SKRIPSI ANALISIS FAKTOR –FAKTOR PENDORONG MASYARAKAT MEMBAYAR ZAKAT, INFAQ, DAN SEDEKAH (ZIS) MELALUI BAZDA SUMATERA UTARA
OLEH
ANDY RISWAN RITONGA 080501013
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendorong muzakki sehingga melakukan pembayaran dana ZIS melalui BAZDASU. Penelitian ini juga membahas perkembangan pengumpulan dana ZIS selama tahun 2001-2011, serta kendala-kendala yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 40 muzakki yang memabayar dana ZIS di BAZDASU, menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 16.0 descriptive analysis. Sedangkan untuk meneliti perkembangan pengumpulan dana ZIS dilakukan dengan menganalisis perkembangan jumlah muzakki, penerimaan, dan penyaluran dana ZIS selama 11 tahun terakhir. Juga menampilkan kendala internal dan eksternal yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong masyarakat membayar ZIS tersebut adalah pelayanan, lokasi, teknik pengumpulan dan status BAZDASU. Alasan muzakki lebih memilih membayar zakat, infaq dan sedekah pada lembaga ini, karena statusnya sebagai lembaga zakat resmi milik Pemerintah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bersedekah, BAZDASU harus terus meningkatkan kualitas kinerja, pelayanan, sosialisasi dan program-program unggulannya, guna membangun citra BAZDASU yang lebih baik kedepanya. Kata kunci: ZIS, Pelayanan, Lokasi, Teknik Pengumpulan.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT This study aims to determine the driving factors that make payments Muzakki ZIS funds through BAZDASU. This study also discusses the development of ZIS fundraiser for the year 2001-2011, as well as obstacles encountered in the collection BAZDASU ZIS. This study took a sample of 40 Muzakki the ZIS in BAZDASU to pay funds, using descriptive analysis method with the help of descriptive analysis software SPSS 16.0. While researching the development of fund-raising conducted by analyzing developments ZIS Muzakki number, receipt, and disbursement of funds during the last 11 years ZIS. Also featuring internal and external constraints faced in the collection BAZDASU ZIS. The results showed that the factors that encourage people to pay ZIS is a service, location and status BAZDASU collection techniques. Muzakki reasons prefer to pay zakat, and alms infaq in these institutions, because of its status as an official charity organization owned by the Government. To increase public awareness of the tithe, and give alms berinfaq, BAZDASU must continue to improve the quality of performance, service, socialization and its superior programs, in order to build a better image BAZDASU for the future. Key words: ZIS, Service, Location, collection techniques.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring salam juga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq, Dan Sedekah (ZIS) Melalui BAZDA Sumatera Utara”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada : 1. Kedua Orang Tua tercinta, ayahanda Sofyan Suri Ritonga, SH dan ibunda Siti Onggol, S,pd. Saudara-saudara, abang, kakak, dan adik tercinta, beserta teman-teman seperjuanganku yang selalu memberikan semangat dan dukungan beserta doa untuk keselamatan dan keberhasilan penulis. 2. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc. Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan penulis dorongan, masukan dan saran yang berguna dalam menyempurnakan skripsi ini dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
5. Kepada Bapak DR. Saparuddin Siregar, SE, AK, SAS, M.Ag selaku dosen pembaca penilai yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis. 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan berbagai ilmunya kepada penulis. 7. Bapak dan Ibu staf administrasi Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah dengan ikhlas melayani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Kepada pimpinan BAZDASU Bapak Drs. H. Amansyah Nasution, MSP beserta pegawai-pegawai BAZDASU yang telah membantu dalam proses penelitian penulis demi menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengaharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan. Wassalamualaikum Wr. Wb. Medan, 24 Juli 2012 Penulis
Andy Riswan Ritonga 080501013
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ................................................................................................... ABSTRACT ................................................................................................ KATA PENGANTAR ............................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................ DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................. DAFTAR SINGKATAN.............................................................................. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................
i ii iii v
x xi
1 11 12 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Zakat………………………………………….......................... 14 2.1.1. Pengertian Zakat………………………………….......... 14 2.1.2. Klasifikasi Zakat…………………………...................... 16 2.1.2.1. Zakat Fitrah……………………………………... 16 2.1.2.2. Zakat Maal (Harta)……………………................. 17 2.1.2.3. Syarat-Syarat Zakat….……………………........... 26 2.1.2.4. Penerima Zakat………………………................... 27 2.1.3. Manfaat Zakat Dalam Kehidupan Masyarakat………....... 28 2.2. Infaq……………………………….…………………................ 30 2.2.1. Pengertian Infaq……………………….............................. 30 2.3. Sedekah……………………………………………………......... 31 2.3.1 Pengertian Sedekah………………………………………. 31 2.4. Pelayanan Donatur/Muzakki……………………........................ 31 2.4.1 Pengertian Donatur Muzakki............................................... 31 2.4.2 Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Pelayanan………...... 32 2.4.3 Prinsip-Prinsip Pelayanan…………………………………. 33 2.5 Lokasi Lembaga Zakat…………………………………………….34 2.6. Peranan Fundraising Zakat……………………………………… 35 2.6.1 Pengertian Fundraising Zakat……………………………… 35 2.6.2 Metode Fundraising Zakat…………………………………. 35 2.6.3 Tujuan Fundraising Zakat………………………………… 36 2.7. Penelitian Terdahulu…………………………………………… 36
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian............................................................38 3.2. Lokasi Penelitian………………………………………………...38 3.3. Jenis dan Sumber Data..................................................................38 3.4. Teknik Pengumpulan Data............................................................39 3.5. Populasi dan Pemilihan Sampel …….…………………………..40 3.6. Metode Analisis dan Pengelolaan Data........................................40 3.7. Definisi Operasional.....................................................................41 BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara…43 4.1.1. Sejarah Singkat Perkembanagan BAZDASU. ……...........43 4.1.2. Profil BAZDASU …………………..................................45 4.1.3. Visi dan Misi BAZDASU ………….................................46 4.1.3.1. Visi………………………………………………46 4.1.3.2. Misi………………………………………………46. 4.1.4. Landasan Hukum Zakat……….........................................47 4.1.4.1 Landasan Agama Islam…………………………..47 4.1.4.2 Landasan Peraturan Perundang-undangan……….48 4.1.5. Kedudukan BAZDASU…………….................................49 4.1.6. Tugas Pokok dab Fungsi BAZDASU…… .......................49 4.1.6.1 Tugas Pokok……………………………...............49 4.1.6.2 Fungsi…………………………………………….50 4.1.7. Tujuan dan Prinsif Pengelolaan BAZDASU……….........51 4.1.8. Program Bantuan dan Pendayagunaan BAZDASU..........52 4.1.9. Struktur Organisasi Pengurus BAZDASU……………….53 4.2. Analisis Data dan Pembahasan………………….........................55 4.2.1. Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin………………………………………... ……….............56 4.2.2. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan……... .57 4.2.3. Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan 59 4.2.4. Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU…………60 4.2.5. Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden………………………………………......62 4.2.6. Hasil Analisis Data dan Deskriftif Penelitian…………….64 4.2.6.1.Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU65 4.2.6.2. Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU66 4.2.6.3. Jarak Tempat Tinggal Responden dengan Lokasi BAZDASU………………………………………..68 4.2.6.4. Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU………………………………………. 70. 4.2.6.5. Prosedur Penyaluran Dana ZIS di BAZDASU….. 72 4.2.6.6. Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU………………………………….. 74 4.2.6.7. Pelayanan yang Diperoleh Responden Dari BAZDASU……………………………….. .. 76
Universitas Sumatera Utara
4.3. Analisis Data Perkembangan Pengumpulan ZIS dan Deskriptif Penelitian………………………………………………………….. 78 4.3.1. Perkembangan Jumlah Muzakki BAZDASU………… 78 4.3.2. Jumlah Penerimaan Dana ZIS dan Non ZIS di BAZDASU……………………………………………. 83 4.3.3. Jumlah Penyaluran Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di BAZDASU…………………........................... 88 4.4. Kendala-kendala yang Dihadapi BAZDASU Dalam Menghimpun Dana Zakat, Infaq, Dan sedekah (ZIS)………………………. 94 4.4.1.Kendala Internal………………………………………... 94 4.4.2. Kendala Eksternal……………………………………… 95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ............................................................................. 5.2. Saran ...................................................................................... DAFTAR PUSTAKA................................................................................... LAMPIRAN..................................................................................................
97 99 101 103
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman 1.1 1.2
2.1 2.2 2.3 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15
Judul
Jumlah Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara……………………......... 8 Jumlah Donatur/Muzakki di Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara……………………………………………………. 8 Nishab Zakat Unta…………………….. ............................... 20 Nishab Zakat Sapi atau Kerbau…………………………...... 21 Zakat Kambing dan Domba………………………………… 22 Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin.......... 56 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan…………. 58 Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan dan Pendapatan 59 Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU………..….. 60 Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden…………………………………………................ 62 Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU……… . 65 Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU…………. .. 67 Jarak Tempat Tinggal Responden Dengan Lokasi BAZDASU 69 Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU…………………………………………………. .. 71 Prosedur Penyaluran Dana ZIS yang Dirasakan Responden di BAZDASU………………………………………………. 73 Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU 74 Pelayanan yang Diperoleh Responden dari BAZDASU…….. 76 Jumlah Donatur/Muzakki BAZDASU Tahun 20012011…. ... 80 Jumlah Penerimaan Dana ZIS DAN Non ZIS BAZDASU Tahun 2001-2011…………………………………………… .. 85 Jumlah Penyaluran Dana ZIS Oleh BAZDASU Tahun 2001-2011………………………… …….. …………………... 90
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11
Judul
Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU………..……. Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden………………………………………… .................... Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU................ Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU…………….. Jarak Tempat Tinggal Responden Dengan Lokasi BAZDASU.. Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU…………………………………………………….. Prosedur Penyaluran Dana ZIS yang Dirasakan Responden di BAZDASU………………………………………………….. Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU…. Pelayanan yang Diperoleh Responden Dari BAZDASU………. Jumlah Penerimaan Dana ZIS dan Non ZIS yang Terhimpun Oleh BAZDASU Tahun 2001-2011……………………………. Perbandingan Penerimaan dan Penyaluran ZIS Oleh BAZDASU Tahun 2001-201…………………….…………………………….
62 63 66 68 70 72 74 76 78 88 93
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
BAZDA BAZDASU BAZIS BAZNAS BAZ BPS DPRD LAZ LHAI LPZ OPZ SPSS UPZ UU ZIS
= Badan Amil Zakat Daerah = Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara = Badan Amil Zakat Infaq Sedekah = Badan Amil Zakat Nasional = Badan Amil Zakat = Badan Pusat Statistik = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah = Lembaga Amil Zakat = Lembaga Harta Agama Islam = Lembaga Pengelolaan Zakat = Organisasi Pengelolaan Zakat = Statistic Product and Service Solution = Unit Pengumpulan Zakat = Undang-Undang = Zakat Infaq Sedekah
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendorong muzakki sehingga melakukan pembayaran dana ZIS melalui BAZDASU. Penelitian ini juga membahas perkembangan pengumpulan dana ZIS selama tahun 2001-2011, serta kendala-kendala yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 40 muzakki yang memabayar dana ZIS di BAZDASU, menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 16.0 descriptive analysis. Sedangkan untuk meneliti perkembangan pengumpulan dana ZIS dilakukan dengan menganalisis perkembangan jumlah muzakki, penerimaan, dan penyaluran dana ZIS selama 11 tahun terakhir. Juga menampilkan kendala internal dan eksternal yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong masyarakat membayar ZIS tersebut adalah pelayanan, lokasi, teknik pengumpulan dan status BAZDASU. Alasan muzakki lebih memilih membayar zakat, infaq dan sedekah pada lembaga ini, karena statusnya sebagai lembaga zakat resmi milik Pemerintah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bersedekah, BAZDASU harus terus meningkatkan kualitas kinerja, pelayanan, sosialisasi dan program-program unggulannya, guna membangun citra BAZDASU yang lebih baik kedepanya. Kata kunci: ZIS, Pelayanan, Lokasi, Teknik Pengumpulan.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT This study aims to determine the driving factors that make payments Muzakki ZIS funds through BAZDASU. This study also discusses the development of ZIS fundraiser for the year 2001-2011, as well as obstacles encountered in the collection BAZDASU ZIS. This study took a sample of 40 Muzakki the ZIS in BAZDASU to pay funds, using descriptive analysis method with the help of descriptive analysis software SPSS 16.0. While researching the development of fund-raising conducted by analyzing developments ZIS Muzakki number, receipt, and disbursement of funds during the last 11 years ZIS. Also featuring internal and external constraints faced in the collection BAZDASU ZIS. The results showed that the factors that encourage people to pay ZIS is a service, location and status BAZDASU collection techniques. Muzakki reasons prefer to pay zakat, and alms infaq in these institutions, because of its status as an official charity organization owned by the Government. To increase public awareness of the tithe, and give alms berinfaq, BAZDASU must continue to improve the quality of performance, service, socialization and its superior programs, in order to build a better image BAZDASU for the future. Key words: ZIS, Service, Location, collection techniques.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya berhubungan dengan nilai ketuhanan saja namun berkaitan juga dengan hubungan kemanusian yang bernilai sosial (Maliyah ijtimah‘iyyah). ZIS memiliki manfaat yang sangat penting dan strategis dilihat dari sudut pandang ajaran Islam maupun dari aspek pembangunan kesejahteraan umat. Hal ini telah dibuktikan dalam sejarah perkembangan Islam yang diawali sejak masa kepemimpinan Rasulullah SAW. Zakat telah menjadi sumber pendapatan keuangan negara yang memiliki peranan sangat penting, antara lain sebagai sarana pengembangan agama Islam, pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan infrastruktur, dan penyediaan layanan bantuan untuk kepentingan kesejahteraan sosial masyarakat yang kurang mampu seperti fakir miskin, serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1). Peranan zakat di atas, sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat miskin di Indonesia yang masih membutuhkan berbagai macam layanan bantuan, namun masih kesulitan dalam memperoleh layanan bantuan tersebut guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Di lihat dari fenomena itulah, Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam sebenarnya memiliki potensi yang strategis
dan sangat
layak
untuk
dikembangkan
dalam
menggerakkan
perekonomian negara. Melalui penggunaan salah satu instrumen pemerataan pendapatan, yaitu institusi zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), di mana zakat, infaq,
Universitas Sumatera Utara
dan sedekah selain sebagai ibadah dan kewajiban juga telah mengakar kuat sebagai tradisi dalam kehidupan masyarakat Islam. Oleh karena itu, ibadah zakat, infaq, dan sedekah yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Islam di Indonesia, didukung dengan besarnya kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, sehingga dapat dikatakan Indonesia adalah negara yang memiliki potensi zakat yang cukup besar. Potensi ini merupakan sumber pendanaan yang dapat dijadikan kekuatan pemberdayaan
ekonomi,
pemerataan
pendapatan,
bahkan
akan
dapat
menggerakkan roda perekonomian negara. Potensi ini sebelumnya hanya dikelola oleh individu-individu secara tradisional dan bersifat konsumtif, sehingga pemanfaatannya belum optimal. Setelah berlakunya Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, pelaksanaan pengelolaan zakat di Indonesia dilakukan oleh Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk Pemerintah di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota dan kecamatan serta Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk dan dikelola masyarakat (Depag RI, 2007 a: 1). Pengelolaan dana zakat, infaq, dan sedekah oleh BAZ dan LAZ, seharusnya dapat memberikan kontribusi terhadap masalah kemiskinan dalam hal membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun kenyataannya masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup miskin dan serba kekurangan dan belum tersentuh oleh hasil distribusi zakat, dikarenakan banyak program LPZ yang manfaatnya bagi umat belum dirasakan secara signifikan (Depag RI, 2008:3). Padahal potensi zakat Indonesia di atas kertas luar biasa besar. Secara matematis,
Universitas Sumatera Utara
jika kesadaran berzakat telah tumbuh, maka akan didapat angka minimal sebesar Rp 19 Triliun per tahun, Angka akan bertambah jika diakumulasikan dengan pemasukan dari infaq, sedekah, serta wakaf tentunya akan didapat angka yang lebih besar lagi. Namun, angka di atas masih dalam hitungan kertas saja. Dalam kenyataannya pada tahun 2007 lalu hanya terkumpul lebih kurang Rp 250 milyar per tahun, itu artinya hanya 1,3% saja dana zakat yang dapat terkumpul dari jumlah dana potensial yang ada (Ibid). Di lihat dari persentase jumlah dana zakat yang berhasil dikumpul oleh BAZ dan LAZ tidak sebanding dengan besarnya potensi yang ada. Apalagi bila dilihat dari segi jumlah penduduk Indonesia sebagai negara keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2011 mencapai 30,01 juta jiwa, menurun dibanding tahun 2010 yang mencapai 31,02 juta jiwa. Sumatera Utara berada pada empat besar sebagai provinsi yang jumlah penduduk terbanyak dari 33 propinsi di Indonesia. Jumlah penduduk miskinnya mencapai 1,481 juta jiwa. Angka tersebut menurun sedikit dibanding tahun 2010 yang mencapai 1,490 juta jiwa (www.bps.go.id). Dengan status jumlah masyarakat Islam yang mayoritas, jelas yang paling banyak berada pada garis kemiskinan adalah masyarakat Islam, sehingga masalah ini menjadi masalah umat Islam yang harus ditanggung bersama. Untuk membantu memecahkan masalah kemiskinan melalui institusi ZIS, diperlukan aturan hukum yang jelas melalui Undang-undang Pengelolaan Zakat. Dalam UU Pengelolaan Zakat dimaksud disebutkan bahwa tujuan pengelolaan zakat adalah meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan tuntutan agama, meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial serta meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Kemudian terjadi perkembangan yang cukup menarik, yang mendukung penghimpunan zakat dengan lahirnya UU Nomor 17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas UU Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang antara lain mengatur tentang pembayaran zakat yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak (Depag RI, 2007 a:2). Pengurangan zakat dari laba atau pendapatan sisa kena pajak tersebut bertujuan agar wajib pajak tidak terkena beban ganda, yakni kewajiban membayar zakat dan pajak, agar kesadaran membayar zakat diharapkan dapat memacu kesadaran membayar pajak. Zakat yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak adalah yang dibayarkan kepada BAZ atau LAZ yang dikukuhkan oleh pemerintah untuk dapat mengurangkan zakat dari penghasilan kena pajak tersebut. Wajib pajak harus terdaftar dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) terlebih dahulu (Depag RI, 2007 b:64-65). Oleh karena itu, kewajiban membayar zakat dan pajak dapat lebih disinergikan, dimana keduanya merupakan sumber keuangan yang berpotensi besar dalam kegiatan pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, zakat yang memiliki peranan besar sebagai sumber keuangan
syariah
dalam
membantu
meningkatkan
perbaikan
kualitas
kesejahteraan hidup masyarakat. Untuk itu diperlukan penguatan aturan hukum guna menempatkan kedudukan zakat yang lebih strategis lagi di Indonesia. Salah
Universitas Sumatera Utara
satu alasan itulah yang mendukung dilakukannya revisi undang-undang dalam mengatur dan menguatkan kedudukan zakat, serta Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) di Indonesia. Pada akhirnya proses amandemen UU No 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat telah selesai diamandemen dan disahkan oleh DPR RI pada tanggal 27 Oktober 2011 lalu. UU hasil amandemen tersebut kemudian diberi nomor UU Nomor 23 Tahun 2011. Sebuah hasil perumusaan dan perjuangan panjang bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pengelolaan zakat di Indonesia, akibat dari ketidak setujuan atas UU Nomor 38 Tahun 1999 yang memberikan LAZ kesempatan yang sama besar dalam mengelola dana zakat. Terdapat bukti-bukti yang semakin menguat bahwa pada umumnya masyarakat telah gagal dalam melaksanakan pengelola zakat, dan seharusnya pengelolaan zakat ini dikembalikan kepada lembaga zakat pemerintah (BAZ). Peningkatan Pertumbuhan yang besar jumlah dana zakat, infaq, dan sedekah yang berhasil dikumpulkan oleh LAZ tidak diiringi dengan penurunan tingkat kemiskinan secara optimal. Oleh sebab itu ada anggapan bahwa lembaga zakat yang dikelola oleh masyarakat sendiri, belum dapat berjalan dengan baik serta masih syarat terhadap kepentingan individu dan kelompok. Dengan adanya Undang-undang baru zakat ini, lebih menguatkan peran dan fungsi BAZ, yang menegaskan kewajiban LAZ yang di bentuk masyarakat untuk melaporkan kegiatan pengumpulan dan pendayagunaan zakat yang telah dilakukannya kepada BAZ (Pasal 19), tetapi bukan kewajiban untuk menyetorkan dana zakat kepada BAZ. Hal ini bertujuan agar koordinasi LPZ dapat diformalkan melalui Undang-undang.
Universitas Sumatera Utara
Terwujudnya koordinasi Pengelolaan dana zakat yang baik antara BAZ dan LAZ melalui UU yang baru, menumbuhkan harapan besar dalam menghadapi tahun 2012, sehingga optimisme peningkatan penerimaan zakat secara nasional cukup beralasan. Pada tahun 2010, penerimaan zakat nasional mencapai sekitar Rp 1,5 triliun zakat, sedangkan tahun 2011 lalu mencapai Rp 1,8 triliun atau mengalami kenaikan 20% dibanding penerimaan tahun 2010. Untuk tahun 2012, jumlah penerimaan zakat Rp 3-4 triliun sangat mungkin terealisasi asal terpenuhi dua syarat, yaitu, (1) sistem pengelolaan zakat sesuai UU pengelolaan zakat yang baru berjalan efektif dipusat dan disemua daerah, dan (2) pelaksanaan pembayaran zakat sebagai pengurang penghasilan bruto bagi para wajib pajak orang pribadi yang beragama Islam dapat direalisasikan dengan berbasis sistem IT perpajakan dan perzakatan (Republika, 22 Desember 2011). Sementara di Sumatera Utara, menurut Pimpinan Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara telah mengumpulkan dana yang berasal dari zakat, infaq dan sedekah (ZIS) sekitar Rp1,4 miliar hingga pertengahan Agustus 2011 yang akan disalurkan untuk membantu kaum fakir miskin dan pihak-pihak yang membutuhkan bantuan. Dengan rincian sebanyak Rp 600 juta berasal dari zakat dan Rp800 juta dari infaq serta sedekah. Namun sedang diupayakan pengumpulan ZIS lebih banyak agar dapat membantu kaum fakir miskin dan pihak-pihak yang membutuhkan bantuan. Pada tahun 2010, Dana ZIS yang terkumpul oleh Bazda Sumatera Utara mencapai Rp.1,7 milyar dengan rincian Rp.1,2 milyar dari zakat dan sekitar Rp.450 juta dari infaq dan sedekah (www.waspadaonline.com). Dalam perkembangan LPZ setelah disahkannya UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Universitas Sumatera Utara
Pengelolaan Zakat di Indonesia (kini telah di amandemen menjadi UU Nomor 23 tahun 2011, yang pelaksanaan masih dalam proses sosialisasi). Secara hukum menetapkan adanya proses pengesahan Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) (pasal 6) yakni pembentukan Badan Amil Zakat Daerah dilakukan oleh pemerintah daerah. Dalam rangka melaksanakan amanat UU Pengelolaan Zakat Nomor 38 Tahun 1999 tersebutlah, Pemerintah provinsi Sumatera Utara melalui Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara sejak tahun 2001 telah membentuk Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (BAZDASU).
Keberadaan BAZDASU terasa memberikan peran dan tujuan penting bagi masyarakat dan pemerintah Sumatera Utara, antara lain yaitu (Khoiri, 2010:2): 1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntutan syariat Islam, 2. Meningkatkan fungsi dan peranan norma keagamaan dalam upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, 3. Meningkatkan pendayagunaan dana zakat, infaq, dan sedekah yang lebih produktif. Lembaga ini kemudian mulai menjadi lembaga yang dipercaya masyarakat dan amanah dalam mengelola dana umat. Walaupun demikian masih terdapat
sejumlah permasalahan yang
harus dihadapi seperti (Maratua
Simanjuntak, 2006:37-38), masih rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat membayar zakat ke lembaga pemerintah, belum meratanya pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk membayar zakat khususnya zakat maal (harta), serta belum meratanya sosialisasi kebijakan peraturan pemerintah dan UU pengelolaan zakat, serta permasalahan lainnya yang juga harus dibenahi dalam mewujudkan pengelolaan zakat yang amanah, profesional, dan transparan. Oleh karena itu
Universitas Sumatera Utara
BAZDASU terus berusaha meningkatkan pelayanannya, mulai dari upaya penghimpunan dan pendayagunaan dana ZIS, serta pengembangan sumber daya yang ada terus menerus dilakukan. Perwujudan usaha-usaha BAZDASU mulai terlihat perkembangannya dari jumlah penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah (ZIS) dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir terkumpul dana ZIS sebagai berikut :
Tabel 1.1: Jumlah Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara Tahun 2007 2008 2009 2010
Jumlah Dana Terhimpun Zakat Infaq Sedekah Rp.1.646.540.450 Rp.433.545.700 Rp. 49.983.350 Rp.1.721.948.800 Rp.140.364.970 Rp. 21.161.625 Rp.1.079.985.288 Rp.228.222.495 Rp.107.701.920 Rp.1.259.213.823 Rp.384.259.190 -
Sumber: Hasil Wawancara Dengan Pengelola BAZDASU (2012).
Jumlah penerimaan di atas masih terbilang relatif kecil dibanding dengan potensi ZIS yang diyakini cukup besar yang ada di Sumatera Utara. Apabila dilihat dari perkembangan jumlah donatur/muzakki yang membayarkan zakat, infaq, dan sedekah dari tahun ke tahun melalui BAZDASU, dalam kurun waktu empat tahun terakhir, maka dapat dilihat perkembangannya sebagai berikut : Tabel 1.2 : Jumlah Donatur/Muzakki di Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara. Tahun 2007 2008 2009 2010
Jumlah Donatur/Muzakki Zakat Infaq Sedekah 268 216 220 224 -
Sumber: Data Muzakki BAZDASU.
Universitas Sumatera Utara
Data pada tabel di atas, menunjukkan pada tahun 2007 jumlah muzakki yang menyalurkan zakatnya di BAZDASU sebanyak 268 orang, sedangkan pada tahun 2008 hanya sebanyak 216 orang atau mengalami penurunan sebesar 19,5%, dan pada tahun 2009 sebanyak 220 orang atau hanya meningkat sebesar 1,85%, begitu juga pada tahun 2010 sebanyak 224 orang, yang hanya mengalami peningkatan 1,8%. Data jumlah donatur yang mendonasikan dana infaq dan sedekah tidak tersaji pada tabel di atas, hal tersebut dikarenakan BAZDASU tidak mendata identitas pihak yang menyalurkan infaq dan sedekah secara rapi dan sistematis.
Salah
satu
alasannya
ialah
sebagian
besar
para
donatur
menyalurkannya melalui unit-unit pengumpulan zakat (UPZ) serta pada kotakkotak infaq yang tersedia di tempat-tempat tertentu yang berkerja sama dalam pengumpulan infaq dan sedekah dengan BAZDASU, sehingga sulit untuk mengetahui data identitas donatur secara terperinci. Sebagai lembaga yang berada di bawah naungan pemerintah Sumatera Utara, secara struktual hubungan birokrasi dan koordinasi tidak dapat dihindarkan. Apalagi proses operasional berjalannya BAZDASU dibantu dari APBD Provinsi Sumatera Utara, bukan menggunakan dana zakat sebagaimana pengelola zakat pada umumnya (Khoiri, 2010:2). Konsekuensinya BAZDASU semakin mengedepankan akuntabilitas, kredibilitas dan transparansi. Untuk melengkapi itu pertanggung jawaban keuangan setiap tahunnya disampaikan kepada Gubernur Sumatera Utara dan Badan Inspektorat, yang sebelumnya telah diaudit terlebih dahulu oleh Akuntan Publik sejak tahun 2007, disamping itu juga pertanggung jawaban kepada umat, baik secara terbuka melalui media massa
Universitas Sumatera Utara
maupun secara formal di depan anggota DPRD Tk 1 Sumatera Utara. Realitas ini menunjukkan
bahwa
mengelola
harta
zakat
tidaklah sesederhana
yang
dibayangkan, pengawasan yang melekat serta sanksi pidana merupakan tolak ukur BAZDASU sebagai LPZ yang teraudit dan terawasi (www.bazdasumut.or.id). BAZ juga harus memperhatikan kegiatan operasional pengelolaannya dengan baik, agar masyarakat lebih terpanggil untuk menyalurkan zakat, infaq dan sedekah tersebut. Untuk itu penulis meneliti apakah yang menjadi faktor-faktor pendorong masyarakat menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS). Faktor pendorong itu sendiri menurut penulis dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pelayanan, lokasi, dan Teknik pengumpulan (Fundraising). Melalui pelayanan yang baik yang diperoleh seorang muzakki, maka diharapkan muzakki akan tetap menyalurkan dana ZIS kembali ke lembaga zakat tersebut. Faktor lokasi juga diyakini sebagai pendorong masyarakat untuk menyalurkan dana ZIS pada suatu lembaga zakat. Jarak dan akses menuju lokasi lembaga zakat dari tempat tinggal/kegiatan masyarakat dalam hal ini muzakki diyakini cukup berpengaruh dalam hal menyalurkan dana ZIS secara langsung pada kantor lembaga zakat tersebut. Begitu juga dengan metode pengumpulan dana ZIS sebagai faktor yang ikut mendorong masyarakat untuk menyalurkan dana ZIS tersebut. Teknik pengumpulan atau sering disebut dengan istilah fundraising zakat merupakan proses kegiatan dalam melakukan penghimpunan dana ZIS ,sehingga masyarakat termotivasi serta menimbulkan kesadaran dan kepedulian untuk membantu masyarakat yang hidup dalam kekurangan melalui dana ZIS.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itulah BAZDASU ini merupakan LPZ resmi yang dimiliki pemerintah,
sehingga
diharapkan
memiliki
kelebihan
dan
keutamaan
dibandingkan LAZ yang dikelola oleh masyarakat, baik dalam hal penghimpunan maupun pendayagunaan dana ZIS tersebut. Berdasarkan kedudukan dan status BAZDASU yang sangat potensial sebagai salah satu lembaga zakat yang dikelola oleh pihak pemerintah, diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dan mampu membuat program-program pendayagunaan dana ZIS yang lebih tepat guna setiap tahunnya. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan lebih memberikan kepercayaan dalam menyalurkan dana ZIS melalui BAZDASU. Melihat kondisi dan fakta tersebut, sudah seharusnyalah masyarakat Muslim di Sumatera Utara sebagai muzakki, dan pemerintah provinsi Sumatera Utara dalam membina dan mengawasi BAZDASU, untuk lebih tergerak lagi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat membayar zakat, infak, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU. Oleh karena itu, dengan dilatar belakangi keadaan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq, Dan Sedekah (ZIS) Melalui BAZDA Sumatera Utara”.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apakah yang mendorong masyarakat membayar zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU ?
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana perkembangan pelaksanaan pengumpulan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), ditinjau dari jumlah muzakki, jumlah penerimaan, dan jumlah penyaluran dana ZIS di BAZDASU ? 3. Kendala apakah yang dihadapi BAZDASU dalam menghimpun zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) ? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong masyarakat membayar zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU. 2. Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan pengumpulan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), yang ditinjau dari jumlah muzakki, jumlah penerimaan, dan jumlah penyaluran dana ZIS di BAZDASU. 3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi BAZDASU dalam menghimpun zakat, infaq, dan sedekah (ZIS). 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah pusat dan daerah, khususnya melalui Kementrian Agama dalam membuat peraturan dan kebijakan untuk meningkatkan pengelolaan, pengumpulan, dan pendayagunaan dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) ke depan. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi kepada masyarakat tentang perkembangan pelaksanaan pengumpulan dana
Universitas Sumatera Utara
ZIS di BAZDASU, serta dapat berguna juga sebagai bahan masukan bagi BAZDASU ke depan. 3. Sebagai media pengaplikasian ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan,
serta membandingkannya dengan kondisi
sebenarnya di dunia nyata. Guna melatih kemampuan dalam menganalisis secara sistematis. 4. Hasil penelitian juga diharapkan sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa fakultas ekonomi, terutama mahasiswa program studi ekonomi pembangunan yang ingin memfokuskan penelitian ini dimasa yang akan datang. 5. Sebagai bahan studi tambahan terhadap penelitian mengenai zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) yang sudah ada sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Zakat 2.1.1 Pengertian zakat Ditinjau dari segi bahasa kata zakat merupakan kata dasar dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik, sedangkan dari segi istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya, disamping berarti mengeluarkan sejumlah harta tertentu itu sendiri (Qardawi, 1996:35). Menurut etimologi syari’at (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah SWT, untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang–orang yang berhak menerimanya. Dalam Al-Quran, Allah SWT telah menyebutkan tentang zakat dan shalat sebanyak 82 ayat (Al-Zuhayly, 2000:89). Dari sini dapat disimpulkan secara deduktif bahwa zakat merupakan rukun Islam yang terpenting setelah ibadah shalat. Zakat dan shalat dijadikan sebagai lambang keseluruhan ajaran Islam. Pelaksanaan shalat melambangkan hubungan seseorang dengan Tuhan, sedangkan pelaksanaan zakat melambangkan hubungan antar sesama manusia (Shihab, 2000:135). “Tidaklah mereka itu diperintahkan, melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan ikhlas dan condong melakukan agama karenanya, begitu pula supaya mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat dan itulah agama yang lurus (Terjemahan QS. Al-Bayyinah: 5)”.
Universitas Sumatera Utara
“Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat, dan kebaikan apapun yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu akan mendapatkan pahala dari sisi Allah, Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (Terjemahan QS. AlBaqarah: 10)”. Dari ayat di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, Pertama, zakat adalah sebutan untuk jenis barang tertentu yang harus dikeluarkan oleh umat Islam dan dibagi-bagikan kepada golongan yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan syari’at. Kedua, zakat merupakan konsekuensi logis dari prinsip kepemilikan harta dalam ajaran Islam yang fundamental, yakni haqqullah (milik Allah yang dititipkan kepada manusia) dalam rangka pemerataan kekayaan. Ketiga, zakat adalah ibadah yang tidak hanya berkaitan dengan hubungan ketuhanan saja tetapi juga mencakup dengan nilai sosial-kemanusiaan yang sering disebut sebagai ibadah Maliyah ijtima’iyyah (Qardawi, 1996:88-90). Menurut sejumlah hadist dan laporan para sahabat, menerangkan keutamaan ibadah zakat setelah ibadah shalat, berdasarkan beberapa hadist shahih, misalnya seperti hadist dari Ibnu Umar ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: ”Saya diperintah untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat dan memberikan zakat. Apabila mereka telah melakukan itu maka terpeliharalah dari padaku darah dan harta mereka kecuali dengan hak islam dan hisab mereka atas Allah” (HR. Bukhari: 25). Urutan ini tidak terlepas dari pentingnya kewajiban zakat (setelah shalat), di puji orang yang melaksanakannya dan diancam bagi orang yang meninggalkannya dengan
Universitas Sumatera Utara
berbagai upaya dan cara (Qaradhawy, 2009:15). Berdasarkan pengertian serta penjelasan tersebutlah bahwasanya perintah zakat termasuk salah satu kewajiban yang utama dalam Islam. Dikeluarkan oleh seorang muslim yang telah berkewajiban untuk mengeluarkan zakat dari harta yang dimilikinya, serta dianggap telah mencapai dari segi jumlah dan waktu untuk dikeluarkan kewajibanya, demi kesejahteraan umat sesuai dengan syariat yang berlaku. 2.1.2 Klasifikasi Zakat Zakat dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya, yaitu zakat fitrah dan zakat maal (harta). serta harta yang wajib di keluarkan zakatnya, syarat-syarat harta yang terkena zakat dan golongan yang berhak menerima zakat. 2.1.2.1 Zakat Fitrah A. Pengertian Zakat fitrah itu adalah zakat diri atau pribadi dari setiap muslim yang dikeluarkan menjelang hari raya Idul Fitri. Zakat fitrah diwajibkan pada tahun kedua hijriah yaitu pada bulan ramadhan diwajibkan untuk mensucikan diri dari orang yang berpuasa dari perbuatan dosa, Zakat fitrah itu diberikan kepada orang miskin untuk memenuhi kebutuhan mereka agar tidak sampai meminta-minta pada saat hari raya (Hasan, 2006:107). B. Syarat-Syarat Dan Nishab Zakat Fitrah Zakat fitrah adalah kewajiban yang bersifat umum pada setiap pribadi dari kaum muslimin tanpa membedakan antara orang merdeka dengan hamba sahaya, antara laki-laki dan perempuan, antara anak-anak dan orang dewasa, dan antara
Universitas Sumatera Utara
orang kaya dan orang miskin. Maka jelas zakat fitrah itu tidak terikat pada nishab. Ada dua saja yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Islam 2. Ukuran kewajiban zakat fitrah adalah kelebihan dari makanan orang yang bersangkutan dan makanan orang yang menjadi tanggungannya pada hari dan malam hari raya Idul Fitri tersebut. Cara penyerahan zakat fitrah dapat ditempuh dengan dua cara, adalah sebagai berikut (Kartika, 2006:23) : 1. Zakat fitrah diserahkan langsung oleh yang bersangkutan kepada fakir miskin. Apabila ini dilakukan maka sebaiknya pada malam hari raya dan lebih baik lagi jika mereka diberikan pada pagi hari sebelum shalat Idul Fitri dimulai agar dengan adanya zakat fitrah itu lebih melapangkan kehidupan mereka. 2. Zakat fitrah diserahkan kepada amil (panitia) zakat. Apabila hal itu dilakukan maka sebaiknya diserahkan beberapa hari sebelum hari raya Idul Fitri agar panitia dapat mengatur distribusinya dengan baik dan tertib kepada mereka yang berhak menerimanya. 2.1.2.2 Zakat Maal (Harta) A. Pengertian Maal (Harta) menurut bahasa ialah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan, memiliki dan dimanfaatkan, sedangkan menurut syara’ adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dapat digunakan menurut kebiasaannya (Kartika, 2006:24).
Universitas Sumatera Utara
Zakat maal adalah zakat yang dikeluarkan dari harta atau kekayaan serta penghasilan yang dimiliki oleh seorang muslim yang telah mencapai nishab dan haulnya. Perhitungan zakat maal menurut nishab, kadar, dan haul yang dikeluarkan ditetapkan berdasarkan hukum agama. B. Harta yang wajib di keluarkan zakatnya Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pada pasal 4 ayat (2) harta yang wajib dikenakan zakat meliputi : 1. Emas, perak, dan logam mulia lainnya. 2. Uang dan surat berharga lainnya. 3. Perniagaan. 4. Pertanian, perkebunan, dan kehutanan. 5. Peternakan dan perikanan. 6. Pertambangan. 7. Perindustrian;. 8. Pendapatan dan jasa, dan 9. Rikaz Dibawah ini akan dijelaskan harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya tersebut : 1. Zakat Emas, Perak dan logam Mulia lainnya Zakat emas dan perak dipandang sebagai benda yang mempunyai nilai tersendiri oleh masyarakat. Emas dan perak dibuat untuk berbagai macam perhiasan, terutama emas yang dipakai kaum wanita selain sebagai perhiasan sehari-hari, juga dibuat untuk hiasan dalam rumah tangga. Disamping itu emas
Universitas Sumatera Utara
dan perak juga dijadikan standar dalam menentukan nishab uang yang wajib dikeluarkan zakatnya (Hasan, 2006:38). Nishab zakat emas adalah sebesar 20 dinar atau setara dengan 85 gram emas murni, sedangkan nishab zakat perak adalah sebesar 200 dirham atau setara dengan 672 gram perak. Apabila kepemilikan emas dan perak tersebut sudah mencapai satu tahun wajib dikeluarkan zakatnya sebasar 2,5 %. 2. Zakat Uang Dan Surat Berharga Lainnya Uang dan segala jenis bentuk simpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, serta surat berharga seperti saham dan obiligasi termasuk ke dalam kekayaan wajib dikeluarkan zakatnya. Pendapat yang menyatakan bahwa uang wajib dikeluarkan zakatnya, sebab saat ini uang menjadi harta yang berharga, menggantikan kedudukan emas yang tidak lagi diperbolehkan sebagai alat tukar umum dalam jual beli dan lain sebagainya (Al-Zuhayly, 2000:144). Nishab zakat uang dan surat berharga setara dengan besar nishab zakat emas dan perak. Apabila seseorang memiliki jenis harta yang bermacam-macam dan diakumulasikan jumlahnya telah mencapai atau setara dengan nishab emas, sebesar 85 gram atau perak 672 gram. Serta kepemilikan harta tersebut telah mencapai satu tahun, maka dikenakan kewajiban zakat sebesar 2,5 %. 3. Zakat Hasil Perniagaan Zakat perniagaan ialah zakat yang dikeluarkan dari kekayaan yang diinvestasikan dan diperoleh dari kegiatan perdagangan, baik yang dilakukan oleh perseorangan maupun secara kelompok yang wajib dikeluarkan zakatnya setiap tahun sebagai zakat uang.
Universitas Sumatera Utara
Nishab zakat perniagaan atau perdagangan dikeluarkan zakatnya setelah sampai nishabnya senilai 93,6 gram (Yusuf Qardhahawi mengatakan 85 gram) dan zakatnya sebesar 2,5 %. Perhitungan dilaksanakan sampai satu tahun kegiatan dagang. Tidak mesti mulai dari bulan januari dan berakhir pada bulan desember, oleh karena itu kegiatan mulai berdagang harus dicatat (Hasan, 2006:49-50). 4. Zakat Hasil Peternakan dan Perikanan Zakat peternakan meliputi hasil dari peternakan hewan baik yang berukuran besar seperti sapi, kerbau dan unta, yang berukuran sedang seperti kambing dan domba dan yang berukuran kecil seperti unggas, ikan dan lain-lain. Perhitungan zakat untuk masing-masing jenis hewan ternak, baik nishab maupun kadarnya berbeda-beda dan sifatnya bertingkat. Sedangkan haulnya yakni satu tahun untuk setiap jenis hewan. a. Zakat Unta Sesuai dengan ijma ulama dan hadist-hadist Rasulullah SAW, maka nishab unta dan besar zakatnya mulai dari jumlah 5 ekor, dapat dilihat dari tabel berikut :
Nishab Unta 5-9 10-14 15-19 20-24 25-35 36-45 46-60 61-75 76-90 91-120 121-129 130-139
Tabel 2.1 Nishab Zakat Unta. Banyak Zakat Yang Wajib Dikeluarkan Seekor kambing 2 ekor kambing 3 ekor kambing 4 ekorkambing Seekor anak unta betina (berumur 1 tahun lebih) Seekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) Seekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) Seekor anak unta betina (berumur 4 tahun lebih) 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) 2 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) 3 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) Seekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) di tambah 2
Universitas Sumatera Utara
140-149 150-159 160-169 170-179 180-189 190-199 200-209
ekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih) 2 ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih) di tambah seekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih) 3 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) 4 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) 3 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) di tambah 2 ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih) 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) di tambah 2 ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih) 3 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) di tambah seekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih) 4 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) di tambah 5 ekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih)
Sumber: Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (2012).
b. Zakat Sapi atau Kerbau Sapi dan kerbau yang mulai wajib dibayarkan zakatnya apabila jumlahnya telah mencapai 30 ekor, dapat dilihat ditabel berikut : 2.2 Tabel Nishab Sapi Atau Kerbau. Banyak Zakat Yang Wajib Dikeluarkan Seekor sapi jantan betina tabi’ Seekor sapi jantan/betina musinnah 2 ekor sapi jantan/betina tabi’ Seekor sapi musinah dan seekor tabi’ 2 ekor sapi musinnah 3 ekor tabi' (sapi berumur satu tahun atau memasuki tahun kedua) 100-109 2 ekor tabi' dan 1 ekor musinnah (sapi berumur satu tahun atau memasuki tahun ketiga) 110-119 2 ekor musinnah dan 1 ekor tabi' 120-129 3 ekor musinnah atau 4 ekor tabi' 130-160 s/d > setiap 30 ekor, 1 tabi' dan setiap 40 ekor, 1 musinnah Nishab Sapi 30-39 40-59 60-69 70-79 80-89 90-99
Sumber : Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (2012).
Selanjutnya setiap jumlah itu bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor tabi'. Jika setiap jumlah itu bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor musinnah. keterangan :
a. Tabi'
: sapi berumur 1 tahun (masuk tahun ke-2)
b. Musinnah : sapi berumur 2 tahun (masuk tahun ke-3)
Universitas Sumatera Utara
c. Zakat Kambing dan Domba Kambing dan domba yang mulai wajib dibayarkan zakatnya apabila jumlahnya telah mencapai 40 ekor, dapat dilihat pada tabel berikut :
Nishab Kambing 40-120 121-200 201-399 400-499 500-599
2.3 Tabel Nishab Kambing dan Domba. Banyak Zakat Yang Wajib Dikeluarkan Seekor (berumur 2 tahun) atau domba (berumur 1 tahun) 2 ekor kambing/domba 3 ekor kambing/domba 4 ekor kambing/domba 5 ekor kambing/domba
Sumber : Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (2012).
Selanjutnya, setiap jumlah tersebut bertambah 100 ekor dan kelipatannya, maka zakatnya bertambah 1 ekor. d. Zakat Unggas dan Ikan Mengenai nishab zakat ialah pada peterrnakan unggas dan perikanan yang tidak ditetapkan berdasarkan jumlah (ekor) seperti sapi, kambing dan domba, tetapi dihitung berdasarkan skala usaha. Nishab zakat ternak unggas dan perikanan ialah setara dengan 82 gram emas maka berkewajiban mengeluarkan zakat sebesar 2,5%. Dengan demikian, usaha ternak unggas dan perikanan dapat digolongkan kedalam zakat perniagaan (Kartika, 2006:32). 5, Zakat Hasil Pertanian Zakat hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti tanaman biji-bijian (padi, jagung, kedelai); umbiumbian (ubi, kentang, dll); sayur-sayuran (bawang, cabai, bayam, dll); buahbuahan (kelapa, pisang, kelapa sawit, dll); tanaman hias (anggrek, cengkeh, dll);
Universitas Sumatera Utara
rumput-rumputan (sere, bambu, tebu); daun-daunan (teh, tembakau, vanili); kacang-kacangan (kacang hijau, kedelai, kacang tanah) (Kartika, 2006:28). Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt, “Hai orang-orang yang beriman, nafkakanlah (ke jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan apa yang kamu keluarkan dari bumi untuk kamu” (Terjemahan QS.AlBaqarah:267). Nishab zakat hasil pertanian adalah lima wasaq yang jumlahnya setara dengan 250 kg beras, jika hasil pertanian merupakan makanan pokok seperti beras, jagung, gandum dan lain-lain, maka nishabnya setara dengan 653 kg gabah atau 529 kg beras dari hasil pertanian tersebut. Tetapi jika hasil pertanian berupa buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga dan lainnya, maka nishab disetarakan dengan harga nishab makanan pokok yang paling utama di negara tersebut. Sedangkan kadar zakat hasil pertanian ialah, jika menggunakan air dengan sistem irigasi dikarenakan menggunakan biaya tambahan, maka kadar zakatnya adalah 5%. Apabila menggunakan air atau sistem pengairan tanpa mengeluarkan pembiayaan seperti air hujan, maka kadar zakatnya adalah 10%. 6. Zakat Pertambangan Zakat pertambangan adalah segala yang dikeluarkan dari hasil bumi yang dijadikan Allah di dalamnya dan berharga, seperti timah, besi dan sebagainya (Hasbi Ash Shiddieqy, 2006:149). Kewajiban untuk menunaikan zakat pada barang-barang tambang ialah setiap barang itu selesai diolah dan tidak perlu berlaku sampai satu tahun, asalkan
Universitas Sumatera Utara
telah mencapai nishab. Nishab pada barang tambang sama dengan emas (85gram) dan perak (672), sedangkan kadarnya pun sama, yaitu 2,5%. Di Indonesia sebagian besar barang hasil tambang yang bersifat vital dikelola
langsung
oleh
pemerintah,
dengan
demikian
sulit
untuk
memperhitungkan zakatnya, namun apabila ada pengusaha muslim yang mendapat kesempatan untuk mengelola tambang apapun jenisnya hendaknya memperhatikan masalah zakat hasil tambang yang sesuai dengan syariat Islam (Hasan, 2006:68). 7. Zakat Perindustrian Dalam kamus bahasa Indonesia industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya dengan mesin, yaitu suatu proses pengolahan bahan baku dan yang sejenisnya menjadi produk atau menjadi jasa yang mempunyai manfaat dan nilai tambah. Pada zaman sekarang, telah keluar fatwa-fatwa kontemporer (fatawa mu’ashirah) dan ketetapan dari beberapa ketetapan bersama para ahli fikih tentang masalah fikih (Majma’ Al-fiqh), yaitu tentang zakat industri. Fatwa-fatwa dan ketetapan tersebut menjadikan aktivitas perindustrian tunduk kepada zakat. Seperti, pada fatwa-fatwa seminar problematika zakat kontemporer yang pertama, yang diadakan oleh Lembaga Zakat Internasional, Bait Al-Zakat Kuwait pada bulan Rabi’ul Awal 1409 Hijriah atau bertepatan pada bulan Oktober 1988 tentang proyek-proyek industri (www.justanotherwordpress.com).
Universitas Sumatera Utara
Para pakar zakat menyatakan zakat perindustrian dapat dianalogikan sama dengan zakat perniagaan. Sehingga nishabnya juga sama dengan nishab emas yaitu 85 gram emas, kadar zakatnya sebesar 2,5 persen. Mencapai nishab pada setiap akhir tahun, atau setelah berakhirnya rapat umum pemegang saham bagi zakat para pemegang saham. 8. Zakat Pendapatan dan Jasa Profesi Zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada setiap pekerjaan atau keahlian profesionalisme tertentu, baik yang dilakukan bersama dengan orang atau lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) yang telah memenuhi nishab (Hafidhuddin, 1998:103). Zakat pendapatan dan jasa profesi ialah termasuk dikategorikan dalam zakat maal. Menurut Yusuf Al Qardhawi, merupakan Al Mal Al Mustafad ialah kekayaan yang diperoleh oleh seorang muslim melalui bentuk usaha baru yang sesuai dengan syariat Islam. Selain yang disebutkan di atas, Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa harta hasil usaha, yaitu gaji pegawai negeri/swasta, upah karyawan, pendapatan dokter, insinyur, advokad, konsultan, desainer, pendakwah dan lain-lain, yang mengerjakan profesi tertentu dan juga pendapatan yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan. Di luar sektor perdagangan seperti mobil, kapal, percetakan, dan tempat-tempat hiburan dan lain-lain wajib terkena zakat, persyaratannya telah mencapai satu tahun dan sudah cukup nishabnya (Kartika, 2006:34). Oleh karena itu menurut pendapat sejumlah ulama dapat disimpulkan, besar nishab zakat
Universitas Sumatera Utara
pendapatan atau profesi adalah setara dengan 85 gram emas dan jumlah zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5%. 9. Zakat Rikaz Ibnu Athir menyebutkan dalam An-Nihaya bahwa ma’adin berarti tempat dari mana kekayaan bumi seperti emas, perak, tembaga dan lain-lainnya keluar, sedangkan Kanz adalah tempat tertimbunnya harta benda karena perbuatan manusia. Rikaz mencakup kedua hal di atas, karena rikaz berasal dari kata rakz yang berarti simpanan, yang kemudian disebut maruz yang berarti disimpan. Maksud dari benda-benda terpendam di sini ialah berbagai macam harta benda yang disimpan oleh orang-orang dulu di dalam tanah, seperti emas, perak, tembaga, dan barang berharga lainnya. Para ahli fikih telah menetapkan bahwa orang yang menemukan benda tersebut diwajibkan mengeluarkan zakatnya sebesar seperlima atau 20% (Qardawi, 1996:408-410). 2.1.2.3. Syarat-Syarat Zakat Menurut pendapat para ulama, harta yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah harta yang dimiliki seorang muslim yang baligh dan berakal yang dimiliki serta dapat dipergunakan hasil atau manfaatnya. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam kewajiban zakat ialah : 1. pemilikan harta yang pasti dan kepemilkan penuh. yaitu harta benda yang akan dizakatkan berada dalam kekuasaan dan dimiliki oleh si pemberi zakat. 2. Berkembang, yaitu harta tersebut berkembang baik secara alami berdasarkan sunatullah maupun dikarena usaha manusia.
Universitas Sumatera Utara
3. Melebihi kebutuhan pokok, yaitu harta yang dizakatkan telah melebihi dari kebutuhan pokok seseorang atau keluarga yang mengeluarkan zakat tersebut 4. Bersih dari utang, yaitu harta yang akan dizakatkan harus bebas dari utang baik kepada Allah (nazar) maupun utang kepada manusia. 5. Mencapai nishab, yaitu harta tersebut telah mencapai batas jumlah minimal yang wajib dikeluarkan zakatnya. 6. Mencapai haul, yaitu harta tersebut telah mencapai waktu tertentu untuk dikeluarkan zakatnya, biasanya berlaku setiap satu tahun. 2.1.2.4. Penerima Zakat Terdapat delapan asnaf atau golongan yang berhak menerima zakat (Mustahik), ialah sebagai berikut : 1. Fakir ialah orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. 2. Miskin ialah orang yang memiliki penghasilan atau pekerjaan namun tidak dapat
memenuhi
kebutuhan
hidupnya
sendiri
maupun
keluarga
yang
ditanggungnya. 3. Amil ialah pengurus zakat baik yang diangkat oleh pemerintah atau masyarakat dalam
melaksanakan penghimpunan zakat
dan
menyalurkannya kepada
masyarakat yang membutuhkan. 4. Muallaf ialah orang yang baru memelum agama Islam yang diberikan zakat untuk memantapkan hati dan keimanan mereka untuk tetap memeluk agama Islam.
Universitas Sumatera Utara
5. Hamba sahaya ialah orang yang diberikan zakat untuk membebaskan diri mereka dari perbudakan. 6 Gharim ialah orang yang memiliki utang pribadi yang bukan untuk keperluan maksiat dan tidak memiliki harta untuk melunasinya. 7. Fisabilillah ialah orang yang melakukan suatu kegiatan yang berada di jalan Allah, seperti kegiatan dakwah dan sejenisnya. 8. Ibnu sabil ialah orang yang berada dalam perjalanan (Musafir) yang mengalami kesusahan atau kehabisan bekal dalam perjalanan tersebut. Adapun yang tidak termasuk ke dalam golongan delapan asnaf tersebut, termasuk ke dalam golongan yang tidak berhak menerima zakat. Adapun golongan yang tidak berhak menerima zakat, adalah sebagai berikut : a. Keturunan atau kerabat keluarga Nabi Muhammad SAW. b. Kelompok orang kaya yang memiliki harta dengan usaha dan penghasilan . c. Keluarga Muzakki yakni keluarga orang-orang yang berkewajiban membayar zakat d. Orang yang sibuk beribadah sunnah untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi melupakan kewajiban menafkahi keluarga dan orang-orang yang menjadi tanggungannya. e. Orang yang musyrik, tidak mempercayai adanya tuhan, dan menolak ajaran agama. 2.1.3 Manfaat Zakat Dalam Kehidupan Masyarakat Zakat sebagai sumber dana yang potensial yang dapat digunakan dalam menunjang kesejahteraan masyarakat, jelas memiliki manfaat dan hikmah
Universitas Sumatera Utara
tersendiri. Menurut Heri Sudarsono (2003:135) dalam bukunya Bank dan lembaga Keuangan Syariah, manfaat dan hikmah zakat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Menghindari kesenjangan antara aghniyah dan dhu’afa. 2. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakaan orang jahat. 3. Menjadi unsure penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi. harta (social distribution) dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat. 4. Menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang terdiri atas prinsipprinsif : ummat wahidan (umat yang satu), musawah (persamaan derajat), ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) dan takaful ijti’ma (tanggung jawab bersama). 5. Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa dan menumbuhkan akhlaq mulia dan mengikis sifat bakhil (kikir). 6. Zakat adalah ibadah maliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi dan pemerataan karunia Allah dan juga merupakan perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, dan pengikat kebersamaan umat dan bangsa sebagai pengikat batin antara golongan kaya dengan yang miskin dan sebagai penimbun jurang pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Infaq 2.2.1 Pengertian Infaq Berinfaq merupakan suatu kebiasaan bagi masyarakat muslim di Indonesia yang tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi saja, namun juga dilakukan oleh masyarakat yang berpendapatan rendah bahkan masyarakat yang sedang mengalami kesulitan ekonomi. Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Termasuk kedalam pengertian ini, infaq yang dikeluarkan orang-orang kafir untuk kepentingan agama. sedangkan menurut terminologi syariah, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam (Hafihuddin, 1998:14-15). Infaq tidak memiliki nishab dan haul seperti zakat, sehingga tidak ada batasan baik dari segi besaran dan waktu bagi seseorang untuk menginfakkan hartanya, Dengan demikian, masyarakat akan lebih mudah menunaikan infaq dan sedekah dengan nilai berapapun juga. Infaq bukanlah hibah, derma atau anugrah dari orang-orang kaya untuk orang-orang fakir, tetapi hak dan keutamaan yang besar bagi orang-orang fakir atas orang-orang kaya, karena mereka adalah sebab pahala yang di dapat oleh orang-orang kaya (Kartika, 2006:6). Oleh karena itu, dana yang bersumber dari infaq juga memiliki potensi yang cukup besar dan dapat dioptimalkan lagi pengelolaannya baik dari segi
Universitas Sumatera Utara
penghimpunan maupun pendayagunaannya untuk kegiatan-kegiatan yang produktif bagi pembangunan umat atau kesejahteraan masyarakat. 2.3 Sedekah 2.3.1 Pengertian Sedekah Sedekah merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh individu atau sekelompok orang dalam bertuk materi atau fisik maupun dalam bentuk non materi kepada pihak-pihak yang dianggap membutuhkan secara sukarela dengan mengharapkan keridhoan dari Allah SWT. Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Menurut terminologi syariat, pengertian sedekah sama dengan pengertian infaq, termasuk hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja infaq berkaitan dengan materi, sedangkan sedekah memiliki arti yang lebih luas, menyangkut hal yang bersifat nonmaterial (Hafihuddin, 1998:15). Oleh karena itu, sering zakat wajib itu dalam Al-Qur’an disebut sebagai sedekah, sehingga yang perlu diperhatikan, jika seseorang telah dikenakan kewajiban untuk membayarkan zakat harta dan kekayaannya, tetapi masih diharapkan untuk melakukan sedekah dan berinfaq. 2.4 Pelayanan Donatur/Muzakki 2.4.1 Pengertian Donatur/Muzakki Donatur/Muzakki adalah orang, organisasi atau perusahaan yang pernah, atau masih menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) kepada organisasi pengelola zakat (OPZ) untuk disampaikan kepada mustahik. Seseorang yang
Universitas Sumatera Utara
dapat disebut donatur/muzakki apabila ia pernah mendonasikan dana zakat, infaq, dan sedekah kepada OPZ untuk digunakan dan disalurkan bagi pemberdayaan mustahik (Depag RI, 2007 A:82). Menurut UU No. 23 Tahun 2011, Muzakki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat. 2.4.2 Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Pelayanan Untuk dapat memuaskan donatur, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui profil dan harapan donatur. Pengetahuan profil donatur berhubungan dengan pengenalan OPZ kepada muzakki. Pengetahuan tersebut akan bermanfaat dalam memberikan pelayanan yang tepat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh muzakki, sehingga tidak melakukan kesalahan dalam memberikan pelayanan (Depag RI,2007 A:84). Alangkah baiknya lagi pelayanan yang dapat diberikan lebih dari apa yang diharapkan muzakki. Adapun profil muzakki pada umumnya adalah : a. Berusia antara 25-60 tahun b. Memiliki pemahaman tentang agama Islam yang baik c. Memiliki penghasilan atau pendapatan menengah keatas d. Memiliki kepedulian sosial dan kemanusiaan Sedangkan kebutuhan muzakki adalah : a. Kesesuain dengan syariat Islam b. Tanggung jawab dan transparansi pengelolaan c. Manfaat bagi golongan fakir miskin e. Pelayanan yang berkualitas f. Silaturahmi dan komunikasi
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Prinsip-Prinsip Pelayanan Untuk terus dapat meningkatkan pelayanan organisasi pengelolaan zakat kepada masyarakat terutama kepada para muzakki, maka harus dilaksanakan dan dikembangkan prinsip-prinsip pelayanan kepada muzakki pada OPZ, yaitu : a. Memberikan kemudahan dan tidak dipersulit. b. Memberikan informasi yang diperlukan sebagaimana yang diketahui. c. Tidak menanyakan sesuatu yang bersifat pribadi, kecuali atas keinginan muzakki. d. Jangan mendesak muzakki dengan sesuatu yang tidak disukai. e. Jangan berjanji sesuatu yang diyakini tidak mudah untuk dipenuhi. f. Jangan lupa mengucapkan terima kasih. g. Berikan kenangan berupa cendramata atau kartu ucapan terima kasih kepada muzakki. h. Berikan fasilitas-fasilitas jika mampu disediakan buat muzakki. i.
Jika berbuat kesalahan segeralah minta maaf.
j.
Jika muzakki kecewa atau marah, maka tebuslah dengan sesuatu yang sangat menyenangkan.
2.5 Lokasi Lembaga Zakat Masyarakat dalam melaksanakan suatu kegiatan ekonomi maupun sosial sering memperhatikan keamanan, kenyamanan, serta lokasi yang strategis dan mudah untuk dijangkau, apalagi kegiatan yang berhubungan dengan suatu transaksi, baik dalam bentuk barang maupun jasa. Lokasi sering dijadikan sebagai
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan yang utama bagi masyarakat dalam menentukan tempat suatu kegiatan yang akan dilakukan. Menurut Tjiptono (2005:147) baik perusahaan jasa maupun konsumen akan melakukan pertimbangan cermat dalam menetukan tempat atau lokasi. Bagi perusahaan jasa, lokasi berpengaruh terhadap dimensi-dimensi pemasaran strategis, sedangkan bagi konsumen sendiri pemilihan lokasi dimaksudkan untuk kemudahan akses dalam menjangkau perusahaan jasa tersebut. Faktor-faktor yang dianggap menjadi pertimbangan bagi kedua belah pihak, yaitu : Akses, misalnya lokasi yang dilalui mudah dijangkau oleh transportasi umum. 1. Visibilitas, yaitu lokasi dan tempat dapat dilihat dengan jelas dari jarak pandangan yang normal. 2. Lalu lintas (traffic), misalnya kepadatan dan kemacetan lalu lintas yang menjadi hambatan seseorang untuk menjangkau lokasi perusahaan. 3. Tempat parkir yang luas, aman, dan nyaman baik untuk roda dua maupun roda empat. 4. Ekspansi, yaitu tersedianya tempat untuk memperluas perusahaan. 5. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan. 6. Kompetisi, yaitu kondisi pesaing. Bagi lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat, seperti halnya lembaga zakat, semua point di atas sangat baik untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan lokasi perusahaan yang baik, sedangkan bagi masyarakat point 1 s/d 4 mungkin lebih sesuai dijadikan pertimbangan untuk menentukan lokasi lembaga zakat.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Peranan Fundraising Zakat 2.6.1 Pengertian Fundraising Zakat Menurut
bahasa
fundraising
berarti
penggalangan
dana
atau
penghimpunan dana, sedangkan pengertian menurut istilah fundraising merupakan suatu upaya dan proses kegiatan dalam melakukan penghimpunan dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) serta sumber daya lainnya yang diperoleh dari masyarakat baik secara individu, kelompok, organisasi maupun perusahaan yang akan disalurkan dan didayagunakan untuk mustahik (Depag RI, 2007 A:66). Inti dari kegiatan fundraising ialah proses mempengaruhi masyarakat (Muzakki) agar mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan dana atau sumber daya lainnya yang bernilai untuk disampaikan kepada masyarakat yang membutuhkan (Mustahik). Karena fundraising sangat berhubungan dengan kemampuan lembaga atau seseorang dalam mengajak dan mempengaruhi masyarakat sehingga termotivasi serta menimbulkan kesadaran dan kepedulian untuk membantu masyarakat yang hidup dalam kekurangan. 2.6.2 Metode Fundraising Zakat Metode yaitu cara, bentuk, atau pola yang dilakukan sebuah lembaga dalam rangka memperoleh dana dari masyarakat, dalam hal ini metode fundraising zakat harus mampu memberikan kepercayaan, kemudahan, dan manfaat lebih kepada masyarakat selaku muzakki yang menyalurkan dana melalui organisasi pengelolaan zakat. Terdapat dua cara metode fundraising, yaitu sebagai berikut (Depag RI, 2007 A:69) :
Universitas Sumatera Utara
a. Metode fundraising langsung ialah metode yang menggunakan cara-cara yang melibatkan partisipasi muzakki secara langsung yaitu dalam bentuk dimana proses interaksi menghasilkan respon langsung oleh muzakki untuk menyalurkan dananya setelah mendapatkan promosi dari fundraiser lembaga zakat. b. Metode fundraising tidak langsung ialah suatu metode yang menggunakan cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi muzakki secara langsung, yaitu bentuk dimana tidak dilakukan dengan langsung mengharapkan respon donatur seketika, tetapi dilakukan dengan cara promosi yang mengarah kepada pembentukan citra lembaga zakat yang kuat. 2.6.3 Tujuan Fundraising Zakat Fundraising zakat memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut : a. Menghimpun dana termasuk barang atau jasa yang memiliki nilai materil b. Menghimpun dan memperbanyak muzakki c. Membangun dan meningkatkan citra lembaga zakat d. Meningkatkan kepuasan muzakki e. Menghimpun simpatisan atau pendukung lembaga zakat
2.7 Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmadhani (2011) yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengumpulan Zakat, Infaq dan Shoddaqoh pada Badan Amil Zakat Daerah SUMUT ”. Metode
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yang menunjukkan bahwa perkembangan pengumpulan zakat, infaq dan shoddaqoh mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan faktor- faktor yang mempengaruhi pengumpulan tersebut adalah moment bulan keagamaan, pendapatan dan usia muzakki. Alasan muzakki lebih memilih membayar zakat, infaq, dan shoddaqoh di BAZDA Sumatera Utara, karena BAZDA Sumatera Utara adalah institusi yang resmi atau legal milik Pemerintah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bershoddaqoh, BAZDA Sumatera Utara harus terus melakukan sosialisasi zakat. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2012) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Menggunakan Jasa Bazis Dalam Penyaluran Zakat di Kota Medan ”. Adapun desain penelitian ini adalah studi deskriptif, dengan hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengumpulan zakat tersebut adalah persepsi atau pemahaman agama, pelayanan. Alasan muzakki menggunakan BAZDA Sumatera Utara ini adalah karena banyak sekali kebaikan yang diperoleh dalam menggunakan BAZDA Sumatera Utara, serta mudahnya persyaratan menjadi muzakki pada BAZDA Sumatera Utara ini. Sebagian muzakki menyatakan puas terhadap pelayanan dan manfaat yang diperoleh, sehingga muzakki tetap menggunakan lembaga ini dalam penyaluran zakatnya. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat BAZDA Sumatera Utara harus terus melakukan sosialisasi zakat secara komprehenship melalui kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 111 METODE PENELITIAN Metode penelitian
adalah
langkah
yang
akan
dilakukan
dalam
pengumpulan data atau informasi empiris yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Akan tetapi tidak semua penelitian mempunyai hipotesis sehingga pengujian tersebut tidak diperlukan. 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mendorong masyarakat membayar zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDA Sumatera Utara. Dalam penelitian ini masyarakat yang diteliti ialah masyarakat yang membayar zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) di BAZDASU dan faktor-faktor pendorong membayar ZIS yang diteliti meliputi faktor pelayanan, faktor lokasi, dan faktor teknik pengumpulan ZIS (Fundraising). Selain itu juga diteliti kendala apa saja yang dihadapi BAZDASU dalam menghimpun dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS). 3.2 Lokasi Penelitian Adapun tempat penelitian ini adalah kantor Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, yang berada di Jalan Williem Iskandar Medan. Juga beberapa kawasan di kota Medan, dimana muzakki BAZDASU bertempat tinggal atau melakukan kegiatannya. 3.3 Jenis Dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Data primer, merupakan data yang diperoleh dari wawancara secara langsung yaitu kepada para muzakki BAZDASU melalui daftar Pertanyaan atau kuesioner yang telah disediakan. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku, literatur, media internet, dan bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian, serta data yang diperoleh dari pengelola BAZDASU. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut : 1. Wawancara dan Kuesioner. Wawancara yaitu salah satu tehnik pengumpulan data dan informasi dengan mewawancarai muzakki BAZDASU. Dalam hal ini, penulis membuat daftar pertanyaan yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, kuesioner tersebut ditujukan kepada muzakki BAZDASU. Jawaban atas pertanyaan tersebut digunakan sebagai data utama dalam mendukung kebenaran data-data yang ada. 2. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti, dalam hal ini pengamatan langsung ke BAZDASU, untuk mengetahui perkembangan data jumlah muzakki, jumlah dana ZIS yang berhasil dihimpun dan yang disalurkan oleh BAZDASU. 3. Library
research
yaitu
penelitian
yang
dilakukan
dengan
cara
pengumpulan data-data melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisantulisan ilmiah, jurnal, artikel. laporan penelitian, dan data elektronik yang bersifat online (Internet) yang berhubungan dengan topik yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
3.5 Populasi dan Pemilihan Sampel Dalam penentuan sampel dikemukakan bahwa “apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari 100 orang maka dapat diambil persentase antara 10%-15%, 20%-25% (Arikunto, 1994:104). Besarnya populasi dalam penelitian ini berjumlah 235 orang, yaitu merupakan jumlah rata-rata muzakki potensial di BAZDASU dalam kurun waktu empat tahun terakhir (Tabel 1.2). Berdasarkan data ini, peneliti mengambil sampel sebesar 15%, sehingga jumlah sampelnya sebanyak 40 orang responden. Dalam menentukan sampel, digunakan metode pengambilan sampel dengan Simple Random Sampling yaitu salah satu metode sampel probabilitas dilakukan dengan cara acak sederhana, sehingga setiap populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Muhammad Teguh, 1999:160). Dalam penelitian ini cara memilih sampel adalah dengan menggunakan kelipatan ke-10 pada daftar muzakki yang tersedia, Sedangkan metode pengumpulan data untuk variable di atas menggunakan self administered survey, yaitu responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan. Perihal Keterbatasan waktu dan untuk meringankan beban penulis, populasi yang dipilih oleh penulis yaitu para muzakki BAZDASU yang tinggal di daerah sekitar Medan.
3.6 Metode Analisis dan Pengelolaan Data Dalam penelitian ini penulis melakukan pengelolaan data dengan menggunakan program komputer SPSS 16,0 descriptive analysis. Metode analisis
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan adalah dengan metode analisis deskriptif, dimana data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan cara tabulasi data, sehingga diperoleh jumlah dan persentase dari variable yang diteliti, kemudian dilakukan juga dalam bentuk analisis lain seperti : tabulasi silang (cross tab), table, frekuensi, dan grafik, agar dapat diperoleh gambaran informasi guna mendapatkan kesimpulan yang menunjukkan faktor-faktor yang pendorong masyarakat membayar zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU.
3.7 Defenisi Operasional 1. Zakat, infaq, dan sedekah. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan setiap individu atau badan yang dimiliki seorang muslim apabila telah mencapai nishab dan haul harta yang dimilikinya, sedangkan infaq dan sedekah adalah bukan kewajiban dan tidak terikat oleh nishab dan haul. 2. Pelayanan Muzakki adalah tindakan dan kondisi fasilitas yang diterima oleh donatur/muzakki dalam proses pembayaran zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU. 3. Lokasi adalah jarak dari tempat tinggal/kegiatan muzakki menuju kantor BAZDASU. 4. Fundraising Zakat adalah suatu proses untuk mempengaruhi masyarakat agar mau melakukan kegiatan amal dalam bentuk penyerahan dana ZIS atau bantuan dalam bentuk lainya yang ditujukan kepada masyarakat yang membutuhkan (Mustahik).
Universitas Sumatera Utara
5. Muzakki adalah seseorang atau pihak yang pernah dan masih menyalurkan dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) yang disampaikan kepada masyarakat yang membutuhkan (Mustahik).
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara. 4.1.1 Sejarah Singkat Perkembangan Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara. Sebelum lahirnya Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk I Sumatera Utara Nomor 119 Tahun 1981 pada tanggal 30 Juni 1981, telah dibentuk satu lembaga yang disebut Lembaga Harta Agama Islam (LHAI). LHAI ini bertugas sebagai salah satu jawatan kuasa yang bekerja memimpin dan mengajak umat Islam Sumatera Utara melaksanakan kewajiban mengeluarkan zakat. Seterusnya LHAI ini berfungsi dan bertugas memperbaiki nasib fakir miskin, melaksanakan pembangunan, menjalankan proyek sarana agama Islam, melaksanakan dakwah dan membina agama Islam, pada saat yang sama juga menyantuni para amil zakat, petugas agama Islam, yaitu seperti pengurusan jenazah, penjaga Masjid, dan pengurus wakaf dan sebagainya. Apabila disimpulkan tugas LHAI begitu besar, di samping berfungsi sebagai pencatat semua harta agama Islam, memberikan bimbingan, petunjuk dalam mengatur pemanfaatan, dan pemeliharaan harta agama Islam, juga mengawasi harta agama Islam diseluruh daerah Sumatera Utara. LHAI kemudian memiliki fungsi yang sangat penting, oleh karena itu kedudukan lembaga ini dibina dan diawasi oleh Gubernur Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah dan masyarakat Islam merasakan peranan dan fungsi Lembaga Harta Agama Islam (LHAI) semakin besar, namun dari awal sampai dengan sepuluh tahun berdirinya tidak diperoleh data perkembangan penerimaannya. Oleh karena itu, berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1991. Terbentuklah Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah (BAZIS), yang keberandaannya dibuktikan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk I Sumatera Utara Nomor 451.5/532 Tahun 1992. Surat ini bertujuan pembentukan dan pedoman tata kerja Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah (BAZIS) Provinsi Sumatera Utara, sekaligus pedoman tentang pembentukan dan penetapan susunan pengurusnya. Dengan demikian Lembaga Harta Agama Islam (LHAI) berubah menjadi Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah (BAZIS), berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama serta dilanjutkan dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur. Zakat merupakan sumber keuangan yang sangat berpotensi, yang dapat dimanfaatkan sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan lagi Undang-undang yang jelas untuk mengatur kedudukan zakat di Indonesia. Pada tanggal 23 September 1999 telah disahkannya UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang zakat. UU ini bertujuan menyempurnakan pengelolaan zakat pada UU sebelumnya. Untuk melaksanakan UU No.38 Tahun 1999 tersebut, Menteri Agama RI mengeluarkan lagi Surat Keputusan (SK) No.581 Tahun 1999 dan
Universitas Sumatera Utara
mulai berlaku pada tanggal 13 Oktober 1999. SK tersebut disempurnakan lagi dengan SK Menteri Agama RI No.373 Tahun 2003. Setelah disyahkannya UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat di Indonesia, maka secara yuridis menetapkan adanya proses pengesahan Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) (pasal 6 dan 7) yakni Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dan kemudian dikukuhkan oleh pemerintah. Dalam rangka mengimplementasikan UU Pengelolaan Zakat tersebut, pemerintah provinsi Sumatera Utara melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur Sumatera Utara sejak tahun 2001 telah membentuk Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (BAZDASU). 4.1.2 Profil Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (BAZDASU). Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara adalah institusi resmi pengelola zakat yang dibentuk pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara berdasarkan UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Kehadiran BAZDASU yang kepengurusannya ditetapkan berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Utara Nomor : 188.44/530/KPTS/2010 tanggal 31 Agustus 2010 tentang Susunan Pengurus BAZDASU periode 2010-2013 merupakan mitra pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan daya guna dan hasil guna zakat serta mempermudah pelaksanaan zakat sesuai dengan syariat Islam. Dalam pelaksanaan tugasnya yang meliputi pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan
Universitas Sumatera Utara
perundang-undangan tentang pengelolaan zakat, maka BAZDASU diharuskan melaporkan kegiatannya kepada Gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara pada setiap akhir tahun anggaran selambat-lambatnya bulan Maret tahun berikutnya. Dalam konteks yang demikian itulah laporan BAZDASU ini disusun, meliputi laporan pelaksanaan penerimaan dan penyaluran dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) dan dana non zakat, infaq, dan sedekah yang dikelola. 4.1.3 Visi dan Misi BAZDASU 4.1.3.1 Visi BAZDASU mempunyai visi “Menjadi lembaga pengelola zakat yang amanah, profesional, dan transparan untuk meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi umat”. Visi BAZDASU ini sangat baik sehingga perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkannya, baik itu pemerintah, muzakki, maupun seluruh masyarakat di Sumatera Utara. 4.1.3.2 Misi BAZDASU mempunyai 5 Misi yang telah ditetapkan untuk mencapai Visi yang telah disebutkan di atas. Adapun Misi tersebut ialah : a. Meningkatkan pengumpulan dan penyaluran dana zakat secara merata. b. Memberikan pelayanan prima dalam penerimaan dan penyaluran dana zakat. c. Mengembangkan manajemen modern dalam pengelolaan zakat. d. Mendorong peningkatan ekonomi umat. e. Merubah mustahik menjadi muzakki.
Universitas Sumatera Utara
Kelima Misi di atas merupakan cara yang diharapkan dapat tercapai, sehingga nantinya dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya meningkatkan ekonomi umat di Sumatera Utara. 4.1.4 Landasan Hukum Zakat 4.1.4.1 Landasan Agama Islam Landasan hukum zakat, dalam hal ini Badan Amil Zakat sebagai OPZ, memiliki dasar hukum yaitu Al-Qur’an dan Hadist, terjemahannya dapat diuraikan sebagai berikut : a. ”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (Terjemahan QS.AtTaubah: 103)”. b. ”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Terjemahan QS.At-Taubah: 60)”. c. Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Nabi Shallallaahu’alaihi Wa Sallam mengutus Mu’adz ke Negeri Yaman, ia meneruskan hadist itu dan didalamnya beliau bersabda : ”Sesungguhnya Allah telah mewajibkan mereka zakat dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan
Universitas Sumatera Utara
dibagikan kepada orang-orang yang fakir diantara mereka”. (Terjemahan HR. Bukhari dan Muslim: 621). 4.1.4.2 Landasan Peraturan Perundang-Undangan a. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, yang telah diamandeman menjadi UU No. 23 Tahun 2011. Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan b. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 373 Tahun 2003, tentang pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. c. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Departemen Agama RI Nomor D-291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. d. Keputusan
Gubernur
Provinsi
Sumatera
Utara
Nomor
:
188.44/530/KPTS/2010 tanggal 31 Agustus 2010 tentang Susunan Pengurus Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara periode 2010-2013. e. Program kerja penerimaan dan penyaluran dana zakat, infaq, dan sedekah di BAZDASU. 4.1.5 Kedudukan BAZDASU a. BAZDASU merupakan lembaga non struktural pemerintah Provinsi Sumatera
Utara
yang
bergerak
dibidang
pengadministrasian,
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan dana zakat, infaq, dan sedekah.
Universitas Sumatera Utara
b. BAZDASU adalah lembaga publik yang dikelola oleh unsur pemerintah daerah dan masyarakat. c. BAZDASU dalam aktivitasnya sehari-hari dipimpin oleh seorang ketua harian dan dibantu oleh beberapa ketua bidang, yang pada setiap akhir tahun BAZDASU menyampaikan laporan kegiatannya kepada Gubernur Sumatera Utara dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara.
4.1.6 Tugas Pokok dan Fungsi BAZDASU 4.1.6.1 Tugas Pokok Berdasarkan UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, adapun yang menjadi tugas pokok BAZDASU adalah : a. Menyelengarakan
tugas
administratif
dan
teknis
pengumpulan.
Pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. b. Mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan untuk penyusunan rencana pengelolaan zakat c. Menyelenggarakan tugas penelitian, pengembangan, komunikasi dan informasi, serta edukasi pengelolaan zakat. d. Membentuk dan mengukuhkan Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) sesuai dengan wilayah operasional. Oleh karena itu diharapkan semua tugas pakok tersebut dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, khususnya penguatan dan optimalisasi UPZ yang telah dibentuk maupun UPZ yang akan dibentuk, guna meningkatan pengumpulan ZIS yang lebih optimal lagi.
Universitas Sumatera Utara
4.1.6.2 Fungsi Adapun fungsi BAZDASU sebagai LPZ milik pemerintah, adalah sebagai berikut : a. Melaksanakan pengumpulan segala jenis zakat, infaq, dan sedekah dari masyarakat terutama PNS, TNI, dan POLRI. b. Mendayagunakan hasil pengumpulan ZIS kepada mustahik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat secara berkesinambungan guna menimbulkan kesadaran berzakat, berinfaq, dan bersedekah yang pada akhirnya meningkatkan penerimaan ZIS. d. Melakukan pembinaan pemanfaatan ZIS secara berkesinambungan kepada para mustahik agar lebih produktif dan lebih terarah. e. Pengendalian dan pengawasan atas pelaksanaan pengumpulan dan pendayagunaan ZIS. f. Mengadministrasikan penerimaan, pengeluaran, pendayagunaan ZIS, asset dan kewajiban BAZDASU dengan berpedoman pada standar keuangan yang berlaku secara professional dan tranparan. Untuk itu diharapkan BAZDASU dapat lebih giat lagi menjalankan pengelolaan ZIS sesuai dengan fungsi yang telah dijelaskan di atas. Terutama pengoptimalan pengumpulan ZIS dikalangan PNS, TNI, dan POLRI, mengingat jumlah jumlah dan potensi zakat mereka cukup besar di Sumatera Utara, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengumpulan ZIS yang lebih besar lagi kedepannya.
Universitas Sumatera Utara
4.1.7 Tujuan dan Prinsif Pengelolaan BAZDASU Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan ZIS oleh BAZDASU, ialah sebagai berikut : a. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat untuk menunaikan zakat, infaq, dan sedekah sesuai tuntutan agama. b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. c. Meningkatkan hasil guna dan dan daya guna zakat, infaq, dan sedekah. Pengelolaan zakat, infaq, dan sedekah dilaksanakan dengan beberapa prinsif, adapun prinsif-prinsif tersebut antara lain sebagai berikut : a. Prinsif syariah, bermakna bahwa pengelolaan ZIS didasarkan kepada syariah dan moral agama. b. Prinsif kesadaran, bermakna bahwa pengumpulan ZIS diharapkan mempunyai dampak positif dalam menumbuh kembangkan kesadaran bagi pengelola, muzakki, dan mustahik untuk melaksanakan kewajibannya. c. Prinsif manfaat, bermakna bahwa ZIS diharapkan dapat memberi manfaat terhadap kemaslahatan umat. d. Prinsif integrasi, bermakna bahwa pengelolaan ZIS terintegrasi antar berbagai institusi pemerintah, swasta dan masyarakat. e. Prinsif produktif bermakna bahwa pendayagunaan zakat, infaq, dan sedekah senantiasa diharapkan secara produktif dan selektif.
Universitas Sumatera Utara
4.1.8 Program Bantuan dan Pendayagunaan BAZDASU Adapun program-program bantuan dan pendayagunaan dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) di BAZDASU, adalah sebagai berikut (www.bazdasumut.or.id) : A. Bina Sumut Peduli, yaitu seperti : 1. Bantuan individu dan keluarga miskin untuk sesaat / konsumtif. 2. Bantuan kepada lembaga atau ormas Islam. 3. Bantuan musibah atau bencana alam kebakaran, banjir, gempa bumi, longsor, dsb. B. Bina Sumut Sehat, yaitu seperti : 1. Unit kesehatan klinik (LKD) melayani & membantu kaum dhu'afa, pengobatan gratis di Jl.Bilal No. 150 Medan. 2. Klinik kesehatan Dhu'afa dengan pengobatan gratis. 3. Sunat Massal. C. Bina Sumut Cerdas, yaitu seperti : 1. Beasiswa bagi siswa-siswi tingkat SD, SMP, SMU. 2. Bantuan penulisan Skripsi/Tesis bagi mahasiswa S1/S2 yang kurang mampu. 3. Perpustakaan BAZDA terutama tentang Zakat. 4. Perpustakaan di Mesjid-Mesjid. D. Bina Sumut makmur, yaitu seperti : 1. Modal bergulir bagi usaha kecil. 2. Usaha ternak di Desa Mesjid - Batang Kuis. 3. Tani Desa Makmur - Tanjung Morawa.
Universitas Sumatera Utara
E. Bina Sumut Taqwa, yaitu seperti: 1. Program bantuan Da'i di desa terpencil minoritas Islam (Da'i setempat). 2. Biaya Studi bagi calon Da'i sebagai bentuk kaderisasi bagi calon Da'i. 3. Pembinaan Muallaf.
4.1.9 Struktur Organisasi Pengurus BAZDASU Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44/530/KPTS/2010, tanggal 31 Agustus 2010 tentang Susunan Pengurus Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara Periode 2010-2013, adalah sebagai berikut : A. Dewan Pertimbangan 1. Ketua
: Gubernur Sumatera Utara
2. Wakil Ketua
: Kakanwil Kementrian Agama Prov. SU
3. Sekretaris
: Asisten Kesejahteraan Sosial Setda Prov. SU
4. Wakil Sekretaris : Kabag Tata Usaha Kanwil Kemenag Prov. SU 5. Anggota
: 1. Prof. DR. H. Abdullah Syah, MA 2. Prof. DR. H. M. Yasir Nasution, MA 3. Drs. H. Nizar Syarif 4. Drs. H. Dalail Ahmad, MA 5. H. Ashari Tambunan
Universitas Sumatera Utara
B. Komisi Pengawasan 1. Ketua
: DR. H. Maratua Simanjuntak
2. Wakil Ketua
: Drs. H. Jhon Tafbu Ritonga, M.EC
3. Sekretaris
: H. Nurdin Lubis,SH,MM
4.Wakil Sekretaris : H. Suhwardi K Lubis, SH, SPN, MH 5.Anggota
: 1. H. Gus Irawan, SE, AK, MM 2. Ir. H. Husna Harahap, MBA 3. Drs. H. Dharma Effendy 4. Drs. H. Ashari Tambunan 5. Drs. H. Dalail Ahmad, MA 6. H. Prabudi Said
C. Badan Pelaksana 1. Ketua
: Drs. H. Amansyah Nasution, MSP
2. Wakil Ketua
: 1. Drs. Hasbullah Lubis, M.SI 2. DR. H. Saparuddin Siregar, SE, Ak, MA
3. Sekretaris
: Kabid HAZAWA Kanwil Kemenag Prov. SU
4. Wakil Sekretaris : 1. Drs. H. Syu'aibun, M.Hum 2. Drs. H. Amin Husin Nasution, MA 5. Bendahara
: Ir. H. Syahrul Jalal, MBA
6. Wakil Bendahara : Drs. H. Ilyas Halim, M.Pd
Universitas Sumatera Utara
D. Bidang – Bidang : I. Bidang Pengumpulan Kepala
: Drs. Nisful Khoiri, M.Ag
Anggota
: 1. Muhammad Fendi Leong 2. Drs.H. Musaddad Lubis, MA
II. Bidang Pendistribusian Kepala
: Drs. H. Milhan Yusuf, MA
Anggota
: 1. Drs. H. Abdul Hamid Ritonga, MA 2. Drs. H. Bukhori Muslim Nasution, MA
III. Bidang Pendayagunaan Kepala
: Drs. H. Agus Thahir Nasution
Anggota
: 1. H. Kamaluddin Siregar, MA 2. H. M. Arifin Umar
IV. Bidang Pengembangan Kepala
: Drs. H. Eddy Syofian, MAP
4.2 Analisis Data dan Pembahasan Responden penelitian ini berjumlah 40 orang. Responden merupakan Muzakki BAZDASU. Dimana, responden yang diberikan kuesioner merupakan muzakki BAZDASU yang tinggal di sekitar Kota Medan. Penulis memperoleh profil responden dengan mendatangi rumah atau tempat kegiatan/kerja mereka masing-masing. Muzakki yang menjadi responden diberikan beberapa pertanyaan dalam bentuk kuesioner dimana nantinya jawaban-jawaban dari pertanyaan
Universitas Sumatera Utara
tersebut akan disajikan dalam bentuk tabulasi silang (cross tab), tabel, frekuensi, dan grafik. 4.2.1 Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Dari hasil penelitian ini dapat terlihat perbandingan antara tingkat usia dengan jenis kelamin responden. Perbandingan Usia dengan jenis kelamin ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar perbandingan antara tingkat usia laki-laki dan usia perempuan sebagai muzakki di BAZDASU. Dalam Tabel 4.1 ini diuraikan data responden menurut perbandingan usia dengan jenis kelamin. Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Usia Keterangan Jenis Kelamin Total Laki-Laki Perempuan 21 tahun-30 tahun Jumlah 0 1 1 % dari total 0,0 2,5 2,5 Jumlah 4 5 9 31 tahun-40 tahun % dari total 10,0 12,5 22,5 41 tahun-50 tahun Jumlah 11 5 16 % dari total 27,5 12,5 40,0 51 tahun-60 tahun Jumlah 10 3 13 % dari total 25,0 7,5 32,5 >60 tahun Jumlah 1 0 1 % dari total 2,5 0,0 2,5 Total Jumlah 26 14 40 % dari total 65,0 35,0 100,0 Sumber: Data Primer (2012).
Berdasarkan data antara usia dan jenis kelamin, dapat terlihat bahwa jumlah muzakki laki-laki lebih banyak dari pada jumlah muzakki perempuan. Hal ini dapat terlihat dari tabel yang telah disajikan di atas. Jumlah muzakki yang paling banyak adalah berusia antara 41 tahun-50 tahun, dengan jumlah responden laki-laki sebanyak 11 orang (27,5%) dan perempuan sebanyak 5 orang (12,5%). Kemudian disusul dengan responden usia 51 tahun-60 tahun, dengan rincian 10
Universitas Sumatera Utara
orang (25,0%) responden laki-laki dan sebanyak 3 orang (7,5%) responden perempuan. Responden Usia 31 tahun-40 tahun sebanyak 4 orang (10,0%) responden laki-laki dan sebanyak 5 orang (12,5%) responden perempuan. Muzakki usia 21 tahun-30 tahun yang merupakan responden perempuan berjumlah 1 orang (2,5%), dan responden laki-laki usia >60 tahun juga sebanyak 1 orang (2,5%). Tingkat usia di atas merupakan golongan usia produktif, yang jelas memiliki kewajiban untuk mengeluarkan zakatnya baik dari pendapatan maupun dari harta yang dimilikinya. Dimana pada penelitian ini usia responden yang mendominasi sebagai muzakki BAZDASU berusia 41-50 tahun dan berjenis kelamin laki-laki, namun ada hal yang perlu diperhatikan, yaitu terdapat 1 responden perempuan yang berusia 21-30 tahun tetapi sudah memiliki kesadaran yang tinggi untuk mau membayar zakat ke LPZ. 4.2.2 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan manusia akan mampu meningkatkan kesejahteraan hidup baik, serta mampu mempengaruhi pekerjaaan dan pendapatannya yang dimiliki seseorang. Pada Tabel 4.2 diuraikan data responden berdasarkan tingkat pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SMA/Sederajat 3 7,5 Diploma (D1,D2,D3) 2 5.0 Strata (S1,S2,S3) 35 87,5 Total 40 100,0 Sumber : Data Primer (2012).
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan muzakki yang membayar dana ZIS didominasi oleh tingkat pendidikan strata (S1, S2, S3) dengan jumlah muzakki sebanyak 35 orang (87,5%). Kemudian tingkat SMA/sederajat dengan jumlah responden sebanyak 3 orang (7,5%). Untuk tingkat Diploma (D1, D2, D3) dipilih sebanyak 2 responden dengan persentase 5%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan Strata (S1, S2, S3) memiliki jumlah yang paling banyak sebagai tingkat pendidikan responden. Tingkat pendidikan berpengaruh besar terhadap pekerjaan yang dijalani, serta nantinya akan berdampak pada tingkat pendapatan yang dihasilkan muzakki, sebagai faktor muzakki menyalurkan dana ZIS melalui LPZ. Pada penelitian ini, dari total responden yang diteliti dapat dikatakan seluruhnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, hampir 90% responden berpendidikan sarjana baik itu S1, S2, dan S3. 4.2.3 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan Setiap muzakki di BAZDASU pasti memiliki pekerjaan dan pendapatan. Pekerjaan dan tingkat pendapatan yang mereka miliki juga bermacam-macam. Pekerjaan dan tingkat pendapatan diyakini berpengaruh terhadap besar dana ZIS yang disalurkan muzakki ke lembaga zakat. Berikut ini akan ditampilkan data
Universitas Sumatera Utara
responden berdasarkan pekerjaan dan pendapatan yang akan diuraikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan Pendapatan Pekerjaan Keterangan Rp 1 Juta- Rp 3 Juta- Rp 5 Juta- Rp 10 Juta 3 Juta 5Juta 10Juta -50 Juta PNS/ Jumlah 3 15 8 0 BUMN % dari total 7,5 37,5 20,0 0,0 TNI/POLRI Jumlah 1 0 1 0 % dari total 2,5 0,0 2,5 0,0 Pegawai Jumlah 2 1 2 0 Swasta % dari total 5,0 2,5 5,0 0,0 Wiraswasta Jumlah 0 0 3 3 / Pengusaha % dari total 0,0 0,0 7,5 7,5 Jumlah 0 1 0 0 Lainnya % dari total 0,0 2,5 0,0 0,0 Jumlah 6 17 14 3 Total % dari total 15,0 42,5 35,0 7,5
Total 26 65,5 2 5,0 5 12,5 6 15,0 1 2,5 40 100,0
Sumber: Data Primer (2012).
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui sebanyak 26 responden (65,5%) memiliki pekerjaan sebagai PNS/BUMN dengan tingkat pendapatan terbanyak Rp 3 juta-Rp 5 juta per bulan sebesar 15 responden (37,5%). Terdapat 2 responden (5,0%) yang memiliki pekerjaan sebagai TNI/POLRI yang masing-masing pendapatannya Rp 1 juta-3 juta dan Rp 5 juta-10 juta, sehingga dapat dikatakan jumlah TNI/POLRI yang membayar ZIS di BAZDASU sangat sedikit, tidak sebanding dengan jumlah mereka yang ada di Sumatera Utara khususnya di Medan. Ini bermakna kesadaran TNI/POLRI untuk membayar zakat di BAZDASU masih rendah, dan hal ini menjadi tantangan bagi pengelola BAZDASU meningkat kesadaran mereka terutama bagi yang sudah layak berzakat. Kemudian responden yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 5 orang (12,5%), memiliki tingkat pendapatan yang bermacam-macam, yaitu masing-masing sebanyak 2 responden berpendapatan Rp 1 juta-3 juta dan Rp5 juta-10 juta, serta 1 responden berpendapatan Rp 3 juta-5 juta. Terdapat 6 responden (15,0) yang memiliki pekerjaan sebagai Wiraswasta/Pengusaha untuk pendapatan Rp. 5 juta-10 juta dan Rp. 10 juta-50 juta memiliki jumlah responden yang sama masing-masing berjumlah 3 orang dengan persentase masing-masing 7,5 %. Terakhir 1 responden memiliki pekerjaan lainnya, sebagai dokter memiliki pendapatan Rp 3 juta–5 juta dengan persentase 2,5%. Dalam penelitian ini tidak ditemukan responden yg bekerja sebagai petani, nelayan atau peternak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pekerjaan responden sebagian besar sebagai PNS/BUMN dan memiliki pendapatan rata-rata Rp 3 juta-5 juta. 4.2.4 Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU Kepercayaan muzakki terhadap suatu lembaga pengelolaan zakat terlihat pada lamanya seseorang atau badan tersebut menjadi muzakki di lembaga pengelolaan zakat tersebut. Ketika seseorang sebagai muzakki merasa yakin dengan lembaga pengelolaan zakat yang mampu memberikan apa yang diinginkan dan kepuasan bagi muzakki, maka muzakki tersebut tidak akan berpindah ke lembaga pengelolaan zakat lainnya. Pada Tabel 4.4 di bawah ini akan terlihat mengenai data responden berdasarkan lama menjadi muzakki. Tabel 4.4 Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU Lama Menjadi Muzakki Frekuensi Persentase 1 tahun 0 0,0 2 tahun 2 5,0 3 tahun 5 12,5
Universitas Sumatera Utara
4 tahun Lainnya Total
10 23 40
25,0 57,5 100,0
Sumber: Data Primer (2012).
Jika dilihat dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden memilih tahun lainnya, mereka telah lama menjadi muzakki di BAZDASU yang rata-rata mencapai 10-20 tahun. Responden tersebut berjumlah 23 orang dengan persentase sebesar 57,5%. Kemudian selanjutnya lama menjadi muzakki adalah 4 tahun dengan total responden berjumlah 10 orang (25,0%), Sedangkan untuk lama responden menjadi muzakki kategori 3 tahun dengan total responden sebanyak 5 orang (12,5%). Untuk kategori lama responden menjadi muzakki 2 tahun, jumlah responden yang menjadi muzakki di BAZDASU adalah 2 orang dengan persentase sebesar 5,0%. Oleh karena itu diharapkan BAZDASU dapat mempertahankan para muzakki yang sudah lama membayarkan zakatnya melalui lembaga ini, karena pada masa sekarang ini telah terjadi persaingan LPZ untuk memperoleh muzakki sebagai mitra untuk menyalurkan dana ZIS melalui LPZ tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU 4.2.5 Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden Ketika seorang muzakki memilih menyalurkan dana ZIS melalui suatu lembaga pengelolaan zakat, pasti juga akan memilih salah satu bentuk donasi atau jenis dana yang ingin disalurkannya kepada mustahik, dalam hal ini melalui BAZDASU. Ada beberapa jenis dana yang dapat dipilih untuk disalurkan melalui BAZDASU, diantaranya seperti zakat fitrah, zakal maal/harta, infaq, dan sedekah. Pada Tabel 4.5 di bawah ini akan dilihat jenis dana yang pernah atau paling sering disalurkan responden melalui BAZDASU. Tabel 4.5 Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden Dana yang Disalurkan Frekuensi Persentase Zakat Fitrah 3 7,5 Zakat Maal/Harta 18 45,0 Infaq 16 40,0 Sedekah 3 7,5
Universitas Sumatera Utara
Total
40
100,0
Sumber: Data Primer (2012).
Berdasarkan pada Tabel 4.5 dapat dilihat jenis dana yang pernah atau paling sering di salurkan responden bervariasi. Jenis dana yang pernah atau paling sering disalurkan responden ialah zakat maal/harta sebanyak 18 orang (45,0%). Kemudian disusul oleh responden yang memilih infaq sebanyak 16 orang dengan persentase sebesar 40,0%. Responden yang memilih zakat fitrah dan sedekah mempunyai jumlah responden yang sama masing-masing sebanyak 3 orang (7,5%), atau bila digabungkan total responden yang memilih zakat fitrah dan sedekah sebanyak 6 orang atau dengan persentase sebesar 15,0%. Sehingga dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dana jenis dana yang paling sering disalurkan responden sebagai muzakki ialah zakat maal/harta, kemudian disusul oleh infaq yang memiliki selisih sedikit. Hal tersebut lebih jelasnya dapat terlihat pada Gambar 4.2 di bawah ini :
Gambar 4.2
Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden
Universitas Sumatera Utara
4.2.6 Hasil Analisis Data dan Deskriptif Penelitian Pada bagian ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang mendorong masyarakat selaku muzakki menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor apakah yang dominan sehingga masyarakat mau menyalurkan dana ZIS melalui BAZDASU. Sama halnya dengan sub bab yang sebelumnya, berdasarkan data hasil kuesioner di bawah ini juga diolah melalui program komputer SPSS 16,0 yang disajikan dalam bentuk tabel, frekuensi, persentase, dan gambar (grafik). Untuk lebih memudahkan dalam menganalisis suatu penelitian. Berikut ini adalah beberapa faktor-faktor pendorong masyarakat membayar zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU. 4.2.6.1 Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU Lokasi merupakan faktor penting dalam menentukan letak suatu lembaga publik/nirlaba seperti lembaga pengelolaan zakat (LPZ), yang bertujuan guna menghimpun dana dari masyarakat. Oleh karena itu sebelum mendirikan suatu lembaga pengelolaan zakat harus diperhatikan strategis tidaknya lokasi dan letak kantor LPZ tersebut didirikan. Syarat untuk mendirikan suatu lembaga zakat pun pada dasarnya hampir sama dengan badan/lembaga publik pada umumnya yaitu berada pada lokasi yang strategis, berdekatan dengan pusat kota, mudah terlihat dan mudah dijangkau oleh masyarakat pada umumnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, berikut tanggapan muzakki terhadap lokasi BAZDASU yang diuraikan pada Tabel 4.6 :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU Tanggapan Responden Frekuensi Persentase Terhadap Lokasi Sangat baik dan sangat strategis 2 5,0 Baik dan strategis 19 47,5 Cukup baik dan cukup strategis 13 32,5 Kurang baik dan kurang strategis 6 15,0 Sangat tidak baik dan tidak 0 0,0 strategis Total 40 100,0 Sumber: Data Primer (2012).
Data menunjukkan lokasi BAZDASU. Berdasarkan hasil penelitian dapat terlihat bahwa Sebesar 47,5% dari total responden mengatakan bahwa lokasi BAZDASU baik dan strategis. Kemudian untuk tanggapan lokasi cukup baik dan cukup strategis dipilih sebanyak 13 orang (32,5%) dari total responden yang ada. Untuk tanggapan lokasi kurang baik dan kurang strategis dipilih oleh 6 respoden dengan persentase sebesar 15,0%. Tanggapan responden yang menyatakan lokasi BAZDASU sangat baik dan sangat strategis hanya dipilih 2 orang saja dengan persentase 5.0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan lokasi BAZDASU sudah sesuai dengan syarat lokasi berdirinya suatu lembaga publik/nirlaba, yaitu lokasi yang baik dan strategis sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat..Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui Gambar 4.3 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU 4.2.6.2 Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU Setiap masyarakat yang memiliki kesadaran untuk membayarkan dana ZIS melalui LPZ yang terbaik, dan dianggap amanah untuk menyalurkan dana ZIS kepada masyarakat yang membutuhkan (Mustahik). Selain itu pelayanan selama proses pembayaran yang dirasakan muzakki dengan rasa aman, nyaman, serta kualitas pelayanan yang sangat baik juga sebagai faktor pendorong yang dirasakan muzakki nantinya untuk kembali membayarkan dana ZIS ke lembaga zakat tersebut. Oleh karena itu, sebelumnya muzakki pasti akan melihat dan membandingkan keunggulan-keunggulan serta kelemahan-kelemahan dari LPZ, baik itu BAZ maupun LAZ. Cara seperti inilah, maka muzakki akan merasa yakin dengan keputusan mereka memilih LPZ tersebut. Dalam Tabel 4.7 diuraikan beberapa alasan responden sebagai faktor pendorong responden selaku muzakki membayar ZIS melalui BAZDASU.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU Alasan Membayar ZIS Frekuensi Persentase Tehnik transaksi dan cara pembayaran 5 12.5 ZIS yang mudah 3 7,5 Pelayanan yang baik dan memuaskan 5 12,5 Lokasi yang strategis dan terjangkau Lembaga zakat resmi milik pemerintah 26 65,0 Lainnya 1 2,5 Total 40 100,0 Sumber: Data Primer (2012).
Hal yang menjadi dasar bagi muzakki memilih BAZDASU ialah karena BAZDASU merupakan lembaga zakat resmi milik pemerintah. Hal ini dapat terlihat dengan jumlah responden sebanyak 26 orang dengan persentase sebesar 65,0%. Kemudian faktor tehnik transaksi dan cara pembayaran ZIS yang mudah. Hal ini dijadikan sebagai alasan responden membayar ZIS di BAZDASU. Untuk ini sebanyak 5 orang responden memilihnya dengan persentase sebesar 12,5%. Sama juga dengan alasan faktor lokasi yang strategis dan terjangkau, sebanyak 5 responden (12,5%) memilih alasan tersebut. Faktor pelayanan yang baik dan memuaskan juga dipilih responden sebanyak 3 orang (7,5%) sebagai alasan memilih BAZDASU. Alasan lainnya dipilih 1 responden, yaitu dengan alasan seperti terdapat keluarga atau teman yang bekerja di BAZDASU, juga menjadi alasan responden memilih BAZDASU, yang persentasenya hanya 2,5%. Dari data Tabel 4.7 tersebut, dapat disimpulkan bahwa lebih dari 50% muzakki memilih BAZDASU dikarenakan faktor status BAZDASU sebagai lembaga zakat resmi milik pemerintah. Dalam hal ini keberadaan BAZDASU di bawah wewenang pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU 4.2.6.3 Jarak Tempat Tinggal Responden Dengan Lokasi BAZDASU Lokasi merupakan faktor penting dalam menentukan letak suatu lembaga publik/nirlaba seperti lembaga pengelolaan zakat (LPZ), yang bertujuan guna menghimpun dana dari masyarakat. Oleh karena itu sebelum mendirikan sebuah LPZ harus diperhatikan strategis tidaknya lokasi dan letak kantor LPZ tersebut didirikan. Syarat untuk mendirikan suatu lembaga zakat pun pada dasarnya hampir sama dengan badan/lembaga publik pada umumnya yaitu berada pada lokasi yang strategis, berdekatan dengan pusat kota, mudah terlihat dan mudah di jangkau oleh masyarakat pada umumnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari responden tentang jarak tempat tinggal dengan lokasi BAZDASU, diuraikan pada Tabel 4.8 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Jarak Tempat Tinggal Responden Dengan Lokasi BAZDASU Jarak Tempat Tinggal Dengan Frekuensi Persentase Lokasi BAZDASU <1 Km 2 5,0 1,1 Km-5 Km 17 42,5 5,1 Km-10 Km 13 32,5 17,5 7 10,1 Km-15 Km > 15 Km 1 2,5 Total 40 100,0 Sumber: Data Primer (2012).
Berdasarkan data di atas yang menunjukkan jarak tempat tinggal responden dengan lokasi BAZDASU. Responden yang jarak tempat tinggalnya kurang dari 1 Km ialah sebanyak 2 orang dengan persentase 5,0%. Kemudian reponden yang jarak tempat tinggal dengan lokasi BAZDASU dipilih paling banyak oleh responden ialah jarak 1,1 Km- 5 Km sebanyak 17 orang (42,5%) dari total responden yang ada. Untuk jarak 5,1 Km-10 Km dipilih oleh 13 respoden dengan persentase sebesar 32,5%. Responden yang jarak tempat tinggalnya paling jauh dengan lokasi BAZDASU yaitu dipilih oleh 1 orang saja dengan persentase hanya 2,5%. Responden tersebut berdomisili di Kota Binjai, namun dia tidak membayarkan langsung zakatnya ke kantor BAZDASU melainkan melalui UPZ dimana tempat responden tersebut bekerja. Dari data di atas dapat disimpulkan jarak yang dipilih sebagai ukuran perbandingan jauh dekatnya tempat tinggal responden dengan lokasi BAZDASU. Mayoritas responden memilih jarak 1,1 Km-5 Km, yang merupakan jarak yang masih terjangkau oleh masyarakat. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat melalui Gambar 4.5 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5 Jarak Tempat Tinggal Responden Dengan Lokasi BAZDASU 4.2.6.4 Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU Dalam menyalurkan dana ZIS melalui BAZDASU, para muzakki diberikan kemudahan, mulai dari proses menjadi muzakki sampai dengan cara penyaluran dana ZIS ke BAZDASU, guna meningkatkan jumlah penerimaan ZIS. Oleh
karena
itu,
BAZDASU
harus
dapat
menyesuaikan
diri dengan
perkembangan teknologi, dan tehnik-tehnik pengumpulan yang dapat digunakan masyarakat ketika mendonasikan dana ZIS yang akan disalurkanya melalui BAZDASU. Berikut ini dapat dilihat cara penyaluran dana ZIS oleh responden melalui BAZDASU pada Tabel 4.9 beikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU Cara Penyaluran Dana ZIS Frekuensi Persentase Dibayar langsung ke kantor BAZDASU 14 35,0 Transfer via ATM/Bank 5 12,5 Pegawai BAZDASU menjemput 7 17,5 dana ZIS Dibayar melalui Unit Pengumpulan 12 30,0 Zakat (UPZ) Lainnya 2 5,0 Total 40 100,0 Sumber: Data Primer (2012).
Berdasarkan pada Tabel 4.9 dapat dilihat cara responden menyalurkan dana ZIS pun bervariasi. Mulai dengan cara dibayarkan langsung ke kantor BAZDASU sebanyak 14 responden (35,0%). Responden yang melakukan transfer via ATM/Bank sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar 12,5%. Kemudian dengan cara Pegawai BAZDASU menjemput dana ZIS dipilih sebanyak 7 responden (17,5%). Kemudian ada juga responden yang membayar ZIS melalui Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) yang dimiliki BAZDASU dengan total responden sebanyak 12 orang atau dengan persentase sebesar 30,0%. Sedangkan responden yang memilih cara lainya, diantaranya menjawab dengan cara dipotong langsung dari gaji muzakki tiap bulannya, sebanyak 2 orang dengan persentase sebesar 5,0%. Berdasarkan urain di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6
Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU 4.2.6.5 Prosedur Penyaluran Dana ZIS di BAZDASU. Lembaga publik seperti halnya lembaga pengelolaan zakat, yang banyak dipilih oleh masyarakat adalah LPZ yang memberikan kemudahan dalam setiap kegiatan pembayaran atau penyaluran ZIS melalui lembaga tersebut. Dengan kemudahan yang diberikan oleh LPZ tersebut akan membuat masyarakat tertarik untuk kembali menyalurkan dana ZIS ke LPZ tersebut. Dalam hal ini kemudahan yang diberikan BAZDASU akan membuat banyak muzakki menyalurkan ZIS nya di BAZDASU. Berikut ini akan diuraikan dalam Tabel 4.10 dan Gambar 4.7 yang menunjukkan tanggapan responden terhadap prosedur penyaluran dana ZIS di BAZDASU.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Prosedur Penyaluran Dana ZIS di BAZDASU Prosedur Penyaluran Dana ZIS Frekuensi Persentase Sangat mudah 4 10,0 Mudah 22 55,0 Cukup mudah 14 35,0 Cukup sulit 0 0,0 Sulit 0 0,0 Total 40 100,0 Sumber: Data Primer (2012).
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa prosedur penyaluran dana ZIS di BAZDASU sangat mudah dipilih responden sebanyak 4 orang (10,0%). Untuk prosedur penyaluran mudah dipilih sebanyak 23 responden dengan persentase 55,0%. Sedangkan untuk prosedur penyaluran yang menyatakan cukup mudah dipilih sebanyak 14 responden (35,0%). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa prosedur penyaluran dana ZIS di BAZDASU, yang dirasakan oleh para muzakki adalah mudah. Apabila data di atas dicrosstab dengan jarak tempat tinggal responden dengan lokasi BAZDASU, maka dapat diketahui responden yang paling banyak memilih tanggapan prosedur yang mudah adalah responden yang jarak tempat tinggalnya dengan lokasi BAZDASU berjarak 1,1 Km-5 Km, dengan jumlah 8 orang (20%). Ada hal yang menarik dalam penelitian ini dikarenakan terdapat 1 responden (2,5%) yang jarak tempat tinggalnya dengan lokasi BAZDASU >15Km, memiliki tanggapan terhadap prosedur penyaluran dana ZIS yang mudah.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7 Prosedur Penyaluran Dana ZIS yang Dirasakan Responden di BAZDASU 4.2.6.6 Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU Kegiatan menyalurkan ZIS oleh muzakki BAZDASU telah menjadi kewajiban yang secara rutin harus dilakukan. Frekuensi muzakki melakukan penyaluran ZIS pun bervariasi yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan atau pendapatan muzakki itu sendiri. Pada Tabel berikut menunjukkan jumlah frekuensi respoden menyalurkan dana ZIS di BAZDASU, yang akan diuraikan pada tabel 4.11. Tabel 4.11 Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU Frekuensi Penyaluran Dana ZIS Frekuensi Persentase 1 Kali 0 0,0 2 Kali 3 7,5 3 Kali 3 7,5 4 Kali 10 25,0 Lainnya 24 60,0 Total 40 100,0 Sumber: Data Primer (2012).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pada Tabel 4.11 responden memilih frekuensi lainnya sebagai pilihan terbanyak dalam jumlah frekuensi menyalurkan dana ZIS. sebanyak 24 orang dengan persentase 60,0%. Jumlah frekuensinya pun bervariasi ada yang menjawab lebih dari 10 kali, berkali-kali, dan ada yang menjawab rutin setiap bulannya. Kemudian untuk jumlah frekuensi 4 kali dipilih sebanyak 10 responden dengan persentase sebesar 25,0%. Untuk jumlah frekuensi 3 kali dan 2 kali, masing-masing dipilih sebanyak 3 responden dengan persentase masing-masing pilihan sebesar 7,5%. Jika data di atas dicrosstab dengan tingkat pendapatan muzakki, maka dalam penelitian ini dapat diketahui muzakki yang memiliki tingkat penghasilan menengah ke bawahlah yang paling sering membayarkan ZIS nya melalui BAZDASU, yaitu muzakki yang berpenghasilan Rp. 3 juta-5 juta sebanyak 11 responden (27,5%) dan muzakki yang berpenghasilan Rp. 5 juta-10 juta sebesar 9 orang, dengan persentase sebesar 22,5%. Begitu juga dengan 3 responden (7,5%) yang memiliki pendapatan paling tinggi sebesar Rp. 10 juta-50 juta ternyata memilih
jumlah
frekuensi
lainnya,
karena
mereka
telah
berkali-kali
memebayarkan dana ZIS melalui BAZDASU. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memilih jumlah frekuensi lainnya, karena telah berkali-kali melakukan penyaluran dana ZIS di BAZDASU. Untuk itu agar lebih jelasnya, akan ditampilkan juga pada Gambar 4.8 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8 Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU 4.2.6.7 Pelayanan yang Diperoleh Responden dari BAZDASU Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) yang banyak dipilih oleh masyarakat adalah LPZ yang dapat memberikan pelayanan yang baik serta memuaskan dalam setiap kegiatan pembayaran ZIS ke lembaga tersebut. Dengan pelayanan yang prima yang diberikan oleh sebuah LPZ akan membuat masyarakat tertarik untuk kembali lagi menyalurkan dana ZIS ke LPZ tersebut.. Berikut ini akan diuraikan dalam Tabel 4.12 dan Gambar 4.9 di bawah ini yang menunjukkan tanggapan responden terhadap pelayanan yang diperoleh dari BAZDASU. Tabel 4.12 Pelayanan yang Diperoleh Responden dari BAZDASU Pelayanan yang Diperoleh dari Frekuensi Persentase BAZDASU Sangat memuaskan 0 0,0 Memuaskan 24 60,0 Cukup memuaskan 15 37,5 Kurang memuaskan 1 2,5 Tidak memuaskan 0 0,0 Total 40 100,0 Sumber: Data Primer (2012) .
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui tanggapan yang paling banyak dipilih oleh resposden terhadap pelayanan yang diperoleh dari BAZDASU ialah memuaskan, sebanyak 24 orang (60,0%). Untuk tanggapan cukup memuaskan dipilih sebanyak 15 responden dengan persentase 37,5%. Sedangkan tanggapan kurang memuaskan terhadap pelayanan yang diperoleh dari BAZDASU hanya dipilih sebanyak 1 responden (2,5%). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pelayanan yang diperoleh dari BAZDASU, yang dirasakan oleh para muzakki adalah memuaskan. Apabila data di atas dicrosstab dengan frekuensi responden menyalurkan dana ZIS di BAZDASU, maka dapat diketahui hasilnya total 15 responden dengan persentase sebesar 37,5% memilih tanggapan memuaskan, dikarenakan ternyata para responden tersebut telah berkali-kali menyalurkan dana ZIS di BAZDASU. Terdapat hal yang menarik dalam penelitian ini, ternyata ada 1 responden (2,5%) yang menjawab kurang memuaskan terhadap pelayanan yang diperolehnya melalui BAZDASU, tetapi telah berkali-kali melakukan pembayaran ZIS melalui lembaga tersebut, namun tidak diketahui alasan apa yang menjadi sebab responden tersebut merasa kurang puas terhadap pelayanan yang diperolehnya dari BAZDASU, padahal dia telah sering menyalurkan ZIS melalui lembaga tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.9 Pelayanan yang Diperoleh Responden Dari BAZDASU
4.3 Analisis Data Perkembangan Pengumpulan ZIS dan Deskriptif Penelitian Berdasarkan data yang berhasil dihimpun oleh penulis dari pihak BAZDASU, sehingga diketahui sejumlah data mengenai perkembangan pengumpulan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS). Data yang diperoleh yang kemudian dapat disajikan ialah data 11 tahun terakhir yaitu data dari tahun 2001 sampai tahun 2011. Data tersebut antara lain yaitu data perkembangan jumlah donatur/muzakki, jumlah penerimaan, dan penyaluran dana ZIS. Adapun data pendukung tersebut ialah sebagai berikut : 4.3.1 Perkembangan Jumlah Muzakki BAZDASU Pada
bagian
ini
akan
dijelaskan
dalam
tabel
tentang
jumlah
donatur/muzakki BAZDASU. Adapun donatur/muzakki BAZDASU terbagi menjadi 3 golongan yaitu muzakki zakat, donatur infaq dan donatur sedekah. Data
Universitas Sumatera Utara
yang diperoleh bersumber dari laporan pertanggung jawaban tahunan dari pengelola BAZDASU. merupakan data perkembangan dari 11 tahun terakhir. Dengan pertimbangan data jumlah donatur/muzakki 11 tahun terakhir tersebut masih tercatat, dan sebagian besar donatur/muzakki tersebut masih aktif dalam menyalurkan dana ZIS melalui BAZDASU. Berikut akan diuraikan dalam tabel 4.13 dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13 Jumlah Donatur/Muzakki BAZDASU Tahun 2001-2011 Tahun Frekuensi 2001
182
2002
180
2003
175
2004
170
2005
172
2006
223
2007
268
2008
216
Zakat Infaq Sedekah % % Frekuensi % % Frekuensi % % Perubahan Jumlah Perubahan Jumlah Perubahan Jumlah 8,11 Turun sebesar 0,84 Turun sebesar 2,1 Turun sebesar 2,1 Naik sebesar 0,84 Naik sebesar 25,4 Naik sebesar 18,75 Turun sebesar 21,8
8,02
-
-
-
-
-
-
7,79
-
-
-
-
-
--
7,57
-
-
-
-
-
-
7,66
-
-
-
-
-
-
9,94
-
-
-
-
-
-
11,94
-
-
-
-
-
-
9,62
-
-
-
-
-
-
Universitas Sumatera Utara
2009
220
2244
Naik sebesar 1,56 Naik sebesar 1,56 Turun sebesar 4,16 -
2010
224
2011
214
Jumlah RataRata Jumlah
204
-
9,8
-
-
-
-
-
-
9,98
-
-
-
-
-
-
9,54
-
-
-
-
-
-
100,0
-
-
-
-
-
-
9,1
-
-
-
-
-
-
Sumber : Data Primer (2012).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan
Tabel
4.13
tentang
uraian
perkembangan
jumlah
donatur/muzakki di atas. Pada jumlah muzakki yang menyalurkan dana zakat adalah sebanyak 2244 orang dengan jumlah rata-rata sebesar 204 pertahun. Jumlah muzakki zakat mulai tahun 2001-2005 mengalami perubahan kenaikan dan penurunan yang relatif kecil, yang persentase perubahannya di bawah 2%. Dengan rincian jumlah 182, 180,175, 170, 172 orang dan persentase masingmasing dari total persentase keseluruhan ialah (8,11%), (8,02%), (7,79%), (7,57%), dan (7,66%). Untuk tahun 2006-2008 mengalami perubahan kenaikan dan penurunan yang relatif besar, dengan besaran persentase di atas sekitar 20%, dengan rincian 223, 268, 216 orang dan jumlah persentase muzakki masingmasing ialah (9,94%), (11,94%), (9,62%). Kemudian pada tahun 2009-2011, perubahan jumlah muzakki baik kenaikan dan penurunannya juga relative kecil, dengan persentase perubahan sekitar 4%-2%, dengan jumlah rincian 220,224,214 orang, dan besaran persentase masing-masing ialah (9,8%), (9,98%), (9,54%). Untuk data perkembangan jumlah donatur yang mendonasikan dana infaq dan sedekah tidak dapat diuraikan pada tabel 4.13 di atas. Hal tersebut dikarenakan BAZDASU tidak mendata identitas pihak-pihak yang menyalurkan infaq dan sedekah secara rapi, terperinci dan sistematis. Salah satu alasannya dikarenakan sebagian besar para donatur dana infaq dan sedekah menyalurkannya melalui unit-unit pengumpulan zakat (UPZ) serta pada kotak-kotak infaq yang tersedia di tempat-tempat tetentu yang berkerja sama dalam pengumpulan infaq dan sedekah dengan BAZDASU. Oleh karena itu, sulit untuk mengetahui data identitas donatur secara keseluruhan, lengkap, dan terperinci.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Jumlah Penerimaan Dana ZIS dan Non ZIS di BAZDASU. BAZDASU sebagai Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) di bawah naungan pemerintah provinsi Sumatera Utara pasti memiliki keunggulan tersendiri dibanding (LPZ) lainnya. Salah satunya dalam pengumpulan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) dari masyarakat, di mana dalam pengumpulan tersebut BAZDASU selain memperoleh penerimaan dari dana ZIS, juga memperoleh dana non ZIS yang bersumber dari APBD Provinsi Sumatera Utara yang diterima tiap tahunnya. Guna untuk membiayai kegiatan operasional dalam pengumpulan ZIS. . Pada bagian ini akan dijelaskan tabel mengenai jumlah penerimaan dana ZIS dan dana Non ZIS. Data-data dalam tabel tersebut merupakan data selama 11 tahun terakhir mulai dari tahun 2001-2011, yang diperoleh dari pengelola BAZDASU.
Data
ini
dijadikan
sebagai
data
tambahan
untuk
lebih
menyempurnakan penulisan ini. Untuk mengetahui lebih jelas tentang jumlah dana ZIS dan Non ZIS yang terhimpun setiap tahunnya, akan disajikan dalam Tabel 4.14 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14 Jumlah Penerimaan Dana ZIS DAN Non ZIS BAZDASU Tahun 2001-2011. Jumlah Penerimaan Dana ZIS dan Non ZIS
Tahun
Zakat (A) (Rp)
2001
Perubahan
Infaq (B) (Rp)
402.208.200
-
2002
1.541.780.290
2003
2004
2005
%
%
%
Non ZIS
%
Perubahan
Sedekah (Rp) (B)
Perubahan
(Rp) (C)
Perubahan
338.416.489
-
18.210.000
-
120.000.000
-
1.878.834.689
-
Naik sebesar 90,59
459.679.139
Naik sebesar 23,91
27.646.055
Naik sebesar 17,31
135.000.000
Naik Sebesar 4,46
2.164.105.484
Naik sebesar 12,69
1.536.385.700
Turun sebesar 0,42
499.727.910
Naik sebesar 7,89
9.687.250
Turun sebesar 32,94
250.000.000
Naik sebesar 34,22
2.295.800.860
Naik sebesar 5,86
1.274.977.450
Turun sebesar 20,78
642.274.860
Naik sebesar 28,11
57.664.025
Naik sebesar 88,0
269.696.975
Naik Sebesar 5,86
2.244.613.310
Turun sebesar 2,27
Turun sebesar 15,28
631.587.770
Turun sebesar 2,11
164.813.950
Naik sebesar 196,54
271.039.865
Naik Sebesar 0,34
2.150.216.085
Turun sebesar 4,20
1.082.774.500
%
Jumlah Dana Terhimpun (Rp) (A+B+C+D)
Perubahan
2006
1.204.994.681
Naik sebesar 9,71
665.000.000
Naik sebesar 6,58
100.000.000
Turun sebesar 118,88
300.000.000
Naik Sebesar 8,61
2.269.994.681
Naik sebesar 5,33
2007
1.649.540.150
Naik sebesar
433.545.700
Turun sebesar
49.983.350
Turun sebesar
400.000.000
Naik Sebesar
2.533.069.200
Naik sebesar
Universitas Sumatera Utara
35,34 2008
45,64
91,74
29,76
11,71
1.721.948.800
Naik sebesar 5,75
140.364.970
Turun sebesar 57,81
21.161.625
Turun sebesar 52,86
400.000.000
Naik sebesar 00,00
2.283.475.395
Turun sebesar 11,11
2009
1.079.985.288
Turun sebesar 51,03
228.222.495
Naik sebesar 17,32
107.701.920
Naik sebesar 158,73
400.000.000
Naik Sebesar 00,00
1.815.909.709
Turun sebesar 20,81
2010
1.259.213.823
Naik sebesar 14,24
384.259.190
Naik sebesar 30,77
-
Turun sebesar 197,55
400.000.000
Naik Sebesar 00,00
2.043.473.013
Naik Sebesar 10,12
2011
1.082.339.010
Naik sebesar 14,06
1.161.720.733
Naik sebesar 153,32
42.830.507
Naik sebesar 78,56
750.000.000
Naik Sebesar 104,17
3.036.890.250
Naik Sebesar 44,21
Jumlah
13.836.147. 892
-
5.584.799.256
-
599.698.682
-
3.695.736. 840
-
% dari Jumlah
55,98
-
22,60
-
2,50
-
15,00
-
100,0
-
Jumlah ratarata
1.257.831.626
-
507.709.023
-
54.518.062
-
335.976.076
-
2.246.943.788
-
24.716.381.670
-
Sumber: Data Primer (2012).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.14 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penerimaan dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) serta dana Non ZIS oleh BAZDASU. Mulai awal terbentuknya BAZDASU sejak 11 tahun terakhir, dari tahun 2001-2011 yaitu untuk zakat sebesar Rp 13.836.147.892, dengan persentase sebesar 55,98%, dan jumlah rata-rata sebesar Rp 1.257.831.626 setiap tahunnya. Perubahan persentase kenaikan dan penurunan penerimaan dana zakat terjadi tiap tahunnya. Persentase perubahan kenaikan yang paling tinggi pada 11 tahun terakhir ini terjadi pada tahun 2007 sebesar Rp. 1.649.540.150, yang pada tahun 2006 hanya Rp. 1.204.994.681, dengan persentase kenaikannya sebesar 35,34%. Untuk persentase perubahan penurunan dana zakat yang paling tinggi tercatat pada tahun 2009 sebesar Rp.1.079.985.288, mengalami penurunan dengan persentase hingga 51,03%, yang pada tahun sebelumnya jumlah penerimaan zakat sebesar Rp.1.721.948.800. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dana zakat yang dihimpun oleh BAZDASU sering mengalami perubahan peningkatan dan penurunan penerimaan zakat disetiap tahunnya. Bila dibandingkan dengan dana zakat yang dihimpun oleh BAZDASU, dana infaq jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan dana zakat. Hal ini terlihat pada Tabel 4.14 di atas. Penerimaan Dana infaq 11 tahun terakhir mulai tahun 2001-2011 ialah sebesar Rp 5.584.799.256. Dengan persentase sebesar 22,60% dan rata-rata jumlah sebesar Rp 507.709.023 setiap tahunnya. Untuk penerimaan dana infaq juga mengalami persentase perubahan kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Persentase perubahan kenaikan yang paling tinggi pada 11 tahun terakhir ini terjadi pada tahun 2011 sebesar Rp. 1.161.720.733 yang
Universitas Sumatera Utara
pada tahun 2010 hanya sebesar Rp. 384.720.733, mengalami persentase kenaikan sebesar 153,32%. Untuk persentase perubahan penurunan dana infaq yang paling tinggi tercatat pada tahun 2008 sebesar Rp.140.364970, mengalami penurunan dengan persentase hingga 57,81%, yang pada tahun sebelumnya jumlah penerimaan infaq sebesar Rp.433.545.700. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah dana infaq juga mengalami kenaikan dan penurunan disetiap tahun. Untuk penerimaan dana sedekah untuk 11 tahun terakhir mulai tahun 2001-2011 ialah sebesar Rp 599.698.682. Dengan persentase hanya sebesar 2,50% dari seluruh total penerimaan, dan rata-rata jumlah sebesar Rp 54.518.062 pada setiap tahunnya. Untuk penerimaan sedekah juga mengalami persentase perubahan kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Persentase perubahan kenaikan yang paling tinggi pada 11 tahun terakhir ini terjadi pada tahun 2005 sebesar Rp. 164.813.950, yang pada sebelumnya yaitu tahun 2004 sebesar Rp. 57.664.025, mengalami persentase kenaikan sebesar 88,0%. Untuk persentase perubahan penurunan sedekah yang paling tinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar Rp. 0,00 mengalami penurunan dengan persentase hingga 197,55%, yang pada tahun sebelumnya jumlah penerimaan infaq sebesar Rp.107.701.920 Penerimaan dana Non ZIS yang bersumber dari alokasi bantuan APBD provinsi Sumatera Utara, yang diterima setiap tahunnya. Sejak tahun 2001-2012 dana Non ZIS yang diterima BAZDASU sebesar Rp 3.695.736.840, dengan persentase sebesar 15,0%, dan rata-rata jumlah sebesar Rp 335.976.076 pada setiap tahunnya. Untuk penerimaan dana Non ZIS berbeda dengan penerimaan zakat, infaq, dan sedekah, yang setiap tahunnya terus mengalami jumlah serta
Universitas Sumatera Utara
persentase kenaikan. Persentase perubahan kenaikan yang paling tinggi pada 11 tahun ini tercatat pada tahun 2011 sebesar Rp. 750.000.000, yang pada 4 tahun sebelumnya berturut yaitu sejak tahun 2007-2010 sebesar Rp. 400.000.000, mengalami persentase kenaikan sebesar 104,17%. Oleh karena dapat di simpulkan dana Non ZIS sebagai dana yang berasal dari bantuan APBD Provinsi Sumatera Utara terus ditingkatkan guna mendukung kinerja BAZDASU setiap tahunnya. Berdasarkan uraian di atas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 4.10 berikut ini :
Gambar 4.10 Jumlah Penerimaan Dana ZIS dan Non ZIS yang Terhimpun Oleh BAZDASU Tahun 2001-2011.
4.3.3 Jumlah Penyaluran Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di BAZDASU. Penyaluran dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) kepada mustahik terbagi menjadi 2 jenis bantuan yaitu bantuan produktif dan bantuan konsumtif. Bantuan
Universitas Sumatera Utara
produktif biasanya digunakan untuk membantu modal bergulir usaha kecil yang berkembang, program bantuan desa binaan, seperti bantuan peternakan dan pertanian serta bantuan lainnya. Sedangkan untuk bantuan konsumtif biasanya digunakan untuk membantu fakir miskin dan yang termasuk ke dalam golongan 8 asnaf lainnya, seperti bantuan dalam bidang pendidikan, kesehatan, serta pembinaan Da’i dan lain-lain. Distribusi penyaluran dana ZIS ini sangat membantu mustahik yang membutuhkan guna meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang kurang mampu. Pada bagian ini juga akan dijelaskan dalam bentuk tabel mengenai data perkembangan jumlah penyaluran dana ZIS yang terbagi ke dalam 2 jenis bantuan yaitu bantuan produktif dan bantuan konsumtif yang telah disalurkan oleh BAZDASU. Sama seperti data yang diambil sebelumnya merupakan data 11 tahun terakhir mulai dari tahun 2001-2011. Untuk lebih jelasnya berikut akan diuraikan dalam Tabel 4.15 dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15 Jumlah Penyaluran Dana Zakat, Infaq, dan sedekah (ZIS) Oleh BAZDASU Tahun 2001-2011
2001 2002
Bantuan Produktif (A) (Rp) 208.272.250 323.300.000
2003
539.109.500
2004
383.450.372
2005
176.174.900
2006
150.333.750
2007
103.328.000
2008
142.525.783
Tahun
Penyaluran Dana ZIS % Bantuan Perubahan Konsumtif (B) (Rp) 535.927.734 Naik 905.540.550 sebesar 44,8 Naik 1.289.131.150 sebesar 84,07 Turun 1.321.998.900 sebesar 60,64 Turun 1,638.758.950 sebesar 80,75 Turun 1.695.251.350 sebesar 10,06 Turun 1.932.244.475 sebesar 18,31 Naik 2.245.115.350 sebesar
% Perubahan Naik sebesar 26,72 Naik Sebesar 27,73 Naik sebesar 2,37 Naik sebesar 22,89 Naik sebesar 4,08 Naik sebesar 17,13 Naik sebesar
Jumlah Dana ZIS yang disalurkan (A+B) (Rp) 774.199.984 1.228.840.550
1.882.240.650
1.705.449.272
1.814.933.850
1.845.585.100
2.035.572.475
2.388.641.133
% Perubahan Naik sebesar 27,66 Naik sebesar 39,75 Turun sebesar 10,75 Naik sebesar 6,66 Naik sebesar 1,86 Naik sebesar 11,55 Naik sebesar
Universitas Sumatera Utara
2.823.452.955 256.677.541
15,27 Turun sebesar 8,81 Naik sebesar 10,71 Naik sebesar 127,48 -
15,84
-
2009
119.930.000
2010
147.402.600
2011
474.625.800
Jumlah RataRata Jumlah % dari Jumlah
15.215.838.144 1.383.258.013
22,61 Turun sebesar 50,51 Turun sebesar 29,11 Turun sebesar 13,14 -
18.079.291.099 1.643.571.917
21,48 Turun sebesar 43,94 Turun sebesar 22,83 Naik sebesar 8,84 -
84,16
-
100,00
-
1.546.429.095
1.143.666.940
961.773.650
1.666.359.095
1.291.069.540
1.436.399.450
Sumber: Data Primer (2012).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pada Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa jumlah bantuan produktif yang disalurkan pada 11 tahun terakhir, sejak tahun 2001-2011 sebanyak Rp 2.823.452.955 dengan jumlah rata-rata untuk setiap tahunnya sebesar Rp 256.677.541. dan besar persentasenya dari total seluruh bantuan ZIS yang disalurkan ialah 15,84%. Berdasarkan data di atas bantuan produktif juga mengalami persentase perubahan kenaikan dan penurunan yang relatif tidak terlalu besar setiap tahunnya. Untuk jumlah penyaluran bantuan konsumtif juga pada 11 tahun terakhir, sejak tahun 2001-2011 sebanyak Rp 15.215.834.144 dengan jumlah rata-rata untuk setiap tahunnya sebesar Rp 1.383.258.013 dan besar persentasenya dari total seluruh bantuan ZIS yang disalurkan ialah 84,16%. Untuk itu, total dana bantuan produktif dan bantuan konsumtif yang disalurkan dari penerimaan ZIS selama 11 tahun terakhir ialah sebesar Rp. 18.079.291.099, dengan rata-rata jumlah dana yang disalurkan tiap tahunnya sebesar Rp. 1.643. 571.917. Berdasarkan data 11 tahun terakhir dari tahun 2001-2011 seperti uraian tabel di atas, dapat disimpulkan bantuan produktif dan bantuan konsumtif yang disalurkan dari penerimaan dana ZIS, selalu mengalami persentase perubahan kenaikan dan penurunan yang relatif tidak terlalu besar setiap tahunnya. Karena bantuan yang disalurkan sangat tergantung dengan besar dana ZIS yang berhasil dikumpulkan dari Muzakki untuk di sampai kepada mustahik atau masyarakat yang membutuhkan. Guna meningkat kualitas hidup dan kesejahteraan ekonomi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.11 Perbandingan Penerimaan dan Penyaluran ZIS Oleh BAZDASU Tahun 2001-2011
Pada Gambar 4.11 di atas dapat dilihat, Perbandingan jumlah penerimaan BAZDASU yang berhasil dikumpulkan setiap tahunnya lebih besar dibanding jumlah penyaluran dana ZIS yang disalurkan kepada masyarakat, baik dalam bentuk bantuan produktif dan konsumtif. Dapat dilihat hanya terjadi satu kali saja dana ZIS yang di salurkan lebih besar dibanding jumlah penerimaannya, yaitu pada tahun 2008, sedangkan tahun-tahun lainnya jumlah penerimaan dana ZIS lebih besar dibanding jumlah dana ZIS yang disalurkan. Bahkan dapat dilihat pada tahun 2011 dana yang disalurkan hanya mencapai 50% saja dari total penerimaan BAZDASU. Menurut pengamatan yang dilakukan oleh penulis, sisa dana penerimaan setiap tahunnya tersebut dialokasikan untuk berbagai jenis program bantuan dan pembinaan lainnya, alokasi dana promosi dan sosialisasi, honor dan
Universitas Sumatera Utara
gaji pengurus serta pegawai BAZDASU, dan untuk membiayai kegiatan-kegiatan BAZDASU lainnya.
4.4 Kendala-kendala yang Dihadapi BAZDASU Dalam Menghimpun Dana Zakat, Infaq, Dan sedekah (ZIS). Keberadaan BAZDASU sebagai salah satu lembaga publik/nirlaba di bawah naungan pemerintah provinsi Sumatera Utara, pasti memiliki keunggulan tersendiri dibanding Lembaga pengelolaan Zakst (LPZ) lainnya. Namun dapat diyakini BAZDASU juga memiliki kelemahan yang menjadi kendala-kendala tersendiri dalam melaksanakan tugas dan fungsi utama dalam menghimpun dana ZIS dari masyarakat yang ada di Sumatera Utara. Adapun yang menjadi kendala-kendala tersebut biasanya berasal dari 2 pihak, yaitu kendala dari pihak internal maupun kendala dari pihak eksternal. Untuk lebih lengkapnya akan diuraikan sebagai berikut : 4.4.1 Kendala Internal Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada pengelola BAZDASU, terdapat tiga kendala internal yang dihadapi BAZDASU dalam menghimpun dana ZIS. Adapun yang menjadi kendala internal tersebut adalah sebagai berikut : a. Keberadaan Sumber daya manusia (SDM) yang kurang berkompetensi dalam mengelola BAZDASU. b. Keterbatasan alokasi atau pos dana untuk promosi dan sosialisasi ZIS yang dimiliki BAZDASU.
Universitas Sumatera Utara
c. Belum adanya Peraturan Daerah (PERDA) yang kuat dan mengikat masyarakat untuk membayar dana ZIS melalui BAZDASU. Untuk
itu perlu
dilakukannya
evaluasi
internal
BAZDASU
secara
berkesinambungan, untuk mengatasi kendala yang terjadi khususnya keberadaan SDM yang dapat mengelola BAZDASU dengan baik, berpengalaman dan memiliki keahlian sesuai dengan bidangnya, serta meninjau alokasi jumlah dana promosi dan sosialisasi yang telah digunakan selama ini sudah efektif terhadap pengumpulan dana ZIS. Menyangkut adanya PERDA ditakutkan terjadinya pertentangan, yang pada akibatnya masyarakat tidak memiliki kebebasan untuk melakukan kewajiban zakat, dan sekaligus bertentangan dengan ajaran Islam. 4.4.2 Kendala Eksternal Sama halnya dengan kendala internal yang telah diuraikan di atas, yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti kepada pengelola BAZDASU, terdapat tiga kendala eksternal yang dirasakan BAZDASU dalam melakukan pengumpulan dana ZIS, ialah sebagai berikut : a. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap BAZ. b. Masih melekatnya budaya masyarakat, dalam hal ini sebagai muzakki yang membayar zakat secara langsung kepada Mustahik. c. Masih dominanya perilaku masyarakat Muslim di Indonesia yang
mengutamakan kewajiban membayar pajak dibandingkan kewajiban membayar zakat, sehingga pajak lebih menjadi prioritas, yang menjadikan zakat sebagai beban ganda bagi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, diharapkan BAZDASU dapat membuktikan kinerja yang dilakukan LPZ ini berhasil dan mampu mengelola dana ZIS yang dihimpun dengan dengan baik, serta berhasil mendayagunakan dana ZIS yang dihimpun tersebut untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat dan ekonomi umat, sehingga kepercayaan masyarakat dapat terbangun kembali untuk mau membayarkan zakatnya melalui BAZ.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Terdapat 4 faktor pendorong atau alasan yang paling menpengaruhi masyarakat untuk membayar ZIS melalui BAZDASU, yakni yang menjadi faktor pendorong pertama adalah status BAZDASU sebagai lembaga zakat resmi milik pemerintah, faktor pendorong kedua adalah Teknik transaksi dan cara pembayaran ZIS yang mudah, kemudian faktor pendorong ketiga ialah pelayanan yang baik dan memuaskan, dan untuk faktor pendorong keempat ialah lokasi yang strategis dan mudah dijangkau. Untuk menentukan faktor yang paling dominan dalam mendorong masyarakat sehingga memutuskan menyalurkan dana ZIS melalui BAZDASU, ialah dengan cara meminta responden untuk memberi rangking pada pilihan faktor-faktor tersebut. 2. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak pengelola BAZDASU, dapat diketahui bahwa perkembangan pengumpulan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), ditinjau dari jumlah muzakki, jumlah penerimaan, dan jumlah penyaluran dana ZIS mengalami pasang surut baik perubahan dalam hal peningkatan maupun penurunan yang terjadi setiap tahunnya, tetapi masih didominasi peningkatannya pada beberapa tahun belakangan ini dibanding pada awal-awal tahun terbentuknya. Jika dilihat dari jumlah muzakki pada 11 tahun terakhir berdirinya BAZDASU. Diketahui bahwa jumlah muzakki yang menyalurkan dana zakat adalah sebanyak 2244 orang dengan jumlah rata-rata sebesar 204 pada tiap tahunnya, sedangkan. Untuk data perkembangan jumlah donatur
yang
Universitas Sumatera Utara
mendonasikan dana
infaq
dan
sedekah tidak
dapat
diperoleh
jumlah
perkembangannya. Hal tersebut dikarenakan BAZDASU tidak mendata identitas pihak-pihak yang menyalurkan infaq dan sedekah secara rapi, terperinci dan sistematis. Salah satu alasannya dikarenakan sebagian besar para donatur dana infaq dan sedekah menyalurkannya melalui unit-unit pengumpulan zakat (UPZ) serta pada kotak-kotak infaq yang tersedia di lokasi atau tempat-tempat tertentu yang berkerja sama dalam pengumpulan infaq dan sedekah dengan BAZDASU. Oleh karena itu, sulit untuk mengetahui data identitas donatur secara keseluruhan, lengkap, dan terperinci. 3. BAZDASU sebagai publik/nirlaba milik pemerintah, yang rentan akan kepercayaan publik, juga memiliki kendala-kendala dalam pengumpulan dana ZIS. Kendala – kendala tersebut terdapat dari pihak internal maupun pihak eskternal. Kendala eksternal tersebut diantaranya ialah: 1. Keberadaan sumber daya manusia (SDM) yang kurang berkompetensi dalam mengelola BAZDASU. 2. Keterbatasan alokasi atau pos dana untuk promosi dan sosialisasi ZIS yang dimiliki BAZDASU. 3. Belum adanya Peraturan Daerah (PERDA) yang kuat dan mengikat masyarakat untuk membayar dana ZIS melalui BAZDASU. Untuk kendala eksternal ialah: 1. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap BAZDASU. 2. Masih melekatnya budaya masyarakat, dalam hal ini sebagai muzakki yang membayar zakat secara langsung kepada Mustahik. 3. Masih dominanya perilaku masyarakat Muslim yang mengutamakan kewajiban membayar pajak dibandingkan kewajiban membayar zakat, sehingga pajak lebih menjadi prioritas, yang menjadikan zakat sebagai beban ganda bagi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
4. BAZDASU sebagai LPZ di bawah naungan pemerintah, yang menurut pengamatan penulis, merupakan LPZ yang lebih terprogram, terencana, transparan, amanah, obyektif serta akuntabilitas, dibanding dengan beberapa Lembaga Amil Zakat yang ada di Sumatera Utara. Berdasarkan program kerja dan sangat potensial sebagai salah satu LPZ yang paling besar di bawah naungan oleh pihak pemerintah. Terbukti dengan tidak adanya data yang missing dalam pengumpulannya sesuai Laporan pertanggung jawaban tahunan yang diaudit setiap tahunnya oleh akuntan publik sejak tahun 2007..
5.2 Saran 1. Keberadaan BAZDASU mampu memberikan kontribusi positif dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakan Muslim di Sumatera Utara. Untuk itu BAZDASU
dapat
dijadikan
sebagai
LPZ
yang
dapat
dipercaya
dan
mengedepankan transparansi dan akuntabilitas dalam pengumpulan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) khususnya di Kota Medan, dan pada umumnya secara menyeluruh di Sumatera Utara 2. Kepada pengurus dan pengelola BAZDASU agar terus berupaya dalam meningkatkan kualitas kinerja, pelayanan, sosialisasi dan program-program unggulannya. Guna membangun citra BAZDASU yang lebih baik kedepannya, untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat sehingga lebih mendorong masyarakat untuk lebih terpanggil menyalurkan dana ZIS melalui BAZDASU. 3. Kepada instansi-instansi terkait seperti pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Kementerian Agama, Badan/Lembaga mitra BAZDASU, Unit Pengumpulan
Universitas Sumatera Utara
Zakat (UPZ), dan lainnya. Untuk dapat membuat kebijakan yang strategis, guna membantu BAZDASU dalam meningkatkat jumlah penerimaan dana ZIS setiap tahunnya. Sampai membantu menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan, serta melakukan pengawasan agar dana tersebut dapat digunakan sebaik-baiknya oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA BUKU Al-Qur’an Al-Zuhayly, Wahbah, 2000. Zakat Kajian Berbagai Mahzab, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Dirjen Bimas Islam Dan Haji, 2007 a. Manajemen Pengelolaan Zakat, Departemen Agama RI, Jakarta. Dirjen Bimas Islam Dan Haji, 2007 b. Pedoman Pengelolaan Zakat, Departemen Agama RI, Jakarta. Dirjen Bimas Islam Dan Haji, 2008. Panduan organisasi pengelolaan Zakat, Departemen Agama RI, Jakarta. Hafihuddin, Didin, 1998. Panduan Praktis tentang zakat Infaq dan Sedekah, Gema Insani, Jakarta. Hasan, Ali Muhammad, 2006. Zakat dan Infaq: Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia, Kencana Predana Media Group, Jakarta. Hasbi Ash Shiddieqy, Muhammad Tengku, 2006. Pedoman Zakat, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang. Khoiri, Nisful, 2010. Seharusnya Lembaga Zakat Pemerintah Dipercaya. http://bazdasumut.or.id/index.php/component/content/article/14-artikel/25 seharusnya-lembaga-zakat-pemerintah-dipercaya. Sari, Kartika Elisa, 2006. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, PT.Grasindo, Jakarta. Simanjuntak, Maratua, 2006. Buku Profile Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, Medan. Sudarsono, Heri, 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta Pres, Yogyakarta. Shihab, Quraish Muhammad, 2000. Wawasan Al-Quran, Mizan, Bandung. Teguh, Muhammad, 1999. Metode Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Tjiptono, Fandy, 2005. Pemasaran Jasa, Bayumedia Publishing, Jawa Timur. Qaradhawy, Yusuf, 2009. Kitab Zakat, Bina Ilmu, Yogyakarta. Qardawi, Yusuf, 1996. Hukum Zakat, Litera Antar Nusa Dan Mizan, Jakarta. SKRIPSI Rahmadhani, Niken Fidyah, 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengumpulan Zakat, Infaq dan Shoddaqoh pada Badan Amil Zakat Daerah SUMUT. Medan: FE-USU. Sartika, Dewi, 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Menggunakan Jasa Bazis Dalam Penyaluran Zakat di Kota Medan. Medan: FE-USU. WEBSITE http;//www.zisindosat.com/menatap-pengelolaan-zakat-setelah-ada-uu baru/. http://www.zisindosat.com/outlook-pembangunan-zakat-2012. www.bps.go.id www.bazdasumut.or.id www.justanotherwordpress.com www.waspadaonline.com
Universitas Sumatera Utara
Medan,
Juni 2012
Kepada Yth : Bapak/Ibu Muzakki BAZDASU Di Medan. Perihal : KUESIONER PENELITIAN Dengan hormat, saya sampaikan kepada Bapak/Ibu bahwa saya: Andy Riswan Ritonga adalah mahasiswa Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi USU – Medan. Sebagaimana Bapak/Ibu ketahui bahwa salah satu tugas akhir seorang mahasiswa adalah melakukan penelitian akademik guna menulis skripsi. Sehubungan dengan itu, saya memohon kepada Bapak/Ibu kiranya bersedia membantu untuk menjadi responden penelitian saya tentang “Analisis FaktorFakter Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) Melalui Bazda Sumatera Utara”. Saya jelaskan kepada Bapak/Ibu bahwasanya penelitian ini semata-mata hanya untuk keperluan akademik saja. Besar harapan saya agar kiranya Bapak/Ibu bersedia mengisi kuesioner ini. Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Hormat
ANDY RISWAN RITONGA NIM: 080501013
Universitas Sumatera Utara
Isilah titik-titik di bawah ini atau beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu. Identifikasi Responden: 1. Nama
:
2. Usia
: a. 21 tahun - 30 tahun b. 31 tahun - 40 tahun c. 41 tahun - 50 tahun d. 51 tahun - 60 tahun e. > 60 tahun
3. Jenis Kelamin
: a. Laki-Laki
4. Tingkat Pendidikan : a. SD
b. Perempuan d. Diploma (D1,D2,D3)
b. SMP/Sederajat
e. Strata (S1,S2,S3)
c. SMA/Sederajat 5. Pekerjaan
: a. PNS/BUMD/BUMN b. TNI/POLRI c. Pegawai Swasta d. Wiraswasta/Pengusaha e. Lainnya..........
6. Pendapatan perbulan :
a. Rp.1 juta – Rp.3 juta b. Rp.3 juta – Rp.5 juta c. Rp.5 juta – Rp.10 juta d. Rp.10 juta – Rp.50 juta e. > Rp.50 juta
7. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi muzakki di BAZDASU ?
Universitas Sumatera Utara
a. 1 Tahun b. 2 Tahun c. 3 Tahun d. 4 Tahun e. Lainnya................. 8. Dari manakah Bapak/Ibu mengetahui tentang BAZDASU ? a. Surat Kabar/Majalah b. Radio/Televisi c. Pengurus/Pegawai BAZDASU d. Teman/keluarga e. Lainnya…… 9. Jenis dana apa yang pernah atau paling sering Bapak/Ibu salurkan melalui BAZDASU ? a. Zakat Fitrah b. Zakat Maal/Harta c. Infaq d. Sedekah 10. Mengapa Bapak/Ibu memilih membayar zakat, infaq, dan sedekah di BAZDASU ? a. Teknik transaksi dan cara pembayaran ZIS yang mudah b. Pelayanan yang baik dan memuaskan c. Lokasi yang strategis dan terjangkau d. Lembaga zakat resmi milik pemerintah e. Lainnya……… 11. Bagaimana menurut Bapak/Ibu lokasi BAZDASU ? a. Sangat baik dan sangat strategis b. Baik dan Strategis c. Cukup baik dan cukup strategis d. Kurang baik dan kurang strategis e. Sangat tidak baik dan tidak strategis 12. Berapakah jarak tempat tinggal atau kegiatan Bapak/Ibu dengan lokasi kantor BAZDASU ? a. < 1 Km b. 1,1 Km-5 Km c. 5,1 Km-10Km d. 10,1 Km-15 Km e. > 15 Km
Universitas Sumatera Utara
13. Bagaimana cara Bapak/Ibu menyalurkan dana zakat, infaq, dan sedekah melalui BAZDASU ? a. Dibayar langsung ke kantor BAZDASU b. Transfer via ATM/Bank c. Pegawai BAZDASU menjemput dana ZIS d. Dibayar melalui Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) e. Lainya……….. 14. Bagaimana prosedur atau cara penyaluran dana zakat, infaq, dan sedekah yang Bapak/Ibu rasakan melalui BAZDASU ? a. Sangat mudah b. Mudah c. Cukup mudah d. Cukup Sulit e. Sulit 15. Apakah Bapak/ibu pernah diingatkan untuk membayar zakat, infaq, dan sedekah oleh Pengelola BAZDASU ? a. Iya
b. tidak
16. Jika pernah, dengan cara apakah Bapak/Ibu diingatkan ? a. Di telepon b. Di surati c. Di kunjungi langsung d. Lainnya………. 17. Sudah berapa kali Bapak/ibu menyalurkan dana zakat, infaq, atau sedekah di BAZDASU ? a. 1 Kali b. 2 Kali c. 3 Kali d. 4 Kali e. Lainnya…….. 18. Bagaimana pelayanan yang Bapak/Ibu peroleh dari BAZDASU ? a. b. c. d. e.
Sangat memuaskan Memuaskan Cukup memuaskan Kurang memuaskan Tidak memuaskan
19. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan pembayaran dana zakat, infaq, dan sedekah, selain di BAZDASU ?
Universitas Sumatera Utara