SEMUA BERMULA DARI WANAWIYATA WIDYAKARYA Oleh: Budi Budiman, S.Hut, M.Sc
Keinginan untuk tidak tunduk terhadap kondisi yang serba kesulitan akan melekat kepada seseorang yang mempunyai jiwa pantang menyerah. Tak heran kita mengenal istilah bahwa pelaut yang handal tidak akan lahir dari laut yang tenang. Tempaan hidup yang keras dan prinsip pantang menyerah akan melahirkan wirausahawan (entrepreneur) yang handal. Semangat tersebut tetap terpatri pada diri seorang Maman Surahman. Terlahir dari keluarga petani di bagian utara Kabupaten Majalengka, dia sadar betul bahwa tanah kelahirannya merupakan dataran rendah dengan mayoritas penduduk bertani sawah tadah hujan. Sawah yang hanya bisa ditanami dua kali setahun membuat penduduk menghadapi problema paceklik, bersuka cita di musim panen dan berharap-harap cemas apakah panen yang akan datang berhasil atau tidak. Tak heran mayoritas masyarakat setempat memilih merantau ke kota demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Sadar dengan kondisi tersebut, dia bertekad untuk tidak berpangku tangan. Keinginan untuk dapat sejahtera dengan tetap menapak di tanah kelahiran tertanam kuat dalam hatinya. Namun bagaimana caranya? Dia sadar betul bahwa peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa memberdayakan ekonomi masyarakat adalah suatu keniscayaan. Pemberdayaan masyarakat dapat dimulai dengan mencari bekal keterampilan yang memadai bagi masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan suatu keahlian (skill) yang dapat berguna sebagai mata pencaharian tambahan disamping keahlian bidang agraris yang sudah dimiliki secara turun temurun. Peningkatan keahlian ini dapat diperoleh dengan berbagai cara baik mencari ilmu secara otodidak (ngulik), melalui pendidikan formal, maupun mengikuti pelatihan / pemagangan yang dilaksanakan oleh lembaga swasta berbayar maupun bantuan lembaga pemerintah.
Peserta magang petani jamur kayu di KTH Mekar Jaya Cirebon
Lewat hubungan baik dengan instansi penyuluhan Kabupaten Majalengka akhirnya dia mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan/magang petani jamur kayu tahun 2016. Dari sinilah semua kisah bermula, saudara Maman Surahman yang juga merupakan salah satu anggota Kelompok Tani Bungur Desa Kodasari mengikuti pelatihan/pemagangan petani jamur kayu di Lembaga Pelatihan dan Pemagangan Usaha Kehutanan Swadaya (LP2UKS) atau Wanawiyata Widyakarya KTH Mekar Jaya yang beralamat di Desa Sindang Hayu, Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon.
Praktek Penyiapan media jamur kayu Kegiatan pelatihan/magang petani jamur kayu merupakan kerjasama Pusat Penyuluhan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan instansi pelaksana penyuluhan kehutanan Kabupaten Cirebon. Selama 4 hari dari mulai tanggal 2 s/d 5 Agustus 2016 bersama dengan peserta magang lainnya yang berjumlah 20 orang yang berasal dari 6 Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, mendapat materi tentang budidaya jamur kayu mulai dari pengenalan alat dan media, penyiapan media tumbuh, proses sterilisasi, inokulasi dan inkubasi, panen, pembuatan bibit F2 dan pengolahan hasil jamur kayu. Magang ini dipandu oleh Pak Sutardi dan Pak Tono Suhartono yang merupakan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) Kabupaten Cirebon yang sudah terlebih dahulu berkecimpung dan ahli dalam budidaya jamur kayu.
Praktek pembuatan bibit jamur kayu
Praktek pengolahan hasil jamur kayu “Magang di Wanawiyata Widyakarya KTH Mekar Jaya memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang budidaya jamur kayu, saya harus mengembangkan usaha jamur kayu di Desa saya” begitulah tekad sdr. Maman. Berbekal pengetahuan dan keterampilan selama magang di Wanawiyata Widyakarya dia bertekad memulai usaha jamur kayu dan menularkan keterampilan yang diperolehnya kepada masyarakat sekitar. Ketiadaan biaya untuk membuat rumah jamur (kumbung jamur), tidak menyurutkan langkahnya. Rumah kosongpun dia sulap menjadi rumah jamur, berikut beberapa alat seperti drum dan tungku gas yang dia peroleh dari pengepul barang-barang bekas. Sedangkan bahan seperti serbuk gergaji dia peroleh dari penggergajian yang banyak terdapat di sekitar desa. Mulailah dia mempraktekan keterampilan budidaya jamur kayu yang diperoleh selama mengikuti magang di Wanawiyata Widyakarya.
Rumah kosong yang dimanfaatkan sebagai rumah jamur Tahap awal 500 baglog jamur kayu telah berhasil dibuat. Beberapa kendala yang dihadapi berhasil diatasi karena komunikasi yang berjalan baik dengan instruktur wanawiyata maupun sesama peserta magang dahulu. “Alhamdulillah setelah menunggu sambil harap-harap cemas akhirnya jamur kayu mulai tumbuh. Saya senang bisa mempraktekan ilmu yang saya peroleh di Wanawiyata” jelasnya.
Pencapaian tersebut tidak membuat dia puas dan berbangga diri, konsep pengembangan usahapun mulai disusun. Seiring dengan pemilik rumah kosong yang akan memanfaatkan rumah tersebut, dia mulai berfikir untuk membuat rumah jamur . Dengan meminjam uang dari koperasi setempat, dia bersama dengan salah seorang rekannya mulai membuat rumah jamur. Setelah menghabiskan dana sampai dengan 7 juta rupiah maka terbangunlah rumah jamur sederhana, kemudian dipindahkanlah baglog jamur kayu dari tempat sebelumnya ke rumah jamur yang baru.
Proses pembuatan rumah jamur (kumbung)
Rumah Jamur (kumbung) baru yang berhasil dibuat “Rata-rata produksi jamur sekarang 2kg/hari, lumayanlah untuk ukuran kelas pemula” jelas Maman ketika ditanya produksi jamur per hari. Jamur-jamur tersebut langsung habis diserbu pembeli yang sudah menunggu setiap harinya. Melihat animo pembeli dan potensi pasar yang masih tinggi maka target pembuatan baglogpun dia naikan menjadi 5.000 baglog untuk 3 bulan kedepan. “Semoga hasil jamur dari baglog yang baru ini bisa memasok ke Pasar Ciborelang Jatiwangi” ujarnya.
Hasil panen jamur dan kondisi dalam kumbung jamur Rintisan usaha jamur kayu tersebut sudah masuk radar pengawasan dan pendampingan Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) serta Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kab. Majalengka. Untuk lebih mengoptimalkan perkembangan usaha jamur kayu maka sedang dirintis pembentukan kelompok tani hutan (KTH) yang khusus bergerak dalam usaha jamur kayu. Secara terpisah, beberapa kolega yang sudah terlebih dahulu bergelut dalam bidang usaha jamur tiram di Kab. Majalengka sudah memberikan komitmen bantuan baik materil maupun moril demi terciptanya usaha jamur tiram di Desa Kodasari. Sdr. Maman sangat bersyukur dapat mengikuti dan memperoleh manfaat dari magang petani jamur di Wanawiyata Widyakarya KTH Mekar Jaya, seraya menegaskan bahwa segala pencapaian selama ini bermula dari Wanawiyata Widayakarya.