MODEL PEMBERIAN REINFORCEMENT DALAM PEMBELAJARAN ASPEK PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN (Studi pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang).
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh: DENI INDIANA NIM : 073111041
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Deni Indiana
NIM
: 073111041
Jurusan/ Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 27 Juni 2011 Saya yang menyatakan,
DENI INDIANA NIM : 073111041
ii
iii
iv
ABSTRAK Judul : Model Pemberian Reinforcement dalam Pembelajaran Aspek Pengembangan Moral Keagamaan (Studi pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang). Nama : Deni Indiana NIM : 073111041 Skripsi ini membahas tentang model pemberian reinforcement dalam pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan pada pendidikan prasekolah. Kajiannya dilatarbelakangi oleh maraknya tindakan kurang tepat yang dilakukan oleh sebagian pendidik dalam memperlakukan anak didiknya. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: Bagaimana model pemberian reinforcement dalam pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan pada pendidikan prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang? Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. Sekolah tersebut dijadikan sebagai sumber data untuk mendapatkan gambaran pemberian penguatan yang dilakukan oleh pendidik dalam pembelajaran moral keagamaan pada anak prasekolah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan. Datanya diperoleh melalui wawancara bebas, observasi dan studi dokumentasi. Semua data dianalisis dengan analisis deskriptif menggunakan logika induksi. Kajian ini menunjukkan bahwa: (1) Dalam pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan tersebut, ada beberapa model pemberian penguatan (reinforcement) yang dilakukan oleh pendidik/ guru di TK Bintang Kecil untuk mendidik, membimbing dan mengarahkan anak didiknya antara lain yaitu: (a) penggunaan positive reinforcement (penguatan positif), terjadi bila sebuah stimulus (positif) diberikan menyusul pada perilaku tertentu. Stimulus ini termasuk memberi pujian (reward). (b) Penggunaan negative reinforcement (penguatan negatif), terjadi bila sebuah stimulus aversif (tidak menyenangkan) dihilangkan atau dihindarkan yaitu termasuk punishment (hukuman). (2) Penggunaan penguatan dilakukan dalam bentuk verbal (kata-kata pujian) maupun nonverbal (gerak isyarat, mendekati, sentuhan (contack), atau dengan simbol). (3) Pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang dilakukan melalui seluruh kegiatan yang ada di TK Bintang Kecil, antara lain melalui: pembelajaran agama di kelas, menyanyikan lagu, cerita, rekreasi dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, para pendidik, para peneliti dan semua pihak yang membutuhkan khususnya bagi guru di lingkungan sekolah, serta kepala sekolah sehingga dapat dijadikan bahan untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan.
v
MOTTO
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (Q. S. at-Tahrim/66: 6)1
1
Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Jumanatul 'AliArt, 2005), hlm. 561.
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil'aalamiin. Tiada sesuatupun yang dapat memberikan rasa bahagia melainkan senyum manis penuh bangga dengan penuh rasa bakti, cinta dan kasih sayang dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini untuk Ayahanda Bapak Hanafi dan Ibunda Musrifah tercinta yang telah mendidik dan membesarkanku serta mencurahkan kasih sayangnya.serta selalu memberikan Do'a dan semangat kepada penulis Kakakku Indah Murdiana dan Kasmuri yang telah memberi semangat, dorongan dan motivator dalam belajar, serta bantuan baik berupa moral maupun materil Segenap keluarga serta adik (Filia Vista Mufidah) dan keponkanku (Ahmad Hisyam Inka Rahmawan) yang senantiasa memberi inspirasi untuk selalu semangat dalam hidupku. Kepala TK beserta dewan guru serta segenap jajaran staf dan karyawan TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang yang telah memberikan izin, bimbingan dan bantuan serta meluangkan tenaga dan waktunya sehingga penulis mampu melaksanakan penelitian demi menyelesaikan skripsi ini. Sahabat-sahabat PAI 07B senasib seperjuangan yang telah memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Teman-temanku HMI MPO Komisariat Tarbiyah Tim KKN Posko 87 Gebangan , Bapak dan Ibu Lurah sekeluarga. Dan tak lupa pembaca budiman sekalian Semoga amal dan kebaikan mereka mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah Yang Kuasa.
vii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillâhi rabi al-'alamin, tiada kata yang patut penulis ucapkan kecuali puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan petunjuk, bimbingan dan kekuatan lahir batin kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sederhana ini. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan oleh-Nya kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sosok historis yang membawa proses transformasi dari masa yang gelap gulita ke zaman yang penuh peradaban ini, juga kepada para keluarga, sahabat serta semua pengikutnya yang setia disepanjang zaman. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang tanpa bantuan dan kerjasamanya skripsi ini tidak dapat terwujud, adapun ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada: 1.
Prof. DR. H. Muhibbin, M. Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.
2.
Sudja`i, M. ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang..
3.
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing I dan Hj. Nur Asiyah, M. SI. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis sampai skripsi ini selesai.
4.
Drs. Nasirudin, M.Ag. dosen wali studi penulis dan seluruh Bapak/ Ibu Dosen, karyawan, pegawai IAIN Walisongo, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, serta kepada seluruh civitas akademika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
5.
Kepala TK beserta dewan guru serta segenap jajaran staf dan karyawan TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang yang telah memberikan izin, bimbingan dan bantuan serta meluangkan tenaga dan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6.
Ayahanda dan ibunda tercinta beserta keluarga yang telah berjuang dengan cucuran keringat dan air mata selalu mendoakan dengan tulus.
viii
7.
Kawan – kawan mahasiswa senasib seperjuangan dalam perjalanan panjang nan melelahkan yang bergerak bersama membangun peradaban kampus IAIN, kawan-kawan PAI paket B 2007. Novi, Mbak Ana, Mbak Mut, Nike, Warsiah, Irna, Asmara . Terima kasih atas bantuan dan kerja samanya yang tak akan penulis lupakan.
8.
Keluarga besar HMI MPO Komisariat Tarbiyah, Ulfa, Mbak Sulis, Onneng, Faricha. Kebersamaan dan perjuangan bersama kalian merupakan pelajaran berharga yang tak akan penulis lupakan.
9.
Tim KKN IAIN Walisongo Posko 87 Gebangan beserta bapak Lurah dan keluarga. Terima kasih atas segala pengalaman yang kalian berikan.
10. Serta berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu Jazakumullah Khairon Katsira, hanya ucapan terima kasih dari lubuk hati yang terdalam penulis haturkan, semoga menjadi cactatan amal kebajikan dan dibalas sesuai amal perbuatan oleh Allah SWT. Akhirnya penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Namun, terlepas dari kekurangan yang ada, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Besar harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Semarang, 27 Juni 2011 Penulis
Deni Indiana NIM. 073111041
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN .....................................................................
ii
PENGESAHAN ..........................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING ...............................................................................
iv
MOTTO ......................................................................................................
v
PERSEMBAHAN .......................................................................................
vi
ABSTRAK ..................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Penegasan Istilah....................................................................
5
C. Rumusan Masalah ..................................................................
8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................
8
BAB II : REINFORCEMENT DALAM PEMBELAJARAN ASPEK PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN PADA PENDIDIKAN PRASEKOLAH A. Kajian Pustaka .......................................................................
10
B. Kerangka Teoritik ..................................................................
12
1.
Penguatan (Reinforcement) .............................................
12
2.
Moral Keagamaan ...........................................................
17
3.
Strategi Pengembangan Moral dan Agama pada pendidikan Prasekolah ....................................................
4.
Kaitan Model Pemberian Reinforcement dengan
x
27
Aspek Pengembangan Moral dan Agama pada pendidikan Prasekolah ....................................................
34
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................
37
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. C. Sumber Penelitian ...................................................................
38
D. Fokus Penelitian ......................................................................
39
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
39
F. Teknik Analisis Data ...............................................................
41
BAB IV : ANALISIS MODEL PEMBERIAN REINFORCEMENT DALAM PEMBELAJARAN
ASPEK
PENGEMBANGAN
MORAL
KEAGAMAAN PADA PENDIDIKAN PRASEKOLAH DI TK BINTANG KECIL NGALIYAN SEMARANG A. Gambaran Umum TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang ....
42
1.
Tinjauan Historis ............................................................
42
2.
Viusi dan Misi.................................................................
42
3.
Struktur Organisasi .........................................................
42
4.
Keadaan Peserta Didik, Guru dan Karyawan. ................
43
5.
Data Guru dan Karyawan ...............................................
44
6.
Sarana dan Prasarana ......................................................
44
B. Proses Pembelajaran di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang.................................................................................
44
1.
Materi Pembelajaran .......................................................
44
2.
Model Pembelajaran .......................................................
47
3.
Kegiatan Pembelajaran.................... ...............................
50
4.
Kegiatan Ekstra Kurikuler.............. ................................
51
xi
5.
Waktu Belajar .................................................................
51
6.
Kegiatan Penunjang di TK..............................................
51
C. Model Pemberian Reinforcement dalam Pelaksanaan Pembelajaran Aspek Pengembangan Moral Keagamaan pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. ................................................................ 1.
52
Pelaksanaan Pembelajaran Aspek Pengembangan Moral Keagamaan pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. ................................
2.
52
Model Pemberian Reinforcement pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. ...
56
D. Analisis Model Pemberian Reinforcement dalam Pembelajaran Aspek Pengembangan Moral Keagamaan pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang................................................................................. 1.
58
Analisis Pembelajaran Aspek Pengembangan Moral Keagamaan pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. ..........................
2.
58
Analisis Model Pemberian Reinforcement pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. ........................................................
3.
60
Analisis Model Pemberian Reinforcement dalam Pembelajaran Aspek Pengembangan Moral Keagamaan pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. ................................
4.
63
Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberian Reinforcement dalam Pembelajaran Aspek Pengembangan Moral Keagamaan pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. ...
xii
65
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................
67
B. Saran .........................................................................................
67
C. Kata Penutup ............................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan
dan
perubahan
yang
terjadi
dalam
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan budaya (IPTEKS). Perkembangan dan perubahan tersebut telah membawa dampak pada berbagai aspek pendidikan, termasuk pada kebijakan pendidikan. Jika pada awalawal kemerdekaan, fokus perhatian pemerintah lebih tertuju pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi, maka secara berangsur-angsur setelah itu, perhatian pemerintah juga tertuju pada pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar, yaitu pendidikan anak usia dini (PAUD). 1 Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah sadar betul akan perlunya penyiapan sumber daya manusia sejak usia dini yang berkualitas sehingga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan. Usia lahir sampai memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosial emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama.2 Oleh karena itu masa usia dini merupakan pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya, sehingga merupakan masa yang sangat tepat jika digunakan untuk mendidik perkembangan moral keagamaan pada anak, agar ketika dewasa nanti hidupnya selalu dihiasi dengan moral dan nilai-nilai agama.
1
Mursyid, Manajemen Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Teori dan Praktik (Semarang: Akfi Media, 2009), hlm. 1. 2
Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
hlm. 18.
1
Islam, dengan universalitas prinsip dan peraturannya yang abadi, memerintahkan para bapak, ibu dan para pendidik untuk memperhatikan dan senantiasa mengikuti serta mengontrol anaknya, dalam segala segi kehidupan dan pendidikan yang universal.3 Keharusan tentang memperhatikan anak telah dijelaskan dalam al-Qur'an surat at-Tahrim ayat 6:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q. S. at-Tahrim/66: 6)4 Sayyidina Ali ra. dalam bukunya Abdullah Nasih ‘Ulwan, menafsirkan qu anfusakum, dengan "Didiklah dan ajarilah mereka". 5 Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu cara menjaga diri dan keluarga adalah dengan memberikan pendidikan dan pengajaran. Orang tua mempunyai tanggung jawab terhadap tumbuh kembang anak agar bila dewasa kelak berilmu dan beriman. Apabila orang tua maupun guru sebagai seorang pendidik melalaikan kewajibannya, mengarahkan anak didiknya pada penyelewengan akhlak yang jelek, maka tentunya akan dimintai pertanggung jawaban kelak di Akhirat, sebagaimana hadis Nabi saw:
"Kamu semua adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap orang yang mewalihkan dirinya kepadamu dan sesuatu yang berada di bawah pengawasanmu". (HR. Bukhari) 3
Abdu 'l-Lah Nasih ‘Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, terj. Saifullah Kamalie dan Heri Noer Ali, (Bandung: asy-Syifa', 1988), hlm. 123. 4
Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Jumanatul 'Ali-Art, 2005), hlm. 561. 6
al-Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutub, 2008), Juz. I, hlm.309
2
Orang tua adalah pemimpin anak dirumahnya, guru adalah pemimpin di sekolahnya dan ia bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada siswanya. Oleh karena itu seorang pendidik harus senantiasa memperbaiki tingkah lakunya terhadap anak didiknya. Ibnu Khaldun, dalam bukunya Nur Uhbiyati berkata: Siapa yang biasanya dididik dengan kekerasan di antara siswa-siswa atau pembantu-pembantu dan pelayan ia akan selalu dipengaruhi oleh kekerasan, akan selalu merasa sempit hati, akan kekurangan kegiatan bekerja dan akan bersifat pemalas, akan menyebabkan ia berdusta serta melakukan yang buruk-buruk karena takut akan dijangkau oleh tangan-tangan yang kejam. Hal ini selanjutnya akan menggapai dia menipu dan berbohong, sehingga sifat-sifat ini menjadi kebiasaan dan perangainya, serta hancurlah arti kemanusiaan yang masih ada pada dirinya.7 Untuk itu agar terhindar dari sifat-sifat dan moral yang kurang baik pada diri anak baik di rumah yang maupun di sekolah/ kelas maka perlu diciptakan situasi dan kondisi yang kondusif sesuai dengan kebutuhan anak, seperti: suasana yang nyaman, terhindar dari rasa takut salah, merasa dihargai dalam hal apapun, tidak ditegur dengan kasar dan lain sebagainya. Nelson dan Travers yang dikutip oleh Harold W. Stevenson, juga menyatakan bahwa "research on punishment with children meets with obvious problems: parents and teachers, as well as researches them selves, are reluctant to allow severe forms of punishment to be used with children".8 Penelitian membuktikan bahwa hukuman yang keras pada siswa menjumpai beberapa masalah yang nyata, para orang tua dan para guru, sama baiknya dengan diri para peneliti sendiri, segan membolehkan bentuk-bentuk hukuman yang keras pada siswa. Tahap perkembangan moral pada anak usia dini masih dalam tahap pra konvesional, dimana pada tahap ini anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-
7
Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Hlm. 151. 8
Harold W. Stevenson, "Learning and Reinforcement Effect", in Thomas D. Spencer, et.all., (eds), Prespectives in Child Psycology, (New York: McGraw-Hill Book Company, 1970), hlm.346.
3
nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal.9 Sehingga, misalnya seorang anak telah menunjukkan perilaku yang baik atau telah melaksanakan ajaran agama misalnya anak mau mengerjakan shalat, ikut berdo'a dengan tertib, dan lain sebagainya. Maka seorang pendidik harus mampu memberikan penguatan agar anak tersebut lebih terdorong untuk mengulangi perbuatannya tersebut atau bahkan yang lebih baik lagi. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, untuk mengatasi perilaku anak yang bermasalah pada moral keagamaan, contohnya: anak nakal, sombong/ congkak, berbohong/ menipu, bersikap kasar dan tidak sopan, suka membantah perintah guru, kikir, iri, dengki, sulit diajak belajar beribadah, dan terpengaruh oleh ritual keagamaan lain. Menurut Suyadi, cara mengatasi perilaku bermasalah dalam moral keagamaan tersebut adalah dengan menggunakan teknik konseling behavior, dimana hal pertama yang perlu dilakukan dalam teknik konseling ini adalah
dengan
pemberian
reward,
untuk
menghasilkan
perilaku
yang
diharapkan.10 Artinya siswa yang bermasalah tersebut tidak lantas dihukum, melainkan malah diberi penghargaan. Walaupun demikian, sekarang ini masih sering kita jumpai guru yang memakai atau memberikan hukuman yang kurang tepat ketika siswa melakukan perilaku yang bermasalah/ menyimpang. Padahal seorang pendidik apabila terpaksa menggunakan respon negatif berupa teguran maupun hukuman, maka harus melakukannya dengan cara yang lemah lembut, sehingga ketika menjaga tabiat anak yang salah harus dilakukan secara bertahap juga menggunakan tata cara pemberian hukuman sesuai dengan ajaran Islam yaitu dengan cara yang lemah lembut. TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang adalah lembaga pendidikan yang menyatukan kurikulum TK dengan penanaman perilaku keagamaan tanpa mengurangi mata pelajaran formal dari DIKNAS. TK Bintang Kecil merupakan
9
Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam , hlm. 46.
10
Suyadi, Buku Pegangan Bimbingan Konseling untuk PAUD, (Jogjakarta: Diva Press, 2010), hlm. 307.
4
bentuk pendidikan prasekolah yang umumnya seluruh peserta didiknya adalah anak-anak, sehingga pemberian respon yang positif oleh guru dalam pembelajaran terutama moral keagamaan baik di dalam maupun di luar kelas menjadi hal yang sangat penting, hal ini terbukti walaupun ketika istirahat sekolah, peserta didik selalu mendapat kontrol guru melalui pendampingan saat bermain baik di dalam maupun di luar kelas. TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang dalam pembelajaran senantiasa menyediakan suasana sekolah yang menyenangkan agar peserta didik selalu merasa hangat dan nyaman. Namun demikian kadang-kadang didapati pembelajaran khususnya pemberian reinforcement tidak pada semestinya. Memperhatikan permasalahan tersebut maka judul penelitian skripsi: "MODEL PEMBERIAN REINFORCEMENT DALAM PEMBELAJARAN ASPEK PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN" (Studi pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang). Sangat menarik untuk ditindak lanjuti.
B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam judul penelitian ini, maka penulis perlu memberi pengertian dan batasan-batasan istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini. 1. Model Pemberian Reinforcement Dalam kamus besar bahasa Indonesia, model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.11 Jadi yang dimaksud model di sini adalah bentuk pola dari sesuatu. Pemberian berasal dari kata beri yang berarti menyerahkan,12 mendapat awalan "pe" dan akhiran "an" yang berarti proses atau cara perbuatan memberikan13. Sedangkan reinforcement (penguatan) adalah segala bentuk
11
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 79. 12
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia., hlm. 140.
13
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia., hlm. 140.
5
respon, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi.14 Jadi pemberian reinforcement adalah cara memberikan umpan balik untuk memberikan penguatan dengan memberi penghargaan/ memperkuat perilaku yang diinginkan dan memberi hukuman/ memadamkan perilaku yang tidak diinginkan. Jadi model pemberian reinforcement disini mengacu tentang bagaimana reinforcement itu digunakan baik dari segi jenis, bentuk, prinsip maupun cara yang digunakan dalam pelaksanaan pemberian reinforcement 2. Pembelajaran Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan dorongan oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik.15 Jadi pembelajaran merupakan proses membuat peserta didik untuk targugah mempelajari kurikulum dengan guru sebagai fasilitator. 3. Aspek Pengembangan Moral Keagamaan Pengembangan moral dan nilai-nilai agama merupakan struktur kurikulum TK/ PAUD jalur formal.16 Sedangkan moral adalah tindakan yang sesuai dengan ukuran-ukuran umum dan diterima oleh kesatuan sosial.17 Dan moral dalam Islam (akhlak) termasuk moral keagamaan, yakni moral yang berdasarkan aqidah (rukun iman) yang
14
Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 80 15
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hlm. 10. 16
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 58 Tahun 2009 Tanggal 17 September 2009, Standar Pendidikan Anak Usia Dini, 17
M. Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: Lembkota, 2006), hlm. 141.
6
bersumber dari al-Qur'an dan as-Sunnah.18 Adapun moral dalam penelitian ini mengacu pada definisi akhlak. Jadi yang dimaksud aspek pengembangan moral keagamaan adalah kurikulum yang disusun untuk mengembangkan moral yang berdasarkan aqidah (rukun iman) yang bersumber dari al-Qur'an dan as-Sunnah (akhlak). 4. Studi Dalam kamus besar bahasa Indonesia, studi yaitu penelitian ilmiah, kajian, telaahan.19 Jadi yang dimaksud studi di sini adalah menelaah terhadap sesuatu secara ilmiah. 5. Pendidikan Prasekolah Dalam Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14 menyatakan: "Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut".20 Sedangkan masa prasekolah adalah usia 3-6 tahun.21 Di Indonesia umumnya anak prasekolah adalah mereka yang mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3 bulan-5 tahun) dan Kelompok Bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program TK22 Jadi, pendidikan prasekolah merupakan jalur pendidikan yang berusaha memberikan pembinaan berupa rangsangan mendidik kepada anak usia 3-6 tahun agar mempunyai kesiapan memasuki pendidikan dasar (SD).
18
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Surabaya: Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat (PSAPM), 2004), hlm. 316. 19
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia., hlm 1093.
20
Lembaran Negara RI, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jogjakarta: Media Wacana Press: 2003), hlm. 20. 21
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000),
hlm. 44. 22
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, hlm. 19.
7
C. Rumusan Masalah Berdasar pada latar belakang di atas, maka penulis perlu merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana model pemberian reinforcement dalam pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan pada pendidikan prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah penulis rumuskan, maka tujuan penelitian ini secara garis besar adalah: untuk mendeskripsikan dan menganalisis model pemberian reinforcement dalam pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan pada pendidikan prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang betapa pentingnya pemberian reinforcement dalam pembelajaran. 2. Secara praktis a. Bagi peneliti Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti tentang strategi dalam pembelajaran aspek moral keagamaan pada pendidikan prasekolah. Dan diharapkan dapat memberi tambahan wacana atau sumbangan bagi para peneliti selanjutnya. b. Bagi sekolah Sebagai bahan masukan dalam mengatasi dan menanggulangi permasalahan dalam proses belajar mengajar di sekolah. c. Bagi guru Sebagai masukan bagi para guru maupun orang tua untuk memberikan reinforcement dalam upaya mendorong anak-anak untuk memiliki perilaku sesuai dengan nilai-nilai agama.
8
d. Bagi siswa Sebagai motivasi agar berperilaku lebih baik lagi sesuai dengan moral dan nilai-nilai agama.
9
BAB II REINFORCEMENT DALAM PEMBELAJARAN ASPEK PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN PADA PENDIDIKAN PRASEKOLAH
A. Kajian Pustaka Untuk memperjelas gambaran tentang alur penelitian ini serta menghindari duplikasi tentang skripsi ini, berikut ini merupakan beberapa literatur yang relevan yang berkaitan dengan pembahasan skripsi yang penulis susun. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh S. Khaeron (073111370). Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2009 yang berjudul ”Reinforcement (Penguatan) Guru Pelajaran Fiqih Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI MI Maarif NU Kramat Kecamatan Karang Moncol Kabupaten Purbalingga”. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa pemberian reinforcement (penguatan) oleh guru pelajaran fiqih dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ini dapat dilihat melalui angket yang disebar kepada 30 siswa. Hal ini disebabkan antara lain karena guru memberikan motivasi/ dorongan berupa perhatian, pujian, hukuman yang mendidik dapat meningkatkan cara belajar yang produktif.1 Sedangkan pada penelitian yang akan penulis teliti fokusnya adalah reinforcement pada anak usia dini khususnya dalam pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Komarudin (03101388). Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2005 yang berjudul ”Reward dan Punishment dalam Perspektif Ulama Klasik dan Kontemporer Sebagai Metode Pendidikan Akhlak (Studi Analisis atas Pemikiran Ibn Miskawih dan Abdullah Nasikh Ulwan)”, Dalam penelitian tersebut pendidikan akhlak dengan menggunakan metode reward dan punishment adalah sangat relevan. Reward dan punishment memiliki peran amat besar dalam pembentukan akhlak, terutama 1
S. Khaeron, Reinforcement (Penguatan) Guru Pelajaran Fiqih Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI MI Maarif NU Kramat Kecamatan Karang Moncol Kabupaten Purbalingga (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009), hlm. 58.
10
dalam hal internalisasi nilai, pengembangan rasa bersalah dan malu, penghargaan diri, motivasi pengulangan perilaku dan merekonstruksikannya. 2 Sedangkan pada penelitian yang akan penulis teliti tidak membatasi pada pemikiran Ibn Miskawih dan Abdullah Nasikh Ulwan saja, melainkan mengkaji langsung ke lapangan yang menggunakan reinforcement dalam pelaksanaan pembelajarannya. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Nakhrowi (03102115). Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2007 yang berjudul ”Pengaruh Implementasi Reward dan Punishment Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gajah Kabupaten Demak (Studi Kasus Dalam Pembelajaran PAI)”. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan reward dan punishment memiliki sumbangan sebesar 78 % terhadap prestasi belajar PAI. Hal ini menunjukkan bahwa jika reward dan punishment ditingkatkan maka prestasi belajar meningkat.3 Sedangkan pada penelitian yang akan penulis teliti tidak membatasi pada pembelajaran PAI di kelas saja, melainkan dalam seluruh pembelajaran yang menyangkut aspek pengembangan moral keagamaan baik di dalam maupun di luar kelas. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan di atas, sekilas memang adanya hubungan permasalahan dengan yang akan penulis teliti. Namun dalam penelitian ini penulis lebih menekankan dengan pemberian reinforcement pada anak usia dini. Dengan demikian penulis berkesimpulan, penelitian dengan judul "Model Pemberian Reinforcement dalam Pembelajaran Aspek Pengembangan Moral Keagamaan" (Studi pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang) belum pernah diangkat menjadi sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi, karena fokus penelitian maupun lokasi yang akan penulis lakukan berbeda.
2
Komarudin, Reward dan Punishment dalam Prespektif Ulama Klasik dan Kontemporer Sebagai Metode Pendidikan Akhlak (Studi Analisis atas Pemikiran Ibn Miskawih dan Abdullah Nasikh Ulwan), (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2005), hlm.109. 3
Ahmad Nakhrowi, Pengaruh Implementasi Reward dan Punishment Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gajah Kabupaten Demak (Studi Kasus dalam Pembelajaran PAI), ( Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007), hlm. 76.
11
B. Kerangka Teoritik 1. Penguatan (Reinforcement) a. Pengertian Penguatan (Reinforcement) Dalam
kehidupan
sehari-hari,
kita
sering
mendengar
maupun
mengucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih sejatinya merupakan satu penghargaan. Contoh bentuk penghargaan lain seperti: orang yang bekerja untuk orang lain hadiahnya adalah upah/ gaji; orang yang menyelesaikan suatu program sekolah, hadiahnya adalah ijazah; membuat suatu prestasi dalam suatu bidang olah raga, hadiahnya adalah medali atau uang; tepuk tangan, memberi salam pada dasarnya adalah suatu hadiah juga. Demikian juga halnya dengan hukuman yang diberikan seseorang karena telah mencuri, menyontek, tidak mengerjakan tugas, datang terlambat, menipu, dan lain-lain. Baik pemberian hadiah maupun pemberian hukuman merupakan respon seseorang kepada orang lain karena perbuatannya. Hanya saja pada pemberian penghargaan/ hadiah (reward) adalah merupakan respon yang positif, sedangkan pada pemberian hukuman (punishment) adalah respon yang negatif. Namun, kedua respon tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu ingin mengubah tingkah laku seseorang. Dalam perspektif Islam, reward muncul dengan beberapa istilah, antara lain ganjaran, balasan dan pahala, sebagaimana Firman Allah Swt.
Sebagai balasan bagi apa yang Telah mereka kerjakan. (QS. AlWaqiah56/: 24).4 Sedangkan punishment, muncul dengan kata ‘uqubah atau ‘iqaab, sebagaimana Firman Allah Swt.
4
Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Jumanatul 'Ali-Art, 2005), hlm. 536.
12
Yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya. barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (Q.S. al-Hasyr/59 : 4).5 Respon positif (reward) adalah bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik (bekerja, belajar, berprestasi dan memberi) itu frekuensinya akan berulang atau bertambah. Sedang respon yang negatif (punishment) bertujuan agar tingkah laku yang kurang baik itu frekuensinya berkurang atau hilang.6 Pemberian respon tersebut, dalam proses belajar mengajar disebut pemberian Reinforcement (penguatan). 1) Menurut J.P. Chalpin dalam Kamus Lengkap Psikologi yang di terjemahkan oleh Kartini Kartono, mengartikan "reinforcement berasal dari kata reinforc (memperkuat) dan ment, penguatan suatu reaksi, dengan jalan menambah suatu peningkatan kekuatan kebiasaan".7 2) Menurut J.J. Hasibun dan Moedjiono, dalam bukunya Proses Belajar Mengajar mendefinisikan bahwa, "penguatan adalah tingkah laku guru dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu murid yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali".8 3) Menurut Moh Uzer Usman, dalam bukunya Menjadi Guru Profesional mendefinisikan bahwa penguatan (reinforcement) adalah: segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi.9
5
Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahny , hlm. 547.
6
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm.117. 7
J. P. Chalpin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono, (Jskarta: Persada Pers, 2009), hlm. 426. 8
J. J. Hasibun dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 58. 9
Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 80.
13
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penguatan merupakan umpan balik yang diberikan oleh guru sebagai suatu bentuk penghargaan untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dan memberi hukuman/ memadamkan perilaku yang tidak diinginkan. Namun, menurut pendapat Kenenth N. Wexley, dalam bukunya Organizational Behavior and Personel Psycology, menyatakan bahwa "research on behavior modivication sugests that reinforcement of behavior with rewards is usually more effective than reinforcement with punishment".10 Dalam penelitian membuktikan bahwa penguatan dengan menggunakan hadiah lebih efektif daripada penguatan yang menggunakan hukuman. Oleh karena itu sebelum menggunakan reinforcement, maka harus dipikirkan secara matang dahulu apakah seorang pendidik akan menggunakan hukuman atau hadiah. b. Tujuan Pemberian Penguatan Pemberian penguatan tentunya memiliki tujuan tertentu yang mengacu pada peningkatan kemampuan belajar anak didik saat mengikuti pelajaran. Tujuan pemberian penguatan kepada murid di sekolah yaitu : 1) Meningkatkan perhatian
siswa dan membantu siswa belajar bila
pemberian penguatan digunakan secara selektif. 2) Memberi motivasi kepada siswa. 3) Dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu, dan meningkatkan cara belajar yang produktif. 4) Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar. 5) Mengarahkan terhadap pengembangan berfikir yang divergen (berbeda) dan pengambilan inisiatif yang bebas.11
10
Kenenth N. Wexley et.all., Organizational Behavior and Personel Psycology, (tk: Irwin, 1984), hlm. 22. 11
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 118.
14
c. Jenis-jenis Penguatan 1) Penguatan Verbal Biasanya diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan katakata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya, misalnya: pintar, bagus, bagus sekali, seratus ! 2) Penguatan Nonverbal a) Penguatan gerak isyarat, misalnya anggukan atau gelengan kepala, senyuman, kerut kening, acungan jempol, wajah mendung, wajah cerah, sorot mata yang sejuk bersahabat atau tajam memandang. b) Penguatan pendekatan: Guru mendekati siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap pelajaran, tingkah laku, atau penampilan siswa. Misalnya guru berdiri di samping siswa, berjalan menuju siswa, duduk dengan seseorang atau sekelompok siswa, atau berjalan di sisi siswa. Penguatan ini berfungsi menambah penguatan verbal. c) Penguatan dengan sentuhan (contact): Guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan siswa dengan cara menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, berjabat tangan, mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan. Penggunaannya harus dipertimbangkan dengan seksama agar sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan latar belakang kebudayaan setempat. d) Penguatan dengan kegiatan menyenangkan: Guru dapat menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi oleh siswa sebagai penguatan. Misalnya seorang siswa yang menunjukkan kemajuan dalam pelajaran musik ditunjuk sebagai pemimpin paduan suara di sekolahnya. e) Penguatan berupa simbol atau benda: penguatan ini dilakukan dengan cara menggunakan berbagai simbol berupa benda seperti tanda bintang dari kertas, kartu bergambar, binatang plastik, lencana, permen ataupun komentar tertulis pada buku siswa. Hal ini jangan terlalu
15
sering digunakan agar tidak sampai terjadi kebiasaan siswa mengharap sesuatu sebagai imbalan. f) Jika siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru hendaknya tidak langsung menyalahkan siswa. Dalam keadaan ini guru sebaiknya menggunakan atau memberikan penguatan tak penuh (partial). Umpamanya, bila seorang siswa hanya memberikan jawaban sebagian benar, sebaiknya guru menyatakan, "ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakan," sehingga siswa tersebut mengetahui bahwa jawabanya tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan untuk menyempurnakannya d. Prinsip Penggunaan Penguatan Menurut M. Uzer Usman, ada 3 prinsip dalam penggunaan penguatan, yaitu: 1) Kehangatan dan Keantusiasan Sikap dan gaya guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan, akan menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan, dengan demikian tidak terjadi kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan penguatan karena tidak disertai kehangatan dan keantusiasan. 2) Kebemaknaan Penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan. Dengan demikian penguatan itu bermakna baginya. Yang jelas jangan sampai terjadi sebaliknya. 3) Menghindari Respon yang Negatif Walaupun teguran dan hukuman masih bisa digunakan, respon negatif yang diberikan guru berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan dirinya. Misalnya, jika seorang siswa tidak dapat
16
memberikan
jawaban
yang
diharapkan,
guru
jangan
langsung
menyalahkannya, tetapi bisa melontarkan pertanyaan kepada siswa lain.12 e. Cara Menggunakan Penguatan Penggunaan penguatan dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut: 1) Penguatan kepada Pribadi Tertentu Penguatan harus jelas kepada siapa ditujukan sebab jika tidak, akan kurang efektif. Oleh karena itu, sebelum memberikan penguatan, guru terlebih dahulu menyebut nama siswa yang bersangkutan sambil menatap kepadanya. 2) Penguatan kepada Kelompok Penguatan dapat diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya apabila satu tugas telah diselesaikan dengan baik oleh satu kelas, guru membolehkan kelas itu bermain, misalnya bola voli yang menjadi kegemarannya. 3) Pemberian Penguatan dengan Segera Penguatan seharusnya diberikan segera setelah muncul tingkah laku atau
respons
siswa
yang
diharapkan.
Penguatan
yang
ditunda
pemberiannya, cenderung kurang efektif. 4) Variasi dalam Pengggunaan Jenis atau macam penguatan yang digunakan hendaknya bervariasi, tidak terbatas pada satu jenis saja karena hal ini akan menimbulkan kebosanan dan lama-kelamaan akan kurang efektif.13 2. Moral Keagamaan a. Etika, Moral, Susila, dan Akhlak Ada beberapa istilah yang sering dipakai untuk mendeskripsikan sesuatu yang berkaitan dengan perilaku manusia. Istilah itu antara lain adalah etika, moral, susila, dan akhlak Istilah-istilah tersebut sering kita ketahui maknanya
12 13
Usman, Menjadi Guru Profesional, hlm. 82. Usman, Menjadi Guru Profesional, hlm. 83.
17
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, agar lebih jelas perlu adanya penegasan dalam penggunaan istilah-istilah tersebut. Menurut Bertens dalam bukunya Mawardi Lubis, istilah etika berasal dari bahasa Yunani, ethos dalam bentuk tunggal yang berarti adat, dan dalam bentuk jamak adalah ta etha artinya adat kebiasaan.14 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata etika berarti ilmu tentang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.15 Selanjutnya menurut Abudin Nata etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut: Pertama, dilihat dari segi obyek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolut dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya. Selain itu etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya. Hal ini dimungkinkan, karena berbagai ilmu yang disebutkan itu sama-sama mempunyai obyek pembahasan yang sama dengan etika, yaitu perbuatan manusia. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Peranan etika dalam hal ini tampak sebagai wasit atau hakim, dan bukan sebagai pemain. Ia merupakan konsep atau pemikiran mengenai nilai-nilai untuk digunakan dalam menentukan posisi atau status perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem
14
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.9.
15
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 309.
18
nilai-nilai yang ada. Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.16 Dengan demikian, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk kemudian dikatakan baik atau buruk Untuk istilah moral menurut Schumann dalam bukunya Mawardi Lubis, moral berasal dari kata mores (Latin), yang berhubungan dengan kebiasaan (adat). Mores mengandung kaidah-kaidah yang sudah diterima oleh kelompok masyarakat sebagai pedoman tingkah laku anggotanya dan harus dipatuhi. 17 Sedangkan M. Amin Syukur mendefinisikan bahwa moral adalah tindakan yang sesuai dengan ukuran-ukuran umum dan diterima oleh kesatuan sosial.18 Oleh karena itu etika dan moral memiliki obyek yang sama, yaitu samasama membahas tentang perbuatan manusia untuk selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. Namun jika dalam pembicaraan etika, untuk menilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaraan moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang yang berlangsung di masyarakat. Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Menurut M. Sa'id dalam bukunya Abudin Nata, kata tersebut berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan dan norma.19 Kesusilaan
mengacu
kepada
upaya
membimbing,
memandu,
mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan di mana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang
16
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 93.
17
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, hlm. 10.
18
M. Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: Lembkota, 2006), hlm. 141.
19
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, hlm. 96.
19
dipandang baik.20 Oleh karena itu pedoman untuk menentukan baik dan buruk dalam kesusilaan adalah sama dengan moral yaitu berpedoman pada normanorma yang tumbuh dan berkembang yang berlangsung di masyarakat. Akhlak adalah sikap/ sifat keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan suatu perbuatan (baik/ buruk), yang dilakukan dengan mudah, tanpa dipikir atau direnungkan terlebih dahulu dalam pemahaman ini, perbuatan itu dilihat dari pangkalnya, yaitu motif atau niat. 21 Jadi perbuatan yang bisa dinilai baik atau buruk itu ialah perbuatan yang disengaja dan disadari serta tergantung pada niatnya. Sedangkan moral dalam Islam (akhlak) termasuk moral keagamaan, yakni moral yang berdasarkan aqidah (rukun iman) yang bersumber dari alQur'an dan as-Sunnah.22 Adapun moral dalam penelitian ini mengacu pada definisi akhlak. Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, dan akhlak adalah sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Perbedaan antara etika, moral, susila, dan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika pada etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk adalah alQur'an dan al-Hadis. Perbedaan lain antara etika, moral, susila, terlihat pula pada sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat lokal dan individual. Etika menjelaskan baik buruk, sedangkan moral dan susila
20
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf ,hlm. 96.
21
Syukur, Pengantar Studi Islam, hlm. 141.
22
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Surabaya: Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat (PSAPM), 2004), hlm. 316
20
menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.23 Jadi, disamping terdapat beberapa perbedaan pada etika, moral, susila, dan akhlak, terdapat pula beberapa persamaan pada istilah-istilah tersebut. b. Berbagai Pendidikan Terkait Tata Aturan Baik Buruk Menurut Jarolimek dalam bukunya Nurul Zuriah, pendidikan yang mengatur baik buruk (kelakuan) antara lain adalah: 1) Pendidikan Afektif Pendidikan ini berusaha mengembangkan aspek emosi atau perasaan yang umumnya terdapat dalam pendidikan humaniora dan seni, namun juga dihubungkan dengan sistem nilai-nilai hidup, sikap, dan keyakinan untuk mengembangkan moral dan watak seseorang 2) Pendidikan Nilai-nilai Pengembangan pribadi siswa tentang pola keyakinan suatu masyarakat tentang hal baik yang harus dilakukan dan hal buruk yang harus dihindari. Dalam nilai-nilai ini terdapat pembakuan tentang hal baik dan hal buruk serta pengaturan perilaku. Nilai-nilai hidup dalam masyarakat sangat banyak jumlahnya sehingga pendidikan berusaha untuk mengenali, memilih, dan menetapkan nilai-nilai tertentu sehingga dapat digunakan sebagai landasan pengambilan keputusan untuk berperilaku secara konsisten dan menjadi kebiasaan dalam hidup bermasyarakat. 3) Pendidikan Moral Pendidikan moral berusaha untuk mengembangkan pola perilaku seseorang sesuai dengan kehendak masyarakatnya. Kehendak ini berwujud moralitas atau kesusilaan yang berisi nilai-nilai dan kehidupan yang berada dalam masyarakat. Karena menyangkut nilai-nilai dan kehidupan nyata inilah maka pendidikan moral lebih banyak membahas masalah dilema (seperti makan buah simalakama) yang berguna untuk mengambil keputusan moral yang terbaik bagi diri dan masyarakatnya.
23
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, hlm. 97.
21
4) Pendidikan Karakter Pendidikan karakter sering disamakan dengan pendidikan budi pekerti. Seseorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya. 5) Pendidikan Budi Pekerti Pendidikan budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin dan kerja sama yang menekankan ranah afektif (perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir rasional) dan ranah skill/ psikomotorik (keterampilan, terampil mengolah data, mengemukakan pendapat, dan kerja sama)24 Semua bentuk pendidikan tersebut diatas pada dasarnya adalah mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mendidik manusia agar mengetahui hukum atau nilai tentang sesuatu agar manusia tahu dan dapat menentukan baik atau buruknya suatu perbuatan. c. Perkembangan Moral Menurut pendapat Kohlberg yang dikutip oleh Muhibbin Syah, perkembangan moral dibagi dalam beberapa tahap, sebagai berikut:
24
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Prespektif Perubahan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 19
22
Tabel 1 Teori Enam Tahap Perkembangan Pertimbangan Moral Versi Kohlberg Tingkat Tahap Konsep Moral Tingkat I/
Tahap 1:
Moralitas
memperhatikan
prakonvensional
ketaatan dan hukum
(usia 4-10
1. Anak menentukan keburukan berdasarkan tingkat hukuman akibat keburukan tersebut; 2. Perilaku
tahun)
baik
dihubungkan
dengan penghindaran diri dari hukuman. Tahap 2: memperhatikan pemuasan kebutuhan
Perilaku
baik
dihubungkan
dengan pemuasan keinginan dan kebutuhan
sendiri
memperimbangkan
tanpa kebutuhan
orang lain; Tingkat II/
Tahap 3:
Moralitas
memperhatikan citra
konvensional
"anak baik"
(usia 10-13
1. Anak dan remaja berperilaku sesuai
dengan
patokan
moral
memperolaeh
tahun)
aturan
dan agar
persetujuan
orang dewasa, bukan untuk menghindari hukuman; 2. Perbuatan
baik
dan
buruk
dinilai berdasarkan tujuanya. Jadi
ada
perkembangan
kesadaran terhadap perlunya aturan. Tahap 4: memperhatikan hukum dan peraturan
1. Anak dan remaja memiliki sikap pasti terhadap wewenang dan peraturan; 2. Hukum
harus
ditaati
oleh
semua orang.
23
Tingkat III/
Tahap 5:
Moralitas
memperhatikan hak
konvensional
perseorangan
1. Remaja
(usia 10-13
dan
dewasa
mengartikan
perilaku
sebagai
pribadi
hak
baik sesuai
dengan aturan dan patokan
tahun)
sosial; 2. Perubahan hukum dan aturan dapat diterima jika diperlukan untuk mencapai hal-hal yang paling baik; 3. Pelanggaran hukum dan aturan dapat terjadi karena alasanalasan tertentu. Tahap 6:
1. Keputusan mengenai perilaku-
memperhatikan
perilaku sosial didasarkan atas
prinsip-prinsip etika
prinsip-prinsip moral pribadi yang bersumber dari hukum universal yang selaras dengan umum dan kepentingan orang lain; 2. Keyakinan
terhadap
moral
pribadi dan nilai-nilai tetap melekat
meskipun
waktu
berlawanan
hukum
yang
sewaktu-
dibuat
dengan untuk
mengekalkan aturan sosial. Sehingga, menurut Kohlberg perkembangan sosial dan moral manusia itu terjadi dalam tiga tingkatan besar, yakni: 1) Tingkat moralitas prakonvensional, yaitu ketika manusia berada dalam fase perkembangan prayuana (usia 4-10 tahun) yang belum menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.
24
2) Tingkat moralitas konvensional, yaitu ketika manusia menjelang dan mulai memasuki fase perkembangan yuwana (usia 10-13 tahun) yang sudah menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial. 3) Tingkat moralitas pascakonvnesional, ketika manusia telah memasuki fase perkembangan yuwana dan pascayuwana (usia 13 tahun ke atas) yang memandang moral lebih dari sekedar kesepakatan tradisi sosial. 25 Dari pembagian perkembangan moral diatas jelas tampak sekali bahwa tingkat perkembangan moral sangat dipengaruhi oleh tingkatan usia, jadi semakin tinggi usia seseorang semakin matang tingkat penalaran moral seseorang. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan untuk terjadi penalaran moral yang tidak sesuai dengan kesepakatan sosial, hal ini bisa terjadi jika antara nilai-nilai yang ada berlawanan dengan kenyataan. 26 Contoh: seorang suami yang istrinya sakit keras dan ia tidak punya uang boleh jadi akan mencuri obat atau uang untuk membeli obat untuk menyelamatkan nyawa istrinya. Ia yakin bahwa tindakan mencuri tersebut merupakan suatu keharusan, karena menyelamatkan kehidupan manusia itu merupakan kewajiban yang lebih tinggi daripada mencuri.
d. Nilai-nilai Keagamaan Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia.27 Jadi nilai disini adalah makna dibalik sesuatu. Sedangkan untuk nilai-nilai pokok ajaran Islam yaitu meliputi iman, Islam dan ihsan. Ketiganya sebagai satu kesatuan integral yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Keterkaitan ketiga komponen di atas digambarkan oleh Allah SWT dalam sebuah perumpamaan, sebagaimana dalam al-Qur'an surat Ibrahim ayat 24-25:
25
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 42.
26
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, hlm. 42.
27
Mawardi lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 18.
25
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,(24) Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat(25). (Q. S. Ibrahim/14: 24-25) 28 Adapun nilai-nilai pokok ajaran Islam secara keseluruhan mencakup iman, Islam dan ihsan. Iman, meliputi enam rukun yaitu: iman kepada Allah, iman kepada Malaikat-malaikat Allah, iman kepada Kitab-kitab Allah, iman kepada Rasulrasul Allah, iman kepada Hari akhir dan iman kepada Qadar baik dan Qadar buruk. Sedangkan Islam, meliputi lima rukun yaitu: mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, membayar zakat, mengerjakan puasa pada bulan Ramadhan, serta mengerjakan haji ke baitullah bagi orang yang mampu melaksanakannya. Dan ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seolah-olah kita melihat Allah dan jika kita tidak dapat melihatnya, kita meyakini, bahwa Allah melihat kita.29 Sebagai sumber nilai, ajaran Islam merupakan petunjuk, serta pedoman dalam mengatur tatanan kehidupan karena dalam ajarannya yang universal ajaran Islam mengandung ketentuan-ketentuan keimanan, muamalah dan pola tingkah laku dalam berhubungan dengan Tuhannya, maupun sesama makhluk. e. Ruang Lingkup Moral Keagamaan Sikap dan perilaku yang sesuai dengan tuntunan agama Islam (akhlak) dalam pembahasan ini disebut moral keagamaan. Secara garis besar ruang lingkup nilai akhlak yang dimasukkan dalam materi budi pekerti, menurut 28
Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, hlm. 259.
29
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, hlm. 22.
26
Milan Rianto dalam bukunya Nurul Zuriah, dikelompokkan dalam tiga hal nilai akhlak yaitu sebagai berikut: 1) Akhlak terhadap Tuhan Yang maha Esa a) Mengenal Tuhan Mengenal Tuhan yaitu dapat mengerti tentang Tuhan sebagai Pencipta, Tuhan sebagai Pemberi (pengasih, penyayang) maupun Tuhan sebagai Pemberi balasan (baik, buruk). b) Hubungan Akhlak kepada Tuhan Yang maha Esa Hubungan akhlak kepada Tuhan Yang maha Esa dapat terwujud dengan cara: Ibadah/ menyembah, meminta tolong kepada Tuhan melalui usaha dan upaya serta berdo,a. 2) Akhlak terhadap sesama manusia Akhlak terhadap sesama manusia meliputi: akhlak terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang yang lebih tua, terhadap sesama maupun terhadap orang yang lebih muda. 3) Akhlak terhadap lingkungan Akhlak terhadap lingkungan, meliputi akhlak terhadap alam baik dengan cara menjaga dan memelihara flora dan fauna maupun akhlak dengan sosial-masyarakat-kelompok.30 3. Strategi Pengembangan Moral dan Agama pada Pendidikan Prasekolah a. Pengertian Pendidikan Prasekolah Berdasarkan UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini. 1) Pendidikan anak usia dini. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar 2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal 3) pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat 4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk
30
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti, hlm. 27.
27
Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat. 5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.31 Dalam Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14 menyatakan: "Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut".32 Sedangkan masa prasekolah adalah usia 3-6 tahun.33 Di Indonesia umumnya anak prasekolah adalah mereka yang mengikuti program Tempat Penitipan Anak (3 bulan-5 tahun) dan Kelompok Bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program TK34 Jadi, pendidikan prasekolah merupakan jalur pendidikan yang berusaha memberikan pembinaan berupa rangsangan mendidik kepada anak usia 3-6 tahun agar mempunyai kesiapan memasuki pendidikan dasar (SD). b. Perkembangan Anak Usia Prasekolah 1) Perkembangan Jasmanyiah/ Badaniyah Anak-anak pada usia 1-5 tahun pada umumnya mempunyai kegemaran-kegemaran, antara lain yang menonjol adalah: berlari, melompat-lompat juga memanjat, suka bertanya, suka mendengarkan
31
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, UU Tentang Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Departemen Agama, 2006).,Hlm. 20. 32
Lembaran Negara RI, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jogjakarta: Media Wacana Press: 2003), hlm. 20. 33
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 44. 34
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, hlm. 19.
28
cerita-cerita, suka melihat gambar serta mengenalinya dan suka meniru terhadap sekelilingnya.35 2) Perkembangan Rohaniyah/ Nafsiyah Anak pada usia 3-5 tahun mempunyai perkembangan rohaniyah/ nafsiyah yang cepat berubah-ubah dan pesat sekali, tanggapan, pengamatan, dan ingatan mereka mulai sempurna, kecerdasan mereka mulai berkembang baik dan dapat membeda-bedakan jenis-jenis barang yang dapat diamatinya. Meskipun demikian mereka masih belum mampu berfikir yang cermat, mereka masih sukar disuruh mengerti hal-hal immateril atau abstrak, mereka masih memerlukan gambaran-gambaran yang nyata, masih selalu memerlukan peragaan. Jika mereka dipaksa untuk mengerti dalam hal-hal yang diluar kemampuan dirinya, malah kemungkinan akan memberikan hasil yang sebaliknya.36 Melihat perkembangan jasmanyiah maupun ruhaniyah yang dicapai anak usia prasekolah yang belum mampu mengerti hal-hal yang masih abstrak, maka seyogyanya proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia prasekolah harus dilakukan dengan memberikan konsep yang bermakna bagi anak melalui pengalaman-pengalaman nyata. c. Pengembangan Moral dan Agama pada Pendidikan Prasekolah Kepribadian seseorang terbentuk melalui semua pengalaman dan nilainilai yang diserapnya dalam pertumbuhannya, terutama tahun-tahun pertama dalam pertumbuhanya.37 Disinilah letak pentingnya pengalaman dan pembinaan moral dan nilainilai agama pada masa-masa pertumbuhan anak, Hal ini sesuai dengan pendapat al-Ghazali:
35
Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Lantabora Press, 2005), hlm.22. 36
Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, hlm. 23.
37
Zakiah Darajat, "Pendidikan Anak Dalam Keluarga Tinjauan Psikologi Agama" dalam Jalaludin Rakhmat dkk. (edds), Keluarga Muslim dalam masyarakat Modern, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994), Hlm. 65.
29
Seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka batallah fungsi wasiat, nasihat dan pendidikan dan tidak ada pula fungsinya hadis Nabi yang mengatakan "perbaikilah akhlak kamu sekalian". Oleh karena itu jelas bahwa akhlak memang perlu dibina agar tidak melenceng dari nilai-nilai yang ada baik nilai dari masyarakat maupun ajaran agama, karena Nabi Muhammad juga diutus untuk menyempurnakan akhlak.. Selaras dengan hal itu, dalam program pembelajaran pendidikan TK, penanaman nilai agama, moral, disiplin dan afeksi dimasukkan dalam bidang pembentukan perilaku. Tujuan yang hendak dicapai dengan penanaman nilainilai/ pembentukan perilaku, dilakukan melalui pembiasaan dalam rangka mempersiapkan anak sedini mungkin mengembangkan sikap dan perilaku yang didasari oleh nilai agama dan moral sehingga dapat hidup sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat.39 Oleh karena itu penanaman nilai agama, moral, disiplin dan afeksi merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak di TK, sehingga aspek-aspek perkembangan tersebut diharapkan berkembang secara optimal 1) Cara penanaman nilai moral pada anak a) Pengintegrasian dalam kehidupan sehari-hari Penanaman moral dalam kegiatan sehari-hari dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan, diantaranya: (1) Keteladanan dan contoh Kegiatan pemberian contoh/ teladan yaitu kegiatan yang dapat dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, staf administrasi di sekolah yang dapat dijadikan model bagi peserta didik. Dalam hal
38
al-Imam abi Hamid al-Ghazali, Ihya' Ulumu al-Din, Juz, III, (tk: Dar al-Hadits, 2004),
hlm. 73. 39
Badru Zaman, Strategi Pengembangan Moral dan Agama di Taman Kanak-Kanak, http://file.upi.edu/Direktori/A%20% pdf diakses 12 Maret 2011, hlm. 2.
30
ini guru berperan langsung sebagai teladan/ contoh bagi anak. Segala sikap dan tingkah laku guru, baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat hendaknya selalu menunjukkan sikap dan tingkah laku yang baik. Misalnya: berpakaian yang sopan dan rapi, bertutur kata yang baik, tidak makan sambil berjalan, tidak membuang sampah di sembarang tempat, mengucapkan salam bila bertemu orang, dan sebagainya. (2) Kegiatan spontan Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dapat dilaksanakan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui sikap/tingkah laku anak yang kurang baik, seperti seorang anak menerima atau memberikan sesuatu kepada orang lain dengan tangan kiri, meminta sesuatu dengan berteriak, dan sebagainya. Apabila guru mengetahui sikap/ perilaku anak yang demikian, hendaknya secara spontan diberikan pengertian dan diberitahu bagaimana sikap/ perilaku yang baik. Misalnya kalau menerima atau memberikan sesuatu harus tangan kanan dan mengucapkan terima kasih. Demikian juga kalau meminta sesuatu hendaknya dengan sopan dan tidak berteriak . Kegiatan spontan tidak saja berkaitan dengan perilaku anak yang negatif, tetapi pada sikap/ perilaku yang positif pun perlu ditanggapi oleh guru, sebagai penguat bahwa sikap/perilaku tersebut sudah baik dan perlu dipertahankan, sehingga dapat pula dijadikan teladan bagi teman temannya. (3) Teguran Teguran disini harus dilakukan dengan lemah lembut juga harus memperhatikan prinsip-prinsip perkembangan peserta didik. (4) Pengkondisian lingkungan Suasana sekolah perlu dikondisikan sedemikian rupa, dengan menyediakan sarana fisik. Contohnya dengan penyediaan tempat sampah, jam dinding, slogan-slogan, tata tertib sekolah dan
31
sebagainya pada tempat-tempat yang strategis yang mudah dijangkau peserta didik. (5) Kegiatan rutin Kegiatan rutinitas merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Contohnya adalah: kegiatan berbaris masuk ruang kelas, berdo'a sebelum dan sesudah kegiatan, giliran membersihkan kelas, mengucap salam apabila bertemu orang dan lain sebagainya.40 b) Pengintegrasian dalam kegiatan yang terprogramkan Kegiatan ini dilakukan dengan mengintegrasikan perilakuperilaku moral dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran baik di kelas maupun diluar kelas.41 Misalnya melalui kegiatan-kegiatan yang direncanakan seperti kegiatan keagamaan, kegiatan tadabbur alam, maupun kegiatan ketika proses belajar mengajar di kelas. 2) Cara Penanaman Nilai-nilai Agama a) Mengenalkan Tuhan Pertumbuhan kecerdasan anak sampai umur enam tahun masih terkait pada alat indranya, maka dapat kita pahami bahwa anak pada umur (0-6) ini berfikir indrawi.42 Artinya anak belum mampu memahami hal yang maknawi (abstrak). Oleh karena itu, pendidikan pembinaan keimanan/ ketuhanan diperlukan contoh-contoh yang nyata, pembiasaan, teladan, serta latihan sesuai perkembangan anak. Seperti: mengajak anak shalat, membiasakan membaca basmalah dan hamdalah ketika makan, tidur, buang air dan lain sebagainya, tadarus bersama serta menghafal surat-surat pendek, mengenalkan dan menceritakan bahwa hewan dan tumbuh-tumbuhan semua adalah ciptaan Allah.
40
Nurul Zuriah, Pendidikan, Moral dan Budi Pekerti hlm. 86-87.
41
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti, hlm. 88.
42
Zakiah Darajat, "Pendidikan Anak Dalam Keluarga Tinjauan Psikologi Agama" , Hlm. 61.
32
Disamping semua tadi, perlu kiranya anak-anak kita kenalkan dengan nama-nama barang atau orang yang ada hubungannya dengan agama Islam, misalnya: masjid, langgar/ surau, menara, suara adzan, Makkah, Madinah, Nabi Muhammad Saw, Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan lain sebagainya. b) Mengenalkan Ibadah kepada Allah SWT Aspek pendidikan ibadah, khususnya shalat dijelaskan dalam firman Allah dalam surat Luqman ayat 17:
……... Hai anakku, Dirikanlah shalat .…(Q.S. Luqman/31: 17)43. Selain belajar shalat anak haruslah dikenalkan ibadah kepada Allah SWT dimulai dengan mengenalkan kebersihan, baik dari kotoran maupun jenis-jenis najis serta cara-cara membersihkannya. Setelah itu perlu latihan-latihan atau pembiasaan agar anak selalu menjaga dan memelihara kebersihan, baik anggota badan, pakaian, maupun lingkungan. Tentunya materi yang diberikan kepada anak harusnya tidak membebani anak seperti menghafal semua syarat rukun shalat dan halhal yang membatalkan shalat, atau memaksa anak-anak untuk menjalani semua ibadah-ibadah wajib seperti yang harus dilakukan orang dewasa. Maka semua hal-hal tersebut harus kita hindari dalam mendidik anak, karena Allah juga tidak pernah mewajibkan kepada anak-anak hal-hal tersebut.44 Oleh karena itu dalam mengenalkan ibadah kepada anak-anak haruslah memperhatikan tingkat pencapaian perkembangan jasmani dan rohani anak. c) Menanamkan Akhlak yang Baik Pendidikan akhlak tidak hanya dikemukakan secara teoritik sebagaimana menuangkan materi dalam botol kosong, melainkan 43 44
Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, hlm. 413. Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, hlm. 25.
33
disertai contoh-contoh konkrit untuk dihayati maknanya.45 Oleh karena itu pembelajaran moral dan agama pada pendidikan prasekolah dilakukan melalui pembiasaan. Pembiasaan (habituation) merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran
yang
berulang-ulang.46
Tujuan
pengembangan
pembiasaan adalah memfasilitasi anak untuk menampilkan totalitas pemahaman ke dalam kehidupan sehari-hari, baik di TK maupun di lingkungan yang lebih luas (keluarga, kawan, masyarakat). 47 Seperti dengan membiasakan anak untuk hidup selalu menjaga kebersihan, berbicara pelan, lembut, baik, sopan, dan jujur, menghormati dan menghargai serta mentaati perintah guru dan orang tua, menggunakan tangan kanannya ketika memberi atau menyerahkan sesuatu dan menerima sesuatu, ketika makan dan minum; dan kegiatan lain yang menggunakan tangan, selalu membuang dan membersihkan kotoran, serta mengucapkan terima kasih ketika menerima kebaikan orang lain. Semua contoh penanaman dan pembiasaan perilakuperilaku tersebut harus dilakukan secara teratur. 4. Kaitan Model Pemberian Reinforcement dengan Aspek Pengembangan Moral Keagamaan pada Pendidikan Prasekolah Dalam hal mendidik moral pada anak, khususnya pada anak prasekolah yang tahap perkembangan moralnya masih dalam tahap pra konvesional dimana pada
45
Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 325. 46
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Pembiasaan di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2007), hlm. 4. 47
Menengah Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Pembiasaan di Taman Kanak-Kanak , hlm.2.
34
tahap ini anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal. 48 Namun, seorang guru diharapkan untuk mendahulukan memberi hadiah daripada memberi sanksi, karena dapat memacu prestasi siswa dalam belajar. sebaliknya, pemberian sanksi bisa berdampak buruk bagi jiwa siswa, dan dapat membunuh semangat dan prestasi siswa untuk maju.49 Oleh karena itu, jika seorang pendidik akan menggunakan reinforcement, dalam bentuk hukuman maka harus dipikirkan secara matang dahulu. Pemberian hukuman sesungguhnya tidak mutlak diperlukan, namun karena sikap dan tabiat anak yang seluruhnya tidak sama, maka diantara mereka ada yang sekali-kali perlu untuk diberi tindakan tegas. Adapun
beberapa
cara
yang
dapat
dilakukan
oleh
guru
untuk
mempertahankan sikap/ perilaku anak yang sudah baik maupun mencegah perbuatan anak yang tidak baik, antara lain: a. Mempertahankan sikap/ perilaku anak yang sudah baik, antara lain: 1) Menciptakan suasana belajar mengajar yang aman dan menyenangkan bagi anak dengan cara mengadakan hubungan baik antara guru dengan anak sehingga tidak ada perasaan tertekan pada anak atau takut kepada guru. Kegiatan ini dapat menyebabkan anak merasa betah dan mau melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. 2) Memberikan hadiah atau penghargaan. Hadiah atau penghargaan ini dapat berupa: a) Pujian berupa kata-kata atau kalimat yang diucapkan guru setelah melihat sikap/ perilaku anak yang baik misalnya "Bagus kamu dapat menolong temanmu yang jatuh" atau "Hasil guntingan gambarmu sudah baik, akan lebih baik lagi kalau dirapikan", atau "kamu ketika berdo'a bagus sekali, pasti akan dikabulkan Allah" .
48
Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2009), hlm. 46. 49
Muhammad Bin Jamil Zainu, Solusi Pendidikan Anak Masa Kini, Terj. Syarif Hade Masyah Dkk, (Jakarta: Mustaqim, 2002), hlm. 141.
35
b) Pujian dalam bentuk mimik dan atau gerakan anggota badan yang memberikan kesan pada anak. Misalnya anggukan kepala memberikan acungan jempol dan lain sebagainya. c) Dengan cara mendekati anak untuk menyatakan perhatian guru terhadap sikap/ perilakunya. Misalnya pada anak yang sedang bekerja dengan tekun dan rapi didekati sebagai tanda pengakuan atas prestasinya atau guru berdiri disamping anak dan lain-lain. d) Memberikan benda sederhana seperti permen, pensil, buku atau yang lainnya yang bermanfaat. e) Mendo'akan. b. Mencegah perbuatan anak yang kurang baik, antara lain: 1) Memberikan perhatian/ pelayanan yang adil sesuai dengan kebutuhan kepada masing-masing anak agar tidak menimbulkan rasa iri atau cemburu. 2) Menanamkan kebiasaan berani mengakui kesalahan sendiri apabila berbuat salah, dan mau meminta maaf, serta tidak akan mengulangi lagi. 3) Memberikan pengertian melalui ceritera-ceritera apabila ada anak yang suka mengejek/ mencela temannya yang kurang beruntung, seperti pincang dan sebagainya. 4) Menghindari penggunaan respon yang negatif. 5) Memperdengarkan nilai-nilai budi pekerti kepada peserta didik setiap saat atau memasang slogan-slogan di tempat-tempat terbuka, seperti "Bersih itu Nikmat", "Kebersihan cermin Kepribadian", "Mari Cuci Tangan", dan sebagainya.50
50
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Prespektif Perubahan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 41.
36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.1 Jadi penelitian ini hanya mendeskripsikan dan menganalisis tentang datadata maupun informasi yang didapat sesuai dengan realita yang ada dan tidak dibuat-buat.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada pendidikan prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang adalah salah satu lembaga pendidikan yang
menyatukan kurikulum TK dengan penanaman
perilaku keagamaan tanpa mengurangi mata pelajaran formal dari DIKNAS. Peneliti memilih lokasi ini karena TK Bintang Kecil merupakan bentuk pendidikan prasekolah yang umumnya seluruh peserta didiknya adalah anak-anak, sehingga pemberian respon yang positif (reinforcement) oleh guru merupakan hal pokok dalam pembelajaran. Sehingga menurut hemat penulis, TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang relevan dengan judul yang peneliti angkat, yaitu berhubungan dengan pemberian reinforcement dalam pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan pada pendidikan prasekolah. Penelitian ini dilakukan selama 30 hari, adapun untuk melaksanakan penelitian ini peneliti melakukan beberapa kegiatan, diantaranya: 1. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala sekolah. 2. Melakukan observasi awal bertujuan untuk mencari gambaran umum tentang obyek yang akan diteliti. 1
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), hlm.3.
37
3. Mengumpulkan data yang diperlukan. 4. Melakukan analisis data.
C. Sumber Penelitian 1. Lokasi Obyek Penelitian TK Bintang Kecil terletak di Jl. Candi Kencana Selatan No. 2 Perumahan Pasadena Semarang di bawah naungan Yayasan Bintang Kecil Semarang TK Bintang Kecil, berdiri pada tahun 1988 di bawah kepemilikan Dr. Shofachasari, SpPD, sebelumnya Shofachasari, berencana mendirikan balai kesehatan. Namun karena di daerah Pasadena belum memiliki TK, maka dibukalah TK Bintang Kecil ini. Sehingga TK Bintang Kecil merupakan TK pertama di Pasadena. Mulai tahun pelajaran 2002 Yayasan Bintang Kecil Semarang membuka Kelompok Bermain (KB) atau Play Group Bintang Kecil yang diperuntukkan untuk anak-anak usia 2,5 tahun. Kelebihan KB dan TK Bintang Kecil adalah menyatukan kurikulum KB dan TK dengan penanaman perilaku keagamaan tanpa mengurangi mata pelajaran formal dari DIKNAS, hal ini semata untuk menyiapkan generasi yang maju ilmu pengetahuannya dan kuat iman dan takwanya. 2 2. Sumber Data Informasi dan data yang dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian ini diambil dari beberapa sumber, diantaranya adalah: a. Sumber informasi dokumen Sumber informasi dokumen yaitu: segala macam bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik yang resmi maupun yang tidak resmi, dalam bentuk laporan, statistik, surat-surat resmi, buku harian dan semacamnya; baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan.3 Atas
2
Dokumen Bintang Kecil Ngaliyan Semarang.
3
Mohammad Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa, 1985), hlm. 42.
38
dasar itu maka penulis mencari sumber data dari berbagai buku dan laporan tentang kegiatan proses belajar mengajar di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. b. Sumber informasi kepustakaan Sumber informasi kepustakaan yaitu: berbagai macam bahan bacaan yang menghimpun berbagai informasi dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan.4 Oleh karena itu guna menunjang penelitian ini maka penulis mengumpulkan informasi, baik berupa teori-teori, generalisasi, maupun konsep-konsep yang telah dikumpulkan oleh para ahli, yang ada pada sumber kepustakaan. c. Sumber informasi lapangan. Sumber informasi lapangan yaitu dari obyek langsung informasi lapangan dapat juga disebut dengan informasi pribadi dan sumbernya pun disebut sumber informasi pribadi, sebab biasanya informasi semacam ini diperoleh dari orang yang langsung berkecimpung pada obyek yang diteliti.5 Dalam hal ini peneliti dapat memperoleh data dari berbagai keterangan tentang hal yang berhubungan dengan kegiatan proses belajar mengajar di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang, disamping itu penulis juga dapat memperoleh data dari kepala sekolah maupun guru yang bersangkutan.
D. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah tentang model pemberian reinforcement dalam pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan pada pendidikan prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang.
E. Teknik pengumpulan Data Proses pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini dengan teknik atau cara sebagai berikut:
4
Mohammad Ali, Penelitian Kependidikan, hlm. 43.
5
Mohammad Ali, Penelitian Kependidikan, hlm. 45.
39
1. Metode Observasi Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan bdan pencatatan secara sistematik tehadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan tehadap obyek di tempat kejadian atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama obyek yang diteliti atau diselidiki.6 Maka dalam penelitian ini observasi bertujuan untuk memperoleh gambaran umum situasi dan kondisi TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang, serta untuk memperoleh
informasi
tentang
model
pemberian
reinforcement
dalam
pembelajaran 2. Metode Wawancara (Interview) Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan informasi penting yang di inginkan. 7 Metode wawancara ini menghendaki komunikasi langsung antara peneliti dengan subyek atau responden untuk memperoleh informasi tentang model pemberian reinforcement dalam pembelajaran. 3. Studi Dokumen Studi dokumen yaitu metode pencarian data dengan cara mencari data mengenahi hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar, transkip, dokumen dan sebagainya.8 Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data-data yang tidak diperoleh dari data-data wawancara atau observasi. Metode ini digunakan untuk melengkapi metode pengumpulan data yang pertama dan kedua. Metode dokumenasi ini dapat berupa foto, recording, buku-buku dan lain sebagainya.
6
S. Margono, Metodologi Penetian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000),
hlm.158. 7
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Antara Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm.179. 8
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada Uneversity Press, 1998), hlm. 133.
40
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.9 Dalam menganalisa data, penulis menggunakan tehnik deskriptif analitik, yaitu data yang diperoleh tidak dianalisa menggunakan rumus statistika, namun data tersebut dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan sesuai kenyataan realita. Hasil analisa berupa pemaparan gambaran mengenahi situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Uraian pemaran harus sistematik dan menyeluruh sebagai satu kesatuan dalam konteks lingkungannya juga sistematik dalam penggunaannya sehingga urutan pemaparannya logis dan mudah diikuti maknanya.10 Jadi analisis ini peneliti gunakan untuk menganalisa tentang model pemberian reinforcement dalam pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan pada pendidikan prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang
9
Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), hlm.
104. 10
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm.197-198.
41
BAB IV MODEL PEMBERIAN REINFORCEMENT DALAM PEMBELAJARAN ASPEK PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN DI TK BINTANG KECIL NGALIYAN SEMARANG
A. Gambaran Umum TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. 1. Tinjauan Historis TK Bintang Kecil terletak di Jl. Candi Kencana Selatan No. 2 Perumahan Pasadena Semarang di bawah naungan Yayasan Bintang Kecil Semarang TK Bintang Kecil, berdiri pada tahun 1988 di bawah kepemilikan Dr. Shofachasari, SpPD, sebelumnya Shofachasari, berencana mendidrikan balai kesehatan. Namun karena di daerah Pasadena belum memiliki TK, maka dibukalah TK Bintang Kecil ini. Sehingga TK Bintang Kecil merupakan TK pertama di Pasadena. Dan mulai tahun pelajaran 2002 Yayasan Bintang Kecil Semarang membuka Kelompok Bermain (KB) atau Play Group Bintang Kecil yang diperuntukan untuk anak-anak usia 2,5 tahun. Adapun tujuan TK dan KB Bintang Kecil adalah untuk menyiapakan generasi yang maju ilmu pengetahuannya dan kuat iman dan takwanya melalui penanaman perilaku keagamaan dalam pembelajaran tanpa mengurangi mata pelajaran formal dari DIKNAS.1 2. Visi dan Misi Visi: Mewujudkan lembaga pendidikan yang Islami dan modern, dapat menghasilkan siswa yang kokoh menjaga imannya, mulia akhlaknya, cerdas, terampil dan mampu berfikir maju. Misi: a. Menciptakan lembaga pendidikan yang memiliki fasilitas dan kurikulum yang modern.
1
Dokumen Bintang Kecil Ngaliyan Semarang.
42
b. Menciptakan kondisi sekolah sebagai wahana pembina agama. c. Menyiapkan tenaga pendidik yang mampu mengantarkan siswa yang menguasai ilmu pengetahuan dan ilmu agama secara berimbang 3. Struktur Organisasi Yayasan
: Fatquri
Kepala TK
: Ninuk Sumaryati
Komite Dewan
: T Leksono
Guru Kelompok A
: Ninuk Sumaryati
Guru Kelompok B
: Rani Ika Haryanti
Guru Play Group
: 1) Puji Utami N.
Guru Drum band
: Agung
Guru Tari
: Sri Sumarni
Penjaga TK
: Nurul Fakhiroh
2) Sumpena Ningsih
4. Keadaan Peserta Didik, Guru dan Karyawan. a. Data Peserta Didik Jumlah peserta didik di TK dan KB Bintang Kecil Ngaliyan Semarang pada tahun 2010/2011 ada 49 anak, dengan perincian sebagai berikut: Daftar keadaan Peserta Didik TK dan KB Bintang Kecil Ngaliyan Semarang NO
KELOMPOK
L
P
JUMLAH
1
TK A
7
17
24
2
TK B
2
6
8
3
KBA
4
4
8
4
KB B
7
2
9
20
29
49
JUMLAH
43
5. Data Guru dan Karyawan Yayasan Bintang Kecil Ngaliyan Semarang mempunyai guru dan karyawan sebanyak 7 orang, yang terdiri dari 2 orang guru pengajar TK, 2 orang guru pengajar KB, 2 orang guru ekstra dan 1 karyawan.2 6. Sarana dan Prasarana TK dan KB Bintang Kecil berdiri di atas lahan seluas ± 13. 576 M2 dengan luas bangunan 5. 431 M2. Adapun sarana dan prasarana yang ada di TK dan KB Bintang Kecil antara lain: a. Masjid al-Ittihad b. Ruang kelas yang nyaman c. Halaman dan pekarangan yang luas dan asri d. Kamar mandi e. Area bermain indoor f. Area bermain outdoor g. Peralatan drum band yang lengkap h. Tape.
B. Proses Pembelajaran di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. 1. Materi Pembelajaran Usia lahir sampai memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosial emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama.3 Pembelajaran merupakan suatu proses mengembangkan potensi anak didik dengan memberdayakan semua potensi yang dimilikinya sehingga mereka akan mampu meningkatkan pemahamannya terhadap fakta/ konsep/ prinsip dalam
2
Dokumen Bintang Kecil Ngaliyan Semarang
3
Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2009),
hlm. 18.
44
kajian ilmu yang dipelajarinya yang akan terlihat dalam kemampuannya untuk berpikir logis, kritis, dan kreatif. Pembelajaran di TK memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis anak didik. Adapun materi pembelajaran pada TK Bintang Kecil adalah sebagai berikut: a. Kurikulum DIKNAS, yang meliputi 2 bidang pengembangan, yaitu: 1) Bidang Pengembangan Diri Bidang pengembangan diri merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi pola pengembangan diri yang baik. Bidang pengembangan diri meliputi aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama, serta pengembangan sosial, emosional, dan kemandirian. Dari aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan yang Maha Esa dan membina sikap anak dalam rangka meletakkan dasar agar peserta didik menjadi warga negara yang baik. Aspek pengembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup. Bidang pengembangan diri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. a) Kegiatan rutin b) Kegiatan spontan c) Pemberian teladan d) Kegiatan terprogram adalah kegiatan yang diprogram dalam kegiatan pembelajaran (perencanaan semester, satuan kegiatan mingguan dan satuan kegiatan harian). 2) Bidang Pengembangan Kemampuan Dasar Bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas
45
anak sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu berbahasa kognitif, fisik/ motorik, dan seni. Adapun bidang tersebut diuraikan sebagai berikut: a) Berbahasa Pengembangan kemampuan berbahasa bertujuan agar peserta didik mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, berkomunikasi secara efektif, dan membangkitkan minat anak untuk berbahasa yang baik dan benar. b) Kognitif Pengembangan kemampuan kognitif bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan logika, matematika, pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan persiapan pengembangan kemampuan berfikir. c) Fisik/ motorik Pengembangan fisik/ motorik bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola,
mengontrol
gerakan
tubuh
dan
koordinasi,
serta
meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang sehat, kuat, dan terampil. d) Seni Pengembangan seni bertujuan agar anak dapat menciptakan sesuatu berdasarkan hasil imajinasinya dan dapat menghargai hasil kreativitas orang lain. Pengembangan kemampuan dasar diprogramkan dalam perencanaan semester, perencanaan mingguan dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM) dan perencanaan harian dalam bentuk satuan kegiatan harian (SKH) yang dilaksanakan dalam pembelajaran sehari-hari di TK.
46
b. Pelajaran Agama Pelajaran agama terdiri atas: 1) Belajar membaca al-Qur'an 2) Do'a-do'a harian 3) Shalat, wudhu dan prakteknya 4) Sejarah para Nabi dan sahabatnya c. Akhlak Untuk menanamkan anak-anak berperilaku sopan santun, taat serta berbakti kepada orang tua, guru, teman-teman dan orang-orang disekitarnya. d. Bahasa English Pelajaran Bahasa English ini adalah untuk mempersiapkan anak-anak menjadi anak yang brwawasan maju.4 Dari materi-materi yang dikembangkan diatas, untuk materi yang berasal dari DIKNAS maka pelaksanaannya terpacu pada SKM (Satuan Kegiatan Mingguan) yang telah ditentukan, kemudian dibentuk SKH (Satuan Kegiatan Harian). Sedangkan untuk materi lokal ditentukan oleh komite sekolah dan guruguru. 2. Model Pembelajaran Ada 2 model pembelajaran yang diterpkan di TK Bintang Kecil, yaitu: a. Model Pembelajaran Kelompok Model pembelajaran kelompok merupakan kegiatan yang mengaktifkan perhatian pengembangan diri dan kemampuan dasar peserta didik. Peserta didik dapat memilih kegiatan yang diminati atau disukai untuk dilaksanakan dalam 3 (tiga) kelompok sesuai dengan program guru dan tidak dibatasi waktu. Namun diusahakan anak dapat istirahat dan makan bekal bersam-sama. b. Model Pembelajaran dengan Area Model pembelajaran dengan area adalah model yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan menekankan pada belajar anak. Pada model pembelajaran ini tugas guru bersifat sebagai motivator dan fasilitator
4
Dokumen Bintang Kecil Ngaliyan Semarang
47
dalam membantu peserta didik mengambil keputusan melalui kegiatan yang diminati pada saat itu. Model pembelajaran ini didasarkan pada keyakinan bahwa peserta didik akan lebih berkembang dengan baik apabila mereka dilibatkan secara alamiah dalam proses pembelajarannya. Peran guru adalah menyusun kegiatan yang sesuai bagi masing-masing peserta didik dan ke semua peserta didik, untuk menanggapi minat, menghargai kelebihan dan kebutuhan setiap peserta didik, serta untuk memfasilitasi keingintahuan alamiah yang dimiliki mereka agar tetap hidup dan mendukung pembelajaran bersama. Pembelajaran berdasarkan minat menggunakan 10 area, yaitu: area agama, balok, bahasa, drama, matematika, IPA, musik, seni/ motorik halus, pasir dan air, membaca dan menulis. Alat/sumber belajar pada pembelajaran berdasarkan minat antara lain sebagai berikut: 1) Area Agama Maket tempat ibadah (masjid, gereja, pura, vihara), gambar tata cara shalat, gambar tata cara berwudlu, sajadah, mukena, peci, kain sarung, kerudung, buku iqro’, kartu huruf hijaiyah, tasbih, juz ‘ama, alqur’an, dan sebagainya. 2) Area Balok Balok-balok berbagai ukuran dan warna, loggo, lotto sejenis, lotto berpasangan, kepingan geometri dari triplek berbagai ukuran dan warna, kotak geometri, kendaraan tiruan (laut, udara dan darat), rambu-rambu lalu lintas, kubus berpola, tusuk gigi, kubus berbagai ukuran dan warna, korek api, lidi, tusuk es krim, bola berbagai ukuran dan warna, dus-dus bekas, dan sebagainya, 3) Area Berhitung/ Matematika Lambang bilangan, kepingan geometri, kartu angka, kulit kerang, puzzle, konsep bilangan, kubus permainan, pohon hitung, papan jamur, ukuran panjang pendek, ukuran tebal tipis, tutup botol, pensil, manikmanik, gambar buah-buahan, penggaris, meteran, buku tulis, puzzle busa
48
(angka), kalender, gambar bilangan, papan pasak, jam, kartu gambar, kartu berpasangan, lembar kerja, dan sebagainya. 4) Area IPA Macam-macam tiruan binatang, gambar-gambar perkembangbiakan binatang, gambar-gambar proses pertumbuhan tanaman, biji-bijian (jagung, kacang tanah, kacang hijau, beras), kerang, batu/kerikil, pasir, bunga karang, magnit, mikroskop, kaca pembesar, pipet, tabung ukur, timbangan kue, timbangan sebenarnya, gelas ukuran, gelas pencampur warna, nuansa warna, meteran, penggaris, benda-benda kasar-halus (batu, batu bata, amplas, besi, kayu, kapas, dan lain-lain), benda-benda pengenalan berbagai macam rasa (gula, kopi, asam, cuka, garam, sirup, cabe, dan lain-lain), berbagai macam bumbu (bawang merah, bawang putih, lada, ketumbar, kemiri, lengkuas, daun salam, jahe, kunyit, jinten, dan lain-lain). 5) Area Musik Seruling, kastanyet, marakas, organ kecil, tamburin, kerincingan, tri anggle, gitar kecil, wood block, kulintang, angklung, biola, piano, harmonika, gendang, rebana, dan sebagainya. 6) Area Bahasa Buku-buku cerita, gambar seri, kartu kategori kata, nama-nama hari, boneka tangan, panggung boneka, papan planel, kartu nama-nama hari, kartu nama-nama bulan, majalah anak, koran, macam-macam gambar sesuai tema, dan sebagainya. 7) Area Membaca dan Menulis Buku tulis, pensil warna, pensil 2B, kartu huruf, kartu kata, kartu gambar, dan sebagainya. 8) Area Drama Tempat tidur anak dan boneka, lemari kecil, meja-kursi kecil (meja tamu, boneka-boneka, tempat jemuran, tempat gosokan + setrikaan, bajubaju besar, handuk, bekas make-up + minyak wangi + sisir, komporkomporan, penggorengan + dandang tiruan, piring + sendok + garpu, gelas
49
+ cangkir + teko, keranjang belanja, pisau mainan, ulekan (cobek), mangkok-mangkok, tas-tas, sepatu/sandal + rak sepatu, cermin, mixer, blender, sikat gigi + odol, telepon-teleponan, baju tentara dan polisi, baju dokter-dokteran, dan sebagainya. 9) Area Pasir/ Air Bak pasir/bak air, aquarium kecil, ember kecil, gayung, garpu garuk, botol-botol plastik, tabung air, cangkir plastik, literan air, corong, sekop kecil, saringan pasir, serokan, cetakan-cetakan pasir/ cetakan agar berbagai bentuk, penyiram tanaman, dan sebagainya. 10) Area Seni dan Motorik Meja gambar, meja-kursi anak, krayon, pensil berwarna, pensil 2B, kapur tulis, arang, buku gambar, kertas lipat, kertas Koran, lem, gunting, kertas warna, kertas kado, kotak bekas, bahan sisa, dan sebagainya. 3. Kegiatan Pembelajaran Adapun kegiatan yang dilakukan sehari-hari secara rutin oleh TK Bintang Kecil diantaranya adalah: a. Kegiatan Pra KBM Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: berbaris dan melakukan gerakan-gerakan sederhana (senam dan gerak lagu), menyanyi dan membaca do'a-do'a harian, menghafal surat-surat pendek, mempraktikkan bacaan dan gerakan wudhu dan shalat. b. Kegiatan KBM Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah: memasang kalender sebelum memulai kegiatan belajar, kegiatan pembelajaran pengembangan kemampuan dasar, yaitu berbahasa, kognitif, fisik/ motorik, dan seni. c. Istirahat Kegiatan ketika istirahat adalah cuci tangan dan berdo'a sebelum dan sesudah makan, makan bekal, bermain bebas (di dalam dan di luar kelas).
50
d. Kegiatan Penutup Kegiatan ini diisi dengan Guru mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan dalam sehari, kemudian menyanyi dan membaca do'a sebelum pulang, merapikan diri, dan pulang secara tertib. 4. Kegiatan Ekstra Kurikuler Kegiatan ekstra kurikuler di TK Bintang Kecil antara lain: a. Drum band b. Seni tari c. Bahasa Inggris d. Bahasa Arab e. Aksara (baca dan tulis) f. Out bound Adanya kegiatan ekstrakurikuler sangatlah penting peranan ataupun manfaatnya bagi perkembangan anak-anak usia prasekolah. Baik dari segi bahasa/ komunikasi, mental emosional, sosial dan kreatifitas berfikirnya yang mulai tumbuh dalam logika sederhana.. 5. Waktu Belajar Lamanya waktu belajar untuk kelompok A adalah 2,5 jam demikian pula untuk kelompok B. Namun pada waktu-waktu anak kelompok B waktu belajar dan waktu bermainnya ditambah 30 menit yang dimanfaatkan untuk kegiatan ekstrakurikuler yang berupa ekstra mengaji (belajar qira'ati), latihan baca tulis awal pada setiap hari sabtu. 6. Kegiatan Penunjang di TK Jenis kegiatan yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu (bukan rutinitas), dirancang dan direncanakan sedemikian rupa yang tujuannya adalah memotivasi belajar anak untuk lebih mencintai dan memunculkan minat dalam bersekolah dan menunjang materi pembelajaran di TK inilah yang dinamakan kegiatan penunjang. Kegiatan penunjang ada yang disesuaikan dengan pendekatan tematik, namun yang sifatnya hiburan bagi anak-anak.
51
Jenis-jenis kegiatan yang sempat dilakukan, dijumpai atau bahkan secara rutin yaitu: a. Kegiatan upacara bendera setiap hari senin b. Kegiatan makan bersama setiap 2 minggu sekali c. Peringatan hari kartini 21 april yang sebelumnya dimeriahkan dengan aneka lomba dan jalan sehat Masih banyak lagi jenis-jenis kegiatan yang seringkali dilakukan, terutama untuk peringatan hari-hari besar nasional seperti 17 agustus hari kemerdekaan atau hari pendidikan nasional 2 mei dan lain sebagainya yang biasanya diisi dengan berbagai acara seperti lomba, karya wisata dan lain-lain.5
C. Model Pemberian Reinforcement dalam Pelaksanaan Pembelajaran Aspek Pengembangan Moral Keagamaan pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Aspek Pengembangan Moral Keagamaan pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. Pelaksanaan pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan pada pendidikan prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yang sengaja didesain sesuai dengan tingkat perkembangan anak prasekolah untuk mengembangkan moral keagamaan, kegiatan-kegiatan tersebut antara lain: a. Pelajaran Agama Pelajaran agama pada TK Bintang Kecil dilaksanakan secara kontinyu, dan bertahap, dalam pembelajaran Agama anak-anak diajarkan belajar membaca al-Qur'an, do'a-do'a harian, shalat wudhu dan prakteknya, serta sejarah para Nabi dan sahabatnya. Dari materi-materi yang disampaikan pada pelajaran agama yang dilaksanakan secara rutin satu minggu sekali ini, guru kelas beserta guru Agama melakukan koordinasi kemudian guru kelas menerapkannya pada kegiatan pembiasaan, sehingga bisa dikatakan 5
Hasil wawancara dengan bu Ninuk Sumaryati sebagai kepala sekolah pada tanggal 24 maret 2011.
52
pembelajaran Agama ini dilaksanakan setiap hari, karena seluruh guru Bintang Kecil adalah guru yang mempunyai latar belakang Agama yang tinggi. b. Pembiasaan Salah satu cara penanaman moral keagamaan pada anak prasekolah adalah melalui pembiasaan. Pembiasaan (habituation) merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang.6 Di TK Bintang Kecil, kegiatan-kegiatan yang dibiasakan dan secara rutin dan terus-menerus dilakukan adalah: 1) Kegiatan Pra KBM a. Berbaris dan melakukan gerakan-gerakan sederhana (senam dan gerak lagu) b. Bergiliran masuk kelas c. Absen dengan membalik papan nama d. Memberi salam kepada guru e. Menyanyi, yel-yel dan membaca do'a-do'a harian, adapun do'a-do'a tersebut antara lain: (1) Membaca Syahadat (2) Membaca do'a mohon ampun untuk orang tua (3) Membaca do'a mencari ilmu f. Menghafal surat-surat pendek, seperti: (1) Surat al-Fatihah (2) Surat al-Kafirun (3) Surat al-Ma'un (4) Surat al-Quraisy (5) Surat al-Fil (6) Surat al-Kautsar dan seterusnya. Sehingga tiap anak-anak sudah lancar maka di tambah lagi satu surat. 6
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Pembiasaan di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2007), hlm. 4.
53
g. Mempraktikkan bacaan dan gerakan wudhu dan shalat 2) Kegiatan KBM a) Memasang kalender sebelum memulai kegiatan belajar b) Kegiatan pembelajaran pengembangan kemampuan dasar, yaitu berbahasa, kognitif, fisik/ motorik, dan seni. Dari keempat kemampuan dasar tersebut, setiap harinya diadakan 3 pengembangan saja yang dilakukan secara berselang mengikuti SKH. 3) Istirahat a) Cuci tangan dan membaca do'a sebelum makan bersama-sama b) Memakan bekal c) Cuci tangan dan membaca do'a sesudah makan bersama-sama d) Bermain bebas (di dalam dan di luar kelas) 4) Kegiatan Penutup a) Guru mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan dalam sehari b) Menyanyi dan membaca do'a, adapun do'a-do'a tersebut antara lain: (1) Do'a mohon ampun untuk kedua orang tua (2) Do'a mohon dilindungi (3) Do'a keluar rumah (4) Do'a naik kendaraan (5) Surat al-Ashr c) Merapikan diri d) Guru memberikan pesan-pesan moral yang harus anak ingat e) Bergiliran berjabat tangan dengan guru dan keluar kelas secara antri dan rapi. c. Kegiatan Menyanyi Selain melatih seni, kegiatan menyanyi juga dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan moral. Penyampaian pesan moral lewat menyanyi ini sangat relevan dengan perkembangan anak usia prasekolah, karena biasanya anak-anak cepat mudah hafal dengan nyanyian. Oleh karena itu diharapkan nilai-nilai yang terkandung dalam nyanyian/ lagu bisa di terapkan anak dalam perilakunya sehari-hari. Di antara nyanyian/ lagu tersebut antara
54
lain: Jangan Suka Bohong, Bismillah kami Ucapkan bila Aku Hendak Kerjakan, Tok-Tok-Tok Assalamu'alaikum dan lain sebagainya. d. Meneriakkan Yel-yel Kegiatan berteriak juga salah satu kegiatan yang disukai anak usia prasekolah, sehingga kegiatan berteriak dapat digunakan untuk meneriakkan yel-yel, yel-yel juga merupakan kegiatan yang disukai oleh anak-anak. Oleh karena itu yel-yel juga bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan moral. Diantara yel-yel tersebut antara lain: Tepuk Anak Shaleh, Tepuk Masuk Surga, Tepuk Wudhu, Tepuk Semangat dan lain sebagainya. e. Cerita Cerita juga salah satu kegiatan yang disukai anak usia prasekolah, sehingga hal ni juga bisa dimanfaatkan untuk menceritakan kepada anak-anak tentang kisah-kisah teladan baik kisah para Nabi, orang-orang Shaleh, maupun cerita binatang. Misalnya melalui cerita: Princes Rahima yang Baik Hati, Tikus dan Singa dan lain sebagainya. f. Rekreasi Kegiatan rekreasi adalah kegiatan yang disukai semua orang terlebih anak usia prasekolah. Sehingga hal ni juga bisa dimanfaatkan untuk menceritakan pada anak tentang kebesaran Allah, bersyukur serta menghargai lingkungan. Kegiatan-kegiatan pembelajaran di atas dimanfaatkan untuk memberi pelajaran pada anak. Karena melalui pembelajaran tersebut selalu disisipkan pesan moral didalamnya. Dengan ini anak diharapkan bisa lebih baik.7 Dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah ini diharapkan akan membawa dampak yang baik bagi perkembangan moral keagamaan pada anak. Terlebih TK Bintang kecil yang berlatar belakang Agama Islam tentu saja lebih mengutamakan bagi pengembangan Iman dan Taqwa. Hal ini dibuktikan dengan beberapa hal, selain busana muslim yang dikenakan anak-anak TK, peragaan Shalat berjamaah dalam ibadah praktek, kegiatan membaca al-Qur'an juga 7
Hasil wawancara dengan bu Ninuk Sumaryati sebagai guru TK B sekaligus kepala sekolah pada tanggal 30 Maret 2011.
55
penanaman akhlakul karimah yang merupakan rutinitas harian bagi anak di sekolah. 2. Model Pemberian Reinforcement pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. Penggunaan
penguatan
(reinforcement)
dalam
pembelajaran
dapat
mempunyai pengaruh perilaku positif terhadap pembelajaran siswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif. Pada TK Bintang Kecil, pemberian respon tersebut menjadi kegiatan yang sehari-hari selalu dilakukan oleh guru, adapun pemberian respon tersebut adalah: a. Perilaku Siswa yang diberi Penguatan 1) Pada perilaku positif, misalnya ketika: a) Anak dapat menjawab pertanyaan; b) Anak mau memberi pendapat ketika guru bertanya; c) Anak mengumpulkan pekerjaannya dengan cepat; d) Anak mau bernyanyi dengan keras/ lantang; e) Anak berbaris dengan rapi; f) Anak melakukan gerakan shalat dengan benar; g) Anak mau membantu temannya; h) Dan beberapa kegiatan lain yang ada di sekolah. 2) Pada perilaku yang negatif, misalnya ketika: a) Anak tidak tertib ketika berdo'a; b) Anak ramai pada saat guru menerangkan; c) Anak terlambat mengumpulkan tugas; d) Anak terlambat berangkat ke sekolah; e) Anak bertengkar dengan temannya; f) Seorang anak mengejek temannya: g) Serta perilaku-perilaku lain yang dilakukan anak di sekolah. Dari semua perilaku-perilaku yang dilakukan anak tersebut, guru selalu memberikan respon agar pada perilaku yang sudah baik pada anak dapat
56
bertahan 8bahkan meningkat dan agar pada perilaku anak yang kurang baik dapat diperbaiki b. Bentuk-bentuk Penguatan yang diberikan, antara lain berupa: 1) Penguatan Verbal a) Penggunaan penguatan dengan kata pujian, misalnya: ya bagus!, Ok!, Piinter, Mela mengajinya sudah bagus, tapi jangan lupa di rumah mengaji lagi!, iya Rani pintar sudah mau ikut sholat dengan orang tuanya, anak yang rajin shalat akan disayang Allah! b) Memberi semangat, misalkan ketika anak mengerjakan tugas guru mengucapkan: ayo Rani kamu paling cepat mengumpulkan, yupzz juara lagi! ayo Ulil teman-temanmu sudah selesai, nanti Ulil ketinggalan istirahat lho! 2) Penguatan Nonverbal a) Memberi jempol pada perilaku yang bagus dan pemberian jari kelingking pada perilaku yang kurang bagus. b) Ketika berdoa ada anak yang bergerak terus maka guru memanggil dengan menurutkan dahi sambil tersenyum c) Memberi hadiah pada anak yang dating ke sekolah tepat waktu d) Tidak memberikan kesempatan giliran memimpin do'a, pada anak yang terlambat datang ke sekolah. c. Cara Pemberian Penguatan 1) Pemberian penguatan secara langsung, diberikan jika anak melakukan perilaku yang bagus, misalnya anak yang membantu temannya, guru langsung memuji anak tersebut. 2) Pemberian secara tidak langsung, misalnya ketika anak rajin menabung maka diberi janji akan diajak tamasya.
8
Hasil Observasi Pada Tanggal 15-18 Maret 2011
57
d. Dampak Pemberian Penguatan 1) Penguatan positif a) Siswa menjadi senang b) Bergairah mengikuti pelajaran c) Dampak berantai (siswa lain ikut termotivasi mengikuti perbuatan yang baik) 2) Penguatan Negatif a) Tidak mengulangi perbuatan yang kurang baik b) Dampak berantai (siswa lain ikut jera mengikuti perbuatan yang kurang baik)9
D. Analisis Model Pemberian Reinforcement dalam Pembelajaran Aspek Pengembangan Moral Keagamaan pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. 1. Analisis Pembelajaran Aspek
Pengembangan Moral Keagamaan pada
Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. Taman Kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan yang pertama, yang keberadaannya sangat strategis untuk menumbuhkan jiwa keagamaan kepada anak-anak, agar mereka menjadi orang-orang yang kuat, terbiasa, dan peduli terhadap segala aturan agama yang diajarkan kepadanya. Pendidikan moral dan agama merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam serta terpatri dalam setiap insan sejak dini, maka hal ini merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani jenjang pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu seorang guru harus selalu berupaya dengan berbagai cara agar dapat membimbing anak seusia prasekolah agar mempunyai kepribadian yang baik, yang dilandasi dengan nilai moral dan agama. Dengan diberikannya landasan pendidikan moral dan agama kepada anak, seorang anak dapat belajar membedakan perilaku yang benar dan salah.
9
Hasil Observasi pada Tanggal, 15-31 Maret 2011.
58
Menurut M. Athiyah al-Abrasi, dalam bukunya Nur Uhbiyati ada 3 macam metode yang tepat untuk menanamkan akhlak pada anak yaitu: a. Pendidikan secara langsung, yaitu dengan cara mempergunakan petunjuk, tuntunan, nasihat, menyebutkan manfaat dan bahaya-bahayanya sesuatu, dimana pada murid dijelaskan hal-hal yang bermanfaat dan yang tidak, mencontohkan pada amal-amal yang baik, mendorong mereka berbudi pekerti yang tinggi dan menghindari hal-hal yang tercela. b. Pendidikan secara tidak langsung, yaitu dengan jalan sugesti seperti mendiktekan sajak-sajak yang mengandung hikmat kepada anak-anak, memberikan nasihat-nasihat dengan cerita yang mengandung pelajaran, memberikan perumpamaan, mencegah mereka membaca sajak-sajak yang kosong termasuk yang menggugah soal-soal cinta dan pelakon-pelakonnya. c. Mengambil manfaat dan kecenderungan dan pembawaan anak dalam rangka pendidikan akhlak. Seperti contoh anak-anak memiliki kesenangan meniru ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, gerak-gerik orang yang berhubungan erat dengan mereka dalam hal ini anak-anak juga gampang sekali mengikuti apa yang dilakukan gurunya. 10 Konsep tentang metode yang tepat untuk menanamkan akhlak pada anak menurut M. Athiyah al-Abrasi tersebut sangat sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang ada di TK Bintang Kecil yang didesain untuk pembelajaran anak, terlebih pada aspek pengembangan moral keagamaan. Diantara kegiatan yang dilakukan sesuai pemikiran di atas antara lain: a. Pelajaran Agama b. Pembiasaan c. Kegiatan Menyanyi d. Meneriakkan Yel-yel e. Cerita f. Rekreasi
10
Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 171.
59
Kegiatan-kegiatan pembelajaran di atas dimanfaatkan untuk memberi pelajaran pada anak. Karena melalui pembelajaran tersebut selalu disisipkan pesan moral didalamnya. Dengan ini anak diharapkan bisa lebih baik. 11 Namun, segala kegiatan yang dilakukan di TK Bintang Kecil baru menyentuh tahap perkembangan moral anak yang masih dalam tahap prakonvesional, sehingga jika tidak didukung oleh proses pembelajaran yang berkesinambungan maka sikap-sikap dan pembiasaan anak yang sudah baik di sekolah ini bisa memudar bahkan lama-kelamaan akan hilang. Oleh karena itu jenjang pendidikan selanjutnya juga perlu memfasilitasi agar sikap-sikap dan pembiasaan anak yang sudah baik di TK ini bisa terus tertanam dan mengakar pada anak hingga ia dewasa kelak. 2. Analisis Model Pemberian Reinforcement pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan maka model pemberian reinforcement di TK Bintang Kecil adalah sebagai berikut: a. Siswa yang diberi Penguatan Siswa yang diberi penguatan adalah siswa yang berperilaku positif dan siswa yang berperilaku negatif. Menurut Moh Uzer Usman, penguatan (reinforcement) adalah: segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi.12 Sehingga penguatan merupakan umpan balik yang diberikan oleh guru sebagai suatu bentuk penghargaan untuk memperkuat perilaku yang diinginkan dalam hal ini adalah perilaku positif dan memberi hukuman/ memadamkan perilaku yang tidak diinginkan atau perilaku negatif.
11
Hasil wawancara dengan bu Ninuk Sumaryati sebagai guru TK B sekaligus kepala sekolah pada tanggal 30 Maret 2011. 12
Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 80.
60
Jadi, pemberian respon di TK Bintang Kecil tersebut sudah sangat tepat sekali, karena pemberian tersebut diberikan kepada siswa yang berperilaku positif maupun kepada siswa yang berperilaku negatif. b. Bentuk-bentuk Penguatan Bentuk-bentuk penguatan yang diberikan adalah penguatan verbal dan penguatan nonverbal. Dalam penggunaanya guru memberikan sesuai dengan situasi dan kondisi. Hal ini sengaja dilakukan karena penggunaan penguatan yang menetap/ itu-itu saja, misalnya guru hanya menggunakan dalam bentuk verbal saja maka akan membuat siswa menjadi bosan dan merasa bahwa penguatan yang diberikan kepada siswa tersebut hanya pura-pura karena sudah menjadi kebiasaan.13 Hal ini sesuai dengan pendapat M. Uzer Usman, yang menyatakan bahwa jenis atau macam penguatan yang digunakan hendaknya bervariasi, tidak terbatas pada satu jenis saja karena hal ini akan menimbulkan kebosanan dan lama-kelamaan akan kurang efektif.14 c. Cara Pemberian Penguatan Penguatan seharusnya diberikan segera setelah muncul tingkah laku atau respons siswa yang diharapkan. Penguatan yang ditunda pemberiannya, cenderung kurang efektif.15 Namun di TK Bintan Kecil, cara pemberian penguatan dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung, dalam penggunaanya juga dilakukan sesuai denga situasi dan kondisi. Karena, ada hal-hal yang tidak memungkinkan untuk memberikan penguatan secara langsung. Walupun demikian, penggunaan penguatan yang tidak langsung juga masih efektif, jika dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi. d. Dampak Pemberian Penguatan Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan maka dampak yang terjadi setelah diberikan penguatan adalah: pada penguatan positif antara lain: siswa menjadi senang, bergairah mengikuti pelajaran, dampak berantai (siswa
13
Hasil wawancara dengan Bu Rani sebagai Guru TK Kelompok B pada Tanggal 24 Maret 2011. 14
Usman, Menjadi Guru Profesional, hlm. 83.
15
Usman, Menjadi Guru Profesional, hlm. 83.
61
lain ikut termotivasi mengikuti perbuatan yang baik). Sedangakan pada penguatan negatif antara lain: tidak mengulangi perbuatan yang kurang baik, dampak berantai (siswa lain ikut jera mengikuti perbuatan yang kurang baik) 16 Dampak pemberian penguatan yang muncul di TK Bintang Kcecil tersebut sesuai dengan tujuan pemberian penguatan itu sendiri, karena tujuan penguatan antara lain yaitu: 1) Meningkatkan perhatian
siswa dan membantu siswa belajar bila
pemberian penguatan digunakan secara selektif. 2) Memberi motivasi kepada siswa. 3) Dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu, dan meningkatkan cara belajar yang produktif. 4) Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar. 5) Mengarahkan terhadap pengembangan berfikir yang divergen (berbeda) dan pengambilan inisiatif yang bebas.17 Dalam penerapannya teori “reward” atau “reinforcement” dianggap sebagai faktor terpenting dalam proses belajar, artinya bahwa perilaku manusia selalu dikendalikan oleh faktor luar (faktor lingkungan, rangsangan, stimulus). Dilanjutkan bahwa dengan memberikan ganjaran positif, suatu perilaku akan ditumbuhkan dan dikembangkan. Sebaliknya, jika diberikan ganjaran negatif suatu perilaku akan dihambat. Dalam situasi belajar pada pendidikan prasekolah hukuman dapat mengatasi tingkah laku yang tidak diinginkan dalam waktu singkat, untuk itu perlu disertai dengan reinforcement langsung. Hukuman menunjukkan apa yang tidak boleh dilakukan oleh murid. Sedangkan reward menunjukkan apa yang mesti dilakukan oleh peserta didik. Pada umumnya siswa mengidamkan seorang sosok pendidik yang memiliki sifat-sifat ideal sebagai sumber keteladanan, bersikap ramah dan penuh kasih
16
Hasil Observasi pada Tanggal, 15-31 Maret 2011.
17
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 118.
62
sayang, penyabar, serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman. Terlebih anak usia prasekolah yang sebelumnya mereka selalu mendapat kasih sayang dari orang tua mereka ketika di rumah, karena tidak menutup kemungkinan sebelumnya mereka baru pernah mengenyam pendidikan informal (dalam keluarga). Oleh karena itu seyogyanya pendidikan prasekolah didesain dengan kebutuhan anak seusia prasekolah yang selalu ingin mendapat kasih sayang. Guru merupakan orang tua anak di sekolah. Oleh karena itu guru harus senantiasa memberikan kasih sayangnya dalam mengajar, mendidik, serta membimbing anak-anak didiknya agar mereka senantiasa merasa aman dan nyaman serta selalu merasa disayang. 3. Analisis Model Pemberian Reinforcement dalam Pembelajaran Aspek Pengembangan Moral Keagamaan pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. Usia lahir sampai memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosial emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama.18 Oleh karena itu masa usia dini merupakan pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya, sehingga merupakan masa yang sangat tepat jika digunakan untuk mendidik perkembangan moral keagamaan pada anak, agar ketika dewasa nanti hidupnya selalu dihiasi dengan moral dan nilai-nilai agama. Perkembangan
moral
anak
usia
prasekolah
masih
dalam
tahap
prakonvesional, dimana pada tahap ini anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal.19 Sehingga sangat tepat sekali apabila seorang pendidik, terlebih pendidik anak prasekolah menggunakan teori penguatan/ reinforcement
18
Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 18. 19
Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, hlm. 46.
63
dalam mendidik anak usia prasekolah, karena melihat perkembangan moral anak prasekolah yang masih sangat erat sekali dengan ganjaran dan hukuman. Oleh karena
itu
seyogyanya
seorang
pendidik
anak
prasekolah
hendaknya
memanfaatkan kecenderungan anak yang tak dapat dipisahkan dengan ganjaran dan hukuman tersebut. Reinforcement (peneguhan atau penguatan) sendiri, sebenarnya berasal dari sebuah teori oleh salah seorang ahli psikologi belajar behavioristik yang bernama Skinner. Yang selanjutnya digunakan sebagai acuan teknik konseling untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan moral keagamaan20 Teknik konseling behavior ini mempunyai empat tahap, yaitu: a. Belajar operan, yaitu belajar didasarkan atas perlunya pemberian ganjaran atau reward untuk menghasilkan perilaku yang diharapkan. b. Belajar mencontoh, yaitu cara dalam memberikan respon baru melalui ekspresi atau model-model perilaku yang diinginkan, sehingga dapat dilakukan oleh klien/ peserta didik. c. Belajar kognitif, yaitu belajar memelihara perilaku yang telah diperoleh pada tahap kedua kemudian berusaha mengadaptasikannya dengan perilaku yang lebih baik lagi. d. Belajar emosi, yaitu cara untuk mengganti respon-respon emosional anak didik yang nakal tadi dari yang sebelumnya ditolak atau tidak mau melakukan perbaikan perilaku menjadi respon emosional yang dapat diterima atau mau untuk melakukan perbaikan perilaku sesuai dengan konteksnya. 21 Berdasarkan teori diatas jelas sekali tampak bahwa cara mengatasi perilaku bermasalah dalam moral keagamaan, adalah dengan pemberian reward, artinya siswa yang bermasalah tersebut tidak lantas dihukum, melainkan malah diberi penghargaan agar dapat melakukan perilaku-perilaku moral keagamaan yang baik. Di
TK
Bintang
Kecil
Ngaliyan
Semarang
pembelajaran
aspek
pengembangan moral keagamaan dilakukan melalui seluruh kegiatan yang ada di
20
Suyadi, Buku Pegangan Bimbingan Konseling untuk PAUD, (Jogjakarta: Diva Press, 2010), hlm. 305. 21
Suyadi, Buku Pegangan Bimbingan Konseling untuk PAUD, hlm. 307.
64
TK Bintang Kecil, antara lain melalui: pembelajaran agama di kelas, menyanyikan lagu, cerita, rekreasi dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaanya guru selalu menerapkan reinforcement, karena secara tidak langsung pembelajaran aspek moral keagamaan/ akhlak adalah pembelajaran yangbersifat menyeluruh yang meliputi akhlak terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap sesama dan terhadap lingkungan, sehingga merupakan
pembelajaran yang tidak bisa
dilakukan dikelas saja, artinya baik itu ketika anak belajar di kelas maupun ketika istirahat. 4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberian Reinforcement dalam Pembelajaran Aspek Pengembangan Moral Keagamaan pada Pendidikan Prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang. a. Faktor Pendukung 1) Faktor keluarga (orang tua) yang mau menerima setiap laporan mengenai perkembangan anaknya di sekolah, serta turut serta membiasakan kegiatan-kegiatan penanaman moral keagamaan yang dilakukan di sekolah. 2) Faktor lingkungan, dimana suasana sekolah menyediakan sarana fisik. Berupa Masjid untuk melatih anak secara langsung kegiatan peribadatan, penyediaan alat bermain yang terbatas sehingga siswa dilatih untuk bergantian dan tidak merampas hak orang lain dengan mengambil mainan yang sudah didahului temannya. Tempat sampah, tempat cuci tangan dan lain sebagainya. 3) Para guru yang tidak bosan-bosannya memantau, membimbing dan mengarahkan anak didiknya untuk selalu berbuat sesuai moral dan nilainilai agama.
b. Faktor Penghambat 1) Faktor keluarga, dimana ada orang tua yang terlalu pasrah terhadap pembelajaran di Sekolah. Sebagian orang tua TK Bintang Kecil sibuk bekerja, sehingga kebanyakan anak-anak TK Bintang Kecil dirawat oleh
65
pembantu rumah tangga, sehingga kadang kurang maksimal memantau pendidikan anak. 2) Faktor lingkungan, yaitu lingkungan yang kurang kondusif
untuk
pendidikan anak, dimana terkadang anak sering bergaul dan bermain dengan anak yang lebih dewasa darinya. 3) Perkembangan kognitif tiap anak yang berbeda-beda, sehingga menjadi kendala proses pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan pada siswa karena kadang ada siswa yang kurang bisa menangkap materi yang telah diajarkan. 4) Perkembangan emosional pada anak prasekolah yang egosentris, sehingga anak yang selalu ingin menjadi yang terdepan and ingin mencari perhatian dari guru sehingga berakibat perkelahian pada anak. Berdasarkan keterangan di atas terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemberian reinforcement dalam pengembangan moral keagamaan itu sendiri, sehingga untuk mengoptimalkannya diperlukan kerja sama dari berbagai pihak guna meningkatkan proses pembelajaran khususnya moral keagamaan agar lebih baik lagi.
66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah memperhatikan deskripsi yang telah diuraikan pada bab I sampai dengan bab V, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Upaya mendidik moral keagamaan pada peserta didik pada hakikatnya tidak sekedar mengarahkan peserta didik pada aspek kognitif saja, akan tetapi pada aspek afektif dan juga aspek psikomotoriknya. Oleh karena itu berbagai pembelajaran di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang dimanfaatkan untuk meningkatkan moral keagamaan pada peserta didiknya baik melalui pembelajaran agama di kelas, menyanyikan lagu, cerita dan lain sebagainya. Dalam pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan tersebut, ada beberapa model pemberian penguatan (reinforcement) yang dilakukan oleh pendidik/ guru di TK Bintang Kecil untuk mendidik, membimbing dan mengarahkan anak didiknya antara lain yaitu: 1) penggunaan positive reinforcement (penguatan positif), terjadi bila sebuah stimulus (positif) diberikan menyusul pada perilaku tertentu. Stimulus ini termasuk memberi pujian (reward). 2) Penggunaan negative reinforcement (penguatan negatif), terjadi bila sebuah stimulus aversif (tidak menyenangkan) dihilangkan atau dihindarkan yaitu termasuk punishment (hukuman). Penggunaan penguatan tersebut dilakukan dalam bentuk verbal (kata-kata pujian) maupun nonverbal (gerak isyarat, mendekati, sentuhan (contact), atau dengan simbol).
B. Saran-saran Dari ringkasan temuan serta kesimpulan dari penulis dan segala kerendahan hati tanpa mengurangi hormat penulis kepada pihak terkait, maka penulis mengajukan beberapa saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan. Adapun saran-saran tersebut antara lain:
67
1. Bagi Guru Guru Penjas hendaknya selalu bersikap profesional dengan cara semakin mampu menyajikan bahan ajar melalui pendekatan yang komprehensif dalam memberikan penguatan (reinforcement) pada hasil belajar yang sudah dicapai oleh siswa. Ini semata-mata dilakukan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran pendidikan jasmani mampu tercapai sesuai dengan konsep dan konteks pendidikan jasmani. a. Guru harus menggunakan penguatan (reinforcement) secara bervariasi dan pemberian penguatan baik penguatan secara verbal maupun nonverbal dalam kegiatan pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh terhadap pola penguatan yang tetap. b. Guru hendaknya tidak jenuh untuk mendidik anak agar berkembang sesuai dengan moral dan nilai-nilai agama, walaupun dalam realitanya terdapat banyak kendala. Hal ini sudah menjadi tanggung jawab bersama. c. Guru harus sadar betul bahwa dia mempunyai tanggung jawab membimbing, mendidik serta meluruskan perilaku anak. 2. Bagi Sekolah Sekolah perlu memfasilitasi dan mendukung guru memberikan penguatan (reinforcement) kepada siswa sehingga siswa merasa lebih diperhatikan dan lebih semangat. 3. Bagi Orang Tua a. Orang tua harus lebih perhatian, dan tidak begitu saja pasrah dengan sekolah terhadap perkembangan moral keagamaan anaknya. b. Orang tua harus memberikan penguatan (reinforcement) dalam upaya mendorong anak-anak untuk memiliki perilaku sesuai dengan nilai-nilai agama. 4. Bagi Peneliti Lain Perlunya dilakukan penelitian lanjutan oleh peneliti lain karena penelitian ini belum sepenuhnya selesai.
68
C. Kata Penutup Demikianlah akhir dari tulisan ini, dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah penulis memohon kepada Allah SWT. Mudah-mudahan tulisan ini memberikan manfaat dan kontribusi positif bagi penulis maupun siapa saja yang mau memetik ilmu serta pengalaman dari penulisan skripsi ini. Penulis sadar bahwa dalam skripsi ini banyak terdapat kekurangan, karena terbatasnya referensi maupun pengetahuan penulis, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini.
69
DAFTAR KEPUSTAKAAN
al-Bukhari, al-Imam, Shahih al-Bukhari, (Beirut: dar al-Kutub, 2008), Juz. I, al-Ghazali, al-Imam abi Hamid, Ihya' Ulumu al-Din, Juz, III, tk: Dar al-Hadits, 2004 Ali, Mohammad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Bandung: Angkasa, 1985. Badru Zaman, Strategi Pengembangan Moral dan Agama di Taman KanakKanak, http://file.upi.edu/Direktori/A%20% pdf diakses12 Maret 2011 Chalpin ,J. P, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono, Jakarta: Persada Pers, 2009. Darajat, Zakiah, Pendidikan Anak dalam Keluarga Tinjauan Psikologi Agama" dalam Jalaludin Rakhmat dkk. (edds), Keluarga Muslim dalam masyarakat Modern, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994 Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit Jumanatul 'Ali-Art, 2005. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Pembiasaan di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Pembiasaan di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, UU Tentang Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Departemaen Agama, 2006. Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005. Hasan, Muhammad Tholhah, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, Jakarta: Lantabora Press, 2005. Hasibun, J. J. Hasibun dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Ismail SM, Stratesgi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: RaSAIL, 2008. Kenenth N. Wexley et.all., Organizational Behavior and Personel Psycology, tk: Irwin, 1984. Khaeron, S, Reinforcement (Penguatan) Guru Pelajaran Fiqih Untuk Meningkatkan hasil belajar Siswa Kelas VI MI Maarif NU Kramat Kecamatan Karang Moncol kabupaten Purbalingga, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. Komarudin, Reward dan Punishment dalam Prespektif Ulama Klasik dan Kontemporer Sebagai Metode Pendidikan Akhlak (Studi Analisis atas Pemikiran Ibn Miskawih dan Abdullah Nasikh Ulwan), Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. Lembaran Negara RI, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jogjakarta: Media Wacana Press : 2003. Lembaran Negara RI, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Jogjakarta: Media Wacana Press: 2003. Lubis, Mawardi, Evaluasi Pendidikan Nilai, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2009. Moleong, Lexi J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1993. Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: Pusat Studi Agama, Politik dan Masyarakat (PSAPM), 2004. Muhajir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Saras, 1996. Mursyid, Manajemen Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Teori dan Praktik, Semarang: Akfi Media, 2009. Nakhrowi, Ahmad, Pengaruh Implementasi Reward dan Punishment Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gajah Kabupaten Demak (Studi Kasus Dalam Pembelajaran PAI), Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007. Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996. Nawawi, Haidar, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada.
Patmonodewo, Soemiarti, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000. Peraturan Menteri Penddikan Nasional RI Nomor 58 Tahun 2009 Tanggal 17 September 2009, Standar Pendidikan Anak Usia Dini,Uneversity Press,1998. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 58 Tahun 2009 Tanggal 17 September 2009, Standar Pendidikan Anak Usia Dini, S. Margono, Metodologi Penetian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000. Stevenson, Harold W. "Learning and Reinforcement Effect", in Thomas D. Spencer, et.all., (eds), Prespectives in Child Psycology, New York: McGraw-Hill Book Company, 1970. Sudjana, Nana, dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1989. Suyadi, Buku Pegangan Bimbingan Konseling untuk PAUD, Jogjakarta: Diva Press, 2010. Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003. Syukur, M, Amin, Pengantar Studi Islam, Semarang: Lembkota, 2006. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Uhbiyati, Nur dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), Bandung: Pustaka Setia, 1997. Ulwan, Abdu 'l-Lah Nashih, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, terj. Saifullah Kamalie dan Heri Noer Ali, (Bandung: asy-Syifa', 1988), Usman, Muh, Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000. Zainu, Muhammad Bin Jamil, Solusi Pendidikan Anak Masa Kini, Terj. Syarif Hade Masyah Dkk, Jakarta: Mustaqim, 2002. Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Antara Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006. _________, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan , Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
PEDOMAN OBSERVASI
No 1
Kegiatan
Y/T
Kegiatan-kegiatan
a. Mengenalkan Tuhan
yang
b. Pengenalan Ibadah
berhubungan
dengan moral
dan
c. Penanaman Akhlak
agama 2
Metode-metode yang
a. Pembiasaan
digunakan
b. Cerita
dalam
pembelajaran moral
c. Teladan
dan agama
d. Nyanyian/ Lagu e. Tadabbur Alam
3
4
Jenis Reinforcement
a. Reinforcement positf
dalam pembelajaran
b. Reinforcement negatif
Bentuk
c. Reinforcement Dalam
Reinforcement dalam pembelajaran
Bentuk Verbal d. Reinforcementdalam Bentuk Non Verbal
5
Penggunaan Reinforcement dalam pembelajaran
a. Kehangatan
dan
Keantusiasan b. Kebemaknaan c. Menghindari
Respon
yang Negatif 6
Cara
Menggunakan
Penguatan
a. Reinforcement kepada Pribadi Tertentu b. Reinforcement kepada Kelompok c. Pemberian reinforcement dengan Segera
Keterangan
d. Variasi
dalam
Pengggunaan reinforcement 7
Penggunaan
a. Ketika pembelajaran
Reinforcement dalam
berlangsung
pembelajaran aspek
b. Ketika istirahat/
pengembangan moral keagamaan
bermain di kelas c. Ketika istirahat/ bermain di luar kelas
PEDOMAN WAWANCARA
1. Kurikulum yang digunakan di TK Bintang Kecil Ngaliyan semarang? 2. Materi apa saja yang diberikan pada pembelajaran? 3. Metode apa yang digunakan dalam proses pembelajaran? 4. Apa saja materi pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan? 5. Kapan pelaksanaan materi pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan? 6. Apakah guru menggunakan reinforcenment dalam pembelajaran? 7. Bagaimana model pemberian reinforcement dalam pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan pada pendidikan prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang? 8. Apakah tujuan pemberian reinforcement dalam pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan pada pendidikan prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang? 9. Bagaimana perencanaan pemberian reinforcement dalam pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan pada pendidikan prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang? 10. Bagaimana evaluasi. pemberian reinforcement dalam pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan pada pendidikan prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang? 11. Faktor apa sajakah yang menjadi penghambat dan pendukung dalam pemberian reinforcement dalam pembelajaran aspek pengembangan moral keagamaan pada pendidikan prasekolah di TK Bintang Kecil Ngaliyan Semarang?
Gambar Kegiatan Baris dan Gerak Lagu Sebelum Masuk Kelas
Gambar Pembiasan berdoa dan mengahafal surat-suratpendek sebelum KBM
Gambar Kegiatan KBM dengan tiga area Pembelajaran
Gambar Kegiatan Makan Bekal bersama-sama
Gambar kegiatan membiasakan cuci tangan sebelum dan sesudah makan
Gambar Kegiatan pendampingan guru saat bermain di luar kelas
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap
: Deni Indiana
2. Tempat & Tgl. Lahir : Lamongan, 4 Nopember 1988 3. NIM
: 073111041
4. Alamat Rumah
: RT/ RW: 04/ I Dsn. Jati Ds. Sidorejo Kec. Sugio Kab. Lamongan Jawa Timur
HP
: 085740858676
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal
:
a. SD Negeri 1 Sidorejo
Lulus Tahun 2000
b. SLTP Negeri 1 Kedungpring
Lulus Tahun 2003
c. MA Islamiyah At Tanwir Bojonegoro
Lulus Tahun 2007
d. IAIN Walisongo Semarang
Lulus Tahun 2011
2. Pendidikan Non-Formal Pondok Pesantren At tanwir Bojonegoro
Semarang, 10 Juni 2011
Deni Indiana NIM. 073111041