22
Dari Kami
Edisi Juni 2008
PalembangMenujuKota BertarafInternasional____3
Seperti Inilah Palembang
K
OTA PALEMBANG memang tak muda lagi. Bertepatan dengan tanggal 17 Juni 2008, kota metropolis ini menginjak usia yang ke-1325. Suatu rentang waktu yang sangat panjang dan sarat dengan pasang surut perjalanan. Kendati demikian, kota yang dijuluki “Venesia dari Timur” karena kekhasan kota airnya ini tidak serta merta “tua” dalam kinerja pembangunan. Bak kata pepatah, tua-tua keladi makin tua makin menjadi. Pun seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk, yang melambangkan kewibawaan sekaligus kearifan “pelaku-nya”. Seperti itulah Kota Palembang. Sempat mengalami fase yang tidak mengenakkan dalam perjalanannya sebagai kota tertua di Indonesia (berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit 605 saka, ada yang mengatakan 604 saka) Kota Palembang perlahan-lahan mewujudkan sifat aslinya.
Kenapa sifat asli? Sejarah masih tercatat dengan rapi, bahwa Palembang dahulu kala adalah suatu peradaban (Kerajaan Sriwijaya) yang sangat disegani oleh seantero nusantara, bahkan mancanegara. Lalu lintas perdagangan via transportasi lautnya merupakan poros utama bagi kerajaan-kerajaan dinusantara. Singkatnya, Palembang dengan Kerajaan Sriwijaya-nya adalah barometer bagi segala kemajuan kala itu. Seiring dengan pudarnya kerajaan sriwijaya, dari waktu ke waktu Palembang pun terus mengalami kemunduran. Era 1980-an sedikit sekali prestasi yang ditorehkan oleh kota pempek ini. Bahkan, Palembang sempat dijuluki sebagai kota rawan kriminalitas, daerahnya kumuh, dan dianggap sebelah mata oleh kota-kota lain ditanah air.
Namun itu dulu. Sekarang semua mata telah tertuju kepada kota ini, sembari mengungkapkan
kekagumannya. Mengapa demikian? Karena kota terbesar nomor dua setelah Kota Medan, Sumatera Utara ini telah kembali menampilkan watak aslinya. Prestasi dan kemajuan.
Apalagi di era sekarang. Palembang telah benar-benar menjadi barometer kinerja pembangunan disegala lini kehidupan. Suasana yang serba kondusif, pembangunan berkelanjutan, pelayanan publik yang optimal dan berkualitas adalah password dari segala kemajuan saat ini. Cobalah Anda berjalan dimalam hari. Yang nampak hanyalah gedung-gedung yang tertata rapi, sudut-sudut kota yang bersih serta rasa aman yang terkendali. Hal ini tak lepas dari tingginya kesadaran, kokohnya semangat, serta kegigihan dari masyarakat dan pengambil kebijakan memacu diri..
Tapi Palembang tidak tinggi hati. Bahkan terus berbenah diri. Hasilnya Adipura kembali diraih, kehidupan masyarakatnya tetap religi, serta menjadi contoh dan inspirasi di tanah air ini. Tentu saja dalam upaya mengembalikan kebesaran Palembang seperti sediakala, masih banyak aral yang dihadapi. Pun kekurangan masih tetap ditemui disana-sini. Tantangan ke depan memang semakin berat. Apalagi di era globalisasi saat ini. Tapi kita yakin dan percaya, bila kita sebagai warga dan pemerintah sebagai penyelenggara bersatupadu, konsisten serta bekerja lebih keras lagi, hari esok yang lebih cerah telah menanti.
Selamat atas perayaan hari jadi, selamat kepada Eddy-Romi yang menjadi Walikota-Wakil Walikota terpilih, selamat atas diraihnya Adipura kembali, serta selamat kepada warga Palembang yang telah menjadikan Palembang seperti ini. (***)
Adipura, BuahdariKerjaKeras___5 SederhanadalamSikap, KayadalamKarya______8 UpayaMenjembatani “Keterasingan”Informasidengan Publik _____________ 10 KesadaranUmumMasalah Pendidikan___________12 BelajarMengatasiBanjirdari Kota Palembang _______ 13 Roadto KantorLedeng________15 KataMerekaTentang EddySantanaPutra_____16
Fokus
K
OTA PALEMBANG sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan, dalam 5 tahun terakhir, mengalami kemajuan yang begitu pesat. Infrastruktur, sarana dan prasarana tersedia, investasi marak, roda perekonomian terus menggeliat. Kondisi ini tak pelak menjadikan Palembang sebagai salah satu kota tujuan di tanah air. Baik untuk sekedar berkunjung maupun untuk mencari peluang usaha. Secara status pun, Palembang sudah menjadi kota yang metropolis. Indikator suatu kota dikatakan metropolis antara lain ditinjau dari segi kepadatan penduduk, tingkat pereekonomian, ketersediaan sarana dan prasarana serta variabel-variabel penunjang lain. Dalam konteks ini, Palembang sudah memenuhi kriteria sebagai kota metropolis. Penduduknya sudah melampaui 1 juta. Dengan asumsi pertumbuhan penduduk 5 persen per tahun, diperkirakan penduduk palembang sudah mencapai 1,5 juta jiwa lebih pada 2008 ini. Geliat pereekonomiannya pun terus menunjukkan trend yang positif. Investasi marak karena ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai sehingga memberikan rasa aman dan percaya bagi para investor. Setelah status sebagai kota metropolis terlampaui, dengan kondisi diatas, cukup beralasan bila Palembang melalui walikota-nya Ir. H. Eddy Santana Putra, MT mencanangkan suatu visi strategis, Palembang sebagai kota bertaraf internasional. “Palembang harus jadi kota internasional, minimal di level Asia. Setara dengan Chiang May dan Singapura. Sejarah kebesaran Sriwijaya harus kembali,” kata Eddy. Dan memang, merujuk kepada kota-kota yang sudah terlebih dahulu menjadi kota bertaraf internasional, seperti Jakarta, Medan dan Surabaya, keinginan untuk menjadikan Palembang menjadi kota bertaraf internasional merupakan suatu keniscayaan. Even-even dan pertemuan internasional sudah banyak digelar di Palembang. Infrastruktur, sarana dan prasarana, seperti jalan, jembatan, pusat perbelanjaan, kompleks perkantoran, hotel berbintang serta restoran menjamur. Khusus untuk jembatan, tidak lama lagi pem-
Edisi Juni 2008
bangunan jembatan Fly Over Simpang Polda akan segera rampung, disusul kemudian dengan rencana pembangunan Jembatan Musi III. Selain itu, Palembang telah pula memiliki Bandar Udara bertaraf internasional, Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB II). Bandara ini bahkan mendapat penghargaan sebagai bandara terbaik kategori pelayanan prima dari Kementrian Departemen Perhubungan beberapa waktu lalu. Dalam konteks pendidikan, Palembang punya dua sekolah kejuruan bertaraf internasional, yakni SMKN 4 dan SMKN 6. Di bidang kesehatan, pelayanan kesehatan berkualitas, sarana dan prasarana memadai. Rumah Sakit Palembang Bari contohnya. Sempat akan ditutup pada 2003 karena lebih banyak merugi, secara bertahap rumah sakit milik pemerintah ini terus berkembang. Yang teranyar adalah ditetapkannya RSUD Bari sebagai rumah sakit kelas B dari Departemen Kesehatan karena dipandang memenuhi kelayakan dari segi sarana dan prasarana serta layanan kesehatan. Artinya, secara umum, upaya untuk menuju rumah sakit bertaraf internasional telah mengarah pada track yang benar. Selain itu, Palembang telah pula memiliki beberapa puskesmas swakelola. Seperti Puskesmas Merdeka, Dempo, Plaju, Pembina di Kelurahan 8 Ulu, Puskesmas 4 Ulu, 7 Ulu, Ariodillah, Sei Selincah, Kenten dan Puseksmas Gandus. Puskesmas swakelola artinya puskesmas yang mengelola sendiri administrasi dan keuangannya, termasuk pengadaan sarana dan prasarana tanpa harus dibiayai APBD lagi. Ini merupakan suatu modal dasar dan menjadi faktor penguat menuju kemandirian masyarakat. Pembangunan pasar modern untuk menjembatani kebutuhan para pendatang pun terus berjalan. Selain mal-mal yang sudah ada seperti Mal PTC, Palembang Square, Palembang Indah Mall, pemerintah pun membangun pasar retail di Jakabaring. Tak lama lagi juga akan dibangun pasar terapung berkonsep pariwisata guna menarik wisatawan lokal dan mancanegara berkunjung. Di bidang pariwisata, program Visit Musi 2008 yang dilaunching pada 5 Januari 2008 lalu sukses menarik perhatian mancanegara. Terbukti dengan partisipasi aktif negara-negara luar tersebut dalam eveneven selama
33
perhelatan Visit Musi 2008. Tak hanya pembangunan secara fisik, pembangunan mental masyarakat pun mendapat prioritas. Pencanangan gerakan Seribu Satu Masjid (Gessid) merupakan salah satu upaya dari sekian banyak yang upaya yang telah dilakukan. Potensi Kota Palembang Letak Kota Palembang yang strategis, pada lintasan utara-selatan Pulau Sumatera dan Selat Malaka secara faktual akan mempengaruhi tingkat interaksi dengan kota-kota lain. Hal ini ditunjang dengan keberadaan Bandara SMB II yang melayani penerbangan internasional sehingga membuka peluang bagi warga Kota Palembang mendapatkan akses langsung dengan kota-kota internasional. Dukungan daerah sekitar Palembang, seperti Kabupaten Ogan Ilir, Banyuasin, terutama menyangkut sumber daya energi dan terpenuhinya kebutuhan sehari-hari, juga dapat memacu pertumbuhan industri dan perdagangan/jasa di kota ini. Belum lagi dari segi luas wilayah yang masih sangat prospektif bagi rencana pengembangan sektor stratregis yang didukung dengan tersedianya infrastruktur penunjang seluruh aktivitas kota. Sejarah Kota Palembang sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya yang sarat dengan warisan sejarah dan budaya serta objek wisata di sekitar Sungai Musi, sejatinya tentu akan menambah
44
Fokus
Edisi Juni 2008
dan memperkuat daya tarik kota Palembang sebagai tujuan wisata internasional. Skenario Pengembangan Kota Guna mencapai kota bertaraf internasional sekaligus memacu pertumbuhan ekonomi, yang pada gilirannya akan mengangkat kesejahteraan masyarakat, telah disiapkan beberapa skenario pengembangan kota yang dititikberatkan pada beberapa aspek. Pertama, mempercepat dan mendistribusikan kegiatan kota ke kawasan yang berpotensi untuk
berkembang, sehingga di kawasan pusat kota tidak lagi terjadi pemusatan kegiatan ekonomi. Hal ini dilakukan dengan memacu pertumbuhan kawasan-kawasan potensial dan strategis, yaitu dengan mengembangkan fasilitas perdagangan, wisata dan sistem transportasi di wilayah yang dilalui Jalur Lintas Timur Sumatera, Bandara, Pelabuhan Samudera Tanjung Api-Api dan jalur sungai; melengkapi dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, sarana dan prasarana dasar secara berimbang. Kedua, pengembangan kota dilakukan secara ber-
tahap berdasarkan skal prioritas. Penyusunan skala prioritas dilakukan dengan menggunakan beberapa parameter penilai. Antara lain melalui peningkatan kualitas infrastruktur kota yang meliputi peningkatan akses antara kawasan yang berpotensi untuk dikembangkan, drainase, transportasi, persampahan, sanitasi dan lingkungan. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kesempatan berusaha serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). (yat)
Agenda Pembangunan Kota Palembang Masa Depan 1. Meningkatkan Pendapatan Masyarakat, melalui kegiatan : * Penyelarasan ketersediaan lapangan pekerjaan dengan pertumbuhan angkatan kerja. * Menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui penyediaan prasaranaa dan sarana yang memadai. * Mengurangi tingkat ketergantungan terhadap produk dan komoditas antar daerah maupun negara lain melalui optimasi kualitas dan diversifikasi produk daerah. 2. Memaksimalkan kualitas pelayanan masyarakat, melalui kegiatan : * Pengendalian dan penyediaan sarana prasarana lingkungan permukiman kumuh terutama yang terdapat di pusat kota dan bantaran sungai. * Pengoptimalan pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat. Peningkatan kualitas keamanan dan ketertiban kota. 3. Mengoptimalkan Pengelolaan sumber daya air, baik untuk menanggulangi efek genangan maupun penyediaan bahan baku air bersih, melalui kegiatan : * Pembangunan yang dilakukan dengan berwawasan lingkungan. * Mengoptimalkan pemeliharaan drainase
yang ada. * Penambahan jumlah kolam retensi. * Pengembangan konsep drainase terpadu dan penetapan area konservasi rawa. * Mulai melaksanakan sistem polder dan pompa pada lokasi-lokasi tertentu. 4. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Transportasi, melalui kegiatan : * Percepatan penyebaran area pusat kegiatan kota (CBD). * Pengembangan kawasan dan tata ruang kota dalam mengantisipasi kebutuhan ruang dan pola perubahan pengembangan kota internasional. * Meningkatkan keterpaduan penggunaan lahan dengan sistem transportasi dan aksesibilitas antarwilayah. Visi : “Palembang Kota Internasional yang Sejahtera dan Berbudaya 2013” Misi : 1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas, sehat, bermoral, berbudaya serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Meningkatkan kesejahteraan dan peran serta masyarakat dalam pembangunan. 3. Meningkatkan sarana dan prasarana perkotaan dan kualitas lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang yang berkelanjutan.
4. Mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui investasi sector industry, perdagangan dan jasa serta peningkatan jejaring kerja antar daerah baik dalam negeri maupun luar negeri dengan memberikan kemudahan perizinan dan fasilitas lainnya. 5. Menciptakan lapangan kerja baru untuk mencukupi kebutuhan tenaga kerja dalam upaya mengurangi pengangguran. 6. Melanjutkan reformasi birokrasi baik secara cultural maupun structural untuk meningkatkan pelayanan public kepada masyarakat. 7. Meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat secara adil dan merata serta mendorong terlaksananya penegakan hukum. 8. Melestarikan sejarah dan budaya. Tujuan : “Mewujudkan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin dalam lingkungan yang Bersih, Aman, Rapi dan Indah,” Dengan semua indikator dan bukti konkret diatas, keinginan menjadikan Palembang sebagai kota internasional sejahtera dan berbudaya nampaknya hanya tinggal menunggu waktu saja. Kita tunggu! (yat)
Fokus
KADO manis itu bukanlah nasi tumpeng maupun kue tar layaknya perayaan ulang tahun. Namun, kado manis itu berupa diterimanya penghargaan Adipura dari pemerintah pusat. Adipura yang diterima kala itu begitu spesial. Mengapa demikian? Karena dua tahun sebelumya, pemerintah dan warga metropolis ini sempat tercengang dengan “ditetapkannya” Palembang sebagai kota terkotor di Indonesia. Untunglah pemerintah segera tanggap. Mulailah digemakan seruan untuk hidup bersih dan menjaga lingkungan. Sarana kebersihan diperbanyak, pasukan kuning pun diberdayakan secara optimal. Bersamaan dengan itu, pemerintah terus berupaya menggugah kesadaran warga akan kebersihan dan perilaku hidup bersih. Hasilnya, Adipura untuk kategori Kota Metropolitan Terbersih didapat oleh kota yang dijuluki “Venezia dari Timur” ini. Sejarah berulang. Saat peringatan Hari Jadi ke-1325, Palembang kembali meraih Piala Adipura. Bahkan, dua Adipura sekaligus. Yakni predikat sebagai Kota Metropolitan Terbersih tahun 2008 dan predikat sebagai kota dengan Rasio Hutan Kota Terbaik. Untuk kota metropolitan terbersih, Palembang mendapat nilai tertinggi di banding kota-kota lain ditanah air. Sementara untuk hutan kota, Palembang di nilai terbaik dalam pengelolaan hutan kota sebesar 20 persen dari total kawasan kota. Penghargaan-penghargaan ini diberikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada Walikota Palembang Eddy Santana Putra pada Kamis (5/6) lalu di Istana Negara, Jakarta. Bukti Kerja Keras Keberhasilan Kota Palembang meraih Piala Adipura memberikan kebanggaan tersendiri. Mengingat pada 2005 lalu, kota ini mendapat predikat sebagai kota terkotor. Artinya, Palembang hanya butuh waktu satu tahun untuk membalikkan citra yang sempat disandangnya itu. Tentu saja prestasi ini tak lepas dari kerja keras warga Palembang serta pemerintah. “Pemerintah Kota Palembang memiliki program-program kerja yang jelas sehingga Adipura bisa di dapat,” kata Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Palembang, Kemas Abu Bakar. Program itu, kata Abu Bakar, antara lain program pengolahan sampah dengan pola pengomposan, program penghijauan, serta Kampung Ramah Lingkungan. Sistem pengomposan terdiri dari skala rumah tangga, skala pasar, dan dan skala industri. Untuk pengomposan skala industri, semua sampah yang dihasilkan melalui proses industri tidak dibuang begitu saja, tapi dimanfaatkan. Seperti bau yang diproses menghasilkan gas metan. “Sementara limbah organiknya dapat dijadikan pupuk kompos sehingga nantinya volume sampah yang dibawa ke TPA hanya sedikit dan merupakan sampah yang tidak dapat di manfaatkan lagi,” jelas Abu Bakar. Guna menunjang pengomposan ini, Dinas Bapeldalda pun telah menyiapkan 3 unit alat pengomposan yang mampu mengompos sampah 30 m3 /hari. Alat pengomposan ini merupakan bantuan dari Kementrian Lingkungan Hidup. “Dengan sistem pengomposan, sampah dapat dimanfaatkan kembali sehingga mempunyai nilai ekonomis. Sistem pengomposan merupakan kredit poin paling tinggi dalam penilaian Adipura. Baik itu penilaian untuk TPA atau pengolahan sampah yang selama ini hanya
Edisi Juni 2008
A
55
DA yang menarik dari perayaan Hari Jadi Palembang pada 17 Juni 2007 lalu. Bukan saja karena kembali memperingati momentum berdirinya kota tertua di Indonesia ini. Tapi karena di usianya yang sudah menginjak ke-1324 Palembang menerima kado manis.
dengan sistem kumpul, angkut, buang. Hal inilah yang menjadikan Kota Palembang memperolah peringkat pertama dan tertinggi dalam penilaian Adipura, yang selama ini di dominasi oleh Kota Jakarta,” papar Abu Bakar. Selain pola pengomposan, lanjut Abu Bakar, kelayakan suatu kota memeroleh Adipura juga dinilai dari program penghijauan yang dimiliki. Dalam program ini terdapat kriteria untuk jenis tumbuhan pelindung yang dibagi menjadi dua kelompok tumbuhan yaitu pohon peneduh dan pohon hias. Pohon peneduh di antaranya pohon beringin, akasia, angsana, sedangkan pohon cemara, pohon palm dan bungabunga merupakan pohon hias. “Kita bisa lihat di jalan-jalan kota, baik jalan utama maupun sudut kota, sekarang banyak pehon peneduh dan pohon hias. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penghijauan disebutkan bahwa setiap kota itu wajib memiliki penghijauan 30 persen dari luas wilayah. Inipun sudah dan terus kita galakkan,” kata Abu Bakar. Sejuta Pohon Pemkot Palembang telah pula menggalakkan Gerakan Penanaman Sejuta pohon yang merupakan program nasional peduli lingkungan untuk menyelamatkan paru-paru dunia. Khusus di Pulau Sumatera, hanya Kota Palembang dan Medan saja yang telah memiliki Bank Pohon. Untuk Bank Pohon, Pemkot menyiapkan anggaran yang dititipkan di kecamatan dan kelurahan, yang dikelola oleh badan Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PMK). Setiap kelurahan mendapatkan dana senilai Rp 2,5 juta yang akan ditingkatkan lagi menjadi Rp 15 juta. Sementara itu, untuk sekolah-sekolah diadakan pendidikan bagi guru tentang lingkungan hidup. Dari hasil pendidikan ini, para guru wajib menyampaikan kepada anak-anak didik, agar dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan dan alam sejak di usia dini. Salah satu bentuk kegiatan yang pernah diadakan oleh pemerintah guna mendukung program ini adalah lomba melukis bagi anak-anak yang bertemakan “Hijau dan Lestarikan Pohon” yang diadakan beberapa waktu lalu. Kampung Ramah Lingkungan Kampung Ramah Lingkungan merupakan suatu program lingkungan yang komprehensif. Program ini merupakan pengembangan dari program RT/RW Ramah Lingkungan. Hanya saja dalam lingkupnya ditambahkan unsur Sanitasi Lingkungan (sistem dan pembuangan limbah rumah tangga/WC). Setiap tahun, pemerintah menambahkan 2 kelurahan untuk menjadi kampung ramah lingkungan. Kampung Ramah Lingkungan ini diusulkan langsung oleh lurah melalui camat, kemudian penilaian akhir dilakukan oleh Dinas Bapeldalda sebelum diusulkan untuk menjadi titik pantau Adipura. Kategori
penilaian terdiri dari pemilihan sampah, kegiatan pengomposan serta penghijauan. “Jika Piala Adipura dapat diperoleh, titik pantau penilaian akan ditambah 30 % dari titik pantau tahun sebelumnya. Begitu seterusnya hingga seluruh kota menjadi pusat titik pantau,” tambah Abu Bakar, sembari menambahkan dari 107
66
Fokus
Edisi Juni 2008
kelurahan di Palembang semuanya berpotensi menjadi titik pantau. Walikota bak Tukang Sulap Kinerja Walikota Palembang Ir H Eddy Santana Putra MT, dalam membangun kota Palembang memang patut dibanggakan. Tak pelak, pengakuan pun datang dari Asisten Deputi Urusan Pengendali Pencemaran Kementrian Lingkungan Hidup Drs. Tri Bangun L. Sony. “Walikota Palembang adalah Tukang Sulap,” kata Sony, dalam Talkshow di Metro TV. Mengapa demikian? Dikarenakan program Adipura yang dicanangkan Walikota Palembang hanya butuh waktu singkat untuk mendapat penghargaan Adipura dibanding dengan daerah lain di tanah air. Sebagai contoh, Kota Padang butuh waktu 8 tahun untuk dapat menjadikan kota itu bersih sehingga mendapat penghargaan Adipura. Sementara Palembang hanya butuh waktu kurang dari enam (6) bulan, yang sebelumnya mendapatkan predikat kota kotor. Disambut Sukacita Tak pelak, keberhasilan ini disambut penuh sukacita oleh seluruh warga Palembang. Buktinya, saat arak-arakan piala Adipura keliling Kota Palembang yang digelar pada Jumat (6/6) lalu, ribuan masyarakat begitu antusias menyambut. Anak-anak sekolah, remaja, hingga orangtua larut dalam kegembiraan. Sepanjang perjalanan saat adipura diarak, masyarakat meneriakkan yelyel ‘Palembang Jaya”. “Sudah dua kali Palembang dapat Adipura. Ini merupakan prestasi yang patut disyukuri. Palembang sudah benar-benar berubah. Aku bangga jadi Wong Palembang,” ujar Aminah,
warga Kecamatan Kertapati. Wali Kota Palembang Eddy Santana Putra, mengucapkan terima kasih kepada seluruh warga yang telah berpartisipasi aktif menjaga kebersihan sehingga Palembang kembali meraih Adipura. ”Kalau dulu terkenal perilakunya yang kurang bersih, sekarang alhamdulillah, berubah menjadi bersih. Di mana-mana sekarang orang mengerti lingkungan bersih. Adipura yang didapat merupakan bukti dari kerja keras seluruh warga dalam menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan. ke depan kita harus bekerja keras lagi agar Adipura bisa dipertahankan,” kata Eddy. Umroh bagi Pasukan Kuning Sementara itu, Kepala Dinas Kebersihan dan Pemakaman Palembang, Zulkifli Simin mengatakan, piala Adipura yang menggambarkan kinerja petugas kebersihan diharapkan bisa memacu kesadaran warga untuk terus membudayakan hidup bersih. Saat ini menurut Zulkifli, sebanyak 1.200 petugas kebersihan setiap hari bekerja secara bergilir dari pagi sampai malam hari membersihkan sudut-sudut Kota Palembang. Selain itu puluhan truk sampah secara rutin mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara (TPS) ke pembuangan akhir (TPA). “Dengan upaya ini serta bantuan seluruh masyarakat Palembang, mudah-mudahan kebersihan tetap terjaga, “ ujar Zulkifli. Atas keberhasilan ini, kata Zuklifli, pihaknya akan memberikan penghargaan serta bonus kepada pasukan kuning atau petugas kebersihan. “Dua petugas kebersihan akan kita berangkatkan umroh, sebagai bukti apresiasi kita atas dedikasi dan pengabdian mereka,” katanya. (yat)
Fokus
Edisi Juni 2008
7
Sekilas tentang Adipura ADIPURA, adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan perkotaan. Adipura diselenggarakan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Pengertian “kota” dalam penilaian Adipura bukanlah kota otonom, namun bisa juga bagian dari wilayah kabupaten yang memiliki karakteristik sebagai daerah perkotaan dengan batas-batas wilayah tertentu. Peserta program Adipura dibagi ke dalam 4 kategori berdasarkan jumlah penduduk, yaitu: * Kota Metropolitan (lebih dari 1 juta jiwa) * Kota Besar (500.001 - 1.000.000 jiwa) * Kota Sedang (100.001 - 500.000 jiwa) * Kota Kecil (sampai dengan 100.000 jiwa) Dalam lima tahun pertama, program adipura difokuskan untuk mendorong kota-kota di Indonesia menjadi “Kota Bersih dan Teduh” Kriteria Kriteria Adipura terdiri dari 2 indikator pokok: * Indikator kondisi fisik lingkungan perkotaan dalam hal kebersihan dan keteduhan kota * Indikator pengelolaan lingkungan perkotaan (non-fisik), yang meliputi institusi, manajemen, dan daya tanggap Sejarah Program Adipura telah dilaksanakan setiap tahun sejak 1986, kemudian terhenti pada tahun 1998. Program Adipura kembali dicanangkan di
Denpasar, Bali pada tanggal 5 Juni 2002, dan berlanjut hingga sekarang. Melihat dampak lingkungan yang semakin mengkhawatirkan, dengan adanya isu pemanasan global dan konfrensi tingkat dunia bahwa bumi itu harus di hijaukan maka pada tahun 2005 Adipura dijadikan kembali program induk Pemerintah Kementrian Lingkungan Hidup. Dicanangkannya kembali program Adipura sebenarnya bertujuan untuk mengurangi beban pencemaran yang selama ini terjadi, untuk meningkatkan daya dukung lahan, serta adanya pernyataan dari para ahli lingkungan hidup dunia bahwa adanya kenaikan temperature suhu di dunia sehingga perubahan musim sulit dideteksi. Hal ini terlihat dari tidak teraturnya perubahan musim yang seharusnya musim panas/ kemarau tetapi hujan turun deras. Proses Penilaian Adipura Sebelum dilaksanakannya proses penilaian Adipura, pemerintah kota/daerah akan mengusulkan titik pantau atau jalan yang akan menjadi sorotan dalam penilaian team Adipura. Tata cara penilaian dengan melakukan pemotretan di setiap sudut kota yang menjadi titik pantau penilaian yang diusulkan dari pemerintah kota Palembang. Tim Penilai Adipura Team penilai Adipura terdiri dari Kementrian Lingkungan Hidup, Regional Sumatera, dari LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat), Perguruan Tinggi yang Independen, dan perwakilan dari Provinsi. Periode Peserta 2002-2003 59 kota 2003-2004 133 kota 2004-2005 166 kota (2 kota kemudian mengundurkan diri) 2005-2006 382 kota 2006-2007 360 kota (setelah 22 kota tidak dilakukan penilaian karena mengalami bencana) 2007-2008 375 kota Sosialisasi Dinas Bapeldalda Kota Palembang selaku salah satu dinas yang berwenang dalm kebersihan dan keindahan Kota Palembang melakukan sosialisasi pengarahan kebersihan melalui ketua RT/RW serta tokoh masyarakat untuk sama-sama menyatukan visi dan misi menjaga kebersihan. Sosialisasi ini dilakukan minimal 2 kali dalam satu bulan, sedangkan pengarahan untuk tingkat Kecamatan dan lurah dilakukan tiga kali sebulan. (yat)
88
RIA kelahiran Pangkal Pinang, 51 tahun silam ini merupakan pemimpin yang memiliki kemampuan intelektualitas yang mumpuni, visioner, serta kesederhanaan hidup. Ia merupakan orang yang tidak banyak bicara tapi banyak bekerja. Motonya sederhana dalam sikap dan kaya dalam karya sangat tepat menggambarkan dirinya yang begitu mobile dengan kinerja nyata. 5 tahun lalu, kondisi Palembang masih memprihatinkan. Angka kriminalitas tinggi, pasar-pasar kumuh dan jorok, investasi minim, rawan banjir, serta tingkat perekonomian masyarakat masih rendah. Singkatnya, Palembang belum begitu diperhitungkan secara nasional. Begitu terpilih sebagai Walikota Palembang pada 2003, Eddy Santana Putra, akrab dipanggil ESP, segera melakukan gebrakan serta inovasi yang mencengangkan. Dengan penuh keberanian dan pertimbangan yang matang, ia merelokasi Pasar 16 ilir yang kumuh dan jorok. Selama era kepemimpinan walikota terdahulu, Pasar 16 Ilir tetap dipertahankan. Tidak ada keberanian untuk melakukan perubahan. ESP sebaliknya. Ia siapkan pasar induk dan kemudian secara bertahap memindahkan para pedagang ke Jakabaring. Pasar 16 ilir disulapnya menjadi taman-taman kota yang indah dan tertata rapi. “Saya tidak pernah berusaha mematikan usaha para pedagang. Tapi kita membenahi kondisi pasar yang semrawut dan kumuh, sehingga Palembang menjadi kota yang bersih, tertib dan sejajar dengan kota-kota lain di tanah air,” katanya kala itu. Hasilnya, pada 2007 dan 2008, Palembang dua tahun berturut-turut meraih Piala Adipura. Padahal, pada 2005 lalu, Palembang sempat mendapat predikat sebagai kota terkotor. Artinya, ESP hanya butuh waktu dua tahun untuk membalikkan citra negatif y a n g sempat
P
TOKOH
Edisi Juni 2008
di sandang Kota Palembang. Kaya dalam Karya Tak hanya itu. Demi meningkatkan daya tarik pariwisata di Kota Palembang, ESP membenahi Benteng Kuto Besak (BKB) menjadi alternatif tempat wisata sekaligus rekreasi yang indah, aman dan nyaman. Kini di BKB, even-even baik skala nasional maupun internasional kerap digelar. Puncaknya adalah dengan dilaunchingnya program Visit Musi 2008 pada 5 Januari 2008 lalu guna mendukung program Visit Indonesia 2008 yang dicanangkan pemerintah pusat. Pendidikan pun tak luput dari perhatiannya. Pria yang gemar memancing ini secara bertahap menerapkan kebijakan pendidikan dasar bagi anakanak di Kota Palembang. Biaya sekolah digratiskan, guru-guru diberdayakan. Imbasnya, Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan– suatu indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan– melampaui 100 persen. Mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD), SD, MI, SMP/MTs, hingga SMA/ SMK dan sederajat. Untuk tingkat SD, APK yang diraih sebesar 102 persen, SMP sebesar 103 persen, serta SMA sebesar 94,5 persen. Di bidang kesehatan, Misi Palembang Sehat 2008 kian menunjukkan trend positif. Ditandai dengan kian menurunnya angka kesakitan ibu dan anak, puskesmas swakelola terus bertumbuh dan pelayanan kesehatan pun berkualitas. Salah satu prestasi paling membanggakan adalah di bidang pelayanan publik, pelayanan air bersih. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Musi mampu memberikan pelayanan air bersih hingga mencapai 80 persen bagi warga Palembang. Beberapa booster pun sudah di bangun di beberapa kecamatan guna lebih mengoptimalkan pelayanan. Di antaranya Booster di Kecamatan Kertapati dan Alang-Alang Lebar. Bahkan, PDAM saat ini sedang menjajaki kemungkinan menjangkau serta memberikan pelayanan air bersih ke Kabupaten Banyuasin dan Ogan Ilir. “Beberapa tahun yang lalu pelayanan air bersih masih 40 persen. Sekarang Alhamdulillah sudah 80 persen. Angka 80 persen itu jarang terjadi di Indonesia,” kata ESP dalam beberapa kesempatan. Karena itulah, tak heran mantan Ketua KNPI Sumsel ini menjadi satu-satunya kepala daerah di Indonesia yang menjadi keynote speaker saat berbicara di depan peserta Leadership Forum, Water for People : Transforming for Suistainability and Growth di Batam beberapa waktu lalu. Keberhasilan PDAM Tirta Musi dalam pelayanan publik begitu menginspirasi para peserta utusan dari 19 PDAM se-Indonesia untuk belajar dari kota metropolis ini. Di bidang penanganan banjir, Palembang di bawah pimpinan mantan Kepala Dinas PU Pengairan ini patut diacungi jempol. Beberapa tahun lalu, Palembang menjadi terkenal dan menghiasi berbagai berita di televisi dan surat kabar daerah maupun nasional gara-gara sering kebanjiran. Tak kurang dari 57 titik banjir tercatat saat itu, termasuk kawasan dan jalan-jalan utama. ESP pun segera tanggap. Karena semua sistem drainase di Palembang juga bermuara di sungai besar, Pemkot Palembang membuat satu drainase primer yang menampung air buangan dari seluruh kota sebelum bermuara ke sungai. Untuk mengatasi genangan air di jalanjalan utama, dilakukan pemasangan pompa dan box culvert. Pompa dipasang
di beberapa titik rawan banjir untuk mengalirkan air yang menggenangi ruas jalan. Sementara itu, box culvert (sejenis gorong-gorong dari beton bertulang yang berbentuk kotak) dipasang di bawah ruas jalan. Box culvert ini berfungsi mengalirkan air agar tidak membanjiri salah satu sisi jalan. Secara bersamaan, dibangun kolam retensi. Kolam itu berfungsi sebagai resapan air, menggantikan fungsi rawa yang semakin berkurang seiring dengan dinamisnya pembangunan kota. Saat ini ada 17 kolam retensi di seluruh wilayah Kota Palembang. Menariknya, kolam yang terletak di tempat-tempat strategis itu, seperti kolam retensi di Kambang Iwak, Jalan Tasik, belakangan sangat dirasakan manfaatnya, yakni menyejukkan kota. Bahkan, masyarakat menjadikan areal kolam sebagai tempat rekreasi. Baru-baru ini Kambang Iwak menjadi pusat perhatian seiring dengan digelarnya Asian Orchid Festival yang dibuka istri Wapres Mufida Jusuf Kalla. Melalui pembuatan drainase primer, pompanisasi, dan pemasangan box culvert, secara berangsurangsur titik genangan air mulai berkurang. Data dari dinas PU Kota Palembang, pada 2004 terdapat 57 titik genangan air di ruas jalan utama dan jalan akses. Namun, pada 2007 telah berkurang menjadi 31 titik saja. Kondisi Palembang yang semakin kondusif, menjadikan kota yang berpenduduk sekitar 1,5 juta jiwa serta terbagi dalam 16 kecamatan dan 107 kelurahan ini menjadi incaran investasi dari para pemilik modal. Tercatat beberapa perusahaan asing berinvestasi ke kota ini. Antara lain Carrefour, perusahaan lokal Makro, Palembang Indah Mall, perusahaan Deorub (karet), sudah menanamkan modalnya di Palembang. Sederhana dalam Sikap Atas prestasi pembangunannya itu, sederet penghargaan pun diterimanya. Mulai dari yang bersifat pribadi hingga kelembagaan. Namun hal ini tidak menjadikannya berbangga diri. Mewarisi sifat militer dari ayahnya, Kol. (Purn) H. Animan Achyad (Alm), ESP terkenal tegas dan disiplin. Tak heran bila dikalangan aktivis, baik di organisasi kepemudaan, organisasi profesi maupun organisasi olahraga ia begitu menonjol. Kendati demikian, ia tetap sederhana dalam bersikap. Tak pernah neko-neko serta menjalani hidup penuh dengan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Bahkan, selama menjabat sebagai walikota (20032008), ia dikenal sebagai kepala daerah termiskin, jauh dari kesan glamour yang begitu lekat pada setiap kepala daerah. ESP memulai karier sebagai Staf Cabang Dinas PU Kabupaten Musirawas pada 1987. Tidak lama kemudian ia pindah ke Palembang dibagian Sub Dinas Pengairan Seksi Operasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Pada 1990 dirinya melanjutkan sekolah S2 di Bandung bidang pengembangan rawa dan pantai. Pada 1992 ESP ditunjuk menjadi Pimpinan Proyek Reklamasi Jakabaring di kawasan Seberang Ulu. Suatu tugas yang maha berat. Karena saat itu Jakabaring masih merupakan suatu kawasan tanpa hunian dan penuh dengan semak belukar. . “Sebelum reklamasi, kawasan SU itu baru sebagian saja yang bisa terbangun. Itulah salah satu alasan lahirnya gagasan untuk melakukan reklamasi lahan rawa dengan memanfaatkan sedimentasi Sungai Musi yang merupakan kontribusi sendimentasi Sungai Ogan dan Komering. Sebelum dimulai tentunya kita mengadakan survei, mengelilingi calon areal reklamasi, dengan berjalan kaki menembus rawa-rawa atau berperahu. Disitulah saya berfikir, bahwa saya punya tugas besar membentuk satu kawasan yang satu saat nanti akan menjadi daerah impian,” kenang suami dari Sri Maya
TOKOH
Hertanti ini. Kurang lebih lima tahun (1993-1998) dirinya bergelut dengan proyek Reklamasi Jakabaring. Pekerjaannya tidak sia-sia. Kini Jakabaring telah menjelma menjadi kawasan primadona bagi warga Palembang. Infrastruktur sarana dan prasarana mulai berkembang. Bahkan beberapa instansi pemerintah pun sudah dipusatkan disini. Seperti Kantor Poltabes Palembang, Gedung KPU Sumsel, Pengadilan Agama, Kejaksaan, Imigrasi, PLN. Yang paling anyar adalah pembangunan gedung DPRD Kota Palembang. Tak ketinggalan Stadion Jakabaring, yang merupakan stadion kebanggaan tim Sriwijaya FC dan masyarakat Palembang, ada di kawasan ini. Setelah itu dirinya kemudian menjabat sebagai Kepala Dinas Tata Kota Palembang. Tahun 2003 ia terpilih sebagai Walikota Palembang periode 20032008. Terpilih jadi Walikota Lagi Kesederhaan sikap dan kerja keras ESP dalam membangun Palembang demi kesejahteraan rakyat berbuah manis. Saat pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada)
Edisi Juni 2008
s e c a r a langsung pada 7 Juni 2008 lalu, bersama pasangannya Romi Herton, ESP yang mencalonkan diri kembali mendapat suara terbanyak dan unggul hampir diseluruh wilayah pemilihan. Ini artinya, Alumni Fakultas Teknik Sipil Unsri (1984) ini tetap mendapat kepercayaan dari rakyat Palembang guna menuntaskan proses pembangunan hingga 2013 mendatang. Meskipun terpilih kembali, pria yang gemar membaca ini tidak bersikap berlebihan. “Saya tidak menjanjikan apa-apa. Tapi saya
mengajak seluruh warga Palembang bersama-sama bekerja lebih keras lagi. Agar harkat dan martabat rakyat kota ini semakin baik dan terpenting, kesejahteraan rakyat pun semakin meningkat pula” katanya. Begitulah ESP. Baginya kesejahteraan rakyat merupakan skala prioritas yang tidak bisa tidak harus segera diwujudkan. Dan ini perlu kerja nyata secara bersama-sama. Sederhana dalam sikap kaya dalam karya. Seperti moto dalam kehidupannya. (yat)
Profil Ir. Eddy Santana Putra Nama: Ir. H. Eddy Santana Putra, MT Tempat/tgl lahir: Pangkal Pinang, 20 Januari 1957 Partai Politik: PDI Perjuangan (PDIP) Jabatan: - Walikota Palembang Periode 2008-2013 - Ketua DPD PDI-P Sumsel Nama Ayah: Kol. (Purn) H. Animan Achyad (Alm) Nama Ibu: Hj. Chalidjah Animan binti H. Aziz (Alm) Nama Istri: Ny. Srimaya Haryanti Anak 3 Orang: 1. Ajie Nugraha Pratama Putra 2. Siti Aisyah (Alm) 3. Nabila Aprilia Putri Riwayat Pendidikan: 1. SD YPP Pusri (1969) 2. SMP YPP Pusri (1972) 3. SMA Xaverius I (1975) 4. Sarjana (S1) Fakultas Tek. Sipil Unsri (1984) 5. Pasca Sarjana (S2) Teknik Pengairan P2STP Bandung Penghargaan: 1.
2.
Pengahrgaan Panca Warsa I Dari Ka Kwarnas Selaku Kamabicab Pramuka Kota Palembang 2004 Penghargaan Manggala Karya Kencana Bidang Kependudukan dari KB dari Presiden Tahun 2004 di Balik Papan
Tanda Kehormatan Bintang Veteran RI dari APRI Pusat Tahun 2005 4. Penghargaan Pemuda Berprestasi dari KNPI Kota Palembang 5. Penghargaan atas Jasa Bhakti Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Tanggal 12 Juli 2005 Bandung, Jawa Barat 6. Penghargaan Dalam Bidang Bebas Buta Aksara Al Quran 2008 Oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Festifal Anak Saleh Indonesia (FASHI) VI Tanggal 7 September 2005 di Asrama HajiPondok Gede Jakarta 7. Penghargaan atas Prestasi dan Partisipasi serta Pengabdian Tulus Dalam Upaya Menciptakan Keamanan dan Ketertiban Lalu Lintas di Kota Palembang oleh Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan, Inspektur Jenderal Polisi, Drs. Herman S Sumawiredja, Palembang 28 September 8. Penghargaan Adi Karya Bhakti Nusa 2006, sebagai Penggerak dan Pelopor Pembangunan Indonesia, Jakarta 15 April 2006 9. Penghargaan Citra Bhakti Abdi Negara dan Citra Pelayanan Prima Tahun 2006 oleh Presiden, di Istana Negara 10. Piagam Pengharagan Koperasi, (Koperasi Serba Usaha Tunas Baru) Penerima Penghargaan Pasar Sehat/ Pasar Award (Pasar Retail Jakabaring) tahun 2006, 26 Desember 2006 11. Penghargaan Pembina K3 dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono melalui Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Erman Suparno, di Jakarta Convention Centre, Selasa 6 Februari 2007 12. Penganugerahan Pers 2007 dari PWI Sumsel yang diserahkan Ketua PWI Pusat Tarman Azam di Lapangan Merdeka Muara Enim, Kamis 29 Maret 2007 13. Penganugerahan HIPPI Award dari HPPI Pusat 14. Penganugerahan Bintang Bhakti Catur Dharma dari PEPABRI 15. Piagam Penghargaan Penyampaian LAKIP Tahun 2006 dari Menpan
99
3.
16. Satya Lencana Pembangunan di Bidang Pertanian dari Presiden RI 17. Penghargaan Piala Adipura dari Presiden RI untuk Kategori Kota Metropolitan Terbersih dan Teduh dan Piala Khusus Penilaian Fasilitas Umum 6 Juni 2007, di Istana Negara 18. Piagam Penghargaan Workshop Best Practices Reformasi Birokrasi dalam Rangka Percepatan Pembangunan Daerah Menpan 19. Penghargaan PERPAMSI AWARDS dari Dewan Pimpinan Pusat Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (15 November 2007) 20. Penghargaan Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah Bidang Pekerjaan Umum RI oleh Menteri Pekerjaan Umum RI Bidang Pekerjaan Umum sebagai Predikat Sektor Air Minum Dan Sektor Drainase. Peringkat Kedua Sektor Peremajaan Permukiman Kumuh untuk Kategori Kota Metropolitan, 5 Desember 2007 21. Penghargaan Wirawikasa Bidang Perumahan dan Real Estate dari Ketua DP REI Pusat 22. Penghargaan Pembina Karang Taruna Terbaik dari Mensos RI 23. Leadership Park Award 2007 dari Menpen RI.
Hobby: * Memancing * Sepakbola
10
Edisi Juni 2008
Sayangnya, lembaga humas di instansi pemerintah saat ini belum menjalankan fungsinya, terkesan masih prematur, serta sebatas pada kerja-kerja yang sederhana dan teknis belaka. S e p e r t i membuat press release, berhubungan dengan media, menjadi pembuka acara (MC) kegiatan formal pemerintah, maupun kegiatan keproWAKIL WALIKOTA PALEMBANG H. TOLHA HASAN SAAT MENYEMATKAN TANDA PESERTA BIMTEK PRANANTA tokoleran FOTO:RYO HUMAS SEKALIGUS MEMBUKA PELAKSANAAN BIMTEK. lainnya. Humas INFORMASI di era keterbukaan saat ini tak ha- bahkan tidak jarang menuai kecaman karena nya sebatas sarana untuk memberikan ke- informasi yang disampaikan justru malah terangan-keterangan agar individu atau publik me- membingungkan. Hal ini disebabkan banyak faktor. Seperti kongetahui belaka. Namun, informasi telah berkembang menjadi suatu kekuatan penentu munikasi publik yang tidak berjalan, ketidakmampuan menerjemahkan keinginan atasan, atau karena yang dominan. Bila diibaratkan dalam kondisi perang, informasi miskin data maupun referensi yang akurat. Kebekuan inilah yang coba untuk dicairkan oleh adalah pasukan pengintai tanpa “bentuk” guna mengetahui kelemahan sekaligus kekuatan pemerintah. Melalui pemberian bimbingan teknis musuh. Sehingga, tak heran, muncul ungkapan jabatan fungsional pranata humas (Bimtek JFPH) siapa saja yang menguasai informasi dialah yang yang digelar dibeberapa daerah di tanah air. “Output yang ingin dicapai dari Bimtek Pranata akan menjadi pemenang di medan laga. Dalam konteks penyelenggaraan pemerin- Humas ini adalah untuk meningkatkan keteramtahan, aktivitas penyampaian informasi menjadi pilan dan profesionalisme bagi para PNS di bibagian yang sangat vital. Melalui informasi yang dang kehumasan. Agar mereka lebih dapat medikelola secara cermat dan akurat, publik akan nambah wawasan serta meningkatkan keterammemahami, bahkan memberikan dukungan, ke- pilan di dalam melaksanakan tugasnya sebagai tika suatu kebijakan pembangunan digulirkan. penyampai informasi kepada masyarakat,” kata Demikian pula sebaliknya. Jika informasi yang Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi pada disampaikan tidak dipahami, kekhawatiran akan Departemen Komunikasi dan Informasi timbulnya keresahan bahkan gejolak, sangat (Depkominfo) RI, Sri Wuryatmi. Berdasarkan Keppres nomor 87 tahun 1999, dimungkinkan mengemuka. “Karena itu, diperlukan strategi dan peng- jabatan fungsional adalah kedudukan yang meorganisasian informasi yang tepat agar tercipta nunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang pemahaman bersama (common) antara peme- dan hak Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam rintah dan masyarakat secara umum,” kata Wakil satuan tugas organisasi yang dalam Walikota Palembang Tolha Hasan, saat membuka melaksanakan tugasnya didasarkan Bimbingan Teknis Pejabat Fungsional Pranata pada keahlian atau keterampilan Humas (Bimtek Pranata Humas) di Hotel Bumi tertentu serta mandiri. Sementara, pranata humas Asih, Palembang Rabu (9/7) lalu. Di sisi lain, publik pun berhak mendapatkan ak- adalah salah satu jabatan ses informasi dari penyelenggara pemerintahan. fungsional PNS yang Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2008 diberi tugas, tangjawab, tentang Kebebasan Memperoleh Informasi Publik gung pada pasal 7 Ayat (1) menyatakan, setiap Badan wewenang dan Publik wajib menyediakan, memberikan atau hak secara pemenerbitkan informasi publik yang berada nuh oleh pejabat dibawah penguasaannya kepada pengguna yang berwenang informasi. Selain informasi yang dikecualikan untuk melakusesuai dengan ketentuan Undang-undang ini dan kan kegiatan peketentuan peraturan perundang-undangan layanan informasi dan kehulainnya. Dengan demikian, fungsi hubungan kemasya- masan, baik inrakatan (humas) di institusi pemerintahan formasi berskala menjadi sangat strategis. Humas merupakan u- nasional maupun jung tombak pemerintah dalam aktivitas pem- daerah/lokal. berian informasi kepada publik. Jika informasi Data Harus Akurat Dijelaskan Wuryatmi, tugas yang disampaikan dikelola secara cermat, dan handal, sudah barang tentu akan didapat hasil pokok pranata humas adalah melakukan kegiatan pelayanan yang memuaskan.
Warta
informasi dan kehumasan. Meliputi perencanaan pelayanan informasi dan kehumasan, pelayanan informasi, pelaksanaan hubungan kelembagaan, dan pelaksanaan hubungan personil serta pengembangan pelayanan informasi dan kehumasan. Artinya, semua tugas pelayanan informasi dan kehumasan termasuk dalam cakupan penilaian jabatan fungsional pranata humas. “Harapan kita, humas sebagai penyampai informasi kepada masyarakat bisa menjadi sumber informasi resmi pemerintah. Dapat menyampaikan program pemerintah dan pembangunan yang telah banyak kita laksanakan, tetapi belum tersampaikan kepada masyarakat. Yang terlihat dimata masyarakat saat ini pemerintah belum berbuat banyak bagi kesejahteraan masyarakat. Kita sebagai pemberi informasi harus selangkah lebih maju dengan yang akan mencari informasi,” ulas Wuryatmi. Untuk itu, tambahnya, syarat fundamental yang wajib dimiliki oleh calon pranata humas adalah mencintai pekerjaannya serta yang terpenting pencarian data dan referensi yang akurat. “Mencari data harus seakurat mungkin sehingga disaat diminta untuk menginformasikan kepada masyarakat dapat memberikan pemahaman dengan baik dan akurat,” katanya. Tolha Hasan menambahkan, informasi dewasa ini sangat dibutuhkan dan perlu dijabarkan ke daerah-daerah oleh para PNS yang bekerja di bidang Kehumasan. “Kita lihat, saat ini informasi yang berkembang di masyarakat sebagian besar informasi pembangunan yang bernilai negatif. Sedangkan yang benilai positif seperti ditenggelamkan saja. Oleh karena itu melalui penataan kehumasan ini kita harapkan, paling tidak mempunyai perimbangan dalam penyampaian informasi pembangunan sehingga tidak terjadi lagi isu-isu yang simpang siur dan keliru ataupun merugikan, tidak hanya bagi pemerintah, tapi juga bagi masyarakat,” beber Tolha. “Karena itu, saat ini perlu
Warta dipikirkan, bagaimana mengoptimalisasi fungsi humas yang tidak hanya sekedar hubungan dengan pers, namun juga hubungan dengan masyarakat,” tambahnya. Paradigma Baru Sementara itu, menurut Kasubag Mutasi Biro Kepegawaian Depkominfo RI, Darmawan, kegiatan Bimtek Pranata Humas di Palembang ini merupakan yang pertamakalinya digelar. Hal ini, menurut dia, sebagai dampak pemberlakuan otonomi daerah. “Otonomi daerah berdampak pada hubungan komunikasi informasi antara pemerintah pusat dan daerah yang seolah terputus. Begitu juga antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya, terutama masyarakat yang belum faham teknologi informasi dan masih mengandalkan komunikasi konvensional seperti tatap muka langsung dengan publik. Komunikasi ini nyaris sirna,” katanya. Darmawan menerangkan, pada periode kepemimpinan mantan Presiden Megawati, gagasan untuk memanfaatkan informasi ini kembali dihidupkan. Sebelumnya di era orde baru, memang ada media yang menjadi inisiasi informasi yakni juru penerangan (Jupen). Namun Jupen saat itu hanya terfokus pada penyebaran informasi tanpa adanya penyerapan. Sementara saat era Megawati Jupen dirubahbentuk menjadi jabatan fungsional dengan paradigma penyerapan informasi. Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), JFPH ini merupakan kegiatan yang terkait dengan hasil penggabungan tiga instansi, yakni Kementrian Komunikasi dan Informatika, Lembaga Informasi Nasional, dan Ditjen Postel Departemen Perhubungan. D e n g a n penggabungan tersebut, m a k a dilakukan perbaikan Keputusan Menp a n Nomor 11 7 / KEP/ M.PAN/ 1 0 / 2003 tentang jabatan fungso inal pranata humas
Edisi Juni 2008
dan angka kredit. LIN menjadi instansi pembinanya dan Kep Menpan telah diganti dengan Peraturan Menpan Nomor 109/11/2006 serta ditindaklanjuti dengan peraturan bersama Menteri Komunikasi dan Informatika dengan kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor 19 /PER/M.KOMINFO/8/2006. Serta Nomor 18 A Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksana Jabatan Fungsional Pranata Humas dan Angka Kreditnya. Saat ini Depkominfo secara serentak melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis JFPH ke beberapa daerah, di antaranya Jatim, Jateng, Jabar, Bali, Sumatra dan Kaltim. Soal implementasi JFPH, kata Darmawan, dapat terlihat dari tugas yang melekat. Diantaranya pelayanan stasioner, pelayanan kelembagaan, serta pelayanan langsung kepada publik, baik melalui media cetak, media elektronik maupun tatap muka langsung. “Jadi, implementasi dilapangan yang terlaksana seperti itu. Makanya di dalam jenjang Pranata Humas ada pranata humas trampil dan pranata humas ahli,” ujar darmawan. Pranata humas terampil lebih banyak ke operasional dikarenakan bisa langsung berkomunikasi pada masyarakat atau publik sehingga bisa lebih mempunyai skill atau kemampuan berkomunikasi. Sedangkan pranata humas ahli lebih berorientasi pada analisis publik. “Pengertiannya, informasi yang menjadi isu publik dianalisa, kemudian setelah dianalisa ada yang di counter, diluruskan, dan ada juga yang harus menjadi masukan bagi pemerintah,” jelasnya. “Yang paling penting adalah ketika disuatu daerah ada pranata Humas berarti ada jaringan komunikasi yang akan memperlancar komunikasi pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan masyarakat. Karena kita lihat, terlepas dari kemajuan informasi teknologi, bahwa 70 persen masyarakat kita adalah masyarakat yang masih memerlukan informasi konvensional,” tambahnya. Sementara itu, Bimtek JFPH di Palembang yang diadakan selama 3 hari (9 Juli-11 Juli 2008 ini) diikuti oleh 43 peserta. Terdiri dari 16 orang perwakilan kecamatan sePalembang serta 33 orang dari unsur instansi (dinas/badan/ k a n t o r / RSUD). Bintek diisi oleh narasumber Dra. Sri Wuryatmi, Msi yang
11
menjelaskan tentang kebijakan pembentukan Jabatan Fungsional Pranata Humas, dilanjutkan kemudian oleh Drs Amin Sar Manihuruk membahas teknik penulisan karya tulis ilmiah serta materi Teknis Kepegawaian oleh Savia Dewi Komala. Dalam Bintek tersebut juga diisi penjelasan butir-butir kegiatan JFPH, tata cara penilaian, pengisian serta pengajuan DUPAK Pranata Humas, serta Latihan Penyusunan DUPAK Pranata Humas oleh darmawan dan Dewi Komala. Penyelenggaraan Bintek Kehumasan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan pengetahuan Pejabat Kehumasan dan Pejabat Fungsional Pranata Humas dilingkungan Pemkot Palembang, Dinas Inforkom Palembang, maupun unit kerja lainnya, membina karier pegawai di bidang kehumasan serta dapat meningkatkan prestasi kerja agar lebih produktif dan mempunyai disiplin Jabatan yang tinggi.Keuntungan (yat/rio)
Fungsional Pranata Humas 1. Melalui jabatan fungsional pranata humas, seorang PNS dapat mengembangkan karirnya semaksimal mungkin. Bila melalui jabatan umum / struktural tertentu seorang sarjana S1 maksimum hanya mencapai golongan III/d, tetapi bila mengambil sebagai pranata humas dapat mencapai golongan IV/a, bahkan lebih. 2. Memungkinkan mencapai pangkat tinggi lebih cepat. Dengan mengumpulkan angka kredit lebih cepat, kenaikan pangkatnya pun dapat diraih lebih cepat, dari pada meniti karir melalui kenaikan pangkat secara reguler. Berkarir melalui jalur jabatan fungsional membutuhkan upaya kerja keras. Apabila terjadi ketidak seimbangan maka akan diberikan sanksi lerutama bila tidak mampu memenuhi angka kredit, tidak mampu melaksanakan beban tugas yang harus dikerjakan dan tidak memperlihalkan kemajuan. Sanksi paling berat adalah dilepas jabatan fungsionalnya dan tidak diperkenankan mengajukannya lagi. Namun demikian, segalanya patut dicoba. Apalagi angka kredit pranata humas amat melekat dengan tugas keseharian pelaksana pelayanan informasi dan kehumasan. Antara lain mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data dan informasi untuk pelayanan informasi, membuat kliping, menyusun materi layanan informasi media dan pameran, merencanakan, menyelenggarakan dan mengikuti konferensi pers, seminar, lokakarya dan pertemuan sejenis, membuat press release, dan melaksanakan tugas sebagai MC,dll. Kredit Kumulatif Pranata Humas Menteri Kominfo RI juga mengatur angka kredit kumulatif untuk penyesuaian bagi jabatan pranata humas tingkat terampil dan ahli. Untuk jabatan pranata humas ahli bagi PNS golongan IV/a yang berpendidikan S3 dengan pengalaman kerja 2 tahun, penyesuaian angka kreditnya sebesar 480. Ada juga penyesuaian (impassing) dalam jabatan dan angka kredit. PNS yang pada saat ditetapkan keputusan ini telah melaksanakan tugas di bidang pelayanan informasi dan kehumasan, berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang dapat disesuaikan dalam jabatan pranata humas dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Unsur Penghasil Angka Kredit Jabatan Fungsional Pranata Humas Secara umum unsur-unsur yang dapat menghasilkan angka kredit pada jabatan fungsional pranata humas meliputi pendidikan, kegiatan pelayanan informasi dan kehumasan, kegiatan pengembangan profesi. dan kegiatan penunjang tugas pranata humas. Seluruh kegiatan kehumasan yang dapat membawa nama baik lembaga mendapatkan angka kredit. (yat)
Palembang dan Jakarta Wakili Indonesia dalam Adipura Tingkat ASEAN
Eddy-Romi Dilantik 21 Juli 2008 Pasangan pemenang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Walikota-Wakil Walikota Palembang periode 2008-2013, Ir.H.Eddy Santana Putra, MT dan H.Romi Herton, SH, MH, akan di lantik pada 21 Juli mendatang. Prosesi pelantikan akan dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri Mardiyanto melalui Pelaksana harian (Plh) Gubernur Sumatera Selatan Prof Dr Mahyuddin NS SpOg, bertempat di halaman gedung DPRD Kota Palembang. Pelantikan ini akan dihadiri oleh bupati/walikota se-Sumsel, walikota seIndonesia, Partai-partai politik, unsur Muspida, LSM, organisasi kepemudaan, serta tokoh agama dan tokoh masyarakat. Menurut Pemkot Palembang melalui Asisten I Farhan Abbas, pelantikan ini akan dihadiri sekitar 3000 undangan. Pasangan Eddy-Romi sebelumnya memenangkan pemilukada Palembang yang digelar pada Sabtu 7 Juni 2008 lalu dengan keunggulan yang cukup telak atas 3 pasangan lainnya. (rio)
SUKSES meraih penghargaan Adipura dua tahun berturut-turut (2007-2008), membuat Kota Palembang bersama dengan DKI Jakarta diutus sebagai wakil Indonesia dalam ajang Piala Adipura se- ASEAN. Selain Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Myanmar dan Laos juga dipastikan berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan yang baru pertamakali digelar ini. Perwakilan negara-negara tersebut direncanakan akan berkumpul di Hotel Novotel Palembang pada 23-25 Juli 2008 mendatang dalam acara yang bertajuk Working Group Asean Environmental guna memastikan jadwal penilaian Adipura ASEAN. Menurut Kepala Dinas Bapeldalda Palembang Kemas ABu Bakar, untuk ajang Adipura se-ASEAN ini, Palembang hanya mengikuti satu kategori dari tiga kategori yang dilombakan. Yakni Clean land atau Kota Bersih dan teduh. Sementara untuk dua kategori lainnya yakni clean air dan Clean water Palembang tidak berpartisipasi. Sementara tim penilai terdiri dari negara Singapura, Italia, Australia dan Swedia. Satu rangkaian dengan acara di tersebut juga akan dideklarasikan Surat Pernyataan Bersama Melestarikan Sungai Musi (Superkasi), oleh beberapa kabupaten/kota di Sumsel. (rio)
12
ANPA adanya perubahan sistematik dan mendasar dalam logika akal sehat pendidikan di negara ini, kita akan semakin jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. Kalau pendidikan di negara kita masih ribut soal seragam dan buku pelajaran setiap tahun, substansi pendidikan akan tergerus secara perlahan, namun pasti oleh pergulatan kepentingan orangorang di luar pendidikan itu sendiri. Logis dikatakan pendidikan kita semakin tertinggal sebab pergerakan perkembangan pendidikan di berbagai belahan negara lain terus maju ke depan seiring dan bahkan ingin mendahului pergerakan zaman. Kita juga bergerak, tetapi dapat disaksikan betapa lambatnya kemajuan pendidikan di negara kita, kalau tak ingin dikatakan stagnan sama sekali, atau bahkan mundur ke belakang. Kita mungkin terlalu sering membicarakan pendidikan, tetapi merasakannya sebagai sesuatu yang ”baik-baik” saja. Nasib pendidikan di negara ini semakin terpuruk karena terlalu banyak yang dibicarakan tidak terkait dengan substansi pendidikan itu sendiri. Pentingnya pendidikan bagi masa depan bangsa belum menjadi kesadaran umum, tetapi hanya menjadi kesadaran pribadi-pribadi. Belum menjadi pikiran utama para elite pengambil kebijakan, tetapi hanya sebagai sarana perebutan proyek. Bangsa yang maju tidak bisa dipisahkan dari cara pandang dan berpikirnya dalam rangka untuk menempatkan kemajuan pendidikan sebagai tujuan pokok kebangsaan. Pendidikan adalah kekuatan pembentuk masa depan, karena ia merupakan instrumen yang mampu mengubah sejarah gelap menjadi terang atau sebaliknya. Pendidikan merupakan investasi kemanusiaan karena di sanalah masa depan peradaban ini dipertaruhkan. Kini persoalan terbesar kita adalah bagaimana menyesuaikan serta merancang cara berpikir dalam dunia pendidikan menghadapi perubahan dunia yang kian kompleks, berubah cepat, sangat sulit diramalkan. Dalam hal ini, kita perlu belajar dari Seven Complex Lesson in Education for the Future. Ini mengingatkan kita agar merumuskan kembali cara mengelola sebuah pengetahuan. Pemikiran jauh ke depan diperlukan untuk membangun kembali fondasi pendidikan guna mengembalikan pendidikan kepada visi dasarnya. Tujuh Pedoman Utama Morin dalam karya ini mengajukan tujuh pedoman utama dalam dunia pendidikan yang dapat menjadi kompas bagi praksis pendidikan masa depan. Menurutnya, sangatlah penting mengidentifikasi masalah-masalah mendasar yang sering dilupakan dalam pendidikan. Salah satunya adalah pentingnya mendeteksi kekeliruan-kekeliruan dan ilusi yang selama ini
T
Perspektif
Edisi Juni 2008
menyelimuti wajah pendidikan. Pendidikan adalah alih pengetahuan dalam arti seluas-luasnya. Tapi sejauh ini, ia gagal menangkap realitas pengetahuan manusia dalam seluruh kompleksitasnya. Pengetahuan tidak menjadi cermin atas hal-hal yang ada di luar dunia peserta didik. Pendidikan belum menempatkan siswa sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan di negara kita belum mau mengembangkan kajian-kajian kultural, intelektual serta proses pengetahuan manusia secara komprehensif. Lalu gagasan membangun prinsip keterkaitan dalam pengetahuan. Yang berkembang justru pengetahuan yang bersifat parsial. Pembelajaran terlalu terkotak-kotak dan membuat peserta didik cenderung tidak mampu menghubungkan linkage-nya. Lihatlah hasilnya ketika para siswa tak mampu memahami persoalan sesuai dengan konteks, dan yang sering
“Pendidikan merupakan investasi kemanusiaan karena di sanalah masa depan peradaban ini dipertaruhkan. Dibutuhkan paradigma baru pendidikan di Indonesia. Pendidikan seutuhnya yang tidak mencabut akar budaya yang membuat anak didik menjadi asing dengan realitasnya. Pendidikan harus membuat manusia Indonesia menjadi peka akan budi pekerti.”
terjadi adalah kepincangannya dengan realitas. Substansi pendidikan tidak menyentuh hal mendasar, misalnya mengenai sejauh mana menciptakan lingkungan sekolah yang membuat siswa feel at home. Sekolah masih menjadi tempat yang menakutkan dan bukan merupakan tempat bermain yang menyenangkan bagi anak didik. Lalu guru sering hanya berperan sebagai pawang alias mentor. Mereka belum terkondisikan menjadi teman bermain bagi siswa. Relasi hubungan yang terbentuk laksana atasan dan bawahan, bukan sebagai teman untuk saling berbagi dan memperkaya satu dengan lain. Orientasi pendidikan lalu
diarahkan untuk menyiasati UAN, dan bukan untuk membentuk manusia yang otentik, berkepribadian dan peka terhadap dunia di luar sekolah. Anak Pedalaman dan Pedesaan Reduksi ini menyebabkan manusia kehilangan daya kritis serta kemampuan bernalar untuk menggunakan akal budi secara optimal. Pendidikan bangsa cenderung menciptakan manusia kurang cerdas karena sejak dini anak didik tidak diajak untuk menjadikan dirinya sendiri. Tanpa sadar, anak didik hanya dijadikan permainan kapital belaka. Hal ini yang kini kita rasakan secara nyata. Ini masalah dan harus disadari sebagai masalah yang serius bagi perkembangan pendidikan. Elite perlu tahu dan menyadarinya sebagai tantangan hebat untuk menyambut masa depan Indonesia yang beradab. Perlu dirumuskan ulang agar pendidikan tidak lagi menjadi instrumen politik. Kita perlu duduk bersama antara pendidik dan orang tua serta pemerintah dalam rangka merumuskan bersama kebijakan pendidikan yang berorientasi keindonesiaan. Kebijakan yang manusiawi yang bisa membuat manusia Indonesia memiliki harapan ke depan dalam konteks global. Bukanlah satu dua orang yang berjaya dalam olimpiade internasional yang bisa kita banggakan untuk melihat pendidikan di Indonesia, melainkan bagaimana anak-anak pedalaman dan pedesaan juga memiliki keunggulan nyata dalam proses pendidikan yang manusiawi. Sebuah pendidikan yang bebas dari kepentingan politik, maupun bebas dari oknum-oknum pencari laba (rent seeking). Elite cukup menyediakan kebijakan yang adil bagi semua, berpihak pada kaum lemah, dan tidak membebani anak didik dengan materi yang tak masuk akal hanya karena standar kelulusan ditentukan oleh angka-angka kuantitatif. Selanjutnya, biar rakyat yang menikmati, merasakan, dan menjalani dunia pendidikannya sendiri. Dalam hal ini, paradigma baru pendidikan Indonesia dibutuhkan. Harus dan harus, kita menggali kekayaan dan kebesaran visi misi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara. Mendesak dan amat urgen merumuskan visi pendidikan yang berorientasi pada pendidikan seutuhnya untuk mencetak manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan seutuhnya dalam maksud Ki Hajar adalah pendidikan yang tidak mencabut akar budaya yang membuat anak didik menjadi asing dengan realitasnya. Pendidikan harus membuat manusia Indonesia menjadi peka akan budi pekerti. Kepekaan inilah yang membuat manusia Indonesia akan terbentuk sebagai pribadi yang berkehalusan budi serta berkeheningan batin. Penulis adalah budayawan dan pendiri Setara Institut.
Varia
Edisi Juni 2008
13
ANJIR boleh jadi merupakan persoalan yang dihadapi hampir semua kota-kota besar di tanah air. Terutama kota yang sedang giat-giatnya membangun. Namun, dari sekian banyak kota yang berkutat dengan banjir, ada beberapa kota yang dinilai mempunyai resep jitu memberantas genangan air tak diundang itu. Kota Palembang merupakan contoh terbaik.
B
Dilihat dari topografinya, kota metropolis ini terletak di dataran rendah yang dibelah sebuah sungai besar. Sistem drainasenya, seperti Kota Pekanbaru, sama-sama rumit bak benang kusut. Dua tahun lalu, Palembang menjadi terkenal dan menghiasi berbagai berita di televisi dan surat kabar daerah maupun nasional gara-gara sering kebanjiran. Tak kurang dari 57 titik banjir tercatat saat itu, termasuk kawasan dan jalan-jalan utama. Saat ini kota yang dibelah Sungai Musi tersebut memang masih tergenang. Tapi, kondisinya sudah jauh lebih baik. Titik banjir yang terdeteksi pun sudah jauh berkurang. Data dari dinas PU Kota Palembang, pada 2004 terdapat 56 titik genangan air di ruas jalan utama dan jalan akses. Namun, pada 2007 telah berkurang menjadi 31 titik saja. Menurut kepala Subdinas Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kota Palembang. Yahya Ilyas, secara umum, banjir di perkotaan terjadi karena kapasitas saluran drainase tidak mencukupi lagi untuk mengalirkan debit air hujan. Apalagi, seiring dengan banyaknya pembangunan, sehingga kawasan resapan air semakin hilang. Ini diperparah jika saluran drainasenya tersumbat karena sampah dan kotoran lainnya. Akibatnya, air meluap ke jalan, menggenangi rumah-rumah penduduk, perkantoran, bahkan masjid dan rumah sakit. Membenahi seluruh drainase kota secara serentak jelas sangat sulit, bahkan tidak mungkin. Karena itu, Pemkot Palembang mencari solusi dengan membuat drainase primer, pompanisasi, pembangunan kolam retensi, dan pemasangan
box culvert,” jelasnya. S e m u a sistem drainase di Palembang juga bermuara di sungai besar. Pemkot Palembang membuat satu drainase primer yang menampung air buangan dari seluruh kota sebelum bermuara ke sungai. Secara bersamaan, dibangun kolam retensi. Kolam itu berfungsi sebagai resapan air, menggantikan fungsi rawa yang semakin berkurang seiring dengan giatnya pembangunan kota. Saat ini ada 17 kolam retensi di seluruh wilayah Kota Palembang. Luasnya bervariasi. Ada yang setengah hektare, ada juga yang satu hektare lebih. Bergantung ketersediaan lahan. Menariknya, kolam yang terletak di tempat-tempat strategis itu belakangan sangat dirasakan manfaatnya, yakni menyejukkan kota. Bahkan, masyarakat menjadikan areal kolam sebagai tempat rekreasi. Seperti di Kawasan kambang Iwak. Untuk mengatasi genangan air di jalan-jalan utama, dilakukan pemasangan pompa dan box culvert. Pompa dipasang di beberapa titik rawan banjir untuk mengalirkan air yang menggenangi ruas jalan. Sementara itu, box culvert (sejenis gorong-gorong dari beton bertulang yang berbentuk kotak) dipasang di bawah ruas jalan. Box culvert ini berfungsi mengalirkan air agar tidak membanjiri salah satu sisi jalan. Dari aspek pendanaan pun, Pemkot Palembang kian menunjukkan komitmennya. Buktinya, kian meningkatnya alokasi anggaran untuk mengatasi persoalan banjir ini. Pada tahun anggaran 2004, pemerintah menganggarkan dana APBD sebesar Rp 3.737.212.000 yang difokuskan untuk pembangunan saluran air. Dengan dana tersebut ada 16 saluran yang dibangun. Mulai dari pembangunan saluran air di Kelurahan 7 Ulu dengan panjang 140 meter s a m p a i dengan
p e m bangun saluran di Jalan Tanah Merah sepanjang 4000 meter. Selanjutnya pada 2005 pemerintah mengucurkan dana sebesar RP 20.432.863.990 guna pembuatan, pelebaran, normalisasi saluran air, pembuatan kolam retensi, perbaikan dinding parit, pembuatan saluran primer di beberapa kawasan seperti Sei Sekanak, Sei Tawar, Saluran Outlet Lapangan Gof, Siring Gading Jalan Sudirman, hingga normalisasi Kambang Iwak Besar dan Kecil. Pada 2006 dana sebesar Rp 23.709.059.000 dikucurkan guna pembangunan pencegahan kawasan banjir di hampir seluruh kecamatan dalam wilayah Palembang, kecuali Kecamatan Kertapati. Kemudian pada 2007 kembali dianggarkan dana sebesar Rp 19.263.116.180 untuk pembangunan sarana dan prasarana, seperti normalisasi saluran hingga pemasangan pompa banjir dan pengadaan wing serta aksesoris pengangkat eceng gondok. Tahun 2008 ini Pemkot Palembang menganggarkan dana sebesar Rp 13.905.000.000 untuk membangun tiga unit pompa masing-masing berkapasitas 500 liter per detik di tiga anak sungai. Dana tersebut juga diperuntukkan untuk pembangunan box culvert, koker, pengerukan serta pengerjaan rutin normalisasi sungai dan saluran air. Dengan pengerjaan ini pemerintah menargetkan pengurangan lokasi genangan air di enam titik ruas jalan utama dan jalan akses. Seperti di Jalan Sudirman (depan Hotel Selatan), Jalan Mayor Ruslan, Jalan Gersik-Yayasan IBA, Jalan Bangau, Jalan Bay Salim, dan Jalan R.Sukamto. Dari berbagai upaya tersebut, warga kota metropolis boleh bernapas lega. Rasa waswas rumah akan kebanjiran saat hujan turun atau tidak bisa pulang karena takut kendaraan
14
Edisi Juni 2008
Lensa
KAMBANG IWAK YANG BERADA DI KAWASAN TASIK RUMAH DINAS WALIKOTA PALEMBANG MERUPAKAN SALAH SATU ALTERNATIF TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA FOTO:RYO
MENCARI REMIS DI SIANG HARI YANG DILAKUKAN SEBAGIAN ANAK NELAYAN DIPINGGIRAN SUNGAI MUSI SEBELUM AIR PASANG NAIK FOTO:RYO
MENGAJARKAN GENERASI PENERUS UNTUK MENGENAL LEBIH DEKAT TANAH KELAHIRANNYA
PELATARAN BENTENG KUTO BESAK SELAIN SEBAGIA TEMPAT REKREASI SORE MASYARAKAT PALEMBANG, TERKADANG JUGA TEMPAT DIADAKANNYA EVENT KESENIAN DAN KEBUDAYAAN. FOTO:RYO
FOTO:RYO
Lensa
Edisi Juni 2008
15
PASANGAN HERO MENDAPAT NOMOR URUT 3 SAAT PENGUNDIAN NOMOR URUT CALON WAKO-WAWAKO PALEMBANG PERIODE 2008-2013 DI KANTOR KPU PALEMBANG, SELASA 8 APRIL 2008
PASANGAN HERO SAAT DIALOG PUBLIK KANDIDAT WALIKOTA PALEMBANG DI HOTEL SWARNA DWIPA, SENIN, 28 APRIL 2008
PASANGAN HERO SAAT MEMAPARKAN VISI DAN MISI DI RUANG RAPAT PARIPURNA DPRD PALEMBANG, RABU, 21 MEI 2008
PASANGAN HERO SAAT DEKLARASI SIAP MENANG DAN SIAP KALAH DI HOTEL HORISON PALEMBANG, SENIN 19 MEI 2008
EDDY SANTANA SAAT MENANDATANGANI GERAKAN SEJUTA TANDA TANGAN BAGI PASANGAN HERO DI BUNDARAN AIR MANCUR, JUMAT 30 MEI 2008
PASANGAN HERO SAAT KAMPANYE AKBAR DI GOR BUMI SRIWIJAYA, SELASA 3 JUNI 2008
EDDY SANTANA DAN ISTRI SAAT MEMBERIKAN HAK SUARA DI TPS 11 DI JALAN TASIK, SABTU 7 JUNI 2008
EDDY SANTANA SAAT PERHITUNGAN CEPAT (QUICK QUINT) DI RUMAH DINAS WALIKOTA DI JALAN GERSIK, SABTU 7 JUNI 2008
16 16 E d i s i
Juni
2008
Mereka Bicara