SKRIPSI
BRAND AWARENESS KHALAYAK TERHADAP MEREK OPERATOR SELULER CDMA STARONE (Studi Deskriptif tentang Kesadaran Merek StarOne pada Mahasiswa/i Universitas Mercu Buana)
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Ilmu Komunikasi
Disusun oleh : NAMA
: IRNI DEWI KARTINI
NIM
: 4430401-063
PROGRAM STUDI
: MARKETING COMMUNICATION
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Nama
:Irni Dewi Kartini
NIM
:4430401- 063
Program studi
:Marketing Communication
Judul Skripsi
:Brand Awareness Khalayak terhadap Operator Seluler CDMA StarOne (Studi Deskriptif tentang Kesadaran Merek StarOne pada Mahasiswa Universitas Mercu Buana)
Jakarta, 6 Februari 2009
Mengetahui,
Pembimbing I
Pembimbing II
(Nurprapti W.Widyastuti, S.sos, M.Si.)
(Berliani Ardha, SE, M.Si.)
i
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA LEMBAR TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI Nama
:Irni Dewi Kartini
NIM
:4430401- 063
Program studi
:Marketing Communication
Judul Skripsi
:Brand Awareness Khalayak terhadap Operator Seluler CDMA StarOne (Studi Deskriptif tentang Kesadaran Merek StarOne pada Mahasiswa/i Universitas Mercu Buana)
Jakarta, 6 Februari 2009 Mengetahui, 1. Ketua Sidang Nama : Dra. Tri Diah Cahyowati, M.Si.
(
)
(
)
(
)
(
)
2. Penguji Ahli Nama : Farid Hamid, S.Sos, M.Si. 3. Pembimbing I Nama : Nurprapti W.Widyastuti, S.sos, M.Si. 4. Pembimbing II Nama : Berliani Ardha, SE, M.Si.
ii
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI Nama
:Irni Dewi Kartini
NIM
:4430401- 063
Program studi
:Marketing Communication
Judul Skripsi
:Brand Awareness Khalayak terhadap Operator Seluler CDMA StarOne (Studi Deskriptif tentang Kesadaran Merek StarOne pada Mahasiswa Universitas Mercu Buana)
Jakarta, 20 Februari 2009 Disetujui dan Diterima oleh: Pembimbing I
Pembimbing II
(Nurprapti W.Widyastuti, S.sos, M.Si.)
(Berliani Ardha, SE, M.Si.)
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Ketua Bidang Studi Marcomm
(Dra. Diah Wardhani, M.Si.)
(Dra. Tri Diah Cahyowati, M.Si.)
iii
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Bidang studi Marketing Communication and Advertising ABSTRAKSI IRNI DEWI KARTINI (4430401-063) BRAND AWARENESS KHALAYAK TERHADAP MEREK OPERATOR SELULER CDMA STARONE (Studi Deskriptif tentang Kesadaran Merek StarOne pada Mahasiswa Universitas Mercu Buana) 70 Halaman + xviii Bibilografi : 20 acuan (1989 – 2007) Persaingan antara jasa telekomunikasi seluler di Indonesia mendorong perusahaan untuk melakukan kegiatan komunikasi pemasaran. Karena komunikasi pemasaran bagi perusahaan berfungsi untuk mengarahkan dan menggiring konsumen kepada tindakan pembelian. Sebelum menuju ke arah pembelian, perusahaan harus memberikan tempat yang baik untuk produknya dimata masyarakat. Karena konsumen cenderung membeli suatu merek yang sudah dikenal. PT Indosat dimana merupakan salah satu jasa operator seluler terbesar kedua di Indonesia, belum mampu membuat khalayak mengetahui keberadaan merek StarOne dipasar karena produk StarOne kurang mendapat perhatian lebih dari khalayak. Ini dibuktikan dari market share pasar operator seluler CDMA, StarOne menempati posisi keempat dari pasar operator seluler CDMA. Teori komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini menurut Gerald R. Miller yaitu komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Untuk mengukur brand awareness mengacu pada konsep brand awareness oleh David Aaker, yang diukur melalui tahap-tahap Top of Mind, Brand Recall, Brand Recognition dan Brand Unware. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sedangkan metode penelitiannya adalah metode survey. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Sampel diambil sebanyak 98 responden yang didapat dengan menggunakan rumus Taro Yamane dan mengambil dari total populasi yang berjumlah 5749 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap Top of Mind brand Awareness operator seluler CDMA peringkat pertama ditempati oleh Esia dengan jumlah 84 responden (86%). Tahap Brand Recall operator seluler CDMA StarOne menempati urutan ketiga sebanyak 52 responden (53%). Dan pada tahap brand recognition operator seluler CDMA StarOne, sebanyak 31 responden (32%), sedangkan sebanyak 13 responden (13%) responden tidak mengenali sama sekali operator seluler CDMA StarOne, ini semua dilihat dari jumlah 98 responden penelitian. Saran untuk perusahaan operator seluler CDMA StarOne hendaknya lebih meningkatkan promosi dan program yang lebih menarik guna meningkatkan brand awareness serta keputusan pembelian konsumen CDMA StarOne. Responden harus lebih memperhatikan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dengan penyebaran kuesioner, karena untuk penelitian kuantitatif diperlukan data agar dapat mewakili jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut yang ada agar dapat menjadi bahan evaluasi untuk jasa operator seluler CDMA StarOne nantinya. iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim,
Allhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang, karena atas rahmat-Nya, penulis diberikan kesempatan dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa dihaturkan hanya kepada manusia idaman dan tauladan setiap insane sepanjang zaman yaitu Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung secara moril dan materil mendukung ataupun memotivasi penulis agar cepat merampungkan pendidikan S1 (Sarjana Strata Satu) ilmu komunikasi dengan baik dan lancar. Ucapan terima kasih dan penghargaan setingi-tingginya tersebut kepada: 1. Ibu Nurprapti W. Widyastuti, S.Sos selaku dosen pebimbing I yang telah memberikan waktu luang dan bimbingan kepada penulis. 2. Ibu Berliani Ardha, SE, M.Si selaku dosen pebimbing II yang telah memberikan waktu luang dan bimbingan kepada penulis. 3. Ibu Dra. Tri Diah Cahyowati, M.Si sebagai Ketua Program Bidang Studi Marketing Communication and Advertising dan juga sekaligus ketua sidang skripsi yang tidak pernah berhenti dalam memberikan semangat, kritikan yang membangun kepada penulis agar lebih baik lagi. 4. Bpk. Farid Hamid, S.sos, M.Si selaku dosen penguji ahli sidang skripsi, sekaligus selaku Sekretaris Jurusan Marcomm and Advertising. v
5. Ibu Dra. Diah Wardhani, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 6. Seluruh dosen fakultas ilmu komunikasi jurusan Marcomm terutama Ibu SM. Niken Restaty, M.Si, yang sudah memberikan saran dan kritik kepada saya. 7. Bpk. Syamsudin selaku staf TU (Tata Usaha) jurusan Marketing Communication and Advertising yang sudah membantu penulis dalam memudahkan segala urusannya. 8. Kedua orang tuaku tercinta yang selama ini memberikan kasih sayang, semangat dan doa agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Mungkin saat ini aku selalu merepotkan mereka, tapi Insya Allah aku akan berusaha untuk membahagiakan mereka, walaupun mungkin sangat jauh di bandingkan mereka yang sudah membesarkanku sampai saat ini. 9. Eka dan ka dewi yang sudah memberi support, doa kepada penulis agar bisa secepatnya menyelesaikan studi. 10. Si kembar keponakanku (Kaila Nadidah dan Naila Maziyah) yang selalu membuat aku tertawa, tersenyum karena melihat perkembangan mereka dari hari ke hari. 11. Saudara sepupuku teh Ati Setiawati yang sudah membantu penulis untuk
magang di PT Indosat, bantuanmu sangat berarti untuk aku dan Andika. Karena dari PT Indosat ini aku bisa mengambil objek penelitian untuk penelitian aku.
vi
12. Bpk. Irwan Sakti selaku Head of West, Central and North Jakarta Branch serta Manager Promotion Communication of West, Central and North Jakarta Branch yaitu Bapak Adriansyah, dan para karyawannya yaitu Mas Heri Iwanto (Akel), Ka Tiolina, Mba Ajeng, Mba Pinky, Mas Ricky, Mba Citra dan Mas Raka. Mba Prista dan Ibu Titi selaku bagian HRD yang sudah membantu dalam melancarkan riset di PT Indosat. 13. Bpk. Nandang Prihantoro selaku Manajer StarOne sejabotabek yang sudah membantu penulis untuk melakukan wawancara untuk memenuhi dan melengkapi data skripsiku. 14. Sahabatku, temen kecilku dari SD, SMP, Madrasah dan temen rumah juga Yartika Safitri yang biasa dipanggil Pem2 atau Tice yang selalu membantu dan memberi semangat dalam proses menyelesaikan skripsi aku. 15. Andika Pradiptaku tersayang yang sudah membantu, menemani dan mendengar suka dukaku dalam menjalani skripsi ini dan dalam hal lain juga, serta memotivasi aku supaya aku cepat lulus kuliah. 16. Semua teman-temanku di kampus, Hesty, Gendy, Dini, Santi, Iyos, Ziza, Erni, Sehty, Mila, Rieka, Iis, Asmuni, Randi, Lucky, Aris, Anwar, Lana, Adi, Fahmi, Deni, Enkoh, Rico dan Iklan angkatan ’03 dan teman-teman jurusan lain baik yang satu angkatan maupun yang beda angkatan yang sudah menemani dalam keseharianku.
vii
Dan juga untuk semua pihak yang luput penulis sebutkan satu persatu, terima kasih banyak telah membantu semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, mudah-mudahan Allah SWT akan membalas segala kebaikan yang anda semua berikan
Jakarta, Februari 2009
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI …………………
i
LEMBAR TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI ............................
ii
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI ....................
iii
ABSTRAKSI ......................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....……………………………………………….
v
DAFTAR ISI…………………………………………………………… ..
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………………………………..
1
1.2 Perumusan Masalah………………………… ..
8
1.3 Tujuan Penelitian ………………………… ..
9
1.4 Signifikansi Penelitian ...............................
9
KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Komunikasi sebagai Salah Satu
Aktivitas Pemasaran ......................................
10
2.2 Bauran Promosi...............................................
11
2.2.1 Periklanan ..............................................
12
2.2.2. Publisitas Produk ..................................
13
2.2.3 Penjualan Pribadi (Personal Selling)...
14
2.2.4 Promosi Penjualan (Sales Promotion)..
14
2.3 Merek ……….....................................................
15
2.5.1 Definisi merek ....................................
ix
15
BAB III
2.5.2 Fungsi dan Manfaat Merek ................
18
2.4 Positioning ……………...................................
20
2.4.1 Definisi Positioning................................
20
2.4.2 Strategi Positioning................................
22
2.5 Logo ..................................................................
25
2.6 Ekuitas Merek .............................................
26
2.6.1 Definisi Ekuitas Merek ......................
26
2.6.2 Peran Ekuitas Merek ..........................
28
2.7 Kesadaran Merek(Brand Awareness) .........
30
2.7.1 Definisi Brand Awareness .................
30
2.7.2 Pengukuran Brand Awareness ...........
33
2.7.3 Mencapai Kesadaran ..........................
35
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian...............................................
37
3.2. Metode Penelitian..........................................
38
3.3 Tehnik Pengumpulan Data ........................
38
3.3.1 Data Primer ………………………...
38
3.3.2 Data Sekunder …………………… ...
39
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian .................
39
3.4.1 Populasi …………………………….
39
3.4.2 Penarikan Sampel ………………….
40
3.5 Definisi Konsep .........................................
41
3.5.1 Merek (Brand) ..................................
41
x
BAB IV
3.5.2 Kesadaran (Awareness) ....................
41
3.5.3 Kesadaran Merek...............................
41
3.6 Operasional Konsep ...................................
42
3.7 TehnikAnalisis Data ...................................
43
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden ………………....
45
4.1.1 Usia …………………………………
46
2.1.2 Jenis Kelamin ………………............
46
4.2 Berdasarkan Piramida Brand Awareness ...
47
4.2.1 Top of Mind ........................................
48
4.2.2 Brand Recall.......................................
49
2.2.3 Brand Recognition .............................
50
4.3 Berdasarkan Pengguna atau Pemakai .........
53
4.3.1. Pengguna Operator Seluler GSM dengan Alasannya...............................
53
4.3.2. Pengguna Operator Seluler CDMA dengan Alasannya .............................
55
4.4 Faktor keinginan untuk pindah ke operator seluler lain ...............................................................
56
4.5 Sumber pengetahuan responden terhadap merek operator seluler CDMA StarOne........
57
4.6 Pengenalan responden terhadap logo Operator Seluler CDMA StarOne ..............
xi
59
BAB V
4.7 Brand Unware Operator Seluler CDMA ...
60
4.8 Pembahasan ................................................
61
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ................................................
67
5.2 Saran ..........................................................
69
DAFTAR TABEL ..............................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................
xv
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................
xvi
DAFTAR INTERNET ......................................................................
xviii
xii
DAFTAR TABEL Keterangan Tabel 3.6
Tabel Operasional Konsep ..............................................
42
Tabel 4.1.1.
Tabel Usia Responden ....................................................
46
Tabel 4.1.2
Tabel Jenis Kelamin Responden .....................................
46
Tabel 4.2.1
Top of Mind – Brand Awareness ………………………
48
Tabel 4.2.2
Brand Recall – Brand Awareness ……………………...
59
Tabel 4.2.3.1 Brand Recognition Flexi – Brand Awareness ………….
51
Tabel 4.2.3.2 Brand Recognition Esia – Brand Awareness …………...
51
Tabel 4.2.3.3 Brand Recognition Fren – Brand Awareness …………..
51
Tabel 4.2.3.4 Brand Recognition Smart – Brand Awareness …………
52
Tabel 4.2.3.5 Brand Recognition StarOne – Brand Awareness …….....
52
Tabel 4.3.1.1 Jumlah Pemakai/User Operator Seluler GSM …............
53
Tabel 4.3.1.2 Alasan Menggunakan Operator Seluler GSM ................
54
Tabel 4.3.2.1 Jumlah Pemakai/User Operator Seluler CDMA …….....
55
Tabel 4.3.2.2 Alasan Menggunakan Operator Seluler CDMA ……...
55
Tabel 4.4
Faktor keinginan untuk pindah ke operator seluler lain..
56
Tabel 4.5.1
Sumber pengetahuan responden terhadap merek operator seluler CDMA StarOne......................................
57
Tabel 4.5.2
Informasi yang terdapat dalam Media Iklan StarOne .....
58
Tabel 4.6.1
Pengenalan Responden terhadap Logo Operator Seluler CDMA StarOne ...............................................................
59
Tabel 4.6.2
Logo Operator Seluler CDMA StarOne ......................
59
Tabel 4.7
Brand Unware – Brand Awareness ………………….
60
xiii
DAFTAR GAMBAR
Keterangan Gambar 2.5.2
Piramida Brand Awareness ................................
xiv
33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Kuesioner Lampiran 2 Surat Izin Riset dari Indosat Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 4 Data Mahasiswa Universitas Mercu Buana Lampiran 5 Lembar Kegiatan Konsultasi Skripsi Lampiran 6 Flyer Starone
xv
DAFTAR PUSTAKA Bambang, Prasetyo, dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2005. Branan, Tom. Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1998. Durianto, Darmadi, Sugiarto dan Lie Joko Budiman. BRAND EQUITY TEN Strategi Memimpin Pasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2004. Durianto, Darmadi, Sugiarto, Tony Sitinjak. Strategi Menaklukan Pasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2001. Gunara, Thorik & Utus,Hardiono, Sudibyo. Marketing Muhammad. Bandung: PT Karya Kita. 2007. Kasali, Rhenald. Manajemen Periklanan dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1997. Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran 2, Edisi Millenium. Jakarta: Prenhallindo. 2002. Malko, Manase, dkk. Materi Pokok Metode Penelitian Sosial, Modul5, Komunikan. Jakarta. 1985. Moleong, M.A, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004. Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004. Muwarni, Endah. Dasar-Dasar Periklanan. Jakarta: Wacana Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama). 2004. Nicolino, Patricia F. The Complete Ideal’s Guide Brand Management. Jakarta: Prenada Media. 2004. S. Djuarsa, Sendjaja. Teori Komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004. Shimp, Terence A. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I edisi 5. Jakarta: Erlangga. 2003.
xvi
Soehadi, Agus W. Effective Branding. Bandung: Quantum Bisnis & Manajemen PT Mizan Pustaka, 2005. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung, CV Alfabeta, 2001. Singaribun, Masri dan Sofyan, Effendi. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. 1989. Susanto, A. B dan Hilman Wijanarko. Power Branding. Jakarta: PT Mizan Publika. 2004. Sutisna. Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003. Tjiptono, Fandy. Brand Management & Strategi. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta, 2005.
xvii
DAFTAR INTERNET
http://www.primeaccesscard.com
xviii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih di era globalisasi ini telah membuat komunikasi antara suatu tempat dengan tempat lain saat ini bukan lagi masalah. Kemajuan teknologi menjadikan informasi dapat diperoleh dengan cepat dan perusahaan saling berlomba menguasai teknologi komunikasi sesuai dengan informasi yang mereka butuhkan. Masyarakat diera sekarang ini dapat dikatakan sebagai masyarakat informasi, dimana informasi menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia modern dan dapat dikatakan sebagai kebutuhan utama yang dibutuhkan oleh manusia. Selain itu informasi merupakan cara untuk mengekspresikan, mengkomunikasikan dan membagikan suatu hal kepada pihak-pihak lain dalam rangka menjalankan aktivitas bisnis untuk mencapai tujuan perusahaan. Melalui informasi perusahaan dapat belajar dan mengerti apa yang terjadi dengan pelanggan, pesaing, produk, jasa yang ditawarkan dan operasi perusahaan secara internal. Komunikasi merupakan salah satu cara yang paling umum digunakan oleh manusia dalam mencari informasi. Menurut Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di
1
2
sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan 1 . Mengingat informasi adalah kunci kemajuan perusahaan, penguasaan informasi menjadikan perusahaan mampu bertahan dan bersaing dalam intensitas yang semakin kuat dan informasi menjadi suatu kebutuhan utama yang dibutuhkan oleh manusia modern, hal ini selalu dimanfaatkan oleh perusahaan atau tenaga pemasar agar dapat menyampaikan pesannya kepada masyarakat. Pesan yang disampaikan oleh perusahaan atau tenaga pemasar yaitu dengan melakukan komunikasi pemasaran atau promosi; tujuannya agar dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, keyakinan dan sikap konsumen terhadap merek atau produk yang dikomunikasikan (diiklankan) yang mendorong mereka untuk bertindak. Komunikasi pemasaran selalu diusahakan secara efektif sampai dan diterima oleh konsumen sasaran, dalam arti dapat mempengaruhi perilakunya. Tujuan dari pemasaran tersebut agar masyarakat bisa terpicu untuk menyadari kebutuhan akan kategori produk atau produk yang dikomunikasikan, masyarakat menyadari akan adanya merek yang dikomunikasikan, masyarakat bisa bersikap positif terhadap merek atau produk yang dikomunikasikan, masyarakat bisa mempunyai maksud untuk membeli merek atau produk yang dikomunikasikan.
1
Deddy, Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2004, hal. 4.
3
Berbagai macam cara perusahaan melakukan kegiatan promosi. Dimulai dengan beriklan pada media lini atas dan lini bawah, melakukan promosi penjualan, penjualan pribadi dan melakukan hubungan masyarakat. Selain itu, tingkat persaingan di \berbagai kategori produk pun sangat tinggi, sehingga memunculkan beberapa fenomena yang cukup menarik. Salah satu contoh fenomena pertama yang cukup menarik adalah perusahaan jasa telekomunikasi seluler. Tahun 2009 akan menjadi tahun dengan persaingan yang berat bagi operator seluler karena hampir semua operator seluler mempromosikan tarif murah dengan kata lain sesama operator seluler di Indonesia saat ini sedang perang tarif dengan tujuan menjaga loyalitas pelanggannya dan menarik hati masyarakat untuk menjadi pelanggan baru. Dan juga kompetisi yang mengarah pada produk, dimana terjadi kemiripan fitur dalam produk yang menyebabkan pelanggan sulit untuk membedakan antara satu produk dengan produk yang lain. Perang tarif yang diluncurkan para operator telepon seluler sudah memasuki ranah yang mengusik perhatian kita kalau tidak mau dikatakan sudah membingungkan atau bahkan menjebak bagi pelanggan individual. Persaingan promosi ini akan membuat kebingungan masyarakat dalam memilih operator seluler dan tidak menutup kemungkinan juga para pengguna operator seluler akan berpindah-pindah ke produk lain sehingga posisi kesadaran masyarakat terhadap merek tersebut sangat penting untuk diteliti. Pada industri jasa telekomunikasi seluler, mobilitas berkomunikasi kini seolah menjadi kebutuhan masyarakat, dan bukan lagi barang mewah yang
4
didominasi oleh sekelompok orang berduit yang mampu membeli piranti telepon bergerak yang sekaligus juga berfungsi sebagai simbol status. Hingga saat ini di Indonesia telah hadir 10 operator yaitu Telkom, Telkomsel, Indosat, Excelcomindo (XL), Hutchison (3), Sinar Mas Telecom, Sampoerna Telecommunication, Bakrie Telecom (Esia), Mobile-8 (Fren), dan Natrindo Telepon Selular (sebelumnya Lippo Telecom). Namun dari sepuluh operator itu hanya 3 operator yang memiliki pangsa pasar lebih dari 5 persen yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkomsel), PT Indosat Tbk dan PT Excelcomindo Pratama Tbk. Untuk kategori operator seluler CDMA yaitu Flexi, Esia, Fren, StarOne, dan Smart. Beberapa kunci untuk memenangkan persaingan adalah tarif murah, jangkauan layanan, fleksibilitas dan pelayanan pelanggan yang baik. Namun demikian berdasarkan penelitian Artha Jasa Pemasaran 90% keputusan konsumen operator pada TARIF MURAH 2 . Operator berlomba-lomba untuk meningkatkan teknologi dan mutu pelayanannya serta menerapkan berbagai kiat untuk menarik masyarakat. Peluang bisnis yang masih terbuka lebar, sehingga para pelaku bisnis telekomunikasi terangsang untuk bergerak agresif, sehingga tidak masalah bila harus mengeluarkan biaya promosi besar untuk menggaet lebih banyak pendapatan. Kebutuhan masyarakat akan layanan telekomunikasi berteknologi tinggi dengan tarif ekonomis semakin hari semakin meningkat. Teknologi CDMA pertama kali hadir di Amerika Serikat dan berkembang pesat di Jepang, Korea, 2
www.primeaccesscard.com
5
Cina dan India. Pada tanggal 8 Juli 2004 di Hotel Aryaduta Jakarta, PT Indosat secara resmi mengumumkan kepada pers bahwa layanan CDMA dengan merek StarOne siap beroperasi. StarOne sebagai alternatif layanan telekomunikasi bagi masyarakat khususnya masyarakat ibukota yang berupa layanan telekomunikasi tetap nirkabel (FWA) dengan tarif ekonomis, fitur lengkap dari mulai suara, sms dan data. StarOne merupakan layanan wireless yang berteknologi CDMA (Code Devision Multiple Accesss) yaitu sebuah sistem teknologi seluler digital terbaru yang dipersiapkan sebagai landasan konsep komunikasi masa depan, sehingga StarOne dapat memberikan layanan komunikasi suara dan data dengan kemampuan mobilitas bagi pelanggan. Pentingnya meneliti brand awareness karena awareness merupakan aset yang dapat memberikan nilai tersendiri dimata pelanggannya. Aset yang dikandungnya dapat membantu pelanggan atau calon konsumen dalam menafsirkan, memproses dan menyimpan informasi yang terkait dengan produk dan merek tersebut. Komunikasi pemasaran mempunyai peran yang penting untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar agar produk yang dipasarkan selalu ada dalam ingatan masyarakat. Strategi komunikasi pemasaran akan berdampak pada aspek kognitif, perilaku dan sikap konsumen. Maka, komunikasi pemasaran didesain guna meningkatkan 8 aspek berikut ini: kebutuhan kategori, awareness, pengetahuan, fasilitasi, niatan (intensi), dan struktur pengetahuan paska beli, yang kesemuanya merupakan sasaran-sasaran kognitif. Sikap dan kepuasan merupakan sasaran afektif. Perilaku jelas merupakan sasaran perilaku
6
atau konatif. Dan juga apabila komunikasi pemasaran sukses menciptakan kesadaran calon konsumen akan mereknya, calon konsumen dapat membentuk sikap (attitude) positif terhadap merek tersebut dan mungkin akan muncul niat (intention) untuk membeli merek tersebut, ketika timbul keinginan untuk membeli suatu produk di masa yang akan datang. Dan juga pentingnya meneliti brand Awareness (kesadaran merek) konsumen bagi perusahaan. Konsumen cenderung membeli suatu merek yang sudah dikenal, karena dengan membeli merek yang sudah dikenal, mereka merasa aman, terhindar dari berbagai resiko pemakaian dengan asumsi bahwa merek yang sudah dikenal lebih dapat diandalkan 3 . Penulis akhirnya memilih melakukan penelitian untuk mengukur brand awareness StarOne di Indosat karena akses penelitian yang telah terbuka juga disebabkan oleh keseriusan PT Indosat, Tbk dalam melakukan kegiatan promosinya. Penulis mengambil penelitian brand awareness karena penulis ingin mengetahui seberapa jauh masyarakat mengenal StarOne, karena pada saat ini StarOne kurang banyak yang meminati dalam hal pemakaian atau penggunaan jasa operator seluler CDMA, tidak seperti beberapa para pesaing CDMA lainnya yang sudah mempunyai market share yang lebih baik dari StarOne. Dari hasil pra riset diperoleh informasi dari Manajer StarOne sejabotabek, bahwa pada tingkat nasional pelanggan CDMA pada semester I 2008 sektitar 17,8 juta, itu 16% dari total pelanggan wireless dan untuk GSM
3
Darmadi, Durianto, Sugiarto, Tony Sitinjak, Strategi Menaklukan Pasar, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2001, Hal 54.
7
sendiri punya 111,5 juta pelanggan sehingga GSM mendapat 84%. Untuk Market share dari operator seluler CDMA yaitu Flexi mendapatkan 41%, Esia mendapatkan 32%, kemudian dari Fren mendapatkan 20%, dari Starone dapat 5% dan Smart mendapatkan 2%. Dilihat dari persentase tersebut StarOne menempati posisi keempat dalam penjualan operator seluler CDMA 4 . Manajer StarOne sejabotabek menjelaskan juga masalah yang pernah dihadapi StarOne kenapa dalam segi penjualan sangat lambat, hal itu karena pada saat StarOne launching pada Juni 2004, StarOne dapat frekuensi 1900 MHz, karena frekuensinya 1900 MHz secara teknis maka sinyalnya kurang kuat, maka dari itu StarOne tidak terlalu kampanye dan StarOne melakukan low profile. Lalu StarOne mengganti frekuensi menjadi 800 MHz, sekarang sinyal sudah semakin kuat. Pada saat ini
segmen pasar CDMA (Code Division
Multiple Acces) menginginkan tarif murah, Indosat telah menjangkau 51 kota di seluruh Indonesia dengan jumlah pelanggan mencapai 700.000 5 . Penulis juga memilih tempat di Universitas Mercu Buana karena Indosat pernah melakukan promosinya di lingkungan UMB dengan membuka stand Indosat dan melakukan event dan penulis memilih target penelitian dilakukan pada mahasiswa Universitas Mercu Buana karena target sasaran StarOne berusia antara 18 - 35 tahun dan mereka yang menginginkan tarif murah. Manajer StarOne sejabotabek menjelaskan "Dari survei kita mengatakan bahwa yang paling banyak menggunakan StarOne yaitu anak muda. Terutama mereka
4 5
Hasil wawancara kepada Manajer StarOne Sejabotabek http://www.surya.co.id/web
8
yang masih pelajar atau mahasiswa, karena mereka masih belum punya penghasilan". Maka dari itu peneliti menggunakan responden Mahasiswa Universitas Mercu Buana.
1.2.
Perumusan Permasalahan Persaingan antara perusahaan jasa telekomunikasi seluler di Indonesia
mendorong perusahaan untuk melakukan program-program yang efektif dalam melakukan kegiatan komunikasi pemasaran. Karena komunikasi pemasaran bagi perusahaan berfungsi untuk mengarahkan dan menggiring konsumen kepada tindakan pembelian. Sebelum menuju ke arah pembelian, perusahaan harus memberikan tempat yang baik untuk produknya dimata masyarakat. Karena konsumen cenderung membeli suatu merek yang sudah dikenal, dengan membeli merek yang sudah dikenal, mereka merasa aman, terhindar dari berbagai resiko pemakaian dengan asumsi bahwa merek yang sudah dikenal lebih dapat diandalkan. PT Indosat dimana merupakan salah satu jasa operator seluler terbesar kedua di Indonesia, hal tersebut belum tentu mampu membuat masyarakat mengetahui keberadaan produknya terutama merek StarOne dipasar karena produk StarOne kurang mendapat perhatian lebih dari khalayak. Ini dibuktikan dari market share pasar operator seluler CDMA, StarOne menempati posisi keempat.
9
Dengan demikian dari penjabaran diatas, yang menjadi pokok permasalahan dari penelitian ini adalah : “Sejauhmana tingkat awareness terhadap merek operator seluler CDMA StarOne?”
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksakannya penelitian ini adalah: “Ingin mengetahui tingkat awareness terhadap merek operator seluler CDMA StarOne”.
1.4 . Signifikansi Penelitian Signifikansi penelitian ini, yaitu : a. Signifikansi akademis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu komunikasi khususnya bidang marcomm (Marketing Communication) yakni tentang awareness sebagai elemen inti dari brand equity dari sebuah produk. b. Signifikansi praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan evaluasi
untuk
menciptakan kekuatan merek yang dilakukan oleh PT Indosat Tbk dan sebagai masukan dan evaluasi bagi para praktisi marcomm tentang bagaimana menyusun strategi untuk menciptakan brand awareness dibenak khalayak.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Sebagai Salah Satu Aktivitas Pemasaran Komunikasi menurut Gerald R. Miller adalah komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima 6 . Komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar. Komunikasi pemasaran memegang peranan penting bagi pemasar. Tanpa komunikasi, konsumen maupun masyarakat secara keseluruhan tidak akan mengetahui keberadaan produk di pasar 7 . Komunikasi pada dasarnya merupakan bagian terpenting dari terjalinnya hubungan antara pemasar dengan konsumen dalam koridor pemasaran. Kegiatan Pemasaran oleh pemasar kepada konsumen juga berkaitan dengan apa yang akan dikomunikasikan oleh pemasar, kepada siapa komunikasi ditujukan, dan seberapa sering komunikasi dilakukan 8 . Dengan demikian setiap pemasar tidak dapat menghindari peran komunikasi apabila ingin kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh pemasar ingin berhasil.
6
Deddy, Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2004,
Hal 63 7
Sutisna, Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2003. Hal 267-268 8 Philip, Kotler, Manajemen Pemasaran 2, Edisi Millenium, Jakarta, Prenhallindo, 2002, Ha .626.
10
11
Tujuan komunikasi dalam pemasaran dapat ditentukan sendiri oleh pemasar. Strategi komunikasi pemasaran akan berdampak pada aspek kognitif, perilaku dan sikap konsumen. Maka, komunikasi pemasaran didesain guna meningkatkan 8 aspek berikut ini: kebutuhan kategori, awareness, pengetahuan, fasilitasi, niatan (intensi), dan struktur pengetahuan paska beli, yang kesemuanya merupakan sasaran-sasaran kognitif pasar terhadap produk yang ditawarkan oleh pemasar.
2.2. Bauran Promosi Saat ini pemasaran lebih dituntut untuk lebih sekedar pengembangan produk yang baik. Dalam mencapai tujuannya, perusahaaan dituntut untuk berkomunikasi dengan pelanggannya atau dengan kata lain perusahaan juga harus memperhatikan strategi promosinya. Strategi promosi merupakan hal yang penting, karena promosi adalah termasuk strategi mempromosikan produk yang dihasilkan suatu perusahaan kepada konsumen dengan maksud untuk membujuk konsumen sasaran untuk menggunakannya. Keberhasilan pengembangan identitas merek sangat tergantung pada bagaimana merek dikomunikasikan sehingga dapat dipersepsikan oleh pelanggan maupun calon pelanggan seperti yang dikehendaki pemasar. Pemahaman mengenai kelebihan dan kekurangan
masing-masing sarana
komunikasi pemasaran sangat penting agar pemasar dapat merancang bauran promosi yang efektif bagi sebuah merek.
12
Guna menjalankan suatu kegiatan promosi yang baik, atau sampai tersebarnya informasi tentang keberadaan suatu produk ke khalayak luas, maka diperlukannya
bauran
promosi
untuk
menjalankan
kegiatan
tersebut,
diantaranya:
2.2.1. Periklanan Periklanan (advertising) dapat didefinisikan sebagai sebuah pengiriman pesan melalui suatu media yang dibayar sendiri oleh pemasang iklan 9 . Iklan bisa membantu mencapai hampir semua sasaran komunikasi. Iklan merupakan sarana ampuh untuk membangun kesadaran konsumen. Rhenald Kasali membedakan media periklanan menjadi dua jenis, yaitu : a. Media lini atas (Above The Line) yang terdiri dari iklan-iklan yang dimuat dalam media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi dan bioskop) dan media luar ruang (billboard dan transportasi). b. Media lini bawah (Bellow The Line) yang terdiri dari seluruh media selain Above The Line seperti direct mail, pameran, point of sale, display material, agenda, souvenir, dan lain-lain 10 .
Kelebihan periklanan: Untuk produk-produk masal, sisi kekuatan periklanan melalui media masa adalah efesiensi biaya. Isi pesan dapat 9
Tom, Branan, Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1998, Hal 51. 10 Rhenald, Kasali, Manajemen Periklanan dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997, Hal.23.
13
dipersiapkan dengan baik serta waktu penayangannya juga dapat direncanakan dan dikontrol secara sistematis. Kegiatan ini sangat efektif untuk menciptakan dan memelihara kesadaran merek. Kelemahan periklanan: Bombardir para pengiklan yang semuanya mengklaim
produk
mereka
bagus
mengakibatkan
pesan-pesan
yang
disampaikan dalam iklan cenderung rendah. Jangkauan konsumen yang demikian luas dan kurang terseleksi mengakibatkan tingginya kemungkinan konsumen yang terjangkau bukanlah konsumen sasaran sehingga pesan yang disampaikan sia-sia 11 .
2.2.2. Publisitas Produk Humas berkaitan erat dengan bagaimana cara membina hubungan baik dengan berbagai kelompok masyarakat yang berhubungan dengan perusahaan melalui publisitas yang mendukung, membina “citra perusahaan” yang baik, dan menangani atau menangkal desas-desus, cerita, dan peristiwa yang dapat merugikan perusahaan 12 . Tujuan Public Relation: 1) Membantu memperkenalkan produk baru. 2) Membantu menempatkan produk dalam suatu pasar yang matang. 3) Mempengaruhi kelompok sasaran khusus.
11
A. B, Susanto dan Hilman Wijanarko, Power Branding, Jakarta, PT Mizan Publika, 2004, Hal 118. 12 Tom, Branan, Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1998, Hal 49.
14
4) Membangun citra produk dan merek. 5) Membangun kredibilitas 13 .
2.2.3. Penjualan Pribadi (Personal Selling) Penjualan pribadi (personal selling) adalah bentuk penjualan yang dilakukan oleh orang secara langsung dan pribadi kepada calon konsumen 14 . Kelebihan personal selling: Merupakan sarana penjualan yang efektif karena tercipta komunikasi dua arah yang langsung memberikan respon berupa pertanyaan maupun keberatan 15 . Kelemahan personal selling: Untuk melaksanakan kegiatan ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Personal selling melibatkan pemenuhan gaji, biaya transportasi, komisi penjualan dan berbagai sarana atau fasilitas penjualan lainnya.
2.2.4. Promosi Penjualan (Sales Promotion) Promosi penjualan merupakan salah satu jenis komunikasi yang sering dipakai oleh pemasar. Sebagai salah satu elemen bauran promosi, promosi penjualan merupakan unsur terpenting dalam kegiatan promosi produk. Hal yang penting dari definisi promosi penjualan adalah bahwa upaya pemasaran melalui promosi penjualan dilakukan dalam jangka pendek. Promosi penjulan 13
Endah, Muwarni, Dasar-Dasar Periklanan, Jakarta, Wacana Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama), 2004, Hal 63. 14 Ibid, Endah, Hal 60. 15 A. B, Susanto dan Hilman Wijanarko, Power Branding, Jakarta, PT Mizan Publika, 2004, Hal 121.
15
tidak bisa dilakukan terus-menerus sepanjang tahun, karena selain akan menimbulkan kerugian bagi pemasar, juga konsumen tidak akan lagi mampu membedakan periode promosi penjulaan dan hasilnya tidak akan efektif 16 . Secara umum terdapat tiga tujuan dari promosi penjualan yaitu: 1. Merangsang permintaan oleh pengguna industri atau konsumen. 2. Memperbaiki kinerja pemasaran dari penjual kembali. 3. Sebagai suplemen periklanan, penjualan tatap muka, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung.
Secara sepesifik, tujuan promosi penjualan hampir sama dengan periklanan yaitu agar konsumen mau mencoba penggunaan produk, mendorong peningkatan pengeluaran sepanjang masa liburan dan mendorong konsumen yang sudah ada agar menggunakan produk lebih sering lagi 17 .
2.3 Merek 2.3.1 Definisi merek : Merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan manfaat, feature, dan jasa tertentu pada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan kualitas. Merek adalah nama, istilah, simbol atau rancangan atau kombinasi hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk
16
Sutisna, Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.2003, Hal 299. 17 Ibid, Sutisna, Hal 300-301.
16
mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing 18 . Merek lebih dari sekedar simbol, merek memiliki tingkat pengertian sebagai berikut: 1. Atribut. Merek mengingatkan pada atribut tertentu (misalnya apakah suatu produk terancang baik, tahan lama, mahal, dibuat dengan baik, nilai jual kembali yang tinggi, cepat dan lain-lain). 2. Manfaat. Sebuah merek lebih dari serangkaian atribut pelanggan tidak membeli atribut, mereka membeli manfaat fungsional atau emosional. 3. Nilai. Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Pemasar merek harus mengetahui kelompok pembeli yang mana yang mencari nilai-nilai ini. 4. Budaya. Merek juga mewakili budaya tertentu. 5. Kepribadian. Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. 6. Pemakai. Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut 19 .
18
Philip, Kotler, Manajemen Pemasaran (Analisis, PErencanaan, IMplementasi, Kontrol), Jakarta, PT Prehalindo, Jilid 2, 1997, Hal 63. 19 Ibid
17
Merek dapat mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu produk atau layanan. Merek, menurut Giribaldi (2003), didefinisikan sebagai kombinasi dari atribut-atribut, dikomunikasikan melalui nama atau simbol, yang dapat mempengaruhi proses pemilihan suatu produk/layanan di benak konsumen 20 . Sebuah merek adalah kekuatan. Semakin bisa memperkuat nilai dari merek yang dimiliki, semakin kuat pula kekuatan perusahaan yang dimiliki. Jika sebuah merek dapat membangun citra yang lebih baik daripada pesaingnya, merek itu akan menikmati suatu tingkat perlindungan. Suatu produk yang baik namun dengan citra bermutu rendah akan berjuang dengan susah payah, dan jika citranya tidak dapat diperbaiki, produk itu akan gagal. Peran iklan atau komunikasi merek lain adalah untuk membangun hubungan antara orang dan merek. Apa yang diinginkan dari konsumen ketika mengomunikasikan merek kepada mereka: 1) Kesadaran (awareness): menjadi tahu tentang merek dan nilai yang dijanjikannya. 2) Percobaan: setidaknya memberi kesempatan pada merek dengan mencobanya. 3) Membelinya: menunjukan loyalitas, membeli merek untuk kedua kalinya. 4) Reposisi: melihat merek dalam image yang baru, mendengar nilai baru yang dijanjikan oleh merek. 20
Soehadi, Agus W, Effective Branding, Bandung, Quantum Bisnis & Manajemen PT Mizan
Pustaka, 2005.
18
5) Memperkenalkan kembali: melihat sebuah merek lama tetap releven hingga sekarang 21 .
2.3.2. Fungsi dan Manfaat Merek Suksesnya suatu bisnis atau produk konsumen tergantung pada kemampuan target pasar dalam membedakan satu produk dengan produk lain, karena merek adalah alat utama yang digunakan oleh pemasar untuk membedakan produk mereka dari produk pesaing. Merek berfungsi sebagai: 1. Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya. 2. Sebagai alat promosi (promosi merupakan salah satu kegiatan pemasaran yang berfungsi untuk mengarahkan dan menggiring konsumen kepada tindakan pembelian), sehingga memepromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebut mereknya. 3. Sebagai jaminan atas mutu barangnya. Merek dapat juga berfungsi untuk menunjukkan asal produk, jasa dan teknologi. Disatu pihak, hal ini secara tidak langsung tentu berkaitan dengan masalah kepercayaan dan
21
Patricia F, Nicolino, The Complete Ideal’s Guide BRAND MANAGEMENT, Jakarta, Prenada Media, 2004.
19
kesetiaan konsumen. Sedangkan di lain pihak berkaitan dengan kredibilitas produsen dan pemilik merek. Merek tidak akan berfungsi (rusak) apabila kualitas produk atau jasa terkait tidak memenuhi kepuasan konsumen 22 .
Merek mempunyai 3 (tiga) manfaat utama, yaitu: 1. Identifikasi produk 2. Penjualan berulang 3. Penjualan produk baru 23 . Nama merek yang paling efektif mempunyai beberapa ciri seperti di bawah ini: 1. Mudah untuk diucapkan 2. Mudah untuk dikenali 3. Mudah untuk diingat 4. Berbeda dan unik 5. Menggambarkan produk 6. Menggambarkan penggunaan produk 7. Menggambarkan manfaat dari produk 8. Mempunyai konotasi yang positif 9. Memperkuat citra produk yang diinginkan 22
Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, Buku Panduan, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Tangerang, 2006, Hal 30. 23 Charles W Lamb, Joseph F. Hair, Carl McDaniel, Pemasaran, Buku I, Jakarta, PT Salemba Emban Patria, 2000, Hal 421.
20
10. Secara hukum kepentinggannya terlindungi baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri 24 . Tidak ada merek yang mampu menunjukkan semua karakteristik tersebut di atas. Hal yang terpenting adalah bahwa merek dapat dilindungi untuk digunakan secara ekslusif oleh pemiliknya.
2.4 Positioning 2.4.1 Definisi Positioning Iklan yang sukses seharusnya menancapkan di benak pelanggan tentang makna yang jelas dari produk tersebut dan bagaimana produk itu dibandingkan dengan penawaran kompetitif. Positioning yang efektif mensyaratkan bahwa perusahaan sepenuhnya menyadari dan mengeksploitasi kelemahan-kelemahan persaingan 25 . Positioning adalah bagaimana menempatkan produk ke dalam benak customer secara luas, sehingga akan tertanam dalam benak pasar bahwa perusahaan adalah definisi dari kategori produk yang dijual. Positioning bukan bagaimana kita menempatkan produk atau jasa dalam pasar, bukan sebatas pandangan pasar akan produk atau jasa yang akan kita tawarkan dan tidak
24
Ibid,Charles W Lamb, Hal 423. Terence A, Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I edisi 5, Jakarta, Erlangga, 2003, Hal 443. 25
21
melihat pada besar atau kecilnya pangsa pasar, tetapi positioning benar-benar berhubungan dengan benak atau dalam hal persepsi 26 . Konsep positioning muncul karena dirasakan perlu mengantisipasi persaingan ketat antar produk sejenis. Positioning ditemukan dari analisis cara berpikir konsumen yang mengingat produk berdasarkan nilai atau keunggulan suatu produk dibanding produk lainnya. Dari pengertian tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Positioning adalah strategi komunikasi Komunikasi dilakukan untuk menjembatani merek produk dengan konsumen. Meski positioning bukanlah sesuatu yang dilakukan terhadap produk, komunikasi berhubungan dengan atribut-atribut yang secara fisik maupun non fisik melekat pada produk tersebut. 2. Positioning bersifat dinamis Persepsi konsumen terhadap suatu merek produk bersifat relatif terhadap persaingan. Bila pasar berubah, pemimpin pasar jatuh atau pendatang baru berhasil menguasai pasar, maka positioning merek produk tertentu bisa berubah pula, oleh karena itu positioning adalah strategi yang harus terus menerus dievaluasi, dikembangkan, dipelihara dan dibesarkan.
26
Thorik, Gunara & Utus,Hardiono, Sudibyo. Marketing Muhammad, Bandung, PT Karya Kita, 2007, Hal 22-23.
22
3. Positioning bersifat dengan atribut-atribut produk Konsumen
pada
dasarnya
tidak
membeli
produk,
tetapi
mengkombinasikan dengan atribut-atribut. Karena atribut inilah yang memberikan nilai kegunaan dan value tertentu bagi konsumen. 4. Positioning harus memberi arti dan arti itu harus penting bagi konsumen Atribut-atribut
yang
dianggap
penting
konsumen
juga
harus
mengandung arti tertentu bagi konsumen. 5. Positioning harus diungkapkan dalam bentuk pernyataan (statement positioning) Positioning harus dinyatakan dengan mudah, enak didengar dan harus dapat dipercaya 27 . 2.4.2. Strategi Positioning Posisi dari masing-masing merek dalam ingatan konsumen itulah yang disebut sebagai posisi merek produk. Semakin suatu merek semakin diingat oleh konsumennya semakin baik dampaknya, karena konsumen cenderung akan membeli produk yang paling diingatnya. Strategi positioning upaya mengatur produk agar dapat menempati suatu tempat atau posisi yang jelas dan khusus dibandingkan dengan produk pesaing dalam pikiran konsumen. Pernyataan positioning berhubungan erat dengan strategi komunikasi. Pernyataan positioning harus bisa mewakili citra yang akan 27
Endah, Muwarni, Dasar-Dasar Periklanan, Jakarta, Wacana Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama), 2004, Hal 90-91.
23
ditanamkan dibenak konsumen. Citra itu harus berupa hubungan yang asosiatif yang mencerminkan karakter suatu produk. Menurut Myers (1996) pernyataan positioning harus mengandung 2 (dua) unsur yaitu pernyataan yang unik dan bukti-bukti
yang
dikomunikasikan
menunjang. secara
intensif
Pernyataan untuk
positioning
"menanamkan"
tersebut
harus
dalam ingatan
konsumen 28 . Selain menggunakan atribut sebagai alat untuk mengembangkan pernyataan positioning, ada beberapa cara positioning yang digunakan praktisi pemasaran, yaitu: 1. Positioning berdasarkan karakteristik/perbedaan produk Memberi penekanan pada karakteristik spesifik dari suatu produk atau perbedaan suatu produk dibandingkan pesaing. 2. Positioning berdasarkan manfaat produk bagi konsumen Memberi penekanan pada manfaat atau keuntungan yang diperoleh konsumen. 3. Positioning berdasarkan pemakaian Positioning yang ditonjolkan dalam cara ini adalah mengasosiasikan merek dengan pemakaian atau penggunaan produk.
28
Ibid. Endah, Hal 93.
24
4. Positioning berdasarkan kelas/kategori produk Memberikan gambaran atau asosiasi tentang kelas atau kategori atau jenis dari suatu produk. 5. Positioning berdasarkan pesaing Posisi yang ditonjolkan dalam pendekatan ini yaitu suatu produk dikaitkan atau dihubungkan dengan produk pesaing. 6. Positioning berdasarkan pengguna atau pemakai Cara positioning ini mengasosiasikan suatu merek produk dengan tipe pengguna atau pelanggan. 7. Selebriti Pendekatan ini mengkaitkan orang terkenal atau selebriti dengan suatu merek produk tertentu. 8. Gaya hidup atau kepribadian Asosiasi sebuah merek dengan gaya hidup dapat diilhami oleh asosiasi para pelanggan merek tersebut dengan kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama 29 .
29
Ibid, Endah, Hal 94-96.
25
2.5 Logo Marketer biasanya mempunyai dua alternatif saat hendak memanfaatkan penggunaan simbol tertentu. Pertama, simbol yang sekaligus dijadikan sebagai logo. Dalam hal ini, simbol benar-benar menjadi elemen identitas merek yang vital. Ada banyak keuntungan dalam menggunakan simbol. Yang jelas, simbol yang kuat, akhirnya akan membentuk dan menjaga tingkat awareness dari suatu merek. Simbol yang kuat, akan memudahkan konsumen untuk lebih memahami sesuatu yang bersifat abstrak 30 . Apabila simbol sudah digunakan menjadi satu kesatuan dengan logo, maka perusahaan tentunya harus menggunakannya dalam jangka panjang. Sebab, jika simbol sering diganti, hasil yang didapatkan bukan konsumen menjadi jelas tetapi justru menambah kebingungan konsumen terhadap produk atau jasa terkait yang pada akhirnya akan sangat melemahkan brand identity dari produk atau jasa tersebut 31 . Hal yang berhubungan dengan nama merek adalah elemen desain grafis yang disebut logo merek. Guna mengidentifikasi merek-merek, berbagai perusahaan menggunakan logo-logo tanpa nama merek. Tidak semua merek menggemari suatu logo yang berbeda, tetapi banyak yang melakukannya.
30
Handi, Irawan, Smarter Marketing Moves, Jakarta, PT Elex Media Komputindo Kelomppok Gramedia, Jakarta, 2007, Hal 79 31 Ibid, Handi, Hal 80.
26
Secara umum bisa dikatakan, logo-logo yang baik adalah yang: 1. Mudah dikenali 2. Secara esensial membawa arti yang sama bagi seluruh anggota sasaran, dan 3. Menimbulkan perasaan yang positif 32 Walaupun berbagai logo tak diragukan lagi menampilkan peran komunikasi yang bisa dinilai dan pengaruh ekuitas merek yang melalui keduanya berdampak pada citra dan penyadaran merek, riset yang telah diterbitkan tentang logo sungguh mengejutkan karena ketiadaannya. Akan tetapi, studi topik tersebut dewasa ini menunjukkan bahwa strategi terbaik untuk meningkatkan kemampuan memuaskan dari suatu logo, adalah dengan memilih suatu desain yang secara moderat cukup diteliti menampilkan lebih dari sekedar gambar yang terlalu simpel atau terlalu kompleks. Dan juga, desain-desain natural ditemukan untuk menghasilkan respons-respons konsumen yang lebih menguntungkan.
2.6. Ekuitas Merek 2.6.1. Definisi Ekuitas Merek Ekuitas merek adalah seperangkat asset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi
32
Terence A, Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I edisi 5, Jakarta, Erlangga, 2003, Hal 306
27
nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan 33 . Menurut David A. Aaker, brand equity dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, semua kategori saling berhubungan satu sama lain sehingga tercipta suatu nilai baik dari pelanggan maupun perusahaan yaitu: 1. Brand awareness (kesadaran merek) adalah menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. 2. Brand association (asosiasi merek) adalah mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis dan lain-lain. 3. Perceived quality (persepsi kualitas) adalah mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan. 4. Brand loyalty (loyalitas merek) adalah mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk. 5. Other proprietary brand assets (asset-aset merek lainnya) 34 .
33
Darmadi Durianto, Sugiarto, Tony Sitinjak. Strategi Menaklukan Pasar, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2001, Hal 238. 34 Darmadi, Durianto, Sugiarto, Tony Sitinjak. Strategi Menaklukan Pasar, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2001, Hal 4.
28
2.6.2. Peran Ekuitas Merek Ekuitas merek merupakan aset yang dapat memberikan nilai tersendiri dimata pelanggan dalam menafsirkan, memproses dan menyampaikan informasi yang terkait dengan produk dan merek tersebut. Di samping memberi nilai bagi konsumen, ekuitas merek juga memberikan nilai bagi perusahaan dalam bentuk: 1. Ekuitas merek yang kuat dapat mempertinggi keberhasilan program dalam memikat konsumen baru atau merangkul kembali konsumen lama. Promosi yang dilakukan akan lebih efektif jika merek dikenal. 2. Empat dimensi brand equity: brand awareness, perceived quality, asosiasiasosiasi, dan asset merek lainnya dapat mempengaruhi alasan pembelian konsumen. Bahkan seandainya brand awareness, perceived quality, dan asosiasi-asosiasi tidak begitu penting dalam proses pemilihan merek, ketiganya tetap dapat mengurangi keinginan atau rangsangan konsumen untuk mencoba merek-merek lain. 3. Brand loyalty yang telah diperkuat merupakan hal penting dalam merespons inovasi yang dilakukan para pesaing. Brand loyalty adalah salah satu kategori brand equity yang dipengaruhi oleh kategori brand equity lainnya. 4. Brand association juga sangat penting sebagai dasar strategi positioning maupun strategi perluasan produk. Suatu analisis terhadap portofolio merek sangat diperlukan untuk mengetahui efektivitas dari perluasan merek yang telah dilakukan.
29
5. Salah satu cara memperkuat brand equity adalah dengan melakukan promosi besar-besaran yang membutuhkan biaya besar. 6. Brand equity yang kuat dapat digunakan sebagai dasar untuk pertumbuhan dan perluasan merek kepada produk lainnya atau menciptakan bidang bisnis baru yang terkait yang biayanya akan jauh lebih mahal untuk dimasuki tanpa merek yang dimiliki brand equity tersebut. 7. Brand equity yang kuat dapat meningkatkan penjualan karena mampu menciptakan loyalitas saluran distribusi. 8. Aset-aset brand equity lainnya memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan dengan memanfaatkan celah-celah yang tidak dimiliki pesaing 35 .
Kualitas merupakan bagian penggerak ekuitas merek. Karena kualitas ditentukan oleh seberapa baik pelanggan merasakannya. Kesadaran nama merupakan penggerak dari ekuitas merek secara keseluruhan: namun lebih terdiferensiasi adalah lebih baik. Kesadaran tanpa diferensiasi menghasilkan nama merek komoditi yang terkenal yang dapat menjadi menguntungkan secara marginal, menunjukan kecilnya loyalitas dan mudah hilang. Asosiasi merek dapat sangat membantu para konsumen dalam memproses informasi tentang suatu merek. Penggerak yang paling sering dilupakan dalam membangun ekuitas merek adalah loyalitas merek 36 .
35
Darmadi, Durianto, Sugiarto, Tony Sitinjak, Strategi Menaklukan Pasar, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. 2001. Hal 6-7. 36 Fandy, Tjiptono, Brand Management & Strategi, Yogyakarta, ANDI Yogyakarta, 2005.
30
2.7. Kesadaran Merek (Brand Awareness) 2.7.1. Definisi Kesadaran Merek (Brand Awareness) Brand awareness merupakan salah satu elemen inti dalam brand equity. Kesadaran (awareness) menggambarkan keberadaan merek di dalam pikiran konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan biasanya mempunyai peranan kunci dalam brand equity. Meningkatkan kesadaran adalah suatu
mekanisme
untuk
memperluas
pasar
merek.
Kesadaran
juga
mempengaruhi persepsi dan tingkah laku. Kesadaran merek merupakan kunci pembuka untuk masuk ke elemen lainnya. Jadi jika kesadaran itu sangat rendah maka hampir dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga rendah 37 . Brand awareness bukan hanya sekedar menyangkut apakah konsumen mengetahui nama merek dan pernah melihatnya, namun berkaitan dengan mengkaitkan merek (nama merek, logo, dan simbol, dan seterusnya) dengan asosiasi-asosiasi tertentu dalam memori konsumen. Ukuran brand awareness yang banyak dipakai adalah recall dan recogniton. Yang penting di sini bukanlah sekedar menjadi merek pertama yang disebut atau diingat konsumen, namun terciptanya asosiasi khusus antara nama merek dengan produk tertentu. Menurut ukuran MBE dan OBE (Yoo & Donthu, 2001) dalam brand awareness memiliki item spesifik seperti bisa mengenali X diantara merek-merek yang saling bersaing, tahu tentang X, karakteristik X gampang sekali diingat, bisa dengan cepat mengingat logo atau simbol X,
37
Darmadi, Durianto, Sugiarto dan Lie Joko Budiman, Brand Equity Ten Strategi Memimpin Pasar, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2004. Hal 6.
31
mengalami kesulitan dalam membayangkan X dibenak khalayak 38 . Peran brand awareness dalam brand equity tergantung pada tingkatan brand awareness yang paling rendah adalah brand recognition (pengenalan merek). Tingkatan berikutnya adalah tingkatan brand recall (pengingatan kembali merek) karena konsumen tidak perlu dibantu untuk mengingat merek. Tingkatan berikutnya adalah merek yang disebut pertama kali pada saat pengenalan merek tanpa bantuan yaitu Top of Mind (kesadaran puncak pikiran). Peran kesadaran merek dalam membantu merek dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana merek menciptakan suatu nilai. Penjelasan dari keempat nilai tersebut adalah sebagai berikut. a) Jangkar yang menjadi cantolan bagi asosiasi lain Suatu merek yang kesadaran tinggi akan membantu asosiasi-asosiasi melekat pada merek tersebut karena daya jelajah merek tersebut menjadi sangat tinggi dibenak konsumen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika kesadaran suatu merek rendah, suatu asosiasi yang diciptakan oleh pemasar akan sulit melekat pada merek tersebut. b) Familier/rasa suka Jika kesadadaran merek sangat tinggi, konsumen akan sangat akrab dengan merek kita, dan lama-kelamaan akan timbul rasa suka yang tinggi terhadap merek yang kita pasarkan.
38
Fandy, Tjiptono, Brand Management & Strategi, Yogyakarta, ANDI Yogyakarta, 2005.
32
c) Substansi /komitmen Kesadaran merek dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Sebuah merek dengan kesadaran konsumen tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: a) Diiklankan secara luas b) Eksistensi yang sudah teruji oleh waktu c) Jangkauan distribusi yang luas d) Merek tersebut dikelola dengan baik d) Mempertimbangkan merek Langkah pertama dalam suatu pembelian adalah menyeleksi merek-merek yang dikenal dalam suatu kelompok untuk mempertimbangkan dan diputuskan merek mana akan dibeli. Merek dengan top of mind yang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan dalam benak konsumen 39 .
Membangun brand awareness berarti membuat pelanggan mengerti kategori produk/layanan di mana brand tersebut bersaing. Keberhasilan brand awareness sangat tergantung pada seberapa jauh pelanggan mengerti bahwa merek dirancang untuk memenuhi kebutuhan mereka 40 . David A. Aaker dalam
39
Darmadi, Durianto, Sugiarto dan Lie Joko Budiman, Brand EquityTen Strategi Memimpin Pasar, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2004, Hal 8.
40
Agus W, Soehadi, Effective Branding, Bandung, Quantum Bisnis & Manajemen PT Mizan Pustaka, 2005.
33
buku Brand Leadership menjelaskan bahwa dua pendekatan yang dapat digunakan dalam merumuskan identitas merek adalah: a) Apa fungsi dan manfaat utama dari merek? b) Seberapa
jauh
merek
dapat
merepresentasikan
personifikasi
pelanggan?
2.7.2. Pengukuran Brand Awareness Pengukuran brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori tertentu 41 .
Puncak Pikiran (Top of Mind)
Pengingatan kembali Merek (Brand Recall)
Pengenalan merek (Brand Recognition)
Tidak menyadari mrek (Brand Unware)
Gambar 2.5.2: Piramida Brand Awareness 42
41
Opcit, Darmadi, Hal 55-59. Darmadi, Durianto, Sugiarto, Tony Sitinjak, Strategi Menaklukan Pasar, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2001, Hal 55. 42
34
Pengukuran brand awareness didasarkan kepada pengertian-pengertian dari brand awareness yang mencakup tingkatan brand awareness menurut David A. Aaker, yaitu Top of Mind (Puncak pikiran), Brand Recall (Pengingatan kembali merek) dan Brand Recognition (Pengenalan merek). Informasi dapat diperoleh dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) yang berisi pertanyaan tunggal atau pertanyaan jamak. 1. Top of Mind Menggambarkan merek yang pertama kali diingat responden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya tentang suatu kategori produk. Top of mind adalah single respons question, artinya satu responden hanya boleh memberikan satu jawaban untuk pertanyaan. 2. Brand Recall Pengingatan kembali merek mencerminkan merek-merek apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Brand recall merupakan multi response questions yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu. 3. Brand Recognition Pengenalan brand awareness merupakan pengukuran brand awareness responden di mana kesadarannya diukur dengan diberikan bantuan.
35
4. Brand Unware Tidak mengenal merek sama sekali atau tidak tahu ketika ditunjukkan produknya 43 .
2.7.3. Mencapai Kesadaran Pengenalan merek merupakan ukuran brand awareness responden. Pengenalan merek sangat penting untuk mengetahui sampai tingkat mana para pembeli mengetahui ciri-ciri suatu merek. Dalam hal ini pengenalan merek merupakan pengenalan atribut merek secara fisik, seperti warna, ukuran dan bentuk sehingga kemasan dan desain produk sangat penting. Kesan merek keseluruhan terbentuk dari tiga elemen, yaitu: 1. Pengenalan merek (brand recognition) 2. Sikap konsumen (Attiude) 3. Kepercayaan konsumen terhadap produk Pengenalan maupun pengingatan merek akan melibatkan upaya mendapatkan identitas nama dan menghubungkannya ke kategori produk. Agar brand awareness dapat dicapai dan diperbaiki dapat ditempuh beberapa cara berikut: a. Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda dan istimewa dibandingkan dengan lainnya serta harus ada hubungan antara merek dengan kategori produknya.
43
Darmadi, Durianto, Sugiarto, Tony Sitinjak, Strategi Menaklukan Pasar, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2001, Hal 55-59.
36
b. Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga membantu konsumen untuk mengingat merek. Karena jingle tersebut dapat menjadi alat yang jitu dalam menciptakan kesadaran. c. Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol yang dipakai dapat dihubungkan dengan mereknya. Sebuah simbol mengandung pencitraan visual yang jauh lebih mudah diketahui dan diingat kembali daripada sebuah kata atau frase. d. Publisitas jauh lebih murah dibandingkan dengan iklan media namun juga lebih efektif jika produk yang diiklankan tersebut tidak bernilai berita suatu peristiwa. e. Dengan mensponsori suatu kegiatan akan lebih mudah dalam memelihara kesadaran akan merek. f. Perluasan nama merek dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai kategori produk, merek atau keduanya. g. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan44 .
44
David, A.Aaker, Manajemen Ekuitas Merek: Memanfaatkan Nilai dari Suatu Merek, Jakarta , Terj. Aris Ananda Spektrum, 1997, Hal 9.
37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Sifat Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, tipe atau sifat yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui atau menguraikan tentang sifat-sifat (karakteristik) dari suatu keadaan (keadaan prasarana, konsumen, pasar) pada waktu tertentu. Pengertian deskriptif yaitu hanya memaparkan situasi atau peristiwa yang diperoleh dari data lapangan, guna mendapatkan fakta yang tepat dan sebagaimana adanya. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah: a. Menggambarkan mekanisme sebuah proses, b. Menciptakan seperangkat kategori atau pola 45 .
45
Bambang, Prasetyo, dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2005, Hal 42-43.
37
38
3.2. Metode Penelitian Untuk dapat mengetahui brand awareness terhadap StarOne, maka metode penelitian yang penulis gunakan adalah dengan menggunakan metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian survei adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok 46 .
3.3 Tehnik Pengumpulan Data 3.3.1 Data Primer a. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, kuesioner dikirim kembali atau dikembalikan ke peneliti 47 . Kuesioner berisikan daftar pertanyaan yang mengukur variabel-variabel, hubungan di antara variabel yang ada, atau juga pengalaman atau opini dari responden. b. Selain itu, peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan dan melengkapi data yang lebih akurat sesuai dengan pokok permasalahan. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
46 47
Singaribun, Masri dan Sofyan, Effendi,. Metode Penelitian Survei, Jakarta, LP3ES, 1989, Hal 18
Burhan, Bungin, Metodelogi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta, Prenada Media, 2005, Hal 123.
39
memberikan jawaban atas pertanyaan itu 48 . Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan Manager Starone sejabotabek yaitu Bpk.Nandang Prihantoro. 3.3.2. Data Sekunder Dengan
melakukan
studi
kepustakaan
yaitu
dengan
mengadakan
pengumpulan bahan-bahan atau data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, sebagai studi perbandingan dari berbagai buku yang berkaitan dengan penelitian. Khususnya studi kepustakaan mengenai brand awareness yang didapat dari buku, serta sumber tertulis lainnya yang relevan.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang menjadi sasaran dalam suatu penelitian. Atau wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan 49 . Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa/mahasiswi Universitas Mercu Buana. Adapun alasan penulis memilih mahasiswa Universitas Mercu Buana karena target sasaran StarOne yaitu berusia antara 18 - 35 tahun dan mereka yang menginginkan tarif murah. Menurut Bpk. Nandang Prihantoro selaku Manajer StarOne sejabotabek sebagian besar pasar telekomunikasi menginginkan tarif
48
Lexy J, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2004.
49
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung, CV Alfabeta, 2001.
40
murah dan salah satunya yang meninginkannya yaitu mahasiswa. Dari hasil yang didapat melalui riset populasi kepada bagian Biro Administrasi Akademik (BAA) dari keseluruhan Mahasiswa Universitas Mercu Buana yang aktif adalah sebanyak 5749 orang. 3.4.2
Penarikan Sampel Sampel adalah orang yang berasal dari suatu populasi dan dianggap
mewakili populasi tersebut. Tehnik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan sampling probabilitas. Tehnik penarikan sampel probabilitas adalah suatu tehnik penarikan sampel yang mendasarkan pada setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel 50 . Dengan kesempatan yang sama ini, hasil dari suatu penelitian tidak dapat digunakan untuk memprediksi populasi. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tehnik sampling acak sederhana (simple random sampling) yang dijadikan sebagai responden. Tehnik acak sederhana (simple random sampling). Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah beberapa mahasiswa/mahasiswi Universitas Mercu Buana. Untuk menentukan besaran sampel dengan menggunakan rumus Taro Yamane 51 : n=
N Nd² + 1
50
Bambang, Prasetyo, dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2005, Hal 121.
51
Burhan, Bungin, Metodelogi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta, Prenada Media, 2005, Hal 105.
41
Keterangan: n
: Jumlah sampel yang dicari
N
: Jumlah populasi
d
: Nilai presisi (ditentukan dalam contoh ini sebesar 90% atau a= 0.1)
n=
n=
5749 (5749) (0,1)² + 1 5749 58,49
= 98
3.5 Definisi Konsep 3.5.1 Merek (Brand) Merek adalah nama, istilah, simbol atau rancangan atau kombinasi halhal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. 3.5.2 Kesadaran (Awareness) Kesadaran (awareness) menggambarkan keberadaan merek di dalam pikiran konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan biasanya mempunyai peranan kunci dalam brand equity. 3.5.3 Brand Awareness (Kesadaran Merek) Kesadaran merek (Brand Awareness) kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori tertentu.
42
3.6 Operasional Konsep Dalam penelitian ini, penulis akan mengukur tingkat brand awareness dengan mengajukan sejumlah pertanyaan dalam kuesioner Secara lebih jelas dalam mengukur tingkat brand awareness terhadap StarOne dioperasionalisasikan sebagai berikut:
Tabel 3.6 Operasionalisasi Konsep
Variabel
Dimensi
Brand Awareness
Top of Mind
Indikator Responden menyebutkan merek operator seluler CDMA pertama kali diingat.
Brand Recall
Responden diminta untuk menyebutkan beberapa merek operator seluler CDMA yang lain.
Brand Recognition 1. Responden dibantu dengan pertanyaan yang menyebutkan merek-merek operator seluler CDMA,termasuk didalamnya StarOne. 2. Diberi 3 contoh logo, responden diminta untuk memilih yang mana logo StarOne. 3. Mengenal StarOne dengan memilih media iklan. Brand Unware
Diberi pertanyaan tentang merek operator seluler CDMA yang tidak diketahui responden
43
3.7 Tehnik Analisis Data Setelah kuesioner sudah disebarkan, data hasil penelitian dikumpulkan oleh peneliti. Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan oleh peneliti adalah bagaimana menganalisis data yang telah diperoleh tadi. Langkah ini diperlukan untuk menyusun dan menginterpretasikan data (kuantitatif) yang sudah diperoleh. Data-data yang berhasil dikumpulkan dari penyebaran kuesioner di lapangan akan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif melalui suatu pengolahan yang terdiri dari tahap pengolahan yang terdiri dari tahap mengedit semua data yang masuk, kemudian membuat kategori jawaban 52 . Analisa yang penulis lakukan menggunakan analisis univariat. Analisis univariat adalah analisis terhadap satu variabel. Dalam analisis univariat ini penulis menggunakan distribusi frekuensi atau tabel frekuensi, yaitu susunan data dalam suatu tabel yang telah diklasifikasikan menurut kelas atau kategori-kategori tertentu. Setelah itu dilakukan tabulasi data yang pada akhirnya disajikan dalam bentuk frekuensi. Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan prosentase terhadap data profil responden, brand awareness dan lain-lain, lalu disajikan dalam bentuk tabel.
52
Manase, Malko dkk. Materi Pokok Metode Penelitian Sosial, Modul5, Komunikan , Jakarta, 1985, hal 167.
44
Rumus Prosentase, yaitu: P= f/n x 100% Keterangan: P: Prosentase f: Frekuensi jawaban responden n: Jumlah responden
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2008. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Mercu Buana Jakarta Barat. Dalam penelitian ini penulis akan membahas mengenai brand awareness khalayak terhadap operator seluler CDMA StarOne. Untuk mengetahui brand awareness melalui penyebaran kuesioner, maka jumlah item pertanyaan sebanyak 16 buah, setiap responden memiliki pandangan yang berbeda-beda dari brand awareness itu sendiri terhadap operator seluler CDMA khususnya StarOne. Penulis menyebarkan 115 kuesioner dari 98 sampel yang diambil dan yang menjadi human error sebanyak 2 kuesioner dikarenakan responden tidak mengisi jawaban yang penulis ajukan pertanyaannya . 4.1. Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia dan jenis kelamin responden dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
45
46
4.1.1. Usia Tabel 4.1.1. Tabel Usia Responden No
Usia
Frekuensi
Persentase
1
19
58
60%
2
20
13
13%
3
21
14
14%
4
22
10
10%
5
23
3
3%
Jumlah
98
100%
Sumber pertanyaan no 1 dari identitas responden
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari 98 responden yang tertera pada tabel 4.1.1, responden yang berusia 19 tahun berjumlah 58 responden (60 %), responden yang berusia 20 tahun berjumlah 13 responden (13 %), responden yang berusia 21 tahun berjumlah 14 responden (14 %), responden yang berusia 22 tahun berjumlah 10 responden (10 %) sedangkan yang berusia 23 tahun berjumlah 3 responden (3 %).
4.1.2. Jenis Kelamin Tabel 4.1.2 Tabel Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase
1
Laki - laki
39
40%
2
Perempuan
59
60%
Jumlah
98
100%
Sumber pertanyaan no 2 dari identitas responden
47
Berdasarkan dari hasil jawaban dari 98 responden yang tertera pada tabel 4.1.2, dilihat dari segi jenis kelamin responden. Jumlah responden laki-laki sebanyak 39 responden (40 %) sedangkan jumlah perempuan yang menjadi responden sebanyak 59 responden (60 %).
4.2. Berdasarkan Piramida Brand Awareness Hasil penelitian ini diukur melalui tingkatan piramida brand awareness yang meliputi: 1. Top of Mind : Merek yang disebutkan pertama kali disebutkan oleh khalayak. 2. Brand Recall : Pengingatan kembali merek mencerminkan merek-merek apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. 3. Brand Recognition : Pengenalan brand awareness merupakan pengukuran brand awareness responden dimana kesadarannya diukur dengan diberikan bantuan. 4. Brand Unware : Tidak mengenal merek sama sekali atau tidak tahu ketika ditunjukkan produknya. Dari tiap-tiap tingkatan brand awareness yang diteliti akan ditabulasikan data yang berisi operator seluler CDMA yang ada. Berikut ini hasil penelitian brand awareness terhadap operator seluler CDMA adalah sebagai berikut:
48
4.2.1 Top of Mind Untuk mengukur tingkat top of mind akan dilihat dari responden yang menyebutkan merek operator seluler CDMA yang pertama kali diingat. Tabel 4.2.1 Top of Mind – Brand Awareness No Operator Seluler CDMA 1 Esia 2 Flexi 3 Fren 4 Starone 5 Smart Jumlah
Frekuensi 84 10 2 2 0
Persentase 86% 10% 2% 2% 0%
98
100%
Sumber pertanyaan no 1
Dari tabel 4.2.1 dapat diketahui bahwa 98 responden terdapat 84 responden (86%) menyebutkan Esia sebagai operator seluler CDMA yang pertama kali diingatnya. Sebanyak 10 responden (10 %) menyebutkan Flexi sebagai operator seluler CDMA yang pertama mereka ingat, sebanyak 2 responden (2 %) menyebutkan Fren sebagai operator seluler CDMA yang pertama diingat, dan juga sebanyak 2 responden (2 %) orang paling mengingat merek StarOne, sedangkan untuk Smart sendiri tidak ada responden yang mengingat pertama kali atau tidak memperoleh angka top of mind untuk kategori operator seluler CDMA. Melalui tabel 4.2.1 dapat dilihat bahwa operator seluler CDMA Esia yang menduduki posisi Top of Mind pertama, padahal merek Flexi merupakan
49
memimpin pasar operator seluler CDMA. Hal ini mungkin disebabkan iklan TV Esia yang cukup gencar, sehingga kesadaran terhadap merek Esia tetap terjaga.
4.2.2. Brand Recall Untuk menggali informasi tentang brand recall, responden diminta menyebutkan merek operator seluler CDMA lain yang mereka ketahui atau setelah responden menyebutkan operator seluler CDMA yang pertama kali mereka ingat (Top of Mind). Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel 4.2.2 Brand Recall – Brand Awareness No Operator Seluler CDMA 1 Flexi
Frekuensi 86
Persentase 88%
2
Fren
65
66%
3 4
Starone Smart
52 47
53% 48%
5 6
Esia Axis
14 2
14% 2%
Sumber pertanyaan no 2
Hasil penelitian menunjukkan merek operator seluler CDMA Flexi mempunyai tingkat yang paling tinggi, yaitu 86 responden (88%). Urutan kedua ditempati oleh Fren, yaitu 65 responden (66%). Urutan ketiga ditempati oleh StarOne sebanyak 52 responden (53%). Urutan keempat diduduki oleh Smart yang berjumlah 47 responden (48%), sedangkan untuk urutan yang terakhir ditempati oleh Esia, yaitu 14 responden (14%).
50
Namun ada pula responden yang salah menyebutkan merek produk (yaitu bukan operator seluler CDMA), seperti merek Axis yang merupakan kategori produk GSM. Dilihat dari tabel 4.2.2 menunjukkan bahwa operator seluler CDMA StarOne pada tahap brand recall berada pada posisi ketiga dari 3 (tiga) operator seluler CDMA. Peringkat yang ideal di sini adalah peringkat yang paling rendah, karena peringkat yang paling rendah berarti merek itu telah disebut pertama kali oleh responden. Jadi pada tahap ini Esia kebanyakkan disebut sebagai top of mind, disusul oleh Flexi, Fren, StarOne dan Smart.
4.2.3. Brand Recognition Untuk melihat ukuran dalam tingkat brand recognition akan dilihat responden yang ditanyakan tentang keberadaan operator seluler CDMA pada umumnya dan operator seluler CDMA StarOne pada khususnya dimana kesadarannya diukur dengan diberikan bantuan. Pertanyaan yang diajukan kepada responden: ”Apakah Anda mengenal operator seluler CDMA ...?”. Bila responden menjawab YA, tetapi belum mencantumkan merek tersebut pada jawaban pertanyaan sebelumnya (Brand Recall), maka merek tersebut merupakan Brand Recognition. Bila responden menjawab TIDAK, maka merek tersebut merupakan Unware Brand. Hasil yang diperoleh sebagai berikut:
51
Tabel 4.2.3.1 Brand Recognition Flexi – Brand Awareness No 1 Ya. Saya mengenalnya setelah mengisi kuestioner ini 2
Tidak mengenal sama sekali
Frekuensi 2
Persentase 2%
0
0%
Sumber pertanyaan no 7
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah orang yang harus diingatkan keberadaan merek operator seluler CDMA Flexi sebanyak 2 responden (2%) dari 98 responden. Dengan demikian sebanyak 2% dari responden yang harus diingatkan dalam pengenalan kesadaran. Tabel 4.2.3.2 Brand Recognition Esia – Brand Awareness No 1 Ya. Saya mengenalnya setelah mengisi kuestioner ini 2 Tidak mengenal sama sekali
Frekuensi 0
Persentase 0%
0
0%
Sumber pertanyaan no 8
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap brand recogniton operator seluler CDMA Esia tidak perlu melakukan pengingatan kembali, karena dari 98 responden sudah menempati Top of Mind dan Brand Recall. Tabel 4.2.3.3 Brand Recognition Fren – Brand Awareness No 1 Ya. Saya mengenalnya setelah mengisi kuesioner ini 2 Tidak mengenal sama sekali Sumber pertanyaan no 9
Frekuensi 23
Persentase 23%
8
8%
52
Pada tabel 4.2.3.3 hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah orang yang harus diingatkan keberadaan merek operator seluler CDMA Fren sebanyak 23 responden (23%) dari 98 responden. Dan responden yang tidak mengetahui keberadaan merek operator seluler CDMA Fren, sebanyak 8 responden (8 %). Dengan demikian sebanyak 31% dari responden yang harus diingatkan dalam pengenalan kesadaran. Tabel 4.2.3.4 Brand Recognition Smart – Brand Awareness No Frekuensi Persentase 1 Ya. Saya mengenalnya setelah mengisi 33 34% kuestioner ini 2 Tidak mengenal sama sekali 18 18% Sumber pertanyaan no 10
Pada tabel di atas hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah orang yang harus diingatkan keberadaan merek operator seluler CDMA Smart sebanyak 33 responden (34%) dari 98 responden. Dan responden yang tidak mengetahui keberadaan merek operator seluler CDMA Smart, sebanyak 18 responden (18 %). Dengan demikian sebanyak 52% dari responden yang harus diingatkan dalam pengenalan kesadaran. Tabel 4.2.3.5 Brand Recognition StarOne – Brand Awareness No 1 Ya. Saya mengenalnya setelah mengisi kuestioner ini 2 Tidak mengenal sama sekali Sumber pertanyaan no 11
Frekuensi 31
Persentase 32%
13
13%
53
Pada tabel 4.2.3.5 hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah orang yang harus diingatkan keberadaan merek operator seluler CDMA StarOne sebanyak 31 responden (32%) dari 98 responden. Dan responden yang tidak mengetahui keberadaan merek operator seluler CDMA StarOne, sebanyak 13 responden (13%). Dengan demikian sebanyak 45 % dari responden yang harus diingatkan dalam pengenalan kesadaran.
4.3. Berdasarkan Pengguna atau Pemakai Dalam sub bab ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu pengguna operator seluler GSM dan pengguna operator seluler CDMA. Tujuan dalam pertanyaan ini adalah untuk mengetahui keputusan pembelian yang dipilih konsumen dalam menggunakan jasa operator seluler GSM dan CDMA. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. 4.3.1. Pengguna Operator Seluler GSM dengan Alasannya Tabel 4.3.1.1 Jumlah Pemakai/User Operator Seluler GSM No 1 2 3 4 5 6 7
Merek Operator Seluler GSM IM3 SIMPATI MENTARI 3 AXIS XL AS
Sumber pertanyaan no 3 bagian (1)
Frekuensi 74 9 6 5 3 2 1
Persentase 76% 9% 6% 5% 3% 2% 1%
54
Dalam tabel di atas menunjukkan dalam pengguna operator GSM pengguna merek IM3 paling dominan, hal ini terlihat dari hasil penelitian yaitu 74 responden (76%) dari 98 sampel yang diambil, untuk merek Simpati sebanyak 9 responden (9%), Mentari sebanyak 6 responden (6%), 3 (three) sebanyak 5 responden (5%), Axis sebanyak 3 responden (3 %), sedangkan XL hanya 2 responden (2%), dan yang terakhir adalah As yaitu sebanyak 1 responden (1%) dari 98 sampel yang diambil. Tabel 4.3.1.2 Alasan Menggunakan Operator Seluler GSM Pilihan Jawaban No Operator Seluler GSM Murah Tarif Sinyal Bagus
Lain - lain
1
IM3
35 (36 %)
36 (37 %)
Banyak dipakai anak muda, jangkauan luas,banyak gratisan
2
SIMPATI
4 (4 %)
2 (2 %)
Fitur internet dan faktor lingkungan keluarga
3
MENTARI
2 (2 %)
3 (3 %)
Fitur lengkap
4
3
3 (3 %)
2 (2 %)
SMS ke semua operator gratis
5
AXIS
3 (3 %)
0 (0 %)
6
XL
1 (1 %)
0 (0 %)
7
AS
0 (0 %)
1 (1 %)
Sumber pertanyaan no 4
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa alasan dari 98 responden keputusan yang dilakukan konsumen terhadap jasa operator seluler GSM yang digunakan dalam memilih operator seluler adalah karena tarifnya yang murah dan sinyal yang bagus, selebihnya karena faktor lain seperti faktor lingkungan, layanan jasa yang dapat memuaskan pelanggan.
55
4.3.2. Pengguna Operator Seluler CDMA dengan Alasannya
Tabel 4.3.2.1 Jumlah Pemakai/User Operator Seluler CDMA No Merek Operator Seluler CDMA Frekuensi 1 ESIA 64 2 FLEXI 6 3 STARONE 1 4 SMART 1 5 FREN 0
Persentase 65% 6% 1% 1% 0%
Sumber pertanyaan no 3 bagian (2)
Dalam tabel di atas menunjukkan dalam pengguna operator CDMA pengguna merek Esia paling dominan, hal ini terlihat dari hasil penelitian yaitu 64 responden (65%) dari 98 sampel yang diambil memilih Esia, untuk merek Flexi sebanyak 6 responden (6%), StarOne sebanyak 1 responden (1%), Smart sebanyak 1 responden (1%), dan yang terakhir Fren pada penelitian ini tidak ada yang menggunakan Fren. Tabel 4.3.2.2 Alasan Menggunakan Operator Seluler CDMA Pilihan Jawaban No Operator Seluler CDMA Murah Tarif Sinyal Bagus
Lain - lain
1
ESIA
60 (61 %)
0 (0 %)
Teman banyak yang pakai, sudah 1 paket dengan HP
2
FLEXI
5 (5 %)
1 (1 %)
Telepon ke sesama operator gratis
3
STARONE
1 (1 %)
0 (0 %)
4
SMART
1 (1 %)
0 (0 %)
5
FREN
0 (0 %)
0 (0 %)
Sumber pertanyaan no 5
56
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa alasan dari 98 responden keputusan yang dilakukan konsumen terhadap jasa operator seluler CDMA yang digunakan dalam memilih operator seluler adalah karena tarifnya yang murah dan sinyal yang bagus, selebihnya karena faktor lain seperti faktor lingkungan dan layanan fitur yang dapat memuaskan pelanggan. yang paling dominan dalam memilih operator seluler khususnya CDMA karena tarifnya yang murah dan sinyal yang bagus, selebihnya karena faktor lain.
4.4. Faktor kenginan untuk pindah ke operator seluler lain Tabel 4.4 Faktor keinginan untuk pindah ke operator seluler lain No Operator Seluler 1 2 3 4 5
Simpati Flexi Esia XL Opsel baru Jumlah
Pilihan Jawaban Ya Tidak 4 (4%) 4 (4%) 1 (1%) 87 (89%) 1 (1%) 1 (1%) 11 (11%) 87 (89%) 98 (100%)
Sumber pertanyaan no 6
Pada tabel 4.4 di atas penulis memberikan pertanyaan terhadap 98 responden mengenai untuk masa yang akan datang, apakah responden ingin pindah ke merek lain? Dari keseluruhan, baik operator seluler GSM dan CDMA yang memilih jawaban YA dari 98 responden yang ingin pindah ke operator seluler yaitu Simpati sebanyak 4 responden (4%), Flexi sebanyak 4 responden
57
juga (4%), Esia sebanyak 1 responden (1%), XL sebenyak 1 responden (1%) dan yang terakhir apabila ada merek operator seluler yang baru keluar akan menjadi pilihan untuk pindah ke yang lain sebanyak 1 (1%). Dan yang memilih jawaban TIDAK dari 98 responden, sebanyak 87 responden (88%). Disini dapat dilihat tingkat keloyalan responden lebih dominan daripada yang tidak loyal.
4.5. Sumber pengetahuan responden terhadap merek operator seluler CDMA Starone Penelusuran lebih lanjut mengenai sumber pengetahuan responden terhadap merek operator seluler CDMA StarOne diperoleh dengan mengajukan pertanyaan: ”Dari mana Anda mengetahui operator seluler CDMA StarOne. Hasilnya tercantum pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5.1 Sumber Pengetahuan terhadap operator seluler CDMA Starone
No 1 2 3 4 5 6 7
Sumber Media Iklan diRadio Majalah Teman Surat Kabar Tabloid Iklan di TV Papan Reklame
Sumber pertanyaan no 12
Frekuensi 11 6 10 7 5 73 7
Persentase 11% 6% 10% 7% 5% 74% 7%
58
Dari penjabaran tabel 4.5.1 di atas sumber pengetahuan merek terhadap operator seluler CDMA StarOne adalah sebanyak 73 responden (74%) mengetahui dari Iklan di TV, 11 responden (11%) mengetahui dari iklan di radio, 10 responden (10%) mengetahui dari Teman, 7 responden (7%) mengetahui dari surat kabar, 7 responden (7%) mengetahui dari papan reklame, 6 responden (6%) mengetahui dari majalah, dan 5 responden (5%) mengetahui dari tabloid. Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa iklan pada media ATL (Above The Line) di TV dan Radio merupakan alat promosi yang paling mempengaruhi khalayak di karenakan adanya audio visual. Informasi yang responden lihat dari media adalah sebagai berikut Tabel 4.5.2 Informasi yang terdapat dalam Media Iklan Starone No Pilihan Jawaban 1 Produk Starone 2 Program terbaru Starone 3 Event
Frekuensi 80 13
Persentase 82% 13%
5
5%
Sumber pertanyaan no 13
Dari hasil penelitian pada tabel di atas, perhatian responden terhadap informasi iklan StarOne pada media promosinya bahwa 80 responden (82%) mendapat informasi berupa produk StarOne, 13 responden (13%) mendapat informasi mengenai program terbaru StarOne dan sebanyak 5 responden (5%) mendapat informasi mengenai event yang dilakukan StarOne.
59
4.6. Pengenalan Responden terhadap logo operator seluler CDMA StarOne Tabel 4.6.1 Pengenalan Responden terhadap Logo Operator Seluler CDMA StarOne
No Keterangan 1 Ya 2 Tidak Jumlah
Frekuensi Persentase 93 95% 5 5% 98
100%
Sumber pertanyaan no 14
Dari hasil penjabaran pada tabel 4.6.1 dapat diketahui bahwa terdapat 93 responden (95%) mengatakan mengenal logo StarOne dan 5 responden (5%) mengatakan tidak mengenal logo operator seluler CDMA StarOne. Hasil penelitian terhadap logo operator seluler CDMA StarOne akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.6.2 Logo Operator Seluler CDMA Starone No 1 2
Keterangan A B
Frekuensi 0 93
Persentase 0% 95%
3
C
0
0%
Jumlah
93
95%
Sumber pertanyaan no 15
60
Keterangan : a.
b.
c.
Pada tahap ini responden disuruh memilih 3 contoh logo operator seluler CDMA StarOne yang sudah tersedia pada kuesoner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 93 responden (95%) mengetahui logo operator seluler CDMA StarOne, dimana 93 responden tersebut memberi pilihan jawaban yang benar yakni pada logo b. Penulis membuat 2 (dua) logo yaitu logo a dan c yang bertujuan untuk mengecoh responden, dan dalam 2 pilihan tersebut responden tidak ada yang memilih sama sekali.
4.7. Brand Unware Operator Seluler CDMA Tabel 4.7 Brand Unware – Brand Awareness No
Operator Seluler CDMA
Frekuensi
Persentase
1
Flexi
0
0%
2
Esia
0
0%
3
Fren
9
9%
4
Starone
15
15%
5
Smart
57
58%
Sumber pertanyaan no 16
61
Dalam tahap ini penulis memberi pertanyaan terhadap responden mengenai operator seluler CDMA yang paling tidak diketahui, pada tabel di atas menunjukkan bahwa Esia dan Flexi tidak masuk dalam tingkatan brand unware karena pada penelitian ini responden tidak memilih. Untuk merek Fren dalam tahap ini dipilih responden sebanyak 9 responden (9%), StarOne 15 responden (15%) dan Smart dipilih responden sebanyak 57 responden (58%).
4.8 Pembahasan Setelah melakukan penelitian dengan mengumpulkan data melalui penyebaran kuesioner pada tanggal 9 Desember 2008 di lingkungan Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta Barat dengan jumlah sampel sebanyak 98 responden dan melakukan wawancara kepada Manajer StarOne Sejabotabek yaitu Bpk. Nandang Prihantoro guna melengkapi data. Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti akan menjelaskan secara rinci pembahasan yang menjadi objek penelitian dan menganalisa semua data penelitian secara keseluruhan mengenai Brand Awareness khalayak terhadap operator seluler CDMA StarOne. Persaingan yang ketat antar operator seluler terutama CDMA menegaskan bahwa awareness itu merupakan langkah awal untuk menuju ke arah pembelian produk atau jasa, apabila khalayak tidak aware terhadap suatu merek, maka dapat dipastikan merek tersebut tidak akan menjadi pilihan masyarakat dikarenakan tidak memiliki pengetahuan sama sekali mengenai merek tersebut. Karena awareness berfungsi untuk menciptakan kesadaran
62
calon konsumen akan mereknya, calon konsumen dapat membentuk sikap positif terhadap merek tersebut dan mungkin akan muncul niat untuk membeli merek tersebut, ketika timbul keinginan untuk membeli suatu produk di masa yang akan datang. Mengacu pada brand awareness yang dikemukakan David A.Aaker yang dibagi dalam beberapa kategori yang pertama adalah puncak pikiran dimana merek kategori produk tertentu disebut pertama kali dengan tanpa bantuan. Kedua, pengingatan kembali merek dimana responden diminta untuk menyebutkan beberapa merek kategori produk dengan tidak diberikan bantuan. Ketiga, pengenalan kembali merek dimana responden dengan diberikan alat bantuan. Dan yang terakhir adalah brand unware dimana responden tidak mengenali produk dalam kategori tertentu. Pada tahap Top of Mind brand Awareness, operator seluler CDMA StarOne menempati urutan keempat setelah Esia, Flexi, dan Fren yaitu sebesar 2 responden (2%). Tahap Brand Recall operator seluler CDMA StarOne menempati urutan ketiga sebanyak 52 responden (53%). Untuk Brand Recognition operator seluler CDMA StarOne, sebanyak 31 responden (32%), dan untuk Unware Brand sebanyak 13 responden (13%) responden tidak mengenali sama sekali operator seluler CDMA StarOne, ini semua dilihat dari jumlah 98 responden yang menjadi sampel penelitian. Mengacu pada
hasil penelitian dalam tahap top of mind (puncak
pikiran) terbukti bahwa merek Esia paling diingat oleh sebagian besar responden, posisi kedua ditempati oleh merek Flexi. Hal ini memang mungkin
63
karena kedua merek ini memegang pangsa pasar operator seluler CDMA terbesar di Indonesia. Dan pada tahap brand recall yaitu pengingatan kembali merek dimana responden diminta untuk menyebutkan beberapa merek kategori produk dengan tanpa bantuan. Dalam tahap ini merek StarOne mendapatkan 52 responden (53%). Peringkat yang ideal di sini adalah peringkat yang rendah, karena peringkat yang rendah berarti merek itu telah disebut pertama kali oleh responden. Jadi pada tahap ini Esia kebanyakkan disebut sebagai top of Mind, disusul oleh Flexi, Fren, StarOne dan Smart. Dilihat dari hasil tersebut, semakin suatu merek semakin diingat oleh konsumennya, semakin baik dampaknya, karena konsumen cenderung akan membeli produk yang paling diingatnya. Ini terlihat dengan hasil prosentase dalam pengguna operator seluler CDMA, hasil membuktikan merek StarOne dari 98 sampel yang diambil hanya 1 (1%) responden yang menggunakan CDMA StarOne, selebihnya yang memakai operator seluler CDMA Esia sebanyak 64 responden (65%), Flexi sebanyak 6 responden (6%) dan merek Smart dipakai sebanyak 1 responden (1%). Dalam tahap brand recognition yaitu pengenalam merek dimana responden dibantu dengan alat bantuan. Dalam penelitian ini penulis melakukan dengan menggunakan bantuan logo, logo disini berfungsi sebagai membentuk dan menjaga tingkat awareness dari suatu merek, mudah dikenali, secara esensial membawa arti yang sama bagi seluruh anggota sasaran, dan menimbulkan perasaan yang positif. Hasil membuktikan pada tahap brand recognition dari operator seluler CDMA StarOne mendapat 31 responden
64
(32%). Pada tahap pengingatan kembali dengan menggunakan bantuan yaitu dengan menggunakan logo. Yang mengetahui logo StarOne sebanyak 93 responden (95%) dan yang tidak mengetahui logo StarOne sebanyak 5 responden (5%). Pada tahap unware brand merek operator seluler StarOne mendapatkan 13 responden (13%) yang tidak mengenali pada merek ini. Hal ini tentu saja kurang menguntungkan bagi penjualan, karena bila responden mengenal saja tidak, bagaimana timbul keingginan untuk membeli. Agar khalayak mengetahui keberadaan merek StarOne di pasar operator seluler CDMA dibutuhkan promosi, karena promosi merupakan salah satu kegiatan pemasaran yang berfungsi untuk mengarahkan dan menggiring konsumen kepada tindakan pembelian, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebut mereknya. Manajer StarOne menjelaskan, StarOne melakukan iklan pada ATL (Above the Line) dan BTL (Below the Line). Media periklanan yang dilakukan StarOne untuk ATL dengan menggunakan iklan di TV, radio dan media cetak, billboard. Untuk sekarang StarOne melakukan low profile dikarenakan operator seluler CDMA StarOne sedang mengatur irama dengan IM3 dan Mentari, bukannya tidak ada tapi dikurangi. Waktu itu StarOne gencar iklannya selama 3 bulan, dimulai pada bulan November 2007 s/d Januari 2008. Dan bukan tidak ada sama sekali promosi yang dilakukan StarOne, iklan StarOne tetap dilakukan. Untuk sekarang ini di radio masih ditayangkan seperti pada radio
65
Bahana Fm dan Gen Fm. Pada media cetak diiklankan pada koran-koran dan majalah. Dan untuk BTL sendiri dengan menggunakan flyer, poster, hanging mobile, spanduk,
x-banner dan umbul-umbul. StarOne menggunakan sales
promotion juga disetiap event-eventnya melalui Sales Promotion Girl (SPG) atau Sales Promotion Boy (SPB). Lalu, promosi StarOne juga menggunakan komunitas,
dengan
cara
meregistrasi
terlebih
dahulu
dan
pelanggan
mendapatkan percakapan gratis ke sesama pengguna StarOne. Dari hal yang dijelaskan oleh manajer StarOne dapat dibuktikan dari jumlah prosentase brand awareness terhadap operator seluler CDMA StarOne melalui media iklan yaitu responden memilih melalui media iklan di TV sebanyak 73 responden (74%) sebagai yang paling sering dilihat iklannya, lalu disusul melalui media iklan di radio 11%, faktor dari teman juga dapat mempengaruhi dalam peningkatan brand awareness, hal tersebut dibuktikan sebanyak 10% dan sisanya dipengaruhi oleh media lain seperti surat kabar, papan reklame, majalah dan tabloid. Positioning yang digunakan operator seluler CDMA StarOne dalam beriklan menggunakan yaitu dengan pendekatan dilakukan dengan mengkaitkan orang terkenal atau selebriti dan positioning berdasarkan pemakaian. Untuk positionng berdasarkan pemakaian di definisikan dengan cara mengasosiasikan merek dengan pemakaian atau penggunaan produk. Antara pendekatan tersebut saling berhubungan, karena manajer StarOne menjelaskan bahwa StarOne menggunakan endoser Nidji dikarenakan, dari survei yang dilakukan dari pihak StarOne mengatakan bahwa yang paling banyak menggunakan operator seluler
66
CDMA StarOne adalah anak muda. Terutama mereka yang masih pelajar atau mahasiswa, karena mereka masih belum punya penghasilan. Karena sebagian besar segmentasi pasar telekomunikasi menginginkan tarif murah adalah anak muda maka diambil icon band Nidji, itu asal usulnya. Dan Starone itu sendiri memberikan tarif murah terhadap konsumen yang menggunakan operator seluler
CDMA
Starone,
”NGORBIT (Ngobrol Irit)”
dengan
menggunakan
statement
positioning
67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan dengan jumlah sampel 98
responden yang berasal dari mahasiswa Universitas Mercu Buana tersimpulkan bahwa penelitian ini mengacu pada konsep Brand Equity dalam buku Strategi Menaklukkan Pasar yang dikemukakan oleh David A.Aaker dalam beberapa tingkatan yaitu Top of Mind, Brand Recall, Brand Recognition dan Brand Unware. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Mahasiswa Universitas Mercu Buana banyak yang menggunakan jasa operator seluler CDMA merek Esia dibandingkan merek lainnya yang sejenis terutama StarOne. 2.
Yang dihasilkan responden mengenai tingkat awareness operator seluler CDMA menerangkan bahwa: a) Pada tahap Top of Mind brand Awareness, operator seluler CDMA merek StarOne menempati urutan keempat setelah Esia, Flexi, dan Fren yaitu sebesar 2 responden (2%)Sedangkan peringkat pertama ditempati oleh Esia dengan jumlah 84 responden (86%). b) Pada tahap Brand Recall pada operator seluler CDMA StarOne mendapatkan 52 responden (53%).
67
68
c) Pada tahap Brand Recognition, responden harus diingatkan kembali tentang keberadaan operator seluler CDMA StarOne, sebanyak 32 responden (32%) dari 98 sampel penelitian. d) Sedangkan yang tidak mengenal sama sekali operator seluler CDMA StarOne sebanyak 13 responden (13%). Hal ini tentu saja kurang menguntungkan bagi penjualan, karena bila responden mengenal saja tidak, bagaimana timbul keingginan untuk membeli. Jadi sebanyak 44 responden (45%) responden harus diingatkan. 3. Semakin suatu merek semakin diingat oleh konsumennya, semakin baik dampaknya, karena konsumen cenderung akan membeli produk yang paling diingatnya. Ini terlihat dengan hasil prosentase dalam pengguna operator seluler CDMA, hasil membuktikan merek StarOne dari 98 sampel yang diambil hanya 1 (1%) responden yang menggunakan CDMA StarOne, selebihnya yang memakai operator seluler CDMA Esia sebanyak 60 responden (61%), Flexi sebanyak 5 responden (5%) dan merek Smart dipakai sebanyak 1 responden (1%) dan untuk merek Fren tidak ada responden yang menggunakan operator seluler tersebut. 4. Keputusan pembelian konsumen (Mahasiswa Universitas Mercu Buana) dalam memilih jasa operator seluler khususnya CDMA, dikarenakan menginginkan tarif murah yang diberikan jasa operator tersebut, kedua karena sinyal yang bagus dan yang terakhir karena adanya faktor-faktor lain seperti adanya faktor lingkungan dan layanan fitur operator yang dapat memuaskan konsumen.
69
5. Sumber pengetahuan terhadap operator seluler CDMA StarOne dari 98 mahasiswa yaitu, sebanyak 73 responden (74%) mengetahuinya melalui iklan-iklan di TV, sebanyak 11 responden (11%) mengetahui melalui iklan di Radio, sebanyak 10 responden (10%) mengetahui starone dari Teman, sebanyak 7 responden (7%) mengetahui dari surat kabar dan Papan Reklame, sebanyak 6 responden (6%) mengetahui Starone dari Majalah dan sebanyak 5 responden (5%) mengetahui StarOne dari Tabloid. 6. Logo merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi tingkat awareness konsumen juga, karena logo yang baik adalah logo yang mudah dikenali, membawa arti bagi seluruh anggota sasaran dan dapat menimbulkan perasaan positif. Pengenalan terhadap logo StarOne pada tahap recognition mampu memberikan pengaruh terhadap kesadaran responden, ini dibuktikan pada hasil penelitian bahwa dari 98 mahasiswa Universitas Mercu Buana yang dijadikan sampel sebanyak 93 responden (95%) mengetahui logo operator seluler CDMA StarOne.
5.2
Saran Setelah penulis melakukan penelitian dari hasil penelitian telah
diperoleh penulis ingin mengemukakan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi operator seluler StarOne sebagai operator seluler CDMA. 1) Walaupun operator seluler StarOne adalah produk dari Indosat, di mana Indosat merupakan salah satu perusahaan operator seluler terbesar kedua. Produk StarOne kurang mendapat perhatian lebih di mata masyarakat, ini
70
terlihat dari jumlah pengguna StarOne sebagai operator CDMA hanya mendapat 1 responden (1%) dari 98 sampel yang diambil. Apalagi dengan persaingan yang cukup ketat antara para operator seluler lainya. Oleh karena itu, saran untuk perusahaan jasa operator seluler CDMA StarOne hendaknya lebih meningkatkan program advertising StarOne dengan program yang lebih menarik dan menggunakan media yang lebih tepat guna meningkatkan brand awareness serta keputusan pembelian konsumen CDMA StarOne. 2) Selain itu, perusahaan jasa operator seluler CDMA StarOne sebaiknya mempertimbangkan sarana promosi lainnya di samping advertising agar kinerja dan tujuan perusahaan dapat tercapai dengan lebih baik. 3) Promosi sangat penting untuk meningkatkan awareness tetapi untuk memberikan layanan fitur yang lebih baik lagi tidak kalah penting juga. Walaupun fitur banyak tapi kalau kualitasnya tidak bagus berarti tidak ada bedanya, karena konsumen cenderung membeli suatu merek yang sudah dikenal (aware), karena dengan konsumen membeli merek yang sudah dikenal, maka mereka merasa aman, terhindar dari berbagai resiko pemakaian dengan asumsi bahwa merek yang sudah dikenal lebih dapat jaminan atas mutu barangnya . 4) Responden harus lebih memperhatikan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dengan penyebaran kuesioner, karena untuk penelitian kuantitatif diperlukan data agar dapat mewakili jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut yang ada agar dapat menjadi bahan evaluasi untuk jasa operator seluler CDMA StarOne nantinya.
KUESIONER BRAND AWARENESS KHALAYAK TERHADAP MEREK OPERATOR SELULER CDMA STARONE (Studi Deskriptif tentang Kesadaran Merek Operator Seluler CDMA StarOne pada Mahasiswa/i Universitas Mercu Buana)
I. Identitas Responden 1. Usia : a) 19
b) 20
c) 21
d) 22
e) 23
2. Jenis Kelamin: a) Laki-laki
b) Perempuan
II. Brand Awareness A. Top of Mind 1. Merek operator seluler CDMA apa yang paling Anda ingat? (sebutkan 1 saja) ................................................... B. Brand Recall 2. Selain merek operator seluler CDMA yang Anda sudah sebutkan di atas, merek operator seluler apalagi yang Anda ingat? (boleh lebih dari satu) 1) .................................................... 2) .................................................... 3) .................................................... 4) .................................................... 3. Saat ini Anda pengguna operator seluler apa? 1) GSM, sebutkan .......................... 2) CDMA, sebutkan ....................... 4. Jika Anda pengguna operator seluler GSM, alasannya menggunakan GSM yang Anda sebutkan di atas? a) Murah tarifnya b) Sinyalnya bagus c) Lainnya, ..................
5. Jika Anda pengguna operator seluler CDMA, alasannya mengunakan operator CDMA yang anda sebutkan di atas? a) Murah tarifnya b) Sinyalnya bagus c) Lainnya, ................... 6. Untuk masa yang akan datang, apakah Anda ingin pindah ke merek lain? a) Ya, sebutkan mereknya ........ b) Tidak
C. Brand Recognition 7. Apakah Anda mengenal operator seluler CDMA Flexi? a) Ya, dan saya mengenal dan telah menuliskannya di pertanyaan no. 1 dan no. 2 b) Ya, saya mengenal setelah mengisi pertanyaan ini c) Tidak mengenal sama sekali 8. Apakah Anda mengetahui merek operator seluler CDMA Esia? a) Ya, dan saya mengenal dan telah menuliskannya di pertanyaan no. 1 dan no. 2 b) Ya, saya mengenal setelah mengisi pertanyaan ini c) Tidak mengenal sama sekali 9. Apakah Anda mengetahui merek operator seluler CDMA Fren? a) Ya, dan saya mengenal dan telah menuliskannya di pertanyaan no. 1 dan no. 2 b) Ya, saya mengenal setelah mengisi pertanyaan ini c) Tidak mengenal sama sekali 10. Apakah Anda mengetahui merek operator seluler CDMA Smart? a) Ya, dan saya mengenal dan telah menuliskannya di pertanyaan no. 1 dan no. 2 b) Ya, saya mengenal setelah mengisi pertanyaan ini c) Tidak mengenal sama sekali
11. Apakah Anda mengetahui merek operator seluler CDMA StarOne? a) Ya, dan saya mengenal dan telah menuliskannya di pertanyaan no. 1 dan no. 2 b) Ya, saya mengenal setelah mengisi pertanyaan ini c) Tidak mengenal sama sekali 12. Dari mana Anda mengetahui operator seluler CDMA starOne? (jawaban dilingkari) a) Iklan di Radio
d) Surat Kabar
g) Papan Reklame
b) Majalah
e) Tabloid
h) Lainnya, .................
c) Teman
f) Iklan TV
13. Informasi apa yang Anda lihat dalam media tersebut? a) Produk starone itu sendiri b) Program terbaru starone c) event 14. Apakah Anda mengenal logo operator seluler CDMA starOne? a) Ya (lanjut ke no 15) b) Tidak 15. Menurut Anda manakah logo operator seluler CDMA starOne diantara 3 logo di bawah ini? a)
b)
c)
D. Unware Brand 16. Operator seluler CDMA apa yang paling Anda tidak kenali? a) Flexi
b) Esia
c) Fren
d) Starone
e) Smart
============= TERIMA KASIH ATAS BANTUAN ANDA ===============
IRNI DEWI KARTINI Jl. Teratai III No.6 Rt.03/06 Kec. Larangan, Kel. Larangan Indah Tangerang 15154 Email:
[email protected]
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Tempat dan tanggal lahir
: Jakarta, 21 April 1986
Jenis kelamin
: Wanita
Agama
: Islam
Handphone
: 0856-93008483
Status Pernikahan
: Belum Menikah
PENDIDIKAN
Pendidikan
: Universitas Mercu Buana FIKOM Jurusan Marketing Communication 2004 – 2009 SMA Hang Tuah 1 Jakarta
2001 – 2004
SLTP 219 Jakarta
1998 – 2001
SDN JOGLO 05 Pagi
1992 – 1998
PENGALAMAN
Pengalaman Organisasi : Palang Merah Remaja SLTP 219, Jakarta Barat. Paskibra SMA Hang tuah 1, Jakarta Selatan. Divisi Kreatif HMJ Pariwara (2004 s/d 2005) Sekretaris HMJ Pariwara (2005 s/d 2006) Pengalaman Kepanitiaan : Panitia acara Change Yourself Panitia FLad (Fun Leadership Advertising) 3 dan 4 Panitia Dunia Kampus Jurusan Marketing Communication and Advertising, tahun 2006. Sekretaris II seminar Marketing Communications For Indonesian Tourism Makeover, tahun 2007. Seminar dan Training : Mengikuti kegiatan SUPERCAMP (Pendidikan dan Latihan Kepemimpinan) tahun pelajaran 2000/2001. Mengikuti FLad 2 (Fun Leadership of Advertising) tahun 2005. Mengikuti
seminar
“Marketing
Communications
sebagai
Kompetensi
Unggulan dalam Era Pasar Bebas”, tahun 2005. Magang di PT Indosat pada divisi Procomm Jakarta Barat, Pusat dan Utara (Maret s/d Mei 2008)
KEAHLIAN
Komputer: 9 Microsoft Office ( Ms. Word, Ms. Excel, Ms. Power Point, Ms. Outlook) 9 Photoshop 9 CorelDraw 9 Internet dan Email