TINGKAT BRAND AWARENESS KHALAYAK TERHADAP MIE INSTANT MEREK “ABC”PADA KHALAYAK UMUM DI KOMPLEK RUKAN ARTHA GADING NIAGA
SKRIPSI Disusun Untuk memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi
DISUSUN OLEH: NAMA
: TRI WULANDARI HENNY ASTUTI
NIM
: 4430411-074
Jurusan
: Marketing Communication & Advertising
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007
2
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul
: TINGKAT
BRAND
TERHADAP MIE
AWARENESS
KHALAYAK
INSTANT MEREK “ABC” PADA
KHALAYAK UMUM DI KOMPLEK RUKAN ARTHA GADING NIAGA) Nama
: TRI WULANDARI HENNY ASTUTI
NIM
: 4430411-074
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Marketing Communication & Advertising
Mengetahui,
Pembimbing
(SM Niken Restaty., S.Sos., M.Si.)
3
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI Nama
: TRI WULANDARI HENNY ASTUTI
NIM
: 4430411-074
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Marketing Communication & Advertising
Judul
: TINGKAT
BRAND
AWARENESS
KHALAYAK
TERHADAP MIE INSTANT MEREK “ABC”PADA KHALAYAK UMUM DI KOMPLEK RUKAN ARTHA GADING NIAGA) Jakarta, 11 Maret 2007 Ketua Sidang Nama
: Drs. Ahmad Mulyana, M. Si.
( …………………..)
: Farid Hamid U. M. Si.
( ………………….. )
Penguji Ahli Nama
Pembimbing Materi Nama
: SM Niken Restaty., S.Sos., M.Si.
( ………………….. )
4
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI Nama
: TRI WULANDARI HENNY ASTUTI
NIM
: 4430411-074
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Marketing Communication & Advertising
Judul
: TINGKAT
BRAND
AWARENESS
KHALAYAK
TERHADAP MIE INSTANT MEREK “ABC”PADA KHALAYAK UMUM DI KOMPLEK RUKAN ARTHA GADING NIAGA)
Jakarta, 11 Mei, 2007 Disetujui dan Diterima Oleh : Pembimbing Materi
( SM Niken Restaty, M. Si. )
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
( Dra. Diah Wardhani, M.Si )
Ketua Bidang Studi
( Drs. Ahmad Mulyana, M.Si )
5
DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah ..……………………………..………… 1
1.2
Perumusan Masalah …………………………………………….. 6
1.3
Tujuan Penelitian ………………………………………………...6
1.4
Signifikansi Penelitian ...................................................................6
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1
Pendekatan Komunikasi Pemasaran ................................…..……7
2.2
Pengertian Merek dan Pentingnya Sebuah Merek ...…………....14 2.2.1
Fungsi dan Manfaat Merek ………………………….….18
2.2.2
Keputusan-Keputusan Mengenai Merek (Brand Decision)………………………………….......... 20
2.3
Ekuitas Merek (Brand Equity) .......................…...….…………..23
2.4
Kesadaran Merek...……………………………………………...26
2.5
Hubungan Brand Equity dengan Brand Awareness …...…...…...30
2.6
Proses Dalam Brand Awareness…………...……...…………..…31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Sifat Penelitian ……………………………...…………………..35
3.2
Metode Penelitian ……..………………………………………..35
3.3
Populasi dan Sampel ……………………………...………….....36
3.4
Definisi dan Operasionalisasi Konsep…………...…...…………38
iv
6
3.4.1
Definisi Konsep …………………………...……………38
3.4.2
Operasionalisasi Konsep ……………………..………...39
3.5
Teknik Pengumpulan Data …………………………….……….41
3.6
Pengolahan dan Analisa Data…………………………….……..42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ......…...……...………………. 44 4.1.1
Sejarah PT ABC President Indonesia….………………..44
4.1.2
Mie Instant ”ABC” …..............................................…….45
4.2 Hasil Penelitian ..............................…………………………......… 48 4.3 Pembahasan ........................................................................................ 66 BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan ……………………………………………………..69
5.2
Saran ………………………………………………………….…71
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
v
7
ABSTRAK Universitas Mercu Buana Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Marketing Communication & Advertising Nama : Tri Wulandari Henny Astuti (4430411-074) Judul : TINGKAT BRAND AWARENESS KHALAYAK TERHADAP MIE INSTANT MEREK “ABC” PADA KHALAYAK UMUM DI KOMPLEK RUKAN ARTHA GADING NIAGA) Merek merupakan salah satu hal penting dalam untuk suatu produk atau jasa, karena merek adalah alat utama yang digunakan pemasar untuk membedakan produk atau jasa mereka dari produk pesaing. Merek juga dapat mempengaruhi tingkat Brand Awareness suatu produk atau jasa. Brand Awareness sebuah merek sangat penting untuk suksesnya suatu produk atau jasa suatu perusahaan dan sebagai dasar untuk memperoleh kepercayaan serta loyalitas konsumen, karena konsumen beranggapan bahwa merek yang terkenal adalah pendukung untuk mendapatkan suatu produk yang berkualitas ataupun pelayanan jasa yang memuaskan. Tingkatan Brand Awareness, mulai dari yang terendah adalah sebagai berikut Unaware of Brand (tidak menyadari merek), Brand Recognition (pengenalan merek), Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek), Top of Mind (puncak fikiran). Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat Brand Awareness mie instant merek “ABC” pada khalayak umum di Komplek Rukan Artha Gading Niaga. Penelitian bertipe kuantitatif ini menggunakan metode penelitian survai yang menyebarkan kuesioner ke 80 orang responden yang melalui teknik Accidential Non Probability. Pengisian kuesioner dilakukan melalui penyebaran kuesioner ke khalayak umum yang ditemui secara kebetulan di daerah komplek Rukan Artha Gading Niaga Blok A dan pengisian secara langsung dilakukan pada 02 Oktober 2006 sampai 01 November 2006 di Jakarta dan hasil kuesioner menunjukkan bahwa Brand Awareness mie instant merek ”ABC” sudah dikenal khalayak umum, walaupun masih ada beberapa responden yang mengetahui keberadaan mie instant merek ”ABC” setelah diberi bantuan dengan menunjukkan identitas yang dimiliki mie instant merek ”ABC”.
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin, dengan mengucapkan syukur kehadirat rahmat dan nikmat Allah SWT yang senantiasa memberi petunjuk dan hidayah selama penyusunan laporan penelitian ini. Laporan kegiatan penelitian ini berisi hasil seluruh aktivitas penelitian yang dilaksanakan selama bulan OktoberNovember, 2006. Penyusunan laporan penelitian ini dibantu dan didukung oleh berbagai pihak, oleh karena itu penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Allah SWT, yang telah memberikan rahmat & nikmat yang tiada tara, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan segala daya upaya.
2.
Ayah (Daliman) dan Ibunda (Sri Hartuti) tercinta yang telah mendidik keempat ananda dengan arif, sabar, bijaksana dan limpahan kasih sayang serta pengorbanan.
3.
Kakak-kakak tersayang; Nani Nurmahatwati, Trisno Yuwono, dan adik termanis, Gunawan Priyo Sasongko atas bimbingan dan dukungannya yang tiada henti.
4.
Ibu SM Niken Restaty., S.Sos., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan memberi petunjuk dan bimbingan selama proses penyusunan laporan.
i
9
5.
Seluruh Dosen, Staff Pengajar, dan Karyawan Universitas Mercu Buana atas ilmu pengetahuan dan bantuannya selama penulis menuntut ilmu.
6.
Mr Choo Kok Guan; selaku pemilik PT ABC President Indonesia, terima kasih atas lowongan pekerjaan yang diberikan kepada penulis.
7.
Bapak Reno Adi Pranoto; selaku Bagian Marketing dan seluruh karyawan PT ABC President Indonesia yang telah memberikan data dan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian ini.
8.
Sahabat-sahabatku; Ririn S (thanks for SPSS-teaching), Novita Maizir terimakasih untuk semua masukan yang telah diberikan, Wulan Andri kita berjuang bersama untuk menyelesaikan skripsi ini, Eva atas kenangan terindah saat kuliah, bantuan dan dukungan saat penelitian. Thanks for being my friend & big support!
9.
Teman-teman seperjuangan, Marcomm 5 yang selalu cerah ceria, thanks a bunch for the unforgettable memories!
10.
My Soulmate yang telah memberikan dukungan dan selalu setia menunggu dan mengantar untuk bimbingan skripsi ke kampus dengan sabar hati.
11.
Teman-teman seperjuangan di rumah yang telah membantu, memberikan dorongan semangat serta doa yang tulis ikhlas guna penyelesaian penulisan skripsi ini.
ii
10
12.
Sahabat-sahabat alumni Surade, Curug Nangka, dan Cibodas yang tak henti-hentinya memberikan inspirasi dan motifasi guna penyelesaian skripsi ini.
13.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun sangat membantu selama proses penyusunan laporan ini.
Akhir kata, penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta, 11 Maret 2007
Penulis
iii
BAB I PENDAHULUAN
1. 1.
Latar Belakang Masalah Dalam proses pengembangan strategi pemasaran suatu mata produk, para
penjual akan menghadapi keputusan pemberian merek (branding). Pemberian merek merupakan masalah utama dalam strategi produk. Di satu pihak, mengembangkan produk bermerek memerlukan pengeluaran investasi jangka panjang yang besar, khususnya untuk iklan, promosi, dan pengemasan. Banyak perusahaan yang berorientasi merek men-subkontrak-kan proses manufakturnya pada pihak lain. Merek dapat menambah nilai suatu produk, sehingga ia merupakan satu aspek yang hakiki dalam suatu strategi produk. Merek adalah suatu nama, istilah, tanda,
lambang,
atau
disain,
atau
gabungan
semua
yang
diharapkan
mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa dari produk-produk milik pesaing1. Suksesnya suatu bisnis atau produk konsumen tergantung pada kemampuan target pasar dalam membedakan satu produk dengan produk lainnya. Merek adalah alat utama yang digunakan oleh pemasar untuk membedakan produk mereka dari produk pesaing.
1
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, Jilid 2, edisi keenam, Erlangga, Jakarta, 1995, hal 79
1
2
Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan system perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang memposisikan pemasar untuk selalu mengembangkan dan merebut market share (pangsa pasar). Dan salah satu asset untuk mencapai keadaan tersebut adalah brand (merek). Merek bukan lagi merupakan sebuah nama pembeda, namun menunjukkan nilai, pelayanan, posisi, dan perebedaan dengan produk atau jasa sejenis2. Menurut
Frank
Jefkins
dalam
buku
Periklanan
bahwa
dalam
memperkenalkan sebuah merek dapat dilakukan dengan berpromosi atau beriklan baik secara Above the Line (media lini atas), seperti televisi, radio, majalah, dan lain sebagainya, maupun Below the Line (media lini bawah) seperti brosur, leaflet, poster, dan lain sebagainya tergantung dari produk atau jasa yang ditawarkan3. Dalam berpromosi produsen harus mengetahui perilaku konsumennya agar tujuannya tercapai, minimal khalayak menyadari adanya merek tersebut yang disebut sebagai brand awareness (kesadaran merek). Brand Awareness merupakan proses penyadaran khalayak bahwa suatu merek itu ada, oleh sebab itu para pemilik merek harus menyusun dan melaksanakan marketing plan (perencanaan pemasaran) untuk mempublikasikan mereknya. Berbagai jenis industri besar dan kecil yang digeluti oleh para wirausahawan banyak yang gulung tikar atau merek dari produknya yang lamalama hilang dipasaran lantaran kurangnya brand awareness yang tertanam di
2
Quera, Leon, Advertising Campaigns : Formulation and Tactics, (1997), Indianola Avenue, page 27 3 Jefkins, Frank, Periklanan, 1997, Terj. Yati Sumiharti, S.E dan Drs. Singgih Agung, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal.29
3
benak khalayak, dan tidak sedikit pula yang berhasil, namun kebanyakan dari mereka belum menyadari betapa pentingnya sebuah merek guna menunjang brand awareness atau terbatasnya modal untuk melakukan promosi. Setiap produsen selalu berusaha agar melalui produk yang dihasilkan dapatlah tujuan dan sasaran perusahaannya tercapai. Produk yang dihasilkannya dapat dikenal dan dibeli oleh konsumen. Peranan kegiatan periklanan (semua kegiatan yang
terlibat dalam
penyajian suatu pesan yang tak tertuju kepada seseorang tertentu, disuarakan atau visual dan dibiayai secara terbuka untuk suatu produk, jasa, atau ide)4 sangat penting dalam meningkatkan brand awareness dan penjualan perusahaan, karena dengan kegiatan pemasaran melalui periklanan yang tepat dan sesuai dengan produk yang dihasilkan, maka perusahaan telah melakukan salah satu strategi pemasaran yang akan menunjang terbentuknya brand awareness dan volume penjualan. Pada tataran ini suatu produk dengan equitas merek yang kuat akan berkesempatan membentuk landasan merek (brand platform) yang kuat dan mampu mengembangkan keberadaan merek dalam persaingan apapun dalam waktu yang lama. Kesadaran (awareness) menggambarkan keberadaan merek di dalam pikiran konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan biasanya mempunyai peranan kunci dalam brand equity. Meningkatkan kesadaran adalah suatu mekanisme untuk memperluas pasar merek. Kesadaran juga mempengaruhi persepsi dan tingkah laku. Kesadaran
4
William J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Edisi ke 7, Jilid 2, Jakarta, hal 186
4
merek merupakan key of brand asset atau kunci pembuka untuk masuk ke elemen lainnya. Jika kesadaran itu sangat rendah maka hampir dipastikan bahwa equitas mereknya juga rendah, oleh karena itu brand awareness menjadi sangat penting karenanya. PT ABC President Indonesia sebagai salah satu produsen mie instant di Indonesia merupakan pendiri mi instant yang telah berpengalaman selama belasan tahun sekitar hampir 15 tahun, masih memerlukan berbagai strategi guna mempertahankan brand awareness produk ke dalam benak konsumen. Belakangan ini makin banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang industri makanan terutama mie instant, sehingga secara otomatis banyak merek-merek baru yang bermunculan dan sangat mempengaruhi brand awareness yang sudah dimiliki “ABC” selama beberapa tahun ini. Mi instant ”ABC” mempunyai banyak pesaing, diantaranya : Indomie, Supermi, Mi-Sedap, Kare, Alhamie, Mi-Duo, Sarimi, dll. Untuk mempertahankan merek dari mie instant “ABC”, maka salah satu cara yang digunakan adalah beriklan. Iklan merupakan sebuah komunikasi persuasif yang mampu mengubah perilaku khalayak. Sebuah iklan diciptakan untuk dapat menggiring pola pikir dan atau tindakan-tindakan yang diharapkan oleh pembuat iklan. Daya pikat iklan dibangun untuk mengingatkan khalayak pada citra tertentu. Merek merupakan salah satu asset perusahaan, sehingga ”ABC” menjaga brand awareness dan mutunya. Harga yang ditawarkan mie instant “ABC” pun beragam disesuaikan dengan masing-masing rasanya berkisar antara Rp.
5
22.080,00 / karton sampai dengan Rp. 25.520,00 / karton untuk kemasan bag, sedangkan untuk kemasan cup berkisar antara Rp. 46.000,00 / karton. Berbagai promosi termasuk periklanan yang dilakukan bagian Marketing PT ABC President untuk mencapai brand awareness mi instant ”ABC” dalam benak konsumen, karena mereka menyadari bahwa brand awareness penting bagi perusahaan sebagai dasar untuk meraih kepercayaan dan loyalitas konsumen. Periklanan
memungkinkan
penjual
mengulang
pesan
berkali-kali,
sedangkan calon pembeli dapat membandingkan pesan yang diterima dari beberapa pesaing. Periklanan juga amat mahal, dan PT ABC President Indonesia sebagai produsen mie instant ”ABC” dapat mendramatisi produknya lewat seni, gambar, suara dan warna, sehingga iklan tersebut menjadi lebih menarik di mata khalayak.5 Mie instant “ABC” memiliki segmentasi pelanggan yang sangat tajam, antara lain adalah mereka yang memiliki status ekonomi menengah (kelas social A, B, C) dengan periode usia 25 sampai dengan 50 tahun, kantor pusat dari PT ABC President Indonesia terletak di daerah Kelapa Gading, Komplek Rukan Artha Gading Niaga. Atas dasar keterangan itulah penelitian ini mengambil sample pada populasi yang berada di Komplek Rukan Artha Gading Niaga dengan asumsi bahwa sejauh mana tingkat brand awareness khalayak terhadap mie instant merek ”ABC” pada khalayak umum yang berada di sekitar kantor pusat PT ABC President Indonesia?.
5
Laporan Penelitian PT ABC President Indonesia (Bagian Marketing), Jakarta 2002
6
1. 2
Perumusan Masalah Pada penelitian ini pokok permasalahan yang akan diteliti adalah :
Sejauh mana tingkat brand awareness khalayak terhadap mie instant merek“ABC” pada khalayak umum di Komplek Rukan Artha Gading Niaga?
1. 3.
Tujuan Penelitian Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut diatas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat brand awareness khalayak terhadap mie instant merek “ABC”.
1. 4.
Signifikansi Penelitian Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat
yang besar diantaranya : 1.
Manfaat Akademis
:
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan /kontribusi dan masukan bagi perkembangaan ilmu komunikasi khususnya bidang periklanan yaitu tentang brand awareness sebagai elemen inti dari brand equity sebuah produk atau jasa. Selain itu juga dapat menambah wawasan dalam mengembangkan pengetahuan mengenai tahap-tahap penciptaan brand awareness. 2.
Manfaat Praktis
:
Memberikan gambaran dan masukan untuk mie instant merek“ABC“ tentang bagaimana menyusun strategi periklanan untuk mempertahankan brand awareness di benak khalayak dan evaluasi untuk pengembangan strategi pemasaran selanjutnya.
7
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2. 1
Pendekatan Komunikasi Pemasaran Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, Communis, yang artinya
”bersama-sama”. Jadi berkomunikasi adalah berusaha menggunakan kebersamaan dengan seseorang atau lebih. Komunikasi secara garis besar didefenisikan sebagai suatu proses penyampaian pesan, yang mana pesan dapat berupa kata-kata (verbal) dan simbol / lambang (non verbal) yang mengandung arti, yang disampaikan oleh seseorang sebagai komunikator kepada orang yang dituju atau komunikan dibantu dengan media. Komunikasi sebagai suatu proses, merupakan suatu aktivitas yang tiada memiliki titik awal maupun titik akhir. Proses komunikasi berlangsung dalam keadaan yang dinamik, terus menerus, berkelanjutan, berubah-ubah dan mengikuti perkembangan zaman dan akan selalu terjadi disetiap zaman dan setiap individu. Pada dasarnya komunikasi berawal dari Sumber (Komunikator atau Source) yang menyampaikan Pesan (Message) melalui saluran media (Channel) kepada Penerima pesan (Komunikan atau Receiver) yang menimbulkan perubahan (Effect). 1. Sumber / Komunikator / Source Sumber utama pada proses komunikasi adalah orang, individu, lembaga atau organisasi. Pada komunikasi massa, lembaga yang dimaksud
7
8
dapat berupa surat kabar, radio, televisi, buku, majalah, dan komunikasi maya (cyber communication). Sumber ini merupakan peran terpenting dalam penyampaian pesan yang akan disampaikan. Apa yang akan disampaikan kepada konsumen adalah merupakan pekerjaan besar dari seorang sumber. Selain itu sumber harus memahami dan mengenali karakteristik individual, sosial budaya dari pihak penerima agar informasi yang akan disampaikan dapat diterima secara baik dan benar. 2. Pesan / Message Pesan adalah sesuatu hal yang ingin disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan biasanya berupa informasi yang akan disampaikan, dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, apakah itu dalam bentuk verbal (tulisan) dan non verbal (non tulisan, berupa simbol-simbol, lambang, gambar dan lain-lain). Charles Wright (1977) memberikan beberapa karakteristik pesan6, yakni pesan haruslah bersifat tebuka sehingga semua orang dan kalangan dapat menerima pesan secara sama, pesan haruslah mencapai penerima dalam jangka waktu yang cepat dan singkat, dan pesan harus dapat memenuhi kebutuhan penerima sebagai konsumen. 3. Media / Saluran / Channel Media atau saluran adalah sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat penyampaian atau pengirim pesan. Media yang biasa digunakan dalam
6
Wiryanto. Teori Komunikasi Massa.2000. Jakarta. Grasindo. Hal. 5
9
berkomunikasi pada jaman sekarang biasanya berupa seperangkat alat-alat elektronik, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat disebarluaskan secara luas, cepat dan simultan. Media elektronik ini biasanya berupa radio, televisi, film dan internet. Media yang dapat juga menjangkau khalayak ramai adalah media cetak, seperti surat kabar, buku dan majalah. 4. Penerima / Komunikan / Receiver Sasaran dari sumber komunikasi tak lain adalah penerima atau receiver, dapat berupa seorang individu atau sekelompok orang yang menjadi sasaran utama dari sumber pesan. Pengguna internet yang menjelajahi website mencari informasi merupakan komunikan dalam proses komunikasi, sedangkan pengguna internet yang memberi informasi berfungsi sebagai komunikator. 5. Efek Efek adalah reaksi tertentu terhadap stimulus tertentu sehingga orang dapat menduga atau memperkirakan adanya hubungan erat antara isi pernyataan dengan reaksi audiens.7 Teori komunikasi yang digunakan berasal dari pemikiran Harold D. Lasswell (Who, Says what, In which chnnel, To Whom, With what effect). Tetapi teori yag paling tepat berasal dari Claude D. Shannon dan Warren Weaver; yang sering digunakan para ahli dalam sebuah analogi dalam proses berkomunikasi.
7
Denis McQuail dan Sven Windahl. Model-Model Komunikasi. 1985.Jakarta. Uni Primas. Hal. 48.
10
Pada kenyataan dalam paktek yang tejadi pada komunikasi, unsur-unsur tambahan lain muncul, yaitu pembuatan sandi, perlunya pemecahan sandi, adanya gangguan yang terjadi saat pengiriman sandi. Informasi yang hendak disampaikan oleh sumber atau pengirim harus dirubah dalam bentuk sandi (code) yang dipancarkan dan kemudian diterjemahkan atau dipecahkan (decoded) oleh penerima. Unsur gangguan (noise) juga harus diperhitungkan karena dapat mengganggu dan merubah pesan yang akan disampaikan sehingga pesan tidak berubah. Sedangkan unsur umpan balik (feedback) adalah merupakan isyarat kepada pengirim atau sumber bahwa pesan telah diterima oleh penerima.Teori Shannon dan Weaver ini dapat dilihat pada Gambar 2.8
Gambar 2. Model Komunikasi Shannon & Weaver
Sumber Informasi (Informa-tion Source)
Pesan/
Tujuan (Destination)
Penerima (Receiver)
Transmitt
Sinya
Sinya
Message
Pesan/ Message
Sumber Gangguan (Noise Source)
8
Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. 2004. Bandung. Simbiosa Rekatama Media. Hal.34
11
Sumber: Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. 2004. Bandung. Simbiosa Rekatama Media. Hal.35
Sementara itu menurut James G. Robbin dan Barbara S. Jones “Komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna. Atau lebih jelasnya lagi komunikasi adalah suatu pemindahan, atau penyampaian informasi mengenai fikiran dan perasaan.”9 Dalam mengkomunikasikan produk atau jasa yang ingin dipasarkan, terlebih dahulu disusun strategi komunikasi pemasaran yang tepat. Lawrence R. Jauch & William F. Glueck, mengungkapkan strategi diartikan sebagai rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.10 Definition of strategy is a fundamental plan of action that is intended to accomplish the company’s objectives (Lesser Robert Bittel, 1978:942).11 Tujuan komunikasi harus terlebih dahulu diketahui agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh semua pihak. Begitupula kurang lebih yang terjadi dengan komunikasi pemasaran. Terlebih dahulu harus diketahui untuk apa komunikasi pemasaran dilakukan dengan mengetahui tujuan pemasaran. Setelah
9
James G. Robbin dan Barbara S. Jones. Effective for Today Manajer. 1982. Prentice Hall, Inc,. Hal. 242 Lawrence R. Jauch & William F. Glueck. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Edisi Ketiga. 1996. Jakarta. Erlangga. Hal.12 11 Alma, Buchari. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. 2000. Bandung PT. Alfabeta. hal.199 10
12
tujuan pemasaran diketahui, dapat ditentukan kepada siapa pesan akan dituju dan dengan menggunakan media apa untuk menyampaikan pesan promosi tersebut. Dengan mengetahui komunikasi pemasaran dengan baik juga dapat meminimalisasikan gangguan-gangguan komunikasi yang terjadi, sehingga strategi komunikasi pemasaran dpat disusun sedemikian rupa sehingga dan dilaksanakan sesuai rencana. Membicarakan masalah komunikasi pemasaran tidak terlepas dari kegiatan periklanan. Disiplin pemasaran di Indonesia banyak menganut formulasi Jerome MC Carthy, yang membagi unsur –unsur bauran pemasaran (marketing mix) dalam 4 faktor yang popular dengan sebutan 4P, yaitu : 1. Product (Produk) 2. Price (Harga) 3. Place (Distribusi) 4. Promotion (Promosi) Unsur promosi disepakati pula, hanya terdiri dari 4 komponen dan membentuk pula suatu bauran yang disebut bauran promosi (promotion mix),yaitu advertising, sales promotion, publicity, personal selling. Advertising (periklanan) sebagai salah satu alat yang menjalankan fungsi mendukung pemasaran. Penetapan tujuan dan pengukuran terhadap hasil periklanan umumnya dinyatakan dalam tingkat ”sadar kenal” (awareness) yang diperoleh dari khalayak sasaran. Iklan sebagai bentuk pesan yang disampaikan komunikator (pengiklan atau produsen) menyampaikan melalui suatu media baik Above the Line atau Below the Line. Adapun pengertian iklan secara komprehensif adalah semua
13
bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu12. Dengan demikian iklan merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan membujuk atau menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan. Iklan
ditujukan
untuk
mempengaruhi
perasaan,
pengetahuan,
makna,
kepercayaan, sikap dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau merek. Meskipun tidak berdampak pada pembelian, namun iklan menjadi srana yang efektif dalam menjalin komunikasi antara perusahaan dan konsumen, serta upaya perusahaan dalam menghadapi pesaing dan terpaan iklan diharapkan pila dapat :13 1. Menciptakan pengenalan merek, melalui periklanan khalayak akan mengetahui tentang keberadaan merek. 2. Menciptakan kesadaran produk, mengarahkan pada perasaan familiar terhadap merek 3. Informasi mengenai manfaat dan atribut merek sebagai bagian dari daftar benefit konsumen. 4. Iklan juga dapat mengembangkan perasaan asosiatif khalayak terhadap merek. 5. Melalui pilihan spokeperson dan beberapa visualisasi periklanan dapat menciptakan citra merek (brand personality). 6. periklanan dapat menciptakan impresi yang mengaitkan merek dengan kelompok tertentu. 12
Darmadi Durianto, Sugiarto Dkk, Invasi Pasar dengan Iklan yang Efektif : Strategi, Program, dan Tehnik Pengukuran 13 Drs. Mulyana, Ahmad, Modul Manajemen Periklanan, Universitas Mercu Buana, Jakarta
14
Terpaan iklan meliputi tiga hal penting yang terdapat didalamnya, yakni frekwensi, intensitas, dan durasi. Frekwensi adalah sering tidaknya atau berapa kali khalayak menonton tayangan iklan. Ada kalanya karena aktifitas masingmasing individu menyebabkan seseorang tidak terlalu sering menonton iklan, dikarenakan orang tersebut pada dasrnya tidak sering menonton acara televisi. Intensitas adalah apakah seseorang menonton iklan sampai selesai atau tidak. Biasanya ketika jeda iklan, seseorang mengganti saluran televisi ke saluran lain yang bukan menayangkan iklan. Sedangkan durasi adalah lamanya iklan diputar di suatu media. Merek merupakan perekat yang mengingatkan berbagai fungsi pemasaran dalam organisasi. Inti dari komunikasi pemasaran yang sebenarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Jika perusahaan mampu membangun sebuah merek yang kokoh., maka perusahaan akan memiliki program pemasaran yang kokoh pula, sebaliknya jika ternyata perusahaan tidak mampu, maka segala upaya yang dilakukan oleh pemasaran, seperti periklanan, promosi penjualan, kehumasan, tidak mampu mencapai tujuan program pemasaran perusahaan, dengan kata lain pemasaran adalah merek (branding)
2. 2
Pengertian Merek dan Pentingnya Sebuah Merek Merek merupakan suatu nama atau symbol yang tujuannya untuk
mengidentifikasikan suatu produk atau jasa dari sebuah perusahaan. Seperti halnya manusia memiliki sebuah nama untuk mengidentifikasi dirinya dengan orang lain, begitu juga untuk sebuah produk. Merek juga menentukan kredibilitas
15
perusahaan. Jadi pemasar harus memperhatikan dan membentuk brand equity (ekuitas merek) yang kuat untuk menaklukkan pasar. Merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat, dan jasa tertentu pada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan kualitas. Merek adalah nama, istilah, simbol, atau rancangan,
atau
kombinasi
hal-hal
tersebut,
yang
dimaksudkan
untuk
mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing14. Merek lebih dari sekedar simbol, merek memiliki enam tingkat pengertian :15 1. Atribut. Merek mengingatkan pada atribut tertentu (misalnya apakah suatu produk terancang baik, tahan lama, mahal, bergengsi tinggi, dibuat dengan baik, nilai jual kembali yang tinggi, cepat, dan lain-lain) 2. Manfaat. Sebuah merek lebih dari serangkaian atribut, pelanggan tidak membeli atribut, mereka membeli manfaat. Atribut diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan atau emosional. 3. Nilai. Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Pemasar merek harus mengetahui kelompok pembeli yang mana yang mencari nilai-nilai ini. 4. Budaya. Merek juga mewakili budaya tertentu (misalnya terorganisasi, efisiensi, kualitas tinggi) 5. Kepribadian. Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.
14
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi, Kontrol), PT Prehalindo, Jilid 2, Jakarta, 1997, hal 63 15 Ibid
16
6. Pemakai. Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Tingkatan seorang konsumen memilih suatu merek untuk digunakan dimulai dari nice to (tanggapan sekilas terhadap merek), nice to have (adanya perasaan ingin menggunakan merek tertentu), must have (adanya keinginan untuk menggunakan dan memiliki)16 Merek bukan hanya sekedar nama yang dilekatkan produsen pada kemasan produk, tetapi nama adalah produk itu sendiri. Merek akan memiliki life cycle strategies yang dimulai dengan perkenalan, pertumbuhan, dewasa dan kematian. Berikut grafik daur hidup 1-2 17.
Introduction
Growth
Maturity Decline
Waktu
Keterangan : 1. Introduction
: Tahap ketika produk atau merek pertama kali
diperkenalkan kepada pasar. 2. Growth
: Tahap pertumbuhan ditandai dengan pertumbuhan
penjualan yang cepat.
16
Kartajaya, Hermawan, Marketing 2000 : Siasat Memenangkan Persaingan Global, 1997, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 485 17 Ries, Al dan Ries, Laura, The 22 Immutable Laws of Branding, 1997, Gramedia, Jakarta, hal 99
17
3. Maturity
: Pada tahap ini pasar mulai jenuh, pembeli mulai memilih
merek. 4. Decline
: Pada tahap ini ditandai dengan semakin menurunnya
penjualan produk. Menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong dalam buku Dasar-Dasar Pemasaran konsep PLC dapat dipakai untuk menguraikan kelas produk, bentuk produk dan merek. Namun konsep PLC memiliki cara penerapan yang berbeda pada setiap kasus. Kelas produk mempunyai daur hidup paling panjang, sebaliknya bentuk produk cenderung mempunyai bentuk PLC yang baku, sedangkan daur hidup merek spesifik dapat cepat berubah, karena perubahan serangan dan respon dari pesaing, jadi daur hidupnya cenderung jauh lebih pendek18. Merek bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang dimilikinya di pasar. Pada satu ekstrem adalah merek yang tidak diketahui oleh sebagian besar pembeli di pasar. Dan ada pula merek yang terhadap pembelinya memiliki tingkat kesadaran merek (brand awareness) yang tinggi (diukur berdasarkan ingatan atau pengakuan atas merek tersebut). Di atas itu ada merek yang memiliki tingkat penerimaan merek (brand acceptability) yang tinggi (merek yang sebagian besar pelanggan tidak akan menolak untuk membelinya. Kemudian ada pula merek yang menikmati tingkat preferensi merek (brand preference) yang tinggi. Ini adalah merek-merek yang dipilih di atas yang lainnya. Akhirnya ada merek yang memiliki tingkat kesetiaan merek (brand loyalty) yang tinggi. 18
Kotler Philip Amstrong, Gary, Dasar-Dasar Pemasaran : Principles of Marketing 7e, 1997, edisi Bahas Indonesia, Jilid I, Pt Prenhallindo, Jakarta, hal 326
18
Aaker membedakan lima tingkat sikap pelanggan terhadap merek mereka, dari terendah hingga tertinggi :19 1. Pelanggan akan mengganti merek, terutama untuk alasan harga. Tidak ada kesetiaan merek. 2. Pelanggan puas. Tidak ada alasan untuk berganti merek 3. Pelanggan puas dan merasa rugi bila berganti merek 4. Pelanggan menghargai merek itu dan menganggapnya sebagai teman 5. Pelanggan terikat kepada merek itu.
2. 2. 1 Fungsi dan Manfaat Merek Suksesnya suatu bisnis atau produk konsumen tergantung pada kemampuan target pasar dalam membedakan satu produk dengan produk lain, karena merek adalah alat utama yang digunakan oleh pemasar untuk membedakan produk mereka dari produk pesaing. Merek berfungsi sebagai :20 1. Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya.
19
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi, Kontrol), PT Prehalindo, Jilid 2, Jakarta, 1997, hal 64 20 Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Buku Panduan, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Tangerang, 2006, hal 30
19
2. Sebagai alat promosi (promosi merupakan salah satu kegiatam pemasaran yang berfungsi untuk mengarahkan dan menggiring konsumen kepada tindakan pembelian), sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebut mereknya. 3. Sebagai jaminan atas mutu barangnya. Merek dapat juga berfungsi untuk menunjukkan asal produk, jasa, dan teknologi. Di satu pihak, hal ini secara tidak langsung tentu berkaitan dengan masalah kepercayaan dan kesetiaan konsumen. Sedangkan di lain pihak berkaitan dengan akuntabilitas dan kredibilitas produsen dan pemilik merek. Merek tidak akan berfungsi (rusak) apabila kualitas produk, jasa, atau pun teknologi terkait tidak sesuai/memenuhi kepuasan konsumen/pelanggan. Sedangkan, merek mempunyai tiga manfaat utama, yaitu :21 1. Identifikasi produk 2. Penjualan berulang 3. Penjualan produk baru Tujuan
yang
paling
utama
adalah
identifikasi
produk.
Merek
memperbolehkan para pemasar membedakan produk mereka dari semua produk lainnya. Banyak nama merek yang sudah dikenal oleh konsumen dan menunjukkan kualitas. Merek utama (master brand) telah digunakan untuk mengacu pada suatu merek yang sedemikian dominan dalam pikiran konsumen sehingga mereka berfikir tentang itu dengan cepat ketika suatu kategori produk, kegunaan, atribut, 21
Charles W Lamb, Jr, Joseph F. Hair, Jr, Carl McDaniel, Pemasaran, Buku 1, Salemba Empat (PT Salemba Emban Patria), Jakarta, 2000, hal 421
20
atau manfaat bagi konsumen disebutkan. Nama merek yang paling efektif mempunyai beberapa ciri seperti di bawah ini :22 1. Mudah untuk diucapkan 2. Mudah untuk dikenali 3. Mudah untuk diingat, pendek 4. Berbeda, unik 5. Menggambarkan produk 6. Menggambarkan penggunaan produk 7. Menggambarkan manfaat dari produk 8. Mempunyai konotasi yang positif 9. Memperkuat citra produk yang diinginkan 10. Secara hukum kepentingannya terlindungi baik di pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri Tidak ada merek yang mampu menunjukkan semua karakteristik tersebut diatas. Hal yang terpenting adalah bahwa merek dapat dilindungi untuk digunakan secara ekslusif oleh pemiliknya.
2. 2. 2 Keputusan-Keputusan Mengenai Merek (Brand Decision) Masalah pemberian merek merupakan keputusan yang menarik dan menantang bagi setiap pemasar. Beberapa keputusan inti tersebut di bawah ini :23
22
Ibid, hal 423 Kotler Philip, Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian), Erlangga, Jilid 2, Edisi 6, Jakarta, 1996, hal 80 23
21
1. Keputusan mengenai merek Keputusan pertama yang harus diambil ialah perlu tidaknya satu merek tertentu bagi suatu produk. Bila dilihat dari sejarahnya, kebanyakan produk dipasarkan tanpa merek sama sekali. Baik produsen maupun perantara menjual barang-barang mereka langsung saja dengan satuan kilogram, liter, kotak, dan sebagainya, tanpa suatu tanda penenalan dari pembekal. 2. Keputusan penyediaan merek Dalam memutuskan pencantuman merek pada suatu produk, seorang produsen mempunyai beberapa pilihan mengenai pihak mana yang sebaiknya memberi merek. Ada kemungkinan produk dipasarkan dengan merek produsen, atau dipasarkan oleh produsen dengan merek lisensi. Atau produk dipasarkan ke pedagang perantara yang kemudian memberi merek sendiri (private brand), yang sering juga disebut dengan merek perantara, merek distributor atau merek penyalur. Selain itu juga produsen memproduksi sebagian produk dengan merek pabrik dan sebagian lagi dengan merek sendiri. 3. Keputusan merek kelompok (family-brand decision) Produsen yang ingin mencantumkan merek pada produknya akan menghadapi beberapa pilihan, strategi pemberian nama merek, diantaranya : 1. Nama merek khusus (individual brandname).
22
2. Nama kelompok gabungan bagi semua produk (a blanket family name) 3. Nama kelompok yang terpisah (separate family name) 4. Nama perusahaan digabung dengan nama khusus (company trade name combined with individual product name) 4. Keputusan meluaskan merek Strategi memperluas merek adalah upaya meluaskan nama merek yang telah terbukti berhasil guna meluncurkan produk atau lini produk yang baru atau yang merupakan hasil produk atau lini produk yang baru atau yang merupakan hasil modifikasi. 5. Keputusan merek ganda Dalam strategi merek ganda ini, penjual membuat dua atau lebih merek dalam kategori/kelompok produk yang sama. Ada beberapa alasan mengapa banyak perusahaan menerapkan strategi merek ganda ini. Alasan pertama, perusahaan akan memperoleh ruang/rak yang lebih
banyak
di
toko/supermarket,
dengan
demikianakan
meningkatkan ketergantungan pengecer pada merek-mereknya. Kedua karena sedikitnya jumlah konsumen yang suka berpindah-pindah merek ialah dengan menyediakan banyak merek. Ketiga, menambah merek baru akan meningkatkan gairah, semangat serta efisiensi di dalam tubuh perusahaan sendiri. 6. Keputusan penempatan kembali merek (Brand repositioning decision) Bagaimanapun
baiknya
penempatan
merek
tertentu
dipasar,
23
perusahaan harus meninjaunya kembali, karena kemungkinan besar pesaing pesaing memasarkan merek baru yang mirip dengan merek perusahaan, sehingga pangsa pasar berkurang. Atau konsumen mulai beralih ke merek lain, sehingga jumlah permintaan untuk merek milik perusahaan menyusut.
2. 3
Ekuitas Merek (Brand Equity) Sebagai tahap awal dalam brand equity, yakni mengkomunikasikan
asosiasi merek dan ciri khas dari produk, sehingga merek dan produk dapat sejalan. Hal ini berlaku bagi semua perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Ekuitas merek (brand equity) menunjukkan nilai dari perusahaan dan nama merek. Merek yang mempunyai kesadaran tinggi, kualitas yang dirasakan dan kesetiaan merek diantara konsumen mempunyai nilai merek yang tinggi. Merek dengan nilai merek yang kuat adalah harta yang berharga24. Menurut Darmadi Durianto, Sugiarto dan Tony Sitinjak, dalam buku Strategi Menaklukkan Pasar berpendapat bahwa Brand Equity merupakan seperangkat asset yang terkait dengan merek, nama, symbol yang dapat menciptakan suatu nilai baik positif maupun negative dari sebuah produk atau jasa terhadap perusahaan maupun pada pelanggan25. Brand Equity yang kuat akan
24
Charles W Lamb, Jr, Joseph F. Hair, Jr, Carl McDaniel, Pemasaran, Buku 1, Salemba Empat (PT Salemba Emban Patria), Jakarta, 2000, hal 421 25 Durianto, Darmadi dkk, Strategi Menaklukkan Pasar : Melalui Riset Ekuitas dan Pelaku Merek, 2001, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 4
24
terwujud jika ada dukungan dari empat dimensi brand equity, yakni loyalitas merek, kesadaran merek, kesan kualitas dan asosiasi merek. Sedangkan David A.Aaker menjelaskan bahwa elemen kelima brand dipengaruhi brand equity secara langsung oleh kualitas dari empat elemen inti lainnya dan semua elemen saling berhubungan satu sama lain, sehingga tercipta suatu nilai baik dari pihak pelanggan maupun dari pihak perusahaan. Berikut penjelasan keterkaitan antara elemen inti brand equity 26: 1. Brand awareness (kesadaran merek) menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. 2. Brand association (asosiasi merek) mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis, dan lain-lain. 3. Perceived quality (persepsi kualitas) mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa berkenaan dengan maksud yang diharapkan. 4. Brand loyalty (loyalitas merek) mencerminkan tingkat keterkaitan konsumen dengan suatu merek produk. Kesetiaan merek (brand loyalty) sebagai sejauh mana seorang pelanggan menunjukkan sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen pada merek tertentu dan berniat untuk
26
Aaker, A., David, Manajemen Ekuitas Merek : Memanfaatkan Nilai dari Suatu Merek, (1997), Terj. Aris Ananda, Spektrum, Jakarta, hal 26
25
terus membelinya di masa depan27.
Dalam keloyalitasan suatu merek
terdapat beberapa tingkatan diantaranya : a.
Pembeli tidak loyal yang sama sekali tidak tertarik pada merek tersebut, merek apapun dianggap memadai
b.
Pembeli tidak puas dengan produk atau setidaknya tidak mengalami kepuasan.
c.
Orang-orang yang tidak puas, namun mereka memikul biaya peralihan dalam waktu, uang, atau resiko kinerja berkenaan dengan tindak beralih merek.
d.
Mereka
yang
bersungguh-sunggguh
menyukai
merek
tersebut,
preferensi mereka mungkin dilandaskan pada asosiasi seperti suatu simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan suatu kesan kualitas (perceived quality) yang tinggi. e.
Pelanggan yang setia, mereka mempunyai suatu kebanggaan dalam menemukan atau penggunaan dari suatu merek-merek tersebut sangat penting bagi mereka, baik dari segi fungsi maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa mereka sebenarnya.
5. Other proprietary brand asset (aset-aset merek lainnya). Brand equity juga dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian berdasarkan asosiasi yang terbentuk, pengalaman serta kedekatan dari suatu merek. Disamping memberi nilai bagi
27
John C Mowen, Michael Minor, Perilaku Konsumen, Jilid 2, Edisi 5, Erlangga, Jakarta, hal 108
26
konsumen, brand equity juga memberikan nilai bagi perusahaan dalam bentuk 28: 1. Brand equity yang kuat dapat mempertinggi keberhasilan program dalam memikat konsumen baru atau merangkul kembali konsumen lama. 2. Kekuatan elemen-elemen brand equity lainnya sangat mempengaruhi loyalitas merek, sehingga mempengaruhi alasan pembelian konsumen. Kategori-kategori brand equity lainnya juga saling mempengaruhi satu sama lain. 3. Brand equity yang kuat memungkinkan perusahaan memperoleh margin yang lebih tinggi dengan menerapkan premium price (harga premium) dan mengurangi ketergantungan pada promosi sehingga dapat diperoleh laba yang lebih tinggi. 4. Brand equity dapat memberikan landasan untuk pertumbuhan lewat perluasan merek. 5. Brand equity yang kuat juga dapat menciptakan loyalitas saluran distribusi, sehingga penjualan dapat meningkat. 6. Aset-aset brand equity lainnya dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang yang tidak dimiliki pesaing.
2. 4
Kesadaran Merek (Brand Awareness) Brand awareness merupakan salah satu elemen inti dalam suatu Brand
Equity. Brand Awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk
28
Ibid
27
mengenali atau mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu.29 Brand Awareness membutuhkan continum ranging (jangkauan kontinum) dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah dikenal sebelumnya, sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya merek dalam suatu kelompok produk.30 Peran kesadaran merek dalam membantu merek dapat dipahami dengan mengkaji
bagaimana
kesadaran
merek
menciptakan
suatu
nilai.31
Peran Kesadaran Merek: 1. Jangkar yang menjadi cantolan bagi asosiasi lain Satu merek yang kesadarannya tinggi akan membantu asosiasi-asosiasi melekat pada merek tersebut karena daya jelajah merek tersebut menjadi sangat tinggi di benak konsumen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika kesadaran suatu merek rendah, suatu asosiasi yang diciptakan oleh pemasar akan sulit melekat pada merek tersebut. 2. Familier/rasa suka Jika kesadaran merek kita sangat tinggi, konsumen akan sangat akrab dengan merek kita, dan lama kelamaan akan timbul rasa suka yang tinggi terhadap merek yang kita pasarkan. “Tak kenal maka tak sayang” merupakan ungkapan yang tepat untuk situasi ini.
29
Darmadi Durianto, Sugiarto, Lie Jojo Budiman : Brand Equity Tenn : Strategi Memimpin Pasar. (PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta) 2004 hal 22. 30 Ibid, hal 55 31 Ibid, hal 22
28
3. Substansi / komitmen Kesadaran merek dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi kesadaran akan merek tinggi, kehadiran merek itu akan selalu dapat kita rasakan. Sebuah merek dengan kesadaran konsumen tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa factor, antara lain : Diiklankan secara luas Eksistensi yang sudah teruji oleh waktu Jangkauan distribusi yang luas Merek tersebut dikelola dengan baik Karena itu, jika kualitas dua merek adalah sama, kesadaran merek akan menjadi factor yang menentukan dalam keputusan pembelian. 4. Mempertimbangkan Merek Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi merekmerek yang dikenal dalam suatu kelompok untuk dipertimbangkan dan diputuskan merek mana yang akan dibeli. Merek dengan Top of Mind yang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak akan dipertimbangkan dalam benak konsumen. Biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah yang disukai atau dibenci.
29
Tingkatan kesadaran merek dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi adalah sebagai berikut 32 : Gambar 2-2 Piramida “brand awareness”
Puncak Pikiran (Top of Mind) Pengingat Kembali Merek (Brand Recall) Pengenalan Merek (Brand Recognition) Tidak Menyadari Merek (Brand Unaware)
a. Unaware of Brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek. b. Brand Recognition (pengenalan merek) adalah tingkat minimal kesadaran merek, dimana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall). c. Brand
Recall
(pengingatan
kembali
terhadap
merek)
adalah
pengingatan kembali terhadap merek tanpa bantuan (unaided recall).
32
Darmadi Durianto, dkk. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek (2001), PT Gramedia Pusaka Utama, Jakarta, Hal 54
30
d. Top of Mind (puncak fikiran) adalah merek yang disebutkan pertama kali konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen.
2. 5
Hubungan Brand Equity dengan Brand Awareness Dari penjelasan di atas dapat dijabarkan bahwa brand awareness termasuk
elemen inti dalam brand equity. Kesadaran (awareness) menggambarkan keadaan merek di dalam pikiran konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan biasanya mempunyai peranan kunci dalam Brand Equity. Meningkatkan kesadaran adalah suatu mekanisme untuk memperluas pasar merek. Kesadaran juga mempengaruhi persepsi dan tingkah laku, kesadaran merek merupakan key of brand asset atau kunci pembuka untuk masuk ke elemen lainnya. Brand Awareness sangat akan ditentukan oleh strategi pemasaran yang direncanakan oleh perusahaan, namun elemen-elemen lainnya juga harus diperkuat sebagai penunjang dalam menciptakan brand equity yang kuat. Jadi, jika kesadaran itu sangat rendah maka hampir dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga rendah. Kesadaran merek (brand awareness) adalah dimensi dasar dalam ekuitas merek (brand equity). Berdasarkan cara pandang konsumen, sebuah merek tidak memiliki
ekuitas
hingga
konsumen
menyadari
kebeeradaan
merek
tersebut.mencapai kesadaran merek adalah tantangan utama bagi suatu merek. Mempertahankan tingkat kesadaran akan merek yang tinggi adalah suatu tugas dan tantangan yang harus dihadapi oleh semua merek.
31
2. 6
Proses Dalam Brand Awareness Pengenalan merek merupakan ukuran brand awareness responden.
Pengenalan merek sangat penting untuk mengetahui sampai tingkat mana para pembeli mengetahui ciri-ciri suatu merek. Pengenalan ini memungkinkan terbentuknya sikap terhadap merek atau meningkatkan keyakinan konsumen pada suatu merek. Pengenalan merek terkait dengan pengenalan pembeli akan ciri atau keistimewaan produk dibandingkan produk-produk sejenis lainnya. Dalam hal ini, pengenalan merek merupakan pengenalan atribut merek secara fisik, seperti halnya warna, ukuran, dan bentuk, sehingga kemasan dan desain produk sangat penting. Kesan merek secara keseluruhan terbentuk dari tiga elemen, yaitu : 1. pengenalan merek (brand recognition) 2. sikap konsumen (Attitude) 3. kepercayaan konsumen terhadap produk (confidence) Pengenalan merek merupakan landasan untuk terciptanya sikap dan keyakinan konsumen. Adapun tingkatan-tingkatan dalam kesadaran merek dikategorikan David Aaker yaitu : 1. pengenalan merek, dimana pada tingkatan ini sebagai pengingat kembali dengan menggunakan bantuan, jadi responden diberikan merek kategori produk tertentu sebagai alat bantu pengingat. 2. pengingat kembali merek, dimana pada tingkatan ini responden diminta untuk menyebutkan beberapa merek kategori produk tertentu tanpa alat bantu sebagai pengingat.
32
3. puncak pikiran, dimana merek kategori produk tertentu disebut pertama kali dengan tanpa alat bantu apapun33 Menurut Lavidge dan Steiner kesadaran merupakan tahapan paling awal pada hirarki peringkat pengaruh stimuli. Dalam konteks ini, titik awal terciptanya kesadaran akan keberadaan produk (brand awareness) merupakan akibat dari pengolahan stimuli dengan kiat yang terstruktur. Untuk dapat meraih brand awareness atau kesadaran akan merek melibatkan dua hal yaitu mendapatkan identitas akan merek, dan mengaitkannya pada kelas produk tersebut : 1.
Menjadi berbeda dan diingat Suatu pesan kesadaran seharusnya memberikan suatu alasan untuk diperhatikan dan harusnya itu selalu diingat. Ada banyak cara yang bisa dipakai, namun hal yang paling cocok adalah menjadi berbeda dan istimewa.
2.
Melibatkan suatu slogan atau jingle Sebuah slogan atau jingle bisa menimbulkan pengaruh yang besar dalam membantu untuk mengingat. Karena jingle tersebut dapat menjadi alat yang jitu dalam menciptakan kesadaran.
3.
Penampakan simbol atau logo Simbol dapat memainkan peranan yang sangat besar dalam menciptakan dan memelihara kesadaran. Sebuah simbol mengandung pencitraan visual
33
David A.Aaker, Manajemen Ekuitas Merek : Memanfaatkan Nilai dari Suatu Merek, 1997, Terj. Aris Ananda Spektrum, Jakarta, hal 91
33
yang jauh lebih mudah diketahui dan diingat kembali daripada sebuah kata atau frase. 4.
Publisitas Publisitas jauh lebih murah dibandingkan dengan iklan media namun juga lebih efektif jika produk yang diiklankan tersebut tidak bernilai berita suatu peristiwa. Simbol atau sarana lainnya perlu diciptakan.
5.
Sponsor Kegiatan Dengan mensponsori suatu kegiatan akan lebih mudah dalam memelihara kesadaran akan merek.
6.
Perluasan Merek Salah satu cara untuk mendapatkan pengingatan kembali dengan kata lain untuk membuat merek tersebut lebih menonjol dengan meletakkan merek tersebut dengan merek lain.
7.
Menggunakan tanda-tanda (clues) Suatu kampanye kesadaran sering kali bisa dibantu dengan tanda-tanda dari mereka atau kelas produk tersebut. Kemasan bisa menjadi tanda yang penting bagi merek karena kemasan merupakan stimulus aktual terhadap pembeli. Ada kalanya tanda-tanda bisa digunakan untuk mengingat khalayak mengenai iklan yang dikembangkan dalam periklanan.
8.
Proses pengingatan kembali butuh repetisi Lebih sulit memunculkan pengingatan kembali daripada memunculkan pergerakkan. Merek mesti dibuat lebih menonjol dan diperkuat lagi.
34
9.
Bonus pengingatan kembali Memelihara suatu kesadaran puncak pikiran yang kuat melalui penampakkan yang konstan tidak hanya menciptakan kesadaran merek, tetapi sanggup pula menimbulkan pemojokkan merek yang bisa menghalangi kembali atas merek-merek lain34.
34
Ibid,hal 9
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3. 1.
Sifat Penelitian Sifat Penelitian dari skripsi yang disusun ini adalah menggunakan metode
Deskriptif. Sifat penelitian ini bertujuan untuk melukiskan secara sistematis faktor atau karakteristik populasi tertentu secara faktual yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasikan masalah praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan dan evaluasi. Bersifat deskriptif, karena penelitian ini berusaha memberikan gambaran tentang tingkat Brand Awareness khalayak terhadap mie instant merek “ABC” pada khalayak umum di komplek Rukan Artha Gading Niaga .
3. 2. Metode Penelitian Metode yang digunakan oleh penulis adalah Metode Survey, dimana suatu penelitian yang mengambil sample dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data35. Data yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada sekelompok sample untuk dianalisa pada pembahasan penelitian. Berdasarkan penjelasan diatas, alasan penelitian ini menggunakan metode survey adalah karena dengan survey pengamatan secara kritis berguna untuk
35
M. Singarimhun dan Sofyan effendi, Metode Penelitian Survey (Jakarta : LP3ES), hal 3
35
36
mendapatkan keterangan yang tepat terhadap suatu persoalan dan objek tertentu, di daerah kelompok komunitas atau lokasi tertentu akan ditelaah.
3. 3.
Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis dalam penelitian.
Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah khalayak umum (penghuni dan karyawan) Komplek Rukan Artha Gading Niaga, Kelapa Gading dengan asumsi bahwa mereka mempunyai kemiripan dengan segmentasi khalayak sasaran konsumen mie instant ”ABC”, selain itu berdasarkan pertimbangan yang lain, dikarenakan kantor pusat perusahaan produsen mie instant “ABC” (PT ABC President Indonesia) berada di Komplek Rukan Artha Gading Niaga. Komplek Rukan Artha Gading Niaga terdiri dari 8 blok yang masingmasing blok terdiri dari 40 rukan (rumah kantor), jadi total keseluruhan rukan ada 320 rukan. Komplek Rukan Artha Gading Niaga sendiri terdapat kurang lebih 200 tempat usaha atau tempat tinggal yang diantaranya terdiri dari : tempat tinggal pribadi, perusahaan dalam dan luar negeri, tempat bermain (PlayStation, Billiard), sekolah-sekolah (Preschool), salon, minimarket, rumah makan, galeri, agency (modeling, bintang iklan), fitness centre, wartel, tempat kursus (bahasa asing, tari, musik), pengobatan alternative, bank. Dari total keseluruhan populasi di Komplek Rukan Artha Gading Niaga kurang lebih ada 1.000 orang, sedangkan PT ABC President Indonesia yang berlokasi di Komplek Rukan Artha Gading Niaga merupakan kantor pusat yang mempunyai karyawan 65 orang.
37
Sample didefinisikan sebagai unit observasi yang memberikan keterangan atau data yang diperlukan untuk suatu studi. Sample merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian, dimana merupakan bagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. Tehnik dalam pengambilan sample dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan cara Accidential Non Probability36, dimana pemilihan sample dilakukan secara kebetulan, yang merupakan prosedur sample yang paling mudah dijumpai atau diakses dan hasilnya dapat dievaluasi secara obyektif. Cara pengambilan data dengan mengambil sample dengan menyebarkan kuesioner untuk responden yang kebetulan ditemui penulis sebagai khalayak umum (penghuni dan karyawan ) Komplek Rukan Artha Gading Niaga khususnya di Blok A, adapun jumlah responden yang akan diberikan kuesioner adalah 80 orang, dimana jumlah populasi kurang lebih sebanyak 400 orang. dengan mengambil presisi sebesar 10%. Rumusnya adalah (Yamane, 1967:99).
n =
Keterangan:
N Nd 2 + 1
- n : Rata-rata - N : Populasi penghuni dan karyawan Komplek Rukan Artha Gading Blok A. - d2 : Presisi 10%
36
Hal 86
Bambang Setiawan, Metode Penelitian Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta,1993,
38
Cara menghitung: n=
400 (400)(0,1)2+1
=
400 (400)0,01+1
=
400 5
n=
80 orang responden
Penyebaran kuesioner dilakukan di Komplek Rukan Artha Gading Niaga khususnya blok A, karena terlalu banyaknya jumlah populasi di komplek ini, maka peneliti mempersempit daerah yang akan disebar kuesioner yaitu hanya disekitar blok A saja, karena populasi blok A sendiri sudah dianggap sesuai dengan segmentasi mi instant merek “ABC”. Selain itu kantor pusat mi instant “ABC” terletak didaerah blok A, sehingga penelitian lebih mudah dilakukan oleh peneliti.
3. 4
Definisi dan Operasionalisasi Konsep 3. 4. 1 Definisi Konsep Brand awareness (kesadaran merek) adalah kesanggupan seorang calon
pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk37.
37
Sugiarto, Siagian, Dergibson dkk, Teknik Sampling (2001) PT Gramedia Pustaka Utama
39
3. 4. 2 Operasionalisasi Konsep Untuk mengetahui sejauh mana tingkat brand awareness khalayak terhadap mie instant merek “ABC” pada khalayak umum di komplek Rukan Artha Gading Niaga dapat dilihat dari sejauh mana khalayak mengenal mie instant merek “ABC” di dalam benaknya, sebelum mengenal merek-merek yang ada di pasaran,
maka
khalayak
sebelumnya
mengalami
terpaan
iklan.
Untuk
mendapatkan variabel yang tepat, harus diperhatikan yang menjadi titik perhatian dalam penyampaian pesan, yaitu: a.
Berdasarkan pertimbangan apa khalayak memilah dan memilih mi instant yang hendak dibeli.
b. Seberapa jauh khalayak dalam mengenal mie instant merek
“ABC”
Dengan melihat titik perhatian dalam penyampaian pesan diatas, sehingga didapat variabel sebagai berikut : No 1.
VARIABEL Perhatian terhadap iklan
SUB VARIABEL −
DIMENSI
INDIKATOR
Pertimbangan
- Apakah responden
- Ya (Nilai 3)
dalam memilih
memperhatikan setiap
- Ragu-ragu (Nilai 2)
mie instant
iklan mi instant yang
- Tidak (Nilai 1)
ditayangkan/di tampilkan di media - Apakah responden memperhatikan iklan mi instant merek “ABC” yang
40
ditayangkan/di tampilkan di media - Apa yang diperhatikan responden ketika melihat iklan yang ditayangkan /ditampilkan di media (kemasan, merek, logo, atau jingle) -Apakah iklan mi instant merek “ABC” yang ditayangkan /ditampilkan di media cukup menarik - Apakah responden memperhatikan merek-merek mi instant yang dijual dipasaran -Apakah merek terkenal yang menjadi pertimbangan
41
responden untuk membeli mi instant 2.
Tingkatan
- Apakah responden
- Ya
dalam Brand
mengenal mi instant
- Ragu-ragu
Awareness
merek “ABC”
- Tidak
mulai dari yang -Brand Recognition
-Mengetahui
-Memperlihatkan 3
terendah
keberadaan merek
pilihan Logo
- Brand Unaware
setelah diberi bantuan dengan memperlihatkan logo -Brand Recall
-Top of mind
- Merek yang
-Menyebutkan 1
diingat/disebut pada
nama merek mi
urutan ke dua
instant
- Merek yang pertama kali disebut/diingat
3. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam rangka penyusunan skripsi adalah sangat penting, karena dengan mempergunakan metode yang baik, maka secara nyata membuahkan karya yang ilmiah, dengan adanya pengertian tersebut maka dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini penulis mempergunakan metode pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke perusahaan (PT ABC President Indonesia) untuk mencari informasi dan data yang
42
ada hubungannya dengan masalah yang dibahas, berikut teknik pengumpulan data yang digunakan dalam perumusan skripsi ini adalah: 1. Data Primer, yaitu data mentah yang diolah langsung oleh penulis dari responden individual dengan cara : Kuesioner,
dimana
penulis
mendapatkan
informasi
dengan
menyebarkan kuesioner kepada responden (khalayak umum dimana adalah penghuni dan karyawan yang berada di Komplek Rukan Artha Gading Niaga Blok A, Kelapa Gading). 2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan yang berupa data jadi yang disediakan oleh pihak perusahaan pada bagian Sales & Marketing berupa sejarah perusahaan, susunan organisasi, dan data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan buku-buku kepustakaan (Library Research) serta berbagai tulisan lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh pengetahuan secara teoritis dari pandangan serta pendapat para ahli sebagai bahan masukan dalam menganalisa permasalahan yang ada.
3. 6
Pengolahan dan Analisa Data Data-data yang diperoleh, kemudian dihimpun, diolah dan dianalisa secara
kuantitatif. Keseluruhan data yang diperoleh dari hasil kuesioner akan diolah melalui proses editing dan koding. Berikut adalah tahapannya :
43
1.
Editing
: mengecek dan mericek kuesioner yang telah diisi oleh
responden, jika kurang lengkap akan dikonfirmasikan kembali kepada responden yang bersangkutan. 2.
Koding
: proses perubahan data berupa kata (huruf) menjadi angka.
3.
Tabulasi
: Data yang diperoleh akan disajikan berupa table yang
berisikan ranking merek-merek yang disebutkan oleh responden, sehingga dapat terlihat tahap kesadaran merek “ABC” pada tingkatan kesadaran merek. Berdasarkan hasil kuesioner yang disebar ke beberapa responden, maka diperoleh seberapa besar jawaban untuk “Ya”, “Ragu-ragu”, dan “Tidak”. Besarnya nilai untuk setiap jawaban, berdasarkan nilai penjabaran adalah :
Jika YA akan memperoleh nilai 3.
Jika RAGU-RAGU akan memperoleh nilai 2.
Jika TIDAK akan memperoleh nilai 1.
Dalam penelitian ini peneliti hanya ingin mengetahui tingkat brand awareness mie instant “ABC” pada benak responden, selanjutnya dari hasil analisa tersebut akan ditarik suatu kesimpulan.
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. 1.
Gambaran Umum Obyek Penelitian Berdasarkan media promosi dan periklanan yang digunakan oleh PT ABC
President Indonesia dari tahun 1992 sampai saat ini mengalami peningkatan, dalam upaya mempertahankan Brand Awareness yang sudah dimiliki mi instant merek “ABC”. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya pesaing-pesaing yang bermunculan dalam bisnis mie instant. Sebagian besar orang mengenal “ABC” sebagai pemimpin pasar di kecap, saus sambal, saus tomat dan sirup. Untuk memenuhi kebutuhan konsumennya, ABC memperluas bisnisnya ke minuman dan makanan kaleng. Saat ini PT ABC President Indonesia sedang dalam proses mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000, ISO 22000:2005.
4. 1. 1 Sejarah PT ABC President Indonesia PT ABC President Enterprises Indonesia didirikan pada bulan September 1991 dengan penggabungan modal dari PT ABC Central Food Industry (Indonesia) dengan Uni-President Enterprises Corporation (Taiwan). Lalu pada bulan September tahun 2003 PT ABC President Enterprises Indonesia berubah logo dan nama menjadi PT ABC President Indonesia. Pabrik PT ABC President Indonesia berlokasi di Karawang , Jawa Barat dengan luas area 7,6 hektar. Ketika bisnis ini dibuka pada bulan Juli 1992, perusahaan hanya memproduksi beberapa
44
45
ratus ribu karton saja. Kantor Pusat PT ABC President Indonesia berada di Rukan Artha Gading Niaga Blok A No. 32-34, Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara. Kemudian untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat PT ABC President Indonesia mendirikan satu buah pabrik lagi di Kawasan Industri Deli Serdang, Sumatera Utara. 30 tahun yang lalu, Uni-President Enterprises merupakan perusahaan makanan terbesar di Taiwan. Seiring berjalannya waktu, Uni-President Enterprises memperluas jangkauannya hingga ke makanan, minuman, susu, makanan kesehatan, makanan beku. Dengan filosofi “Berjuang Untuk Yang Terbaik”, PT ABC President Indonesia berusaha menyediakan makanan bermutu tinggi dengan beraneka ragam rasa. Dengan memegang komitmen ini, maka perusahaan diharapkan akan mencapai sukses di masa mendatang.
4. 1. 2 Mie Instant “ABC” Mi Instant merek “ABC” mempunyai varian yang cukup lengkap, mulai dari mi rebus, mi goreng, mi cup, sampai snack atau makanan ringan yang ditujukan untuk anak-anak. Bahkan rasanya pun juga mempunyai banyak varian, mulai dari yang biasa sampai yang pedas. Berikut diantaranya varian mi instant “ABC” : 1. Kemasan Bag : a. Rasa Ayam Bawang
b. Rasa Soto
c. Rasa Kari Ayam
d. Rasa Baso Sapi
46
e. Rasa Sop Tomat Pedas (Selera Pedas)
f. Rasa Semur Ayam Pedas (Selera Pedas)
g. Rasa Gulai Ayam Pedas (Selera Pedas)
h. Mi-Goreng Pangsit
2. Kemasan Cup : a. Rasa Ayam Bawang
b. Rasa Soto
c. Rasa Kari Ayam
d. Rasa Baso Sapi
e. Rasa Seafood
f. Rasa Sop Tomat Pedas (Selera Pedas)
g. Rasa Semur Ayam Pedas (Selera Pedas) h. Rasa Gulai Ayam Pedas (Selera Pedas) 3. Snack Noodles : a. Rasa Ayam Bawang
b. Rasa Keju
c. Rasa Ayam Goreng
d. Rasa Jagung Bakar.
Semua produk-produk mi instant merek “ABC” tersebut memilih berbagai media iklan untuk mengkomunikasikan produknya mulai dari media lini atas (above the line) sampai media lini bawah (below the line). Pertimbangan PT ABC President Indonesia menggunakan kedua media ini sebagai media iklan, pihak PT ABC President Indonesia. (pengiklan) melakukan kegiatan kampanye periklanan dengan gencar di berbagai media, baik itu media elektronik, cetak, billboard, dan media lainnya agar pesan yang ingin disampaikan dapat menjangkau sasaran dengan efektif dimana setiap jenis iklan membutuhkan media yang berbeda-beda sebagai media mix (bauran media) yang saling mendukung satu dengan lainnya untuk meraih dampak atau respon dari para konsumen sebesar-besarnya.
47
Periklanan berkaitan dalam pemilihan media iklan, hal ini harus memperhatikan jangkauan, frekwensi, pemilihan tipe media dan menetapkan waktu penayangan. Jangkauan yang dimaksud dalam teori adalah ukuran presentase orang dalam pasar sasaran yang melihat atau mendengar kampanye iklan dalam periode waktu tertentu. Frekwensi adalah ukuran berapa kali rata-rata orang dalam pasar sasaran melihat atau mendengar pesan yang dimaksud.dalam pemilihan media harus diperhatikan kebiasaan media dari konsumen sasaran, misalnya televisi adalah media terbaik dalam penyampaian pesan dari produk tersebut karena adanya kombinasi gambar, suara dan gerakan dan dapat merangsang indera dari konsumen, sehingga dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli produk tersebut. Menetapkan waktu penayangan, pemasangan iklan juga harus menetapkan bagaimana menjadwalkan iklan dalam kurun waktu setahun dan memperhatikan pola iklan. PT ABC President Indonesia dalam menayangkan iklan di televisi juga memperhatikan waktu penayangan iklan sebagai contoh pada saat jam 12 siang ditayangkan iklan mi instant “ABC” Selera Pedas, atau pada acara-acara televisi yang mempunyai rating tinggi (Extravaganza, telenovela, sinetron, reality show, dll) pada hari Minggu pagi ditayangkan iklan Snack Noodles (Mi-Remez) untuk anak-anak menyaksikan acara di televisi (seperti film kartun, hiburan anak-anak, dll). Media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid juga merupakan media yang digunakan PT ABC President Indonesia dalam beriklan, karena selain biayanya lebih minim namun jangkauannya luas.
48
Untuk media lainnya yang juga menjadi andalan PT ABC President Indonesia adalah spanduk yang dipasang dikawasan kota-kota besar di Indonesia, leaflet yang disebarkan di pusat perbelanjaan di kota-kota besar. PT ABC President Indonesia juga sering mengikuti pameran-pameran yang diadakan seperti PRJ, mensponsori kegiatan-kegiatan seni, keagamaan, dll.
4. 2.
Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 02 Oktober sampai dengan tanggal
01 November 2006. Pengambilan sampel ini dilakukan pada khalayak umum (penghuni dan karyawan) yang berada di Komplek Rukan Artha Gading Niaga Blok A, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Pada bab ini penulis akan membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan Brand Awareness mie instant “ABC” yaitu berdasarkan pertimbangan apa responden dalam memilih sebuah merek, khususnya mie instant. Dalam rangka untuk mengetahui Brand Awareness melalui penyebaran kuesioner, maka dari jumlah item pertanyaan, setiap responden memiliki taraf Brand Awareness yang berbeda-beda terhadap mi instant merek “ABC”.
4. 2. 1
Data Responden
Untuk mengetahui identitas responden, pada isian data responden terdapat 4 jenis pertanyaan yang harus dijawab, yaitu Jenis kelamin (lihat tabel 1.1), Usia (lihat tabel 1.2), Pekerjaan (lihat tabel 1.3), dan yang terakhir Pengeluaran rata-rata perbulan (lihat tabel 1.4).
49
Responden yang diteliti sebanyak 80 orang dan semua responden adalah khalayak umum Komplek Rukan Artha Gading Niaga. 1. Jenis Kelamin Tabel 1.1 menunjukkan data jenis kelamin responden. Jumlah pria lebih kecil daripada wanita dapat terlihat pada tabel, menunjukkan dari 80 orang, terdapat 38 orang laki-laki atau 47,5% dan wanita 42 orang atau 52,5% dari 100%. Tabel 1.1 Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Valid
Pria
Frequency 38
Percent 47.5
Valid Percent 47.5
Cumulative Percent 47.5 100.0
Wanita
42
52.5
52.5
Total
80
100.0
100.0
(Tabel 1.1) Sumber : Pertanyaan Data Responden No.1
2. Usia Tabel 1.2 dibawah ini menunjukkan perbedaan usia produktif ratarata responden. Pada tabel dibawah dapat dilihat usia rata-rata responden khalayak umum Komplek Rukan Artha Gading Niaga berusia 11-20 tahun sebanyak 16 orang atau 20%, disusul responden berusia 21-30 tahun sebanyak 32 orang atau 40%, dan respnden usia 31-40 tahun sebanyak 23 orang atau 28.8% dan usia lebih dari 40 tahun sebanyak 9 orang atau 11,3%.
50
Tabel 1.2 Usia Usia Responden
Valid
11 s.d 20 tahun 21 s.d 30 tahun 31 s.d 40 tahun > 40 tahun Total
Frequency 16 32 23 9 80
Percent 20.0 40.0 28.8 11.3 100.0
Valid Percent 20.0 40.0 28.8 11.3 100.0
Cumulative Percent 20.0 60.0 88.8 100.0
(Tabel 1.2) Sumber : Pertanyaan Data Responden No.2
3.
Pekerjaan Tabel 1.3 menunjukkan pekerjaan responden dengan pilihan
pelajar/mahasiswa, pegawai negeri, pegawai swasta, wirausaha dan lainnya. Dari tabel 1.3 dibawah ini, dapat ditarik kesimpulan sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta sebanyak 35 orang atau 43,8%, sedangkan wiraswasta sebanyak 10 orang atau 12,5%. Kemudian berbeda jauh dengan jumlah responden yang memiliki pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 22 orang atau 27,5%, pegawai negeri sebanyak 10 orang atau 12,5%, dan terakhir responden yang tidak memiliki pekerjaan tetap atau lainnya sebanyak 3 orang atau 3,8%.
51
Tabel 1.3 Pekerjaan Pekerjaan
Valid
pelajar / mahasiswa pegawai negeri pegawai swasta wiraswasta lainnya Total
Frequency 22 10 35 10 3 80
Percent 27.5 12.5 43.8 12.5 3.8 100.0
Valid Percent 27.5 12.5 43.8 12.5 3.8 100.0
Cumulative Percent 27.5 40.0 83.8 96.3 100.0
(Tabel 1.3) Sumber : Pertanyaan Data Responden No.3
4.
Pengeluaran rata-rata perbulan Tabel 1.4 dapat dilihat kategori pengeluaran responden rata-rata
setiap bulannya. Pengeluaran rata-rata perbulan, yang dapat dilihat pada tabel 1.4, besar pengeluaran responden rata-rata yaitu pengeluaran 600.000-1,5 juta rupiah merupakan pengeluaran 31 orang responden atau 38,8%, sedangkan pengeluaran lebih dari 3,6 juta perbulannya diakui oleh 2 orang atau 2,5%. Sebanyak 17 orang responden atau 21,3% mengeluarkan uang sebanyak 1,6-2,5 juta perbulannya, disusul oleh responden yang membelanjakan uangnya sekitar kurang 500 ribu perbulan sebanyak 23 orang atau 28,8% dan sebanyak 7 orang atau 8,8% mengeluarkan uang perbulannya sekitar 2,6-3,5 juta rupiah.
52
Tabel 1.4 Pengeluaran Rata-rata Perbulan Pengeluaran per bulan
Valid
< Rp 500.000.Rp. 600.000 Rp.1.500.000.Rp. 1.600.000 Rp 2.500.000.Rp 2.600.000 Rp.3.500.000.> Rp. 3.600.000.Total
Frequency 23
Percent 28.8
Valid Percent 28.8
Cumulative Percent 28.8
31
38.8
38.8
67.5
17
21.3
21.3
88.8
7
8.8
8.8
97.5
2 80
2.5 100.0
2.5 100.0
100.0
(Tabel 1.4) Sumber : Pertanyaan Data Responden No.4
4. 2. 2 Perhatian Terhadap Iklan Tanggapan responden terhadap 28 pertanyaan mengenai perhatian terhadap iklan yang didapat responden adalah sebagai berikut : A. Pertimbangan dalam memilih mie instant Ekspose pesan adalah suatu publikasi isi materi pesan iklan melalui media. Dalam penelitian ini responden diberi pertanyaan mengenai tingkat perhatian responden terhadap pesan iklan yang dipublikasikan melalui media. 1. Memperhatikan
setiap
iklan
Mi
Instant
yang
ditayangkan/ditampilkan di media. Tabel 2.1 berikut ini menunjukkan hasil atas pernyataan apakah responden memperhatikan setiap iklan mi instant yang ditayangkan/ditampilkan di media.. Tidak dinyatakan oleh 21 orang responden atau 26,3% dan Ragu-
53
ragu dinyatakan oleh 39 orang responden atau 48,8%, sedangkan ada 20 orang responden atau 25% yang menjawab Ya. Untuk memperjelas gambaran, dapat diperhatikan tabel 3.2 yang ada dibawah ini:
Tabel 2.1 Memperhatikan Iklan Mi Instant yang Ditayangkan/Ditampilkan di Media Memperhatikan Iklan Mi-Instant
Valid
Tidak Ragu-Ragu Ya Total
Frequency 21 39 20 80
Percent 26.3 48.8 25.0 100.0
Valid Percent 26.3 48.8 25.0 100.0
Cumulative Percent 26.3 75.0 100.0
(Tabel 2.1) Sumber : Pertanyaan Kuesioner No.5
2. Memperhatikan
setiap
iklan
Mi
Instant
ABC
yang
ditayangkan/ditampilkan di media. Tabel 2.2 berikut ini menunjukkan hasil atas pernyataan apakah responden memperhatikan setiap iklan mi instant ABC yang ditayangkan/ditampilkan di media.. Tidak dinyatakan oleh 15 orang responden atau 18,8% dan Ragu-ragu dinyatakan oleh 40 orang responden atau 50%, sedangkan ada 25 orang responden atau 31,3% yang menjawab Ya. Untuk memperjelas gambaran, dapat diperhatikan tabel 2.2 yang ada dibawah ini:
54
Tabel 2.2 Memperhatikan Iklan Mi Instant ABC yang Ditayangkan/Ditampilkan di Media Memperhatikan Iklan Mi-Instant ABC
Valid
Tidak Ragu-Ragu Ya Total
Frequency 15 40 25 80
Percent 18.8 50.0 31.3 100.0
Valid Percent 18.8 50.0 31.3 100.0
Cumulative Percent 18.8 68.8 100.0
(Tabel 2.2) Sumber : Pertanyaan Kuesioner No.6
3. (Kemasan) yang diperhatikan responden pada saat melihat iklan. Tabel 2.3 berikut ini menunjukkan hasil atas pernyataan apakah (kemasan) yang diperhatikan responden pada saat melihat iklan. Tidak dinyatakan oleh 11 orang responden atau 13,8% dan Ragu-ragu dinyatakan oleh 16 orang responden atau 20%, sedangkan ada 53 orang responden atau 66,3% yang menjawab Ya. Untuk memperjelas gambaran, dapat diperhatikan tabel 3.5 yang ada dibawah ini: Tabel 2.3 (Kemasan) yang diperhatikan responden pada saat melihat iklan Memperhatikan Kemasan
Valid
Tidak Ragu-Ragu Ya Total
Frequency 11 16 53 80
Percent 13.8 20.0 66.3 100.0
(Tabel 2.3) Sumber : Pertanyaan Kuesioner No.7
Valid Percent 13.8 20.0 66.3 100.0
Cumulative Percent 13.8 33.8 100.0
55
4. (Merek) yang diperhatikan responden pada saat melihat iklan. Tabel 2.4 menggambarkan hasil tanggapan responden terhadap pernyataan apakah (merek) yang diperhatikan responden pada saat melihat iklan. Dari total 80 responden, terjadi selisih yang amat tipis, yaitu ada 6 orang responden atau 7,5% menyatakan Tidak, sedangkan ada 5 orang responden atau 6,3% yang Ragu-ragu atas pernyataan diatas, yakni memperhatikan (merek) pada saat melihat iklan. Terdapat 69 orang responden atau 86,3% yang menjawab Ya dalam artian memperhatikan (merek) pada saat melihat iklan. Tabel 2.4 (Merek) Yang Diperhatikan Responden Pada Saat Melihat Iklan Memperhatikan Merek
Valid
Tidak Ragu-Ragu Ya Total
Frequency 6 5 69 80
Percent 7.5 6.3 86.3 100.0
Valid Percent 7.5 6.3 86.3 100.0
Cumulative Percent 7.5 13.8 100.0
(Tabel 2.4) Sumber : Pertanyaan Kuesioner No.8
5. (Logo) yang diperhatikan responden pada saat melihat iklan. Tabel 2.5 menggambarkan hasil tanggapan responden terhadap pernyataan apakah (logo) yang diperhatikan responden pada saat melihat iklan. Dari total 80 responden, terjadi selisih yang amat jauh, yaitu ada 41 orang responden atau 51,3% menyatakan Tidak, sedangkan ada 28 orang responden atau 35% yang Ragu-ragu atas pernyataan diatas, yakni
56
memperhatikan (logo) pada saat melihat iklan. Terdapat 11 orang responden atau 13,8% yang memjawab Ya dalam artian memperhatikan (logo) pada saat melihat iklan. Tabel 2.5 (Logo) Yang Diperhatikan Responden Pada Saat Melihat Iklan Memperhatikan Logo
Valid
Tidak Ragu-Ragu Ya Total
Frequency 41 28 11 80
Percent 51.3 35.0 13.8 100.0
Valid Percent 51.3 35.0 13.8 100.0
Cumulative Percent 51.3 86.3 100.0
(Tabel 2.5) Sumber : Pertanyaan Kuesioner No.9
6. (Jingle) yang diperhatikan responden pada saat melihat iklan. Tabel 2.6 menggambarkan hasil tanggapan responden terhadap pernyataan apakah (jingle) yang diperhatikan responden pada saat melihat iklan. Dari total 80 responden, terjadi selisih yang amat tipis, yaitu ada 19 orang responden atau 23,8% menyatakan Tidak, sedangkan ada 18 orang responden atau 22,5% yang Ragu-ragu atas pernyataan diatas, yakni memperhatikan (jingle) pada saat melihat iklan. Terdapat 43 orang responden atau 53,8% yang menjawab Ya dalam artian memperhatikan (jingle) pada saat melihat iklan.
57
Tabel 2.6 (Jingle) Yang Diperhatikan Responden Pada Saat Melihat Iklan Memperhatikan Jingle
Valid
Tidak Ragu-Ragu Ya Total
Frequency 19 18 43 80
Percent 23.8 22.5 53.8 100.0
Valid Percent 23.8 22.5 53.8 100.0
Cumulative Percent 23.8 46.3 100.0
(Tabel 2.6) Sumber : Pertanyaan Kuesioner No. 10
7. Memperhatikan merek-merek mi instant yang dijual dipasaran. Tabel 2.7 menggambarkan hasil tanggapan responden terhadap pernyataan apakah responden memperhatikan merek-merek mi instant yang dijual dipasaran. Dari total 80 responde, yaitu ada 17 orang responden atau 21,3% menyatakan Tidak, sedangkan ada 41 orang responden atau 51,3% yang Ragu-ragu atas pernyataan diatas, yakni memperhatikan merekmerek yang dijual dipasaran. Terdapat 22 orang responden atau 27,5% yang menjawab Ya. Tabel 2.7 Memperhatikan Merek-Merek yang Dijual Dipasaran Memperhatikan Merek Mi-Instan di Pasaran
Valid
Tidak Ragu-Ragu Ya Total
Frequency 17 41 22 80
Percent 21.3 51.3 27.5 100.0
(Tabel 2.7) Sumber : Pertanyaan Kuesioner No.11
Valid Percent 21.3 51.3 27.5 100.0
Cumulative Percent 21.3 72.5 100.0
58
8.
Merek terkenal yang menjadi pertimbangan responden untuk membeli mi instant. Tabel 2.8 menggambarkan hasil tanggapan responden terhadap pernyataan apakah merek terkenal yang menjadi pertimbangan responden untuk membeli mi instant. Dari total 80 responden, yaitu ada 12 orang responden atau 15% menyatakan Tidak, sedangkan ada 20 orang responden atau 25% yang Ragu-ragu atas pernyataan diatas, terdapat 48 orang responden atau 60% yang menjawabYa. Tabel 2.8
Merek Terkenal yang Menjadi Pertimbangan Untuk Membeli Mi Instant Merek Menjadi Pertimbangan
Valid
Tidak Ragu-Ragu Ya Total
Frequency 12 20 48 80
Percent 15.0 25.0 60.0 100.0
Valid Percent 15.0 25.0 60.0 100.0
Cumulative Percent 15.0 40.0 100.0
(Tabel 2.8) Sumber : Pertanyaan Kuesioner No.12
9. Iklan mi instant merek ABC yang ditayangkan/ditampilkan di media-media cukup menarik. Tabel 2.9 menggambarkan hasil tanggapan responden terhadap pernyataan apakah iklan mi instant merek ABC yang ditayangkan/ditampilkan di media-media cukup menarik. Dari total 80 responden, yaitu ada 8 orang responden atau 10% menyatakan Tidak, sedangkan ada 46 orang
59
responden atau 57,5% yang Ragu-ragu atas pernyataan diatas, terdapat 26 orang responden atau 32,5% yang menjawab Ya. Tabel 2.9 Iklan Mi Instant Merek ABC yang Ditayangkan/Ditampilkan Di Media-Media Cukup Menarik ABC Tampil Di Media Cukup Menarik
Valid
Tidak Ragu-Ragu Ya Total
Frequency 8 46 26 80
Percent 10.0 57.5 32.5 100.0
Valid Percent 10.0 57.5 32.5 100.0
Cumulative Percent 10.0 67.5 100.0
(Tabel 2.9) Sumber : Pertanyaan Kuesioner No.13
4. 2. 3 Tingkatan Dalam Brand Awareness Mulai Dari Yang Terendah Tanggapan responden terhadap 5 pertanyaan mengenai merek mi instant ABC berdasarkan tingkatan dalam Brand Awareness mulai dari yang terendah : Hasil penelitian ini diatur melalui tingkatan piramida brand awareness yang meliputi : 1. Unaware of Brand :Tahap dimana khalayak dapat mengingat merek tertentu (letaknya terbawah pada tingkat piramida). 2. Brand Recognition:Tahap dimana khalayak dapat mengingat merek dengan bantuan, misalnya dengan menyebutkan beberapa merek yang sejenis (jenis jasa yang sama) dan mengidentifikasikan merek yang ditanyakan (letaknya pada tingkat no 2 dari bawah piramida).
60
3. Brand Recall
: Tahap dimana banyak khalayak dapat mengingat
suatu merek dan tanpa dibantu untuk mengingat merek tersebut (letaknya pada tingkat no. 3 dari bawah piramida). 4. Top of Mind
: Tahap
dimana
khalayak
tidak
memerlukan
pertolongan dalam mengingat kembali sebuah merek dan merupakan posisi yang sangat khusus (letaknya pada tingkat teratas piramida). Dari tiap-tiap level brand awareness yang diteliti akan ditabulasikan. Untuk mengukur Top of Mind akan dilihat dari responden yang menyebutkan merek mie instant yang pertama kali ia ingat pada hasil kuesioner. 1. Mengenal Mi Instant merek ABC (Unaware of Brand) Untuk mengukur unaware dari keberadaan mie instant merek “ABC” akan dilihat dari responden yang ditanyakan tentang keberadaan mie instant merek “ABC”, adapun pernyataannya adalah dengan menanyakan tingkat pengetahuan responden terhadap keberadaan merek mie instant “ABC”. Pengenalan responden terhadap keberadaan mi instant merek “ABC” akan dilihat pada table berikut ini : Tabel 3.1 menggambarkan hasil tanggapan responden terhadap pernyataan apakah responden mengenal mi instant merek ABC. Dari total 80 responden, yaitu ada 6 orang responden atau 7,50% menyatakan Tidak, sedangkan ada 25 orang responden atau 31,30% yang Ragu-ragu atas pernyataan diatas, terdapat 49 orang responden atau 61,30% yang menjawab Ya. Dari data dibawah ini dapat dilihat bahwa jumlah
61
responden yang mengetahui keberadaan mie instant merek “ABC” lebih dominan, karena lebih dari setengah berdasarkan total responden. Tabel 3.1 Mengenal Mi-Instant Merek ABC Mengenal Mi-Instant Merek ABC
Valid
Tidak Ragu-Ragu Ya Total
Frequency 6 25 49 80
Percent 7.5 31.3 61.3 100.0
Valid Percent 7.5 31.3 61.3 100.0
Cumulative Percent 7.5 38.8 100.0
(Tabel 3.1) Sumber : Pertanyaan Kuesioner No.14
2. Mengetahui logo mi instant merek ABC (Brand Recognition). Tabel 3.2 menggambarkan hasil tanggapan responden terhadap pernyataan apakah responden mengetahui Logo Mi Instant ABC. Untuk mengetahui tentang keberadaan merek ABC setelah diberi bantuan dengan memperlihatkan logo. Dari total 80 responden, yaitu ada 5 orang responden atau 6,3% menyatakan Tidak, sedangkan ada 26 orang responden atau 32,5% yang Ragu-ragu atas pernyataan diatas, terdapat 49 orang responden atau 61,3% yang menjawab Ya.
62
Tabel 3.2 Mengetahui Logo Mi Instant Merek ABC Mengetahui Logo Mi-Instant ABC
Valid
Tidak Ragu-Ragu Ya Total
Frequency 5 26 49 80
Percent 6.3 32.5 61.3 100.0
Valid Percent 6.3 32.5 61.3 100.0
Cumulative Percent 6.3 38.8 100.0
(Tabel 3.2) Sumber : Pertanyaan Kuesioner No.15
(Mengetahui Logo Mie Instant “ABC” setelah diberi bantuan dengan pertanyaan pilihan Logo, yang benar pada pilihan B) Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 80 orang responden yang mengetahui logo“ABC” dimana 68 orang responden atau sebesar 85% memberi pilihan pada logo yang benar (gambar B), sebesar 12 orang responden memberikan jawaban yang salah. Ini berarti dari 80 orang responden setelah diberi bantuan dengan memperlihatkan logo ABC, hanya 12 responden saja yang memberikan jawaban keliru diantaranya (5 orang responden memilih gambar A dan 7 orang reponden memilih gambar C), sedangkan sisanya dapat mengingat logo mie instant“ABC” dengan baik, berikut di bawah ini gambar logo-logo ABC yang menjadi pilihan, beserta tabel yang dihitung bukan berdasarkan pengolahan data secara SPSS :
63
A
B
C
Tabel 3.3 Logo Mi Instant “ABC” No
Keterangan
Frekuensi
Persentase
1
Gambar A (Salah)
5
6,25%
2
Gambar B (Benar)
68
85%
3
Gambar C (Salah)
7
8,75%
Total
80
100 %
(Tabel 3.3) Sumber : Pertanyaan Kuesioner No.16
3. Merek mi instant yang diingat/disebut pada urutan kedua (Brand Recall). Tabel 3.4 menggambarkan hasil tanggapan responden terhadap pertanyaan mengenai merek mi instant yang diingat/disebut pada urutan kedua yang dihitung bukan berdasarkan pengolahan data secara SPSS. Dari total 80 responden, yaitu ada 16 orang responden atau 20% yang menyatakan Indomie sebagai Brand Recall (merek mi instant yang diingat/disebut pada urutan kedua), sedangkan ada 20 orang responden atau 25% yang
64
menyatakan Mi-Sedap sebagai Brand Recall (merek mi instant yang diingat/disebut pada urutan kedua), ada 13 orang responden atau 16,25% yang menyatakan Mi-ABC sebagai Brand Recall (merek mi instant yang diingat/disebut pada urutan kedua), terdapat 10 orang responden atau 12,5% yang menyatakan Supermie sebagai Brand Recall (merek mi instant yang diingat/disebut pada urutan kedua), kemudian 8 orang responden atau 10% yang menyatakan Kare sebagai Brand Recall (merek mi instant yang diingat/disebut pada urutan kedua). Sekitar 7 orang responden atau 8,75% yang menyatakan Sarimi sebagai Brand Recall (merek mi instant yang diingat/disebut pada urutan kedua). Sekitar 2 orang responden atau 2,5% yang menyatakan Alhamie sebagai Brand Recall (merek mi instant yang diingat/disebut pada urutan kedua). Dan yang terakhir ada 4 orang responden atau 5% yang menyatakan Mi-Duo sebagai Brand Recall (merek mi instant yang diingat/disebut pada urutan kedua). Tabel 3.4 Merek Mi-Instant yang Diingat/Disebut Pada Urutan kedua No
Merek Mie Instant
Frekuensi
Persentase
1
Indomie
16
20%
2
Mi-Sedap
20
25%
3
Mi-ABC
13
16,25%
4
Supermi
10
12,50%
5
Kare
8
10%
65
6
Sarimi
7
8,75%
7
Alhamie
2
2,5%
8
Mi-Duo
4
5%
Total
80
100%
(Tabel 3.4) Sumber : Pertanyaan Kuesioner No.18
4. Merek mi instant yang diingat/disebut pertama kali (Top of Mind). Untuk menggali informasi Top of Mind, pertanyaan berikut diajukan kepada responden : “Merek mie instant apa yang pertama kali responden ingat/sebut?” hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut : Dari penjabaran table 3.5 dapat diketahui bahwa dari 80 responden terdapat 41 responden atau sebesar 51,25% menyatakan Indomie sebagai Top of Mind (merek mie instant yang pertama kali mereka ingat/sebut), sebanyak 18 orang responden atau sebesar 22,5% menyatakan Mi-Sedap sebagai Top of Mind (merek mie instant yang pertama kali mereka ingat/sebut), sebanyak 15 orang responden atau sebesar 18,75% menyatakan “Mi-ABC” sebagai Top of Mind (merek mie instant yang pertama kali mereka ingat/sebut), sebanyak 4 orang responden atau sebesar 5 % menyatakan Supermie sebagai Top of Mind ( merek mie instant yang pertama kali mereka ingat/sebut), sebanyak 2 orang responden atau sebesar 2,5% menyatakan Sarimi sebagai Top of Mind (merek mie instant yang pertama kali mereka ingat/sebut).
66
Tabel 3.5 Merek Mi-Instant yang Pertama kali Diingat/Disebut No
Merek Mie Instant
Frekuensi
Persentase
1
Indomie
41
51,25%
2
Mi-Sedap
18
22,5%
3
Mi-ABC
15
18,75%
4
Supermi
4
5%
5
Sarimi
2
2,5%
Total
80
100%
(Tabel 3.5) Sumber : Pertanyaan Kuesioner No.17
4.3
Pembahasan Berdasarkan hasil survey berupa beberapa pertanyaan dalam bentuk
kuesioner, maka dapat ditarik kesimpulan dari variabel-variabel yang ada, sebagai berikut: Pada tingkatan Unaware of Brand, mie instant merek ABC ternyata sudah dikenal oleh lebih dari setengah jumlah responden, berdasarkan 1 pertanyaan yang diajukan mengenai pengetahuan tentang keberadaan mie instant merek ABC, pernyataan Ya lebih dari 50% terdapat pada pertanyaan no.14, yakni sekitar 49 orang responden atau 61,3% dari total responden 80 orang. Hal ini berdasarkan pengalaman dan pengenalan responden terhadap merek ABC baik melalui media maupun bukan melalui media.
67
Pada tingkatan Brand Recognition dari total 80 orang responden sebanyak 68 orang responden atau sebesar 85% menjawab dengan benar pilihan logo yang diperlihatkan pada pertanyaan no. 16, hal ini menunjukkan bahwa responden dapat mengetahui logo ABC dengan benar setelah diberi bantuan dengan memperlihatkan logo. Pada tingkatan Brand Recall, berdasarkan pertanyaan yang diajukan pada kuesioner no. 18, ada 8 merek mi instant yang diingat/disebut responden setelah 1 nama merek mi instant yang pertama kali diingat/disebut, yakni Mi-Sedap terletak pada peringkat 1, dan Indomie berada di peringkat ke 2, sedangkan ABC terletak pada peringkat ke 3. Sisanya adalah 5 merek lainnya, diantaranya Supermie, Kare, Sarimi, Mi-Duo, dan pada peringkat terakhir mi instant merek Alhamie. Pada tingkatan Top of Mind Brand Awareness, berdasarkan pertanyaan yang diajukan pada kuesioner no.17, mie instant Indomie adalah menempati peringkat pertama merek yang pertama kali diingat responden, yakni lebih dari setengah jumlah responden memilih mie instant merek Indomie sebagai merek yang pertama kali diingat/disebut sebanyak 41 orang responden atau 51,25%, sedangkan merek ABC menduduki peringkat ke 3, tidak berbeda pada tingkatan Brand Recall ABC juga menempati peringkat ke 3, hal ini disebabkan munculnya produk baru Mi-Sedap, yang mampu mendobrak pasar, sampai mampu menduduki peringkat ke 2 dari tingkatan Top of Mind. Sedangkan secara keseluruhan mie instant merek“ABC” adalah merek yang menempati tingkatan Brand Awareness pada tingkat Brand Recognition,
68
dimana mie instant merek “ABC dapat dikenali khalayak umum apabila diberi bantuan dengan memperlihatkan identitas yang dimiliki “ABC”. Dari 10 pertanyaan kuesioner yang diajukan mengenai perhatian terhadap iklan semua dijawab oleh responden. Pernyataan Ya lebih dari 50% hanya terdapat pada pertanyaan kuesioner nomor 7, 8, 9, 10 – memperhatikan kemasan, merek, jingle pada saat memperhatikan sebuah iklan (Ya, 66,3%, 86,3%, 53,8%, 60%). Untuk membuat iklan yang baik, sehingga sebuah merek dapat menjadi Brand Awareness adalah dengan membuat kemasan, nama merek dan jingle yang menarik dan mudah diingat.
69
BAB V PENUTUP
5. 1
Kesimpulan Sebagai penutup dari penyusunan skripsi ini, penulis akan memberikan
kesimpulan dan saran-saran sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu dan berdasarkan pada hasil penelitian yang ada, maka kesimpulan yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut
:
1. Merek dapat menambah nilai suatu produk atau jasa, dan dapat mempengaruhi Brand Awareness suatu produk atau jasa, sehingga dapat mudah diterima oleh khalayak umum, karena merek adalah alat utama yang digunakan pemasar untuk membedakan produk mereka dari produk pesaing. 2. Merek berfungsi untuk menunjukkan asal produk, jasa, dan tekhnologi. Merek juga bermanfaat sebagai identifikasi produk, penjualan berulang, penjualan produk baru. Merek juga dapat mempengaruhi tingkat Brand Awareness suatu produk atau jasa. Tingkatan dalam Brand Awareness mulai dari yang terendah adalah sebagai berikut Unaware of Brand, Brand Recognition, Brand Recall, Top of Mind . 3. Kegiatan periklanan sangat penting dalam meningkatkan Brand Awareness dan penjualan produk atau jasa suatu perusahaan, iklan merupakan sebuah komunikasi yang mampu mengubah perilaku
69
70
khalayak. Daya pikat iklan dibangun untuk mengingatkan khalayak pada citra tertentu. 4. Penelitian dilakukan pada khalayak umum (penghuni dan karyawan) di Komplek Rukan Artha Gading Niaga Blok A, Kelapa Gading dimana PT
ABC President Indonesia produsen mie instant merek ABC
beralokasi. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan data primer dan data sekunder. 5. Berbagai promosi termasuk periklanan yang dilakukan bagian marketing PT ABC President Indonesia untuk mempertahankan Brand Awareness mie instant merek ABC, karena Brand Awareness penting bagi perusahaan sebagai dasar untuk meraih kepercayaan dan loyalitas konsumen. 6. Tingkat
perhatian
responden
terhadap
iklan
yang
ditayangkan/ditampilkan pada media-media juga sangat berbeda-beda. Merek, kemasan, dan jingle yang menarik, mudah dimengerti dan mudah diingat adalah faktor yang mendukung tingkat perhatian dan daya ingat responden terhadap iklan. 7. Pada tingkatan Brand Awareness mie instant merek ABC mulai dari yang terendah berikut dibawah ini hasil penelitian : - Unaware of Brand
: Mi instant merek ABC ternyata sudah
dikenal oleh sebagian responden. - Brand Recognition
: Responden juga mengetahui logo ABC
dengan baik, namun ada pula responden yang mengetahui logo ABC
71
setelah diberi bantuan dengan cara penulis memperlihatkan 3 logo (terdiri dari 1 logo yang benar, 2 logo yang salah) dan responden diminta memilih salah satu logo mana yang benar. - Brand Recall
: Pada tingkatan ini mie instant merek ABC berada
pada peringkat ke 3, hasil ini didapat denngan cara memberi pertanyaan pada responden, sebutkan 1 buah merek mi instant yang anda ingat/sebut setelah merek yang pertama kali anda ingat/sebut. - Top of Mind
: Pada tingkatan ini mie instant merek ABC juga
berada pada peringkat ke 3, hasil ini didapat denngan cara memberi pertanyaan pada responden, sebutkan 1 buah merek mi instant yang pertama kali anda ingat/sebut. Dari hasil survey dapat disimpulkan, bahwa Brand Awareness sebuah merek sangat penting untuk suksesnya suatu produk atau jasa suatu perusahaan dan sebagai dasar untuk memperoleh kepercayaan serta loyalitas konsumen, karena konsumen beranggapan bahwa merek yang terkenal adalah pendukung untuk mendapatkan suatu produk yang berkualitas ataupun pelayanan jasa yang memuaskan.
5. 2
Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian yang ada, maka berikut di bawah ini saran-
saran yang dapat dikemukakan penulis, dan diharapkan dapat memberikan masukan untuk PT ABC President Indonesia :
72
1. Berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki PT ABC President Indonesia sebagai produsen mi instant merek ABC, seharusnya PT ABC President Indonesia lebih mampu instrospeksi dan mengatasi terhadap segala masalah yang timbul atau dihadapi mengenai Brand Awareness mi instant merek ABC sebab-sebab apa saja yang menyebabkan turunnya Brand Awareness yang sudah dimilikinya selama belasan tahun dan direbut oleh pesaing-pesaing baru. 2. Dengan melihat hasil survey, iklan yang efektif untuk membangun Brand
Awareness
sebaiknya
adalah
secara
continue
ditayangkan/ditampilkan di media-media. 3. Untuk membangun Brand Awareness yang kuat sebaiknya iklan yang dtayangkan/ditampilkan dapat mudah dimengerti dan mudah diingat. 4. Berdasarkan hasil survey terpaan iklan yang dilakukan oleh PT ABC President Indonesia sebaiknya lebih ditingkatkan karena masih sangat kurang, dibandingkan dengan terpaan iklan yang dilakukan para pesaingnya, sehingga menyebabkan mie instant merek “ABC” mengalami penurunan tingkat Brand Awareness. 5. Sebaiknya PT ABC President Indonesia sering melakukan inovasi baru terhadap mie instant merek “ABC”, baik itu kemasan, varian, atau membuat keunikan tersendiri terhadap produk dari mie instant merek “ABC”, agar dapat dibedakan dari merek-merek pesaing
73
yang ada di pasaran dan sebaiknya hal tersebut diatas sesuaikan dengan selera khalayak umum, sehingga dapat diterima oleh para konsumen mie instant.
74
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, PT Alfabeta, Bandung, 2000 Al, Ries.”The 22 Immutable Laws of Branding.” Jakarta, 1997 Ananda, Aris. Eds. Aaker, David A. Manajemen Ekuitas Merek : Memanfaatkan Nilai dari Suatu Merek, Oleh (by) David Aaker. Jakarta, 1997 Denis McQuail dan Sven Windahl. Model-Model Komunikasi., Uni Primas, Jakarta, 1985 Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.”Buku Panduan, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.”, Tangerang, 2006 Durianto, Darmadi, dkk. Strategi Menaklukkan Pasar : Melalui Riset Ekuitas dan Pelaku Merek, Jakarta, 2001 Durianto, Darmadi., Sugiarto Siagian., dan Lie Jojo Budiman. Brand Equity Tenn : Strategi Memimpin Pasar, Jakarta, 2004 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media,Bandung, 2004 James G. Robbin dan Barbara S. Jones. Effective for Today Manajer. Prentice Hall, Inc, 1982 Jefkins, Frank. Periklanan. Terj. Yati Sumiharti, S.E dan Drs. Singgih Agung, Jakarta, 1997 Kartajaya, Hermawan. Marketing 2000 : Siasat Memenangkan Persaingan Global, Jakarta, 1997 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran, Analisis, Implementasi dan Pengendalian, Erlangga, Jakarta, 1995
Perencanaan,
Kotler, Philip. Manajemen Implementasi, Kontrol, Jakarta, 1995
Pemasaran,
Analisis,
Perencanaan,
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran, Implementasi, dan Pengendalian, Jakarta, 1996
Analisis,
Perencanaan,
75
Kotler, Philip, dan Gary Amstrong. Dasar-Dasar Pemasaran : Principles of Marketing 7e, Jakarta, 1997 Kotler, Philip. Manajemen Implementasi, Kontrol, Jakarta, 1997
Pemasaran,
Analisis,
Perencanaan,
Lamb, Charles W Jr, Joseph F. Hair Jr., dan Carl McDaniel. Pemasaran, Jakarta, 2000 Lawrence R. Jauch & William F. Glueck. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, Erlangga, Jakarta, 1996 Marketing Dept. Indonesia.”Jakarta 2002
“Laporan
Penelitian
PT
ABC
President
Mowen, Jhon C. Perilaku Konsumen, Jakarta Singarimhun, M., dan Sofyan Effendi. Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES Sugiono, Dr. Metode Penelitian Bisnis, Jakarta, 2001 Sugiarto, Siagian., dan Dergibson.,dkk. Teknik Sampling, Jakarta, 2001 Stanton, William J. Prinsip Pemasaran, Jakarta Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Grasindo, Jakarta, 2000 Quera, Leon. ”Advertising Campaigns”: Formulation and Tactics.” Indianola Avenue, 1997.