Universa Medicina
April-Juni 2005, Vol.24 No.2
Duduk statis sebagai faktor risiko terjadinya nyeri punggung bawah pada pekerja perempuan Diana Samara,* Bastaman Basuki,** Jofizal Jannis*** * Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti **Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ***Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
ABSTRAK Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan fenomena yang seringkali dijumpai pada setiap pekerjaan Insidens dan beratnya gangguan NPB lebih sering ditemukan pada pekerja wanita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi duduk statis sebagai faktor risiko terjadinya risiko NPB. Penelitian ini menggunakan rancangan kasus-kontrol tidak berpadanan yang dilakukan pada bulan Februari-Maret 2003 pada pekerja perempuan kaset-video di Pabrik X dengan total sampel sebanyak 298 subyek (82 kasus dan 216 kontrol). Kasus adalah pekerja perempuan yang pernah NPB atau sedang menderita NPB akibat kerja dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, nyeri bersifat intermitten, dengan nyeri tekan pada regio paralumbal atau glutea dan tes Lasque negatif. Ditemukan bahwa pekerja yang duduk statis 91-300 menit mempunyai risiko timbulnya NPB 2,35 kali lebih besar bila dibandingkan dengan pekerja yang duduk statis 5-90 menit {Rasio Odds suaian (RO)=2,35; 95% Interval Keyakinan (IK)=1,35-4,11}. Indeks massa tubuh kurus juga terbukti merupakan faktor risiko timbulnya NPB (OR=2,2; IK 95%=1,20-4,00). Faktor umur, paritas, olahraga, pekerjaan, relaksasi, dan sikap duduk tidak terbukti berkaitan dengan NPB. Kata kunci : Nyeri punggung bawah, duduk statis, pekerja perempuan
Static sitting as risk factor of low back pain in women workers ABSTRACT Low back pain (LBP) is a frequent phenomenom found in every occupational category. The incidence and severity of low back pain were higher in women. The purpose of this study was to identify static sitting as a risk factor of low back pain. Case-control unmatched design was conducted during February – March 2003 at video-cassette women workers in X factory, Cikarang. The total sample were 298 (82 cases and 216 controls). The case was subject who had story of intermittent low back pain (LBP) by working in last 3 months with local pain, and Laseque test negative. Control was subject without LBP as criteria as the case. This study showed that static sitting for 5-90 minutes compared to 91-300 minutes, had higher risk of getting LBP for 2.35 times {Adjusted Odds Ratio (OR)=2.35; 95% Confidence Interval (CI)= 1.35-4.1}. Those employees who had underweight were identified as risk factors contributed to LBP (OR=2.20; 95% CI=1.20-4.00) . The other factors such as ages, parities, exercise, jobs, relaxation, and posture of sitting were not correlated with LBP. Keywords : Low back pain, static sitting, women workers
73
Samara, Basuki, Jannis
PENDAHULUAN Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan fenomena yang seringkali dijumpai pada setiap pekerjaan. Insidens dan beratnya gangguan NPB lebih sering dijumpai pada pekerja wanita dibandingkan laki-laki. (1) Posisi statis dalam bekerja kadang-kadang tidak dapat terhindarkan. Bila keadaan statis tersebut bersifat kontinu maka dapat menyebabkan gangguan kesehatan antara lain NPB. NPB yang timbul dapat mengakibatkan kehilangan jam kerja sehingga mengganggu produktivitas kerja. Duduk yang lama menyebabkan beban yang berlebihan dan kerusakan jaringan pada vertebra lumbal. Prevalensi NPB karena posisi duduk besarnya 39,7%, di mana 12,6% sering menimbulkan keluhan; 1,2% kadang-kadang menimbulkan keluhan dan 25,9% jarang menimbulkan keluhan. (2) Faktor-faktor risiko lain yang turut mempengaruhi timbulnya NPB antara lain umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), jenis pekerjaan, dan masa kerja. (3-5) Kebiasaan sehari-hari yang dapat merupakan faktor risiko untuk terjadinya NPB antara lain kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, olahraga, dan aktivitas rumah tangga seharihari seperti berkebun, membersihkan rumah, mencuci, dan menjaga anak. Merokok maupun mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan NPB oleh karena diduga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah pada jaringan lunak. (5,6) Pekerjaan yang dilakukan secara berulangulang, vibrasi seperti pada pengemudi truk, paritas, dan stres psikososial juga turut berperan untuk terjadinya NPB. (4,5,7) Terlalu lama duduk dengan posisi yang salah akan menyebabkan ketegangan otot-otot dan keregangan ligamentum tulang belakang. Posisi tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari jaringan sehingga 74
Duduk statis dan nyeri punggung bawah
m e n y e b a b k a n r a s a s a k i t . ( 5 ) Tu j u a n d a r i penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko (umur, IMT, paritas, olahraga, masa kerja, jenis pekerjaan, duduk statis, sikap duduk, dan kesempatan berelaksasi) terjadinya NPB pada pekerja perempuan. METODE Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan kasus-kontrol. Kasus adalah pekerja perempuan yang pernah NPB atau sedang menderita NPB akibat kerja dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, nyeri bersifat intermitten, dengan nyeri tekan pada regio paralumbal atau glutea dan tes Laseque negatif. Kontrol adalah pekerja perempuan yang tidak menderita NPB. Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di suatu pabrik X mulai bulan Februari sampai dengan Maret 2003. Subjek penelitian Karena tidak ada informasi tentang prevalensi NPB pada pekerja perempuan, maka dilakukan penelitian pendahuluan pada 30 pekerja perempuan dengan faktor risiko (duduk statis >4 jam) dan 30 pekerja dengan duduk statis <4 jam. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan prevalensi NPB pada kelompok pekerja perempuan yang duduk statis < 4 jam besarnya 0,37 dan odds rasio sebesar 4,6. Maka besar sampel yang diperlukan adalah 98 per kelompok. (8) Untuk mengurangi terjadinya bias pada pemilihan kontrol, seringkali besarnya subyek pada kelompok kontrol diambil sebanyak dua kali kelompok kasus. (9) Besar sampel yang digunakan pada penelitian adalah kasus sebesar 98 dan kontrol 196 subyek. Kriteria inklusi adalah perempuan, masa kerja
Universa Medicina
minimal 3 bulan, tidak hamil, tidak ada riwayat nyeri kolik atau batu ginjal, tidak ada riwayat trauma dan penyakit pada tulang punggung atau panggul, serta tidak ada nyeri radikuler. Pengumpulan data Wa w a n c a r a d i l a k u k a n o l e h p e n e l i t i menggunakan kuesioner yang mencakup karakteristik responden, jenis pekerjaan dan jenis olahraga. Pemeriksaan tinggi dan berat badan menggunakan alat ukur merk SECA buatan Jerman. Tes Laseque dilakukan dengan cara responden diminta berbaring terlentang, salah satu tungkai atas diangkat oleh pemeriksa dengan menempatkan salah satu tangan pemeriksa pada tumit dan tangan yang lain pada lutut untuk menjaga agar lutut tidak difleksikan. Responden dengan tes Laseque positif tidak diikutsertakan dalam penelitian. Pekerja duduk statis adalah mereka yang duduk selama bekerja tanpa ada waktu untuk merelaksasikan badan. Pekerja yang berelaksasi adalah mereka yang memiliki kesempatan untuk merelaksasikan badan dengan berdiri sejenak menggerak-gerakkan badannya di antara selama duduk bekerja. Pekerja dengan status gizi normal adalah mereka dengan IMT 18,5 - 24,9, kurus <18,5, dan gemuk ≥ 25. Jenis olahraga adalah olahraga yang dilakukan yang tidak bersifat ketahanan. Jenis pekerjaan sekarang adalah jenis pekerjaan yang sedang dilakukan tiga bulan terakhir. Analisis data Analisis dilakukan dengan uji regresi logistik ganda menggunakan program Statitiscal Package for Social Sciences (SPSS) 10 for Windows dan Stata 6. Untuk pemilihan faktor risiko yang kiranya dapat dimasukkan ke model akhir dipilih variabel pada analisis bivariat dengan OR dan IK 95% lebih lebih dari 1 (satu).
April-Juni 2005, Vol.24 No.2
HASIL Jumlah perempuan yang bekerja di pabrik tersebut ternyata sebanyak 298, maka diputuskan untuk mengambil semua pekerja perempuan sebagai subjek penelitian ini. Dari 298 subyek yang diperiksa diperoleh 82 kasus (27,5%). Karakteristik responden Umur termuda pekerja adalah 18 tahun, umur tertua 30 tahun, dengan kelompok umur terbanyak pada umur 21-25 tahun sebenyak 262 (87,9%) orang. Sebagian besar pekerja memiliki IMT normal sebesar 205 (68,8%) orang. Faktor risiko NPB Dari faktor-faktor risiko yang diteliti (umur, IMT, paritas, olahraga, jenis pekerjaan sekarang, jenis pekerjaan dahulu, masa kerja sekarang, masa kerja dahulu, lama kerja per hari, lama kerja per minggu, jabatan sekarang, kesempatan berelaksasi ketika bekerja, lama duduk, dan sikap duduk), maka didapatkan 4 faktor yang kiranya dapat dijadikan model akhir seperti yang terlihat dalam Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan, bahwa IMT kurus memiliki risiko untuk terjadinya NPB 2,3 kali lebih besar dibandingkan IMT normal (IK 95%=1,29-4,10). Pekerja dengan jenis pekerjaan bagian pemasangan memiliki risiko untuk terjadinya NPB 4,02 kali lebih besar dibandingkan dengan bagian pengisian. Lama duduk statis 91-300 menit memiliki risiko untuk terjadinya NPB 2,63 kali lebih besar dibandingkan dengan 5-90 menit. Sedangkan subyek yang tidak berkesempatan merelaksasikan badannya selama bekerja memiliki risiko 3,5 kali lebih besar untuk terjadinya NPB. 75
Samara, Basuki, Jannis
Duduk statis dan nyeri punggung bawah
Tabel 1. Hubungan antara berbagai faktor risiko (IMT, jenis pekerjaan sekarang, duduk statis, dan relaksasi) dan NPB
* Grup pembanding dasar
Keempat faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya NPB dimasukkan kedalam model penelitian menggunakan analisis regresi
logistik ganda. Ternyata dari keempat faktor tersebut ditemukan dua faktor yang berhubungan dengan kejadian NPB (Tabel 2).
Tabel 2. Model akhir keterkaitan faktor indeks massa tubuh, lama duduk statis, dan nyeri punggung bawah
* †
Grup pembanding dasar Rasio odds saling disesuaikan dengan faktor-faktor risiko yang tertera dalam tabel ini
76
Universa Medicina
Dari Tabel 2 terlihat bahwa lama duduk statis 91-300 menit meningkatkan risiko untuk terjadinya nyeri punggung bawah 2,35 kali lebih besar dibandingkan dengan subyek yang duduk statis 5-90 menit. Subyek yang kurus meningkatkan risiko 2,20 kali lebih besar untuk terjadinya nyeri punggung bawah jika dibandingkan dengan subyek yang normal. PEMBAHASAN Studi ini menunjukkan prevalensi NPB pada pekerja perempuan besarnya 27,5%. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada pekerja perempuan di Paris yang mendapatkan prevalensi NPB sebesar 58,2% (1) dan perawat sebesar 73%. (10) Sebaran umur responden tampak homogen dengan 89,73% berusia antara 21-25 tahun dan pekerja paling tua berusia 30 tahun sehingga umur tidak merupakan faktor risiko untuk terjadinya NPB dalam penelitian ini. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Alcouffle (1) dan Nurminea. (11) Pekerja dengan lama duduk statis 91-300 menit terbukti merupakan faktor risiko untuk terjadinya NPB (OR=2,35) setelah dilakukan analisis regresi logistik ganda dengan metode ENTER dari keempat variabel yang terdapat di Tabel 1. Penelitian-penelitian yang pernah ada sekalipun dengan lama duduk yang berbeda menunjukkan bahwa semakin lama seseorang duduk maka semakin besar risiko NPB. Dari beberapa penelitian menunjukkan keterkaitan antara lama duduk dengan NPB. Prevalensi sesaat NPB sebesar 12,6% pada orang yang sering bekerja duduk selama lebih dari 4 jam, 1,2% kadang-kadang duduk, dan 25,9% jarang duduk dengan waktu kurang dari 2 jam. Orang yang bekerja dengan posisi duduk selama setengah hari waktu kerja atau
April-Juni 2005, Vol.24 No.2
lebih memiliki risiko relatif 1,6 untuk terjadinya nyeri punggung bawah. Risiko semakin besar pada pekerja yang lebih tua, supir, dan paling besar pada supir truk. (12) Penelitian yang pernah ada menunjukkan bahwa NPB tidak meningkat selama duduk satu jam per hari. Namun NPB pada perempuan berkaitan dengan duduk selama l e b i h d a r i 4 j a m ( p < 0 , 0 5 ) . (13) H a l i n i disebabkan makin lama seseorang duduk maka ketegangan otot dan keregangan ligamentum khususnya ligamentum longitudinalis posterior makin bertambah, khususnya dengan d u d u k m e m b u n g k u k . (12) S e b a g a i m a n a diketahui ligamentum longitudinalis posterior memiliki lapisan paling tipis setinggi L2L5. (14) Keadaan ini mengakibatkan daerah tersebut lebih sering terjadi gangguan. Namun demikian kaitan antara pekerjaan dan terjadinya NPB sangaat kompleks karena melibatkan banyak struktur, elemen dari v e r t e b r a l u m b a l i s . ( 1 5 ) Ve r t e b r a l u m b a l i s memiliki saraf sensoris sehingga mempunyai potensi untuk menimbulkan rasa nyeri. (4) Sebagian besar pekerja yang diteliti memiliki IMT normal sebanyak 205 (68,8%) orang. Hasil analisis variabel ganda menunjukkan subyek yang kurus meningkatkan risiko untuk terjadinya NPB 2,39 kali lebih besar dibandingkan dengan subyek normal, sedangkan subyek yang gemuk menurunkan risiko sebesar 0,22 kali dibandingkan dengan subyek yang normal (Ta b e l 2 ) . R i i h i m a k i b e p e n d a p a t b a h w a kejadian hubungan antara NPB dan kelebihan berat badan masih kontradiksi. (16) Selain itu kaitan obesitas dengan NPB terjadi karena obesitas menyebabkan tekanan pada diskus intervertebralis lebih besar dan bukan karena faktor ketegangan otot dan keregangan ligamentum. Pada beberapa penelitian 77
Samara, Basuki, Jannis
menunjukkan hubungan yang lemah antara obesitas dengan NPB. (17) Hasil yang berbeda ini menunjukkan bahwa ada faktor lain di luar faktor IMT yang turut mempengaruhi risiko NPB. BieringSorensen dan Heliovara dalam penelitiannya mencoba mengaitkan antara tinggi badan atau “panjang punggung” dengan nyeri punggung bawah, namun masih belum jelas k e m a k n a a n n y a . (2) M a s a l a h t i n g g i b a d a n mungkin berhubungan dengan masalah ergonomi di lingkungan kerja. (18) Oleh karena dalam penelitian ini tidak dilakukan penelitian e rg o n o m i , m a k a t i d a k d a p a t d i a m b i l kesimpulan lebih lanjut. Pada penelitian ini justru ditemukan pekerja kurus yang lebih berisiko NPB antara lain telah terbukti karena lebih banyak pekerja kurus yang duduk statis 91-300 menit dan tidak memiliki kesempatan berelaksasi. Kemungkinan yang lain adalah karena pekerja kurus lebih banyak yang tidak berelaksasi sehingga kesempatan untuk makan makanan kecil kurang akibatnya berat badannya berkurang. Dengan demikian pekerja kurus lebih berisiko untuk terjadinya NPB. KESIMPULAN Faktor-faktor yang terbukti merupakan risiko timbulnya NPB pada pekerja perempuan adalah duduk statis selama 90-300 menit (1,55 jam), IMT kurus. Oleh karena itu lama duduk statis tidak boleh melebihi 1,5 jam dan berat badan pekerja kurus perlu diarahkan menjadi normal. Bila pekerjaan yang dilakukan membutuhkan duduk statis >1,5 jam, maka diperlukan waktu untuk merelaksasikan badan di antara jam kerja tersebut. 78
Duduk statis dan nyeri punggung bawah
Daftar Pustaka 1.
Alcouffe J, Maniler P, Brehier M, Fabin C, Faupin F. Analysis by sex of low back pain among workers from small companies in the Paris area: severity and occupational consequences. Occup Environ Med 1999; 56: 696-701. 2. Pheasant S. Ergonomics, work & health.1 sted. Gaithenburg Maryland: Aspen Publishers Inc; 1991. 3. Bernard B, editor. Low back muskuloskletal disorders. Ergonext; 2001. Available from URL: http://www.Ergonext.com. Accessed March 8, 2002. 4. Hills EC. Mechanical low back pain Available from URL: http://www.eMedicine.com. Accessed March 8, 2002. 5. Harnitz JC. Low back pain. Available from URL:http://www.homecarelink.net/backpain/ .htm. Accessed June 21, 2002. 6. Jannis J. Pathophysiology event on low back pain. Jakarta: Bagian Neurologi FKUI/RSUPNCM;2 Oktober 1999. Dalam pertemuan PERDOSSI JAYA. 7. Levangie PK. Association of low back pain with self-reported risk factors among patients seeking physical therapy services. Phys Ther 1999: 79. 8. Bastaman B. Aplikasi metode kasus control. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002. 9. Newman TB, Browner WS, Cummings SR, Mulley SB. Designing an observational study: cross-sectional and case-control studies. In: Hulley SB, Cummings SR, Browner WS, Hearst N, Newman TB, editors. Designing clinical research: an epidemiological approach. 2nd ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2001. p. 107-23. 10. Maul I, Laubli T, Klipstein A, Krueger H. Course of low back pain among nurses: a longitudinal study across eight years. Occup Environ Med 2003; 60: 497-503. 11. Nurminen M. Reanalysis of the occurrence of back pain among conctruction workers
Universa Medicina
12.
13.
14. 15.
modeling for the interdependent effects of heavy physical work, earlier back accident, and, aging. Occup Environ Med 1997; 54: 807-11. Weitz. Sitting and low back pain. Available from URL: http//drwetz.com/scientific/ sitting.htm. Accessed Januari 7, 2005. Emami ML, Abdinejad F. Nazarizedah H. Epidemiology of low back pain in women. Irn J Med Sci 1998; 23: 116-9. Cailliet R. Low back pain syndrome. 5th ed. F.A. Davis Company, Philadelphia; 1995. Elders LAM, Burdorf A. Interrelations of risk factors and low back pain in scaffolders. Occup Environ Med 2001; 58: 597-603.
April-Juni 2005, Vol.24 No.2 16. Riihimaki H. Hands up or back to work: futire challenges in epidemiologic research on musculoskeletal disease. Scan J Work Environ Health 1995; 21: 401-3. 17. The Gym Ball Store. Sitting & neck & back pain. Available from URL: http:// www.gymball.com/neck_and_back_pain.html. Accessed September 19, 2002. 18. Nidus Information Services Inc. What are the lifestyle risk factors for low back pain? Available from URL: http:// www.ucdonc.ucdavis.edu/ucdhs/health/a-2/ 54Bacpain/doc54lifestyle.html. Accessed September 11, 2002.
79