Universa Medicina
Juli-September 2005, Vol.24 No.3
Sikap membungkuk dan memutar selama bekerja sebagai faktor risiko nyeri punggung bawah Diana Samara*, Johnny Sulistio**, M.R. Rachmawati*, Ridwan Harrianto* * Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti ** Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Unilever ABSTRAK Nyeri punggung bawah (NPB) karena gangguan muskuloskletal akibat kerja paling sering ditemukan. Faktor-faktor risiko yang dapat berkaitan dengan NPB antara lain faktor individu dan faktor pekerjaan. Desain penelitian adalah potong lintang di pabrik X Cikarang. Kriteria diagnosis adalah subyek pernah atau sedang menderita NPB sejak 1 tahun terakhir dengan atau tanpa nyeri tekan pada otot paralumbal atau gluteal serta dengan atau tanpa penjalaran nyeri ke tungkai. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober – Desember 2004. Subyek penelitian berjumlah 223 orang, yang menderita NPB sebesar 36,8%. Faktor risiko utama yang mempengaruhi timbulnya NPB adalah sikap batang badan selama bekerja. Sikap batang badan yang cenderung membungkuk atau miring mempunyai risiko 2,58 kali lebih besar untuk terjadinya NPB dibandingkan dengan pekerja dengan sikap batang badan tegak (95% IK=1,24-5,35). Sedangkan pekerja yang bekerja dengan sikap batang badan cenderung kombinasi baik tegak, membungkuk, miring, atau memutar yang lain mempunyai risiko 2,68 kali lebih besar untuk terjadinya NPB dibandingkan dengan pekerja yang bekerja dengan sikap batang badan tegak (95% IK=1,31-5,48). Tidak mengertinya pekerja akan pengetahuan sikap dan cara kerja yang benar mempunyai risiko 2,13 kali lebih dari pekerja yang mengerti (95% IK=1,38-3,30). Sikap batang badan miring, membungkuk atau kombinasi sikap dan tidak mengertinya pekerja akan sikap dan cara kerja terbukti memperbesar risiko NPB. Oleh karena itu perlu adanya pelatihan dan pengevaluasian pola sikap kerja dari pekerja Kata kunci : Nyeri punggung bawah, sikap batang badan, pengetahuan
Bending and twisting of the back during working are risk factors for low back pain ABSTRACT Disorders of musculoskletal during working as the cause of low back pain (LBP) are common. Both individual and job factors are the risk factors of LPB. A cross-sectional study was conducted to investigate the relationship between trunk position during working and the occurrence of LPB. LBP was defined as a pain localized at the low back in the past 12 months. Diagnosis criteria are subjects with LPB during the last one year and have paralumbal or gluteal muscles pain in palpation with or without referred pain to legs. Data were collected in October – December 2004 with total sample. The number of subjects in this study were 223 individuals, the prevalence of LBP was 36,8%. The main risk factor for LBP was the posture while working. The subjects working by bending or twisting his back have the risk to get LBP 2,58 times more than the subjects working by erecting their back (95% CI=1,24-5,35). The subjects who were working by the combination of posture such as erecting,bending or twisting his back have the risk to get LBP 2,68 times mor than the subjects who were working by erecting their back (95% CI=1,38-3,30). The subjects who didn’t understand good posture and how to work rightly had the risk to get LBP 2,13 times more than the subjects who understand. (95% CI=1,38-3,30). Bending, twisting or combination postures and no understanding of good posture and how to work rightly were identified as risk factors contributed to LBP. Keywords: Low back pain, knowledge, fexion, rotation
130
Universa Medicina
PENDAHULUAN Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan isu yang penting dalam pelaksanaan kesehatan kerja karena akibat sakit tersebut menyebabkan penurunan kapasitas kerja, kehilangan produktivitas, dan kerugian ekonomis. (1,2) Menurut data di Amerika biaya kehilangan produktivitas akibat NPB sebesar 50 miliar dolar. (3) Pada umumnya NPB karena pekerjaan disebabkan oleh gangguan muskuloskletal atau mekanikal dan sebanyak 80-90% dari gangguan tersebut oleh karena ketegangan/keregangan otot pada regio lumbal (lumbar strain/ sprain). (2,4) Penelitian yang dilakukan Omokhodion dan Sanya terhadap pekerja di Ibadan, Nigeria ditemukan prevalensi pekerja yang menderita NPB sebesar 38% dalam masa 12 bulan dengan prevalensi sesaat 20%. (5) Di Amerika NPB karena faktor mekanik sebesar 60-80% di mana 70%-nya karena ketegangan/ keregangan lumbal. (6) Faktor risiko yang turut mempengaruhi NPB dapat dikelompokkan berdasarkan faktor pekerjaan dan individu. Faktor pekerjaan antara lain jenis pekerjaan (sikap dan cara kerja), stres kerja, shift kerja, dan masa kerja. Faktor individu antara lain umur, indeks massa tubuh (IMT), merokok, olahraga, dan stres keluarga. (2,5-7) NPB berkaitan dengan seringnya mengangkat, membawa, menarik dan mendorong barang (berat), sering atau lamanya membengkokkan badan, membungkuk, duduk dan berdiri lama atau postur batang badan lainnya yang tidak natural. (8,9) NPB juga dapat disebabkan oleh pekerjaan fisik berat yang membutuhkan energi atau kekuatan fisik yang lebih. (9,10) NPB juga berkaitan dengan faktor psikososial di lingkungan pekerjaan, seperti pekerjaan yang monoton atau hubungan sosial yang kurang baik dengan teman sekerja ataupun
Vol.24 No.3
atasan. Namun demikian masih terdapat kontroversi seputar etiologinya. (8) Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan sikap batang badan selama bekerja sebagai faktor risiko terjadinya NPB pada pekerja. METODE Rancangan penelitian Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang. Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di pabrik “X” Cikarang berlangsung dari bulan Oktober hingga Desember 2004. Subyek penelitian Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan potong lintang dan didapat sebesar 246 subyek. Kriteria inklusi adalah para pekerja yang bersedia menjadi subyek penelitian. Pengumpulan data Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner yang mencakup karakteristik responden, jenis pekerjaan, sikap dan cara kerja, pengetahuan, kebiasaan seharihari dan stres psikososial. Pemeriksaan tinggi dan berat badan menggunakan alat ukut merk SMIC buatan Cina. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan memberikan enam gambaran tentang sikap kerja, subyek diminta untuk menjawab salah atau benar dengan memberikan alasannya. Sistem nilai dilakukan dengan menilai setiap jawaban dengan kriteria sebagai berikut: nilai 0: bila jawaban dianggap sama sekali salah, nilai 1: bila jawaban dianggap agak mendekati benar, nilai 2: bila jawaban dianggap betul. Dari seluruh jawaban dari nomor satu hingga nomor enam kemudian dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut kemudian 131
Samara, Sulistio, Rachmawati, Harrianto
dikategorikan sebagai berikut: total nilai 7-12: dianggap mengerti terhadap pengetahuan seperti yang ditanyakan dalam angket, total nilai 0-6: dianggap tidak mengerti terhadap pengetahuan seperti yang ditanyakan dalam angket. Sikap batang badan adalah keadaan batang badan tersering selama bekerja. Kebiasaan sehari-hari adalah kebiasaan merokok dan olahraga. Merokok dinilai berdasarkan indeks brinkman (IB) yaitu hasil perkalian lama merokok dalam tahun dengan jumlah batang rokok yang dihisap selama sehari. Olahraga adalah kegiatan rutin yang aktif dilakukan minimal 1x/minggu selama 30 menit atau lebih dengan jenis olahraga yang sejenis. Stres psikososial adalah stres yang timbul oleh karena beban kerja, lingkungan kerja, dan masalah keluarga. Kriteria diagnosis dalam penelitian ini adalah subyek pernah atau sedang menderita nyeri pada pinggang bagian bawah sejak 1 tahun terakhir dapat disertai atau tidak nyeri tekan otot paralumbal atau gluteal dan dengan atau tanpa adanya penjalaran nyeri ke tungkai. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan pemeriksaan fisik NPB oleh para peneliti. Analisis data Analisis dilakukan dengan uji regresi logistik menggunakan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 10 for Windows dan Epi info 6.
Nyeri punggung bawah
HASIL Jumlah pekerja yang terdaftar sebanyak 235 orang, hampir semuanya laki-laki, hanya dua orang yang perempuan. Duabelas orang tidak diperiksa terdiri dari dua orang perempuan, satu orang pasca operasi jantung dan sembilan orang tidak berada di tempat pada saat dilakukan pemeriksaan. Sehingga sebanyak 223 pekerja yang ikut serta pada penelitian ini semuanya laki-laki. Dari 223 subyek yang diperiksa diperoleh 82 penderita NPB (36,8%). Karakteristik Umur termuda pekerja adalah 19 tahun, umur tertua 58 tahun, dengan kelompok umur terbanyak pada umur 19-34 tahun sebanyak 95 (42,6%) orang. Kelompok pendidikan terbanyak adalah SLTA yaitu sebanyak 178 (79,8%) orang. Sebagian besar pekerja memiliki IMT normal sebesar 127 (57,0%) orang. Faktor risiko NPB Dari faktor-faktor risiko yang diteliti (umur, pendidikan, IMT), jenis pekerjaan, masa kerja, shift malam, sikap kerja, cara kerja, olahraga, merokok, pengetahuan, riwayat penyakit ginjal dan trauma tulang belakang), maka didapatkan 2 faktor yang terkait dengan risiko NPB seperti terlibat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Faktor-faktor keadaan batang badan dan pengetahuan sebagai risiko NPB
*Grup pembanding dasar
132
Universa Medicina
Tabel 1 menunjukkan, bahwa sikap batang badan yang cenderung membungkuk atau miring selama bekerja memiliki risiko untuk terjadinya NPB 2,58 kali lebih besar dibandingkan sikap batang badan tegak. Sikap batang badan yang cenderung kombinasi antara membungkuk, miring, memutar dan tegak memiliki risiko untuk terjadinya NPB 2,68 kali. Pekerja yang tidak mengerti sikap dan cara kerja yang benar memiliki risiko 2,13 kali lebih besar dibandingkan pekerja yang mengerti. PEMBAHASAN Studi ini menunjukkan prevalensi NPB pada pekerja sebesar 36,8%. Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Omokhodion di Nigeria. (5) Namun hasil ini lebih rendah dibandingkan studi pada pekerja di Nederland yang mendapatkan prevalensi NPB sebesar 47%. (11) Sedangkan Harkness dkk (12) mendapatkan prevalensi NPB pada pekerja yang lebih rendah, yaitu sebesar 19%. Sikap batang badan dibagi menjadi tiga kelompok dengan sikap batang badan tegak dipakai sebagai rujukan karena dianggap sebagai sikap batang badan yang paling sedikit risiko NPB dibandingkan dengan dua kelompok lainnya yaitu sikap membungkuk dan memutar. (9) (Gambar 4) Studi ini menunjukkan bahwa pekerja dengan sikap kerja yang cenderung membungkuk atau miring (RP=2,58; 95% IK=1,24-5,35) maupun sikap batang badan kombinasi yaitu dengan berbagai sikap tegak, membungkuk, miring atau memutar (RP=2,68; 95% IK=1,79-12,02) ternyata merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya NPB. Hasil studi ini sesuai dengan penelitian dari Nieuwenhuyse dkk (13) yang menyatakan pekerja yang sikapnya membungkuk atau memutar mempunyai risiko NPB 3 kali lebih besar RR (95% CI=1,4 – 6,4).
Vol.24 No.3
Hasil ini lebih besar dari penelitian yang diadakan oleh Xu dkk di Denmark yaitu pekerja yang sering membungkuk atau memutar mempunyai risiko 1,48 kali untuk mengalami NPB, ( 1 0 ) sedangkan Elders & Burdorf (Nedherland) menemukan risiko pekerja “scaffolder” untuk terjadinya NPB sebesar 1,28 kali lebih besar. (14) Hal ini menunjukkan bahwa ternyata sikap batang badan selama bekerja sangat berpengaruh terhadap timbulnya NPB. Dengan demikian sikap batang badan secara tidak langsung mempengaruhi produktivitas kerja. Sebab orang yang bekerja dengan NPB akan cenderung memperlambat aktivitasnya untuk mengurangi NPB yang ditimbulkannya.(3) Sikap membungkuk minimal 60 0 dan dilakukan >5% dari total jam kerja mempunyai risiko 1,5 kali untuk mengalami NPB (95% CI RR=1,0 – 2,1), dan yang memutar minimal 30 0 dan dilakukan >10% dari total jam kerja risiko terjadinya NPB 1,3 kali (95% CI RR=0,9 – 1,9). (15)
Gambar 1. Efek dari empat posisi tubuh terhadap tekanan diskus intervertebralis antara lumbal ke-3 dan 4. Tekanan diukur saat berdiri dianggap sebagai 100%.(9)
133
Samara, Sulistio, Rachmawati, Harrianto
Sebagian besar pekerja yang bekerja dengan sikap batang badan cenderung kombinasi yaitu baik sikap tegak, miring, membungkuk, atau memutar terdapat di jenis pekerjaan packing, yaitu sebanyak 73 orang (72,28%). Pekerja bagian packing yang bekerja dengan sikap batang badan cenderung miring atau membungkuk sebanyak 49 orang (62,82%). Maka di sini dapat terlihat bahwa hampir sebagian besar pekerja packing cenderung memiliki sikap tubuh yang berisiko untuk terjadinya NPB. Pekerja yang tidak mengerti sikap dan cara kerja yang benar mempunyai risiko 2,13 kali (95% IK=1,383,30) lebih besar dibandingkan pekerja yang mengerti sikap dan cara kerja yang benar berdasarkan angket. Dari 133 pekerja yang tidak mengerti, terdapat 82 orang dari jenis pekerjaan packing (61,64%). Pada penelitian ini baik umur, pendidikan, IMT, masa kerja, maupun jenis pekerjaan tidak merupakan faktor risiko terjadinya NPB. Merokok, tidak berolahraga maupun stres psikososial juga tidak merupakan faktor risiko untuk terjadinya NPB. Posisi tubuh selama bekerja, pekerjaan mendorong, menarik, maupun mengangkat tidak merupakan faktor risiko. Oleh karena pekerja sebagian besar ketika bekerja mendorong, menarik ataupun mengangkat dengan menggunakan alat bantu, maka beban untuk punggung bawah berkurang sehingga tidak ditemukan risiko NPB pada cara kerja tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian ini ditemukan bahwa prevelansi NPB pada pekerja sebesar 36,8%. Faktor risiko utama untuk timbulnya NPB adalah sikap membungkuk dan memutar serta tidak mengertinya pekerja akan sikap kerja yang benar. Disarankan perlu adanya suatu pelatihan tentang sikap dan cara kerja yang 134
Nyeri punggung bawah
benar. Penempelan poster-poster baik sikap tubuh yang benar selama bekerja maupun sikap tubuh yang salah kiranya dapat membantu untuk mengingatkan pekerja bagaimana bekerja dengan sikap tubuh yang benar.
Daftar Pustaka 1.
Staal JB, Lobil H, Waddell. Occupational health guidelines for the management of low back pain: an international comparison. Occup Environ Med 2003; 60: 618-26. 2. Pheasant S. Ergonomic, work & health. 1 ed. Gaithenburg Maryland: Aspen Publishers Inc; 1991. 3. Patel AT, Ogle AA. Diagnosis and management of acute low back pain. Available from URL: http://www.aafp.or/afp/200315/1779.html. Accessed March 22, 2004. 4. Omokhodion FO, Sanya AO. Risk factors for low back pain among office workers in Ibadan, Southwest Nigeria. Occup Med 2003; 53: 2879. 5. Hills EC. Mechanical low back pain. Available from URL: http://www.emedicine.com/pmr/ topic73.htm. Accessed March 22, 2004. 6. Markam S, Yamanie N, Mayza A, Surtidewi L. Etiologi dan patofisiologi nyeri pinggang, Jakarta: FKUI-RSUPN, Bag saraf; 2002. 7. Riihimaki H. Low back region. In: Stellman JM, editor. Encyclopedia of occupational health and safety. 4th ed. Geneva: ILO; 1998. p. 6.10-13. 8. MFL Occupational Health Centre, Inc. Low back pain in workers. Available from URL: http://www.mflohc.mb.ca/fact_sheets_folder/ low%20back%20pain%20in%20workers.html. Accessed March 29, 2004. 9. Granjean E. Fitting the task to the man: a textbook of occupational ergonomic. 4 th ed. Philadelphia: Taylor & Francins; 1988. 10. Xu Y, Bach E, Orhede E. Work enviroment and low back pain: the influence of occupational activities. Occup Environ Med 1997; 54: 741-5. 11. Engels JA, van der Gulden JW, Senden TF, van’t Hof B. Work related risk factors for musculoskeletal complaints in the nursing profession: results of a questionnaire survey. Occup Environ Med 1996; 53: 636-41.
Universa Medicina 12. Harkness EF, Macfarlane GJ, Nahit ES, Silman AJ, McBeth J. Risk factors for new-onset low back pain amongst cohorts of newly employed workers. Rheumatology 2003; 42: 959-68. 13. Nieuwenhuyse AV, Fatkhutdinova L, Verbeke G, Pirenne D, Johannik K, Somville PR, et al. Risk factors for first-ever low back pain among workers in their first employment. Occup Med 2004; 54: 513-9.
Vol.24 No.3 14. Elders LAM, Burdorf A. Interrelations of risk factors and low back pain in scanffolders. Occup Environ Med 2001: 58: 597-603. 15. Hoogendoom WE, Bongers PM, de Vet HCW, Douwes M, Koes BW, Miedema MC, et al. Flexion and rotation of the trunk and lifting at work are risk factors for low back pain: results of a prospective cohort study. Spine 2000; 25: 3087-92.
135