1.
Sepenggal cerita tentang cita-cita
Hai sobat pembaca, waktu kita kecil kita selalu ditanya “cita-citamu apa?”, atau “kalau sudah besar mau jadi apa?”. Nah ini ada sebuah cerita tentang anak kecil dan “cita-citanya”. Di sebuah TK ada seorang anak yang mempunyai cita-cita sebagai Presiden. Alasannya sangat sederhana sekali, pada waktu di kelas anak tersebut melhat foto Presiden terpasang di depan kelasnya dan ia pun yakin bahwa di seluruh sekolah di Indonesia pasti memasang foto tersebut. Anak ini membayangkan jika foto dirinya yang dipasang di depan kelas, dan menurut dia itu merupakan sesuatu yang sangat mengagumkan. Ketika ditanya oleh gurunya mengenai cita-cita, dengan percaya diri dia selalu menjawab ingin jadi Presiden. Setiap ditanya mengenai cita-cita, sang guru tersebut berpesan “kalo mau jadi presiden belajarnya harus pinter ya…” dengan seketika dia pun menjawab “ iyaaaaaaa bu guru”. Sang guru termasuk orang yang cerdas, ketika menemukan siswa yang pada saat itu sedang malas, ia menggunakan cita-cita anak sebagai senjata. Hal ini tergambar ketika seorang siswanya sedang malas menulis. “Ayo tulisannya diteruskan lagi, katanya mau jadi presiden, malu dong kalo presidennya gak bisa nulis” mendengar perkataan tersebut akhirnya anak ini kembali menulis, walaupun dengan sedikit terpaksa.
2
Setahun belajar di taman kanak kanak akhirnya anak ini melanjutkan pendikan disebuah SD yang tidak jauh dari rumahnya. Anak ini tidak kesulitan mencari teman, karena terdapat beberapa anak dari TK sebelumnya yang sama-sama melanjutkan sekolah di SD ini. Ketika anak ini sedang bermain di lapangan bersama teman-temannya, tak sengaja ada pesawat terbang yang melintasi lapangan tempat ia bermain. “Kapal….. minta duiiiiitttttt” itu teriak temantemannya ketika pesawat itu melintas. (apakah anda pernah mengalaminya juga? hehehehe). Anak ini heran kenapa bisa ada benda sebesar itu yang dapat terbang seperti burung. Dengan penuh penasaran ia bertanya kepada orangtua dan bibinya mengenai pesawat terbang. Dari hasil pengamatannya ada satu hal yang sangat menarik perhatiannya sehingga munculah sebuah pertanyaan. “Bibi, kalo pesawat terbang supirnya siapa?”. Bibi pun menjawab “Itu bukan supir nak, tapi pilot. Yang mengendalikan pesawat terbang itu pilot”. Dalam hatinya anak ini berbicara “Wah kayanya kalo jadi pilot enak, kerjaannya terbang terus….. aku mau ah jadi pilot”. Wajah penasaran masih menghinggapi anak ini, ia pun kembali bertanya kepada bibinya “Bibi kalo aku mau jadi pilot gimana caranya?”. Dengan tersenyum bibi pun menjawab “Kalo jadi pilot badan kamu harus tinggi, nah biar tinggi makannya harus banyak”
3
sambil menasehati karena anak tersebut sulit untuk disuruh makan. Tak lama kemudian bibi pun kembali berkata “Terus kalo mau jadi pilot belajarnya harus rajin biar pinter….”. Sambil bermain saat itu, anak ini merenung dan dia tanamkan dalam hatinya bahwa belajarnya harus pinteeeerrrrr. Lalu saat itu dia merubah cita citanya dari presiden menjadi pilot. Selama menjalani sekolah anak ini dapat dikatagorikan sebagai anak yang pintar, dia selalu mendapat peringkat 5 besar disekolahnya. Kejadian unik muncul ketika dia kelas 3 SD. Pada waktu itu sang kakek sedang menonton siaran sepakbola, anak ini berada di samping sang kakek dan mengamati siaran lansung sepakbola tersebut. Banyak pertanyaan yang diutarakan kepada sang kakek mengenai olahraga terfavorit sedunia ini. Hingga akhirnya terjadi sebuah gol, pemain tersebut melakukan selebrasi dan mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari penonton. Anak ini heran dan bertanya kepada sang kakek, “Aki, kenapa dia dapet tepuk tangan yang meriah dari penonton?”. Kakek pun menjawab “Itu gol nak, kalo bolanya ditendang ke gawang dan masuk, maka itu gol. Tim yang paling banyak mencetak gol yang menang”. Semenjak itu sang anak rajin menonton dan mencari tau informasi seputar sepakbola hingga akhirnya dia paham dan dia mulai mengidolakan seorang pemain.
4
Pemain yang pertama kali dia idolakan berasal dari negri pizza dan sangat identik dengan seragam hitamputih. Kenapa harus liga dari negri pizza, karena saat itu stasiun tv favoritnya menayangkan siaran langsung Liga Italia Serie A, dan si hitam-putih ini adalah tim yang sering dia tonton. Sang pemain idola saat ini dia sudah menjadi legenda di klubnya tersebut. Pemain yang dimaksud adalah Alessandro Del Piero. Pasti anda kenal dengan icon dari klub dengan kuda jingkrak di logonnya. Kenapa anak ini sangat mengidolakan pemain tersebut, simple sekali karena pada saat itu Del Piero merupakan striker yang sering mencetak gol. Lalu perlahan-lahan ketika ditanya cita-citanya, dia mulai merubahnya menjadi “pemain sepakbola”. Alasannya karena ternyata pemain sepakbola posternya banyak, ada dimana-mana, sering dimuat di tabloid dan sering bertanding ke berbagai negara yang pastinya menggunakan pesawat terbang sebagai sarana transportasinya. Sejak itulah sang anak sering bermain sepakbola dan agak melupakan pelajaranya. Tidak lupa ia pun meminta kepada orangtuanya untuk dibelikan jersey Juventus dengan nomor punggung 10 dibelakangnya. Tujuannya ya si anak berharap kalo lagi maen bola, ia memiliki kemampuannya yang sama kaya sang idola. Waktu berjalan hingga akhirnya dia terkena penyakit cacar. Yang namanya kena cacar ya gak boleh 5
sekolah dulu sebelum bener-bener sehat, banyak istirahat dirumah dan yang pastinya gak boleh banyak main dulu apalagi maen bola. Anak ini baru saja menderita sebuah penyakit, penyakit yang menurunya sangat menyebalkan. Tapi dari kejadian ini ada hal yang menarik. Ketika dia sakit orangtuanya membawa dia ke dokter, entah apa yang ada dipikiran dia, tapi anak ini merasa seorang dokter tersebut sangat membantunya, apalagi setelah sembuh dari cacar. Anak ini kembali berhayal, rasanya enak juga jadi dokter dia banyak sekali menolong orang, bahkan pemain bola yang cedera pun juga pasti ditolong oleh dokter pikir sang anak. Dengan perlahan dokter mulai menjadi salah satu opsi cita-cita sang anak. Dan anak ini sadar bahwa untuk jadi dokter haruslah pinter. “Kan bahaya nanti kalo salah kasih obat, kalo pasiennya mati gimna coba….“, itu yang ada di benak sang anak. Anak ini kembali menjadi seorang yang rajin, walaupun ia tidak lepas dari aktifitasnya “bermain bola”. Hingga ujian akhir kelas 6 SD, waktu itu namanya masih EBTANAS (Evaluasi Tahap Akhir Nasional) anak ini dapat membuktikan bahwa ia adalah anak yang pandai. Hasil ujian pun ia dapat dengan memperoleh total nilai 45 dari 5 pelajaran, atau rata-rata ia dapat nila 9 dari setiap mata pelajaran.
6
Nah sobat pembaca, ternyata cita-cita sang anak berubah ubah ya, dari mulai presiden, pilot, pemain bola, dan dokter. Alasan memilih cita-citapun juga cukup unik ya. Apakah sobat pembaca mengalami hal yang mirip? Yang senyum-senyum sendiri pasti punya kemiripan cerita. Namun apakah dokter akan menjadi pilihan cita-cita terakhir sang anak? Mari kita simak kisah berikutnya. Dengan bekal nilai yang ia miliki, ia pun memilih SMP yang bisa dikatakan salah satu sekolah favorit walaupun bukan sekolah yang terbaik yang ada di kotanya. Dapat ditebak, dengan nilai yang dimilikinya, anak ini pun diterima masuk di sekolah tersebut. Kota tempat anak ini tinggal dikenal sebagai kota yang kreatif dan entah kenapa di kota ini banyak sekali yang memiliki kecintaan pada musik. Dengan kata lain kota ini dapat dikatakan sebagai kota gudangnya musisi, karena banyak sekali musisi berkualitas yang terlahir di kota tersebut. Secara naluriah anak ini juga memiliki kecintaan kepada musik, tapi pada waktu itu ia tak lebih dari hanya sekdar penikmat saja. Pada saat kelas 2 SMP ada pelajaran kesenian, dimana saat itu siswanya diwajibkan untuk menguasai salah satu jenis alat musik. Sialnya sang anak yang memang hanya sekedar penikmat musik, dia tidak dapat memainkan satupun alat musik. “Malu dong suka musik tapi gak bisa main gitar”, itu yang dikatakan teman sekelasnya kepada anak ini. 7
Setelah kejadian itu, ia meminta kepada orang tuanya untuk dibelikan sebuah gitar. Karena merasa malu, anak ini akhirnya coba untuk belajar memaikan gitar, dan tanpa disangka dalam waktu 3 bulan anak ini sudah bisa memainkan gitar, ya walau hanya sekedar memainkan lagu-lagu ringan dengan kunci sederhana. Semakin lama mendalami gitar akhirnya anak ini mulai memiliki kecintaan yang lebih kepada musik. Entah mengapa bermain musik memberikan ketenangan tersendiri pada anak ini. Jika sudah memegang gitar, dia bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk sekedar mendengankan lagu dan mencoba-coba mencari kunci nada dari lagu yang ia dengarkan. Lagi-lagi ia merubah cita-citanya, dan ia ingin memiliki cita-cita menjadi seoang anak band. Sejak SMP dia bergabung dengan teman-teman sebayanya untuk membuat band dan mulai sering latihan di studio musik. Kebetulan paman dari anak ini memiliki studio musik. Selama sekolah kegiatan anak ini kalo gak main bola, main playstation, main musik dan tentunya meluangkan waktu untuk belajar. Ujian nasional SMP pun tiba, sperti biasa dia mulai mengurangi beberapa aktifitas bermainnya untuk meluangkan waktu memperdalam materi ujian. Hingga akhirnya lulus SMP, dia dapat nilai ujian akhir yang cukup memuaskan.
8
Saking banyaknya cita-cita yang sering ia pilih dan kemudian ia lepas kembali, ketika SMA dia mulai bingung. Akhirnya dengan pemikiran yang lebih dewasa dan lebih rasional (menurut dia), dan dia mulai mencoret satu persatu cita-citanya. Yang pertama cita-cita jadi presiden dia hilangkan, karena ternyata dia punya pandangan lain soal politik. Intinya ngurus diri sendiri aja udah keteteran apalagi ngurusin sebuah negara dengan penduduk lebih dari dua ratus juta orang. Pusiiiiiiinnnnnggggg katanya. Kemudian cita-cita kedua menjadi seorang pilot. Mungkin dulu terlihat keren sewaktu masih kecil, tapi sekarang dia liat lagi resikonya “Kalo pesawatnya jatoh, taruhannya nyawa”, hal ini mejadi pemikiran dia ketika melihat insiden kecelakaan pesawat terbang di televisi. Lalu cita-cita ketiga menjadi pemain bola pun dia hilangkan, alasannya simpe “Saya kan gak jago-jago amat main bola, lagian kalo main bola banyak berantemnya”. Buat yang suka main bola pasti pernah denger atau ngalamin sendiri sebuah pertandingan yang tidak puas dengan kepemimpinan wasit, atau ada pemain yang agak kasar, ujungujungnya abis main bola malah berantem. Lha ini main bola apa tinju, hehehe. Kalo jadi dokter, kayanya gak mungkin, soalnya jurusan saya kan IPS bukan IPA, jadi gak lah kalo harus milih dokter. Nah giliran pilihan jadi musisi, ini yang dia bingung, diterusin atau gak ya? Tapi akhirnya dia memutuskan menjadikan musik sebatas 9
hobi saja, sebagai pengisi waktu luang atau sarana penghibur diri sendiri. Jadi, kalo gitu cita-cita ini anak apa ya? Ia mulai berpikir, dan mungkin ada gambaran yang tersirat “Kakek dulu kerja di BUMN, ayah juga di BUMN, paman juga di BUMN, ah kalo gitu saya jadi karyawan BUMN aja deh, atau gak kerja kantoran aja, terserah kerjanya dimana”. Sayang sekali citacita yang tadinya sangat tinggi, makin kesini semakin diturunkan.
Nah sobat pembaca bisa liat cerita barusan, sebuah perjalanan mengenai cita-cita yang selalu berubahubah. Kebanyakan dari kita mempunyai cita-cita yang tinggi sewaktu kecil. Seiring berjalannya waktu, makin kesini ternyata makin diturunkan cita-citanya. Tak hanya itu, ternyata ada yang jauh lebih parah lho, cita-citanya gak cuma sekedar diturunkan tapi juga dihilangkan. Bagian berikutnya dari buku ini akan mengantarkan anda untuk bisa menjawab pertanyaan dari judul buku ini ”Aku Mau Jadi Apa?”. Untuk anda yang sudah mencapai profesi yang anda inginkan, buku ini akan mereview kembali perjalanan anda.
10