SERIAL RAMADHAN KARIM I
MENYAMBUT KEDATANGAN BULAN RAMADHAN Oleh: Aep Saepulloh Darusmanwiati***
Lisensi Dokumen Copyright Aep Saepulloh, www.indonesianschool.org Seluruh dokumen di www.indonesianschool.org dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang disertakan dalam setiap dokumen. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari penulis, indonesianschool.org.
-1-
Pendahuluan Waktu terus berjalan. Usia terus bertambah sekaligus jatah umur dari hari ke hari terus berkurang. Tidak terasa, saat ini kita sudah berada di pertengahan bulan Sya'ban. Tidak kurang dari 20 hari lagi kita akan bertemu dengan bulan Ramadhan, insya Allah. Mari merenung sejenak, sudah berapa Ramadhan kita lalui. Boleh jadi sudah ada yang enam belas kali, empat belas kali, dua puluh sembilan kali bahkan boleh jadi ada yang sudah empat puluh kali. Subhanallah, tidak terasa memang. Mari merenung kembali, coba ingat-ingat teman, kawan, kerabat atau boleh jadi orang tua, yang pada Ramadhan kemarin masih asyik dapat bercengkrama dengan kita, kini mereka telah tiada, meninggalkan dan mendahului kita. Boleh jadi, hal ini akan menimpa kita juga pada Ramadhan yang akan datang. Maka, berbenahlah dari sekarang. Maka, bersegeralah untuk terus berbuat kebaikan. Maka, tinggalkan segala kemaksiatan dan dosa sekecil apapun sekemampuan kita, mumpung umur belum dicabut oleh yang Maha Kuasa. Mari kita berbenah. Pembaca budiman, dapat menjumpai Ramadhan adalah nikmat yang tiada tara. Rasulullah saw sejak bulan Rajab, selalu meminta dan memohon kepada Allah agar dapat bertemu dengan bulan Ramadhan. "Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Sya'ban ini, serta sampaikanlah usia kami ke bulan Ramadhan", demikian di antara doa Rasulullah saw. Para sahabat pun demikian. Mu'alla bin alFadhl mengatakan bahwa para sahabat selalu berdoa agar bertemu dengan bulan Ramadhan, enam bulan sebelum Ramadhan. Dan begitu dapat bertemu dan melaksanakan puasa, mereka berdoa lagi selama enam bulan agar puasa mereka dapat diterima oleh Allah swt (lihat dalam Lathaiful Ma'arif karya Ibn Rajab, hal 201-202). Mengapa demikian? Karena bulan Ramadhan bulan penuh berkah. Apabila petani ada musim panennya yang sangat mundel dan banyak, maka Ramadhan juga merupakan masa panen pahala bagi orang mukmin. Mengapa tidak, coba bayangkan, pahala Sunnat dilipatkan menjadi pahala wajib. Pahala wajib dilipatkan menjadi tujuh puluh bahkan lebih dari bulan-bulan lainnya. Semua itu, karena bulan Ramadhan. Oleh karena itu, para ulama salaf (ulama dahulu) selalu melakukan sujud Syukur begitu mereka memasuki bulan Ramadhan. Oleh karenanya pula, Rasulullah saw mengaminkan ketika Jibril mendoakan, sangat merugi orang yang bertemu dengan Ramadhan akan tetapi dosa-dosanya tidak diampuni. Saking besarnya pahala dan keberkahan pada bulan Ramadhan ini, Rasulullah saw sampai bersabda: "Kalau seandainya manusia mengetahui apa yang ada pada bulan Ramadhan, tentu ummatku akan berkeinginan agar semua bulan dalam satu tahun ini, semuanya adalah bulan Ramadhan". Oleh karena itu, masih dalam berbagai hadits, apabila Ramadhan tiba, Rasulullah saw selalu menyambutnya dengan penuh kegembiraan, bahkan kegembiraannya ini disampaikan juga kepada para sahabatnya. Dengan penuh rasa gembira Rasulullah saw bersabda: "Ayo, telah datang kepada kalian Ramadhan, tuannya para bulan, selamat datang wahai Ramadhan". Dalam hadits lain riwayat Imam Ahmad dan Nasai juga disebutkan, apabila Ramadhan tiba, Rasulullah saw menyampaikan kabar gembira tersebut kepada para sahabatnya sambil bersabda: "Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah di mana Allah telah mewajibkan puasa di dalamnya. Pada bulan Ramadhan juga dibukakan semua pintu surga, dikunci semua pintu neraka, dirantai syaitan-syaitan. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan (Lailatul Qadar)". Dari hadits ini para ulama berkesimpulan, bahwa menyambut bulan Ramadhan dengan kegembiraan selama tidak menyimpang, misalnya dengan memasang lampu venus untuk daerah Mesir, termasuk amalan Sunnah karena dilakukan juga oleh Rasulullah saw. Dalam rangka menyambut Sayyidus Syuhur (tuannya bulan) inilah, makalah kali ini sengaja diketengahkan. Makalah tentang Ramadhan ini rencananya akan dibahas dalam tiga atau empat kali pertemuan. Makalah pertama, yaitu makalah kali ini, akan berbicara tentang bagaimana menyambut bulan Ramadhan sekaligus petunjuk-petunjuk tentang amalan yang sebaiknya dilakukan ketika Ramadhan sudah tiba nanti. Makalah pertama ini boleh dikatakan makalah pengantar menjelang Ramadhan tiba. Makalah kedua, akan berbicara tentang puasa Ramadhan di lihat dari sisi fiqh Islam; hal-hal yang membatalkan puasa, amalan sunnah selama puasa, hal-hal yang dibolehkan dan dilarang selama puasa dan yang lainnya. Untuk lebih memperlengkap bahasan makalah kedua nanti, penulis juga berencana akan menerjemahkan tanya jawab seputar fiqh puasa dari dua buah buku saku yang masing-masing ditulis oleh Abdul Aziz bin Baz dan Muhammad bin Shalih al-Utsaimain, dua ulama terkemuka saat ini. -2-
Makalah ketiga, mencoba membahas seputar yang berkaitan dengan Qiyamul Lail, Tarawikh, I'tikaf, dan Lailatul Qadar. Makalah ini akan menyoroti sejarah awal Tarawih, misalnya: apakah shalat Tarawih diberjamaahkan itu sudah dimulai sejak Rasulullah saw atau semenjak khalifah Umar bin Khatab, dan persoalan-persoalan lainnya yang tidak kalah penting dan menarik. Makalah keempat, kita akan mencoba mengkaji tentang Zakat Fitrah dan hal-hal yang erat kaitannya dengan persoalan tersebut. Makalah ini juga akan coba penulis lengkapi dengan fatwa-fatwa Abdul Aziz bin Baz, seputar persoalan Zakat Fitrah yang akan penulis terjemahkan dari buku sakunya. Makalah terakhir ini juga akan mencoba menyoroti sejarah puasa dalam lintasan agama-agama besar dunia, semenjak pertama dahulu sampai ajaran Islam. Tidak lupa juga akan disinggung, apa yang harus dilakukan dan harus ada setelah Ramadhan meninggalkan kita. Semua makalah ini, penulis beri nama dengan Serial Ramadhan Karim, sebagai pengingat akan keberkahan yang ada dalam bulan Ramadhan nanti. Makalah ini juga tentunya dihadirkan buat para pembaca tercinta wabil khusus buat teman-teman remaja Sekolah Indonesia Cairo, calon pemimpin bangsa, tumpuan dan harapan ummat. Akhirnya, semoga makalah ini khususnya, dan makalah-makalah yang akan dihidangkan selanjutnya, bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca semua. Hanya kepadaNyalah kita berbakti dan mengabdi, juga hanya kepadaNyalah kita akan kembali. Selamat menikmati. Wallahu a'lam. Keistimewaan-keistimewaan puasa Ramadhan Ada beberapa keistimewaan bagi mereka yang berpuasa pada bulan Ramadhan dalam ajaran Islam. Di antara keistimewaan dimaksud adalah: 1. Puasa merupakan junnah (tameng, perisai). Orang yang berpuasa akan terhindar dari api neraka karena dia mempunyai perisai yang sangat kuat berupa puasa. Hal ini berdasarkan kepada hadits berikut ini:
))اﻟﺼﻴﺎم ﺟﻨ ﺔ ﻳ ﺴﺘﺠﻦ ﺑﻬ ﺎ اﻟﻌﺒ ﺪ ﻣ ﻦ اﻟﻨ ﺎر(( ]رواﻩ:ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ [أﺣﻤﺪ Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Puasa itu merupakan perisai yang dapat menghalangi seorang hamba dari panasnya siksa api neraka" (HR. Ahmad). Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda:
))ﻣﺎ ﻣﻦ ﻋﺒﺪ ﻳﺼﻮم ﻳﻮﻣﺎ ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ اﷲ:ﻋﻦ أﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ اﻟﺨﺪرى ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ [إﻻ ﺑﺎﻋﺪ اﷲ ﺑﺬﻟﻚ وﺟﻬﻪ ﻋﻦ اﻟﻨﺎر ﺳﺒﻌﻴﻦ ﺧﺮﻳﻔﺎ(( ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Tidak ada seorang hamba pun yang berpuasa sekalipun satu hari di jalan Allah, kecuali Allah akan menjauhkan dirinya dari siksa api neraka sebanyak tujuh puluh kharif (tujuh puluh kharif maksudnya adalah sejauh perjalanan yang menghabiskan masa tujuh puluh tahun)" (HR. Bukhari Muslim). Dalam hadtis lain, Rasulullah saw juga bersabda:
))ﻣﻦ ﺻﺎم ﻳﻮﻣ ﺎ ﻓ ﻰ ﺳ ﺒﻴﻞ اﷲ ﺟﻌ ﻞ اﷲ:ﻋﻦ ﺣﺪﻳﺚ أﺑﻲ أﻣﺎﻣﺔ ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ [ﺑﻴﻨﻪ وﺑﻴﻦ اﻟﻨﺎر ﺧﻨﺪﻗﺎ آﻤﺎ ﺑﻴﻦ اﻟﺴﻤﺎء واﻷرض(( ]رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬى واﻟﻄﺒﺮاﻧﻰ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjadikan pemisah berupa sebuah parit antara dia dengan api neraka yang jarak parit tersebut antara langit dan bumi" (HR. Turmudzi dan Thabrani). Hadits-hadits di atas mengisyaratkan bahwa puasa itu adalah tameng dan perisai. Persoalannya, tameng dan perisai dari apa? Para ulama dalam hal ini terbagi kepada dua pendapat. Sebagian ulama berpendapat bahwa tameng di sini adalah tameng dari perbuatan maksiat dan dosa. Artinya, orang yang berpuasa sejatinya dapat menghalangi dirinya dari perbuatan dosa dan maksiat. Oleh karena itu, menurut kelompok ini, banyak sekali dalam hadits Rasulullah saw yang selalu mengiringkan ibadah puasa dengan larangan berbuat dosa, misalnya berdusta, bertengkar, dan berkata yang tidak baik, misalnya sabda Rasulullah saw berikut ini: "Apabila salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata-kata kotor dan bertengkar. Apabila seseorang mencaci atau memaki kamu maka katakanlah: "Saya sedang berpuasa". -3-
Demikian juga dengan hadits Rasulullah saw tentang pernikahan. Rasulullah saw menganjurkan laki-laki yang belum mampu untuk menikah agar berpuasa, karena puasa dapat menahan hawa nafsu dan syahwat. Ini semakin menguatkan bahwa puasa merupakan tameng dari perbuatan dosa dan maksiat. Oleh karena itu, orang yang berpuasa namun tidak dapat menahan dirinya dari perbuatan dosa dan maksiat, maka tamengnya tidak berpungsi dan karenanya Rasulullah saw mengecam orang tersebut dengan mengatakan bahwa dia tidak akan mendapatkan pahala selain haus dan dahaga saja. Sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa puasa itu merupakan tameng atau perisai dari api neraka. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits di mana Rasulullah saw bersabda: "Puasa itu merupakan tameng dari api neraka" (HR. Ahmad dan Turmudzi). Demikian juga dengan haditshadits lainnya, misalnya: "Puasa itu adalah perisai yang dapat menghalangi seseorang dari api neraka" (HR. Ahmad dan Baihaki). Dari dua pendapat di atas, penulis mencoba menggabungkan bahwa puasa itu menjadi tameng dari perbuatan dosa dan maksiat itu untuk di dunia, sementara ia akan menjadi tameng dan perisai dari api neraka itu untuk kelak di akhirat. Orang yang berpuasa yang tidak dapat menjadikan puasanya sebagai tameng dari perbuatan dosa dan maksiat, maka tidak akan pernah menjadi tameng dan perisai dari api neraka kelak di akhirat. Oleh karena itu, Imam Nawawi berpendapat, bahwa orang yang berpuasa sebaiknya dapat menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak dan mengurangi pahala puasa. Dengan menggabungkan dua pendapat di atas, maka kedua kelompok tadi dapat disatukan dan digabungkan. 2. Puasa dapat memasukkan ke surga Keistimewaan lainnya dari melaksanakan ibadah puasa adalah akan dimasukkan ke dalam surga. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits:
ﻻ, ))ﻋﻠﻴ ﻚ ﺑﺎﻟ ﺼﻮم: ﻗ ﺎل, دﻟﻨﻰ ﻋﻠﻰ ﻋﻤ ﻞ أدﺧ ﻞ ﺑ ﻪ اﻟﺠﻨ ﺔ, ﻗﻠﺖ ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ:ﻋﻦ أﺑﻲ أﻣﺎﻣﺔ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل [ﻣﺜﻞ ﻟﻪ(( ]رواﻩ اﻟﻨﺴﺎﺋﻰ واﺑﻦ ﺣﺒﺎن واﻟﺤﺎآﻢ Artinya: "Abu Umamah berkata: "Saya bertanya kepada Rasulullah saw: 'Wahai Rasulullah saw, tunjukkan kepada saya sebuah amal perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam surga". Rasulullah saw menjawab: "Berpuasalah, karena tidak ada amalan yang sebanding pahalanya dengan puasa" (HR. Nasai, Ibn Majah dan Hakim). 3. Orang yang berpuasa akan mendapatkan pahala yang tidak terhingga (saking banyak dan besarnya). Hal ini didasarkan kepada hadits Rasulullah saw berikut ini:
اﻟﺤ ﺴﻨﺔ ﺑﻌ ﺸﺮ, ))آﻞ ﻋﻤﻞ اﺑﻦ ﺁدم ﻳ ﻀﺎﻋﻒ: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ:ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل ﻳ ﺪع ﺷ ﻬﻮﺗﻪ وﻃﻌﺎﻣ ﻪ, ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻰ وأﻧﺎ أﺟ ﺰى ﺑ ﻪ, إﻻ اﻟﺼﻮم: ﻗﺎل اﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ, إﻟﻰ ﺳﺒﻊ ﻣﺌﺔ ﺿﻌﻒ,أﻣﺜﺎﻟﻬﺎ وﻟﺨﻠ ﻮف ﻓ ﻢ اﻟ ﺼﺎﺋﻢ ﻋﻨ ﺪ اﷲ, وﻓﺮﺣ ﺔ ﻋﻨ ﺪ ﻟﻘ ﺎء رﺑ ﻪ, ﻓﺮﺣ ﺔ ﻋﻨ ﺪ ﻓﻄ ﺮﻩ: وﻟﻠ ﺼﺎﺋﻢ ﻓﺮﺣﺘ ﺎن,ﻣ ﻦ أﺟﻠ ﻰ [أﻃﻴﺐ ﻣﻦ رﻳﺢ اﻟﻤﺴﻚ(( ]رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Seluruh amal perbuatan Ibn Adam akan dilipatkan pahalanya. Satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan bahkan dapat sampai tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman: "Kecuali puasa, ia itu khusus bagiKu dan Aku lah yang akan membalasnya secara langsung. Ia meninggalkan syahwatnya, makanannya semata-mata karenaKu. Orang yang berpuasa itu akan memperoleh dua kebahagiaan: Kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika ia berjumpa dengan Tuhannya kelak. Bau mulut orang yang berpuasa itu di sisi Allah, lebih wangi dari pada wanginya minyak kasturi" (HR. Muslim). Dalam hadits di atas disebutkan bahwa hanya puasalah yang akan dibalas langsung oleh Allah dan hanya puasa juga yang khusus untuk Allah. Persoalannya, bukankah amal ibadah lainnya juga ditujukan dan akan diterima oleh Allah, juga akan dibalas, diberi pahala oleh Allah? Mengapa dalam hadits ini seolah hanya ibadah puasa yang akan dibalas dan diterima oleh Allah? Para ulama dalam hal ini sangat beragam penafsirannya. Sebagian ulama seperti Abu Ubaid berpendapat bahwa hadits di atas tidak berarti bahwa hanya puasa yang akan dibalas langsung oleh Allah, akan tetapi juga seluruh amal ibadah lainnya. Hanya saja, dengan pengkhususan puasa di sini dimaksudkan karena ibadah puasa berbeda dengan yang lainnya dalam hal bahwa puasa jauh dengan perbuatan riya. Artinya, untuk dapat berbuat riya, sangatlah kecil kemungkinannya karena puasa sifatnya tersembunyi, tidak nampak. Berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya; kemungkinan untuk -4-
berbuat riya' sangatlah besar karena umumnya ibadahnya nampak dan terang-terangan, seperti shalat, haji atau zakat, semuanya ibadah yang dapat dilihat dengan mudah oleh kasat mata. Sebagian ulama lain berpendapat bahwa maksud penghususan puasa di atas, adalah bahwa hanya ibadah puasa yang akan dilipat gandakan pahalanya sampai tidak terhingga. Dan yang mengetahui besarnya pahala tersebut hanyalah Allah swt saja. Sementara ibadah lainnya, sudah jelas nashnya bahwa sekalipun akan dilipat gandakan, pahalanya tidak lebih dari tujuh ratus kali lipat sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Sementara shaum jauh lebih besar dan lebih berlipat dari itu semua, dan tidak ada yang mengetahui berapa jumlah persisnya selain Allah saja. Menurut ulama lain semisal Ibn Rajab, bahwa disebutkannya bahwa puasa itu akan dibalas langsung oleh Allah, ini karena puasa mempunyai dua kelebihan. Pertama, puasa adalah rahasia antara orang yang melakukan puasa dengan Tuhannya saja, dan tidak ada yang mengetahui selain dia dan Allah saja. Hal ini lantaran ibadah puasa terdiri dari niat yang sifatnya bathin dan tidak dapat diketahui oleh orang lain. Demikian juga, orang yang berpuasa sulit untuk diketahui apakah ia telah berbuka atau tidak, apakah dia telah makan dan minum atau belum. Menurut adat kebiasaan, untuk mengetahui hal ini sangatlah sulit dan hanya diketahui oleh pelaku dan Allah saja. Berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya seperti shalat, zakat dan haji. Umumnya ibadah-ibadah ini adalah ibadah-ibadah lahiriyyah yang nampak dan mudah dinilai oleh siapa saja yang melihatnya. Kedua, alasan lainnya menurut Ibn Rajab adalah bahwa hanya ibadah puasa saja yang mencegah dan meninggalkan dari semua hawa nafsu dan syahwat baik yang lahir maupun yang bathin yang merupakan sumber berbuat dosa dan maksiat. Dan hal ini tentu tidak didapatkan dalam ibadah lainnya. Ihram misalnya, memang ada larangan untuk meninggalkan perbuatan jima' (berhubungan badan), namun ia tidak melarang untuk hal-hal yang menjadi sumber syahwat lainnya, misalnya orang yang ihram masih boleh makan, minum dan lainnya. I'tikaf, juga ibadah yang melarang untuk berjima', namun tidak melarang untuk yang lainnya misalnya makan dan minum. Shalat juga demikian. Sekalipun dilarang untuk makan dan minum, namun waktu larangan tersebut hanyalah sebentar, tidak lebih dari 5 atau sepuluh menit saja. Bahkan, sebagian ulama membolehkan seseorang untuk minum sedikit air ketika sedang melakukan shalat Sunnat. Dan hal ini pernah dilakukan oleh Ibn Zubair. Ini semua berbeda dengan puasa. Orang yang berpuasa, di samping dilarang untuk melakukan hubungan badan di siang hari, juga dilarang untuk makan minum sekalipun udara sangat panas, mulai dari terbit pagi sampai terbenam matahari. Untuk itulah, puasa Allah khususkan sebagai ibadah yang akan dibalas langsung oleh Allah dalam pengertian akan lebih diperhatikan karena kelebihankelebihan tadi (lihat dalam Lathaiful Ma'arif hal. 208-211). Dari beragam pendapat di atas, semuanya hemat penulis betul dan tepat. Puasa dikhususkan oleh Allah di samping memang karena mempunyai kelebihan-kelebihan sebagaimana yang dikemukakan Ibn Rajab, juga karena puasa mempunyai pahala yang jauh lebih besar dari pahala ibadah lainnya. Dan ukuran berapa nominal pahala tersebut, hanya Allah yang mengetahuinya. Demikianlah di antara rahasia mengapa ibadah puasa disebutkan dalam hadits di atas, bahwa Allah yang akan membalasnya langsung. Sekali lagi, tidak berarti yang lainnya tidak akan dibalas langsung, namun ingin menekankan bahwa pahala puasa melebihi pahala ibadah lainnya karena puasa memiliki banyak kelebihan sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibn Rajab di atas. 4. Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan; ketika berbuka dan ketika bertemu dengan Allah kelak. Hal ini didasarkan kepada hadits berikut ini:
اﻟﺤ ﺴﻨﺔ ﺑﻌ ﺸﺮ, ))آﻞ ﻋﻤﻞ اﺑﻦ ﺁدم ﻳ ﻀﺎﻋﻒ: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ:ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل ﻳ ﺪع ﺷ ﻬﻮﺗﻪ وﻃﻌﺎﻣ ﻪ, ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻰ وأﻧﺎ أﺟ ﺰى ﺑ ﻪ, إﻻ اﻟﺼﻮم: ﻗﺎل اﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ, إﻟﻰ ﺳﺒﻊ ﻣﺌﺔ ﺿﻌﻒ,أﻣﺜﺎﻟﻬﺎ وﻟﺨﻠ ﻮف ﻓ ﻢ اﻟ ﺼﺎﺋﻢ ﻋﻨ ﺪ اﷲ, وﻓﺮﺣ ﺔ ﻋﻨ ﺪ ﻟﻘ ﺎء رﺑ ﻪ, ﻓﺮﺣ ﺔ ﻋﻨ ﺪ ﻓﻄ ﺮﻩ: وﻟﻠ ﺼﺎﺋﻢ ﻓﺮﺣﺘ ﺎن,ﻣ ﻦ أﺟﻠ ﻰ [أﻃﻴﺐ ﻣﻦ رﻳﺢ اﻟﻤﺴﻚ(( ]رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Seluruh amal perbuatan Ibn Adam akan dilipatkan pahalanya. Satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan bahkan dapat sampai tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman: "Kecuali puasa, ia itu khusus bagiKu dan Aku lah yang akan membalasnya secara langsung. Ia meninggalkan syahwatnya, makanannya semata-mata karenaKu. Orang yang berpuasa itu akan memperoleh dua kebahagiaan: Kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika ia berjumpa -5-
dengan Tuhannya kelak. Bau mulut orang yang berpuasa itu di sisi Allah, lebih wangi dari pada wanginya minyak kasturi" (HR. Muslim). 5. Bau mulut orang yang berpuasa, di sisi Allah, lebih harum daripada wanginya minyak kasturi. Hal ini di samping berdasarkan hadits di atas, juga berdasarkan hadits berikut ini:
, آ ﻞ ﻋﻤ ﻞ اﺑ ﻦ ﺁدم ﻟ ﻪ إﻻ اﻟ ﺼﻴﺎم: ))ﻗ ﺎل اﷲ: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ:ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل ﻓ ﺈن ﺳ ﺎﺑﻪ أﺣ ﺪ, واﻟﺼﻴﺎم ﺟﻨﺔ وإذا آﺎن ﻳﻮم ﺻﻮم أﺣﺪآﻢ ﻓﻼ ﻳﺮﻓ ﺚ وﻻ ﻳ ﺼﺨﺐ,ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻰ وأﻧﺎ أﺟﺰى ﺑﻪ واﻟ ﺬى ﻧﻔ ﺲ ﻣﺤﻤ ﺪ ﺑﻴ ﺪﻩ ﻟﺨﻠ ﻮف ﻓ ﻢ اﻟ ﺼﺎﺋﻢ أﻃﻴ ﺐ ﻋﻨ ﺪ اﷲ ﻣ ﻦ رﻳ ﺢ, إﻧ ﻰ اﻣ ﺮؤ ﺻ ﺎﺋﻢ:أو ﻗﺎﺗﻠﻪ ﻓﻠﻴﻘ ﻞ [ وإذا ﻟﻘﻲ رﺑﻪ ﻓﺮح ﺑﺼﻮﻣﻪ(( ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ, إذا أﻓﻄﺮ ﻓﺮح: ﻟﻠﺼﺎﺋﻢ ﻓﺮﺣﺘﺎن ﻳﻔﺮﺣﻬﻤﺎ,اﻟﻤﺴﻚ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Allah berfirman: "Seluruh pahala amal perbuatan anak cucu Adam itu miliknya, kecuali puasa, ia adalah milikKu dan Aku lah yang akan membalasnya. Puasa itu adalah perisai, oleh karena itu, apabila seseorang sedang berpuasa, maka janganlah ia mengeluarkan kata-kata keji dan jangan pula bertengkar. Apabila seseorang mencacinya atau memeranginya, maka katakanlah bahwasannya saya sedang berpuasa. Demi diri Muhammad yang berada ditanganNya, bau mulut orang yang sedang berpuasa itu, di sisi Allah, jauh lebih wangi dan lebih harum dari pada harumnya minyak kasturi. Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika kelak bertemu dengan Allah swt karena puasanya itu" (HR. Bukhari Muslim). 6. Puasa dan al-Qur'an akan dapat memberikan syafaat (pertolongan) kelak di hari Kiamat. Dalam sebuah hadits dikatakan:
))اﻟ ﺼﻴﺎم واﻟﻘ ﺮﺁن ﻳ ﺸﻔﻌﺎن ﻟﻠﻌﺒ ﺪ ﻳ ﻮم:ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ ﻋﻤﺮو ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ , ﻣﻨﻌﺘ ﻪ اﻟﻨ ﻮم ﺑﺎﻟﻠﻴ ﻞ: وﻳﻘ ﻮل اﻟﻘ ﺮﺁن, ﻓﺸﻔﻌﻨﻰ ﻓﻴﻪ, أي رب ﻣﻨﻌﺘﻪ اﻟﻄﻌﺎم واﻟﺸﻬﻮة: ﻳﻘﻮل اﻟﺼﻴﺎم,اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ [ ﻓﻴﺸﻔﻌﺎن(( ]رواﻩ أﺣﻤﺪ واﻟﺤﺎآﻢ: ﻗﺎل,ﻓﺸﻔﻌﻨﻰ ﻓﻴﻪ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Puasa dan (rajin membaca) al-Qur'an, kelak pada hari Kiamat dapat memberikan syafaat (pertolongan) kepada hamba. Puasa kelak akan berkata: "Ya Allah, ia telah menahan dirinya dari makanan dan hawa nafsunya, maka jadikanlah saya sebagai penolongnya". AlQur'an juga kelak akan berkata: "Ya Allah, ia telah rela meluangkan waktunya untuk tidak tidur pada malam hari (karena membaca al-Qur'an), maka jadikanlah saya sebagai penolongnya (pemberi syafa'at)". Lalu puasa dan al-Qur'an pun, berkat idzinNya, menjadi penolong bagi hamba tersebut" (HR. Ahmad dan Hakim). 7. Puasa dapat menghapus dosa Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda:
))ﻓﺘﻨ ﺔ اﻟﺮﺟ ﻞ ﻓ ﻰ أهﻠ ﻪ وﻣﺎﻟ ﻪ وﺟ ﺎرﻩ: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ:ﻋﻦ ﺣﺬﻳﻔﺔ ﺑﻦ اﻟﻴﻤﺎن ﻗﺎل [ﺗﻜﻔﺮهﺎ اﻟﺼﻼة واﻟﺼﻴﺎم واﻟﺼﺪﻗﺔ(( ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Fitnah bagi seorang laki-laki itu akan ditemukan di keluarga, harta dan tetangganya. Namun, semua itu dapat ditutup dan ditebus dengan jalan shalat, puasa dan shadaqah" (HR. Bukhari Muslim). 8. Orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu khusus yang disebut dengan pintu Rayyan Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw:
ﻳ ﺪﺧﻞ ﻣﻨ ﻪ, اﻟﺮﻳ ﺎن: ))إن ﻓﻰ اﻟﺠﻨ ﺔ ﺑﺎﺑ ﺎ ﻳﻘ ﺎل ﻟ ﻪ:ﻋﻦ ﺳﻬﻞ ﺑﻦ ﺳﻌﺪ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل ﻓ ﺈذا دﺧ ﻞ ﺁﺧ ﺮهﻢ, ﻓﻠﻢ ﻳﺪﺧﻞ ﻣﻨﻪ أﺣﺪ, ﻻ ﻳﺪﺧﻞ ﻣﻨﻪ أﺣﺪ ﻏﻴﺮهﻢ ﻓﺈذا دﺧﻠﻮا أﻏﻠﻖ,اﻟﺼﺎﺋﻤﻮن ﻳﻮم اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ [ وﻣﻦ ﺷﺮب ﻟﻢ ﻳﻈﻤﺄ أﺑﺪا(( ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ, وﻣﻦ دﺧﻞ ﺷﺮب,أﻏﻠﻖ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Di surga itu terdapat sebuah pintu yang disebut dengan pintu Rayyan. Pintu itu hanya akan dilalui kelak di hari Kiamat oleh mereka yang berpuasa dan tidak akan pernah dimasuki oleh orang selain mereka yang berpuasa. Apabila orang-orang yang berpuasa telah masuk, maka pintu itu dengan sendirinya akan terkunci, dan tidak dapat masuk melaluinya seorang pun. Demikian juga apabila orang yang paling akhir memasuki pintu tersebut, maka ia akan terkunci dengan sendirinya. Barangsiapa yang masuk ke dalam surga melalui pintu tersebut, ia akan minum, dan siapa yang minum, maka ia tidak akan pernah merasa kehausan selamanya" (HR. Bukhari Muslim). -6-
Dalam hadits lain sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa di surga itu terdapat delapan buah pintu, salah satunya bernama pintu Rayyan. Pintu ini hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa saja. Kata Rayyan berasal dari kata ar-riyy yang berarti banyak air, tidak dahaga. Jadi pintu Rayyan maksudnya pintu surga yang apabila dimasuki, penghuninya tidak akan merasakan haus dan dahaga selamanya. Oleh karena itu, dalam hadits di atas disebutkan bahwa orang yang masuk melalui pintu surga Rayyan ini tidak akan merasakan haus lagi selama-lamanya. Ini tentu sesuai dengan arti dari arRayyan sendiri yang berarti tidak dahaga, banyak air. Ibnu Hajar al-Asqalany dalam kitabnya, Fathul Bari (4/111), mengatakan bahwa pintu surga untuk orang yang berpuasa disebut Rayyan dan bukan nama lain yang menunjukkan kepada rasa lapar karena makanan, karena umumnya orang yang berpuasa lebih membutuhkan air daripada makanan. Atau dengan bahasa lain, orang yang berpuasa lebih merasakan berat dan lemah karena dahaganya dari pada karena rasa laparnya. Untuk itulah, nama pintu tersebut dinamakan Rayyan yang lebih berarti untuk menghilangkan rasa haus, dan bukan dengan nama lain. 9. Bulan diturunkannya al-Qur'an dan kitab-kitab lainnya. Al-Qur'an diturunkan oleh Allah pada malam Lailatul Qadar tepatnya pada bulan Ramadhan, hal ini sebagaimana firmanNya:
ﺸ ْﻬ َﺮ ﺷ ِﻬ َﺪ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ُﻢ اﻟ ﱠ َ ﻦ ْ ن َﻓ َﻤ ِ ﻦ ا ْﻟ ُﻬ ﺪَى وَا ْﻟ ُﻔ ْﺮ َﻗ ﺎ َ ت ِﻣ ٍ س َو َﺑ ﱢﻴ َﻨ ﺎ ِ ن ُهﺪًى ﻟِﻠﻨﱠﺎ ُ ل ﻓِﻴ ِﻪ ا ْﻟ ُﻘ ْﺮءَا َ ن اﱠﻟﺬِي ُأ ْﻧ ِﺰ َ ﺷ ْﻬ ُﺮ َر َﻣﻀَﺎ َ (185 :ﺼ ْﻤ ُﻪ )اﻟﺒﻘﺮة ُ َﻓ ْﻠ َﻴ Artinya: "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu" (QS. Al-Baqarah: 185). Selain al-Qur'an, pada bulan Ramadhan juga kitab-kitab samawi (yang turun dari langit) lainnya diturunkan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits berikut ini:
))أﻧﺰﻟ ﺖ ﺻ ﺤﻒ إﺑ ﺮاهﻴﻢ أول ﻟﻴﻠ ﺔ ﻣ ﻦ:ﻋﻦ واﺛﻠﺔ ﺑﻦ اﻷﺳﻘﻊ أن رﺳ ﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ ﻗ ﺎل وأﻧ ﺰل اﻹﻧﺠﻴ ﻞ ﻟ ﺜﻼث ﻋ ﺸﺮة ﻣ ﻀﺖ ﻣ ﻦ, وأﻧﺰﻟﺖ اﻟﺘ ﻮراة ﻟ ﺴﺖ ﻣ ﻀﺖ ﻣ ﻦ رﻣ ﻀﺎن,ﺷﻬﺮ رﻣﻀﺎن وأﻧ ﺰل اﻟﻘ ﺮﺁن ﻷرﺑ ﻊ وﻋ ﺸﺮﻳﻦ ﺧﻠ ﺖ ﻣ ﻦ, وأﻧ ﺰل اﻟﺰﺑ ﻮر ﻟﺜﻤ ﺎن ﻋ ﺸﺮة ﺧﻠ ﺖ ﻣ ﻦ رﻣ ﻀﺎن,رﻣ ﻀﺎن [رﻣﻀﺎن(( ]رواﻩ أﺣﻤﺪ واﻟﺤﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Shuhuf (lembaran-lembaran kitab suci) Ibrahim diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, Kitab Taurat diturunkan pada malam keenam bulan Ramadhan, Kitab Injil juga diturunkan pada malam ketiga belas bulan Ramadhan, Kitab Zabur diturunkan pada malam kedelapan belas bulan Ramadhan, dan kitab al-Qur'an diturunkan pada malam kedua puluh empat pada bulan Ramadhan" (HR. Ahmad dan haditsnya Hasan). Karena pada bulan Ramadhan ini al-Qur'an diturunkan, maka sebagai keistimewaan bulan tersebut, Allah mewajibkan untuk berpuasa di dalamnya. 10. Pada bulan Ramadhan syetan-syetan diikat dan dirantai, pintu neraka ditutup serta pintu surga dibukakan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw berikut ini:
))إذا ﺟ ﺎء رﻣ ﻀﺎن ﻓﺘﺤ ﺖ: ﻗ ﺎل رﺳ ﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ:ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗ ﺎل [ وﺻﻔﺪت اﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ(( ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ, وﻏﻠﻘﺖ أﺑﻮاب اﻟﻨﻴﺮان,أﺑﻮاب اﻟﺠﻨﺔ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Apabila bulan Ramadhan telah tiba, maka dibukakan pintu-pintu surga, dikunci pintu-pintu neraka dan syaithan-syaithan diikat serta dirantai" (HR. Bukhari Muslim). Dalam hadits lain dikatakan:
)) إذا آﺎن أول ﻟﻴﻠﺔ ﻣﻦ ﺷ ﻬﺮ: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ:ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل وﻓﺘﺤ ﺖ أﺑ ﻮاب اﻟﺠﻨ ﺔ, وﻏﻠﻘﺖ أﺑﻮاب اﻟﻨﺎر ﻓﻠﻢ ﻳﻔﺘﺢ ﻣﻨﻬﺎ ﺑﺎب, ﺻﻔﺪت اﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ وﻣﺮدة اﻟﺠﻦ,رﻣﻀﺎن وﷲ ﻋﺘﻘﺎء ﻣﻦ اﻟﻨﺎر وذﻟﻚ, وﻳﺎ ﺑﺎﻏﻲ اﻟﺸﺮ أﻗﺼﺮ, ﻳﺎ ﺑﺎﻏﻲ اﻟﺨﻴﺮ أﻗﺒﻞ: وﻳﻨﺎدى ﻣﻨﺎد,ﻓﻠﻢ ﻳﻐﻠﻖ ﻣﻨﻬﺎ ﺑﺎب [آﻞ ﻟﻴﻠﺔ(( ]رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬى واﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ واﺑﻦ ﺧﺰﻳﻤﺔ Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Apabila awal malam bulan Ramadhan tiba, maka dirantailah syaithan-syaithan, diikat (diusir) jin (jin jahat), dikunci pintu-pintu neraka sehingga tidak ada satu -7-
pintu pun yang terbuka, dibuka pintu-pintu surga sehingga tidak ada satu pintu pun yang terkunci. Lalu seorang penyeru menyeru: "Wahai penggemar kebaikan, terimalah (bulan Ramadhan ini), dan wahai penggemar kejahatan, batasilah (kejahatannya), karena Allah pada setiap malam dari bulan Ramadhan ini akan membebaskan kalian dari siksa api neraka" (HR. Turmudzi, Ibn Majah dan Ibn Huzaimah). 11. Pada bulan ini terdapat Lailatul Qadar Sehubungan dengan Lailatul Qadar ini, Allah berfirman:
ل ا ْﻟ َﻤﻠَﺎ ِﺋ َﻜ ُﺔ ُ ﺷ ْﻬ ٍﺮ * َﺗ َﻨ ﺰﱠ َ ﻒ ِ ﻦ َأ ْﻟ ْ ك َﻣ ﺎ َﻟ ْﻴَﻠ ُﺔ ا ْﻟ َﻘ ْﺪ ِر * َﻟ ْﻴَﻠ ُﺔ ا ْﻟ َﻘ ْﺪ ِر ﺧَ ْﻴ ٌﺮ ِﻣ َ إِﻧﱠﺎ َأ ْﻧ َﺰ ْﻟﻨَﺎ ُﻩ ﻓِﻲ َﻟ ْﻴَﻠ ِﺔ ا ْﻟ َﻘ ْﺪ ِر* َو َﻣ ﺎ َأ ْدرَا (5-1 :ﺠ ِﺮ )اﻟﻘﺪر ْ ﻄَﻠ ِﻊ ا ْﻟ َﻔ ْ ﺣﺘﱠﻰ َﻣ َ ﻲ َ ﺳﻠَﺎ ٌم ِه َ * ﻦ ُآﻞﱢ َأ ْﻣ ٍﺮ ْ ن َر ﱢﺑ ِﻬ ْﻢ ِﻣ ِ ح ﻓِﻴﻬَﺎ ِﺑِﺈ ْذ ُ وَاﻟﺮﱡو Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur`an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar" (QS. Al-Qadar: 1-5). Pembahasan lebih lanjut mengenai Lailatul Qadar seperti kapan Lailatul Qadar itu, apa yang harus dilakukan seandainya berpapasan dengan Lailatul Qadar dan lain sebagainya, akan dibahas dalam makalah ketiga nanti. Untuk itu, jangan lewatkan makalah ketiga berikutnya. 12. Pada bulan ini pahala ibadah sunnah dilipatkan menjadi pahala wajib dan pahala ibadah wajib dilipatkan menjadi tujuh puluh kali lipat. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw berikut ini:
))ﻣ ﻦ ﺗﻄ ﻮع ﻓﻴ ﻪ ﺑﺨ ﺼﻠﺔ ﻣ ﻦ ﺧ ﺼﺎل:ﻋﻦ ﺳﻠﻤﺎن اﻟﻔﺎرﺳﻰ ﻗ ﺎل ﻗ ﺎل رﺳ ﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ وﻣ ﻦ أدى ﻓﻴ ﻪ ﻓﺮﻳ ﻀﺔ آ ﺎن آﻤ ﻦ أدى ﺳ ﺒﻌﻴﻦ ﻓﺮﻳ ﻀﺔ ﻓﻴﻤ ﺎ,اﻟﺨﻴ ﺮ آ ﺎن آﻤ ﻦ أدى ﻓﺮﻳ ﻀﺔ ﻓﻴﻤ ﺎ ﺳ ﻮاﻩ [ﺳﻮاﻩ(( ]رواﻩ اﻟﺒﻴﻬﻘﻰ Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa yang melaksanakan amalan sunnah pada bulan Ramadhan, maka pahalanya sama dengan pahala yang melaksanakan ibadah wajib pada bulan selain Ramadhan. Dan barang siapa yang melaksanakan ibadah wajib pada bulan Ramadhan, maka pahalanya sama dengan pahala yang melaksanakan tujuh puluh ibadah wajib pada bulan selain Ramadhan" (HR. Baihaki). Ibnu Rajab dalam bukunya Lathaiful Ma'arif (hal. 205-207) mengatakan bahwa sebab dilipatgandakannya pahala itu ada beberapa macam. Pertama, sebuah amal ibadah dilipatgandakan pahalanya karena kemuliaan tempat melaksanakannya (syaraful makan), misalnya ibadah yang dilakukan di Mekah (tanah Haram). Dalam banyak hadits disebutkan bahwa ibadah, baik shalat maupun puasa yang dilakukan di Mekah, pahalanya akan dilipatgandakan. Dalam sebuah hadits misalnya dikatakan:
))ﺻ ﻼة ﻓ ﻰ ﻣ ﺴﺠﺪى ه ﺬا ﺧﻴ ﺮ ﻣ ﻦ أﻟ ﻒ ﺻ ﻼة ﻓﻴﻤ ﺎ ﺳ ﻮاﻩ ﻣ ﻦ:ﻗ ﺎل رﺳ ﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ [اﻟﻤﺴﺎﺟﺪ إﻻ اﻟﻤﺴﺠﺪ اﻟﺤﺮام(( ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Shalat di mesjidku ini (Masjid Nabawi di Madinah), lebih baik seribu kali shalat daripada shalat di mesjid-mesjid selainnya, selain di Mesjidil Haram (Mekah)" (HR. Bukhari Muslim). Hadits ini mengisyaratkan bahwa shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dilipat gandakan pahalanya dari pada shalat di mesjid lainnya karena kemuliaan tempat di mana mesjid itu berada yakni di Mekah. Dalam hadits lain juga dikatakan:
ﻣﻦ أدرك رﻣﻀﺎن ﺑﻤﻜﺔ ﻓﺼﺎﻣﻪ وﻗﺎم ﻣﻨﻪ ﻣﺎ ﺗﻴﺴﺮ آﺘﺐ اﷲ ﻟ ﻪ ﻣﺌ ﺔ أﻟ ﻒ ﺷ ﻬﺮ:ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻣﺮﻓﻮﻋﺎ (رﻣﻀﺎن ﻓﻴﻤﺎ ﺳﻮاﻩ )رواﻩ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﺑﺈﺳﻨﺎد ﺿﻌﻴﻒ Artinya: "Ibnu Abbas berkata: "Barang siapa yang mendapati Ramadhan di Mekah, lalu ia berpuasa dan melaksanakan ibadah di sana menurut kemampuannya, Allah akan memberikan pahala kepadanya seratus ribu pahala dari bulan Ramadhan yang dilakukan di selain Mekah" (HR. Ibn Majah dengan sanad Dhaif). Hadits ini juga, mengisyaratkan bahwa dilipatgandakannya pahala Ramadhan, lantaran dilakukan ditempat yang dimuliakan oleh Allah, Mekah (syaraful makan).
-8-
Kedua, amal ibadah dilipatgandakan pahalanya karena kemuliaan waktu (syarafuz zaman), misalnya, bulan Ramadhan, tanggal sepuluh Dzul Hijjah dan lainnya. Dalam hadits yang telah disebutkan di atas misalnya dikatakan:
))ﻣ ﻦ ﺗﻄ ﻮع ﻓﻴ ﻪ ﺑﺨ ﺼﻠﺔ ﻣ ﻦ ﺧ ﺼﺎل:ﻋﻦ ﺳﻠﻤﺎن اﻟﻔﺎرﺳﻰ ﻗ ﺎل ﻗ ﺎل رﺳ ﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ وﻣ ﻦ أدى ﻓﻴ ﻪ ﻓﺮﻳ ﻀﺔ آ ﺎن آﻤ ﻦ أدى ﺳ ﺒﻌﻴﻦ ﻓﺮﻳ ﻀﺔ ﻓﻴﻤ ﺎ,اﻟﺨﻴ ﺮ آ ﺎن آﻤ ﻦ أدى ﻓﺮﻳ ﻀﺔ ﻓﻴﻤ ﺎ ﺳ ﻮاﻩ [ﺳﻮاﻩ(( ]رواﻩ اﻟﺒﻴﻬﻘﻰ Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa yang melaksanakan amalan sunnah pada Ramadhan, maka pahalanya sama dengan pahala yang melaksanakan ibadah wajib pada bulan Ramadhan. Dan barang siapa yang melaksanakan ibadah wajib pada bulan Ramadhan, pahalanya sama dengan pahala yang melaksanakan tujuh puluh ibadah wajib pada bulan Ramadhan" (HR. Baihaki). Dalam hadits lain misalnya juga disebutkan:
bulan selain maka selain
))ﺻ ﺪﻗﺔ ﻓ ﻰ رﻣ ﻀﺎن(( ]رواﻩ: ﺳ ﺌﻞ اﻟﻨﺒ ﻲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ أي اﻟ ﺼﺪﻗﺔ أﻓ ﻀﻞ؟ ﻗ ﺎل:ﻋ ﻦ أﻧ ﺲ [اﻟﺘﺮﻣﺬى Artinya: "Dari Anas, suatu hari Rasulullah saw ditanya: "Shadaqah yang bagaimana yang paling baik?" Rasulullah saw menjawab: "Shadaqah yang dilakukan pada bulan Ramadhan" (HR. Turmudzi). Dalam hadits lain disebutkan:
: ))ﻋﻤ ﺮة ﻓ ﻰ رﻣ ﻀﺎن ﺣﺠ ﺔ(( وﻓ ﻰ رواﻳ ﺔ: ﻗﺎل رﺳ ﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ:ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻗﺎل [))ﻓﺈن ﻋﻤﺮة ﻓﻰ رﻣﻀﺎن ﺗﻘﻀﻰ ﺣﺠﺔ ﻣﻌﻰ(( ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Umrah pada bulan Ramadhan pahalanya sama dengan pahala melaksanakan ibadah haji". Dalam riwayat lain dikatakan: "Umrah pada bulan Ramadhan sama dengan melaksanakan ibadah haji bersamaku" (HR. Bukhari Muslim). Dalam hadits-hadits di atas, amal ibadah dilipatgandakan lantaran kemuliaan waktu melaksanakan ibadah tersebut, di antaranya karena Ramadhannya, syarafuz zaman. Ketiga, dilipatgandakannya pahala ibadah seseorang lantaran orang yang melaksanakannya (syaraful 'aamil). Dalam banyak keterangan disebutkan bahwa ibadah yang didahulukan oleh ummat Rasulullah saw lebih dilipatgandakan pahalanya dari pada yang dilakukan oleh ummat nabi-nabi lainnya. ini semua menunjukkan karena syaraful 'aamil, atau kemuliaan pelakunya. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits di atas yang mengatakan bahwa pahala sunnat pada bulan Ramadhan sama dengan pahala wajib pada bulan-bulan lainnya, dan pahala wajib pada bulan Ramadhan sama dengan tujuh puluh kali lipat pahala wajib pada bulan-bulan lainnya, semua itu dikarenakan kemuliaan waktu melaksanakannya, yakni bulan Ramadhan (syarafuz zaman).
-9-
Bagaimana cara menyambut bulan Ramadhan? Bulan Ramadhan sebagaimana telah disebutkan di atas, memiliki banyak keistimewaan. Oleh karena itu, sangat merugi seseorang yang mendapati bulan Ramadhan, namun tidak mendapatkan pahala yang melimpah atau bahkan dosanya tidak diampuni. Inilah yang diamini oleh Rasulullah saw dalam hadits berikut ini:
ﻣﺎ آﻨ ﺖ ﺗ ﺼﻨﻊ, ﺁﻣﻴﻦ(( ﻗﻴﻞ ﻟﻪ ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ, ﺁﻣﻴﻦ, ))ﺁﻣﻴﻦ:أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ رﻗﻲ اﻟﻤﻨﺒﺮ ﻓﻘﺎل : ﺛ ﻢ ﻗ ﺎل. ﺁﻣ ﻴﻦ: ﻗﻠ ﺖ. رﻏﻢ أﻧﻒ ﻋﺒ ﺪ أدرك أﺑﻮﻳ ﻪ أو أﺣ ﺪهﻤﺎ ﻟ ﻢ ﻳﺪﺧﻠ ﻪ اﻟﺠﻨ ﺔ: ))ﻗﺎل ﻟﻲ ﺟﺒﺮﻳﻞ:هﺬا؟ ﻓﻘﺎل رﻏﻢ أﻧﻒ اﻣﺮئ ذآﺮت ﻋﻨﺪﻩ ﻓﻠ ﻢ ﻳ ﺼﻞ: ﺛﻢ ﻗﺎل. ﺁﻣﻴﻦ: ﻓﻘﻠﺖ.رﻏﻢ أﻧﻒ ﻋﺒﺪ دﺧﻞ ﻋﻠﻴﻪ رﻣﻀﺎن ﻟﻢ ﻳﻐﻔﺮ ﻟﻪ [ ﺁﻣﻴﻦ(( ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى: ﻓﻘﻠﺖ.ﻋﻠﻴﻚ Artinya: Suatu hari Rasulullah saw naik ke atas mimbar, lalu beliau bersabda: "Amin, amin, amin (semoga Allah mengabulkan doanya)". Lalu ditanyakan kepadanya: "Ya Rasulullah, apa yang eukau lakukan saat ini? (maksudnya, mengapa tidak ada yang berdoa, akan tetapi eukau mengucapkan amin sebanyak tiga kali?)" Rasulullah saw menjawab: "Barusan Jibril datang dan berkata kepada saya: 'Sungguh celaka seorang hamba yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya, akan tetapi tidak menyebabkan hamba tersebut masuk surga". Aku berkata: "Amin". Lalu Jibril berkata kembali: "Sungguh celaka seorang hamba yang mendapti bulan Ramadhan, akan tetapi tidak diampuni segala dosanya". Aku berkata kembali: "Amin". Jibril berkata lagi: "Sungguh celaka seorang hamba yang apabila namamu wahai Muhammad disebutkan atau terdengar, namun ia tidak mengucapkan shalawat kepadamu (maksudnya, minimal ia tidak mengatakan shallallahu 'alaihi wa sallam)". Aku berkata lagi: "Amin". (HR. Bukhari). Dari hadits di atas tampak, bahwa Ramadhan mempunyai keistimewaan tersendiri, sehingga orang yang mendapati Ramadhan namun tidak menyebabkan dosanya diampuni, oleh Rasulullah saw diamini sebagai orang yang sangat celaka dan merugi. Untuk itu, dalam rangka menyambut bulan penuh berkah ini, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sekaligus dilakukan sebelum Ramadhan tiba. Amalah ini di antaranya adalah: 1. Bertaubatlah dengan sebenar-benarnya (taubat nashuha). Taubat hukumnya wajib dilaksanakan pada setiap waktu. Tentu, untuk waktu-waktu yang memiliki kelebihan tersendiri, termasuk bulan Ramadhan, lebih diwajibkan lagi. Untuk itu, jadikanlah bulan Ramadhan ini sebagai bulan untuk bertaubat dari segala dosa dan kesalahan. Bahkan, ketika menjelang Ramadhan tiba pun, tentu taubat sudah seharusnya dilakukan dalam rangka menyambut tamu agung, tamu Ramadhan. Dalam hal ini Allah berfirman:
(31 :ن )اﻟﻨﻮر َ ن َﻟ َﻌﱠﻠ ُﻜ ْﻢ ُﺗ ْﻔِﻠﺤُﻮ َ ﺟﻤِﻴﻌًﺎ أَ ﱡﻳﻬَﺎ ا ْﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨُﻮ َ َوﺗُﻮﺑُﻮا ِإﻟَﻰ اﻟﱠﻠ ِﻪ Artinya: "Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung" (QS. An-Nur: 31).
(8 :ﻦ ءَا َﻣﻨُﻮا ﺗُﻮﺑُﻮا ِإﻟَﻰ اﻟﱠﻠ ِﻪ َﺗ ْﻮ َﺑ ًﺔ َﻧﺼُﻮﺣًﺎ )اﻟﺘﺤﺮﻳﻢ َ ﻳَﺎأَ ﱡﻳﻬَﺎ اﱠﻟﺬِﻳ Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)" (QS. At-Tahrim: 8). 2. Ikhlas Ketika bulan Ramadhan kelak tiba, lakukanlah semua amalan dan ibadah dengan penuh keikhlasan karena hal ini akan mengakibatkan dosa kita akan diampuni. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw:
))ﻣﻦ ﺻﺎم رﻣﻀﺎن إﻳﻤﺎﻧﺎ واﺣﺘ ﺴﺎﺑﺎ ﻏﻔ ﺮ ﻟ ﻪ: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ:ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل [ﻣﺎ ﺗﻘﺪم ﻣﻦ ذﻧﺒﻪ(( ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan (hanya karena Allah), maka dosa-dosa yang telah lalunya akan diampuni" (HR. Bukhari). 3. Berdoalah agar dapat mengikuti bulan Ramadhan Adalah Rasulullah saw, apabila beliau sudah sampai pada bulan Rajab, maka beliau selalu berdoa sejak bulan Rajab agar dapat bertemu dengan bulan Ramadhan. Hal ini tentunya sebagai rasa kecintaan dan penghormatan untuk bulan penuh berkah ini, Ramadhan. Doa yang biasa dilafalkan oleh Rasulullah saw semenjak bulan Rajab, Sya'ban agar sampai ke bulan Ramadhan adalah: - 10 -
وﺑﻠﻐﻨﺎ رﻣﻀﺎن,اﻟﻠﻬﻢ ﺑﺎرك ﻟﻨﺎ ﻓﻰ رﺟﺐ وﺷﻌﺒﺎن Allahumma baarik lanaa fi rajab wa sya'ban, wa ballignaa ramadhan Artinya: "Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab ini, juga di bulan Sya'ban ini serta sampaikanlah usia kami ke bulan Ramadhan". Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
))اﻟﻠﻬﻢ ﺑﺎرك ﻟﻨ ﺎ ﻓ ﻰ رﺟ ﺐ: آﺎن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ إذا دﺧﻞ رﺟﺐ ﻗﺎل:ﻋﻦ أﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﻗﺎل [ وﺑﻠﻐﻨﺎ رﻣﻀﺎن(( ]رواﻩ أﺣﻤﺪ واﻟﻄﺒﺮاﻧﻰ واﻟﺒﺰار,وﺷﻌﺒﺎن Artinya: "Anas bin Malik berkata: "Adalah Rasulullah saw apabila beliau memasuki bulan Rajab, beliau suka berdoa: "Allahumma baarik lanaa fi rajab wa sya'ban, wa ballignaa ramadhan (Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab ini, juga di bulan Sya'ban ini serta sampaikanlah usia kami ke bulan Ramadhan)" (HR. Ahmad, Thabrani dan al-Bazzar). Selain doa tersebut, ada doa lain yang biasa dibaca oleh para sahabat, sebagaimana disampaikan oleh Yahya bin Abu Katsir, sebagaimana dikutip oleh Ibnu Rajab dalam Lathaiful Ma'arif-nya (hal. 202) yaitu:
. وﺳﻠﻤﻪ ﻣﻨﻰ ﻣﺘﻘﺒﻼ, وﺳﻠﻢ ﻟﻲ رﻣﻀﺎن,اﻟﻠﻬﻢ ﺳﻠﻤﻨﻰ إﻟﻰ رﻣﻀﺎن Allahumma sallimnii ilaa ramadhan, wa salllim lii ramadhan, wa sallimhu minni mutaqabbalaa. Artinya: "Ya Allah, selamatkan dan sampaikanlah (usia) saya ke bulan Ramadhan, dan selamatkanlah Ramadhan kepada saya, serta selamatkanlah amalan-amalan saya pada bulan Ramadhan sehingga dapat diterima". 4. Rajin berpuasa pada bulan Sya'ban Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits di bawah ini:
ﻋﻦ أم ﺳﻠﻤﺔ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﺎ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ أﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻳﺼﻮم ﻣﻦ اﻟ ﺴﻨﺔ ﺷ ﻬﺮا ﺗﺎﻣ ﺎ إﻻ ( ﻳﺼﻠﻪ ﺑﺮﻣﻀﺎن )رواﻩ أﺑﻮ داود,ﺷﻌﺒﺎن Artinya: "Dari Ummu Salamah, bahwasannya Rasulullah saw tidak pernah berpuasa dalam satu tahun hamper satu bulan kecuali pada bulan Sya'ban dan beliau meneruskannya dengan bulan Ramadhan" (HR. Abu Dawud).
ﻣﺎ رأﻳﺖ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ ﻳ ﺼﻮم ﺷ ﻬﺮﻳﻦ ﻣﺘﺘ ﺎﺑﻌﻴﻦ إﻻ ﺷ ﻌﺒﺎن ورﻣ ﻀﺎن )رواﻩ:وﻓﻰ رواﻳﺔ (اﻟﺘﺮﻣﺬى واﻟﻨﺴﺎﺋﻰ Artinya: Dalam riwayat lain dikatakan: Ummu Salamah berkata: "Saya tidak pernah melihat Rasulullah saw berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali pada bulan Sya'ban dan bulan Ramadhan" (HR. Turmudzi dan Nasai).
: وﻳﻔﻄﺮ ﺣﺘ ﻰ ﻧﻘ ﻮل, ﻻ ﻳﻔﻄﺮ: آﺎن رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻳﺼﻮم ﺣﺘﻰ ﻧﻘﻮل:ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻗﺎﻟﺖ وﻣ ﺎ رأﻳﺘ ﻪ أآﺜ ﺮ, وﻣﺎ رأﻳﺖ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ اﺳﺘﻜﻤﻞ ﺻﻴﺎم ﺷﻬﺮ إﻻ رﻣﻀﺎن,ﻻ ﻳﺼﻮم (ﺻﻴﺎﻣﺎ ﻣﻨﻪ ﻓﻰ ﺷﻌﺒﺎن )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya: "Siti Aisyah berkata: "Adalah Rasulullah saw seringkali berpuasa, sehingga kami berkata: "Beliau tidak berbuka". Dan apabila beliau berbuka, kami berkata: "Sehingga ia tidak berpuasa". Saya tidak pernah melihat Rasulullah saw berpuasa satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan saya juga tidak pernah melihat beliau melakukan puasa sebanyak mungkin kecuali pada bulan Sya'ban" (HR. Muslim). Demikian di antara amalan yang dapat dilakukan di bulan Sya'ban ini dalam rangka menyambut bulan Ramadhan. Perlu penulis tambahkan, bahwa pada bulan Sya'ban ini jugalah turunnya perintah untuk berpindah arah kiblat yang tadinya menghadap Baitul Maqdis, Masjidil Aqsha di Palestina menjadi menghadap Baitullah Ka'bah, Masjidil Haram di Mekkah. Perintah pengalihan kiblat ini terjadi pada bulan Sya'ban. Rasulullah saw menghadap Baitul Maqdis sebagai arah kiblatnya selama enam belas bulan. Setelah turunnya surat al-Baqarah ayat 144, Rasulullah saw dan para sahabatnya mengubah arah kiblat menjadi ke arah Ka'bah. Dalam beragam keterangan disebutkan, bahwa turunnya perintah pengalihan arah kiblat ini terjadi ketika Rasulullah saw dan para sahabatnya sedang melakukan shalat Ashar.
- 11 -
Setelah dijelaskan amalan yang perlu dilakukan dalam rangka menyambut bulan Ramadhan, kini bahasan berikutnya adalah amalan apa saja yang harus dilakukan pada bulan Ramadhan nanti. Untuk itu, berikut pejelasannya. Bagaimana mengisi bulan Ramadhan Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Bukan saja kerena pahala dilipatgandakan, akan tetapi juga karena keistimewaan-keistimewaan lainnya yang tidak ditemukan selain pada bulan Ramadhan sebagaimana telah disebutkan di atas. Untuk itu, maka sudah seharusnya setelah disambut dengan 'sehangat' mungkin, juga apabila telah datang, diisi dengan berbagai kegiatan dan amal ibadah yang bermanfaat dan berpahala. Berikut ini beberapa amal ibadah yang dapat dilakukan ketika bulan Ramadhan kelak tiba. 1. Rajin membaca, menelaah dan mentadaburi al-Qur'an. Membaca al-Qur'an adalah ibadah. Bahkan, pahalanya jauh lebih besar dari pada ibadah lainnya. dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa pahala membaca al-Qur'an itu dihitung bukan persurat atau per ayat, akan tetapi perhuruf. Bahkan, satu pahala akan dilipatgandakan menjadi sepuluh bahkan lebih. Ini artinya, apabila seseorang membaca lafadz basmallah, maka pahalanya bukan satu akan tetapi delapan belas sesuai dengan jumlah hurufnya. Jika dilipatkan dengan kelipatan sepuluh, maka pahalanya dengan membaca basmallah saja sudah seratus delapan puluh pahala. Apalagi kalau membacanya tiap hari satu surat atau lebih, tentu pahalanya jauh lebih besar. Berikut ini penulis ketengahkan keterangan-keterangan yang erat kaitannya dengan pahala membaca ayat al-Qur'an:
*ﻦ َﺗ ُﺒ ﻮ َر ْ ﺠ ﺎ َر ًة َﻟ َ ن ِﺗ َ ﺟﻮ ُ ﻋﻠَﺎ ِﻧ َﻴ ًﺔ َﻳ ْﺮ َ ا َوﺳ ﺮ ِ ﺼﻠَﺎةَ َوَأ ْﻧ َﻔﻘُﻮا ﻣِﻤﱠﺎ َر َز ْﻗﻨَﺎ ُه ْﻢ ب اﻟﱠﻠ ِﻪ َوَأﻗَﺎﻣُﻮا اﻟ ﱠ َ ن ِآﺘَﺎ َ ﻦ َﻳ ْﺘﻠُﻮ َ ن اﱠﻟﺬِﻳ ِإ ﱠ (30-29 :ﻀِﻠ ِﻪ ِإﻧﱠ ُﻪ ﻏَﻔُﻮ ٌر ﺷَﻜُﻮ ٌر )ﻓﺎﻃﺮ ْ ﻦ َﻓ ْ ِﻟ ُﻴ َﻮ ﱢﻓ َﻴ ُﻬ ْﻢ ُأﺟُﻮ َر ُه ْﻢ وَﻳَﺰِﻳﺪَ ُه ْﻢ ِﻣ Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri" (QS. Fathir: 29-30). Demikian juga dengan sabda-sabda Rasulullah saw di bawah ini:
))ﺧﻴ ﺮآﻢ ﻣ ﻦ ﺗﻌﻠ ﻢ اﻟﻘ ﺮﺁن وﻋﻠﻤ ﻪ(( ]رواﻩ:ﻋ ﻦ ﻋﺜﻤ ﺎن ﺑ ﻦ ﻋﻔ ﺎن أن اﻟﻨﺒ ﻲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ ﻗ ﺎل [اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang belajar al-Qur'an dan orang yang mengajarkan al-Qur'an" (HR. Bukhari Muslim).
))ﻣﺜ ﻞ اﻟﻤ ﺆﻣﻦ اﻟ ﺬى ﻳﻘ ﺮأ اﻟﻘ ﺮﺁن ﻣﺜ ﻞ:ﻋﻦ أﺑﻲ ﻣﻮﺳ ﻰ اﻷﺷ ﻌﺮى أن اﻟﻨﺒ ﻲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ ﻗ ﺎل وﻣﺜ ﻞ اﻟﻤ ﺆﻣﻦ اﻟ ﺬى ﻻ ﻳﻘ ﺮأن اﻟﻘ ﺮﺁن آﻤﺜ ﻞ اﻟﺘﻤ ﺮة ﻻ رﻳ ﺢ ﻟﻬ ﺎ,اﻷﺗﺮﺟ ﺔ رﻳﺤﻬ ﺎ ﻃﻴ ﺐ وﻃﻌﻤﻬ ﺎ ﻃﻴ ﺐ [وﻃﻌﻤﻬﺎ ﺣﻠﻮ(( ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Orang mukmin yang rajin membaca al-Qur'an itu seperti buah utrujjah, bau dan rasa buahnya enak, manis. Sedangkan orang mukmin yang tidak membaca al-Qur'an itu seperti buah kurma, tidak ada wangi aromanya, namun rasanya tetap manis" (HR. Bukhari Muslim).
))اﻗ ﺮأوا اﻟﻘ ﺮﺁن ﻓﺈﻧ ﻪ ﻳ ﺄﺗﻰ ﻳ ﻮم اﻟﻘﻴﺎﻣ ﺔ ﺷ ﻔﻴﻌﺎ:ﻋ ﻦ أﺑ ﻲ أﻣﺎﻣ ﺔ أن اﻟﻨﺒ ﻲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ ﻗ ﺎل [ﻷﺻﺤﺎﺑﻪ(( ]رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Bacalah al-Qur'an, karena ia akan menjadi penyelamat bagi yang membacanya kelak di hari Kiamat" (HR. Muslim).
))ﻣﺎ اﺟﺘﻤﻊ ﻗﻮم ﻓﻰ ﺑﻴﺖ ﻣﻦ ﺑﻴ ﻮت اﷲ ﻳﺘﻠ ﻮن آﺘ ﺎب:ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل اﷲ وﻳﺘﺪارﺳ ﻮن ﺑﻴ ﻨﻬﻢ إﻻ ﻧﺰﻟ ﺖ ﻋﻠ ﻴﻬﻢ اﻟ ﺴﻜﻴﻨﺔ وﻏ ﺸﻴﺘﻬﻢ اﻟﺮﺣﻤ ﺔ وﺣﻔ ﺘﻬﻢ اﻟﻤﻼﺋﻜ ﺔ وذآ ﺮهﻢ اﷲ ﻓ ﻴﻤﻦ [ﻋﻨﺪﻩ(( ]رواﻩ ﻣﺴﻠ ٍﻢ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Tidak ada sekelompok orang pun yang berkumpul di dalam rumah Allah, lalu mereka membaca al-Qur'an dan mengkaji serta menelaahnya di antara sesame mereka, kecuali mereka akan diberikan ketenangan, dicurahkan rahmat dan dikelilingi oleh para malaikat, serta Allah akan mengingat orang-orang yang mereka ingat" (HR. Muslim). - 12 -
, ))ﻣﻦ ﻗﺮأ ﺣﺮﻓﺎ ﻣﻦ آﺘﺎب اﷲ ﻓﻠ ﻪ ﺑ ﻪ ﺣ ﺴﻨﺔ:ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل وﻣ ﻴﻢ ﺣ ﺮف(( ]رواﻩ, وﻻم ﺣ ﺮف,واﻟﺤ ﺴﻨﺔ ﺑﻌ ﺸﺮ أﻣﺜﺎﻟﻬ ﺎو ﻻ أﻗ ﻮل )اﻟ ﻢ( ﺣ ﺮف وﻟﻜ ﻦ أﻟ ﻒ ﺣ ﺮف [اﻟﺘﺮﻣﺬى Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari ayat al-Qur'an, maka pahalanya adalah satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu akan dilipatkan lagi menjadi sepuluh kali lipat kebaikan. Saya tidak mengatakan bahwa alif lam mim itu satu hurup, akan tetapi alif itu satu hurup, lam itu satu hurup dan mim itu juga satu hurup" (HR. Turmudzi). Rasulullah saw pun mengkaji dan menelaah al-Qur'an berguru kepada Malaikat Jibril pada bulan Ramadhan Dalam hadits di bawah ini disebutkan bahwa Rasulullah saw pun apabila Ramadhan tiba, beliau suka belajar dan menelaah kandungan isi al-Qur'an kepada Malaikat Jibril. Malamnya beliau belajar, pagi harinya beliau mempraktekkan hasil yang diperoleh dari belajarnya itu. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits di bawah ini:
))آﺎن اﻟﻨﺒ ﻲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ ﻳﻌ ﺮض اﻟﻜﺘ ﺎب ﻋﻠ ﻰ ﺟﺒﺮﻳ ﻞ ﻋﻠﻴ ﻪ اﻟ ﺴﻼم آ ﻞ:ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻗﺎل ﻓﺈذا أﺻﺒﺢ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﻟﻴﻠﺘﻪ اﻟﺘﻰ ﻳﻌﺮض ﻓﻴﻬﺎ أﺻ ﺒﺢ وه ﻮ أﺟ ﻮد ﻣ ﻦ,رﻣﻀﺎن [ ﻻ ﻳﺴﺄل ﺷﻴﺌﺎ إﻻ أﻋﻄﺎﻩ(( ]رواﻩ اﻟﺒﻴﻬﻘﻰ واﺑﻦ أﺑﻲ اﻟﺪﻧﻴﺎ,اﻟﺮﻳﺢ اﻟﻤﺮﺳﻠﺔ Artinya: Ibnu Abbas berkata: "Rasulullah saw setiap bulan Ramadhan tiba selalu mempelajari kandungan al-Qur'an kepada Malaikat Jibril. Apabila pagi hari tiba dari malam di mana beliau belajar al-Qur'an kepada Jibril, beliau lebih dermawan lagi bahkan melebihi angina yang berhembus. Tidak pernah diminta sesuatu pun, melainkan Rasulullah saw memberinya" (HR. Baihaki dan Ibn Abid Dunya). Dalam hadits lain juga disebutkan:
ﻓﻌ ﺮض ﻋﻠﻴ ﻪ, آﺎن ﻳﻌﺮض ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳ ﻠﻢ اﻟﻘ ﺮﺁن آ ﻞ ﻋ ﺎم ﻣ ﺮة:ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل ﻓ ﺎﻋﺘﻜﻒ ﻋ ﺸﺮﻳﻦ ﻓ ﻰ اﻟﻌ ﺎم اﻟ ﺬى, وآ ﺎن ﻳﻌﺘﻜ ﻒ ﻓ ﻰ آ ﻞ ﻋ ﺎم ﻋ ﺸﺮا,ﻣﺮﺗﻴﻦ ﻓﻰ اﻟﻌﺎم اﻟ ﺬى ﻗ ﺒﺾ ﻓﻴ ﻪ [ﻗﺒﺾ ﻓﻴﻪ ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى Artinya: "Abu Hurairah berkata: "Al-Qur'an selalu diajarkan kepada Rasulullah saw (oleh malaikat Jibril) setiap tahun satu kali. Namun, pada tahun dimana Rasulullah saw meninggal, Jibril mengajarkannya sebanyak dua kali. Rasulullah saw senantiasa beri'tikaf setiap bulan selama sepuluh hari, namun pada tahun di mana beliau akan meninggal, beliau i'tikaf selama dua puluh hari" (HR. Bukhari).
))إن: أﺳ ﺮ إﻟ ﻲ اﻟﻨﺒ ﻲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ:ﻋ ﻦ ﻓﺎﻃﻤ ﺔ ﺑﻨ ﺐ رﺳ ﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ ﻗﺎﻟ ﺖ (( وﻻ أراﻩ إﻻ ﺣ ﻀﺮ أﺟﻠ ﻰ, وإﻧ ﻪ ﻋﺎرﺿ ﻨﻰ اﻟﻌ ﺎم ﻣ ﺮﺗﻴﻦ,ﺟﺒﺮﻳﻞ آﺎن ﻳﻌﺎرﺿﻨﻰ اﻟﻘﺮﺁن آﻞ ﺳﻨﺔ ﻣ ﺮة []رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى Artinya: "Fatimah putri Rasulullah saw berkata: "Suatu hari Rasulullah saw membisikkan kepada saya: "Sesungguhnya Jibril suka mengajarkan al-Qur'an kepada saya setiap tahun satu kali. Namun, pada tahun ini ia mengajarkan kepada saya dua kali. Ini karenakan, menurut praduga saya, karena ajal akan segera tiba" (HR. Bukhari). Dari hadits-hadits di atas nampak bahwa Rasulullah saw pun apabila Ramadhan tiba, beliau suka menelaah dan mengkaji isi al-Qur'an bersama malaikat Jibril. Hal ini tentu lebih menguatkan bahwa membaca dan menelaah kandungan al-Qur'an pada bulan Ramadhan harus lebih diperbanyak dan dipersering. Hal ini jugalah yang dilakukan oleh para ulama salaf (ulama terdahulu). Berikut ini penulis kemukakan beberapa praktek para ulama salaf dengan al-Qur'an ini pada bulan Ramadhan yang penulis ambil dari atsar-atsar Imam Baihaki dalam kitabnya, asy-Syu'b (2/415-416): Adalah Ibnu Mas'ud seorang sahabat Rasulullah saw, biasanya pada bulan-bulan lain ia menamatkan al-Qur'an setiap seminggu sekali (dari Jum'at ke Jum'at lagi). Namun, apabila Ramadhan tiba, beliau menamatkannya setiap tiga hari sekali.
- 13 -
Cucu Manshur bin Zadzan, seorang ulama ternama, berkata: "Kakek saya, Mansur bin Zadzan, selalu menamatkan bacaan al-Qur'an setiap bulan Ramadhan sebanyak dua puluh kali, dan itu di luar bacaan shalat (maksudnya apabila ditambah dengan bacaan shalatnya tentu lebih dari dua puluh kali)". Ya'kub, putranya seorang ulama besar, Sa'ad bin Ibrahim az-Zuhri berkata: "Bapak saya, Sa'ad bin Ibrahim az-Zuhri, apabila berada pada malam 21, 23, 25, 27 dan 29, ia tidak berbuka puasa melainkan ia telah menamatkan al-Qur'an. Bahkan, ia membacanya lagi sampai tamat di antara waktu Magrib dan Isya akhir. Orang-orang saat itu, umumnya melaksanakan shalat Isya dan tarawih pada bulan Ramadhan diakhirkan (dini hari)" Imam Bukhari, pengarang Kitab Shahih al-Bukhari, apabila awal malam pertama dari bulan Ramadhan tiba, beliau mengumpulkan teman-teman dan koleganya, lalu shalat berjamaah bersama mereka. Setiap rakaat beliau membaca dua puluh ayat sampai tamat al-Qur'an. Demikian juga ia membaca al-Qur'an pada waktu dini hari antara setengah sampai dua pertiga al-Qur'an tiap waktu sahurnya, sehingga dalam tiga hari, ia telah menamatkan satu al-Qur'an secara lengkap. Ia juga menamatkan al-Qur'an setiap siang hari di bulan Ramadhan (satu siang satu kali tamat). Ia menamatkannya pas pada waktu buka puasa. Lalu ia berkata: "Setiap tamat membaca al-Qur'an terdapat doa yang akan dikabulkan (doa mustajab). Imam Malik bin Anas, pendiri Madzhab Maliki dalam bidang Fiqh, apabila Ramadhan tiba, beliau meninggalkan membaca hadits, juga meninggalkan tempat-tempat ilmu, dan memperbanyak membaca al-Qur'an. Imam az-Zuhri, ulama hadits kenamaan, apabila bulan Ramadhan tiba, ia berkata: "Pada bulan Ramadhan ini hanyalah untuk membaca al-Qur'an dan untuk bersedekah, memberikan makan fakir miskin". Qatadah, seorang ulama hadits, apabila bulan Ramadhan tiba, ia selalu menamatkan membaca alQur'an setiap tiga hari sekali, padahal pada bulan-bulan selainnya, ia biasa menamatkan setiap tujuh hari sekali. Dan apabila pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, ia menamatkan bacaan alQur'an setiap satu malam satu kali. Demikian juga dengan Sufyan ats-Tsauri, seorang ulama Fiqh terkemuka, apabila bulan Ramadhan tiba, ia meninggalkan amalan-amalan ibadah lainnya dan ia hanya membaca al-Qur'an. Semua nash di atas, merupakan cerminan bagaimana para ulama shaleh dahulu membaca al-Qur'an pada bulan Ramadhan ini. Di samping membacanya, tentu yang lebih baik lagi adalah apabila disertai dengan mentadaburi, menelaah dan mengkaji isi kandungannya. Hal ini penting, agar ayat-ayat alQur'an ini betul-betul membekas dalam diri pembaca dan pengkajinya. Di bawah ini, penulis juga akan mengemukakan bagaimana potret para sahabat dan ulama terdahulu yang begitu terpengaruh dengan ayat-ayat al-Qur'an, baik yang dibacanya maupun yang didengarnya. Potret para ulama salaf (ulama terdahulu) ketika membaca atau mendengar ayat al-Qur'an Asma binti Abu Bakar pernah ditanya, bagaimana keadaan para shahabat Rasulullah saw apabila mereka membaca al-Qur'an? Asma' menjawab: "Kedua mata mereka berlinang dengan air mata, bulu roma mereka seketika tegak (karena ketakutan) sebagaimana yang Allah paparkan sebagai sifat-sifat mereka" (riwayat Imam Baihaki). Sa'id al-Jarmy menuturkan sifat para sahabat ketika membaca atau mendengar al-Qur'an: "Apabila mereka membaca ayat-ayat yang menerangkan sifat-sifat neraka, mereka menjerit ketakutan, seolaholah api neraka itu ada di telinga mereka, dan seolah akhirat itu sudah berada di depan mata mereka" (Lihat dalam at-Takhwif Minan Naar karya Ibn Rajab, hal 34). Abu Bakar menangis ketika membaca al-Qur'an Abu Bakar dikenal sahabat Rasulullah saw yang memiliki hati yang sangat lembut. Apabila ia membaca al-Qur'an, maka kedua matanya berlinang air mata karena betul-betul tersentuh dengan apa yang dibacanya. Apabila ia membaca al-Qur'an, ia memanjangkan suaranya sembari dibaca dengan tartil dihayati makna dan kandungannya, sehingga orang-orang yang mendengarnya pun turut terbawa dengan apa yang dibacanya. Dalam sebuah hadits dari Siti Aisyah disebutkan bahwa sepulang hijrah dari Habsyi, Abu Bakar datang setelah Juwar ibn ad-Dugnah. Orang-orang Quraisy menerima kedatangan Juwar dengan syarat - 14 -
agar Abu Bakar tidak membaca al-Qur'an dengan suara keras karena dikhawatirkan akan mempengaruhi isteri-isteri dan anak-anak mereka. Aisyah berkata kembali: "Abu Bakar kemudian segera membangun mesjid di teras rumahnya. Ia melakukan shalat di sana juga membaca al-Qur'an di tempat yang sama. Ketika ia membaca al-Qur'an, tampak isteri-isteri dan anak-anak orang musyrik mendengarkannya dengan penuh khusyu'. Mereka terpesona mendengar bacaannya, sambil melihatlihat kepada Abu Bakar. Abu Bakar adalah orang yang paling sering menangis, ia tidak dapat menahan air mata ketika membaca al-Qur'an. Karena itulah orang-orang kafir Quraisy merasa takut dan khawatir dengan bacaan Abu Bakar, takut mempengaruhi isteri dan anak-anak mereka" (HR. Bukhari). Umar pun menangis. Umar bin Khatab terkenal dengan keberaniannya. Bahkan, ia termasuk sahabat Rasulullah saw yang paling keras dan galak. Tidak pernah melihat satu kemungkaran pun, kecuali ia akan menghancurkan kemungkaran itu dengan tangan dan keberaniannya. Karena itulah, ia dikenal dengan sebutan al-Faruq yang berarti orang yang suka membedakan antara yang hak dan yang bathil. Namun, meski ia terkenal dengan sifatnya yang keras dan berani, namun ketika mendengar atau membaca ayat al-Qur'an, ia termasuk orang yang sering menangis dan lemah. Al-Qur'an betul-betul telah memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap diri dan jiwanya. Dalam sebuah riwayat dari alHasan disebutkan bahwa Umar bin Khatab apabila membaca ayat-ayat al-Qur'an tentang siksa api neraka atau tentang kematian, ia sangat takut. Lalu menangis tersedu-sedu sehingga tubuhnya jatuh ke tanah. Setelah itu, ia tidak keluar rumah selama satu atau dua hari, sehingga orang-orang menyangka bahwa ia sedang sakit. Abdullah bin Syadad bin al-Had berkata: "Saya mendengar tangisan Umar bin Khatab yang tersedu-sedu padahal saya saat itu berada di barisan yang paling akhir ketika shalat Shubuh. Ia saat itu membaca surat Yusuf. Alqamah bin Waqash al-Laitsi juga berkata: "Saya pernah shalat Isya di belakang Umar bin Khatab. Lalu ia membaca surat Yusuf. Ketika ia membaca ayat yang menerangkan tentang Nabi Yusuf, ia menangis tersedu-sedu sehinga suara tangisannya itu terdengar dengan jelas, padahal saya saat itu berada di barisan paling belakang. Suatu hari Umar bin Khatab mendengar orang yang sedang shalat Tahajud membaca surat at-Thur. Ketika orang tersebut membaca ayat: "Sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun yang dapat menolaknya" (QS. At-Thur: 7-8), Umar berkata: "Itu adalah sumpah Allah yang pasti benar". Mendengar itu, ia segera bergegas menuju rumahnya, dan ia sakit selama satu bulan sehingga orang-orang menjenguknya. Mereka tidak mengetahui apa yang menyebabkannya sakit" (semua riwayat-riwayat di atas diambil dari kitab at-Takhwif minan Nar karya Ibn Rajab, hal 30). Ibnu Umar ketika membaca al-Qur'an Sulaiman bin Suhaim berkata: "Telah berkata kepada saya orang yang pernah melihat Ibnu Umar shalat, ia tampak ketakutan dan menangis tersedu-sedu sehingga kalau orang yang tidak mengetahui persoalannya melihat, mereka akan mengatakan bahwa Ibnu Umar telah terserang penyakit gila. Hal ini lantaran Ibnu Umar membaca ayat-ayat yang menerangkan tentang neraka" (at-Takhwif minan Nar, karya Ibn Rajab hal. 21). Ibnu Abbas menangis ketika membaca ayat al-Qur'an Ibn Abi Malikah berkata: "Saya pernah mendengar Ibn Abbas ketika pergi dari Mekah ke Madinah dan dari Madinah ke Mekah, ia shalat dua rakaat. Apabila ia telah sampai ke tempat tujuan, ia bangun pada pertengahan malam lalu membaca al-Qur'an dengan tartil huruf per huruf. Ketika membaca ayat: "Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya" (QS. Qaf: 19), ia menangis tersedu-sedu dengan suara nyaring dan lama" (HR. Baihaki). Umar bin Abdul Aziz menangis ketika membaca al-Qur'an Ibn Abi Dzi'b berkata: "Telah menceritakan seseorang yang pernah menyaksikan Umar bin Abdul Aziz yang saat itu sebagai gubernur Madinah membaca al-Qur'an. Ketika ia membaca ayat: "Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan" (QS. Al-Furqan: 13), Umar bin Abdul Aziz menangis tersedu-sedu - 15 -
dengan sangat lama. Setelah itu ia segera bangkit dari tempat duduknya dan langsung masuk ke dalam rumah" (at-Takhwif minan Nar, karya Ibn Rajab hal. 23). Abdullah bin Handhalah menangis ketika mendengar bacaan al-Qur'an Ibn Abid Dunya pernah menceritakan bahwa Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam suatu hari menjenguk Abdullah bin Handhalah yang sedang terbaring di atas ranjangnya karena sakit. Lalu terdengar ada seorang laki-laki yang membaca ayat al-Qur'an: "’Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim" (QS. Al-Araf: 41), Abdullah bin Handhalah lalu menangis tersedu-sedu sehingga saat itu saya mengira bahwa ia akan pingsan. Abdullah bin Handhalah berkata: "Mereka berada di dalam neraka". Tidak lama setelah itu, ia bangun dari tempat tidurn ya. Salah seorang di antara kami lalu berkata: "Wahai Abdullah, duduklah". Abdullah bin Handhalah menjawab: "Ayat tentang neraka Jahannam tadi telah membuat saya tidak mau duduk. Saya tidak tahu, boleh jadi saya termasuk salah satu dari mereka" (at-Takhwif Minan Nar karya Ibn Rajab hal. 32). Ali bin al-Fudhail bin Iyadh pingsan karena terpengaruh bacaan al-Qur'an Dari Basyar bin al-Hikam an-Naisaburi berkata: "Isteri al-Fudhail (ayahnya Ali bin al-Fudhail) pernah berkata: "Janganlah kalian membaca al-Qur'an di samping putra saya, Ali bin al-Fudhail". Basyar berkata: "Hal itu dikarenakan apabila ayat al-Qur'an dibacakan di sampingnya, ia seringkali pingsan dibuatnya" (riwayat dari Baihaki). Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Ali bin al-Fudhail meninggal setelah ia mendengar seseorang membaca ayat al-Qur'an berikut ini: "Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayatayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman", (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan)" (QS. Al-An'am: 27) (riwayat dari Abu Nu'aim dalam Hilyatul Auliyaa, 8/298). Dawud bin Nushair at-Tha'i meninggal setelah membaca ayat al-Qur'an Hafash bin Umar al-Ja'fi berkata: "Suatu hari Daud at-Tha'i mengadukan rasa sakitnya. Rasa sakitnya itu bermula setelah ia membaca ayat-ayat yang berbicara tentang neraka. Setelah itu, malamnya, Daud kembali membaca ayat-ayat yang menerangkan tentang neraka. Begitu pagi hari tiba, ia langsung sakit dan saat itu juga ia meninggal dunia dengan kepalanya berada di atas batu bata" (Hilyatul Auliyaa karya Abu Nu'aim 7/340) Seorang pemuda meninggal setelah mendengar dan membaca ayat-ayat al-Qur'an yang menerangkan tentang neraka Manshur bin Amar berkata: "Suatu hari ketika saya berangkat untuk melaksanakan ibadah haji, saya melewati jalan dari arah Kufah. Saya pergi melalui jalan itu pada suatu malam yang sangat gelap sehingga tidak dapat melihat apapun di sekeliling saya. Tiba-tiba, di tengah malam yang gelap gulita tersebut, saya mendengar seseorang yang sedang berdoa dengan suara nyaring dan tersedu-sedu. Orang itu berkata: "Tuhanku, demi kegagahanMu, saya tidak bermaksud dengan perbuatan dosaku untuk menyalahiMu. Namun, sungguh saya telah berbuat maksiat kepadaMu. Saya lupa dengan siksaMu. Ya Allah, saya telah banyak berbuat dosa kepadaMu dengan segala kekuatanku, dan saya juga telah menyalahiMu dengan segala kebodohanku. Kini, siapa yang dapat menyelatkan saya dari siksaMu? Dengan tali siapa lagi saya dapat bersambung denganMu, apabila Eukau memutuskan taliMu?" Begitu laki-laki itu selesai berdoa, saya membaca ayat berikut ini: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (QS. At-Tahrim: 6). Selesai saya membacakan ayat tersebut, terdengar laki-laki tadi menangis dengan sangat tersedu-sedu, dan saya sebelumnya tidak pernah mendengar tangisan seperti itu. Lalu saya pergi meninggalkan laki-laki itu. Keesokan harinya, saya kembali melewati jalan yang saya lalui malam kemarin. Saya kaget dan tersentak setelah melihat ada sebuah mayat yang baru dibawa dari jalan tersebut. Di sampingnya tampak seorang nenek-nenek yang sudah sangat tua. Saya lalu mendekatinya dan bertanya: "Mayat siapakah tadi". Nenek itu menjawab: "Laki-laki itu adalah - 16 -
seorang pemuda yang masih segar. Kemarin, ia baru saja shalat dengan sehat dan membeli susu dari saya. Lalu ia membaca ayat-ayat al-Qur'an, dan suhu badannya terus menerus naik sehingga ia meninggal dunia". (Hilyatul Auliyaa karya Abu Nu'aim, 9/328). Dalam riwayat lain disebutkan, suatu hari Manshur bin Ammar melihat seorang pemuda yang sedang shalat penuh ketakutan. Begitu selesai, Manshur berkata kepada pemuda tersebut: "Wahai pemuda, apakah kamu sudah membaca ayat berikut ini: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (QS. At-Tahrim: 6). Begitu mendengar ayat tersebut, pemuda itu langsung jatuh pingsan. Ketika sudah siuman, pemuda itu berkata kepada Manshur: "Tambahkan ayat lainnya!". Manshur berkata: "Tahukah kamu bahwa di neraka Jahannam itu kelak ada sebuah lembah yang disebut dengan lembah Lazha, yang di dalamnya penuh dengan siksaan yang sangat berat?". Mendengar penuturan tersebut, pemuda tadi jatuh kembali dan kini ia meninggal dunia". Orang kafir pun terpengaruh dengan bacaan al-Qur'an Jubair bin Muth'im bin Adi menceritakan awal mulanya ia memeluk agama Islam. Ia berkata: "Suatu hari saya pergi menuju Madinah pada masa Rasulullah saw untuk menengok tawanan-tawanan perang Badar. Begitu sampai, ternyata Rasulullah saw dan para sahabatnya sedang melaksanakan shalat Maghrib. Saya mendengar Rasulullah saw membaca ayat berikut ini: "Sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi" (QS. At-Thur: 7). Ayat tersebut seolah masuk menembus ke dalam hati saya dan saya bergetar dibuatnya. Begitu selesai shalat, saya berkata-kata dengan Rasulullah saw. Rasulullah saw lalu bersabda: "Seorang bapak-bapak tua (maksudnya ayahnya Jubair yaitu Muth'im bin Adi) apabila datang kepada saya saat ini, saya akan memberikan syafa'at untuknya" (riwayat Thabrani dan at-Thahawi). Binatang pun bergerak-gerak terpengaruh dengan bacaan al-Qur'an Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari disebutkan, bahwa suatu hari Usaid bin Hudhair bertutur: "Suatu malam ketika ia membaca surat al-Baqarah di samping kudanya yang terikat, tiba-tiba kudanya itu bergerak ke sana kemari. Ketika saya hentikan bacaan tersebut, kuda itupun berhenti dari bergerak. Begitu diteruskan, ia pun kembali bergerak. Begitu seterusnya. Saya lalu pergi membawa Yahya, putra saya, karena takut melukainya. Keesokan harinya, saya menghadap dan menghabarkan kejadian tersebut kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda: "Bacalah dan terus baca wahai Usaid!". Saya menjawab: "Saya takut kuda saya itu akan melukai Yahya, putra saya, karena dia selalu berada di dekatnya. Saya lalu melihat ke atas langit, ternyata tampak seperti sebuah awan yang dipenuhi dengan lampu-lampu terang sehingga saya tidak kuat menatapnya. Rasulullah saw kemudian bersabda: "Tahukah kamu wahai ibn Hudhair, apa itu?" "Tidak", jawab saya.
ﻻ ﺗﺘ ﻮارى ﻣ ﻨﻬﻢ )أﺧﺮﺟ ﻪ, وﻟ ﻮ ﻗ ﺮأت ﻷﺻ ﺒﺤﺖ ﻳﻨﻈ ﺮ اﻟﻨ ﺎس إﻟﻴﻬ ﺎ, دﻧ ﺖ ﻟ ﺼﻮﺗﻚ, ﺗﻠﻚ اﻟﻤﻼﺋﻜ ﺔ:ﻗﺎل (اﻟﺒﺨﺎرى Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Itu adalah malaikat yang mendekat karena suaramu yang indah dan merdu. Kalau kamu teruskan bacaanmu itu, tentu orang-orang dapat melihatnya tanpa ada penghalang sedikitpun" (HR. Bukhari). Kisah-kisah yang penulis tuturkan di atas, bukan bermaksud agar anda menangis-nangis secara disengaja dan tanpa alasan ketika membaca al-Qur'an. Bukan. Namun, apabila anda menangis lantaran anda memahami isi kandungan dari apa yang dibaca, tentu itu sangatlah baik. Penulis juga tidak bermaksud agar anda menyendiri meninggalkan dunia, belajar, orang tua, bekerja, hanya untuk membaca al-Qur'an. Kisah-kisah di atas penulis sodorkan dengan tujuan, demikianlah bagaimana potret orang-orang shaleh dahulu kala begitu terpengaruh dengan bacaaan al-Qur'an. Ayat-ayat alQur'an ibarat setrum yang akan kontak dengan yang membacanya manakala yang membacanya itu betul-betul meresapi dan menghayati kandungan makna dari ayat yang dibacanya. Ketika ia meresapi dan menghayatinya dengan betul inilah, al-Qur'an kemudian akan menjadi obat penenang sekaligus obat dari berbagai dosa hati yang seringkali tanpa disengaja kita pupuk dan kita biarkan. Semoga kita - 17 -
diberikan kekuatan oleh Allah untuk gemar membaca al-Qur'an sekaligus gemar untuk menelaah, mengkaji dan menghayati kandungan maknanya. 2. Memberi makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa Memberi makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa, pahalanya sama dengan pahala orang yang berpuasa itu sendiri. Oleh karena itu, perbanyaklah memberikan makanan berbuka kepada orangorang yang berpuasa. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw berikut ini:
))ﻣ ﻦ ﻓﻄ ﺮ ﺻ ﺎﺋﻤﺎ آ ﺎن ﻟ ﻪ ﻣﺜ ﻞ: ﻗ ﺎل رﺳ ﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ:ﻋﻦ زﻳﺪ ﺑﻦ ﺧﺎﻟﺪ اﻟﺠﻬﻨ ﻰ ﻗ ﺎل [ ﻏﻴﺮ أﻧﻪ ﻻ ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ أﺟﺮ اﻟﺼﺎﺋﻢ ﺷﻴﺌﺎ(( ]رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬى واﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ وأﺣﻤﺪ,أﺟﺮﻩ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang memberikan makanan berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, maka pahalanya sama dengan pahala puasanya orang tersebut, tanpa dikurangi sedikitpun" (HR. Turmudzi, Ibn Majah dan Ahmad). 3. Umrah Ramadhan Termasuk amalan yang sebaiknya dilakukan pada bulan Ramadhan juga adalah melaksanakan Umrah pada bulan Ramadhan, tentunya bagi mereka yang mampu. Hal ini dikarenakan pahala Umrah Ramadhan ini sama dengan pahala melaksanakan ibadah Haji. Bahkan dalam hadits lain dikatakan bahwa Umrah pada bulan Ramadhan ini sama dengan melaksanakan ibadah haji dengan Rasulullah saw. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini:
))ﻣ ﺎ ﻣﻨﻌ ﻚ أن ﺗﺤﺠ ﻰ: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ ﻻﻣ ﺮأة ﻣ ﻦ اﻷﻧ ﺼﺎر:ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻗﺎل . آﺎن ﻟﻨﺎ ﻧﺎﺿ ﺢ ﻓﺮآﺒ ﻪ أﺑ ﻮ ﻓ ﻼن واﺑﻨ ﻪ—ﻟﺰوﺟﻬ ﺎ واﺑﻨﻬ ﺎ—وﺗ ﺮك ﻧﺎﺿ ﺤﺎ ﻧﻨ ﻀﺢ ﻋﻠﻴ ﻪ:ﻣﻌﻨﺎ؟(( ﻗﺎﻟﺖ ))ﻓ ﺈن ﻋﻤ ﺮة ﻓ ﻰ: ﻓ ﺈن ﻋﻤ ﺮة ﻓ ﻰ رﻣ ﻀﺎن ﺣﺠ ﺔ(( وﻓ ﻰ رواﻳ ﺔ, ﻓ ﺈذا آ ﺎن رﻣ ﻀﺎن اﻋﺘﻤ ﺮى ﻓﻴ ﻪ:ﻗﺎل [رﻣﻀﺎن ﺗﻘﻀﻰ ﺣﺠﺔ ﻣﻌﻰ(( ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ Artinya: "Rasulullah saw bersabda kepada seorang perempuan dari kaum Anshar: "Apa yang menghalangi kamu sehingga tidak dapat melaksanakan ibadah haji bersama kami?". Wanita itu menjawab: "Kami ini mempunyai nadhih (nadhih adalah unta yang biasanya dipake untuk menyimpan air minum saja, jadi unta ini umumnya tidak dipekerjakan berat, tugasnya hanyalah menyimpan persediaan untuk air minum) yang kini sedang ditunggangi oleh si anu bersama putranya. Lalu ia meninggalkan seekor nadhih lainnya untuk mengisi air minum. Rasulullah saw lalu bersabda kepada perempuan tersebut: "Apabila bulan Ramadhan kelak tiba, umrahlah, karena umrah pada bulan Ramadhan pahalanya sama dengan pahala melaksanakan ibadah haji". Dalam riwayat lain dikatakan: "Karena Umrah pada bulan Ramadhan sama dengan melaksanakan ibadah haji bersamaku" (HR. Bukhari Muslim). 4. Rajin bersedekah Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Rasulullah saw adalah seorang yang sangat dermawan. Namun apabila bulan Ramadhan tiba, beliau lebih dermawan lagi dari hari dan bulan lainnya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
وآﺎن أﺟﻮد ﻣ ﺎ ﻳﻜ ﻮن ﻓ ﻰ, آﺎن رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ أﺟﻮد اﻟﻨﺎس:ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻗﺎل ﻓﻠﺮﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ, ﻓﻴﺪارﺳﻪ اﻟﻘﺮﺁن, وآﺎن ﻳﻠﻘﺎﻩ ﻓﻰ آﻞ ﻟﻴﻠﺔ ﻣﻦ رﻣﻀﺎن,رﻣﻀﺎن ﺣﻴﻦ ﻳﻠﻘﺎﻩ ﺟﺒﺮﻳﻞ (ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ أﺟﻮد ﺑﺎﻟﺨﻴﺮ ﻣﻦ اﻟﺮﻳﺢ اﻟﻤﺮﺳﻠﺔ )ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ Artinya: Ibnu Abbas berkata: "Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi apabila pada bulan Ramadhan ketika Jibril datang menemuinya. Jibril seringkali menemui Rasulullah saw tiap malam pada bulan Ramadhan, ia mengajarkan al-Qur'an kepadanya. Sungguh Rasulullah saw itu adalah orang yang lebih dermawan dengan hartanya, dan beliau lebih dermawan lagi dari pada angin yang berhembus" (HR. Bukhari Muslim). Perhatikan dan simak hadits-hadits lainnya berikut ini mengenai kedermawanan Rasulullah saw:
(( ]رواﻩ... وأﺟ ﻮد اﻟﻨ ﺎس, وأﺷﺠﻊ اﻟﻨﺎس, ))آﺎن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ أﺣﺴﻦ اﻟﻨﺎس:ﻋﻦ أﻧﺲ ﻗﺎل [اﻟﺒﺨﺎرى Artinya: "Anas berkata: "Rasulullah saw adalah orang yang paling baik, paling berani dan paling dermawan" (HR. Bukhari).
- 18 -
))ﻣﺎ رأﻳﺖ أﺣﺪا أﺟﻮد وﻻ أﻧﺠﺪ وﻻ أﺷﺠﻊ وﻻ أوﺿﺄ ﻣ ﻦ رﺳ ﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ:ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻗﺎل [وﺳﻠﻢ(( ]رواﻩ اﺑﻦ ﺳﻌﺪ واﺑﻦ أﺑﻲ اﻟﺪﻧﻴﺎ Artinya: Ibnu Umar berkata: "Saya tidak pernah melihat seorang pun yang lebih dermawan, lebih baik, lebih berani dan lebih mempunyai air wudhu selain Rasulullah saw" (HR. Ibn Sa'ad dan Ibn Abid Dunya).
آﻴ ﻒ آ ﺎن رﺳ ﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ إذا ﺧ ﻼ ﻓ ﻰ ﺑﻴﺘ ﻪ؟:ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﺎ أﻧﻬ ﺎ ﺳ ﺌﻠﺖ وآﺎن رﺟﻼ ﻣﻦ رﺟﺎﻟﻜﻢ إﻻ أﻧﻪ آﺎن ﺿﺤﺎآﺎ ﺑﺴﺎﻣﺎ(( ]رواﻩ اﺑ ﻦ, وأآﺮم اﻟﻨﺎس, ))آﺎن أﻟﻴﻦ اﻟﻨﺎس:ﻗﺎﻟﺖ [ﺳﻌﺪ واﺑﻦ أﺑﻲ اﻟﺪﻧﻴﺎ وإﺳﻨﺎدﻩ ﺿﻌﻴﻒ Artinya: "Siti Aisyah ditanya: "Bagaimana sikap dan perbuatan Rasulullah saw apabila beliau sedang berada di rumah?". Aisyah menjawab: "Beliau adalah orang yang paling lembut, paling mulia dan ia sama dengan laki-laki lainnya, hanya saja dia itu humoris dan mudah senyum" (HR. Ibn Abid Dunya dengan sanad Dhaif).
[ ))ﻣﺎ ﺳﺌﻞ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺷﻴﺌﺎ ﻗﻂ ﻓﻘﺎل ﻻ(( ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ:ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﻗﺎل Artinya: "Jabin bin Abdullah berkata: "Tidak pernah Rasulullah saw diminta sesuatu apapun lalu beliau menjawab: "Tidak (maksudnya apabila ia diminta sesuatu, ia tidak pernah tidak memberi)" (HR. Bukhari Muslim).
ﻓﺠ ﺎءﻩ: ﻗ ﺎل. ))ﻣ ﺎ ﺳ ﺌﻞ رﺳ ﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ ﻋﻠ ﻰ اﻹﺳ ﻼم ﺷ ﻴﺌﺎ إﻻ أﻋﻄ ﺎﻩ:ﻋﻦ أﻧ ﺲ ﻗ ﺎل ﻓ ﺈن ﻣﺤﻤ ﺪا ﻳﻌﻄ ﻰ ﻋﻄ ﺎء ﻻ, أﺳ ﻠﻤﻮا, ﻳ ﺎ ﻗ ﻮم: ﻓﺮﺟ ﻊ إﻟ ﻰ ﻗﻮﻣ ﻪ ﻓﻘ ﺎل, ﻓﺄﻋﻄ ﺎﻩ ﻏﻨﻤ ﺎ ﺑ ﻴﻦ ﺟﺒﻠ ﻴﻦ,رﺟﻞ [ﻳﺨﺸﻰ اﻟﻔﺎﻗﺔ(( ]رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya: "Anas berkata: "Tidak pernah Rasulullah saw diminta sesuatu apapun kecuali beliau memberinya. Suatu hari datang seorang laki-laki lalu beliau memberikan kepadanya seekor kambing yang gemuk. Orang itu lalu kembali ke kaumnya sambil berkata: "Wahai kaumku, masuk Islam lah kalian, karena Muhammad suka memberikan pemberian dan dia tidak pernah takut fakir" (HR. Muslim).
ﻋﻦ أﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ اﻟﺨﺪرى أن ﻧﺎﺳﺎ ﻣﻦ اﻷﻧﺼﺎر ﺳﺄﻟﻮا رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ ﻓﺄﻋﻄ ﺎهﻢ ﺛ ﻢ ﺳ ﺄﻟﻮﻩ [ ))ﻣﺎ ﻳﻜﻮن ﻋﻨﺪى ﻣﻦ ﺧﻴﺮ ﻓﻠﻦ أدﺧﺮﻩ ﻋﻨﻜﻢ(( ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى: ﻓﻘﺎل, ﺣﺘﻰ ﻧﻔﺪ ﻣﺎ ﻋﻨﺪﻩ,ﻓﺄﻋﻄﺎهﻢ Artinya: "Dari Sa'id al-Khudry bahwasannya sekelompok orang dari kaum Anshar meminta kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw lalu memberi mereka, lalu mereka meminta lagi, dan Rasul pun kembali memberi mereka sehingga apa yang dimilikinya betul-betul habis. Rasulullah saw lalu bersabda: "Harta apapun yang saya miliki, tidak akan pernah saya simpan untuk kalian" (HR. Bukhari). Kini marilah kita lihat bagaimana bentuk-bentuk dan contoh-contoh lainnya dari kedermawanan Rasulullah saw, isteri-isterinya juga para sahabatnya. Contoh kedermawanan Rasulullah saw 1. Abu Hurairah bertutur: "Suatu hari kami para sahabat duduk bersama Rasulullah saw di dalam masjid. Apabila beliau berdiri, kami pun berdiri. Suatu hari, beliau berdiri, lalu kami pun berdiri bersamanya. Ketika beliau sampai di pertengahan mesjid, tiba-tiba seorang laki-laki menarik mantel Rasulullah saw dengan kerasnya, padahal mantelnya itu adalah mantel yang terbuat dari bahan yang kasar. Karena tarikannya yang keras tersebut, leher Rasulullah saw pun menjadi merah. Laki-laki itu berkata: "Wahai Muhammad, isi apa saja kedua unta saya ini, karena kamu tidak pernah membawa harta baik dari hartamu sendiri maupun dari harta bapakmu". Rasulullah saw menjawab: "Tidak, dan saya hanya memohon ampun kepada Allah. Saya tidak akan memenuhi kedua unta kamu sehingga kamu terlebih dahulu melepaskan tarikanmu dari leher saya ini". Laki-laki dusun itu berkata kembali: "Tidak, demi Allah, saya tidak akan melepaskan tarikan saya ini sehingga kamu memenuhi permohonan saya". Rasulullah saw lalu mengulang-ulang perkataannya tadi sebanyak tiga kali. Namun, laki-laki itu tetap tidak mau melepaskan tarikannya. Begitu mendengar jawaban laki-laki dusun tadi, kami para sahabat segera bermaksud menghampiri laki-laki tersebut, namun Rasulullah saw segera berpaling kepada kami dan bersabda: 'Tolong semuanya, jangan mengubah posisi dan tempat laki-laki tersebut sehingga saya memberikan idzin - 19 -
terlebih dahulu". Rasulullah saw, lalu berkata kepada seorang laki-laki saat itu: "Wahai fulan, penuhi unta laki-laki tadi dengan gandum, dan untanya yang satu lagi dengan kurma". Setelah dipenuhi, Rasulullah saw lalu bersabda: "Ayo bubarlah kalian" (HR. Abu Dawud). 2. Anas bin Malik bertutur: "Suatu hari saya berjalan bersama Rasulullah saw, dan beliau sedang memakai selimut dari daerah Najran yang ujungnya sangat kasar. Tiba-tiba ia ditemui seorang arab dusun. Tanpa basa basi, laki-laki dusun itu langsung menarik selimut kasar Rasulullah saw tersebut dengan kerasnya sehingga saya melihat bekas merah di pundak Rasulullah saw saking kerasnya tarikan si laki-laki dusun tadi. Laki-laki dusun tersebut berkata: "Suruh orang-orang kamu untuk memberikan harta Allah kepada saya yang kamu miliki sekarang". Rasulullah saw lalu berpaling kepada laki-laki tadi. Sambil tersenyum, beliau berkata: "Berilah laki-laki ini makanan apa saja" (HR. Bukhari). 3. Jubair bin Muth'im bertutur, ketika ia bersama Rasulullah saw berjalan bersama, tiba-tiba orangorang mencegat Rasulullah saw dan meminta-minta dengan setengah memaksa sampai-sampai Rasulullah saw disudutkan ke sebuah pohon yang penuh dengan duri. Tiba-tiba salah seorang dari mereka mengambil mantelnya. Rasulullah saw lalu berhenti sejenak dan bersabda: "Berikanlah mantel saya itu, karena saya hanya mempunyai hanya itu saja. Kalau seandainya saya mempunyai mantel banyak (lebih dari satu), tentu saya akan bagikan di antara kalian" (HR. Bukhari). 4. Umar bin Khatab berkata: "Suatu hari seorang laki-laki datang menemui Rasulullah saw untuk meminta-minta, lalu Rasulullah saw memberinya. Keesokan harinya, laki-laki itu datang kembali untuk meminta-minta, Rasulullah saw juga memberinya. Keesokan harinya, datang lagi dan kembali meminta, Rasulullah saw pun memberinya kembali. Keesokan harinya, ia datang kembali untuk meminta-minta, Rasulullah saw lalu bersabda: "Saya tidak mempunyai apa-apa saat ini. Tapi, ambillah mau apa kamu dan jadikan sebagai hutang saya. Kalau saya mempunyai sesuatu kelak, saya yang akan membayarnya". Umar lalu berkata: "Wahai Rasulullah saw, janganlah eukau memberikan sesuatu yang berada di luar batas kemampuanmu". Rasulullah saw tidak menyukai perkataan Umar tadi. Tiba-tiba, datang seorang laki-laki dari Anshar sambil berkata: "Ya Rasulullah, jangan takut, terus saja berinfak. Jangan khawatir Allah memberikan kemiskinan". Mendengar uncapan laki-laki tadi, Rasulullah saw tersenyum, lalu beliau bersabda kepada Umar: "Karena itulah saya diperintahkan oleh Allah" (HR. Turmudzi). 5. Ummu Salamah, isteri Rasulullah saw berkata: "Suatu hari Rasulullah saw masuk ke dalam rumahku dalam keadaan muka yang pucat. Saya khawatir jangan-jangan beliau lagi sakit. Saya lalu bertanya: "Ya Rasulullah, mengapa wajahmu pucat begitu?" Rasulullah saw menjawab: "Saya pucat begini bukan karena sakit, tapi karena saya ingat uang tujuh dinar yang kita dapatkan kemarin. Sore ini uang itu masih ada di bawah kasur dan kita belum menginfakkannya" (HR. al-Haitsami dan haditsnya Shahih). 6. Aisyah berkata: "Suatu hari Rasulullah saw ketika sakit, menyuruh saya untuk bersedekah dengan uang dinar yang disimpannya di rumah (tujuh dinar). Setelah beliau menyuruh saya bersedekah, beliau lalu pingsan. Ketika sudah siuman, Rasulullah saw bertanya kembali: "Uang itu apa sudah kamu sedekahkah?" Saya menjawab: "Belum, karena saya kemarin sangat sibuk". Rasulullah saw lalu bersabda: "Mengapa bisa begitu, ambil uang itu". Begitu uang itu sudah berada di hadapannya, Rasulullah saw lalu bersabda: "Bagaimana menurut kamu, seandainya saya meninggal sekarnag sementara saya mempunyai uang yang belum saya sedekahkan? Uang ini tidak akan menyelamatkan Muhammad seandainya ia meninggal sekarang sementara ia mempunyai uang yang belum disedekahkan". (HR. Ahmad). 7. Sahl bin Sa'ad bertutur: "Suatu hari datang seorang perempuan menghadiahkan kepada Nabi saw satu buah syamlah yang ujungnya ditenun ( syamlah adalah baju lapang yang menutup seluruh badan atau jalabiyah). Perempuan itu berkata: "Ya Rasulullah saw, syamlah ini, saya yang menenunnya langsung dengan tangan saya sendiri dan saya hendak menghadiahkannya kepada anda". Rasulullah saw pun sangat menyukai syamlah tersebut. Tanpa banyak kalam, beliau langsung mengambil dan memakainya dengan sangat gembira dan berterima kasih kepada wanita tersebut. Rasulullah saw betul-betul sangat membutuhkan dan menyukai syamlah tersebut. Setelah wanita itu pergi, tidak lama kemudian datang seorang laki-laki meminta syamlah tersebut kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw pun memberikannya. Para sahabat yang lain lalu mengecam laki-laki tersebut. Mereka berkata: "Hai - 20 -
Fulan, Rasulullah saw sangat menyukai syamlah tersebut, mengapa kamu minta? Dan kamu tahu bahwa Rasulullah saw itu tidak pernah tidak memberi kalau diminta?". Laki-laki itu menjawab: "Saya memintanya bukan untuk dipakai sebagai baju, tapi untuk kain kafan saya nanti kalau saya meninggal". Tidak lama kemudian memang laki-laki itu meninggal dan syamlah tersebut menjadi kain kafannya" (HR. Bukhari). Kedermawanan isteri dan para sahabat Rasulullah saw 1. Suatu hari datang seorang fakir miskin ke rumah Siti Aisyah meminta-minta, sementara Siti Aisyah saat itu sedang berpuasa dan tidak memiliki makanan sedikit pun di rumahnya saat itu kecuali sepotong roti. Begitu pengemis itu datang meminta-minta, Siti Aisyah berkata kepada pembantunya: "Berikan roti itu kepadanya". Pembantunya berkata: "Wahai ummul mukminin, kalau roti itu diberikan kepada pengemis itu, maka tuan tidak mempunyai makanan untuk berbuka nanti". Siti Aisyah berkata kembali: "Berikanlah kepadanya". Lalu pembantunya itu memberikan makanan tersebut. Pembantu itu berkata: "Begitu sore hari tiba, tiba-tiba datang seseorang yang menghadiahkan daging kambing mateng yang ditutup dengan sebuah penutup besar. Siti Aisyah kemudian berkata kepada saya: "Makanlah, ini lebih baik dari pada roti yang kamu berikan tadi". (HR. Ahmad). 2. Abdullah bin Zubair berkata: "Saya tidak pernah mendapati dua orang wanita yang paling dermawan selain Aisyah dan Asma. Keduanya sangat dermawan meskipun berbeda dalam kedermawanannya. Aisyah dermawan dalam hal, ia selalu mengumpulkan sedikit demi sedikit makanan atau uang, lalau apabila sudah terkumpul, seluruh uang atau makanan tersebut dibagikan kepada fakir miskin. Sementara Asma' tidak pernah menyimpan sesuatu makanan atau uang pun untuk esok hari, ia selalu menyedekahkannya hari itu juga". (HR. Bukhari). 3. Abdullah bin Muhammad bin Aisyah berkata: "Suatu hari datang seorang pengemis ke hadapan Imam Ali. Imam Ali lalu berkata kepada kedua putranya, Hasan dan Husain: "Pergi ke mamah, katakan kepada mamah, kemarin kita menyimpan uang enam dirham, ambil satu dirham untuk peminta-minta itu". Imam Hasan dan Husain lalu pergi menuju ibunya, Fatimah, namun tidak lama ia kembali lagi sambil berkata: "Mamah bilang, uang enam dirham itu untuk membeli tepung". Ali lalu berkata: "Iman seorang hamba belum betul-betul mantap sehingga ia apa yang ada di 'tangan' Allah lebih ia yakini dari pada apa yang berada dalam genggaman kedua tangannya". Katakan kepada ibu sekali lagi: "Kesinikan keenam dirham tersebut". Hasan dan Husain lalu membawa keenam dirham tadi dan memberikannya kepada peminta-minta. Tidak lama setelah uang itu diberikan, Ali bin Abi Thalib bertemu dengan seorang laki-laki yang membawa seekor unta yang akan dijualnya. Ali lalu berkata: "Berapa harga unta ini?" Laki-laki itu menjawab: "Seratus empat puluh dirham". Imam Ali berkata kembali: "Bolehkah saya beli namun uangnya saya berikan belakangan?". Laki-laki itu lalu menyetujuinya dan ia pun pulang. Tidak lama setelah Imam Ali membeli unta tadi, tiba-tiba datang seorang laki-laki bertanya: "Kepunyaan siapa unta ini?" Imam Ali berkata: "Kepunyaan saya". "Apakah unta ini akan dijual?", tanya laki-laki itu. "Ya", jawab Imam Ali. Laki-laki itu bertanya kembali: "Berapa harganya?". Imam Ali menjawab: "Dua ratus dirham". Laki-laki itu tanpa banyak kata, langsung membelinya seharga dua ratus dirham. Imam Ali lalu memberikan uang sebesar seratus empat puluh dinar kepada pemilik unta tadi, dan memberikan empat puluh dinar ke Fatimah, isterinya. Ketika menerima uang sebesar itu, Fatimah bertanya: "Uang apa ini?". Imam Ali menjawab: "Ini adalah janji Allah sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Rasulullah saw: "Barang siapa yang berbuat satu kebaikan, maka ia akan mendapatkan sepuluh kebaikan yang serupa dengannya" (QS: 160)" (Riwayat al-Askary sebagaimana tertera dalam kitab Kanzul 'Ummal: 3/311). 4. Asma' binti Abu Bakar bertutur: "Ketika Rasulullah saw dan Abu Bakar hijrah ke Madinah, Abu Bakar membawa seluruh kekayaannya yang berjumlah enam ribu dirham. Setelah Abu Bakar pergi bersama Rasulullah saw, kakek saya, Abu Quhafah, masuk namun kedua penglihatannya sudah tidak berfungsi. Kakek saya bertanya: "Saya merasa Abu Bakar tidak meninggalkan sedikitpun uang buat kalian". Saya berkata: "Kakek, dia meninggalkan kita harta yang banyak". Lalu saya mengambil beberapa kerikil dan meletakkannya di lemari rumah yang biasa dijadikan tempat menyimpan uang oleh ayah saya. Lalu kerikil-kerikil tersebut saya tutup dengan kain, lalu saya pegang tangan kakek saya dan saya tuntun untuk memagangnya. Saya berkata kepadanya: "Kakek, ayo letakkan tangan kakek dan pegang uang-uang yang ditinggalkan ayah itu". Lalu kakek meraba-raba - 21 -
dan memegangnya lalu berkata: "Tidak apa-apa kalau begitu, karena ternyata Abu Bakar meninggalkan harta buat kalian, dan ini tentu lebih baik. Hal ini karena saya ingin hidup dengan tenang dalam menghabiskan masa tua saya ini". (Riwayat Ibn Ishak dengan sanad Shahih). 5. Abdurrahman bin Samurah berkata: "Suatu hari Utsman bin Affan datang menghadap Nabi Saw sambil membawa uang sebesar seribu dinar di dalam sakunya untuk perlengkapan dan persedian pasukan tentara saat itu. Rasulullah saw lalu menerima uang tersebut sambil bersabda: "Apa yang dilakukan Utsman hari ini, akan membuat Utsman tidak akan disia-siakan oleh Allah". Beliau mengucapkan hal itu sebanyak dua kali berturut-turut" (HR. Turmudzi). Mengapa kita selaku muslim harus rajin bersedekah dan memperhatikan orang miskin? Mari kita renungkan hadits berikut ini:
))ﻣﺎ ﺁﻣ ﻦ ﺑ ﻲ ﻣ ﻦ ﺑ ﺎت ﺷ ﺒﻌﺎن وﺟ ﺎرﻩ ﺟ ﺎﺋﻊ إﻟ ﻰ ﺟﻨﺒ ﻪ وه ﻮ ﻳﻌﻠ ﻢ:ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ [ واﻟﺤﺪﻳﺚ ﺻﺤﻴﺢ, ﻓﻰ ﺻﺤﻴﺢ اﻟﺠﺎﻣﻊ5505 ﺑﻪ(( ]أﻧﻄﺮ ﺣﺪﻳﺚ رﻗﻢ Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Belum dipandang sempura iman kepadaku, orang yang tidur kekenyangan sementara tetangganya berada dalam kelaparan, padahal dia mengetahuinya" (Hadits Shahih nomor 5505 dalam Shahih al-Jami'). Itulah di antara sebab mengapa kita harus memperhatikan sesame dengan jalan bersedekah dan berinfak atau berzakat. Karena iman kita belum dipandang sempurna kalau membiarkan orang lain kelaparan sementara kita kenyang dan kita mengetahuinya. Berikut ini ada alasan lainnya mengapa kita harus rajin bersedekah dan memperhatikan orang miskin:
ه ﺬا أﻏﻠ ﻖ ﺑﺎﺑ ﻪ دوﻧ ﻰ ﻓﻤﻨ ﻊ... ﻳ ﺎ رب: آﻢ ﻣﻦ ﺟﺎر ﻣﺘﻌﻠﻖ ﺑﺠﺎرﻩ ﻳﻮم اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻳﻘ ﻮل:ﻗﺎل ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ [ ﻓﻰ اﻟﺴﻠﺴﻠﺔ اﻟﺼﺤﻴﺤﺔ2646 أﻧﻈﺮ ﺣﺪﻳﺚ رﻗﻢ,ﻣﻌﺮوﻓﻪ ]واﻟﺤﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﻟﻐﻴﺮﻩ Artinya: "Abdullah bin Umar berkata: "Berapa banyak tetangga yang kelak pada hari kiamat bergantung kepada tetangganya yang lain. Ia berkata: "Ya Allah, orang ini selalu menutup pintunya untuk saya, lalu kebaikannya pun menjadi terhalang" (hadits Hasan Lighairihi, hadits nomor 2646 dalam kitab as-Silsilah ash-Shahihah). Hadits ini menunjukkan bahwa karena tidak memperhatikan tetangga dan orang-orang miskin, akan mengakibatkan kebaikan dan kebahagiaan kita kelak di hari Kiamat terhalang, sehingga kita pun menjadi orang yang celaka dan merugi. Untuk itu, isilah bulan Ramadhan ini dengan lebih gemar bersedekah dan berinfak karena dalam sebuah hadits disebutkan bahwa shadaqah pada bulan Ramadhan ini adalah shadaqah yang paling utama dan mulia:
))ﺻ ﺪﻗﺔ ﻓ ﻰ رﻣ ﻀﺎن(( ]رواﻩ: ﺳ ﺌﻞ اﻟﻨﺒ ﻲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ أي اﻟ ﺼﺪﻗﺔ أﻓ ﻀﻞ؟ ﻗ ﺎل:ﻋ ﻦ أﻧ ﺲ [اﻟﺘﺮﻣﺬى Artinya: "Dari Anas, suatu hari Rasulullah saw ditanya: "Shadaqah yang bagaimana yang paling baik?" Rasulullah saw menjawab: "Shadaqah yang dilakukan pada bulan Ramadhan" (HR. Turmudzi). 5. Melakukan Qiyam Ramadhan / Shalat Tarawih Termasuk amalan lainnya yang harus dilakukan pada bulan Ramadhan adalah shalat Tarawih dan Qiyamullail. Shalat Tarawih dapat dilakukan setelah selesai shalat Isya sebelum tengah malam ataupun nanti di akhir, ketika dua pertiga malam terakhir. Hal ini termasuk amalan sunnah yang tidak boleh dilewatkan karena pahalanya sangat besar. Rasulullah saw bersabda:
))ﻣﻦ ﻗﺎم رﻣﻀﺎن إﻳﻤﺎﻧﺎ واﺣﺘﺴﺎﺑﺎ ﻏﻔﺮ ﻟﻪ ﻣ ﺎ: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ:ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل [ﺗﻘﺪم ﻣﻦ ذﻧﺒﻪ(( ]رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa yang beribadah pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan ridha Allah, maka akan diampuni segala dosa-dosanya yang telah lalu" (HR. Muslim). Kini marilah perhatikan bagaimana Rasulullah saw melakukan shalat malam. Atha' bin Abi Rabah berkata bahwasannya Ubaid bin Umair pernah bertanya kepada Siti Aisyah: "Wahai Ummul Mukminin, coba ceritakan kepada kami hal-hal yang mengagumkan yang pernah anda saksikan dari ibadah Rasulullah saw. Aisyah diam sejenak, lalu ia berkata: "Suatu malam, Rasulullah saw bersabda kepada saya: 'Aisyah, tinggalkan saya sejenak malam ini, saya mau beribadah kepada Allah". Saya lalu berkata: "Demi Allah, saya betul-betul selalu ingin dekat denganmu, dan saya menyukai apa yang - 22 -
dapat membuatmu bahagia". Lalu Rasulullah saw bangun, lalu berwudhu dan terus shalat malam. Ketika shalat, ia tidak henti-hentinya menangis sehingga kasurnya menjadi basah. Lalu beliau pun terus menangis sehingga janggutnya basah, dan terus menangis sehingga tanah pun menjadi basah. Lalu terdengar Bilal adzan untuk shalat Shubuh, namun Rasulullah saw masih tampak menangis juga. Saya lalu berkata kepadanya: "Wahai Rasulullah, mengapa anda masih menangis bukankah Allah telah mengampuni segala dosa-dosa mu baik yang telah lalu maupun yang akan terjadi?" Rasulullah saw menjawab: "Apakah saya tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?". Sungguh malam ini telah turun kepada saya ayat berikut ini dan celakalah bagi yang membacanya namun tidak memikirkan isi kandungannya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi itu terdapat tandatanda bagi orang-orang yang berfikir" (HR. Ibn Hibban). Demikian juga beliau selalu membangunkan isteri-isterinya untuk melaksanakan shalat malam. Ummu Salamah berkata: "Suatu malam, Rasulullah saw terbangun dari tidurnya, lalu beliau bersabda: "Maha suci Allah, fitnah apa yang telah datang pada malam ini. Gudang mana yang telah dibukakan pada malam ini. Ayo bangun wahai penghuni kamar (maksudnya isteri-isteri Rasulullah saw). Banyak orang yang berpakaian di dunia, namun telanjang kelak di akhirat" (HR. Bukhari). Mengenai keutamaan shalat malam dan qiyam Ramadhan ini, Rasulullah saw bersabda:
))أﻓ ﻀﻞ اﻟ ﺼﻴﺎم ﺑﻌ ﺪ رﻣ ﻀﺎن ﺷ ﻬﺮ اﷲ:ﻋ ﻦ أﺑ ﻲ هﺮﻳ ﺮة ﻗ ﺎل ﻗ ﺎل رﺳ ﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ [ وأﻓﻀﻞ اﻟﺼﻼة ﺑﻌﺪ اﻟﻔﺮﻳﻀﺔ ﺻﻼة اﻟﻠﻴﻞ(( ]رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ,اﻟﻤﺤﺮم Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Muharram (atau pada bulan-bulan Haram) dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam" (HR. Muslim). Shalat Tarawih termasuk shalat malam yang dalam hadits di atas merupakan shalat yang paling utama setelah sahalat wajib. 6. Melakukan I'tikaf I'tikaf secara bahasa artinya menahan. Sedangkan menurut istilah i'tikaf adalah berdiam diri di dalam mesjid dengan sifat-sifat tertentu. Rasulullah saw biasa melakukan i'tikaf ini selama sepuluh hari di bulan Ramadhan yakni sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Kecuali pada tahun di mana beliau akan meninggal dunia, beliau melaksanakannya selama dua puluh hari, sebagaimana tersebut dalam hadits berikut ini:
ﻓﻌ ﺮض ﻋﻠﻴ ﻪ, آﺎن ﻳﻌﺮض ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳ ﻠﻢ اﻟﻘ ﺮﺁن آ ﻞ ﻋ ﺎم ﻣ ﺮة:ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل ﻓ ﺎﻋﺘﻜﻒ ﻋ ﺸﺮﻳﻦ ﻓ ﻰ اﻟﻌ ﺎم اﻟ ﺬى, وآ ﺎن ﻳﻌﺘﻜ ﻒ ﻓ ﻰ آ ﻞ ﻋ ﺎم ﻋ ﺸﺮا,ﻣﺮﺗﻴﻦ ﻓﻰ اﻟﻌﺎم اﻟ ﺬى ﻗ ﺒﺾ ﻓﻴ ﻪ [ﻗﺒﺾ ﻓﻴﻪ ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى Artinya: "Abu Hurairah berkata: "Al-Qur'an selalu diajarkan kepada Rasulullah saw (oleh malaikat Jibril) setiap tahun satu kali. Namun, pada tahun dimana Rasulullah saw meninggal, Jibril mengajarkannya sebanyak dua kali. Rasulullah saw senantiasa beri'tikaf setiap bulan selama sepuluh hari, namun pada tahun di mana beliau akan meninggal, beliau i'tikaf selama dua puluh hari" (HR. Bukhari).
ﻓﻠﻤﺎ آﺎن اﻟﻌﺎم, آﺎن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻳﻌﺘﻜﻒ ﻓﻰ آﻞ رﻣﻀﺎن ﻋﺸﺮة أﻳﺎم:ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل (اﻟﺬى ﻗﺒﺾ ﻓﻴﻪ اﻋﺘﻜﻒ ﻋﺸﺮﻳﻦ ﻳﻮﻣﺎ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى Artinya: "Abu Hurairah berkata: "Rasulullah saw biasa melakukan i'tikaf pada setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Kecuali pada bulan Ramadhan di mana pada tahun tersebut beliau meninggal dunia, Rasulullah saw melakukan i'tikaf selama dua puluh hari" (HR. Bukhari). Oleh karena itu, i'tikaf termasuk sunnah Rasulullah saw. Sebagian ulama membolehkan i'tikaf berapapun lamanya menurut kemampuan, sekalipun tidak sepuluh hari. Bahkan, sebagian ulama seperti Ya'la bin Umayyah mengatakan bahwa berdiam diri di dalam mesjid meskipun hanya satu jam dengan niat I'tikaf, dapat dipandang telah melakukan i'tikaf. Ya'la bin Umayyah dalam hal ini berkata: "Sesungguhnya apabila saya berdiam diri di dalam mesjid sekalipun hanya satu jam, tiada lain kecuali saya beri'tikaf di dalamnya". Atha' bin Abi Rabah berkata: "I'tikaf adalah berdiam diri di dalam mesjid dengan maksud untuk mengharapkan kebaikan (dengan niat i'tikaf) meskipun hanya satu jam. Namun, apabila tidak diniatkan seperti itu, maka ia tidak beri'tikaf" (lihat dalam al-Mushannaf karya Abdurrazak, 4/346). - 23 -
7. Berpuasa bukan hanya mulut dan perut tapi juga seluruh anggota badan Berpuasa tentunya bukan semata menjaga makanan dan minuman saja, namun juga harus menjaga seluruh tubuh. Karena, orang yang hanya tidak makan dan minum, namun ia mencaci, berdusta dan lain sebagainya, maka pahala puasanya nol, tidak berpahala. Oleh karena itu, sebagian ulama membagi puasa itu menjadi Hal ini sebagaimana disebutkan dalam beberapa keterangan di bawah ini:
))ﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺪع ﻗﻮل اﻟﺰور واﻟﻌﻤﻞ ﺑ ﻪ ﻓﻠ ﻴﺲ ﷲ: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ:ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل [ﺣﺎﺟﺔ ﻓﻰ أن ﻳﺪع ﻃﻌﺎﻣﻪ وﺷﺮاﺑﻪ(( ]رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan kotor dan jahatnya, maka Allah tidak akan memberikan pahala dari meninggalkan makan dan minumnya" (HR. Bukhari).
))اﻟ ﺼﻴﺎم ﺟﻨ ﺔ ﻣ ﺎﻟﻢ ﻳﺨﺮﻗﻬ ﺎ(( ﻗﻴ ﻞ وﺑ ﻢ ﻳﺨﺮﻗﻬ ﺎ؟:ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ ﻗ ﺎل [ ))ﺑﻜﺬب أو ﻏﻴﺒﺔ(( ]رواﻩ اﻟﻄﺒﺮاﻧﻰ:ﻗﺎل Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Puasa itu adalah perisai selama tidak dilobanginya". Lalu ditanyakan: "Dengan apa dilobanginya?" Rasulullah saw menjawab: "Dengan berbohong atau berbuat ghibah (menceritakan kejelekan dan kejahatan orang lain dengan maksud kebencian)" (HR. Thabrani).
))رب ﻣ ﻦ ﺻ ﺎﺋﻢ ﺣﻈ ﻪ ﻣ ﻦ ﺻ ﻴﺎﻣﻪ اﻟﺠ ﻮع:ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل ﻗ ﺎل رﺳ ﻮل اﷲ ﺻ ﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ﻪ وﺳ ﻠﻢ [ ورب ﻣﻦ ﻓﺎﺋﻢ ﺣﻈﻪ ﻣﻦ ﻗﻴﺎﻣﻪ اﻟﺴﻬﺮ(( ]رواﻩ أﺣﻤﺪ واﻟﻨﺴﺎﺋﻰ,واﻟﻌﻄﺶ Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Berapa banyak orang yang berpuasa tapi balasannya hanyalah rasa lapar dan dahaga saja. Berapa banyak juga orang yang melakukan ibadah, namun pahalanya hanya terjaga pada waktu malam saja" (HR. Ahmad dan Nasai)
وﻟﻜ ﻦ ﻣ ﻦ اﻟﻜ ﺬب واﻟﺒﺎﻃ ﻞ, ))أﻻ إن اﻟ ﺼﻴﺎم ﻟ ﻴﺲ ﻣ ﻦ اﻟﻄﻌ ﺎم واﻟ ﺸﺮاب:ﻗ ﺎل ﻋﻠ ﻲ آﺮﻣ ﻪ اﷲ وﺟﻬ ﻪ [واﻟﻠﻐﻮ(( ]رواﻩ اﺑﻦ أﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ Artinya: "Imam Ali bin Abi Thalib berkata: "Ingatlah, bahwasannya puasa itu bukan semata menahan untuk tidak makan dan minum saja, akan tetapi juga menahan diri untuk tidak berbohong, berbuat kebatilan dan sia-sia" (diriwayatkan oleh Ibn Abi Syaibah).
ودع أذى, إذا ﺻ ﻤﺖ ﻓﻠﻴ ﺼﻢ ﺳ ﻤﻌﻚ وﺑ ﺼﺮك وﻟ ﺴﺎﻧﻚ ﻋ ﻦ اﻟﻜ ﺬب واﻟﻤﺤ ﺎرم:ﻗ ﺎل ﺟ ﺎﺑﺮ ﺑ ﻦ ﻋﺒ ﺪ اﷲ وﻻ ﺗﺠﻌ ﻞ ﻳ ﻮم ﻓﻄ ﺮك وﺻ ﻮﻣﻚ ﺳ ﻮاء ]أﺧﺮﺟ ﻪ اﺑ ﻦ, وﻟﻴﻜﻦ ﻋﻠﻴﻚ وﻗﺎر وﺳﻜﻴﻨﺔ ﻳﻮم ﺻﻴﺎﻣﻚ,اﻟﺨﺎﺻﺔ [أﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ واﻟﺒﻴﻬﻘﻰ Artinya: "Jabir bin Abdullah berkata: "Apabila kamu berpuasa, maka berpuasalah pendengaran, penglihatan, mulut kamu dari berkata dusta dan dari hal-hal yang dilarang lainnya. Tinggalkan juga menyakiti sesame. Berusahalah untuk tenang dan damai pada waktu kamu berpuasa. Jangan kamu menjadikan hari berbuka dan hari berpuasa kamu sama saja" (diriwayatkan oleh Ibn Abi Syaibah dan Baihaki).
ﻓﻜ ﺎن ﻃﻠﻴ ﻖ إذا آ ﺎن ﻳ ﻮم ﺻ ﻮﻣﻪ. إذا ﺻ ﻤﺖ ﻓ ﺘﺤﻔﻆ ﻣ ﺎ اﺳ ﺘﻄﻌﺖ: ﻗﺎل أﺑ ﻮ ذر:ﻋﻦ ﻃﻠﻴﻖ ﺑﻦ ﻗﻴﺲ ﻗﺎل [دﺧﻞ ﻓﻠﻢ ﻳﺨﺮج إﻻ ﻟﻠﺼﻼة ]أﺧﺮﺟﻪ اﺑﻦ أﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ واﻟﺒﻴﻬﻘﻰ Artinya: "Thalik bin Qais berkata, Abu Dzar berkata: "Apabila kamu berpuasa, jagalah diri kamu sebisa mungkin". Maka Thalik apabila ia berpuasa, ia terus berada di rumah dan tidak keluar kecuali untuk melakukan shalat saja" (diriwayatkan oleh Ibn Abi Syaibah dan Baihaki).
وإن آﺎن ﻧﺎﺋﻤ ﺎ ﻋﻠ ﻰ ﻓﺮاﺷ ﻪ )رواﻩ ﻋﺒ ﺪ اﻟ ﺮزاق ﻓ ﻰ, اﻟﺼﺎﺋﻢ ﻓﻰ ﻋﺒﺎدة ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻐﺘﺐ أﺣﺪا:ﻗﺎل أﺑﻮ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ (اﻟﻤﺼﻨﻒ Artinya: "Abul Aliyah berkata: "Orang yang berpuasa itu ia berarti sedang melakukan ibadah selama ia tidak berbuat ghibah kepada seseorang, sekalipun ia hanya tidur di atas kasurnya saja" (diriwayatkan oleh Abdurrazaq dalam al-Mushannaf).
( وﺧﺮﻗﻬﺎ اﻟﻐﻴﺒﺔ )رواﻩ ﻋﺒﺪ اﻟﺮزاق ﻓﻰ اﻟﻤﺼﻨﻒ, اﻟﺼﻴﺎم ﺟﻨﺔ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﺨﺮﻗﻬﺎ ﺻﺎﺣﺒﻬﺎ:ﻗﺎﻟﺖ ﺣﻔﺼﺔ Artinya: "Hafsah berkata: "Puasa itu adalah perisai, selama ia tidak melubanginya. Dan melubanginya itu dengan jalan berbuat ghibah" (diriwayatkan oleh Abdurrazaq dalam al-Mushannaf). Namun, apakah berdusta, ghibah dan perbuatan-perbuatan terlarang lainnya membatalkan puasa? Para ulama dalam hal ini berbeda pendapat. Sebagian ulama seperti Imam Auzai, Ibn Hazm dan - 24 -
Ibrahim an-Nakha'i berpendapat bahwa perbuatan dosa dan maksiat termasuk berdusta dan sejenisnya, membatalkan puasa. Hal ini karena para sahabat pernah berkata: "Berbohong itu membatalkan puasa" (diriwayatkan oleh Ibn Abi Syaibah dalam al-Mushannaf dengan sanad Shahih). Dalam hal ini Ibn Hazm berkata:
إذا ﻓﻌﻠﻬﺎ ﻋﺎﻣﺪا ذاآﺮا ﻟﺼﻮﻣﻪ, اي ﻣﻌﺼﻴﺔ آﺎﻧﺖ, وﻳﺒﻄﻞ اﻟﺼﻮم أﻳﻀﺎ آﻞ ﻣﻌﺼﻴﺔ:ﻣﺴﺄﻟﺔ Artinya: "Masalah: Termasuk yang membatalkan puasa adalah setiap perbuatan maksiat, apapun jenis dan bentuknya apabila dilakukan dengan sengaja dan ingat bahwa ia sedang berpuasa" (Lihat dalam al-Muhalla 6/177). Dalil yang dijadikan sandaran dan argument oleh kelompok ini adalah hadits-hadits tersebut di atas. Sedangkan jumhur ulama berpendapat bahwa perbuatan maksiat termasuk ghibah, berdusta dan lainnya, tidak membatalkan puasa. Hadits-hadits yang dituturkan di atas dan dijadikan dalil oleh kelompok pertama, menurut Jumhur, bukan untuk membatalkan puasa akan tetapi sebagai penegasan dan kecaman agar yang berpuasa tidak melakukan hal tersebut. Perbuatan maksiat termasuk ghibah, dusta tidak membatalkan puasa, hanya mengurangi pahala puasanya saja. Dan pendapat Jumhur inilah hemat penulis yang lebih tepat dan lebih kuat. Penutup Demikian sekelumit pembahasan awal seputar Puasa Ramadhan yang sebentar lagi akan kita samasama jalani insya Allah. Makalah berikutnya, insya Allah akan mengupas puasa Ramadhan dari sisi fiqh Islam-nya. Apabila makalah kali ini sebagai pengantar anda memasuki bulan Ramadhan, maka makalah kedua nanti merupakan isi dari Ramadhan tersebut. Semoga makalah ini khususnya, dan makalah-makalah penulis yang akan datang bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri serta umumnya bagi para pembaca semua, amin. Wallahu a'lam bis shawab. ***Makalah ini special dipersembahkan untuk kawan-kawan tercinta siswa siswi remaja Sekolah Indonesia Cairo (SIC) pada pengajian rutin remaja Sabtuan di Mesjid Indonesia Kairo, Egypt. Dipresentasikan pada hari Sabtu, tanggal 17 September 2005 di Mesjid Indonesia Cairo, Dokki, Kairo. Email:
[email protected] Qutamiyyah, Kamis, 15 September 2005, jam 1.00 malam waktu Kairo.
DAFTAR BACAAN / REFERENSI 1. Ummu Anas Samiyyah binti Muhammad al-Anshari, ath-Thariq Ila Rayyan ash-Shaaimiin, Dar Ibn Rajab, Manshurah, 2002. 2. Hatim bin Hasan ad-Diib, Kaifa Tuzakki Nafsaka fi Ramadhan, Maktabah al-Yarmuuk, Kairo, 2003. 3. Muhammad Sa'id Mursi, Ila 'Ussyaq Ramadhan, Muassasah Iqra', Kairo, 2005. 4. Nabil bin Muhammad Mahmud, Ma Yahummu ash-Shaaimaat fi Ramadhan, Maktabah Wahah alFirdaus, Iskandariah, 2004. 5. Abu Abdurrahman, Masyahidul Iman fi Syahri Ramadhan, Maktabah Aulad asy-Syaikh Litturats, Kairo, 2000. 6. As-Sayyid Mahmud Abdul Aal, Ramadhan Syahrul Jihad, Maktabah Aulad asy-Syaikh Litturats, Kairo, 2000. 7. Muhammad Dardiry al-Azhari, Qathf al-Jinan Fi Asraarish Shiyam wa Maa Hadatsa fi Ramadhan, Maktabah Aulad asy-Syaikh Litturats, Kairo, 2001. 8. Khalid Abu Syaadi, Manit Thariq? Ana Ramadhan, Darut Tauzi' wan Nasyr al-Islamiyyah, Kairo, 2005. 9. Qasim Abdullah dan Yasir Abdurrahman, Wa Syauuqaah ya Ramadhan; Barnamij Yaumi, Iimani wa Tsaqafii, Muassasah Iqra', Kairo, 2005. 10. Ali al-Khatib, Ash-Shiyam Minal Bidayah Hattal Islaam, Maktabah al-Kulliyyaat al- Azhariyyah, Kairo, t.th. - 25 -
11. Imam Bukhari, Kitab ash-Shiyam: Waajibaatuh, Mustajabaatuh, Mubthilaatuh, Maktabah ash-Shafa, Kairo, 2003. 12. Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Majalis Syahri Ramadhan, Maktabah ash-Shafa, Kairo, 2003. 13. Salim bin Idul Hilali dan Ali Husain Ali Abdul Hamid, Shifat Shaumin Nabiy Saw fi Ramadhan, Dar Ibn Hazm, Beirut, Cet. Kedelapan, 2005. 14. Yusuf al-Qardhawi, Fiqhus Shiyam, Maktabah Wahbah, Kairo, 2003. 15. Said Abdul Adhim, Durus az-Zaman fi Syahris Shiyam, Darul Aqidah, Kairo, 2002. 16. Abdurrahman Abdul Hamid al-Birr, Waqafaat Tarbawiyyah Ma'as Shaaimiin, Darul Yakin, Manshurah, 2003. 17. Muhammad bin Shalih al-Utsaimiin, Fatawas Shiyaam, Maktabah ash-Shafa, Kairo, 1999. 18. Abdul Aziz bin Baz, Fatawaa wa Ahkam az-Zakaat was Shiyaam, Maktabah ash-Shafaa, Kairo, 2001. 19. Abdul Halim Mahmud, Syahr Ramadhan, Dar al-Ma'arif, Kairo, Cet. Ke-6, t.th. 20. Shalih al-Ja'fary, Asrar al-Shiyam li al-Khawash wa al-Awam, Dar Jawami' al-Kalim, Kairo, t.th. 21. Syaban Muhammad Ismail, al-Shiyam fi al-Qur'an wa al-Sunnah, al-Maktabah al-Taufiqiyyah, Kairo, t.th. 22. Ibn Rajab al-Hanbaly, Lathaiful Ma'arif Fiimaa Limawasiml Aam Minal Wazhaaif, Maktabah Anwar, Nigeria, 2002. 23. Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fiqhus Sunnah wa Adillatuhu wa Taudhih Madzahib al-Aimmah, Maktabah Taufiqiyyah, Kairo, t.th. 24. Ibnu Hajar al-Asqalany, Fathul Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari, Dar al-Hadits, Kairo, 1998. 25. Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur'an al-Adhim, Maktabah al-Iman, Mansurah, 1996. 26. Abu Bakar Jabir al-Jazairy, Minhajul Muslim, Dar al-Salam, Kairo, 2003 27. Imam Nawawi, Riyadlu al-Shalihin Min Kalam Sayyid al-Mursalin, Dar al-Salam, Kairo, 2002. 28. Abu Bakar Jabir al-Jazairy, Aqidah al-Mukmin,, Dar al-Salam, Kairo, 2000 29. Ibnu Taymiyyah, Majmu Fatawa Syaikhul Islam Ibn Taymiyyah, Hukumah Mamlakah al-Arabiyyah as-Saudiyyah, Saudi, 1381 H.
- 26 -