Page |1
SISTEMATIKA DAN METODOLOGI PENULISAN KAJIAN FISKAL REGIONAL KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN KATA PENGANTAR
Paragraf 1:
Ucapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas selesainya penulisan Kajian Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan ….
Paragraf 2:
Maksud dan tujuan penulisan Kajian Ekonomi Regional Ditjen Perbendaharaan
Paragraf 3:
Masukan dan saran Perbendaharaan
Paragraf 4:
Harapan terhadap penulisan Kajian Ekonomi Regional Ditjen Perbendaharaan
terhadap
penulisan
Kajian
Ekonomi
Regional
Ditjen
Page |2 DAFTAR ISI
Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar gambar Ringkasan Eksekutif ............................................................................................................. Bab I Pendahuluan ............................................................................................................. A. Latar Belakang ....................................................................................................... B. Tujuan dan Manfaat................................................................................................ C. Metodologi penyusunan.......................................................................................... Bab II Perkembangan Ekonomi Regional ............................................................................ A. Perkembangan Indikator Harga, Pendapatan dan Konsumsi.................................. B. Perkembangan Indikator Demografis...................................................................... C. Perkembangan Indikator Sektoral Terpilih .............................................................. Bab III Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat .......................................................... A. I-Account Tingkat Propinsi...................................................................................... B. Pendapatan Pemerintah Pusat ............................................................................... C. Belanja Pemerintah Pusat ...................................................................................... Bab IV Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah........................................................ A. Profil APBD Provinsi/Kabupaten/Kota..................................................................... B. Alokasi Dana Transfer ............................................................................................ C. Alokasi Dana Dekonsentrasi, Tugas Pembatuan dan Urusan Bersama.................. Bab V Perkembangan Pengelolaan BLU dan Manajemen Investasi .................................... A. Pengelolaan Badan Layanan Umum ...................................................................... B. Manajemen Investasi.............................................................................................. Bab VI Analisis Fiskal Regional............................................................................................. A. Pendapatan Pusat dan Daerah............................................................................... B. Belanja Pusat dan Daerah...................................................................................... C. Ruang Fiskal dan Kemandirian Daerah .................................................................. D. Rasio Belanja Sektoral ........................................................................................... E. SILPA dan Pembiayaan.......................................................................................... Bab VII Penutup ................................................................................................................... A. Kesimpulan............................................................................................................. B. Rekomendasi ......................................................................................................... Lampiran Daftar Pustaka Keanggotaan Tim Penyusun
Page |3 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Perkembangan Inflasi........................................................................................ Gambar 1.2 Perkembangan PDRB ....................................................................................... Gambar 1.3 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Propinsi ............................... Gambar 2.1 I-account Tingkat propinsi ................................................................................. Gambar 2.2 Perkembangan Penerimaan Pajak di Propinsi................................................... Gambar 2.3 Perkembangan Penerimaan PNBP di Propinsi .................................................. Gambar 3.1 I-account Pemda Propinsi ................................................................................. Gambar 3.2 Alokasi Belanja Daerah menurut Fungsi............................................................ Gambar 3.3 Alokasi Belanja Daerah menurut Urusan ........................................................... Gambar 4.1 Perkembangan Pengelolaan Aset, PNBP, RM BLU Pusat ................................ Gambar 4.2 Tingkat Kemandirian BLU Pusat........................................................................
Page |4 RINGKASAN EKSEKUTIF
Paragraf 1:
Latar belakang, tujuan dan metodologi penyusunan
Paragraf 2:
Profil Makro Ekonomi Provinsi
Paragraf 3:
-
Paragraf 4:
Hasil analisis fiskal regional
Paragraf 5:
Kesimpulan dan rekomendasi
Perkembangan pelaksanaan anggaran Pusat Perkembangan pelaksanaan anggaran Daerah Perkembangan pengelolaan BLU dan investasi
Page |5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paragraf 1: Paragraf 2: Paragraf 3: Paragraf 4:
Definisi dan tujuan kebijakan fiskal Jenis dan pengaruh kebijakan fiskal Keberhasilan dan kegagalan penerapan kebijakan fiskal Perlunya kajian fiskal regional
B. Tujuan dan Manfaat Paragraf 1: Tujuan pembuatan kajian fiskal regional Paragraf 2: Manfaat pembuatan kajian fiskal regional C. Metodologi Penyusunan Paragraf 1: Gambaran umum kajian Paragraf 2: Tempat dan rentang waktu kajian Paragraf 3: Jenis data yang diteliti Paragraf 4: Teknik pengumpulan data Paragraf 5: Teknik analisis data
Page |6 BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL A. Perkembangan Indikator Harga, Pendapatan dan Konsumsi 1. Inflasi Inflasi merupakan variabel penting dalam penyusunan kebijakan fiskal daerah yang tercermin dalam APBD, maupun pengaruhnya terhadap realisasi anggaran pemerintah daerah. Data inflasi dapat disajikan dalam bentuk grafik atau diagram batang untuk mengilustrasikan : - Perkembangan inflasi tahunan (yoy) atau bulanan (mtm) pada suatu provinsi dibandingkan tingkat inflasi secara nasional. - Perbandingan tingkat inflasi antar kabupaten/kota atau dengan tingkat inflasi provinsi
Sumber: BPS, BI
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kebijakan fiskal pemerintah daerah yang dituangkan dalam APBD maupun alokasi dana APBN di daerah (DIPA kewenangan kantor pusat K/L, dana dekonsentrasi, tugas pembantuan dan urusan bersama) merupakan salah satu variabel pendorong pertumbuhan ekonomi daerah, disamping konsumsi dan investasi. Data pertumbuhan ekonomi (PDRB) dapat disajikan dalam bentuk nominal PDRB, laju pertumbuhan PDRB dan PDRB per kapita. Data yang disajikan meliputi PDRB berdasarkan harga konstan dan harga berlaku.
Sumber: BPS
Page |7 3. Gini Ratio Salah satu tujuan dari kebijakan fiskal yang pro poor dan pro job adalah meningkatkan pendapatan masyarakat menengah kebawah yang akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang inklusif dan merata. Gini ratio mencerminkan ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat. Nilai gini ratio adalah 0 < GR < 1. Semakin besar gini ratio maka distribusi pendapatan makin tidak seimbang, dengan kata lain jumlah penduduk dengan pendapatan yang tinggi sangat kecil dan jumlah penduduk yang berpendapatan rendah sangat besar.
0.5
0.5
0.45
0.45
0.4
0.4
0.35
0.35
0.3
0.3
0.25
0.25
0.2
0.2
0.15
0.15
0.1
0.1
0.05
0.05
0
A
B
C KAB/KOTA
D
PROV
E
F NASIONAL
G
0
Sumber: BPS
B. Perkembangan Indikator Demografis Dampak atau outcome dari suatu kebijakan fiskal melalui alokasi anggaran (pemerintah pusat dan daerah) pada suatu wilayah antara lain adalah memperbaiki kualitas kesejahteraan yang umumnya terrefleksikan pada indikator-indikator demografis wilayah tersebut. Beberapa indikator yang dapat dijadikan acuan antara lain: 1. Indeks pembangunan manusia (Human Development Index/HDI) HDI merupakan indeks komposit yang mencerminkan tingkat harapan hidup, pendidikan dan pendapatan masyarakat suatu wilayah.
Human Development Index Propinsi …. 75 70 65
HDI Propinsi ….
60
HDI Indonesia
Sumber: bps.go.id
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2002
1999
1996
55
Page |8 2. Laju pertumbuhan penduduk Laju pertumbuhan penduduk merupakan angka yang menunjukan tingkat pertambahan penduduk pertahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase dari penduduk dasar.
Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi…. 3 2.5 2 1.5
Propinsi….
1
Indonesia
0.5 0 Laju Pertumbuhan Penduduk 1990-2000 Sumber: bps.go.id
3. Ketenagakerjaan Angkatan kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja. Baik yang sudah bekerja maupun belum bekerja atau sedang mencari pekerjaan.
Pertumbuhan Angkatan Kerja Propinsi…. (dalam ribuan orang) 3950 3900 3850 3800
Agustus 2011
3750
Februari 2012
3700 3650 Pertumbuhan Angkatan Kerja di Propinsi … Sumber: bps.go.id
4. Kesejahteraan Tingkat kesejahteraan suatu daerah dapat diukur dari presentase penduduk miskin di daerah tersebut.
Page |9
Perkembangan Penduduk Miskin Propinsi … (dalam ribuan orang)
Penduduk Miski Propinsi … 1500 1000 Penduduk Miski Propinsi …
500 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: bps.go.id
C. Perkembangan indikator sektoral terpilih. Berikut ini adalah beberapa contoh indikator yang dapat disajikan: 1. Kesehatan Salah satu indikator penting dalam rangka mengukur perkembangan suatu daerah adalah indikator di sektor kesehatan. Semakin banyak fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang tersedia di daerah tersebut maka akses terhadap fasilitas kesehatan akan semakin mudah. Rasio Puskesmas di Sumsel (per 100.000 penduduk) Tahun 2012
Sumber: Dinas Kesehatan Propinsi
P a g e | 10 Jenis Rumah Sakit di Sumsel
35
RSU
30 25
RSJ
20
RSKO
15
RS Kusta
10
RSTP
5
RS Mata
0 Jenis Rumah Sakit
RSIA
Sumber: Dinas Kesehatan Propinsi
Rasio Dokter di Sumsel (per 100.000 penduduk)
Sumber: Dinas Kesehatan Propinsi
Rasio Perawat di Sumsel (per 100.000 penduduk)
Sumber: Dinas Kesehatan Propinsi
P a g e | 11 2. Pendidikan Indikator lain yang juga penting dalam rangka mengukur perkembangan suatu daerah adalah indikator di sector pendidkan. Semakin banyak fasilitas dan tenaga pendidikan yang tersedia di daerah tersebut maka akses terhadap fasilitas pendidikan akan semakin mudah. Kemudahan akses terhadap fasilitas pendidikan tersebut dapat dilihat dari angka partisipasi sekolah dan presentase penduduk buta huruf.di daerah tersebut.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Propinsi… 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003
Umur 19-24 Umur 16-18 Umur 7-15 Umur 7-12
0
20
40
60
80
100
120
Sumber: bps.go.id
Persentase Penduduk Buta Huruf di Propinsi…. 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003
Umur 45+ Umur 15-44 Umur 15+
0
5
10
15
Sumber: bps.go.id
3. Pertanian Sebagai negara agraris tentunya tidak akan terlepas dari sektor pertanian. Kemajuan sektor pertanian akan berdampak positif terhadap penyediaan pangan bagi masyarakat di daerah tersebut. Kemajuan sektor pertanian tentunya akan ditandai dengan meningkatnya indeks nilai tukar petani.
P a g e | 12 Perkembangan Nilai Tukar Petani di Sumsel
Indeks Nilai Tukar Petani 155 150 145 140 135 130
Indeks Nilai Tukar Petani Januari
Februari
Maret
Sumber: bps.go.id
4. Transportasi Sektor transportasi juga merupakan indikator tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Semakin banyak jalan yang dibangun untuk menghubungkan antar lokasi kegiatan ekonomi maka akan memperlancar kegiatan ekonomi masyarakat. Selain itu juga dapat dilihat seberapa banyak jalan yang dibangun untuk menghubungkan daerah satu dengan daerah lain sehingga pertukaran komoditi antar daerah penghasil akan semakin lancar.
Panjang Jalan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota (km) Kab E Kab. D
Jalan Kab/Kota
Kab. C
Jalan Propinsi
Kab. B
Jalan Nasional
Kab. A 0
500
1000
1500
Sumber: web BPS Propinsi dan Kab/Kota
5. Konstruksi Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat juga melalui pembangunan gedung, mal, waduk, sarana olah raga seperti stadion, jembatan serta bangunan lainnya. Selain itu indikator ini dapat dilihat juga dari semakin banyaknya jumlah perusahaan konstruksi serta banyaknya tenaga kerja yang terserap di sektor konstruksi.
P a g e | 13 Nilai Konstruksi Yang Diselesaikan di Sumsel (triliun rupiah)
Nilai Konstruksi yang diselesaikan 10000 8000 6000
Nilai Konstruksi yang diselesai…
4000 2000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: bps.go.id
Jumlah Perusahaan Konstruksi di Sumsel
Jumlah Perusahaan Konstruksi 5000 4000 3000 Jumlah Perusahaan Konstruksi
2000 1000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: bps.go.id
P a g e | 14 BAB III PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT A. I – account Tingkat Provinsi I-account propinsi merupakan potret kondisi keuangan di propinsi tersebut. Dari tersebut dapat dilihat juga kebijakan fiskal yang diberikan kepada daerah tersebut
I – account Provinsi….(dalam triliun rupiah) Pagu Uraian APBN Pendapatan Negara 1.529,7 Pendapatan Perpajakan
Realisasi ….
1.192,9
….
332,2
….
4,5
….
1.683,01
….
1.154,4
….
528,6
….
(153,3)
….
Pembiayaan
153,3
….
Pembiayaan Dalam negeri
172,8
….
Pembiayaan Luar Negeri
(19,4
….
Pendapatan Bukan Pajak Hibah Belanja Negara Belanja Pemerintah Pusat Transfer ke Daerah Surplus/(Defisit)
I-account
Sumber: Data LKPP UAPPAW
B. Pendapatan Pemerintah Pusat Pendapatan pemerintah pusat terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak 1. Penerimaan Perpajakan Salah satu sumber penerimaan negara terbesar adalah pajak. Penerimaan pajak terdiri dari pajak dan bea masuk.
Penerimaan Pajak Pemerintah Pusat di Propinsi … 4000 3000
Penerimaan Pajak
2000 Penerimaan Bea Masuk
1000 0 Januari
s.d Februari s.d Maret
s.d April
Sumber: Data LKPP UAPPAW, Data Kanwil DJP, Data Kanwil DJBC
P a g e | 15
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Selain dari sektor pajak, penerimaan negara bukan pajak saat ini juga telah mulai diperhitungkan untuk dijadikan andalan dalam memaksimalkan penerimaan negara. a. Perkembangan PNBP per Jenis PNBP Penerimaan negara bukan pajak dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu: penerimaan Sumber Daya Alam, Bagian Pemerintah atas Laba BUMN, Penerimaan Bukan Pajak Lainnya serta Pendapatan BLU.
Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat per Jenis PNBP di Propinsi … (dalam miliar rupiah) 8
Penerimaan SDA
6 Bagian Pemerintah atas Laba BUMN
4
Penerimaan Bukan Pajak Lainnya
2 0 Januari
s.d Februari s.d Maret
s.d April
Pendapatan BLU
Sumber: Data LKPP UAPPAW
b. Perkembangan PNBP FungsionalKementerian/Lembaga Penerimaan negara bukan pajak juga dapat dibedakan sesuai dengan fungsi/kementerian/lembaga. Beberapa lembaga memiliki PNBP sesuai dengan layanan yang dilakukan seperti Biaya pembuatan SIM dan denda tilang di Polri, ijin HPH di Kementerian Kehutanan, Biaya Persidangan/Perkara di Mahkamah Agung, Biaya Nikah Talak Rujuk dan Cerai (NTCR) di Kementerian Agama.
Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Menurut FungsionalKementerian/Lembaga di Propinsi …(dalam juta rupiah) 600
Ijin HPH
500
NTCR
400
SIM
300
Biaya Persidangan
200 100 0 Januari
s.d Februari
Sumber: Data LKPP UAPPAW
s.d Maret
P a g e | 16 C. Belanja Pemerintah Pusat Belanja pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus fiskal. Salah satunya yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen ekonomi berupa stimulus fiskal. Secara garis besar, komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increased spending). 1. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran/Kementerian/Lembaga Belanja pemerintah pusat dapat dibedakan menjadi …. Kementerian/lembaga
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran/Kementerian/Lembaga di Propinsi …(dalam miliar rupiah) 70 60 50 40 30 20 10 0
Pagu 2012
BPK MA Kejaksaan Agung Kemdagri Kemenhan Kemenkumham Kemenkeu Kementan Kemenindustri Kemen ESDM Kemehub Kemendiknas Kemenkes Kemenag KKP Kemenakertrans Kemensos Kemenhut KemenPU BPS Polri BPN KPU Bawaslu
Realisasi 2012 Pagu 2013 Realisasi 2013
Sumber: Data LKPP UAPPAW
2. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja Menurut jenisnya belanja pemerintah pusat terdiri dari 8 jenis belanja yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, belanja bantuan social dan belanja lain-lain.
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan berdasarkan Jenis Belanja di Propinsi …(dalam miliar rupiah) 140 120 100 80 60 40 20 0
Pagu 2012 Realisasi 2012 Pagu 2013 Realisasi 2013
Sumber: Data LKPP UAPPAW
P a g e | 17 3. Perkembangan pagu dan realisasi berdasarkan Fungsi dan Program Belanja pemerintah pusat juga dapat dibagi menjadi 11 fungsi serta …program. Fungsifungsi tersebut antara lain fungsi pelayanan umum, fungsi pertahanan, fungsi ketertiban dan keamanan, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan hidup, fungsi perumahan dan fasum, fungsi kesehatan, fungsi pariwisata dan budaya, fungsi agama, fungsi pendidikan dan fungsi perlindungan social.
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan berdasarkan Fungsi di Propinsi …(dalam miliar rupiah) 140 120 100 80 60 40 20 0
Pagu 2012 Realisasi 2012 Pagu 2013 Realisasi 2013
Sumber: Data LKPP UAPPAW
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan berdasarkan Program di Propinsi …(dalam miliar rupiah) Program K Program J Program I Program H Program G Program F
Realisasi
Program E
Pagu
Program D Program C Program B Program A 0
20
Sumber: Data LKPP UAPPAW
40
60
80
100
120
140
P a g e | 18 4. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Kewenangan Belanja pemerintah pusat dapat dibedakan menjadi 4 jenis menurut kewenangannya yaitu urusan bersama, tugas pembantuan, dekonsentrasi dan kantor pusat.
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan berdasarkan Kewenangan di Propinsi …(dalam miliar rupiah) 140 120 100 Pagu 2012
80
Realisasi 2012
60
Pagu 2013
40
Realisasi 2013
20 0 Kantor Pusat
Dekonsentrasi
Sumber: Data LKPP UAPPAW
Tugas Pembatuan
Urusan Bersama
P a g e | 19 BAB IV PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN DAERAH A. Profil APBD Provinsi/Kabupaten Kota Anggaran Pendapatan Belanja Daerah merupakan salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, APBD juga sebagai alat pendorong dan salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan agenda masyarakat yang sejahtera dan mandiri. 1. Berdasarkan klasifikasi ekonomi (i account) Arah kebijakan fiskal suatu daerah dapat dilihat dari I-account-nya.
Profil APBD Propinsi…. Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (dalam miliar rupiah) 41,525 Pendapatan PAD
26,670
Dana Perimbangan
9,248
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
5,605
Belanja
45,576
Belanja Tidak Langsung
30,993
Belanja Langsung
14,582
Pembiayaan Netto
4,051
Penerimaan Pembiayaan
8,454
Pengeluaran Pembiayaan
(4,403)
Sumber: Pemda
2. Berdasarkan klasifikasi fungsi Terdapat 10 fungsi dalam APBD suatu daerah. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi pelayanan umum, fungsi ketertiban dan keamanan, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan hidup, fungsi perumahan dan fasum, fungsi kesehatan, fungsi pariwisata dan budaya, fungsi agama, fungsi pendidikan dan fungsi perlindungan sosial.
P a g e | 20 Profil APBD Berdasarkan Klasifikasi Fungsi di Propinsi…. (dalam miliar rupiah)
Alokasi APBD Propinsi.. Fungsi Pendidikan Fungsi Pariwisata dan…
Alokasi APBD Propinsi..
Fungsi Perumahan dan… Fungsi Ekonomi Fungsi Pelayanan Umum 0
50
100
150
Sumber: Pemda
3. Berdasarkan klasifikasi urusan APBD diklasifikasikan menjadi 35 urusan daerah antara lain: transmigrasi, perindustrian, perdagangan, pariwisata, ESDM, pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dsb.
Profil APBD Berdasarkan Klasifikasi Urusan di Propinsi….. (dalam miliar rupiah)
Transmigrasi Perindustrian Perdagangan Kelautan dan Perikanan Pariwisata ESDM Kehutanan Pertanian Perpustakaan Ketahanan Pangan Kominfo Kearsipan Statistik Pemberdayaan Masyarakat Desa Kepegawaian Pemerintahan Umum Kesatuan Bangsa dan Politik dalam Negeri Pemuda dan Olah raga Kebudayaan Penanaman Modal Koperasi dan UKM Tenaga Kerja Sosial Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Pemberdayaan Perempuan Kependudukan dan Catatan Sipil Pertanahan Lingkungan Hidup Perhubungan Perencanaan Pembangunan Penataan Ruang Perumahan Pekerjaan Umum Kesehatan Pendidikan
Alokasi APBD Propinsi …
Alokasi APBD Propinsi …
0 Sumber: Pemda
50
100
150
P a g e | 21 B. Alokasi Dana Transfer Dana transfer merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian. 1. Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap Daerah Otonom (provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia setiap tahunnya sebagai dana pembangunan. Tujuan DAU adalah sebagai pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan Daerah Otonom dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 2. Dana Alokasi Khusus (DAK) per bidang Dana Alokasi Khusus adalah alokasi dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.Dana Bagi Hasil per jenis bagi hasil pendapatan. 3. Dana Bagi Hasil per jenis bagi hasil pendapatan Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. 4. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Dana otonomi khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah. Sedangkan Dana Penyesuaian adalah dana yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan tertentu.
Alokasi Dana Transfer di Propinsi…. (dalam miliar rupiah)
Alokasi Dana Transfer di Propinsi … Dana Penyesuaian Dana Otsus DBH Tembakau DBH SDA DBH Pajak DAK Bidang B DAK Bidang A DAU 0
50 100 Alokasi Dana Transfer di Propinsi …
Sumber: Pemda, Data DJPK (web)
150
P a g e | 22 C. Alokasi dana DK, TP dan UB Selain berdasarkan klasifikasi ekonomi dan dana transfer, APBD dapat diklasifikasikan sesuai dengan kewenangannya yaitu dana dekonsentrasi, tugas pembantuan dan urusan bersama. 1. Dana Dekonsentrasi Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah atau kepala instansi vertikal di wilayah tertentu. 2. Tugas Pembantuan Tugas Pembantuan (TP) adalah penugasan dari pemerintah kepada pemerintah daerah dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. 3. Urusan Bersama Dana Urusan Bersama yang selanjutnya disingkat DUB, adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara, indeks fiskal dan kemiskinan daerah, serta indikator teknis.
Alokasi dana DK, TP dan UB di Propinsi …(dalam miliar rupiah) 140 120 100 80
DK
60
TP
40
UB
20 0 Alokasi DK, TP, UB Sumber: Data LKPP UAPPAW
P a g e | 23 BAB V PERKEMBANGAN PENGELOLAAN BLU DAN MANAJEMEN INVESTASI A. Pengelolaan BLU Definisi Badan Layanan Umum adalah Instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. 1. BLU Pusat a. Profil dan jenis layanan satker BLU pusat Terdapat … BLU di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan ….. Sekian BLU di sektor ….., sekian BLU di sektor ….
No
Profil dan Jenis Layanan BLU Pusat di Propinsi… Jenis Layanan Satker Nilai Aset Pagu Pagu RM BLU PNBP
Jumlah Pagu
Sumber: Data Kanwil
b. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM BLU pusat Selama dua tahun terakhir BLU di sektor …… telah mengalami banyak perkembangan. Hal ini terlihat dari peningkatan aset sebesar ….% atau dari Rp… menjadi Rp…..Selain itu terdapat peningkatan persentase pagu PNBP sebesar ….% dari total pagu.
Perkembangan Pengelolaan Aset satker BLU di Propinsi ….. Triwulan I (dalam miliar rupiah) 15
Sektor Kesehatan
10 5
Sektor Pendidikan
0 Januari
s.d Februari
s.d Maret
Sumber: Data Kanwil, Data Satker BLU
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM satker BLU di Propinsi ….. Triwulan I (dalam miliar rupiah) 10
PNBP 2012 PNBP 2013 RM 2012 RM 2013
5 0 Sektor Kesehatan Sumber: Data Kanwil, Data Satker BLU
Sektor Pendidikan
P a g e | 24 c. Kemandirian BLU Salah tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government). Oleh karena itu satker BLU didorong untuk menciptakan kemandirian terhadap dirinya sendiri. Kemandirian tersebut dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM). Di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan ….. terdapat …..BLU yang telah memilki porsi pagu PNBP diatas 65% dari total pagunya.
No
Jenis Layanan
Tingkat Kemandirian BLU Pusat di Propinsi… Satker Nilai Tahun X-n BLU Aset Pagu % Pagu % Pagu PNBP RM PNBP
Tahun X % Pagu RM
%
Sumber: Data Kanwil
Tingkat Kemandirian BLU Pusat di Propinsi…
Pagu BLU 3.2, 28% PNBP 8.2, 72%
RM
Sumber: Data Kanwil
d. Profil dan jenis layanan satker PNBP Terdapat …. satuan kerja yang mengelola dana PNBP akan tetapi belum menjadi satker BLU
No
Profil dan Jenis Layanan Satker Pengelola PNBP di Propinsi… Jenis Layanan Satker Nilai Aset Pagu Pagu RM PNBP PNBP
Sumber: Data Kanwil
Jumlah Pagu
P a g e | 25 e. Potensi satker PNBP menjadi satker BLU Dari sekian satker pengelola PNBP terdapat … satker yang berpotensi untuk menjadi satker BLU. Satker …. mengalami peningkatan aset sebesar …% atau dari Rp… menjadi Rp…..Selain itu terdapat peningkatan persentase pagu PNBP sebesar ….% dari total pagu. Satker … juga mengalami peningkatan aset sebesar …% atau dari Rp… menjadi Rp…..Dari sisi pagu terdapat peningkatan persentase pagu PNBP sebesar ….% dari total pagu.
Perkembangan Pengelolaan Aset Satker PNBP di Propinsi ….. Triwulan I (dalam miliar rupiah) 15
Sektor Kesehatan
10 5
Sektor Pendidikan
0 Januari
s.d Februari
s.d Maret
Sumber: Data Kanwil, Data Satker BLU
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Propinsi ….. Triwulan I (dalam miliar rupiah) 10
PNBP 2012 PNBP 2013 RM 2012 RM 2013
5 0 Sektor Kesehatan
Sektor Pendidikan
Sumber: Data Kanwil, Data Satker BLU
2. BLU Daerah a. Profil dan jenis layanan satker BLU daerah Terdapat … BLUD di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan ….. Sekian BLUD di sektor ….., sekian BLUD di sektor ….
No
Profil dan Jenis Layanan BLU Daerah di Propinsi… Jenis Layanan Satker Nilai Aset Pagu Pagu RM BLUD PNBP
Sumber: Data Pemda, BLUD
Jumlah Pagu
P a g e | 26 b. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM BLU Daerah Selama dua tahun terakhir BLUD di sektor …… telah mengalami banyak perkembangan. Hal ini terlihat dari peningkatan aset sebesar ….% atau dari Rp… menjadi Rp…..Selain itu terdapat peningkatan persentase pagu PNBP sebesar ….% dari total pagu.
Perkembangan Pengelolaan Aset satker BLU Daerah di Propinsi ….. Triwulan I (dalam triliun rupiah) 15
Sektor Kesehatan
10 5
Sektor Pendidikan
0 Januari
s.d Februari
s.d Maret
Sumber: Data Pemda, BLUD
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM satker BLUD di Propinsi ….. Triwulan I (dalam triliun rupiah) 10
PNBP 2012 PNBP 2013 RM 2012 RM 2013
5 0 Sektor Kesehatan
Sektor Pendidikan
Sumber: Data Pemda, BLUD
c. Analisis legal Dalam pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah terdapat beberapa peraturan yang mengatur bahkan sampai ke tingkat bupati/walikota. Peraturan-peraturan tersebut telah sinkron/masih bertentangan dengan peraturan induk pengelolaan BLU yaitu PP nomor 23/2005 jo PP nomor 74/2012 tentang Pengelolaan BLU dan Permendagri nomor 61/2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD.
Analisis Legal Aspek Pengelolaan BLU Daerah di Propinsi ….. No. Aspek PP nomor Permendagri Peraturan Peraturan 23/2005 jo PP nomor Gubernur Bupati/Walikota nomor 74/2012 61/2007 1. Kelembagaan 2. Tata kelola 3. SDM 4. Pengendalian Sumber: Data Pemda, BLUD
P a g e | 27 B. Manajemen Investasi Selain pengelolaan Badan Layanan Umum, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Propinisi… juga menatausahakan investasi pemerintah khususnya penerusan pinjaman (Subsidiary Loan Agreement), kredit program, dan investasi lainya 1. Penerusan pinjaman Salah satu investasi yang ditatausahakan oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan Propinsi… adalah penerusan pinjaman pemerintah pusat (Subsidiary Loan Agreement) kepada pemerintah daerah/BUMD. Terdapat sekitar Rp……. penerusan pinjaman yang ditatausahakan oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan Propinsi…..
Profil Penerusan Pinjaman Provinsi ……………. No.
Nomor SLA
Nama SLA
Penerima SLA
Jumlah SLA
Tingkat Bunga
Sumber: Data Kanwil, Data Pemda/BUMN/BUMD Penerima SLA
Perkembangan Pembayaran Angsuran Pokok SLA di Propinsi …… Triwulan I (dalam jutaan rupiah) 700 600 500 400 300 200 100 0
SLA A SLA B SLA C Januari
s.d Februari
s.d Maret
Sumber: Data Kanwil, Data Pemda/BUMN/BUMD Penerima SLA
Perkembangan Pembayaran Bunga dan Denda SLA di Propinsi …… Triwulan I (dalam jutaan rupiah) 17 15 13 11
SLA A
9
SLA B
7
SLA C
5 Januari
s.d Februari
s.d Maret
Sumber: Data Kanwil, Data Pemda/BUMN/BUMD Penerima SLA
P a g e | 28 2. Kredit program Selain SLA, juga terdapat skema subsidi kredit program. Terdapat ….jenis kredit program antara lain Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), Subsidi Resi Gudang (SRG), Kredit Pemberdayaan Pengusaha NAD dan Nias (KPP NADNias) Korban Bencana Alam Gempa dan Tsunami.
Profil Kredit Program Provinsi ……………. No.
Nomor Kredit Program
Jenis Kredit Program
Penerima Kredit Program
Jumlah Kredit Program
Tingkat Bunga
Subsidi Bunga
Sumber: Data Kanwil, Data Perbankan
Perkembangan Pembayaran Angsuran Pokok Kredit Program di Propinsi….. Triwulan I (dalam jutaan rupiah)
20 15 10
Kredit Program A
5
Kredit Program B Kredit Program C
0 Januari
s.d Februari
s.d Maret
Sumber: Data Kanwil, Data Perbankan
Perkembangan Pembayaran Bunga Kredit Program di Propinsi….. Triwulan I (dalam jutaan rupiah)
10 8 6
Kredit Program A
4
Kredit Program B
2
Kredit Program C
0 Januari
s.d Februari
Sumber: Data Kanwil, Data Perbankan
s.d Maret
P a g e | 29 BAB VI ANALISIS FISKAL REGIONAL A. Pendapatan Pusat dan Daerah 1. Rasio pendapatan terhadap PDRB, mencerminkan kontribusi perekonomian kepada kemampuan fiskal pemerintah melalui penerimaan negara/daerah. = = =
2. Rasio pendapatan per kapita, mencerminkan kontribusi populasi/penduduk terhadap pendapatan negara/daerah. =
ℎ
= =
ℎ
ℎ
B. Belanja Pusat dan Daerah 1. Rasio belanja APBN, indikator ini digunakan untuk membandingkan proporsi dana APBN yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dengan belanja pada APBD. +
=
+ ℎ
ℎ
2. Rasio total belanja terhadap populasi, indikator ini cenderung berfungsi sebagai perbandingan spasial antar wilayah, untuk mendapatkan proporsi antara kebijakan fiskal yang tercermin dari APBD dengan indikator demografis (populasi). Sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih fair besaran anggaran pada suatu wilayah. ℎ
=
ℎ
P a g e | 30 3. Rasio belanja pegawai, rasio ini untuk mengetahui seberapa besar proporsi APBD yang digunakan untuk membayar belanja pegawai. =
ℎ
ℎ
ℎ
ℎ
4. Rasio belanja modal pemerintah pusat, indikator ini dimaksudkan untuk membandingkan belanja modal yang bersumber dari APBN dan APBD yang merupakan motor pertumbuhan regional. ℎ
=
5. Rasio belanja modal, rasio ini untuk mengetahui tingkat fokus pemerintah daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui alokasi belanja modal, yang tercermin dari proporsi alokasi belanja modal dari belanja pada APBD =
ℎ
ℎ
C. Ruang fiskal dan kemandirian daerah 1. Ruang fiskal, pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked (DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat). Mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib). Ruang Fiskal = (total pendapatan – DAK) – (belanja pegawai tak langsung)
2. Rasio kemandirian daerah, Rasio PAD terhadap total pendapatan dan rasiodana transfer terhadap total pendapatan. Apabila rasio PAD lebih besar daripada rasio dana transfer berarti semakin mandiri dan sebaliknya semakin besar rasio dana transfer berarti tingkat ketergantungan tinggi. = = D. Rasio Belanja Sektoral 1. Rasio belanja sektoral, rasio-rasio yang digunakan pada dasarnya untuk mendapatkan gambaran mengenai fokus/prioritas bidang pemerintah daerah pada bidang-bidang tertentu.
P a g e | 31 Melalui perbandingan rasio antar wilayah (provinsi/ kabupaten/kota) dapat diketahui perbedaan priortas bidang diantara wilayah tersebut. Disamping itu, juga disajikan rasio-rasio yang bertujuan mendapatkan perbandingan (secara intuitif) dampak dari pertumbuhan belanja pemerintah daerah pada tiap bidang kepada pertumbuhan beberapa indikator sosial-ekonomi terkait. a. Belanja bidang pelayanan publik dan birokrasi =
ℎ
ℎ
ℎ
=
ℎ
b. Belanja bidang infrastruktur = ℎ ℎ
= =
ℎ ℎ
ℎ
=
ℎ
ℎ
ℎ
=
= ℎ
d. Belanja bidang pendidikan ℎ
ℎ
ℎ
=
ℎ
ℎ = ℎ
=
ℎ
ℎ
ℎ
c. Belanja bidang kesehatan ℎ
ℎ
ℎ
ℎ ℎ
ℎ .
ℎ
ℎ
ℎ ℎ ℎ
ℎ
ℎ
ℎ ℎ
ℎ ℎ ℎ
P a g e | 32
ℎ
ℎ ℎ
ℎ
ℎ=
ℎ
=
ℎ
ℎ
ℎ
ℎ
ℎ
e. Belanja bidang kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan ℎ ℎ = ℎ ℎ ℎ
ℎ
=
ℎ
=
ℎ
ℎ
ℎ ℎ
= f.
ℎ
Belanja bidang pertanian = ℎ
= = =
ℎ
ℎ
ℎ
ℎ ℎ
ℎ ℎ
ℎ
ℎ
E. SILPA dan Pembiayaan 1. Perkembangan surplus/defisit APBD a. Rasio surplus/defisit terhadap aggregat pendapatan, rasio ini untuk mengetahui proporsi adanya surplus/deficit anggaran terhadap pendapatan, yang menunjukkan performa fiskal pemerintah daerah dalam menghimpun pendapatan untuk mengcover belanja, atau penghematan belanja dengan kondisi pendapatan tertentu. /
ℎ
=
/
P a g e | 33 b. Rasio surplus/defisit terhadap PDRB, indikator ini menggambarkan kesehatan ekonomi regional, semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan jasa yang cukup baik untuk membiaya hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah. /
ℎ
=
/
c. Rasio SILPA terhadap alokasi belanja, rasio ini menceriminkan proporsi belanja atau kegiatan yang tidak digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah ℎ
=
ℎ
ℎ
ℎ
2. Perkembangan pembiayaan a. Rasio pinjaman daerah terhadap total pembiayaan, rasio ini untuk mengetahui proporsi pencairan pinjaman yang dilakukan daerah untuk membiayai defisit APBD. ℎ ℎ= b. Rasio keseimbangan primer, rasio ini mencerminkan indikasi likuiditas. Semakin besar surplus keseimbangan primer, maka semakin baik kemampuan untuk membiayai defisit − − =
P a g e | 34 BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Paragraf 1: Kondis perkembangan daerah Paragraf 2: Kondisi belanja pusat dan daerah di propinsi tersebut Paragraf 3: Analisis fiskal regional B. Rekomendasi Paragraf 1: Rekomendasi kebijakan belanja pusat di propinsi tersebut Paragraf 2: Rekomendasi kebijakan belanja daerah
P a g e | 35 DAFTAR PUSTAKA Satu Pengarang Nasoetion, Andi Hakim. Metode Statstika. Yakarta: Penerbit PT Gramedia, 1980 Dua Pengarang Kennedy, Ralph Dale dan Stewart Y. McMullen. Financial Statement: Form, Análisis and Interpretation. Petaling Jaya: Irwin Book Company, 1973 Tiga Pengarang Heidirachman R., Sukanto R., dan Irawan. Pengantar Ekonomi Preusan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Facultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, 1980. Lebih Dari Tiga Pengarang Selltiz, Claire, et al. Research Methods in Social Relations. New Cork: Holt, Rinehart & Winston, 1959 Pengarang Sama Newman, William H. The Process of Management. London: Prentice Hall. Inc., 1961. ________________. Administratif Action. London: Prentice Hall. Inc., 1963. Buku Terjemahan/Saduran/Suntingan Conant, James B. Teori dan Soal-Soal Ekonomi Makro. Terjemahan Faried Wijaya. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 1978. Surat Kabar: Salim, Emil. “Forest Sustainability Management”, The Jakarta Post. Februari 6, 1977. Jurnal/Peberbitan Berkala: Rahardjo, M. Dawam. “Dunia Bisnis di Persimpangan Jalan”, Prisma. Juli 1983, 7, hal. 1-12. Hasil Penelitian: Kasryno, Faisal, et al. Perkembangan Institusi dan Pengaruhnya Terhadap Distribusi Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja: Kasus di Empat Desa di Jawa Barat. Bogor: Studi Dinamika Pedesaan, 1981 Internet: Spiszer, John M. Leadership and Combat Motivation: The Critical Task. 1999. http://www.cgsc.army.mil/milrev/english/MayJun99/Spiszer.htm. (Diakses tanggal 12 September 1999).
P a g e | 36 KEANGGOTAAN TIM PENYUSUN
Penanggungjawab: Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Propinsi … DR. ……. Ketua Tim: Kabid ….. Kanwil Ditjen Perbendaharaan Propinsi … ………., MPA Editor: ………., M.Bus Dibantu oleh: Pelaksana 1 Pelaksana 2 Anggota: Anggota 1 Anggota 2 Anggota 3 Anggota 4