PEMB BERIAN KOMBIN K NASI PUP PUK ORG GANIK SE EBAGAII PENGG GANTI PENGUN P AAN PUP PUK ANO ORGANIIK PADA A P PERTUM ODUKSII KOLESO OM BUHAN DAN PRO
ARCHAN NY SITTA AZMI FA A24070088
DEP PARTEME EN AGRONOMI DAN HO ORTIKUL LTURA FAKUL LTAS PER RTANIAN N INSTITUT PERTAN NIAN BOGOR 2011
RINGKASAN SITTA AZMI FARCHANY. Pemberian Kombinasi Pupuk Organik sebagai Pengganti Penggunaan Pupuk Anorganik pada Pertumbuhan dan Produksi Kolesom (Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi dosis pupuk organik tertentu terhadap pertumbuhan dan produksi kolesom yang berlangsung dari bulan Februari hingga Mei 2011 di kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Dramaga, Bogor. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 1 faktor. Kombinasi pupuk organik yang diberikan diantaranya pupuk kandang, guano (granul), dan abu sekam yang dibagi menjadi 5 taraf perlakuan. Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan sehingga terdapat 15 unit percobaan ditambah 1 unit di luar rancangan percobaan dengan perlakuan pupuk anorganik (NPK) sebagai kontrol sehingga total percobaan sebanyak 18 unit percobaan. Perlakuan yang diberikan yaitu; perlakuan 1.8 ton/ha pupuk kandang sapi + 27.6 kg/ha guano + 2.7 ton/ha abu sekam, 2.7 ton/ha pupuk kandang sapi + 55.2 kg/ha guano + 4.1 ton/ha abu sekam, 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam, 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam, 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam. Pupuk organik secara nyata berpengaruh terhadap beberapa komponen pertumbuhan dan produksi kolesom. Pemberian kombinasi pupuk organik perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam dapat meningkatkan produksi bobot pucuk layak jual sampai 25.67% dari perlakuan kontrol (pupuk anorganik) dan 179.54% dari nilai terendah pada perlakuan 1.8 ton/ha pupuk kandang sapi + 27.6 kg/ha guano + 2.7 ton/ha abu sekam. Pupuk anorganik dapat digantikan oleh pemberian kombinasi pupuk organik dengan dosis 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam, hal ini dilihat dari produksi total pucuk kolesom organik yang menunjukkan nilai mendekati produksi pucuk total kolesom anorganik.
PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK SEBAGAI PENGGANTI PENGUNAAN PUPUK ANORGANIK PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOLESOM
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
SITTA AZMI FARCHANY A24070088
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
: PEMBERIAN SEBAGAI
KOMBINASI
PENGGANTI
ANORGANIK
PADA
PUPUK
PENGUNAAN PERTUMBUHAN
PRODUKSI KOLESOM Nama
: SITTA AZMI FARCHANY
NIM
: A24070088
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S. NIP. 19591026 198503 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus : ………………………….
ORGANIK PUPUK DAN
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 26 September 1989 yang merupakan putri pertama dari pasangan ayah Nurdin Desriwan, SH dan bunda Eka Palupi Rahmawati, SH. Jejak pendidikan penulis di mulai dari TK Insan Utama pada tahun 1994 dilanjutkan ke SD Muhammadiyah selama 2 tahun, lalu pindah ke SD Negeri Kebon Pedes 1 pada tahun 1997. Penulis lulus dari sekolah dasar pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMP Negeri 5 Bogor dan melanjutkan studi di SMA Negeri 2 Bogor. Melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Kehidupan selama perkuliahan diwarnai dengan aktif mengikuti beberapa organisasi, kepanitiaan, dan program kemahasiswaan. Organisasi yang pernah diikuti diantaranya Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Badan Eksekutif Fakultas Pertanian sebagai sekretaris Departemen Poli Kaji Strategis pada tahun 2008/2009 dan Sekretaris 1 pada tahun 2009/2010. Penulis juga diberikan kesempatan untuk mengikuti program pembinaan oleh Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni IPB.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kasih sayang, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pemberian Kombinasi Pupuk Organik sebagai Pengganti Penggunaan Pupuk Anorganik pada Pertumbuhan dan Produksi Kolesom” yang merupakan salah satu prasyarat kelulusan Sarjana. Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan saran untuk usulan pelaksanaan penelitian. 2. Dr. Ir. Maya Melati, MS, M.Sc dan Dr. Ani Kurniawati, SP. M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan tulisan ini, 3. Dr. Edi Santosa selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi. 4. Bunda, Ayah, dan Adik-adik beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung dalam segala aktivitas penulis. 5. Leo Mualim selaku kakak tingkat yang banyak memberikan masukan, saran, serta bimbingan. 6. Teman-teman WBA (tanty, tiara, dini, kiky ,dinis, ulil, ida, syifa, lintang, ka wastu) yang banyak memberikan motivasi. Arthur, dj, vida, fuad, pria, endang, shoni, lisa yang setia membantu panen dan menemani di laboratorium. Izzah, Dita, Ima, Dea, Linda, Andra, Ami yang menemani saat sidang. 7. Teman-teman Indybarends (AGH 44) yang menjadi teman satu perjuangan di departemen. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyelesaikan tugas akhir.
Bogor, November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................................ 2 Hipotesis ............................................................................................................ 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Taksonomi Kolesom ....................................................................... 3 Budidaya dan Pertumbuhan Kolesom ............................................................... 4 Abu Sekam......................................................................................................... 5 Pupuk Organik ................................................................................................... 5 Pupuk Kandang Sapi.......................................................................................... 6 Guano ................................................................................................................. 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 8 Bahan dan Alat .................................................................................................. 8 Metode Percobaan ............................................................................................. 8 Pelaksanaan Percobaan .................................................................................... 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum................................................................................................. 14 Hasil ................................................................................................................. 14 Pembahasan ..................................................................................................... 27 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...................................................................................................... 29 Saran ................................................................................................................ 29 LAMPIRAN .......................................................................................................... 33
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Kombinasi Dosis Perlakuan ......................................................................... 9 2. Dosis Perlakuan Pupuk Anorganik (NPK) ................................................. 14 3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Pertumbuhan dan Produksi ......................................................................... 17 4. Tinggi Tanaman Setiap Minggu ................................................................. 19 5. Jumlah Cabang Tanaman Setiap Minggu ................................................... 20 6. Lebar Tajuk Tanaman Setiap Minggu ........................................................ 20 7. Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar pada 2, 4 dan 6 MST .............................. 23 8. Bobot Pucuk Layak Jual pada 2, 4, dan 6 MST.......................................... 23 9. Bobot Basah dan Kering Batang pada 2, 4, dan 6 MST ............................. 24 10. Bobot Basah dan Kering Akar pada 2, 4, dan 6 MST ................................ 25 11. Bobot Basah Daun dan Tajuk pada 2, 4, dan 6 MST ................................. 26 12. Bobot Kering Daun dan Tajuk pada 2, 4, dan 6 MST ................................ 27
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Bahan Setek Kolesom Siap Tanam ............................................................... 8 2. Suhu Rata-Rata, Curah Hujan, dan Intesitas Penyinaran Selama Penelitian ..................................................................................................... 15 3. Tanaman yang Terserang Psedoumonas sp ................................................ 16 4. Laju Asimilasi Bersih (g/cm2/hari) ............................................................. 21
5. Laju Tumbuh Relatif (g/hari)...................................................................... 22
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Data Iklim Bulan Maret sampai Mei 2011 ................................................. 34 2. Kriteria Sifat Fisik Kimia Tanah ................................................................ 34 3. Hasil Analisis Tanah .................................................................................. 35 4. Hasil Analisis Kandungan Pupuk Kandang Sapi........................................ 35 5. Hasil Analisis Kandungan Pupuk Guano ................................................... 36 6. Hasil Analisis Kandungan Abu Sekam....................................................... 36 7. Petakan di Lapang....................................................................................... 37 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman ................................................................... 38 9. Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih ........................................................... 38 10. Sidik Ragam Jumlah Cabang ....................................................................... 39 11. Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif .............................................................. 39 12. Sidik Ragam Lebar Tajuk ............................................................................ 40 13. Sidik Ragam Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar ............................................ 40 14. Sidik Ragam Bobot Pucuk Layak Jual ........................................................ 41 15. Sidik Ragam Bobot Basah Akar .................................................................. 41 16. Sidik Ragam Bobot Kering Akar ................................................................. 42 17. Sidik Ragam Bobot Basah Batang ............................................................... 42 18. Sidik Ragam Bobot Kering Batang ............................................................. 43 19. Sidik Ragam Bobot Basah Daun ................................................................ 43 20. Sidik Ragam Bobot Kering Daun ................................................................ 44 21. Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk ................................................................. 44 22. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk ............................................................... 45
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terletak di kawasan tropis yang terkenal dengan keanekaragaman flora dan faunanya. Terdapat banyak tumbuhan maupun tanaman yang berkhasiat untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Menurut Syukur dan Hernani (2002), di Indonesia terdapat 30 dari 40 ribu tumbuhan dunia, 26% telah dibudidayakan dan lebih dari 904 jenis digunakan sebagai obat tradisional. Djauhariya dan Hernani (2004) menambahkan, pemanfaatan tumbuhan obat merupakan warisan nenek moyang sejak dahulu kala. Sebagian besar tumbuhan telah banyak menarik perhatian ilmuwan untuk diteliti lebih lanjut terutama tumbuhan yang bermanfaat untuk pengobatan berbagai jenis panyakit, diantaranya penyakit alergi, penyakit metabolit, dan penyakit degeneratif yang berkaitan dengan proses penuaan. Lebih lanjut Budiono (2004) menyatakan, seiring dengan semakin bertambahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup kembali ke alam, memberikan peluang untuk perkembangan tanaman obat. Kolesom (Talinum triangulare (Jacq) Wild.) termasuk salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Tanaman ini memang belum banyak dikenal oleh masyarakat secara luas, namun memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena kegunaan dan khasiatnya yang sangat penting. Hernani et al. (2001) menyatakan, selain dapat dikonsumsi sebagai sayuran, daun kolesom dapat menjadi anti inflamasi pada bagian yang sakit akibat pukulan atau jatuh dengan cara diremas. Syukur dan Hernani (2002) menambahkan bahwa kolesom berkhasiat sebagai obat radang paru-paru, gugup, demam, keringat dingin, peradangan, obat pencernaan, dan dikonsumsi sebagai sayuran. Bagian tanaman kolesom yang berkhasiat obat adalah daun, akar, dan umbi. Produksi kolesom dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah faktor lingkungan, misalnya ketersediaan unsur hara pada media tanam. Peningkatan ketersediaan hara pada media tanam dapat dilakukan melalui pemupukan. Penggunaan pupuk organik seperti pupuk kandang dengan dosis 15
2
ton/ha merupakan dosis terbaik yang menghasilkan bobot kering daun dan bobot kering umbi tertinggi (Susanti et al., 2006). Selain itu, pupuk organik dapat memacu dan meningkatkan populasi mikroba di dalam tanah jauh lebih besar daripada pemberian pupuk kimia (Sutanto, 2002). Komposisi media yang tepat merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya tanaman khususnya budidaya dalam wadah. Hasil penelitian menunjukkan, penggunaan media dengan komposisi tanah:arang sekam (3:2/v:v) menghasilkan biomassa tertinggi (Susanti, 2006). Penelitian sebelumnya mengenai budidaya kolesom menggunakan pupuk anorganik menghasilkan produksi pucuk terbaik dengan perlakuan 800 kg SP18/ha (Mualim, 2010) dan 150 kg urea/ha dan 150 kg KCl/ha (Anna, 2010). Penggunaan pupuk organik sebagai pengganti pupuk anorganik dilakukan sebagai usaha meminimalisir dampak dari penggunaan pupuk anorganik yang kurang baik, akan tetapi belum diperoleh informasi mengenai kombinasi dosis kombinasi pupuk organik yang tepat. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai dosis kombinasi pupuk organik terbaik yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kolesom serta dapat diaplikasikan untuk budidaya kolesom.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi dosis pupuk organik tertentu terhadap pertumbuhan dan produksi kolesom.
Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perlakuan kombinasi pupuk organik yang tepat pada pertumbuhan dan produksi kolesom maksimum.
3
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Taksonomi Kolesom Tanaman Magnoliophyta dua/dikotil),
obat
Kolesom
(tumbuhan anak
kelas
termasuk
berbunga),
ke
kelas
Caryophyllidae,
dalam
klasifikasi
Magnoliopsida
ordo
divisi
(berkeping
Caryophyllales,
family
Portulacaceae, genus Talinum dan spesies triangulare Willd. (Syukur dan Hernani, 2002) serta termasuk ke dalam tanaman yang memiliki lintasan inducible metabolism CAM (Crassulacean Acid Metabolism) (Pieters et al., 2003). Kolesom merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh tegak dengan tinggi 30-100 cm, batang berbentuk bulat, pangkal berwarna ungu kemerahan, sedangkan batang muda berwarna hijau (Wahyuni dan Hadipoentyanti, 1999). Daun kolesom berbentuk oblongatus-spatulatus, berwarna hijau muda, tebal berdaging, filotaksis spiral dan kadang-kadang berhadapan. Secara anatomi daunnya memiliki tipe dorsivental, stomata parasitik (epidermis atas dan bawah), parenkim daun (jaringan spons) yang mengandung kristal kalsium oksalat bentuk roset dan kelenjar minyak atsiri, dan berkas pembuluh kolateral. Bunga kolesom berwarna merah jambu keunguan yang mekar pada pagi hari pukul 09.00. Tangkai bunga berbentuk segitiga dan bunga jantan dalam tandan (racemes). Buah berbentuk bulat memanjang berwarna hijau kekuningan dan berisikan biji hitam gepeng berdiameter 1 ± mm. Akarnya menebal menyerupai gingseng (Santa dan Prajogo, 1999) dan sistem perakarannya berupa akar tunggang (Rifai, 1994). Spesies Talinum paniculatum atau biasa disebut dengan som jawa yang mirip
dengan
kolesom
sehingga
masyarakat
seringkali
tidak
dapat
membedakannya. Perbedaannya terletak pada ciri-ciri morfologisnya yaitu filotaksis, tipe inflorensi, bentuk buah, warna, dan waktu bunga mekar. Som jawa memiliki filotaksis yang berhadapan, tipe inflorensi malai dengan tangkai bunga bersudut tumpul, buah berbentuk kapsul (bulat dan berwarna merah-cokelat), dan bunga mekar pada sore hari (Santa dan Prajogo, 1999). Bagian utama kolesom yang biasa digunakan untuk diambil manfaatnya adalah umbi dan daun (pucuk). Pucuk kolesom mengandung antosianin dan protein yang baik bagi tubuh sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku
4
sayuran (Mualim et al., 2009). Manfaat umbi kolesom untuk mengobati neurasthenia (kelelahan tubuh), debilitas (kelemahan tubuh) dalam penyembuhan dari penyakit kronik (Hargono, 2005).
Budidaya dan Pertumbuhan Kolesom Bahan perbanyakan kolesom dapat menggunakan biji yang disemaikan terlebih dahulu dengan cara disebarkan atau ditumbuhkan dalam bak pasir dengan sistem garis atau disebar rata (Susanti, 2006). Penelitian sebelumnya oleh Susanti et al. (2008) mengenai kolesom menunjukkan bahwa setek merupakan asal bibit yang menghasilkan biomassa tertinggi, dengan media tanah:arang sekam (3:1/v:v) dan pupuk dasar 5 ton/ha pupuk kandang ayam dengan menggunakan wadah tempat tanam berupa polybag. Berdasarkan hasil penelitian Mualim et al. (2009), bahan setek dapat diambil dari pohon induk kolesom yang telah berbunga. Setek batang sepanjang 6-7 cm diambil dari bagian tengah batang tua yang telah dibuang daun-daunnya. Penanaman dilakukan apabila bibit yang berasal dari setek batang telah berdaun 2 helai dan membuka sempurna (± 5–7 hari setelah semai). Pemeliharaan tanaman berupa penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Pencegahan serangan bakteri Pseudomonas sp. dapat dilakukan melalui penyemprotan bakterisida dan fungisida. Bakterisida yang digunakan berbahan aktif streptomisin sulfat 20% diberikan setiap satu minggu sekali dengan konsentrasi 1.67 g/l air, sedangkan fungisida yang diberikan berbahan aktif difenokonazol 250 g/l air diberikan setiap empat minggu sekali dengan konsentrasi 0.33 ml/l air. Pembungaan pada kolesom mulai terbentuk pada umur 4 MST. Kolesom yang lebih awal berbunga adalah kolesom yang berasal dari setek dan diberi pupuk kandang ayam 15 ton/ha. Pada umur 5 MST, seluruh tanaman kolesom telah berbunga. Bibit asal setek menghasilkan rata-rata tinggi, LTR dan LAB tanaman terbaik beturut-turut sebesar 136, 103, dan 112% lebih tinggi dibandingkan tinggi tanaman yang berasal dari bibit benih.
Namun untuk
pertumbuhan jumlah daun kolesom asal benih lebih tinggi 143% dibandingkan tanaman kolesom asal setek (Susanti et al., 2008).
5
Abu Sekam Sekam padi adalah bagian terluar dari bulir padi, yang merupakan hasil sampingan saat proses penggilingan padi dilakukan. Sekitar 20% dari bobot padi adalah sekam padi dan kurang lebih 15% dari komposisi sekam adalah abu sekam yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar (Harsono, 2002). Sutanto (2002) menambahkan bahwa sekam padi secara nyata mempengaruhi sifat kimia, fisik, dan biologi tanah. Penggunaan abu sekam pada lahan pertanian selain sebagai sumber silikat juga merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan oleh limbah pertanian di sekitar lokasi penggilingan padi dan sekaligus sebagai upaya pengembalian sisa panen ke areal pertanian. Pemberian abu sekam sebagai sumber silikat pada tanah Andisol dan Oxisol dapat melepaskan fosfor terjerap (Ilyas et al., 2000).
Pupuk Organik Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam Pementan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Senyawa atau unsur-unsur organik yang merupakan kandungan utama pupuk organik dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui proses dekomposisi di dalam tanah, sehingga cara aplikasi yang efektif pupuk organik adalah dengan memasukkannya ke dalam tanah (Marsono dan Sigit, 2001). Hanya saja penggunaan pupuk organik memerlukan jumlah yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan unsur hara dari suatu pertanaman, bersifat ruah baik dalam pengangkutan dan penggunaannya di lapangan serta kemungkinan akan menimbulkan kekahatan unsur hara apabila bahan organik yang diberikan belum cukup matang (Sutanto, 2002).
6
Pupuk organik mampu menggemburkan lapisan permukaan tanah, meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang menyebabkan kesuburan tanah meningkat (Yuliarti, 2009). Pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi atau ayam merupakan pupuk organik yang umum digunakan dan merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding bahan pembenah lainnya dalam pemupukan organik, tetapi hanya mampu memberikan unsur hara dalam jumlah terbatas (Sutanto, 2002).
Pupuk Kandang Sapi Pupuk kandang didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah (Hartatik dan Widowati, 2006). Tidak semua pupuk kandang sapi berasal dari kotoran murni, namun biasanya telah bercampur dengan sisa pakan, air kencing, dan alas ternak (jerami). Mutu pupuk kandang sapi yang benar harus memperhatikan keadaan alas kandang dan cara penyimpanannya, sehingga akan menentukan jumlah hara yang dapat digunakan tanaman (Atmojo, 2003). Pupuk kandang sapi mempunyai kadar serat yang tinggi. Berdasarkan hasil pengukuran parameter C/N rasio, pupuk kandang sapi memiliki C/N rasio lebih dari 40 (Hartatik dan Widowati, 2006). Tingginya kadar C dalam pupuk kandang sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Memaksimalkan penggunaan pupuk kandang sapi harus dilakukan pengomposan agar menjadi kompos pupuk kandang sapi dengan rasio C/N di bawah 20 (Simanungkalit et al., 2006) Menurut Sutedjo (1994), pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air dan lendir. Pupuk ini termasuk jenis pupuk yang proses penguraiannya berlangsung sangat lambat sehingga tidak terbentuk panas. Berdasarkan penelitian Indrasari dan Syukur (2006), pemberian pupuk kandang sapi sampai dengan 30 ton/ha masih meningkatkan kandungan bahan organik, Zn jaringan tanaman, berat segar maupun berat kering akar pada tanaman jagung.
7
Penelitian Harnani (2008) menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang sapi secara nyata meningkatkan jumlah daun dan buku tanaman cabe jawa. Jumlah daun dan jumlah buku meningkat secara kuadratik dengan pertambahan dosis pupuk kandang sapi. Dosis optimum pupuk kandang sapi untuk jumlah daun dan jumlah buku tanaman cabe jawa adalah 536 dan 531 g/10 kg tanah.
Guano Pupuk guano adalah pupuk yang berasal dari kotoran kelelawar dan sudah mengendap lama di dalam gua dan telah bercampur dengan tanah dan bakteri pengurai. Fosfat guano merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan sekresi kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batu gamping karena pengaruh air hujan dan air tanah. Berdasarkan tempatnya, endapan fosfat guano terdiri dari endapan permukaan dan bawah gua (Yusuf, 2010). Kandungan utama dari guano yakni unsur N dan P, namun ada pula guano yang mengandung unsur K (Yuliarti, 2009). Lebih tepatnya guano mengandung unsur N 2.09 %, P 10.43 %, K 0.07 %, Ca 26.72 %, Mg 0.98 %, dan S 0.02 % (Tabel Lampiran 5). Selain mengandung banyak nutrisi, guano juga berperan sebagai sumber dari berbagai bakteri yang berperan sebagai agen hayati untuk menekan terjadinya hama dan penyakit pada tanaman. Pupuk organik guano lama berada dalam tanah, meningkatkan produktivitas tanah dan menyediakan makanan bagi tanaman lebih lama daripada pupuk kimia buatan (Endrizal dan Bobihoe, 2000). Sekitar 1.000 gua di Indonesia diprediksi berpotensi sebagai tempat deposit guano, sehingga guano menjadi salah satu solusi atas masalah kelangkaan pupuk (Kristanto et al., 2009)
8
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2011.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah 640 setek kolesom (Gambar 1), arang sekam (2 ton/ha), pupuk kandang, guano (granul) dan abu sekam. Peralatan yang digunakan berupa bambu, timbangan, oven, penggaris, pisau, serta alat-alat pertanian.
Gambar 1. Bahan Setek Kolesom Siap Tanam
Metode Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor. Perlakuan yang diberikan yaitu pemupukan dengan kombinasi pupuk kandang, guano, dan abu sekam (Tabel 1). Dosis perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga didapatkan 15 unit percobaan.
9
Perlakuan pembanding ditanam di luar rancangan percobaan, yaitu perlakuan anorganik dengan dosis 100 kg/ha urea, 120 kg/ha SP-36, dan 100 kg/ha KCl sehingga total percobaan sebanyak 18 unit percobaan. Berikut dosis perlakuan yang digunakan : Tabel 1. Kombinasi Dosis Perlakuan Perlakuan
1
Dosis Guano2 (kg/ha) 27.6
Abu Sekam3 (ton/ha) 2.7
1
Pupuk Kandang Sapi (ton/ha) 1.8
2
2.7
55.2
4.1
3
3.6
82.9
5.5
4
4.5
110.5
6.8
5
5.3
138.1
8.2
1
Kandungan N 1.29 %. 2Kandungan P2O5 26.07 %. 3Kandungan K2O 1.10 %.
Dosis perlakuan kombinasi pupuk organik diperoleh dengan cara mengkonversi dari dosis perlakuan pupuk anorganik. Pupuk kandang sapi menggantikan pupuk urea, pupuk guano menggantikan pupuk SP-36 sedangkan abu sekam menggantikan KCl. Berikut dosis perlakuan pupuk anorganik yang menjadi acuan penggunaan dosis kombinasi pupuk organik : Tabel 2. Dosis Perlakuan Pupuk Anorganik (NPK)
1
Urea (kg/ha) 50
Dosis SP-362 (kg/ha) 40
KCl3 (kg/ha) 50
2
75
80
75
3
100
120
100
4
125
160
125
5
150
200
150
Perlakuan
1
1
Kandungan N 46 %. 2Kandungan P2O5 36 %. 3Kandungan K2O 60 %.
Model matematika yang digunakan untuk analisis statistik masing-masing percobaan dalam penelitian ini adalah :
10
Yij = µ + αi + βj + εij
(i = 1, 2, 3, 4, 5 ; j = 1, 2, 3)
Keterangan : Yij = Nilai pengamatan perlakuan pupuk organik ke-i dan kelompok ke-j µ = Rataan umum αi = Pengaruh perlakuan pemupukan organik ke-i βj = Pengaruh kelompok ke-j εij = Pengaruh galat percobaan perlakuan pemupukan organik ke-i, dan kelompok ke-j i
= 1, 2, 3, 4, dan 5 untuk perlakuan pemupukan organik
j
= 1, 2, dan 3 sebagai kelompok/ulangan
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan pada pengaruh yang berbeda nyata, dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5 % (Gomez and Gomez, 1995). Khusus untuk melihat perbandingan antara kontrol dengan ketiga perlakuan lainnya, setelah data dianalisis menggunakan sidik ragam, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Dunnett.
Pelaksanaan Percobaan Persiapan Lahan Lahan yang digunakan untuk penelitian, sebelumnya disiangi terlebih dahulu dari gulma-gulma yang tumbuh. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan adanya hama dan penyakit yang menyerang. Tanah digemburkan lalu dibuat petakan dengan ukuran 4 m x 4 m dengan jarak antar baris adalah 100 cm dan dalam baris adalah 50 cm mengacu pada Mualim et al. (2009), sehingga terdapat 32 tanaman/petak. Arang sekam yang digunakan sebanyak 2 ton/ha (3 kg/petak) diberikan dengan cara dilarik per baris tanam dilakukan 2 minggu sebelum tanaman dipindah ke lapang. Murbandono (1993) menjelaskan, bahwa arang sekam digunakan untuk meningkatkan suhu dan pH tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, dan mencegah pengaruh penyakit khususnya disebabkan oleh bakteri dan gulma.
11
Pemupukan Perlakuan pupuk organik yang diberikan yaitu kombinasi pupuk kandang sapi, guano, dan abu sekam dengan dosis setelah dikonversi yang dapat dilihat di Tabel 1.
Penanaman Penanaman setek kolesom dilakukan setelah dua minggu dari aplikasi abu sekam, guano dan pupuk kandang. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan waktu agar terjadi dekomposisi bahan organik. Sebelum ditanam, setek kolesom direndam dengan bakterisida yang mengandung bahan aktif streptomisin sulfat dengan konsentrasi 2 g/l air dan fungisida berbahan aktif mankozeb dengan konsentrasi 3 g/l air selama 10 detik. Perlakuan dilakukan sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.
Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman berupa penyiraman yang dilakukan pada saat diperlukan. Pengendalian penyakit dengan memberikan fungisida dan bakterisida diawal penanaman setek.
Pemanenan Panen destruktif dilakukan pada umur 2, 4, dan 6 MST. Kolesom yang dipanen sebanyak 1 tanaman per perlakuan dengan cara mencabut seluruh tanaman secara hati-hati untuk menjaga keutuhan tanaman.
Pengamatan Komponen-komponen pengamatan yang dilakukan dibagi menjadi komponen pertumbuhan dan produksi. Komponen pertumbuhan terdiri atas: 1. Tinggi tanaman (cm) Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap minggu, mulai dari 2 sampai 6 MST dengan cara mengukur tanaman dari bagian tanaman di atas tanah sampai ujung titik tumbuh tertinggi.
12
2. Jumlah cabang Data jumlah cabang diperoleh dengan menghitung jumlah cabang yang tumbuh pada batang utama. 3. Lebar tajuk Lebar tajuk diukur menggunakan meteran lalu mencatat angka yang ditunjukkan meteran sebagai diameter tajuk. 4. Rasio bobot tajuk/akar Rasio bobot tajuk/akar didapatkan dari hasil pembagian bobot kering tajuk dengan bobot kering akar yang dilakukan pada 2, 4, dan 6 MST. 5. Rata-rata laju tumbuh relatif (Relative Growth Rate/LTR) yang diukur pada 2, 4, dan 6 MST. LTR adalah peningkatan bobot kering dalam kurun waktu tertentu. Perhitungan LTR dilakukan dengan rumus berikut
𝐋𝐓𝐑 =
𝐥𝐧 𝐖𝟐 − 𝐥𝐧 𝐖𝟏 𝐭𝟐− 𝐭𝟏
(g/hari)
Keterangan: W1 = bobot kering tanaman pada waktu t1 W2 = bobot kering tanaman pada t2 Pengukuran LTR dilakukan dengan mendestruksi atau mencabut satu tanaman di luar tanaman contoh per petak. 6. Rata-rata laju asimilasi bersih (Net Assimilation Rate/LAB). LAB merupakan hasil bersih dari hasil asimilasi per satuan luas daun dan waktu. Laju rata-rata asimilasi bersih dihitung dengan rumus sebagai berikut
𝐋𝐀𝐁 =
𝐖𝟐 − 𝐖𝟏 𝐥𝐧 𝐀 𝟐 − 𝐥𝐧 𝐀 𝟏 𝐠 𝐗 ( 𝟐 /𝐡𝐚𝐫𝐢) 𝐀𝟐 − 𝐀𝟏 𝐭𝟐 − 𝐭𝟏 𝐜𝐦
Keterangan: W1= bobot kering tanaman pada waktu t1 W2= bobot kering tanaman pada waktu t2 A1= luas daun total pada waktu t1 A2= luas daun total pada waktu t2
13
7. Bobot pucuk layak jual Pucuk yang layak untuk dijual diukur sesuai kriteria pemanenan yaitu 15 cm dari ujung daun kolesom yang ditegakkan. Setelah itu ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. 8. Bobot basah dan kering akar Perhitungan bobot basah dan kering dilakukan pada umur 2, 4, dan 6 MST. Bobot basah ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, sedangkan bobot kering ditimbang setelah akar dioven pada suhu 105oC selama 2 hari. 9. Bobot basah dan kering batang Perhitungan bobot basah dan kering batang dilakukan pada umur 2, 4, dan 6 MST. Bobot basah ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, sedangkan bobot kering ditimbang setelah batang dioven pada suhu 105oC selama 2 hari. 10. Bobot basah dan kering daun Perhitungan bobot basah dan kering batang dilakukan pada umur 2, 4, dan 6 MST. Bobot basah ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, sedangkan bobot kering ditimbang setelah daun dioven pada suhu 105oC selama 2 hari. 11. Bobot basah dan kering tajuk Perhitungan bobot basah dan kering batang dilakukan pada umur 2, 4, dan 6 MST. Bobot basah ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, sedangkan bobot kering ditimbang setelah tajuk dioven pada suhu 105oC selama 2 hari.
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa pH H2O tanah termasuk masam dengan nilai 4.6 dan pH KCl tergolong sangat masam dengan nilai 4.1. Rasio perbandingan C/N termasuk sedang yaitu 15. Kapasitas Tukar Kation (KTK) menunjukkan nilai rendah dengan nilai sebesar 8.97 Cmol(+)/kg. Kejenuhan basa yang terkandung pada tanah sebesar 57% sehingga tergolong tinggi. Tekstur tanah termasuk liat dengan komposisi pasir 19%, debu 13%, dan liat 68%. Persiapan penelitian dan penelitian berlangsung dari bulan Februari sampai dengan pertengahan bulan Mei 2011. Selama penelitian berlangsung curah hujan sebesar 6.5 mm/hari sedangkan suhu rata-rata sebesar 25.8 oC dengan intensitas penyinaran sebesar 302 cal/cm2/menit (Gambar 2).
Hal ini
menunjukkan intensitas curah hujan yang cukup tinggi sehingga kelembaban pun tinggi dan menyebabkan tanaman mengalami serangan Psedoumonas sp. Tindakan pencegahan serangan bakteri dengan melakukan perendaman stek batang dengan bakterisida yang mengandung bahan aktif streptomisin sulfat dengan konsentrasi 2 g/l air dan fungisida berbahan aktif mankozeb dengan konsentrasi 3 g/l air selama 10 detik. Bagian dalam batang tanaman yang mengalami serangan bakteri menunjukkan warna kemerah-merahan. Lambat laun akan mengalami kematian yang juga membuat bentuk daun menggulung ke dalam (Gambar 3). Pencegahan penyebaran penyakit pada tanaman dilakukan dengan cara membuang tanaman yang terkena penyakit.
15
Suhu Rata-rata (oC)
26,5 26 25,5 25 24,5 1
2
3 4 5 6 Minggu setelah tanam (MST)
7
8
(a) 18,0 Curah hujan (mm/hari)
16,0 14,0 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 1
2
3
4
5
6
7
8
Minggu setelah tanam (MST)
Intensitas Penyinaran(cal/cm2/menit)
(b) 400 350 300 250 200 150 100 50 0 1
2
3
4
5
6
7
8
Minggu setelah tanam (MST)
(c) Gambar 2.
(a) Suhu Rata-Rata, (b) Curah Hujan, dan (c) Intensitas Penyinaran Selama Penelitian
16
Gambar 3. Tanaman yang Terserang Psedoumonas sp Gulma yang banyak ditemui di lapangan pada saat penelitian diantaranya Cynodon dactylon dan Axonopus compresus. Penanggulangan gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di area penanaman. Penyulaman dilakukan pada saat pembibitan langsung di lapang dengan cara mencabut tanaman yang mati dan menggantinya dengan tanaman kolesom yang ditanam di luar petak percobaan. Pembungaan awal terjadi pada umur 3 MST dan pembungaan 75% terjadi pada saat tanaman berumur 4 MST.
17
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Rekapitulasi Sidik Ragam dapat dilihat pada Tabel 3. Pupuk organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 3, 4 MST dan lebar tajuk pada 3 MST. Komponen produksi berpengaruh nyata diumur 6 MST terhadap bobot basah batang dan pucuk layak jual.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Pertumbuhan dan Produksi Peubah
Umur (MST) 2 4 6 2 3 4 5 6 2 3 4 5 6 2 3 4 5 6 2-4 4-6 2-4 4-6
Pemupukan tn tn tn tn tn * * tn tn * tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn
2 4 6
tn tn tn
17.16 34.77 17.51
Bobot Basah Akar
2 4 6
tn tn tn
31.39 33.98 20.20
Bobot Basah Tajuk
2 4 6
tn tn tn
33.96 18.19 19.16
2 4 6
tn tn *
30.40 20.01 23.23
2 4
tn tn
31.26 21.47
Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar Tinggi Tanaman
Lebar Tajuk
Jumlah Cabang
Laju Tumbuh Relatif Laju Asimilasi Bersih Bobot Basah Daun
Bobot Basah Batang
Bobot Basah Pucuk Layak Jual
Koefisien Keragaman (%) 28.67 1 19.11 1 24.75 11.61 6.18 4.14 4.58 6.41 10.08 5.36 7.66 9.72 10.08 18.12 15.18 22.85 20.41 18.12 27.05 1 4.94 2 33.91 1 13.14 1 2
1
1 1
1
Keterangan: (tn) Tidak berbeda nyata; ( ) hasil transformasi 𝑥; ( )hasil trasformasi 𝑥 + 0.5. 1
2
18
Peubah Pengamatan
Umur (MST) 6
Pemupukan *
2 4 6 2 4 6 2 4 6 2 4 6 2 4 6
tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn
Bobot Kering Daun
Bobot Kering Akar
Bobot Kering Tajuk
Bobot kering Batang
Bobot kering Pucuk Layak Jual
Koefisien Keragaman (%) 15.90 27.02 20.23 27.01 33.23 24.35 23.81 34.19 18.80 24.18 21.27 18.12 13.08 26.28 30.15 28.96
1
1 1
1
1 1
Keterangan: (tn) Tidak berbeda nyata; (1) hasil transformasi 𝑥; (2)hasil trasformasi 𝑥 + 0.5.
Pengaruh Pupuk Organik terhadap Komponen Pertumbuhan Kolesom Tinggi Tanaman Perlakuan kombinasi pupuk organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan lebar tajuk, sedangkan pada peubah rasio bobot kering tajuk/akar, jumlah cabang, laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih kombinasi pemupukan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata. Secara keseluruhan tanaman kolesom mengalami peningkatan tinggi selama penelitian. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman menunjukkan beda nyata tertinggi pada umur 4 dan 5 MST. Perlakuan
5.3 ton/ha pupuk
kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam memiliki nilai rata-rata nyata tertinggi berturut-turut sebesar 11.45, 11.95, 12.32, dan 10.85% dibandingkan dengan perlakuan lain selama pengamatan berlangsung kecuali pada umur 2 MST. Berdasarkan uji Dunnett pada umur 4 dan 5 MST perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam tinggi tanaman menunjukkan nyata tertinggi sebesar 15.59 dan 18.03% dibanding kontrol. Hal ini karena tinggi tanaman meningkat dengan semakin banyaknya dosis pemupukan yang diberikan.
19
Tabel 4. Tinggi Tanaman Setiap Minggu Umur 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST
Perlakuan 3 4
1
2
5
Kontrol
24.79
27.81
24.89
28.98
26.33
24.90
31.41
35.07
33.67
35.50
37.71
34.53
40.49c
43.09bc
43.14bc
44.60b
47.89a+
41.43
47.41b
48.93b
49.25b
49.81b
54.85a+
46.47
49.52 53.12a 53.17 56.57 58.73 50.67 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.
Jumlah Cabang Jumlah cabang tertinggi ditunjukkan pada perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam untuk setiap minggunya kecuali pada umur 4 MST mengalami penurunan. Umur 3 MST semua perlakuan yang mengalami penurunan kecuali perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam yang mengalami kenaikan dan menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Walaupun secara statistik peubah jumlah cabang tanaman menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Jumlah cabang mempengaruhi produksi daun, semakin banyak cabang maka semakin banyak daun yang diproduksi dan juga akan berpengaruh terhadap Laju Asimilasi Bersih (LAB) tanaman. Jumlah cabang tanaman mengalami peningkatan pada umur 4-5 MST. Akan tetapi terjadi penurunan dibeberapa perlakuan sebesar 5.38 % pada umur 2-3, 3-4, dan 5-6 MST. Penurunan jumlah cabang diduga karena adanya pembungaan dan pembentukan umbi yang terjadi pada tanaman, sehingga unsur hara yang terserap dialokasikan untuk pembentukan bunga dan umbi.
20
Tabel 5. Jumlah Cabang Tanaman Setiap Minggu Umur Tanaman 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Rata-Rata
1 6.33 6.00 5.67 6.67 6.33
Perlakuan 3 4 6.67 7.33 7.00 7.00 6.00 6.33 6.67 6.67 6.67 7.33
2 5.00 4.67 5.33 4.00 5.00
5 6.33 6.00 5.33 6.67 6.33
Kontrol 5.67 5.67 5.67 5.33 5.00
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.
Lebar Tajuk Lebar tajuk tanaman mengalami pertumbuhan maksimal di minggu ke-5. Kombinasi pupuk organik memberikan pengaruh nyata terhadap lebar tajuk tanaman di umur 3 MST pada perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tanaman kolesom setelah umur 5 MST serentak mengalami penurunan lebar tajuk tanaman, hal ini dimungkinkan adanya perbahan tanaman yang diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi (Lampiran 1).
Tabel 6. Lebar Tajuk Tanaman Setiap Minggu Umur Tanaman 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Rata-Rata
Perlakuan 1 30.15 36.89b 50.44 52.38 30.15
2 30.69 40.67ab 52.64 62.81 30.69
3 34.12 43.57a 54.75 58.95 34.12
4 31.87 42.65a 52.76 56.82 31.87
5 34.14 44.03a 57.53 60.93 34.14
Kontrol 32.59 41.29 58.29 63.24 63.32
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.
21
Laju Asimilasi Bersih (LAB) Pada penelitian ini tidak ada pengaruh nyata antara kombinasi pupuk organik yang diberikan terhadap LAB dan LTR. Akan tetapi LAB mengalami penurunan di minggu 4-6 MST (Gambar 4). Laju asimilasi bersih kontrol menunjukkan nilai paling tinggi di usia 2-4 MST. Hal ini diduga bahwa penyediaan unsur hara oleh pupuk anorganik lebih cepat tersedia. Pada minggu 46 MST kombinasi pupuk organik menunjukkan peningkatan dan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Penyediaan hara pupuk organik lebih lambat (slow release) bagi tanaman karena melalui berbagai proses perubahan terlebih dahulu (Yuliarti, 2009). 1,2 1
Kontrol 2-4 MST
1 0,8 0,58
0,6 0,4
0,72
0,7
0,34
0,58 0,36
0,32
Kontrol 4-6 MST 0,33 0,33
0,2 0 1
2
3 2-4 MST
4
5
4-6 MST
Gambar 4. Laju Asimilasi Bersih (g/cm2/hari)
Laju Tumbuh Relatif (LTR) LTR berfungsi untuk mengukur kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering per satuan bahan kering awal (Sitompul dan Guritno, 1995). Pemberian kombinasi pupuk menunjukkan hasil LTR yang berbeda-beda sesuai dengan dosis yang diberikan (Gambar 4). Nilai LTR terendah dimiliki oleh perlakuan 1.8 ton/ha pupuk kandang sapi + 27.6 kg/ha guano + 2.7 ton/ha abu sekam diminggu 2-4 dan 4-6 MST. Penurunan nilai LTR terjadi pada semua perlakuan diminggu 4-6 MST.
22
Memperkuat penelitian Susanti et al. (2008), pemberian kandungan hara yang berbeda pada tanaman menyebabkan perbedaan nilai LTR yang dihasilkan.
0,1 0,09 0,08 0,07 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0,01 0
0,09
Kontrol 2-4 MST
0,08 0,07
0,07
0,05 0,04
0,04 0,03
0,02
1
0,02
2
Kontrol 4-6 MST
3 2-4 MST
4
5
4-6 MST
Gambar 4. Laju Tumbuh Relatif (g/hari)
Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar Pemberian perlakuan kombinasi pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap rasio bobot kering tajuk/akar. Namun dengan demikian pada beberapa perlakuan rasio bobot kering tajuk/akar mengalami kenaikan kecuali pada perlakuan 2.7 ton/ha pupuk kandang sapi + 55.2 kg/ha guano + 4.1 ton/ha abu sekam dan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam. Pada umur 4 MST rasio bobot kering tajuk/akar menunjukkan rasio tertinggi di perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam, hal ini menunjukkan bahwa penyerapan unsur hara optimum digunakan oleh tajuk dibandingkan penyerapan oleh akar. Tanaman yang mempunyai nisbah tajuk/akar yang tinggi dengan produksi biomassa total yang besar pada tanah yang subur secara tidak langsung menunjukkan bahwa akar yang relatif sedikit cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang relatif besar dalam penyediaan air dan unsur hara (Sitompul dan Guritno, 1995).
23
Tabel 7. Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar pada 2, 4 dan 6 MST Umur Tanaman 2 MST 4 MST 6 MST Rata-Rata
1 11.35 14.44 20.52 15.44
2 17.98 11.92 18.35 16.08
Perlakuan 3 4 14.76 14.46 15.19 9.39 15.89 16.88 15.28 13.58
5 11.84 14.78 16.89 14.50
Kontrol 13.75 14.80 21.99 16.85
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.
Pengaruh Pupuk Organik terhadap Produksi Kolesom Bobot Pucuk Layak Jual Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot pucuk layak jual mengalami penambahan di setiap minggunya, kecuali perlakuan 1.8 ton/ha pupuk kandang sapi + 27.6 kg/ha guano + 2.7 ton/ha abu sekam, perlakuan 2.7 ton/ha pupuk kandang sapi + 55.2 kg/ha guano + 4.1 ton/ha abu sekam dan perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam yang mengalami penurunan bobot di minggu ke-6. Perlakuan pemberian kombinasi pupuk pada perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam di umur 6 MST berpengaruh nyata 34.55% lebih tinggi dibanding perlakuan kontrol dan 179.54% lebih tinggi dibandingkan dengan nilai terendah. Meskipun berdasarkan uji lanjut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Tabel 8. Bobot Pucuk Layak Jual pada 2, 4, dan 6 MST Umur Tanaman 2 MST 4 MST 6 MST Total
Perlakuan 1 69.46 130.74 70.38b 270.58
2 52.74 120.98 94.10b 267.83
3 56.30 224.10 108.34b 388.74
4 69.56 110.52 130.64ab 310.71
5 87.47 122.06 196.74a 406.27
Kontrol 52.52 103.91 146.22 302.65
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.
24
Bobot Basah dan Kering Batang Produksi bobot basah batang (Tabel 9) di umur 6 MST pada perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam memberikan hasil berpengaruh 73.86% lebih tinggi dibandingkan dengan nilai terendah yaitu perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam. Uji lanjut terhadap produksi bobot basah; akar, daun, dan tajuk serta bobot kering; akar, batang, daun, dan tajuk menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata, namun pada beberapa peubah perlakuan 18.4 ton/ha pupuk kandang + 378 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam menunjukkan hasil tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
Tabel 9. Bobot Basah dan Kering Batang pada 2, 4, dan 6 MST Perlakuan Umur Tanaman 1 2 3 4 5 Kontrol ……………..………….. Bobot Basah Batang …………………………….. 2 MST 25.58 22.19 18.41 22.43 30.28 23.51 4 MST 39.63 44.86 37.90 35.69 44.35 47.44 6 MST 26.75b 26.57b 25.52b 46.51a 45.84a 31.68 ……………..………….. Bobot Kering Batang …………………………….. 2 MST 2.56 2.33 1.84 2.23 2.13 2.86 4 MST 6.33 4.37 3.98 4.13 5.51 4.04 6 MST 3.87 4.41 4.55 5.14 4.30 4.26 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.
Bobot Basah dan Kering Akar Produksi bobot basah akar bertambah pada umur 2 sampai 4 MST di setiap perlakuan kombinasi pupuk organik dan serentak mengalami penurunan di umur 6 MST. Hanya perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam yang terus bertambah hingga 6 MST. Bobot kering akar yang dihasilkan tidak menunjukkan pola yang sama dengan bobot basah akar, karena kadar air yang dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah pupuk yang diberikan.
25
Perlakuan 1.8 ton/ha pupuk kandang sapi + 27.6 kg/ha guano + 2.7 ton/ha abu sekam dan 2.7 ton/ha pupuk kandang sapi + 55.2 kg/ha guano + 4.1 ton/ha abu sekam mengalami penurunan bobot kering akar di umur 6 MST, sedangkan perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam, perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam, perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam mengalami kenaikan bobot kering akar berturut-turut 47.34, 12.19, dan 11.11 %.
Tabel 10. Bobot Basah dan Kering Akar pada 2, 4, dan 6 MST Perlakuan Umur Tanaman 1 2 3 4 5 Kontrol ……………..………….. Bobot Basah Akar …………………………….. 2 MST 2.56 2.33 1.84 2.23 2.44 2.54 4 MST 4.04 5.51 4.63 3.98 4.38 6.33 6 MST 3.87 4.41 4.04 5.14 4.28 4.26 ……………..………….. Bobot Kering Akar …………………………….. 2 MST 4 MST 6 MST
0.85 1.66 1.63
0.60 3.00 1.94
0.51 1.88 2.77
0.65 2.05 2.30
0.88 2.34 2.60
0.63 2.14 2.11
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.
Bobot Basah Daun dan Tajuk Bobot basah daun dan tajuk mengalami kenaikan pada minggu ke-4 dan mengalami penurunan pada minggu ke-6. Hanya saja pada perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam bobot basah dan dan tajuk terus bertambah dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Produksi total bobot basah daun tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam, akan tetapi sebenarnya pada perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam memiliki nilai yang mendekati perlakuan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano
26
+ 5.5 ton/ha abu sekam untuk memproduksi bobot daun sudah dapat menggantikan pemberian pupuk anorganik pada kontrol. Produksi total bobot basah tajuk juga menunjukkan hal yang serupa, bahkan dengan menggunakan perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam sudah dapat meningkatkan 6.98% produksi total bobot basah tajuk dibandingkan kontol.
Tabel 11. Bobot Basah Daun dan Tajuk pada 2, 4, dan 6 MST Perlakuan Umur Tanaman 1 2 3 4 5 Kontrol ……………..………….. Bobot Basah Daun …………………………….. 2 MST 38.42 34.00 48.98 78.70 37.11 40.12 4 MST 218.05 229.67 252.19 209.19 266.56 230.42 6 MST 124.91 140.42 166.26 208.89 296.99 205.61 Total 381.38b 404.10b 467.43b 496.78ab 600.66a 476.15 ……………..………….. Bobot Basah Tajuk …………………………….. 2 MST 155.41 95.73 109.00 131.18 211.59 94.31 4 MST 460.30 520.80 547.90 464.90 596.50 515.10 6 MST 296.20 343.70 430.40 498.10 702.20 402.00 Total 911.80 960.30 1087.30 1094.20 1510.30 1011.40 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.
Bobot Kering Daun dan Tajuk Bobot kering yang dihasilkan umumnya mengalami peningkatan di minggu ke-4 dan ke-6. Hasil tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam yaitu sebesar 31.87 % untuk bobot kering akar dan perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam sebesar 20.65 % untuk bobot kering batang masing-masing pada minggu ke-6. Kenaikan bobot kering daun yang ditunjukkan pada minggu ke-6 tidak terlalu signifikan. Hal ini mendukung penelitian Susanti (2006) bahwa produksi bobot kering daun dipengaruhi oleh laju asimilasi bersih yang pada penelitian ini menunjukkan penurunan.
27
Tabel 13. Bobot Kering Daun dan Tajuk Perlakuan Umur Tanaman 1 2 3 4 5 Kontrol ……………..………….. Bobot Kering Daun …………………………….. 2 MST 5.55 4.21 4.96 4.89 6.18 4.78 4 MST 13.91 12.65 14.53 11.12 14.52 14.94 6 MST 11.00 13.00 14.65 12.51 15.18 18.05 ……………..………….. Bobot Kering Tajuk …………………………….. 2 MST 8.67 6.28 7.52 8.06 9.46 7.52 4 MST 22.51 27.93 29.33 19.20 31.90 31.23 6 MST 32.22 34.79 44.13 38.82 42.72 42.56 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.
Pembahasan Pertumbuhan
adalah
proses
dalam
kehidupan
tanaman
yang
mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang menentukan hasil tanaman. Pertambahan ukuran tumbuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari pertambahan ukuran bagian-bagian (organorgan) tanaman akibat dari pertambahan jaringan sel yang dihasilkan oleh pertumbuhan sel (Sitompul dan Guritno, 1995). Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan hara tanah yang dapat dipenuhi melalui pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk anorganik (kimiawi) ataupun pupuk organik. Penelitian sebelumnya mengenai budidaya kolesom, menggunakan beberapa macam pupuk anorganik dan cara penggunaannya. Pada penelitian ini menggunakan perlakuan kombinasi pupuk organik yang menunjukkan hasil, bahwa pemberian kombinasi pupuk organik memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, lebar tajuk tanaman, bobot pucuk layak jual, dan bobot basah batang tanaman. Secara keseluruhan pertumbuhan dan produksi kolesom menunjukkan nilai yang lebih baik seiring dengan penambahan dosis kombinasi pupuk organik yang diberikan. Pada tinggi tanaman menunjukkan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dengan dosis 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam menghasilkan tinggi tanaman yang tertinggi dibandingkan
28
dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Penurunan lebar tajuk dialami oleh hampir setiap perlakuan pada umur 6 MST. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan lebar tajuk maksimal terjadi di minggu ke-5. Pada minggu ke-5 mulai adanya pembentukan umbi sehingga terjadi pengalokasian asimilat hara ke bagian tanaman yang berperan sebagai sink (umbi). Laju Asimlasi Bersih berkaitan erat dengan banyaknya jumlah klorofil yang dikandung oleh tanaman sehingga dapat meningkatkan produk hasil fotosintesis (Loveless, 1991). Pada penelitian ini, LAB yang dihasilkan oleh seluruh perlakuan kombinasi pupuk organik cenderung rendah di 2-4 MST. Akan tetapi mengalami peningkatan dan berada di atas kontrol di 4-6 MST. Ini diduga karena faktor dari penyediaan pupuk organik membutuhkan waktu yang lama untuk bisa menyediakan hara bagi tanaman. Sutanto (2002) menyatakan nitrogen dan unsur hara lain yang dikandung pupuk organk dilepaskan secara perlahanlahan. Penggunaan secara berkesinambungan akan banyak membantu dalam membangun kesuburan tanah, terutama apabila dilaksanakan dalam waktu panjang. Rasio bobot kering tajuk/akar rata-rata mengalami kenaikan pada setiap minggu. Rasio bobot kering tajuk/akar yang tinggi menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman lebih besar kearah tajuk. Pertumbuhan ujung yang baru dirangsang oleh N, merupakan tempat pemanfaatan hasil asimilasi yang lebih kuat dibandingkan dengan akar. Pertumbuhan ujung lebih digalakkan apabila tersedia N dan air yang banyak sedangkan pertumbuhan akar lebih digalakkan apabila faktor-faktor N dan air menjadi terbatas (Gardner et al., 1991). Pemanenan destruktif berkala dilakukan pada 2, 4, dan 6 MST. Produksi bobot basah daun pada minggu 4 dan 6 MST dan total bobot basah daun tertinggi dihasilkan oleh perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam. Namun sebenarnya pada perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam nilai total bobot basah daun sudah menunjukkan hasil (467.43) yang mendekati kontrol (476.15). Sehingga dapat diketahui bahwa penggunaan perlakuan kombinasi pupuk 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam dapat menggantikan penggunaan pupuk anorganik (kontrol).
29
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Pemberian kombinasi pupuk organik perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam dapat meningkatkan produksi bobot pucuk layak jual sampai 25.67% dari perlakuan kontrol (pupuk anorganik) dan 179.54% dari nilai terendah pada perlakuan 1.8 ton/ha pupuk kandang sapi + 27.6 kg/ha guano + 2.7 ton/ha abu sekam. Pupuk anorganik dapat digantikan oleh pemberian kombinasi pupuk organik dengan dosis 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam, hal ini dilihat dari produksi total pucuk kolesom organik yang menunjukkan nilai mendekati produksi pucuk total kolesom anorganik.
Saran Peningkatan produksi pada tanaman kolesom dapat menggunakan kombinasi pupuk organik untuk menggantikan penggunaan pupuk anorganik.
30
DAFTAR PUSTAKA Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Anna, I. W. 2010. Produksi Pucuk Kolesom (Tallinum triangulare (Jacq.) Willd.) Pada Berbagai Interval Panen dan Frekuensi Pemupukan. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 41 hal. Djauhariya E., dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya. Depok. 128 hal. Endrizal dan J. Bobihoe. 2000. Efisiensi Penggunaan Pupuk Ntrogen dengan Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Padi Sawah. http://bp2tp.litbang.deptan.go.id. [23 November 2011]. Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mithcell. 1991. Physiology of Crop Plants (Fisiologi Tanaman Budidaya, alih bahasa Herawati Susilo). UI-Press. Jakarta. 418 hal. Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian (diterjemahkan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research, penerjemah: E. Sjamsudin dan J.S. Baharsjah). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 698 hal. Hargono, D. 2005. Menambah energi tubuh dengan bahan alami. Herba 35:18-21. Harjadi, S. S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 197 hal. Harnani. 2008. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) Organik. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 40 hal. Harsono, H. 2002. Pembuatan silika amorf dari limbah sekam padi. Jurnal Ilmu Dasar 3 (2):98-103. Hartatik, W. dan L.R., Widowati. 2006. Pupuk Kandang, hal 59-82. Dalam R. D. M. Simanungkalit, D. A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W. Hartatik (Eds). Pupuk Kandang. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati (Organic Fertilizer and Biofertilizer). Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hernani, Logawa B, Yusmartiana. 2001. Analisis kimia akar kolesom (Talinum triangulare) secara kualitatif. Prosiding Seminar Nasional XIX Tumbuhan
31
Obat Indonesia; Bogor, 4-5 April 2001. Jakarta: Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. hlm 299-304. Ilyas, S. dan Sugeng P. 2000. Analisis pemberian limbah pertanian abu sekam sebagai sumber silikat pada andisol dan oxisol terhadap pelepasan fosfor terjerap dengan teknik perunut 32p. Risalah Pertemuan Ilmiah Penulisan dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi. Indrasari, A. dan A. Syukur. 2006. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan unsur hara mikro terhadap pertumbuhan jagung pada ultisol yang dikapur. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6(2):116-238. Kristanto, B.A., R. Kurniantono, dan D.W. Widjajanto. 2009. Karakteristik Fotosintesis Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) dengan Aplikasi Pupuk Organik Guano. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Loveless, AR. 1991. Prinsif-Prinsif Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal. Mualim, L., S.A. Aziz, dan M. Melati. 2009. Kajian pemupukan NPK dan jarak tanam pada produksi antosianin daun kolesom. Bul. Agron. 37(1):55-61. Mualim, S. 2010. Respon Pertumbuhan Kolesom terhadap Pemupukan P. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 36 hal. Murbandono, H.S.L. 1993. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 44 hal. Pieters, A.J., W. Tezara, and A. Herrera. 2003. Operation of the xanthophylls cycle and degradation of D1 protein in the inducible CAM plant, Talinum triangulare, under water deficit. Annals of Botany 92:393-399. Rifai, M.A. 1994. Talinum triangulare (Jacq.) Willd. In: Siemonsma, J.S. & Kasem Piluek (Eds). Plant Resources of South-East Asia No 8. Vegetables. Pudoc Scientific Publishers, Wageningen. Netherlands. P. 268-269. Santa, I.G.P. dan S.B. Prajogo. 1999. Studi Taksonomi Talinum paniculatum Gaertn. dan Talinum triangulare Willd. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 5(4):9-10. Simanungkalit, R.D.M., D.A. Suradikarta, R. Saraswati, D. Setyorini dan W. Hartatik. 2006. Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 10 hal.
32
Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 367 hal. Susanti, H. 2006. Produksi Biomassa dan Bahan Bioaktif Kolesom (Talinum triangulare) pada Berbagai Asal Bibit, Dosis Pupuk Kandang Ayam dan Komposisi Media Tanam. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Susanti, H., S.A. Aziz, dan M. Melati. 2008. Produksi biomassa dan bahan aktif kolesom (Talinum triangulare (jacq) Willd) dari berbagai asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam. Bul. Agron. 36(1):48-55. Suriadikarta, D.A. dan R.D.M., Simanungkalit. 2006. Pendahuluan, hal 1-10. Dalam R. D. M. Simanungkalit, D. A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W. Hartatik (Eds). Pupuk Kandang. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati (Organic Fertilizer and Biofertilizer). Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sutanto, R. 2002. Penerapan pertanian organik: pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta. 219 hal.
pemasyarakatan
dan
Sutedjo, M. M. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Putra. Jakarta. 176 hal. Syukur, C dan Hernani. 2002. Budi Daya Tanaman Obat Komersil. Penebar Swadaya. Jakarta. 136 hal. Tondok, E.T. 2006. Pemanfaatan Agens Biokontrol dan Filtrat Guano untuk Menekan Penyakit Busuk Phomopsis pada Terong. Laporan Kegiatan. LPPM, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 9 hal. Wahyuni, S. dan E. Hadipoentyanti. 1999. Karakteristik Talinum paniculatum Gaertn. dan Talinum triangulare Willd. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 5:5-6. Yuliarti, N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Lily Publisher. Yogyakarta. 70 hal. Yusuf, A.F. 2010. Potensi guano phosphate Madura. http://guanophospat.blogspot.com/2010/10/potensi-guano-phosphatemadura.html#more. [14 Maret 2011].
33
LAMPIRAN
34
Lampiran 1. Data Iklim Bulan Maret sampai Mei 2011 Temperatur (oC)
Curah Bulan
Intensitas
Hujan
Rata-
Penyinaran
(mm)
Rata
Minimal
Maksimal
(cal/cm2/menit)
Maret 2011
140.0
25.7
23.8
27.0
8687
April 2011
278.4
25.9
25.0
26.9
9509
Mei 2011
361.7
26.1
23.0
32.0
9293
Sumber: Stasiun Klimatologi, Darmaga
Lampiran 2. Kriteria Sifat Fisik Kimia Tanah Sifat Tanah
Rendah
Sedang
C (%)
Sangat Rendah <1
1-2
2-3
3-5
Sangat Tinggi >5
N (%)
<0.1
0.1-0.2
0.21-0.5
0.51-0.75
>0.75
<5
5-10
11-15
16-25
>25
P2O5 HCl 25% (me/100g)
<15
15-20
21-40
41-60
>60
K2O HCl 25% (me/100g)
<10
10-20
21-40
41-60
>60
<5
5-16
17-24
25-40
>40
6-10
11-20
<20
C/N
KTK (me/100g) Ca (me/100g)
Susunan Kation <2 2-5
Tinggi
Mg (me/100g)
<0.3
0.4-1
1.1-2
2.1-8.0
>8
K (me/100g)
<0.1
0.1-0.3
0.4-0.5
0.6-1.0
>1
Na (me/100g)
<0.1
0.1-0.3
0.4-0.7
0.8-1.0
>1
KB (%)
<20
20-40
41-60
61-80
>80
pH H2O Sangat Masam
Masam
<4.5
4.5-5.5
Agak Masam 5.5-6.5
Netral 6.6-7.5
Agak Alkalis 7.6-8.5
Alkalis >8.5
35
Lampiran 3. Hasil Analisis Tanah No 1
Sifat Fisik Kimia Tanah pH H2O
Hasil Analisis 4.60
No 10
Sifat Fisik Kimia Tanah K (me/100g)
Hasil Analisis 0.10
2
pH KCl
4.10
11
Na (me/100g)
0.12
3
C-Organik (%)
2.14
12
KTK (me/100g)
8.97
4
N-Organik (%)
0.14
13
KB (%)
5
C/N
15.00
14
Al (me/100g)
0.69
6
P Bray (ppm)
56.10
15
H (me/100g)
0.26
7 8
P HCl 25% (ppm) Ca (me/100g)
134.00 3.48
16 17
Pasir (%) Debu (%)
19.00 13.00
9
Mg (me/100g)
1.41
18
Liat (%)
68.00
57.00
Lampiran 4. Hasil Analisis Kandungan Pupuk Kandang Sapi No
Kandungan
1
pH
2
Kadar Air (%)
3
Hasil Analisis 8.30
No
Kandungan
Hasil Analisis 0.01
6
NO3-Organik (%)
73.11
7
N-Total (%)
C-Organik (%)
11.21
8
C/N
4
N-Organik (%)
0.39
9
P2O5 (%)
0.24
5
NH4-Organik (%)
0.06
10
K2O (%)
0.29
0.46 25.00
36
Lampiran 5. Hasil Analisis Kandungan Pupuk Guano No
Kandungan
Jumlah
No
Kandungan
Jumlah
1
pH
8.45
7
N-Total (%)
2.09
2
Kadar Air (%)
8.69
8
P2O5 (%)
10.43
3
C-Organik (%)
0.12
9
K2O (%)
0.07
4
N-Organik (%)
1.90
10
CaO (%)
26.72
5
N-NH4 (%)
0.19
11
MgO (%)
0.98
6
N-NO3 (%)
0.00
12
S (%)
0.02
Lampiran 6. Hasil Analisis Kandungan Abu Sekam No
Kandungan
1
pH
2
Jumlah
No
Kandungan
Jumlah
8.90
6
NO3-Organik (%)
0.03
Kadar Air (%)
15.93
7
N-Total (%)
0.16
3
C-Organik (%)
1.87
8
C/N
4
N-Organik (%)
0.09
9
P2O5 (%)
0.26
5
NH4-Organik (%)
0.04
10
K2O (%)
0.38
11.00
37
Lampiran 7. Petakan di Lapang Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 1
OR1U2
OR5U3
OR4U1
OR3U2
OR1U3
OR2U1
OR2U2
OR4U3
OR1U1
OR5U2
OR2U3
OR3U1
OR4U2
OR3U3
OR5U1
Keterangan: Ukuran petakan = 4 m x 4 m Jarak tanam = 100 cm x 50 cm Total petakan = 15 petakan OR1 = kombinasi 1.8 ton/ha pupuk kandang, 27.6 kg/ha guano, 2.7 ton/ha abu sekam OR2 = kombinasi 2.7 ton/ha pupuk kandang, 55.2 kg/ha guano, 4.1 ton/ha abu sekam OR3 = kombinasi 3.6 ton/ha pupuk kandang, 82.9 kg/ha guano, 5.5 ton/ha abu sekam OR4 = kombinasi 4.5 ton/ha pupuk kandang, 110.5 kg/ha guano, 6.8 ton/ha abu sekam OR5 = kombinasi 5.3 ton/ha pupuk kandang, 138.1 kg/ha guano, 8.2 ton/ha abu sekam
38
Lampiran 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman SK 2 MST Ulangan Pupuk Galat Total 3 MST Ulangan Pupuk Galat Total 4 MST Ulangan Pupuk Galat Total 5 MST Ulangan Pupuk Galat Total 6 MST Ulangan Pupuk Galat Total
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
2 4 8 14
43.1079 40.1783 76.1387 159.4249
21.5539 10.0446 9.5173
2.26 1.06
0.166 0.437
11.61
2 4 8 14
80.2533 65.1620 36.7726 182.1878
40.1266 16.2905 4.5966
8.73 3.54
0.010 0.060
6.18
2 4 8 14
113.8722 87.7943 26.4126 228.0791
56.9361 21.9486 3.3016
17.25 6.65
0.001 0.012
4.14
2 4 8 14
34.6872 95.9793 41.9580 172.6246
17.3436 23.9948 5.2448
3.31 4.58
0.090 0.032
4.58
2 4 8 14
125.4845 150.8376 96.7173 373.0394
62.7423 37.7094 12.0897
5.19 3.12
0.036 0.080
6.41
Lampiran 9. Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih db
JK
KT
F hitung
2-4 MST Ulangan Pupuk Galat Total
SK
Pr>F
KK (%)
2 4 8 14
0.1510 0.9786 0.9390 2.0686
0.0755 0.2446 0.1174
0.64 2.08
0.551 0.175
33.91
4-6 MST Ulangan Pupuk Galat Total
2 4 8 14
0.4650 0.4586 1.9529 2.8765
0.2325 0.1147 0.2441
0.95 0.47
0.426 0.757
13.14
39
Lampiran 10. Sidik Ragam Jumlah Cabang SK
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
2 MST Ulangan
2
26.1333
13.0667
9.92
0.007
Pupuk
4
8.6667
2.1667
1.65
0.254
Galat
8
10.5333
1.3889
Total
14
45.3333
3 MST Ulangan
2
21.7333
10.8667
12.54
0.003
Pupuk
4
11.0667
2.7667
3.19
0.076
Galat
8
6.9333
0.8667
Total
14
39.7333
4 MST Ulangan
2
8.9333
4.4667
2.60
0.135
Pupuk
4
2.2667
0.5667
0.33
0.850
Galat
8
13.7333
1.7167
Total
14
24.9333
5 MST Ulangan
2
12.1333
6.0667
3.87
0.067
Pupuk
4
17.0667
4.2667
2.72
0.106
Galat
8
12.5333
1.5667
Total
14
41.7333
6 MST Ulangan
2
26.1333
13.0667
9.92
0.007
Pupuk
4
8.6667
2.1667
1.65
0.254
Galat
8
10.5333
1.3167
Total
14
45.3333
KK (%) 18.12
15.18
22.85
20.41
18.12
Lampiran 11. Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif SK
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
2-4 MST Ulangan
2
0.0023
0.0011
0.88
0.451
27.05
Pupuk
4
0.0030
0.0008
0.59
0.678
Galat
8
0.0102
0.0013
Total
14
0.0155
4-6 MST Ulangan
2
0.0003
0.0002
0.31
0.740
Pupuk
4
0.0011
0.0003
0.51
0.729
Galat
8
0.0043
0.0005
Total
14
0.0057
4.94
40
Lampiran 12. Sidik Ragam Lebar Tajuk SK
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
2 MST Ulangan Pupuk Galat Total
2 4 8 14
51.5978 42.1197 84.2430 177.9605
25.7989 10.5299 10.5304
2.45 1.00
0.148 0.461
10.08
3 MST Ulangan Pupuk Galat Total
2 4 8 14
37.1130 101.7274 39.7387 178.5791
18.5565 25.4318 4.9673
3.74 5.12
0.072 0.024
5.36
4 MST Ulangan Pupuk Galat Total
2 4 8 14
41.7774 85.2274 134.8955 261.9004
20.8887 21.3069 16.8619
1.24 1.26
0.340 0.360
7.66
5 MST Ulangan Pupuk Galat Total
2 4 8 14
63.4491 194.5557 257.6541 515.6588
31.7245 48.6389 32.2068
0.99 1.51
0.415 0.287
9.72
6 MST Ulangan Pupuk Galat Total
2 4 8 14
51.5978 42.1197 84.2430 177.9605
25.7989 10.5299 10.5304
2.45 1.00
0.148 0.461
10.08
Lampiran 13. Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar SK 2 MST Ulangan Pupuk Galat Total 4 MST Ulangan Pupuk Galat Total 6 MST Ulangan Pupuk Galat Total
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
2 4 8 14
54.4538 84.9242 601.6852 741.0632
27.2269 21.2311 75.2106
0.36 0.28
0.707 0.882
28.67
2 4 8 14
7.9745 72.3974 185.8904 266.2623
3.9872 18.0993 23.2363
0.17 0.78
0.845 0.569
19.11
2 4 8 14
156.9749 39.0108 153.5703 349.5560
78.4874 9.7527 19.1963
4.09 0.51
0.060 0.732
24.75
41
Lampiran 14. Sidik Ragam Bobot Pucuk Layak Jual SK
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
2 MST Ulangan
2
2272.7698
1136.3849
2.58
0.136
31.26
Pupuk Galat Total
4 8 14
2248.4118 3519.9629 8041.1445
562.1030 439.9954
1.28
0.355
4 MST Ulangan
2
13398.2759
6699.1379
1.31
0.322
Pupuk Galat Total
4 8 14
26089.9089 40893.7238 80381.9086
6522.4772 5111.7155
1.28
0.355
6 MST Ulangan
2
3551.5348
1775.7674
0.98
0.416
Pupuk Galat Total
4 8 14
27814.4549 14462.5003 45828.4900
6953.6137 1807.8125
3.85
0.050
21.47
15.90
Lampiran 15. Sidik Ragam Bobot Basah Akar SK
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
2 MST Ulangan Pupuk Galat Total
2 4 8 14
7.0933 0.9045 4.1007 12.0985
3.5466 0.2261 0.5126
6.92 0.44
0.018 0.776
31.39
4 MST Ulangan Pupuk Galat Total
2 4 8 14
10.1963 4.6086 18.7729 33.5778
5.0982 1.1521 2.3466
2.17 0.49
0.176 0.743
33.98
6 MST Ulangan Pupuk Galat Total
2 4 8 14
8.9650 2.8806 6.1735 18.0191
4.4825 0.7202 0.7717
5.81 0.93
0.028 0.491
20.20
42
Lampiran 16. Sidik Ragam Bobot Kering Akar SK
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
2 MST Ulangan
2
0.0169
0.0084
0.05
0.947
33.23
Pupuk
4
0.3079
0.0770
0.50
0.737
Galat
8
1.2287
0.1536
Total
14
1.5535
4 MST Ulangan
2
3.6075
1.8037
1.30
0.324
Pupuk
4
3.2377
0.8094
0.59
0.683
Galat
8
11.0661
1.3833
Total
14
17.9112
6 MST Ulangan
2
0.2473
0.1237
0.43
0.664
Pupuk
4
2.6182
0.6545
2.28
0.149
Galat
8
2.2921
0.2865
Total
14
5.1576
24.35
23.81
Lampiran 17. Sidik Ragam Bobot Basah Batang SK
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
2 MST Ulangan
2
911.6442
455.8221
8.72
0.010
30.40
Pupuk
4
235.8664
58.9666
1.13
0.408
Galat
8
417.9708
52.2463
Total
14
1565.4813
4 MST Ulangan
2
1114.4631
557.2315
8.49
0.011
Pupuk
4
193.3394
48.3348
0.74
0.593
Galat
8
525.3187
65.6648
Total
14
1833.1211
6 MST Ulangan
2
479.1668
239.5834
3.79
0.070
Pupuk
4
1428.2619
357.0655
5.64
0.019
Galat
8
506.3751
63.2969
Total
14
2413.8038
20.01
23.23
43
Lampiran 18. Sidik Ragam Bobot Kering Batang SK
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
2 MST Ulangan
2
4.4410
2.2205
3.11
0.100
21.27
Pupuk
4
0.8361
0.2090
0.29
0.875
Galat
8
5.7080
0.7135
Total
14
10.9851
4 MST Ulangan
2
13.8373
6.9187
2.56
0.139
Pupuk
4
4.8488
1.2122
0.45
0.772
Galat
8
21.6429
2.7054
Total
14
40.3290
6 MST Ulangan
2
6.1720
3.0860
9.09
0.009
Pupuk
4
2.5504
0.6376
1.88
0.208
Galat
8
2.7172
0.3396
Total
14
11.4396
F hitung
Pr>F
18.12
13.08
Lampiran 19. Sidik Ragam Bobot Basah Daun SK
db
JK
KT
2 MST Ulangan
2
1146.1319
573.0659
0.48
0.636
Pupuk
4
4044.7555
1011.1889
0.84
0.535
1197.1987
Galat
8
9577.5892
Total
14
14768.4766
4 MST Ulangan
2
47741.9290
23870.9645
3.57
0.078
Pupuk
4
6819.3566
1704.8391
0.26
0.899
6685.4752
Galat
8
53483.8016
Total
14
108045.0871
6 MST Ulangan
2
21903.2820
10951.6410
2.00
0.198
Pupuk
4
57091.0375
14272.7594
2.60
0.116
Galat
8
43900.1580
5487.5198
Total
14
122894.4775
KK (%) 36.57
34.77
17.51
44
Lampiran 20. Sidik Ragam Bobot Kering Daun SK 2 MST Ulangan
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
2
9.3825
4.6912
2.42
0.151
27.02
0.85
0.529
82.2775
2.63
0.133
0.20
0.929
44.4358
3.46
0.083
0.66
0.635
Pupuk
5
6.6363
1.6591
Galat
10
57091.0375
1.9410
Total
17
31.5467
4 MST Ulangan
2
164.5550
Pupuk
5
25.6480
6.4120
Galat
10
250.7422
31.3428
Total
17
440.9451
6 MST Ulangan
2
88.8716
Pupuk
5
34.1032
8.5258
Galat
10
102.7607
12.8451
Total
17
225.7356
20.23
27.01
Lampiran 21. Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk SK
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
Ulangan
2
24497.7370
12248.8685
5.37
0.033
33.96
Pupuk
4
25075.6349
6268.9087
2.75
0.104
Galat
8
18234.3474
2279.2934
Total
14
67807.7193
Ulangan
2
276151.9114
138075.9557
3.53
0.080
Pupuk
4
39651.1034
9912.7759
0.25
0.900
Galat
8
313314.6700
39164.3337
Total
14
629117.6847
Ulangan
2
134406.7492
67203.3746
1.90
0.212
Pupuk
4
303569.7469
75892.4367
2.14
0.167
Galat
8
283229.4286
35403.6786
Total
14
721205.9247
2 MST
4 MST 18.19
6 MST 19.16
45
Lampiran 22. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk SK
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
KK (%)
2 MST Ulangan
2
28.6644
14.3322
1.92
0.209
34.19
Pupuk
4
17.3606
4.3402
0.58
0.686
Galat
8
59.8269
7.4784
Total
14
105.8520
4 MST Ulangan
2
327.0879
163.5439
1.52
0.277
Pupuk
4
323.8802
80.9701
0.75
0.585
Galat
8
863.4665
107.9333
Total
14
1514.4346
6 MST Ulangan
2
633.4817
316.7408
3.65
0.075
Pupuk
4
308.0202
77.0051
0.89
0.513
Galat
8
694.3448
86.7931
Total
14
1635.8467
18.80
24.18