SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia”
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia” Denpasar, 18 - 19 September 2014
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS UDAYANA
UDAYANA UNIVERSITY PRESS 2014 Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014 | iii
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia”
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia” Denpasar, 18 - 19 September 2014 Editor Prof. Dr. drh. I Nyoman Suarsana, M.Si Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS. Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, MP. Prof. Dr. drh. Ni Ketut Suwiti, M.Si. Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA. Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D. Prof. Dr. I Wayan Budiasa Suyasa, M.Si. Prof. Dr. Ir. Bambang Admadi H., MP. Prof. I Nyoman Suprapta Winaya, ST., MT., Ph.D. Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, MA. Dr. Ni Nyoman Kertiyasa, SE., M.S. Prof. Dr. I Wayan Kasa, M.Rur.Sc Diterbitkan Oleh: Udayana University Press Kampus Universitas Udayana Denpasar
2014, xxviii + 1032 halaman, 21 x 29,7 cm
iv | Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia”
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................................................
vii
SAMBUTAN KETUA PANITIA...................................................................................................
ix
SAMBUTAN KETUA LPPM UNIVERSITAS UDAYANA .......................................................
xi
SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS UDAYANA ................................................................
xiii
PEMBICARA UTAMA 1.
2.
3.
4.
5.
PERANAN SAINS DAN TEKNOLOGI YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN UMAT MANUSIA Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD ..........................................................................
3
PETA JALAN KEBIJAKAN NASIONAL ENERGI BARU DAN TERBARUKAN Prof. Dr. Ir. IGN Wiratmaja Puja, MSc..................................................................................
5
KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DALAM MEWUJUDKAN PENGELOLAAN HUTAN LESTARI (PHL) Dr. Ir. Agus Sarsito, M.For.Sc. ...............................................................................................
6
PERSPEKTIF NANO SCIENCE DALAM BIOLOGI Prof. Sutiman Bambang Sumitro, MS., D.Sc. ......................................................................
7
PENGEMBANGAN INDUSTRI PANGAN SEBAGAI STRATEGI DIVERSIFIKASI DAN PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK PANGAN Prof. Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi, M.Sc. ..............................................................................
8
PRESENTASI ORAL: BIDANG KETAHANAN PANGAN 1.
2.
3.
PROPAGASI SPORA ENDOMIKORIZA INDIGENUS BALI MENGGUNAKAN TANAMAN INANG YANG BERBEDA Meitini Wahyuni Proborini dan Ida Bagus Gede Darmayasa ................................................
21
STUDI JENIS DAN POTENSI SAMPAH KOTA DI TPA SUWUNG SEBAGAI SUMBER PAKAN UNTUK PEMELIHARAAN SAPI BALI N.L.P. Sriyani, T Ariana I.N, Lanang Oka Cakra, I.G ...........................................................
26
EFEK TOKSISITAS EKSTRAK RUMPUT LAUT COKLAT Turbinaria SEBAGAI FOOD ADDITIVE ALAMI Pramono Sasongko, Endang Rusdiana ..................................................................................
31
Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014 | xv
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia”
PRESENTASI ORAL: BIDANG BIODIVERSITAS, LINGKUNGAN, DAN SUMBER DAYA ALAM 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
PENAMPILAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) PESANGGARAN DENPASAR-BALI Tirta A.IN., AA.Oka, Gd.Suranjaya, NLP.Sriyani .................................................................
635
ANALISIS PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DI KOTA PONTIANAK Josua P. Hutajulu, Marisi Aritonang ......................................................................................
640
APLIKASI ORYZALIN DAN SINAR GAMMA PADA TANAMAN PACAR AIR (Impatiens balsamina, L.) Made Ria Defiani dan Ni Wayan Sudatri ...............................................................................
647
FOTODEGRADASI ZAT WARNA TEKSTIL METHYLENE BLUE DAN CONGO RED MENGGUNAKAN KOMPOSIT ZnO-AA DAN SINAR UV Ni Putu Diantariani, Iryanti Eka Suprihatin dan Ida Ayu Gede Widihati ..............................
652
POTENSI MANGROVE DALAM IMMOBILISASI TIMBAL Iryanti Eka Suprihatin ...........................................................................................................
660
KERAGAMAN LEBAH TRIGONA SEBAGAI SALAH SATU PLASMA NUTFAH DI BALI SELATAN Ni Luh Watiniasih, Ni Made Suartini ....................................................................................
665
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN FENOL DARI KULIT BUAH TAMARILLO (Solanum betaceum Cav.) YANG AKTIF SEBAGAI ANTIOKSIDAN Ida Ayu Raka Astiti Asih, Ni Made Puspawati, Wiwik Susanah Rita, Ni Luh Putu Devi Sintia Dewi ..............................................................................................
671
KAJIAN RE-DESAIN PERAIRAN TELUK BENOA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN I GedeHendrawan ..................................................................................................................
679
STRUKTUR GENETIK BRAHMANA SIWA DAN BHUDA DI BALI BERDASARKAN DNA MIKROSATELIT KROMOSOM –Y I Ketut Junitha, Ni Luh Watiniasih, I A Manik Damayanti ..................................................
688
DIVERSITAS GENETIK MONYET EKOR PANJANG MENGGUNAKAN MARKA D-LOOP REGION mtDNA DI KAWASAN BALI UTARA I Nengah Wandia, I GA. Arta Putra, I Gede Soma ................................................................
696
POTENSI EKSTRAK DAUN JATI (Tectona grandis L.f ) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN JAMUR Aspergillus flavus SECARA INVITRO Ni Putu Adriani Astiti dan Sang Ketut Sudirga .....................................................................
704
PEMBANGUNAN DANPELESTARIAN SUMBER DAYA HUTAN DI SEKITAR KAWASAN BEDUGUL BALI (Studi Kasus Rencana Pembangunan PLTP Bedugul (Geothermal) Mutria Farhaeni, I Putu Gede Ardhana ..................................................................................
712
xxiv | Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia”
RAGAM ALEL INDUK DAN ANAKAN KELAPA SABUT MERAH (Cococs nucifera L.) DAN KEKERABATAANNYA BERDASARKAN PENANDA DNA MIKROSATELIT Eniek Kriswiyanti dan I Ketut Junitha Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Kuta E mail :
[email protected] Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ragam alel dan hubungan kekerabatan induk dan anakan kelapa sabut merah di Bali. Pelaksanaan penelitian pada bulan Mei-Oktober 2013. Sampel daun muda induk dan anakan kelapa sabut merah (Cococs nucifera L.) sebagai sumber DNA diambil dari kabupaten Klungkung, Bangli dan Gianyar sebanyak 16 individu. DNA diekstraksi dengan metoda CTAB ditambah 2% merkaptoetanol. Enam pasang primer mikrosatelit digunakan untuk mendeterminasi ragam alel. DNA hasil ekstraksi diamplifikasi dengan PCR, amplikon dielekroforesis pada gel poliakrilamide (PAGE) 6 % dan divisualisasikan dengan pewarnaan perak nitrat. Panjang pita DNA aplikon ditentukan dengan memplot jarak migrasinya pada kertas semilog. Frekuensi masing-masing alel pada setiap lokus digunakan sebagai dasar untuk menghitung heterozigositas menurut Nei,1987. Dendogram dibuat dengan program Mega 5.2.2 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ragam alel dan heterozigositas anakan kelapa sabut merah lebih tinggi daripada induknya. Secara genetik 83.3 % alel kelapa sabut merah anakan sama dengan induknya, 16,7 % tidak sama induk. Terdapat dua kelompok kekerabatan kelapa sabut merah, kelapa udang Klungkung Br. Babung terpisah dari kelompok kelapa udang lainnya. Kelapa brahma masuk kelompok kelapa udang, dan kelapa macan masuk kedalam kelompok kelapa mulung. Kata Kunci: DNA, mikrosatelit, alel, serabut merah
1.
PENDAHULUAN
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L., Arecaceae) di Bali berdasarkan kegunaannya dibedakan menjadi dua, yaitu kelapa atau nyuh (bahasa Bali) biasa dan nyuh madan. Nyuh biasa adalah jenis kelapa yang umum digunakan untuk membuat bahan makanan dan kopra (minyak), sedang nyuh madan adalah jenis kelapa yang memiliki karakter unik dan nama khusus, diperlukan untuk sarana upacara (upakara) bagi umat hindu maupun bahan obat tradisional (usada). Keragaman kelapa madan tersebut ada lebih dari 20 jenis, diantaranya adalah kelapa sabut merah. Kelapa sabut merah umumnya ada dua : kelapa udang (Cocos nucifera L. “Udang”) : warna kulit buah coklat, dasar kelopak dan atau serabut (mesocarpium) pada waktu masih muda berwarna merah/pink. Kelapa Mulung (Cocos nucifera L. “Mulung”) sama dengan kelapa Udang, tapi kulit buah berwarna hijau (Kriswiyanti, 2013). Kelapa Udang dan Mulung sebagai salah satu bahan dalam pelaksanaan upacara: Padudusan alit dan Padudusan Agung (Supartha, 2000; Nala 2004). Kelapa sabut merah juga ditemukan di daerah Gorontalo dan Sangihe Talaud, Sulawesi Utara serta di Pulau Timor NTT. Ciri khas kelapa ini adalah adanya warna merah (pink) pada daerah basal atau daerah pangkal buah (dibawah pericarp). Jenis kelapa ini sering digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat. Minyaknya digunakan sebagi obat urut, sedangkan airnya digunakan untuk obat sakit demam (Maskromo, 2000). Mikrosatelit atau Simple Sequence Repeat (SSR) merupakan salah satu teknik molekuler yang banyak digunakan untuk mengetahui variasi genetik pada tanaman kelapa. Menurut Pandin (2010) : Simple sequence repeat (SSR) mengandung informasi yang tinggi, pada umumnya single lokus, bersifat kodominan, membutuhkan jumlah DNA yang sangat sedikit, relatif sederhana, dan deteksi yang didasarkan pada PCR menandakan bahwa SSR merupakan alat ideal untuk banyak aplikasi genetika. Mikrosatelit Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014 | 747
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia”
DNA telah digunakan juga untuk pelacakan tetua pada tanaman kelapa (Pandin, dkk. 2008). Penelitian untuk menentukan keragaman genetik antar aksesi atau populasi kelapa juga dilakukan oleh Rajesh et al. (2008), Dasanayaka et al. (2009), Manimekalai dan Nagarajan (2010), Kumar et al. (2011), Liu, et al (2011), Kriswiyanti et.al (2012), Xiao, et al (2013), dan Kriswiyanti et.al (2013). Kelapa sabut merah merupakan salah satu bahan penting yang diperlukan untuk keberlanjutan budaya upacara dan usada di masyarakat Bali, dan keberadaannya (populasi) sedikit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ragam alel dan hubungan kekerabatan induk dan anakan kelapa sabut merah di Bali. Ragam dan kombinasi alel-alel dari lokus mikrosatelit DNA yang diperoleh dari induk dan anakannya dapat digunakan sebagai dasar pemuliasilangan dalam usaha konservasi plasma nutfah kelapa sabut merah di Bali. 2.
BAHAN DAN METODE
Sampel daun muda kelapa sabut merah didapatkan dari hasil eksplorasi di daerah Br Babung dan Pikat Kabupaten Klungkung, Jelekungkang, Tambahan, Kubu kabupaten Bangli, dan Tulikup dan Pejeng kabupaten Gianyar. Ekstraksi, PCR dan elektroforesis dilakukan di laboratorium Forensik dan Primata Universitas Udayana. Penelitian dilakukan dari bulan Mei – Oktober 2013. Sampel penelitian adalah daun muda dari 16 individu induk dan anakan. Isolasi DNA dari sampel daun muda dengan metoda CTAB (N-Cetyl-N, N, N-Trimetyl Amonium Bromide) ditambah 2% merkaptoetanol (Doyle dan Doyle, 1987). DNA hasil ekstraksi ditentukan dengan elektroforesis pada gel agarosa 0.8% dalam buffer TAE selama 30 menit (Sambrook et al., 1989) dan dengan membandingkan dengan lambda DNA dengan konsentrasi yang diketahui. Enam pasang primer mikrosatelit untuk tanaman kelapa yang digunakan : CnCirB3, CnCirC3, CNZ01, CNZ09, CNZ21 dan CNZ51 (Pandin et al., 2008; Kumar et al, 2011). Mikrosatelit diamplifikasi dengan PCR Pengamatan hasil PCR dilakukan dengan elekroforesis pada gel poliakrilamide (PAGE) 6 % (Sambrook et al., 1989), dan visualisasi pita-pita DNA pada gel diwarnai dengan perak nitrat (Tegelstorm, 1986). Panjang DNA amplikon ditentukan dengan memplot jarak migrasinya pada kertas semilog (Hutchinson, 2001). Frekuensi alel dan heterozigositas (keragaman genetik) dihitung berdasarkan rumus Nei (1987), kemudian dendogram dibuat dengan UPGMA program Mega 5.2.2 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
HASIL Dari hasil eksplorasi kelapa sabut merah termasuk kelapa dalam, didapat 4 ragam : kelapa udang (3 individu), mulung (3 individu), kelapa brahma (1 individu) dan 1 individu kelapa macan. Ditambah 8 individu anakannya jadi seluruh sampel yang diekstraksi adalah 16 individu. Hasil ekstraksi tidak semua dapat teramplifikasi, kecuali pada CNZ51 semua sampel individu teramplifikasi, pada primer CNZ01 yang teramplifikasi 10 individu, CnCirB3 yang teramplifikasi 14 individu dan CnCirC3 yang teramplifikasi 10 CNZ09 yang teramplifikasi 10 individu, CNZ21 yang teramplifikasi 8 individu. Dengan ragam alel, panjang dan frekuensi alel sebagai berikut (Tabel 1 dan 2). Ragam alel kelapa sabut merah Pada primer CNZ51 didapatkan ragam alel dengan panjang 124-170 bp, frekuensi tertinggi pada panjang alel 144 bp (0.375). Pada primer CNZ01 ragam alel dengan panjang 100-130 bp, CnCirB3 ragam alel dengan panjang 115-190 bp, dan CnCirC3 ragam alel dengan panjang 130-155 bp frekuensi tertinggi pada panjang alel 155 bp (0.55), CNZ09 ragam alel dengan panjang 130-170 bp frekuensi tertinggi pada panjang alel 150 bp (0.6), CNZ21 ragam alel dengan panjang 240-280 bp frekuensi tertinggi pada panjang alel 270 bp (0.5). Ragam alel banyak terdapat pada primer CNZ51 dan CnCirB3, frekuensi tertinggi pada panjang alel 150 bp (0.6) pada CNZ09.
748 | Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia”
Tabel 1. Ragam alel induk, anakan kelapa sabut merah pada enam primer: Nama dan asal kelapa
CNZ51
CNZ01
CnCirB3
CnCirC3
CNZ09
CNZ21
1.Induk Udang Klungkung/Babung
140, 140
120,130
130, 130
2.Anak udang Klungkung/Babung
140, 140
120,130
130, 130
3.Induk Udang Bangli/ Jelekungkang
145,145
100,110
120, 120
155, 155
260,280
4.anak Udang Bangli/ Jelekungkang
130, 145
100,110
120, 120
155, 155
260,280
5.Induk Udang Klungkung/Pikat
145, 170
120, 115
155, 155
150,170
240,260
6.anak Udang Klungkung/Pikat
145, 145
115, 115
155, 155
150,170
240,260
7.Induk Mulung Bangli/Jelekungkang
145, 170
170,180
130, 130
8.anak Mulung Bangli/ Jelekungkang
145, 170
170,180
130, 130
9.Induk Mulung Gianyar/Pejeng
145, 170
110,120
180,180
155, 155
150,170
270,270
10.anak Mulung Gianyar/Pejeng
145, 170
110,120
180,180
155, 155
150,170
270,270
11.Induk Mulung Gianyar/Tulikup
145, 170
110,120
180,180
130,130
12.anak Mulung Gianyar/Tulikup
145, 170
110,120
180,180
130,130
13.Induk Macan Bangli/Tambahan
170,170
140, 140
150,150
270,270
14.anak Macan Bangli/ Tambahan
155, 170
140, 140
150,150
270,270
15.Induk Brahma Bangli/Kubu
140,125
100,115
190,180
150,150
16.anak Brahma Bangli/Kubu
140,125
100,115
190,180
150,150
Alel anakan sama dengan induknya 83.3 %
Heterozigositas Heterozigositas harapan (He) dan heterozigositas teramati/observed (Ho) secara umum anakan lebih tinggi daripada induk, rerata He induk 0.691±0.08 (0.589-0.8), anakan 0.72±0.07 keduanya tertinggi pada primer CNZ01. Rerata Ho induk 0.49 (0.0-1.0), pada anakan 0.56 (0.28-1.0) keduanya tertinggi pada primer CNZ09 (table 3). Hubungan kekerabatan induk anak kelapa sabut merah Hasil dendogram menunjukan bahwa hubungan kekerabatan ada 2 kelompok : kelompok I terdiri dari kelapa brahma dari kabupaten Bangli dekat hubungannya dengan kelapa udang Bangli dan Klungkung Pikat. Kelompok II menunjukan bahwa kelapa udang Klungkung dari Br Babung hubungannya lebih dekat dengan macan dan mulung dari Bangli serta Gianyar (Gambar 1).
Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014 | 749
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia”
Tabel 2. Panjang (bp) dan frekuensi alel kelapa sabut merah pada enam primer: CNZ51 CNZ01 Panjang dan Panjang dan frekuensi alel frekuensi alel 125 0.062 100 0.2 130 0.0312 110 0.3 140 0.187 115 0.1 145 0.375 120 0.3 155 0.031 130 0.1 170 0.312 Individu 16 10 JAI 4 5 JAA 6 5 Jumlah alel Induk 25 Rerata alel 4.16 Keterangan:; JAI= Jumlah Alel Induk;
CnCirB3 Panjang dan frekuensi alel 115 0.107 120 0.178 130 0.142 170 0.071 180 0.425 190 0.071 14 6 6
CnCirC3 Panjang dan frekuensi alel 130 0.2 140 0.25 155 0.55
CNZ09 Panjang dan frekuensi alel 130 0.2 150 0.6 170 0.2
CNZ21 Panjang dan frekuensi alel 240 0.125 260 0.25 270 0.5 280 0.125
10 10 3 3 4 2 Jumlah alel Anak 27 rerata alel 4.5
8 4 4
JAA= Jumlah Alel Anak
Tabel 3. Heterozigositas induk, anak kelapa sabut merah Primer CNZ51 CNZ01 CnCirB3 CnCirC3 CNZ09 CNZ21 Rerata
3.2
Heterozigositas harapan(He±SE) induk Anak 0.701±0.079 0.778±0.066 0.8±0.09 0.8±0.09 0.767±0.071 0.793±0.06 0.589±0.106 0.673±0.105 0.589±0.142 0.58±0.106 0.7±0.11 0.7±0.118 0.691±0.08 0.72±0.07
Heterozigositas teramati (Ho) Induk Anak 0.62 0.75 1 1 0.428 0.28 0 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 0.56 0.49
PEMBAHASAN
Rata-rata jumlah alel, frekuensi alel dan heterozigositas anakan kelapa sabut merah lebih tinggi dari induknya menunjukan bahwa alel anakan lebih beragam dari induknya. Hasil penelitian yang menunjukkan ragam alel tinggi pada kelapa di Bali: Dengan 4 primer yang sama ragam alel ditemukan 28 alel rata-rata perlokus 7 alel dari 16 individu nyuh madan dari Kabupaten Klungkung (Kriswiyanti et al 2012). Ragam alel 3,33 dan heterozigositas rendah ditemukan pada 12 aksesi kelapa genjah Philippina (Noel et al, 2011). Penelitian Kriswiyanti et al (2013) menunjukan bahwa ragam alel tinggi yaitu 80 alel, rata-rata perlokus 13.33 alel pada 58 individu nyuh madan di provinsi Bali dengan 6 primer yang sama dengan penelitian ini. Heterozigositas harapan (He) dan heterozigositas teramati (Ho) umumnya menunjukkan keragaman genetik lebih tinggi pada anakan. Lebih tingginya nilai heterozigositas pada kelapa anakan disebabkan oleh pola penyerbukan silang yang terjadi pada kelapa Dalam (Dasayanaka et al., 2009). Sedangkan tingginya nilai heterozigositas harapan baik pada kelapa induk maupun anakan disebabkan oleh banyaknya ragam alel yang terdapat pada masing-masing primer yang berjumlah antara 3-6 ragam alel rata-rata alel perlokus 4.5. Rajesh et al. (2008) mendapatkan bahwa kelapa Dalam di Andaman memiliki nilai heterozigositas tinggi. Nilai heterozigositas tinggi dan ragam alel yang banyak juga ditemukan pada penelitian kelapa Dalam di provinsi Hainan China (Liu et al., 2011), dan 58 individu kelapa dalam di provinsi Bali dengan 6 primer yang sama heterozigositas tinggi 0.856-0.92 (Kriswiyanti et al 2013). Devakumar et al (2010); Kumar et al. (2011), Xiao et al (2013) mendapatkan bahwa heterozigositas relative tinggi terdapat pada kelapa dalam dibandingkan dengan kelapa genjah.
750 | Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia”
Induk Kelapa Mulung Bangli Anak Kelapa Mulung Bangli Induk Kelapa Macan Bangli Anak Kelapa Macan Bangli Induk Kelapa Mulung Gianyar Anak Kelapa Mulung Gianyar Induk Kelapa Mulung Gianyar Tulikup Anak Kelapa Mulung Gianyar Tulikup
II
Induk Kelapa Udang Klungkung Anak Kelapa Udang Klungkung Induk Kelapa Brahma Bangli Anak Kelapa Brahma Bangli
I
Induk Kelapa Udang KlungkungPikat Anak Kelapa Udang KlungkungPikat Induk Kelapa Udang Bangli Anak Kelapa Udang Bangli
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
Gambar 1. Dendogram enam belas individu induk dan anakan kelapa sabut merah berdasar penanda DNA Mikrosatelit
Ditanjau dari hubungan kesamaan alel antara kelapa induk dan anakan masing-masing pasangan individu menunjukkan bahwa 83.3 % kelapa anakan memiliki alel yang sama dengan induknya atau hanya 16.7 % kelapa anakan yang memiliki alel berbeda dengan pohon induknya. Dari data tersebut menunjukkan bahwa terdapat kontinyuitas genetik antara kelapa induk dan anakan. Dengan keadaan genetik demikian mestinya akan memberikan fenotipe yang sama antara induk dan anakan. Berdasarkan informasi dari masyarakat bahwa tidak semua kelapa madan akan menghasilkan keturunan yang sama. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena pertama gen atau DNA mikrosatelit merupakan DNA yang tidak menyandi sifat morfologis, kedua pada kelapa Dalam terjadi penyerbukan silang (Dasayanaka et al., 2009) sehingga walaupun ukuran alel-alel kelapa anakan sama dengan kelapa induknya tetapi karena alel dengan ukuran sama berasal dari tetua berbeda dari pohon tetangganya dengan karakter morfologi berbeda maka akan mengekspresikan karakter yang berbeda. Oleh karena itu identifikasi ragam alel yang tersebar pada pohon kelapa biasa di sekitar masing-masing kelapa unik perlu diketahui untuk memastikan apakah ada alel yang sama pada pohon kelapa tetangganya? Terdapat 2 kelompok kekerabatan pada pada kelapa sabut merah yang menunjukkan kelapa macan masuk kelompok kelapa mulung sedang kelapa brahma masuk kelapa udang. Kumar et al. (2011) menggunakan mikrosatelit DNA (SSR) pada 14 aksesi dapat dikelompokkan menjadi 3, kelompok 1 terdiri atas 5 aksesi New Guinea, kelompok kedua terdiri atas 4 aksesi dari Polynesia, Prancis, kelompok ke 3 dari 5 aksesi kepulauan Salamon yang diidentifikasi dari aksesi Pasifik Selatan. 4.
KESIMPULAN
4.1.
Kesimpulan Ragam alel dan heterozigositas anakan kelapa sabut merah lebih tinggi daripada induknya, dengan 6 primer diperoleh sebanyak 27 ragam alel, rata-rata 4.5 alel perlokus. Frekuensi alel tertinggi pada primer CNZ09 pada panjang alel 150 bp (0,6). Secara genetik 83.3 % alel kelapa sabut merah anakan sama dengan induknya, 16,7 % tidak sama induk. Terdapat dua kelompok kekerabatan kelapa sabut merah Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014 | 751
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia”
dan kelapa udang Klungkung Br. Babung terpisah dari kelompok kelapa udang lainnya. Kelapa brahma masuk kelompok kelapa udang, dan kelapa macan masuk kedalam kelompok kelapa mulung. 4.2.
Saran Perlu dilakukan penelitian tentang ragam alel populasi kelapa dimana masing-masing induk kelapa sabut merah berada untuk menentukan apakah alel-alel masing-masing induk kelapa juga tersebar pada individu kelapa lain disekitarnya? UCAPAN TERIMA KASIH 1.Dikti dan Rektor Unud. yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan penelitian ini, 2. Ketua LPPM Universitas Udayana yang telah memproses usulan penelitian ini, 3. Kepala lab. Molekuler Fakultas Kedokteran dan UPT Forensik Unud yang telah memberikan bantuan penggunaan fasilitas laboratorium.Publikasi ini merupakan bagian dari penelitian Hibah Fundamental yang dibiayai dari Dana RM Universitas Udayana dengan Surat Perjanjian Penugasan Penelitian No: 175.48/UN14.2/ PNL.01.03.00/2013, tanggal 16 Mei 2013 DAFTAR PUSTAKA Dasanayaka, P.N., Everard, J.M.D.T., Karunanayaka E. H. and Nandadasa, H.G. (2009) Analysis of Coconut (Cocos nucifera L.) Diversity Using Microsatellite Markers with Emphasis on Management and Utilization of Genetics Resources. J. Natn. Sci. Foundation Sri Lanka 37 (2): 99-104. Devakumar, K; V.Niral, B.A Jerard, C Jayabose, R Chandramohanan and P M Jacob. (2010). Microsatellite Analysis of Distint Coconut Accsseions from Agatti and Kavaratti Island Lakshadweep, India. Scientia Hort. 125 (2010) : 309-315 Doyle J.J. and Doyle J.L. (1987) A Rapid DNA Isolation Procedure for Small Amount of Leaf Tissue. Phytochem. Bull. 19 : 11-15. Hutschinson, F. 2001. DNA Band Size Semi-log Plotting. Cancer Research CenterScience Education Partnership. Kriswiyanti, E. I Gede Rai Maya Temaja, I Made Sudana and I Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya (2012) Alleles Variation of Coconut Accessions (Cocos nucifera L., Are caceae) Based on Microsatelite DNA. Proceedings 4th International Conference on Biosiences and Biotechnology: 235-238. Kriswiyanti, E. (2013) Keanekaragaman Karakter Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.) yang Digunakan Sebagai Bahan Upacara Padudusan Agung. Jurnal Biologi XVII (1): 15-19. Kriswiyanti, E. I Gede Rai Maya Temaja, I Made Sudana and I Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya (2013) Genetic Variation of coconut Tall (Cocos nucifera L., Are caceae) in Bali, Indonesia Based on Microsatellite DNA. Journal of Biology Agriculture and Healthcare 3(13):2013: 97-101. Kumar, S. P; Manimekalai, R. and Kumari B.D.R. (2011) Microsatellite Marker Based Characterization of South Pasific Coconut (Cocos nucifera L.) Accessions. Int. J. Plant Breed. Genet., 5: 34-43. Liu, X; Tang,H; Li, D and Hou, L. (2011) Genetic Diversity of Coconut Cultivars in China by Microsatellite (SSR). Moleculer Plant Breeding 2 (2): 83-91. Manimekalai, R and Nagarajan, P. (2010) SSR and ISSR Markers Based Populati on Genetic Structure of Coconut (Cocos nucifera L.) Germplasm AccssionIndian J. of Plant Genetic Resources, 23 (1) : 77-82. Maskromo, I. (2000) Karakterisasi Kelapa Semi Dalam Solo Asal Sulawesi Tengah. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palm Lain Manado. Zuriat 11 (2) : 1-8 Nala, N. (2004) Filosofis, Pemanfaatan & Keanekaraaman Tanaman Upakara Agama Hindu di Bali. Dalam Seminar Nasional Konservasi Tanaman Upakara Adat Bali. LIPI UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali, Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali. 752 | Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014
SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia”
Nei, M. (1987) Moleculer Evolusionary Genetic. Columbia University Press, New York, USA Noel, K K J., Edmond, K.K., Konan, K J L and Eugene, K.K. (2011). Microsatellite gene diversity within Philippines dwarf coconut palm (Cocos nucifera L.) Resources at Port-Bout d’Ivoire. Scientific Research Essays 6 (28): 5986-5992. Pandin, D.S., Hartana A., Hajrial Aswidinnoor,dan Asep Setiawan. (2008) Pelacakan tetuapopulasi Kelapa Dalam Mapanget No.32 (DMT-32) menggunakan analisis aliran gen (Gene Flow) berdasarkan penanda mikrosatelit (SSR). J. Penelitian Tanaman Industri 14 (4): 131-140 Pandin, DS. (2010) Penanda DNA untuk Pemuliaan Tanaman Kelap (Cocos nucifera L.) Perspektif 9 (1): 21-35. Rajesh, M.K., P Nagarajan, B.A. Jerrard, V.Arunachalam and R. Dhanapal, (2008) Microsatellite variability of coconut accession (Cocos nucifera L.) from Andaman and Nicobar Islands. J. Current Science, 94 (12) : 1627-1631. Sambrook, J., Fritsch, and Maniatis, T. (1989) Moleculer Cloning. A Laboratory Manual Second Edition. Cold Spring Harbor Laboratory Press. Supartha, N.O. (2000) Fungsi Tumbuh -Tumbuhan Dalam Upacara Agama Hindu. Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III: 11-19 Tegelstöm H. (1986) Mitochondrial DNA in Natural Population : an Improved Routine for Screening of Genetic Variation Base on Sensitive Silver Staining. Electrophoresis. 7: 226-229 Xiao,Y., Lou, Y.,Yang,Y.,Fan, H.,Xia, W.,Mason,AS., Zhao, S., Sager,R., and Qiao,F. (2013) Development of Microsatellite Markers in Cocos nucifera and their application in evaluating the level of Genetic Diversity of Cocos nucifera. POJ : 6(3):193-200.
Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014 | 753