SHALAT KHUSYU Setiap Harapan Pasti Terwujud
Inilah cara yang pasti untuk mendapatkan jalan keluar bagi semua masalah, untuk mewujudkan setiap harapan, dan untuk memperoleh kebahagiaan hidup. Jalan yang sangat mudah bagi mereka yang beriman.
۩house of sakinah
SHALAT KHUSYU Setiap Harapan Pasti Terwujud E Prastowo ©2011 House of Sakinah
Mohon membaca terlebih dahulu Ketentuan Penerbit
Ketentuan Penerbit
Sufyan bin Abdullah berkata,"Ya Rasulullah, terangkan kepadaku tentang Islam. Aku tidak akan bertanya lagi kepada orang lain." Lalu Rasulullah SAW menjawab, "Ikrarkanlah aku beriman kepada Allah, kemudian berlakulah jujur." (HR. Muslim) House of Sakinah adalah penerbit buku ini, Shalat Khusyu – Setiap Harapan Pasti Terwujud, dalam bentuk ebook maupun cetak. Ebook ini diterbitkan dengan model BACA BERMANFAAT MEMBAYAR, sebuah model penerbitan yang ditujukan untuk melaksanakan ajaran Islam seperti diamanatkan oleh Rasulullah SAW di atas, sekaligus mengkampanyekan tradisi di Indonesia untuk lebih jujur dan baik bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan seni. Adapun ketentuannya dari model yang dimaksud sebagai berikut; 1. 2. 3. 4.
5.
Apabila Anda telah membaca buku ini dan mendapatkan manfaat dari buku ini, Anda wajib melakukan pembayaran ke penerbit. Apabila Anda telah membaca buku ini dan tidak mendapatkan manfaat apapun dari buku ini, Anda tidak wajib melakukan pembayaran ke penerbit. Apabila Anda telah membaca buku ini dan mendapatkan manfaat dari buku ini, namun tidak memiliki kemampuan membayar, Anda tidak wajib melakukan pembayaran. Buku ini dijual dengan harga Rp. .....................,- silahkan Anda isi sendiri menurut nilai kemanfaatan yang Anda peroleh dan yang lebih utama adalah dukungan Anda kepada tradisi penghargaan bagi ilmu pengetahuan dan seni. Untuk pembayarannya hanya dilakukan melalui transfer ke rekening pengelola House of Sakinah, berikut; - Bank BCA. No. Rekening 4451 1340 81 a.n Oktavia Dwi Pratiwi - Bank Bukopin No. Rekening 1006 0063 84 a.n Oktavia Dwi Pratiwi Dipersilahkan untuk menyebarluaskan file ebook ini ataupun link download yang kami sediakan, namun tidak diijinkan menerbitkan ulang buku ini dalam bentuk apapun dan atau menjual kembali/ memperdagangkan buku ini.
Demikian ketentuan penerbit. Terima kasih telah berkenan membaca dan mendukungnya. Semoga buku ini bermanfaat untuk Anda. Untuk informasi lebih lanjut mengenai buku ini, buku-buku lainnya, dan House of Sakinah, silahkan mengunjungi alamat berikut. Email :
[email protected] Twitter : http://twitter.com/houseofsakinah Facebook : http://facebook.com/houseofsakinah House of Sakinah Koordinator Pengelola
Oktavia Dwi Pratiwi
i
Pengantar Penulis Seorang pemuda yang merantau ke kota, meratapi nasibnya. Berbulan-bulan berusaha mengapai harapannya di kota teryata berujung kegagalan. Bukan pekerjaan yang dia dapatkan, justru hidupnya bertambah sulit dengan menipisnya tabungan yang dimilikinya. Akhirnya, pemuda itu kembali ke desa, untuk meminta nasehat kepada ibunya. Dengan sedih ia ceritakan kegagalannya, sang bunda menasehatinya, “shalatlah khusyu.” Pemuda itu berangkat lagi ke kota, namun belum sebulan berlalu dia kembali lagi ke desa, menjumpai ibunya, mengeluh ketidakmampuannya melaksanakan shalat khusyu, ia pun bertanya pada bundanya bagaimana shalat khusyu, sang bunda menjawab, “shalatlah khusyu.” Dengan diliputi ketidaktahuan atas nasehat ibunya, pemuda itu berangkat kembali ke kota. Sebulan kemudian dia pulang lagi ke desa, menjumpai ibunya, dengan bangga diperkenalkannya seorang gadis jelita disampingnya, dan menceritakan bagaimana ia telah berhasil dengan usahanya, sambil menunjukan sebuah mobil baru di depan rumah, sang bunda hanya berkomentar, “shalatlah khusyu.” Semoga buku sederhana ini bermanfaat untuk teman-teman semua. Terimakasih.
E Prastowo
ii
Daftar Isi Ketentuan Penerbit Pengantar Penulis Daftar Isi
i ii iii
1.
Kembali Kepada Tujuan Hidup Jalan Berhubungan Dengan Tuhan
1 2
2. 1. 2. 3.
Memperbaiki Hubungan Dengan Yang Maha Baik Dari Kemalasan Ke Kerinduan Dari Kegelisahan Ke Keyakinan Dari Keraguan Ke Kepastian
6 7 10 13
3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Berusaha Menjadi dan Semakin Khusyu Jangan Menilai Shalatmu dan Shalat Orang Lain Mengetahui Allah yang Kita Sembah Mendahulukan Shalat dari Urusan Lain Mengerti Bacaan Shalat yang Diucapkan Menjadi Diri yang Utuh Saat Shalat Menangkanlah Pertempuran Dengan Setan Relakanlah Shalat Sebagai Kehendak-Nya
16 17 21 23 25 28 31 34
Ucapan terimakasih
38
iii
1. Kembali Kepada Tujuan Hidup
Apakah Anda termasuk di antara orang berikut? Seorang yang sedang dilanda masalah. Sedang bersedih, galau, dan diliputi ketidaktahuan untuk mencari jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi. Atau seorang yang mempunyai harapan, baik harapan untuk diri sendiri, keluarga, maupun untuk orang yang dicintai. Ingin sukses tapi belum berhasil mencapainya, ingin memiliki sesuatu tapi belum mendapatkannya, atau kurang puas dengan hasil dari usaha yang dilakukan. Atau barangkali, seorang yang hidup dalam rutinitas yang teratur yang membuat bosan dengan kehidupan sehari-sehari, hidup tanpa makna, berkecukupan materi tetapi dalam kesepian. Orang yang tidak berbahagia dengan hidup yang dijalani. Bila Anda termasuk di antara ketiga gambaran di atas, atau bahkan semua itu mengambarkan kondisi diri Anda, tenang saja tak perlu risau. Setiap orang, tidak hanya Anda, memiliki masalah, mempunyai harapan, dan ingin hidup bahagia. Tetapi yang perlu Anda ketahui, tidak semua orang bersedia untuk menempuh jalan yang benar dan mudah untuk menyelesaikan masalah serta mewujudkan harapannya. Tahukah Anda jalan itu? Jalan itu adalah shalat serta memohon pertolongan hanya kepada Allah. Bila Anda orang yang beriman, segera sudahi kebinggungan Anda melacak nasib dalam ramalan yang penuh ketidakpastian. Segera hentikan segala macam kekonyolan mempraktekan jurus rahasia, ilmu ajaib, atau mantera super yang menjadikan Anda semakin terombang-ambing dalam ketidakpastian. 1
Segeralah Anda kembali ke jalan yang pasti, shalat serta hanya memohon kepada Allah. Dengan shalat, harapan Anda pasti terwujud.
Jalan Berhubungan Dengan Tuhan Seberat apapun masalah yang Anda hadapi saat ini, sesulit apapun menurut Anda untuk mewujudkan harapan, dan serumit apapun urusan hidup Anda hingga tidak berbahagia menjalaninya, semua itu akan menemukan jalan keluarnya bila Anda BERSEDIA MEMOHON PERTOLONGAN HANYA KEPADA ALLAH. Allah yang akan menyelesaikan masalah Anda. Allah yang akan mewujudkan harapan Anda. Dan Allah jugalah yang akan membuat Anda berbahagia menjalani hidup. Tinggal Anda sendiri, bersedia atau tidak, untuk memohon pertolongan hanya kepada Allah. Sekali lagi, hanya kepada Allah, tidak kepada yang lain. Atau, masih adakah jalan lain untuk menyelesaikan masalah Anda maupun mewujudkan harapan Anda selain memohon hanya kepada-Nya? Bila Anda menjawab ada, hentikanlah membaca buku ini! Lalu lakukanlah yang menurut Anda ada itu, dan jangan lupa dimana Anda menyimpan buku ini, karena Anda akan membacanya lagi. Bila Anda benar-benar bersedia, hanya memohon kepada Allah. Bacalah ayat berikut. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (QS. Al Faatihah [1]:5)
2
Ayat tersebut sering kita baca berulang-ulang, sekarang, coba renungkan ayat tersebut beberapa saat sebelum meneruskan membaca buku ini. Telitilah kata demi kata dan cermatilah yang terkandung di dalamnya. Dalam ayat tersebut, jelas sekali petunjuk kepada kita; hanya kepada Allah menyembah dan memohon. Ini berarti, kita dilarang untuk menyembah selain kepada-Nya sekaligus dilarang untuk memohon pertolongan selain kepada-Nya. Dilarang untuk tunduk serta ikut kepada apapun selain tunduk dan ikut kepadaNya, dilarang untuk menyerahkan diri serta urusan kita selain kepada-Nya, dan dilarang untuk mengiba serta berharap selain kepada-Nya. Dalam ayat tersebut, juga diterangkan, bahwa ada kaitan antara menyembah dengan memohon kepada-Nya. Perintah menyembah dan memohon merupakan satu rangkaian. Tidak ada gunanya kita memohon terus menerus tanpa menyembah-Nya, tanpa menyembah kepada-Nya, permintaan kitapun akan siasia belaka. Menyembahlah serta mintalah, shalatlah dan mintalah pertolongan Allah. Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat,(QS. Al Baqarah [2]:153) Ayat di atas juga menjelaskan, meminta pertolongan kepada Allah haruslah dilakukan dengan sabar dan mengerjakan shalat. Shalat merupakan cara bagi orang-orang yang beriman menyembah Allah, dan sebenarnya dengan shalat jugalah orang mampu untuk bersabar. Shalatlah yang menjadi kunci atau jalan bagi pertolongan Allah. Siapa yang shalat maka dia mendapat pertolongan Allah. Kenapa shalat menjadi kuncinya? Bacalah ayat berikut. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz-Dzariyat [51] : 56) 3
Shalat bukan hanya menjadi kunci bagi diperolehnya pertolongan Allah, shalat juga merupakan inti dari hidup kita, MENYEMBAH ALLAH ADALAH TUJUAN HIDUP. Teranglah sudah, kenapa pertolongan Allah hanya bisa diminta dengan shalat, karena dengan mengerjakan shalat, kita kembali kepada tujuan hidup di dunia ini, kembali kepada tujuan Tuhan menciptakan kita, yakni menyembah-Nya. Di dalam shalat itulah terletak hubungan manusia dengan Allah. Hubungan antara makhluk dengan Tuhan, hubungan antara ciptaan dengan Pencipta. Dan bentuk hubungan itu hanya satu, yakni menyembah. Itulah tujuan Allah menciptakan manusia, dan manusia sebagai ciptaan harus taat dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh penciptanya, dengan menjadikannya sebagai tujuan dari hidup yang diberikan-Nya. Maka siapapun yang kembali kepada tujuan hidupnya, siapapun yang menyembah-Nya, tentu akan ditolong oleh-Nya. Siapapun yang mengerjakan shalat pasti terkabul permohonannya. Lalu, kenapa ada orang yang telah mengerjakan shalat tapi masalahnya belum mendapat jalan keluar? Kenapa harapannya belum terwujud? Kenapa masih tidak bahagia dalam hidupnya? Apakah pertanyaan itu juga Anda ajukan untuk keadaan Anda sendiri? Anda sudah mengerjakan shalat dan sudah berdoa kepada-Nya, tetapi masalah Anda tak kunjung usai, harapan hanya menjadi impian, dan hidup semakin membosankan tiada bahagia. Kalau pertanyaan itu dijawab; bersabarlah! Anda akan bilang sudah ada yang menjawab seperti itu, dan bukankah dengan shalat maka sabar juga menyertainya, seperti dikatakan di atas. Kalau begitu, Anda harus memeriksa kembali shalat yang Anda kerjakan, mengevaluasi kembali shalat yang telah dilakukan. Karena firman Allah itu
4
benar adanya, dan petunjuk Allah itu suatu kepastian. Kitalah yang wajib untuk berkaca diri. Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses dan apabila shalatnya buruk maka dia kecewa dan merugi. (HR. An-Nasaa'i dan Tirmidzi) Rasulullah SAW menjelaskan, bahwa shalat yang akan diperiksa pertama kali saat kiamat nanti, dan ada dua kemungkinan dari hasil pemeriksaan itu, yakni shalatnya baik atau buruk. Rasulullah SAW juga menjelaskan, orang yang shalatnya baik adalah yang beruntung dan sukses, sementara yang shalatnya buruk menjadi kecewa dan merugi. Maka daripada kita menyesal nanti, lebih baik kita perbaiki shalat sekarang juga. Termasuk, bila Anda merasa sudah mengerjakan shalat namun pertolongan-Nya belum juga datang, maka langkah yang harus dilakukan adalah memperbaiki shalat kita. Adakah cara yang lebih mudah bagi terkabulnya permohonan kepada-Nya, selain dengan memperbaiki hubungan kita dengan-Nya?
5
2. Memperbaiki Hubungan Dengan Yang Maha Baik
Banyak orang yang beranggapan bahwa shalat hanya berhubungan dengan urusan akhirat saja. Mengerjakan shalat sekedar memenuhi kewajiban saja dengan maksud untuk mendapatkan hak atas surga di akhirat. Karena hanya mengangapnya sebagai kewajiban untuk kepentingan akhirat, akhirnya shalat justru menjadi beban dalam kehidupan di dunia. Ada juga yang beranggapan, bahwa shalat sekedar ritual spiritual untuk menenangkan hati. Ketika ada masalah atau perasaan yang tidak baik sedang melanda, maka segera bergegas shalat agar hatinya menjadi tenang dan perasaan menjadi lebih baik. Apakah anggapan-anggapan itu keliru? Tidak. Yang keliru adalah orang yang tidak mengerjakan shalat. Namun, kita perlu untuk selalu meningkatkan shalat, agar semakin hari semakin lebih baik, dan semakin dekat dengan Tuhan. Bukankah kita juga sering memikirkan hubungan dengan orang yang kita takuti atau cintai, selalu berusaha untuk semakin baik berhubungan dengan mereka, apakah mereka lebih kita takuti dan cintai daripada Tuhan? Tentunya, kita lebih takut dan cinta kepada Allah melebihi apapun, maka sudah sepantasnyalah kita harus senantiasa memperbaiki hubungan dengan Allah. Dengan semakin baik hubungan kita dengan Allah, maka akan semakin dekat dengan-Nya, hingga apapun yang kita mohon kepada-Nya, pasti Dia berikan. Perbaikilah hubungan dengan Allah dengan memperbaiki shalat. Itulah jalan keluar masalah, cara mewujudkan harapan, penyelesaian dari semua urusan, dan jalan hidup bahagia. Dan itu jugalah yang akan mengantarkan pada kebahagiaan
6
di akhirat, hingga kitapun hidup berbahagia di dunia dan jauh akan lebih bahagia dalam kehidupan akhirat nanti. Lalu bagaimana kita memperbaiki shalat? Memperbaiki shalat tidak semata dengan memperlama waktu dalam shalat, tidak hanya dengan tiba-tiba pergi ke masjid. Yang paling mendasar yang harus diperbaiki adalah tanggapan kita terhadap perintah shalat itu sendiri, bagaimana pikiran kita menangapi seruan shalat? Bagaimana perasaan kita menanggapi pangilan shalat? Pikiran serta perasaan terhadap shalat inilah yang menjadi kunci bagi perbaikan shalat. Sama hal dengan aktivitas lain yang Anda lakukan, Anda akan semangat untuk menjadi semakin baik dalam aktivitas itu bila Anda berpikir serta berperasaan baik terhadap aktivitas itu. Untuk lebih mudah, coba bayangkan bagaimana Anda melakukan aktivitas yang paling disukai atau hobi, dan setelah itu bayangkan bagaimana Anda melaksanakan shalat, bandingkanlah! Bagaimana? Lebih menyenangkan mana bertemu dengan orang yang Anda cintai atau shalat? Apakah saat Anda sedang menonton film atau melakukan hobi menyadari bergeraknya waktu? Dan apakah juga demikian saat melaksanakan shalat? Pikiran dan perasaan kita tentang shalat inilah yang harus diperbaiki.
1.
Dari Kemalasan Ke Kerinduan
Masih ingatkah waktu kita kecil dulu, orang tua sering menyuruh bahkan terkadang memaksa untuk melaksanakan shalat. Walau malas, kitapun shalat karena disuruh oleh orang tua. Tak jarang kita sering menipu orang tua, mengatakan sudah shalat padahal belum melaksanakannya.
7
Kini, saat kita sudah dewasa dan orang tua tidak lagi menyuruh-nyuruh untuk mengerjakan shalat, apakah Anda masih malas melaksanakan shalat? Atau jangan-jangan masih juga menipu dengan menunjukan diri seolah-olah orang yang tekun shalat padahal kenyataannya bermalas-malasan dengannya. Bila Anda masih malas-malasan hingga merasa terpaksa mengerjakan shalat, cobalah perhatikan ayat Al Quran berikut; Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (An Nisaa’ [4]:142) Anda dalam keadaaan bahaya! Malas dalam mengerjakan shalat adalah ciri orang munafik, orang yang menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan itu. Tentu kita tidak ingin menjadi orang munafik, tapi bagaimana bila kenyataannya memang masih malas padahal kita juga ingin untuk tidak malas mendirikan shalat? Mari sadari secara sederhana, kenapa Anda begitu bersemangat pergi makan malam dengan orang yang Anda cintai? Atau kenapa Anda begitu menanti-nanti program acara televisi yang menampilkan artis idola Anda? Jawabannya, karena Anda ingin bertemu dengan orang yang Anda cintai atau puja itu. Berarti, bila Anda malas untuk mengerjakan shalat, sebenarnya Anda malas bertemu dengan yang akan kita temui dalam shalat, ANDA MALAS BERTEMU DENGAN TUHAN. Sungguh keterlaluan memang diri kita apabila ini yang terjadi.
8
Saran: •
Fokuslah pada tujuan jangan fokus pada jalan Bila Anda masih malas mengerjakan shalat, pikirkan dan ingatlah selalu; PERTEMUAN DENGAN ALLAH. Silahkan Anda mau menyebut ini definisi shalat atau apapun, yang jelas kita akan shalat sama dengan kita akan menemui, menghadap, dan menyembah Tuhan.
•
Perhatikanlah perasaan ingin bertemu Tuhan Setiap orang pasti pernah merasakan keinginan untuk bertemu dengan Allah. Setidaknya bila hati sedang bersedih, kita menjadi ingat Allah serta muncul rasa ingin bertemu dengan-Nya. Setiap kali rasa ingin bertemu Allah itu muncul, hentikanlah sejenak kesibukan Anda, perhatikanlah rasa itu. Dengan selalu memperhatikan perasaan Anda yang ingin bertemu dengan Allah, maka perasaan itu akan semakin bertambah besar dan akan semakin sering muncul di diri Anda.
•
Tumbuhkanlah malu kepada Tuhan Ketika Anda bertemu atau sedang bersama dengan orang yang Anda cintai, biasakan luangkan waktu sedetik saja, syukur-syukur bisa lebih lama, untuk mengingat Allah. Juga saat Anda sedang asyik dengan suatu aktivitas yang menyenangkan, ingatlah Allah sebentar saja di tengah-tengah aktivitas itu. Semakin Anda membiasakan akan semakin baik. Jika ini sering dilakukan, lamalama akan tumbuh rasa malu kepada Allah di diri kita dengan sendirinya, hingga tanpa disadari kitapun akan tersipu di dalam kasih sayang-Nya. Perasaan inilah yang memicu rasa rindu Anda kepada Allah. 9
Bila rasa ingin bertemu dengan Allah semakin kuat di diri kita maka dengan sendirinya kemalasan melaksanakan shalat akan hilang dan berubah menjadi kerinduaan kepada-Nya, penuh semangat dan suka cita atas datangnya waktu shalat. Saat seperti itulah, Anda sudah mampu mengendalikan kehendak diri Anda berada dalam kehendak-Nya.
2.
Dari Kegelisahan Ke Keyakinan
Orang yang dihadapkan pada masalah akan mempunyai perasaan tidak nyaman, bisa itu berupa binggung, sedih, lemah, dan semacamnya, yang jelas penuh kegelisahan. Saat seperti itu biasanya menjadi ingat Tuhan, lalu mendirikan shalat. Namun saat kegelisahan itu sudah berubah menjadi ketenangan atau masalah itu sudah terselesaikan, shalatpun lalai kembali, bahkan melupakan shalat. Ini akan berulang dan terus berulang. Inilah yang terjadi bila kita semata-mata mencari ketenangan batin dalam shalat. Tidak jauh berbeda dengan orang yang melakukan semedi atau aneka ritual spiritual lainnya yang buku dan pelatihannya banyak dijual dengan beragam judul dan metode, yang ingin dicapai adalah ketenangan. Apakah shalat agar batin mendapat ketenangan keliru? Sekali lagi jawabannya; tidak, yang keliru bila Anda tidak mendirikan shalat. Namun mari diperhatikan, SHALAT BUKANLAH OLAH BATIN APALAGI OLAH RAGA. Apabila setelah shalat kemudian batin kita menjadi tenang dan raga kita menjadi sehat, itulah bonus yang diberikan oleh Allah. Shalat juga tidak bisa disamakan dengan berbagai ritual maupun metode yang mengatasnamakan spiritual maupun terapi dalam bentuk apapun. Shalat adalah menyembah Allah, menyerahkan diri serta segala urusan hanya kepada Allah.
10
Juga saat dihadapkan pada masalah yang memicu kegelisahan diri, shalat bukan semata untuk menenangkan diri. Shalat adalah jalan memohon kepada Allah, mengembalikan dan menyerahkan masalah pada Allah. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Sesungguhnya kami dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. (Al Baqarah [2]:155-156) Kata-kata dalam ayat tersebut, “Sesungguhnya kami dari Allah dan akan kembali kepada-Nya” jelas sekali menunjukan perintah untuk mengembalikan segara urusan hanya kepada Allah. Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orangorang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (Al Baqarah [2]:45-46) Meyakini akan kembali kepada Allah, tidak hanya meyakini diri ini akan kembali kepada-Nya, juga mengembalikan segala urusan yang terkait dengan diri ini kepada Allah, dan apabila sedang dilanda masalah yang dikembalikan juga masalah tersebut. Jadi ketenangan bukanlah yang dituju dalam shalat, ketenangan adalah bagian dari yang diberikan Allah kepada orang yang mengerjakan shalat. Kembali serta mengembalikan kepada Allah bukanlah hal yang mudah dilakukan, tetapi juga bukan hal yang sulit dilakukan, kuncinya ada pada keyakinan kepada Allah atau iman. Kalau kita yakin tiada Tuhan selain Allah,
11
hanya menyembah kepada Allah, dan hanya memohon pertolongan kepada Allah, maka kitapun akan mudah untuk kembali kepada Allah. Jadi shalat juga merupakan pembelajaran bagi diri kita untuk semakin meyakini Allah, semakin meningkatkan iman kepada-Nya.
Saran: •
Pilihlah satu saja; jalan Allah atau yang lain Kalau masih percaya ada kekuatan lain yang bisa menolong selain Allah, apalagi masih mengerjakan metode atau ritual lain selain yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, lebih baik tidak usah mendirikan shalat. Anda tidak bisa mencampurkan, mencari alternatif, maupun berspekulasi mana yang nanti memberi manfaat, Anda harus tegas memilih jalan Allah atau jalan lain.
•
Berhentilah menduga-duga hidup Kalau masih sering membaca ramalan dalam bentuk apapun, apalagi suka meramal orang lain, maupun meminta tolong orang lain mengurusi nasib atau masalah Anda, berhentilah shalat juga. Karena menyembah Allah berarti tunduk kepada kehendak-Nya, dan ingatlah Tuhan Maha Baik, kehendak-Nya pastilah baik.
•
Periksalah catatan hidup Anda Buka kembali buku harian Anda, atau kalau tidak punya ingatlah saja, bagaimana masalah Anda di masa lalu, amatilah bagaimana masalah itu mendapatkan jalan keluarnya, amati juga bagaimana Anda mendapatkan kebahagiaan di masa lalu. Renungkanlah, bagaimana semua itu bisa terjadi?
12
Orang yang mendirikan shalat dengan sungguh-sungguh adalah orang yang memiliki keyakinan terhadap Allah, orang yang beriman kepada-Nya. Besar atau kecilnya iman itu hanyalah Allah yang mengetahui. Yang jelas, semakin baik shalat yang kita lakukan akan semakin meningkat keyakinan kita kepada Allah, begitu sebaliknya. Kita tidak perlu memikirkan atau berusaha merasakan keyakinan itu, yang kita perlukan hanya mengembalikan diri dan segala urusan yang melekat pada diri kita hanya kepada Allah, sekali lagi, hanya kepada Allah. Saat seperti itulah, Anda sudah mampu mengendalikan kehendak diri Anda berada dalam kehendak-Nya.
3.
Dari Keraguan Ke Kepastian
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. (QS. Al Baqarah [2]:45) Saya sudah mengetahui ayat itu jauh-jauh hari, dan saya sudah melaksanakan shalat tetapi masalah saya tak kunjung mendapatkan jalan keluar, harapan saya tidak juga terwujud sampai sekarang. Pernyataan di atas sering kita dengar atau barangkali Anda juga pernah mengatakannya meskipun dengan kalimat berbeda. Inilah tabiat orang yang tidak bersabar. Tidak hanya, tidak bersabar karena tidak mau menunggu datangnya pertolongan Allah, tetapi juga tidak bersabar karena tidak mau memeriksa dirinya sendiri. Ujung-ujungnya ketidaksabaran seperti ini menyebabkan munculnya keraguan kepada Allah, dan inilah awal hilangannya iman. Meragukan Allah menerima atau tidak shalat yang dilakukan, meragukan Allah mengabulkan atau tidak permohonan dalam doa, akhirnya meragukan keberadaan Allah, ada atau tidak.
13
Hati manusia adalah kandungan rahasia dan sebagian lebih mampu merahasiakan dari yang lain. Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah 'Azza wajalla maka mohonlah dengan penuh keyakinan bahwa doamu akan terkabul. Allah tidak akan mengabulkan doa orang yang hatinya lalai dan lengah. (HR. Ahmad) Maka segera saja hentikan ketidaksabaran itu, hentikan keraguan kepada-Nya. Lanjutkan shalat dan kembali memohon kepada-Nya dengan sungguh-sungguh hanya memohon kepada Allah. Karena, bila Anda sudah shalat dan memohon dengan sungguh-sungguh hanya kepada Allah, sebenarnya Anda tidak perlu lagi berharap atas terkabulnya permohonan Anda itu. Untuk apa berharap? Karena PERMOHONAN KEPADA ALLAH PASTI TERWUJUD. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al Baqarah [2]:186) Firman tersebut jelas sekali menerangkan kepada kita, bahwa Allah pasti mengabulkan setiap permohonan bila kita memohon kepada-Nya. Syaratnya, mengerjakan perintah Allah dan yakin kepada-Nya. Ketika sudah shalat, Anda tidak perlu berpikir macam-macam tentang apa yang Anda harapan, baik harapan di dunia maupun di akhirat. Tidak perlu membayangkan atau memvisualisasikan bagaimana Anda naik mobil yang Anda harapan, tidak perlu menerka bagaimana wajah bidadari yang akan menyambut Anda di surga. Anda juga tidak perlu menebak bagaimana Tuhan akan mewujudkan segala harapan itu. Anda hanya diminta untuk menyerahkan semua itu kepada Allah, untuk itu berusahalah menghidari diri dari mendikte Tuhan, apalagi sok lebih tahu dari-Nya. 14
Saran: •
Buanglah sumber ketidakpastian Apakah Anda termasuk orang yang disibukan dengan harapan Anda sendiri? Sibuk mencari jalan bagaimana meraih harapan, hingga Anda beli buku, ikut seminar, dan mempratekan segala macam tehnik mewujudkan harapan. Itulah sumber ketidakpastian itu, dan apabila didalamnya juga disertai cara memohon kepada selain Allah, itulah sumber runtuhnya iman dalam diri Anda. Bila itu yang terjadi, segeralah buang sumber ketidakpastian itu, buang! Jangan diberikan kepada orang lain. Dan kembalilah kepada yang pasti; shalat dan hanya memohon kepada Allah.
•
Kerjakan saja apa yang bisa dilakukan, jangan pikirkan bagaimana Allah menolongmu Bila Anda ingin kepastian atas terkabulnya permohonan Anda kepada Allah, jangan sesekali membatasi kemampuan Allah dengan pengetahuan Anda, jangan bertanya-tanya bagaimana Allah akan menolong Anda. Ingatlah, Allah Maha Kuasa, Maha Mengetahui Segalanya, lebih mengetahui diri Anda daripada Anda sendiri. Kerjakan saja apa yang bisa dilakukan saat ini dengan tenang, tenang karena harapan itu pasti terwujud.
Ketika kita sudah menyerahkan harapan itu hanya kepada Allah, saat itulah kita bisa menyadari bahwa hidup ini adalah kenyataan dan Allah itu ada, Dia mengatur ciptaan-Nya dalam ketentuan-ketentuan yang pasti. Saat seperti itulah, Anda sudah mampu mengendalikan kehendak diri Anda berada dalam kehendak-Nya.
15
3. Berusaha Menjadi dan Semakin Khusyu
Bila Anda masuk ke toko buku ataupun melakukan pencarian di internet tentang bagaimana cara shalat khusyu, Anda akan mendapatkan banyak referensi yang bisa membantu Anda untuk meningkatkan kekhusyukan shalat. Semua itu baik, dan semakin banyak membaca pengetahuan tentang shalat tentu semakin baik, kecuali bila ada referensi yang menambah-nambahkan ataupun mengurangi dari rukun shalat yang telah diajarkan Rasulullah SAW, nah itu yang tidak boleh diikuti, karena shalat wajib hukumnya mengikuti seperti apa yang telah dilakukan dan diajarkan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW, bersabda; shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat. (HR. Bukhari) Kitapun tentu sudah mengetahui dan telah mengerjakan shalat sesuai dengan rukun dan bacaannya, sebagaimana yang telah kita lakukan sehari-hari. Namun, apa sebenarnya shalat khusyu itu? Kembali kita perhatikan ayat Al Baqarah 4546, berikut; Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orangorang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS. Al Baqarah [2]:45-46) Dalam ayat tersebut jelas sekali pengertian KHUSYU ADALAH MEYAKINI AKAN MENEMUI TUHAN DAN AKAN KEMBALI KEPADA-NYA. Berarti, menjadi khusyu adalah memiliki keyakinan tersebut dan berusaha untuk menjadi khusyu adalah berusaha untuk memiliki keyakinan tersebut. 16
Lalu, bagaimana menilai khusyu atau tidaknya shalat? Kita tidak bisa menilai, hanya Allah yang mampu menilai seberapa besar keyakinan kita akan bertemu Tuhan, baik dalam shalat maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dan yang kita perlukan bukanlah mengukur diri atas kekhusyukan itu, yang diperlukan ialah berusaha menjadi khusyu dan semakin khusyu. Berikut hanyalah beberapa saran untuk itu.
1.
Jangan Menilai Shalatmu dan Shalat Orang Lain
Siapa yang berhak menilai shalat itu khusyu atau tidak? Jawabnya, hanya Allah yang berhak menilai shalat seseorang. Tidak ada yang berhak menilai shalat selain Allah. Dan harus diingat, khusyu adalah meyakini kembali kepada Allah, berarti juga mengembalikan semua urusan hanya kepada Allah, termasuk urusan penilaian tentang shalat itu sendiri. Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (QS. Al An’aam [6]:162) Kita sendiripun tidak berhak untuk memberikan penilaian atas shalat yang kita kerjakan, apakah shalat yang kita lakukan itu sudah khusyu atau belum? Yang bisa kita lakukan hanya shalat sebaik-baiknya dan terus meningkatkan agar shalat bertambah semakin baik. Apalagi bermaksud menilai shalat orang lain, jelas kita tidak berhak sama sekali untuk menilai shalat orang lain. Berhati-hatilah, agar tidak terpancing untuk menilai shalat yang kita lakukan. Karena, bila penilaian kita mengatakan shalat kita sudah khusyu, maka tanpa kita sadari, penilaian itu akan mencari pembanding dengan shalat yang dilakukan oleh orang lain, akhirnya akan berkembang menjadi riya atau menyombongkan shalat yang kita lakukan. Dan, bila penilaian kita mengatakan shalat kita tidak khusyu, maka tanpa kita sadari penilaian itu akan menyebabkan kita risau dengan shalat yang telah dilakukan, dan akhirnya menjadi tidak yakin 17
dengan shalat kita, lebih parah lagi akan bermalas-malasan untuk mengerjakan shalat. Selalu ingatlah, riya dan malas dalam shalat merupakan ciri-ciri orang munafik. Termasuk jangan menilai shalat ketika kita sedang shalat, memikirkan shalat kita khusyu atau tidak saat sedang shalat. Pikiran seperti inilah yang justru menyebabkan lalai dalam shalat yang sedang kita kerjakan, asyik berpikir tentang shalat itu sendiri, lupa kalau sedang berhadapan dengan Allah. Kita juga harus lebih berhati-hati agar tidak terpancing untuk menilai shalat yang dilakukan orang lain. Terkadang tanpa disadari, kita masih suka menilai orang dengan menghubungkan keadaan dirinya dengan shalat yang ia kerjakan. Semisal, melihat orang yang rajin berpergian ke masjid menunaikan shalat, namun keadaan ekonomi orang itu menurut penglihatan kita serba kekurangan, kita menjadi heran, kenapa dia hidupnya dalam kekurangan padahal dia rajin shalat? Atau saat menyaksikan orang yang rajin shalatnya tetapi dalam kehidupan sehari-hari masih kita lihat suka berbuat maksiat, kita jadi mempertanyakan, untuk apa dia shalat kalau dia masih berbuat maksiat? Dan banyak lagi contoh, bahwa tanpa sadar kita masih suka menilai shalat orang lain, baik itu sekedar mempertanyakan, menghubungkan dengan keadaan dirinya, atau yang lebih parah menyatakan sesat kepada orang yang telah shalat. Penilaian-penilaian seperti itu harus kita buang jauh-jauh, kita harus mampu untuk selalu BERPRASANGKA BAIK KEPADA ORANG YANG TELAH MELAKSANAKAN SHALAT SEKALIGUS BERPRASANGKA BAIK ATAS SHALAT YANG DILAKSANAKANNYA. Karena kebiasaan menilai orang yang shalat dan shalatnya, akan membuat kita terjerumus untuk mengambil hak Allah, akhirnya tanpa sadar menobatkan diri menjadi hakim yang seolah-olah paling benar hingga melupakan Allah Yang Maha Benar. Bahkan malaikatpun hanya mampu untuk mencatat perbuatan manusia, termasuk dalam hal shalat, tidak berhak untuk untuk menghakimi benar atau salah, jadi hindarilah untuk menjadi hakim atas hubungan orang lain dengan Allah. 18
Yang mungkin dilakukan, hanyalah melihat bagaimana cara orang shalat, melihat apakah shalat yang dilakukan sesuai atau tidak dengan rukun yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Di sini sajalah sudut pandang kita untuk saling ingat mengingatkan, mengingatkan jikalau ada orang yang menambah atau mengurangi dari contoh shalat yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Saran: •
Senanglah membaca tentang shalat Anda tentu mempunyai tema favorit untuk dibaca, hingga bila menemukan buku sesuai tema tersebut akan Anda beli. Mulailah untuk menjadikan shalat sebagai tema favorit Anda, koleksilah buku dan download di internet referensi tentang shalat, tentunya Anda juga harus membiasakan untuk membacanya. Nah, pada saat membaca inilah, kita harus mampu mengendalikan diri untuk tidak berprasangka buruk kepada apa yang dibaca, cernalah pengetahuan itu sebagai suatu masukan untuk memperbaiki shalat kita, dan bila tidak setuju carilah referensi lagi.
•
Senanglah menulis tentang shalat Bila Anda hobi menulis, apakah itu menulis buku harian atau sekedar menulis di Twitter atau Facebook, tulislah yang bertema shalat, bisa pengalaman, pemikiran, lebih hebat lagi ajakan untuk shalat. Jangan risau bila ada yang mengatakan sok alim, karena kita memang ingin memperbaiki diri agar semakin alim. Nah, pada saat menulis itulah kita belajar untuk menghindarkan diri dari keinginan mengurui orang lain dan menghilangkan keinginan dari menunjuk diri seolah sudah shalat lebih baik dari orang lain.
19
•
Senanglah melihat orang shalat Ketika Anda melihat orang akan atau sedang shalat, perhatikanlah dia dan senanglah melihatnya. Bila Anda melihat orang berangkat ke masjid untuk shalat, tersenyumlah dan berikan sapaan yang baik kepadanya. Begitu juga, ketika Anda sehabis shalat, tersenyumlah dan sapalah dengan baik orang-orang yang Anda temui, baik itu orang yang mengerjakan shalat maupun tidak, menjadi sungguh aneh bila ada orang setelah menghadap Allah Yang Maha Penyayang, justru menampakan muka masam dan menjadi garang.
•
Ajaklah si kecil untuk menyukai shalat Bila Anda seorang ayah atau bunda yang memiliki putera puteri yang masih kecil atau seorang kakak yang mempunyai adik yang masih kecil, ajaklah si kecil untuk shalat. Jangan mengajak dengan nada memaksa apalagi disertai dengan kata-kata; nanti Tuhan marah, nanti disiksa di neraka, dan semacamnya yang membuat dirinya jadi takut. Ajaklah dengan mengatakan; Tuhan sangat menyayangi orang yang shalat. Ungkapkan juga kasih sayang Anda ke mereka, dengan mengatakan, bahwa di antara orang-orang yang shalat ada kasih sayang yang diberikan Tuhan di antara mereka, seperti aku dan kamu yang saling menyayangi. Jangan lupa untuk memberi kecupan atau elusan sayang di kepala si kecil setelah Anda dan dia shalat bersama.
Jangan menilai shalat kita dan shalat orang lain, cukuplah kita terus memperbaiki shalat yang kita kerjakan, maka dengan sendirinya tanpa kita sadari (dan tidak perlu kita sadari) kita akan semakin khusyu. 20
2.
Mengetahui Allah yang Kita Sembah
Shalat adalah menyembah Tuhan. Di dalamnya kita bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, memuji-Nya, memohon ampun dan pertolongan kepada-Nya. Saat kita shalat adalah saat kita menghadap dan bertemu dengan Allah. Begitulah yang kita ketahui tentang shalat, hingga pikiran kitapun terdorong untuk memikirkan Allah saat shalat. Repotnya, pikiran manusia terbiasa dengan hal-hal yang bisa dilihat oleh mata dan bisa didengar oleh telinga, hingga saat berpikir tentang Allah yang muncul adalah beraneka gambaran yang silih berganti. Padahal Allah tidak mungkin digambarkan oleh manusia, tidak bisa disamakan dengan apapun yang diketahui manusia. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Asy Syura [42]:11) Maka ketika shalat maupun saat mengingat Allah, muncul gambaran tentang Allah dalam pikiran, kita harus segera menghilangkan gambaran itu, meskipun gambaran itu berwujud huruf arab yang berbunyi Allah, kita harus menghilangkannya. Karena menghadirkan gambaran atau memvisualisasikan Allah dalam pikiran kita dalam wujud apapun akan menjadikan kita menyekutukan-Nya. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. (QS An-Nisa [4]:36) Inilah indahnya dan KEBENARAN ISLAM BAGI ORANG YANG MAU BERPIKIR, hanya agama Islam yang menjelaskan bahwa Tuhan tidak serupa dengan sesuatu apapun. Mari kita pikirkan, seberapa besar kapasitas berpikir manusia, apakah kita bisa mengambarkan alam semesta dan seisinya? Allah jauh lebih besar dari itu, jauh lebih besar dari perkiraan manusia terhadap bentangan 21
alam semesta. Rasakan juga, seberapa besar kapasitas perasaan manusia, apakah kita bisa mengambarkan kasih sayang semua ibu yang ada di dunia? Kasih sayang Allah kepada Anda jauh lebih besar daripada kasih sayang semua ibu di dunia bila dikumpulkan. Jadi tidak mungkin mengambarkan maupun menyerupakan Allah dengan segala yang diketahui dan dirasakan manusia. Lalu bagaimana saat kita shalat maupun mengingat Allah? Relakanlah diri kita sebagai mahkluk ciptaan-Nya, menghadaplah dan ingatlah Allah dengan ketidaktahuan serta ketidakmampuan kita. Sembahlah maupun ingatlah Allah tanpa bertanya dan menduga tentang-Nya, tanpa sok berpikir kritis di depanNya, tanpa sok tahu, tanpa sok merasa, dan lebih baik lagi tanpa memikirkan apapun dihadapan-Nya, melepaskan segala pengetahuan dan keingintahuan kita.
Saran: •
Katakan bukan pada pikiran yang mengambarkan Allah Saat menyebut, mendengar, maupun mengingat Allah dan pikiran Anda menghadirkan gambaran tertentu, katakanlah pada pikiran Anda; bukan, itu bukan Allah. Selalu lakukanlah ini, hingga pikiran kitapun menjadi biasa untuk tidak mengambarkan Allah saat mengingat-Nya.
•
Sebutlah Allah dengan sungguh-sungguh Saat menyebut Allah baik secara lisan maupun di batin, sebutlah asma-Nya dengan sungguh-sungguh. Anda tentu sering melihat dan mendengar nama Allah disebut dalam candaan, bahkan di televisi kita lihat kalimat pujian kepada Allah diucapkan dengan gerak gaya tertentu yang jauh dari sikap memuji-Nya, apapun alasannya, jangan ditiru. Mulailah dari diri kita, untuk menghormati asma Allah, agar kita mampu untuk bersungguhsungguh takut hanya kepada-Nya.
22
Bila Anda berhasil menghilangkan segala gambaran apapun dalam pikiran Anda pada saat shalat maupun mengingat Allah, saat itu Anda sudah berhasil untuk tidak menyekutukan Allah dengan segala apapun, maka dengan sendirinya Anda akan mengetahui Allah tanpa harus mencari tahu, saat itulah Anda benar-benar berada dalam kekhusyukan.
3.
Mendahulukan Shalat dari Urusan Lain
Kita mengetahui bahwa shalat tepat waktu adalah sebaik-baiknya waktu untuk shalat, sekaligus juga merasakan bagaimana sulitnya untuk mendirikan shalat tepat waktu. Ada saja yang memberatkan langkah untuk segera mengambil air wudhu begitu masuk waktu shalat. Kenapa? Karena kita belum terbiasa mendahulukan shalat daripada urusan yang lain. Seperti saat mendengarkan adzan, sementara kita masih disibukan dengan pekerjaan, kita takut kehilangan kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan itu, dan berpikir shalat masih bisa dilakukan nanti. Kita sadar harus shalat terlebih dahulu, tapi pikiran kita membenarkan untuk menunda shalat dengan melihat waktu shalat masih lama. Jadi persoalannya bukan masalah ingat waktu shalat, persoalannya adalah tidak memprioritaskan shalat lebih dari urusan atau kegiatan yang lain, bahasa lebih lugasnya, menyepelekan shalat. Ini terjadi karena kita menganggap lebih berharga urusan yang sedang dikerjakan, hilanglah kesempatan bila meninggalkan urusan itu. Seperti seorang penulis, yang merasa akan kehilangan ide ketika tidak segera menuliskannya, atau seorang pedagang yang merasa rugi kalau menutup jualannya. Sama juga, kita akan kehilangan bagian cerita yang menarik bila mematikan tayangan sinetron di televisi, atau takut mengecewakan orang yang sedang berbincangbicang dengan kita. MERASA RUGI ITULAH PENYEBAB MENUNDA ATAU MENINGGALKAN SHALAT. Rasa yang kemudian dirasionalkan oleh pikiran; masih ada waktu yang cukup untuk mendirikan shalat. 23
Jadi yang harus diselesaikan dari diri kita, bukan pada bagaimana shalat tepat waktu, tetapi lebih kepada bagaimana menyadari bahwa shalat harus didahulukan daripada urusan yang lain.
Saran: •
Biasakanlah mendengar adzan Di Indonesia, pada saat masuk waktu shalat hampir di semua tempat terdengar adzan, namun pernahkah Anda berpikir, berapa banyak orang yang mendengarkannya adzan dari awal sampai selesai. Mulailah dari diri kita, biasakan mendengarkan adzan serta tirukanlah baik dengan berbisik di hati atau dengan lisan. Dan bila saat mendengar adzan, Anda sedang berbicara dengan orang lain, beranikan diri untuk minta izin mendengarkan adzan.
•
Perbaikilah sarana shalatmu Anda pasti punya baju yang paling Anda sayangi, sesekali pakailah baju itu untuk shalat sebelum dipakai untuk kemanapun. Pakailah pakaian yang menurut Anda paling bagus dan nyaman untuk menghadap Allah. Bagi para perempuan yang tidak biasa mencuci pakaian sendiri, luangkanlah waktu untuk mencuci mukena Anda sendiri. Dan biasakanlah membersihkan tempat shalat setiap hari, lakukan sendiri, lakukanlah sendiri menyapu dan mengepel lantai tempat shalat kita di rumah.
•
Perhatikanlah perasaan antara wudhu dan shalat Jangan berbicara, bersenandung, atau memikirkan sesuatu saat berjalan dari tempat wudhu sampai tempat mendirikan shalat. Berjalanlah dengan diam dan rasakanlah perasaan saat itu, perasaan Anda saat akan menemui Tuhan.
24
Tentu solusi yang lebih cepat adalah mengubah cara pandang terhadap shalat dibanding dengan segala urusan lain, bahwa shalat jauh lebih penting daripada segala urusan dan kegiatan apapun. Namun bagi yang kesulitan untuk melakukan perubahan secara cepat, tidaklah perlu memaksakan diri, karena keterpaksaan akan membuat ketidaknyamanan yang berujung penolakan diri pada shalat itu sendiri. Lebih baik, memulai untuk lebih tertarik dan mencintai shalat, yang beransur-ansur akan menjadikan diri kita berketetapan, shalat sebagai urusan nomor satu dalam hidup, hingga shalat tepat waktupun menjadi kebiasaan dengan sendirinya. Bila Anda mulai tertarik dengan shalat melebihi ketertarikan Anda kepada aktivitas lain yang selama ini menurut Anda menyenangkan, bila Anda mulai menghargai shalat Anda lebih berharga daripada urusan-urusan lain yang selama ini menyibukan, dan bila Anda sudah mencintai waktu menghadap Tuhan lebih dari segala peruntukan waktu sehari-sehari, Andapun dengan sendirinya akan digerakan untuk shalat tepat waktu, dan dengan sendirinya juga menjadi orang yang khusyu, orang yang menyakini bertemu dan kembali kepada Tuhan.
4.
Mengerti Bacaan Shalat yang Diucapkan
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (An Nisaa’ [4]:45) Dalam ayat tersebut, kita diperintah untuk mengerti bacaan shalat yang kita ucapkan. Untuk bisa mengerti berarti harus mengetahui apa yang dibaca, masalahnya, bacaan shalat wajib diucapkan dalam bahasa arab, tentu ini menjadi kendala tersendiri bagi yang tidak mampu berbahasa arab, bagaimana akan mengerti kalau artinya saja tidak mengetahui?
25
Inilah yang kemudian membuat kita berusaha menerjemahkan bacaan shalat ketika sedang menjalankan shalat, saat membaca atau setelah membaca, kita berusaha untuk mengingat dan berpikir terjemahan dari apa yang dibaca ke dalam bahasa kita sehari-hari, saat shalat kita jadi penerjemah bahasa arab ke bahasa indonesia. Ada juga yang tidak peduli, karena memang tidak mengetahui terjemahannya, jadi asal dibaca saja, dan karena tidak mengerti apa yang diucapkan maka dibaca cepat-cepat, akhirnya shalat menjadi terburu-buru. Sebenarnya, ini bukanlah suatu kendala, bahasa bukanlah kendala untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Namun bukan dengan menganti bacaan shalat dengan bahasa Indonesia atau bahasa lain, jelas ini tidak diperbolehkan, bukan juga dengan memaksakan diri membaca bacaan shalat dengan dua bahasa, mulut mengucap dalam bahasa arab dan kemudian otak menerjemahkan dalam bahasa indonesia. Ini bukan kendala, bila kita menyadari Allah Maha Pemberi Petunjuk, apalagi kepada mereka yang menyembah-Nya. Sesungguhnya kewajiban Kami-lah memberi petunjuk, (QS. Al Lail [92]:12) Tentunya yang dimaksud petunjuk juga termasuk kemampuan untuk mengerti bacaan shalat, bukan hanya sekedar terjemahannya saja, lebih dari itu, mengerti kandungan serta maksud dari bacaan itu, hingga mampu menyadari KETIKA SHALAT KITA SEDANG BERBICARA KEPADA TUHAN, bersaksi, memuji, dan memohon kepada-Nya. Usaha yang bisa dilakukan terkait bahasa arab dengan bahasa sehari-hari adalah membaca buku yang ada terjemahan bacaan shalatnya. Bacalah sesering mungkin tanpa harus memaksakan hafal seketika setiap arti kata, karena dengan sekedar hafalpun belum menjamin kita bisa mengerti saat membacanya.
26
Saran: •
Jangan menerjemahkan bacaan shalat saat shalat Bila Anda membaca bacaan shalat saat shalat serta berusaha menerjemahkannya saat itu, justru pikiran Anda disibukan untuk mengingat-ingat setiap arti terjemahan dari kata-kata yang Anda ucapkan. Diri Anda jadi terkonsentrasi pada usaha mengartikan bahasa, bahkan tegang karena memikirkannya. Relakanlah saja ketidaktahuan atas arti bacaan itu, tugas kita adalah membaca bacaan dengan benar bukan mengartikannya.
•
Bacalah sebagaimana sedang berbicara Shalat adalah menghadap Allah, maka bacalah bacaan shalat seperti Anda berbicara dengan Allah, karena memang kita sedang berbicara dengan Allah. Saat membaca bacaan yang mengandung permohonan kepada-Nya, bacalah dengan bersikap memohon. Saat membaca bacaan yang mengandung pujian kepada-Nya, bacalah dengan bersikap tunduk dan takut pada-Nya. Saat membaca bacaan yang mengandung perintah Allah, bacalah dengan bersikap patuh dan taat kepada-Nya.
•
Jangan membayangkan atau mengambarkan bacaan Anda tidak perlu membayangkan bagaimana kebesaran Allah saat bertakbir dengan gambaran tertentu, tidak perlu membayangkan sosok Muhammad saat membaca shalawat dalam tasyahud, dan lain semacamnya. Sadarilah, Anda sedang berhadapan dengan Allah, dan itu nyata. Saat shalat kita berbicara dengan Allah merupakan kenyataan, tidak perlu dibayang-bayangkan apalagi diada-adakan, karena begitulah kenyataannya.
27
Cukuplah kita membaca bacaan shalat dengan benar, menyadari bahwa kita sedang berbicara dengan Allah, dan bersikap dengan sikap yang paling baik saat mengucapkan bacaan, maka Andapun dengan sendirinya akan mengerti apa yang Anda ucapkan, lebih daripada sekedar mengetahui arti terjemahannya. Dan saat Anda mengerti, Anda juga akan mengerti apa itu khusyu tanpa harus repot memperkirakannya, karena Anda mengalami sendiri.
5.
Menjadi Diri yang Utuh Saat Shalat
Shalat bukanlah olah batin, olah raga, ataupun olah diri. Shalat adalah menyembahkan Allah, dan khusyu adalah mengembalikan diri kepada Allah, tidak semata-mata diri ini saja, melainkan semua yang melekat di diri ini, termasuk segala urusan dunia sampai urusan akhirat dikembalikan sepenuhnya hanya kepada Allah. Shalat dilakukan dengan diri yang total, tidak ada yang tercecer dari diri kita. Menjadi diri yang utuh menyembah hanya kepada Allah. "Khusyu kepadaMu pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku dan ototototku". (HR Muslim). Tentu semua orang ingin khusyu seperti itu, namun tidak sedikit yang mengeluhkan sulitnya untuk menjadi diri yang utuh dan patuh hanya kepada Allah. Meski gerakan dan bacaan sudah dilakukan dengan baik, sudah mengikuti rukun yang ada, tetapi pikiran liar tidak terkendali. Memang otak atau pikiran merupakan hambatan yang berat dalam mendirikan shalat yang khusyu, dari mulai mengingat urusan yang belum selesai, melamun tentang masa lalu, sampai usil mengambarkan bagaimana sosok Allah yang disembah. Bahkan sesuatu yang tidak pernah dipikirkan lagi tiba-tiba muncul begitu saja di benak saat shalat. Akhirnya dalam shalat, diri kita yang mengikuti pikiran, bukan pikiran yang mengikuti diri kita untuk kembali kepada-Nya. 28
Terjadinya kekacauan pikiran juga menyebabkan perasaan terbawa kacau. Pikiran mengingatkan hutang yang belum terbayar, perasaanpun menjadi takut ditagih hutang. Pikiran membayangkan mobil baru yang diharapkan, perasaanpun terlena seakan sedang mengendarai mobil baru itu. Pikiran memikirkan tanda-tanda bagaimana shalat yang khusyu, perasaanpun menjadi bangga seolah telah khusyu. Begitulah campur aduk antara pikiran dan perasaan yang tidak bisa dikendalikan menjadikan lalai dalam shalat yang dikerjakan, tinggalah shalat hanya gerakan dan bacaan saja. Diri kitapun tercerai berai, tidak utuh dalam mendirikan shalat. Bagaimana akan mengembalikan diri dan semua urusan kepada-Nya, bagaimana diri ini sepenuhnya tunduk kepada-Nya, kalau pikiran dan perasaan sendiri tidak bisa ditundukan. Kalau ini yang terjadi, shalat hanya membuat lelah dan capek dalam keterpaksaan saja. Untuk mengatasi masalah pikiran ini, sebagian orang menyarankan agar kita berkonsentrasi saat shalat, pertanyaannya, berkonsentrasi pada apa? Konsentrasi adalah memfokuskan pikiran pada sesuatu, nah bila sesuatu ini adalah Tuhan, bukankah justru konsentrasi akan memunculkan gambaran tentang Tuhan, bukankah itu akan menjadikan kita menyekutukan-Nya. Disamping itu, konsentrasi juga berakibat pada kelelahan berpikir yang menjadikan shalat justru penuh ketegangan. Karenanya, tidak perlu berkonsentrasi, shalat bukanlah olah pikir, lebih baik rileks saja dengan pikiran kita. Yang kita perlukan sebenarnnya hanyalah menjaga kesadaran, bahwa SAAT SHALAT KITA SEDANG BERHADAPAN DENGAN ALLAH DAN TIDAK ADA YANG MENYERUPAI DENGAN-NYA. Dengan menjaga kesadaran itu, lama-lama Anda justru tidak lagi memikirkan apapun, seperti orang tidur nyenyak tanpa mimpi, tapi ini dalam keadaan Anda sadar, dalam keadaan telingga Anda masih mendengar dan mata masih melihat.
29
Saran: •
Jangan perhatikan pikiran dan perasaan yang menganggu Bila pikiran mengingatkan pada sesuatu yang menganggu shalat, biarkan saja pikiran itu, jangan dilawan, ibarat air yang kita beri saluran, biarlah ia lewat mengalir begitu saja, caranya; jangan diperhatikan. Bila perasaan yang menganggu datang, perlakukan sama, jangan diberi perhatian. Dan bila itu memunculkan takut atau cemas, relakanlah dengan menyadari Anda berada dalam lindungan Allah, baik buruk pikiran atau perasaan, semua itu tidak berakibat apapun pada diri Anda.
•
Sadarilah dengan keyakinan bukan dengan otak dan rasa Cobalah untuk membiasakan, saat Anda menerima apapun, buatlah pernyataan di hati, itu adalah pemberian Allah. Begitu juga sebaliknya, ketika kehilangan apapun, nyatakan di hati, Allah mengambil kembali milik-Nya. Anda dapat membuat pernyataan itu dengan ungkapan lain yang mudah dimengerti diri Anda sendiri, yang penting terbiasa dulu. Bila saat menyatakan itu pikiran berkata lain, jangan pedulikan, tidak usah merasionalkan ataupun memunculkan perasaan atas pernyataan itu, yang penting nyatakan dan biasakan. Kalau tadi pagi lupa menyatakan itu saat sarapan, tidak usah disesalkan, yang penting saat makan siang, nyatakan di hati, makanan ini dari Allah.
Saat Anda tidak memiliki apapun, tidak mempunyai pengetahuan, tubuh, nama, harta , dan segala urusan yang mengikat Anda sejak terlahir di dunia, siapakah Anda saat itu? Jawabannya hanya bisa didapatkan dalam shalat yang khusyu, saat itulah diri menjadi utuh dan patuh dalam kehendak yang menciptakan.
30
6.
Menangkanlah Pertempuran Dengan Setan
Orang yang sungguh-sungguh mengerjakan shalatnya, akan merasakan betul bagaimana pertempuran dengan musuh manusia yang paling nyata. Siapakah musuh itu? Musuh itu tidak lain adalah setan. sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah [2]:168) Setan selalu berusaha untuk merusak shalat yang dilakukan oleh manusia, tidak hanya saat akan shalat, ketika sedang shalat, maupun sesudah shalatpun, setan akan terus memerangi shalat kita, hingga shalat yang kita lakukanpun menjadi buruk dan semakin buruk, sampai akhirnya meninggalkan perintah shalat. Setan akan menipu dengan segala cara agar shalat kita menjadi rusak dan buruk. Seperti saat membaca bacaan istighfar dalam shalat, teringatlah sekian dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan, ingat bagaimana kesalahan terhadap kedua orang tua, ingat bagaimana mereka meyayangi kita sejak masa kecil, dan kitapun larut dalam rasa keterharuan karenanya. Di situlah setan menyamarkan bisikannya secara halus, melarutkan pikiran, perasaan, serta diri kita selain kepada Allah, dan seringkali itu nampak seperti sesuatu yang murni, baik, dan benar. Seperti halnya, ketika Anda sudah yakin hanya kepada Allah menyembah dan memohon pertolongan, shalat yang Anda kerjakanpun semakin baik dan bertambah baik, hingga beberapa waktu kemudian, Anda mulai berpikir tidak adanya tanda-tanda bagi terwujudnya harapan, tiba-tiba terjadilah tanya jawab antara Anda dengan diri Anda sendiri, di situlah setan akan ikut bertempur, menyodorkan pertanyaan dan memberikan jawaban. Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al Baqarah [2]:169)
31
Begitulah, setan mengunakan segala daya untuk merusak shalat manusia, tidak hanya terang-terangan membisikan untuk tidak shalat, namun juga menyamarkan bisikan ke dalam pikiran dan perasaan yang seolah-olah baik dan seperti murni dari diri Anda sendiri. Setan mempunyai tujuan besar, yakni memalingkan manusia dari Tuhan, menyuruh manusia untuk melupakan, menyekutukan, sampai akhirnya mengingkari keberadaan Allah. Dan setan juga mengetahui, bahwa shalatlah yang menjadi inti dari hubungan manusia dengan Allah, maka setan akan habishabisan menyerang manusia pada shalatnya. Namun tenang saja, sesungguhnya setan itu sangatlah takut kepada manusia yang mendirikan shalat, karena dengan mengerjakan shalat, manusia menjadi terhindar dari perbuatan yang dibujukan setan kepada manusia. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (QS. Al ‘Ankabuut [29]:45) Tentu saja yang ditakuti oleh setan, adalah manusia yang shalat dengan sungguh-sungguh hanya berserah diri kepada Allah. Orang yang berserah diri inilah yang mampu membentengi diri dari segala macam gangguan setan, mau berupa bisikan yang samar-samar, serangan sihir, apalagi hanya sekedar penampakan yang aneh-aneh. SETAN TIDAK BERDAYA DI HADAPAN ORANG YANG BERSERAH DIRI HANYA KEPADA ALLAH. Sesungguhnya setan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan berserah diri kepada Tuhannya. (QS. An Nahl [16]:99) Dengan berserah diri kepada Allah, dengan sendirinya setan tidak berdaya untuk mengoda dan menggangu kita. Tidak ada yang perlu ditakutkan dari setan selama kita takut hanya kepada Allah.
32
Saran: •
Jangan termakan informasi yang mengaburkan setan Banyak sekali sumber informasi yang mengaburkan setan ke dalam sosok tertentu, dari yang menakutkan sampai yang membuat tertawa. Masyarakat Indonesia sendiri termasuk yang hobi dengan informasi tentang setan, lihatlah mulai dari film, buku, sampai media sosial yang membahas setan begitu laku. Silahkan saja menonton film dan membicarakan cerita tentang setan, yang terpenting jangan sampai takut atau justru mengangap setan sebagai bahan cerita belaka. Setan itu benar-benar ada, dan setan lebih nyata dalam bisikan ke pikiran, perasaan, dan hati daripada sosok yang aneh-aneh itu.
•
Jangan membiasakan bicara sendiri Orang suka gelisah bertanya-tanya tentang dirinya, menjawab sendiri pertanyaannya, dan akhirnya bicara dengan diri sendiri. Hindarilah ini, biasakan bila gelisah untuk mengingat Allah, dan bila semakin gelisah shalatlah, kita dianjurkan shalat sunah dua rakaat bila dalam gelisah atau binggung. Dan meskipun banyak orang menyuruh untuk mendengarkan suara hati, namun banyak orang juga tidak tahu perbedaan suara hati dengan pikiran, perasaan, atau malah bisikan setan, di mana suara hati itu? Sudahlah, tidak perlu mencari-cari tentang suara hati, bacalah saja Al Quran, itu lebih pasti dan pasti benar daripada hati yang entah bersuara atau tidak.
33
Setan itu bukan sekedar makhluk halus, juga sangat halus bisikannya kepada manusia. Menyamarkan ajakannya seakan-akan itu berasal dari diri kita sendiri bahkan seolah-olah itu adalah kebenaran. Tidak gampang untuk bisa mengetahui dan menyadari bisikan setan, kecuali orang-orang yang selalu memperhalus diri, memperhalus pikiran, perasaan, dan perbuatan sehari-hari, orang yang tidak pernah mencelakai dan melukai orang lain, baik perasaan apalagi tubuhnya, orang yang senantiasa berusaha agar orang lain menjadi nyaman, damai, dan merindukan di dekatnya. Setan juga makhluk yang paling sombong, namun setan juga mengetahui manusia itu hobi menyombongkan diri. Maka pintu masuk utama bisikan setan adalah kesombongan manusia. Kesombongan dalam bentuk apapun itu akan menjadi pintu bagi setan, tidak hanya sekedar sombong atas harta atau kekuasaan, juga sombong merasa paling benar, termasuk sombong karena shalat. Dan dari kesombongan inilah awal keingkaran kepada Allah. Maka berhati-hatilah dengan segala yang ada di diri kita, jangan sampai itu membuat diri menjadi sombong dan menyebabkan penderitaan orang lain. Sadarilah bahwa semua itu milik Allah, termasuk juga keimanan kita itu adalah pemberian dan akan kembali kepada Allah, dengan begitu kitapun akan menjadi mahkluk yang sanggup merendahkan diri dan mampu khusyu kepada Allah.
7.
Relakanlah Shalat Sebagai Kehendak-Nya
Apapun masalah yang dihadapi, relakanlah masalah itu dengan menerima kenyataan yang ada, relakanlah dengan menyerahkan jalan keluarnya sepenuhnya hanya kepada Allah. Apapun harapan yang diinginkan, relakanlah harapan itu dengan menjalani kenyataan yang ada, relakanlah dengan menyerahkan cara mewujudkannya sepenuhnya hanya kepada Allah. Karena Allah hanya ridho kepada orang-orang yang ridho kepada kehendak-Nya.
34
Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menguji hambanya dalam rezeki yang diberikan Allah kepadanya. Kalau dia ridho dengan bagian yang diterimanya maka Allah akan memberkahinya dan meluaskan pemberianNya. Kalau dia tidak ridho dengan pemberianNya maka Allah tidak akan memberinya berkah. (HR. Ahmad) Juga dalam shalat yang kita dirikan, kita harus merelakan shalat kita, khusyu ataupun tidak khusyu hanyalah Allah yang menilai, yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha memperbaikinya dan terus memperbaiki untuk menjadi lebih baik dan semakin baik.
Saran: •
Jangan berhitung dengan shalat Anda Berapa lama waktu shalatku? Berapa kali shalat dhuha yang kulakukan? Berapa derajat pahala yang kudapat? Berapa dosaku yang terhapus? Berapa... dan berapa? STOP, JANGAN BERHITUNG DENGAN SHALAT, jangan biasakan diri mengunakan kalkulator dalam berhubungan dengan Allah. Relakanlah shalat Anda sebagaimana Anda juga merelakan hidung Anda bernafas sesukanya tanpa Anda hitung.
•
Jangan mengingat shalat yang telah Anda lakukan Sejak kapan aku shalat? Berapa kali aku melalaikan shalat selama ini? Seberapa khusyukah shalatku tadi? Sudahlah, jangan mengingat shalat yang telah dilakukan, ganti saja pertanyaannya dengan, sudah shalatkah aku sekarang? Lebih baik memohon ampunan-Nya atas segala kesalahan di masa lalu dan memulai belajar serta berusaha terus dan terus memperbaiki shalat kita.
35
Relakanlah shalat kita sebagai ketaatan kepada Allah, taat menjalankan perintahNya, mengikuti apa yang telah ditentukan-Nya kepada manusia, tunduk kepada tujuan-Nya menciptakan manusia. Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri) mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya)". (QS. Al A’raaf [7]:29) Relakanlah semuanya hanya kepada Allah, berserah diri utuh dan patuh kepadaNya. Selalu ingatlah, Allah Maha Baik. Kehendak-Nya pasti baik, kehendak kepada Anda, saya, dan semua manusia. Jangan takut, cemas, dan ragu mengembalikan diri dan segala urusan hanya kepada-Nya. Karena semakin Anda menolak, memprotes, dan mengingkari, semakin Anda terikat kencang dalam penderitaan. Semakin Anda menerima, merelakan, dan mensyukuri, semakin Anda lepas bebas dalam kebahagiaan. Kehendak Allah pasti baik, beradalah dalam kehendak-Nya selalu. SHALATLAH DENGAN KHUSYU SEKARANG JUGA! RELAKAN DIRIMU DALAM KEHENDAK-NYA SEKARANG JUGA! Dan setelah mendirikan shalat. Kerjakan apa yang bisa dikerjakan, lakukan apa yang diketahui. Jangan binggung lagi dengan masalah yang sedang dihadapi, jangan bermimpi lagi dengan harapan yang belum terwujud, dan jangan murung lagi dengan ketidakbahagian yang menyandera. Bekerjalah dengan apa yang diketahui dan mampu dikerjakan. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.(QS: Al Jumuah [62]:10)
36
Ingatlah terus Allah dan terus perbaiki hubungan dengan-Nya, sembahlah Allah dengan shalat yang baik dan semakin baik. Berpegang teguhlah untuk hanya menyembah dan memohon kepada Allah. ALLAH PASTI MENYELESAIKAN MASALAHMU! ALLAH PASTI MEWUJUDKAN HARAPANMU! ALLAH PASTI MEMBAHAGIAKAN HIDUPMU! Dengan merelakan shalat, kitapun akan mampu untuk merelakan hidup kita hanya kepada Allah. Membebaskan diri dari pembatas hubungan dengan Allah, yakni kehendak diri. Andapun dengan sendirinya menjadi orang yang dikehendaki-Nya untuk memimpin, berilmu, bergembira, sehat, dan berlimpah rezeki, serta yang jauh melebihi dari semua itu adalah diterima dan ditemui-Nya diri Anda. Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa batas." (QS. Ali ‘Imran [3]:26-27) Selamat menjalankan shalat. Selamat hidup berbahagia menuju kebahagiaan akhirat.
37
Terimkasih telah membaca buku ini, termasuk membaca KETENTUAN PENERBIT di dalamnya. Silahkan juga mengikuti pesan-pesan tentang shalat melalui media sosial berikut. http://twitter.com/ShalatKhusyu
38