1
PENGARUH TAYANGAN BERITA KRIMINAL BUSER DI SCTV TERHADAP RASA TAKUT IBU-IBU RUMAH TANGGA PERUMAHAN KOMPLEKS MERPATI RW 010 KELURAHAN PEGADUNGAN KALIDERES JAKARTA BARAT
Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Strata Satu (S-1) Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting
Disusun Oeh: ASTRICE BEATRICE 4410401-054 BROADCASTING
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSUTAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
2
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
ASTRICE BEATRICE (4410401-054) PENGARUH BERITA KRIMINAL BUSER DI SCTV TERHADAP RASA TAKUT IBU-IBU RUMAH TANGGA PERUMAHAN KOMPLEKS MERPATI RW010, PEGADUNGAN, KALIDERES, JAKARTA BARAT
ABSTRAKSI Melihat komunikasi memiliki banyak kegunaan maka tentunya komunikasi haruslah didukung dengan media massa sebagai suatu alat penyampai ide, pesan dan informasi yang diharapkan. Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa, Televisi merupakan salah satu bentuk media massa dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual,sehingga membuat televisi lebih dominan dibandingkan media massa lainnya Program-program yang di tayangkan oleh televisi dapat mempengaruhi audien (penonton) secara tidak sadar, salah satunya adalah program berita kriminal yaitu berita yang menyangkut tentang peristiwa dan permasalahan yang dianggap penting bagi manusia atau masyarakat, dan menyangkut keselamatan dan rasa aman yang dibutuhkan oleh semua orang. Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu Apakah tayangan berita kriminalitas Buser di SCTV memilki pengaruh terhadap Rasa Takut ibu – ibu rumah tangga perumahan komp. Merpati Rw 010 pegadungan kalideres Jakarta barat. Pada kerangka teori penulis menggunakan teori lasswell untuk menjelaskan Variabel program tayangan berita kriminal buser sebagai sumber(who says what to whom in which channelwith what effect) dan teori Albert Bandura untuk menjelaskan Variabel rasa takut. Sifat penelitian ini eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif, dengan metode penelitian survey.teknik penarikan sampel dengan menggunakan total sampling. Hasil penelitian ini menjelaskan adanya hubungan yang sangat lemah antara Pengaruh tayangan berita kriminal Buser terhadap rasa takut ibu-ibu rumah tangga, hal ini dapat dilihat dari hasil korelasi yang dijelaskan melalui rumus pearson correlations.
3
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji syukur kepada Allah bapa, Yesus putra Allah yang telah memberi kasih karunia, kekuatan serta berkat yang begitu melimpah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “ PENGARUH TAYANGAN BERITA KRIMINAL TERHADAP RASA TAKUT IBU-IBU RUMAH TANGGA PERUMAHAN KOMPLEKS MERPATI RW 010, PEGADUNGAN , KALIDERES , JAKARTA BARAT” sebagai syarat memperoleh gelar strata 1 (S1) program studi Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan sarana oleh berbagai pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan karya ilmiah ini hingga selesai. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ibu
Dra. Agustina Zubair, M.Si, selaku pembimbing skripsi
penulis, terima kasih telah meluangkan waktu dan selalu mau memberikan arahan, motivasi dan masukan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan sripsi ini. 2. Bapak Heri Budianto S.Sos, M.Si, selaku pembimbing akademik penulis. 3. Papa dan Mama tercinta yang selalu memberikan motivasi serta dukungan moril dan materil dalam segala hal khususnya dalam perkuliahan.(maaf sedikit
terlambat lulusnya), adik- adikku
Angela Maharani dan Brenda Bella Charisma jadilah yang terbaik, dan seluruh keluarga besar loilewen, pakde, bude, om dan tante,
4
sepupu-sepupu tersayang,serta keluarga besar di jawa khususnya mbah putri tersayang dikepanjen malang, terima kasih doanya. 4. Seseorang yang telah bersedia menghabiskan waktu bersama baik suka, maupun duka,
sayang, terima kasih masih mau selalu
bersabar hingga detik ini PS : I love u 5. Sahabat-sahabat tercinta “Cherrypie” : nova, evi,Vincent, rika, lisa, gina dara, rena, vera, desma, mahar palupi . juga hera,ade, putri, lia, firda. Dan seluruh teman-teman angakatan 2004 broadcasting yang mungkin tidak dapat disebutkan satu -persatu terima kasih telah menjadi teman-teman yang baik. 6. Ibu Diah Wardhani selaku dekan Fakultas Ilmu Komunikasi 7. Seluruh dosen Fakultas ilmu Komunikasi Universitas mercu Buana yang telah memberikan sumbangan ilmu kepada penulis selama kuliah. 8. Seluruh staf
Tata Usaha Fakultas Ilmu Komunikasi dan staf
perpustakaan yang selalu memberikan pelayanan yang terbaik dan selalu siap direpotin 9. Seluruh staf penjual dikantin Mercu Buana dan warung soto babe samping kampus. Semoga hasil studi ini dapat bermanfaat dan menambah kajian tentang isi pesan Buser di media elektronik. Sekaligus menjadi masukan dalam penulis wacana dan wawasan bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi serta siapa saja yang membaca karya tulis ini.
Jakarta,1 April 2009
5
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI BROADCASTING KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Judul
: Pengaruh Tayangan Berita kriminal Buser diSCTV Terhadap Rasa Takut Ibu-ibu Rumah Tangga Perumahan kompleks merpati Rw010 Pegadungan Kalideres Jakarta Barat
Nama
: Astrice Beatrice
NIM
: 4410401-054
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Broadcasting
Jakarta, 15 April 2009 Disetujui Oleh Pembimbing
( Dra. Agustina Zubair, M.Si )
6
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI BROADCASTING KOMUNIKASI
LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI
Judul
: Pengaruh Tayangan Berita kriminal Buser diSCTV Terhadap Rasa Takut Ibu-ibu Rumah Tangga Perumahan kompleks merpati Rw010 Pegadungan Kalideres Jakarta Barat
Nama
: Astrice Beatrice
NIM
: 4410401-054
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Broadcasting
Jakarta, 15 April 2009 Ketua Sidang Nama: Dra. Tri Dhiah Cahyowati. M.si
(
)
Penguji Ahli Nama: Afdal Makkuraga Putra S.Sos, M.Si
(
)
(
)
Pembimbing Nama: Dra. Agustina Zubair, M.Si
7
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI BROADCASTING KOMUNIKASI
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI Judul
: Pengaruh Tayangan Berita kriminal Buser diSCTV Terhadap Rasa Takut Ibu-ibu Rumah Tangga Perumahan kompleks merpati Rw010 Pegadungan Kalideres Jakarta Barat
Nama
: Uut Kaharudin
NIM
: 4410401-099
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Broadcasting Jakarta, 26 April 2009 Disetujui dan Diterima Oleh Pembimbing
(Dra. Agustina Zubair, M.Si)
Mengetahui
Dekan FIKOM
(Dra. Diah Wardani, M.Si)
Ketua Program Studi
(Ponco B. Sulistyo. S.Sos. M.Comm)
8
DAFTAR ISI ABSTRAKSI……………………………………………………………i LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI……………………..ii LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI……………………………….iii LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI..……………….iv KATA PENGANTAR…………………………………………………..v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..1
1.2Rumusan Masalah…………………………………………………………..11 1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………11
1.4
Signifikansi Akademis…………………………………………………….12 1.4.1 Signifikansi Akademis…………………………………………….12 1.4.2 Signifikansi Praktis………………………………………………….12
BAB II KERANGKA TEORI
2.1
Komunikasi Massa………………………………………………………13
2.1.1 Teori belajar sosial (belajar mengobservasi…..………………….14
2.2
Aspek-aspek Komunikasi Massa……………………...………………...16 2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi…………………………….16 2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa………………………………17
2.3
Televisi Sebagai Saluran Media Massa………………………………….18 2.3.1 Keunggulan Dan Kelemahan Televisi…………………………19
2.4
Berita……………………………………………………………………..21 2.4.1 Nilai Berita……………………………………………….……22 2.4.2 Jenis-jenis Berita…………………………………………………23
2.5
Berita Kriminalitas.…………………………………………………….24
9
2.5.1 Kategorisasi Berdasarkan Jenis Tindakan Kriminal…………….28 2.6
TeoriKultivasi………………………………………………………….29
2.7
Efek Media Massa……………………………………………………….31
2.8
Rasa Takut……………………………………………………………….32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Tipe Dan Sifat Penelitian…………………………………...................35
3.1.1 Tipe Penelitian……………………………………………….35 3.1.2 Sifat Penelitian………………………………………………..35 3.2
Metode Penelitian………………………………………………………...37
3.3
Populasi…………………………………………………………………..37
3.4
Sampel dan Teknik Penarikan sampel………………………………….37 3.4.1 Sampel…………………………………………………………….37 3.4.2 Teknik penarikan sampel………………………………………….38
3.5
Definisi dan Operasional Konsep ………………..……………………39 3.5.1 Definisi Konsep …………………………………………...…….39 3.5.2 Operasionalisasi Konsep ………………………………………….40
3.6
Validitas dan Reliabilitas…………………..………………..………,,,,,.44 3.6.1 Validitas…………………………………………………,,…..44 3.6.2 Reliabilitas………………………………………..…………44
3.7
Pengolahan dan Analisis Data……………………………………………45 3.7.1 Pengolahan Data…………………………………………….46 3.7.2 Analisis Data…………………………………………………..47
3.8
Analisis Bivariat……………………………………………………….47
3.9
Uji Validitas……………………………………………………..…….50
3.10
Uji Reliabilitas..…..…………………………………………………….56 3.10.1 Uji Reliabilitas Media Exposure……………………………….57 3.10.2 Uji Reliabilitas Tayangan Berita Kriminal Buser……………..57
10
3.10.3 Uji Reliabilitas Perilaku Rasa Takut…………………………... 58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Berita Kriminal Buser di SCTV……………….59 4.2 Hasil Penelitian…………………………………………………….60 4.3 Karakteristik Responden…………………………………………..60 4.3.1. Usia Responden…………………………………………..61 4.3.2. Pendidikan Terakhir Responden…………………………..61 4.4. Terpaan Media/ media exposure…………………………………….62
4.5.
4.4.1 4.4.2
Mengetahui Tayangan Buser di SCTV…………………..62 Frekuensi Menonton Buser Di SCTV……………………63
4.4.3
Durasi Menonton tayangan Kriminal buser……………..63
4.4.4
Menonton Buser sampai Selesai…………………………64
Tayangan Berita Kriminal Buser (variable X)…………………...64 4.5.1
Buser menyajikan Peristiwa-peristiwa kejahatan………..65
4.5.2 Buser merupakan tayangan yang sadis…………………66 4.5.3 Buser Memperlihatkan Gambar korban Pembunuhan….66 4.5.4 Buser menyajikan Berita kriminal dari Seluruh Indonesia..67 4.5.5
Jenis-jenis Berita Buser Layak Untuk diketahui………..68
4.5.6
Buser Memberi informasi tentang kejahatan…………..68
4.5.7
Buser memberi Informasi Untuk lebih berhati-hati…….69
4.5.8
Buser Mengandung pesan yang Positif…………………69
4.5.9
Buser Memberi referensi untuk Menjaga Keselamatan
Diri………………………………………………………………………70 4.5.10
Tayangan Buser dapat Memberi rasa empati………..70
11
4.6
Rasa Takut ……………………………………………………………71 4.6.1
Merasa sering terbayang-terbayang (mengingat kembali) akan tindak kejahatan setelah menonton Buser…………………………….71
4.6.2 4.6.3
Menjadi takut untuk tinggal dirumah sendirian…………………72 Menjadi takut setelah mendengar informasi tentang tindak
kejahatan……………………………………………………………………….72 4.6.4
Menjadi takut untuk keluar rumah sendirian setelah menyaksikan tayangan Buser……………………………………………….73
4.6.5
Takut menjadi korban kejahatan setelah menyaksikan tayangan Buser…………………………………………………………….74
4.6.6
Memiliki rasa curiga terhadap orang yang baru dikenal…………74
4.6.7
Menjadi Khawatir Meninggalkan rumah dalam keadaan kosong..75
4.6.8
Trauma
(Tidak ingin menonton tayangan Buser lagi) setelah
menyaksikan tayangan 4.6.9
kriminal Buser........................................75
Memiliki sikap yang antisipasi (Bersikap waspada) terhadap tindak kejahatan........................................................................................76
4.6.10 Memberi informasi kepada orang disekitar anda untuk berhati2 thdp tindak kejahatan………………………………………………….77 4.6.11
Lebih melindungi diri setelah menyaksikan tayangan Buser........77
4.6.12
Tayangan berita kriminal Buser membuat anda lebih berhati-hati dalam bertindak dan melakukan kegiatan sehari-hari...................78
4.7
Analisis Bivariat…………………………………………………78 4.7.2. Uji Korelasi Pearson…………………………………...79 4.7.3. Uji Regresi Sederhana (Simple Regression)…………...80
4.8
Pembahasan…………………………………………………….81
12
BAB
V
PENUTUP………………………………………………………………….87 5.1. Kesimpulan……………………………………………………..87 5.2
Saran…………………………………………………………88
LAMPIRAN-LAMPIRAN
13
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak hampa atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok ataupun organisasi tidak mungkin dapat terjadi.dua orang akan dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi.Aksi dan reaksi yang dilakukan manusia ini (baik secara perorangan, kelompok, ataupun organisasi), dalam ilmu komunikasi disebut sebagai tindakan komunikasi.22 Komunikasi juga merupakan salah satu fungsi dari kehidupan manusia.Fungsi komunikasi dalam kehidupan menyangkut banyak aspek. Melalui komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada dalam benak pikirannya dan/atau perasaan hati nurani kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak langsung. Melalui komunikasi seseorang dapat membuat dirinya untuk tidak terasing atau terisolasi dari lingkungan sekitarnya.melalui
komunikasi
seseorang
dapat
mengajarkan
dan
memberitahukan apa yang diketahuinya. Melalui komunikasi seseorang dapat mengenali dirinya sendiri. Melalui komunikasi seseorang juga dapat berusaha membujuk/memaksa orang lain untuk berpendapat, bersikap, berperilaku sebagaimana yang diharapkan. Singkat kata, komunikasi memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan manusia.23 22 23
S.Djuarsa Sendjaja, pengantar ilmu komunikasi cet kedelapan,Jakarta:universitas terbuka,2003 .Ibid.
14
Melihat komunikasi memiliki banyak kegunaan maka tentu saja didalamnya memiliki informasi yang ingin disampaikan kepada khalayak maka dari itu peran komunikasi harus lebih meningkat sesuai dengan kebutuhan khalayak, tentunya komunikasi haruslah didukung dengan media massa sebagai suatu alat penyampai ide, pesan dan informasi yang diharapkan . Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio televisi dan film.24 Awalnya komunikasi massa lahir melalui berbagai penelitian yang didorong oleh perhatian terhadap pengaruh politik terhadap media surat kabar. Penelitian sejenis yang banyak dilakukan pada abad ini dan juga penelitian mengenai dampak sosial dan moral dari radio dan film, terus berkembang hingga akhir perang dunia ke II.25 Penelitian tersebut awalnya berangkat dari tujuan untuk menguji efisiensi
dan
efektifitas
dalam
bidang
propoganda,
telekomunikasi,
advertising, public relations, dan human relations. Selain itu penelitian komunikasi massa selanjutnya didukung oleh pendekatan psikologis dan sosiologis yang sedang berkembang pada saat itu, disamping kemajuan yang sedang terjadi dalam bidang metodologi. khususnya dalam hal penggunaan metode eksperimen, survei, dan statistik. Berikut menguraikan sejumlah teori dasar yang cukup berpengaruh bagi perkembangan teori dan penelitian komunikasi massa dari seorang ahli ilmu politik amerika serikat pada tahun 1948 mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal yang juga
24 25
jalaludin rakhmat, psikologi komunikasi ed revisi,bandung:2004 .Ibid.
15
merupakan cara sederhana untuk memahami proses komunikasi massa, adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Menurut Harold D. Lasswell, sebagaimana yang dikutip oleh sendjaja cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut : who says what in which channel to whom with what effect (siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana). 1. Who
: Sumber (komunikator)
2. Says What
: Pesan-pesan atau informasi yang disampaikan.
3. InWhichChannel
: Media yang digunakan untuk menyampaikan
pesan 4. To Whom
: Komunikan atau khalayak sasaran
5. With What Effect
: Tujuan dari tayangan yang dibuat, perubahan yang terjadi sebagai akibat dari pesan yang diterima seseorang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.
Siapa (who),berkata apa(says what),melalui saluran apa (in which channel),kepada
siapa(to
whom),dengan
efek
apa(with
what
effect?).Ungkapan dalam bentuk pertanyaan yang dikenal sebagai formula lasswell ini, meskipun sangat sederhana atau terlalu menyedehanakan suatu fenomena komunikasi massa telah membantu mengorganisasikan dan memberikan struktur pada kajian terhadap komunikasi massa.selain dapat menggambarkan komponen dalam komunikasi massa lasswell menggunakan formula ini untuk membedakan berbagai penelitian komunikasi lainnya.26
26
.Ibid ,hal 5.4
16
Berbicara media massa sebagai mediator penyampai pesan seperti yang telah disampaikan oleh kutipan diatas, maka seperti yang kita ketahui media
massa
terbagi
dalam
dua
yaitu
media
cetak
dan
media
elektronik.Adapun kedua media ini memiliki kelebihan dan kekurangannya. Beberapa penjelasan serta contoh dari kedua media massa tersebut sebagai berikut: media cetak memiliki kekuatan visual tanpa dapat didengar dan yang kedua adalah media elektronik sebut saja yang paling dominan dan disukai masyarakat adalah televisi yang memiliki kekuatan visual dan audio. Televisi merupakan perkembangan medium setelah radio yang diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Peletak dasar utama teknologi pertelevisian tersebut adalah Paul Nipkov dari jerman yang dilakukannya pada tahun 1884.penemuannya tersebut melahirkan electrischhe telescop atau televisi elektris.27 Sejalan dengan perkembangan terhadap kehidupannya, manusia modern dikota besar memiliki tuntutan lebih pada media elektronik audio visual. Televisi merupakan salah satu media pandang dengar yang paling kuat dalam mempengaruhi khalayaknya, televisi juga merupakan media yang paling akrab dengan masyarakat karena sifatnya yang audio visual hal itu mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkan dengan media surat kabar dan radio28. Televisi juga merupakan media massa paling populer dan tersebar. Masyarakat yang tidak menikmati televisi telah semakin berkurang dan mungkin akan segera lenyap.29 Fungsi televisi sebagai bagian dari media
27
.Dedi iskandar muda,jurnalistik televisi,(bandung,2005) .Astrid S.Susanto,komunikasi massa(bandung:Remaja Rosdakarya) 29 .joseph A.devito,komunikasi antar manusia ed kelima,Jakarta:professional book,1997 hal 507 28
17
massa adalah untuk mendidik (to educate), untuk menghimbur (to entertaint), dan sebagai kontrol sosial (social control)30 Pertelevisian
di
indonesia
terus
mengalami
perkembangan.
Perkembangan tersebut dirasakan dengan semakin banyaknya efek yang ditimbulkan oleh televisi baik positif maupun negatif, hal ini menjadi tanggung jawab pengelola televisi kepada masyarakat yang menggunakan gelombang udara publik.31 Sejak pemerintah membuka Televisi Republik Indonesia (TVRI) pada tanggal 24 agustus 1962 maka selama 27 tahun penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi. Namun dalam beberapa tahun belakangan ini industri pertelevisian di indonesia telah berkembang dan sangat pesat. Bermula dari hanya satu stasiun televisi milik pemerintah, kini telah berkembang menjadi belasan stasiun televisi swasta nasional dan stasiun televisi local daerah. Pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok Bimantara untuk membuka stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. RCTI merupakan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia, di era 90-an muncul SCTV, TPI, ANTV, INDOSIAR, dan di era tahun 2000-an muncul METRO TV, TRANS TV , LATIVI, TRANS 7, GLOBAL TV, dan beberapa stasiun televisi local daerah seperti O Channel, JakTV, BaliTV, JTV dan lain sebagainya. SCTV sebagai stasiun televisi diterima oleh khalayak yaitu pada bulan agustus tahun 1990 yang siarannya baru dapat diterima secara terbatas untuk wilayah Surabaya dan sekitarnya, lalu setelah mendapatkan 30 31
.Ibid. .Morrisan,Jurnalistik Televisi Mutakhir,Jakarta:Ramdina prakarsa,2004 hal.2
18
izin dari departemen penerangan maka pancaran siaran SCTV menjadi meluas mencapai pulau dewata bali dan sekitarnya.32 SCTV yang telah secara selektif memilih jam tayang sesuai dengan program acaranya memiliki suatu tujuan juga untuk menayangkannya sesuai dengan kebutuhan serta sesuai dengan tingkatan usianya agar program acaranya dapat dinikmati oleh audience yang sesuai. SCTV sebagai salah satu stasiun televisi yang sudah cukup lama bersiaran secara nasional, kian hari kian menyadari bahwa eksistensi industri pertelevisian tidak dapat dipisahkan dari dinamika masyarakat. SCTV (Surya Citra Televisi) di Indonesia lebih suka menyajikan program program atau tayangan yang dinilai lebih berorientasi pada pasar, tidak ada yang sepenuhnya menayangkan atau menyajikan program tayangan yang bersifat pendidikan dan ilmu pengetahuan. Bahkan banyak yang menyukai tayangan yang menyajikan tentang kriminalitas seperti pada program Buser di SCTV. Ada tiga unsur yang selama ini mendominasi tayangan televisi, yaitu unsur hiburan, berita dan olahraga. Penulis tertarik untuk meneliti salah satu program acara televisi diatas yaitu tayangan kriminal. Seperti yang penulis ketahui bahwa, bahwa berita – berita kriminal mendapat porsi yang cukup besar ditelevisi komersial. Berita – berita kriminal sekarang lebih sering ditayangkan dengan waktu tayang setiap hari. Mengapa berita kriminal begitu diminati oleh khalayak? Dengan banyaknya tayangan kriminalitas ditayangkan ditelevisi, berarti memberikan informasi kepada khalayak akan tindak kejahatan yang makin merebak dimana – mana. 32
.www.Google.com, SCTV (rabu,03 oktober 2007)
19
Apakah tayangan kriminal ikut andil dalam mempengaruhi perilaku khalayaknya? Topik inilah yang menjadi daya tarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui dampak yang ditimbulkan melalui tayangan berita kriminal terhadap perilaku khalayaknya. Khususnya ibu – ibu rumah tangga. Untuk melakukan penelitian, penulis hanya akan mengambil salah satu tayangan kriminal untuk dijadikan objek penelitian yaitu , berita kriminalitas Buser (Buru sergap) sebagai program acara berita kriminalitas yang ditayangkan setiap hari senin s/d minggu pada pukul 11:30 WIB banyak juga mengambil perhatian dari masyarakat khususnya para ibu rumah tangga, karena tayangan ini merupakan salah satu tayangan berita kriminal andalan SCTV karena isi pesan yang disampaikan tidak hanya dalam kota saja namun, dari berbagai daerah di Indonesia serta kemasan berita yang menarik dan penyampaian yang jelas dan actual membuat cara ini patut untuk disaksikan. Buser sebagai tayangan kriminal andalan memiliki peranan dan fungsi sendiri dimana tayangan Buser memberikan informasi dan berita yang bersifat objektif, nyata, dan jelas tanpa adanya unsur kebohongan. Informasi yang diberikan Buser meliputi informasi dan berita meliputi pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, pengerusakan fasilitas umum, perkelahian, demonstrasi yang berbuntut kekerasan di Indonesia. Buser merupakan media suara gambar yang aktif mempengaruhi para penontonnya
melalui program tayangannya, selain itu juga Buser sangat
berperan dalam membangun dan membentuk mentalitas penontonnya baik, didalam diri maupun dalam kehidupan bersosial dan juga banyak memberi
20
dampak yang besar didalam memepengaruhi karakter masyarakatnya.33 Dalam hal ini khususnya ibu-ibu rumah tangga, karena Buser merupakan berita kriminal yang hanya menampilkan berita hardnews, yaitu Merupakan jenis Berita yang bersifat keras dalam arti bersifat segera tayang dan harus segera diketahui oleh khalayak34 Dalam penelitian ini penulis mengambil judul penelitian dengan judul “ Pengaruh Tayangan Berita Kriminalitas Buser di SCTV Terhadap Perilaku rasa takut ibu-ibu Rumah tangga Perumahan Kompleks Merpati Rw 010 pegadungan , kalideres, Jakarta barat” peneliti tertarik dengan judul tersebut dengan alasan-alasan yaitu : 1. Peneliti ingin mengetahui pengaruh yang diberikan dari tayangan buser serta dampak yang timbul setelah menyaksikan tayangan Buser, apakah ada perubahan perilaku atau sikap dalam penelitian ini khususnya pada rasa takut ibu-ibu rumah tangga. 2. Bahwa apapun yang menyangkut tentang masalah keselamatan dan rasa aman atau keamanan, pasti manusia sangat memperhatikan dan ingin mengetahuinya, jadi dalam penelitian ini peneliti mengambil judul tentang berita kriminal atau kejahatan sebagai tolak ukur didalam penelitian. Karena tayangan Buser adalah tayangan yang menyangkut tentang rasa aman dan keselamatan manusia. 3. Peneliti tertarik akan media televisi dibanding dengan media massa lainnya seperti radio, Koran, majalah, internet dan lainnya, karena media televisi merupakan media yang lengkap karena menampilkan
33 34
WWW. SCTV.COM (diakses pada bulan maret 2008) WWW.PintunetBUSER.Com (diakses pada bulan desember 2008)
21
sesuatu secara audio dan visual. Sehingga banyak sekali yang memilih televisi sebagai media hiburan, informasi, serta berita-berita. 4. Dapat dikatakan untuk menyaksikan televisi pasti orang- orang yang tidak mempunyai banyak kegiatan tetap (bekerja) diluar rumah dan membutuhkan waktu yang luang untuk menyaksikan televisi dalam hal ini ibu-ibu rumah tangga dapat dikatakan suatu kelompok orangorang yang tidak mempunyai kegiatan tetap diluar rumah serta mempunyai waktu yang cukup luang untuk menyaksikan televisi sebagai sarana untuk mencari berita , hiburan dan informasi. 5. Saat ini adalah massa kemerdekaan media massa atau media penyiaran sehingga kita mengetahui bahwa pada saat ini informasi dan berita terutama berita Kriminal benar-benar terbuka dan sangat bebas yang pada akhirnya adalah kebablasan
yaitu dengan adanya media
penyiaran yang terlalu bebas sehingga dapat menyebabkan dampadampak tertentu yang muncul baik, positif maupun negative kepada khalayak dalam penelitian ini khususnya ibu-ibu rumah tangga . 6. Peneliti mengambil tentang tayangan berita kriminalitas sebagai judul dan sebagai tolak ukur dalam penelitian ini. Karena peneliti ingin mengukur sejauh mana tayangan berita kriminalitas ini dalam mempengaruhi khalayak khususnya dalam penelitian ini ibu-ibu rumah tangga melalui program, gambar, isi berita , cara penyampaian dan melihat perubahan perilaku apa yang terjadi setelah menyaksikan tayangan tersebut. Dalam penelitian ini peneliti memilih tayangan kriminalitas Buser di SCTV sebagai tolak ukur penelitian oleh peneliti :
22
1. Buser sebagai tayangan kriminal yang paling lengkap dan mendapat tempat yang cukup baik dalam masyarakat. 2. Buser selain itu juga dengan kelebihannya yaitu Buser dapat memperlihatkan unsur-unsur gambar yang didukung dengan audionya tentang semua informasi dan berita yang disiarkan atau ditayangkan sehingga membuat televisi satu tingkat lebih unggul dibanding media pers lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berita – berita kriminal berpengaruh terhadap perilaku manusia. Karena selain memberikan informasi untuk lebih waspada (dalam bentuk positif) namun, dapat pula memberikan inspirasi atau contoh bagi para penjahat untuk melakukan kejahatan serupa, dan membuat modus – modus baru. Adapun peneliti mengambil populasi dan sampel
penelitian
didaerah perumahan komplek Merpati didaerah pegadungan, kalideres karena beberapa faktor alasan : 1. Rata-rata warga perumahan komplek Merpati khususnya ibu-ibu rumah tangga tidak mempunyai kegiatan diluar rumah atau bekerja. 2. Seringnya terjadi tindak kriminal didaerah kalideres dan sekitarnya dan meningkatnya tindak kriminal didaerah kalideres. 3. Kawasan perumahan komplek Merpati mudah diakses sehingga memudahkan untuk mencari data dan sampel penelitian. 4. Rata-rata warga perumahan komplek merpati merupakan pengguna televisi dan lebih menyukai televisi sebagai sarana mencari berita maupun informasi lainnya 1.2 Rumusan Masalah
23
Berdasarkan latar belakang yang mendasari penelitian ini, maka timbul suatu masalah yang dianggap penting oleh penulis untuk diketahui,guna mendapatkan informasi penting dalam menyelesaikan penelitian ini yaitu : Apakah tayangan berita kriminalitas Buser di SCTV memiliki pengaruh terhadap Rasa Takut ibu – ibu rumah tangga perumahan komp. Merpati Rw 010 pegadungan kalideres Jakarta barat. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui apakah tayangan Buser memiliki pengaruh terhadap rasa takut ibu – ibu rumah tangga perumahan komp. Merpati , pegadungan, kalideres, jakarta barat setelah menonton berita kriminalitas tersebut.
1.4 Signifikansi 1.4.1 Signifikansi Akademis 1. Secara akademis, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk
memperkaya
khasanah
ilmu
komunikasi
khususnya
broadcasting/ dunia penyiaran yang berkaitan dengan program acara berita kriminalitas dan efek dari tayangan tersebut. 2. Penelitian ini sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya 1.4.2 Signifikansi Praktis 1. Secara praktis penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada peneliti dan diharapkan dapat memberikan masukan kepada semua media khususnya media televise tentang efektivitas informasi dan
24
beritanya sehingga dapat mempengaruhi rasa takut kepada masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga.
BAB II KERANGKA TEORI
2.1 Komunikasi Massa
25
Komunikasi Massa adalah studi ilmiah tentang media beserta pesan yang dihasilkan. Pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya, dan efeknya terhadap mereka. Komunikasi massa merupakan disiplin kajian ilmu sosial yang relatif muda jika dibandingkan dengan ilmu psikologi, sosiologi, ilmu politik, dan ekonomi. Sekarang ini komunikasi massa sudah dimasukan dalam disiplin Ilmiah35. Sedangkan menurut ( susanto) komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa inggris, mass communication ( komunikasi media massa ). Artinya komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediate. Istilah mass communication diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass communication36. Sumbangan yang terbesar untuk memahami cara berkomunikasi massa mengambil bagian dalam proses sosialisasi adalah melalui modelling theory yang diperkenalkan oleh psikolog Albert Bandura serta para pembantunya di tahun 1960-an. Sebagian besar isi teori ini sebenarnya bermuara pada teori psikologi : social learning theory yang telah dijelaskan. Kita akan mengenal berapa aplikasinya pada studi yang berkaitan dengan komunikasi massa37.
2.1.1 Teori belajar sosial (belajar mengobservasi) Teori ini memang tidak secara khusus belajar mengenai pengaruh terpaan media massa tetapi secara umum dapat menjelaskan bagaimana orang memperoleh bentuk-bentuk yang baru dari perilakunya yang 35
Dedy Nurhidayat, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta : PT Grafindo Persada 2007 Wiryanto. Op.cit. hlm 19 37 Mulyana, slamet“Kontribusi Konsepsi Psikologi Behaviours Terhadap Perkembangan Teori Ilmu Komunikasi” www.Google.com, (diakses pada 21 maret 2009) 36
26
diperolehnya dari masyarakat sekelilingnya. Disebut belajar sosial karena penekanannya pada individu, bagaimana individu mengamati aktivitas orang lain kemudian mengadopsi perilakunva sebagai bentuk aktivitas untuk menghadapi masalah dalam beragam situasi dan kondisi atau kejadian-kejadian lain, yang dialaminya. Alekis Tan (1981) dalam Hardy (1985) mengemukakan bahwa pada prinsipnya teori belajar sosial menunjukkan sebenarnya setiap manusia tidak dilahirkan dengan memiliki suatu sikap atau nilai dan pandangan tertentu terhadap dunianya. Dunialah yang sebalikya mempengaruhi dan membangun persepsi kita. Kita belajar dari dunia karena kita membuat reaksi terhadap setiap rangsangan yang masuk dari luar. Ada banyak teori mengenai perilaku sudah pernah diulas dan sebagian besar menekankan tentang hal ini yaitu bagaimana manusia dan juga hewan belajar dari lingkungannya hanya karena berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun demikian menurut Albert Bandura dalam Hardy (1985) mengajukan teori bercakupan luas tentang perilaku manusia yang disebutnya dengan teori belajar sosial itu. Teori ini menjelaskan bagaimana manusia belajar sccara langsung dari pengalamannya sebaik-baiknya dan menjadikan sesuatu yang pernah diamatinya itu sebagai modelnya. Bandura juga menambahkan bahwa teori belajar sosial menerangkan perilaku manusia sebagai konstruk dari lingkungan sosial serta faktor-faktor kognitif dari setiap manusia. Yang penting dari teori Bandura yang perlu diingat adalah bahwa proses belajar mengikuti sesuatu dimulai dari tahap:
27
1.
Proses memperhatikan (atensi)
2.
Proses mengingatkan kembali (retensi)
3.
Proses gerakan untuk menciptakan kembali (reproduksi)
4.
Proses mengarahkan gerakan sesuai dengan dorongan (motivasional) Albert Bandura ingin menerangkan bahwa pada saat kita melihat
suatu kejadian, maka kita memperhatikan kejadian itu dengan saksama. Kemudian kita mengingat-ingat kembali apakah kita mempunyai pengalaman yang sama dengan apa yang dilihat itu. Menyusul setiap orang karena pengingatannya kembali menciptakan reaksi-reaksi terhadap apa yang dilihatnva, reaksi-reaksi tersebut merupakan perulangan pengalaman yang pernah dilakukannya. Arah dari perlakuan gerakan itu disesuaikan dengan motivasi yang dimiliki orang itu. Peranan media massa dalam hubungannya dengan teori belajar sosial tersebut dapat, mengisi keempat proses yang diajukan Bandura. Media massa melalui pesan-pesannya dapat mengakibatkan seseorang lebih memperhatikan suatu pesan tertentu, atau dapat mengakibatkan seseorang mengingat. kembali pengalamannya. Media juga dapat mendorong, atau mempercepat proses gerakan, reaksi untuk menciptakan kembali cara-cara. yang sama yang pernah dilakukannya, dan media juga membantu meneguhkan motivasi yang dimiliki seseorang.
2.2 Aspek-aspek komunikasi massa Sebagai media untuk menghibur ,fungsinya yang terpenting adalah meyakinkan persuasi(to persuade) dapat datang dalam berbagai bentuk, antara lain: a. Mengukuhkan atau memperkuat sikap,kepercayaan atau nilai
28
seseorang. b.
Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang.
c.
Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.
d.
Memperkenalkan etika, atau menawarkan system nilai tertentu.
2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Program-program yang di tayangkan oleh televisi dapat mempengaruhi audien (penonton) secara tidak sadar. misalnya iklaniklan yang ditayangkan,adegan-adegan yang tidak pantas di tiru oleh anak-anak,berita / informasi yang masih simpang siur kebenarannya sebagai akibatnya, pemirsa (audien) terbius kedalam keadaan tidak aktif seakan-akan berada dalam pengaruh narkotik. Media massa mampu mengarahkan dan membentuk prilaku khalayak nya.Dalam kerangka Behoviorisme, media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah prilaku khalayak malalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan , atau proses imitasi (belajar sosial). Khalayak sendiri dianggap sebagai kepala kosong yang siap untuk menampung seluruh pesan komunikasi yang di curahkan kepadanya38.
2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa 1. Komunikator dalam komunikasi melembaga
38
Arti komunikasi massa, www.Google.com , (diakses pada tanggal 24 maret 2009)
29
Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang tetapi kumpulan orang. Artinya , gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. 2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen Komunikan yang bersifat heterogen dalam komunikasi massa artinya penonton televisi beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan beragam,, memiliki kepercayaan atau agama yang tidak sama pula namun, mereka adalah komunikan televisi. 3. Pesannya bersifat umum Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang saja atau suatu kelompok tertntu. Pesan dalam komunikasi massa ditujukan pada khalayak yang plural. 4. Komunikasi berlangsung satu arah Komunikasi satu arah dalam komunikasi massa, artinya komunikan tidak dapat memberikan respon kepada komunikator secara langsung karena komunikan hanya menerima pesan saja. 5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan Salah satu cirri komunikasi massa yaitu dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebarab pesan-pesannya. Serempak artinya khalayak dapat menikmati media massa tersebut hampir secara bersamaan. 6. Komunikasi massa mengandalkan perelatan teknis
30
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya
sangat
membutuhkan
bantuan
peralatan
teknis.
Peralatan teknis yang dimaksud misalnya alat pemancar. 7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang ikut menambah, mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih muda
2.3 Televisi Sebagai Saluran Media Massa Informasi yang amat memuaskan disebabkan oleh dua faktor yang terdapat pada media
audio visual . pertama adalah faktor
immediacy. Yaitu mencakup pengertian langsung dan dekat, peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsanya pada saat peristiwa itu berlangsung, seakan-akan berada ditempat itu. Kedua realitas yang mengandung makna informasi yang sesuai apa yang terjadi (baik didengar maupun dilihat)39. Televisi memiliki sifat dan karakteristik sebagai berikut: a. Informasi
disampaikan
kepada
komunikan
melalui
proses
pemancar atau transmisi b. Isi pesan audio visual, artinya dapat didengar dan dapat dilihat secara bersamaan. 39
Onong Uchjana Effendi, Televisi Siaran Teori dan Praktek, Bandung
31
c. Sifatnya periodic tidak dapat diulang d. Sifatnya transitory (hanya meneruskan) pesan-pesan yang diterima e. Meniadakan jarak dan waktu f. Menyajikan peristiwa/pendapat secara langsung dan orisinil g. Bahasa yang digunakan formal dan non formal h. Kalimat singkat, padat, jelas, dan sederhana i. Tujuan akhir dari penyajian pesan adalah menghibur, mendidik, kontrol sosial, menghubungkan atau sebagai bahan informasi.
2.3.1 Keunggulan dan Kelemahan televisi Sama seperti media lainnya televisi memiliki keunggulan dan kekurangan yaitu40 : Keunggulan Televisi : 1. Menyangkut isi dan bentuk, media televisi meskipun direkayasa mampu membedakan fakta dan fiksi, realitas dan tidak terbatas. 2. Memiliki khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa perhatian sepenuhnya dan akrab. 3. Memiliki tokoh berwatak (riil maupun direkayasa) sementara media lainnya hanya memiliki bintang yang direkayasa (film) 4. Dalam bidang teknologi mampu menjangkau wilayah yang luas dalam waktu yang bersamaan, sehingga televisi dapat mengantar lansung peristiwa disuatu tempat lain yang berjarak jauh 5. Televisi mampu menciptakan suasana yang mendorong pemirsa untuk berinteraksi secara langsung. 40
A Alatas Fahmi, Bersama Televisi Mereda Wajah Bangsa, Jakarta
32
Kelemahan Televisi : 1. Kecenderungan televisi menempatkan khalayak sebagai objek pasif, sebagai penerima pesan 2. Mendorong alih nilai dan pengetahuan yang cepat. Hal ini terjadi tanpa mempertimbangkan tingkat perkembangan budaya dan peradaban yang akan menyulitkan pengontrolan dampak negatif. 3. Pergerakan teknologi penyiaran televisi yang begitu cepat mendahului perkembangan masyarakat dan budaya khalayak. 4. Kecenderungan para pengelola televisi yang memanfaatkan kelebihan-kelebihan
televisi
dan
lebih
beorientasi
pada
pertimbangan bisnis.
2.4 Berita “Berita” berasal dari kata new (baru) dengan konotasi kepada hal-hal yang baru. Dalam hal ini segala yang baru merupakan bahan informasi bagi semua orang yang memerlukannya. Dengan kata lain, semua hal yang baru merupakan bahan informasi yang dapat disampaikan kepada orang lain dalam bentuk berita (news). Oleh karena itu Hornby menjelaskan “news” sebagai laporan tentang apa yang
terjadi
paling
mutakhir
baik
peristiwanya
maupun
faktanya.secara ilmiah Curtis D.Macdougal menyatakan bahwa berita yang selalu dicari oleh seorang reporter adalah laporan tentang fakta yang terlibat dalam suatu peristiwa, namun bukan hakiki dari peristiwa itu sendiri. Namun Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berita
33
adalah suatu laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa actual yang menarik perhatian orang banyak41 Selain itu juga ada beberapa pendapat ahli yang menungkapkan beberapa definisi berita: Berita adalah sebuah pernyataan yang bersifat umum dan actual, disiarkan oleh media massa, dibuat oleh wartawan untuk kepentingan pembacanya, pemirsanya dan lainnya42 Berita juga dapat diartikan sebagai laporan tentang fakta atau ide yang termassa, yang dipilih oleh staf redaksi atau harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembacanya,pemirsanya dan lainnya.43
2.4.1 Nilai Berita Pemilihan materi berita bukan sekedar didasarkan kepada halhal umum saja, melainkan ada beberapa kategori nilai yang dapat menentukan bobot berita. Pertimbangan itu didasarkan pada hal-hal berikut : a. Timelines
: Pemilihan berita yang disajikan harus sesuai dengan kebutuhan waktu pemirsa.
b. Proximity
: Materi berita yang disajikan harus memiliki kedekatan dengan pemirsanya.
c. Prominence
: (Terkemuka), Materi berita yang disajikan mengenai orang-orang yang terkenal atau memiliki kekuasaan.
41
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik seputar oraganisasi,produk &kode etik,cet pertama, Nuansa: 2004 42 Soenarjo dan djoenaesih, Himpunan Istilah Komunikasi, hal 45 43 Djafar assegaf, Jurnalistik Masa Kini, Hal 27
34
d. Consequence
: Materi berita yang disajaikan harus memiliki nilai sebab akibat/ dampak terhadap masyarakat/pemirsanya.
e. Development
: Materi berita yang menyajikan tentang perkembangan pemerintahan serta pembangunan yang sedang terjadi, serta masalah yang ada didalam pembangunan tersebut.
f. Dissaster
: Materi berita yang disajikan mengenai bencana alam yang mana berita tersebut dianggap penting karena menyangkut keselamatan.
g. Weather
: Materi berita yang disajikan mengenai keadaan cuaca
atau kondisi cuaca yang sedang terjadi h. Sport
: Materi berita yang disajikan seputar olahraga
i. Human Interest
: Materi berita yang disajikan tentang nilai-nilai kemanusiaan.
2.4.2 Jenis-jenis Berita Televisi a. Hard news ( Merupakan jenis Berita yang bersifat keras dalam arti bersifat segera tayang dan harus segera diketahui oleh khalayak) b. Soft news ( Merupakan jenis berita yang bersifat ringan dalam arti berita yang ditayangkan lebih bersifat menghibur dan tidak haru segera tayang) c. Investigative Report ( Merupakan jenis berita yang bersifat investigasi atau penyelidikan tentang suatu peristiwa )
35
2.5
Berita Kriminalitas Berita kriminalitas atau berita kejahatan merupakan berita yang
termasuk didalam kategori berita hard news (berita berat)karena beritaberitanya menyangkut tentang peristiwa dan permasalahan yang dianggap penting bagi manusia atau masyarakat, berita kejahatan adalah berita yang menyangkut keselamatan dan rasa aman yang dibutuhkan oleh semua orang. Dalam pendekatan psikologi keselamatan menempati urutan pertama bagi kebutuhan dasar manusia (basic needs)44 Berita kriminalitas adalah berita atau laporan mengenai kejahatan yang diperoleh dari polisi45 pada penertian ini berita Kriminal adalah berita atau laporan Buser Di SCTV mengenai segala tindakan kejahatan yang dapat diperoleh dari pihak-pihak, kepolisian, saksi korban, hasil liputan reporter dilapangan, atau berasal dari narasumber lainnya. Beritaberita yang termasuk kedalam berita kejahatan adalah pembunuhan, penipuan, pemerkosaan, pencopetan, pencurian, perampokan, narkoba, tawuran, penganiayaan, dan lain sebagainya yang melanggar hukum. Menurut Kriminolog Mulyana W. Kusumah dari Universitas Indonesia, bahwa tayangan berita kriminalitas memang mencengangkan karena ternyata digemari seluruh lapisan masyarakat, mulai sopir, tukang ojek, ibu-ibu rumah tangga, hingga anggota dewan dan pejabat. Mulyana juga mengatakan bahwa acara berita kriminalitas itu digemari dan diperhatikan masyarakat karena tidak hanya menyajikan sejumlah kasus kriminal yang bersifat faktual namun kasus-kasus tersebut pun bisa hadir 44
Deddy Iskandar Muda Jurnalistik Televisi Profesional (Bandung, PT Remaja Rosda Karya 2003) 45 Anton M Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI 1990
36
di tengah-tengah mereka. Tidak heran jika kesuksesan program "Buser" pun diekori oleh program-program sejenis oleh stasiun-stasiun televisi lain di Indonesia. Kesuksesan program berita "Buser" dan sejenisnya tidak bisa dilepaskan dari dukungan instansi kepolisian Indonesia. Apalagi programprogram berita kriminalitas itu dapat merupakan semacam promosi bagus bagi instansi penegak hukum itu. Mereka merasa diuntungkan karena melalui acara tersebut, reputasi pejabat dan lembaga kepolisian pun bisa terangkat. Itu sebabnya, menurut Mulyana, stasiun-stasun televisi termasuk SCTV pun dengan mudah menjalin kesepakatan-kesepakatan khusus dengan pihak kepolisian. Kesepakatan tersebut itu jelas mempermudah SCTV dan lainnya memperoleh informasi seputar masalah kriminal yang dibidiknya. Kenapa program "Buser" begitu digemari ? Ini karena tidak terlepas dari salah satu sifat dasar manusia sendiri, yaitu kebutuhan komunikasi. Harold D. Lasswell, salah seorang peletak dasar Ilmu Komunikasi menyebutkan salah satu faktor mengapa manusia perlu berkomunikasi karena adanya hasrat yang dimiliki manusia untuk mengendalikan lingkungannya. Melalui komunikasi itulah, manusia dapat mengetahui hal-hal yang dapat dimanfaatkan, dipelihara dan menghindar dari hal-hal yang mengancam alam sekitarnya komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu. Dalam hal ini adalah media televisi yang berperan sebagai media yang menyampaikan pesan atau informasi tertentu kepada para pemirsanya yang sebagai
37
komunikan. Oleh karena itu, dengan mengetahui informasi seputar kriminalitas yang selalu terbaru, para pemirsa Buser dapat berjaga-jaga mengenai lingkungan sekitar mereka dari ancaman kejahatan46 Ini merupakan sisi positif dari penyampaian berita seputar kriminalitas oleh televisi, namun ada pihak-pihak yang mengkhawatirkan sisi negatifnya bagi masyarakat kita, tayangan kekerasan yang ditayangkan dalam acara Buser dan sejenisnya di layar kaca lebih banyak memberikan dampak negatif daripada positifnya. Ade tidak setuju jika penayangan berita kriminalitas akan memberi pendidikan kepada masyarakat bahwa masyarakat akan takut melakukan kejahatan dengan menyaksikan adegan kejahatan di televisi47. Namun jika dilihat dari perspektif kriminologi, penayangan berita Buser dan sejenisnya sebenarnya dapat merupakan bagian dari kebijakan kriminal. Dalam hal ini, secara luas kebijakan kriminal adalah keseluruhan fungsi dari aparat penegak hukum, termasuk di dalamnya cara kerja dari pengadilan dan polisi (Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, 1996). Pendapat tersebut diperkuat oleh premis-premis kriminologi mengenai kebijakan kriminal itu yang didasarkan pendapat Kriminolog terkenal dari Belanda, G. Peter Hoefnagels. Dalam buku Hoefnagels 48 dikatakan bahwa kebijakan krimimal itu pada hakekatnya adalah upaya penanggulangan kejahatan. Upaya penanggulangan kejahatan itu dapat ditempuh dengan penerapan hukum 46
Efendi, Onong Uchjana, ILMU TEORI DAN FILSAFAT KOMUNIKASI, 2003 Definisi Berita Kriminalitas, Menurut Ade Armando, FISIP-UI WWW.google.com (diakses pada 23 januari 2009) 48 Definisi Berita Kriminalitas. The Other Side of Criminology An Inversion of the Concept of Crime" (1973), WWW.google.com (diakses pada 23 januari 2009) 47
38
pidana (criminal law application), pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment) dan mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on crime and punishment/mass media) 49. Berdasarkan poin-poin yang disebutkan Hoefnagels itu, tayangan berita kriminalitas pada umumnya juga dapat dikatakan adalah upaya penanggulangan dan juga upaya pencegahan kejahatan. Dengan begitu, melalui berita kriminalitas yang ditayangkan di televisi tersebut, masyarakat dapat melihat bagaimana cara kerja kepolisian dan penegak hukum lainnya dalam menerapkan hukum pidana, juga dapat membuat masyarakat melakukan upaya pencegahan kejahatan serta mendapat pengetahuan tentang kejahatan dan penghukuman (pemidanaan) melalui media massa. Oleh karena itu, menurut pandangan Mulyana W. Kusumah bahwa acara Buser dan sejenisnya sebenarnya tidak bermasalah karena bisa memberi informasi tentang kriminalitas kepada masyarakat luas. Hanya saja Mulyana menyarankan aksentuasi program berita kriminalitas bukan pada tayangan yang berdarah-darah, namun lebih ditekankan pada nilai informasi disertai dengan edukasi pada masyarakat melalui media massa. Dengan begitu, tayangan tersebut dapat berdampak positif bagi masyarakat dan juga bisa meningkatkan citra kepolisian kita yang tidak lagi berparadigma pada kekerasan untuk menanggulangi kejahatan.
49
Definisi berita kriminalitas, WWW.google.com (diakses pada 23 januari 2009)
39
2.5.1 Kategorisasi Berdasarkan Jenis Tindakan Kriminal Indikator berita kriminal adalah informasi atau kabar tentang segala tindakan kejahatan yang melanggar hokum dan dapat dihukum sesuai undang-undang pidana. Yang dikategorikan kedalam jenis berita tindakan kriminal adalah : a.
Berita Pencurian Suatu berita dikategorikan berita pencurian adalah berita yang isinya tentang segala perbuatan mengambil barang kepunyaan orang lain disertai maksud untuk memiliki secara tidak sah.
b.
Berita Narkoba dan Miras Suatu berita dikategorikan berita narkoba dan miras adalah berita yang isinya mengenai penyalahgunaan barang-barang psikotropika dan minuman keras baik,sebagai pemakai maupun pengedar.
c.
Berita Penipuan Suatu Berita dikategorikan berita penipuan adalah berita yang isinya mengenai segala perbuatan yang hendak menguntungkan diri sendiri dengan memakai nama dan keadaan palsu.
d.
Berita Kejahatan susila Suatu berita dikategorikan berita kejahatan asusila adalah berita yang isinya mengenai segala tindakan/perbuatan asusila terhadap hal-hal yang menyangkut exses sexual seperti, perzinahan, pelacuran, pornografi.
pemerkosaan,
termasuk
masalah
kesopanan
dan
40
e.
Berita Tindak kriminal Terhadap Ketertiban Umum Suatu berita dikategorikan Berita Tindak kriminal Terhadap Ketertiban Umum adalah berita yang isinya mengenai segala sesuatu tindakan atau perbuatan yang dapat meresahkan dan menganggu masyarakat seperti perkelahian/tawuran,perjudian dsb.
f.
Berita Pembunuhan dan Penganiayaan Suatu berita dikategorikan Berita Pembunuhan dan Penganiayaan adalah berita yang isinya mengenai tindak kriminal terhadap nyawa atau badan seseorang baik sengaja maupun tidak.50
2.6 Teori Kultivasi Teori Kultivasi pertama kali dikenalkan oleh professor George Gerbner. Tulisan pertama yang memperkenalkan teori ini adalah living with television: The Violencprofile, Journal of Communication. Awalnya ia melakukan penelitian tentang “indicator Budaya” di pertengahan tahun 60-an untuk mempelajari pengaruh menonton televisi. Ia ingin mengetahui dunia nyata seperti apa yang dibayangkan, persepsikan oleh penonton televisi. Penelitian kultivasi yang dilakukan itu lebih menekankan pada “dampak”.51 Menurut teori kultivasi yang dikemukan oleh george gebner televisi menjadi media atau alat utama dimana penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya dan masyarakat. Gebner juga mengemukakan bahwa eksposur dalam jangka panjang terhadap tayangan televisi, dimana terdapat kekerasan didalamya, menimbulkan 50
Drs Gerson WB, SH, Hukum Pidana didalam Teori Dan Praktek, Pradya pramita : Jakarta 1983 hal 83 51 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa,PT Rajagrafindo,2007 hlm 167
41
kecenderungan pada diri pemirsanya untuk mengkultivasi gambaran dunia sebagai tempat yang berbahaya.52 Melalui kacamata kultivasi, dapat dilihat adanya perbedaan antara pandangan orang tua dan remaja tentang suatu permasalahan . melalui perbedaan kultivasi, orang tua ditampilkan secara negatif ditelevisi. Bahkan para pecandu (terutama kelompok muda) lebih mempunyai pandangan negatif tentang orang tua daripada yang bukan termasuk kelompok pecandu.hal ini terjadi karena televisi telah menampilkan sisi negatif tentang orang tua, misalnya bagaimana orang tua
selalu
ditampilkan
dengan
kolot
dalam
memahami
dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan anak muda para pecandu televisi seolah tidak sadar bahwa televisi mempunyai banyak pengaruh terhadap sikap dan perilaku. Penelitian
Kultivasi
menekankan
bahwa
media
massa
merupakan agen socialisasi dan menyelidiki apakah penonton televisi itu lebih mempercayai apa yang disajikan televisi daripada apa yang mereka lihat sesungguhnya. Dalam teori ini juga melihat bagaimana perilaku yang timbul dari efek media massa dan pengaruhnya sehingga membentuk perilaku nyata yang dapat diamati. Perilaku – perilaku yang ditunjukan dapat berupa bentuk kewaspadaan akan tindak kekerasan atau kriminal untuk keamanan diri, namun, ada juga yang memiliki reaksi menjadi takut terhadap tindakan kriminal, dan merubah pengetahuannya akan kriminalitas sebagai bentuk ancaman karena didukung oleh rasa takut. 52
Gebner,Gross,morgan,signorelli&shanahan,growingupwith television,cultivation process.
42
2.7 Efek Media Massa Televisi sudah mengambil hati para pemirsanya dalam kehidupan
sehari2
sehingga
mendominasi
lingkungan
simbolik
masyarakat.Dalam analisis gebner mengatakan bahwa frekuensi yang tinggi menonton televisi akan membentuk persepsi tentang realitas dunia yang konsisten dengan realitas dunia yang digambarkan dalam televisi, Gebner membedakan antara penonton berat menunjukan tingkat ketakutan yang lebih tinggi.53 Cultivation theory menyebutkan penonton berat melihat dunia sebagai tempat yang lebih berbahaya dibanding penonton ringan atau dapat disebut juga the mean world syndrome . terdapat 4 sikap yang membedakannya : 1. Penonton berat memperkirakan kemungkinan mengalami viktimisasi lebih tinggi dibanding penonton ringan 2. Penonton berat melebih-lebihkan bahaya yang mungkin akan mereka terima dibanding dengan penonton ringan: penonton berat akan memandang berbahaya jalan sendirian ditengah malam dibanding dengan penonton ringan. 3. Penonton berat menilai aktivitas polisi lebih tinggi dibanding dengan penonton ringan. 4. Penonton berat mencurigai motif oran-orang yang ditemuinya atau dengan kata lain ,penonton berat mempunyai ketidakpercayaan kepada orang lain. 53
Joseph R.Dominick, the dynamics of mass communication, new york:Mcgraw Hill, 1990, hal 481-484
43
Persepsi apa yang terbangun dibenak penonton tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh Televisi.ini artinya, melalui kontak penonton dengan televisi, penonton belajar tentang dunia, orang – orangnya, nilai – nilainya, serta kebiasaan.54 Melalui Teori kultivasi ini kita juga dapat melihat efek dari media massa dimana pada awal perkembangannya media massa lebih memfokuskan pada studi televisi sebagai media massa yang cukup menarik perhatian khalayak karena bersifat audio visual dan audience sebagai komunikan atau penerima pesan, khususnya memfokuskan pada tema – tema kekerasan ditelevisi.
2.8 Rasa Takut Rasa takut adalah suatu keadaan jiwa yang ditandai oleh suatu pengertian atau bayangan bahwa keutuhan fisik kita atau suatu organ lainnya yang sama nilainya
bagi diri kita dalam keadaan yang
berbahaya.Takut adalah suatu penglihatan tentang adanya ancaman terhadap wujud keberadaan kita, baik ancaman itu nyata adanya atau hanya sekedar dalam alam bayang-bayang. Rasa takut memiliki dua sumber utama yaitu :
54
a.
Penglihatan adanya ancaman yang nyata
b.
Lenyapnya tanda-tanda atau symbol keselamatan55
Nurudin, Pengantar Komunikasi massa, PT Rajagrafindo Persada, 2007, hal 167 Dr.Fransisco Jose Moreno, Agama dan akal Fikiran naluri rasa takut dan keadaan jiwa manusiawi, Penerjemah :Drs,M Amin Abdullah, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.hal 3
55
44
Menurut Allen E. Liska & William F. Bacaglini yang dimaksud dengan takut akan tindak kejahatan adalah suatu gejala psikologis berupa kecemasan dan ketakutan menjadi korban kejahatan , yang selanjutnya dikuti oleh kondisi fisik seperti peningkatan ketegangan, percepatan denyut jantung akibat kondisi psikologis56, jadi kondisi seseorang ketika mengalami ketakutan adalah gejala psikologis yang timbul ketika menghadapi sesuatu hal, yang berekibat kepada kondisi tubuh. Pengertian dari rasa takut adalah sebagai suatu reaksi emosional yang ditandai dengan adanya perasaan terancam bahaya adanya kecemasan terutama dalam hubungannya dengan bahaya secara fisik.57 Kesemuanya adalah kondisi yang dialami seseorang ketika merasa dirinya takut akan kejahatan hal ini diperoleh dari lingkunganyang berhubungan dengan aspek kejahatan bagi seseorang.
Oleh james
perasaan terancam bahaya terbagi menjadi dua bentuk : 1.
Ketakutan Aktual ketika ancaman kejahatan memang nyata dan ketika seberapa sering mereka menemukan diri dalam situasi yang menakutkan secara konkret.
2.
Ketakutan Antisipatif yaitu perasaan takut akan mengalami kejahatan.
56
Sanford H. Kadish,ed, Fear of Crime :Encyclopedia crime and justice. London the free press,1983 hal 765. 57 James Garofalo, the fear of crime;caus and consequences;journal of criminal law n Criminology,vol2,no2,1981,hal 884.
45
2.9
Hipotesis Penelitian 1. Apabila terdapat kenaikan point pada variable program berita kriminal buser maka, dapat memprediksi variable rasa takut
2.9.1
Hipotesis Hipotesis berasal dari bahasa inggris,hypo( dibawah)
dan thesa (kebenaran) jadi secara ethimologi hipotesis berarti kebenaran yang ada dibawah atau kebenaran yang sementara , kebenaran yang masih perlu diuji. Menurut Suharsami Arikunto Hipotesis merupakan suatu teori sementara yang kebenarannya pserlu diuji. Teori tersebut dibuat atas dasar masalah dan anggapan dasar yang telah ditetapkan dengan seksama. Berdasarkan pendapat para pakar diatas
dapat
disimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan sementara yang dinyatakan secara spesifik
dan perlu diuji kebenarannya.
sebagai prediksi atau langkah-langkah pemecahan masalah yang telah ditetapkan. Dapat dikatakan sebagai dugaan karena fakta atau kenyataan dilapangan mungkin mendukung atau membenarkan atau mungkin juga sebaliknya. Dikatakan juga spesifik artinya dugaan tersebut dirumuskan dalam bentuk kalimat yang tegas, dan tidak multi interpretable. Berdasarkan pengertian hipotesis diatas maka hipotesis yang peneliti ajukan ini adalah “apabila menonton tayangan berita kriminal buser diSCTV maka akan mempengaruhi
46
perilaku rasa takut khalayak dalam hal ini khususnya ibu-ibu terhadap tindak kejahatan58
2.9.2 Hipotesis Statistik Ada dua dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis kerja atau hipotesis alternative yang disingkat Ha yaitu menyatakan adanya hubungan antara variable X dan Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok.sedangkan hipotesis nol atau disingkat dengan Ho atau disebut juga hipotesis statistis yang bersifat, yaitu diuji dengan perhitungan statistic. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya pengaruh variable X terhadap variabel Y. Ho : r = 0 (Tidak ada hubungan antara tayangan berita kriminal dengan rasa takut adalah sama dengan nol). < 0,05 itu berarti r < 0,05 Ho diterima. Ha : r ≠ 0 (ada hubungan antara tayangan berita kriminal dengan rasa takut adalah sama dengan nol). itu berarti r > 0,05 Ho ditolak
Pengaruh tayangan berita criminal Buser (X)
58
Dr. Sukidin, metode penelitian,insane cendekia ,2005 hal 124
Rasa takut Ibuibu rumah tangga (Y)
47
BAB III METODOLOGI
3.1 Tipe dan Sifat Penelitian
3.1.1
Tipe Penelitian Tipe Penelitian yang digunakan yaitu menggunakan penelitian
korelasi berarti kita mencoba untuk meneliti hubungan diantara variabel – variabel yaitu meneliti hubungan antara suatu program acara berita kriminal terhadap rasa takut audience khususnya ibu – ibu, apakah dengan program tersebut audien memiliki kecenderungan rasa takut yang diakibatkan oleh program berita kriminal tersebut. 3.1.2
Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat Eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif
maka penelitian ini menganalisis hubungan kausal atau hubungan sebab akibat yang menjelaskan arah hubungan dan mengukur tingkat hubungan suatu fenomena, dan tipe penelitian ini menguji hipotesis.59 3.2 Metode Penelitian. Metode dalam penelitian ini adalah metode survey, metode pengumpulan data melalui survey mempunyai ciri-ciri60 : 1.
59
60
Informasi diperoleh dari sekumpulan orang.
Herry Soejitno, Pedoman Penyusunan Skripsi, (Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama, 2006), hlm. 64 Ronny Kounour, Metode Penelitian, (Jakarta: PPM, 2003), hlm. 106
48
2.
Informasi yang diperoleh dari sekumpulan orang tersebut merupakan sampel.
3.
Informasi diperoleh melalui bertanya dengan beberapa pertanyaan. Jadi penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan dalam penelitian ini informasi didapatkan dengan menggunakan kuesioner sebagai pengumpulan data yang pokok.
3.3 Populasi Populasi61 adalah himpunan yang lengkap dari semua unit observasi yang mungkin. Istilah lengkap dan sempurna mempunyai pengertian bahwa definisi populasi suatu studi harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan salah pengertian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah ibu-ibu Rumah tangga Komp. Merpati, pegadungan, kalideres, Jakarta Barat. Jumlah populasi keseluruhan Ibu-ibu rumah tangga yang terdapat di Rw 010 Perumahan kompleks Merpati yaitu terbagi dalam Enam (6) Rukun Tetangga adalah sebagai berikut :
61
I Gusti Ngurah Agung, Metode Penelitian Sosial : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993
49
Jumlah Warga
Jumlah
kepala Jumlah
keluarga
Wanita Jumlah
yang
Wanita
sudah yang
menikah
sudah
menikah Tidak (Ibu-ibu
dan bekerja rumah
tangga) RT 001 = 93 0rg
RT 001 = 24 kk
RT 001 = 25
RT 001 = 22
RT 002 = 97 org
RT 002 = 22 kk
RT 002 = 23
RT 002 = 21
RT 003 = 134 org
RT 003 = 29 kk
RT 003 = 27
RT 003 = 26
RT 004 = 130 org
RT 004 = 33 kk
RT 004 = 29
RT 004 = 27
RT 005 = 141 org
RT 005 = 28 kk
RT 005 = 24
RT 005 = 23
RT 006 = 103 org
RT 006 = 24 kk
RT 006 = 22
RT 006 = 20
Jumlah = 698 org
Jumlah = 160 .kk
Jumlah = 150
Jumlah = 139
3.4 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.4.1 Sampel Sampel didefinisikan sebagai unit observasi yang memberikan keterangan atau data yang dperlukan oleh studi. Dengan sendirinya sample merupakan bagian dari populasi. Dan sample selalu mempunyai ukuran yang kecil atau sangat kecil jika dibandingkan dengan ukuran populasi yang bersangkutan. Intinya, responden yang telah ditentukan yaitu ibu-ibu rumah tangga Perumahan komp. Merpati Rw 010 pegadungan, kalideres Jakarta Barat. Pertanyaan dalam bentuk kuisioner yang akan diajukan kepada responden akan diberikan kepada responden pada saat bertemu dengan peneliti dilokasi observasi.
50
3.4.2
Teknik Penarikan Sampel Teknik penarikan sample pada penelitian ini dilakukan dengan penarikan
Total
sampel
(Total
sampling).Total
sampling
adalah
pengambilan sample secara keseluruhan dari populasi yang ada, dimana jumlah dari populasi adalah 139 populasi dari ibu – ibu rumah tangga diperumahan kompleks Merpati, pegadungan , kalideres, Jakarta barat
Tabel Sampel
Jumlah ibu-ibu rumah tangga Komplek Merpati RW 010 Rt 001 = 22 Rt 003 = 26 Rt 005 = 23 Rt 002 = 21 Total
= 43
Rt 004
= 27
Total
= 53
Rt 006 = 20 Total
= 43
Total keseluruhan sampel = 139 ibu rumah tangga
3.5 Definisi dan Operasional Konsep 3.5.1 Definisi Konsep 1. Pengaruh Pengaruh menjelaskan mengenai arah hubungan, dimana di dalamnya terdapat variabel X dan Y, dan kemudian variabel X dan Y membentuk suatu
hubungan.
Pengaruh
menjelaskan
mana
variabel
yang
mempengaruhi dan mana variabel yang dipengaruhi.41
41
http://www.fkm.unair.ac.id/files/matkul/MAS224/Regresi%20Linier%20Sederhana.pptDefinisi Pengaruh
51
2. Tayangan Berita Kriminal ( Variabel X ) Adalah suatu tayangan yang melaporkan atau memberitahukan tentang segala peristiwa actual mengenai tindakan kriminal atau suatu bentuk pelanggaran hukum.
3. Perilaku Rasa takut ( Variabel Y ) Adalah sebagai suatu reaksi emosional yang ditandai dengan adanya perasaan
terancam
bahaya
adanya
kecemasan
terutama
dalam
hubungannya dengan bahaya secara fisik.
3.5.2
Operasionalisasi Konsep Operasionalisasi adalah proses pemberian defenisi operasional pada sebuah
variabel.
penjabaran
Dalam sebuah
mengenai
indikator
penelitian, dari
operasionalisasi
variabel
dijelaskan
atau dalam
operasionalisasi konsep. Dengan membaca operasionalisasi konsep maka akan lebih mudah untuk mengetahui pengukuran variabel sehingga dapat mengerti segala kekurangan dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep yang diteliti dan diukur melalui sejumlah pertanyaan indicator. Konsep-konsep tersebut adalah: 1. Tayangan Berita Kriminal 2. Rasa Takut
52
Tabel Operasionalisasi Konsep
Variabel
Dimensi
Tayangan
Terpaan
Berita
Media
Kriminal Buser (X)
Indikator
Skala
1) Mengetahui tayangan a. Sangat tahu (4) berita kriminal Buser di SCTV b. Tahu (3) c. Cukup tahu (2) d. Tidak tahu (1) 2) Intensitas menonton tayangan Buser DiSCTV dalam satu a. 7 kali seminggu (4) b.4-6 kali seminggu (3) minggu c.1-3 kali seminggu(2) d. 1 kali seminggu (1) 3) Durasi menonton tayangan a. > 25 menit (4) kriminal Buser b. 20 – 25 menit (3) c. 10 – 20 menit (2) d. < 10 menit (1) sampai 4) Menonton tayangan kriminal a.Menonton selesai Buser sampai dengan selesai b. Menonton sambil berganti saluran (saat jeda iklan) (3) c. Menonton lalu berganti program (2) d. Tidak menonton sampai selesai(1) 5) Tayangan Buser menyajikan Peristiwa peristiwa kejahatan a. Sangat setuju(4) yang meliputi: perampokan, b.setuju (3) penganiayaan, pemerkosaan , c. Tidak setuju(2) kerusuhan, pembunuhan, d.Sangat tidak setuju(1) penculikan, penipuan, obatobatan terlarang. a. Sangat setuju(4) 6) Penayangan program berita b.setuju (3) kriminal Buser c. Tidak setuju(2) Sangat tidak sadis(menampilkan gambar d. setuju(1) korban penganiayaan,pengeroyokan, penembakan,pemukulan,dll)
53
7) Tayangan berita Kriminalitas Buser memperlihatkan secara jelas gambar korban pembunuhan (menunjukan a. Sangat setuju(4) b.setuju (3) wajah mayat,luka-luka,darah) c. Tidak setuju(2) Sangat tidak 8) Program Buser menayangkan d. berita kriminal dari seluruh setuju(1) Indonesia?
a. Sangat setuju(4) 9) Jenis-jenis berita criminal Buser b. Setuju(3) merupakan jenis berita yang c. Tidak setuju(2) d. Sangat Tidak layak untuk diketahui setuju(1) 10) Tayangan berita kriminal Buser Memberi informasi kejahatan a. Sangat setuju(4) bagi anda b. Setuju(3) c. Tidak setuju(2) d. Sangat Tidak setuju(1) 11) Pesan dan informasi tentang kejahatan yang disampaikan Sangat setuju(4) Buser dapat membuat anda a. b. Setuju(3) berhati-hati c. Tidak setuju(2) Sangat Tidak 12) Tayangan Berita Kriminal d. setuju(1) Buser Mengandung Pesan positif (lebih berhati-hati) a. Sangat setuju(4) b. Setuju(3) c. Tidak setuju(2) 13) Isi Berita Kriminal Buser dapat d. Sangat Tidak memberi referensi untuk setuju(1) menjaga keselamatan diri a. Sangat setuju(4) b. Setuju(3) 14) Tayangan Kriminal Buser c. Tidak setuju(2) Membuat anda memiliki rasa d. Sangat Tidak empati (rasa kasihan pada setuju(1) korban, ikut merasakan penderitaan, kesedihan) terhadap orang lain
54
Rasa Takut (Y)
Ketakutan
15.
Aktual
Sering merasa terbayangbayang akan tindak kejahatan (perampokan,pembunuhan,p enganiayaan, pencurian) setelah menonton tayangan Kriminalitas Buser
a. Sangat sering(4) b. Sering (3) c. Kadang-kadang (2) d. Tidak pernah (1)
16.
Menjadi takut untuk tinggal dirumah sendirian setelah menyaksikan tayangan berita kriminal Buser kasus Perampokan bertopeng “NINJA” membawa kabur mobil (periode Buser 16 januari)?
a. Sangat takut(4) b. Takut (3) c. Tidak takut (2) d. Sangat Tidak takut (1)
17.
Menjadi takut setelah mendengar informasi Kasus perampokan,penculikan dan penipuan merupakan kasus yang sering terjadi saat ini?
a. Sangat takut(4) b. Takut (3) c. Tidak takut (2) d. Sangat Tidak takut (1)
18.
apakah anda menjadi takut untuk keluar rumah sendirian setelah menyaksikan tayangan Buser,(17 januari “Seorang pemuda menunggu bus,dirampok”) ?
19.
20.
Merasa takut menjadi korban kejahatan setelah menyaksikan tayangan Buser (Kasus penipuan dingkutan umum, Buser 8 januari 2009)
a. Sangat takut(4) b. Takut (3) c. Tidak takut (2) d. Sangat Tidak takut (1)
a. Sangat takut(4) b. Takut (3) c. Tidak takut (2) d. Sangat Tidak takut (1)
apakah anda memiliki rasa a. Sangat curiga (4) curiga terhadap orang yang b. Curiga (3) baru dikenal? c. Tidak curiga (2) d. Sangat tidak curiga 21) Menjadi Khawatir (1) Meninggalkan rumah dalam a. Sangat khawatir (4) keadaan kosong (”Polisi b. khawatir (3)
55
banyuwangi bekuk komplotan maling rumah kosong” berita Buser 19 januari 2009) 22) Trauma (Tidak ingin menonton tayangan Buser lagi) setelah menyaksikan tayangan kriminal Buser (tentang kasus pembunuhan,perdagangan wanita dan bayi,penganiayaan,penculikan (periode berita Buser 20 januari 2009)? 23) Apakah setelah menyaksikan tayangan Buser anda memilki sikap yang antisipasi terhadap tindak kejahatan? 24) Apakah anda sering memberi informasi kepada orang disekitar anda untuk berhati2 thdp tindak kejahatan yang sedang terjadi setelah menonton tayangan buser?
Ketakutan Antisipatif
c. Tidak khawatir (2) d. Sangat Tidak khawatir (1) a. b. c. d. (1)
Sangat trauma(4) Trauma (3) Tidak trauma (2) Sangat tidak trauma
a. Sangat setuju(4) b. Setuju(3) c. Tidak setuju(2) d.Sangat tidak setuju(1) a.Sangat sering(4) b.Sering (3) c.Kadang-kadang (2) d Tidak pernah (1)
a. Sangat setuju(4) b. Setuju(3) 25) Apakah anda lebih melindungi c. Tidak setuju(2) diri setelah menyaksikan d.Sangat tidak setuju(1) tayangan Buser? 26) Apakah tayangan berita a. Sangat hati-hati(4) kriminal Buser membuat anda b. Cukup hati-hati(3) lebih berhati-hati dalam c. Tidak hati-hati(2) bertindak dan melakukan d. Sangat Tidak hatikegiatan sehari-hari? hati(1)
56
3.6 3.6.1
Validitas dan Reliabilitas. Validitas Hasil penelitian yang valid adalah bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti
instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.
Dengan
menggunakan
instrument
yang
valid
dalam
mengumpulkan data maka, diharapakan hasil penelitian akan menjadi valid.
Jadi,
instrument
yang
valid
merupakan
syarat
untuk
mendapatkan hasil penelitian yang valid juga.42 Untuk melakukan uji validitas, metode yang dilakukan adalah dengan
mengukur korelasi antara buti-butir pertanyaan skor
pertanyaan secara keseluruhan. Metode yang digunakan adalah pearson Product moment dengan bantuan software SPSS 12. 3.6.2
Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama.43 Analisis reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat keakuratan dan presisi jawaban yang mungkin dari beberapa pertanyaan. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas akan dilakukan dengan metode Alpha – Cronbach.
42
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2006 hal. 267-268 Husein Umar, Metode RIset Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 99
43
57
Alpha
Tingkat Reliabiitas
0,00 s/d 0,20
Kurang Reliabel
>0,20 s/d 0,40
Agak Reliabel
>0,40 s/d 0,60
Cukup Reliabel
>0,60 s/d 0,80
Reliabel
>0,80 s/d 1,00
Sangat Reliabel
Tingkat
reliabilitas
dengan
metode
Alpha-Cronchbach
diukur
berdasarkan yang skornya bukan 0-1, tetapi merupakan rentangan antara beberapa nilai, misalnya 0 – 10 atu 0 -100 atu bentuk skala 1-3, 1-5 dan seterusnya44 3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1
Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data dilaksanakan45.secara umum pengolahan data dilaksanakan melalui tahap sebagai berikut: 1. Data yang sudah masuk dari responden yang telah menjawab kuisioner yang sudah dibagikan, kemudian diolah. 2. Untuk memudahkan dalam penghitungan dan pengolahan data kuisioner maka jawaban pada kuisioner diberi skor atau nilai
44
Ibid., hlm. 119 H.M Burhan Bungin,Metode Penelitian Komunikasi, Kencana Prananda Media Group, 2005. Hal. 165-168
45
58
tertentu dengan menggunakan nilai skala interval. Skala interval adalah skala yang mengurutkan orang atau obyek berdasarkan suatu atribut, selain itu ia juga memberi informasi tentang interval atau jarak yang sama antara satu obyek dengan obyek,yang lain.46 namun pendekatan yang digunakan adalah skala Likert yang berhubungan dengan pernyataan sikap seseorang terhadap suatu hal. 3. Data disederhanakan dalam bentuk tabel terlebih dahulu dengan membuat cooding sheet. Coding adalah proses perubahan data kuantitatif menjadi data yang berupa angka-angka. Pada proses ini mengubah sebuah data yang tadinya berupa katakata (huruf), menjadi angka-angka. 4. Selanjutnya data dianalisa secara kuantitatif, dengan melihat perolehan angka-angka yang menunjukan frekuensi penyebaran data. 3.7.2
Analisis Data Analisis data adalah penyederhanan data kedalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan di interpretasikan. Karena metode yang digunakan adalah metode eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif, setelah semua data dihimpun dan disusun secara sistematis, cermat untuk kemudian dipelajari dan dianalisa secara eksplanatif
46
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 32
59
hanya menganalisis hubungan kausal atau hubungan sebab akibat yang menjelaskan arah hubungan dan mengukur tingkat hubungan suatu fenomena, dan menguji hipotesis.47
3.8 Analisis Bivariat Untuk menganalisa data sehingga dapat menemukan ada atau tidaknya pengaruh tayangan berita kriminalitas terhadap rasa takut ibu – ibu rumah tangga , peneliti menggunakan teknik analisis data Bivariat merupakan analisa antara dua variabel. Dua variabel yang berbeda harus diuji secara terus menerus untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Angka yang menunjukan derajat perbedaan hubungan antara dua variabel disebut measure of association atau korelasi48 Korelasi yang akan diuji dalam penelitian adalah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (control) Metode yang digunakan dalam pengukuran ini adalah dengan korelasi yaitu dengan metode korelasi PearsonProduct Moment. Metode korelasi ini dilakukan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variable yaitu antara satu variable independent (tayangan berita kriminal Buser) dengan variable dependen (perilaku rasa takut Ibu-ibu rumah tangga) bila data kedua
47
Ibid hlm. 32 Roger D. Wimmer dan Joseph R. Dominick,mass media reserch :An Introduction, (California :wadsworth Publishing,1987),h. 229
48
60
variabel berbentuk interval atau rasio dan sumber data dari dua variabel atau lebih adalah sama49 Bila kita mempunyai dua buah variable yang masing-masing berskala interval (rasio), kita dapat menghitung koefisien korelasinya dengan Pearson Product Moment Corellation . Perhitungan teoritis koefisien korelasi menggunakan Pearson Product Moment adalah sebagai berikut :
r=
{ n ∑ XiYi } - { ∑ Xi } { √n ∑Xi² - (∑Xi)²}{ √n∑Yi² - (∑Yi)² }
Dimana : n
= banyaknya pasangan data
∑ Xi
= jumlah data variabel independent
∑ Yi
= jumlah data variabell dependen
∑ Xi Yi = jumlah perkalian variabel independent dan dependen Arah hubungan korelasi ditunjukan oleh tanda (+) atau (-) di depan angka koefesien korelasi yang dihubungkan dengan huruf r. Namun korelasi positif tidak berarti baik, tetapi hanya menunjukan bahwa makin tinggi nilai variabel X makin tinggi pula variabel Y. Koefesien korelasi adalah besaran yang dapat menunjukan kekuatan
49
Sugiyono, Metode Penelitian AdministrasiDilengkapi Dengan Metode R&D,Alfabeta 2007, hal 176
61
hubungan antara dua variabel dan dapat diketahui berdasarkan nilai r hasil analisis korelasi.50 Untuk menguji tingkat signifikasi sesuai dengan signifikasi yang ditetapkan yaitu 5% (P = 0,05). Jadi .nilai r atau koefesien korelasi yang telah diperoleh pada hasil analisis korelasi masih perlu diuji signifikasinya. Pengujian koefesien korelasi yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah nilai probabilitas yaitu dengan menguji apabila suatu korelasi memiliki nilai probabilitas kurang dari 0,05 atau p<0,05 ; maka hubungan korelasi tersebut signifikan Selanjutnya, besar nilai r korelasi dapat diinterpretasikan untuk memperkirakan
kekuatan
hubungan
korelasi,
seperti
yang
ditampilakan dalam tabel berikut51 : Interval Nilai r*)
Interpretasi
0,001 - 0,200
Korelasi sangat lemah
0,201 – 0,400
Korelasi lemah
0,401 – 0,600
Korelasi cukup kuat
0,601 – 0,800
Korelasi kuat
0,801 – 1,000
Korelasi sangat kuat
*) Interpretasi berlaku untuk nilai r positif dan negative Setelah melakukan kekuatan hubungan, langkah selanjutnya adalah melakukan metode analisis regresi. Analisis ini digunakan
50 51
Jalaludin Rakhmat, Op.cit., hlm. 28 PB Triton, SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametik, (Yogyakarta: Andi, 2006), hal. 91
62
untuk memprediksi variabel dependen (Y), memberikan pengetahuan tentang variabel independent (X), dan memperoleh pemahaman tentang hubungan antara variabel independent dan variabel dependen. Dalam uji regresi ini, peneliti menggunakan metode analisis regresi sederhana (simple regression) dengan menempatkan variabel pengaruh tayangan kriminal Buser sebagai variabel independent (X) dan rasa takut Ibu-ibu rumah tangga sebagai variabel dependen (Y). Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tayangan Kriminal terhadap rasa takut ibu-ibu rumah tangga: Y = a+bX
3.9. Uji Validitas Uji validitas atau kesahihan digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsi dalam menjelaskan variabel diatasnya. Dalam penelitian ini uji validitas diolah dengan uji korelasi product moment dengan hasil yang sudah disimpulkan sebagai berikut: Korelasi Antara Item pertanyaan 1 mengetahui tayangan berita kriminal Buser diSCTV Item pertanyaan 2 Intensitas menonton dalam
Nilai r Hitung
Nilai probabilitas
Nilai r tabel (n=105,α=5 %)
Kesimpulan Valid
0.220 Valid 0.409
0,198
63
satu minggu Item Pertanyaan 3 Durasi menonton
Item pertanyaaan 4 Menonton sampai selesai
Item pertanyaan 5 tayangan kriminal Buser merupakan tayangan kriminal yang menyajikan peristiwaperistiwa kejahatan Item pertanyaan 6 Buser merupakan tayangan yang sadis Item pertanyaan 7 Buser sering sekali memperlihatkan secara jelas gambar korban pembunuhan Item pertanyaan 8 Buser merupakan tayangan berita kriminal yang menyajikan berita kriminal dari seluruh Indonesia Item pertanyaan 9 jenis-jenis berita kriminal yang ditayangkan Buser
Valid 0.434
Valid
0.408
0.216
0.198
Valid 0.209 Valid 0.291
Valid
0.201
Valid 0.360
64
merupakan jenisjenis berita yang layak untuk diketahui Item pertanyaan 10 Buser banyak memberi informasi kejahatan bagi anda Item pertanyaan 11 pesan atau informasi kejahatan yang disampaikan tayangan berita Kriminal Buser dapat membuat anda menjadi lebih berhati-hati Item pertanyaan 12 Buser mengandung pesan Positif (lebih waspada) bagi anda Item pertanyaan 13 Isi berita kriminalitas Buser dapat memberi anda referensi untuk menjaga keselamatan diri Item pertanyaan 14 Buser membuat anda juga memiliki rasa empati (rasa
Valid
0.369
Valid 0.198 0.414
Valid
0.384
Valid
0.344
0.342
65
kasihan,ikut merasakan kesedihan,merasak an penderitaan) yang besar terhadap orang lain Item pertanyaan 15 sering terbayangbayang akan tindak kejahatan, setelah menonton tayangan kriminal Buser Item pertanyaan 16 takut untuk tinggal sendirian dirumah setelah menonton tayangan berita kriminal Buser Item pertanyaan 17 Kasus perampokan, penculikan dan penipuan merupakan kasus yang sering terjadi saat ini, anda menjadi takut setelah mengetahui Informasi tersebut Item pertanyaan 18 menjadi takut keluar rumah sendirian setelah menyaksikan tayangan berita kriminal Buser
Valid
0.283
.
0,198
Valid
0.304
.
Valid
0.298
.
Valid
0.466
.
66
Item pertanyaan 19 merasa takut menjadi korban tindak kejahatan Item pertanyaan 20 setelah anda menonton tayangan criminal Buser , memiliki rasa curiga terhadap orang yang baru anda kenal Item pertanyaan 21 “Polisi Banyuwangi Bekuk Komplotan Maling Rumah Kosong” (Berita Buser periode 19 januari 2009) Apakah anda Menjadi khawatir meninggalkan rumah dalam keadaan kosong setelah menyaksikan berita kriminal Buser tersebut Item pertanyaan 22 mengalami trauma (tidak mau menonton Buser lagi) setelah menonton tayangan Berita kriminal Buser Item pertanyaan 23
Valid 0.450
.
Valid 0.198
0.402
.
Valid
0.328
.
0.198 Valid 0.229 .
0.441
.
Valid
67
setelah menyaksikan tayangan berita kriminal Buser lebih memiliki sikap antsipasi (lebih melindungi diri) terhadap tindak kejahatan Item pertanyaan 24 memberikan informasi kepada orang-orang disekitar anda Untuk berhati-hati terhadap tindak kejahatan yang sedang terjadi Item pertanyaan 25 lebih melindungi diri setelah mengetahui tindak kejahatan yang sedang terjadi Item pertanyaan 26 Berita kriminal Buser membuat anda lebih bersikap Hati-hati dalam melakukan kegiatan seharihari
Valid
0.490
.
0.198 Valid
0.534
.
0.343
.
68
Pengambilan Keputusan •
Jika rhitung positif dan rhitung >rtabel, maka butir, maka butir tersebut valid.
•
Jika rhitung negatif atau rhitung < rtabel, maka butir tersebut tidak valid
•
rhitung dapat dilihat pada kolom korelasi antara atau tabel total correlation (lampiran) Pada kolom korelasi dapat dilihat bahwa nilai correlations (rhitung)
semuanya lebih besar dari rtabel yaitu 0,198 sehingga dapat disimpulkan bahwa ke-26 butir item pertanyaan adalah valid 3.10. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat keakuratan dan presisi jawaban yang mungkin dari beberapa pertanyaan. Dalam penelitian ini. 3.10.3 Uji Reliabilitas Media Exposure Uji reliabilitas dilakukan pada tingkat variabel yaitu variabel program televisi dengan melihat nilai Alpha-Cronbach. Tabel 3.10.1 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .778
N of Items .778
4
69
Dari
Tabel
Cronbach.dari
diatas
media
terlihat
exposure
bahwa adalah
nilai
Alpha-
sebesar
0.778
Berdasarkan tabel reliabilitas Alpha_Cronbach, nilai ini berada diantara 0,60 s/d 0,80 yang berarti variabel pengaruh media exposure ini reliabel. 3.10.4 Uji Reliabilitas Tayangan Berita Kriminal Buser Uji reliabilitas dilakukan pada tingkat variabel Tayangan Berita Kriminal Buser dengan melihat nilai Alpha-Cronbach.
Tabel 3.10.2 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .678
N of Items .695
10
Dari Tabel diatas terlihat bahwa nilai Alpha-Cronbach.dari pengaruh program televisi berita kriminal buser adalah sebesar 0,695 Berdasarkan tabel reliabilitas Alpha_Cronbach, nilai ini berada
70
diantara >0,60 s/d 0,80 yang berarti variabel Program Televisi Berita kriminal buser reliabel
3.10.3 Uji Reliabilitas Perilaku Rasa Takut Uji reliabilitas dilakukan pada tingkat variabel Rasa takut dengan melihat nilai Alpha-Cronbach.
Tabel 3.10.3 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .784
N of Items .785
12
Dari Tabel diatas terlihat bahwa nilai Alpha-Cronbach.dari variabel Perilaku kekerasan adalah sebesar 0,785 Berdasarkan tabel reliabilitas Alpha_Cronbach, nilai ini berada diantara 0,60 s/d 0,80 yang berarati variabel pengaruh Perilaku Rasa Takut ini reliabel.
71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 GAMBARAN UMUM TAYANGAN BERITA KRIMINAL BUSER di SCTV Buser (Buru sergap) sebagai program acara berita kriminalitas yang ditayangkan setiap hari senin s/d minggu pada pukul 11:30 WIB banyak juga mengambil perhatian dari masyarakat khususnya para ibu rumah tangga, karena tayangan ini merupakan salah satu tayangan berita kriminal andalan SCTV karena isi pesan yang disampaikan tidak hanya dalam kota saja namun, dari berbagai daerah di Indonesia serta kemasan berita yang menarik dan penyampaian yang jelas dan actual membuat cara ini patut untuk disaksikan. Buser sebagai tayangan kriminal andalan memiliki peranan dan fungsi sendiri dimana tayangan Buser memberikan informasi dan berita yang bersifat objektif, nyata, dan jelas tanpa adanya unsur kebohongan. Informasi yang diberikan Buser meliputi informasi dan berita meliputi pembunuhan, pemerkosaan,
pencurian,
pengerusakan
fasilitas
umum,
perkelahian,
demonstrasi yang berbuntut kekerasan di Indonesia. Buser merupakan media suara gambar yang aktif mempengaruhi para penontonnya
melalui program tayangannya, selain itu juga Buser sangat
berperan dalam membangun dan membentuk mentalitas penontonnya baik, didalam diri maupun dalam kehidupan bersosial dan juga banyak memberi dampak yang besar didalam memepengaruhi karakter masyarakatnya. Dalam hal ini khususnya ibu-ibu rumah tangga, karena Buser merupakan berita
72
kriminal yang hanya menampilkan berita hardnews, yaitu Merupakan jenis Berita yang bersifat keras dalam arti bersifat segera tayang dan harus segera diketahui oleh khalayak
4.2.
Hasil Penelitian Analisis data merupakan suatu tahapan penting dalam metode ilmiah.
Dengan analisa data hasil sebuah penelitian dapat diberi arti dan makna yang bermanfaat untuk memecahkan masalah penelitian . Penelitian ini menggunakan metode survey dengan kuisioner yang disebar di Perumahan kompleks Merpati pegadungan,kalideres, Jakarta barat. Survei ini berlangsung 5 hari yaitu tanggal 14-18 febuari 2009 Dalam survei ini peneliti berhasil mengumpulkan 105 responden dari 139 sampel yang seharusnya menjadi responden dikarenakan 19 responden tidak mengetahui tayangan Buser dan 15 responden tidak bersedia untuk mengisi karena beberapa alasan. 4.3
Karakteristik Responden Survei ini mengambil 139 Responden yang dipilih dengan tekhnik
sample secara keseluruhan (totally sampling), yaitu penulis mengikut sertakan seluruh jumlah populasi ibu-ibu rumahtangga yang tidak memilki aktivitas diluar rumah atau bekerja yang terdaftar di Rw 010 perumahan kompleks Merpati menjadi sampel penelitian Para responden ini merupakan responden yang mampu diajak berkomunikasi secara sistematis.
73
4.3.1. Usia Responden Responden
dalam
penelitian
ini
disesuaikan
dengan
teknik
pengambilan sampel secara keseluruhan (totally sampling) yaitu penulis mengikut sertakan seluruh jumlah populasi ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan mengetahui tayangan Buser,
yang terdaftar di Rw 010
Perumahan kompleks Merpati.Oleh karena itu peneliti mengelompokan jumlah berdasarkan: Tabel 4.3.1 Usia Responden 25-35 tahun 23 36-46 tahun 51 >46 tahun 31 Total 105 Sumber: Kuisioner no A
Percent 22% 49% 29% 100%
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa mayoritas usia responden terbanyak merupakan usia 36-46 tahun yaitu 51orang atau sebanyak 49 %, diketahui mayoritas responden adalah pada usia 36-46 tahun. 4.3.2. Pendidikan Terakhir Responden Latar belakang Pendidikan terakhir Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi SMP, SMU, Diploma, S1 (sarjana). Hal ini dilakukan guna untuk memudahkan dalam memahami pertanyaan yang terdapat pada Kuisioner peneliti.
74
Pendidikan SMP SMU Diploma SI (Strata1) Total
Tabel 4.3.2 Responden 22 55 10 18 105
Percent 21% 52% 10% 17% 100%
Sumber :Kuisioner No B (identitas responden) Febuari 2009 Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa mayoritas pendidikan terakhir dari 55 (52%) responden yaitu SMU (sekolah menengah umum) dan pada urutan kedua sebanyak 22(21%)
responden yang berpendidikan terakhir
SMP, untuk pendidikan S1(Strata 1) sebanyak 18 responden atau (17%),dan yang berpendidikan diploma Sebanyak 10 responden atau 10%. 4.4. Terpaan Media/ media expossure Dalam penelitian ini Media Exposure terdiri dari 4 bagian yaitu frekuensi menonton, mengetahui tayangan Buser, intensitas menonton, dan menonton tayangan Buser sampai selesai.
Tabel 4.4.1 Mengetahui Buser Frequency Percent Tahu 58 55,2 cukup tahu 17 16,2 sangat tahu 30 28,6 Total
105
100,0
Sumber : Kuisioner no 1 (terpaan Media)
Berdasarkan jawaban dari 105 responden yang terdapat pada table 4.4.1, hasil yang diperoleh adalah 58 responden menjawab Tahu. Jadi dapat
75
dijelaskan
bahwa jawaban Tahu lebih mendominasi bila dibandingkan
dengan jawaban Sangat tahu dan cukup tahu karena lebih dari separuh responden mengetahui atau pernah menonton program Buser DiSCTV.
Tabel 4.4.2 Frekuensi menonton 1 kali seminggu 1-3 kali seminggu 4-6 kali seminggu 7 kali seminggu Total
Frequency 8 27 49 21 105
Percent 7,6 25,7 46,7 20,0 100,0
Sumber : Kuisioner No 2 (Terpaan Media) Dari total responden yaitu sebanyak 105 responden, berdasarkan nilai pengklasifikasian diatas sebanyak 49 responden menonton 4-6 kali seminggu atau hampir setiap hari menonton tayangan Buser,
dan sebagian dari
responden yang tersisa ada yang menonton setiap hari 7 kali seminggu dan ada pula yang tidak setiap hari (1-3 kali s/d 1 kali seminggu) menonton, hal ini dikarenakan berbagai pilihan program kriminal lainnya yang juga tayang pada hari dan jam yang bersamaan. Tabel 4.4.3 Durasi menonton < 10 menit 10-20 menit 20-25 menit 30 menit Total
Frequency 9 29 30 37 105
Percent 8,6 27,6 28,6 35,2 100,0
Sumber : kuisioner no 3 (Terpaan Media)
76
Dari Hasil Diatas dapat dijelaskan bahwa yang menonton sampai dengan selesai 30 menit sebanyak 37 responden dibandingkan dengan yang menonton kurang dari 30 menit, hal ini dikarenakan Berita Kriminal Buser memiliki jam tayang yang sesuai untuk menarik minat penonton serta isi berita yang menyangkut rasa aman dan keamanan sehingga banyak mengambil perhatian khalayak khususnya para ibu rumahtangga.
Tabel 4.4.4 Menonton sampai selesai Frequency tidak menonton sampai 6 dengan selesai menonton sebentar lalu 7 berganti program menonton sambil berganti 26 saluran (saat jeda iklan) menonton sampai selesai 66 Total 105 Sumber :Kuisioner No 4 (terpaan Media)
Percent 5,7 6,7 24,8 62,9 100,0
Sebanyak 66 responden menyaksikan tayangan berita Kriminal buser sampai dengan selesai hal ini dapat menunjukan bahwa tayangan kriminal Buser memiliki peranan fungsi tersendiri bagi penontonya sehingga masih diminati oleh khalayak khususnya dalam hal in ibu-ibu rumah tangga. 4.5.
Tayangan Berita Kriminal Buser (variable X)
Tabel 4.5.1 Tayangan Buser Frequency Percent tidak setuju 7 6,7 setuju 71 67,6 sangat setuju 27 25,7 Total 105 100,0 Sumber : Kuisioner No 5 (Tayangan Berita Kriminal Buser)
77
Dari hasil data diatas yang setuju bahwa tayangan Kriminal Buser merupakan tayangan berita kriminal yang Menyajikan peristiwa-peristiwa Kejahatan, sebanyak 71 responden hal ini menunjukan bahwa Buser merupakan tayangan Berita kriminal andalan yang memiliki peranan dan fungsi sendiri dimana tayangan Buser memberikan informasi dan berita yang bersifat objektif, nyata, dan jelas tanpa adanya unsur kebohongan. Informasi yang diberikan Buser meliputi informasi dan berita meliputi pembunuhan, pemerkosaan,
pencurian,
pengerusakan
fasilitas
umum,
perkelahian,
demonstrasi yang berbuntut kekerasan di Indonesia.
Tabel 4.5.2 Buser sadis sangat tidak setuju
Frequency 4
Percent 3,8
tidak setuju
34
32,4
setuju
55
52,4
sangat setuju
12 105
11,4 100,0
Total
Sumber: kuisioner no 6
Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa dalam hal ini mayoritas menjawab bahwa Buser merupakan tayangan Yang sadis sebanyak 55 responden dalam arti Buser sering sekali menampilkan gambar-gambar yang seharusnya tidak boleh ditampilkan hal ini juga berkaitan dengan dampak dari media massa sehingga kita mengetahui bahwa pada saat ini informasi dan
78
berita terutama berita Kriminal benar-benar terbuka dan sangat bebas yang pada akhirnya adalah kebablasan (seperti menampilkan wajah tersangka tanpa diblur, adegan pengeroyokan dengan senjata tajam, adegan penembakan ) yaitu dengan adanya media penyiaran yang terlalu bebas sehingga dapat menyebabkan dampak-dampak tertentu yang muncul baik, positif maupun negative kepada khalayak dalam penelitian ini khususnya ibu-ibu rumah tangga
Tabel 4.5.3 Buser Memperlihatkan Gambar korban Pembunuhan (menunjukan wajah mayat,luka-luka,darah)
sangat tidak setuju
Frequency Percent 5 4,8
tidak setuju
32
30,5
setuju
57
54,3
sangat setuju
11
10,5
Total
105
100,0
Sumber : kuisioner No 7
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa yang menjawab setuju dengan pernyataan bahwa Buser memperlihatkan gambar dari korban pembunuhan (menunjukan wajah mayat,luka-luka,darah) sebanyak 57 (54,3%) responden, Berdasarkan hasil diatas mayoritas setuju dengan Buser yang sering menampilkan gambar korban yang seharusnya tidak boleh
79
ditampilkan hal ini juga berkaitan dengan dampak media massa yang kebablasan.
Tabel 4.5.4
Tayangan Buser menyajikan Berita kriminal dari Seluruh Indonesia
Frequency Percent
sangat tidak setuju
2
1,9
tidak setuju
12
11,4
setuju
77
73,3
sangat setuju
14
13,3
Total
105
100,0
Sumber : Kuisioner No 8 Berdasarkan hasil klasifikasi tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden menjawab bahwa Buser merupakan Tayangan Berita Kriminal yang menyajikan Berita Kriminal dari seluruh Indonesia sebanyak 77 responden(73,3 %). Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jawaban diatas berkaitan dengan penjelasan Buser tidak hanya memberikan berita kriminal tentang dalam kota saja namun dari seluruh pelosok indonesia sehingga khalayak dapat mengetahui situasi yang sedang terjadi diseluruh negeri.
80
Tabel 4.5.5 Jenis-jenis Berita Buser Layak Untuk diketahui tidak setuju setuju sangat setuju Total
Frequency 24 68 13 105
Percent 22,9 64,8 12,4 100,0
Sumber: Kuisioner No 9 Dari hasil penjelasan diatas mayoritas 68 responden setuju bahwa jenis-jenis berita Buser layak untuk diketahui oleh khalayak hal ini berkaitan dengan penjelasan bahwa Buser merupakan berita kriminal yang hanya menampilkan berita hardnews, yaitu Merupakan jenis Berita yang bersifat keras dalam arti bersifat segera tayang dan harus segera diketahui oleh khalayak.
Tabel 4.5.6 Buser Memberi informasi tentang kejahatan tidak setuju setuju sangat setuju Total
Frequency 10 79 16 105
Percent 9,5 75,2 15,2 100,0
Sumber : Kuisioner No 10 Dari hasil penjelasan tabel diatas dapat dikatakan bahwa mayoritas responden menjawab setuju bahwa Buser selalu memberikan informasi tentang tindak kejahatan hal ini berkaitan dengan penjelasan bahwa, selain memberikan informasi untuk lebih waspada (dalam bentuk positif) namun,
81
dapat pula memberikan inspirasi atau contoh bagi para penjahat untuk melakukan kejahatan serupa, dan membuat modus – modus baru.
Tabel 4.5.7 Buser memberi Informasi Untuk lebih berhati-hati Frequency sangat tidak setuju 2 tidak setuju 13 setuju 63 sangat setuju 27 Total 105 Sumber: Kuisioner No 11
Percent 1,9 12,4 60,0 25,7 100,0
Berdasarkan hasil diatas mayoritas responden atau para ibu rumah tangga setuju bahwa Tayangan buser memberi mereka informasi dan pesan yang disampaikan melalui tayangan Buser dapat membuat mereka /para ibu rumah tangga berhati-hati akan tindak kejahatan yang sedang terjadi.
Tabel 4.5.8 Buser Mengandung pesan yang Positif (memberikan informasi untuk lebih menjaga diri ) Frequency sangat tidak setuju tidak setuju 21 setuju 62 sangat setuju 20
Percent 20,0 59,0 19,0
Sumber : Kuisioner No 12 Berdasarkan hasil data diatas mayoritas responden menjawab setuju dengan tayangan Buser mengandung pesan yang positif bagi para ibu rumah tangga karena isi pesan yang disampaikan tidak hanya dalam kota saja namun, dari berbagai daerah di Indonesia serta kemasan
82
berita yang menarik dan penyampaian yang jelas dan actual membuat acara ini patut untuk disaksikan.
Tabel 4.5.9 Buser Memberi referensi untuk Menjuaga Keselamatan Diri Frequency tidak setuju 13 setuju 69 sangat setuju 23 Total 105 Sumber : Kuisioner No 13
Percent 12,4 65,7 21,9 100,0
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden menjawab setuju
bahwa tayangan Buser dapat memberikan
referensi untuk menjaga keselamatan diri ini. Karena berita yang ditayangkan Buser menarik dan penyampaian yang jelas dan actual membuat acara ini patut untuk disaksikan. Tabel 4.5.10 Tayangan Buser dapat Memberi rasa empati (terhadap korban tindak kejahatan) Frequency sangat tidak setuju 1 tidak setuju 15 setuju 62 sangat setuju 27 Total 105
Percent 1,0 14,3 59,0 25,7 100,0
Sumber : Kuisioner No 14 Berdasarkan penjelasan diatas mayoritas responden menjawab setuju bahwa dengan menyaksikan tayangan buser para ibu rumahtangga lebih memiliki rasa empati terhadap orang lain yang menjadi korban
tindak
83
kejahatan dan ini sesuai dengan butir pertanyaan yang menjelaskan bahwa tayangan buser membuat anda memiliki rasa empati (rasa kasihan,rasa sedih, ikut merasakan penderitaan) 4.6 Rasa Takut rasa takut adalah sebagai suatu reaksi emosional yang ditandai dengan adanya perasaan terancam bahaya adanya kecemasan terutama dalam hubungannya dengan bahaya secara fisik. Dalam hal ini perasaan terncam terbagi dalam dua bentuk:1. Ketakutan Aktual dan 2. Ketakutan antisipatif. Tabel 4.6.1 Merasa sering terbayangterbayang (mengingat kembali) akan tindak kejahatan setelah menonton Buser tidak pernah kadang -kadang sering sangat sering
Frequency 11 65 23 6
Percent 10,5 61,9 21,9 5,7
Sumber : kuisioner No 15 (Perilaku rasa takut Dari hasil penjelasan diatas mayoritas responden menjawab kadangkadang merasa terbayang-bayang setelah menyaksikan tayangan Buser dalam hal ini berkaitan dengan kelebihan tayangan Buser dapat memperlihatkan unsur-unsur gambar yang didukung dengan audionya tentang semua informasi dan berita yang disiarkan atau ditayangkan sehingga membuat televisi satu tingkat lebih unggul dibanding media pers lainnya.
84
Tabel 4.6.2 Menjadi takut untuk tinggal dirumah sendirian (Perampokan bertopeng “NINJA” membawa kabur mobil (periode Buser 16 januari) sangat tidak takut tidak takut Takut sangat takut Total
Freq uency 2 28 58 17 105
Percent 1,9 26,7 55,2 16,2 100,0
Sumber : Kuisioner No 16 Dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas dari responden menjawab takut untuk tinggal dirumah sendirian setelah menyaksikan tayangan Buser tentang kasus (Perampokan bertopeng “NINJA” membawa kabur mobil (periode Buser 16 januari) hal ini berkaitan dengan Ketakutan Aktual : ketika ancaman kejahatan memang nyata dan ketika seberapa sering mereka menemukan diri dalam situasi yang menakutkan secara konkret. Tabel 4.6.3 Menjadi takut setelah mendengar informasi tentang tindak kejahatan(Kasus perampokan,penculika n dan penipuan) Frequency sangat tidak takut 2 tidak takut 32 takut 57 sangat takut 14 Total 105
Percent 1,9 30,5 54,3 13,3 100,0
85
Sumber : Kuisioner No 17 Dari hasil
tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden menjawab takut hal ini berkaitan dengan penjelasan bahwa Buser merupakan media suara gambar yang aktif mempengaruhi para penontonnya melalui program tayangannya, selain itu juga Buser sangat berperan dalam membangun dan membentuk mentalitas penontonnya baik, didalam diri maupun dalam kehidupan bersosial dan juga banyak memberi dampak yang besar didalam mempengaruhi karakter masyarakatnya. Tabel 4.6.4 Menjadi takut untuk keluar rumah sendirian setelah menyaksikan tayangan Buser. sangat tidak takut tidak takut Takut
Frequency 2 40 51
Percent 1,9 38,1 48,6
Sumber : kuisioner No 18 Dari hasil tabel diatas mayoritas responden menjawab takut untuk keluar rumah sendirian setelah menyaksikan Buser hal ini dikarenakan adanya perasaan terancam dan dalam teori kultivasi menurut gerbner yang membandingkan penonton berat dan ringan bahwa Penonton berat melebihlebihkan bahaya yang mungkin akan mereka terima dibanding dengan penonton ringan: penonton berat akan memandang berbahaya jalan sendirian ditengah malam dibanding dengan penonton ringan
86
Tabel 4.6.5 Takut menjadi korban kejahatan setelah menyaksikan tayangan Buser sangat tidak takut tidak takut takut sangat takut Total
Frequency 2 23 69 11 105
Percent 1,9 21,9 65,7 10,5 100,0
Sumber : Kuisioner No 19 Dari tabel diatas mayoritas dari responden menjawab takut untuk menjadi korban kejahatan setelah menyaksikan berita kriminal Buser hal ini juga berkaitan Cultivation theory menyebutkan penonton berat melihat dunia sebagai tempat yang lebih berbahaya dibanding penonton ringan atau dapat disebut juga the mean world syndrome ,yaitu Penonton berat memperkirakan kemungkinan mengalami viktimisasi lebih tinggi dibanding penonton ringan. Tabel 4.6.6 Memiliki rasa curiga terhadap orang yang baru dikenal Frequency sangat tidak curiga 3 tidak curiga 25 curiga 66 sangat curiga 11 Total 105 Sumber : Kuisioner No 20
Percent 2,9 23,8 62,9 10,5 100,0
Dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menjawab Curiga orang yang baru dikenal hai ini juga berkaitan dengan penjelasan teori kultivasi tentang penonton berat dan penonton ringan yang menjelaskan bahwa penonton berat mencurigai motif orang-orang yang
87
ditemuinya
atau
dengan
kata
lain
,penonton
berat
mempunyai
ketidakpercayaan kepada orang lain. Tabel 4.6.7 Menjadi Khawatir Meninggalkan rumah dalam keadaan kosong sangat tidak khawatir tidak khawatir khawatir sangat khawatir Total
Frequency 1 39 48 17 105
Percent 1,0 37,1 45,7 16,2 100,0
Sumber : Kuisioner No 21 Berdasarkan hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menjawab khawatir untuk meninggalkan rumah dalam keadaan kosong hal ini berkaitan dengan teori kultivasi yang dikemukakan oleh Gerbner tentang eksposur dalam jangka panjang terhadap tayangan televisi, dimana terdapat kekerasan didalamya, menimbulkan kecenderungan pada diri pemirsanya untuk mengkultivasi gambaran dunia sebagai tempat yang berbahaya. Tabel 4.6.8 Trauma (Tidak ingin menonton tayangan Buser lagi) setelah menyaksikan tayangan kriminal Buser sangat tidak trauma tidak trauma trauma sangat trauma Total
Frequency 4 67 30 4 105
Sumber : Kuisioner No 22
Percent 3,8 63,8 28,6 3,8 100,0
88
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden tidak trauma dalam arti responden masih merasakan pentingnya tayangan Kriminal Buser untuk memberikan informasi tentang tindak kejahatan guna untuk lebih bersikap waspada hal berkaitan dengan teori kaum Behavioris atau lebih dikenal sebagai teori belajar seluruh perilaku manusia kecuali instink adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan, lingkungan bukan hanya disekitar masyarakat itu tinggal namun lingkungan dari luar juga berpengaruh yaitu televisi. Tabel 4.6.9 Memiliki sikap yang antisipasi (Bersikap waspada) terhadap tindak kejahatan tidak setuju setuju sangat setuju Total
Frequency 17 71 17 105
Percent 16,2 67,6 16,2 100,0
Sumber : Kuisioner No 23 Dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan sebagian Besar responden menjawab setuju bahwa dengan menyaksikan tayangan buser membuat para responden memiliki sikap yang lebih antisipatif hal ini berkaitan dengan Ketakutan Antisipatif : yaitu perasaan takut akan mengalami kejahatan.
89
Tabel 4.6.10 Memberi informasi kepada orang disekitar anda untuk berhati2 thdp tindak kejahatan Frequency tidak pernah 5 kadang –kadang 28 Sering 58 sangat sering 14 Total 105 Sumber : Kuisioner No 24
Percent 4,8 26,7 55,2 13,3 100,0
Dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden sering memberi informasi kepada orang disekitarnya untuk berhati-hati tentang tindak kejahatan yang sering terjadi, hal ini berkaitan dengan Penelitian Kultivasi menekankan bahwa media massa merupakan agen socialisasi dan menyelidiki penonton televisi itu lebih mempercayai apa yang disajikan televisi daripada apa yang mereka lihat sesungguhnya. Tabel 4.6.11 Lebih melindungi diri setelah menyaksikan tayangan Buser Frequency sangat tidak setuju 2 tidak setuju 9 setuju 66 sangat setuju 28 Total 105
Percent 1,9 8,6 62,9 26,7 100,0
Sumber : Kuisioner No 25 Dari hasil penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menjawab setuju setelah menyaksikan tayangan Buser responden lebih melindungi diri dan reaksi menjadi takut terhadap tindakan kriminal,
90
dan merubah pengetahuannya akan kriminalitas sebagai bentuk ancaman karena didukung oleh rasa takut. Tabel 4.6.12 Tayangan berita kriminal Buser membuat anda lebih berhati-hati dalam bertindak dan melakukan kegiatan Frequency sehari-hari
tidak hati-hati cukup hati-hati sangat hati-hati Total
4 51 50 105
Percent 3,8 48,6 47,6 100,0
Sumber : Kuisioner No 26 Dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menjawab
cukup hati-hati setelah menyaksikan tayangan berita kriminal
Buser ini menjelaskan Bahwa perilaku yang timbul dari efek media massa (televisi) dan pengaruhnya sehingga membentuk perilaku nyata yang dapat diamati. Perilaku – perilaku yang ditunjukan dapat berupa bentuk kewaspadaan akan tindak kekerasan atau kriminal untuk keamanan diri.
4.7
Analisis Bivariat
4.7.1. Uji Korelasi Pearson. Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi, yang digunakan untuk mencari hubungan, signifikasi, dan arah hubungan antara dua variabel. teknik pearson ini digunakan dengan mempertimbangkan skala interval. Dalam penelitian ini kedua variabel tersebut adalah variabel Pengaruh berita kriminal terhadap variabel perilaku Rasa takut.
91
Var_Progra Var_Perilak m Berita u Rasa Kriminal Takut Var_Program Pearson Correlation 1 .180(**) Berita kriminal Sig. (1-tailed) . .033 N 105 105 Var_Perilaku Rasa Pearson Correlation .180(**) 1 Takut Sig. (1-tailed) .033 . N 105 105 ** Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa ada korelasi antarvariabel program Berita kriminal terhadap perilaku Rasa takut, dimana nilai koefisien korelasi (r) hasil yang didapat adalah sebasar 0,180 Nilai r tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kuat atau besarnya hubungan Pengaruh Tayangan Berita Kriminal terhadap Rasa takut pada tingkatan sangat lemah. Bila dilihat dari rtabel dengan N=105 dengan signifikasi 5 % yaitu 0,198. dan dengan diperoleh hasil r hitung sebesar 0,180 dengan tingkat signifikasi a = 0,05. Hasil yang didapat r hitung lebih kecil dari r tabel ( r hitung 0,180< r tabel 0,198) maka Ho hasilnya diterima. Hasil analisis data dan pengujian hipotesis diatas maka peneliti berhasil membuktikan adanya hubungan pada tingkatan yang sangat lemah antara program berita Kriminal Buser terhadap Rasa Takut Ibu-ibu. Interpretasi besaran koefisien korelasi diketahui nilai r = 0,180 berada pada kisaran interpretasi
0,001 - 0,200 dengan
korelasi sangat lemah, yang artinya program Berita kriminal Buser
sangat lemah dalam mempengaruhi perilaku rasa takut.
92
4.7.4. Uji Regresi Sederhana (Simple Regression) Uji regresi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh program Berita Kriminal mempengaruhi perilaku Rasa Takut. Dari uji ini didapatkan data:
Model 1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B
Beta
Std. Error
(Consta 26.371 nt)
3.953
X
.132
.245
.180
T
Sig.
6.672
.000
1.859
.066
a. Dependent Variable: Perilaku rasa takut
Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linear sederhana, Y= a + bX. Untuk menentukan ketepatan model tersebut peneliti membandingkan nilai probabilitas dengan taraf nyatanya sebesar 0,05.Pada bagian ini dikemukakan nilai koefisien a dan b serta harga t-hitung serta tingkat signifikasi. Dari tabel diatas didapat persamaan perhitungan sebagai berikut : Y = 26,371 + 0,245 X Dimana : Y = Perilaku rasa takut X = Program Berita Kriminal
93
Hasil Y 26,371 merupakan nilai konstanta (a). Sedangkan hasil X 0,245
merupakan koefisien regresi. Adapun 0,180 pada Standardized
Coeficients (Beta) menunjukkan tingkat korelasi antara “Program Berita kriminal” terhadap “ rasa takut”.
Tabel 4.7.1.2 Model Summaryb Model R 1
.180a
Adjusted R R Square Square
Std. Error of the Estimate
.032
4.27662
.023
a. Predictors: (Constant): Program Berita Kriminal b. . Dependent Variable Var_Perilaku Rasa Takut
Var_
:
Dari data diatas dapat terlihat bahwa nilai R square (koefesien determinasi) menunjukan nilai sebesar 0,32. R² (R square) ini merupakan indeks Determinasi, yakni prosentase yang menyumbangkan pengaruh X terhadap Y. Hal ini berarti sekitar 3,2 %. variabel perilaku rasa takut dapat dijelaskan oleh variabel program berita kriminal Sedangkan sisanya yaitu sebesar 96,8 % (100% - 3,2 %) dapat dijelaskan oleh sebab-sebab lain.
4.8
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari uji hipotesa membahas pengaruh antara Program Berita kriminal “Buser” terhadap perilaku rasa takut ibu-ibu rumah tangga menggunakan konsep antara lain proses
94
komunikasi. Proses komunikasi dijelaskan dengan elemen-elemen yang saling berkaitan dengan Program Berita kriminal “Buser” terhadap perilaku rasa takut ibu-ibu rumah tangga dapat digambarkan pada penelitian ini menggunakan model lasswell yang menjelaskan bahwa komunikasi dapat dijelaskan dengan menjawab lima pertanyaan berikut : 1. Who : Sumber (komunikator ) :
Program tayangan berita kriminal
”Buser” di SCTV 2. Says What : Tentang berita kriminal 3. In which Chanel : Menggunakan media massa televisi
untuk
menyampaikan pesan informasi berita kriminal. 4. To Whom : audience, dalam penelitian ini khususnya Ibu-ibu rumah tangga perumahan kompleks merpati Rw 010 pegadungan , kalideres, jakarta barat 5. With What Effect: perubahan yang terjadi sebagai akibat.efek dari pesan (berita krimiinal) yang diterima, yaitu perubahan perilaku. Dalam
penelitian
ini
model
lasswell
menjelaskan
bahwa
komunikator (Program Berita kriminal Buser) pasti mempunyai keinginan untuk mempengaruhi receiver ( penerima/Ibu-ibu rumah tangga ) dan karenanya komunikasi selalu dianggap sebagai sebuah proses persuasif, juga selalu dianggap pesan yang pasti ada efeknya. Pada variabel perilaku rasa takut teori bandura dapat menjelaskan 4 tahap yang dilakukan yaitu pada teori
social learning theory atau belajar sosial
(belajar mengobservasi), yang perlu diingat adalah bahwa proses belajar
95
mengikuti sesuatu dimulai dari tahap : 1) Proses memperhatikan (atensi) 2) Proses mengingatkan kembali (retensi) 3) Proses gerakan untuk menciptakan kembali (reproduksi) 4) Proses mengarahkan gerakan sesuai dengan dorongan (motivasi)
Pada proses atensi yang telah diolah bahwa responden yang memperhatikan, dan mengetahui program buser cukup banyak hal ini dibuktikan dengan 58 responden yang menjawab tahu tayangan Buser yang ditayangkan setiap hari diSCTV , dan Sebanyak 68 responden setuju bahwa jenis-jenis berita Buser layak untuk diketahui oleh khalayak hal in juga membuktikan bahwa khalayak memperhatikan tayangan Buser , dan sebanyak 66 responden menyaksikan tayangan berita Kriminal buser sampai dengan selesai hal ini juga dapat menjelaskan bahwa responden memperhatikan tayangan Buser. Pada proses retensi mengingat kembali atau merasa terbayangbayangi akan tindak kejahatan setelah menyaksikan tayangan Buser, hal ini dapat dilihat dari responden yang menjawab kadang-kadang merasa terbayang-bayang (mengingat kembali ) akan tindak kejahatan setelah menyaksikan Buser sebanyak 65 responden. Pada proses reproduksi
jumlah responden yang menjawab
setuju sebanyak 71 responden, yang menyatakan
bahwa dengan
menyaksikan tayangan buser membuat para responden memiliki sikap
96
yang lebih antisipasi terhadap tindak kejahatan atau tidak ingin mengalami hal yang sama dan mayoritas responden menjawab lebih bersikap melindungi diri setelah menyaksikan Buser, dan sebanyak 51 responden menjawab cukup hati-hati dalam bertindak dan melakukan kegiatan sehari-hari. Pada proses motivasional jumlah responden sebanyak 67 responden
menjawab
tidak
mengalami
trauma
(tidak
ingin
menyaksikan tayang Buser lagi), dan sebanayk 58 responden yang menjawab sering memberikan informasi kepada orang disekitarnya akan tindak kejahatan yang sedang terjadi setelah menyaksikan Buser. Hal ini dapat sekaligus menjelaskan bahwa mayoritas responden yang telah memperhatikan, mengingat, dan menciptakan reaksi-reaksi
merupakan perulangan pengalaman yang pernah
dilakukannya/dilihat menjadi tidak termotivasi untuk menjadi takut atau trauma terhadap tayangan Buser melainkan lebih bersikap ansipasi terhadap tindak kejahatan setelah menyaksikan Buser hal ini dibuktikan pada proses reproduksi. Dari hasil penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa hasil reproduksi dan motivasional dalam teori bandura dapat membantu menjelaskan dalam penelitain ini bahwa adanya hubungan yang sangat lemah antara variabel program Berita kriminal buser terhadap perilaku rasa takut.
97
Langkah selanjutnya,
adalah melihat interpretasi mengenai
hubungan antara kedua variabel tersebut. Interpretasi ini dilakukan pada hasil analisis pengujian
menggunakan
metode pearson
correlation untuk melihat kekuatan hubungan dan regresi sederhana (simple regression). Dalam pengujian pearson correlation terlihat bahwa kekuatan hubungan antara variabel program berita kriminal “Buser” terhadap perilaku rasa takut ibu-ibu rumah tangga
adalah sebesar 0,180
hubungan ini diinterpretasikan sebagai hubungan yang sangat lemah karena berada antara 0,001 - 0,200. Hal ini mengacu pada hipotesis penelitian penulis yang menyatakan bahwa tayangan program berita kriminal dapat mempengaruhi perilaku rasa takut namun, dalam tingkatan yang sangat lemah. Dari hasil pengujian pearson correlation yang menjelaskan adanya hubungan yang sangat lemah antara “ Pengaruh Berita Kriminal Buser” dengan “Perilaku rasa takut ibu-ibu Rumahtangga” hal ini dapat
menjelaskan bahwa teori kultivasi yang digunakan
penulis tidak sepenuhnya berlaku dalam penelitian ini. Teori kultivasi dengan penjelasannya yang menekankan bahwa “eksposur dalam jangka panjang terhadap tayangan televisi, dimana terdapat kekerasan didalamya, menimbulkan kecenderungan pada diri pemirsanya untuk mengkultivasi gambaran dunia sebagai tempat yang berbahaya”.
98
Setelah itu dengan melihat hasil uji regresi sederhana didapatkan adalah nilai R square (koefesien determinasi) menunjukan nilai sebesar 0,032. R² (R square) ini merupakan indeks Determinasi, yakni prosentase yang menyumbangkan pengaruh X terhadap Y Hal ini berarti sekitar 3,2 %. variabel perilaku rasa takut dapat dijelaskan oleh variabel program berita kriminal sisanya yaitu sebesar 968,0% dijelaskan oleh sebab-sebab lain. Dari hasil korelasi pun didapatkan hasil bahwa dimana nilai koefisien korelasi (r) hasil yang didapat adalah sebesar 0,180 Nilai r tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kuat atau besarnya hubungan antara Pengaruh Berita Kriminal terhadap Rasa takut pada tingkatan sangat lemah.
99
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah tayangan Berita Kriminal Buser mempengaruhi Perilaku rasa takut Ibu-ibu rumah tangga. Hasil penelitian pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Program berita kriminal “Buser” terhadap
rasa takut terdapat hubungan
yang sangat lemah yaitu (0,180) . 2.
kenaikan sebesar 1 point pada variable program berita kriminal Buser dapat memprediksi variable rasa takut.
5.2
Saran Tayangan
berita
kriminal
di
televisi
adalah
tayangan
yang
menginformasikan dan memberikan berita khusus seputar tindak kriminalitas yang terjadi di tanah air agar masyarakat mengetahui hal-hal dan kegiatan semua tindak kejahatan yang sedang terjadi. Peneliti ingin memberikan saran yang berkenaan dengan penulisan penelitian ini . saran ini ditujukan untuk media penyiaran yaitu stasiun televisi yang menayangkan tayangan berita kriminalitas. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah penulis dapatkan, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
100
1. Dari hasil penelitian yang menjelaskan bahwa kuat hubungan pengaruh tayangan berita kriminal buser terhadap rasa takut dalam tingkatan yang sangat lemah. Dengan adanya hasil seperti ini maka Penulis memberikan saran pada pihak televisi yaitu SCTV bahwa dari hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi positif bagi pihak SCTV selaku stasiun yang menayangkan Buser. Bahwa program buser yang merupakan media suara gambar yang aktif mempengaruhi para penontonnya melalui program tayangannya, juga sangat berperan dalam membangun dan membentuk mentalitas penontonnya baik, didalam diri maupun dalam kehidupan bersosial dan juga banyak memberi dampak yang besar didalam memepengaruhi karakter masyarakatnya. Sehingga para pemirsa Buser dapat berjaga-jaga mengenai lingkungan sekitar mereka dari ancaman kejahatan.
101
DAFTAR PUSTAKA Agung , I Gusti Ngurah , Metode Penelitian Sosial : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993 Ali, Moh Penelitian Kependidikan Prosedur & Strategi, Angkasa. Bandung. 1985 Arifin, Anwar ILMU KOMUNIKASI sebuah pengantar ringkas, PT Raja Grafindo persada 2006 Arif, Pratisto, Cara Muda Mengatasi Masalah Statistik Dan Rancangan Percobaan Dengan SPSS 12, Jakarta, Elex Media Komputindo, 2005 Assegaf, Djafar Jurnalistik Masa Kini, hal 27 Bungin, H.M Burhan Metode Penelitian Komunikasi, Kencana Prananda Media Group, 2005. Hal. 165-168 Devito, Josep A. dalam Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, Yogyakarta Media Pressindo,2006, hal 5 Effendi, Onong Uchjana Televisi Siaran Teori dan Praktek, Bandung ________________________, ILMU TEORI DAN FILSAFAT KOMUNIKASI, 2003
Fahmi,
A Alatas Bersama Televisi Mereda Wajah Bangsa, Jakarta
McQuail, Denis dan Sven Windahl, Model-model Komunikasi, (Jakarta: Uniprimas, 1985)., hlm. 20 Moeliono, Anton M Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan kebudayaan Muda, Dedi iskandar jurnalistik televisi, (bandung,2005) Morrisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir,Jakarta:Ramdina prakarsa, 2004 Mulyana, Dedy Ilmu Komunikasi sebuah pengantar, bandung : PT Remaja Rosda Karya 2004 Nawawi, Hadari H Metode Penelitian Bidang Sosial.Gajah Mada University Press. Yogyakarta.2003, hal 31 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta : PT Grafindo Persada 2007
102
Rakhmat, jalaludin psikologi komunikasi ed revisi, bandung : 2004 _______________, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 32 Sendjaja, S.Djuarsa pengantar ilmu komunikasi cet kedelapan,Jakarta:universitas terbuka,2003 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis,Alfabeta,Bandung, 2001 hal 7 _________, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2006, hal 212 _________, Metode Penelitian AdministrasiDilengkapi Dengan Metode R&D,Alfabeta 2007, hal 176
Susanto, Astrid S. komunikasi massa (bandung:Remaja Rosdakarya) Suhandang, Kustadi Pengantar Jurnalistik seputar oraganisasi,produk &kode etik,cet pertama, Nuansa: 2004 Soenarjo dan djoenaesih, Himpunan Istilah Komunikasi, hal 45 Triton, PB, Riset Statistik Parametik SPSS13.0 Terapan, Yoyakarta, 2006 Umar, Husein Metode RIset Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 99 Wiryanto, Pengantar ilmu komunikasi cet ketiga,Grasindo juli 2006 WB, Gerson Hukum Pidana Didalam teori dan praktek: pradya paramita: Jakarta,1983 Internet Buser, www. SCTV.com, (diakses pada bulan maret 2008) Buser, www.Pintunet.com, (diakses pada bulan desember 2008) “Psikologi Komunikasi “ Http/www.Google.com, (diakses pada 21 maret 2009) “Arti komunikasi massa” www.Google.com , (diakses pada tanggal 24 maret 2009)
103
“Definisi berita kriminalitas” WWW.google.com (diakses pada 23 januari 2009)
“Kontribusi Konsepsi Psikologi Behaviours Terhadap Perkembangan Teori Ilmu Komunikasi” www.Google.com, (diakses pada 21 maret 2009)
104
CURRICULUM VITAE Name Address Phone Number Place/Birth Date Marital status Religion Interest in Hobbies Health Nationality
: Astrice Beatrice : Perumahan Kompleks MNA blok L/3 Rt/Rw 004/010 Pegadungan kalideres Jakarta barat 11830 : (021) 93243388, 0878-84010140 : Sumbawa, april 14th 1986 : Single : Christian : Marketing & Broadcast : Reading books : Excellent : Indonesian
EDUCATIONAL BACKGROUND : 1994 1999 2001 2004
until until until until
1999 2001 2004 2009
12 pagi Negri Elementary School 186 Negri Junior High School 95 Negri Senior High School University of Mercubuana, Majoring broadcasting
QUALIFICATION HIGHLIGHTS : ¾ ¾ ¾ ¾
Be Be Be Be
able able able able
to to to to
conversation easily speak English work in team work individually
Working Experience : 1. In Roadshow Telkomsel goes mall to mall in 3 months as Master Ceremony (MC) 2. In Scotch Bride Product Event as sales promotion girl 3. L. A Light Event Goes To Campus as Master Ceremony (MC)