7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Masalah Punggung Dalam duduk pada pekerja wanita. Aktivitas duduk merupakan salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh setiap individu. Duduk berarti diam atau usaha mempertahankan badan tetap dalam keadaan tegak. Aktivitas duduk memang sangat penting bagi tubuh untuk mengembalikan kebugaran fisik. Di sisi lain, duduk yang terlalu lama akan menimbulkan kelelahan punggung dalam duduk. Dimana kelelahan Punggung dalam duduk ini terjadi ketika duduk yang statis akan menyebabkan otot-otot punggung menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya, dan bila ini berlanjut terus, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang akan menimbulkan penyakit baru seperti Hernia Nukleus Pulposus. Bila tekanan pada bantalan saraf pada orang berdiri dianggap 100% maka pada orang yang duduk tegak akan menyebabkan pada bantalan saraf tersebut sebesar 140%. Tekanan ini menjadi lebih besar lagi 190% apabila ia duduk dengan posisi badan membungkuk ke depan. Selain itu akibat dari posisi kerja yang kurang tepat dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada seluruh otot adakalanya tangan merasa kebas (kesemutan), kehilangan kekuatan dan koordinasi akibat gerakan fisik yang salah berulangulang dan terus menerus dalam jangka panjang. Misalnya, selama bekerja di kantor dapat menimbulkan permasalahan pada otot, saraf, dan jaringan lunak lain. Kegiatan
yang
selalu
melibatkan
keyboard
7
dan
mouse
ini
dapat
8
menimbulkan cedera pada tangan, lengan, bahu dan tanpa disadari bisa terjadi akumulasi kerusakan pada badan secara keseluruhan. Semua resiko yang dialami para pekerja kantor akibat dari kurang memperhatikan posisi duduk yang benar, dan bisa juga disebabkan sarana kerja (meja kursi, komputer, lampu penerang ruangan) kurang mendukung kenyamanan dan kesehatan. Salah satu kondisi ini dapat menimbulkan sakit punggung karena tempat duduknya tidak memberi kenyamanan pada tulang belakang atau penataan perangkat komputer yang kurang tepat. Sikap duduk dengan posisi yang salah sangat berbahaya bagi kesehatan dan mengurangi kenyamanan. Duduk dalam posisi statis dan sikap tubuh yang kurang ergonomis seperti duduk dalam posisi membungkuk (kurang dari 90 derajat) dapat memicu kerja otot yang kuat dan lama tanpa cukup pemulihan dan aliran darah ke otot terhambat. Sehingga mengakibatkan keluhan pegal pada bagian punggung bawah. Posisi duduk yang tepat adalah duduk dengan posisi punggung rapat ke sandaran kursi. Kursi sebaiknya cukup rendah agar kaki bisa menapak ke lantai agar lutut lebih tinggi dari paha. Posisi kepala menghadap ke depan (tidak menunduk). Posisi lutut sebaiknya membentuk sudut 110 derajat (untuk megurangi tekanan pada diskus dan merelaksasi otot-otot punggung) (Anonim, 2006). Sikap duduk yang benar dan model kursi yang tepat membantu mengatasi masalah ini. keluhan pada punggung umumnya berkaitan dengan otot tulang belakang. ada faktor ergonomi berperan dalam sindrom itu. Karena pada sikap kerja statis terjadi kontraksi otot yang kuat dan lama tanpa cukup kesempatan
9
pemulihan, dan aliran darah ke otot terhambat. Akibatnya, timbul rasa lelah dan nyeri pada otot tubuh. Yang paling sering dialami adalah rasa sakit, pegal pada bagian belakang tubuh hingga leher, yang disebut juga varicose veins. Oleh karena itu, perlu menerapkan duduk dinamis, yaitu sesering mungkin mengubah posisi pada saat duduk. Postur tubuh yang baik akan melindungi kita dari cedera sewaktu melakukan gerakan karena beban disebarkan merata keseluruh bagian tulang belakang. Postur tubuh yang baik akan diperoleh jika telinga, bahu dan pinggul berada dalam satu garis lurus ke bawah. Otot punggung ditunjang oleh punggung, perut, pinggang dan tungkai yang kuat dan fleksibel. Semua otot ini berfungsi untuk menahan agar tulang belakang dan diskus tetap dalam posisi normal. Kelemahan pada salah satu otot akan menambah ketegangan pada otot lain dan akhirnya menimbulkan masalah punggung. 2.2. Anatomi dan Fisiologi pada duduk 2.2.1. Columna Vertebralis. Columna vertebralis merupakan penyusunan rangka axial yang utama, umumnya tersusun oleh 26 tulang yang masing-masing disebut vertebrae dan terbagi menjadi lima regio yaitu tujuh vertebra cervikalis, 12 vertebra thoracalis, lima vertebra lumbalis dan satu vertebra sacral dan satu tulang coccygeus. Pada orang dewasa, rata-rata tingginya adalah 75 sampai 72 cm, dimana seperempatnya merupakan bantalan antar tulang vertebra yang disebut discus intervertebralis. Sudut yang terbentuk antara bagian
10
paling caudal dari vertebrae lumbalis dengan tulang sacral disebut angulus lumbosacral (Seeley R.R., 2003). Fungsi columna vertebrae yaitu (a) menyangga berat kepala dan batang tubuh; (b) melindungi medulla spinalis; (c) memungkinkan keluarnya nervi spinalis dari canalis vertebralis; (d) tempat untuk perlekatan otot-otot; dan (e) memungkinkan pergerakan kepala dan batang tubuh (Seeley R.R., 2003). Pergerakan hanya terjadi pada 24 vertebrae, yaitu 7 cervical, 12 thoracalis dan 5 lumbalis. Kelima sacral berfusi menjadi tulang sacral dan keempat segmen coccygeus berfungsi menjadi tulang coccygeus. Ke-24 vertebrae tersebut, selain dihubungkan oleh DIV juga dihubungkan oleh suatu persendian synovialis yang memungkinkan fleksibilias tulang punggung. Stabilitas columna vertebrae ditentukan oleh bentuk dan kekuatan masing-masing vertebrae, ligamenta, dan otot-otot. Columna vertebralis orang dewasa mempunyai empat curvatura (kelengkungan) pada bidang sagital tubuh, yaitu cervical, thoracal, lumbal dan sacral. Pada regio thoracal dan sacral curvatura-nya cekung de depan (kifosis), sedangkan regio cervical dan lumbal curvatura-nya cembung ke depan (lordosis). Curvatura di regio thoracal dan sacral merupakan curvatura primer yang terbentuk selama periode fetal. Curvatura sekunder terbentuk disebabkan adanya perbedaan ketebalan antara DIV bagian anterior dan posterior.
11
Gambar 2.1. Columna vertebralis (Sobota, 2006) 2.2.2. Struktur dan Fungsi Vertebrae Vertebrae yang menyusun columna vertebralis secara umum adalah corpus (badan), vertebrae, arcus vertebra dan 7 buah processus. Corpus vertebra terletak di sebelah anterior, merupakan bagian yang besar dan memberikan kekuatan pada columna vertebralis serta menopang berat tubuh. Corpus vertebare, khususnya mulai VT4 ke bawah secara progresif membesar sesuai dengan fungsinya sebagai penopang tubuh. Arcus vertebralis terletak disebelah posterior dari corpus vertebrae dan merupakan bagian dari vertebrae yang dibentuk oleh pedicle (kaki) serta laminae (lempeng pipih) kanan dan kiri. Pedicle merupakan tonjolan pendek yang menghubungkan arcus vertebra dengan corpus vertebrae. Tujuh buah processus akan timbul dari arcus vertebralis dari vertebrae pada umumnya, ke-7 tonjolan tersebut adalah sebuah processus spinosus, dua buah processus transversus dan empat buah processus articularis
12
(zygapophyses) yang terdiri dari dua buah superior dan dua buah inferior muncul dari pertemuan pedicle dan lamina. Tiga buah processus yaitu dua buah processus (proc) transversus dan sebuah processus spinosus diproyeksikan dari arcus vertebralis akan menjadi perlekatan otot-otot profunda punggung dan membentuk pengungkit yang membantu otot-otot menggerakan vertebrae. Keempat processus articulares diproyeksikan ke atas dan bawah dari arcus vertebrae dan saling berhubungan antara proc. Articularis superior dan proc. Articularis inferior vertebra di bawahnya.
Gambar 2.2. Lumbar Spine (Sobota, 2006) 2.2.3. Persendian di Columna Vertebralis Regio Lumbrosacral Persendian yang ada di columna vertebralis, yaitu discus intervertebralis, persendian di arcus vertebralis (zygapophysial joints/ facet joints), articulatio sacroiliaca, articulatio atlantooccipitalis, articulatio atlantoaxial dan articulatio costovertebralis. Tiga persendian yang disebutkan pertama terdapat di regio lumbosacral. Ligamenta yang memperkuat persendian di columna vertebralis regio lumbal yaitu meliputi: a) Ligamentum longitudinale anterior; b) Ligamentum
13
longitudinale posterior; c) Ligamentum flavum; d) Ligamentum interspinosus; e) Ligamentum supraspinosus; dan f) Ligamentum intertransversus. 2.2.4. Vaskularisasi Columna Vertebralis Vertebra mendapatkan vaskularisasi dari arteri spinalis, yang merupakan cabang dari (a) arteri vertebralis dan cervicalis aseendens leher, (b) arteri intercostalis posterior dari regio thorax, (c) arteri subeostalis dan lumbalis di abdomen dan (d) arteri iliolumbalis, saeralis lateralis dan medialis di pelvis. Arteri spinalis memasuki foramen intervertebralis dan bercabang menjadi arteri radicularis terminalis yang memvaskularisasi radix dorsalis dan ventralis nervus spinalis dan selubungnya. Beberapa arteri radicularis berlanjut sebagai arteri segmentalis yang beranastomosis dengan arteri medulla spinalis. Vena spinalis membentuk plexus venosus sepanjang columna vertebralis baik di dalam maupun di luar canalis vertebralis, yaitu plexus venosus vertebralis interna dan plexus venosus vertebralis externa. Vena basilaris terletak di dalam corpus vertebralis, keluar dari suatu lubang kecil di permukaan corpus vertebra (kebanyakan permukaan posterior) dan mengalirkan darahnya ke plexus venosus vertebralis externa. Namun lebih banyak ke plexus venosus vertebralis interna. Vena intervertebralis berjalan bersama nervus spinalis melalui foramen intervertebralis dan menerima vena dari medulla spinalis dan plexus vertebralis (Moore & Dalley, 1999).
14
2.2.5. Otot , Fisiologi dan Kontraksi otot pada duduk Secara garis besar, otot-otot di regio punggung dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok superficial, intermediate dan profunda. Kelompok superficial dan intermediat mencakup otot-otot punggung ekstrinsik yang berperan dalam mengontrol gerakan extremitas dan juga gerakan pernafasan. Kelompok profunda mencakup otot-otot punggung intrinsik yang secara spesifik berperanan menggerakan columna vertebalis dan mempertahankan postur tubuh tertentu. 2.2.5.1. Kelompok otot – otot superficial (ekstrinsik) Otot-otot ekstrinsik superficial (trapezius, latissimus dorsi, levator scapulae dan rhomboidei) menghubungkan extremitas superior dengan batang tubuh dan berperanan dalam mengontrol gerakan extremitas superior. Otototot tersebut mendapatkan suplai persyarafan dari rami ventralis nervus cervicalis. Musculus trapezius mendapat persyarafan dari bervus accessorius (N. XI). Otot-otot ekstrinsik intermediate (serratus posterior) merupakan otot pernapasan superficialis. Musculus serratus posterior terletak di dalam musculi rhomboidei dan musculus serratus posterior inferior terletak di dalam musculus latissimus dorsi. Kedua musculi serrati tersebut diinervasi nervus intercostalis, yang superior oleh 4 nervus intercostalis pertama dan yang inferior oleh 4 yang terakhir. 2.2.5.2. Kelompok otot – otot profunda Kelompok otot intrinsik diinversi oleh rami dorsalis nervus spinalis. Fungsi otot-otot ini adalah mengontrol columna vertebralis. Otot-otot
15
tersebut terbentang mulai pelvis hingga tengkorak dan dibungkus oleh fascia yang melekat di sebelah medial dari ligamentum nuchea, ujung dari proc. Spinosus dan ligamentum supraspinosum dan crista sacralis mediana sacrum. Fascia tersebut di lateral dari proc. Transversus vertebrae cervicalis dan lumbalis dan di angulus costae. Fascia tersebut di daerah thoracal dam lumbal dinamakan fascia thoracolumbalis yang membungkus kelompok otot-otot profunda punggung. Fascia ini selanjutnya meluas ke lateral dari proc. Spinosus dan membentuk pembungkus yang tipis untuk otot-otot profunda di regio thorax serta membentuk pembungkus yang tebal dan kuat untuk otototot di regia lumbal. Kelompok otot-otot intrinsik dibagi menjadi: a) Lapisan superficialis otot-otot intrinsik punggung Kelompok ini adalah musculi splenii yang terletak di lateral dan posterior dari leher. Otot ini berasal dari linea mediana kemudian meluas ke arah superolateral vertebrae cervicalis (splenitis cervicis) dan tengkorak (splenium capitis). b) Lapisan intermediate otot-otot intrinsik punggung Kelompok otot ini adalah musculus erctor spine (sacrospinalis) yang terletak pada alur di tiap-tiap sisi columna vertebralis. Otot ini merupakan otot extensor vertebrae yang utama, dibagi menjadi tiga columna : (1) iliocostalis (columna lateralis), (2) longisimus (columna intermediet) dan (3) spinalis (columna medialis).
16
c) Lapisan dalam otot-otot intrinsik punggung Kelompok otot ini adalah otot-otot transversospinalis, yaitu semispinalis (superficial), multifidus (intermediate) dan rotator (profunda). Otot-otot ini berasal dari proc. Transversus vertebrae dan melewati proc. Spinosus vertebrae di atasnya. Prinsip kerja otot yang menghasilkan gerakan di regio thoracal dan lumbal. Flexi
Extensi
Lateral Flexi
Rotasi
Kerja bilateral dari:
Kerja bilateral dari:
Kerja bilateral dari:
Kerja bilateral dari:
Rectus
Erector spine
Abdominalis
Multifidus
Iliocostalis dan lumborum
Rotator Multifidus
Psoas mayor
Semispinalis thoracis
Longisimus thoracis
Obliquus abdomini externus bekerja dengan sinkron dengan obliquus abdominis internus yang berlawanan
Gravitasi
Obliquus abdominis externus dan internus Quadratus lumborum
Semispinalis thpracis.
Sumber: Moore K.L, Dalley A.F, 1999 2.2.5.3. Fisiologi dan Kontraksi Otot Otot merupakan kelompok jaringan terbesar dalam tubuh dan membentuk sekitar separuh masa tubuh. Otot rangka itu sendiri membentuk sekitar 40% dari berat tubuh pada pria dan 32% pada wanita. Otot menggerakkan tubuh memungkinkan mengarahkan kekuatan untuk menggerakkan skeletal. Ketika otot berkontraksi (memendek), tulang bergerak dengan menarik tendon dan menempel pada tulang. Kontraksi otot yang terkontrol
17
memungkinkan terjadinya gerakan pada tubuh secara keseluruhan atau pada bagian-bagian tubuh, manipulasi benda eksternal (mengambil benda yang terjatuh kebawah), terdorongnya isi organ-organ berongga (misal, sirkulasi darah), pengosongan isi organ tertentu ke lingkungan luar (misal, berkemih). Proses terjadinya kontraksi otot apabila terjadi potensial aksi pada motor neuron menimbulkan pelepasan asetikolin ke dalam celah sinaptik. Asetikolin berkaitan dengan reseptor pada motor end-plate dan menghasilkan end-plate action potentials yang akan dikonduksikan melalui transverse tubeles ke serabut otot. Saat action potential ini mencapai sarcoplasmic reticulum, ca++ akan dilepas ke dalam sarcoplasm yang kemudian berikatan dengan troponin dan menimbulkan pergeseran tropomyosin untuk membuka sisi aktid dari aktin (filament tipis). ATP dipecah menjadi ADP + Pi + energy, energy yang dihasilkan digunakan untuk mengangkat myosin cross-bridge akan melepas ikatannya dengan aktin dan siklus kontraksi berakhir. Siklus kontraksi dapat terulang selama masih ada Ca++ (Power & Howley, 1990). Saat potensial aksi berhenti, sacroplasm reticulum akan menghilangkan Ca++ dari sacroplasm dan tropomyosin kembali ke posisi inhibisinya menutupi sisi aktif dari aktin. Energi untuk kontraksi dihasilkan dari pemecahan ATP menjadi ADP yang diperoleh dari hidrolisis glukosa menjadi air dan oksigen. Proses hidrolisis ini membutuhkan oksigen, sehingga pada kondisi dimana pasokan oksigen berkurang (misalnya saat latihan berat), menyebabkan glukosan dikonversikan menjadi asam laktat sehingga energi yang dihasilkan lebih sedikit. Semakin tinggi konsentrasi
18
asam laktat, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan sisa metabolism tersebut. Manifestasinya muncul kelelahan (Power & Howley, 1990). Latihan kekuatan otot dapat meningkatkan ukuran dan jumlah myofibril, sehingga serat otot menjadi lebih besar. Lebih besar serat otot berarti otot lebih besar dan kuat. 2.2.5.4. Tipe Serabut Otot Otot terdiri dari sel-sel otot atau serat otot (muscle fiber). Sebuah otot rangka terdiri dari sejumlah otot yang terletak sejajar satu sama lain dan disatukan oleh jaringan ikat. Serat otot terdiri dari protein yang lebih kecil strukturnya yang disebut myofibril. Myofibril terdiri dari rangkaian unit kontraktil yang disebut sarkomer, yang terdiri dari aktin dan myosin. Sel-sel otot berkontraksi ketika molekul myosin berpindah ke molekul aktin. Setiap sel otot memiliki banyak inti yang mengandung gen yang mengarahkan produksi enzim dan struktur protein yang dibutuhkan untuk kontraksi otot. Terdapat dua jenis serat otot atas dasar sentakan kontraksi dan kecepatan daya hantar aksonnya yakni otot lambat (slow twitch fiber/ slow-axidative/SO) dan otot cepat (fast twitch fiber/ fast-glycolitic/FG). 2.2.5.4.1. Otot lambat/Tipe I/ Otot Tonik (slow twitch fiber/ slowaxidative/SO). Mempunyai daya tahan terhadap kelelahan, tetapi tidak berkontraksi secara cepat atau kuat. Sistem energy yang digunakan adalah aerobic (oksidatif), disebut red muscle karena berwarna lebih gelap dari otot lainnya, yang banyak mengandung hemoglobin dan mitokondria (tahan lama terhadap tahanan). Yang
19
berfungsi untuk mempertahankan sikap, kelainan tipe otot ini cenderung tegang dan memendek diantaranya adalah otot-otot postural seperti m.quadratus lumborum, group ekstensor trunk yang terdiri diantaranya adalah m. erector spine, m. longisimus thorakis, m. rotators, m. multifidus, group fleksor panggul yang meliputi : m. Illiopsoas, m. tensor fascia latae, m. rektus femoris, group eksorotasi panggul yang meliputi m. piriformis, m. adductor panggul, group hamsting dan m. gastrocnemius dan soleus. 2.2.5.4.2. Otot cepat/ Tipe II/ Otot Fasik (fast twitch fiber/ fastglycolitic/FG). Disebut juga white muscle karena berwarna lebih pucat, yang banyak mengandng myofibril (tidak tahan lama terhadap tekanan) kontraksi lebih cepat dan tegas tetapi lebih cepat lelah, sistem energi yang digunakan adalah an-aerobic (non-oksidatif), berwarna putih, menghasilkan gerakan-gerakan halus dengan ketrampilan gerak, yang berfungsi untuk gerakan cepat dan kuat, yang berasal dua macam serabut yaitu serabut otot tipe 2A yang kelelahannya rata-rata intermediate (sedang) dan serabut tipe 2B yang kelelahannya sangant cepat. Kelainan tipe otot ini cendrung lemah dan lembek diantaranya adalah otototot perut, otot gastrocnemius, otot gluteus maksimus dan minimus, otot peroneal, otot tibialis anterior, otot extra ocular, dan otot-otot tangan. Kandungan tipe otot tersebut tergantung dari fungsi kelompok otot tertentu. Kelompok otot yang dibutuhkan untuk aktivitas dan gerakan kuat dan cepat akan mengandung serat otot cepat (fast twitch fiber) yang lebih banyak , sedangkan otot-otot yang memerlukan kontraksi lama banyak mengandung serat otot lambat
20
(slow twitch fiber) . perbedaan ini telah diteliti pada atlit, dimana atlit marathon memiliki kandungan serabut otot tipe I sebesar 60 – 90% dan tipe II 10 – 40% sedangkan atlit spinter memiliki serabut tipe I sebesar 25 – 45% dan tipe II sebesar 55 – 75% (Power & Howley, 1990). Latihan penguatan (Strengthening Exercise) dapat meningkatkan ukuran dan kekuatan, baik serat otot lambat (slow twitch fiber) dan serat otot cepat (fast twitch fiber). Ketika motor unit memerintahkan serat otot untuk berkontraksi, semua serat otot berkontasi pada kapasitas penuh. Motor unit yang direkrut ketika berkontraksi tergantung pada jumlah kekuatan, contoh bila mengambil benda ringan, motor unit yang digunakan lebih sedikit dibandingkan ketika mengangkat benda berat. Latihan kekuatan (strengthening exercise) dapat meningkatkan kemampuan tubuh untuk merekrut motor unit, ini disebut muscle learning – dimana dapat meningkatkan kekuatan bahkan sebelum ukuran otot meningkat. 2.3. Daya Tahan Punggung dalam Duduk Daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang relative lama. Daya tahan duduk adalah kemampuan otot-otot Vertbera untuk melakukan tugas gerakan duduk yang membebani otot dalam waktu yang cukup lama, untuk aktivitas duduk. Bila profesi anda mengharuskan anda duduk lama berjam-jam di tempat kerja, melakukan relaksasi dan peregangan dapat menghindari anda dari rasa nyeri . Di manapun anda bekerja, di kantor, di pabrik, di pasar, dan di rumah pasti tidak terlepas dari posisi duduk. tukang jahit, tukang sayur, kasir, murid sekolah, pegawai bank, pegawai perusahaan, pekerja di depan komputer, penjaga tol, sopir,
21
dan pedagang juga tidak terlepas dari bekerja dengan posisi duduk. Ada kaitannya antara duduk dengan kesehatan, sekitar 60% orang dewasa mengalami nyeri punggung bawah karena masalah duduk. Suatu penelitian di sebuah rumah sakit menunjukkan bahwa pekerjaan dengan duduk lama (separuh hari kerja) dapat menyebabkan hernia nukleus pulposus , yaitu saraf tulang belakang terjepit di antara kedua ruas tulang belakang sehingga menyebabkan nyeri punggung juga rasa kesemutan yang menjalar ke tungkai sampai ke kaki. Bahkan, bila parah, dapat menyebabkan kelumpuhan. Mengapa duduk lama dapat menyebabkan nyeri punggung bawah. Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otototot punggung menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya, bila ini berlanjut terus menerus akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus. Bila tekanan pada bantalan saraf pada orang yang berdiri dianggap 100%, maka orang yang duduk tegak dapat menyebabkan tekanan pada bantalan saraf tersebut sebesar 140%. tekanan ini menjadi lebih besar lagi 190% bila ia duduk dengan badan membungkuk ke depan. namun, orang yang duduk tegak lebih cepat letih karena otot-otot punggungnya lebih tegang. Sementara orang yang duduk membungkuk kerja otot lebih ringan, namun tekanan pada bantalan saraf lebih besar. Setelah duduk selama 15-20 menit, otototot punggung biasanya mulai letih, mulai dirasakan nyeri punggung bawah. Penelitian terhadap murid sekolah di Skandinavia menemukan 41,6 persen yang menderita nyeri punggung bawah selama duduk di kelas, terdiri dari 30 persen yang duduk selama satu jam, dan 70 persen yang duduk lebih dari satu jam.
22
Bila merasakan nyeri punggung bawah, hal pertama yang perlu dilakukan adalah berdiri. Relaksasi setiap 20-30 menit sangat penting untuk mencegah ketegangan otot. Berdiri dan meluruskan punggung bawah beberapa kali sangat menolong. Jalan-jalan satu jam sekali juga sangat menolong mengurangi ketegangan otot. Hal-hal yang harus dihindari selama duduk supaya tidak terjadi nyeri punggung bawah antara lain jangan duduk pada kursi yang terlalu tinggi, duduk dengan membengkokkan punggung, atau duduk tanpa sandaran di punggung bawah (pendukung lumbal). Selain itu, selama duduk perlu menghindari duduk dengan mencondongkan kepala ke depan karena dapat menyebabkan gangguan pada leher, duduk dengan lengan terangkat karena dapat menyebabkan nyeri pada bahu dan leher, serta duduk tanpa sokongan lengan bawah karena dapat menyebabkan nyeri pada bahu dan punggung. Sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada di belakang serta bokong menyentuh belakang kursi. Seluruh lengkung tulang belakang harus terdapat selama duduk. Caranya, duduklah di ujung kursi dan bungkukkan badan seolah terbentuk huruf C. Setelah itu, tegakkan badan buatlah lengkungan tubuh sebisa mungkin. Tahan untuk beberapa detik kemudian lepaskan posisi tersebut secara ringan (sekitar 10 derajat). Posisi duduk seperti inilah yang terbaik. Duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki bila perlu) dan sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak menggantung. Hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit.
23
Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi atau meja, jaga bahu tetap rileks. Bila duduk dengan kursi beroda dan berputar, jangan memutarkan punggung selama duduk, sebaiknya putarkan seluruh tubuh. Bila berdiri dari posisi duduk, usahakan berdiri dengan meluruskan kedua tungkai. Hindari membungkukkan badan ke depan pinggang, segera luruskan punggung dengan
melakukan
10
kali
gerakan
membungkukkan
badan
selama
berdiri. Selain tindakan pencegahan tersebut di atas, yang terpenting adalah perlu adanya program kegiatan olahraga sunam untuk mengurangi maupun mencegah nyeri punggung bawah pada setiap pekerja sebelum memulai hari kerjanya. Di samping itu, hal penting lain yang tidak boleh dilupakan adalah desain kursi yang ergonomis. Sikap duduk yang benar adalah pertama duduk dengan sikap membungkuk ekstrem. Kemudian setelah beberapa detik, secara perlahan tegakkan punggung dan lengkungkan. (Jangan mempertahankan terlalu lama posisi ini karena dapat menyebabkan ketegangan otot punggung). Kemudian, relaksakan lengkung lumbal sekitar 10 persen agar sikap tubuh benar. Bekerjalah dengan sikap seperti ini selama duduk. 2.4. Biomekanik vertebra lumbal dan biomekanik duduk. 2.4.1. Biomekanik vertebra lumbal Biomekanik adalah studi tentang struktur dan fungsi dari system biologis dengan mekanika. Ditinjau dari keluasan gerak sendinya, sendi tersebut termasuk sendi amphiartrosis (hyaline joint). Adapun bidang geraknya antara lain bidang gerak sagita, transversal dan frontal sedangkan gerakan yang terjadi yaitu
24
fleksi, ekstensi, rotasi, dan latero fleksi. Pada pemeriksaan gerakan dari columna vertebralis ini mengambil titik pusat pada sendi lumbosaral (kapandji, 2010). 1) Gerakan fleksi lumbal Gerakan ini menempati bidang sagital dengan axis gerakan frontal. Sudut yang normal gerakan fleksi lumbal sekitar 600. Gerakan ini dilakukan oleh otot fleksor yaitu otot rectus abdominis dibantu oleh otot-otot ekstensor spine (Kapandji, 2010). 2) Gerakan ekstensi lumbal Gerakan ini menempati bidang sagital dengan axis frontal. Sudut ekstensi lumbal sekitar 350. Gerakan ini dilakukan oleh otot spinalis dorsi, otot longisimus dorsi dan iliocostalis lumborum (Kapandji, 2010). 3) Gerakan Rotasi Terjadi di bidang horizontal dengan aksis melalui processus spinosus dengan sudut normal yang dibentuk 450 dengan otot penggerak utama m.iliocostalis lumborum untuk rotasi ipsi lateral dan kontra lateral, bila otot berkontraksi terjadi rotasi ke pihak berlawanan oleh m.obliqus eksternus abdominis. Gerakan ini dibatasi otot rotasi samping yang berlawanan dan ligament interspinosus (Kapandji, 2010).
25
4) Gerakan lateral fleksi Fleksi pada bidang frontal dan sudut normal yang dibentuk sekitar 300 dengan otot penggerak m.obliqus
internus abdominis, m.rektus
abdominis (Hislop and Montgomery, 2013). 2.4.2. Biomekanik duduk Dibandingkan berdiri, duduk mengurangi kinerja lumbal lordosis dan menambah atau meningkatkan aktifitas otot-otot tulang belakang, tekanan pada diskus, dan tekanan pada ischium tuberositas. Pada posisi duduk berat badan akan terdistribusi pada tuberositas ischium, peningkatan tekanan beban pada spinal, beban statis pada ligament pada lumbal akan menyebabkan otot para spinal mengalami ketegangan otot dan hyperexitabilitas. Akumulasi metabolit dari beban statis diduga mempercepat degenarasi diskus intervertrebralis. 2.5. Ergonomi Ergonomi
adalah
suatu
ilmu
tentang manusia
dalam
usahanya
meningkatkan kenyamanan dilingkungan kerja. Metode dengan pendekatan dengan menganalisa hubungan fisik antara manusia dan fasilitas. Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hukum atau peraturan) dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek – aspek manusia dalam lingkungan kerja yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat kerja, rumah, dan tempat rekreasi (Nurmianto, 1996).
26
Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik pada sektor modern, maupun pada sektor tradisional dan informal. Penerapan dalam pengaturan sikap, tata cara, penerapan kerja, peralatan kerja, dan beban kerja yang keseluruhannya harus disesuaikan dengan bentuk dan ukuran tubuh tenaga kerja (Santoso, 2001). Manfaat dan tujuan penerapan ilmu ini untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat bekerja. Dengan demikian ergonomi berguna sebagai media pencegah terhadap keluhan nyeri punggung sedini mungkin sebelum nantinya berakibat kronis dan fatal (Nurmianto, 1996). Berikut ini beberapa hal-hal penting yang harus diperhatikan sebagai seorang pekerja agar memberikan kenyamanan, kesehatan saat bekerja dengan memperhatikan beberapa tips duduk Ergonomi; 1. Posisi duduk 1.1. Posisi paha horizontal, sejajar dengan lantai posisi telapak kaki menapak ke tanah. Bila tidak, berarti posisi duduk Anda terlalu tinggi. 1.2. Bantalan kursi menopang punggung bagian bawah, sehingga punggung tetap tegak 1.3. Rubah posisi duduk Anda secara berkala selama bekerja, karena duduk dalam posisi yang tetap dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan ketidaknyamanan. 1.4. Punggung santai tapi tidak membungkuk. 1.5. Kepala tak membungkuk atau terlalu condong ke depan.
27
2. Monitor 2.1. Pastikan layar monitor dalam kondisi bersih, sehingga tak ada noda yang menghalangi pandangan mata. 2.2. Atur setelan brighthness dan kontras layar secukupnya sehingga nyaman. Atur posisi layar monitor agar tak memantulkan cahaya yang menyilaukan mata 2.3. Atur posisi bagian atas layar sejajar atau sedikit di bawah pandangan mata. 2.4. Jarak antara mata ke layar antara 50-60 cm 3. Posisi Meja 3.1. Letakkan keyboard pada posisi yang membuat lengan terasa rileks 3.2. Posisi siku dengan meja membentuk sudut 90 derajat. 3.3. Pergelangan tangan pada posisi netral, lurus dan nyaman.
Gambar 2.3. Ergonomi Posisi duduk (Dokumentasi Pribadi).
28
2.5.1. Sikap dan Posisi Duduk Tulang punggung merupakan bagian tubuh yang memiliki peranan sangat besar dalam menjaga kestabilan tubuh. sebagian besar aktivitas sehari-hari dapat dilakukan dalam posisi duduk, sehingga penting untuk mengetahui posisi tubuh saat duduk yang benar untuk menjaga kesehatan tulang punggung Posisi Duduk Yang Benar : 1. Duduk tegak dengan punggung lurus dan bahu ke belakang. Paha menempel di dudukan kursi dan bokong harus menyentuh bagian belakang kursi. Tulang punggung memiliki bentuk yang sedikit melengkung ke depan pada bagian punggung, sehingga dapat diletakkan bantal untuk menyangga kelengkungan tulang punggung tersebut. 2. Pusatkan beban tubuh pada satu titik agar seimbang. Usahakan jangan sampai membungkuk. Jika diperlukan, kursi dapat ditarik mendekati meja agar posisi duduk tidak membungkuk. 3. Posisi lutut mempunyai peranan penting juga. Untuk itu tekuklah lutut hingga sejajar dengan pinggul. Usahakan untuk tidak menyilangkan kaki. 4. Jika dudukan kursinya terlalu tinggi, penggunaan pengganjal kaki juga membantu menyalurkan beban dari tungkai. 5. Jika ingin menulis tanpa meja, gunakanlah pijakan di bawah kaki namun posisi kaki tetap sejajar dengan lantai. Akan tetapi hal ini sebaiknya tidak dilakukan terlalu lama karena akan membuat tulang ekor menahan sebagian beban yang berasal dari paha.
29
6. Usahakanlah istirahat setiap 2 jam sekali dengan cara berdiri, peregangan sesaat, atau berjalan-jalan di sekitar ruangan untuk mengembalikan kesegaran tubuh agar dapat tetap berkonsentrasi dalam belajar 7. Tangan dibuat senyaman mungkin di atas meja, namun jangan lupa untuk mengistirahatkan lengan dan siku. Jika diperlukan, dapat menggunakan sandaran tangan untuk membantu mengurangi beban pada bahu dan leher Anda agar tidak mudah lelah. 8. Jika ingin mengambil sesuatu yang berada disamping atau di belakang, jangan memuntir punggung. Putarlah keseluruhan tubuh sebagai satu kesatuan. 2.5.2. Analisa singkat aktivitas KPDD. Aktivitas yang sering dilakukan oleh wanita pekerja kantor adalah duduk. Duduk adalah suatu posisi tubuh torso vertikal dengan beban badan bertumpu pada bokong (the free dictionary, 2006). Dibanding dengan berdiri, duduk memberikan kenyamanan dan kestabilan. Duduk dengan posisi yang baik adalah duduk dengan sandaran dengan posisi kepala tegak, lengan dan tungkai rileks serta dapat memberikan stabilitas yang baik. Posisi idealnya kursi yang baik untuk duduk adalah yang dapat mendukung postur tubuh. Desain kursi terkadang menjadi problema tersendiri karena pada kenyataannya postur tubuh yang berbeda-beda
sehingga
sulit
untuk
mendesain
kursi
yang
benar-benar
mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Berbagai pendapat telah dikemukakan tentang posisi duduk yang ergonomis ketika duduk dikursi atau ditempat lain. Duduk yang benar yakni dengan
30
punggung lurus, bahu dan bokong di belakang menyetuh belakangan kursi. Lalu bungkukkan badan seolah terbentuk huruf C. Setelah itu, tegakkan badan dan buat lengkungan tubuh serta tahan beberapa detik lalu lepaskan posisi tersebut secara ringan (sekitar 100). Duduklah dengan lutut tetap setinggi panggul dan kedua tungkai sebaiknya tidak saling menyilang. Hindari duduk dan membungkukkan badan kedepan dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit, segera luruskan punggung dengan melakukan 10 kali gerakan membungkukkan badan selama berdiri (Anonim, 2003). Bekerja dalam posisi duduk dengan sandaran yang tepat memberikan keuntungan yakni kurangnya kelelahan pada kaki, terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah, berkurangnya pemakaian energi dan kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah. Arnita (2006), untuk kasus duduk dalam jangka waktu yang lama, sebenarnya tubuh hanya bisa mentolerir tetap berdiri dengan satu posisi hanya selama 20 menit. Jika lebih dari batas tersebut, perlahan-lahan elastisitas jaringan akan berkurang dan akhirnya tekanan otot meningkat dan timbul rasa tidak nyaman pada daerah punggung. Apabila otot-otot punggung tersebut menerima beban statis saat duduk jangka waktu lama, maka dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculokeletal disorders (MSDs) atau cidera pada sistem musculokeletal ( Lemasters,1996). Selain itu tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk dari pada saat berdiri atau berbaring. Jika diumpamakan tekanan tersebut 100 %, maka cara duduk yang tegang atau kaku dapat menyebabkan tekanan
31
mencapai 140 % dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk kedepan menyebabkan tekanan sampai 190 %. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas kerja otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan. Kenaikan tersebut dapat meningkat dari suatu perubahan dalam lekukan tulang belakang yang terjadi pada saat duduk. Suatu keletihan dari pinggul tidak akan timbul hanya dengan rotasi dari tulang pada sambungan (Persendian Tulang Paha) sekitar 900 otot-otot lutut (hamstring) dan otot-otot pada bagian belakang paha belakang dihubungkan sampai bagian belakang pinggul dan menghasilkan suatu rotasi parsial dari pinggul (Pelvis) termasuk tulang ekor (sacrum). Hal tersebut hanya menghasilkan sekitar 600 sampai 900 kelebihan putar pinggul dengan rotasi pada persendian tulang paha itu sendiri. Oleh sebab itu perolehan 300 dari rotarsi pinggul (pelvis) searah dengan lekukan tulang belakang kearah belakang (lordosis) dan bahkan memperkenalkan suatu lekukan tulang belakang kearah depan (Kyposis). Dua bagian ruas tulang belakang (lumbal) yaitu L4/L5 dan L5/S1 adalah yang paling sering dipengaruhi yang termasuk dalam. Kiposis
sering terjadi akibat sikap duduk terlalu kedepan.
Tekanan antar Stipped disc “ syndrome ruas tulang belakang akan meningkat pada saat duduk jika dihubungkan oleh rata-rata degenerasi dari bagian tulang yang saling bertekanan. Peningkatan tekanan stressor pada punggung bawah (yakni pada kulit, bantalan lemak, otot, ligamen, fasia, kapsul sendi, periosteum, tulang subkondral dan dinding pembuluh darah) menimbulkan rangsangan pada nosiseptor. Dimana nosiseptor akan melepaskan zat-zat kimia endogen yang akan mentransduksi
32
stimuli ini menjadi nyeri (nosiseptif) melalui mekanisme yang belum diketahui dengan pasti. Ada 3 tipe kimia endogen untuk nyeri yakni : 1) yang menghasilkan nyeri lokal secara langsung (misalnya bradiklinin, histamin, asetilkolin dan kalium), 2) yang memfasilitasi nyeri dengan cara mensitisasi nosiseptor tanpa menstimulasinya (misalnya prostaglandin, leukotrien, interleukin dan tromboksan) dan 3) yang menghasilkan ekstravasasi neuropeptida misalnya bahan P dan calsitonin generalated peptide (CGRP). Pelepasan bahan P dan neuropeptida secara berlebihan akan membantu terjadinya efek priinflamasi di jaringan dan akan menyebabkan inflamasi neurogenik yang dapat menjadi kontributor terjadinya sindroma nyeri kronik (Tan JC, Horn SE, 1998). Setelah melalui proses transduksi (rangsang noksius diubah menjadi potensial listrik) dan transformasi (perubahan menjadi rentetan potensial aksi) pada level reseptor, impuls nyeri akan ditransmisikan melalui serabut-serabut yang berakhiran bebas dalam saraf tepi menuju ke kornu posterior / dorsalis medula spinalis.
Serabut afferent sensorik mencapai medula spinalis melalui
radiks posterior dan di sini serabut-serabut cenderung membentuk berkas-berkas dan dimana berkas nyeri menempati bagian ventral dan akan membentuk sinaps. Sinaps I berada di substansia gelati-nosa Rolandi (SG) dimana di daerah ini terjadi suatu sistem rilei, yaitu suatu sistem kontrol yang disebut teori Kontrol Pintu Gerbang / Gate Control Theory (Melzack and Wall, 1965). Menurut mereka rangsangan terhadap serabut nosiseptor (A delta dan C) menyebabkan SG tidak aktif sehingga gerbang terbuka dan ini memungkinkan impuls noksius diteruskan ke sentral sehingga sensasi nyeri akan dirasakan. Apabila terjadi aktivitas pada
33
sel-sel interneuron di SG dengan kata lain SG menjadi aktif sehingga terjadi peningkatan kontrol pre-sinapsis sehingga gerbang akan menutup yang berujung terhinhibisinya transmisi impuls nyeri ke sistem sentral sehingga kualitas nyeri akan menurun (Newton AR, 1990). Kemudian dari medula spinalis, impuls nyeri selain ditransmisikan melalui traktus spinotalamikus kontralateral ke nuklei talamikus lateralis dan medialis juga melalui traktus spinoretikularis ke batang otak. Serat-serat yang bermielin (A delta) me-relay stimuli nyeri ke neotalamus dan korteks somato-sensori dimana kualitas nyeri mulai dapat didiskriminasikan dan letaknya dapat dilokalisasi sehingga seseorang dapat segera menarik diri dari stimulus noksius. Di sisi lain serta tipe C akan melakukan sejumlah kontak sinapsis di batang otak, otak tengah dan sistem limbik kortikal. Karena sifatnya yang menetap serta tipe C terutama bertanggung jawab atas perilaku yang terkondisi (conditioned behavior) dan penghindaran yang dipelajari (learned avoidance). Tanggap rangsang afektif yang bersifat negatif terhadap stimulus nyeri seringkali juga bisa terjadi seperti ansietas yang meningkat, pelepasan stress hormone dan katekolamin (Tan JC dan Horn SE, 1998). Serabut A delta dan C juga akan berhubungan dengan formatio retikularis dimana dari sini akan muncul serabut efferent setrifugal ke arah bawah yang memungkinkan terjadinya mekanisme inhibisi nyeri (descending pain suppression system). Pusat-pusat di sini antara lain nukleus rafe, nukleus retikularis dan periaquaductal grey matter (PAG) yang bisa dipacu untuk menghasilkan endorfin dan enkepalin yang mempunyai pengaruh inhibisi terhadap impuls nyeri.
34
Impuls nyeri yang menstimulasi sistem saraf simpatetik pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas nyeri, misalnya pada sympathetically maintened pain (SMP) dan reflex sympathetic disthropy (RSD). Peningkatan tonus simpatik menghasilkan vasokonstriksi perifer sehingga menimbulkan iskemik perifer yang memperberat nyeri dan ini terjadi sebagai akibat impuls afferen nosiseptif yang masuk secara terus menerus dan berulang-ulang sehingga sel-sel di kornu dorsalis medula spinalis menjadi hipersensitif. Terminal saraf simpatetik akan melepaskan norepinefrin yang mengaktivasi noiseptor sehingga memicu terjadinya impuls nyeri (Tan HC, 1998). Selanjutnya impuls nyeri tersebut akan memicu respon reflek spinal segmental yang menyebabkan spasme otot dan vasokonstriksi (Tan, 1998). Spasme otot yang terjadi di sini merupakan suatu mekanisme proteksi, karena spasme otot akan membatasi gerakan sehingga dapat mencegah kerusakan yang lebih ebrat, namun dengan adanya spasme otot ini, juga terjadi vasokontriksi pembuluh darah yang menyebabkan iskemia dan sekaligus menjadi titik picu (trigger point) terjadinya nyeri (Meliala & Pinzon, 2003). Nyeri gerak akibat spasme otot punggung bawah ditandai dengan nyeri gerak seluruh daerah yang bersangkutan, kehilangan ruang gerak kelompok otot yang bersangkutan (loss of range of motion) dan terasa nyeri bila kelompok otot tersebut diregangkan (Soedomo, 2002). 2.6. Reaksi Otot dan Bentuk Latihan 2.6.1. Cara Otot Melakukan Respon Otot rangka manusia memiliki dua jenis syaraf penerima yang berbeda urat syaraf receptors, yaitu muscle spindle dan Golgi tendon organs. Muscle
35
spindle merupakan struktur syaraf yang rumit terletak secara paralel di sepanjang serat-serat otot. Muscle spindel dikenal sebagai otot intrafusal karena letak struktur syaraf tertutup dalam perpaduan bentuk spindle yang melebur. Golgi tendon organs (GTOs) terletak pada urat daging (tendons) dekat dengan serat otot. Kedua syaraf otot tersebut merupakan inti dari syaraf penerima yang berperan dalam peregangan. Muscle spindle berperan dalam perubahan panjang ukuran otot dan mempengaruhi tingkat kecepatan dari perubahan ukuran tersebut. Sedangkan GTOs berperan dalam memberikan isyarat akan kekenyalan maupun kekuatan otot. 2.6.2. Refleks Meregang Stretch Reflex (reflex meregang) merupakan suatu operasi dasar dari sistem syaraf yang membantu menjaga kesehatan otot dan mencegah luka. Stretch reflex dapat kita identifikasi pada saat otot diregangkan. Otot yang sedang meregang, akan memanjang (menjadi lebih panjang) pada serat-serat otot, yaitu serat-serat extrqfusal dan muscle spindles-nya. Perubahan bentuk pada muscle spindles tersebut mengakibatkan terjadinya pembakaran pada stretch reflex, kemudian terjadilah kontraksi pada otot. 2.6.3. Reciprocal Innervation Otot-otot kita melakukan fungsinya secara berpasangan, oleh karena itu pada saat kumpulan otot agonist dalam keadaan berkonstraksi maka otot antagonist yang berlawanan dalam keadaan rileks. Pengelompokkan atau penggolongan dari otot-otot yang saling berlawanan (agonist dan antagonist) dinamakan Reciprocal Innervation. Contoh, pada saat
36
membengkokkan lengan pada daerah siku dengan mengkonstraksikan otototot biceps, maka otot-otot triceps yang biasanya berperan meluruskan lengan pada siku harus rileks. Apabila ini tidak terjadi, akibatnya kedua bagian otot tersebut akan saling tarik-menarik dan akan menghambat terjadinya gerakan. Demikian pula pada saat mencoba untuk meluruskan (meregangkan) lengan, otot-otot biceps harus dalam keadaan rileks. 2.6.4. Inverse Myotatic Reflex Inverse myotiatic reflex menyebabkan relaksasi pada otot-otot tak sadar secara tiba-tiba ketika melakukan peregangan. GTOs diduga berperan adanya reflex ini. Nama lain inverse myotatis reflex adalah autogenic inhibition, lengthening raction, atau clasped-knife reflex. Cara kerja GTOs adalah pada saat intensitas kontraksi otot atau kontraksi peregangan pada tendon melampaui titik kritis tertentu, dengan segera terjadi reflex untuk menghalangi kontraksi otot tersebut, sehingga saat itu juga ketegangan otot menjadi berkurang. Reaksi tersebut hanya dapat terjadi apabila rangsangan dari GTOs cukup memiliki kekuatan untuk menolak rangsangan excitory dari muscle spindles. Relaksasi ini merupakan mekanisme protektif, yaitu suatu instrumen pengaman yang digunakan untuk mencegah cedera pada tendon dan otot. Inverse myotatic reflex mempunyai dua implikasi dalam peregangan. Pertama, ketika seseorang sedang mencoba mempertahankan posisi meregang sehingga otot-otot benar-benar dalam keadaan tegang, sampai mencapai titik batas yang dapat dijangkau di mana tegangan otot menyebar
37
pada daerah yang dapat dijangkau sehingga otot-otot dapat meregang lebih jauh lagi. Kedua, dengan menggunakan strategi peregangan yang dinamakan teknik contracr rilex, maka relaksasi dapat diperoleh pada otot yang sedang diregangkan. 2.7. Back Exercise Back exercise mempunyai manfaat untuk memperkuat otot-otot perut dan otot-otot punggung sehingga tubuh dalam keadaan tegak secara fisiologis. Back exercise yang dilakukan secara baik dan benar dalam waktu yang relatif lama akan meningkatkan kekuatan otot secara aktif sehingga disebut stabilisasi aktif. Peningkatan kekuatan otot juga mempunyai efek peningkatan daya tahan tubuh terhadap perubahan gerakan atau pembebanan secara statis dan dinamis. Back exercise juga akan memperbaiki sistem peredaran darah sehingga mengatasi terjadinya pembengkakan yang dapat mengganggu gerakan dan fungsi sendi. Back exercise juga akan mengurangi nyeri melalui mekanisme gerbang kontrol dan pengurangan nyeri melalui Beta endorpin. Umumnya perbaikan nyeri tidak terdapat pada keseluruhan latihan dan kemungkinan tidak dapat berperan dalam pengurangan nyeri pada latihan punggung bawah (Borenstein & David, 1989). Prinsip latihan pada penderita nyeri punggung bawah muskuloskeletal. a. Memperbaiki postur tubuh, mengurangi hiper lordosis lumbal. b. Membiasakan diri untuk melakukan gerakan-gerakan yang sesuai dengan mekanik tulang belakang.
38
Sehingga sesuai dengan sikap standar yang didefinisikan oleh Posture Committee of the American Academy of Orthopaedic Surgery (1947), "Skeletal aligment sebagai bagian dari tubuh yang seimbang yang melindungi struktur penyokong tubuh dari trauma dan deformitas yang progresif." Definisi skeletal alignment adalah tidak hanya meliputi kolumna vertebralis saja tetapi juga semua komponen muskuloskeletal yang berhubungan dengan kolumna vertebralis. Tubuh yang tegak memiliki 4 kelengkungan yang harus seimbang pada pusat gaya berat. Oleh karena itu komposisi fisiologi dan
pengaturannya tubuh harus
disokong oleh tekanan dan pengeluaran energi yang minimal. Kepala harus disokong pada pusat gaya berat struktur vertebra dan kedua kaki. Semua kelengkungan kolumna vertebralis dan sudut yang dibentuk oleh struktur ekstra vertebra harus dipusatkan pada pusat gaya berat hal ini diperoleh dengan kekuatan otot yang berimbang. Sedangkan secara operasional pemberian latihan penguatan otot punggung bawah ditujukan untuk : a. Memperkuat otot-otot fleksor lumbosakral terutama otot dinding abdomen dan otot gluteus. b. Mengurang ketegangan otot. c. Meregangkan otot-otot
yang
memendek
terutama otot-otot ekstensor
punggung, otot hamstring dan otot quadratus lumborum. d. Mengurangi gaya yang bekerja pada tulang punggung dengan cara mengurangi beban badan dan koreksi postur.
39
Back Exercise yang saya lakukan adalah konbinasi dari William Flexion Exercise (latihan ini lebih banyak pengukuran punggung) dan Mc Kenzie Exercise (latihan penguatan ekstensi). Bentuk program latihan yang lazim diberikan kepada penderita dengan keluhan nyeri punggung bawah di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lain biasanya bersifat latihan gentle atau hati-hati, yaitu dilakukan secara "pasif", artinya gerakan-gerakan tubuh dalam latihan tersebut dilakukan oleh terapis. Namun program latihan dapat diberikan dan dilakukan secara aktif oleh penderita sendiri seperti gerakan-gerakan dalam senam, di sini peneliti mengemukakan 2 metode latihan yang ditujukan secara khusus yang melibatkan otot-otot punggung bawah yaitu latihan metode William dan latihan metode Mc.Kenzie. Untuk mendapatkan hasil yang baik, Back Exercise sebaiknya dilakukan selamat 30 menit dengan 3 kali perminggu dan tidak boleh ada istirahat. 2.7.1. Latihan Metode William’s Flexion Exercise 2.7.1.1.
Pengertian Metode William’s flexion exercie
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Dr. Paul William’s pada tahun 1937 (Knudsen, 2003). Tujuan dari William’s flexion exercise ini adalah untuk mengurangi tekanan oleh beban tubuh pada sendi faset (articular weight bearing stress) dan meregangkan otot dan fasia di daerah dorsolumbal. Serta bermanfaat mengkoreksi postur tubuh yang salah (Hills, 2006). William’s flexion exercise ini juga dapat meningkatkan stabilitas lumbal karena secara aktif melatih otot-otot abdominal, gluteus maksimus dan hamstring. Disamping itu William’s flexion exercise dapat meningkatkan tekanan intra abdominal yang mendorong
40
kolumna vertebralis ke arah belakang, dengan demikian akan membantu mengurangi hiperlordosis lumbal dan mengurangi tekanan pada diskus intervertebralis (Hooper, 1999). Secara teoritis, William’s flexion exercise ini dapat membantu mengurangi nyeri dengan cara mengurangi gaya kompresi pada sendi facet, dan meregangkan flexor hip dan ekstensor lumbal (Weinsten, 1998). Kontraindikasi dari William’s flexion exercise ini adalah sebagai berikut : instabilitas atau hipermobilitas segmental dari kolumna vertebralis lumbal, misalnya pada keadaan spondilosis, spondilolistesis dan disfungsi sendi facet, hernia diskus; penjalaran nyeri ke tungkai bawah (nyeri radikuler). Latihan ini meningkat tekanan intra abdominalis, maka sebaiknya latihan ini dilakukan secara hati-hati bahkan dihindari pada pasien dengan gangguan kadiovaskuler seperti hipertensi yang tidak terkontrol, riwayat infak miokard akut dan stroke (Tan, 2006). ; 2.7.1.2. Macam latihan William’s flexion exercise antara lain : 1. Pelving tilting Posisi pasien berbaring terlentang dengan posisi kedua lutut fleksi dan posisi kaki datar diatas matras. Tekan atau luruskan punggung ke arah matras. Gerakan ini dipertahankan selama 10 detik. Latihan ini bertujuan untuk menguatkan otot-otot abdominal dan memobilisasi lumbal bagian bawah.
41
Gambar 2.4. Pelvic tilting (Dokumentasi Pribadi) 2. Single knee to chest Posisi pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi dan kedua kaki datar di atas matras. Secara perlahan, tarik lutut kanan dengan kedua tangan sejauh mungkin mendekati dada dan pertahankan selama 10 detik. Kemudian kembali ke posisi semula secara perlahan lahan dan ulangi gerakan yang sama untuk lutut kiri. Latihan ini bertujuan untuk menguatkan otot abdominal dan untuk rileksasi back muscle secara unilateral.
Gambar 2.5. Single knee to chest (Dokumentasi Pribadi)
42
3. Double knee to chest Pada awal seperti pada gerakan pertama dan kedua, namun sekarang gerakan kedua lutut ditarik bersama sama dengan kedua tangan kearah dada semaksimal mungkin. Pertahankan selama 10 detik dan kemudian kembali ke posisi awal secara perlahan lahan. Latihan ini bertujuan untuk menguatkan otot abdominal dan untuk rileksasi back muscle secara bilateral.
Gambar 2.6. Double knee to chest (Dokumentasi Pribadi) 4. Partial sit up Lakukan gerakan pelvic tilting dan pada saat bersamaan naikkan kepala, leher, dan bahu dari matras. Pertahankan dalam waktu 10 detik dan kemudian kembali perlahan ke posisi semula. Latihan ini bertujuan menguatkan otot-otot abdominal.
43
Gambar 2.7. Partial sit up (Dokumentasi Pribadi) 5. Hamstring stretch Berbaring telentang dengan kedua tungkai lurus, kemudian salah satu tungkai diangkat dalam posisi lutut lurus mengarah lurus ke atas, kedua tangan menopang pada bagian belakang paha, pertahankan selama 10 detik, kemudian perlahan lahan tungkai turun ke posisi semula. Lakukan gerakan yang sama untuk tungkai yang lain. Latihan ini bertujuan untuk meregangkan otot punggung bawah dan hamstring yang memendek.
Gambar 2.8. Stretch Hamstring
44
6. Squat Posisi berdiri dengan punggung lurus dan kedua lengan diluruskan ke depan. Posisi kedua kaki sejajar. Kemudian perlahan-lahan jongkok, dengan kedua lengan masih lurus ke depan. Pertahankan 10 detik. Latihan ini bertujuan untuk menguatkan otot quadriceps.
Gambar 2.9. Squad (Dokumentasi Pribadi) 2.7.1.3. Mekanisme William’s flexion exercise dalam meningkatkan KPDD. William’s flexion exercise merupakan suatu latihan dengan tujuan untuk mengulur otot-otot bagian posterior dan juga meningkatkan kekuatan otot abdominal. Dengan terulurnya golgi tendon dan muscle spindle maka diharapkan terjadi efek rileksasi. Adanya rileksasi pada otot-otot daerah dorsal punggung diharapkan akan mempermudah pasien dalam melakukan aktifitas yang dengan kata lain ketika KPDD tidak terganggu, maka aktifitas fungsinya salah satunya aktifitas duduk akan kembali normal.
45
2.7.2. Latihan Metode Mc. Kenzie 2.7.2.1. Pengertian Latihan Metode Mc.Kenzie Latihan metode Mc.Kenzie merupakan suatu teknik latihan dengan menggunakan gerakan badan terutama kebelakang/ekstensi, biasanya digunakan untuk penguatan dan rileksasi otot-otot ekstensor dan fleksor sendi lumbosacralis dan dapat mengurangi nyeri. Latihan ini diciptakan oleh Robin Mc.Kenzie, yang terdiri dari 5 (lima) gerakan. Latihan Mc.Kenzie menekankan peranan aktif pasien didalam melakukan program terapi guna mendapatkan perbaikan/penyembuhan yang maksimal. Robin Mc.Kenzie memberikan argumentasi yang terkenal yaitu “adanya kekuatan yang cukup untuk menimbulkan stress atau menyebabkan terjadinya perubahan posisi pada mobile segment. Yang berujung pada terjadinya ketengangan otot dan hambatan gerak hanya dapat diatasi apabila stress atau perubahan posisi mobile segmen dapat dihilangkan”. 2.7.2.2. Macam latihan Metode Mc.Kenzie antara lain : 1. Prone lying Posisi telungkup dengan kedua tangan sejajar badan dan kepala menoleh kesamping. Atur pernafasan lalu pertahankan posisi selama 5-10 menit sampai pasien rileks. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah sehingga tercapai rileksasi otot-otot back ekstensor.
Gambar 2.10. Prone lying (Dokumentasi Pribadi)
46
2. Prone lying on elbows Posisi telungkup dengan melipat kedua siku untuk bertumpuna badan, pandangan lurus kedepan dan diikuti dengan mengatur pernapasan lalu pertahankan posisi selama 5-10 menit sampai pasien merasa rileks. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah sehingga tercapai rileksasi otot ekstensor.
Gambar 2.11 Prone lying on elbows (Dokumentasi Pribadi) 3. Prone press-ups Posisi telungkup dengan posisi tangan seperti push up lalu gerakan tekan matras atau lantai dengan pinggang badan terangkat ke atas, usahakan pelvis dan kedua lutut tetap menempel pada lantai, pertahankan gerakan selama 6 detik. Latihan ini bertujuan untuk menambah gerak sendi, memulihkan mobilitas dan fungsi lumbal sehingga nyeri dapat berkurang.
47
Gambar 2.12. Prone press-ups (Dokumentasi Pribadi) 4. Progressive extension with pillows Posisi ini hampir sama dengan latihan prone lying on elbows, untuk latihan ada penambahan bantal di bawah bawah dada, jika tidak sakit tambahkan bantal kedua setelah beberapa menit. Pertahankan gerakan selama 10 menit dan untuk kembali ke posisi awal bantal kurangi bantal satu per satu. Latihan ini bertujuan untuk menambah gerak sendi dan memulihkan mobilitas fungsi lumbal sehingga nyeri berkurang.
Gambar 2.13. Progressive extension with pillows (Dokumentasi Pribadi)
48
5. Standing Ekstension Posisi berdiri tegak, kaki agak terbuka dan kedua tangan diletakkan dipinggang, jari terbuka kebelakang lalu ekstensikan badan kebelakang sejauh pasien dan pertahankan posisi selama 6 detik. Latihan ini bertujuan untuk mengambah gerak sendi dan memulihkan mobilitas dan fungsi lumbal.
Gambar 2.14. Standing ekstension
2.7.2.3. Mekanisme Mc.Kenzie dalam meningkatkan KPDD. Aplikasi metode Mc.Kenzie dapat meningkatkan KPDD dikarenakan pada posisi ekstensi akan diperoleh peregangan pada jaringan lunak bagian anterior yaitu ligament longitudinal anterior sehingga akan mengembaikan posisi spine pada posisi ekstensi. Hal ini merupakan suatu counter posisi yang menimbulkan dorongan fiskus ke posterior. Pada otot yang mengalami ketegangan/spasme akan terjadi rileksasi oleh peregangan yang intermiten dan kontinyu terhadap ototantagonis pelemasan ini terjadi karena adanya peregangan yang akan
49
merangasang golgi tendon sehingga terjadi reflek rileksasi otot yang bersangkutan dan peregangan intermiten akan memperbaiki mikrosirkulasi oleh pumping action sehingga mengurangi iritasi pada saraf afferent yang menimbulkan peningkatan tonus otot. Selanjutnya akan terjadi penekanan diskus ke sisi posterior sehingga akan didapat gaya tangensial yang mendorong nucleus ke ventral. Akibat adanya gerakan dinamis ekstensi yang dilakukan berulang maka dapat meningkatkan cairan diskus dan corpus yang kemudian akan menurunkan viscositas nucleus pulposus yang dapat mobilisasi atau mereposisi nucleus ke posisi anterior dan dapat mengurangi iritasi terhadap jaringan sekitarnya. 2.8. Senam Yoga 2.8.1. Definisi Yoga Yoga adalah sebuah ilmu pengetahuan kuno yang berakar dari filosofi Hindu dan bersifat pantheisme (kepercayaan bahwa seluruh alam semesta dan isinya bersifat ilahi). Ilmu ini sangat kompleks dan membicarakan banyak aspek dari manusia, mulai dari tataran fisikal hingga ke tataran spiritual. Praktisi yoga (kerap disebut
yogi) diharapkan menggapai
pencerahan paripurna
(Brahman) yaitu pengetahuan manusia akan hakekat dirinya yang sejati dimana dia menyadari dan menghidupi dirinya sebagai bagian dari continuum semesta. Ketika seorang manusia telah hidup pada tataran spiritual maka ia disebut telah mencapai Brahman (Universal Mind), telah menggapai pencerahan paripurna atau Enlightenment (anneahira 2014). Perlu juga diketahui bahwa ilmu pengetahuan ini telah mengalami fusi dengan masyarakat dunia barat yang rata-rata menganut
materialisme
50
(kepercayaan bahwa physical matter adalah satu-satunya keniscayaan) dan atheis (tidak mengakui adanya konsep ketuhanan). Para yoga yang seperti ini bertujuan mencapai kesempurnaan pengetahuan akan diri dan mendapatkan hidup yang berkualitas, alih-alih mencapai Brahman. Hidup yang berkualitas adalah mendapatkan tubuh yang sehat dan pikiran yang positif. Ada banyak aliran dari yoga, namun ketika diperkenalkan di Amerika Serikat, hatha yoga
aliran yang lebih banyak diapresiasi dan kemudian
berkembang amat pesat. Menurut survei yang dilakukan The Wall Street Journal dan NBC, pada 1998 ada 18 juta warga Amerika Serikat yang menjadi praktisi yoga aktif. Jumlah yang terus berkembang hingga sekarang. 2.8.2. Jenis – jenis Yoga Sejak awal pembentukannya, ada Sembilan bentuk aliran yoga yang disesuaikan khusus dengan kebutuhannya, antara lain : 1) Jhana yoga (penyatuan melalui ilmu pengetahuan). 2) Karma yoga (penyatuan melalui pelayanan ssosial terhadap sesama manusia). 3) Bhakti yoga (penyatuan melalui bakti terhadap Tuhan). 4) Yantra yoga (penyatuan melalui pembuatan bisual/mandala). 5) Mantra yoga (penyatuan melalui suara dan bunyi). 6) Kundalini yoga (penyatuan melalui pembangkitan energy kundalini – the colling serpent chakra dasar). 7) Hatha yoga (penyatuan melalui penguasaan tubuh dan napas). 8) Raja yoga (penyatuan melalui penguasaan pikiran dan mental).
51
Yang paling banyak di lakukan saat ini ada Hatha yoga. Hatha yoga berfokus pada teknik asana (postur), pranayama (olah napas), bandha (kuncian), mudra (gestur), serta rileksasi yang mendalam. Hatha yoga sebenarnya menyiapkan manusia di aspek fisikal agar aspek-aspek lain dari manusia dapat dibenahi dengan mudah. Dengan mengolah tubuhnya, manusia memperoleh kesehatan fisik juga ketajaman dan ketenangan bathin/pikiran Kombinasi dari fisik yang sehat dan bathin yang terjaga menghasilkan watak dan karakter yang kokoh dan mantap. Individu yang seperti inilah yang siap untuk hidup dalam dimensi spiritualitas yang lebih tinggi. Namun proses untuk mencapai hal tersebut tidak mudah. Selama tubuh seorang manusia belum berada pada keseimbangan yang sempurna, maka energi bathin terus menerus terbuang percuma dan kesadarannya selalu terjaga dalam tingkat energi yang rendah. Jadi Hatha yoga mempersiapkan manusia agar harmonis di tingkat fisikal sehingga ia dapat membawa dan mengarahkan dirinya sendiri ke level kesadaran yang lebih tinggi. Berbagai macam gerakan yang disertai cara bernapas yang benar dipercaya dapat meningkatkan kekuatan dan kelenturan, meredakan ketegangan, serta memberikan energi baru pada tubuh. 2.8.3. Gerakan Yoga Adapaun Gerakan Yoga untuk mengurangi nyeri punggung bawah adalah sebagai berikut :
52
1. Supine Hamstring Stretch.
Tahap Pelaksanaan : berbaring terlentang lalu tekuk lutut kanan dan ikatkan tali atau gulung handuk di telapak kaki kemudian luruskan kaki kanan ke atas dan tahan selama 3-5 menit lakukan secara bergantian.
Gambar 2.15. Supine Hamstring Stretch (Dokumentasi Pribadi)
2. Cat Pose Tahap pelaksanaan : Posisikan badan seperti merangkak, telapak tangan sejajar dengan bahu lalu posisi kaki sejajar dengan kedua tangan dan telapak kaki menghadap ke atas kemudian lengkungkan punggung dan tahan posisi selama 3 menit.
Gambar 2.16. Cat Pose (Dokumentasi Pribadi)
53
3. Sphinx Tahap pelaksanaan : Berbaring dengan perut menempel di lantai atau matras, sangga tubuh bagian atas dengan lengan tangan dan letakkan siku sejajar dengan bahu dan tahan posisi ini selama 1-3 menit.
Gambar 2.17. Sphinx (Dokumentasi Pribadi) 4. Locust Post Tahap pelaksanaan : Berbaring dan posisi kaki sejajar dengan punggung sementara lengan letakkan di samping tubuh lalu angkat kaki dan kepala ke atas dan lakukan setinggi yang Anda mampu. Tahan posisi ini 1 menit.
Gambar 2.18. Locust Post (Dokumentasi Pribadi)
54
5. Bow Post Tahap pelaksanaan : Berbaring di lantai lalu tarik tangan ke belakang sambil memegang telapak kaki, lalu Angkat dada sambil paha tetap menempel di lantai. Tahan posisi ini selama 15-20 detik.
Gambar 2.19. Bow Post (Dokumentasi Pribadi) 6. Flank Stretch Tahap pelaksanaan : Berdiri dengan kaki melebar lalu tekuk kaki kanan membentuk sudut 90 derajat, kaki kiri tetap lurus mengikuti tuuh yang condong ke kanan, Tarik napas dan angkat tangan kiri selaras dengan posisi kaki kiri lalu tahan beberapa detik hingga merasakan peregangan di tubuh bagian kiri lalu ulangi untuk sisi kanan.
55
Gambar 2.20. Flank Stretch (Dokumentasi Pribadi) 7. Pigeon Pose Tahap pelaksanaan : Duduk dengan posisi bersila, luruskan kaki kiri ke belakang dan kaki kanan tetap di depan lalu bungkukan badan sedikit ke depan, Biarkan beban tubuh bertumpu pada kaki kanan.
Gambar 2.21. Pigeon Pose (Dokumentasi Pribadi)
56
8. Leg Up Wall Tahap pelaksanaan : Rebahkan tubuh di lantai dan kedua tangan di sisi tubuh lalu angkat kedua kaki ke atas dan sandarkan tembok, Tahan 2-3 menit.
Gambar 2.22. Leg Up Wall 2.8.4. Manfaat latihan senam yoga Senam Yoga yang dilakukan diatas mengutamakan perbaikan, perbaikaan kualitas struktur tubuh, mengurangi ketegangan, dan rileksasi. Latihan yoga yang dilakukan secara rutin memang memberikan sensasi sedikit menyakitkan pada beberapa bagian tubuh, namun sebenarnya membuat seseorang memiliki kesadaran dan kemampuan untuk menguasai tubuhnya menjadi lebih baik. Untuk mendapatkan hasil yang baik, yoga sebaiknya dilakukan selamat 30 menit dengan 3 kali perminggu dan tidak boleh ada istirahat. Karena banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari berbagai postur yoga inilah maka makin banyak dokter yang merekomendasikan yoga kepada para pasiennya. Kemajuan ilmu kedokteran modern juga membantu yoga dengan mengadakan penelitian intensif tentang efek therapeutic yoga dan hasilnya banyak
57
dipublikasikan di jurnal-jurnal medis. Senam Yoga juga dapat membantu proses penyembuhan dari masalah-masalah emosional dan mental. Banyak sekali praktisi yang melaporkan kondisi emosionalnya jauh membaik setelah ia rutin beryoga.. Yoga merupakan ilmu pengetahuan kuno yang melihat manusia sebagai mahluk multi aspek/dimensi. Manusia tidak hanya eksis di tataran fisikal saja, ia juga eksis di tataran mental, emosional, dan spiritual. Keterkaitan tubuh dan jiwa dipengaruhi oleh kelenjar endokrin, yaitu kelenjar yang mengatur efektivitas kerja tubuh yang rumit dengan mengaktifkan kelenjar-kelenjar tertentu untuk mengeluarkan hormon ke dalam aliran darah. Hormon-hormon ini mempunyai bermacam-macam efek, tidak hanya terhadap fungsi-fungsi tubuh, seperti pertumbuhan, pencernaan, pemanasan, energi, seks dan lain-lain, tetapi juga berpengaruh terhadap pikiran. Putus asa, rasa tak berdaya, marah, atau cemburu adalah emosi-emsoi negatif yang dihasilkan dari pikiran-pikiran negatif yang menciptakan ketidakseimbangan hormon dan mengakibatkan bertambahnya produksi sel-sel abnormal. Inilah asal mula timbulnya penyakit. Sebaliknya, perasaan yang positif akan menghasilkan hal-hal positif pula. Karena itulah dalam yoga, selain mengolah aspek fisik, nafas pun diolah karena nafas adalah jembatan antara tubuh dan pikiran. Pikiran juga tak luput diolah dan diberdayakan melalui meditasi. Pada aspek emosi adalah buah dari pikiran yang diolah dengan baik mampu menciptakan emosi yang baik dan positif pula. Mendapatkan emosi yang baik maka nafas menjadi lebih dalam dan relaks, tubuh pun merespon dengan mengeluarkan hormon-hormon dengan lancar sehingga seluruh sistem tubuh bekerja dengan baik. Ini adalah manfaat yang dapat
58
diperoleh dari yoga dan akhirnya keseimbangan yang sempurna antara mind dan body (Anneahira 2014). 2.8.5. Mekanisme latihan yoga dapat meningkatkan KPDD Aplikasi latihan yoga dapat meningkatkan KPDD dikarenakan pada posisi latihan ini akan diperoleh peregangan otot-otot bagian posterior yang akan meningkatkan kekuatan otot abdominal dan ekstensor bagian anterior yaitu ligament longitudinal anterior sehingga akan mengembalikan posisi spine pada posisi ekstensi. Pada otot yang mengalami ketegangan/spasme akan terjadi rileksasi oleh peregangan yang kontinyu terhadap otot antagonis pelemasan ini terjadi karena adanya peregangan yang akan merangsang golgi tendon sehingga terhadi reflek rileksasi otot yang bersangkutan dan peregangan kontinyu akan memperbaiki mikrosirkulasi oleh pumping action sehinggka mengurangi iritasi pada saraf afferent yang menimbulkan peningkatan tonus otot. Selanjutnya akan terjadi penekanan diskus ke sisi posterior sehingga akan didapat gaya tangensial yang mendorong nucleus ke ventral. Akibat adanya gerakan dinamis ekstensi yang dilakukan berulang maka dapat meningkatkan cairan diskus dan corpus yang kemudian akan menurunkan viscositas nucleus pulposus yang dapat mobilisasi atau mereposisi nucleus ke posisi anterior dan dapat mengurangi iritasi terhadap jaringan sekitarnya. Dengan adanya efek rileksasi yang terjadi diharapkan akan mempermudah pasien dalam melakukan aktifitasnya. Dengan kata lain KPDD tidak akan terganggu dan aktifitas duduk akan kembali normal (Jason & Malcoll, 2007).