ANALISIS WACANA SARA MILLS DALAM FILM DOKUMENTER BATTLE FOR SEVASTOPOL Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh : Corri Prestita Ishaya NIM : 1112051100019
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016
,
ANALISIS WACANA SARA MILLS DALAN{ FILM DOKUMENTER BATTLE FORSEVASTOPOL
Sklipsi Ilmu Dakr,vah dan Ilmu Kornunikasi untuk Mernenuhi Diajukan kepacla Fakultas Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Corri Prestita Ishaya
NIM:
1112051100019
Pernbimbing:
NIP. 197104122
KONSENTRASI JURNALISTIK KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ILMI.J DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H I 2017 JURUSAN -.T'ANITTES
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul ANALISIS WACANA SARA MILLS DALAM FILM
DOKUMENTER BATTLE FOR SEVASTOPOL telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah lakarta pada Jumat,28 April 2017. Skripsi ini
telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SarjanaSosial (S.Sos) pada Program Studi Konsentrasi Jurnalistik.
Tangerang, 28 April 201 6
Sidang Munaqasyah Sekretaris Merangkap Anggota
Ketua Merangkap Anggota
t\
I
firah Nu
Kholis NrP. 19801 142009121002
NrP. 1 971 0 412200003200t Anggota Penguji
II
D
Rizaludin Kurniawan, M. Si 197009031996031001
NIP. Pembimbing
firah tlurlailv. M.A 197104122000032001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa
l.
:
Sla'ipsi inimerupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata-1 (S1)
di Fakultas Ihnu Dakwah dan Ihnu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya
,rru*n
dengan ketentuan yang berlaku
dalarn penelitian
di
ini telah saya canturnkan
sesuai
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ihnu Kornunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
.Iika di kernudian hari saya terbukti bahwa karya. ini bukan hasil karya asli saya atau mempakan jipiakan dari karya orang lain, inaka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Fakultas Ilmu Dakwah dan lhnu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakafta.
Tangerang, Mei 2017
Con'i Presti ta Ish a,u'.a
ABSTRAK Corri Prestita Ishaya (1112051100019) ANALISIS WACANA SARA MILLS DALAM FILM DOKUMENTER BATTLE FOR SEVASTOPOL Battle for Sevastopol merupakan film dokumenter yang bergenre dokudrama biografi karya Sergey Mokritskiy. Film ini menceritakan kehidupan seorang perempuan asal Rusia yang berprofesi sebagai penembak jitu. Perempuan yang digambarkan dalam film ini diposisikan sederajat dengan lelaki karena penembak jitu biasa dilakoni oleh seorang lelaki. Perempuan diidentifikasikan sebagai sosok yang tangguh dan mampu menyamai kedudukan seorang lelaki. Peneliti melihat dalam film tersebut terdapat pemarginalan perempuan. Ketika perempuan tidak bisa meninggalkan kehidupan di sektor domestik maka perempuan memiliki kedudukan lebih rendah dari lelaki. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah skripsi ini adalah bagaimana penggambaran perempuan dilihat dari posisi subjek-objek dan posisi pembaca atau penonton dalam film Battle for Sevastopol? Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian skripis ini adalah metode analisis wacana Sara Mills. Metode ini memfokuskan perhatian pada wacana feminisme. Bagaimana wanita ditampilkan dalam teks, baik dalam novel, gambar, foto ataupun berita. Selain itu, Mills juga lebih memperlihatkan posisi subjek-objek dan posisi pembaca.Metodologi penelitian yang digunakan adalah paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rangkaian dialog dan gambar (scene) dalam film Battle for Sevastopol. Peneliti menggunakan teori feminisme sebagai landasan dari analisis wacana Sara Mills yang menitikberatkan pada perempuan. Posisi subjek adalah siapa aktor yang menjadi pencerita (subjek). Sedangkan, posisi objek adalah siapakah pihak yang didefinisikan dan digambarkan kehadirannya oleh orang lain (subjek). Sedangkan, posisi pembaca adalah bagaimana pembaca mengidentifikasikan dan menempatkan dirinya dalam penceritaan teks. Hasil penelitian ini disimpulkan, bahwa perempuan yang berdiri sendiri sebagai feminisme digambarkan dengan karakter tokoh utama sebagai penembak jitu perempuan yang gagah berani. Perempuan sesungguhnya tidak dapat menyamai kedudukan lelaki dalam posisi tertinggi. Karena perempuan masih memiliki kehidupan domestik seperti ingin memiliki anak dan kehidupan berumahtangga lainnya yang menurut anggapan para feminis bahwa perempuan tidak bisa memiliki pemikiran yang rasional. Salah satu faktor penghambat perempuan tidak memiliki pemikiran yang rasional karena perempuan tidak dapat memasuki sektor publik. Permasalahan utamanya adalah permasalahan biologis. Perempuan ditakdirkan sebagai makhluk yang memiliki hak untuk reproduksi. Dengan demikian perempuan tidak bisa menyamai kedudukan lelaki, sehingga lelaki tetap dalam kedudukan tertinggi. Film ini menunjukkan bagaimana perempuan termarginalkan karena profesinya sebagai penembak jitu didominasi oleh lelaki ditunjukkan dalam potongan adegan dan dialog dalam film tersebut. Kata kunci : Subjek, Objek, Pembaca, Feminisme, Perempuan, Battle for Sevastopol.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripis ini. Shalawat serta salam peneliti panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan umat beliau yang senantiasa mengamalkan sunnah dan ajarannya. Alhamdulillah peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Wacana Sara Mills dalam Film Battle for Sevastopol“. Skripsi ini merupakan syarat untuk mencapai gelar strara satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Skripsi ini dibuat tidak dengan hasil tangan sendiri, tetapi berkat bantuan, motivasi, dan kesabaran dari berbagai pihak selama proses bimbingan skripsi berlangsung. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Arief Subhan, MA. Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Suparto, M. Ed, Ph.D. Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. Hj. Roudhonah, M. Ag. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Suhaimi, M. Si. 2. Ketua konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M. Si, yang telah membantu dan memberikan kemudahan, solusi, dan motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
ii
3. Dosen pembimbing skripsi sekaligus sekretaris konsentrasi Jurnalistik, Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA, terima kasih telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan arahan, saran, dukungan, doa, ilmu, perhatian, serta motivasi selama penyusunan skripsi ini. 4. Dosen Pembimbing Akademik Jurnalistik A 2012, Siti Nurbaya, M.Si, yang memberikan saran, arahan, dan motivasi selama proses proposal skripsi. 5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat dari peneliti selama masa perkuliahan. 6. Seluruh staff perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam urusan referensi buku-buku dan jurnal selama masa perkuliahan. 7. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunkasi yang telah membantu peneliti dalam urusan administrasi selama masa perkuliahan. 8. Kedua Orang Tua Peneliti, Ibunda Yuliani Purnamawati dan Ayahanda Haryana Razwin Ishaya, serta kakak dan adik yang telah memberikan bantuan baik materil maupun moril, serta segala doa yang dipanjatkan untuk peneliti. 9. Sahabat peneliti, Rista Dwi Septiani, Deby Novia, Hana Futari, Nuzulul Fitriani Alifta, Indah Yuni Permata, Khomisah Sya’baniah, Sindi Patika Sari, dan Dhio Prastyo yang telah sabar mendengar keluh kesah peneliti, iii
memberikan motivasi, ilmu, pengalaman, dan mendoakan peneliti. Semoga kita tetap mejaga silaturahmi. 10. Teman-teman Jurnalistik Angkatan 2012 yang telah berjuang bersamasama untuk mencapai gelar sarjana dan telah berbagi suka duka, pelajaran, pertemanan, dan pengalaman semasa perkuliahan. 11. Teman-teman
KKN
Wanasatya
menyelesaikan
kewajiban
mempermudah
pembuatan
2015
bersama skripsi ini.
yang
selama
saling sebulan,
Kalian
membantu sehingga
telah memberikan
pengalaman berharga selama KKN berlangsung. 12. Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini. Peneliti tidak bisa menyebutkan satu persatu.
Jazakumullah Khairan Jaza, tidak ada sebaik-baik balasan kecuali dari Allah SWT. Peneliti menyadari skripsi ini belum mencapai kesempurnaan, namun peneliti berusaha untuk mencapai kesempurnaan tersebut. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak, khususnya mahasiswa konsentrasi Jurnalistik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang, April 2017
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... v DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ....................................................... 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 4 D. Metodologi Penelitian ..................................................................... 5 E. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 10 F. Keterbatasan Peneliti ........................................................................ 12 G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 12
BAB II
KAJIAN TEORITIS A. Analisis Wacana .............................................................................. 14 1. Pengertian Analisis .................................................................... 14 2. Pengertian Wacana .................................................................... 14 3. Macam-macam Analisis Wacana .............................................. 17 a. Analisis Wacana Model Teun A. Dijk ................................. 17 b. Analisis Wacana Model Norman Fairclough ....................... 18
v
c. Analisis Wacana Model Sara Mills ...................................... 19 d. Analisis Wacana Model Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew ............................................ 19 e. Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen ....................... 20 B. Analisis Wacana Model Sara Mills ................................................. 21 C. Film ................................................................................................. 24 1. Pengertian Film ......................................................................... 24 2. Jenis-jenis Film .......................................................................... 24 a. Film Fitur .............................................................................. 25 b. Film Dokumenter ................................................................. 25 c. Film Animasi ........................................................................ 30 3. Klasifikasi Film .......................................................................... 30 D. Feminisme ....................................................................................... 34 1. Pengertian Feminisme ............................................................... 34 2. Jenis-jenis Feminisme ............................................................... 38 a. Feminisme Liberal ................................................................ 38 b. Feminisme Radikal ............................................................... 40 c. Feminisme Sosialis ............................................................... 42 d. Ekofeminisme ....................................................................... 43 e. Teologi Feminisme ............................................................... 45 BAB III FILM DOKUMENTER BATTLE FOR SEVASTOPOL A. Sinopsis Film Dokumenter Battle for Sevastopol ........................... 49 B. Profil Sutradara Film Dokumenter Battle for Sevastopol .............. 51
vi
C. Struktur dalam Film Dokumenter Battle for Sevastopol ................ 52 D. Penghargaan Film Dokumenter Battle for Sevastopol ................... 54 BAB IV ANALISIS WACANA SARA MILLS DALAM FILM DOKUMENTER BATTLE FOR SEVASTOPOL A. Posisi Subjek .............................................................................
57
B. Posisi Objek ..............................................................................
84
C. Posisi Pembaca ...........................................................................
99
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 101 B. Saran ............................................................................................. 102
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 104 LAMPIRAN ......................................................................................................... 107
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penghargaan dalam film Battle for Sevastopol ....................................... 54 Tabel 2 Kerangka Temuan Data Posisi Subjek Pertama dalam film Battle for Sevastopol .............................................................................................. 58 Tabel 3 Kerangka Temuan Data Posisi Subjek Kedua dalam film Battle for Sevastopol ............................................................................................... 69 Tabel 4 Kerangka Temuan Data Posisi Objek dalam film Battle for Sevastopol ................................................................................................. 85
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Adegan Eleanor berbincang pada pengawal..................................... 58
Gambar 2
Adegan Eleanor menceritakan tentang sniper wanita ...................... 58
Gambar 3
Adegan perkenalan Eleanor dengan para siswa dari Rusia .............. 59
Gambar 4
Adegan seorang siswa memperkenalkan diri dihadapan Eleanor .... 59
Gambar 5
Adegan Pavlichenko memperkenalkan diri dihadapan Eleanor ....... 60
Gambar 6
Adegan Eleanor memberi arahan Pavlichenko................................. 61
Gambar 7
Adegan Eleanor sedang menenangkan Pavlichenko ........................ 61
Gambar 8
Adegan Pavlichenko mengenakan gaun ........................................... 62
Gambar 9
Adegan Eleanor berbicara dengan Pavlichenko ............................... 62
Gambar 10 Adegan Eleanor melihat bekas luka di tubuh Pavlichenko .............. 62 Gambar 11 Adegan Eleanor menyentuh bekas luka di tubuh Pavlichenko......... 63 Gambar 12 Adegan Eleanor menceritakan kehidupan Pavlichenko ................... 63 Gambar 13 Adegan Eleanor menceritakan kehidupan Pavlichenko ................... 63 Gambar 14 Adegan Eleanor menceritakan kehidupan Pavlichenko ................... 64 Gambar 15 Adegan Adegan Pavlichenko mengabari ayahnya atas kelulusan masuk Kiev State University ........................................................................ 69 Gambar 16 Adegan Pavlichenko ikut serta dalam kompetisi menembak ........... 69 Gambar 17 Adegan Pavlichenko menentang ajakan Boris ................................. 70 Gambar 18 Adegan Pavlicenko berbicara pada Boris ......................................... 70 Gambar 19 Adegan Pavlichenko berandai-andai ................................................ 70 Gambar 20 Adegan Pavlichenko training camp tiarap ....................................... 71
ix
Gambar 21 Adegan Pavlichenko training camp berlari ...................................... 71 Gambar 22 Adegan Pavlichenko training camp menggali tanah ........................ 72 Gambar 23 Adegan Pavlichenko training camp kedua ....................................... 72 Gambar 24 Adegan Pavlichenko training camp kamuflase ................................ 73 Gambar 25 Adegan Pavlichenko training camp menembak ............................... 73 Gambar 26 Adegan Pavlichenko menghindari ledakan ...................................... 73 Gambar 27 Adegan Pavlichenko menangis......................................................... 74 Gambar 28 Adegan Pavlichenko mengucap janji ............................................... 74 Gambar 29 Adegan Pavlichenko menangis......................................................... 74 Gambar 30 Adegan Pavlichenko dan Kapten Leonid menyelamatkan diri ........ 75 Gambar 31 Adegan Pavlcihenko ketakutan ........................................................ 75 Gambar 32 Adegan Pavlichenko menghadiri jumpa pers di Amerika Serikat.... 75 Gambar 33 Adegan Ayah Pavlichenko berbicara kepada Leonid ....................... 76 Gambar 34 Adegan Ayah Pavlichenko berbicara dengan Pavlichenko .............. 85 Gambar 35 Adegan Ibu Pavlichenko berbicara kepada ayahnya ........................ 85 Gambar 36 Adegan Pavlichenko ikut kompetisi menembak .............................. 86 Gambar 37 Adegan instruktur menilai hasil tembakan ....................................... 86 Gambar 38 Adegan Pavlichenko dan Masha menunggu hasil penilaian ............ 86 Gambar 39 Adegan Kolesov terkejut .................................................................. 87 Gambar 40 Adegan Kamerad Jenderal membacakan bukti keberhasilan Pavlichenko ..................................................................................... 87 Gambar 41 Adegan ibu dan ayah Pavlichenko berbicara.................................... 88 Gambar 42 Adegan wartawan mengejek Pavlichenko ........................................ 88
x
Gambar 43 Adegan Boris berbicara dengan Pavlichenko ................................... 88 Gambar 44 Adegan Kamerad Jenderal menyeret paksa wanita .......................... 89 Gambar 45 Adegan destruksi barang di Camp ..................................................... 89 Gambar 46 Adegan pembakaran barang-barang wanita ..................................... 89 Gambar 47 Adegan training camp ...................................................................... 90 Gambar 48 Adegan Kamerad Jenderal memberikan penghargaan ..................... 90 Gambar 49 Adegan Nikolai berbicara pada Pavlichenko ................................... 90 Gambar 50 Adegan pasukan militer mendatangi Pavlichenko ........................... 91 Gambar 51 Adegan Pavlichenko berfoto ............................................................ 91 Gambar 52 Adegan Boris berbicara pada Kamerad Jenderal.............................. 92 Gambar 53 Adegan Masha dan Pavlichenko berbicara....................................... 92 Gambar 54 Adegan Masha ingin menikah .......................................................... 93
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi yang pesat menuntut masyarakat untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi sebagai dampak dari kemajuan teknologi informasi tersebut. Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah perilaku dan pola hidup masyarakat secara global, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi menyebabkan dunia menjadi tanpa batas dan menyebabkan perubahan sosial budaya, ekonomi, dan pola penegakan hukum yang secara signifikan berlangsung dengan cepat. 1 Film merupakan salah satu media komunikasi yang dipilih masyarakat untuk mengetahui informasi dan hiburan. Lebih dari 70 tahun terakhir, film telah memasuki kehidupan umat manusia yang sangat luas lagi beranekaragam. 2 Film memiliki nilai seni tersendiri yang dibuat oleh tenaga-tenaga
kreatif
dan
profesional.
Onong
Uchjana
Effendy
menyatakan ada jenis-jenis film, yaitu film cerita, film berita, film dokumenter, dan film kartun. 3 Film dokumenter merupakan salah satu karya jurnalistik karena memuat fakta. Film dokumenter termasuk ke dalam jurnalisme film. 1
Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, Menuju Kepastian Hukum di Bidang: Informasi dan Transaksi Elektronik, (Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, 2007), h. 1. 2 Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 153. 3 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 210.
1
2
Saat ini film yang banyak diproduksi oleh dunia adalah film yang mengusung tema perempuan. Kata perempuan secara terminologis sebagai makhluk yang dihormati, dimuliakan, dan dihargai. 4 Perempuan dalam sebuah film sering digambarkan sebagai sosok yang termarginalkan, lemah, tertindas baik fisik maupun psikis, dan penggambaran buruk lainnya. Untuk itu kajian film mengenai tentang perempuan atau yang sering disebut sebagai feminisme cukup menarik perhatian publik. Perfilman lebih banyak mengangkat isu feminisme karena memiliki nilai jual yang mampu menarik minat khalayak untuk mengkonsumsi film tersebut. Untuk itu, sebagian film masih menggunakan pandangan bahwa lelaki memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Dengan kata lain, perfilman di berbagai dunia masih menggunakan ideologi patriarki. Salah satu film yang mengangkat isu feminisme adalah film yang berjudul Battle for Sevastopol. Film Battle for Sevastopol merupakan film dokumenter yang bergenre dokudrama biografi karya Sergey Mokritskiy yang berlatarbelakang perang dunia II di Rusia. Film ini menceritakan tentang penembak jitu wanita dari Rusia yang menjadi pahlawan selama penyerbuan oleh Nazi Jerman di Sevastopol, Rusia (1941-1942). Lyudmila Pavlichenko adalah seorang perempuan berusia 24 tahun. Ia adalah satu dari 2000 perempuan yang mendapat posisi sebagai penembak jitu tentara merah dari divisi Chapeyevskaya (25th Guards Rifle Division). Nama
4
Zaitunah Subhan, Kodrat Perempuan: Takdir atau Mitos? (Jakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2004), h. 1.
3
Pavlichenko semakin berkibar dan menjadi inspirasi tentara Soviet setelah menembak 36 sniper Jerman. 5 Film ini menarik untuk diteliti karena menggambarkan sosok perempuan yang tangguh, berani, dan mampu menjadi inspirasi dunia. Perempuan dalam film ini diposisikan menjadi sederajat dengan kaum lelaki. Selain itu film Battle for Sevastopol juga merupakan film sniper terbaik yang diperankan oleh perempuan. Film sniper terbaik lainnya diperankan oleh lelaki seperti film American Sniper (2014) diperankan oleh Bradley Cooper, Enemy at the Gates (2001) diperankan oleh Jude Law, Shooter (2007) diperankan oleh Mark Wahlberg, Sniper Reload (2011) diperankan oleh Chad Michael Collins dan lainnya. 6 Film dokumenter ini memiliki rating 7.2 dari 10 dalam IMDb. IMDb (Internet Movie Database) yaitu situs web yang menjadi tolak ukur bagus atau tidaknya suatu film dilihat dari kacamata dunia. Film dokudrama biografi ini meraih beberapa penghargaan yang membuat peneliti ingin mengkaji lebih dalam tentang isu feminisme liberal dengan judul “Analisis Wacana Sara Mills dalam Film Dokumenter Battle for Sevastopol”.
5
http://www.bisotisme.com/2015/10/sedikit-tentang-lyudmila-pavlichenko.html , situs diakses pada 1 September 2016 pukul 21.30 WIB. 6 https://www.kaskus.co.id/thread/56ce1f6bde2cf2260d8b4569/10-film-sniper-terbaik, situs diakses pada 1 September 2016 pukul 23.03 WIB.
4
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Masalah yang akan diteliti berfokus pada analisis wacana Sara Mills dalam film dokumenter Battle for Sevastopol terkait dengan rangkaian gambar (scene) dan dialog. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan
pembatasan
masalah
di
atas,
maka
peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penggambaran perempuan menurut analisis wacana Sara Mills dalam film dokumenter Battle for Sevastopol ? 2. Bagaimana
posisi
subjek-objek
dalam
menggambarkan
perempuan pada film dokumenter Battle for Sevastopol ? 3. Bagaimana
posisi
pembaca
atau
penonton
dalam
menggambarkan perempuan pada film dokumenter Battle for Sevastopol ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi subjek-objek perempuan dan untuk mengetahui bagaimana pembaca menggambarkan perempuan dalam film dokumenter Battle for Sevastopol. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dihasilkan dengan adanya penelitian ini adalah:
5
a. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan langkah positif berupa referensi, wawasan, dan manfaat bagi penikmat film dokumenter jurnalistik dan mahasiswa khususnya mahasiswa konsentrasi jurnalistik . b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif untuk penikmat film dokumenter jurnalistik dan akademis dalam bidang dakwah dan komunikasi yang ingin meneliti film dokumenter.
D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma merupakan pandangan yang mendasar dari para ilmuwan yang memiliki beberapa kumpulan asumsi, konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti untuk mengungkap kebenaran dalam realita sosial dan penelitian. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kritis. Paradigma kritis sering menjadi landasan berpikir dalam analisis wacana berupa keterlibatan media massa dan struktur sosial. Pandangan ini dipengaruhi oleh ide dan gagasan Marxis yang melihat masyarakat sebagai suatu sistem kelas. Masyarakat dilihat sebagai suatu sistem dominasi, dan media merupakan salah satu bagian dari sistem dominasi tersebut. Paradigma kritis ini mempunyai sifat dasar yaitu selalu menaruh curiga dan mempertanyakan kondisi
6
masyarakat. Kondisi masyarakat yang terlihat produktif dan bagus tersebut sesungguhnya memiliki struktur masyarakat yang menindas dan menipu kesadaran khalayak. 7 Paradigma kritis umumnya menguji kandungan-kandungan makna ideologis media melalui pembongkaran teks atau isi media. Paradigma kritis mempunyai beberapa karakteristik yaitu, meyakini bahwa refleksi dan kritik metode untuk menghasilkan pengetahuan bukan melalui observasi, lebih dari sekedar data kuantitatif dan kualitatif, ideologi dan kekuasaan ada dalam pengalaman sosial dan tujuan penelitian untuk perubahan sosial. Menurut Stuart Hall seperti yang dikutip Jumroni bahwa paradigma kritis bukan hanya mengubah pandangan mengenai realitas yang
dipandang
alamiah
oleh
kaum
pluralis,
tetapi
juga
berargumentasi bahwa media adalah kunci utama dari sebuah pertarungan kekuasaan. Melalui media nilai-nilai kelompok dominan dimapankan,
dibuat berpengaruh,
dan
menentukan
apa
yang
diinginkan oleh khalayak. 8 2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik, 7
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS Grup, 2001), h. 23-24. 8 Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 84.
7
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Menurut Badgan dan Taylor seperti yang dikutip Emzir bahwa metode
penelitian
kualitatif
adalah
prosedur
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati serta diarahkan pada latar individu dan individu secara utuh. 9 Metode penelitian kualitatif ini menggunakan data dalam bentuk gambar dan narasi dalam skenario. Penelitian ini bersifat deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menekankan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu saat tertentu. Tujuan utama dalam menggunakan metode deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.
Dengan demikian
peneliti hanya memaparkan situasi/ peristiwa, membuat deskriptif, gambar/ lukisan secara sistematis. 3. Metode Penelitian Peneliti menggunakan metode analisis wacana kritis model Sara Mills. Wacana merupakan cara mempresentasikan makna yang terkandung di dalam sebuah teks.
9
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), h. 2.
8
Analisis wacana merupakan suatu analisis yang membongkar makna atau pesan yang tersembunyi dibalik teks. Seperti pernyataan Sara Mills bahwa analisis wacana dapat dilihat sebagai reaksi yang lebih pada bentuk linguistik dimana fokus pada unit-unit yang konstituen dan struktur kalimat dan tidak fokus pada kalimat itu sendiri dengan sebuah analisis bahasa yang digunakan ada beberapa pandangan dalam analisis wacana. 10 4. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek dalam penelitian ini adalah film dokumenter berjudul Battle for Sevastopol. b. Objek dalam penelitian ini adalah potongan adegan (scene) dan dialog dalam film dokumenter berjudul Battle for Sevastopol. 5. Teknik Pengumpulan Data Peneliti menggunakan teknik observasi, yaitu suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. Menurut Cartwright and Cartwrigh seperti yang dikutip Haris Herdiansyah bahwa observasi adalah suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk sutau tujuan tertentu. 11 Peneliti akan melakukan pengamatan langsung pada objek tersebut untuk mencapai hasil yang akurat. Peneliti akan melakukan pengamatan pada adegan atau scene dan dialog-dialog pada film dokumenter 10
Battle
for
Sevastopol.
Selain
itu,
peneliti
juga
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 199. Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012) h. 131. 11
9
menggunakan teknik pengumpulan data document research, yaitu pengumpulan data dengan cara menelaah dan mengkaji buku, majalah, internet, dan literatur-literatur lainnya (seperti sinopsis film, resensi, dan artikel di situs berita online) yang berhubungan dengan objek penelitian. 6. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara mengklasifikasikan satu persatu adegan atau scene dalam film dokumenter Battle for Sevastopol dengan menggunakan metode analisis wacana kritis Sara Mills. Sara Mills menekankan perhatian pada wacana yang membahas tentang sisi feminisme, misalnya bagaimana perempuan ditampilkan dalam teks, meliputi teks novel, gambar, foto, atau berita. Sara Mills mengatakan Feminist Stylistic bertujuan
untuk
membuat
asumsi
yang
ada
dalam
stilistik
konvensional menjadi lebih jelas, dengan tidak hanya untuk memaksimalkan stilistika dalam analisis bahasa, tidak lagi bahwa bahasa itu sekedar ada, atau memang harus ada dan dimunculkan. Sara Mills lebih melihat bagaimana posisi-posisi aktor ditampilkan dalam teks, serta bagaimana pembaca (audien) mengidentifikasi dan menempatkan dirinya dalam penceritaan teks. 12
12
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 199-200.
10
E. Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka dari berbagai rujukan, diantaranya sebagai berikut: a. Skripsi yang ditulis oleh Rista Dwi Septiani dengan NIM 1112051100011 Mahasiswa Jurnalistik, Universitas Islam Negeri Jakarta yang berjudul, “Representasi Perempuan dalam Film (Analisis Wacana Kritis Sara Mills dalam Film The Herd)”. Skripsi ini membahas tentang film The Herd yang menceritakan bagaimana perempuan digambarkan sebagai pengganti sapi betina di industri susu. Film tersebut menggambarkan bahwa perempuan sebagai kaum yang termarginakan dan representasi perempuan menjadi bias. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggambaran perempuan dalam film tersebut. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana model Sara Mills yang terfokus pada perempuan dengan melihat posisi subjek-objek dan posisi penonton. b. Skripsi yang ditulis oleh Ira Vera Tika SN dengan NIM 41809810 Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik, Universitas Komputer
Indonesia
Bandung
yang
berjudul,
“Representasi
Perjuangan Perempuan dalam Film Tjoet Nja’ Dhien”. Skripsi ini membahas tentang pejuang perempuan, yaitu Tjoet Nja’ Dhien. Penelitian ini menggunakan teori representasi tentang perempuan dengan menggunakan metode analisis wacana model Sara Mills yang
11
terfokus pada posisi subjek-objek dan posisi penonton, serta menggunakan paradigma kritis. c. Skripsi yang ditulis oleh Diah Handayani Staf Pengajar Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, STAIN Kediri yang berjudul “Analisis Wacana Feminis Mengenai Human Trafficking dalam Film Jamila dan Sang Presiden”. Skripsi ini membahas tentang ketidakberpihakan peran negara kepada seorang perempuan korban Human Trafficking yang berdampak pada aspek moral, gender, dan semakin
maraknya
kasus
Human
Trafficking.
Penelitian
ini
menggunakan analisis wacana kritis model Sara Mills. Adapun kontribusi pada penelitian ini adalah agar perempuan sadar bahwa perubahan terletak pada diri sendiri bukan dengan bantuan orang lain. Berdasarkan skripsi di atas, peneliti menemukan persamaan dari metode yang digunakan, yaitu metode analisis kritis model Sara Mills dan menggunakan subjek penelitian yang sama, yaitu film. Sedangkan, perbedaan terletak pada teori, objek, dan paradigma penelitian. Peneliti menggunakan tinjauan pustaka tersebut karena metode analisis yang digunakan sama,yaitu metode analisis wacana kritis model Sara Mills. Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah film dokumenter Battle for Sevastopol dan objek penelitian adalah potongan-potongan adegan atau scene dan dialog dalam film Battle for Sevastopol. Film ini mendeskripsikan seorang perempuan yang berani, tangguh, dan mampu mengubah pandangan masyarakat bahwa perempuan tidak selalu ditindas oleh kaum lelaki. Kedudukan derajat perempuan dalam film menjadi
12
sederajat dengan kaum lelaki. Sehingga analisis ini belum pernah dibahas pada skripsi sebelumnya.
F. Keterbatasan Peneliti Analisis wacana Sara Mills pada film dokumenter Battle for Sevastopol ini tidak menggunakan wawancara karena analisis ini hanya memfokuskan bagaimana posisi subjek, posisi objek, dan pembaca saja. Sehingga peneliti hanya menggunakan teknik pengumpulan data observasi melalui pengamatan dan memberi kesimpulan dalam film tersebut.
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini ditujukan untuk mempermudah pembaca dalam memahami penelitian skripsi. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I
Pendahuluan Bab ini terdiri atas Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Keterbatasan Peneliti, dan Sistematika Penulisan.
BAB II
Kajian Teoritis Bab ini terdiri atas sub bab,yaitu sub bab Analisis Wacana yang
membahas
secara
rinci
Pengertian
Analisis,
Pengertian Wacana, Macam-macam Analisis Wacana, Analisis Wacana Model Sara Mills. Sub bab Film yang
13
membahas tentang Pengertian Film, Jenis-jenis Film, dan Klasifikasi Film serta sub bab Feminisme yang meliputi Pengertian Feminisme dan Jenis-jenis Feminisme. BAB III
Film Dokumenter Battle for Sevastopol Bab ini menjelaskan Film Dokumenter Battle for Sevastopol,
Sinopsis
Film
Dokumenter
Battle
for
Sevastopol, Profil Sutradara Film Dokumenter Battle for Sevastopol, Struktur dalam Film Dokumenter Battle for Sevastopol, dan Penghargaan Film Dokumenter Battle for Sevastopol. BAB IV
Analisis Wacana Sara Mills dalam Film Dokumenter Battle for Sevastopol Bab ini merupakan bab Analisis Wacana Sara Mills dalam Film Dokumenter Battle for Sevastopol, yaitu bab hasil penelitian dalam film dokumenter Battle for Sevastopol dengan menggunakan Analisis Wacana Model Sara Mills yang terdiri atas posisi subjek-objek dan posisi pembaca atau penonton serta memaparkan penggambaran perempuan sesuai dengan teori feminisme liberal.
BAB V
Penutup Bab
ini
terdiri
atas
permasalahan yang diteliti.
Kesimpulan
dan
Saran
dari
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Analisis Wacana 1. Pengertian Analisis Analisis berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu “analusis” berarti melepaskan. Analusis terbentuk dari dua kata yaitu “ana” yang berarti kembali dan “luein” yang berarti melepas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. 1 Menurut Gorys Keraf, analisis adalah sebuah proses untuk memecahkan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang saling berkaitan atau satu sama lainnya. 2 Kesimpulan dari pengertian analisis adalah sekumpulan kegiatan, aktivitas dan proses yang saling berkaitan untuk memecahkan masalah atau memecahkan komponen menjadi lebih detail dan digabungkan kembali untuk ditarik kesimpulan. 2. Pengertian Wacana Kata wacana secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta wac/ wak/ vak berarti “berkata” atau “berucap”. Sedangkan, kata –ana merupakan
imbuhan
berbentuk
akhiran
1
(sufiks)
yang
bermakna
http://kbbi.web.id/analisis/, situs diakses pada 24 November 2016 pukul 08.52 WIB. http://www.pengertiandefinisi.com/pengertian-analisis-menurut-para-ahli/, situs diakses pada 24 November 2016 pukul 09.02 WIB. 2
14
15
membedakan (nominalisasi). Kemudian kata tersebut digabung menjadi wacana yang diartikan sebagai perkataan atau tuturan. 3 Namun, kata wacana ini diperkenalkan dan digunakan oleh ahli linguis di Indonesia sebagai terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu dari kata discourse. Kata discourse juga berasal dari bahasa Latin discursus yang berarti “lari kiankemari”. 4 Secara teminologi, wacana memiliki pengertian yang luas mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, dan sastra. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wacana mencangkup tiga hal. Pertama: ucapan, percakapan, dan tutur kata. Kedua: keseluruhan tutur atau cakap yang merupakan kesatuan. Ketiga: satuan bahasa terbesar, terlengkap dan terealisasi pada bentuk karangan utuh seperti novel, buku, dan artikel. 5 Analisis wacana memiliki definisi yaitu studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. 6 Bahasa yang dianalisis bukan hanya bahasa semata melainkan konteks dalam wacana tersebut. Konteks ini digunakan untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk praktik kekuasaan untuk memarjinalkan individu atau kelompok. 7 3
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 48. 4 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, h. 9. 5 Peter Y Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002), h. 1709. 6 Alex Sobur, Analisis Teks Medis, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, h. 72. 7 Aris Badara, Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media, h.28
16
Menurut Michel Foucault seperti yang dikutip Eriyanto bahwa kajian analisis wacana tidak hanya dipahami sebagai serangkaian kata atau proposisi dalam teks saja tetapi kajian wacana merupakan sesuatu yang memproduksi suatu ide, opini, konsep, dan pandangan hidup dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak. 8 Kesimpulan dari analisis wacana adalah suatu cara atau metode untuk mengkaji isi pesan komunikasi yang ada di teks, baik secara bahasa ataupun penulisan. Analisis wacana memiliki tiga pandangan dari segi bahasa. 9 Pandangan pertama diwakili oleh kaum positivisme-empiris. Oleh penganut aliran ini, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dapat diekspresikan secara langsung
melalui penggunaan bahasa tanpa ada
kendala atau distorsi. Salah satu ciri pemikiran ini adalah ada pemisah antara pemikiran dan realitas. Pandangan ini terfokus pada kebenaran tata bahasa dan sintaksis. 10
8 9
19-20. 19.
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 65. Aris Badara, Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media, h.
10
Aris Badara, Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media, h.
17
Pandangan kedua yaitu konstruktivisme. 11 Pandangan ini menolak pemikiran positivisme-empiris yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Konstruktivisme menganggap subjek sebagai kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Bahasa dipahami sebagai pernyataan-pernyataan yang dihidupkan. Pandangan ketiga adalah pandangan kritis. Pandangan ini menekankan pada kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek , tema-tema wacana, maupun strategistrategi didalamnya. 12 Analisis wacana kritis dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pandangan atau paradigma kritis. 3. Macam-macam Analisis Wacana a. Analisis Wacana Model Teun A. Dijk Analisis ini berfokus pada teks. Van Dijk juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. 13 Analisis wacana model Van Dijk terdapat tiga dimenis meliputi : teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
19-20. 20.
11
Aris Badara, Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media, h.
12
Aris Badara, Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media, h.
13
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 221.
18
Pada analisis teks, Van Dijk melihat bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang digunakan untuk mengangkat suatu tema tertentu dalam sebuah berita. Dimensi kognisi sosial melihat bagaimana berita tersebut diproduksi dan bagaimana kedudukan wartawan dan media dalam keseluruhan proses produksi berita. Dimensi ketiga yaitu konteks sosial yang membahas bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah atau berita. Van Dijk menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. 14 b. Analisis Wacana Model Norman Fairclough Analisis ini dikenal sebagai analisis model perubahan sosial (social
change).
mengintegrasikan
Fairclough secara
membangun
bersama-sama
suatu
analisis
model
yang
wacana
yang
didasarkan pada linguistik dan pemikiran sosial dan politik, dan secara umum diintegrasikan pada perubahan sosial. Fairclough membagi analisis wacana dalam tiga dimensi, yaitu teks, discourse practice, dan sociocultural practice. Teks, dianalisis secara linguistik dengan melihat kosakata, semantik, dan tata kalimat. Ia juga memasukkan koherensi dan kohesivitas, bagaimana antarkata atau kalimat tersebut digabung sehingga membentuk pengertian. Discourse practice merupakan dimensi yang berhubungan dengan proses produksi dan konsumsi teks. 14
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 225.
19
Sedangkan socialcultur practice adalah dimensi yang berhubungan dengan konteks di luar teks. 15 c. Analisis Wacana Model Sara Mills Analisis wacana model Sara Mills ini merujuk pada bagaimana wanita digambarkan dalam dan dimarjinalkan dalam teks baik berita, novel, gambar, foto, atau film, dan bagaimana pola pemarjinalan itu dilakukan. Sara Mills sedikit membedakan model critical linguistics. 16 Ia memusatkan perhatian pada struktur kebahasaan dan bagaimana pengaruhnya
dalam
pemaknaan
khalayak,
Sara
Mills
lebih
memperlihatkan bagaimana posisi-posisi actor ditampilkan dalam teks. Siapa yang menjadi subjek pencerita dan siapa yang menjadi objek pencerita serta bagaimana posisi pembaca atau penulis dalam sebuah wacana. d. Analisis Wacana Model Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew Analisis model ini memiliki penjelasan mendasar melalui Halliday yaitu struktur dan fungsi bahasa. Fungsi dan struktur bahasa ini menjadi sadar struktur bahasa, dimana tata bahasa menyediakan alat untuk dikomunikasikan kepada khalayak. 17 Analisis wacana model Fowler dan kawan-kawan adalah meletakkan tata bahasa dan praktik pemakaiannya tersebut untuk mengetahui praktik ideologi. 15
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 286-287. Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 199-200. 17 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 133. 16
20
Berikut merupakan elemen-elemen yang dipelajari oleh Fowler dan kawan-kawan. Menurut Fowler dan kawan-kawan seperti dikutip Eriyanto bahwa bagaimana pengalaman, politik dan pertarungan sosial dapat terlihat melalui bahasa yang digunakan. Karena bahasa yang berbeda akan menghasilkan realitas yang berbeda pula ketika diterima oleh khalayak. Kosakata dikelompokan menjadi empat kelompok, yaitu kosakata: membuat klasifikasi, kosakata: membatasi pandangan, kosakata: pertarungan wacana, kosakata: marjinalisasi serta melihat tata bahasa. 18 Tata bahasa tidak hanya dilakukan untuk teknis kebahasaan saja tetapi bentuk kalimat dapat menentukan makna yang dihasilkan oleh susunan kalimat. Tata bahasa memiliki dua efek sebagai berikut. Pertama yaitu efek bentuk kalimat pasif: penghilang pelaku dan kedua yaitu efek nominalisasi: penghilang pelaku. 19 e. Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen Analisis ini memberikan pandangan untuk melihat bagaimana peristiwa dan aktor-aktor sosial tersebut ditampilkan dalam media, dan bagaimana suatu kelompok yang tidak punya akses menjadi pihak
18 19
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 134. Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 152-163.
21
yang secara terus-menerus dimarjinalkan. 20 Ada dua pusat perhatian menurut Van Leeuwen, pertama proses pengeluaran (exclusion). Apakah dalam berita ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dalam pemberitaan dan strategi wacana apa yang dipakai untuk itu. 21 Proses pengeluaran ini, secara tidak langsung bisa mengubah pemahaman khalayak akan suatu isu dan melegitimasi posisi pemahaman tertentu. Ada beberapa strategi bagaimana suatu aktor (seseorang atau kelompok) dikeluarkan dalam pembicaraan, yaitu pasivasi, nominalisasi, dan penggantian anak kalimat. Ada beberapa macam strategi wacana yang dilakukan ketika sesuatu, seseorang, atau kelompok ditampilkan dalam teks (Inclusion), yaitu
diferensiasi-indiferensiasi,
objektivasi-abstraksi,
nominasi-
kategorisasi, nominasi-identifikasi, determinasi-indeterminasi, dan asosiasi-disosiasi.
B. Analisis Wacana Model Sara Mills Analisis wacana model Sara Mills ini memfokuskan perhatian pada wacana mengenai feminisme. Bagaimana wanita ditampilkan dalam teks, baik dalam novel, gambar, foto ataupun dalam berita. 22 Titik perhatian dari prespektif wacana feminis adalah menunjukkan bagaimana teks bias dalam menampilkan wanita. Wanita cenderung ditampilkan dalam teks sebagai pihak 20
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 171-172. Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 178-190. 22 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 199-200. 21
22
yang salah, marjinal dibandingkan dengan pihak laki-laki. Gambaran dari ketidakadilan dan citraan wanita yang buruk ini menjadi sasaran utama dari analisis Mills. Sara Mills menggunakan gagasan yang sedikit berbeda dengan gagasan para penulis wacana lainnya. Critical linguistic yang digunakan yaitu critical linguistic yang memusatkan perhatian pada struktur kebahasaan dan bagaimana pengaruh dalam pemaknaan khalayak, Sara Mills lebih memperlihatkan bagaimana posisi-posisi aktor di dalam teks. Posisi-posisi ini memiliki arti bahwa siapa yang menjadi subjek penceritaan dan siapa yang menjadi objek penceritaan akan menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna yang diperlakukan dalam teks secara keseluruhan. 23 Selain posisi subjek dan objek, Mills juga memusatkan perhatian pada bagaimana pembaca dan penulis ditampilkan dalam teks. Bagaimana pembaca mengidentifikasi dan menempatkan dirinya dalam penceritaan teks. Pada akhirnya cara penceritaan dan posisi-posisi yang ditempatkan dan ditampilkan dalam teks ini membuat satu pihak menjadi legitimate dan pihak lain menjadi illegitimate. 24 1. Posisi: Subjek-Objek Sara Mills lebih menekankan pada bagaimana posisi dari berbagai aktor sosial, posisi gagasan, atau peristiwa itu ditempatkan dalam teks. Posisi-posisi tersebut pada akhirnya menentukan bentuk teks yang hadir di
23 24
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 200. Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 200.
23
tengah khalayak. Setiap aktor pada dasarnya mempunyai kesempatan yang sama untuk menggambarkan dirinya, tindakannya, dan memandang atau menilai dunia. Ia mempunyai kemungkinan menjadi subjek atas dirinya sendiri, menceritakan dirinya sendiri, dan mempunyai kemungkinan atas penggambaran dunia menurut persepsi dan pendapatnya. 25 Namun, ada pihak yang hanya sebagai objek, ia bukan hanya tidak bisa menampilkan dirinya dalam teks berita, tetapi juga kehadiran dan representasi mereka dihadirkan dan ditampilkan oleh aktor lain. 2. Posisi Pembaca Sara Mills berpandangan dalam suatu teks posisi pembaca sangatlah penting dan harus diperhitungkan dalam teks. Teks dianggap sebagai hasil negosiasi antara penulis dan pembaca.Dalam hal ini, dilihat bagaimana pembaca mengidentifikasi dan menempatkan dirinya dalam penceritaan teks. Posisi semacam ini akan menempatkan pembaca pada salah satu posisi dan mempengaruhi bagaimana teks itu hendak dipahami dan bagaimana aktor sosial ini ditempatkan. Pada akhirnya cara penceritaan dan posisi yang ditempatkan dan ditampilkan dalam teks ini membuat satu pihak menjadi legitimit dan pihak lain menjadi ilegitimit. 26
25 26
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 200-201. Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 203-204.
24
C. Film 1. Pengertian Film Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis yang dibuat dari selluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimaikan di bioskop). 27 Sedangkan secara etimologi, film adalah gambar hidup, cerita hidup. Menurut Gatot Prakoso dalam buku berjudul Film Pinggiran- Antalogi Film Pendek, Eksperimental & Dokumenter, film adalah bayangan yang diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, yang menyebabkan selalu ada kecenderungan untuk mencari relevansi antara film dengan realitas kehidupan. 28 Kesimpulan dari pengertian film adalah suatu alat komunikasi yang memiliki sifat audio visual dan berfungsi untuk memberikan hiburan, informasi, pendidikan, dan dokumentasi. 2. Jenis-jenis Film Menurut Marcel Danesi dalam buku berjudul Pengantar Semiotik Media, ia menuliskan tiga jenis film yang utama, yaitu sebagai berikut: 29
27
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 316. 28 Gatot Prakoso, Film Pinggiran-Antalogi Film Pendek, Eksperimental & Dokumenter. FFTVIKJ dengan YLP, (Jakarta: Fatma Press, 1997), h. 22. 29 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Percetakan Jalasutra, 2010), h. 134-135.
25
a. Film Fitur Film fitur merupakan film fiksi yang memiliki struktur berupa narasi. Film jenis ini memiliki tahap dalam proses produksi. Pertama, tahap praproduksi yaitu tahap awal saat skenario dibuat. Skenario yang dibuat bisa berupa adaptasi dari sebuah novel, kisah nyata maupun cerita fiktif. Kedua, tahap produksi yaitu proses pembuatan film berdasarkan skenario yang sudah ditetapkan. Ketiga, post-produksi yaitu proses editing atau penyempurnaan dalam film yang sudah diproduksi. b. Film Dokumenter Film dokumenter merupakan film nonfiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata yang memiliki tujuan tertentu. Film dokumenter memiliki berbagai tujuan diantaranya untuk penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. 30 Menurut Robert Claherty mendefinisikan film dokumenter sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan” atau creative treatment of actuality. 31 Film dokumenter merupakan sebuah karya ciptaan mengenai kenyataan yang pembuatannya dilakukan dengan pemikiran dan perencanaan yang matang (creative treatment of actuality) serta
30
3.
31
Heru Effendy, Mari Membuat Film Panduan Menjadi Produser, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.
Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 139.
26
memerlukan usaha keras dalam imajinasi dan biasanya berkisar pada hal-hal yang meupakan perpaduan antara manusia dan alam. Selain itu film dokumenter adalah siaran yang mengandung nilai dan fakta. 32 Era sinematografi dimulai ketika Lumiere Brothers memproduksi jenis film dokumenter pada tahun 1805. Film yang diakui sebagai sinema pertama di dunia berjudul Workers Leaving the Lumiere’s Factory pada 28 Desember 1895 yang akhirnya ditetapkan sebagai hari lahirnya sinematografi. 33 Film dokumenter ini mulai digunakan kembali oleh kritikus film di Inggris, yaitu John Grierson untuk film Moana (1926) karya Robert Flaherty. Ia berpendapat bahwa film dokumenter merupakan cara kreatif untuk mempresentasikan realitas . 34 Film dokumenter yang diambil tanpa skrip disebut sebagai film dokumenter klasik, namun ada juga film dokumenter yang dikemas untuk mengenang sebuah tragedi yang sudah berlalu atau rekonstruksi peristiwa disebut dokumenter drama. Sehingga film tersebut membutuhkan skrip yang sesuai dengan kejadian nyata pada saat tragedi berlangsung. Bahkan, situasi juga dapat digambarkan sesuai dengan tragedi pada saat itu. Pembuatan film dokumenter yang menggunakan skrip dan tempat sesuai dengan kenyataannya, misalnya
32
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 204. http://komunikasipers.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsurfilm.html, situs diakses pada 8 September 2016 pukul 16.14 WIB. 34 Heru Effendy, Mari Membuat Film Panduan Menjadi Produser, h. 3. 33
27
pada film dokudrama biografi yang diangkat dari tokoh terkenal, film tentang perang dunia, dan lain sebagainya. Adapun jenis-jenis film dokumenter, yaitu sebagai berikut: 35 1. Film Biografi Film ini menggambarkan kisah nyata sosok seseorang. Sosok seseorang yang dikenal luas baik di masyarakat maupun di dunia. Ada tiga penggolongan pada film biografi: 36 pertama, potret yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest dari seseorang. Plot yang diambil hanya peristiwa penting dan krusial dari orang tersebut. Kedua, biografi cenderung mengupas secara kronologis kehidupan seseorang tersebut. Ketiga, profil yaitu pembagian plot-nya tidak secara kronologis dan hanya membahas aspek-aspek positif dari tokoh yang diambil. Salah satu contoh film dokumenter biografi adalah The Social Network (2010), yaitu film yang menceritakan tentang perjalanan hidup penemu facebook. 2. Film Sejarah Film ini merupakan salah satu film dokumenter yang mengangkat cerita dari referensi peristiwa. Pembuatan film dokumenter ini membutuhkan data yang akurat. Salah satu contoh
35
https://namafilm.blogspot.co.id/2014/07/pengertian-film-dokumenter.html, situs diakses pada 8 September 2016 pukul 16.51 WIB. 36 https://kusendony.wordpress.com/2011/03/25/jenis-jenis-film-dokumenter.html, situs diakses pada 21 Januari 2017 pukul 13.22 WIB.
28
film dokumenter sejarah adalah Soekarno (2016) menceritakan tentang
kehidupan
presiden
pertama
Indonesia
dalam
memperjuangan bangsa Indonesia. 3. Film Traveling Pada awal perkembangan, film dokumenter ini merupakan film dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun seiring perkembangan waktu maka film ini disebut sebagai film laporan perjalanan atau film travel documentary. 37 Film yang diangkat dari perjalanan seseorang dalam perjalanan wisata. Film ini memiliki tujuan untuk memberikan informasi atau rekomendasi perjalanan wisata. Salah satu film dokumenter tentang perjalanan yaitu The Endless Summer. Film ini menceritakan tentang seorang pencinta selancar yang mengelilingi tempat berselancar yang menarik dibelahan dunia. 4. Film Ilmu Pengetahuan Film ini menggambarkan beberapa aspek yang meliputi pengetahuan alam, astronomi, fisika, matematika, ekonomi, dan lain sebagainya. Tujuannya untuk memberikan edukasi kepada khalayak. Salah satu film dokumenter ilmu pengetahuan adalah Oceans (2009) yang menceritakan kehidupan di bawah laut. 37
https://kusendony.wordpress.com/2011/03/25/jenis-jenis-film-dokumenter.html, situs diakses pada 21 Januari 2017 pukul 13.22 WIB.
29
5. Film Investigasi Film ini merupakan sebuah karya jurnalistik yang diangkat menjadi sebuah film dokumenter menarik. 38 Aspek yang diambil merupakan peristiwa yang ingin diketahui secara mendalam, baik diketahui oleh publik. Film dokumenter ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu memperjelas proses terjadinya peristiwa yang akan diangkat dalam film tersebut. Biasanya film ini diangkat dari sebuah berita kriminal yang sudah mendunia atau terkenal dan pernah menjadi headline. Salah satu film dokumenter investigasi yang terkenal dan masuk ke dalam nominasi Piala Oscar adalah Spotlight (2016). Film ini menceritakan tentang penyelidikan tersangka seorang pastur yang telah melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak di gereja katolik ternama di Boston. 6. Dokudrama Film dokumenter ini lebih menampilkan rekonstruksi peristiwa yang dikemas secara estetis, agar gambar dan cerita yang ditampilkan
lebih
menarik
dengan
menggunakan
skenario
tertentu. 39 Salah satu film dokudrama yaitu Pursuit of Happiness (2016) menceritakan tentang seorang salesman yang berhasil menjadi pialang saham (broker) kaya. 38
https://namafilm.blogspot.co.id/2014/07/pengertian-film-dokumenter.html, situs diakses pada 8 September 2016 pukul 16.51 WIB. 39 Heru Effendy, Mari Membuat Film Panduan Menjadi Produser, h. 3.
30
c. Film Animasi Film animasi merupakan film yang menggunakan teknik ilusi dari serangkaian gambar dua dimensi atau tiga dimensi. 40 Pembuatan film animasi membutuhkan konsentrasi dan ketelitian yang baik. Awal produksi film animasi harus membuat sketsa terlebih dahulu untuk latar belakang gambar. Film jenis ini lebih banyak proses editing karena membutuh kan seorang dubber (pengisi suara). Salah satu fim animasi adalah Sing (2016) menceritakan tentang hewan-hewan yang mempunyai talenta bernyanyi dan menari. 3.
Klasifikasi Film Menurut Himawan dalam buku Memahami Film cara mudah untuk mengklasifikasikan film adalah berdasarkan genre film. Genre adalah klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama (khas). 41 Kata genre berasal dari bahasa Perancis yang bermakna “bentuk” atau “tipe”. Genre adalah bentuk, kategori, atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang sama (khas) seperti setting, isi, dan subjek cerita, tema , struktur cerita, aksi, atau peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, mood, serta karakter. 42
40
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, h. 134-135. Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h.4. 42 http://videomaker79.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-genre-dalam-film.html?m=1, situs diakses pada 2 Mei 2017 pukul 00.15 WIB. 41
31
Adapun macam-macam genre dalam film adalah sebagai berikut: 43 a. Aksi (Action) Aksi (action) adalah genre film yang mengandung banyak aksi gerakan dinamis para aktor dan aktris dalam adegan film seperti adegan baku tembak, berkelahi, mengejar, ledakan, dan tempo cerita relatif cepat. b. Drama Drama adalah genre film yang menampilkan isu sosial seperti kisah percintaan, kekerasan, ketidakadilan, masalah kejiwaan yang dikemas dalam kehidupan sehari-hari. Kisah tersebut sering dikaitkan dengan emosi dan dramatik, sehingga penonton sering tersentuh hatinya dan menangis. c. Epic atau Historical Epic atau historical adalah genre film yang menekankan drama manusia dalam skala besar atau periode masa silam (sejarah). Genre ini lebih ambisius sehingga menjadi genre yang paling berbeda dengan genre lainnya seperti sepotong periode atau film petualangan. 44 Film ini biasanya memiliki latar kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi mitos, legenda, atau kisah biblical.
43
Himawan Pratista, Memahami Film, h. 13. http://www.mindtalk.com/channel/film-o-graphy/post/film-epic510407208975261863.html, situs diakses pada 2 Mei 2017 pukul 01.38 WIB. 44
32
d. Fantasi Fantasi adalah genre film yang berhubungan dengan tempat, peristiwa yang tidak nyata dengan menggunaan unsure magis, mitos, imaginasi, halusinasi serta alam mimpi. e. Fiksi Ilmiah Fiksi ilmiah adalah genre film yang berhubungan dengan teknologi dan kekuatan di luar jangkauan teknologi masa kini yang artificial. f. Horror Horror adalah genre film yang berisi tentang kejadian mistis, dimensi spiritual, dan berhubungan dengan kejadian-kejadian yang menakutkan sebagai nyawa dari film tersebut. g. Komedi Komedi adalah genre film yang setiap adegan diisi oleh lelucon agar penonton dapat terhibur. h. Kriminal atau gangster Kriminal atau gangster adalah genre film yang menampilkan aksi-aksi kriminal atau kejahatan dengan mengambil kisah kehidupan tokoh kriminal besar yang diinspirasi dari kisah nyata. i. Musikal Musikal adalah genre film yang berkaitan dengan musik, kebanyakan genre ini digabung dengan genre lain seperti drama, romance dan documentary, tapi lebih memperlihatkan unsure seni
33
dengan mengkombinasi unsur musik, lagu, tari (dance) serta gerakan (koreografi). j. Petualangan (Adventure) Petualangan (adventure) adalah genre film tentang perjalanan, eksplorasi, dan penjelajahan ke suatu tempat atau lokasi yang belum pernah dikunjungi orang biasanya dalam perjalanannya terdapat tantangan. k. Perang (War) Perang (war) adalah genre film yang sesuai dengan kategorinya yaitu memiliki inti cerita dari latar belakang peperangan yang memperlihatkan aksi perjuangan dan kegigihan. l. Western Western adalah genre film yang berkaitan dengan suku di Amerika dan kehidupan pada zaman kebudayaan suku Indian. Tokoh dalam film digambarkan sebagai koboi berkuda, sheriff, dan aksi khas duel menembak. m. Documentary Documentary adalah genre film yang berisi tentang kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara nyata. 45
45
https://namafilm.blogspot.co.id/2014/07/macam-genre-film.html?m=1, situs diakses pada 8 September 2016 pukul 16.51 WIB.
34
D. Feminisme 1. Pengertian Feminisme Feminisme memiliki pengertian yang luas menurut para ilmuwan. Secara etimologis, feminisme berasal dari bahasa latin “femina” berarti sifat kewanitaan. 46 Feminisme diterjemahkan dari Bahasa Inggris mencakup dua kata, yaitu “feminine“ berarti perempuan dan “-isme“ berarti aliran atau paham. Feminisme secara sederhana dapat didefiniskan sebagai paham tentang perempuan. Feminisme muncul di Eropa dan Amerika Utara dibagi menjadi dua gelombang: pertama, pada abad ke-18 dan 19, kedua pada tahun 1960-an. Pada masa tersebut perempuan dipandang sebagai makhluk yang stereotype. 47 Pandangan ini menjadi awal mula suatu ketimpangan sosial antara laki-laki dan perempuan. Gerakan perempuan ini memberikan isuisu pokok yang didasarkan pada ide bahwa semua manusia itu memiliki derajat yang sama antara lelaki dan perempuan dan memiliki kebebasan. Gelombang feminisme pertama pada abad 18 dan 19 diletakkan dalam konteks
sejarah
Revolusi
Perancis,
Industrialisasi,
dan
perang
kemerdekaan Amerika Utara yang memberikan dampak besar terhadap perempuan. 48 Selama Revolusi Perancis (1789) muncul ide tentang status sosial karena hubungan keturunan serta hak-hak feodal dari raja-raja dan
46
Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita Syarif Hidayatullah, 2003), h. 86. 47 Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 89. 48 Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 90.
35
para aristokrasi telah tumbang. Pada saat itu, ada beberapa perempuan yang memberikan pandangan baru tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan untuk mendukung hak-hak perempuan. Feminisme ditetapkan sebagai teori pada tahun 1880 M, pada saat itu terjadi debat publik yang diikutsertai oleh kaum lelaki. Tetapi pada abad 15 M suara perempuan sudah mulai terdengar. Perempuan pertama yang menulis buku tentang hak-hak dan kewajiban seksualnya adalah Cristine de Pisan (1364-1430). 49 Ide feminisme ini berlanjut sampai abad
17 M, ditandai dengan gerakan
protes sekuler yang dilancarkan oleh gerakan feminis pertama di Inggris bernama Valerie Bryson dalam bukunya Feminist Political Theory. Gerakan feminisme di abad ini berbeda dengan abad sebelumnya karena: pertama, skala keterlibatan perempuan yang cukup tinggi. Kedua, gerakan ini muncul bersamaan dengan perubahan yang signifikan di bidang ekonomi, sosial, dan politik. Gerakan feminisme ini memberikan anggapan-anggapan baru, salah satunya adalah Mary AStell. Menurut Mary Astell, laki-laki dan perempuan mempunyai kemampuan yang sama. Pada Abad ke 18, gerakan feminisme ini dipengaruhi oleh doktrin Jhon Lock tentang Human Right (Hak Asasi Manusia). 50 Hak Asasi Manusia (HAM) di Negara Barat lebih dirasakan oleh kaum lelaki Karena kaum lelaki dianggap memiliki pemikiran yang rasional. Seperti di
49 50
Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 90. Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 91.
36
Amerika Serikat perempuan tidak diberikan hak-hak untuk terlibat dalam pemilihan umum (Pemilu) sampai tahun 1920. Tokoh feminisme yang berpengaruh pada tahun ini adalah Mary Wollstonecraft. Dalam bukunya Vindication of Right of Woman, ia menolak ide Rousseau yang menekankan bahwa pendidikan perempuan dan lelaki berbeda karena memiliki watak dan kemampuan yang berbeda dan secara biologis menentukan peranan yang berbeda dalam masyarakat. 51 Abad ke-19 terjadi Revolusi Industri yang mempercepat urbanisasi dan diferensiasi antara kelas. Perempuan di kelas menengah secara hokum bergantung sepenuhnya terhadap suami dan terikat di rumah. Pada abad ini juga terdapat eksploitasi perempuan. awal abad ke-20, gerakan perempuan menekankan tuntutan agar perempuan mempunyai hak yang sama seperti laki-laki. Gelombang feminisme kedua, feminisme pada tahun 1960-an ini memiliki tujuan politik yang terfokus pada penentuan perempuan agar sederajat dengan laki-laki. Perubahan ini terjadi ketika kaum feminis menunjukkan teori-teori yang berfungsi untuk menerangkan otonomi perempuan yakni hak perempuan dibidang politi, ekonomi, dan penentuan diri secara intelektual. 52 Gross, menguraikan lima hal yang membuat teori-teori tentang persamaan sebelumnya.
51 52
Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 90-91. Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 94.
37
Pertama, perempuan menjadi subyek dan juga objek ilmu pengetahuan. Kedua, semua metode, prosedur, anggapan, dan teknik teori sebelumnya dipertanyakan. Ketiga, dengan menggunakan teori otonomi, kaum feminis tidak hanya mengembangkan perspektif-perspektif mengenai perempuan dan isu-isunya tetapi juga tentang sederet topik yang luas, dengan memasukkan teori-teori lain. Keempat, teori-teori feminis tidak hanya menegaskan alternatif-alternatif, tetapi berusaha menggali teks-teks patriarki. Teori-teori itu tidak hanya menyalahkan atau menerima tulisan-tulisan yang disampaikan, tetapi juga mengkritiknya. Kelima, teori feminis menekankan institusi-institusi dan tindakan sosial dengan memberikan kerangka-kerangka alternatif. 53 Pada umumnya perbincangan feminisme mengacu pada bagaimana pola relasi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, serta bagaimana hak, status, dan kedudukan perempuan di sektor domestik dan publik. Pada dasarnya perempuan dan laki-laki tidak ada perbedaan. Mereka sama-sama menuntut kesempatan dan hak yang sama sebagai makhluk yang rasional. Hanya saja perempuan berada di sektor domestik, maka perempuan lebih mementingkan aspek emosional dibandingkan dengan rasional. Apabila perempuan tidak bergantung dengan suami dan tidak berada dalam sektor domestik, maka perempuan merupakan makhluk yang rasional
seperti
lelaki. 54
Feminisme
dianggap
sebagai
usaha
pemberontakan kaum perempuan untuk mengingkari apa yang disebut sebagai kodrat atau fitrah perempuan, melawan pranata sosial yang ada, atau institusi rumah tangga, seperti perkawinan dan lain sebagainya. 55
53
Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 94. Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, (Bandung: Mizan, 2014), h. 15. 55 Mansour Fakih, dkk, Posisi Kaum Perempuan dalam Islam; Tinjauan dari Analisis Gender, dalam Membincangkan Feminisme Diskursus Gender Prespektif Islam, (Surabaya: Risalah Gusti. 2003), h. 81. 54
38
Masyarakat beranggapan bahwa diskriminasi pada wanita terjadi karena ada budaya patriakat yang berasumsi bahwa lelaki memiliki kedudukan tertinggi dalam suatu kelompok, maka perempuan ditempatkan pada posisi yang lebih rendah dari lelaki. Menurut analisis feminisme, ketidakadilan gender muncul karena ada kesalahpahaman terhadap konsep gender yang disamakan dengan konsep seks. Secara bahasa “seks” dan “gender” memiliki makna yang sama, yaitu jenis kelamin. Namun, berbeda bagi pemikir feminis. Menurut feminis, konsep seks adalah suatu sifat yang kodrati (given), alami, ada sejak lahir dan tidak bisa diubah-ubah seperti perempuan bisa hamil, melahirkan, menyusui. Adapun konsep gender, menurut feminisme, bukan suatu hal yang kodrati atau alami, tetapi hasil konstruksi sosial dan kultural yang telah berproses selama manusia berkembang. Perempuan memiliki sifat yang lembut, emosional, hanya cocok mengambil peran domestik, sementara laki-laki berperan di sektor publik. 2. Jenis-jenis Feminisme a. Feminisme Liberal Feminisme liberal memiliki dasar asumsi, yaitu doktrin Jhon Lock tentang natural right (hak asasi manusia). Asumsi ini menganggap bahwa setiap manusia mempunyai hak asasi yaitu hak untuk hidup, mendapatkan kebebasan, dan hak untuk mencari
39
kebahagiaan. 56 Hak asasi manusia di Barat lebih dirasakan oleh kaum pria karena di dunia Barat memiliki prinsip apabila ingin mendapatkan hak sebagai warga Negara maka seseorang harus memiliki rasionalitas yang memadai. Beberapa feminis teoritis berusaha memasukkan ide bahwa wanita juga makhluk yang sama dengan pria dan mempunyai hak yang sama pula dengan pria. Asumsi dasar aliran ini adalah tidak ada perbedaan antara pria dan wanita. Feminisme liberal memberikan landasan teoritis akan kesamaan wanita dalam potensi rasionalitasnya dengan pria. Namun, karena wanita ditempatkan bergantung dengan suami maka wanita dianggap makhluk yang tidak atau kurang daya rasionalitasnya, sehingga tidak diberikan hak-hak sebagai warga Negara. Salah satu pemikir teoritis adalah John Stuart Mill, dalam bukunya The Subjection of Women (1869). Mill mengkritik pekerjaan perempuan
di
sektor
domestik,
sebagai
pekerjaan
irasional,
emosionalitas dan tiranis. Melalui doktrin utilitarian ”The Greatest Good for the Greatest Number”, Mill menyuruh wanita untuk juga menekan dan menghilangkan segala aspek yang kaitannya dengan pekerjaan domestik agar “kebahagian” tertinggi dapat tercapai. 57
126. 127.
56
Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
57
Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
40
Menurut feminisme liberal, persamaan hak antara perempuan dan laki-laki dapat tercapai maka dibutuhkan kekuatan hukum. Oleh karena itu, aliran ini memfokuskan pada hukum dengan memperkuat undang-undang dan hukum yang dianggap dapat melestarikan institusi keluarga yang patriakat. Hal lain yang bersangkutan dengan feminisme liberal adalah hak reproduksi perempuan. Reproduksi merupakan permasalahan biologis yang menyebabkan kedudukan perempuan tidak setara dengan laki-laki karena hanya perempuan yang bisa melahirkan. Selain itu, para feminis menganggap bahwa perempuan memiliki hambatan ke sektor publik ketika ia memilih untuk melahirkan anak. 58 Feminisme liberal memberikan olusi bahwa perempuan harus meninggalkan sektor domestik untuk mendapatkan hak-hak yang setara dengan laki-laki. b. Feminisme Radikal Feminisme radikal mempunyai pandangan yang berbeda dari teori feminisme yang lain. Feminisme radikal berpendapat bahwa ketidakadilan gender bersumber dari perbedaan biologis antara lakilaki dan perempuan. Perbedaan biologis ini seperti peran kehamilan dan keibuan yang dimiliki oleh perempuan. Para feminis radikal beranggapan bahwa keberadaan institusi keluarga merupakan salah
58
138.
Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
41
satu penyebab lahirnya dominasi laki-laki (patriakat) sehingga perempuan tertindas. Manifesto feminisme radikal yang diterbitkan dalam Notes from the Second Sex (1970) mengatakan bahwa lembaga perkawinan adalah lembaga formalitas yang memiliki tujuan untuk menindas perempuan. Oleh karena itu, feminis radikal menolak institusi keluarga baik dalam teori maupun praktik. 59 Apabila lembaga perkawinan tidak dapat dihindari, maka alternatif untuk mengurangi beban biologis perempuan adalah dengan menggunakan teknologi seperti alat kontrasepsi, alat-alat tiruan seperti plasenta dan bayi tabung. Tujuannya untuk menghindari proses kehamilan, menyusui, dan mengasuh anak. Para feminis radikal memiliki prinsip untuk menghindari kaum laki-laki dan memisahkan diri dari budaya maskulin dan membentuk budaya kelompoknya sendiri yang disebut “sisterhood”. 60 Aliran ini mempunyai misi untuk menghilangkan perbedaan seksual antara manusia secara kultural. Elsa Gildow (1977) berteori bahwa menjadi lesbian adalah cara untuk terbebas dari dominasi laki-laki baik secara internal maupun eksternal. 61 Gerakan feminisme ini mempersoalkan
59
Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
60
Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
61
Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 105.
202. 203.
42
bagaimana cara menghancurkan patriarki sebagai sistem nilai yang melembaga dalam masyarakat bahkan ada sekelompok masyarakat yang ekstrim memutuskan hubungan dengan laki-laki. Inti dari politik feminis adalah berusaha menunjukkan bahwa hubungan heteroseksual sebagai ideologi yang merupakan kekuatan laki-laki. Perempuan harus memisahkan diri dari laki-laki agar mampu berdiri sendiri. Feminisme radikal banyak dikritik oleh para feminis yang pro terhadap orientasi kultural (cultural orientation). Karena feminisme radikal terlalu berumpu pada orientasi bilogis, dan melupakan pengaruh kultural. Padahal dalam pembentukkan konsep gender dibutuhkan orientasi kultural. Menurut feminis radikal, apapun yang berhubungan dengan laki-laki dapat menghambat tujuan kesetaraan gender. c. Feminisme Sosialis Gerakan feminisme ini merupakan perpaduan dari feminisme marxis dan feminisme liberal. Menurut feminis sosialis, perwujudan kesetaraan gender adalah gerakan feminisme yang mengadopsi teori Praxis Marxisme, yaitu teori penyadaran pada kelompok tertindas, agar para perempuan sadar bahwa mereka adalah kaum yang tidak menguntungkan. 62 Proses penyadaran ini merupakan usaha untuk membangkitkan rasa emosi agar para perempuan bangkit mengubah
62
147.
Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
43
keadaannya bahwa mereka adalah kelompok yang tertindas. Asumsi yang digunakan feminisme sosialis adalah bahwa hidup dalam masyarakat
kapitalis
bukan
satu-satunya
penyebab
utama
keterbelakangan perempuan. 63 Aliran
ini
lebih
memfokuskan
perhatian
terhadap
keanekaragaman bentuk patriarki dan pembagian kerja seksual karena menurut kaum feminis sosialis, keduanya tidak bisa dipisahkan dari aktivitas produksi masyarakat. Perempuan dapat dibebaskan dari penindasan, jika sistem ekonomi kapitalis diganti dengan masyarakat sosialis, yaitu masyarakat egaliter tanpa kelas. Aliran ini terpaku pada proses kerja dan eksploitasi tenaga kerja, dan tidak mementingkan pembentukan seksualitas dan kekerasan seksual. 64 Aliran ini menitik beratkan pada teori marxis , yaitu menekankan pada faktor-faktor sosial ekonomi. d. Ekofeminisme Ekofeminisme merupakan sebuah gerakan feminisme yang muncul karena ketidakpuasan akan arah perkembangan ekologi dunia yang tidak memadai. Menurut para ekofeminis, masuknya para perempuan ke dunia maskulin (atau dunia publik lainnya), telah menyebabkan peradaban modern semakin dominan diwarnai oleh kualitas maskulin. Inilah cara yang tepat bagi para ekofeminis untuk
63 64
Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 102. Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 104.
44
merebut materi dan status yang seharusnya dapat dimiliki oleh para perempuan. Namun, ada perbedaan ketika para perempuan telah memasuki dunia maskulin, yaitu para perempuan tidak bisa mempertahankan
kualitas
femininnya,
tetapi
kualitas
femini
perempuan justru memudar. Akibat dari ekofeminisme, semakin banyak kompetisi, dominasi, dan eksploitasi. Alam semakin rusak, meningkatnya kriminalitas, solidaritas sosial yang menurun, banyak perempuan yang menelantarkan anak. Josephine Donovan, seorang ahli teori feminisme dari University of Maine, meramalkan bahwa gerakan feminisme pasca tahun 1990-an akan diwarnai dan diilhami oleh teori ekofeminisme. Teori ekofeminisme mempunyai konsep yang bertolak belakang dengan teori-teori feminisme modern (feminisme liberal, marxis, sosialis, dan radikal) yang telah masuk ke dunia Barat sejak awal abad ke-20 sampai akhir 1970-an. 65 Teori-teori feminisme modern berasumsi bahwa individu merupakan makhluk otonom yang lepas dari pengaruh lingkungannya dan berhak menentukan jalan hidupnya sendiri. Teori ekofeminisme adalah teori yang melihat individu secara lebih komperhensif, yaitu sebagai makhluk yang terikat dan berinteraksi dengan lingkungannya.
65
214.
Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
45
Ekofeminisme mempunyai tujuan dan pandangan yang disebut “ A Declaration of Interdependence” yang berisi adalah sebagai berikut. 66 Melihat arah perkembangan kehidupan manusia, adalah semakin mendesak untuk menciptakan hubungan baru antarmanusia di atas bumi, yang dapat menghubungkan satu dan lainnya, mengemban kewajiban secara bersama di bawah hukum-hukum alam, dengan menghormati kesejahteraan umat manusia dan seluruh kehidupan di bumi. Gerakan ekofeminisme berkembang menjadi sebuah gerakan yang ingin mengembalikan kesadaran manusia akan pentingnya kualitas feminisme di dalam masyarakat dengan tujuan agar tidak terdominasi dengan laki-laki. Banyak para feminis yang semakin sadar bahwa pengadopsian kualitas maskulin adalah cara untuk memisahkan perempuan dengan alam. Dengan meningkatkan kualitas feminin perempuan maka perempuan bisa menikmati peranannya yaitu mengasuh, memelihara, berkorban, dan menciptakan kedamaian. e. Teologi Feminisme Teologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “theologia”. Istilah ini berasal dari dua kata, kata “theos” berarti Tuhan dan “logos” berarti ilmu. Teologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan keagamaan dan ketuhanan. Sedangkan, arti teologi feminisme adalah sebuah gerakan untuk melakukan
66
215.
Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
46
pembebasan perempuan dari penindasan , namun pembebasan didasari oleh keagamaan. Teologi feminisme bersumber dari teolog pembebasan (liberation theology) yang dikembangkan oleh James Cone pada akhir 1960-an. Teologi ini menggunakan paradigma konflik atau teori Marxis yang telah diubah. Perbedaan teologi feminisme dengan teori Marxisme adalah teori Marxisme menganggap bahwa agama digunakan oleh kelas penguasa untuk melegitimasi kekuasaan, sehingga pengaruh agama harus dihilangkan dari kehidupan masyarakat. 67 Sementara, teologi feminisme menganggap bukan untuk melegitimasi penguasa, melainkan sebagai alat untuk membebaskan golongan yang dianggap tertindas. Oleh karena itu, para teolog feminis tetap mempertahankan agama. Paradigma yang diterapkan teologi feminisme sama dengan feminisme
sosialis,
namun
pendekatannya
lebih
menonjolkan
perubahan keagamaan yang bertujuan untuk perubahan struktural agar keadilan gender dan keadilan sosial dapat tercipta. Menurut para feminis, agama-agama tersebut sering ditafsirkan menggunakan ideologi patriarki yang lebih meninggikan derajat lakilaki dan merendahkan derajat perempuan. Para feminis yang berkembang di agama Islam lebih banyak mencari konteks dan latar belakang ayat-ayat al-Quran dan hadist yang berkaitan dengan 67
Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 112.
47
perempuan, dengan tujuan untuk membantah penafsiran dan fiqih yang dianggap bisa merugikan perempuan. 68 Para teolog feminis menolak beberapa pernyataan ayat-ayat alQuran yang menafsirkan bahwa Hawa diciptakan dari tualng rusuk Adam. Berikut adalah ayat al-Quran yang mengatakan bahwa kaum perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki.
“Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dan (diri)nya… ” (QS. An-Nisa: 1) Dari ayat di atas disebutkan bahwa Adam lebih dahulu lahir ke dunia, kemudian Hawa diciptakan dari bagian Adam. Bagi para teolog feminis, pernyataan tersebut bermakna bahwa perempuan adalah manusia kedua dan hal tersebut pula yang membuat para teolog feminis menolak kedudukan perempuan lebih rendah dari lelaki. Selain itu, ada hadist yang menyebutkan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. “Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Maka sikapilah para wanita dengan baik.” (HR. al- Bukhari Kitab an-Nikah no.5186) 68
167.
Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
48
Para feminis beranggapan bahwa kitab-kitab agama “seolaholah” mendudukan posisi perempuan lebih rendah dari pria karena penulis agama dan fiqih merupakan laki-laki. Sehingga segala penafsiran tergantung dengan tujuan dan agenda para penafsir. 69 Solusi untuk mengubah pandangan tersebut adalah mengkaji kembali konteks turunan ayat al-Quran dan mengkaji kesahihan hadist. Penafsiran agama ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu aspek eksternal (apa yang tertulis) dan aspek internal (apa yang tersirat). Menurut Rahman, untuk memahami pesan al-Quran sebagai suatu kesatuan haruslah mempelajarinya dengan latar belakang berupa aktivitas nabi sendiri dan perjuangannya dibawah bimbingan al-Quran, maupun latar belakang tidak langsung yaitu pandangan orang-orang Arab sebelum atau sesudah Islam datang, adat istiadat, pranata-pranata sosial, kehidupan ekonomi dan politik. 70
169.
69
Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
70
Euis Amalia. Dkk, Pengantar Kajian Gender, h. 114.
BAB III FILM DOKUMENTER BATTLE FOR SEVASTOPOL
A. Sinopsis Film Dokumenter Battle for Sevastopol Film Battle for Sevastopol merupakan film biografi karya Sergey Mokritskiy yang berlatarbelakang perang dunia II di Rusia. Film ini menceritakan tentang penembak jitu perempuan dari Rusia yang menjadi pahlawan selama penyerbuan oleh Nazi Jerman di Sevastopol pada tahun 1941-1942. Lyudmila Pavlichenko adalah seorang perempuan berusia 24 tahun. Ia memiliki bakat alami sebagai penembak jitu. Ia adalah satu dari 2000 perempuan yang mendapat posisi sebagai penembak jitu tentara merah dari divisi Chapeyevskaya (25th Guards Rifle Division). 1 Awalnya Pavlichenko tidak menginginkan pendidikan penembak jitu. Akan tetapi, ayah Pavlichenko adalah seorang tentara Rusia yang menginginkan anaknya ikut serta menjadi tentara Rusia. Saat masih duduk di perguruan tinggi di Kiev, serangan Jerman membuat Pavlichenko terpaksa meninggalkan pendidikan sejarah di Kiev dan mendapatkan pendidikan penembak jitu di Odessa untuk relawan perang selama enam bulan. Namun, belum sempat menyelesaikan pendidikan sebagai penembak jitu, ia sudah ditugaskan perang bersama rekan-rekannya di Sevastopol.
1
http://www.bisotisme.com/2015/10/sedikit-tentang-lyudmila-pavlichenko.html , situs diakses pada 1 September 2016 pukul 21.30 WIB.
49
50
Perang di Sevastopol berlangsung selama 250 hari, sebanyak 80.000 warga Sevastopol dikerahkan untuk mempertahankan Sevastopol dalam perang melawan Jerman. Pertama kali terlibat dalam perang di Odessa, Pavlichenko berhasil membunuh 309 tentara fasis Jerman (hanya jumlah yang dikonfirmasi). Karena mampu membunuh tentara Jerman lebih dari kemampuan seorang penembak jitu laki-laki maka ia mendapat gelar nama “Lady Death”. Keahlian Pavlichenko membuat komandan tertinggi Jerman terancam dan memerintahkan tentara fasis Jerman untuk memusnahkan Pavlichenko agar dapat menaklukkan kota Sevastopol. Atas keahliannya dalam menembak, Pavlichenko mendapat beberapa penghargaan antara lain: medali penghargaan “Medal for the Defence of Odessa”, “Medal for the Defence of Sevastopol”, mendapatkan dua kali penghargaan “Order of Lanin”, “Hero of the Soviet Union”, “Medal for Battle Merit”, “Medal for the Victory Over Germany in the Great Patriotic War 1941-1945”, penghargaan berupa senapan SVT -40 “Tokarev Selfloading Rifle Model of 1940” dari komandan 25th Rifle Division karena berhasil menghancurkan tank Jerman dengan senapan. Nama Lyudmila semakin berkibar dan menjadi inspirasi tentara Soviet setelah menembak 36 sniper Jerman. 2 Pavlichenko mulai menceritakan pengalamannya selama perang di Sevastopol dalam konferensi pers di gedung putih,
2
http://www.bisotisme.com/2015/10/sedikit-tentang-lyudmila-pavlichenko.html diakses pada tanggal 1 September 2016 pukul 21.30
51
Amerika Serikat pada tahun 1942. Ketika itu Pavlichenko diundang oleh Eleanor Roosevelt.
B. Profil Sutradara Film Dokumenter Battle for Sevastopol Sergey Mokritskiy adalah seorang sutradara dan sinematografi berkebangsaan Rusia. Sergey lahir pada tahun 1961 di Ukrain. Pada awalnya Sergey Mokritskiy memasukin dunia sinematografi dengan menghasilkan karya pertamanya berjudul The Murder’s Diary pada tahun 2002. Film ini bergenre fiksi yang ditayangkan dalam saluran TV Rusia sebagai film serial. Kemudian pada tahun 2007 – 2015, ia mendalami dunia perfilman dengan menjadi penulis sekaligus menjadi sutradara. Salah satu film yang paling terkenal adalah Battle for Sevastopol. Sergey menjadi sutradara dan penulis. Adapun beberapa karya film yang sudah dibuat oleh Sergey Mokritskiy adalah sebagai berikut. 3 Director 2015 - Battle for Sevastopol (Битва за Севастополь) 2012 - Protest Day (День учителя) 2008 - Four Ages Of Love (Четыре Возраста Любви ) 2007 - Spetsgruppa (Спецгруппа) Writer 2015 - Battle for Sevastopol by Sergey Mokritskiy 2012 - Protest Day by Sergey Mokritskiy 3
http://www.imdb.com/name/nm0596364/bio diakses pada tanggal 12 Desember 2016 pukul 17.22
52
Cinematographer 2011 - My Dad, Baryshnikov by Dmitriy Povolotskiy 2011 - Odin by Olesia Fokina 2010 - Diamonds by Rustam Khamdamov 2010 - Oleg Tabakov. A Reflexion by Kirill Serebrennikov 2010 - Theater in Jail by Kirill SErebrennikov 2007 - Spetsgruppa by Dmitriy Dyachenko, Sergey Mokritskiy 2006 - Playing the Victim by Kirill Serebrennikov 2002 - The Murderer’s Diary by Kirill Serebrennikov 2001 - Rostov-papa by Kirill Serebrennikov
C. Struktur dalam Film Dokumenter Battle for Sevastopol Sutradara
: Sergey Mokritskiy
Produser 4
: Natalya Mokritskaya (general producer) Egor Olesov (general producer) Yuriy Prylypko (post production producer) Mila Rozanova (producer) Ulyana Saveleva (producer)
Penulis Naskah
: Sergey Mokritskiy (co-writer) Maksym Budarin Maksym Dankevych
4
http://m.imdb.com/title/tt4084744/fullcredits?ref_=m_tt_cl_scc, situs diakses pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 12.43 WIB.
53
Leonid Korin Egor Olesov Pemain
: Yulia Peresild Joan Blackham Aleksandr Kovbasyuk Evgeniy Tsyganov Nikolay Boklan Oleg Vasilkov Nikita Tarasov Polina Pakhomova Ilya Prokopiv
Penata Musik
: Evgen Galperine
Sinematografi
: Yuriy Korol
Penyunting Film : Viktor Onysko Efek Visual
: Egor Borschevsky Alexey Gusev
Rumah Produksi : 20th Century Fox Waktu Tayang
: 2 April 2015
Genre
: Dokudrama Biografi
Durasi
: 122 menit
Negara
: Ukraina – Rusia
Bahasa
: Russian, English, Ukrainian
54
D. Penghargaan-penghargaan Film Dokumenter Battle for Sevastopol Film Dokumenter Battle for Sevastopol sukses menarik perhatian masyarakat di berbagai negara. Film yang ditayangkan pada bulan April 2015 ini telah meraih berbagai penghargaan, diantaranya sebagai berikut. 5
Tabel 1 Penghargaan dalam Film Battle for Sevastopol Nama
Tahun
Status
2015
Menang
Kategori
Penghargaan Beijing International Film
Aktris terbaik (Yuliya Peresild)
Festival (Tiantian
Nominasi
Gambar terbaik
Award) Golden Eagle
2016
Menang
Aktris terbaik
Awards, Russia
(Yuliya Peresild)
(Golden Eagle)
Sinematografi terbaik (Yuriy Koroi)
5
http://www.imdb.com/title/tt4084744/awards?ref_=tt_awd diakses pada tanggal 1 September 2016 pukul 22.02
55
Nominasi
Fitur film terbaik (Sergey Mokritskiy, Sutradara) (Natalya Mokritskaya, Produser) (Egor
Olesov,
Produser) Desain
busana
terbaik Musik terbaik Evgueni Galperine Nika Awards
2016
Nominasi
(Nika)
Film terbaik (Sergey Mokritskiy, Sutradara) (Egor
Olesov,
Produser) (Natalya Mokritskaya, Produser) Russian Guild of Film Critics
2016
Nominasi
Aktris terbaik (Yuliya Peresild)
56
(White Elephant) Visual Effects
2016
Nominasi
Visual Efek Terbaik
Society Award
dalam
(VES Award)
Episode
Photoreal
(Dmitry Ovharenko), (Igor Klimovsky), (Egor Borscheysky), (Vladimir Mikheyenko) Sumber: Situs www.imdb.com
BAB IV ANALISIS WACANA SARA MILLS DALAM FILM DOKUMENTER BATTLE FOR SEVASTOPOL
Pada bab ini peneliti memaparkan hasil analisis terhadap film Battle for Sevastopol dengan menggunakan analisis wacana model Sara Mills. Analisis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu analisis posisi subjek-objek dan analisis posisi pembaca. Pandangan feminisme terlihat dari tokoh utama yang diperankan oleh seorang perempuan, Lyudmila Pavlichenko. Film tersebut memberikan gambaran tersendiri untuk seorang perempuan. Bagaimana perempuan ditampilkan dalam rangkaian gambar (scene) dan teks yang menjadi penelitian utama dalam film Battle for Sevastopol ini. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana model Sara Mills. A. Posisi Subjek Posisi subjek adalah bagaimana posisi aktor-aktor ditampilkan dalam teks. Posisi yang dimaksud adalah siapa aktor yang menjadi pencerita (subjek) dalam Battle for Sevastopol. Posisi subjek dapat dilihat dari potongan adegan dan dialog pemain. Hal ini dapat menentukan bagaimana struktur teks, serta bagaimana makna yang terkandung dalam teks. Berikut potongan adegan yang menggambarkan bagaimana posisi subjek dalam film Battle for Sevastopol.
57
58
Tabel 2 Kerangka Temuan Data Posisi Subjek Pertama pada Film Battle for Sevastopol Scene
Visual
Audio
Interpretasi Simbolik
Eleanor:
Seorang
Scene 2:
“Kita tetap
nenek tua
Di dalam
pergi. Nikita
bernama
mobil,
Sergeyevich
Eleanor
Moscow
sudah
Roosevelt. Ia
menunggu.
merupakan
Seharusnya
Ibu Negara
satu
Amerika
kesenangan
Serikat. Ia
bila mau
menceritakan
menunggu
awal bertemu
seorang
dengan
wanita.”
seorang
Vnukov Airport, 1957 (Pagi)
Gambar 1 Adegan Eleanor berbincang pada pengawal
sniper Pengawal 1:
wanita,
“Siapa yang
Lyudmila
harus kita
Pavlichenko
kunjungi
kepada
itu?”
pengawalnya yang saat itu
Gambar 2 Adegan Eleanor menceritakan tentang sniper wanita
Eleanor:
tengah
“Aku akan
penasaran
memperkenal dengan orang
59
kan wanita
yang ingin ia
ini…”
temui di Rusia.
Eleanor:
Eleanor
“Ketika itu
sedang
ada gadis
menghadiri
yang
delegasi
mengenakan
siswa di
seragam.”
White House, Amerika
Gambar 3 Adegan perkenalan Eleanor dengan para siswa dari Rusia
Fang Hui:
Serikat.
“Fang Hui,
Scene 3:
infanteri,
Delegasi
menewaskan
Siswa,
8 musuh.”
1942 (Pagi)
Vladimir
Eleanor
Pchelintsev:
berkenalan
“Vladimir
dengan
Pchelintsev,
penembak
Sniper. 152
jitu lelaki
musuh
dari Rusia
Gambar 4
dengan 154
yang telah
Adegan seorang siswa
tembakan.”
menembak
memperkenalkan diri dihadapan
152 musuh
Eleanor
dengan 154 tembakan.
60
Pavlichenko:
Eleanor
“Letnan
terkejut
Lyudmila
ketika
Pavlichenko.
melihat ada
"
seorang
Eleanor: “
penembak
Dan siapa
jitu wanita
dirimu?”
berbaris di delegasi
Pavlichenko:
siswa
“Penembak
tersebut.
jitu.”
Padahal kebanyakan
Gambar 5 Adegan Pavlichenko memperkenalkan diri dihadapan Eleanor
Eleanor:
siswa
“Seorang
penembak
penembak
jitu adalah
jitu wanita?
seorang
Berapa
lelaki.
banyak
Wartawan
musuh yang
dan Eleanor
kau bunuh?”
lebih terkejut ketika
Pavlichenko:
Pavlichenko
“Tak banyak. mengumumHanya fasis.
kan bahwa
309 orang.”
ada 309 orang musuh yang telah ia bunuh.
61
Eleanor tengah memberikan arahan Scene 49:
Eleanor: “
kepada
White
Jadilah
Lyudmila
House
lembut
Pavlichenko
(Siang)
secara
agar dapat
alami.”
menjawab
Gambar 6
dengan baik
Adegan Eleanor memberi arahan
saat
Pavlichenko
konferensi pers berlangsung.
Eleanor:
Eleanor
“Aku hanya
mencoba
bisa
menenang-
Scene 69:
membayangk kan diri
Dapur,
an
Pavlichenko
White
bagaimana
yang terlihat
mengerikann
cemas
ya peristiwa
dengan
itu.”
memegang
House (Sore)
Gambar 7 Adegan Eleanor sedang menenangkan Pavlichenko
pisau.
62
Scene 74:
Pavlichenko
White
mengenakan
House
(Tak ada
gaun yang
(Siang)
suara)
diberikan oleh Eleanor
Gambar 8
Roosevelt.
Adegan Pavlichenko mengenakan gaun Eleanor:
Eleanor
Scene 75:
“Aku begitu
mengungkap
Ruang
sedih tak ada
-kan
makan,
yang
kesedihannya
White
menganggap
terhadap
mu sebagai
kehidupan
wanita.”
Lyudmila
House (Siang)
Gambar 9 Adegan Eleanor berbicara
Pavlichenko.
dengan Pavlichenko
Eleanor Scene 104:
Eleanor:
terkejut
White
“Apa yang
melihat
House
mereka
banyak bekas
(Pagi)
lakukan
luka di tubuh
padamu?”
Pavlichenko.
Gambar 10 Adegan Eleanor melihat bekas luka di tubuh Pavlichenko
Eleanor mencoba menyentuh bekas luka
63
Pavlichenko:
yang terdapat
(Suara
di tubuh
menangis)
Pavlichenko.
Eleanor:
Pavlichenko
“Aku ingin
memasuki
memahami-
ruang kamar
nya sebagai
yang berada
wanita.
di White
Bagaimana
House, ia
dia bisa
menaruh
membunuh
koper yang ia
309 orang?
bawa, lalu
Kenapa
melihat
memegang
keadaan
senapan? Itu
barang-
bukan
barang
pekerjaan
disekitarnya.
Gambar 11 Adegan Eleanor menyentuh bekas luka di tubuh Pavlichenko
Scene 31: White House
Gambar 12 Adegan Eleanor menceritakan kehidupan Pavlichenko
(Pagi)
wanita. Wartawan kita menyebutnya Gambar 13
Lady of the
Adegan Eleanor menceritakan
Death. Aku
kehidupan Pavlichenko
menyadari
64
betapa dia terluka. Dia cerdas dan berpendidikan . itu satu keindahan. Intinya, perang terjadi di negerinya Gambar 14 Adegan Eleanor menceritakan kehidupan Pavlichenko
dan dia tak punya pilihan. Di sisi lain, dia punya bakat. Tapi tak terlihat dengan sempurna.”
Sumber: Potongan Adegan dalam Film Battle for Sevastopol a) Penjelasan Gambar Pada gambar di atas terlihat bahwa subjek dalam film Battle for Sevastopol adalah Eleanor Roosevelt. Eleanor Roosevelt menjadi subjek yang menceritakan bagaimana kehidupan penembak jitu perempuan. Dari gambar 1 dan 2 Eleanor menceritakan kepada pengawalnya dengan dialog sebagai berikut:
65
“Aku akan memperkenalkan wanita ini…” 1 Dialog tersebut menunjukkan bahwa Eleanor Roosevelt sebagai subjek yang menceritakan si tokoh utama. Berawal saat Eleanor menghadiri undangan dari Kedutaan Rusia. Tetapi Eleanor tidak ingin langsung memenuhi undangan tersebut. Ia ingin bertemu dengan Nikita Sergeyevich. Akan tetapi pengawal Eleanor penasaran siapakah gadis yang ingin ditemui oleh Eleanor ini. Kemudian Eleanor menceritakan bagaimana pertama kali ia bertemu dengan seorang penembak jitu perempuan yang hebat. Gambar 3 terlihat bahwa pertama kali Eleanor menghadiri Delegasi Siswa yang diadakan di White House, Amerika Serikat pada tahun 1942. Saat itu Eleanor bertemu dengan para siswa. Para siswa tersebut memperkenalkan diri satu persatu dihadapan Ibu Negara Amerika Serikat, Eleanor Roosevelt. Siswa pertama yang memperkenalkan diri adalah Fang Hui. Fang Hui merupakan infanteri (pasukan darat utama) yang telah membunuh 8 musuh. Pada gambar 4 terlihat seorang siswa bernama Vladimir Pchelintsev yang merupakan sniper. Ia telah membunuh 152 musuh dengan 154 tembakan. Gambar 5 menunjukkan bahwa pertama kali Eleanor terkejut ketika ada seorang wanita dibarisan para sniper. Lalu sniper wanita itu memperkenalkan dirinya. Ia adalah Letnan Lyudmila Pavlichenko. Lyudmila Pavlichenko menjelaskan bahwa ia telah membunuh 309 fasis (musuh).
1
00.02.11.
Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 2 dari menit ke 00.02.09 sampai
66
Gambar 6 menunjukan kepedulian Eleanor untuk mengajarkan Pavlichenko ketika dihadapan publik untuk bersikap lembut layaknya seorang wanita. Gambar 7 terlihat Eleanor sedang menenangkan Pavlichenko yang cemas dan ketakutan karena pengalaman Pavlichenko ketika perang. Gambar 8 terlihat Elenor memberikan gaun dan kemudian dikenakan oleh Pavlichenko.
Gambar
9
menunjukkan
keprihatinan
Eleanor
kepada
Pavlichenko karena tidak ada yang menganggap Pavlichenko sebagai wanita seutuhnya. Gambar 10 dan 11 menunjukkan kesedihan Eleanor ketika melihat bekas luka yang terdapat di seluruh tubuh Pavlichenko. Gambar 12, 13, dan 14 terlihat Pavlichenko sedang memasuki kamar yang disediakan oleh Eleanor di White House. Pavlichenko menaruh koper yang ia bawa dan melihat barang-barang di sekitar kamarnya. Pada gambar ini terlihat teks yang menunjukkan bahwa Eleanor sedang menceritakan bagaimana kehidupan Pavlichenko. “Aku ingin memahaminya sebagai wanita. Bagaimana dia bisa membunuh 309 orang? Kenapa memegang senapan? Itu bukan pekerjaan wanita. Wartawan kita menyebutnya Lady of the Death. Aku menyadari betapa dia terluka. Dia cerdas dan berpendidikan . itu satu keindahan. Intinya, perang terjadi di negerinya dan dia tak punya pilihan. Di sisi lain, dia punya bakat. Tapi tak terlihat dengan sempurna.” 2 Dialog di atas merupakan pembicaraan yang dilakukan oleh Eleanor dan Staff Kedutaan Amerika Serikat. Dalam dialog tersebut terdapat kata-kata yang menunjukan bahwa Eleanor tidak setuju dengan profesi Pavlichenko
2
Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 12, 13, 14 dari menit ke 00.30.54 sampai 00.31.29.
67
sebagai sniper wanita. Karena menurut Eleanor, profesi tersebut tidak sesuai dengan hakikat wanita yang dilahirkan sebagai makhluk yang lembut. b) Penjelasan Posisi Subjek Pertama Dalam film Battle for Sevastopol, Eleanor Roosevelt sebagai subjek pertama yang menceritakan kisah sniper wanita, Lyudmila Pavlichenko. Subjek pertama ini tidak menceritakan secara detail bagaimana kehidupan Pavlichenko selama menjalani perang dunia melawan Jerman, sehingga posisinya tidak leluasa dalam menceritakan kehidupan Pavlichenko. Peneliti mengambil dua subjek dari penelitian ini. Posisi subjek pertama dilihat dari sudut pandang Eleanor Roosevelt dan kedua dari sudut pandang Lyudmila Pavlichenko. Gambar-gambar di atas dilihat dari sudut pandang Eleanor Roosevelt. Bermula saat Eleanor berkunjung ke Rusia untuk menghadiri undangan dari Kedutaan Rusia. Tetapi ia menolak karena ada pertemuan yang lebih penting. Lalu ia menceritakan kepada pengawalnya siapa orang yang ingin ia temui. Eleanor mengenal Pavlichenko pada Delegasi Siswa tahun 1942. Ketika itu Pavlichenko terlihat sebagai wanita yang gagah mengingat pada saat itu ialah satu-satunya wanita di antara barisan para lelaki. Ketika para siswa memperkenalkan diri satu persatu, Pavlichenko menyatakan sebanyak 309 fasis yang telah ia bunuh. Dialog tersebut menunjukkan bahwa Pavlichenko sebagai sniper wanita terbaik bahkan di antara sniper lelaki. Padahal profesi sebagai sniper adalah profesi yang hanya digeluti oleh kaum lelaki.
68
Eleanor sangat tertarik dengan kehidupan yang dijalani Pavlichenko selama masa perang. Eleanor memberi kesempatan kepada Pavlichenko untuk sementara waktu tinggal di Amerika Serikat pada tahun 1942. Setiap hari ia berinterkasi dengan Pavlichenko, sehingga ia mengetahui apa yang dirasakan Pavlichenko selama menjadi sniper di medan perang. Dibalik kegagahan dan keberanian Pavlichenko, Eleanor mengungkap kesedihan yang dialami Pavlichenko selama perang berlangsung. Sebagai subjek pertama, Eleanor hanya menceritakan bagaimana kehidupan Pavlichenko saat berada di White House. Ada beberapa adegan yang menunjukan bahwa Eleanor ikut merasakan kesedihan yang dialami Pavlichneko terlihat pada adegan Eleanor melihat bekas luka di tubuh Pavlichenko. Eleanor merasa profesi sebagai sniper untuk wanita sangat tidak adil. Karena wanita diperlakukan sama dengan kaum lelaki. Alur cerita dalam film ini adalah alur sirkuler. Alur sirkuler atau alur campuran merupakan gabungan antara alur maju dan alur mundur. Satu saat cerita berjalan dengan alur maju namun pada saat lain berjalan dengan alur mundur, bahkan alur cerita melompat. Dengan lebih banyak dialog, Eleanor memaparkan dengan perbincangan bersama Pavlichenko saat berada di White House. Eleanor memposisikan dirinya sebagai mediator saja.
69
Tabel 3 Kerangka Temuan Data Posisi Subjek Kedua pada Film Battle for Sevastopol Scene
Visual
Audio
Interpretasi Simbolik
Pavlichenko:
Pavlichenko
“Aku
terlihat
Scene 10:
diterima.
senang ketika
Rumah
Paling
mengabarkan
Pavlichen
pertama
kelulusannya
dalam daftar.
masuk Kiev
Ayah pasti
State
bangga
University
padaku.”
kepada
-ko (Sore)
Gambar 15 Adegan Pavlichenko mengabari ayahnya atas kelulusan masuk Kiev State University
Ayahnya.
Scene 17:
Pavlichenko
Kompe-
membidik
tisi
(Suara
target dengan
Menem-
tembakan)
senapan
bak (Pagi)
didampingi Gambar 16 Adegan Pavlichenko ikut serta dalam kompetisi menembak
instruktur menembak Kovalchuk.
70
Pavlichenko dan Boris Pavlichenko:
melakukan
“Perang
perdebatan
bukan untuk
mengenai
pengecut.”
profesi ketika
Gambar 17
sedang
Adegan Pavlichenko menentang Scene 29:
menyaksikan
ajakan Boris
opera di
Teater
Teater.
(Malam) Pavlichenko berbicara Pavlichenko: “Ayah bilang aku harus Gambar 18
berangkat.”
Adegan Pavlichenko berbicara
kepada Boris mengenai profesi yang harus ia jalani.
pada Boris
Scene 30: Kedutaan Uni Soviet di Amerika
Gambar 19
Serikat,
Adegan Pavlichenko berandai-
1942 (Pagi)
andai
Pavlichenko:
Pavlichenko
“Sepertinya
berbicara
penting jika
dengan salah
pakaian
satu
dalamku dari
temannya di
sutra atau
Kedutaan
pakai
Uni Soviet,
lipstik.”
Amerika Serikat.
71
Pavlichenko latihan tiarap di tanah Scene 32:
dalam rangka
Training
pelatihan (Suara
Camp,
perintah dari
Musim
Kamerad
Panas (Siang)
Gambar 20 Adegan Pavlichenko training
Jenderal)
sniper. Terlihat wajah yang serius ketika mengikutipel
camp tiarap
atihan tersebut.
Pavlichenko latihan berlari Scene 34:
bersama teman-
Training (Suara
Camp,
gemercik air
Musim
dan suara
Panas (Sore)
Gambar 21 Adegan Pavlichenko training camp berlari
orang berlari)
temannya di antara sungai. Namun, pada saat itu terlihat Pavlichenko terjatuh.
72
Pavlichenko latihan menggali tahan untuk
Scene 35: Training
(Suara
Camp,
perintah
Musim
Komandan)
membuat benteng pertahanan
Panas
Gambar 22
bersama
(Sore)
Adegan Pavlichenko training
teman-
camp menggali tanah
temannya.
Pavlichenko dan temantemannya latihan tiarap Scene 36:
di sungai
Training
kecil saat
Camp
(Suara air
Training
kedua,
dan perintah
Camp kedua.
Musim
Komandan)
Ia terlihat
Panas
Gambar 23
(Sore)
Adegan Pavlichenko training camp kedua
berusaha ketika menjalani pelatihan tersebut.
73
Pavlichenko terlihat
Scene 39:
tertawa
Training Camp kedua, Musim Panas (Sore)
Pavlichenko:
gembira
(Suara
ketika
tertawa)
mengelabui
Gambar 24
Kamerad
Adegan Pavlichenko training
dalam latihan
camp kamuflase
kamuflase. Pavlichenko terlihat
Scene 41:
tegang saat
Training Camp
(Suara
kedua,
tembakan)
Musim Panas (Sore)
mengikuti pelatihan menembak
Gambar 25
bersama
Adegan Pavlichenko training
teman-
camp menembak
temannya.
Pavlichenko tampak Scene 43:
ketakutan
Serangan
menghindari
udara di
(Suara
Odessa,
ledakan bom)
1941 (Siang)
Gambar 26 Adegan Pavlichenko menghindari ledakan
ledakan dari bom tentara Jerman. Ia berlindung dibalik mobil.
74
Pavlichenko Scene 43:
meneteskan
Serangan
air mata (Tak ada
udara di
suara)
Odessa, 1941 (Siang)
ketika melihat temannya
Gambar 27
tewas.
Adegan Pavlichenko menangis
Pavlichenko:
Scene 45:
Pavlichenko
“Dan dengan berjanji
Markas
senjata
di Odessa (Sore) Gambar 28 Adegan Pavlichenko mengucap
ini, dihadapan
akan
Kamerad dan
membunuh
Jenderal
ratusan
untuk
fasis!”
membunuh
janji
banyak musuh.
Scene 104:
Pavlichenko:
Pavlichenko
White
(Suara
menangis
House
menangis)
dan dipeluk
(Pagi )
oleh Eleanor. Gambar 29 Adegan Pavlichenko menangis
75
Scene
Pavlichenko
105:
dan Kapten
Perang di
(Suara
Sevas-
ledakan bom) berlari untuk menyelamatk
topol, Musim panas (Pagi)
Leonid
Gambar 30
an diri dari
Adegan Pavlichenko dan Kapten
bom.
Leonid menyelamatkan diri Pavlichenko menutup
Scene
telinga dan
106:
Pavlichenko:
Rumah
berteriak
(Suara teriak) ketakutan.
sakit
Terlihat
(Pagi)
Boris sedang Gambar 31
menenang-
Adegan Pavlichenko ketakutan
kannya.
Pavlichenko:
Pavlichenko
Scene
“Hadirin
berdiri
121:
sekalian,
dengan
Konferen
usiaku 25
gagah,
si Pers di
tahun. Aku
berpidato di
White
telah
atas
membunuh
panggung
309 penjajah
dihadapan
fasis. Tapi
para tamu
apakah Anda
undangan
House, Amerika Serikat (Siang)
Gambar 32 Adegan Pavlichenko menghadiri jumpa pers di Amerika Serikat
76
semua
dari
berpikir,
Kedutaan
hadirin
Amerika
sekalian
Serikat dan
bahwa
para
mereka
wartawan di
sekarang
White House.
sudah jadi beban hidupku sampai saat ini?”
Pavlichenko:
Pavlichenko
Scene
“Leonid, aku
menggunaka
102:
ingin punya
n mahkota
Markas
bayi.”
yang biasa
Sevasto-
digunakan Gambar 33
pol (Malam)
Adegan Pavlichenko berbicara kepada Leonid
oleh seorang pengantin. Ia berbicara kepada Leonid.
Sumber: Potongan Adegan dalam Film Battle for Sevastopol a) Penjelasan Gambar Pavlichenko sebagai subjek kedua dalam film Battle for Sevastopol karena ia merupakan tokoh utama dalam film ini. Dengan demikian ia lebih leluasa dalam menceritakan kisahnya sendiri. Pada gambar 15 terlihat
77
Pavlichenko merasa senang karena terdaftar sebagai orang pertama yang masuk ke Kiev State University. Ia memberitakan kabar tersebut kepada ayahnya yang baru saja pulang. Hal tersebut terlihat pada dialog dalam film tersebut. “Aku diterima. Paling pertama dalam daftar. Ayah pasti bangga padaku.” 3 Hal ini menunjukan bahwa Pavlichenko memulai karirnya dengan masuk perkuliahan sebelum memasuki dunia perang. Gambar 16 terlihat Pavlichenko sedang mengikuti kompetisi menembak. Ia mencoba untuk menebak target didepannya. Awalnya Pavlichenko tidak bisa menggunakan senjata dengan didampingi seorang instruktur menembak Kovalchuk akhirnya ia bisa menembak tepat di daerah sasaran. Pada gambar 17 dan 18 di dalam scene yang sama, yaitu di sebuah teater terlihat Pavlichenko bersama seorang lelaki berkacamata. Lelaki itu adalah Boris, seorang dokter yang ia kenal melalui temannya di Kiev State University. Pavlichenko dan Boris tengah memperdebatkan profesi yang dijalani
Pavlichenko
sebagai
sniper.
Namun,
Pavlichenko
tidak
mengindahkan permintaan Boris yang tidak setuju dengan profesinya sebagai sniper. Gambar 19 terlihat Pavlichenko sedang berandai-andai sebagai perempuan seutuhnya. Ia ingin seperti perempuan pada umumnya yang lembut dan memiliki kehidupan yang semestinya. Ia berbicara kepada 3
00.05.45.
Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 15 dari menit ke 00.05.35 sampai
78
temannya yang saat itu sedang berada di Kedutaan Rusia, Amerika Serikat. Ia berkata: “Sepertinya penting jika pakaian dalamku dari sutra atau pakai lipstik.” 4 Dalam dialog tersebut terdapat makna yang menunjukan bahwa Pavlichenko sangat berharap memiliki hidup sederhana layaknya perempuan pada umumnya. Ia ingin mengenakan busana yang digunakan oleh wanita seperti dress bukan menggunakan seragam setiap hari. Ia ingin bersolek seperti wanita lain dengan mengenakan alat-alat kecantikan agar tampil cantik dihadapan publik. Hal ini sesuai dengan pandangan feminisme liberal bahwa setiap manusia memiliki hak asasi manusia seperti hak untuk kebahagiaan. Kemudian pada gambar 20, 21, 22, 23, 24, dan 25 merupakan serangkaian pelatihan yang diadakan oleh sekolah sniper di Odessa. Serangkaian gambar tersebut terlihat pelatihan sebagai sniper tidak hanya membidik kemudian menembak target saja. Tetapi banyak langkah-langkah pelatihan yang wajib diikuti oleh para sniper diantaranya pelatihan tiarap, berlari cepat, menggali tanah untuk benteng pertahanan, kamuflase yang berguna untuk mengelabui musuh, dan menembak jitu menuju target atau sasaran. Gambar 26 menunjukan rasa ketakutan Pavlichenko saat pertama kali berpartisipasi dalam perang. Ia mendengar ledakan bom yang tidak jauh dari benteng pertahanannya, sehingga ia berlari dan merunduk didekat sebuah 4
00.28.55.
Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 19 dari menit ke 00.28.50 sampai
79
mobil tentara untuk menghindari ledakan tersebut. Gambar 27 menunjukan kesedihan di wajah Pavlichenko. Ia melihat temannya terkena tembakan tepat dihadapannya. Pavlichenko pun merasa kaget dan shock. Pada gambar 28 terlihat Pavlichenko dengan tegas berjanji untuk membunuh para musuh dengan senjata yang diberikan oleh Jenderal dan Komisaris sebagai penghargaan bahwa ia berhasil melumpuhkan musuh. Janji yang diikrarkan Pavlichenko sebagai berikut: “Dan dengan senjata ini, akan membunuh ratusan fasis!” 5 Ikrar di atas menunjukkan bahwa Pavlichenko sebagai pribadi yang pemberani dan mendendam. Gambar 29 terlihat Pavlichenko menangis dipelukan Eleanor Roosevelt. Ia menangis mengingat masa lalu saat ia masih berada di medan perang. Bekas luka di punggung Pavlichenko membuat Eleanor simpati dan memeluk Pavlichenko. Gambar 30 terlihat Leonid dan Pavlichenko berlari menyelamatkan diri dari ledakan bom. Gambar 31 terlihat wajah Pavlichenko ketakutan ditambah dengan gerakan tubuh saat ia menutup telinga dan berteriak. Hal ini menunjukkan bahwa Pavlichenko mengalami trauma pasca ledakan bom yang diluncurkan oleh pasukan Jerman. Selain itu terlihat Boris yang sedang bersama Pavlichenko mencoba untuk menenangkannya. Gambar 32 terlihat Pavlichenko menghadiri jumpa pers di White House, Amerika Serikat. Pavlichenko berdiri di atas panggung berpidato dan
5
00.45.56.
Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 28 dari menit ke 00.45.54 sampai
80
menceritakan pengalamannya di medan perang yang disaksikan oleh para tamu undangan dari Kedutaan Amerika berserta para wartawan. Pernyataan Pavlichenko sebagai berikut: “Hadirin sekalian, usiaku 25 tahun. Aku telah membunuh 309 penjajah fasis. Tapi apakah Anda semua berpikir, hadirin sekalian bahwa mereka sekarang sudah jadi beban hidupku sampai saat ini?” 6 Pernyataan di atas menunjukkan bahwa diusia yang masih muda ia berani mengikuti perang dan melawan musuh untuk mempertahanakan tanah airnya, Rusia. Namun, dibalik keberhasilannya membunuh 309 penjajah Pavlichenko merasa bahwa profesi sebagai sniper adalah beban terbesar dihidupnya dan kenangan itu selalu ada dipikiran Pavlichenko sampai saat itu. Gambar 33 menunjukkan bahwa Pavlichenko mengenakan mahkota pengantin dan membicarakan seputar kehidupan yang diinginkan perempuan pada umumnya. Hal tersebut terdapat pada dialog sebagai beikut: “Leonid, aku ingin punya bayi.” 7 Dalam percakapan tersebut Pavlichenko berbicara kepada Leonid bahwa ia menginginkan seorang bayi. Adegan ini menggambarkan bahwa Pavlichenko sebagai wanita menuntuk hak reproduksi, yaitu hak untuk melahirkan seorang bayi.
6
01.57.41.
7
01.38.15.
Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 32 dari menit ke 01.57.14 sampai Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 33 dari menit ke 01.38.03 sampai
81
b) Penjelasan Posisi Subjek Kedua Dalam film Battle for Sevastopol, Lyudmila Pavlichenko sebagai subjek kedua yang menceritakan kisahnya sendiri sebagai sniper
wanita.
Subjek kedua ini lebih mudah dan bebas menceritakan pengalamannya sendiri dan orang lain. Film tersebut diambil dari potongan adegan peradegan dari sudut pandang Pavlichenko sebagai subjek kedua. Berawal dari Pavlichenko yang dengan bangga memberitakan bahwa ia masuk dalam daftar pertama di Kiev State University kepada ayahnya. Namun ayah Pavlichenko tidak setuju dengan kelulusan putrinya. Ia lebih setuju apabila putrinya mengikuti jejak karir sang ayah sebagai tentara angkatan darat. Hal ini menunjukkan bahwa seorang anak harus mengikuti perintah ayahnya. Pavlichenko tetap memutuskan untuk mengikuti perkuliahan di Kiev State Univesrsity. Ketika mulai memasuki masa perkuliahan, Pavlichenko dan temantemannya ikut kompetisi menembak siapa yang menembak paling dekat dengan sasaran maka ia yang menentukan tempat mana yang akan mereka kunjungi. Teman-teman yang berpartisipasi dalam permainan itu adalah para lelaki, sedangkan Pavlichenko merupakan perempuan satu-satunya. Pada saat itulah Pavlichenko mulai menunjukkan bakat alami yang ia miliki. Ia mengalahkan semua teman lelakinya yang mengikuti permainan tersebut. Suatu ketika Pavlichenko mulai perkuliahan di Kiev State University, seorang pria memanggilnya untuk menghadap rektor. Di dalam ruang rektor ada seorang Kamerad Jenderal dari Tentara Rusia yang memberikan komando agar Pavlichenko ikut serta dalam pelatihan sniper selama enam bulan di Odessa.
82
Awalnya Pavlichenko menolak perintah Kamerad Jenderal, tetapi Kamerad Jenderal bisa membujuk Pavlichenko untuk tetap mengikuti perintahnya. Dari perintah inilah Pavlichenko memberanikan diri mengikuti jejak ayahnya dalam dunia militer. Ketika memasuki dunia militer, Pavlichenko diajarkan untuk melakukan ketahanan fisik dengan beragam pelatihan seperti latihan tiarap untuk berlindung dari musuh, berlari cepat, menggali tanah untuk membuat benteng pertahanan, latihan kamuflase untuk menyamarkan diri dengan lingkungan sekitar agar bisa melindungi diri dari musuh, latihan menembak dan masih banyak pelatihan yang lain. Dengan serangkaian pelatihan tersebut menggambarkan bahwa dirinya harus bisa memposisikan dirinya sebagi wanita yang kuat, tangguh, gagah, dan berani. Suatu ketika Pavlichenko menjalin asmara dengan Kapten Leonid saat perang di Sevastopol. Ia berbagi suka duka dengan Kapten Leonid sampai suatu ketika ia menginginkan kehidupan dengan damai dan ia bisa hidup bersama pasangan untuk membangun sebuah keluarga. Ia menginginkan seorang bayi. Hal ini menunjukkan sisi feminisme yang terdapat dalam film Battle for Seavstopol. Dalam feminisme liberal mengatakan bahwa setiap manusia memiliki hak asasi yaitu hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan kebebasan, dan hak untuk mencari kebahagiaan. 8 Adegan ini juga menunjukkan bahwa wanita tidak bisa terlepas dari kehidupan domestik (berumahtangga). Dalam
8
126.
Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
83
feminisme liberal, wanita memiliki permasalahan biologis seperti hak reproduksi sehingga kedudukan wanita dengan pria tidak setara hanya karena wanita bisa melahirkan. Hal tersebut juga menjadi penghambat wanita untuk masuk ke sektor publik ketika wanita. 9 Pavlichenko juga menceritakan bagaimana ketika menghadapi perang, ketika ia melihat teman yang tewas, bahkan ketika ia terkena tembakan atau ledakan bom. Ia juga menceritakan bagaimana rasa trauma yang dideritanya pasca perang. Ia mengakhiri karirnya sebagai sniper wanita karena Boris mengajukan surat evakuasi kepada Kamerad Jenderal. Selama pertempuran Pavlichenko mengalami luka sebanyak empat kali dan mengalami trauma pasca ledakan bom. Sementara itu, Kamerad Jenderal tidak ingin pasukannya ada yang cacat (terluka baik mental maupun psikis) mengingat Pavlichenko salah satu sniper terbaik. Kemudian pihak militer menyetujuinya dan mengevakuasi Pavlichenko ke Kaukasus. Cerita ini diakhiri dengan adegan evakuasi warga Sevastopol dan beberapa anggota militer ke Kaukasus. Evakuasi yang berlangsung tidak terorganisir banyak warga yang memilih untuk tinggal di Sevastopol demi mempertahankan daerahnya. Banyak warga Sevastopol yang tertangkap dan dijatuhi hukuman mati. Perang yang berlangsung selama 250 hari di Sevastopol tetap dimenangkan oleh Jerman. Adegan terakhir ditutup dengan pernyataan Pavlichenko di depan para duta Amerika Serikat dan wartawan bahwa ia telah 9
138.
Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
84
membunuh 309 fasis dan itu sudah menjadi beban dihidupnya sampai saat ini. Kini Pavlichenko sudah tidak kembali ke front depan. Ia bekerja sebagai instruktur di pendidikan sniper dan melanjutkan kuliahnya sebagai sejarahwan. Dia dianugerahi sebagai pahlwan Uni Soviet. Selain itu, Pavlichenko juga mendapatkan banyak penghargaan berkat keberanian dalam pertempuran melwana musuh.
B. Posisi Objek Posisi objek dalam film Battle for Sevastopol dapat dilihat dari potongan adegan peradegan dan dialog dari para pemainnya. Posisi objek adalah siapakah pihak yang didefinisikan dan digambarkan kehadirannya oleh orang lain. Posisi objek ini merupakan kelanjutan dari posisi subjek dimana posisi subjek, yaitu mengidentifikasikan dan melakukan penceritaan dari sudut pandang dirinya sendiri. Aktor-aktor dalam posisi objek ini hanya sebagai aktor-aktor pendukung, sehingga tidak menguntungkan posisinya saat ditampilkan dalam film tersebut.
85
Tabel 4 Kerangka Temuan Data Posisi Objek pada Film Battle for Sevastopol Scene
Visual
Audio
Interpretasi Simbolik
Ayah
Ayah
Scene
Pavlicehnko:
Pavlichenko
10:
“Wow, ada
baru pulang
Rumah
yang
dinas dan
Pavlichen
berdandan
Pavlichenko
rupanya. Tapi
menghampiri
tak
ayahnya
mengenakan
untuk
seragam serta
member
memakai
kabar
sepatu.”
gembira.
-ko (Sore)
Gambar 34 Adegan Ayah Pavlichenko berbicara dengan Pavlichenko
Ayah Pavlichenko Ibu
Scene
Pavlicehnko:
11:
“Misha,
Ruang
berlakulah
kerja Ayah Pavlichen -ko (Sore)
lembut Gambar 35 Adegan Ibu Pavlichenko berbicara kepada ayahnya
padanya.”
sedang membuka kancing baju dinas di lengannya, terdengar Ibu Pavlichenko menasihatinya.
86
Teman
Pavlichenko
Pavlichenko:
mengambil
Scene 17:
“Pavlichenko
peluru untuk
Kompe-
jangan
persiapan
tisi
khawatir.
menembak.
Menem-
Urutan
Ketika itu
bak
kempat juga
tenman-
Gambar 36
bagus.”
temannya
Adegan Pavlichenko ikut
(Suara
menertawai-
tertawa)
nya.
Teman
Instruktur
Pavlichenko:
menembak
“Pavlichenko,
menilai hasil
seperti yang
tembakan
kau lihat,
Pavlichenko
menembak
dan teman-
Adegan instruktur menilai hasil
bukanlah
temannya.
tembakan
pekerjaan
(Pagi)
kompetisi menembak
Ganbar 37
perempuan.” Pavlichenko Scene 17: Kompetisi Menembak (Pagi)
Gambar 38 Adegan Pavlichenko dan Masha menunggu hasil penilaian
Instruktur:
dan Masha
“Pemenang-
menunggu
nya,
penilaian dari
Pavlichenko.
instruktur.
47 poin dari
Mereka
total 50.”
terkejut ketika mengetahui hasilnya.
87
Teman Pavlichenko,
Gambar 39
Kolesov:
Kolesov
“Kamerad
terkejut
Komandan,
ketika
apa nilainya
mengetahui
sudah dilihat
bahwa
baik-baik?”
pemenang
Adegan Kolesov terkejut
kompetisi menembak adalah Pavlichenko.
Kamerad
Kamerad
Jenderal: “Dia
Jenderal
Scene 20:
menunjukkan
membacakan
Ruang
hasil
hasil
Rektor
tembakan
tembakan
yang sangat
Pavlichenko
baik, memang
yang cukup
berbakat.”
baik dan
(Pagi)
Gambar 40 Adegan Kamerad Jenderal membacakan bukti keberhasilan Pavlichenko
terlihat rektor sedang menulis.
88
Ibu
Ibu
Scene 21:
Pavlichenko:
Pavlichenko
Rumah
“Dia bukan
berbicara
Pavlichen
anak laki-laki.
kepada
Gambar 41
Kau tahu?
ayahnya
Adegan ibu dan ayah
Kenapa tak
bahwa ia
Pavlichenko berbicara
ditunda dulu
tidak setuju
saja?”
dengan
-ko (Siang)
keputusan sang ayah. Wartawan:
Wartawan
Scene 22:
“Bahasa
mengejek
Konfe-
Inggrisnya
Pavlichenko
rensi pers
bagus untuk
saat
di White
seorang
konferensi
House
Gambar 42
prajurit
pers
(Pagi)
Adegan wartawan mengejek
biasa.”
berlangsung
Pavlichenko
di White House. Boris:
Boris
“Lyuda, kau
berbicara
Scene 29:
tidak wajib
kepada
Teater
melakukannya Pavlichenko
(Malam)
. Tak ada
saat
Gambar 43
tempat bagi
pertunjukkan
Adegan Boris berbicara dengan
perempuan
opera
dalam
berlangsung.
Pavlichenko
perang.”
89
Scene 32:
Kamerad
Kamerad
Training
Jenderal:
Jenderal
Camp,
“Kau sudah
menyeret
Musim
mati!Punggun
paksa wanita
gmu
saat pelatihan
kelihatan.
tiarap di
Sasaran
camp.
Panas (Siang)
Gambar 44 Adegan Kamerad Jenderal menyeret paksa wanita
empuk bagi musuh.
Kamerad Jenderal mengambil barangGambar 45
barang dari
Scene 33:
Adegan destruksi barang di
Kamerad
tangan salah
Training
Camp
Jenderal:
satu pasukan
Camp
“Bakar
militer.
(Sore)
semuanya!”
Destruksi dilakukan agar pasukan wanita tidak mengguna-
Gambar 46 Adegan pembakaran barangbarang wanita
kan barangbarang wanita.
90
Kamerad Scene 34:
(Suara
Jenderal
Training
komando dan
mendorong
Camp
teriakan
wanita dari
(Sore)
wanita)
ketinggian gurun.
Gambar 47 Adegan Training Camp
Kamerad Kamerad Scene 45:
Jenderal:
Markas di
“Kamerad,
Odessa
jadikan dia
(Sore)
contoh.”
Gambar 48
Jenderal memberikan penghargaan berupa senjata kepada
Adegan Kamerad Jenderal
Pavlichenko
memberikan penghargaan
disaksikan para pasukannya.
Nikolai:
Nikolai
Scene
“Pavlichenko,
menghampiri
104:
kostum apa
Pavlichenko
Whiet
itu? Segera
dan
House
ganti.”
memerintah-
(Pagi)
kannya untuk
Gambar 49 Adegan Nikolai berbicara pada Pavlichenko
Pavlichenko:
mengganti
“Biarkan
pakaian.
91
mereka
Perbincangan
melihatku
itu
sebagai
disaksikan
seorang
oleh Eleanor
wanita.”
Roosevelt.
Nikolai: “Kau bukan seorang wanita. Kau tentara Uni Soviet.”
Scene 106: Rumah
Boris: “Kau
Boris terkejut
non-aktif
ketika
sekarang, tak
melihat
layak lagi
komisaris
dalam dinas
dan
militer.”
pasukannya
Adegan pasukan militer
(Boris kepada
datang tiba-
mendatangi Pavlichenko
Pavlichenko)
tiba untuk
Gambar 50
memerintah-
sakit (Malam)
Gambar 51 Adegan Pavlichenko berfoto
Komisaris:
kan
“Siapa bilang
Pavlichenko
dia cacat?
berfoto
Pavlichenko
dengan
tak hanya
mengguna-
seorang
kan seragam
pejuang. Dia
militer.
adalah simbol, dan tak ada
92
simbol yang cacat.”
Komisaris: “Senyum lagi.” Boris meminta Scene 118:
Kamerad
seorang
Jenderal
wanita, karena untuk
Ruang Kamerad Mayor Jenderal
Boris: “Apa
Gambar 52
semua ini,
mengevakua-
jadi tak ada
si
harganya?”
Pavlichenko
Adegan Boris berbicara pada
yang sudah
Kamerad Jenderal
tidak layak menjadi anggota militer.
Scene
Marsha: “Kau
Masha
102:
tahu, aku
berbicara
Markas
memutuskan
kepada
Sevasto-
untuk
Pavlichenko
memberikan
tentang
Adegan Masha dan Pavlichenko
bayi buat
keinginannya
berbicara
Hryshko.”
memiliki
pol (Malam)
Gambar 53
seorang bayi.
93
Scene
Masha:
Masha
102:
“Silahkan
mengenakan
Markas
datang pagi
mahkota
Sevasto-
untuk
pengantin
Gambar 54
pernikahan
yang ingin ia
Adegan Masha ingin menikah
yang akan
gunakan saat
diadakan di
pernikahan.
pol (Malam)
sini.” Sumber: Potongan Adegan dalam Film Battle for Sevastopol a)
Penjelasan Gambar Aktor –aktor yang menjadi objek penceritaan adalah Kamerad Jenderal, Boris, Ibu Pavlichenko, Ayah Pavlichenko, Komisaris, Teman-teman Pavlichenko, Nikolai, wartawan, dan instruktur menembak. Mereka semua sebagai objek dilihat dari beberapa potongan adegan dan dialog. Sebagai objek,
mereka
merupakan
hasil
identifikasi
dari
subjek
yang
menggambarkannya dalam penafsirannya sendiri. Gambar 34 terlihat Ayah Pavlichenko yang baru pulang dinas terkejut melihat putrinya mengenakan pakaian perempuan dan berdandan cantik layaknya seorang anak perempuan pada umumnya. Namun Ayah Pavlichenko tidak menyukai itu. Ia meminta putrinya untuk mengganti penampilannya sebagai seorang tentara sama seperti profesi dirinya. Gambar 35 terlihat bahwa Ibu Pavlichenko berbicara kepada ayahnya agar memperlakukan anak perempuannya dengan lembut. Ia ingin anak perempuan diperlakukan seperti anak perempuan pada umumnya. Gambar 36,
94
37, 38, dan 39 merupakan serangkaian adegan saat Pavlichenko mengikuti kompetisi menembak. Hal ini menunjukkan bahwa Pavlichenko adalah wanita yang berani walaupun teman lelakinya mengejek saat ia hendak mengikuti kompetisi menembak. Tetapi, ia berhasil mengalahkan teman-temannya dengan nilai terbaik. Gambar 40 terlihat Kamerad Jenderal datang ke Kiev State University untuk memberikan keputusan bahwa Pavlichenko harus mengikuti pendidikan sniper selama enam bulan. Pernyataan tersebut diucapkan Kamerad Jenderal atas dasar bakat yang telah ditunjukkan Pavlichenko di kompetisi menembak. Gambar 41 menunjukkan bahwa Ibu Pavlichenko tidak setuju dengan keputusan sang ayah yang meminta putrinya untuk mengikuti jejak ayahnya dalam bidang militer. Ibu Pavlichenko merasa bahwa militer hanya profesi yang untuk kaum lelaki saja. Kemudian pada gambar 42 terlihat seorang wartawan mengejek Pavlichenko sebagai prajurit biasa yang pintar menguasai bahasa inggris. Ia beranggapan Pavlichenko hanya prajurit biasa lantaran ia adalah seorang wanita. Gambar 43 terlihat Boris yang sedang berbicara pada Pavlichenko di pertunjukkan opera. Ia tidak menginginkan Pavlichenko untuk ikut bertempur melawan Jerman. Hal tersebut terlihat pada dialog berikut: “Lyuda, kau tidak wajib melakukannya. Tak ada tempat bagi perempuan dalam perang.” 10
10
00.27.02.
Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 43 dari menit ke 00.26.49 sampai
95
Dialog di atas menunjukkan bahwa Boris tidak setuju apabila seorang wanita dipekerjakan ke dalam militer. Pada gambar 44, 45, 46, dan 47 merupakan serangkaian adegan training camp yang diadakan di Odessa. Gambar 44 terlihat Kamerad Jenderal menyeret paksa seorang wanita karena tidak mampu mengikuti latihan dengan sempurna. Gambar 45 terlihat pasukan wanita membawa barang-barang seperti boneka, pakaian dalam wanita, sisir, sepatu wanita, dan barang-barang wanita lainnya. Kamerad Jenderal berdiri di depan pasukan wanita bersiap untuk mendestruksikan atau memusnahkan barang-barang yang berhubungan dengan wanita tersebut. Gambar 46 menunjukkan proses pemusnahan barang-barang tersebut dengan cara dibakar. Gambar 47 terlihat Kamerad Jenderal mendorong wanita yang takut untuk meluncur dari atas gurun. Wanita itu pun terjatuh dan terguling. Gambar 48 terlihat Kamerad Jenderal memberikan penghargaan kepada Pavlichenko yang berhasil menembaki tank musuh hingga hancur. Ia diberi penghargaan berupa senjata. Gambar 49 terlihat Pavlichenko, Nikolai, dan Eleanor di dalam sebuah kamar. Nikolai menghampiri Pavlichenko yang saat itu mengenakan gaun. Ia meminta Pavlichenko mengganti gaunnya dengan seragam tentara. Ia beranggapan bahwa Pavlichenko tetap menjadi tentara Uni Soviet sampai kapan pun. Berikut dialog antara Pavlichenko dan Nikolai: Nikolai: “Pavlichenko, kostum apa itu? Segera ganti.” Pavlichenko: “Biarkan mereka melihatku sebagai seorang wanita.”
96
Nikolai: “Kau bukan seorang wanita. Kau tentara Uni Soviet.” 11 Dialog di atas menunjukkan bahwa Pavlichenko tidak boleh memposisikan dirinya sebagai wanita seutuhnya. Gambar 50 dan 51 menunjukkan bahwa Kamerad Komisaris Militer sangat tega dengan Pavlichenko yang sedang terluka parah karena ledakan bom. Ia meminta Pavlichenko untuk tetap melakukan pemotretan di rumah sakit itu dengan wajah harus tersenyum. Gambar 52 menunjukkan kepedulian Boris pada Pavlichenko. Ia meminta Kamerad Jenderal mengevakuasi Pavlichenko dengan alas an Pavlichenko tidak bisa menjadi anggota militer lagi. Pada gambar 53 terlihat adegan Teman Pavlichenko, Masha yang berbicara dengan Pavlichenko membahas tentang keinginannya mempunyai bayi. Adegan tersebut memberikan makna bahwa wanita memiliki naluri alamiah saat ingin memiliki bayi. Gambar 54 terlihat Masha sedang mengenakan mahkota pengantin. Ia memiliki keinginan untuk menikah bersama pasangannya, Grisha. Hal tersebut sesuai dengan feminisme liberal yang berasumsi bahwa wanita tidak dapat memiliki kedudukan yang sama karena tidak memiliki potensi rasionalitas. 12
11
01.39.35.
12
126.
Potongan adegan film Battle for Sevastopol pada gambar 49 dari menit ke 01.39.11 sampai Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, h.
97
b) Penjelasan Posisi Objek Posisi objek dalam film Battle for Sevastopol adalah Kamerad Jenderal, Boris, Ibu Pavlichenko, Ayah Pavlichenko, Komisaris, Temanteman
Pavlichenko,
Nikolai,
wartawan,
dan
instruktur
menembak.
Pavlichenko subjek pencerita mendeskripsikan aktor-aktor yang menjadi objek ini dengan berbagai cerita yang berbeda. Ia menceritakan ayahnya yang tegas dalam memilih sebuh keputusan, termasuk ketika ayahnya meminta Pavlichenko untuk masuk ke sekolah militer. Ia terlihat seperti diktator yang memerintahkan anaknya secara otoriter. Tak peduli apakah anaknya perempuan atau laki-laki. Adegan ini bertentangan dengan ajaran islam. Islam sangat membedakan antara anak perempuan dan anak laki-laki. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Ali ‘Imraan ayat 36:
Artinya: “ Maka tatkala istri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari pada setan yang terkutuk.” Allah memerintahkan umatnya untuk membedakan antara anak perempuan dengan anak laki-laki seperti apa yang dikatakan ‘Imran dalam
98
surat di atas. Perbedaan yang dimaksud bahwa anak perempuan lebih banyak dilindungi daripada anak laki-laki dan harus dimuliakan. Pada film tersebut juga terlihat Pavlichenko juga menceritakan ibunya yang sangat peduli kepadanya. Ia juga menceritakan Boris yang dapat menghargai wanita dan memperlakukan wanita dengan lembut. Sementara, Kamerad Jenderal digambarkan sebagai orang yang tegas, sadis, dan otoriter. Teman-teman Pavlichenko digambarkan dengan sudut pandang yang berbeda. Kebanyakan dari mereka adalah orang yang meremehkan Pavlichenko ketika ia masuk ke pendidikan menembak jitu. Pavlichenko lebih banyak menafsirkan bahwa kehidupan di dunia militer adalah kehidupan yang sangat menyakitkan terlebih untuk wanita. Karena militer tidak memandang posisi wanita atau pria dalam menjalani tugas. Hal tersebut terlihat pada adegan teman-teman wanita Pavlichenko ketika mengikuti serangkaian pelatihan. Ada yang diseret karena tidak mampu tiarap dengan sempurna. Ada juga yang didorong dari atas gurun hingga jatuh terguling ke bawah. Adegan ini merupakan adegan yang bertolak belakang dengan ajaran islam. Islam mengajarkan agar laki-laki memuliakan perempuan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah An Nisaa’ ayat 19:
99
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kaum mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata…” Allah memerintahkan umatnya untuk memuliakan wanita dengan cara yang baik bukan dengan paksaan. Dalam pelatihan tersebut terlihat Kamerad Jenderal mendorong pasukan wanita dari atas gurun karena wanita itu ragu untuk mengikuti pelatihan tersebut. Wanita juga dipandang memiliki naluri alamiah seperti ingin memiliki anak. Wanita dalam film ini menuntut adanya kehidupan berumahtangga dalam dunia militer. Wanita tidak bisa sepenuhnya meninggalkan kehidupan di sektor domestik demi kepentingannya di sektor publik. Hal ini membuat wanita memiliki kedudukan lebih rendah daripada laki-laki menurut pandangan feminis. Adegan yang menunjukkan Marsha ingin menikah tersebut menjadi pendukung bahwa dalam film tersebut apa pandangan feminisme. Apabila seorang wanita menikah maka ia akan ditempatkan bergantung dengan suami. Oleh karena itu wanita dianggap mahluk yang tidak atau kurang daya rasionalitasnya sehingga wanita sulit menyamai kedudukan laki-laki. Profesi yang diperani oleh tokoh utama dalam film Battle for Sevastopol didominasi oleh lelaki. Lelaki memiliki kedudukan tertinggi.
C. Posisi Pembaca Pada analisis wacana ini, Sara Mills juga memusatkan perhatian pada bagaimana posisi pembaca yang ditampilkan dalam teks. Mills berpendapat
100
bahwa teks merupakan suatu hasil negosiasi antara penulis dan pembaca. Pembaca di sini bukanlah hanya sebagai konsumen saja, tetapi juga ikut melakukan transaksi sebagaimana akan terlihat dalam teks. Selain itu Mills juga melihat bagaimana pembaca mengidentifikasikan dan menempatkan dirinya dalam penceritaan teks. Posisi ini akan menempatkan pembaca pada salah satu posisi dan mempengaruhi bagaimana suatu teks dipahami dan bagaimana pula aktor sosial ini ditempatkan. Pada akhirnya cara penceritaan dan posisi-posisi yang ditempatkan dan ditampilkan dalam teks ini membuat satu pihak menjadi legitimate dan pihak lain menjadi illegitimate. 13 Pada film Battle for Sevastopol ini, karakter Pavlichenko sebagai tokoh utama dideskripsikan sebagai wanita yang cerdas, tangguh, dan berani. Pembaca diposisikan sebagai tokoh utama dengan begitu pembaca juga ikut merasakan bahwa wanita bisa sederajat dengan laki-laki terlihat pada profesi yang dilakoni oleh Pavlichenko sebagai sniper wanita. Apabila pembaca melihat proses pendidikan yang dijalani Pavlichenko, maka pembaca akan ikut
merasakan
bagaimana
sulitnya
menyamai
kedudukan
laki-laki.
Perempuan memiliki kodrat yang tidak bisa dihilangkan seperti menikah, melahirkan, dan berumahtangga. Demikian perempuan sulit memiliki kedudukan yang sama dengan lelaki karena perempuan dianggap tidak memiliki potensi rasional dan perempuan tidak bisa meninggalkan kehidupan di sektor domestik untuk mengedepankan kehidupan di sektor publik. 13
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 200.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka kesimpulan dari penelitian analisis wacana Sara Mills dalam film dokumenter Battle for Sevastopol, yaitu sebagai beikut: 1. Posisi subjek atau pencerita yang dideskripsikan dalam film Battle for Sevastopol adalah Eleanor Roosevelt dan Lyudmila Pavlichenko. Posisi subjek dalam film ini memiliki dua sudut pandang yang berbeda. Posisi subjek pertama, Eleanor Roosevelt menceritakan pengalamannya bertemu di White House pada saat Delegasi Siswa. Cerita yang disampaikan Eleanor tidak lengkap, sehingga peneliti mengambil dari sudut pandang subjek kedua. Eleanor hanya menceritakan tokoh utama pasca perang. Bagaimana tokoh utama diperlakukan tidak adil oleh kaum lelaki pasca perang. Subjek kedua, yaitu Lyudmila Pavlichenko. Pavlichenko menceritakan pengalamannya dengan leluasa. Ia memaparkan dari awal terpilih menjadi sniper
wanita hingga ia tidak mampu meninggalkan
kehidupan domestik sebagai perempuan. Ia menginginkan pernikahan dan melahirkan sesuai kodrat perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak dapat menyamakan kedudukan lelaki karena para feminis liberal beranggapan ketika perempuan terpaku dalam kehidupan domestik maka
101
102
perempuan tersebut tidak memiliki rasional, sehingga perempuan lebih rendah dari lelaki. 2. Posisi objek dalam film Battle for Sevastopol adalah Kamerad Jenderal, Boris, Ibu Pavlichenko, Ayah Pavlichenko, Komisaris, Teman-teman Pavlichenko, Nikolai, wartawan, dan instruktur menembak. Karena mereka adalah objek maka aktor-aktor ini tidak dapat menampilkan dirinya sendiri. Aktor-aktor tersebut hanya sebagai pelengkap subjek yang memberikan pandangan yang berbeda. Para aktor tersebut memperlihatkan dirinya sebagai seseorang yang menjadi pemarginal perempuan atau tidak memarginalkan perempuan. 3. Posisi pembaca mendeskripsikan perempuan tidak dapat menyamai kedudukan lelaki karena adanya sistem patriakat dimana lelaki memiliki kekuasaan tertinggi. Selain itu perempuan digambarkan tertindas ketika ia berusaha untuk menyamakan kedudukan lelaki seperti Pavlichenko yang ingin menyamakan kedudukan lelaki melalui profesinya sebagai penembak jitu.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka kesimpulan dari penelitian analisis wacana Sara Mills dalam film dokumenter Battle for Sevastopol, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Kepada para pembaca yang berminat melakukan penelitian khusunya pada kajian film, hendaknya mampu mengembangkan penelitian dengan
103
metodologi yang sesuai dengan kajian film agar lebih kritis dan lebih banyak mencari referensi. 2. Kepada pembuat film, disarankan untuk mengurangi adegan-adegan kekerasan khususnya pada perempuan. Semoga selalu memberikan pesan moral yang dapat mendidik dan menjadi inspirasi para penikmat film. 3. Kepada penikmat film, disarankan agar menjadi penikmat film yang cerdas dan selektif dalam menonton film. Pilihlah film yang memiliki pesan moral yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Euis. dkk. Pengantar Kajian Gender. Jakarta: Pusat Studi Wanita Syarif Hidayatullah. 2003. Badara, Aris. Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta: Kencana. 2012. Danesi, Marcel. Pengantar Memahami Semotika Media. Yogyakarta: Percetakan Jalasutra. 2010. Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, Menuju Kepastian Hukum di Bidang: Informasi dan Transaksi Elektronik. Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia. 2007. Effendy, Heru. Mari Membuat Film Panduan Menjadi Produser. Jakarta: Erlangga. 2009. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 2000. Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2007. Emzir.
Metodologi Penelitian Kuantitafif: Analisis Data.
Jakarta:
PT.
RajaGrafindo Persada. 2012. Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. 2001. Fakih, Mansour. dkk. Posisi Kaum Perempuan dalam Islam; Tinjauan Pustaka dari Analisis Gender, dalam Membincangkan Feminisme Diskursus Gender Prespektif Islam. Surabaya: Risalah Gusti. 2003. Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. 2012. Jumroni. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006. Liliweri, Alo. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004. Megawangi, Ratna. Membiarkan Berbeda Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Bandung: Mizan. 2014. 104
Peter Y Salim dan Yenny Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press. 2002. Prakoso, Gatot. Film Pinggiran-Antalogi Film Pendek, Eksperimental & Dokumenter, FFTV- IKJ dengan YLP. Jakarta: Fatma Press. 1997. Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. 2008. Pusat Bahasa Depatemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 2002. Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2012. Subhan, Zaitunah. Kodrat Perempuan: Takdir atau Mitos? Jakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara. 2004.
Referensi Pendukung http://kbbi.web.id/analisis/, situs diakses pada 24 November 2016 pukul 08.52 WIB. http://www.imdb.com/name/nm0596364/bio, situs diakses pada 12 Desember 2016 pukul 17.22 WIB. http://www.imdb.com/title/tt4084744/awards?ref_=awd, situs diakses pada 1
September 2016 pukul 22.02 WIB. http://www.jadibaru.com/coretan/jenis-jenis-genre-film/ diakses pada 2 Mei 2017 pukul 01:33 WIB. http://www.mindtalk.com/channel/film-o-graphy/post/film-epic510407208975261863.html diakses pada 2 Mei 2017 pukul 01.38 WIB. http://www.pengertiandefinisi.com/pengertian-analisis-menurut-para-ahli/,
situs
diakses pada 24 November 2016 pukul 09.20 WIB. https://www.kaskus.co.id/thread/56ce1f6bde2cf2260d8b4569/10-film-sniperterbaik, situs diakses pada 1 September 2016 pukul 23.03 WIB. http://m.imdb.com/title/tt4084744/fullcredits?ref_=m_tt_cl_scc, situs diakses pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 12.43 WIB. http://kusendony.wordpress.com/2011/03/25/jenis-jenis-film-dokumenter.html, situs diakses pada 21 Januari 2017 pukul 13.22 WIB.
105
http://videomaker79.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-genre-dalamfilm.html?m=1 diakses pada 2 Mei 2017 pukul 00.15 WIB. https://namafilm.blogspot.co.id/2014/07/pengertian-film-dokumenter.html,
situs
diakses pada 8 September 2016 pukul 16:51 WIB. https://namafilm.blogspot.co.id/2014/07/macam-genre-film.html?m=1,
situs
diakses pada 8 September 2016 pukul 16.51 WIB. http://komunikasipers.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-sejarah-dan-unsurunsur-film.html, situs diakses pada 8 September 2016 pukul 16:14 WIB. http://www.bisotisme.com/2015/10/sedikit-tentang-lyudmila-pavlichenko.html, situs diakses pada 1 September 2016 pukul 21.30 WIB.
106
LAMPIRAN
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HID AYAT ULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Indonesia
Telp./Fax: (62-21) 1432728 / 74103580
Website : www.fi dkom.uinjkt.ac.id
Email: fi
[email protected]
r\l)r It0t
un.U'l ll*b/rY.UU.9l 2t2r
L-1-
11"U1
.Jakarla
/
(satir) Ecrkas Skrrlisr Ujian $kripsi
l..nrrpiran
Aprrrl 2[r 1;'
1
I
f(epada Yth '1 Kholis Rrclho, M Si 2 Ahmad fiatonr, S lios li Drs Wahidin lieputra. MA
Kr:tui-r:'Pr:nl1r
4 Rir:i:riL.idriin Kr-rrniarnr;ttn, IVI Sr ii Dla i"11 ltlluslirah Nrirlarly, Mlr
[])e,,Iil
ii1
t1I
rs
Srrkrt,la
I
i
Pc;ri"tirir
Pr,rrlbirrbirrr;
di .Jelkarta .n
SS.ll:lp;i/
..tl.1 t!(:
ttt t'.\'r'r\,'.
Dekan i:alkr:itats llntu Dakwtrh rjan llrlrr Ki:rlLtnil;,,isr tJlN Syiirrl llidayatirllah ia:karla nre nun[rk Bapaklihu ser:irr.];ir 'f rnr FrrquI Skl;.isr malrasiswa/i di Fakultas llnru Daky",ah dan llmu Koiriinik;isi
Nama
, Corri Prestita lshaya
NIIVI
:
Terlpat Tan,goal lahir JLrtri$an JLrdL:l Skrrpsi
'l '12051
10001! Jakafia, 4 JanLrari '199.1 . Jurnalistik ,.iitelii:;is lrilr:;,rna lii:r;r i'.,1rii: illii,ir:, ir,, Dok Irne rt1t,:r 3atiIc I]ror S:Ivi Sia.,t,rC:1 1
i
t
Ullan iersebut akan dilaksanakarr parla
Hari/l anggal
,.Jrm'al
WaktLr
Plr
Terrpat
?18 Aprii ?01? 14 30 s ri 1 5 :10 \,tiii l{Lronq Muraqnsy;:ir i..i i,j\
Untr:k r-r"lenLtn.lalq kelaricaran lrllarr drrl;:ksuiJ. ltlrs;1r.,'r: r, r..ti kirintkan naskffh skrrpsr yanq akan rirLilikan qr.lnfi cliile iirl.r;r cl,1:.:lr.r
r
sebagaimana m(}stinya
Denrikian penurijLikan ini disanipaikan Aies kilnri ucapkan terimi: kasih
pe
rh:.:lian tlaprkrlbii
i#ass:larn.
Ed l-einiruga Dek:rrr
i
2
n
Kasirbb;g
l.J
rn ur-n
l--akullii-c linru lJi"rklvalr dan llmu Korluntkast ,l
ikd,'it,t I