perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIK SISWA MATERI POKOK TERMOKIMIA KELAS XI SEMESTER GASAL SMA NEGERI 1 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh : AZMI AKBAR K3307017
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 28 Oktober 2011 Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Ashadi
Agung Nugroho C.S., S.Pd., M.Sc.
NIP. 19510102 197501 1 001
NIP. 19770723 200501 1 001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: Selasa
Tanggal
: 1 November 2011
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
…………….
: Dra. Tri Redjeki, M.S.
……………..
Sekretaris : Dra. Kus Sri Martini, M.Si ……………..
Anggota I : Prof. Dr. Ashadi. Anggota II : Agung Nugroho C.S., S.Pd., M.Sc.
Disahkan Oleh Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user iii
………………
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Azmi Akbar. PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIK SISWA MATERI POKOK TERMOKIMIA KELAS XI SEMESTER GASAL SMA NEGERI 1 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Oktober 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh pembelajaran kimia dengan menggunakan metode Group Investigation (GI) dan Team Assisted Individualization (TAI) terhadap prestasi belajar siswa, (2) pengaruh kemampuan matematik tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi belajar siswa, (3) interaksi antara metode Group Investigation (GI) dan Team Assisted Individualization (TAI) dengan kemampuan matematik siswa terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian desain faktorial 2x2. Sampel penelitian yaitu kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 dari populasi siswa kelas XI IPA reguler SMA Negeri 1 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data prestasi belajar kognitif dan kemampuan matematik menggunakan tes objektif, sedangkan prestasi belajar afektif menggunakan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah ANAVA dua jalan sel tak sama, dilanjutkan uji komparasi ganda metode scheffe. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada materi pembelajaran termokimia kelas XI semester gasal SMA Negeri 1 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012: (1) Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode GI dan TAI berpengaruh terhadap prestasi belajar, yaitu prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan metode GI lebih baik daripada siswa yang diajar menggunakan metode TAI, ditunjukkan dengan nilai rata-rata prestasi kognitif berturut-turut 72,36 dan 66,59, prestasi afektif berturut-turut 92,1 dan 87,88. (2) Kemampuan matematik tinggi dan rendah siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, siswa dengan kemampuan matematik tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kemampuan matematik rendah, yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata prestasi kognitif berturut-turut 74,8 dan 64,15, prestasi afektif berturut-turut 93,08 dan 86,9. (3) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif metode GI dan TAI dengan kemampuan matematik siswa terhadap prestasi belajar siswa. Kata kunci : GI, TAI, Kemampuan Matematik, Termokimia
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Azmi Akbar. THE INFLUENCE OF CHEMISTRY LEARNING USING GROUP INVESTIGATION (GI) AND TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) METHOD TOWARD STUDENT’S LEARNING ACHIEVEMENT OVERVIEW FROM STUDENT’S MATHEMATIC ABILITY IN THERMOCHEMISTRY FOR XI SCIENCE GRADE IN THE ODD SEMESTER SMAN 1 WONOGIRI 2011/2012. Minor Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University, October 2011. The purpose of this research is to find out: (1) the influence of chemistry learning using Group Investigation (GI) and Team Assisted Individualization (TAI) method toward student’s learning achievement, (2) the influence of high and low mathematic ability toward student’s learning achievement, (3) interaction between Group Investigation (GI) and Team Assisted Individualization (TAI) method with mathematic ability toward student’s learning achievement. This research is an experimental research using factorial design 2x2. The sample class are XI science 3 and XI science 4 from the population of XI Science regular class SMA Negeri 1 Wonogiri 2011/2012. Sampling method using cluster random sampling technique. Matematic ability and kognitif students’ achievement were evaluated by objective test, while the affective students’ achievement was evaluated by questioner. The analysis technique used ANAVA two ways with different cells and continued with Scheffe test. Based on the result of research in thermochemistry learning for XI science grade in the odd semester SMAN 1 Wonogiri 2011/2012 can be concluded: (1) Chemistry learning using GI and TAI method has influence toward student’s learning achievement, student achievement from class with GI method is better than TAI method, it’s proved with average value of cognitive achievement 72,36 and 66,59, affective achievement 92,1 and 87,88. (2) Mathematic ability high and low has influence toward student’s learning achievement, achievement from student that have high mathematic ability is better than student that have low mathematic ability, it’s proved with average value of cognitive achievement 74,8 and 64,15, affective achievement 93,08 and 86,9. (3) There are no interaction between Group Investigation GI and Team Assisted Individualization TAI method with mathematic ability toward student’s learning achievement. Keyword: Group Investigation, Team Assisted Individualization, Mathematic Ability, Thermochemistry.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Keep moving forward
(Walt Disney)
Tanggungjawab kita adalah menjadikan hari ini lebih baik dengan pelajaran
yang kita unduh dari kesalahan - kesalahan kita di masa lalu, dan menjadikan hari esok lebih menjanjikan karena kelebihan - kelebihan yang kita capai hari ini.
(Mario Teguh)
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya tulisan ini penulis persembahkan kepada: Ibu dan Bapak atas doa dan kasih sayangnya. Adik - adikku tersayang. Istiqomah atas segala kesabaran dan dukungan. Sahabat - sahabat di Pend. Kimia 2007. Almamater. Pembaca yang budiman.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan FKIP UNS yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini. 2. Sukarmin, S.Pd., M.Si., Ph.D., selaku Ketua Jurusan P. MIPA UNS yang telah memberikan izin atas penyusunan skripsi ini.. 3. Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia yang telah memberikan ijin atas penyusunan skripsi ini. 4. Prof. Dr. Ashadi, selaku pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat, dan inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Agung Nugroho Catur Saputro, S.Pd., M.Sc., selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, saran, dan masukan yang berguna bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Dra. Kus Sri Martini, M.Si., selaku pembimbing akademik atas petuah dan bimbingan yang sangat menguatkan penulis untuk bisa menyelesaikan studi sebaik mungkin. 7. Drs. Mulyadi M.T., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri I Wonogiri yang telah memberi ijin untuk melaksanakan tryout instrumen dan penelitian. 8. Tatik Sri Megawati, S.Pd., selaku Guru Kimia SMA Negeri 1 Wonogiri atas bimbingan, petunjuk, dan bantuannya dalam pelaksanakan penelitian. 9. Ibu dan Bapak serta adik–adikku tersayang, yang telah mencurahkan segenap kepercayaan, kasih sayang, doa, dukungan moral dan material serta tak henti memberi yang terbaik kepada penulis. commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Istiqomah, yang dengan ketulusan hati selalu menjadi penjaga niat dan penguat semangat. 11. Teman-teman P.Kimia angkatan 2007 atas dukungannya. 12. Siswa Kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 SMA Negeri 1 Wonogiri, atas kerjasama yang telah diberikan saat pengambilan data. 13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan dengan balasan yang lebih baik. Amin. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan dari penulis. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun, sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi para pembaca.
Surakarta, Oktober 2011 Penulis
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL..............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................
iii
ABSTRAK..................................................................................
iv
ABSTRACT....................................................................................
V
MOTTO...............................................................................................
vi
PERSEMBAHAN.........................................................................
vii
KATA PENGANTAR...........................................................................
viii
DAFTAR ISI..........................................................................................
x
DAFTAR TABEL..................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................
xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN...........................................................
1
A. Latar Belakang Masalah...........................................
1
B. Identifikasi Masalah ……........................................
4
C. Pembatasan Masalah................................................
5
D. Perumusan Masalah.................................................
5
E. Tujuan Penelitian.....................................................
6
F. Manfaat Penelitian...................................................
6
LANDASAN TEORI......................................................
7
A. Tinjauan Pustaka....................................................
7
1. Belajar................................................................
7
2. Metode Pembelajaran Group Investigation (GI) .................................................................... 3. Metode
Pembelajaran
Team
12
Asisted
Individualization (TAI)......................................
14
4. Kemampuan Matematik....................................
16
5. Prestasi Belajar................................................... commit to user 6. Termokimia........................................................
18
x
20
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
digilib.uns.ac.id
B. Penelitian yang Relevan...........................................
31
C. Kerangka Pemikiran.................................................
32
D. Hipotesis...................................................................
35
METODOLOGI PENELITIAN......................................
36
A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................
36
B. Metode Penelitian....................................................
36
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel......................................................................
38
D. Variabel Penelitian...................................................
38
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................
40
F. Instrumen Penelitian................................................
40
G. Teknik Analisis Data................................................
45
HASIL PENELITIAN.....................................................
47
A. Pengujian Instrumen...............................................
47
B. Deskripsi Data........................................................
48
C. Pengujian Persyaratan Analisis...............................
51
D. Pengujian Hipotesis................................................
53
E. Pembahasan............................................................
57
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN...............
62
A. Kesimpulan...............................................................
62
B. Implikasi...................................................................
63
C. Saran.........................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
65
LAMPIRAN...........................................................................................
67
BAB IV
BAB V
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.
Energi Berbagai Jenis Ikatan (kJ/mol).........................
30
Tabel 2.
Tahap Penelitian..........................................................
36
Tabel 3.
Rancangan Penelitian...................................................
37
Tabel 4.
Desain Penelitian Randomized Post Test Design........
37
Tabel 5.
Skor Penilaian Afektif.................................................
41
Tabel 6.
Katagori Afektif Siswa................................................
44
Tabel 7.
Rangkuman Anava Dua Jalan......................................
46
Tabel 8.
Hasil Uji Validitas Isi dan Reliabilitas Instrumen Kognitif, Kemampuan Matematik, dan Afektif...........
Tabel 9.
Hasil Uji Validitas Item
Instrumen Kognitif,
Kemampuan Matematik, dan Afektif.......................... Tabel 10.
Tabel 12.
Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Kognitif dan Kemampuan Matematik............................................... Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan matematik Tinggi dan Rendah.....................................
Tabel 13.
47 48
49
Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar pada Masing-masing Kelompok ....……………………...
Tabel 14.
47
Hasil Uji Daya Beda Instrumen Kognitif dan Kemampuan Matematik...............................................
Tabel 11.
47
52
Hasil Pengujian Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar............................................................
52
Tabel 15.
Rangkuman ANAVA Dua Jalan Prestasi Kognitif......
53
Tabel 16.
Rangkuman ANAVA Dua Jalan Prestasi Afektif
53
Tabel 17.
Rata-rata Prestasi Kognitif...........................................
55
Tabel 18.
Rangkuman Uji Komparasi Ganda Aspek Kognitif....
55
Tabel 19.
Rata-rata Prestasi Afektif.............................................
56
Tabel 20.
Rangkuman Uji Komparasi Ganda Aspek Afektif......
56
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.
Perpindahan Kalor pada Reaksi Eksoterm (a) dan Reaksi Endoterm (b)..............................................
Gambar 2.
Diagram Tingkat Energi Reaksi Eksoterm (a) dan Reaksi Endoterm (b)..............................................
Gambar 3.
22
23
Kalorimeter Bom (a) dan Kalorimeter Sederhana (b)...........................................................................
27
Gambar 4.
Diagram Siklus Reaksi Pembentukan Gas SO3.....
28
Gambar 5.
Diagram Tingkat Energi Reaksi Pembentukan Gas SO3..................................................................
29
Gambar 6.
Skema Kerangka Berpikir......................................
35
Gambar 7.
Histogram
Perbandingan
Prestasi
Belajar
Kognitif Kelas GI dan TAI.................................... Gambar 8.
Histogram
Perbandingan
Prestasi
49
Belajar
Kognitif Siswa yang Mempunyai Kemampuan Matematik Tinggi dan Rendah.............................. Gambar 9.
Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Kelas GI dan TAI...................................................
Gambar 10.
50
50
Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Siswa yang Mempunyai Kemampuan Matematik Tinggi dan Rendah.................................................
51
Gambar 11.
Rata-rata Prestasi Kognitif....................................
55
Gambar 12.
Rata-rata Prestasi Afektif.......................................
56
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1
Silabus......................................................................
67
Lampiran 2
Lesson Plan GI........................................................
69
Lampiran 3
Lesson Plan TAI......................................................
74
Lampiran 4
Evaluation................................................................
79
Lampiran 5
Kisi-kisi Tes Kemampuan Matematik.....................
87
Lampiran 6
Tes Kemampuan Matematik ...................................
91
Lampiran 7
Kisi-kisi
Instrumen
Kognitif
Materi
Pokok
Termokimia..............................................................
94
Lampiran 8
Tryout Tes Aspek Kognitif......................................
97
Lampiran 9
Examination Sheet Tes Aspek Kognitif...................
106
Lampiran 10
Kunci Jawaban Tes Aspek Kognitif........................
113
Lampiran 11
Kisi-kisi Instrumen Afektif......................................
114
Lampiran 12
Tryout Instrumen Penilaian Prestasi Afektif Pokok Bahasan Termokimia...............................................
Lampiran 13
Instrumen
Penilaian
Prestasi
Afektif
Pokok
Bahasan Termokimia............................................... Lampiran 14
115
119
Lembar Validitas Isi Instrumen Kemampuan Matematik................................................................
122
Lampiran 15
Lembar Validitas Isi Instrumen Kognitif.................
123
Lampiran 16
Lembar Validitas Isi Instrumen Afektif...................
124
Lampiran 17
Hasil
Tryout
Instrumen
Kemampuan
Matematik................................................................
125
Lampiran 18
Hasil Tryout Instrumen Kognitif.............................
127
Lampiran 19
Hasil Tryout Instrumen Afektif.............................
131
Lampiran 20
Data Induk Penelitian..............................................
134
Lampiran 21
Uji Kesamaan Rata-rata...........................................
136
Lampiran 22
Uji Normalitas......................................................... commit to user Uji Homogenitas......................................................
139
Lampiran 23
xiv
141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 24
Uji Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama............
143
Lampiran 25
Daftar Anggota Kelompok......................................
147
Lampiran 26
Daftar Nilai Kelompok............................................
149
Lampiran 27
Hasil Angket terbuka Kinerja Asisten.....................
151
Lampiran 28
Dokumentasi Penelitian...........................................
154
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu aspek penting bagi pembangunan bangsa. Karena itu, hampir semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama dalam program pembangunan nasional. Peningkatan mutu pendidikan tidak lepas dari berbagai upaya perbaikan salah satunya pembaharuan kurikulum untuk mengembangkan potensi siswa dalam memaksimalkan proses belajar mengajar, sehingga dihasilkan manusia yang cerdas, mandiri dan berdaya saing. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, pada tahun 2007 pemerintah telah menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Prinsip yang digunakan dalam pengembangan KTSP berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya (Masnur Muslich, 2008: 10). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, kimia adalah salah satu mata pelajaran yang ada di kurikulum SMA. Kimia merupakan salah satu pelajaran IPA yang pada hakekatnya merupakan pengetahuan yang berdasarkan fakta, hasil pemikiran dan produk hasil penelitian yang dilakukan para ahli, sehingga untuk kemudian perkembangan ilmu kimia diarahkan pada produk ilmiah, metode ilmiah dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa dan akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi belajar siswa. Kimia diperlukan dalam kehidupan sehari–hari, namun tidak sedikit orang yang menganggap kimia sebagai ilmu yang kurang menarik. Hal ini disebabkan kimia erat
hubungannya
dengan
ide–ide
membutuhkan penalaran ilmiah,
atau
konsep–konsep
abstrak
yang
sehingga belajar kimia merupakan kegiatan
mental yang membutuhkan penalaran tinggi. Dalam proses belajar mengajar permasalahan bisa berasal dari guru dan juga dari siswa. Permasalahan dari guru diantaranya dalam penyajian materi commitmenggunakan to user pelajaran kimia sebagian besar masih metode ceramah sehingga 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 kurang menarik dan membosankan bagi siswa. Proses pembelajaran di sekolah masih kurang optimal, guru lebih berorientasi untuk menstransfer pengetahuan, akibatnya
pembelajaran
masih
didominasi
melalui
metode
ceramah
(http://www.kalselprov.go.id). Hal ini menyebabkan siswa cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Sesuai dengan tuntutan profesionalisme guru, maka seorang guru harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan metode mengajarnya sedemikian rupa sehingga mampu mengeksplorasi keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Sementara itu permasalahan dari siswa terletak pada kecenderungan siswa yang pasif dalam kegiatan pembelajaran. Kebanyakan siswa menganggap mata pelajaran kimia sulit terutama dalam menyelesaikan soal hitungan yang membutuhkan pemahaman konsep (Manimpan Siregar, 2007: 60). Materi pokok termokimia merupakan salah satu materi kimia yang bersifat hitungan dan membutuhkan pemahaman konsep yang kuat sehingga sering dianggap sulit bagi siswa. Penguasaan materi termokimia terkait dalam penyelesaian
soal–soalnya
membutuhkan
keterampilan
siswa
dalam
mengoperasikan angka. Selama ini guru belum mempertimbangkan faktor–faktor penyebab rendahnya prestasi belajar siswa tersebut. Intelegensi merupakan salah satu faktor internal yang banyak diakui oleh ahli dan masyarakat sebagai faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Dewa Ketut Sukardi (2003:18) menuturkan, “Intelegensi terdiri dari tujuh kecakapan primer yaitu kemampuan menggunakan bahasa, kefasihan kata-kata, kecakapan menghitung, kemampuan orientasi ruang, kemampuan memori, kemampuan mengamati dengan cermat dan tepat dan kemampuan berpikir logis”. Salah satu komponen intelegensi yang perlu diperhatikan sebagai pendukung keberhasilan belajar adalah kecakapan menghitung, atau kemampuan matematik. Siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi dimungkinkan lebih berhasil dalam proses belajar bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah. Seperti halnya dengan sekolah lain, SMA N 1 Wonogiri telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Sekolah ini juga telah menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Sarana dan commit to user prasarana yang disediakan pihak sekolah telah mengarah pada peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 ketertarikan siswa untuk mengikuti pembelajaran serta penyediaaan media bagi guru untuk melangsungkan proses belajar mengajar. Misalnya, guru telah memanfaatkan LCD dalam pembelajaran, dan eksperimen di laboratorium, akan tetapi pembelajaran dengan metode ceramah masih mendominasi. Kesulitan belajar materi pokok termokimia juga ditemukan pada peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Wonogiri. Minimnya nilai kimia siswa pada materi pokok termokimia kelas XI IPA semester I SMA Negeri 1 Wonogiri masih sering terjadi. Hal ini terbukti dari nilai siswa pada tahun Pelajaran 2010/2011 terdapat 70% siswa yang belum tuntas (data sekolah) atau nilainya masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kondisi seperti ini dimungkinkan karena metode yang digunakan oleh guru kurang optimal. Pembelajaran pokok bahasan termokimia selama ini masih didominasi dengan pemberian rumus–rumus dan contoh penyelesaian soal, tetapi masih kurang melibatkan siswa untuk ikut serta dalam membangun pemahaman, akibatnya siswa kurang terlatih untuk bekerja kelompok dalam menyelesaikan permasalahan dalam termokimia. Kondisi siswa yang seperti ini dapat diperbaiki dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif yang menggunakan kerja kelompok dalam kegiatan pembangunan konsep. Menurut Robinson Situmorang, Atwi Suparman, dan Rudi Susilana (2005: 6.18) penggunaan setiap metode pembelajaran haruslah sebagai upaya untuk mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran dengan cara– cara yang tepat sehingga memberi kemudahan peserta didik dalam belajarnya. Salah satu upaya yang dapat ditempuh oleh guru dalam rangka memperbaharui model pembelajaran agar tujuan belajar siswa dapat tercapai adalah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif. Ada beberapa alasan digunakannya model pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah di bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri (Slavin, 2010: 4). Penelitian yang dilakukan oleh Doymuş, Kemal, Ũmit Şimşek, Ataman Karaçöp dan Şũkrũ Ada (2009: 40) menyimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif dapat user mengajarkan kerjasama serta meningkatkan prestasi belajar commit siswa, to karena
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 memusatkan pembelajaran pada siswa melalui pemahaman materi dengan belajar mandiri dan kelompok. Materi pokok Termokimia membutuhkan pemahaman konsep dan kemampuan berhitung. Oleh karena itu diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa berdiskusi dan bertukar pikiran dengan teman-temannya dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Dua diantara model pembelajaran kooperatif adalah metode Group Investigation (GI) dan metode Team Assisted Individualization (TAI). Metode pembelajaran GI memiliki ciri khusus yaitu kebebasan dalam mengelola kerja kelompok mulai dari perencanaan, pelaksanaan investigasi, hingga pengambilan kesimpulan mengenai topik yang sedang dipelajari dengan menggunakan berbagai sumber pembelajaran. Hal tersebut memungkinkan pemahaman siswa mengenai konsep termokimia menjadi lebih kuat. Sementara itu metode pembelajaran TAI memiliki ciri khusus yaitu penguasaan materi dibantu oleh seorang asisten yang dipilih dari siswa dengan kemampuan relatif lebih baik dari siswa yang lain. Asisten ini memiliki tanggung jawab menyampaikan konsep yang telah mereka miliki kepada anggota kelompoknya, sehingga materi termokimia dapat lebih mudah dikuasai siswa. Penggunaan metode ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran kimia khususnya materi pokok termokimia. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka perlu adanya penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation (GI) dan metode Team Assisted Individualization (TAI) ditinjau dari kemampuan matematik siswa pada materi pokok Termokimia kelas XI semester 1 di SMA N 1 Wonogiri. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Prestasi belajar siswa pada pokok bahasan termokimia masih rendah. 2. Penerapan metode pembelajaran yang variatif dalam proses pembelajaran commit to user kimia belum maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 3. Perlunya keterampilan siswa dalam mengoperasikan angka-angka atau kemampuan matematik untuk menunjang penguasaan materi termokimia belum mendapatkan perhatian dari guru. 4. Siswa belum diikutsertakan dalam proses pembangunan pemahaman pada pembelajaran materi pokok termokimia. C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan dan pembahasan dalam penelitian ini memiliki arah dan terfokus maka perlu adanya pembatasan sebagai berikut: 1. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SBI SMAN 1 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. 2. Kemampuan matematik dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan kesebandingan. 3. Prestasi belajar siswa dibatasi pada prestasi kognitif dan afektif. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh pembelajaran kimia dengan menggunakan metode Group Investigation (GI) dan Team Assisted Individualization (TAI) terhadap prestasi belajar siswa? 2. Adakah pengaruh kemampuan matematik tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi belajar siswa? 3. Adakah interaksi antara metode Group Investigation (GI) dan Team Assisted Individualization (TAI) dengan kemampuan matematik siswa terhadap prestasi belajar siswa?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1.
pengaruh pembelajaran kimia dengan menggunakan metode Group Investigation (GI) dan Team Assisted Individualization (TAI) terhadap prestasi belajar siswa,
2.
pengaruh kemampuan matematik tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi belajar siswa,
3.
interaksi antara metode Group Investigation (GI) dan Team Assisted Individualization (TAI) dengan kemampuan matematik siswa terhadap prestasi belajar siswa. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Manfaat secara teoritis a. Memberikan masukan bagi guru kimia dan umumnya bagi guru rumpun bidang studi IPA dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, sehingga proses belajar mengajar berjalan baik dan dapat mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sebelumnya. b. Memberikan masukan kepada siswa bahwa pencapaian hasil belajar yang baik dan bermakna memerlukan peran serta siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. c. Bahan acuan bagi para praktisi pendidikan untuk melakukan penelitian model pembelajaran kooperatif lebih lanjut. 2. Manfaat secara praktis a. Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok termokimia. b. Faktor-faktor penyebab rendahnya prestasi belajar siswa pada materi termokimia dapat diketahui dan diperoleh solusinya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan kegiatan fundamental yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan dan mengembangkan dirinya. Mengingat pentingnya belajar, para ahli berusaha merumuskan pengertian belajar. Walaupun antara yang satu dengan yang lain berbeda, namun pada prinsipnya adalah sama. Slameto (2010: 2) menyatakan “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri di dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. Menurut Mulyati (2005: 5) “Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan–latihan dan pengulangan– pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan”. Sedangkan Ratna Wilis Dahar (1989: 21) menyatakan “Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman”. Dari berbagai pendapat tentang belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku serta penguasaan pengetahuan dan keterampilan dari hasil pengalaman maupun adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang itu. Bahkan hasil belajar orang itu tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan–tindakannya yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar. commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 Beberapa teori belajar yang menjadi acuan pada penelitian ini antara lain: a. Teori Belajar Kognitif Psikologi kognitif mengatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor–faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus (http://teoripembelajaran.blogspot.com). Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur– unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar, hal ini berarti aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi Prinsip-prinsip teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu, 2) anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda konkrit, 3) keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik, 4) untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar, 5) pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks, 6) belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal, 7) adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa (http://teoripembelajaran.blogspot.com). Berikut ini beberapa teori belajar aliran kognitif, antara lain: 1) Teori Konstruktivistik Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam commityaitu; to usera) kemampuan mengingat dan proses mengkonstruksi pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 mengungkapkan kembali pengalaman, b) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan c) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya (Asri Budiningsih, 2005: 57-58). Prinsip yang paling umum dan paling esensial yang dapat diturunkan dari konstruktivisme adalah bahwa siswa memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah dan pendidikan seharusnya memperhatikan hal itu dan menunjang proses alamiah ini. Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi
kognitif
seseorang
terhadap
obyek,
pengalaman
maupun
lingkungannya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan inderanya. Seseorang dapat mengetahui sesuatu melului interaksinya dengan obyek dan lingkungan. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungannya, pengetahuan dan pemahamannya akan obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal (prior knowledge) sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran utama dalam kegiatan belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional (Ratna Wilis Dahar, 1989: 160). Sedangkan peran guru adalah sebagai vasilitator dan mediator, guru membantu siswa untuk menghubunkan pengetahuan awal yang telah mereka miliki dengan informasiinformasi baru yang siswa peroleh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 2) Teori Piaget Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 159-160) “Pengetahuan fisik dan pengetahuan logika matematika tidak dapat secara utuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran siswa”. Setiap siswa harus membangun sendiri pengetahuan itu, pengetahuan-pengetahuan itu harus dikonstruksi sendiri oleh siswa melalui operasi–operasi, dan salah satu cara untuk membangun operasi ialah dengan ekuilibrasi, yaitu proses kecenderungan kembali ke equilibrium (kesetimbangan). Piaget menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual yaitu berpikir dari konkret ke abstrak. Menurut Piaget (http://massofa.wordpress.com), “Adaptasi adalah proses penyesuaian skema dalam merespon lingkungan melalui asimilasi dan akomodasi”. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Sedangkan akomodasi adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara tidak langsung. Selanjutnya dalam proses perkembangan kognitif seseorang, diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Keadaan ini disebut dengan equilibrium. Hal ini berarti bahwa dalam mengkontruksi pengetahuan, siswa secara terus–menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi–informasi baru yang diperolehnya. Sumbangan penting dari teori belajar Piaget dalam pembelajaran kooperatif adalah pada saat siswa mengkonstruki dalam penyelesaian tugas–tugas secara individu dan secara kelompok saat siswa bekerja dalam kelompok. Salah satu syarat keanggotaan kelompok belajar adalah mempertimbangkan kemajuan perkembangan anak. Dalam kelompoknya siswa saling berdiskusi tentang masalah–masalah yang menjadi tugas kelompoknya masing–masing. Guru membimbing kelompok–kelompok belajar yang mendapat kesulitan pada saat mereka mengerjakan tugas. Ada kalanya guru menganjurkan para siswa untuk membandingkan beberapa gagasan atau juga membagi kelompok–kelompok untuk memecahkan masalah tertentu. Banyaknya perbedaan pendapat itu esensial commit to user untuk mengkonstruksi pengetahuan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 3) Teori Vygotsky Vygotsky mengemukakan ada empat prinsip kunci dalam pembelajaran, yaitu (http://massofa.wordpress.com): a) Penekanan pada hakekat sosio-kultural pada pembelajaran (the sosiocultural of learning). Siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain dalam proses pembelajaran b) Zona perkembangan terdekat (zone of proximal development). Dalam proses perkembangan kemampuan kognitif setiap anak memiliki apa yang disebut zona perkembangan proksimal (zone of proximal development) yang didefinisikan sebagai jarak atau selisih antara tingkat perkembangan anak yang aktual dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi yang bisa dicapai si anak jika ia mendapat bimbingan atau bantuan dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih berkompeten c) Pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship). Suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap akan memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan seorang ahli. Seorang ahli bisa orang dewasa atau orang yang lebih tua atau teman sebaya yang telah menguasai permasalahannya d) Perancahan (scaffolding). Perancahan atau scaffolding, merupakan satu ide kunci yang ditemukan dari gagasan pembelajaran sosial Vygotsky. Perancahan berarti pemberian sejumlah besar bantuan kepada seorang anak selama tahaptahap awal pembelajaran dan kemudian secara perlahan bantuan tersebut dikurangi dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa implikasi utama dari teori Vygotsky terhadap pembelajaran adalah kemampuan untuk mewujudkan tatanan pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok belajar yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda dan penekanan perancahan dalam pembelajaran supaya siswa mempunyai tanggungjawab terhadap belajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 b. Teori Belajar Motivasi Perspektif
motivasional
pada
pembelajaran
kooperatif
terutama
memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja (Slavin, 2010: 34). Dari perspektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu mereka harus saling membantu antar anggota kelompoknya dan yang lebih penting adalah mereka harus berusaha secara maksimal untuk mensukseskan tujuan kelompoknya. Dengan kata lain, memberi penghargaan kelompok berdasarkan pada pencapaian kelompok (atau penjumlahan pencapaian individu) menciptakan suatu struktur hubungan penghargaan antar pribadi di mana anggota kelompok akan memberi atau menahan social reinforcers (seperti dorongan dan pujian) sebagai hubungan atas usaha antar anggota kelompok. c. Teori Belajar Sosial “Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang memandang perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri” (http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan. Teori Belajar Sosial berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dari segi interaksi timbal–balik yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkah laku, dan faktor lingkungan. 2. Metode Pembelajaran Group Investigation (GI) Slavin (2010: 214-215) menyatakan bahwa “kooperatif di dalam kelas sebagai sebuah prasyarat untuk bisa menghadapi berbagai masalah kehidupan commit to user Kelas adalah sebuah tempat yang kompleks dalam masyarakat demokrasi”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 kreativitas kooperatif dimana guru dan murid membangun proses pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai pengalaman, kapasitas, dan kebutuhan mereka masing-masing. Siswa adalah partisipan aktif dalam segala aspek kehidupan sekolah, membuat keputusan yang menentukan tujuan terhadap apa yang mereka kerjakan. Sehingga di dalam kelas diperlukan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan juga perencanaan pembelajaran dan pengadaan sumber belajar yang sesuai kebutuhan siswa oleh guru. Dalam GI siswa terlibat baik dalam perencanaan topik maupun bagaimana melakukan penelitian. Terdapat 6 tahapan dalam pembelajaran GI (Slavin, 2010: 220-229) yaitu : a. Identifikasi topik, pada tahap ini merupakan tahap pengaturan kelompok dimana guru mempresentasikan serangkaian permasalahan dan siswa mengidentifikasi serta memilih subtopik berdasarkan ketertarikan masing– masing kelompok. b. Perencanaan investigasi, anggota kelompok memfokuskan perhatian pada subtopik yang telah dipilih. Para anggota kelompok harus memformulasikan sebuah masalah yang dapat diteliti, memutuskan bagaimana melaksanakannya, dan menentukan sumber–sumber mana yang akan dibutuhkan untuk melakukan investigasi. c. Pelaksanaan investigasi, tiap kelompok melaksanakan rencana yang telah diformulasikan
sebelumnya.
Tahap
ini
adalah
tahap
yang
banyak
membutuhkan waktu karena banyak muncul diskusi dalam kelompok. d. Penyiapan laporan akhir, tahap ini merupakan transisi dari tahap pengumpulan data dan klarifikasi ke tahap di mana kelompok–kelompok yang ada melaporkan hasil investigasi mereka pada seluruh kelas. e. Presentasi laporan akhir, masing-masing kelompok mempersiapkan diri untuk mempresentasikan laporan akhir yang merupakan inti sari dari investigasi yang dilakukan masing–masing kelompok di depan kelas. f. Evaluasi pencapaian, evaluasi dilakukan oleh guru terhadap apa yang telah dipelajari siswa termasuk menjawab permasalahan yang belum dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 dipecahkan oleh siswa, penarikan kesimpulan terhadap semua subtopik, serta pemberian penilaian terhadap kinerja masing–masing kelompok. Kelebihan model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation (GI) antara lain adalah : a. Metode ini mampu melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi. b. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat. c. Metode pembelajaran GI memungkinkan guru dan peserta didik secara bersama-sama bertanggungjawab untuk merancang proses pembelajaran dan untuk mengevaluasi kemajuan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. d. Peserta didik merasa senang karena dilibatkan dalam proses belajar dan semakin tertantang dengan persoalan-persoalan baru yang belum pernah mereka temui sebelumnya sehingga memicu mereka untuk terus melakukan penemuan-penemuan. e. Melatih peserta didik untuk bekerja secara kelompok, melatih keharmonisan dalam hidup bersama atas dasar saling menghargai. Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation (GI) antara lain adalah : a. Metode GI sangat komplek, sehingga guru harus mendampingi siswa secara penuh agar mendapatkan hasil yang diinginkan. b. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi serta siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. 3. Metode Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Slavin (2010: 189-190) menyatakan “Metode pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) adalah suatu metode pembelajaran dimana dalam suatu kelompok terdapat seorang siswa yang lebih mampu, berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu”. TAI diprakarsai sebagai usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah–masalah yang membuat metode commit to user pengajaran individual menjadi tidak efektif. Dengan membuat para siswa bekerja
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 dalam tim–tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggung jawab menegelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam meghadapi masalah dan saling memberi dorongan untuk maju. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Metode ini memiliki keunggulan dimana lebih banyak pertanyaan siswa yang terjawab karena ada asisten dalam tiap kelompok. Asisten di sini sebelumnya dapat diberikan pemahaman terlebih dahulu mengenai materi pelajaran yang akan dipelajarai oleh siswa di kelasnya. Menurut Slavin (2010,195-200) secara umum TAI terdiri dari delapan komponen utama, yaitu: a. Kelompok / tim, terdiri dari 4 sampai 5 siswa. b. Tes pengelompokan, siswa–siswa diberi tes untuk membuat kelompok berdasarkan skor yang mereka peroleh dan seorang asisten dipilih dari kelompok tersebut yang memiliki kemampuan akademis tinggi. c. Materi kurikulum, proses pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang terdapat pada kurikulum yang berlaku. d. Kelompok belajar, dibentuk berdasarkan tes pengelompokan dan apabila ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya pada anggota lainnya atau asisten yang telah ditunjuk. e. Penilaian dan pengakuan tim, penilaian berupa penilaian individu dan kelompok melalui pemberian tes dan sertifikat/penghargaan diberikan pada kelompok berdasarkan skor kelompoknya. f. Mengajar kelompok, seorang asisten yang telah diberikan pembekalan materi bertanggung jawab terhadap anggota kelompoknya. g. Lembar kerja, pada setiap sub konsep materi pokok diberikan lembar kerja. h. Mengajar seluruh kelas, setelah akhir pengajaran pokok bahasan suatu materi guru menghentikan program pengelompokan dan menjelaskan konsep–konsep yang belum dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan. Pada akhir pembelajaran diberikan kesimpulan dari materi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 Kelebihan model pembelajaran kooperatif metode Team Assisted Individualization (TAI) antara lain adalah : a. Dengan model pembelajaran kooperatif metode TAI guru dapat menciptakan suasana lingkungan kelas yang saling menghargai nilai–nilai ilmiah. b. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada asisten yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan–rekannya. c. Memungkinkan peran aktif peserta didik dalam proses penilaian, mereka melakukan penilaian diri sendiri, refleksi, pemikiran yang kritis dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. d. Pada model pembelajaran kooperatif metode TAI peserta didik mendapatkan penghargaan atas usaha mereka. Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif metode Team
Assisted Individualization (TAI) antara lain adalah : a. Tidak semua mata pelajaran cocok diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif metode Team Assisted Individualization (TAI). b. Dalam kerja kelompok cenderung terpusat kepada asisten, sehingga siswa yang lain kurang aktif. 4. Kemampuan Matematik Pengertian kemampuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan atau kebolehan untuk melakukan sesuatu”. Sedangkan pengertian matematika “matematika berarti perhitungan berwujud angka, sifat angka, atau sistem angka” (http://kamusbahasaindonesia.org). Dari kedua pengertian tersebut, kemampuan matematik adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan hitung menghitung dengan menggunakan angka atau kemampuan untuk mengungkapkan relasi dan mengenai konsep–konsep menurut angka–angka. Kemampuan matematik merupakan kemampuan standar tentang angka dan kemampuan melakukan perhitungan– perhitungan yang juga merupakan bagian dari aktivitas matematika. Tiga kategori kemampuan matematik (mathematical ability) menurut, to A. user Claire M.A. Haworth, Y. Kovas,commit Stephen Petrill, dan Robert P. (2007: 556)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 yaitu : (1) Understanding Number , (2)
Non–Numerical Processes,
(3)
Computation and Knowledge. Understanding Number adalah kemampuan tentang angka dan proses aljabar untuk digunakan ketika menyelesaikan permasalahan hitungan. Non–Numerical Processes adalah kemampuan dalam memahami proses matematika yang bukan angka dan memahami konsep-konsep seperti perputaran atau pencerminan simetris dan operasi spasial lainnya. Pertanyaan yang ada tidak mengandung angka yang signifikan yang perlu diperhatikan anak. Sedangkan Computation and Knowledge Adalah kemampuan untuk melakukan perhitungan sederhana menggunakan, metode kertas–pensil dan mengingat kembali fakta matematika dan istilah–istilahnya. Dari ketiga kategori kemampuan matematik di atas, maka yang sesuai untuk pembelajaran kimia di SMA yang terkait dengan hitungan adalah Understanding Number, yang berupa pengoperasian angka–angka untuk menyelesaikan permasalahan hitungan dan juga Computation and Knowledge, yaitu perhitungan sederhana menggunakan metode kertas–pensil. Sedangkan NonNumerical Processes, akan sangat berperan dalam kemampuan pandang ruang. John W. Adams (2007:99) telah mengkaji tentang perbedaan kemampuan matematik seseorang terkait dengan: 1) genetics, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kemampuan matematik seorang anak-anak ataupun yang telah dewasa mempunyai kaitan kuat dengan faktor genetik. 2) cognition, perbedaan tingkat kemampuan matematika dilihat dari ketepatan penghitungan. Seorang anak yang tingkat ketepatan menghitungnya rendah akan lemah maka kaitan antar konsep dalam memori jangka panjangnya akan lemah pula. 3) behaviural, tingkat rasa takut terhadap matematika dapat mempengaruhi kapasitas kerja otak. Semakin tinggi rasa takut terhadap matematika akibatnya adalah penurunan kapasitas kerja otak. Dari penjelasan ini dapat dilihat bahwa kemampuan matematik merupakan suatu kemampuan yang berbeda untuk tiap orang sehingga dapat digunakan sebagai salah satu variabel dalam penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 5. Prestasi Belajar Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai mempunyai kaitan erat antara materi dengan metode belajar yang dipakai guru dan siswa dalam menerima materi tersebut. Sejauh mana keberhasilan guru memberikan materi, dan sejauh mana siswa dapat menyerap materi yang disajikan itu dapat diperoleh informasinya melalui evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan untuk mengetahui apakah suatu program telah berhasil dan efisien atau belum (Robinson Situmorang, Atwi Suparman, Rudi Susilana, 2005: 5.2). Dalam evaluasi makna yang terkandung di dalamnya adalah berupa skor yang diperoleh siswa, kemudian menjadi suatu kajian sebagai kesimpulan, apakah memuaskan atau tidak, baik atau kurang baik, lulus atau tidak, dan sebagainya. Beberapa hal tersebut lebih sering disebut sebagai prestasi belajar siswa. Menurut Nana Sudjana (2006: 22) “Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya”. Hasil belajar yang dimaksudkan ini tidak lain adalah prestasi yang merupakan cermin keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan usaha untuk mendapat ilmu pengetahuan. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotor. a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari tujuh aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi, dan mencipta. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah sedangkan kelima selanjutnya merupakan kognitif tingkat tinggi. b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan commitaspek to userranah psikomotor, yaitu gerakan kemampuan bertindak. Ada enam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Dari ketiga ranah ini, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pembelajaran. Selanjutnya Slameto (2010: 54) menjelaskan bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi 2 golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor internal meliputi 3 aspek, yaitu: 1) Faktor jasmaniah, meliputi: kesehatan dan cacat tubuh 2) Faktor psikologis, meliputi: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan 3) Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani Sedangkan faktor eksternal meliputi 3 aspek, yaitu: 1) Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan 2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah 3) Faktor masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat Prestasi yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Dalam penelitian ini faktor internal yang dibahas adalah kemampuan matematik siswa, sedangkan faktor eksternalnya commit to user adalah metode pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 6. Termokimia a. Azas Kekekalan Energi Hukum kekekalan energi menjelaskan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah dari bentuk energi yang satu menjadi bentuk energi yang lain. Penerapan hukum termodinamika pertama untuk suatu proses bergantung pada sistem dan lingkungannya. Sistem adalah bagian yang menjadi pusat perhatian untuk dipelajari atau diamati, sedangkan lingkungan adalah bagian di luar sistem yang dapat mempengaruhi sistem. Dalam reaksi kimia misalnya, direaksikan batu pualam (CaCO 3) dengan larutan asam klorida dalam suatu gelas kimia, maka sistem adalah proses reaksi yang melibatkan reaktan (kristal CaCO3 dan larutan HCl) dan produk. Sedangkan lingkungannya adalah wadah dan keadaan di luar. Sistem memiliki sejumlah tertentu energi. Energi dalam yang tersimpan pada sistem (jumlah energi kinetic dan energi potensial) disebut energi dalam (E). Besarnya energi dalam tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah perubahan energi dalam (∆E). Perubahan energi dalam sistem dapat terjadi karena sistem menyerap energi dari lingkungan atau sistem melepas energi ke lingkungan. Bertambahnya energi dalam sistem diimbangi dengan berkurangnya energi dalam lingkungan dan sebaliknya. Energi yang berpindah dari sistem ke lingkungan dan sebaliknya berupa kalor (q) atau kerja (w). Sehingga azas kekekalan energi dapat dirumuskan : ∆E = q + W ∆E = perubahan energi dalam q = kalor yang diserap/dilepaskan oleh sistem W = kerja yang dilakukan / diterima sistem Bila sistem menyerap kalor, q bernilai positif (q>0) Bila sistem melepaskan kalor, q bernilai negatif (q<0) Bila sistem melakukan kerja, w bernilai negatif (w<0) Bila kerja dilakukan terhadap sistem, w bernilai positif (w>0) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 b. Entalpi dan Perubahan Entalpi Entalpi (H) adalah jumlah energi yang dimiliki sistem pada tekanan tetap. Entalpi dirumuskan sebagai jumlah energi yang terkandung dalam sistem (E) dan kerja (W). H=E+W dengan: W = P × V E = energi (joule)
W = kerja sistem (joule)
V = volume (liter)
P = tekanan (atm)
Nilai energi suatu materi tidak dapat diukur, yang dapat diukur hanyalah perubahan energi (ΔE). Demikian juga halnya dengan entalpi, entalpi tidak dapat diukur, kita hanya dapat mengukur perubahan entalpi (ΔH). ΔH = Hp – Hr dengan: ΔH = perubahan entalpi H
= entalpi produk H
Hp = entalpi produk Hr = entalpi reaktan atau pereaksi 1) Bila H produk > H reaktan, maka ΔH bertanda positif, berarti terjadi penyerapan kalor dari lingkungan ke sistem. 2) Bila H reaktan > H produk, maka ΔH bertanda negatif, berarti terjadi pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan. Secara matematis, perubahan entalpi (ΔH) dapat diturunkan sebagai berikut: H
= E+W
(1)
ΔH
= ΔE + PΔV
(2)
ΔE
= q+W
(3)
Pada tekanan tetap :
Wsistem = –PV
(4)
Substitusi persamaan (3) dan (4) dalam persamaan (2): ΔH = (q + W) + PΔV = (q – PΔV) + PΔV = q Jadi, pada tekanan tetap, perubahan entalpi (ΔH) sama dengan kalor (q) yang commit to user diserap atau dilepas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 c. Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm Berdasarkan perpindahan energinya atau perubahan entalpinya ada dua jenis reaksi: 1) Reaksi eksoterm yaitu reaksi yang membebaskan kalor, kalor mengalir dari sistem ke lingkungan (terjadi penurunan entalpi), entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu, perubahan entalpinya bertanda negatif. Pada reaksi eksoterm umumnya suhu sistem tinggi, yang menyebabkan sistem melepas kalor ke lingkungan. Pelepasan ini terjadi hingga dicapai kesetimbangan suhu dengan lingkungan. Suhu yang diperoleh pada saat setimbang umumnya masih lebih besar dari suhu kamar, sehingga lingkungan akan merasakan panas. Reaksi eksoterm: H = HP - HR < 0 atau H = (-) 2) Reaksi Endoterm yaitu reaksi yang memerlukan kalor, kalor mengalir dari lingkungan ke sistem (terjadi kenaikan entalpi), entalpi produk lebih besar daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu, perubahan entalpinya bertanda positif. Pada reaksi endoterm umumnya suhu sistem rendah, yang menyebabkan sistem menyerap kalor dari lingkungan. Penyerapan ini terjadi hingga dicapai kesetimbangan suhu dengan lingkungan. Suhu yang diperoleh pada saat setimbang umumnya masih lebih rendah dari suhu kamar, sehingga lingkungan akan merasakan dingin. Reaksi endoterm: H = HP - HR > 0 atau H = (+)
Sistem
Kalor
Lingkungan
Kalor
Sistem
(a) (b) commit to Eksoterm user Gambar 1. Perpindahan Kalor pada Reaksi (a) dan Reaksi Endoterm (b)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 Untuk memperlihatkan hubungan entalpi sistem sebelum dan sesuah reaksi dapat dinyatakan dengan grafik yang disebut diagram entalpi (diagram tingkat energi). Secara umum diagram tingkat energi untuk reaksi eksoterm dan reaksi endoterm terlihat pada gambar berikut : H
Reaktan
H
Produk
∆H < 0
∆H > O
Produk
(a)
Reaktan
Reaksi
(b)
Reaksi
Gambar 2. Diagram Tingkat Energi Reaksi Eksoterm (a) dan Reaksi Endoterm (b) d. Persamaan Termokimia Persamaan termokimia adalah persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya (H). Nilai perubahan entalpi yang dituliskan pada persamaan termokimia harus sesuai dengan stoikiometri reaksi, artinya jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien reaksinya. Selanjutnya, karena entalpi reaksi juga bergantung pada wujud zat yang terlibat dalam reaksi, maka wujud atau keadaan zat juga harus dinyatakan dalam persamaan reaksi. Contoh: Reaksi gas nitrogen dengan gas oksigen membentuk 1 mol gas NO2 diperlukan kalor sebesar 33,8 kJ. Pernyataan diperlukan menunjukkan bahwa reaksi ini tergolong endoterm sehingga ∆H bertanda positif ∆H = +33,8 kJ per mol NO2 yang terbentuk. Persamaan termokimianya dituliskan sebagai berikut N2(g) + O2(g) →
NO2(g)
∆H = +33,8 kJ/mol
atau 2N2(g) + O2(g) →
2NO2(g)
∆H= +67,6 kJ commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 e. Perubahan Entalpi Standar (Ho) Perubahan entalpi standar (ΔH°) adalah perubahan entalpi (ΔH) reaksi yang diukur pada kondisi standar, yaitu pada suhu 298 K dan tekanan 1 atm. Satuan ΔH adalah kJ dan satuan ΔH molar reaksi adalah kJ/mol. 1) Perubahan Entalpi Pembentukan standar (Hfo) Perubahan entalpi pembentukan standar adalah besarnya energi yang dibebaskan atau diserap pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur – unsurnya dalam keadaan standar (25º C, 1 atm). Perubahan entalpi pembentukan diberi simbol ∆Hfo (Standar Enthalphy of Formation). Contoh : ∆H pembentukan H2O(ℓ) = -285,58 kJ/mol Artinya untuk pembentukan 1 mol air dari gas H2 dan gas O2 dibebaskan energi sebesar 285,58 kJ. Persamaan termokimianya : H2(g) + O2(g) → H2O(ℓ) ∆Hfo= -285,58 kJ/mol 2) Perubahan Entalpi Penguraian Standar (∆Hdo ) Perubahan entalpi penguraian standar adalah besarnya energi yang dibebaskan atau diserap pada penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur – unsurnya pada keadaan standar. Perubahan entalpi penguraian merupakan kebalikan dari perubahan entalpi pembentukan. Perubahan entalpi penguraian standar diberi simbol ∆Hdo (Standar Enthalpy of Decomposition). Contoh : ∆H penguraian NH3(g) = + 46,2 kJ/mol Artinya penguraian 1 mol NH3(g) menjadi N2(g), dan H2(g) diperlukan energi (kalor) sebesar 46,2 kJ Persamaan termokimianya : NH3(g) →
N2(g) +
H2(g)
∆Hdo = +46,2 kJ/mol
3) Perubahan Entalpi Pembakaran Standar (∆Hcº) Perubahan entalpi pembakaran standar adalah besarnya energi yang commit to user dibabaskan atau diperlukan pada pembakaran sempurna 1 mol unsur atau senyawa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 dengan O2 dari udara, dalam keadaan standar. Perubahan entalpi pembakaran standar diberi symbol ∆HCº (Standar Entalphy of Combustion). Pembakaran dikatakan sempurna jika : karbon (C) terbakar menjadi CO2 hidrogen (H) terbakar menjadi H2O belerang (S) terbakar menjadi SO2 senyawa hidrokarbon (CxHy) terbakar menjadi CxHy + O2 → CO2 + H2O. Contoh : Pada pembakaran 570 gram isooktana (C8H18), salah satu komponen yang ada dalam bensin, pada keadaan standar/STP dibebaskan kalor sebesar 27.500 kJ. Hitunglah besarnya ΔHco dan tulislah persamaan termokimia pembakaraan isooktana tersebut! Jawab : Mol isooktana = = = 5 mol Untuk 1 mol C8H18 maka ΔHco = x (–27500) = –5500 kJ Persamaan termokimia: C8H18(l) +
O2(g) → 8 CO2(g) + 9 H2O(g)
∆Hco = –5500 kJ
4) Perubahan Entalpi Molar Lainnya (∆Hcº) Selain entalpi molar yang telah dibahas di atas, masih terdapat berbagai entalpi molar lain, seperti entalpi penetralan,pelarutan dan peleburan. a) Entalpi Penetralan Entalpi penetralan adalah perubahan entalpi (ΔH) yang dihasilkan pada reaksi penetralan asam (H+) oleh basa (OH-) membentuk 1 mol air. Satuan entalpi penetralan adalah kJ/mol. Contoh: NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + commit H2O(l) to user ΔH = –890,4 kJ/mol
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 b) Entalpi Pelarutan Entalpi pelarutan adalah perubahan entalpi (ΔH) yang dihasilkan pada Pelarutan 1 mol zat. Satuan entalpi penetralan adalah kJ/mol. Contoh: NaOH(s) → Na+ aq) + Cl-(aq) ΔH = –204 kJ/mol c) Entalpi Peleburan Entalpi peleburan adalah perubahan entalpi (ΔH) pada perubahan 1 mol zat dari bentuk padat menjadi cair pada titik leburnya. Satuan entalpi peleburan adalah kJ/mol. Contoh: NaCl(s) → NaCl(l)
ΔH = –112 kJ/mol
f. Penentuan Perubahan Entalpi (H) 1) Melalui Percobaan (Kalorimetri) Perubahan entalpi (∆H) yang menyertai suatu reaksi dapat ditentukan melalui percobaan dengan menggunakan alat kalorimeter. Pengukuran ∆H dengan cara ini dinamakan kalorimetri. Data ∆H yang tercantum pada tabel – tabel umumnya ditentukan secara kalorimetri. Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi (tidak ada pertukaran materi maupun energi dengan lingkungan di luar kalorimeter). Dengan demikian, semua kalor yang dibebaskan oleh reaksi yang terjadi di dalam kalorimeter, tidak ada yang terbuang keluar kalorimeter. Dengan mengukur kenaikan suhu di dalam kalorimeter, kita dapat menentukan jumlah kalor yang diserap oleh air serta perangkat kalorimeter berdasarkan rumus : qlarutan = m c ∆T dan qkalorimeter = C ∆T dengan,
q = jumlah kalor dalam joule (J) m = massa zat (dalam gram) c = kalor jenis (dalam Jg-1C-1 atau Jg-1K-1) C = kapasitas kalor kalorimeter (dalam JC-1) commit to user t = perubahan suhu = t akhir – t awal (C atau K).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi sama dengan kalor yang diserap oleh larutan dan kalorimeter, tetapi tandanya berbeda : qreaksi = ±( qlarutan + qkalorimeter) Kalorimeter Bom (Bomb Calorimeter) merupakan suatu kalorimeter yang dirancang khusus sehingga sistem benar-benar dalam keadaan tertutup. Meskipun sistem telah diusahakan tertutup, tetapi ada kemungkinan sistem masih dapat menyerap atau melepaskan kalor ke lingkungan, yang dalam hal ini lingkungannya adalah kalorimeter itu sendiri.
(a)
(b)
Gambar 3. Kalorimeter Bom (a) dan Kalorimeter Sederhana (b) Kalorimeter sederhana dapat dibuat dari gelas atau wadah yang bersifat isolator (tidak menyerap kalor), misalnya stereofoam. Dengan demikian dianggap bahwa perubahan kalor yang terjadi pada saat reaksi tidak ada yang hilang. Jadi kalor reaksi sama dengan jumlah kalor yang diserap atau yang dilepaskan larutan, sedangkan kalor yang diserap oleh kalorimeter dan lingkungan diabaikan. qreaksi = ± qlarutan 2) Berdasarkan Hukum Hess Pengukuran perubahan entalpi suatu reaksi kadangkala tidak dapat ditentukan langsung dengan kalorimeter, misalnya pada penentuan perubahan entalpi pembentukan standar (Hf ) SO3. S(s) +
O2(g) SO3(g) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 Untuk mengatasi permasalahan tersebut Henry Germain Hess (1840) melakukan serangkaian percobaan dan diperoleh kesimpulan bahwa perubahan entalpi suatu reaksi merupakan fungsi keadaan yang artinya, perubahan entalpi suatu reaksi tidak bergantung pada lintasan/jalannya reaksi, tetapi hanya ditentukan keadaan awal dan keadaan akhir. Pernyataan tersebut dikenal sebagai Hukum Hess. Jadi menurut hukum Hess ∆H reaksi hanya ditentukan keadaan awal dan akhir reaksi, tidak bergantung pada jalannya reaksi. Hukum Hess juga dikenal sebagai hukum penjumlahan kalor. Dalam hal ini reaksi yang diketahui kalor reaksinya disusun sedemikian rupa sehingga penjumlahannya menjadi sama dengan reaksi yang diselidiki. Contoh : Reaksi pembentukan gas SO3 dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu : a) Secara langsung Reaksi (1) S(s) +
O2(g)
SO3(g)
∆H1 = X kJ
b) Secara tidak langsung, terjadi dalam 2 tahap reaksi : Reaksi (2) S(s) + O2(g)
SO2(g)
∆H2 = -297 kJ
Reaksi (3) SO2(g)+ O2(g)
SO3(g)
∆H3 = -99 kJ
Melalui percobaan dapat diukur ∆H pembentukan SO2 (∆H2) dan ∆H pembakaran SO2 (∆H3). Dari ketiga reaksi tersebut, menunjukkan bahwa reaksi (1) merupakan penjumlah reaksi (2) dan reaksi (3), menurut Hukum Hess. ∆H1 = ∆H2 + ∆H3 = -297 kJ + (-99 kJ) = -396 kJ, Jadi ∆H pembentukan SO3(g) adalah -396 kJ Hukum Hess dapat dinyatakan dalam bentuk diagram siklus atau diagram tingkat energi. Diagram siklus dan diagram tingkat energi untuk reaksi pembentukan gas SO3 di atas diberikan pada Gambar 4 dan Gambar 5. ∆H1 = -396 kJ SO3(g) S(s) + O2(g) Keadaan awal ∆H2 = -297 kJ
Keadaan akhir ∆H3 = -99 kJ
SO2(s) + O2(g) commit to user Gambar 4. Diagram Siklus Reaksi Pembentukan Gas SO3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
H S(s) +
0
O2(g)
Keadaan awal ∆H2 = -297 kJ
∆H1 = -396 kJ
SO2(s) + O2(g)
-297
∆H3 = -99 kJ SO3(g) -396
Keadaan akhir
Gambar 5. Diagram Tingkat Energi Reaksi Pembentukan Gas SO3 3) Berdasarkan Tabel Entalpi Pembentukan Standar ∆Hfo Kalor reaksi dapat juga ditentukan dari data entalpi pembentukan zat pereaksi dan produknya. Dalam hal ini, zat pereaksi dianggap terlebih dahulu terurai menjadi unsur – unsurnya, kemudian unsur – unsur tersebut bereaksi membentuk zat produk. Secara umum, untuk reaksi : m AB + n CD ⎯⎯→ p AD + q CB ΔH= ?
ΔH= (p · ΔHf° AD + q · ΔHf° CB) – (m · ΔHf° AB + n · ΔHf° CD) atau ∆H reaksi = ∑∆Hfo (produk) - ∑∆Hfº (pereaksi) 4) Berdasarkan Data Energi Ikatan Di dalam suatu reaksi kimia, pada dasarnya adalah peristiwa pemutusan dan penggabungan ikatan kimia. Misal: X2 + Y2
2 XY, dapat ditulis:
X-X + Y-Y X + X + Y + Y X-Y + X-Y Untuk memutuskan suatu ikatan kimia diperlukan energi, sedangkan pada penggabungan ikatan dibebaskan energi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 a) Energi Ikatan Energi ikatan didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk memutuskan 1 mol ikatan dari suatu molekul dalam wujud gas. Energi ikatan dinyatakan dalam satuan kilo joule (kJ). Tabel 1. Energi Berbagai Jenis Ikatan (kJ/mol) Ikatan tunggal C–H 413 N–H 391 O – H 463 F – F
155
C–C
348
N–N
163
O–O
146
C–N
293
N–O
201
O–F
190
Cl – F
253
C–O
358
N–F
272
O – Cl
203
Cl– Cl
242
C–F
485
N – Cl
200
O–I
234
C – Cl
328
N – Br
243
Br – F
237
C – Br
276
C–I
240
H–H
C–S
259
Si – H
S–H
339
Br – Cl 218
436
S–F
327
Br – Br 193
H–F
567
S – Cl
253
323
H – Cl
431
S – Br
218
I – Cl
208
Si – Si
226
H – Br
366
S–S
266
I – Br
175
Si – C
301
H–I
299
I–I
151
Si – O
368
Ikatan ganda C=C
614
CN
891
N=N
418
S=O
323
CC
839
C=O
799
NN
941
S=S
418
C=N
615
CO
1072 O2
495
b) Energi Ikatan Rata-Rata Energi ikatan rata-rata adalah energi rata-rata yang dibutuhkan untuk memutuskan sebuah ikatan dari seluruh ikatan suatu molekul gas menjadi atomatom gas. Energi ikatan rata-rata merupakan besaran yang cukup berarti untuk meramalkan besarnya energi dari suatu reaksi yang sukar ditentukan melalui pengukuran langsung dengan kalorimeter. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 c) Energi Atomisasi Energi atomisasi adalah energi yang dibutuhkan untuk mengurai satu mol senyawa gas menjadi atom-atomnya dalam wujud gas. d) Menghitung H Reaksi dari Data Energi Ikatan Reaksi kimia antarmolekul dapat dianggap berlangsung dalam dua tahap, yaitu: Pemutusan ikatan pada pereaksi Pembentukan ikatan pada produk Maka, dalam menentukan perubahan entalpi suatu reaksi adalah sebagai berikut: H = Σ energi ikatan reaktan yang putus - Σ energi ikatan produk yang terbentuk (Agung Nugroho Catur Saputro, dkk.,2009: 40-67) B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Doymuş, Kemal, et al (2009) dengan judul “Effects of Two Cooperative Learning Strategies on Teaching and Learning Topics of Thermochemistry”. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa metode pembelajaran GI lebih baik daripada Jigsaw. Dalam pembelajaran GI siswa dapat memperoleh pengetahuan baru, meningkatkan kemampuan belajar, dan memperbesar rasa percaya diri mereka. Materi termokimia merupakan materi yang membutuhkan penguasaan konsep dan keterampilan pengoperasian angka, maka dimungkinkan akan memberikan dampak yang sama terhadap penelitian ini. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Suranto (2003) dengan Judul “Pengaruh Kemampuan Numerik dan Kemampuan Verbal serta Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas 1 Sekolah Menengah Umum Kabupaten Sukoharjo”. Dari penelitian ini dapat diambil 2 simpulan terkait kemampuan numerik yaitu : (a) terdapat pengaruh yang signifikan dari kemampuan numerik terhadap prestasi belajar matematika, (b) siswa yang memiliki kemampuan numerik tinggi cenderung memiliki prestasi belajar matematika yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki commit to user kemampuan numerik rendah. Kemampuan matematik merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 pengembangan dari kemampuan numerik, di mana kemampuan matematik dalam penelitian ini masih menggunakan komponen-komponen kemampuan numerik yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan real. Namun untuk operasi kuadrat dan akar tidak digunakan karena tidak mendukung materi termokimia. Komponen tambahan yang digunakan adalah kesebandingan, yang dalam materi termokimia sangat berguna. Dengan melihat kondisi ini maka penelitian dari Suranto dapat digunakan sebagai pembanding. C. Kerangka Pemikiran Salah satu permasalahan dalam proses belajar mengajar adalah siswa yang pasif selama kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut dapat disebabkan oleh penyajian materi pelajaran yang sebagian besar masih menggunakan metode ceramah sehingga kurang menarik dan membosankan bagi siswa. Permasalahan tersebut tentunya dapat membuat prestasi belajar siswa menjadi rendah. Permasalahan ini juga ditemukan pada siswa kelas XI IPA SMAN 1 Wonogiri, untuk mata pelajaran kimia dengan materi pokok termokimia. Kebanyakan siswa menganggap mata pelajaran kimia sulit terutama dalam menyelesaikan soal hitungan yang membutuhkan pemahaman konsep pada materi termokimia. Meskipun sudah memiliki sarana penunjang kegiatan pembelajaran yang baik, namun minimnya nilai kimia siswa pada materi pokok termokimia kelas XI IPA semester I SMA Negeri 1 Wonogiri masih sering terjadi. Hal ini ditunjukkan dengan data nilai siswa pada tahun Pelajaran 2010/2011 terdapat 70% siswa yang belum tuntas. Sesuai dengan tuntutan profesionalisme guru, maka seorang guru harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan metode mengajarnya sedemikian rupa sehingga mampu mengeksplorasi keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Materi pokok Termokimia membutuhkan pemahaman konsep dan kemampuan berhitung. Oleh karena itu diharapkan dengan model pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa berdiskusi dan bertukar pikiran dengan teman-temannya dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 materi tersebut. Dua diantara model pembelajaran kooperatif adalah metode Group Investigation (GI) dan metode Team Assisted Individualization (TAI). Materi
termokimia
memiliki
beberapa
karakteristik,
diantaranya
merupakan salah satu materi kimia yang memerlukan pemahaman konsep dengan baik, terlebih lagi sebagian besar konsep pada materi ini abstrak, selain itu pada termokimia terdapat soal–soal hitungan. Sehingga akan lebih baik jika metode yang diterapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan melatih kemampuan mengerjakan soal hitungan. Hal ini sesuai dengan teori belajar kontruktivistik yang menjelaskan bahwa setiap siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari agar dapat memperoleh hasil yang maksimal. Pada metode pembelajaran GI setiap siswa berperan aktif dalam melakukan investigasi dan dapat berdiskusi untuk memperoleh konsep–konsep termokimia dari berbagai sumber dan menyimpulkannya secara mandiri, sehingga pemahaman konsep yang dimiliki tiap siswa lebih kuat. Usaha mandiri siswa juga merupakan sarana berlatih untuk menyelesaikan permasalahan hitungan dalam termokimia. Pada metode pembelajaran TAI, kelompok cenderung terpusat pada asisten, sehingga pemahaman untuk tiap siswa kurang begitu kuat, terlebih kualitas pemahaman konsep hanya tergantung pada pemahaman asisten. Aktivitas kelompok pada metode pembelajaran ini tidak mampu memberikan banyak kesempatan dalam hal berlatih menyelesaikan soal secara mandiri. Dari penjelasan di atas diduga penggunaan metode pembelajaran GI lebih baik daripada metode pembelajaran TAI terhadap prestasi belajar termokimia. Dalam
pencapaian
hasil
belajar,
terdapat
faktor–faktor
yang
mempengaruhi proses belajar siswa. faktor–faktor tersebut dapat berupa faktor eksternal maupun faktor internal. Salah satu faktor internal adalah kemampuan matematik siswa. Karakteristik yang lain dari materi termokimia adalah membutuhkan ketelitian dan keterampilan siswa dalam mengoperasikan angkaangka untuk perhitungannya. Sementara itu kemampuan matematik dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mengoperasikan bilangan tentang commit to user perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan, serta kesebandingan dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 termokimia. Berdasarkan teori belajar kognitif, belajar merupakan proses pemfungsian faktor internal sehingga mampu memberikan respon terhadap stimulus. Dengan kemampuan matematik sebagai faktor internal siswa, diduga terdapat perbedaan respon yang berupa prestasi belajar antara siswa dengan kemampuan matematik tinggi dan rendah. Siswa yang memiliki kemampuan matematik yang tinggi akan mampu menyelesaikan permasalahan hitungan dalam termokimia dengan lebih mudah. Dari penjelasan ini diduga siswa dengan kemampuan matematik tinggi memiliki prestasi belajar termokimia yang lebih baik daripada siswa dengan kemampuan matematik rendah. Pada pembelajaran materi pokok termokimia dengan metode Group Investigation (GI) dan Team Assisted Individualization (TAI) ditinjau dari kemampuan matematik siswa, dimungkinkan akan terjadi fenomena dimana siswa dengan kemampuan matematik tinggi memiliki prestasi belajar yang setara antara siswa yang diajar dengan metode GI maupun TAI. Siswa dengan kemampuan matematik yang tinggi mampu menyelesaikan permasalahan hitungan dalam termokimia dengan lebih mudah, baik diajar dengan metode GI atau TAI. Sedangkan siswa dengan kemampuan matematik rendah, melalui metode pembelajaran GI diduga akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan metode pembelajaran TAI. Hal ini dimungkinkan karena pada metode GI, setiap siswa dituntut untuk aktif dalam melakukan investigasi dan
berdiskusi
tentang
permasalahan
termokimia,
dan
ketika
terdapat
permasalahan tentang hitungan siswa harus berusaha memecahkannya secara mandiri. Usaha mandiri siswa ini merupakan sarana berlatih untuk menyelesaikan soal hitungan. Dari penjelasan ini diduga terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation (GI) dan Team Assisted Individualization (TAI) dengan kemampuan matematik siswa terhadap prestasi belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 INPUT: 1. 2. 3. 4.
Prestasi belajar termokimia siswa masih rendah. Penerapan metode yang variatif pada pembelajaran kimia belum maksimal. Kemampuan matematik siswa belum mendapatkan perhatian dari guru. Siswa belum diikutsertakan dalam pembangunan pemahaman.
5.
Ditinjau dari faktor internal siswa Keterampilan dalam mengoperasikan angkaangka atau kemampuan matematik
Penggunaan model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran dengan metode Group Investigation (GI) dan metode Team Assisted Individualization (TAI) Output Prestasi belajar tinggi Gambar 6. Skema Kerangka Berpikir D. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran dan perumusan masalah yang diajukan, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Ada pengaruh pembelajaran kimia dengan menggunakan metode Group Investigation (GI) dan Team Assisted Individualization (TAI) terhadap prestasi belajar siswa. 2. Ada pengaruh kemampuan matematik siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. 3. Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation (GI) dan Team Assisted Individualization (TAI) dengan kemampuan matematik siswa terhadap prestasi belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Wonogiri pada kelas XI IPA semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Mei 2011. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap–tahap pelaksanaannya sebagai berikut : Tabel 2. Tahap Penelitian Bulan
Kegiatan
5
6
7
8
9
10
Pengajuan Judul Persiapan
Pembuatan Proposal Permohonan ijin Penelitian
Pengambilan Data
Pembuatan dan uji instrumen Pengambilan data penelitian Pengolahan data
Penyelesaian
Penyusunan laporan Ujian B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen, menggunakan anava dua jalan dengan rancangan faktorial 2x2. Faktor pertama adalah model pembelajaran kooperatif yaitu metode pembelajaran Group Investigation (GI) dan Team Assisted Individualization (TAI). Faktor kedua adalah kemampuan matematik siswa yang dibagi menjadi kemampuan matematik tinggi dan rendah.
commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 Tabel 3. Rancangan Penelitian Metode Pembelajaran (A) Kemampuan Matematik Kemampuan
Tinggi (B1)
Matematik (B)
Kemampuan Matematik Rendah (B2)
GI (A1)
TAI (A2)
A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
Keterangan : A1 B1
: Penggunaan metode GI pada siswa dengan kemampuan matematik tinggi
A1 B2
: Penggunaan metode GI pada siswa dengan kemampuan matematik rendah
A2 B1
: Penggunaan metode TAI pada siswa dengan kemampuan matematik tinggi
A2 B2
: Penggunaan metode TAI pada siswa dengan kemampuan matematik rendah Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Randomized
Post Test Design”. Rancangan ini menggunakan 2 kelompok subyek, yaitu 1 kelompok sebagai kelas eksperimen I (GI) dan 1 kelompok sebagai kelas eksperimen II (TAI). Untuk lebih jelasnya rancangan dapat dilihat dalam tabel 4. Tabel 4. Desain Penelitian Randomized Post Test Design Kelas
Perlakuan
Post Test
Eksperimen I
X1
T1 dan T2
Eksperimen II
X2
T1 dan T2
Langkah-langkah yang dilakukan dalam rancangan penelitian ini adalah: 1. Memberikan tes kemampuan matematik kepada siswa. 2. Memberikan perlakuan X1 berupa metode pembelajaran Group Investigation (GI) dan perlakuan X2 berupa penggunaan metode pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 3. Memberikan post test berupa aspek kognitif (T1) dan afektif (T2) pada kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II untuk mengukur prestasi kognitif dan afektif setelah diberi perlakuan X1 dan X2 4. Menerapkan uji statistik yang sesuai untuk menentukan pengaruh variabel bebas. C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Penetapan Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SBI SMA Negeri 1 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 5 kelas dengan rata–rata jumlah siswa adalah 34 orang. 2. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Dalam teknik ini sampel merupakan unit dalam populasi yang mendapat peluang sama untuk menjadi sampel, bukan siswa secara individual tetapi kelas. Dalam penelitian ini didapat 2 sampel yaitu kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4. Kelas XI IPA 4 sebagai eksperimen I yang diajar manggunakan metode GI dan kelas XI IPA 3 sebagai eksperimen II yang diajar menggunakan metode TAI. D. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas yaitu metode pembelajaran, dan kemampuan matematik. Sedangkan variabel terikat yaitu prestasi belajar. 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian a. Variabel bebas 1) Metode pembelajaran Metode Group Investigation (GI) merupakan metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada pengumpulan, penguasaan, analisis dan sintesis informasi yang diperoleh dari berbagai sumber belajar. Dalam GI semua anggota kelompok dituntut untuk aktif mengumpulkan informasi mengenai topik atau commit to user permasalahan yang menjadi tanggung jawab kelompoknya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 Sementara itu metode Team Assisted Individualization (TAI) merupakan metode yang menekankan pada kerjasama kelompok dimana seorang siswa yang lebih mampu, berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam satu kelompoknya. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. 2) Kemampuan Matematik Kemampuan mengoperasikan
matematik
bilangan
dalam
adalah
kemampuan
penjumlahan,
seseorang
pengurangan,
dalam
perkalian,
pembagian, serta penghitungan kesebandingan. b. Variabel terikat Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti pelajaran kimia pokok bahasan termokimia yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa yang dilambangkan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. 2. Skala Pengukuran dari Variabel Bebas Penelitian Variabel metode pembelajaran berupa metode pembelajaran GI dan TAI berskala pengukuran nominal. Variabel kemampuan matematik siswa berskala pengukuran nominal yang dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah. Perbedaan kategori ini berdasarkan pada skor rata–rata kedua kelas. Siswa dengan perolehan skor sama dan diatas skor rata-rata dimasukkan dalam kategori tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan skor dibawah skor rata–rata dimasukkan dalam kategori rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 E. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan angket. 1. Metode Tes Metode tes digunakan untuk mendapatkan data skor kemampuan matematik, dan nilai prestasi belajar kognitif pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Wonogiri tahun pelajaran 2011/ 2012. 2. Metode Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung dan tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden dan jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar afektif. F. Instrumen Penelitian Berdasarkan variabel yang diteliti maka instrumen penelitian yang diperlukan adalah tes kognitif, tes afektif, dan tes kemampuan matematik. 1. Tes Kognitif, Materi Pokok Termokimia dan Tes Kemampuan Matematik Pada tes kognitif, dan tes kemampuan matematik menggunakan bentuk tes objektif, terdiri dari 25 butir soal untuk tes penilaian kognitif, dan 20 butir soal tes kemampuan matematik yang masing–masing berupa pilihan ganda dengan lima pilihan. Skala penilaian aspek kognitif dan tes kemampuan matematik menggunakan skala 100, dengan penilaian sebagai berikut : Nilai = Sebelum
digunakan untuk
x 100 mengambil
data,
instrumen tersebut
diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas instrumen. a. Validitas Isi “Validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes” (Djemari Mardapi, 2008: 16). “Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat ukur hasil commit to user belajar yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan” (Anas Sudijono, 2008: 164). Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen memenuhi syarat atau tidak digunakan formula Gregory (2007) untuk melihat validitas isi secara keseluruhan. Formula Gregory adalah sebagai berikut: Content Validity = Dimana, A
: jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B
: jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan yang relevan menurut panelis II
C
: jumlah item yang relevan menurut panelis I dan yang kurang relevan menurut panelis II
D
: jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
Jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilakukan (Gregory, 2007: 121-123) b. Validitas Item Uji validitas item dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut : rxy =
N
N 2 N 2 2
2
Keterangan : X
: skor butir item nomor tertentu
Y
: skor total
rxy
: koefisien validitas
N
: jumlah subjek
Item dikatakan valid bila harga rxy > rtabel (Suharsimi Arikunto, 2006 : 170) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 c. Reliabilitas Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang berbeda pada waktu yang berbeda. Pengujian reliabilitas menggunakan Formula KR-20 : 2 n S t pq rtt = 2 n 1 S t
Keterangan : rtt
: koefisien reliabilitas
n
: jumlah item
St2
: variansi
p
: proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q
: proporsi subyek yang menjawab item dengan salah
Σpq
: jumlah hasil perkalian antara p dan q Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan
dengan r product moment. Apabila harga rtt > 0,700 maka tes instrumen tersebut adalah reliabel. (Anas Sudijono, 2008: 254) d. Daya Beda Taraf pembeda item adalah kemampuan suatu item untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang berkemampuan rendah (kurang pandai). Untuk menentukan daya pembeda butir digunakan formula sebagai berikut : D= Dimana:
(
)
D
: daya beda item
RU
: jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab benar
RL
: jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab benar
5T
: setengah dari jumlah seluruh siswa commit to user (Robert L. Linn & Norman E. Gronlund,2000:366)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 Kriteria daya pembeda: 0,0 – 0,2
: jelek
0,21 – 0,4
: cukup
0,41 – 0,7
: baik
0,71 – 1,0
: baik sekali (Anas Sudijono, 2008: 185)
e. Taraf Kesukaran Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir yang baik apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup. Untuk menentukan indeks kesukaran digunakan rumus sebagai berikut : P= Keterangan : P : angka indeks kesukaran item R
: banyaknya siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang bersangkutan
T
: jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar (Robert L. Linn & Norman E. Gronlund,2000:365) 2. Angket Afektif Materi Pokok Termokimia Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan
adalah angket langsung dan tertutup yaitu siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Skala penskoran digunakan skala Likert, adapun ketentuannya dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 5. Skor Penilaian Afektif Skor untuk aspek yang dinilai
Nilai (+)
(-)
SS (Sangat setuju)
4
1
S (Setuju)
3
2
TS (Tidak setuju)
2
3
STS (Sangat tidak setuju) commit to user
1
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 Tabel 6. Kategori Afektif Siswa Skor siswa
Kategori
X ≥ ( X + SB )
Sangat positif
( X + SB ) > X ≥ X
Positif
X > X ≥ ( X – SB )
Negatif
X < ( X – SB)
Sangat negatif (Djemari Mardapi, 2008: 122)
Sebelum digunakan untuk mengambil data, angket tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas instrumen. a. Validitas Isi Seperti halnya dengan instrumen kognitif dan kemampuan matematik, angket afektif juga divalidasi, yaitu segi validitas isi dengan rumus Content Validity (Gregory, 2007: 121-123). b. Validitas Item Uji validitas item dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson (Suharsimi Arikunto, 2006 : 170). c. Reliabilitas Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0) yaitu sebagai berikut: = Keterangan :
1−
∑
r 11
= reliabilitas yang dicari
n
= banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑
= jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians total (Suharsimi Arikunto, 2006: 196) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
G. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Sebagai uji prasarat analisis dilakukan uji kesamaan rata–rata, uji normalitas, dan uji homogensitas dengan taraf signifikansi 5 %. a. Uji Kesamaan rata – rata Uji ini digunakan untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal. Dengan cara menguji rata-rata nilai mata pelajaran kimia pada pokok bahasan Struktur atom dan ikatan kimia antar kelas eksperimen. Uji statistik yang digunakan adalah uji t dua pihak, dihitung menggunakan software SPSS 18. b. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung menggunakan software SPSS 18. Statistik uji menggunakan test of normality dengan pendekatan uji liliefors (Kolmogorov-Smirnov). Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 diterima ketika signifikansi yang diperoleh > α. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. c. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi – variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Uji homogenitas ini dihitung menggunakan software SPSS 18. Statistik uji menggunakan test homogenity of variance dengan statistik Based on mean. Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 diterima
ketika
signifikansi yang diperoleh > α. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. 2. Uji Hipotesis Dalam penelitian ini digunakan Analisis Variansi Dua Jalan dengan isi sel tak sama yang diuji dengan menggunakan software SPSS 18 dengan taraf signifikansi 5 %. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 Tabel 7. Rangkuman Anava Dua Jalan Sumber
JK
dk
RK
Fobs
Fα
P
Baris (A)
JKA
p-1
RKA
Fa
F*
< α atau > α
Kolom (B)
JKB
q-1
RKB
Fb
F*
< α atau > α
JKAB
(p-1)( q-1)
RKAB
Fab
F*
< α atau > α
Galat
JKG
N-pq
RKG
-
-
-
Total
JKT
N-1
-
-
-
-
Interaksi (AB)
P adalah probabilitas amatan, F* adalah nilai F yang diperoleh dari tabel (Budiyono, 2004: 213) 3. Uji komparasi Ganda (Metode Scheffe’) Uji komparasi ganda digunakan untuk mengetahui lebih lanjut rataan mana yang secara signifikan berbeda dari yang lain, setelah dilakukan analisis variansi. Jadi, uji komparasi ganda merupakan analisis pasca variansi. Uji untuk komparasi ganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Scheffe’. Untuk metode Scheffe’ pada analisis variansi dua jalan terdapat empat macam komparasi, yaitu : komparasi rataan antar baris, komparasi rataan antar kolom, komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama, komparasi rataan antar sel pada baris yang sama (Budiyono, 2004: 214–215).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Pengujian Instrumen Berdasarkan variabel yang diteliti maka instrumen penelitian yang diperlukan adalah tes kognitif, tes afektif, dan tes kemampuan matematik. Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas instrumen. Komputasi dari uji ini dapat dilihat pada Lampiran 16 untuk instrumen kemampuan matematik, Lampiran 17 untuk instrumen kognitif, dan Lampiran 18 untuk instrumen afektif, rangkuman hasilnya disajikan pada tabel berikut: Tabel 8. Hasil Uji Validitas Isi dan Reliabilitas Instrumen Kognitif, Kemampuan Matematik, dan Afektif Instrumen Instrumen Kemampuan Instrumen Kriteria Kriteria Kognitif Matematik Afektif Validitas Isi
1
1
1
Valid
Reliabilitas
0,92
0,88
0,90
Reliabel
Tabel 9. Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kognitif, Kemampuan Matematik, dan Afektif Kriteria Variabel Valid Invalid Instrumen Kognitif
29
6
Instrumen Kemampuan Matematik
22
3
Instrumen Afektif
34
16
Tabel 10. Hasil Uji Daya Beda Instrumen Kognitif dan Kemampuan Matematik Kriteria Variabel
Baik Sekali
Baik
Cukup
Jelek
Instrumen Kognitif
1
23
5
6
Instrumen Kemampuan Matematik
-
5
16
4
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 Tabel 11. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Kognitif dan Kemampuan Matematik Kriteria Variabel Mudah Sedang Sukar Instrumen Kognitif
7
23
5
Instrumen Kemampuan Matematik
22
2
1
Berdasarkan data di atas, instrumen kemampuan matematik yang digunakan adalah 20 soal dari 25 soal, instrumen kognitif yang digunakan adalah 25 soal dari 35 soal, instrumen afektif yang digunakan adalah 30 soal dari 50 soal. Ketiga instrumen telah valid dan reliabel, sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk pengambilan data. B. Deskripsi Data Data dalam penelitian ini diperoleh dari kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen dengan metode pembelajaran GI serta XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen dengan metode pembelajaran TAI di SMA Negeri 1 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. Data yang diperoleh meliputi: nilai kemampuan matematik, dan nilai prestasi belajar siswa pada materi termokimia yang meliputi prestasi kognitif dan afektif. Berikut ini deskripsi data hasil penelitian tersebut: 1.
Kemampuan Matematik
Data kemampuan matematik dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu kemampuan matematik tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai kemampuan matematik ≥ rata-rata nilai kemampuan matematik seluruh siswa dan kategori kemampuan matematik rendah bagi siswa yang mempunyi nilai kemampuan matematik < rata-rata nilai kemampuan matematik seluruh siswa. Perhitungan kategori pembagian kelompok siswa dapat dilihat pada Lampiran 19. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 67 siswa yang terdiri dari 34 siswa kelas eksperimen dengan metode pembelajaran GI dan 33 siswa kelas eksperimen dengan metode pembelajaran TAI, terdapat 32 siswa mempunyai kemampuan matematik tinggi dan 35 siswa mempunyai kemampuan matematik rendah. Secara commit to user rinci disajikan dalam Tabel 12 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 Tabel 12. Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan matematik Tinggi dan Rendah. Kelas XI IPA 4 (GI) Kelas XI IPA 3 (TAI) Kemampuan matematik
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Tinggi
15
45,45%
17
50%
Rendah
18
54.55%
17
50%
Jumlah
33
100%
34
100%
2. a.
Prestasi Belajar Kimia Meteri Termokimia
Prestasi Belajar Kognitif Perbandingan
prestasi
belajar
kognitif
kelas
eksperimen
yang
menggunakan metode pembelajaran GI dan TAI dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Kelas GI dan TAI Perbandingan
prestasi
belajar
kognitif
siswa
yang
mempunyai
kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik rendah dapat dilihat pada Gambar 8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Gambar 8. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa yang Mempunyai Kemampuan Matematik Tinggi dan Rendah b.
Prestasi Belajar Afektif Perbandingan
prestasi
belajar
afektif
kelas
eksperimen
yang
menggunakan metode pembelajaran GI dan TAI dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Kelas GI dan TAI Perbandingan prestasi belajar afektif siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik rendah dapat dilihat pada Gambar 10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Gambar 10. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Siswa yang Mempunyai Kemampuan Matematik Tinggi dan Rendah C. Pengujian Persyaratan Analisis 1.
Uji Kesamaan Rata-rata
Hasil uji kesamaan rata-rata menggunakan SPSS 18 dapat dilihat pada Lampiran 20. Dari perhitungan Uji t Dua Pihak antara kelas Eksperimen 1 dan 2 didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,441, nilai Sig. > 0,05 dan tobs = 0,591 dimana DK ={t| t < -1,96 atau t >1,96}, tobs ≠ daerah kritik, artinya Ho diterima atau nilai rata-rata kedua kelas (XI IPA 3 dan XI IPA 4) sama. Sedangkan hasil uji normalitas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,145 untuk kelas XI IPA 4 dan 0,2 untuk kelas XI IPA 3. Dari kedua kelas nilai Sig.> 0,05 artinya Ho diterima atau kedua kelas berasal dari populasi yang berditribusi normal. Begitu pula dengan uji homogenitas, dengan nilai signifikansi sebesar 0,601. Nilai Sig.> 0,05 artinya Ho diterima atau variansi pada setiap kelas sama (homogen). 2.
Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil komputasi dengan SPSS 18 dapat dilihat pada Lampiran 21, hasilnya commit disajikan to user pada Tabel 13.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 Tabel 13. Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar pada Masing-masing Kelompok Signifikansi Kriteria Pengelompokan Data Kognitif Afektif Metode GI
0,200
0,200
Metode TAI
0,200
0,200
Kemampuan Matematik Tinggi
0,200
0,200
Kemampuan Matematik Rendah
0,200
0,200
GI – Kemp.Mat Tinggi
0,200
0,200
GI – Kemp.Mat Rendah
0,200
0,200
TAI – Kemp.Mat Tinggi
0,200
0,133
TAI – Kemp.Mat Rendah
0,130
0,194
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji normalitas diperoleh nilai signifikansi > 0.05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa data terdistribusi normal. 3.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Uji yang dipakai menggunakan program SPSS 18. Komputasi dari uji ini dapat dilihat pada Lampiran 21, rangkuman hasilnya disajikan pada tabel berikut: Tabel 14. Hasil Pengujian Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Kriteria Perbandingan
Signifikansi Kognitif
Afektif
Metode GI - Metode TAI
0.368
0.693
Kemp.Mat Tinggi – Kemp.Mat Rendah
0.331
0.925
Antar Sel
0.436
0.659
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji perbandingan dua varian diperoleh signifikansi > 0.05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel mempunyai variansi yang sama commit to user (homogen).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 D. Pengujian Hipotesis 1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis variansi (Anava) 2 jalan dengan sel tak sama menggunakan program SPSS 18 dan komputasinya dapat dilihat pada Lampiran 23. Adapun rangkuman hasil Anava dua jalan disajikan sebagai berikut : Tabel 15. Rangkuman ANAVA Dua Jalan Prestasi Kognitif Source
Type III Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
a
3
788,210
5,766
,002
321931,628
1
321931,628
2355,092
,000
554,668
1
554,668
4,058
,048
1893,611
1
1893,611
13,853
,000
,467
1
,467
,003
,954
Error
8611,848
63
136,696
Total
331760,000
67
10976,478
66
Corrected Model Intercept Metode Kemp.Matmtk Metode * Kemp.Matmtk
Corrected Total
2364,629
a. R Squared = ,215 (Adjusted R Squared = ,178)
Tabel 16. Rangkuman ANAVA Dua Jalan Prestasi Afektif Source
Type III Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
a
3
304,526
5,617
,002
540188,343
1
540188,343
9963,954
,000
Metode
296,637
1
296,637
5,472
,023
Kemp.Matmtk
636,564
1
636,564
11,742
,001
30,613
1
30,613
,565
,455
Error
3415,498
63
54,214
Total
544512,000
67
4329,075
66
Corrected Model Intercept
Metode * Kemp.Matmtk
Corrected Total
913,577
a. R Squared = ,211 (Adjusted R Squared = ,173)
Kesimpulan: a. Pada efek utama metode pembelajaran, H0 ditolak. Diperoleh Fobs 4,058 (Kognitif) dan 5,472 (Afektif) > Ftabel (4,00) serta Sig. 0,048 (Kognitif) dan 0,023 commit (Afektif) < 0,05. Hal ini berarti H0 (metode to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 pembelajaran tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif dan afektif) ditolak, sehingga metode pembelajaran GI dan TAI berpengaruh terhadap prestasi kognitif dan afektif, maka diperlukan uji komparasi ganda. b. Pada efek utama kemampuan matematik, H0 ditolak. Diperoleh Fobs 13,853 (Kognitif) dan 11,742 (Afektif) > Ftabel (4,00) serta Sig. 0,000 (Kognitif) dan 0,001 (Afektif) < 0,05. Hal ini berarti H0 (kemampuan matematik tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif dan afektif) ditolak, sehingga kemampuan matematik tinggi dan rendah siswa berpengaruh terhadap prestasi kognitif dan afektif, maka diperlukan uji komparasi ganda. c. Pada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan matematik, H0 diterima. Diperoleh Fobs 0,003 (Kognitif) dan 0,565 (Afektif) < Ftabel (4,00) serta Sig. 0,954 (Kognitif) dan 0,455 (Afektif) > 0,05. Hal ini berarti H0 (tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan matematik terhadap prestasi kognitif dan afektif) dterima, sehingga tidak diperlukan uji komparasi ganda. 2.
Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan
Uji lanjut pasca anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata pada variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji komparasi ganda untuk prestasi belajar kognitif dan afektif dilakukan pada hipotesis pertama dan kedua. Pada hipotesis ketiga tidak diperlukan uji komparasi ganda, karena keputusan H0 diterima. a.
Aspek Kognitif Rata-rata prestasi kognitif berdasarkan metode pembelajaran dan
kemampuan matematik dapat dilihat pada Tabel 17 dan Gambar 11.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 Tabel 17. Rata-rata Prestasi Kognitif Metode Pembelajaran
Rataan
GI (A1)
TAI (A2)
Marginal
Kemampuan Tinggi (B1)
77,60
72,00
74,80
Matematik
67,11
61,18
64,15
72,36
66,59
Rendah (B2)
Rataan Marginal
Gambar 11. Rata-rata Prestasi Kognitif Rangkuman hasil perhitungan uji lanjut anava disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Aspek Kognitif Komparasi
F
Ftabel
Kesimpulan
A1 Vs A2
4,05
4,00
H0 ditolak
B1 Vs B2
13,84
4,00
H0 ditolak
Dari Tabel di atas dapat disimpulkan H0 ditolak karena F
hitung
>F
tabel.
Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara prestasi belajar kognitif siswa yang diajar menggunakan metode GI dengan siswa yang diajar menggunakan metode TAI dan antara siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah. Karena rataan marginal prestasi kognitif kelas dengan metode pembelajaran GI commit to user lebih besar daripada kelas dengan metode pembelajaran TAI, maka metode
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 pembelajaran GI memberikan prestasi kognitif yang lebih tinggi daripada metode pembelajaran TAI. Siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi akan meraih prestasi belajar kognitif yang lebih tinggi dari siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah pada materi pokok Termokimia. b.
Aspek Afektif Rata-rata prestasi afektif berdasarkan metode pembelajaran dan
kemampuan matematik dapat dilihat pada Tabel 19 dan Gambar 12. Tabel 19. Rata-rata Prestasi Afektif Metode Pembelajaran
Rataan
GI (A1)
TAI (A2)
Marginal
Kemampuan Tinggi (B1)
95,87
90,29
93,08
Matematik
88,33
85,47
86,9
92,1
87,88
Rendah (B2)
Rataan Marginal
Gambar 12. Rata-rata Prestasi Afektif Rangkuman hasil perhitungan uji lanjut anava disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Aspek Afektif Komparasi
F
Ftabel
Kesimpulan
A1 Vs A2
5,69
4,00
H0 ditolak
B1 Vs B2
11,74 commit to4,00 user
H0 ditolak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 Dari Tabel di atas dapat disimpulkan H0 ditolak karena F
hitung
>F
tabel.
Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara prestasi belajar afektif siswa yang diajar menggunakan metode GI dengan siswa yang diajar menggunakan metode TAI dan antara siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan matematik rendah. Karena rataan marginal prestasi afektif kelas dengan metode pembelajaran GI lebih besar daripada kelas dengan metode pembelajaran TAI, maka metode pembelajaran GI memberikan prestasi afektif yang lebih tinggi daripada metode pembelajaran TAI. Siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi akan meraih prestasi belajar afektif yang lebih tinggi dari siswa yang memilki kemampuan matematik rendah pada materi pokok Termokimia. E. Pembahasan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran koopertif
metode GI dan TAI terhadap prestasi belajar
siswa, pengaruh kemampuan matematik tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, serta interaksi antara metode pembelajaran GI dan TAI dengan kemampuan matematik terhadap prestasi belajar siswa pada materi termokimia. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling. Berdasar hasil pengundian diperoleh satu kelas sebagai kelompok eksperimen pertama (kelas XI IPA 4) yang dikenai metode pembelajaran GI, dan satu kelas sebagai kelompok eksperimen kedua (kelas XI IPA 3), yang dikenai metode pembelajaran TAI. Sebelum
dilakukan
penelitian,
kedua
kelas
eksperimen
diukur
kemampuan matematik terlebih dahulu. Pengukuran kemampuan matematik dilakukan dengan pemberian tes kemampuan matematik yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan real serta kesebandingan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah GI dan TAI yang merupakan salah satu jenis metode pembelajaran dari model cooperative learning, commitkerja to user dimana dalam pembelajarannya dengan kelompok. Pembentukan kelompok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 harus dibuat heterogen, dalam penelitian ini digunakan data nilai ulangan struktur atom dan ikatan kimia sebagai dasar pembentukan kelompok. Pada akhir pembelajaran materi termokimia dilakukan test akhir yang bertujuan mengukur prestasi kognitif siswa dan pengisian angket untuk mengukur prestasi afektif. 1.
Hipotesis Pertama
Hasil pengujian hipotesis pertama menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama menunjukkan harga Fobs 4,058 (Kognitif) dan 5,472 (Afektif) > Ftabel (4,00) serta Sig. 0,048 (Kognitif) dan 0,023 (Afektif) < 0,05. Hal ini berarti H0 (metode pembelajaran tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif dan afektif) ditolak, sehingga metode pembelajaran GI dan TAI berpengaruh terhadap prestasi kognitif dan afektif, maka diperlukan uji komparasi ganda. Dari uji komparasi ganda diketahui bahwa bahwa pengaruh penggunaan metode penmbelajaran GI dan TAI dalam pembelajaran materi termokimia terhadap prestasi kognitif dan afektif signifikan. Penggunaan metode pembelajaran GI dan TAI memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi kognitif. Dari data Tabel 17 diketahui bahwa untuk prestasi kognitif, rata-rata kelas yang diajar menggunakan metode pembelajaran GI lebih besar daripada rata-rata kelas yang diajar menggunakan metode pembelajaran TAI. Penyebab keadaan ini diduga karena dalam pembelajaran menggunakan metode GI siswa lebih banyak diberikan kebebasan untuk mendapatkan informasi dan mengelola kelompoknya sendiri sehingga konsep yang diperoleh lebih banyak. Hal ini didukung oleh penelitian Kemal et al (2009: 40) yang menyatakan bahwa dengan metode GI, siswa dapat memperoleh pemahaman konsep dengan baik karena siswa belajar dengan diskusi kelompok dan diberi wewenang dalam pengaturan kelompok mereka sendiri. Selain itu Evi Agustin Lady Patricia (2006: 70) dalam penelitiannya menyatakan dalam metode GI siswa tidak hanya mendapat pemahaman konsep dari satu sumber saja, akan tetapi siswa dapat memperolehnya dari berbagai sumber, sehingga metode GI akan memberikan prestasi belajar yang baik. Sedangkan pada TAI sumber informasi berasal dari asisten sehingga informasi yang diperoleh terbatas pada apa commit to user yang diberikan oleh asisten tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Sementara itu dalam hal prestasi afektif, penggunaan metode GI dan TAI juga memberikan pengaruh yang berbeda. Dari data Tabel 19 juga diketahui bahwa rata-rata prestasi afektif kelas yang diajar menggunakan metode pembelajaran GI lebih besar daripada rata-rata kelas yang diajar menggunakan metode pembelajaran TAI. Kondisi ini terjadi diduga karena dalam pembelajaran GI siswa merasa lebih nyaman dan senang karena diberikan kebebasan dalam mengelola kelompok, hal ini dapat memicu semangat belajar siswa. Selain itu pada kegiatan diskusi siswa diberikan hak dan kewajiban yang sama terhadap kelompoknya dan juga setiap anggota mencari informasi tentang topik diskusi sendiri, sehingga tingkat kepercayaan terhadap ilmu yang mereka peroleh menjadi lebih tinggi. Hal ini didukung juga oleh penelitian Evi (2006: 71) yang menyatakan metode GI akan menjadikan setiap siswa berperan aktif dalam kegiatan kelompok, masing–masing anggota akan saling berkomunikasi dengan lebih bebas. Sedangkan pada pembelajaran TAI salah seorang asisten dipilih atas dasar kemampuan yang relatif tinggi dan telah mendapatkan pembekalan dari guru mengenai materi termokimia. Tugas seorang asisten adalah menyampaikan dan membantu anggota kelompoknya dalam menguasai materi termokimia, keadaan ini mampu meningkatkan semangat belajar siswa yang menjadi asisten karena merasa diberikan kepercayaan oleh guru. Namun bagi siswa yang bukan asisten semangat belajar menjadi rendah karena merasa kurang yakin dengan apa yang diajarkan oleh teman mereka yang menjadi asisten. 2.
Hipotesis Kedua
Hasil pengujian hipotesis kedua menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama menunjukkan harga Fobs 13,853 (Kognitif) dan 11,742 (Afektif) > Ftabel (4,00) serta Sig. 0,000 (Kognitif) dan 0,001 (Afektif) < 0,05. Hal ini berarti H0 (kemampuan matematik tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif dan afektif) ditolak, sehingga kemampuan matematik tinggi dan rendah siswa berpengaruh terhadap prestasi kognitif dan afektif, maka diperlukan uji komparasi ganda. Dari uji komparasi ganda diketahui bahwa bahwa pengaruh kemampuan commit to usersignifikan. matematik terhadap prestasi kognitif dan afektif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 Dari data Tabel 17 dan 19 diketahui bahwa untuk prestasi kognitif dan afektif, rata-rata kelompok siswa dengan kemampuan matematik tinggi lebih besar daripada rata-rata kelompok siswa dengan kemampuan matematik rendah. Sehingga siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi akan meraih prestasi belajar kognitif dan afektif yang lebih tinggi dari siswa yang memilki kemampuan matematik rendah pada materi pokok termokimia. Kemampuan matematik dalam penelitian ini meliputi kemampuan penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dua atau lebih bilangan real serta kesebandingan. Dimana kemampuan tersebut sangat berguna untuk menyelesaikan soal hitungan pada termokimia, terkait penentuan harga perubahan entalpi. Materi termokimia adalah materi yang banyak menggunakan perhitungan angka-angka, maka siswa dituntut untuk belajar dan berlatih lebih giat jika ingin menguasai materi termokimia terutama melatih ketelitian perhitungan. Kondisi inilah yang diduga mampu mengubah sikap belajar siswa dalam mempelajari materi termokimia. Siswa dengan kemampuan matematik tinggi akan lebih sering berlatih mengerjakan soal-soal dan juga merasa mampu saat pembelajaran termokimia karena telah mempunyai kemampuan dasar yang cukup yaitu keterampilan dalam mengoperasikan angkaangka, sementara siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah akan segan dalam berlatih mengerjakan soal-soal dan juga merasa kurang mampu dalam proses pembelajaran. Hal ini juga didukung dengan hasil evaluasi untuk setiap pembelajaran termokimia, nilai siswa dengan kemampuan matematik tinggi lebih besar dari nilai siswa dengan kemampuan matematik rendah. Menurut Yogi Prasidayanto (2009: 69) dalam penelitiannya menyatakan bahwa siswa dengan kemampuan matematik tinggi akan lebih mudah dalam menyelesaikan soal hitungan dan lebih aktif dalam pembelajaran karena mereka telah memiliki bekal yang cukup. Kaitan kemampuan matematik dengan penguasaan materi termokimia tersebut dapat menjelaskan bagaimana kemampuan matematik mempengaruhi prestasi kognitif dan afektif siswa. 3.
Hipotesis Ketiga
Hasil pengujian hipotesis ketiga menggunakan anava dua jalan dengan to user sel tak sama menunjukkan harga commit Fobs 0,003 (Kognitif) dan 0,565 (Afektif) < Ftabel
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 (4,00) serta Sig. 0,954 (Kognitif) dan 0,455 (Afektif) > 0,05. Hal ini berarti H0 (tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan matematik terhadap prestasi kognitif dan afektif) dterima, sehingga tidak diperlukan uji komparasi ganda. Dari data Tabel 17 dan 19 diketahui bahwa untuk prestasi kognitif dan afektif, rata-rata siswa yang mempunyai kemampuan matematik tinggi akan lebih baik jika diajar dengan metode GI daripada diajar dengan metode TAI, demikian pula pada siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah. Penyebab keadaan ini diduga karena dalam pembelajaran menggunakan metode GI siswa lebih banyak diberikan kebebasan untuk mendapatkan informasi dan mengelola kelompoknya sendiri sehingga konsep yang diperoleh lebih banyak. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran pada kelompok siswa dengan kemampuan matematik tinggi maupun rendah memberikan pengaruh yang sama yaitu prestasinya akan lebih baik jika diajar menggunakan metode GI. Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan matematik terhadap prestasi kognitif dan afektif pada materi termokimia dapat dikarenakan adanya faktor lain, selain kemampuan matematik yang juga mempengaruhi prestasi belajar termokimia. Faktor lain tersebut dapat berupa faktor eksternal maupun faktor internal siswa, seperti motivasi berprestasi, kondisi kesehatan, dan lain-lain. Hal serupa juga terjadi dalam penelitian Evi (2006) dimana tidak adanya interaksi dikarenakan adanya faktor konsep diri siswa dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi pencapaian belajar siswa, disamping faktor yang diteliti (motivasi berprestasi).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh pembelajaran kimia dengan menggunakan metode Group Investigation (GI) dan Team Assisted Individualization (TAI) terhadap prestasi belajar siswa pada materi termokimia kelas XI semester gasal SMA Negeri 1 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012, yaitu prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan metode GI lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan metode TAI, yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata prestasi kognitif berturut-turut 72,36 dan 66,59, serta nilai rata-rata prestasi afektif berturut-turut 92,1 dan 87,88. 2. Terdapat pengaruh kemampuan matematik siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi termokimia kelas XI semester gasal SMA Negeri 1 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012, siswa yang memiliki kemampuan matematik tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan matematik rendah, yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata prestasi kognitif berturut-turut 74,8 dan 64,15, serta nilai rata-rata prestasi afektif berturut-turut 93,08 dan 86,9. 3. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation (GI) dan Team Assisted Individualization (TAI) dengan kemampuan matematik siswa terhadap prestasi belajar siswa materi termokimia kelas XI semester gasal SMA Negeri 1 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. Artinya penggunaan metode pembelajaran GI memberikan prestasi belajar yang lebih tinggi dari pada metode pembelajaran TAI untuk semua katagori kemampuan matematik siswa, baik tinggi maupun rendah. commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat peneliti sampaikan antara lain : 1.
Implikasi Teoritis a. Metode pembelajaran GI dan TAI dapat diterapkan pada siswa yang cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran kimia sehingga dapat melatih dan memberikan kesempatan pada siswa untuk membentuk pemahamannya sendiri. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya.
2.
Implikasi Praktis a. Pada pembelajaran kimia materi termokimia sebaiknya disajikan dengan metode GI. b. Pada materi termokimia kemampuan matematik siswa perlu mendapatkan perhatian dari guru dalam upaya mendapatkan prestasi belajar siswa yang baik. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Agar metode pembelajaran GI dapat berjalan baik dan sesuai dengan rencana, maka guru perlu: media pembelajaran yang akan digunakan harus sudah disiapkan, materi yang akan disampaikan harus sudah dikuasai dengan baik, dan kelompok dibagi seheterogen mungkin sehingga terjadi interaksi antar siswa didalam kelompoknya. 2. Perlu ada pengukuran kemampuan matematik siswa sebelum pembelajaran termokimia, dan usaha guru dalam peningkatan kemampuan tersebut selama proses pembelajaran, yang dapat dilakukan dengan cara latihan soal hitungan termokimia diberikan secara rutin, serta harus dikerjakan oleh masing-masing siswa secara mandiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 3. Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Adams, John W. 2007. Individual differences in mathematical ability: genetic, cognitive and behavioral factors. Journal of Research in Special Educational Needs. 7 (2): 2007, 97–103. Agung Nugroho Catur Saputro, Bakti Mulyani, Budi Utami, Lina Mahardiani, dan Sri Yamtinah,. 2009. Kimia Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: CV HaKa MJ. Ahmad Sudrajat. 2008. Teori-teori Belajar. Tersedia di http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2008/02/02/teori-teori-belajar/ diakses tanggal 27 Mei 2011. Anas Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Gravindo Persada. Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Budiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press Dewa Ketut Sukardi. 2003. Analisis Tes Psikologi. Jakarta: Rineka Cipta Djemari Mardapi. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Jakarta: Mitra Cendekia Doymuş, Kemal, Ũmit Şimşek, Ataman Karaçöp, & Şũkrũ Ada. 2009. Effects of Two Cooperative Learning Strategies on Teaching and Learning Topics of Thermochemistry.World Applied Sciences Journal. 7 (1): 2009, 34-42. Evi Agustin Lady Patricia. 2006. Studi Komparasi Pengajaran Kimia Metode GI dengan STAD terhadap Prestasi Belajar dengan Memperhatikan Motivasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Kelas XI IPA SMAN 7 Surakarta. Skripsi. Surarta: UNS Gregory, Robert J. 2007. Psychological Testing: History, principles, and applications. 5th Edition. Boston, MA: Allyn & Bacon. http://kamusbahasaindonesia.org diakses tanggal 28 Mei 2011. http://www.kalselprov.go.id/dinas-dinas/dinas-pendidikan diakses tanggal 26 Oktober 2011. Haworth, Claire M.A., Kovas, Yulia, Petrill, Stephen A., Plomin, Robert. 2007. Mathematical Ability of 10-Year-Old Boys and Girls: Genetic and Environmental Etiology of Typical and Low Performance. Journal of Learning Disabilities. 40: 2007, 554. commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 Linn, Robert L. & Gronlund, Norman E. 2000. Measurement and Assessment in Teaching. 8th Edition. New Jersey: Prentice-Hall. Manimpan Siregar. 2007. Pengaruh Pemberian Modul Matematika Dasar Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Sma Negeri 4 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNIDHIKSA. Tahun 2007, No. 1: 58-73 Masnur Muslich. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Massofa. 2008. Sumbangan Teori Belajar Kognitif pada Pembelajaran Kooperatif. Tersedia di http://massofa.wordpress.com/ 2008/09/12/677/ diakses tanggal 28 Mei 2011. Mulyati. 2005. Psikologi Belajar.Yogyakarta: ANDI Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga Robinson Situmorang, Atwi Suparman, dan Rudi Susilana. 2005. Desain Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan oleh Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Suranto. 2003. Pengaruh Kemampuan Numerik dan Kemampuan Verbal serta Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas 1 Sekolah Menengah Umum Kabupaten Sukoharjo. Tesis. Surakarta: UNS Utami Puji Lestari. 2008. Teori Belajar Kognitif. Tersedia di http:// teori pembelajaran.blogspot.com.2008/04/teori-belajar-kognitif.html. diakses tanggal 27 Mei 2011. Yogi
Prasidayanto. 2009. Pengaruh Kemampuan Bahasa, Kemampuan Matematika, dan Sikap Siswa terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Fisika Siswa Kelas VII SM PN 1 Purwodadi. Skripsi. Surakarta: UNS commit to user