Lokakarya Nasional Pengembangan Jaringan Litkaji Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
TINGKAT PENDAPATAN PETANI TERNAK DENGAN PEMBERIAN LIMBAH KULIT KOPI PADA TERNAK SAN I .A. PARWATI, I
M. RAI YASA,
dan S .
GUNTORO
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jl . By Pass Ngurah Rai PO Box 3480, Denpasar, Bali
ABSTRAK
Kendala dari pengembangan usaha peternakan khususnya penggemukan sapi oleh petani kebanyakan adalah kemampuan sumberdaya yang rendah . Badan Litbang dalam hal ini Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali dalam beberapa pengkajiannya dilapangan berusaha menemukan pakan altematif lain sebagi sumber pakan konsentrat yang murah namun dari segi kualitas bisa bersaing dengan pakan konsentrat yang sudah biasa digunakan dilapangan . Salah satu hasil pengkajian dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali pada Integrasi antara tanaman perkebunan (kopi Arabika) dengan ternak sapi adalah pemanfaatan limbah kopi sebagai pakan konsentrat . Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji seberapa jauh peningkatan produktivitas yang didapat dari beberapa input yang diintroduksikan pada pengkajian penggemukan sapi di Desa Satra dan perbedaan tingkat pendapatan dari beberapa perlakuan dari pengkajian . Metode pengkajian yang digunakan adalah deskritif analisis dengan pengambilan sampel secara purposve random sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis uji beda nyata. Limbah kulit kopi yang difermentasi dengan Aspergilus niger mampu meningkatkan kadar protein bahkan jauh lebih tinggi dari kadar protein dedak padi . Tingkat produktivitas dari beberapa perlakuan menunjukkan bahwa pemberian dedak kopi terfermentasi pada penggemukan sapi di Desa Satra mampu secara signifikan meningkatkan produktivitas bila dibandingkan dengan hanya memberikan hijaun saja . Namun bila dibandingkan dengan pemberian dedak padi, pemberian dedak kopi masih lebih rendah . Tingkat pendapatan petani yang memberikan tambahan dedak kopi terfermentasi pada pakan mendapatkan pendapatan lebih tinggi dari hanya memberikan hijaun saja peningkatan pendapatan sebesar 41,9% . Kata kunci : Limbah kopi, ternak sapi, produktivitas, pendapatan
PENDAHULUAN Sapi Bali merupakan komoditi unggulan bidang peternakan di Bali . Walaupun sebagai komoditi unggulan, sapi Bali memiliki banyak kelemahan yaitu pertumbuhan yang relatif lambat . Selain kelemahan tersebut sapi Bali memiliki kelebihan yang luar biasa dibandingkan dengan bangsa sapi lainnya yaitu daya adaptasinya sangat baik dengan (DARMADJA, lingkungan pemeliharaanya 1990) . Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ternak tersebut telah banyak berkembang akhir-akhir ini berbagai usaha penggemukan yang dilakukan oleh para Pengusaha Peternakan Besar (feedlotters) ataupun para peternak kecil . Bagi peternak kecil, yang kebanyakan adalah petani di desa-desa, usaha penggemukan sapi ini merupakan alternatif yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan keluarga . Usaha penggemukan sapi
yang memakan waktu selama 6 bulan, akan dapat menghasilkan nilai tambah berupa bobot hidup sapi potong dengan kualitas daging yang lebih baik. GUNAWAN et al. (2005) melaporkan bahwa usaha penggemukan sapi potong memerlukan pakan dengan kwantitas yang cukup dan kualitas yang baik secara kontinyu. Pemberan konsentrat sebagai pakan penguat biasanya dilakukan terbatas oleh petani yang memiliki tingkat kemampuan ekonomi yang baik (KUSNADI et al., 1993) . Akibatnya secara umum produktivitas sapi potong yang dipelihara petani di pedesaan menjadi rendah . Menurut SAKA (1990) dengan pola pemeliharaan secara tradisional, tambahan bobot hidup sapi Bali rata-rata 280 g/ekor/ hari . Salah satu masalah penting terkait dengan pengembangan peternakan di Bali adalah persoalan pakan . Para peternak sering mengeluh karena mahalnya harga pakan yang
237
Lokakarya Nasional Pengembangan Jaringan Litkaji Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
sering tidak sesuai dengan perkembangan harga produk (ANONIM, 2004) . Di lain pihak untuk pengembangan tanaman makanan ternak, baik untuk bahan baku konsentrat maupun hijauan (HMT) untuk Bali, mengalami kendala disamping mahalnya harga dedak padi dan keterbatasan lahan, mengingat padatnya penduduk, perkembangan sektor industri dan jasa, sehingga pemanfaatan lahan menjadi kompetitif (TISNA, 2002) . Oleh karena itu, salah satu alternatif untuk penyediaan pakan yang murah dan kompetitif adalah melalui pemanfaatan limbah baik limbah pertanian, peternakan maupun industri (MASTIKA, 1991) . Di Bali terdapat beberapa jenis limbah yang produksinya cukup besar seperti jerami padi yang saat kini sudah mulai banyak dimanfaatkan sebagai sumber pakan (SUYASA et al., 2003) . Jenis limbah lain adalah limbah perkebunan, seperti limbah kopi, kakao dan mete yang dapat diolah sehingga menjadi sumber konsentrat (GUNTORO et al., 2002) . Di daerah Bali terdapat areal perkebunan yang cukup luas, yakni 169.287 ha atau sekitar 30% dari seluruh luas daratan Bali . (TISNA, 2001) . Dari areal perkebunan tersebut, antara lain berupa tanaman kopi seluas 40 .000 ha, kakao seluas 6 .500 ha dan mete 15 .000 ha dengan produksi masing-masing untuk kopi 23 .998,7 ton dan kakao 4 .424,4 ton per tahun (ANONIM, 2001 a) . Untuk buah kopi limbahnya berupa daging buah secara fisik komposisi mencapai 48% yang terdiri dari kulit buah 42% dan kulit biji 6% (ZAIMJDIN et al., 1995) . Dengan berpatokan pada produksi biji kopi tahun 2000, berarti terdapat produksi limbah kopi sekitar 23 .000 ton. Umumnya produksi limbah perkebunan tersebut terbuang dan sebagian kecil saja yang telah dimanfaatkan untuk pupuk tanaman dan pakan ternak terutama pada limbah kakao . Sejalan dengan program pengembangan perkebunan, produksi limbah tersebut semakin meningkat. Dipihak lain, kebutuhan daging terus meningkat dan untuk meningkatkan produktivitas ternak diperlukan bahan pakan penguat (konsentrat) . Produksinya cukup besar, namun dari aspek kualitas sebagai bahan pakan penguat, limbah perkebunan memiliki beberapa kelemahan antara lain kandungan proteinnya relatif
238
rendah, sementara kandungan serat kasarnya cukup tinggi . Pada limbah kopi yang berupa daging buah kandungan protein mencapai 10,40%, namun pada bagian kulit biji hanya 4,61% (ZAENUDDIN et al ., 1995) . Limbah kopi juga mengandung tanin yang dapat mengganggu pencernaan jika diberikan pada dosis tinggi . Dipihak lain, tanaman perkebunan umumnya hanya panen sekali dalam setahun (kecuali kakao yang bisa panen 3 kali per tahun), sehingga dengan produksi yang musiman, jika diberikan dalam bentuk segar akan mengalami kendala dalam menjamin kontinyunitas penyediaan . . Melalui proses fermentasi dengan Aspergillus niger, nilai protein kasar kulit kopi dapat ditingkatkan dan kandungan zat-zat penghambat pencernaan dapat ditekan (KOMPIANG, 2000), sehingga persentase penggunaan dalam ransum dapat ditingkatkan . Bila pengkajian ini berhasil, diharapkan terdapat sumber konsentrat alternatif yang murah dengan potensi yang cukup besar di Bali yang dapat dimanfaatkan oleh para peternak, guna mengurangi ketergantungan sumber konsentrat dari luar daerah . MATERI DAN METODE Metode dasar yang digunakan dalam pengkajian ini adalah metode deskritif analisis, yaitu suatu metode dalam meneliti suatu kondisi, kelompok tani, obyek, pemikiran atau suatu peristiwa pada saat sekarang (NAZIR, 1988) . Pengkajian ini meliputi survei dan desk study. Survey adalah mengukur gejala-gejala yang ada yang selanjutnya digunakan untuk memecahkan masalah (SEVILLA ei al., 1993) . Metode analisis yang digunakan adalah uji beda nyata. Pengkajian dilakukan di Desa Satra, Kecamatan Kintamani, pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive) dengan dasar pertimbangan kelompok subak tersebut telah mendapatkan inovasi teknologi penggemukan sapi dengan pemberian limbah kopi terfermentasi . Responden yang terlibat adalah yang ternaknya digunakan sebagai sampel dalam penelitian penggemukana sapi (ada 3 perlakuan pakan, masing-masing terdiri dari 10 sampel) .
Lokakarya Nasional Pengembangan Jaringan Litkaji Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis pakan Hasil "proximate analysis" menunjukkan bahwa melalui fermentasi dengan "Aspergillus niger" kandungan protein limbah kopi meningkat dari 7,90% menjadi 18,16% . Sedangkan kandungan serat kasar menurun dari 19,1% menjadi 13,31% dan . Hal ini menunjukkan bahwa fermentasi dengan Aspergillus niger dapat menjadikan limbah tersebut sebagai bahan pakan yang lebih bermutu. Demikian halnya bila dibandingkan dengan dedak padi, kandungan protein dari
dedak kopi yang terfermentasi lebih tinggi dari dedak padi yang biasa diberikan pada ternak sapi di Desa Satra. Serat kasar lebih rendah, sedangkan kandungan energinya lebih tinggi (Tabel 1) . Protein adalah zat yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan ternak, karena fungsi dari protein adalah membangun dan memelihara jaringan organ tubuh, menyediakan asam-asam amino makanan, menyediakan energi bagi tubuh . Kekurangan akan unsur ini menyebabkan pertumbuhan ternak akan terhambat, sehingga dalam penyusunan ransum ternak, jenis pakan dan jumlahnya sangat menentukan kualitas dari pakan .
Tabel 1 . Kandungan zat kimia bahan pakah pada sapi penggemukan di Desa Satra, Kintamani, 2006 Nama bahan
Zat kimia Air (%) CP (%) Lemak (%) SK (%) Abu (%) Ca (%) P (%) GE (Kcal/kg)
Dedak padi 9,71 10,06 10,45 14,68 12,20 0,01 1,16 3620
Penggunaan input usahatani ternak Input usahatani ternak adalah komponen yang diperlukan dalam proses usahatani ternak . Ketepatan jenis maupun jumlah komponen input tersebut merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung tingkat keberhasilan proses produksi usahatani . Disamping itu karakter spesifik yang sangat melekat pada usahatani adalah faktor iklim dan musim, sehingga iklim dan musim juga sangat menentukan tingkat keberhasilan usahatani . Hampir kebanyakan petani ternak di Desa Satra beternak sapi hanya merupakan sambilan, sehingga kuantitas dan kualitas pakan kurang mendapat perhatian . Hal ini disebabkan karena terbatasnya jiengetahuan petani akan pentingnya formula ransum untuk peningkatan produktivitas ternak . Disamping itu keterbatasan modal untuk pembelian pakan tambahan baik berupa konsentrat maupun obatobatan untuk ternak peliharaannya . Pemberian pakan yang seadanya menyebabkan produkti-
Dedak kopi fermentasi 12,78 18,16 1,71 13,31 16,60 1,14 0,80 3754 vitas menjadi sangat rendah . Pengkajian tentang introduksi tepung limbah kulit kopi pada penggemukan ternak sapi oleh BPTP Bali pada tahun 2006 mampu meningkatkan produktivitas ternak dan lambat laun bisa menggantikan dedak padi yang selama ini digunakan sebagai pakan tambahan oleh kebanyakan petani ternak di Bali . Hasil analisis yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa sebagian besar komponen input yang digunakan dalam pengkajian penggemukan sapi di Desa Satra, sapi-sapi yang mendapatkan perlakuan pakan tambahan (baik dedak padi maupun dedak kopi) memberikan pengaruh yang sangat signifikan bila dibandingkan hanya diberikan hijauan saja . Tingkat penggunaan input yang lebih baik pada penggemukan sapi diharapkan akan mampu meningkatkan produdktivitas peternakan yang selanjutnya akan mampu meningkatkan pendapatan petani dibidang usahataninya .
23 9
Lokakarya Nasional Pengembangan Jaringan Litkaji Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
Tabel 2 . Penggunaan input usahatani ternak per ekor Input
Perlakuan
produksi
Beli bibit (PO = 172,6 kg, P1 = 277,8 kg, P2 = 277,8 kg) @ Rp 14 .000/kg Pakan - Hijaun (@ Rp 100/kg) dedak padi dedak kopi - Bio cass 5 ml Rp 100/ekor/hari harga per ml Rp 20 Obat-obatan dan vitamin Tenaga kerja Penyusutan kandang (modal kandang Rp 3 .000 .000 untuk 4 ekor tahan 10 tahun (Rp 206/ekor/hari) Biaya pembelian/penjualan Bunga modal (18%) Total input
PO
P1
2 .416 .400
3 .889 .200
P2 3 .889 .200
285 .000 0 0 0 10.000 75 .000 19.570
285 .000 114.000 0 9 .500 10 .000 93 .750 19.570
285 .000 0 57 .000 9.500 10 .000 93 .750 19 .570
20.000 35 .749 2 .861 .719
20.000 57.539 4 .498 .559
20 .000 57 .539 4 .441 .559
Keterangan : Penelitian dilakukan selama 3 bulan P0 : Sapi hanya diberikan HMT saja PI : Sapi diberikan HMT 10% dari BB + dedak padi 2 kg/ekor/hari + Bio cass 5 mI/ekor/hari P2 : Sapi diberikan HMT 10% dari BB + dedak kopi 2 kg/ekor/hari + Bio cass 5 ml/ekor/hari
Peningkatan produktivitas pada sapi penggemukan Pada penggemukan sapi Bali yang dipelihara di Desa Satra, Kintamani dengan bobot awal 277,8 kg (P1) dan 277,6 kg (P2) ini sesuai dengan rekomendasi dari BPTP Bali, bahwa bobot sapi-sapi perlakuan berkisar 250300 kg/ekor. Sedangkan pada sapi-sapi yang hanya diberikan hijauan pakan ternak (HMT) berat sapi lebih rendah yaitu 172,6 kg, ini terkait dengan kebiasaan petani menggemukkan sapi dengan bobot 150-200 kg/ekor dengan umur 1-1,5 tahun . Penelitian dilakukan selama 3 bulan (95 hari) dari ketiga perlakuan, perlakuan P1 memberikan rataan bobot harian yang paling tinggi yaitu sebesar 0,58 kg/ekor/hari, diikuti oleh P2 sebesar 0,48 kg, Adanya perbedaan pertumbuhan ini disebabkan karena selama pengkajian ternak-ternak sapi yang dipelihara oleh petani hanya diberikan rumput sekedarnya (kurang 10% dari bobot hidup . Namun apabila dibandingkan dengan sapi-sapi yang diberika rumput saja (P0) peningkatan bobot hidup hariannya lebih berat . Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh NITIS et al. (1985) yang mengatakan bahwa pemanfaatan jenis rumputrumputan sebagai ransum tunggal ternak ruminansia memberikan penampilan pertumbuhan yang kurang baik karena kecernaanya
240
sangat rendah . Hal ini disebabkan oleh : (1) kandungan lignin relatif tinggi ; bersifat amba (bulky) dan (3) kandungan protein kasar (PK) relatif rendah, sehingga belum mampu memacu aktivitas mikroba rumen dalam mencerna pakan yang secara simultan dapat menurunkan kecernaan pakan . SUTARDI et al . (1995) melaporkan keambaan sebagai salah satu sifat fisik yang umumnya dimiliki oleh pakan berserat mempunyai hubungan negatif dengan daya serap air, dimana makin rendah keamban suatu pakan akan semakin tinggi daya serap airnya . Daya serap air menyebabkan pakan tersebut lebih terbuka terhadap serangan bakteri rumen . Lebih lanjut dilaporkaan bahwa rumput memiliki kandungan serat kasar yang tinggi seperti misalnya rumpur raja, rumput gajah, rumput lapangan, dan jerami padi kandungan serat kasarnya berturut-turut adalah : 28,54 ; 34,32 ; 40,39 dan 34,93% . Hijauan pakan berkadar protein rendah dapat membatasi atau menekan konsumsi makan sukarela (voluntary feed intake) atau konsumsi bahan kering (BK) karena pengaruh rendahnya protein pakan terletak pada penyediaan N bagi mikroba rumen menjadi rendah . Hal ini menyebabkan aktivitas fisiologisnya terhambat, berakibat pada degradasi pakan terhambat dan akhirnya menekan konsumsi .
Lokakarya Nasional Pengembangan Jaringan Litkaji Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
Tabel 3 . Pertumbuhan sapi penggemukan di Kembangsari, Bangli 2006 Perlakuan P1 277.8 6 333 .8c 0,58`
Uraian PO Bobot hidup awal (kg) Bobot hidup akhir (kg) Pertambahan bobot hidup harian (kg)
172,6 8 203,6 8 0,32 a
P2 277 .6b 321 .86 0,47 6
Keterangan : - Lama pemeliharaan 95 hari - P0 : Cara petani, hanya diberikan HMT saja - PI : Sapi diberikan HMT + dedak padi 2 kg/ekor/hari + Bio cass 5 ml/ekor/hari - P2 : Sapi diberikan HMT + dedak kopi 2 kg/ekor/hari + Bio cass 5 ml/ekor/hari Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Tabel 4 . Penerimaan usahatani penggemukan ternak sapi di Desa Satra, 2006 Pendapatan
Uraian Penjualan sapi dan kotoran Pendapatan bersih
PO 3 .072.000a 210.281 4
Pendapatan usahtani ternak Pendapatan usahatani diperoleh dari selisih penerimaan (total revenue) dengan pengeluaran faktor produksi (biaya) usahatani . Penerimaan pada usahatani merupakan nilai produksi yang diperoleh dari hasil antara jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga basil produksi . Oleh karena itu penerimaan usahatani sangat erat kaitannya dengan produktivitas yang dihasilkan dari usahatani tersebut . Biaya usahatani atau pengeluaran usahatani (total cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencukupi kebutuhan/input yang digunakan dalam rangka proses usahatani tersebut . Sejalan dengan peningkatan yang terjadi pada tingkat produktivitas usahatani penggemukan ternak sapi pada perlakuan PI dan P2, pendapatan bersih yang diterima petani ternak juga mengalami peningkatan (Tabel 4) . Pendapatan petani yang memberikan limbah kulit kopi pada ternak sapi memperoleh peningkatan pendapatan hampir 41,9% bila dibandingkan dengan hanya memberikan hijauan saja, dengan nominal pendapatan sebesar Rp. 403 .441, Namun apabila dibandingkan dengan penggemukan dengan pemberian dedak padi peningkatan pendapatannya lebih sedikit, dengan nominal Rp . 526 .441 jadi ada selisih Rp . 123 .000 . Perbedaan tingkat pendapatan yang diterima disebabkan karena peningkatan bobot hidup
P1 5 .025 .000c 526.441 c
P2 4 .845 .000' 403 .441'
pada masing-masing perlakuan berbeda. Perlakuan P1 memberikan perbedaan yang signifikan bila dibandingkan dengan P0 . Demikian juga antara P2 dengan PO memberikan perbedaan yang sangat signifikan .
KESIMPULAN 1 . Limbah kopi yang difermentasi dengan Aspergilus niger mampu meningkatkan kadar protein sehingga bisa digunakan sebagai substitusi dedak padi pada pakan ternak sapi . 2 . Pemberian limbah kulit kopi pada usaha penggemukan ternak sapi memberikan perbedaan yang signifikan bila dibandingkan dengan hanya memberikan hijauan pakan saja. 3 . Pendapatan usaha penggemukan sapi dengan memberikan limbah kopi mampu memberikan peningkatan sebesar 41,9% bila hanya memberikan hijauan saja .
DAFTAR PUSTAKA 2000. Informasi Data Peternakan Provinsi Bali Tahun 1999 . Dinas Peternakan Provinsi Bali, Denpasar .
ANONIMUS .
241
Lokakarya Nasional Pengembangan Jaringan Litkaji Sistem Integrasi Tanaman-Ternak
ANONIMUS. 2004. Statistik Peternakan di Provinsi Bali Tahun 2004. Dinas Peternakan Provinsi Bali, Denpasar.
NAZIR, M. 1988 . Metode Penelitian. Ghalia Indah. Jakarta . SAKA,
DARMADJA. 1990. Prospek sapi Bali dalam kaitannya dengan konsolidasi peternakan di Indonesia. Kumpulan Reprint Publikasi Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar. Tahunan Reproduksi 1986-1990. Hlm . 48-65 . GUNAWAN dan AZMI . 2005 . Teknologi sistem integrasi tanaman dengan temak dalam mendukung pembangunan pertanian . Pros . Seminar Nasional ISBN 979-3566-48-5 . Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian . KUSNADI, U .M . SABARINI, WILOETO, S . ISKANDAR, D . SUGANDI, SUBIHARTA, NANDANG dan WARTININGSIH . 1993 . Penelitian usahatani temak terpdu di dataran tinggi Jawa Tengah . Balai Penelitian Ternak, Bogor . MASTIKA, I M . 1991 . Potensi limbah pertanian dan industri pertanian serta pemanfatannya untuk makan temak . Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Ilmu Makanan Ternak pada Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar .
2 42
I .K. 1990 . Pemberian pakan dan pemeliharaan ternak kerja . Makalah dalam Pertemuan Aplikasi Paket Teknologi Sapi Potong. Balai Informasi Pertanian Bali . Denpasar 10-13 Desember 1990.
SEVILLA, C.G ., J .A OcHAVE, T.G. PUNSALAN, B .P . REGALA dan G .G. URIARTE . 1993 . Pengantar Metode Penelitian . UI Press. Jakarta. TISNA, I .M . 2001 . Pendayagunaan tanah dalam rangka pembangunan wilayah Provinsi Bali . Makalah Seminar Nasional "Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Tanah dan Air yang Tersedia untuk Keberlanjutan Pembangunan, Khususnya Sektor Pertanian" . Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar 6 April 2001 . YASA, I .M .R . I .N. ADLJAYA, I .K. MAHAPUTRA, dan I.A . PARwATI. 2006 . Pertumbuhan sapi Bali yang digemukkan di lahan kering Desa Sanggalangit Kecamatan Gerokgak Buleleng. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional. BPTP NTB .