendiri. Oleh karena itu, penulis akan menganalisis model assessment pada pembelajaran Al-Qur‟an yang akan diterapkan pada TPQ Nurul Qur‟an Ds Kemiri. Nantinya model penelitian yang penulis tawarkan lebih spesifik terhadap evaluasi pelaksanaan pembalajaran yang akan belangsung. B. Kerangka Teori 1. Model Assessment a. Pengertian Assessment Penilaian (assessment) merupakan istilah yang umum dan mencakup semua metode yang biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai untuk kerja individu peserta didik atau kelompok. Menilai mengandung arti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan berdasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik-buruk, sehat-sakit, pandai-bodoh dan lain-lain. Penilaian yang demikian sifatnya kualitatif. Namun istilah penilaian mempunyai arti yang lebih luas daripada istilah pengukuran. Pengukuran sebenarnya hanya merupakan suatu langkah atau tindakan yang kiranya perlu diambil dalam rangka pelaksanaan evaluasi, dimana tidak semua penilaian harus didahului dengan pengukuran secara lebih nyata. Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat. Penilaian untuk memperolah berbagai ragam informasi tentang sejauhmana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi
peserta didik. Proses penilaian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar peserta didik Proses
penilaian
mencakup
pengumpulan
bukti
untuk
menunjukkan pencapaian belajar (ketercapaian kopetensi) dari peserta didik. Menurut Griffin dan Nix (1991) penilaian adalah suatu pernyataan
berdasarkan
sejumlah
fakta
untuk
menjelaskan
karakteristik seseorang atau sesuatu.4 b. Prinsip-prinsip Penilaian (Assessment)5 Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas (2002) enjelaskan bahwa secara umum, penulaian berbasis kelas harus memenuhi prinsipprinsip:
“valid,
terbuka,
berkesinambungan,
menyeluruh,
dan
bermakna” 1) Valid (tepat). Dalam prinsip ini, alat ukur yang digunakan dalam penilaian berbasis kelas harus betul-betul mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya, guru ingin mengukur ketrampila peserta didik dalam mengetik sepuluh jari, kemudian guru menggunakan tes lisan tentang tugas-tugas kesepuluh jari tersebut, maka ada kemungkinan bukan aspek ketrampilan yang diukur, melainkan aspek pemahaman tentang tugas-tugas kesepuluh jari tersebut dalam mengetik. Pengukuran yang demikian dikatakan tidak valid. Contoh lain, jika dalam kegiatan pembelajaran melakukan kegiatan observasi, maka kegiatan observasi tersebut harus menjadi objek penilaian berbasis kelas. Dengan kata lain, agar prinsip ini dapat dijadikan acuan, maka proses dan hasil penilaian berbasis kelas harus
betul-betul
relevan
dan
berorientasi
kepada
upaya
pencapaian kompetensi dan hasil belajar peserta didik.
4
Mimin Haryati, “Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan”, (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, cet 1, 2007), Hlm 15 5 Zaenal Arifin, “Evaluasi Pembelajaran” (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), Hlm 187-188
2) Mendidik. Banyak proses dan kegiatan penilaian yang dilakukan guru membuat peserta didik menjadi ketakutan. Apalagi jika peserta didik memperoleh nilai (angka) kecil. Padahal angka yang tinggi bukan menjadi tujuan penilaian. Di dalam penilaian berbasis kelas, guru harus dapat memberikan penghargaan, motivasi d an upaya-upaya mendidik lainnya kepada peserta didik yang berhasil serta membangkitkan semangat bagi peserta didik yang kurang berhasil. Sebaliknya, peserta didik yang kurang berhasil harus dapat memahami bahwa hasil yang dicapai merupakan suatu pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh harus menjadi feedback bagi perbaikan kegiatan pembelajaran. 3) Berorentasi pada kompetensi. Penilaian berbasis kelas dilakukan dalam
rangka
membantu
peserta
didik
mencapai
standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar
yang
telah
ditetapkan
dalam
kurikulum
berbasis
kompetensi. Untuk itu, semua pendekatan, model 4) Adil dan objektif. Kata “adil dan objektif” memang mudah diucapkan, tetapi susah dilaksanakan karena penilai itu sendiri adalah manusia biasa, yang tidak luput dari faktor subjektifitas. 5) Terbuka. Sistem dan hasil penilaian berbasis kelas tidak boleh disembunyikan atau dirahasiakan oleh guru. Apapun format dan model penilaian yang digunakan harus terbuka dan diketahui oleh semua pihak, termasuk kriteria dalam membuat keputusan. 6) Berkesinambungan. Penilaian berbasis kelas tidak hanya dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran saja, tetapi harus dimulai dari awal sampai akhir pembelajaran, terencana, bertahap dan berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan agar hasil belajar peserta didik dapat diperoleh secara utuh dan komprehensif.
7) Menyeluruh. Penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik harus dilakukan secara menyeluruh, utuhdan tuntas, baik yang berkenaan dengan domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. 8) Bermakna. Penilaian berbasis kelas harus memberikan makna kepada berbagai pihak untuk melihat tingkat perkembangan penguasaan kompetensi peserta didik sehingga hasil penilaian dapat ditindaklanjuti, terutama bagi guru, orang tua, dan peserta didik. c. Jenis-jenis Penilaian (Assessment)6 1) Tes Tertulis. Ters tertulis merupakan tes dalam bentuk bahan tulisan (baik soal maupun jawabannya). Dalam menjawab soal siswa tidak selalu harus merespons dalam bentuk menulis kalimat jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk mewarnai, memberi tanda, menggambar grafik, diagram dan sebagainya. Contoh : khod/ menulis. 2) Penilaian Kinerja (Performance Assessment) Performance Assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan bahwa “Performance Assessment” adalah suatu penilaian
yang meminta peserta tes untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan criteria yang diinginkan. Contoh : praktek wudhu, praktek sholat, penerapan bacaan tajwid dalam pembacaan al-Qur‟an.
6
Abdul Majid, “Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru”. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Hlm 195-216
3) Penilaian Portofolio Portofolio merupakan kumpulan atau berkas pilihan yang dapat memberikan informasi bagi suatu penilaian. Contoh: khot/ menulis. 4) Penilaian Proyek. Penilaian Proyek. Adalah tugas yang harus diselesaikan dalam periode/ waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Karena dalam pelaksanaannya proyek bersumber pada data primer/ sekunder, evaluasi hasil dan kerjasama dengan pihak lain, proyek merupakan suatu sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum dalam semua bidang. Contoh : setoran hafalan juz ama, setoran hafalan do‟a pilihan. 5) Penilaian hasil kerja (product assessment) Penilaian hasil kerja siswa merupakan penilaian terhadap keterampilan siswa dalam membuat suatu produk benda tertentu dan kualitas produk tersebut. Contoh : khot/ menulis. 6) Penilaian sikap Manusia
mempunyai
sifat
bawaan,
misalnya:
kecerdasan,
temperamen, dan sebagainya. Faktor-faktor ini memberi pengaruh terhadap pembentukan sikap. Contoh : Akhlak. Menurut Klausmeier (1985), ada tiga model belajar dalam rangka pembentukan sikap, antara lain: -
Mengamati dan meniru.
-
Menerima penguatan.
-
Menerima informasi verbal.
7) Penilaian diri (Self assessment) Penilaian diri di tingkat kelas (PDK) atau classroom Self Assessmen (CSA) adalah penilaian yang dilakukan sendiri oleh guru atau siswa yang bersangkutan untuk kepentingan pengelolaan kegiatan belajar mengajar (KBM) di tingkat kelas. Contoh : apresiasi santri.
e. Karakteristik Penilaian (Assessment) Penilaian berbasis kelas memiliki karakteristik istimewa, yaitu:
7
1) Pusat belajar dan berakar dalam proses pembelajaran Perhatian utama penilaian berbasis kelas tidak terletak pada perbaikan mengajar melainkan pada perhatian guru dan peserta didik dalam perbaikan hasil belajar. Adapun apabila guru melakukan perbaikan program pengajaran sebagaimana diuraikan diatas, tujuan tidak lain adalah dalam rangka memperbaiki hasil belajar peserta didik. Penilaian berbasis kelas dapat memberikan informasi dan petunjuk bagi guru dan peserta didik dalam membuat pertimbangan yang tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki hasil belajar. Sebagai contoh misalnya ketika seorang peserta didik memiliki nilai yang kurang baik dari suatu mata pelajaran, maka yang harus diperbaiki adalah bukan cara mengajar melainkan menekankan pada bagaimana meningkatkan hasil belajar peserta didik tersebut. 2) Umpan balik Penilaian berbasis kelas dapat juga diartikan sebagai suatu alur proses umpan balik (feedback loop) di kelas. Guru maupun peserta didik dapat dengan cepat dan mudah menggunakan penilaian berbasis kelas sebagai umpan balik. Dari hasil penilaian berbasis kelas guru maupun peserta didik dapat melakukan saran perbaikan belajar. Melalui umpan balik ini seluruh pihak yang berkepentingan di sekolah baik kepala sekolah, guru, dan peserta didik dalam proses pembelajaran akan mejadi lebih efisien dan lebih efektif. Penilaian berbasis kelas dapat dipandang sebagai alat untuk formatif. Penilaian berbasis kelas bukan hanya untuk
7
Dr. Sumarna Surapranata dan Dr. Muhammad Hatta, “Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum 2004” (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) Hlm 13-15.
memberi nilai atau skor (grading) peserta didik, tetapi juga untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan mutu belajar peserta didik. f. Aspek-aspek Penilaian (Assessment)8 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam melakukan pembelajaran menerapkan pendekatan pembelajaran tuntas (matery learning). Sedangkan dalam penilaian menerapkan system penilaian berkelanjutan yang mencakup 3 aspek yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 ranah yaitu; ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata ajar selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu berbeda.
Mata
ajar
praktek
lebih
menekankan
pada
ranah
psikomotorik, sedangkan mata ajar pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah afektif. 1) Penilaian Aspek Kognitif Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Secara eksplisit ketiga aspek tersebut tidak dipisahkan satu sama lain. Apapun jenis mata ajarnya selalu mengandung tiga aspek tersebut namun memiliki penekanan yang berbeda. Untuk aspek kognitif lebih menekankan pada teori, aspek psikomotor menekankan pada praktek dan kedua aspek tersebut selalu mengandung aspek afektif. Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghapal, mengaplikasi,
menganalisis,
mengevaluasi.
Menurut
mensistesis
Taksonomi
dan
Bloom
kemampuan (Sax
1980),
kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarkis 8
38
Mimin Haryati, “Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan pendidikan”, hlm 22-
yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu : Tingkat pengetahuan (knowledge) Tingkat pemahaman (comprehension) Tingkat penerapan (application) Tingkat analisis (analysis) Tingkat sintesis (syinthesis) Tingakat evaluasi (evaluation) 2) Penilaian Aspek Psikomotor Menurut Singer (1972) mata ajar yang termasuk kelompok mata ajar psikomotor adalah mata ajar yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik. Sedangkan menurut Mager (T.Th) berpendapat bahwa mata ajar yang termasuk dalam kelompok mata ajar psikomotor adalah mata ajar yang
mencakup
gerakan
fisik
dan
keterampilan
tangan.
Keterampilan tangan ini menunjukkan pada tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau kumpulan tugas tertentu. Sedangkan menurut Sax dalam Mardapi (2003), dikatakan bahwa keterampilan psikomotor mempunyai enam peringkat yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perceptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi nondiskursip. Gerakan reflek adalah respon motor atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan kompleks yang khusus. Kemampuan perceptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motor atau gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan yang paling terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar, seperti keterampilan olah raga.
Komunikasi nondiskursip adalah kemampuan komunikasi dengan kemampuan gerakan. Menurut Ryan (1980) penilaian hasil belajar psikomotor dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu, pertama melalui pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku siswa selama proses belajarmengajar (praktek berlangsung). Kedua setelah proses belajar yaitu dengan cara memberikan tes kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap. Ketiga beberapa waktu setelah proses belajar selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sedangkan menurut Leighbody (1968) dalam melakukan penilaian hasil belajar keterampilan sebaiknya mencakup : pertama, kemampuan siswa menggunakan alat dan sikap kerja. Kedua, kemampuan siswa menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urutan pekerjaan. Ketiga kecepatan siswa dalam mengerjakan
tugas
yang
diberikan
kepadanya.
Keempat
kemampuan siswa dalam membaca gambar dan atau simbol. Kelima keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapab, proses dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses belajar (unjuk kerja) berlangsung dengan cara mengetes peserta didik atau bisa juga setelah proses belajar (unjuk kerja) selesai. 3) Penilaian Aspek Afektif Life skill merupakan bagian dari kompetensi lulusan sebagai hasil proses pembelajaran. Pophan (1995), mengatakan bahwa ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Artinya ranah afektif sangat menentukan keberhasilan seseorang peserta
didik
pembelajaran.
untuk
mencapai
ketuntasan
dalam
proses
Seseorang peserta didik yang tidak memiliki minat atau karakter terhadap mata ajar tertentu, maka akan kesulitan untuk mencapai ketuntasan belajar secara maksimal. Sedangkan peserta didik yang memiliki minat atau karakter terhadap mata ajar, maka hal ini akan sangat membantu untuk mencapai ketuntasan pembelajaran secara maksimal. Berdasarkan hal di atas, maka seorang guru selain membantu semua peserta didik belajar, guru juga harus mampu membangkitkan atau karakter peserta didik untuk belajar. Ini merupakan tanggung jawab seorang guru sebagai pengajar dan pendidik. Selain itu juga ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun karakter kebersamaan, rasa sosialis yang tinggi, persatuan, nasionalisme dan lain sebagainya. Berkenaan dengan hal
ini, maka sekolah (guru) dlam merancang program
pembelajaran harus memperhatikan ranah afektif. Menurut Krathwhol (1961), bila ditelusuri hamper semua tujuan kognitif mempunya kompnen afektif. Peringkat ranah afektif menurut taksonomi Krathwhol ada lima, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organization dan characterization. Pada ranah afektif pringkat tertinggi adlah characterization (karakterisasi) nilai. Pada peringkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada suatu waktu tertentu hingga terbentuk pola hidup. Hasil belajar pada peringkat ini adalah berkaitan dengan pribadi emosi dan rasa sosialis. Menurut Andersen (1981), pemikiran, sikap dan perilaku yang diklasifikasikan sebagai ranah afektif memiliki kriteria antara lain; Perilaku itu melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Perilaku itu harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lainnya yaitu intensitas, arah dan target.
g. Teknik Pemilihan Jenis Assessment9 Berbicara tentang instrumen yang digunakan untuk melakukan assessmen atau avaluasi terhadap proses dan hasil belajar, secara umum ada dua macam yaitu tes dan non tes. Terkadang, orang-orang juga menggunakan istilah teknik, sehingga ada teknik tes dan teknis non tes. Dengan teknik tes, assessment dilakukan dengan menguji peserta didik. Sementara dengan menggunakan teknik non tes assessment dilakukan tanpa menguji peserta didik. 1) Teknik Tes Jenis-jenis Tes Tes Membaca. Tes bakat akademik kelompok. Batrai tes keterampilan dasar. Tes kesiapan membaca. Tes intelegensi individual. Tes hasil belajar dalam mata pelajaran. Jenis pengukuran lainnya. 2) Teknik Non Tes Pengamatan atau observasi. Interviews (Interviu). Angket. Work sample analysis (analisa sample kerja). Task analysis (analisis tugas). Checklist dan rating scales. Portofolio. Komposisi dan presentasi. Proyek individu dan kelompok.
9
Endang Poerwanti, dkk, “Asesmen Pembelajaran SD”, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Hlm unit 3, 16-31
2. Pembelajaran al-Qur’an a. Pengertian al-Qur’an Secara etimologis, lafadz al-Qur‟an berasal dari bahasa arab, yaitu akar kata dari qara‟a, yang berarti “mambaca”. al-Qur‟an adalah bentuk isim masdar yang diartikan sebagai isim maf‟ul, yaitu maqru‟ yang berarti “yang dibaca”. Pendapat lain menyatakan bahwa lafadz al-Qur‟an yang berasal dari akar kata qara‟a tersebut juga memiliki arti al-jam‟u yaitu “mengumpulkan dan menghimpun”. Jadi lafad qur‟an dan qira‟ah berarti menghimpun dan mengumpulkan sebagian hurufhuruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya. Sementara itu menurut Schwally dan Weelhausen dalam kitab Dairah al-Ma‟arif menulis bahwa lafadz al-Qur‟an berasal dari bahasa Hebrew, yakni dari kata kenyani, yang berarti “yang dibacakan”. Sedangkan pengertian al-Qur‟an secara terminologis banyak dikemukakan oleh para ulama dari berbagai disiplin ilmu, baik disiplin ilmu bahasa, ilmu kalam, ushul fiqh, dan sebagainya dengan redaksi yang berbeda-beda. Perbedaan ini sudah tentu disebabkan oleh karena al-Qur‟an mempunyai kekhususan-kekhususan, sehingga penekanan (stressing) dari masing-masing ulama ketika mendefinisikan al-Qur‟an berdasarkan kapasitas keilmuan yang dimiliki, karena hendak mencari kekhasan al-Qur‟an tersebut. Menurut Dr. Subhi al-Shalih dalam definisi kitabnya Mabahis fi Ulum al-Qur’an, bahwa definisi al-Qur‟an yang disepakati oleh kalangan ahli bahasa, ahli kalam, ahli fiqh, adalah sebagai berikut: alQur‟an adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mu‟jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang tertulis dalam mushafmushaf, yang diriwayatkan secara mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah.10
10
Mohammad Nor Ichwan, “Belajar al-Qur’an Menyingkap Khasanah Ilmu-ilmu alQur’an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis”, (Semarang, RaSAIL, 2005) Hlm 33-36.
b. Materi Pelajaran al-Qur’an Materi pelajaran al-Qur‟an meliputi : 1) Pelajaran tajwid yang berisi materi : a) Makhorijul huruf (tempat keluar huruf)11 Menurut Asy-Syeikh Ibnul jazary, makhorijul huruf itu ada 17. kemudian diringkas menjadi 5 makhroj, yaitu : الحخوف: Lobang tenggorokan dan mulut.
الحلك
: Tenggorokan.
اللساى
: Lidah.
الشفتاى
: Kedua bibir.
الخيشوم: Pangkal hidung adalah tempat keluar ghunnah (dengung). Perincian - Lobang anatara mulut dan tenggorokan adalah tempat keluar huruf mad (huruf panjang), yaitu : ا و- ا ى- ا
- Tenggorokan bawah adalah tempat keluar ٍ - ء - Tenggorokan tengah adalah tempat keluar ح- ع - Tenggorokan tengah adalah tempat keluar خ- غ - Pangkal lidah dekat anak lidah dengan langit-langit yang lurus diatasnya adalah tempat keluar ق
- Pangkal lidah dengan langit-langit yang lurus di atasnya, agak keluar sedikit dari makhroj Qof adalah tempat keluar huruf ك
- Lidah bagian tengah dengan langit-langit yang lurus di atasnya adalah tempat keluar ى- ش- ج
- Salah satu tepi lidah dengan geraham atas adalah tempat keluar huruf ضmenggunakan tepi lidah sebelah kiri adalah 11
Muhammad Bashari „Alawi Murtadlo, Mabaadil Ilmu At Tajwiid, Malang : Ad Daraasah Qur‟aniyah, 1990.
mudah. Menggunakan tepi lidah sebelum kanan agak sukar. Menggunakan kedua tepi lidah kiri dan kanan adalah paling sukar. - Lidah bagian depan setelah makhroj Dlod dengan gusi yang atas adalah tempat keluarnya ل - Ujung lidah dengan gusi atas agak keluar sedikit dari makhroj Lam adalah tempat keluar
ىidh bar Yang dimaksud adalah bukan Nun yang idhghom dan ikhfa’. Karena makhroj Nun yang idghom dan ikhfa’ adalah khoisyum. - Ujung lidah agak ke dalam sedikit adalah tempat keluar huruf
ى–س Ro‟ lebih ke dalam daripada Nun sedangkan Ro‟ dan Nun ini lebih keluar daripada Lam. - Ujung lidah dengan pangkal dua buah gigi yang atas adalah tempat keluar ط- د- ت - Ujung lidah dengan rongga antara gigi atas dan gigi bawah, dekat dengan gigi bawah adalah tempat keluar huruf ط- ص-
ص - Ujung lidah dengan ujung dua buah gigi yang atas adalah tempat keluar ظ- ر- ث - Bagian tengah dari bibir bawah dengan ujung dua buah gigi yang atas adalah tempat keluar ف - Kedua bibir atas dan bawah bersama-sama adalah tempat keluar ب- م- و Untuk Mim dan Ba‟ kedua bibir harus rapat. Sedangkan Wawu agak merenggang sedikit. - Pangkal hidung adalah tempat keluar ghunnah (dengung).
b) Tentang macam-macam hukum tajwid, antara lain12 : Idhhar ialah nun ukun/ tanwin bertemu salah satu huruf 6 :
ٍ–ء- غ-ع-خ-ح Contoh : هي خيش – هي حكين Idghom bighunnah ialah nun ukun/ tanwin bertemu salah satu huruf 4 : ى- ى- م- و Contoh : هي ًز يش Idghom bilagunnah ialah nun ukun/ tanwin bertemu salah satu huruf س- ل Contoh : هي سسول- ًَهي لذ Iqlab ialah nun ukun/ tanwin bertemu salah satu huruf ب Contoh : هي بعذى- يٌبوعا Ikhfa‟ ialah nun sukun/ tanwin bertemu salah satu huruf 15
ت- ث- ج- د- ر- ط- ص- ش- ص- ض- ط- ق- ف- ظ -ك Contoh : هٌثوسا- كٌتن c) Waqof 13 Dalam bahasa arab ada banyak cara untuk mewaqofkan kalimah. Sedangkan yang boleh digunakan menurut imam Hafs ada 4 dan yang berlaku ada 2 :
Waqof iskan ialah mewaqofkan dengan membaca sukun akhir kalimah. Contoh : -
Waqof roum ialah mewaqofkan dengan mengucapkan sepertiganya suara harokat akhir kalimat. Harokat yang bisa diwaqofkan roum adalah kasroh dan dlummah.
12
Muhammad Arwani, “Yanbu’a: toriqoh baca tulis dan menghafal al-Qur’an”, Kudus, Tahfid Yanbu‟ul Qur‟an, 2004, Hlm 2-8 13 Muhammad Arwani, “Yanbu’a: toriqoh baca tulis dan menghafal al-Qur’an”, Hlm 46-47
Contoh :
Waqof isymam ialah mewaqofkan dengan memoncongkan kedua bibir sesudah membaca sukun huruf. Contoh :
Waqof ibdal ialah mewaqofkan dengan mengganti huruf yaitu : - fatchatain diganti alif Contoh : غفوسا-غفوسا - ta‟ marbuthoh diganti ha‟ sukun Contoh : َ القاسع- َالقاسع
c. Tujuan Pembelajaran al-Qur’an Dalam mengajarkan al-Qur‟an Karim, baik ayat-ayat bacaan, maupun ayat-ayat tafsir dan hafalan, kita bertujuan memberikan pengetahuan kepada anak didik yang mampu mengarah kepada14: Kemantapan membaca sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan, dan menghafal ayat-ayat atau surah-surah yang mudah bagi mereka. Kemampuan memahami kitab Allah secara sempurna, memuaskan akal, dan mampu menenangkan jiwa. Kesanggupan menerapkan ajaran Islam dalam menyelesaikan problema hidup sehari-hari. Kemampuan memperbaiki tingkah laku murid melalui metode pengajaran yang tepat. Kemampuan memanifestasikan keindahan retorika dan uslub alQur‟an. Penumbuhan rasa cinta dan keagungan al-Qur‟an dalam jiwanya. Pembinaan pendidikan Islam berdasarkan sumber-sumber yang utama dari al-Qur‟an Karim. 14
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, “Metodologi Pengajaran Agama Islam”, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, Cet Pertama, 2008), Hlm 78-80
Di antara hal yang menyedihkan ialah banyak guru dan anakanak didik kurang menaruh perhatian terhadap ayat-ayat bacaan. Mereka hanya tinggal dalam silabus saja. Memang ada sebagian guru yang mengajarkan pada permulaan tahun saja, tetapi ada pula yang tidak menaruh perhatian sama sekali. Selanjutnya tidak pernah dijadikan sebagai materi ujian semestermaupun ujian akhir tahun. Sayoginyalah ayat-ayat bacaan mendapat tempat dalam program mengajar seorang guru, sehingga bidang studi ayat-ayat bacaan mendapat waktu yang sama dengan bidang studi ayat tafsir dan ayat hafalan. Hendaklah kita memberi perhatian yang seimbang terhadap ayat bacaan ini, karena mengajar ayat-ayat bacaan itu bertujuan agar: -
Murid-murid dapat membaca kitab Allah dengan mantap, baik dari segi
ketepatan
harakat,
saktat
(tempat-tempat
berhenti),
menyembunyikan huruf-huruf sesuai dengan makhorojnya, dan persensi maknanya. -
Murid-murid mengerti makna al-Qur‟an dan berkesan dalam jiwanya.
-
Menimbulkan rasa haru, khusuk dan tenang jiwa murid-murid serta takut kepada Allah SWT. Allah berfirman:
Kalau sekiranya kami turunkan al-Quran Ini gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan itu kami buat untuk manusia berfikir.
kepada sebuah terpecah belah perumpamaansupaya mereka
Allah Telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) alQuran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun. -
Memampukan dan membiasakan murid-murid membaca pada mushaf dan memperkenalkan istilah-istilah yang tertulis baik untuk waqof, mad (tanda panjang), dan idgham, serta membaca waw (wawu) yang bertemu dengan alif seperti:
: الحيوة. والسووت: والسواوات. الضكاة: الضكوة. الصلوة:االصلوة . وجاؤا: وجاءوا.الحياة al-Qur‟an surah Al Baqarah ayat 185, telah memberi batasan pengertian dan fungsi al-Qur‟an, yaitu: aL-Quran, Bayyinaat, dan alFurqaan. Selanjutnya kita harus mengetahui tujuan belajar al-Qur‟an, agar dengan al-Qur‟an yang senantiasa dibaca, kita akan ikut aktif menata kehidupan semesta. Sesungguhnya al-Qur‟an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam. (QS. aL-Waaqi‟ah [56] ayat 77-80) Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. (QS. Asy Syu‟araa‟ [26] ayat 192-195).
Jika QS. 2:185 memberimu batasan pengertian dan fungsi alQur‟an, maka QS. 26:192-195 memberimu tujuan belajar al-Qur‟an, yaitu agar engkau menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. Jadi, apabila membaca al-Qur‟an dianggap sebagai ibadah, maka ia bukanlah ibadah individual tetapi ibadah sosial. Nah, engkau belajar al-Qur‟an bukan hanya untuk kebaikan dirimu sendiri, tetapi juga untuk kebaikan semesta. Tujuan belajar al-Qur‟an untuk ikut menata kehidupan semesta, dipertegas oleh ayat berikut15: Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizinNya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS. alMaidah [5] ayat 16) al-Qur‟an ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imran [3] ayat 138-139) d. Proses pembelajaran al-Qur’an Sebagai Pembimbing kehidupan semesta, Allah menetapkan suatu etika penghambaan, bahwa seorang hamba tidak boleh mendahului Rabbnya dalam hal apapun. Seorang hamba harus tundukpasrah-menyerah di bawah bimbingan Rabbnya. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Hujarat [49] ayat 1) Begitu pula ketika kita hendak mempelajari sebuah kitab suci, yang di dalamnya terdapat ajaran kehidupan, maka kita harus mengikuti proses pembelajaran yang ditetapkan oleh-Nya. Dialah yang telah menurunkan al-Quran, Dia pula yang akan menjaganya (QS.al15
http://sutris.blogspot.com/2011/05/tujuan-belajar-alquran.html; 14-11-2011
Hijr [15] ayat 9) Oleh karenanya, Dia pula yang akan mengajarkannya (QS. ar-Rahman [55] ayat 2). Jadi, biarkan Sang Pencipta dan Pembimbing kehidupan yang mengajarkan bagaimana belajar alQuran. Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: Sesungguhnya al-Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa `Ajam, sedang Al Qur'an adalah dalam bahasa Arab yang terang. (QS. an-Nahl [16] ayat 103) Cukuplah bagi seorang muslim mengikuti bimbingan-Nya. Jika kita mengikuti bimbingan dari selain-Nya, meski bimbingan itu diikuti oleh kebanyakan orang, maka kita akan menemui kegagalan dalam proses belajar, bahkan hasil pembelajaran itu akan merugikan dan merusak kehidupan, tidak saja kehidupan kita sendiri tetapi juga kehidupan masyarakat sekitar. Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (al-Qur‟an, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobahrobah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalanNya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. al-An‟aam [6] ayat 116-117) Proses pembelajaran al-Quran yang efektif harus merujuk kembali kepada tujuan belajar al-Quran, seperti yang tersebut dalam QS. Asy Syu‟araa‟ [26] ayat 192-195 dan al-Maidah [5] ayat 16, yaitu agar kita dapat berpartisipasi dalam menata dan membimbing kehidupan semesta, maka sudah sepantasnya kita membiarkan Allah yang menjadi Pembimbing dalam upaya kita memahami bagaimana kehidupan semesta ini harus ditata sesuai dengan kehendak Penciptanya.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayatayat Allah). (QS. al-Qalam [68] ayat 7-8) Sebagai
suatu
komponen
proses
pembelajaran,
tujuan
pembelajaran menduduki posisi penting diantara komponen-komponen lainnya. Dapat dikatakan bahwa seluruh komponen dari seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan yang tidak relevan dengan tujuan tersebut dianggap menyimpang, tidak fungsional, bahkan salah, sehingga harus dicegah terjadinya. Sehubungan dengan fungsi tujuan yang sangat penting itu, maka suatu keharusan bagi mereka yang terlibat langsung dalam proses
pembelajaran
al-Quran
(pendidik-peserta
didik)
untuk
memahaminya. Kekurangpahaman terhadap tujuan pembelajaran dapat mengakibatkan kesalahpahaman di dalam melaksanakan proses pembelajaran. Gejala demikian oleh Langeveld disebut salah teoritis (Umar Tirtarahardja dan La Sula, 37 : 2000). Proses pembelajaran melibatkan banyak hal, yaitu:16
Subjek yang dibimbing (peserta didik). Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebut demikian oleh karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus menerus guna memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya
16
http://kompaq.multiply.com/journal/item/38, 16-11-2011
Orang yang membimbing (pendidik). Pendidik
ialah
orang
yang
bertanggung
jawab
terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan yaitu orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, pelatihan, dan masyarakat/ organisasi.
Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif). Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antar peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan memanifulasikan isi, metode serta alat-alat pendidikan. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).
Tujuan pendidikan itu bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik.
Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan). Materi yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan.
Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode). Alat dan metode pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tempat peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan). Lingkungan pendidikan biasa disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
e. Metode Pembelajaran al-Qur’an Dalam pembelajaran membaca al-Qur‟an sampai saat ini masih dikenal adanya beberapa metode membaca al-Qur‟an seperti yang dikemukakan oleh M.Satiri Ahmad, Sebagai berikut17: 1) Metode Sintetik Yaitu pengajaran membaca dimulai dari pengenalan huruf hijaiyah. menurut urutanya, yaitu dari Alif, Ba”, Ta‟, sampai Ya‟, Kemudian dikenalkan dengan huruf Hijiyah secara terpisah, lalu dirangkaikan dengan suatu ayat, contoh: Alif fathah Aa, Alif kasrah Li, Alif dlammah Uu = A, I, U dan seterusnya. Kelemahan metode ini adalah belajar membaca alQur‟an memerlukan waktu yang relatif lama, sedangkan kelebihan dari metode ini adalah santri dapat mengenal huruf dan dihafalkan secara alfabet, sekaligus dengan mengenal tulisanya. Perhatian santri tertuju pada huruf-huruf yang berbentuk kalimat. Metode ini sangat membantu bagi murid yang kurang cerdas dan bagi ustadzustadz yang belum berpengalaman. 2) Metode bunyi Metode ini mulai mengeja bunyi-bunyi hurufnya, bukan nama-nama huruf seperti di atas, contoh: Aa, Ba, Ta, Tsa, dan seterusnya. Dari bunyi ini tersusun yang kemudian menjadi kata
yang
teratur.
Kelebihan
dari
metode
ini
adalah
membangkitkan semangat belajar santri dalam membaca, sehingga dapat dicapai pembelajaran yang lebih banyak namun metode ini kurang efektif untuk diajarkan kepada santri dalam belajar membaca al-Qur‟an secara baik dan benar. 3) Metode meniru. Metode ini ini sebagai pengembangan dari metode bunyi, metode ini merupakan pengajaran dari lisan ke lisan, yaitu santri mengikuti bacaaan ustad sampai hafal. Setelah itu baru diperkenalkan beberapa huruf beserta tanda baca atau harakat dan kata-kata atau kalimat yang dibacanya. Kelebihan metode ini 17
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198304-beberapa-metodepembelajaran-al-qur/#ixzz1cVwbfsUh, 02-11-2011
adalah sesuai dengan prinsip pendidikan yang mengatakan bahwa belajar dari yang telah diketahui dan dari yang mudah sampai yang sesukar mungkin. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah ustadz harus mengulang bacaan beberapa kali dalam batas tertentu, jika tidak maka santri akan mudah lupa. 4) Metode Campuran. Metode Campuran merupakan perpaduan antara metode sintetik, metode bunyi, metode meniru. Metode ini untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam metode pembelajaran al-Qur‟an sebelumya. Dalam metode campuran,
seorang
ustad
diharapkan
mampu
mengambil
kebijaksanaan dalam mengajarkan membaca al-Qur‟an dengan mengambil kelebihan-kelebihan dari metode –metode diatas, kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada sekarang. Selain metode-metode di atas ada metode lain dalam proses pembelajaran al-Qur‟an, antara lain:18 1) Metode Iqro‟ Metode iqro‟ adalah suatu metode membaca al-Qur‟an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro‟ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. Metode Iqro‟ ini disusun oleh Ustadz As‟ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Kitab Iqro‟ dari ke-enam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi yang berisi tentang doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang belajar maupun yang mengajar al-Qur‟an. Metode iqro‟ ini dalam prakteknya tidak mem-butuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekan-kan pada bacaannya (membaca huruf al-Qur‟an dengan fasih). Bacaan 18
http://qashthaalhikmah.blogspot.com/2010/01/macam-macam-metode-pembelajaranal.html, 02-11-2011
langsung tanpa dieja. Artinya tidak diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual. Adapun kelemahan dan kelebihan metode Iqro‟ adalah: a) Kelebihan metode Iqro‟ adalah Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif. Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama) privat, maupun cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah). Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan peng-hargaan. Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan sistem tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak. b) Kekurangan
Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.
Tak ada media belajar
Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.
2) Metode Al-Baghdad Metode Al-Baghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba’, ta’. Metode ini adalah metode yang paling lama muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia. Cara pembelajaran metode ini adalah:
Hafalan
Eja
Modul
Tidak variatif
pemberian contoh yang absolute
Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu: a) Kelebihan Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah. Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak menunggu orang lain. b) Kekurangan Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah dahulu dan harus dieja. Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadzustadznya dalam membaca. Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja. 3) Metode An-Nahdhiyah Metode An-Nahdhiyah adalah salah satu metode membaca al-Qur‟an yang muncul di daerah Tulungagung, Jawa Timur. Metode ini disusun oleh sebuah lembaga pendidikan Ma‟arif Cabang Tulungagung. Karena metode ini merupakan metode pengembangan
dari
metode
Al-Baghdady,
maka
materi
pembelajaran al-Qur‟an tidak jauh berbeda dengan metode Qira‟ati dan Iqro‟. Dan perlu diketahui bahwa pembelajaran metode ini lebih ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan ketukan atau lebih tepatnya pembelajaran al-Qur‟an pada metode ini lebih menekankan pada kode “Ketukan”. Dalam pelaksanaan metode ini mempunyai dua program yang harus diselesaikan oleh para santri, yaitu:
Program buku paket pembekalan
untuk
yaitu program awal sebagai dasar mengenal
dan
memahami
serta
mempraktekkan membaca al-Qur‟an.
Program sorogan al-Qur‟an yaitu program lanjutan sebagai aplikasi praktis untuk meng-antarkan santri mampu membaca al-Qur‟an sampai khatam.
Dalam metode ini buku paketnya tidak dijual bebas bagi yang ingin menggunakannya atau ingin menjadi guru pada metode ini harus sudah mengikuti penataran calon guru metode AnNahdhiyah. 4) Dalam program sorogan al-Qur‟an ini santri akan diajarkan bagaimana cara-cara membaca al-Qur‟an yang sesuai dengan sistem bacaan dalam membaca al-Qur‟an. Dimana santri langsung praktek membaca al-Qur‟an besar. Disini santri akan diperkenalkan beberapa sistem bacaan, yaitu tartil, tahqiq, dan taghanni. 5) Metode Jibril Terminology (istilah) metode jibril yang digunakan sebagai nama dari pembelajaran al-Qur‟an yang diterapkan di TPQ Singosari Malang, adalah dilatar belakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan al-Qur‟an yang telah diwahyukan melalui malaikat Jibril. Menurut KH. M. Bashori Alwi (dalam Taufiqur-Rohman) sebagai pencetus metode jibril, bahwa teknik dasar metode jibril bermula dengan membaca satu ayat atau lanjutan ayat atau waqaf, lalu ditirukan oleh seluruh orang-orang yang mengaji. Sehingga mereka dapat menirukan bacaan guru dengan pas. Metode jibril terdapat 2 tahap yaitu tahqiq dan tartil 6) Model Attikror Attikror adalah metode pembelajaran dalam membaca alQur‟an
secara
berulang-ulang,
cepat,
dan
benar
dengan
keterbatasan jam pelajaran yang tersedia, sesuai, realistis dan proporsional. Metode Attikror ini mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Listening skill: murid mendengarkan bacaan kalimat al-Qur‟an dari guru dan temannya.
Reading drill : murid membaca kalimah al-Qur‟an yang telah dibaca guru dan temannya.
Oral drill: melatih lisan mengucapkan kalimat al-Qur‟an yang diucapkan guru dan temannya.
Kelebihan dan kekurangan19 Kelebihan dari metode Attikror adalah :
Gairah siswa terhadap mengaji sangat tinggi
Kegiatan siswa selama belajar terkontrol
Bacaan siswa terhadap kalimat al-Qur‟an sangat baik
Pembelajaran jadi lebih efisien
Komunikasi antar siswa jadi lebih terarah
Proses KBM menjadi lebih hidup karena melibatkan siswa juga
Penyimpanan hapalan di memori siswa jadi lebih kuat Kekurangan dari metode Attikror adalah :
Sebelum memakai metode ini, Guru harus mengetahui cara membaca al-Qur‟an yang baik dan benar sesuai kaidah ilmu Tajwid terlebih dahulu. Guru harus menyiapkan sampai dimana kalimat bacaanya akan berhenti sehingga harus mengetahui hukum hukum waqof.
7) Metode Qiro‟ati Metode Qiro‟ati disusun oleh Ustadz H. Dahlan Salim Zarkasy pada tahun 1986 bertepatan pada tanggal 1 Juli. H.M Nur Shodiq Ahrom (sebagai penyusun didalam bukunya “Sistem Qa'idah Qira’ati” Ngembul, Kalipare), metode ini ialah membaca al-Qur‟an yang langsung memasukkan dan mempraktek-kan bacaan tartil sesuai dengan qa'idah ilmu tajwid sistem pendidikan dan pengajaran metode Qira‟ati ini melalui sistem pendidikan berpusat pada murid dan kenaikan kelas/jilid tidak ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara individual (perseorangan).
19
http://zullihi.blogspot.com/2010/01/metode-pembelajaran-al-Qur‟an.html, 02-11-2011
f. Evaluasi Pembelajaran al-Qur’an Seorang guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar keberhasilan. Misalnya jika semua peserta didik sudah menguasai kompetensi dasar yang telah ditetapkan, maka peserta didik dapat melanjutkan belajar untuk materi selanjutnya dari mata ajar tersebut, dengan catatan sorang guru harus memberikan program perbaikan (remedial) kepada peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar dan program pengayaan kepada peserta didik yang telah menguasai kompetensi. Evaluasi terhadap penilaian proses dan hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan peserta didik dalam menguasai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dari hasil evaluasi terhadap hasil penilaian tersebut dapat diketahui kompetensi dasar, materi atau indikator yang belum dikuasai peserta didik.20 Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam kegiatan evaluasi adalah membuat perencanaan. Perencanaan ini penting karena akan mempengaruhi keefektifan prosedur evaluasi secara menyeluruh. Implikasinya adalah perencanaan evaluasi harus dirumuskan secara jelas dan spesifik, terurai dan komprehensif sehingga perencanaan tersebut bermakna dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya. Melalui perencanaan evaluasi yang matang inilah kita dapat menetapkan tujuan-tujuan tingkah laku (behavioral objective) atau indikator yang akan dicapai, dapat mempersiapkan pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan serta dapat menggunakan waktu yang tepat.21
20
Mimin Haryati, “Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan”, Hal 84-
85 21
Zaenal Arifin, ”Evaluasi Pembelajaran”, Hlm 88-89
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif, pendekatan yang dilakukan adalah melalui kualitatif deskriptif. Maksudnya, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.1 B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan di TPQ Nurul Qur’an Desa Kemiri Kecamatan Jepon Kabupaten Blora, 2. Waktu penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada 10 Oktober 2011 dengan melibatkan semua ustad/ ustadzah yang terdiri dari 10 ustad/ ustadzah dan kepala TPQ sebagai pembimbing dalam mengumpulkan data penelitian. C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan penelitian di tempat terjadinya gejala-gejala yang diselidiki.2 Secara metodologis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
2. Sumber Data 1
Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009 ) Hlm 11 2 Sutrisno Hadi, Metode Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 2004), Hlm: 10
Sumber data dalam penelitian merupakan subyek darimana data diperoleh. Apabila peneliti menggunakan questioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden. Dan apabila penulis menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya biasa berupa benda gerak atau proses sesuatu. Apabila penulis menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatan yang menjadi sumber data.3 No
Jenis Data
Sumber Data
Metode Pengumpulan
Analisis Data
Data 1
Rencana
Ustad/ Ustadzah Wawancara,
Pembelajaran 2
3
Triangulasi
Dokumentasi
Pelaksana
Ustad/
Wawancara,
Pembelajaran
Ustadzah,
observasi,
Kepala, Santri
dokumentasi
Evaluasi
Triangulasi
Ustad/ Ustadzah Wawancara,
Triangulasi
Dokumentasi Triangulasi
adalah
teknik
pengumpulan
data
yang
bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada..4 D. Fokus Penelitian Menjelaskan
objek
dan
informan
penelitian
kualitatif
adalah
menjelaskan objek penelitian yang fokus dan lokus penelitian, yaitu apa yang menjadi sasaran. Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara konkret tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami
3
Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet VI, Hlm.130 4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung; Alfabeta, 2007) hlm. 330
objek penelitian.5 Adapun fokus penelitian ini, peneliti memfokuskan implementasi model assessment dalam pembelajaan al-Qur’an di TPQ Nurul Qur’an Desa Kemiri Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Interview/ Wawancara Metode interview atau wawancara merupakan salah satu teknik pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dari sumber data. 6 Nantinya proses wawancara ini melibatkan kepala, ustad dari tiap-tiap materi pelajaran.
Proses
wawancara
ini
meliput
permasalahan
seputar
pelaksanaan model assessment, hambatan-hambatan dalam pelaksanaan model
assessment,
dan
alternatif
pemecahan
masalah
terhadap
pelaksanaan model assessment. Dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.7 Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan implementasi model assessment pada pembelajaran al-Qur’an di TPQ Nurul Qur’an Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora dan juga kepada berbagai pihak terkait. Adapun sumber yang diwawancarai adalah ustad/ ustadzah. 2. Metode Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamalan, dengan disertai, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran..8
5
Burhan Bungin, “Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Kencana Media Group 2010), Hlm
76. 6
Mohammad Ali, “Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strateg”i, (Bandung: Angkasa, 1987), Hlm.83 7 Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan”, Hlm. 194 8 Abdurrahmat Fathoni, “Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi”, (Jakarta, Rineka cipta, 2006) Hal 104.
Tahap observasi yang akan peneliti laksanakan melalui runtutan sebagai berikut : peneliti akan mengamati suasana pengelolaan kelas yang dilangsungkan, mempelajari materi yang digunakan sebagai bahan ajar oleh ustad, dan metode pengajaran yang digunakan PBM di kelas. Untuk mendapatkan gambaran dan persepsi maksimal tentang obyek penelitian, maka dalam penelitian, metode obeservasi ini, peneliti menggunakan teknik observasi lapangan untuk mengetahui pelaksanaan model assessmen pada pembelajaran al-Qur’an serta untuk memperoleh data tentang situasi. 3. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.9 Adapun yang dimaksud dokumen disini adalah data atau dokumen yang tertulis. Dengan metode ini, peneliti mengumpulkan data dari dokumen yang sudah ada, sehingga dengan metode ini peneliti dapat memperoleh catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian seperti : gambaran umum dan juga kondisi khusus di TPQ Nurul Qur’an Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora. F. Teknik Analisis Data Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Yang dimaksud analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan analisis kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet.12, Hlm.206
analisa berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.10 Untuk memperjelas penulisan ini maka peneliti menggunakan metode analisis data deskriptif kualitatif yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan. Adapun data kualitatif dalam analisis pada umumnya dilihat menurut isinya atau yang disebut analisis isi, karena data yang digunakan sifatnya non statistic. Sedangkan teknik yang digunakan bias dengan metode deduksi, induksi atau gabungan dari keduanya, yang dikenal dengan analisis reflektif.11 Data-data yang peneliti dapatkan, akan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: 1. Pengumpulan data sekaligus reduksi data. Setelah pengumpulan data selesai, lalu dilakukan reduksi data, yaitu menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. 2. Penyajian data. Data yang direduksi disajikan ke dalam bentuk narasi. 3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua.12 Jadi dalam menganalisis data, peneliti akan menyusun data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, analisis dokumen, catatan lapangan, dalam bentuk narasi dan bukan angka-angka dan hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti Analisis kualitatif ini peneliti gunakan untuk menganalisis tentang implementasi model assessment pada pembelajaran al-Qur’an di TPQ Nurul Qur’an Ds. Kemiri, Kec. Jepon, Kab. Blora.
10
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Hlm. 244-245 Moh Kasiran, Metodologi Penelitian Kuatitaif/ kualitatif, (Malang: Pustaka Maliki Press, 2008), Hlm.379 12 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Hlm. 130 11
BAB IV MODEL ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI TPQ NURUL QUR’AN DI DS. KEMIRI, KEC. JEPON, KAB. BLORA TAHUN 2010-2011 A. Data Umum 1. Sejarah Berdirinya TPQ Nurul Qur’an Realitas pendidikan dewasa ini sangat tergantung dengan kelangsungan praktik keagamaan dari masyarakat. Pertimbangan ini didasarkan dengan realita bahwa faktor penentu dan pengontrol moralitas seseorang itu selalu ditentukan dengan ukuran keberagamaannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, karena kurangnya pendidikan agama pada anak-anak. Sehingga sebagian tokoh-tokoh agama di desa Kemiri bersepakat membentuk TPQ bagi anak-anak usia sekolah dasar. Berangkat
dari
latar
dinamika
tersebut,
kiranya
yang
mengantarkan para pemerhati pendidikan khususnya pendidikan agama dikalangan masyarakat ini untuk menerapkan apresiasi dan perhatian pendidikannya kedalam langkah kongrit dan melalui wadah yang memenuhi. Dari permasalahan tersebutlah latar belakang TPQ Nurul Qur’an Desa Kemiri Kecamatan Jepon Kabupaten Blora ini didirikan. Pembangunan pertama bertepatan pada tanggal 8 Februari 1999. Para tokoh agama minta persetujuan kepada kepala desa agar dibentuknya TPQ dan kepala desapun menyetujuinya dan diberi nama “NURUL QUR’AN”. Belum ada anggaran untuk mendirikan gedung TPQ, maka proses pembelajaran dilaksanakan di gedung SD KEMIRI I. Bagi anak yang masuk TPQ ini tidak dipungut biaya pendaftaran. Yang paling penting anak sudah mau ikut TPQ itu para tokoh agama sudah senang. Hanya saja anak disuruh membeli buku qiro’ati untuk mengaji. TPQ Nurul Qur’an ini di kepalai oleh bapak Mulyadi. Dan awal mulanya TPQ ini dibentuk atas inisiatif bapak Alif agar anak-anak bisa mengaji sedikit demi sedikit dan didukung para tokoh agama di desa
Kemiri. Sehingga TPQ Nurul Qur’an bisa terbentuk dan tetap berjalan sampai sekarang. Sekitar tahun 2006 ada pergantian kepala TPQ karena bapak Mulyadi sudah tua dan diganti dengan yang lebih muda yaitu bapak Minardi. Untuk meningkatkan kegiatan di TPQ ini dan agar terus berdiri, sebagian ustad TPQ Nurul Qur’an meminta ustadz agama di SD Kemiri I yang ditempat mengaji dan SD Kemiri II agar murid-muridnya mau ikut mengaji pada waktu sore hari. TPQ ini masuk setiap hari selasa, rabu, jum’at dan minggu. Masuknya jam 15.00 sholat ashar berjama’ah di masjid desa Kemiri dulu kemudian baru mengaji.1 Agar TPQ Nurul Qur’an berjalan baik, sebagian ustadustadzahnya pernah mengaji di pondok pesantren dan dibantu ustadzahustadzah yang sudah bisa mengaji dan dianggap mampu mengajar mengaji. TPQ ini dibagi menjadi empat kelas yang terdiri dari kelas 1, 2, 3, dan 4. setiap kelas ustadznya 2 atau 3 ustad-ustadzah untuk membantu mengajari mengaji karena jumlah santrinya banyak. Dan pulangnya sekitar jam 17.00. TPQ Nurul Qur’an sudah mempunyai gedung sendiri yang didirikan di atas tanah waqaf milik desa. Karena gedungnya hanya berukuran 6 x 10 m2, dan dalam proses pembelajaran tidak mencukupi untuk empat kelas, sehingga kgiatan mengaji sebagian pinjam ruang kelas SD Kemiri I. Gedungnya sendiri dibagi dua kelas dengan disekat triplek untuk kelas 1 dan 2. Sedangkan kelas 3 di SD Kemiri II dan kelas 4 di perpustakaan desa Tahun 2007 TPQ Nurul Qur’an membangun gedung lagi dapat bantuan dari PPK yang letaknya disebelah utara gedung TPQ yang lama. Di sela-sela antara gedung TPQ yang lama dengan gedung perpustakaan desa dibangun gedung TPQ lagi yang dijadikan kantor TPQ Nurul Qur’an. Kini ruang untuk mengaji telah tercukupi untuk empat kelas. Gedung TPQ
1
Wawancaran dengan Bpk. KH. Abdul Majid pada tanggal 18 Maret 2012
baru untuk kelas 1 sendiri dibagi menjadi 2 karena jumlah santrinya banyak.2 TPQ Nurul Qur’an pernah mengalami penurunan santrinya karena banyak orang tua yang tidak membolehkan anaknya mengaji ikut TPQ dan beranggapan bahwa mengaji itu tidak penting, padahal anaknya ingin mengaji. Oleh bapak Suwito dan ustadz agama SD Kemiri I dan II TPQ diperjuangkan agar tetap berjalan terus dan mendapat dukungan dari orang tua santri lewat pengajian-pengajian yang diadakan di desa Kemiri.3 Akhirnya usaha bapak Suwito dan ustadz agama SD Kemiri I dan 2 membuahkan hasil. Sehingga TPQ Nurul Qur’an ini berjalan sampai sekarang dan santri-santrinya semakin bertambah banyak karena ustadz agama SD Kemiri I dan II menyuruh semua murid ikut mengaji di TPQ Nurul Qur’an. Dari tuntutan internal tesebut di ketahui bahwa dalam TPQ ini ditemukan beberapa nilai lebih dibandingkan dengan TPQ di daerah lain, seperti kualitas keilmuan agama ustadz/ ustadzahnya mumpuni, materi yang ada di dalam TPQ membantu pembelajaran agama di Sekolah dasar, metode pengajarannya disesuaikan dengan kemampuan santri, letak TPQ sangat strategis karena berada di tengah-tengah desa dengan posisi di pinggir jalan utama desa. Dari situ bisa difahami bahwa keberadaan TPQ ini sangat relevan dengan tuntutan masyarakat sekitar yang menghendaki anak-anaknya supaya memiliki kualitas moral yang terpuji dan mampu menerapkan prinsip dan ajaran agama dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. 2. Tujuan pendirian pembelajaran di TPQ terkait Pendirian TPQ ini adalah salah satunya dari contoh kongrit dari pemerhati pendidikan khususnya di masyarakat ini. Adapun dalam proses kelangsungan pembelajaran di TPQ ini dari pihak internal menghendaki
2 3
Wawancaran dengan Bpk. H. Minardi pada tanggal 20 Maret 2012 Wawancaran dengan Bpk. Suwito pada tanggal 22 Maret 2012
agar pelaksananaan pendidikan ini memiliki kualitas yang mumpuni baik sector metodologisnya maupun praktisnya. Adapun tujuan yang diharapkan dari pihak internal ialah, mencetak generasi Qur’ani yang berahklak mulia, berbudi pekerti luhur, mendakwah ilmu agama, dan melestarikan nilai-nilai yang berlandaskan pada al-Qur’an dan sunnah dalam kehidupan bermasayrakat, berbangsa dan bernegara. Pertimbangan
tersebut
didasarkan
pada
kepentingan
keberagamaan seperti, penanamkan ruhul jihad kepada santri untuk selalu berdakwah, mengamalkan ilmunya, mengajarkan ilmu-ilmu al-Qur’an, bahasanya dan ilmu agama lainnya, mengembangkan wawasan berpikir dan berdzikir, dan membekali skill dan intelektual. 3. Letak Geografis TPQ Nurul Qur’an TPQ Nurul Qur’an terletak di desa kemiri kecamatan jepon kabupaten blora tepatnya di depan sd kemiri 2, berdamppingngan dengan perpustakaan bhakti pustaka, BK lestari dan tk dharma wanita. Gedung sekolah ini didirikan di atas tanah seluas 892,08 m2. TPQ nurul qur’an letaknya cukup strategis karena berada di tengah-tengah desa, dengan batas-batas sebagai berikut: a. Sebelah utara, gedung PAUD dan TK. b. Sebelah timur, SD Kemiri 2. c. Sebelah barat, sawah. d. Sebelah selatan, gedung perpustakaan dan rumah penduduk. Jarak gedung TPQ Nurul Qur’an dengan pusat pemerintahan desa (balai desa) kurang lebih 400 m, sedangkan dengan masjid kurang lebih 200 m. Letak TPQ Nurul Qur’an juga sangat kondusif untuk proses belajar mengajar karena relatif jauh dari jalan raya yang berjarak kurang lebih 200 m.
4. Keadaan Ustadz dan Siswa TPQ Nurul Qur’an a. Keadaan Ustadz Secara umum dapat dikatakan bahwa keadaan ustadz TPQ Nurul Qur’an cukup baik dan memadai. Jumlah ustad-ustadzhnya TPQ Nurul Qur’an berjumlah kurang lebih 14 orang, yang terdiri dari 3 orang ustadz negeri.4 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.I DATA KEADAAN USTAD-USTADZAH TPQ NURUL QUR’AN KEMIRI JEPON BLORA PENDIDIKAN
Jml
PP
SMA
PGA
D2
S1
6
4
2
1
1
14
Keterangan : PP
: Pondok Pesantren
SMA
: Sekolah Menengah Atas
PGA
: Pendidikan Ustadz Agama
D2
: Diploma Dua
S1
: Sarjana Satu
b. Keadaan Siswa Di TPQ Nurul Qur’an jumlah siswa atau santriwan santriwati secara keseluruhan ada 85 siswa, laki-laki 27 siswa dan perempuan 58 siswa yang terbagi dalam 4 kelas5. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
4 5
Wawancaran dengan H Minardi dan Bpk. Suwito pada tanggal 20 Maret 2012 Wawancaran dengan Bpk. Suwito dan Ibu Masturoh pada tanggal 22-23 Maret 2012
Tabel 4.2 SITUASI KELAS DAN SISWA TPQ NURUL QUR’AN KEMIRI JEPON BLORA NO
KELAS
PUTRA
PUTRI
JUMLAH
1
I
20
30
50
2
II
10
13
23
3
III
5
10
15
4
IV
5
6
11
Jumlah
40
59
99
5. Struktur Organisasi TPQ Nurul Qur’an STRUKTUR ORGANISASI PENGURUS TPQ NURUL QUR’AN Pelindung Kepala Desa
Penasehat K.H Abdul Masjid
Penyelenggara I
Penyelenggara II
Darsono, S.Pd
Mulyadi
Sekertaris I
Sekertaris II
Umi Nasehati
Moh. Ali, S.Pd
Bendahara
Bendahara II
Suwaji, S.Pd
Nor Ponco Seksi-seksi
Seksi Agama
Seksi perlengkapan
1. Muslih
1. Paijan
2. Handoko
2. Moh. Kasnawi Kepala H. Minardi
Sekertaris
Bendahara
Rubikah
Masturoh, S.Pd.I Wakil Suwito, S.Pd Ustad-ustadzah 1. Minardi 2. Suwito 3. Paijan 4. M. Kasnawi 5. Musa 6. Fathoni 7. M. Sutapsin 8. Masturoh 9. Rubikah 10. Lia Amalia R. 11. Nur Ikhsan
6. Kurikulum Pembelajaran TPQ Nurul Qur’an Proses pembelajaran membaca al-Qur’an di TPQ Nurul Qur’an Kemiri dilakukan dengan cara berhadapan langsung dengan ustadustadzah. Untuk kelas 1, 2, dan 3 dalam mengaji buku qiro’atinya menggunakan yanbu’a, sedangkan kelas 4 mengaji al-Qur’an6. Setelah mengaji ada pelajaran tambahan yang dapat dilihat pada table berikut: 6
Wawancaran dengan H. Minardi pada tanggal 20 Maret 2012
Tabel 4.3 PROGRAM PENGAJARAN PADA KURIKULUM TPQ NURUL QUR’AN KEMIRI JEPON BLORA NO
MAPEL
KELAS I
II
III
IV
1
Qiro’ah/ bacaan
V
V
V
V
2
Ilmu tajwid
V
V
V
V
3
Praktek tajwid
-
V
V
V
4
Hafalan surat pendek
V
V
V
V
5
Hafalan ayat pilihan
-
V
V
V
6
Hafalan bacaan sholat
V
V
V
V
7
Hafalan doa-doa
V
V
V
V
8
Khod/ menulis
V
V
V
V
9
Akhlak
V
V
V
V
10
Al barjanji
-
-
V
V
11
Tahlil
-
-
V
V
Tabel 4.4 TABEL PENILAIAN PENGAJARAN PADA KURIKULUM TPQ NURUL QUR’AN KEMIRI JEPON BLORA No
Materi
Indikator
Assessment Teknik
1
Qiro’ah
1. Santri mampu membaca al-Qur’an dengan indah. 2. Santri mampu mengatur informasi pada bacaannya. 3. Santri mampu melakukan contoh yang diberikan ustad.
Intrumen
Tes lisan,
Demonstrasi/
tes praktek
praktek
2
Ilmu tajwid
1. Mampu menghafal macam-macam ilmu
Tes lisan,
Demonstrasi
tes praktek
tajwid. 2. Mampu
menjelaskan
pengertiannya 3. Mampu mengklasifikasikan perbedaannya 4. Mampu memberikan contoh bacaannya 3
Praktek tajwid 1. Mampu mengucapkan bacaan al-Qur’an
Tes lisan,
Demonstrasi/
tes praktek
praktek
dengan fasih 2. Mampu menempatkan makhorijul huruf dan sifatul hurufnya dengan benar 3. Mampu menerapkan bacaan tajwid dengan benar dan jelas 4
Hafalan surat
Santri
pendek
surah-surat
dapat
melafalkan Tes lisan, Demonstrasi/
pendek
dengan tes praktek
praktek
lancar dan benar
5
6
Hafalan ayat
Santri dapat melafalkan ayat- Tes
pilihan
ayat pilihan dengan lancar dan tes praktek benar
Hafalan
Santri
bacaan sholat
bacaan sholat dengan lancar tes praktek
dapat
lisan, Demonstrasi/ praktek
melafalkan Tes lisan, Demonstrasi/ praktek
dan benar
7
Hafalan doadoa
1. Mampu menghafalkan doa yang ditentukan
Tes lisan, Demonstrasi/ tes praktek
praktek
2. Mampu membacakannya dengan lancer 3. Mampu menjelaskan tujuan dari doa-doa yang ditentukan 8
Khod/ menulis
1. Mampu menuliskan bacaan yang ditentukan
Tes
Demonstrasi/
praktek
praktek
Tes sikap
sosiodrama
dengan benar 2. Mampu menuliskan dengan indah 3. Mampu menirukan contoh yang diberikan 4. Mampu menerapkannya pada tulisan lain (mencontohkan sendiri) 9
Akhlak
1. Mampu menjelaskan pengertian akhlak 2. Mampu menyebutkan macam-macam akhlak 3. Mampu memberikan contoh-contonya 4. Mampu menghafal dalil tentang akhlak 5. Mampu memberikan kisah (tentang sejarah) dari peristiwa nyata.
10
Al barjanji
1. Mampu membacanya dengan benar
Tes lisan, Demonstrasi/ tes praktek
praktek
2. Mampu melagukan bacaannya 3. Mampu memberikan variasi lagunya 11
Tahlil
1. Mampu menghafal
Tes lisan, Demonstrasi/
rawatibul tahlilnya
tes praktek
praktek
2. Mampu memberikan dalil tentang tahlil 3. Mampu menjelaskan manfaat/ pentingnya tahlil 7. Sarana Prasarana TPQ Nurul Qur’an Untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah sangat diperlukan sarana dan fasilitas yang memadai. Demikian juga dengan TPQ Nurul Qur’an guna menunjang proses belajar mengajar telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup. Dalam hal ini keadaan sarana dan prasarana yang dimiliki dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 SARANA DAN PRASARANA TPQ NURUL QUR’AN KEMIRI JEPON BLORA NO
NAMA/ JENIS
BANYAK/ LUAS
KET
1
Tanah wakaf
892,08 m2
Tanah Desa
2
Gedung TPQ
2
Untuk R. Belajar
3
Meja papan kantor
2
Baik
4
Meja kecil
15
Baik
5
Kursi
15
Baik
6
Papan tulis
2
Baik
7
Papan pengumuman
1
Baik
8
Papan data
2
Baik
9
Almari
2
Baik
10
Rebana
6
Baik
11
Salon (speaker)
6
Baik
12
Mimbran/ Spiker
1
Baik
13
Ampli Player
3
Baik
14
CD Player
1
Baik
B. Data Khusus 1. Pelaksanaan penilaian dalam pembelajaran Sudah menjadi keharusan bagi orang tua ataupun ustadz untuk memberikan perhatian khusus terhadap anak-anaknya dalam proses pendidikan, terutama dalam aspek kagamaannya. Karena pada dasarnya setiap anak memiliki kebutuhan terhadap fitrahnya sebagai makhluk yang bertuhan, dimana satu anak dengan yang lain berbeda tingkat pemahamannya. Di situlah perhatian setiap orang tua termasuk ustadz sangat penting guna mengarahkan anak sesuai dengan orientasi pendidikan terkait dan tuntutan zaman. Sebagaimana telah diterangkan dalam BAB II, bahwa sebagian besar anak kecil cenderung untuk bertindak menurut apa yang dikehendaki dan diyakininya itu benar, terutama jika mengenai prihal yang mengesankan dan mudah diingat. Adapun kesan-kesan tersebut merupakan hasil penangkapan inderanya dan sebagai pengalaman yang nantinya dapat membantu dan memudahkan si anak dalam memperoleh pengetahuan. Demikian TPQ Nurul Qur’an ini sebagai lembaga pendidikan, bertujuan untuk memudahkan siswa dalam membaca al-Qura’an secara fasih dan benar sejak usia dini. Selain itu untuk mengkolaborasikan antara pengetahuan al-Qur’an dengan kecakapan dalam membaca al-Qur’an, serta memiliki kepribadian yang religius.
Pertimbangannya bahwa, dunia anak bukanlah dunia formal atau serius, apalagi penuh dengan ketegangan. Dunia anak adalah dunia yang penuh dengan keceriaan, permainan dan kegembiraan. Oleh karena itu sebagian besar anak kecil cenderung menyukai hal-hal yang berkesan, terutama jika menggunakan kode atau kategori yang mudah di fahami7. Dalam pembelajaran pada hakekatnya sebelum pelaksanaan dimulai, dibutuhkan adanya persiapan terlebih
dahulu.
Rencana
pelaksanaan dalam pembelajaran ini merupakan rancangan langkahlangkah jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan. Dengan demikian, makna persiapan mengajar berarti upaya merencanakan sesuatu dalam waktu jangka pendek untuk memperkirakan tindakan apa yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan pemebelajarannya tercapai, terutama berkaitan dengan pembentukan kompetensi santri. Dalam mengembangkan persiapan mengajar, terlebih dahulu perlu menguasai cara teoritis dan langkah praktisnya tentang unsur-unsur yang terdapat dalam persiapan mengajar. Kemampuan membuat persiapan mengajar merupakan langkah awal yang harus dimiliki ustadz dan sebagai muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pembelajaran. Adapun dalam penelitian ini materi ajar yang digunakan dalam satuan pendidikan terkait di antaranya qiro’ah/ bacaan, ilmu tajwid, praktek tajwid, hafalan, khod/ menulis. Aspek kompetensi yang hendak dicapai setidaknya meliputi, kefasihan membaca, pemahaman materi, kejelian dan keakuratan, serta ketrampilan dari ragam materi yang terselenggara. Disini faktor keilmuan dari pendidik sangat diprioritaskan agar tujuan pembelajaran dan materi ajarnya dapat secara efektif mengena pada santri. Maksudnya, selain menguasai pengelolaan dan pelaksanaan
7
Wawancaran dengan K.H Abdul Majid pada tanggal 18 Maret 2012
pembelajaran di kelas, pendidik juga dituntut bertanggung jawab dengan materi keilmuan yang diajarkan kepada santri.8 Pelaksanaan pembelajaran realitanya tidak dapat dilepaskan dengan proses penilaian. Adapun dalam penilaian yang sudah berlangsung di TPQ ini sebelumnya menggunakan penilaian secara konvensional, yaitu hafalan dan lisan, ujian tengah semester dan ujian semester (tes formatif). Adapun dalam uraiannya, penilaian yang dilakukan oleh ustad/ ustadzah antara lain: a. Pertannyaan lisan, digunakan untuk menyatakan hal-hal yang prinsip dari pelajaran yang lalu secara singkat. Bentuknya berupa jawaban singkat dan dilakukan sebelum, selama ataupun setelah pelajaran yang diberikan. b. Ulangan harian, diadakan secara periodik atau berkala pada akhir suatu tema atau beberapa tema pelajaran. Bertujuan untuk mengetahui penguasaan kompetensi-kompetensi dari suatu mata pelajaran tertentu, serta untuk mengetahui keberhasilan dalam penggunaan metode dan media. c. Ulangan blok atau ulangan semesteran, dilakukan dengan bersamasama mulai kelas I sampai IV yang dilakukan secara tertulis. Pertimbangannya, bahwa pelaksanaan penilaian pembelajaran di kelas harus bersifat fleksibel, artinya penilaian dilakukan harus memenuhi kebutuhan santri, komunitas atau masyarakat, serta dari pihak staf sendiri.9
Dengan
kata
lain
penilaian
tersebut
setidaknya
mempertimbangkan kondisi dan situasi dari proses pembelajaran. Tehnik yang diterapkan untuk mengukur pencapaian kemampuan santri, tentunya harus dianalisa terlebih dahulu agar instrument tersebut memiliki konstruksi yang bagus, dan sudah memenuhi pedoman serta dapat dipahami oleh santri.
8
Wawancaran dengan H Minardi pada tanggal 20 Maret 2012 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu ; prinsip-prinsip perumusan dan tata langkah penerapan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), Hlm.32. 9
Untuk mencapai tujuan itu, ustadz perlu mencermati betul terkait instrument yang telah diberikan kepada santri. Selanjutnya dianalisa apakah dengan instrument yang sama tetapi pada kelas/ ruangan yang berbeda, akan menghasilkan nilai yang sama. Instrument yang telah diterapkan bisa dikatakan cocok, karena banyak dari santri yang tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan butir-butir instrumen tersebut. Penilaian yang dilakukan oleh ustad/ ustadzah meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.10 Aspek kognitif berhubungan dengan
kemampuan
berfikir
termasuk
didalamnya
kemampuan
memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisa, dan kemampuan mengavaluasi. Aspek afektif meliputi penilaian sikap, motivasi, dan minat terhadap pelajaran. Aspek psikomotorik berhubungan dengan unjuk kerja siswa. Proses pembelajaran oleh ustadz merupakan upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan oleh lembaga terkait agar dapat secara efektif mengena pada santri. Artinya pembelajaran yang dilakukan harus menimbang antara materi ajar dengan kemampuan yang dimiliki santri, serta tuntutan yang diharapkan dari masyarakat. Oleh karena itu prosedur pelaksanaan pembelajaran sangatlah menentukan, sehingga materi ajar yang tersedia dapat dilaksanakan secara tuntas. Adapun dalam setiap pembelajaran yang telah berlangsung merupakan suatu keharusan bagi ustadz untuk menentukan penilaian agar dapat mengetahui sejauh mana penguasaan santri terhadap materi ajar. Dalam penyelenggaraan penilaian yang dipilih oleh ustadz dilembaga terkait dengan menimbang aspek kemampuan siswa, maka penggunaan metode penilaian yang tepat juga sangat menentukan. disini metode penilaian yang digunakan yaitu metode tes dan non tes. Penilaian tes adalah penilaian yang dilaksanakan oleh ustadz secara langsung, maksudnya pelaksanaan penilaiannya diberitahukan terlebih dahulu pada santri. Adapun jenis penilaian tes yang digunakan 10
Wawancaran dengan Bpk Suwito dan Ibu Masturoh pada tanggal 22-23 Maret 2012
lembaga ini yaitu pertannyaan lisan, ulangan harian, dan ulangan blok atau ulangan semesteran. Penilaian non tes dimaksudkan adalah penilaian yang dilakukan oleh ustadz secara tidak langsung ketika proses pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas. Aspek yang dinilai yaitu tingkat perhatian siswa, kedisiplinan siswa serta penguasaan materi ajar. Pada
intinya
penilaian
yang
diselenggarakan
itu
harus
menggunakan teknik penilaian yang sesuai dengan model pembelajaran dimana pertimbangannya mencakup aspek-aspek penilaian serta ustadz harus berinteraksi menggunakan pendekatan secara persuasive, agar tujuan pembelajarannya dapat dicapai setuntas mungkin. Dan dilembaga ini, alur praktiknya dari hemat penulis kiranya sudah mencakup standar operasional pembelajaran yang baik. 2. Faktor pendukung dan penghambat pembelajaran a. Pendukung 1) Internl TPQ Kegiatan pengajaran tidak hanya kegiatan pembelajaran antara ustadz dan santri untuk mentransfer pengetahuan, lebih dari itu aktifitas belajar disini dan interaksinya dibutuhkan kepiawean ustadz dalam mengemas bahan ajar secara baik agar dapat lebih mudah dipahami oleh santri dan tidak terjadi kesalahpahaman. Disinilah faktor kualitas keilmuan yang dimiliki oleh ustadz sangat dipentingkan. Kirannya dilembaga ini mengenai kualitas keilmuan ustadz tidak ada masalah karena basik pendidikan ustadz-ustadznya berangkat dari lingkungan pesantren yang terkenal dan diakui kualitasnya. Pendidikan ustadz-ustadz tersebut diperoleh dari berbagai kota antara lain Bahrul Ulum Jombang, Mathole’ Pati, Khozinatul Ulum Blora. Kebutuhan agama anak-anak sifatnya sangat tergantung pada keberagamaan orang dewasa dan orang tua karena dari psikologi anak-anak belum seimbang. Materi keagamaan sudah
mulai diajarkan di sekolah dasar. Materi tersebut meupakan faktor undangan untuk penumbuhan moralitas siswa atau santri. Materi keagamaan di sekolah dasar sifatnya masih sedikit dan tentunya untuk membantu pembentukan moralitas santri yang penuh dengan nilai-nilai keagamaan sangat dibutuhkan faktor pendukung lainnya disinilah peran lembaga TPQ ini ikut membantu terhadap penguasaan materi keagamaan siswa sekolah dasar. Lain halnya dengan sekolah formal pembelajaran yang dilaksanakan dalam sebuah TPQ tidak terkekang oleh standar atau ketentuan dari satuan pendidikan dan pemerintah. Dari perbedaan itulah keuntungan ustadz dalam memilih metode pembelajaran bisa dilakukan interaksi yang lebih positif dan lebih akrab.pada kesempatan inilah ustadz lebih leluasa untuk mengamati tingkat kemampuan siswa dan kemudian bisa ditetapkan penggunaan metode yang lebih mendukung tujuan pembelajarannya. 2) Eksternal TPQ Keberhasilan penyelanggaraan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh adanya faktor internal semata. lebih dari itu adanya dukungan dari lingkungan luar atau sekolah formal lainya juga sangat membantu. Disini keuntungan tersebut didadapat oleh TPQ ini karena pihak ustadz agama sekolah dasar mewajibkan muridnya ikut belajar di TPQ. Dan juga berangkat dari pribadi ustadz dan kualitas keilmuannya yang mumpuni, dari para wali santri
mempercayakan
pendidikan
keagamaan
anaknya
dilangsungkan di TPQ ini, selain dari pihak-pihak tersebut juga dari perangkat desa sangat apresiatif terhadap keberadaan TPQ ini.
b. Penghambat 1) Internl TPQ Realita dalam masyarakat beserta dinamikannya mengenai pendidikan sangat dipentingkannya sebuah pegakuan formal atau dalam hal ini legalitas sebuah ijazah. Karena faktor inilah tingkat kepercayaan suatu pendidikan tergadaikan. Di TPQ ini ditemukan permasalahan tersebut yaitu tidak setaranya pendidikan formal dari ustad/ ustadzahnya. Tidak pelaksanaan
bisa
dipungkiri
pembelajaran
sangat
faktor
manajemen
mendukung
dalam
kedisiplinan.
Dilembaga pendidikian formal hal tersebut bukan lagi sebuah kendala. Permasalahannya, di TPQ ini bigroun pendidikan ustadznya bukan berangkat dari pendidikan formal dan tentunya ini menyebabkan sebuah pernyataan bahwa tingkat kedisiplinan pendidikan formal lebih unggul dibandingkan pendidikan di luarnya atau non formal seperti pesantren. Mungkin dari latarbelakang inilah tingkat kedisiplinan ustadz/ustadzah di TPQ ini masih rendah. 2) Eksternal TPQ Dunia anak-anak merupakan periode dimana setiap aktifitasnya sangat didukung oleh faktor psikologi perkembangan. Oleh karena itu pada tahap anak-anak ini lebih diindentikkan oleh pengalaman-pengalamannya yang fariatif dan menyenangkan tentunya, dengan adanya banyaknya tempat hiburan akan sedikit banyak mempengaruhi bahkan dapat mengalihkan perhatian siswa terhadapan dunia pendidikan. Di sinilah perhatian dan kepedulian dari orang dewasa tentang pendidikan anak sangat dibutuhkan. Permasalahannya hal ini juga menjadi sebuah kendala untuk merealisasikan tujuan pembelajaran karena perhatian wali santripun sangat rendah pada pendidikan anak-anaknya khususnya materi kegamaan di TPQ ini.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Dalam penelitian ini sendiri, dari peneliti telah menentukan beberapa tawaran yang inovatif mengenai penilain dalam pembelajaran. Yang mana proses pembelajaran yang berlangsung lebih memiliki peran dan kontribusi maksimal terhadap pribadi santri dan pendidiknya. Peningkatan kompetensi dilakukan dengan banyak hal, seperti memperluas wawasan dan pengetahuan keilmuan, memperkaya diri dengan keterampilan-keterampilan pengelolaan kelas yang mencakup pengelolaan santri, pengelolaan waktu, materi, dan pengelolaan setting kelas yang dapat diperoleh dengan banyak membaca buku-buku serta mempraktekkan dengan keadaan di dalam kelas. Melakukan pendekatan-pendekatan yang dirasa cocok untuk mengatasi masalah kedisiplinan santri, masalah individu yang dialami santri. Selain meningkatkan kedisiplinan pada santri, ustadz juga harus meningkatkan kedisiplinan pribadi, disiplin dalam menjalankan tugas sebagai pendidik professional serta disiplin waktu agar proses pembelajaran berjalan dengan optimal. Ustadz sebagai penggerak pendidikan di sekolah harus memikirkan sarana dan prasarana sebagai penunjang kelancaran proses pembelajaran dan mutu pendidikan. Di TPQ Nurul Qur’an pengelolaan fasilitas di kelas sudah baik, namun perlu ditingkatkan. Untuk mengelola fasilitas di dalam kelas hendaknya ustadz menyesuaikan barang-barang apa saja yang terdapat di dalam kelas tersebut. Apabila belum ada sebaiknya dilengkapi. Jika harus membeli maka dipilihlah barang-barang yang kualitasnya baik. Jika dapat menciptakan sendiri sebaiknya ustadz membuat sendiri perlengkapan mengajar dan hiasan-hiasan yang dibutuhkan di dalam kelas, tujuannya untuk menghemat biaya dan pengeluaran yang dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lainnya serta meningktkan keterampilan dan kreatifitas ustadz. Ustadz di TPQ Nurul Qur’an sudah menerapkan beberapa hal tersebut.
Selain itu, yang perlu diperhatikan lagi adalah pengaturan dan tata letak barang-barang dalam kelas. Tujuannya agar kelas tampak luas, tidak sumpek dan santri nyaman belajar. Sirkulasi udara serta pencahayaan merupakan hal penting selanjutnya. Maka ventilasi kelas sebaiknya tidak tertutup dan terhalang dengan sesuatu. Jika sirkulasi udara lancar dan terang, suasana kelaspun menjadi segar. Santripun menjadi nyaman di dalam kelas. Penataan meja dan kursi dibuat berubah ubah setiap minggunya agar perta didik tidak bosan dengan keadaan yang monoton setiap harinya. Pembiasaan diri terhadap santri untuk tepat waktu dalam segala hal dapat mendukung pengaturan waktu dengan baik. Belajar dan bermain harus dikondisikan sedemikian rupa agar santri tidak terlalu banyak bermain sesuka mereka sendiri, melainkan bermain yang megasyikkan dan bermanfaat sambil belajar. Keefektifan ditunjang oleh keterampilan ustadz mengarahkan santri pada setiap kegiatan yang mereka lakukan di kelas dan disekolah. Ustadz harus menjadikan santri sebagai objek yang perlu dikembangkan dari segala aspek dan juga waktu yang mereka butuhkan selama menjadi santri. Hasil analisis dari penjelasan teori dan hasil penelitian lapangan di TPQ Nurul Qur’an, desa Kemiri, kecamatan Jepon, kabupaten Blora adalah TPQ Nurul Qur’an ini sebagai lembaga pendidikan, bertujuan untuk memudahkan siswa dalam membaca al-Qura’an secara fasih dan benar sejak usia dini. Selain itu untuk mengkolaborasikan antara pengetahuan al-Qur’an dengan kecakapan dalam membaca al-Qur’an, serta memiliki kepribadian yang religius. Dengan
dasar
tujuan
TPQ
yang
hendak
dicapai,
dalam
pembelajarannya digunakan berbagai materi ajar terpilih sebagai bagian dari unsur-unsur pembelajaran, yang di antaranya qiro’ah/ bacaan, ilmu tajwid, praktek tajwid, hafalan, khod/ menulis. Adapun dalam lembaga terkait, penilaian yang baru dilakukan oleh ustad/ ustadzah antara lain : Tugas individual, Tugas kelompok, Kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), Unjuk kerja (performance).
Selain itu penilaian yang dilakukan oleh ustad/ ustadzah meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk didalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisa, dan kemampuan mengavaluasi. Aspek afektif meliputi penilaian sikap, motivasi, dan minat terhadap pelajaran. Aspek psikomotorik berhubungan dengan unjuk kerja siswa. Dengan demikian, maksudnya ialah aspek kompetensi yang hendak dicapai setidaknya meliputi, kefasihan membaca, pemahaman materi, kejelian dan keakuratan, serta ketrampilan dari ragam materi yang terselenggara.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di muka, maka dapat diambil suatu kesimpulan : Penilaian (Assessment) adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan Penilaian yang dilakukan oleh guru telah mengukur tiga aspek pembelajaran, yaitu aspek kognitif (pengetahuan) yaitu mengenai materi ilmu tajwid, aspek afektif (sikap) yaitu menemukan kesadaran santri agar disiplin baik terhadap waktu pembelajaran dan materi pembelajaran, dan aspek psikomotor (ketrampilan) yaitu santri mampu menerapkan bacaan tajwid dengan benar. Jenis evaluasi penilaian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1. Pertannyaan lisan, digunakan untuk menyatakan hal-hal yang prinsip dari pelajaran yang lalu secara singkat. Bentuknya berupa jawaban singkat dan dilakukan sebelum, selama ataupun setelah pelajaran yang diberikan. 2. Ulangan harian, diadakan secara periodik atau berkala pada akhir suatu tema atau beberapa tema pelajaran. Bertujuan untuk mengetahui penguasaan kompetensi-kompetensi dari suatu mata pelajaran tertentu, serta untuk mengetahui keberhasilan dalam penggunaan metode dan media. 3. Ulangan blok atau ulangan semesteran, dilakukan dengan bersama-sama mulai kelas I sampai IV yang dilakukan secara tertulis.
1
B. Saran Pelaksanaan penilaian dalam pembelajaran al-Qur’an di TPQ Nurul Qur’an selama ini masih dikatakan belum sempurna karena berbagai hambatan-hambatan yang terjadi. Oleh sebab itu penulis menyumbangkan saran sebagai masukan dalam pelaksanaan penilaian dalam pembelajaran alQur’an di TPQ Nurul Qur’an. Saran-saran ini penulis sampaikan kepada: 1. Kepala Sekolah Hendaknya kepala sekolah lebih memberikan perhatian dan dukungan yang lebih besar kepada ustad/ ustadzah dalam mensukseskan pelaksanaan penilaian berbasis kelas dengan bentuk mensosialisasikan hasil-hasil dari workshop ataupun seminar tentang pelaksanaan penilaian serta memberikan pembinaan kepada ustad/ ustadzah tentang pelaksanaan penilaian.Guru Untuk ustad/ ustadzah hendaknya lebih menerapkan secara maksimal pelaksanaan penilaian dengan lebih menerapkan secara maksimal
pelaksanaan
memperhatikan
penilaian
prinsip-prinsip
berbasis
pelaksanaan
kelas penilaian
dengan
lebih
yaitu
valid,
bermakna, berorientasi pada kompetensi, mendidik, adil, terbuka, serta berkesinambungan. Guru juga harus menerapkan hasil dari penilaian berbasis kelas dengan lebih memperhatikan ketuntasan materi yang diberikan, batas kelulusan sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa, serta lebih mengarah pada kemampuan acuan kriteria siswa. 2. Siswa Hendaknya siswa lebih untuk dapat menggali dan menonjolkan kemampuan yang dimiliki tanpa hanya menguasai pada kemampuan kognitif saja, tetapi juga pada kemampuan afektif serta psikomotorik. Hal ini sesuai dengan prinsip penilaian berbasis kelas yaitu menyeluruh pada segenap aspek serta bentuk penilaian yang mengarah pada penilaian acuan criteria yang memang harus benar-benar dapat dikuasai siswa.
2
3. Orang tua a) Bimbingan dan arahan dari orang tua kepada siswa hendaknya sering dipantau dan diarahkan, agar dalam belajar terarah dan dalam memecahkan masalah di rumah (PR), siswa mampu kreatif dalam pengerjaannya. b) Sesibuk apapun orang tua harus meluangkan waktu untuk menemani atau membimbing anak belajar. Hal ini merupakan motivasi tersendiri bagi siswa untuk megembangkan kreativitas. C. Penutup Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan taufiq dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam pembahasan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu demi kesempurnaan skripsi ini diharapkan saransaran maupun kritik dari pembaca yang sifatnya membangun. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung disampaikan terima kasih. Wassalam.
3
DAFTAR PUSTAKA Arcaro, S. Jerome, “Pendidikan Berbasis Mutu ; prinsip-prinsip perumusan dan tata langkah penerapan”, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007)
Arifin, Zaenal “Evaluasi Pembelajaran” (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010)
Arwani, Muhammad “Yanbu‟a: toriqoh baca tulis dan menghafal al-Qur‟an”, Kudus, Tahfid Yanbu‟ul Qur‟an, 2004
Ahmad, M. Abdul Qadir “Metodologi Pengajaran Agama Islam”, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, Cet Pertama, 2008)
Ali, Mohammad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa, 1987)
Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet.12, hlm.206
Bungin, Burhan, “Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Kencana Media Group 2010),
Departemen Agama Republik Indonesia, “Al-Qur’an dan Terjemahnya”, (Jakarta: CV Toha Putra Semarang, 1989)
DIRJEN Pendidikan Islam DEPAG RI, “Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional”, Jakarta 2006
Fathoni, Abdurrahmat, “Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi”, (Jakarta, Rineka cipta, 2006)
Haryati, Mimin, “Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan”, (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, cet 1, 2007)
Hadi, Sutrisno, “Metode Research”, (Yogyakarta : Andi Offset, 2004)
Ichwan, Mohammad Nor “Belajar al-Qur’an Menyingkap Khasanah Ilmu-ilmu al-Qur’an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis”, (Semarang, RaSAIL, 2005)
Kartono, Kartini, “Pengantar Metodologi Research Sosial”, (Bandung: Alumni, 1983)
Kasiran, Moh, “Metodologi Penelitian Kuatitaif/ kualitatif”, (Malang: Pustaka Maliki Press, 2008)
Nurdin, Syafruddin, “Guru Profesional & Implementasi Kurikulum”, (Ciputat: Ciputat Pers, 2002)
Majid,
Abdul,
“Perencanaan
Pembelajaran
Mengembangkan
Standar
Kompetensi Guru”. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008)
Moleong, J. Lexy “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009 )
Murtadlo, M. Bashari „Alawi,”Mabaadil Ilmu At Tajwiid”, Malang : Ad Daraasah Qur‟aniyah, 1990.
Muslich, Masnur, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahamam dan Pengembangan”, (Jakarta : Bumu Aksara)
Purwanto, M. Ngalim, “Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran”, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya)
Poerwanti, Endang dkk, “Asesmen Pembelajaran SD”, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2008,
Rosyid, Daniel Mohammad, “Pendidikan Nasional di Era Reformasi”, (SIC, 2008)
Suwandi, Sarwiji, “Model Assessment Dalam Pembelajaran” (Surakarta: Mata padi Presindo, 2009)
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung; Alfabeta, 2007)
Surapranata, Sumarna, dkk., “Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum 2004” (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)
Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005)
Trianto, “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif”, (Jakarta: Prenada Media Group, Cet ke 2, 2010)
http://sutris.blogspot.com/2011/05/tujuan-belajar-alquran.html; 14-11-2011
http://kompaq.multiply.com/journal/item/38, 16-11-2011
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198304-beberapa-metodepembelajaran-al-qur/#ixzz1cVwbfsUh, 02-11-2011
http://qashthaalhikmah.blogspot.com/2010/01/macam-macam-metodepembelajaran-al.html, 02-11-2011
http://zullihi.blogspot.com/2010/01/metode-pembelajaran-al-Qur‟an.html, 02-112011