Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung
Profesor Mitra Djamal
SENSOR DAN SISTEM SENSOR: STATE OF THE ART, KONTRIBUSI DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGANNYA DI MASA DEPAN
27 Maret 2010 Balai Pertemuan Ilmiah ITB Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
Hak cipta ada pada penulis
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 27 Maret 2010
Profesor Mitra Djamal
SENSOR DAN SISTEM SENSOR: STATE OF THE ART, KONTRIBUSI DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGANNYA DI MASA DEPAN
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
Hak cipta ada pada penulis
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Judul: SENSOR DAN SISTEM SENSOR: STATE OF THE ART, KONTRIBUSI DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGANNYA DI MASA DEPAN Disampaikan pada sidang terbuka Majelis Guru Besar ITB, tanggal 27 Maret 2010.
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis.
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. --- QS An Najm: 39-41 ---
Hak Cipta ada pada penulis Data katalog dalam terbitan Mitra Djamal SENSOR DAN SISTEM SENSOR: STATE OF THE ART, KONTRIBUSI DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGANNYA DI MASA DEPAN Disunting oleh Mitra Djamal Bandung: Majelis Guru Besar ITB, 2010 viii+78 h., 17,5 x 25 cm ISBN 978-602-8468-11-4 1. Teknologi 1. Mitra Djamal
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
ii
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
iii
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
PENGANTAR Segala puji dan syukur kita persembahkan kepada Allah yang Maha Rahman lagi Maha Rahim, yang telah memberikan ilmu dan hikmah kepada hamba-Nya. Berkat kemudahan-kemudahan yang diberikan-Nya pada penulis, memungkinkan penulis mampu menyelesaikan dan menyampaikan orasi ini sebagai bentuk komitmen dan pertanggungjawaban akademik penulis yang mendapat amanah jabatan Guru Besar. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung yang telah memberi kesempatan penulis untuk menyampaikan orasi berjudul “Sensor dan Sistem Sensor: State of the Art, Kontribusi dan Perspektif Pengembangannya di Masa Depan” Besarnya kompetisi di pasar bebas mengharuskan pengembangan instrumen yang terus menerus, baik dari sisi kualitas, harga maupun keandalannya. Meningkatnya kebutuhan untuk otomatisasi, keamanan dan kenyamanan menggiring orang untuk mengembangkan sensor dan sistem sensor baru dengan prinsip dan metoda yang berbeda-beda. Jumlah sensor dan sistem sensor yang diperlukan juga meningkat. Saat ini teknologi sensor telah memasuki bidang aplikasi baru dan pasar yang semakin meluas seperti otomatif dan rumah cerdas (smart home). Pada waktu yang bersamaan sensor dan sistem sensor juga menempati posisi yang sangat penting untuk penelitian dan pengembangan hampir di semua bidang. Dalam tulisan ini disajikan beberapa fakta perkembangan teknologi Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
iv
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
v
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
DAFTAR ISI
sensor pada saat ini, yang meliputi struktur sensor, teknologi pembuatannya, dan proses pengolahan sinyalnya. Ke tiga komponen ini memegang peranan yang sangat penting bagi perkembangan bidang sensor dan
PENGANTAR ............................................................................................. iii
sistem sensor. Beberapa kontribusi utama penulis dalam bidang sensor
DAFTAR ISI .................................................................................................
v
1.
PENDAHULUAN ...............................................................................
1
2.
STATE OF THE ART TEKNOLOGI SENSOR .................................
3
2.1. Struktur Sensor .............................................................................
4
2.2. Teknologi Sensor ...........................................................................
9
2.3. Pengolahan Sinyal .........................................................................
9
dan sistem sensor dipaparkan dalam bagian ke dua tulisan ini. Kontribusi itu meliputi pengembangan sensor koil datar dan aplikasinya untuk mengukur getaran, pengembangan sensor magnetik fluxgate dan beberapa aplikasi penerapannya, dan pengembangan material Giant Magnetoresistance dan aplikasinya. Perspektif pengembangan sensor dan sistem sensor di masa mendatang dipaparkan pada bagian ke tiga tulisan
2.3.1 Pengolahan sinyal sensor secara individu ...................... 10
ini. Beberapa pengamat memprediksi bahwa masa mendatang akan
2.3.2 Pengolahan sinyal sistem multi sensor ............................ 12
ditandai oleh era full otomatisasi atau robotisasi. Untuk ini diperlukan banyak sekali sensor yang murah, ringan, berukuran kecil, reliably, dan dilengkapi dengan sistem komunikasi wireless. Era ini disebut juga
3.
KONTRIBUSI RISET DAN PENGEMBANGAN ............................ 13 3.1. Sensor Berbasis Koil Datar........................................................... 14 3.1.1 Sensor Getaran ..................................................................... 15
sebagai era sensorisasi. Suatu tantangan yang menarik. Besar harapan kami tulisan ini dapat memberi manfaat pada bidang sensor dan sistem sensor khususnya dan ilmu pengetahuan dan industri
3.1.2 Pemodelan Sensor Getaran ................................................ 18 3.1.3 Tranformasi Fourier ............................................................ 21 3.2. Sensor Berbasis Fluxgate ............................................................. 28
umumnya.
3.2.1. Prinsip Sensor Fluxgate ..................................................... 28 3.2.2. Desain dan Pengembangan Sensor Fluxgate ................. 32 Wassalam,
3.2.3. Pengembangan Sensor Fluxgate dengan
Bandung, 27 Maret 2010
Teknologi PCB ..................................................................... 34 3.2.4. Aplikasi Sensor Fluxgate ................................................... 35 3.2.4.1. Sebagai Sensor Medan Magnet Lemah DC ....... 36
Mitra Djamal
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
vi
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
vii
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
3.2.4.2. Sebagai Sensor Kuat arus ..................................... 39
SENSOR DAN SISTEM SENSOR:
3.2.4.3. Sebagai Sensor Muai Panjang .............................. 40
STATE OF THE ART, KONTRIBUSI DAN PERSPEKTIF
3.2.4.4. Sebagai Sensor Jarak (proximity sensor) ........... 41
PENGEMBANGANNYA DI MASA DEPAN
3.2.4.5. Sebagai Sensor Getaran ........................................ 42 3.3. Sensor berbasis Material GMR .................................................... 44 3.3.1. Pendahuluan ........................................................................ 44 3.3.2. Prinsip GMR ......................................................................... 46 3.3.3. Aplikasi Sensor GMR .......................................................... 50 3.3.3.1. Pengukuran Medan Magnetik ............................ 50 3.3.3.2. Pengukuran Arus .................................................. 51 3.3.3.3. Pengukuran Putaran ............................................. 52 3.3.3.4. Aplikasi GMR untuk Biosensor .......................... 54 4.
PENGEMBANGAN SENSOR DI MASA DEPAN: SUATU PERSPEKTIF ......................................................................................... 55 4.1. Revolusi Industri Tahap ke Tiga ................................................. 55 4.2. Sistem Sensor Smart Terintegrasi ............................................... 58
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ 60
1.
PENDAHULUAN Besarnya kompetisi di pasar bebas mengharuskan pengembangan
instrumen yang terus menerus baik dari sisi kualitas, harga maupun keandalannya.[1] Meningkatnya kebutuhan untuk otomatisasi, keamanan dan kenyamanan menggiring orang untuk mengembangkan sensor dan sistem sensor baru dengan prinsip dan metoda yang berbeda-beda. Jumlah sensor dan sistem sensor yang diperlukan juga meningkat. Saat ini teknologi sensor telah memasuki bidang aplikasi baru dan pasar yang semakin meluas seperti otomatif [2] dan rumah cerdas (smart home).[3] Pada waktu yang bersamaan sensor dan sistem sensor juga menempati posisi yang sangat penting untuk penelitian dan pengembangan hampir di semua bidang.
R&D 3% rumah lingkungan 3% 3% perlengkapan profesional 4%
REFERENSI .................................................................................................. 63 CURRICULUM VITAE .............................................................................. 71
komunikasi & IT 9%
otomotif 26%
medis 10%
Gambar 1: Ekstrapolasi data kebutuhan sensor [4] tahun 2010 Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
viii
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
bangunan 11% lainnya 12%
1
teknologi pengolahan 19% Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Dari data mengenai pasar sensor dunia diketahui bahwa perkem-
Peningkatan kemampuan sensor secara umum dapat dicapai dengan
bangan rata-rata produksi sensor dalam sepuluh tahun terakhir mening-
melakukan pemilihan yang tepat terhadap teknologi manufaktur,
kat 4.5% setiap tahunnya, dengan prediksi komposisi kebutuhan pada
struktur sensor dan pengolah sinyalnya. Penggunaan teknologi baru
[4]
tahun 2010 ditunjukkan pada Gambar 1. Terlihat bahwa pasar otomotif
untuk menghasilkan sensor-sensor tertentu tidak langsung berkaitan
menempati segmen terbesar yakni 26% dari pasar dunia, disusul dengan
dengan peningkatan kemampuan sensor secara menyeluruh. Semakin
teknologi pengolahan 19%, bangunan 11% dan kesehatan 10%.
banyak langkah-langkah teknologi proses yang dilakukan dalam
Tantangan utama teknologi sensor masa kini adalah mengukur
membuat sensor atau sistem sensor maka akan semakin rumit teknik-
besaran-besaran yang selama ini sulit atau tidak bisa diukur dan
teknik yang diperlukan untuk mengatasi efek-efek sensor yang tidak
meningkatkan nilai informasi sensor dengan menggunakan metoda-
diinginkan. Oleh karena itu untuk mendapatkan kemampuan sensor atau
metoda pengukuran yang sudah dikenal. Dalam pengembangan sensor
sistem sensor yang optimal perlu dipilih kombinasi yang tepat antara
dan sistem sensor perlu dipilih prinsip-prinsip pengukuran yang cocok,
teknologi dengan sistem pengolah sinyal yang digunakan seperti dapat
pengukuran-pengukuran khusus perlu dikembangkan untuk meningkat-
dilihat pada Gambar 2.
[5]
kan kemampuan sensor.
[6]
[5]
Dalam hal ini perlu dikompromikan antara 2.
biaya dan permintaan.
STATE OF THE ART TEKNOLOGI SENSOR Secara umum sensor didefinisikan sebagai piranti yang mengubah
besaran-besaran fisis (seperti: magnetik, radiasi, mekanik, dan termal)
rasio kinerja terhadap biaya pengolahan sinyal
[7]
atau kimia menjadi besaran listrik, seperti terlihat pada Gambar 3.
radiasi
teknologi
Gambar 2: Performansi sensor sebagai fungsi dari teknologi yang digunakan [5]
dan sistem pengolah sinyalnya . Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
2
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Gambar 3: Definisi sensor
kimia
mekanik
magnet
termal
[7]
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
listrik
3
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Kemampuan suatu sensor atau sistem sensor ditentukan oleh
antarmuka
interaksi yang kuat dari tiga komponen utama pembentuknya, seperti pr
engolah siny a-p al
struktur sensor, teknologi manufaktur dan algoritma pengolah sinyalnya.
[1]
Perkembangan teknologi sensor juga dipengaruhi oleh perkem-
sensor besaran yang diukur
bangan dari ketiga bidang ini (Gambar 4).
sin
yal analog
sinyal digital
Struktur Sensor
sin yal k om
us patibel b
[1]
Gambar 5: Struktur dasar suatu sistem sensor .
Dengan semakin murahnya piranti pengubah sinyal analog ke digital, sistem pengolah sinyal semakin bergeser dari sistem level tinggi ke level sensor. Adanya fasilitas pengolahan sinyal digital pada sensor berkon-
Teknologi Manufaktur
tribusi pada peningkatan kemampuan sensor, misalnya untuk mengatasi
Pengolahan Sinyal
variasi keluaran sensor akibat proses fabrikasi yang dapat dilakukan [1]
Gambar 4: Tiga komponen utama pembentuk teknologi sensor .
dengan mudah saat konfigurasi sensor. Untuk memudahkan integrasi antara sistem sensor dengan sistem level yang lebih tinggi diperlukan suatu sistem antarmuka yang tepat. Sistem ini dipenuhi oleh bus sensor.
2.1. Struktur Sensor Bagian inti suatu sistem sensor adalah elemen sensor. Bagian ini mengubah besaran fisika atau kimia yang diukur menjadi sinyal analog elektronik (Gambar 5). Sinyal analog ini oleh unit pra pengolah sinyal diubah menjadi sinyal digital. Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
4
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
5
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
yang telah diketahui sebelumnya. Sebagai contoh sensor percepatan pengolahan sinyal
dengan struktur lingkar tertutup (closed loop) (Gambar 7). Gaya inersia
pra-pengolah sinyal
yang bekerja pada massa dikompensasi oleh gaya pemulih yang dihasilkan secara elektronik. Dalam hal ini, test mandiri dapat dilakukan
besaran yang diukur
sensor
Besaran hasil pengukuran
dengan menggunakan gaya pemulih yang sudah diketahui.
[6]
parameter eksitasi
Gaya Fa Inersia
unit tes mandiri dan kalibrasi mandiri informasi tambahan tentang perilaku sensor
Defleksi z
m [1]
Gambar 6: Struktur sensor dengan tes mandiri dan kalibrasi mandiri .
Sensor Posisi
Gaya Fel Pemulih
Dalam perkembangan belakangan ini, sistem sensor dilengkapi
I
dengan sistem tes mandiri (selft test) dan sistem kalibrasi mandiri (self calibration) yang terintegrasi dalam proses desain. Desain sensor semacam [6]
ini memberikan banyak keuntungan, antara lain peningkatan kehandalan dan mereduksi biaya instalasi dan biaya pemeliharaan. Struktur sensor dengan sistem tes mandiri dan kalibrasi mandiri berbeda dengan struktur sistem sensor standar, karena disini diperlukan informasi tambahan tentang perilaku sensor (Gambar 6). Secara umum, diperlukan informasi khusus tentang perilaku sensor dan batasan kemampuan sensor.
Gambar 7: Sensor percepatan dengan struktur lingkar tertutup .
Untuk kalibrasi mandiri, keluaran sensor dari masukan yang sudah tertentu digunakan untuk menghitung parameter sensor. Melalui kalibrasi mandiri, pengaruh efek penuaan dapat diperhitungkan, sehingga batas ketelitian pengukuran selama proses pengukuran dapat
[1]
dijamin. Penempatan test mandiri dan kalibrasi mandiri secara
Keadaan sensor dapat dimonitor dengan membandingkan keluaran
terintegrasi di dalam sistem sensor memungkinkan desain sistem sensor
sensor dengan nilai keluaran yang diprediksi berdasarkan hubungan
yang bebas kalibrasi. Sebagai contoh pengukuran temperatur bebas
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
6
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
7
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
kalibrasi berdasarkan prinsip hubungan p-n yang telah dikembangkan
temperatur tanpa mengkalibrasi sensor pada temperatur referensi.
[8]
oleh Kanoun.
2.2. Teknologi Sensor Perkembangan yang sangat pesat pada teknologi sensor saat ini dimungkinkan karena adanya teknologi mikro. Teknologi ini menawarkan biaya produksi yang murah, ukuran yang lebih kecil, konsumsi daya yang lebih rendah, dan kehandalan yang lebih tinggi dibandingkan teknologi yang sebelumnya. Diantara teknologi-teknologi mikro yang ada, silicon micromachining adalah teknologi mikro yang paling banyak dikembangkan orang.
[9,10]
Hal
ini disebabkan karena bahan silisium mempunyai sifat-sifat yang baik, Gambar 8: Pengukuran temperatur bebas kalibrasi berdasarkan prinsip hubungan p-n karakteristik i-u.
[8]
seperti bebas dari kesalahan histeresis dan mempunyai sifat mekanik yang baik.
2.3. Pengolahan Sinyal Metoda yang dikembangkan [8] mengukur temperatur dengan menggunakan arus sebagai besaran pengarah (steering quantity). Dengan cara ini ketergantungan pada sifat-sifat sensor dapat dieliminasi. Keuntungan utama dari metoda ini adalah bahwa karakteristik i-u dari suatu hubungan p-n tidak dipengaruhi oleh variasi manufaktur dan semua parameter dapat diukur secara simultan. Proses perhitungan ini diulang pada setiap proses pengukuran temperatur, sehingga tidak ada
Adanya fluktuasi beberapa parameter yang terjadi selama proses fabrikasi, menyebabkan terjadinya variasi manufaktur. Faktor-faktor pengaruh seperti temperatur, tekanan, dan kelembaban dapat mempengaruhi karakteristik sensor. Efek penuaan dalam beberapa hal dapat mempengaruhi karakteristik sensor, seperti perubahan sensitivitas atau pergeseran titik nol.
parameter yang tidak diketahui yang harus ditentukan sebelum pengukuran. Prinsip pengukuran ini memungkinkan pengukuran Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
8
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
9
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Faktor - faktor pengaruh
pemilihan struktur sensor, penguatan sinyal, penyekalaan, linierisasi, dan konversi sinyal (Gambar 10).
Efek Penuaan
Perbedaan Manufaktur
Antarmuka Sensor
Faktor -Faktor pengaruh
Penguatan , Linierisasi, Konversi Sinyal
Sensor Besaran yang diukur
Sinyal
Besaran yang diukur
Elemen Sensor Pengolahan Sinyal Analog Perlindungan terhadap kelebihan tegangan Rangkaian Operasi
Pengolahan Sinyal
Gambar 9: Pengolahan sinyal sensor.
Amplitudo Frekuensi
[1]
A/D-Converter
Pengolahan sinyal sensor ditujukan untuk mengatasi efek-efek pengaruh (influence factors) sehingga didapat nilai yang terbaik dari hasil
Perhitungan dari Nilai Pengukuran
Model
Koreksi terhadap faktor pengaruh , Toleransi Manufaktur , Efek lama penyimpanan
pengukuran (Gambar 9). Dengan teknik pengolahan sinyal yang sesuai maka karakteristik sistem sensor dan ketelitiannya dapat ditingkatkan secara signifikan.
Pengolahan Sinyal Digital
2.3.1. Pengolahan sinyal sensor secara individu Sinyal keluaran dari suatu elemen sensor seringkali lemah atau sangat
Nilai yang diukur
lemah. Untuk mendapatkan keluaran yang baik, sinyal ini perlu diperkuat, proses penguatan ini dilakukan oleh bagian pra pengolah sinyal. Dalam proses pra pengolah sinyal dilakukan beberapa hal, antara
[1]
Gambar 10: Pengolahan sinyal sensor secara individu .
lain: pengukuran-pengukuran khusus untuk memastikan proses, Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
10
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
11
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
2.3.2. Pengolahan sinyal sistem multi sensor
Sensor ultrasonik sangat peka terhadap gangguan panas, misalnya
Secara umum, sistem satu sensor hanya dapat menghasilkan
akibat turbulensi udara dan akibat pergerakan gorden. Sensor gelombang
informasi dari suatu keadaan lingkungan, sedangkan sistem multi sensor
mikro dapat mendeteksi objek di luar ruang pengamatan dan dapat
mengkombinasikan banyak data yang dihasilkan dari banyak sensor yang
memberikan informasi yang salah akibat gangguan gelombang elektro-
bekerja dengan prinsip yang sama dan/atau berbeda untuk mengukur
magnetik. Kombinasi dari ke dua detektor ini dan penggunaan pengolah
besaran yang sama. Tujuan penggunaan sistem multi sensor adalah
sinyal yang tepat memberikan hasil deteksi yang lebih dipercaya
mendapatkan efek-efek sinergi untuk meningkatkan kualitas dan
(reliability), karena ke dua sensor dipengaruhi oleh gangguan-gangguan
keberadaan informasi dari keadaan lingkungan yang sama.
yang berbeda.
Umumnya sistem multi sensor digunakan untuk mendapatkan
Sistem multi sensor juga digunakan untuk mengukur konsentrasi gas.
informasi yang akurat dan handal dari besaran yang diukur, tetapi tidak
Penggunaan satu sensor untuk mengukur konsentrasi gas biasanya tidak
bisa diperoleh hanya dari satu sensor saja. Sebagai contoh penggunaan
cukup untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat. Penggunaan
sensor ultrasonik dan sensor gelombang mikro (microwave) untuk
alat-alat analisa memberikan hasil yang cukup baik, tetapi harganya
mendeteksi keberadaan suatu objek, misalnya penyusup (intruder)
terlalu mahal, sehingga sulit diterapkan untuk banyak hal. Penggunaan
(Gambar 11).
beberapa sensor gas yang harganya relatif murah dalam suatu sistem
[11]
multi sensor dapat meningkatkan kehandalan dan ketepatan hasil Tx Rx objek
Modul Gelombang Mikro
m(t)
A/D
pengukuran yang cukup signifikan.
Unit pengolahan Pergeseran Doppler Δl0 Koinsidens frekuensi
m
3.
Gerak/kecepatan
Tx
KONTRIBUSI RISET DAN PENGEMBANGAN
v
Rx v
[12]
Sedikitnya ada 3 topik riset utama yang telah dikembangkan dan Modul Ultrasonik
v(t)
A/D
Pergeseran Doppler Δl0
masih berjalan sampai saat ini, yakni sensor berbasis koil datar, sensor berbasis fluxgate, dan pengembangan material sensor berbasis bahan
Gambar 11: Pengenalan objek menggunakan sistim multi sensor. Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
12
[11]
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Giant Magnetoresistance (GMR).
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
13
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
800 Vo (mV)
3.1. Sensor berbasis koil datar
600 400 koil datar
200
objek
jarak (mm)
4
0
3
0
2 1
Dj
50
100
150
200
dj
1 2
Gambar 13: Tegangan keluaran sensor sebagai fungsi jarak.
3 4
h
H
(a)
Dari Gambar 13 dapat diketahui bahwa sensor memiliki kepekaan 2,6
(b)
mV/µm. Gambar 12: Sensor koil datar: (a) elemen koil datar dan (b) elemen koil datar di depan suatu bahan konduktor.
3.1.1. Sensor getaran Gambar 12 menunjukkan sistem sensor koil datar. Prinsip fisis sebuah sensor koil datar adalah berdasarkan arus eddy.
[13]
Jika pada koil datar
dialiri arus ac dan di depannya diletakkan suatu bahan konduktor, maka
Salah satu aplikasi dari elemen koil datar adalah sensor getaran. Sistem sensor getaran ini terdiri dari elemen koil datar, massa seismik, pegas dan kerangka (Gambar 14b). Sistem sensor ini telah dipatenkan.
[15]
pada bahan konduktor akan terjadi arus eddy. Arus eddy ini akan menghasilkan induksi magnetik. Induktansi total antara koil datar dengan bahan konduktor merupakan fungsi dari jarak antara ke duanya.
pegas
[14,15,16]
massa seismik bodi
Elemen sensor digunakan sebagai bagian dari osilator LC. Frekuensi resonansi osilator adalah fungsi dari jarak. Dengan menggunakan rangkaian PLL (Phase Locked Loop) dilakukan perubahan dari frekuensi resonansi menjadi tegangan. Gambar 13 menunjukkan tegangan keluaran
(a)
Gambar 14: Sensor getaran yang dikembangkan: (a) prototip sensor
sensor sebagai fungsi jarak. Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
elemen koil datar (b)
dan (b) diagram blok sensor.
14
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
15
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Gambar 15 menunjukkan desain massa seismik dan pegas. Untuk keperluan ini diperlukan bahan dengan kelentingan yang baik. Bahan dengan spesifikasi seperti ini dipenuhi oleh CuBe.
Transformation (FFT), data posisi diubah menjadi frekuensi. Hubungan antara massa seismik, tetapan pegas, frekuensi dan amplitudo getaran dapat ditentukan dengan model getaran harmonik sederhana.
massa seismik m pegas
k
y m
deteksi getaran
Gambar 16: Sistem getaran harmonik sederhana. Gambar 15: Desain massa seismik dan pegas.
Gambar 16 memperlihatkan sebuah sistem getaran harmonik
Sensor getaran ini ditempelkan pada objek yang akan diukur getarannya. Getaran suatu objek akan menggetarkan kerangka sensor.
sederhana. Dari hukum Hooke diperoleh hubungan:
ky ,
ma
(1)
Getaran pada kerangka sensor akan menggetarkan massa seismik. Elemen
dengan m, a, k, y masing-masing massa seismik, percepatan massa
koil datar yang diletakkan di depan massa seismik digunakan untuk
seismik, tetapan pegas dan perpindahan pegas. Frekuensi resonansi dari
mengukur posisi massa seismik setiap saat. Dengan mengetahui posisi
massa seismik adalah:
massa seismik setiap saat maka dapat ditentukan frekuensi dan amplitudo getaran yang diukur. Menurut hukum Hooke
[17]
f0
1 π 2
k m
(2)
, jika amplitudo getaran massa seismik
Karakteristik dari sistem pegas sensor getaran yang dikembangkan
kecil, maka akan linier dengan amplitudo sistem bergetar. Elemen koil
ditunjukkan pada Gambar 17. Untuk sistem sensor, lebih baik jika
datar akan mengukur posisi dari massa seismik secara dinamis. Menurut
kepekaan massa seismik memiliki nilai maksimalnya. Dengan memilih
hukum Nyquist, minimum frekuensi sampling harus dua kali dari
nilai k dan m yang tepat dari bahan sensor, dapat ditentukan f0 yang sesuai
frekuensi sistem bergetar[18]. Dengan menggunakan Fast Fourier
dengan frekuensi kerja sensor. Gambar 17 menunjukkan karakteristik dari
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
16
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
17
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
sistem pegas sensor getaran yang dikembangkan pada percepatan 0.2 g. Tegangan keluaran diukur sebagai fungsi dari frekuensi. Frekuensi resonansi sistem pegas dicapai pada frekuensi 155 Hz.
m f
(3)
a
dengan a, f, dan m masing-masing adalah percepatan, frekuensi, dan kemiringan kurva. Parameter kemiringan m adalah fungsi dari frekuensi. Dari Gambar 19, dengan menggunakan pendekatan matematika
30
diperoleh hubungan:
25
V0 (Vpp)
Vo a , f
20
m
15 . 03 0 . 33 f 1 0 . 006 f
f
V0 (Vpp)
15
(4)
50
10
45
5
40 35
0
f = 50 Hz
0
50
100
150
200
V0 (mV)
30
f (Hz)
25
f = 63 Hz
20
f = 80 Hz
15
f = 100 Hz
10
f = 125 Hz
5 0
Gambar 17: Karakteristik sistem pegas sensor getaran yang dikembangkan.
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
percepatan (g)
3.1.2. Pemodelan Sensor Getaran
Gambar 18: Tegangan keluaran sensor sebagai fungsi percepatan pada frekuensi yang berbeda-beda.
Kalibrasi dilakukan untuk menentukan karakteristik dari sensor getaran yang dikembangkan. Sebagai kalibrator, sebuah sistem-kalibrator
50 45
Bruel & Kjaer Type 4345 digunakan. Gambar 18 menunjukkan tegangan
40 Model untuk f= 50 Hz
35
keluaran sensor sebagai fungsi percepatan pada frekuensi yang berbeda-
dan tegangan keluaran sensor. Melalui pendekatan garis lurus dapat ditentukan model matematis sistem sensor getaran dengan tegangan keluaran sensor sebagai fungsi dari frekuensi dan amplitudo getaran
V0 (mV)
beda. Dari Gambar 18 terlihat adanya hubungan linier antara percepatan
Model untuk f= 63 Hz
30
Model untuk f= 80 Hz
25
Model untuk f= 100 Hz Model untuk f= 125 Hz
20
Pengukuran untuk f= 50 Hz
15
Pengukuran untuk f= 63 Hz Pengukuran untuk f= 80 Hz
10
Pengukuran untuk f= 100 Hz
5
Pengukuran untuk f= 125 Hz
0 0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
percepatan (g)
dalam bentuk: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
Gambar 19: Model matematika dari sistem sensor getaran yang dikembangkan.
18
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
19
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Dengan memasukkan persamaan (4) ke persamaan (3) diperoleh tegangan keluaran sebagai fungsi dari frekuensi dan amplitudo getaran: 15 . 03 0 . 33 f 1 0 . 006 f
a, f
Vo
a
(5)
Berdasarkan model matematis sensor pada persamaan (5) dapat ditentukan kesalahan relatif sensor yang dikembangkan (Gambar 21). Dari Gambar 21 diketahui bahwa kesalahan relatif sensor yang dikembangkan lebih kecil dari 3%. Pada frekuensi 50 Hz terdapat kesalahan yang cukup besar. Kesalahan ini berasal dari jaringan listrik.
100 90
3.1.3. Transformasi Fourier
nilai m
80 70
pendekatan
60
Data
Sensor posisi mengukur massa seismik sebagai fungsi dari waktu.
50
Untuk getaran, dua informasi yang diperlukan, yaitu amplitudo dan
40 30
frekuensi. Kedua informasi dapat diperoleh secara langsung dengan
20 10
menggunakan transformasi Fourier. Dengan menggunakan transformasi
0 0
50
100
150
Frekuensi (Hz)
Fourier data posisi diubah menjadi frekuensi. Puncak spektrum transformasi Fourier menunjukkan komponen frekuensi dan amplitudo
Gambar 20: Parameter kemiringan m sebagai fungsi frekuensi.
menunjukkan kuat getaran. Misalnya fungsi posisi massa seismik adalah
f= 50 Hz
x t
X (w ) e j w t d w
(6)
f= 63 Hz f= 80 Hz f= 100 Hz f= 125 Hz
X w
x (t ) e
jw t
(7)
dt
Menurut hubungan Parseval, dapat dilihat bahwa ada korelasi linear [18]
f= 125 Hz
f= 100 Hz
f= 80 Hz
antara amplitudo posisi dan amplitudo transformasi Fourier . f= 63 Hz
7 6 5 4 3 2 1 0 -1 -2 -3 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 Percepa 0.9 tan (g)
f= 50 Hz
Kesalahan Relatif (%)
x(t) dan transformasi Fourier X(w) dalam bentuk :
f (Hz)
Oleh karena data posisi dari massa seismik dan waktu diambil secara diskrit, maka dibutuhkan transformasi Fourier waktu diskrit atau Discrete-time Fourier Transform (DFT).
Gambar 21: Kesalahan relatif dari sensor getaran yang dikembangkan. Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
20
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
21
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
1 2
x n
X(
)e
x[ n ]e
j n
j n
(8)
d
Transformasi Fourier (FFT) dari data pada Gambar 22 ditunjukkan
2
pada Gambar 23. (9)
d
1000
n
Sering kali, sinyal-sinyal ini memilki durasi yang cukup panjang. Dalam kasus seperti ini sangat penting menggunakan prosedur komputasi yang efisien. Salah satu teknik yang sangat efisien untuk
Amplitudo FFT
X
fp=130 Hz
800 600 400 200
perhitungan DFT dengan durasi yang terbatas adalah algoritma Fast 0
150
Fourier Transform (FFT). Algoritma ini digunakan untuk menghitung hasil
300
450
f (Hz)
pengukuran sensor yang dikembangkan. Gambar 23: Spektrum Transformasi Fourier dari data Gambar 22.
Gambar 22 menunjukkan data tegangan keluaran sensor sebagai fungsi dari waktu dengan sumber frekuensi 130 Hz dan sampling frekuensi 28 kHz.
Gambar 23 menunjukkan korelasi yang baik antara frekuensi puncak spektrum FFT dengan frekuensi sumber (130Hz).
gai fungsi dari frekuensi dan percepatan pada frekuensi sumber 62 Hz.
percepatan (g) = 0,1
2500
Amplitudo FFT
percepatan (g) = 0,2
2000
15,4
23,07
30,7
38,5
percepatan (g) = 0,3
1500
percepatan (g) = 0,4
1000
Waktu (ms)
percepatan (g) = 0,5
500 percepatan (g) = 0,7
0
65
63
percepatan (g) = 0,1
67
f (Hz)
percepatan (g) = 0,4
61
57
7,7
59
Tegangan Keluaran (V)
Gambar 24 menunjukkan spektrum FFT, dengan amplitudo FFT seba3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 -0,5 -1 -1,5 -2 -2,5
percepatan (g) = 0,6 percepatan (g) = 0,7 percepatan (g) = 0,8 percepatan (g) = 0,9
Gambar 22: Data tegangan keluaran sensor yang dikembangkan sebagai fungsi dari waktu dengan frekuensi sumber 130Hz dan frekuensi sampling 28kHz
Gambar 24: Spektrum FFT, dengan amplitudo FFT sebagai fungsi dari frekuensi dan percepatan pada frekuensi sumber 62Hz.
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
22
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
23
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Dari Gambar 24 terlihat bahwa puncak amplitudo FFT terletak di frekuensi getaran sistem (62Hz) dan amplitudo FFT adalah linear
Gambar 27 menunjukkan amplitudo FFT sebagai fungsi dari frekuensi pada percepatan yang berbeda-beda.
terhadap percepatan yang diberikan (Gambar 25). 6000 5000 Model
4000
Amplitudo
Amplitudo FFT
Data f = 39,5 Hz
4500 3500 3000 2500
5000
a = 0.5g
4000
a = 0.4g
3000
a = 0.3g
2000
a = 0.2g
1000
a = 0.1g
2000 1500 1000
0
500
10
20
30 40 50 Frekuensi (Hz)
0 0
0.2
0.4
60
70
80
90
0.6
Percepatan (g) Gambar 25: Hubungan antara amplitudo dan percepatan FFT.
Gambar 27: Amplitudo spektrum FFT sebagai fungsi frekuensi pada percepatan yang berbeda-beda.
Selanjutnya akan ditentukan model sensor dari spektrum FFT. Gambar 26 menunjukkan amplitudo spektrum FFT sebagai fungsi
Gambar 27 memperlihatkan bahwa peningkatan percepatan menyebabkan peningkatan intensitas FFT dengan amplifikasi yang
percepatan dan frekuensi.
berbeda dengan frekuensi yang berbeda, tetapi dengan kecenderungan yang sama. Intensitas FFT minimum dihasilkan pada daerah sekitar
5000 4500
frekuensi 40 Hz. Frekuensi ini sesuai dengan frekuensi sumber penggetar
3500 3000 2500 2000
Amplitudo FFT
4000
yang diberikan. Menurut [6] karakteristik sensor ini dapat didekati dengan polinom berdasarkan metode fungsi dasar. Dengan metode ini
1500
Gambar 26:
amplitudo FFT A sebagai fungsi dari frekuensi f dan percepatan a dapat
1000
pa
500
Amplitudo spektrum FFT
ditulis dalam bentuk:
0
sebagai fungsi dari frekuensi
rce
Pe
0.5 0.4 0.3
tan
0.2
(g)
0.1 25
50
40
63
80
Frekuensi (Hz)
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
dan percepatan.
24
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
A a, f
u a
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
v a
f
w a f
(10)
25
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
u(a) = -492.99+12581*a+20091.5 *a*a
dengan u(a), v(a) dan w(a) adalah parameter yang merupakan fungsi
0.2
dari percepatan a. Menggunakan data dalam Gambar 27, parameter dari
0.4
0.6
a
0
u(a), v(a) dan w(a) dapat ditentukan : 492 . 99
u a v a
12 . 25
w a
8185 . 77
12581 . 95 a
20009 . 5 a
2
(11) (12)
129 . 75 a
352637 . 31 a
408671 . 5 a 2
(13)
-1000
u(a) -2000
seperti dapat dilihat pada Gambar 28 (a), (b) dan (c). -3000 (c)
V(a) = 12.25 + 129.57*a Gambar 28: Parameter u, v, dan w sebagai fungsi dari percepatan a.
100 V(a) 50
Dengan menggunakan model sensor yang ditunjukkan pada persamaan (10) diperoleh kesalahan relatif sensor kurang dari 6%
0 0.2
0.6
0.4
a
(Gambar 32).
(a)
6
Kesalahan Relatif (%)
w(a) = 8185.77 + 352637.31*a - 408671.5*a*a 100000 80000
w(a) 60000
4 2 0 0.5
-2
40000
0.4
-4
20000
0.3
-6 25
0 0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
a
0.2 40
Frek
63
uens
i (H
0.1
tan
pa erce
(g)
P
80
z)
(b) Gambar 29: Kesalahan relatif model sensor menggunakan spektrum FFT. Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
26
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
27
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
3.2. Sensor berbasis fluxgate
Pada metoda fluxgate, pengukuran kuat medan magnet didasarkan pada hubungan antara kuat medan magnet H yang diberikan dengan
3.2.1. Prinsip Sensor Fluxgate Sensor fluxgate adalah sensor magnetik yang bekerja berdasar perubahan flux magnetik disekitar elemen sensor
[19]
. Elemen sensor
fluxgate terdiri dari kumparan primer (excitation coil), kumparan sekunder (pick-up coil) dan inti ferromagnetik (core), seperti ditunjukkan gambar (30a). Berdasarkan arah medan eskitasi yang dihasilkan oleh kumparan eksitasi, maka elemen sensor fluxgate terdiri dari dua, yaitu: sensor fluxgate orthogonal: arah medan eksitasi tegak lurus arah medan eksternal yang di ukur, sedangkan parallel sensor fluxgate : arah medan
fluks medan magnet induksi B. Jika B yang dihasilkan berasal dari masukan H berupa gelombang pulsa bolak-balik, maka dalam keadaan saturasi pada keluaran B akan timbul gelombang harmonik genap, gelombang harmonik ke dua, yang besarnya sebanding dengan medan magnet luar yang mempengaruhi inti dan arahnya sebanding dengan arah medan magnet luar. Prinsip pengukuran ini dapat ditunjukkan gambar 31.
Hexc
Hexc
medan eksitasi sejajar dengan medan eksternal yang diukur, seperti
t (a)
ditunjukkan Gambar (30b) dan (30c).
(a)
Inti ferromagnetik
Kumparan pick-up
(b)
Kumparan eksitasi
Kumparan eksitasi
Inti ferromagnetik
H exc
(c)
dF dt
V out -
H ext Kumparan pick-up
t
+
Arus eksitasi
(c)
(e)
Vout Kumparan pick-up
(g)
H exc H ext
Kumparan eksitasi Arus eksitasi
Inti ferromagnetik +
V out
Hext
(b) t
dF dt t
Vout t
(d)
(f)
(h)
t
t
t
B ext ¹ 0
B ext = 0
-
Gambar 31: Prinsip kerja sensor fluxgate.
(a). Konfigurasi dasar elemen sensor fluxgate (b). Konfigurasi paralel elemen sensor fluxgate (c). Konfigurasi ortogonal elemen sensor fluxgate
[21]
Prinsip kerja sensor fluxgate ketika mengukur perubahan medan Gambar 30: Konfigurasi dasar kumparan elemen sensor fluxgate. [20]
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
28
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
magnet luar ditunjukkan pada Gambar 31. Prinsip kerja sensor magnetik Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
29
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
[23]
fluxgate. (a) Medan eksitasi tanpa medan magnet luar Bext=0; (b) Medan
penting karena menentukan sensitivitas dan akurasi dari sensor
eksitasi dengan medan magnet luar Bext¹0; (c) kurva magnetisasi dalam
Disamping itu inti harus bersifat robus terhadap pengaruh luar seperti
keadaan saturasi pada Bext=0; (d) kurva magnetisasi dalam keadaan
vibrasi akustik dan deformasi mekanik. Bahan yang memenuhi
saturasi pada Bext¹0; (e) perubahan fluks terhadap waktu pada Bext=0; (f)
persyaratan tersebut Vitrovac dan METGLASS. Vitrovac atau kaca logam
perubahan fluks terhadap waktu pada Bext¹0; g) tegangan keluaran sensor
Co66.5Fe3.5Si12B186025 mempunyai permeabilitas relatif yang tinggi, yaitu
pada Bext=0; (h) tegangan keluaran sensor pada Bext¹0 .
sekitar 100000. Penggunaan pita Vitrovac memungkinkan desain sensor
Tegangan keluaran Vout dari elemen sensor diolah dengan menggu-
.
dengan ukuran yang cukup kecil dan robus.
nakan rangkaian pengolah sinyal. Pengolah sinyal sensor terdiri dari
Untuk mengevaluasi tegangan keluaran sensor fluxgate digunakan
beberapa bagian, yaitu diffrensiator, detektor, sinkronisasi fasa,
fungsi transfer. Fungsi transfer suatu sensor magnetik fluxgate
integtrator, dan penguat akhir. Secara skematik terlihat pada Gambar 32:
menggambarkan hubungan antara tegangan keluaran Vo dengan medan magnet yang diukur. Fungsi transfer dapat dihitung menggunakan
osilator
pendekatan polinomial kemudian mencari komponen frekuensi yang ada di dalam kerapatan fluks magnetik inti sensor. Penggunaan pendekatan
Buffer
polinomial teknik harmonisa kedua akan memudahkan untuk menyederGenerator
Sensor
Pengolah sinyal
Penyearah
Displai
hanakan fungsi transfer ke dalam komponen frekuensi
[24]
. Perubahan flux
magnetik yang berasal dari kumparan eksitasi ditangkap oleh kumparan Dua kali frekuensi (2fo)
pick-up dalam bentuk tegangan listrik. Komponen tegangan keluaran harmonisa kedua Vout2h dari kumparan pick-up adalah:
Gambar 32: Skema Diagram Pengolahan Sinyal Sensor.
V out 2 h
2 3 B 0 NA w a 3 h ext h ref
max
sin 2w t
(14)
Karakteristik tegangan keluaran sensor fluxgate dipengaruhi oleh
Dengan Bo adalah amplitude medan exksitasi, N jumlah lilitan pick-
banyak faktor antara lain: jumlah lilitan eksitasi dan pick-up, dimensi
up, A luas penampang inti, w kecepatan sudut, hext medan eksternal dan
geometri elemen sensor, sifat dan jenis material inti ferromagnetik, jumlah
hrefmax adalah medan referensi dari eksitasi, Dari persamaan (14) terlihat
lapisan inti frekuensi dan arus eksitasi Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
30
[20,21,22]
. Pemilihan bahan inti sangat Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
bahwa tegangan keluaran harmonisa ke dua adalah berbanding lurus Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
31
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
dengan kuat medan yang diukur.
[25,26]
up ganda dengan bentuk inti oval (race-track). Kedua geometri elemen sensor tersebut ditunjukkan Gambar 33.
3.2.2. Desain dan Pengembangan Sensor Fluxgate
Inti ferromagnetik
H ext
Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi sensor fluxgate
Arus eksitasi Lexc
plastik
dilakukan berbagai upaya oleh para peneliti seperti perbaikan pada Kumparan pick-up
desain struktur sensor, rangkaian pengolah sinyal dan meminiatur ukuran sensor dalam orde yang lebih kecil
H exc
H ext Kumparan eksitasi Kumparan pick-up
[27,22,28,29]
. Selain itu teknik
pembuatan sensor juga makin berkembang mulai dari metode
H exc
Kumparan eksitasi I ref
konvensional sampai metode dalam bentuk printed circiut board (PCB)
Vitrovac 6025
atau integrated circuit (IC) seperti: electroplated/electroplating, chemical
V out
etching, flex-foil, photolithograpy, evaporasi dan sputtering
[20,25,26,30,31]
kombinasi dari beberapa metode tersebut disebut hybrid technology.
H exc V out
(b)
(a)
, Gambar 33: Geometri elemen sensor fluxgate: (a) pick-up tunggal dan
[32,33]
(b) pick-up ganda
[22,23]
.
Metode pembuatan elemen sensor fluxgate di atas mempunyai proses yang sangat komplek sehingga mengakibatkan harga proses pembuatan
Geometri elemen sensor bagian (b) memiliki kelebihan antara lain
mahal, sensitivitasnya yang dihasilkan rendah karena luas penampang
medan eksitasi kedua sisi sama besar sehingga dapat mengurangi noise [29].
(cross-sectional) menjadi kecil, dan keterbatan dalam jumlah lilitan dalam
Berdasarkan hasil desain elemen sensor di atas dan untuk keperluan
solenoide
[34]
. Beberapa nilai sensitivitas sensor fluxgate yang telah berhasil [31]
[35]
diperoleh penelti sebelumnya antara lain : 60V/T , 3760 V/T , 28 V/T [36]
13100T/V , 20.000V/T
[16]
, 241 V/T
[29]
, 0,510 V/T
[32]
,
tulisan ini kami memilih salah satu hasil desain elemen sensor yang telah kami buat, seperti ditunjukkan Gambar 34.
[20]
. Selain itu sensor dengan
resolusi tinggi yang beredar dipasaran sangat mahal harganya. Berdasarkan perkembangan sensor magnetik fluxgate, maka kami mencoba mengembangkan model geometri elemen sensor dengan Gambar 34: Foto hasil desain elemen sensor fluxgate.
konfigurasi pick-up tunggal dengan inti ferromagnetik dual-probe dan pick-
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
32
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
33
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Elemen sensor di atas memiliki konfigurasi 2x40 untuk lilitan eksitasi, 2x70 untuk pick-up dan inti Ferromagnetik 10 lapis yang terbuat dari Metglas 2705M (2x0.02 mm). Hasil desain elemen sensor ini mempunyai dimensi yang kecil, yaitu 1.5 x 0.5 cm. (a) Sensor F8
(a) Sensor F9
(a) Sensor F10
3.2.3. Pengembangan Sensor Fluxgate Dengan Teknologi PCB Gambar 35: Foto sensor dengan teknologi PCB: (a) pick-up ganda dua lapis,
Dalam pembuatan elemen sensor dengan teknik PCBs memiliki tiga tahapan proses, yaitu (1). Desain teknik,
(2). Desain fisik PCBs, (3),
Pencetakan ke PCBs. Setiap tahap memerlukan perangkat lunak tertentu. Ketiga perangkat lunak tersebut adalah Computer Aided Engineering (CAE), Computer Aided Design (CAD) dan Computer Aided Manufacturing (CAM)
(b) pick-up tunggal dua lapis, (c) pick-up tunggal 4 lapis.
[37]
. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan
semua proses mempunyai keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat
Tabel 1. Hasil karakterisasi sensor dengan teknologi PCBs Daerah Linier/ Sensitivitas
Kesalahan absolut
Kesalahan relatif
Sensor F8
± 2 uT/ 14.1 mV/µT
0.108 µT
2.76 %
Sensor F9
Respon keluaran diperoleh tetapi keluaran tidak linier
Sensor F10
± 6 uT/ 25.6 mV/µT
No Sensor
0.84
0.86
dipisahkan. Untuk pembuatan elemen sensor fluxgate dengan teknik PCBs yang sangat menentukan adalah: footprint dan track (jalur) yang
3.2.4. Aplikasi Sensor Fluxgate
mengantikan sistim gulungan kawat yang dilakukan selama ini. Hasil desain dengan teknologi PCBs ditunjukkan Gambar 35. Hasil karakterisasi masing-masing sensor dirangkum dalam Tabel 1. Terlihat daerah linier sangat kecil tetapi sensitivitasnya tinggi, kesalahan absolut dan relatif masih besar. Selain itu ukuran sensor yang diperoleh masih sangat besar. Sensor dengan pick-up tunggal dan PCB 4 lapis memberikan
Sensor magnetik dengan prinsip fluxgate dapat dipergunakan untuk mengukur medan maganetik DC, AC (khusus frekuensi rendah) dan mempunyai sensitivitas yang sangat tinggi. Kawahito, et al
[34]
, 1998
menemukan sensitivitas sensor fluxgate adalah 2.7 mV/µT, sedangkan pada efek Hall sekitar 0,0005 mV/µT untuk bahan Si, dan pada magnetoresistif sekitar 0.1 mV/µT. Kelebihan lain sensor fluxgate adalah
[38]
hasil lebih baik dari yang lainnya .
ukurannya kecil, kebutuhan daya rendah, dan mempunyai kestabilan yang tinggi terhadap temperatur dengan koefisien sensitivitas temperatur Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
34
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
35
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
30 ppm/°C dan koefisien offset 0.1 nT.
Dari Gambar 36 tampak bahwa daerah linier terdapat pada daerah
Untuk menguji kehandalan sensor fluxgate yang dikembangkan kami
medan magnet antara -40mT hingga 40mT. Pada daerah ini terdapat
mencoba mengaplikasikan untuk berbagai pengukuran. Aplikasi yang
hubungan linier antara tegangan keluaran sensor dengan kuat medan
kami jelaskan dalam tulisan ini antara lain: (1) aplikasi untuk pengukuran
magnet yang diukur. Daerah kerja sensor magnetik ini dapat dilihat pada
medan magnetik lemah dan bahan ferromagnetik, (2) aplikasi untuk
Gambar 37. Tampak dari gambar bahwa kurva linierisasi sensor masih
pengukuran kuat arus listrik, (3) aplikasi untuk sensor jarak, dan (4)
kurang linier, hal ini dapat disebabkan oleh lilitan pada kumparan primer
aplikasi untuk getaran.
yang kurang simetris. Karena ukuran inti yang cukup kecil, yaitu panjang 30mm, lebar 1mm dan ketebalan 0,1 mm, sangat sulit untuk melilitkan
3.2.4.1. Sebagai Sensor Medan Magnet Lemah DC.
kawat email dengan diameter 0.1mm pada inti tersebut secara manual.
Aplikasi terhadap pengukuran mineral magnetik didasarkan pada
Sampai saat ini belum dikatahui cara lain yang lebih mudah dan presisi
sifat sensor yang dapat mengukur medan magnet lemah (± 20 µT). Untuk
dalam membuat sensor tersebut selain cara manual.
aplikasi sensor fluxgate terhadap pengukuran medan manet dapat terlihat Tegangan Keluaran (mV)
Tegangan Keluaran (mV)
pada Gambar 36.
15 10 5 0 -100
-75
-50
-25 -5 0
y = 0.3016x + 0.0124
25
50
75
15
2
R = 0.9999
10 5
-40
-30
-20
-10
0 0 -5
10
20
30
40
-10 -15
100
Medan Magnetik (mT)
-10 -15
Gambar 37: Keluaran medan magnet pada daerah kerja ±40mT.
Medan Magnetik (mT)
Gambar 36: Karakteristik keluaran sensor magnetik fluxgate yang dibuat.
Untuk mengetahui kesalahan sensor, keluaran daerah kerja sensor didekati dengan persamaan linier. Dari Gambar 37 terlihat bahwa
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
36
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
37
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
keluaran sensor dapat didekati dengan persamaan linier (15): (15)
Dari persamaan (15) dapat diketahui sensitivitas sensor 301,46 mV/mT, dengan kesalahan absolut 0.0135 mT dan kesalahan relatif 0.017% . [39]
B(mT)
Vout = 0.3016x + 0.0124,
0.3 0.2 0.1 0 -0.1 2
-5 1 0
Prototip sensor terhadap pengukuran mineral magnetik ditunjukkan Gambar 38a dan 38b. Pengukuran respon bahan magnetik dilakukan
-1
-2 -5
Y(cm)
X(cm)
dengan cara menggerakkan sensor pada permukaan yang sudah diberi (c)
koordinat x dan y (a), sedangkan bahan magnetik yang diukur berupa potongan besi dengan panjang dan diameter 1 cm diletakkan dibawah permukaan tersebut pada jarak 1.5 cm. Sistem dan hasil pengukuran ditunjukkan Gambar 38.
Gambar 38: Set-up pengukuran bahan magnet: (a) posisi sensor, (b) posisi bahan magnet, (c) hasil pengukuran.
3.2.4.2. Sebagai Sensor Kuat arus
Berdasarkan Gambar 38c dapat diketahui bahwa sensor fluxgate
Untuk uji coba dilakukan dengan menghitung arus yang mengalir
dapat mendeteksi keberadaan bahan magnetik yang disembunyikan di
pada kawat lurus dengan mendeteksi medan magnet yang dipancarkan.
bawah permukaan. Hasil akan dikembangkan lebih jauh untuk
Sebagai kawat digunakan jalur pada PCB yang panjangnya 20 cm. Sensor
mendeteksi bahan-bahan mineral magnetik yang berada di bawah
medan magnet diletakkan saling memotong tegak lurus di atas jalur
permukaan bumi.
tersebut. Pada jalur PCB dilewatkan arus mulai dari 0,1 mA, sampai 1900 mA dengan interval tertentu. Pengukuran dilakukan dengan jarak sensor yang berbeda-beda. Sistem pengukuran arus ditunjukkan Gambar 39.
(a) Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
Gambar 39: Pengukuran arus pada kawat
(b)
38
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
39
[40]
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran pada tiga jarak yang berbeda yaitu 4 mm, 8 mm, dan 18 mm. Aplikasi terhadap pengukuran arus, terlihat bahwa keluaran sensor bersifat linier dan kuadratis. Pendekatan kuadratis diaplikasikan untuk daerah pengukuran arus 01900mA, dan pendekatan linier dilakukan untuk daerah pengukuran arus 0-100mA. Dari kedua cara pendekatan tersebut diperoleh kesalahan
Gambar 40: Pengukuran muai panjang.
maksimum yang relatif kecil, untuk daerah 0-1900mA kesalahan maksimumnya adalah 4.6 % untuk jarak pengukuran 4 mm, 2.3 % untuk jarak pengukuran 8 mm, dan 1.4 % untuk jarak pengukuran 18 mm. Untuk
3.2.4.4. Sebagai sensor jarak (proximity sensor) Pengukuran jarak dengan mikrometer digital ditunjukkan gambar 41.
daerah pengukuran arus yang kecil kesalahan dapat lebih dihindari, hal ini terbukti ketika dilakukan pengukuran pada daerah arus 0-100mA, kesalahan maksimum pengukuran pada daerah ini adalah 1.64% (18mm), [37]
0.62 % (8mm) dan 0.9 % (4mm) . Gambar 41: Sistem pengukuran jarak menggunakan sensor fluxgate.
3.2.4.3. Sebagai Sensor Muai Panjang Aplikasi sensor fluxgate sebagai alat ukur muai menggunakan desain
Karakteristik pengukuran jarak di tunjukkan gambar 42. Berdasarkan
[41]
kumparan pick-up tunggal . Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa sensor muai yang dibuat dapat mengukur panjang pemuaian dalam rentang pengukuran maksimum sampai 3.68 mm, dengan sensitivitas 250
gambar 42 didapatkan hubungan antara jarak dengan tegangan keluaran sensor secara matematis dapat dedekati dengan persamaan: V= - 0,1045X + 2,8162
(16)
mV/mm. Kesalahan absolut dari pengukuran dengan sensor muai ini sebesar 0.037 mm, sedangkan kesalahan relatifnya sebesar 0.68%. Set-up
x dalam mm dan y dalam volt. Hal ini berarti bahwa perubahan jarak yang terjadi antara target dengan sensor berbanding terbalik dengan
saat pengukuran ditunjukkan Gambar 40.
karakteritik keluaran sensor, semakin jauh dari target karakteristik tegangan keluaran makin kecil dan sebaliknya. Berdasarkan sensor Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
40
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
41
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
mampu mendeteksi perubahan jarak dengan resolusi 10 µm, kesalahan absolut 0.12 µm dan kesalahan relatif 2.5%
[42]
Karakteristik statik sensor diukur pada jarak 15 sampai 50 mm,
. Kemampuan mendeteksi
parameter amplitudo dan frekuensi diukur dengan multimeter digital
perubahan jarak dalam orde yang sangat kecil membuka peluang untuk
HP34401A dan display frekuensi yang terukur diamati dengan labview 8.
mengaplikasikan menjadi sensor tekanan, aliran, proximity, dan getaran.
Sensor Fluxgate yang dikembangkan dapat mendeteksi getaran objek
Tegangan (volt)
pada rentangan 55 sampai 360 Hz, rentangan frekuensi ini diperoleh pada 2 1.9 1.8 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3 1.2
jarak statik 30 mm. Kesalahan absolut dan relatif geratan masing-masing
y = -0.1045x +2.8162 R2 = 0.9961
adalah 2 Hz dan 0.75%
[39]
Untuk aplikasi sensor pada frekeunsi rendah juga telah dilakukan. Optimasi statik terhadap jarak maksimum (amplitudo maksimum) antara 8.5
9.5
10.5
11.5
12.5
13.5
14.5
probe sensor dengan objek bergetar diperoleh ketika jarak 2 cm. Gambar [44]
Jarak (mm)
44 menunjukkan pegukuran getaran pada frekuensi rendah . Fluxgate
Gambar 42: Respon tegangan keluaran terhadap jarak target.
sebagai sensor getaran frekuensi rendah mampu mendeteksi frekuensi sumber 0.14 sampai 1.15 Hz dengan kesalahan absolut 0.017 Hz dan
3.2.4.5. Sebagai Sensor Getaran.
kesalahan relatif 1.3%. Kemampuan sensor fluxgate dalam mengukur
Aplikasi sensor fluxgate terhadap getaran dilakukan dengan cara
gataran dalam frekuensi rendah dapat di kembangkan sebagai alat ukur
menempatkan sensor fluxgate dekat objek yang bergetar. Posisi sensor ini
getaran gempa.
tidak bersentuhan dengan objek yang bergetar. Set-up pengukuran ditunjukkan gambar 43.
Gambar 43: Aplikasi fluxgate untuk mengukur getaran. Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
42
[43]
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
[40]
Gambar 44: Skema dan photo pengukuran frekuensi rendah Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
43
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
3.3. Sensor Berbasis GMR
sifat konduksi dan sifat penerobosan (tunneling) elektron-elektron dalam
3.3.1. Pendahuluan
logam feromagnetik. Perbedaan sifat konduksi mayoritas dan minoritas
Magnetoresistance adalah perubahan resistansi logam bila berada dalam medan magnet luar. Efek magnetoresistance yang sangat besar dinamakan dengan giant magnetoresistance (GMR). Efek GMR merupakan topik penelitian dasar selama akhir tahun 1980-an. Fenomena GMR ini menyedot banyak perhatian peneliti dan menjadi sebuah area penelitian
dari spin elektron dalam logam feromagnetik pertama kali diamati oleh Mott. Secara kualitatif, GMR dapat dijelaskan dengan menggunakan model Mott ini. Ada dua hal yang diusulkan oleh Mott: pertama konduktivitas listrik dalam logam dapat diuraikan dalam hubungannya dengan dua saluran konduksi bebas; yang pertama berhubungan dengan elektron dengan spin up dan yang lain berhubungan dengan elektron
terapan yang luas. Dalam waktu yang relatif singkat, penerapannya mulai terlihat dalam bentuk perbaikan divais memori dan sensor. Area penelitian yang menarik ini, dinamakan dengan “spintronics”, dimana transport elektron bergantung spin dalam multilayer logam memainkan peranan yang sangat penting. Penemuan GMR ini berdampak besar pada teknologi sensor dan penyimpanan data magnetik.
dengan spin down. Kedua, di dalam logam feromagnetik laju hamburan dari spin up dan spin down elektron-elektron sangat berbeda. Menurut Mott arus listrik semata-mata dibawa oleh elektron-elektron dari pita valensi sp dengan massa efektif rendah dan mobilitas tinggi. Pita valensi d memainkan peran penting dalam menyediakan keadaan akhir untuk hamburan elektron-elektron dalam pita sp. Dalam feromagnetik pita d
Efek GMR merupakan efek mekanika kuantum yang diamati dalam
adalah bertukar-pisah ( exchange-split ), sehingga rapat keadaan elektron-
struktur lapisan tipis yang terdiri lapisan feromagnetik yang dipisahkan
elektron pada tingkat energi Fermi tidak sama untuk spin up dan spin down.
oleh lapisan nonmagnetik. Basis fisika dari efek GMR ini berhubungan
Peluang hamburan dalam keadaan ini sebanding dengan kerapatannya,
dengan kenyataan bahwa spin elektron memiliki dua nilai yang berbeda
sehingga laju hamburan bergantung spin, atau dengan kata lain
(yang dinamakan dengan spin up dan spin down). Ketika spin-spin ini
hamburan berbeda untuk kedua saluran konduksi di atas.
melintasi material yang telah dimagnetisasi, salah satu jenis spin mungkin
Penemuan GMR telah membuka peluang untuk penerapannya dalam
mengalami hambatan (resistance) yang berbeda daripada yang dialami
banyak bidang aplikasi. Beberapa divais yang bekerja berdasarkan
oleh jenis spin lainnya. Sifat ini menunjukkan adanya hamburan
fenomena GMR ini telah dikembangkan. Diantara divais tersebut
bergantung spin (spin-dependent scattering).
misalnya: perekaman magnetik pada hard disk drive, sensor medan magnet
Kajian fisika dari GMR berdasarkan pada pengaruh spin terhadap Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
44
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
dan memori non-volatile. Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
45
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Lapisan pengunci
3.3.2. Prinsip GMR FM
Lapisan tipis GMR mempunyai struktur yang berbeda-beda dan
FM NM
NM
masing-masing struktur memiliki efek magnetoresistance ( MR ) yang berbeda pula. Struktur GMR terdiri dari struktur sandwich, spin valve
(a)
FM
(b)
(sandwich pinned) dan multilayer. Struktur sandwich merupakan stuktur
FM
FM
dasar GMR yang terdiri dari tiga lapisan dengan susunan bahan FM
feromagnetik/nonmagnetik/feromagnetik (FM-NM-FM). Struktur spin
NM
valve merupakan struktur sandwich yang diberi lapisan pengunci (pinning
FM
(c)
layer) , sedangkan struktur multilayer , adalah struktur dengan pengulangan lapisan feromagnetik/non magnetik (FM/NM)n dengan
Gambar 45: Struktur lapisan tipis GMR: (a) sandwich, (b) spin valve,
indeks n adalah jumlah pengulangan. Ketiga struktur tersebut dapat
dan (c) multilayer.
terlihat pada gambar 45.
Tinjau konfigurasi multilayer feromagnetik seperti Gambar 45, dan
Fenomena GMR dalam multilayer feromagnetik dapat dijelaskan dengan argumentasi Mott, yakni: (1) konduktivitas listrik dalam logam dapat diuraikan dalam hubungannya dengan dua saluran konduksi bebas; yang pertama berhubungan dengan elektron dengan spin up dan yang lain berhubungan dengan elektron dengan spin down, (2) di dalam logam feromagnetik laju hamburan dari spin up dan spin down elektronelektron sangat berbeda.
diasumsikan bahwa hamburan kuat terjadi untuk elektron dengan spin antiparalel terhadap arah magnetisasi, sedangkan hamburan lemah terjadi untuk elektron dengan spin paralel terhadap arah magnetisasi. Anggapan ini menggambarkan asimetri dalam rapat keadaan pada tingkat Fermi yang bersesuaian dengan argumentasi Mott yang kedua. Dalam Gambar 46, diperlihatkan lintasan elektron dalam dua saluran spin (spin channels). Diasumsikan lintasan bebas rata-rata elektron lebih besar dari ketebalan lapisan dan arus mengalir dalam bidang lapisan. Untuk magnetisasi paralel pada (c) elektron spin up melewati lapisan tanpa dihamburkan sedangkan elektron dengan spin down mengalami hamburan kuat dalam kedua lapisan feromagnetik, menghasilkan
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
46
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
47
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
resistivitas total kecil.
lapisan ferromagnetik dan lapisan non-magnetik ketika melewati dan
Untuk magnetisasi antiparalel pada (d), keduanya spin up dan spin
masuk ke dalam lapisan feromagnetik, bergantung pada arah spin dan
down mengalami hamburan kuat dalam satu lapisan feromagnetik,
arah momen magnet lapisan. Hamburan yang bergantung spin
sehingga resistivitas total dalam multilayer menjadi tinggi. Model ini
merupakan fenomena mekanika kuantum dimana lintasan bebas rata-rata
dinamakan dengan model konduksi dua arus, seperti diperlihatkan
elektron dalam logam magnetik, dan perubahan resistivitasnya
dalam Gambar 46.
dipengaruhi oleh orientasi relatif dari spin elektron konduksi dan momen magnet material magnetik. Penerapan material GMR sebagai sensor medan magnet, memiliki kelebihan dibandingkan sensor lainnya yakni: sensitivitas yang tinggi, harga murah, konsumsi daya rendah dan ukuran kecil. Selain itu,
spin up
spin down
spin up
pemasangan sensor GMR tidak bersentuhan dengan rangkaian yang
spin down
diukur, sehingga mengurangi kesalahan pengukuran. Dengan adanya
(b)
(a)
kelebihan dari sensor GMR ini, banyak penelitian telah kami dilakukan di R
R
R
R
R
(c)
jurnal dan prosiding
R
R
R
bidang ini, dan beberapa paper telah pula dipublikasikan dalam beberapa [47,48,49,50,51,52,53,54,55]
(d)
Gambar 46:Ilustrasi tranport elektron dalam multilayer feromagnetik untuk (a) magnetisasi paralel, dan (b) magnetisasi antiparalel. (c) dan (d) Model rangkaian resistor untuk magnetisasi paralel dan antiparalel
Hamburan bergantung spin diusulkan oleh Baibich, dkk
[45]
.
arus “spin up”
arus “spin down” konfigurasi parallel
, yang
arus “spin down”
konfigurasi anti-parallel
(a)
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
(b)
Gambar 47: Model konduksi bebas dua arus. A. kondisi resistansi rendah dan
probabilitas sebuah elektron dihamburkan pada antarmuka antara
48
arus “spin up”
[46]
didasarkan pada argumen Mott. Baibich menyimpulkan bahwa
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
.
B. kondisi saat resistansi tinggi. Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
49
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
3.3.3. Aplikasi Sensor GMR
3.3.3.2. Pengukuran Arus
3.3.3.1. Pengukuran Medan Magnetik
Dalam aplikasi sensor arus, film tipis sandwich GMR diletakkan
Dalam aplikasi sensor medan magnetik, sensor yang sudah
diatas saluran yang dialiri arus, seperti gambar 50:
terintegrasi dalam jembatan Wheatstone dimasukkan kedalam kumparan
film substrat
solenoida. Perubahan medan magnet solenoida akan menyebabkan perubahan keluaran tegangan jembatan Wheatstone. Kumparan solenoida
Arus
Gambar 50: Posisi film tipis sandwich GMR sebagai sensor arus.
dililitkan pada sebuah tabung silinder yang terbuat dari tembaga. Panjang selenoida 240 mm, diameter sekitar 41.6 mm. Jumlah lilitan kawat sekitar 200 buah, dengan diameter kawat sekitar 0.4mm. Dari hasil kalibrasi
Setting peralatan pengukuran arus ditunjukkan seperti gambar 51 berikut.
diperoleh hubungan medan magnet aplikasi yang dialami sample terhadap arus induksi I sebagai fungsi linier berikut: H(I) = 1.9568I - 0.043, dimana induksi magnetik H dalam µT dan arus induksi I dalam mA. Konfigurasi Jembatan Wheatstone ditunjukkan gambar 48. Hasil pengukuran karakteristik sensor dengan ketebalan lapisan magnetik 10 nm dengan ketebalan lapisan non magnetik 2 nm dan 6 nm ditunjukkan
Gambar 51: Foto set up peralatan pengukuran arus.
pada gambar 49. Hasil pengukuran arus ditunjukkan pada Gambar 52.
Gambar 52: Hasil keluaran sensor terhadap pengukuran arus. Gambar 48. Konfigurasi Jembatan Wheatstone
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
Gambar. 49. Hasil pengukuran dalam konfigurasi jembatan Wheatstone
50
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
51
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Dari gambar 52 dapat dilihat bahwa medan yang dapat dideteksi oleh
Sensor magnet akan mendeteksi putaran ketika magnet tetap menjauh
sandwich GMR pada arus dibawah 200 mA cukup kecil (akibat adanya
dan mendekat ketika melekat pada piringan roda, akibatnya akan timbul
perbedaan jarak antara arus dan permukaan sandwich). Oleh karena itu
pulsa-pulsa dari rangkaian sensor. Kemudian pulsa-pulsa ini dihitung
rentang kerja sensor diambil di atas 200 mA. Grafik keluaran sensor
dengan menggunakan pencacah mikrokontroller, lalu langsung ditampil-
terhadap arus yang dilewatkan pada kawat untuk daerah kerja di atas 200
kan pada displai. Gambar 55 menunjukkan sistem roda yang dipasang
mAditunjukkan seperti gambar 53.
magnet tetap. Setting peralatannya ditunjukkan dalam gambar 56.
Gambar 55. Set up sensor GMR untuk sensor putaran Gambar 53. Keluaran sensor terhadap arus yang dilewatkan pada kawat
Gambar 54. Kesalahan absolut dan kesalahan relatif pengukuran arus
Gambar 56. Setting peralatan sensor putaran
Hasil pengukuran sensor putaran ini diperlihatkan dalam Gambar 57. Kesalahan relatif pengukuran putaran di atas ditunjukkan pada masing-
Kesalahan absolut maksimum dan kesalahan relatif maksimum
masing Gambar 58.
pengujian adalah masing-masing 1.65 mV dan 5.77% pada arus 300 mA. Kesalahan absolut dari keluaran sensor di atas ditunjukkan dalam Gambar 54.
3.3.3.3. Pengukuran Putaran Sensor GMR yang peka terhadap medan magnet dapat digunakan untuk menghitung pulsa yang ditimbulkan oleh magnet tetap yang ditempelkan pada roda atau motor yang akan dihitung putarannya. Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
52
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Gambar 57. Tegangan keluaran motor
Gambar 58. Kesalahan relatif sensor
terhadap putaran/detik.
putaran
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
53
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
3.3.3.4. Aplikasi GMR untuk Biosensor Dalam beberapa tahun terakhir ini, divais sensor giant magnetoresistive (GMR) telah menunjukkan potensi yang besar sebagai elemen untuk mendeteksi biomolekul
[56,57,58,59]
.
Hambatan sensor GMR berubah bila medan magnet dikenakan pada Gambar 59: Prinsip biosensor GMR: (a) imobilisasi probe DNA;
sensor, sehingga biomolekul yang dilabeli secara magnetis dapat
(b) hibridisasi DNA dari analit (c) pengikatan penanda magnetik
menimbulkan sinyal. Dibandingkan dengan pendeteksi optik tradisional
dan deteksi medan mereka oleh biosensor GMR
[49]
.
yang sekarang banyak digunakan dalam biomedis, sensor GMR, lebih sensitif, portabel dan memberikan pembacaan elektronik sepenuhnya
[49]
.
Selain itu, sensor GMR murah dan fabrikasinya saat ini kompatibel dengan teknologi VLSI (Very Large Scale Integration), sehingga sensor GMR dapat dengan mudah diintegrasikan dengan elektronik dan mikrofluida untuk mendeteksi banyak analit yang berbeda pada sebuah chip tunggal. Salah satu contoh penerapan biosensor GMR adalah pada pendeteksian DNA. Langkah-langkah pendeteksian DNA oleh biosensor diperlihatkan dalam gambar 59.
4.
PENGEMBANGAN SENSOR DI MASA DEPAN: SUATU PERSPEKTIF
4.1. Revolusi Industri Tahap ke Tiga [7]
Menurut Johan H. Huijsing
perkembangan teknologi otomatisasi
mengalami tiga tahap, yaitu tahap mekanisasi, tahap informatisasi, dan tahap sensorisasi seperti ditunjukkan gambar 60. Pertama tahap mekanisasi yaitu saat manusia mulai mengembangkan mesin-mesin untuk industri, seperti mesin uap, mesin bakar, motor listrik, dan mesin jet. Tahap pertama ini melahirkan revolusi industri yang pertama. Tahap ke dua yakni era ketika manusia mulai mengembangkan logika artifisial dan komunikasi seperti komputer dan internet yang melahirkan revolusi informasi. Penemuan sensor-sensor baru yang ukurannya semakin kecil, harganya semakin murah, beratnya semakin ringan, kemampuannya semakin besar, memungkinkan manusia mengembangkan penginderaan secara buatan. Sensorisasi bersama-sama dengan mekanisasi dan
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
54
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
55
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
informatisasi akan melahirkan revolusi industri tahap ke tiga yang ditandai dengan mulainya era otomatisasi penuh dan robotisasi.
Dalam sistem ini terdapat banyak sensor untuk memonitor banyak parameter di pesawat, seperti tekanan, temperatur, posisi dan parameter lainnya. Komputer untuk memproses sinyal, melakukan komunikasi,
Mekanisasi
Informasi
melakukan kontrol gerak aktuator, gerak mesin, gerak rudder. Dalam
Sensorisasi
sistem ini terlihat jelas bagaimana mekanisasi, informatisasi dan sensorisasi saling bekerjasama yang memungkinkan pesawat terbang 1900
1950
2000
secara autopilot.
2050
Perkembangan yang sangat maju pada otomatisasi teknologi pesawat [50]
Gambar 60: Sensorisasi: revolusi industri tahap ke tiga .
terbang, sayangnya belum banyak diikuti oleh perkembangan otomatisasi di bidang lainnya, misalnya sampai saat ini belum ada mobil yang dapat berjalan secara otomatis penuh. Masalah utamanya adalah bahwa untuk
Tanda-tanda ke arah ini sudah mulai tampak, misalnya dengan diciptakannya sistem kontrol otomatis penuh pesawat terbang modern seperti diperlihatkan gambar 61.
otomatisasi kendaraan bermotor (mobil) diperlukan banyak sekali sensor seperti ditunjukkan Gambar 62. Dengan teknologi sensor yang ada sekarang hal ini belum memungkinkan, karena untuk itu mobil menjadi terlalu berat, terlalu banyak kabel, terlalu mahal untuk diproduksi.
sensor
komputer
aktuator
Gambar 61: Sistem pesawat otomatis penuh, contoh integrasi dari mekanisasi, informatisasi, dan sensorisasi[50]. Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
56
Gambar 62: Sensor-sensor pada sebuah mobil. Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
57
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Untuk mengatasi masalah ini maka teknologi sensor yang akan
sensor
datang harus dapat mereduksi biaya, berat, dan ukuran suatu sistem sensor dan mudah diintegrasikan. Persyaratan ini dapat dipenuhi oleh suatu sistem sensor smart yang terintegrasi (integrated smart sensor system).
pengolahan sinyal
sistim bus
mikrokontroler
4.2. Sistem Sensor Smart Terintegrasi Gambar 63: Sistem smart sensor dalam teknologi multichip.
Beberapa tahun belakangan ini banyak usaha dilakukan orang untuk meningkatkan kehandalan sensor dan sistem sensor dan sekaligus menurunkan biaya fabrikasi. Terutama akan dikembangkan sensor dan sistem sensor pada bidang-bidang yang banyak pemakainya, seperti kendaraan bermotor, perumahan (misalnya untuk keamanan, pengaturan sirkulasi udara, pengaturan temperatur, pengaturan kelembaban), transport makanan atau gudang tempat penyimpanan makanan (misalnya temperatur, kelembaban, konsentrasi gas) sehingga harga perbuah
Konsekuensi penggunaan dari struktur sistem smart sensor seperti ini dan juga penggunannya untuk komponen instrumentasi lainnya mengarahkan kita pada bentuk sistem instrumentasi seperti pada gambar 64. Disamping sistem sensor terintegrasi dengan intelegensi terdesentralisasi suatu sistem instrumentasi dapat juga dilengkapi dengan smart aktor yang dilengkapi dengan algorima pengontrolnya.
sensor atau sistem sensor bisa ditekan pada harga yang rendah.
Proses Teknis
Tujuan ke depan adalah mebuat sensor atau sistem sensor yang smart, terintegrasi, punya sistem bus, dan dapat direalisasikan dalam teknologi chip yang murah sebagai MCM (Multi-Chip-Module). Gambar 63. menunjukkan suatu sistem sensor smart terintegrasi yang dilengkapi
elemen sensor pengolah sinyal analog pengubah analog-digital
ES
ES
EA
elemen aktuator
PSA
PSA
DE
daya elektronik
ADC
ADC
DAC
pengubah digital-analog
mikrokontroler
μC
μC
μC
mikrokontroler
sistim bus
SB
SB
SB
sistim bus
dengan elemen sensor, pengolah sinyal, mikrokontroler dengan pengubah analog ke digital, dan sistem bus. Mikrokontroler memungkinkan unit kontrol pusat
pengolahan sinyal secara digital, sistem bus digital menawarkan
SB
SB
UKP
TPK
PC pengguna
kemudahan kontak/komunikasi dan kemudahan konfigurasi dalam suatu sistem instrumentasi. Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
tampilan dan papan ketik
Gambar 64: Struktur sistem instrumentasi masa depan [7].
58
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
59
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Suatu unit pengatur pusat (seperti PC, laptop, atau modul PC)
putus untuk putra-putrinya, serta kakak, adik dan saudara dari kedua
berfungsi mengatur/mengontrol sistem bus dan bisa juga digunakan
keluarga yang selalu memberi dukungan kepada saya untuk meraih
untuk melakukan pengolahan sinyal secara khusus, misalnya untuk
jenjang pendidikan tertinggi. Dengan ketulusan dan segenap cinta, terima
mengolah atau mengenal citra. Melalui suatu papan ketik dan displai
kasih untuk Prastuti Indreswari pasangan hidup saya yang dengan
pengguna dapat berkomunikasi dengan sistem teknis, misalnya untuk
kesabaran, semangat, kegigihan dan rasa optimisnya yang luar biasa telah
menkonfigurasi atau melakukan konfigurasi baru terhadap sistem.
banyak mendorong saya agar senantiasa bertekad untuk menjadi manusia
Biaya produksi sistem instrumentasi seperti ini ditentukan oleh
yang lebih baik dan lebih bermanfaat. Kedua buah hati kami Rakanda
banyak hal, antara lain teknologi mikro dan teknologi sistem mikro,
Pranidhana dan Daryanda Dwiammardi yang selalu menginspirasi dan
teknologi rekayasa, dan teknologi perangkat lunak yang digunakan.
berjiwa besar karena haknya atas saya yang terampas.
Untuk menekan biaya produksi perlu dilakukan pemilihan teknologi pembuatan yang tepat.²
Terima kasih yang mendalam kepada para guru dan pendidik yang telah berjasa membimbing dan mendidik saya sejak SD. Tebet Barat I, Jakarta, SMPN 43, Jakarta, SMAN 3, Jakarta, Institut Teknologi Bandung, Universitat des Bundeswehr München Jerman sehingga saya bisa menjadi
UCAPAN TERIMA KASIH
insan seperti ini.
Pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankanlah dengan segala
Terima kasih kepada Prof. Ir. Lilik Hendrajaya, MSc. PhD., Prof. Dr.
kerendahan hati, saya sampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada
Freddy P. Zen, Prof. Dr. Ismunandar, Prof. Dr. Edy Soewono, dan Prof. Dr.
pimpinan dan anggota Majelis Guru Besar ITB atas kehormatan yang
Buchari yang telah memberikan rekomendasi kepada saya untuk
diberikan kepada saya untuk menyampaikan orasi ini di hadapan para
menduduki jabatan akademik ini.
hadirin sekalian.
Tak lupa saya sampaikan penghargaan yang tinggi kepada Prof.
Terima kasih yang begitu dalam dan tak bertepi kepada ayahanda
Dr.-Ing. Hans-Rolf Tränkler (Universitaet der Bundeswehr München,
almarhum H. Sjafaroeddin Djamal dan ibunda Hj. Jusniar Djamal, kepada
Jerman) atas ilmu, ide-ide, dorongan dan bimbingannya selama saya
mertua almarhum H. Soegiri Brotowasito SH dan ibu Hj. Ien Soegiri –
menempuh studi S3 hingga saat ini. Prof. Dr. rer. nat. E. Schruefer
Hardjokusumo, yang doa, kasih sayang dan pengorbanannya tak pernah
(Technische Universität München, Jerman) atas kerjasamanya, diskusi-
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
60
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
61
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
diskusi sehingga memungkinkan kami terus belajar. Terima kasih kepada
mengalir juga pahalanya kepada siapapun. Amien.
Prof. Dr. -Ing. Hans-Dieter Liess (Universität der Bundeswehr München, Jerman) atas kerjasama yang baik selama. Secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada Dr. Sutrisno atas bimbingan dan promosinya sejak
REFERENSI
saya kuliah hingga menjadi staf pengajar di Jurusan Fisika ITB. Terima
1.
kasih kepada Dr. Umar Fauzi, Dr. Sutarno dan Dr. Suparno Satira untuk diskusi-diskusi yang bermanfaat. Tak lupa terima kasih yang mendalam
Indonesian German Conference, Juli 2001, hal. 1-9. 2.
1-8.
kasih kepada teman-teman dosen di Fisika yang selalu memberikan 3.
privaten Lebensbereich (VIMP)”, Neubiberg, 4 Des. 1998, hal. 10-15 4.
para Guru Besar FMIPA ITB, yang telah memberi dukungan promosi kepada saya. Terima kasih kepada saudara Yulkifli, saudara Ramli,
Traenkler, H.-R.:”Zukunftsmark Intelligente Hausinstrumentierung”, Laporan penelitian:”Verteilte intelligente Mikrosysteme fuer den
menyenangkan. Untuk teman-teman di KK Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi atas kerjasama dan dukungannya. Terima kasih kepada
Marek, J.: ”Microsystems for Automotive Applications” , Proc. Eurosensors XIII, The Hague, Niederlande, 12-15 September 1999, hal.
untuk teman seperjuangan almarhum Prof.Sukirno MSc.PhD. Terima
inspirasi, diskusi yang bermanfaat dan lingkungan kerja yang
Traenkler, H.-R.:”Core Technologies for Sensor Systems”, Proc.
Intechno: ’Sensor Market 2008 ”, Intechno Consulting, Basle, Switzerland, 05.1999.
5.
Traenkler, H.-R., Kanoun, O., Pawelczak, D.:’Evolution of Sensor
saudara Rahmondia yang banyak membantu saya dalam penelitian dan
Elements towards Smart Sensor Systems”, Proc. Internasional
penyiapan tulisan ini. Terima kasih dan penghargaan yang tinggi juga
Conference on Instrumentation, Communication and Information Technology (ICICI) 2007, 8-9 Agustus 2009, hal. 1-7.
saya sampaikan kepada staf pengajar, mantan mahasiswa, mahasiswa bimbingan, karyawan ITB serta pihak-pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
6.
Wissenschaft, Springer, 1998. 7.
Tentunya tiada gading yang tak retak, perkenankanlah dengan segala kerendahan hati, permohonan maaf saya atas ungkapan dan ucapan yang
H.-R. Traenkler, E. Obermeier, Sensortechnik, Handbuch fuer Praxis und
Gerard C.M. Meijer (ed.), Smart Sensor System, John Willey & Sons, 2008.
8.
O. Kanoun: “Modelling the P-N Junction I-U Characteristic for an Accurate
tidak berkenan dan jauh dari kesempurnaan ini. Mudah-mudahan
Calibration-Free Temperature Measurement”, IEEE Transaction on
percikan tinta yang dibuat dalam tulisan ini, andai menjadi kebaikan,
Instrumentation and Measurement, hal. 901-905, Volume 49, No. 4, Agustus 2000.
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
62
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
63
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
9.
Gessner.T., Dotzel W., Hiller K., Kufmuann C., Kurth S.:’ Mikromechanische Sensoren und Aktoren – Funktionsprint-zipein,
51-69. 21. Yulkifli,, Mitra Djamal, Khairurrijal, Deddy Kurniadi, Pavel Ripka:
Technologien und applikationen” P.211-220, VDI Barichte Nr. 1530,200.
Demagnetization Factor of a Fluxgate Sensor Using Double Pick-up Coils
10. Delapierre G., Danel J.S., Michel F., Bost J.L., Boura A., Aujay O.,.: “A
Configurations. Proc. of The 3rd Asian Physics Symposium (APS) July
quart micromachined close loop accelerometer’, P. 223-224, Proc. of Eurosensors 87, September 1987, Cambridge.
22 – 23, 2009, Bandung, Indonesia. 22. Yulkifli, Mitra Djamal, Khairurrijal, Deddy Kurniadi, Pavel Ripka: The
11. Ruser H., Jena, A. V., Magori V., Trankler H.R., : A Low-cost Ultrasonic-
Influence of the Tape-core Layer Number of Fluxgate Sensor Using the
micromawe multisensory for Roboust Sensing of Velocity and Range, Proc.
Double Pick-up Coils to the Demagnetization Factor, Proc. ICICI-BME,
of Sensor 99, Numberg, C3.3, 1999
November, 23-25, 2009, Bandung.
12. Mitra Djamal: “Untersuchungen zur Zuverlaessigkeit von Gassensoren”, VDI Fortschritt-Berichte, Reihe 15, Nr. 96, VDI Verlag, 1992
23. Ripka, P., 2001a: Magnetic Sensor and Magnetometers, Artec House 24. Nielsen O V, Petersen J R, Primdahl F, Brauert O., Hernando B,
13. Benson, H., University Physics, John Wiley & Sons, 1991.
Fernandez A, Merayo, J M G and Ripka P, Development, construction and
14. Mitra Djamal., A study of Flat Coil Sensor for Measuring Displacements,
analysis of the ‘Oersted” fluxgate magnetometer, J. of Meas. Sci. Technology, (1995) 1099-1115.
KFI, Vol. 7, No. 2, Juli 1996 15. Mitra Djamal,. Indonesian paten pending, “Sistem Sensor Getaran
Fluxgate Presisi Tiga Dimensi Menggunakan Metoda Posisi Pulsa, Laporan
Menggunakan Koil Datar”, No. Paten ID 0 021 804. 16. Yulkifli, Desain dan Pembuatan alat Ukur Tekanan Udara Berbasis Sensor
Penelitian Hibah Bersaing XII, 2005. 26. Baschirotto, A. E. Dallago, P. Malcovati, M. Marchesi, G. Venchi, 2006:
Koil Datar, Laporan Tesis S2, ITB, 2002. 17. Halliday, D., Resnick, R., Walker, J., Fundamentals of Physics, John Willey & Sons, 2008.
Development and Comparative Analysis of Fluxgate Magnetic Sensor Structure in PCB Tecnology, IEEE Transaction on Mangetics, 42 No. 6 pp. 1670-1680.
18. Oppenheim, A. V., Signals and Systems, Prentice Hall, 1983 19. Zorlu, O., P. Kejik, R.S. Popovic, 2007: An Orthogonal Fluxgate-type Magnetic Microsensor with Electroplated Permalloy Core, J. Sensor and Actuator, 135, pp. 43-49.
27. Park, H.S., Jun, S.H., Won Y.C., Dong S.S., Kyoung W.N., Sang O.C., 2004: Development of MicroFluxgate Sensors with Electroplated Magnetic Cores for Electronic Compas, J. Sensor and Actuator, 114, pp 224-229. 28. Wang, Y., Gang Liu, Yin X., Jianzhong Y., Yangchao T., 2006: Fabrication
20. Mitra Djamal, 2007: Sensor Magnetik Fluxgate dan Aplikasinya untuk Pengukuran Kuat Arus , J. Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia, III, pp. Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
25. Mitra Djamal. et al.: Desain dan Pembuatan Sensor Medan Magnet
64
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
ot the Three-dimensional Solenoid Type Micra Magnetic Sensor, J. of Physics: Conference Series 34, pp 880-884 Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
65
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
29. Fan, J., X.P Li, P. Ripka, 2006: Low Power Ortogonal Sensor with
39. Djamal, M., R. N. Setiadi,: Pengukuran Medan Magnet Lemah
Electroplated Ni80Fe20/Cu Wire. J. of Apllied Physics, 99, pp. 08B3111-
Menggunakan Sensor Magnetik Fluxgate dengan Satu Kumparan Pick-Up,
08B3113.
Jurnal Proceedings ITB, 2006.
30. Kubik, J., L. Pavel, P. Ripka, 2006: PCB recetrack Fluxgate Sensor with Improved Temperatur Stability, J. Sensor and Actuator, 130, pp 184-188. 31. Dezuari, O., Eric Belloy, Scott E., Gilbert, Martin A., M. Gijs, 1999: New Hybrid Technology for Planar Fluxgate Sensor Fabrication, IEEE
40. Mitra Djamal, Design and Development Fluxgate Magnetometer and Its Applications, Indonesian Journal of Physics Vol 17 No. 1, January 2006, Hal. 7-14 41. Ismu Wahyudi, Prototip Sensor Muai Berbasis Fluxgate Magnetometer, Laporan Thesis S2, ITB, 2009
Transaction on Magnetics, 35, pp. 2111-2117. 32. Belloy, E., S.E. Gilbert, O. Dezuari, M. sancho, M.A.M. Gijs, 2000: A
42. Yulkifli, Rahmondia Nanda S., Suyatno, Mitra Djamal: Designing and
Hybrid Technology for Miniaturised Inductive Device Applications, J.
Making of Fluxgate Sensor with Multi-Core Structure for Measuring of
Sensor and Actuator, 85, pp 304-309.
Proximity, Proc. CSSI 2007, Serpong Tanggerang- Indonesia.
33. Ripka, P., 2001b: Micro-fluxgate Sensor with Close Core, J. Sensor and Actuator, A9. pp. 65-69.
43. Mitra Djamal,Rahmondia N. Setiadi, Yulkifli: Preliminary Study of Vibration Sensor Based on fluxgate Magnetic Sensor, Proc. ICMNS,
34. Chiesy,L., P. Kejik., B., Janosossy, R.S., Popovic, 2000: CMOS Planar 2D Micro-Fluxgate Sensor, J. Sensor and Actuator, 82, pp, 174-180. 35. Tipek, A., P. Ripk, Terence O, J. Kubik, 2004: PCB Technology Used Fluxgate Sensor Construction, J. Sensor and Actuator, 115, pp. 286-292. 36. Kawahito, S., Y. Tadakoro, 1996: High-Performance Micro Fluxgate Magnetics Sensors, Porc. International Conference on Microelectronics
Indonesian, 2008. 44. G. Handayani, M. Djamal, W. Triyoso: "Desain dan Pengembangan Sensor Getaran dan Aplikasinya Untuk Online Monitoring Gempa", Laporan Kemajuan Program Hibah Kompetitif Peneltian Sesuai Prioritas Nasional Batch I , 2009 45. E. Y. Tsymbal and D.G.Pettifor (2001). Perspectives of Giant Magnetoresistance, dalam Solid State Physics, ed. by H. Ehrenreich and
ICME, H.R , P. 85-89., Bandung, Indonesia . 37. SELC, 2008: Penuntun Layanan PCB Purwarupa, SELC Sumber
F. Spaepen, Vol. 56 , Academic Press, 2001, pp.113-237. 46. Baibich, M.N., Broto, J.M., Fert, A.,Nguyen Van Dau, F.,Petroff, F.,
elektronic, Bandung. 38. Mitra Djamal, Yulkifli, Agung Setiadi, Rahmondia N.Setiadi: Desain Awal Elemen Sensor Fluxgate Berbasis Teknologi Printed Circuit Booards (PCB), disampaikan pada SNBM, 26 November Batan, Serpong. Diterbitkan pada Jurnal Sains Materi Indonesia (JUSAMI) 2009
Etienne, P., Creutz,A., Friederich,A., Chazelas, Giant Magnetoresistance of (001) Fe/(001) Cr Magnetic Superlattices, J, Phys. Rev. Lett. 68 (1998) pp. 2472 – 2475. 47. M. Djamal, Ramli, Yulkifli, Khairurrijal, Growth of NiCoFe/Cu/NiCoFe
(Inpress). Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
66
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
67
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Sandwich for Giant Magnetoresistance Material by Opposed Target Magnetron Sputtering, Proc. International Conference on Material for Advanced Technologies (ICMAT), Singapore, 28 June – 3 July 2009. 48. Ramli, Mitra Djamal, and Khairurrijal, “Effect of Ferromagnetic Layer Thickness on the Giant Magnetoresistance Properties of NiCoFe/Cu/NiCoFe Sandwich” Proceeding 3rd Asian Physic Symposium (APS) 2009, ISBN: 978-979-98010-5-0, Bandung, 22 – 23 July 2009. pp 65 – 67. 49. T. Saragi, M. Djamal, Khairurrijal and M. Barmawi, KFI, Vol. 14, No. 3, p. 83-86, 2003
Colton, R.J., 1998. Biosens. Bioelectron. 13, 731–739. 56. Li, G., S zun, S., Wilson, R.J., White, R.L., Pourmand, N.,Wang, S.X., 2006. Sensor and Actuators A, 126, 98–106. 57. Ferreira, H.A., Graham, D.L., Feliciano, N., Clarke, L.A., Amaral, M.D., Freitas, P.P., 2005. IEEE Trans. Magn. 41 (10), 4140–4142. 58. Schotter, P.B. Kamp, A. Becker, A. Puhler, G. Reiss and H. Brückl, “Comparison of a prototype magnetoresistive biosensor to standard fluorescent DNA detection”, Biosensors and Bioelectronics 19 (10), 1149 1156 (2004).
50. T. Saragi, M. Djamal, Darsikin and M. Barmawi, Proc. of 2004 Annual Physics Seminar, Sept. 30-Oct.1, Bandung (2004). 51. Togar Saragi, Mitra Djamal, Darsikin, and M. Barmawi, Characteristic of Giant Magnetoresistance CoFe/Cu/CoFe Sandwich on Si (100) Substrates in Perpendicular Geometry Grown by dc-Sputtering, Physics Journal of the Indonesian Physical Society, A7 (2005) 0219. 52. M. Djamal, Darsikin, Togar Saragih, M. Barmawi, “Design and development of magnetic sensors based on giant magnetoresistance (GMR) materials”, J. Materials Science Forum Vols. 517 (June 2006) pp. 207-211 53. Mitra Djamal, Ramli, Yulkifli, and Khairurrijal, “Effect of Cu Layer Thickness on Giant Magnetoresistance Properties of NiCoFe/Cu/NiCoFe Sandwich” Proc. on ICCAS-SICE 2009 Fukuoka, Japan, August 18-21, 2009, pp. 365-368. 54. Mitra Djamal, Ramli and Khairurrijal, “Giant Magnetoresistance Material and Its Potential for Biosensor Applications” Proc. ICICI-BME, Indonesia, 2009. 55. Baselt, D.R., Lee, G.U., Natesan, M., Metzger, S.W., Sheehan, P.E.,
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
68
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
69
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
CURRICULUM VITAE
: MITRA DJAMAL
Nama
Tempat, tgl lahir : Jakarta, 22 Mei 1960 Alamat Kantor : Gedung Fisika FMIPA ITB, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 Pekerjaan
: Staf pengajar Prodi Fisika, FMIPA, ITB.
Bidang Keahlian : Teknik Pengukuran dan Otomatisasi Nama Istri
: Ir. Hj. Prastuti Indreswari MM
Nama Anak
: - Rakanda Pranidhana - Daryanda Dwiammardi
RIWAYAT PENDIDIKAN: w
S3, Universitaet der Bundeswehr Muenchen, Bidang Teknik Pengukuran dan Otomatisasi, 1992.
w
S1, Institut Teknologi Bandung, Jurusan Fisika, 1984.
RIWAYAT JABATAN FUNGSIONAL:
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
70
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
w
Asisten Ahli Madya
1986
w
Asisten Ahli
1993
w
Lektor Muda
1995
w
Lektor Madya
1997
w
Lektor
2000
w
Lektor Kepala
2001
w
Guru Besar
2009
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
71
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
RIWAYAT PENUGASAN di ITB:
No. 1, Januari 1996.
•
Kepala Laboratorium Elektronika FI: 1993-1996, 2000-2003
•
Ketua “Indonesian German Conference” 11-13 Juli 2001
•
Anggota Steering Committee 33 International Physics
3.
displacements, Kontribusi Fisika Indonesia, Vol. 7 No. 2, Juli 1996,
rd
Olympiad, 21-30 Juli 2002
Mitra Djamal, A study of a flat coil sensor for measuring p. 25-28.
4.
Mitra Djamal, Peranan Elektronika/Mikroelektronika Dalam
•
Anggota Pembuatan Proposal Program B Jurusan Fisika FMIPA
Perkembangan Instrumentasi Fisika, Kontribusi Fisika Indonesia,
•
Anggota Tim Verifikasi Usul Angka Kredit FMIPA 2004-2005
Vol. 8 No. 1, Jan. 1997, p. 14 – 19.
•
Ketua konferensi internasional ICICI 2005, 3-5 Agustus 2005.
•
Ketua konferensi internasional ICICI 2007, 8-9 Agustus 2007
•
Ketua Kelompok Keahlian Fisika Teoretik Energi Tinggi dan
5.
Kontribusi Fisika Indonesia, Vol. 8 No. 1, Jan 1997, p. 20 – 23. 6.
Instrumentasi, sejak 1 Januari 2008. •
•
Ketua konferensi internasional ICICI-BME 2009, 23-25
7.
Mitra Djamal, Raka, IGN. Desain dan Pembuatan pH Meter Digital, KFI, Vol. 10 No. 4, Oct. 1999.
Ketua PIC Strengthening Research Division Program IMHERE,
8.
Wahyudi and Mitra Djamal, Development of an Electronics
FMIPA, sejak Oktober 2009.
Balance Using a Flat Coil Sensor and Microcontroller AT 89C51,
Ketua Lab. Scanning Electron Microscope (SEM), FMIPA, sejak
Physics Journal of the IPS Proceeding Supplement A6 (2002)
Januari 2010.
0510 - 17 Juli 2002. 9.
PENGHARGAAN: •
Mitra Djamal, Design of Flat Coil Sensor for Coin Identification, Proceeding Institut Teknologi Bandung, Vol. 31, No. 2, 1999.
Nopember 2009. •
Mitra Djamal, Peranan Matematika dalam Sistem Sensor Modern,
Wildian and Mitra Djamal, A GMR based Current Sensor, Physics Journal of the IPS Proceeding Supplement A6 (2002) 0512 - 17
Piagam Tanda Kehormatan Presiden Republik Indonesia
Juli 2002. 10. Togar Saragi, Mitra Djamal, Khairurrijal dan M. Barmawi,
Satyalancana Karya Satwa 10 tahun, 15 April 2003.
Deposition of NiFeCo Thin Film for Giant Magnetoresistance (GMR) PENULISAN JURNAL: 1.
Material by dc-Unbalanced Magnetron Sputtering Method,
Mitra Djamal, Sensor, Elemen Kunci dalam Pengukuran. Kontribusi Fisika ITB, Jurusan Fisika, FMIPA, ITB, vol.1 No. 2,
2.
Kontribusi Fisika Indonesia, Vol. 14, No. 3, 2003, Hal. 83-86. 11. Togar Saragi, Mitra Djamal, Darsikin, and M. Barmawi,
Juli 1990.
Characteristic of Giant Magnetoresistance CoFe/Cu/CoFe Sandwich
Mitra Djamal, E.F. Rianto, Studi Awal Ruang Suhu Terkontrol.
on Si (100) Substrates in Perpendicular Geometry Grown by dc-
Kontribusi Fisika Indonesia, Jurusan Fisika, FMIPA ITB, vol. 7
Sputtering, Physics Journal of the Indonesian Physical Society,
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
72
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
73
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
A7 (2005) 0219.
Sensor Multi Core, Jurnal Materi Indonesia, Edisi khusus,
12. Mitra Djamal, Darsikin, Togar Saragih, M. Barmawi, Design and Development of Magnetic Sensors based on Giant Magnetoresistance
Oktober 2007, 215-219,. 22. Harri Sapto Wijaya, Mitra Djamal, Simulation of Mobile Robot
(GMR) Materials, Functional Materials and Devices, Trans Tech
Navigation System Using Combination Method of A* Algorithm with
Publication Ltd, Swiss, 2006.
Virtual Force Field, Indonesian Journal of Physics, Vol. 18 No. 1,
13. Mitra Djamal, Design and Development of Fluxgate Magnetometer and Its Applicacations, IJP, Vol. 17 No. 1, January 2006, 7-14.
Januari 2007, 15-19. 23. Yulkifli, Rahmondia N.S., Mitra Djamal, Khairurrijal, Deddy
14. Mitra Djamal, Sensor Modeling of a Vibration Sensor, IJP, Vol. 17
Kurniadi, The Influence of Ferromagnetic Core, Pick-up Coil Winding
No. 4, January 2006, 103-107.
Number and Enviromental Temperature to the Output Signal of a
15. Mitra Djamal, R. N. Setiadi, Pengukuran Medan Magnet Lemah
Fluxgate Magnetic Sensor, Indonesian Journal of Physics, Vol. 18
Menggunakan Sensor Magnetik Fluxgate dengan Satu Koil Pick-Up, PROC. ITB Sains & Tek. Vol 38 A, No. 2. 2006, 99-115.
No. 3, July 2007, p 77-80. 24. Hendro, Wirawan, Mitra Djamal, dan Rahmat Hidayat,
16. Mitra Djamal, Design and Development of Fluxgate Magnetometer
Development of Visible Light Absortion Measurement for
and Its Applications, Indonesian Journal of Physics (IJP), Vol. 17
Concentrated Dye Solution based on Attenuated Total Reflection
No. 1, January 2006, 7-14.
Technique and Improvement on its Analysis Method, Indonesian
17. Mitra Djamal, Sensor Modeling of a vibration sensor, Indonesian
Journal of Physics, Vol. 19 No. 2, April 2008, 55-59.
Journal of Physics (IJP), Vol. 17 No. 1, January 2006, 7-14. 18. Mitra Djamal, Sensor magnetik fluxgate dan aplikasinya untuk mengukur kuat arus, Jurnal Sains & Teknologi Nuklir, Vol. VIII,
RESEARCH AWARD: 1.
No. 1, Feb. 2007, 51-67.
Fluxgate Presisi Tiga Dimensi Menggunakan Metoda Posisi Pulsa,
19. Mitra Djamal, Sensor magnetik fluxgate dan aplikasinya untuk mengukur kuat arus, Jurnal Sains & Teknologi Nuklir, Vol. VIII,
RUT IX, DIKTI, 2004-2006. 2.
No. 1, Feb. 2007, 51-67.
Mitra Djamal (PI), Desain dan Pengembangan Sensor Magnetik Resolusi Tinggi dan Beberapa Aplikasinya, Hibah Bersaing, DIKTI,
20. Mitra Djamal, Suyatno, Yulkifli dan Rahmondia N. Setiadi, Sensor Magnetik Fluxgate Karakteristik dan Aplikasinya, Jurnal
2007-2008. 3.
Materi Indonesia, edisi khusus Oktober 2007, 207-214. 21. Yulkifli, Rahmondia N. S., Suyatno, Mitra Djamal, Linieritas Tegangan Keluaran Sensor Magnetik Fluxgate Menggunakan Elemen Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
Mitra Djamal (PI), Desain dan Pembuatan Sensor Medan Magnet
74
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Mitra Djamal (PI), Desain dan Pengembangan Sensor Mekanik Berbasis Koil Datar, Hibah Kompetensi, DIKTI, 2008-2009.
4.
Mitra Djamal (PI), Desain dan pengembangan sensor magnetik fluxgate berbasis teknologi printed circuit boards (PCBs) dan
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
75
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
aplikasinya untuk sensor getaran, Hibah KK ITB, 2009. 5.
Gunawan Handayani (PI), Mitra Djamal (Anggota), Desain dan
PATEN: •
Judul paten “Sistem Sensor Getaran Menggunakan Koil Datar”, No. Paten ID 0 021 804, 27 Agustus 2008.
Pengembangan Sensor Getaran dan Aplikasinya untuk Online Monitoring Gempa Riset, Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai
PENULISAN BUKU:
Prioritas Nasional, DIKTI, 2009. 6.
Mitra Djamal (PI), Yulkifli, Rahmondia, Development of new
1.
Gassensoren, VDI, Germany, 1992.
Giant Magnetoresistance (GMR) material with spin valve structure 7.
8.
using OTMS reactor, 2008, ASAHI GLASS FOUNDATION.
2.
Mitra Djamal; Diktat kuliah FI6172 Elektronika Industri, 2006.
Mitra Djamal (PI), Khairurrijal, Pegembangan Material Giant
3.
Mitra Djamal; Diktat kuliah FI4171 Sistem Sensor, 2006.
Magnetoresistance (GMR) dan Aplikasinya untuk Sensor Getaran,
4.
J. Mark (Ed.); Reiz der Sensorik, bab Untersuchungen zur
Riset KK ITB, 2008.
Zuverlässigkeit von Gassensoren, hal. 93-100. Shaker Verlag,
Mitra Djamal (PI), Komang Bagiasna, Desain dan Pengembangan
Aachen, 2006.
Sensor Magnetik Resolusi Tinggi dan Beberapa Aplikasinya, Riset
5.
Hibah Pasca, DIKTI, 2007-2008. 9.
Mitra Djamal, Untersuchungen zur Zuverlaessigkeit von
Mitra Djamal, Development of vibration sensor based on flat coil element, ITB, 2009.
Mitra Djamal (PI), Rahmondia, Pembuatan Material Giant
6.
Magnetoresistance (GMR) untuk Sensor Magnetik, Riset KK ITB,
Mitra Djamal (Ed.), Kapita Selekta Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Penerbit ITB, 2009.
2006. 10. Mitra Djamal (PI), Khairurrijal, Munawar Agus Riyadi, Desain
REVIEWER:
dan Pembuatan Sensor Magnetrik Berbasis Giant Magnetoresistance
1.
IEEE Journal Sensor
(GMR), RUT, KMRT, 2002-2004.
2.
Indonesian Journal of Physics (IJP)
3.
Journal Sains & Teknologi Nuklir.
11. Yulkifli (PI), Mitra Djamal, Khairurrijal dan Ramli, Pegembangan Sensor Magnetik Presisi medan Lemah Menggunakan Material Giant
PEMBICARA:
Magnetoresistance (GMR), Hibah Bersaing, 2009. 12. Hufri (PI), Yulkifli, Mitra Djamal, Desain dan Pegembangan
1.
Invited speaker pada International Conference of Functional
Sensor Magnetik Fluxgate Sensitivtias Tinggi Menggunakan Model
Materials and Devices (ICFMD-2005), Kuala Lumpur, Malaysia,
Ellips-Multicore Double Pick-up dan Aplikasinya, Hibah Bersaing,
6-8 Juni 2005.
DIKTI, 2009.
2.
Invited speaker pada The 9th Conference on Instrumentation and Control 2007, Bandung, Feb. 2007.
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
76
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
77
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
3.
Invited speaker pada International Conference on Instrumentation, Communications, Information Technology, and Biomedical Engineering (ICICI-BME), Bandung 2009.
4.
Invited speaker pada Applied University Ravensburg Weingarten, Ravensburg, Jerman, Oktober 2002.
5.
Invited speaker pada Universität der Bundeswehr München, Jerman, 16 Juli - 1 Agustus 2006.
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
78
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung
79
Prof. Mitra Djamal 27 Maret 2010