SEMINAR NASIONAL SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN Peranan Teknologi Pembelajaran Dalam Pelaksanaan TEKNOLOGI PENDIDIKAN kurikulum berbasis
PROSIDING Peranan Teknologi Pembelajaran dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Diselenggarakan oleh
PRODI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PPs UNNES Bekerja sama dengan
UPBJJ UNIVERSITAS TERBUKA – SEMARANG 2015
1
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN Peranan Teknologi Pembelajaran Dalam Pelaksanaan kurikulum berbasis
KOMPETENSI GURU SEBAGAI PENGELOLA MEDIA PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Oleh : Drs. Sadali, M.Pd Dosen UT UPBJJ Semarang
PENDAHULUAN Rose dan Nicholl (1999) dalam buku Accelerated Learning for The 21st Century, mengembangkan konsep-konsep belajar yang berparadigma baru, yaitu sebagai berikut. Pertama, konsep learning how to learn fast and clear thinking merupakan paradigma baru proses dan konten pendidikan yang ditawarkan oleh Rose and Nicholl. Konsep itu dikembangkan bertitik-tolak dari perkembangan tantangan yang akan dihadapi manusia masa depan, dan keyakinan bahwa pendidikan mempunyai peran fundamental bagi perkembangan pribadi dan sosial. Implikasinya adalah, perlunya peningkatan pendidikan sepanjang hayat yang dimulai dari pendidikan dasar. Kedua, learning how to learn menuntut proses dan desain isi pendidikan terutama di tingkat dasar yang memuat peningkatan motivasi dan kecintaan peserta didik terhadap belajar dan ilmu pengetahuan. Sedangkan learning fast and clear thinking menghendaki orientasi proses pendidikan pada penguatan penalaran peserta didik dalam memahami fenomena dan masalah sosial secara komprehensif. Ketiga, baik untuk pengembangan kemampuan learning how to learn maupun learning fast and clear thinking secara multidimensi. Kedua konsep tersebut pada akhirnya harus berjalan sinergik dengan dikembangkannya kemampuan-kemampuan belajar lainnya seperti learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be. Risalah ini hendak mencoba melihat kaitan implikatif antara perubahan konsep belajar dengan kompetensi guru sebagai pengelola media pembelajaran, terutama dilihat dari perspektif implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Beberapa aspek penting yang mendasari perlunya kompetensi guru dalam bidang tersebut, akan diuraikan pada bagian berikut ini.
PARADIGMA PENDIDIKAN MASA DEPAN Trend perkembangan dunia sebagaimana ditunjukkan oleh adanya perubahan sosial yang berlangsung pesat menuntut perubahan paradigma pendidikan, yakni adanya pandangan holistic (Zamroni, 2000). Dengan pandangan ini, pendidikan ditekankan pada pendekatan yang menyeluruh dan bersifat global. Pandangan holistik akan melahirkan dua dimensi pembaharuan pendidikan : (1) pendidikan akan menekankan pada anak didik think global act local, berpikir secara global dan bertindak bersifat lokal; dan (2) pembaharuan makna efisiensi, dari makna
2
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN Peranan Teknologi Pembelajaran Dalam Pelaksanaan kurikulum berbasis
ekonomis semata menjadi keharmonisan dengan lingkungan, solidaritas, dan kebaikan untuk semua. Tuntutan kualifikasi pendidikan pun akan berubah sehingga pendidikan harus menekankan pengembangan kemampuan tertentu pada diri anak didik. Kemampuan yang dimaksud antara lain : (a) kemampuan menghampiri permasalahan secara global dengan pendekatan multidisipliner; (b) kemampuan untuk menyeleksi arus informasi untuk kemudian depergunakan dalam kehidupan sehari-hari; (c) kemampuan untuk menghubungkan peristiwa yang satu dengan yang lain secara kreatif; (d) meningkatkan kemandirian anak karena tingkat otonomi kehidupan dan keluarga semakin tinggi; (e) menekankan pengajaran lebih pada learning how to learn daripada learning something.
MODEL PEMBELAJARAN YANG MENYERASIKAN OTAK DAN EMOSI Riset mutakhir mengenai sistem kerja otak sebagaimana yang dilakukan oleh Caine & Caine (1991) menunjukkan bahwa intelegensi bukan hanya berkaitan dengan aspek kognitif semata, melainkan berkaitan pula dengan emosi sehingga disebut kecerdasan emosi. Dalam keberhasilan pendidikan seseorang, peranan IQ hanya sekitar 20%, sebagian besar (80%-nya) ditentukan oleh EQ dan faktor kedewasaan sosial. EQ adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan aspek aspek psikologis dalam diri sendiri, yang mencakup : (a) amarah; (b) kesedihan; (c) rasa takut; (d) kenikmatan; (e) cinta; (f) terkejut; (g) jengkel; dan (h) malu. Teori lama yang hanya menekankan verbal-linguistics dan logicalmathematical, sudah ketinggalan zaman. Penelitian sistem kerja otak memastikan pula bahwa pengalaman konkret, kompleks, dan beraneka warna sangat esensial bagi proses pembelajaran. Apa yang harus dikuasai anak didik adalah pemahaman yang bermakna, karena otak diciptakan sebagai suatu pola detector yang bekerja secara dinamis, dan memahami suatu subjek sebagai hasil pemahaman hubungan antar-faktor. Terdapat kesenjangan antara pengalaman di sekolah dengan apa yang ada di masyarakat, yaitu: (1) Sekolah menekankan pada Individual performance, di luar sekolah senantiasa menekankan socially shared performance; (2) Sekolah menekankan pada pemikiran yang tidak memerlukan alat bantu, dunia kerja senantiasa memerlukan alat bantu; (3) Sekolah menekankan pada simbol-simbol yang terpisah dari objek, dunia kerja menekankan pada upaya nyata dalam menangani objek; (4) Sekolah bertujuan untuk menyerap pengetahuan dan skill secara umum, dunia kerja memfokuskan pada pengetahuan dan skill yang relevan dan situasi tertentu. Hal riset sistem kerja otak dan kesenjangan sekolah dengan dunia kerja, dalam jangka panjang berimplikasi terhadap model proses pembelajaran sebagaimana diringkaskan dalam tabel 1. Sedangkan implikasi jangka pendeknya mencakup tiga dimensi. Pertama, sekolah harus mampu menciptakan rasa aman bagi anak didik, ditandai dengan atmosfer kelas yang demokratik dan guru memahami kondisi anak didik. Kedua, sekolah harus mampu menciptakan Self-efficiency 3
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN Peranan Teknologi Pembelajaran Dalam Pelaksanaan kurikulum berbasis
pada diri anak didik, yaitu rasa bahwa mereka memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas sekolah. Ketiga, sekolah harus dapat membantu anak didik menyalurkan emosi melalui kegiatan yang positif dan konstruktif. Tabel 1. Perbedaan Proses Pembelajaran Model Lama dan Model Baru
Aspek Penyajian materi
Outcome
Pemahaman Sistem Kerja Otak dan Struktur Kerja Lama Tersusun dalam pokok dan
Pemahaman Sistem Kerja Otak dan Struktur Kerja Baru Tersusun dalam problema,
subpokok bahasan
tema, dan terintegrasi
Aspek menonjol,
kognitif aspek
sangat
Aspek kognitif dan afektif,
afektif
khususnya aspek kerjasama
lemah
dan kompetensi sosial
Guru
Individual
Team teaching
Prosedur
Relative rigid
Relative fleksibel
Sasaran
Pemahaman konsep
Pemahaman konsep, hubungan, dan keterkaitan
Prinsip-model learning
Individual learning
Cooperative learning
Sasaran evaluasi
Individu
Individu dan kelompok
Pola belajar
Potongan demi potongan
Kerangka
menjadi gambar
gambar
untuk
ditempeli
IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Sedikitnya terdapat tujuh asumsi yang mendasari KBK (Mulyasa, 2002). Pertama, banyak sekolah yang memiliki sedikit guru profesional, dan tidak mampu melakukan proses pembelajaran secara optimal. Oleh karena itu, penerapan KBK menuntut peningkatan kemampuan profesional guru. Kedua, banyak sekolah yang hanya mengoleksi sejumlah mata pelajaran dan pengalaman, sehingga mengajar diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi yang terdapat dalam setiap mata pelajaran. Ketiga, peserta didik bukanlah tabung kosong atau kertas putih bersih yang dapat diisi atau ditulis sekehendak guru, melainkan individu yang memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan. Pengembangan potensi tersebut menuntut iklim kondusif yang dapat mendorong peserta didik belajar bagaimana belajar (learning how to learn), serta menghubungkan kemampuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Keempat, peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan bervariasi, dalam hal tertentu mungkin memiliki potensi tinggi, tetapi dalam hal lain mungkin biasabiasa saja bahkan rendah. Di samping itu mereka memiliki tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru sehingga guru harus dapat membantu
4
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN Peranan Teknologi Pembelajaran Dalam Pelaksanaan kurikulum berbasis
menghubungkan pengalaman yang sudah dimiliki dengan situasi baru. Kelima, pendidikan berfungsi mengondisikan lingkungan untuk membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal. Keenam, kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus berisi kompetensikompetensi potensial yang tersusun secara sistematik, sebagai jabaran dari seluruh aspek kepribadian peserta didik, yang mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan. Ketujuh, kurikulum sebagai proses pembelajaran harus menyediakan berbagai kemungkinan kepada seluruh peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensinya secara optimal. Tugas guru adalah memberikan kemudahan dan kesempatan belajar kepada peserta didik untuk menemukan gagasan dan menemukan strategi belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing. KBK memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) menekankan pada ketercapaian kompetensi peserta didik baik secara individual maupun klasikal; (2) berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagamaan; (3) penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi; (4) sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif; (5) penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi (Depdiknas, 2002) Berdasarkan asumsi dan karakteristikya itu jelaslah bahwa keberhasilan implementasi KBK bergantung pada semangat dan upaya para pelaksana pendidikan dalam menunaikan fungsi pendidikan dan proses pembelajaran di sekolah. Adapun keberhasilan implementasi KBK oleh masyarakat sekolah dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut : 1. Adanya peningkatan mutu pendidikan, yang dapat dicapai oleh sekolah melalui kemandirian dan inisiatif kepala sekolah dan guru dalam mengelola dan mendayagunakan sumber-sumber yang tersedia. 2. Adanya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber pendidikan, melalui pembagian tanggung jawab yang jelas, transparan, dan demokratik. 3. Adanya peningkatan perhatian dan partisipasi warga dan masyarakat sekitar sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang dicapai melalui pengambilan keputusan bersama. 4. Adanya peningkatan tanggung jawab sekolah kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya berkaitan dengan mutu sekolah baik dalam intra maupun ekstrakulikuler. 5. Adanya kompetisi yang sehat antarsekolah dalam peningkatan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan-dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat. 6. Tumbuhnya kemandirian dan berkurangnya ketergantungan di kalangan warga sekolah, bersifat adaptif dan proaktif serta memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi.
5
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN Peranan Teknologi Pembelajaran Dalam Pelaksanaan kurikulum berbasis
7. Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, yang lebih menekankan pada belajar mengetahui (learning to know), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup bersama secara harmonis (learning to live together). 8. Terciptanya iklm sekolah yang aman, nyaman, dan tertib sehinga proses pembelaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (enjoyable learning) 9. Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik, tetapi untuk memanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut bagi perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran di sekolah.
AKTUALISASI KOMPETENSI GURU SEBAGAI PENGELOLA MEDIA PEMBELAJARAN Aktualisasi kompetensi profesional guru dalam proses pembelajaran merupakan hal paling pokok dalam menjawab isu-isu pokok pendidikan dewasa ini. Pelaksanaan pekerjaan dalam bidang ini secara garis besar terdiri atas tiga tahapan : (1) tahap kesiapan guru untuk melakukan tugas yang ditunjukkan dengan perencanaan pengajaran; (2) tahap pelaksanaan prosedur pengajaran berdasarkan perencanaan yang telah dipersiapkan; dan (3) tahap ketiga berkaitan dengan kemampuan dosen dalam membina hubungan antarpribadi. Tahap perencanaan pengajaran meliputi aspek-aspek: (1) rencana pengorganisasian bahan pengajaran; (2) pengelolaan pengajaran; (3) rencana pengelolaan kelas; (4) penggunaan media dan sumber belajar; dan (5) rencana penilaian prestasi. Tahap pelaksanaan prosedur terdiri atas aspek-aspek : (1) penggunaan metode, media, dan bahan pengajaran; (2) berkomunikasi dengan siswa; (3) mendemonstrasikan metode; (4) mendorong keterlibatan siswa; (5) mengorganisasikan waktu, ruang, dan perlengkapan pengajaran; (6) melakukan evaluasi. Tahap pembinaan hubungan antarpribadi dapat diamati dari aspek-aspek : (1) pengembangan sikap positif terhadap siswa; (2) sikap terbuka dan fleksibel; (3) kesungguhan dan kegairahan mengajar; (4) mengelola interaksi perilaku di dalam kelas. Sejalan dengan uraian di atas, Wotruba dan Wright (1975) mengidentifikasi enam karakteristik mengajar yang efektif. Pertama, pengorganisasian yang baik dari pokok bahasan dan mata pelajaran. Organisasi yang baik dari pokok bahasan ditunjukkan dalam tujuan-tujuan, materi pelajaran, tugas-tugas, aktivitas kelas, dan ujian. Tahapan penyiapan kelas dan efektifitas penggunaan waktu di dalam kelas, juga merupakan indikator dari organisasi yang baik dari pokok bahasan dan mata pelajaran. Riset menunjukkan bahwa pengorganisasian mata pelajaran mempunyai hubungan dengan cara siswa belajar. Apabila pelajaran diberikan secara terorganisasi akan dapat membantu mengembangkan kemampuan belajar siswa, maka dapat dinyatakan bahwa organisasi bahan pengajaran yang baik memberikan kontribusi terhadap efektivitas mengajar. 6
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN Peranan Teknologi Pembelajaran Dalam Pelaksanaan kurikulum berbasis
Kedua, komunikasi yang efektif. Kemampuan guru termasuk penggunaan audiovisual atau teknik-teknik lain untuk menarik perhatian siswa, merupakan karakteristik mengajar yang penting untuk dievaluasi. Keahlian berkomunikasi meliputi kemampuan-kemampuan menjelaskan presentasi, kelancaran verbal, interpretasi gagasan-gagasan abstrak, kemampuan berbicara yang baik dan kemampuan mendengarkan. Dapat berkomunikasi dengan baik merupakan karakteristik penting bagi mengajar yang efektif. Karena, komunikasi yang efektif sangat penting untuk kelas-kelas yang besar, seminar, laboratorium, grup-grup diskusi kecil, sebaik dalam percakapan perorang. Ketiga, pengetahuan dari dan perhatian pada bahan pelajaran serta proses pembelajaran. Guru harus mengetahui bahan pelajaran yang mereka bina agar mereka dapat mengorganisasikannya secara tepat sehingga dapat mengkomunikasikannya secara tepat pula. Seorang pengajar penting untuk mencurahkan perhatian dan pemikirannya terhadap disiplin ilmunya, termasuk yang didapatkannya dari penelitian. Pengetahuan mengajar terhadap materi pelajaran direfleksikan juga dalam kemampuannya memilih buku teks, bahan bacaan dan daftar referensi, isi pengajaran serta silabus pelajaran. Keempat, sikap yang positif kepada siswa. Sikap-sikap yang disukai siswa di antaranya ialah pemberian pertolongan oleh pengajar atau instruktur ketika siswa mengalami kesulitan berkenaan dengan materi pelajaran, pemberian kesempatan mengajukan pertanyaan atau mengekspresikan opini siswa, dan kepedulian terhadap hal-hal yang sipelajari siswa. Sikap positif terhadap siswa dicerminkan pula dalam dukungan dan kepercayaan diri siswa. Mengajar yang efektif sesungguhnya melibatkan harapan-harapan yang tepat, pembimbingan dan dorongan kepada siswa. Kelima, adil dalam ujian dan penilaian. Sejak awal pembelajaran, siswa harus diberitahu mengenai jenis-jenis penilaian seperti karya tulis, proyek, ujian, kuiskuis, yang akan dijumlahkan pada akhir perkuliahan. Keterkaitan masing-masing materi yang tercakup dalam pelajaran, isi pelajaran, ujian, kuis-kuis, dan penilaian. Batas waktu dan manfaat umpan balik mengenai kinerja siswa, juga merupakan elemen penting dari keadilan sebagaimana kesesuaian antara beban kerja dengan kredit yang diterima. Umpan balik dalam bentuk peringkat dan komentar tidak hanya dapat menjadi indikator pencapaian pengetahuan relatif siswa terhadap disbanding rekan sekelasnya, tetapi harus dapat pula menjadi indikator pertumbuhan pribadi. Keenam, fleksibel dalam pendekatan mengajar. Pengajar yang jarang mencoba pendekatan instruksional yang beragam mengindikasikan kehilangan semangat mengajar. Variasi pendekatan instruksional berguna dalam menyempurnakan bermacam-macam peraturan dan tujuan-tujuan pelajaran, serta dalam merespons keragaman latar belakang individual siswa. Dengan memvariasikan langkah-langkah instruksional yang mempertimbangkan keragaman siswa akan memungkinkan pencurahan perhatian yang lebih baik dari siswa terhadap materi pelajaran.
7
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN Peranan Teknologi Pembelajaran Dalam Pelaksanaan kurikulum berbasis
Untuk terlaksananya pengajaran yang efektif tersebut, maka kemampuan guru dalam mengelola media pembelajaran menjadi syarat yang mutlak. Kemampuan yang dimaksud mencakup perencanaan dan pendayagunaan media. Dalam kemampuan merencanakan media, terkandung pengertian mendesain, memilih, mengkombinasi, dan menentukan jenis media mana yang dianggap paling efektif bagi pencapaian tujuan pembelajaran. Hamalik (1982), memperinci pola media pendidikan sebagai berikut : (1) bahan-bahan cetakan atau bacaan; (2) alat-alat audio visual; (3) sumber-sumber masyarakat; (4) kumpulan benda-benda; (5) contoh-contoh kelakukan yang dicontohkan oleh guru. Sedangkan dalam hal mendayagunakan media, terkandung pengertian sampai sejauh mana media yang dipergunakan dalam proses belajar itu mampu menjelaskan hal-hal yang abstrak kepada siswa. Untuk itu, Dale (1954) mengetengahkan konsep kerucut pengalaman yang dapat dipergunakan sebagai pedoman bagi guru dalam menggunakan media pembelajaran. Urutan dari konkret ke abstrak dalam kerucut pengalaman tersebut, disebutkan oleh Dale sebagai berikut : (1) pengalaman langsung dan bertujuan ; (2) pengalaman tiruan yang diatur; (3) pengalaman dramatisasi; (4) demonstrasi; (5) karyawisata; (6) pameran; (7) televisi; (8) gambar hidup; (9) rekaman, radio, gambar tetap; (10) gambar; (11) lambang visual; (12) lambang kata. Hal penting yang juga menuntut penyesuaian diri guru dalam pengelolaan media pembelajaran adalah, perkembangan teknologi komunikasi yang memungkinkan dilaksanakannya pembelajaran berbasis multimedia. Pembelajaran seperti itu bisa terjadi secara classroom oriented learning atau openspace oriented learning, berdasarkan konsep learning by seeing, hearing and doing. Salah satu bentuk media pembelajaran yang dimaksud adalah teknologi ELearning, sebagaimana disajikan dalam ilustrasi di bawah ini. Papan Tulis E - Learning
Internet Web
Buku Teks
Buku Kerja
Cabled TV
Openspace Oriented Learning
Stand alone PC
Peraga Sederhana
Video Classroom Oriented Learning
OHP
LAN Computers Slide Projector
Gambar 1. Tekologi E-Learning (Seminar, 2003)
8
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN Peranan Teknologi Pembelajaran Dalam Pelaksanaan kurikulum berbasis
Khusus mengenai bentuk-bentuk pembelajaran yang berbasis media internet, Haughey (1998) memperinci tiga jenis berikut ini. Web Course, ialah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran di mana seluruh bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Siswa dan guru sepenuhnya terpisah, namun komunikasi di antara kedua belah pihak itu bisa dilakukan setiap saat. Bentuk web course ini tidak memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk keperluan pembelajaran maupun evaluasi dan ujian, karena semua proses pembelajaran sepenuhnya dilakukan melalui penggunaan fasilitas internet seperti e-mail, chat rooms, bulletin board dan online conference. Web Centric Course, di mana sebagian bahan belajar, diskusi, dan latihan dilakukan secara tatap muka yang intensitasnya lebih kecil dibandingkan persentase proses belajar melalui internet. Web Enhanced Course, peranan internet ialah menyediakan konten (sumber belajar) yang sangat kaya dan juga memberikan fasilitas link ke berbagai sumber belajar. Kegiatan pembelajaran utama dalam bentuk web enhanced course adalah tatap muka di kelas, dan persentase pembelajaran melalui internet lebih kecil daripada tatap muka.
PENUTUP Kompetensi guru dalam pengelolaan media pembelajaran terkait erat dengan perubahan paradigma pendidikan dan perkembangan konsep belajar. Kurikulum berbasis kompetensi harus dilihat sebagai sebuah inovasi proses pembelajaran, yang pada gilirannya menuntut ditingkatkannya kemahiran guru sebagai pengelola proses pembelajaran sekaligus pengelola media pembelajaran. Kompetensi guru dalam pengelolaan media pembelajaran meliputi kemampuankemampuan merencanakan, mendesain, mengkombinasi, dan mendayagunakan media itu sebagai pendukung efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran dimungkinkan berbasis multimedia seperti internet, guru harus juga melakukan penyesuaian diri dan wawasan pengetahuan (teoritik dan praksis) mengenai penggunaan komputer dan multimedia pada umumnya.
9
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN Peranan Teknologi Pembelajaran Dalam Pelaksanaan kurikulum berbasis
KEPUSTAKAAN Achmad Sanusi. 1991. Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan. Bandung. IKIP Bandung. Abin
Syamsuddin Makmun. 1996. Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan. Bandung. Program Pascasarjana IKIP Bandung.
E. Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Impelementasi. Bandung. Remaja Rosdakarya. Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Oteng Sutisna. 1987 Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung : Angkasa. Oemar Hamalik. 1982 Media Pendidikan. Bandung : Alumni. Petter Jarvis. 1983
Professional Education. Canbera : Croon Helm.
Rose, Colin & Nichol
Accelerated Learning for The 21st Century.
Zamroni. 2000
Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta : Bigraf Publishing.
10