SERIAL FIQH MUNAKAHAT
MEMILIH PASANGAN DAN MEMINANG (AL-KHITBAH) Oleh: Aep Saepulloh Darusmanwiati***
Lisensi Dokumen Copyright Aep Saepulloh, www.indonesianschool.org Seluruh dokumen di www.indonesianschool.org dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang disertakan dalam setiap dokumen. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari penulis, indonesianschool.org.
1
SERIAL FIQH MUNAKAHAT
MEMILIH PASANGAN DAN MEMINANG (AL-KHITBAH) Oleh: Aep Saepulloh Darusmanwiati*** Memilih Pasangan Menikah dalam ajaran Islam bukan untuk sementara waktu tapi untuk selamanya, bukan semata untuk di kehidupan dunia tapi juga untuk kehidupan akhirat kelak. Oleh karena itu, Islam menganjurkan ummatnya yang hendak melangsungkan pernikahan untuk memilih pasangan hidupnya ini demi tercapainya tujuan asasi dari pernikahan tersebut. Apabila kita perhatikan nash-nash, baik ayat al-Qur'an maupun hadits, akan dijumpai bahwa di antara hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih pasangan di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Beragama Islam dengan baik. Hal paling pertama yang harus diperhatikan dari calon pasangannya adalah agama Islam. Mengapa? Karena, lagi-lagi pernikahan bukan semata untuk kehidupan dunia, pernikahan bukan semata melampiaskan nafsu, pernikahan juga bukan semata rutinitas yang harus dijalani. Pernikahan dalam Islam, mempunyai tujuan yang jelas sebagaimana telah dijelaskan pada makalah pertama. Di antaranya untuk menuju keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah di dunia dan akhirat. Seandainya pasangan kita adalah non muslim bagaimana tujuan tersebut dapat tercapai? Boleh jadi, kebahagiaan dunia dapat diraih, akan tetapi bagaimana dengan kehidupan akhirat kelak? Untuk itu, dalam al-Qur'an, Allah mewanti-wanti agar memperhatikan agama calon pasangannya. Bahkan seandainya dihadapkan kepada pilihan antara kecantikan, kaya akan tetapi tidak beragama Islam dengan tidak terlalu cantik dan tidak kaya namun beragama Islam, maka tentu yang beragama Islam itulah yang harus didahulukan. Ini menunjukkan satu hal sangat penting bahwa agama di atas segalanya. Bukankah kecantikan ada ujungnya? Hari ini cantik, akan tetapi sepuluh tahun ke depan, akan berubah menjadi muka tua dan tidak menarik. Demikian juga dengan kekayaan, hari ini kaya, besok atau lusa belum tentu masih kaya. Bukankah dunia ini berputar dan bulat? Hari ini kaya besok boleh jadi menjadi miskin dan orang miskin saat ini boleh jadi menjadi orang kaya pada tahun berikutnya. Namun tidak demikian dengan agama. Hari ini beragama besok atau lusa makin beragama. Semakin hari bertambah, keagamaan seseorang akan semakin matang dan teruji. Karena itu sekali lagi Allah dengan tegas mengatakan bahwa agama di atas kecantikan dan kekayaan juga di atas yang lainnya. Perhatikan firman Allah berikut ini:
ﺠ َﺒ ْﺘ ُﻜ ْﻢ َوَﻟ ﺎ َﻋ ْ ﺸ ِﺮ َآ ٍﺔ َوَﻟ ْﻮ َأ ْ ﻦ ُﻣ ْ ﺧ ْﻴ ٌﺮ ِﻣ َ ﺣ ﱠﺘ ﻰ ُﻳ ْﺆ ِﻣﻦﱠ َوَﻟَﺄ َﻣ ٌﺔ ُﻣ ْﺆ ِﻣ َﻨ ٌﺔ َ ت ِ ﺸ ِﺮآَﺎ ْ ﺤ ﻮا ا ْﻟ ُﻤ ُ َوَﻟ ﺎ َﺗ ْﻨ ِﻜ ن َ ﻚ َﻳ ْﺪﻋُﻮ َ ﺠ َﺒ ُﻜ ْﻢ أُوَﻟ ِﺌ َﻋ ْ ك َوَﻟ ْﻮ َأ ٍ ﺸ ِﺮ ْ ﻦ ُﻣ ْ ﺧ ْﻴ ٌﺮ ِﻣ َ ﻦ ٌ ﺣﺘﱠﻰ ُﻳ ْﺆ ِﻣﻨُﻮا َوَﻟ َﻌ ْﺒ ٌﺪ ُﻣ ْﺆ ِﻣ َ ﻦ َ ﺸ ِﺮآِﻴ ْ ُﺗ ْﻨ ِﻜﺤُﻮا ا ْﻟ ُﻤ ن َ س َﻟ َﻌﱠﻠ ُﻬ ْﻢ َﻳ َﺘ َﺬ ﱠآﺮُو ِ ﻦ ءَاﻳَﺎ ِﺗ ِﻪ ﻟِﻠﱠﻨ ﺎ ُ ﺠ ﱠﻨ ِﺔ وَا ْﻟ َﻤ ْﻐ ِﻔ َﺮ ِة ِﺏِﺈ ْذ ِﻥ ِﻪ َو ُﻳ َﺒ ﻴﱢ َ ِإَﻟ ﻰ اﻟ ﱠﻨ ﺎ ِر وَاﻟﱠﻠ ُﻪ َﻳ ْﺪﻋُﻮ ِإَﻟ ﻰ ا ْﻟ [221 :]اﻟﺒﻘﺮة Artinya: "Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orangmusyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran" (QS. Al-Baqarah: 221). Demikian juga dengan sabda-sabda Rasulullah saw.
, ﻟﻤﺎﻟﻬ ﺎ: ))ﺗ ﻨﻜﺢ اﻟﻤ ﺮأة ﻻرﺏ ﻊ:ﻋﻦ أﺏﻲ هﺮﻳﺮة رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗ ﺎل [ ﻓﺎﻇﻔﺮ ﺏﺬات اﻟﺪﻳﻦ ﺗﺮﺏﺖ ﻳﺪاك(( ]أﺧﺮﺝﻪ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ,وﻟﺤﺴﺒﻬﺎ وﻟﺠﻤﺎﻟﻬﺎ وﻟﺪﻳﻨﻬﺎ 2
Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: "Dinikahinya perempuan itu karena empat hal: hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Dahulukanlah agamanya niscaya kamu bahagia" (HR. Bukhari Muslim). Hadits di atas menggambarkan bahwa calon pasangan hidup perlu juga diperhatikan dari sisi harta, kecantikan dan keturunannya, akan tetapi di atas semua itu adalah agama. Artinya, ketika bertabrakan antara unsure-unsur di atas, maka agama harus lebih diperhatikan. Bahkan, dalam hadits berikut ini Rasulullah saw mengancam orang yang semata-mata menikah lantaran hartanya, maka Allah hanya akan memberikan kemiskinan. Demikian juga orang yang menikahi seseorang semata-mata karena melihat keturunanya dan kecantikan / kegantengannya, Allah tidak akan memberikan kecuali kerendahan dan kehinaan. Simak sabda Rasulullah saw berikut ini:
وﻣ ﻦ, ))ﻣ ﻦ ﺗ ﺰوج اﻣ ﺮأة ﻟﻌﺰه ﺎ ﻟ ﻢ ﻳ ﺰدﻩ اﷲ إﻻ ذﻻ:ﻋﻦ أﻥﺲ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل وﻣ ﻦ ﺗ ﺰوج اﻣ ﺮأة, وﻣﻦ ﺗﺰوﺝﻬﺎ ﻟﺤﺴﺒﻬﺎ ﻟﻢ ﻳ ﺰدﻩ اﷲ إﻻ دﻥ ﺎءة,ﺗﺰوﺝﻬﺎ ﻟﻤﺎﻟﻬﺎ ﻟﻢ ﻳﺰدﻩ اﷲ إﻻ ﻓﻘﺮا (( وﺏ ﺎرك ﻟﻬ ﺎ ﻓﻴ ﻪ, ﺏ ﺎرك اﷲ ﻟ ﻪ ﻓﻴﻬ ﺎ, وﻳﺤﺼﻦ ﻓﺮﺝﻪ أو ﻳ ﺼﻞ رﺣﻤ ﻪ,ﻟﻢ ﻳﺮد إﻻ أن ﻳﻐﺾ ﺏﺼﺮﻩ []أﺧﺮﺝﻪ اﻟﻄﺒﺮاﻥﻲ Artinya: "Dari Anas, bahwasannya Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang menikahi seorang wanita semata-mata karena kecantikannya, maka Allah tidak akan menambahkan kepada laki-laki itu kecuali kehinaan. Barangsiapa yang menikahi wanita semata-mata karena hartanya, Allah tidak akan menambahkan kepadanya kecuali kefakiran. Barangsiapa yang menikahi wanita semata-mata karena keturunannya, Allah tidak akan menambahkan kepadanya selain kerendahan. Barangsiapa yang menikahi wanita semata-mata dengan tujuan untuk menundukkan pandangannya, menjaga kehormatannya atau untu menghubungkan silaturahmi, maka Allah akan memberkahi laki-laki dan wanita itu selama pernikahannya" (HR. Thabrany). Senada dengan hadits di atas, adalah hadits berikut ini:
وﻻ, ﻓﻌﺴﻰ ﺣﺴﻨﻬﻦ أن ﻳ ﺮدﻳﻬﻦ, ))ﻵ ﺗﺰوﺝﻮا اﻟﻨﺴﺎء ﻟﺤﺴﻨﻬﻦ:ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وﻷﻣ ﺔ ﺧﺮﻗ ﺎء, وﻟﻜ ﻦ ﺗﺰوﺝ ﻮهﻦ ﻋﻠ ﻰ اﻟ ﺪﻳﻦ, ﻓﻌ ﺴﻰ أﻣ ﻮاﻟﻬﻦ أن ﺗﻄﻐ ﻴﻬﻦ,ﺗﺰوﺝ ﻮهﻦ ﻵﻣ ﻮاﻟﻬﻦ [ﺳﻮداء ذات دﻳﻦ أﻓﻀﻞ(( ]رواﻩ اﺏﻦ ﻣﺎﺝﻪ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Janganlah kalian menikahi wanita semata-mata lantaran kecantikannya, karena kecantikannya itu boleh jadi akan membuat wanita itu jahat. Juga janganlah kalian menikahi wanita semata-mata karena hartanya, karena boleh jadi hartanya itu akan membuat wanita itu menjadi tidak pernah taat. Akan tetapi nikahilah semata-mata karena agamanya. Budak hitam yang beragama itu lebih baik dan lebih utama (dari pada cantik tapi tidak beragama)" (HR. Ibn Majah). Kedua hadits di atas juga memberikan petunjuk bahwa ketika wanita itu muslimah, maka pilihlah yang taat dan betul-betul dengan agamanya, bukan semata identitasnya. Atau dengan bahasa lebih mudah, carilah wanita shalehah. Mengapa perlu wanita shalehah? Dalam dua hadits di bawah ini disebutkan bahwa wanita shalehah lah yang akan membuat hubungan rumah tangga menjadi sangat harmonis, karena kalau diperintah, ia akan taat, dipandang akan menyejukkan dan apabila suami pergi, dia dapat menjaga diri dan harta suami. Oleh Karena itu dalam hadits lainnya dikatakan, seorang laki-laki yang mendapatkan isteri shalehah, maka dia sudah tertolong setengah imannya. Dan kini tinggal memperbaiki setengahnya lagi. Perhatikan dua sabda Rasulullah saw di bawah ini:
, ))ﻣﺎ اﺳﺘﻔﺎد اﻟﻤﺆﻣﻦ ﺏﻌﺪ ﺗﻘﻮى اﷲ ﺧﻴﺮا ﻟﻪ ﻣﻦ زوﺝﺔ ﺻﺎﻟﺤﺔ:ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وإن ﻏ ﺎب ﻋﻨﻬ ﺎ ﻥ ﺼﺤﺘﻪ ﻓ ﻰ ﻥﻔ ﺴﻬﺎ وﻣﺎﻟ ﻪ(( ]أﺧﺮﺝ ﻪ,إن أﻣﺮه ﺎ ﻃﺎﻋﺘ ﻪ وإن ﻥﻈ ﺮ إﻟﻴﻬ ﺎ ﺳ ﺮﺗﻪ [اﻟﺤﺎآﻢ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang mukmin setelah bertaqwa kepada Allah kecuali isteri shalehah. Apabila diperintah, ia taat, dipandang menyenangkan, apabila ditinggal pergi, ia dapat menjaga dirinya dan harta suaminya" (HR. Imam Hakim)
3
, ))ﻣ ﻦ رزﻗ ﻪ اﷲ اﻣ ﺮأة ﺻ ﺎﻟﺤﺔ ﻓﻘ ﺪ أﻋﺎﻥ ﻪ ﻋﻠ ﻰ ﺵ ﻄﺮ دﻳﻨ ﻪ:ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ [ﻓﻠﻴﺘﻖ اﷲ ﻓﻰ اﻟﻨﺼﻒ اﻵﺧﺮ(( ]رواﻩ اﻟﺤﺎآﻢ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang diberikan rizki berupa isteri shalehah, maka sungguh ia telah ditolong setengah agamanya. Maka bertakwalah pada setengah lainnya" (HR. Imam Hakim). Dari kedua hadits di atas tampak bahwa wanita atau laki-laki shalehah dan shaleh itu lahir karena mereka mendalami sekaligus menjalankan agama secara benar. Dari sini juga tampak bahwa agama betul-betul dasar pokok dalam memilih calon pasangan. Karena termasuk masalah pokok inilah, dalam hadits di bawah ini disebutkan, apabila ada laki-laki yang jelas-jelas shaleh dan beragama kuat hendak menikahi putri seseorang, maka nikahkanlah kepadanya karena kalau tidak, akan menyebabkan fitnah bagi putri tersebut.
)) إذا ﺝ ﺎءآﻢ ﻣ ﻦ ﺗﺮﺿ ﻮن دﻳﻨ ﻪ:ﻋ ﻦ أﺏ ﻲ ﺣ ﺎﺗﻢ اﻟﻤﺰﻥ ﻲ أن رﺳ ﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ ﻗ ﺎل و إن آ ﺎن ﻓﻴ ﻪ؟, إن ﻻ ﺗﻔﻌﻠ ﻮا ﺗﻜ ﻦ ﻓﺘﻨ ﺔ ﻓ ﻰ اﻷرض وﻓ ﺴﺎد(( ﻗ ﺎﻟﻮا ﻳ ﺎ رﺳ ﻮل اﷲ,وﺧﻠﻘﻪ ﻓ ﺄﻥﻜﺤﻮﻩ [ ﺛﻼث ﻣﺮات(( ]أﺧﺮﺝﻪ اﻟﺘﺮﻣﺬى, إذا ﺝﺎءآﻢ ﻣﻦ ﺗﺮﺿﻮن دﻳﻨﻪ وﺧﻠﻘﻪ ﻓﺄﻥﻜﺤﻮﻩ:ﻗﺎل Artinya: Dari Abu Hatim al-Muzani, bahwasannya Rasulullah saw bersabda: "Apabila datang kepada kalian (wahai para wali) orang yang kalian sukai dari sisi agama dan akhlaknya (hendak menikahi putrid kalian), maka nikahkanlah kepadanya. Karena kalau kamu tidak menikahkannya, maka akan timbul fitnah dan kerusakan di muka bumi ini". Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah saw, meskipun dia itu?" Rasulullah bersabda: " Apabila datang kepada kalian (wahai para wali) orang yang kalian sukai dari sisi agama dan akhlaknya (hendak menikahi putrid kalian), maka nikahkanlah kepadany" beliau mengulang-ngulang sebanyak tiga kali" (HR. Turmudzi). Namun, meski demikian tentu si wanitanya harus tahu dan menyukainya terlebih dahulu. Karena, suka dan cinta juga salah satu dasar keharmonisan sebuah rumah tangga. Kini bagaimana agar mendapatkan pasangan yang shaleh dan shalehah? Ya, tentu anda terlebih dahulu harus shaleh dan baik. Karena Allah berfirman bahwa wanita shalehah hanyalah untuk laki-laki shaleh dan wanita tidak baik adalah untuk laki-laki tidak baik. Maka sekali lagi, anda harus shaleh / shalehah terlebih dahulu. Itulah kuncinya. Perhatikan firman Allah dalam surat an-Nur ayat 26:
(26 : واﻟﻄﻴﺒﺎت ﻟﻠﻄﻴﺒﻴﻦ واﻟﻄﻴﺒﻮن ﻟﻠﻄﻴﺒﺎت )اﻟﻨﻮر,اﻟﺨﺒﻴﺜﺎت ﻟﻠﺨﺒﻴﺜﻴﻦ واﻟﺨﺒﻴﺜﻮن ﻟﻠﺨﺒﻴﺜﺎت Artinya: "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula" (HR. an-Nur: 26). 2. Apabila di samping beragama dengan baik juga cakep, kaya dan berketurunan baik, itu tentu lebih utama. Setelah sisi agama terpenuhi, maka tidak mengapa seseorang mencari pasangan yang juga cakep, kaya dan berasal dari keturunan yang baik. Namun, sekali lagi, semua itu harus berada di bawah sisi agama sebagaimana telah disebutkan di atas. Mengapa sisi kecakepan, kekayaan dan keturunan perlu juga diperhatikan? Karena memang umumnya manusia mempunyai fitrah untuk memilih yang cakep, kaya dan dari keturunan baik. Karena ketiga hal tersebut merupakan fitrah manusia, maka Islam mencoba mengakomodirnya dengan dasar bahwa ketiga hal itu juga merupakan di antara factor harmonis dan langgengnya sebuah rumah tangga. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini:
, ﻟﻤﺎﻟﻬ ﺎ: ))ﺗ ﻨﻜﺢ اﻟﻤ ﺮأة ﻻرﺏ ﻊ:ﻋﻦ أﺏﻲ هﺮﻳﺮة رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗ ﺎل [ ﻓﺎﻇﻔﺮ ﺏﺬات اﻟﺪﻳﻦ ﺗﺮﺏﺖ ﻳﺪاك(( ]أﺧﺮﺝﻪ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ,وﻟﺤﺴﺒﻬﺎ وﻟﺠﻤﺎﻟﻬﺎ وﻟﺪﻳﻨﻬﺎ Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: "Dinikahinya perempuan itu karena empat hal: hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Dahulukanlah agamanya niscaya kamu bahagia" (HR. Bukhari Muslim). 3. Utamakan gadis / perjaka 4
Dalam mencari pasangan hidup utamakan juga gadis atau perjaka. Mengapa? Karena dalam ilmu psikologi, cinta gadis dan perjaka akan tulus dan penuh. Bahkan, rasa cemburunya akan lebih dari pada seorang janda. Dan rasa cemburu ini adalah tanda sebuah cinta yang dalam. Untuk lebih jelasnya mengapa harus diutamakan gadis atau perjaka, perhatikan hadits di bawah ini:
ووﺝ ﺪت, أرأﻳ ﺖ ﻟ ﻮ ﻥﺰﻟ ﺖ وادﻳ ﺎ وﻓﻴ ﻪ ﺵ ﺠﺮة ﻗ ﺪ أآ ﻞ ﻣﻨﻬ ﺎ, ﻳ ﺎ رﺳ ﻮل اﷲ: ﻗﻠﺖ:ﻋﻦ ﻋﺎﺉﺸﺔ ﻗﺎﻟﺖ (( ﻓﺄﻥﺎ هﻴﻪ: ))ﻓﻰ اﻟﺬى ﻟﻢ ﻳﺮﺗﻊ ﻣﻨﻬﺎ(( ﻗﺎﻟﺖ: ﻓﻰ أﻳﻬﺎ آﻨﺖ ﺗﺮﺗﻊ ﺏﻌﻴﺮك؟ ﻗﺎل,ﺵﺠﺮة ﻟﻢ ﻳﺆآﻞ ﻣﻨﻬﺎ []أﺧﺮﺝﻪ اﻟﺒﺨﺎرى Artinya: Siti Aisyah berkata: "Wahai Rasulullah saw, bagaimana menurut anda wahai Rasulullah, seandainya anda turun ke sebuah lembah yang di dalamnya ada sebatang pohon yang sebagiannya telah dimakan, dan ada pohon lain yang belum dimakan sama sekali. Di dekat pohon yang mana anda akan menyimpan unta anda?" Rasulullah saw menjawab: "Pada pohon yang belum dimakan sedikitpun". Siti Aisyah berkata kembali: "Demikianlah dengan saya (seperti pohon yang belum dimakan sama sekali)" (HR. Bukhari). Di antara isteri-isteri Rasul yang lainnya, Siti Aisyah adalah satu-satunya isteri Rasulullah saw yang gadis. Oleh karena itu, kecemburuan Siti Aisyah melebihi yang lainnya saking cintanya kepada Rasulullah saw. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:
وﻟﻘﺪ هﻠﻜﺖ ﻗﺒ ﻞ أن ﻳﺘﺰوﺝﻨ ﻰ ﺏ ﺜﻼث, ﻣﺎ ﻏﺮت ﻋﻠﻰ اﻣﺮﺁة ﻣﺎ ﻏﺮت ﻋﻠﻰ ﺧﺪﻳﺠﺔ:ﻋﻦ ﻋﺎﺉﺸﺔ ﻗﺎﻟﺖ وﻟﻘﺪ أﻣ ﺮﻩ رﺏ ﻪ ﻋ ﺰ وﺝ ﻞ أن ﻳﺒ ﺸﺮهﺎ ﺏﺒﻴ ﺖ ﻣ ﻦ ﻗ ﺼﺐ ﻓ ﻰ اﻟﺠﻨ ﺔ, ﻟﻤﺎ آﺎﻥﺖ أﺳﻤﻌﻪ ﻳﺬآﺮهﺎ,ﺳﻨﻴﻦ ()رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya: "Siti Aisyah berkata: Saya tidak pernah cemburu seberat cemburu saya kepada Siti Khadijah, ketika saya mendengar Rasulullah seringkali menyebut namanya. Ia telah meninggal tiga tahun sebelum Rasulullah menikahiku. Kemudian Allah menyuruhnya untuk memberikan kabar gembira kepadanya bahwasannya ia diberikan sebuah rumah istana di surga" (HR. Muslim). Di samping itu, perhatikan juga sabda Rasulullah saw berikut ini mengenai pentingnya memilih calon pasangan seorang gadis / perjaka:
ﻓﺈﻥﻬﻦ, ))ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺏﺎﻻﺏﻜﺎر: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ:ﻋﻦ ﻋﻮﻳﻢ ﺏﻦ ﺳﺎﻋﺪة اﻷﻥﺼﺎرى ﻗﺎل [ وأﻥﺘﻖ أرﺣﺎﻣﺎ وأرﺿﻰ ﺏﺎﻟﻴﺴﻴﺮ(( ]رواﻩ اﺏﻦ ﻣﺎﺝﻪ,أﻋﺬب أﻓﻮاهﺎ Artinya: Uwaim bin Saidah al-Anshary berkata, Rasulullah saw bersabda: "Utamakanlah oleh kalian seorang gadis (apabila hendak menikah). Karena gadis itu lebih nikmat untuk "digauli", lebih subur rahimnya (lebih mudah dan banyak melahirkan) dan lebih menerima, lebih rela dengan kondisi apa adanya" (HR. Ibn Majah). Namun, apabila kondisi lebih membutuhkan orang yang berpengalaman mendidik, merawat adik-adik yang masih kecil misalnya, maka janda dalam hal ini lebih baik. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa ketika ayah dari Jabir bin Abdullah meninggal dan meninggalkan sembilan putri yang masih kecul, Jabir akhirnya menikahi seorang janda dengan alasan agar lebih dapat mendidik dan menjaga adik-adiknya. Setelah Rasulullah saw tahu alasannya, akhirnya beliau mendoakan pernikahan Jabir tersebut. Barikut ini hadits dimaksud:
, هﻠﻚ أﺏﻰ وﺗ ﺮك ﺳ ﺒﻊ ﺏﻨ ﺎت أو ﺗ ﺴﻊ ﺏﻨ ﺎت:ﻋﻦ ﺝﺎﺏﺮ ﺏﻦ ﻋﺒﺪاﷲ أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل . ﻥﻌ ﻢ: ))ﺗﺰوﺝ ﺖ ﻳ ﺎ ﺝ ﺎﺏﺮ؟(( ﻓﻘﻠ ﺖ: ﻓﻘﺎل ﻟﻰ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ,ﻓﺘﺰوﺝﺖ اﻣﺮأة ﺛﻴﺒﺎ ﻓﻬ ﻼ ﺗﺰوﺝ ﺖ ﺏﻜ ﺮا ﺗﻼﻋﺒﻬ ﺎ: ﻗ ﺎل, ﺗﺰوﺝ ﺖ ﺛﻴﺒ ﺎ: ))ه ﻞ ﺗﺰوﺝ ﺖ ﺏﻜ ﺮا أم ﺛﻴﺒ ﺎ؟(( ﻓﻘﻠ ﺖ:ﻓﻘ ﺎل ﻓﻜﺮه ﺖ أن أﺗ ﺰوج ﻣ ﺜﻠﻬﻦ ﻓ ﻼ, ﻳ ﺎ رﺳ ﻮل اﷲ ﺗ ﻮﻓﻰ واﻟ ﺪى وﻟ ﻰ أﺧ ﻮات ﺻ ﻐﺎر:وﺗﻼﻋﺒ ﻚ؟ ﻗﻠ ﺖ ﺏ ﺎرك اﷲ ﻟ ﻚ )أﺧﺮﺝ ﻪ: ﻓﺘﺰوﺝ ﺖ ﺛﻴﺒ ﺎ ﻟﺘﻘ ﻮم ﻋﻠ ﻴﻬﻦ وﺗ ﺆدﺏﻬﻦ ﻓﻘ ﺎل,ﺗ ﺆدﺏﻬﻦ وﻻ ﺗﻘ ﻮم ﻋﻠ ﻴﻬﻦ (اﻟﺒﺨﺎرى Artinya: "Jabir bin Abdillah berkata: "Bapak saya baru saja meninggal dan meninggalkan tujuh atau sembilan putri perempuan. Lalu saya menikah dengan seorang janda. Rasulullah saw lalu bertanya kepada saya: "Apakah kamu sudah menikah wahai Jabir?" Saya menjawab: "Ya, sudah ya Rasulullah". Rasulullah saw bersabda kembali: "Apakah kamu menikahi gadis atau janda?" Saya menjawab: "Janda". Rasulullah bersabda kembali: "Mengapa kamu tidak menikahi gadis 5
sehingga kamu dapat bercanda-canda dengannya dan dia pun dapat mencandai kamu?" Say amenjawab: "Ya Rasulullah, bapak saya baru saja meninggal dan saya mempunyai banyak saudari perempuan yang masih kecil. Saya takut kalau menikahi gadis, ia tidak bisa mendidik dan menjaga adik-adik saya itu. Karena itu, saya menikahi seorang janda dengan maksud agar dia dapat menjaga dan mendidik adik-adik saya itu". Rasulullah menjawab: "Semoga Allah memberkahi kamu" (HR. Bukhari). 4. Perhatikan keturunan dan lingkungannya Keturunan dan gen jauh sangat kuat dalam membentuk kepribadian seorang anak. Oleh karena itu, sebelum menentukan calon pasangan, perhatikan dan lihatlah keluarga dan keturunannya. Karena hal ini demi kebaikan calon pasangan juga demi kebaikan tabiat dan sifat putra yang kelak dilahirkan. Mengenai pentingya melihat keluarga dan keturunan ini, perhatikan riwayat dari Amr bin al-Ula:
اﻥﻈ ﺮ إﻟ ﻰ أﺏﻴﻬ ﺎ: آﻴ ﻒ ذاك؟ ﻗ ﺎل: ﻗﻴ ﻞ ﻟ ﻪ. ﻻ أﺗﺰوج اﻣﺮأة ﺣﺘﻰ أﻥﻈ ﺮ إﻟ ﻰ وﻟ ﺪى ﻣﻨﻬ ﺎ:ﻗﺎل رﺝﻞ (3 / 4 : ﻓﺈﻥﻬﺎ ﺗﺠﺮ ﺏﺄﺣﺪهﻤﺎ )ﻋﻴﻮن اﻷﺧﺒﺎر,وأﻣﻬﺎ Artinya: "Seorang laki-laki berkata: "Saya tidak akan menikahi seorang wanita sehingga say amelihat anak saya yang bakal lahir darinya kelak". Lalu ditanyakan kepadanya: "Bagaimana hal demikian dapat diketahui?" Laki-laki itu menjawab: "Lihatlah kepada bapak dan ibu wanita tersebut. Karena wanita tersebut akan mengikuti sifat dan tabi'at salah satunya" (Lihat dalam kitab Uyun al-Akhbar: 4/3). Bahkan, bukan hanya melihat orang tua dari calon pasangan tersebut, akan tetapi juga perlu diperhatikan kakek, nenek bahkan seluruh keturunannya. Hal ini sebagaimana tersebut dalam hadits di bawah ini, bahwa ada seorang laki-laki mengadu kepada Rasulullah saw gara-gara isterinya melahirkan putra yang berkulit hitam. Rasulullah saw kemudian bersabda bahwa itu adalah mengikuti kakek dan neneknya. Apabila tubuh, dan warna kulit saja dapat mengikuti kakek dan neneknya, maka apalagi dengan sifat, akhlak dan tabiatnya. Untuk itu perlu diperhatikan kakek dan nenek dari calon dimaksud. Hadits tersebut adalah:
هﻞ ﻟﻚ: إن اﻣﺮأﺗﻰ وﻟﺪت ﻏﻼﻣﺎ أﺳﻮد؟ ﻓﻘﺎل, ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ: ﺝﺎء أﻋﺮاﺏﻲ ﻓﻘﺎل:ﻋﻦ أﺏﻲ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل ﻓ ﺄﻥﻰ آ ﺎن ذﻟ ﻚ؟: ﻗ ﺎل. ﻥﻌ ﻢ: أﻓﻴﻬ ﺎ أورق؟ ﻗ ﺎل: ﻗﺎل, ﺣﻤﺮ: ﻣﺎ أﻟﻮاﻥﻬﺎ؟ ﻗﺎل: ﻗﺎل. ﻥﻌﻢ:ﻣﻦ إﺏﻞ؟ ﻗﺎل ( )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى. ﻓﻠﻌﻞ اﺏﻨﻚ هﺬا ﻥﺰﻋﻪ اﻟﻌﺮق: ﻗﺎل, أراﻩ ﻋﺮق ﻥﺰﻋﻪ:ﻗﺎل Artinya: "Abu Hurairah berkata: "Datang seorang arab badui ke hadapan Rasulullah saw sambil berkata: "Wahai Rasulullah saw, sesungguhnya isteri saya melahirkan seorang anak berkulit hitam". Rasulullah bersabda: "Apakah kamu mempunyai seekor unta?" "Ya", jawab laki-laki tadi. Rasulullah saw bersabda kembali: "Apa warnanya". Ia menjawab: "Kemerah-merahan". Rasulullah saw bertanya kembali: "Apakah ada yang warnanya kelabu?" "Ya, ada", jawab lakilaki itu. Rasulullah saw beratanya kembali: "Bagaimana hal itu bisa terjadi (kok bisa kelabu)?" Laki-laki itu menjawab: "Saya melihat mungkin karena tertarik oleh keringatnya". Rasulullah saw bersabda kembali: "Putramu juga bisa jadi karena tertarik oleh keringatnya (karena mengikuti leluhurnya)" (HR. Bukhari). Sedangkan mengenai lingkungan, hal ini sudah sangat jelas bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap sifat dan karaketer calon pasangan. Umumnya pasangan yang lahir dan hidup di lingkungan yang tidak baik, maka hal ini akan membentuk pasangan tersebut juga tidak baik . Demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu, sebelum menentukan pasangan, terlebih dahulu harus diperhatikan lingkugan calon pasangan tersebut tinggal dan hidup. 5. Utamakan pasangan tersebut subur, dapat melahirkan Hal lain yang harus diperhatikan ketika memilih pasangan hidup adalah kesuburannya untuk memperoleh keturunan. Karena, salah satu dari tujuan menikah juga untuk mendapatkan keturunan. Semakin subur untuk memperoleh banyak keturunan, tentu lebih baik dan utama. Mengenai pentingnya kesuburan ini, perhatikan hadits-hadits berikut ini:
وﻳﻨﻬ ﻰ ﻋ ﻦ اﻟﺘﺒﺘ ﻞ ﻥﻬﻴ ﺎ, آﺎن رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ ﻳ ﺄﻣﺮ ﺏﺎﻟﺒ ﺎءة:ﻋﻦ أﻥﺲ ﺏﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﻗﺎل [ ﻓﺈﻥﻰ ﻣﻜﺎﺛﺮ ﺏﻜﻢ اﻷﻥﺒﻴﺎء ﻳﻮم اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ(( ]أﺧﺮﺝﻪ أﺣﻤﺪ, ))ﺗﺰوﺝﻮا اﻟﻮﻟﻮد اﻟﻮدود: وﻳﻘﻮل,ﺵﺪﻳﺪا 6
Artinya: Anas bin Malik berkata: "Rasulullah saw menyuruh menikah dan melarang untuk membujang dengan larangan yang sangat. Beliau bersabda: "Nikahilah oleh kalian wanita-wanita yang penyayang dan subur, karena sesungguhnya aku kelak pada hari Kiamat adalah nabi yang mempunyai ummat paling banyak" (HR. Abu Dawud, Nasai dan lainnya).
أﻥ ﻰ, ﻳ ﺎ رﺳ ﻮل اﷲ: ﺝﺎء رﺝﻞ إﻟﻰ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳ ﻠﻢ ﻓﻘ ﺎل:ﻋﻦ ﻣﻌﻘﻞ ﺏﻦ ﻳﺴﺎر ﻗﺎل ﻓﻘ ﺎل ﻟ ﻪ, ﺛ ﻢ أﺗ ﺎﻩ اﻟﺜﺎﻥﻴ ﺔ, أﻓﺄﺗﺰوﺝﻬﺎ؟ ﻓﻨﻬﺎﻩ, إﻻ أﻥﻬﺎ ﻻ ﺗﻠﺪ,أﺻﺒﺖ اﻣﺮأة ذات ﺣﺴﺐ وﻣﻨﺼﺐ وﻣﺎل ﻓ ﺈﻥﻰ ﻣﻜ ﺎﺛﺮ ﺏﻜ ﻢ اﻷﻣ ﻢ(( ]أﺧﺮﺝ ﻪ أﺏ ﻮ, ))ﺗﺰوﺝﻮا اﻟ ﻮدود اﻟﻮﻟ ﻮد: ﻓﻘﺎل ﻟﻪ, ﺛﻢ أﺗﺎﻩ اﻟﺜﺎﻟﺜﺔ,ﻣﺜﻞ ذﻟﻚ [داود واﻟﻨﺴﺎﺉﻲ وﻏﻴﺮﻩ Artinya: Dari Mi'qal bin Yasar, datang seorang laki-laki ke hadapan Rasulullah saw lalu berkata: "Ya, Rasulullah saw, saya mendapatkan seorang wanita yang bagus keturunannya, cantik, mempunyai kedudukan yang baik dan kaya, hanya saja dia tidak bisa melahirkan. Apakah saya boleh menikahinya?" Rasulullah saw kemudian melarangnya. Laki-laki itu datang yang kedua kalinya, Rasulullah pun kembali melarangnya. Laki-laki itu kemudian datang kembali yang ketiga kalinya, lalu Rasulullah saw bersabda: "Nikahilah oleh kalian wanita-wanita yang penyayang dan subur, karena sesungguhnya aku kelak adalah yang mempunyai ummat paling banyak" (HR. Abu Dawud, Nasai dan lainnya).
KHITBAH / MEMINANG / MELAMAR Pengertian Khitbah atau meminang adalah permohonan seorang laki-laki untuk menikahi seorang perempuan. Apabila permintaan tersebut disetujui oleh pihak wanita, maka khitbah ini dipandang sebagai janji untuk menikahi. Meski demikian, wanita yang sudah dilamar (al-makhtubah), tetap sebagai wanita asing yang tidak boleh "diapa-apakan" sehingga ia melakukan akad nikah. Melamar atau meminang hanyalah sebagai pendahuluan untuk melakukan pernikahan. Oleh karena itu, wanita yang sudah dilamar (al-makhtubah) tetap sebagai wanita asing bagi laki-laki tersebut. Hukumnya Khitbah, melamar tidaklah termasuk syarat sah nikah. Artinya, seseorang boleh langsung menikah tanpa melamar atau meminang terlebih dahulu. Hanya saja, umumnya meminang merupakan salah satu cara untuk segera menikahi si isteri. Menurut Jumhur ulama, meminang hukumnya jaiz (boleh). Hal ini didasarkan kepada firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 235:
(235 :وﻻ ﺝﻨﺎح ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻓﻴﻤﺎ ﻋﺮﺿﺘﻢ ﺏﻪ ﻣﻦ ﺧﻄﺒﺔ اﻟﻨﺴﺎء )اﻟﺒﻘﺮة Sedangkan menurut Syafi'iyyah, meminang itu hukumnya Sunnah karena Rasulullah Saw melakukannya ketika beliau meminang Siti Aisyah binti Abu Bakar dan Hafshah bint Umar bin Khatab. Kepada siapa harus meminang? Pada dasarnya, meminang atau melamar itu dilakukan kepada wali si wanita. Hal ini berdasarkan hadits berikut ini:
ﻓﻘ ﺎل, إﻥﻤﺎ أﻥ ﺎ أﺧ ﻮك:ﻋﻦ ﻋﺮوة أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺧﻄﺐ ﻋﺎﺉﺸﺔ إﻟﻰ أﺏﻰ ﺏﻜﺮ ﻓﻘﺎل ﻟﻪ أﺏﻮ ﺏﻜﺮ [ وهﻲ ﻟﻰ ﺣﻼل(( ]أﺧﺮﺝﻪ اﻟﺒﺨﺎرى, ))أﺧﻰ ﻓﻰ دﻳﻦ اﷲ وآﺘﺎﺏﻪ:ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ Artinya: Dari Urwah, bahwasannya Rasulullah Saw telah meminang Siti Aisyah kepada Abu Bakar. Abu Bakar berkata kepada Rasulullah Saw: "Saya ini hanyalah saudaramu" Rasulullah Saw menjawab: "Ya, saudara saya seagama, dan karenanya dia (Siti Aisyah) halal bagi saya" (HR. Bukhari). Namun, boleh juga meminang langsung ke wanita bersangkutan, tanpa melalui walinya. Akan tetapi umumnya yang kedua ini dilakukan untuk wanita yang sudah janda. Demikian juga boleh meminang dan melamar wanita melalui perantara orang lain. Di antara dalil dan alasannya adalah hadits berikut ini: 7
))ﻟﻤ ﺎ ﻣ ﺎت أﺏ ﻮ ﺳ ﻠﻤﺔ أرﺳ ﻞ إﻟ ﻲ اﻟﻨﺒ ﻲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ ﺣﺎﻃ ﺐ اﺏ ﻦ أﺏ ﻲ ﺏﻠﺘﻌ ﺔ:ﻋ ﻦ أم ﺳ ﻠﻤﺔ ﻗﺎﻟ ﺖ [(( ]أﺧﺮﺝﻪ ﻣﺴﻠﻢ واﻟﻨﺴﺎﺉﻲ.... إن ﻟﻲ ﺏﻨﺘﺎ و أﻥﺎ ﻏﻴﻮر: ﻓﻘﻠﺖ,ﻳﺨﻄﺒﻨﻰ ﻟﻪ Artinya: "Ummu Salamah berkata: "Ketika Abu Salamah meninggal, Rasulullah Saw mengutus juru lamar Ibn Abi Balta'ah untuk melamarku. Saya berkata: "Saya mempunyai seorang putri dan saya pencemburu…" (HR. Muslim dan Nasa'i). Wanita boleh menawarkan diri untuk dinikahi laki-laki shaleh Dalam hadits dikatakan bahwa pada masa Rasulullah Saw dahulu, ada seorang wanita yang menawarkan dirinya kepada Rasulullah untuk dinikahi. Akan tetapi Rasulullah Saw tidak menerimanya dengan alasan kurang menyukai wanita tersebut. Ini menjadi dalil bahwa seorang wanita pun boleh menawarkan diri kepada seorang laki-laki shaleh, apabila hal demikian dipandang perlu dan tidak akan menimbulkan fitnah. Jadi tidak ada alasan untuk malu atau 'aib. Hadits dimaksud adalah:
: أن اﻣﺮأة ﻋﺮﺿﺖ ﻥﻔﺴﻬﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎل ﻟﻪ رﺝﻞ:ﻋﻦ ﺳﻬﻞ ﺏﻦ ﺳﻌﺪ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ [(( ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ...))زوﺝﻨﻴﻬﺎ Artinya: "Dari Sahl bin Sa'ad, bahwasannya seorang perempuan pernah datang menawarkan dirinya kepada Rasulullah Saw (untuk dinikahi). (Karena Rasulullah Saw tampak kurang menyukainya), maka seorang laki-laki berkata: "NIkahkan saya dengannya…." (HR. Bukhari Muslim). Hadits ini juga menjadi dalil, bahwa seorang laki-laki boleh menolak secara halus lamaran seorang wanita apabila ia kurang menyukainya. Demikian juga sebaliknya. Wanita-wanita yang tidak boleh dilamar 1. Wanita-wanita yang haram dinikahi baik yang haram dinikahi selamanya maupun yang sementara waktu. Mengapa? Karena, sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa meminang itu adalah awal permulaan untuk menikah. Ketika, menikah tersebut dilarang--karena wanitanya adalah haram dinikahi-- maka meminangpun menjadi haram juga. 2. Wanita yang sedang dalam masa Iddah Wanita yang sedang dalam masa iddah adalah wanita yang telah dicerai atau ditinggal mati oleh suaminya (meninggal) namun masih dalam waktu-waktu menunggu (apakah suaminya akan rujuk kembali) atau berkabung. Wanita jenis ini sebenarnya masuk pada wanita yang haram dinikahi untuk sementara waktu sebagaimana telah dijelaskan di atas. Akan tetapi, untuk jenis ini ada penjelasan dan perincian tersendiri sebagaimana berikut ini: a) Wanita yang dalam masa iddah karena ditinggal mati suaminya Seorang wanita yang ditinggal mati oleh suaminya, masa iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari. Dalam masa iddah inilah, seseorang tidak boleh melamar atau meminang wanita tadi dengan kata-kata yang jelas (sharih). Misalnya dengan mengatakan: "Apabila masa iddah kamu sudah habis, saya akan menikahi kamu". Ini disebut dengan melamar secara jelas (sharih) karena kata-kata yang digunakannya jelas-jelas menunjukkan bahwa dia melamar wanita dimaksud. Para ulama sepakat, bahwa melamar wanita yang sedang dalam masa iddah ditinggal suaminya dengan menggunakan kata-kata yang jelas adalah haram. Bahkan, Ibnu Taimiyyah dalam al-Majmu-nya mengatakan, bahwa barangsiapa yang melamar wanita yang sedang dalam masa iddah ditinggal mati suaminya dengan menggunakan kata-kata yang jelas (sharih), maka baik pelamar (khatib) maupun yang dilamar (makhtubah) harus dihukum dan pernikahannya harus dilarang sebagai hukuman atas lamarannya itu. Akan tetapi apabila melamarnya dengan menggunakan kata-kata sindiran, bukan kata-kata yang jelas (shigat ta'ridh), maka hal demikian dibolehkan. Lamaran dengan sindiran (ta'rid) adalah melamar wanita akan tetapi dengan kata-kata yang tidak langsung dan tidak terang-terangan untuk melamarnya, tapi dengan kata-kata sindiran yang maksudnya adalah untuk meminang. Misalnya ia mengatakan kepada wanita tersebut: "Saya bermaksud untuk menikah, alangkah beruntungnya kalau saya mendapatkan isteri shalehah". Meminang dengan sindiran ini dibolehkan meskipun wanita tersebut dalam masa iddah ditinggal mati suaminya. Hal ini didasarkan pada firman Allah berikut ini: 8
(235 :)اﻟﺒﻘﺮة....وﻻ ﺝﻨﺎح ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻓﻴﻤﺎ ﻋﺮﺿﺘﻢ ﺏﻪ ﻣﻦ ﺧﻄﺒﺔ اﻟﻨﺴﺎء b) Wanita dalam masa iddah Talak Raj'i (talak satu dan dua). Wanita yang ditalak satu atau dua oleh suaminya (talak raj'i), masa iddahnya adalah tiga kali haid. Pada masa iddahnya inilah ia tidak boleh dikhitbah baik dengan katakata sharih (jelas) maupun dengan sindiran (ta'ridh). Karena, pada masa iddah ini, hakikatnya wanita itu masih milik si suaminya dan si suaminya lebih berhak untuk merujuknya. Karena itu, tidak diperbolehkan bagi laki-laki lain untuk meminangnya baik dengan kata-kata yang jelas maupun sindiran. c) Wanita yang dalam masa iddah Talak Ba'in Talak Ba'in adalah talak yang dijatuhkan kepada seorang isteri dan mantan suaminya tadi tidak boleh merujuk mantan isterinya. Misalnya, seorang wanita yang ditalak satu atau dua oleh suaminya apabila sampai masa iddahnya habis, ia tidak dirujuk kembali, maka disebut dengan talak ba'in. Atau wanita tersebut sudah ditalak tiga, ini pun disebut dengan talak bain. Atau, wanita yang mengkhulu', juga termasuk Talak Bain— penjelasannya akan dibahas pada makalah berikutnya tetang Talak. Wanita yang dikhulu— talak ba'in—masa iddahnya menurut pendapat yang lebih rajih adalah satu kali haidh. Pada masa iddahnya ini, para ulama sepakat bahwa wanita tersebut tidak boleh dilamar dengan menggunakan kata-kata yang jelas (tashrih). Namun, apakah boleh dilamar dengan menggunakan sindiran? Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat. Jumhur berpendapat, boleh dengan sindiran sedangkan menurut Hanafiyyah, tidak boleh. Namun, penulis cenderung untuk mengambil pendapat Jumhur bahwa wanita yang dalam masa iddah Talak Ba'in, boleh dilamar dengan sindiran. Hal ini di antaranya dikarenakan hadits berikut ini:
: أن اﻟﻨﺒ ﻲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ ﻗ ﺎل ﻟﻬ ﺎ ﻟﻤ ﺎ ﻃﻠﻘﻬ ﺎ زوﺝﻬ ﺎ ﺛﻼﺛ ﺎ:ﺣﺪﻳﺚ ﻓﺎﻃﻤﺔ ﺏﻨ ﺖ ﻗ ﻴﺲ ﻓﺈذا ﺣﻠﻠﺖ ﻓ ﺂذﻥﻴﻨﻰ(( ]أﺧﺮﺝ ﻪ, ﻓﺈﻥﻪ رﺝﻞ أﻋﻤﻰ ﺗﻀﻌﻴﻦ ﺛﻴﺎﺏﻚ,))اﻋﺘﺪى ﻋﻨﺪ اﺏﻦ أم ﻣﻜﺘﻮم [ﻣﺴﻠﻢ Artinya: "Rasulullah Saw bersabda kepada Fatimah bint Qais ketika ditalak tiga oleh suaminya: "Beriddahlah di samping Ibn Umm Maktum, dia itu seorang laki-laki yang buta. "Lepaskan bajumu" (kata sindiran, bukan sesungguhnya), dan apabila telah habis masa iddahmu, ijinkan saya" (HR. Muslim). Semua yang telah disebutkan di atas adalah bagi laki-laki lain yang hendak menikahinya, bukan mantan suaminya. Sedangkan bagi mantan suaminya, maka ia boleh melamarnya baik dengan tashrih maupun ta'ridh. 3. Wanita yang sudah dikhitbah oleh laki-laki muslim lainnya. Apabila seorang laki-laki muslim telah meminang seorang wanita, maka tidak boleh bagi laki-laki muslim lainnya untuk meminangnya. Tentu yang dilarang ini apabila pihak wanita telah menyetujui lamaran tersebut. Hal ini di antaranya didasarkan kepada hadits berikut ini:
وﻻ ﻳﺨﻄﺐ اﻟﺮﺝﻞ ﻋﻠ ﻰ ﺧﻄﺒ ﺔ أﺧﻴ ﻪ ﺣﺘ ﻰ...)) :ﻋﻦ أﺏﻲ هﺮﻳﺮة أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل [ﻳﻨﻜﺢ أو ﻳﺘﺮك(( ]أﺧﺮﺝﻪ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ Artinya: "Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: "…Dan seorang laki-laki tidak boleh meminang pinangan saudaranya sehingga ia menikahi atau meninggalakan (wanita tersebut)" (HR. Bukhari Muslim). Hukum melihat wanita yang dipinang (al-makhtubah) Laki-laki yang melamar (al-khatib) melihat wanita yang dilamar (al-makhtubah). 1. Hukumnya Para ulama sepakat bahwa laki-laki yang hendak menikahi seorang wanita, maka terlebih dahulu ia harus melihat wanita tersebut. Di antara dalilnya adalah sebagai berikut:
9
آﻨﺖ ﻋﻨﺪ اﻟﻨﺒ ﻲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ ﻓﺄﺗ ﺎﻩ رﺝ ﻞ ﻓ ﺄﺧﺒﺮﻩ أﻥ ﻪ ﺗ ﺰوج اﻣ ﺮأة ﻣ ﻦ:ﻋﻦ أﺏﻲ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل ))اذه ﺐ ﻓ ﺎﻥﻈﺮ: ﻗ ﺎل, ﻻ: ))أﻥﻈﺮت إﻟﻴﻬﺎ؟(( ﻗ ﺎل: ﻓﻘﺎل ﻟﻪ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ,اﻷﻥﺼﺎر [ ﻓﺈن ﻓﻰ أﻋﻴﻦ اﻷﻥﺼﺎر ﺵﻴﺌﺎ(( ]أﺧﺮﺝﻪ ﻣﺴﻠﻢ واﻟﻨﺴﺎﺉﻲ,إﻟﻴﻬﺎ Artinya: "Abu Hurairah berkata: "Ketika saya berada di samping Rasulullah saw, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang menghabarkan bahwa ia akan menikahi seorang wanita dari golongan Anshar. Rasulullah saw bersabda kepadanya: "Apakah kamu telah melihat wanita tersebut?" Lakilaki itu menjawab: "Tidak", Rasulullah bersabda: "Pergilah dan lihatlah terlebih dahulu karena pada penglihatan-penglihatan orang Anshar itu ada sesuatu" (HR. Muslim dan Nasa'i).
))إذا ﺧﻄ ﺐ أﺣ ﺪآﻢ اﻟﻤ ﺮأة ﻓﻘ ﺪر أن: ﺳﻤﻌﺖ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻳﻘ ﻮل:ﺣﺪﻳﺚ ﺝﺎﺏﺮ ﻗﺎل [ﻳﺮى ﻣﻨﻬﺎ ﺏﻌﺾ ﻣﺎ ﻳﺪﻋﻮﻩ إﻟﻴﻬﺎ ﻓﻠﻴﻔﻌﻞ(( ]أﺧﺮﺝﻪ أﺏﻮ داود ﺏﺤﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ Artinya: Jabir berkata, bahwasannya ia pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Apabila seseorang melamar seorang wanita lalu ia dapat melihat sebagian yang dapat menariknya dari wanita itu, maka lakukanlah" (HR. Abu Dawud). 2. Batasan anggota badan yang boleh dilihat Para ulama telah sepakat bahwa wanita yang dilamar boleh dilihat wajah dan telapak tangannya. Akan tetapi para ulama berbeda pendapat mengenai apakah anggota badan lainnya selain wajah dan telapak tangan boleh dilihat? Jumhur ulama berpendapat bahwa tidak boleh dilihat selain dari wajah dan telapak tangannya saja. Menurut jumhur, wajah dan tangan itu sudah cukup untuk menilai wanita tersebut. Dengan melihat wajah dapat diketahui kecantikannya, dan dengan melihat telapak tangan dapat dilihat subur dan sehat tidaknya anggota badan lainnya. Sedangkan menurut Hanabilah, boleh juga melihat anggota lainnya yang biasa nampak seperti sikut, kedua tangan dan kedua tumit. Menurut Imam Auzai, boleh melihat apa saja yang menjadi daya tariknya selain auratnya. Sementara menurut Daud dan Ibn Hazm ad-Dhahiry, boleh melihat seluruh badannya. Hal ini karena mereka memahami redaksi hadits yang telah disebutkan di atas "Lihatlah wanita itu terlebih dahulu" secara tekstual. Sehingga mereka berkesimpulan, bahwa laki-laki yang melamar boleh melihat seluruh badannya. Penulis melihat bahwa pendapat yang lebih rajih (kuat) adalah bagi wanita yang dilamar, maka ia hanya boleh menampakkan wajah dan kedua telapak tangannya saja. Dan laki-laki yang melamar hanya boleh melihat itu. Namun, apabila ia melihatnya secara sembunyi-sembunyi, maka ia boleh melihat apa saja yang dikehendakinya selama hal itu bukan auratnya. Atau boleh juga ia menanyakan kepada keluarganya atau teman dekatnya. Demikian juga dengan wanita yang dilamar, ia sebaiknya melihat terlebih dahulu kepada calon suaminya itu. Apabila ia menyukainya, maka ia menerimanya dan apabila tidak, maka tolaklah dengan cara yang baik dan tidak menyakitkan. Berdua-duaan dengan wanita yang telah dilamar Karena melamar atau meminang itu barulah sebuah pendahuluan untuk menikah dan bukan menikah, maka hukumnya sama dengan orang yang belum menikah; tidak boleh berpegang-pegangan dan tidak boleh juga berdu-duaan di tempat sepi. Hal ini dikhawatirkan terjadi hal –hal yang tidak diinginkan. Laranagan berdua-duaan di tempat sepi ini sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits berikut ini:
(ﻻ ﻳﺨﻠﻮن رﺝﻞ ﺏﺎﻣﺮأة إﻻ آﺎن ﺛﺎﻟﺜﻬﻤﺎ اﻟﺸﻴﻄﺎن )أﺧﺮﺝﻪ أﺣﻤﺪ واﻟﺘﺮﻣﺬى Artinya: "Tidaklah seorang laki-laki berdu-duaan dengan seorang perempuan kecuali ketiganya adalah syaithan" (HR. Ahmad dan Turmudzi) Kalaupun terpaksa mau bersama dengan yang telah dilamarnya, maka hendaklah ia ditemani mahramnya yang sudah dewasa sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw:
(ﻻ ﻳﺨﻠﻮن رﺝﻞ ﺏﺎﻣﺮأة إﻻ ﻣﻊ ذى ﻣﺤﺮم )أﺧﺮﺝﻪ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ Artinya: "Seorang laki-laki tidak boleh berdua-duaan dengan seorang wanita kecuali ditemani oleh mahramnya" (HR. Bukhari dan Muslim). 10
Laki-laki yang melamar tidak boleh menyentuh atau berjabatan tangan dengan wanita yang dilamar (al-makhtubah) Seorang laki-laki yang telah melamar juga tidak boleh menyentuh, berpegangan tangan bahkan bersalaman sekalipun dengan wanita yang telah dilamarnya karena hal demikian belum diperbolehkan sehingga keduanya menikah. Dalam sebuah hadits dikatakan:
))ﻻن ﻳﻄﻌﻦ ﻓﻰ رأس أﺣﺪآﻢ ﺏﻤﺨﻴﻂ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺪ:ﻋﻦ ﻣﻌﻘﻞ ﺏﻦ ﻳﺴﺎر أن رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل [ﺧﻴﺮ ﻟﻪ ﻣﻦ أن ﻳﻤﺲ اﻣﺮأة ﻻ ﺗﺤﻞ ﻟﻪ(( ]أﺧﺮﺝﻪ اﻟﻄﺒﺮاﻥﻰ ﺏﺤﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ Artinya: "Ma'qal bin Yasar berkata bahwasannya Rasulullah saw bersabda: "Ditusuk kepala seseorang dengan paku dari besi itu lebih baik baginya dari pada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya (sehinga ia menikah)" (HR. Thabrany)
[ ))إﻥﻰ ﻻ أﺻﺎﻓﺢ اﻟﻨﺴﺎء(( ]أﺧﺮﺝﻪ اﻟﺘﺮﻣﺬى واﻟﻨﺴﺎﺉﻲ:ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Saya tidak pernah bersalaman dengan wanita" (HR. Turmudzi dan Nasa'i). Membatalkan setelah meminang Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa meminang bukanlah menikah tapi salah satu jalan untuk menikah. Oleh karena itu, si wali dari wanita ataupun si laki-laki yang telah meminang boleh membatalkan pinangannya apabila ada alasan yang jelas. Seorang wali dari si wanita yang dipinang boleh membatalkan pinangan laki-laki apabila di kemudian hari setelah dipinang diketahui bahwa laki-laki tersebut adalah pemabuk, misalnya atau berbuat hal-hal negative lainnya yang akan merusak keharmonisan keluarga apabila diteruskan. Demikian juga si laki-laki yang telah meminangnya boleh membatalkan pinangannya apabila di kemudian hari didapati bahwa wanita yang telah dipinangnya ternyata selingkuh atau memiliki akhlak yang jelek. Hal ini dikarenakan pernikahan adalah untuk selamanya dan bukan untuk waktu satu atau dua tahun saja. Akan tetapi apabila si laki-laki atau si wali wanita tersebut membatalkan lamaran tersebut dengan alasan yang tidak jelas, maka hal ini dilarang dan termasuk perbuatan orang munafik, mengingkari janji sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
, وإذا اؤﺗﻤ ﻦ ﺧ ﺎن, إذا ﺣ ﺪث آ ﺬب: ﺁﻳ ﺔ اﻟﻤﻨ ﺎﻓﻖ ﺛ ﻼث:ﻋﻦ أﺏﻰ هﺮﻳﺮة أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗ ﺎل [وإذا وﻋﺪ أﺧﻠﻒ(( ]أﺧﺮﺝﻪ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ Artinya: "Dari Abu Hurairah bahwasanny Rasulullah saw bersabda: "Ciri-ciri orang munafik itu ada tiga; apabila berkata ia dusta, dipercaya khianat dan berjanji ingkar" (HR. Bukhari Muslim). Bagaimana dengan pemberian yang telah diberikannya? Apabila seseorang telah melamar kemudian membatalkan lamaran tersebut sementara dia talah memberikan sesuatu kepadanya, bagaimana pemberiannya itu? Dalam hal ini para ulama memisahkan dan membedakan pemberian tersebut: Apabila pemberian itu sebagian dari mas kawin (mas kawin yang didahulukan), baik berupa emas, cincin atau perabot rumah tangga, maka harus dikembalikan kepada si laki-laki. Namun, apabila pemberian itu berupa hadiah biasa, bukan sebagian dari mas kawin, maka boleh tidak dikembalikan. Dan sebaiknya laki-laki yang memberikan tidak mencabut dan tidak memintanya lagi. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw ketika Umar bin Khatab memberikan seekor kuda kepada seorang laki-laki untuk keperluan berjihad, kemudian kuda itu hilang, Umar kemudian bermaksud agar laki-laki itu membelikannya kuda kembali. Rasul bersabda:
[ ﻓﺈن اﻟﻌﺎﺉﺪ ﻓﻰ ﺻﺪﻗﺔ آﺎﻟﻜﻠﺐ ﻳﻌﻮد ﻓﻰ ﻗﻴﺌﻪ ]أﺧﺮﺝﻪ اﻟﺒﺨﺎرى, وإن أﻋﻄﺎآﻪ ﺏﺪرهﻢ واﺣﺪ,ﻻ ﺗﺸﺘﺮﻩ Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Janganlah kamu membelinya meskipun dengan satu dirham. Karena orang yang mengambil kembali shadaqah yang telah diberikannya ibarat seekor anjing yang menjilati kembali muntahnya" (HR. Bukhari).
11
***Makalah ini special dipersembahkan untuk kawan-kawan tercinta siswa siswi Sekolah Indonesia Cairo (SIC) pada pengajian rutin remaja Sabtuan di Mesjid Indonesia Kairo, Egypt. Email:
[email protected] Pojok Mesjid Sayyidah Jaenab, Jum'at 20 Mei 2005 setelah Shalat Jum'at.
12