SEMIOTIKA KEPEMIMPINAN SULTAN MUHAMMAD ALFATIH DALAM FILM BATTLE OF EMPIRES FETIH 1453
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : DANG KRISSANDY NIM : 108051000139
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435H/ 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini peneliti menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli peneliti yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 jenjang sarjana di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang peneliti gunakan dalam penulisan ini telah peneliti cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli peneliti atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka peneliti bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 15 September 2014
Dang Krissandy
ABSTRAK Dang Krissandy Semiotika Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film Battle of Empires Fetih 1453 Film Battle of Empires Fetih 1453 adalah sebuah film yang memuat cerita sejarah perjuangan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam merebut kota Konstantinopel, film ini adalah film termahal yang pernah dibuat di Turki sepanjag sejarah pada tahun 2011. Ada 13 negara yang pertama kali menyambutnya diantaranya yaitu Mesir, Turki, Arab, Kzakastan, Azerbeizan, Inggris, Amerika, Prancis, German, Macedonia, Georgia dan Rusia. Hal ini membuktikan, bahwa film-film dalam lingkup Negara Turki sekelas dengan film Hollywod. Film yang mengangkat tentang sejarah kepemimpinan dalam Islam yang dapat menarik perhatian ini, diterima oleh banyak kalangan di dunia. Terlepas dari perseteruan antara dunia Barat dengan dunia Islam, Battle of Empires Fetih 1453 dapat dijadikan acuan bahwa betapa pentingnya melihat sisi lain dari sebuah proses pesan dalam komunikasi massa dalam pembuatan sebuah film. Penelitian ini bertujuan tidak lain untuk menemukan bagaimana nilai-nilai kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih tervisualisasi oleh film Battle of Empires Fetih 1453? dalam dua adegan khusus saat kondisi peperangan telah berakhir saat gerbang kota Konstantinopel telah berhasil ditaklukan. Aspek teknis seperti apa yang digunakan sineas dalam mengemas gaya kepemimpinan dalam Islam pada saat itu. Secara konvensi, makna apa yang coba diperlihatkan sineas dalam membangun kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih melalui sinematik film Battle of Empires Fetih 1453. Semiotika sebagai salah satu metode yang digunakan untuk pisau analisis mengenai makna dari tanda-tanda, sangat cocok dalam mengkaji berbagai pesan dalam film ini. Christian Metz, Barthes dan Steve Champsall menjadi tokoh penting yang memperkenalkan metode semiotika film.semiotika film melihat bagaimana tanda dan makan di dalam film ini dapat memvisualisasikan berbagai gambaran berbeda bagi para penonton dan peneliti. Film Battle of Empires Fetih 1453 memperlihatkan berbagai macam kepemimpinan yang ada dalam kekuasaan dua kubu diantara Eropa dan Timur. Namun Kepemimpinan Sultan Mehmed II dari keturunan kekhalifahan Utsmani perlu dikaji secara semiosis. Karena banyak simbol dan tanda yang memperlihatkan berbagai gambar dan pesan simbolik. Faktor ini yang menjadikan film Battle of Empires Fetih 1453 dianggap memuat simbol-simbol kepemimpinan yang begitu dominan jika dibedah dengan analisis semiotik. Hasil penelitian membuktikan bahwa kepemimpinan Sultan Muhammad Al- Fatih dalam penaklukan kota Konstantinopel memiliki tanda-tanda dan kode yang muncul dalam beberapa adegan film. Melalui unsur sinematik film, peneliti menemukan Tanda (sign) dan Kode (code) serta Konvensi (Convention) yang tedapat pada elemen Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih yang membangun makna di dalam film. Elemen yang terlihat di dalam film, diperlihatkan dalam beberapa sekuen, adegan dan shot film yang ada pada durasi tertentu di dalam film. Kata kunci: Film, Sultan Mehmed II, Battle of Empires Fetih 1453, Konstantinopel, Semiotik, Kepemimpinan, tanda dan Convention
i
KATA PENGANTAR َرلايِحَّرلا ِمْس ِِبهَّللاِنَمْحّ م
Alhamdulillah wa Syukurillah puji syukur penulis panjatkan atas semua nikmat dan karunia yang Allah berikan selama ini, yang tak henti-hentinya memberikan kekuatan yang luar biasa disaat penulis merasakan lelah dan jenuh menghadapi semua kesulitan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi yang berjudul Semiotika Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih Dalam Film The Battle of Empires Fetih 1453 telah selelsai disusun. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Rasulullah Nabi Besar Muhammad SAW yang yang membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dan penuh dengan pengetahuan seperti pada saat ini dan semoga kita semua mendapat syafaatnya. Amin ya rabbal alamin. Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah semata karena sesungguhnya tanpa kehendak-nya segala sesuatu tidak mungkin terjadi. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Betapa pun hebatnya manusia, tak ada yang bisa melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan orang lain. untuk itu perkenankanlah penulis secara khusus dengan hormat dan bangga menyampaikan ucapan terima kasih yang sangat mendalam kepada: 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2
2. Bapak M.A, Dr. Suprapto, M.Ed, Ph.D. selaku Wadek I bidang akademik, Bapak Drs. Jumroni, M.Si, selaku Wadek II bidang administrasi umum, dan Bapak Drs. Sunandar, M.Ag, selaku Wadek III bidang kemahasiswaan 3. Bapak Rachmat Baihaky, M.A. selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekertaris jurusan yang telah banyak membantu penulis dalam kelengkapan administrasi. 4. Bapak Dr. Rulli Nasrullah M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak hentihentinya meluangkan waktu, fikiran dan tenaga dalam memberikan arahan dan bimbingan disela-sela kesibukan beliau. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu, pengalaman dan wawasan serta kontribusi yang tak ternilai harganya. Semoga menjadi amal ibadah yang tak akan terputus. dan tidak lupa pula kepada seluruh staff dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga para staff perpustakaan Fakultas maupun Universitas yang telah memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani studi di kampus. 6. Kepada Tedy Sudira ayahanda penulis dan R. Eli Sumiati Ibunda penulis dan keluarga besar penulis yang dengan kasih sayangnya tak pernah kenal lelah dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya dan selalu memberikan motivasi, doa dan seluruh pengorbanannya baik moril maupun materil. Sehingga penulis bisa seperti sekarang ini. Jasa kalian tidak dapat dibayar dengan apapun didunia ini. Terima Kasih Untuk Segalanya.
3
7. Kepada pamanku Don Don Jr, dan bibiku Ade Octavia Suryani, sebagai orang tua waliku di Ciputat, yang selalu mengingatkan penulis tentang arti penting dari sebuah kejujuran. 8. Kawan-kawan satu kepengurusan di HMI KOMFAKDA periode 2011-2012 Terima kasih selalu menemani dan bersabar kepada penulis yang tak bosan mengingatkan rapat harian yang diadakan setiap hari jumat. 9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008, Khususnya teman-teman satu Kelas KPI E Multitalent Iqbal Maulana, Rangga Ts, Akmal Fauzi, Muhammad Rizki, Rizka Khadafi, Jati Samudera, M Dhiya Bule, dan teman-teman KKN Let’s go terima kasih banyak selama ini telah memberikan dukungan, doa, dan motivasi selama kita menjalani studi di kampus ini. Semoga jalan hidup yang kita ambil, tidak akan memutuskan ikatan silaturrahim kita selama ini dan selalu akan tetap baik selamanya. Amin Allahumma Amin Akhir kata, hanya do’a dan harapan yang dapat penulis panjatkan, semoga semua kebaikan kalian senantiasa Allah balas dengan limpahan karunia dan keberkahan bagi kita semua. Amin Amin Yaa Rabbal ‘alamiin…
Jakarta, 15 September 2014
Dang Krissandy
4
DAFTAR ISI ABSTRAK.....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR..................................................................................... viii BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Masalah dan Fokus Permasalahan ............................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
6
D. Metodologi Penelitian ..............................................................
7
E. Tinjauan Pustaka......................................................................
9
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 10 BAB II
KERANGKA TEORITIS ............................................................ 12 A. Tinjauan Umum Film ............................................................... 12 B. Tinjauan Umum Semiotika ...................................................... 24 C. Pengertian Pemimpin dan Konsep Kepemimpinan Dalam Islam 35
BAB III GAMBARAN UMUM FILM Battle of Empires Fetih 1453 ....... 47 A. Sejarah Tokoh .......................................................................... 47 B. Profil Sutradara ........................................................................ 50 C. Sinopsis Film Battle of Empires Fetih 1453 ............................. 52 D. Profil Aktor Film Battle of Empires Fetih 1453 ........................ 57 E. Tim Produksi Film Battle of Empires Fetih 1453 ..................... 64
v
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN ...................................... 67 A. Objek Semiotik Dalam Film The Battle of Empires Fetih 1453 67 B. Pengantar Adegan Yang Diteliti ............................................... 67 C. Narasi Adegan Yang Diteliti .................................................... 95 D. Semiotik Kepemimpinan Dalam Adegan Utama ...................... 99 E. Interpretasi ............................................................................... 112
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 116 A. Kesimpulan.............................................................................. 119 B. Saran ....................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 123 LAMPIRAN .................................................................................................. 125
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.2
Skema Genre Induk Primer dan Sekunder.................................... 18
Tabel 2.2
Peta Tanda Rolland Bhartes ......................................................... 28
Tabel 3.2
Tabulasi Analisis Film Steve Campsall ........................................ 32
Tabel 1.4
Visualisasi Sekuen 1 Pembuatan Benteng dan Konflik Eksternal . 67
Tabel 2.4
Ikon, Indeks, Simbol Pada Adegan Pembuatan Benteng dan Konflik Eksternal ........................................................................ 69
Tabel 3.4
Visualisasi Sekuen 2 Pengepungan Pertama dan Konflik Internal
Tabel 4.4
Ikon Indeks, Simbol, pada Adegan Pengepungan Pertama dan
74
Konflik Internal. .......................................................................... 76 Tabel 5.4
Ikon, Indeks, Simbol Pada Pengepungan Ke-Dua dan Serangan Besar-besaran .............................................................................. 88
Tabel 6.4
Visualisasi Adegan Pengepungan dan Serangan Besar-besaran .... 88
Tabel 7.4
Tabulasi Analisis Tanda Denotasi, Konotasi dan Mitos Dalam Skenario ...................................................................................... 97
Tabel 8.4
Ikon, Indeks dan Mitos Pada Adegan Utama................................ 98
Tabel 9.4
Analisis Adegan Utama Melalui Tabulasi Analisis Film Steve Campsall ..................................................................................... 99
Tabel 11.4 Konvensi dalam Adegan Utama................................................... 107
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.3
Faruk Aksoy ............................................................................ 43
Gambar 2.3
Penghasilan Film Battles of Empires Fetih 1453 di Delapan Negara ..................................................................................... 44
Gambar 3.3
Deverim Evin Sebagai Sultan Muhammad Al-Fatih ................. 51
Gambar 4.3
Ibrahim Chelikol Sebagai Ulubatli Hassan ............................... 52
Gambar 5.3
Recep Aktug Sebagai Constantine XI....................................... 53
Gambar 6.3
Cengiz Coskun Sebagai Gustiani.............................................. 54
Gambar 7.3
Dilek Serbest Sebagai Halill Pasha........................................... 55
Gambar 8.3
Erden Alkan Sebagai Era ......................................................... 56
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, tetapi konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Film kemudian berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita, panggung musik, drama, humor, dan trik teknis bagi konsumsi populer. Film juga hampir menjadi media massa yang sesungguhnya dalam artian bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat, bahkan di wilayah pedesaan. Sebagai media masa, fim merupakan bagian respon terhadap penemuan waktu luang, waktu libur dari kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan cara menghabiskan waktu luang keluargayang sifatnya terjangkau dan (biasanya) terhormat. Menurut Paul Johnson, media massa tanpa disadari atau bahkan menyadari betul-betul telah melakukan salah satu “dosa besar”. Salah satunya adalah “pembunuhan karakter”, dramatisasi fakta palsu atau distorsi informasi. Dalam sebuah film biasanya mengandung banyak lambang atau simbol yang berarti. Menurut Deddy Mulyana, lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi pesan verbal, perilaku non-verbal dan objek yang maknanya disepakati bersama. Batlle of Empires Fetih 1945 merupakan sebuah film bertemakan sejarah peradaban islam yang menceritakan tentang pembebasan Bizantium (Romawi Timur) dengan ibukotanya Konstantinopel (Istambul) oleh seorang
1
2 pemuda yang mengukirkan namanya dalam sejarah dunia dengan prestasi dan pencapaian yang tidak pernah ada pada masa sebelumnya. Film ini dibuat mulai September 2009 dan baru selesai Januari 2011. sehingga film ini baru dapat di tayangkan pada tanggal 17 Februari 2011, dengan 13 Negara yang pertama kali menyambutnya yaitu: Mesir, Turki, Uni Emirat Arab, Kazakstan, Ajerbaizan, Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Georgia, Macedonia, dan Rusia. Film yang dibintangi oleh Devrim Evin sebagai pemeran Sultan AlFatih ini disutradarai oleh Faruk Asoy dengan beberapa aktor lainnya seperti Ibrahim Celikkol sebagai Ulubatli Hasan, Recep Aktug sebagai Constantine XI, dan lain sebagainya yang sebagian besar berasal dari kebangsaan Turki. Film ini didominasi dengan gaya dan strategi kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih yang berusaha merebut tanah Konstantinopel dari kekuasaan bangsa Romawi yang belum dapat dibebaskan ayahnya Sultan Murad II semasa hidupnya. Sultan Muhammad Al-Fatih atau juga yang dikenal sebagai Sultan Mehmed II merupakan seorang pemimpin tangguh yang sudah dari kecil menerima banyak pemahaman agama. Beliau dilahirkan pada tanggal 26 Rajab tahun 833 H. Pada usia 21 tahun, ia mampu menguasai 6 bahasa dan ahli bidang strategi perang, sains, matematika. Sisi lain dibalik kesuksesan dan jiwa kstarianya, ternyata yang paling membuat beliau tangguh luar dalam adalah ketekunannya dalam shalat Tahajud. Sejak kecil, Sultan Murad II, yaitu ayah dari Sultan Muhammad Al-Fatih sangat menekankan pentingnya pendidikan agama. Sehingga tidak sedikit para ulama yang didatangkan untuk
3 mendidik beliau, yang diantaranya adalah Syekh Ahmad bin Ismail AlKuroniy, seorang pakar fikih yang juga memiliki pengetahuan yang dalam dalam bidang ilmu Nahwu, Ma’ani, dan Bayan. Perselisihan diantara wazir-wazir ketika Sultan Muhamad Al-Fatih menjabat, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih menimbulkan banyak kontroversi dan rasa ketidak percayaan masyarakat terhadapnya. Namun dengan penuh rasa percaya diri dan penuh pertimbangan dalam memerintah Sultan Muhamad Al-Fatih berhasil membawa pasukanya membebaskan tanah yang dijanjikan Rasulullah saw. Dalam lisannya yaitu:
ْلاتْفُتَل َنَح َفيِطْنَطْسُ َّق يِن نَل َّألاعِ ُة ْْلامْعِنَلَو اَهُرْيِمَأ ُرْيِم َم َ َكِل َُذشْيَج ُشْيَجْلا Kota konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukanya adalah sebaik-baiknya pemimpin dan pasukan yang berada dibawah komandonya adalah sebaikbaiknya pasukan Oleh karena itu, ekspedisi Sultan Mehmed II bin Murad, Sultan ketujuh Utsmani, bukanlah ekspedisi yang biasa, ekspedisinya yang dipimpin kali ini adalah ekspedisi kerinduan selama 825 tahun. Ekspedisi ini adalah puncak dari kekerasan niatnya menaklukan Konstantinopel, yaitu nama yang telah memenuhi benaknya selama 23 tahun lamanya. Sejarah kepemimpinan islam menjadi sebuah percontohan di negara yang menegakan syariat islam, hal ini dibuktikan oleh negara Iran yang menjadikan syariat islam sebagai acuan dalam sebuah kepemimpinan yang taat dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam, tetapi memang harus diakui bahwa film-film sejarah tentang kepemimpinan islam atau kisah kisah heroik
4 para pejuang islam tidak banyak dikenal, karena film tentang sejarah islam tidak seterkenal film Hollywood yang mudah di jumpai dalam siaran Televisi di Indonesia saat ini, seperti film Troy, Gladiator, 300, The Patriot, Class of the Titans, dan Lord of The Ring. sehingga tidak banyak anak bangsa Indonesia yang tahu kisah-kisah perjuangan Islam yang sesungguhnya. Dalam film ini banyak menceritakan sejarah yang sesungguhnya, dan tidak ada yang disembunyikan, seperti pembuatan Meriam terbesar pada masa itu, Muhammad Al-Fatih Menjadi Imam saat Salat berjama’ah sebelum melakukan penyerangan, dan yang lebih menarik lagi pada saat Sultan Muhammad
Al-Fatih
berpidato
untuk
memanaskan
semangat
juang
pasukanya. Salah satu kalimat dalam pidatonya adalah “Kemenangan hanya akan
diraih
oleh
Iman”
tentunya
adegan
heroik
saat
penaklukan
Konsatantinopel terjadi dengan visualisasi yang cukup memukau. Film ini berakhir dengan statemen dari Sultan Muhamad Al-Fatih yang berbunyi: “Harta kalian adalah bagian dari kami dan kalian bebas hidup sesuai dengan keyakinan kalian”. Faruk Aksoy sutradara film “Battle Of Empire Fetih 1453” mengemas statement terakhir sultan Muhammad Al-Fatih dengan visualisasi dan warna gambar yang menyejukan sehingga pemimpin islam yang diriwayatkan Rassulullah Saw, terlihat ramah, bijak dan memiliki pemikiran yang modern. Dalam film ” Battle Of Empire Fetih 1453” terdapat kata-kata, gambar dan tulisan yang dimaksudkan pembuat film untuk menunjukkan nilai-nilai Kepemimpinan yang ada di dalam film, karena itu melalui penelitian ini, penulis akan mencoba meneliti bagaimana penggambaran nilai-nilai
5 kepemimpinan yang terkandung di dalam film ”Battle Of Empire Fetih 1453” dengan menggunakan analisis Semiotika menurut teori Roland Barthes. Maka dari itu penulis mengambil judul “Semiotika Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film The Battle Of Empire Fetih 1453”.
B. Masalah dan Fokus Permasalahan 1. Masalah Masalah
pada
penelitian
ini
mengacu
pada
representasi
kepemimpinan dalam islam atau seorang tokoh sejarah seperti Sultan Muhamad Al-Fatih pada penggunaan simbol – simbol dalam rangkaian gambar
atau
adegan
(scene)
film
yang
berhubungan
dengan
kepemimpinan dalam film Battle Of Empire Fetih 1453. 2. Fokus Permasalahan Agar penelitian tidak mengarah kepada hal lain di luar konteks penelitian, maka peneliti memfokuskan permasalahan pada tiga hal berikut: a. Bagaimana tanda (sign) dan kode (code) kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film Battle of Empires Fetih 1453 ? b. Bagaimana elemen kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film Battle of Empires Fetih 1453 ? c. Bagaimana konvensi (convention) kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih melalui Film Battle of Empires Fetih 1453 ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
6 Sesuai dengan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitiannya sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bagaimana tanda (sign) dan kode (code) kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film Battle of Empires Fetih 1453 ? b. Untuk menemukan apa saja elemen kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film Battle of Empires Fetih 1453 ? c. Untuk mengetahui bagaimana konvensi (convention) yang muncul dalam kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih melalui Film Battle of Empires Fetih 1453 ? 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1) Memberi
gambaran
bagaimana
penggambaran
nilai-nilai
Kepemimpinan dalam film Battle of Empires Fetih 1453 yang disajikan untuk sebuah tontonan di masyarakat. 2) Memperkaya wawasan tentang persoalan Kepemimpinan di masyarakat. 3) Menjadi landasan dan gambaran penelitian bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang semiotika film. b. Manfaat Praktis 1) Memberi wacana baru tentang pentingnya peran kritik, saran, dan pesan dalam sebuah karya film bagi dunia perfilman di Indonesia
7
2) Bagi sineas muda Indonesia bisa membuat film yang berkualitas, bermanfaat, tanpa menyinggung suatu kelompok manapun.
D. Metodologi Penelitian Semiotika merupakan salah satu analisis isi yang menggunakan pendekatan analisis isi kualitatif, dengan menggunakan paradigma kritis, diharapkan muncul sebuah hasil penelitian yang mendalam dan faktual, karena dengan paradigma kritis, peneliti berpeluang untuk membuat interpretasiinterpretasi alternatif dalam melakukan interpretasi terhadap simbol-simbol yang muncul di dalam film. Maka peneliti berusaha menggambarkan fakta-fakta mengenai bagaimana visualisasi yang disajikan di dalam film Battle Of Empires Fetih 1453 dapat merepresentasikan tentang kepemimpinan dalam pandangan Islam secara utuh melalui tanda-tanda yang disebut Barthes sebagai Denotative dan Conotative Sign melalui skema analisis film yang dikemas secara detail oleh Steve Campsall dengan memperjelas elemen-elemen serta komponenkomponen filmnya berdasarkan teori bahasa film Christian Metz. 1. Objek Penelitian dan Unit Analisis Objek penelitian ini adalah film Battle Of Empire Fetih 1453 yang disutradarai oleh Faruk Aksoy. Sedangkan unit analisisnya adalah potongan gambar visual yang terdapat pada film Battle Of Empire Fetih 1453 yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
8 Dalam penelitian ini data-data dikumpulkan dibagi menjadi dua bagian yang mengamati langsung data-data yang sesuai dengan pertanyaan penelitian. Adapun instrument penelitiannya adalah: a. Data Primer, berupa dokumen elektronik satu keeping DVD Original film Battle of Empires Fetih 1453 dengan teks bahasa Indonesia. b. Data Sekunder, berupa dokumen tertulis, yaitu seperti resensi film Battle of Empires Fetih 1453 baik dari majalah, artikel di internet, dan buku-buku yang relevan dengan penelitian. 3. Analisis Data Setelah data primer dan sekunder sudah terkumpul, kemudian dikaitkan dengan rumusan masalah. Kemudian film “Battle Of Empires Fetih 1453” dilakukan analisis dengan menggunakan model teknik analisis semiotika film Christian Metz yaitu dengan cara mencari makna dalam film yang akan diteliti, serta menggunakan tabulasi analisis film Steve Campsall sebagai pelengkap dari unsur-unsur film, yaitu seperti : a. Sign
Unit makna terkecil yang dapat kita jumpai dimanapun kita berada, dapat kita dengar, kita rasa, kita hirup, dapat pula kita tafsirkan dan turut menentukan makna keseluruhan. b. Code Sekumpulan tanda yang nampak secara alami dan membentuk makna keseluruhan. c. Elements Seluruh aspek dan komponen dalam produksi film dan dapat memunculkan berbagai representasi makna.
9 d. Denotative Sign Terdapat pada signifikasi tahap pertama, yaitu makna paling nyata dari tanda. e. Conotative Sign Istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari penonton serta nilai-nilai dari kebudayaannya. f. Convention Sign Merupakan rujukan dalam menilai suatu pekerjaan atau kebiasaan yang sudah umum di dalam masyarakat dan biasanya eksistensinya muncul dalam sebuah konsensus.
E. Tinjauan Pustaka Judul yang digunakan dalam skripsi ini memang banyak kemiripan dengan judul-judul skripsi yang lain yang mencoba menganilisis film-film, dan objek lainnya, seperti skripsi-skripsi berikut ini, Semiotika Kepemimpinan Sallahuddin Al Ayyubi dalam Film Kingdom of Heaven yang ditulis oleh Muhammad Zidni Rizky dengan NIM : 109051000140 mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Pisau analisis yang digunakan yaitu mengunakan pendekatan AJ. Greimas. Hasil penelitian ini adalah mengetahui nilai-nilai Kepemimpinan dan pesan yang disampaikan dalam film.
10
Dan penulis juga menjadikan skripsi dengan judul Analisis Semiotik Film In the Name of God, yang ditulis oleh Hanni Taqiyya dengan NIM: (107051002739), mahasisiwi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi lulusan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,. Pada skripsinya tersebut, Hani menggunakan pendekatan Roland Barthes. Adapun wacana yang ingin dibangun berbeda, yakni mengenai konsep jihad yang mengatasnamakan tuhan. Dari ke-dua skripsi diatas tidak ada satupun yang menganalisa film dengan judul Semiotika Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film Fetih 1453, penulis juga akan menjelaskan kesamaan dan perbedaan dengan salah satu judul skripsi diatas yaitu skripsi Muhammad Zidni Rizky yang sama-sama meneliti sebuah film yang fokus penelitiannya pada Nilainilai
Kepemimpinan
yang
terkandung
didalam
film
tersebut,
dan
perbedaanya yaitu teori yang di pakai peneliti memakai teori Roland Bathez sedangkan Muhammad Zidni Rizky memakai teori AJ. Greimas
F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembaca dalam melihat gambaran dan uraian mengenai pembahasan-pembahasan tertentu di dalam skripsi ini, maka dari itu, peneliti menyusun sistematika penulisan ini ke dalam lima bab. Dalam bab-bab tersebut mengandung beberapa sub bab yang akan dipaparkan secara terperinci, adapun sistematika penulisan dapat dilihat sebagai berikut:
11 BAB I
:
Pendahuluan,
terdiri
dari
Latar
Belakang
Masalah,
Masalah dan Fokus Permasalahan, Tujuan Penelitian,
BAB II
:
Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan
Pustaka,
Sistematika Penulisan.
Landasan Teori, yang meliputi tinjauan umum film yang berisi seputar konsep film sebagai media komunikasi massa, definisi, unsur film,
strukrur
film,
jenis
dan
klasifikasi film. Tinjauan umum semiotika yang meliputi konsep dasar semiotika, semiotika dalam film, semiotika Roland Barthes, definisi, pengertian Kepemimpinan dan konsep Kepemimpinan dalam pandangan Islam. BAB III
BAB IV
:
:
Gambaran umum film Fetih 1453, tentang
sutradara film,
serta profil pemain dan kru produksi film
Fetih 1453
Analisis Semiotika Kepemimpinan Sultan Muhammad AlFatih dalam film Fetih 1453, dikorelasikan dengan pandangan
Islam terhadap Nilai-nilai Kepemimpinan,
serta pesan yang ingin tersebut. BAB V
:
Kesimpulan dan Saran.
disampaikan
melalui
film
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Tinjauan Umum Film 1. Definisi Ada beberapa tokoh yang mendefinisikan film dengan berbagai macam pemikiranya. Menurut Prof. Dr. Azhar Arsyad, M. A, film merupakan kumpulan dari beberapa gambar yang berada di dalam frame, dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensaproyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu menjadi hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan daya tarik tersendiri. Lain halnya, menurut Askurai baskin, film merupakan salah satu bentuk media komunikasi masa dari berbagai macam teknologi dan berbagai unsur-unsur kesenian. Film jelas berbeda dengan seni sastra, seni lukis, atau seni memahat. Seni film sangat mengandalkan teknologi sebagai bahan baku untuk memperoduksi maupun ekshibisi kehadapan penontonnya. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBI), film didefinisikan sebagai selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atu untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop) gambar hidup. Pada saat ini film telah menjadi media bertutur manusia, sebeuah alat komunikasi, menyampaikan kisah. Jika sebelumnya bercerita dilakukan dengan lisan, lalu tulisan, kini muncul satu media lagi dengan gambar
12
13 bergerak yang menceritakan tentang kehidupan. Disinilah kita menyebut film sebagai representasi dunia nyata. Eric Sasono menulis, disbanding media lain, film memiliki kemampuan untuk meniru kenyataan sedekat mungkin dengan kenyataan sehari-hari. 2. Unsur Film Ada dua unsur yang membantu kita untuk memahami sebuah film diantaranya adalah unsur naratif dan unsur sinematik. keduanya saling berkesinambungan dalam membentuk sebuah film, unsur ini saling melengkapi, dan tidak dapat dipisahkan dalam proses pembentukan film. a. Unsur Naratif Unsur naratif berhubungan degan aspek cerita atau tema film. Oleh karena itu setiap film tidak akan pernah lepas dari unsur naratif. Unsur ini meliputi pelaku cerita atau tokoh, permasalahan dan konflik, tujuan, lokasi dan waktu. 1) Pemeran/Tokoh Dalam film, ada dua tokoh penting untuk membantu ide cerita yaitu pemeran utama dan pemeran pendukung. Pemeran utama adalah bagian dari ide cerita dalam film yang diistilahkan protagonis, dan pemeran pendukung di sebut dengan istilah antagonis yang biasanya dijadikan pendukung ide cerita dengan karakter pembuat masalah dalam cerita menjadi lebih rumit atau sebagai pemicu konflik dalam cerita. 2) Permasalahan dan Konflik Permasalahan dalam cerita dapat diartikan sebagai penghambat tujuan, yang dihadapi tokoh protagonis untuk mencapai tujuannya,
14 biasanya
di
dalam
cerita
disebabkan
oleh
tokoh
antagonis.
Permasalahan ini pula yang memicu konflik antara pihak protagonis dengan antagonis. Permasalahan bisa muncul tanpa disebabkan pihak antagonis. 3) Tujuan Dalam sebuah cerita, pemeran utama pasti memiliki tujuan atau sebuah pencapaian dari karakter dirinya, biasanya dalam cerita ada sebuah harapan dan cita-cita dari pemeran utama, harapan itu dapat berupa fisik ataupun abstrak (non-fisik). 4) Ruang/Lokasi Ruang dan lokasi menjadi penting untuk sebuah latar cerita, karena biasanya, latar lokasi menjadi sangat penting untuk mendukung suatu penghayatan sebuah cerita. 5) Waktu Adanya penempatan waktu dalam cerita dapat membangun sebuah cerita yang berkesinambungan dengan alur cerita, karaena dengan adanya waktu, alur cerita dapat terasa lebih realistis karena telah membantu adanya suasana antara pagi, siang, sore, ataupun malam.
b. Unsur Sinematik Unsur sinematik adalah unsur yang membantu ide cerita untuk dijadikan sebuah produksi film. Karena unsur sinematik merupakan aspek-
15 aspek teknis dalam sebuah produksi film.
Ada empat elemen yang
mendukung unsur sinematik, diantaranya yaitu: 1) Mise-en-scene Dapat dikatakam sebagai mata kamera, karena ia meliputi segala hal yang ada di depan kamera. Mise-en-scene memiliki empat elemen pokok yaitu, seting atau latar, tata cahaya, kostum dan makeup, dan akting atau pergerakan pemain 2) Sinematografi Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan antara kamera dengan obyek yang akan di ambil gambarnya. 3) Editing Proses penyatuan dan pemberian efek pada sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya. 4) Suara Segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran. 3. Jenis-Jenis Dan Klasifikasi Film a. Jenis Film Film memiliki beberapa jenis penyampaian pesan dan penyampain makana itu semua tergantung seperti apa cara penyampaian yang akan di buat. Pratista membagi film menjadi tiga jenis yakni: film dokumenter, film fiksi, dan film eksperimental. Pembagian ini didasarkan atas cara penyampainya yaitu , naratif (cerita) dan non-naratif (non cerita). Film fiksi memiliki struktur naratif
16 yang jelas, sementara film documenter dan eksperimental tidak memiliki struktur narasi yang jelas. Berikut ini penjelasan deskripsinya: 1) Film Dokumenter Film dokumenter berhubungan dengan orang-ornang, tokoh, peristiwa dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Film dokumenter juga tidak memiliki tokoh antagonis maupun protagonis. 2) Film Fiksi Film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep pengadegan yang telah di rancang sejak awal. Struktur film biasanya terikat dengan kausalitas. Cerita juga biasanya memiliki karakter (penokoohan) seperti antagonis dan protagonis, jelas sangat bertolak belakang dengan jenis film dokumenter. 3) Film Eksperimental Film eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda dengan dua jenis film lainnya. Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi oleh insting subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin mereka. Film-film eksperimental umumnya berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena mereka menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri. b. Klasifikasi Film
17 Sebelumya kita telah membagi film menjadi tiga jenis yaitu film dokumenter, film fiksi dan film eksperimental. Pembagian tersebut bisa dikatakan klasifikasi film paling umum. Sebenarnya banyak metode yang bisa kita gunakan untuk meng-klasifikasi sebuah film dimulai dengan cara proses produksinya, distribusinya, aktor-aktris favorit, sutradara favorit, bahkan berdasarkan penulis novel. Namun ada metode yang paling mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasi film yakni berdasarkan genre. Genre secara umum membagi film berdasarkan jenis dan latar ceritanya. Istilah genre berasal dari bahasa Perancis yang bermakna “bentuk” atau “tipe”. Pada dasarnya istilah genre mengacu pada istilah Biologi yakni, genus yaitu sebuah tingkatan klasifikasi untuk flora dan fauna yang tingkatannya berada di atas spesies. Dalam film, genre merupakan jenis dari sekelompok film yang mempunyai karakter atau pola sama (khas) seperti setting, isi dan subyek cerita. Dari klasifikasi tersebut lahirlah genre-genre populer seperti aksi, petualangan, drama, komedi, horor, film noir, roman dan sebagainya. Genre tentunya berfungsi untuk memudahkan klasifikasi sebuah film, dan genre juga membantu kita memilah film-film yang telah diproduksi sesuai dengan spesifikasinya. Selain itu fungsi genre membantu penonton untuk tidak salah memilih film apa yang akan disaksikannya nanti. Macam genre bisa mencapai ratusan dan bervariasi, sebagai catatan setiap film yang diproduksi kebanyakan film itu menggunakan kombinasi dari beberapa genre sekaligus, kombinasi genre ini sering diistilahkan
18 sebagai genre hibrida (campuran), tetapi walaupun begitu biasanya film tersebut tetap memiliki satu atau dua genre yang dominan. Terdapat
genre-genre
besar
yang
diproduksi
semenjak
perkembangan film dan yang menjadi titik tolak dari semua perkembangan genre-genre besar tersebut adalah Hollywood. Untuk mempermudah pembahasan dan mengklasifikasikan film, maka berikut ini adalah skema dari genre-genre besar yang dibagi menjadi dua genre induk, primer dan sekunder. Tabel 1.2. Skema Genre Film Induk Primer dan Sekunder. Genre Induk Primer Aksi Drama Epik Sejarah Fantasi Fiksi-ilmiah Horor Komedi Kriminal dan Gangster Musikal Petualangan Perang Western
Genre Induk Sekunder Bencana Biografi Detektif Film noir Melodrama Olahraga Perjalanan Roman Superhero Supernatural Spionase Thriller
1) Genre Induk Primer Genre ini merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan populer sejak awal perkembangan film di tahun 1900-an hingga 1930an. Beberapa jenis genre induk primer, masih berkembang saat ini, namun beberapa yang lain jauh lebih populer dan sukses di masa lalu. Di antaranya genre musikal, epik sejarah, perang, serta western. 2) Genre Induk Sekunder
19 Berbeda dengan genre induk primer, genre induk sekunder merupakan pengembangan dari genre induk primer yang memiliki karakter dan ciri-ciri khusus dibandingkan dengan genre induk primer. c. Film Sebagai Media Komunikasi Massa Film bermula pada akhir abad ke-19 sebaai teknologi baru, tetapi konten dan fungsi yang di tawarkan masih sangat jarang. Film kemudian berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita,penggung, music, drama, humor, dan trik teknis bagi konsumsi popular. Film juga hampir menjadi media massa yang sesungguhnya, dalam artian bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar, bahkan sampai ke pedesaan. Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa inggris mass comuniction sebagai kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa) artinya komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Film merupakan salah satu bentuk media komunkasi massa dari berbagai teknologi dan unsur dari kesenian. Seni film sangat mengandalkan teknologi sebagai bahan baku sebagai bahan baku produksinya maupun dalam hal ekshibisi ke hadapan penontonya. Penyebaran informasi dilakukan melalui media elektronik, merupakan suatu kegiatan yang memuat hasil penelitian atau pengkajian dengan dengan cara memanfaatkan teknologi sehingga mampu menarik minat pengguna untuk memanfaatkanya dengan format yang menarik dan mudah dipahami tetapi tetap informatif.
20 Media elektronik saat ini dikenl sebagai media komunikasi yang merupakan bagian dari media massa, media massa yang tergolong kedalam media elektronik diantaranya adalah radio dan televisi. Film pada dasarnya merupakan salah satu hasil produk teknologi modern yang bisa dijadikan sebagai salah satu saluran dalam proses komunikasi massa. Dalam film, biasanya terdapat pesan-pesan atau informasi yang ingin disampaikan kepada para penontonnya. Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke-19. Film merupakan alat komunikasi yang tidak terbatas ruang lingkupnya di mana di dalamnya menjadi ruang ekspresi bebas dalam sebuah proses pembelajaran massa. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, yang membuat para ahli film memiliki potensi untuk mempengaruhi membentuk suatu pandangan dimasyarakat dengan muatan pesan di dalamnya. Hal ini didasarkan atas argument bahwa film adalah potret dari realitas di masyarakat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat dan kemudian memproyeksikanya ke dalam layar Film tidak hanya berfungsi menyampaikan pesan kepada khalayak penontonnya tetapi secara aktif mengkonstruksi persepsi khalayak penontonnya berdasarkan muatan pesan yang dikandungnya. Sekaligus film adalah cerminan masyarakat dimana film tersebut dibuat. Sebuah film bagi seseorang yang sungguh-sungguh mencintai sinema tidak hanya sebagai hiburan semata atau media penyampai pesan saja, namun film dapat dijadikan media untuk belajar tentang kehidupan. Sineas besar new
21 wave Perancis, Jean-Luc Godard suatu ketika pernah mengatakan we were all critics before beginning to make films, and I loved all kinds of cinema. It was that cinema that made us, or me, at least want to make films. I knew nothing of life expect through cinema. Saya setuju dengan pendapat banyak pengamat bahwa film adalah salahsatu medium yang paling ampuh untuk mempengaruhi manusia, baik untuk tujuan baik maupun buruk. Dengan memahami sebuah film dengan baik akan membuat kita mampu mengambil hal-hal yang patut kita contoh serta membuang jauh hal-hal yang merugikan kita, hingga kita bisa menjadi manusia yang lebih baik. Oleh karena itu media bukan cuma menentukan realitas seperti apa yang akan dikemukakan namun media juga harus bisa memilah siapa yang layak dan tidak layak masuk menjadi bagian dari realitas itu. Dalam hal ini media bisa menjadi kontrol yang bisa mempengaruhi bahkan mengatur isi pikiran dan keyakinan di dalam masyarakat. d. Film sebagai Media Dakwah Secara singkat definisi dakwah adalah mengajak orang lain agar menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larang-Nya. Namun secara syar’i, makna dakwah adalah menjalankan perintah Allah, baik berupa perkataan ataupun perbuatan, serta meninggalkan semua larangan Allah, baik perbuatan ataupun perkataan. Aktifitas dakwah tidak akan berjalan jika tidak menggunakan alat atau media (wasilah). Terlebih di era informasi ini, di mana media semakin berkembang pesat diiringi berkembangnya ilmu pengetahuan dan
22 ilmu agama. Dan penggunaan media bertujuan untuk mengantisipasi perkembangan zaman tersebut. Salah satu media yang cukup berkembang pesat di abad ini adalah film. Film, sebagaimana yang dibahas pada bagian awal bab ini, merupakan salah satu jenis seni yang dapat memberikan pengaruh cukup besar kepada pola pikir masyarakat umum. Ini berarti film dapat menjadi media yang cukup efektif dalam menjalankan dakwah. Meminjam pandangan Baran, perkembangan suatu budaya mengikuti perkembangan media. Berawal dari budaya lisan, yang mana pada masa ini belum berkembang budaya menulis dan masih memiliki karakter kedekatan atau keintiman. Kemudian beralih kepada revolusi media yang semakin tinggi. Manusia semakin bebas dari batas ruang dan waktu. Dan ini menjadi tantangan sendiri bagi para da’i yang ingin berdakwah kepada khalayak yang saat ini semakin plural. Hal di atas mengindikasikan bahwa harus adanya sebuah upaya dan gaya baru di dalam berdakwah yang sesuai dengan perkembangan zaman. Ini sebagai upaya umat Islam untuk memperoleh visibilitas dan legitimasi di ruang publik nasional dan internasional. Islam bukanlah agam ritual semata. Sebagian orang juga telah menganggap Islam sebagah falsafah dan jalan hidup. Itu berarti upaya untuk mengajak orang lain untuk mengikuti agama Islam sebagai jalan hidup (way of life) individu maupun kehidupan sosial politik, harus dilakukan sebaik mungkin.
23 Melalui berbagai produk komunikasi di era global ini, yang salah satunya adalah film, setidaknya da’i dapat melakukan beberapa pendekatan dakwah melalui unsur-unsur komunikasi. Masing-masing unsur harus disinergikan dengan wacana keislaman, agar alur dakwah yang datang dari komunikator kepada komunikan melalui media komunikasi berjalan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Hal ini penting dilakukan mengingat dinamika budaya yang semakin tinggi dan semakin heterogen dapat memungkinkan para da’i mengalami disorientasi terhadap nilai-nilai dan ajaran Islam yang ingin disampaikan. Islamisasi melalui media film, juga merupakan wacana penting di era digital ini. Hal ini dikarenakan sifat dari penikmat film yang tergolong gencar memakai budaya konsumsi kontemporer. Islam, dalam kasus ini, dapat ditampilkan dengan segar, menarik, hybrid dan modern dalam rangka menjadikan Islam sebagai agama yang relevan dengan budaya yang saat ini sedang didominasi kaum kapitalis.
B. Tinjauan Umum Semiotika 1. Konsep Semiotika Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan ‘tanda’. Dengan demikian, semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda.
24 Secara sederhana semiotika mempelajari sistem-sistem, aturanaturan, konvensi-konvesi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Studi sestematis tentang tanda-tanda dikenal semiologi. Arti harfiahmya adalah “kata-kata mengenai tanda-tanda”. Kata semi dalam semiologi berasal dari semeion (bahasa latin), yang artiya ‘tanda’. Semiologi telah dikembanagkan unuk menganalisis tanda-tanda. Menurut Ferdinand de Saussure didalam bukunya Coursein General
Linguistik.
mengekpresikan
Bahasa
ide-ide
adalah
suatu
(gagasan-gagasan)
sistem dan
arena
tanda
yang
itu
dapat
dibandingkan dengan sistem tulisan, huruf-huruf untuk orang bisu-tuli, simbol-simbol keagamaan, aturan-aturan sopan santun, tanda-tanda kemiliteran, dan sebagainya. Semua itu merupakan hal yang sangat penting dari keseluruhan sistem tersebut. Suatu ilmu yang mempelajari tanda-tanda kehidupan dalam masyarakat bersifat dapat dipahami. Hal itu merupakan bagian dari psikologi social atau berkaitan dengan psikologi umum. Saussure menyebutkannya sebagai semiologi (dari bahasa Latin semion: tanda). Semiologi akan menjelaskan unsure yang menyusun suatu tanda dan bagaimana hukum-hukum itu mengaturnya. Untuk menyederhanakannya kemudian Umberto Eco dalam bukunya A Theory of Semiotics Menjelaskan dan mempertimbangkan bahwa semiotika berkaitan degan segala hal yang dapat dimaknai tandatanda. Suatu tanda adalah segala sesuatu yang dapatdimaknai) sebagai penggantian yang signifikan untuk sesuatu lainnya. Segala sesuatu ini
25 tidak terlalu mengharuskan perihal adanya atau mengaktualisasikan perihal diaman dan kapan suatu tanda memaknainya. Jadi, semiotika ada dalam semua kerangka (prinsip), semua disiplin studi, termasuk dapat pula digunakan untuk menipu bila segala sesuatu tidak dapat dipakai untuk menceritakan tanda tersebut sebagai “kebohongan”, dalam tanda itu sendiri. Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonstruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam koteks social. 2. Konsep Semiotika Rolland Barthes Semiotika juga menaruh perhatian pada Ideologi yang menguasai budaya sebuah kelompok pemakai tanda, sebab dalam ideologi itu terdapat sejumlah asumsi yang memungkinkan penggunaan tanda. Ideologilah yang mengarahkan budaya. Dan ideologilah yang pada akhirnya menentukan visi atau pandangan satu kelompok budaya terhadap realitas. Karena itu jika berbicara tentang simbol, secara tidak langsung juga berbicara tentang ideologi. Untuk menemukan ideologi dalam suatu tanda perlu diketahui konteks dimana tanda itu berada dan menurut budaya si pemakai. Sebab sebuah tanda dapat berubah-ubah maknanya sesuai dengan konteksnya, baik konteks itu adalah kalimat, wktu, tempat, maupun budaya. Sebuah simbol akan berubah maknanya bahkan dalam salah konteks (waktu atau tempat) yang relative sama tapi dalam konteks budaya (peradaban) yang berbeda. Konteks di sini juga dapat berupa konteks bahasa verbal dan nonverbal, linguistic dan non-linguistik.
26 Rolland Barthes merupakan salah satu tokoh yang cukup berkontribusi dalam kajian semiotika. Teorinya tentang semiologi dan mitologi merupakan pendalaman dari teori linguistik dan semiologi milik Saussure. Secara historis, Barthes merupakan salah satu tokoh pemikir strukturalis. Intelektual dan kritikus sastra Prancis yang satu ini, dianggap sebagai eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra.. Dalam hal semiotika, kunci analisis dari Barthes adalah mengenai konotasi dan denotasi. Barthes mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem tanda yang di dalamnya mengandung unsur ekspresi (E) dalam hubungannya (R) dengan isi (C). Konsep semiotika Barthes dikenal Fiske sebagai Signifikasi dua tahap (two order signification). Di mana kunci dari signifikasi ini terletak pada konsep connotative yang dibuat Barthes dalam model semiotikanya. Melalui model ini, Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified (isi) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Itulah yang kemudian disebut oleh Barthes sebagai denotasi, yang mana merupakan makna paling nyata dari tanda (sign). Denotasi merupakan tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Sedangkan konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan
27 petanda, yang didalamnya beroperasi makna yang bersifat implisit dan tersembunyi.
1. Signifier (penanda)
2. Signified (petanda)
3. Denotative Sign (tanda denotatif) 4. Connotative Signifier (penanda konotatif)
5. Connotative Signified (petanda konotatif)
6. Connotative Sign (tanda konotatif) Tabel 2.2 Peta tanda Roland Barthes. Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material : hanya jika anda mengenal tanda
“sign”,
barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan dan keberanian menjadi mungkin. Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure yang berhenti pada penandaan dan tatanan denotative. Konotasi dan denotasi sering dijelaskan dalam istilah tingkatan representasi atau tingkatan mana. Secara ringka, denotasi dan konotasi dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Denotasi adalah interaksi antara signifier dan signified dalam sign, dan antara sign dengan referent (object) dalam realitas eksternal.
28 b. Konotasi adalah interaksi yang muncul ketika sign bertemu dengan perasaan atau emosi pembaca/pengguna dan nilai-nilai budaya mereka. Makna menjadi subjektif atau intersubjektif. Tanda lebih terbuka dalam penafsirannya pada konotasi daripada denotasi. Secara sederhana, denotasi dijelaskan sebagai kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan. Maknanya disebut makna denotatif. Makna denotatif memiliki istilah lain seperti makna denotasional, makna referensial, makna konseptual atau makna ideasional. Sedangkan konotasi adalah kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu disamping makna dasar yang umum. Konotasi atau makna konotatif desebut juga makna konotasional, makna emotif atau makna evaluatif. Denotasi dan konotasi tidak bisa dilihat secara terpisah atau berdiri sendiri. Sebuah tanda yang kita lihat pasti suatu denotasi. Makna denotasi adalah apa yang kelihatan pada gambar, dengan kata lain gambar dengan sendirinya memunculkan denotasi. Denotasi dengan sendirinya akan menjadi konotasi dan untuk selanjutnya konotasi justru menjadi denotasi ketika konotasi tersebut sudah umum digunakan dan dipahami bersama sebagai makna yang kaku. 3. Konsep Semiotika Film Christian Metz merupakan salah satu kritikus film yang berasal dari Perancis. Bukunya yang berjudul Language and Cinema memberikan pemahaman mengenai film sebagai satuan bahasa yang berbeda dari bahasa tutur. Semua komponen dalam film merupakan serangkaian kode
29 yang merepresentasikan sebuah budaya, sejarah dan nilai-nilai. Bagi Metz teori film adalah teori yang mengkaji wacana-wacana sejarah film, masalah ekonomi film, estetika film dan semiotika film. Kontribusi penting Metz dalam memahami film terletak pada bagaimana dia memperkenalkan sebuah konsep cinematis instutitution. Melalui konsep tersebut Metz mengenalkan, bahwa pengertian film tidak terbatas pada aspek industri yang memproduksi sebuah film saja, melainkan juga aspek lain di luar itu, sehinggan penonton dapat menjadi salah satu bagian dari film dengan cara memposisikan penonton sebagai kesatuan film yang berfungsi sebagai mesin kedua, yaitu bergerak dalam wilayah psikologis. Melalui konsep ini, Metz memaparkan setidaknya ada 3 mesin utama dalam memaknai film secara utuh sebagai bahan penelitian, yaitu outer machine (film sebagai industri), inner machine (psikologi penonton), third machine (penulis naskah film - kritikus, sejarahwan, teoretikus). Dalam kutipan buku Allex Sobur yang bejudul Semiotika Komunikasi Oey Hong Lee mengatakan bahwa film adalah alat komunikasi massa kedua yang muncul setelah surat kabar, sehingga pertumbuhan film pada abad ke 19 sangat pesat bahkan dalam perkataan lain unsur-unsur yang merintangi perkembanagan surat kabar sudah dibuat leyap. Peryataan tersebut mengindikasikan bahwa film saat ini mengalami perkembangan yang begitu pesat, film tidak hanya dijadikan sebagai alat hiburan sematata, melainkan untuk bergagai kepentingan politik, ekonomi,
30 propaganda, dan berbagai kepentingan lainya yang terkadang sulit untuk kita deteksi. Maka dari itu, semiotika sebagai sebuah disiplin ilmu yang mengkaji tanda-tanda dan sistem simbolik memiliki kaitan erat dengan film sebagai sebuah produk tanda. Di lain pihak, para ahli melihat film sebagai salah satu media yang dapat mempengaruhi para khalayaknya. Dan dari sinilah asal mula dilakukannya berbagai penelitian terhadap simbol dan ikon dalam film, dan pengaruhnya terhadap masyarakat yang menyaksikan film tersebut. 4. Konsep Semiotika Steve Campsall
Steve Campsall berasal dari Inggris, yang juga salah seorang pengajar studi bahasa Inggris dan media di The Beauchamp College. Campsall membuat tabel analisis film yang mengadopsi pemikirian dari salah seorang tokoh semiotik film yakni Christian Metz. Ia mempunyai pandangan bahwa film merupakan kesatuan yang terdiri dari bahasa dan makna, yang kemudian diartikan oleh Campsall sebagai Moving Image Text : “Film Language”. Menurutnya Film Language ia ciptakan karena ia berpendapat bahwa film mempunyai cara tersendiri atau bahasa tersendiri yang digunakan dalam menyampaikan pesan kepada para penontonnya. Mulai dari sutradara, produser, editor dan juga semua kru bekerja untuk menciptakan sebuah makna tersebut melalui gambar bergerak seperti dalam film.
31 Di dalam tabel analisis film yang dibuat oleh Campsall, terdapat banyak komponen yang harus diperhatikan oleh kita sebagai peneliti. Hal ini dapat dilihat melalui skema analisis film berikut ini: Tabel 3.2. Tabulasi Analisis Film Analysing Moving Image Texts: “Film Language” Signs, Codes and Conventions
Semiotika, merupakan sebuah jalan untuk menjelaskan bagaimana tanda itu diciptakan. Di dalam film, tanda-tanda tersebut diciptakan oleh para sineas film atau sutradara. Apa yang kita dengar, kita lihat dan kita rasakan merupakan sesuatu yang dapat kita persepsikan dan mengandung sebuah ide. Ide tersebutlah yang kemudian disebut dengan ‘meaning’. Salah satu contoh pemaknaan penting, misalnya kata-kata pengecut, memiliki lawan heroik. Situasi ini memungkinkan penafsir memiliki pendapat yang berbeda, dan ini dinamakan Binary Opposite. Ada beberapa komponen dalam memahami semiotika film. - Signs (tanda): unit makna terkecil yang bisa kita tafsirkan dan turut menentukan makna keseluruhan. - Code (kode): dalam semiotika, sebuah kode adalah sekumpulan tanda yang nampak, “pas”, sekaligus “alami” dalam membentuk makna keseluruhan. - Convention (konvensi): istilah konvensi itu penting. Ia merujuk pada suatu cara yang sudah umum dalam mengerjakan sesuatu. Dan kita sering mengaitkan sesuatu yang konvensional dengan hasil yang pasti, dan menganggapnya natural. Perlu kita ketahui pula bahwa tipe tanda dan kode setidaknya terbagi atas 3: - Ikon : tanda dan kode yang dibuat untuk menunjukkan sesuatu yang melekat atau identik pada sesuatu. - Indeks : sistem penandaan yang menggunakan unsur kausalitas atau sebab-akibat
32 -
Mise-En-Adegan
Editing
Shot Types
Camera Angle
Camera Movement
Lighting
Simbol : pemaknaan terhadap sesuatu yang melepaskan secara total makna denotasi pada sesuatu tersebut. Hal lain yang juga penting untuk memahami tanda adalah melalui konvensi. Konvensi merupakan suatu kesepakatan umum yang melekat dalam masyarakat dan dijadikan jalan dalam melakukan suatu pekerjaan. Biasanya konvensi terwujud dalam suatu perbuatan. Mise-En-Adegan menjawab beberapa pertanyaan penting di dalam sebuah film. Pertanyaan tersebut meliputi efek apa? Makna apa? Bagaimana dia memproduksi? Mengapa dia memproduksi? Dan apa tujuan yang ingin dicapai? Namun, sebenarnya Mise-En-Adegan merupakan segala sesuatu yang dihadirkan para Director atau sutradara ke dalam adeganadegan, dan rekaman-rekaman yang termuat di dalam kamera melalui aspek Setting, Kostum, Tata Rias, dan Pencahayaan. Editing merupakan suatu proses memotong dan menggabungkan beberapa potongan film menjadi satu. Membuat film tersebut menjadi cerita yang bersambung, dapat dipahami, realistis, mengalir dan naratif. Shot merupakan pengambilan gambar untuk membangun sebuah potongan gambar yang naratif dan memberikan makna tersendiri terhadap objeknya. Biasanya shot terkait dengan pengambilan kamera. Seperti Close Up (CU), Point of View (POV) dan Middle Shot (MS). Sudut kamera, biasanya selalu menciptakan makna-makna yang signifikan dengan kondisi atau situasi objek. Seperti sudut kamera POV high angle shot yang mencerminkan superioritas atau kekuasaan. Pergerakan kamera merupakan suatu bentuk penciptaan makna yang dinamis. Perpindahan dari zoom out ke zoom in misalnya, memiliki nilai dan dinamika makna sendiri. Pencahayaan merupakan salah satu aspek penting dalam film. Pencahayaan dapat menimbulkan suasana dan mood yang menegaskan makna. Kegelapan di hutan misalnya menciptakan makna ketakutan dan
33
Dieges And Sound
Visual Effects / SFX
Narrative Genre Iconography
The Star System
Realism
kengerian. Dieges atau diagenic sound di dalam film merupakan ‘dunia film’. Dia merupakan bagian dari setiap aksi yang di jalankan aktor. Misalnya suara musik yang mengiringi jalannya aktor dan lainnya. SFX merupakan gambar generasi komputer (CGI) yang mana tujuannya untuk menciptakan sebuah realitas dan makna melalui efek-efek gambar dan suara. Naratif, merupakan unsur film yang memuat cerita dan kisah khusus di dalam film. Genre adalah ragam dari naratif yang sedang dibicarakan di dalam film. Ikonografi merupakan aspek penting dari genre. Hal inilah yang menjadi simbol-simbol pendukung genre. Seperti padang pasir yang mendukung karakter koboi. Bintang-bintang film tertentu bisa menjadi bagiam penting dalam ikonografi dan menjadi penegas makna. Bisa menjadi penegas karakter dan aksi. Media dapat menyuguhkan tingkat realitas yang sangat tinggi, sehingga sesuatu terkesan benar-benar nyata. Dengan layar yang jernih, jelas, sound yang kuat, dan ruang yang sengaja dibuat gelap, pemirsa dapat merasakan atmosfer realitas yang tinggi.
Tabulasi diatas menunjukan keseluruhan kompleksitas yang terdapat di dalam semiotika film. Di dalam tabel tersebut juga banyak mengandung komponen-komponen yang kita jadikan acuan untuk meneliti atau mengkaji lebih dalam suatu sistem tanda di dalam sebuah film.
C. Pengertian Pemimpin dan Konsep Kepemimpinan Dalam Islam 1. Pengertian Pemimpin
34 Kata pemimpin berasal dari kata pimpin. Secara harfiah pemimpin dapat diartikan dengan kata pelopor, atau orang yang dapat menuntun, membimbing, mengambil langkah awal, memberikan contoh dan menggerakan oranglain. Atau secara istilah pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi orang lain yang ada di sekelilingnya. Untuk menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah. Pemimpin haruslah meiliki kelebihan dari orang yang dipimpinnya, dan harus berpikir lebih spesial dari orang-orang yang dipimpinya. Menurut Arifin Abdurrahman dalam Bukunya “Teori Pengembangan dan Filosofi Kepemimpinan Kerja” mengatakan bahwa kelebihan pemimpin itu berada dalam tiga hal yaitu, kelebihan akal dan rasio, kelebihan secara rohani, dan kelebihan secara jasmani. Berikut ini adalahh penjelasan kelebihan dari pemimpin yag memiliki katergori sempurna: a. Kelebihan akal dan rasio: Seoramg pemimpin harus mengetahui hakekat tujuan dari pada organisasi yang dipiminya, serta memiliki visi kedepan, seorang pemimpin harus mengerti dasar-dasar organisasi yang dipimpinya, seorang pemimpin mengetahui bagaimana cara menjalankan roda organisasi dengan lebih efektif dan efisien sehinga tujuan organisasi tercapai dengan maksimal. b. Kelebihan secara rohani : Kelebihan secara rohani yaitu kelebihan yang memiliki sifat-sifat tentang keluhuran budi pekerti, memiliki ketinggian moral,serta memiliki
35 watak kesederhanaan yang dapat dijadikan contoh bagi setiap orang-orang yang dipimpinnya. c. Kelebihan secara Jasmani: Kelebihan dalam jasmani bukan berarti memiliki kelebihan dalam rupa/wajah yang rupawan, karena masih banyak orang yang salah mengartikan kelebihan secara jasmani dalam unsur pemimpin dan kepemimpinan, tetapi yang dimaksudkan kelebihan secara jasmani adalah memiliki fisik yang lebih kuat, lebih sempurna, sehat dan memiliki ketahanan tubuh yang melebihi dari orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang memiliki kategori sempurna adalah ia yang meililiki ketiga hal tersebut di atas, maka benar adanya jika pemimpin dalam menjalankan roda kepemimpinanya harus memiliki kelabihan-kelebihan, karena jika tidak iapun akan mengalami banyak kesulitan dalam menjalankan kepemimpinannya. Kepemimpinan dalam bahasa inggris disebut dengan kata Leadership berasal dari kata to lead (memimpin), leader (pemimpin), dalam bahasa arab kepemimpinan meiliki kata yang berbeda yaitu berasal dari kata ( qadda – yaquudu – qiyaadatan ) yang artinya menuntun. Menurut Prof. Kembal Young seperti yang dikemukakan oleh Kartini Kartono bahwa kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari oleh kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau megajar orang lain berbuat sesuatu berdasarkan acceptance (penerimaan) oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus dan tempat khusus untuk mencapai tujuan. Menurut Taylor, yang dikemukakan oleh Panglayakim bahwa kepemimpinan adalah menggerakan orang-orang
36 bawahan untuk bersama-sama bekerja menuju suatu tujuan yang diinginkan oleh semua dan dianggap penting untuk self expressi ( ekspresi diri ). Oleh karena itu tujuan kepemimpinan tak lain adalah menjamin terwujudnya pencapain sebuah tujuan, dengan cara mengorganisir dan mengatur sebuah institusi, lembaga, atau sebuah sistem yang sudah terbentuk, dengan kepemimpinan sebagai fasilitas yang memberikan jalan untuk orang lain yang terorganisir dapat berproses dalam sebuah organisasi formal agar mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Berikut ini adalah penjelasan dari tipe-tipe kepemimpinan yang ada: a. Kepemimpinan Otoriter Proses kepemimpinan otoriter adalah pemimpin yang beranggapan bahwa leadership adalah sesuatu yang menjadi haknya, ia berpendapat bahwa hanya dengan kepemimpinanya ia dapat melakukan apapun tentang segala sesuatu yang harus dikerjakan tanpa adanya pertimbanganpertimbangan lain yang mungkin akan menghambat,
biasanya setiap
pekerjaan yang dia kehendaki kepada bawahanya selalu diawasi dengan sangat ketat dan terkadang dapat menimbulkan ketegangan-ketegangan di kalangan para bawahanya. b. Kepemimpinan Demokratis Tipe kepemimpinan ini menjadikan bawahan sebagai orang-orang yang bisa diajak kerjasama, untuk turut serta memberikan pendapat, saran bahkan sampai kritik pada masa kepemimpinanya, pemimpin semacam ini sering meminta pendapat pada bawahanya dalam mencari solusi kerja terbaik, sehingga bawahanya merasa tidak hanya menerima instruksi kerja saja tapi mereka dibimbing untuk melakukan pekerjan tanpa harus dipaksa
37 untuk bekerja sehingga menjadi tanggung jawab mereka untuk menyelesaikan
pekerjaanya,
namun
ketika
anggota-angota
yang
dipimpinya tidak memiliki kcakapan dan kecerdasan untuk bekerja sama dengan pemimpinya, maka kemungkinan akan terjadi kegagalan dalam melakukan pekerjaanya. c. Kepemimpinan Paternalistis Kepemimpinan ini menjadikan pemimpin sebagai seorang bapak ataupun ibu, karena pemimpin dengan gaya paternalistis biasanya memiliki sifat melindungi dan menjaga kepentingan bawahnya sebagai bentuk rasa kasih sayang yaitu dengan penjagaan yang ketat. Biasanya kepemimpinan semacam ini kurang menguntungkan anggotanya karena akan
membentuk
lemahnya
kepercayaan
diri
dan
tidak
bisa
mengembangkan diri dalam melakukan pekerjaanya karena pemimpin tidak memberikan kesempatan pada anggotanya untuk berinisiatif dan mengambil keputusan.
d. Kepemimpinan Laissez-Faire Pada umumnya kepemimpinan jenis ini akan menciptakan suasana dimana para anggotanya frustasi, bekerja malas-malasan, dan terkesan main-main dengan pekerjaanya, karena anggota merasakan kurangnya campur-tangan pemimpin dalam setiap keputusan maupun kebijakan yang mereka ambil, biasanya pemimpin hanya akan memberikan informasi jika hanya dimintai, pemimpin cenderung tidak berperan aktif dalam pencarian solusi agar kinerja anggotanya lebih efektif atau mengatur jalanya roda organisasi.
38 e. Kepemimpinan Kharismatik Tipe kepemimpinan kharismatik ialah dimana seorang pemimpin memiliki pengaruh yang besar kepada anggotanya, biasanya pemimpin seperti ini memberikan daya tarik yang luarbiasa, sehingga para anggotanya tunduk dan patuh tanpa tekanan dan paksaan dari orang yang memimpinnya, biasanya tipe pemimpin seperti ini memiliki keistimewaankeistimewaan, misalnya memiliki kecerdasan yang lebih, memiliki kekuatan super, pemberani dan lain sebaginya. f. Kepemimpinan Otokratik Tipe kepemimpinan seperti ini selalu mengandalkan kekuasaan yang dianggapnya sebagai kekuatan, karena itu pemimin tipe ini tidak segan-segan memaksa bawahnya/anggotanya untuk tunduk dan patuh terhadapnya, karena perintahnya bersifat mutlak dan absolud. Pemimpin selalu berperan sebagai pemimpin tungal seperti seorang raja, setiap perintah yang ditetapkanya biasanya tidak melalui konsultasi dengan siapapun. g. Kepemimpinan Populistik Kepemimpinan populistik adalah tipe kepemimpinan di mana seorang pemimpin mampunmenjadi pemimpin masyarakat, ia memegang nilai-nilai kemasyarakatan dan ketradisionalan, tipe kepemimpinan seperti ini bias diterima oleh masyarakat tertentu atau kelompok tertentu, namun belum tentu dapat diterima oleh masyarakat lain, karena pemahaman akan nilai-nilai tradisional dan masyarakat yang satu dengan yang lainnya tidak sama yang terkadang tidak dapat diphami oleh masyarakat ataupun pemimpin kelompok masyarakat lain.
39 h. Kepemimpina Administratif Adalah tipe kepemimpinan dimana seorang pemimpin mampu menjalankan
tugas-tugas
administrasi
secara
efektif.
Dengan
kepemimpinan seperti ini akan muncul pengembangan pada hal-hal yang berhubungan dengan kerjasama antar manusia, dan hal-hal yang menyangkut masalah-masalah teknis dan manajemen, biasanya tipe kepemimpinan seperti ini dapat menghadapi masalah secara cepat, lugas, dan rasional. 2. Konsep Kepemimpinan Dalam Islam Dalam pandangan Islam, At-Tabrasi dalam tafsirnya mengemukakan bahwa kata imam mempunyai makna yang sama dengan khalifah. Hanya saja kata imam digunakan untuk keteladanan. Karena ia diperoleh dari kata yang mengandung arti depan, berbeda dengan khalifah yang terambil dari kata "belakang". Para pakar, setelah menelusuri Al Qur'an dan Hadits menetapkan empat sifat yang harus dipenuhi oleh nabi yang pada hakikatnya pemimpin utamanya. Yang pertama Ash Shidq yang berarti kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap, serta berjuang melaksanakan tugasnya. Kedua, Amanah, yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memeliharaa sebaik-baiknya apa yang diserahkan kepadanya, baik dari Tuhan maupun dari orang-orang yang dipimpinnya. Ketiga, Fathanah, yaitu kecerdasan yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul seketika sekalipun. Keempat, Tabligh, yaitu penyampaian yang jujur dan bertanggung jawab atau diistilahkan dengan keterbukaan.
40 Dalam pandangan islam,seorang pemimpin adalah orang yang diberikan amanat oleh Allah SWT untuk memimpin rakyatnya. Dimana ia akan dimintai pertanggung jawabanya kelak di akhirat. Beberapa ahli menyimpulkan bahwa ada beberapa cirri penting yang menggambarka kepemimpinan
islam.
Veitzal
Rivai
menyebutkan
ada
enam
cirri
kepemimpinan dalam islam yaitu: a. Setia Kepeda Allah Diantara pemimpin dan yang dipimpin terikat dengan kesetiaan kepada Allah, yang bararti sebuah kepemimpinan yang dijalankan itu merupakan suatu perwujudan dari seseorang kepada Allah, bukan karena ambisi ingin menjadi seorang pemimpin saja, jadi semua perilaku dalam kepemimpinanya merujuk kepada aturan-aturan maupun syriat-syariat yang sudah ditetpkan Allah SWT. b. Tujuan Islam Secara Menyeluruh Menjadi satu kewajiban bagi seorang pemimpin untuk mampu melihat bahwa tujuan organisasi bukan hanya untuk sekedar tujuan dari kepentingan sebuah kelompok, apalagi hanya kepentingan satu orang saja, tetapi akan lebih baik jika kepentingan kelompok dan perorang tersebut dapat memenuhi kepentingan dalam lingkup yang lebih luas yaitu kepentingan islam secara keseluruhan. c. Menjunjung Tinggi syariat dan Akhlak Islam Pemimpin itu harus terikat dengan peraturan yang terkandung di dalam syariat Islam, oleh karena itu syarat seseorang menjadi pemimpin adalah orang yang mampu memegang teguh aturan-aturan di dalam syariat
41 Islam. Jika pemimpin sewaktu-waktu mengabaikan aturan-aturan dalam syariat islam, maka pada saat itu ia harus di makzulkan. d. Pengemban Amanah Pemimpin adalah seseorang yang mengemban amanah dari Allah. Oleh karena itu ia memiliki sebuah tanggung jawab yang besar, dalam AlQuran memmerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah Swt dan menunjukan sikap yang baik kepada para pengikutnya. e. Bermusyawarah dan Tidak Sombong Mejadi prinsip dasar dari sebuah kepemimpian Islam adalah terlaksananya musyawarah sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah dalam kepemimpinan. Dengan prinsip dasar ini menjadikan sikap adil dan memberikan kebebasan berpikir bagi semua pihak yang ada dalam lingkup kepemimpinanya, kepemimpinan
oleh
tirani
karena yang
itu
pemimpin
mengabaikan
proses
islam
bukanlah
koordinasi
atau
musyawarah, namun ini menjadi wadah bertukar pemikiran dengan semua pihak yang terkait yang di laksanakan secara terbuka, objektif dan menjunjung tiggi rasa sling menghormati. Sehingga para pengikuit atau bawahan merasakan bahwa persoalan itu menjadi tujuan untuk kepentingan mereka bersama. f. Disiplin Konsisten dan Konsekwen Disiplin, konsisten, dan konsekwen adalah cirri dari kepemimpinan dalam Islam, sikap dan sifat-sifat seperti ini tentunya akan diwujudkan dalam semua tindakan maupun perbuatannya, karena ia yakin bahwa Allah
42 melihat apa yang dilakuknya, dan itu merupakan sikap dan sifat-sifat yang tidak boleh dilanggar. Selanjutnya Al-Ghazali mengatakan bahwa keberadaan pemimpin merupakan tuntunan bagi ketertiban dunia, karena itu merupakan tuntunan pula bagi ketertiban agama. Dengan kata lain kewajian mengangkat seorang kepala Negara atau pemimpin Negara tidak hanya berdasarkan pertimbangan dunia semata, tetapi juga harus berdasarkan pertimbangan agama. Kemudian dalam kitabnya al-Tibr al-Masbuk fi nasihat al-Muluk, Al-Ghazali mengemukakan bahwa allah telah memilih dua dari antara cucu-cucu Adam yaitu: pertama, para nabi yang bertugas menjelaskan kepada hamba-hamba Allah tentang jalan yang benar dan jalan yang akan membawa kebahagiaan di dunia maupun di akhirat dan kedua, para sultan yang bertugas menjaga agar hamba-hamba Tuhan tidak saling bermusuhan dan saling melangar hak yang lain, dengan kearifanya mengembangkan kesejahteraan mereka dan memandu mereka ke arah kedudukan terhormat, seperti kata ungkapan bahwa: “Sultan adalah bayangan Allah di muka bumi-Nya”. Maka itu menjadi keharusan kita tahu bahwa yang oleh Allah berikan peringkat sultan dan menjadikan bayangan-Nya diatas muka bumi itu wajib dicintai oleh semua mahluk Allah, dan mereka harus ikut, tunduk dan taat kepadanya, serta tidak dibenarkan untuk tidak mengikuti perintahnya. Dengan demikian maka kekuasaan kepala Negara, sultan atau raja tidah dating dari rakyat tetapi dari Allah berdasarkan pilihan-Nya,
43 Allah menganugrahkan kesultanan dan kerajaan kepada orang yang dikehendaki, seperti fiman allah dalam Q.s. Ali ‘Imran 26:
Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.s. Ali ‘Imran:26 ). Berdasarkan
ayat
yang
disebutkan
sebelumnya,
Al-Ghazali
berpendapat bahwa kekuasaan kepala Negara itu muqaddas (suci), dan oleh karena itu wajib hukumnya bagi rakyat utuk taat kepada kepala Negara dan melaksanakan semua perintahnya. Hampir sependapat dengan Al-Ghazali, Ibn Taymiyah mengemukakan bahwa: Mendirikan suatu pemerintahan untuk mengelola urusan umat merupakan kewajiban agama yang paling agung, karena agama tidak mungkin tegak tanpa pemerintahan. Umat manusia tidak akan mampu untuk mencukupi semua kebutuhannya tanpa kerjasama dan saling membantu dalam kehidupan berkelompok,
dn
tiap
kehidupan
berkelompok
atau
bermasyarakat
memerlukan seorang kepala atau pemimpin. Pendapat Ibn Taymiyah tersebut menunjukan bahwa sultan atau kepala Negara adalah wakil Tuhan di bumi yang bertugas mengatur dan membina kehidupan bermasyarakan dengan berpedoman kepada agama. Pendapat Ibn Taymiyah bersumber kepada penafsiran terhadap Al-Quran berikut ini:
44
Hai orang yang beriman, taatlah kepada Allah, dan taatlah kepada Rasul, dan kepada Ulil Amri (orang-orang yang berkuasa diantara kamu). Dan bila kamu berselisih tentang sesuatu di kalanganmu sendiri, hendaklah kamu mengembalikanya kepada Allah dan Rasul. Jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian, itu lebih baik dan penyelesaian yang paling indah (Q.s. an-Nisa:59) Menurut Ibn Taymiyah surah al-Nisa ayat 59 ini ditujukan kepada rakyat dan rakyat diperintahkan supaya taat, tidak saja kepada Allah dan Rasul, tetapi juga kepada para pemimpin mereka. Rakyat diminta untuk melakukan segala perintahnya, selama tidak diperintahkan untuk berbuat maksiat atau melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama, kemudian jika ada perbedaan pendapat diantara mereka, maka dalam mencari penyelesaian dianjurkan untuk kembali berpedoman kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Al-Sunnah). Kedua pemikir Islam di atas (Al-Ghazali dan Ibn Taymiyah) telah mengemukakan dari berbagai macam alasan yang menjadi dasar pendapat mereka mengapa seorang pemimpin dalam Islam diberikan hak otoritas dan kewenanganya dalam menjalankan amanah serta melaksanakan kekuasaanya.
BAB III GAMBARAN UMUM FILM BATLLE OF EMPIRES FETIH 1453 A. Sejarah Tokoh Sultan Muhammad Al-Fatih atau yang didalam film Battle of Empires Fetih 1453 dikenal dengan sebutan Sultan Mehmed II lahir di Edrine pada Tanggal 29 Maret 1432. Beliau adalah sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah dan anak ke-3 dari tiga bersaudara. Diceritakan Sultan Murad II ayahnya, ketika menunggu kelahiran Sultan Mehmed II, menenangkan diri dengan membaca Al-Quran dan lahirlah anaknya saat bacaanya sampai pada surah Al-Fath, surat yang berisi janji-janji Allah Swt akan kemenangan kaum Muslim. Sebagai Anak laki-laki ketiga, Mehmed tidak diperkirakan siapapun untuk menjadi penganti Murad II menjadi sultan. Ketika berumur 2 tahun Mehmed II dikirim bersama kaka tertuanya Ahmed ke Amasya, yaitu kota tempat mempelajari pemerintahan sebagai keluarga kesultanan. Ketika berumur 6 tahun Mehmed II yang masih sangat belia diangkat menjadi gubernur di Amasya setelah kematian kakanya yang secara tiba-tiba, kemudian setelah 2 tahun memimpin kota Amasya mehmed bertukar tempat dengan kaka keduanya Ali untuk memimpin Manisa, dan kemalangan pun terjadi dikota yang sama yaitu di kota Amasya Ali pun dibunuk oleh seorang turki yang kemungkinan besar adalah kaki tangan Byzantium Romawi
yang selalu
menimbulkan kekacauan kepada Utsmani. Peristiwa
yang
menimpa
kedua
anaknya
menjadika
Murad
II
sangatterpukul, yang kemudian harapanyahanya dapat tertumpu pada Sultan Mehmed II. Maka saat itu juga Murad II memerintahkan Mehmed II untuk
47
48
kembali ke Edrine untuk mendapatkan pendidikan khusus dari para Ulamaulama terbik pada zamannya, dan mempelajari berbagai macam disiplin ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran, ilmu Fiqh, ilmu bayan, dan beberapa ilmu lainya seperti bahasa, Astronomi, Matematika, Kimia, Fisika, dan juga teknik perang militer. Untuk mempersiapkan Mehemed II untuk menjadi penganti dirinya Murad II memberikan tugas pembentukan kepribadian ini kepada Syaikh Ahmad Al-Kurani dan Syaikh Aaq Syamsuddin. Mehmed II mulai menghafal Al-Quran pada usia 8 tahun dan ia juga mempelajari etika belajar dari Syaikh Al-Kurani namun yang membentuk mental dan kepribadian Sultan Mehemed II adalah Syaikh Aaq Syamsuddin yang darinya tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu yang dikuasai tetapi senantiasa mengingatkan akan kemuliaan Ahlu Bisyarah yang akan menaklukan Konstantinopel, dan menceritakan perjuangan Rasulullah Saw dan para sahabatnya dalam menegakan Islam. Proyeksi bahwa Mehmed II adalah sang penakluk Konstantinopel membawa inspirasi, motivasi dan pengaruh yang sangat besar bagi dirnya, digabungkan dengan watak dan keamuan kerasnya menjadikan Sultan Mehemed dalam umur 17 tahun dapat menguasai berbagai macam bahasa yaitu bahasa Turki dan Persia tyang sangat fasih, Arab, Prancis, Yunani, Serbia, Hebrew, dan latin. Selain kemapuan dalam berbahasa kemampuanya ditunjukan dalam ilmu Sejarah, Geografi, Syair dan Puisi, serta keahlianya dalam perangpun selalu menjadi buah bibir di kalangan Kesultanan, bahkan dikatakan bahwa mehmed selalu menghabiskan waktunya menunggangi kuda, bahkan Mehmed II
49
semenjak baligh tak pernah melewatkan shalat Tahajud terlebih melewatkan Shalat lima waktu. Kemudian tepat pada usia 19 tahun mehmed mengantikan Ayanya yang sudah meninggal krena sakit, saat itulah kemudian Mehmed II menjalankan manifestasi obsesinya sejak kecil yaitu menaklukan konstantinopel. Kebijakan ini diputuskanya sebagai kebijakan utama dalam pemerintahanya yang baru. Pernah dideskripsikan oleh Giacomo de Languschi, seorang penulis dari Italia pada zamanya tentang Sultan Mehmed II sebagai berikut: Penguasa Turki Utsmani Mehemed Bey adalah sorang pemuda yang berbadan kekar dan mempunyai perawakan besar, ahli dalam bidang persenjataan, lebih ditakuti daripata disegani, sedikit tertawa, sangat teliti dan berhati-hati dalam langkahnya, diberkahi kemurahan hati, gigih dalam menjalankkan rencananya, gagah dalam setiap usahanya, berhasrat untuk mencapai prestasi sebagaimana Alexander Macedonia. Setiap hari ia dibacakan sejarah kesatria Romawi dan kesatria lainya. Dia berbicara tiga bahasa, yaitu Turki, Yunani, dan Slavia. Dia bersungguh-sunguh mempelajari keadaan geografi Italia, dan mempelajari kota dimana Paus duduk dandimana kaisar duduk serta memiliki peta Eropa dangan Negara dan Provinsinya. Dan tak ada yang menarik baginya selain geografi dan urusan Militer serta dia lihai dalam menilai kondisi dan keadaan yang sedang dialami sebagian besar masyarakat di Barat. Bayak
Sejarawan
mengatakan
bahwa
motif
utama
penaklukan
Konstantinopel adalah usaha Sultan Mehmed II dalam mewujudkan Bisyarah Rasullulah Saw yang menjadi Inspirator utama dalam hidupnya.
50
B. Profil Sutradara
Gambar 1.3.1
Faruk Aksoy adalah seseorang yang tidak asing lagi di Turki, dia adalah seorang sutradara, penulis skenario, produser, sekaligus menjadi pengusaha. Faruk Aksoy lahir pada tahun 1964 di Sarliurfa, Turki. Dia adalah pengagas dan pendiri dari salah satu rumah produksi (Production House) yang cukup terkenal di turki, dengan nama Faruk Production bahkan film yang sedang penulis teliti merupakan salahsatu film yang di produksi oleh rumah produksinya sendiri, Kiprahnya dalam dunia per-filman ia mulai sejak 1995 dengan memulai karirnya sebagai aktor (actor) dalam film Ask Olumder Soyultur, Faruk juga perah menjadi penulis (writer) di tahun 2002 dalam film Yes il Isk, perjalanan karir Faruk di dunia per-filman juga begitu pesat sehingga ia pernah menjadi seorang sutradara, penulis, sekaligus produser dalam sebuah film Cilgir Desare Kampta di tahun (2008).2 Faruk juga membuat Film yang bertemakan sejarah yang berjudul , Battle of Empire Fetih 1453, adalah salah satu filmnya yang dibuat di turki dengan biaya produksi 17 juta US$ atau sekitar Rp. 158 miliar. Dengan biaya 1
http://www.imdb.com/media/rm338997248/tt1783232?ref_=tt_ov_i.- di akses pada 24
juni 2014 2
Concuest Fetih 1453-http://www.imdb.com/title/tt1783232/ di akses pada 24 juni 2014
51
sebesar itu menjadikan film ini sebagai film termahl yang pernah di buat sepanjang sejarah perfilman Turki pada tahun 2012. Film ini dibuat mulai September 2009 dan baru selesai Januari 2011, dan mulai ditayangkan diseluruh dunia mulai, 16 Februari 2012. Dan yang pertamakali menyambutnya adalah Mesir, Jerman, Uni Emirat Arab, Kazakastan, Ajerbeizan, Inggris, dan Amerika Serikat.3 Film ini mendapat respon yang sanagat baik di masyarakat Turki, film yang di putar di delapan Negara eropa dan di Box Ofice ini disinyalir mendapatkan keuntungan sekitar 30.469 US$ pada minggu pertamanya4, dan sekitar 30.834.000 US$ jika di jumlahkan keuntungan dalam satu bulan, dalam penjualan tiket 4 juta penonton dengan biaya sekitar 2 US$ per-tiket.
Gambar 2.3.5 Penghasilan Film Fetih di 8 Negara
Yang kemudian film ini mengantarkan Faruk Aksoy mendapatkan penghargaan-penghargaan (Awards)
3
Fetih 1453 - Wikipedia, the free encyclopedia-http://en.wikipedia.org/wiki/Fetih_1453 Ibid //www.imdb.com/title/tt1783232/ diakses pada 24 juni 2014 5 http://www.imdb.com/media/rm338997248/tt1783232?ref_=tt_ov_i di akses pada tgl. 24 juni 2014 4
52
C. Sinopsis Film Battle of Empires Fetih 1453 Bercerita tentang sejarah persaingan antara dua Negara, yaitu Imperium Romawi (Byzantium) dan Khilafah Islam (Utsmani), dimana pada saat itu tentara kesultanan Utsmani dibawah kepemimpinan langsung Sultan Muhammad Al-Fatih atau lebih dikenal sebagai Sultan Mehmed II, Beliau dilahirkan di Edyrine, pada tanggal 29 Maret 1432. Mehmed II adalah seorang pemimpin tangguh yang sudah dari kecil menerima banyak pemahaman tentang agama. Sultan Murad II, yaitu ayah dari Mehmed II sangat menekankan pentingnya pendidikan agama sehingga tidak sedikit para ulama yang didatangkan untuk mendidik beliau, yang diantaranya adalah Syekh Ahmad bin Ismail Al-Kuroniy, seorang pakar fikih dan Syakih Aaq Syamsudin seorang polymath (orang yang memiliki pengetahuan yang sangat luas) sebagaimana kebanyakan para ulama di zamanya yang juga ahli dalam pengetahuan astronomi dan ilmu kedokteran.6 Pada usia 21 tahun, beiau mampu menguasai 6 bahasa dan ahli bidang strategi perang, sains, matematika. Sisi lain dibalik kesuksesan dan jiwa kstarianya, ternyata yang paling membuat beliau tangguh luar dalam adalah ketekunannya dalam shalat Tahajud dan salat rawatib semasa baligh hingga ia wafat.7 Sehingga sosok Muhammad Al-Fatih digambarkan sebagai jawaban kebenaran atas sabda Rasulullah SAW:
" !
6
Felix y. Siauw, Muhammad Al-Fatih 1453 (AlFatih Press Cetakan ke-1, Maret 2013),
h.43-48. 7
Ibid, Felix y. Siauw, h.48-50.
53
Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukanya adalah sebaik-baiknya pemimpin dan pasukan yang berada dibawah komandonya adalah sebaik-baiknya pasukan. (HR. Ahmad) Momen diriwayatkanya hadits tersebut dijadikan pembuka alur cerita sekaligus mengisyaratkan bahwa keseluruhan visualisasi yang disajikan adalah bentuk adaptasi dari kisah nyata yang terjadi ratusan tahun silam. Sebuah hadist yang menggerakan jiwa-jiwa pemuda Islam yang bermental jihad untuk berlomba-lomba membebaskan Konstantinopel. Yang disaat itu seperti sesuatu yang mustahil untuk ditaklukan oleh siapapun, karena pada saat itu Konstatinopel bisa dibilang sebagai jantungnya Negara Imperium Romawi. Berita wafatnya Sultan Murad II disambut gembira oleh kaisar dari Byzantium, Constantine XI Palailogos berpikir bahwa pengganti sultan Murad hanyalah seorang anak kecil yang polos, tidak berpengalaman dan lemah dalam kepemimpinanya. Maka saat itu juga Constanine XI melancarkan siasatnya untuk mengetahui bahwa Sultan Mehmed II tidak akan menyerang kerajaan Konstantinopel dengan mengutus ajudanya memberikan surat perjanjian damai dengan syarat Otoman (Utsmani) harus membayar upeti sebanyak 300.000 Asper (Asper adalah satuan mata uang yang dipakai yunani, berbentuk kepingan yang terbuat dari perak, dengan nilai lebih besar daripada dirham.) kemudian atas pertimbangan demi untuk memberikan kehidupan yang aman untuk rakyatnya Sultan Mehmed II menyetujui perjanjian tersebut. Mehmed II beserta para Wazir (menteri) sebenarnya tidak percaya begitu saja dengan surat perjanjian damai yang diberikan oleh Kaisar Constantine XI, menurutnya ini adalah siasat untuk melemahkan mereka, tetapi bagi Mehmed II tidak ada tujuan lain melebihi pembebasan tanah
54
Konstantinopel untuk masa depan negara dan rakyatnya, maka itu mereka harus bersabar sampai semua hambatan yang menghalangi mereka dapat disingkirkan satu demi satu. Strategi pengepungan mulai dibuat oleh sultan Mehmed II, ia membuat rancangan pembuatan sebuah Benteng yang dapat megamankan selat Bosphorus sekaligus menghubungkan kesultanan Usmani (Ottoman) dan Eropa, selain itu keberadaan benteng ini juga akan menjadi pemutus suplai makanan dan perlengkapan perang serta bantuan pasukan dari genoa di Black Sea. Lebih dari itu, ia dapat menahan dan mengawasi pergerakan logistik di konstantinopel karena selat Bosphorus ibarat nadi utama yang mengalirkan kehidupan ke Konstantinopel. Ketika berita ini sampai ke Konstantinopel, pendudk dan pemerintahan Byzantium gempar, Constantine XI segera memberangkatkn utusanya untuk meminta bantuan ke Venesia dan Genoa serta meminta Gustiani panglima perang dari genoa yang ahli dalam peperangan benteng untuk membantu Konstantinopel, dengan penawaran bahwa ia akan diberikan sebuah pulau Limnos jika ia bersedia memimpin pasukanya di Konstantinopel, Constantine XI juga meminta Vatikan untuk mengumumkan kepada saudara seumat Kristiani untuk memberitakan bahwa ini adalah perang salib, namun keadaan umat sedeng dirundung banyak masalah, seperti Inggris dan Prancis sedang saling berperang, dan Raja German sedang dalam masalah perebutan kekuasaan. Mehmed II sebenarnya sudah memehami situasi ini dan sudah menjadi pertimbanganya ketika ia meletakan batu pertamanya untuk mebuat sebuah benteng di selat Bosphorus, namun Paus dari Vatikan dapat
55
meyakinkan Venesia dan Genoa, karena bagaimanapun caranya ini dalah kesempatan untuk Katolik Roma menguasai Greja Kristen Ortodoks, lalu dibuatlah perjanjian bahwa Paus akan memberikan bantuan pasukan militer dengan syarat Gereja Hagia Sophia (Ortodoks) harus berada dibawah otoritas Katolik Roma. Namun sebagian besar rakyat Konstantinopel tidak setuju dengan penyatuan gereja mereka dan memilih untuk beribadah di gereja-gereja kecil yang masih murni tempat ibadahnya kaum Ortodoks, berita ini sudah jelas di perhatikan Sultan Mehmed kemudian serentak Mehmed II mengirim utusannya kepada Genadius (Pendeta Kaum Kristen Ortodoks) dengan memberikan jaminan kebesasan beribadah kepada mereka tanpa ada tekanan dari katolik jika Kesultanan memerintah di Konstantinopel, kemudian ia memerintahkan Guru Urban (pembuat meriam) untuk segera menyelesaikan pekerjaan membuat meriam terbesar dari yang pernah ada sebelemunya yang bisa menghancurkan ketebalan tembok konstantinopel dan memporakporandakan pasukan Constantine XI. Tepat setelah pembuatan meriam raksasa selesai dikerjakan oleh Guru Urban, pada hari Jumat, 6 April 1453 M, Sultan Muhammad II bersama gurunya Syaikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut dengan berbekal 150.000 ribu pasukan dan meriam teknologi baru pada saat itu. Mehmed II mengirim surat kepada Constantine XI untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang. Constantine
56
menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor (utusan dari Vatikan), Pangeran Orkhan (sepupu Mehmed II) dan Giovani Giustiniani dari Genoa. Kota dengan benteng lebih dari 10 meter
tersebut memang sulit
ditembus, di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7 meter. Dari sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat. Berhari-hari hingga berminggu-mingu benteng Byzantium tak bisa dijebol, kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tersebut dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal. Hingga akhirnya sebuah ide yang terkesan anti maindstream dilakukan hanya dalam waktu semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun taktik ini diakui sebagai taktik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan barat sendiri.
57
Kontroversi tentang film Fetih 1453 muncul dari belahan Eropa sana. Sebagian masyarakat Yunani terkesan tidak terima ketika film Fetih menunjukan sebuah kebenaran sejarah yang memfaktakan bahwa tidak selamanya Islam selalu dalam posisi kalah dan Yunani selalu dalam posisi menang dengan kesatrianya. Sebagian besar dari mereka bahkan menghendaki Fetih 1453 dilarang beredar di Yunani yang mungkin oleh sebagian masyarakat Yunani dianggap SARA. Meskipun demikian ada juga orang-orang Yunani dan dari belahan dunia lainnya yang mampu melihat lebih objektif terhadap film ini. Yaitu mereka-mereka yang mencintai film dengan konteks heroik dengan kualitas tinggi.8 Mungkin tidak ubahnya seperti saya ketika menikmatii film-film sepertiTroy, Gladiator, 300, The Patriot, Clash of the Titans, dan Lord of the Ring D. Profil Aktor Film Battle of Empires Fetih 1453 1. Devrim Evin sebagai Sultan Mehmed II
Gambar 3.3.9 Deverim Evim 8 http://rosid.net/fetih-1453-menjawab-kerinduan-film-tentang-sejarah-kebesaran-islam/ diakses pada 24 juni 2014 9 http//tweeter@devrim_evin. Turkish State theatre aktor/Direktor. Oyuncu/İstanbul · diakses pada 28 juni 2014
58
Devrim Evin lahir di Adıyaman pada tahun 1978. Ia lulus dari Departemen Seni Pertunjukan di Ankara Negara Conservatory di Universitas Hacettepe pada tahun 2001. Ia mulai tampil di City Theatre Eskişehir pada tahun 2003, dan dipindahkan ke State Theatre Adana pada tahun 2005. Sejak itu, ia telah tampil di Negara Teater. Evin mempelajari tindakan fisik dan suara di Italia dan Denmark dengan aktor terkenal seperti Mario Biagini, Eugenio Barba, dan Torgeir Weithal. Pada tahun 2009, Evin menghadiri Grotowski Year, yang diselenggarakan oleh Wroclaw Polandia - Grotowski Institute. Ia juga mengambil pelajaran tindakan fisik dan vokal dalam proyek Quetzacoatl yang dilakukan oleh Roberta Carreri di Holstebro, Denmark. Pada tahun yang sama, Evin mengambil tempat dalam proyek Ur-Hamlet dengan Eugenio Barba , dan bergabung dengan Dance Orixa dan Augusto Omolu. Sejak 2009 , Evin meneruskan gelar masternya di Departemen Tahap Seni dan Teater Mimar Sinan Fine Arts University. Saat itu, dia tidak hanya berakting di berbagai bioskop, tetapi juga dalam serial TV beberapa seperti Kaleiçi, Iki Arada dan Suc Dosyası. Kemudian pada tahun 2012 , ia menjadi peran utama dalam satu film dengan produksi termahal di turki, saat itu ia berperan sebagai Sultan Mehmed II dalam film " Fetih 1453 " , yang disutradarai oleh Faruk Aksoy10
10
http://www.turkishculture.org/whoiswho/theater/devrim-evin-2780.htm
59
2. Ibrahim Celikkol sebagai Ulubatli Hasan
Gambar 4.3.11 Ibrahim Celikkol
Ibrahim Celikkol adalah aktor yg dikenal di turki, dia lahir pada tanggal 14 Februari 1982, dia adalah seorang pemain basket dan mantan model professional, ayahnya meningal pada saat ia berusia 18 tahun dan salahsatu prestansi terbesarnya yang dia katakan dalam sebuah wawancara yaitu membelikan rumah untuk ibu beserta adiknya. ia juga pernah menjadi aktor dalam serial Televisi yang bejudul: Pars:Narkoteror yang berperan sebagai Samill Baturai dan banyak serial Televisi lainya yang ia perankan. Kemudian pada debut pertamanya dalam film layar lebar yang bejudul Battle of Empires Fetih 1543 ia berperan sebagai Ulubatli Hasan, yaitu orang terdekat Sultan Mehemed II, bahkan ia menjadi salah satu penentu kemenangan dalam film ini, ia menjadi orang yang pertamakali mengibarkan bendera kesultanan Mehmed II di tembok besar Constantinopel, namun dalam cerita film ia terbuhuh oleh anak panah yang di lepaskan oleh tentara constantinopel saat mengibarkan bendera kesultanan sehingga dia menjadikan tubuhnya sendiri sebagai penopang bendera kesultanan Mehmed II sebagai tanda kemenangan. 11
http://www.imdb.com/name/nm2965591/bio?ref_=nm_ov_bio_sm-Diakses pada tgl 24 juni 2014-06-24
60
3. Recep Aktug Sebagai Constantine XI
Gambar.5.3.12 Recep Aktug Recep Aktug lahir pada tanggal 13 mei, 1964. Dia adalah seorang musisi terkenal di Turki, dia memulai karir perdananya sebagai seorang aktor film pada tahun 2008 dalam Serial Televisi yang berjudul Forbiden Love dia berperan sebagai Hilmi Onal/Hilmi. Kemudian pada tahun 2011 dia berperan sebagai Radovan Petrovic dalam Serial Televisi yang berjudul Mavi Klebekler. Karir Recep Aktug semakin melonjak selain sebagai Musisi sekaligus Aktor dalam Serial Televisi ia juga mendapatkan tawaran untuk bermain dalam Film Layar lebar dengan produksi termahal di Turki pada tahun 2012 pada saat itu yang berjudul Battle of Empires Fetih 1453 dalam filmnya ia berperan sebagai Raja Constantine XI
yang berlawanan dengan Sultan Mehmed II. Dalam
filmya Raja Constantine XI Terbunuh Saat perang melawan pasukan Sultan Mehmed II, karena dia ingin mempertahankan beteng kerajaan yang selama berabad-abad berdiri kokoh dan tidak pernah ada yang dapat merobohkan benteng terkuat dari bangsa Byzantium Romawi saat itu.
12
http://www.imdb.com/name/nm3422495/- Diakses pada tanggal 24 juni 2014
61
4. Cengiz Coskun sebagai Giovani Gustiniani
Gambar.6.3.13 Cengiz Coskun
Cengiz Coskun lahir pada tanggal 29 April 1982, seorang imigran dari Bulgaria ke Turki, dia adalah seorang Aktor dan Model di Turki lulusan Sports Academi di Turki pada tahun2002 sebagai pemain Basket professional dan model terbaik pada saat yang bersamaan, Cengiz Coskun memulai karirya di dunia akting, modeling dan dunia televisi pada tahun 2005, karirnya memuncak pada tahun 2012 pada saat dia berperan sebaggai Giovani Gustiniani dalam Film Battle of Empires Fetih 1453 ia berperan sebagai panglima perang yang menguasai ilmu peperangan benteng dari Anatolia kemudian menjadi tentara bayaran untuk melindungi Benteng Constantinopoli dari serangan pasukan Sultan Mehmed II.
Dia juga pernah memerankan
pasukan khusus divisi pertama Letnan Tugrul dalam film Dag kemudian salah satu film serial televisinya yang sangat terkenal terkenal di Turki yaitu, Survivor Selebriti dia berperan sebagai aktor utama dalam film komedi romatis yang dirilis pada tahun 2013.
13
2014
http://tr.wikipedia.org/wiki/Cengiz_Co%C5%9Fkun- Di Akses pada tanggal 24 juni
62
5. Dilek Serbest sebagai Era
Gambar.7.3.14 Dilek Serbest
Dilek Serbest lahir di Izmir,Turki pada tanggal 17 Maret, 1981. Dia adalah seorang model, seringkali dia menjadi model iklan produk-produk dengan merek terkenal, dia juga sering menjadi model video klip musik. Dilek Serbest memulai karirnya sebagai seorang artis film pada tahun 2003 dengan debut perdananya yaitu sebuah film Fiksi Ilmiah yang berjudul Gora. Kemudian ia juga pernah membintangi film layar lebar bertemakan horror di tahun 2012 dengan judul Buyu dan Tramvay, sejak itu Dilek Serbest beralih ke film serial Televisi dengan bebagai maacam genre, seperti film Detektif, Action dan Drama Musikal, sampai pada tawaran menjadi Pemeran Era dalam film Battle of Empires Fetih 1453. Peran ini sebenaranya tidak ada dalam fakta sejarah namun Era adalah peranan Fiksi yang ditambahkan sutradara untuk mengemas film Epik sejarah dunia yang sangat terkenal ini lebih berkesan pada alurnya, ia berperan sebagai seorang anak angkat dari pembuat meriam terbesar yang pernah ada dalam sejarah pada masa Sultan Mehmed II,
14
2014
https://www.google.co.id/search?q=Dilek+Serbest&tbm-Diakses pada tanggal 25 juni
63
kemudian film ini sedikit dibumbui jalinan kasih sayang antara panglima perang dengan seorang anak angkat pembuat meriam yang berujung mengharukan karena panglima perang yang menjadi kekasih Era gugur di medan pertempuran tepat didepan matanya. 6. Erden Alkan sebagai Chandarly Halil Pasha
Gambar.8.3.15 Erden Alkan
Erden Alkan Lahir pada tanggal 12 Februari 1941 di Giresun Turki. Dia adalah aktor senior di turki yang memulai debut film pertamanya pada tahun 1973, dia menjadi pemeran utama dalam film Gonulden Yaraliar dengan genre film Drama, kemudian dia juga pernah berperan sebagai Supir Taxi dalam film Lola+Bilidikid pada tahun 1999, dia juga adalah seorang aktor Turki yang tingal di Jerman, dan banyak film layar lebar yang di bintanginya di sepamjang tahunnya hingga Film yang terakhir dia perankan adalah Sebagai Chandarly Halil Pasha yaitu Perdana Mentri Pada masa kesultanan Sultan Murad II dan Sultan Mehmed II, dalam Film bergenre Epik Sejarah yang berjudul Battle of Empires Fetih 1453. Erden Alkan berperan sebagai seorang 15
https://www.google.co.id/search?q=erden+alkan+wikipedia&source-Diakses tanggal 25 juni 2014
pada
64
Perdana Mentri yang bijak dalam mengambil setiap keputusan pada masa pemerintahan Sultan Mehmed II, Bahkan pada saat itu ia menyarankan agar Sultan Murad II untuk kembali bertahta karena Sultan Mehmed terlalu muda dan belum memiliki pengalaman dalam menjalankan roda pemerintahan karena kondisi kesultanan pada saat itu sedang dalam masa perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh bangsa Byzantium Roma. Kemudian Sultan Mehmed kembali bertahta setalah dia berumur 21 tahun, dan Halil Pasha pun dipilihnya untuk menjadi perdana mentri untuk yang ke-dua kalinya, krn Mehmed II karena Halil pasha di angap sebagai orang sudah mempunyai pengalaman. E. Tim Produksi Film Battle of Empires Fetih 1453 Director
: Faruk Aksoy
Script Writer
: Irfan Saruhan
Writing Credits
: Atilla Engin
Producers
: Faruk Aksoy, Ayse Germen
Casting
: Faruk Aksoy
Co-Producers
: Hamit Keles, Faruk Metin
Production manager
: Hidayat Cakir, Omer Gultekin
Supervising Producer
: Glucihing Onel
Art Direction
: Severet Aksoy
Costume Design
: Canan Goknil
Original Music
: Benjamin Wallfisch
Cinematography
: Hasan Gerin, Mirsad Herovich
Film Editing
: Erkan Ozekan
Sound Departement
: Srdjan Kurpjel – supervising sound editor
65
Editorial Departement
Ruben Aguirre Barba – sound effects editor Sirma Dogan – sound designer Mustafa Durma – supervising dialogue : Erkan Ozekan
Pemeran Film Battle of Empires Fetih 1453 Devrim Evin
: Sultan Mehmed II
Ibrahim Celikkol
: Ulubatli Hasan
Dilek Serbest
: Era
Cengiz Coskun
: Giovanni Giustiniani
Erden Alkan
: Chandarly Halil Pasha
Recep Aktug
: Constantine XI
Raif Hikmet Cam
: Aksemseddin
Naci Adigüzel
: Granduk Notaras
Sedat Mert
: Zaganos Pasha
Mustafa Atilla Kunt
: Sahabettin Pasha
Ozcan Aliser
: Saruca Pasha
Yilman Babaturk
: Ishak Pasha
Murat Sezal
: Isa Pasha
Faik Aksoy
: Karaca Pasha
Huseyin Santur
: Baltaoglu Suleiman Pasha
Namik Kemal Yigittürk
: Molla Husrev
Halis Bayraktaroglu
: Kurtçu Dogan
Izzet Civril
: Kardinal Isidor
Ali Riza Soydan
: Pope Nicholas V
Sahika Koldemir
: Gulbahar Hatun
66
Songul Kaya
: Emine Hatun
Adnan Kürkçü
: Pastor Genadius
Pemeran Pengganti dalam Film Battle of Empires Fetih 1453 Özkan Güngör
Solak
Volkan Keskin
Balaban
Faruk Metin
Soylu
Toprak Ömer Seran
Devshirme
Ozan Çobanoglu
Taci
Özcan Özdemir
Soldier (uncredited)
BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Objek Semiotik Dalam Film “ Battle of Empires Fetih 1453” Battle of Empires Fetih 1453 merupakan istilah yang berasal dari bahasa inggris yang berarti pertempuran kerajaan Fetih. Film ini menceritakan tentang perjuangan Sultan Muhammad Al-Fatih, seorang pemimpin yang telah diriwayatkan oleh Rasullullah di Madinah pada 627 M kepada Abu Ayub. Film Battle of Empires Fetih 1453 diawali kilas balik yang menceritakan percakapan Rasullulah Saw dengan Abu Ayub tentang Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan islam. Pemimpin yang menaklukanya adalah sebaikbaiknya pemimpin, dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baiknya pasukan. Sutradara menjadikan percakapan tersebut sebagai Bumper In atau adegan awal dalam film, sehinga film terkesan memiliki nilai sejarah tinggi dalam pandangan umat muslim. Film ini menceritakan tentang seorang pemimpin pasukan yang menjadi
pembuktian bisyarah rasullulah
SAW tentang pembebasan tanah yang lebih dulu akan ditaklukan sebelum Roma yaitu Heraklius ( Konstantinopel). Film ini telah menjawab kerinduan umat muslim tentang kejayaan kepemimpinan Islam dimasa itu. B. Pengantar Adegan yang Diteliti Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak dalam beberapa sekuen dalam film “Fetih 1453” dalam beberapa sekuennya terdapat beberapa adegan yang berhubungan langsung dengan isi penelitian, tetapi sebelum membahas adegan utama dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis adegan-adegan yang berhubungan dengan adegan utama dalam penelitian,
67
68
yaitu kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film ”Battle of Empires Fetih 1453” sebagai bahan pengantar. Film bergenre Epik sejarah dan biografi ini, memiliki durasi 02:36:00 atau setara dengan dua setengah jam. berawal dari kilas balik sabda Rassullulah SAW, hingga Mehmed II dilahirkan dan tumbuh dewasa menjadi pemimpin yang telah diriwayatkan Rasullulah SAW, kemudian mulai menjalani aktifitas sebagai seorang pemimpin. Sekuen tersebeut terangkum dalam beberapa adegan, mulai dari awal mula Sultan membangun sebuah beteng Rumeli Hisari yang terletak di selat Bosphorus. Kemudian peperangan di tanah pembebasan, dan kemenangan yang diraih oleh keyakinan Iman. Namun adegan utama pada penelitian ini kurang lebih memiliki durasi 5 menit, yaitu adegan pada saat Sultan Mehmed II berdiri meyakinkan penduduk Konstantinopel tentang kebebasan memeluk agama yang mereka yakini dan mengajarkan tentang nilai-nilai toleransi dalam perbedaan agama. Analisis narasi dalam sebuah film tidak sama seperti analisis narasi yang biasanya terlintas di dalam benak kita tentang cerita panjang dan membosankan, dalam Film ini peneliti mencoba
menarasikan dan
mendeskripsikan alur cerita film dengan menyertakan komponen analisis film dan sedikit unsur semiotika. Kemudian setelah itu barulah secara detail akan dipaparkan bagaimana unsur semiotika menjadi sesuatu yang naratif. Sebagai salah satu media untuk meneliti narasi dalam sebuah film yang biasanya muncul dalm skenario dan percakapan yang dilakukan oleh para Aktor dalam sebuah film.
69
1. Pembangunan Benteng Rumeli Hisari (Bodazkesen) dan Konflik Eksternal Adegan 1 memperlihatkan perencanaan dan pembangunan sebuah benteng yang harus di selesaikan dalam waktu singkat ia berencana mendirikan sebuah benteng tepet di sebrang benteng bernama Anadolu Hisari yang dibuat oleh leluhurnya Sultan Bayezid I. sultan berpikir jka ia dapat membangun sebuah benteng disebrangnya , maka ia dapat mengamankan selat Bosphorus dan menjadi pemutus suplai makanan dan perlengkapan perang serta bantuan pasukan dari Genoa di Black Sea. Dalam adegan ini sutradara menghadirkan dalam beberapa Shoot yang berhubungan dengan perencanaan pembuatan sebuah benteng dan konflik yang terjadi. Adegan ini diperankan oleh sultan dan wazirnya1. Adegan ini terdapat pada durasi 41:08 dengan total durasi sekitar 8 menit 14 detik. Bagian ini memiliki narasi yang tidak terlalu panjang atau shot pendek, karena hanya sebagai pengantar di mana pada waktu itu Mehmed II berencana membangun sebuah benteng yang baru dengan maksud dan tujuan yang jelas yaitu merealisasikan penyeranganya terhadap konstantinopel. Dalam adegan ini, waktu plot yang digunakan sangat pendek dan ringkas, sangat berbeda dengan cerita aslinya. Bagian lain yaitu terjadi beberapa konflik antara Sultan dengan Constantin sebabagi kaisar di Konstantinopel. Konflik yang terjadi dimulai pada April 1452, saat peletakan batu pertama dari sebuah benteng namun Sultan mehmed tdk menghiraukan semua konflik yang mengatasnamakan perjanjian damai yang sebelumnya terjadi karena mehmed tahu bahwa
1
Adegan ini terdapat pada durasi 41:08
70
Constatine ketakutan jika suplai persediaan makanan dari Genoa dan Kapal yang bergerak dari arah Black Sea dapat dihentikan seandainya benteng itu berdiri. Tabel 1.4. Pembuatan Benteng dan Konflik Ekternal dalam Sekuen 1 Adegan 1
Visualisasi Verbal non Verbal
Pemain
Interpretasi simbolik
Sultan dan
Adegan ini pada durasi
Wazir
41:08 Musyawarah sebagai bentuk pengambilan keputusan dalam syariat islam. Dan menunjukan kesungguhan dan kematangan strateginya kepada Halil Pasha seorang Kepala Wazir.
2
Sultan
Adegan ini pada durasi 42:07 Menunjukan letak geografis pembuatan benteng barunya di sebrang benteng Andolu Hisari yang di buat oleh kakek buytnya. Pembuatan benteng atas keyakinan strategi pengepunganya Sultan
71
3
Sultan Wazir
Adegan ini pada durasi 43:50 Sultan memasuki pengerjaan benteng agar
Arsitek dan Tukang
pembuatan benteng berjalan cepat sesuai target yang direncanakan. Mehmed menjadi simbol
Batu
yang di segani dan di hormati.
4
Raja constantin
Adegan pada durasi 47:11 Kaisar Constantine terlihat geram dan
sekretaris
Membicarakan isi surat ancaman dari segala penjuru yang dimaksudkan untuk sultan Mehmed II jika meneruskan pembangunan Benteng barunya, dengan sekretaris kerajaan.
5
Sultan dan
Wazir
Adegan pada durasi 48:10 memperlihatkan keteguhan hati seorang sultan kepada para wazirnya dari kondisi yang terhimpit atas pembangunan benteng yang di buatnya.
72
Tabel 2.4. Ikon, Indeks dan Simbol Pada Adegan Pembuatan Benteng dan Konflik Eksternal Ikon
Indeks
Simbol
Ikon pada adegan ini terdapat pada beberapa setting yang memperlihatkan situasi perencanaan strategi perag. Pada bagian ini, setting sebagai ikon dari atribut perencanaan pembuatan benteng seperti Peta yang besar memiliki tingkat kesamaan yang tinggi dengan tujuanya. Selain itu pada struktur bangunan tempat Sultan dan wazirnya sedang berdiri identik dengan aroma ketimuran. Terdapat dalam beberapa teks percakapan didalam surat antara Sultan dan raja Constantine yang mengisyaratkan sebuah bentuk perlawanan secara halus dengan isi surat yang mengancam agar tidak terjadi pertumpahan darah diantara mereka. Hal ini dapat dilihat pada durasi 47:11 Simbol didominasi oleh pemeran utama, Sultan Mehemed II dan Constantine yang divisualisasikan sebagai pemimpin diantara kedua kerajaan yang saling berseteru satu samalain, dan kostum yang dikenakannya, . Maka dari itu, banyak penonton yang kagum dengan keberadaan mereka dan selalu menjadi pusat perhatian dalam adegan tersebut. Adegan ini berawal dari niat sultan untuk melakukan ekspasinya ke
kota konstantinopel. Pada potongan adegan awal, Sultan dan wazir Halil Pasha divisualisasikan dengan menggunakan jarak kamera Extreme Long Shoot di mana, sutradara ingin menunjukan Sultan dan Halil Pasha dari atas, sehingga interpretasi dapat dilakukan dengan mudah, karena terfokus pada semua objek seperti Sultan, Halil Pasha dan peta yang menjadi atribut perencanaan srategi. Pada potongan shot kedua, memvisualisasikan Sultan sedang menunjukan lokasi pembuatan Benteng yang akan menjadi pemutus Suplai makanan dan kebutuhan pasukan Konstantinopel pada saat pengepungan, penggunaan shot dalam adegan ini menngunakan jarak kameraClose-Up, di mana visualisasi akan terfokus pada lokasi pembuatan benteng yang baru, yaitu sebuah gambar benteng di dalam peta dengan struktur bangunan yang berbau timur.
73
Adegan selanjutnya memvisualisasikan Sultan Mehmed dan semua pasukannya saat pembuatan Benteng. Jarak kamera pada adegan ini adalah long shot, di mana sutradara ingin memperlihatkan sebuah situasi yang sangat sibuk saat-saat pasukan melaksanakan pekerjaanya. Adegan selanjutnya adalah adegan ketika Constantine sedang berada di istana dengan sekertarisnya pada jarak kamera yang menggunakan long shot, sehingga sutradara berhasil memperlihatkan sebuah situasi yang realistis sebagai representasi dari kondisi Constantine yang sedang marah atas pembengunan benteng yang akan merugikanya dan menulis surat ancaman pada Sultan Mehmed IIdengan Sekertarisnya dan properti yang mendukung narasi. Potongan adegan selanjutnya memperlihatkan Sutan yang sedang menunjukan keteguhan atas keputusan yang telah di lakukanya. dan di sisi kanan dan kirinya terdapat Wazir yang setia menemani Sultan situasi yang memperlihatkan sebuah ekspresi para Syuhada. Dalam
aegan ini, jarak
kamera menggunakan long shot. Teknis secara keseluruhan adegan di atas memiliki beberapa karakter sinematografi. Jarak kamera yang digunakan adalah close up, long shot dan extreme long shot. Pencahayaan yang digunakan cenderung menggunakan sumber cahaya key lighting dengan kualitas hard light yang memperjelas objek. setting yang digunakan tipe shot on location dan studio set. Aspek suara dan editing dalam adegan ini ada dieges sound dan non dieges sound dengan editing di dominasi tipe sekuen montase, crosscutting, dan match on action yang diiringi musik instrumental.
74
Dalam adegan ini, simbol, ikon dan indeks divisualisasikan berdasarkan narasi. Dari adegan ini tampak adanya simbol keseriusan dan kesungguhan dalam adegan 1. Simbol strategi dan pengambilan kesepakatan 2, Ketegasan dan keyakinan 3. Simbol perjuangan dan kerja keras 4 dan kesombongan dan kemarahan 5. Keteguhan hati seorang pemimpin diantara para Wazirnya. Kelima adegan di atas sebelumnya dibuka dengan visualisasi Sultan yang sedang membuat strategi pengepungan kota Konstantinopel, diantara Sultan, Wazir, Constantin dan beberapa penduduk Kesultanan Mehmed yang lainnya. Ada monolog yang menarik ketika Sultan Mehmed berada dalam amcaman surat yang di kirim oleh Constantine saat pembuatan benteng telah selesai dikerjakan dalam waktu yang singkat. Berikut teks monolog tersebut2: Sultan Mehmed : Untuk mengakhiri intrik yang terjadi selamaberabadabad. Rakyatku dan tentaraku bersamaku. Paus telah mengumpulkan dan mempersiapkan pasukanya. Kita akan menyambut kedatangan mereka. Kita akan mengalahkan mereka lagi seperti yang pernah kita lakukan di Varna and Kosovo. Aku tidak seperti para Sultan pendahuluku. Aku adalah Sultan Mehmed Khan. Ini adalah tanahku dan aku berhak membuat benteng di sini. Seluruh tanahku harus berada di bawah kekuasaanku3. Dalam percakapan ini memberikan gambaran mengenai keteguhan hati seorang Sultan dalam mempertahankan keyakinannya di mata orang lain. Dari petikan monolog tersebut dapat kita temukan sosok Sultan Mehmed II merupakan sosok yang memiliki keteguhan hati dalam memperjuangkan tanah yang ia cintai, terlebih ketika ia berusaha menegakan Bisyarah Rasullulah melalui pengepungan kota yang telah dijanjikan. Dan ini sudah sepatutnya
2 3
Monolog percakapan ini terdapat pada durasi 47:57 hinga durasi 48:35 Monolog percakapan ini dapat dilihat pada durasi 47:57 sampai durasi 48:35
75
menjadi sebuah karakter sorang pemimpin atau mujahid, di mana, sikap rela berkorban demi kepentingan rakyat dan agamanya yang senantiasa dihadirkan di dalam hatinya walau di dalam situasi seperti apapun. Sikap Sultan dalam adegan ini tercermin dalam Al-Qur’an, Surah Al-Anfal (8):60.
Allah
berfirman:
¨ρ߉tã ϵÎ/ šχθç7Ïδöè? È≅ø‹y⇐ø9$# ÅÞ$t/Íh‘ ∅ÏΒuρ ;ο§θè% ÏiΒ ΟçF÷èsÜtGó™$# $¨Β Νßγs9 (#ρ‘‰Ïãr&uρ
(#θà)ÏΖè? $tΒuρ 4 öΝßγßϑn=÷ètƒ ª!$# ãΝßγtΡθßϑn=÷ès? Ÿω óΟÎγÏΡρߊ ÏΒ tÌyz#uuρ öΝà2¨ρ߉tãuρ «!$# ∩∉⊃∪ šχθßϑn=ôàè? Ÿω óΟçFΡr&uρ öΝä3ö‹s9Î) ¤∃uθム«!$# È≅‹Î6y™ †Îû &óx« ÏΒ
Artinya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
Ayat di atas memberikan indikasi bahwasanya di dalam berjuang di jalan Allah, kita harus memiliki komitmen dan konsisten terhadap keyakinan dan prinsip, guna mendapatkan legitimasi dari semua orang. Dan Sultan Mehmed melalui dialognya di atas, mencoba mencerminkan ayat tersebut sesuai kemampuan dan kapasitas dirinya. Tanda lain yang dapat kita temukan pada adegan ini adalah bagaimana Sultan memiliki cita-cita untuk membangun sebuah benteng pengepungan. Diceritakan bahwa Sultan Mehmed II merupakan salah seorang Pemimpin yang telah di kabarkan Rasulullah melalui Hadist yang selama berabad-abad teah menginspirasi Kehalifahan Utsman tentang Pemimpin terbaik dan pasukan terbaik yang akan menjadi penakluk Konstantinopel.
76
2. Adegan Pengepungan Pertama dan Konflik Internal Pada adegan selanjutnya, adalah Seperti apakah Penyerangsn yang dilakukan Sultan dan Konflik yang terjadi di internal kesultanan. Adegan ini berada pada durasi 01:27:49 dan berjalan sekitar 45 Menit. Setelah perjalanan panjang persiapan pengepungan dilakukan dan pembuatan meriam raksasa selesai dibuat, barulah sultan memerintahkan seluruh pasukanya untuk berangkat bersamanya melakukan pengepungan yang telah lama sultan nantikan. Di awal adegan tersebut memperlihatkan situasi banyaknya pasukan yang di ajak sultan untuk melakukan pengepungan, terlihat pasukan sultan yang menutupi bukit-bukit tinggi saat melakukan perjalanan, hingga sesampainya sultan di depan benteng terkuat Konstantinopel sultan di sambut langsung oleh kaisar Byzantium Konstantinopel. Adegan ini memperlihatkan negosiasi antara Sultan dan Constantine. Pada adegan ini sutradara mengunakan Medium Shoot dan teknik Kamera Eye Level sehingga penonton akan merasakan seolah-olah menjadi bagian didalam negosiasi tersebut. Kemudian dibelakang kedua kutub yang bertentangan diperlihatkan sebagian pasukan-pasukan yang siap bertempur dan memperjuangkan keyakinan di antara mereka, dari pakaian yang mereka pakai terlihat pertemuan dua kekuasaan yang mewakili Negara timur dan barat. Adegan ini memperlihatkan beberapa shot yang saling berkesinambungan antara Adegan satu dengan adegan lainya.
77
Tabel 3.4. Adegan Pengepungan pertama dan Konflik Internal Adegan 1
Visualisasi Verbal dan Non Verbal
Pemain
Interpretasi Simbolik
Sultan
Pertemuan
dua
Mehmed
Byzantium
(constantinopel)
Dan
dan Utsmani (Otoman)
kekuasaan
Constant ine
2
Meriam
Kebesaran
Raksasa
pesatnya teknologi pasukan Utsmani
Pasukan
(Turki)
dan
sehingga
dapat menciptakan meriam terbesar yang tidak pernah ada
pada
zaman
kengerian
terjadi
itu, saat
mendengar dentuman hulu ledak meriam tersebut. 3
Pasukan
Pemakaman
Muslim
banyaknya
Otoman
yang
masal
tanda
pasukan
sultan
gugur
merupakan
Kekalahan sultan pada kali pertama penyerangan.
78
4
Sultan
Kapal-kapal
Mehmed, logistik
yang
memuat
makanan
yang
Wazir
terbakar,menjadikan
dan
pengepungan selama 40 hari
Pasukan
sia-sia. terlihat sultan yang berada paling depan barisan kehilangan
kendali
atas
amarahnya. 5
Prjurit
Mental
yang
rapuh
dan
Kehilangan keyakinan atas pengepungan yang sia-sia.
6
Zaganos
Menunjukan Konflik Internal
Pasha
para Wazir dan rasa tidak
dan Halil aman Pasha
berada
penyerangan lakukan.
yang
dalam sultan
79
7
Sultan
Menunjukan
keputusasaan
Mehmed
dan perenungan kembali atas rencana dan strategi perang yang telah dibuatnya.
8
Sultan
Bentuk
Suport
Mehmed
Terhadap
dan
dicintainya.
Syaikh
menceritakan
Samsudd
yang
in
ayahnya
Guru
Murid
yang Dengan
penyerangan
pernah sultan,
dilakukan menjadi
penyemangat baru dan tekad yang bulat atas pengepungan.
Tabel 4.4. Ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan “Pengepungan pertama dan konflik internal” Ikon
Indeks
Simbol
Ikon dalam adegan ini terdapat pada setting lokasi yang dipilih yang masih sangat kental dengan peradaban Turki yang merupakan negara perbatasan Asia dan Eropa. Pakaian yang dipakai oleh sultan mewakili kebudayaan Asia timur, kemudian Constantine yang menggunakan baju Zirah seperti pasukan romawi yang mewakili peradaban dari budaya Eropa. Indeks di dalam adegan ini terdapat pada kata-kata Sultan ketika ia terus menyerang tanpa menghiraukan pendapat Wazir kepala, bahwasanya Said menolak secara halus namun tetap penuh wibawa untuk tetap menyerang. Sehingga tibul beberapa konflik diantara Wazir-wazirnya. dan Suara yang mengejutkan dan penuh keyakinan menandakan seorang sedang berada pada tingkat emosi tertentu. Simbol yang muncul adalah bagaimana keimanan individu yang melekat pada sosok Sultan Mehmed II. Secara konvensional, simbol-simbol agama yang dipertahankan dengan keteguhan hati merupakan suatu tindakan yang didasari dari karakter dan kepribadian seorang pemimpin dalam Islam.
80
Adegan ini menceritakan proses pengepugan dan penyerangan yang dilakukan Sultan dan pasukanya. Serangkaian adegan pada tabel 3.4 merupakan proses pengantar adegan menuju adegan penyerangan besarbesaran Sultan. Dapat kita lihat dalam adegan penyerangan pertama Sultan Mehmed II, bermakna sebuah bentuk represif pemerintahan Sultan terhadap kota Konstantinopel, namun hal tersebut ternyata tak sesuai dengan keinginan sultan karena banyaknya pasukan sultan yang terbunuh dan persediaan makanan terbakar habis oleh pasukan musuh, sehingga ia harus merubah strategi dan mempercepat pengepungan yang tidak direncanakan sebelumnya oleh Sultan. Unsur mise en scene pada adegan ini memperlihatkan latar atau setting yang diperkirakan menggunakan shot on location, meskipun tingkat kebenarannya masih dipertanyakan. Namun, mood yang coba dibangun serta suasana yang dibangun hampir sama persis seperti peradaban Turki Usmani pada zaman dulu, dengan pintu kayu yang bercorak, Singgasana Sultan, hiasan dinding tenda, bentuk tenda sederhana dan hamparan sebuah peta yang besar di dalam tenda yang membuatnya tampak seperti dalam tenda peperangan di zaman itu. Aspek lain adalah pada kostum yang dikenakannya. Penggunaan kostum militer yang digunakan dua orang pasukan sultan yang putus asa, merepresentasikan busana anggota militer Yenisseri yang dimiliki Turki Utsmani saat itu, dengan baju yang mirip gamis namun berkancing mirip dengan kebudayaan Asia yang berwarna merah, serta peralatan lain seperti senjata yang masih menggunakan pedang panjang seperti senapan.
81
Pada tokoh Zaganos Pasha dan Halil Pasha diperlihatkan mengunakan pakaian dan atribut yang berbeda dari pasukan lain sebagai bentuk pembeda dari kasta atau jabatan. Aspek lain adalah tata rias wajah yang tampaknya lebih mendominasikan unsur naturalitas, di mana tata rias tidak begitu menonjol dan cerah. Hal ini diperkirakan untuk merepresentasikan ruang dan waktu dimana pada ssat itu mereka berada dalam keaadaan sedang berperang. khususnya pada zaman itu, kosmetik belum begitu marak diproduksi dan orang pada zaman dahulu tampaknya memang jarang menggunakan peralatan kosmetik selain perempuan yang biasanya menggunakan celak. Namun, tata rias digunakan untuk merepresentasikan kepribadian tokoh atau pelaku cerita. Warna kostum yang dominan adalah warna gelap. Biasanya warna gelap identik dengan kejahatan. Namun, semua itu bertolak belakang dengan apa yang ada di dalam cerita film. Warna hitam dalam film sepertinya ingin merepresentasikan sebuah kondisi budaya masyarakat Turki Utsmani ketika itu. Komponen yang dapat kita analisis pada adegan ini adalah pada unsur pencahayaan. Pencahayaan dapat kita analisis melalui arah pencahayaan. Arah pencahayaan pada adegan ini arah lebih memilih top lighting yang fungsinya sekedar ingin menunjukkan jenis pencahayaan (buatan) dalam sebuah adegan, yakni dengan menggunakan lampu-lampu standar. Adapun sumber cahaya yang digunakan sutradara pada adegan ini adalah sumber cahaya utamanya bersifat key lighting dimana cahaya didominasi sumber cahaya yang membuat kontras antara area terang dan gelap saja, karena pada adegan ini kebanyakan dilakukan pada siang hari.
82
Pergerakan kamera dan tipe shot yang ditampilkan pada adegan ini, didominasi oleh long shot type, di mana sutradara ingin memperlihatkan semua pemain yang ketika itu, memang berjumlah tidak sedikit. Pergerakan kamera juga tidak terlalu dinamis. Visualisasi dibuat se-natural mungkin, guna ingin merepresentasikan kondisi masa lampau yang memang apa adanya. Unsur historis yang mendominasi genre film, membuat film ini tampak ingin dikemas sesuai aslinya. Dari segi suara, adegan ini tidak menghadirkan dieges-dieges yang cenderung diegetic sound. Jadi, sumber suara diperoleh langsung dari pemain yang memperagakan action-action pada shot-shot tersebut. Namun, terkadang ada pula suara-suara yang sekilas muncul dengan dominasi suara orkestra yang kompleks, namun menghasilkan suara merdu dan mendayu yang membawa penonton kepada satu kondisi penuh khidmat. Ada sebuah dialog yang menarik antara Sultan Mehmed II dengan Constantine XI Saat melakukan negosiasi dalam penyerangan pertamanya. Constantine menyambut Sultan dengan ucapan salam yang diucapkan umat muslim dan kemudian sultan mengucapkan salam yang biasa di ucapkan umat Kristen Ortodoks, pada hari itu sultan menjelaskan mengapa pengepungan ini dilakukan padahal perjanjian damai diantara mereka masih mereka pegang. Pada intinya, dari dialog tersebut, Sultan menginginkan Constantine untuk segera menyerahkan kotanya secara damai dan harta mereka titetap menjadi milik mereka, dengan syarat pemerintahan berada dibawah kepemimpinan sultan. Berikut ini adalah percakapan tersebut:
83
Constantine XI : Assalamu Alaikum Sultan Mehmed II : Kalos Antamothsikame. Contantine XI : Aku harap aku bisa menjadi tuan rumah yang baik di istanaku tetapi Anda terlalu ramai. Sultan Mehmed II : Terima kasih atas keramahan anda, Kaisar. Anda adalah tuan rumah yang baik. Constantine XI : Aku ingin mengingatkan Anda bahwatembok kami, juga iman kami. Dalam sejarah tidak ada yang pernah bisa meruntuhkannya, Sultan. Sultan Mehmed II : Setelah pengepungan, Anda tidak akan pernah mengatakan hal itu lagi, Kaisar. Constantine XI : Tembok kota kami telah mengalami banyak penyerangan sebelumnya. Dan yang terakhir dilakukan ayah Anda. Tapi ia gagal, sama seperti yang lain Sultan Mehmed II : Kami datang ke sini untuk membuktikan perkataanmu Jika Anda menyerah sekarang, Anda beserta rakyat dan keluarga mereka akan hidup dalam damai. Kita tidak akan menyentuh harta kalian. Constantine XI : Berarti akan ada banyak darah yang tertumpah, terutama darah Anda. Sultan Mehmed II : Kami mematuhi yang diperintahkan Al-Quran.
Dari petikan percakapan diatas, tampak sebuah isyarat bahwa Sultan sangat tegas dalam mempertahankan prinsipnya terlebih mengenai ajaran agama Islam. Ramah tamah sebagai simbol bangsawan dalam negosiasi pada saat itu, Tembok yang tak terkalahkan menjadi simbol kesombongan bangsa Konstantinopel dan mendahulukan kepentingan dari rakyatnya adalah ciri-ciri dari kepemimpinan dalam Islam. Baju Zirah perang memiliki simbol kemewahan dan kegagahan dari sebuah bangsa yang cukup terkonstruksi dengan baik dalam adegan ini. Negosiasi sebagai bentuk peradaban yang memegang nilai-nilai kemanusiaan dan memberikan stigma positif terhadap bentuk Kepemimpinan. Terlebih saat sultan seolah member tahu langsung kepada kita dengan pernyataan sultan yang mengatakan ”Kami Sangatangat
84
Memetuhi yang diperintahkan Al-Quran”, sikap ini tercermin dalam Qs.AlAzhab 36 Allah berfirman:
äοuz*σø:$# ãΝßγs9 tβθä3tƒ βr& #·øΒr& ÿ…ã&è!θß™u‘uρ ª!$# |Ós% #sŒÎ) >πuΖÏΒ÷σãΒ Ÿωuρ 9ÏΒ÷σßϑÏ9 tβ%x. $tΒuρ ∩⊂∉∪ $YΖ.Î7•Β Wξ≈n=|Ê ¨≅|Ê ô‰s)sù …ã&s!θß™u‘uρ ©!$# ÄÈ÷ètƒ tΒuρ 3 öΝÏδÌøΒr& ôÏΒ
Yang Artinya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata4. Surat Al-Azhab ayat 36 diatas sesungguhnya merupakan ayat yang sangat tegas memerintahkan untuk taat kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (as-Sunah. Siapa siapa yang tidak taat kepada keduanya, maka ia telah durhaka dan barang siapa yang durhaka, maka ia telah tersesat dengan sesat nyang nyata. Setelah melakukan negosiasi, kemudian shot beralih pada penyerangan pertahanan kota Konstantinopel saat itu. Adegan ini didominasi dengan kegiatan monolog para prajurit yang meneriakan semangat perjuangannya menembus benteng kota Konstantinopel. dan berakhir saat terbenamnya matahari. Banyaknya korban yang yang berjatuhan kemudian kapal-kapal pengangkut logistik yang terbakar membuat pasukan Sultan putus asa dan membuat Sultan Mehmed II merenungkan rencana pengepungan yang dilakukan selama 40 hari yang tidak membuahkan hasil apapun, sultan malah meerima kekalahan yang membuat sultan tidak mau keluar dari tendanya selama 2 hari berturut-turut. Diceritakan dalam film kejadian ini membuat 4
http://quran-sunnah.net/as-sunnah/ketaatan-kepada-rasulullah-tidak-bisa-dipisahkan-dariketaatan-kepada-allah-as-sunnah-adalah-hujjah-sumber-pensyariatan-di-dalam-islam-setelah-alquran/#sthash.4wQ4CMIy.dpbs
85
mental prajuritnya turun dan perselisihan diaantara wajir-wajir itu semakin terlihat. Pergerakan kamera dan editing didominasi pola cut to, di mana perpindahan shot satu ke shot yang lain memunculkan efek memotong gambar secara langsung, tanpa jeda. Namun, secara keseluruhan, adegan ini mencoba membangun narasi mengenai perjuangan Sultan dan sejarah perjuangan untuk menaklukan benteng kota Konstantinopel pada saat itu. Hal tersebut dapat terlihat dari dialog berikut: Sultan Mehmed II : Sheik Selamat datang Sheik Samsuddin : Terima kasih, Mehmed. Bagaimana keadaanmu? Kenapa pasukanmu tidak menyerang? Sultan Mehmed II : Kami sudah 40 hari di sini. Sheik Samsuddin : Kesabaran diperlukan dalam hal ini. Itu yang membuat tujuan hidup dan impianmu Tercapai. Aku tahu, kegagalan telah embuatmu dan tentaramu kecewa. Itu sangat mempengaruhi tentaramu. Dan orang-orang itu yang merayakannya. Mari Mehmed Ikuti aku. Sheik Samsuddin : Sebelum aku kemari aku telah berdoa selama tiga malam berturut-turut. Meminta tanda apakah penyerangan ini diperuntukkan untuk kebaikan atau tidak. Terima kasih kepada Allah, Aku medapatkan apa yang aku minta pada malam terakhir. Aku melihat Ayyub AlAnshari, ra. dalam mimpiku.beliau mengatakan kepadaku letak makamnya, dan menginginkan aku untuk menunjukkannya kepadamu. Katakan kepadanya, mengapa aku dimakamkan begitu dekat dengan tembok itu. Seperti yang kau ketahui, Ayyub ra. Ikut dengan pengepungan Konstantinopel, bersama dengan tentara Muslim, dia tidak meninggalkan tembok itu sampai ia wafat. Dan dia tidak muda seperti dirimu, dia sudah tua dan dalam keadaan sakit. Kamu tidak boleh menyerah, Mehmed, kamu datang ke sini adalah sebagai pemimpin yang telah diramalkan. Pergilah dan pimpin tentaramu.
86
Jika kamu tidak melakukannya sekarang. kamu tidak akan pernah bisa melakukannya lagi. Bangkitkan kembali semangatmu, dan tunjukan kepada semua orang jiwa kepemimpinanmu. Kamu memiliki kemampuan untuk itu. Ingatlah. semakin tinggi pohon maka angin semakin kencang menerpanya. Sultan Mehmed II
: Aku tidak akan kembali sebelum aku mengambil alih kota ini ayah.
Disisni diperlihatkan usaha Sultan yang begitu keras kemudian didukung oleh gurunya yang sangat ia hormati menjadikan Sultan Mehemed memiliki keyakianan dan semangat untuk memperjuangkan Bisyarah Rasulullah yang telah digambarkan kepadanya atas Kota konstantinopel yang akan ditaklukannya. Adegan inilah yang akhirnya menjadi titik tolak dalam meneliti adegan utama mengenai Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film. Adapun unsur semiotika pada adegan ini adalah terletak pada denotasi dan konotasi yang muncul melalui ikon, indeks dan simbol yang dihadirkan pada beberapa shot yang ditampilkan. Namun, secara global, peneliti melihat sebuah narasi yang memiliki pola linier ditampilkan sutradara pada durasi-durasi pertengahan ini. 3. Adegan Pengepungan kedua dan Serangan Besar-besaran Adegan Pengepungan dan Peperangan Besar memiliki durasi yang cukup panjang, karena ada beberapa adegan yang berhubungan dengan sejarah tentang pembuatan sebuah Meriam yang ukuranya tidak dapat diperkirakan pasukan musuh, Sultan memerintahkan seorang ahli persenjataan untuk membuat meriam terbesar yang tak pernah ada di zaman itu. Adegan dimulai dari durasi 02:05:07 hingga 02:14:01 Hal ini dikarenakan persiapan
87
pengepungan. Namun pada penelitian kali ini, peneliti akan mencoba meringkas dan menarasikan poin-poin penting mengenai pengepungan yang dilakukan Sultan. Adegan ini dimulai pada saat Sultan mengusulkan Strategi perang
yang
tidak
terduga
oleh
pasukan
Konstantinopel,
Sultan
memerintahkan Laksamana dan pasukan-pasukan lautnya untuk menyeret kapal-kapal yang tidak bisa memasuki teluk Golden Horn melalui jalan darat, Adegan ini memperlihatkan kengerian di mata pasukan Konstantinopel dan rakyatnya, terlihat pasukan dari Sultan Mehmed sedang menyeret kapal-kapal besar yang dimilikinya menyebrangi jalur daratan, seolah-olah mereka sedang berlayar menuju kedalam Teluk Golden Horn yang ketika berada dilautan di jaga oleh rantai raksasa sehinga kapal sultan tidak dapat memasuki Teluk. Setelah pada adegan ini, narasi beralih kepada adegan ketika Sultan berkhutbah Adegan ini, sutradara memperlihatkan Sultan dengan atribut yang menyertainya. Di atas bukit pada malam hari, diperlihatkan Sultan bersma dengan Gurunya dan para Wazirnya. Dalam adegan ini sultan berkata bahwa kemenangan hanya akan diraih dengan keyakinan iman, kemudian dalam kondisi yang sangat bersemangat Sultan mengingatkan agar pasukanya mengingat Bisyarah Rasulullah tentang pembebasan tanah Konstantinopel yang hanya akan diraih oleh Sebaik-baiknya pemimpin dan sebaik-baiknya pasukan. Maka dalam pandangan islam tentang seorang Sultan/Pemimpin yaitu merupakan perwakilan Tuhan di muka bumi maka ketika Sultan berkhutbah dan menyeru para pasukannya seraya menyebut asma Allah, pasukanya memiliki keyakinan dalam perjuangan atas pembuktian dari Bisyarah Rasulullah yang dirindukan umat Muslim saat itu.
88
Setelah shot berkhutbah pada pasukan selesai, kemudian shot berpindah dengan editing cut to kepada wajah Sultan dengan tipe shot medium Close Up yang berfungsi untuk melihatkan objek secara dekat dan memperjelas karakter dari objek yang diambil. Dalam adegan tersebut, diperlihatkan pula Sultan mengenakan baju jirah perang yang tebal untuk melindungi tubuhnya dari serangan lawan, karena pada saat itu telah terjadi peperangan sebelumnya. Dan pelindung kepala cirri khas ke-Timuran yang dikenakan Sultan Mehmed II, kemudian terlihat sultan mengepalkan tangan kanan berusaha menyemangati para pasukan yang sedang berdiri dihadapanya dengan menyebut asma Allah, kemudian ia acungkan pedang sebagai simbol perlawan terhadap kedzoliman.
Setelah adegan di atas, kemudian sutradara
melakukan perpindahan tempat dengan melakukan Cut Editing pada gambar mengunakan teknik kamera Medium Long Shoot. Terlihat sultan sedang melaksanakan kewajiban salat, seting tempat pada saat itu terlihat cuaca di sore hari yang menandakan akan tenggelamnya matahari, terlihat Sultan sedang mengimami pasukanya sebelum memulai serangan besar-besaran. Barulah
kemudian
adegan
berpindah
setting
kamera
dengan
menggunakan teknik kamera Long Shoot di sebuah lapangan yang memiliki latar belakang peralatan perang dan benteng-benteng buatan untuk mencapai ketingian benteng yang akan ditembusnya. Pada adegan ini pemain jumlahnya cukup banyak yang coba memberikan gambaran bahwasanya saat itu meggambarkan Bisyarah Rasullulah tentang sebaik-baiknya pemimpin dan pasukan. diceritakan sultan melakukan pemilihan khusus pada pasukan yang akan berangkat bersamanya untuk melakukan pengepungan Konstantinopel.
89
Selain mahir dalam peperangan sultan memilih pasukan yang taat beribadah kepada Allah dan menjalankan sunah Rasulullah. Diperlihatkan pula pada saat itu cuaca sore hari yang ditandai dengan langit-langit gelap dan meguning tanda akan tengelamnya matahari. Dalam adegan tersebut, tampak Sultan dan pasukanya sedang melaksanakan solat Maghrib. Adegan serangan besar-besaran dimulai saat pemimpin regu dari pasukan pengali terowongan yang dapat menembus jalur bawah tanah menuju benteng Konstantinopel melakukan bom bunuh diri untuk memastikan bahwa pekerjaanya itu tidak ada kesalahan lagi sperti sebelumnya yang pernah dilakukan ketika puluhan anak buahnya terkurung di dalam lorong karena strateginya diketahui pasukan Konstantinopel dan menjadi korban, dalam adegan ini dapat di intrpretasikan tentang pemimpin regu yang rela berkorban demi anak buahnya sehingga tidak terlalu banyak jumlah korban yang jatuh kemudian dengan berjihad di jalan Allah ketua regu ini meledakan dirinya didalam lorong yang tepat pada Benteng pertahanan kota, sutradara membuat adegan ini begitu singkat, tetapi dengan maksud dan tujuan yang jelas mengapa ia melakukan adegan bom bunuh diri di saat akan memulai penyerangan besar. Kemudian shoot berpindah dengan editing Cut to pada layar terlihat benteng yang dihancurkan akibat aksi bom yang diledakan oleh regu penggali terowongan. Adegan ini divisualisasikan dengan beberapa tenik Editing saat benteng hancur dengan efek Editing yang seolah terlihat nyata Kemudian pada adegan selanjutnya dengan wajah penuh keyakinan penyerangan besar-besaran dimulai ketika sultan mehmed melihat sebagian benteng yang kokoh itu hancur karena bom yang disebabkan regu pengali
90
terowongan, kemudian sultan memerintahkan meriam raksasa untuk segera di tembakan kearah yang sama, dan membuat benteng Kota konstantinopel hancur. Adegan tercermin dalam fiman Allah SWT dalam Surat Al-Hasyr (59):2
( (#θç7Å¡tGøts† óΟs9 ß]ø‹ym ôÏΒ ª!$# ãΝßγ9s?r'sù «!$# zÏiΒ ΝåκçΞθÝÁãm óΟßγçGyèÏΡ$¨Β Οßγ¯Ρr& (#þθ‘Ζsßuρ
(#ρçÉ9tFôã$$sù tÏΖÏΒ÷σßϑø9$# “ω÷ƒr&uρ öΝÍκ‰Ï‰÷ƒr'Î/ ΝåκsEθã‹ç/ tβθç/Ìøƒä† 4 |=ôã”9$# ãΝÍκÍ5θè=è% ’Îû t∃x‹s%uρ ∩⊄∪ Ì≈|Áö/F{$# ’Í<'ρé'¯≈tƒ
Artinya: dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orangorang yang mempunyai wawasan.
Terlihat sultan yang menunggangi kuda dan beberapa atribut perang seperti panji-panji di sekelilingnya mengantarkan sultan untuk segera menyerang benteng yang telah hancur lebur. Dalam penyerangan ini, sutradara memunculkan setidaknya tiga pemain di dalam farme, yaitu Sultan, pengawal, dan satu lagi pemain yang tampak pasif.
91
Tabel 5.4. Ikon,Indeks dan Simbol Dalam Adegan Pengepungan Kedua dan Serangan Besar Ikon
Indeks
Simbol
Ikon dalam adegan ini adalah kehancurn tembok yang digambarkan dan sultan menjadi ikon atas keyakinannya menbobol Benteng Pertahanan Kota dan Panji-panji dengan tulisan dua kalimat syahadat. Selain itu, kondisi alam yang dialami Sultan, memiliki kesamaan dengan cerita asli. Indeks dalam adegan ini antara lain, kata-kata Sultan pada saat berkhutbah yang diucapkan dengan nada tinggi sebagai bentuk penyemangat. Perintah Sultan untuk mengarahkan pasukannya harus memiliki keyakinan iman yang mengisyaratkan Sultan dan pasukanya adalah sebaik-baiknya pasukan dan sebik-baiknya pemimpin yang dikatakan Rasullulah SAW. Melaksanakan Salat sebelum berperang sebagai simbol keimanan dan penyerangan besar-besaran akan dilakukan. Kapal kapal Yang diangkut melalu jalan darat pada tabel… menyimbolkan kegigihan pasukan.
Tabel 6.4. Adegan Pengepungan kedua dan Serangan besar-besaran Adegan 1
Visualisasi Verbal dan Non Verbal
Pemain
Interpretasi Simbolik
Pasukan
Semangat
Sultan
merebut
Mehmed
sehingga melakukan hal yang tiidak
prajurit
untuk
kemenangan
pernah
dilakukan
pasukan manapun pada saat itu.
92
2
Pasukan
Kapal yang melintasi lembah
Sultan
menjadikan strategi perang
Mehmed
Sultan Mehmed II yang tidak dapat
diperkirakan
oleh
pasukan konstantinopel.
3
4
Pasukan
Banyaknya jumlah pasukan
Muslim
muslim dalam pegepungan
Otoman
Konstantinopel
Sultan
Memiliki keyakinan penuh
Mehmed, pada
pasukan
yang
telah
Halil
disiapkan atas kota yang telah
Pasha,
dijanjikan
dan Syaikh samsudin
93
5
Sultan
Simbol dari Keyakinan atas
Mehmed
kemenangan kaum Muslim
dan Para tidak lain ditentukan pada
6
Wazir
kualitas ibadah mereka.
Sultan
Perilaku
yang
Mehmed, mendekatkan
dapat
diri
kepada
Wazir
Allah SWT yang memegang
dan
kunci kemenangan
Pasukan
7
Wazir
Akan
memulai
dan
besar-besaran dan berjihad di
Pasukan
jalan
Allah
menggugurkan
serangan
setelah kewajiban
sebagai seorang Muslim yang ta’at.
94
8
Pasukan
Berjihad
di
jalan
Allah
pengali
pasukan penggali tanah ini
lorong
melakukan bom bunuh diri agar memastikan pekerjaanya tidak di gagalkan pasukan Konstantiopel.
9
visual
Tanda dari kehancuran kota
benteng
Konstantiopel yang memiliki iman pada tembok kotanya.
10
Sultan
Perintah
Sultan
atau
dan
Pemimpin
dalam
Islam
pasukan
merupakan
cerminan
dari
perintah Allah Swt. Dalam adegan
ini
sultan
memerintahkan penyerangan besar-besaran menghancurkan Konstantiopel.
untuk benteng
95
C. Narasi Adegan yang Diteliti Selanjutnya akan peneliti sajikan Sebelum menganalisis secara detail bagaimana narasi dalam adegan khusus, yang akan memaparkan komponenkomponen naratif yang dapat dijadikan acuan dalam memahami adegan khusus berdasarkan unsur naratif film. 1. Tokoh Tokoh pada adegan ini terdiri dari tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama pada adegan ini adalah Sultan Mehmed II. Sultan divisualisasikan sebagai seorang tokoh protagonis yang memiliki sifat heroik, pantang menyerah, tegas dan penyayang. Dalam adegan ini, dirinya divisualisasikan sebagai sosok yang pantang menyerah, berdedikasi tinggi, dan berwibawa. Meskipun kondisi Kesultanan berada di dalam konflik Internal, kemudian dirinya tak henti-hentinya memikirkan pembebasan Kota Konstantinopel dan tak henti-hentinya memberikan contoh sikap dan wejangan kepada pasukannya untuk tetap bertahan memperjuangkan Bisyarah Rasulullah SAW, walau dalam kondisi apapun. Adapun tokoh antagonis, yaitu Constantine XI. Constantine divisualisasikan sebagai pemicu konflik. Ketika Sultan diancam akan digulingkan dari kekuasaanya atas kerajaaan Turki Utsmani (Ottoman) Selain itu, Constantine memerintahkan Sultan untuk membayar upeti dua kali lipat dari tahun sebelumnya tanpa alasan yang jelas. Didalam suratnya tersebut terkesan kekaisaran Byzantium Konstantinopel memaksa untuk menaikan pajak tanpa penjelasan.
96
2. Masalah dan Konflik Masalah yang muncul pada adegan Kepemimpinan antara lain ketika Mayoritas masyarakat Konstantinopel ketakutan dan tidak menerima kepemimpinan sultan sebelum seultan menjaelaskan kepada mereka apa arti dari pengepungan yang dilakukannya. Konflik yang muncul pada adegan di Hagia Sophia hanya ada satu, yaitu konflik batin Sultan Saat Dirinya merasa tidak diterima Masyarakat Konstantinopel sehingga Sultan memberikan sebuah pernyataan dan berjanji kepada seluruh masyarakat Konstantinopel. 3. Lokasi Lokasi utama yang digunakan dalam adegan ini adalah Sebuah Gereja Hagia Sophia. Yang saat ini menjadi mesjid termegah di dataran kesultanan Turki Utsmani. sebagai setting utama divisualisasikan dengan cukup baik dengan properti dan setting latar yang memadai yang cukup menghadirkan sebuah realisme ketika Hagia Sophia. Dan pintu gerbang kota Konstantinopel yang di visualisasikan dengan teknik editing pada gambar kota, namun cukup baik dan akan terlihat nyata pada gambar, karena pencahayaan gambar sangant tepat. 4. Waktu Penggunaan waktu dalam adegan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Siang, di mana segala aktifitas harian dan konflik dimunculkan dalam waktu ini. Tinjauan lain adalah dapat kita lihat pada musim panas. Ketika di Gereja, setting divisualisasikan cerah karena sinar matahari menyinari bagian dari bangunan yang tembus kedalam ruangan, sehingga sultan menggunakan pakaian yang tebal untuk melindungi kulitnya dari terik matahari ketika itu.
97
Gaya Kepemimpinan Sultan di adegan utama pada film ini, memiliki durasi kurang lebih 3 menit, yakni pada durasi 02:26:41 hingga 02:29:30 dengan 2 setting yang berbeda, yaitu di gerbang kota Konstantinopel dan di Gereja Hagia Sophia. Setting awal yang muncul adalah di Gerbang Kota Konstantinopel. Pada gerbang divisualisasikan seorang Sultan dan pasukanya berjalan menuju kota konstantinopel. Dalam film ini, tidak di jelaskan nama gerbang yang di lewati oleh Sultan, tetapi visualisasi film sesuai dengan sejarah yang diceritakan. Dari sinilah kemudian sultan melihat mayat kaisar Constantine dan Paglima perang yang bernama Notras beserta jajaranya yang terlihat berlutut dihadapan sultan, kemudian sultan menyuruhnya berdiri dan berkata “Maka makamkanlah kaisarmu sesuai dengan kepercayaanmu”, Setelah itu Sultan Mehmed II ditemani Syeikh Samsuddin, dan para wazirnya memasuki Gerbang kota Konstantinopel dengan kibaran Ak Sancak (bendera putih yang bertuliskan dua kalimat syahadat) dan bendera merah,hijau khas Kekalifahan Turki Utsmani yang bertuliskan syahadat dengan bulan sabitnya, lalu setelah ia melihat kota Konstantinopel, terlihat mimik wajahnya mengucapkan syukur karena kekagumanya atas keindahan kota Konstantinopel yang berhasil ditaklukanya. Setelah peristiwa tersebut, adegan berpindah ke setting gereja, di mana sultan sengaja tidak membawa masuk pasukan untuk memasuki kedalamnya. Tampak suatu kondisi yang memperlihatkan kekhawatiran dalam adegan ini. Penduduk Konstantinopel khawatir dan mereka merasa sangat ketakutan ketika melihat Sultan Mehmehd II divisualisasikan seorang ibu yang
98
menggendong seorang balita yang sedang menangis saat sultan hendak melewati pintu gereja yang terlihat besar dan megah, sultan kemudian berusaha mendekati kerumunan tersebut dan menenangkan penduduk yang ketakutan dengan mengatakan, “Jangan takut mulai saat ini hidup kalian, harta kalian, adalah bagian dari kami juga, dan kalian bebas hidup sesuai dengan keyakinan kalian” kemudian terlihat wajah pendeta dan penduduk yang tadinya tertunduk ketakutan berubah dengan senyuman dan kebahagiaan karena sebelumnya mayoritas Penduduk adalah pemeluk Agama Kristen Ortodoks, yang dengan paksa oleh kaisar Constantine agar mereka mau berdoa bersama menurut ajaran Kristen Katolik Roma, karena paus akan membantu Konstantinopel dengan syarat mereka mau berdoa bersama dan menerima otoritas Kristen Katolik pada pemerintahan Konstantinopel kemudian pasukan Salib akan diperbantukan pada perang tersebut. Saat mendengar penyataan Seorang Sultan yang dikira akan memerangi agama mereka, senyuman di wajah para penduduk seakan menerima ortoritas sultan sebagai pemegang tangkub pemerintahan Konstantinopel, divisualisasikan seorang balita yang tadinya menagis kemudian di peluk sultan dan kemudian anak itu mencium mencium pipi Sultan Mehmed II. Pada sekuen akhir tersebut, Sultan divisualisasikan sangat memiliki otoritas dalam menentukan keputusan. Pada bagian akhir film terdapat sebuah visualisasi menarik, yaitu saat kamera bergerak ke atas bangunan dan memperlihatkan matahari yang bersinar berwarna keemasan setelah seorang anak dari penduduk Konstantinopel memeluk dam mencium pipi Sultan Dari paparan narasi di atas, dapat peneliti kaji bahwasanya mitos yang ingin dibangun di dalam narasi tersebut adalah melalui tokoh Sultan sendiri,
99
dengan setting atau latar di mana adegan diambil, melalui kata-kata yang digunakan di dalam dialog dan monolog yang dilakukan para pemain. Adapun penjelasan mitos secara lebih detail dapat dilihat pada tabel konvensi dan tabel denotasi dan konotasi.
D. Semiotik Kepemimpinan Dalam Adegan Utama 1. Fokus Permasalahan Tanda-Tanda dan Kode Setiap adegan memiliki tanda- tanda dan kode dalam adegan dapat kita lihat dari segala sesuatu yang menonjol yang ditampilkan dan secara alami memiliki makna tertentu. Tetapi tanda-tanda yang memiliki makna atau ide-ide tertentu, jelas merupakan hasil representasi dari setiap peneliti yang membutuhkan pengetahuan seputar konvensi yang berlaku dalam sebuah wilayah tertentu. Pada penelitian kali ini, peneliti mencoba mencari unsur Tanda dan kode pada adegan kepemimpinan pada Sekuen adegan utama dengan mengklasifikasikan tanda-tanda yang memiliki makna lain atau yang disebut sebagai konotasi. Pemilihan denotasi dan konotasi dapat melalui beberapa objek yang dapat dirasakan maupun di dengar. Adapun denotasi dan konotasi adegan utama pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
100
a. Denotasi dan Konotasi Pada Fokus Permasalahan Tanda dan Kode Tabel 7.4. Analisis Tanda Denotasi, Konotasi dan Mitos Dalam Skenario Tanda Denotasi Sultan Pria Sorban
Jubah / gamis Pendeta Pedang
Pintu gerbang
Bendera Kumis Kuda perang Wanita Gereja Ketakutan
Sederhana Anak kecil Wazir Prajurit Pelukan Guru Ustadz
Tanda Konotasi dan Mitos Status kehormatan yang mengisyaratkan sebuah kepemimpinan dan kealiman. Pemimpin dalam islam Kegagahan dan keberanian dalam mengayomi kaum lemah, anak-anak dan wanita. Kesalehan yang disertai intensitas ibadah yang tinggi serta keistimewaan dalam pribadi. Tanda kebesaran dan teladan kaum agamis. Penterjemah setiap tanda dan simbol agama melalui kacamata kesucian. Media untuk melambangkan kekuatan dalam memerintah dan menjadi pelindung bagi masyarakat. Sumber kekuatan yang tidak dapat bersuara. Masa depan dan peradaban dalam sebuah kerajaan, jalan utama dan mejadi penghormatan bagi yang berjalan diatasnya sebagai bentuk penerimaan di mata sosial Identitas, melambangkan sebuah kehormatan dan nilainilai ideologi Kenyamanan secara fisik bagi kaum pria. Penjagaan terhadap nilai-nilai suatu ajaran dan budaya. Perangkat perang yang menjadi simbol kecepatan, berwibawa dan perkasa Lemah lembut, penyayang, menjadi pengabdi yang taat. Perangkat keagamaan dan Tempat peribadatan umat Kristen Tidak percaya yang meghasilkan bentuk ketidaknyamanan Nilai dari sebuah ajaran yang mengedepankan kepentingan akhirat daripada dunia. Polos, simbol Kasih sayang, kelemahan bagi setiap orang tua. Aparatur Negara dalam bidang tertentu dan Struktur dalam kepemimpinan Turki Utsmani Perangkat pemerintahan dan menjadi simbol kekuatan dalam peperangan. Memberikan keghangatan dan ekspresi penerimaan dalam kondisi tertentu. Pahlawan yang ikhlas mentrasnformasikan ilmu yang dimilikinya. Status yang menandakan bahwa seseorang telah mencapai derajat dan tingkat tertentu.
101
b. Ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan “Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-fatih dalam Film Fetih”. Tabel 8.4. Ikon
Indeks
Gereja dengan pendetanya menjadi ikon keagamaan yang sudah memiliki indentitas. Surban yang dikenakan Sultan Mehmed yang mirip dengan surban yang dipakai bangsawan-bangsawan ketimuran. Gamis atau jubahnya yang panjang juga memiliki persamaan dengan budaya negara lain. Pedang, kuda perang, pintu gerbang, dan bendera yang mewakili ideologi sebagai identitas diri. Pada dasarnya ikon identik dengan gambar atau benda lain yang memiliki kemiripan terhadap suatu objek. Namun, pada bagian ini peneliti ingin mencoba mengeksplorasi bentuk lain dari ikon sebagai term yang menyatakan sebagai kemiripan. Perkataan, yang memiliki unsur pengaruh terhadap sebuah peristiwa. Di dalam adegan ini, khususnya telah terangkum dalam sebuah teks besar dalam percakapan maupun narasi. Terdapat beberapa indeks yang muncul dan cukup dominan pada adegan tersebut. Yang pertama terletak pada ketakutan penduduk Konstantinopel saat kedatangan sultan ke gereja. Mengahruskan sultan memberikan pernyataan dalam k Kata-kata Sultan yang sudah terangkum terhadap parapenduduk Konstantinopel dengan toleransi dan memberikan kebebasan memeluk agama. Berikut kata-kata tersebut: ”Jangan takut. Mulai saat ini, hidup kalian harta kalian adalah bagian dari kami juga. Dan kalian bebas hidup sesuai dengan keyakinan kalian.
Simbol
Setelah percakapan ini, penduduk pun menerima otoritas Sultan sebagai pemegang kekuasaan atas Konstantinopel. Tutur kata yang sopan dan santun dari Sultan sebagai simbol keagungan dari sebuah pemimpin yang memiliki keilmuan dan intelektualitas. Pakaian dan atribut lain sebagai simbol agama dan kekuasaan. Mencintai sesama dan anak-anak sebagai simbol cinta kasih terhadap yang lemah. Sikap tenang dan tidak terburu-buru sebagai simbol kesabaran dan keteguhan.
2. Tabulasi Analisis Elemen Adegan Sebelum masuk pada penelitian elemen film, peneliti mencoba memunculkan beberapa potongan shot yang berhubungan langsung dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini, berikut visualisasinya:
102
Tabel 9.4. Visualisasi shot dari Adegan “Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih” Adegan Utama
02:26:44
02:26:47
02:27:04
Adegan-adegan Pendukung
103
02:27:51
02:28:17
02:28:04
02:28:22
104
02:28:25
02:28:50
02:28:53
02:29:13
105
02:29:25
3. Analisis Narasi dan Simbolik Antara Adegan Utama dan Pendukung Pada Tabel 9.3. Pada tabel di atas menunjukkan adegan-adegan dengan narasi yang berhubungan satu sama lain. Adegan berikut akan peneliti analisis sesuai dengan kebutuhan analisis film dari Christian Metz. Dalam adegan yang terdiri dari rangkaian gambar tersebut, Faruk Aksoy sebagai sutradara film ini mencoba
menggambarkan
sebuah
nilai-nilai
penting
terkait
dengan
kepemimpinan dalam Isalam. Pada adegan yang pertama di kolom ke 1, menunjukkan simbol Kepemimpinan dalam islam, simbol terdapat pada iring-iringan sultan saat masuk gerbang kota Konstantinopel yang membawa panji-panji dengan tulisan dua kalimat syahadat sekaligus menjadi media dakwah sultan kemanupun ia melangkah didalam film ini kibaran bendera Ak Sancak selalu hadir dalam setiap perjalanan Sultan. Penampilan gambar ini diambil dengan teknik medium close up oleh kamera dari Anggel menarik yang seakan-akan ingin mengetahui lebih dekat perjalan Sultan menuju Kota Konstantinopel.
106
Pada scene yang ke 2, dapat kita lihat adegan ketika sultan disambut oleh pasukanya yang berbaris membentuk dua barisan yang diantara barisan itu mereka memberikan jalan kepada Sultan diiringi kata yang serentntak dan terucap dari mulut mereka mengatakan ”Hidup Sultan” berulang-ulang kali selama sultan melewati barisan tersebut seolah ucapan syukur pasukan karena memiliki pemimpin dan menjadi pasukan yang terlah diriwatkan untuk menaklukan benteng Konstantinopel. Adegan ini dapat dilihat pada durasi menit ke 02:25:50. Adegan ini ditampilkan untuk menyajikan suatu fakta dan bukti tentang apa yang terjadi Saat itu ketika Sultan hendak memasuki Kota. Adegan selanjutnya pada scene pendukung yang ke 2, kolom ke 2. Setelah disambut dengan sangat meriah oleh para pasukanya, Sultan langsung memperingatkan pasukannya berhenti karena melihat tawanan yang tertangkap pasukanya, Dalam adegan ini bisa kita lihat Sultan mengankat tanganya agar situasi menjadi tenang saat ia akan mengatakan kebijakan ketika melihat mayat kaisar Constantine yang dibawa oleh Notras dan senatornya. Pada scene pendukung yang ke 3, memperlihatkan tawanan dan mayat Kaisar Constantine saat sultan memulai katakan kebijakan untuk setiap tawanan dan mayat Kaisar, Sultan menyuruh mereka untuk berdiri dan berkatalah sultan kepadanya: “Makamkanlah Kaisarmu sesuai dengan kepercayaanmu” pada perkataan ini Sultan Mehemed II menjadi contoh yang baik sekaligus mengambarkan nilai-nilai toleransi yang dimiliki umat Islam kepada seluruh pasukanya khususnya kepada umat Kristiani yang pada saat itu telah menjadi tawanan pasukan Sultan. Nilai-nilai tersebut dalam islam tergambar jelas dalam ayat Al-Quran surat Al-Kafirun – 06:
107
∩∉∪ ÈÏŠ u’Í
Yang artinya: “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Adegan pendukung selanjutnya adalah wajah Saikh Samsuddin yang terlihat sangat bangga memiliki murid seperti Sultan yang memegang teguh prinsip dan nilai-nilai toleransi antar umat beragama, Saikh Samsuddin divisualisasikan
dengan
wajah
tersenyum
kemudian
melanjutkan
perjalanannya mengiringi sultan masuk ke dalam kota konstantinopel. Adegan ini memperlihatkan bahwasanya senyuman Saikh adalah senyuman seorang guru yang bangga terhadap muridnya yang mengamalkan nilai-nilai yang telah ia ajarkan. Adegan pendukung selanjutnya memperlihatkan Sultan Mehmed II memasuki pintu gerbang Gereja Haggia Sophia yang dikawal oleh pasukan Yenisseri yang berada di luar ruangan yang terlihat sedang mengawasi keadaan di dalam Gereja yang dipenuhi oleh penduduk Konstantiopel. Terlihat dalam adegan ini Sultan sebagai seorang penakluk memiliki karisma yang kuat dengan membawa pedangnya yang menambah kewibawaan seperti seorang kesatria penakluk. Adegan ini mengunakan pencahayaan Back Light karena degan efek seperti ini sutradara ingin mengambarkan kewibawaan dan Sultan adalah pembawa pencerahan untuk penduduk Konstantinopel setelah bentengnya ditaklukan. Adegan selanjutnya adalah penduduk Konstantinopel yang Nampak ketekutan saat melihat Sultan masuk kedalam ruangan Gereja. Terlihat sultan sangat menghormati penduduk Konstantinopel dengan tidak membawa pasukannya yang telah berlumuran darah karena usai berperang untuk tidak
108
memasuki tempat peribadatan umat Kristiani. tergambar sultan tidak menyuruh pengawal dan pasukannya untuk bersama-sama memasuki Gereja. Dalam adegan sebelumnya sultan telah menyuruh pengawalnya untuk tetap berada diluar. Dalam adegan ini Sifat pemberani digambarkan oleh sutradara, tergambar Sultan memasuki ruangan yang penuh sesak oleh penduduk konstantinopel sendiri tidak ditemani pengawal ataupun pasukanya. Adegan pendukung selanjutnya adalah ekspresi para penduduk yang cemas dan terlihat ketakutan, megambarkan suasana dalam kecemasan penduduk setelah pemerintahan Kaisar Constantine berhasil ditaklukan oleh Sultan, teknik kamera yang digunakan dalam adegan ini mengunakan teknik Medium Close-Up, karena Sutradara inin memperlihatkan kesamaan ekspresi yang dialami para penduduk dalam tempat dan suasana yang sama. Kemudian dalam adegan pendukung pda tabel ke-8 dengan mengunakan tehnik Camera Tracking dari adegan sebelumnya diperlihatkan seorang balita yag sedang menangis di pangkuan ibunya yang membuat kondisi memperihatinkan penduduk Konstantinopel terlihat dalam adegan ini sehingga pemaknaan yang disampaikan terlihat lebih nyata. Adegan selanjutnya ketika Sutan hendak meneneangkan selruh penduduk Konstantiopel yang berada di dalam Gereja. Terlihat ekspersi sultan yang penuh keprihatinan melihat kondisi dan keadaan yang di alami penduduk Konstantinopel setelah ditaklukan. Kemudian sultan berusaha menenagkan para penduduk dengan sebuah jaminan darinya kepada seluruh penduduk Konstantinopel yang ada di dalam ruangan, sultan memberikan jaminan kepada mereka tentang harta yang mereka miliki tidak akan dirampas dan
109
mereka bebas memeluk Agama yang mereka yakini. Sang Narator membuat narasi dari monolog yang diucapkan Sultan Mehmed II sebagai berikut: “Jangan takut. Mulai saat ini hidup kalian, harta kalian, adalah bagian dari kami juga. Dan kalian bebas hidup sesuai dengan keyakinan kalian” Pesan yang di sampaikan di atas adalah pesan untuk Selrurh Penduduk yang ada di Konstantinopel, melalui pesan ini narator ingin menyampaikan gaya kepemimpinan Sultan Mehmed yang menjadikan nilai-nilai kemanusiaan dan kebebasan hak asasi manusia yang menjadi pondasi awal pembangunan kota Konstantinopel, yang pada saat ini pahan tersebut dikenal dengan paham Sekulerisme. Adegan pada durasi 02:28:50 didalam kolom ke-9 memperlihatkan sebuah wajah yang teramat bahagia, yang tidak bisa mengerti lagi kenapa sultan memberikan hadiah seperti ini atas penaklukan Kota. Raut wajah dari penduduk dan seorang Pendeta terlihat sangat bahagia ketika Sultan mengatakan janjinya, karena pada pemerintahan Kaisar Constantine XI malah justru berbalik dengan keinginan mereka untuk memeluk Agama Kristen Ortodoks tanpa intervensi dari Agama Kristen Katolik. Adegan pendukung selanjutnya memperlihatkan wajah seorang balita dan seorang ibu yang kemudian tersenyum atas kegembiraanya mendengar perkataan Sultan, Divisualisasikan dari yang semula mereka tertunduk dalam keadaan ketakutan hingga mereka tersenyum setelah sultan berjanji kepeda mereka. Adegan ini memperlihatkan suatau penerimaan dari penduduk konstantinopel atas pergantian tongak kepemimpinan.
110
Kemudian pada adegan tambahan selanjutnya digambarkan sultan megendong seorang balita dan balita itu mencium pipi sultan. Sutradara ingin memperlihatkan sisi sultan yang memiliki sifat kelembutan dan menyayangi setiap orang yang lemah. Pada adegan ini Back Sound yang dipadukan dengan gambar membuat adegan berkesan dengan akhir yang bahagia bagi penduduk Konstantinopel. Kemudian pada adegan pendukung selanjutnya dengan teknik kamera moving up diperlihatkan sebagian bentuk pada bagian atap bangunan Gereja Haggia Sophia yang menjadi cirri khas bangunan bergaya eropa yang menjadi saksi sejarah peradaban islam pada masa itu. 4. Fokus Permasalahan Elemen Kepemimpinan Dalam Film Tabel 10.4 Analisis Adegan Utama Melalui Tabulasi Analisis Film Steve Campsal No
Elemen
Temuan Analisis
1.
Mise En Scene
What : Dapat diperhatikan pada simbol kostum. Sultan Mehemed II merupakan salah satu tokoh yang berasal dari kerajaan Turki Utsmani dari Timur. Beliau merupakan representasi di mana kekhalifahan Utsmani menjunjung tinggi simbol-simbol agama Islam. Dikatakan bahwa Jubah dan mahkota yang dikenakan Sultan Mehmed II ketika itu merupakan simbol keagungan dan kecerdasan secara intelektual. Kibaran bendera/ panji-panji pepernagan Ak Sancak yang bertuliskan dua kalimat sahadat adalah representasi dari perjuangan dakwah islam yang selelu menemani sultan kemanapun beliau berjalan. Dengan pedang turun temurun dari kekalifahan Utsmani yang dicertitakan sebagai pedang sang penakluk dan termasuk 10 pedang paling bersejarah didunia setelah pedang Zulfikar. Kuda perang yang di hiasi lempengan besi, pasukan yang berbaris. Pintu gerbang yang tinggi dan sepatu yang dikenakan sultan serta Gestur pada sultan yang tenang dan berjalan tegap. Penduduk yang ketakutan dan pasukan sultan, seorang pendeta dan anak kecil dengan latar ruangan gereja Hagia Sophia pada siang hari. What effect : Efek yang muncul dari serangkaian perpaduan mise en scene adalah perwujudan setting shot on location yang luas merepresentasikan kondisi Gereja Haggia Sophia yang cukup luas dan muat untuk sebagian
111
penduduk. Penunjuk status sosial Seorang Sultan, penunjuk ruang dan waktu peristiwa. Pencahayaan yang maksimal, pembangunan karakter kebijakan dan ketegasan yang memadai, serta pemeran yang yang mampu membangun sebuah narasi berdasarkan kisah yang realistis. What Meaning : Sistem makna yang ditampilkan adalah melalui pendekatan denotasi konotasi. Dalam adegan denotasi yang muncul adalah mahkota, jubah, panji-panji/bendera, kuda perang, pedang, sepatu, gestur, pintu gebang,gereja, pendeta, seorang anak kecil. Adapun penjelasan makna denotasi dan konotasi pada adegan sudah dipaparkan di atas. How : Pembangunan mise en scene biasanya dilakukan dengan teknik yang relative sesuai keadaan. Pada adegan ini, tampaknya sutradara memfokuskan pada dua aspek yaitu setting dan pemain. Setting yang kuat di gerbang dan gereja merupakan sebuah konstruksi mise en scene yang difokuskan. Pemilihannya pun tidak sembarangan, ini bertujuan agar mood yang dibangun dapat dirasakan oleh penonton. Begitupun pada pemilihan pemeran utama. Pemeran dalam adegan ini sudah mengalami seleksi atau dilakukan Casting sehingga telah teruji kemampuanya. Sehinnga karakter yang melekat pada pemain sangat baik dan sesuai dengan karakter yang yang ada pada narasi. Purpose : Dengan melihat adegan di atas, tampaknya tujuan dari sutradara adalah untuk memvisualisasikan Sultan Mehmed II dengan berbagai atributnya, mood yang mengkhawatirkan pada penduduk telah membangun karakter Sultan yang sangat penting untuk merepresentasikan sejarah secara utuh. 2.
Editing
3.
Shot Types
Pada adegan ini, unsur editing lebih didominasi bentuk cut, di mana perpindahan dari shot satu ke shot dua terjadi secara langsung tanpa jeda efek editing lainnya. Pada bagian Monolog Sultan di dalam Gereja, terdapat sebuah shot pendek yang membuat tempo aksi yang disajikan terkesan sebentar. Sedangkan efek Green Screen yang mendominasi editing dalam adegan ini, membuat adegan menjadi lebih berisi dan memiliki latar yang bagus. Penggunaan editing jump cut juga tampak sering digunakan pada adegan ini. Hal ini ingin menunjukkan bahwa serangkaian peristiwa memperlihatkan posisi yang berbeda-beda yang terjadi pada objek. Terdapat beberapa tipe shot dalam adegan ini. Pertama, medium long shot. Medium long shot digunakan ketika pasukan Turki Utsmani berbaris dan menyambut Sultan di depan gerbang benteng Konstantinopel. Kedua adalah Medium shot yang menampilkan mayat dari Kaisar Constsntine XI dengan Notras dan jajaranya sedang membungkung dihadapan sultan. kemudian, tipe shot ini juga digunakan ketika Sultan sedang memasuki gerbang Hagia Sophia..
112
4.
Camera Angle
5.
Camera Movement
6.
Lighting
5
Ketiga adalah medium close up yang digunakan ketika shot Sultan sedang menunggangi kuda dan ketika penduduk yang berada di gereja ketekutan bersama seorang pendeta. Kemudian Close Up digunakan untukSultan pada saat mengendong seoarng anak balita. Pembangunan karakter yang cukup signifikan ini, memunculkan sebuah mood yang membawa penonton juga merasakan apa yang sedang Sultan Mehmed II rasakan dengan mimik, tatapan matanya, serta senyuman yang terlihat dari bibirnya. Adapun pada potongan adegan, tipe shot yang digunakan adalah Long Shot, di mana objek diperlihatkan seluruh bagian tubuhnya, selain itu untuk memperlihatkan semua objek yang berada di tempat Sultan Mehmed Memasuki gerbag Gereja Hagia Sophia. Sudut kamera. Tipe sudut. Tipe sudut kamera yang tampak pada adegan ini adalah tipe high angle, di mana objek diperlihatkan tampak lebih kecil daripada setting. Hal ini memunculkan kesan bahwa seseorang tersebut sedang terintimidasi, kecil, bahkan lemah Anggle ini tedapat ketika Sultan melihat mayat kaisar Constantine dari atas kuda5. Kemiringan Dalam adegan ini, teknik kemiringan kamera tidak digunakan. Hal ini bisa menimbulkan makna bahwa narasi dan kisah dalam adegan ini masih stabil. Ketinggian Dalam adegan ini, ketinggian kamera tidak digunakan oleh sutradara. Objek dan kamera masih sejajar. Pergerakan kamera dalam adegan ini di dominasi oleh teknik tilt up yang digunakan untuk memperlihatkan objek yang lebih tinggi dari objek utama terutama pada saat adegan sultan memasuki gerbang kota dan tilt Down digunakan pada saat memasuki Pintu gereja Hgia Sophia yang begitu megah. Kemudian Tilt Up digunakan untuk Bumper Out pada akhir adegan yang memperlihatkan bagian atap bangunan Gereja.
Kualitas cahaya pada adegan ini megunakan pencahayaan yang dikenal dengan sebutan soft light atau denga kata lain cahaya membuat objek tampak lebih tipis. Hal ini menjadi tanda bahwa sutradara ingin menampakkan sepenuhnya objek yang ada di gereja dengan menghilangkan bayangan objek. Arah pencahayaan pada adegan ini adalah back lighting, di mana sutradara mencoba memperlihatkan objek yang misterius. sehingga objek tampak kurang jelas dari arah depan. Dalam adegan ini objek Sultan dan seluruh properti yang ada di dalamnya memiliki bayangan, sehingga objek Sultan dan komponen lain tampak kurang jelas. Kemudian saat percakapan barulah sutradara mengunakan arah pencahayaan frontal lighting yang bermkasud memperlihatkan dengan Adegan dapat dilihat pada durasi 02:26:47
113
jelas seluruh kopmponen yang ada di dalamnya dan menghapus seluruh bayangan yang ada pada objek. Sumber cahaya pada adegan ini menggunakan key light. Di mana sumber cahaya utama dan paling kuat menghasilkan cahaya. Adapun cahaya utama pada adegan ini adalah sinar matahari yang muncul dari atap bangunan yang keluar dari lunag lunang atap gereja. Suara yang digunakan di dalam adegan ini adalah tipe suara yang 7. Dieges and dieges sound. Tipe ini memberi pemahaman bahwa sumber suara adalah Sound dari objeknya langsung. Namun, di sisi lain ada suara non dieges sound yang terdengar sangat pelan, yaitu suara musik yang mengilustrasikan suatu kondisi kekhawatiran atau offscreen sound. Ada beberapa bagian visual efek di dalam film ini. hal ini 8. Visual Effect / menandakan bahwa film ini merupakan jenis film yang yang SFX diintervensi unsur teknologi komputer. secara singkat, narasi yang dibangun dalam film ini merupakan jenis 9. Narrative narasi dengan pola linier. Walaupun pada sebagian adegan sebelumnya narasi ada narasi Flash Bck dalam film ini Genre film ini adalah Epic Movie, di mana sutradara ingin 10. Genre memvisualisasikan mengenai perjalanan seorang tokoh-tokoh tertentu yang sudah melakukan sebuah peristiwa besar atau sudah cukup dikenal oleh masyarakat banyak. Ikonografi merupakan sebuah sistem yang mendukung genre. 11. Iconoghraphy Ikonografi dalam film ini adalah Gereja Hagia Sophia, panji-panji perang, kuda perang, Benteng kota, jubah dan mahkota Sultan mendukung narasi sebagai tokoh Sultan dan gesture yang penuh pengambaran Sultan pada saat itu. Pemilihan bintang film dalam film ini persiapannya dengan cara 12. The Star melakukan audisi. Faruk Aksoy sebagai sutradara terjun langsung untuk System melakuakan audisi yang dilaksanakan untuk mendapatkan orang yang cocok berperan sebagai Sultan Mehemed II. Selain peran manusia, sutradara juga menghadirkan peranan penting dalam peperangan sejarah yaitu kuda-kuda perang pada adegan film. Bangunan realitas dalam adegan ini cukup mendukung aspek 13. Realism realism. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa shot yang seolah-olah membuatnya benar-benar terjadi. Aspek realism biasanya dipelajari dari sistem budaya masyarakat, aspek-aspek demografis dan kisah-kisah penting yang berhubungan dengan film, sehingga penonton juga dapat merasakan sebuah atmosfer yang juga dirasakan oleh tokoh di dalam film tersebut. Dalam adegan ini, aspek realisme dibangun berdasarkan kisah Sultan di gereja. Pemilihan setting yang tepat, pengemasan unsur mise en scene yang tepat, dan membangun sebuah cerita yang hidup dan dapat diterima oleh penonton.
114
5. Fokus permasalahan Konvensi Kpemimpinan Penjelasan mengenai konvensi, sebetulnya sudah tertera dalam elemen di bagian akhir, namun, untuk mempermudah penelitian, berikut ini adalah unsur konvensi yang lebih detail. Tanda-tanda Simbolik Pemain Tutur Kata Santun dan Sultan Mehmed II tegas
Konvensi Masyarakat Turki Utsmani memiliki dua sub kebudayaan yang disatukan yaitu kebudayaan Eropa dan Asia. Perbedaan karakter dan sifat kedua budaya tersebut cukup kuat. Sultan merepresentasikan budaya timur dalam tanda ini. kemudian menjadi gabungan antara timur Asia dan eropa, sikap sultan yang tegas santun dan memilik jiwa otoritas tinggi menjadi suatu kewajiban dalam memimpin suatu pasukan. Cara Berbusana Said, Wazir, Syaikh Ada tiga kebudayaan yang Samsuddin dan mempengaruhi Turki Utsmani dan membuat sebuah pasukan pemahaman berbeda di beberapa kalangan. Dalam berbusana misalnya, pada bagian ini Sultan merepresentasikan antara tiga kebudayaan yang mewakili Eropa Asia, dan Timur. Namun wazir mewaliki kebudayaan dari asia dan Syaikh mewakili kebudayaan timur dengan sorban cirri khas Ketimuran. Namun yang dapat dilihat dari semua itu adalah pakaian pasukan Yennisseri yang menjadi pasukan andalan sultan sekaligus mewakili tiga kebudayaan yang bebeda dan menjadi cirri khas tersendiri bagi Turki Usmani Dari hal ini memperlihatkan juga realitas asli dengan objek film. Cara Memberikan Sultan Ketenangan dalam berucap dan kebijakan berpikir adalah langkah awal bagi sultan untuk memulai setiap kebijakan.
115
Cara Berjalan
Sultan
Cara Memperlakukan Sultan Tawanan
Cara Menghadapi keadaan
Cara orang Agama
Penduduk Konstantinopel
memperlakukan Sultan yang berbeda
Manifestasi dari ajaran Islam yang tidak terburu-buru dengan Gestur yang tenang membuat sultan terlihat berwibawa dan karismatik. Memegang teguh nilai-nilai hukun dan kemanusiaan, serta patuh terhadap norma-norma dalam agama Islam Putus asa dalam menghadapi permasalahan yang ada tidak sejalan dengan ajaran Islam Menjunjung tinggi sikap Nabi Muhammad SAW tentang toleransi antar umat beragama. Maka para pemeluk Islam diajarkan untuk tetap saling menghargai dan menyayangi terhadap sesama manusia tanpa memandang keyakinan mereka. Tidak ada fanatisme berlebihan sehingga setiap pemeluk agama memiliki sikap tenggang rasa.
E. Interpretasi Pesan yang coba disampaikan dalam film ini adalah bagaimana kepemimpinan dalam islam membawa suatu perubahan yang lebih baik bagi suatu kaum. Bukan hanya perubahan untuk ummat saja tetapi berpengaruh pada lingkungan tempat dimana sejarah itu dilahirkan. Jika kita lihat pada sajian film dan proses produksinya, peneliti melihat adanya satu upaya dari pembuat film untuk mengingatkan penonton sekaligus membuka memori terhadap peristiwa penting yang pernah terjadi di Istanbul Turki. Jika dilihat kontennya, film ini mencoba memperlihatkan kepribadian Sultan Mehemed II dalam memimpin sehingga menjadi sejarah atas penaklukan benteng Konstantinopel. Dengan gaya kepemimpinan yang sangat fleksibel, inovatif, dan penuh dengan kejutan-kejutan atas strategi perangnya.
116
Seperti yang peneliti ketahui dalam film tenteng kemampuan berpikir dan kreativitasnya membawa sultan pada kemenangan yang telah menjadi bisyarah Rasullulah SAW. Selain itu sikap sultan yang pemberani, tangguh, adil, mencintai keilmuan dan meyayangi orang yang lemah, serta menghormati gurunya Syaikh Syamsuddin sangat merepresentasikan pada satu pemimpin besar dalam dunia Islam. Terlebih jika sifat seperti ini dimiliki oleh pemimpinpemimpin kita pada saat ini dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi yang dapat mendukung segala aktifitas dalam memimpin suatau lembaga/instansi yang ada. Seharusnya dapat dijadikan lahan untuk menanamkan nilai-nilai agama. Film ini, secra khusus telah membangun sebuah dimensi yang baik pada satu kepemimpinan. Dominasi tokoh dalam film yang bergenre Sejarah ini, memberikan sebuah stimulus agar para pemimpin dapat menjadi seorang yang bijak, cerdas dan memiliki integritas serta capaian prestasi yang tinggi. Sejarah kepemimpinan Sultan Mehemed II yang penuh cobaan merupakan pelajaran penting baginya dalam merealisasikan visi dan misi yang tertanam semenjak beliau kecil. Film ini juga ingin coba menyampaikan sebuah pemaknaan bahwa sejarah adalah salah satu cabang ilmu yang sangat penting bagi setiap pemimpin. Seperti dalam ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang pentingnya mengambil pelajaran dari sejarah umat-umat terdahulu, agar setiap manusia sebagai khalifah harus mengetahui tentang kisah apa yang membangkitkan dan apa yang menjadi penyebab kehancuran pada masalalu, nilai-nilai ini terdapat dalam QS.Yusuf (12): 111:
117
∩⊇⊇⊇∪ 3 É=≈t6ø9F{$# ’Í<'ρT[{ ×οuö9Ïã öΝÎηÅÁ|Ás% ’Îû šχ%x. ô‰s)s9 Yang artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Islam yang ditampilkan dalam film ini adalah nilai-nilai sejarah kepemimpinan dalam islam yang dapat menolong umat manusia dan memiliki keyakinan pada Bisyarah Rasulullah SAW. Sultan Muhammad Al-Fatih adalah salah satu bagian dari Islam, yang ditampilkan dengan karakter yang taat beribadah dan konsisten dengan tujuanya. Serta segala bentuk sikap dia terhadap hukum dan cara beliau mengambil setiap kebijakan yang diberlakukan kepada pasukan dan penduduknya. Dengan mendalami peristiwa sejarah seseorang dapat menambil pengalaman dari setiap pemikiran tokoh yang ada pada cerita, tanpa harus hidup di zamanya. Dalam film ini nilai-nilai sejarah tidak hanya dijadikan masalalu yang sekedar dijadikan nostalgia, tetapi menjadi perhitungan dalam perancanaan untuk menentukan keputusan di masa yang akan dating. Pada adegan utama juga terdapat satu fenomena yang tak kalah pentingnya, dengan nilai-nilai perjuangan. Yaitu pada saat Sultan memberikan kebijakan dan berjanji kepada penduduk kota yang sudah ditaklukan. Sultan menanamkan
nilai-nilai
sekularisme
kepada
seluruh
penduduk
Konstantinopel, dimana sultan sangat melindungi kebebasan beragama dan hidup berdasarkan keyakinan kepada penduduknya. Dalam film ini, sutradara mencoba
membangun
mood
yang
membawa
kita
pada
pandangan
kepemimpinan Sultan Mehmed II yang banyak membawa inspirasi pada setiap
118
keputusan yang diambilnya, dam melauli adegan inilah kita mendapatkan nilai-nilai toleransi dalam pandangan islam khusunya. Adapun kritik dari peneliti di dalam film ini hanya pada unsur sinematik film saja, ilustrasi gambar dengan teknik editing layer yang masih kurang dan alur film yang kurang membangun mood penonton,khususnya peneliti. Hal ini mungkin disebabkan narasi film yang berlatar belakang sejarah, atau mungkin efisiensi waktu yang dilakukan tim produksi. Terlepas dari semua kekurangan yang ada di dalam film, peneliti berharap film ini dapat menjadi inspirasi baru dalam memproduksi lebih banyak lagi film tentang sejarah kepemimpinan dalam Islam.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Film Battle of Empires Fetih 1453 yang dirilis pada tahun 2011 yang lalu, telah menarik perhatian jutaan masyarakat tentang sejarah peradaban islam di eropa. Saejarah tentang penaklukan kota Konstantinopel yang dipimpin oleh Sultan Muhammad Al-Fatih telah membuat peneliti untuk mencoba mencari makna yang ada pada perjalanan kepemimpinan dalam islam.
Dengan
melihat
melalui
berbagai
pendekatan
teori
dan
implementasinya terhadap objek penelitian, maka kesimpulan peneliti terhadap masalah tersebut dapat dilihat pada. Sign dan Code (tanda-tanda dan kode) yang terdapat pada Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih adalah pada tanda-tanda verbal maupun non verbal di dalam adegan utama yang tervisualisasi pada saat penaklukan Konstantinopel. atau di akhir cerita. Pemilihan sign dan code berfokus pada adegan Sultan ketika memasuki Gereja Haghia Shophia. Melalui kajian semiotika, peneliti setidaknya menemukan 20 tanda dan kode yang signifikan terhadap tujuan penelitian dalam adegan utama yang dirangkum dalam tabel denotasi dan konotasi. Elemen yang terdapat dalam Kepemimpinan Sultan Muhammad AlFatih yaitu terdapat pada 13 komponen penting yang dapat menjelaskannya. Pertama adalah pada aspek mise en adegan yang menjelaskan makna melalui kostum, tata rias wajah, setting, dan pencahayaan yang ditampilkan di depan kamera yang dapat berfungsi sebagai penunjuk tanda, citra dan penunjuk
119
120
ruang dan waktu. Selanjutnya adalah pemaknaan melalui editing. Pemaknaan melalui editing dapat dilihat dari bagaimana sutradara menampilkan berbagai shot dalam sebuah adegan. Selanjutnya adalah Shot Types. Tipe Shot merupakan sebuah upaya menampilkan makna melalui jarak-jarak kamera, sudut, ketinggian dan kemiringan
kamera.
Selanjutnya
adalah
camera
angle.
Aspek
ini
menanamkan makna melalui berbagai sudut kamera secara khusus. Ada pula camera movement yang mana menghadirkan sebuah pesan melalui pergerakan-pergerakan kamera yang dinamis. Berikutnya adalah lighting. Lighting memberikan makna tertentu dalam setiap adegan pemain film, dan akan menimbulkan efek dan mood-mood tertentu pula. Dieges and sound yang menghidupkan makna melalui suara-suara tertentu. Efek visual yang membuat sebuah peristiwa seperti nyata, padahal semuanya buatan komputer dan menghilangkan unsur natural. Narrative bekerja pada skenario film. Genre pada film ini adalah Epic (Sejarah), yang mana masuk ke dalam genre induk sekunder. Sedangkan ikonografinya adalah semua benda yang dapat dilihat dan memiliki kesamaan yang sangat dekat terhadap genre. The star sistem adalah sebuah upaya untuk menyesuaikan pemeran dengan cerita film. Sedangkan yang terakhir adalah realism, di mana komponen ini menghendaki bahwa setiap adegan yang ditampilkan dapat membawa mood penonton pada situasi realistis. Konvensi di dalam film Battle of Empires Fetih 1453 adalah melalui beberapa adegan atau adegan yang memiliki nilai-nilai tertentu dengan
121
kebudayaan masyarakat, agama dan nilai-nilai sosial. Biasanya konvensi berada pada suatu konsensus yang sudah disepakati bersama dalam satu wilayah tertentu. Konvensi dapat bersumber dari mitos, sejarah dan budaya yang memiliki relevansi sebagai sebuah konsensus di dalam masyarakat dan dijadikan sebagai acuan umum untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Penduduk Turki Utsmani, sebagai simbol kejayaan Islam di eropa menjadi sorotan penting di dalam film ini. Dinamika politik dan kebijakan yang diputuskan dikemas secara naratif dan dibangun berdasarkan histori, setidaknya dapat memberikan sebuah gambaran kecil kepada penonton mengenai sebuah sistem kultur dan sosial di Turki Utsmani
yang akan
mempengaruhi persepsi setiap penonton.
B. Saran Saran dari peneliti terhadap film ini adalah, dinamika adegan dan narasi seharusnya divisualisasikan lebih hidup lagi agar sinematografi tidak terkesan kaku. Karena pada dasarnya film merupakan jenis multimedia yang dapat membangaun pesan melalui audio visual, namun ketika membuat film bergenre Epic (sejarah) sebaiknya karakter di dalam film lebih diperkuat sehingga film dapat dikemas dengan baik dan karakter penokohan sesuai dengan sejarah aslinya. Pesan dakwah yang ingin disampaikan menurut peneliti sudah cukup baik, terlebih sutradara memasukan adegan pembacaan Ayat Al-Quran dan Hadist yang sesuai dengan cerita film sebagai upaya meningkatkan kualitas
122
dan menjadi perbandingan di berbagai kalangan terhadap film yang memang sarat akan makna-makna agama lebih ditingkatkan. Terkait kontroversi di Negara Turki mengenai film ini, peneliti hanya bisa memberikan pandangan bahwa
realitas dunia perfilman pada
kenyataanya selalu ada pro dan kontra. Terlebih tentang pemaknaan tokoh dan pencemaran nama baik suatu umat beragama yang mungkit menjadi hal yang tidak perlu diperdebatkan lagi. Peneliti berharap para sineas Indonesia juga tidak kalah saing dengan negara-negara lainnya dalam pembuatan film yang berkualitas sehingga perfilman di Indonesia bisa mendapatkan legitimasi dari belahan dunia, terutama dalam pembuatan film sejarah dengan syarat akan makna Islam keIndonesiaan.
DAFTAR PUSTAKA
Macquail, Denis, Teori Komunikasi Massa, (Salemba Humanika, 2011) Mulyana Deddy, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007 Campsal, Steve - 27/06/2002 (Rev, 17/12/2005; 14;18;24) Media - GCSE Film Analysis Guide (3)-SJC. Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003). Baskin Askurifai, Membuat Film Indie Itu Gampang, (Bandung:Kataris, 2003) Tim Peyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008) Himawan Pratista, Memahami Film. Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Grasindo, 2000). Vivian John, Teori Komunikasi Massa, edisi kedua, (terj.) oleh Tri Wibowo B.S (Jakarta: Kencana Prenanda Media, 2006) Fawwaz bin Hulayyil as-Suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah, (Jakarta: Darul Haq, 2008). Badruttamam Nurul, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher (Jakarta Selatan: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005). Eric, Mau Dibawa Ke Mana Sinema Kita?. Bakti Andi Faisal, Globalisasi: Dakwah Cerdas Era Globalisasi: Antara Tantangan dan Harapan (Lecture at Palembang). Sobur Alex, Analisis Teks Media:Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, ------Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. (Bandug: Remaja Rodakarya,2006) Kriyantono Rahmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006). Zoest dalam Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest, Serba-Serbi Semiotika, (Jakarta: Gramedia, 1992) Felix y. Siauw, Muhammad Al-Fatih 1453 (AlFatih Press Cetakan ke-1, Maret 2013). Christomy Tommy, Semiotika Budaya, ( Depok : Universitas Indonesia, 2004 ) Sobur Alex, Semiotika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004).
123
124
AS. Haris Sumandiria, Bahasa Jurnalistik; Panduan Praktis Penulis dan Jurnalistik, (Bandung: simbiosa Rekatama Media, 2006). Abdurahman, Arifin, Teori Pengembangan dan Filosofi Kepemimpinan Kerja, Bharata, Jakarta, 1971. Mulkanasir, BA., S.Pd., MM, Administration And Management Leadership, Atma Kencana Publishing, 2011, Bogor. Bin Nuh, Abd. Dan Bakry Omar, Kamus Arab Indonesia – Inggris-Indonesia Inggris, PT. Mutiara Sumber Widya, 2001, Jakarta, Kartini Kartono, Dr,Pimpinan dan Kepemimpinan, PT. Raya Grafindo Persada, Jakarta, 1994. Panglaykim, Management Suatu Pengantar, PT. Pembangunan, Jakarta, 1980. H. Mulkanasir, BA., S.Pd., MM, Administration And Management Leadership, Atma Kencana Publishing, 2011. Rivai, Veitzal, Prof.m Dr.,M.B.A, Kiat Memimpin Dalam Abad ke-21, Murai Kencan, Jakarta, 2004. Dr. Husni Rahim Sistem Otoritas dan Aministrasi Islam, PT Logos Kencana Ilmu. 1998, Jakarta.
Sumber Lain: http://www.imdb.com/media/ Fetih 1453 - Wikipedia, the free encyclopedia http://en.wikipedia.org/wiki/Fetih_1453 http://rosid.net/fetih-1453-menjawab-kerinduan-film-tentang-sejarah-kebesaranislam/ http//tweeter@devrim_evin. Turkish State theatre aktor/Direktor. Oyuncu/İstanbul http://www.turkishculture.org/whoiswho/theater/devrim-evin-2780.htm http://tr.wikipedia.org/wiki/Cengiz_Co%C5%9Fkunhttps://www.google.co.id/search?q=Dilek+Serbest&tbm-
Cover Film Battle of Empires Fetih 1453
Cover CD Film 2
Lampiran 2: Antrian Panjang Pembeli Tiket Battles of Empires Fetih 1453
Pemberitaan media mengenai Film Battles of Empires Fetih 1453