BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang tidak
dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia.
dunia
ini
pasti
pendidikan.
pernah
merasakan
mungkin
Seluruh manusia di
adanya
suatu
Hal tersebut sejalan dengan prinsip
proses
pendidikan,
bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup (life
yaitu
education),
long
yang dimulai dari buaian seorang ibu sampai pada
saatnya ia masuk ke lubang lahat untuk menghadap Allah SWT. Dalam
proses adaptasi dengan alam sekitarnya,
tidak secara otomatis akan raampu beradaptasi.
binatang, yang
Berbeda dengan
mereka dalam waktu serta dengan proses
relatif cepat dan sederhana,
lingkungan
di
sekitarnya.
Hal
manusia
pelatihan
mampu beradaptasi
inilah
yang
dengan
menyebabkan
manusia
harus belajar untuk menyesuaikan diri dengan
kungan,
serta menciptakan syarat-syarat sendiri untuk
menyesuaikan diri
dengan hukum-hukum alam.
Proses
ling dapat
belajar
manusia terhadap lingkungan alam sekitar adalah
penting
yang
harus diperkuat,
sebagai kemampuan
pada unsur
yang
di-
kumpulkan melalui pengalaman dan pembelajaran.
Sebagai dikat
sebagai
memiliki
makhluk Tuhan yang sekaligus "khalifah" di muka
potensi
yang
tidak
bumi,
dimiliki
menyandang tentunya makhluk
pre-
manusia lainnya.
Potensi yang dimiliki manusia terdiri atas; potensi kekuatan fisik,
potensi nafsu, dan potensi keimanan.Semen.tara
itu,
sebagai
bagian dari makhluk Allah,
manusia memiliki
perbe
daan individu antara manusia yang satu dengan yang
lainnya.
Perbedaan
beberapa
aspek,
individual tersebut dapat ditilik
di antaranya; Keadaan fisik, yang
jenis
kelamin
(pria-wanita),
ukuran
tinggi-pendek, atau gemuk-kurus),
dari
berkenaan
tubuh
dengan
(besar-kecil,
begitu juga keadaan
tubuh
yang sempurna (normal) dan keadaan tubuh yang tidak sempurna (abnormal/cacat). akan
Dari
segi psihis,
lebih sulit untuk dilihat,
berkaitan situasi,
daan
perbedaan
hal itu
individual
disebabkan
dengan gejala kejiwaan seseorang. Dalam
karena
beberapa
keadaan psihis dapat diartikan sebagai suatu
mental atau grahita seseorang. Dengan demikian,
dibedakan antara individu yang memiliki mental sehat individu
yang
memiliki
mental
bermasalah
atau
kea
dapat dengan
kelainan
mental (mentally disorder).
Perbedaan individual yang terdapat pada manusia,
pakan
suatu
berlainan
bentuk rahmat Allah SWT. Dengan
atau beragam,
potensi
akan menuntut adanya
suatu
sama,
saling membantu dan saling membutuhkan. Dengan
kian,
kelebihan
pada
orang
terwujud,
sebagai
pada seseorang dapat
lain. Suatu jalinan hidup manakala
suatu
perbedaan
menutupi bersama
individual
tidak
upaya interpensi antara individu
meru
yang kerjademi
kekurangan akan
dapat
dijadikan
yang
satu
kepada individu yang lainnya.
Seorang anak dengan kondisi tubuh, dengan
baik yang
kondisi fisik ataupun psikhis, yang
anak normal lainnya,
berkenaan
berbeda
dengan
merupakan individu yang perlu dan harus
mendapatkan layanan pendidikan. Hal tersebut sejalan amanat UUD 1945 pasal 31, dijelaskan bahwa;
dengan
"Tiap-tiap warga
negara berhak mendapat pengajaran".
Suatu dalam
upaya
pendidikan bagi
perkembangan
Luar Biasa (PLB).
para
selanjutnya dikenal
penyandang dengan
cacat,
Pendidikan
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72
tahun
1991 tanggal 31 Desember 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa, dijelaskan yang
bahwa "Pendidikan Luar Biasa
khusus
menyandang
bagian
diselenggarakan
bagi
adalah
peserta
kelainan fisik dan/atau mental".
lain dijelaskan bahwa tujuan PLB
pendidikan didik
yang
Kemudian
dalam
adalah;
"membantu
peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental agar
mampu mengembangkan sikap,
pengetahuan,
dan
keteram-
pilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan
hubungan
budaya,
timbal
balik
dan alam sekitar,
dengan
lingkungan
sosial,
serta dapat mengembangkan
kemam-
puan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan". Sementara Cacat,
itu dalam UU No.
4/1997
tentang
Penyandang
dalam pasal 5 dijelaskan bahwa;
"Setiap
penyandang
cacat
mempunyai hak dan kesempatan yang sama
aspek
kehidupan
dalam
dan penghidupan." Kemudian dalam
dijelaskan
pula
bahwa;
"Setiap
penyandang
memperoleh
pendidikan pada semua satuan,
segala pasal
cacat
6
berhak
jalur, jenis,
dan
jenjang pendidikan".
Pendidikan potensi
menerus,
yang
merupakan suatu upaya dimiliki manusia,
dalam
berlangsung
mengembangkan secara
dan sepajang hayat manusia (life long
terus
education).
Berkenaan dikutif
dengan Kartini
peran pendidikan, Kartono
(1992:
Langeveld
29)
sebagaimana
menjelaskan
bahwa;
"Pendidikan merupakan usaha menolong anak untuk melaksanakan
tugas-tugas standing),
hidupnya,
bahwa;
dilaksanakan
bentuk
zelf-
akil balig, dan bertanggung jawab secara susila".
Sekaitan dengan itu, laskan
agar dia bisa mandiri (mondig,
1996) menje
"... dalam arti luas, pendidikan telah sejak
pemberian
nilai-nilai
Rochman Natawidjaja (ISPI,
manusia lahir di muka
warisan
pengetahuan,
bumi
mulai
ini
dalam
keterampilan,
dari para orang tua dalam rangka
dan
mempersiapkan
anak-anaknya menghadapi kehidupan".
Sebagai masyarakat,
suatu upaya yang tumbuh dan
dalam
pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan
dupan masyarakat. dikan
berkembang
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa,
pendi
merupakan bagian dari pranata atau institusi
Koentjaraningrat,
sebagaimana dikutif
menjelaskan bahwa;
Sudardja
(1988:
39)
sistem
meliputi macam-macam pranata sosial
subsistem-subsistem pendidikan,
kehi
kehidupan,
politik,
militer,
"kehidupan
yaitu
sosial.
Adiwikarta
sebagai
sebuah
yang
merupakan
keluarga,
ekonomi,
kesenian,
agama,
dan
cacat
atau
rekreasi".
Pelayanan mereka
pendidikan bagi para penyandang
yang berkelainan,
mencerdaskan
kehidupan
"Pendidikan
untuk
penyandang yang
merupakan manifestasi
bangsa,
semua"
serta sesuai
(Educational
for
dari
upaya
dengan
motto
All).
Para
cacat merupakan bagian dari sumber daya
masih memiliki potensi serta diharapkan
dapat
manusia dibina
dan
diberdayakan.
Kualitas atau potensi
manusia
tersebut
terus ditingkatkan agar tumbuh dan berkembang menjadi sumber yang mandiri dan produktif, yang
daya
pada
keberhasilan
dalam
dapat
mengentaskan
menghantarkan
kemiskinan
hidup
manusia baik dari aspek jasmani maupun rohani.
Dalam erat
upaya peningkatan kualitas hidup
manusia,
kaitannya dengan pengentasan kemiskinan
maupun
rohani, maka setiap manusia diminta untuk
daya-daya daya
baik
yang ada didalam dirinya. Penyadaran
diri tersebut dimaksudkan dapat membantu
sasikan
diri
kebutuhan paling
seoptimal mungkin. Menurut
akan
Lalu bagaimana dengan
menyadari
akan
daya-
mengaktualiMaslow,
kebutuhan
cacat
seperti penyandang cacat netra? Apakah para tunanetra
masih
mengaktualisasikan
mungkin,
dirinya
seoptimal
serta masihkah bermanfaat serta dapat dimanfaatkan?
Proses diri
daya-daya
manusia
yang
yang
dapat
tinggi.
jasmani
Abraham
aktualisasi diri merupakan
yang
pengoptimalisasian potensi yang terdapat
para penyandang cacat netra, diharapkan mampu
katkan
kepercayaan pada dirinya sendiri. Beberapa
negatif
terhadap penyandang cacat netra, yaitu
penyandang berguna
cacat merupakan sosok makhluk Tuhan
dan tidak perlu dididik,
merupakan
dalam mening-
gambaran
bahwa yang
suatu
para tidak
realitas
yang
perlu dibuktikan. Pembinaan dan
pengembangan
juga
diharapkan mampu membuktikan kepada masyarakat,
para
penyandang cacat netra pun dapat hidup sejajar
potensi bahwa dengan
masyarakat secara wajar.
Suatu upaya dalam mengembangkan potensi diri atau daya-
daya itu, salah satunya adalah melalui program kewirausahaan
strategis
dari
membantu
para
didik yang berkelainan untuk menolong dirinya
sen-
pendidikan peserta diri.
atau
kewiraswastaan.
kewirausahaan
Peran
pembelajaran
diharapkan
dapat
Berkenaan dengan peran dari pendidikan nilai kewirau
sahaan,
Sumahamidjaja
didikan
kewiraswastaan
diperlukan
sejak
(1980: 105) menyatakan
bahwa;
akan sangat bermanfaat
kanak-kanak
sampai
dan
dewasa.
pen
sangat
Menurutnya,
kewiraswastaan dapat dibentuk, ditempa, asal pada alamat dan wadah yang tepat.
Secara
esensial,
pendidikan
nilai
merupakan bagian dari pendidikan umum.
kan
kewirausahaan,
Hal tersebut disebab-
karena pribadi wirausaha adalah pribadi yang
ciri-ciri: inventif, keras,
masa
kreatif,
berani
komunikatif,
mengambil
mandiri,
ulet,
resiko,
mempunyai inovatif,
disiplin,
pekerja
mempunyai dorongan prestasi tinggi, berorientasi
depan, serta dilandasi oleh semangat iman
dan
ke
taqwa;
merupakan karakteristik kualitas perilaku yang sesuai dengan tujuan pendidikan umum.
Pemberdayaan
dikan,
penyandang cacat melalui
layanan
merupakan manifestasi dari Pendidikan Umum
pendi
(General
Education) yaitu dalam upaya membentuk pribadi sebagai warga negara
yang kreatif, mandiri,
serta berjiwa Pancasila.
tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan sebagaimana dikutif Farida (1992: sebagai (warga
pendidikan
Hal
Djamari,
19) bahwa; pendidikan umum
yang bertujuan membentuk
good
negara yang baik) yang mempunyai kepribadian
citizen sesuai
dengan falsafah bangsanya.
Sementera itu, jika dilihat
dari
sifatnya, maka pendidikan umum adalah umum bagi semua peser ta
didik,
berkenaan dengan kepribadian
(S. Nasution dalam Faridah:
Dengan
maka
Nilai
Kewirausahaan
PSBN
penelitian yang
(Studi
"Wyata
dilakukan
dalam
berjudul
Jl.
dikemukakan
"Upaya
Pajajaran
Kemandirian
Kemandirian
Bandung)"
sebagai upaya untuk menemukan
pola
di
Pembelajaran
Menumbuhkembangkan
Analitis tentang Pembinaan
Guna"
keseluruhan
19).
latar belakang masalah seperti
muka,
kelayan
secara
ini
di
perlu
pembelajaran
nilai kewirausahaan bagi para penyandang tunanetra. Berbagai makna
esensial
diharapkan
yang ditemukan dalam
dapat
penelitian
memberikan sumbangan
ini
juga
ke
arah
pemikiran
pengembangan pembelajaran nilai kewirausahaan dalam
lingkup
pendidikan bagi para penyandang cacat netra.
B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Terdapatnya
kesenjangan
antara
tataran
aksiologis
mengenai tujuan layanan pendidikan bagi penyandang cacat (UU No.
2/1989,
tataran
UU No.
praktek
4/1997, serta PP No.
di lapangan mengenai
pendidikan bagi penyandang cacat,
72/1991),
pelaksanaan
menyebabkan proses
dengan layanan pembe
lajaran seringkali berjalan kurang efektif.
Sementara itu,
tuntutan pengembangan pribadi penyandang
cacat yang mandiri malalui pembelajaran nilai kewirausahaan,
masih perlu dicarikan upaya pembelajaran yang tepat.
demikian, sekolah
penelitian
ini difokuskan
kepada
Dengan
"upaya
pihak
(Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung)
dalam
menumbuhkembangkan kemandirian kelayan melalui
pembelajaran
nilai kewirausahaan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan".
Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka
dikembang-
kan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Penataan situasi pembelajaran di kelas yang yang
diterapkan
"Wyata Guna" dalam
bagaimanakah
membina
nilai
ke
wirausahaan kelayan?
2. Penataan
situasi pembelajaran di luar kelas yang
bagai
manakah yang diterapkan "Wyata Guna" dalam membina
nilai
kewirausahaan kelayan?
3. Nilai-nilai apakah yang dipertahankan dalam membina nilai kewirausahaan?
4. Kemandirian
seperti
apakah
yang
ditampilkan
kelayan
setelah mengikuti program pembelajaran di "Wyata Guna"? Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Bina
(PSBN)
"Wyata Guna" Jl. Pajajaran Bandung, atas dasar
timbangan para
bahwa panti tersebut merupakan panti
penyandang
cacat netra tertua
di
Netra
per-
penampungan
Indonesia,
dengan
menitikberatkan kepada pelatihan kemandirian kelayan. C.
Tujuan Penelitian
Penelitian
wirausahaan
mengenai
"upaya
pembelajaran
dalam menumbuhkembangkan
nilai
kemandirian
ke
kelayan"
ini diarahkan pada tiga tujuan penelitian, sebagai berikut:
1). Mengetahui upaya penataan situasi pembelajaran di kelas, berkenaan
dengan;
pembelajaran orientasi dan
mobilitas
(OM), pembelajaran keterampilan, serta upaya bimbingan.
2). Mengetahui
upaya penataan situasi pembelajaran di
kelas,
dengan; kegiatan bersama,
berkenaan
luar
guru
pen-
damping, dan praktek belajar kerja (PBK).
3). Mengidentifikasi
nilai-nilai yang
dipertahankan
dalam
pembinaan nilai kewirausahaan.
4). Mengetahui profil mandiri bagi kelayan setelah mengikuti program pembelajaran di PSBN "Wyata Guna". D.
Manfaat Penelitian
Penelitian
ini
diharapkan dapat
memberikan
manfaat-
manfaat sebagai berikut:
1. Layanan pendidikan di PSBN "Wyata Guna" Bandung
Penelitian
ini
pembelajaran
diupayakan untuk
yang
diterapkan
mengidentifikasi
"Wyata
beberapa temuan
Guna",
dengan
demikian
penelitian
temuan
sebagai faktor pendukung atau faktor
pola
sehingga ini,
baik
penghambat,
dapat dijadikan masukan dalam penyusunan program pembela jaran
kewirausahaan,
manajemen
sumber
yang
daya
disertai
"Wyata
Guna"
dengan
pembenahan
dalam
memberikan
layanan sosial pendidikan kepada para kelayan tunanetra. 2. Kelayan PSBN "Wyata Guna"
Dengan segala potensi yang ada, pembinaan kemandirian dan
produktivitas
hidup
para
tunanetra,
diharapkan
mampu
diwujudkan dalam proses pembelajaran yang efektif.
Mela
lui penelitian ini diharapkan kelayan "Wyata Guna"
tidak
hanya dijadikan "kelinci percobaan" dikan
dalam layanan pendi
non-formal, tetapi mendapatkan layanan
pendidikan
yang terarah melalui dalam pembelajaran yang efektif.
10
3. Pengambil
kebijakan,
dalam hal
ini
adalah
Departemen
Sosial serta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Layanan sosial pendidikan bagi penyandang cacat memiliki
ataupun
keterkaitan
swasta.
antar
instansi,
Bagi instansi
baik
pemerintah
tentunya pemerintah
yang
paling
dominan adalah Depsos dan Depdikbud.
Penelitian
ini
diharapkan
mampu
mambantu
penilaian,
pengamatan, serta menemukan
dalam
upaya
hal
pembinaan
dan pembelajaran kewirausahaan yang tepat bagi penyandang cacat netra di tanah air.
Pembelajaran
kewirausahaan
diharapkan
mampu
sebagai bahan pembelajaran yang tepat untuk
dijadikan
dikembangkan
selanjutnya.
4. Kajian keilmuan atau penelitian lanjutan
Penelitian yang berkenaan dengan penyandang cacat
(tuna
netra) masih terhitung sedikit. Untuk itu penelitian
diharapkan dapat menjadi salah satu upaya keilmuan
membantu mengentaskan penyandang cacat, dengan malisasikan potensi yang ada. Di samping itu,
ini
juga diharapkan
dapat
dijadikan
ini
dalam
mengoptipenelitian
rujukan,
serta
dikembangkan dalam penelitian sejenis berikutnya. E.
Asumsi Penelitian
Penelitian
ini didasarkan pada
asumsi-asumsi
sebagai
berikut:
Pertama, setiap orang sebagai makhluk Allah SWT memili
ki
potensi atau daya-daya, yaitu
nafsu,
potensi
kekuatan
dan keimanan. Kecenderungannya adalah
bahwa
fisik,
setiap
11
orang
mau dan mampu
tersebut.
Tidak
untuk dapat
mengembangkan
ada makhluk Tuhan yang
potensinya
tidak
begitu juga tidak ada manusia yang tidak dapat
bermanfaat, dikembangkan
potensinya walaupun dalam kadar yang sederhana,
halnya
bagi
para penyandang
cacat.
sebagaimana
Sebagai
makhluk-Nya,
mereka yang mengalami kecacatan juga masih memiliki
potensi
yang dapat dibina serta dikembangkan.
Kedua,
apabila
pembinaan
sumber
daya
manusia
yang
sebagaimana diamanatkan oleh GBHN, UU SPN No. 2/1989, dan UU
Penyandang cacat No. 4/1997 direalisasikan dengan baik, maka pemberdayaan kemandirian
penyandang dan
cacat yang
kesejahteraan akan
bertujuan dapat
terwujudnya
terealisasikan.
Dengan demikian, pembelajaran yang langsung menyentuh kepada kebutuhan untuk
keseharian serta keterampilan yang masih
dikembangkan, mutlak diperlukan
mungkin
keberadaannya
dalam
bentuk format pembelajaran yang baku.
Ketiga, pungkiri
sebagai
kemandirian
miliki
pembelajaran "inti"
kewirausahaan dalam
upaya
tidak
dapat
menumbuh-kembangkan
para penyandang cacat netra. Pribadi
jiwa
kehidupan,
wirausaha (entrepreneur) meliputi yaitu;
kepribadian,
di-
mental,
yang
tiga
dan
me
aspek
tindakan
(Sudarmiatin: 1993). Dengan kemampuan wirausaha serta nilai-
nilai
yang
melekat di dalamnya,
diharapkan
mereka
mampu
hidup dan menghidupi dirinya sendiri atau mandiri.
Keempat, merupakan Sosial
Panti Sosial Bina Netra "Wyata Guna"
bagian dari panti di bawah lingkungan
yang merupakan panti rehabilitasi sosial
Bandung
Departemen yang
mem-
12
punyai
tugas memberikan pelayanan rehabilitasi sosial
meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, pelatihan
pilan
dan
resosialisasi serta pembinaan lanjut
penyandang
cacat
netra
agar mampu
berperan
kan
ketram-
bagi
aktif
kehidupan bermasyarakat. Tugas tersebut akan dapat melalui pembinaan yang terpadu dan sistem
yang
para dalam
diwujud-
pembelajaran
yang kondusif.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
yang
batasan-batasan
terdapat
peristilahan dari
konteks
pada judul penelitian ini.
Dengan
kalimat
demikian
maka dapat diturunkan beberapa pendefinisian berikut ini: 1.
Upaya
Yang
dimaksud
ucapan,
pikiran
sekelompok
dengan upaya yang
orang
adalah
ditampilkan
segala
oleh
tindakan,
seseorang
dalam konteks pengajaran,
pelatihan
atau
dan
bimbingan. 2.
Nilai
Nilai
manusia
adalah
dan
ide
dianggap
atau konsep
penting dalam
yang
dipikirkan
hidupnya,
mengarahkan bagaimana seseorang berkelakuan dan laku.
Sebagai
dalam
menentukan
(obyek,
standard berperilaku,
orang,
pengambilan cara
nilai
keputusan,
berkelakuan,
standard logika, estetika, etika,
ide)
yang
oleh
akan
-bertingkah-
akan
membantu
apakah
sesuatu
tersebut
menurut
agama maupun hukum.
3. Pembelajaran Nilai
Istilah
pembelajaran
dalam
penelitian
ini
memiliki
13
kesamaan
arti dengan istilah pendidikan itu sendiri,
yaitu
dari kata instructional. Sementara itu, pendidikan merupakan upaya kemanusiaan dalam rangka mewariskan nilai-nilai kepada generasi
berikutnya.
diarahkan menjadi
Dengan
demikian
pembelajaran
keberhasilannya melalui "pembiasaan", "kelayakan" dan akhirnya akan
menjadi
yang
nilai
akan
"keyakinan"
serta "mempribadi".
4. Kewirausahaan atau entrepreneurship
Istilah
ini
kewirausahaan yang digunakan dalam
memiliki
arti, bahwa pribadi wirausaha
dari segi kepribadian, seseorang
yang
kepercayaan punya
yaitu
pada diri sendiri, otonom dan
ganjaran
pribadi
wiraswastawan
dari hasil usahanya.
punya
individualistik,
keinginan untuk mencapai prestasi yang
mendapatkan
penelitian
tinggi,
suka
Sementara
dari
segi
mental, seorang wiraswastawan adalah bersifat
tis,
mandiri, asli/orisinil, intuitir, inovatif,
tif,
dan berorientasi pada tujuan, hasil, keunggulan,
realis-
konstruk-
atau
masa depan. Kemudian dari segi tindakan, seorang wiraswasta wan
suka
pekerja mengambil
sebagai pelaku (doer), berani
keras,
mampu berperan sebagai
keputusan,
punya
sifat
mengambil
resiko,
organisator,
kepemimpinan,
mampu
bersedia
memikul tanggung jawab, dan mengutamakan kualitas. 5. Menumbuh-kembangkan
Menumbuh-kembangkan
dalam
penelitian
ini
mengandung
arti yaitu menumbuhkan atau mengangkat potensi yang terdapat pada
kelayan tunanetra, yang pada akhirnya
mengembangkan
potensi
tersebut
sebagai
berusaha
untuk
sesuatu
yang
14
berharga. 6.
Kemandirian
Kemandirian merupakan kemampuan individu
kan
untuk melaku-
berbagai aktivitas dalam kehidupan sebagai upaya
memenuhi tivitas
kebutuhan, yang disertai kepercayaan dan
mengejar
kesanggupan membina
relasi
serta
keberhasilan di masa mendatang tanpa
untuk
diri,
krea-
berkemauan
mengharapkan
belas kasihan dari orang lain. 7.
Kelayan
Kelayan
adalah seorang penerima pelayanan sosial
dari
PSBN "Wyata Guna" Bandung.
Berdasarkan penelitian
ini,
pembatasan
istilah
maka secara umum
dari
dapat
konteks dijelaskan
judul judul
penelitian "Upaya pembelajaran kewirausahaan dalam menumbuh
kembangkan
kemandirian kelayan" memiliki pengertian
yaitu;
"Segala tindakan, ucapan, atau fikiran yang ditampilkan oleh pihak PSBN Wyata Guna dalam konteks pembelajaran haan,
yang diarahkan untuk
kelayan"
menumbuhkembangkan
kewirausa kemandirian