4
TINJAUAN PUSTAKA Kesesuaian Tempat Tumbuh Karet Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman
karet,
sebagian
besar
berada
di
wilayah
Sumatera
dan
Kalimantan.Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bias ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet (Anwar, 2001). Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitatnya maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Lingkungan yang kurang baik juga sering mengakibatkan produksi lateks menjadi rendah.Sesuai habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di Indonesia, yang sebagian besar ditanam di Sumatera Utara dan Kalimantan. (Damanik et all, 2010). Iklim Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat. Daerah yang cocok adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU, dengan suhu harian 250C – 30oC (Sianturi, 2001).
Universitas Sumatera Utara
5
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2500 mm sampai 4000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 s-d. 150 Hari hujan (HH) /tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
(Anwar,
2001).
Hal
yang
serupa
juga
diutarakan
(Damanik et all, 2010). Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2000-2500 mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100 s-d 150 HH/tahun. Lebih baik lagi jika curah hujan merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet membutuhkan sinar matahari sepanjang hari, minimum 5- 7 jam/hari. Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m – 400 m dari permukaan laut (dpl). Pada ketinggian > 400 m dpl dan suhu harian lebih dari 30oC, akan mengakibatkan tanaman karet tidak bias tumbuh dengan baik, (Damanik dkk, 2010). Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25oC sampai 35oC (Anwar, 2001). Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Kecepatan angin yang terlalu kencang
pada
umumnya
kurang
baik
untuk
penanaman
karet
(Damanik et all, 2010). Tanah Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis maupun alluvial.Pada tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan
Universitas Sumatera Utara
6
drainase, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah.Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya kurang baik sehingga drainase dan aerasenya kurang baik. Tanah-tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang ada di negeri ini dengan bantuan pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan karet dengan hasil yang cukup baik (Damanik et all, 2010). Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0‐ pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat‐sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain : Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu‐batuan dan lapisan cadas, Aerase dan drainase cukup, Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air , Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir , Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm, Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro, Reaksi tanah dengan pH 4,5 ‐ pH 6,5, Kemiringan tanah < 16% dan Permukaan air tanah < 100 cm (Anwar, 2001).
Padas pada lapisan olah tanah tidak disukai tanaman karet karena mengganggu pertumbuhan dan perkembangan akar, sehingga proses pengambilan hara dari dalam tanah terganggu. Derajat keasaman mendekati normal cocok untuk tanaman karet, yang paling cocok adalah pH 5-6.Batas toleransi pH tanah
Universitas Sumatera Utara
7
adalah 4-8. Sifat-sifat tanah yang cocok pada umumnya antara lain; aerasi dan drainase cukup, tekstur tanah remah, struktur terdiri dari 35% tanah liat dan 30% tanah pasir, kemiringan lahan <16% serta permukaan air tanah < 100cm (Sianturi, 2001). Tandan Kosong Kelapa sawit (TKKS) TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) adalah limbah pabrik kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah. Setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah Segar) akan dihasilkan TKKS sebanyak 22–23% TKKS atau sebanyak 220–230 kg TKKS. Apabila dalam sebuah pabrik dengan kapasitas pengolahan 100 ton/jam dengan waktu operasi selama 1 jam, maka akan dihasilkan sebanyak 23 ton (Yunindanova, 2009). Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan satu limbah padat organik dalam produksi minyak sawit. TKKS dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : a) Sebagai pupuk kompos, merupakan bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi yang dilakukan oleh mikroorganisme, dengan prinsip menurunkan nisbah C/N yang terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C/N tanah sehingga mudah diserap oleh tanaman. b) Sebagai sumber pupuk Kalium TKKS yang dibakar akan menghasilkan abu tandan yang memiliki kandungan 30-40% K2O, 7% P2O5, 9% CaO dan 3% MgO serta unsur hara mikro seperti 1200 ppm Fe, 1000 ppm Mn, 400 ppm Zn dan 100 ppm Cu. c) Bahan serat TKKS dapat menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
8
berbagai hal, seperti bahan pengisi jok mobil, matras dan sebagainya (Husin, 2008). Keunggulan kompos TKKS meliputi: kandungan kalium yang tinggi, tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain: (1) memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan; (2) membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman; (3) bersifat homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman; (4) merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan (5) dapat diaplikasikan pada sembarang musim (Darnoko dan Ady, 2006). Jumlah limbah TKKS seluruh Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan mencapai 18.2 juta ton.Jumlah yang luar biasa besar.Ironis sekali, limbah ini belum dimanfaatkan secara baik oleh sebagian besar pabrik kelapa sawit (PKS) di Indonesia.Komponen utama limbah pada kelapa sawit ialah selulosa dan lignin,sehingga limbah ini disebut sebagai limbah lignoselulosa (Darnoko, 1993). Tandan kosong kelapa sawit mempunyai kadar C/N yang tinggi yaitu >45. Hal ini menyebabkan N pada tanah kurang tersedia karena N terimobilisasi dalam proses perombakan bahan organik oleh mikroba tanah. Oleh sebab itu usaha penurunan kadar C/N dapat dilakukan dengan proses pengomposan seperti penumpukan tandan kosong kelapa sawit,sampai kadar C/N mendekati kadar C/N tanah. Tumpukan tersebut diberi urea dan limbah cair pabrik kelapa sawit serta dijaga kadar airnya sehingga diperoleh kompos yang baik (Susanto, 2002).
Universitas Sumatera Utara
9
Konservasi tanah dan Air Konservasi tanah merupakan penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan
yang
sesuai
dengan
kemampuan
tanah
tersebut
dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadikerusakan tanah. Upaya konservasi tanah ditujukan untuk (1) mencegah erosi, (2) memperbaiki tanah yang rusak, dan (3) memelihara serta meningkatkan produktivitas
tanah
agar
tanah
dapat
digunakan
secara
berkelanjutan.
Konservasiair adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah dan mengatur waktu aliran airagar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musimkemarau (Arsyad, 2010). Pemeliharaan tanah pada kondisi topografi areal yang bergelombang mengharuskan dibangunnya bangunan konservasi tanah dan air yang memadai. Selain bermanfaat sebagai alat konservasi tanah dan air, bangunan ini juga mempunyai peranan penting dalam kelancaran kegiatan pemeliharaan dan panen kelapa sawit. Ketiadaan bangunan konservasi tanah dan air sering merupakan penyebab rusaknya struktur tanah, drainase terhambat dan kurang efektifnya pemupukan dan perawatan tanaman, tidak terlaksananya panen secara benar, serta sulitnya pengawasan kebun (Dirattanhun, 2007). Tindakan konservasi tanah dan air bermanfaat untuk meningkatkan produksi melalui perbaikan-perbaikan lingkungan tumbuh kelapa sawit sehingga dapat memanfaatkan nutrisi hara yang dibutuhkan dengan efektif. Manajemen yang baik dari pengelola kebun sangat diperlukan baik dalam pembuatan serta pemeliharaan
bangunan
konservasi
untuk
mendapatkan
hasil
yang
optimal(Simangunsong, 2011).
Universitas Sumatera Utara
10
Kerusakan tanah terutama disebabkan oleh erosi permukaan, akibat proses pemindahan tanah lapisan atas yang kaya akan unsur hara dari suatu tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Hal ini menimbulkan kerugian yang sangat besar, karena dapat menurunkan produktivitas tanaman. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah erosi adalah dengan konservasi tanah. Konservasi tanah meliputi konservasi tanah secara fisik, kimia, maupun biologi. Konservasi tanah secara fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunyaadalah secara mekanis. Tindakan konservasi tanah secara mekanis ini dilakukan diareal dengan bentuk wilayah berombak sampai berbukit dengan cara pembuatan teras kontour, teras individu (tapak kuda), rorak, dan parit drainase. Parit drainaseini berperan untuk mencegah supaya air tidak tergenang di lapangan, menurunkanpermukaan air tanah sehingga perkembangan akar tanaman tidak terganggu, sertamencegah terjadinya pencucian pupuk (Dirattanhun, 2007). Menurut (Arsyad, 2010).Metode konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu (1) metode vegetatif, (2) metode mekanik dan (3) metode kimia. Pada perkebunankelapa sawit, teknik konservasi yang banyak digunakan adalah metode vegetatif serta mekanik. Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau bagian-bagian tanaman atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah. Konservasi
tanah
secara
biologi
yang
umum
dilakukan
adalah
denganmenanaman tanaman penutup tanah (TPT) atau legume cover crops (LCC). Beberapa manfaat TPT antara lain: menekan pertumbuhan gulma, melindungi tanah terhadap penyinaran langsung sinar matahari, melindungi tanah dari
Universitas Sumatera Utara
11
tetesanlangsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan menjaga kelembaban tanah(Dirattanhun, 2007). Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan danerosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Termasuk dalam metodemekanik dalam konservasi tanah dan air adalah pengolahan tanah, guludan, teras, penghambat (check dam), waduk, rorak, perbaikan drainase dan irigasi(Arsyad,2010). Biopori Arti definisi dan pengertian lubang biopori adalah lubang yang dengan diameter 10 sampai 30 cm dengan panjang 80 sampai 100 cm yang ditutupi sampah organik yang berfungsi untuk menjebak air yang mengalir di sekitarnya sehingga dapat menjadi sumber cadangan air bagi air bawah tanah, tumbuhan di sekitarnya serta dapat juga membantu pelapukan sampah organik menjadi kompos yang bisa dipakai untuk pupuk tumbuh-tumbuhan (Andrisyam, 2010). Menurut (Pusat Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Agribisnis, 2011) Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 – 30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm atau dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Menurut Brata dkk (2008) biopori merupakan ruang atau pori dalam tanah yang dibentuk oleh makhluk hidup, seperti mikroorganisme tanah dan akar tanaman. Bentuk biopori menyerupai liang (terowongan kecil) di dalam tanah dan bercabangcabang dan sangat efektif untuk menyalurkan air dan udara ke dalam
Universitas Sumatera Utara
12
tanah. Lubang biopori merupakan lubang silindris yang dibuat ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, dengan kedalaman sekitar 100 cm atau jangan melebihi kedalaman muka air tanah dan jarak antar biopori 50-100 cm. Lubang biopori sebaiknya dibuat di bagian tanah yang tidak terendam air atau lebih tinggi dari saluran air. Jadi, selama musim kering, lubang tidak terendam air. Penerapan teknologi lubang resapan biopori dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah dan luas liang pori yang terbentuk kesegala arah di dalam tanah, dengan bertambahnya luas liang pori tersebut maka jumlah (volume) peresapan air kedalam tanah akan semakin meningkat. Sesuai dengan tujuannya adalah untuk meningkatkan peresapan air ke dalam tanah, maka pemasangan lubang resapan biopori harus ditempatkan pada lokasi yang dilalui air atau tampattempat di mana biasanya air tergenang pada saat hujan (Ginting, 2011). Lubang resapan biopori dapat juga dijadikan sebagai komposter sederhana untuk memproduksi pupuk organik yang akrab dengan sebutan kompos.Di daerah perkotaan fungsi utama lubang resapan biopori adalah untuk meminimalisasikan masalah banjir yang kerap menyerang daerah perkotaan apabila musim hujan.Dalam hal ini lubang resapan biopori juga berperan sebagai water reservoir (penangkap air) yang semakin minim di kawasan urban.Disamping itu bahan organik yang dimasukkan ke dalam lubang-lubang tersebut dapat memperbaiki kondisi tanah/sifat tanah baik kimia, biologi juga fisikanya (Rauf, 2009). Lubang Resapan Biopori merupakan pintu gerbang bagi air hujan apabila permukaan tanah tidak mampu lagi meresap air.Peresapan air pada Lubang Resapan Biopori sendiri mempunyai arti yang berbeda dengan infiltrasi. Pada infiltrasi, air hujan akan diresap masuk kedalam tanah melalui permukaan
Universitas Sumatera Utara
13
horizontal tanah,dimana permukaan tanah horizontal tersebut sudah mengalami berbagai
jenis
tekanan,
mulai
dari
tekanan
akibat
beban
bergerak
(Andrisyam, 2010). Peningkatan jumlah biopori tersebut dapat dilakukan dengan membuat lubang vertikal ke dalam tanah. Lubang-lubang tersebut selanjutnya diisi bahan organik, seperti sampah-sampah organik rumah tangga, potongan rumput atau vegetasi lainnya, dan sejenisnya. Bahan organik ini kelak akan dijadikan sumber energi bagi organisme di dalam tanah sehingga aktifitas mereka akan meningkat. Dengan meningkatnya aktifitas mereka maka akan semakin banyak biopori yang terbentuk (Bambang dan Sibarani, 2009). Selain fungsi utama tersebut, biopori memiliki banyak fungsi lainnya, tanah digunakan oleh bakteri penambat N untuk meningkatkan kesuburan tanah, dan lain-lain. Sementara air di dalam tanah sangat diperlukan sebagai pelarut unsur hara, diserap akar untuk berbagai proses fisiologis di dalam tubuh (organ) tanaman, menjaga kelembaban dan mengendalikan suhu tanah (Rauf, 2010). Banyaknya liang pori yang terbentuk karena adanya aktivitas mikro organisme dengan tersedianya bahan organik akan tergantung kepada jenis tanahnya. Kondisi tanah yang sangat berpengaruh adalah tekstur, pada tanah yang bertekstur lepas akan lebih cepat terbentuk liang pori dibanding dengan tanah yang bertekstur liat (Brata, 2008). Ginting (2011) dalam penelitiannya Laju Resapan Air Pada Berbagai Jenis Tanah Dan Berat Jerami Dengan Menerapkan Teknologi Biopori Di Kecamatan Medan Amplas menyatakan bahwa pada jenis tanah entisol diperoleh angka laju resapan tertinggi rata-rata sebesar 147,32 liter/jam, pada jenis tanah inseptisol
Universitas Sumatera Utara
14
104,56 liter/jam dan pada jenis tanah ultisol 25,03 liter/jam. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa jumlah biopori yang dibutuhkan berbeda berdasarkan jenis tanahnya.Angka laju resapan air pada tanah ultisol sangat rendah. Berbagai ukuran dan jenis organisme tanah hidup di antara pori-pori dan melalui pori tersebut organisme memperoleh air dan oksigen sedangkan untuk makanan diperoleh dari bahan organik berupa pelapukan sisa sisa tanaman dan mahluk hidup lainnya. Populasi dan aktivitas organisme tanah dapat ditingkatkan dengan menyediakan bahan organik yang cukup di dalam tanah, sehingga organisme tanah akan memperoleh makanan yang cukup untuk hidup dan berkembang biak. Konversi kawasan bervegetasi alami menjadi kawasan pemukiman atau kegiatan lainnya akan mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah sekaligus akan merusak liang pori di dalam tanah (Brata, 2008). Tempat yang dianjurkan untuk pemasangan biopori adalah: di saluran pembuangan air hujan, sekeliling pohon, kontur taman, pada sisi pagar, dan tempat lain yang dianggap sesuai. Sudah semestinya biopori ditempatkan pada titik yang berpotensi terjadi genangan, karena pembuatan biopori pada lokasi yang agak tinggi maka laju resapan air tidak maksimal.(Ginting, 2011).
Universitas Sumatera Utara