Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
168
SENI BERBICARA MELALUI METODE BERCERITA “Upaya Menumbuhkan Keberanian Pada Anak Sekolah Dasar” Yetty Morelent Dosen Universitas Bung Hatta Abstract Speaking is one of language skills developed in childrens life. However, to be able to speak formally effectively requires some intensive practise. An effective communication is essential for any either individu or group to be succesful in life. Students having good speaking skill will be easily understood by their speaking partners. In speaking learning particularly at elementary many students are shy and unfortunately, less motivated to speak in front of the class for some reasons. Therefore, students elementary an teachers should apply an appropriate method in order to improve speaking learning in the classroom. One of methods which can be chosen is Telling a story. Through Telling a story, students express their interest, opinion , expectation, experience, and their environtment. Besides, it will make learning fun and pleaning and make the students confident to speak in front of the class. Key Words: speaking, telling a story mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-
PENDAHULUAN Menyimak, berbicara, membaca, dan
kata , menyatakan dan menyampaikan pikiran,
menulis adalah empat aspek keterampilan
gagasan, serta perasaan itulah yang dinamakan
berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa.
berbicara”. Dengan kata lain
Disamping itu siswa dituntut untuk mampu
merupakan suatu sistem tanda-tanda yang
menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya,
dapat didengar (audible) dan yang kelihatan
yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi.
(visible) demi maksud dan tujuan gagasan atau
Untuk
itu
siswa
harus
menguasai
ide-ide
yang
berbicara
dikombinasikan
melalui
keterampilan berbicara sebagai sarana untuk
pemanfaatan sejumlah otot tubuh manusia .
berkomunikasi, karena keterampilan berbicara
Suatu
merupakan
memanfaatkan faktor - faktor fisik, psikologis,
suatu
keterampilan
yang
bentuk
perilaku
semantik,
manusia
menunjang keterampilan menyimak, membaca,
neurologis,
dan
dan menulis. Setelah aktivitas mendengarkan
merupakan suatu kegiatan berbicara.
yang
linguistik
manusia melakukan aktivitas berbicara dalam
Latihan dan pengarahan yang intensif
kehidupan berbahasanya. Berdasarkan bunyi-
sangat diperlukan agar seseorang terampil
bunyi yang didengar itu, kemudian manusia
dalam berbicara. Hal ini merupakan suatu yang
belajar untuk mengucapkan dan akhirnya
esensial untuk mencapai keberhasilan setiap
terampil berbicara. Nurgiyantoro (1995:276).
individu
Tarigan “kemampuan
(2008:16) untuk
mengatakan
mengekspresikan
,
maupun
kelompok.
Melalui
keterampilan berbicara yang baik, pembicaraan akan lebih mudah dipahami oleh penyimak. Di
Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
samping
itu
berbicara
keterampilan
juga
membaca
169
menunjang
Banyak diantara mereka yang masih malu-
menulis.
malu atau tidak lancar bahkan berkeringat.
dan
Berbicara merupakan suatu kegiatan produksi
Agar
sama halnya dengan kegiatan menulis yang
pengajaran berbicara harus dipelajari dan
bersifat
informasi.
dilatihkan kepada siswa di lingkungan sekolah.
Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan
Hal ini bertujuan untuk mengarahkan siswa
bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan
agar terampil berbicara, maka guru sebagai
memahami bacaan. Akan tetapi, masalah yang
tenaga pendidik harus mengetahui metode
terjadi di lapangan tidak semua siswa terutama
pembelajaran
siswa SD mempunyai kemampuan berbicara
tingkatan kelas yang diajarkannya. Cara mana
yang
pembinaan
yang tepat untuk dapat dilaksanakan dalam
keterampilan berbicara harus dilakukan sedini
pembinaan keterampilan berbicara bergantung
mungkin.
kepada situasi dan tujuan pengajaran, salah
menyampaikan
baik.
Oleh
Pembinaan
sebab
itu,
dan
pengembangan
keterampilan berbicara siswa di
sekolah
siswa
Indonesia. Guru harus mampu
keinginan,
suasana dan kesempatan belajar berbicara bagi
pengalaman,
siswa-siswanya,
lingkungan.
sabar
dan
tekun
tepat
sesuai
maka
dengan
cara bercerita karena bercerita adalah suatu keterampilan
harus
yang
berbicara
satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
menjadi tanggung jawab guru-guru bahasa menciptakan
terampil
yang
dapat
harapan, keadaan
memaparkan
pikiran, diri,
dan
gagasan, keadaan
memotivasi dan melatih siswa berbicara.
Berdasarkan fenomena dan kenyataan
Untuk itu melalui pokok-pokok bahasan yang
tersebut maka penulis meyakini bahwa dengan
ada pengajaran berbicara harus dilaksanakan
metode
dengan
Tarigan
berbicara. Untuk itu dalam makalah ini akan
(1995:54)
mengatakan bahwa guru bahasa
diuraikan Seni Berbicara Melalui Metode
Indonesia
harus
Bercerita
sebaik-baiknya.
Djago
mengenal,
mengetahui,
bercerita
siswa
“Upaya
dapat
terampil
Menumbuhkan
menghayati, dan dapat menerapkan berbagai
Keberanian Pada Anak Sekolah Dasar”.
metode,
mengajarkan
Penulis tertarik mengangkat permasalahan ini
keterampilan berbicara, sehingga pengajaran
karena metode bercerita dapat digunakan untuk
berbicara menarik, merangsang, bervariasi, dan
meningkatkan kemampuan berbicara bagi
menimbulkan minat belajar berbicara bagi
siswa atau peserta didik. Agar tulisan ini
siswa.
sistematis maka diuraikan hal-hal berikut: (1)
teknik
atau
cara
Pembelajaran berbicara di kelas perlu
pengertian berbicara, (2) tujuan berbicara, (3)
terus ditingkatkan, terutama di SD, karena
faktor-faktor
pada kenyataannya masih banyak siswa yang
berbicara, (4) mengembangkan kemampuan
susah berbicara bila di suruh ke depan kelas.
penghambat
keterampilan
Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
menyatakan
170
berbicara di SD, (5) bercerita, (6) hubungan
mengekspresikan,
berbicara dengan bercerita.
menyampaikan
1. Pengertian Berbicara
perasaan”. Berbicara merupakan suatu sistem
pikiran,
atau
gagasan,
dan
Berbicara adalah suatu keterampilan
tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan
bahasa yang berkembang pada kehidupan anak.
yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan
Halim, dkk. (1982:134) mengatakan bahwa
sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia
berbicara adalah kemampuan yang kompleks
demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau
yang sekaligus menggunakan beberapa aspek;
ide-ide
aspek-aspek
2008:16).
itu
berbeda-beda
dan
perkembangannya pun sering melalui masa yang
berbeda,
perkembangan
dengan yang
kecepatan
dikombinasikan
Selanjutnya
Tarigan,
(Tarigan,
mengatakan
“berbicara merupakan suatu bentuk perilaku
pula.
manusia yang memanfaatkan faktor-faktor
Kemampuan tersebut mencakup lima unsur,
fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan
yaitu (1) lafal atau ucapan (termasuk vokal dan
linguistik sedemikian ekstensif, secara luas
konsonan, dan intonasi serta tekanan), (2)
sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia
tatabahasa,
yang paling penting bagi kontrol sosial”.
(3)
berbeda
yang
kosakata,
(4)
kefasihan
(kemudahan dan kecepatan bicara), dan (5) pemahaman, oleh karena itu dalam komunikasi
(2008) Abidin (2009:123) berpendapat bahwa
lisan tentu harus ada pembicara dan orang
berbicara
yang memberikan reaksi terhadap pembicaraan
berbahasa yang harus dimiliki setiap orang
itu (Halim, dkk., 1982).
apalagi pelajar. Peranan sosial dalam berbicara
Menurut
Tarigan
(1996:137)
Keterampilan menyampaikan pesan melalui
merupakan
suatu
keterampilan
merupakan wujud yang sangat vital dalam berkomunikasi.
bahasa lisan merupakan kegiatan berbicara .
Nurgiyantoro (2010:397) mengatakan
Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai
bahwa “kegiatan berbicara pada umumnya
media penyampaian sangat erat. Pesan yang
merupakan aktivitas memberi dan menerima
diterima oleh pendengar tidaklah dalam wujud
bahasa, menyampaikan gagasan dan pesan
asli, tetapi dalam bentuk lain yakni bunyi
kepada lawan bicara dan pada waktu yang
bahasa.
mencoba
hampir bersamaan pembicara akan menerima
mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa
gagasan dan pesan yang disampaikan lawan
itu menjadi bentuk semula.
bicaranya tersebut”. Dalam kegiatan berbicara
Pendengar
kemudian
Lebih
lanjut,
Tarigan
mengatakan
bahwa
“berbicara
kemampuan artikulasi
mengucapkan atau
(2008:16) adalah
bunyi-bunyi
kata-kata
untuk
biasanya
terjadi
komunikasi
timbal-balik
dalam satu kesatuan waktu. Lebih lanjut Nurgiyantoro mengatakan bahwa “berbicara adalah aktivitas berbahasa
Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
kedua
yang
dilakukan
manusia
dalam
Berbicara merupakan
instrumen yang
kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas
mengungkapkan
mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang
langsung apakah pembicara memahami atau
didengar itu, kemudian manusia belajar untuk
tidak bahan pembicaraannya,
mengucapkan
bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri
dan
akhirnya
terampil
berbicara”. Untuk dapat berbicara dalam suatu
pada
bahasa
gagasannya,
secara
baik,
pembicara
harus
saat
kepada
171
penyimak
secara
apakah dia
mengkomunikasikan
gagasan-
apakah dia waspada serta
menguasai lafal, struktur, dan kosa kata. Di
antusias atau tidak dalam menyampaikan isi
samping itu, diperlukan juga penguasaan
pembicaraannya (Mulgrave, dalam Tarigan,
masalah
2008:16).
dan
atau
gagasan
yang
akan
disampaikan (2010:399).
Sejalan dengan hal tersebut,
Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan
Tarigan
(2008:16) seperti yang pernah dikutip oleh
maka dapat disimpulkan bahwa
Morelent (2012) mengatakan bahwa pada
berbicara merupakan suatu keterampilan untuk
dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud
menyampaikan suatu pesan melalui bahasa
umum
lisan melalui sistem tanda yang dapat didengar
melaporkan (to inform), (2) menjamu dan
oleh
menghibur (to entertain), (3) membujuk,
karenanya
diperlukan
penguasaan
yaitu:
(1)
memberitahukan
masalah atau gagasan yang akan disampaikan.
mengajak,
mendesak,
2. Tujuan Berbicara
persuade).
Menurut
gabungan
dari
Setiap
kegiatan
berbicara
yang
meyakinkan Ochs
dan
(to
dan
Winker
maksud-maksud
itupun
dilakukan manusia selalu mempunyai maksud
mungkin saja terjadi. Suatu pembicaraan
dan tujuan.
Tujuan pembicaraan dapat
misalnya mungkin saja merupakan gabungan
dibedakan atas lima golongan yaitu (1)
dari melaporkan dan menjamu begitu pula
menghibur,
(3)
mungkin sekaligus menghibur dan meyakinkan
(5)
(Ochs dan Winker dalam
(2)
menstimulasi,
menginformasikan,
(4)
meyakinkan,
dan
menggerakkan (Tarigan ,1996:138).
dan Morelent, 2012).
Untuk dapat menyampaikan pikiran secara
efektif,
memahami
pembicara
dikomunikasikan, mengevaluasi pendengarnya,
“mengemukakan beberapa prinsip umum yang
yang
ingin
mendasari kegiatan berbicara, antara lain: (1)
harus
mampu
membutuhkan paling sedikit dua orang, (2)
komunikasi
terhadap
mempergunakan suatu sandi linguistik yang
dia
efek
Brooks (dalam Tarigan, 2008:17-18)
dapat
makna
harus
Tarigan, 2008:17
mengetahui prinsip-prinsip
dipahami
bersama,
(3)
menerima
atau
yang mendasari situasi pembicaraan, baik
mengakui suatu daerah referensi umum, (4)
secara umum maupun perorangan (Tarigan,
merupakan suatu pertukaran antara partisipan,
2008:16)
(5) menghubungkan setiap pembicara dengan
172
Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
yang lainnya dan kepada lingkungan nya
pesan yang terkandung dalam pembicaraan
dengan segera, (6) berhubungan dan berkaitan
kepada
dengan masa kini, (7) hanya melibatkan aparat
dituntut untuk dapat mengelola pembicaraan
atau perlengkapan yang berhubungan dengan
sehingga pendengar merasa nyaman, mengerti,
suara/bunyi bahasa dan pendengaran (vocal
dan
and auditory apparatus), (8) secara tidak
pendengar maka seorang pembicara harus
pandang
memperhatikan
bulu
menghadapi
serta
pendengar.
puas.
Untuk
Berkaitan
itu
pembicara
dengan
faktor-faktor
kepuasan
berikut:
a.
memperlakukan apa yang nyata dan apa yang
percaya diri, b. bicara dengan suara yang jelas,
diterima sebagai dalil”.
dan c. melibatkan pendengar. (3) mendapatkan
Sementara itu Logan (Heryati, 2009:41, dalam
Morelent,
2012)
memilah
tujuan
berbicara atas tiga komponen, yakni (1) untuk memperbaiki pembicaraan terhadap semua orang
atau
semua
menghilangkan
siswa,
problem
reward (balasan). Reward bagi seorang guru berupa tingkat prestasi yang dicapai oleh muridnya. Berdasarkan
uraian
tersebut
dapat
(2)
untuk
dimaknai bahwa adanya hubungan timbal balik
berbicara
seperti
secara aktif dalam kegiatan bebricara antara
berbicara kekanak-kanakan, berbicara kabur,
pembicara
kurang
kelalaian
membentuk kegiatan berkomunikasi menjadi
menggunakan bunyi-bunyi bahasa, seperti
lebih efektif dan efisien. Selain untuk tujuan
terlalu keras atau lemah, dan (3) untuk
berkomunikasi seseorang melakukan kegiatan
mengembangkan latar belakang penggunaan
berbicara adalah untuk mempengaruhi orang
bunyi-bunyi bahasa yang benar.
lain agar pembicaraannya dapat diterima
fasih
Alice
(pelat),
dan
dan
Sasongko
(2012:11)
dengan
pendengar
untuk
secara baik.
menyatakan bahwa, ada tiga tujuan penting
3.Faktor-Faktor Penghambat Keterampilan
yang ingin dicapai saat berbicara, yaitu (1)
Berbicara
mengeksperesikan
Hampir
Tidak semua orang memiliki kemahiran
menempatkan
dalam berbicara di muka umum walaupun
motivasi ini pada strata tertinggi atau bisa juga
keterampilan ini dapat dipelajari melalui
dikatakan
latihan.
sebagian
besar
pemikiran. pembicara
inilah
permbicara.,
(2)
tujuan
utama
pendengar.
Seseorang melakukan kegiatan berbicara
Berbicara adalah sebuah proses komunikasi
pada saat situasi yang normal, adalah untuk
verbal yang melibatkan dua orang atau lebih
memberikan
dengan
mengemukakan sesuatu kepada orang lain,
pembagian
memuaskan
semua
peran
berbicara
dan
pendengar.
motivasi
dan
ingin
dengan harapan ingin memberikan reaksi
Salah satu tolok ukur keberhasilan
terhadap sesuatu yang didengarnya. Sedangkan
pembicara adalah sampainya maksud atau
Nurgiyantoro (1995:277) menjelaskan bahwa
173
Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
“pembicaraan dalam situasi yang demikian,
banyak
kejelasan
lingkungan komunikasi (Tarigan, 1996:187).
penuturan
tidak
semata-mata
ditentukan
oleh
faktor
situasi
ditentukan oleh ketepatan bahasa (verbal) yang
Logan (1972:172) menyebutkan tipe
dipergunakan saja, melainkan amat dibantu
kekacauan berbicara antara lain, 1) Kekacauan
oleh
seperti
artikulasi terkait dengan bunyi-bunyi bahasa
gerakan-gerakan tertentu, ekspresi wajah, nada
(substitution of speech sounds), penghilangan
suara, dan sebagainya, suatu hal yang tidak
bunyi-bunyi bahasa (omission
ditemui dalam komunikasi tertulis. Situasi
sounds), penambahan bunyi-bunyi bahasa
pembicaraan (serius, santai, wajar, tertekan)
(addition of speech sounds), dan pembalikan
dalam banyak hal juga akan mempengaruhi
bunyi-bunyi bahasa (distortion of speech
keadaan dan kelancaraan pembicaraan”.
sounds). 2) Kekacauan tempo dan irama
unsur-unsur
paralinguistik
of speech
Selanjutnya Oller mengatakan bahwa,
pembicaraan berupa gagap, pembicaraan yang
yang mempengaruhi keadaan pembicaraan
berbeli-belit, kekacauan tekanan atau nada
adalah masalah topik pembicaraan dan lawan
ucapan. Misalnya terlalu tinggi, terlalu lemah
bicara. Kedua hal tersebut merupakan hal yang
atau monoton, kekacauan yang terkait dengan
esensial, dan karenanya harus diperhitungkan.
intensitas atau volume suara, dan kekacauan
(Oller dalam Nurgiyantoro, 1995:277).
yang
Tarigan
(1996:187)
mengemukakan
terkait
Kesalahan
dengan
kualitas
menangkap
suara.
3)
simbol-simbol
empat faktor yang jalin-menjalin dan besar
kebahasaan atau salah cerna. 4) Adanya
pengaruhnya terhadap efektivitas berbicara
pembicaraan yang tertunda-tunda (delayed
yaitu, (1) situasi, (2) pembicara, (3) penyimak,
speech). Penyebab delayed
dan (4) ragam ujaran. Menurut Tarigan,
melamun atau mental yang kurang sadar,
hubungan keempatnya
penyakit dan kelemahan fisik, kekurangan
dapat dilukiskan
seperti berikut. Berbicara merupakan kegiatan
“greget”
yang
berbicara
penghargaan, adanya celaan atau pujian yang
dilakukan melalui bahasa ujaran sebagai alat
kurang konsisten terhadap pembicara pemula,
transmisinya.
bersifat
menunjang
verbal.
Artinya,
Walaupun aspek
dalam
speech adalah
pembicaraan,
kurangnya
demikian,
untuk
kurang pendengaran, gonjangan kejiwaan,
komunikasinya,
dalam
takut atau malu.
situasi tertentu diperlukan adanya teknik-
Dalam situasi yang normal, orang
teknik bicara yang sifatnya nonverbal. Gerak-
melakukan kegiatan berbicara dengan motivasi
gerik, sikap bicara, mimik dan sebagainya
ingin mengemukakan sesuatu kepada orang
merupakan
teknik
lain, atau karena ingin memberikan reaksi
nonverbal
dalam
bicara
yang
sifatnya
menunjang
tujuan
komunikasi verbal. Teknik semacam itu lebih
terhadap
sesuatu
yang
didengarnya.
Pembicaraan dalam situasi yang demikian, kejelasan
penuturan
tidak
semata-mata
174
Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
ditentukan oleh ketepatan bahasa (verbal) yang
dalam
dipergunakan saja, melainkan amat dibantu
mengulang sebagai akibat dari proses
oleh unsur-unsur paralinguistik seperti gera-
berpikir yang dilakukan pembicara ketika
gerakan tertentu, ekspresi wajah, nada suara,
sedang berbicara. Dalam bahasa Inggris,
dan sebagainya, suatu hal yang tidak ditemui
waktu berpikir dalam berbicara tidak
dalam komunikasi tertulis. Situasi pembicaraan
dengan diam, tetapi menggunakan kata-
(serius, santai, wajar, tertekan) dalam banyak
kata tertentu seperti uh, um, well, you
hal juga akan mempengaruhi keadaan dan
know, I mean, like,dst. Penutur asli akan
kelancaran pembicaraan.
mahir
Brown (2001:270-271) mengemukakan delapan faktor yang membuat kesulitan dalam
mengatur
jeda,
menggunakan
koreksi,
atau
kata-kata
itu,
berbeda dengan yang bukan penutur asli, (5) bahasa kolokial (colloqial language) atau
berbicara yaitu:
bahasa sehari-hari menimbulkan kesulitan
(1) clustering atau pengelompokan kata, ini
tersendiri bagi pembelajar bahasa. Hal itu
terkait
dengan
aspek
kognitif
disebabkan
karena
adanya
kata-kata,
(pemahaman) dan fisik (kaitannya dengan
frase, atau idiom yang unik atau bermakna
nafas).
khusus dalam bahasa sehari-hari,
Dalam
berbicara
pengelompokan kata dalam
satu
ada
yang diucapkan
nafas.
(6) rate of delivery adalah karakteristik
Kesalahan
kelancaran dilihat dari kecepatan dan
pemenggalan
kelancaran. Bagi pembelajar bahasa yang
dalam berbicara ini tentu akan mengubah
bukan penutur asli, persoalan kelancaran
makna. Kemampuan clustering ini sering
dan kecepatan dalam berbicara biasa
dirasakan sebagai kesulitan bagi pelajar,
menjadi masalah. Persoalannya cukup
pengelompokkan
(2) redundancy
atau
atau
Seringkali
makna
redudansi
bahasa,
penghamburan. dijelaskan akibatnya
melalui sulit
dipahami,
kompleks karena terkait dengan berbagai aspek yang mempengaruhi kelancaran dan kecepatan tersebut, (7) tekanan, ritem, dan intonasi (dalam istilah
(3) bentuk-bentuk reduksi seperti kontraksi,
lain
prosodi)
tentu
terkait
dengan
elisi, reduksi vokal dll. Merupakan bentuk
kekhasan karakteristik pelafalan suatu
bahasa yang sering muncul dari bahasa
bahasa.
sehari-hari,
karakteristik
(4) variabel variables
kinerja terkait
atau
performance
dengan
strategi
Bahasa
Inggris
pelafalan
memiliki tersendiri
dibanding bahasa lain. Tekanan, ritem, dan intonasi tersebut manjadi sulit karena
bagaimana menjembatani proses berfikir
keunikannya,
dengan berbicara. Ada kalanya dalam
terhadap pesan yang disampaikan, dan
berbicara
membutuhkan
keterampilan
padahal
semua
terkait
Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
(8) interaksi merupakan unsur yang termasuk sulit.
Di
dalamnya
terkait
dengan
kreativitas dalam negosiasi percakapan. Berbagai
secara
emosional,
akibatnya terjadi hambatan dalam komunikasi orang tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat yang
menurut
telah dikemukakan tersebut maka sebaiknya
Stephen (2011:15) adalah: 1) rintangan Proses
seorang permbicara harus siap dan mampu
seperti, (a) rintangan pengirim, seseorang
membuat pembicaraan singkat, padat, dan
dengan gagasan yang inovatif ternyata gagal
efektif . Hal ini dilakukan agar tidak terjebak
berbicara dalam suatu pertemuan karena takut
dalam kecemasan rasa takut
dianggap
rintangan
menguasai diri dengan baik. Jika rasa lemas
penyandian, seseorang yang berbicara dalam
dan takut tidak terkendalikan, konsep yang
bahasa asing ternyata gagal menyampaikan
sudah ada dalam pikiran pun akan hilang
keluhan tentang kondisi pekerjaannya, (c)
dengan sendirinya.
rintangan medium, seseorang lebih memilih
4. Mengembangkan Kemampuan Berbicara
untuk mengirim surat tuntutan yang emosional
di SD
dalam
rintangan,
bawahannya
dan
gangguan
hambatan,
kepada
175
berkomunikasi
berpikir
kritis,
(b)
kepada orang lain daripada menyampaikan
Setelah
mendengarkan
dan
dapat
seseorang
perasaannya secara langsung, (d) rintangan
melakukan aktivitas berbahasa kedua yaitu
dalam menguraikan isi sandi, seseorang yang
berbicara.
tidak yakin menjalankan tugas yang diberikan,
komunikasi dalam segala bentuk interaksi
(e)
tidak
sesama manusia. Mampu berbicara efektif
yang
sangatlah penting untuk kegiatan-kegiatan di
disampaikan orang lain, (f) rintangan umpan
sekolah. Siswa mendapatkan manfaat dari
balik, seseorang gagal menanyakan kembali
kegiatan berbicara formal dan informal selama
maksud perkataan orang lain karena ia tidak
berada di sekolah dan bahwa bahasa sangat
memahami perkataan tersebut. 2) Rintangan
perlu untuk proses belajar, oleh karena itu
Fisik. Gangguan fisik bisa saja terjadi karena
kemampuan berbicara secara efektif dalam
adanya hambatan dalam panggilan telepon,
berbagai situasi dan untuk berbagai keperluan
tembok
rintangan
mampu
penerima,
mengulang
penghalang,
frekuensi mencakup
radio.
3)
kata-kata
seseorang
pernyataan
Berbicara
merupakan
alat
ataupun
gangguan
merupakan tujuan dasar dari pengajaran bahasa
Rintangan
Semantik,
di sekolah dasar (Resmini, dkk., 2009:147).
yang
cara
Anak-anak dan orang dewasa lebih
menggunakannya, dan makna yang lekat pada
sering menggunakan bahasa lisan daripada
kata-kata tersebut. 4) Rintangan Psikososial,
bahasa tulisan oleh karena itu berbicara
adalah jarak psikologis yang berkaitan dengan
merupakan bentuk bahasa yang ekspresif
jarak fisik aktual. Misalnya seorang pemimpin
sebelum membaca dan menulis. Kenyataannya
perusahaan
pembelajaran berbicara di sekolah sering
menginstruksikan
dipilih,
suatu
tugas
Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
dan
saran
terhadap
176
kurang dianggap perlu dan kurang ditangani
tanggapan
secara serius karena siswa sudah dianggap
berbicara melalui telepon, bermain peran,
mampu berbicara dan dapat dipelajari secara
menjelaskan
informal. Karena sudah dapat berbicara itulah
memerankan drama pendek, menceritakan
guru menganggap tidak perlu memberikan
hasil
penekanan dalam kegiatan berbicara pada
mengritik,
kurikulum sekolah dasar. Pembelajaran bahasa
berdiskusi.
petunjuk
pengamatan, memuji
masalah,
penggunaan,
membahas
isi
sesuatu,
buku,
berpidato,
lebih ditekankan pada aspek membaca dan
Berdasarkan jenis dan bentuk kegiatan
menulis saja. Hal inilah yang menyebabkan
berbicara yang telah dipaparkan maka pada
sedikitnya perhatian yang diberikan pada
makalah ini akan difokuskan pengembangan
pengembangan berbicara di sekolah.
kegiatan
Resmini, dkk. (2009:147) mengatakan
berbicara
(SD).
masuk
5. Bercerita
keragaman
sangat tersebut
bertanggungjawab kemampuan
beragam. maka
untuk
berbicara
Karena
menggunakan
metode bercerita pada siswa sekolah dasar
bahwa kemampuan berbicara siswa pada saat sekolah
dengan
guru
Kegiatan bercerita sering dilakukan oleh
menguatkan
manusia. Semua orang ingin bercerita untuk
siswa.
Untuk
memaparkan
keinginan,
harapan,
pikiran,
memperbaiki hal itu dibutuhkan waktu karena
gagasan, pengalaman, keadaan diri, keadaan
sikap berubah secara perlahan dipengaruhi
lingkungan dan sebagainya. Keinginan tersebut
oleh beberapa faktor, baik di dalam maupun di
mungkin sekali tidak terlaksana disebabkan
luar
oleh berbagai hal . Misalnya, perasaan rendah
lingkungan
berbicara
perlu
sekolah.
Pembelajaran
dikembangkan
dan
diri, tak percaya diri, tidak tahu apa yang harus
direncanakan dengan baik oleh guru, karena
diceritakan atau takut bercerita di depan
masa usia sekolah dasar sangat baik untuk
khalayak ramai. (Tarigan, 1995:68).
mengembangkan kemampuan berbicara siswa.
Bercerita adalah suatu keterampilan
Pengembangan kemampuan berbicara
yang tidak dimiliki semua orang, bila guru
siswa sekolah dasar menurut Resmini, dkk
dapat bercerita maka siswanya akan senang,
(2009:148) meliputi berbagai jenis dan bentuk
tertarik
kegiatan berbicara, yaitu memperkenalkan diri,
selesai. Foster (1970:35) mengartikan cerita
menyapa
menceritakan
sebagai sebuah narasi berbagai kejadian yang
benda
atau
sengaja disusun berdasarkan urutan waktu.
menanyakan
Misalnya, (kejadian) mengantuk kemudian
sesuatu, menceritakan kegiatan sehari-hari,
tertidur, begitu melihat wanita cantik langsung
melaporkan
dilihat,
jatuh cinta, marah-marah karena disinggung
memberikan
perasaannya, dan sebagainya. Seperti halnya
pengalaman, seseorang,
orang
lain,
mendeskripsikan bercakap-cakap,
peristiwa
mendeskripsikan
tempat,
yang
dan
mengikuti
ceritanya
sampai
Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
177
Foster, Abrams (1981:61) juga memberikan
melukiskan suatu proses terjadinya suatu
pengertian
urutan
peristiwa secara panjang lebar, (2) karangan
kejadian yang sederhana dalam urutan waktu,
yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau
dan Kenny (1966:12) mengartikannya sebagai
kejadian, (3) suatu lakon yang diwujudkan
peristiwa-peristiwa yang terjadi berdasarkan
dalam pertunjukan seperti drama, sandiwara,
urutan waktu yang disajikan dalam sebuah
film.
cerita
sebagai
sebuah
karya fiksi. (dikutip dalam Morelent, 2012).
Cerita merupakan suatu karangan yang
Fiksi menceritakan berbagai masalah
dibuat seseorang dan disajikan secara tertulis
kehidupan manusia dalam interaksinya dengan
maupun secara tulisan. Cerita pada umumnya
lingkungan dan sesama interaksinya dengan
berisi tentang kejadian atau peristiwa, baik
diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan
peristiwa alam maupun kejadian yang dialami
(Nurgiyantoro, 2010:3).
manusia. Peristiwa atau kejadian yang disusun
Nurgiyantoro
(2010:3)
mengatakan
tersebut, bisa jadi disajikan dalam bentuk
bahwa fiksi merupakan karya imajinatif yang
pertunjukan yang bisa ditonton. Sehingga
dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari
cerita tidak hanya bisa dinikmati dalam bentuk
segi kreativitas sebagai karya seni. Fiksi
tuturan yang disimak dalam bentuk tulisan
menawarkan
kehidupan
maupun lisan, tetapi juga dapat dinikmati
sebagaimana yang diidealkan oleh pengarang
dalam bentuk sajian permainan peran seperti
sekaligus
sandiwara, drama, sinetron, wayang dan
“model-model”
menunjukkan
sosoknya
sebagai
karya seni yang berunsur estetik dominan.
sebagainya (KBBI, 1988).
Betapapun saratnya pengalaman dan
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut
permasalahan kehidupan yang ditawarkan,
maka dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang
sebuah karya fiksi haruslah tetap merupakan
mengisahkan tentang perbuatan atau kejadian
cerita
merupakan
yang disampaikan secara lisan dengan tujuan
bangunan struktur yang koheren, dan tetap
berbagi pengalaman dan pengetahuan kepada
mempunyai tujuan estetik. (Wellek & Warren,
orang lain dinamakan bercerita. Guru atau
dalam Nurgiyantoro, 2010:3).
orang tua yang mahir bercerita akan disenangi
yang
menarik,
tetap
Daya tarik cerita inilah yang pertamatama
akan
membacanya.
memotivasi Hal
itu
orang disebabkan
untuk pada
dasarnya, setiap orang senang cerita, apalagi yang sensasional, baik yang diperoleh dengan cara melihat maupun mendengarkan.
berikut:
(1)
sebuah
tutur
pula dijalin hubungan yang akrab dan hangat. a. Manfaat Cerita Bagi Perkembangan Anak Saat ini, kegiatan bercerita tidak lagi populer di mata anak-anak karena mereka telah
KBBI (1988:165), mengartikan cerita sebagai
oleh anak didik karena melalui cerita dapat
yang
disuguhi oleh bermacam-macam tontonan yang disajikan ditelevisi bahkan tontonan
Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
tersebut acapkali bukan tontonan yang pas bagi
Pengulangan,
perkembangan anak. Pilihan permainan yang
kedekatan guru atau orang tua membuat cerita
tersedia pun sering tidak mendidik dan
menjadi efektif untuk mempengaruhi cara
membuat
misalnya
berpikir mereka. (b) Menyalurkan kebutuhan
bercerita
imajinasi
anak
videogame.
kecanduan,
Padahal,
kegiatan
imajinasi
dan
anak,
fantasi.
dan
178
nilai
Anak-anak
sebetulnya bisa menjadi alternatif yang tidak
membutuhkan penyaluran imajinasi dan fantasi
hanya memikat, tetapi juga mendatangkan
tentang berbagai hal yang selalu muncul dalam
banyak manfaat.
pikiran anak. (c) Memacu kemampuan verbal
Stewiq (Norton, 1983: 236) menyatakan bahwa
cerita
merupakan
bagian
dari
anak.
Cerita
yang
bagus
tidak sekadar
menghibur tapi juga mendidik, sekaligus
pengalaman masa kanak-kanak. Alasan ini
merangsang
disebabkan karena, (1) bercerita membantu
kecerdasan linguistik yang paling penting,
anak memahami tradisi lisan, (2) bercerita
yakni kemampuan menggunakan bahasa untuk
memberikan kesempatan kepada orang dewasa
mencapai sasaran praktis. (d) Merangsang
untuk
dalam
minat menulis anak. Pengaruh cerita terhadap
pengalaman tersebut, (3) bercerita dapat
kecerdasan bahasa anak diakui oleh Leonhardt
merangsang
seperti yang dikuti oleh Musfiroh (2008)
melibatkan
anak-anak
anak-anak
di
untuk
mencoba
menceritakan kisah-kisah mereka sendiri.
berkembangnya
menurutnya,
Lenox dalam artikelnya “Storytelling for
kebahasaan
cerita anak.
komponen
memancing Anak
yang
rasa gemar
Young Children in a Multicultural Word”,
mendengar dan membaca cerita akan memiliki
mengatakan
kemampuan
bahwa
bercerita
dapat
berbicara,
menulis,
dan
dimanfaatkan untuk menarik minat belajar
memahami gagasan rumit sacara lebih baik. (e)
anak di samping memperluas kesadaran dan
Merangsang minat baca anak. Anak berbicara
pengetahuan tentang keberagaman lingkungan
dan mendengar sebelum ia belajar membaca.
(Lenox
Oleh karena itu, pengembangan sistem bahasa
dalam
Musfiroh,
2008:98
dan
Morelent, 2012).
lisan
Cerita bagi anak memiliki manfaat yang sama pentingnya dengan aktivitas dan program pendidikan
itu
sendiri,
manfaat
yang
baik
mempersiapkan
sangat
anak
penting
belajar
untuk
membaca.
(Musfiroh, 2008:93).
tersebut
Sudarmadji, dkk (2010:2) mengatakan
menurut Musfiroh (2008:81-93) adalah sebagai
bahwa cerita merupakan media yang amat
berikut. (a) Membantu pembentukan pribadi
efektif dalam menyampaikan misi dakwah dan
dan moral anak. Cerita sangat efektif untuk
pendidikan.
mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku
Menurut H.G. W. Hesse (Yasir, 2011:1)
anak karena mereka senang mendengarkan
anak-anak
yang sering dibacakan
cerita,
cerita walaupun dibaca secara berulang-ulang.
biasanya tumbuh menjadi anak yang lebih
179
Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
pandai, lebih tenang, lebih terbuka dan lebih
hasrat
seimbang. Dengan bercerita, anak
dapat
memahami tempat, 7) cerita membantu anak
mengasah daya pikir dan imajinasi. Dapat
memanfaatkan waktu, 8) cerita membantu
melatih kreativitas anak, perbendaharaan kata,
anak mengenal penderitaan, kehilangan, dan
daya ingat, daya pikir, dan cara berbicara juga
kematian,
berkembangsesuai
bagaimana menjadi manusia, dan 10) cerita
dengan
kesan-kesan
pendengaran dan pengamatan yang diterima
cerita
cerita
membantu
mengajarkan
anak
anak
Baker dan Greene mengatakan bahwa
Pemanfaatan cerita bagi anak akan pengetahuan
9)
6)
menjawab rasa ingin tahu dan misteri kreasi.
anak melalui cerita.
memperluas
anak,
terhadap
yang lebih baik, mempertinggi rasa ingin tahu,
multietnis dan multikultur. Oleh karena itu
kemisterian, dan sikap menghargai kehidupan.
guru seyogyanya mengenal berbagai cerita
Dengan kata lain, bercerita memberikan jalan
daerah seperti cerita dari Bali, Sumatera, Jawa
bagaimana
memahami
Tengah, Maluku, dan lain sebagainya.
memahami
orang
b. Pentingnya Cerita
memahami cerita itu sendiri. (Beker dan
Kemampuan
anak
bercerita dapat membawa anak pada sikap
guru
diri
lain,
sendiri
serta
dan
bagaimana
dalam
Greene , Lenox, dalam Musfiroh, 2008:98).
mentransmisikan nilai-nilai luhur kehidupan
6. Hubungan Berbicara dengan Bercerita
dalam bentuk cerita atau dongeng merupakan
Bercerita merupakan salah satu teknik
hal yang sangat penting bagi anak. Oleh sebab
dalam pengembangan kemampuan berbicara.
itu kemampuan guru merupakan tolok ukur
Melalui bercerita kemampuan berbahasa siswa
kebermaknaan bercerita.
akan
terlihat.
Mungkin
bukan
hanya
Cerita memiliki arti penting dalam
kemampuan berbahasa saja yang tampak tetapi
pendidikan anak karena bercerita memenuhi
gerak-gerik, mimik dan ekspresi siswa pun
kriteria pendidikan efektif untuk mendidik,
akan berkembang.
membina, dan mengembangkan moral anak (Musfiroh, 2008:22). Menurut Sanders (via Lenox dalam
Bercerita atau menceritakan suatu cerita di depan umum menuntut keterampilan berbicara.
Gaya bercerita
yang
menarik,
Musfiroh, 2008:22) mengemukakan sepuluh
intonasi yang tepat, pengurutan cerita yang
alasan penting mengapa anak perlu menyimak
sesuai, ekspresi yang sesuai dengan cerita
cerita, yakni: 1) menyimak cerita merupakan
adalah penguat cerita yang harus terlihat pada
sesuatu yang menyenangkan anak, 2) cerita
waktu bercerita (Resmini, dkk., 2009:172).
dapat mempengaruhi masyarakat, 3) cerita
Sebelum seseorang bercerita, terlebih
membantu anak melihat melalui mata orang
dahulu ia harus memilih atau menentukan jenis
lain, 4) cerita memperlihatkan kepada anak
cerita apa yang cocok sesuai dengan objek
konsekuensi suatu tindakan, 5) cerita mendidik
pendengar. Pemilihan jenis cerita ini antara
Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
180
lain ditentukan oleh: tingkat usia pendengar,
pikiran, gagasan, pengalaman, keadaan diri,
jumlah
heterogenitas
keadaan lingkungannya. Keinginan tersebut
pendengar, tujuan penyampaian materi, dan
mungkin sekali kebanyakan tidak terlaksana
suasana acara (Sudarmadji, dkk., 2010:23).
disebabkan oleh berbagai hal. Misalnya,
pendengar,
tingkat
Faktor paling penting dalam memilih
perasaan rendah diri, tak percayadiri, tidak
sebuah cerita adalah memilih cerita yang
tahu apa yang harus diceritakan atau takut
benar-benar menyenangkan. Cerita tersebut
bercerita di depan khalayak ramai.
harus menjadi cerita yang dapat menumbuhkan keyakinan dan antusiasme bagi sipencerita. Bercerita
secara natural, buku cerita moderen pun dapat
memerlukan
dijadikan sumber cerita. Cerita ciptaan guru
penghafalan, tetapi memerlukan persiapan.
merupakan salah satu sumber cerita yang
Resmini, dkk. (2009:172) mengatakan bahwa,
berasal dari kreativitas guru. Cerita semacam
dalam
melalui
ini hanya dapat diperoleh jika guru memiliki
yang harus
kepekaan terhadap permasalahan yang dimiliki
diperhatikan. Pertama, pemilihan cerita. Pada
anak didiknya. Cerita ciptaan guru memiliki
waktu siswa disuruh untuk bercerita di depan
beberapa kelebihan, yakni pesan moral cerita
kelas harus diperhatikan cerita apa yang akan
lebih mudah diindentifikasi anak, mudah
diceritakannya. Salah memilih cerita, akan
disesuaikan dengan tujuan program, lebih
sulit bagi siswa untuk bercerita dengan baik.
sesuai dengan minat dan daya cerna anak, serta
Guru sebaiknya dapat memilih cerita sesuai
lebih efisien dilihat dari sudut biaya. Cerita
dengan kondisi jiwa siswa yang akan bercerita.
buatan guru juga dapat menstimulasi anak
Akan lebih baik jika guru menyediakan
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
beberapa cerita yang dapat dipilih oleh siswa
secara lebih realistis. (Musfiroh, 2008: 79).
pembelajaran
tidak
Cerita juga dapat diperoleh melalui lisan
berbicara
bercerita, ada beberapa hal
sesuai dengan keadaan an minat masing-
Bercerita adalah suatu keterampilan.
masing. Kedua, persiapan bercerita. Bercerita
Tidak semua orang pandai bercerita. Si
tidak
mengetahui
pembaca cerita harus dapat membawakan
rangkaian peristiwa dan jalan cerita, tetapi
cerita sesuai dengan isinya, dapat menirukan
siswa perlu diberi waktu untuk membaca,
suara dan prilaku tokoh – tokohnya. Akan
memahami dan menghayati isi cerita yang
lebih baik lagi apabila si pembawa cerita dapat
akan diceritakan dengan sebaik-baiknya.
melibatkan emosi, imajinasi pendengar kepada
cukup
hanya
dengan
cerita yang disampaikannya. Bila guru dapat bercerita seperti hal itu maka siswanya akan
PEMBAHASAN Kegiatan bercerita sering dilakukan oleh manusia.
Sebenarnya
setiap
orang
ingin
bercerita memaparkan keinginan, harapan,
senang, tertarik, dan mengikuti ceritanya sampai selesai.
Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
181
Mengingat pentingnya bercerita itu bagi manusia, maka wajarlah mereka dilatih dalam keterampilan bercerita. Latihan bercerita bagi siswa SD dilaksanakan oleh guru terutama guru bahasa
Indonesia. Sekarang mari kita
lihat beberapa contoh pelaksanaan metode bercerita itu di kelas dalam wujud kegiatan guru dan siswa. (Djago Tarigan, 1995:68). Guru
: “Anak-anak! Hari Kamis lusa, jadi
KECEWA Tini berjanji akan menjemput Susi. Mereka akan pergi bersama ke rumah Lidia. Di sana mereka akan belajar bersama menghadapi ulangan umum. Susi sudah menunggu lama. Yang menjemput belum datang juga. Susi gelisah. Ia berjalan mondar-mandir. Susi benar-benar kecewa. Ia tidak dijemput. Belajar bersama tidak terlaksana. Ia merasa dibohongi. Ia dikecewakan oleh Tini.
dua hari lagi dari hari ini kita latihan bercerita .
Sumber : Djago Tarigan, 1995
Setiap siswa mempersiapkan sebuah cerita.
Ceritanya
mengenai
bebas.
binatang,
Boleh
pengalaman,
kejadian, cerita dari nenek, dsb. Jelas anak-anak?” Siswa :“Jelas,
Guru
: “Cerita Susi bagus! Nah, kini giliran Amin bercerita.”
Amin : Maju ke depan kelas. Ia pun bercerita mengenai pengalamannya jatuh dari
Pak!”
mempersiapkan
Mereka
pun
bahan
cerita,
pohon. Rekaman cerita Amin seperti berikut.
menghafalkannya, dan siap tampil di depan kelas. Guru
: “Selamat pagi, anak-anak !”
DAHAN KROPOS
Siswa : “Selamat pagi, Pak!” Guru
:“Sekarang
anak-anak
tentu
siap
bercerita. Siapa yang ingin tampil pertama kali?” Siswa :Semua diam. Seolah-olah enggan maju ke depan. Guru
:“Baik kalau begitu Bapak menunjuk
siapa
yang
yang
pertama
bercerita. Giliran pertama adalah ... Susi! Kemudian nanti diikuti Amin.” Susi
: Maju ke depan kelas. Ia pun bercerita tentang kekecewaan seseorang. Hasil rekaman cerita Susi adalah sebagai berikut ini.
Aku dirawat di RSUP Sukamaju. Kakiku patah. Aku jatuh sewaktu memotong dahan kayu di halaman rumahku. Saat baring-baring di tempat tidur menunggu perekatan tulang kembali, aku mencari-cari sebab aku terjatuh. Mengapa aku jatuh? Kurang hati-hati? Pertanyaan itu terlalu terngiang di telingaku. Saat aku memotong dahan itu, aku berpijak pada dahan yang besar. Kelihatannya dahan itu cukup kuat menahan berat tubuhku. Nyatanya tidak demikian. Ternyata aku salah perhitungan . Dahan besar itu keropos di dalam. Akibatnya aku jatuh.
Sumber : Djago Tarigan, 1995
182
Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
Guru
: “Bagus, Amin, bagus! Pengalaman
Mengekspresikan
karakter
tokoh.
(5)
yang sukar dilupakan.”
Menirukan bunyi dan karakter suara. (6) Menghidupkan suasana cerita. (7) Memilih
Berdasarkan ilustrasi kegiatan guru dan siswa
yang
terlihat
dikemukakan
bahwa
tersebut
struktur
kalimat
(Musfiroh,
2008:119-145). Seperti yang tergambar dalam rangkaian
mengungkapkan cerita dengan bahasa yang
penjelasan tersebut bahwa berbicara dengan
sederhana, siswa menyampaikan cerita dengan
menggunakan metode bercerita merupakan
pola
ini
suatu seni yang membangun rasa percaya diri
adalah
terhadap siswa. Mereka bebas memaparkan
mereka
menggambarkan
SD
dan
mampu
bahasa
siswa
dapat
diksi
sendiri.
metode
Hal
bercerita
metode yang mampu mengajak siswa untuk
pengalaman
mau berbicara di depan kelas. Namun untuk
menyampaikannya melalui kalimat sendiri
menampilkan
tentu
seperti contoh cerita sebelumnya. Namun
diperlukan latihan secara kontiniu di bawah
demikian, guru perlu mengingatkan siswa pada
pengawasan guru.
saat mereka bercerita. Siswa harus menguasai
cerita
yang
menarik
Bagaimana menyajikan cerita yang baik, Musfiroh (2008:119) mengatakan bahwa diperlukan beberapa persiapan, mulai dari penyiapan tempat, penyiapan alat peraga, Penerapan
hingga penyajian cerita. teknik
penyajian
cerita
dipengaruhi oleh kondisi pendengar dan kultur (budaya) yang melingkup cerita. Sesuatu
yang
mengalami
direncanakan,
perubahan
ketika
kadang proses
penceritaan terjadi.
yang
dirasakan
dan
dan memahami beberapa hal berikut. 1. Mengetahui seluruh rangkaian cerita dengan baik dan jelas. 2. Memahami susunan peristiwa. 3. Mempelajari dengan baik karakter yang ada dalam setiap cerita. 4. Harus mengetahui keadaan emosi dalam cerita dan harus mampu menggambarkannya sehingga dapat disimak dengan baik. 5. Mempersiapkan media yang diperlukan ketika cerita berlangsung.
Lebih lanjut, Musfiroh merinci teknik penyajian cerita seperti berikut. (1) Memilih
PENUTUP
dan mempersiapkan tempat. Aktivitas bercerita
Kelancaran seseorang dalam berbicara
tidak harus dilakukan di dalam kelas. Kegiatan
sangat bergantung dari seberapa sering dia
bercerita dapat dilakukan di mana pun asal
melakukan
memenuhi kriteria kebersihan, keamanan, dan
kehidupannya, karena keterampilan berbicara
kenyamanan. (2) Bercerita dengan alat peraga.
bersifat
(3)
pengembangan keterampilan berbicara harus
Bercerita
tanpa
alat
peraga.
(4)
latihan
mekanistis.
berbicara
Pembinaan
dalam
dan
Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
melalui pendidikan atau pengajaran berbahasa. Karena itu guru bahasa Indonesia harus mengenal, mengetahui, dan dapat menerapkan berbagai
metode
atau
cara
mengajarkan
keterampilan berbicara. Pengajaran berbicara dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dapat mengembangkan keterampilan berbicara adalah melalui metode bercerita, karena cerita memiliki arti penting dalam pendidikan anak karena bercerita memenuhi kriteria pendidikan efektif
untuk
mendidik,
membina,
dan
mengembangkan moral anak. Bercerita dapat membawa anak pada sikap yang lebih baik, mempertinggi rasa ingin tahu, kemisterian, dan sikap menghargai kehidupan. Dengan kata lain, bercerita
memberikan
jalan
bagaimana
memahami diri sendiri dan memahami orang lain, serta bagaimana memahami cerita itu sendiri.
183
Halim, Amran, dkk. 1982. Ujian Bahasa. Jakarta: PT. Wira Nurbakti. Haryadi. 1997. Berbicara (Suatu Pengantar) Diktat Perkuliahan: IKIP Yogyakarta.
Haryadi dan Zamzani.1996/1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Depdikbud Logan, Lilian M dan Virgil G. Logan. 1972. Creative Communication, Teaching in Language Art. Toronto: McGraw Hill Ryrson Limited. Kenny, William. 1966. How to Analyze Fiction. New York: Monarch Press.
Morelent, Yetty. 2012. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter: Disertasi. Bandung: SPS UPI Muchlisoh, dkk.1996. Pendidikan Bahasa Indonesia 3 Modul 1-9. Jakarta:Depdikbud. Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
DAFTAR RUJUKAN Abidin, Yunus. 2009. Kemampuan Menulis dan Berbicara Akademik. Bandung: Rizqi Press. Abrams, M.H. 1981. A. Glossary of Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and Winston. Alice, Syahputra Mamby dan JN. Adi Sasongko. 2012. Trik Ampuh Piawai Berkomunikasi. Yogyakarta: Real Books. Brown, H, Douglas. 2001. Principles of Language Learning and Teaching. New York: Addison Wesley Longman, Inc. Foster, E.M. 1970. Aspect of the Novel. Harmondswort: Penguin Book.
Norton, Donna E. 1983. Through the Eyes of a Child “An Introduction to Children’s Litarature”. USA: Bell & Howell Company. Nurgiyantoro, Burhan.1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFEYogyakarta. Ochs, Donovan J. dan Anthony G. Winkler. 1979. A Brief Introduction to Speech. New York: Harcourt Brace Javanovich, Inc.
Seni Berbicara Melalui . . . . .( Yetty Morelent)
Resmini, Novi, dkk. 2009. Pembinaan Dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia. Bandung:UPI Press. Stephen R. 2011. Seni Mendengar Dan Komunikasi Yang Efektif. ---------: Klik Publishing Sudarmadji, dkk. 2010. Teknik Bercerita. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta. Tarigan, Djago. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar. Bandung:Theme. ------------------. 1996. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia I. Jakarta:Universitas Terbuka. Tarigan, H.G. 2008. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Yasir, Muhamad. 2011. 50 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. Jakarta: AlKautsar Kid.
184