SISTEM PERTANAMAN TERINTEGRASI ANTARA KARET (Hevea brasiliensis Muel. Arg.) DENGAN SINGKONG MUKIBAT (Manihot sp.) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIKUMPAY, PURWAKARTA, JAWA BARAT
Oleh Via Yulianti A34104032
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN VIA YULIANTI. Sistem Pertanaman Terintegrasi antara Karet (Hevea brasiliensis Muel. Arg.) dengan Singkong Mukibat (Manihot sp.) di PT. Perkebunan Nusantara VIII, Cikumpay, Purwakarta, Jawa Barat. (Di bawah bimbingan SOFYAN ZAMAN). Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penanaman mukibat sebagai bahan dasar pembuatan bioetanol terhadap pertumbuhan lilit batang karet. Pelaksanaan kegiatan magang ini dimulai pada tanggal 12 Februari sampai 12 Juni 2008 di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cikumpay, Purwakarta, Jawa Barat. Metode pelaksanaan yang digunakan pada kegiatan magang ini adalah bekerja aktif dan mengumpulkan data primer maupun sekunder. Mahasiswa bekerja aktif di kebun mulai dari Karyawan Harian Lepas (KHL), Pendamping Mandor
dan
Pendamping
Sinder
Afdeling.
Sebagai
KHL,
mahasiswa
melaksanakan beberapa kegiatan, antara lain okulasi, weeding petak manual, penanaman mukibat, penyadapan, mengontrol kualitas sadapan, pengolahan dan pengujian mutu produk. Kegiatan penanaman singkong mukibat (Manihot sp) dilakukan secara terintegrasi pada gawangan karet (Hevea brasiliensis Muel. Arg.) di areal Tanaman Belum Mengahasilkan. Kegiatan penanaman secara terintegrasi ini bertujuan agar hasil yang didapatkan optimum. Tanaman singkong mukibat ini merupakan hasil sambungan atau grafting dari singkong karet (M. glaziovi)dan ubi kayu (M. utilissima Pohl.). Secara fisiologi akar tanaman singkong mukibat memiliki kemampuan menyerap unsur hara dengan sangat kuat sehingga keberadaan tanaman singkong mukibat pada areal tanaman karet akan berpengaruh terhadap pertumbuhan lilit batang secara tidak langsung. Beberapa usaha yang dilakukan perusahaan untuk meminimalisir dampak negatif ini adalah dengan jarak tanam 1.5 m x 1.5 m dan pola tanam jajar genjang agar pemanfaatan cahaya untuk fotosintesis optimum. Jarak singkong mukibat dari tanaman karet adalah 2.25 m agar mengurangi tingkat persaingan nutrisi antara singkong mukibat dan karet. Pemupukan tanaman singkong mukibat dan karet pun secara maksimal dilakukan agar masing-
masing tanaman dapat tumbuh secara optimal. Beberapa usaha tersebut telah mampu meminimalisir kekhawatiran perusahaan terhadap produksi karet yang akan datang. Hal ini dapat dilihat dari data pertumbuhan lilit batang karet pada areal TBM karet tahun tanam 2005. Salah satu contoh data lilit batang yang diambil pada semester I (Bulan Januari 2008) adalah sebesar 15.5 cm sedangkan pada semester II (Bulan Juni 2008) sebesar 20.6 cm, sehingga selisih lilit batang tersebut sebesar 5.1 cm.
SISTEM PERTANAMAN TERINTEGRASI ANTARA KARET (Hevea brasiliensis Muel. Arg.) DENGAN SINGKONG MUKIBAT (Manihot sp.) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIKUMPAY, PURWAKARTA, JAWA BARAT
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Via Yulianti A34104032
PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
JUDUL
: SISTEM PERTANAMAN TERINTEGRASI ANTARA KARET (Hevea brasiliensis Muel. Arg.) DENGAN SINGKONG
MUKIBAT (Manihot
sp.)
DI
PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIKUMPAY, PURWAKARTA, JAWA BARAT NAMA
: VIA YULIANTI
NRP
: A34104032
PROGRAM STUDI
: AGRONOMI
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Sofyan Zaman NIP. 132 086 363
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus : .........................................
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Purwakarta, Jawa Barat pada tanggal 26 Juli 1986. Penulis merupakan anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan Achmad Sanusi dan Uun Kurniati. Tahun 1998 penulis lupus dari SD Negeri I Cikumpay, kemudian pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidkan di SLTP Negeri 2 Purwakarta. Selanjutnya penulis lulus dari SMU Negeri 2 Purwakarta pada tahun 2004. pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi , Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor melalui jalar USMI. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai organisasi, antara lain sebagai pengurus FKRD A (Forum Komunikasi Rohis Departmen Fakultas Pertanian) tahun 2004-2008, sebagai pengurus DKM Al-Hurriyyah tahun 2005-2006, pengurus PERMATA (Perhimpunan Mahasiswa Purwakarta) tahun 2004-2006, pengurus ISPA (Ikatan Santri Pesantren Al – Inayah) tahun 20052007 dan pengurus HIMAGRON (Himpunan Mahasiswa Agronomi) tahun 20052007.
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan Cahaya Ilmu-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Madang dan penulisan skripsi ini dengan judul Sistem Pertanaman Terintegrasi antara Karet (Hevea brasiliensis Muel. Arg.) dengan Singkong Mukibat (Manihot sp.) di PT. Perkebunan Nusantara VIII, Cikumpay, Purwakarta, Jawa Barat. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Dengan tidak melupakan rasa syukur kepada Allah SWT, penulis pun ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak dan Mamah, A Nusi, A Asep, Teh Titin, Ceu Nia dan seluruh keluarga di Cimahi. 2. Dosen Pembimbing skripsi, Ir. Sofyan Zaman, atas bimbingannya selama ini. 3. Dosen Pembimbing Akademik, Dr. Ir. Suwarto, MSi 4. Bapak Iwan Suwandi, Administratur PTPN VIII Cikumpay. 5. Segenap sinder dan mandor di PTPN VIII Cikumpay. 6. Teman-teman Al-Iffah Mba’ Lina, Tri, Hanik, Tika, Cahya, Tania dan teman-teman Al-Iffah yang lain, atas segala ukhuwah dan do’anya. 7. Teman-teman TIRAN 41, Didik, Hendro, Santo, Mbak ii, Desty, Mb Restu, Uni Dina, Gita. 8. Teman-teman Agronomi 41 atas rasa persaudaraan yang telah mengikat hati kita semua. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya.
Bogor, Juli 2008 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
viii 1 1
PENDAHULUAN........................................................................................ Latar Belakang........................................................................................... Tujuan........................................................................................................
4
METODE MAGANG.................................................................................. 5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan................................................................. 5 Metode Pelaksanaan................................................................................... 5 KONDISI UMUM PERKEBUNAN........................................................... Sejarah dan Perkembangan........................................................................ Letak Geografis.......................................................................................... Kondisi Kebun............................................................................................ Struktur Organisasi Perkebunan................................................................
7 7 7 8 9
PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN.................................................. Pembibitan.................................................................................................. Pemeliharaan.............................................................................................. Kegiatan di Areal Cassava......................................................................... Penyadapan................................................................................................. Pemeriksaan Sadapan................................................................................. Penimbangan Lateks Kebun....................................................................... Pengolahan Karet....................................................................................... Penentuan Faktor Pengering Lump............................................................ Pengujian Kadar Abu, Plasticity Original (Po), Plasticity Retention Index (PRI) dan Kadar Zat Menguap.........................................................
12 12 13 15 16 18 19 19 23
ASPEK MANAJERIAL.............................................................................. Pendamping Mandor Sadap........................................................................ TU Afdeling............................................................................................... Pendamping Mandor Pengolahan CR........................................................ Pendamping Sinder Afdeling.....................................................................
27 27 27 28 29
25
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 30 Hasil............................................................................................................ 30 Pembahasan................................................................................................ 31 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 34 Kesimpulan………………………………………………………………. 34
Saran ………………………………………………….............................. DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
34 35
LAMPIRAN.................................................................................................. 37
DAFTAR TABEL No.
Halaman Teks
1.
Jumlah Tenaga Kerja Perkebunan Cikumpay........................................
10
2.
Data Lilit Batang Karet Hasil Uji Statistik.............................................
30
Lampiran 1.
Luas Areal dan Produksi Perkebunan di Indonesia................................
38
Data Curah Hujan Perkebunan Cikumpay Tahun 1998 – 2008............. Produktivitas PT. Perkebunan Nusantara VIII Tahun 2007................... Data Realisasi Produksi Tahun 2003-2008............................................ Jurnal Harian Magang............................................................................ Perbandingan Pertumbuhan Lilit batang Karet Tahun Tanam 2005 pada Areal Mukibat dan non Mukibat.................................................... 7. Dosis Pupuk TBM Karet Semester I Tahun 2008.................................. 8. Produktivitas Kg/Hk Berdasarkan Panen dan Pengolahan..................... 9. Laporan Pekerjaan Bulan April 2008..................................................... 10. Rencana dan Realisasi Pemupukan Semester I Tahun 2008 Di PTPN VIII Cikumpay........................................................................................ 11. Blanko Pemeriksaan Sadapan.................................................................
38 39 40 41
2. 3. 4. 5. 6.
46 46 47 48 49 50
DAFTAR GAMBAR No. 1 2. 3.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Halaman Teks Kegiatan okulasi di PTP N VIII Kebun Cikumpay, 2008.................... 13 Kegiatan Penyadapan di PTP N VIII Kebun Cikumpay, 2008............ 17 Kegiatan Pemeriksaan Sadapan oleh Tap Kontrol di PTPN VIII Cikumpay, 2008................................................................................... 18 Lampiran Grafik Produktivitas Panen dan Pengolahan Perkebunan Cikumpay.............................................................................................. Denah Karet dan Cassava..................................................................... Struktur Organisasi Kebun.................................................................... Peta Asfdeling Cikumpay I................................................................... Peta Afdeling Cikumpay II................................................................... Peta Afdeling Gunung Hejo.................................................................. Peta Afdeling Gunung Anaga...............................................................
51 52 53 54 55 56 57
PENDAHULUAN Latar belakang Krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah menimbulkan tiga masalah mendasar, yaitu perekonomian Indonesia sempat mengalami kontraksi sebesar –13,2% pada tahun 1998, jumlah pengangguran diperkirakan mencapai 39 juta orang, dan memburuknya distribusi pendapatan. Dalam rangka memulihan situasi ekonomi, identifikasi sektor atau industri yang dapat berperan sebagai leading sector atau adjusting sector dalam mengatasi masalah tersebut menjadi sangat penting. Pengembangan industri berbasis perkebunan merupakan salah satu pilihan yang cukup realistis karena (i) bisnis perkebunan mempunyai daya tahan tinggi karena berbasis pada sumberdaya domestik dan berorientasi ekspor, (ii) diyakini masih sangat prospektif dengan peluang pertumbuhan berkisar antara 2%–8% per tahun, dan (iii) intensif menggunakan tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang berlokasi di pedesaan. Industri berbasis perkebunan ini dapat menjadi lebih cocok sebagai leading sector atau adjusting sector, masih perlu diidentifikasi sehingga industri tersebut dapat berperan secara optimal dalam upaya mengatasi masalah tersebut (Susila, 2008). Direktorat Jenderal Perkebunan (2000) menyatakan dalam skala nasional, pembangunan perkebunan telah berhasil meningkatkan produksi dan produktivitas serta kualitas berbagai komoditas perkebunan, penyediaan lapangan pekerjaan dan pendapatan pekebun. Namun, tingkat keberhasilan yang telah dicapai belum seperti yang diharapkan, terutama pendapatan pekebun yang masih rendah. Rendahnya pendapatan pekebun antara lain karena pemanfaatan sumberdaya yang belum efisien, usahatani masih tradisional dan belum komersial/terpadu, kelembagaan petani yang lemah, pengembangan komoditas belum berorientasi kepada potensi sumberdaya yang tersedia sehingga sering mengalami kegagalan dalam pengembangan usaha. Karet (Hevea brasiliensis Muel. Arg.) merupakan salah satu tanaman perkebunan utama yang banyak diusahakan di Indonesia. Tanaman ini merupakan tanaman yang produk hasil olahannya banyak dimanfaatkan salah satunya di bidang transportasi. Menurut Madjid (1986) karet telah ditanam secara komersil sejak permulaan abad ke-20. Tanaman ini sangat penting artinya bagi
perekonomian Indonesia karena merupakan penghasil devisa yang tertinggi diantara komoditi perkebunan. Pendapatan devisa ke tiga setelah minyak dan kayu; sumber penghidupan bagi lebih dari dua belas juta penduduk. Perbaikan ekonomi dunia dari resesi dan pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan permintaan karet alam meningkat. Di pasaran dunia karet alam harus berada pada posisi menantang dan bukannya bertahan. Kemampuan menantang harus disertai dengan: efisiensi dikebun, pengolahan, pengepakan dan pengapalan; mutu yang mantap dan membaik; berorientasi pada keinginan mutu negara; dan promosi pemasaran pada langganan pembeli baru maupun lama. Dalam upaya pengembangannya, perkebunan karet diusahakan oleh perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta dan perkebunan negara (PT. Perkebunan Nusantara). Sebanyak 83.6% luas areal perkebunan diusahakan oleh perkebunan rakyat, 7.2% diusahakan oleh perkebunan negara, dan 8.3% diusahakan oleh perkebunan swasta. Menurut Ditjenbinprodbun (2005), luas areal pertanaman karet di Indonesia menunjukkan peningkatan yaitu 3 262 267 ha pada tahun 2004 menjadi 3 279 391 ha pada tahun 2005. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan produksi karet dari 2 065 217 ton pada tahun 2004 menjadi 2 270 891 ton. Angka sementara dan estimasi luas areal pertanaman karet pada tahun 2006 dan 2007 menunjukkan akan terus meningkat begitu pun dengan produksinya (Tabel Lampiran 1). Selain dari data peningkatan luas areal dan produksi, harga produk karet pun semakin membaik. Data terbaru menunjukkan harga ekspor karet SIR 20 terus naik hingga mencapai 2.78 dolar AS per kg pada pembukaan di pasar bursa hari Rabu (20/2) akibat pasokan yang bertambah ketat menyusul musim trek atau gugur daun di negara produsen. Menurut seorang ketua Gapkindo telah terjadi tiga kali kenaikan harga SIR 20. Hari Rabu (13/2) harga SIR 20 masih 2.68 dolar AS per kg, lalu naik pada Jumat (15/2) menjadi 2.72 dolar AS, Selasa (19/2) naik kembali menjadi 2.76 dolar AS dan hari ini 20 Februari 2.78 dolar AS. Kenaikan harga dipicu pasokan yang semakin ketat di tengah permintaan yang tinggi menyusul kebutuhan yang meningkat dan bertambah mahalnya harga minyak mentah (Antara News, 2008).
Pemeliharaan tanaman karet yang belum menghasilkan merupakan kegiatan investasi yang terus menerus mengeluarkan biaya. Oleh karena itu, perlu adanya suatu usahatani terpadu untuk dapat memberikan nilai tambah. Wibawa (2000) menyatakan skala prioritas dalam pengembangan sistem usahatani berbasis karet adalah memasyarakatkan pemakaian bahan tanam karet yang berasal dari klon yang mempunyai produktivitas minimal dua kali lebih tinggi dari bahan tanam seedling. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui usahatani tanaman pangan dan ternak sebagai sumber pendapatan jangka pendek dan karet sebagai sumber pendapatan jangka panjang. Pola tanam seperti ini terbukti cukup adaptif terhadap kebutuhan dan strategi petani. Selain tanaman karet, komoditas yang saat ini memungkinkan untuk dijadikan komoditas perkebunan adalah singkong sebagai salah satu bahan dasar pembuatan bioetanol. Selain dapat menghasilkan bahan bakar nabati sebesar 1 020 l/ha (Purwanto, 2007), singkong juga mudah tumbuh di mana-mana. Bioetanol sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM) sangat prospek dikembangkan dari bahan baku ubi kayu (Waspada online, 2007). Varietas singkong yang saat ini sedang digalakan adalah mukibat. Mukibat merupakan nama penemu jenis klon ini yang menyambungkan singkong karet dan Ubi kayu (Manihot utilissima Pohl.). Penemuan Mukibat, pekebun asal Kediri itu mendongkrak produksi singkong hingga 15-20 kg per tanaman. Setelah 23 tahun berselang, KH Abdul Jamil-kerabat Mukibat-menemukan varietas baru: darul hidayah. Di Malang, Jawa Timur, saat ini telah ditemukan singkong berkadar gula tinggi sebanyak 45%. Dua temuan itu menjadi harapan bioetanol di masa depan (Trubus online, 2008). Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat bisa ditempuh dengan mengembangkan potensi ekonomi masyarakat yang ada, misalnya perkebunan. Pengembangan singkong mukibat untuk bioetanol di Garut Selatan yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara VIII dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) bisa dijadikan salah satu contoh. Selain menyerap banyak tenaga kerja, kegiatan agro industri seperti itu memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani yang selama ini hanya menjual singkong tanpa mengolahnya terlebih dahulu (PTPN VIII, 2007).
Pengembangan usahatani berbasis karet hendaknya didahului dengan paket teknologi komponen-komponen pendukungnya. Komponen penting dalam paket teknologi pola tanam ini adalah teknik penyediaan bahan tanaman karet dan tanaman sela bermutu baik, teknis budidaya tanaman sela dan karet spesifik lokasi dan penyediaan berbagai input produksi yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan pola tanam tersebut (Wibawa, 2000). Tujuan Magang Kegiatan magang ini bertujuan untuk : 1. Memberikan pengetahuan dan pengalaman praktis tentang aspek produksi dan pengelolaan pada kondisi yang sebenarnya 2. Meningkatkan relevansi, keterkaitan dan kesepadanan antara proses pendidikan dengan lapangan kerja. 3. Mengetahui dampak penanaman singkong mukibat di gawangan karet terhadap pertumbuhan lilit batang karet. 4. Meningkatkan kemampuan profesionalisme mahasiswa dalam memahami dan menghayati proses kerja nyata.
METODE MAGANG Waktu dan tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan di Kebun Cikumpay PT. Perkebunan Nusantara VIII, Purwakarta, Jawa Barat selama empat bulan, terhitung dari tanggal 12 Februari sampai 12 Juni 2008.
Metode Pelaksanaan Kegiatan magang ini merupakan kegiatan kerja langsung sehingga mahasiswa merupakan bagian integral dari sistem kerja di Kebun Cikumpay dan berstatus sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, sebagai pendamping mandor selama satu bulan dan sebagai pendamping asisten dan manajer selama satu bulan. Secara garis besar metode pelaksanaan adalah sebagai berikut : Melaksanakan Teknis Lapang. Melaksanakan seluruh pekerjaan lapang produksi pada berbagai tingkat pekerjaan sesuai dengan tahapannya mulai dari karyawan harian lepas (KHL) sampai sebagai pendamping manajer. Pengambilan Data Primer. Pengambilan data primer dari seluruh pekerjaan lapang produksi dan melakukan pengamatan khusus pada kegiatan pengukuran lilit batang terhadap beberapa unit contoh pengamatan. Selain dari pengamatan langsung di lapangan, data primer diperoleh dari hasil wawancara maupun diskusi sengan staf dan karyawan kebun dari berbagai level pekerjaan. Wawancara dan diskusi dilakukan dengan cara komunikasi langsung dengan sinder afdeling, mandor besar, mandor dan karyawan. Data Sekunder. Data sekunder yang mendukung pelaksanaan teknis lapangan meliputi kondisi iklim, kondisi lahan, organisasi dan manajemen, norma baku serta rekomendasi (anggaran) pelaksanaan teknis budidaya. Beberapa data lilit batang diambil dari data sekunder karena telah dilakukan oleh pihak perkebunan sebelum penulis datang ke lokasi magang. Penulis mengamati data pertumbuhan lilit batang karet di areal TBM yang terintegrasi dengan tanaman singkong mukibat dan pertumbuhan lilit batang karet di areal TBM murni selama dua semester terakhir atau semenjak penanaman mukibat, yaitu bulan November 2007.
Analisis Data. Data primer hasil pengamatan berbagai peubah maupun rekomendasi teknis yang diterapkan, dianalisis secara komparatif dengan normanorma baku yang berlaku. Perhitungan yang dilakukan adalah dengan uji statistik sederhana, yaitu dengan uji t-hitung. Perhitungan dan analisis data tersebut dilakukan dengan menggunakan program Minitab 14.0. Secara sederhana Mattjik dan Sumertajaya (2002) menyatakan apabila ragam populasi tidak sama, maka statistik uji yang digunakan adalah t-student, sebagai berikut: thitung = (x − x ) − δ dimana s( − ) = x1 x2 sx x Keterangan : = nilai tengah populasi ke-1 x1 1
x
s
1
−
2
2 2 s1 + s 2 n n 2 1
= nilai tengah populasi ke-2
2
= Selisih populasi ke-1 dan populasi ke-2
δ
s
0
2
0
= ragam populasi ke-1
2 1
= ragam populasi ke-2
2 2
s (x
1
−
x2)
= ragam dua populasi
KONDISI UMUM PERKEBUNAN Sejarah dan Perkembangan Perkebunan Cikumpay merupakan salah satu usaha dari PT. Perkebunan Nusantara VIII (persero) Jawa Barat. Perkebunan ini merupakan perkebunan milik Negara yang membantu meningkatkan devisa Negara. Perkebunan ini didirikan pada tahun 1905 oleh pemerintah Hindia Belanda, mengingat pada waktu itu Negara Indonesia berada di bawah jajahan Belanda. Berdasarkan Lembaran Negara tahun 1911 dan peraturan pemerintah bulan April 1911 nomor 25 pasal 3 ayat 5 mengenai peraturan ketetapan kehutanan (Lembaran Negara tahun 1897 no 61 Yunco no, atau 208 tahun 1907 nomor 233), budidaya karet dengan nama Cikumpay dalam batas-batas tertentu dipisahkan dari Distrik Hutan Priangan Timur dan disatukan menjadi Perkebunan Cikumpay. Perkebunan Cikumpay menjadi milik pemerintah Jepang pada tahun 19421945, karena Belanda kalah perang melawan Jepang. Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945, perkebunan Cikumpay direbut kembali oleh pemerintah Indonesia. Hal ini tidak dapat berlangsung lama karena Belanda kembali menduduki Indonesia untuk kedua kalinya pada tahun 1947. Pada tahun 1947-1950, perkebunan Cikumpay dipegang kembali oleh pemerintah Belanda. Kemudian diambil alih oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1950 dan pada tahun yang sama bergabung dengan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP lama). Tahun 1967 berubah nama menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP XII). Perusahaan Negara Perkebunan XII ini berubah lagi menjadi Perseroan Terbatas Perkebunan (PTP XII) pada tahun 1971. Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 13 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 tentang peleburan perusahaan perseroan PT. Perkebunan XI, PT. Perkebunan XII dan PT. Perkebunan XIII menjadi PT. Perkebunan Nusantara VIII (persero) dengan akta notaris Harun Kamil SH tanggal 11 Maret 1996. Letak Geografis Perkebunan Cikumpay terletak di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Perkebunan Cikumpay berjarak 19 km dari Purwakarta dan 109 km dari Bandung.
Lokasi Perkebunan Cikumpay berada di lima wilayah kecamatan di Purwakarta, yaitu Campaka, Cibatu, Bungursari, Darangdan dan Plered. Daerah areal penanaman pada Perkebunan Cikumpay terdiri dari empat afdeling yaitu Cikumpay I, Cikumpay II, Gunung Hejo dan Gunung Anaga. Afdeling Cikumpay I dan Cikumpay II berjarak 19 km dari Purwakarta dengan elevasi 80 m. Gunung Hejo dengan elevasi 600 m yang berjarak 25 km dari Purwakarta, sedangkan Afdeling Gunung Anaga merupakan afdeling terjauh, berjarak 30 km dari Purwakarta dengan elevasi 215 m. Wilayah Perkebunan Cikumpay terletak kira-kira 70-90 m dari permukaan laut dengan keadaan topografi datar hingga bergelombang. Curah hujan di Perkebunan Cikumpay berkisar antara 1500-3500 mm/tahun dengan rata-rata curah hujan 2339 mm/tahun dengan 128 hari hujan dan termasuk iklim tipe C (agak basah) menurut ketentuan Schmidt dan Ferguson (Tabel Lampiran 2). Ratarata suhu harian bervariasi antara 220-300 C. Sedangkan jenis tanah di daerah ini adalah latosol. Kondisi Kebun Perkebunan Cikumpay memiliki kebun seluas 3 166.66 hektar. Dari luasan tersebut, 2 963.12 ha dari luas areal kebun digunakan untuk tanaman pokok, 203.54 ha digunakan untuk sarana yang lain seperti emplasemen, jalan, lapangan olahraga, kuburan, jurang, hutan, sawah dan bangunan SD. Sistem rotasi penanaman di Cikumpay adalah dengan menyisakan sekitar 16.7 ha untuk areal pembibitan untuk keberlangsungan produksi. Perkebunan Cikumpay mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan perkebunan lain di PT. Perkebunan Nusantara VIII (persero) antara lain: produk olahan Cikumpay dipandang mempunyai kualitas lebih baik di mata konsumen, mempunyai unit pengolahan yang lebih lengkap (RSS, TPC, Latek pekat dan Crumb Rubber), mempunyai kebun entres dan terdapat areal percobaan untuk kelapa kopyor yang bekerja sama dengan Lembaga Bioteknologi. Pemeliharaan di Perkebunan Cikumpay khususnya pengairan menggunakan dua sistem yaitu pengairan alami untuk areal TBM dan TM dan pengairan yang dibantu oleh alat pompa untuk areal pembibitan. Secara umum kondisi fisik dari Perkebunan Cikumpay dapat dikatakan baik. Hal ini dibuktikan dengan produksi
per hektar yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data tahun 2005, 2006 dan 2007 produktivitas dari kebun secara berturut-turut yaitu 1 132 kg/ha, 1 135 kg/ha dan 1 135 kg/ha. Selain itu, jika dibandingkan dengan unit perkebunan karet lain yang ada di PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kebun Cikumpay termasuk salah satu dari lima perkebunan karet yang memiliki produktivitas tertinggi. Kelima perkebunan karet tersebut antara lain Kebun Batulawang (1 423 kg/ha), Jalupang (1 399 kg/ha), Miramare (1 236 kg/ha), Cikumpay (1 135 kg/ha) dan Panglejar (1 056 kg/ha). Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3. Areal kebun Perkebunan Cikumpay terdiri dari kebun murni dan kebun lancuran. Kebun murni adalah wilayah kebun karet yang seluruhnya merupakan tanaman karet yang sedang dalam usia sadap. Sedangkan kebun lancuran merupakan wilayah kebun karet yang seluruhnya merupakan areal tanaman karet yang umurnya sudah lebih dari 23 tahun sadap atau daerah sadap mati. Data produksi tahunan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4. Struktur Organisasi Perkebunan Setiap kebun yang ada di bawah lingkungan PT. Perkebunan Nusantara VIII Cikumpay dipimpin oleh seorang manajer kebun yang langsung diangkat dan bertanggung jawab kepada direksi. Organisasi tingkat kebun merupakan suatu sistem yang terdiri atas bagian-bagian yang mempunyai tanggung jawab dan fungsi khusus dalam melaksanakan kebijakan direksi maupun manajer kebun. a) Manajer (Administratur) Manajer merupakan pimpinan perkebunan dan bertanggung jawab dalam seluruh kegiatan yang meliputi bidang tanaman, teknologi dan bidang administrasi. Dalam tugasnya manajer dibantu oleh kepala tanaman, kepala teknologi dan kepala administrasi. b) Kepala Tanaman Kepala tanaman bertanggung jawab dalam mengelola tanaman terutama dalam aspek budidaya tanaman. Kepala tanaman dibantu oleh kepala bagian kebun, tata usaha tanaman, mandor besar sadap, mandor rawat, tap kontrol dan beberapa orang mandor baik mandor sadap maupun mandor rawat/pemeliharaan.
c) Sinder Teknologi Sinder Teknologi bertanggung jawab pada bidang pengolahan dan teknik. Dalam tugasnya sinder Teknologi dibantu oleh Asisten Pengolahan, Asisten Teknik, JTU Produksi, Kepala Urusan Teknik, Kepala Urusan Bangunan, Mandor Bengkel, Kepala Urusan Pengolahan serta beberapa orang Mandor Pengolahan. d) Sinder T.U.K Sinder T.U.K bertanggung jawab atas pelaksanaan administrasi dan kepegawaian serta pembukuan perkebunan. Sinder T.U.K dibantu oleh Tata Usaha Bagian Umum, Tata Usaha Bagian Keuangan, Kepala gudang, bagian kesehatan dan bagian keamanan. Sampai saat ini seluruh kegiatan di perkebunan Cikumpay dilaksanakan oleh 1 137 tenaga kerja yang terdiri dari 959 tenaga kerja laki-laki dan 178 tenaga kerja perempuan. Jumlah karyawan harian lepas ini tergantung pada volume pekerjaan yang ada. Upah yang diberikan tergantung pada sistem upah yang digunakan yaitu harian atau borongan. Karyawan harian lepas ini berasal dari desa-desa sekitar kebun. Secara umum jumlah tenaga kerja di perkebunan Cikumpay dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Perkebunan Cikumpay. Jabatan Administratur Sinder Kepala Sinder TUK Sinder Teknologi Ass. Teknik Sinder Afdeling/Kebun Karyawan Golongan IIB-IID Karyawan Golongan IA Karyawan harian lepas Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah (Orang) 1 1 1 1 1 4 132 394 600 1 137
Dengan demikian indeks tenaga kerja Perkebunan Cikumpay adalah 0.38, artinya apabila dibandingkan dengan indeks tenaga kerja untuk perkebunan karet pada
umumnya yaitu sebesar 0.8, Perkebunan Cikumpay memiliki efisiensi yang cukup tinggi dalam memanfaatkan tenaga kerja. Jumlah jam kerja untuk staf, karyawan bulanan dan harian tetap di PT. Perkebunan Nusantara VIII adalah 7 jam per hari. Sedangkan untuk karyawan harian lepas sesuai dengan fungsi pekerjaan (berkisar antara 4 jam sampai 7 jam). Apabila ada tambahan kerja, Perkebunan Cikumpay selain memberlakukan upah lembur juga menggunakan sistem premi. Premi ini dibayar berdasarkan tambahan produksi dalam satuan Rp/kg.
PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN Pada pelaksanaannya penulis membagi menjadi beberapa kegiatan, yaitu menjadi karyawan harian lepas selama dua bulan, menjadi assisten mandor selama satu bulan dan menjadi assisten dari assisten kebun. Saat menjadi karyawan harian lepas, penulis membagi kegiatan di berbagai tempat yaitu di daerah pembibitan di wilayah Cikumpay II, di kebun TBM Cikumpay I, di kebun sadapan Cikumpay I dan di pabrik pengolahan selama masing-masing dua minggu (Tabel Lampiran 5). Pembibitan Kegiatan-kegiatan yang ada di kebun pembibitan kebun Cikumpay adalah okulasi, kontrol hasil okulasi, persemaian dan persiapan penanaman bibit batang bawah. Selama di kebun pembibitan penulis melakukan beberapa kegiatan seperti praktek okulasi. Di kebun pembibitan ini ada beberapa kegiatan yang jadwalnya tidak sesuai dengan yang direncanakan, seperti persemaian dan kegiatan lanjutan setelah itu, seperti penanaman batang bawah dan penanaman bibit karet hasil okulasi. Kegiatan okulasi sendiri sedikit terhambat dikerenakan oleh curah hujan pada bulan februari sangat tinggi. Jumlah hari hujan adalah 29 hari, artinya hujan turun selama satu bulan. Hal ini mengakibatkan pohon karet yang akan diokulasi basah sehingga tidak bisa diokulasi. Penulis sendiri hanya melakukan okulasi selama dua hari dari jadwal empat hari. Pada hari pertama okulasi penulis dapat mencapai 125 pohon dari 160 pohon standar per hari kerja (HK). Sedangkan hari ke dua penulis dapat mencapai 195 pohon. Dibutuhkan keterampilan khusus untuk melakukan okulasi tanaman karet ini. Sistem okulasi di sini merupakan sistem forket, artinya jendela okulasi yang dibuat menghadap ke atas. Pada kegiatan kontrol hasil okulasi, penulis tidak terlalu mengikuti. Kegiatan kontrol ini adalah memeriksa hasil okulasi dari para karyawan. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ini sampai tanaman okulasi dipotong adalah 56 hari setelah okulasi (HSO). Sejak okulasi sampai pemeriksaan pertama/ kontrol I/ buka balut adalah 21 hari. Bila saat diperiksa hidup dibiarkan selama 15 hari baru kemudian kontrol II. Tanaman hasil okulasi diperiksa kembali. Bila tunas masih hidup, dibiarkan kembali selama 10 hari sampai kontrol III. Bila pada saat kontrol III ini tunas hasil okulasi masih hidup, tanaman dibiarkan tumbuh selama
sepuluh hari baru setelah itu tanaman dipotong agar tunas hasil okulasi dapat tumbuh secara optimal.
Gambar 1. Kegiatan okulasi di PTP N VIII Kebun Cikumpay, 2008 Selain melakukan praktek okulasi, penulis juga ikut membantu pada beberapa kegiatan di persemaian, seperti seleksi biji karet dan ‘deder’ atau menanam biji karet pada bidang semai yang telah disediakan. Biji karet untuk benih didapatkan dari kebun sendiri dengan jenis klon LCB 1320. Setelah biji terkumpul, biji diseleksi dengan seleksi warna, yaitu memisahkan biji yang berwarna mengkilat dan mempunyai banyak lurik dengan biji yang berwarna kusam dan jumlah lurik lebih sedikit. Setelah itu dilakukan seleksi berdasarkan berat biji di bak seleksi yang telah diberi fungisida DITHANE M-45. Hal ini dimaksudkan agar ketika biji disemai tidak terserang cendawan, sehingga biji dapat tumbuh dengan baik. Setelah mengikuti kegiatan menyemai di persemaian, penulis mengikuti kegiatan penggemburan lahan untuk bibit batang bawah bersama para karyawan. Di sini penulis bersama lima orang KHL dapat menyelesaikan dua petak lahan. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan yang penulis ikuti saat menjadi karyawan harian lepas adalah weeding petak manual, weeding gawangan dan menunas di kebun TBM serta kegiatan stimulansia di kebun tanaman menghasilkan (TM). Weeding petak manual adalah kegiatan membersihkan petakan tanaman karet yang belum menghasilkan dari gulma yang ada di sekitarnya. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman yang dapat mengganggu produksi tanaman tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Kondisi gulma di lapangan pada
saat itu sudah sangat rimbun. Hal ini disebabkan oleh adanya curah hujan yang tinggi pada bulan Februari yang mendukung pertumbuhan gulma tersebut. Penulis sendiri melakukan weeding petak manual tersebut bersama-sama para karyawan. Prestasi kerja penulis bersama dua orang karyawan adalah 75 coal (1 coal = 2.5 m). Target yang harus dicapai oleh karyawan per dua orang adalah 40 coal. Weeding gawangan yang penulis lakukan merupakan penyiangan gulma di daerah gawangan tanaman karet. Hal ini pun penulis lakukan bersama-sama para karyawan. Kegiatan pemeliharaan lain yang penulis lakukan adalah menunas. Menunas adalah kegiatan mengambil tunas-tunas yang tidak diharapkan untuk tumbuh karena dapat mengganggu pertumbuhan batang karet. Keberadaan tunas mengakibatkan tinggi bidang sadap lebih rendah dari yang diharapkan. Oleh karena itu, menunas atau biasa disebut mewiwil tunas perlu dilakukan. Pada kegiatan menunas ini tidak hanya mengambil tunas yang mengganggu pertumbuhan batang karet, tapi juga membersihkan gulma yang merambat pada batang karet. Gulma yang merambat pada batang karet dapat menutupi tanaman karet terutama untuk karet yang masih berumur satu tahun. Gulma yang merambat ini salah satunya dari spesies Mikania micrantha. Prestasi kerja karyawan di kebun TBM 2007 (umur tanaman karet satu tahun) per HK adalah 3 ha. Pada kebun TBM 2006 (umur karet dua tahun) dapat dicapai 7 HK oleh lima orang pekerja. Prestasi penulis sendiri adalah 1 ha/ HK. Kegiatan pemeliharaan di kebun TM yang penulis ikuti adalah pemberian stimulan pada bidang sadap. Stimulansia di sini berfungsi untuk menghambat pembekuan latek pada pembuluh lateks (PTPN VIII, 2003). Stimulan yang digunakan di kebun Cikumpay memiliki bahan aktif etephon dengan nama dagang Ethrel. Dosis yang digunakan yaitu 0.5-0.6 gram/ pohon dengan kebutuhan per hektar adalah sebesar 333.5 gram untuk jumlah pohon 667 per hektar. Sistem aplikasi stimulansia di Kebun Cikumpay adalah groove application yaitu dengan mengoleskan stimulan pada alur sadap. Pemupukan merupakan salah satu aspek dari kegiatan pemeliharaan yang selalu menjadi perhatian utama. Kegiatan ini sangat menentukan keberlangsungan produksi karet selanjutnya. Kegiatan pemupukan yang penulis ikuti adalah
kegiatan pemupukan secara mekanis dengan menggunakan traktor. Prinsip kerja traktor ini adalah menggaru pertengahan gawangan karet sekaligus memasukkan pupuk dan mencampurnya dengan tanah. Dosis pupuk yang digunakan adalah sesuai rekomendasi dari Balai Penelitian Getas. Pemupukan
mekanis
tersebut
dilakukan
dengan
cara
menggaru
pertengahan gawangan karet. Tidak semua gawangan karet diberi pupuk melainkan dengan cara memupuk setiap dua gawangan oleh traktor pupuk. Hal ini dilakukan pada jarak tanam normal (7 m x 3 m, 8 m x 2.5 m dan 6 m x 2.5 m). Pemupukan pada areal dengan jarak tanam ’3 in 1’ dilakukan pada setiap gawangan.
Kegiatan
pemupukan
ini
dilakukan
pada
kebun
Tanaman
Menghasilkan (TM) pada bulan Mei 2008. Traktor tersebut mempunyai kemampuan 2.5 ha/jam untuk areal karet yang tidak rata. Sedangkan untuk areal yang rata, traktor mampu bekerja 5-6 ha/jam. Kegiatan di Areal Cassava PT. Perkebunan Nusantara VIII mempunyai program baru yaitu penanaman cassava di kebun TBM karet. Percobaan dilakukan di berbagai perkebunan karet termasuk Kebun Cikumpay. Program ini merupakan rencana program tahun 2006 dan baru terealisasi pada bulan November 2007. Penanaman cassava ini adalah untuk memanfaatkan lahan TBM agar dapat menghasilkan nilai tambah. Program ini mendapatkan dukungan dari kementrian BUMN karena berkaitan dengan produksi bioetanol sebagai pengganti bahan bakar minyak. Keseriusan
penanaman singkong mukibat
ini dibuktikan
dengan akan
didirikannya pabrik bioetanol pada bulan Agustus 2008. Tanaman singkong mukibat (Manihot sp.) ini merupakan hasil sambungan dari singkong karet (M. glaziovi) dan singkong biasa (M. utilissima Pohl.) atau disebut dengan singkong mukibat. Singkong biasa sebagai batang bawah yang mempunyai kandungan pati lebih banyak sedangkan untuk batang atas merupakan singkong karet yang karakter daunnya rimbun. Singkong mukibat mulai ditanam pada bulan November 2007 dan berakhir pada bulan Maret 2008. Pemupukan yang dilakukan pada areal singkong mukibat ini dilakukan satu kali pada saat umur singkong mukibat... Jarak tanam singkong mukibat ini adalah 1.5 m x 1.5 m dengan pola tanam jajar genjang. Jarak singkong mukibat ini dengan tanaman
karet adalah 2.25 m. Luas areal yang ditanami singkong mukibat untuk kebun Cikumpay I adalah 43 ha, dengan populasi per hektar adalah 2 222 pohon. Jadi, populasi untuk kebun Cikumpay I adalah 95 546 pohon. Sedangkan untuk seluruh kebun Cikumpay sendiri adalah 80 ha dengan 30 ha merupakan areal pembibitan batang bawah. Singkong mukibat ini akan dipanen pada bulan September – Novenber 2008. Berdasarkan hasil sampling pada bulan Agustus 2008, diperkirakan potensi singkong mukibat per tanaman adalah 20 – 30 kg. Pihak perkebunan telah memperkirakan apabila terdapat kelebihan produksi, umbi singkong mukibat ini akan didistribusikan pada beberapa perusahaan yang memproduksi bioetanol. Penyadapan Bahasan karet tidak terlepas dari aspek penyadapan. Penyadapan merupakan pemanenan lateks dari batang karet. Di Kebun Cikumpay penulis mempelajari cara menyadap tanaman karet. Tanaman karet yang menjadi objek adalah pohon yang sudah mati atau tidak disadap lagi tapi belum dibongkar. Para penyadap sering menamakannya tunggul. Selain itu, penulis melihat efektivitas penyadapan di kebun TM. Di Kebun Cikumpay, terutama di Afdeling Cikumpay I dalam satu hanca (areal tetap menyadap) penyadap rata-rata terdapat 400 pohon. Jumlah penyadap setiap mandor berbeda-beda tergantung luas areal yang dibawahi mandor tersebut. Rotasi sadap secara keseluruhan adalah S/2 d/3, namun ada beberapa mandor yang mengelola penyadapan dengan rotasi sadap S/2 d/2. Sebagai contoh untuk Afdeling Cikumpay I, salah seorang mandor membawahi 62.65 ha pada tahun tanam 1997 yang terbagi ke dalam tiga gilir sadap dengan rotasi sadap S/2 d/2 (pohon disadap setengah spiral dengan selang waktu penyadapan dua hari sekali). Dari luas areal tersebut dibagi ke dalam 72 hanca. Jumlah penyadap untuk luasan tersebut adalah 28 orang, 24 orang tetap dan empat orang sebagai serep atau pengganti. Serep ini bertugas menggantikan penyadap tetap yang sedang libur menyadap. Setiap hari ada 4 penyadap yang libur yang kemudian digantikan oleh penyadap serep/ pengganti. Hari libur untuk penyadap serep adalah hari minggu.
Gambar 2. Kegiatan Penyadapan di PTP N VIII Kebun Cikumpay, 2008 Pada pelaksanaan di lapang para penyadap biasanya menyadap sekitar pukul 05.30 pagi bila cuaca kemarau. Namun, bila cuaca sedang hujan maka penyadapan dilakukan dalam keadaan lebih terang (kondisi batang sudah agak kering) atau dihentikan sama sekali bila keadaan batang sangat basah. Sarana yang digunakan untuk menyadap adalah pisau sadap, talang sadap, mangkuk sadap serta kawatnya, ember penampung lateks dan atau lump dan sebagai pendukung, setiap penyadap membawa asahan khusus untuk pisau sadap. Dalam kegiatan penyadapan ini biasanya penyadap mengangkut lump mangkuk yang kemudian
dimasukkan
ke
dalam
ember.
Kegiatan
selanjutnya
adalah
mengumpulkan lateks yang telah ditampung dalam mangkuk sadap. Kegiatan ini dilakukan sekitar pukul 09.00 atau pukul 10.00 WIB. Lateks yang telah terkumpul dimasukkan ke dalam ember/ badeng lateks yang telah diberi amonia agar tidak terjadi prakoagulasi. Setelah semua terkumpul, lateks ditimbang oleh mandor timbang lateks kebun yang selanjutnya diangkut ke dalam tangki lateks oleh petugas. Lump mangkuk yang terkumpul pun akan diangkut oleh truk yang sama. Perkebunan Cikumpay secara umum mempunyai dua areal sadapan, yaitu areal sadapan murni dan areal sadapan lancuran. Areal sadapan murni merupakan areal sadapan yang terdapat tanaman yang berumur dalam kisaran umur ekonomis. Artinya pada areal ini norma sadap masih digunakan. Sistem panen yang digunakan oleh Perkebunan Cikumpay adalah sadap reguler dan sadap recovery. Sadap reguler yang dimaksud adalah sadapan dengan rotasi sadap
normal. Sedangkan sadap recovery merupakan sadapan dengan rotasi sadap S/2 d/2. Sadapan ini merupakan kebijakan dari pimpinan perusahaan untuk menutupi sadap bongkor atau tidak ada penyadapan dalam satu hari dikarenakan hujan.
Pada penyadapan recovery ini penyadap bekerja pada 1.5 hanca setelah dibagi oleh mandor. Waktu yang digunakan dalam sadap recovery ini adalah memanfaatkan bulan-bulan produksi optimal, yaitu pada Bulan Maret, April, Mei, Juni dan Juli (MAMJJ). Penyadapan recovery ini tidak direkomendasikan pada bulan-bulan gugur daun, yaitu Agustus, September dan Oktober (ASO). Sedangkan areal sadap lancuran merupakan areal sadapan yang kondisi tanamannya telah memasuki usia tebang. Pada areal ini penyadapan yang dilakukan sudah tidak memperhatikan norma sadap. Areal ini tetap disadap sebagai tambahan sementara menunggu masa penebangan. Pemeriksaan Sadapan Kualitas penyadapan sangat berpengaruh terhadap umur ekonomis tanaman. Sebagai contoh pemakaian kulit yang boros menyebabkan umur ekonomis tanaman menjadi lebih pendek. Oleh karena itu, perlu ada pemeriksaan secara teratur dari pihak manajerial kebun. Pemeriksaan kualitas sadapan dilakukan oleh petugas khusus yang disebut tap kontrol. Selain dapat mengontrol kesehatan tanaman, kegiatan pemeriksaan ini juga berpengaruh terhadap penentuan premi penyadap yang disebut premi kualitas.
Gambar 3. Kegiatan Pemeriksaan Sadapan oleh tap kontrol di PTPN VIII Cikumpay, 2008 Di Kebun Cikumpay terdapat enam petugas tap kontrol yang dikoordinir oleh seorang koordinator tap kontrol. Koordinator tap kontrol ini yang mengatur jadwal tap kontrol setiap hari. Pemeriksaan kualitas sadapan ini dilakukan pada seluruh penyadap. Setiap hanca tap kontrol mengambil sampel sepuluh pohon
arah diagonal. Namun, kenyataannya tidak semua peraturan tersebut dilaksanakan mengingat efesiensi waktu. Hal ini dikarenakan jumlah petugas tap kontrol sendiri semakin berkurang. Tercatat per 1 April 2008 jumlah petugas tiap afdeling yaitu dua orang dari tujuh orang. Tiga petugas lainnya dimanfaatkan tenaganya di bagian yang lain, seperti petugas TU timbang, membantu mengawasi areal cassava dan lain-lain. Penulis sendiri belajar memeriksa kualitas sadapan bersama
petugas tap kontrol selama lima hari. Penimbangan Lateks Kebun Sebelum lateks diolah di pabrik pengolahan, diadakan penimbangan lateks untuk mengetahui hasil perolehan lateks tiap penyadap. Penulis mencoba mengikuti proses penimbangan lateks bersama juru timbang. Penimbangan lateks dilakukan mulai dari pukul 09.30 – 14.00 WIB. Penulis sendiri mengikuti proses penimbangan tersebut di Kebun Cikumpay I bagian A dan B. Dalam penimbangan lateks, juru timbang mengukur berdasarkan ember lateks yang digunakan penyadap untuk mengumpulkan lateks. Ember-ember yang digunakan merupakan ember khusus yang telah diketahui ukurannya. Ember-ember yang biasa digunakan penyadap memiliki kapasitas 12 kg lateks, 20 kg, 27 kg, 30 kg dan beberapa ember berkapasitas 35 kg. Setelah pencatatan hasil lateks, lateks diangkut ke tangki lateks yang dibawa oleh truk. Tangki lateks tersebut memiliki kapasitas lateks 4 ton. Setiap pengangkutan lateks, tangki tersebut diberi larutan amonia sebanyak 20 liter. Konsentrasi amonia tersebut tergantung kebutuhan. Lateks khusus pengolahan RSS/TPC diberi amonia dengan konsentrasi 5% sedangkan untuk pengolahan lateks pekat amonia yang digunakan memiliki konsentrasi 20%. Pengolahan Karet Pengolahan merupakan aspek yang tidak kalah penting dari aspek budidaya yang lain. Perkebunan Cikumpay mempunyai empat unit pengolahan yaitu RSS, TPC, Lateks Pekat dan SIR (Crumb Rubber atau produk karet remah). Pengolahan RSS, TPC dan Lateks Pekat terdapat di dalam satu bangunan pabrik karena khusus unit pengolahan lateks pekat tidak memerlukan tempat yang begitu luas. Khusus pengolahan CR memerlukan tempat yang cukup luas karena proses
pengolahannya yang menggunakan banyak mesin (creper, roll cutter, drier, balling press, tempat pre drying dan penyimpanan SIR).
Karet remah atau Crumb Rubber (CR) merupakan salah satu produk olahan karet yang berasal dari bahan olah karet rakyat (BOKAR). Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat memanfaatkan semaksimal mungkin bahan baku yang mempunyai kualitas rendah, sehingga dapt meminimalisir limbah karet dari perusahaan. Bahan baku ini akan dijadikan produk Standard International Rubber (SIR) kualitas rendah (Low Grade). SIR yang dihasilkan perkebunan
Cikumpay ini memiliki kualitas SIR 10 dan sedikit dari SIR 20. Proses pengolahan SIR di Cikumpay berawal dari penerimaan bahan baku lump yang telah ditimbang di jembatan penimbangan. Setelah itu, lump
mengalami proses penghancuran awal melalui mesin prebreaker yang memiliki kapasitas 2 000 – 2 500 kg/ jam. Kemudian lump diperkecil kembali melalui mesin Hummer Mills. Setelah itu lump dicuci dua kali melalui mesin Makro Blending I dan II. Lump yang telah dicuci digiling menjadi bentuk crepe melalui
mesin creper sebanyak 6 – 12 kali ulangan sehingga tebal crepe menjadi 5 – 8 mm. Hasil gilingan digulung menjadi compo yang kemudian disimpan selama 10 – 12 hari yang disebut proses pre drying atau pengeringan awal. Tujuan dari pre drying sendiri adalah agar kadar air compo cukup rendah sehingga memudahkan
proses pengeringan. Setelah 10 -12 hari, compo tersebut di remah dengan mesin Roll Cutter yang memiliki kapasitas 1 000 kg/ jam. Hasil remahan dipindahkan ke
dalam box – box drier oleh mesin Vortex Pump. Remahan – remahan tersebut dikeringkan dalam box drier dengan suhu 1300C selama 3 jam 12 menit oleh mesin Drier yang berkapasitas 550 – 650 kg/ jam. Setelah keluar dari drier, CR tersebut didinginkan sekaligus disortir dari kontaminan yang terbawa selama proses sebelumnya. Suhu di pendingin tersebut sekitar 350 – 600C. CR tersebut ditimbang sehingga menjadi 35 kg kemudian dipress selama dua menit dengan mesin Balling Press yang berkapasitas 1 000 kg/ jam. Untuk mengetahui kualitas dari CR yang dibuat, maka setiap 315 kg (sembilan bendela), diambil 360 – 400 gram untuk dianalisa nilai kadar PRI (Plasticity Retention Index), nilai kadar Kotoran (DIRT), nilai kadar Abu (ASH), nilai kadar Zat Menguap (VM = Vollatile Matter) dan nilai kadar Nitrogen (N2) yang kemudian dapat ditentukan
jenis mutunya (SIR 10, SIR 20 atau BR). Analisa tersebut dilakukan di laboratorium yang tempatnya tidak jauh dari pabrik CR. Setelah diketahui mutu CR dari hasil analisa laboratorium, dilakukan pengepakan dan penyablonan. Produk SIR Kebun Cikumpay siap dikirim kepada konsumen. Produk RSS (Ribbed Smoked Sheet), TPC (Thin Pale Crepe) dan Lateks Pekat berasal dari bahan baku lateks kebun. Pengolahan menjadi RSS dan TPC hampir sama di awal yaitu menerima lateks kebun yang sebelumnya telah ditimbang di jembatan penimbangan. Pada saat lateks diterima di pabrik, lateks disaring dengan penyaringan mesh 5. Pada saat penyaringan sangat dihindarkan timbul busa karena busa tersebut dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Penentuan volume lateks dan penentuan KKK lateks juga ditentukan di sini. Lateks yang disaring dimasukkan ke dalam bak lateks yang sebelumnya telah dibersihkan. Setelah itu lateks diencerkan dengan air yang bersih sehingga konsentrasi lateks menjadi 11 – 12 %. Busa – busa yang yang timbul selama pengenceran dibuang. Lateks dialirkan ke dalam bak pembeku. Semua peralatan untuk pengolahan harus dalam keadaan bersih agar mutu produk tetap terjaga. Lateks tersebut diberi larutan asam format (HCOOH) 2 % dengan dosis 8 cc/ kg kering lateks. Lateks tersebut kemudian diaduk sebanyak tujuh kali pengadukan maju mundur agar lateks dan larutan tersebut homogen. Apabila masih terdapat busa karena pengaruh pengadukan maka busa tersebut dibuang. Setelah itu, dipasang penyekat. Setelah 40 menit, lateks tersebut direndam air agar tidak terjadi oksidasi. Proses pembekuan berlangsung selama 16 jam. Lateks yang telah membeku digiling oleh mesin penggilingan khusus produk RSS. Sebelum proses penggilingan dimulai, mesin tersebut diperiksa dan dibersihkan. Selama proses penggilingan, harus cukup air bersih untuk menjaga mutu produk. Setelah keluar dari mesin sheet tersebut direndam dalam bak. Setelah itu sheet ditiriskan selama 1 jam. Sheet yang terbentuk memiliki ketebalan 3 – 4 mm. Sheet yang telah ditiriskan dimasukkan ke dalam kamar asap selama 6 hari dengan suhu kamar tertentu setiap hari. Suhu pada hari 1 adalah 40 – 45 0C, hari 2 antara 50 – 55 0C dan dilakukan pembalikan lembaran RSS. Hari 3 suhu dinaikkan menjadi 55 – 60 0
C. Suhu pada hari 4 – 6 konstan yaitu 60 0C yang merupakan proses pematangan
produk. Hari 1 – 3 merupakan proses pemberian warna pada sheet. Sheet yang
telah matang dipindahkan ke ruang sortasi. Pada ruangan ini sheet ditimbang untuk mengetahui jumlah produksi hari tersebut. Setelah itu sheet dipilih dan dipisahkan sesuai dengan standar RSS 1, 2, 3 dan cutting. Hasilnya ditimbang berdasarkan mutu masing – masing sebanyak 113 kg yang kemudian dipress menjadi satu ball. Kemudian dipak berdasarkan lot. Dalam satu lot terdapat produk sebanyak 18 ball. RSS yang telah dipress tersebut dibungkus dengan bandela kemudian dilabur atau diberi larutan talk powder yang dicampur dengan minyak tanah. Perbedaan antara pengolahan RSS dan TPC salah satunya pada ukuran bak koagulasi. Pada pengolahan RSS ukuran bak koagulasi lebih kecil dari bak koagulasi untuk TPC. Pada RSS, ukuran 1 strip bak koagulasi setara dengan 21 liter lateks. Pada TPC, ukuran 1 strip bak koagulasi setara dengan 27 liter lateks. Persamaannya pada pengolahan crepe ini pun setelah lateks kebun diterima di pabrik pengolahan, lateks diencerkan menjadi 14 – 15% dan dilakukan penentuan KKK lateks kebun. Pada pengolahan ini, lateks diberi natrium bisulfit (pemutih untuk lateks) dengan dosis 1 – 1.5 g/kk. Setelah diencerkan dan diberi pemutih lateks dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk proses berikutnya, yaitu pembekuan atau koagulasi. Bahan yang digunakan untuk koagulasi adalah larutan asam format dengan konsentrasi dan dosis yang sama dengan dosis untuk koagulasi
RSS. Slab yang terbentuk untuk crepe mempunyai ukuran yang lebih besar dari slab untuk RSS. Slab tersebut kemudian digiling oleh mesin creper yang berjumlah 5 unit. Frekuensi gilingan tiap creper berbeda – beda. Creper 1 menggiling slab sebanyak 3 kali giling. Crepe tersebut ditransfer ke creper 2 dengan frekuensi giling 4 kali gilingan. Begitu juga frekuensi giling pada creper 3. Frekuensi giling pada creper 4 dan 5 adalah 1 kali giling. Maksud dari semua hal ini adalah untuk meratakan crepe agar ketebalannya sama dengan tebal rata – rata 1.5 – 2 mm. Crepe yang terbentuk digulung (bobot rata – rata tiap gulung adalah 7 – 8 kg) untuk memudahkan pengangkutan. Gulungan crepe tersebut dibawa ke ruang pengering. Di sini crepe dikeringkan dengan uap air panas dengan suhu sekitar 30 – 35 0C selama 8 – 10 hari. Setelah itu, crepe yang telah kering dibawa ke ruang sortasi untuk disortir berdasarkan mutu. Setelah itu crepe ditimbang berdasarkan level mutu. Penimbangan TPC I adalah 50 kg/ bandela dan
85 kg/ bandela untuk TPC II. Setelah ditimbang, crepe dipress oleh mesin balling press. Kegiatan selanjutnya adalah pembungkusan bandela yang kemudian dilabur
oleh campuran talk powder dan minyak tanah. TPC siap untuk dikirim kepada konsumen. Berbeda dengan pengolahan produk karet yang lainnya, pengolahan lateks pekat merupakan pengolahan lateks yang membutuhkan waktu lebih singkat. Kebutuhan ammonia untuk lateks pekat lebih banyak karena koagulasi pada lateks yang diharapkan adalah serendah – rendahnya. Setelah lateks diterima di pabrik, lateks disaring dengan mesh 40 – 60. Di sini pula ditambahkan DAP/NH3, kemudian lateks diendapkan selama 15 jam. Setelah itu lateks dimasukkan ke dalam sentrifuse selama 2 – 3 jam dengan kecepatan 6 000 – 7 000 rpm. Mesin sentrifuse ini memisahkan lateks pekat dengan skim. Lateks pekat keluar dari sebelah kiri alat dan ditampung pada tangki pencampur. Sedangkan skim keluar dari sebelah kanan alat dan dialirkan kemudian ditampung pada bak skim. Pada tangki pencampur lateks pekat diberi bahan pemantap Ammonium Laurat 25 % dengan dosis 2.5 – 5 cc/ton dan KOH 20 % dengan dosis yang sama serta ditambahkan NH3. Lateks pekat tersebut dipindahkan ke dalam tangki penimbun. Tangki ini harus bersih. Setelah itu diambil 500 ml untuk dilakukan analisa di laboratorium berdasarkan standar ASTM. Parameter yang dianalisa adalah TSC, DRC, NH3, VFA, KOH, MST, viskositas dan bau. Setelah dianalisa lateks pekat yang belum diambil oleh konsumen tetap disimpan dalam tangki penimbun dan dilakukan pengadukan selama 30 menit setiap hari. Apabila konsumen akan mengambil lateks pekat yang telah dipesan, lateks dikemas dalam drum yang bersih dengan bobot 180 kg/drum. Kemudian setiap drum diberi label. Lateks pekat tersebut siap dikirim. Dalam hal pengolahan limbah lateks pekat, skim yang ditampung dalam bak skim dibiarkan membeku/ terkoagulasi selama 7 hari. Setelah itu, skim dipanen dan disimpan kemudian siap dikirim pada konsumen. Penentuan Faktor Pengering Lump Faktor pengering lump merupakan peubah yang digunakan sebagai pengali untuk menentukan Kadar Karet Kering (KKK) lump. Penentuan faktor pengering ini dilakukan selama 1 kali setiap triwulan. Waktu 3 bulan ini berdasarkan rata – rata perubahan cuaca di perkebunan Cikumpay. Terutama 3 bulan yang menjadi
acuan adalah ASO (Agustus, September dan Oktober) yang merupakan bulan – bulan kering, yaitu saat tanaman karet menggugurkan daunnya. Biasanya pada bulan – bulan ini nilai dari faktor pengering besar karena kadar air dari lump rendah. Oleh karena itu, triwulan pertama diambil dari bulan FMA ( Februari, Maret dan April). Pada bulan – bulan ini masih termasuk bulan basah di perkebunan Cikumpay. Biasanya faktor pengering pada bulan – bulan ini rendah karena kadar air lateks cukup tinggi. Perkebunan Cikumpay mengolah CR low grade dengan bahan baku lump. Di kebun Cikumpay sendiri lump yang dihasilkan sedikit. Oleh karena itu, lump dikirim dari kebun seinduk setiap harinya. Terdapat delapan kebun seinduk yang mengirimkan lump, yaitu Jalupang, Wangunreja, Panglejar, Batulawang, Bunisari lendra, Cikupa, Miramare dan Bagjanegara. Lump dari kebun – kebun inilah yang ikut serta dalam penentuan faktor pengering lump selain Cikumpay. Penentuan faktor pengering dilakukan setiap akhir triwulan. Faktor pengering tersebut berlaku untuk triwulan berikutnya. Penentuan faktor pengering yang diikuti oleh penulis adalah faktor pengering untuk triwulan II. Jenis lump yang digunakan untuk CR adalah lump forming dan lump mangkok (Lump Mangkok Biasa/LMB dan Lump Forming Biasa/LFB). Namun, tidak hanya itu, kebun – kebun seinduk ada juga yang mengirimkan lump mangkok dan lump forming eks giling (LMX dan LFX). Lump – lump inilah yang diuji dalam penentuan faktor pengering. Setiap kebun harus mengirimkan tiap jenis yang biasa dikirim sebanyak 100 kg. Proses penentuan faktor pengering ini seperti proses pengolahan CR biasa. Lump ditimbang 100 kg kemudian digiling oleh mesin creper sampai menjadi compo. Compo yang terbentuk ditiriskan selama satu jam agar kadar air turun.
Kemudian dilakukan penimbangan dan diperoleh bobot lepas giling (BLG). Setelah itu compo disimpan selama 7 hari (proses pre drying). Selanjutnya compo yang telah berusia 7 hari ini diremahkan seperti proses pengolahan CR biasa kemudian dikeringkan dalam mesin drier. Setelah keluar dari drier, CR percobaan dikering anginkan kemudian ditimbang dan diperoleh bobot kering (BK). Setelah itu dihitung dengan rumus: Faktor Pengering = BLG x 100 % BK
Kegiatan penentuan faktor pengering ini berlangsung selama 2 minggu. Penulis tidak mengikuti proses semua kebun yang diuji. Penulis hanya mengikuti proses penentuan faktor pengering lump 3 kebun. Penentuan faktor pengering ini dilakukan oleh petugas laboratorium perkebunan Cikumpay. Pengujian Kadar Abu, Plasticity Original (Po), Plasticity Retention Index (PRI) dan Kadar Zat Menguap SIR merupakan produk terbanyak yang dihasilkan oleh PTPN VIII Cikumpay. Kualitas produk sangat diperhatikan untuk menjaga kepercayaan konsumen terhadap produk. Oleh karena itu, perusahaan selalu menguji kualitas SIR dan lateks pekat setiap hari. Khusus untuk SIR, pengujian dilakukan pada berbagai parameter seperti kadar kotoran (dirt), Plasticity original (Po), Plasticity Retention Index (PRI), kadar abu (Ash content) dan kadar zat yang menguap
(Volatile matter/Vm). Masing-masing parameter harus memenuhi standar kualitas SNI 06-1903-2000, yaitu kadar kotoran maksimal 0.1 % (SIR 10) dan 0.2 % (SIR 20), kadar abu maksimal 0.75 % (SIR 10) dan 1.0 % (SIR 20), kadar zat yang menguap maksimal 0.8 % (SIR 10/20), Po 30 (SIR 10/20), PRI 60 (SIR 10) dan 50 (SIR 20), N2
maksimal 0.6 % (SIR 10/20). Kegiatan pengujian kualitas
produk yang diikuti adalah pengujian Po, PRI, Ash Content dan Vm. Pengujian kadar abu dilakukan dengan mengambil 15 contoh yang dimasukkan ke dalam crush sebanyak masing-masing 5 - 5.06 g. Contoh tersebut merupakan contoh khusus yang diambil untuk pengujian kualitas SIR. Sebelum diambil 5 - 5.06 g, contoh harus digiling sehingga menjadi lembaran SIR yang siap diuji. Setelah penimbangan sebanyak 5 - 5.06 g, contoh dimasukkan ke dalam alat pembakaran sampai CR yang ada dalam crush terbakar dan menjadi abu. Contoh tersebut kemudian dimasukkan ke dalam oven khusus selama satu jam. Crush yang berisi abu CR didinginkan kemudian ditimbang bobot akhir. Setelah
itu dilakukan perhitungan akhir: % kadar abu (Ash) =
Bobot Abu x 100% Bobot Contoh Pengujian kadar zat menguap dilakukan dengan mengambil contoh sebanyak 15 contoh yang dimasukkan ke dalam crush. Sama halnya dengan pengujian kadar abu, contoh tersebut harus sudah digiling. Masing-masing bobot
contoh adalah 10-10.06 g. Setelah itu setiap contoh diiris setipis mungkin agar memudahkan penguapan. Semua contoh tersebut dimasukkan ke dalam oven khusus selama satu jam. Contoh tersebut didinginkan kemudian ditimbang bobot contoh akhir. Setelah itu dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: % kadar zat yang menguap (Vm) = Bobot zat yang menguap x 100% Bobot Contoh Pengujian Po dan PRI dilakukan secara bertahap karena PRI didapatkan dari hasil pembagian antara Pt dan Po. PRI = Pt x 100% Po Pt merupakan kadar plastisitas karet setelah mengalami pemanasan. Pengujian Po dilakukan dengan mengambil contoh yang telah disediakan oleh petugas pengambil contoh. Contoh tersebut digiling sampai menjadi lembaran yang cukup tipis dengan ketebalan sekitar 2 mm. Contoh tersebut kemudian dicetak bulat kecil dengan diameter 1 cm. Setelah itu contoh diuji dengan alat yang bernama plastimeter. Pengujian Pt hampir sama dengan Po, namun dalam pengujian Pt, sebelum diuji oleh alat plastimeter contoh harus dioven terlebih dahulu selama 30 menit. Setelah dipanaskan dalam oven, contoh langsung diuji oleh plastimeter.
ASPEK MANAJERIAL Pelaksanaan aspek manajerial ini perlu dilakukan agar dapat menambah pengetahuan dan mengasah soft skill mahasiswa dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja. Dalam pelaksanaannya di perkebunan, penulis bekerja sebagai pendamping mandor pada beberapa bagian kebun, seperti pendamping mandor sadap dan pendamping mandor pengolahan CR. Selain menjadi pendamping mandor, penulis bekerja sebagai assisten TU afdeling. Pendamping Mandor Sadap Mandor sadap merupakan pemimpin level terendah di kebun. Sebagai pimpinan, mandor mempunyai beberapa tugas seperti bertanggung jawab terhadap sejumlah luasan kebun yang dipercayakan oleh mandor besar kepadanya, mengkoordinir sejumlah penyadap yang bekerja pada areal kebun yang dikuasainya. Selain itu secara administrasi mandor sadap harus melaporkan hasil sadap harian ke TU afdeling. Oleh karena itu, seorang mandor harus senantiasa mengabsen karyawannya dan mengontrol hasil pekerjaan mereka setiap hari. Secara umum mandor harus bertanggung jawab terhadap hasil produksi harian. Mandor dapat mengatur kerja penyadap ketika terjadi perubahan sistem sadap dari S2 D3 menjadi S2 D2 atau biasa disebut dengan sadap recovery. Sebagai pendamping mandor sadap penulis membantu mencatatkan produksi harian tiap penyadap yang dimasukkan ke dalam laporan harian yang dipegang oleh mandor untuk dilaporkan ke TU afdeling. Setiap 15 hari sekali mandor harus merekap produksi harian yang bertujuan untuk mengetahui pencapaian target produksi afdeling. TU Afdeling Kegiatan teknis di kebun tidak terlepas dari administrasi kebun untuk mengetahui kisaran biaya produksi dan investasi afdeling setiap hari yang direkap ke dalam laporan bulanan. TU afdeling bertugas untuk mengatur kegiatan administrasi kebun dari laporan harian sampai pengarsipan. Secara khusus tugas TU afdeling adalah membuat laporan hasil produksi dan pemeliharaan kebun setiap hari dalam buku laporan khusus. Buku laporan ini merupakan data dasar
untuk direkap dan diserahkan ke kantor tanaman untuk direkap kembali menjadi data perusahaan. Selain itu, seorang petugas TU afdeling merekap biaya-biaya yang digunakan oleh afdeling terutama biaya investasi yang menyangkut pemeliharaan kebun. Data inilah yang menjadi dasar dalam pemberian upah kepada karyawan setiap bulannya. Seorang TU afdeling pun melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan administrasi afdeling lainnya, seperti membuat kwitansi pupuk, kwitansi herbisida, membuat surat pengantar bagi karyawan yang sakit. Dalam pekerjaannya TU afdeeling dibantu oleh seorang assisten TU afdeling. Penulis menjadi pendamping TU afdeling bekerja mencatat laporan harian ke dalam buku laporan hasil pemeliharaan harian yang telah tersedia. Penulis mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh TU afdeling. Penulis membantu mandor besar dalam menghitung kebutuhan pupuk kebun pada salah satu afdeling. Pendamping Mandor Pengolahan CR Mandor pengolahan merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap proses pekerjaan di pabrik pengolahan. Seorang mandor harus memiliki kemampuan manajerial yang baik. Secara garis besar seorang mandor pengolahan bertugas untuk mengorganisir tenaga kerja, memeriksa alat dan mesin yang digunakan, menghitung jumlah tenaga kerja setiap hari, menentukan posisi tenaga kerja dan mengukur ulangan proses kecepatan mesin, dosis pemakaian bahan kimia, memperbaiki alat/sarana yang rusak, bertanggung jawab atas produktivitas pengolahan dan pengawasan tenaga kerja. Mandor dipimpin oleh seorang mandor besar.yang bertugas membuat program kerja harian, melakukan evaluasi hasil kerja mandor, bertanggung jawab atas hasil kerja mandor dan melakukan pengawasan. Setiap satu minggu sekali selalu diadakan pelaporan atas kondisi pabrik pengolahan terkait produksi. Sebagai pendamping mandor penulis mencatat hasil produksi compo harian. Selain itu penulis melakukan pengawasan terhadap proses pembuatan compo CR. Selain itu penulis memperbanyak kesempatan berdiskusi dengan
mandor besar.
Pendamping Sinder Afdeling Seoarang sinder afdeling merupakan pempinan tertinggi di afdeling atau divisi. Sebagai seorang pimpinan, sinder afdeling mempunyai tugas bertanggung jawab terhadap kebun yang ada di afdeling yaitu kebun TBM dan kebun produksi atau TM. Sinder juga bertanggung terhadap seluruh kegiatan pemeliharaan kebun afdeling dan kegiatan produksi. Dalam menjalankan tugasnya, sinder dibantu oleh mandor besar bagian pemeliharaan dan mandor besar panen/produksi. Setiap bulannya sinder dibantu mandor besar melaksanakan rapat evaluasi kebun bersama afdeling lain. Setelah kegiatan evaluasi, dilanjutkan dengan membuat Rencana Kerja Bulanan (RKB) sebagai perkiraan biaya pekerjaan yang akan dilaksanakan selama satu bulan ke depan. RKB ini dibuat berdasarkan Perencanaan Modal Kerja (PMK). RKB ini diajukan ke kantor tanaman untruk diedit oleh petugas tanaman yang kemudian diserahkan kepada administratur untuk disetujui. Setelah RKB disetujui maka RKB dikembalikan ke afdeling unrtuk dibuat Surat Perintah Kerja (SPK). Setiap triwulan sinder beserta mandor besar membuat PMK sebagai modal untuk mencairkan dana RKAP dari kantor direksi. PMK dibuat berdasarkan gambaran umum yang terdapat dalam RKAP. RKAP ini dibuat sekali dalam satu tahun. Membutuhkan waktu yang cukup lama dalam membuatnya karena berhubungan dengan perkiraan kasar kegiatan selama satu tahun ke depan.. Sebagai pendamping sinder afdeling, penulis lebih banyak melakukan diskusi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sinder. Penulis pun mengikuti kegiatan-kegiatan sinder setiap hari. Penulis pun belajar manajerial tingkat sinder.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perkebunan senantiasa mengukur pertumbuhan lilit batang sesuai dengan peraturan perusahaan yaitu setiap satu kali dalam satu semester. Penulis mengambil data lilit batang dua semester terakhir yaitu saat penanaman singkong mukibat selesai dilaksanakan. Hal ini bertujuan untuk membandingkan antara lilit batang karet yang terintegrasi dengan singkong mukibat dan lilit batang karet murni atau tidak terintegrasi dengan singkong mukibat. Data yang dibandingkan tersebut adalah data TBM karet pada tahun tanam 2005. Salah satu contoh data lilit batang yang diambil pada semester I (Bulan Januari 2008) adalah sebesar 15.5 cm sedangkan pada semester II (Bulan Juni 2008) sebesar 20.6 cm, sehingga selisih lilit batang tersebut sebesar 5.1 cm (Tabel Lampiran 6). Hasil pengujian statistik pada program Minitab 14.0 diperoleh data sebagai berikut: Tabel 2. Data Lilit Batang Karet Hasil Uji Statistik TBM 2005
N
Selisih lilit batang pada areal yang ditanami mukibat Selisih lilit batang pada areal tanpa ditanami mukibat
30 30
Standar Deviasi ---cm--5.07 1.61
Rata-rata
5
0.479
Rata-rata standar galat 0.29 0.087
Hasil uji t-student pada selang kepercayaan 95 %, dengan T-Value = 0.24 dan P-Value = 0.813 , dengan DF = 34 dan α = 0.05
Pada program ini untuk mengetahui tingkat perbedaan dari contoh populasi yang diambil adalah dengan membandingkan P-value dengan nilai α berdasarkan hipotesis yang dibuat sebelumnya. Hipotesis yang dibuat adalah hipotesis nol (H0) yang artinya tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pertumbuhan lilit batang karet dari areal yang ditanami mukibat dengan pertumbuhan lilit batang karet dari areal yang tidak ditanami mukibat. Sedangkan hipotesis satu (H1) adalah terdapat perbedaan yang nyata antara pertumbuhan lilit batang karet dari areal yang ditanami mukibat dengan pertumbuhan lilit batang karet dari areal yang tidak ditanami mukibat. Jika nilai P-value lebih kecil dari α , maka hipotesis nol ditolak, artinya terdapat perbedaan yang nyata dari pertumbuhan lilit batang karet dari areal yang ditanami singkong mukibat dengan pertumbuhan lilit batang karet dari areal yang tidak ditanami singkong mukibat,
begitupun sebaliknya. Berdasarkan data tersebut nilai P-value lebih besar dari nilai α = 0.05. Artinya pertumbuhan lilit batang karet dari areal yang ditanami mukibat dengan pertumbuhan lilit batang karet dari areal yang tidak ditanami singkong mukibat tidak berbeda nyata. Pembahasan Data lilit batang yang diambil oleh penulis merupakan data lilit batang karet yang ditanam tahun 2005 (TBM 2005). Jarak tanam karet pada tahun tanam tersebut adalah 6 m x 2.5 m dengan lebar petakan untuk tanaman karet adalah 1 m. Hal ini bertujuan agar akar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik. Karakteristik tanaman karet pada TBM 2005 adalah perakaran sudah cukup kuat namun belum begitu melebar. Lilit batang normal adalah 18.5 cm. Tinggi tanaman mencapai 3-4 m. Perkebunan Cikumpay telah melakukan beberapa penelitian terkait dengan jarak tanam karet. Jarak tanam 6 m x 2.5 m merupakan jarak tanam terbaik dilihat dari aspek teknis dan ekonomi. Sebelum tahun 2006, areal TBM karet biasa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar perkebunan untuk menanam palawija sebagai tanaman sela, khususnya tanaman kacang-kacangan. Hasil panen dijual kepada masyarakat sekitar dan pedagang pengumpul. Secara agronomis, hal ini juga menguntungkan perusahaan, karena secara tidak langsung tanaman mendapatkan nutrisi tambahan berupa unsur N yang diikat oleh kacang-kacangan tersebut dan sangat mendukung pertumbuhan tanaman karet. Berkenaan dengan hal tersebut, pihak Direksi PTPN VIII Jawa Barat bekerjasama dengan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), Pertamina, EP Energy Co. Ltd mengembangkan sistem pertanaman karet terintegrasi dengan tanaman mukibat pada areal TBM, tepatnya pada areal gawangan karet. Penanaman pertama telah dilakukan di daerah Garut. Keberhasilan ini membuat pihak Direksi PTPN VIII menginstruksikan pada seluruh unit perusahaan PTPN VIII terutama perkebunan karet, termasuk salah satunya adalah Cikumpay untuk menanam singkong mukibat pada gawangan karet sebagai uji coba. Kerjasama PTPN VIII dengan berbagai pihak ini akan berlanjut dengan memperluas areal singkong mukibat ini pada lahan masyarakat dengan sistem PIR.
Pada bulan November 2007 dilakukan penanaman mukibat pada areal gawangan TBM. Areal TBM yang digunakan adalah areal TBM 2005, TBM 2006 dan areal TBM 2007. Total areal yang ditanami mukibat adalah 80 ha. Penanaman baru selesai pada bulan April. Secara fisiologi tanaman singkong mukibat sangat kuat dalam mengambil unsur hara tersedia dalam tanah di sekitarnya sehingga pertumbuhan tanaman di sekitarnya akan terganggu. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Nayar dan Potty (1996) sebagai acuan bahwa pengambilan hara singkong dengan varietas Sree Visakham adalah 172 kg N/ha, 22 kg P2O5/ha dan 124 kg K2O/ha dari dosis rekomendasi masing-masing untuk N, P2O5 dan K2O adalah 100 kg/ha dan pupuk kandang 12.5 ton/ha. Penanaman singkong mukibat di areal gawangan karet pada masa TBM dapat mengganggu pertumbuhan karet bila dosis pemupukan sama dengan dosis pemupukan sebelum penanaman singkong mukibat. Oleh karena itu, untuk menghindari kemungkinan terburuk akibat penanaman singkong mukibat, pihak perusahaan mengeluarkan biaya investasi singkong mukibat untuk kegiatan pemeliharaan khususnya pemupukan. Pupuk yang digunakan pada areal mukibat adalah Urea, SP36 dan KCl dengan dosis masing-masing 23.87 g/pohon, 17.91 g/pohon dan 17.91 g/pohon. Pupuk yang sama juga digunakan pada TBM dengan dosis berbeda sesuai dengan umur TBM (Tabel lampiran 7). Secara morfologi, singkong karet yang merupakan batang atas dari mukibat memiliki karakter tajuk yang rimbun. Namun hal tersebut tidak begitu mengganggu pertumbuhan tanaman karet dengan pengaturan jarak tanam. Jarak tanam yang digunakan pada mukibat adalah 1.5 m x 1.5 m dengan pola tanam jajargenjang. Hal ini bertujuan agar tanaman mukibat dapat mengoptimalkan penerimaan cahaya sehingga hasil yang diperoleh pun maksimal. Hal ini sangat signifikan dengan pertumbuhan umbi saat diamati pada usia 7 bulan setelah tanam. Panjang umbi mencapai 1 m dengan diameter 10 cm. Usaha-usaha tersebut telah membuahkan hasil. Singkong mukibat dapat tumbuh dengan baik tanpa mengganggu pertumbuhan lilit batang karet. Data hasil uji statistik menunjukkan penanaman mukibat pada TBM ke-2 dengan pola tanam yang digunakan oleh Perkebunan Cikumpay tidak mempengaruhi pertumbuhan lilit batang karet. Hal ini merupakan keuntungan bagi perusahaan karena selain
dapat mengembangkan komoditas utama, perusahaan pun dapat memanfaatkan sumberdaya lahan yang belum optimal. Sebagai contoh pada perkebunan karet rakyat, pada hasil penelitian Wibawa et al. dalam Wibawa (2000) menunjukkan bahwa pertumbuhan lilit batang karet sangat dipengaruhi oleh pengelolaan tanaman sela atau gawangan tanaman karet sebelum memasuki matang sadap. Wibawa (2000) menyatakan faktor hara lebih banyak ditekankan, artinya jika tanaman sela dan karet diberi atau tidak diberi pupuk (NPK) maka akan terlihat pertumbuhan tertinggi dan terendah terdapat pada perlakuan dengan dan tanpa pemupukan. Selain itu, faktor air akan menjadi penting pada daerah dengan musim kemarau yang tegas seperti di Sumatera Selatan, di mana pada periode kemarau evaporasi sering melebihi curah hujan. Penyerapan pupuk juga dipengaruhi oleh ketersediaan air. Penanaman mukibat ini dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan dilihat dari aspek ekonomis. Jumlah tanaman mukibat yang ditanam di perkebunan Cikumpay adalah 177 760 tanaman pada areal TBM seluas 80 ha. Rata-rata hasil panen per tanaman diperkirakan adalah 30 kg. Dengan demikian, perkebunan Cikumpay dapat memanen umbi mukibat sebanyak 5 332.8 ton. Asumsi harga singkong per 26 Mei 2008 adalah Rp 850,-/kg, maka pendapatan kotor perusahaan adalah Rp 4 532 880 000,-. Bila diasumsikan biaya investasi untuk mukibat adalah Rp 17 juta/ha, maka total biaya investasi adalah Rp 1 360 000 000,-. Dengan demikian keuntungan yang didapatkan perusahaan selama satu kali panen adalah Rp 3 172 880 000,-.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Aspek teknis di Perkebunan Cikumpay dilaksanakan dengan baik. Hal ini dilihat dari produksi yang selalu menjadi salah satu yang terbaik dari unit PTPN VIII. Oleh karena itu, Perkebunan Cikumpay selalu menjadi sorotan pihak direksi PTPN VIII. Salah satunya adalah dipercayakan mengelola singkong mukibat seluas 80 ha untuk bahan baku bioetanol. Perkebunan Cikumpay melakukan berbagai usaha agar karet pada areal TBM dan singkong mukibat dapat tumbuh dengan baik. Usaha-usaha tersebut adalah mengatur jarak tanam dan pola tanam, pemupukan dan pengairan yang baik pada keduanya. Data hasil pengamatan lilit batang menunjukkan bahwa pertumbuhan lilit batang karet yang terintegrasi dengan singkong mukibat tidak berbeda nyata dengan data lilit batang karet normal (tanpa singkong mukibat). Artinya keberadaan singkong mukibat pada gawangan karet pada areal TBM tidak mempengaruhi pertumbuhan karet, tapi menambah profit perusahaan. Saran Sistem usahatani terpadu berbasis karet ini dapat dilakukan untuk memperoleh nilai tambah perusahaan. Penanaman yang optimal adalah dengan lebih memperhatikan aspek budidaya seperti pemupukan dan jarak tanam. Sumber tanaman mukibat sebaiknya dipilih dari sumber yang terbaik agar hasil lebih optimal lagi. Perlu ada kajian yang lebih mendalam mengenai umur tanaman karet yang masih dapt ditanami singkong mukibat sebagai tanaman sela.
DAFTAR PUSTAKA Antara
News. Harga Ekspor Karet Terus Meroket. http://www.antara.co.id/arc/2008/2/20/harga-ekspor-karet-terus-meroket/ (diakses tanggal 10 Juli 2008)
Cahyana,
D. 2008. Singkong Bioetanol Inspirasi dari http://www.trubusonline.co.id (diakses tanggal 10 Juli 2008)
Mukibat.
Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. 2005. Statistika Perkebunan Indonesia 2003-2007. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta Direktorat Jendral Perkebunan. 2000. Sistem usahatani berbasis tanaman perkebunan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan. Hal: ix Madjid, A. 1986. Masa Depan Karet Indonesia hingga Tahun 2000. Asosiasi Pemasaran bersama Perkebunan PN/PT. Bogor Mattjik, A. A. dan I M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan. Bogor: IPB Press. Hal: 45 Nayar, T. V. R. dan V. P. Potty. 1996. Biomass productivity and nutrient uptake in green manure Cowpea – Cassava sequential cropping system. Prosiding Tropical Tuber Crops problems, prospects and strategies. Science Publisher, Inc. Lebanon, New Hampshire, USA. Page: 194-198 PTP. NUSANTARA VIII. 2003. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Karet. Bandung. Hal: 38 PTP. NUSANTARA VIII. 2007. PTPN VIII Kembangkan Singkong Mukibat Untuk Bioetanol di Garut Selatan. http://portal.bumn.go.id/ptpn8/#newsDetail-2 (diakses tanggal 10 Juli 2008) Purwanto. 2007. Peningkatan produktivitas singkong dengan teknologi mukibat sebagai sumber bahan baku bioethanol. Tugas makalah khusus mata kuliah Agronomi. Program Pascasarjana. Universitas Gadjah Mada. http://www.google.co.id (diakses tanggal 10 Juli 2008) Susila, W. R. 2008. Industri Berbasis Perkebunan: Lokomotif Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan. http://www.lrpi.go.id (diakses tanggal 10 Juli 2008)
Waspada
online. Bioetanol Alternatif Pengganti http://www.waspadaonline.co.id (diakses tanggal 10 Juli 2008)
BBM.
Wibawa, G. 2000. Pengembangan system usahatani berbasis karet. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan. Hal : 13-25
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan di Indonesia Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) 2003 3 290 112 1 792 348 2004 3 262 267 2 065 817 2005 3 279 391 2 270 891 2006* 3 309 472 2 367 064 2007** 3 362 424 2 453 327 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2005 Keterangan : *) Sementara **) Estimasi Tabel Lampiran 2. Curah Hujan Perkebunan Cikumpay Tahun 1998 - 2008 BULAN
1998
1999
2000
2005
2006
2007
HH
MM
HH
MM
HH
MM
HH
MM
HH
MM
HH
MM
Januari
8
299
12
603
12
867
28
355
12
81
19
179
Februari
15
762
13
589
9
426
26
389
18
217
23
307
Maret
14
686
11
287
7
344
26
402
14
125
21
245
April
14
422
10
256
10
552
18
295
21
220
27
482
Mei
11
186
8
557
7
391
10
156
13
98
13
127
Juni
13
352
3
110
3
36
20
168
5
39.7
15
158
Juli
7
191
3
118
3
149
14
88.3
3
29
0
0
Agustus
4
92
1
17
3
82
6
56.7
0
0
3
17.2
September Oktober November Desember Jumlah
5
355
0
0
1
21
14
74.5
0
0
3
23
14
822
9
534
9
606
15
190
4
21.5
12
183
8
579
18
1046
15
674
20
278
16
143
24
379
8
324
13
500
6
176
24
249
30
470
23
211
121
5070
101
4617
85
4324
221
2702
136
1443
183
2310
Keterangan: Menurut Schmidt dan Ferguson, curah hujan pada: Bulan basah : > 200 mm Bulan lembab : 100 – 200 mm Bulan kering : < 100 mm Untuk menetukan tipe iklim dapat dilihat dari rumus: Q = Bulan kering Bulan basah Tipe iklim A : 0.000 < Q < 0.143 Tipe iklim E : 1.000 < Q < 1.670 Tipe iklim B : 0.143 < Q < 0.333 Tipe iklim F : 1.670 < Q < 3.000 Tipe iklim C : 0.333 < Q < 0.600 Tipe iklim G : 3.000 < Q < 7.000 Tipe iklim D : 0.600 < Q < 1.000 Tipe iklim H :>7.000 Rata – rata bulan basah dan bulan kering di PTPN VIII Cikumpay dari tahun 1998-2007 adalah 6 bulan dan 3 bulan sehingga: Q rata-rata (PTPN VIII Cikumpay) = 0.5
Tabel Lampiran 3. Produktivitas PT. Perkebunan Nusantara VIII Tahun 2007 Produksi Tahun Produktivitas Nama Kebun Luas Areal 2007 (Kg/Ha) Bojong Datar 761.12 264 000 347 Sukamaju 654.96 305 000 466 Gedeh 197.94 89 000 450 Cibungur 3 015.39 2 620 000 869 Pasir Badak 1 625.05 1 101 000 678 Cikaso 1 200.2 1 117 000 931 Agrabinta 1 122.2 878 000 782 Panglejar 768.59 812 000 1 056 Cikumpay 2 118.54 2 405 090 1 135 Jalupang 3 217.73 4 500 000 1399 Wangunreja 1 443.25 1 394 000 966 Miramare 2 654.39 3 281 000 1 236 Bunisari Lendra 1 517.5 1 428 000 941 Bagjanagara 1 382.37 1 152 000 833 Batulawang 1 474.66 2 099 000 1 423 Cikupa 1 258.79 747 000 593 Total 24 412.68 24 192 090 991
Tabel Lampiran 4. Data Realisasi Produksi Tahun 2003-2008
URAIAN PROD LUAS AREAL 1 330 MURNI 939 LANCURAN 2 269 JUMLAH PRODUKSI JANUARI 160736 FEBRUARI 133385 MARET 177759 APRIL 187567 MEI 233001 JUNI 255745 JML SMT I 1148193 % THD 1 59 THN JULI 222280 AGUSTUS 114588 SEPTEMBER 96659 OKTOBER 95094 NOVEMBER 113686 DESEMBER 163584 JML SMT II 805891 % THD 1 41 THN JML SMT 1954084 I&II
2003 PROTAS KG/HA KG/HK
PROD
2004 PROTAS KG/HA KG/HK
1 379 650 2 029 71 59 78 83 103 113 507
11 10 11 13 15 15
164535 150851 206755 225353 275159 277367 1300020
98 51 43 42 50 72 356
12 8 7 6 8 12
234458 155526 112376 117280 74415 199635 893690
1469 595 2064 81 74 102 111 136 137
10 12 12 13 14 14
164468 194668 243039 247578 272051 268924 1390728
116 77 55 58 37 98
13 9 7 7 6 11
251552 158094 108355 115694 115244 197184 946123
59
863
REALISASI PRODUKSI PER TAHUN REALISASI PRODUKSI DAN PROTAS 2005 2006 PROTAS PROTAS PROD PROD KG/HA KG/HK KG/HA KG/HK 1536 488 2024 80 94 118 120 132 130
10 12 12 12 13 13
153353 194078 237907 269848 311351 299857 1466394
122 77 52 56 56 96
11 8 6 6 8 10
235995 117591 107354 92290 117239 161080 831549
60
PROD
2007 PROTAS KG/HA KG/HK
1727.88 390.66 2118.54 154 96 118 133 154 148
10 11 12 13 14 13
187859 157571 233694 256056 294030 262929 1392139
117 58 53 46 58 80
11 7 8 6 8 9
288393 194090 102903 84775 163250 179540 1012951
PROD 1730.05 200.17 1930.22
89 74 110 121 139 124 657
9 3 10 11 12 11 11
208153 135593 275057 255365 307305 171640 1353113
-
-
136 92 49 40 77 85
11 10 5 5 8 9
-
-
-
-
-
-
58
64
41
40
36
42
2193710
2336851
2297943
2405090
2008 PROTAS KG/HA KG/HK
108 70 143 132 159 89
9 11 21 10 12 11
Tabel Lampiran 5. Jurnal Harian Magang No.
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja (Sat/HK) Standar Mahasiswa 160 Pohon 100 Pohon 160 Pohon 156 Pohon 40 coal/2 orang 74 coal/3 orang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
12/2/2008 13/2/2008 14/2/2008 15/2/2008 16/2/2008 18/2/2008 19/2/2008 20/2/2008 21/2/2008 22/2/2008 23/2/2008 25/2/2008 26/2/2008 27/2/2008 28/2/2008
Mengumpulkan Data Mengumpulkan Data Mengumpulkan Data Mengumpulkan Data Praktek Okulasi Libur (Hujan) Mengumpulkan Data Praktek Okulasi Diskusi dengan Mandor Besar Pembibitan Sakit Penyesuaian Jadwal Pemeliharaan Praktek Weeding Manual Weeding Gawangan Diskusi dengan Mandor Tentang Menunas Praktek Menunas
16
29/2/2008
Seleksi Biji dan Deder/ semai
-
-
17
1/3/2008
Seleksi Biji dan Deder/ semai
-
-
18 19
3/3/2008 4/3/2008
Praktek Tanam Cassava Persiapan Lahan (Penggemburan Lahan Tegakan)
20
5/3/2008
Diskusi dengan Mandor tentang Penyadapan
-
-
21
6/3/2008
Pengarahan Tentang Kualitas Sadapan dan Praktek Menyadap
-
-
22
10/3/2008
Memeriksa Kualitas Sadapan
-
1 hanca
23
11/3/2008
Memeriksa Kualitas Sadapan
-
5 hanca
24
12/3/2008
Memeriksa Kualitas Sadapan
-
10 hanca
1 Ha
1 Ha
2 Petak
2 petak
Keterangan Kantor Induk Kantor Induk Kantor Induk Kantor Induk Kebun Pembibitan Cikumpay II Emplasemen Cikumpay Kantor Induk Kebun Pembibitan Cikumpay II Kebun Pembibitan Cikumpay II Kebun TBM Cikumpay I Kebun TBM Cikumpay I Kebun TBM Cikumpay I Kebun TBM Cikumpay I Kebun TBM Cikumpay I Saung Semai Kebun Pembibitan Cikumpay II Saung Semai Kebun Pembibitan Cikumpay II Kebun TBM Cikumpay I Kebun Pembibitan Cikumpay II Kebun TM Cikumpay I Tahun Tanam 1997 Kebun TM Cikumpay I Tahun Tanam 1998 Kebun TM Cikumpay I Tahun Tanam 2001 Kebun TM Cikumpay I Tahun Tanam 1997 Kebun TM Cikumpay II Tahun Tanam 1998
No.
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja (Sat/HK) Standar Mahasiswa 10 hanca 6 hanca
25 26
13/3/2008 14/3/2008
Memeriksa Kualitas Sadapan Memeriksa Kualitas Sadapan
27
15/3/2008
Dokumentasi Kegiatan
-
28 29 30 31 32 33
17/3/2008 18/3/2008 19/3/2008 22/3/2008 24/3/2008 25/3/2008
-
34
26/3/2008
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
27/3/2008 28/3/2008 29/3/2008 31/3/2008 1/4/2008 2/4/2008 3/4/2008 4/4/2008 5/4/2008 6/4/2008 7/4/2008 8/4/2008 9/4/2008 10/4/2008 11/4/2008
Memeriksa Kualitas Sadapan Sakit Evaluasi Pengambilan Sampel Pengamatan Pengambilan Sampel Pengamatan Pengambilan Sampel Pengamatan ijin tempat ke Sinder Teknologi dan Studi Literatur Pengolahan Crumb Rubber Pengolahan Lateks Pekat Pengujian Lateks Pekat dan SIR (CR) Mengikuti Proses Pengolahan RSS dan TPC Diskusi dengan Laboran Melakukan Sortasi RSS Mengikuti Pengujian RSS Diskusi dengan Mandor Besar Crumb Rubber Melakukan Sortasi RSS Percobaan SIR Tanpa Predrying Pengujian Po dan PRI Hasil Percobaan Pengujian Kadar Abu Sampel SIR Pendamping Mandor CR Uji Kadar Vm (Volatile Matter/Zat Menguap) Diskusi dengan Mandor Besar Crumb Rubber
5 hanca -
Keterangan Kebun TM Cikumpay II Tahun Tanam 1991 Kebun TM Cikumpay II Tahun Tanam1997 Kebun Sadapan Cikumpay I dan Kebun Pembibitan Kebun TM Cikumpay I Tahun Tanam 1997 Kantor Afdeling Cikumpay I Kebun TM Cikumpay I Tahun Tanam 2001 Kebun TM Cikumpay I Tahun Tanam 2002
-
-
Laboratorium
-
-
Pabrik Pengolahan Crumb Rubber Pabrik Pengolahan Lateks Pekat, RSS dan TPC Laboratorium Pabrik Pengolahan Lateks Pekat, RSS dan TPC Laboratorium Ruang Sortasi Laboratorium Pabrik SIR Ruang Sortasi Pabrik SIR Laboratorium Laboratorium Pabrik Pengolahan Crumb Rubber Laboratorium Pabrik Pengolahan Crumb Rubber
No.
Tanggal
50
12/4/2008
51
15/4/2008
52
16/4/2008
53
17/4/2008
54
Uraian Kegiatan Mengikuti Langkah-langkah Kadar Kotoran (DIRT) Diskusi dengan Mandor Besar Pembibitan; Mengikuti Penentuan Faktor Pengering Kebun Jalupang Mengikuti Penentuan Faktor Pengering Kebun Cikupa dan Bagjanegara
Prestasi Kerja (Sat/HK) Standar Mahasiswa -
Keterangan Laboratorium
-
-
Kebun Pembibitan Cikumpay II; Pabrik Pengolahan Crumb Rubber
-
-
Pabrik Pengolahan Crumb Rubber
Mengikuti Kegiatan Stimulansia
-
-
Kebun TM Cikumpay I Tahun Tanam 1991
18/4/2008
Diskusi dan Mengikuti Pekerjaan Mandor Pembibitan
-
-
Kebun Pembibitan Cikumpay II
55
19/4/2008
Mengikuti Kegiatan Stimulansia
300 Pohon
300 Pohon
56 57 58 59
21/4/2008 22/4/2008 23/4/2008 24/4/2008
-
-
60
25/4/2008
Hujan (Tidak Ada Kegiatan Penyadapan) Penentuan Faktor Pengering Sesi II Penentuan Faktor Pengering Sesi II Diskusi dengan JTU Afdeling Cikumpay I Diskusi dengan Mandor Penyadapan dan Praktek SKB dan SKA
-
-
61
26/4/2008
Diskusi dengan Mandor Penyadapan dan Praktek SKB dan SKA
62
28/4/2008
Diskusi dengan SPIK
SKA: 3-4 menit/ Pohon; SKB; 2 menit/Pohon -
SKA: 4 menit/Pohon; SKB: 3 menit/Pohon -
63
29/4/2008
Wawancara dengan Penyadap
-
-
64
30/4/2008
Wawancara dengan Penyadap
-
-
65 66
2/5/2008 3/4/2008
Mengikuti Mandor Timbang Lateks Mengikuti Mandor Timbang Lateks
-
-
67
6/5/2008
Diskusi dengan Sinder Afdeling Cikumpay I
-
-
68
9/5/2008
Memasukkan Laporan Harian Hasil Pemeliharaan
-
-
Kebun TM Cikumpay I Tahun Tanam 1997 Emplasemen Cikumpay Pabrik Pengolahan Crumb Rubber Pabrik Pengolahan Crumb Rubber Kantor Afdeling Cikumpay I Kebun TM Cikumpay I Tahun Tanam 1981 Kebun TM Cikumpay I Tahun Tanam 1982 Kantor Induk Kebun TM Cikumpay I Tahun Tanam 2001 Kebun TM Cikumpay I Tahun Tanam 2001 Kebun TM Cikumpay IA Kebun TM Cikumpay IB Kebun Afdeling Cikumpay I Tahun Tanam 1989 Kantor Afdeling Cikumpay I
No.
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja (Sat/HK) Standar Mahasiswa -
69 70 71 72 73 74 75
10/5/2008 12/5/2008 13/5/2008 14/5/2008 15/5/2008 16/5/2008 19/5/2008
Menghitung Kebutuhan Pupuk Kebun Cikumpay I Memasukkan Laporan Harian Hasil Pemeliharaan Memasukkan Laporan Harian Hasil Pemeliharaan Memasukkan Laporan Harian Hasil Pemeliharaan Mengikuti Kegiatan Pengadukan Pupuk Diskusi dengan Mandor Besar Pemeliharaan Memasukkan Laporan Harian Hasil Pemeliharaan
76
21/5/2008
Diskusi dengan Sinder Afdeling Cikumpay I
-
-
77
22/5/2008
Pemupukan dengan Mekanik; Diskusi dengan Sinder Afdeling Cikumpay I
-
-
78
23/5/2008
Diskusi dengan Sinder Kepala Cikumpay
-
-
79
24/5/2008
Mengikuti Kegiatan Sinder Afdeling Cikumpay I
-
-
80
26/5/2008
Diskusi dengan Sinder Afdeling Cikumpay I
-
-
81
27/5/2008
Diskusi dengan Sinder Afdeling Cikumpay I
-
-
82 83 84
28/5/2008 29/5/2008 30/5/2008
Mengikuti Kegiatan Sinder Afdeling Cikumpay I Mengikuti Kegiatan Pemupukan Kelapa Biotek Memasukkan Laporan Harian Hasil Pemeliharaan
-
-
85
31/5/2008
Diskusi dengan Sinder Afdeling Cikumpay I
-
-
86
2/6/2008
Mengikuti Kegiatan Pengendalian JAP
-
-
87
3/5/2008
Diskusi dengan Mandor Pemeliharaan
-
-
88
4/6/2008
Diskusi dengan Mandor Besar Pemeliharaan
-
-
Keterangan Kantor Afdeling Cikumpay I Kantor Afdeling Cikumpay I Kantor Afdeling Cikumpay I Kantor Afdeling Cikumpay I Gudang Pupuk Kantor Afdeling Cikumpay I Kantor Afdeling Cikumpay I Kebun TBM Cikumpay I Tahun Tanam 2007 Kebun TM Cikumpay I Tahun Tanam 1989 Kebun TBM Cikumpay I Tahun Tanam 2007 Kebun TBM Cikumpay I Tahun Tanam 2007 Kebun TBM Cikumpay I Tahun Tanam 2007 Kebun TBM Cikumpay I Tahun Tanam 2006 Kebun Kelapa Biotek Kebun Kelapa Biotek Kantor Afdeling Cikumpay I Kebun TBM Cikumpay I Tahun Tanam 2007 Kebun TBM Cikumpay I Tahun Tanam 2006 Kebun TBM Cikumpay I Tahun Tanam 2005 Kebun TBM Cikumpay I Tahun Tanam 2007
No.
Tanggal
Uraian Kegiatan
Prestasi Kerja (Sat/HK) Standar Mahasiswa
Keterangan
90
6/6/2008
Diskusi dengan Sinder Afdeling Cikumpay I
-
-
Kebun TBM Cikumpay I Tahun Tanam 2006
91
7/6/2008
Pemantapan Materi Penyadapan Bersama Koordinator Tap Kontrol
-
-
Kebun TM Cikumpay IIA
92
9/6/2008
Diskusi dengan Mandor Besar Pemeliharaan
-
-
93
10/6/2008
Diskusi dengan Mandor Besar Penyadapan
-
-
94 95
11/6/2008 12/6/2008
Menganalisis Potensi Tanaman Berpamitan
-
-
Kebun TBM Cikumpay I Tahun Tanam 2005 Kebun TM Cikumpay I Tahun Tanam 2001 Kantor Afdeling Cikumpay I Kantor Induk
Tabel Lampiran 6. Perbandingan Pertumbuhan Lilit batang Karet Tahun Tanam 2005 pada Areal Mukibat dan non Mukibat Areal TBM Karet dan Mukibat Areal TBM Karet Murni NO Januari Juni Januari Selisih Juni 2008 Selisih 2008 2008 2008 1 15.5 20.6 5.1 12.1 17.2 5.1 2 13.2 18.8 5.6 15.2 17.7 2.5 3 7.2 12.3 5.1 12.6 17.3 4.7 4 11.3 16.4 5.1 12.6 17.6 5 5 8.2 14.4 6.2 11.8 16.9 5.1 6 13.6 19.4 5.8 11.8 16.9 5.1 7 15.5 18.5 3 12.4 17.5 5.1 8 13.1 20.4 7.3 12.4 17.5 5.1 9 14.3 20.8 6.5 13.6 18.7 5.1 10 16.2 17.8 1.6 12.5 17.6 5.1 11 15.2 17 1.8 12.6 17.7 5.1 12 11.8 22.6 10.8 8.4 13.5 5.1 13 16.2 21.3 5.1 12.5 17.6 5.1 14 11.7 16.8 5.1 13.6 18.7 5.1 15 11.2 16.3 5.1 12.6 17.7 5.1 16 10.9 15 4.1 13.1 18.2 5.1 17 10.3 15.4 5.1 12.5 17.6 5.1 18 13.2 18.2 5 13.2 18.3 5.1 19 16 21.1 5.1 13.5 18.6 5.1 20 14.3 19.4 5.1 12.5 17.6 5.1 21 14.1 19.2 5.1 12.6 17.7 5.1 22 13.8 18.9 5.1 11.6 16.7 5.1 23 13.2 18.3 5.1 10.6 15.7 5.1 24 12.9 18 5.1 11.6 16.7 5.1 25 12.3 17.4 5.1 12.5 17.6 5.1 26 10.5 15.6 5.1 12 17.1 5.1 27 11.8 16.9 5.1 13.3 18.4 5.1 28 12.1 17.2 5.1 13.6 18.7 5.1 29 12.9 15.6 2.7 10 15.2 5.2 30 15.2 20.3 5.1 12.4 17.5 5.1 Rataan 12.92 18.00 18.00 17.39 Tabel lampiran 7. Dosis Pupuk TBM Karet Semester I Tahun 2008 Dosis Pupuk (g/pohon) TBM Tahun Tanam
Urea
SP36
KCl
2005
140
90
113
2006
96.7
78
96.6
2007
41.7
28.3
35.4
Tabel Lampiran 8. Produktivitas Kg/Hk Berdasarkan Panen dan Pengolahan NO 1 2 3 4 5
URAIAN PANEN RSS TPC LP CR
2001 12 59 59 206 108
2002 11 50 58 203 107
2003 10 64 60 205 112
TAHUN 2004 10 57 59 200 113
2005 11 114 96 105 108
2006 10 68 79 255 109
2007 10 80 70 203 101
Tabel Lampiran 9. Laporan kegiatan pekerjaan bulan April 2008 Bagian : Cikumpay I, stimulansia (ethrel cair) No. Urut BLOK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Mandor Masri C + Nedi B Mandor Masri BA + Nedi A Mandor Nedi C + Dedi B – C Mandor Dedi A Mandor Masri C Mandor Masri + Nedi B + B Mandor Nedi A Mandor Nedi + Dedi C + B
Bagian : Cikumpay I, stimulansia (ethrel sawit) No. BLOK Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Mandor Masri (19) Mandor Masri (19) Mandor Yayat C (6) Mandor Yayat A (6) Mandor Yayat A Mandor Yayat A + B Mandor Rosidin A Mandor Yayat B + C Mandor Rosidin A + C Mandor Rosidin B + C Mandor Rosidin B
Hasil Kerja (Hanca) HI 50 55 64 20 26 55 24 44
S/D 50 105 169 189 189 189 189 189 189 189 189 189 189 189 189 215 270 294 338
Hasil Kerja (Hanca) HI
S/D
13 14 15 15 14 20 26 32 32 34 31
13 27 42 57 71 71 91 117 149 181 215 246
Tabel Lampiran 10. Rencana dan Realisasi Pemupukan Semester I Tahun 2008 Di PTPN VIII Cikumpay RENCANA DAN REALISASI PEMUPUKAN SEMESTER I TAHUN 2008 TAHUN TANAM
LUAS AREAL (HA)
JML PHN PER DES 2007
RENCANA (Kg) AREAL
KHAL
UREA
SP-36
KCl
-
1832 655 5817 4897 2803 3546 6677 9495 9197 8959 4424 12787
962 213 2481 1818 1157 1564 3030 5223 5731 4499 2001 6497
1221 273 4371 2768 1990 2346 4499 7614 10351 7208 3318 10124
REALISASI (Kg) PUKALET
HE
AREAL
UREA
TSP
KCl
SUP
HE
TM 1980 1981 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1993 1997 1998 1999 2000 2001 JUMLAH TM TBM 2005 2006 2007 JUMLAH TBM
91.74 96.05 50 27 159.34 145.37 90.55 167.75 202.55 167.8 139.32 147.41 62.67 182.5
25933 27015 15045 5460 44944 36276 22271 28426 52623 67432 68879 64971 26100 86859
50 27 159.34 145.37 90.55 167.75 202.55 167.8 139.32 147.41 62.67 182.5
10158 10397 6191 2592 10559
1730.05
572234
1542.26
39897
71089
35176
56083
87.08 137.77 117.35
52298 87093 78626
87.08 137.77 117.35
-
7406 8418 3280
4761 6784 2228
5977 8418 2785
342.2
218017
342.2
-
19104
13773
17180
-
-
50 27 159.34 57.93 47.05 167.75 161.35 126.87 -
650 750 4750 1500 1000 2400 4400 5750 -
-
797.29
21200
13950
14750
-
-
-
3967 6130 3094
51.3 92.25
1600 3700
1400 2350
1700 3100
450
1300 2500
-
13191
143.55
5300
3750
4800
450
3800
6869 6869
-
-
450 300 3050 800 750 1950 3450 3200 -
450 350 3350 1150 950 1700 1850 4950 -
-
-
49
Tabel Lampiran 11. Blanko Pemeriksaan Sadapan NORMA-NORMA SADAPAN IDENTITAS NO URUT
NAMA PENYADAP
BS TAHUN TANAM
BLOK
PANEL
PMK BBS S
BS
D.S BS
BS
15
15
15
15
15
15
A
B
C
A
B
C
LUKA KAYU KKKB B B 20/20/20/45 45 45 A B C
KEBERSIHAN/KELENGKAPAN BS
KAS BS
BS
10
10
10
A
B
C
BS
LS BS
BS
5
5
5
A
B
PTD
C
POHON BBBK K K
10
10
10
A
B
C
1 A
1 B
1 C
MANGKOK BBBK K K 2 A
2 B
2 C
BK
EMBER BBK K
BK
PISAU BBK K
10
10
10
10
10
10
A
B
C
A
B
C
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JUMLAH
50
PRODUKTIVITAS PANEN DAN PENGOLAHAN 300
kg/hkk
250 200
PANEN
150
RSS
100
TPC LP
50 0
CR 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
TAHUN
Gambar Lampiran 1. Grafik Produktivitas Panen dan Pengolahan Perkebunan Cikumpay.
DENAH TBM KARET DAN CASSAVA 6m
2.5 m
X X X
X X X
X
X X X
X
X X X
X
X X X
X
X X X
X
X X X 1.5 m
X
X X
X X
1.5 m
Gambar Lampiran 2. Pola Tanam Karet dan Singkong Mukibat Keterangan: = Tanaman karet X = Tanaman singkong mukibat
X
ADMINISTRATUR
SPSM SINDER KEPALA
S.AFD.CAY I
S.AFD.CAY II
S.AFD.GUHE
S.AFD..GANA
SINDER TEKNOLOGI
SINDER TUK
JTU ASS. TEKNIK
ASS. PENGOLAHAN
JTU JTU PROD JTU MABES SADAP MABES SADAP
KEP. LAB
MABES RAWAT M. SADAP
M. SADAP
MB. RSS/TPC
MABES RAWAT
M. RAWAT
M. RAWAT MB. BANGUNAN
KEP PROD
MB. TEKNIK
JTU
MABES SADAP
JTU
MABES SADAP
M. SADAP
MABES RAWAT
M. SADAP
MABES RAWAT
M. BANGUNAN
M. BENGKEL
M. RAWAT
M. RAWAT PET.TABIN
PET.UMUM
PET. GUDANG KASIR
KEAMANAN
KEPEGAWAIAN
TU. PENGADAAN
TU. PERSEDIAAN KESEHATAN
Gambar Lampiran 3. Struktur Organisasi Kebun
MB CR
MB L.PEKAT
AFDELING CIKUMPAY I
Gambar Lampiran 4. Peta Afdeling Cikumpay I
CIKUMPAY II
Gambar Lampiran 5. Peta Afdeling Cikumpay II
Gambar Lampiran 6. Peta Afdeling Gunung Hejo
AFDELING GUNUNG ANAGA
Gambar Lampiran 7. Peta Afdeling Gunung Anaga