PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Surakarta, Selasa 9 Agustus 2016
SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT
ZAT
Suhaedi Muhammad1 dan Rr. Djarwanti,RPS2 1Pusat
Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, BATAN Gedung B Lantai 2, Kawasan Nuklir Pasar Jum’at email:
[email protected] 2Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka, BATAN Gedung 11, Kawasan Nuklir Serpong
ABSTRAK SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT. Guna melindungi keselamatan dan kesehatan para personil yang terlibat dalam kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan kendaraan darat, pihak pengirim selaku pemegang izin (PI) harus memenuhi persyaratan proteksi dan keselamatan radiasi sebagaimana ditetapkan di dalam pasal 10 Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Nomor 4 Tahun 2013 tentang Proteksi Dan Keselamatan Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh PI untuk memenuhi persyaratan tersebut adalah dengan menerapkan sistem manajemen dosis yang di dalamnya mencakup sumber potensi penerimaan dosis, kebijakan penerapan nilai batas dosis (NBD), kebijakan penerapan nilai pembatas dosis (NPD), evaluasi penerimaan dosis dan tindaklanjut penerimaan dosis. Melalui penerapan sistem manajemen dosis ini dapat diperkirakan besarnya dosis yang diterima oleh personil yang terlibat dalam kegiatan pengangkutan zat radioaktif mulai dari tahap persiapan sampai dengan pelaksanaan. Dari sini dapat diketahui apakah ada personil yang menerima dosis melebihi NPD tapi masih kurang dari NBD atau ada personil yang menerima dosis melebihi NBD, sehingga dapat diketahui tindaklanjut apa yang harus dilakukan oleh PI. Kata Kunci: Zat radioaktif, pengangkutan, dosis
ABSTRACT DOSE MANAGEMENT SYSTEM FOR RADIOACTIVE MATERIALS TRANSPORT BY LAND VEHICLES. In order to protect the health and safety of personnel involved in the transport of radioactive materials by land vehicles, the sender as the licensee holder (PI) must meet the requirements of protection and safety of radiation as set forth in article 10 of regulation of the nuclear energy supervisory agency (BAPETEN) number 4 in 2013 on the protection and radiation safety in nuclear power utilization. one effort that can be done by pi to meet these requirements is to implement a management system dose which include sources of revenue potential dose, policy implementation limit value doses (NBD), the policy application of the value of the limiting dose (NPD), the evaluation of acceptance dose and follow up acceptance dose. Through the application of these dose management system can be estimated magnitude of the dose received by the personnel involved in the transport of radioactive material ranging from preparation to implementation. from this it can be known if there are personnel who received doses exceeding the NBD but still less than NBD or there are personnel who received doses exceeding NBD, so that can know the follow what should be done by the PI. Keywords: radioactive substances, transporting, dosing
PENDAHULUAN
U
ntuk memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan bagi pekerja radiasi yang terlibat dalam kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan menggunakan kendaraan darat, maka pihak pengirim selaku pemegang izin (PI) sesuai dengan pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion Dan Keamanan Sumber Radioaktif dan pasal 10 Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Nomor 4 Tahun 2013 tentang Proteksi Dan Keselamatan Suhaedi M dan Rr. Djarwanti
Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir berkewajiban memenuhi persyaratan proteksi radiasi yang meliputi justifikasi, limitasi dosis serta optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi [1,2]. Salah satu bentuk penerapan prinsip optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi adalah PI harus mengupayakan agar besarnya dosis yang diterima oleh pekerja radiasi yang terlibat dalam kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan menggunakan kendaraan darat dibawah nilai batas dosis (NBD) yang diizinkan melalui penerapan sistem manajemen penerimaan dosis.
ISSN 1410 – 8178
133
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Surakarta, Selasa 9 Agustus 2016
TATA KERJA Tujuan Penerapan sistem manajemen dosis ini dimaksudkan agar besarnya dosis yang diterima oleh para pekerja radiasi yang terlibat dalam kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan menggunakan kendaraan darat serendah mungkin yang dapat dicapai dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi sesuai yang ditetapkan di dalam pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2007.
Ruang Lingkup Sistem manajemen dosis ini di dalamnya memiliki ruang lingkup : sumber potensi penerimaan dosis, personil penerima dosis, kebijakan penerapan nilai batas dosis (NBD), kebijakan penerapan nilai pembatas dosis (NPD), manajemen penerimaan dosis, perkiraan besarnya dosis, evaluasi penerimaan dosis dan tindaklanjut penerimaan dosis.
Hipotesis Diharapkan dengan menerapkan sistem manajemen dosis ini PI dapat memperkirakan lebih awal besarnya dosis yang diterima oleh para pekerja radiasi yang terlibat dalam kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan menggunakan kendaraan darat sehingga dapat mengantisipasi tindakan proteksi radiasi apa yang diperlukan.
BAHAN DAN METODOLOGI Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sistem manajemen dosis yang diterima oleh para pekerja radiasi yang terlibat dalam kegiatan yang terlibat dalam kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan menggunakan kendaraan darat ini adalah : dokumen Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif, dokumen Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 04 tahun 2013 tentang Proteksi dan Keselamatan Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2015 tentang Keselamatan Radiasi Dan Keamanan Dalam Pengangkutan Zat Radioaktif [1,2,3]. Sedangkan metode yang digunakan adalah : 1. Kajian penerapatan terhadap dokumen-dokumen tersebut di atas 2. Kajian pengalaman terkait dengan pengangkutan zat radioaktif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ada beberapa tahapan kegiatan pada rangkaian kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan kendaraan darat yang memiliki potensi bahaya 134
sebagai pemberi kontribusi adanya penerimaan dosis baik bagi pekerja radiasi, masyarakat maupun lingkungan. Berikut ini tahapan kegiatan yang dapat memberikan kontribusi adanya penerimaan dosis : 1. Pemeriksaan kelayakan pengiriman bungkusan zat radioaktif. 2. Pengemasan kontener yang berisi zat radioaktif. 3. Penempatan bungkusan zat radioaktif di dalam kendaraan pengangkut. 4. Pelaksanaan pengangkutan zat radioaktif.
Pemeriksaan Kelayakan Bungkusan Zat Radioaktif
Pengiriman
Kegiatan pemeriksaan kelayakan pengiriman bungkusan zat radioaktif merupakan salah satu dari tahapan kegiatan pengangkutan zat radioaktif yang memberikan kontribusi penerimaan dosis yang sangat signifikan. Adapun lingkup kegiatan pemeriksaan kelayakan ini meliputi: pengukuran laju paparan radiasi baik pada permukaan maupun pada jarak satu meter dari permukaan kontener yang berisi zat radioaktif dan pemeriksaan tingkat kontaminasi permukaan. Sebagai contoh, sebuah kontener terbuat dari bahan campuran antara Pb (97%) dan Sb(3%) dengan tebal 5 cm, diamater 20 cm dan tinggi 25 cm yang berisi Mo-99 aktivitas 10 Ci dan I-131 aktivitas 5 Ci memiliki laju paparan radiasi diberikan pada Tabel 1. Tabel 1. Laju Paparan Radiasi Pada Kontener Laju Paparan Radiasi No. Radio Aktivi ( mR/j) isotop tas( Ci) Latar Perm 1m 01. Mo-99 10 0,06 150 3 02. I-131 5 0,06 48 0,8
Pengemasan Kontener Yang Berisi Zat Radioaktif Pengemasan kontener yang berisi zat radioaktif dilakukan oleh petugas pengemasan setelah kontener tersebut dinyatakan layak kirim ( laju paparan radiasi pada permukaan kontener kurang dari 2 mSv/j dan tingkat kontaminasi permukaan kurang 3,7 Bq/cm2) oleh petugas proteksi radiasi. Adapun lingkup kegiatan pengemasan ini di dalamnya meliputi: pemasukan kontener yang berisi zat radioaktif ke dalam pembungkus luar (drum yang bagian dalamnya sudah dilapisi absorber), penutupan dan penguncian drum serta pemasangan label kategori bungkusan. Dengan adanya potensi bahaya dalam bentuk paparan radiasi yang berasal dari kontener yang berisi zat radioaktif, tahapan kegiatan ini memberikan
ISSN 1410 – 8178
Suhaedi M dan Rr. Djarwanti
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Surakarta, Selasa 9 Agustus 2016
kontribusi adanya penerimaan dosis bagi petugas pengemasan.
Penempatan Bungkusan Zat Radioaktif Di Dalam Kendaraan Pengangkut. Bungkusan zat radioaktif yang sudah dinyatakan layak kirim oleh Petugas Proteksi Radiasi yang akan bertugas dalam pengangkutan zat radioaktif ditempatkan di dalam kendaraan pengangkut. Penempatan bungkusan zat radioaktif ini harus sedemikian rupa sehingga terjamin kestabilan posisinya (tidak mudah berpindah tempat selama proses pengangkutan) dan nilai laju paparan radiasi pada permukaan kendaraan pengangkut (samping kanan, samping kiri dan bagian belakang) tidak mengakibatkan adanya penerimaan dosis yang melebihi 1 mSv/tahun. Dengan adanya potensi bahaya dalam bentuk paparan radiasi yang berasal dari bungkusan zat radioaktif yang ditempatkan di dalam kendaraan, tahapan kegiatan ini memberikan kontribusi adanya penerimaan dosis bagi pekerja radiasi yang akan melakukan kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan kendaraan darat. Sebagai contoh, nilai laju paparan radiasi pada saat penempatan bungkusan zat radioaktif di dalam kendaraan pengangkut zat radioaktif diberikan pada Tabel 2. Tabel 2. Laju Paparan Radiasi Pada Kendaraan Laju Paparan Radiasi No. Radio Akti ( mR/j) isotop Vitas Latar Perm. Tempat ( Ci) Kend. Sopir 01. Mo-99 10 0,06 10 0,4 02. I-131 5 0,06 3 0,2
Pelaksanaan Radioaktif.
Pengangkutan
Zat
Keberadaan bungkusan zat radioaktif di dalam kendaraan pengangkut selama proses pengangkutan menjadi potensi bahaya bagi petugas pengangkut (PPR dan pengemudi) yang memberikan kontribusi adanya penerimaan dosis baik bagi petugas pengangkut maupun masyarakat. Besarnya dosis yang diterima petugas pengnagkut sangat tergantung dari lamanya proses pengangkutan.
KEBIJAKAN PENERAPAN BATAS DOSIS
NILAI
Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan para pekerja radiasi yang terlibat dalam kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan menggunakan kendaraan darat, PI dapat menetapkan kebijakan terkait dengan nilai batas dosis (NBD) sebagaimana ditetapkan di dalam Peraturan Kepala Badan Suhaedi M dan Rr. Djarwanti
Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Nomor 4 Tahun 2013 pasal 15, yaitu [1,2] : 1. Dosis Efektif rata-rata sebesar 20 mSv per tahun dalam periode 5 (lima) tahun, sehingga Dosis yang terakumulasi dalam 5 (lima) tahun tidak boleh melebihi 100 mSv. 2. Dosis Efektif sebesar 50 mSv dalam 1 (satu) tahun tertentu. 3. Dosis Ekivalen untuk lensa mata rata-rata sebesar 20 mSv per tahun dalam periode 5 (lima) tahun dan 50 mSv dalam 1 (satu) tahun tertentu. 4. Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 500 mSv per tahun. 5. Dosis Ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar 500 mSv per tahun.
KEBIJAKAN PENERAPAN PEMBATAS DOSIS (NPD)
NILAI
Untuk keperluan pelaksanaan kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan menggunakan kendaraan darat, sesuai ketentuan yang ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 pasal 36 dan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 04 Tahun 2013 pasal 41,42 dan 43, PI dapat menetapkan NPD untuk pekerja radiasi [1,2]. Guna melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja radiasi yang terlibat dalam kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan menggunakan kendaraan darat, maka PI dapat menetapkan kebijakan NPD sebagai berikut : 1. Tahap persiapan. Untuk tahap persiapan yang meliputi kegiatan pemeriksaan kelayakan pengiriman, kegiatan pengemasan dan kegiatan penempatan bungkusan zat radioaktif di dalam kendaraan pengangkut, PI dapat menetapkan NPD sebesar 75% dari nilai dosis efektif rata-rata (20 mSv) yaitu 15 mSv. 2. Tahap pelaksanaan Untuk kegiatan pengangkutan, PI dapat menetapkan kebijakan NPD dengan mengacu pada pasal 38 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2015 PI dapat menetapkan kebijakan terkait dengan nilai pembatas dosis (NPD) sebesar 3/10 dari NBD atau 6 mSv.
MANAJEMEN PENERIMAAN DOSIS Kegiatan Pemeriksaan Kelayakan Pengiriman Bungkusan Zat Radioaktif, Kegiatan Pengemasan dan Kegiatan Penempatan Bungkusan Di Dalam Kendaraan Pengangkut Untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja radiasi yang terlibat dalam pelaksanaan
ISSN 1410 – 8178
135
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Surakarta, Selasa 9 Agustus 2016
kegiatan pemeriksaan kelayakan pengiriman bungkusan zat radioaktif, kegiatan pengemasan dan kegiatan penempatan bungkusan di dalam kendaraan pengangkut, PI dapat menetapkan kebijakan tentang penerimaan dosis, yaitu besarnya dosis yang diterima oleh pekerja radiasi boleh melebihi NPD mingguan sebesar 0,3 mSv ( 15 mSv dibagi 50 minggu) tetapi tidak boleh melebihi 75% dari NPD bulanan (1,2 mSv) yaitu 0,9 mSv. Penetapan ini dengan dasar pertimbangan kegiatan pemeriksaan kelayakan pengiriman dan pengemasan rata-rata dilakukan sekali dalam seminggu. Jika ada pekerja radiasi yang menerima dosis lebih besar dari 0,9 mSv, maka untuk pelaksanaan kegiatan tersebut pada periode berikutnya harus dilakukan oleh pekerja radiasi yang lain.
Kegiatan Pengangkutan Untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja radiasi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan penangkutan, PI dapat menetapkan kebijakan tentang penerimaan dosis, yaitu besarnya dosis yang diterima oleh pekerja radiasi tersebut boleh melebihi NPD mingguan sebesar 0,12 mSv ( 6 mSv dibagi 50 minggu ) tetapi tidak boleh melebihi 75% dari NPD bulanan (0,48 mSv) yaitu 0,36 mSv. Jika ada pekerja radiasi yang menerima dosis lebih besar dari 0,36 mSv, maka untuk pelaksanaan kegiatan tersebut pada periode berikutnya harus dilakukan oleh pekerja radiasi yang lain.
PERKIRAAN PENERIMAAN DOSIS Perkiraan besarnya nilai dosis yang diterima oleh pekerja radiasi yang terlibat dalam kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan kendaraan darat secara teoritis dapat dihitung dengan menggunakan perumusan : Dosis =
Waktu Kerja x Paparan Radiasi 6000
(1)
Dimana dosis dalam satuan mSv, laju paparn radiasi dalam satuan mR/jam, waktu kerja dalam satuan menit serta 600 merupakan faktor koversi dari mR ke mSv dan dari jam ke menit.
Dosis Yang Diterima Petugas Pemeriksa Kelayakan Pengiriman Bungkusan Zat Radioaktif, Petugas Pengemasan dan Petugas Penempat Bungkusan Di Dalam Kendaraan Pengangkut
kelayakan pengiriman Mo-99 dengan aktivitas 10 Ci dan I-131 dengan aktivitas 5 Ci rata-rata selama 30 menit sedangkan untuk kegiatan pengemasannya ratarata dibutuhkan waktu 10 menit dan untuk penempatan bungkusan rata-rata selama 5 menit [4]. Dengan menggunakan Tabel 1, perkiraan besarnya dosis yang diterima diberikan pada Tabel 3. Tabel 3. Perkiraan Dosis Yang Diterima Petugas Pemeriksa Kelayakan, Petugas Pengemasan dan Petugas Penempat Bungkusan Zat Radioaktif No.
01. 02. 01. 02. 01. 02.
Laju Paparan Waktu Perkiraan Radiasi Kerja Dosis ( mR/j) (Menit) ( mSv) Latar Perm Pemeriksaan Kelayakan Pengiriman Mo-99 0,06 150 30 0,75 I-131 0,06 48 30 0,24 Pengemasan Bungkusan Zat Radioaktif Mo-99 0,06 150 10 0,25 I-131 0,06 48 10 0,08 Penempatan Bungkusan Mo-99 0,06 150 5 0,125 I-131 0,06 48 5 0,04 Radio isotop
Dari Tabel 3 di atas, besarnya dosis yang diterima petugas pemeriksaan kelayakan pengiriman, petugas pengemasan dan petugas penempat bungkusan masih dibawah dari 75% NPD bulanan (0,9 mSv).
Dosis Yang Diterima Petugas Pengangkutan Berdasarkan pengalaman yang ada dengan menggunakan data-data pada Tabel 2 serta asumsi waktu perjalanan rata-rata selama satu jam, perkiraan besarnya dosis yang diterima oleh petugas pengangkutan diberikan pada Tabel 4. Tabel 4. Besarnya Dosis Yang Diterima Petugas Pengangkutan Laju Paparan Waktu Perkiraan No. Radio Radiasi Kerja Dosis isotop ( MR/J) (Menit) ( mSv) Latar Perm 01. Mo-99 0,06 0,4 60 0,004 02. I-131 0,06 0,2 60 0,002 Dari Tabel 4 di atas, besarnya dosis yang diterima petugas pengangkutan masih dibawah dari 75% NPD bulanan (0,36 mSv).
Sebagai contoh, besarnya dosis yang diterima oleh para petugas ini dapat dihitung dengan menggunakan perumusan di atas. Berdasarkan pengalaman yang ada, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemeriksaan 136
ISSN 1410 – 8178
Suhaedi M dan Rr. Djarwanti
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Surakarta, Selasa 9 Agustus 2016
EVALUASI PENERIMAAN DOSIS Untuk Pekerja Radiasi Yang Menerima Dosis Melebihi NPD Tetapi Kurang Dari NBD Jika ada pekerja radiasi yang terlibat dalam kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan kendaraan darat menerima dosis melebihi NPD tapi kurang dari NBD, maka sesuai dengan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 04 Tahun 2013 pasal 45, PI harus melakukan kaji ulang pelaksanaan prosedur operasi dan melakukan kaji ulang analisis pemilihan pembatas dosis [2]. Yang dimaksud prosedur operasi disini meliputi prosedur pemeriksaan kelayakan pengiriman bungkusan zat radioaktif, prosedur pengemasan dan prosedur pengangkutan zat radioaktif dengan kendaraan darat. Sedangkan analisis pemilihan NPD disini adalah analisis terhadap metode yang digunakan oleh PI dalam menetapkan NPD untuk kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan kendaraan darat.
Untuk Pekerja Radiasi Yang Menerima Dosis Melebihi NBD Jika ada pekerja radiasi yang terlibat dalam kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan kendaraan darat menerima dosis melebihi NBD tapi kurang dari NBD, maka PI harus melakukan upaya tindaklanjut sebagaimana yang ditetapkan di dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 04 Tahun 2013 pasal 18 sampai pasal 22 [2].
TINDAK LANJUT PENERIMAAN DOSIS Kaji Ulang Nilai Pembatas Dosis Jika ada pekerja radiasi yang terlibat dalam kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan kendaraan darat menerima dosis melebihi NPD tetapi kurang dari NBD, maka PI wajib untuk melakukan kaji ulang terhadap pelaksanaan prosedur yang digunakan. Pemegang izin (PI) harus mengkaji secara lebih mendalam terhadap prosedur ini, apakah semua tahapan kerja yang ada telah benar-benar efektif dan efisien atau belum. Bila ternyata belum, maka prosedur tersebut harus segera direvisi dan disahkan oleh satuan jaminan kualitas. Selain daripada itu PI juga harus melakukan kaji ulang terhadap analisis yang digunakan dalam pemilihan pembatas dosis. Kaji ulang di sini meliputi : kaji ulang beban dan frekuensi pekerjaan, kaji ulang potensi bahaya, kaji ulang riwayat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja radiasi, kaji
Suhaedi M dan Rr. Djarwanti
ulang kondisi sarana dan fasilitas serta kaji ulang riwayat penerimaan dosis .
Tindak lanjut Dosis Berlebih Jika ada pekerja radiasi yang terlibat dalam kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan kendaraan darat menerima dosis melebihi NBD, maka dalam hal Pekerja Radiasi menerima dosis melebihi 20 mSv dalam 1 (satu) tahun tetapi masih kurang dari 50 mSv, PI harus [2]: a. Mengkaji ulang Paparan Radiasi dan mengambil langkah korektif yang perlu. b. Membatasi dosis efektif Pekerja Radiasi sehingga yang bersangkutan dalam periode 5 tahun tidak boleh mendapatkan dosis efektif 100 mSv. Melaporkan kejadian tersebut kepada BAPETEN dengan menyertakan penyebab terjadinya kejadian tersebut dan tindakan korektif yang telah dilakukan.
KESIMPULAN Penerapan sistem manajemen dosis oleh PI untuk kegiatan pengangkutan zat radioaktif dengan kendaraan dosis merupakan satu upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi persyaratan proteksi dan keselamatan radiasi. Melalui penerapan sistem manajemen dosis ini dapat diperkirakan besarnya dosis yang diterima oleh para personil yang terlibat mulai dari tahap persiapan sampai dengan tahap pelaksanaan sehingga dapat terjamin keselamatan dan kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA 1. Sekretariat Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion Dan Keamanan Sumber Radioaktif, Jakarta, 2007. 2. Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Nomor 4 Tahun 2013 tentang Proteksi Dan Keselamatan Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir”, Jakarta, 2013. 3. Sekretariat Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2015 tentang Keselamatan Radiasi dan Keamanan Dalam Pengangkutan Zat Radioaktif, Jakarta, 2015. 4. PT. Batan Teknologi, Laporan Operasi Instalasi Produksi Radioisotop dan Radiofarmaka Periode Triwulan IV Tahun 2009, Serpong, 2009.
ISSN 1410 – 8178
137