•
.. •
•
INOON
.~
6. TC
Mediamassa
• •
Hrlfgl/blnl lhn
: g-11t ~Vf2/r,l;pr
Hlmnlklm
•
•
I
71
•
Jln . Medan Merdeka Timur 14 Jakarla 10110
•
Seorang perupa membuat tiga lukisan bertema celeng. Seorang pastor menafsirkan, itulah lukisan yang meramalkan nasib rezim Soeharto. I GALERll ASIO AL SENT RUPA, GAMBIR, PEKAN LA lu, masa de pan Indonesia diramalkan. Beberapa bulan lagi, di tahun 2000, insyaAllah, re7.im Orde Barn bakal !'Unruh habis. Dj0ko Pekik. perupa yang berpameran itu, membuka pameran y~n5 hanya menyuguhkan tiga lukisan, dengan memecahkan parung celeng dan Kasongan. Dan dan serial tiga lukisan yang bertemakan celen~ iru, atau disebut juga trilogi celeng, lukisan terakhir memang melukiskan kematian celeng. Judulnya, Tanpa BlInga dan Telegram DlIka Cira 2000. Lukisan 3x5 meter iru menggambarkan bangkai celeng membusuk tergeletak di sebuah padang tandus. Seluruh pohon-pohon meranggas. Bukit-bukit gundul. Lalat-Ialar hijau berkerumun di rubuh celeng yang mengelupas. Dua gagak hitam mematuki dagingnya. Tulang iganya meruyak. Samar-samar nunjauh dan tanah tandus kerontang itu terlihat panorama kepadatan metropolis lengkap dengan jalan layangnya. Sebuah kematian yang epi. dan tragis. Kesan iru memang hanya saJah saru penafsiran, bila kita mengikuti trilogi celeng ini urut dari yang pertama. Lihat saja yang digambarkan perupanya danjudul-judullukisan itu: SIISU Raja Celeng. kemudian Indonesia 1998 Berbllnl Celellg. dan terakhir itu tadi. Tanpa Bunga dan Telegram Duka Cira 2000. Angka tahun itu (1998 dan 2000). lalu kata Indonesia, mau tak mau menyeret asosiasi kita pad a peristiwa yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Yakni. pergantian kekuasaan dengan peristiwa kekerasan yang melatarbelakanginya. Mundurnya Soeharto, naiknya Habibie. Pemilu 7 Juni 1999. akitnya mantan Presiden Soeharto. dan kemudian munculnya pemerintahan barn yang disambut rakyar, dan kemudian habisnya re7.im Orde Baru. Apakah Pekik memang ingin menceritukan hal itu? Kisah habisnya
•
OOK. OJOI
•
•
Kontak file: ubseksi
dan Publika i
--
,
r• •
I
- . ....-.....- ~
DJOKO PEKIK DAN LUKISANNYA: TANPA BUNGA DAN TELEGRAM DUKA
,I
B
.
Oft
•
.r
·•
-••
-
•
., o
~- --
•
J
penguasa Orde Banl yang dipimpin Soeharto? Lelaki berumur 61 tahun ieu tidak menjawab jelas. la hunya mengatakan: "Ini lambang matinya angkara murka dan harnpan akan dmangnva . raru adil." Cuma. ada sebuah lukisan Djoko Pekik dari tahun 19 6. juuulnya Bebek di BClImh Berinoin Hi{(/lIl. la endiri heran. ketika menjelang sldung umum ;\IPR yang baru lalu. Golkar di ebU[-sebut pecah dua: Golkar hitam dan putih. [ni ebuah keberulan. mau dalam diri bapak delapan anak dan kakek tiga cucu itu, yang menjalani ebagian hidupnya di bawah tekanan penguasa. ada indra keenam unruk mengatakan yang akan datang'} Buat beberapa kalangan. trilogi celeng karya Djoko Pekik memang mengandung emacam "progno i '" atall nubuut terhadap runtuhn ya rezim Soeharto. Pertuma adalah Susu Raja Ce/eng. dilukis di w.hun 1996. Luki an berfOll1l t 180x 150 sentimeter ini lahir ketika di Yogya diadakan aearn Gelar Budaya Rakyat memperingari sewindll naik takh-
tanva Sri Sultan Hamengkubuwono X. Saat itu para eniman mendapat tantangan dari Sri Sultan. agar mereka bicara apa adunya tanpa redellg alillg -aling. "Silvl:an ~eniman- eniman mau matur apa. aya yang bertanggllng-jawab." kala Sultan. Dan Djoko Pekik ingin melukis -euaru yang "ker:.l!;" tentang raja mau pemimpin yang ideal. Sejauh itu. lukisan lerkerasnya adalah WTS /vlellagih Jallji. Pelacur-pelacu r ilU dlgarr,barkal' bercelana pemlek dengan pahu yang merangsang. tapi otolnya berwamu biru mnda pengorbanan ti -ik. 1nl meny im bolkan rnkyat yang hidupnya belulbellll di bawah telapak knki. Memang, slIdur pandang perupa . aru ini lazilllnya Illuram. Kanvasnyu adalah rekaman penderitaan rakyat. wama-wamanya yang disukainya adnlah wama-wama tegas. kontras (anpa banyak call1pllran. Bukan Djoko Pekik bila kemudian ia meng'lambarkan so~ok seorang mja ideal. betapapun ia merindllkan seorang pemimpin yang ben~lI-be~
~
I I
I
--
nar berpihak . SUSU RAJA CELENG . kepada raktanpa tedeng aling-aling. yat. Jadi. kenapa tidak menggambarkan hal sebaliknyu'l Suuru lukisan lentang raja yang buruk, pemimpin yang menindas rakyat. memperkayadiri -endiri dengan segala carn. Suutu watak yang mirip -ifar celeng atau babi hutun. Ya. raja ideal tenrulah bukan seperti raja celeng. batin Pekik aat itu.
Gus Dur dan Matori
-
Celen!! dalam folklor lawu udalah imbol egalu hal yang buruk. terutuma berkaitan dengan kebyaan. Binltang salU ini menjadi lambang keserukahan. kebnltalun. Kebetu1:.111, Dj ko diluhirkan dl K~lIungrej o . eurwodaJi. Juwa Tengah. 61 luhull yung lalu . Di de' unya.oal mencari kekayaan dengan ja!an setan bukun :esuatll yang asing. dan itu di . ebut babi IIgepet. Tak j la. . adu.kah IPi takhayul amll memang kenyalaan. Mereb
~~~
percaya bilang. seseorang yang memilOO ilmu babi ngepet di malam-malam tertentu akan menjadi siluman babi dan rnenjarah uang tetangga tanpa terlihat. Singkat kata, metafora celeng akrab bagi Djoko Pekik. Maka lahirlah SUSII Raja Celeng. Pekik menggambarkan seekorceleng begitu tambun sedang menyusui keenam anaknya. Di sekitamya tampak genangan darah. Ini memanao bukan adegan celeng menyusui yang biasa. Raja eeleng itu digambarkan sudah tak berdaya Di latar belakang. ribuan orang memanclang tapi tak berani mendekat. fereka sador "babi ngepel" ini masih memiliki kekuatan yan? sewaktu-wak'tU bisa menyeruduk, meski kondisinya kritis. Ini membuot "para pemburu celeng" rela bertahan. menunggu eeleng itu benar-benar mendekati sekarat, sebelum mereka rame-rame meringkusnya. , Celeng itu hakikat hidupnya pasti diburu orang, pasti digebukin," rutur Djoko Pekik. Ketika iru, tahun 1996. kondisi politik nasional diwarnai konllik. Terbesar. interyensi pemerintah memecah Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang dipimpin legawati. Dikhawatirkan Mega bakal dimajukan sebagai calon presiden dalam Pemilu 7 Mei 1997. Puncaknya. Peri tiwa 27 luli, peng ambilalihan kantor Dewan Pengurus Pusat PDI oleh pengurus PDI Yersi pemerintah dibantu aparat dengan kekerasan. Terjadi kerusuhan massal. Korban pun tak terhindarkan. emudian disusul penangkapan-pe • angkapan pengurus Partai Rakyat Demokratik yang oleh pemerintah diruduh biang kerusuhan 27 Juli iru. Sebelumnya, • sebagai reaksi dibentuknya pengurus baru PDl oleh pemerintah, selama beberapa hari, di kantor tersebut diadakan mimbar bebas. Dari mimbar itu mereka yang bieara bergiliran melontarkan kritik terhadap pemerintah. Tapi seben arn ya itu semua hanya kelanjutan dan kondisi sebelumnya Sej umlah tokoh yang peduli pada nasib bangsa clan negara, misalnya, di awal l uli tahun itu menaelllarkan Petisi 1 Juli 1996. Isinya, ke'" prihatinan terhadap pemerintah yang makin menyimpang. kekuasaan makin terpusat pada saru orang. kedaulatan rakyat dan keadilan sosial tak tercenninkan dalam hidup sehari-hari, kekerasan merebak bahkan me masuki wilayah po Iitik. Para penanda tangan petisi antara lain, K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus Our (presiden kita sekarang), Matori Abdul Djalil (Wakil Kerua MPR sekarang). Lalu di berbagai kota, antara lain Yogya, diadakan rapat al
•
kongres yang disponsori oleh pemerintah. Lalu, sesudah penangkapan-penangkapan dan peneulikan aktiyis pro-demokrasi etelah Peri,stiwa 27 Juli . aksi tel1Ulis (petisi dan pemyataan) rnaupun pengumpulan massa (rapat atau demo) surut. Rakyat sadar. pemerintah yang bereaksi dengan keras temyata masih sangat kuat didukung aparat. Maka rakyat menunggu, menonton dari jauh celeng iru. Rakyat me'nanti peluang. Dan itu memang datang: menjelang dan sesudah SU MPR, Maret 1998, demo mahasiswa begitu gencar di mana-mana. Dengan kreatif sasaran demo itu satu: mema uki dan merebut kembali rumah rakyat itulah gedung DPR dan DPRD agar suara mereka yang terdengar dari san a, bukannya suara pemerintah. Senin, 18 Mei 1998, mahasiswa dari ber.bagai perguruan tinggi seluruh Indonesia berhasil memasuki dan kemudian menginap di gedung DPRlMPR Rl, Senayan, Jakarta.
Euforia Rakyat Saat puluhan ribu massa ntmpah di Yogya memperingati Hari Kebangkitan asional, 20 Mei 1998, Djoko Pekik terhenyak. "Kok, ya, kejadiannya benar terjadi," terawangnya. Maksudnya, peluang iru benarbenar muncul, dan rakyat pun segera memanfaatkannya. Protes dari berbagai pihak tetI nasuk pimpinan DPRlMPR, agar Soeharto mengundurkan diri berlangsung sudah. Sedemikian membekas hal itu dalam sanubari Djoko Pekik, lalu lahirlah lukisan celeng kedua: Indonesia 1998 Berburu Celeng. Ini sebuah lukisan besar, 4,5 x 2,75 meter, menggambarkan kondisi euforia rakyat je\ata menangkap celeng. Kerumunan massa berdasi dan beIjilbab merangsak ke depan. berdesak-desakan ingin menyaksikan si raja tarnbun dengan kaki terikat dipanggul hanya dua orang. Sementara itu penari ledek, tayub, ja-· thilan beIjwnpalitan riang. Aktor pantomim Yogyakarta. lemek Supardi, menjadi model lukisan ini. Menurut Djoko Pekik. adegan yang ia gambarkan diilhami aat ada "babi ngeper" tertangkap di desa kelahirannya, dan ketika itu memang seluruh warga desa jingkrak-jiogkrak kegirangan. Bila lukisan ini bukan berlatar desa Djoko Pekik, karena nun jauh di latar belakang digambarkan jalan layang. Ini sebuah panorama Ibu Kota. Jadi Djoko Pekik memang menggambarkan runtuhnya rezim Soeharto? "Gimana ya, saya bilang jelas ya susah, tidal< jelas ya susah:' jawab Pekik. Yang jelas, gagasan tentang celeng tal< sebatas dalam lukisan. Pada tanggal 17 Agustus yang lalu, Djoko Pekik menggelar hajatan wayang kulit berlal
didesainnya sendiri dan digambarkan berkaki dan berkalung ernas. Ki Ttmbul Hadi-.· prayitno, sang dalang. berkomentar " Wah. susune enem kok mbagllsi bangel celenge (susunya enam. gila banget eeleng ini). Dab. kematian celeng di tangan Dernang Soropodo, rnenurut ki dalang. mengenaskan.: Tombak ki Demang menghaneurkan babi' hutan tambun itu. antas, di pertengahan Oktober lalu. ~ Bondan Nusantara yang sutradara Dage lan Mataram Baru itu menggelar ketoprak humor di Yogyakarta. beridekan dua lukisan celeng tersebut. Judullakonnya, Celeng Dhegleng, Celeng Sinting. Seluruh perrunjukan mengun~ g tawa, kecuali di ending-nya yang terkesan miris: sebuah patung eeleng dihaneurkan. Dan kini lihat1ah lukisan terbaru Pekik, ketiga dari trilogi itu. Digambarkannya celeng yang membusuk, di te'1gah hutan meranggas. Kepala celeng ini hijau. Kata Pekik, itu simbol bmo ijo. raksasa yang konon bisa dipelihara untuk meneari kekayaan lewat jalan setan. Entah. di mana bisa ditemukan si raksasa hijau ini. Karena ini matinya celeng itu tidak ditangisi. Celeng itu euma menjadi hama masyarakat, terutama bUlit rakyat petani. Dan lagi-lagi. masa keeil Djoko Pekik muneul dalam lukisan ini. Lihatlah. dua ekor gagak hitam bertengger di tubuh celeng mati itu, memorak-porandakan dan memakan daging dan isi perut bangkai iru. Di masa kecil _ Pekik, ia sering diceritai oleh orang-orang tua, mereka yangjahat kalau meninggal peru tnya bakal dirobek-robek oleh burung gagak. Maka Pekik, kalau kau jadi orang jahat, "Kowe Silk nek mali. lIsusmu diodolodol manttk gagak,." demikian Pekik kecil sering ditakuti. Trilogi Celeng Djoko Pekik alhasil seolah merefleksikan tahap-tahap jaruhoya rezim Soeharto atau Orde Baru. Sindhunata - filsuflulusan JetIllan, berdisertasi Hoffen aus den RanIAdil: Das eschatologiche /\lIoriv des Cerechcen Koenigs in Bavemprocesc au! la va Wachrend des 19 Und 20. 8eginn des . 20 l ahrhttnderts (Menanti Ratu Adil: Motif Eskatologis dari Ratu Adil dalam Protes Petani Jawa Abad ke-19 dan Pellllulaan Abad ke-20) membenarkan tafsiran ini. Pasrur ini dikenal penafsir yang memberi bobot politik pada lukisan Pekik. Simak tulisan "Berburu Ce1eng" dan "Awas Celeng-Celeng Gentayangan" di buku Bayang-8ayang Ratu Adil (PT Gramedia Pustaka Utama, 1999). Romo Sindhu sendiri merasa, memang celeng da-' lam lukisan Djoko Pekik iru mau enggak mau mengasosiasikan pada runtuhnya rezim Soeharto. •
"Ya, rafsiran ini sebeoarnya memiskinlean lukisannya, tapi memang terlihat Pekik mau mengatakan itu," katanya kepacla D&R. Tapi, karya seni yang bail< bisa ditafsirkan beIIIlacam-macam. Boleh saja di bayangan Djoko Pekik celeng adalah simbol rezim Soehano, tapi bisa saja orang yang melihatnya hanya menafsirleannyasebagai lambang kerakusan dan keangkaramurkaan. Menurut Sindhu, Pekik memang punya obsesi menjadi peramal. Mungkin ini berlebihan. Mereka yang suka bicara politik dan ini tak bisa dihindari ketika para intelektual berkumpul di sekitar Djoko Pekikantara lain meluncur analisis-anali is. dan tanpa data serm fakta yang nyata memang akan terasa analisis itu seperti ramalan.
Apa pun, Sindhu melihar kelebihan Pekik memilih simbo!. "Dia pas menggunakan mitos ehingga bisa membuka banyak hal," katanya. Cuma, pada lukisan celeng terakhirnya, Tanpa Bunga dan Telegram Duka Ora 2000, menurut Sindhu kekuatan esterisnya menurun. "Kekuasaan yang mati dalam kesepian, tidak ada yang melayat, tidak ada yang memperhatikan. Pesan itu terlalu sederhana, tidak seproblematis luki san celeng kedua, " karan ya.
Raja Lalim Raja Yang menarik yang tidak disinggung Siodhu lukisan celeng ketiga Pekik ini bisa memberi peluang kira merenungkan soal na ib bekas eorang penguasa. Adalah
kenyataan bahwa Soekamo diisolasi di Wisma Yaso. fa dikurung. tidak boleh bertem u dengan siapa pun tanpa izin, keluar dari pintu rumah unruk jaJan-jalan di haJaman rumah pun dilarang. Suatu kondisi yang bisa membuat jiwa seseorang rertekan stres, depresi. Menurut K.R.T Suryanro Suryoatmojo - seorang budayawan Yogyakana. ahJi ensikJopedia Jawa dalam sejarah suksesi di Jawa rakyat bia anya akan memaafkan penguasa yang sudah tidak bertakhta lagi. ''1api, bagi raja lalim, kemungkinan hanya dua: dibunuh atau dibuang, tergantung pada kebijakan penguasa baru," tutumya. Dan menurut Onghokham, sejarawan yang mendalami sejarah kerajaan-kerajaan Jawa, daJam sejarah lataram sanak famili penguasa la!im oleh rakyat pasti dikucilkan. Dan menurut G. Mujanto, sejarawan dari !KIP Sanata Dhatllla. Yogya, anak-anak dan pengikut raja yang tersingkir biasanya ditanya lebih dahulu oleh penguasa baru, apakah masih setia dengan kerajaan atau tidak. Bila masih setia, mereka diterima. Tapi, bapak mereka langsung dibuang. Ketika Pangeran Puger menang melawanAmangkuratill, raja lalim itu dibuang ke SaiJan dan mati dalam keterpencilannya. Celakanya, anak cucu Amangkurat ill meski telah berikrar setia. kenyataannya terap saja menyimpan den dam. Geger Pacinan tahun 17-W, misalnya, dirnanfaatkan anak cucu Amangkurat ill melawan Pakubuwono Q gelar Pangeran Puger. Sejarah memang bisa berulang, rapi tak usah cemas, bilaAncla percaya Djoko Pekik. , Sebab, ia sudah membayangkan lukisan barunya setelah Tanpa Bunga dan Telegram Duka Ora 2000 itu. Yakni tentang datangnya fatu adil. Ini, tentu saja, ebuah harapan turnpasnya keangkaramurkaan rezirn WAYANG lama, dan tumCIPTAANNYA. Mali mengenaskan. buhnya keadilan sena kesejahteraan bersama di masa pemerintahan baru. Bukankah di pembukaan pameran yang disponsori oleh Galeri Lomar dan maj aJah Tempo , Jumat malam. 5 November renCananya Djoko Pekik telah memecah patung celeng dari Kasongan? Pyarr. Dan isi patung berupa jeruk, beras, cengkih, botol minyak tanah, mobil-mobilan uang receh - katanya ini perlarnbang gemah ripah loh jinawi yang dirarnpok penguasa sebelumnya akan berhamburan di hadapan penguojung. Sebuah era baru ke pemimpinan. Celeng sudah mati . •
SESO JOKO Sl'YO:
DAN RL' S"TRL'N" BUDt (j.\I