Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ISSN 1410-6086
DASAR-DASAR PENENTUAN TINDAKAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF Togap Marpaung Kepala Subdirektorat Pengaturan Kesehatan,Industri dan Penelitian-BAPETEN ABSTRAK. DASAR-DASAR PENENTUAN TINDAKAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF. Dalam rangka menspesifikasi tingkat keamanan pengangkutan dilakukan dengan sistim-Q untuk menentukan nilai A1 dan A2 untuk aspek keselamatan radiasi dan dengan kategorisasi berdasarkan pada sumber berbahaya untuk menentukan nilai-D untuk aspek keamanan sumber radioaktif. Sistem-Q didefinisikan sebagai batas “kuantitas” radioaktif yang dibolehkan pada pengangkutan, yang kemudian dikenal dengan terminologi nilai A1 dan A2. Berdasarkan penentuan nilai batas ambang untuk A1 dan A2, maupun nilai D maka tindakan keamanan yang dilakukan, meliputi: (1). praktik manajemen pruden; (2). tingkat keamanan dasar; dan (3). tingkat keamanan dinaikkan. Apabila dianggap perlu, tindakan keamanan dapat berubah menjadi (4) tindakan keamanan tambahan. IAEA merekomendasikan kepada setiap negara anggota agar mengembangkan jenis regulasinya melalui 3 (tiga) pilihan, sebagai berikut: (1) pendekatan berbasis preskriptif; (2) berbasis kinerja; atau (3) berbasis kombinasi. Pendekatan berbasis kinerja memberikan fleksiblitas yang lebih besar kepada Badan Pengawas dan operator, tetapi mensyaratkan informasi, data analisis dan sumber daya yang lebih besar daripada pendekatan berbasis preskriptif. Pengiriman zat radioaktif yang berisiko tinggi (misalnya, bungkusan yang memuat lebih daripada 10 D atau 3.000 A2) dapat memutuskan penggunaan pendekatan berbasis kinerja dan pengembangan ancaman dasar disain. Kata kunci: keselamatan, keamanan, pengangkutan zat radioaktif, tingkat keamanan. ABSTRACT. BASICS SECURITY MEASURES DETERMINATION IN TRANSPORT OF RADIOACTIVE MATERIALS. In order to specify the security level of transport by the Q-system to determine the value of A1 and A2 for the radiation safety aspects and with the categorization based on malicious sources to determine D-value for the security aspects of radioactive sources. Q system is defined as the limit of "quantity" of radioactive allowed on transport, which was then known as the terminology A1 and A2 value. Based on the determination of threshold limit for A1 and A2 values, as well as the D value then the security measures undertaken, including: (1) prudent management practices, (2) basic security level, and (3) enhanced security level. If necessary, security measures can be chaged into (4) additional security measures. IAEA recommends that each member state in order to develop the kind of regulation through the 3 (three) options, as follows: (1) prescriptive-based approach, (2) performance-based approach, or (3) combinations-based approach. Performance-based approach provides greater flexibility to the Regulatory Body and operators, but it requires greater information, data analysis and resources than prescriptive-based approach. Transport of high-risk radioactive material (e.g, package containing more than 10 D or 3000 A2) can decide the implementation of performance-based approach and the development of design basis threat (DBT). Key words: safety, security, transport of radioactive material, security level.
PENDAHULUAN Secara umum, tinjauan IAEA terhadap pengangkutan zat radioaktif ini dianggap sama dengan pengangkutan barang berbahaya meskipun kelasnya berbeda dan kedua aspek keselamatan dan keamanan ini saling berhubungan dan bersinergi. Lagipula, pengertian “keselamatan” dan “keamanan” dapat diartikan sama. Namun, dalam rangka keamanan selama pengangkutan zat radioaktif, IAEA mendorong seluruh negara anggota agar membuat suatu kebijakan untuk melaksanakan sistem pengawasan nasional yang efektif dengan tidak hanya menjamin
aspek keselamatan keamanan.
tetapi
juga
aspek
Menentukan tindakan keamanan zat radioaktif selama pengangkutan, ada sejumlah hal yang harus dipertimbangkan untuk mencegah akses orang yang tidak berwenang, pencuri, atau tindakan kejahatan lain. Tanggung jawab semua pihak yang terkait harus dinyatakan secara jelas. Ancaman terhadap aset berupa zat radioaktif yang sedang diangkut harus ditentukan dan dimengerti dengan baik oleh semua pihak dalam pendisainan tindakan keamanan. Program keamanan yang disusun harus dipertimbangkan dengan cara yang tepat 75
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
untuk mempedomani penerapan pertahanan berlapis. Tindakan keamanan tergantung pada potensi konsekuensi, jenis dan jumlah zat radioaktif yang dapat menjadi target yang lebih menarik bagi orang yang berniat jahat daripada target yang lain. Untuk target yang lebih menarik harus dibuat lebih efektif dengan suatu sistem tindakan keamanan yang bertahap. Meskipun tindakan keamanan selama pengangkutan sudah ditetapkan berdasarkan nilai A/D untuk mengetahui kategorinya maka apabila dianggap perlu, tindakan keamanan dapat ditingkatkan menjadi berdasarkan daya tarik aset yang diangkut, dan tingkat ancaman dan ancaman dasar desain (design basic threat–DBT). Dalam rangka penyusunan peraturan maka tindakan keamanan untuk setiap tingkatan tersebut harus dilakukan suatu kajian melalui pendekatan berbasis preskriptif, berbasis kinerja atau berbasis kombinasi. Latar belakang kajian ini adalah kegiatan BAPETEN untuk mengamendemen PP No. 26 Tahun 2002 yang akan mengatur tindakan keamanan zat radioaktif selama pengangkutan METODOLOGI Metode kajian adalah studi literatur terhadap Nulear Security Series No.9/2008 dan beberapa literatur lainnya. Tujuan Kajian ini adalah untuk memahami substansi tindakan keamanan dalam pengangkutan zat radioaktif sehingga makalah ini dapat dipertimbangkan oleh DP2FRZR menjadi salah satu referensi penyusunan aspek keamanan dalam amendemen PP No. 26 Tahun 2002. HASIL DAN PEMBAHASAN Desain dan Evaluasi Tindakan Keamanan Untuk mendisain tindakan keamanan maka dilakukan beberapa pertimbangan sebagai berikut: Sifat dan Daya Tarik Zat Radioaktif Sifat zat radioaktif dikaji meliputi karakteristik, sebagai berikut: (1) bentuk fisika; (2) bentuk kimiawi; (3) respirabilitas; dan (4) waktu paro. Daya tarik dan karakteristik zat radioaktif maupun cara zat radioaktif dibungkus, disimpan dan dikirim dapat mencakup banyak fitur sebagai berikut: (1) portabilitas dari zat radioaktif atau bungkusannya; (2) mobilitas 76
ISSN 1410-6086
pengiriman; (3) jenis pancaran radiasi (α, β, γ, dan neutron); (4) kekuatan bungkusan; (5) kemudahan konversi zat radioaktif; (6) psikologis; dan (7) kekuatan yang dapat dirasakan ketika tindakan keamanan sedang diterapkan selama pengangkutan. Dasar Pertimbangan Keamanan Dasar pertimbangan keamanan pengangkutan zat radioaktif, mencakup: (1) tanggung jawab pemerintah; (2) kerangka peraturan dan perundangan; (3) kebutuhan untuk menetapkan atau menunjuk suatu instansi yang berwenang; (4) tanggung jawab dari pihak terkait dalam pengangkutan, yaitu operator (pengirim, pengangkut dan penerima); (5) budaya keamanan; (6) evaluasi ancaman; (7) penggunaan dari suatu pendekatan yang bertahap; (8) konsep pertahanan berlapis; (9) sistem manajemen; (10) rencana kedaruratan; dan (11) kerahasiaan [3]. Vulnarabilitas Dalam sudut pandang potensi vulnarabilitas zat radioaktif dalam pengangkutan, desain dari suatu sistem keamanan pengangkutan yang tepat harus memasukkan konsep pertahahan berlapis dan harus menggunakan suatu pendekatan yang bertahap untuk mencapai tujuan dari pencegahan zat radioaktif yang rentan kepada tindakan kejahatan. Fitur yang dapat berpotensi vulnarabilitas suatu sistem pengangkutan meliputi: (1) penghalangan (menurut persepsi musuh) lemah; (2) bungkusan tidak kuat; (3) rute tidak tepat atau tidak sesuai; (4) pengetahuan lokasi pengiriman tidak akurat; (5) komunikasi tidak memadai; (6) perintah dan struktur kendali tidak akurat; (7) perencanaan kurang; (8) prosedur tidak cukup; (9) penerapan prosedur tidak tepat; (9) proteksi penjagaan pengiriman tidak memadai; (10) pertahanan berlapis tidak cukup; (10) personil yang dilatih kurang tepat; (11) personil tidak dapat diandalkan atau tidak dapat dipercaya; dan (11) kemampuan satuan tanggap kurang memadai. Konsekuensi Potensi konsekuensi dari suatu tindakan jahat mengenai pengiriman meliputi: (1) penyakit radiasi akut; (2) kefatalan radiologik akut; (3) kefatalan kanker laten; (4) kontaminasi; (5) hilangnya
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
fungsi dari suatu daerah; (6) kerugian ekonomis; (7) kerugian sosial; (8) kerugian psikologis; dan (9) pemutusan kemajuan teknologi [3]. Penentuan Tindakan Keamanan Dasar Penentuan Nilai Batas Ambang Dalam menentukan tingkat keamanan zat radioaktif dalam pengangkutan yang mudah dipahami dan diintregasikan dengan sistem keselamatan dan keamanan yang sudah ada, maka harus dipelajari pendekatan yang sudah ada untuk keselamatan dan keamanan zat radioaktif. Ada 2 (dua) publikasi yang dapat diterapkan sebagai dasar penentuan nilai batas ambang, sebagai berikut: 1.
2.
Regulations for the Safe Transport of Radioactive Material. Dalam publikasi ini menggunakan nilai aktivitas A1 dan A2 untuk menentukan jumlah zat radioaktif yang akan diangkut. Karena nilai-A sudah dipahami dan digunakan dengan baik dalam sistem keselamatan pengangkutan, sehingga juga dapat digunakan untuk menentukan nilai aktivitas ambang batas. Categorization of Radioactive Sources, publikasi ini merekomendasikan untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan sumber radioaktif. Nilai-D yang dikembangkan untuk menentukan sumber yang berbahaya, juga tepat untuk menentukan aktivitas ambang batas untuk tingkat kemanan dalam pengangkutan[4].
ISSN 1410-6086
Dalam rangka menspesifikasi tingkat keamanan pengangkutan dilakukan dengan sistim-Q untuk menentukan nilai A1 dan A2 untuk aspek keselamatan radiasi dan dengan kategorisasi berdasarkan pada sumber berbahaya untuk menentukan nilai-D untuk aspek keamanan sumber radioaktif. Sistem Q untuk menentukan A1 dan A2 Pengembangan sistem-Q dilakukan oleh H.F Macdonald dan E.P. Goldfinch dari UK Central Electricity Generating Board melalui Research Agreement dengan IAEA. Sistem-Q didefinisikan sebagai batas “kuantitas” radioaktif yang dibolehkan pada pengangkutan, yang kemudian dikenal dengan terminologi nilai A1 dan A2. Pengertian A1 adalah nilai aktivitas zat radioaktif bentuk khusus yang digunakan untuk menentukan nilai batas aktivitas untuk memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan. A2 adalah nilai aktivitas zat radioaktif selain zat radioaktif bentuk khusus yang digunakan untuk menentukan nilai batas aktivitas untuk memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan [2]. Dalam sistem-Q rangkaian rute paparan diperhatikan, yang mungkin menghasilkan paparan radiasi baik eksternal maupun internal, kepada individu di sekitar terjadinya kecelakaan yang melibatkan bungkusan. Rute paparan radiasi yang mungkin terjadi dengan 5 (lima) nilai batasan, diberikan pada Gambar 1.
Keterangan - QA, untuk dosis eksternal
foton; - QB, untuk dosis eksternal beta; - QC, untuk dosis hirupan; - QD, untuk dosis kulit dan
ditelan akibat kontaminasi; dan - QE, untuk dosis penyebaran
(isotop bentuk gas).
Gambar 1. Rute Kemungkinan Paparan yang Terjadi Akibat Kecelakaan Selama Pengangkutan Zat Radioaktif. 77
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Batasan untuk bentuk khusus pemancar alpa, pemancar neutron, dan tritium dipertimbangkan terpisah. Asumsi umum yang diperhatikan dalam menentukan nilai-Q, sebagai berikut: 1.
Dosis efektif terhadap seseorang disekitar bungkusan akibat kecelakaan yang melibatkan bungkusan, tidak lebih dosis acuan sebesar 20 mSv;
2.
Dosis ekivalen yang diterima organ tubuh, termasuk kulit, akibat kecelakaan tidak melebihi 200 mSv atau untuk kasus khusus pada lensa mata tidak melebihi 50 mSv; dan
3.
Seseorang tidak mungkin terus berada pada jarak 1 m dari bungkusan yang rusak selama lebih dari 30 menit.
Dengan asumsi di atas, nilai QA, QB, QC, QD, dan QE dapat diperoleh dengan menggunakan rumus tertentu yang terdapat pada publikasi IAEA berjudul ”Advisory Material for the IAEA Regulation for the Safe Transport of Radioactive Material”, Revisid 1, tahun 2008. Setelah nilai masingmasing QA, QB, QC, QD, dan QE didapat, maka nilai A1 dan A2 dapat ditentukan dengan ketentuan: ”nilai A1 untuk zat radioaktif bentuk khusus lebih kecil dari dua nilai QA dan QB, sedangkan nilai A2 untuk radiaoaktif bukan bentuk khusus lebih kecil dari nilai A1 dan nilai Q lainnya”, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penentuan Nilai- Q
ISSN 1410-6086
sebesar 10 x 103 TBq. Nilai A2 ditetapkan dengan ketentuaan lebih kecil dari A1 dan lebih kecil nilai QC dan QD sehingga ditetapkan 5 x 10-3 TBq [1]. Sumber Berbahaya dengan nilai D Nilai-D menggambarkan tingkat bahaya dari suatu sumber radioaktif. Adapun Nilai D merupakan: 1.
aktivitas spesifik sumber radioaktif yang dapat menyebabkan efek deterministik yang fatal untuk skenario asumsi konservatif yang meliputi paparan eksternal dari sumber yang terlepas dari wadahnya tetapi masih tetap terbungkus dalam kapsul yang sedang dibawa dengan tangan selama 1 (satu) jam atau dalam kantong selama sepuluh jam atau sedang berada dalam ruangan selama beberapa hari hingga beberapa minggu (nilai D1); dan
2.
paparan internal akibat penyebaran sumber radioaktif, sebagai contoh akibat kebakaran, ledakan, atau kerusakan yang disengaja (nilai D2).
Untuk tujuan kategorisasi, dengan ketentuan sebagai berikut: 1.
nilai yang terendah dari nilai D1 dan D2 digunakan sebagai sebagai nilai D.
2.
nilai D digunakan untuk menormalisasi yang memberikan acuan untuk pembandingan risiko sehingga besar rasio A/D dapat digunakan untuk memberikan peringkat awal relatif risiko sumber radioaktif yang kemudian dikategorisasi setelah mempertimbangkan faktor lain, misalnya: a. sifat fisika dan kimia sumber radioaktif, b. jenis perisai dan pengungkung yang digunakan, c. keadaan pengggunaan, dan d. sejarah kasus kecelakaan.
Nilai A1 untuk Th-227 ditetapkan sebesar 1 x 101 TBq, karena nilai A1 harus lebih kecil dari QA sebesar 1.1 x 101 TBq dan QB
78
Pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai-D adalah dosis radiasi yang diterima seseorang dengan batasan, dapat dilihat pada Tabel 2.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Tabel 2. Referensi Dosis untuk Menentukan Nilai-D Jaringan
Kriteria Dosis
sumsum tulang
1 Gy dalam 2 hari
Paru-paru
6 Gy dalam 2 hari dari radiasi LET rendah 25 Gy dalam 1 tahun dari radiasi LET tinggi
Tiroid
5 Gy dalam 2 hari
Kulit
25 Gy pada kedalaman 2 cm untuk hampir semua bagian tubuh (sebagai contoh, sebuah sumber di dalam kantong) atau pada kedalaman 1 cm pada tangan selama waktu 10 jam.
Tinkat Keamanan dalam Pengangkutan Berdasarkan penentuan nilai batas ambang untuk A1 dan A2, maupun nilai D maka tingkat keamanan zat radioaktif dalam pengangkutan terdiri dari, 3 (tiga) tingkat, meliputi: (1). praktik manajemen pruden; (2). tingkat keamanan dasar;dan (3). tingkat keamanan dinaikkan.
2.
ISSN 1410-6086
Pendekatan Berbasis Kinerja Tindakan keamanan yang diterapkan harus dievaluasi terhadap ancaman yang umum atau ancaman dasar desain. Ancaman umum maupun ancaman dasar desain ini dapat menjadi sangat luas tergantung dari situasi dan keadaan suatu negara. Hal penting bagi suatu negara untuk meninjau ulang dan mengevaluasi implikasi dari setiap perubahan dari berbagai ancaman tersebut untuk menspesifikasi tindakan keamanan. Suatu negara harus membagi informasi ini setepat mungkin dengan pengangkut. Pendekatan berbasis kinerja memberikan fleksiblitas yang lebih besar kepada Badan Pengawas dan operator, tetapi mensyaratkan informasi, data analisis dan sumber daya yang lebih besar daripada pendekatan berbasis preskriptif. Pengiriman zat radioaktif yang risiko tinggi (misalnya, bungkusan yang memuat lebih 10 D atau 3.000 A2) dapat memutuskan penggunaan pendekatan berbasis kinerja dan pengembangan DBT. Pendekatan berbasis mensyaratkan pengertian dari:
kinerja
a. Ancaman (diperoleh dari ancaman kajian dan/atau DBT) dengan; Pendekatan untuk Menentukan Penerapan Tindakan Keamanan [6] IAEA merekomendasikan kepada setiap negara anggota agar menetapkan jenis regulasi sesuai dengan situasi dan kondisi negara yang bersangkutan. Ada 3 (tiga) pilihan yang dapat diadopsi dan diadaptasi sebagai berikut: 1.
Pendekatan Berbasis Preskriptif Tindakan keamanan yang diterapkan harus sesuai dengan persyaratan adiministratif dan persyaratan teknik. Penyediaan daftar periksa dapat sangat bermanfaat kepada personil yang mengembangkan program keamanan atau memverifikasi kesiapsiagaan operasional.
• kemampuan sistem keamanan mememuhi: (a) penghalangan; (b) pendeteksian; (c) penundaan; dan (4) peresponan. • kinerja sistem keamanan terhadap ancaman yang ditetapkan. b. Hasil dalam mengkaji vulnerabilitas dan konsekuensi. Penerapan Sistem keamanan dengan pendekatan berbasis kinerja dapat digambarkan dalam digram alir, diberikan pada Lampiran. Perbedaan yang mendasar antara pendekatan berbasis preskriptif dengan pendekatan berbasis kinerja adalah peran dari operator dalam mengevaluasi ancaman, mengkaji vurnerabilitas dan menerapkan hasil kajian, dapat dilihat pada Tabel 3
79
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Tabel 3. Perbedaan Kedua Pendekatan No
Pendekat an
Fitur Dasar
1.
Berdasar Preskripti f
1. Badan Pengawas mengembangkan suatu kajian ancaman DBT, tetapi tidak memberitahukan kepada operator; dan 2. Badan Pengawas memberikan kepada operator suatu daftar tindakan khusus yang diikuti.
2.
Berdasar Kinerja
1. Badan Pengawas mengembangkan suatu kajian ancaman DBT dan memberikan hasil kepada operator; 2. Operator menampilkan suatu kajian vurnerabilitas berdasarkan pada kajian ancaman dan DBT yang disediakan; mengidentifikasi dan menerapkan suatu sistem tindakan untuk menangkal ancaman; 3. Operator mengembangkan program keamanan; dan 4. Badan Pengawas mengevaluasi dan menyetujui program keamanan.
3.
Pendekatan Berbasis Kombinasi Tindakan keamanan yang diterapkan merupakan kombinasi antara pendekatan berbasis kinerja dengan pendekatan berbasis preskriptif atau ketentuan. Pendekatan berbasis kombinasi ini dapat digunakan untuk: (1) mempertimbangkan ancaman, DBT dan/atau daya tarik zat radioaktif; (2) meningkatkan tindakan keamanan konsisten dengan ancaman dan daya tarik, dengan:
80
ISSN 1410-6086
a. menggunakan tindakan tambahan yang sudah dibuat daftarnya sesuai ketentuan dalam suatu cara yang logis; dan b. menerapkan tindakan keamanan mengikuti suatu pendekatan yang bertahap. Tindakan Keamanan pada Negara dan Tingkat Operator
Tingkat
Langkah-langkah dasar yang dipersyaratkan untuk menspesifikasi tindakan keamanan mencakup 2 (dua) pihak utama terkait, yaitu: (1) pada tingkat negara; dan (2) pada tingkat operator. Pada Tingkat Negara Tindakan keamanan pada tingkat negara, meliputi: (1) mengevaluasi konsekuensi potensial dari tindakan kejahatan yang terkait dengan zat radioaktif; (2) melakukan suatu kajian ancaman dalam negara berdasarkan informasi dari tenaga ahli keamanan dan intelijen; (3) menetapkan tingkat keamanan yang diterapkan kepada bungkusan zat radioaktif dan kendaraan;mendefinisikan tujuan keamanan untuk setiap tingkat keamanan; dan (4) menspesifikasi persyaratan administratif dan teknik atau tindakan keamanan yang penting sesuai dengan tujuan keamanan. Pada Tingkat Operator Tindakan keamanan pada tingkat operator, meliputi: (1) mengidentifikasi radionuklida dan aktivitas dalam setiap bungkusan zat radioaktif dan moda pengangkutan yang digunakan; (2) menentukan tingkat-tingkat keamanan bungkusan; dan (3) menentukan tindakan keamanan yang tepat sesuai persyaratan peraturan atau memproteksi terhadap ancaman dasar desain mengenai dasar dari tujuan yang ditetapkan oleh regulasi nasional. Keefektifan keseluruhan tindakan keamanan dapat dijamin dengan melengkapi tindakan keamanan yang sudah ada dengan tindakan keamanan tambahan yang didentifikasi melalui suatu kajian khusus berbasis vulnarabilitas mengenai ancaman domestik atau dengan penerapan tindakan yang telah dipersyaratkan yang dapat menyesuaikan sesuai dengan ancaman domestik.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Pedoman Tindakan Keamanan Batas aktivitas merupakan dasar penentuan dari tingkat keamanan. Adapun batas ambang aktivitas yang direkomendasikan berdasarkan pada pertimbangan dari: 1. 2. 3.
nilai A1 dan A2; rekomendasi UN untuk “Dangerous Goods”; dan batas ambang “Dangerous Sources” (D-values).
Tindakan keamanan selama pengangkutan zat radioaktif terhadap pencurian, sabotase, atau tindakan kejahatan, dengan informasi dan sumber daya diterapkan dengan metodelogi yang komprehensif untuk kajian ancaman maupun kajian vulnabilitas. Dalam hal ini, pedoman tindakan keamanan yang dilakukan, meliputi: (1). praktik manajemen pruden; (2). tingkat keamanan dasar; dan (3). tingkat keamanan dinaikkan. Namun demikian, apabila dianggap perlu, tindakan keamanan dapat ditambah menjadi (4) tindakan keamana tambahan. Pedoman Tindakan Praktik Manajemen Pruden Bungkusan dari zat radioaktif yang tidak memerlukan ketentuan tambahan, tidak mensyarakatkan persyaratan tindakan keamanan yang lebih lanjut untuk diterapkan selain daripada tindakan kendali dasar yang dipersyaratkan dari aspek keselamatan dan praktik komersial normal. Pedoman Tindakan Tingkat Keamanan Dasar Tingkat keamanan dasar ini beberapa hal, sebagai berikut: 1.
meliputi
Ketentuan Keamanan Umum
Dalam kegiatan pengangkutan ini, ada 3 (tiga) pihak pemeran utama, yang oleh IAEA disebut sebagai operator terdiri dari pengirim (consignors), pengangkut (carrier) dan penerima (consignee) dan orang-orang lain terkait dengan pengakutan zat radioaktif harus menerapakan tindakan keamanan sepadan dengan tanggung jawab dan tingkat ancaman. Zat radioaktif hanya boleh dipindahkan kepada operator yang punya kewenangan. Apabila zat radioaktif disimpan secara sementara ketika transit, misalnya gudang maka tindakan keamanan yang tepat harus
ISSN 1410-6086
diterapkan kepada zat radioaktif sesuai dengan tindakan keamanan selama penggunaan atau penyimpanan. Operator juga harus mempunyai prosedur yang memadai, apabila bungkusan zat radioaktif hilang, dicuri atau dirusak, prosedur kedaruratan harus dimulai segera ke lokasi dan menemukan bungkusan. Kecuali kalau ada pertimbangan operasional atau mengesampingkan keselamatan, bungkusan zat radioaktif harus diangkut dengan selamat dan keadaan tertutup atau kendaraan yang ditutup, misalnya dengan terpal. Namun demikian, bungkusan-bungkusan secara individu yang beratnya lebih daripada 2.000 kg harus disegel dan diamankan kepada kendaraan yang dapat dipindahkan pada suatu kendaraan terbuka. Keutuhan kunci dan segel sebelum pengiriman dan pada saat tiba harus diverifikasi oleh petugas yang diberi kewenangan, yaitu, Petugas Keamanan Sumber Radioaktif (Petugas KSR). Dalam situasi bungkusan diangkut dengan kendaraan terbuka maka perlu dipertimbangkan tindakan keamanan tambahan, misalnya dengan kawalan petugas keamanan, pembungkus bungkusan disediakan untuk mencegah atau memitigasi kerusakan kepada bungkusan apabila ada serangan menggunakan senjata pelontar roket atau peralatan sejenis, dan meningkatkan rute pengawasan atau kemampuan respon. Pembungkus dari bungkusan zat radioaktif tersebut harus dikerjakan atas dasar nasihat dari pakar keselamatan. 2.
Pelatihan Dasar
Kesadaran
Keamanan
Setiap individu yang terlibat dalam pengangkutan zat radioaktif harusmenerima pelatihan , meliputi pelatihan dasar-dasar kesadaran keamanan. Pelatihan kesadaran keamanan harus menyesuaikan sifat keamanan terkait ancaman, dengan keharusan pengenalan mengenai keamanan, metode terkait dengan perhatian dan tindakan yang lakukan dalam hal terjadi suatu insiden keamanan, menyusun program keamanan termasuk prosedur dalam pengangkutan rutin maupun dalam hal terjadi ancaman atau kedaruratan. Tanggung jawab tiap pihak harus dibuat secara jelas, mengenai penentuan kejujuran setiap personil harus dilakukan dan setiap rekaman sebagai suatu dokumen harus disimpan, 81
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
3.
Verifikasi Identitas Personil
Setiap kru kendaraan yang mengangkut zat radoioaktif harus membawa identitas pribadi selama pengangkutan, secara resmi identifikasi fotografi diterbitkan atau rekaman biometrik yang secara unik menggambarkan pribadinya. Pengangkutan internasional, identifikasi fotografi yang diterbitkan secara resmi dapat menjadi metode identifikasi yang lebih tepat. 4.
Verifikasi Kendaraan
Keamanan
5.
Instruksi Tertulis
Operator harus menyediakan kendaraan dengan instruksi tertulis
kru
mengenai setiap tindakan keamanan yang diperlukan, mencakup bagaimana peresponan terhadap suatu insiden keamanan selama pengangkutan. Pada tingkat keamanan dasar, hal itu secara umum sesuai untuk instruksi tertulis yang memuat tidak lebih daripada rincian dasar dari kontak kontak kedaruratan. 6.
Perubahan Informasi
Keamanan
Terkait
Operator harus bekerja sama dengan pihak lain dan pihak berwenang yang tepat untuk mengubah informasi mengenai penerapan tindakan keamanan dan peresponan terhadap insiden keamanan, dengan perubahan informasi tidak bertentangan dengan persyaratan keamanan sesuai dengan informasi yang sensitif. 7.
Penentuan Kepercayaan
Orang yang berhubungan dengan pengangkutan zat radioaktif dapat menjadi keharusan kepada penentuan kejujuran oleh operator sesuai dengan tanggungjawabnya. Penentuan kejujuran harus berdasarkan pada pemeriksaan latar belakang sebelum kegiatan untuk memverifikasi karakter dan reputasi perorangan.
82
Pedoman Tindakan Tingkat Keamanan Dinaikkan Dalam rangka penerapan tingkat keamanan ini, ada sejumlah hal yang dipertimbangkan meliputi: 1.
Identifikasi Pengangkut
Pengirim
dan
Dalam penerapan ketentuan keamanan nasional untuk pengiriman zat radioaktif, badan pengawas harus menetapkan suatu program pengidentifikasian pengirim atau pengangkut , untuk maksud komunikasi keamanan terkait informasi.
dari
Pengangkut harus melakukan inspeksi keamanan dari kendaraan dan harus menjamin bahwa tindakan keamanan tersebut tetap efektif selama pengangkutan. Dalam keadaan normal, inspeksi visual harus dilakukan untuk menjamin bahwa kerusakan kendaraan tidak ada atau tidak ada kerusakan bungkusan atau kendaraan yang mungkin berkompromi dengan masalah keamanan.
ISSN 1410-6086
2.
Program Keamanan Semua operator dan orang-orang terkait lain harus menyusun, mengembangkan, mengadopsi, menerapkan dan meninjau secara periodik bilamana diperlukan dan sesuai dengan ketentuan dari suatu program keamanan. Program keamanan harus mencakup paling kurang unsurunsur berikut: a. alokasi khusus dari tanggung jawab masalah keamanan; b. ketentuan penyimpanan rekaman; c. peninjauan ulang pengoperasian yang baru dan kajian vurnabilitas; d. pernyataan tindakan yang jelas; e. prosedur yang efektif dan peralatan keamanan yang handal; f. prosedur pengevaluasian dan pengujian program keamanan dan prosedur untuk peninjauan kembali secara berkala dan pemutakhiran program tersebut; g. tindakan untuk menjamin keamanan informasi pengangkutan yang terkandung dalam program keamanan; h. tindakan untuk menjamin distribusi informasi pengangkutan yang sensitif terbatas; i. tindakan untuk memantau lokasi pengiriman; j. rincian persetujuan yang berhubungan dengan poin pengalihan tanggung jawab keamanan. k. program keamanan harus dimodifikasi sesuai kebutuhan untuk merefleksikan tingkat ancaman ketika diterapkan dan setiap ada perubahan terhadap program keamanan tersebut.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
3.
Pemberitahuan Awal
6.
ISSN 1410-6086
Ketentuan Keamanan Tambahan untuk pengangkutan melalui lalu lintas (jalan raya, rel kereta, dan air)
Pengirim harus menyediakan pemberitahuan awal kepada pengirim mengenai pengriman yang direncanakan, moda pengangkutan dan waktu pengiriman yang diperkirakan. Penerima harusmengkonfirmasi kapabilitas dan kesiapan untuk menerima pengiriman pada waktu yang diharapkan, sebelum permulaan pengangkutan,dan harus memberitahu pengirim mengenai penerimaan atan ketidak penerimaan dengan kerangka waktu pengiriman yang diharapkan.
Pengangkut harus menjamin, untuk kendaraan-kendaraan pengangkut melalui lalu lintas rel kereta dan air, penerapan peralatan, perlengkapan, atau penatalaksanaan lain untuk deter, detek, delai dan respon pencurian, sabotase atau tindakan kejahatan lain yang mengganggu kendaraan atau kargonya dan harus menjamin bahwa penatalaksanaan tersebut operasional dan efektif setiap saat.
Pengirim, apabila diminta atau dipersyaratkan, harus menyampaikan pemberitahuan pengiriman awal kepada negara yang berwenang menerima atau tempat transit. Pada tingkat ini, pemberitahuan yang mungkin dipersyaratkan untuk keamanan bermaksud dapat dikembangkan dari pemberitahuan awal setelah dipersyaratkan untuk maksud lain.
Operator harus memelihara kesinabungan keberadaan dari perjalanan kendaraan selama pengangkutan bilamana mungkin. Dengan ketidakberadaan yang tidak dapat dihindarkan, jalan kendaraan harus aman sehingga memenuhi kriteria proteksi, deteksi dan respon dan lebih baik apabila dilengkapi dengan lampu yang daerah sekitarnya dapat diterangi dengan baik.
4.
Peralatan Jalur Jalan
Apabila sesuai, metode jalur jalan atau peralatan dapat digunakan untuk memantau pergerakan kendaraan yang memuat zat radioaktif. Suatu sistem jalur jalan akan tersedia untuk jalur apabila suatu pengiriman telah diberangkatkan, apakah moda angkutan telah berubah dan apabila zat radioaktif tersebut ditempatkan di dalam penyimpanan sementara atau kiriman telah diterima. Informasi ini tentang perubahan status yang harus tersedia dengan mudah kepada pihak-pihak yang tepat, misalnya, pengangkut dan pengirim. Sistem jalur ini dapat menjadi sesederhana suatu sistem “bar code” yang memberikan informasi mengenai lokasi bungkusan dan status. Sistem jalur tersebut, dalam rangka sustu sistem komunikasidan prosedur peresponan, akan membolehkan operator dan pihak yang berwenang untuk bereaksi atau bertindak secara cepat dan tepat terhadap suatu kejahatan, mencakup pencurian zat radioaktif. 5.
Komunikasi dari Kendaraan
Selama pengangkutan, pengangkut harus menyediakan, dalam kendaraan, kemampuan personil berkomunikasi dengan suatu poin kontak yang dimaksud sebagaimana dinyatakan dalam Program Keamanan.
Tindakan Keamanan Tambahan Dalam keadaan tertentu, setiap negara dapat mempertimbangkan peningkatan pedoman awal tindakan keamanan selaras dengan ancaman dasar desain, kajian dari ancaman yang sangat serius atau sifat zat radioaktif yang sedang diangkut. Dalam hal ini, masalah yang relevan hanya untuk kategori tertentu atau jumlah zat radioaktif atau secara khusus yang sensitif terhadap pengangkutan, suatu negara dapat mensyaratkan beberapa atau semua tindakan tersebut dapat diterapkan. Pelatihan tambahan yang materinya lebih dari kesadaran keamanan harus diberikan kepada orang-orang yang berhubungan dengan pengangkutan zat radioaktif untuk menjamin bahwa mereka telah memiliki pengetahuan dan keahlian yang tepat untuk penerapan tindakan keamanan khusus yang terkait dengan tanggung jawabnya. Prosedur keamanan harus diaudit dan program keamanan harus disetujui dan ditinjau ulang secara berkala oleh pihak yang berwenang Metode jalur jalan yang “real time” dan otomatis dapat dipersyaratkan, dengan menyedikan suatu pusat kendali pengangkutan untuk memantau pergerakan
83
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
pruden; (2) tingkat keamanan dasar; dan (3) tingkat keamanan dinaikkan.
kendaraan dan bungkusan zat radioaktif dan statusnya. Petugas KSR dapat dipersyaratkan mendampingi pengangkutan tertentu untuk memberikan pengawasan bungkusan dan kendaraan . Dalam kejadian ini, hal yang menjadi penting adalah untuk menjamin Petugas KSR dilatih secara tepat (khususnya apabila diperlengkapi dengan senjata), peralatan yang sesuai dan kesadaran yang penuh dari tanggung jawab yang dipikulnya. Tindakan tambahan, yang dapat dilakukan untuk memproteksi kerahasiaan informasi terkait dengan pengoperasian pengangkutan, mencakup informasi yang rinci mengenai jadwal dan rute perjalanan. Tambahan, hal yang mungkin tepat untuk menjamin komunikasi yang mau digunakan selama pengangkutan dan tindakan tersebut memberikan redundansi dari sistem. Pengiriman Internasional Untuk pengangkutan udara dan maritim, pengiriman dipersyaratkan dilakukan sesuai dengan ketentuanketentuan keamanan yang dapat diterapkan. Sebelum suatu pengiriman internasional dilaksanakan, negara asal dapat membuat suatu ketentuan yang tepat untuk mengkonfirmasikan bahwa persyaratan keamanan negara yang menerima dan negara transit akan dipenuhi.
3.
Setiap negara dapat menyusun regulasinya sesuai dengan sistuasi dan kondisi, yaitu: berbasis preskriptif, berbasis kinerja, atau berbasis kombinasi.
4.
Dalam keadaan tertentu, setiap negara dapat mempertimbangkan peningkatan tindakan keamanan, yaitu tindakan keamanan tambahan berdasarkan pada DBT, sifat dan daya tarik zat radioaktif yang sedang diangkut.
5.
Pengiriman zat radioaktif yang risiko tinggi (misalnya, bungkusan yang memuat lebih daripada 10 D atau 3.000 A2) dapat memutuskan penggunaan pendekatan berbasis kinerja dan pengembangan DBT.
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3.
4. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan melalui studi literatur ini maka dapat disimpulkan bebera hal, sebagai berikut: 1.
Tindakan keamanan dalam pengangkutan zat radioaktif sudah terlebih dahulu memenuhi aspek keselamatan radiasi yang dikaji berdasarkan sistem Q.
2.
Tindakan keamanan pada dasarnya terdiri dari: (1) praktik manajemen
84
ISSN 1410-6086
5.
6.
7.
IAEA, Advisory Material for the IAEA Regulation for the Safe Transport of Radioactive Material, IAEA Standards Series No. TS-G-1.1, Vienna, 2002. IAEA, Regulations for the Safe Transport of Radioactive Material, IAEA Safety Standards Series No. TSR-1, Vienna, 2005. IAEA, 2008, Security in the Transport of Radioactive Material, IAEA Nuclear Security Series No. 9, Vienna, 2008. IAEA, Categorization of Radioactive Source, IAEA Safety Standards Series No. RS-G-1.9, Vienna, 2005. IAEA, Dangerous Quantities of Radioactive Material (D-Value), Vienna, 2006. IAEA, Regional Training Course on Security in the Transport of Radioactive Material Handout, Transport Security Technology, Sydney, 9 -13 February 2009. IAEA, Advisory Material for the IAEA Regulation for the Safe Transport of Radioactive Material, Revisid 1, 2008.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ISSN 1410-6086
Lampiran
Diagram Alir Penerapan Sistem Keamanan Sumber Radioaktif dengan Kajian Kinerja.
85
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
86
ISSN 1410-6086