ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL DALAM FILM JOKOWI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Ishmatun Nisa NIM 1110051000065
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang Selatan, November 2014
Ishmatun Nisa
ABSTRAK Ishmatun Nisa Analisis Semiotika Pesan Moral Film Jokowi Seiring berkembangnya zaman, penyampaian pesan dakwah yang salah satunya adalah pesan moral yakni dengan menggunakan media elektronik, media cetak, dan internet. Begitu juga dengan film, yang menjadi sarana bagi para movie maker untuk menuangkan ide kreatifnya tanpa batas. Keberadaan film juga disukai berbagai kalangan masyarakat, dari anak-anak, remaja, sampai dewasa yang juga sebagai media komunikasi. Dengan media film bisa meningkatkan inovasi dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah termasuk pesan moral. Film Jokowi adalah film fiksi yang dibuat berdasarkan kehidupan masa kecil Jokowi seorang anak miskin yang ingin merubah kehidupannya hingga dia menjadi walikota Solo, kemudian gubernur DKI Jakarta, dan sekarang adalah sebagai calon presiden Republik Indonesia. Dimana dalam cerita kehidupan masa kecilnya mengandung banyak pesan moral yang memang ditujukan untuk seluruh kalangan masyarakat khususnya kaum muda. Kemudian muncul pertanyaan, representamen, object, dan interpretant apa saja yang terdapat dalam film Jokowi? Kemudian, apa saja pesan moral yang terdapat dalam film Jokowi? Teori yang digunakan adalah teori Charles Sanders Pierce yaitu dengan melihat tanda representamen (ikon, indeks, simbol), object, dan interpretant. Ikon, indeks, dan simbol adalah trilogi tanda dalam teori ini. Dan tanda-tanda tersebut bekerja untuk menghasilkan makna. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif. Data yang didapatkan dalam penelitian ini bersumber dari DVD Film Jokowi digabungkan dengan buku-buku yang membahas mengenai film dan pesan moral, wawancara, dan juga dokumentasi. Kesimpulannya adalah dalam film Jokowi ini dari sepuluh Scene ini menjelaskan tentang sifat toleransi, hubungan kepada Tuhan, berbakti kepada orang tua, syukur, tolong menolong, rajin, ulet, dan sebagainya. Sepuluh Scene tersebut mengandung pesan-pesan moral yang bisa dicontoh untuk para anak-anak agar tertanam pada diri mereka sifat-sifat atau moral yang mulia. Serta bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi untuk mencapai masa depan yang gemilang. Kata kunci: Film Jokowi, Joko, semiotika, semiotika Charles S. Pierce, pesan moral.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabbil’alamiin. Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkah, kekuatan, dan atas izin yang diberikan-Nya. sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir karya tulis ilmiah ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada yang tersayang, penyeru kebenaran, pembawa keberkahan Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya. Semoga kita tetap istiqomah menjadi umatnya hingga hari kiamat. Aamiin. Selama proses penulisan skripsi yang berjudul ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL DALAM FILM JOKOWI penulis banyak mendapat bantuan, dukungan, serta bimbingan baik secara moril, materil, maupun akademis dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA. Bapak Suparto Ph.D, M.Ed selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak Dr. Sunandar Ibnu Noer, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama. 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky, MA, dan Sekertaris Jurusan KPI Ibu Fita Fathurrokmah, SS., M.Si yang membantu penulis dalam menjalankan
ii
proses birokrasi yang ada. Serta Bapak Fatoni yang telah banyak membantu penulis dalam hal birokrasi untuk menempuh ujian skripsi ini. 3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, membimbing penulis dalam membuat skripsi yang baik dan benar. 4. Bapak Drs. S. Hamdani, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan kepada penulis. 5. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala pengetahuan dan pengalaman berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Seluruh Staf Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpusatakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mencari bahan referensi penelitian ini. 7. Kedua orang tua saya, Bapak Abdul Kalim dan Ibu Titing Aisyah, S.Pd.SD, yang tidak pernah lelah dalam mendidik anak-anaknya, terimakasih untuk kasih sayang, do’a, nasihat, serta fasilitas yang diberikan. Adik saya Nur Muhammad Imannuddien dan Aghnia Ulya Musyarrofatul Maula terimakasih untuk warna-warni dalam kesehariannya. Emak Saya, dan keluarga terimakasih sudah bekerja di rumah dan membantu saya dengan kesabaran yang luar biasa selama 18 tahun ini. 8. Keluarga Besar Drs. H. A. Mumun Solihin dan Hj. Ai Aminah (Kota Sukabumi, Jawa Barat) dan Keluarga Besar (Alm) Bakri dan (Alm) Siti
iii
Salamah (Kabupaten Jombang, Jawa Timur) atas kasih sayang, dukungan dan do’a yang diberikan. 9. R. Djumantoro Jayengputro, S.Pd terimakasih ayah atas kesabaran, kasih sayang, pengertian, waktu, tenaga, fasilitas, dan semua motivasi dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 10. Terimakasih untuk Azhar Kinoi Lubis, selaku narasumber penulis yakni sutradara film Jokowi yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan data-data untuk melengkapi skripsi ini. 11. Sahabat tercinta Iveta Rahmalia dan Gina Dwi Nur Afifah terimakasih atas pengertian, kesabaran, dan keceriaan yang luar biasa selama ini dan dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini. 12. Alvionita Jayussarah, S.Kom.I dan Marisa Febrilian, S.I.Kom terimakasih telah membantu memberikan arahan dan pinjaman buku yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini. 13. Teman-teman Kece (Andari Novianti, Alfia Nurlayla, Ais Muflihah, Diana Nopiana, Miftakhul Aida, dan Safitri) dan seluruh anggota KPI B 2010 terimakasih untuk kesabaran, bantuan, dukungan, dan keceriaan selama pembuatan skripsi ini dan selama 4 tahun ini. 14. Teman-teman dan senior dari HMJ KPI dan HMI Komfakda terimakasih atas ilmu dan pengalamannya selama saya bergabung. 15. Seluruh bagian yang membantu saya selama ini yang tidak tercantum dalam halaman ini, saya ucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila adanya kesalahan yang saya lakukan.
iv
Tangerang Selatan, November 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………..i KATA PENGANTAR…………………………………………...………………ii DAFTAR ISI………………………………………………………………........ vi DAFTAR GAMBAR…………………………………...……………………... viii DAFTAR TABEL………………..…………………………………….…......... ix
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………..……….. 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ……………………………… 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...…………………………..... 4 D. Tinjauan Pustaka……………………………………..………. 5 E. Metodologi Penelitian………………………………………... 6 F. Sistematika Penulisan……………………………………….. 10
BAB II
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Semiotika …...…...…......……………….. 11 1. Pengertian Semiotika …….………...…..………...…….. 11 2. Semiotika Charles Sanders Pierce ……………………… 12 B. Pesan Moral…………………………………………………..15 C. Tinjauan Tentang Film…………………….………………... 17 1. Pengertian Film………………………..………..……… 17 2. Unsur-unsur Pembentuk Film ………………..………… 18 3. Jenis dan Klasifikasi Film………………..……………... 19 4. Struktur Film…………..…………………………........... 22 5. Sinematografi…………………………..……………….. 23 6. Jenis Suara dalam Film Fiksi …………………………... 24
vi
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM JOKOWI A. Sekilas Tentang Film Jokowi……...……............................... 27 B. Konsep Film Jokowi ……………………………………….. 29 C. Visi dan Misi film Jokowi…………………………………... 29 D. Sinopsis Film Jokowi ………………………………………. 29 E. Karakter Pemain…….………………………………………. 31 F. Profil Sutradara …………………………………………….. 32 G. Profil Pemain Inti Film Jokowi …………………………….. 33
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN A. Temuan Data…………………..…………………………..... 40 B. Makna Representamen, Object, dan Interpretant ………….. 44 C. Interpretasi Penulis Terhadap Film Jokowi.……………….... 73
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan …………………..………………………..…… 78 B. Saran ……………………………………..………..………... 79
DAFTAR PUSTAKA…………….………………………………………….… 80 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teori Charles Sanders Pierce ...…………………………………… 12 Gambar 2.2 Unsur-unsur Pembentuk Film ……………………..……………… 18 Gambar 3.1 Foto Azhar Kinoi Lubis……..………..………………………...…. 32 Gambar 3.2 Foto Teuku Rifnu Wikana…………………………………………. 33 Gambar 3.3 Foto Prisia Nasution..……………………………………………… 34 Gambar 3.4 Foto Susilo Badar………………………………………………….. 35 Gambar 3.5 Foto Ayu Diah Pasha.....................………………………………… 36 Gambar 3.6 Foto Landung Simatupang………...………………………………. 37 Gambar 3.7 Foto Ratna Riantiarno………………….…………...……………... 38
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Tanda Teori Semiotika Pierce………………………………….. 13 Tabel 2.2 Skema Genre Induk Primer dan Sekunder…………………..……….. 22 Tabel 4.1 Scene 1: Kakek Bercerita Menggunakan Wayang Kepada Joko …… 45 Tabel 4.2 Scene 2: Tarti Mengajak Joko Pergi Bersama …………………......... 48 Tabel 4.3 Scene 3: Anto Memberi Joko Uang …………………………………. 51 Tabel 4.4 Scene 4: Ibu Guru Mengumumkan Nilai Ulangan ………………...... 54 Tabel 4.5 Scene 5: Bapak dan Joko Sedang Memancing di Sungai …………… 57 Tabel 4.6 Scene 6: Joko Akan Berangkat Sekolah …………………………….. 60 Tabel 4.7 Scene 7: Joko Sedang Memili Kaset Musik Rock …………………... 63 Tabel 4.8 Scene 8: Ibunda Joko Sedang Berdo’a Setelah Shalat ……………… 66 Tabel 4.9 Scene 9: Joko Menebus Jam Tangan Bapak ………………………… 68 Tabel 4.10 Scene 10: Joko Mengantar Nenek Tua Pulang …………………….. 70
ix
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah luput dari komunikasi. Proses interaksi
berinteraksi sosial melalui simbol dan sistem pesan. Komunikasi pasti memiliki tujuan. Komunikasi adalah transmisi pesan dari suatu sumber kepada penerima. Harold Laswell menegaskan bahwa “cara paling sederhana menggambarkan komunikasi adalah Siapa? Berkata apa? Melalui saluran apa? Kepada siapa? Dan dengan efek apa?”1 Di zaman globalisasi saat ini, kemajuan teknologi media komunikasi dengan berbagai jenis terus meningkat. Ini membawa pengaruh yang besar bagi masyarakat dunia. Banyak faktor yang mengajak manusia untuk hidup serba instan, mewah, dan budaya barat yang telah masuk ke masyarakat Indonesia dari berbagai sisi. Hal ini menjadikan adanya pergeseran tata nilai moral dan budaya yang terjadi. Beragam media komunikasi baik visual dan audiovisual pun hadir di masyarakat. Hal ini menjadi kebutuhan mendasar bagi manusia. Apalagi inovasi yang terus muncul dalam media komunikasi menjadikan menjadi lebih canggih dari sebelumnya. Ini dapat dimanfaatkan oleh umat Islam sebagai media berdakwah dalam peningkatan iman dan takwa. Media komunikasi juga dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan moral baik yang terkandung dalam 1
Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa, Edisi Kelima, (Jakarta, Erlangga, 2008),
h. 5.
1
2
Islam atau yang diterima masyarakat. Oleh karena itu praktisi dakwah dituntut untuk lebih berinovasi melalui media komunikasi dalam menyampaikan pesan moral dan nilai-nilai Islam kepada masyarakat. Pesan moral yang disampaikan melalui media komunikasi sangat banyak jenisnya. Salah satunya adalah melalui media film yang bersifat komprehensif bagi masyarakat. Film merupakan karya estetika dan alat informasi yang memiliki sifat penghibur dan dapat menjadi sarana edukasi bagi penikmatnya. Di sisi lain juga dapat menyebarluaskan nilai-nilai budaya baru. Film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media pembujuk. Namun yang jelas, film sebenarnya memiliki kekuatan bujukan atau persuasi yang besar. Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menunjukkan bahwa sebenarnya film juga sangat berpengaruh. 2 Film muncul dari kreatifitas. Diperlukan ide-ide, konsep, teknis, dan memerlukan waktu dan proses yang panjang untuk menghasilkan karya yang berkualitas secara visual dan verbal. Pencarian ide atau gagasan ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti mengangkat kisah dari novel, kisah nyata, cerpen, puisi, dongeng, atau bisa juga mengacu pada catatan pribadi. Salah satu film yang diangkat dari kisah nyata adalah Jokowi. Film Jokowi berusaha memberi warna pada perfilman Indonesia. Film ini banyak mengungkap pesan-pesan moral dan sosial yang ditujukan bagi generasi muda agar semangat menggapai kehidupan yang lebih baik lagi. Film ini merupakan kisah nyata anak tukang kayu yang miskin yang sukses memimpin 2
Rivers, L. William, dkk, Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 252.
2
3
kota Solo yakni Ir. H. Joko Widodo. Dari pesan moral yang dia dapatkan dari orang tua, situasi, pengalaman, dan keadaan yang dia rasakan mengungkap bahwa untuk maju tidak perlu melihat latar belakang yang susah. Semua dapat maju asalkan terus berusaha dan berdo’a. Sosok Jokowi
memiliki nilai
lebih di mata
masyarakat.
Saat
kepemimpinannya sebagai walikota Solo beliau masuk ke dalam sepuluh besar walikota terbaik di dunia. Dan juga banyak gebrakan-gebrakan dalam kebijakan dan hasil-hasil yang ditunjukkan dari kepemimpinannya. Hal ini langsung menjadi sorotan masyarakat Indonesia. Kota Solo berhasil maju drastis di berbagai sektor melalui tangan Jokowi. Film ini mendapat sambutan yang sangat baik bagi masyarakat Indonesia. Saat peluncuran film ini, beliau sudah menjadi Gubernur DKI Jakarta. Beliau dikenal merakyat, sederhana, dan gemar blusukan. Karena sosok pemimpin seperti ini sudah jarang ditemui di Indonesia. Hal ini menjadikan elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) terus meningkat di masyarakat Indonesia. Apalagi saat ini beliau adalah salah satu calon presiden 2014-2019. Dengan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tanda-tanda komunikasi yang tersirat di dalamnya dan makna simbolis mengenai pesan moral yang disampaikan pada film Jokowi. Dari apa yang telah dipaparkan diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian sekaligus dijadikan sebagai judul skripsi, yaitu: ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL DALAM FILM “JOKOWI”.
3
4
B.
Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka apa yang menjadi sorotan dalam film ini adalah sepuluh adegan (scene) baik secara visual dan verbal yang berisi pesan moral. Peneliti menganalisis tanda-tanda sebagai bentuk representasi yang terkandung di dalamnya. 2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: a. Apa representamen, object, dan intrepretant yang terdapat dalam film Jokowi? b. Bagaimana interpretasi penulis terhadap film Jokowi?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Melihat permasalahan di atas, maka tujuan dan manfaat dari penelitian ini
dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Tujuan penelitan ini adalah mengetahui dan memahami representamen, object, dan intrepretant yang terdapat dalam film Jokowi. 2. Manfaat penelitian terbagi menjadi: a. Manfaat Akademis Menambah informasi dan referensi perkembangan dunia film sebagai sarana komunikasi dan fungsinya sebagai penyampaian pesan-pesan positif diberbagai sisi. Salah satunya adalah pesan moral.
4
5
Adanya kesadaran masyarakat bahwa film saat ini tidak hanya sekadar tontonan atau hiburan saja, tetapi dapat berdiri sendiri, menyampaikan pesan, dan penuh makna. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan para akademisi dakwah dalam mengemas pesan melalui media audio visual yaitu film. Moral selain itu, dapat menambah informasi bagi penelitian yang sama dalam pembahasan analisis semiotika film.
D.
Tinjauan Kepustakaan Sebelum peneliti melakukan analisis semiotika terhadap film Jokowi, telah
ada penelitian-penelitian sebelumnya yang menganalisis makna dan tanda menggunakan semiotika sebagai metode analisis maupun penelitian yang meneliti film dengan metode yang sama ataupun berbeda. Adapun dua penelitian terdahulu yang menggunakan semiotika sebagai metode penelitian untuk menganalisis makna dan film sebagai unit analisisnya. 1. “Analisis Semiotik Pesan Moral Film Three Idiots”, oleh Mohamad Samlawi, tahun 2013, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. “Analisis Semiotika Film CIN(T)A Karya Sammaria Simanjuntak”, oleh Nurlaelatul Fajriah, tahun 2011, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5
6
Banyaknya skripsi mengenai semiotika yang ada, tetapi penulis tidak menemukan skripsi tentang Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Jokowi. Jadi dapat disimpulkan bahwa penulis adalah orang pertama yang mengambil skripsi mengenai hal tersebut.
E.
Metodologi Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif. Jenis penelitian kualitatif berfungsi untuk menjelaskan suatu fenomena atau objek penelitian sekomprehensif mungkin melalui pengumpulan data sedalamdalamnya. 3 Disamping itu, pendekatan ini juga memungkinkan peneliti untuk menggunakan data sebaik mungkin hingga mampu mengembangkan komponen-komponen keterangan yang analitis, konseptual, kategoris, dan fleksibel. “Menurut Denzim dan Lincoln (1987), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.”4 Penelitian ini dapat dikatakan penelitian yang mengandalkan data, tidak menjadikan populasi atau sampling sebagai prioritas. Yang ditekankan kualitas bukan kuantitas. Dalam proses pembentukannya, penelitian kualitatif ini dikemas secara deskriptif. Sifat penelitian deskriptif ini
3
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h. 56. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, h. 5. 4
6
7
bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.5 Penelitian kualitatif-deskriptif, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dan semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.6
2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik, yang secara umum bersifat kualitatif deskriptif. “Semiotika mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.”7 Peneliti memilih analisis semiotika Charles S. Pierce untuk menganalisis film Jokowi ini.
3. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan kepada pemeran penting dalam film ini yakni sosok Joko. Beberapa potongan gambar dalam film ini diamati dan dianalisis berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.
5
Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 69. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 11. 7 Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 263.
6
7
8
4. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data dan dokumen maupun literatur yang mendukung penelitian. Data-data yang dikumpulkan dalam teknik ini terbagi dua, yaitu: 1) Data Primer Studi dokumentasi yang dilakukan penulis dengan melakukan pencarian sebelas scene film Jokowi yang mengandung pesan moral. Sepuluh scene itu diambil dari DVD Original Film Jokowi sebagai data primer. 2) Data Sekunder Selain pengumpulan data primer, penulis juga melakukan pencarian melalui sumber-sumber tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian ini sebagai data sekunder. Mengkaji berbagai literatur yang sesuai dengan materi penelitian melalui buku, artikel, dan internet. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Proses percakapan ini dilakukan langsung (face to face) dengan penulis yang merupakan sutradara film Jokowi yakni Azhar Kinoi Lubis untuk mengklarifikasi tentang informasi film Jokowi.
8
9
5. Unit Analisis Berdasarkan subjek pada penelitian ini yakni film, maka unit analisis dalam penelitian ini meliputi tanda-tanda verbal dan tanda-tanda visual (non verbal) yang terdapat dalam setiap scene dengan menggunakan teknik semiotika.
6. Teknik Analisa Data Penulis menggunakan mertode analisis semiotika dengan teori Charles S. Pierce untuk teknik analisis datanya. Analisis ini bertujuan untuk melihat bagaimana serangkaian tanda bekerja untuk membentuk suatu realitas atau makna tertentu. Dalam penelitian ini, semiotika Charles S. Pierce dipilih untuk menganalisa makna dibalik tanda-tanda yang tersaji dalam scene film Jokowi karya Azhar Kinoi Lubis. Karya film yang akan dianalisis dalam penelitian ini memiliki latar belakang pesan moral yang cukup kental. Peneliti harus mempelajari dan memahami definisi pesan moral pada umumnya. Menurut Kriyantono, analisis semiotika berupaya untuk menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada penggunaan tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil dari pengaruh berbagai konstruksi sosial dimana pengguna tanda tersebut berada.8
8
Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 264.
9
10
F.
Sistematika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini terdapat latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI Dalam bab ini berisi tentang konsep semiotika, semiotika Charles Sanders Pierce, pesan moral, film, klasifikasi film, struktur film, sinematografi, dan jenis suara dalam film fiksi.
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM JOKOWI Pada bab ini pembahasan gambaran umum film Jokowi, profil pemain, dan sinopsis film.
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN Bab ini membahas tentang analisis penelitian yang mencakup analisis semiotika gambar (film Jokowi) model Semiotika Charles S. Pierce) dan interpretasi penulis terhadap film tersebut.
BAB V
PENUTUP Penulis mengakhiri skripsi ini dengan memberikan kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah pada bab I dan disertai dengan saran-saran dari penulis.
10
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Tentang Semiotika 1. Pengertian Semiotika Kata “semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda” atau seme, yang berarti “penafsir tanda” Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika. Semiotika pada dasarnya merupakan studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna. Menurut Charles S. Pierce semiotika yakni “doktrin formal tentang tanda-tanda” (the formal doctrine of signs); sementara bagi Ferdinand de Saussure semiologi adalah ilmu umum tentang tanda, “suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat” (a science that studies the life if signs within society). Dengan demikian, bagi Pierce semiotika adalah suatu cabang dari filsafat; sedangkan bagi Saussure semiologi adalah bagian dari disiplin ilmu psikologi sosial.1
Semiotika
pada
dasarnya
hendak
mempelajari
bagaimana
kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate).2
1 2
Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 3. Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 16.
11
11
12
Istilah kata semiotika disamping kata semiologi sampai kini masih dipakai. Selain istilah semiotika dan semiologi dalam istilah linguistik adapula digunakan istilah lain seperti semasiologi, sememik, dan semik untuk merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang.3 Tujuan analisis semiotik yakni “berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Yang dimaksud “tanda’ ini sangat luas. Peirce membedakan tanda atas lambang (symbol), ikon (icon), dan indeks (index).”4
2. Semiotika Charles Sanders Pierce Charles Sanders Pierce kata Aart van Zoest adalah seorang filsuf Amerika yang paling orisinil dan multidimensional. Pierce lahir dalam sebuah keluarga intelektual pada tahun 1839 (ayahnya, Benjamin adalah seorang profesor matematika di Harvard). Pada tahun 1859, 1862, dan 1863 secara berturut-turut ia menerima gelar B.A., M.A., dan B.Sc. dari Universitas Harvard.
Semiosis
interpretant
sign
representamen
object
Gambar 2.1 Teori Charles Sanders Pierce 3
Ibid. h. 11. Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2006, ed. 1, h. 264. 4
13
Teori dari Pierce sering kali disebut ‘grand theory’ dalam semiotika karena gagasan Pierce bersifat menyeluruh, deskripsi struktural, dari semua sistem penandaan. Pierce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Sebuah tanda atau representamen menurut Charles S. Pierce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain oleh Pierce disebut interpretant dinamakan sebagai interpretant dari tanda yang pertama, pada gilirannya akan mengacu pada objek tertentu. Dengan demikian menurut Pierce, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi ‘triadik’ langsung dengan interpretan dan objeknya.Apa yang dimaksud dengan proses ‘semiosis’ merupakan suatu proses yang memadukan entitas (berupa representamen) dengan entitas lain yang disebut objek. Proses ini oleh Pierce disebut sebagai signifikasi. 5
Tabel 2.1 Jenis Tanda Teori Charles Sanders Pierce Hubungan antar Tanda dan Jenis Tanda (Representamen) Sumber Acuannya Ikon Tanda dirancang untuk merepresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar, dan seterusnya, dalam ikon). Indeks Tanda dirancang untuk mengindikasikan sumber acuan atau saling 5
Contoh Segala macam gambar (bagian, diagram, dan lainlain), photo, kata-kata onomatopoeia, dan seterusnya. Jari yang menunjuk, kata keterangan seperti, di sini, sana,
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi : Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 17-24.
14
menghubungkan sumber acuan. Simbol
kata ganti seperti aku, kau, ia, dan seterusnya. Tanda dirancang untuk Simbol sosial seperti menyandikan sumber acuan mawar, simbol melalui kesepakatan atau matematika, dan persetujuan. seterusnya.
Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Pierce terhadap tanda memiliki kekhasan meski tidak dibilang sederhana. Pierce membedakan tipe-tipe tanda menjadi: ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol) yang didasarkan atas relasi diantara representamen dan objeknya sebagai berikut.6 a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kausalitas. Contohnya sebagian besar rambu lalu lintas merupakantanda yang ikonik karena ‘menggambarkan’ bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya. b. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial diantara representamendan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. Contoh jejak telapak kaki di atas permukaan tanah, misalnya, merupakan indeks dari seseorang atau binatang yang telah lewat di sana, ketukan pintu merupakan indeks dari kehadiran seorang ‘tamu’ di rumah kita. 6
Ibid, h. 24.
15
c. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. Tak sedikit rambu lalu lintas yang bersifat simbolik.
B.
Pesan Moral Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa Latin, mores yaitu
jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik-buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral menurut istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, buruk.7 Pengertian moral juga dijumpai dalam The Advanced Leaner’s Dictionary of Current English. Di buku ini dikemukakan beberapa pengertian moral sebagai berikut. 1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk; 2. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah; 3. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa “moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, 7
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), h. 92.
16
maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik.”8 Achmad Charris Zubair dalam bukunya berjudul Kuliah Etika mengatakan bahwa kesadaran moral merupakan faktor penting untuk memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berprilaku susila, dan perbuatannya selalu sesuai dengan norma yang berlaku. Kesadaran moral erat hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, gewetan, dan dalam bahasa Arab disebut dengan qalb fu’ad. Dan kesadaran moral mencangkup tiga hal, yakni perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral, kesadaran moral juga dapat berwujud rasional dan obyektif, dan kesadaran moral juga dapat muncul dalam bentuk kebebasan.9 Moral atau Moralitas berarti suatu orientasi aktivitas yang impersonal. Tindakan demi kepentingan diri sendiri tidak pernah dianggap bersifat moral. Tetapi jika perilaku yang bersifat moral tidak diorientasikan kepada diri sendiri, obyek manakah yang pantas menjadi fokusnya? “Karena orang lain tidak dapat menuntut secara sah kepuasan yang jika ditujukan kepada diri kita sendiri akan bersifat amoral, maka obyek perilaku moral haruslah sesuatu yang berada di luar diri seseorang atau di luar seseorang sejumlah orang dari sejumlah orang lain.”10 Kategori berdasarkan pesan moral terbagi menjadi tiga macam, yaitu:11 a. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan b. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri c. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk dengan alam.
8
Ibid, h. 92-93. Ibid, h. 94-95. 10 Emile Durkheim, Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. xi. 11 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University, 1998), h. 323. 9
17
Pesan moral ditangkap melalui penafsiran cerita film. Adegan-adegan yang mengandung suatu materi atau gagasan mengenai ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan kelakuan atau nilai luhur dalam film tersebut merupakan pesan moral yang ingin disampaikan pembuat film kepada penontonnya. Hal ini berhubungan dengan kehidupan seperti sikap, tingkah laku, prinsip, pendirian, dan sebagainya. Penyampaian hal tersebut melalui penampilan aktor-aktor pada cerita.
C.
Tinjauan Teoritis Film 1. Pengertian Film Film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop).12 “Film adalah gambaran hidup, juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Pengertian secara harfiah, film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema dan tho artinya phytos (cahaya), graphie atau graph (tulisan atau gambar atau citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak denga cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut dengan kamera.”13
12 Meity Taqdir Qodratillah dkk, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), h. 125. 13 AS. Haris Sumandiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 27.
18
2. Unsur-unsur Pembentuk Film Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Dapat dikatakan bahwa unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film. FILM
Unsur Naratif
Unsur Sinematik Mise en scene Sinematografi Editing Suara Gambar 2.2
Unsur-unsur Pembentuk Film Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya. Seluruh elemen tersebut membentuk unsur naratif secara keseluruhan. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan. Seluruh jalinan peristiwa
19
terikat oleh sebuah aturan yakni hukum kausalitas (logika sebab-akibat). Aspek kausalitas bersama unsur ruang dan waktu adalah elemen-elemen pokok pembentuk naratif. Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film. Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok yakni, mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara. Mise-en-scene adalah segala hal yang berada di depan kamera. Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan objek yang diambil. Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) lainnya. Sedangkan suara adalah segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran. Seluruh unsur sinematik tersebut saling terkait, mengisi, serta berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk unsur sinematik secara keseluruhan. 14
3. Jenis dan Klasifikasi Film Secara umum film dapat dibagi menjadi menjadi tiga jenis, yakni:15 a. Film Dokumenter Kunci utama dalam film dokumenter adalah adalah penyajian fakta. Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguhsungguh terjadi atau otentik. Film dokumenter tidak memiliki plot namun
14
Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 1-2. Ibid, h. 4-8.
15
20
memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau argumen dari sineasnya. Film dokumenter juga tidak memiliki tokoh protagonis dan antagonis, konflik, serta penyelesaiannya. Struktur bertutur film dokumenter umumnya sederhana dengan tujuan agar memudahan penonton untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagi maksud dan tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi, politik (propaganda), dan lain sebagainya. b. Film Fiksi Berbeda dengan jenis film dokumenter, film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terikat hukum kausalitas. Cerita biasanya juga memiliki karakter protagonis dan antagonis, masalah dan konflik, penutupan, serta pola pengembangan cerita yang jelas. Dari sisi produksi dan manajemen film fiksi terbilang lebih kompleks. c. Film Eksperimental Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi insting subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin mereka. Film eksperimental umumnya juga tidak bercerita apapun bahkan kadang menentang kausalitas, seperti yang dilakukan para sineas surealis dan dada.Filmfilm eksperimental umumnya bersifat abstrak dan tidak mudah dipahami.
21
Hal ini disebabkan karena mereka menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri. Terdapat berbagai macam metode dalam mengklasifikasi film. Adapun metode yang paling mudah dan sering digunakan dalam mengklasifikasi film adalah berdasarkan genre. Dalam film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama (khas) seperti seperti setting, isi, subyek cerita, tema, struktur cerita, aksi atau peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, mood, serta karakter. Klasifikasi tersebut kemudian menghasilkan genre-genre populer. Hollywood sebagai industri film terbesar di dunia sejak awal dijadikan sebagai titik tolak perkembangan genre-genre besar dan berpengaruh. Genre-genre besar dikelompokkan menjadi dua, yaitu:16 a. Genre Induk Primer Genre induk primer merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan populer sejak awal perkembangan sinema era 1900-an hingga 1930-an. Bisa dikatakan bahwa setiap film pasti mengandung setidaknya satu unsur genre induk primer. Namun lazimnya sebuah film adalah kombinasi dari beberapa genre induk sekaligus. b. Genre Induk Sekunder Genre induk sekunder adalah genre-genre besar dan populer yang merupakan pengembangan atau turunan dari genre induk primer.
16
Ibid,h. 10-21.
22
Genre induk sekunder memiliki ciri-ciri dan karakter yang lebih khusus.
Tabel 2.2 Skema Genre Induk Primer dan Sekunder
4.
Genre Induk Primer
Genre Induk Sekunder
Aksi
Bencana
Drama
Biografi
Epik Sejarah
Detektif
Fantasi
Film noir
Fiksi-Ilmiah
Melodrama
Horor
Olahraga
Komedi
Perjalanan
Kriminal dan Gengster
Roman
Musikal
Superhero
Petualangan
Supernatural
Perang
Spionase
Western
Thriller
Struktur Film Secara fisik film memiliki struktur dan dapat dipecah menjadi unsur-
unsur, yakni:17 a. Shot Shot selama produksi film memiliki arti proses perekaman gambar sejak kamera diaktifkan (on) hingga kamera dimatikan (off) atau sering diistilahkan satu kali take (pengambilan gambar). Sementara shot setelah 17
Ibid, h. 29-30.
23
film telah jadi (pasca produksi) memiliki artian satu rangkaian gambar utuh yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar (editing). Sekumpulan beberapa shot biasanya biasanya dapat dikelompokkan menjadi beberapa adegan. b. Adegan Adegan adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi (cerita), tema, karakter, atau motif. Satu adegan umumnya tediri dari beberapa shot yang saling berhubungan. c. Sekuen (Sequence) Sekuan adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang utuh. Satu sekuen umumnya terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan.
5.
Sinematografi Sinematografi mencangkup perlakuan sineas terhadap kamera serta
stok filmnya. Dalam framing yang merupakan bagian dari sinematografi terdapat karakteristik jarak. Jarak yang dimaksud adalah dimensi jarak kamera terhadap obyek dalam frame. Kamera secara fisik tidak perlu berada dalam jarak tertentu karena dapat dimanipulasi menggunakan lensa zoom.Adapun dimensi jarak kamera terhadap objek dapat dikelompokkan menjadi tujuh, yaitu:18
18
Ibid,h. 104-106.
24
a. Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh dari objeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak. b. Long Shot merupakan jarak kamera dimana tubuh fisik manusia telah nampak jelas namun latar belakang masih dominan. c. Medium Long Shot merupakan jarak dimana tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang. d. Medium Shot memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame. e. Medium Close-up memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. f. Close-up umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah obyek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas dan gestur yang mendetil. g. Extreme Close-up mampu memperlihatkan lebih mendetil bagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan lainnya atau bagian dari sebuah objek.
6. Jenis Suara dalam Film Fiksi Pada dasarnya ada jenis suara dalam film fiksi, yaitu pembicaraan (speech), musik, dan efek suara.Suara pembicaraan sering juga disebut
25
dengan dialog. Pada beberapa kasus, kategori ini bisa saling overlap (menumpuk). Berikut penjelasan lebih rinci:19 a. Pembicaraan terdiri dari 1) Dialog, pembicaraan antara dua orang atau lebih dimana sumber suara atau pembicaranya muncul dalam frame atau tempat kejadian. 2) Monolog, pembicaraan satu orang dimana tokohnya bisa kelihatan berbicara dalam frame atau tokohnya tidak berbicara namun suaranya terdengar. Yang terakhir ini sering disebut monolog interior. 3) Narasi, pembicaraan dimana sumber suara atau pembicara tidak muncul dalam frame atau tidak berada di ruang kejadian. 4) Direct Address, pembicaraan dimana sumber suara atau pembicara
muncul
dalam
frame
dan
mengarahkan
pandangannya langsung ke arah kamera, yang berarti ke arah penonton. b. Musik, terdiri dari: 1) Musik fungsional, yaitu musik yang sumber suaranya tidak tampak pada gambar tetapi mempunyai hubungan fungsional dengan gambar. 2) Musik realistik, musik yang sumber suaranya muncul di dalam adegan frame atau berada di dalam ruang kejadian film. 19
Ming Muslimin, Jenis Suara Pada Film Fiksi, artikel ini di akses pada 30 Oktober 2014 pukul 18.25 WIB dari www.academia .edu/8012843/JENIS_SUARA_PADA_FILM_FIKSI
26
c. Efek suara, terdiri dari: 1) Efek suara realistik, yaitu efek suara yang sumber suara muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film. 2) Efek suara fungsional, efek suara yang sumber suaranya tidak tampak pada gambar tetapi memiliki hubunga fungsional dengan gambar.
BAB III GAMBARAN UMUM FILM JOKOWI
A.
Sekilas tentang Film Jokowi Jokowi adalah fenomena, semenjak menjabat Walikota Solo, pria yang
lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961 ini sudah banyak disebut dimana-dimana, termasuk target pemberitaan media-media kecil maupun besar. Punya nama lengkap Joko Widodo, Jokowi dikenal suka melakukan terobosan-terobosan baru yang justru menyenangkan rakyatnya, bukan sebaliknya menyusahkan, khususnya Kota Solo. Beliau berhasil merelokasikan pedagang kaki lima tanpa berujung rusuh adalah salah satu terobosannya, seperti yang biasa kita lihat di televisi. Saat bangsa ini kekurangan sosok pemimpin yang ideal, Jokowi kemudian tampil bak “Ratu Adil” yang selama ini dinanti-nantikan. Namanya pun makin santer dibicarakan saat di aterjun dalam bursa pemilihan calon Gubernur DKI Jakarta dan berduet bersama Basuki Tjahaja Purnama, atau lebih dikenal dengan Ahok. Ahok dan Jokowi akhirnya memang orang yang dipilih untuk memimpin Ibukota yang punya setumpuk masalah ini. Setelah resmi menjabat, Jokowi pun melakukan gerak cepat merealisasikan visi dan misi ketika berkampanye dulu, membuat namanya hampir tidak pernah absen dari pemberitaan media. Terkesan aji mumpung, KK Dheeraj produser film terkenal pun gerak cepat, memfilmkan Jokowi di bawah bendera production house K2K. “Jokowi” tidak saja menjadi kesempatan untuk KK Dheeraj untuk lebih mengenal Pak
27
28
Gubernur yang juga suka musik metal tersebut. Disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis dengan judul awal “Cerita Kecil Dari Solo”, “Jokowi” mengawali ceritanya dengan kisah masa kecil Joko Widodo, lahir di lingkungan keluarga yang bisa dibilang miskin, Jokowi kecil sudah biasa hidup susah, bahkan harus rela pindah kesana-kemari ketika Bapaknya tak bisa melunasi uang kontrakan rumah. Hanya mengandalkan upah dari kerja sebagai tukang kayu, Bapaknya masih tetap bisa menyekolahkan anaknya dan Jokowi tak menyia-nyiakan kerja keras orang tuanya, di sekolah dia anak yang berprestasi. Dari Sekolah Dasar sampai SMA dan kemudian lanjut kuliah mengambil jurusan kehutanan, Jokowi terus memperlihatkan kalau otaknya memang cemerlang. Kepintarannya pun diikuti oleh perilaku yang terpuji, hasil dari didikan petuah-petuah kebaikan dari Bapak dan kakeknya yang didapat sedari kecil. Sebuah film biopik dengan formula yang bisa dikatakan basi, “from zero to hero” yang menyuguhkan seorang tokoh yang dipuja-puji tanpa cela. Jokowi di film ini benar-benar seperti malaikat, sedikit pun noda tak dibiarkan menyentuh Jokowi dan kesempurnaannya yang sudah dibangun sejak awal film. Satu-satunya kesalahan yang diperlihatkan Jokowi hanya kedapatan berkelahi, akhirnya kena marah oleh Bapaknya, walaupun sebenarnya Jokowi kecil dipukul karena dia menolak uang sogokan dari temannya, balas memukul pun tidak.1
1
Rangga Adithia, Review: Jokowi (2013), artikel ini diakses pada tanggal 17 September 2014 pukul 15.00 WIB dari http://raditherapy.com/2013/06/review-jokowi-2013/
29
B.
Konsep Film Jokowi Konsep film Jokowi menceritakan kehidupan Jokowi saat kecil yang
sumbernya diambil dari ibu, keluarga, dan kerabatnya. Hal itu dikarenakan sang tokoh tidak dapat menjadi sumber dan sulit ditemui. Film ini tidak ada batasan dan penulis cerita bebas berekspresi yang penting tidak melewati konsep yang ada. Hanya saja Jokowi berpesan untuk tidak menyentuh ranah politik dalam ceritanya. Akhirnya difokuskan kepada konsep cerita masa kecil beliau yang bisa menjadi motivasi bahwa orang miskin tidak akan selamanya miskin yang penting kita mau berusaha pasti akan maju.2
C.
Visi dan Misi Film Jokowi Visi yang diangkat adalah menampilkan kehidupan Jokowi dari beliau lahir
khususnya masa kecil beliau yang belum banyak masyarakat tahu hingga menjadi sukses seperti sekarang ini.3 Misinya lewat film ini mampu menampilkan kehidupan beliau dan memberikan pesan moral dan pelajaran besar bagi masyarakat khususnya kaum muda dalam menjalani kehidupan. Senantiasa berusaha dan tidak putus asa dalam menggapai impian untuk mencapai kesuksesan. 4
D.
Sinopsis Film Jokowi Film Jokowi berkisah tentang seorang anak tukang kayu bernama Joko
Widodo, yang tinggal dan hidup di rumah kecil pinggiran sungai. Masa kanak2
Azhar Kinoi Lubis, Sutradara Film Jokowi, Wawancara Pribadi, pada 7 Agustus 2014. Ibid. 4 Ibid. 3
30
kanak yang jauh dari istilah kecukupan telah dilaluinya. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat anak kampung pemburu telor bebek ini meneruskan sekolahnya ke pendidikan yang lebih tinggi. Kecintaanya pada musik rock yang tetap bertahan hingga saat ia menjabat menjadi pemimpin besar nantinya itu, seolah mampu memotivasi semangat hidupnya. Kisah Cinta dengan Iriana, seorang gadis sederhana yang merupakan teman sekolah adiknya menjadi pendorong semangat sang pemimpin masa depan ini untuk menghadapi berbagai tantangan. Sepeninggal Pak Notomiharjo, orang tua, guru sekaligus sahabatnya, Joko seperti tak mau tenggelam dalam kedukaan. Usahanya untuk membuktikan semua pelajaran dari sang ayah, makin keras ia lakukan. Dan waktu mengantarkan anak bantaran kali ini, menjadi sosok yang bukan hanya besar dimata orang-orang disekitarnya namun juga rendah hati dan selalu memanusiakan sesamanya. Dari pinggiran sungai di desa kecil yang bernama Srambatan, Joko telah mampu tampil menjadi pemimpin Kota Solo yang menulis lembaran baru. Setiap orang bangga akan kepemimpinannya, Kota Solo seperti menemukan pahlawan baru. Joko Widodo kini lebih dikenal sebagai Jokowi, sebuah nama yang diberikan seorang pengusaha Prancis yang mengaguminya, yang mana telah menjadi tokoh yang berpengaruh bagi masyarakat Solo dan kelas akan menjadi tokoh yang berpengaruh di Indonesia. 5
5
Indosinema, Sinopsis: Film Jokowi (2013), artikel ini diakses pada Rabu, 3 September 2014 pukul dari http://indosinema.com/2013/05/sinopsis-film-jokowi/
31
E.
Karakter Pemain 1. Teuku Rifnu Wikana Teuku Rifnu Wikana merupakan pemeran utama yakni Joko. Dia berperan sebagai tokoh protagonis. Dia baik hati, rendah hati, sederhana, sopan, pemalu, dan tidak pantang menyerah. 2. Prisia Nasution Sosok Iriana yang diperankan oleh Prisia Nasution adalah termasuk tokoh protagonis. Ia memiliki karakter sopan, rendah hati, pemalu, sederhana, dan setia. 3. Susilo Badar Susilo Badar memerankan tokoh protagonis yakni sebagai Notomiharjo (ayahanda Joko). Sosok yang banyak memberikan pelajaran kepada Jokowi ini memiliki sifat pekerja keras, tanggungjawab, penyayang, mandiri, dan apa adanya. Selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Ia sedikit keras kepada anaknya apabila melakukan kesalahan tanpa harus menyakitinya. 4. Ayu Diah Pasha Tokoh Sujiatmi (ibunda Joko) diperankan oleh Ayu Diah Pasha. Sebagai tokoh protagonis tokoh ini berkarakter keibuan, penyayang, dan setia. 5. Landung Simatupang Sebagai pemeran Wiharjo (kakeknya Joko). Landung Simatupang memiliki
karakter
penyayang,
berpendirian
teguh,
dan banyak
32
memberikan nasihat kepada Jokowi. Ia lebih banyak muncul pada bagian Jokowi kecil. 6. Ratna Riantiarno Tetangga Joko yang diperankan oleh Ratna Riantiarno bernama Bu Harjo memiliki agama yang berbeda dengan agama keluarga Jokowi. Tetapi beliau tetap saling tenggang rasa, peduli, dan saling membantu satu sama lain.
F.
Profil Sutradara Film Jokowi
Gambar 3.1 Foto Azhar Kinoi Lubis Azhar Kinoi Lubis lahir di Kisaran, 20 April 1980, dikenal sebagai Direktur Film. Dia lulus dari departemen Film, Film mengarahkan utama, film dan televisi fakultas, Institut Kesenian Jakarta tahun 2003. Beliau memulai karirnya dengan "Peron", sebuah omnibus berkolaborasi dengan 9 Direktur, bernama "Belkibolang" yang diputar di JIFFEST 2010, Festival Film Internasional Rotterdam 2011, Festival Film Internasional Hongkong 2011, Udine Film Festival 2011. Sekarang, ia sudah mengarahkan 2 film, "Jokowi" dan "Di Balik Pintu Istana".
33
Sebelum "Belkibolang", dia menjadi asisten sutradara dalam 24 judul film, 37 TV proyek komersial dengan beberapa direktur wellknown, seperti Garin Nugroho, Teddy Soeriaatmadja, Ari Sihasale, Hanny R. Saputra, Nan T. Achnas, dll. Dan ia juga memiliki 9 film pendek independen.6 Filmography Azhar Kinoi Lubis sebagai sutradara, meliputi: 2 film (Film Jokowi (2013) dan Film Dibalik Pintu Istana 2014, 22 film televisi, dan 9 film pendek. Sedangkan kiprahnya sebagai asisten sutradara, meliputi: 24 film lokal, 42 video clip/TVC/PSA, dan 6 FTV/sinetron.7
G.
Profil Pemain Inti Film Jokowi 1. Teuku Rifnu Wikana
Gambar 3.2 Foto Teuku Rifnu Wikana Bermodal sedikit ilmu akting, ditinggalkannya kampung halaman di pelosok Sumatera Utara itu. Saking kuatnya tekad untuk mengadu nasib di ibukota, bangku kuliah pun tak lagi diperdulikannya. Menjadi aktor, itu tekadnya. Ilmu akting dirasa cukup bagi Rifnu untuk percaya diri. Keahlian 6 Azhar Kinoi Lubis, About Me, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 12.10 WIB dari http://www.azharkinoilubis.com/About_Me.html 7 Azhar Kinoi Lubis, Filmography, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 12.10 WIB dari http://www.azharkinoilubis.com/Filmography.html
34
itu diasahnya lewat kelompok teater di kampung halaman sejak usia belia. Tak heran, tatkala Rifnu mulai merambah Jakarta 2003, sebuah ajang kompetisi film independen pun dicobanya. Sayangnya, nasib Rifnu masih belum beruntung. Hidup di Jakarta menjadi seorang seniman, tepatnya aktor teater, masih belum cukup, bahkan untuk hidupnya yang masih serabutan. Untunglah, perjuangan itu tidak berlangsung lama. Hanya sekitar setahun di ibukota nasibnya segera berubah. Sudah jamak cerita, jika orang yang mengantar ikut juga diminta ikut audisi. Benar saja, kendati sempat terpikir di benak Rifnu jika dia dikadali, peran itu diperolehnya juga. Bersama sineas Rudy Soedjarwo, jalan karir Rifnu lumayan mulus.Bukan porsi peran yang besar memang. Namun, peran dalam 9 Naga hingga Mendadak Dangdut bisa segera direngkuhnya tanpa banyak kesulitan berarti. Tampang Rifnu pun perlahan mulai familiar di benak pecinta film tanah air. Setelah dengan sabar menanti, akhirnya ada juga film yang menempatkan Rifnu pada porsi penting. 8 2. Prisia Nasution
Gambar 3.3 Foto Prisia Nasution 8
Teuku Rifnu Wikana, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 10.00 WIB http://www.ceritamu.com/info/pemain-film/Teuku-Rifnu-Wikana
35
Prisia Wulansari Nasution, atau lebih dikenal dengan nama Prisia Nasution. Prisia, yang akrab di sapa Phia lahir di Jakarta, 1 Juni 1984. Dia ini adalah seorang artis Indonesia, namanya cukup dikenal oleh masyarakat karena seringnya dia muncul di layar televisi sebagai pemain FTV yang tayang di SCTV.9 Dia juga aktif sebagai model dan pembawa acara. Beragam judul FTV telah dimainkan, dan 4 film sudah yang dibintanginya, seperti Sang Penari, Rectoverso, Laura & Marsha, dan Jokowi. Filmnya yang berjudul Sang Penari (2011) berhasil mengantarkan wanita ini, meraih penghargaan Aktris terbaik FFI 2011 (Festival Film Indonesia).10 3. Susilo Badar
Gambar 3.4 Foto Susilo Badar Susilo Badar adalah seorang aktor dan produser. Film yang telah diperankannya antara lain Angkerbatu (2007), Pokun Roxy (2013), dan
9 Rahasia, Biodata Prisia Nasution, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 10.04 WIB dari http://mencari-rahasia.blogspot.com/2013/05/biodata-prisia-nasution.html 10 Metrotvnews.com, Profil Tokoh: Prisia Nasution, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 9.54 WIB dari http://profile.metrotvnews.com/read/53/prisia-nasution
36
Jokowi (2013). Sedangkan pada film Wanita Tetap Wanita beliau bertindak sebagai line producer.11 4. Ayu Diah Pasha
Gambar 3.5 Foto Ayu Diah Pasha Ayu Diah Pasha lahir di Makassar, 4 Februari 1964. Sarjana Hukum lulusan Universitas Trisakti Jakarta ini menambah wawasan dan keterampilannya dengan berbagai pendidikan yang berkaitan erat dengan upaya pengayaan diri. Ayu sering tampil sebagai peragawati dan kini aktif sebagai pembicara dan moderator dalam berbagai seminar dan talk show, MC di berbagai acara, juga pemain sinetron, film & teater. Pengalamannya sebagai pengajar grooming, etiket, komunikasi dan body language untuk berbagai kalangan boleh dikatakan tak terbilang. 12 Ayu Diah Pasha memang lebih sering terlihat di layar televisi. Puluhan sinetron telah dia bintangi. Selain dunia sinetron, dia juga aktif tampil di sebagai host di beberapa acara televisi, aktor dalam berbagai pertunjukkan teater, serta dunia perfilman. Film yang pernah dibintanginya, 11 Susilo Badar, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 12.09 WIB dari http://www.imdb.com/name/nm2682075/ 12 Ayu Diah Pasha, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014 pukul 12.03 WIB darihttp://ayudyahpasha.wordpress.com/about/
37
yaitu: Petualangan 100 Jam (2004), Mengejar Matahari (2004), Dunia Mereka (2006), Menebus Impian (2010), Cinta 2 Hati (2010), My Last Love (2012), Cinta Tapi Beda (2012), Jokowi (2013), dan Soul Quest (upcoming).13 5. Landung Simatupang
Gambar 3.6 Foto Landung Simatupang Landung lahir di Yogyakarta, 25 Nopember 1951. Dia adalah seorang aktor dan sutradara teater yang berdomisili di Yogyakarta. Perjalanan karirnya dimulai dengan terjun kedalam dunia teater saat kuliah di Gadjah Mada. Sejak itu, ia mulai terlibat dalam pementasan teater luar negeri bersama dengan Black Swan Theater Company, dari Perth, Australia. Dengan berbagai kelompok Teater, Landung telah menyutradarai dan memainkan naskah-naskah Indonesia maupun asing. Keahliannya
dalam
berbahasa
Inggris
dimanfaatkan
sebagai
penerjemah, dan mengajar bahasa Inggris di berbagai sekolah, yang kemudian menggembangkannya pula sebagai editor dan peneliti. Salah satunya pernah mengajar di Fakultas Sastra UGM jurusan Inggris dan
13
Ibid.
38
menjadi asisten publikasi Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan UGM, asisten peneliti Lembaga Pengkajian Kebudayaan UGM, dan peneliti Seksi Monitoring Sosial Yayasan Dian Desa. Filmografi Landung Simatupang, yaitu: Pendekar Tongkat Emas (2014), Negeri Tanpa Telinga (2014), Jokowi (2013), Optatissimus (2013), Ambilkan Bulan (2012), Rindu Purnama (2011), Sang Penari (2011), Soegija (2011), Rumah Dan Musim Hujan (2011), Garuda Didadaku (2009), dan Sang Pemimpi (2009).14 6. Ratna Riantiarno
Gambar 3.7 Foto Ratna Riantiarno Ratna Riantiarno adalah seorang aktris, manajer seni pentas dan juga aktivis teater Indonesia. Lahir di Manado, 23 April 1952, Ratna mengenal dunia kesenian lewat seni tari, yang kemudian mengantarkan dirinya berkeliling dunia. Sementara seni drama digeluti pada 1969 dengan pementasan pertamanya bersama Teater Kecil dalam lakon Kapai Kapai (1969). Disusul
14
Landung Simatupang, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014 pukul 12.15 WIB darihttp://www.indonesianfilmcenter.com/cc/yohanes-rusyanto-landung-laksonosimatuandung-simatupang.html
39
perannya dalam beberapa pementasan karya Arifin C. Noer, seperti Sumur Tanpa Dasar, Mega-Mega, Madekur Tarkeni, dan Kocak-Kacik. Ratna kemudian ikut mendirikan Teater Koma, pada 1 Maret 1977. Bermain dalam banyak lakon karya penulis drama dan sutradara, N. Riantiarno, yang kemudian pada 1978 menikahinya. Bersama Teater Koma, lakon yang pernah didukungnya seperti Rumah Kertas, Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Primadona, Sampek Engtay, Konglomerat Burisrawa, Suksesi, Kala, Republik Bagong, Presiden Burung-Burung, Republik Togog, dan Maaf.Maaf.Maaf. Selain seni panggung, Ratna juga mengeluti dunia film. Film Akibat Buah Terlarang, Jangan Ambil Nyawaku, PetualangPetualang, Jakarta 66, Opera Jakarta, Petualangan Sherina, Brownies, Rindu Purnama, dan Jokowi adalah sejumlah film yang turut dibintanginya. Di sisi lain Ratna juga pernah bekerja sebagai asisten kehumasan Majalah Pertiwi, direktris perusahaan PR, RR & Associates dan pernah menduduki sejumlah jabatan penting di bidang kebudayaan, termasuk sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta, periode 1996-2003.15
15
Profil Ratna Riantiarno, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014 pukul 12.16 WIB dari http://www.kapanlagi.com/indonesia/r/ratna_riantiarno/
BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITAN
A.
Temuan Data Terdapat berbagai macam metode dalam mengklasifikasi film. Adapun
metode yang paling mudah dan sering digunakan dalam mengklasifikasi film adalah berdasarkan genre. Film Jokowi termasuk ke dalam genre drama. Film drama umumnya berhubungan dengan cerita, tema, karakter, dan suasana yang memotret kehidupan nyata. Alur cerita dalam film drama terkadang membuat penonton tersenyum, sedih, bahkan sampai meneteskan air mata. Karena film ini mengisahkan realita kehidupan masa kecil sosok yang berasal dari keluarga miskin dan perjuangan hidupnya hingga menjadi orang besar. Di Indonesia banyak film yang hampir mirip dengan film ini. Hanya saja biasanya cerita fiksi. Atau kisah nyata seseorang biasa yang inspiratif yang diangkat ke layar lebar. Untuk film Jokowi ini sosok yang di angkat adalah sosok dari kalangan pemerintahan yang menarik perhatian seluruh masyarakat Indonesia saat ini. Sangat jarang ini terjadi. Jika itu ada, sosok yang di angkat sudah meninggal atau pahlawan. Film berjudul Jokowi mengusung tema perjuangan hidup dan cinta. Film ini diangkat dari kisah nyata sosok Jokowi dari mulai beliau lahir sampai dilantiknya beliau menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dalam film ini diceritakan dari beliau adalah seorang anak miskin, hingga menjadi pengusaha mebel, dan menjadi orang nomor 1 di Jakarta. Penderitaan-penderitaan yang terjadi pada Jokowi dan
40
41
keluarganya banyak dikisahkan. Dapat dikatakan alur ceritanya adalah alur mundur. Karena mengisahkan kejadian tahun 1961-2012.Padahal film ini diproduksi pada tahun 2013. Film ini berlatar tahun 1961 saat Jokowi lahir. Dan 1965 saat Jokowi Balita.Tahun 1973 saat Jokowi Sekolah Dasar. Dan tahun 1976 saat Jokowi SMA.Semua berlatar Surakarta. Saat Jokowi kuliah di UGM berlatar Yogyakarta. Film ini memiliki konsep Jawa. Hal itu terlihat pula dengan gaya pakaian, bentuk rumah, adat istiadat, tradisi, alat transportasi, dan tempat makan angkringan yang digunakan sangat cocok dengan latar tahun yang diceritakan. Memang sekilas terlihat biasa. Namun bagi orang yang sudah lama tinggal di kota dan khususnya yang masih berdarah Jawa membuat mereka nostalgia dengan masa lalu. Beberapa wilayah yang digunakan sebagai lokasi syuting yaitu Kali Anyar, Keraton, Kauman, Pasar Gede, dan Laweyan. Dalam film ini pemain dapat memerankan peran mereka dengan baik.Mulai dari Jokowi kecil. Jokowi saat masih bayi diperankan oleh Ilham Ridho Ilahi, saat usia 4 tahun diperankan oleh Vincentius Aldy Pyo, dan saat usia 10 tahun diperankan oleh Ilham Rohman Wijaya. Mereka bukan aktor tetapi anakanak asli pinggiran Kalianyar yang benar-benar baru belajar akting saat itu dan tidak memiliki pengalaman sama sekali. Setelah diberi arahan dan dididik mereka sanggup memerankan tokoh Jokowi kecil dengan sangat baik. Tokoh utama yang ditampilkan, yakni Jokowi dewasa diperankan oleh Teuku Rifnu Wikana dengan sangat menjiwai dan sesuai dengan sosok Jokowi. Sosok Ibu Iriana yang diperanan Prisia Nasution juga optimal diperankan. Begitu pula sosok kakek
42
(Landung Simatupang), ayah (Susilo Badar), dan ibu (Ayu Diah Pasha), dan Bu Hardjo tetangga Jokowi (Ratna Riantiarno) membuat para penonton tersentuh dengan akting yang dibawakan. Film ini berdurasi 117 menit. Bagian pertama film ini bercerita tentang realita. Dimana kehidupan Jokowi sangat berbeda 100% dari sekarang. Hal ini sangat baik jika ditonton oleh anak-anak karena sangat inspiratif. Menurut saya, bagian ini merupakan bagian paling spesial di hati masyarakat. Karena selama ini mereka hanya tahu kehidupan Jokowi saat sudah sukses. Tapi mereka tidak tahu dengan kehidupan masa kecilnya. Bagian kedua bercerita tentang asmaranya dengan Iriana yang membawa kebahagiaan dan tawa bagi penonton. Saat itu masih berstatus mahasiswa. Dan bagian ketiga adalah bagian sedih dimana saat dimarahi bapaknya tapi bapaknya malah menyalahkan dirinya sendiri, saat rumahnya di hancurkan oleh petugas, dan saat dia kehilangan orang tua yang dicintainya yaitu kakek dan bapaknya. Beberapa pesan moral yang ditunjukkan disini diantaranya adalah selalu berusaha, tidak mudah putus asa, dan ulet terhadap kehidupan. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Insyirah ayat 1-8 berikut:
“(1) Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, (2) Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, (3) yang memberatkan punggungmu?, (4) Dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.(5) Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (6)
43
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (7) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguhsungguh urusan yang lain, (8) Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” Dari ayat diatas terdapat isi kandungan:1 1. Sabar atau berlapang adalah kunci menghilangkan kesulitan, rintangan dan cobaan. Kita harus menerima ujian dari Allah SWT dengan hati yang tenang (sabar dan ikhlas) agar beban yang dipikul kita tidak terasa. Allah meringankan beban Nabi Muhammad sengan beberapa cara sebagai berikut. a. Allah mengangkat derajat
Nabi Muhammad dengan cara
meninggikan dan memuliakan akhlaknya di sisi Allah. b. Penyebutan lafaz Allah selalu berdampingan dengan nama Muhammad. Contohnya dalam dua kalimat syahadat. c. Dimasukkannya seorang umat, Adikknya Umar Bin Khatab, Fatimah. 2. Dibalik kesulitan itu ada kemudahan. Ulet adalah sifat yang harus kita miliki. Orang yang ulet akan selalu mencari jalan keluar dalam memecahkan masalah. Tentunya dengan disertai sabar dan tidak mudah putus asa. 3. Bekerja keras disertai niat sungguh-sungguh, insya Allah keinginan kita dapat terkabul. Orang yang terbiasa hidup kerja keras mereka selalu bekerja menyelesaikan masalah yang belum tuntas. Pekerja 1
Arsyadini Basnur, Jangan Menyerah!! (Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Menghindari Perilaku Berputus Asa), artikel ini diakses pada tanggal 17 Septermber 2014 pukul 01:23 WIB dari arsyadinib.blogspot.com/2013/05/jangan-menyerah-ayat-ayat-al-guran.html?m=1
44
keras juga orang yang pandai membagi waktu. Bayangkan saja, apabila mereka menggunakan waktu untuk nongkrong dipinggir trotoar, hidup mereka tidak akan sukses. Karena sesungguhnya kebanyakan orang sukses berasal dari kerja keras. Berusaha dari nol dan pantang menyerah. Untuk mempermudah para pembaca mengerti apa yang diteliti, penulis membuat tabel yang membedakan Representamen (Ikon, Indeks, Simbol), Object, dan Interpretant yang terdapat dalam teori Charles Sanders Peirce, serta yang mangandung makna pesan moral dalam film Jokowi. Selain itu penulis juga menambahkan gambar beserta tokoh-tokohnya yang mempermudah para pembaca mengerti apa yang diteliti, serta melihat tanda-tanda yang ada dalam film Jokowi. Kemudian penulis menambahkan pada sub bagian terakhir mengenai interpretasi penulis terhadap film Jokowi yang mengandung makna pesan akhlak.
B.
Makna Representamen, Object, dan Interpretant Pada bagian ini dipilih sepuluh scene yang akan dijabarkan makna
representamen (ikon, indeks, dan simbol), object, interpretant, serta pesan moral yang terkandung dalam masing-masing scene. Penjabaran kategori tersebut berdasarkan visual (gambar) dan verbal (dialog) yang terdapat dalam scene tersebut. Pemilihan scene berdasarkan pada latar belakang masalah yang diusung.
45
Tabel 4.1 Scene 1: Kakek Bercerita Menggunakan Wayang Kepada Joko Visual
Verbal Mbah: (sambil memainkan wayang) ”Oe.. Lay… Lay.. Panjenengan sedoyo Pandowo Lelimo. Kedah tansah elingdateng Sang Hyang Widi mangkeden. Monggo kulo aturi sing tetep. Tansah damel kabicikan dateng sesama. Mekateden tuwukipun sedoyonipun dados sae. Yo kakang tak estokke dawuh. Joko: (memperhatikan) Mbah: “Ini siapa ini namanya le?” Joko: “Semar.” Mbah: “Semar. Ini cuma abdi. Dia bukan yang punya pangkat bukan pembesar tapi ini Raden Janoko majikannya nurut sama Semar ini. Sebab apa? Semar walaupun cuma abdi atau pembantu, dia ini titisan dewa. Dewa Ismoyo namanya, dewa yang sakti.” No. Tipe Tanda Data 1 Representamen (X): - Gambar 1, seorang kakek menggunakan baju Ikon khas Jawa dan penutup kepala bermotif batik (Wiharjo). Dan seorang anak laki-laki (Joko). Keduanya memegang wayang. Terdapat sepeda yang terparkir dibelakangnya menunjukkan latar tempat berada di teras depan rumah. Indeks Kakek bercerita ke Joko sambil memegang wayang menunjukkan kakek memperkenalkan budaya Indonesia yang berasal dari Jawa Simbol Kesenian Jawa 2 Objek (Y) Wayang Semar dan Raden Janoko 3 Interpretan (X=Y) Representasi orang yang bermain wayang menunjukkan kaum priyayi.
Berdasarkan analisis penulis, gambar di atas mempresentasikan seorang kakek yang menggunakan baju khas Jawa dan kepala yang diikat kain batik
46
menunjukkan bahwa ia adalah seseorang yang masih memelihara nilai-nilai kebudayaan. Seperti yang ditujukkan juga pada kolom indeks sang kakek bermain wayang karena ingin memperkenalkan kebudayaan Jawa kepada cucunya. Untuk simbol tercantum bahwa wayang memberikan nasihat. Dalam setiap pertunjukan, wayang selalu memberikan nasihat positif melalui para tokohnya. Kakek berharap Joko akan mengikuti nasihat yang diberikan yakni selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan objeknya adalah wayang. Wayang terlihat dimainkan oleh kakek dan cucunya. Wayang merupakan pertunjukan kesenian Indonesia yang berkembang pesat di Jawa dan Bali. Dalam dialog dikatakan wayang tersebut merupakan adalah Pandawa Lima, tokoh Semar dan Raden Janoko. Pandawa Lima adalah sebutan lima bersaudara, putra dari Pandu Dewanata yakni Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Semar adalah salah satu tokoh wayang yang sangat sakti karena ketinggian ilmunya. Dia memiliki tubuh bulat seperti bumi yang dapat diartikan ia memiliki pribadi yang rendah hati, bulat sempurna dan punya sifat bumi. Raden Janoko adalah nama lain dari Arjuna yang memiliki sifat cerdik, pandai, lemah lembut budinya, berani, dan suka melindungi yang lemah. Dan kakek Joko beharap sekali Joko kelak akan memiliki sifat-sifat terpuji yang dimiliki tokoh itu. Penulis menginterpretasikan gambaran ini adalah gambaran orang priyayi. Priyayi menganggap bahwa wayang adalah salah satu perwujudan kesenian yang alus.dan kesenian itu mengekspresikan nilai- nilai priyayi.
47
Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan moral yang dapat kita ambil yaitu: 1. Melestarikan budaya Indonesia. Ini termasuk pesan moral kategori manusia dengan manusia lain dan lingkungannya. 2. Harus selalu mengingat Tuhan Yang Maha Esa dan senantiasa untuk membantu sesama. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan Tuhan. Sebagaimana dijelaskan dalamQS. Al Baqarah ayat 152 berikut:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu” Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar yang digunakan pada gambar di atas adalah teknik medium close up. Dimana terlihat tubuh manusia (kakek) dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara kakek dan Joko dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.
48
Tabel 4.2 Scene 2: Tarti Mengajak Joko Pergi Bersama Visual
Verbal Tatri:“Eh Joko, mau kemana? Mau ke langgar ya?” Joko: “Iya mba, mau ngaji.” Tatri: “Barengan aku aja, aku mau ke gereja.” Joko: “Yo wis.” (Joko pun dibonceng Tatri menggunakan sepeda) Joko: “Makasih ya mba.” Tatri: “Sama-sama de.”
No. Tipe Tanda 1 Representamen (X): Ikon
Indeks
2 3
Simbol Objek (Y) Interpretan (X=Y)
Data Gambar 1, seorang anak perempuan menggunakan baju rok, kalung rosario, dan rambut dijepit rapi sambil menuntun sepeda (Tarti). Ada seorang anak laki-laki menggunakan baju koko dan peci sambil membawa buku (Joko). Latar tempat gambar menunjukkan sebuah perkampungan dimana terdapat rumah penduduk dan aktivitas warga terlihat. - Gambar 2, Tarti membonceng Joko dengan sepeda. Latar tempat menunjukkan jalan perkampungan depan langgar dimana terlihat anak sedang berwudhu dan seorang bapak berjalan menggunakan baju koko dan peci menuju tempat itu. Pada gambar di atas Joko menggunakan baju koko dan peci itu menunjukkan dia beragama Islam. Sedangkan Tarti dengan menggunakan kalung Rosario menunjukkan dia beragama Katolik. Islam dan Kristen Gereja dan langgar Menunjukkan orang yang agamis dan perbedaan
49
agama antara keduanya.
Berdasarkan analisis penulis, gambar ini merepresentasikan seorang anak perempuan dengan menggunakan kalung rosario dan seorang anak laki-laki dengan menggunakan baju koko dan peci. Keduanya menunjukkan identitas dirinya masing-masing. Gambar tersebut menunjukkan identitas dari kedua anak tersebut. Tarti beragama Katolik dan Joko beragama Islam. Hal itu terlihat dari atribut yang mereka gunakan. Tarti menggunakan kalung rosario yang banyak dikenal bagi para umat Katolik, yang biasanya dipakai dalam doa yang dipanjatkan sebagai devosi kepada Bunda Maria. Sedangkan baju koko dan peci sangat identik dengan busana muslim yang lazim digunakanan oleh pria muslim di Indonesia. Diperkuat dengan data verbal sebagai objek yang menunjukkan Tarti akan pergi ke gereja yang merupakan tempat ibadah umat Katolik dan Joko akan ke langgar yang merupakan tempat ibadah umat Islam. Kita tahu di Indonesia agama mayoritas adalah Islam dan Katolik sebagai minoritas. Tetapi inkulturasi budaya Jawa dan Katolik sudah terjadi sejak abad ke 19. Penulis mengintrepetasikan bahwa dalam gambar tersebut menunjukkan orang yang agamis. Terlihat dari atribut yang keduanya. Dan tempat yang akan dituju keduanya, yakni Tarti akan ke gereja dan Joko akan ke langgar untuk beribadah. Dan perbedaan agama diantara keduanya justru menunjukkan kerukunan yang sangat besar. Tarti mengajak Joko untuk berangkat bersama. Dan ia mengantar Joko terlebih dahulu ke langgar kemudian dia baru ke gereja.
50
Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan moral yang diberikan, yaitu: 1. Memperlihatkan identitas diri kita sebagai seorang yang beragama. Ini termasuk pesan moral kategori manusia dengan dirinya sendiri. 2. Toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Saling menghormati dan berbuat baik tanpa harus membeda-bedakan. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Hujurat ayat 13 dan QS. Al Kafirun ayat 6 berikut:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
“Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.” Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar yang digunakan pada gambar di atas adalah teknik long shot. Tubuh fisik manusia (Tarti dan Joko) telah tampak jelas namun latar belakang perkampungan masih dominan. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan
51
antara Tarti dan Joko dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film. Tabel 4.3 Scene 3: Anto Memberi Joko Uang Visual
Verbal Anto: “Ini.” (menyodorkan uang) Joko: “Apa itu?” Anto: “Jangan bilang ke Pak Ustadz kalau kami kabur.” Joko: “Maaf kalau seperti ini aku ndak bisa terima.” (Joko dan Toto pun pergi meninggalkan Anto, Ruli, dan Jupri).
No. Tipe Tanda Data 1 Representamen (X): - Gambar 1, Seorang anak laki-laki menggunakan Ikon kain sarung menyodorkan uang logam (Anto). Dan orang anak laki-laki menggunakan peci dan baju koko (Joko) dan seorang anak laki-laki dengan sarung di pundak (Toto). - Gambar 2, Joko dan Toto pergi meninggalkan Anto dan kedua temannya (Rulli dan Jupri). Latar tempat kedua gambar di atas menunjukkan di jalan pinggir sungai. Indeks Anto memberikan Joko uang agar Joko tidak melapor ke Pak Ustadz bahwa Anto kabur dari pengajian. Simbol Alat tukar atau pembayaran 2 Objek (Y) Uang logam 3 Interpretan (X=Y) Suap menyuap di kalangan anak-anak
52
Berdasarkan analisis penulis gambar ini merepresentasikan data visual dan verbal di atas adalah seorang anak laki-laki menggunakan kain sarung yang menyodorkan uang (Anto) kepada seorang anak laki-laki menggunakan peci dan baju koko (Joko). Mereka terlihat hendak pulang sehabis mengaji di langgar.Anto menyodorkan uang tersebut dengan syarat Anto tidak melapor ke Pak Ustadz. Akan tetapi Joko menolak menerima uang tersebut dengan baik.Ini menunjukkan sikap keras Anto yang memaksa Joko menerimanya karena dia takut. Dan sikap jujur Joko yang menolak yang bukan menjadi haknya. Sedangkan objek pada gambar tersebut uang logam. Kita tahu uang adalah alat tukar yang dapat diterima secara umum. Dan berguna sebagai pembayaran barang atau jasa. Uang berbentuk kertas dan logam. Uang logam biasa disebut sebagai uang receh atau uang kecil yang umumnya dipakai jajan untuk anak-anak. Uang logam yang Anto beri adalah uang Rp 100,-. Ini dilihat pada tahun kejadian dalam gambar yakni 1973. Sehingga penulis menginterpretasikan gambar ini adalah suap menyuap yang terjadi di kalangan anak-anak. Anto menyuap Joko dengan uang dengan syarat Joko tidak melapor ke Pak Ustadz kalau mereka kabur dari pengajian. Joko menolak uang tersebut. Ini menunjukkan budaya suap menyuap sudah lama terjadi. Pada zaman penjajahan pun sudah ada dan lebih dikenal dengan upeti. Kejadian pada gambar terjadi pada tahun 1973 yakni masa orde baru. Dimana momentum akbar tumbuh suburnya korupsi bermula pada masa tersebut. Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan moral yang diberikan, yaitu:
53
1. Jangan pernah melakukan suap. Dan jangan menerima suap. Karena suap hukumnya haram. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Baqarah ayat 188 berikut:
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama menggunakan teknik medium close up. Ini memperlihatkan tubuh manusia (Joko) dari dada ke atas. Sosok manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Dan pada gambar kedua menggunakan teknik long shot. Ini memperlihatan tubuh manusia (Joko, Anto, Toto, Jupri, dan Rulli) tampak jelas namun latar belakang masih dominan. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara Anto dan Joko dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.
54
Tabel 4.4 Scene 4: Ibu Guru Mengumumkan Nilai Ulangan Visual
No. 1
Tipe Tanda Representamen (X): Ikon
Indeks
2 3
Simbol Objek (Y) Interpretan (X=Y)
Verbal Ibu Guru:“Joko Widodo.” “Ibu heran, kamu ini nilainya selalu bagus. Dari kelas satu nilainya selalu seratus.” Joko: (diam) Murid-murid: (bertepuk tangan)
Data - Gambar 1, seorang Ibu guru memakai kebaya warna hijau dan bawahan kain dengan rambut disanggul. Ada seorang anak laki-laki memakai seragam sekolah putih-putih berdiri di depan Ibu guru yaitu Joko. Ibu guru memperlihatkan kertas kepada Joko. - Gambar 2, anak laki-laki gemuk dengan muka terkena tepung dan seorang anak perempuan sedang bertepuk tangan. Kedua latar tempat ini adalah di dalam ruang kelas. Ibu Guru memuji nilai Joko karena dari kelas satu nilainya selalu bagus selalu seratus. Prestasi cemerlang Nilai ulangan Joko Representasi anak berprestasi di sekolah
Berdasarkan analisis penulis gambar ini merepresentasikan seorang ibu guru dengan baju kebaya dan di sanggul menunjukkan ia adalah seorang wanita yang berasal dari desa, sederhana, dan masih menjaga warisan budaya. Dan anak
55
laki-laki (Joko) mengenakan seragam putih-putih adalah seragam tingkat Sekolah Dasar. Kertas yang dipegang Ibu guru adalah kertas nilai ulangan murid-murid. Objek yang ditunjukkan adalah nilai ulangan Joko. Nilai ulangan Joko selalu bagus dari kelas satu selalu seratus. Ini menunjukkan bahwa Joko anak yang rajin. Sesuai pepatah rajin pangkal pandai. Selain rajin ia juga ulet. Karena tidak mudah mempertahankan nilai itu dari kelas satu hingga saat itu. Apalagi Joko berasal dari keluarga miskin. Tapi dia memiliki semangat belajar yang tinggi. Hingga mencapai prestasi cemerlang di sekolahnya. Penulis menginterpretasikan scene ini yakni Joko siswa berprestasi di sekolah. Kemampuannya dalam pencapaian berpikirnya cukup tinggi. Penilaian yang dicapai Joko dalam kegiatan belajar terbilang amat baik dengan nilai yang selalu seratus. Dapat diartikan Joko sudah mencapai keberhasilan dalam belajar. Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan moral yang diberikan, yaitu: 1. Untuk mencapai prestasi dan kesuksesan diperlukan sifat rajin dan ulet yang berasal dari diri sendiri. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan diri sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Ar Rad ayat 11 dan QS. Al Mujadilah ayah 11 berikut:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
56
Allah.Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama menggunakan teknik medium long shot. Ini memperlihatkan tubuh manusia (Joko dan Ibu Guru) dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang. Dan pada gambar kedua menggunakan teknik medium shot. Ini memperlihatan tubuh manusia (siswa siswi) dari pinggang ke atas. Gestur dan ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis monolog. Pembicaraan hanya dilakukan oleh ibu guru yang lain hanya diam dan bertepuk tangan yang terlihat dalam frame.
57
Tabel 4.5 Scene 5: Bapak dan Joko sedang Memancing di Sungai
Bapak: “Kamu lihat orang-orang yang disana itu le.” Joko: (memandang ke depan) Bapak: “Lahir dan menghabiskan hidupnya di bantaran kali. Ndak sekolah. Kita juga akan seperti itu. Tinggal nunggu nasib. Tapi kalau kita mau belajar dan berikhtiar, kita bisa loh memperbaiki hidup kita. Lahir sebagai orang miskin itu ndak salah. Tapi mati sebagai orang miskin itu salah. Tandanya kita ndak berusaha. Padahal Allah kasih kemampuan untuk berusaha.”
No. Tipe Tanda Data 1 Representamen (X): - Gambar 1, Terdapat gambar seorang bapak dan Ikon anaknya. Itu adalah Joko dan bapaknya sedang memancing disebuah batu menggunakan kaos dan celana. Dipinggir sungai terdapat ibu-ibu mencuci baju dan anak-anak berenang menggunakan ban. Berlatar tempat di sungai. Terdapat rumah dan pepohonan di pinggir sungai dan jemuran berisi kain. - Gambar 2, Joko dan Bapak duduk di sebuah batu. Indeks Bapak dan Joko sedang memancing dan membicarakan orang-orang pinggiran sungai karena bapak tidak ingin memiliki kehidupan seperti itu. Simbol Berusaha merubah nasib 2 Objek (Y) Orang-orang pinggiran sungai. 3 Interpretan (X=Y) Representasi masyarakat bantaran sungai yang miskin
Berdasarkan analisis penulis scene di atas merepresentasikan seorang Bapak dan anaknya (Pak Notomiharjo dan Joko) sedang memancing disebuah
58
batu menggunakan kaos dan celana. Mereka memperhatikan dan membicarakan orang-orang yang mereka lihat dipinggir sungai. Objek pada scene di atas adalah orang-orang di pinggir sungai dimana kehidupan mereka sebagian besar dilakukan di sungai. Mulai dai bermain, mencuci, mandi, dan sebagainya. Tidak sekolah dan belajar.Ini merupakan ciri orang-orang tertinggal. Memang di masa itu orang-orang desa masih banyak yang mengikuti nasib tidak ada keinginan untuk maju. Penulis menginterpretasikan scene ini adalah masyarakat bantaran sungai yang miskin. Mereka menghabiskan hidupnya di bantaran sungai. Dengan aktivitas yang mereka lakukan menunjukkan tingkat ekonomi dan pendidikan mereka yang rendah. Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan moral yang diberikan, yaitu: 1. Selalu bersyukur dengan kehidupan kita yang lebih baik daripada orang lain. Ini termasuk pesan moral kategori manusia dengan Tuhan. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Baqarah ayat 152 berikut:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu” 2. Berusaha dengan kemampuan yang kita miliki untuk dapat memperbaiki hidup kita menjadi lebih baik lagi. Bahwa Allah memberikan kemampuan kepada kita agar kita berusaha mecapai kemajuan. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan diri sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Najm ayat 39 dan QS. Ar Rad ayat 11 berikut:
59
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama menggunakan teknik long shot. Memperlihatkan tubuh fisik manusia (Joko dan Bapak) telah tampak jelas. Namun latar belakang masih dominan. Gambar kedua medium long shot. Ini memperlihatkan tubuh manusia (Joko dan Bapak) dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara Bapak dan Joko dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.
60
Tabel 4.6 Scene 6: Joko Akan Berangkat Sekolah Visual
Verbal Bapak: “Kamu kenapa? Daritadi kok merengut terus. Apa masih tentang sekolahmu itu?” Ibu: “Mbok ya dicoba dulu toh le.. Lama-lama kan pasti seneng. Cari temen baru biar betah.” Joko: “Aku pengen sekolah di SMA 1, sekolah favorit, bagus. Lah iki opo? Sekolah baru, ndak mutu.” Bapak: “Jok, bapak punya cerita soal baju. Yang bikin baju itu bagus apa toh?” Joko: “Kok bapak malah ngomongin baju toh pak. Kalo baju bagus ya bagus. Kalo baju jelek ya jelek.” Bapak: “Coba sekarang bapak tanya lagi. Kalo baju bagus dipake orang jelek?” Joko: “ Ya jelek.” Bapak: “Kamu lupa le.. Yang bikin baju itu bagus atau jelek tergantung dari yang make. Kalo baju itu butut atau jelek dipakai oleh orang kelihatan baik, makenya juga baik, apa gak kelihatan bagus? Yang penting nyaman, anget, rapi.” Bapak: (minum kopi) “Ada masalah apa dengan sekolahmu yang jelek itu?” Joko: (diam dan tampak berpikir) Bapak: “Kalo kamu belajar dengan tekun dan menimba ilmu sebanyakbanyaknya, biarpun sekolahmu jelek kamu tetep jadi orang pintar.” Joko: (diam dan tersenyum) No. Tipe Tanda Data 1 Representamen (X): - Gambar 1, Seorang wanita dewasa Ikon mengggunakan kebaya dan lelaki dewasa menggunakan baju Jawa dan penutup kepala batik sedang duduk bersebelahan di kursi. Dia adalah Sujiatmi (ibunda Joko) dan Notomiharjo
61
Indeks
2 3
Simbol Objek (Y) Interpretan (X=Y)
(bapaknya Joko). Didepannya terdapat piring berisi makanan dan secangkir kopi diatas meja. Nampak ada lemari kaca dibelakang mereka. - Gambar 2, Pak Notomiharjo nampak memegang bajunya dibagian pundak. - Gambar 3, Joko menggunakan seragam SMA dibelakangnya terdapat lemari kaca. Dari ketiga gambar menunjukkan latar tempat adalah ruang keluarga. Joko murung dan tidak bersemangat karena sekolah barunya tidak sesuai dengan keinginannya. Penilaian seseorang Sekolah baru Joko yang tidak bermutu Representasi sikap anak yang tidak setuju dengan pilihan orang tuanya
Berdasarkan analisis penulis gambar ini merepresentasikan gambar seorang anak laki-laki (Joko), seorang ibu dan bapak (Sujiatmi dan Notomiharjo) sedang duduk di ruang keluarga. Terlihat Joko akan berangkat sekolah dengan muka murung. Ini menunjukkan rasa kecewa, protes, dan sedih yang terjadi pada Joko. Objek pada scene di atas adalah sekolah baru Joko yang menurutnya tidak bermutu. Memang pada tahun itu tidak mulai banyak sekolah baru yang bermunculan. Dan belum diketahui kualitasnya.Joko ingin sekolah di sekolah favorit. Namun orang tuanya hanya mampu menyekolahkan Joko di sekolah baru itu. Penulis dapat menginterpretasikan pada scene ini adalah representasi sikap anak yang tidak setuju dengan pilihan orang tuanya. Joko mencoba memberikan pendapatnya kepada kedua orang tuanya dengan sikap murung. Namun pada
62
akhirnya dengan musyawarah dan memberikan nasihat kepada Joko. Akhirnya Joko pun mengerti. Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan moral yang diberikan, yaitu rasa bersyukur dengan yang kita dapat dan baik buruknya sesuatu untuk kita itu sudah ditentukan Allah SWT kita hanya dapat berusaha. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan Tuhan dan diri sendiri. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Baqarah ayat 216 berikut:
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi [pula] kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama menggunakan teknik medium shot. Ini memperlihatan tubuh manusia (Ibu dan Bapak) dari pinggang ke atas. Gestur dan ekspresi wajah mulai tampak. Pada gambar kedua dan ketiga menggunakan teknik medium close up. Ini memperlihatkan tubuh manusia (Bapak dan Joko) dari dada ke atas. Sosok manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Sosok manusia mulai dominan dalam frame. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara Ibu, Bapak, dan
63
Joko dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.
Tabel 4.7 Scene 7: Joko Sedang Membeli Kaset Musik Rock Visual
Verbal Joko: “Mas e…” Pedagang: “Wah ada pelanggan dateng. Nih ada yang baru Queen, Rolling Stone, Jimmy Hendrik.” (sambil memberikan kaset) Joko: “Les Caplin baru ono ora?” Pedagang: “Wah ora ene. Wes ta catetin wae besok ta goleke.” Joko: “Yow wis.” Pedagang: “Ni ada yang baru nih. (meyodorkan kaset). Ni borong semua bisa korting.” Joko: “Ya sudah yang ini wae.” (mengeluarkan uang) Pedagang: “Baru dapet duit dari bapak ya?” Joko: “Ya ndak, iki uang jajang ta kumpulke buat ini.” Pedagang: “Itu baru perjuangan roker sejati.” Joko: “Iso wae.” (Tiba-tiba datang seorang pengemis.) Pengemis: “Matur nyuwun mas..” Joko: “Sakedap mas. iki mbah.” (memberikan uang) Pengemis: “Matur sembah nuwun mas..mugi-mugi mas sekolah saget lancar, dan juga lekas pinter, sing maju ya mas.” (dan kemudian pergi) Joko: “Njih. Makasih ya mbah.” Pedagang: “Iki mau yang mana? opo wae?” Joko: “Aku ambil Rolling Stonenya aja.” Pedagang: “Gak jadi beli semua?” Joko: “Nanti ta kumpulke lagi
64
uangnya. Ini apa ini? Sakalian ini.” (memberikan uang) Pedagang: “Matur nuwun.” (memberikan plastik berisi kaset) Pedagang: “Laris..laris..laris.” No. Tipe Tanda Data 1 Representamen (X): - Gambar 1, gambar seorang pria menggunakan Ikon baju seragam sekolah dan membawa tas dipundaknya (Joko). Dan seorang lelaki berambut ikal dengan menggunakan kemeja. Dia adalah pedagang kaset yang memegang kertas dan pulpen. Di depan joko terdapat lapak berisi kasetkaset lagu. - Gambar 2, Hampir sama dengan gambar 1. Hanya saja terdapat pengemis seorang nenek. Latar tempat kedua gambar menunjukkan di sebuah jalan yang berisi bermacam-macam pedagang. Indeks Joko tidak jadi membeli semua kaset pilihannya karena sebagian uangnya dia berikan kepada pengemis. Simbol Sedekah 2 Objek (Y) Pengemis tua 3 Interpretan (X=Y) Memberi uang kepada orang miskin dan lemah.
Berdasarkan analisis penulis scene di atas merepresentasikan gambar seorang siswa SMA (Joko), tukang kaset, dan pengemis tua. Joko sedang memilih kaset yang akan dibeli, tiba-tiba datang seorang pengemis. Kemudian Joko langsung memberikan sebagian uangnya untuk pengemis itu. Ini menunjukkan sikap suka memberi yang dimiliki Joko. Objek pada scene di atas adalah pengemis tua. Pada tahun tersebut memang banyak sekali nenek tua yang menjadi pengemis itu dikaarenakan dia sudah tua dan tidak mampu bekerja lagi. Tidak seperti zaman sekarang banyak anak kecil atau kaum muda menjadi pengemis. Penulis menginterpretasikan scene ini adalah memberi uang kepada orang miskin dan lemah.Ini penggambaran dari pengemis tua. Joko lebih mementingkan
65
orang lain daripada diri sendiri. Dia rela memberikan sebagian uangnya dan tidak jadi membeli semua kaset pilihannya melainkan hanya sebagian saja. Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan pesan moral untuk selalu bersedekah kepada orang yang membutuhkan. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Baqarah ayat 245 berikut:
”Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama menggunakan teknik medium shot. Ini memperlihatkan tubuh manusia (Joko, tukang kaset, dan pengemis) dari pinggang sampai ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara Joko, tukang kaset, dan pengemis dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.
66
Tabel 4.8 Scene 8: Ibunda Joko sedang Berdo’a Setelah Shalat Visual
Verbal Ibu: (ibu berdo’a sambil menangis) “Ya Gusti Ya allah tolong jaga anakku Joko. Jaga dia dari segala goda dan kemungkaran. Jangan sampai dia kehilangan keyakinan atas kebesaranMu Ya Gusti. Ya Gusti..” Joko: (menghampiri ibunya) Ibu: (sambil menangis) “Sejak kamu kecil sampai kamu sebesar ini ibu selalu mendo’akanmu supaya kamu lebih baik, lebih mapan daripada bapak dan ibumu yang ndak punya apa-apa ini.” “Kalau sampai kamu keblinger trus tersesat aku tak akan meninggalkanmu.” Joko: (memandang ibunya dengan bingung)“Ono opo toh bu?” No. Tipe Tanda Data 1 Representamen (X): - Gambar 1, Seorang Ibu sedang duduk memakai Ikon mukena dengan mata terpejam dan menangis. Dia adalah Sujiatmi (ibunda Joko). Kedua tangannya diangkat mengadah ke atas. - Gambar 2, Ibu memengang rambut Joko. Dan Joko yang mengenakan seragam sekolah duduk didepannya. Latar kedua tempat menunjukkan sebuah kamar. - Teknik pengambilan gambar pada ketiga gambar menggunakan teknik medium close up. Indeks Ibu menggunakan mukena menunjukkan ibu selesai shalat. Dan dia mengadahkan tangan ke atas menunjukkan ibu sedang berdo’a untuk anaknya. Simbol Harapan ibu kepada anaknya. 2 Objek (Y) Joko 3 Interpretan (X=Y) Representasi rasa sayang ibu kepada anaknya.
Berdasarkan analisis penulis scene ini merepresentasikan gambar seorang ibu menggunakan mukena, sambil menangis, dan mengadahkan tangannya ke atas. Menunjukkan ia selesai shalat dan berdo’a. Kemudian seorang anak (Joko)
67
menghampiri ibunya yang menangis dengan wajah bingung. Menunjukkan Joko tidak tahu apa yang terjadi pada ibunya hingga dia menangis. Objek pada scene ini adalah Joko. Joko adalah anak dari Sujiatmi. Anak yang baik, rendah hati, berprestasi, dan berbakti kepada kedua orang tua. Maka menunjukkan ibu sehabis shalat mendo’akan Joko agar selalu dalam lindunganNya dan dijauhi dari hal-hal buruk. Penulis menginterpretasikan scene ini adalah representasi rasa sayang seorang ibu kepada anaknya. Tidak ada yang bisa menggantikan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Dari scene di atas baik secara verbal maupun visual menunjukkan sikap Ibu Sujiatmi memberikan pesan moral kekuatan do’a seorang ibu. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan Tuhan. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist berikut: Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda,
ث دَﻋَﻮَاتٍ ُﻣﺴْﺘَﺠَﺎﺑَﺎتٌ ﻻَ ﺷَﻚَّ ﻓِﯿﮭِﻦَّ دَﻋْﻮَةُ اﻟْﻮَاﻟِﺪِ وَ َدﻋْﻮَ ُة اﻟْ ُﻤﺴَﺎﻓِ ِﺮ ُ ﻼ َ َﺛ ِوَ َدﻋْﻮَ ُة اﻟْﻤَﻈْﻠُﻮم “Tiga do’a yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu do’a orang tua, do’a orang yang bepergian (safar) dan do’a orang yang dizholimi.”[HR. Abu Daud no. 1536. Syaikh Al Albani katakan bahwa hadits ini hasan] Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada kedua gambar menggunakan teknik medium close up. Ini memperlihatkan tubuh manusia (Bapak dan Joko) dari dada ke atas. Sosok manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Sosok manusia mulai dominan dalam frame. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat
68
pembicaraan antara Ibu dan Joko dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.
Tabel 4.9 Scene 9: Joko Menebus Jam Tangan Bapak Visual
No. 1
2 3
Verbal Ilham: “Setelah almarhum bapak saya meninggal, saya yang menyimpan barang-barangnya. Mungkin barang yang mas Joko cari ada disini.” Joko: (diam lalu mengambil jamnya) Joko: “Arloji ini berarti sekali buat bapak saya mas. Dan saya akan bayar berapapun bunganya mas.” Ilham: “Kalo begitu, almarhum bapak saya pas justru akan lebih bahagia kalo arloji itu kembali kepada pemiliknya. Kalo begitu mas Joko langsung bawa aja, gak usah bayar.”
Tipe Tanda Data Representamen (X): - Gambar 1, Dua orang lelaki dewasa. Keduanya Ikon sama-sama menggunakan kemeja dan celana panjang. Mereka sedang duduk di ruang tamu sebuah rumah. Adanya mebel, pajangan, dan pintu menguatkan latar tempat ini. Di meja terdapat piring berisi bemacam-macam jam tangan. Itu adalah Joko dan Ilham anak Pak Darmo. - Gambar 2, Joko mencari jam milik bapaknya diantara puluhan jam. Indeks Joko menebus jam tangan bapaknya yang sudah puluhan tahun digadaikan karena jam tersebut sangat berarti bagi bapaknya. Simbol Kewajiban seorang anak Objek (Y) Jam tangan bapak Interpretan (X=Y) Representasi anak yang berbakti kepada orang tua
69
Berdasarkan analisis penulis scene ini merepresentasikan gambar dua orang laki-laki dewasa yakni Joko dan Ilham. Joko mendatangi rumah Ilham karena ingin menebus jam tangan bapaknya yang sudah digadai puluhan tahun. Ini menunjukkan rasa kesungguhan dari diri Joko. Objek dari penelitian ini adalah jam tangan bapak. Jam tangan ini adalah jam tangan yang sangat berarti bagi Pak Notomiharjo. Dimana itu adalah peninggalan dari kakeknya Joko. Penulis merepresentasikan scene ini adalah representasi anak yang berbakti kepada orang tua. Berbakti kepada kedua orang tua adalah kewajiban seorang anak setelah seorang anak telah melakukan kewajiban utamanya kepada Tuhan. Berdasarkan data visual dan verbal pesan moral yang ditunjukkan dalam scene ini adalah anak yang berbakti kepada orang tua. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan manusia lain. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Isra ayat 23-24 berikut:
(24)“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
70
perkataan yang mulia”(23) “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama menggunakan teknik medium long shot. Pada teknik ini memperlihatkan tubuh manusia (Joko dan Ilham) dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang.Gambar kedua menggunakan teknik close up. Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau sebuah objek kecil lainnya. Disini yang diperlihatkan adalah tangan Joko. Teknik ini memperlihatkan gestur yang mendetail. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis dialog. Terdapat pembicaraan antara Joko dan Ilham dimana sumber suara atau pembicaraan muncul dalam frame atau berada dalam ruang kejadian film.
Tabel 4.10 Scene 10: Joko Mengantar Nenek Tua Pulang Visual
Verbal (Bapak: Orang miskin itu juga manusia dan mereka harus dimanusiakan. Menolong orang itu tidak perlu menunggu. Apapun yang bisa kita lakukan itu yang seharusnya kita lakukan)
71
No. Tipe Tanda 1 Representamen (X): Ikon
2 3
Data Gambar 1, Seorang anak lelaki menggunakan kemeja dan celana pendek membawa daun pisang yang dijadikan sebagai payung. Dia adalah Joko. Terdapat seorang nenek tua miskin yang hanya menggunakan kain sebagai penutup badannya. - Gambar 2, Joko dan nenek yang berjalan di jembatan rel kereta api menggunakan daun pisang. Joko menuntun nenek tersebut. Indeks Joko menolong nenek tua itu pulang karena nenek itu sedang bingung tidak dapat pulang sendiri dan hujan. Simbol Sifat terpuji Objek (Y) Nenek tua miskin Interpretan (X=Y) Representasi tolong menolong dalam masyarakat Berdasarkan analisis penulis, scene ini merepresentasikan gambar seorang
anak laki-laki (Joko) dan nenek tua. Nenek tersebut tampak bingung pulang ke rumahnya karena hujan. Joko pun mengantar nenek itu pulang walau hanya menggunakan pelepah pisang sebagai pengganti payung. Secara perlahan Joko dengan sabar menuntun nenek tersebut. Menunjukkan rasa sabar dan kepedulian sosial yang tinggi. Ini merupakan sifat terpuji. Objek pada scene ini adalah nenek tua yang miskin. Terlihat dari pakaian yang digunakan hanya kain yang menutupi badannya tanpa alas kaki. Dan dia berada dipinggir jalan sendirian tanpa seorang pun. Berdasarkan data visual dan verbal pesan moral yang ditunjukkan dalam scene ini adalah saling tolong menolong kepada sesama dan memanusiakan orang miskin. Ini termasuk pesan moral kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Maidah ayat 2 berikut:
72
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'arsyi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar pada gambar pertama menggunakan teknik medium shot. Pada teknik ini memperlihatkan tubuh manusia (Joko dan Nenek tua) dapi pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame. Gambar kedua menggunakan teknik long shot. Pada teknik ini tubuh fisik manusia (Joko dan nenek tua) telah tampak jelas namun latar belakang masih dominan. Dan jenis suara pembicaraan diatas termasuk ke dalam jenis narasi. Pembicaraan dimana sumber suara atau pembicara tidak muncul dalam frame atau tidak berada dalam ruang kejadian film.
73
C.
Interpretasi Penulis Terhadap Film Jokowi Film Jokowi ini memang sangat sarat mengandung makna pesan moral
yang baik bagi para pembacanya. Walaupun film ini ditujukan untuk semua usia tapi ini lebih banyak berpengaruh kepada kalangan anak muda ataupun anak-anak yang sangat butuh pendidikan moral sebagai pondasi untuk kehidupan kedepannya. Moral adalah batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Seseorang dikatakan bermoral jika dia memiliki tingkah laku yang baik. Jadi, moral tidak dapat dipisahkan dari kehidupan beragama. Maka dari itu adanya pendidikan moral seperti yang telah dibuat oleh seorang produser KK Dheeraj dan sutradara yang juga sebagai penulis film tersebut Azhar Kinoi Lubis merupakan usaha sadar dan tidak sadar yang mereka lakukan untuk membentuk perilaku yang baik kepada penonton film ini sehingga membentuk manusia yang bermoral baik kepada Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dengan adanya film yang berjenis biopik perjuangan hidup seseorang yang sebelumnya adalah wali kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta ini menambah pendidikan moral yang baik pula kepada penontonnya khususnya kaum muda. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq” (HR Bukhari). Hadist ini secara tegas mengutus Nabi Muhammad SAW adalah untuk menegakkan akhlak. Secara luas, dapat disimpulkan bahwa Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul-Nya untuk menegakkan akhlak atau moral manusia.
74
Semua manusia yang diciptakan dimuka bumi ini masing-masing memiliki moral dalam dirinya, yang telah dipupuk sejak kecil. Tetapi moral setiap manusia bisa saja berubah sesuai dengan niat, usaha, kerja keras, dan juga faktor lingkungan sosialnya. Terbitnya film ini memang bertujuan memberikan motivasi dan pesan moral kepada masyarakat khususnya kaum muda agar nilai-nilai baik dalam film dapat diambil dan diaplikasikan kedalam kehidupannya. Agar sifat-sifatnya menjadi
mulia
yang
tidak
mudah
terbelenggu
dengan
hal-hal
yang
menjerumuskan ke dalam perbuatan negatif yang dapat timbul dari pikiran dan hati manusia itu sendiri. Inilah yang menjadi alasan, sebagai manusia umumnya dan khususnya kaum muda yang masih dalam masa perkembangan, yang harus diberikan nilai-nilai positif didalam kehidupannya, haruslah selalu diberikan semangat dalam menjalankan kehidupan, bersyukur, optimis, atau selalu mengamalkan perbuatannya agar menjadi manusia yang memiliki visi, misi, dan sukses agar bisa memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik lagi. Pesan moral yang ditunjukkan dalam film ini meliputi, ketuhanan, melestarikan budaya, kerukunan antar umat beragama, saling tolong menolong, bersyukur, kekuatan doa ibu, berbakti kepada kedua orang tua, menolak suap, kerja keras, rajin belajar, optimis, sedekah, dan rendah hati. Interpretasi penulis terhadap scene yang diambil pada penilitian ini dapat dijabarkan seperti berikut: Scene 1, Mbah sedang bermain wayang bersama Joko di depan rumah. Selain melestarikan budaya dan kesenian Jawa, wayang juga memberikan pesanpesan dalam setiap ceritanya. Dalam hal ini pesan moral yang disampaikan adalah
75
kita harus selalu mengingat Tuhan Yang Maha Esa setiap saat dan senantiasa untuk membantu sesama. Scene 2, Saat Joko hendak pergi ke langgar untuk ngaji di tengah jalan bertemu Tarti tetangga Joko yang hendak pergi ke gereja. Tarti dengan ramahnya mengajak Joko untuk berangkat bersama. Akhirnya Joko pergi ke langgar dengan dibonceng Tarti menggunakan sepeda.Setelah mengantar Joko, Tarti segera melanjutkan perjalanan menuju gereja. Ini memberikan pesan moral toleransi dan kerukunan antar umat beragama yang sangat kuat yang ditunjukkan oleh Joko dan Tarti. Scene 3, Saat Joko pulang mengaji bersama Toto, dia dijegat oleh Anto, Rulli, dan Jupri di jalan pinggir sungai. Anto berniat menyuap Joko dengan uang agar Joko tidak melaporkan ke Pak Ustadz jika mereka telah kabur dari pengajian. Joko merasa itu bukan hal baik dan uang itu juga bukan haknya.Akhirnya dia menolak secara halus dan pergi. Sikap Joko ini menunjukkan bahwa kita harus berani menolak suap. Scene 4, Ibu Guru membacakan nilai ulangan seluruh siswa. Saat nama Joko dipanggil dan maju ke depan, Joko dipuji Ibu Guru karena nilainya selalu bagus dan selalu seratus dari kelas 1. Dalam hal ini pesan yang diberikan adalah kita harus rajin, ulet, dan kerja keras untuk mencapai keberhasilan. Scene 5, Bapak menemani Joko yang sedang memancing di sungai. Mereka melihat aktivitas orang-orang yang tinggal di bantaran sungai tersebut. Kemudian bapak menasehati Joko. Pesan moral yang dapat diambil dari nasehat tersebut adalah senantiasa bersyukur dengan apa yang kita miliki dan kehidupan
76
kita yang lebih baik dari orang lain. Juga kita harus memiliki niat dan usaha untuk memperbaiki kehidupan kita menjadi lebih baik lagi. Scene 6, Wajah Joko nampak murung saat akan berangkat sekolah. Joko tidak suka dengan sekolahnya yang baru karena menurutnya tidak bermutu. Dia ingin sekolah di sekolah favorit. Kemudian bapak mengajak ngobrol dan menasehati Joko bahwa baju bagus atau jelek itu tergantung siapa yang pakai. Begitu pula dengan sekolah walaupun sekolah itu jelek tetapi kita belajar tekun dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya tetap jadi siswa pintar. Kita harus bersyukur dan berpikir positif dengan apa yang kita dapat karena baik buruknya sesuatu itu sudah ditentukan Allah SWT. Scene 7, Joko akan membeli kaset music rock dengan uang tabungannya. Kemudian seorang pengemis tua menghampirinya saat dia akan membayar seluruh kaset yang dipilihnya. Joko kemudian memberikan sebagian uangnya kepada pengemis tua itu dan hanya membeli sebagian dari kaset yang dipilihnya. Sikap Joko menunjukkan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Bersedekah kepada yang membutuhkan. Scene 8, Ibunda Joko nampak berdoa sambil menangis seusai beliau shalat. Joko yang baru pulang sekolah menghampirinya. Doa ibu agar Joko selalu dilindungi Tuhan dan dijauhkan dari kemungkaran. Kekuatan doa seorang ibu sangat besar terhadap anaknya. Scene 9, Joko mendatangi rumah Pak Darmo untuk menebus jam tangan bapaknya yang sudah digadai puluhan tahun. Jam tersebut sangat berarti bagi bapaknya. Ini menunjukkan anak yang berbakti kepada orang tuanya.
77
Scene 10, Joko menemukan nenek tua yang miskin tidak dapat pulang di pinggir kampung. Saat itu hujan lebat daan Joko hanya menggunakan pelepah pisang sebagai pengganti payung, Joko dengan cekatannya mengantar nenek tersebut pulang melintasi jembatan rel kereta api dengan pelan-pelan. Ini menunjukkan bahwa menolong orang tidak perlu menunggu. Apapun yang kita dapat kita lakukan itu yang seharusnya kita lakukan. Dan kita harus perlakukan orang miskin seperti yang lain tidak dibedakan.
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Objek dalam penelitian ini adalah sepuluh scene film Jokowi karya Azhar
Kinoi Lubis tahun 2013. Sepuluh scene itu dikaji menggunakan semiotika Charles S. Pierce dengan menganalisis tipologi tanda (ikon, indeks, dan simbol). Berdasarkan analisis yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa film Jokowi ini mengandung pesan moral dalam berbagai sisi kehidupan melalui tandatanda yang muncul baik visual maupun verbal di dalam masing-masing ceritanya. Tokoh yang sering muncul dalam film ini adalah Joko. Kehadiran Joko disetiap scene menjadi tanda bahwa ia adalah tokoh yang menjadi pemeran paling utama di antara Bapak, Ibu, atau lainnya. Peran Joko yang menjadi salah satu tokoh utama ini memang selalu muncul dalam setiap scene dan menjadi simbol sebagai seorang anak yang cerdas, berbakti kepada kedua orang tua, dan bermoral. Ini dapat dikategorikan sebagai tanda visual. Penokohan yang ada dalam cerita ini mewakili lapisan masyarakat, khususnya masyarakat menengah kebawah. Dan setting cerita dalam film ini menggambarkan kehidupan sehari-hari masa lalu seorang Joko Widodo. Sedangkan tanda-tanda verbal yang muncul dalam setiap scene film Jokowi dikategorikan sebagai tanda simbol. Dan tanda ini muncul di setiap pembicaraan para tokoh. Disanalah pesan moral terkait kehidupan Jokowi tertuang. Dengan demikian dapat disimpulkan tokoh dan pembicaraan yang ada
78
79
disetiap scene ini merupakan representasi dari pesan moral.
B.
Saran Saran peneliti adalah sebagai berikut: 1. Untuk para movie maker hendaklah mengasah kreativitasnya dalam membuat film yang mengandung nilai-nilai moral dan dikemas dengan bentuk yang menarik perhatian penikmatnya. Hal ini dapat menjadi pesan dakwah yang dapat diberikan kepada penonton. 2. Untuk para penonton atau penikmat film, jangan hanya melihat sisi film sebagai media hiburan semata, karena banyak juga film yang menjadikan media edukasi yang tidak membosankan. 3. Untuk sutradara dan K2K Production, judul film yang diberikan terlalu luas dibanding dengan cerita yang dituju. Sebaiknya judul film ini ditambah agar lebih spesifik seperti jalan cerita didalamnya. 4. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini dikembangkan lebih mendalam lagi melalui sudut pandang yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Baran, Stanley J. Pengantar Komunikasi Massa. EdisiKelima. Jakarta: Erlangga. 2008. Barthes, Roland. Imaji Musik Teks. Yogyakarta: Jalasutra. 2010. Berger, Arthur Asa. Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: Tiara WacanaYogya. 2000. Biagi, Shirley. Media/Impact: Pengantar Media Massa. Jakarta: Salemba Humanika. 2010. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. 2011. Danesi, Marcel. Pesan, Tanda, danMakna. Yogyakarta: Jalasutra. 2010. Durkheim, Emile. Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga. 1990. Haricahyo, Cheppy. Dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Pers, 1995. Husen, Ida Sundari dan Hidayat, Rahayu. Meretas Ranah: Bahasa, Semiotika, dan Budaya. Jakarta: Bentang. 2001. Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. 2007. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013. Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2010. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University. 1998. Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS). 2007. Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. 2008. Qodratillah, Meity Taqdir, dkk. Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2011. Rivers, L. William, dkk. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Prenada Media. 2004. Sobur, Alex, Drs., M.Si. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009. Sumandiria, AS. Haris. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2006.
80
81
Wibowo, Indiwan Setyo Wahyu. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2003. WEBSITE Ayu Diah Pasha, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014 pukul 12.03 WIB dari http://ayudyahpasha.wordpress.com/about/ Ayu Diah Pasha, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014 pukul 12.03 WIB dari http://ayudyahpasha.wordpress.com/filmografi/ Azhar Kinoi Lubis, About Me, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 12.10 WIB dari http://www.azharkinoilubis.com/About_Me.html Azhar Kinoi Lubis, Filmography, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 12.10 WIB dari http://www.azharkinoilubis.com/Filmography.html Indosinema, Sinopsis: Film Jokowi (2013), artikel ini diakses pada Rabu, 3 September 2014 pukul dari http://indosinema.com/2013/05/sinopsis-filmjokowi/ Landung Simatupang, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014 pukul 12.15 WIB darihttp://www.indonesianfilmcenter.com/cc/yohanesrusyanto-landung-laksono-simatuandung-simatupang.html Metrotvnews.com, Profil Tokoh: Prisia Nasution, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 9.54 WIB dari http://profile.metrotvnews.com/read/53/prisia-nasution Ming Muslimin, Jenis Suara Pada Film Fiksi, artikel ini di akses pada 30 Oktober 2014 pukul 18.25 WIB dari www.academia.edu/8012843/JENIS_SUARA_PADA_FILM_FIKSI Profil Ratna Riantiarno, artikel ini diakses padata tanggal 3 September 2014 pukul 12.16 WIB dari http://www.kapanlagi.com/indonesia/r/ratna_riantiarno/ Rahasia, Biodata Prisia Nasution, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 10.04 WIB dari http://mencarirahasia.blogspot.com/2013/05/biodata-prisia-nasution.html Rangga Adithia, Review: Jokowi (2013), artikel ini diakses pada tanggal 17 September 2014 pukul 15.00 WIB dari http://raditherapy.com/2013/06/review-jokowi-2013/ Susilo Badar, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 12.09 WIB dari http://www.imdb.com/name/nm2682075/ Teuku Rifnu Wikana, artikel ini diakses pada tanggal 3 September 2014 pukul 10.00 WIB http://www.ceritamu.com/info/pemain-film/Teuku-RifnuWikana
82
WAWANCARA Azhar Kinoi Lubis, Sutradara Film Jokowi, Wawancara Pribadi, pada 7 Agustus 2014.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
COVER DVD FILM JOKOWI
DAFTAR NAMA PEMAIN DAN TIM PRODUKSI FILM JOKOWI
Jabatan Director Producer 1st Assistant Director 2nd Assistant Director 3rd Assistant Director Cast Jokowi Iriana Notomiharjo Sujiatmi Jokowi (4tahun) Jokowi (10tahun) Jokowi (bayi) Wiharjo Bu Hardjo De Jarwo Iit (dewasa) Iit (8tahun) Iit (4 tahun) Pak De Miyono Satpol 2 Sapari Satpol 1 Satpol 3 Bidan Lek Roso Tentara Tarti (12 dan 18 tahun) Dormo Darus Toto (8 tahun) Anto (10 tahun) Waruli Jupri Ida (6 tahun) Ida (dewasa) Titi (4 tahun) Titi (remaja) Ayah Iriana Handoko Tigor
Nama Azhar Kinoi Lubis KK Dheeraj Riska Talitha Oktiarini Imaniar Hari Saputra Hamim Teuku Rifnu Wikana Prisia Nasution Susilo Badar Ayu Diah Pasha Ilham Ridho Ilahi Vincentius Aldy Pyo Ilham Rohman Wijaya Landung Simatupang Ratna Riantiarno Rukman Rossadi Annisa Hertami Nurul Hidayati Farisah Pritt Timothy Husni Mbah Bayu Doddy Eskha K. Chandra Dewi Lucky Damayanti Ghati Anta Novitasari Hengki Rifai Syafik Redhana Putra Lokananta Ahmad Danni Fatia Hasna A. Anisya Ichank Alfi Rhani Riyanti Pak Haryono Kedung Dharma R. Markus Tampubolon
Penjual Kaset Raka (bayi) Raka (10 tahun) Kahiyang (5 tahun) Kahiyang (8 tahun) Ilham Anak Dharmo Penjual Soto
Gogot Rafta Benzema Pradana Dhea Yudan Abe Mega Rita Marsita Amartanie Octoviani Bang Bogor Eko Balung Ibu Tarti Elisabeth Ida Ari Joko Blankon Rini Pak Sobri Pak Kusno Jupe Riki Eca Ibu Wiwik Ibu Bambang William Van Kuik Ichong Mas Jupri Robbie Orlando (Vocal) Yudi Emprit (Guitar) Aryo (Bass) Danang (Keyboard) Rudi Lehhon (Drum) Rintis Pratikyo (Manager) Agus Yul (Road Manager) Julio (Stage Crew) Eddy Daned’s (Soundman)
Pembeli Soto Pengamen Guru Sekolah Dasar Guru Sekolah Menengah Atas Tetangga Pedagang Aisah Ali Makmur Kamal Ibu Kamal Ibu Pencuci Pemesan Meubel Dosen Tukang Becak The Flash Band
Production Crew Unit Production Manager Production Secretary Cashier Production Assistant Location Manager in Solo
Otong Tarmidi Yorris Rumsayor and Srie Wahyuni
Location Manager in Yogyakarta
Zee Chevy Burhan Toni Adit Debong Iwan
Script Continuity Clapper Talent Coordinator Extras Coordinator 1st Camera Assistant 2nd Camera Assistant D.I.T Person Assistant DIT Gaffer Assistant Gaffer Lightingmen
Jimmy Jib Operator Rigging Camera Guard 1st Dolly Grip 2nd Dolly Grip Lighting Guard Genset Operator Har Top Driver for Generator Sound Recordist Asst. Boomer Assistant Art Director Art Dept Finance Property’s Master Property’s Buyers Art Crew
Set Builder Crew Assistant Make Up
Assistant Wardrobe
Thomas Aquinas Anggi Edison Syaiful Rahman Yana Gartiwa Lilo Acting School Dodon Ramadhan Rivan Hanggarai Donny Matahari Iqbal Anto Saman Saman Ady Suryo Dery Tanjung Leo Aan Putro Gatot The Jibs Sondang Dijan Sugeng Untung Sulis Jul Rony Ricky Docky Arif/Gepeng Frans Bogor Joko Endang Sanusi Amartanie Octoviani Budi Antonius Budihar Dodi Pepeng Supri Mbah Bayu Weldy Junaedy Sardi Cs Nia Syamsudin Donna Ketty Ani Danny Abie
Behind The Scene Poster Designed by Photographer for Poster Production Runner
Production Helper
Scafolding Guard Rain Coodinator Agency for Extras
Catering Service Post Production Post Production Coordinator Assistant Editor Offline Editing at Editor for Trailer Assistant Editor for Trailer Supported by Motion Graphic by Final Mixing at Assistant Sound Designer Studio Manager Junior Sound Engineer Online and Colour Grading at Production Director Post Producer Digital Colourist Assistant Colourist Conform Flame Artist
Tiyo Agus Bimo Gozali Michael Tju Donny Herlambang Yoyok Bram Saputra Kuple Ian Yeye Oky Agus Andri Fendi Devi Angga Burhan Management Lilo Acting School Aleena Management Prit Management Rini Agency Dwi Agency Wulan Agency Ida Agency Dyah Catering Kiki Machina Panji Gendhis Batarini Film Post Aline Jusria Nicky Andrian INAFEd (Indonesian Film Editor) Adrian Sugiono AulXo posT Jakarta, Indonesia Luthfi Ginanjar Era Adityawan Gilang Putra Pamungkas Aditya Koeswardhana Kantana Digital Post Wikanda Chaiviriyachok Anurak Jongyusook Noppasak Poontipat Peeti Unprasert Ittiphone Mantabhand Amnuay Lingee
Online Editor All Music Mix and Mastered by Seruling Player Vocal by Camera and Lighting Equipment DCP Mastering at Drivers
Su Kaiyun Yovial Tri Purnnomo Virgi Saat Christine Theodosia Lubis PT. Cinerent Sumber Sarana, Jkt Fresto Theo Yadi Yanto Agung Asep Sound Devi Yono Asep Art Agus Bocor Iwan Madi Purnomo Tilip Birin Adang Joni Kholid Kholik Didit
Lembar Pertanyaan Wawancara
Narasumber
: Azhar Kinoi Lubis
Jabatan
: Penulis dan Sutradara Film Jokowi
Hari, tanggal : Kamis, 7 Agustus 2014 Waktu
: 12.20-13.00
Tempat
: Jl. Moch. Kahfi 1 Gg. Kakas No. 7 Ciganjur, Jagakarsa
1. Apa yang melatarbelakangi Anda untuk membuat film Jokowi? Pada awalnya saya ingin memperkenalkan sosok Jokowi saat dia kecil. Karena masyarakat kan sudah tau bagaimana Jokowi saat menjabat sebagai walikota solo hingga menjadi gubernur DKI Jakarta. Tapi apakah masyarakat tahu bagaimana kehidupan Jokowi saat kecil? Dan Jokowi juga bukan berasal dari kalangan atas, tapi kalangan orang miskin. Bapaknya hanya tukang kayu. Nah, itu dia yang ingin diangkat dalah film ini yakni bagaimana kehidupan Jokowi saat masih kecil hingga bisa sukses seperti sekarang ini.
2. Bagaimana konsep yang disuguhkan dalam film ini? Menceritakan biografi Jokowi saat kecil yang sumbernya diambil dari ibu, keluarga, dan kerabatnya. Dan ini bener-bener saya membuat film ini tidak ada batasan dan bebas berekpresi dengan ceritanya. Tidak seperti film Habibie dan Ainun yang harus persis sesuai faktanya dan diawasi langsung oleh narasumbernya. Untuk film ini sangat sulit. Karena Jokowi tidak mau menjadi narasumber. Beliau hanya ingin fokus ke pekerjaannya saat kami temui. Justru beliau merasa belum pantas untuk kehidupannya dibuat sebuah film. Wong saya ndeso katanya. Beliau hanya berpesan jangan ada berbau politiknya dalam film tersebut. Akhirnya saya fokus ke konsep cerita masa kecil beliau yang bisa menjadi motivasi bahwa orang miskin tidak akan selamanya miskin yang penting kita mau berusaha pasti akan maju.
3. Apa visi misi film Jokowi? Visinya menampilkan kehidupan Jokowi dari beliau lahir khususnya masa kecil beliau yang belum banyak masyarakat tahu hingga menjadi sukses seperti sekarang ini.
Misinya lewat film ini mampu menampilkan kehidupan beliau dan memberikan pelajaran besar bagi masyarakat khususnya kaum muda untuk bisa menjadi lebih baik.
4. Apa tujuan yang dicapai dalam pembuatan film ini? Memberikan motivasi dan pesan moral ke masyarakat melalui sosok Jokowi ini. Bahwa orang miskin atau desa itu juga bisa sukses.
5. Bagaimana proses penggarapan skenario film ini? Karena Jokowi tidak mau menjadi narasumber, maka kami mencari narasumber lain. Tidak hanya tidak mau menjadi narasumber. Orang lain yang ingin membuat buku tentang beliau juga sama sulit mencari info melalui beliau. Saya baca buku-buku tentang beliau. Kami survei langsung ke Solo. Kami cari informasi selengkap-lengkapnya melalui ibunda Jokowi, adik-adik Jokowi, kerabatnya, dan warga pinggiran Kalianyar yang menjadi saksi saat itu.
6. Bagaimana proses pemilihan pemain dalam film ini? Untuk pemilihan pemain kami tidak mengadakan casting. Pemain dipilih oleh saya dan KK Dheeraj selaku produser film ini. Untuk pemeran Iriana KK Dheeraj menginginkan Prisia Nasution. Okelah menurut saya. Tapi untuk pemeran Jokowi dia menginginkan artis yang menurut saya tidak sesuai dengan sosok Jokowi. Jokowi kan mukanya ndeso jadi ya harus sesuai. Saya mengajukan Teuku Rifnu Wikana. Dia belum pernah menjadi pemeran utama selama dia berkancah di entertainment. Awalnya produser tidak setuju. Tapi saya tekankan muka Jokowi kan ndeso ya sesuai dengan mukanya Teuku Rifnu Wikana. Dan yang sulit adalah suara yang bisa mirip dengan suara Jokowi. Cuma Teuku Rifnu Wikana yang suaranya mirip dengan Jokowi. Untuk Ratna Riantiarno, Ayu Diah Pasha, dan Landunk Simatupank ya tidak ada masalah lah. Saat mencari pemeran bapaknya Jokowi itu sangat sulit. Produser memilih artis kawakan. Dan tidak melirik Susilo Badar yang saya ajukan. Akhirnya saya jelaskan mukanya Susilo Badar kan muka jawa trus muka susah kan. Ini justru yang dicari. Mukanya mendukung. Akhirnya setuju. Nah saat mencari pemeran Jokowi kecil itu yang sulit. Jokowi dibawah lima tahun dan Jokowi SD. Produser menginginkan artis cilik yang terkenal. Tapi saya tidak setuju. Apakah mau artis itu saya minta turun jalan disungai? Pasti cara jalannya juga berbeda. Dan feelnya juga gak dapet. Akhirnya saya ya itu tadi
survei ke pinggiran sungai Kalianyar. Saya interaksi dengan warga disana. Akhirnya saya memilih anak-anak asli sana untuk memerankan Jokowi kecil. Anak-anak disana kan ga mengerti acting. Melihat kamera pun mereka anggap asing. Dan mereka juga seneng bisa lihat diri mereka besar di film. Saya bilang ke produser. saya yakini, saya yang akan ajarkan mereka. Dan saya akan bentuk mereka untuk dapat memerankan tokoh tersebut.
7. Bagaimana karakter Jokowi menurut Anda? Ini yang saya bangga. Awalnya saya kan tidak tahu Jokowi itu bagaimana orangnya. Hanya tau sebagai walikota Solo yang senang blusukan. Tapi yang membuat saya tertarik saat mengetahui beliau mendapat penghargaan sebagai 10 besar walikota terbaik sedunia. Disitu saya langsung cari tahu tentang beliau. Ternyata orangnya luar biasa. Merakyat, rendah hati, dan sederhana.
8. Berapa lama proses pembuatan film ini? Seluruh proses memakan waktu kurang lebih 5 bulan.
9. Sebagai penulis dan bertindak sebagai sutradara, Apa kendala yang dialami dalam pembuatan film ini? Adanya perbedaan pendapat dalam memilih tokoh dengan produser. Dan mencari informasi tentang sosok Jokowi.
10. Apa hal yang paling menyenangkan selama pembuatan film ini? Selama pembuatan film, tokoh yang dipilih sesuai dengan cerita yang diinginkan dan dapat memerankan peran masing-masing dengan baik.
11. Apa pesan yang ingin disampaikan dalam film ini? Pesan moral? Bahwa kita itu untuk sukses tidak memndang kita miskin atau kaya. Keteguhan, ketegaran sosok Jokowi ini patut dicontoh.
12. Apa harapan ke depannya tentang film ini? Apakah ada rencana untuk membuat film serupa?
Semoga film ini menjadi contoh yang patut ditiru dan dijadikan pelajaran bagi masyarakat khususnya kaum muda. Untuk membuat film serupa tidak ada rencana lagi kecuali jika diminta dari pihak tertentu. Tapi kemungkinan besar tidak ada rencana lagi.
13. Terakhir, Apa pesan dan harapan Anda untuk perfilman Indonesia? Semoga perfilman Indonesia menjadi terus maju dan banyak sisi positif yang dibangun. Film-film yang berkualitas terus ditingkatkan.
Narasumber
Azhar Kinoi Lubis
FOTO BERSAMA PENULIS DAN SUTRADARA FILM JOKOWI (AZHAR KINOI LUBIS)